Anda di halaman 1dari 98

PUISI SEBAGAI KRITIK SOSIAL DAN POLITIK

Analisis Semiotik Puisi Karya Taufiq Ismail

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Joko Lelono
NIM: 11141120000027

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2018 M
ABSTRAK

Nama : Joko Lelono


Judul : Puisi Sebagai Kritik Sosial Dan Politik (Analisis Semiotik
Puisi Karya Taufiq Ismail)
Penelitian ini berusaha menganalisis puisi karya Taufiq Ismail
yang bernuansa kritik sosial dan politik. Puisi merupakan salah satu media
yang efektif dan ampuh dalam menyampaikan sebuah imajinasi atau
ekspresi hati dan jiwa manusia. Di samping estetika dan aturan yang harus
dipatuhi, puisi juga memiliki kekuatan yang sangat besar. Taufiq Ismail
merupakan seorang sastrawan dan budayawan terkemuka yang dimiliki
Indonesia. Tentu saja memiliki pengaruh yang sangat besar melalui karya-
karyanya yang begitu beragam. Seperti puisi tentang kerohanian,
kehidupan, alam, cinta, bahkan kritik sosial dan politik Taufiq Ismail
ciptakan.
Dalam menganalisis puisi karya Taufiq Ismail, penelitian ini
menggunakan analisis semiotika dari Roland Barthes. Dengan mencari
makna denotatif, makna konotatif, dan mitos, dapat dipahami apa yang
terkandung dalam puisi karya Taufiq Ismail. Penelitian ini mengambil tiga
judul puisi kritik sosial dan politik yaitu Kami Muak dan Bosan, Saksikan
Begitu Banyak Orang Mempertuhankan Uang, dan Malu (Aku) Jadi
Orang Indonesia. Penelitian ini menjabarkan bahwa ketiga puisi tersebut
memiliki makna kritik sosial dan politik di era Orde Baru dan Reformasi.
Tidak hanya itu, penelitian ini juga menjelaskan alasan Taufiq Ismail
masih melakukan kritik sosial dan politik melalui puisi di era Reformasi
serta pengaruhnya terhadap tatanan sosial dan politik. Peneliti
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, melakukan wawancara
dengan Taufiq Ismail sebagai pencipta ketiga puisi tersebut dan Jamal D.
Rahman sebagai penyair, pemimpin majalah sastra Horison, dan dosen
Sastra Indonesia.
Kata Kunci: Puisi, Kritik, Sosial-politik, Semiotika, Kekuatan Politik

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Shalawat serta salam dicurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, Rasul
yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju ke zama yang terang
benderang sampai saat ini.

Skripsi yang berjudul “PUISI SEBAGAI KRITIK SOSIAL DAN


POLITIK (Analisis Semiotik Puisi Karya Taufiq Ismail)” disusun dalam rangka
memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program
Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari betul dalam penyusunan skripsi ini masih belum


sempurna dan banyak kekurangan. Tanpa adanya bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dede Rosyada, M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
beserta seluruh staff dan jajarannya.
2. Prof. Dr. Zulkifli, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staff dan
jajarannya.
3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si, selaku Kepala Program Studi Ilmu Politik FISIP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen pembimbing dalam
penelitian ini. Terima kasih atas bimbingan, kritikan, dan dorongannya
selama penelitian ini.
4. Suryani, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

v
5. A. Bakir Ihsan, M.Si, selaku dosen mata kuliah Seminar Proposal Skripsi
yang telah membantu tahap awal penyusunan skripsi dan membantu untuk
melaksanakan wawancara terhadap narasumber dalam penelitian ini.
6. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Ilmu Politik yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama kuliah.
7. Taufiq Ismail dan Jamal D. Rahman, terima kasih atas waktunya untuk
diwawancarai, memberikan informasi, serta memberikan masukan dalam
penelitian ini.
8. Orang tua tercinta, Sukirman dan Kadirah serta kakak dan adik, terima
kasih atas doa yang tulus dan memberikan dorongan tanpa henti untuk
menyelesaikan penelitian ini.
9. Keluarga besar Politik A 2014, Andre, Denny, Fariz (Ais), Earvin, Rudi
(Kecap), Reza, Kang Faruq, Andhika, Anisa, Mahlizar, Salsabila (Yayas),
Oktavia (Otew), Silmi, Yodi, Billy, Chusnul, Siska, Reni, dan lain-lain
terima kasih atas waktu yang istimewa selama 4 tahun ini.
10. Kelompok KKN Berirama, Hujer, Risma, Iir, Fadhil, Rahma, Iti, Nisa, dan
lain-lain, terima kasih telah menyempurnakan pengalaman KKN di desa
Pasanggrahan, Solear, Kabupaten Tangerang.
11. Fulki Yuga, sahabat yang telah menemani penulis sejak SMA sampai
menemani penulis menyelesaikan penelitian ini.
12. Komunitas PANIN, Fafa, Fadjrin, Hambar, Adikrisna, Firly, dan masih
banyak lainnya, terima kasih atas hiburan yang telah diberikan hampir di
setiap minggunya.
13. Progeni 12 KMM RIAK, yang telah memberikan waktu dan pengalaman
berharga selama hampir satu tahun di UKM Musik.
14. Ayyash Yahya, sahabat SMA yang telah memberikan dorongan dari luar
Kota untuk penulis menyelesaikan penelitian ini.
15. Kawan-kawan Genius 5, Dika, Noval, dan Sandri, terima kasih atas
hiburan yang diberikan untuk penulis saat dalam keadaan buruk.

Tanpa adanya mereka, penulis, tidak yakin penelitian ini dapat selesai
dengan baik. Peneliti berterima kasih dengan sepenuh hati, semoga Allah SWT

vi
membalas kebaikan mereka. Namun demikian, penulis bertanggungjawab penuh
atas segala kekurangan dalam penelitian ini, kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tangerang Selatan, Agustus 2018

Joko Lelono

vii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ......................................................... ii


PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ..................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
BAB I .................................................................................................................... 10
PENDAHULUAN ................................................................................................ 10
A. Pernyataan Masalah ................................................................................ 10
B. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 17
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 17
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 18
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 18
F. Metode Penelitian ..................................................................................... 23
G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 30
BAB II .................................................................................................................. 32
LANDASAN TEORI DAN KONSEP ............................................................... 32
A. Konseptualisasi Puisi ............................................................................... 32
B. Politik ........................................................................................................ 36
C. Demokrasi ................................................................................................. 39
E. Teori Kritik ............................................................................................... 43
F. Teori Semiotika ........................................................................................ 45
BAB III ................................................................................................................. 49
GAMBARAN UMUM ........................................................................................ 49
A. Profil Taufiq Ismail .................................................................................. 49
B. Karya Taufiq Ismail ................................................................................. 53
C. Penghargaan Sastra Taufiq Ismail ......................................................... 54
BAB IV ................................................................................................................. 61
ANALISIS SEMIOTIKA PUISI KARYA TAUFIQ ISMAIL ........................ 61
A. Makna yang Terkandung Dalam Puisi Taufiq Ismail .......................... 62

viii
B. Pengaruh Puisi Terhadap Tatanan Sosial dan Politik ......................... 84
BAB V................................................................................................................... 92
PENUTUP ............................................................................................................ 92
A. Kesimpulan ............................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 95

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Indonesia saat ini sudah merasakan pahit dan manisnya era reformasi

selama kurang lebih 20 tahun. Selama 20 tahun itu pula kebebasan

menyampaikan pendapat atau aspirasi menjadi lebih terbuka dan aman.

Kebebasan seluruh warga negara untuk mengemukakan aspirasi di khalayak

umum adalah perwujudan demokrasi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat,

berpendapat, berbangsa, dan bernegara. Menurut Jean Jaques Rousseau,

kebebasan dasar umat manusia akan hancur segera setelah mereka memasuki

masyarakat.1 Sebab di sana, yang kuat memanipulasi yang lemah, dan

selanjutnya membenarkan kekuasaan mereka dengan argumen-argumen palsu

mengenai keadilan. “Tidak ada orang yang yang dapat menyangkal hak

manusia yang tak dapat diganggu gugat akan kebebasan.”2

Di suatu negara yang demokratis, perbedaan bukan merupakan

ancaman, namun kelebihan yang dapat dipelihara untuk mencapai

kesejahteraan bersama. Sudah seharusnya apabila sikap saling menghargai

1
David Held, Models of Democracy, (Cambridge: Polity Press, 1987), hal, 13.
2
Diane Ravitch dan Abigail Thernstrom, Demokrasi: Klasik dan Modern, (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2005), hal, 99-100.

10
dan menghormati ini dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di

rumah, di masyarakat, di sekolah, maupun di tingkat lembaga tinggi negara

seperti MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) dan DPR (Dewan Pewarkilan

Rakyat).3

Demokrasi dan kebebasan masyarakat adalah kedua konsep yang

paling penting dalam kajian ilmu politik dan semakin lama semakin penting,

bukan karena hal tersebut diketahui banyak pihak, namun juga karena banyak

yang dihambat. Hak-hak atau kebebasan warga negara memiliki peran penting

dalam menjamin perlindungan hukum dan perlakuan yang setara untuk

seluruh warga negara tanpa melihat agama, ras, suku, dan jenis kelamin.4

Kebebasan menyampaikan pendapat ini memiliki macam-macam tata

caranya dari setiap orang seperti aksi atau demonstrasi, menulis di media

komunikasi, pawai, mimbar bebas, rapat umum, bahkan melalui seni. Seni

merupakan sebuah keindahan atau sebagai penciptaan dari berbagai bentuk

aspek yang karena keindahan macamnya membuat orang bahagia ketika

memandang atau mendengarnya. Kehadiran seni dekat sekali dalam setiap

kehidupan jiwa dan raga manusia sampai-sampai tidak dapat terpisahkan

sampai saat ini. Dari adanya kesinambungan antara seni dan manusia, seni

menjadi sesuatu hal yang semakin menarik untuk berbagai macam kalangan

3
Pangi Syarwi, Titik Balik Demokrasi: Petunjuk Bagi Pejuang Demokrasi di Indonesia,
(Jakarta: Pustaka Inteligensia, 2012), hal, 110.
4
Hamid Basyaib, Membela Kebebasan: Percakapan tentang Demokrasi Liberal, (Jakarta:
Pustaka Alvabet, 2006), hal, 145.

11
baik dari etnis dan negara manapun di dunia. Asal mula kata seni sendiri

berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu kata “sani” yang mempunyai arti

“pemujaan”, “persembahan”, dan “pelayanan”. Dengan demikian kata seni

pada dasarnya mempunyai kesinambungan yang erat kaitannya dengan

upacara keagamaan yang kemudian disebut juga dengan kesenian.5

Seni merupakan keindahan yang telah diwariskan oleh bangsa Yunani

kuno. Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik yang

menyenangkan. Sebagaimana dikuptip oleh Herbert Read dalam bukunya The

Meaning of Art, menjelaskan keindahan sebagai suatu susunan arti hubungan

bentuk yang terdapat di antara penerimaan dari inderawi manusia. Thomas

Aquinas menjelaskan keindahan sebagai suatu yang membahagiakan jika

dipandang. Tidak satupun segi kehidupan manusia yang tidak dapat

disampaikan melalui seni, baik yang bersifat fisik ataupun batin. Seniman

dapat mengungkapkan suatu gagasan atau ide tertentu dan renungan atau

ajaran tertentu bagi para penikmatnya.6

Seni memiliki beberapa jenis, yaitu seni rupa, seni musik, seni tari,

seni teater, dan kerajinan tangan. Ada sebuah seni yang indah dalam

menyusun kata-kata dan indah intonasinya, seni tersebut berupa karya sastra.

Karya sastra adalah hasil imajinasi atau respon seseorang dan menghasilkan

5
Diakses dari https://ilmuseni.com/dasar-seni/pengertian-seni-menurut-para-ahli pada tanggal
21 September 2017, pukul 13.12 WIB.
6
Dharsono Sony Kartika dan Nanang Ganda Perwira, Pengantar Estetika, (Bandung:
Rekayasa Sains, 2004), hal, 9-10.

12
kehidupan yang ditandai oleh sikap, latar belakang, dan keyakinan pengarang.

Karya sastra muncul di tengah-tengah masyarakat sebagai gambaran hasil

rekaan pengarang serta responnya terhadap gejala-gejala sosial yang ada di

sekitarnya.7

Puisi tidak semata-mata hanya sebuah tulisan, namun memiliki makna

yang mendalam. Puisi merupakan suatu jenis di bidang karya sastra yang

berasal dari perasaan manusia yang diungkapkan oleh sastrawan dengan

bahasa yang memakai penyusunan lirik, bait, rima, irama, dan matra yang

memiliki makna. Di dalam puisi pula terdapat suatu perasaan yang

diungkapkan dan gagasan dari sastrawan yang menggunakan imajinasinya.

Selanjutnya dilakukan proses penyusunan puisi dengan bahasa yang kuat, baik

secara fisik maupun batin.

Puisi berisi ciri serta batasannya sendiri yang membedakannya dengan

karya sastra lain. Sumardi merumuskan bahwa puisi merupakan karangan

bahasa yang unik berisi penyusunan pengalaman secara unik juga.8 Keunikan

bahasa puisi terlihat dari kekuatan bahasa yang digunakan daripada karya

sastra yang lain. Kemudian para ahli yang lain menjelaskan bahwa puisi

merupakan bentuk karya sastra yang menggambarkan pola pikir dan suasana

hati sastrawan secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan

seluruh kepadatan bahasa dan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur

7
Djoko Rahcmat Pradopo, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal, 61.
8
W. S. Hasanuddin, Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Titian Ilmu, 2004), hal, 10.

13
batinya. Struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang sama

membangun baris-baris puisi (pengimajian, diksi, kata konkret, majas,

verifikasi dan tipografi). Sedangkan struktur batin puisi terdiri atas tema,

nada, perasaan dan amanat.

Puisi biasanya berisi tentang masalah percintaan, keagamaan,

keindahan alam, motivasi, bahkan dapat berisi kritik. Kritik sosial dan politik

melalui puisi nyatanya memang menarik untuk dianalisis, seperti puisi dari

Chairil Anwar, Rendra, dan Taufiq Ismail. Mereka telah menciptakan karya

sastra begitu banyak dan macam-macam isinya. Puisi yang Peneliti ambil

adalah karya-karya Taufiq Ismail, karena dia adalah penyair yang masih aktif

menciptakan karya-karyanya pasca reformasi. Beberapa puisi karya Taufiq

Ismail yang berjudul Kami Muak dan Bosan, Saksikan Begitu Banyak Orang

Mempertuhankan Uang, dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia. Ketiga puisi

tersebut dibuat pada era reformasi dan merupakan puisi yang bernuansa kritik

sosial dan politik dari sekian banyak karya-karyanya.

Karya-karya tersebutlah yang memberikan Peneliti sebuah ide karena

dia adalah penyair terkemuka di Indonesia dan memberi pengaruh yang besar

bagi masyarakat. Alasan Taufiq Ismail membuat puisi yang bernuansa kritik

sosial dan politik karena dia adalah mantan seorang aktivis, Taufiq Ismail

dahulu adalah mahasiswa IPB yang pada saat itu turut andil dalam pergerakan

mahasiswa dalam menumbangkan rezim Orde Lama. Semua itu membekas di

14
dirinya sampai saat ini, jiwa perlawanannya masih ada dan masih

menciptakan puisi bernuansa kritik sosial dan politik.

Seperti Pramoedya Ananta Toer, dia adalah sastrawan besar yang

pernah dimiliki Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah tetralogi

yang terdiri dari empat novel yang bersambung: Bumi Manusia, Anak Semua

Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca yang hampir semuanya diterbitkan

dalam berbagai bahasa negara-negara di dunia. Karya-karyanya pernah

dilarang beredar oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia pada masa

pemerintahan Orde Baru karena dianggap membawa paham kiri. Kritik-kritik

sosial yang dibuatnya membuat Pram sering keluar masuk penjara dan pernah

dibuang di Pulau Buru, Maluku selama sepuluh tahun.9

Menurut John K. Kennedy “jika politik bengkok maka puisi yang

meluruskan”.10 Artinya ketika politik digunakan untuk kepentingan

kelompok-kelompok kecil ataupun pelaku politik secara pribadi, yang di

dalamnya terdapat intrik-intrik yang tidak sehat dengan maksud untuk meraup

keuntungan yang besar, dan tentunya untuk kepentingan mereka sendiri, maka

dapat dikatakan telah terjadi ketimpangan terhadap tatanan politik tersebut.

Dengan kata lain politik tersebut telah bengkok. Karena telah keluar dari

ideologi yang sejatinya.

9
Muhammad Rifai, Pramoedya Ananta Toer: Biografi Singkat (1925-2006), (Yogyakarta:
Garasi House of Books, 2012), hal, 93.
10
Sutardji Calzoum Bachri, Isyarat: Kumpulan Esai, (Yogyakarta: INDONESIATERA,
2007), hal, 15.

15
Ketika kembali menapaktilasi kekisruhan situasi pada masa Orde

Baru, akan menemukan nama yang fenomenal pula dalam dunia kesusastraan,

yaitu Wiji Thukul. Bagaimana dia menyuarakan kritiknya terhadap

ketimpangan tatanan politik pada rezim tersebut, melaui puisi kehidupan

khususnya puisi kritik sosial. Puisi seolah menjadi sesuatu yang ditakuti, dan

menimbulkan keresahan para oknum-oknum pemerintahan. Dia menjelma

menjadi senjata sakti yang dapat menyelamatkan Indonesia dari kekejaman

rezim pada saat itu. Selain itu, gerakan pers juga dibatasi. Maka Seno Gumira

mengatakan bahwa “ketika jurnalisme dibungkam maka sastra harus bicara”,

hal tersebut menguatkan fungsi sastra secara mendalam. Bahwasanya puisi

kehidupan juga berfungsi sebagai wasilah suara keprihatinan dan daya kritis

kita terhadap persoalan yang sedang mendera bangsa kita.

Untuk itu, sangatlah menarik menganalisis teks puisi dari karya-karya

Taufiq Ismail tersebut karena seperti contoh Pramoedya Ananta Toer dan Wiji

Thukul, sebuah karya tulis dapat menjadi kritik sosial maupun politik dan

memiliki kekuatan di politik.

16
B. Pertanyaan Penelitian

Dari pernyataan masalah di atas memunculkan suatu pertanyaan yaitu:

1. Apa makna yang terkandung dari ketiga puisi kritik sosial dan politik

karya Taufiq Ismail yang berjudul Kami Muak dan Bosan, Saksikan

Begitu Banyak Orang Mempertuhankan Uang, dan Malu (Aku) Jadi

Orang Indonesia?

2. Apa pengaruh puisi kritik Taufiq Ismail terhadap kehidupan sosial dan

politik?

C. Tujuan Penelitian

Berangkat dari permasalahan yang diuraikan di atas, maka penelitian

ini memiliki tujuan untuk:

1. Memahami makna yang terkandung dalam puisi kritik sosial dan politik

karya Taufiq Ismail yang berjudul Kami Muak dan Bosan, Saksikan

Begitu Banyak Orang Mempertuhankan Uang, dan Malu (Aku) Jadi

Orang Indonesia.

17
2. Mengetahui pengaruh puisi Taufiq Ismail terhadap kehidupan sosial dan

politik.

D. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini, di antaranya:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian ilmu politik di

ranah sastra melalui puisi sebagai kritik sosial dan politik. Penelitian ini

menerangkan bahwa puisi juga mempunyai kekuatan dalam kondisi sosial

dan politik yang ada.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan agar masyarakat mengetahui bagaimana puisi

dapat dijadikan wadah untuk menyampaikan aspirasi atau kritik dalam

kondisi sosial maupun politik serta menjadikan masyarakat berani untuk

menyampaikan pendapat melalui puisi.

E. Tinjauan Pustaka

18
Dalam penyusunan skripsi ini sebelumnya Peneliti melakukan tinjauan

lebih lanjut kemudian menyusunnya. Meninjau dari berbagai skripsi, buku,

dan jurnal yang sebelumnya mempunyai tema yang memiliki kemiripian

dengan tema ini. Penelitian yang relevan ditemukan di antaranya pertama,

skripsi yang ditulis oleh Angki Chandra Rusnianto mahasiswa Jurusan KPI

(Komunikasi Penyiaran Islam), Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2016), dengan judul “Musik Sebagai Media

Kritik Sosial (Analisa Lagu Karya Grup Band Simponi).” Teori yang

digunakan adalah analisis framing yang diperkenalkan oleh Zhongdang Pan

dan Gerald M. Kosicky. Teori tersebut dipakai untuk mendapatkan gambaran

isi pesan yang ingin disampaikan. Dari penelitian ini temuan yang didapat

adalah lagu dari grup band Simponi yaitu Vonis yang berupaya menggunakan

institusi dan aparat penegak hukum dalam bahasan ini adalah seorang Hakim

sebagai objek. Jabatan Hakim yang pada dasarnya menjadi pejuang dari

penegak keadilan malah bertindak kurang baik yang menyebabkan hukum

layaknya barang yang dapat dijadikan transaksi jual beli.11

Kedua, buku yang ditulis Mohtar Mas’oed diterbitkan oleh UII Press

di Yogyakarta (1999), dengan judul Kritik Sosial dalam Wacana

Pembangunan. Teori yang digunakan adalah teori dari Louis Althusser dan

Anthonio Gramsci, yang menjelaskan bahwa bertahannya kekuasaan lebih

11
Angki Chandra Rusnianto, Musik Sebagai Media Kritik Sosial (Analisa Lagu Karya Grup
Band Simponi), (Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2016).

19
karena hubungan antara apa yang disebut Aparat Negara Represif (contohnya

yaitu Presiden, menteri, TNI, serta lembaga kehakiman) dengan Aparat

Negara Ideologis (contohnya yaitu lembaga pendidikan, LSM, kesenian,

keagamaan, media massa dan lain-lain). Dari buku ini ditemukan bahwa

kekuasaan tanpa kritik akan melanggengkan kekuasaan itu sendiri. Kekuasaan

yang mementingkan kepentingan pribadi akan menggunakan kekerasan jika

rakyat memberontak. Seperti halnya Orde Baru, Soeharto mengorbankan

ribuan nyawa bagi kelestarian kekuasaannya. Tidak saja dirinya, berikut

keluarganya, kerabatnya, bahkan siapapun yang mau berserah diri di

hadapannya. Soeharto bahkan hingga kini menjadi simbol bagi dipilihnya

jenis kekuasaan yang bergandeng dengan kekerasan.12

Ketiga, jurnal yang ditulis Ridwan Sugiwardana yang diterbitkan oleh

Journal Unair, Volume 2, Nomer 2, 2013: 86-96, dengan judul “Pemaknaan

Realitas Serta Bentuk Kritik Sosial dalam Lirik Lagu Slank”. Fokus penelitian

ini ialah makna yang terkandung di dalam Lirik Lagu Slank berjudul "Gosip

Jalanan", "Seperti Para Koruptor", "Lapindo", "Cekal", dan "Bang-bang Tut"

sebagai objek analisis lirik. Kualitatif puisi deskriptif dan satire telah

digunakan sebagai metode yang dipaparkan dengan teori kesusasteraan

sosiologi oleh Sapardi Djoko Damono, bagaimana bentuk dan makna kritik

sosial yang diwakili dalam lima lirik lagu Slank menjadi pernyataan masalah

12
Mohtar Mas’oed, Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan, (Yogyakarta: UII Press,
1999).

20
itu dipegang oleh peneliti dalam penelitian ini. Akhirnya, tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mencari makna di luar lirik sebagai bagian dari

kritik sosial dari lagu-lagu khas Slank.13

Keempat, jurnal yang ditulis Bima Agung Sanjaya dari eJournal Ilmu

Komunikasi, Volume 1, Nomor 4, 2013: 183-199, yang berjudul “Makna

Kritik Sosial Dalam Lirik Lagu ”Bento” Karya Iwan Fals (Analisis Semiotika

Roland Barthes)”. Pertanyaan masalah di penelitian ini adalah bagaimana

makna kritik sosial yang diungkapkan dalam lirik lagu karya Iwan Fals yang

berjudul Bento. Artikel ini menggunakan teori Semiotika dari konsep Roland

Barthes, kajian tentang bentuk (form). Konsep ini menjelaskan signifikasi

yang terpisah dari isinya (content). Semiotika tidak selalu meneliti tentang

signifier dan signified, namun juga hubungan secara menyeluruh. Yang

dimaksud Roland Barthes adalah tulisan dalam arti luas. Tulisan bukan berarti

berhubungan dari aspek bahasa saja. Semiotika dapat meneliti tulisan yang

memiliki tanda-tanda atau makna dalam suatu sistem. Oleh karena itu,

semiotika dapat mencari makna dari berbagai macam tulisan misalnya drama,

fashion, fiksi, film, berita, iklan, drama dan puisi. Kajian semiotik sampai saat

ini sudah dibedakan menjadi dua macam semiotika, yakni semiotik model

semiotika Roland Barthes mengkaji pemaknaan dari tanda dengan memakai

signifikasi dua cara yaitu meneliti makna yang denotatif dan konotatif yaitu

13
Ridwan Sugiwardana, “Pemaknaan Realitas Serta Bentuk Kritik Sosial dalam Lirik Lagu
Slank”, Journal Unair, Volume 2 Nomor 2, (2013): hal, 86-96.

21
makna sebenarnya dan makna kiasan. Penjabaran lirik lagu Iwan Fals yang

berjudul Bento adalah seorang pengusaha kelas atas.

Si Bento di sini diceritakan sebagai orang yang tampan, memiliki

kuasa dan memiliki banyak harta. Tetapi Bento mempunyai sifat yang licik,

dia menggunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri, menipu dan

menerima upeti. Dalam kehidupan sehari-hari, Bento menyembunyikan

kejelekannya dengan berbicara mengenai moral dan keadilan ini adalah

makna dan pesan sebenarnya dari lirik lagu Iwan Fals yang berjudul Bento.

Kemudian makna konotasi dari lirik lagu Iwan Fals yang berjudul Bento

merupakan wujud nyata dari otoriternya negara pada waktu Orde Baru. Orde

baru adalah suatu pemerintahan yang telah menggoreskan segala catatan

buruk di lembar sejarah Indonesia dari kekuasaan otoriter yang

menghegemoni warga negara.14

Kelima, jurnal yang ditulis Dirawan Azhar dari eJournal Ilmu

Komunikasi, Volume 3 Nomor 3, 2015: 584-597, dengan judul “Pesan

Resistensi pada Puisi “Sajak Suara” Karya Wiji Thukul”. Artikel ini fokus

dalam menafsirkan dan mengetahui pesan resistensi yang terkandung dalam

puisi “Sajak Suara” karya Wiji Thukul. Penelitian ini memakai metode

semiotika yaitu metode yang menganalisis tanda. Metode semiotika yang

14
Bima Agung Sanjaya, “Makna Kritik Sosial Dalam Lirik Lagu ”Bento” Karya Iwan Fals
(Analisis Semiotika Roland Barthes),” eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 1 Nomor 4, (2013): hal,
183-199.

22
dipakai adalah teori dari Saussure. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

dalam puisi “Sajak Suara” karya Wiji Thukul memiliki makna yang saling

berkesinambungan yaitu memperlihatkan makna resistensi. Pesan resistensi

yang ditampilkan di bait “Sajak Suara” adalah resistensi terselubung, yaitu

bentuk perlawanan yang bersifat ideologis, perlawanan yang dapat menjaga

keselamatan dari tekanan proses peminggiran yang lebih keras lagi, resistensi

terselubung seringkali memakan waktu yang sangat lama dan berlangsung

terus menerus.15

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis isi

kualitatif. Dengan menggunakan analisis isi kualitatif, peneliti berupaya untuk

menjelaskan secara rinci dari apa yang terjadi di lapangan dan selanjutnya

dilakukan analisis untuk memperoleh hasil berdasarkan tujuan penelitian.

Pendekatan kualitatif ini memfokuskan pada data-data penelitian yang akan

dihasilkan berupa kata-kata dengan cara pengamatan dan wawancara.16

2. Teknik Pengumpulan Data

15
Dirawan Azhar, “Pesan Resistensi pada Puisi “Sajak Suara” Karya Wiji Thukul”, eJournal
Ilmu Komunikasi, Volume 3 Nomor 3, (2015): hal, 584-597.
16
Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal, 70.

23
Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data adalah sebagai

berikut:

1) Dokumentasi

Dokumentasi, yakni proses pengambilan dan pengumpulan

data berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, arsip atau karya-

karya milik Taufiq Ismail.

2) Wawancara

Wawancara (interview), yakni melakukan tanya jawab secara

langsung dengan pencipta puisi yang berjudul Kami Muak dan

Bosan, Saksikan Begitu Banyak Orang Mempertuhankan Uang, dan

Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia yaitu Taufiq Ismail serta Jamal D.

Rahman (penyair, pemimpin redaksi majalah sastra Horison, majalah

sastra tertua dan terkemuka, terbit sejak 1966).

3. Teknik Analisis Data

24
Setelah data tersedia dan dikumpulkan selanjutnya data disusun sesuai

pernyataan yang terdapat pada pertanyaan penelitian.17 Kemudian, dilakukan

analisis data dengan menggunakan teknik analisis semiotika Roland Barthes.

Studi ini menggunakan analisis semiotika dari Roland Barthes,

semiotika merupakan studi yang mempelajari mengenai tanda-tanda. Tujuan

utamanya yaitu untuk memperjelas mengenai makna dari karya sastra (puisi)

yang diciptakan oleh Taufiq Ismail. Barthes melontarkan konsep tentang

konotasi dan denotasi sebagai kunci dari analisisnya. Konotasi berisi makna

subjektif atau paling tidak intersubjektif. Dalam arti yang berbeda, denotasi

merupakan suatu hal yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek,

sedangkan makna kontasi yaitu menjelaskan cara menggambarkannya.18

Ada lima kode yang ditinjau Barthes yaitu kode hermeneutik (kode

teka-teki), kode semik (makna konotatif), kode simbolik, kode proaretik

(logika tindakan), dan kode gnomik atau kode kultural yang membentuk suatu

badan pengetahuan tertentu. Kode hermeneutik atau kode teka-teki berisi pada

ekspektasi pembaca untuk mendapat kebenaran dari pertanyaan yang terdapat

dalam tulisan. Kode teka-teki adalah unsur struktur yang pokok dalam narasi

tradisional. Di suatu narasi terdapat suatu hubungan antara asal-usul suatu

kejadian teka-teki dan akhirnya di dalam cerita.

17
Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, hal, 70.
18
Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi Penelitian
dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Penerbit Wacana Media, 2013), hal, 21-22.

25
Kode semik atau kode konotatif menawarkan berbagai macam hal.

Ketika proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu tulisan. Ia

memandang bahwa konotasi kata atau frase tertentu dalam teks dapat

diklasifikasikan dengan konotasi kata atau frase yang hampir sama. Apabila

melihat suatu susunan satuan konotasi, biasanya ditemukan suatu tema di

dalam cerita. Apabila beberapa konotasi dekat dengan suatu nama tertentu,

biasanya dapat dikenali suatu tokoh dengan atribut tertentu. Perlu

digarisbawahi bahwa Barthes menyikapi denotasi sebagai konotasi yang

paling kuat dan paling akhir.19

Tabel I.A. Tabel Peta Tanda Roland Barthes

1. Signifier 2. Signified
(Penanda) (Petanda)
3. Denotative Sign (Tanda Denotatif)

4. Connotative Signifier 5. Connotative Signified


(Penanda Konotatif) (Petanda Konotatif)

6. Connotative Sign (Tanda Konotatif)


Sumber: Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (2017)

Mengutip hal utama dalam konsep semiotika Saussure merupakan

prinsip yang mengatakan bahwa bahasa merupakan suatu sistem tanda, dan

semua tanda itu memiliki sistem dari dua bagian yaitu signifier (penanda) dan

signified (petanda). Saussure berpendapat bahwa bahasa adalah satu sistem

19
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2017), hal, 65.

26
tanda (sign). Seluruh suara, baik suara manusia, hewan, atau bunyi-bunyian,

hanya dapat disebut sebagai bahasa atau memiliki fungsi sebagai bahasa

apabila suara atau bunyi tadi dapat diekspresikan, dinyatakan,

mengungkapkan gagasan atau ide-ide definisi-definisi tertentu.

Tanda merupakan susunan dari salah satu bentuk penanda (signifier)

dengan suatu ide atau petanda (signified). Dalam arti berbeda, penanda ialah

apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca (di

dalamnya mengandung makna). Petanda merupakan ungkapan pikiran,

mental, ide, gagasan, atau konsep. Dengan demikian, petanda merupakan

aspek mental dari bahasa. Penanda tanpa adanya petanda tidak ada artinya

karena itu semua tidak merupakan tanda. Sebaliknya, petanda tidak mungkin

diungkapkan dan terlepas dari penanda.20

Dari tabel peta tanda Roland Barthes terlihat bahwa tanda denotatif (3)

terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Walaupun begitu, pada saat yang

sama, tanda denotatif merupakan penanda konotatif juga (4). Dalam arti lain,

hal itu adalah unsur-unsur misalnya: apabila Anda melihat tanda “singa”,

konotasinya adalah keganasan, pemberani dan harga diri. Dengan demikian,

dalam teori Barthes, tanda konotatif bukan sekadar berisi makna tambahan,

akan tetapi juga memiliki dari dua bagian tanda denotatif yang mendasari

kehadirannya. Sebenarnya, hal ini merupakan pemikiran Barthes yang sangat

20
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, hal, 46.

27
penting untuk semiologi Saussure yang disempurnakan, semiologi ini

berfokus pada penandaan dalam tataran denotatif.

Sejatinya, terdapat perbedaan antara konotasi dan denotasi dalam

definisi umum serta konotasi dan denotasi yang dipahami oleh Barthes.

Dalam definisi umum, denotasi pada umunya dipahami sebagai makna

harfiah, makna yang sebenarnya. Walaupun terkadang pula dibuat ambigu

dengan acuan ataupun referensi. Proses signifikasi yang secara konvensional

dikatakan sebagai denotasi ini pada umumnya melihat pada pemakaian bahasa

dengan arti yang cocok dengan semua yang dikatakan. Namun di dalam ilmu

semiotika Roland Barthes dan para pengikutnya, denotasi adalah susunan

signifikasi paling atas, sedangkan konotasi adalah signifikasi paling akhir.

Artinya bahwa denotasi sendiri merupakan ketertutupan makna, oleh karena

itu sensor atau represi politis. Sebagai sikap yang sangat ekstrim melawan

keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menolak dan

menyangkalnya. Menurutnya, yang ada hanyalah konotasi saja.21

Dalam konsep tanda Barthes, konotasi dominan dengan perumusan

ideologi yang dikatakan sebagai mitos, dan memiliki fungsi untuk

mengekspresikan serta menghasilkan pembenaran bagi nilai-nilai umum yang

berada dalam waktu tertentu. Di dalam mitos memiliki pola tiga dimensi

penanda, petanda, dan tanda. Tetapi sebagai suatu susunan yang khas, mitos

21
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, hal, 70.

28
dibentuk dari suatu kesatuan pemaknaan yang sudah ada sebelumnya atau

disebut juga, mitos merupakan suatu susunan pemaknaan tataran kedua.

Mitos berasal dari kata mythos yaitu bahasa Yunani yang memiliki arti

ujaran, kata, cerita mengenai para dewa. Dengan memahami mitos, dapat

diketahui cara pandang orang yang bermacam-macam memiliki jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan umum mengenai dunia beserta isi di dalamnya. Mitos

digunakan untuk mempelajari cara pandang masyarakat menelaah suatu

sistem sosial khusus dengan beragam adat istiadat dan kehidupan sehari-hari,

serta memahami secara arif dan bijaksana mengenai aturan-aturan yang

mengikat para anggota masyarakat untuk menjadi suatu kelompok. Mitos bisa

dibandingkan agar mengenal proses kebudayaan dapat beranekaragam atau

memiliki kesamaan anatara satu sama lain, dan sebab orang berperilaku

seperti itu. Mitos juga bisa digunakan untuk dasar acuan yang dijadikan

landasan bukan hanya karya-karya utama di bidang sastra, lukisan, musik,

arsitektur dan seni pahat, tetapi juga suatu hal terbaru saat ini seperti program

televisi dan iklan.22

Menurut Roland Barthes, mitos tidak memiliki arti tentang suatu hal

yang supranatural atau bersifat mistis, akan tetapi arti dari mitos ini yaitu

konotasi yang berasal dari pemahaman baru dari suatu penanda yang

22
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), hal, 208.

29
petandanya diperoleh dari kesepakatan masyarakat berdasarkan kepercayaan,

pandangan dan budaya mereka.

Menurut Barthes, peran mitos yang paling utama adalah

menaturalisasi sejarah. Dalam hal tersebut memperlihatkan fakta bahwa mitos

sebenarnya ialah buatan suatu kelas sosial yang sudah mendapatkan dominasi

dalam sejarah tertentu. Makna yang dijabarkan melalui mitos sudah pasti

membawa sejarah dalam masyarakat, akan tetapi pelaksanaanya sebagai mitos

membuat orang-orang mencoba menyingkirkannya dan menampilkan makna

tersebut sebagai yang natural (alami) secara ahistoris atau sosial. Mitos

menghilangkan asal-usul mereka dan hal tersebut dalam ruang sosial atau

politik mereka.23

Dari teori ini dapat memberikan makna secara objektif untuk

memperoleh makna yang tersirat dalam puisi-puisi Taufiq Ismail.

G. Sistematika Penulisan

Agar skripsi ini dapat terarah dalam penyusunannya, Peneliti membuat

sistematika penulisan yang disesuaikan dengan masing-masing bab. Peneliti

membaginya menjadi lima bab. Bab tersebut terdiri dari beberapa Sub bab

yang menjelaskan dari bab tersebut. Sistematika penulisan tersebut adalah:

23
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hal,
143.

30
Bab I: Pendahuluan. Dalam bab ini Peneliti menguraikan tentang

pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II: Landasan teori. Dalam bab ini peneliti menguraikan tentang

tinjauan umum tentang karya sastra, puisi, unsur-unsur puisi, kritik sosial dan

politik, kemudian terdapat pula tinjauan umum mengenai semiotika, serta

konsep semiotika Roland Barthes.

Bab III: Gambaran umum mengenai biografi Taufiq Ismail beserta

karya-karyanya yang bertema kritik sosial dan politik yaitu Kami Muak dan

Bosan, Saksikan Begitu Banyak Orang Mempertuhankan Uang, dan Malu

(Aku) Jadi Orang Indonesia.

Bab IV: Analisis Semiotika terhadap puisi Kami Muak dan Bosan,

Saksikan Begitu Banyak Orang Mempertuhankan Uang, dan Malu (Aku) Jadi

Orang Indonesia karya Taufiq Ismail. Dalam bab ini peneliti membahas

konsep semiotika Roland Barthes mengenai makna konotasi dan denotasi

pada puisi Kami Muak dan Bosan, Saksikan Begitu Banyak Orang

Mempertuhankan Uang, dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia.

Bab V: Penutup. Peneliti mengakhiri skripsi ini dengan memberikan

kesimpulan dari hasil penelitian serta saran untuk para pecinta puisi dan

31
terutama Mahasiswa/I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tentang makna,

peran dan juga kekuatan daya tarik dari puisi sebagai kritik sosial dan politik.

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KONSEP

A. Konseptualisasi Puisi

Karya sastra memiliki dua macam sastra (genre), yakni prosa dan

puisi. Pada dasarnya, prosa dikatakan sebagai karangan bebas, berbeda

dengan puisi yaitu karangan terikat. Prosa merupakan karangan bebas yang

berarti bahwa prosa tidak memiliki aturan-aturan yang kuat. Puisi itu karangan

terikat berarti puisi itu memiliki aturan-aturan yang kuat. Namun, pada saat ini

para sastrawan berupaya tidak mempedulikan aturan yang ketat itu. Oleh

karena itu, terbentuklah kemudian apa yang disebut sajak bebas.

Namun, sajak tersebut tetap tidak bebas, melainkan yang mengikat

ialah hakikatnya sendiri bukan aturan yang diperoleh dari luar bidangnya.

Aturan puisi dari luar itu ditentukan oleh penyair terdahulu yang menciptakan

32
maupun dari masyarakat. Dalam hal ini terlihat dari puisi lama yang sudah

seharusnya mengikuti aturan-aturan yang tidak boleh diabaikan, yaitu aturan

jumlah kata, baris, bait, serta pola sajak, terutama sajak akhir.24

Puisi memiliki unsur-unsur di dalamnya. Unsur-unsur puisi ada dua

yaitu, struktur fisik dan struktur batin puisi antara lain:

1. Struktur Fisik Puisi

a. Perwajahan Puisi (Tipografi), merupakan bentuk puisi misalnya

halaman yang kata-katanya tidak disi penuh, sisi kanan-kiri,

pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu bermula

dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda titik. Hal tersebut

menentukan pemaknaan terhadap puisi.

b. Diksi, merupakan pemilihan suatu kata yang diciptakan oleh

penyair dalam karyanya. Karena puisi merupakan bentuk karya

sastra yang dapat menjelaskan berbagai macam hal maka kata-

katanya harus dipilih secara efektif dan efisien mungkin.

Pemilihan kata-kata dalam puisi berkaitan erat dengan makna,

keselarasan bunyi, dan urutan kata.

c. Imaji, yakni pemilihan kata atau susunan kata yang

menggambarkan pencerapan-pencerapan inderawi, misalnya

pendengaran, penglihatan, dan perasaan. Imaji memiliki tiga jenis


24
Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2014), hal, 319.

33
yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji

sntuh atau raba (imaji taktil). Imaji membuat pembaca seolah-olah

melihat, mendengar, dan merasakan apa yang pernah dirasakan

penyair.25

d. Kata Konkret, merupakan kata yang boleh jadi menimbulkan

gambaran karena dapat ditangkap indera dalam kata ini berkaitan

dengan kiasan atau simbol. Seperti kata konkret "salju" di mana

bermakna kesejukan, hampa, tidak dipedulikan, dan lain-lain,

sedangkan kata kongkret "rawa-rawa" memiliki makna suatu

tempat yang basah, lembab, bumi, kehidupan hewan dan lain-

lain.26

e. Gaya Bahasa, adalah pemakaian bahasa dengan menimbulkan atau

memberikan kesan dan menghidupkan konotasi tertentu dengan

bahasa indah yang membuat puisi menjadi prismatis, artinya

memancarkan kaya makna atau banyak makna. Gaya bahasa kata

lainnya yaitu majas. Jenis-jenis majas antara lain personifikasi,

hiperbola, simile, litotes, metafora, satire, ironi, pleonasme,

sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, , alusio, antitesis,

25
Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, hal, 82.
26
Herman J. Waluyo, Apresiasi Puisi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal, 17.

34
klimaks, antiklimaks, pars pro toto, totem pro parte, hingga

paradox.27

f. Rima/Irama, yaitu kesamaan bunyi puisi baik di awal, di tengah,

maupun di akhir baris puisi. Rima meliputi yakni: Onomatope

(kemiripan dengan bunyi seperti /ng/ yang meningkatkan efek

magis puisi staudji C. B); Bentuk intern pola bunyi (aliterasi,

asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak

berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya;

Pengulangan kata/ungkapan ritma merupakan tinggi rendah,

panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol

dalam pembacaan puisi.28

2. Struktur Batin Puisi

a. Tema/Makna (sense), bahasa merupakan saluran puisi. Tataran

bahasa merupakan relasi tanda dengan makna, dengan demikian

puisi haruslah berisi makna di setiap kata, baris, bait, dan makna

secara menyeluruh.

b. Rasa (Feeling) yakni respon sastrawan tentang permasalahan

utama yang ada di dalam puisinya. Penggambaran tema dan

perasaan berkaitan erat dengan asal-usul sosial dan psikologi

penyair, contohnya agama yang dianut, pendidikan yang ditempuh,

27
Diakses dari http://www.artikelsiana.com/2015/10/pengertian-puisi-ciri-jenis-jenis-
unsur.html pada tanggal 5 Maret 2018, pukul 09.35 WIB.
28
Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, hal, 22.

35
kelas sosial, jenis kelamin, kedudukan sosial, usia, pengalaman di

masyarakat dan psikologis, serta pengetahuan. Fokus

penggambaran tema dan ketetapan dalam merespon suatu masalah

tidak selalu dari kemampuan penyair memilih suatu kalimat, rima,

gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, namun juga dari wawasan,

pengetahuan, pengalaman, dan keperibadian yang terbentuk oleh

latar belakang sosial dan psikologisnya.

c. Nada (tone) merupakan perilaku penyair terdapat pembaca dan

pendengarnya. Nada berkaitan dengan tema dan rasa. Sastrawan

dapat mengungkapkan tema baik dengan nada yang memerintah,

mendikte, ajakan kerja sama dengan pembaca dalam pemecahan

masalah, menyerahkan masalah kepada pembaca, dengan nada

sombong, menganggap rendah dan bodoh pembaca, dan lain-lain.

d. Amanat/tujuan, maksud (intention) merupakan pesan yang akan

diungkapkan sastrawan untuk pembaca yang terdapat dalam puisi

yang dibacakan.29

B. Politik

Politik merupakan usaha meraih kehidupan yang baik. Politik di dalam

suatu Negara (state) erat kaitannya dengan suatu kekuasaan (power),

29
Herman J. Waluyo, Apresiasi Puisi, hal, 18-20.

36
pengambilan keputusan (decision making), kebijakan publik (public policy),

dan alokasi atau distribusi (allocation or distribution). Pemikir seperti Plato

dan Aristoteles berasumsi bahwa politik sebagai suatu upaya untuk meraih

masyarakat politik (polity) yang terbaik.30 Di dalam polity seperti tadi

manusia akan hidup senang sebab memiliki peluang untuk mengasah bakat,

bersosialisasi dengan rasa kemasyarakatan yang tinggi, dan hidup dalam

keadaan nilai moral yang tinggi. Gambaran rasional ini berlangsung sampai

abad ke-19.

Politik berkaitan dengan kegiatan mencari dan mempertahankan

kekuasaan dalam masyarakat. Kekuasaan adalah kegiatan mempengaruhi

pihak suatu pihak untuk berperilaku dan berpikir sesuai dengan pola pikir

yang mempengaruhi. Kekuasaan dipandang sebagai interaksi atau komunikasi

antara pihak yang mempengaruhi dengan yang dipengaruhi dan sebagainya.31

Saat ini pengertian umum tentang politik yang sangat normatif tadi

sudah tergeser oleh pengertian-pengertian lain yang lebih fokus kepada usaha

untuk menggapai masyarakat yang baik, misalnya kekuasaan, pembuatan

keputusan, kebijakan publik, alokasi nilai, dan sebagainya. Peter Merkl

beranggapan bahwa “Politik dalam bentuk yang paling baik adalah usaha

mencapai suatu tatanan sosial yang baik dan berkeadilan”. Dalam hal itu tentu

30
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakara: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
2010), hal, 3.
31
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal, 7.

37
harus disadari bahwa gambaran tentang tatatanan sosial yang baik dan

berkeadilan dipengaruhi oleh nilai-nilai serta pemahaman masing-masing dan

periode tertentu.32

Pandangan fungsionalisme politik adalah sebagai kemampuan

membuat dan melaksanakan kebijakan publik. Para ilmuwan politik

memandang politik sebagai apa yang dilakukan para elit politik dalam

membuat dan menginterpetasi kebijakan umum. David Easton

menggambarkan politik sebagai the authoritative allocation of values for

society, artinya alokasi nilai-nilai secara otoritatif, dengan berdasarkan

kewenangan dan mengikat untuk suatu masyarakat. Dari sana, yang

dikategorikan sebagai perilaku politik berupa seluruh kegiatan yang

mempengaruhi (mendukung, mengubah, dan menentang/kritik) proses

pembagian dan penalokasian nilai-nilai dalam masyarakat.33

Pada dasarnya dapat disebut bahwa politik merupakan upaya untuk

menentukan kebijakan-kebijakan yang dapat diterima baik oleh sebagian

besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang

harmonis.

32
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010),
hal, 13-15.
33
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal, 9.

38
C. Demokrasi

Kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos (rakyat) dan cratos

(kekuasaan), demokrasi ini diketahui sejak abad ke-5 sebelum masehi.

Demokrasi disebabkan atas dasar pengalaman kurang baik negara Kota di

Yunani akibat masa transisi sistem politik dari monarki ke aristokrasi, dari

aristokrasi ke tirani, sehingga membuat para filsuf Yunani Kuno bekerja keras

menentukan sistem politik yang ideal untuk bangsa Yunani, sehingga

muncullah dari tirani ke demokrasi.34 Istilah demokrasi yaitu keadaan negara

di mana sistem pemerintahan dengan pemerintahan berada di tangan rakyat,

keputusan tertinggi yaitu keputusan yang pro rakyat.35

Demokrasi secara modern digambarkan sebagai suatu sistem

pemerintahan dengan dilandasi atas prinsip kedaulatan dari rakyat, oleh

rakyat, dan untuk rakyat, seperti yang dikatakan Presiden Amerika ke-16

Abraham Lincoln (1808-1865) “democracy is government of the people, by

people, and for people”.36 Melalui tata cara pemilihan tertentu, pembentukan

kedaulatan rakyat tersebut diwujudkan dalam proses penggunaan hak suara

untuk meraih jabatan politik tertentu. Dalam kekuasaannya, aspirasi

masyarakat akan diperjuangkan melalui konversi yang sudah disepakati.

34
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran
Negara, Masyarakat, dan Kekuasaan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2007), hal, 28.
35
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran
Negara, Masyarakat, dan Kekuasaan, hal, 3.
36
Dedy Ismatullah dan Asep A. Sahid Gatra, Ilmu Negara dalam Multi Perspektif, (Bandung:
Pustaka Setia, 2007), hal, 119.

39
Thomas Meyer menyebutkan praktik-praktik demokrasi dalam buku

Demokrasi Sebuah Pengantar untuk Penerapan, yakni konsep demokrasi

ekonomis, konsep demokrasi langsung, konsep demokrasi media populistik,

dan konsep demokrasi partisipasi partai.37 Sementara pemerintahan disebut

dapat mewujudkan prinsip demokrasi jika memenuhi syarat seperti

pengawasan atas kebijakan pemerintah, pemilihan yang jujur dan adil, hak

memilih dan dipilih, kebebasan mengemukakan pendapat tanpa adanya

ancaman, kebebasan mencari informasi, dan kebebasan berserikat.38

D. Kekuatan Politik

Kekuatan politik merupakan aktor-aktor politik maupun lembaga-

lembaga yang memainkan peranan dalam kehidupan politik yang bertujuan

untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan politik. Kekuatan-

kekuatan politik berperan sebagai penopang sistem politik melalui pengaruh

terhadap pemerintahan. Kekuatan-kekuatan politik suatu negara berbeda

dengan kekuatan politik negara lain, tergantung jenis sistem politik yang

digunakan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kekuatan politik tersentral

37
Thomas Meyer, Demokrasi Sebuah Pengantar untuk Peneraoan, (Jakarta: Friedrich-Erbert-
Stiftung, 2003), hal, 6-11.
38
Dede Rosyada dkk, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak
Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kerjasama
The Asia Foundation dan Pernada Media, 2003), hal, 122.

40
di fungsi input oleh infrastruktur, maka kekuatan politik ini dapat berupa

kekuatan formal dan non formal.39

Kekuatan politik Indonesia merupakan suatu daya yang dimiliki oleh

lembaga-lembaga di Indonesia dalam bidang politik. Kekuatan politik di

Indonesia telahmemberikan kontribusi dalam membangun dan memberikan

corak pada sistem politik Indonesia. Dalam perkembangan sistem politik

Indonesia, telah banyak bermunculan aktor maupun lembaga-lembaga yang

menjadi kekuatan politik Indonesia. Aktor maupun lembaga yang telah

menjelma menjadi kekuatan politik tidak lainmerupakan tonggak perjuangan

bagi pembangunan politik di Indonesia. Jika dirincikan, kekuatan politik

memiliki beberapa jenis, yaitu partai politik, kelompok kepentingan,

kelompok penekan, aktor politik, media massa, organisasikeagamaan, serta

birokrasi sipil dan militer serta cendikiawan.40

Cendekiawan adalah orang yang memiliki ciri-ciri bermoral tinggi

(termasuk di dalamnya orang yang bergelar akademik), beriman, berilmu,

ahli/pakar, memiliki kepekaan sosial, peduli terhadap lingkungan, hati-hati

penuh pertimbangan, jujur, rendah hati, adil, dan bijaksana. Julien Benda

menulis bahwa cendekiawan sejati merupakan "semua orang yang

kegiatannya pada intinya bukanlah mengejar tujuan praktis, tetapi yang

39
Haniah Hanafie dan Ana Sabhana Azmy, Kekuatan-Kekuatan Politik, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2016), hal, 18.
40
Haniah Hanafie dan Ana Sabhana Azmy, Kekuatan-Kekuatan Politik, hal, 19.

41
mencari kegembiraan dalam mengolah seni atau ilmu atau renungan

metafisik. Mereka menolak gairah politik dan komersialisasi.

Antonio Gramsci memberi istilah Intelektual Tradisional dan

Intelektual Organik. Intelektual Tradisioanal merupakan Intelektualnya telah

terkontaminasi atau tidak lagi bersifat murni demi rakyat banyak karena tidak

mampu menyampainkan suatu kebenaran yang menjadi tugasnya karena telah

terkooptasi kedalam ranah kekuasaan. Sedangkan Intelektual organik

merupakan pemikir yang dihasilkan oleh setiap kelas secara alamiah

walaupun tidak melalui jenjang-jenjang pendidikan Formal.

Di sini cendekiawan harus dituntut menjadi agen perubahan dan

pengontrol kebijakan pemerintah agar selau berpihak pada rakyat kecil dan

menjadi moral oracle (orang bijaksana penjaga moral) sekaligus menjadi

penyambung lidah rakyat untuk menyampaikan prinsip-prinsip moral. Kaum

cendikiawan mengambil jarak dengan proses-proses politik, bukan sebaliknya

menggunakan kemampuan intelektualnya untuk mendukung kubu politik

tertentu. Cendekiawan memainkan peranannya secara profesional bebas dari

keberpihakan kepentingan individual dan kelompok. Satu-satunya

keberpihakan cendekiawan adalah kepada nilai-nilai keadilan, keobyektifan,

42
konsistensi, kearifan, dan nilai-nilai normatif keilmuan lainnya yang bebas

dari kepentingan.41

E. Teori Kritik

Menurut W. J. S. Poerwadarmita, kata kritik memiliki dua

kemungkinan arti. Pertama, genting, kemelut, dan sangat berbahaya

(keadaan). Kedua, celaan, kecaman, dan sanggahan. Maka dapat dilihat bahwa

pertama, arti kata mengkritik sebagai ‘mengemukakan kritik, mengecam’,

sedangkan yang kedua mengartikannya sebagai ‘memberi pertimbangan

(dengan mengemukakan hal-hal yang salah), mencela, mengecam’.42

Selanjutnya, sosial merupakan salah satu cara komunikasi misalnya tanggapan

terhadap semua hal yang terjadi dalam masyarakat diikuti dengan penjabaran

tentang baik atau buruknya.

Susetiawan berpendapat bahwa sebab adanya kritik karena terdapat

kesenjangan sosial, peraturan dan keputusan pemerintah yang tidak pro

rakyat, korupsi dan segala masalah yang lain di masyarakat. Masalah dan

kritik sosial politik tidak perlu dipahami sebagai tindakan yang membuat

proses disintegrasi, tetapi dapat memberi manfaat terhadap stabilitas sosial.

41
Haniah Hanafie dan Ana Sabhana Azmy, Kekuatan-Kekuatan Politik, hal, 102
42
Mohtar Mas’oed, Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan, (Yogyakarta: UII Press,
1999), hal, 36.

43
Maksud dari stabilitas sosial di sini adalah tidak terdapat ketimpangan

kepentingan di masyarakat walaupun hakikatnya bermacam-macam.43 Akan

tetapi apabila dipandang melalui fungsinya, kritik sosial dan politik juga dapat

dikatakan sebagai tata cara interaksi dalam bersosialisasi yang memiliki

maksud dan tujuan sebagai pengawasan dari jalannya sebuah sistem sosial

maupun politik atau proses untuk bersosialisasi.44

Kritik sosial dan politik adalah sindiran atau sikap yang dimaksudkan

pada suatu peristiwa yang terjadi dalam masyarakat apabila terdapat sebuah

konfrontasi dengan kenyataan berupa kesenjangan dan kebobrokan. Kritik

sosial digunakan saat kehidupan dipandang timpang dan tidak adanya

stabilitas, saat masalah-masalah sosial tidak dapat diselesaikan, serta

perubahan sosial menuju kepada akibat-akibat disosiatif dalam masyarakat.

Kritik sosial dapat diungkapkan secara langsung maupun tidak langsung.45

Menurut Soerjono Soekanto, ketimpangan dalam masyarakat di antaranya

kejahatan, kemiskinan, kurang komunikasi keluarga, masalah generasi muda

dalam masyarakat kontemporer, kependudukan, peperangan, ekosistem, dan

pemerintahan. Suatu kritik tidak hanya mengatakan hal-hal yang baik dan

43
Susetiawan, Harmoni, Stabilitas Politik dan Kritik Sosial, (Yogyakarta: Uii Press, 1997),
hal, 27.
44
Akhmad Zaini Akbar, Kritik Sosial, Pers, dan Politik Indonesia, (Yogyakarta: Uii Press,
1999), hal, 47.
45
Akhmad Zaini Akbar, Kritik Sosial, Pers, dan Politik Indonesia, hal, 48-49.

44
buruknya. Hal ini dilakukan sebagai pertimbangan suatu penilaian atau

keputusan yang tepat.46

F. Teori Semiotika

Ilmu semiotika adalah ilmu tanda, ini berarti mengkaji semiotika sama

halnya dengan mengkaji mengenai berbagai macam tanda. Dari cara

berpakaian, apa yang dimakan, dan cara manusia bersosialisasi sebetulnya

juga mengomunikasikan hal-hal mengenai diri manusia itu sendiri, dan

dengan begitu dapat dipelajari sebagai tanda. Tanda itu sebetulnya berada di

mana-mana seperti di seluruh tubuh manusia, saat manusia berbicara, saat

manusia tersenyum, saat manusia menangis, saat manusia cemberut, saat

manusia diam, bahkan saat manusia secara tiba-tiba harus “berperang” dengan

saudara-saudara mereka tanpa sebab yang jelas. Dengan tanda-tanda, kita

mencoba mencari keteraturan di pentas dunia yang kini sudah kacau balau,

agar manusia sedikit punya pegangan.

Tanda-tanda merupakan seuatu alat yang manusia pakai dalam upaya

mencari dan menemukan jalan di tengah-tengah manusia dan bersama-sama

manusia. Ziauddin Sardar van Borin van Loon menulis Cultural Studies for

Beginners mengatakan bahwa tanda adalah teori pokok dalam cultural

46
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2000), hal,
462-463.

45
studies. Kemudian Charles Sanders Pierce pernah menegaskan bahwa kita

hanya bisa berpikir dengan media tanda. Itulah sebabnya tanpa tanda kita

tidak dapat berkomunikasi. Menurut Littlejohn, tanda-tanda itu adalah basis

dari seluruh komunikasi.47

Dalam sejarah perkembangannya, konsep tanda pertama kali

sebenarnya diperkenalkan oleh Santo Agustinus (354-430 M), meskipun dia

belum memakai istilah semiotika untuk mengidentifikasikannya. Dalam

rangkaian istilah yang dipergunakannya, seperti tanda alami untuk

mengidentifikasi segala hal yang berasal dari alam misalnya tanda

konvensional untuk kata, isyarat, dan simbol yang dibuat manusia dan tanda

suci sebagai tanda yang berisi firman dari Tuhan, seperti mukjizat. Hal ini

memungkinkan manusia untuk lebih memahami tanda yang ada di sekeliling

manusia.48

Akan tetapi, konsep tanda Santo Agustinus tidak diketahui sampai

pada abad ke-11 ketika minat terhadap tanda manusia dibangkitkan kembali

oleh sarjana Arab yang selalu berkelana, yang telah menerjemahkan karya

Plato, Aristoteles, dan pemikir-pemikir Yunani lainnya. Hasilnya adalah

pergerakan yang dikenal sebagai skolastisisme. Dengan menggunakan

Aristoteles sebagai sumber inspiratifnya, para pengikut skolastisisme

47
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2017), hal, 15.
48
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), hal, 9-10.

46
menyatakan bahwa tanda menangkap kebenaran, dan bukannya

mengkontruksi kebenaran.49

Seiring dengan berjalannya waktu, banyak pakar mengkaji lebih

mendalam mengenai tanda. Misalnya saja, John Locke (1632-1704)

memperkenalkan kajian formal tanda pada filsafat dalam tulisannya Essay

Concerning Human Understanding (1690) dan menyebutnya sebagai

semeiotics untuk pertama kalinya. Namun, gagasan ini tidak diperhatikan

secara virtual hingga akhir abad ke-19.

Pada abad ke-20, sejumlah tokoh penting mengembangkan semiotika

menjadi sebuah disiplin hingga sekarang. Gagasan seorang ahli bahasa Swiss,

Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan filsuf Amerika, Charles Sanders

Pierce (1839-1914) menjadi acuan tempat bidang penelaahan otonom

terbentuk. Dalam tulisan Saussure yang berjudul Course de linguistique

generale (1916), sebuah kumpulan materi kuliah yang dikumpulkan setelah

kematiannya oleh dua mantan muridnya di universitas, Saussure

menggunakan istilah semiologi untuk merujuk pada kajian tanda.50

Di lain pihak, Charles Sanders Pierce secara independen telah

mengerjakan suatu tipologi mengenai tanda-tanda yang maju dan sebuah

metabahasa untuk membahasnya, namun semiotikanya dipahami sebagai

49
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, hal, 10.
50
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, hal, 46-49.

47
perluasan logika dan karena sebagian kerjanya dalam semiotika melihat

linguistik melebihi kecanggihan logika sebagai model. Seorang behavioris

semiotic, Charles Morris (1901-1979) juga telah mengembangkan semiotika

dalam lapangannya, namun psikologi tanggapan jawabannya membuat kurang

berguna dalam kritik sastra dibandingkan dengan semiologi yang berdasarkan

pada bahasa.51

Ahli semiotika Amerika kelahiran Rusia, Roman Jacobson (1896-

1982) memberikan konsep penting semiotika dengan mengistilahkannya

“tanda termotivasi”, yang ia definisikan sebagai kecenderungan untuk

membuat tanda-tanda representasi dunia melalui simulasi. Selain itu, ahli

semiotika Perancis, Roland Barthes (1915-1980) menjabarkan kekuatan

pemakaian semiotika untuk mencari struktur makna yang tersembunyi dalam

pertunjukkan sehari-hari, tontonan, dan konsep-konsep yang biasa

digunakan.52

51
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, hal, 40-42.
52
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, hal, 12.

48
BAB III

GAMBARAN UMUM

Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum Taufiq Ismail, yaitu

salah satu sastrawan terkemuka yang dimiliki Indonesia. Dengan demikian, fokus

penelitiannya hanya pada karya Taufiq Ismail yang bernuansa kritik sosial dan

politik.

A. Profil Taufiq Ismail

Taufiq Ismail lahir pada 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat,

dan besar di Pekalongan, hidup dalam keluarga guru dan wartawan yang suka

membaca. Menempuh pendidikan Sekolah Rakyat di Solo, Semarang,

Salatiga, dan Yogyakarta. Tamat SR Muhammadiyah Ngupasan, Yogyakarta

(1948). Kemudian melanjutkan sekolah di SMP I Bukittinggi tamat di tahun

49
1952. SMA-nya ditempuh di Bogor, Pekalongan, dan Milwaukee Amerika

Serikat. Tamat SMA Negeri Pekalongan (1956), dan Whitefish Bay High

School, Milwaukee Amerika Serikat (1957).53

Taufiq Ismail bercita-cita jadi sastrawan sejak masih SMA. Buku-

buku yang ditulis dan dieditnya sebanyak 25 judul sejak 1966 sampai 2012.

Karya puisi sastrawan Indonesia ini, sejak awal masa kuliahnya penuh

keterlibatan dengan masalah sosial, politik, dan kemasyarakatan (kumpulan

puisi Tirani & Benteng, 1966), terus berlanjut tiga dekade kemudian dalam

buku Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1998). Sementara itu, beliau banyak

menulis renungan peristiwa sejarah dengan tokoh-tokohnya, kesan perjalanan,

kehidupan rohani, dan pendidikan sastra.54

Di tingkat pendidikan tinggi, Taufiq Ismail tamat dari Fakultas

Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Indonesia, Bogor (1963).

Sastrawan ini adalah dokter hewan dan ahli peternakan (IPB 1963), sastrawan

tamu di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1971 dan 1991), dan pernah

belajar bahasa Arab di Universitas Amerika di Kairo, 1990. Salah seorang

pendiri dan redaktur majalah sastra Horison, satu-satunya majalah sastra di

Indonesia, yang sudah berusia 50 tahun. Mewakili Indonesia membaca puisi

53
Suminto A. Sayuti, Taufiq Ismail: Karya dan Dunianya, (Jakarta: Penerbit PT Grasindo,
2005), hal, 149.
54
Taufiq Ismail, Debu di Atas Debu: Kumpulan Puisi Pilihan 1954-2013, (Jakarta: Majalah
Sastra Horison, 2013) hal, 511.

50
di festival sastra di 24 kota Asia, Eropa, Amerika, dan Afrika sejak tahun

1970.

Puisinya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Inggris, Jawa,

Sunda, Bali, Perancis, Jerman, Rusia, Jepang, dan Cina. Banyak puisinya

yang dinyanyikan sejak 1974, terutama dengan Himpunan Musik Bimbo

(Hardjakusumah bersaudara) dan juga Chrisye, Ian Antono, Ahmad Albar,

Armand Maulana yang telah menghasilkan sekitar 75 lirik lagu.55

Taufiq Ismail adalah penyair besar Indonesia, dengan banyak

penghargaan baik tingkat nasional maupun ASEAN. Beliau adalah satu dari

sedikit sekali penyair Indonesia yang paling berwibawa dan disegani. Dia

mengaitkan diri sejauh mungkin dengan Islam, di mana Islam merupakan

pandangan hidup dan sumber penting karya-karyanya. Tetapi bagaimanapun,

perhatian utamanya adalah manusia dan kemanusiaan. Dia tidak bisa

menyembunyikan keprihatinannya atas pelanggaran sekecil apapun terhadap

nilai-nilai universal kemanusiaan. Apalagi bila pelanggaran itu dilakukan oleh

rezim yang seharusnya menjamin harkat dan martabat warganya.

Demikianlah maka lewat puisinya dia berbicara tentang isu-isu besar

Indonesia dan dunia, seperti perang dan masalah Palestina. Dalam konteks

Indonesia dia ambil bagian misalnya dalam gerakan mahasiswa untuk

menumbangkan rezim Orde Lama yang otoriter di bawah presiden Soekarno


55
Taufiq Ismail, Debu di Atas Debu: Kumpulan Puisi Pilihan 1954-2013, hal, 512.

51
pada tahun 1966. Taufiq Ismail sekali lagi mengambil bagian dalam gerakan

rakyat untuk menumbangkan rezim Orde Baru yang tak kalah otoriter dan

korup di bawah presiden Soeharto pada tahun 1998.56

Berdirinya Taman Ismail Marzuki (TIM) juga atas kontribusi Taufiq

Ismail sebagai wadah untuk seniman berekspresi. Seperti kegiatan seni musik,

kegiatan sastra, kegiatan seni rupa, ada teater, ada film, ada tari, ada puisi, dan

juga ada sekolah kesenian. Pembangunan TIM dilakukan pada zaman Ali

Sadikin, beliau baru saja menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada saat

itu. Sebelum adanya TIM, Jalan Cikini Raya 73 adalah Kebun Binatang.

Kemudian Kebun Binatang itu dipindah ke Pasar Minggu, dan terjadi

kekosongan lahan. Banyak pihak seperti para pengusaha untuk mengambil

alih lahan yang kosong tersebut untuk dijadikan mall dan toko-toko.

Kemudian Taufiq Ismail dan beberapa seniman lainnya mendatangi Ali

Sadikin untuk meminta tolong mendirikan pusat kesenian di Ibukota Jakarta.

Akhirnya Gubernur Ali Sadikin setuju dengan adanya pusat kesenian yang

bernama Taman Ismail Marzuki.57

Menjadi relawan LSM Geram (Gerakan Anti Madat, yang dipimpin

Sofyan Ali), di suatu kampanye anti narkoba dengan menciptakan puisi dan

lirik lagu-lagu. Untuk kegiatan anti penyalahgunaan narkoba ini, bersama 4

56
Taufiq Ismail, Debu di Atas Debu: Kumpulan Puisi Pilihan 1954-2013, hal, 513.
57
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

52
tokoh masyarakat lain, Taufiq Ismail mendapat penghargaan dari Presiden

Megawati Sukarnoputri pada tahun 2002. Membantu LSM-LSM anti asap

rokok, dengan puisi-puisinya yang terhimpun dalam Tuhan Sembilan Senti

pada tahun 2000.

Menerima 8 penghargaan sebagai sastrawan dan budayawan, antara

lain 2 gelar Doktor Honoris Causa dalam sastra dari Universitas Negeri

Yogyakarta (2003) dan Universitas Indonesia (2009). Taufiq Ismail menikah

dengan Esiyati Yatim (1971). Anaknya Bram dan menantu Lusi, memberinya

sepasang cucu, Aidan dan Rania.

B. Karya Taufiq Ismail

Selama karirnya, Taufiq Ismail telah menerbitkan buku-buku sebagai berikut:

1. Tirani, Birpen KAMI Pusat, 1966


2. Benteng, Litera,1966
3. Puisi-Puisi Sepi, 1971
4. Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin dan Langit, 1971
5. Buku Tamu Musim Perjuangan, Dewan Kesenian Jakarta (buklet baca
puisi),1972
6. Sajak Ladang Jagung, Pustaka Jaya, 1974
7. Kenalkan, Saya Hewan (sajak anak-anak), Aries Lima, 1976
8. Puisi-Puisi Langit, Yayasan Ananda (buklet baca puisi), 199058
9. Tirani dan Benteng, Yayasan Ananda (cetak ulang gabungan), 1993
10. Prahara Budaya (bersama D.S. Moeljanto), Mizan, 1995

58
Suminto A. Sayuti, Taufiq Ismail: Karya dan Dunianya, hal, 150.

53
11. Ketika Kata Ketika Warna (editor bersama Sutardji Calzoum Bachri, Hamid
Jabbar, Amri Yahya, Agus Dermawan T, antologi puisi 50 penyair dan
reproduksi lukisan 50 pelukis, dua bahasa, memperingati ulangtahun ke-50
RI), Yayasan Ananda, 1995
12. Seulawah: Antologi Sastra Aceh (editor bersama L.K. Ara dan Hasyim K.S.),
Yayasan Nusantara bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Khusus
Istimewa Aceh, 1995)
13. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Yayasan Ananda, 1998
14. Dari Fansuri ke Handayani (editor bersama Hamid Jabbar, Herry Dim, Agus
R. Sarjono, Joni Ariadinata, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan
Moh. Wan Anwar, Antologi Sastra Indonesia dalam program SBSB 2001),
Horison-Kakilangit-Ford Foundation, 2001
15. Horison Sastra Indonesia, empat jilid meliputi Kitab Puisi, Kitab Cerita
Pendek, Kitab Nukilan Novel, dan Kitab Drama (editor bersama Hamid
Jabbar, Agus R. Sarjono, Joni Ariadinata, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul
Hari, dan Moh. Wan Anwar, antologi Sastra Indonesia dalam program SBSB
2000-2001), Horison-Kakilangit –Ford Foundation, 2002.59
16. The Recontruction of Religious Thought in Islam, M. Iqbal (terjemahan
bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad), Tintamas, 1964
17. Katrastopi Marxisma, Leninisma, Maoisme, dan Narkoba, Yayasan Ananda,
2004

C. Penghargaan Sastra Taufiq Ismail

59
Suminto A. Sayuti, Taufiq Ismail: Karya dan Dunianya, hal, 151.

54
Dalam karirnya sebagai penyair, Taufiq Ismail memperoleh sejumlah

penghargaan dari pemerintah dan lembaga-lembaga seni budaya tingkat

regional maupun internasional.

1. Anugerah Seni dari Pemerintah RI (1970)


2. Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia (1977)
3. South East Asia Write Award (SEA Write Award) dari Kerajaan Thailand
(1994)
4. Penulisan Karya Sastra Terbaik dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan (1994)
5. Sastrawan Nusantara dari Negeri Johor, Malaysia (1999)
6. Doktor Honoris Causa dari Universitas Negeri Yogyakarta (2003)
7. Penghargaan Akademi Jakarta (2010)60

Penghargaan terakhir yaitu Penghargaan Akademi Jakarta yang diperoleh

Taufiq Ismail pada tahun 2010 merupakan penghargaan yang diberikan kepada

seorang seniman atau budayawan yang telah memperlihatkan prestasi gemilang

dalam perjalanan karirnya. Penghargaan ini adalah penghormatan yang tidak

ternilai atas pengabdian, pengorbanan, prestasi, serta perjuangan kepada orang

yang pantas mendapatkannya.61 Di dalam buku Penghargaan Akademi Jakarta

2010 ini juga dijelaskan peta persoalan sastra, ada 35 butir masalah. Misalnya

tentang masyarakat itu merosot, minat tentang karya sastra dan jumlah sastrawan

sedikit sekali dibandingkan dengan penduduk yang berjumlah 200 juta lebih.

60
Suminto A. Sayuti, Taufiq Ismail: Karya dan Dunianya, hal, 152.
61
Taufik Abdullah, Penyerahan Penghargaan Akademi Jakarta 2010 kepada Taufiq Ismail,
(Jakarta: Akademi Jakarta, 2010), hal, 6.

55
Bandingkan dengan negara lain, sedikit sekali seharusnya jumlah sastrawan itu

jumlahnya 10 kali lebih besar.62

Kemudian disebutkan juga bagaimana sastra tidak diajarkan di sekolah

dan masalah sastra, gerakan membawa sastra ke sekolah, itu ada 9 kegiatan. Di

majalah sastra horison bagian belakang, itu ada yang namanya kaki langit. Kaki

langit ini khusus untuk menerbitkan karya-karya anak sekolah (SMP, SMA,

kadang-kadang mahasiswa). Di halaman depan majalah itu berisi sastrawan

semua, yang sudah senior dan berpengalaman. Anak-anak itu jika baca majalah

ini merasa asing, kalau ada kaki langit mereka akan senang karena ada karya-

karya anak seusianya dan merasa bahwa itu ruangan mereka. Itu lah cara dari

Taufiq Ismail dan rekan-rekannya menumbuhkan bibit-bibit sastrawan yang ada

di sekolah.

Selanjutnya ada pendidikan dan pelatihan MMAS (membaca, menulis,

dan apresiasi sastra) pesertanya yaitu guru-guru dan pelatihannya 6 hari. Mereka

diberitahu sebagaimana mestinya untuk mengajarkan kecintaan membaca kepada

murid-murid. Sejak tahun 1999, telah diikuti 2000 guru yang dilakukan seluruh

Indonesia. Seharusnya kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang melakukan

itu semua. Namun yang melakukan ini semua adalah para sastrawan yang merasa

gelisah akan pendidikan sastra di sekolah. Tapi sudah berhenti protes-protes, dulu

62
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

56
kami bermusuhan dengan birokrat-birokrat itu karena mereka itu tidak peduli

dengan masalah ini (pendidikan sastra).63

Kemudian ada SBSB (sastrawan bicara, siswa bertanya), para sastrawan

datang ke sekolah-sekolah di berbagai Kota. Contohnya Rendra, Abdul Hadi,

Ahmad Tohari dan lain-lain, dibawa beberapa orang ke sekolah dan membacakan

karya sastra di depan siswa-siswa. Ketika sudah selesai dipertunjukkan di

hadapan murid-murid, begitu senangnya mereka. Semua itu sudah dilakukan di

213 SMA, yang mendukung 113 sastrawan, 11 artis dan tentu saja kerjasama

dengan pemerintah. Tapi yang Taufiq Ismail dan sastrawan lain harapkan

seharusnya pemerintah yang punya inisiatif. Biaya yang dibutuhkan dalam

kegiatan ini tentu saja sangat besar, dari 100 lebih sastrawan itu pergi ke 164

Kota, tiket pesawat terbang, tiket kereta api, dan sebagainya. Semua biaya itu

didapat dari ahli waris produksi mobil terkenal seluruh dunia yaitu Hendri Ford.

Hendri Ford punya sebuah yayasan, dan yayasan itu bergerak membantu biaya

pendidikan dan kebudayaan di Amerika.

Tidak puas di Amerika karena negara-negara lain juga memerlukan,

kemudian Ford Foundation juga membantu di Indonesia. Yayasan tersebut

membantu macam-macam seperti kemiskinan, kelaparan, dan berbagai kegiatan

sosial dan budaya. Setelah itu Taufiq Ismail dan sastrawan lainnya membuat

63
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

57
proposal, proposalnya hanya beberapa halaman dan diberikan. Apa yang

diusahakan Taufiq Ismail dan sastrawan lainnya membuahkan hasil, merea

mendapatkan bantuan dari yayasan tersebut. Kegiatan yang pergi ke 164 Kota,

113 sastrawan dan sebagainya, kemudian ongkos, honorarium semuanya dari

Ford Foundation.64

Kemudian lomba menulis cerita pendek dari guru-guru bahasa dan sastra,

supaya mereka lebih semangat dalam mengajar bahasa dan sastra. Ternyata

mereka sangat antusias, selama ini hanya mengajar cerita pendek di kelas dan ini

dilombakan dan diberi hadiah. Sejak tahun 2002, setiap lomba yang mengikuti

ada 400 orang guru, dan semangat sekali. Kemudian LMKS (Lomba Mengulas

Karya Sastra), karya-karya sastra ini memiliki begitu banyak kritikus-kritikusnya,

untuk mereka juga dibuatlah lomba. Kemudian SBMM (Sastrawan Bicara

Mahasiswa Membaca), sastrawan-sastrawan datang ke kampus sama seperti SMP

dan SMA. Sesudah kegiatan ini berlangsung, anak-anak sekolah itu bersemangat

karena menganggap bahwa sastra itu begini, sastra itu begitu. Mereka terdorong

untuk membuat karya sendiri, di kelas mereka tidak punya cukup waktu untuk

membuat itu semua. Mereka membuat hari sabtu mereka untuk membuat sanggar

sebagai sarana mereka untuk mengarang dan mempelajari sastra.

64
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB

58
Dari semua yang dilakukan tadi, berdirilah beberapa sanggar sastra

seluruh Indonesia. Taufiq Ismail dan kawan-kawan satrawan latih lagi guru untuk

memimpin itu dan mereka harus juga disediakan bahan di sanggar itu. Bahan

untuk sanggar tentu saja buku bacaan, buku sastra, di sanggar-sanggar itu harus

ada buku sastra. Kemudian Taufiq Ismail mencari buku bacaan dan dibantu biaya

dari Ford Foundation, 20 judul sastra. Karya-karya sastra ini banyak sekali, cerita-

cerita pendek tersebar di beberapa buku, novel juga, puisi juga. Alangkah baiknya

semua itu dikumpulkan menjadi satu antologi, kemudian Taufiq Ismail membuat

8 antologi. Sebut saja antologi cerpen, antologi puisi, dan antologi lain-lain.65

Antologi itu dicetak sebanyak 37.000 exemplar dikirim gratis ke 4.500

perpustakaan SMA. Untuk mencetak ini biayanya masih berasal dari Ford

Foundation, karena jangka waktu dananya sampai 5 tahun. Itu semua Taufiq

Ismail dan sastrawan lainnya yang kirim dan cetak kemudian meminta data

sekolah dari kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Semua itu dikirim oleh

sastrawan, bukan dikirim oleh pemerintah agar cepat sampai ke tujuan.

Sesudah itu ada Lokakarya, pengembangan apresiasi sastra daerah. Dalam

bahasa daerah Indonesia punya banyak sekali bahasa daerah. Dalam bahasa

daerah itu pasti ada karya sastra. Semua itu patut untuk kita kembangkan, sastra

Jawa, Sunda, Minang. Sejak tahun 2002, dan itulah 9 kegiatan gerakan membawa

65
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

59
sastra ke sekolah. Itulah perjuangan Taufiq Ismail dan sastrawan lainnya untuk

membangun generasi suka membaca dan cinta sastra. Istri Taufiq Ismail bertanya

sepuluh tahun yang lalu, kalau sudah meninggal buku-buku saya mau

dikemanakan? Taufiq Ismail bilang untuk mewakafkan saja ke PDS (Pusat

Dokumentasi Sastra) H.B Yasin yang ada di TIM. Ati istri Taufiq Ismail marah,

akses untuk buku di Jakarta ini mudah sekali, perpustakaan banyak sekali di sini.

Seharusnya buat perpustakaan di kampung, ingatlah itu anak-anak di kampung.66

Tertusuk perasaan Taufiq Ismail, beliau berasal dari keluarga petani di

Pandai Sikek, Pandai Sikek itu tempatnya di antara Bukittinggi dan Padang

Panjang. Mereka bertanam lobak dan berbagai macam sayuran. Kemudian buku-

buku karya Taufiq Ismail tersebut dipindah untuk dimanfaatkan anak-anak di

antara Gunung Marapi dan Singgalang. Buku-buku Taufiq Ismail simpan rapih di

Rumah Puisi di Bukittinggi, Sumatera Barat sebagai sarana untuk mempelajari

sastra.

66
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

60
BAB IV

ANALISIS SEMIOTIKA PUISI KARYA TAUFIQ ISMAIL

Pada bab ini dijelaskan tentang makna puisi ciptaan Taufiq Ismail

yang bernuansa kritik sosial dan politik. Untuk menjelaskan makna dari puisi-

puisi tersebut, akan dijelaskan melalui teori semiotika Roland Barthes. Teori

ini merujuk pada makna denotatif, konotatif, dan mitos yang terkandung

dalam puisi yang diteliti.

Puisi bisa membentuk dan mempengaruhi masyarakat berdasarkan

amanat di baliknya, tanpa harus berlaku sebaliknya. Kritik yang lahir dalam

pandangan ini dilandasi atas alasan bahwa puisi adalah cerminan dari kondisi

sosial-politik yang ada di masayarakat. Pada dasarnya puisi merekam realitas

yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian

dituangkannya dalam suatu karya sastra. Adapun puisi karya Taufiq Ismail

yang bernuansa kritik sosial dan politik yaitu:

1. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia

2. Saksikan Begitu Banyak Orang Mempertuhankan Uang

61
3. Kami Muak dan Bosan

A. Makna yang Terkandung Dalam Puisi Taufiq Ismail

1. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia

Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (MAJOI) ini ditulis antara

Mei sampai Oktober 1998. Puisi ini diterbitkan oleh Yayasan Ananda dengan

kata pengantar dari Kuntowijoyo. Di tengah krisis ekonomi dan keuangan di

tahun 1998 ini penerbit masih berusaha untuk menerbitkan kumpulan puisi

MAJOI.67 Adapun kumpulan puisi MAJOI ini merupakan protes kepada Orde

Baru, gugatan kepada keruntuhan akhlak yang lebih luas dari sekedar

kekuasaan politik. Berikut puisi MAJOI beserta analisis semiotika:

Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia


I
Ketika di Pekalongan SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia

Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia


Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia

Dia mengarang tentang pertempuran di Surabaya


Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
67
Taufiq Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia: Seratus Puisi Taufiq Ismail, (Jakarta:
Yayasan Ananda, 1998) hal, v.

62
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S.Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini

II
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Elysees dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.68

III
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang curang
susah cari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu dan cucu
dimanja kuasa ayah, paman dan kakek secara hancur-hancuran seujung
kuku tak pernah malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan, senjata,
pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan peuyeum dipotong
birokrasi lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal, anak
sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden, menteri, jenderal,
sekjen, dan dirjen sejati, agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum sangat-sangat-
sangat-sangat-sangat jelas penipuan besar-besaran tanpa seujung
rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan sandiwara yang
opininya bersilang tak habis dan tak putus dilarang-larang,
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata supaya berdiri pusat belanja
modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah, ciumlah
harum aroma mereka punya jenazah, sekarang saja sementara mereka
kalah, kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka oleh satpam
akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
68
Taufiq Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia: Seratus Puisi Taufiq Ismail, hal, 19.

63
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia dan tidak
rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli, kabarnya dengan
sepotong SK suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan, lima belas
ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,
fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat jadi pertunjukan teror
penonton antarkota cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita tak
pernah bersedia menerima skor pertandingan yang disetujui bersama,
Di negeriku rupanya sudah diputuskan kita tak terlibat Piala Dunia
demi keamanan antarbangsa, lagi pula Piala Dunia itu Cuma urusan
negara-negara kecil karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,
sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan dan penyiksaan rakyat
terang-terangan di Aceh, Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,
Nipah, Santa Cruz, Irian dan Banyuwangi, ada pula pembantahan
terang-terangan yang merupakan dusta terang-terangan di bawah
cahaya surya terang-terangan, dan matahari tidak pernah dipanggil ke
pengadilan sebagai saksi terang-terangan,
Di negeriku, budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada, tapi dalam
kehidupan sehari-hari bagi jarum hilang menyelam di tumpukan
jerami selepas menuai padi,

IV
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Elysees dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.69

69
Taufiq Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia: Seratus Puisi Taufiq Ismail, hal, 19.

64
a. Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak / Hukum tak tegak,

doyong berderak-derak.

Denotasi kalimat Langit akhlak rubuh menggambarkan bahwa

perilaku masyarakat yang selalu dijunjung tinggi sudah sangat rapuh bahkan

hancur. Kemudian Hukum tak tegak, doyong berderak-derak memberikan

makna bahwa di ranah hukum sudah tidak memiliki pondasi yang kuat.

Konotasinya dari kalimat Langit akhlak rubuh, di atas negeriku

bereserak-serak menunjukkan bahwa keruntuhan akhlak yang lebih luas dari

sekedar kekuasaan politik. Negeri ini dianggap sudah tidak menjunjung tinggi

nilai akhlak atau perilaku, semua dilakukan hanya demi kepentingan pribadi.

Hukum tak tegak, doyong berderak-derak memperlihatkan bahwa hukum

seakan tidak memiliki pondasi yang kuat untuk menegakkan keadilan. Hakim

yang menjadi suatu ujung tombak di bidang hukum, menjadi mudah untuk

bertransaksi suatu perkara.70

Makna mitos dari kalimat di atas bahwa kalimat tersebut menunjukkan

bahwa akhlak atau perilaku manusia yang sangat dijunjung tinggi telah

runtuh. Orang yang berilmu jika tidak berakhlak, maka akan sia-sia ilmu itu.

Semua ilmu yang dimiliki akan disalahgunakan karena tidak adanya akhlak.

Kemudian hukum, keadilan di ranah hukum menjadi suatu pertanyaan. Di

70
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

65
negara demokrasi, semua masyarakat dianggap sama dan setara dalam segala

hal tidak terkecuali perlindungan hukum. Namun, yang terjadi pada saat itu

adalah lembaga hukum hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Hanya

segelintir orang yang dapat perlindungan hukum seperti orang-orang kaya dan

golongan menengah atas. Seharusnya hukum menjadi suatu ujung tombak

keadilan, bukan malah memihak suatu golongan.71

b. Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata / Dan

kubenamkan topi baret di kepala

Denotasi kalimat di atas memperlihatkan bahwa seseorang yang

mengenakan kacamata hitam dan topi baret di tengah kerumunan orang

seakan-akan menyembunyikan diri. Konotasinya, Taufiq Ismail

memperlihatkan dalam kalimat itu dengan cara membuat perumpamaan.

Kalimat itu menggambarkan bahwa di tengah kerumunan orang, dia seakan-

akan malu dengan dirinya sendiri. Malu karena dirinya orang Indonesia, malu

karena Indonesia sudah tidak sehebat seperti zaman perjuangan melawan

penjajah. Namun sekarang, semua itu hanya tinggal cerita, yang ada malah

kebobrokan akhlak dan ketidakadilan hukum tadi.

Makna mitos kalimat di atas menujukkan Taufiq Ismail berlindung di

balik kacamata hitam dan membenamkan topi baret miliknya. Sikap tersebut

71
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

66
adalah suatu bentuk rasa malu dan menyembunyikan diri dengan kacamata

hitam dan topi baret. Di dalam kenyataannya, manusia jika merasa malu akan

menyembunyikan diri baik dengan benda di sekitarnya atau salah tingkah.

Selain itu, rasa malu menjadi kehilangan kontrol terhadap perilaku manusia

sehingga terlihat sedikit berbeda dari biasanya.

c. Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu / Di

negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang curang susah

cari tandingan

Denotasi dari Kalimat puisi di atas menyebut selingkuh birokrasi di

negeri ini peringkatnya nomor satu di dunia, antara birokrasi dan bisnis saling

bersekongkol. Makna konotasinya adalah Hubungan antara Presiden dan

birokrasi seperti melalui sentralisasi, otonomisasi, personalisasi, dan

sakralisasi berdasarkan isinya masing-masing dapat membuat birokrasi ke

dalam jalur politik yang tidak lagi netral kekuasan seperti pada masa Presiden

Soekarno, namun menjadi salah satu kekuatan politik untuk dapat

melaksanakan program pembangunan pada masa Orde Baru.

Karena sentralisasi, semua terpusat dan dianggap tidak adil bagi

seluruh rakyat Indonesia. Antara pengusaha dan pemerintah, mereka saling

bersinergi untuk melanggengkan apa yang mereka butuhkan. Hutang semakin

67
banyak, rupiah semakin terpuruk, bahkan kemiskinan semakin bertambah.72

Makna mitos dari kalimat di atas yaitu, masyarakat sudah menganggap bahwa

birokrasi saat itu tidak bisa diharapkan lagi. Sebabnya karena birokrasi yang

ada tidak pernah memihak kepada rakyat kecil, birokrasi digunakan

pemerintah sebagai alat tanggungan untuk mempertahankan kekuasaan.

d. Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal, anak

sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden, menteri, jenderal, sekjen,

dan dirjen sejati, agar orangtua mereka bersenang hati / Di negeriku

penghitungan suara pemilihan umum sangat-sangat-sangat-sangat-sangat

jelas penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah

perasaan

Makna denotasi kalimat di atas memperilihatkan suatu kondisi di

mana seluruh anak pejabat kala itu selalu mendapatkan fasilitas yang

istimewa. Suara di pemilihan umum kala itu seperti sudah diatur sedemikian

rupa. Konotasinya, Seluruh anak pejabat yang mendapatkan fasilitas istimewa

seperti anak presiden, anak menteri, anak jenderal, dan lain sebagainya.

Semua dilayani seperti layaknya presiden, menteri, jenderal, dan lain

sebagainya. Kala itu nepotisme sangatlah kuat, keluarga cendana menjadi

keluarga pemerintahan. Tidak ada satu pun orang yang dapat melawannya,

semua fasilitas negara ada di keluarga cendana. Kemudian, pada pemilihan


72
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

68
umum juga dirasakan berbagai macam kecurangan. Rasanya sudah bisa

ditebak siapa-siapa saja yang akan memenangkan kontestasi di pemilihan

umum kala itu. Penipuan besar-besaran terhadap masyarakat telah dilakukan

demi memenangkan kelompoknya.73

Adapun makna mitos yang terkandung pada kalimat di atas adalah

keadaan birokrasi yang kurang baik ditunjukkan Orde Baru seperti korupsi,

kolusi nepotisme. Keluarga cendana sebagai keluarga pejabat pemerintahan,

hampir semua anak-anaknya mendapat perlakuan yang istimewa. Ketika

pemilihan umum, dilakukan secara demokratis, namun masyarakat sudah tahu

siapa pemenangnya. Masyarakat sudah menganggap Orde Baru sebagai rezim

yang sangat kuat akan nepotisme dan kecurangan.74 Selalu mementingkan

kepentingan kelompoknya dibandingkan dengan demokrasi yang seutuhnya.

e. Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan sandiwara yang

opininya bersilang tak habis dan tak putus dilarang-larang / Di negeriku

Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah, ciumlah harum aroma

mereka punya jenazah, sekarang saja sementara mereka kalah, kelak

perencana dan pembunuh itu di dasar neraka oleh satpam akhirat akan

diinjak dan dilunyah lumat-lumat.

73
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.
74
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

69
Denotasi kalimat puisi di atas memperlihatkan bahwa khotbah, surat

kabar, majalah, buku selalu dilarang bila tidak sejalan dengan pemerintah.

Udin dan Marsinah digambarkan syahid, rezim kala itu digambarkan sebagai

perencana pembunuhan. Konotasinya dari kalimat khotbah, surat kabar,

majalah, buku dan sandiwara yang opininya bersilang tak habis dan tak putus

dilarang-larang memiliki makna bahwa semua hal-hal yang bersebrangan

dengan pemerintah kala itu pasti akan dilarang, bahkan dihilangkan. 75 Nasib

masyarakat beserta pers yang ingin menyampaikan aspirasi seperti burung

dalam sangkar, tidak ada kebebasan.

Udin dan Marsinah adalah pejuang keadilan, mereka mati demi

memperjuangkan haknya. Bukan hanya mereka saja yang mati atau hilang

karena memperjuangkan keadilan, namun masih banyak lagi yang belum

diketahui. Rezim kala itulah yang harus bertanggung jawab atas kematian

Udin dan Marsinah berserta pejuang keadilan lainnya.

Adapun makna mitos kalimat di atas adalah kebebasan menyampaikan

aspirasi atau pendapat seharusnya ada di negara yang demokratis. Namun di

rezim Orde Baru, Indonesia merasakan bahwa tidak ada kebebasan

masyarakat untuk menyampaikan aspirasi, media pun dibatasi dan dilarang

jika tidak sejalan dengan pemerintah saat itu. Semua berita, redaksi, dan

75
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

70
tulisan harus membuat seolah-olah pemerintah terlihat baik. Negara yang

seharusnya menjadi ruang keadilan masyarakat, ruang aspirasi masyarakat

menjadi semaunya sendiri. Jika ada yang melawan, siap-siap hilang atau

dipenjara. Kontrol pemerintah yang sangat ketat ini terlalu berlebihan karena

tidak sesuai dengan prinsip kebebasan dan keadilan sosial.76

f. Pembahasan

Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia mewakili pandangan

masyarakat Indonesia mengenai rezim Orde Baru. Puisi ini mendeskripsikan

berupa sejumlah perilaku buruk misalnya hutang Indonesia, pragmatism,

suap, korupsi, keserakahan penguasa, nepotisme, indoktrinasi, kecurangan

dalam pemilihan umum, dan pengingkaran Undang-Undang Dasar yang

merupakan kegelisahan bersama juga menjadi tema dalam puisi Malu (Aku)

Jadi Orang Indonesia. Pandangan pribadi Taufiq Ismail sekaligus perekam

sejarah, tidak dapat menghilangkan dari kehidupan dirinya dari masa sekolah

hingga tumbangnya Orde Baru. Puisi ini juga menyebutkan bahwa dalam

pengalamannya ke negeri orang, beliau merasa malu karena Indonesia saat itu

tidak seperti masa perjuangan melawan penjajah.77

76
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.
77
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

71
Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia terdiri dari empat alinea untuk

menceritakan bagaimana Taufiq Ismail merasa bahwa kondisi Indonesia tidak

layak untuk dibanggakan tidak seperti zaman perjuangan melawan penjajah

sebelumnya. Alinea pertama, ketika Taufiq Ismail mendapat beasiswa ke

Wisconsin, Amerika Serikat, beliau masih merasa bangga. Tahun 1956 adalah

tahun saat beliau mendapat beasiswa di mana pada saat itu juga Indonesia

baru enam tahun diakui kemerdekaannya secara de facto dan de jure. Betapa

bangganya Taufiq Ismail menjadi anak Indonesia yang mampu merebut

kemerdekaan dari jajahan Belanda. Di kelas, teman Taufiq Ismail pun kagum

dengan Indonesia dan mengarang tulisan mengenai pertempuran di Surabaya.

Singkat cerita, teman sekelas Taufiq Ismail tersebut sudah mendapat gelar

Ph.D dari Rice University. Taufiq Ismail tidak lagi dapat membanggakan

Indonesia di depan teman sekelasnya tadi, karena keadaan Indonesia yang

sudah berubah.78

Di alinea kedua, Taufiq Ismail mulai menggambarkan kondisi sosial

dan politik dengan kalimat Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-

serak / Hukum tak tegak, doyong berderak-derak. Kalimat ini mempunyai arti

bahwa keruntuhan akhlak yang lebih luas dari sekedar kekuasaan politik.

Hukum juga seakan tidak mempunyai pondasi yang kuat untuk menegakkan

78
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

72
keadilan. Ketika berjalan di suatu tempat di luar negeri, Taufiq Ismail seakan-

akan malu menjadi orang Indonesia.

Di alinea ketiga, berisi sindiran-sindiran yang tidak menggunakan

simbol yang aneh-aneh. Terlihat bahwa di puisi ini menggambarkan negeri ini

mempunyai banyak kekurangan di sektor birokrasi. Persekongkolan bisnis

dan birokrasi sudah bukan menjadi rahasia umum karena kecurangannya.

Kekuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) masih sangat mendominasi.

Keadaan rakyat kecil masih belum merasakan adanya keamanan karena fitnah

tersebar di mana-mana. Aparat negara seperti Polisi dan TNI yang memiliki

tugas keamanan justru malah membuat masyarakat di negara ini resah, tidak

ada netralitas.

Selanjutnya dalam puisi ini menggambarkan bahwa masyarakat kita

ini masih memiliki etika yang kurang baik. Di luarnya saja terlihat berpegang

teguh pada kitab, namun kenyataannya sikap yang ditunjukkan justru sangat

bertolak belakang dengan ajaran yang ada di dalam kitab. Masyarakat

Indonesia masih saja melanggar lalu lintas, membuang sampah sembarangan,

melanggar hukum, kasus suap-menyuap, mencuri uang negara, dan lain

sebagainya. Begitu Taufiq Ismail sangat malu kala itu ketika berkunjung ke

luar negeri, menjadi orang Indonesia yang negerinya sangat bermasalah.79

79
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

73
Keadaan birokrasi yang kurang baik ditunjukkan Orde Baru seperti

korupsi, kolusi nepotisme. Keluarga cendana sebagai keluarga pejabat

pemerintahan, hampir semua anak-anaknya mendapat perlakuan yang

istimewa. Komisi belanja negara dipotong birokrasi, lebih dari separuhnya

masuk kantung pejabat-pejabat negara. Ketika pemilihan umum, dilakukan

secara demokratis, namun masyarakat sudah tahu siapa pemenangnya.

Kejahatan HAM seperti penyiksaan, pembunuhan, dan penculikan,

rakyat di Lampung, Aceh, Trisakti, Semanggi, Tanjung Priuk, Nipah, dan

Banyuwangi masih terbayang di benak masyarakat Indonesia. Dwi Fungsi

ABRI menjadi ancaman masyarakat umum ketika melibatkan diri di ranah

politik. Dari kejadian itu semua, rezim Orde Baru menjadi kelam dan

memberikan kesan buruk bagi masyarakat umum.

2. Saksikan Begitu Banyak Orang Mempertuhankan Uang

Puisi ini ditulis pada masa pemerintahan Presiden SBY (Susilo

Bambang Yudhoyono) tahun 2010-2011. Puisi ini tidak mengkritik Presiden

SBY secara langsung, puisi ini ditujukan untuk pejabat-pejabat di bawahnya

yang lemah akan iman. Berikut puisi Saksikan Begitu Banyak Orang

Mempertuhankan Uang beserta analisis semiotika:

Saksikan Begitu Banyak Orang Mempertuhankan Uang

74
Kita hidup di sebuah zaman, ketika uang dipuja-puja sebagai Tuhan
Dengan uang hubungan antar-manusia diukur dan ditentukan
Ketika mobil, tanah, deposito, relasi dan kepangkatan
Ketika politik, ideologi, kekuasaan, disembah sebagai Tuhan
Ketika dominasi materi menggantikan Tuhan
Sehingga di negeri ini tak jelas lagi batas antara halal dan haram
Seperti membedakan warna benang putih dan benang hitam

Di hutan kelam
Jam satu malam
Ketika 17 dari 33 Gubernur jadi tersangka
52 persen banyaknya
Ketika 147 Bupati dan Walikota jadi tersangka
36 persen jumlahnya
Ketika 27 dari 50 anggota Komisi Anggaran DPR ditahan,
62 persen jumlahnya

Saksikan begitu banyak orang menyembah uang dengan khusyuknya


Uang dipuja, dipertuhan, disucikan, ditinggikan sebagai berhala
Undang-undang dan peraturan dengan kaki diinjak secara leluasa.80

a. Ketika dominasi materi menggantikan Tuhan / Sehingga di negeri ini tak jelas

lagi batas antara halal dan haram / Seperti membedakan warna benang putih

dan benang hitam / Di hutan kelam / Jam satu malam

Makna denotasi kalimat puisi di atas menggambarkan dominasi materi

menggantikan Tuhan, negeri ini tidak jelas lagi batas halal dan haram, dan

seperti membedakan warna benang putih dan hitam. Konotasinya yaitu

semestinya yang dominan di dalam hidup ini adalah Tuhan, manusia beramal

80
Taufiq Ismail, Debu di Atas Debu: Kumpulan Puisi Pilihan 1954-2013, hal, 485.

75
untuk menghindari kesukaran, untuk menghindari kesukaran itu harus selalu

ingat Tuhan. Minta tolong kepada Tuhan. Kemudian mendapat kesukaran

lagi, minta tolong lagi agar mendapat pertolongan dari Tuhan. Ketika

masyarakat sudah tidak takut lagi pada Tuhan, manusia tersebut akan

menghalalkan segala cara untuk memperoleh kepentingannya. Contoh yang

disebut puisi tersebut adalah uang, mobil, tanah, deposito, dan pangkat.

Manusia sudah buta akan kehidupan duniawi seperti di hutan yang kelam

pada jam satu malam.81

Adapun makna mitos yang terbangun dalam puisi ini adalah uang yang

dianggap sebagai penentu kesuksesan orang. Ketika orang memiliki banyak

uang, orang itu akan dianggap sebagai orang yang paling bahagia, hidupnya

enak, dan jauh dari kata susah. Orang akan berusaha mendapatkan uang

bagaimanapun caranya, halal atau haram tidak dipedulikan lagi. Seakan-akan

tidak takut terhadap peraturan Tuhan, orang menjadikan uang sebagai tolak

ukur kondisi sosial mereka.

b. Ketika 17 dari 33 Gubernur jadi tersangka, 52 persen banyaknya / Ketika 147

Bupati dan Walikota jadi tersangka, 36 persen jumlahnya / Ketika 27 dari 50

anggota Komisi Anggaran DPR ditahan, 62 persen jumlahnya

81
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

76
Denotasi dari kalimat puisi di atas menyebutkan bahwa 17 dari 33

Gubernur atau 52% menjadi tersangka, 147 Bupati dan Walikota 36% jadi

tersangka, dan 27 dari 50 anggota Komisi Anggaran DPR atau 62% ditahan.

Makna konotasinya adalah mengenai data-data tersebut, kalau disebutkan saja

bahwa banyak korupsi-korupsi, Taufiq Ismail tidak puas, dia harus

menyampaikan angka-angka. Yang mendengarkan dan membaca puisi di atas,

merasa betul bahwa korupsi ini betul-betul luar biasa. Penyair-penyair lain

tidak mau memakai angka, biarlah orang mengatakan di dalam puisi jangan

menggunakan angka-angka. Tapi Taufiq Ismail tidak peduli, supaya

masyarakat tahu kalau itu keadaannya sudah bukan main dan gawat sekali.82

Adapun makna mitos yang terbangun dalam puisi ini adalah seorang

pejabat negara bahkan pimpinan daerah seharusnya melaksanakan

kewajibannya dengan baik dan amanah. Namun yang terjadi adalah hampir

semua pimpinan daerah dan pejabat negara terlibat korupsi. Ini mencerminkan

bahwa begitu parah kondisi negara ini dengan banyaknya aparatur negara

yang melakukan tindakan korupsi.

c. Pembahasan

Lama tidak terdengar, setelah reformasi pun Taufiq Ismail masih

melakukan kritik sosial dan politik. Di pemerintahan Susilo Bambang

82
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

77
Yudhoyono, Taufiq Ismail merasa memiliki panggilan untuk menyuarakan

kritik sosial dan politik. Semua itu bukan tanpa sebab, Taufiq Ismail merasa

bahwa kondisi sosial dan politik pada zaman itu, orang-orang takut jika tidak

ada uang daripada takut terhadap Tuhan. Kemudian disebutkan data-data

bahwa pejabat di negeri ini banyak yang terlibat korupsi. Dalam puisi ini

kritik yang ditujukkan bukan hanya untuk para pejabat negara saja, namun

juga kepada masyarakat umum. Semua itu dituangkan dalam puisi Saksikan

Begitu Banyak Orang Mempertuhankan Uang. Uang dianggap sebagai

penentu kesuksesan orang. Ketika orang memiliki banyak uang, orang itu

akan dianggap sebagai orang yang paling bahagia, hidupnya enak, dan jauh

dari kata susah. Orang akan berusaha mendapatkan uang bagaimanapun

caranya, halal atau haram tidak dipedulikan lagi. Seakan-akan tidak takut

terhadap peraturan Tuhan, orang menjadikan uang sebagai tolak ukur kondisi

sosial mereka.

Materi yang dimiliki menggantikan kekuasaan Tuhan, uang dianggap

lebih penting dibandingkan dengan Tuhan. Karena tidak takut dengan Tuhan,

orang akan rela melakukan pencurian, kekerasan, bahkan harga diri untuk

mendapatkan uang. Korupsi terjadi seluruh daerah, perampokan, dan pekerja

78
seks komersial. Begitu uang sangat diagung-agungkan daripada moral dan

agama, semua bergantung pada uang demi kepentingan pribadi.83

3. Kami Muak dan Bosan

Puisi ini lahir pada pemerintahan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono)

di periode kedua yaitu tahun 2010. Puisi ini lahir karena kegelisahan Taufiq

Ismail sejak dulu, jauh sebelum pemerintahan SBY. Namun kegelisahan ini

menyeruak ketika semakin banyak maksiat terjadi di Indonesia, dari Sabang

sampai Marauke. Berikut puisi Kami Muak dan Bosan beserta analisis

semiotika:

Kami Muak dan Bosan

Dengarlah kami akan menyanyi


Lagu yang tidak nyaman di hati
Lagu tentang sebuah negeri
Negeri yang sedih dan ngeri
Negeri maling, copet, rampok
Bandit dan makelar
Negeri pemeras, pencoleng, penipu
Penyogok dan koruptor
Negeri banyak omong, fitnah kotor
Tukang dusta, jago intrik dan ingkar janji
Negeri penuh orang edan, gendeng, sinting
Negeri padat orang gila, gelo-garelo, gilo
Kronis, nyaris sempurna in-fausta.

Jika mereka dibawa ke depan meja pengadilan


Apa betul mereka akan mendapat hukuman?

83
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

79
Divonis juga, tapi diringan-ringankan
Bahkan berpuluh-puluh dibebaskan
Yang mengelak dari pengadilan
Lari ke luar negeri dibiarkan
Semua tergantung kecil besarnya uang sogokan

Dari barat sampai ke timur


Belajar dusta-dusta
Itulah Indonesia
Sogok menyogok menjadi satu
Itulah Indonesia

Kami muak dan bosan


Muak dan bosan!
Kami sudah lama hilang kepercayaan
Hilang kepercayaan!84

a. Negeri penuh orang edan, gendeng, sinting / Negeri padat orang gila, gelo-

garelo, gilo

Denotasi dari kalimat puisi di atas adalah penggalan kalimat yang

menyebut bahasa daerah seperti edan, gendeng, sinting, gelo-garelo, dan gilo.

Makna konotasi di puisi ini memiliki beberapa istilah-istilah daerah seperti

edan, gendeng, sinting, gelo-garelo, dan gilo untuk mengkritik. Indonesia ada

sekitar 40 bahasa daerah, bahkan lebih. Yang dominan itu bahasa Jawa,

Sunda, kemudian bahasa Minang. Taufiq Ismail ingin pendengar puisinya dan

penikmat puisinya juga merasakan bahwa ada puisi dia yang menghentak.

Kemudian yang menghentak itu ada suatu kalimat yang menggunakan

bahasa daerah. Bagi orang sunda kalau mendengar kata garelo itu terasa betul
84
Taufiq Ismail, Debu di Atas Debu: Kumpulan Puisi Pilihan 1954-2013, hal, 489.

80
itu, hebat sekali. Orang jawa kalau mendengar kata bahasa Indonesia biasa

seperti “gila” rasanya itu biasa sekali, namun jika mendengar kata gendeng,

sangat terasa itu gendeng beliau pakai itu. Tapi tidak banyak-banyak, hanya

satu-satu saja.85 Adapun makna mitos dalam penggalan puisi di atas adalah

penekanan bahasa daerah akan menimbulkan perasaan yang kuat bagi orang-

orang yang membacanya. Unsur bahasa daerah yang dimengerti seseorang

akan meningkatkan kedekatan antara penyair dan pembaca.86

b. Kronis, nyaris sempurna in-fausta

Denotasi dalam penggalan kalimat puisi di atas menyebutkan istilah

kronis dan in-fausta. Istilah tersebut biasanya ada dalam dunia kedokteran.

Makna konotasinya yaitu keadaan suatu negeri yang sudah sangat parah ini

dilantunkan dalam sebuah puisi karena Taufiq Ismail sudah sangat muak dan

bosan melihat maksiat di mana-mana. Begitu banyak koruptor, pemeras,

penipu, dan saking banyaknya orang jahat Taufiq Ismail menyebutnya sebagai

negeri yang kronis, nyaris sempurna Infausta. Infausta itu istilah kedokteran,

artinya penyakit yang tidak bisa diobati. Artinya si pasien ini, akan

menanggung penyakit itu sampai mati karena tidak ada obatnya.87

85
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.
86
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.
87
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

81
Adapun makna mitos dalam penggalan puisi di atas adalah keadaan

suatu negeri yang sangat parah ini digambarkan Taufiq Ismail melalui istilah

kedokteran yaitu in-fausta, yang memiliki arti penyakit yang tidak memiliki

obat. Begitu amat parah kondisi sosial dan politik saat itu sampai-sampai

Taufiq Ismail melantunkan istilah kedokteran seperti kalimat di puisi di atas.

c. Pembahasan

Masih di pemerintahan SBY, sekitar tahun 2010-2011 Taufiq Ismail

menciptakan puisi yang berjudul Kami Muak dan Bosan. Puisi tersebut adalah

puisi kritik sosial dan politik yang menggambarkan suatu keadaan yang tidak

mengenakan di suatu negeri. Puisi tersebut menceritakan kebobrokan kondisi

sosial dan politik, penuh dengan maksiat dan dosa. Puisi ini tidak

menyinggung bahwa presiden SBY yang salah dan bobrok, namun pejabat di

bawahnya yang begitu banyak terlibat dalam kasus korupsi. Tidak hanya

menggambarkan kebobrokan dalam tatanan sosial dan politik saja, namun

puisi tersebut menceritakan keadilan di dunia hukum yang pandang bulu.

Hukuman yang didapat oleh sang koruptor tersebut berdasarkan pada

keputusan yang subjektif.

Kepercayaan masyarakat terhadap suatu negeri semakin hilang.

Negara sejatinya berfungsi untuk membuat masyarakat sejahtera,

memudahkan masyarakat dalam berbagai urusan, dan menjadi pelindung

82
warga negara tanpa terkecuali. Semua warga negara mendapatkan hak yang

sama dalam suatu negara yang demokratis tidak terkecuali masalah hukum.

Hukum di negeri ini seperti tumpul ke atas, tajam ke bawah.

Semua terlihat ketika pejabat dan politikus di negara ini

menyalahgunakan kekuasaan dan wewenang yang dimiliki untuk

merumuskan dan menentukan suatu keputusan dan kebijakan di suatu wilayah

regional maupun pusat. Dewasa ini sering terlihat banyak berita yang

memperlihatkan dan menayangkan diciduknya para pejabat dan politikus

contohnya anggota DPR RI, DPRD, Bupati, Walikota, Gubernur, tidak

terkecuali para pengusaha ditangkap KPK disebabkan melakukan suatu kasus

suap dan korupsi.

Perlakuan hukum yang didapat oleh seorang koruptor tersebut bukan

dilandasi pada keputusan yang objektif. Sebabnya adalah karena seorang

pengadil yang memutuskan suatu perkara dengan mudahnya menerima suap.

Vonis yang dikeluarkan hakim dapat disebut sebagai organ vital dari sebuah

keadilan. Akan tetapi ketika seorang hakim telah dapat melakukan tindakan

korupsi dengan cara menerima suap yang diberikan oleh terdakwa, sudah pasti

hal ini dapat dikatakan sebagai transaksi jual beli di mana seorang pengadil

menjadi penjual dengan cara memberikan tawaran keputusan hukum yang

akan diberikan. Seorang tersangka atau terdakwa menjadi pembeli dengan

cara menyuap hakim agar dapat meringankan beban hukuman yang akan

83
diterima atau bahkan dibebaskan dari jeratan hukum. Kecacatan hukum yang

ada di Indonesia membuat koruptor seperti mendapat perlindungan dari

hakim. Inilah yang membuat masyarakat hilang kepercayaan terhadap

aparatur negara, semua bisa dibeli seperti bahan-bahan pokok yang ada di

pasar.88

Di puisi ini juga menyebut istilah kedokteran Infausta untuk

menyindir kondisi yang sudah sangat parah. Infausta itu istilah kedokteran,

yaitu penyakit yang tidak bisa diobati. Artinya si pasien ini, akan menanggung

penyakit itu sampai mati karena tidak ada obatnya.

B. Pengaruh Puisi Terhadap Tatanan Sosial dan Politik

Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (MAJOI), Saksikan Begitu

Banyak Orang Mempertuhankan Uang, dan Kami Muak dan Bosan karya

Taufiq Ismail, merupakan kumpulan puisi yang sarat dengan kritik sosial

dalam masalah kehidupan rakyat Indonesia. Nilai-nilai kehidupan sosial yang

terdapat dalam kumpulan puisi tersebut perlu dipelajari oleh mahasiswa dan

masyarakat umum agar mereka peka dengan permasalahan sosial.

Pembelajaran apresiasi sastra untuk mengungkapkan nilai kehidupan akan

dapat menumbuhkan sikap sosial yang lebih baik. Oleh sesbab itu, siswa perlu

88
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

84
dibekali dengan pengalaman sastra di sekolah agar jiwa mereka peka dengan

masalah-masalah sosial.

Menurut Jamal D. Rahman, respon masyarakat terhadap puisi ini

sudah ada sejak pemerintahan Presiden pertama yaitu Soekarno. Kumpulan

puisi Tirani dan Benteng adalah respon Taufiq Ismail terhadap isu sosial dan

politik pada masa Orde Lama. Dia sebagai pelaku sejarah karena pada waktu

itu, Taufiq Ismail masih berstatus mahasiswa dan turun langsung ke jalan.

Menurut Jamal D. Rahman, sastra itu merekam peristiwa, berbeda dengan

sejarah, sejarah itu merekam fakta. Rekaman seorang sejarawan harus benar-

benar sesuai dengan fakta.89

Berkaitan dengan rekaman sejarah, satu tulisan sejarah dapat

dibuktikan, kalau sesuai fakta dia benar dan kalau tidak sesuai fakta dia salah.

Sastra juga merekam peristiwa, bedanya karya sastra tidak bisa diuji benar

atau salah. Bisa jadi tidak sesuai dengan fakta tapi tidak bisa dikatakan itu

salah, karena sastrawan merekam sekaligus merespon dengan subjektifitas

suatu peristiwa. Jadi, karya sastra yang merekam suatu peristiwa tidak bisa

diuji benar salah, kalaupun tidak berdasarkan dengan fakta dia tidak bisa

dianggap itu salah karena sastrawan memang sengaja berimajinasi,

mengambil inspirasi dari suatu peristiwa. Dalam hal ini untuk puisi, itu

89
Wawancara pribadi dengan Jamal D. Rahman pada tanggal 26 April 2018 di kediaman
Jamal D Rahman Perumahan Wisma Mas Pondok Cabe, Blok C2 No. 7, Cinangka, Sawangan, Depok.
Pukul 10.15 WIB.

85
bedanya dengan sejarah. Tapi dalam sastra yang penting bagaimana seorang

sastrawan merekam dan merespon terhadap suatu peristiwa. Kalau sejarawan

itu hanya merekam dan tidak merespon.

Sebagai rekaman peristiwa sekaligus respon, karya sastra selalu

dibacakan, disuarakan, dipublikasikan, jadi dia melipatkgandakan respon

terhadap peristiwa. Itu pasti ada pengaruhnya, masalahnya pengaruh ini tidak

bisa diukur dengan angka. Kalau yang tahun 1966, Taufiq Ismail memberikan

semangat kepada mahasiswa dan ikut turun ke jalan. Puisi-puisi MAJOI ini

juga sama memberikan semangat kepada mahasiswa untuk turun ke jalan, dan

Taufiq Ismail juga tampil di berbagai forum termasuk juga di televisi. Dalam

gerakan reformasi itu yang terkenal puisinya yang berjudul “Takut 66, Takut

98” itu dibacakan di mana-mana.90 Berikut isi puisi Takut’66, Takut ’98:

Mahasiswa takut pada dosen


Dosen takut pada dekan
Dekan takut pada rektor
Rektor takut pada menteri
Menteri takut pada presiden
Presiden takut pada mahasiswa91

90
Wawancara pribadi dengan Jamal D. Rahman pada tanggal 26 April 2018 di kediaman
Jamal D Rahman Perumahan Wisma Mas Pondok Cabe, Blok C2 No. 7, Cinangka, Sawangan, Depok.
Pukul 10.15 WIB.
91
Taufiq Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia: Seratus Puisi Taufiq Ismail, hal, 3.

86
Mendengar puisi tersebut sontak mahasiswa yang tadinya takut turun

ke jalan karena nasibnya di kampus, menjadi semangat untuk melakukan aksi

kepada pemerintah. Mereka tahu pemerintah akan takut pada people power

yang turun ke jalan dan menyuarakan aspirasi mereka ketimbang masalah di

kampus yang tidak ada apa-apanya.

Taufiq Ismail punya kepedulian sosial yang sangat tinggi, menurut

Jamal D. Rahman sejak awal kepenyairannya sejak tahun 50an. Namun

sebagai penyair Taufiq Ismail menemukan dirinya tahun 60an dalam situasi

sosial politik yang keras, yang tegang. Taufiq Ismail terlibat langsung, situasi

itu yang membentuk dia untuk terus memberikan perhatian terhadap isu-isu

sosial politik yang ada. Isu sosial yang sedemikian tinggi sehingga dia bahkan

rela ‘mengorbankan’ estetika puisi-puisinya.92

Kebanyakan penyair berorientasi pada estetika-estetika puisi untuk

menulis puisi seindah mungkin. Taufiq Ismail jelas dengan berbagai puisi

dengan semua puisi-puisinya telah mencapai estetika yang sangat bagus. Isu-

isu sosial yang ditulis Taufiq Ismail itu mengorbankan estetika, langsung to

the point karena bagi Taufiq Ismail, memberikan respon terhadap isu sosial

lebih penting dibandingkan dengan estetika. Jadi ada saat-saat di mana

estetika tidak begitu penting lagi bagi seorang penyair yang sudah mencapai

92
Wawancara pribadi dengan Jamal D. Rahman pada tanggal 26 April 2018 di kediaman
Jamal D Rahman Perumahan Wisma Mas Pondok Cabe, Blok C2 No. 7, Cinangka, Sawangan, Depok.
Pukul 10.15 WIB.

87
estetika tinggi tapi Taufiq Ismail sekarang terpanggil untuk berbicara isu-isu

sosial politik yang ada. Dan itu masuk akal, lebih bicara masalah masyarakat

daripada mengejar estetika ansih.93

Di dalam kekuatan politik, golongan cendikiawan/intelektual adalah

salah satu komponen yang ada di dalamnya. Intelektual ini memiliki

kontribusi dalam bentuk ide, gagasan, dan pemikiran. Dalam bentuk

tersebutlah intelktual dapat menjadikan kekuatan tersendiri dan memiliki daya

tawar. Taufiq Ismail memiliki semua itu dari ide, gagasan yang bebas, dan

karya-karyanya yang sudah banyak di kenal masyarakat luas. Sumbangsih

Taufiq Ismail dalam pemikiran inilah yang mampu mempengaruhi masyarakat

luas melalui karya-karyanya terutama puisi, baik itu mengenai agama,

maupun sosial dan politik.94

Kemampuan untuk mempengaruhi masyarakat melalui puisinya ini

telah dibuktikan melalui puisi Tirani dan Benteng pada tahun 1966. Kala itu

Taufiq Ismail masih menjadi mahasiswa dan mampu mempengaruhi rekan-

rekan mahasiswanya untuk turun ke jalan menumbangkan rezim Orde Lama.

Tidak berbeda dengan Tirani dan Benteng, puisi Malu Aku Jadi Orang

Indonesia tahun 1998 juga mampu mempengaruhi masyarakat karena

93
Wawancara pribadi dengan Jamal D. Rahman pada tanggal 26 April 2018 di kediaman
Jamal D Rahman Perumahan Wisma Mas Pondok Cabe, Blok C2 No. 7, Cinangka, Sawangan, Depok.
Pukul 10.15 WIB.
94
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

88
kegelisahan kolektif yang dirasakan. Dalam hal ini Taufiq Ismail sudah tidak

turun ke jalan, Taufiq Ismail hanya memberikan respon saja melalui puisi.

Namun mahasiswa Indonesia terbakar semangatnya dengan puisi yang dibuat

Taufiq kala itu. Rezim Orde Baru pun tumbang berkat perjuangan dari seluruh

masyarakat.95

Kekuatan yang dimiliki puisi ini dapat mempengaruhi sistem politik.

Puisi yang berisi kritik, ketika dibaca akan mempengaruhi pembacanya atau

penikmat sastra untuk melakukan perubahan apalagi yang membaca atau

penciptanya adalah seorang sastrawan dan budayawan terkemuka di

Indonesia. Sehingga puisi ini dapat dijadikan suatu input (tuntutan atau

dukungan) yang dapat mempengaruhi kebijakan publik.

Menurut Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon, suasana bangsa semakin hari

semakin memprihatinkan. Wajah-wajah kebenaran dan ketidakbenaran

bercampur jadi satu. Hanya kejernihan yang mampu mengantarkan manusia

pada langkah kesungguhan. Tidak ada salahnya, mengamati kegelisahan

penyair Taufik Ismail dalam karya puisinya sebuah kritik pedas bagi bangsa.

Puisi-puisi Taufiq Ismail memotret suasana, memotret zaman, kejiwaan ketika

itu. Tentu saja mempunyai pengaruh yang besar bagi bangsa Indonesia seperti

pemahaman terhadap suatu peristiwa politik yang ada, memberikan kepekaan

95
Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di kediaman Taufiq
Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur, Pukul 11.15 WIB.

89
terhadap kebijakan dan peraturan pemerintah, serta dapat membangkitkan

semangat masyarakat untuk melawan ketidakadilan. Mayoritas problem yang

muncul dalam rintisan kritik sastra adalah politis. Begitu banyak puisi-puisi

Taufiq Ismail sejak awal kiprahnya di ranah sastra, kalau dulu H.B. Jassin

dijuluki Paus Sastra, mungkin Taufiq Ismail dapat dikatakan Maestro Sastra

Indonesia.96

Contoh pengaruhnya bagi tatanan sosial dan politik saat ini adalah

terciptanya kebebasan berpendapat (Sosial media seperti Facebook, Twitter,

WhatsApp, dan lain-lain menjadi saluran yang ampuh untuk menyampaikan

pendapat), masyarakat menjadi semakin peka dalam situasi politik yang ada,

kebijakan pemerintah yang dikeluarkan selalu mendapat respon dari

masyarakat, di tahun 2010-2011 menjadi prestasi pemerintah dalam

keberanian melawan korupsi. KPK tidak pandang bulu dalam melakukan

penyelidikan korupsi mantan Korps Lalu Lintas Mabes Polri yaitu Irjen Djoko

Susilo. Selain Djoko Susilo, ada tiga tersangka lain yang telah ditetapkan oleh

KPK, mereka adalah mantan Wakil Kepala Korlantas, Brigadir Jenderal (Pol)

Didik Purnomo; serta dua pihak rekanan, Budi Susanto dan Sukotjo S

Bambang.

96
Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=S2ymnDrrnyA&t=852s pada tanggal 6
Oktober 2018, pukul 11.59 WIB.

90
Penanganan kasus ini sempat memunculkan adanya perselisihan antara

KPK dan Polisi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada awal Oktober

lalu sempat menyampaikan perintah khusus penanganan kasus pengadaan

simulator ini, Presiden Susilo Bambang Yudhyono saat itu menilai KPK

adalah lembaga yang berwenang untuk menanganinya.97

Puisi kritik Taufiq Ismail secara tidak langsung mampu membuat

pemerintah terus memperbaiki jalannya pemerintahan. Seluruh jajaran

pemerintahan yang terlibat korupsi saat itu ditangkap KPK, walaupun yang

terlibat adalah kader partai yang mengusung Presiden SBY, tetap saja tidak

akan dilindungi karena merugikan uang negara. Betapa puisi karya Taufiq

Ismail ini memiliki kekuatan yang dahsyat dalam politik.

97
Diakses dari www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia pada tanggal 2 Oktober 2018, pukul
12.12 WIB.

91
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah peneliti menjabarkan secara panjang ketiga puisi karya Taufiq

Ismail yang bernuansa kritik sosial dan politik yang berjudul Kami Muak dan

Bosan, Saksikan Begitu Banyak Orang Mempertuhankan Uang, dan Malu

(Aku) Jadi Orang Indonesia, peneliti menemukan bahwa ketiga puisi tersebut

merupakan puisi transisi dari Orde Baru ke era reformasi. Taufiq Ismail masih

melakukan kritik di era reformasi karena beliau sudah menganggap bahwa

keadaan sosial dan politik saat itu gawat sekali. Bukan berarti mengkritik

pemerintah secara langsung, namun Taufiq Ismail menganggap puisi kritik ini

ditujukan kepada pejabat-pejabat di bawahnya (politik) dan masyarakat luas

(sosial). Melalui analisis semiotika dari Roland Barthes, peneliti dapat

menemukan makna dentotatif, konotatif, dan mitos dari ketiga puisi tersebut.

Makna dari ketiga puisi tersebut merupakan kegelisahan kolektif

masyarakat mengenai segala macam kebobrokan yang ada di negeri ini. Mulai

dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) diungkapkan melalui puisi

Taufiq Ismail. Tidak peduli dengan peraturan penulisan puisi dan estetika,

Taufiq Ismail menciptakan puisi kritik dengan bahasa yang mudah dimengerti

92
agar pembacanya merasa betul bahwa keadaan sosial dan politik saat itu sudah

benar-benar gawat.

Pengaruh bagi tatanan sosial dan politik saat ini adalah terciptanya

kebebasan berpendapat (Sosial media seperti Facebook, Twitter, WhatsApp,

dan lain-lain menjadi saluran yang ampuh untuk menyampaikan pendapat),

masyarakat menjadi semakin peka dalam situasi politik yang ada, kebijakan

pemerintah yang dikeluarkan selalu mendapat tanggapan dari masyarakat.

Dengan demikian, masyarakat menjadi lebih kritis dan memahami kondisi

sosial dan politik yang terjadi.

B. Saran

1. Untuk para akademisi, metode penelitian ini menggunakan salah satu dari

beberapa teori semiotika yang ada yaitu teori semiotika Roland Barthes

yang lebih menekankan pada pembahasan makna denotatif, konotatif, dan

mitos. Diharapkan kepada akademisi yang akan menggunakan semiotika

pada penelitiannya, dapat menggali lebih luas dengan model yang berbeda

dan dapat menggunakan observasi secara mendalam, sehingga mengetahui

lebih luas tentang pembahasan yang akan diteliti.

2. Untuk para sastrawan yang ingin menggunakan puisi atau karya sastra

lainnya sebagai media kritik sosial dan politik diharapkan menggunakan

93
pemilihan kata-kata yang dapat dimengerti masyarakat umum walaupun

menggunakan estetika dalam penulisannya. Semua itu akan berpengaruh

pada penyampaian dan pemahaman pendengar mengenai hal tersebut.

94
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdullah, Taufik. 2010. Penyerahan Penghargaan Akademi Jakarta 2010


kepada Taufiq Ismail. Jakarta: Akademi Jakarta.
Bachri, Sutardji Calzoum. 2007. Isyarat: Kumpulan Esai. Jogjakarta:
INDONESIATERA.
Basyaib, Hamid. 2006. Membela Kebebasan: Percakapan tentang Demokrasi
Liberal. Jakarta: Pustaka Alvabet.
Budiardjo, Miriam. 2010. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Danesi, Marcel. 2012. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
Hasanuddin, W.S. 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu.
Held, D. 1987. Models of Democracy. Cambridge: Polity Press.
Ismail, Taufiq. 1998. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia: Seratus Puisi Taufiq
Ismail. Jakarta: Yayasan Ananda.
-------. 2013. Debu di Atas Debu: Kumpulan Puisi Pilihan 1954-2013. Jakarta:
Majalah Sastra Horison.
Ismatullah, Dedy dan Asep A. Sahid Gatra. 2007. Ilmu Negara dalam Multi
Perspektif. Bandung: Pustaka Setia.
Kartika, Dharsono Sony dan Nanang Ganda Perwira. 2004. Pengantar
Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.
Mas’oed, Mohtar. 1999. Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan.
Yogyakarta: UII Press.
Meyer, Thomas. 2003. Demokrasi Sebuah Pengantar untuk Peneraoan.
Jakarta: Friedrich-Erbert-Stiftung.
Narbuko, Cholid. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Pradopo, Djoko Rachmat. 2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

95
-------. 2014. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ravitch, Diane dan Abigail Thernstrom. 2005. Demokrasi: Klasik dan
Modern. Jakarta: Yayasan Obor Indoensia.
Rifai, Muhammad. 2012. Pramoedya Ananta Toer: Biografi Singkat (1925-
2006). Yogyakarta: Garasi House of Books.
Rosyada, Dede dkk. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)
Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani. Jakarta:
ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kerjasama The Asia
Foundation dan Pernada Media.
Sayuti, Suminto A. 2005. Taufiq Ismail: Karya dan Dunianya. Jakarta:
Penerbit PT Grasindo.
Sobur, Alex. 2017. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset.
Soekanto, Soerjono. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Suhelmi, Ahmad. 2007. Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah
Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat, dan Kekuasaan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakara: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Susetiawan. 1997. Harmoni, Stabilitas Politik dan Kritik Sosial. Yogyakarta:
Uii Press.
Syarwi, Pangi. 2012. Titik Balik Demokrasi: Petunjuk Bagi Pejuang
Demokrasi Di Indonesia. Jakarta: Pustaka Inteligensia.
Waluyo, Herman J. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wibowo, Indiawan Seto Wahyu. 2013. Semotika Komunikasi: Aplikasi
Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Penerbit
Wacana Media.
Zaini Akbar, Akhmad. 1999. Kritik Sosial, Pers, dan Politik Indonesia.
Yogyakarta: Uii Press.

96
Jurnal

Azhar, Dirawan. “Pesan Resistensi pada Puisi “Sajak Suara” Karya Wiji
Thukul.” eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 3 Nomor 3, (2015): hal,
584-597.
Sanjaya, Bima Agung. “Makna Kritik Sosial Dalam Lirik Lagu ”Bento”
Karya Iwan Fals (Analisis Semiotika Roland Barthes).” eJournal Ilmu
Komunikasi, Volume 1 Nomor 4, (2013): hal, 183-199.
Sugiwardana, Ridwan. “Pemaknaan Realitas Serta Bentuk Kritik Sosial dalam Lirik
Lagu Slank”, Journal Unair, Volume 2 Nomor 2, (2013): hal, 86-96.

Wawancara

Wawancara pribadi dengan Taufiq Ismail pada tanggal 6 Mei 2018 di


kediaman Taufiq Ismail Jl. Utan Kayu Raya No. 66 Jakarta Timur,
Pukul 11.15 WIB.
Wawancara pribadi dengan Jamal D. Rahman pada tanggal 26 April 2018 di
kediaman Jamal D Rahman Perumahan Wisma Mas Pondok Cabe,
Blok C2 No. 7, Cinangka, Sawangan, Depok. Pukul 10.15 WIB.

Website

https://ilmuseni.com/dasar-seni/pengertian-seni-menurut-para-ahli
http://www.artikelsiana.com/2015/10/pengertian-puisi-ciri-jenis-jenis-
unsur.html
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2012/12/121203_kpkdjokos
usilo
https://www.youtube.com/watch?v=S2ymnDrrnyA&t=852s

97

Anda mungkin juga menyukai