IDENTITAS SOSIAL
(STUDI KASUS PADA KELOMPOK HARDCORE STRAIGHT EDGE DEPOK)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
AHMAD HARTADI SYURYAVIN
NIM. 1112111000044
iv
KATA PENGANTAR
keberanian, kelancaran, kebaikan, serta segala jalan terbaik untuk penulis dapat
setiap dari siapapun yang membaca serta mempelajari tulisan ini dapat menambah
kompleksitas dalam ilmu sosial akan selalu bertambah dan berkembang seiring
dengan garis waktu yang mendampinginya. Sebuah kehormatan besar bagi penulis
sosiologi yang mana dapat dilihat dan disimpulkan bahwa sosiologi merupakan
Selain itu, jangan pernah ragu untuk memandang ilmu sosial karena
dengan ilmu sosial kita dapat memahami dan mendalami realitas yang ada di
sekitar kita sebagai manusia yang tidak lepas dari masyarakat. Begitu pula dengan
pemilihan tema dan subjek dalam karya ilmiah ini, kajian skripsi ini sungguh
tidak dapat dilepaskan dari kehidupan pribadi penulis sebagai manusia yang
ada dalam penelitian ini karena sesungguhnya skripsi ini merupakan karya yang
v
mengkaji segala hal yang berkenaan dengan kehidupan pribadi-sosial penulis
independen.
Diluar itu, terselesaikannya penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari
kontribusi berbagai pihak yang ada di sekitar penulis, baik kontribusi secara
moril maupun materil. Dengan segala dinamika yang telah ada, penulis
2. Prof. Dr. Zulkifli, MA, dosen serta dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Sosiologi Pendidikan.
vi
menyentuh dimensi yang ilmiah dan senantiasa pula didasarkan dari
pada data yang lengkap dan universal. Berbagai saran dan masukan
lainnya yang sangat berguna juga telah membuat penulis tidak ragu
untuk mengolah berbagai sisi dari skripsi ini. Thank you bang Kesep!
5. Orang Tua, Bapak, yang dengan segala perannya, tidak terhitung sejak
kapan ia berusaha, tidak terhitung berapa banyak hal yang dia berikan,
tidak terhitung berapa banyak hal yang dia ajarkan, segalanya adalah
untuk kebaikan penulis hingga membawa penulis pada tahap ini. Suatu
vii
8. Teman yang telah berperan ekstra bagi penulis dalam menjalani
Mbe, Oci, Ratu dan tidak dapat dilupakan pula yaitu seluruh teman-
Fala, Mita, Fitri, Laila, Desi, Gun, Rifki, Fatur, John; DPR Squad
Galih, Rusdan, Ojay, Faisal Tiger, Doyok, Ara, Rahmi, Ayu, Reza,
Albi, Lukman; serta KKN Insight bos Alfi, Uli, Gita, Tisa, Vina, Rio,
bersama.
10. Angry Youth Records, Thinking Straight, Real Project, dan Stand
11. Straight Answer dan HereToStay Jakarta, grup band legendaris dan
viii
hardcore-punk Jakarta, yang juga telah memberi gambaran betapa
suatu yang sangat berharga dan merupakan bekal utama penulis menyelesaikan
karya ini. Penulis sangat berharap segala kontribusi yang diberikan oleh semua
pihak dapat terbalaskan pula dengan segala kebaikan. Terima kasih untuk
semuanya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan setiap individu
yang membutuhkannya.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah .......................................................................... 1
Simbolik ............................................................................................ 13
x
BAB II GAMBARAN UMUM KAJIAN PENELITIAN
BAB III Latar Belakang Eksistensi Musik Hardcore dan Straight edge
D. Simbolisasi....................................................................................... 74
xi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 89
B. Saran ................................................................................................ 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.6 Laman Media Sosial Ramanda Studio & Music Venue ................. 54
Gambar 4.1 Penikmat musik hardcore sedang membubuhkan dan memakai tanda
Gambar 4.2 Tanda “X” di punggung tangan para pelaku musik hardcore saat
Gambar 4.3 Pamflet dan poster pada salah satu pelaksanaan gigs (pertunjukkan)
Gambar 4.5 Sampul (cover) album dari salah satu grup band hardcore Straight
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Musik adalah salah satu dimensi yang tidak bisa dilepaskan dari dinamika
Segala hal yang berkenaan dengan musik sudah melekat dengan berbagai sendi-
sendi kehidupan sosial. Sehingga dalam aspek integrasi antara musik dan
masyarakat sering kali tercipta dinamika sosial budaya yang beragam. Salah satu
dinamika yang terjadi di dalam aspek keberadaan musik dalam kehidupan sosial
yang diangkat dalam pembahasan penelitian ini yaitu berkenaan dengan nilai gaya
hidup yang dijadikan identitas sosial pada masyarakat di dalam scene (kancah)
musik hardcore.
Dari latar belakangnya, genre musik hardcore merupakan salah satu genre
musik yang muncul sebagai turunan atau sub dari aliran musik yang telah ada
sebelumnya, yaitu musik punk. Maka selanjutnya, secara kasar keberadaan musik
hardcore ini juga turut membawa nilai-nilai yang ada pada kultur genre musik
punk. Lebih lanjut sebagaimana yang diketahui, terdapat stereotip dari masyarakat
umum secara luas di Indonesia maupun di dunia bahwa musik punk merupakan
musik yang identik dengan hal-hal yang dianggap negatif oleh masyarakat.
1
Pada kenyataannya hal itu memang dapat ditemukan di dalam kultur musik
punk yang mana sangat lekat dan identik dengan perilaku kekerasan, penggunaan
dan juga adanya perilaku seks bebas (sikap ini biasa disebut juga dengan perilaku
bent, evidenced by its “no future” slogan and insistence that the world was in
Stereotip yang didasari oleh perilaku yang ada di masyarakat scene (kancah)
musik punk ini juga berlaku pada aliran turunan atau sub-genre dari musik punk
itu sendiri yaitu musik hardcore. Hal ini dikarenakan di dalam genre musik
hardcore, aspek yang berubah dari musik punk hanya alunan dan permainan
musiknya saja, yaitu dalam musik hardcore alunan musik yang tercipta
memunculkan musik dengan ketukan yang lebih cepat dari musik punk
sebelumnya, sedangkan dalam aspek etika nilai budaya kehidupan pelaku maupun
penikmat musiknya masih tetap sama dengan musik punk seperti dijelaskan
sebelumnya.
representasi dari musik keras dan bernilai negatif. Jika dikonotasikan dengan
berbagai band hardcore awal yang telah terkenal seperti Black Flag, Bad Brains,
hingga Dead Kennedys. Merupakan hal yang wajar apabila masyarakat melabeli
musik hardcore sebagai musik keras yang berbudaya negatif, dikarenakan grup-
2
grup musik tersebut merupakan band yang mengawali genre musik hardcore dan
memang masih mempertegas nilai-nilai yang sama pada budaya punk (seperti self-
destruction) yang dianggap oleh masyarakat sebagai suatu hal yang negatif.
budaya yang berkenaan dengan nilai perilaku gaya hidup para pelaku dan
(counter culture) yang berlawanan dengan nilai negatif yang berlaku pada musik
pelaku musik hardcore pada era awal kejayaan musik hardcore memunculkan ide
yang berisi nilai-nilai yang dianggap positif, yang pada akhirnya akan dapat
disebut sebagai antitesis dari nilai budaya musik hardcore yang dianggap negatif
-yang telah tercipta sebelumnya-, sekumpulan nilai gaya hidup tersebut disebut
sebelumnya –yang berkonotasi negatif- dilawan dengan lahirnya sebuah ide nilai
masyarakat, Straight Edge ini merupakan nilai gaya hidup yang muncul dan dapat
3
Tetapi kebanyakan masyarakat pada umumnya tidak mengetahui bahwa di
dalam kancah musik hardcore terdapat konsep nilai gaya hidup Straight Edge
seperti yang disebutkan diatas. Kebanyakan stereotip yang ada di masyarakat pada
umumnya telah jatuh pada persepsi di mana genre musik hardcore merupakan
Keberadaan konsep ide nilai gaya hidup “Straight Edge” ini ditunjang dengan
munculnya kelompok sosial yang menganut konsep gaya hidup tersebut sebagai
keberadaan konsep nilai gaya hidup Straight Edge menjadi riil adanya dan dapat
dibuktikan.
konsep gaya hidup Straight Edge sebagai identitas sosialnya dalam pembahasan
ini yaitu Kelompok Hardcore Straight Edge Depok. Kelompok Hardcore Straight
Edge Depok ini dapat dikatakan sebagai salah satu kelompok yang menegaskan
keberadaan konsep Straight Edge di scene musik hardcore Depok dan sekitarnya
khususnya, serta Indonesia pada umumnya. Kelompok ini terdiri dari para pelaku
serta penikmat musik hardcore yang mayoritas berada di wilayah kota Depok.
Identitas sosial pada kelompok ini berkutat pada implementasi konsep Straight
Edge Depok yang membawa Straight Edge sebagai identitas kelompok inilah
yang juga menegaskan bahwa scene musik hardcore tidak sepenuhnya berkutat
pada sisi nilai perilaku gaya hidup yang berkonteks negatif, berlawanan dengan
persepsi masyarakat, di mana musik hardcore itu dianggap sebagai musik yang
4
beridentitaskan nilai budaya yang condong ke arah yang tidak sesuai dengan nilai
Di Indonesia, pada era awal tahun 2000-an ada sebuah band bergenre punk di
Jakarta yang telah melakukan hal yang hampir identik dengan dinamika yang
terjadi pada musik hardcore, yaitu adanya aksi dari grup musik punk Marjinal
melawan persepsi umum dan diskriminasi terhadap stigma negatif yang lekat pada
pelaku musik punk. Hal ini merupakan analogi dinamika sosial yang identik di
mana straight edge juga muncul sebagai antitesis terhadap stereotip persepsi
umum yang lahir sebelumnya terhadap pelaku dan penikmat musik hardcore.
persesuaian antar individu melalui proses sosialisasi kearah hubungan yang saling
anggota yang saling mengisi konsep bersama. Masyarakat adalah wadah hidup
bersama dari individu-individu terjalin dan terikat dalam hubungan interaksi serta
interelasi sosial. Sebagaimana Manusia sebagai individu tetap tidak akan dapat
Dikatakan demikian oleh karena pada dasarnya manusia sebagai individu pada
2012:26). Karena Kelompok Hardcore Straight Edge Depok ini telah mengakui
konsep nilai gaya hidup Straight Edge sebagai identitas sosial mereka. Maka
menjadi menarik untuk dianalisa bahwa bagaimanakah proses para penikmat dan
pelaku musik hardcore dalam kelompok tersebut menjadi seorang yang menganut
5
konsep gaya hidup Straight Edge. Karenanya kemudian, tulisan ini akan berusaha
hidup Straight Edge pada Kelompok Hardcore Straight Edge Depok tersebut,
serta bagaimana mereka menjalankan konsep Straight Edge tersebut dalam diri
mereka.
B. Pertanyaan Penelitian
Straight Edge.
Edge Depok.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
6
dan kelompok sosial. Karena dimensi-dimensi yang diteliti
ilmu sosial.
b. Manfaat Praktis
akan lepas dari kelompok sosial yang selalu ada pada posisi
D. Tinjauan Pustaka
subjek pada penelitian ini yaitu tentang kelompok pada scene (kancah) musik
hardcore pada dasarnya sudah pernah diteliti dan didalami oleh berbagai pihak.
Sebagai korelaasi awal, pada tahun 2010 ada peneliti bernama Anto Sanjaya dan
7
Hardcore di Kudus. Anto Sanjaya dan Mohammad Widjonarko mengawali
mana tidak ada satu manusia pun yang secara fisik maupun psikologis identik satu
sama lainnya, hal ini berlaku juga tterhadap nilai-nilai yang dianut oleh setiap
untuk memenuhi kebutuhan nilai individu, berangkat dari sinilah Anto Sanjaya
Keadaan masyarakat yang selalu memiliki orientasi nilai ini akan membuat seriap
hidupnya.
Oleh karena itu Anto Sanjaya dan Mohammad Widjonarko ingin mendalami
lebih lanjut apakah nilai yang dianut dalam Kudus Hardcore Community (KDHC)
8
penelitiannya menggunakan teori tipe motivasi nilai yang dinyatakan oleh
pada nilai kreativitas dan nilai lainnya yaitu nilai independensi. Nilai ini dianut
Selain Anto Sanjaya dan Mohammad Widjonarko juga ada penelitian lain
yang sebenarnya memiliki tulisan yang memiliki arah yang berbeda tetapi
Berikutnya yaitu, Ilham Pamungkas Sara dan Pambudi Handoyo pada 2014
Sidoarjo (HCS) ini terdapat berbagai ideologi yang dianut berfungsi sebagai
Sidoarjo (HCS) merupakan salah satu komunitas yang berpengaruh bagi sebagian
Sara dan Pambudi dalam tulisan ini menjelaskan mengenai tahap sosialisasi yang
yang mana dengan kondisi ini Ilham Pamungkas Sara dan Pambudi menunjuk
teori looking glass self untuk dapat menjelaskan tahap sosialisasi yang
9
dititikberatkann pada pandangan orang lain terhadap diri individu sendiri. Selain
itu Ilham Pamungkas Sara dan Pambudi juga memakai tiga tahap proses
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam proses pencarian jati diri
melibatkan proses sosialisasi serta adanya pengaruh psikologi sosial dalam proses
tersebut.
Selanjutnya ada penelitian yang juga identik dengan subjek yang diambil
dalam pembahasan. penelitian ini dilakukan oleh Familia Inka Dewi dan Martinus
Dalam penelitian ini Familia Inka Dewi dan Martinus Legowo menggunakan
yang digunakan adalah statistik sederhana dengan tabel silang sederhana. Familia
Inka Dewi dan Martinus Legowo dalam penelitian ini menggunakan teori dari
menjelaskan bahwa perilaku hidup sehat harus ditanamkan sejak usia dini.
10
tetapi praktiknya masih rendah. Penelitian ini secara empiris menjawab masalah
hardcore mengalami peningkatan. Familia Inka Dewi dan Martinus Legowo juga
menemukan bahwa Kesehatan yang tinggi itu juga dipenggaruhi oleh adanya gaya
hidup straight edge yang merupakan sebuah motivasi hidup komunitas hardcore
untuk tidak merusak diri sendiri dengan mengkonsumsi zat atau obat-obatan
berbahaya untuk diri sendiri. Menurut hasil yang didapat Familia Inka Dewi dan
Martinus Legowo juga menyatakan Gaya hidup straight edge mencoba untuk
oleh punk yang sangat identik dengan kebiasaan mabuk dan kerusuhan. Sehingga
hardcore mempunyai gaya hidup yang jauh berbeda dengan punk karena
sosial, maka merupakan hal yang relevan apabila tinjauan pustaka mengenai
kelompok sosial diangkat untuk ditinjau secara umum. Sebagaimana tulisan yang
dibuat oleh Novia Fadliyanti pada tahun 2015 yang berjudul Studi Kelompok
Sosial pada Siswa SMA Negeri 6 Pekanbaru. Novia Fadliyanti menyatakan bahwa
Kelompok sosial dapat terbentuk oleh berbagai aspek, termasuk dalam kelompok
siswa, dalam hal ini adalah kelompok siswa yang berstatus “eksis”. Untuk
para remaja berusia diantara 15 hingga 19 tahun yang akan mnunjukan identitas
11
kelompoknya. Metode yang digunakandalam penelitian adalah metode kualitatif,
dalam kelompok sosial. Novia Fadliyanti menjabarkan dalam penelitian ini bahwa
Kelompok sosial adalah kumpulan dari orang-orang yang memiliki tujuan dan
keanggotaan yang sama yang saling berinteraksi satu sama lain. Kelompok sosial
atau entitas dibentuk oleh sekumpulan orang yang hidup bersama, dikarenakan
hubungan yang ada diantara mereka. sifatnya timbale-balik dan saling membantu.
dengan siswa sekolah yang lainnya. Didasarkan oleh pandangan, mengenai minat
kelompok lebih dominan didasari oleh minat rekreasi, dan kepemilikan alat akses
kendaraan.
Kemudian dari semua itu, Melalui tulisan-tulisan penelitian diatas, dari Anto
Sanjaya hingga Novia Fadliyanti, terdapat korelasi materi dan variabel yang
beririsan dengan penelitian ini yang mana sesungguhnya menjadi menarik dan
perlu diungkap bagaimana internalisasi nilai identitas sosial Straight Edge pada
kelompok hardcore yang dalam hal ini berorientasi sebagai kelompok sosial.
Beberapa variabel yang sudah diangkat sebelumnya diatas, ada beberapa acuan
yang bisa diambil untuk memasuki tahap analisa lebih lanjut mengenai
Bahkan di beberapa tinjauan pustaka tersebut ada beberapa analisa yang sangat
12
maupun keberadaan Straight Edge itu sendiri. Dikarenakan beberapa variabel dari
teori hingga objek penelitian pada penelitian ini sebenarnya telah beberapa kali
pernah diangkat ke analisa ilmiah. Tetapi memang penelitian terdahulu ini dapat
dijadikan sebagai titik acuan bagi peneliti untuk masuk ke dalam variabel-variabel
yang ada secara lebih jelas dan dijadikan dasar menjalankan penelitian dengan
lebih terarah yang juga bergerak kearah yang lebih kritis dalam mengungkap
berbagai variabel yang diteliti, karena setiap variabel yang ada pada tinjauan
pustaka beririsan langsung. Selain itu memang tinjauan pustaka ini menunjukkan
bahwa tidak semua hal yang telah diungkap dalam literatur terdahulu dapat
E. Kerangka Teori
Simbolik
yang dikemukakan oleh George Herbert Mead yaitu ranah teori interaksionisme
makhluk yang dimotivasi oleh faktor-faktor dari luar yang berada di luar kontrol
yang reflektif dan karena itu bisa bertingkah-laku secara reflektif (Bernard Raho,
mikro dalam aspek sosiologis, dimana individu menjadi unit analisis yang cukup
13
akarnya behaviorisme (Bernard Raho, 2007:106). Asumsi krusial bahwa manusia
2004:393). Interaksionisme simbolik juga tidak melihat akal budi sebagai benda
Proses itu adalah bagian dari proses yang lebih luas, aksi dan reaksi (Bernard
Raho, 2007:107).
dalam proses itu, manusia tidak cuma menerima informasi melainkan dia
Menurut Mead, individu yang berpikir dan sadar diri tidak mungkin ada sebelum
14
kelompok sosial. Kelompok sosial hadir terlebuh dahulu, dan dia mengarah pada
seseorang menjadikan dirinya sendiri sebagai objek; diri adalah kemampuan khas
Mead melihat bagaimana pikiran individu dan diri muncul dari proses sosial.
penting untuk tatanan sosial. Dalam pandangan Mead, pikiran individu dapat
dimengerti hanya dari segi proses sosial. Bagi Mead, proses sosial dan
proses sosial: komunikasi antar manusia (George Ritzer dan Douglas J. Goodman,
2004:385). Diri tumbuh melalui perkembangan serta melalui aktivitas dan relasi
sosial. Bagi Mead, mustahil membayangkan suatu diri bisa lahir di tempat di
mana tidak tersedia pengalaman sosial (George Ritzer dan Douglas J. Goodman,
2004:385).
15
The self, like the mind, is a sosial emergent. This sosial conception of
the self, Mead argues, entails that individual selves are the products
of sosial interaction and not the (logical or biological) preconditions
of that interaction. Mead contrasts his sosial theory of the self with
individualistic theories of the self (that is, theories that presuppose the
priority of selves to sosial process). "The self is something which has
a development; it is not initially there, at birth, but arises in the
process of sosial experience and activity, that is, develops in the given
individual as a result of his relations to that process as a whole and to
other individuals within that process" (George Hebert Mead
1934:135)
Mekanisme umum perkembangan diri adalah reflektivitas, atau kemampuan
untuk meletakkan diri kita secara bawah sadar di tempat orang lain serta bertindak
sebagaimana orang lain menelaah dia (George Ritzer dan Douglas J. Goodman,
2004:386).
”How is this objectification of the self possible? The individual, can enter as an
object [to himself] only on the basis of sosial relations and interactions, only by means of
inilah –pengalaman seorang individu yang diarahkan pada dirinya sendiri- seluruh
orang lain terhadap dirinya, individu mampu secara sadar menyesuaikan dirinya
dengan proses tersebut, dan memodifikasi proses yang dilakukan dalam tindakan
Goodman, 2004:386).
16
Sudut pandang orang dalam melihat dirinya bisa dari perspektif individu atau
”Hanya dengan memainkan peran orang lainlah kita mampu kembali lagi pada
diri kita” (George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2004:387). Agar memiliki diri,
orang harus menjadi anggota komunitas dan ia diarahkan oleh sikap yang sama
Dalam hubungan yang melahirkan dinamika pikiran (Mind) dan diri (Self),
Mead menganalisa empat tahap tindakan. Empat tahap Tindakan disini merupakan
tahapan yang dijalankan oleh individu dalam memutuskan nilai atau tindakan apa
yang akan dia ambil, didasarkan pada kebutuhannya dalam mengekspresikan diri
the act as determining "the relation between the individual and the
environment". These situations are fundamentally characterized by
the relation of an organic individual to his environment or world. The
world, things, and the individual are what they are because of this
relation [between the individual and his world]" (George Herbert
Mead 1938:215)
Tindakan disini dipilih oleh individu dalam mengeksternalisasikan ekspresi
perhatiannya pada stimulus dan respons (George Ritzer dan Douglas J. Goodman,
17
2004:380). Mead menyatakan bahwa analisis tentang tindakan merupakan “unit
paling inti” dalam teorinya. Mead mengidentifikasi empat tahap dalam pilihan
tindakan, empat tahap ini merupakan tahap yang dialektis dan merupakan tahapa
The act as developing in four stages: (1) the stage of impulse, upon
which the organic individual responds to "problematic situations" in
his experience (e.g., the intrusion of an enemy into the individual's
field of existence); (2) the stage of perception, upon which the
individual defines and analyzes his problem (e.g., the direction of the
enemy's attack is sensed, and a path leading in the opposite direction
is selected as an aVenue of escape); (3) the stage of manipulation,
upon which action is taken with reference to the individual's
perceptual appraisal of the problematic situation (e.g., the individual
runs off along the path and away from his enemy); and (4) the stage of
consummation, upon which the encountered difficulty is resolved and
the continuity of organic existence re- established (e.g., the individual
escapes his enemy and returns to his ordinary affairs) (George
Herbert Mead 1938:3-25)
Tahap pertama adalah Impuls, yang melibatkan “stimulasi indrawi langsung”
dan reaksi aktor reaksi aktor terhadap stimulasi tersebut, kebutuhan untuk berbuat
sesuatu. Rasa lapar adalah contoh yang tepat bagi impuls ini. Aktor (manusia atau
bukan) dapat merespons secara langsung dan tanpa perlu berpikir, terhadap
impuls, namun aktor manusia lebih cenderung berpikir tentang respons yang
juga pemgalaman masa lalu dan antisipasi terhadap akibat-akibat dari tindakan
tersebut di masa depan. Rasa lapar datang dari konsidi batiniah aktor atau bisa
ditimbulkan oleh kehadiran makanan di dalam lingkungan, dan yang paling sering
muncul dari kombinasi keduanya. Terlebih lagi, orang yang lapar harus
18
makanan tidak dapat langsung tersedia aataupun tidak dalam jumlah yang cukup.
Impuls ini, sebagaimana impuls-impuls lain, bisa terkait dengan masalah di dalam
lingkungan (yaitu, makanan yang tidak langsung tersedia), yang harus diatasi oleh
aktor. Memang, kendati suatu impuls seperti rasa lapar bisa datang dari individu
(meskipun dalam hal ini rasa lapar dapat disebabkan oleh stimulus eksternal, dan
tidak ada definisi sosial tentang kapan saat yang tepat untuk lapar), namun dia
kurangnya bahan makanan). Seperti halnya elemen-elemen lain dalam teori Mead,
impuls juga melibatkan aktor dan lingkungannya (George Ritzer dan Douglas J.
Goodman, 2004:380).
Tahap kedua tindakan adalah Persepsi, di mana aktor mencari dan bereaksi
terhadap, stimulus yang terkait dengan impuls, yang dalam hal ini adalah rasa
lapar dan berbagai cara yang ada untuk memuaskannya. Orang memiliki
indra perasa, dan lain sebagainya. Persepsi melibatkan stimulus yang datang,
maupun citra mental yang mereka ciptakan. Orang tidak sekedar merespons secara
Selain itu, biasanya orang berhadapan denhan berbagai stimulus berbeda, dan
mereka memiliki kemampuan untuk memilih mana yang akan diambil dan mana
19
yang akan diabaikan. Mead menolak memisahkan orang dari objek yang mereka
seseorang; persepsi dan objek tidak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lain
objek telah dipersepsi, tahap selanjutnya adalah manipulasi objek, atau lebih
lebih rendah. Orang memiliki tangan (dengan ibu jari yang dapat ditekuk) yang
memungkinkan mereka melakukan manipulasi terhadap objek jauh lebih baik dari
pada yang dapat dilakukan oleh binatang-binatang yang lebih rendah. Bagi Mead,
fase manipulasi ini menciptakan jeda temporer dalam proses tersebut sehingga
suatu respons tidak secara langsung terwujud. Manusia yang lapar melihat jamur,
apakah jenis jamur tersebut dapat dimakan atau tidak. Sebaliknya, binatang yang
mencicipinya (dan jelas tanpa membaca tentangnya). Jeda yang diperoleh dari
20
menimbang-nimbang objek tersebut memungkinkan manusia merenungkan
berbagai respons. Ketika berpikir apakah akan memakan jamur tersebut atau
tidak, masa lalu dan masa depan yang dilibatkan. Orang dapat berpikir tentang
pengalaman di masa lalu, yaitu ketika mereka makan jamur kemudian jatuh sakit,
dan mungkin mereka berpikir tentang sakit yang mungkin muncul di masa-masa
yang akan datang, atau bahkan kematian, yang mungkin mengiringi proses makan
mana aktor mencoba berpikir dengan cara menguji beberapa hipotesis tentang apa
yang akan terjadi jika jamur itu jika jamur itu dikonsumsi. (George Ritzer dan
jamur (atau tidak), dan hal ini akan memunculkan tahap terakhir tindakan, yaitu
Konsumasi, lebih umum lagi, mengambil tindakan yang akan memuaskan impuls
awal. Manusia dan binatang yang lebih rendah cenderung tidak memakan jamur
membaca) dampak dari makan jamur tersebut. Binatang yang lebih rendah pasti
mengandalkan metode coba-coba, namun ini adalah teknik yang kalah efisien
bahwa binatang yang lebih rendah lebih rentan terhadap kematian (George Ritzer
memperlihatkan proses dialektis dalam pemikiran Mead, yang pada akhirnya akan
21
menentukan tindakan apa yang akan diambil untuk memenuhi kebutuhan diri
memang mengungkap dinamika interaksi mikro yang dekat dengan aspek pikiran
arti dan simbol-simbol dalam aksi dan interaksi manusia (Bernard Raho,
2007:111). Dalam interaksi sosial, orang belajar simbol-simbol dan arti-arti. Jika
memberi arti kepadanya dan bertindak seturut arti yang diberikan itu (Bernard
yang lain daripada yang tampak di dalam objek itu sendiri. Orang menggunakan
Raho, 2007:109-110).
making them the same responses which they explicitly arouse, or are supposed (intended)
to arouse, in other individuals, the individuals to whom they are addressed” (George
22
Herbert Mead 1934:47). Oleh karena kemampuan untuk mengerti arti dan simbl-
diambil. Manusia tidak perlu menerima begitu saja arti-arti dan simbol-simbol
yang juga memanggil suatu makna dalam diri individu kedua. Ketika gestur
mencapai situasi tersebut ia disebut dengan apa yang kita namakan „bahasa‟. Kini
yang juga dia harapkan akan diberikan oleh individu yang jadi sasaran gestur yang
jadi sasaran gestur yang dia lakukan (walaupun bentuk respons itu tidak mesti
23
Language, as we have seen, is communication via "significant
simbols," and it is through significant communication that the
individual is able to take the attitudes of others toward herself.
Language is not only a "necessary mechanism" of mind, but also the
primary sosial foundation of the self. I know of no other form of
behavior than the linguistic in which the individual is an object to
himself . . . (George Herbert Mead 1934:142).
Dalam versi yang sederhana, bahasa sudah dapat dikatakan sebagai simbol,
Within the linguistic act, the individual takes the role of the other, i.e.,
responds to her own gesturs in terms of the simbolized attitudes of
others. This "process of taking the role of the other" within the
process of simbolic interaction is the primal form of self-
objectification and is essential to self- realization (George Herbert
Mead 1934:160-161).
Generalized Other (Orang lain pada umumnya) merupakan suatu konsep yang
24
Orang lain pada umumnya (generalized other) adalah sikap seluruh
sangat mendasar bagi diri. Baru ketika seseorang memasang sikap sebagaimana
yang ada dalam kelompok sosial tempat ia berada guna menyikapi aktivitas sosial
1934:115).
attitudes of all participants together to form a simbolized unity: this unity is the
lain pada umumnya (generalized other) tidak hanya merupakan sesuatu yang
esensial bagi diri, namun juga penting bagi perkembangan aktivitas kelompok
25
aktivitas mereka agar sejalan dengan sikap orang lain pada umumnya. orang lain
Mead untuk memberikan prioritas pada kehidupan sosial, karena melalui orang
(George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2004:388). The generalized other is "an
individual orang-orang lain menjadi sikap suatu kelompok sosial atau sikap
kelompok yang terorganisasi, dan dengan demikian perasaan ini menjadi refeksi
individual dari pola-pola sistematis perilku sosial atau perilaku kelompok yang
yang dia pakai untuk menyikapi dirinya sendiri sebagaimana ia menyikapi orang
lain lewat mekanisme sistem saraf sentral (Mead dalam Ritzer, 2004:387).
Dengan kata lain, agar memiliki diri, orang harus menjadi anggota komunitas
dan ia diarahkan oleh sikap yang sama dengan sikap komunitas dan ia diarahkan
oleh sikap yang sama dengan sikap komunitasnya (George Ritzer dan Douglas J.
Goodman, 2004:388).
26
“What goes on in the game goes on in the life of the child all the time.
He is continually taking the attitudes of those about him, especially
the roles of those who in some sense control him and on whom he
depends. He gets the function of the process in an abstract way at
first. It goes over from the play into the game in a real sense. He has
to play the game. The morale of the game takes hold of the child more
than the larger morale of the whole community. The child passes into
the game and the game expresses a sosial situation in which he can
completely enter; its morale may have a greater hold on him than that
of the family to which he belongs or the community in which he lives.
There are all sorts of sosial organizations, some of which are fairly
lasting, some temporary, into which the child is entering, and he is
playing a sort of sosial game in them. It is a period in which he likes
"to belong," and he gets into organizations which come into existence
and pass out of existence. He becomes a something which can
function in the organized whole, and thus tends to determine himself
in his relationship with the group to which he belongs. That process is
one which is a striking stage in the development of the child's morale.
It constitutes him a self-conscious member of the community to which
he belongs” (George Herbert Mead 1934:160)
Bagi interaksionisme simbolik, aktor paling tidak memiliki otonomi. Dia tidak
begitu saja dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan yang berasal dari luar dirinya
yang bebas dalam kehidupan sosialnya, dalam hal ini kelompok. Lebih dari itu,
Kerangka teori ini dijadikan dasar pandangan analisis yang relevan digunakan
karakter hingga lika-liku kausal antara individu dengan kelompok secara umum
27
mencakup berbagai hal dalam beberapa aspek yang ingin diungkapkan dalam
studi kasus.
F. Definisi Konseptual
1. Gaya Hidup
Menurut Henry Assael, gaya hidup adalah “A mode of living that is identified
by how people spend their time (activities), what they consider important in their
environment (interest), and what they think of themselves and the world around
adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat,
2. Identitas Sosial
Menurut Erikson, identitas adalah suatu penyadaran yang dipertajam akan diri
sendiri dan sebagai kesatuan unik yang memelihara kesinambungan arti masa
lampaunya sendiri bagi orang lain dan bagi diri sendiri; yang mengintegrasi
gambaran diri yang dihadiahkan atau dipaksakan padanya oleh orang lain bersama
dengan perasaan-perasaannya sendiri tentang siapakah dia dan apakah yang dapat
dibuatnya (1989:183). Dalam hal ini juga Erikson mengatakan bahwa, orang yang
mencari identitas berarti orang yang menentukan siapa dan apa yang dia inginkan
28
Menurut Jenkins, identitas sosial dalam kerangka ekspresinya, menjadi cara
dimana individu dan kolektif dibedakan dalam interaksi sosialnya dengan individu
dan kolektif lain (1996:3-4). Selain itu, Hogg dalam Leary and Tangney
suatu kelompok, yang mana kelompok ini berbeda dengan kelompok lain, dan
kelompok ini dibedakan dengan kelompok lainnya didasarkan pada perilaku yang
ada dalam kelompok tersebut. Identitas sosial (social identity) merujuk pada
sekumpulan orang yang berada dalam satu kelompok perbedaan dengan orang-
orang yang berada dalam kelompok yang lain yang diasosiasikan dengan perilaku
kelompok (2003).
Di dalam dinamika identitas sosial selalu ada aksi sosialisasi disana, secara
belajar yang dilakukan oleh seseorang (individu) untuk berbuat atau bertingkah
laku berdasarkan patokan yang terdapat dan diakui dalam masyarakat. Dalam
kebiasaan, sikap dan ide-ide dari orang lain; kemudian seseorang memercayai
2012:57).
29
3. Kebudayaan
Dalam hal ini kebudayaan dipandang sebgaai cara hidup atau pandangan
hidup itu meliputi cara berpikir, cara berencana, dan cara bertindak, di samping
segala hasil karya nyata yang dianggap berguna, benar dan dipatuhi oleh anggota
Selain itu di dalam kebudayaan sudah pasti terdapat nilai yang mana nilai
adalah konsep-konsep umum tentang seseuatu yang daianggap baik, patut, layak,
kelompok masuarakat tersebut, mulai dari unit kesatuan sosial terkecil hingga
suku, bangsa, dan masyarakat internasional (Elly M, Setiadi dan Usman Kolip,
proses yang dilakukan oleh pihak yang tengah menerima proses sosialisasi.
namun proses ini tidaklah bersifat pasif, akan tetapi merupakan proses aktivitas
pedagogis yang bersifat aktif juga (Elly M, Setiadi dan Usman Kolip, 2011:165).
30
pesan yang diterima terutama yg menyangkut makna yang dilihat dan
didengarnya.
4. Simbol
Tentang simbol, Charon dalam Ritzer menyatakan bahwa Simbol adalah objek
tersebut (2004:395). Di dalam simbol ini terdapat korelasi dengan yang disebut
dengan tanda, tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya mencari
G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
dokumentasi, dan sumber resmi lainnya. Menurut Bogdan dan Tylor penelitian
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”
(Moleong, 2002:4).
31
Dalam penelitian ini juga ditentukan studi kasus yang merepresentasikan
mendapatkan gambaran yang mendalam tentang suatu kasus yang sedang diteliti
(2014:22).
2. Subjek Penelitian
Informan yang akan menjadi subjek penelitian pada penelitian ini adalah
penikmat dan pelaku musik hardcore yang sering berinteraksi di scene (kancah)
snowball sampling. Dalam sampling ini kita mulai dengan kelompok kecil yang
kelompok itu senantiasa bertambah besarnya, bagaikan bola salju yang kian
membesar bila meluncur dari puncak ke bawah (Ida Bagoes Mantra, 2008:117-
118).
benar bergerak mencari informasi berdasarkan data yang ada di dalam subjek
penelitian secara meluas, tetapi di satu sisi informan tersebut tetap berada dalam
32
3. Lokasi Penelitian
yang termasuk dalam Kelompok Hardcore Straight edge berada yaitu di tempat
Depok, Jawa Barat di mana anggota kelompok ini sering berinteraksi. Lokasi
pada individu dan kelompok sosial yang akan diteliti sehingga dapat membantu
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini diawali pada bulan Juli dan Agustus yaitu tahap proses
dilakukan collecting data ke lapangan pada rentang waktu bulan September dan
waktu tersebut dianggap cukup untuk mengeksplorasi berbagai hal yang esensial
dalam objek penelitian dan tentunya akan diungkap berbagai hal berguna dan
analisis dari data yang telah didapat di lapangan (post-field research) pada
kesimpulan pada rentang waktu bulan Januari sebagai penutup keseluruhan hasil
penelitian.
33
H. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
2. Observasi
Dalam observasi ini peneliti terjun langsung ke dalam dunia riil objek
34
kasus penelitian, dalam konteks ini kegiatan para penikmat musik
Faisal, 2007:52).
3. Dokumentasi
kualitatif sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang
yang dikodekan serta mengkaji data mentah dan data yang direkam (Neuman,
35
2013:570). Analisis data dalam penelitian ini dengan analisis data secara
sepanjang penelitian dan dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir
J. Sistematika Penulisan
36
Mengenai eksistensi musik hardcore hingga
eksistensi straight edge itu sendiri
Bab IV Analisis Data: Pada bagian ini terdiri dari analisis yang
dilakukan berdasarkan data-data yang telah
didapatkan di lapangan, tetntunya
diintegrasikan pula dengan perspektif teori yang
di ambil yaitu interaksionisme simbolik. Pada
bab ini juga terdapat hasil wawancara dan
observasi yang digunakan untuk dasar analisa
lebih lanjut.
Bab IV Kesimpulan dan Saran: Pada bagian ini telah dimuat kesimpulan dan
saran. Kesimpulan diambil dan ditentukan
berdasarkan hasil dari dilaksnakannya proses
penelitian yang telah dilaksanakan serta saran
dijabarkan sebagai suatu hal yang diharapkan
dapat bermanfaat bagi aspek akademis dan
praktis di waktu kemudian.
37
BAB II
A. Kota Depok
Salah satu kota besar di Indonesia adalah kota Depok, Jawa Barat. Kota
Depok merupakan salah satu kota besar yang menjadi salah satu kota penyangga
bagi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta selain kabupaten Bogor, kota Bogor,
Bekasi, dan kota Bekasi. Letaknya yang berdekatan dan berbatasan langsung
dengan DKI Jakarta sebagai kota yang bersifat metropolitan membuat kota Depok
langsung dengan wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan
wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman ,
Kota Pendidikan, Pusat pelayanan perdagangan dan jasa, Kota pariwisata dan
sebagai kota resapan air (jabarprov.go.id). Letak kota Depok yang sangat dekat
dengan kota Jakarta tersebut membuat kota Depok memiliki dinamika serta
38
Gambar 2.1 Lambang Kota Depok
Sumber: jabarprov.go.id
pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun
Indonesia (UI), serta meningkatnya perdagangan dan Jasa yang semakin pesat
bahwa perkembangan kota Depok terjadi tidak jauh dari garis waktu
menjadi kota metropolitan yang begitu kompleks. Walaupun kota Depok berawal
dari salah satu bagian daerah kabupaten Bogor, tetapi dalam relasi sosial maupun
wilayah kota Jakarta. Hal ini ditandai dengan pembangunan dan perkembangan
kota Depok yang identik dan selaras dengan perkembangan sosial dan ekonomi di
ibukota Jakarta. Sebagaimana salah satu contoh yang dapat dilihat yaitu dari
39
pergerakan penduduk yang kebanyakan masyarakat Betawi Jakarta pindah ke
dan sekitarnya.
kota Depok. ini tentunya merupakan suatu hal yang wajar apabila melihat lokasi
yang dekat dan berbatasan langsung dengan kota Jakarta menyebabkan kemajuan
dan perkembangan yang pesat dari sisi administrasi hingga kependudukan. Dapat
diketahui bersama bahwa kota Jakarta merupakan kota yang menjadi daya tarik
utama yang tinggi dalam aspek ekonomi dibanding dengan kota lain di Indonesia,
pembangunan fisik maupun non fisik secara ekonomi, sosial, hingga politik secara
bersamaan terus dilakukan, maka bukan hal yang aneh lagi apabila pergeseran
penduduk dari kota Jakarta yang padat ke kota penyangga di sekitar Jakarta
terjadi, termasuk didalamnya yaitu kota Depok sebagai salah satu kota penyangga
40
Selain itu kota Depok sebagai kota yang sudah berkembang secara pesat
Sumber: depokkota.bps.go.id
terdiri atas laki-laki 1.025.784 jiwa (50,44%) dan perempuan 1.007.724 jiwa
41
2014 kepadatan penduduk Kota Depok mencapai 10.255 jiwa/km2. Kecamatan
(http://www.depok.go.id).
Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19‟ 00” – 6o 28‟
00” Lintang Selatan dan 106o 43‟ 00” – 106o 55‟ 30” Bujur Timur. Secara
geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada
satu kota yang berbatasan secara langsung secara membujur sepanjang bagian
selatan wilayah kota Jakarta. Kota Depok dapat dikatakan juga sebagai pintu
gerbang bagi mobilitas sosial masyarakat dari wilayah luar kota Jakarta yang
ingin keluar masuk kota Jakarta dari arah selatan, seperti dari kabupaten Bogor
atau kota Bogor, maupun dari berbagai wilayah lainnya di provinsi Jawa Barat.
Hal ini dimungkinkan karena tersedianya akses berupa jalan raya dan jalur kereta
api dari arah selatan ke utara kota Depok, yang mana di sebelah selatan kota
Depok merupakan wilayah kota dan kabupaten Bogor dan di sebelah utara kota
Depok merupakan wilayah DKI Jakarta secara langsung. Salah satu akses jalan
utama yang membentang dari selatan ke utara kota Depok adalah Jalan Margonda
Raya.
42
Gambar 2.2 Jalan Margonda Raya sebagai akses utama di kota
Depok
Sumber: depok.go.id
Bahkan ketersediaan Jalan Margonda Raya sebagai jalan utama ini bukan
antar daerah, tetapi juga dimanfaatkan sebagai area pusat perekonomian dan
bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meter diatas permukaan laut
dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai wilayah termuda
Dengan kondisi bentang alam yang didominasi oleh dataran rendah tetntunya
semakin membuat kota Depok ideal untuk dijadikan sebuah kota dengan basis
43
pemukiman yang tinggi, hal ini berbeda dibandingkan dengan kesulitan
Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Disamping itu
terdapat pula 25 situ. Data luas situ pada tahun 2005 sebesar 169,68 Ha, dengan
cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali
masalah fisik ini terjadi di kota Depok. Di kota Depok, menghilangnya daerah-
daerah resapan air seiring pemukiman yang secara massif dibangun merupakan
suatu hal yang sulit untuk dibendung dalam kondisinya sebagai kota besar yang
senantiasa berkembang.
yang beragam dalam aspek dunia musiknya. Layaknya kota metropolitan di dunia,
Depok yang berdekatan dengan kota Jakarta memiliki keragaman kegiatan yang
berkenaan dengan musik, sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan akan kepuasan
penikmat dan pelaku yang sanantiasa berinteraksi dan saling memenuhi satu sama
44
lain, jika keduanya sudah ada dalam masyarakat, maka kancah musik akan dapat
ttercipta, bahkan tanpa direncanakan. Begitu pula dengan kota Depok sendiri,
berpengaruh besar terhadap persebaran scene musik di kota ini. Sebagai kota yang
tinggi dari media massa yang mengangkat scene musik tersebut. Seperti media
televisi, hingga radio yang umumnya hanya menyiarkan musik dari scene musik
mainstream, yang biasanya bergenre pop dan bertemakan tentang cinta, suatu
yang cengeng, dan sebagainya, karena perusahaan label musik besar biasanya
Akhirnya masyarakat terdikte dan memahami hanya selera musik yang seperti itu-
itu saja. Tetapi di balik itu, scene musik indie memiliki pengaruh yang –secara
tidak terdeteksi- sangat kuat dalam perkembangan scene musik di kota Depok
khususnya, yang tidak berbeda jauh dengan Jakarta. Berbagai genre berkembang
dengan pesatnya hingga saat ini, tidak hanya pop tentunya, dari musik punk,
hardcore, hingga metal –dan bahkan lebih dari itu- turut memenuhi scene musik
berikut:
45
Over the past year there has been certain scenes around Asia who
consistently have been producing hardcore bands that are world
class. Without a doubt, one of the places in Asia that has an insanely
high caliber of really really good bands is Depok in Indonesia (2015).
Perkembangan genre-genre musik indie tersebut ditopang oleh kreatifitas-
kreatifitas pecinta musik di kota besar serta tersedianya studio hingga label-label
signifikan di kota Depok. Geliat musik independen memang biasa terjadi di kota-
memang tersedia. Dan scene musik independen hadir dan memberikan pilihan-
massa besar.
scene musik indie bukan merupakan kancah musik yang sembarangan. Scene
hardcore, dan juga metal. Hal ini menunjukkan bahwa scene musik di kota Depok
46
C. Kelompok Hardcore Straight Edge Depok
jenis dan berhubungan satu dengan yang lain tetapi tidak terikat dalam ikatan
Hardcore Straight Edge Depok karena Kelompok Hardcore Straight Edge Depok
tetapi memiliki ikatan kesadaran bersama atas nilai dan minat yang sama pada
individu yang tidak terikat secara struktur tetapi memiliki minat serta nilai yang
sama dalam melakukan kegiatan serta interaksinya, kesamaan itu terletak pada
kecintaan para anggotanya terhadap musik hardcore, dan secara ruang mereka
berorientasi dalam ruang lingkup wilayah yang sama yaitu di wilayah kota Depok.
semakin luas dan universal, musik menjadi salah satu aspek yang juga terbawa
musik hardcore di Indonesia dan di Depok khususnya yang merupakan salah satu
47
implikasi dari persebaran informasi secara global. karena akar dari musik
hardcore ini bukan merupakan kultur musik yang lahir di masyarakat Indonesia,
Selain itu, seperti dapat diketahui bahwa aspek seni musik pada era
modern seperti sekarang ini dapat menyentuh berbagai aspek dalam kehidupan
manusia sebagai individu, dari dimensi sosial, politik, ekonomi, hingga aspek
esensial lainnya. Sehingga berbagai hal dalam sendi kehidupan bukan merupakan
hal yang aneh lagi jika ditautkan dengan aspek musik. Sebagaimana juga dalam
dimensi kesenian tetapi sudah sering sekali masuk ke dimensi kultur atau budaya.
Hal ini dapat dilihat dari berbagai dinamika sosial budaya yang berhubungan atau
pun didasari oleh seni musik. Sebagai salah satu contoh yaitu keberadaan musik
punk yang mana tidak hanya menekankan pada aspek musikalitasnya saja tetapi
merupakan salah satu bentuk dinamika sosial yang berkenaan dengan nilai dan
minat individu sebagai makhluk sosial yang aktif. Minat maupun kecintaan
signifikan pula terhadap sesama penikmat musik hardcore lainnya, yang dalam
hal ini berorientasi dalam ruang lingkup kota Depok yang pada akhirnya
48
Anggota dalam kelompok Hardcore Straight Edge Depok ini secara
yang mereka lakukan tentunya berorientasi pada segala hal yang berhubungan
”MAD” yang menyatakan bahwa “yang jelas sih kita nongkrong-nongkrong sama
seperti anak-anak yang suka musik pada umumnya. Ya pasti kita ngobrol tentang
musik” (wawancara mendalam pada tanggal 6 September 2016). Hal senada juga
diutarakan oleh “UC” bahwa “ya pastinya kita nongkronglah, ngebahas musik.
Selain itu ya kita suka bikin acara musik (hardcore) bareng-bareng temen-temen
September 2016). Begitu pula dengan tanggapan “MEA” bahwa, “gue dan temen-
temen suka bikin acara atau gigs (pertunjukan musik) hardcore bareng-bareng”.
hardcore Depok:
49
Gambar 2.3 Salah satu kegiatan kelompok Hardcore Straight Edge Depok
keinginan dan hasrat mereka akan kebutuhan konsumsi musik hardcore. Diskusi
tentang musik merupakan hal yang sudah sangat umum dilakukan oleh anggota
salah satu daya tarik utama bagi setiap anggota kelompok hardcore Depok.
Tersedianya pentas dari berbagai grup musik yang bergenre hardcore merupakan
suatu hal yang sering kali menyedot perhatian mereka. Tentunya menyaksikan
kelompok hardcore Depok juga merupakan pelaku aktif dari scene musik
hardcore itu sendiri, yaitu sebagai musisi yang memiliki grup musik atau band
50
panggung-panggung pertunjukan musik hardcore. Tidak hanya menyaksikan,
mereka atas minat yang sama. Bukan merupakan hal yang aneh karena selera
musik bagi setiap individu biasanya berbeda-beda, dan untuk anggota kelompok
selera mereka.
Kelompok Hardcore Straight Edge, yaitu di Ramanda Studio & Music Venue.
Ramanda Studio & Music Venue merupakan sebuah tempat berupa gedung yang
disebut dengan gigs) maupun untuk latihan para grup band dalam bermusik, yang
Gambar 2.4 Salah satu landmark di gedung Ramanda Studio & Music Venue
51
Ramanda Studio & Musik Venue ini dapat dikatakan terletak di area pusat
pertemuan dua jalan utama di kota Depok yaitu Jalan Margonda Raya dan Jalan
Arif Rahman Hakim di kecamatan Pancoran Mas, kota Depok, Jawa Barat. Hal ini
Ramanda
Studio & Music
Venue
Sumber: disdukcapil.depok.go.id
kota Depok jika berbicara mengenai aksesbilitasnya, tempat ini memiliki akses
yang sangat memadai untuk dijangkau oleh masyarakat kota Depok, Hal ini dapat
dilihat dari ketersediaan akses jalan dan transportasi dari dan ke berbagai penjuru
kota Depok dari lokasi ini. Aspek strategis lainnya yaitu berdekatan dengan
stasiun kereta api Depok Baru, terminal angkutan terpadu kota Depok, hingga
pusat pemerintahan kota Depok. Bahkan aksesbilitas ini tidak hanya dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat kota Depok itu sendiri melainkan dapat dirasakan
52
oleh mayarakat sekitar kota Depok seperti masyarakat dari daerah Jakarta dan
Bogor. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Ramanda Studio &
Musik Venue secara khusus memiliki nilai yang strategis bagi kota Depok
Lebih lanjut, tempat ini dapat dikatakan sebagai “surga” bagi para pecinta
yang dilaksanakan di tempat ini setiap minggunya. Bahkan jika sedang ada gigs
atau pertunjukan musik yang berdekatan, maka tempat ini dapat melaksanakan
Agustus 2016).
Tetapi pertunjukan musik atau gigs yang dilaksanakan di Ramanda Studio &
Musik Venue ini hampir dikatakan semuanya merupakan scene musik yang masuk
dalam dalam scene musik indie (sebutan untuk scene musik independen, yaitu
scene musik yang tidak bergerak dibawah kungkungan perusahaan label rekaman
televisi maupun radio). Scene musik ini berbeda dengan scene musik mainstream
(scene musik arus utama yang musiknya bergerak dibawah perusahaan label
rekaman besar dan biasanya musiknya statis, serta selalu diekspos oleh media
massa seperti televisi ataupun radio). Perbedaan ini terjadi dikarenakan scene
musik indie merupakan scene musik yang bergerak dan berkembang melalui
53
oleh arus selera musik masyarakat pada umumnya, dan juga tidak terbelenggu
oleh perusahaan label rekaman besar yang biasanya mendikte para pelaku musik
Gambar 2.6 Laman Media Sosial Ramanda Studio & Musik Venue
Sumber: twitter.com
dibawakan oleh musisi di Ramanda Studio & Musik Venue ini merupakan musik-
musik yang termasuk dalam scene musik indie, maka merupakan hal yang ideal
pula jika Kelompok Hardcore Depok memilih Ramanda Studio & Musik Venue
ini sebagi salah satu tempat pusat interaksi mereka. Hal ini didasari oleh latar
belakang dari Kelompok Hardcore Depok itu sendiri, yang memiliki minat akan
hardcore, maka ketika mereka ingin memenuhi kebutuhan atas selera musik
54
mereka tersebut, mereka akan mencari wadah lokasi yang ideal menyediakan
berbagai hal yang berkenaan dengan musik hardcore. Hal ini tentunya untuk
memenuhi tuntutan kepuasan atas selera musik yang mereka cari, maka terpilihlah
Ramanda Studio & Musik Venue sebagai lokasi utama tersebut. Sebagaimana
yang dikatakan oleh saudara “MEA” sebagai pelaku dan penikmat musik
hardcore:
independen atau indie, maka pemilihan lokasi Ramanda Studio & Musik Venue
merupakan suatu yang ideal. Karena di satu sisi, merupakan hal yang mustahil
pada era sekarang ini menemukan musik hardcore di scene musik mainstream
Indonesia, sebagaimana yang ada di televisi dan media massa pada umumnya.
55
BAB III
STRAIGHT EDGE
A. Musik Hardcore
Pada konteks pembahasan mengenai musik hardcore, kultur dan genre musik
ini tidak dapat terlepas dari scene musik serta kultur musik punk. pada aspek
historis hardcore merupakan sebuah subkultur dari punk, baik dalam aspek musik
maupun identitas budayanya. kedua scene ini tidak hanya memasuki kehidupan
masyarakat dengan musiknya tetapi juga menjelma menjadi suatu aspek yang
berpengaruh pada segi budaya dalam kehidupan masyarakat, yang secara umum
sekarang sudah tersebar di seluruh dunia. Pada dasarnya Hardcore adalah jenis
musik yang menjadi subgenre punk dan mulai muncul di Amerika dan
berkembang di daerah California pada tahun 80-an, musik ini secara garis besar
tidak berbeda dengan musik punk, hanya perbedaan di sound yang lebih berat dan
teknik vocal yang lebih matang yakni lebih menggunakan suara tenggorokan atau
biasa disebut growl (Ahmad Fikri Hadi, 2008:46). Jika punk muncul dan
berkembang di era „70-an, maka hardcore lahir dan berkembang pada era „80-an
dengan budaya dan kultur yang kurang lebih sama, Karena masih berada dalam
satu akar budaya, hanya saja genre atau alunan musiknya sedikit berbeda.
Hardcore lebih memiliki distorsi atau instrument musik yang lebih berat.
56
Dengan kondisi kultur dan genre musik yang dekat dan berkaitan, maka scene
musik punk dan hardcore tidak dapat dipisahkan secara kontras. Beberapa kultur
yang dominan ada di dalam musik punk juga secara umum terjadi di dalam scene
musik hardcore. Dari temmpat kelahiran hingga para pelaku musik hardcore
masih menjadi satu dengan kancah musik punk, karena hardcore merupakan
sebuah evolusi aliran musik yang turun langsung dari para pelaku musik punk di
awal eranya. Menurut Ahmad Fikri Hadi, salah satu ciri khas musik punk pada
saat sedang konser para penonton akan melakukan sebuah tarian atau yang sering
disebut dengan istilah “moshing” cara mereka melaj]kukan tarian biasa disebut
pogo, sedangkan arena untuk mereka menari biasa disebut “moshpit”. Punk juga
memiliki etos yang disebut dengan “D.I.Y” atau “Do it yourself”, yaitu sebuah
pengertian dalam punk bahwa dalam berkarya mereka tidak perlu memikirkan
selera pasar yang biasanya ditentukan oleh perusahaan rekaman besar, melainkan
band yang bersangkutan yang memegang hak penuh atas karyanya, itupun berlaku
dalam strategi pemasaran, dimana mereka mengurus jadwal konser sendiri bahkan
semua urusan yang berhubungan dengan band akan diurus sendiri sesuai
kemampuan band tersebut (2008:47). Hal-hal kultural seperti inilah yang pada
scene musik punk sangat dianut oleh pelaku serta penikmatnya dan juga di saat
yang sama menjelma dan menjadi sesuatu yang esensial juga di dalam kultur
musik hardcore yang mana memang merupakan musik turunan atau subkultur
Jika dilihat dalam dimensi waktu, maka dapat dilihat bahwa dalam
57
kelahiran musik hardcore. Di era awal, menjelang akhir tahun 1970, musik punk
mengalami diversifikasi atau pecah menjadi beberapa genre seperti hardcore, pop
punk, new wave, emo, dan diakhir tahun 1980 muncul lagi aliran musik baru yang
merupakan pecahan dari punk yaitu grunge yang dipelopori oleh Nirvana.
punk generasi kedua pada tahun 1977 yang mulai menambahkan unsur-unsur dari
musik lain kedalam musik punk seperti musik ska, reggae, pop, heavy metal,
blues, dan lainnya sehingga membuat musik terlihat semakin kompleks dan tidak
sesederhana seperti awal kemunculan musik ini (Ahmad Fikri Hadi, 2008:49).
Evolusi dari musik punk inilah yang menciptakan kompleksitas genre musik di
hardcore secara lebih lanjut. Pada tahun 1977 terjadi gelombang kedua
kemunculan band-band punk di Amerika seperti The Misfits di New Jersey, Black
flag dari Los Angles, dan Cross dari Essex. Selain itu di Los Angles banyak
Jerks, The Plags dan Fear, sedangkan di Orange County muncul Sosial Distorion
dan The Adolescents. Band-band inilah yang nantinya akan menjadi cikal bakal
subgenre dari punk yaitu hardcore (Ahmad Fikri Hadi, 2008:46). band-band
seperti Black Flag, Minor Threat, Sosial Distortion, Circle Jerks, dan Dead
Kennedys adalah band-band punk gelombang kedua yang menjadi cikal bakal
lahirnya musik hardcore di Amerika pada awal 1980-an (Ahmad Fikri Hadi,
2008:49).
Dalam karakter alunan musik atau genrenya, hardcore masih berada dalam
satu dimensi musikalitas dengan punk, tetapi tidak sesederhana musik punk pada
58
era awal. Terdapat perbedaan antara band-band punk gelombang pertama dengan
kedua lebih keras dan kasar, tema penulisan lirik lebih kritis dan politis, dan
penggunaan unsure musik lain ke dalam musik punk. Selain musik, lewat band-
band gelombang kedua inilah filosofi punk mulai berkembang. Hal-hal seperti
semangat D.I.Y (Do it yourself), dikap anti kemapanan, dan anarki mulai melekat
sebagai identitas musik punk (Ahmad Fikri Hadi 2008:73). Terlihat posisi musik
hardcore memiliki akar dan perkembangan yang jelas hingga akhirnya musik ini
scene musik hardcore pada aspek historis akan berhubungan dengan aspek
budaya musik punk, terutama jika dilihat pada dinamika tempat dimana hardcore
itu lahir, yaitu Amerika. Disana musik hardcore lahir secara langsung dapat
dikatakan dari dalam “perut” kultur musik punk yang sedang massif berkembang
pada eranya. Hal ini juga berpengaruh pada perkembangan musik hardcore di
Punk yang semakin pesat pada tahun 1970-an Punk mulai menyebar dari Eropa
sampai dengan Amerika, Asia, bahkan hampir ke seluruh dunia. (Murti dalam
Fajar Munggah Pramdani, 2012:2). Dalam tahap selanjutnya, Punk mulai dikenal
pesat pada tahun 1990-an di Jakarta (Fajar Munggah Pramdani, 2012:2). Hal ini
59
ditunjukkan oleh beberapa band hardcore di Depok yang lahir sangat berdekatan
dengan band-band hardcore awal di Jakarta. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh MEA yaitu hardcore muncul disekitar tahun 1990-an dengan
berikut:
Hal ini merupakan konsekuensi yang logis atas persebaran musik punk
yang massif ke seluruh dunia. Indonesia pun tak terlepas dari persebaran kultur
punk itu sendiri, dimana hardcore ada di dalamnya. Dengan persebaran musik
punk yang menyeluruh di dunia dan menyentuh aspek lokal Indonesia, maka
bukan hal yang aneh jika muncul scene musik punk dan juga hardcore di
merupakan ibukota dan kota terbesar di Indonesia, yang mana di sinilah pusat
dikatakan tidak lepas dari perkembangan scene musik yang ada di Jakarta
interaksi yang lekat dengan kehidupan masyarakat kota Jakarta. Segala aspek
kehidupan di daerah sekitar ibukota Jakarta pada umumnya tidak terlepas dari
60
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi merupakan gambaran yang sangat jelas
dari keterkaitan kota penyangga ibukota terhadap kota Jakarta sebagai pusat
perkotaan. Jadi, dapat dikatakan jika konsep kawasan kota Jakarta dan sekitarnya
(termasuk Depok) memiliki keterkaitan yang sangat lekat dalam berbagai bidang.
Maka dapat dilihat bahwa ketika perkembangan dalam bidang musik terjadi di
sekitarnya, termasuk dalam pembahasan kali ini adalah kota Depok yang
megapolitan Jabodetabek.
Depok dengan masyarakat kota Jakarta. Ketika kultur musik hardcore masuk ke
dan kota Jakarta memiliki keterkaitan waktu yang hampir bersamaan, tetapi scene
61
“hc di depok muncul tahun ‟90-an tapi redup lagi, hc rame lagi sejak
2005-an keatas, ditunjukin sama kemunculan banyak band-band hc
baru sampai sekarang. Sebelum tahun ini, scene musik indie di depok
sempat didominasi sama punk rock, melodic punk dan sebagainya
“(wawancara mendalam pada 2 Maret 2017)
hardcore di belantika musik indie Depok hingga kondisi dewasa ini sudah berada
pada posisi yang cukup mapan, jika dilihat dari perjalanan waktu yang sudah
hampir melampaui dua dekade semenjak kemunculan awalnya. Dapat dilihat juga
kemapaanan scene musik hardcore Depok semakin jelas dilihat dari terlahirnya
kembali band-band indie kota Depok yang bergenre hardcore hingga saat ini,
B. Straight edge
62
Lirik lagu “Straight edge” dari band Minor Threat pada tahun 1981
(Ross Haenfler dalam Paula Guerra, 2016:49).
Lirik lagu diatas adalah salah satu lirik lagu yang dimiliki oleh band
hardcore asal Amerika yaitu Minor Threat pada tahun 1981. Lagu tersebut
berjudul “Straight edge”, yang mana judul lagu tersebut dikukuhkan dan
diabadikan sebagai istilah utama dari suatu gerakan subkultur dari para penikmat
dan pelaku musik hardcore yang mengedepankan gaya hidup bersih. Isi dari lirik
lagu tersebut juga mencerminkan bahwa ada sebuah ide dari para pesonil band
tersebut untuk mengkritik budaya gaya hidup yang sebelumnya telah melekat
pada para penikmat dan pelaku musik punk dan hardcore yaitu budaya gaya hidup
self destruction (pengerusakan diri). Minor Threat sendiri merupakan salah satu
pelopor munculnya subkultur “Straight edge” dalam scene musik hardcore, yang
mana kata “Straight edge” tersebut memang berasal dari salah satu judul lagu
mereka. Tidak ada yang bisa meramalkan bahwa lagu 46 detik dari Minor Threat
yang diterbitkan pada tahun 1981 ini, akan menelurkan sebuah gerakan yang
mendunia dari gaya hidup bersih para pemuda, yang pada akhirnya terus bergema
selama lebih dari tiga puluh tahun kemudian. Faktanya, ide seperti tidak merokok,
mabuk, mengkonsumsi narkoba, serta memiliki hubungan seks yang baik pada
akhirnya akan menarik bagi kaum muda yang pada awalnya tengah menggilai
gaya hidup hedonistik yang ada pada scene musik hippie dan disko pada era ‟60
dan 70-an. Namun lagu ini, lahir di tengah-tengah sebuah revolusi scene musik
hanya melalui promosi yang sedikit dan hampir tidak diperdengarkan secara luas.
63
„Straight edge‟ menunjukkan potensi yang sangat kuat dari dunia musik yang
lebih dari itu, menggerakan orang-orang untuk bertindak (Ross Haenfler dalam
Paula Guerra 2016:49). Ditulis dalam konteks budaya punk rock yang seringkali
penuh dengan narkoba, lagu ini mencerminkan kegelisahan beberapa pelaku punk
dengan sikap self-destructive yang tidak memiliki masa depan, yang lazim dianut
dalam scene punk dan hardcore pada saat itu. Para personil Minor Threat, yaitu
Ian McKaye, Jeff Nelson, Brian Baker, dan Lyle Preslar dibesarkan di
(budaya perlawanan), musik yang bergairah, etika D.I.Y (Do it yourself), dan
merupakan reaksi terhadap penggunaan obat-obatan keras dan mabok lem yang
membuat punk era ‟77 terlihat aneh. Pada tahun 1972 New York Dolls drummer
Billy Murcia, meninggal dalam perjalanan dari overdosis narkoba, hal ini
musisi punk rock. Lalu ada vokalis The Sex Pistol, Sid Vicious meninggal karena
overdosis heroin pada tahun 1979, dan Darby Crash dari The Germs mengikutinya
setahun kemudian dengan overdosis-bunuh diri. Keith Morris dari band hardcore
Black Flag dan Mike Ness dari Sosial Distortion adalah di antara banyak punk
rocker yang bereksperimen dengan heroin dan obat-obatan lainnya (Ross Haenfler
dalam Paula Guerra, 2016:50). Musik punk selain identik dengan perlawanan
64
musisi dan penggemarnya, walaupun tidak ada data kuat yang menunjukkan
mainstream, punk juga memiliki budaya yang mirip dengannya. Jika musik pop
memiliki budaya seks, narkoba, dan rock n‟ roll, maka punk memiliki budaya
seks, narkoba, dan punk rock. Dalam artian ini, Straight edge datang dan menjadi
tandingan dalam budaya tandingan, sebuah cara untuk para pelaku punk untuk
dapat benar-benar membedakan diri mereka. contohnya, jika mabuk dan konsumsi
narkoba adalah sebuah norma yang ada sebelumnya, maka tidak menggunakannya
menjadi pemberontakan yang baru, cara yang lebih punk untuk menjadi seorang
punk (Ross Haenfler dalam Paula Guerra 2016:50-51). Disini terlihat ada sedikit
diversivikasi budaya selain diversivikasi alunan musik ataupun genre antara punk
sangat erat.
filosofi bebas narkoba yang akan bergema dengan begitu banyak orang selama
tiga puluh tahun, ia hanya bermaksud, terutama, untuk menantang sesama punk
dalam konteks lokal yang tidak menerima pandangannya. Dia merasa seolah-olah
semua orang di SMA-nya minum dan merokok ganja, membuat dia merasa seperti
orang luar atau terasing, dan dalam pandangannya anak-anak punk itu tidak lebih
baik. McKaye muda menjelaskan dalam Dokumenter Another State of Mind pada
tahun 1984, "Ketika saya menjadi seorang punk pertarungan utama saya adalah
65
terhadap orang-orang yang ada di sekitar saya, anak-anak, teman-teman saya,
bahwa saya melihat dan berkata Tuhan, saya tidak ingin menjadi seperti orang-
orang ini. Saya tidak merasa seperti saya cocok sekali dengan mereka''. Namun,
apa yang dimulainya sebagai sebuah lagu, secara bertahap malah menjadi gerakan
para pemuda di seluruh AS yang mengadopsi gaya hidup dan identitas Straight
edge, dan band-band seperti Reno dari band „7 Seconds‟, SSD Boston, dan Los
Angles Choice Uniform mulai mempromosikan gaya hidup bersih di lirik mereka.
Akhirnya, para pemuda mulai membentuk band Straight edge (contohnya Youth
mengambil sikap yang tegas terhadap segala hal yang memabukkan. Sejak awal
tahun 1980-an, pemuda di seluruh dunia, dari Swedia ke Argentina dan Afrika
Selatan hinggs Indonesia, telah mengadopsi identitas Straight edge (Ross Haenfler
secara lebih tegas sebagai pelopor Straight edge dalam kultur Straight edge dalam
semangat yang tinggi pada tahun „80-an, lagu Minor Threat yang lain pada tahun
1983, yaitu Out of Step, melengkapi pondasi bagaimana Straight edge itu terlihat.
I Don‟t Smoke
I don‟t drink
I don‟t fuck,
At least I can fucking think
Lirik lagu Minor Threat – Out of Step 1983 (Ross Haenfler dalam
Paula Guerra 2016: 52)
66
Lagu diatas benar-benar menspesifikasikan nilai gaya hidup yang
disuarakan oleh Minor Threat sebagai salah satu pelopor budaya Straight edge.
Jika di lagu “Straight edge” Minor Threat banyak mengungkapkan kritik dengan
menunjukkan bahwa satu tegukan bir, satu hambatan dari rokok, merupakan suatu
hal yang dapat menghilangkan identitas mereka sebagai Straight edge. Pakaian-
pakaian yang dipakai oleh Straight edge juga memiliki slogan-slogan seperti "One
Life Drug Free", "Poison Free," dan "True 'Till Death", memungkinkan para
Straight edge untuk benar-benar menunjukan hak politik berpendapat pada lengan
baju mereka (Ross Haenfler dalam Paula Guerra 2016: 52). Keadaan yang
tergambar secara historis dari awal kemunculan Straight edge terus berjalan
hingga mengikuti garis waktu yang tidak terkira hingga sekarang. Begitu pula
penyebaran yang tidak terduga sehingga Straight edge menjadi sebuah pilihan
terdapat di sneme subkultur musik Hardcore, yang mana musik ini sudah
67
BAB IV
dikatakan selaras dengan kedatangan musik hardcore di Depok itu sendiri. Hal ini
Amerika (tempat kelahiran musik hardcore dan konsep Straight Edge itu sendiri).
hardcore lahir terlebih dahulu sebelum konsep Straight Edge itu datang beberapa
waktu kemudian dan menjadi subkultur dalam scene musik hardcore. Tetapi di
Straight Edge yang sudah ada. Hal ini terjadi karena ketika musik hardcore
muncul di Depok, konsep Straight Edge sudah menjadi konsep yang matang dan
Untuk kancah musik hardcore kota Depok sendiri yang sebenarnya tidak dapat
dipisahkan dengan scene musik hardcore kota Jakarta, para pelaku serta
penikmatnya bahkan sering mementaskan acara musik bersama dalam satu gigs
bergenre hardcore di Depok, paham Straight Edge sudah melekat pada identitas
awal beberapa band hardcore tersebut. Dapat dicontohkan oleh keberadaan salah
68
satu band pelopor musik hardcore di Depok itu sendiri, yaitu Thinking Straight.
Band ini memulai musik hardcore mereka dengan juga membawa konsep Straight
Edge di dalamnya. Selain menciptakan lagu yang bertema kehidupan sosial dan
musik hardcore di Depok yang juga pada akhirnya berkaitan dengan paham
Straight Edge. Ketika band-band bergenre hardcore awal di Depok ada yang
Straight Edge ini juga akan dikonsumsi oleh banyak orang. Maka dari itu
Straight Edge sudah ada semenjak musik hardcore masuk ke kota Depok.
Walaupun demikian, grup musik dan pecinta musik hardcore yang yang ada di
Depok tidak seratus persen berstatus Straight Edge, banyak pula grup musik
69
konsep Straight Edge di dalam aksi mereka dalam bermusik. Dalam arti scene
Kembali pada kondisi di mana konsep gaya hidup Straight edge, yang
hardcore Depok. Pada fase berikutnya, ternyata hal ini memicu sebagian
Straight edge tersebut. Aspek individu hingga proses sosial yang terjadi di
dalam sscene musik hardcore Depok ini pada akhirnya akan berpengaruh
konsep straight edge sebagai gaya hidup yang dikatakan ”bersih” membuat
mendalami apa yang tersedia dalam konsep gaya hidup Straight Edge.
B. Sebuah Kegelisahan
sebagaimana musik hardcore itu berawal, yaitu musik punk-. tetapi, dari waktu ke
destruction yang ada di scene musik hardcore. Kegelisahan dan kejenuhan ini
datang dari berbagai aspek dalam kehidupan masing-masing para penikmat dan
pelaku musik hardcrore itu sendiri. Mulai dari tekanan dunia sosial di sekitar para
individu pecinta musik hardcore hingga kejenuhan dari dalam individu tersebut
70
dalam menjalani gaya hidup self-destruction tersebut. Seperti yang dikatakan oleh
salah satu anggota kelompok Hardcore Straight Edge Depok yang mengalami
tekanan dari keluarganya sebagai ruang sosial paling inti, ia menyatakan bahwa:
“gua dulu gapernah yang namanya hidup normal. Tidur siang melek
malem. Orang minum kopi, gua minum anggur. Orang kenyang gua
teler. Begadang tiap hari, nongkrong tiap hari. ngebaks (konsumsi
ganja) sehari aja gasanggup gua. Tapi itu dulu. Lama-lama gue capek
juga hidup kayak gitu, hidup gua ga ada yang keurus. kerja engga,
dapet duit engga, ludes iya. Lama-lama gua mikir juga hidup gua gak
ada gunanya” (wawancara dengan FM pada tanggal 17 September
2016)
Dari pernyataannya dapat dilihat bahwa dari aspek individu sendiri
terdapat refleksi diri sendiri yang mengevaluasi bahwa gaya hidup yang dia anut
kehidupannya. Kejenuhan yang tidak membawa manfaat apapun ini menjadi salah
satu dasar penikmat hardcore berpikir lebih jauh selanjutnya. Selian itu ada pula
yang menyatakan.
tawar yang tinggi tentunya dikarenakan keluarga merupakan ruang sosial paling
inti dari masyarakat. Selain itu ada pula yang mengalami tekanan dari ruang sosial
teman sebaya.
71
“pernah waktu gue SMA, gue nongkrong terus, mabuk terus, duit
habis, sampe gue cabut-cabutan dari sekolah demi “senang-senang”
bodong kayak gitu. Tapi pas gue balik ke sekolah, temen-temen gue
pada ngehindar dari gue, gue kaget dan ngerasa gapunya temen. Terus
gue mikir “kenapa mereka sampe kayak gitu?” akhirnya gue tersentak
kalau ternyata “seneng-seneng” yang gue lakuin itu ga banyak
ngedatengin untung, malah gue ancur sana-sini, sampe temen aja
ngehindar”. (wawancara dengan UC pada tanggal 17 September 2016)
Selain itu persepsi masyarakat umum terhadap musik hardcore masih
didominasi oleh pandangan yang menyatakan bahwa hardcore itu adalah musik
yang berorientasi keras dan di dalamnya banyak budaya negatif yang tidak sesuai
dengan nilai atau norma yang ada di masyarakat. Dari aspek kegiatan hinga
perilaku pecinta hardcore di dalam masyarakat masih memiliki posisi yang berada
terhadap musik hardcore. Mulai dari tekanan dari ruang sosial paling inti hingga
berbagai faktor lain membuat para pecinta musik hardcore berpikir akan alternatif
lain agar dapat diterima di dalam masyarakat. Karena ini sesuai dengan kebutuhan
dasar manusia, yaitu memiliki ruang sosial untuk menjalani kehidupan. Tetapi di
satu sisi kecintaan mereka terhadap musik hardcore merupakan aspek yang
melahirkan kepuasan pribadi dalam memenuhi aspek selera musik yang mereka
miliki, dengan kata lain hardcore telah menjadi bagian penting pula dalam
kehidupan mereka.
hardcore menuntut mereka mencari jalan keluar untuk memenuhi apa yang
72
dianggap sesuai dengan dirinya dan dunia sosialnya. Dikarenakan hal ini
berkenaan dengan aspek gaya hidup, Straight Edge datang sebagai sebuah
menjawab keresahan ataupun kegelisahan yang datang dari tekanan ruang sosial
menuju alternatif gaya hidup lain yang lebih bisa menjawab problematika-
sisi, alternatif itu harus menjawab juga bagaimana mereka bisa tetap bertahan di
Pada akhirnya Alternatif itu jatuh kepada Straight Edge sebagai konsep gaya
keresahan atas gaya hidup lamanya memiliki berbagai motif untuk menentukkan
bagaimana konsep Straight Edge ini masuk ke dalam identitas diri mereka.
73
Dan (Straight Edge) bisa tetap keren, tetap bisa ada di scene
hardcore” (wawancara mendalam pada tanggal 17 September 2016).
Disini terlihat bahwa komunikasi antar penikmat hardcore yang Straight Edge
dan yang tidak Straight Edge secara tidak langsung melahirkan alternatif gaya
dilaksanakan juga menjadi ruang interaksi yang tepat bagi pecinta hardcore yang
Straight Edge dengan yang tidak Straight Edge. Prinsip bagi penikmat harcroe
untuk tetap berada di scene musik hardcore juga menjadi pertimbangan utama
kenapa Straight Edge menjadi alternatif bagi mereka. Karena ketika mereka
memakai prinsip Straight Edge dalam dirinya, secara tidak langsung dia tetap bisa
adalah bagian dari kultur musik hardcore. Karena memang di satu sisi lainnya,
untuk keluar dari gaya hidup lamanya, self-destruction. Di sinilah Straight Edge
D. Simbolisasi
Pada akhirnya Straight Edge sebagai nilai gaya hidup yang diambil,
menciptakan satu sistem nilai yang sama diantara Kelompok hardcore Straight
Edge Depok. Komunikasi yang terjalin di antara para pelaku dan penikmat musik
akan segala yang dilakukan dan menunjukkan bahwa mereka adalah seorang yang
74
berhaluan Straight Edge. Nilai-nilai yang sama ini ditunjukkan oleh simbol-
simbol yang mungkin hanya dipahami oleh para anggota kelompok hardcore
kelompoknya.
. Simbol fisik itu salah satunya adalah tanda “X” di punggung tangan. Tanda
“X” di punggung tangan ini secara khusus memiliki makna bahwa seseorang yang
memakainya itu merupakan seorang yang menganut paham gaya hidup Straight
Edge. Tanda X di punggung tangan ini diadopsi dari kultur Straight Edge awal
yang menyebar di Amerika dan akhirnya juga di dunia. Tanda “X” ini ditujukkan
sebagai ekspresi diri dari anggota kelompok hardcore Straight Edge terhadap
ini digunakan dan ditunjukkan ketika gigs (pertunjukkan) atau acara musik
hardcore dilaksanakan.
Tanda “X” ini bukan merupakan tato yang sifatnya permanen, melainkan
hanya coretan berbentuk huruf “X” yang ditempatkan di punggung tangan dan
ditulis menggunakan alat tulis tebal seperti spidol dan sebagainya, dan bisa
dilaksanakan. Tanda “X” di punggung tangan ini sudah menjadi bagian tak
75
ada pada scene musik hardcore. Bagi setiap anggota kelompok hardcore Straight
Edge, keberadaan tanda “X” di punggung tangan ini sudah menjadi alat
komunikasi tak langsung yang telah menunjukkan dirinya atau orang lain sebagai
Tanda “X” di punggung tangan ini tidak hanya dipakai oleh penikmat musik
hardcore saja sebagai penonton tetapi juga pelaku musik hardcore sebagai
pemain musik yang melakukan pertunjukkan musik hardcore dan menganut gaya
hidup Straight Edge. tidak hanya ketika sedang berkumpul saja, tetapi ketika
yang Straight Edge juga memakai tanda ”X” di punggung tangan ini.
76
Gambar 4.2 Tanda “X” di punggung tangan para pelaku musik hardcore
kepada orang di luar kelompok hardcore Straight Edge bahwa diri mereka
merupakan seorang yang Straight Edge. lebih dari itu, tanda “X” ini sudah
77
poster-poster pagelaran acara musik hardcore, merchandise yang dijual maupun
Gambar 4.3 Pamflet dan poster pada salah satu pelaksanaan gigs
bahwa tanda “X” sudah menjadi simbol yang dipahami bersama bagi para
penganut paham Straight Edge dan banyak pecinta musik hardcore. Ketika
78
kelompok hardcore Straight Edge sudah pasti akan mengerti secara sadar bahwa
Straight Edge sudah menjadi bagian dari keberadaan musik hardcore tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa tanda “X” di pagelaran musik hardcore sudah
bukan hal yang asing lagi bagi kelompok hardcore Straight Edge. penggunaannya
79
di banyak aspek musik hardcore cukup massif dan universal. Dari penggunaan
secara pribadi hingga penggunaan secara umum dalam berbagai kegiatan musik
Gambar 4.5 Sampul (cover) album dari salah satu grup band hardcore
Band hardcore yang memiliki visi sebagai penganut Straight Edge pun
ada yang menjadikan tanda “X” di punggung tangan saat konser sebagai cover
media yang bisa dihasilkan olehnya. Media itu salah satunya adalah album
memiliki makna yang sama di mata para penganut gaya hidup Straight Edge.
dapat dikatakan juga tanda “X” merupakan simbol komunikasi bersama yang
80
disepakati oleh pecinta musik hardcore sebagai penegasan atas prinsip gaya hidup
konsep Straight Edge ke dalam identitas bandnya dan juga memasukkan lirik
Cotohnya ya Stand Clear tuh di lagunya yang Just do The Edge sama
Drug Free Youth udah jelas banget ngasih propaganda tentang
Straight edge. yang emang dari albumnya aja udah jelas aroma
Straight edge-nya (wawancara mendalam dengan FJM pada tanggal 2
Maret 2017)
Grup musik ini mengidentifikasi dirinya sebagai Straight Edge biasanya
kepada khalayak melalui lirik-lirik dan segala aspek bermusiknya, seperti cover
album, logo grup musiknya, penampilan personilnya saat beraksi di atas panggung
menciptakan lagu yang identik dan sering kali bersentuhan dengnan aspek prinsip
81
Straight Edge-nya. Lenih jauh lagi mereka sering mengemas album musiknya
dengan simbol-siimbol yang identik dengan Straight Edge seperti tanda “X” pada
cover albumnya. Penampilan mereka ketika beraksi di atas panggung juga diiringi
dengan merchandise yang identik dengan Straight Edge, mulai dari baju berlogo
seperti di sela-sela jeda antar lagu ketika mereka beraksi di atas panggung, mereka
memberi pesan-pesan akan gaya hidup bersih yang menjorok kepada konsep gaya
hidup Straight Edge. secara langsung maupun tidak mereka menyuarakan konsep
Edge sebagai alternatif gaya hidup yang diadposi sebagai jawaban pada kehidupan
para pelaku dan penikmat musik hardcore, maka disinilah pada akhirnya terjadi
pemlihan gaya hidup yang dapat dijawab oleh kelompok sosial yang tersedia di
scene musik hardcore Depok, yaitu Kelompok Hardcore Straight Edge Depok.
Hal ini terjadi didasarkan oleh interaksi sosial yang berorientasi pada kesamaan
minat, keinginan, serta identitasnya. Para penikmat serta pelaku musik hardcore
Depok yang telah memutuskan menjadi seorang yang menganut Straight edge dan
memiliki ruang sosial yang sama pada scene musik hardcore, pada akhirnya
penganut gaya hidup Straight Edge dalam Kelompok Hardcore Straight edge
Depok.
82
Kelompok Hardcore Straight Edge Depok merupakan komunitas yang tidak
sosiologis, struktur sosial yang ada di Kelompok Hardcore Straight edge Depok
terbentuk dari sisi historis yang diawali oleh semakin merebaknya orang yang
Setelah dijabarkan bahwa scene musik hardcore sempat meredup, di era awal
tahun 2000-an, selanjutnya pada sekitar tahun 2009 hingga sekarang gegap
gempita scene hardcore dan punk di Depok mulai terlihat lagi dan selanjutna
era itu, di saat yang sama berkembang juga konsep straight edge yang memang
berada dalam konteks musik hardcore. Para penganut Straight edge memiliki
lingkup yang cukup luas dari pelaku musik hardcore (personil grup band hingga
label rekaman) hingga para penikmat musik hardcore (yang biasanya mendatangi
–walaupun bercampur dengan yang tidak menganut Straight edge- sering kali
terlihat di gigs (pertunjukan) musik hardcore di Depok dan sekitarnya. Hal ini
83
minggu sekali. Intensitas pertunjukkan konser musik hardcore yang tinggi
Depok semakin intensif. Pertemuan tidak disengaja yang intensif ini melahirkan
melahirkan ikatan non-formal yang meliputi para pelaku dan penikmat musik
“Sering tuh gue dulu kalo lagi nonton gigs (pertunjukkan) hardcore
ketemu orang-orang yang pake coretan “X” di tangannya, ya sering
ngobrol juga sama mereka, dan benar aja mereka Straight edge. ya
ngerasa sama aja jadinya, kan keren juga punya gaya hidup yang
kurang lebih sama haha” (wawancara mendalam dengan “NK” pada
tanggal 17 September 2016)
Seiring berjalannya waktu, ikatan pada para penganut Straight edge tersebut
menjadi ikatan sosial yang secara sadar di pertahankan oleh para anggotanya
kelompok ini tidak memiliki struktur formal, tetapi secara sosiologis para pelaku-
pelaku musik hardcore seperti personil-personil grup band hardcore sering kali
Hardcore Straight edge Depok ini. Seperti personil-personil band hardcore asal
Depok, Real Project dan Stand Clear yang sering menyelenggarakan gigs
(pertunjukkan) musik hardcore bersama dengan para pelaku dan penikmat musik
hardcore yang didominasi oleh penganut Straight edge, bahkan grup band
hardcore pengisi acaranya pun banyak yang menganut konsep Straight edge.
84
Interaksi serta kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Hardcore Straight
hardcore di Depok terutama di Ramanda Studio & Musik Venue yang menjadi
salah satu gedung yang paling sering dipakai untuk gigs (pertunjukkan musik)
di dalam diri setiap anggotanya tidak pernah menutup diri dari para pecinta musik
“Jelaslah hardcore itu boleh buat dinikmatin sama semua orang yang
suka musiknya. Ngapain nutup diri kalau kita Straight edge, dia
enggak, berarti kita gak bisa main bareng, nongkrong bareng. Santai
aja, kita udah punya pilihan masing-masing, yang penting kita sama-
sama penikmat musik hardcore, clear masalah. Misahin diri antara
yang straight edge sama yang nggak straight edge buat apa? Enggak
guna” (wawancara dengan FM pada tanggal 17 September 2016)
Oleh karena itu setiap anggota Kelompok Hardcore Straight edge Depok tidak
membuka diri terhadap setiap orang yang mencintai musik hardcore. Ketika
mereka berkumpul pun, komunikasi antara penganut Straight edge dengan yang
tidak Straight edge tetap terjadi dan bukan merupakan masalah. Bahkan menurut
85
mereka berkumpul dengan pecinta hardcore yang tidak Straight edge bisa
“Kalo kita nongkrong sama orang yang nggak straight edge kan tetap
banyak manfaatnya, kita tetap bisa sharing tentang musik, sharing
acara musik, ngobrolin apa aja tentang musik. Ya kalo lebih jauhnya
lagi, mungkin aja sambil nongkrong sharing dia tertarik buat jadi
Straight edge, ya itu menurut gue lebih bagus lagi. Tapi jangan pernah
maksain orang buat Straight edge. lagian hardcore juga kan anak-
anaknya beragam, gak seragam semuanya nganut gaya hidup Straight
edge”. (wawancara dengan “AZ” pada tanggal 26 Agustus 2016)
Jadi berbagai kegiatan hingga interaksi yang mereka lakukan tidak menutup
diri dari pecinta hardcore yang tidak menganut konsep gaya hidup Straight edge.
selain merasa jika membuka diri itu bermanfaat bagi diri mereka, berinteraksi
dengan pecinta hardcore yang tidak straight edge juga merupakan suatu yang
realistis bagi mereka. Menurut mereka pecinta musik hardcore memiliki identittas
yang beragam dan tidak sepenuhnya merupakan penganut konsep Straight edge.
selama masih mencintai musik hardcore, maka para anggota Kelompok Hardcore
Edge pada akhirnya sudah dapat dimasukkan sebagai prinsip diri. Ini ditunjukkan
oleh motif gerakan mereka yang sudah cukup massif dalam banyak aspek dalam
musik hardcore. Mulai dari penonjolan simbol hingga perilaku gaya hidup
mereka yang sudah sangat terlihat menjalani konsep Straight Edge dengan
86
para penikmat dan pelaku musik hardcore yang sduah jelas menjalankan
hidup yang terbilang betul-betul bersih. Berbagai kegiatan dan aktifitas yang
mereka lakukan selalu dalam koridor yang selalu masuk dalam kriteria gaya hidup
“ya pasti gua engga ngerokok, engga mabuk, engga, sex bebas, dan
engga ngobat juga dimanapun”. (wawancara mendalam dengan UC
pada tanggal 17 September 2016)
Sekalipun kegiatan para penikmat hardcore Straight Edge dilakukan di tengan
scene musik hardcore yang beragam (ada yang Straight Edge, ada yang tidak)
ruang musik hardcore seperti dalam perhelatan musik yang sedang dilaksanakan,
mereka tetap berada pada prinsip yang sama yaitu Straight Edge.
“buat gue, Straight Edge itu komitmen. Gue akan konsisten dengan
Straight Edge. Sebisa mungkin sampai kapanpun. Apalagi hardcore
udah jadi hidup gue juga. gue pengen memperkenalkan ke orang
sekitar tentang Straight Edge, gue ngeband bikin lagunya tentang
Straight Edge, memperkenalkan Straight Edge ke orang-orang lewat
clothing atau merchandise. Yang mana, kalo orang lain ngeliat fashion
atau kostum yang berbau Straight Edge, mungkin aja mereka tertarik
dan nobody knews mungkin mereka akan terjun menjadi seorang
87
Straight Edge. Gue juga pengen orang-orang hijrah untuk ngejalanin
hidup yang lebih positif. Menurut gue Straight Edge ini adalah salah
satu jalannya. Gue juga pengen Straight Edge engga cuma ada di
hardcore, tapi juga bisa menyebar ke scene atau kultur musik yang
lain” (wawancara dengan “MEA” pada tanggal 6 September 2016).
Terlihat dari pandangannya bahwa ketika konsep Straight Edge sudah
masuk ke dalam diri anggota kelompok. Muncul pandangan yang kuat akan
penganutan konsep diri sebagai seorang yang Straight Edge sebagai komitmen.
hardcore Straight Edge Depok, konsep Straight Edge ini sudah dipandang sebagai
konsep yang sangat baik bagi dirinya dan harus disebarkan pula kepada orang lain
diarahkan kepada orang sekitar sebagai pandangan alternatif yang baik dan bisa
dilakukan.
“harus tahan banting aja sih untuk selalu hidup bersih” (wawancara
mendalam dengan “MAD” pada tanggal 6 September 2016)
Seperti terlihat diatas, kendati masyarakat indonesia yang pria pada umumnya
adalah perokok. Para penganut Straight Edge secara tidak langsung menentang
gaya hidup tersebut dengan Straight Edge-nya. Hal ini terus dilakukan dan sudah
menjadi pilihan sebagai keputusan yang harus dijalankan dengan konsisten. Dan
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dillihat dari temuan dan analisa kasus pada penelitian ini dapat dilihat bahwa
pertama, Straight Edge merupakan sebuah konsep diri yang lahir di tengah
gaya hidup diri yang sebelumnya berkonteks negatif dalam masyarakat menjadi
gaya hidup positif dengan mengusung prinsip no smoke, no drunk, no drugs dan
no free sex. Straight Edge ini dapat dikatakan sebagai antitesis dari stigma umum
sebagai nilai gaya hidup diri dipertimbangkan dari beberapa keinginan mereka
untuk meninggalkan gaya hidup di musik hardcore yang notabene sama dengan
kultur musik punk, yang didalamnya tedapat kultur self-destruction. Hal ini
ruang sosial yang inti seperti keluarga untuk meninggalakan gaya hidup
negatifnya, ajakan alternatif dari ruang sosial –seperti sesama pecinta hardcore- di
sekitar yang menawarkan konsep Straight Edge tersebut, hingga pencarian jati diri
89
Pada akhirnya dengan mempertimbangkan bahwa beberapa alasan
mengarahkan para pecinta musik hardcore untuk meninggalkan gaya hidup yang
eksis, maka para pecinta musik hardcore ini memilih Straight Edge sebagai
sebuah jawaban dari kegelisahan yang menekan mereka. Hal ini dikaarenakan
Straight Edge merupakan alternatif gaya hidup yang memiliki konteks positif
dalam masyarakat dan di satu sisi para penganutnya tetap bisa eksis di dalam
sebagai “kode” diantara mereka para penganut Straight Edge. diantaranya adalah
pemakaian simbol “X” sebagai representasi dari penganutan konsep gaya hidup
penampilan para pecinta hardcore tersebut yang mengangkat hal-hal yang identik
Ketika sudah sampai pada keputusan mengadopsi Straight Edge sebagai nilai
gaya hidup mereka, para anggota Kelompok Hardcore Straight Edge Depok
sosial mereka. Mereka –anggota Kelompok Hardcore Straight Edge Depok- ini
menganut konsep Straight Edge. Jadi, apapun keadaanya, visi mereka dalam diri
memperdengarkan kepada dunia luar bahwa ada konsep gaya hidup positif seperti
90
Straight Edge tersebut, dan mereka akan senang sekali ketika konsep tersebut
berhasil diadopsi oleh masyarakat di luar kelompok mereka, atau bahkan di luar
nilai sebagai identitas sosial, yang dalam hal ini dilakukan oleh para anggota
Kelompok Hardcore Straight Edge Depok, yang di dalamnya tersebut berisi para
penikmat dan pelaku musik hardcore. Berbagai kegiatan dan interaksi dilakukan
yang ada di dalam kelompok, maka akhirnya Straight edge menjadi identitas
sosial bersama dalam kelompok tersebut. Lebih lanjut mereka bukan merupakan
kelompok sosial yang eksklusif, di mana mereka tetap terus membuka interaksi
dengan pecinta hardcore yang tidak menganut Straight edge, didasarkan kepada
scene hardcore yang memiliki keberagaman identitas, ada yang straight edge dan
B. Saran
dunia luar atas siapakah diri mereka. Konsistensi dalam dunia sosial belum tentu
91
terjadi dalam waktu yang lama. Yang sering terlihat terjadi bahkan dinamisasi dan
perubahannya. Oleh karena itu penelitian akan dinamika kelompok sosial harus
Dimensi Musik saat ini sudah menjadi budaya yang memiliki dinamika yang
kompleks sendiri di dalamnya. berbagai hal, tidak hanya dari sisi musikalitasnya
saja, sekarang sudah tersedia dalam budaya musik. Dalam konteks musik
hardcore itu sendiri contohnya, sudah memiliki kedalaman budaya yang cukup
makna yang terjadi di dalamnya. Oleh karena itu dimensi yang berkenaan dengan
aspek musik merupakan suatu hal yang menarik untuk didalami secara khusus
dalam ilmu sosial. Apalagi integrasi antara budaya, nilai, identitas, dan gaya hidup
yang ada di dalamnya, sebagaimana Straight edge. oleh karena itu , penelitian
sosial yang layak terhadap yang berkenaan dengan dimensi musik harus di dalami
dengan serius.
92
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdulsyani. 2012. Sosiologi; Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Assael, Henry. 1984. Consumer Behavior and Marketing Action. Boston: Kent
Pub.
Barthes, Roland. 1988. The Semiotic Challenge. New York: Hill and Wang.
Faisal, Sanapiah. 2007. Format – Format penelitian sosial. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Guerra, Paula. 2015. On The Road to The American Underground. Porto:
University of Porto, Faculty of Arts and Humanities
Jenkins, Richard. 1996. Social Identity. New York: Routledge
Johnson, David W. dan Frank P. Johnson. 2012. Dinamika Kelompok; Teori dan
Keterampilan (edisi kesembilan). Jakarta: PT Indeks.
Kotler, Philip. 2002. Marketing Management Millenium Edition. Boston: Pearson
Custom Publishing.
Leary, Mark R. dan June Price Tangney. 2003. Handbook of Self and Identity.
New York: Guilford Press.
Mantra, Ida Bagoes. 2008. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mead, George Herbert. 1934. Mind, Self, and Society. Chicago: The University of
Chicago Press.
_____. 1938. The Philosophy of the Act. Chicago: The University of Chicago
Press.
_____. 1932. The Philosophy of the Present. Illinois: Open Court.
Moleong, lexy J. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Neuman, W. Lawrence. 2013. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif.. Jakarta: PT. Indeks.
Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
xvi
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2004. Dari Teori Sosiologi Klasik
Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta:
Kreasi Wacana.
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta
dan Gejala Permasalahan Sosial; Teori, Aplikasi, dan Pemacahannya.
Jakarta: Kencana.
Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Karya Ilmiah
Ahmadi, Dedi. 2008. Interaksi Simbolik: Suatu Pengantar [Jurnal Mediator, Vol.
9 No. 2 Desember 2008].
Dewi, Familia Inka dan Martinus Legowo. 2015. Pengetahuan Remaja
Komunitas Hardcore Tentang Perilaku Hidup Sehat di SMP Negeri 5
Sidoarjo [Jurnal Paradigma Volume 03 No.01 2015]. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya.
Fadliyanti, Novia. 2015. Studi Kelompok Sosial pada Siswa SMA Negeri 6
Pekanbaru [Jurnal Jom FISIP Volume 2 No.2 Oktober 2015]. Pekanbaru:
Universitas Riau.
Haenfler, Ross. 2004. Collective Identity In The Straight edge Movement: How
Diffuse Movements Foster Commitment, Encourage Individualized
Participation, and Promote Cultural Change [Jurnal The Sociological
Quarterly Vol. 45/No. 4/2004]. University of Mississipi.
Hadi, Ahmad Fikri. 2008. Perkembangan Musik Punk di Amerika Serikat Tahun
1974-1980. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia
Pramdani, Fajar Munggah. 2012. Profil Komunitas punk Marjinal dan Faktor
Pendorong Menjadi Punk (Studi Kasus Komunitas Punk di Lenteng Agung
Depok). Jakarta: UIN Jakarta
Sanjaya, Anto dan Mochamad Widjanarko. 2010. Orientasi Nilai Pelaku Musik
Hardcore [jurnal Volume I, No 1, Desember 2010]. Kudus: Universitas
Muria Kudus.
xvii
Sara, Ilham Pamungkas dan Pambudi Handoyo. 2014. Proses Sosialisasi Anggota
Komunitas “Hardcore Punk Sidoarjo (HCS)” [Jurnal Paradigma. Volume
02 Nomor 03 Tahun 2014]. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Artikel Resmi
uniteasia.org (Majalah online). “Check Out: Depok (Indonesia) Hardcore Scene
Report” (25/11/2015). Diakses pada tanggal 28 Februari 2017.
(https://uniteasia.org/check-out-depok-indonesia-hardcore-scene-report/).
xviii
LAMPIRAN 1
TRANSKRIP WAWANCARA
Hasil Wawancara 1
Nama : “MEA”
Usia : 27 tahun
Q: Question
(pertanyaan)
A: Answer
(jawaban)
NO DIALOG
1 Q: Apakah lo seorang yang menganut Straight edge?
A: Iya tentu
2 Q: Apa sih yang lo ketahui tentang Straight edge?
A:Menurut gua, Straight edge itu gaya hidup positif yang gak umum untuk
ada dan terjadi di masyarakat. Emang banyak sih menurut gua orang yang
hidup positif, cuma yaa kalau yang gak kenal hardcore atau straight edge,
maka lo gak akan bisa mengklaim diri lo sebagai straight edge. Jadi yang
bergaya hidup positif ya belum tentu Straight edge.
Kalo ditarik ke sejarahnya sih, jelas kalau Straight edge itu lahir di scene
musik hardcore, yang mana hardcore itu sendiri adalah subgenre dari
punk. Dulu Ian McKaye vokalis dari band hardcore Amerika, Minor
Threat, jadi salah satu pelopornya, dia nyiptain lagu berjudul “Straight
edge” yang akhirnya bakal jadi awal lemunculan gaya hidup positif
Straight edge. Di lagu itu dia mulai nyindir-nyindir gaya hidup hardcore
dan punk yang sebelumnya dekat dengan gaya hidup bebas dan cenderung
lebih kearah yang negative. Dia ngungkapin ketidaksukaannya dia sama
mabok-rokok-narkoba-free sex yang udah jadi makanan sehari-harinya
anak punk dan hardcore lewat lagu itu. Lebih lanjut juga dia nyiptain lagu
yang spesifik lagi tentang gaya hidup Straight edge lewat lagu “Out of
Step”. Yang akhirnya “Straight edge” benar-benar dijadiin kultur baru di
hardcore yang didalamnya lo menganut gaya hidup bersih.
Selain itu ada simbol X di punggung tangan sebagai penanda kalo lo itu
straight edge, nah kalo ini awalnya dari personil band Teen Idles. Waktu
xix
mereka mau manggung di sebuah club. Karena personil band mereka masih
dibawah umur, jadi mereka dilarang beli minuman alkohol di club tsb,
sebagai tandanya, si pemilik klub tersebut ngasih tanda coretan “X” di
punggung tangan para personil Teen Idle. Tanda “X” tersebut digunain
buat petunjuk para pelayan klub biar gak ngasih izin ke mereka buat beli
minuman alcohol di barnya. Nah, Setelah kejadian itu, simbol “X” malah
diadopsi jadi salah satu ritual wajib buat anak hardcore yang Straight edge
untuk nunjukkin kalo mereka itu Straight edge, sampai sekarang.
3 Q: Mengapa lo memilih menjadi seorang yang menganut Straight edge?
A: kalo dilihat seperti di luar negeri, ini berhubungan dengan musik
hardcore. Karena straight edge itu sendiri lahirnya di musik hardcore.
Kalo buat gue sendiri, gue memilih Straight edge karena hal ini
berseberangan dengan gaya hidup masyarakat biasa pada umumnya dan
juga masyarakat punk khususnya. Menurut gue Straight edge ini adalah
sebuah gaya hidup counter (tandingan) dalam masyarakat, dan juga bisa
dibilang sebagai sikap yang tegas dan prinsipil dalam gaya hidup.
4 Q: Hal apa sih yang menunjukkan bahwa lo adalah seorang Straight edge?
A: yang lebih gue tunjukkan adalah yang pertama tentu aja perilaku dan
gaya hidupnya, gaya hidup gue bersih. Gue ga ngerokok, mabok, free sex,
apalagi ngedrugs. Dan selain itu di saat-saat tertentu, pasti gue nunjukkin
“X” label, yaitu coretan huruf X di punggung tangan (yang biasanya ditulis
menggunakan spidol dsb.) seperti pada saat ada konser atau gigs
(pertunjukkan) hardcore, itu menunjukkan bahwa lo adalah seorang
Straight edge. Selain itu, kalau sekarang sih udah banyak merchandise-
merchandise Straight edge seperti jam tangan, baju dan segala accessories
yang bersimbol X label atau Straight edge.
5 Q: Apakah ada kriteria khusus untuk menjadi seorang yang berhaluan
Straight edge?
A: engga ada. kecuali gaya hidupnya itu sendiri. dia harus no drunk, no
smoke, no drugs, dan no free sex
6 Q: apakah lo konsisten dengan gaya hidup Straight edge ini?
A: buat gue, straight edge itu komitmen. Gue akan konsisten dengan
straight edge. Sebisa mungkin sampai kapanpun. Apalagi hardcore udah
jadi hidup gue juga
7 Q: Apakah ada kendala atau halangan selama lo menjadi seorang yang
menganut Straight edge?
A: engga ada kendala atau halangan apapun, dari siapapun.
8 Q : kenapa lo memilih untuk mendalami musik hardcore?
A: sebenernya gue masuk ke scene musik hardcore gak disengaja.
Kebetulan dulu gue awalnya dari scene punk, gue suka datang dan nonton
musik punk. Karena hardcore bisa disebut sebagai subgenre dari punk,
maka disitulah gue ketemu sama orang-orang yang ngedalemin hardcore.
Dan setelah gue liat dan mengeksplor tentang hardcore dan ada straight
edge juga, gue tertarik sama scene musiknya. Akhirnya gue masuk dan
terjun ke hardcore.
9 Q: unsur apa aja yang ada di scene musik hardcore?
xx
A: hardcore menurut gue lebih dari sekedar musik sih. Yang pertama ada
pertemanan, yang kedua komitmen (dengan adanya straight edge), yang
ketiga bisa jadi pelindung atau tameng gue untuk hidup lebih positif.
10 Q: bagaimana keadaan Straight edge di scene musik hardcore Depok?
A: dulu semenjak gue SMA (sekitar 2005-2006), mayoritas band disini itu
beraliran punk rock, melodic punk, dsb. Tetapi selanjutnya, berangsur-
angsur muncul band-band bergenre hardcore yang cenderung identik
dengan straight edge, seperti Real Project, Moving Forward, Thinking
Straight, dan ada juga Stand Clear. Sedangkan kalo di Jakarta sendiri sudah
lebih awal ada yaitu Straight Answer sejak tahun 90‟an.
Dan buat penontonnya atau penikmat hardcore sendiri, lumayan banyak
yang straight edge. Anak-anak pecinta hardcore kalo lagi ada gigs
(pertunjukan/konser) hardcore, banyak yang pake merchandise atau
aksesoris yang bertema straight edge. Seperti baju atau celana yang
bertulisan “STRAIGHT EDGE”, “IT’S OK NOT TO SMOKE” atau
bergambar “X” label. dan gue tau mereka hidup bersih, karena gue sering
ngobrol juga sama mereka.
11 Q: Berapa sih kira-kira jumlah orang yang menganut straight edge di scene
hardcore Depok sendiri?
A: karena ini subkultur yang masih minoritas di masyarakat Indonesia,
menurut gue jumlahnya mungkin gasampe seratus orang, tapi lumayan
banyak.
12 Q: Dimanakah para Kelompok Hardcore Straight edge Depok biasanya
berkumpul?
A: yang paling sering ya di gedung Ramanda Depok. Karena kan disanalah
tempat gigs-gigs (pertunjukan musik) hardcore biasanya diadain kalau di
Depok. Apalagi yang dicari sama anak-anak hardcore kalau bukan
musiknya. Kan salah satu klimaks orang yang suka hardcore pasti di
gigsnya, jadi nonton gigs hardcore itu salah satu hal yang penting menurut
gue.
13 Q: Apa saja aktivitas yang dilakukan para pecinta musik hardcore di
Depok yang Straight edge?
A: gue dan temen-temen suka bikin acara atau gigs (acara musik) hardcore
bareng-bareng. Salah satunya yang terdekat adalah menyambut Edge Day
(gigs indie yang kebanyakan berisi band-band hardcore straight edge,
dilaksanain untuk memperingati keberadaan straight edge) tetapi Edge Day
ini bukan peringatan kelahiran straight edge. dan Edge Day ini tidak
tertutup untuk umum atau non-straight edge.
14 Q: sejak kapan straight edge hardcore berkembang di Depok?
A: Salah satu kemunculan hc pertama di Depok yaitu lahirnya band
Thinking Straight di depok sekitar tahun 96 sebagia pelopor awal hc di
Depok dan kalau di Jakarta jelas udah lebih dulu ada Straight Answer
sebelumnya di waktu yang gak jauh beda.
bisa dibilang contoh pelopor awalnya yaitu Thinking Straight, sebuah band
hardcore yang berhaluan straight edge, semua personilnya memegang
prinsip straight edge, hingga lagu-lagunya pun banyak bertema straight
xxi
edge. Hingga kebubarannya pun dikarenakan kesulitan mereka mencari
personil baru yang mumpuni dan menganut straight edge.
Thingking Straight sebagai band-band awal hardcore Depok sering
sounding ke penonton tentang Straight edge, karena band mereka
menganut paham Straight edge juga. Ga dari lirik aja, tapi juga dari
beberapa kali mereka memuji SXE (Straight edge) dan orang-orang yang
menganutnya dari atas panggung. Tapi bukan berarti mereka ngesampingin
yang gak SXE (Straight edge). Mereka tetap melebur.
lalu berangsur-angsur muncul band-band bergenre hardcore yang
cenderung identik dengan Straight edge, seperti Real Project, Moving
Forward, Thinking Straight, dan ada juga Stand Clear. “Lagu-lagu
Thinking Straight kayak “Oath That Sets Me Free” sama “Still Here”
ngejelasin tentang keteguhan mereka sama Straight edge tuh.
15 Q: sebagai penganut straight edge, bagaimana pandangan lo kedepan
mengenai straight edge?
A: buat gue, Straight edge itu komitmen. Gue akan konsisten dengan
Straight edge. Sebisa mungkin sampai kapanpun. Apalagi hardcore udah
jadi hidup gue juga. gue pengen memperkenalkan ke orang sekitar tentang
Straight edge, gue ngeband bikin lagunya tentang Straight edge,
memperkenalkan Straight edge ke orang-orang lewat clothing atau
merchandise. Yang mana, kalo orang lain ngeliat fashion atau kostum yang
berbau Straight edge, mungkin aja mereka tertarik dan nobody knews
mungkin mereka akan terjun menjadi seorang Straight edge. Gue juga
pengen orang-orang hijrah untuk ngejalanin hidup yang lebih positif.
Menurut gue Straight edge ini adalah salah satu jalannya. Gue juga pengen
Straight edge engga cuma ada di hardcore, tapi juga bisa menyebar ke
scene atau kultur musik yang lain.
xxii
Hasil Wawancara 2
Nama : “MAD”
Usia : 22 tahun
Q: Question
(pertanyaan)
A: Answer
(jawaban)
NO DIALOG
1 Q: Apakah lo seorang yang menganut Straight edge?
A: Iya
2 Q: Apa sih yang lo ketahui tentang Straight edge?
A: Straight edge itu engga merokok, anti drugs, anti free sex, dan anti
drunk, ya pokoknya gaya hidupnya baguslah.
Sejarahnya sendiri yang gua tau dulu awalnya dicetuskan oleh band
hardcore Minor Threat (Amerika). Bahkan Black Flag sebagai legenda
hardcore awal juga pernah menunjukkan simbol straight edge juga, dulu
vokalisnya pernah mencoret tangannya dengan tanda “X”.
3 Q: Mengapa lo memilih menjadi seorang yang menganut Straight edge?
A: “gue itu dulunya udah ngerasain “rusak”nya hidup di dunia musik, gue
mabuk sampai “make” (konsumsi narkoba) udah lewat semua itu yang
namanya hidup “gelap” kayak gitu. Semua berhenti ketika gue ketahuan
sama keluarga. Gue ngerasa kalau gue udah ngecewain banget orang tua,
dan itu jadi tekanan terbesar gue saat itu untuk berhenti dari gaya hidup
yang dekat sama hal-hal negatif.
Terus gue liat di scene hardcore ada straight edge. karena gua juga melihat
bahwa gaya hidup straight edge itu bersih, ya engga ada salahnya juga gua
nganut itu untuk life style yang lebih sehat sih. Apalagi gua main di scene
musik punk-hardcore yang identik dengan hal-hal yang negatif. Selain itu
gue ngeliat straight edge itu minoritas di dunia dan di Indonesia pada
umumnya yang mana mayoritas laki-laki dan sebagian perempuan itu
merokok, gua semakin ngerasa keren aja untuk menjadi seorang straight
edge”.
4 Q: Hal apa sih yang menunjukkan bahwa lo adalah seorang Straight edge?
A: gua lebih banyak menunjukkan kalo gua itu straight edge lewat gaya
hidup gua sih, ya sekali-kali gua pake lambang X di tangan, atau pake baju
yang ada logo X-nya. Dan kalo lagi ngumpul atau nongkrong sama temen
xxiii
atau siapapun yang engga straight edge, gua kadang bilang kalo gua ini
straight edge
5 Q: Apakah ada kriteria khusus untuk menjadi seorang yang berhaluan
Straight edge?
A: engga ada sih. Paling ya harus tahan banting aja sih untuk selalu hidup
bersih. Karena gua juga kan mantan perokok keras, drugs, dan juga minum
(minuman keras).
6 Q: apakah lo konsisten dengan gaya hidup Straight edge ini?
A: gua masuk menjadi straight edge ya karena tekad gua sih, jadi sebisa
mungkin gua bakal konsisten ngejalaninnya
7 Q: Apakah ada kendala atau halangan selama lo menjadi seorang yang
menganut Straight edge?
A: gua selama jadi Straigt Edge gapernah ada masalah di masyarakatr,
apalagi di scene musik hardcore ya, dimana gue berkecimpung. Jadi buat
gua hardcore emang rumahnya para penganut straight edge ya, jadi
straight edge gamungkin ada kendala sih kalo menurut gua di scene
hardcore itu sendiri. apalagi di masyarakat. Orang kita hidup positif kok.
8 Q : kenapa lo memilih untuk mendalami musik hardcore?
A: kalo mendalami sih sebenernya gue engga hanya mendalami musik
hardcore aja. Gua itu mendalami semua musik yang ada di scene musik
punk, diantaranya street punk, punk oi, skinhead, skate punk, punk
melodic, punk rock, dan bahkan pop punk. Tapi kalo speed musik, gua
lebih seneng ke hardcorenya, begitu juga band gue sendiri pun ngambil
genre hardcore punk didalamnya.
9 Q: unsur apa aja yang ada di scene musik hardcore?
A: hardcore yang jelas adalah turunan dari musik punk juga, ya otomatis
apa yang ada di punk banyak juga ada di hardcore, apalagi kulturnya. Ada
Anarki, equality, pemberontakan, dll. yang ngebedain hanya di hardcore
kita bisa nemuin straight edge, selain itu aroma musik hardcore lebih cepet
dari punk awal.
10 Q: bagaimana keadaan Straight edge di scene musik hardcore Depok?
A: perkembangan straight edge dan hardcore itu sendiri menurut gua itu
beriringan dan pesat banget sih di Depok khususnya. Untuk di scene
Hardcore sendiri yang namanya budaya gaya hidup Straight edge sekarang
udah mulai dikenal dan orang-orang hardcore kemungkinan besar pasti tau
apa itu Straight edge sampe band-bandnya pun udah banyak yang
menganut straight edge. Salah satunya adanya Real Project dan Thinking
Straight (band). Penikmatnya juga banyak yang straight edge sih walaupun
banyak juga yang engga
11 Q: Berapa sih kira-kira jumlah orang yang menganut straight edge di scene
hardcore Depok sendiri?
A: kalo jumlah sih gua engga tau, yang jelas gasampe ratusan.
12 Q: Dimanakah para Kelompok Hardcore Straight edge Depok biasanya
berkumpul?
A: di studio Ramanda tuh yang sering banget gue datengin, biasanya kan
gigs Depok pasti disitu tuh. Udah gak lain deh, banyak banget yang datang
xxiv
kalau lagi ada gigs, sekalian seneng-seneng bareng.
13 Q: Apa saja aktivitas yang dilakukan para penikmat musik hardcore di
Depok yang menganut Straight edge?
A: yang jelas sih kita nongkrong-nongkrong sama seperti anak-anak yang
suka musik pada umumnya. Ya pasti kita ngobrol tentang musik. Tapi yang
membedakan mungkin kalo anak-anak lain ngobrolin musik dengan
didampingin rokok, kita sebaliknya yaitu tanpa rokok, begitu juga tanpa
drugs, tanpa minum (alkohol).
14 Q: Dimana saja penikmat straight edge hardcore berinteraksi bersama?
A: yang jelas sih engga ada tempat khusus ya. tapi kalo tempat yang sering
dijadiin tongkrongan (tempat bertemu dan ngobrol) biasanya tempat
dimana ada gigs hardcore ya. kalo di Depok sendiri seringnya ada di
Ramanda Hall. Kalo untuk tempat yang lainnya mungkin di studio-studio
band.
xxv
Hasil Wawancara 3
Nama : “FJM‟
Usia : 40 tahun
Q: Question
(pertanyaan)
A: Answer
(jawaban)
NO DIALOG
1 Q: Apakah lo seorang yang menganut Straight edge?
A: Iya tentu
2 Q: Apa sih yang lo ketahui tentang Straight edge?
A: kalo gue sih, yang gue percaya, Straight egde itu pilihan gaya hidup
tanpa mengkonsumsi rokok, minuman (keras), dan juga drugs, kemudian
tidak melakukan seks dengan negatif, ataupun berdasarkan paksaan. .
3 Q: Mengapa lo memilih menjadi seorang yang menganut Straight edge?
A: secara pribadi, gue berdasarkan dari musik, yang gue denger,band luar
negeri macam-macam ya dulu Minor Threat, Youth of Today, Gorilla
Biscuits, dan lain-lain. Nah disana ka nada simbol-simbol, lirik lagu,
tulisan-tulisan. Dan gue pelajari lebih lanjut bahwa ternyata ada orang-
orang di dalam musik hardcore yang mengkampanyekan gaya hidup
seperti ini (Straight edge). akhirnya timbul kesadaran pribadi, untuk lebih
sadar seperti ini, dulunya gue enggak, dulu gue mabok, dulu gue cimeng
(konsumsi ganja). wah, gue ngerasa di gaya hidup ini tuh adalah suatu yang
benar.
Dan gue makin tertarik, gue baca, gue pelajarin, dan gue jalanin. Trigernya
sih itu, musik.
4 Q: Hal apa sih yang menunjukkan bahwa lo adalah seorang Straight edge?
A: y ague pake simbol “X” di merchandise dan macem-macemnya, kalo
lagi mentas, ngegigs. Gue pengen orang tau simbol yang gue pake ini
ngelambangin gaya hidup bersih, ya semoga aja mereka mau ikut, tapi kalo
enggak ya gapapa.
Ya gue mau nunjukkin ini karena gamau juga stigma masyarakat sama
anak band ya juga egaliter negative seperti itu.
5 Q: Apakah ada kriteria khusus untuk menjadi seorang yang berhaluan
Straight edge?
A: enggak ya, jelas just no smoke, no drunk, no frugs, dan no negative sex
xxvi
6 Q: apakah lo konsisten dengan gaya hidup Straight edge ini?
A: ya kalo gue sih merasa nyaman dengan apa yang gue jalanin (straight
edge), artinya ketika gue nyaman dengan apa yang gue jalanin, ini akan gue
jalanin terus. Itu aja sih.
7 Q: Apakah ada kendala atau halangan selama lo menjadi seorang yang
menganut Straight edge?
A: enggak ada ya, selama kita saling ngehargain sih buat gue gak ada
masalah.
8 Q : kenapa lo memilih untuk mendalami musik hardcore?
A: Awalnya sih dari punk rock, lalu ketika gue dengerin musik-musik
hardcore awal gue udah suka sama genrenya. Kalo gue suka, gua bakal di
genre ini. gue hanya melakukan apa yang gue cinta dan gue hanya
mencintai apa yang gue lakukan
9 Q: unsur apa aja yang ada di scene musik hardcore?
A: kalo yang gue pahami ya, dari lirik lebih ke sospol (sosial politik) ya,
kritik sosial dan sebagainya.
10 Q: bagaimana keadaan Straight edge di scene musik hardcore Depok?
A: selama yang gue tau, selalu ada aja anak baru ataupun band baru yang
muncul dan Straight edge.
11 Q: Berapa sih kira-kira jumlah orang yang menganut straight edge di scene
hardcore Depok sendiri?
A: gue kurang tau persisnya ya, tapi kalo itungan di Depok mungkin
puluhan. Kalau ditotal Jakarta, ataupun Jabodetabek mungkin bisa lebih
dari ratusan.
12 Q: Apa saja aktivitas yang dilakukan para pecinta musik hardcore di
Depok yang Straight edge?
A: gak ada rutinitas khusus sih, paling terjun aja ke gigs hardcore.
13 Q: Sejak kapan Straight edge hardcore berkembang di Depok?
A: kalo gue bilang sih 2000-an akhir, seiring bekembangya hardcore,
lama-lama berkembang juga gerakan atau lifestyle yang kayak gini nih
(straight edge), kan beriringan.
HC (hardcore) di depok muncul tahun ‟90-an tapi redup lagi, HC rame lagi
sejak 2005-an keatas, ditunjukin sama kemunculan banyak band-band HC
baru sampai sekarang. Sebelum tahun ini, scene musik indie di depok
sempat didominasi sama punk rock, melodic punk dan sebagainya.
14 Q: Apakah ada contoh karya lagu atau semacamnya, dari para pelaku
hardcore yang menyimbolkan straight egde?
A: Cotohnya ya Stand Clear tuh di lagunya yang “Just do The Edge” sama
“Drug Free Youth” udah jelas banget ngasih propaganda tentang Straight
edge. yang emang dari albumnya aja udah jelas aroma Straight edge-nya
15 Q: Sebagai penganut Straight edge, bagaimana pandangan lo kedepan
mengenai straight edge?
A: Straight edge itu kepuasan batin, gue nyaman.
Selanjutnya, dengan gue pake simbol-simbol Straight edge, gue pengen
minimal orang lain sadar sama diri sendiri, dan mengambil keputusan yang
benar untuk dirinya sendiri. Gue juga pengen orang lain jadi lebih baik
xxvii
dengan pilihan yang dia pilih. Tidak hanya hidup bersih, tetapi juga hidup
benar.
Selain itu gue selalu pengen kita saling menghargai (antara yang straight
edge dan yang tidak straight edge) tanpa harus menghakimi.
xxviii
Hasil Wawancara 4
Nama : “NK”
Usia : 24 tahun
Q: Question
(pertanyaan)
A: Answer
(jawaban)
NO DIALOG
1 Q: Apakah anda seorang yang menganut Straight edge?
A: Iya mas
2 Q: Apa sih yang anda ketahui tentang Straight edge?
A: straight edge bisa dibilang aturan hidup yang positif mas, aturan hidup
disini maksudnya itu dia ga ngerokok, gak minum-minuman keras, ga
konsumsi narkoba, dan gak melakukan sex bebas. straight edge itu identik
dengan musik hardcore, di dalam hardcore itu ada straight edge, walaupun
ga semua penikmat hardcore itu straight edge.
Sejarahnya sendiri diawalin sama band Minor Threat (hardcore Amerika),
vokalisnya Ian McKaye adalah orang yang gak nyaman sama gaya hidup
anak-anak punk-hardcore di sekitarnya waktu SMA yang kebanyakan
nganut budaya gaya hidup self destruction (ngancurin diri sendiri pake
segala macam hal, rokok, narkoba, alcohol), rusak deh pokoknya. Nah
bersamaan dengan hal itu, mulailah dia bikin lagu, lagu itu dikasih judul
:straight edge”. Lagu ini cerita tentang nyindirnya dia ke gaya hidup
negative anak-anak punk-hardcore sebelumnya. Tapi ga disangka-sangka,
lagu ini malah jadi dasar anak-anak punk hardcore untuk nyiptain kultur
baru di hardcore, yaitu Straight edge.cyang didalamnya ada aturan gaya
hidup bersih dan positif. Dan ini diterusin sampai bertahun-tahun dari
hardcore awal era Minor Threat sampai sekarang berkembang ke segala
penjuru dunia, tentunya di scen musik hardcore.
3 Q: Mengapa anda memilih menjadi seorang yang menganut Straight edge?
A: sejak awal gue merokok, mabuk, atau apapun itu. Lalu menjelang
remaja, gue suka dengan musik-musik indie. Bersama teman-teman, gue
sering datang ke acara-acara pertunjukkan musik indie yang banyak
diadakan. Lalu ketika bertemu teman-teman baru di pertunjukkan musik
indie, dan saya mengaku pengen berhenti “rusak”, lalu mereka bertanya „lo
straight edge aja ya?‟ (padahal pada saat itu gue tidak mengerti apa itu
xxix
Straight edge).
Gue di tongkrongan anak-anak hc (hardcore) yang “SXE” (straight edge)
dan yang gak “SXE” sering juga sharing seputar musik punk-hardcore kan.
Nah disitu gue dapet tuh jawabannya dari anak hardcore Straight edge,
gimana gue harus bersikap tapi gak rusak lagi (gaya hidupnya). Tapi gue
mau tetep di scene musik hardcore, gue mau tetep ngeband, gue mau tetep
ke gigs (pertunjukkan musik) hardcore. Keren sih Kalo buat gue sendiri,
akhirnya gue memilih Straight edge karena hal ini berseberangan sama
gaya hidup masyarakat punk(hardcore sebagai turunannya) khususnya.
Menurut gue Straight edge ini gaya hidup counter (tandingan), dan juga
bisa dibilang sebagai sikap yang tegas dan prinsipil sebagai gaya hidup.
Begitulah gue pertama kali dikenalkan dengan istilah Straight edge, dan
disini pula gue mencari tahu tentang apa itu Straight edge. Dengan
dijelaskan teman gue tersebut dan ditambah dengan informasi di internet
akhirnya gue paham apa itu Straight edge. Dengan pemahaman gue akan
Straight edge tersebutlah, gue ngerasa cocok dengan Straight edge, dan
secara bertahap gue menganutnya.
4 Q: Hal apa sih yang menunjukkan bahwa anda adalah seorang Straight
edge?
A: straight edge itu terkenal sekali dengan simbol X-nya mas. Bisa
dibilang X itu identitasnya anak-anak straight edge. Ya di baju, di celana,
di tas, bisa stiker juga.
Sering tuh gue dulu kalo lagi nonton gigs (pertunjukkan) hardcore ketemu
orang-orang yang pake coretan “X” di tangannya, ya sering ngobrol juga
sama mereka, dan benar aja mereka Straight edge. ya ngerasa sama aja
jadinya, kan keren juga punya lifestyle yang kurang lebih sama haha
5 Q: Apakah ada kriteria khusus untuk menjadi seorang yang berhaluan
Straight edge?
A: engga ada kok, ya cuma hidup sehat aja
6 Q: Apakah anda konsisten dengan gaya hidup Straight edge ini?
A: harus! Karena saya hidup di hardcore, ngeband di hardcore, keren kok,
kenapa ngga diikutin straight edge-nya
7 Q: Apakah ada kendala atau halangan selama anda menjadi seorang yang
menganut Straight edge?
A: kendalanya ya Cuma ngejaga iman sendiri aja biar ga terjerumus jadi
rusak hehe
8 Q : Kenapa anda memilih untuk mendalami musik hardcore?
A: saya suka semua musik indie, tapi semenjak saya tau musik hardcore,
saya nyaman aja sama genrenya, lebiih hidup
9 Q: Unsur apa aja yang ada di scene musik hardcore?
A: hardcore secara budaya ya gajauh beda ama punk, tapi yang ngebedain
ya sekarang ada straight edge aja. Selain musik ada juga gaya hidup sama
solidaritas.
10 Q: Bagaimana keadaan Straight edge di scene musik hardcore Depok?
A: menurut saya hardcore di Depok itu udah terkenal sama kultur straight
edge nya tang memang sudah sangat umum dijadiin prinsip para
xxx
penikmatnya. Ada beberapa band yang bermunculan dan menyatakan
mereka straight edge. Contohnya saya suka Thinking Straight
11 Q: Berapa sih kira-kira jumlah orang yang menganut straight edge di scene
hardcore Depok sendiri?
A: lumayan banyak ya, 50 lebih mungkin, tapi kan jumlahnya terus
berubah.
12 Q: Dimanakah para pecinta hardcore straight edge depok biasanya
berkumpul?
A: pasti di tempat-tempat ada gigs hardcore. Kalau di Depok saya
seringnya di Ramanda sama pasar segar.
13 Q: Apa saja aktivitas yang dilakukan para penikmat musik hardcore di
Depok yang Straight edge?
A: yang jelas ngumpul buat diskusiin musik, ngumpul buat ngadain acara
musik, dan yang jelas nikmatin musik hardcore bareng-bareng. Tapi engga
hanya bareng yang straight edge aja loh.
14 Q: sejak kapan straight edge hardcore berkembang di Depok?
A: mungkin bisa dibilang ya ketika band-band hardcore straight edge di
depok bermunculan ya. salah satu pelopor awalnya kan ada Thinking
Straight yang bener-bener legend di straight edge hardcore Depok. Mereka
muncul sekitar 2000‟an dan konsisten ngembangin musik hardcore dan
prinsip straight edge mereka, dan akhirnya muncullah beberapa band
straight edge berikutnya seperti Real Project, Moving Forward, Stand
Clear, dll. Dari era itu, musik hardcore dan straight edge berkembang
secara baik di Depok
15 Q: sebagai penganut straight edge, bagaimana pandangan anda kedepan
mengenai straight edge?
A: jujur, yang engga akan berubah dari saya yaitu, saya bakal terus
sounding ke semua orang tentang straight edge. Di mata saya straight edge
itu udah jadi jawaban yang keren banget atas gaya hidup negative orang
Indonesia, yang kebanyakan pasti merokok. Apa sih salahnya hidup sehat?
Engga aka nada ruginya. Kamu juga tetep bisa keren walaupun ga
ngerokok dll, ya contohnya ya kita ini penganut Straight edge. Kita engga
lepas sama musik hardcore yang biasanya identik sama musik yang keras,
tapi kita tetep bersih. Begitu juga ketika saya ngeband, saya bakalan terus
menyuarakan ke orang-orang tetntang straight edge lewat lagu dan aksi
saya di stage. Walaupun begitu, siapapun yang straight edge tetep harus
maklum sama prinsip orang yang non-straight edge, begitu pula
sebaliknya. Gaperlu ada pemaksaan diantara masing-masing, hanya sharing
dan sounding aja.
xxxi
Hasil Wawancara 5
Nama : “AZ”
Usia : 21 tahun
Q: Question
(pertanyaan)
A: Answer
(jawaban)
NO DIALOG
1 Q: Apakah lo seorang yang menganut Straight edge?
A: Iya gue Straight edge.
2 Q: Apa sih yang lo ketahui tentang Straight edge?
A: Straight edge itu ya panutan hidup sih, kalo dibilang aturan hidup ya
benar juga. Straight edge secara umumnya sih setahu gue kultur yang
dibawa dari barat, dari Amerika, yang pada saat itu lagi booming-
boomingnya sama scene underground, terutama punk. Nah, ketika punk
muncul sekitar era (tahun) 70‟an, di tahun-tahun berikutnya masuklah
musik turunannya dari punk, yaitu hardcore. Di scene musik hardcore ini
nih muncuclnya Straight edge. Bisa dibilang Straight edge di hardcore tuh
muncul jadi perlawanan kultur punk sebelumnya, kalau di punk kan identik
sama yang namanya self destruction (penghancuran diri) gaya hidup sesuka
hati, hidup bebas, ekspresi anak muda, gak punya aturan, hasilnya ya
penikmat-penikmat musik yang suka mabuk, free sex, ngobat, dan lain-lain
semacamnya deh. nah, kalau Straight edge di hardcore ini beda, dia
ngelahirin kultur gaya hidup yang 180 derajat berlawanan sama self
destruction-nya punk. Di straight edge ini muncul aturan yang menitik-
beratkan di gaya hidup sehat. Gak ada yang mabuk, gak ada yang narkoba,
bahkan gak ada yang ngerokok apalagi seks bebas. Padahal kalo dilihat
sejarahnya, hardcore bisa juga dibilang sebagai anak atau adiknya punk,
karena musik hardcore itu adalah perkembangan dari musik punk, masih
satu scene lah sebenarnya mereka yang awalnya muncul di CBGB (club),
New York.
Lebih lanjutnya lagi, Straight edge itu dicetusin sama personilnya Minor
Threat (band hardcore Amerika) diantaranya yaitu vokalisnya Ian McKaye
yang pada awalnya gak suka sama gaya hidup di scene punk dan hardcore
yang merusak diri sendiri, dia gak setuju sama keadaan di sekitar dia, yang
umumnya perilakunya negative. Nah setelah itu dia tuangkan ketidak-
setujuannya itu ke dalam lagu bandnya, Minor Threat, yang berjudul
Straight edge. Disitu dia menyindir secara langsung para penikmat sama
xxxii
pelaku musik punk dan hardcore saat itu yang cenderung self-destruction.
Dan sejak saat itu judul lagu itu dijadiin istilah utama buat kultur
perlawanan para pecinta hardcore yang suka nikmatin musik hardcore, tapi
gak mau terjun untuk merusak diri sendiri, seperti punk-hardcore
sebelumnya. Hingga sampai sekarang Straight edge itu udah banyak ter-
sounding ke banyak belahan dunia, tapi biasanya sih ke orang yang tahu
scene musik hardcore dan underground aja kalo di Indonesia. Straight edge
secara gak langsung sih udah jadi salah satu pilihan gaya hidup para
pecinta musik terutama hardcore.
3 Q: Mengapa lo memilih menjadi seorang yang menganut Straight edge?
A: gue kenal Straight edge itu semenjak gue ngeband sama temen-temen
gue. Gue ngeband awalnya sering ngebawain musik yang genrenya punk
rock atau hardcore. di scene musik punk-hardcore inilah gua kenal yang
namanya Straight edge. Diawali sama vokalis gue yang tiba-tiba berhenti
ngerokok, mabuk, dan sebagainya, akhirnya gue penasaran, setelah gue
tanya-tanya, dia mengaku Straight edge. Dan akhirnya gue ikutan coba
ngejalaninnya, akhirnya gue pun Straight edge. Kenapa gue memilih
Straight edge ya utamanya pengaruh orang sekitar yaitu band gue, yang
kedua gue liat gak ada salahnya buat ngejalanin gaya hidup kaya gini,
bersih, sehat, dan positif banget.
4 Q: Hal apa sih yang menunjukkan bahwa lo adalah seorang Straight edge?
A: pertama kalo nongkrong sama siapapun itu gue gapernah ikutan
ngerokok, minum (minuman keras), ataupun sebagainya. Kedua, gue kalo
manggung beberapa kali pake simbol “X” di tangan, itu nunjukkin kalau
gue Straight edge. Ketiga, gue juga punya beberapa kaos yang ada simbol
“X”-nya ataupun kaos dengan kalimat-kalimat yang nunjukkin kalau gue
Straight edge, contohnya baju bertuliskan “DRUGS FREE”.
5 Q: Apakah ada kriteria khusus untuk menjadi seorang yang berhaluan
Straight edge?
A: engga ada, walaupun bukan anak hardcore pun lo silahkan aja Straight
edge. Tapi pada umumnya ya kebanyakan pasti orang-orang yang kenal
hardcore yang Straight edge.
6 Q: apakah lo konsisten dengan gaya hidup Straight edge ini?
A: gue bakal berusaha buat konsisten. Tapi jujur aja ngejalanin Straight
edge di Indoneisa itu agak banyak cobaannya. tau sendiri kan kalau di
Indonesia kita bisa lihat mayoritas orang itu ngerokok. Tapi tetep berusaha
sih gue
7 Q: Apakah ada kendala atau halangan selama lo menjadi seorang yang
menganut Straight edge?
A: engga ada sih, gue asik-asik aja Straight edge.
8 Q : kenapa lo memilih untuk mendalami musik hardcore?
A: ya itu sih, mungkin awalnya karena gue kenal sama musik punk, jadi ya
wajarlah kalau gue juga kenal sama musik hardcore, karena masih satu
garis kan itu sejarahnya. Jadi scene-nya juga engga jauh-jauh banget.
Setelah gue dari punk masuk ke hardcore, gue ngerasa nyaman aja di
musik ini, kayak passion gue gitu genrenya. Ya gue tetep ada di hardcore
xxxiii
akhirnya.
9 Q: unsur apa aja yang ada di scene musik hardcore?
A: di hardcore ya identik sama musik yang lumayan pake speed, ada
teriakannya, musiknya lumayan keras. Dan kalo disisi lainnya ya jelas ada
kultur Straight edge-nya.
10 Q: bagaimana keadaan Straight edge di scene musik hardcore Depok?
A: di scene musik hardcore Depok khususnya tempat gue berkecimpung
sih betul-betul hidup ya kultur Straight edge-nya. Mulai dari
penonton/penikmat sampai personil band hardcore-nya udah banyak
banget yang ngadopsi gaya hidup Straight edge. Bahkan banyak band yang
terang-terangan mengaku sebagai band yang menganut paham Straight
edge dengan banyak simbol “X” di merchandise hingga di media sosial
band tersebut. Banyak yang nyelipin huruf X di akun-akun mereka. Dan
banyak yang berpakaian dengan tulisan “STRAIGHT EDGE” atau simbol
“X” ketika ada gigs hardcore. Berkembanglah pokoknya.
11 Q: Berapa sih kira-kira jumlah orang yang menganut straight edge di scene
hardcore Depok sendiri?
A: tapi kalau ditotal sih mungkin gak sampai seratusan ya, tapi puluhan itu
pasti. Itu aja udah kelihatan banget kalo lagi ada konser hardcore.
12 Q: Apa saja aktivitas yang dilakukan para penikmat musik hardcore di
Depok yang Straight edge?
A: Dari nongkrong sampai bikin gigs (petunjukkan konser musik) hardcore
udah pernah bareng. Ya asik aja, passion kita kan di hardcore, gak bakal
jadi beban juga.kalo ngerjain pake passion yang kita suka.
kalo gue sendiri sering diskusi sama beberapa temen yang Straight edge
tentang ramenya scene hardcore di Depok, kadang gue juga ngomongin
masalah pesatnya perkembangan hardcore, termasuk makin luasnya orang-
orang yang tau Straight edge. Kalo mereka yang punya band, pasti mereka
aktif buat tampil di gigs-gigs hardcore sih.
13 Q: sejak kapan straight edge hardcore berkembang di Depok?
A: kalo masalah waktu mungkin sekitaran tahun 2000‟an awal kayaknya.
Itu udah ada beberapa pelopor hardcore dan Straight edge di Jakarta sama
Depok. Contohnya Thinking Straight sih kalo di Depok, band hardcore
Straight edge yang muncul akhir 90‟an dan baru aja bubar kemarin ini
(November 2016)
14 Q: sebagai penganut straight edge, bagaimana pandangan lo kedepan
mengenai straight edge?
A: Straight edge itu jelas gaya hidup, aturan hidup yang bisa lo pilih
ataupun engga, tapi pandangan gue jelas bahwa Straight edge itu gapernah
merugikan siapapun penganutnya maupun orang lain disekitar. Kalau ada
yang mau nganut Straight edge itu udah bagus banget, karena dia sadar
pentingnya good lifestyle. Gue harap orang yang Straight edge makin
banyak, dan musik hardcore tetap engga hilang kultur Straight edge-nya.
Dan satu lagi, kalaupun ada orang yang tidak straight edge ya gak masalah,
jangan jadi “keras”. Kalo kita nongkrong sama orang yang nggak straight
edge kan tetap banyak manfaatnya, kita tetap bisa sharing tentang musik,
xxxiv
sharing acara musik, ngobrolin apa aja tentang musik. Ya kalo lebih
jauhnya lagi, mungkin aja sambil nongkrong sharing dia tertarik buat jadi
Straight edge, ya itu menurut gue lebih bagus lagi. Tapi jangan pernah
maksain orang buat Straight edge. lagian hardcore juga kan anak- anaknya
beragam, gak seragam semuanya nganut gaya hidup Straight edge anaknya
beragam, gak seragam semuanya nganut gaya hidup Straight edge
xxxv
Hasil Wawancara 6
Nama : “FM”
Usia : 23 tahun
Q: Question
(pertanyaan)
A: Answer
(jawaban)
NO DIALOG
1 Q: Apakah lo seorang yang menganut Straight edge?
A: Iya bang
2 Q: Apa sih yang lo ketahui tentang Straight edge?
A: straight edge itu hidup bersih bang, bebas dari rokok, narkoba, mabok,
sama sex bebas. Yang straight edge biasanya anak-anak yang tau hardcore
bang, termasuk gua.
3 Q: Mengapa lo memilih menjadi seorang yang menganut Straight edge?
A: awalnya gua memang suka musik hardcore dan punk. Tetapi gua belum
mengenal straight edge.
gua dulu gapernah yang namanya hidup normal. Tidur siang melek malem.
Orang minum kopi, gua minum anggur. Orang kenyang gua teler.
Begadang tiap hari, nongkrong tiap hari. nge-”baks” (konsumsi ganja)
sehari aja gasanggup gua. Tapi itu dulu. Lama-lama gue capek juga hidup
kayak gitu, hidup gua ga ada yang keurus. kerja engga, dapet duit engga,
ludes iya. Lama-lama gua mikir juga hidup gua gak ada gunanya
Sampai akhirnya ada salah satu temen deket gua yang mendadak berhenti
merokok, begitu juga berhenti minum-minuman keras, dll, gua gak tau
kenapa. Lalu suatu hari dia nawarin gua „ bray ayolah straight edge aja
kaya gua. Lumayan bersihan dikit idup lu. Duit rokok juga jadi irit (ga
kepake)‟. Berawal dari omongannya, gue dijelasin ama dia kalo Straight
edge itu begini begitu, emang ada budayanya di Hardcore, akhirnya gua
paham tentang Straight edge. Terus kedepannya, dengan tawaran dia, gua
coba-coba ngikutin temen gua itu, walopun berat awalnya, akhirnya gua
bisa lepas dari rokok. Dan yang buat gue gamasalah adalah gue tetep bisa
nikmatin nonton musik punk dan hardcore terus walaupun gue ga
ngerokok. Karena di hardcore sekarang udah banyak juga dari band
maupun penikmatnya yang sounding tentang Straight edge.
4 Q: Hal apa sih yang menunjukkan bahwa lo adalah seorang Straight edge?
xxxvi
A: nih gue sering nyoret “X” nih di tangan gue, itu tandanya gua straight
edge bang.
5 Q: Apakah ada kriteria khusus untuk menjadi seorang yang berhaluan
Straight edge?
A: dia gaboleh ngerokok, gaboleh ngobat, gaboleh minum (alcohol), sama
gaboleh Sex sembarangan. Sisanya mah kaya orang biasa aja hehe
6 Q: apakah lo konsisten dengan gaya hidup Straight edge ini?
A: udah bertahun-tahun gue straight edge, pengennya sih terus. Asal iman
ga goyang aja.
7 Q: Apakah ada kendala atau halangan selama lo menjadi seorang yang
menganut Straight edge?
A: engga ada sih bang, palingan ya ngelawan diri sendiri aja malah.
Apalagi dulu gue ngerokok, berhentinya kan juga penuh perjuangan haha
8 Q : kenapa lo memilih untuk mendalami musik hardcore?
A: aduh kalo itu sih udah naluri dari lahir kali bang. Dari awal gue dengerin
hardcore dari jaman sekolah udah jatuh cinta bang. Abis itu ya gue
ngedalemin hardcore, dateng ke gigsnya, kenal sama anak-anak bandnya.
Wah asik deh pokoknya
9 Q: unsur apa aja yang ada di scene musik hardcore?
A: hardcore yang pasti adalah musik yang punya speed kenceng, vokalnya
teriakan, terus kebanyakan liriknya tentang apapun masalah social dan
lainnya. Yang terakhir ada budaya Straight edge didalemnya
10 Q: bagaimana keadaan Straight edge di scene musik hardcore Depok?
A: setau gue straight edge di Depok lumayan banyak, dan baik-baik aja.
Straight edge di Depok gapernah absen dari gigs-gigs hardcore yang ada.
Selalu ada straight edge di gigs hardcore setau gue, kan keliatan tuh dari
gaya-gaya sama simbolnya. ada yang pake baju straight edge atau ada “X”
label.
11 Q: Berapa sih kira-kira jumlah orang yang menganut straight edge di scene
hardcore Depok sendiri?
A: wah kalo itu gue persisnya gatau deh, tapi yang jelas kalo ditotal
perkiraan gua puluhan deh. Soalnya itu dia, kalo lagi ada gigs hardcore,
mereka pasti pada keliatan, dan orangnya beda-beda, gamungkin sedikit.
12 Q: Apa saja aktivitas yang dilakukan para penikmat musik hardcore di
Depok yang Straight edge?
A: gue sebagai orang yang cinta sama musik hardcore sih udah pasti
kerjaannya dateng dan nonton musik hardcore dimana aja. Gue juga sering
bareng temen-temen janjian buat ngejar konser hardcore di berbagai
tempat ya. kan pas nonton enak tuh bang, bisa sharing tentang musik juga.
13 Q: sejak kapan straight edge hardcore berkembang di Depok?
A: kalo dari kapannya gue gatau bang
14 Q: sebagai penganut straight edge, bagaimana pandangan lo kedepan
mengenai straight edge?
A: gue gapernah bermaksud buat pamer atau maksa orang jadi straight
edge, tapi kalo ada yang nanya tentang musik hardcore, pasti gue juga
jelasin kalo ada straight edge disitu. Bahkan ada temen gue yang jadi
xxxvii
nganut straight edge gara-gara gue gasengaja cerita tentang gaya hidup gue
yang straight edge. gue gabisa nebak ya kedepan gimana, apa straight edge
tambah banyak atau gimana. Tapi selama penganut straight edge masih
bisa konsisten sama komitmennya, ya harusnya kita jalan terus di straight
edge.
xxxviii
Hasil Wawancara 7
Nama : “UC”
Usia : 22 tahun
Q: Question
(pertanyaan)
A: Answer
(jawaban)
NO DIALOG
1 Q: Apakah lo seorang yang menganut Straight edge?
A: Iya
2 Q: Apa sih yang lo ketahui tentang Straight edge?
A: straight edge itu bagian dari musik hardcore. Di musik yang notabene
keras, kan pasti penikmatnya identiknya sama anak-anak yang bandel, yang
suka mabok, ngerokok, dan narkoba. Nah kalo straight edge ini
menunjukkan kalo ada penikmat hardcore yang engga seperti itu, straight
edge tetap menikmati musik hardcore tetapi menolak gaya hidup yang
negatifnya, seperti mabuk dan narkoba.
3 Q: Mengapa lo memilih menjadi seorang yang menganut Straight edge?
A: gua udah dari SMP tau musik punk dan hardcore, sering dateng ke
gigsnya juga, tapi lebih sering ke gigs punk rock. Tapi gue ga nganut
paham straight edge karena gue perokok, jujur kadang gua nyimeng
(konsumsi ganja) juga dan kadang “minum” (minuman keras) juga. Sampe
pas waktu SMA gua ngalamin kejadian yang ngebuat gua agak terguncang,
pernah waktu gue SMA, gue nongkrong terus, mabuk terus, duit habis,
sampe gue cabut-cabutan dari sekolah demi “senang-senang” bodong
kayak gitu. Tapi pas gue balik ke sekolah, temen-temen gue pada ngehindar
dari gue, gue kaget dan ngerasa gapunya temen. Terus gue mikir “kenapa
mereka sampe kayak gitu?” akhirnya gue tersentak kalau ternyata “seneng-
seneng” yang gue lakuin itu ga banyak ngedatengin untung, malah gue
ancur sana-sini, sampe temen aja ngehindar. Disitu pikiran gua kacau gak
karuan, bingung mau ngapain, akhirnya gua coba berhenti ngelakuin hal-
hal kayak gitu. Perlahan-lahan sampe akhirnya gue berhenti total.
Lanjut pas gua lagi ada kesempatan nonton gigs hardcore dan punk waktu
itu di Depok, gue dateng dan nongkrong bareng anak-anak hardcore. Disitu
gue liat ada orang pake baju tulisannya „Straight edge‟ dan ada lambang
„X‟ nya gede. Gua dikasih tau sama dia, Straight edge itu gaya hidup bersih
xxxix
anak-anak hardcore. Dan saat itu dia bilang „lu ngerokok ga? Lu Straight
edge aja kalo ga ngerokok‟ disitulah titik dimana gua masuk lebih dalem ke
scene musik hardcore dan pada akhirnya gua nganut apa yang disebut
dengan Straight edge sampe sekarang.”
4 Q: Hal apa sih yang menunjukkan bahwa lo adalah seorang Straight edge?
A: Masalah fashion style nih, ini gua kadang-kadang nyoret lambang “X”
nih di tangan gua, ini gua lakukan kalo lagi ngumpul saat ada gigs
hardcore aja.
Selain itu ya pasti gua engga ngerokok, engga mabuk, engga, sex bebas,
dan engga ngobat juga dimanapun.
5 Q: apakah simbol X yang lo pakai di fashion dan kostum lo itu merupakan
suatu yang penting?
Ya Buat gua sih penting, karena menurut gua, itulah gua, itulah diri gua.
Karena gua straight edge, ya gua nunjukin ke orang-oranglah. Tapi intinya
gua mau ngasih tau kalo gua anak hardcore, gua suka musik hardcore, tapi
gua ga minum sama narkoba kaya anak punk biasanya, tapi selera musik
gua sama.
5 Q: Apakah ada kriteria khusus untuk menjadi seorang yang berhaluan
Straight edge?
A: ya pasti wajib ga ngerokok, ga mabuk, ga narkoba, sama ga sex bebas.
Sisanya mah biasa aja
6 Q: apakah lo konsisten dengan gaya hidup Straight edge ini?
A: karena gua suka musiknya, hardcore. Gua bakal tetap bertahan gitu.
7 Q: Apakah ada kendala atau halangan selama lo menjadi seorang yang
menganut Straight edge?
A: engga sih, engga ada kendala. Kan kalo kita masuk ke musik hardcore,
ya kita udah jadi satu sebagai pecinta musik. Ya kalo maaalah straight edge
kan Cuma urusan ke pribadi masing-masing. Jadi gada masalah
8 Q : kenapa lo memilih untuk mendalami musik hardcore?
A: gatau deh, emang suka aja ama genre musik yang kaya gini
9 Q: unsur apa aja yang ada di scene musik hardcore?
A: ya hardcore mah isinya musik keras, cepet. Dia termasuk turunan punk
juga
10 Q: bagaimana keadaan Straight edge di scene musik hardcore Depok?
A: straiht edge di depok sih berkembang terus ya. kalo dilihat-lihat ya
emang makin banyak aja yang mulai pake aksesoris sama pakaian straight
edge kalo lagi ada konser hardcore.
11 Q: Berapa sih kira-kira jumlah orang yang menganut straight edge di scene
hardcore Depok sendiri?
A: gatau persisnya ya. tapi kalo lagi ada acara (hardcore) sih bisa sampe
puluhan itu yang pada keliatan dan ngumpul.
12 Q: Apa saja aktivitas yang dilakukan para penikmat musik hardcore di
Depok yang Straight edge?
A: ya pastinya kita nongkronglah, ngebahas musik. Selain itu ya kita suka
bikin acara (hardcore) bareng-bareng teme-temen anak hardcore kalo lagi
ada kesempatan.
xl
13 Q: sejak kapan straight edge hardcore berkembang di Depok?
A: ya dari zaman gua SMP-SMA kali ya. 2007an keatas
14 Q: sebagai penganut straight edge, bagaimana pandangan lo kedepan
mengenai straight edge?
A: gua maunya straight edge itu berkembanglah, jadi kita bisa nunjukkin
kalo emang anak punk dan hardcore itu engga selamanya anak-anak engga
bener, kita bisa nunjukin sisi-sisi baik dan positifnya kayak straight edge
ini. Jadi kalo suka musik hardcore, cintai aja musiknya, dan jangan
selamanya diselimutin sama gaya hidup negatif.
xli
LAMPIRAN II
DOKUMENTASI VISUAL
xlii
Merchandise-merchandise yang diantaranya identik dengan Straight edge, yang
dijual saat dilaksanakannya gigs (pertunjukkan) musik hardcore di gedung
Ramanda Studio & Music Venue Depok dan Rossi Music Fatmawati
xliii
Pamflet-pamflet dan selebaran-selebaran yang disebarkan dan dipasang saat gigs
(pertunjukkan) musik hardcore akan dilaksanakan, yang diantaranya identik
dengan Straight edge
xliv
Para penikmat musik hardcore berkumpul dan memakai atribut yang identik
dengan simbol Straight edge saat diadakannya gigs (pertunjukkan) musik
hardcore
xlv
Para penikmat musik hardcore berkumpul dan memakai atribut yang identik
dengan Straight edge saat diadakannya gigs (pertunjukkan) musik hardcore
xlvi
Para penikmat musik hardcore berinteraksi bersama saat diadakannya gigs
(pertunjukkan) musik hardcore
xlvii
Para Pelaku musik hardcore memakai simbol-simbol yang identik dengan
Straight edge saat tampil di panggung
xlviii
Para Pelaku musik hardcore memakai simbol-simbol yang identik dengan
Straight edge saat tampil di panggung
xlix
Para pelaku dan penikmat musik hardcore beraksi dalam satu gigs (pertunjukkan)
musik hardcore
l
Para pelaku dan penikmat musik hardcore beraksi dalam satu gigs (pertunjukkan)
musik hardcore
li
Pelaku musik hardcore sedang mencoret tanda “X” di punggung tangannya
sebelum mementaskan musik
lii
Pelaku musik hardcore menunjukkan album dari grup musik hardcore-nya yang
di sampulnya terdapat simbol yang mengarah pada Straight edge
liii
Salah satu gambar di dalam album grup musik hardcore, yang mana di dalamnya
menunjukkan simbol “X” di punggung tangan
Spanduk dari grup musik hardcore yang dilatarbelakangi oleh simbol “X”
liv
Beberapa poster dan album musik dari grup-grup musik hardcore, yang
didalamnya memiliki simbol yang menunjukkan identitas Straight edge
lv