Anda di halaman 1dari 56

PERAN GIRL GROUP TWICE DALAM MEMBANGUN PERSEPSI

POSITIF KOREA SELATAN DI JEPANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Oleh:

ZAHRA ANINDI PUTRI

4519023040

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2023

i
ii
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Saya Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini:

Nama : Zahra Anindi Putri

Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik

Program studi : Ilmu Hubungan Internasional

Judul Skripsi : Peran Girl Group TWICE dalam Membangun Persepsi Positif
Korea Selatan di Jepang

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasi
karya sendiri bukan dari orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat
ahli, rujukan lain, (penelitian sebelumnya, dan jurnal terdahulu) ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila karya ilmiah atau penulisan skripsi ini yang terbukti merupakan duplikat
ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain atau dengan sengaja mengajukan
karya penulisan lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan sanksi
hukum berlaku. Demikian surat pernyataan ini saya buat sebagai pertanggung
jawaban ilmiah tanpa ada paksa an maupun tekanan dari pihak manapun juga

Makassar, 29 Maret 2023

Penulis

Zahra Anindi Putri


NIM: 4519023040

iv
ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui peran TWICE dalam membangun


citra positif Korea Selatan di Jepang. Sehubungan dengan tujuan yang ingin
dicapai, maka metode penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian
kualitatif. Penulis akan menjelaskan bagaimana peranan TWICE dalam
membangun citra positif Korea Selatan di Jepang. Teknik Pengumpulan data yang
digunakan berupa pengumpulan data sekunder yang diperoleh melalui studi
pustaka dengan bahan pustaka seperti buku, jurnal, artikel, skripsi, tesis, berita
online, dan hasil penelitian telaah sebelumnya yang berkaitan dengan peran
TWICE dalam membangun persepsi positif Korea Selatan di Jepang melalui
diplomasi selebriti.
Hasil penelitian terkait bagaimana peran TWICE dalam membangun
persepsi positif Korea Selatan menunjukkan bahwa TWICE berperan
memperkenalkan, menyebarkan dan melibatkan publik Jepang dalam
menggunakan budaya Korea Selatan dan mampu menyalakan kembali minat
masyarakat Jepang terhadap K-Pop yang sebelumnya menurun akibat konflik
yang terjadi antara Korea Selatan dan Jepang. TWICE berhasil meraih popularitas
tinggi di Jepang. Popularitas tersebut menunjukkan adanya respon timbal balik
yang positif dari masyarakat Jepang terhadap TWICE yang menampilkan budaya-
budaya Korea Selatan yaitu melalui musik. Oleh karena itu popularitas TWICE di
Jepang mampu meningkatkan citra dan membangun persepsi positif dari publik
Jepang terhadap Korea Selatan terbukti dengan tingginya tingkat konsumsi
masyarakat Jepang terhadap musik-musik TWICE.

Kata Kunci: Hallyu, K-Pop, TWICE, Diplomasi selebriti, Persepsi Positif

v
ABSTRACT

This thesis aims to find out the role of TWICE in building a positive image
of South Korea in Japan. In connection with the objectives to be achieved, the
research method used by the author is qualitative research. The author will explain
how TWICE's role is in building a positive image of South Korea in Japan. The
data collection technique used was in the form of secondary data collection
obtained through literature study with library materials such as books, journals,
articles, theses, theses, online news, and the results of previous studies related to
TWICE's role in building positive perceptions of South Korea in Japan through
celebrity diplomacy.
Research results regarding how TWICE's role in building positive
perceptions of South Korea show that TWICE introduced, disseminated and
involved the Japanese public in using South Korean culture and achieved high
popularity in Japan. When talking about popularity, it is closely related to the
existence of a positive response or feedback from the wider public. Therefore
TWICE's popularity in Japan is able to build a positive perception of the Japanese
public towards South Korea through its culture.

Keywords: Hallyu, K-Pop, TWICE, Celebrity Diplomacy, Positive Perception

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas

berkat Rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Peran Girl Group TWICE dalam Membangun Persepsi Positif

Korea Selatan di Jepang”, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Sarjana (S1) Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Bosowa Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini merupakan hasil kerja

penulis dengan dukungan banyak pihak. Banyak diantara mereka sangat istimewa

dalam hidup penulis, dan untuk itu secara khusus hendak mengucapkan terima

kasih atas doa, dukungan, dan pertolongan mereka selama ini. Ucapan terima

kasih penulis ucapkan kepada:

1. Kedua orang tua yang sangat penulis sayangi, yaitu Ayahanda Drs.
Ngimar dan Ibunda Helfi Daweng, yang menjadi support sistem nomor

satu serta selalu menjadi garda terdepan bagi penulis selama masa

perkuliahan hingga saat penyusunan skripsi, yang senantiasa

memberikan semangat, do’a yang tidak pernah putus, dan dukungan baik

dalam bentuk materil maupun moril. Semoga ayah dan ibu senantiasa

diberi kesehatan dan umur panjang oleh Allah SWT. Tak lupa pula saya

ucapkan terima kasih kepada kakak dan adik saya tercinta yang selalu

menjaga dan mensupport saya.

2. Bapak Rektor Universitas Bosowa Prof. Dr. Ir. Batara Surya, S.T.,M.Si
beserta jajarannya.

vii
3. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bosowa

Dr. A. Burchanuddin, S.Sos., M.Si beserta jajarannya.

4. Bapak Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Muh. Asy’ari,

S.Ip., M.A

5. Ibu Dr. Rosnani, S.IP., M.A sebagi pembimbing I dan Ibu Beche BT.
Mamma, S.IP., M.A. sebagai pembimbing II, yang telah bersedia

memberikan arahan dan masukan kepada penulis. Terimakasih atas

bimbingan dan kesediaan waktu dan tenaganya yang diberikan selama

proses menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Seluruh dosen prodi HI, Bapak Arief Wicaksono, S.IP., M.A., Bapak
Zulkhair Burhan, S.IP., M.A., Bapak Asy’ari Mukrim, S.IP., M.A.,

Bapak Ahmad Tarikhul Haq, S.IP., M.A., Bapak M. Fahmi B. Fauzi,

S.IP., M.A., Ibu Fivi Elvira Basri, S.IP., M.A., Ibu Finaliyah Hasan,

S.IP., M.A., Ibu Beche Bt. Mamma, S.IP., M.A., Ibu Noor Fahmi

Pramuhi, S.IP., M.A., Ibu Ayu Kartika J. Tas’as, S.IP., M.A., Ibu Dina

Magdalene Lungkang, S.IP., M.A., Ibu Dr. Rosnani, S.IP., M.A. Terima

kasih atas ilmu dan pelajaran serta pengalaman yang sangat bermanfaat

yang telah bapak dan ibu berikan.

7. Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, yaitu Pak Budi, Ibu Mega, dan Kak
Citra yang selama ini telah membantu dalam segala urusan administrasi

selama masa perkuliahan.

8. Kepada sahabat saya, Annisa Amril Majid dan Andini Guswari, yang
selama ini selalu mensupport dan menemani saat bahagia maupun sulit

viii
selama menjalani perkuliahan, yang telah membantu dalam

menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan, yang memberikan motivasi,

dukungan dan bantuan bagi penulis dalam menulis skripsi ini.

9. Geng PARASHIT KKN-T 53 desa Moncongloe Lappara terkhusus buat


Evita Papalangi yang sudah menemani selama penyusunan sampai ujian

skripsi, yang dengan baik hati menemani saya memenuhi perlengkapan

berkas-berkas yang dengan terpaksa harus menerjang banjir sehingga

penulis bisa menyelesaikan skripsi hingga tahap ini.

10. Kepada HI 19, terima kasih 3,5 tahunnya.

~Terimakasih~

Penulis

Zahra Anindi Putri

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................ii
HALAMAN PENERIMAAN ................................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ...................................................... iv
ABSTRAK ...............................................................................................................v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ....................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Batasan dan Rumusan Masalah.................................................................... 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................. 5
D. Kerangka Konseptual ................................................................................... 6
E. Metodologi Penelitian .................................................................................. 8
1. Tipe Penelitian ................................................................................. 8
2. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 9
3. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 9
4. Teknik Analisis Data ........................................................................ 9
F. Rancangan Sistematis Pembahasan.............................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 11

A. Sejarah Diplomasi ....................................................................................... 11


B. Diplomasi Selebriti...................................................................................... 20
BAB III GAMBARAN UMUM ............................................................................. 23

A. Korean Wave ............................................................................................... 23


B. Musik Pop Korea Selatan K-Pop ................................................................ 24
C. Girl Group TWICE ..................................................................................... 27
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................... 30
1. Peran Girl Group TWICE dalam Membangun Persepsi Positif Korea
Selatan di Jepang ......................................................................................... 30

x
BAB V SARAN DAN KESIMPULAN .................................................................. 39

A. KESIMPULAN ........................................................................................... 39
B. SARAN ....................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 41

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penjualan Keseluruhan Musik Korea .........................................26

Tabel 4.1 Data Penggemar Girl Group TWICE ......................................................32

Tabel 4.2 Data 10 Negara Viewers Youtube Terbanyak TWICE ...........................33

Tabel 4.3 Daftar Brandambassador Kecantikan TWICE ........................................37

xii
BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar belakang

Di era yang semakin modern ini, globalisasi memberikan pengaruh yang

cukup besar dalam kajian hubungan internasional. Hal tersebut terbukti dalam

bagaimana globalisasi memperluas cara-cara diplomasi. Diplomasi tidak lagi

dipandang sebagai sebuah kegiatan resmi yang didalamnya hanya negara yang

dapat berperan, akantetapi diplomasi kini dapat dilakukan oleh aktor-aktor lain

selain negara bahkan dalam agenda resmi maupun non-resmi. Seiring dengan hal

tersebut, isu-isu hubungan internasional saat ini pun telah ikut berkembang dan

meluas. Hal tersebutlah yang membuat diplomasi tidak lagi didominasi oleh

negara saja melainkan membuka kesempatan bagi aktor non-negara ikut berperan

dan berpartisipasi dalam pelaksanaannya.

Dengan berkembangnya zaman, muncul berbagai macam konsep

diplomasi yang turut modern, memunculkan masalah yang lebih beragam

sehingga memberikan peluang bagi para aktor-aktor non-negara. Berbeda dengan

diplomasi tradisional yang bergantung pada aktor-aktor formal maupun negara,

diplomasi modern memberikan ruang yang lebih luas bagi aktor-aktor non negara

untuk ikut terlibat. Hal ini juga sejalan dengan praktik diplomasi yang saat ini

tidak lagi sebatas pada hubungan antara negara dengan negara, melainkan juga

hubungan antara masyarakat serta individu (Hermawan, 2014).

Salah satu contoh diplomasi modern adalah diplomasi budaya. Diplomasi

budaya adalah diplomasi yang menggunakan produk-produk kebudayaan sebagai

1
senjata utamanya. Misalnya seperti melakukan promosi terhadap budaya yang

dimiliki oleh suatu negara seperti melalui mode pertukaran edukasi, seni, dan

budaya popular seperti film dan musik. Dalam hal ini, aktor-aktor non negara

memegang peran penting dalam diplomasi budaya. Diplomasi budaya memiliki

turunan konsep yaitu diplomasi selebriti. Diplomasi selebriti sendiri dikatakan

sebagai turunan diplomasi budaya karena diplomasi ini masih menggunakan

instrumen budaya yaitu public figure atau selebriti. Dapat disimpulkan bahwa

diplomasi modern saat ini membuat ruang yang lebih luas bagi negara melalui

kerangka kerja sama track two diplomacy (Kerr & Wisema, 2013).

Contoh negara yang berhasil menerapkan diplomasi menggunakan

budaya sebagai salah satu soft powernya adalah Korea Selatan yaitu melalui

Korean wave/Hallyu. Salah satu negara yang menjadi negara tujuan diplomasi

kebudayaan Korea Selatan adalah negara tetangganya yaitu Jepang. K-Pop kini

telah diterima baik dan sangat diminati oleh masyarakat Jepang. Strategi ini

kemudian mampu memberikan dampak positif bagi hubungan kedua negara.

(Padmo et al, 2020).

Salah satu Korean wave yang menjadi fenomena besar saat ini adalah

Korean Pop. K-Pop saat ini menjadi fenomena sosial di masyarakat dunia. Dengan

tingginya minat masyarakat dunia, K-Pop saat ini terus mengalami kemajuan dan

popularitas, tidak lagi hanya di asia tenggara bahkan telah menyebar keseluruh

penjuru dunia (Nyarimun, 2017).

Beberapa grup yang saat ini mendominasi K-Pop seperti BTS, Blackpink,

TWICE, EXO, Red velvet, NCT saat ini menjadi daya tarik yang cukup kuat di

2
industri hiburan dunia. Grup-grup ini mampu memperkenalkan budaya Korea

Selatan yaitu musik melalui karya-karya mereka yang mampu menarik perhatian

berbagai kalangan. Hal ini adalah merupakan salah satu contoh dari diplomasi

selebriti. Minat yang tinggi terhadap K-Pop dibuktikan dengan banyaknya tingkat

konsumsi masyarakat dunia terhadap album serta lagu-lagu dan juga dengan

tingginya jumlah streaming music K-Pop di berbagai platform seperti Youtube,

Spotify, dan Apple music. Dalam dunia K-Pop, Jepang menjadi salah satu pasar

yang menjanjikan. Daya beli masyarakat Jepang yang tinggi, tidak jarang grup K-

Pop memutuskan untuk debut di Jepang (Koreatimes, 2021).

Penyebaran Korean wave di Jepang sendiri sebenarnya sudah dimulai

sejak tahun 1990 (Kim, 2012). Akan tetapi fenomena Korean wave benar-benar

mulai dirasakan di tahun 2003, setelah ditayangkannya drama Korea yang

berjudul winter sonata. Fenomena ini juga didukung oleh artis K-Pop BoA yang

mulai meraih kesuksesan dan menjadi popular di Jepang di tahun yang sama (ST.

Michel, 2011). Fenomena ini kemudian terus berlanjut Ketika girl group KPOP

yaitu girls generation dan KARA menjadi popular di Jepang bahkan Girls

generation mampu menjual total 642.000 album dan KARA mampu menjual

sebanyak 451.000 album (Park, 2012).

Namun popularitas K-Pop mulai menurun ketika memanasnya hubungan

antara Korea selatan dan Jepang. Ketegangan hubungan kedua negara ini kembali

muncul akibat konflik sengketa pulau Dokdo atau Takeshima ditahun 2011.

Ketegangan ini menyebabkan terkendalanya promosi KARA di Jepang

dikarenakan isu tersebut sangat sensitif saat itu. Berlanjut di tahun 2012, terjadi

3
protes anti Korea yang dilakukan oleh masyarakat Jepang. Hal ini berpengaruh

pada menurunnya bisnis hiburan Korea selatan di Jepang. Salah satunya adalah

ketika NHK stasiun televisi terkenal di Jepang secara resmi mengumumkan

bahwa tidak ada lagi artis Korea selatan yang akan tampil dalam acara Kouhaka

Uta Gassen yaitu acara musik akhir tahun legend di Jepang sejak terakhir kali

dihadiri oleh Girls generation, KARA, dan TVXQ ditahun 2011. Namun, ditahun

2017 TWICE diundang untuk tampil dalam acara tersebut. TWICE menjadi grup

K-Pop pertama yang tampil di acara tersebut dalam 6 tahun terakhir setelah

terjadinya ketegangan antara Korea selatan dan Jepang sejak tahun 2011 (Park,

2014).

TWICE menjadi girl group yang sangat popular di Jepang. Setelah

memulai debutnya di Korea selatan pada tahun 2015, TWICE juga melakukan

debut di Jepang pada tahun 2017 setelah mendapatkan banyak dukungan dan

antusias yang tinggi dari publik Jepang. Girl group ini beranggotkan 9 orang dari

berbagai negara. Lima anggota berasal dari Korea selatan, satu anggota berasal

dari Taiwan dan tiga anggota berasal dari Jepang, hal ini lah yang menjadi salah

satu alasan mengapa TWICE sangat popular di Jepang. Ditengah hubungan Korea

selatan dan Jepang yang cukup memanas akibat konflik di masa lalu, TWICE

mampu menyalakan kembali minat masyarakat Jepang terhadap K-Pop. Dengan

diundangnya TWICE menjadi bintang tamu dalam acara Kohaku Uta Gassen, hal

tersebut menjadi kemunculan pertama grup K-Pop di Jepang sejak tahun 2012

sebagai dampak dari hubungan kedua negara yang kembali memanas setelah

terjadinya ketegangan antara kedua negara tersebut. Selain itu, karena

4
kepopulerannya yang luar biasa di Jepang, mantan presiden Korea selatan Moon

Jae In ditahun 2019 dalam pidatonya pada KTT G20 Osaka menunjuk TWICE

bersama BTS sebagai ikon Hallyu Korea Selatan generasi ketiga di Jepang

(Kpopchart, 2019).

Dari penjelasan diatas, tulisan ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana

peran dan kontribusi TWICE dalam membangun persepsi positif Korea Selatan di

Jepang.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan pada penuturan latar belakang dan identifikasi masalah

sebelumnya, maka penelitian melakukan pembatasan masalah tentang

peran TWICE dalam membangun persepsi positif Korea Selatan di Jepang.

2. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu “Bagaimana Peran TWICE Dalam Membangun

Persepsi Positif Korea Selatan di Jepang?”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana peran TWICE

dalam membangun persepsi positif Korea Selatan di Jepang.

2. Manfaat penelitian

● Secara akademis tulisan ini diharapkan mampu menambah kontribusi

kajian mengenai diplomasi selebriti khususnya melalui K-Pop pada

5
kasus Korea selatan terhadap Jepang.

● Secara praktis tulisan ini juga diharapkan bisa menjadi salah satu

sumber referensi bagi para akademisi dalam mengkaji mengenai

diplomasi selebriti khususnya melalui K-Pop.

D. Kerangka Konseptual

Pengertian diplomasi budaya menurut Cummings ialah sebuah pertukaran

ide, infromasi, seni dan aspek kebudayaan lainnya antara suatu negara dengan

negara lain maupun antar masyarakat dengan masyarakat lain yang tujuannya

adalah guna menjaga sikap saling pengertian atau mutual understanding

(Cummings, 2003). Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa

diplomasi budaya mengacu pada aktivitas budaya yang dilakukan oleh setiap

negara dalam mempresentasikan budayanya untuk mempengaruhi masyarakat

internasional yang memiliki keberagaman politik. sebagaimana yang dilakukan

oleh Korea selatan melalui musik pop Korea, film dan drama Korea. Diplomasi

budaya memiliki turunan konsep yang disebut dengan diplomasi selebriti.

Diplomasi selebriti pertama kali dilakukan oleh PBB yang mana pada saat itu

komedian Amerika yang bernama Danny Kaye diangkat oleh PBB menjadi

Goodwill Ambassador.

Menurut Andrew F. Cooper (2008), diplomasi selebriti memberikan

kontribusi penting dalam debat internasional dengan mempublikasikan kampanye,

mempengaruhi opini publik dan melakukan inervensi dalam lingkaran diplomatik.

Cooper menambahkan bahwa kemampuan selebriti tidak hanya menarik perhatian

publik saja melainkan juga dengan ketenarannya, mereka dapat mengintervensi

6
kekuatan diplomatic. Cooper selanjutnya juga mengklaim bahwa kasus PBB yang

menggunakan selebriti sebagai aktor diplomasi menunjukkan bahwa selebriti

dapat menggunakan “tipu muslihat” mereka mengenai suatu hal dengan

memobilisasi opini publik untuk reformasi diplomatik. Seorang selebriti yang

memiliki pengaruh dimasyarakat dapat merubah pandangan suatu masyarakat

mengenai negara atau organisasi tertentu.

Danny Kaye sebagai seorang artis yang dipilih menjadi seorang Goodwill

Ambassador menjadi bukti bahwa penggunaan selebriti dalam aktivitas diplomasi

menjadi salah satu cara yang efektif dan ekonomis. Keberhasilan diplomasi

selebriti sangat dipengaruhi oleh kepopuleran dari individu atau selebriti tersebut.

Namun disisi lain selebriti tersebut harus memiliki akses yang baik dimedia dan

mau mendengarkan opini publik (Lauw, 2005).

Diplomasi budaya dan diplomasi selebriti termasuk dalam bentuk soft

power yang digunakan sebagai alat kekuatan politik yang dijalankan oleh negara

yang dipengaruhi oleh budaya, nilai dan ide. Soft power adalah kemampuan suatu

negara mempengaruhi negara lain bukan melalui pemaksaan seperti perang yang

termasuk dalam hard power melainkan melalui daya tarik (Leonard, 2019).

Menurut Nye (2004), soft power terdiri dari unsur-unsur seperti budaya,

kebijakan dan juga nilai politik. Unsur budaya adalah bagaimana kebudayaan

suatu negara mampu menarik perhatian negara atau publik negara lain, unsur

politik adalah bagaimana cara kerja politik suatu negara juga mampu menarik

perhatian publik negara lain, unsur kebijakan luar negeri sendiri adalah bagaimana

cara sebuah negara mengambil sebuah kebijakan luar negeri dan bagaimana

7
bentuk kebijakan tersebut mampu membuat kagum atau disenangi oleh negara

lain. Soft power adalah kemampuan suatu negara mempengaruhi negara lain

bukan melalui pemaksaan seperti perang yang termasuk dalam hard power

melainkan melalui daya tarik.

Mengembangkan pengertian dari Nye, Lee Geun (2009) menambahkan

bahwa soft power harusnya diimplementasikan dengan tidak menggunakan

pemaksaan dan kekerasan sebagaimana hard power melainkan harus secara

membaur atau dengan cara sosialisasi dengan negara sasaran sehingga dapat

timbul satu rasa dan satu pemikiran atau kesepahaman dari negara sasaran.

Tujuan soft power secara umum ada lima poin: Pertama untuk menjaga keamanan

dengan menciptakan citra damai suatu negara. Kedua, untuk memperoleh

dukungan dari negara lain terhadap kebijakan luar negeri negara itu sendiri.

Ketiga, untuk membangun cara berpikir dan cara pandang negara lain. Keempat

untuk menjaga persatuan. Dan yang kelima adalah untuk meningkatkan dukungan

terhadap suatu pemerintahan di negara itu sendiri.

E. Metode penelitian

1. Tipe Penelitian

Penulis menggunakan metode kualitatif karena akan mengamati dan

menjelaskan perilaku dan fenomena objek yang kemudian menganalisis

data menggunakan teori dan akan disampaikan secara deskriptif, serta

dalam penelitiannya lebih menekankan pada aspek pemahaman dan

analisis secara mendalam terhadap suatu masalah yang didapatkan.

Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, penulis akan mengkaji,

8
mencatat, menganalisis, menggambarkan serta menjabarkan bentuk peran

grup TWICE dalam mendukung diplomasi publik Korea selatan terhadap

Jepang.

2. Jenis dan sumber data

Sumber pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data

sekunder yang mana penulis dapatkan dari penelusuran dengan studi

pustaka dengan bahan pustaka seperti buku, jurnal, artikel, skripsi, tesis,

berita online, dan hasil penelitian telaah sebelumnya yang relevan dengan

topik penelitian penulis.

3. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data

dengan melakukan penelusuran berbagai macam data yang relevan dengan

variable penelitian seperti jurnal dan artikel melalui internet, buku

diperpustakaan, dokumen dan laporan resmi sebuah lembaga pada situs

resmi dan lain sebagainya yang biasa disebut dengan library research.

4. Teknik analisis data

Untuk menganalisis data, penulis menggunakan teknik analisis

kualitatif yaitu teknik analisis data yang menekankan pada data non-

sistematis yang telah dikumpulkan melalui hasil telaah pustaka.

F. Rencana sistematika penulisan

Bab l: pendahuluan

Bab I berisikan mengenai pendahuluan skripsi yang terdiri atas latar belakang

masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

9
kerangka konseptual dan metode penelitian berupa teknik analisis kualitatif

deskriptif melalui teknik pengumpulan data melalui telaah pustaka.

Bab l: Tinjauan Pustaka

Bab II akan berisikan mengenai konsep yang digunakan penulis yaitu

diplomasi selebriti.

Bab lll: gambaran umum

Bab III akan membahas mengenai Korean wave, K-Pop dan girl group

TWICE.

Bab lV: pembahasan

Bab IV akan membahas mengenai peran TWICE dalam membangun persepsi

positif Korea selatan di Jepang melalui diplomasi selebriti.

Bab V: penutup

Bab V akan berisi mengenai kesimpulan dari hasil analisa penulis pada bab

sebelumnya mengenai “Peran Girl Group TWICE dalam Membangun Persepsi

Positif Korea Selatan di Jepang Melalui Diplomasi Selebriti” sekaligus berisi

saran dan menjadi penutup dari penelitian ini.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Diplomasi

Berbicara mengenai interaksi dan hubungan antar negara maka tidak lepas

dari yang namanya diplomasi. Diplomasi menjadi salah satu jalan untuk mencapai

kepentingan terkait dengan berbagai bidang seperti bidang politik, sosial,

ekonomi, budaya, militer pertahanan dan lain lain dalam dunia hubungan

internasional.

Mengutip dari buku “Pengantar Diplomasi” oleh Sagena & Uni (2019),

sejarah diplomasi terbagi menjadi beberapa bagian. Pertama, diplomasi

sebenarnya sudah dilakukan sejak zaman peradaban kuno yaitu pada masa

peradaban Mesopotamia yang diwujudkan melalui perjanjian antar dua suku yang

kemudian menjadi bahasa diplomatik pertama di Timur Tengah yakni Babilonia

dan Akkadia. Mesopotamia kemudian melahirkan kegiatan diplomasi pertama

kalinya yaitu antara New Kingdom dan Near East. Diplomasi di era tersebut

dipelopori oleh Pharaoh Ramsses II yaitu Raja Mesir Kuno yang menjalin

hubungan dengan kerajaan yang dipimpin oleh Raja Hittie. Hubungan antar kedua

kerajaan ini dijalin untuk menghindari adanya konflik yang akan berujung pada

pertikaian dan perpecahan. Adapun para arkeolog berhasil menemukan bukti

terkait Teknik diplomasi di era Mesopotamia yaitu sebuah dokumen yang disebut

“Tell el Amarna”, perjanjian ini kemudian diyakini sebagai perjanjian tertua

sepanjang sejarah.

Setelah era Mesopotamia, era Yunani kuno yang selanjutnya turut

11
memberikan kontribusi dalam sejarah perkembangan diplomasi. Era Yunani kuno

yang pada saat itu menganut sistem negara kota menuntut para perwakilan antar

masing-masing negara kota untuk tetap selalu terhubung untuk menyampaikan

setiap pesan-pesan hingga terjadilah proses negosiasi. Hal ini yang kemudia

menjadi pencetus pertama kali diplomatik sebagai perwakilan dari masing-masing

negara kota. Utusan diplomatik tersebut dikenal dengan sebutan “Heralds” yang

berarti orang suci. Dalam peradaban yunani kuno, proses diplomasi lebih sering

dilakukan secara negosiasi atau perundingan secara lisan dibandingkan negosiasi

dalam bentuk tulisan dokumen. Tidak berhenti disitu, bangsa yunani kemudian

menyebarluaskan praktik-praktik d iplomasi kepada bangsa romawi. Awalnya

bangsa romawi membuat perjanjian atas dasar azas timbal balik dan koalisis antar

partner yang sejajar namun setelah romawi menjadi bangsa yang kuat, bangsa ini

melakukan proses diplomasi satu arah dan menghilangkan prinsip timbal balik

antar negara yang kemudian istilah ini dikenal sebagai win-lose solution yaitu

ketika suatu pihak yang memiliki power lebih besar mampu menaklukkan pihak

lawan yang lebih lemah sehingga mampu menciptakan perjanjian yang

menguntungkan sehingga negosiasi berhasil meraih win-won solution atau azas

timbal balik.

Pada abad ke 15 dan 16, atau sikenal dengan sistem kota italia, diplomati

baru secara resmi dianggap sebagai suatu profesi. Memasuki abad ke-17,

penempatan utusan atau diplomat menjadi praktek umum yang dilakukan antara

negara-negara didunia. Kemudian terlebih pada tahun 1648 menjadi titik dari

peresmian sistem negara dan kemudian muncul beberapa faktor yang mendorong

12
pelaksanaan praktek-praktek diplomasi modern. Kemudian diabad 18, praktek

diplomasi menjadi masa keemasan praktek diplomasi. Memasuki abad ke-19,

praktek diplomasi menghadirkan metode-metode baru untuk menghadapi

persoalan yang baru yang modern.

Menurut Horland Nicholson dalam bukunya “Diplomacy” mengatakan

bahwa ada terdapat tiga perkembangan yang mempengaruhi praktik diplomasi

pada abad ke-19 yaitu perkembangan bangsa-bangsa, bertambahnya apresiasi

mengenai opini public serta perkembang yang cepat dalam bidang komunikasi.

Kemudian di abad ke-20, diplomasi berkembang secara signifikan dengan

menjadi lebih terbuka kepada publik dan muncul organisasi internasional yang

kemudian menjadi wadah dalam melakukan praktik diplomasi dengan lahirnya

Liga Bangsa Bangsa yang saat itu menjadi wadah dalam sengketa internasional.

Untuk mengkaji tekait pengertian dari diplomasi ada beberapa pengertian

menurut para ahli. Adapun beberapa pengertian diplomasi dari para ahli antara

lain : Mengutip dari Prayuda & Sundari, menurut Sir Earnest Satow dalam

bukunya “Guide to diplomatic practice” mengatakan bahwa diplomasi adalah

penerapan taktik pada pelaksanaan hubungan resmi antara pemerintahan dengan

negara-negara berdaulat (Sir Earnest Satow, 1995). Adapun pendapat lain menurut

ahli diplomasi pada dasarnya adalah usaha suatu negara untuk meyakinkan pihak

lain untuk dapat memahami dan membenarkan pandangan kita dan bahkan jika

mungkin mendukung pandangan tersebut tanpa menggunakan kekerasan (Hasyim

Djalal, 1990).

Pendapat lain dari KM Panikkar dalam bukunya “The Principle of

13
Diplomacy”, diplomasi dalam hubungannya dengan politik internasional ialah

merupakan seni dalam mengedepankan kepentingan suatu negara dalam

hubungannya dengan negara lain (SL. Roy: 2001, halaman 21).

Diplomasi menurut Mohammad Shoelhi dalam buku ”Diplomasi: Praktik

Komunikasi Internasional” dengan menyimpulkan berbagai pendapat ahli adalah

merupakan perpaduan ilmu dan juga seni perundingan untuk mencapai

kepentingan serta tujuan yang terkait dengan segala bidang mulai dari bidang

politik, ekonomi, sosial, budaya, militer pertahanan dan lain lain dalam lingkup

hubungan internasional.

Dalam beberapa pandangan, diplomasi lebih menekankan pada negosiasi-

negosiasi perjanjian atau tawar menawar dengan negara lain. Diplomasi sangatlah

erat kaitannya dengan penyelesaian permasalahan yang dilakukan melalui jalan-

jalan damai, namun jika dalam upaya jalan damai tersebut tidak dapat mencapai

tujuan atau kepentingan yang diinginkan maka diplomasi mengizinkan

penggunaan ancaman atau kekuatan nyata sebagai salah satu cara untuk mencapai

kepentingan tersebut. (RW, Sterling: hal 233).

Menurut Kutilya, tujuan utama dari diplomasi adalah untuk menjamin

keuntungan maksimum negara sendiri, dan salah satu kepentingan utama adalah

terkait masalah pemeliharaan keamanan. Fungsi utama dari diplomasi sendiri

adalah upaya untuk menjamin kepentingan negara melalui negosiasi dengan

menyelesaikan perbedaan-perbedaan. Ada tiga cara dasar dalam pelaksanaan

diplomasi yaitu kerja sama, persuaian dan pertentangan (SL. Roy, 1995).

Seiring perkembangan yang terjadi diera globalisasi memunculkan isu-isu

14
baru seperti isu lingkungan, isu hak asasi manusia dan lainnya yang disebut

dengan “low politics” yang kemudian menjadi perhatian dan bahasan dalam

diplomasi. Hal ini kemudian menjadikan diplomasi bukan hanya fokus aktor

negara saja melainkan juga aktor non-negara dan semakin berkembang pada abad

ke-21.

Joseph Nye dalam tulisannya “Public Diplomacy and Soft Power”

menyebutkan bahwa soft power adalah kemampuan suatu negara melalui daya

tariknya dan bukan melalui paksaan, mampu mendapatkan apa yang diinginkan

(Nye, 2008). Hal ini yang kemudian mampu menggambarkan Korea selatan

menggunakan soft powernya. Dengan semakin banyaknya minat dunia terhadap

K-Pop merupakan salah satu budayanya, Korea Selatan memanfaatkan hal

tersebut untuk mengimplementasikan soft powernya demi mencapai kepentingan

nasional. Hal ini diharapkan mampu menciptakan citra positif Korea selatan di

mata dunia dan memberikan peningkatan terhadap perekonomian dan. Hal

tersebut dibuktikan dengan perubahan citra Korea selatan yang dahulu dianggap

memiliki ketidakstabilan politik, perpecahan dan kemiskinan, sekarang telah

dilihat sebagai negara yang maju, unggul, modern, lebih demokratis dan aktif

dalam berbagai kegiatan dalam dunia internasional (Kim, 2011).

Soft power membawahi dua perangkat diplomasi yaitu diplomasi publik

dan diplomasi budaya. Pada diplomasi publik, pemerintah akan berperan banyak

dengan menunjuk kedutaan dan diplomat dalam mencapai kepentingan

nasionalnya dengan gaya one-way communication. Sedangkan pada diplomasi

budaya, negara bisa mensponsori aktor lain meskipun kedutaan masih menjadi

15
peran utama, tetapi bukan satu-satunya aktor. Jadi, aktor non-pemerintahan bisa

mengandalkan agendanya secara mandiri dengan gaya two-way communication.

Sejalan pada terjadinya perkembangan zaman menjadikan kajian dan

pembahasan diplomasi pada hubungan internasional terus mengalamai perubahan.

Perkembangan ini memunculkan bentuk praktik diplomasi publik. Istilah

diplomasi publik pertama kali dikenalkan oleh Edmund Gullion pada tahun 1965

dalam “Fletch School of Law and Diplomacy” di Tuffs University. Diplomasi

Publik kemudian menjadi sebuah instrumen yang populer digunakan untuk

mencapai kepentingan negara dengan cara menjangkau publik asing, selain karena

pendekatan dengan menggunakan kekerasan banyak menimbulkan kerugian juga

karena semakin berkembangnya pemikiran bahwa memenangkan hati dan pikiran

publik asing akan dapat memudahkan negara untuk mencapai kepentingannya

(Nye, 2009).

Diplomasi publik tidak hanya bisa dilakukan oleh pemerintah melainkan

juga dapat dilakukan oleh aktor-aktor lain selain pemerintah Adapun konsep

diplomasi publik berdasar pada pendekatan people-to-people. Konsep ini disebut

new public diplomacy oleh Melissen. Konsep diplomasi publik baru ini erat

kaitannya dengan tiga konsep, yaitu nation branding, propaganda dan hubungan

budaya. Diplomasi publik baru diharapkan mampu menjadi brand nation atau

image suatu negara. Diplomasi publik baru berbeda dengan diplomasi publik

lama, perbedaan tersebut salah satunya berada pada strukturnya, struktur

diplomasi publik lama adalah top down yaitu langsung dari aktor internasional

dengan masyarakat internasional. Berbeda dengan struktur diplomasi publik lama,

16
diplomasi publik memiliki struktur yang horizontal yaitu aktor internasional akan

memberikan fasilitas kepada masyarakat domestik sehingga mereka bisa

melakukan interaksi people to people dengan masyarakat internasional. Diplomasi

publik baru adalah bentuk interaksi yang lebih interaktif dibanding diplomasi

publik lama (Melissen, 2005).

Mendukung pengertian tersebut, diplomasi publik menurut Mark Leonard

digunakan oleh suatu negara untuk menciptakan image positif atau bisa juga

digunakan untuk memperbaiki cara pandang suatu negara terhadap negara lain

yang negatif atau menyimpang. Mark Leonard juga menambahkan terdapat empat

tujuan diplomasi publik yaitu pertama meningkatkan keakraban sehingga mampu

membuat negara negara atau publik mengubah cara pandang atau persepsi tentang

suatu negara. Kedua meningkatkan apresiasi, membuat publik melihat sebuah isu

yang berkembang disuatu negara dengan cara pandang yang positif. Ketiga

mendorong publik untuk melihat suatu negara sebagai tujuan pendidikan maupun

wisata yang menarik, mendorong publik untuk membeli produk-produk atau

barang dari suatu negara. Keempat bisa mempengaruhi sikap publik sehingga

mampu meningkatkan dukungan mereka terhadap suatu negara (Leonard, 2002).

Diplomasi publik memiliki 5 (lima) pilar atau elemen pada konteks

pelaksanaannya yang meliputi mendengarkan, advokasi, diplomasi kebudayaan,

exchange diplomacy, dan penyiaran internasional. Elemen-elemen pada diplomasi

budaya mampu menjurus kedalam peranan aktor diplomasi untuk menjalankan

penyebaran budaya negara ke negara-negara lainnya. Pada konteks puluhan tahun

yang lalu diplomasi dikenal sebagai cara membangun kepentingan nasional

17
semata, namun pada perkembangannya kini diplomasi budaya dijalankan oleh

organisasi non-negara bahkan individu yang memiliki minat pada bidang ini

(Cooper et al, 2013).

Dari pemaparan diatas terkait elemen dalam pelaksanaan diplomasi publik,

menunjukkan bahwa budaya menjadi salah satu model praktik dari diplomasi

publik yang bisa langsung dirasakan oleh individu ataupun kelompok tertentu. Hal

ini yang kemudian dimaksud dengan diplomasi budaya. Diplomasi Budaya

menurut Ben O’Loughlin adalah suatu diplomasi yang lebih terperinci dari sebuah

diplomasi pada umumnya. Sebuah negara melakukan diplomasi ini

menjadikannya sebagai penghubung dengan masyarakat di negara lain melalui

budaya.

Diplomasi budaya menurut Cummings ialah sebuah pertukaran ide,

informasi, seni dan aspek kebudayaan lainnya antara suatu negara dengan negara

lain maupun antar masyarakat dengan masyarakat lain yang tujuannya adalah

guna menjaga sikap saling pengertian atau mutual understanding (Cummings,

2003). Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa diplomasi budaya

mengacu pada aktivitas budaya yang dilakukan oleh setiap negara dalam

mempresentasikan budayanya untuk mempengaruhi masyarakat internasional

yang memiliki keberagaman politik. Sebagaimana yang dilakukan oleh Korea

selatan melalui musik pop Korea, film dan drama Korea.

Menjabarkan konsep diplomasi budaya maka perlu untuk terlebih dahulu

memahami defininsi dari konsep budaya itu sendiri. Definisi Budaya dari Kamus

Bahasa Inggris Oxford menjabarkan bahwa budaya adalah seni dan bentuk lain

18
dari pencapaian intelektual manusia yang dianggap secara kolektif, gagasan, adat

istiadat, dan juga perilaku sosial orang serta masyarakat tertentu yang mencakup

seluruh variasi seni, pendidikan, ide, bahasa, makanan, agama, olahraga dan

banyak lainnya. Konteks budaya kerap kali dihubungkan dengan unsur adat,

tradisi, sejarah, trend, music, kesenian, hingga trend (Sztefka, 2008).

Mengutip dari tulisan Mark Leonard (2002) yaitu “The Foreign Policy

Centre”, menurut Ben O’Loughlin, adanya sebuah value yang ingin disampaikan

kepada publik merupakan suatu karakteristik yang patut untuk hadir dalam

hubungan diplomasi budaya. Selain karakteristik, elemen lainnya juga menjadi hal

penting diantaranya keterlibatan aktor, tujuan diplomasi, kegiatan dan sasaran

(Mark, 2009).

Adapun aktor dalam diplomasi budaya bukanlah hanya negara atau

pemerintahan saja, melainkan juga aktor non-pemerintahan, individu maupun

kolektif dan bahkan setiap warga negara. Oleh karena itu, hubungan dalam

diplomasi ini bisa saja terjadi antara pemerintah-pemerintah, pemerintah-swasta,

swasta-swasta, swasta-individu, individu-pemerintah dan seterusnya.

Menurut Scott Smith (2016), ada delapan faktor dari tujuan diplomasi

budaya yaitu: Pertama membentuk dialog dan membangun kepercayaan dari

negara lain, mnecari pengakuan budaya dan politik, meraih keuntungan ekonomi,

meningkatkan citra dan reputasi budaya, meruntuhkan prasangka dan antagonism,

meruntuhkan prespektif atau interpretasi negative mengenai budaya nasional,

menjadi dasar kemitraan dimasa depan dalam aktivitas lain.

Pada upaya mendukung keberhasilan diplomasi budaya suatu negara maka

19
perlu untuk memperhatikan pentingnya beberapa poin pada pelaksanaannya

diantaranya: aktor perlu memahami idenititas budayanya serta identitas budaya

pada negara yang menjadi target; melakukan penyampaian narasi efektif;

membangun hubungan antar pihak-pihak yang terlibat dengan baik; serta

melakukan strategi diaspora atau pemanfaatan warga negara yang tinggal di

negara (sasaran) tersebut untuk ikut mendukung dan terlibat sebagai representasi

non-formal dari negaranya (CPD Anual Research Conference Report USC, 2014).

Membahas mengenai bagaimana aktor-aktor seperti public figure atau artis

berperan dalam diplomasi melalui kebudayaan secara lebih rinci bisa di lihat

melalui konsep turunan diplomasi budaya yaitu konsep diplomasi selebriti.

B. Diplomasi Selebriti

Selebriti diplomasi merupakan turunan dari konsep diplomasi budaya dan

pertama kali dilakukan oleh PBB. Diplomasi ini merupakan turunan dari

diplomasi budaya karena diplomasi selebriti sendiri masih menggunakan

instrumen budaya yaitu public figure atau artis. Penggunaan diplomasi selebriti

sebagai salah satu instrumen dalam mencapai kepentingan sebenarnya sudah ada

sejak tahun 1954, yang mana pada saat itu komedian Amerika yang bernama

Danny Kaye diangkat oleh PBB menjadi Goodwill Ambassador.

Seorang selebriti yang memiliki pengaruh dimasyarakat dapat merubah

pandangan suatu masyarakat mengenai negara atau organisasi tertentu. Danny

Kaye sebagai seorang artis yang dipilih menjadi seorang Goodwill Ambassador

menjadi bukti bahwa penggunaan selebriti dalam aktivitas diplomasi menjadi

salah satu cara yang efektif dan ekonomis. PBB menggunakan Dany Kaye untuk

20
mengumpulkan dana, mempengaruhi agenda diplomatik, dan menarik perhatian

pada pembangunan. Melihat dari sejarah terlibatnya public figure dalam praktik

diplomasi bukanlah fenomena baru, namun dengan adanya sarana komunikasi

massa dan media-media baru memungkinkan para selebriti untuk lebih mudah

dalam mempengaruhi isu-isu politik dan pembangunan di zaman sekarang.

Mengutip dari John Street yang menyatakan bahwa ada dua kategori

selebriti politisi. Kategori yang pertama atau yang disebut CP1 (Celebrity Politic

1) adalah merupakan kalangan selebritis yang memiliki latar belakang dari dunia

bisnis industri hiburan dan juga termasuk seseorang yang merupakan politisi yang

menggunakan bisnis dunia hiburan sebagai alat mereka untuk menciptakan citra

positif didepan publik. Adapun kategori yang kedua atau CP2 (Celebrity Politic 2)

adalah terdiri dari selebriti dari kalangan film, musik, dan olahraga yang

memanfaatkan posisi mereka untuk menyampaikan opini mereka secara terbuka

namun bukan bertujuan untu mencalonkan diri dalam pemilihan (Street, 2004).

Celebrity diplomasi menurut Andrew F. Cooper (2008) memberikan

kontribusi penting dalam debat internasional dengan mempublikasikan kampanye,

mempengaruhi opini publik dan melakukan inervensi dalam lingkaran diplomatik.

Cooper mendefinisikan proses tersebut sebagai diplomasi “Bonosasi” dengan

menyatakan bahwa diplomasi selebriti bagaikan penyanyi U2 Bono, karena dapat

mengakses lingkaran kunci kekuasaan untuk melakukan intervensi yang efektif.

Cooper juga berpendapat bahwa selebriti telah mendorong diplomasi untuk

beroperasi dalam domain politik yang lebih luas dan menempatkan tujuan mereka

dengan kuat dalam agenda internasional. Kasus Geldof dan Bono U2 tentang

21
kemampuan mereka sebagai selebriti tidak hanya menarik perhatian publik saja

melainkan juga dengan ketenarannya mereka dapat mengintervensi kekuatan

diplomatik. Cooper juga mengklaim bahwa kasus PBB yang menggunakan

selebriti sebagai aktor diplomasi menunjukkan bahwa selebriti dapat

menggunakan “tipu muslihat” mereka mengenai suatu hal dengan memobilisasi

opini publik untuk reformasi diplomatik (Cooper, 2008).

Bintang film Hollywood yang semakin popular dikalangan masyarakat

luas, menyebabkan terjadi evolusi keterlibatan selebriti dalam dunia politik.

Ketenaran dan popularitas mereka beperan sebagai alat untuk memanipulasi opini

publik. Keberhasilan diplomasi selebriti sangat dipengaruhi oleh kepopuleran dari

individu atau selebriti tersebut. Namun disisi lain selebriti tersebut harus memiliki

akses yang baik dimedia dan mau mendengarkan opini publik (Lauw, 2005).

Citra publik dari seorang selebriti menciptakan identifikasi baru bagi

mereka dalam memperoleh dukungan publik untuk mempengaruhi ekspresi

politik. Kepopuleran yang dimiliki oleh seorang selebriti mampu berkontribusi

dalam menyebarkan nilai-nilai sosial dimasyarakat dalam isu internasional.

Kontribusi tersebut dilakukan melalui kampanye atau aktivitas lain yang

sebagainya yang mampu mempengaruhi suatu opini publik (Street, 2004).

22
BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Korean Wave

Hallyu berasal dari bahasa China yang berarti gelombang Korea. Istilah ini

berkaitan dengan produk budaya populer Korea Selatan. Korean wave atau Hallyu

menyebar kemasyarakat global pada pertengahan tahun 1990-an, tepatnya setelah

Korea mengadakan hubungan diplomatik Tiongkok pada 1992, kemudian hallyu

mulai popular di China. Hallyu umumnya dianggap sebagai fenomena produksi

budaya yang mampu digunakan oleh Korea Selatan untuk mempromosikan

kepentingannya diluar negeri terutama di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara.

Hallyu bisa dianggap sebagai sebuah kebijakan yang sengaja dibuat untuk

menginternasionalkan produk budaya Korea Selatan di berbagai bidang dengan

cara yang bisa dikatakan menciptakan situasi dimana produk-produk budaya yang

berbeda mampu berjalan sinergis dalam mendukung promosi budaya Korea

Selatan. Produk yang dimaksud dapat berupa drama, music pop, makanan,

fashion, game dan lain sebagainya (Walsh John, 2014).

Drama Korea atau disingkat drakor menjadi pilar utama dalam penyebaran

hallyu keberbagai belahan dunia. Salah satu drama Korea yang memulai

popularitas hallyu adalah drama winter sonata. Keberhasilan drama winter sonata

menjadi awal dari menyebarnya drama Korea keseluruh Asia dan sekitarnya.

Popularitas drama Korea ini terus berlanjut dengan film Dae Jang Geum yang

ditayangkan di tahun 2003. Drama ini kemudian menjadi salah satu drama Korea

dengan rating tertinggi.

23
Selain drama Korea, musik pop Korea juga merupakan konten hallyu yang

paling banyak diminati. Awalnya mendapatkan popularitas di Asia Timur, K-Pop

memasuki pasar Jepang pada pergantian abad ke-21. Saat ini K-Pop sudah

menyebar ke berbagai negara seperti Amerika serikat, Filipina, India, Indonesia

dan masih banyak lagi. Menyebarnya hallyu keseluruh dunia memunculkan

berbagai komunitas penggemar diberbagai negara. Komunitas penggemar atau

fans ini dikenal dengan sebutan fandom. Beberapa nama fandom grup terkenal

seperti ARMY sebutan bagi fandom BTS, BLINK sebutan fandom BLACKPINK,

EXO-L sebutan bagi fans EXO, dan ONCE sebutan bagi fandom TWICE

(Koreanet, 2016).

Selain drama dan K-Pop, Film Korea juga menjadi salah satu konten

hallyu yang memiliki banyak penggemar. Misalnya Parasite (2019), film tentang

keluarga miskin dengan mimpi besar, mcnccoba untuk melakukan segalah hal

agar bisa kaya dan pindah dari rumah basement mereka. Film ini berhasil

memenangkan penghargaan “Best Orginal Screenplay” dalam OSCAR 2020.

Selanjutnya adalah Train to Busan (2016), film tentang seorang ayah yang berada

dalam kereta bersama anaknya menuju busan dan terjadi “kiamat” zombie

sehingga mereka harus berjuang untuk dapat bertahan. Train to Busan berhasil

mengumpulkan 10 juta penonton dalam kurang dari tiga pekan (Cosmopolitan,

2022).

B. Musik Pop Korea Selatan (K-Pop)

Setelah kebijakan liberalisasi diambil oleh Korea pada pemerintahan Kim

Young Sam, produk musik dari luar negeri dapat mudah masuk ke pasar Korea.

24
Masyarakat Korea khususnya para pemuda mulai mengkonsumsi lagu dari

Amerika dan Jepang yang saat itu sedang menjadi tren. Selera masyarakat Korea

terhadap musik trot yang awalnya populer di Korea kini bergeser menjadi musik

dance yang dipengaruhi oleh musik genre hip hop ala Amerika (Jhon Lie, 2012).

Pertama kali pada tahun 1992 Boy Band Soe Taeji & Boys mengenalkan

sesuatu yang sangat baru di dunia musik Korea dengan perpaduan unik musik rap

hiphop dan techno melalui lagu perdananya yang berjudul “nan Arayo”(I know)

dengan menggabungkan gerakan tarian yang menarik dalam penampilan mereka.

Meski Seo Taiji merupakan boyband pertama dengan kesuksesan besar di Korea,

namun K-Pop masih jauh dari industri global seperti saat ini. Lompatan itu datang

berkat Lee Soo Man, pendiri SM Entertainment, salah satu perusahaan musik

terbesar di Korea yang melakukan revolusi pertama kali di industri musik Korea

(Jhon Lie, 2012).

Hasil pertama produksi dari strategi outsourcing agensi SM (konsep idol

Jepang dan produksi musik dengan pihak luar Korea) adalah dengan

diperkenalkannya beberapa boy band seperti HOT, NRG, Sechs Kies, dan GOD

dan juga girl band, SES, Fin.KL, dan Baby Vox. Grup-grup ini sering dianggap

sebagai idola K-Pop generasi pertama dan dianggap sebagai pondasi Korean

Wave dalam sektor musik.

Melalui teknologi internet Youtube, musik K-Pop semakin mudah dikenali

oleh masyarakat mancanegara. Sejarah awal masuknya K-Pop di chart billboard

diawali dengan video viral lagu single berjudul “Oppa Gangnam Style”. Lagu

dari penyanyi bernama PSY ini merupakan video K-Pop pertama yang mendapat

25
viewers hingga satu juta pada tahun 2012. Disusul kemudian girlband Wonder

Girl yang juga berhasil memasuki chart Top 100 di Billboard. Selain berhasil

memasuki tangga musik lagu di Amerika, K-Pop juga berhasil memasuki pasar

Amerika dengan mini album ke-4 Bigbang “Tonight” hingga mencapai No 6 di

toko iTunes Amerika Serikat, dan musik video dari lagu utamanya ditonton satu

juta kali dalam dua hari setelah dirilis di YouTube (KOCIS Korean Waves

Contemporary, 2011).

Abad 21 menjadi masa emas bagi industri hiburan di Korea setelah

industri musik Korea berhasil memasuki pasar digital dengan munculnya

perusahaan besar yang menyediakan layanan musik digital berupa platform

ataupun website khusus untuk mendukung penjualan musik dalam pasar digital.

Sejak awal direncanakannya pasar musik digital pada laporan KOCCA 2005

penjualan musik digital mulai memperlihatkan perkembangannya. Digital musik

Korea meningkat pada tahun 2007, namun sempat menurun di tahun 2008

menjadi 36 juta dolar yang sebelumnya 37,7 juta dolar dan kembali meningkat

sebanyak 5juta dolar menjadi 41,1 juta dolar (KOCCA, 2011). Selain peningkatan

jumlah digital musik, jumlah penjualan musik Korea Selatan secara keseluruhan

menurut catatan White Paper KOCCA juga mengalami peningkatan tiap

tahunnya.

Tabel 3.1 Jumlah Penjualan Keseluruhan Musik Korea

Tahun Nilai dalam satuan juta dolar

2008 16.47

2009 31.27

26
2010 83.26

2011 196.11

2012 235.1

2013 277.33

2014 335.65

2015 381.02

2016 442.57

2017 512.58

2018 564.24

2019 756.2

2020 679.63

Sumber : KOCCA

Seiring perkembangan zaman, Korean wave benar-benar mampu

memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perekonomian Korea selatan. Hal

ini yang kemudian menjadikan Korea selatan menggunakan Korean wave sebagai

instrument penting dalam memajukan negaranya. Korea selatan berusaha untuk

meningkatkan ekspor budaya dan pariwisata Korea selatan dengan tingginya

minat dunia terhadap Korean wave (Ekonomist, 2010).

C. Girl Group TWICE

Budaya popular Korea Selatan kian dikenal dan diminati secara global,

tiga agensi industry hiburan Korea (Big 3) yaitu SM Entertaiment, YG

entertainment, dan JYP entertainment berperan besar terhadap ekspor budaya

27
Korea selatan. Agensi-agensi inilah yang berperan penting dalam memaksimalkan

potensi dan promosi artis-artis K-Pop. Misalnya JYP Entertainment, agensi yang

menaungi TWICE, berperan besar dalam memaksimalkan potensi TWICE

sehingga mampu menarik perhatian publik. Terbukti TWICE mampu meraih

popularitas yang sangat tinggi, baik dinegara asalnya sendiri Korea Selatan

bahkan hingga diluar negeri seperti Jepang.

JYP Entertainment membentuk TWICE pada tahun 2015 melalui ajang

reality girl group survival show yaitu SIXTEEN pada tahun 2015. Kemudian

memiliki total sembilan member terdiri dari Nayeon, Jeongyeon, Momo,

Chaeyoung, Sana, Jihyo, Mina, Dahyun dan Tzuyu. TWICE yang anggotanya

terdiri bukan dari Korea selatan saja tetapi juga terdiri dari luar negeri,

mendapatkan perhatian besar yang menjadikannya popular diberbagai negara dan

kemudian pada tahun 2017 TWICE melalui JYP Entertainment melakukan

ekspansi ekspor budaya di Jepang dengan melaksanakan debut di pasar Jepang

(Kat Moon, 2017).

Awal popularitas girl group TWICE dimulai pada saat debutnya di tahun

2015 yang ditandai dengan perilisan album “The Story Begins” yang pada kala itu

berhasil ditonton lebih dari 50 juta pengguna di kanal Youtube dan berhasil

mendapatkan predikat sebagai Music Video debut dengan penonton terbanyak,

kemudian popularitas tersebut berlanjut pada 2 Desember 2015 dengan meraih

“Best New Female Artist” pada acara penghargaan musik di Korea selatan yaitu

Mnet Asian Music Awards (MAMA). Tak hanya sampai disitu, ditahun 2016

TWICE meraih penghargaan “Song of the Year” dengan lagunya “Cheer up”

28
yang pada saat itu sangat popular di Korea selatan. Sama halnya ditahun 2017 dan

2018, TWICE meraih penghargaan “Song of the Year” dengan lagu “Signal” dan

“What is love?” (Mwave).

Tidak hanya di Korea Selatan, TWICE juga sangat popular di Jepang. Hal

tersebut dibuktikan dengan TWICE berhasil mendapatkan penghargaan pada

Japan Gold Disc Award yaitu “New Artist of the Year”, “Best 3 New Artist”,

“Album of the Year”, “Best 3 Album” dan “Song of the Year by Download”

ditahun 2018 (The Japan Gold Disc Award, 2018).

Kehadiran TWICE menjadi fenomenal karena kemunculannya

memberikan warna baru bagi industri music K-Pop melalui visual member serta

koreografinya. Konsep mereka yang imut dan itu terlihat seperti beberapa grup J-

pop klasik sehingga hal tersebut membuat mereka banyak diminati di Jepang

(IDN TIMES, 2018).

29
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Peran TWICE dalam Membangun Persepsi Korea Selatan di Jepang

Korea Selatan merupakan negara pendatang baru dalam hal industri produk

budaya popular di tengah pesatnya pasar indutri yang dikuasai oleh Jepang dan

China. Oleh sebab itu, kepopuleran Korean Wave (Hallyu) pada awal abad ke-21

yang kian banyak mendapatkan apresiasi dari dunia internasional membuat

pemerintah Korea Selatan menggunakannya sebagai salah satu instrumen dalam

bentuk strategi diplomasi melalui budaya yang merambah ke berbagai

mancanegara, salah satunya kepada negara tetangga yaitu Jepang yang kini juga

tengah mengandrungi kepopularitasan budaya Korea Selatan melalui drama Korea

hingga K-Pop (Seungyun Oh, 2016).

Jika berbicara mengenai popularitas, maka popularitas erat kaitannya dengan

adanya sebuah respon atau timbal balik yang positif dari publik luas terhadap

suatu hal. Kesuksesan dan popularitas TWICE yang sangat tinggi di Jepang sudah

tentu menjadi salah satu faktor penting yang dapat mengubah persepsi Jepang

terhadap Korea Selatan.

Berbagai riset sebelumnya ikut membahas serta menunjukkan hasil peranan

Hallyu atau Korean Wave seperti girl group K-Pop TWICE berpengaruh terhadap

hubungan Korea Selatan dengan berbagai negara salah satunya adalah Jepang.

Peran serta pengaruh yang diberikan kepada negara yaitu mendorong banyak

penggemarnya untuk menggunakan budaya Korea Selatan dengan mendengarkan

musik, meniru kebudayaan dari segi style dan fashion, berkunjung, serta belajar

30
bahasa Korea Selatan (Kozhakhmetova, 2012).

TWICE sebagai seorang selebriti atau public figure yang popular dan banyak

diminati oleh masyarakat Jepang, secara tidak langsung berperan dalam

membangun persepsi positif Korea Selatan. TWICE melakukan ekspor budaya

Korea Selatan dengan memperkenalkan budaya, mengembangkan apresiasi,

melibatkan masyarakat Jepang dalam budaya Korea Selatan melalui musik, mode,

tren untuk mengembangkan citra positif Korea Selatan di Jepang. Selain itu

TWICE mampu menyalakan kembali minat Hallyu di Jepang setelah cukup

menurun akibat konflik yang sempat terjadi antara Korea selatan dan Jepang

terkait sengketa Pulau Dokdo ditahun 2012 (Olivia, 2020).

Fenomena K-Pop sendiri sebenarnya sudah mulai popular di Jepang sejak

tahun 2000-an, BoA yang pada saat itu popular di Korea Selatan menjadi

pendukung kesuksesan fenomena K-Pop di Jepang, Fenomena ini terus berlanjut

dikarenakan KARA dan Girl generation yang pada saat itu sangat diminati di

Jepang dan bahkan mereka masing-masing mampu menjual total 642.000 dan

451.000 album disana. Namun popularitas artis K-Pop sempat jatuh akibat adanya

konflik antara Korea selatan dan Jepang terkait sengketa pulau Dokdo yang terjadi

ditahun 2012. Hal ini menyebabkan terkendalanya promosi KARA akibat isu

tersebut menjadi sangat sensitif saat itu, hingga di tahun yang sama terjadi protes

anti Korea yang dilakukan oleh masyarakat Jepang. Akibat kejadian ini, stasiun

televisi Jepang yaitu NHK resmi mengumumkan bahwa tidak ada lagi artis Korea

selatan yang akan tampil dalam acara Kouhuka Uta Gassen. Kouhuka Uta Gassen

adalah acara musik malam tahun baru Jepang yang dilaksanakan pada setiap

31
malam 31 desember. Acara ini terakhir kali dihadiri oleh KARA, Girls generation

dan TVXQ di tahun 2011. Namun di tahun 2017, NHK Kembali mengundang

artis Korea selatan yaitu TWICE untuk tampil di acara tersebut. Bukan tanpa

sebab, di tahun 2017, popularitas TWICE saat itu sedang berada di puncaknya

setelah debutnya di Jepang pada bulan juli 2017 dengan single “One more time”

yang berhasil menduduki puncak tangga lagu oricon TWICE menjadi grup K-Pop

pertama yang tampil di acara Kouhaku Uta Gassen setelah 6 tahun absennya grup

K-Pop akibat ketegangan yang terjadi antara Korea selatan dan Jepang (Billboard,

2017).

Berhasil mengumpulkan penggemar dalam jumlah banyak dari berbagai

negara, mampu menjadi bukti bagaimana keppopuleran TWICE.

Tabel 4.1 Data Penggemar Girl Group TWICE

Jumlah Penggemar
Platform Tahun
(Dalam Satuan Juta)

Instagram 27,2

Twitter 11,3 2023

Youtube 15,4

Sumber: Instagram, Twitter, Youtube 2023

32
Tabel 4.2 Data 10 Negara Viewers Youtube Terbanyak TWICE

Jumlah Viewers
Negara Tahun
(Dalam Satuan Juta)

Japan 817

Philippines 400

South Korea 250

Indonesia 249

Mexico 245 2022

US 212

India 150

Brazil 144

Thailand 131

Malaysia 109

Sumber: Statista, 2022

Data pada table diatas menunjukkan bagaimana dalam kurun waktu 7

tahun setelah debut TWICE mampu mengumpulkan puluhan juta penggemar di

berbagai platform media sosial. Data diatas juga menunjukkan minat dan

kegemaran masyarakat Jepang terhadap TWICE meningkat pesat.

Kontribusi TWICE dalam membangun persepsi positif publik Jepang juga

ditunjukkan pada tingginya minat dan respon positif terhadap lagu-lagu TWICE

yang ditunjukkan oleh jumlah viewers masyarakat Jepang pada platform Youtube

(Tabel 4.2) yang menduduki urutan pertama 10 besar viewers youtube TWICE

33
dengan total 817 Juta viewers. Data tersebut menggambarkan besarnya fenomena

Hallyu yang terjadi di Jepang. Hal tersebut menjadi refresentatif dari kontribusi

serta keterlibatan girl group TWICE dalam upaya meningkatkan citra positif

Korea Selatan di Jepang dengan mampu menyalakan kembali minat Hallyu di

Jepang setelah cukup menurun akibat konflik Korea selatan dan Jepang terkait

sengketa Pulau Dokdo ditahun 2012 (Olivia, 2020).

Sejak debutnya TWICE sudah mendapatkan banyak perhatian publik.

Setelah sukses dengan debutnya, pada 2 Desember 2015 TWICE berhasil meraih

“Best New Female Artist” pada acara penghargaan musik tertinggi di Korea

selatan yaitu “Mnet Asian Music Awards”. Tak hanya sampai disitu, di tahun

2016 TWICE meraih penghargaan “Song of the Year” dengan lagunya “Cheer

up” yang pada saat itu sangat popular di Korea selatan. Sama halnya di tahun

2017 dan 2018, TWICE meraih penghargaan “Song of the Year” dengan lagu

“Signal” dan “What is love?” (Mwave).

Tidak hanya di Korea Selatan, TWICE juga sangat popular di Jepang. Hal

tersebut dibuktikan dengan TWICE berhasil mendapatkan beberapa penghargaan

pada acara penghargaan Japan Gold Disk Award yaitu “New Artist of the Year”,

“Best 3 New Artist”, “Album of the Year”, “Best 3 Album” dan “Song of the Year

by Download” di tahun 2018 (The Japan Gold Disc Award, 2018). Hal ini

menunjukkan bagaimana TWICE mampu menarik minat publik Jepang yang luar

biasa terhadap budaya Korea selatan.

TWICE terus megukir prestasi-prestasi luar biasa di pasar Jepang.

Misalnya di tahun 2019, TWICE bersama BTS dan dua artis Jepang masuk

34
kedalam 5 besar grup yang menguasai penjualan album versi oricon (perusahaan

penghimpun statistic dan informasi terkait industri music di Jepang). TWICE

berada pada posisi keempat melalui penjualan album mereka yaitu #TWICE2

yang berhasil menghasilkan sekitar 5,19 miliar yen ditahun 2019.

Selain prestasi-prestasi diatas, beberapa prestasi luar biasa yang berhasil

diraih oleh TWICE di Jepang yang mampu menjadi bukti bagaimana tingginya

minat masyarakat Jepang terhadap TWICE dan lagu-lagunya:

1) Tahun 2019, TWICE menjadi artis Wanita tercepat yang mampu

menyelenggarakan konser di Tokyo dome yang merupakan salah satu

stadion terbesar di Jepang dengan kapasitas mencapai 55.000 penonton.

Dengan diselenggarannya konser tersebut, TWICE menjadi artis Wanita

asing yang pertama kali mengadakan konser di Tokyo dome Jepang

(Billboard, 2019).

2) Ditahun 2022, TWICE menjadi artis Wanita asing tercepat di Jepang yang

memiliki lagu tercepat yang mendapatkan sertifikasi platinum RIAJ

(Asosiasi dagang dibidang industri Jepang) dengan lagu “The Feels”.

Sertifikasi platinum diberikan ketika sebuah lagu berhasil meraih lebih

dari 100 juta streaming (Soompi, 2022)

3) TWICE adalah girl group dengan sertifikasi platinum RIAJ terbanyak.

Setelah lagu The Feels meraih sertifikat platinum oleh RIAJ, TWICE

resmi menjadi girl group dengan sertifikasi platinum terbanyak oleh RIAJ.

Total empat lagu milik TWICE yang telah mendapatkan sertifikasi

35
Platinum oleh RIAJ yaitu : FANCY, I CAN’T STOP ME, FANCY dan

THE FEELS (Soompi, 2022)

4) Tahun 2022, TWICE menjadi Wanita asing pertama di sejarah ORICON

yang berhasil menduduki #1 album harian ORICON Jepang dengan total 8

Album (Soompi, 2022).

5) Tahun 2022, TWICE menjadi artis Wanita asing pertama di Jepang yang

berhasil mengadakan konser 3 hari berturut-turut di Tokyo dome dengan

tiket terjual habis. Dan ini menjadikan TWICE sebagai artis Wanita kedua

di Jepang setelah girl group Jepang AKB48 yang mengadakan konser 3

hari berturut-turut dengan tiket terjual habis (Soompi, 2022).

6) Tahun 2022, TWICE menjadi artis Wanita asing pertama dengan 1 juta

pengikut di LINE music Jepang. Pencapaian ini menjadikan TWICE satu-

satunya artis Wanita asing yang mampu mencapai prestasi ini (Allkpop,

2022).

Masyarakat dari berbagai negara yang tergabung dalam fanbase dari girl

group TWICE yang dikenal dengan ONCE, menjadi bukti kepopuleran girl group

ini. Selaras dengan hal tersebut, JYP Entertainment sebagai agensi industri

hiburan, melalui TWICE juga berperan mengekspor budaya Korea,

mempopularkan kebudayaan Korea, membangun apresiasi, membangun citra

positif, serta melibatkan masyarakat Jepang dalam budaya Korea selatan, melalui

musik, mode, tren sehingga mampu mengembangkan citra dan persepsi positif

Korea selatan di Jepang. Hal ini mampu menggambarkan bagaimana kaitannya

citra atau image yang dibangun melalui promosi budaya mampu meningkatkan

36
citra dan reputasi Korea selatan dengan peningkatan ekonomi. Suatu negara

mampu meningkatkan perekonomiannya dengan cara mempromosikan potensi

atau sumber daya yang dimiliki untuk membangun citra positif dipandangan

publik internasional (Aziz, 2013).

Dalam upaya meningkatkan perekonomiannya, pemerintah Korea Selatan

melakukan sebuah upaya dengan membuat kampanye brand tourism yang

bernama Imagine Your Korean yang dimulai ditahun 2014. Melalui brand tourism

imagine your Korea selatan berusaha untuk menciptakan image baru sebagai

negara yang modern baik dari segi teknologi atau gaya hidup. Hal tersebut

dilakukan dengan memperkenalkan gaya hidup masyarakat Korea Selatan melalui

beberapa aspek yang salah satunya adalah melalui produk-produk budaya dan

kecantikan Korea selatan yang disajikan melalui musik yang kita kenal dengan K-

Pop (UNWTO, 2014).

Adapun peran TWICE dalam upaya ini ialah menjadi salah satu aktor yang

mempromosikan produk-produk budaya untuk dikenal oleh masyarakat luas

dalam hal ini produk kecantikan Korea selatan dengan menjadi brand ambassador

produk-produk kecantikan tertentu. Adapun perusahaan yang menjadikan TWICE

sebagai brand ambassador produk-produk kecantikan diantaranya:

Tabel 4.3 Daftar Brandambassador Kecantikan TWICE

Asal Negara Awal Kontrak


Nama Produk
Produk Brandambassador

Lotte dutty free Korea 2016

Estee Lauder Korea 2019

37
Lemona Korea & Jepang 2021

A’Piew Korea & Jepang 2021

SK II Jepang 2022

Givenchy beauty Korea 2023

Milk touch Korea 2023

Sumber: kpopchart.net 2023

Lemona adalah salah satu brand vitamin dan collagen yang menjadikan

TWICE sebagai brand ambassadornya untuk Lemona Jepang dan Lemona Korea

selatan sejak 2021. Kyungnam Pharmaceutical mengumumkan bahwa laba operasi

leomana pada paruh pertama 2021 tercatat 2,134 miliar won naik menjadi 33,4%

dan laba bersih meningkat 199,9% menjadi 6,44 miliar wondari tahun

sebelumnya. Menurut laporan tengah tahunan Kyungnam Pharmaceutical,

penjualan lemona meningkat 16,8% menjadi 39,377 miliar won. Ini adalah

penjualan tertinggi mereka yang pernah ada. Tidak hanya itu, berkat “TWICE

impact”, lemona berhasil mendapatkan Daesang (penghargaan tertinggi di Korea

selatan) pertama mereka yaitu “Brand of the Year 2021” dalam kategori

Kesehatan. Kyugnam pharmaceutical memilih TWICE sebagai brand

ambassadornya dan menyatakan keinginan mereka untuk memperluas pasar

mereka tidak hanya di Jepang saja tetapi juga negara lain seperti Asia Tenggara

dan Amerika Utara (Naver, 2021).

38
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dengan berkembangnya zaman yang semakin, muncul berbagai macam

konsep diplomasi yang turut modern, memunculkan masalah yang lebih beragam

sehingga memberikan peluang bagi para aktor-aktor non-negara. Berbeda dengan

diplomasi tradisional yang bergantung pada aktor-aktor formal maupun negara,

diplomasi modern memberikan ruang yang lebih luas bagi aktor-aktor non negara

untuk ikut terlibat. Hal ini juga sejalan dengan praktik diplomasi yang saat ini

tidak lagi sebatas pada hubungan antara negara dengan negara, melainkan juga

hubungan antara masyarakat serta individu.

Diplomasi budaya adalah diplomasi yang menggunakan produk-produk

kebudayaan sebagai senjata utamanya. Contoh negara yang menerapkan

diplomasi budaya sebagai salah satu soft powernya melalui budaya populernya

adalah Korea Selatan yaitu melalui Korean wave dalam hubungannya dengan

negara lain, salah satunya adalah negara tetangganya yaitu Jepang. K-Pop telah

dikenal luas di Jepang dan diterima baik di negara tersebut. Strategi ini mampu

memberikan dampak positif bagi hubungan kedua negara karena Korean wave

menjadi salah satu hal yang sangat di minati oleh masyarakat Jepang. Namun

popularitas KPOP mulai menurun ketika memanasnya hubungan antara Korea

selatan dan Jepang. Ketegangan hubungan kedua negara ini kembali muncul

akibat konflik sengketa pulau Dokdo atau Takeshima ditahun 2011. Namun

ditengah hubungan Korea selatan dan Jepang yang cukup memanas akibat konflik

39
di masa lalu, TWICE sebagai selebriti dengan popularitasnya, mampu menyalakan

kembali minat masyarakat Jepang terhadap K-Pop, TWICE juga memperkenalkan

budaya, mengembangkan apresiasi, melibatkan masyarakat Jepang dalam budaya

Korea Selatan melalui musik, mode, tren untuk yang secara tidak langsung

mampu membangun citra dan persepsi positif Korea Selatan di Jepang. Hal ini

yang kemudian dikenal dengan konsep diplomasi selebriti.

B. Saran

Melalui penelitian ini, semoga isu-isu terkait pemanfaatan budaya dapat

dijadikan sebagai referensi Indonesia untuk dapat memanfaatkan budaya sebagai

soft power dan memberikan ruang kepada aktor seperti selebriti-selebriti untuk

memperkenalkan dan mempromosikan budaya Indonesia sebagaimana yang

dilakukan Korea selatan dan TWICE sebagai aktor selebriti dan mengajak aktor-

aktor non-state potensial serta masyarakat Indonesia untuk ikut serta berperan

didalamnya.

40
DAFTAR PUSTAKA

Anon, H. (2019). South Korea's president Moon Jae In acknowledges BTS and
TWICE as icons of the 3rd hallyu wave in japan. Allkpop. Diakses dari
https://www.allkpop.com/video/2019/06/south-Koreas-president-moon-
jae-in-acknowledges-bts-twice-as-icons-of-3rd-hallyu-wave-in-japan

Billboard. (2019). TWICE make history as first K-Pop girl group to hold Japanese
dome tour. Diakses dari https://www.billboard.com/music/music-
news/twice-first-K-Pop-girl-group-japanese-dome-tour-8503514/amp/

Bora, L. TWICE wins song of the year award. Mwave. Diakses dari
https://web.archive.org/web/20161205215815/http://mwave.interest.me/en
/kpop-news/article/110627/twice-wins-the-hotelscombined-song-of-the-
year-award-all-kpop-news

Cathlin, H. (2020). Ketegangan antara Korea Selatan dan Jepang yang


mengakibatkan pemboikotan produk Jepang di Korea selatan pada tahun
2019. Diakses dari http://repository.unsada.ac.id/1831/

Cooper, E.A. ], dkk. (2013). The oxford handbook of modern diplomacy. Diakses
dari
http://82.194.16.162:8080/xmlui/bitstream/handle/123456789/696/andrew
_f-_cooper_jorge_heine_ramesh_thakur_theb-ok-org.pdf?sequence=1

Cummings,Milton C. 2003. Cultural Diplomacy and the United States


Government: a A Survey. Washington, DC: Center for Arts and Culture.

Geun, L. (2009). A theory of soft power and Korea‟s soft power strategy. Diakses
dari
https://www.kiep.go.kr/boardDownload.es?bid=0051&list_no=11877&seq
=11

Jang, G. & Paik, W. (2012). Korean wave as tool for Korea‟s new cultural
diplomacy. Diakses dari
https://www.scirp.org/pdf/aasoci20120300004_59668127.pdf

Jiwon, P. (2021). K-Pop groups rush to target Japanese market. The Korea times.
Diakses dari
https://m.Koreatimes.co.kr/pages/article.amp.asp?newsIdx=303239

Kim, T. (2010). National humiliation day. The Korea times. Diakses dari
https://m.Koreatimes.co.kr/pages/article.amp.asp?newsIdx=72135

Koreaboo. (2021). TWICE are now the best selling K-Pop girl group in Japan,
breaking a 10 year record. Diakses dari

41
https://www.Koreaboo.com/news/twice-break-10-year-record-best-selling-
kpop-girl-group-in-japan/

Koreaboo. (2018). TWICE is the most popular Korean girl group in Japan, and
it's not even close. Diakses dari https://www.Koreaboo.com/news/twice-
popular-Korean-girl-group-japan-not-even-close/

Kyodo. (2015). Park signals two-track foreign policy toward Japan. Japan times.
Diakses dari
https://www.japantimes.co.jp/news/2015/05/04/national/politics-
diplomacy/park-signals-two-track-foreign-policy-toward-japan/

Leonard, M. (2002). The foreign policy centre. Diakses dari


https://www.files.ethz.ch/isn/20958/Public_Diplomacy.pdf

Lie, J. (2012). What is K in K-Pop ? south Korean popular music, the culture
industry, and national identity. Diakses dari
https://www.tobiashubinette.se/hallyu_1.pdf

Luthviana, S. (2019). Kepentingan diplomasi kpop Korea selatan terhadap


Indonesia dalam bidang ekonomi dan sosial budaya tahun 2015-2018.
(universitas islam negeri syarif hidayatullah Jakarta, 2019). Diakses pada 6
mei 2022, dari
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49400/1/SHEL
LA%20LUTHVIANA.FISIP.pdf

Mark, S. (2009). A greater role for cultural diplomacy. Netherlands institute of


international relationa „clingendael‟ and Antwerp university. Diakses dari
https://www.clingendael.org/sites/default/files/pdfs/20090616_cdsp_discu
ssion_paper_114_mark.pdf

Melissen. (2005). The new public diplomacy. Diakses dari


https://culturaldiplomacy.org/academy/pdf/research/books/soft_power/The
_New_Public_Diplomacy.pdf

Mujiono, K. & Alexandra, F. (2019). Multi track diplomacy: teori dan studi
kasus. Samarinda : Mulawarman university. Diakses dari
https://repository.unmul.ac.id/bitstream/handle/123456789/5247/Multy%2
0Track%20Diplomacy.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Naver. (2021). Kyongnam pharmaceutical, laba operasi 2,13 miliar won di


semester pertama. Diakses dari
https://n.news.naver.com/article/018/0005013136

Nyarimun, J. A. & Alam. S. (2017). Musik KPOP sebagai alat diplomasi dalam
soft power Korea selatan, universitas satya negara Indonesia. 76-77.
Diakses dari

42
https://isip.usni.ac.id/jurnal/5%20Syafril%20Alam%20dan%20Ansgrasia
%20Jenifer%20Nyarimun.pdf

Nye, S.J. (2008). Public diplomacy and soft power. Diakses dari
https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=%E2%80%9CPublik+Diplomacy+and+Soft+Power%E2%80%9D.+
The+ANNALS+of+the++American+Academy+of+Political+and+Social+
Science+

Priscilla, O. (2020). The role of TWICE in supporting South Korea public


diplomacy in Japan. (universitas katolik parahyangan, 2020). Diakses
pada 4 mei 2022,
darihttps://repository.unpar.ac.id/handle/123456789/11935

Ronald. (2018). The winners of the japing gold disc award 2018 announced. The
Japan gold disc award. Diakses dari
https://aramajapan.com/news/tvmovie/musicaward-show/winners-of-the-
japan-gold-disc-award-2022-announced/117331/

Sayson, S. (2022). TWICE becomes first foirgen female act to hit 1M followers on
line music. Allkpop. Diakses dari
https://www.allkpop.com/article/2022/02/twice-becomes-first-foreign-
female-act-to-hit-1m-followers-on-line-music

Setiawan, A. (2016). Teori dan praktik diplomasi. Diakses dari


https://repository.umj.ac.id/2306/1/DIKTAT%20TEORI%20DAN%20PR
AKTIK%20DIPLOMASI.pdf

Solehah, A. (2021). Industri pop culture Korea selatan di Jepang sebagai


instrumen diplomasi publik Korea selatan tahun 2012-2019. (universitas
islam negeri syarif hidayatullah Jakarta, 2021). Diakses pada 4 mei 2022,
dari
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/60526/1/NUR
%20AISAH%20SOLEHAH.FISIP.pdf

Soompi. (2022). TWICE becomes 1st foirgen female artist and only 2nd overall
after AKB48 to hold 3 day concert at Tokyo dome. Diakses dari
https://www.soompi.com/article/1523324wpp/twice-becomes-1st-foreign-
female-artist-and-only-2nd-overall-after-akb48-to-hold-3-day-concert-at-
tokyo-dome

Soompi. (2022). TWICE becomes K-Pop girl group with most RIAJ album
certications in japan + SEVENTEEN goes platinum. Diakses dari
https://www.soompi.com/article/1508342wpp/twice-becomes-K-Pop-girl-
group-with-most-riaj-album-certifications-in-japan-seventeen-goes-
platinum#:~:text=Goes%20Platinum%20%7C%20Soompi-
,TWICE%20Becomes

43
Soompi. (2022). TWICE breaks oricon record for most no. 1 albums on weekly
chart of any foreigen female artist. Diakses dari
https://www.soompi.com/article/1518773wpp/twice-breaks-oricon-record-
for-most-no-1-albums-on-weekly-chart-of-any-foreign-female-artist

Soompi. (2022). TWICE sets new record for fastest song by foreign female artist
to go olatinum for streaming in japan, BTS and BLACKPINK go gold.
Diakses dari https://www.soompi.com/article/1532951wpp/twice-sets-
new-record-for-fastest-song-by-foreign-female-artist-to-go-platinum-for-
streaming-in-japan-bts-and-blackpink-go-gold

Soompi. (2017). Twice to be the first Korean artist in 6 years to appear on famous
Japanese year end show. Diakses dari
https://www.soompi.com/article/1078865wpp/twice-first-Korean-artist-6-
years-appear-famous-japanese-year-end-show

Statista. (2022). Value of music industry exsports from south Korea 2005-2020.
Diakses dari https://www.statista.com/statistics/625158/south-Korea-
export-music-industry/

Street, J. (2004). Celebrity politicians : popular culture and political


representation. Diakses dari https://is.muni.cz/el/1423/podzim2016

UNWTO. (2014). Retrieved from unwto.org:


https://www.unwto.org/archive/global/news/2 014-07-30/Korea-tourism-
organization-ktolaunches-its-new-tourism-brand-imaginyour-Korea

Walsh, J. (2014). Hallyu as a government construct: The Korean wave in the


context of economic and social development. Diakses dari
https://link.springer.com/chapter/10.1057/9781137350282_2

Wang, J. (2014). Cultural diplomacy reimagines : the cyrus cylinder exhibition.


USC Annenberg. Diakses dari
https://annenberg.usc.edu/news/published/cultural-diplomacy-reimagined-
cyrus-cylinder-exhibition

Wijaya, S. (2017). Normalisasi hubungan bilateral Jepang-Korea selatan tahun


2015. Diakses dari http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/18427

44

Anda mungkin juga menyukai