UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
ADINA DWIREZANTI
0706291155
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
ADINA DWIREZANTI
0706291155
Budaya popular saat ini telah menjadi sebuah fenomena baru dalam
hubungan intermasional. Fenomena ini telah menjadi sebuah fenomena yang
lintas batas dan keberadaannya sangatlah berhasil menarik perhatian masyarakat
internasional. Hal ini menjadi menarik minat dan memberikan inspirasi kepada
penulis untuk melalukan penelitian mengenai budaya popular ini, terutama
keberadaan budaya popular Korea atau yang dikenal dengan Korean Wave.
Korean Wave ini telah menjadi alat dalam aktivitas diplomasi publik yang
dilakukan oleh Korea sebagai cara Korea untuk berkomunikasi dengan
masyarakat internasional. Hal ini menunjukkan sebuah trend baru dan revolusi
baru dalam diplomasi publik. Dan hal inilah yang akan menjadi pembahasan
penulis dalam penelitian ini.
Penulis berharap bahwa penelitian dalam skripsi dapat menjadi hal yang
bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Hubungan Internasional. Akan tetapi,
penulis pun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, dan masih
terlalu jauh dari sebuah kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca untuk lebih memperkaya skripsi ini.
iii
Adina Dwirezanti
iv
Puji Syukur diucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sampai dengan selesai. Penulis
berharap agar skripsi ini dapat menjadi bahan masukan dan penambah wawasan
bagi semua pihak, serta menjadi salah satu sudut pandang ilmiah mengenai isu
terkait, terutama untuk pihak-pihak yang akan melanjutkan penelitian serupa.
Penulis pun menyadari bahwa skripsi ini bukanlah sebuah skripsi yang sempurna.
Akan tetapi, penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, saran,
bimbingan, dan ilmu dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini saya
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
6. Teman-teman SMA penulis, terutama kepada Ain, Jumie, Ay, Ayu dan
Atha sebagai teman-teman penulis yang selalu menghibur dan membuat
tertawa penulis di setiap pertemuan arisan. Terima kasih juga untuk
dukungannya untuk selalu membuat penulis sabar dalam menyelesaikan
skripsi ini.
vi
vii
14. Teman-teman HI 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010 yang tidak
disebutkan namanya satu persatu.
viii
Judul :
ix Universitas Indonesia
Title :
This research aims to explain about the existence of popular culture, in this
case is Korean Wave as part of Korean public diplomacy. The explanation of this
topic is will be limited in 2005-2010, which in 2005 was the beginning of Korean
Wave as part of public diplomacy of Korea. The explanation of this public
diplomacy through the Korean Wave is divided in two activities, tourism and
exchange program with other countries. This research used qualitative research
metods with descriptive explanation about the public diplomacy’s program that
implemented in the field of tourism and Korean Exchange program. Through
analysis of the data on the activity of diplomacy and the significance of the
diplomacy activity, the author concludes that’s there are some roles that played by
the Korean Wave in Korean public diplomacy, such as improving image of Korea,
Attracting the arrival of foreign people to come to Korea, encourage the progress
of other parts of Korea, and encourage the cooperation between Korea and the
other country. Some of these roles can be achieved due to the three aspect that the
author was found, such as the government’s commitment, the popularity of the
Korean Wave itself, and information about Korean Wave itself.
x Universitas Indonesia
ABSTRAK ....................................................................................................................... x
ABSTRACT .................................................................................................................... xi
Daftar Tabel................................................................................................................... xv
xi Universitas Indonesia
II.3.1.5 2009 Visit Incheon Year: Incheon Sebagai Zona Ekonomi dan
Tekhnologi ........................................................................................................... 45
II.4.1 Signifikansi Diplomasi Publik Melalui Korean Wave dalam Pariwisata ...... 68
III.1 Peran Korean Wave Dalam Diplomasi Publik Korea Selatan ............................. 78
III.3 Kesimpulan Peran dan Faktor Korean Wave Sebagai Diplomasi Publik
Korea ......................................................................................................................... 100
Daftar Gambar
Gambar 2. 2 Salah satu adegan dalam Boys Before Flowers yang memperlihatkan
lokasi Lighthouse di Pulau Palmi .................................................................................... 47
Daftar Tabel
Tabel 2. 1 Resume Program Pariwisata Korea 2005-2010 ......................................................... 59
Daftar Grafik
Daftar Skema
Skema 3.1 Skema Temuan Penelitian...........................................................................102
xv Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dr. Anak Agung Banyu Perwita dan Dr. Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm 35.
2
Helmut Anheier, dkk., “Introducing Global Civil Society”, dalam Helmut Anheier, dkk., Global
Civil Society 2001, (Oxford: Oxford University Press, 2001), hlm. 4.
Universitas Indonesia
negara lain. 3 Komunikasi ini menjadi sebuah bagian dalam diplomasi. Melalui
diplomasi tersebut, negara-negara berusaha memperjuangkan kepentingannya
dilingkup internasional dan dihadapan negara-negara lain dalam mencapai tujuan
kepentingannya tersebut.
Diplomasi yang melibatkan peran negara-negara ini dijelaskan oleh
Hamilton dan Langhorne disebut dengan diplomasi tradisional. Diplomasi
tradisional ini dilakukan dengan proses regularisasi dan secara prosedural.4 Akan
tetapi, seperti yang dijelaskan di atas, dengan semakin kompleksnya permasalahan
dan semakin beragamnya kebutuhan nasional yang dimiliki oleh masing-masing
negara, hubungan internasional tidak lagi semata-mata dipandang sebagai
hubungan antar negara namun juga meliputi hubungan antar masyarakat
internasional. Dengan demikian, diplomasi tradisional atau yang dikenal dengan
istilah ‘first track diplomacy’ tentu saja tidak lagi menjadi cara yang efektif
dalam rangka menyampaikan pesan-pesan diplomasi terhadap suatu negara dalam
mencapai kepentingannya. Hal ini akhirnya menimbulkan cara-cara baru yang
dilakukan dalam aktivitas diplomasi tersebut, salah satunya adalah melalui
diplomasi publik. Diplomasi publik ini menjadi cara berdiplomasi yang tidak lagi
hanya melibatkan peran pemerintah dalam satu negara saja, tetapi juga melibatkan
peran dari aspek-aspek lainnya.5 Publik memegang peranan yang semakin vital
dalam menjalankan misi diplomasi sebuah negara terlebih pada situasi yang
semakin terintegrasi dengan beragam bidangnya yang sangat variatif. Diplomasi
publik didefinisikan sebagai upaya mencapai kepentingan nasional suatu negara
melalui understanding, informing, and influencing foreign audiences. Dengan
kata lain, jika proses diplomasi tradisional dikembangkan melalui
mekanisme government to government relations, maka diplomasi publik lebih
ditekankan pada government to people atau bahkan people to people relations.
3
K.J Holsti, Politik Internaisonal: Kerangka Analisa, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987),
hlm.231
4
Brian White,”Dplomacy”, dalam John Baylis dan Steve Smith, The Globalization of World
Politics, (New York: Oxford University Press, 2005)hlm, 389-390.
5
Stacy Michelle Glassgold, Public Diplomacy: The Evolution of Literature, diakses dari
http://uscpublicdiplomacy.org/pdfs/Stacy_Literature.pdf, pada tanggal 18 April 2011, pada pukul
16: 19
Universitas Indonesia
6
Kim Kyong-dong dan The Korean Herald, Social Change in Korea, (Paju, Korea: Jimoondang,
2008), hlm. 282.
7
Doobo Shim, Hybridity and the rise of Korean popular culture in Asia, diakses dari
http://www2.fiu.edu/~surisc/Hybridity%20and%20the%20rise%20of%20Korean%20popular%20c
ulture%20in%20Asia.pdf, pada tanggal 9 April 2011, 17:18
Universitas Indonesia
salah satu tujuan diplomasi publik adalah meningkatkan hubungan dengan suatu
negara, yang dilihat dari lingkup pendidikan, tingkat kedatangan warga negara
lain ke negara tersebut yang didasarkan tujuan untuk berlibur maupun belajar.
Didasarkan sebagai industri ekspor Korea, Korean Wave dikembangkan
menjadi alat diplomasi publik Korea melalui kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah Korea. Hal ini dimulai dengan kebijakan pemerintah
Korea yang mendorong negaranya untuk mengekspor kebudayaan Korea ke
negara-negara lainnya. Keputusan pemerintah untuk membentuk Departemen
Industri Budaya dan Kementrian Olahraga dan Kebudayaan pada tahun 1994 serta
mengesahkan the motion picture promotion law pada tahun 1995 telah menjadi
pendorong utama dan pertama dalam mengekspor perfilman dan musik yang di
lengkapi dengan nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya ke negara-negara
lain. Hal ini terus berlanjut dengan adanya peningkatan alokasi dana dalam
mengembangkan perfilman dan musik, seperti yang dilakukan pada masa
pemerintahan Kim Dae Jung yang memang menyebut dirinya sebagai “President
of Culture”. Sejak masa pemerintahan Kim Dae Jung yang dimulai pada tahun
1998, Korea mengalokasikan dana sebesar 148,5 juta dolar Amerika dan
mengsahkan the basic law for the Culural Industry Promotion. 8 . Hal ini terus
berkembang dengan pengeluaran kebijakan-kebijakan pemerintah Korea secara
langsung yang menjelaskan Korean Wave sebagai alat diplomasinya.
Implementasi Korean Wave sebagai bagian dari diplomasi publik ini
dijalankan melalui berbagai macam program. Program-program tersebut
dijalankan baik dalam satu arah dan juga dua arah baik sendiri ataupun dengan
melibatkan negara-negara lain dalam program tersebut. Salah satu program
tersebut adalah Asian Song Festival dan juga All-Star Together yang diadakan
dengan tujuan untuk meningkatkan wisatawan asing datang ke Korea. Hal ini
seperti yang dijelaskan oleh Mark Leonard dalam tulisannya mengenai diplomasi
publik bahwa tujuan salah satu diplomasi publik dari suatu negara adalah
mendorong masyarakat negara lain untuk datang ke suatu negara baik itu untuk
8
Doobo Shim, Hybridity and the rise of Korean popular culture in Asia, diakses dari
http://www2.fiu.edu/~surisc/Hybridity%20and%20the%20rise%20of%20Korean%20popular%20c
ulture%20in%20Asia.pdf, pada tanggal 9 April 2011, pada pukul 17:18
Universitas Indonesia
9
A New Look at Cultural Diplomacy: A Call to Japan's Cultural Practitioners, diakses dari
http://www.mofa.go.jp/announce/fm/aso/speech0604-2.html, pada tanggal 10 April 2011, pada
pukul 20:22
10
Stefanie Layer, An Exploration of Japan’s Soft Power, diakses dari
www.culturaldiplomacy.org/.../manga-and-anime-an-exploration-of-japans-soft-power.pdf, pada
tanggal 15 April 2011, pada pukul 18:56
Universitas Indonesia
11
Smith Simspson, dalam “Education in Diplomacy”, dikutip dari, Sumaryo Suryokusumo,
Praktik Diplomasi, (Depok: Penerbit STIH “IBLAM”, 2004),hlm. 7-8
Universitas Indonesia
12
Daniell S. Papp, Contemporary International Relations, Frameworks for Understanding,
(United States of America: Allyn and Bacon, 1997), hlm. 442-443.
Universitas Indonesia
negara. 13 Soft Power menjadi instrumen yang penting, dimana negara melalui
beberapa aktivitas melibatkan berbagai aktor dan organisasi-organisasi yang
memiliki akibat terhadap publik secara internasional, seperti melalui aktor-aktor,
galeri seni dan musik, kelompok media dan wartawan, masyarakat dan lembaga
swadaya masyarakat, pengusaha dan produksinya, politisi, partai, dan pakar
politik, akademisi, universitas-universitas, pemimpin agama, kelompok agama,
dan sebagainya.14 Beberapa tujuan dari diplomasi publik, yaitu:15
Ke-empat tujuan-tujuan diplomasi publik di atas, pada dasarnya tidak lepas dari
salah satu tujuan diplomasi yang dijelaskan oleh Holsti. Dimana ia menjelaskan
bahwa salah satu tujuan pemerintah melakukan negosiasi diplomatik untuk
maksud-maksud propaganda; menggunakan konferensi tidak hanya untuk tujuan
membuat kesepakatan terhadap beberapa isu, tetapi lebih ditujukan untuk menarik
13
John Baylis dan Steve Smith, The Globalization of World Politics: An Introduction to
International Relations, (United States of America: Oxford University Press, 2005), hlm. 192-193.
14
Josef Batora, Multistakeholder Public Diplomacy of Small and Medium-Sized States:
Norway and Canada Compared, makalah yang dipresentasikan dalam International Conference
on Multistakeholder Diplomacy, Mediterranean Diplomatic Academy, Malta, 11-13 Februari
2005, diakses dariwww.diplomacy.edu, pada tanggal 15 Mei 2011, pada pukul 12:13
15
Mark Leonard, Public Diplomacy, (London: The Foreign Policy Centre. 2002), hlm. 9-10
Universitas Indonesia
publik luar ke pihaknya yang dengan demikian, akan mengurangi posisi tawar
16
menawar ke lawan-lawannya . Sumiko Mori, seorang jurnalis dari Fuji
Television Network, Jepang dalam tulisannya mengenai pop-culture diplomacy
menguti definisi diplomasi publik yang dijelaskan dalam dalam The University of
Southern California’s Center on Public Diplomacy, yaitu:17
The center studies the impact of private activities – from popular
culture to fashion to sports to news to the Internet – that inevitably, if
not purposefully, have an impact on foreign policy and national
security as well as on trade, tourism, and other national interests.…
To be effective, public diplomacy must be seen as a two-way street. It
involves not only shaping the message(s) that a country wishes to
present abroad, but also analyzing and understanding the ways that
the message is interpreted by diverse societies and developing the
tools of listening and conversation as well as the tools of persuasion.
Dalam kutipan di atas tersebut dijelaskan bahwa popular culture menjadi bagian
dari diplomasi publik. Pop culture atau yang juga disebut dengan popular culture
itu sendiri merupakan salah satu efek dari terjadinya fenomena globalisasi ini
adalah dalam aspek kebudayaan, salah satunya adanya dengan tumbuhnya pop
culture. Tulisannya tersebut berjudul Japan’s Public Diplomacy and Regional
Integration in East Asia: Using Japan’s Soft Power ditulis dalam program US-
Japan Relation di Universitas Harvard.18
Joseph S. Nye juga menjelaskan dalam tulisannya “Public Diplomacy and
Soft Power” akan betapa pentingnya diplomasi publik dalam hubungan
internasional sekarang ini. Soft power menjadi kemampuan untuk menarik
perhatian pihak lain untuk mendapatkan hasil yang diinginkan melalui sebuah
atraksi dan bukan dengan paksaan ataupan bayaran, dan dalam hal ini, diplomasi
publik dikategorikan sebagai sebagai alat dari soft power tersebut. Sebuah negara
akan mendapatkan hasil yang diinginkan dalam politik internasional apabila
16
K.J.Holsti, Politik Internasional: Kerangka Analisis, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987), hlm.
251.
17
Ibid.
18
Sumiko Mori, Japan’s Public Diplomacy and Regional Integration in East Asia: Using Japan’s
Soft Power, diakses dari http://www.wcfia.harvard.edu/us-japan/research/pdf/06-10.mori.pdf, pada
tanggal 18 Agustus 2011, pada pukul 22:10
Universitas Indonesia
Perbedaan antara hasil tindakan dan sumber yang digunakan adalah hal
yang penting untuk memahami hubungan antara soft power dan diplomasi publik.
Dalam politik internasional, sumber daya-sumber daya yang menghasilkan soft
power sebagian besar berasal dari nilai-nilai organisasi atau negara dalam
mengekspresikan nilai-nilai kebubadayaannya, sebagai contoh dengan praktek-
praktek internal dan kebijakan serta bagaimana mengelolanya dalam berhubungan
dengan pihak lainnya. Dalam hal ini, diplomasi publik menjadi instrumen yang
digunakan pemerintah untuk menjalankan sumber-sumber tersebut untuk
berkomunikasi dan mengelola hubungan mereka dengan pihak lain. Diplomasi
publik tersebut juga menjadi instrumen bagi pemerintah untuk berkomunikasi dan
untuk menarik penonton dari negara lain, tidak hanya negaranya saja. Diplomasi
publik mencoba untuk menarik dengan memberikan fokus terhadap sumber
potensial tersebut melalui penyiaran, pemberian subsidi dalam ekspor, pertukaran,
dan sebagainya. Akan tetapi, apabila isi budaya, nilai-nilai dan kebijakan tersebut
tidak menarik, maka diplomasi publik tersebut tidak dapat menjadi atraktif dan
menghasilkan persuasi, dan justru dapat menghasilkan kebalikannya. Kebudayaan
sebagai alat diplomasi budaya dijelaskan oleh Nye merupakan seperangkat
kegiatan yang menciptakan makna bagi masyarakat, dan memiliki banyak
manifestasi. Biasanya hal ini akan dibedakan antara budaya tinggi seperti sastra,
19
Joseph S. Nye, Jr, Public Diplomacy and Soft Power, diakses dari
http://ann.sagepub.com/content/616/1/94.full.pdf, pada tanggal 10 Agustus 2011, pada pukul
22:10 , hlm. 94
Universitas Indonesia
seni, dan pendidikan yang melayani elit masyarakat, dan budaya populer yang
berfokus kepada hiburan massa.20
Diplomasi publik dapat efektif di saat terjadi listening dan talking diantara
pihak-pihak yang bersangkutan. Pada akhirnya soft power dapat dikatakan
berhasil ketika pihak lain mendapatkan hal yang sama dengan apa yang kita
keluarkan, dan hal ini membutuhkan pengertian dari bagaimana pihak lain
tersebut mendengarkan pesan kita dan menyerapnya.
20
Ibid, hlm. 96
21
Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, Konsep dan Relevansi Bagi
Negara Berkembang : Studi Kasus Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2007), hlm .2
Universitas Indonesia
22
Ibid, hlm. 4
Universitas Indonesia
ideologis suatu bangsa kepada bangsa lain. Akan tetapi, biasanya dilakukan secara
tidak langsung melalui media masa dan secara awam berkonotasi negatif, bahkan
terkadang dianggap subversif. Bentuk propaganda ini merupakan bentuk lasik
atau cikal-bakal dari diplomasi kebudayaan, karena nilai-nilai sosial ideologi
suatu bangsa yang dianggap sebagai nilai kebudayaan menjadi bahan pokok untuk
disampaikan kepada bangsa lain. 3. Kompetisi, yang lebih cenderung ke arah
pertandingan atau persaingan. 4. Penetrasi. Penetrasi yang merupakan perembesan,
dilakukan melalui bidang-bidang perdagangan, ideologi, dan militer. Dalam
perdagangan, bentuk yang paling dikenal adalah penyelundupan, dalam bidang
ideologi, penetrasi berarti propaganda. Sedangkan dalam bidang militer disebut
dengan penyelundupan. 5. Negosiasi. Bentuk diplomasi kebudayaan melalui
bentuk negosiasi ini lebih mencerminkan keinginan dari bangsa-bangsa yang
bersangkutan untuk saling memperkenalkan, mengakui, menghormati, dan
menghargai kebudayaan masing-masing bangsa tersebut, baik yang kemudian
dilaksanakan dalam bentuk yang lebih khas, seperti pertukaran budaya atau
pertukaran ahli maupun bentuk kerjasama makro yang lain. 6. Pertukaran ahli.23
Hal ini mencakup masalah kerjasama pertukaran kebudayaan secara luas, yakni
dari kerjasama beasiswa antar negara, sampai dengan pertukaran ahli dalam pola
bidang tertentu. Selain beberapa bentuk diatas, masih ada beberapa bentuk lain
yang dapat digunakan dalam diplomasi budaya, yaitu terorisme, embargo, dan
juga boikot.
Pop culture atau yang juga disebut dengan popular culture dan budaya
populer merupakan salah satu efek dari terjadinya fenomena globalisasi dalam
23
Ibid, hlm. 19-26
Universitas Indonesia
aspek kebudayaan, salah satunya dengan tumbuhnya pop culture. Berbagai respon
negatif pada dasarnya sempat bermunculan, karena globalisasi dalam konteks ini
cenderung dianggap sebagai fenomena Amerikanisasi karena Amerika sebagai
produsen terbesar dari kebudayaan popularnya.24
Pop-culture ini terdiri dari film, musik, acara televisi, surat kabar,
makanan, pakaian, hal-hal yang berhubungan dengan dunia hiburan dan hal-hal
yang umum dan menjadi bagian dari masyarakat. Dijelaskan secara lebih lanjut
oleh salah satu sosiolog, Peter Berger bahwa pop culture membawa keyakinan
dan nilai-nilai yang sangat signifikan. Ia memberikan contoh dalam hal ini musik
rock.25 Daya tarik yang dimiliki oleh jenis musik ini pada dasarnya tidak hanya
karena musiknya yang keras, suaranya yang berirama dan dengan tarian yang
cenderung keras. Tetapi, jenis musik ini juga menggambarkan nilai-nilai budaya
seperti kebebasan berekspresi, spontanitas, dan juga pembebasan dari kehidupan
yang membosankan. Dijelaskan oleh Christopher Geist dan Jack Nachbar bahwa
terdapat empat dimensi yang dilibatkan dalam pop culture. Pertama, kepercayaan,
nilai, dan juga pergerakan dari populasi yang cukup besar dalam mengekspresikan
terhadap sesuatu hal. Kedua, buatan manusia dan menggambarkan masyarakat.
Ketiga, berbentuk seni. Keempat, dalam sebuah ritual ataupun acara. 26 Ia pun
menjelaskan bahwa pop culture menjadi sebuah hal yang popular dikarenakan
kemampuan mereka dalam mengartikulasikan gambaran mengenai diri mereka,
sikap, aspirasi, ketakutan dan nilai dari masyarakat dimana produk kebudayaan
tersebut dipasarkan dan kesediaan mereka untuk memiliki ataupun menggunakan
produk-produk dari pop culture tersebut. Pop culture merupakan buatan manusia
dan bukan sebuah produksi industri kebudayaan. Akan tetapi, kebudayaan
menjadi salah satu sumber yang digunakan masyarakat untuk membentuk sebuah
pop culture itu sendiri. Oleh karena itu, hal ini membuat objek utama dari pop
24
Culture and Globalization, diakses dari
http://www.globalization101.org/uploads/File/Culture/cultall2010.pdf, pada tanggal 19 April 2011,
pada pukul 12:11
25
Ibid.
26
Stanley J. Grenz , (Pop) Culture:Playground of the Spirit or Diabolical Device?, dalam Cultural
Encounters: A Journal for the Theology of Culture, diakses dari
http://www.stanleyjgrenz.com/articles/(pop)culture.pdf, pada tanggal 20 April 2011, pada pukul
14:26
Universitas Indonesia
culture ini adalah masyarakat tanpa adanya pembedaan posisi sosial maupun level
mereka. Hal ini dikarenakan pop culture tidak hanya terdiri dari nilai budaya yang
permanen, tetapi telah disesuaikan dengan pemikiran dan kehidupan
masyarakatnya.
Isu Korean Wave pada dasarnya merupakan isu baru yang berkembang
saat ini. Akan tetapi, perkembangan yang sangat signifikan dari fenomena itu
sendiri telah membuat berbagai macam pembahasan mengenai perkembangan
Korean Wave. Berbagai macam tulisan mencoba menggambarkan efek dari
Korean Wave bagi Korea itu sendiri, bagi nilai-nilai budaya yang terkandung
dalam drama yang menjadi bagian dari Korean Wave, dan juga dampak Korean
Wave bagi hubungan antar Korea dengan negara lainnya. Beberapa diantaranya
akan dipaparkan secara singkat dan dapat menjadi data pendukung serta
perbandingan bagi penelitian ini. Melalui pemaparan dibawah ini, akan
memperlihatkan perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya.
Universitas Indonesia
kondisi Korea terpuruk. Kondisi negatif yang penah terjadi di Korea ini justru
memberikan dampak negatif terhadap Korea dengan menumbuhkan rasa
nasionalisme yang kuat dan berhasil mendorong budaya populernya ke negeri-
negeri orang dan sampai dikenal sebagai Korean Wave.
29
Jiyeon So,
Pop culture as an instrument for global public diplomacy:A case study of the influences
of the Korean Wave on Asian publics, diakses dari
http://www.allacademic.com/meta/p_mla_apa_research _citation/2/9/5/4/5/p295450_index.html,
pada tanggal 19 April 2011, pada pukul 20:22
Universitas Indonesia
tahun 1995 menjadi 335 di tahun 2004. Terutama, setelah ditayangkannya drama
Korea, Winter Sonata. Peningkatan dalam balajar bahasa Korea juga mendorong
mahasiswa asing datang ke Korea untuk belajar bahasa. Jumlah masyarakat asing
yang menjalani Test of Proficiency in Korean (TOPIK) pada tahun 2004
berjumlah 10.416, yang merupakan sebuah peningkatkan sebesar 38% dari tahun
sebelumnya. Bidang pendidikan ini menurut Jiyeon So menjadi sebuah langkah
pertama dalam memperdalam pemahaman suatu negara dengan sebuah proses
komunikasi budaya Korea.
Aspek kedua adalah wisata. Fenomena Korean Wave ini telah memberikan
peningkatan dalam wisatawan yang datang ke Korea sebesar 30% pada tahun
2000. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa berdasarkan tulisan dalam New York
Times, 80% wisatawan Taiwan datang ke Korea untuk melalukan wisata ke
tempat-tempat yang dijadikan tempat shooting untuk drama-drama Korea. Aspek
ketiga adalah meningkatkan citra negara. Melalui peningkatan wisatawan yang
datang ke Korea menggambarkan bagaimana citra Korea dimata masyarakat luar
telah mengalami peningkatan. Kepopuleran akan kebudayaan pop Korea telah
memberikan peningkatan citra Korea dimata masyarakat internasional. Hal ini
berdasarkan Korea Trade- Investment Promotion Agency (KOTRA) mengenai
citra Korea yang menjelaskan bahwa citra Korea telah mengalami peningkatan
dari 60,6% menkadi 67,3% pada tahun 2005, terutama peningkatan ini terjadi
dalam masyarakat Cina, dari 47,1% pada tahun 2004 menjadi 82,2% pada tahun
2005.
Tulisan lain yang menjelaskan mengenai hal ini adalah Sue Jin Lee, dalam
The Korean Wave: The Seoul of Asia. Ia menyebutkan dalam tulisannya bahwa
Korean Wave tersebut telah menyebar luas ke negara-negara di Asia, salah
satunya adalah di Cina. Salah satu kutipannya adalah, “Chinese people felt closer
to Korean Culture thanks to access to pop culture, even if they have never been to
the country” yang dikutip dari Korea Herald (Chen, 2006, hlm 3).30
Penulis melihat bahwa kedua penulis ini menggambarkan bagaimana
Korean Wave sebagai dapat menjadi sebuah alat diplomasi yang akan
30
Sue Jin Lee, The Korean Wave: The Seoul of Asia, diakses dari www.elon.edu/docs/e-
web/academics/communications/.../09SueJin.pd, pada tanggal 8 Mei 2011, pada pukul 11:55
Universitas Indonesia
memberikan efek positif terhadap Korea dilihat dari tiga hal, yaitu wisata, edukasi,
dan citra Korea dalam dunia internasional. Akan tetapi, tulisan ini hanyalah
menggambarkan fenomena Korean Wave saja dan tidak menggambarkan sebuah
aktivitas diplomasi yang dijalankan melalui kebijakan dan program-program
pemerintah. Tulisan tersebut hanyalah menjelaskan fenomena Korean Wave yang
dapat menjadi sebuah alat diplomasi yang dilihat melalui hasil-hasil yang
diberikan ole fenomena tersebut. Walaupun begitu, kedua tulisan ini dapat
menjadi sebuah gambaran positif dalam kemungkinan-kemungkinan akan sebuah
bentuk diplomasi publik yang baru yang dapat digunakan, yaitu melalui budaya
populer suatu negara.
Universitas Indonesia
The Korean Broadcasting Commision. 31 Tidak hanya itu, didirikan juga sebuah
istitusi di Malaysia yang merupakan sebuah asosiasi dari para pengusaha Korea
dan Malaysia dalam rangka menjalin kerjasama dan persahabatan antar keduanya.
Tulisan ini menggambarkan peran fenomena Korean Wave sebagai sebuah
budaya populer yang berhasil mempengaruhi hubungan antara Malaysia dan
Korea. Sebagai negara dengan mayoritas muslim, Malaysia jelas memiliki
kebudayaan dan nilai-nilai sosial yang berbeda dengan Korea. Akan tetapi,
keberadaan budaya populer Korea ini tetap dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat Malaysia dan justru memberikan efek positif dalam hubungan
kerjasama kedua negara tersebut.
Tulisan lain yang menjelaskan mengenai penggunaan pop culture sebagai
sebuah cara diplomasi adalah tulisan Stefanie Layer yang berjudul An Explanation
of Japan’s Soft Power. Dalam tulisannya tersebut ia menjelaskan Jepang yang
menggunakan produk animasinya sebagai sebuah diplomasi dalam meningkatkan
opini masyarakat internasional terhadap Jepang. Selama ini Jepang dikenal
sebagai negara dengan tekhnologi tinggi yang identik dengan hard power. Jepang
juga dikenal dengan negara dengan orientasi ekonomi yang juga identik dengan
hard power. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1990an memberikan akibat
bagi Jepang dengan memotong alokasi dana dalam diplomasi publik dan
mengalokasikannya pada perbaikan ekonomi negara. Hal ini menurut penjelasan
Stefanie Layer memberikan dampak negatif terhadap Jepang dimata masyarakat
internasional.
Jepang akhirnya membuat keputusan untuk menggunakan soft power
sebagai cara diplomasinya. Seperti yang diketahui, Jepang memiliki produk
animasi yang sangat terkenal dikalangan masyarakat Jepang Animasi ini tidak
hanya disukai oleh kalangan anak-anak saja, tetapi juga disukai oleh kalangan
lainnya bahkan kalangan dewasa sekalipun. Hal ini pun pada akhirnya membuat
pemerintah Jepang menjadikan produk animasinya, yaitu manga sebagai cara
diplomasinya. Jepang mengekspor produk animasinya tersebut ke negara-negara
31
Chil Ho Cho, Korean Wave in Malaysia and Changes of the Korea-Malaysia Relations, diakses
dari umrefjournal.um.edu.my/.../JPMM%202010_1%20Cho,%20Chul%20Ho.pdf, pada tanggal 8
Mei 2011, pada pukul 12:32
Universitas Indonesia
lainnya. Salah satu contoh yang digambarkan dalam tulisan tersebut adalah
diplomasi animasi Jepang di Jerman. Akan tetapi, hal ini dianggap tidaklah sukses
karena dianggap karakter animasi tersebut tidak sesuai dengan apa yang digemari
oleh masyarakat negara-negara lainnya terutama negara barat. Selain itu, karakter
animasi Jepang yang didominasi oleh bentuk mata yang besar justru dianggap
oleh masyarakat Jerman tidak mencerminkan kebudayaan Jepang serta kehidupan
masyarakat Jepang dan justru hanyalah sebagai tokoh animasi internasional. 32
Tulisan Stefanie Layer ini pada dasarnya menggambarkan ketidakberhasilan
animasi Jepang yang dijadikan sebagai cara diplomasi. Tulisan mengenai aktivitas
diplomasi Jepang melalui animasinya ini pada dasarnya menunjukkan kebalikan
dari yang terjadi pada Korea. Sebagai negara yang menghasilkan budaya populer
terlebih dahulu dibandingkan dengan Korea, Jepang tidak dapat menyesuaikannya
dengan budaya-budaya negara lainnya, terutama adalah negara-negara barat.
Animasi Jepang yang identik dengan kartun animasi bermata besar ini justru tidak
dapat memperlihatkan sebagai sebuah produk Jepang dan hanyalah sebuah
animasi internasional. Walaupun karakter animasi Jepang ini dapat dikatakan
cukup populer dikenal di negara-negara lainnya, tetapi masyarakat negara-negara
tersebut hanyalah mengenai animasinya saja.
Beberapa karya ilmiah diatas telah menjelaskan mengenai perkembangan
Korean Wave, dampak Korean Wave bagi Korea dan juga dalam pengaruhnya ke
hubungan bilateral dengan negara lain maupun opini masyarakat internasional
mengenai diplomasi pop culture. Akan tetapi, tulisan-tulisan di atas belum
menjelaskan mengenai peran-peran yang bermain dalam perkembangan diplomasi
pop culture tersebut, dalam hal ini adalah Korean Wave. Dalam salah satu tulisan,
yaitu Pop Culture as an Instrument for Global Public Diplomacy: A Case Study of
the Influences of the Korean Wave on Asian Publics hanyalah menjelaskan
fenomena Korean Wave yang dapat menjadi sebuah alat diplomasi yang dilihat
melalui hasil-hasil yang diberikan ole fenomena tersebut. Akan tetapi, tulisan
tersebut tidaklah menjelaskan mengenai pemerintah Korea sebagai aktor negara
32
Stefanie Layer, An Exploration of Japan’s Soft Power, diakses dari
www.culturaldiplomacy.org/.../manga-and-anime-an-exploration-of-japans-soft-power.pdf, pada
tanggal 15 April 2011, pada pukul 18:56
Universitas Indonesia
Melalui asumsi pertama diatas, maka budaya pop atau budaya populer
dapat menjadi sebuah bagian dari diplomasi publik dari suatu negara
33
John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantittative Approaches, (Colifornia:
Sage Publications, 1994), h. 145.
Universitas Indonesia
Data (Data Analysis); dan (3) Laporan Penelitian (Report Writing).34 Penggunaan
metode kualitatif menjadi pilihan penulis dalam melakukan penelitian
dikarenakan penulis menilai fenomena ini merupakan fenomena baru yang
diangkat menjadi bagian dari pelaksanaan diplomasi. Selain itu, berdasarkan
penjelasan Neuman bahwa penelitian kualitatif cenderung lebih terbuka untuk
menggunakan variasi bukti dan pengungkapan isu-isu baru. Untuk itulah penulis
memilih metode kualitatif dalam penelitian mengingat pembahasan mengenai
kebudayaan pop atau kebudayaan popular itu sendiri masih terbatas dan tergolong
sebuah isu baru di dalam kajian ilmu Hubungan Internasional.
34
Ibid, hal 148-161.
35
Ibid. hal. 148-149.
36
Ibid, hal, 153
37
W. Laurence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, 3nd
ed., (Boston: Allyn and Bacon, 1991), hal. 18-35.
38
Ibid, hlm 20
Universitas Indonesia
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi dan literatur,
dalam hal ini mengumpulkan informasi dari sumber-sumber seperti media cetak
atau elektronik. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua hal,
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang akan digunakan oleh
peneliti dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan dari website-website
resmi Korea. Sedangkan data sekundernya akan didapatkan dari literature review
atas berbagai sumber-sumber seperti jurnal, koran, majalah, buku, maupun artikel
internet. Dokumen dalam hal ini juga mengacu pada teks atau apa saja yang
tertulis, tampak secara visual atau diucapkan melalui media komunikasi. 39
Selanjutnya tehnik pengidentifikasian data akan dilakukan dengan mereduksi
data-data yang dimiliki ke dalam pola ataupun kategori dan diinterpretasikan
dengan menggunakan skema tertentu. Pengorganisasian data tersebut ke dalam
kategori-kategori ini didasarkan pada tema, konsep, dan juga kemiripan sifat40.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penyajian data dalam penelitian ini
akan berupa teks, uraian singkat, bagan, flowchart, dan sebagainya. Oleh karena
itu, penyajian datanya akan bersifat deskfriptif analitis dalam penelitian ini 41 .
Selanjutnya, penarikan kesimpulan dalam penelitian akan dilakukan dengan cara
menganalis kategori yang telah dibuat.
Universitas Indonesia
Bab I: Pendahuluan
Dalam bab pendahuluan ini, terdiri dari latar belakang permasalahan, pertanyaan
permasalahan, kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian, sistematika
penelitian, serta tujuan dan signifikansi penelitian.
Bab II: Isi dan Pembahasan. Kebijakan dan Aktivitas Diplomasi Publik
Korea Selataan Melalui Korean Wave Periode 2005-2010
Bab kedua ini akan menjelaskan mengenai pengertian dari fenomena Korea Wave
itu sendiri baik dari awal mula dimulainya ekspor Korean Wave itu sendiri sampai
pada penyebaran dan peningkatan-peningkatan serta hasil positif yang didapatkan
Korea melalui Korean Wave ini. Selanjutnya, penulis akan menjelaskan mengenai
diplomasi kebudayaan Korea yang dijelaskan dalam kebijakan-kebijakan luar
negerinya dan dilanjutkan dengan program-program yang dikeluarkan Korea
dalam rangka menjalankan Korean Wave sebagai bagian dari diplomasi publik
Korea.
Bab III: Analisa Peran dan Fakor Korean Wave dalam Diplomasi Publik
Korea
Melalui penjelasan mengenai Korean Wave di bab sebelumnya, maka dalam bab
ini akan dibahas analisa penulis mengenai bagaimana posisi ataupun peran
Korean Wave dalam diplomasi tersebut.
Universitas Indonesia
Bab ini akan berisikan kesimpulan dari analisa yang dilakukan di Bab III, selain
itu bab ini juga akan berisikan saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi
perkembangan cara diplomasi dan bagi ilmu Hubungan Internasional.
Universitas Indonesia
BAB II
Universitas Indonesia
Fenomena Korean Wave ini dimulai pada saat Cina mulai menayangkan
drama Korea, yaitu What is Love All di salah satu stasiun TV Cina, China Central
Television Station (CCTV) pada sekitar tahun 1997. Drama pertama Korea yang
ditayangkan ini mendapatkan respon yang sangat baik, dan diputarkan kembali
pada tahun 1998 dan berada ditingkat tertinggi kedua dalam sejarah perfilman di
Cina. Setelah itu, pada tahun 1999, salah satu drama Korea lainnya ditayangkan di
Cina dan Taiwan, yaitu Stars in My Heart dan kembali menjadi drama terpopuler
di kedua negara tersebut. Sejak saat itu, drama Korea menjadi lebih terkenal dan
diikuti dengan disiarkan di negara-negara lainnya, seperti Hongkong, Taiwan,
Singapura, Vietnam, Jepang, Indonesia, Thailand, dan negara-negara lainnya.
Vietnam juga merupakan salah satu negara pertama di Asia Tenggara yang
mengalami kepopuleran budaya populer Korea. Kepopuleran budaya populer
Korea atau Korean Wave di negara ini telah dimulai sejak tahun 1997 bersamaan
dengan Cina melalui drama Korea Feeling yang disiarkan di salah satu stasiun
televisi Vietnam, Ho Chi Minh City TV. Sejak saat ini fenomena kepopuleran
Korean Wave ini terus berkembang, dengan diikuti oleh kepopuleran musik dan
juga selebriti-selebriti Korea. Berbeda dengan Cina dan Vietnam, kepopuleran
Korean Wave di Jepang dimulai sejak tahun 2003 setelah drama Korea Winter
Sonata ditayangkan di stasiun televisi Jepang NHK April 2003 dan setelah itu
ditayangkan kembali pada Desember 2003, dan pada musim panas 2004. 43
Penayangan Winter Sonata inipun menjadi awal dari Korean Wave di Jepang, atau
42
Doobo Shim, Hybridity and the Rise of Korean Popular Culture in Asia, diakses dari
http://www2.fiu.edu/~surisc/Hybridity%20and%20the%20rise%20of%20Korean%20popular%20c
ulture%20in%20Asia.pdf, pada tanggal 20 Juli 2011, pada pukul 11:25, hlm. 28-30
43
Millie Creighton, Japanese Sur ng the Korean Wave: Drama Tourism, Nationalism, and
Gender via Ethnic Eroticisms, diakses dari
http://www.uky.edu/Centers/Asia/SECAAS/Seras/2009/03_Creighton_2009.pdf, pada tanggal 22
Juli 2011, pada pukul 19:36, hlm. 12-13
Universitas Indonesia
yang biasa disebut dengan “Korea Boom” oleh masyarakat Jepang. Beberapa
artisnya menjadi artis utama yang terkenal di Jepang yang juga memberikan
pengaruh pada konsumsi produk Korea dan segala hal yang berhubungan dengan
Korea.44
Begitu juga dengan perfilman Korea, salah satu film Korea yakni Shiri
menjadi sebuah film yang sangat populer saat itu dan juga ditayangkan di negara-
negara Asia lainnya, seperti Hongkong, Jepang, Taiwan, dan Singapura.
Walaupun film ini juga mendapatkan banyak kritikan, tetapi film ini menjadi awal
dari masuknya film-film Korea di pasar internasional. Karena sejak saat itu, film-
film Korea menjadi flm-film yang juga mendominasi bioskop-bioskop di Asia.
Tidak hanya itu, kesuksesan perfilman Korea juga mulai memasuki pasar
44
Shim Doobo, Perkembangan Gelombang Korea, diakses dari
http://kyotoreviewsea.org/KCMS/?p=251&lang=id, pada tanggal 28 Juli 2011, pada pukul 11:56
Universitas Indonesia
Amerika dan Eropa, seperti salah satunya adalah perusahaan perfilman Amerika
Hollywood Studios telah membuat ulang film tersebut dalam versi mereka.
Universitas Indonesia
drama, film, dan musik saja, tetapi juga makanan Korea, gaya berpakaian Korea,
dan sebagainya45.
Melalui dua sasaran utama diplomasi budaya di atas, pemerintah Korea akan
melaksanakannya melalu beberapa strategi pelaksanaan, yaitu: melaksanakan
aktivitas promosi dan budaya secara komprehensif dan sistematis, mendirikan dan
mengembangkan strategi promosi dan budaya khusus disesuaikan dengan negara
ataupun daerahnya, memperkuat kemitraan dengan organisasi lokal serta
perusahaan Korea di luar negeri, memperluas program budaya berorientasi masa
depan, dan berpartisipasi aktif dalam organisasi internasional. Melalui kebijakan
tersebut, Korea berupaya mendorong film-film Korea dan juga drama Korea ke
negara-negara luar untuk mempenalkan budaya Korea. Seperti yang dijelaskan
dalam Diplomatic White Paper 2008, bahwa Kementrian Luar Negeri dan
Perdagangan Korea dalam memperkenalkan budaya Korea ke negara-negara luar
juga dengan mendorong diplomasi publik melalui penawaran stasiun televisi
negara-negara asing video-video dokumentasi yang menggambarkan Korea dan
juga kebudayaan Korea.48 Upaya pemerintah Korea dalam menggunakan Korean
Wave sebagai bagian dalam aktivitas diplomasinya ini pun terus dijelaskan dalam
Diplomatic White Paper yang dimulai dari tahun 2005 seperti yang telah
48
Supporting Overseas Screening of Korean Films and TV Dramas, dalam “2008 Diplomatic
White Paper”, diakses dari http://www.mofat.go.kr/english/political/whitepaper/index.jsp, pada
tanggal 22 Oktober 2011, pada pukul 19:08
Universitas Indonesia
dijelaskan di atas, tahun 2006, 2007, 2008, 2009, dan juga 2010. Pembahasan
mengenai Korean Wave tersebut selalu berada dalam penjelasan tersendiri,
dimana hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah Korea dalam mendorong
Korean Wave sebagai bagian dalam aktivitas diplomasi publiknya.
“The ministry has set up public relations offices overseas called “Korea Plaza” to
strengthen the country's image through the globalization of hallyu, the boom of
Korean pop culture overseas. In particular, the government will support
exchanges of cultural contents with foreign countries away from unilateral or
export-oriented activities.”50
Pernyataan yang dikeluarkan ini secara jelas memperlihatkan upaya Korea dalam
mendorong Korean Wave sebagai bagian dari diplomasi budayanya untuk
mencapai tujuan diplomasinya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Dalam
hal ini MCST membangun hubungan bersama berbagai entitas lainnya, dengan 5
tujuan utama yang digambarkan dalam skema di bawah ini, yaitu:51
49
History, diakses dari http://www.mct.go.kr/english/aboutus/history.jsp, pada tanggal 1
November 2011, pada pukul 11:13
50
Hallyu is new growth engine in culture industry, diakses dari
http://www.mct.go.kr/english/issue/issueView.jsp?pSeq=492, pada tanggal 3 November 2011,
pada pukul 13:!4
51
Jessica Chen, A Study on Cultural Tourism and South Korean Government, diakses dari
http://c030.wtuc.edu.tw/ezcatfiles/c030/img/img/743/282605760.pdf, pada tanggal 21 April 2011,
pada pukul 19:39.
Universitas Indonesia
Sumber: http://c030.wtuc.edu.tw/ezcatfiles/c030/img/img/743/282605760.pdf
Universitas Indonesia
Seperti yang telah dijelaskan diawal bab ini bahwa, terdapat dua organisasi
pemerintah Korea yang mendukung dan sangat berperan penting dalam
memperkenalkan Korean Wave baik itu ke masyarakat domestik negaranya dan
juga ke masyarakat internasional. Kedua organisasi ini berdiri dan bergerak di
bawah Kementrian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata (MCST) sebagai salah
satu cara unutk mencapai tujuan diplomasi kebudayaan Korea. Kedua organisai
tersebut adalah Korean Tourism Organization (KTO) dan Juga Korean
Foundation For International Cultural Exchange (KOFICE). Kedua organisasi ini
jelas menggunakan cara yang berbeda berdasarkan tujuan masing-masing
organisasi tersebut didirikan.
Pada tahun 2005 ini, KTO meresmikan tahun 2005 tersebut sebagai “Visit
Gyeonggi-Korea Year 2005”. Sebagai salah satu provinsi di Korea, Gyeonggi
memiliki banyak objek pariwisata, dan memiliki nilai sejarah yang penting bagi
Korea. Hal ini merupakan salah satu alasan yang mendorong KTO untuk
menjadikan tahun 2005 tersebut sebagai “Visit Gyeonggi-Korea Year 2005”.
Selain itu, lebih dari setengah dari total jumlah penduduk Korea tinggal di
provinsi tersebut, dan setidaknya sekitar lima juta wisatawan mendatangi provinsi
ini melalui bandara Incheon yang memang berada di provinsi ini. Seperti yang
dijelaskan oleh Chung Dong-che, Mentri Kebudayaan dan Pariwisata Korea,
“Setting its sights on raking in 3.5 trillion won in tourism revenues and attracting
a target of 6.9 million tourists during the year, the Preparatory Office for Visit
Gyeonggi-Korea 2005 plans to carry out diverse and unique projects - 31 projects
in a total of five fields. The projects include 10 international festivals, to be held
during the tourism promotion period, and organization of the second Gyeonggi
Tour Exhibition, and the construction of the Goyang Tourism and Culture
Universitas Indonesia
Salah satu tujuan program ini adalah untuk menentukan identitas pariwisata
provinsi Gyeonggi dan sebagai sebuah batu loncatan untuk ekspansi industri.
Program Visit Gyeonggi-Korea 2005 ini menggunakan tema “Gyeonggi Province,
the Heart of Korea – Visit Gyeonggi Province and Taste Korea at a Glance”.
Berbagai acara dibuat dalam rangka menarik wisatawan asing ke Korea, seperti
mengunjungi DMZ gratis, serta berbagai jenis fetival seperti Puchon International
Fantastic Film Festival, World Ceramic Biennale Festival, dan World Peace
Festival. Selain untuk memperlihatkan kebudayaan tradisional Korea melalui
bangunan-bangunan sejarah yang bertempat di kawasan ini, kawasan Gyeonggi
ini juga merupakan kawasan yang sering digunakan sebagai lokasi pengambilan
gambar drama-drama Korea, seperti Daejang-geum, My Sassy Girl, King and the
Clown. Hwaseong Fortress yang merupakan salah satu tempat sejarah kerajaan
Korea merupakan tempat pengambilan gambar Daejang-geum, yang merupakan
drama Korea yang sangat populer di negara-negara lainnya.53 Melalui program -
Visit Gyeonggi-Korea 2005 ini pemerintah berupaya untuk mendorong dan
memperkenalkan tempat-tempat sejarah Korea melalui kepopuleran budaya pop
Korea, yaitu Korean Wave dengan mendorong objek-objek wisata tersebut
sebagai objek utama dalam berjalannya program tersebut.
Dalam program Visit Gyeonggi-Korea 2005 Jung Jun-Ho salah satu artis
Korea dipilih sebagai duta perwakilan masyarakat program tersebut. Jung Jun-Ho
merupakan salah satu selebriti terkenal dalam Korea Wave yang mewakili
industri perfilman Korea di Jepang. 54 Ia menjadi duta kedua program tersebut
setelah Park Ji-eun (pemain olahraga golf) yang diresmikan pada tanggal 6 Januari
tahun 2005. Jung Jun-Ho merupakan salah satu selebriti yang terkenal di Jepang
52
Korea Aims to Join Global Top 10 with 10 million Inbound Tourists, diakses dari
53
A Treasure of Tourist Attractions - Gyeonggi greets tourists with fascinating tour programs
during
'Visit Gyeonggi-Korea 2005', diakses dari http://www.newsworld.co.kr/cont/0502/61.htm, pada
tanggal 9 November 2011, pada pukul 23:57
54
Market the Tourism in Gyeonggi through Young Korean Wave Stars, diakses dari
http://english.gg.go.kr/news/viewToday.jsp?seq=407&page=59&method=&query=, pada tanggal
10 November 2011, pada pukul 18:35
Universitas Indonesia
melalui filmnya Honor of the Family yang ditayangkan di Jepang. Salah satu
kegiatan yang diikuti oleh Jung Jun-ho dalam mendukung berjalannya program ini
adalah berpartisipasi dalam acara Goyang Marathon yang diadakan di kota
Goyang, provinsi Gyeonggi ini pada tanggal 29 Mei 2005. 55 Acara Goyang
Marathon merupakan bagian dari pemerintah Gyeonggi dalam mempromosikan
pendirian Hallyuwood di kota tersebut. Pendirian Hallyuwood ini bertujuan untuk
mengumpulkan berbagai macam budaya populer dan jenis pariwisata lainnya
yang tersebar di seluruh provinsi Gyeonggi dalam satu poros, yaiu Hallyu atau
yang juga disebut sebagai Korean Wave. Tempat ini menyediakan berbagai
macam fasilitas, seperti fasilitas untuk merasakan dan mengalami pengalaman
mengenai Korean Wave yaitu hallyu boulevard, star village, permainan dunia
hallyu, dan berbagai macam acara lainnya. Taman bermain ini juga dilengkapi
dengan fasilitas-fasilitas pendukung Korean Wave, seperti lokasi pengambilan
gambar bagi drama-drama Korea dan juga akademi Hallyu. Selain itu, tentu saja
juga dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas pariwisata, seperti penginapan,
hotel, tempat makan, dan sebagainya.56
55
Movie star Jung Jun-ho acts as the PR Ambassador for 2005, the Visit Gyeonggi-Korea Year,
diakses dari
http://english.gg.go.kr/board/viewToday.jsp?lm=01&seq=438&page=7&method=&query=, pada
tanggal 11 November 2011, pada pukul 14:52.
56
Overview of Project, diakses dari http://www.h-wood.co.kr/en/work/work01.php, pada tanggal
11 November 2011, pada pukul 15:12
Universitas Indonesia
Peresmian program Visit Jeju Year 2006 ini dilaksanakan pada 10 Januari.
Acara peresmian ini juga melibatkan 20 penyanyi Korea untuk memeriahkan
acara tersebut. Selain itu, Go Du-Shim artis Korea dan 3 orang hiburaner lainnya
dipilih sebagai perwakilan untuk memperkenalkan dan mempromosikan program
tersebut. Dalam acara peresmian tersebut, Kim Tae-hwan gubernur provinsi Jeju
juga menjelaskan “the government will create a Hallyu Image Complex and
organize international event designed to publicide the tourist, leisure and well-
being aspects of the island” sebagai bagian dari Visit Jeju Project untuk semakin
menyebarluaskan dan mempromosiakan budaya populer Korea, Hallyu Wave atau
Korean Wave.58 Hal ini dijelaskan oleh Kim Chan, Direktut Umum Pariwisata,
Kementrian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata bahwa, “Celebrating the Visit
Jeju Year last year, Jeju developed such tourist products as Korean-Chinese-
Japanese hiburaners'golf competition and tour programs related to the opening
ceremony of the Hallyu Expo in Asia and the shooting of the movie 'Tae Wang Sa
Shin Gi'In other locations, tourist programs such as the Ulsan Summer Festival
and those related to Bigeum and Cheongsan Islands, known for shooting 'Waltz of
Spring'made their debuts.”59
57
Ibid.,
58
2006 proclaimed "Year to Visit Jeju", diakses dari
http://www.investkorea.org/InvestKoreaWar/work/reg/eng/ne/index.jsp?l_unit=90202&m_unit=90
308&code=11405&no=608300004&page=32&bno=601127404&seq=35, pada tanggal 13
November 2011, pada pukul 22:12
59
Transrip wawancara Kim Chan, dalam Keeping on Evolving Korean Wave, diakses dari
http://www.newsworld.co.kr/cont/0703/32.htm, pada tanggal 11 November 2011, pada pukul
18:26
Universitas Indonesia
2007, di Jeju Convention Center, Pulau Jeju.60 Gambar di bawah ini merupakan
simbol acara tersebut, dimana tulisan dalam bahasa Korea tersebut
menggambarkan kata Hallyu yang memang identik dengan budaya populer Korea,
Korean Wave.
Sumber:
http://english.visitkorea.or.kr/enu/SI/SI_EN_3_2_1.jsp?cid=293296#Lang_Content_Layer
Selain itu, acara ini juga akan meliputi segala hal yang berhubungan
dengan drama, film, musik, permainan, dan juga selebriti yang telah memberikan
kontribusi dalam Hallyu Wave atau yang juga disebut dengan Korean Wave.
Acara ini akan memperlihatkan sejarah perkembangan budaya populer Korea
sejak pertama dimulai, dan juga prospek Hallyu Wave kedepannya. Dalam acara
ini juga terdapat konser-konser para penyanyi Korea dan pertemuan penggemar
dengan artis Korea.
Bae Yong-Jun, yang merupakan salah satu artis Korea yang terkenal
dengan dramanya Winter Sonata dipilih sebagai perwakilan dalam acara
61
tersebut. Bae Yong-Jun merupakan salah satu artis Korea yang sangat
62
berpengaruh dalam perkembangan Korean Wave. Selain Bae Yong-jun,
beberapa selebriti lainnya ikut berperan dalam acara ini seperti, Chae Yeon, SG
Wannabe, Lee Jeong-hyun, Super Junior, Dong Bang Shin Ki (DBSK),dan juga
60
Seats to Hallyu Expo in Short Supply, diakses dari
http://english.kbs.co.kr/entertainment/news/1425666_28572.html, pada tanggal 14 November
2011, pada pukul 22:10
61
Hallyu Expo in Asia, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/SI/SI_EN_3_2_1.jsp?cid=293296, pada tanggal 14 November
2011, pada pukul 22:45
62
Millie Creighton, op. Cit, hlm. 16
Universitas Indonesia
artis-artis lainnya. Seven, salah satu penyanyi Korea yang saat itu baru akan
memulai karirnya dalam bidang perfilman juga dilibatkan dalam pertemuan
dengan para penggemar dalam sesi acara “Se7olution in The World”pada tanggal
21 Januari, Lee Jun-ki salah satu artis popular di Koreapun juga mengadakan sesi
pertemuan dengan penggemarnya dengan tema ”BISANG (飛上)” pada tanggal 27
Januari. Sesi pertemuan dengan para penggemarnya ini menjadi acara yang terus
diadakan selama program tersebut berlangsung dengan tema dan selebriti yang
berbeda disesuaikan dengan tema.63
Pada tahun 2007 ini, KTO meresmikan tahun tersebut sebagai Visit
Gyeongbuk-Korea 2007 sebagai salah satu program pariwisata dalam
mempromosikan sejarah Korea. Melalui program ini, KTO juga mengadakan
berbagai acara seperti festival, perayaan, dan juga pameran budaya dunia. 64
Daerah Gyongbuk disebut juga dengan Gyeongsangbuk ini pada dasarnya mudah
diakses melalui ibukota Korea, Seoul. Gyeongbuk terletak di wilayah tenggara
Korea dan merupakan pusat daerah dari sejumlah atraksi budaya kuno, serta
beberapa diantaranya telah diresmikan sebagai warisan budaya dunia oleh
UNESCO. Budaya kono yang terdapat di daerah ini juga merupakan warisan
budaya dari Dinasti Silla, Kerajaan Misterius Gaya, dan juga budaya Dinasti
Joseon.
stays bagi para wisatawan yang berkeinginan untuk mengetahui lebih dalam
mengenai budaya Korea. 65 KTO juga menyiapkan berbagai acara lain seperti,
fetival tari topeng, memperkenalkan minuman keras khas Korea, festival kue dan
festival lain yang berhubungan dengan budaya tradisi masyarakat, budaya, dan
juga pertanian Korea. Selama bulan Agustus-Oktober menjadi acara puncak
dalam program Visit Gyeongbuk Korea ini. Dimana, dalam periode 3 bulan ini,
KTO mengadakan pameran budaya internasional Gyeongju. Acara ini terdiri dari
beberapa hal seperti, pertunjukan dan pameran makanan, mode pakaian, film,
seminar, dan juga kebudayaan remaja internasional.
Pada program Visit Gyeongbuk-Korea 2007 ini, Ryu Siwon salah satu
selebriti Korea yang berasal dari daerah tersebut diresmikan sebagai perwakilan
ataupun duta dalam mempromosikan program Visit Gyeongbuk-Korea 2007
tersebut.Ryu Siwon sendiri berasal dari Andong yang merupakan salah satu kota
dari provinsi tersebut. Di Andong sendiri, terdapat Damyunjae, sebuah rumah tua
bersejarah yang memang merupakan rumah keluarga Siwon sendiri. Dan rumah
tua inipun menjadi semakin terkenal semenjak Ratu Elizabeth II, Ratu Inggris
berkunjung pada tahun 1999. Seperti yang dijelaskan sendiri oleh Ryu Siwon
dalam konferensi pers yang diadakan dalam peresmian program tersebut,
65
Ibid
66
Ryu Siwon Weekly: Vsit Gyeongbuk-Korea, diakses dari
http://favosaurus.com/video/?v=9V5JX1Kc9u4, diakses dari 15 November 2011, pada oukul 11:45
Universitas Indonesia
Selain itu pada tanggal 27 Oktober tahun tersebut diadakan konser salah
satu penyanyi Korea yang juga merupakan pemimpin dalam Korean Wave, yaitu
Rain. Konser tersebut diadakan di kota Daegu, salah satu kota dalam provinsi
Gyeogbuk. Konser tersebut bertujuan sebagai ajang promosi program Visit
Gyeongbuk-Korea 2007 sekaligus merayakan ditetapkannya Daegu sebagai
penyelenggara International Association of Athletics Federetaion (IAAF) World
Championship pada tahun 2011. Gyeongju World Culture Expo menjadi ajang
dalam program Visit Gyeongbuk-Korea 2007 ini, yang diadakan pada bulan
Agustus-Oktober. Kota ini merupakan pusat sejarah dari kerajaan Silla yang
memimpin hampir keseluruhan Korea pada abat 7 sampai 9. Gyeongju Wold
Culture Expo ini terdiri dari beberapa acara, seperti Multimedia Show; Millenium
Light, pemutaran film Korea; Mud Warrior dan Cha-Cha, World Stage Art
Fesstivel, World B-boy Festival, International Children’s Play, World Fox
Nanjang Festival, Digital Animational History of Three Kingdom, Character
Fantasy World, Silla Royal Forest LOHAS Festival, Gyeongju Street Events, dan
acara pembukaan dan penutupan.67
dikarenakan wilayah ini langsung berbatasan dengan Laut Kuning. Selain itu,
wilayah ini juga terkenal dengan pemandangan alam yang indah dengan terdapat
gunung tertinggi kedua di Korea dan taman nasionalnya. Gwangju sendiri juga
terkenal dan merupakan awal dari kelahiran kebudayan-kebudayaan dan
pertunjukan-pertunjukan seni Korea. 69 Oleh karena itu, program 2008 Visit
Gwangju Jeonnam Korea menjadi ajang untuk memperkenalkan keunikan
wilayah tersebut ke masyarakat luas. Selain itu, pada tahun 2002 Gwangju
merupakan kota yang menjadi tuan rumah acara olahraga Piala Dunia. Dimana,
acara tersebut diadakan di Gwangju World Cup Stadium yang terletak di kota
tersebut.
69
Explore Korea’s Treasures – Gwangju & Jeollanam-do, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/SI/SI_EN_3_6.jsp?cid=641679, pada tanggal 14 November
2011, pada pukul 15:11
70
Jindo-gun, Jindo Yeingdeung Moses Miracle Parting of the Sea Festival, diakses dari
http://www.festivals.com/Jindo+Yeongdeung+Moses+Miracle+Parting+of+the+Sea+Festival-
South%20Korea-NA-Jindo-gun-PfxZ8VsrIU4%3D.aspx, pada tanggal 11 November 2011, pada
pukul 22:!5
71
Focus on . . . Muan! White Lotus Festival (July 25 - July 29), diakses dari
http://cdn.emarketingsg.com/emktg/korea/korea061308.htm, pada tanggal 15 November 2011,
pada pukul 17:24
72
Gwangju Kimchi Festival, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/SI/SI_EN_3_2_1.jsp?cid=293204, pada tanggal 15 November
2011, pada pukul 11:25
73
KTO London, Destination 2008 – Register and Win on Tour2korea.com, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/OO/OO_EN_13_2_2.jsp?cid=496136#Lang_Content_Layer,
pada tanggal 14 November 2011, pada pukul 23:14
Universitas Indonesia
II.3.1.5 2009 Visit Incheon Year: Incheon Sebagai Zona Ekonomi dan
Tekhnologi
74
2009: Visit Incheon Year, diakses dari
http://kto.visitkorea.or.kr/enu/ek/ek_1_4_3.jsp?cid=641820, pada tanggal 15 November 2011,
pada pukul 00:05
75
2009 Year to Visit Incheon, diakses dari http://www.koreaittimes.com/story/633/2009-year-visit-
incheon, pada tanggal 15 November 2011, pada pukul 01:20
Universitas Indonesia
“The ITO, working with Incheon City, dispatched a tourism promotion delegation
to Shandung and Liaoning provinces in China on Nov. 24, 2008 to attract tourists
from China in 2009,..”76
76
Visit Incheon Year 2009: Incheon Tourism Organization goes all out to attract tourists to
Incheon from both at home and abroad, diakses dari
http://www.newsworld.co.kr/cont/article2009/0902-39.htm, pada tanggal 18 November 2011, pada
pukul 12:56
77
Incheon Promises to Be a Magnet for Tourists,Offers exotic tourist spots and festivals year-
round with upcoming '2009: Visit Incheon Year' and Global Fair & Festival 2009 Incheon,
diakses dari http://www.newsworld.co.kr/cont/0812/76.htm, pada tanggal 18 November 2011,
pada pukul 13:16
Universitas Indonesia
Gambar 2. 2 Salah satu adegan dalam Boys Before Flowers yang memperlihatkan lokasi
Lighthouse di Pulau Palmi
Sumber: http://www.koreaittimes.com/story/1331/visit-korea-incheon-2009
Pada bulan Januari 2009 ini pemerintah Incheon juga mengadakan perayaan di
Pegunungan Mani, Pulau Gangwha untuk meresmikan Visit Incheon Year pada
tanggal 16 Januari. Perayaan tesebut diadakan di Samsan World Gymnastic
Complex, Incheon dengan dimeriahkan oleh penyanyi penyanyi terkenal Korea.
Pemerintah juga mengadakan festival lainnya seperti Mania Grand Festival,
Incheon Grand Flower Festival, Incheon Grand Sale, Incheon International Beer
Festival, dengan Incheon Food Culture Festivaldan Incheon-China Day, serta
World City Expo 2009.78 Pada bulan Oktober, terdapat Incheon Soraepogu Inlet
Festival, Incheon International Crown Mimem Fetsival dan Incheon International
Fireworks Festival dan juga Chinatown Festival, serta Woelmido Culture Festival
dan sebagainya.
78
Ibid
79
Kim Hee-sung, Two competing music festivals to rock this summer, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/FU/FU_EN_15.jsp?cid=768057, pada tanggal 18 November
2011, pada pukul 18:24
Universitas Indonesia
Lenka yang berasal dari Australia, dan sebagainya. Acara ini juga dimeriahkan
oleh pemusik dari Korea sendiri seperti No Brain, Cocore, Guckkasten, Lolo’s
Mon Shiners, Black Skirts dan juga Galaxy Express yang juga telah memiliki
banyak penggemar. Acara ini menjadi acara internasional, dikarenakan
dilibatkanya para penyanyi yang berasal dari luar Korea. Acara Pentaport Rock
Festival pada dasarnya menjadi acara yang cukup besar dalam tahun tersebut dan
berhasil menarik minat para penonton dan penikmat musik selama 3 hari berturut-
turut. Gambar di bawah ini merupakan gambar poster acara tersebut yang
menggambarkan meriahnya musim panas pada acara tersebut dan
menggambarkan tempat acara tersebut yang memang diadakan pada lapangan
yang berada di kota Incheon tersebut.
Sumber:
http://english.visitkorea.or.kr/enu/FU/FU_EN_15.jsp?cid=768057#Lang_Content_Layer
Universitas Indonesia
Vodka Rain. Akan tetapi, terdapat perbedaan acara ini dengan acara Incheon
Pentaport Festival. Dimana acara Jisan Valley Rock Festival ini menggunakan
tema penghijauan dengan menggunakan berbagai perlengkapan acara yang dapat
diperbarui ataupun didaur ulang. Pengadaan kedua acara yang diadakan dalam
program Visit Incheon Year ini menjadi acara yang diadakan untuk memeriahkan
musim panas di tahun tersebut. Selain itu, dengan mengadakan acara ini
pemerintah Korea juga bertujuan untuk menarik wisatawan dengan diundangnya
penyanyi-penyanyi yang tidak hanya berasal dari Korea saja, tetapi juga dari
negara-negara lain yang tentu saja menggunakan bahasa internasional dalam lagu-
lagunya yang akan mempermudah para pengunjung dan penonton yang datang ke
acara tersebut untuk lebih mengerti pertunjukannya.
KTO dalam tahun 2009 ini juga mengadakan acara besar lain yakni,
Global Fair & Festival 2009. Acara ini merupakan acara besar yang telah
dipersiapkan bahkan sebelum program tersebut berjalan. Acara ini dimulai pada 7
Agustus dan terus berajalan selama 80 hari sampai dengan Oktober dibeberapa
lokasi di Incheon, seperti the Songdo International City Third Construction Site,
Central Park, Tomorrow City, and Songdo Convensia. Beberapa hal yang terdapat
dalam acara ini adalah pameran, konferensi internasional, dan juga berbagai
macam festival seperti the Global Wine Festival, the World Robot Football
Contest, World Culture Street and the Multimedia Sho. Secara jumlah, acara ini
menyediakan 65 program.80 World Culture Street festival menjadi sebuah acara
yang menyenangkan ditengah-tengah acara bisnis dan pengembangan kota yang
diikuti oleh para wisatawan untuk mengetahui perbedaan sejarah dan budaya di
kota tersebut. Dalam acara ini, panitia juga menyiapkan acara Understand Korean
Culture dengan tinggal bersama dengan keluarga Korea bagi para wisatawan yang
berkeinginan secara lebih lanjut untuk mempelajari kebudayaan Korea.81
80
Staff, Visit Korea Incheon 2009, diakses dari http://www.koreaittimes.com/story/1331/visit-
korea-incheon-2009, pada tanggal 18 November 2011, pada pukul 18:52
81
KTO Sydney, Incheon City, Korea Invites The World to Its Global Festival 2009, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/OO/OO_EN_13_4_2.jsp?cid=735387, pada tanggal 18
November 2011, pada pukul 19:26
Universitas Indonesia
82
Thomas J Shon, R16 B-Boy Festival, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/OO/OO_EN_13_4_2.jsp?cid=790622, pada tanggal 18
November 2011, pada pukul 19:16
Universitas Indonesia
Sumber: http://www.dkpopnews.net/2010/08/info-incheon-korean-wave-festival-2010.html
Acara ini diadakan pada tanggal 5 September 2009 di Incheon Munhak Main
Stadium. Pada awalnya acara ini dijadwalkan pada tanggal 22 Agustus, tetapi
diundur menjadi bulan September dikarenakan kematian mantan Presiden Korea
83
Meet 100 Korean Celebrities- Korea 100 Sparkles Online Festival, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/FU/FU_EN_15.jsp?cid=805332, pada tanggal 18 November
2011, pada pukul 19:50
Universitas Indonesia
Kim Dae Jung.84 Acara ini pada dasarnya juga merupakan bagian dari Global Fair
& Festival Incheon 2009 yang telah dijelaskan sebelumnya dan juga merupakan
bagian dari Incheon Korean Wave Festival 2009. Acara ini menjadi acara konser
spesial K-Pop yang menunjukkan bersama-sama artis-artis Korea yang popular
pada saat itu. Pada acara konser Incheon Korean Wave Concert tersebut
dimeriahkann oleh SNSD, Super Junior, Shinee, Baek Jiyoung, KARA, FT Island,
Younha, 2PM, SS501, dan masih banyak lagi. Acara lain dalam rangkaian acara
Incheon Korean Wave Festival tersebut adalah Incheon Korean Star Wave 2009
yang dimulai dengan konser Lee Min Woo dan dlanjutkan dengan sesi tanda
tangan oleh SS501 dan juga diikuti oleh pertemuan dengan penggemar yang
berasal dari luar negeri. Berbeda dengan acara konser Incheon Korean Music
Wave yang diundur menjadi bulan September, acara Incheon Korea Wave Festival
ini tetap berjalan sesuai dengan jadwal awal, yaitu pada tanggal 15 Agustus.85
Acara Korean Wave Festival diadakan dengan tujuan untuk menarik pengunjung
dan wisatawan dari luar Korea yang memang mengenal Korea melalui drama-
drama dan lagu-lagu Korea atau yang dikenal dengan Korean Wave.
84
Coolsmurf, Stars Gather for Incheon Korean Wave Festival 2009, diakses dari
http://www.allkpop.com/2009/08/stars_gather_for_incheon_korean_wave_festival_2009, pada
tanggal 18 November 2011, pada pukul 22:10
85
Hying, Top Korean Stars performing for Incheon Korean Wave Festival 2009, diakses dari
http://www.koreanclicks.com/korean-stars-news/top-korean-stars-performing-for-incheon-korean-
wave-festival-2009. pada tanggal 18 November 2011, pada pukul 22:39
Universitas Indonesia
“Nature & People” menjadi tema utama dengan fokusnya pada IAAF World
Championship in Athletics in Daegu dan green tourism. Pada tahun 2012, “Blue
Ocean” menjadi tema utama dengan fokusnya pada World Expo in Yeonso. 86
Program yang berjalan selama tiga tahun ini akan berada dibawah slogan “Offer
the best of Korea with your smile”. 4 perwakilan dipilih untuk menjadi duta dalam
rangka mempromosikan berjalannya program ini. Duta-duta tersebut terdiri dari
Bae Yong Joon yang merupakan salah satu aktor yang terkenal melalui perannya
dalam Winter Sonata dan berperan penting dalam Korean Wave, Kim Yu-na yang
merupakan seorang skater yang terkenal dan menjadi bagian dalam perkembangan
olahraga Korea, Pororo yang merupakan karakter kartun yang terkenal, dan Girls’
Generation yang juga memiliki peran penting dalam perkembangan Korean Wave
dalam bidang musik.87
Selain acara peresmian yang dilakukan pada November 2009, acara lain
diselenggarakan di beberapa negara lain demi mempromosikan program tersebut.
Salah satunya adalah diadakan di Jepang pada tanggal 30 September, di Tokyo
Dome. Acara tersebut merupakan acara peluncuran Visit Korea 2010-2012 yang
ditujukan terhadap masyarakat Jepang. Acara ini diadakan oleh KTO dan dihadiri
oleh salah satu duta program Visit Korea 2010-2012, yaitu Bae Yong-joon yang
merupakan selebriti dan aktor Korea yang terkenal di Jepang dikarenakan
dramanya Winter Sonata. 88 Dalam acara tersebut, Bae Yong-joon menjelaskan
mengenai hal-hal menarik yang terdapat di Korea. Salah satu ajang promosi lain
juga dilakukan di Sanghai, Cina pada tanggal 24 November 2009. Para selebriti
Korea yang akan berpartisipasi tiba di Sanghai pada hari yang sama dan langsung
disambut oleh kerumunan penggemar. Para penyanyi tersebut termasuk
diantaranya adalah Wheesung, f(x), 2PM, 2AM, U-Kiss, 4Minute, dan juga Jang
Nara. Para penyanyi tersebut berpartisipasi dalam acara the Feel Korea K-Pop
86
“2010-2012 Visit Korea Year” Campaign, diakses dari http://brandingkorea.org/campaigns-
archive/2010-2012-visit-korea-year/, pada tanggal 14 Oktober 2011, pada pukul 00:19
87
PR Ambassador for the Visit Korea Year, diakses dari
http://english.visitkoreayear.com/english/vkcinfo/vkcinfo_03_04_01.asp, pada tanggal 13 Oktober
2011, pada pukul 19:5
88
Do Je-hae, 'Visit Korea' Campaign Launched in Japan, diakses dari
http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2011/04/117_52780.html, pada tanggal 13
Oktober 2011, pada pukul 22:17
Universitas Indonesia
Night and K-Fashion dalam rangka mempromosikan program Visit Korea 2010-
2012. 89 Acara ini berhasil menarik minat pengunjung sebanyak 8000 orang.
Pemerintah Korea berharap bahwa kekuatan para selebrit, penyanyi, aktor dan
aktris Korea dapat mendorong para wisatawan untuk datang ke Korea. Seperti
yang dijelaskan oleh Chung Dong-cheun (2010) eksekutif Korea Creative Content
Agency, bahwa;
Selain beberapa acara utama di atas, masih banyak acara lain yang juga
dilaksanakan oleh KTO. Seperti salah satunya adalah Inspiring Night in Korea
2010. Acara ini merupakan salah satu acara yang diadakan untuk merayakan
berjalannya program Visit Korea Year 2010-2012.91 Diselenggarakan di salah satu
tempat bersejarah Korea, yaitu Changdeokgung Palace acara ini juga bertujuan
untuk memberikan pengalaman dengan pertunjukan tradisional Korea, dan juga
89
Lim Jae-un, Korean wave crashes upon Shanghai shores, diakses dari
http://www.mct.go.kr/english/issue/issueView.jsp?pSeq=1426, pada tanggal 12 Oktober 2011,
pada pukul 20:47
90
Visit Korea Year 2010-2012, diakses dari http://www.visitkorea.com.my/article/visit-korea-year-
2010-2012, pada tanggal 19 November 2011, pada pukul 10:19
91
Inspiring Night in Korea 2010, diakses dari
http://korean.visitkorea.or.kr/kor/nightinkorea/eng/p_02.html, pada tanggal 22 November 2011,
pada pukul 18:28
Universitas Indonesia
misteri dibalik kebudayaan Korea. Acara ini juga bersamaan dengan peresmian
salah satu selebriti Korea, Choi Ji-woo sebagai duta kehormatan dalam
mempromosikan pariwisata Korea. Hal ini ditujukan untuk membantu berjalannya
program pariwisata dalam menarik minat masyarakat asing untuk datang ke Korea.
Dijelaskan oleh Choi Ji-woo (2010), bahwa;
Choi Ji-woo telah dipilih sebagai salah satu duta kehormatan dalam membantu
mempromosikan salah satu program kampanya Visit Korea Year 2010-2012, yaitu
“Smile Korea”. Hal ini dikarenakan perannya yang telah cukup signifikan dalam
membantu pariwisata Korea, seperti meningkatkan tingkat kualitas dan kuantitas
pariwisata Korea melalui drama yang ia perankan, yaitu Winter Sonata.93
92
Choi Ji-woo Named Honorary Tourism Supporter, diakses dari
http://asiaenglish.visitkorea.or.kr/ena/HA/content/cms_view_1051113.jsp#Lang_Content_Layer,
pada tanggal 18 November 2011, pada pukul 15:57
93
Hallyu Star Choi Ji-Woo, with Warm and Great Smile!- Actress Choi Ji-woo Has Been Chosen
as an Honorary Ambassador for 2010-2012 Visit Korea Year, diakses dari
http://english.visitkoreayear.com/english/community/community_01_01_01_view.asp?bidx=113&
st=&sech=&page=5, pada tanggal 22 November 2011, pada pukul 18:14
94
Yoon Sojung, Loc.cit
Universitas Indonesia
95
6th Busan International Fireworks Festival, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/FU/FU_EN_15.jsp?cid=1113472, pada tanggal 19 November
2011, pada pukul 12:15
96
Lights, Camera? Action! The finale of PIFF!, diakses dari
http://visitkorea.com.my/article/lights-camera-action-the-finale-of-piff, pada tanggal 22 November
2011, pada pukul 18:18
Universitas Indonesia
Sumber: http://www.biff.kr/eng/html/archive/arc_history15_01.asp
Seperti yang dijelaskan di atas, salah satu acara utama dalam tahun 2010
tersebut adalah Korea Wave Festival. Acara ini diadakan pada tanggal 10
September sampai dengan 12 September 2011 di Gyeongsangbuk, Gyeongju, dan
Hwang Sung Park. Dalam festival Korean Wave ini akan terdiri dari peragaan
busana Korea, Pertunjukan makanan dan juga drama Korea, dan juga konser K-
Pop. Acara pertama dalam festival ini yaitu, Hallyu Star Special Date terdapat
berbagai macam selebriti Korea akan hadir seperti Yoon Sang-Hyun, Kim Bum
dan juga Um Tae-ung. Ketiga selebriti ini juga merupakan duta dari Hallyu
Dream Festival tersebut. 98 Para selebriti-selebriti tersebut akan memberikan
pertunjukan seperti konser kecil dan juga bertemu langsung dengan para
97
Come and Enjoy the City of Festivals, Busan, diakses dari
http://english.busan.go.kr/community/news/news_01.jsp?command=view&board_code=8&sn=13
17&d_code=EA02004&page=0&nowBlock=0, pada tanggal 22 November 2011, pada pukul
22:34
98
HALLYU DREAM FESTIVAL concludes in great success!,diakses dari
http://english.visitkoreayear.com/english/community/community_01_01_01_view.asp?bidx=137&
st=&sech=&page=4, pada tanggal 20 November 2011, pada pukul 19:56
Universitas Indonesia
penggemar. Pada acara kedua yaitu peragaan busana, semua model kelas atas dan
juga bintang Hallyu akan berpartisipasi dalam peragaan busanan “Lee Young
Hee”. Tentu saja peragaan busana tersebut yang berhubungan langsung dengan
Hallyu dimana acara tersebut dilengkapi dengan pertunjukan dari para Hallyu Star.
Acara terakhir dalam festival tersebut, yaitu Hallyu Dream Concert diisi oleh para
penyanyi terkenal Korea, sepertu Super Junior, 2PM, After School, Beast, 2AM,
2NE1, Seve, 4Minute, Miss A, Kara, Son Dam-bi, FT Island, Shinee, dan lain-lain.
Gambar di bawah ini merupakan gambar yang memperlihatkan Hallyu Dream
Concert yang berhasil menjadi sebuah acara utama pada tahun tersebut yang
menarik para wisatawan dari luar negeri.
Sumber:
http://english.visitkoreayear.com/english/community/community_01_01_01_view.asp?bidx=137&
st=&sech=&page=4#bodywrap
Universitas Indonesia
99
Hallyu Dream Festival 2010, diakses darihttp://visitkorea.com.my/article/hallyu-dream-festival-
2010, pada tanggal 20 November 2011, pada pukul 20:39
Universitas Indonesia
Dari penjelasan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat penurunan penggunaan
Korean Wave dalam program-program tersebut yang terjadi pada tahun 2007 dan
menjadi lebih signifikan di tahun 2008. Seperti yang telah dijelaskan di atas
bahwa dalam kedua tahun ini, terutama pada tahun 2008, budaya tradisional
Korea menjadi objek pariwisata yang sangat didorong kemajuannya. Penulis
menilai bahwa hal ini menjadi salah satu upaya pemerintah Korea dalam
mengembangkan budaya tradisional Korea yang telah dikenal melalui drama-
drama Korea. Pemerintah Korea dalam hal ini mencoba untuk mendorong
kepopuleran dari budaya tradisional Korea yang nantinya akan membuat
masyarakat asing lebih mengenal Korea melalui budaya tradisional Korea tersebut.
Kepopuleran Korean Wave ini dianggap sebagai sebuah peluang bagi Korea untuk
memajukan budaya tradisionalnya dengan meresmikan tahun 2007 dan terutama
tahun 2008 tersebut sebagai program pariwisata yang akan hanya difokuskan
terhadap budaya tradisional Korea. Akan tetapi, Pengadaaan beragam acara yang
melibatkan aspek-aspek Korean Wave ini menunjukkan keseriusan pemerintah
Korea dalam hal ini terutama MCST dan KTO dalam menjalankan aktivitas
diplomasi publiknya melalui Korean Wave.
Universitas Indonesia
kerjasama antar bangsa. Organisasi ini bekerja dalam dua fokus utama, yaitu
melakukan survei dan penelitian mengenai industri budaya, dan juga program
pertukaran budaya. Hal ini dilakukan dengan berbagai macam bentuk seperti
melakukan penelitian di beberapa negara mengenai tingkat kepopuleran budaya
Korea, melakukan publikasi mengenai Hallyu, melalui pengadaan forum-forum
dan seminar, dan juga melalui festival-festival musik yang akan dijelaskan secara
singkat dalam penjelesan selanjutnya.101
101
Vision, diakses dari http://english.kofice.or.kr/g100_introduction/g100_introduction_02_1.asp,
pada tanggal 22 November 2011, pada pukul 23:17
102
2005 Global Culture Industry Forum, diakses dari
http://english.kofice.or.kr/f60_academic/f60_academic_02_list.asp?strYear=2005, pada tanggal 23
November 2011, pada pukul 01:34
103
Sang Joon Ly, Chairman of Golden Bridge Finance Group, Establishes HanViet Fondation to
Enhance Partnership between Korea and Vietnam, diakses dari
http://www.hanvietfoundation.org/en/all/view.asp?dh_id=73&page=3&kind=news&search=&sele
ct=&keyword=&searchCategory=, pada tanggal 23 November 2011, pada pukul 15:15
Universitas Indonesia
Dijelaskan secara lebih lanjut bahwa fenomena Korean Wave yang sekarang ini
terjadi memberikan efek terhadap hubungan politik politik Korea Selatan, seperti
yang terjadi antara Korean dengan Jepang. Dimana, hubungan kedua negara ini
menjadi berjalan ke arah yang lebih positif. Acara Hallyu Forum pada tahun 2007
ini juga dihadiri oleh Park Jin Young yang juga merupakan produser musik,
penyanyi, dan juga pendiri dari salah satu agensi musik Korea, JYP Hiburanmen
dan juga selebriti Korea.105 Pada forum ini juga dihadiri oleh akademisi-akademisi
dari Universitas Harvard dan juga dari beberapa akademisi dari universitas lain di
Amerika Serikat, yang ahli dalam bidangnya masig-masing seperti literatr Cina,
Jepang, dan sebagainya. Acara ini terus diadakan pada tahun 2008 dengan tema
“Korean Wave, Looking for Blue Ocean” yang bertujuan untuk melihat situasi
Korean Wave saat itu dan juga prospek perkembangannya ke depan.106 Pada tahun
2009, KOFICE memperluas aktivitasnya dengan mengadakan mengadakan 3
forum yang membahas mengenai perkembangan dan pengembangan budaya
Korea. Forum yang pertama adalah 2009 Hallyu Seminar, forum kedua adalah
The Workshop for Foreign Cultural Attahes and Officials Residing in, dan forum
ketiga adalah 2009 Global Culture Industry Forum. Begitu juga dengan tahun
2010, KOFICE kembali mengadakan seminar dan juga forum-forum seperti
104 104
Cathy Rose A. Garcia, Hallyu Forum to Be Held at Harvard, diakses dari
http://www.hancinema.net/hallyu-forum-to-be-held-at-harvard-8518.html, pada tanggal 23
November 2011, pada pukul 15:56
105
Hallyu To Be Sibject of Harvard Forum, and more, diakses dari
http://www.hancinema.net/talk-of-the-townhallyu-to-be-subject-of-harvard-forum-and-more-
8627.html, pada tanggal 23 November 2011, pada pukul 15:54
106
The Windos to the future of the Korean Wave 2008 Korean Wave Forum, diakses dari
http://www.kofice.or.kr/n_webzine/200810/eng/02_activities.asp, pada tanggal 23 November
2011, pada pukul 17:05
Universitas Indonesia
tahun-tahun sebelumnya. Sama dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2010 ini
KOFICE juga mengadakan 3 kali seminar atau forum, yaitu 2010 Hallyu Forum,
2010 Hallyu Seminar, dan 2010 Hallyu Seminar. Ketiga seminar tersebut tidak
berbeda dengan forum dan seminar-seminar sebelumnya, yaitu membahas
mengenai kondisi Korean Wave dan juga prospek serta rencana pengembangan
Korean Wave demi memperluas jangkauan efek kebudayaan popular tersebut ke
negara-negara dan kawasan lainnya.
Universitas Indonesia
kawasan Amerika, Malta, dan juga Guyana. Selain itu drama Korea Coffee Prince
produksi tahun 2007 juga telah disiarkan di Zimbabwe dan Tanzania dan masih
banyak drama lainnya. Drama Korea yang menjadi pendorong awal Korean Wave,
yaitu Jewel in the Palace atau dalam bahasa Koreanya Dae Jang Gum juga telah
disiarkan di negara-negara seperti Zimbabwe, Zambia, Malawi, Tanzania,
Ethiopia, Uzbekistan, dan juga Afghanistan. Selain drama-drama tersebut,
KOFICE juga melibatkan serial-serial kartun sepert GO!GO! Giggles, Math Fun
With Ria, Tell me Tell me Ping & Pong, dan juga film dokumentasi The Sun
(태양의 신비). 110 Selain pihak Korea yang telah mengirimkan konten-konten
visual, beberapa negara lain juga melakukan hal sama seperti Taiwan yang
mengirimkan 7 konten visualnya yang terdiri dari drama dan film , Jepang yang
telah mengirimkan sebanyak 19 konten, termasuk diantaranya drama dan juga
dokumentasi. Dan beberapa negara lain seperti Indonesia, Jordan, Cina,
Hongkong, Thailand, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.111
110
World Visual Content Exchange: Korean Contents Distributed in Foreign Parts, diakses dari
http://english.kofice.or.kr/e50_exchange/e50_exchange_03_1.asp, pada tanggal 24 November
2011, pada pukul 16:58
111
World Visual Content Exchange: Foreign Contents distributed in Korea, diakses dari
http://english.kofice.or.kr/e50_exchange/e50_exchange_02_2_1.asp, pada tanggal 24 November
2011, pada pukul 16:59
112
Chinese-speaking reporters completed their visit and reporting of Korean culture industry,
diakses dari http://www.kofice.or.kr/n_webzine/200610/activities_e.asp, pada tanggal 24
November 2011, pada pukul 22:22
Universitas Indonesia
dalam program ini tidak hanya mengundang reporter-reporter yang berasal dari
media-media besar saja, tetapi juga mengundang mahasiswa-mahasiwa universitas
yang memang aktif dalam bidang jurnalistik. Seperti yang dilakukan pada
Agustus 2010, dimana beberapa jurnalis yang berasal dari universitas-universitas
di Cina datang ke Korea atas undangan KOFICE. Para Jurnalis yang juga
merupakan mahasiswa yang berasal dari universitas-universitas yang berbeda di
Cina dan datang ke Korea melalui proses seleksi. Selama di Korea, mereka
merasakan langsung budaya-budaya Korea dan menghadiri berbagai macam
festival seperti Korean Wave Festival.113
Selain melibatkan para ahli dalam bidang budaya dan budaya populer
Korea yang melibatkan para pengusaha, perwakilan-perwakilan negara, dan juga
media, KOFICE juga melibatkan aktor-aktor non-negara lain yaitu masyarakat
sebagai aktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap opini budaya Korea. Hal
ini juga dilakukan KOFICE melalui pengadaan festival-festival yang diadakan
tidak hanya di Korea, tetapi juga di negara-negara lain bekerjasama dengan negara
tersebut. Salah satu festival besar yang diadakan oleh KOFICE di Korea adalah
melalui Asian Song Festival. Acara ini merupakan acara festival musik dan telah
mulai diadakan sejak tahun 2004 dan terus dilaksanakan setiap tahunnya. Acara
ini bertujuan untuk meningkatkan acara festival negara-negara di Asia dan juga
sebagai sebuah alat komunikasi oleh masyarakat Asia. 114 Dalam festival ini,
KOFICE tidak hanya melibatkan penyanyi-penyanyi dari Korea saja, tetapi juga
melibatkan penyanyi-penyanyi dari negara-negara Asia lainnya. Indonesia pernah
ikut berpartisipasi dalam festival tersebut pada tahun 2009 dan 2010, dimana
Indonesia diwakili oleh Agnes Monica Pada tahun 2010 ini, Jackie Chan dipilih
sebagai ketua kehormatan bersama dengan Lee Min Ho yang merupakan selebriti
Korea yang populer melalui drama yang dibintanginya Boys Before Flower.
113
University Newspaper Journalists from China, diakses dari
http://english.kofice.or.kr/e50_exchange/e50_exchange_03_view.asp?seq=133, pada tanggal 24
November 2011, pada pukul 22:33
114
Top Stars of 9 Asian Countries Perform in Bit-Go-Eul, Gwang Ju, diakses dari
http://www.kofice.or.kr/n_webzine/200610/activities_e.asp, pada tanggal 25 November 2011,
pada pukul 2:05
Universitas Indonesia
Penjelasan secara ringkas mengenai Asian Song Festival dari mulai tahun 2005
sampai tahun 2010 tersebut dapat dilihat melalui tabel di bawah ini
Perkiraan
Tanggal dan Lokasi Negara-negara yang Berpartisipasi
Pengunjung
Korea, Jepang, Cina, Taiwan,
22 November 2005 di
Hongkong, Thailand, Vietnam 6000 orang
Sajik Stadium, Busan
Korea, Jepang, Cina, Taiwan,
22 September 2006 di
Hongkong, Thailand, Vietnam,
World Cup Stadium, 25.000 orang
Singapura, Filipina, Mongolia
Gwangju
22 September 2007 di Korea, Jepang, Taiwan, Hongkong,
Seoul World Cup Vietnam, Thailand, Filipina, Indonesia 50.000 orang
Stadium, Seoul
Korea, Jepang, Taiwan, Cina,
3-5 Oktober 2008, di
Mongolian, Singapura, Thailand,
Seoul World Cup 50.000 orang
Malaysia, Filipina, Indonesia
Stadium
Korea, Cina, Taiwan, Hongkong,
19 September 2009, di
Jepang, Thailand, Indonesia, Vietnam,
Seoul Worldcup 40.000 orang
Ukraina,
Stadium
22 Oktober 2010, di Korea, Jepang, Taiwan, Cina, Malaysia,
Seoul Olympic Thailand 50.000 orang
Stadium, Jamsil
Sumber: http://www.kofice.or.kr
Universitas Indonesia
Budaya populer Korea atau yang disebut dengan Korean Wave digunakan
pemerintah Korea dalam hal ini KTO untuk menarik para wisatawan datang ke
Korea. Korean Wave ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang
hendak datang Ke Korea. Keberadaan Korean Wave dalam diplomasi publik
dalam bidang pariwisata ini dapat dilihat dari digunakannya aspek-aspek dari
Korean Wave ini seperti, lokasi pengambilan drama, musik K-Pop, dan juga
penglibatan selebriti-selebriti Korea dalam program-program pariwisata Korea.
Dimulai dari tahun 2005 Korea mengeluarkan program Visit Gyeonggi-Korea
2005, Korea menggunakan lokasi pengambilan gambar drama Korea Dae Jang
Gum sebagai salah satu tempat pariwisata yang dipromosikan melalui program ini.
Selebriti juga digunakan sebagai cara dalam mempromosikan program pariwisata
tersebut. Hal ini dikarenakan kepopuleran dari drama-drama Korea, pada akhirnya
akan diikuti oleh kepopuleran dari artis-artis dan selebriti-selebrti yang berperan
dalam drama, dan juga film-film tersebut. Sebagai contoh, seperti pada program
2005 ini juga pemerintah Korea menjadikan Jung Jun-Ho sebagai salah satu duta
kehormatan program Visit Gyeonggi-Korea 2005 karena kepopulerannya dalam
serial drama Korea Honor of the Family. Selanjutnya, pemerintah semakin giat
Universitas Indonesia
Pada tahun 2006 ini, penggunaan Korean Wave sebagai alat dalam
diplomasi publik Korea untuk menarik wisatawan asing berhasil meningkatkan
jumlah wisatawan asing yang datang ke Pulau Jeju pada tahun 2006 tersebut.
Dimana pada tahun 2006 ini wisatawan asing yang datang ke Korea mengalami
peningkatan sebesar 20,23% dari tahun sebelumnya. Jumlah wisatawan yang
datang ke pulau tersebut sampai pada tanggal 11 September 2006 telah berjumlah
lebih dari 300.000 wisatawan, dimana pada tahun 2005 jumlah wisatawan yang
datang ke Pulau Jeju berjumlah 250.810 wisawatawan. Peningkatan wisatawan
yang datang ke Pulau Jeju ini didominasi oleh para wisatawan dari Jepang yang
memberikan kontribusi sebesar 39%, diikuti dengan Cina, Taiwan, dan
Amerika.115 Fenomena Korean Wave ini dianggap menjadi hal yang memberikan
kontribusi terhadap adanya peningkatan jumlah wisatawan tersebut. Jumlah
wisatawan yang datang ke Korea secara keseluruhan un mengalami peningkatan
4,5% dari tahun sebelumnya dan berhasil mencapai lebih dari 5 juta wisatawan.
116
Peningkatan tingkat wisawatan ini juga terdapat dalam tingkat kedatangan
secara umum, yaitu keseluruhan Korea. Sejak tahun 2005 sampai tahun 2010 ,
tingkat wisatawan Korea selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Peningkatan ini tidak hanya berlaku bagi Pulau Jeju, tetapi juga Korea secara
umum, dikarenakan Pulau Jeju bukanlah satu-satunya lokasi yang
mengembangkan Korean Wave alat diplomasi dalam pariwisatanya. Secara umum,
sejak tahun 2005 sampai tahun 2010 jumlah wisatawan yang datang ke Korea
selalui bertambah. Hal ini bisa dilihat dari kenaikan grafik di bawah, dimana pada
tahun 2005 jumlah pengunjung di Korea mencapai total sebesar 6.022.752 orang
115
Kukinews, Foreign tourists to Jeju exceeds 300,000, diakses dari
http://www.investkorea.org/InvestKoreaWar/work/reg/eng/ne/index.jsp?l_unit=90202&m_unit=90
308&code=11405&no=608300004&page=30&bno=609140612&seq=58, pada tanggal 10
November 2011, pada pukul 20:04
116
Kukinewa, Jeju Tourists to Pass 5 Million on Dec.7, diakses dari
http://www.investkorea.org/InvestKoreaWar/work/reg/eng/ne/index.jsp?l_unit=90202&m_unit=90
308&code=11405&no=608300004&page=28&bno=612051460&seq=80, pada tanggal 25
November 2011, pada pukul 17:43
Universitas Indonesia
9.000.000
8.000.000
7.000.000
6.000.000
5.000.000
4.000.000 3‐D Column 2
3.000.000
2.000.000
1.000.000
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Universitas Indonesia
Oleh karena itu, penglibatan Korean Wave dalam diplomasi Korea memberikan
efek yang positif dalam meningkatan citra Korea melalui tingkat kedatangan
wisatawan yang semakin meningkat. Penggunaan lokasi-lokasi drama Korea,
menggunakan artis-artis Korea sebagai duta kehormatan yang mempromosikan
program pariwisata, dan melalui konser-konser serta festival-festival Korean
Wave menjadi cara tersendiri yang memberikan pengaruh terhadap aspek-aspek
pariwisata lainnya dan memberikan dampak positif terhadap Korea.
Universitas Indonesia
Sumber: http://webzine.kofice.or.kr/201105/eng/sub_04_01.asp
Grafik di atas menunjukkan drama dan juga musik Korea sebagai salah satu hal
yang sangat mempengaruhi intensitas masyarakat Thailand untuk melakukan
kunjungan ke Korea. Selain itu, drama dan juga musik Korea juga mempengaruhi
citra Korea dalam masyarakat Thailand dilihat dari ketertarikan untuk mengetahui
Korea secara lebih dalam. Oleh karena itu, aktivitas-aktivitas KOFICE melalui
festival musik, pendistribusian film dan drama-drama Korea menjadi aktivitas
yang mendorong peningkatan citra dan intensi masyarakat asing terhadap budaya
Korea dan Korea itu sendiri. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam penjelasan
mengenai fenomena Korean Wave bahwa ketertarikan terhadap budaya populer
Korea pada akhirnya akan memberikan efek terhadap pandangan terhadap negara
Universitas Indonesia
Korea itu sendiri. Pengadaan berbagai macam acara di Thailand telah menjadi
sebuah aktivitas tahunan yang dilakukan KOFICE.
Selain Thailand, Vietnam juga merupakan salah satu negara yang menjadi
tujuan KOFICE dalam melakukan aktivitas-aktivitas penyebaran budaya populer
Korea. Seperti yang dijelaskan dalam tabel aktivitas KOFICE sebelumnya,
KOFICE telah melakukan berbagai macam aktivitas, dimulai dari festival film,
musik, dan juga dalam gaya busana. Selain itu, perwakilan Vietnam juga pernah
mengikuti salah satu forum yang berhubungan dengan Korean Wave yang
diadakan oleh KOFICE. Beberapa aktivitas ini juga memberikan efek tidak
langung terhadap citra penilaian masyarakat Vietnam kepada Korea. Seperti yang
dapat dilihat dari hasil penelitian yang juga dilakukan oleh KOFICE. Dimana
melalui gambar grafik tersebut dalam dilihat bahwa musik K-Pop, film, dan juga
drama Korea memberikan pengaruh terhadap keinginan masyarakat Vietnam
untuk mengunjungi Korea dan juga merubah citra Korea di mata masyarakat
Vietnam.
Sumber: http://webzine.kofice.or.kr/201106/eng/sub_04_01.asp,
Universitas Indonesia
tinggi dibandingkan Korea. Akan tetapi, budaya populer Korea ini berhasil
mengubah pandangan tersebut dan membuat masyarakat Jepang menganggap
Korea sebagai negara yang tidak jauh berbeda dengan Jepang. KOFICE dalam hal
ini sangat berperan melalui aktivitasnnya dalam meningkatkan hubungan kedua
negara ini. Seperti yang telah dijelaskan dalam tabel aktivitas KOFICE, setiap
tahunnya KOFICE selalui mengadakan berbagai macam acara bersama dengan
Jepang sebagai sebuah ajang pertukaran budaya kedua negara dan melibatkan
hubungan kedua negara tersebut melalui konten-konten budaya populer Korea.
Hal ini seperti yang terjadi di Thailand dan juga Vietnam, juga memberikan
pengaruh positif terhadap penilaian masyarakat Jepang mengenai Korea.
Pengadaan acara-acara yang dilkukan oleh KOFICE semakin meningkatkan
pengetahuan masyarakat Jepang terhadap budaya populer Korea dan
meningkatkan keinginan masyarakat Jepang untuk mengunjugi Korea.
Kepopuleran Korean Wave di Jepang ini tidak hanya drama Korea saja, tetapi
juga musik, film, dan berbagai produk yang berhubungan Korea seperti kosmetik.
Grafik di bawah ini menggambarkan bagaimana perubahan tentang Korea dimata
masyarakat Jepang dan juga keinginan masyarakat Jepang untuk mengunjungi
Korea dipengaruhi oleh musik K-Pop, film, dan juga drama Korea.
Sumber: http://webzine.kofice.or.kr/201107/eng/sub_04_01.asp
Universitas Indonesia
Selain itu, setiap forum yang diadakan oleh KOFICE selalu melibatkan Jepang
sebagai salah satu lawan diskusi dalam mengembangakn Korean Wave ini dan
juga bersama-sama mendorong kemajuan budaya populer negara-negara lainnya.
KOFICE dalam hal ini menjadikan Korean Wave sebagai topik utama sebagai
sebuah negara yang memiliki kepopuleran akan budaya populernya untuk juga
membantu mendorong konten-konten budaya populer negara-negara Asia lainnya.
Universitas Indonesia
118
Korean National Tourism Organization, Tourism Marketing With Korean Wave, diakses dari
http://visitkorea.or.kr/enu/asis/images/Korean_Wave_Eng.wmv, pada tanggal 2 Desember 2011,
pada pukul 15:50
Universitas Indonesia
119
Arthur Asa Berger, Tourism and Popular Culture, diakses dari
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=arthur%20asa%20berger%2C%20tourism%20and%20
popular%20culture&source=web&cd=1&ved=0CCEQFjAA&url=http%3A%2F%2Fculturestudie
s.pbworks.com%2Ff%2Ftourism%2Band%2Bpopularculture.doc&ei=9n3sTsbLDIrIrQeq5MWN
CQ&usg=AFQjCNGCvqOUkmeFHrKEKs2pM8HdeyYGDA , pada tanggal 17 Desember 2011,
pada pukul 22:17
Universitas Indonesia
BAB III
Universitas Indonesia
120
Ministry of Culture and Tourism, Korean Tourism 2005 Annual Report, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/bs/tour_investment_support/pds/content/cms_view_348962.jsp?i
tem=title&keyword=&gotoPage=9, pada tanggal 26 Oktober 2011, pada pukul 17:36, hlm. 13
Universitas Indonesia
Hal ini salah satunya dilihat melalui peningkatan wisatawan yang datang
ke Korea dari periode 2005-2010. Melalui penggunaan aspek-aspek dari Korean
Wave dalam aktivitas diplomasi publik tersebut, seperti penggunaan lokasi drama,
menjadikan selebriti sebagai duta promotor program pariwisata, serta mengadakan
berbagai macam acara yang berhubungan dengan Korean Wave menjadi hal yang
menarik untuk para wisatawan asing. Peningkatan jumlah wisatawan yang datang
ke Korea tersebut menunjukkan citra positif Korea yang semakin meningkat
dengan semakin banyaknya wisatawan yang menjadikan Korea sebagai salah satu
tujuan untuk berlibur. Hal ini juga diperlihatkan dalam satu acara yang diadakan
di Korea pada tahun 2006 dalam aktivitas diplomsi publik melalui pariwisata,
Universitas Indonesia
yaitu Hallyu Expo 2006 yang berhasil menarik pengunjung dari negara asing,
terutama Jepang dan Cina pada tahun tersebut dan membuat Pulau Jeju berhasil
meningkatkan jumlah wisatawan asing sebanyak 20,23% dari tahun sebelumnya.
Adanya peningkatan citra positif Korea salah satunya dapat dilihat dari
perubahan status pariwisata Korea. Hal ini berhubungan dengan Jepang, dimana
sampai pada tahun 1990-an orientasi pariwisata Jepang adalah negara-negara
seperti Amerika Serikat dan juga Eropa. Korea dikenal dengan “Kiseng” dalam
pariwisatanya. Pariwisata “Kiseng” ini menggambarkan Korea sebagai sex
tourism dimana perempuan Korea menggunakan baju tradisional Korea dan
menghibur para pengunjungnya. 121 Bentuk pariwisata ini sangatlah erat dengan
rasialisasi dan seksualisasi dari perempuan Korea. Pembangunan Korea, baik dari
segi ekonomi dan budaya pada akhirnya merubah citra pariwisata Korea.
Terutama dengan terkenalnya Korean Wave dikalangan masyarakat Jepang
membuat wisawatan dari Jepang tidak lagi hanya didominasi oleh laki-laki, tetapi
lebih banyak didominasi oleh perempuan. Pengaruh budaya populer Korea atau
Korean Wave di Jepang ini terutama didominasi oleh drama-drama Korea dan
121
Eiko Hasegawa, Re-orienting Tourism: Japanese Tourism in Korea and Asian Cultural
Integration, diakses dari
http://www.ikorea.ac.kr/congress/upload/%EC%82%AC%ED%9A%8C2-2EikoHasegawa.pdf,
pada tanggal 11 Oktober 2011, pada pukul 16:30
Universitas Indonesia
juga artis Korea. Kedua hal ini memberikan pengaruh dalam meningkatkan
intensi masyarakat Jepang untuk mengunjungi Korea dalam rangka berlibur.122
Selain itu, aktivitas diplomasi publik Korea melalui budaya populer ini
juga berhasil mengubah porsi wisatawan yang tidak lagi hanya didominasi oleh
laki-laki saja. Hal ini terutama dengan menjadikan berbagai macam aspek Korean
Wave dalam program pariwisata Korea sebagai bagian dalam diplomasi publik
Korea untuk menarik banyak wisatawan. Dengan digunakannya lokasi
pengambilan gambar Korea, serta mengadakan berbagai macam acara Korean
Wave seperti bertemu dengan artis Korea dan berbagai macam acara Korean Wave
sebagai bagian dalam aktivitas diplomasi publik Korea berhasil mengubah
proporsi wisatawan yang sebelumnya hanya didominasi oleh laki-laki. Hal ini
juga diperkuat melalui salah satu hasil penelitian yang dilakukan mengenai
dampak budaya populer yang dijelaskan bahwa, dengan pengadaan acara yang
berhubungan dengan Korea Wave, terutama selebriti-selebriti Korea membangun
sebuah kebutuhan tersendiri dalam pariwisata dan merubah persepsi mengenai
Korea. Berdasarkan penelitian tersebut dikatakan bahwa keberadaan selebriti-
selebriti Korea menjadi sebuah instrumen tersendiri yang dapat membuat para
wisatawan menjadi lebih dekat terhadap kebudayaan Korea dan dapat mengenal
kebudayaa Korea lebih dalam.123 Hal ini karena, melalui drama-drama Korea dan
musik-musik Korea, para penggemar Korea menjadi menyukai selebriti-selebriti
Korea yang terdapat dalam drama dan juga musik tersebut. Para penggemar
tersebut pada akhirnya menjadi mengikuti kehidupan para selebriti Korea, seperti
makanan para selebriti tersebut, gaya hidup, dan juga kebudayaannya. Beberapa
faktor-faktor tersebut yang secara tidak langsung membuat masyarakat asing
122
Berdasarkan penelitian Kyung Hee University terhadap 85 masyarakat jepang yang tinggal di
Jepang dan Ddi Korea.
123
Sojung Lee daN Billy Bai, A Qualitative Analysis of the Impact of Popular Culture on
Destination Image: A Case Study of Korean Wave from Japanese Fans, diakses dari
http://scholarworks.umass.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1477&context=refereed&sei-
redir=1&referer=http%3A%2F%2Fwww.google.co.id%2Furl%3Fsa%3Dt%26rct%3Dj%26q%3D
role%2520of%2520korean%2520wave%2520in%2520image%2520country%26source%3Dweb%
26cd%3D9%26ved%3D0CGcQFjAI%26url%3Dhttp%253A%252F%252Fscholarworks.umass.ed
u%252Fcgi%252Fviewcontent.cgi%253Farticle%253D1477%2526context%253Drefereed%26ei
%3DBxvfTs_ZHMforQeXxsDJCA%26usg%3DAFQjCNE5b0YYIOTTexitvqjP6YW3bPU6eg%2
6cad%3Drja#search=%22role%20korean%20wave%20image%20country%22, pada tanggal 7
Desember 2011, pada pukul 17:09
Universitas Indonesia
124
Press Reporters from 7 Nations in Asia Visit South Korea to Report on the South Korean
Cultural Industry, diakses dari
http://www.kofice.or.kr/n_webzine/200710/eng/kofice_activities.html, pada tanggal 3 Desember
2011, pukul 19:56
Universitas Indonesia
negara tersebut. Selain itu, melalui pemberitaan media-media ini Korean Wave
menjadi sangat berperan sebagai sebuah alat diplomasi. Korean Wave menjadi
alasan pemerintah dalam mengadakan berbagai macam program yang
dilaksanakan di negara Korea, di laksanakan di negara-negara lain, ataupun
dilaksanakan di Korea dengan melibatkan negara-negara lain. Melalui berbagai
macam program tersebut, citra Korea menjadi semakin positif di mata negara-
negara lain melalui pemberitaan para media tersebut mengenai budaya Korea,
khususnya budaya populer Korea. Berbagai aktivitas diplomasi yang dilakukan
oleh Korea melalui Korean Wave ini juga berhasil meningkatkan citra positif
terhadap Korea yang sempat mengalami penurunan dikeranakan Perang Iraq,
SARS, dan juga kontroversi nuklir dengan negara Korea Utara pada tahun
2003.125 Ketiga isu tersebut merupakan permasalahan-permasalahan yang berhasil
menurunkan citra positif Korea Selatan dan juga mengurangi secara drastis jumlah
kedatangan masyarakat asing di Korea. Akan tetapi, keberadaan Korean Wave
sebagai alat dalam diplomasi publik Korea yang dikemas melalui diplomasi
budaya berhasil meningkatkan citra positif Korea yang salah satunya dapat dilihat
melalui peningkatan masyarakat asing yang berdatangan ke Korea dan juga
melalui pengaruh Korean Wave yang mampu memberikan opini positif terhadap
Korea.
Seperti yang dijelaskan dalam bab II, Korean Wave pada dasarnya
merupakan sebuah budaya pop ataupun budaya populer Korea yang yang pada
awalnya hanyalah berhubungan dengan musik, drama Korea, dan juga film-film
Korea. Akan tetapi melalui kepopuleran drama-drama, musik, dan juga film
tersebut ketenaran budaya populer Korea ini menyebar dan tidak hanya mengenai
ketiga hal tersebut. Kepopuleran yang sebelumnya hanya didominasi oleh drama,
musik, dan juga film tersebut meluas menjadi kepopuleran akan selebriti-
125
Korean National Tourism Organization, Tourism Marketing With Korean Wave, diakses dari
http://visitkorea.or.kr/enu/asis/images/Korean_Wave_Eng.wmv, pada tanggal 2 Desember 2011,
pada pukul 15:50
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pengambilan gambar dari drama Korea Dae Jang-geum menjadi salah satu lokasi
pariwisata yang sangat dipromosikan pada tahun tersebut. Selain itu, dalam acara
yang menyangkut Korean Wave, seperti Hallyu Expo ataupun Hallyu Wave
Festival pemerintah setempat selalu menjadikan acara-acara tersebut untuk
memperkalkan budaya lain Korea seperti makanan Korea dan juga budaya
tradisional Korea. Hal ini juga dilakukan melalui penggunaa selebriti dalam
mempromosikannya, seperti yang dilakukan Ryu Siwon yang merupakan duta
kehormatan yang mempromosikan kebudayaan tradisional Korea pada tahun 2007
dalam program “Visit Gyeongbuk-Korea 2007”.
Oleh karena itu, penggunaan Korean Wave sebagai alat diplomasi publik
Korea ini pada akhirnya juga memajukan aspek-aspek lain ataupun bidang lain
dari Korea,seperti olahraga dan juga kebudayaan tradisional Korea. Selain itu
acara Korean Grand Sale yang juga diadakan Korea dalam setiap program
tahunannya mendorong peningkatkan penjualan terhadap produk-produk Korea,
seperti kosmetik dan pakaian-pakaian Korea yang dikenal melalui drama-drama
dan juga film-film Korea. Film-film dan drama-drama Korea yang juga
disebarkan melalui kegiatan yang dilakukan oleh KOFICE melalui penyebaran
konten drama dan juga festival film yang diadakan di negara-negara lain secara
tidak langsung akan mengenalkan produk-produk Korea. Hal ini diperkuat melalui
hasil penelitian yang dilakukan Korea International Trade Association (KITA)
pada tahun 2011, dimana dijelaskan bahwa Korean Wave memberikan efek positif
terhadap peningkatan konsumsi produk-produk Korea oleh masyarakat asing.
Penelitian tersebut dilakukan terhadap 1.173 masyarakat yang berasal dari Jepang,
Cina, Taiwan, Vietnam, dan masyarakat Korea. Berdasarkan penelitian tersebut,
lebih dari 80% koresponden menyatakan bahwa Korean Wave memberikan
pengaruh terhadap keinginan mereka untuk membeli produk-produk yang berasal
dari Korea. Di bawah ini merupakan grafik yang digunakan dalam hasil penelitian
tersebut. Melalui grafik tersebut dapat dilihat bahwa Korean Wave memberikan
pengaruh terhadap konsumsi produk-produk Korea.
Universitas Indonesia
Sumber: http://global.kita.net/_engapp/board_view.jsp?grp=S2&no=914&code=S2001
Secara lebih lanjut pun dijelaskan bahwa makanan, kosmetik, dan juga produk
pakaian merupakan produk-produk Korea yang peningkatannya sangat
dipengaruhi oleh Korean Wave seperti yang digambarkan dalam grafik di bawah
ini.
Sumber: http://global.kita.net/_engapp/board_view.jsp?grp=S2&no=914&code=S2001
Universitas Indonesia
Hal ini juga dipertegas melalui penelitian yang dilakukan oleh SAMSUNG.
Dimana, SAMSUNG Economic Research Institute menjelaskan bahwa ekspansi
dari Korean Wave terdiri dari empat tahap. Tahap pertama adalah ekspansi dari
budaya populer itu sendiri, termasuk diantaranya adalah program televisi Korea,
film, dan juga musik Korea. Tahap kedua, masyarakat mulai membeli produk-
produk yang berhubungan dengan budaya populer Korea, seperti album musik
dari serial drama Korea, aksesoris yang digunakan oleh artis dalam drama tersebut,
ataupun mulai mengikuti program-program wisata ke Korea yang berhubungan
dengan budaya populer Korea yang ada dalam drama tersebut. Tahap ketiga,
masyarakat mulai untuk membeli produk-produk Korea yang tidak hanya
merupakan bagian dari dalam drama tetapi secara langsung berhubungan dengan
budaya dan Korea itu sendiri, seperti produk elektronik dan juga kosmetik.
Dengan berjalannya ketiga tahap tersebut dalam masyarakat yang menyukai
Korea, maka masyarakat tersebut pada akhirnya akan membentuk sebuah
pandangan baru terhadap dan mengenai Korea. Selanjutnya, hal ini akan
memberikan kontribusi dalam peningkatan para wisawatawan yang datang ke
Korea. 127 Oleh karena itu, penggunaan Korean Wave dalam diplomasi publik
126
Shuling Huang, Nation-branding and Transnational Consumption: Japan-mania and the
Korean Wave in Taiwan, diakses dari
http://dct.nctu.edu.tw/files/faculty_files/fct_18/ShulilngHuang_2011_Nation-
brandingandTransnationalConsumption.pdf, pada tanggal 5 Desember 2011, pada pukul 11:25,
hlm. 8.
127
Milim Kim, The Role of the Government in Cultural Industry: Some Observation from Korea’s
Experience, diakses dari http://www.mediacom.keio.ac.jp/publication/pdf2011/10KIM.pdf, pada
tanggal 1 Agustus 2011, pada pukul 22:53, hlm. 167
Universitas Indonesia
Seperti yang telah dijelaskan dalam bab II, KOFICE menjadi sebuah
organisasi dengan tanggung jawab untuk meningkatkan pandangan masyarakat di
negara asing mengenai budaya Korea melalui aktivitas-aktivitas pertukaran
budaya. Pertukaran budaya dilakukan demi berjalannya tujuan dasar aktivitas
diplomasi publik Korea, yaitu memberntuk sebuah kerjasama. Melalui aktivitas
diplomasi publik dengan menggunakan Korean Wave, KOFICE berupaya
membentuk fondasi dalam pertukaran budaya dan kerjasama antar bangsa. Hal ini
dilakukan baik dalam edukasi, seperti seminar dan juga forum dan juga dalam
bidang seni, seperti pengadaan acara berbagai macam festival. Dalam bab II pun
telah dijelaskan ringkasan mengenai aktivitas diplomasi publik melalui Korean
Wave yang dilakukan oleh KOFICE. Berbagai macam aktivitas KOFICE dalam
dua fokus kegiatan tersebut merupakan aktivitas-aktivitas yang melibatkan
keberadaan negara-negara lain. Salah satunya adalah dalam pengadaan seminar
dan juga forum mengenai Korean Wave. Dimana, dalam acara tersebut, KOFICE
Universitas Indonesia
bekerjasama dengan negara-negara lain seperti, Jepang, Cina, dan negara Asia
lainnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Tidak hanya itu, pengadaan
seminar dan juga forum tersebut juga dilaksanakan di negara-negara lain dengan
melibatkan negara yang bersangkutan sebagai tuan rumah yang akan mengadakan
acara seminar dan juga forum tersebut.
Budaya populer Korea atau yang disebut dengan Korean Wave dipilih dan
digunakan dalam diplomasi publik Korea pada dasarnya dikarenakan akan
kepopulerannya yang berhasil meningkatkan Korea dalam bidang ekonomi pada
awalnya. Kepopuleran akan Korean Wave ini memberikan peluang terhadap
Korea untuk menunjukkan pada dunia sebagai negara yang mengalami kemajuan,
memiliki budaya yang unik dan menarik serta berbeda dengan negara lainnya.
Kepopuleran Korean Wave ini didorong oleh beberap hal, seperti peran
pemerintah dan juga kepopuleran budaya populer Korea tersebut atau Korean
Wave.
pemerintah ini telah dimulai sejak pemerintah Korea belum menjadikan Korean
Wave sebagai bagian dalam diplomasi publiknya. Hal ini dilihat dari tahun 1998,
dimana Presiden Korea saat itu yaitu Kim Dae Jung menyatakan bahwa salah satu
tujuan pemerintahnya adalah untuk meningkatkan ekspor budaya Korea. Korea
harus bisa menjadi negara yang tidak hanya dapat mengekspor hasil industri
manufakturnya, tetapi juga memberikan sesuatu yang berbeda terhadap
masyarakat internasional yang dilakukan melalui aspek budaya. Dalam ini, drama
seri Korea menjadi salah satu komoditas unggulannya dalam pemasaran Hallyu ke
negara-negara lain. 129
Universitas Indonesia
tersebut berhasil menarik para pihak swasta, seperti Samsung, Daewoo, dan juga
Hyundai dalam mengembangkan perfilman Korea. Salah satunya adalah film yang
berhasil menjadi film yang sangat populer dan menjadi salah satu film yang
berhasil menyebarkan budaya populer Korea, yaitu film Shiri merupakan film
Korea yang diproduksi oleh Samsung Entertainment Group yang dimiliki oleh
Samsung. Film ini berhasil menarik pengunjung sebesar 8 juta penonton pada
tahun 2001.132
Universitas Indonesia
program-program televisi yang termasuk diantaranya adalah drama dan juga film-
film Korea.
Sumber: http://www.scribd.com/doc/64040042/The-Korean-Wave-A-New-Pop-Culture-
Phenomenon
Sumber:
http://seriquarterly.com/03/qt_Section_read.html?mncd=0303&pub=20110414&Falocs=03&dep=
3&pubseq=215
Universitas Indonesia
Sumber: http://www.scribd.com/doc/64040042/The-Korean-Wave-A-New-Pop-Culture-
Phenomenon
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hal ini menjadi salah satu faktor yang mendorong keberhasilan diplomasi
publik Korea melalui Korean Wave tersebut. Seperti yang telah dijelaskan dalam
aktivitas diplomasi publik dalam bidang pariwisata dan juga pertukaran budaya,
penyediaan informasi menjadi salah satu aktivitas yang sangat digunakan oleh
Korea dalam memperkenalkan negaranya ke masyarakat luar. Dalam bidang
pariwisata, pemerintah Korea juga selalu mengadakan berbagai macam acara yang
dilaksanakan di Korea dan juga beberapa negara di luar Korea untuk
mempromosikan program-program pariwisata Korea. Pengadaan berbagai macam
acara tersebut juga melibatkan aspek-aspek dari Korean Wave seperti para
penyayi Korea dan juga para selebriti Korea. Melalui keberadaan para penyayi
dan selebriti Korea tersebut, pemerintah Korea secara tidak langsung
memperkenalkan dan memberikan informasi kepada masyarakat luar mengenai
budaya populer mereka ataupun yang disebut dengan Korean Wave.
Universitas Indonesia
III.3 Kesimpulan Peran dan Faktor Korean Wave Sebagai Diplomasi Publik
Korea
asing, meningkatkan citra positif Korea, dan juga mendorong kemajuan aspek-
aspek lain dari Korea pada dasarnya menunjukkan keberhasilan Korea dalam
mencapai tujuan utama diplomasi publik melalui diplomasi budaya Korea yang
Universitas Indonesia
telah dijelaskan dalam bab II, yaitu memperkuat daya saing nasional melalui
peningkatan citra Korea. Selain itu, peran diplomasi publik melalui Korean Wave
yang ke-empat yaitu mendorong upaya kerjasama antara Korea dengan negara-
negara lain menunjukkan keberhasilan Korea dalam mencapai tujuan diplomasi
publik yang dijelaskan dalam diplomasi budaya, yaitu mendorong kerjasama
dengan negara-negara lain
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB IV
KESIMPULAN
budaya populer negara tersebut. Budaya populer ini menjadi sebuah trend baru
yang mulai dikembangkan oleh negara-negara terutama negara-negara di Asia
dengan memadukan konsep barat dan timur dalam satu kesatuan. Dengan tetap
memegang pada konsep modern, budaya populer ini tidak sepenuhnya
melepaskan nilai negaranya masing-masing. Pada awalnya budaya populer ini
bukan merupakan bagian dalam aktivitas diplomasi suatu negara, Akan tetapi
kepopuleran yang cukup signifkan yang dapat dihasilkan oleh budaya populer ini
dalam menarik perhatian masyarakat asing pada akhirnya mendorong pemerintah
suatu negara untuk mengembangkan industri budaya populernya dan
menjadikannya bagian dalam aktivitas diplomasi dalam rangka berkomunikasi
dan memperkenalkan negaranya ke masyarakat luar.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penulis menilai bahwa keberhasilan ini pada dasarnya tidaklah lepas dari
beberapa faktor, yaitu kepopuleran dari Korean Wave itu sendiri, faktor informasi
mengenai Korean Wave, dan juga komitmen pemerintah. Komitmen pemerintah
dalam mengembangkan Korean Wave dalam aktivitas diplomasinya ini
mendukung keberhasilan aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave tersebut.
Pemerintah Korea dalam hal ini menyadari pentingnya soft power dalam aktivitas
diplomasinya. Oleh karena itu, pemerintah Korea sangat berkomitmen baik dalam
mengembangkan budaya populernya dan juga dalam pelaksanaan aktivitas
diplomasi Korea. Komitmen pemerintah ini juga diperlihatkan melalui kerjasama
dalam aktivitas diplomasi melalui Korean Wave tersebut yang tentu saja
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
I. BUKU
Banyu, Anak Agung dan Yanyan Mochamad Yani. 2006. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)
Anheir, Helmut, dkk. 2001. Global Civil Society 2001, (Oxford: Oxford
University Press)
Baylis, John dan Steve Smith. 2005. The Globalization of World Politics: An
Introduction to International Relations, (New York: Oxford University
Press)
Kyong-dong, Kim dan The Korean Herald. 2008. Social Change in Korea,
(Paju, Korea: Jimoondang)
Huat, Chua Beng dan Koichi Iwabuchi (Ed). 2010. East Asian Pop Culture:
Analysing the Korean Wave ( Hong kong: Hong Kong University Press)
Storey, John. 2010. Cultural Theory and Popular Culture Fifth Edition.
(Londong: Prentice Hall)
Universitas Indonesia
II. SKRIPSI
Nuran, Ainan. 2009. Analisa Peran Diplomasi Selebriti Oleh Bono Dalam Isu
Pengentasan Kemiskinan Global, Studi Kasus: Peran Bono Dalam
Kampanye Make Poverty History 2005-2007. (Jakarta: Universitas
Indonesia)
IV. JURNAL
Lee, Sue Jin. 2011. The Korean Wave: The Seoul of Asia.The Elon Journal of
Undergraduate Research in Communication, Vol.2, Spring 2011, Nomor 1
www.elon.edu/docs/e-web/academics/communications/.../09SueJin.pdf
Shim, Doobo. 2006. Hybridity and the rise of Korean popular culture in Asia.
Media Culture & Society January 2006, Vol. 28, Nomor 1
http://www2.fiu.edu/~surisc/Hybridity%20and%20the%20rise%20of%20
Korean%20popular%20culture%20in%20Asia.pdf
Joang. Cho Hae. 2005. Reading the, “Korean Wave” as a Sign of Global
Shift. Volume 45, Nomor. 4, Winter 2005.
www.ekoreajournal.net/free_pdf/4504/8CHJ.PDF
Cho, Chul Ho. Korean Wave in Malaysia and Changes of the Korea-
Malaysia Relations. Jurnal Pengajian Media Malaysia Jilid 12, Nomor 1.
Universitas Indonesia
umrefjournal.um.edu.my/.../JPMM%202010_1%20Cho,%20Chul%20Ho.
pdf
Creigton, Millie. 2009. Japanese Surfng the Korean Wave: Drama Tourism,
Nationalism, and Gender via Ethnic Eroticisms. Southeast Review of
Asian Studeis, Volume 31.
http://www.uky.edu/Centers/Asia/SECAAS/Seras/2009/03_Creighton_200
9.pdf
Kim, Milim. 2011. The Role of the Government in Cultural Industry: Some
Observation from Korea’s Experience. Kelo Communication Review,
Nomor. 33
http://www.mediacom.keio.ac.jp/publication/pdf2011/10KIM.pdf
V. PUBLIKASI ELEKTRONIK
So, Jiyeon. 2009. Pop culture as an instrument for global public diplomacy:
A case study of the influences of the Korean Wave on Asian publics.
Universitas Indonesia
http://www.allacademic.com/meta/p_mla_apa_researchcitation/2/9/5/4/5/p
295450_index.html
Universitas Indonesia
Coolsmurf. 2009. Stars Gather for Incheon Korean Wave Festival 2009. 31 Agustus.
http://www.allkpop.com/2009/08/stars_gather_for_incheon_korean_wave
_festival_2009,
Admin. 2007. Sang Joon Ly, Chairman of Golden Bridge Finance Group,
Establishes HanViet Fondation to Enhance Partnership between Korea
and Vietnam. 27 Agustus.
http://www.hanvietfoundation.org/en/all/view.asp?dh_id=73&page=3&kin
d=news&search=&select=&keyword=&searchCategory=,
Hying. 2009. Top Korean Stars performing for Incheon Korean Wave
Festival 2009. 20 Agustus. http://www.koreanclicks.com/korean-stars-
news/top-korean-stars-performing-for-incheon-korean-wave-festival-2009.
Heesung, Kim. 2009. Dignitaries celebrate the Visit Korea Year 2010-2012.
24 November. http://www.korea.net/detail.do?guid=26379#content
Oh, Jean. 2010. Drama writers from Asia foster ties at conference. 30 Maret.
http://www.koreaherald.com/national/Detail.jsp?newsMLId=20090605000
080
Overview of Project.
http://www.h-wood.co.kr/en/work/work01.php
Universitas Indonesia
Gun, Jindo. Jindoe Yeingdeung Moses Miracle Parting of the Sea Festival.
http://www.festivals.com/Jindo+Yeongdeung+Moses+Miracle+Parting+of
+the+Sea+Festival-South%20Korea-NA-Jindo-gun-
PfxZ8VsrIU4%3D.aspx
Universitas Indonesia
unit=90202&m_unit=90308&code=11405&no=608300004&page=28&bn
o=612051460&seq=80
Lee, Sojung dan Billy Bai. 2010. A Qualitative Analysis of the Impact of
Popular Culture on Destination Image: A Case Study of Korean Wave
from Japanese Fans. 30 Juli.
http://scholarworks.umass.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1477&context
=refereed&sei-
redir=1&referer=http%3A%2F%2Fwww.google.co.id%2Furl%3Fsa%3Dt
%26rct%3Dj%26q%3Drole%2520of%2520korean%2520wave%2520in%
2520image%2520country%26source%3Dweb%26cd%3D9%26ved%3D0
CGcQFjAI%26url%3Dhttp%253A%252F%252Fscholarworks.umass.edu
%252Fcgi%252Fviewcontent.cgi%253Farticle%253D1477%2526context
%253Drefereed%26ei%3DBxvfTs_ZHMforQeXxsDJCA%26usg%3DAF
QjCNE5b0YYIOTTexitvqjP6YW3bPU6eg%26cad%3Drja#search=%22ro
le%20korean%20wave%20image%20country%22
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
Korea-Japan Merupakan pertunjukan
30 CC Lemon
2007 Pop Festival pertukaran budaya antara Korea
November Hall, Jepang
2007 dengan Jepang melalui musik.
Korea-Taiwan Pertunjukan musik antara Taiwan
Cultural dengan Korea
2007 5 Januari Taiwan Exchange -
Music in
Harmony
2007 Asia Sebuah acara yang bertujuan
JW Marriot Model Festival untuk memberikan kesempatan
2007 18 Januari Hotel Awards untuk para model untuk
Millennium menunjukkan keahlian mereka.
Hall
2008 Korea- Acara fetival yang ditujukan untuk
11-12 Japan Pop semakin memperdalam hubungan
2008 Jepang
Desember Festival persahabatan kedua negara
melalui budaya popular.
Shanghai of K-Pop night dan juga K-Fashion
China, Korean merupaka sebuah acara festival
Pop Music yang bertujuan untuk memperluas
24-26 Sanghai,
2009 Showcase & pertukaran budaya dan pariwisata
November Cina
Fashion Show antara kedua negara dan juga
untuk meningkat komunikasi
antara kedua belah pihak.
Korea-Vietnam Konser musik antara kedua negara
Viet-Xo
22 Cultural untuk memperkuat hubungan
2009 Palace,
Oktober Exchange pertemanan antar kedua negara
Vietnam
Event tersebut.
Korea- Merupakan acara festival dalam
17
Thailand rangka merayakan “The 2nd
2009 Septembe Bangkok
Friendship Thailand Entertainment Expo
r
Concert 2009”
2009 Korea- Bertujuan meningkatkan
Mongol pertukaran antara masyarakat sipil.
2009 17 Juli Mongolia Culture
Festival Big
Concert
Pattaya Konser musik Pop, tari, hip-hop,
International dan sebagainya. Acara konser ini
Music Festival tidak hanya melibatkan Korea dan
20-22 2009 juga Thailand, tetapi juga
2009 Thailand
Maret melibatkan penyayi-penyanyi dari
negara lain seperti Jepang, Cina,
Australia, Malaysia, Hongkong,
Taiwan, dan juga Laos
2009 Asia Merupakan salah satu acara
2009 15 Januari Korea Model Festival konten Hallyu yang berrtujuan
Awards untuk membangun industri model
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
domestik, meningkatkan
kesempatan perluasan pasar, dan
menyatukan model-model di
seluruh Asia
Sapporo Snow Pertunjukan kolaborasi antar dua
5-7
2010 Jepang Festival & K- negara, yaitu Jepang dan Korea
Februari
POP Festival
Thai-Korea’s Pertunjukan musik antar kedua
Friends negara dan menjadi sebuah
24
2009 Thailand Concert perayaan dalam acara Korea
Oktober
Entertainment Expo yang
diadakan di Thailand.
2010 Asia Merupakan sebuah bentuk acara
Model Festival penghargaan terhadap para model
Olympic
2009 15 Januari Awards kelas atas yang menjadi
Hall, Korea
perwakilan dari setiap negara di
Asia
2010 Pattaya Merupakan festival musik yang
19-21
2010 Thailand International melibatkan negara-negara di Asia
Maret
Music Festival Tenggara
2010 Korea Festival antara Jepang dan Korea
Japan Festival dalam meningkatkan hubungan
2010 2 Oktober Jepang persahabatan kedua negara
melalui pertukaran budaya popular
kedua negara tersebut.
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012