Anda di halaman 1dari 138

 

UNIVERSITAS INDONESIA

BUDAYA POPULER SEBAGAI ALAT DIPLOMASI PUBLIK:


ANALISA PERAN KOREAN WAVE DALAM DIPLOMASI PUBLIK
KOREA PERIODE 2005-2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Sosial pada Program Studi Hubungan Internasional

ADINA DWIREZANTI
0706291155

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
DEPOK
JANUARI 2012
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


 

UNIVERSITAS INDONESIA

BUDAYA POPULER SEBAGAI ALAT DIPLOMASI PUBLIK:


ANALISA PERAN KOREAN WAVE DALAM DIPLOMASI PUBLIK
KOREA PERIODE 2005-2010

SKRIPSI

ADINA DWIREZANTI
0706291155

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
DEPOK
JANUARI 2012
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
KATA PENGANTAR

Budaya popular saat ini telah menjadi sebuah fenomena baru dalam
hubungan intermasional. Fenomena ini telah menjadi sebuah fenomena yang
lintas batas dan keberadaannya sangatlah berhasil menarik perhatian masyarakat
internasional. Hal ini menjadi menarik minat dan memberikan inspirasi kepada
penulis untuk melalukan penelitian mengenai budaya popular ini, terutama
keberadaan budaya popular Korea atau yang dikenal dengan Korean Wave.
Korean Wave ini telah menjadi alat dalam aktivitas diplomasi publik yang
dilakukan oleh Korea sebagai cara Korea untuk berkomunikasi dengan
masyarakat internasional. Hal ini menunjukkan sebuah trend baru dan revolusi
baru dalam diplomasi publik. Dan hal inilah yang akan menjadi pembahasan
penulis dalam penelitian ini.

Korean Wave yang merupakan sebuah fenomena budaya popular ini


menjadi sebuah fenomena yang telah memberikan efek positif terhadap Korea.
Hal ini pun terus berlanjut dengan menjadikan Korean Wave sebagai bagian
dalam diplomasi publiknya. Hal inilah yang akhirnya menjadi minat penulis,
karena menilai penggunaan sebuah budaya popular sebagai alat dalam sebuah
diplomasi masih merupakan hal yang baru dan tidak umum untuk digunakan oleh
suatu negara. Oleh karena itu, penulis pun pada akhirnya memutuskan untuk
mengangkat topik tersebut sebagai topik dalam penelitian ini. Penulis melalui
penelitian ini, mencoba untuk membahas peran Korean Wave dalam diplomasi
publik Korea yang dilakukan melalui aktivitas pariwisata dan juga pertukaran
budaya periode 2005-2010.

Penulis berharap bahwa penelitian dalam skripsi dapat menjadi hal yang
bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Hubungan Internasional. Akan tetapi,
penulis pun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, dan masih
terlalu jauh dari sebuah kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca untuk lebih memperkaya skripsi ini.

iii

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


Depok, 12 Januari 2011

Adina Dwirezanti

iv

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


UCAPAN TERIMAKASIH

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji Syukur diucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sampai dengan selesai. Penulis
berharap agar skripsi ini dapat menjadi bahan masukan dan penambah wawasan
bagi semua pihak, serta menjadi salah satu sudut pandang ilmiah mengenai isu
terkait, terutama untuk pihak-pihak yang akan melanjutkan penelitian serupa.
Penulis pun menyadari bahwa skripsi ini bukanlah sebuah skripsi yang sempurna.
Akan tetapi, penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, saran,
bimbingan, dan ilmu dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini saya
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:  

1. Bantarto Bandoro, MA. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah


bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran di tengah kesibukannya
untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Terima
kasih atas kesabarannya dalam membimbing penulis secara perlahan-
perlahan agar terselesaikannya skripsi ini.

2. Andi Widjajanto, MA selaku Ketua Sidang dan Ketua Program S1


Departemen Ilmu Hubungan Internasional

3. Dosen-dosen HI, terutama dalam dosen-dosen dalam kluster Masyarakat


Transnasional yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada
penulis dan memperkaya pengetahuan penulis mengenai berbagai macam
isu dalam masyarakat trasnnasional.

4. Kedua orang tua penulis, Didik A. Gunawan dan F.A.Widyowati atas


kesabaran yang teramat sangat dalam mendidik dan membesarkan penulis.
Selalu tidak pernah lelah dan bosan mengingatkan penulis dan berupaya
untuk selalu mendukung segala kegiatan dan aktivitas penulis dimanapun
dan kapanpun. Skripsi ini pun tidak akan dapat selesai tanpa dukungan

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


dari orangtua penulis yang selalu ada memberikan penulis penerangan.
Terima kasih papa dan mama skripsi ini aku persembahkan untuk kalian.

5. Kakak dan adik penulis, Praditya Putra Nugraha dan A. Hayesega


Widiawan. Terima kasih untuk selalu menjadi teman bagi penulis selama
ini. Kalian merupakan the best brothers in the world!!!. Terima kasih
untuk selalu mendengarkan keluh kesah, omelan penulis dan bermain
bersama penulis.

6. Teman-teman SMA penulis, terutama kepada Ain, Jumie, Ay, Ayu dan
Atha sebagai teman-teman penulis yang selalu menghibur dan membuat
tertawa penulis di setiap pertemuan arisan. Terima kasih juga untuk
dukungannya untuk selalu membuat penulis sabar dalam menyelesaikan
skripsi ini.

7. Kepada teman-teman delegasi Indonesia di Ajou University periode Fall


2010, April, Tami, Ester, Kiki, dan Vanya. Segala pengalaman yang
penulis dapat bersama kalian merupakan hal-hal yang berarti dan tidak
tergantikan. Terutama untuk my lovely roomate April. Kamu mengajarkan
aku banyak hal selama kita di Korea, terimakasih untuk ilmu mengenai
kedewasaan dan keberanian yang kamu bagi ke aku. Terima kepada Ester

as my personal stylist while in Korea. Kalian semua 대박..!!!!!

8. Keluarga Agawon Korea yang telah menemani penulis selama di Korea


dan selalu membantu penulis disaat susah dan tetap berkomunikasi sampai
saat ini. Bang Mata, Teh Qonit, Teh Rini, Ayu, Bang Mike, Bang Tomi,
Bang Aldi, Teh Dina, Bang

9. Kepada Profesor Yooshik Gong sebagai pengajar dalam mata kuliah


Current Issues in Korean Society di Ajou University Korea, yang telah
memberikan banyak pengetahuan kepada penulis mengenai berbagai isu di
Korea dan memberikan inspirasi dalam topik skripsi ini.

vi

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


10. Kepada Teman-teman apartmen penulis, Keumsong 306 Apathe members
Sophida Yodying, Sopio Mikadze, Benya Chongsajja yang telah menjadi
pendengar penulis sejak bertemu di Korea sampai saat ini. Saat-saat
berkumpul bersama, bersenang-senang, tertawa dan saling bercerita
tentang pengalaman dan kehidupan masing-masing tidak akan pernah
terlupakan. Terimakasih untuk dukungannya terhadap penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. We’ll meet again soon...!!!!!!

11. Staf-staf Departemen Hubungan Intenasional atas bantuan selama penulis


menjadi masahasiwa Hubungan Intenrasional. Kepada mas Roni yang
selalu membantu penulis di UPDHI dan mas Andre yang sabar membantu
penulis dalam berbagai urusan administrasi HI

12. Semua teman-teman HI 2007yang telah menemai penulis selama 4 tahun


ini, Tangguh, Rifki, Yudha, Aji, Theo, Naufal, Zahro, Amri, Fauzan, Prili,
Joan, Andi Rosilala, Bajora, Frisca, Tabitha, Tasha, Resi, Dian, Irene,
Dhaba, Rindo, Teguh, Tri, Winda, Yandri, Dito.

13. Terima kasih ku yang tidak terhingga kepada teman-teman dekat ku


selama 4 tahun kuliah ini dan seterusnya: Muti Dewitari, teman sepaket
dari awal kuliah, cabut bareng, pulang bareng, kabur dari rapat bareng,
hang-out bareng. Terima kasih buat dukungannya selama ini dan selalu
menjadi pendengar yang terbaik. Rainintha Siahaan, teman seperjuangan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Dari minum kopi, nyalon, lunch dan
dinner bareng, mencoba berbagai macam makanan agar semangat
menyelesaikan skripsi dan bantuan yang tak terhingga yang diberikan
kepada penulis terima kasih banyak. Zahro dengan panggilan kesayangan
Aro, teman belanja ku, tempat numpang tidur, istirahat, dan melakukan
hal-hal random lainnya, terima kaish. Aisyah Ilyas, teman ngopi bareng
ditengah-tengah kelas. Riris Adianti, Maria Firani Rosari, Hani Sulastri,
Ghita Yoshanti, Erika, Dyah Ayunico Ramadhani, Laras Larasati.
Gabriella Cynthia Andries teman penulis yang bersama-sama pergi Korea.

vii

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


Ken Swari Maharani, selalu menjadi teman sekelas dari awal masuk kuliah
dengan sama-sama di kluster mastran.

14. Teman-teman HI 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010 yang tidak
disebutkan namanya satu persatu.

  

viii

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
ABSTRAK

Nama : Adina Dwirezanti

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Judul :

“Budaya Populer Sebagai Alat Diplomasi Publik: Analisa Peran Korean


Wave Dalam Diplomasi Publik Korea Periode 2005-2010”

Skripsi ini bertujuan untuk membahas mengenai keberadaan budaya


popular dalam hal ini adalah Korean Wave sebagai bagian dalam diplomasi Publik
Korea. Pembahasan mengenai topik ini dibatasi dalam periode 2005-2010, dimana
tahun 2005 ini menjadi awal dari digunakannya Korean Wave sebagai bagian
dalam aktivitas diplomasi publik Korea. Pembahasan mengenai diplomasi publik
melalui Korean Wave ini dibagi dalam dua aktivitas Korea, yaitu dalam bidang
pariwisata dan program pertukaran dengan negara-negara lain. Penelitian dalam
skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan penjabaran secara
deskriptif melalui penjabaran mengenai program-program yang dilaksanakan
Korea dalam bidang pariwisata dan program pertukaran tersebut. Melalui analisa
data-data aktivitas diplomasi dan signifikansi aktivitas diplomasi tersebut, penulis
mendapat beberapa temuan mengenai peran Korean Wave dalam diplomasi publik
Korea, yaitu meningkatkan citra Korea, Menarik minat kedatangan masyarakat
asing, mendorong kemajuan bidang-bidang lain dari Korea, dan mendorong
terjalinnya kerjasama antara Korea dengan negara-negara lainnya. Beberapa peran
tersebut dapat tercapai dikarenakan tiga faktor yang ditemukan penulis sangat
dominan dalam Korean Wave, yaitu komitmen pemerintah, kepopuleran dari
Korean Wave itu sendiri, dan faktor informasi.

Kata Kunci: diplomasi publik, korean wave, pariwisata, program pertukaran.

ix Universitas Indonesia

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


ABSTRACT

Name : Adina Dwirezanti

Study Program : International Relations

Title :

“Budaya Populer Sebagai Alat Diplomasi Publik: Analisa Peran Korean


Wave Dalam Diplomasi Publik Korea Periode 2005-2010”

This research aims to explain about the existence of popular culture, in this
case is Korean Wave as part of Korean public diplomacy. The explanation of this
topic is will be limited in 2005-2010, which in 2005 was the beginning of Korean
Wave as part of public diplomacy of Korea. The explanation of this public
diplomacy through the Korean Wave is divided in two activities, tourism and
exchange program with other countries. This research used qualitative research
metods with descriptive explanation about the public diplomacy’s program that
implemented in the field of tourism and Korean Exchange program. Through
analysis of the data on the activity of diplomacy and the significance of the
diplomacy activity, the author concludes that’s there are some roles that played by
the Korean Wave in Korean public diplomacy, such as improving image of Korea,
Attracting the arrival of foreign people to come to Korea, encourage the progress
of other parts of Korea, and encourage the cooperation between Korea and the
other country. Some of these roles can be achieved due to the three aspect that the
author was found, such as the government’s commitment, the popularity of the
Korean Wave itself, and information about Korean Wave itself.

Key Words: public diplomacy, korean wave, tourism, exchange program

x Universitas Indonesia

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


DAFTAR ISI

HALAMAN PENYATAAN ORISINALITAS .............................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................................iii

UCAPAN TERIMAKASIH ........................................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................. ix

ABSTRAK ....................................................................................................................... x

ABSTRACT .................................................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................................. xii

Daftar Skema ................................................................................................................. xv

Daftar Gambar .............................................................................................................. xv

Daftar Tabel................................................................................................................... xv

Daftar Grafik ................................................................................................................. xv

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

I.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Permasalahan ......................................................................................... 5

1.3 Kerangka Konsep ................................................................................................... 6

1.3.1 Diplomasi Publik .............................................................................................. 6

1.3.2 Diplomasi Kebudayaan ................................................................................... 11

1.3.3 Konsep Pop-Culture ....................................................................................... 13

1.4 Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 15

xi Universitas Indonesia

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


I.5 Asumsi Penelitian ................................................................................................. 22

I.6 Metode Penelitian ................................................................................................. 22

I.7 Tujuan dan Signifikansi Penelitian ....................................................................... 24

I.8 Rencana Pembabakan Skripsi ............................................................................... 25

BAB II KEBIJAKAN DAN AKTIVITAS DIPLOMASI PUBLIK KOREA


SELATAN MELALUI KOREAN WAVE PERIODE 2005-2010 .............................. 27

II. 1 Definisi Fenomena Korean Wave dan Perkembangannya ................................... 27

II.2 Kebijakan Korea Dalam Diplomasi Budaya ......................................................... 31

II.3 Korean Wave dalam Diplomasi Budaya Korea .................................................... 35

II.3.1 Korean Wave Melalui Korean Tourism Organization (KTO) ....................... 35

II.3.1.1 Visit Gyeonggi-Korea 2005: Center of Korea Wave ............................. 36

II.3.1.2 Visit .Jeju Year 2006: Hawai of Korea ................................................... 38

II.3.1.3 Visit Gyeongbuk-Korea 2007.................................................................. 41

II.3.1.4 Visit Gwangju Jeonnam Korea Year 2008: Promote Korean


Traditional Culture .............................................................................................. 43

II.3.1.5 2009 Visit Incheon Year: Incheon Sebagai Zona Ekonomi dan
Tekhnologi ........................................................................................................... 45

II.3.1.6 Visit Korea 2010-2012: Promote Korea as a Whole .............................. 52

II.3.2 Korean Wave Melalui KOFICE ..................................................................... 60

II.3.2.1 KOFICE dalam Bidang Edukasi : Di Balik Kemajuan Korean


Wave ..................................................................................................................... 61

II.3.2.2 KOFICE dalam Bidang Pertukaran Budaya Internasional :


Pertukaran Budaya Sebagai Alat Komunikasi Korea .......................................... 64

II.4 Signifikansi Diplomasi Publik Melalui Korean Wave ......................................... 68

II.4.1 Signifikansi Diplomasi Publik Melalui Korean Wave dalam Pariwisata ...... 68

II.4.2 Signifikansi Diplomasi Publik Melalui Korean Wave dalam Pertukaran


Budaya ..................................................................................................................... 71

xii Universitas Indonesia

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


BAB III ANALISA PERAN DAN FAKTOR KOREAN WAVE DALAM
DIPLOMASI PUBLIK KOREA.................................................................................. 78

III.1 Peran Korean Wave Dalam Diplomasi Publik Korea Selatan ............................. 78

III.1.1 Menarik Minat Kedatangan Masyarakat Asing ............................................ 79

III.1.2 Meningkatkan Citra Korea Selatan di Mata Internasional............................ 81

III.1.3 Aktivitas Diplomasi Publik Melalui Korean Wave Mendorong


Kemajuan Bidang Lain Korea Selatan..................................................................... 85

III.1.4 Mendorong Terjalinnya Kerjasama Dengan Negara-Negara Lain................90

III.2 Faktor-Faktor di Balik Korean Wave .................................................................. 91

III.2.1 Faktor Komitmen Pemerintah dalam Korean Wave ..................................... 91

III.2.2 Faktor Kepopuleran Korean Wave .............................................................. 94

III.2.3 Faktor Informasi Mengenai Korean Wave....................................................98

III.3 Kesimpulan Peran dan Faktor Korean Wave Sebagai Diplomasi Publik
Korea ......................................................................................................................... 100

BAB IV KESIMPULAN ............................................................................................. 103

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 109

xiii Universitas Indonesia

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


Daftar Skema

Skema 2. 1 5 Tujuan Aktivitas MCST ............................................................................ 34

Daftar Gambar

Gambar 2. 1 Lambang Hallyu Expo 2006....................................................................... 40

Gambar 2. 2 Salah satu adegan dalam Boys Before Flowers yang memperlihatkan
lokasi Lighthouse di Pulau Palmi .................................................................................... 47

Gambar 2. 3 Poster acara Incheon Pentaport Rock Festival........................................... 48

Gambar 2. 4 Lambang Korean Wave Festival 2009 ....................................................... 51

Gambar 2. 5 Poster PIFF 2010 ........................................................................................ 57

Gambar 2. 6 Salah satu foto pada Hallyu Dream Concert.............................................. 58

Gambar 2. 7 Kontribusi Korean Wave dalam Pariwisata Korea..................................... 71

Gambar 3. 1 Jumlah penonton video musik Korea dari Youtube ..................................97

Daftar Tabel
Tabel 2. 1 Resume Program Pariwisata Korea 2005-2010 ......................................................... 59

Tabel 2. 2 Asian Song Festival Periode 2005-2010 .................................................................... 67

Daftar Grafik

Grafik 2. 1 Peningkatan Jumlah wisatawan di Korea ..................................................... 70

Grafik 2. 2 Grafik Korean Wave dalam citra Korea di Thailand .................................... 72

Grafik 2. 3 Grafik Korean Wave dalam citra Korea di Vietnam .................................... 73

Grafik 2. 4 Grafik Korean Wave dalam citra Korea di Jepang ....................................... 74

Grafik 3.1 Pengaruh Korean Wave dalam Kemajuan Produk-Produk Korea.................88

Grafik 3.2 Presentase Pengaruh Korean Wave dalam Produk-Produk Korea.................88


xiv Universitas Indonesia

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


Grafik 3. 3 Grafik ekspor dan impor program TV Korea...............................................95

Grafik 3. 4 Pendapatan berdasarkan konten musik ......................................................... 96

Daftar Skema
Skema 3.1 Skema Temuan Penelitian...........................................................................102

xv Universitas Indonesia

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


DAFTAR SINGKATAN

MCST Ministry of Culture, Sport and Tourism

KTO Korean Tourism Organization

KOFICE Korean Foundation for International Cultural Exchange

CCTV China Centrak Television Station

DBSK Dong Bang Shin Ki/ South Korean boy band

SNSD So Nyeo Shi Dae/ Girls’ Generation/ South Korean Girl


group

UNESCO United Nations Educational, Scientific and Cultural


Organization

IAAF International Association of Athletics Federetaion

ITO Incheon Tourism Organization

PIFF Pusan International Film Festival

NHK Nippon Hoso Kyokai / Japan Broadcasting Corporation

H.O.T High-five Of Teenagers/ South Korean Boy band

NRG New Radiancy Group / South Korean boy band

Baby V.O.X Baby Voices of Xpression / South Korean girl group

FIFA Federation de Football Association 

xvi Universitas Indonesia

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Festival-festival yang diadakan KOFICE di Korean dan di luar


Korea periode 2005-2010

xvii Universitas Indonesia

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini menimbulkan semakin


banyak dan kompleksnya isu-isu baru dan permasalahan-permasalahan dalam
hubungan internasional. Berbagai macam isu seperti masalah lingkungan, masalah
masyarakat muncul ke permukaan dan menjadi sebuah isu baru dalam hubungan
internasional yang semakin berhubungan dan sudah mengenai istilah tanpa batas
(borderless). Selain permasalahan-permasalahan internasional yang harus
dihadapi oleh setiap negara, negara pada dasarnya memiliki kepentingan
nasionalnya sendiri. Kepentingan nasional tersebut terdiri dari unsur-unsur yang
membentuk kebutuhan dalam negaranya. Kepentingan nasional tersebut dapat
menjadi sebuah tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan
para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar
negerinya. 1 Selain itu, globalisasi juga memberikan dua dampak. Pertama,
fenomena globalisasi berkaitan erat dengan munculnya masyarakat sipil global
(global civil society). Konsep masyarakat sipil global ini merupakan refleksi
realita sosial dimana berkembangnya ranah partisipasi sosial dan politik
supranasional dimana kelompok warga negara, gerakan sosial, dan individu
terikat dalam dialog, debat, konfrontasi, dan negosiasi satu sama lain dengan
berbagai aktor pemerintahan-internasional, nasional, dan lokal-serta dunia bisnis.2
Komunikasi menjadi penting dalam mencapai kepentingan nasional dan
juga menghadapi permasalahan-permasalahan internasional tersebut. Komunikasi
ini dapat dilakukan melalui konferensi pers, pertemuan politik, ataupun perjamuan
dengan para pejabat pemerintah, membuat berbagai pernyataan yang tidak hanya
ditujukan pada khalayak domestik, tetapi juga pada pemerintah maupun rakyat

                                                            
1
Dr. Anak Agung Banyu Perwita dan Dr. Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm 35.
2
Helmut Anheier, dkk., “Introducing Global Civil Society”, dalam Helmut Anheier, dkk., Global
Civil Society 2001, (Oxford: Oxford University Press, 2001), hlm. 4.
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


negara lain. 3 Komunikasi ini menjadi sebuah bagian dalam diplomasi. Melalui
diplomasi tersebut, negara-negara berusaha memperjuangkan kepentingannya
dilingkup internasional dan dihadapan negara-negara lain dalam mencapai tujuan
kepentingannya tersebut.
Diplomasi yang melibatkan peran negara-negara ini dijelaskan oleh
Hamilton dan Langhorne disebut dengan diplomasi tradisional. Diplomasi
tradisional ini dilakukan dengan proses regularisasi dan secara prosedural.4 Akan
tetapi, seperti yang dijelaskan di atas, dengan semakin kompleksnya permasalahan
dan semakin beragamnya kebutuhan nasional yang dimiliki oleh masing-masing
negara, hubungan internasional tidak lagi semata-mata dipandang sebagai
hubungan antar negara namun juga meliputi hubungan antar masyarakat
internasional. Dengan demikian, diplomasi tradisional atau yang dikenal dengan
istilah ‘first track diplomacy’ tentu saja tidak lagi menjadi cara yang efektif
dalam rangka menyampaikan pesan-pesan diplomasi terhadap suatu negara dalam
mencapai kepentingannya. Hal ini akhirnya menimbulkan cara-cara baru yang
dilakukan dalam aktivitas diplomasi tersebut, salah satunya adalah melalui
diplomasi publik. Diplomasi publik ini menjadi cara berdiplomasi yang tidak lagi
hanya melibatkan peran pemerintah dalam satu negara saja, tetapi juga melibatkan
peran dari aspek-aspek lainnya.5 Publik memegang peranan yang semakin vital
dalam menjalankan misi diplomasi sebuah negara terlebih pada situasi yang
semakin terintegrasi dengan beragam bidangnya yang sangat variatif. Diplomasi
publik didefinisikan sebagai upaya mencapai kepentingan nasional suatu negara
melalui understanding, informing, and influencing foreign audiences. Dengan
kata lain, jika proses diplomasi tradisional dikembangkan melalui
mekanisme government to government relations, maka diplomasi publik lebih
ditekankan pada government to people atau bahkan people to people relations.

                                                            
3
K.J Holsti, Politik Internaisonal: Kerangka Analisa, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987),
hlm.231
4
Brian White,”Dplomacy”, dalam John Baylis dan Steve Smith, The Globalization of World
Politics, (New York: Oxford University Press, 2005)hlm, 389-390.
5
Stacy Michelle Glassgold, Public Diplomacy: The Evolution of Literature, diakses dari
http://uscpublicdiplomacy.org/pdfs/Stacy_Literature.pdf, pada tanggal 18 April 2011, pada pukul
16: 19

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


3

Fenomena Korean Wave merupakan salah satu fenomena dalam era


globalisasi ini. Fenomena ini juga memberikan keuntungan tersendiri bagi Korea
sebagai negara yang memilikinya. Korea sendiri merupakan negara dengan
kemajuan tekhnologi dan ekonomi yang cukup signifikan, Korea telah mengalami
pertumbuhan dalan bidang ekonomi sejak masa industrialisasi yang dimulai dari
tahun 1960an. Pertumbuhan ekonomi tersebut telah mengubah struktur industri
Korea, dari industri ringan menjadi industri berat.6 Tidak hanya kemajuan dalam
bidang ekonomi dan tekhnologi saja, kemajuan Korea juga dialami dalam bidang
hiburan negaranya yang sangat disukai oleh masyarakat Korea dan masyarakat
negara-negara lainnya seperti Jepang, Cina, dan negara-negara Asia Tenggara
lainnya. Hal-hal yang berhubungan dengan Korea semakin digemari oleh
masyarakat-masyarakat di negara-negara tetangga seperti Jepang, Cina, dan
negara-negara di Asia Tenggara yang akhirnya disebut dengan Korean Wave.
Tidak hanya itu, Korean Wave tersebut bahkan mampu mengguncang negara
digdaya seperti Amerika. Hal ini diperlihatkan oleh banyaknya film-film Korea
yang sekarang ini juga diadaptasi oleh Amerika untuk dibuat versi ulangnya.
Salah satunya adalah The Lake House yang pada versi Hollywoodnya dibintangi
oleh Sandra Bullock dan Keanu Reeves. Hal ini memperlihatkan bahwa Korean
Wave ini telah populer hingga hampir seluruh dunia, tidak hanya wilayah Asia.
Fenomena Korean Wave dimulai sejak sekitar tahun 1998, dimana China Central
Television Station (CCTV), salah satu saluran televisi di Cina menyiarkan drama
Korea yang berjudul What is Love All About. Hal ini terus berlanjut dan
menjadikan drama-drama Korea menjadi popular dan disukai oleh masyarakat,
tidak hanya di Cina tetapi juga di negara negara lainnya. 7 Sebutan lain dari
Korean Wave, yaitu Hallyu Wave merupakan salah satu sebutan yang diciptakan
oleh Cina dalam rangka menjelaskan kepopuleran drama-drama Korea di negara
tersebut pada pertengahan tahun 1999 oleh salah satu jurnalisnya. Seperti halnya
yang dijelaskan dalam penjelasan diplomasi publik oleh Mark Leonard bahwa

                                                            
6
Kim Kyong-dong dan The Korean Herald, Social Change in Korea, (Paju, Korea: Jimoondang,
2008), hlm. 282.
7
Doobo Shim, Hybridity and the rise of Korean popular culture in Asia, diakses dari
http://www2.fiu.edu/~surisc/Hybridity%20and%20the%20rise%20of%20Korean%20popular%20c
ulture%20in%20Asia.pdf, pada tanggal 9 April 2011, 17:18
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


salah satu tujuan diplomasi publik adalah meningkatkan hubungan dengan suatu
negara, yang dilihat dari lingkup pendidikan, tingkat kedatangan warga negara
lain ke negara tersebut yang didasarkan tujuan untuk berlibur maupun belajar.
Didasarkan sebagai industri ekspor Korea, Korean Wave dikembangkan
menjadi alat diplomasi publik Korea melalui kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah Korea. Hal ini dimulai dengan kebijakan pemerintah
Korea yang mendorong negaranya untuk mengekspor kebudayaan Korea ke
negara-negara lainnya. Keputusan pemerintah untuk membentuk Departemen
Industri Budaya dan Kementrian Olahraga dan Kebudayaan pada tahun 1994 serta
mengesahkan the motion picture promotion law pada tahun 1995 telah menjadi
pendorong utama dan pertama dalam mengekspor perfilman dan musik yang di
lengkapi dengan nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya ke negara-negara
lain. Hal ini terus berlanjut dengan adanya peningkatan alokasi dana dalam
mengembangkan perfilman dan musik, seperti yang dilakukan pada masa
pemerintahan Kim Dae Jung yang memang menyebut dirinya sebagai “President
of Culture”. Sejak masa pemerintahan Kim Dae Jung yang dimulai pada tahun
1998, Korea mengalokasikan dana sebesar 148,5 juta dolar Amerika dan
mengsahkan the basic law for the Culural Industry Promotion. 8 . Hal ini terus
berkembang dengan pengeluaran kebijakan-kebijakan pemerintah Korea secara
langsung yang menjelaskan Korean Wave sebagai alat diplomasinya.
Implementasi Korean Wave sebagai bagian dari diplomasi publik ini
dijalankan melalui berbagai macam program. Program-program tersebut
dijalankan baik dalam satu arah dan juga dua arah baik sendiri ataupun dengan
melibatkan negara-negara lain dalam program tersebut. Salah satu program
tersebut adalah Asian Song Festival dan juga All-Star Together yang diadakan
dengan tujuan untuk meningkatkan wisatawan asing datang ke Korea. Hal ini
seperti yang dijelaskan oleh Mark Leonard dalam tulisannya mengenai diplomasi
publik bahwa tujuan salah satu diplomasi publik dari suatu negara adalah
mendorong masyarakat negara lain untuk datang ke suatu negara baik itu untuk
                                                            
8
Doobo Shim, Hybridity and the rise of Korean popular culture in Asia, diakses dari
http://www2.fiu.edu/~surisc/Hybridity%20and%20the%20rise%20of%20Korean%20popular%20c
ulture%20in%20Asia.pdf, pada tanggal 9 April 2011, pada pukul 17:18

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


5

berlibur, belajar, dan mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi barang-barang


dari suatu negara.

1.2 Rumusan Permasalahan

Korea pada dasarnya bukanlah merupakan negara pertama yang meng-


ekspor entertainya ke negara luar. Jepang yang juga merupakan bagian dari
negara-negara Asia Timur telah lebih dahulu melakukannya dengan meng-ekspor
bagian dari produksi hiburannya ke negara luar. Jepang seperti yang kita ketahui
memiliki produk animasi yang dikenal dengan manga yang sangat terkenal di
negaranya. Animasi ini tidak hanya disukai oleh kalangan anak-anak saja, tetapi
juga disukai oleh kalangan lainnya bahkan kalangan dewasa sekalipun. Hal ini
pada akhirnya membuat pemerintah Jepang menjadikan produk animasinya, yaitu
manga sebagai cara diplomasinya. Jepang meng-ekspor produk animasinya
tersebut ke negara-negara lainnya sebagai sebuah cara unutuk menarik masyarakat
internasional terhadap kebudayaan Jepang.9 Akan tetapi, hal ini dianggap tidaklah
sukses karena dianggap karakter animasi tersebut tidak sesuai dengan apa yang
digemari oleh masyarakat negara-negara lainnya terutama negara barat. Selain itu,
karakter animasi Jepang yang didominasi oleh bentuk mata yang besar justru
dianggap tidak mencerminkan kebudayaan Jepang serta kehidupan masyarakat
Jepang dan justru hanyalah sebagai tokoh animasi internasional.10 Pada akhirnya
diplomasi publik melalui animasi Jepang ini tidak dapat memberikan dampak
positif yang signifikan terhadap Jepang. Akan tetapi, Korea sebagai negara yang
juga memiliki budaya populer, yaitu Korean Wave juga menjadikannya sebagai
bagian dalam diplomasi publiknya. Sebagai negara yang mengalami pertumbuhan
ekonomi dalam dekade ini justru dianggap dapat memberikan efek positif
terhadap Korea.

                                                            
9
A New Look at Cultural Diplomacy: A Call to Japan's Cultural Practitioners, diakses dari
http://www.mofa.go.jp/announce/fm/aso/speech0604-2.html, pada tanggal 10 April 2011, pada
pukul 20:22
10
Stefanie Layer, An Exploration of Japan’s Soft Power, diakses dari
www.culturaldiplomacy.org/.../manga-and-anime-an-exploration-of-japans-soft-power.pdf, pada
tanggal 15 April 2011, pada pukul 18:56
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


Permasalahan yang terdapat dan dialami dalam diplomasi publik Jepang


membuat penulis untuk mencoba untuk menjawab pertanyaan permasalahan
dibawah ini. Bagaimana peran Korean Wave dalam diplomasi publik Korea
Selatan? Periode 2005-2010. Penulis mencoba untuk menjawab melalui analisa
terhadap program-program Korea, antara lain program pariwisata dalam negeri
Korea, dan juga program Korea ke luar dengan mengikutsertakan Korean Wave
didalamnya. Program-program tersebut dijalankan dengan dua cara. Pertama,
program dijalankan secara satu arah yang hanya menlibatkan Korea sebagai aktor
utama. Kedua program yang dijalankan secara dua arah, dimana aktor yang
terlibat tidak hanya Korea saja melainkan juga melibatkan negara-negara lainnya.
Periode 2005-2010 menjadi pembatasan masalah yang ditetapkan oleh penulis,
dikarenakan periode tahun 2005, menjadi tahun dimana pemerintah Korea mulai
menggunakan Korean Wave sebagai bagian dari diplomasi publiknya melalui
kebijakan diplomasi kebudayaan yang dijelaskan secara rinci dan jelas.

1.3 Kerangka Konsep

1.3.1 Diplomasi Publik

Dijelaskan oleh Sir Victor Wellesley, dalam Diplomacy in Fetters bahwa


diplomasi bukanlah merupakan kebijakan, tetapi lembaga untuk memberikan
pengaruh terhadap kebijakan tersebut. Namun diplomasi dan kebijakan keduanya
saling melengkapi karena seseorang tidak akan dapat bertindak tanpa kerjasama
satu sama lain. Diplomasi tidak dapat dipisahkan dari politik luar negeri, tetapi
keduanya bersama-sama merupakan kebijakan eksekutif, seperti kebijakan untuk
menetapkan strategi, diplomasi, dan taktik.11 Oleh karena itu, diplomasi itu sendiri
tujuannya adalah kepada kebijakan tersebut. Dijelaskan secara lebih lanjut,
diplomasi merupakan bagian dari kegiatan internasional yang saling berpengaruh,
berbelit-belit, dan sangat luas di mana pemerintah dan organisasi internasional
berusaha untuk meningkatkan tujuan-tujuannya melalui perwakilan diplomatik
ataupun melalui organ-organ lainnya.

                                                            
11
Smith Simspson, dalam “Education in Diplomacy”, dikutip dari, Sumaryo Suryokusumo,
Praktik Diplomasi, (Depok: Penerbit STIH “IBLAM”, 2004),hlm. 7-8

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


7

Diplomasi ini mengalami perkembangan, dimana tidak lagi hanya


didominasi oleh aktor-aktor negara. Terutama setelah terjadinya penyerangan
terhadap Amerika pada tanggal 11 September 2001, membuat salah satu bentuk
diplomasi, yaitu diplomasi publik banyak diperbicangkan sebagai cara dalam
melakukan diplomasi. Istilah diplomasi publik ini pertama kali diperkenalkan
pada tahun 1965 oleh Edmund Gullion dalam Fletcher School of Law and
Diplomacy di Tuffs University. Melalui diplomasi publik ini, opini publik dapat
berperan dalam rangka mendukung kebijakan negara. Tidak hanya itu, publik
dalam hal ini juga dapat membantu mempengaruhi opini masyarakat negara-
negara lainnya mengenai negaranya. 12 Oleh karena itu, diplomasi publik tidak
hanya dapat memberikan gambaran yang positif mengenai satu negara, tetapi juga
dapat memberikan gambaran negatif mengenai satu negara karena bentuk
diplomasi ini menjadi melibatkan aspek-aspek lain dari suatu negara yang tidak
dapat lagi secara penuh dikontrol oleh negara. Salah satu alasan dari adanya
keterlibatan publik ini didasarkan pada asumsi bahwa pemerintah dianggap tidak
selalu dapat menjawab berbagai tantangan dalam isu-isu diplomasi yang kini
semakin kompleks terlebih sifat khas yang melekat dari pemerintah adalah sangat
kaku (rigid). Dengan kata lain, jika proses diplomasi tradisional dikembangkan
melalui mekanisme government to government relations, maka diplomasi publik
lebih ditekankan pada government to people atau bahkan people to people
relations.

Diplomasi publik ini tidak lagi hanya dilakukan melalui pertemuan-


pertemuan formal ataupun wawancara dengan diplomat, tetapi dapat dilakukan
dengan berbagai cara dimana terdapat kesempatan untuk mempengaruhi opini
negara lain dan kebijakannya. Isu-isu yang menjadi pokok utama juga mengalami
perkembangan dengan melibatkan isu-isu ekonomi, sosial, kesejahteraan,
lingkungan dan sebagainya yang biasa disebut dengan low politics. Hal ini
menjadikan kepentingan suatu negara tidak lagi hanya terbatas dalam lingkup dan
tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga melibatkan aktor-aktor non-

                                                            
12
Daniell S. Papp, Contemporary International Relations, Frameworks for Understanding,
(United States of America: Allyn and Bacon, 1997), hlm. 442-443.
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


negara. 13 Soft Power menjadi instrumen yang penting, dimana negara melalui
beberapa aktivitas melibatkan berbagai aktor dan organisasi-organisasi yang
memiliki akibat terhadap publik secara internasional, seperti melalui aktor-aktor,
galeri seni dan musik, kelompok media dan wartawan, masyarakat dan lembaga
swadaya masyarakat, pengusaha dan produksinya, politisi, partai, dan pakar
politik, akademisi, universitas-universitas, pemimpin agama, kelompok agama,
dan sebagainya.14 Beberapa tujuan dari diplomasi publik, yaitu:15

 Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai suatu negara, dalam hal


ini membuat mereka memikirkannya, meningkatkan gambarkan
masyarakat tersebut, dan merubah pendapat mereka mengenai negara
tersebut.
 Meningkatkan apresiasi masyarakat mengenai suatu negara, dalam hal ini
meningkatkan persepsi positif mereka, menyamakan opini mereka dengan
negara tersebut mengenai suatu isu.
 Meningkatkan hubungan dengan suatu negara, dalam hal ini dalam
lingkup pendidikan, mendorong masyarakat negara lain untuk datang ke
suatu negara untuk berlibur, belajar, mendorong masyarakat untuk
mengkonsumsi barang-barang dari negara tersebut, dan sebagainya.
 Mempengaruhi masyarakat, seperti untuk mendapatkan investasi dari
suatu perusahaan, ataupun memperlihatkan posisi kita atau mengajak para
aktor politik untuk menyesuaikan dengan diri kita atas dasar kerjasama.

Ke-empat tujuan-tujuan diplomasi publik di atas, pada dasarnya tidak lepas dari
salah satu tujuan diplomasi yang dijelaskan oleh Holsti. Dimana ia menjelaskan
bahwa salah satu tujuan pemerintah melakukan negosiasi diplomatik untuk
maksud-maksud propaganda; menggunakan konferensi tidak hanya untuk tujuan
membuat kesepakatan terhadap beberapa isu, tetapi lebih ditujukan untuk menarik
                                                            
13
John Baylis dan Steve Smith, The Globalization of World Politics: An Introduction to
International Relations, (United States of America: Oxford University Press, 2005), hlm. 192-193.
14
Josef Batora, Multistakeholder Public Diplomacy of Small and Medium-Sized States:
Norway and Canada Compared, makalah yang dipresentasikan dalam International Conference
on Multistakeholder Diplomacy, Mediterranean Diplomatic Academy, Malta, 11-13 Februari
2005, diakses dariwww.diplomacy.edu, pada tanggal 15 Mei 2011, pada pukul 12:13
15
Mark Leonard, Public Diplomacy, (London: The Foreign Policy Centre. 2002), hlm. 9-10

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


9

publik luar ke pihaknya yang dengan demikian, akan mengurangi posisi tawar
16
menawar ke lawan-lawannya . Sumiko Mori, seorang jurnalis dari Fuji
Television Network, Jepang dalam tulisannya mengenai pop-culture diplomacy
menguti definisi diplomasi publik yang dijelaskan dalam dalam The University of
Southern California’s Center on Public Diplomacy, yaitu:17
The center studies the impact of private activities – from popular
culture to fashion to sports to news to the Internet – that inevitably, if
not purposefully, have an impact on foreign policy and national
security as well as on trade, tourism, and other national interests.…
To be effective, public diplomacy must be seen as a two-way street. It
involves not only shaping the message(s) that a country wishes to
present abroad, but also analyzing and understanding the ways that
the message is interpreted by diverse societies and developing the
tools of listening and conversation as well as the tools of persuasion.
Dalam kutipan di atas tersebut dijelaskan bahwa popular culture menjadi bagian
dari diplomasi publik. Pop culture atau yang juga disebut dengan popular culture
itu sendiri merupakan salah satu efek dari terjadinya fenomena globalisasi ini
adalah dalam aspek kebudayaan, salah satunya adanya dengan tumbuhnya pop
culture. Tulisannya tersebut berjudul Japan’s Public Diplomacy and Regional
Integration in East Asia: Using Japan’s Soft Power ditulis dalam program US-
Japan Relation di Universitas Harvard.18
Joseph S. Nye juga menjelaskan dalam tulisannya “Public Diplomacy and
Soft Power” akan betapa pentingnya diplomasi publik dalam hubungan
internasional sekarang ini. Soft power menjadi kemampuan untuk menarik
perhatian pihak lain untuk mendapatkan hasil yang diinginkan melalui sebuah
atraksi dan bukan dengan paksaan ataupan bayaran, dan dalam hal ini, diplomasi
publik dikategorikan sebagai sebagai alat dari soft power tersebut. Sebuah negara
akan mendapatkan hasil yang diinginkan dalam politik internasional apabila
                                                            
16
K.J.Holsti, Politik Internasional: Kerangka Analisis, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987), hlm.
251.
17
Ibid.
18
Sumiko Mori, Japan’s Public Diplomacy and Regional Integration in East Asia: Using Japan’s
Soft Power, diakses dari http://www.wcfia.harvard.edu/us-japan/research/pdf/06-10.mori.pdf, pada
tanggal 18 Agustus 2011, pada pukul 22:10
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


10 

negara lain dapat mengikutinya, mengagumi nilai yang dimilikinya, menirunya,


ataupun memiliki keinginan untuk berada dalam tingkat sebuah kemakmuran dan
keterbukaan.19 Soft power dalam penjelasan Nye merupakan kemampuan untuk
membentuk persepsi pihak lain dan merupakan produk dari politik demokrasi
sehari-hari. Kemampuan tersebut cenderung terkait dengan aset-aset tidak
berwujud, seperti budaya yang dapat menarik pihak lain, pribadi yang menarik
dari sebuah negara, nilai-nilai politik dan lembaga, dan kebijakan yang dianggap
sah ataupun memiliki otoritas moral.

Perbedaan antara hasil tindakan dan sumber yang digunakan adalah hal
yang penting untuk memahami hubungan antara soft power dan diplomasi publik.
Dalam politik internasional, sumber daya-sumber daya yang menghasilkan soft
power sebagian besar berasal dari nilai-nilai organisasi atau negara dalam
mengekspresikan nilai-nilai kebubadayaannya, sebagai contoh dengan praktek-
praktek internal dan kebijakan serta bagaimana mengelolanya dalam berhubungan
dengan pihak lainnya. Dalam hal ini, diplomasi publik menjadi instrumen yang
digunakan pemerintah untuk menjalankan sumber-sumber tersebut untuk
berkomunikasi dan mengelola hubungan mereka dengan pihak lain. Diplomasi
publik tersebut juga menjadi instrumen bagi pemerintah untuk berkomunikasi dan
untuk menarik penonton dari negara lain, tidak hanya negaranya saja. Diplomasi
publik mencoba untuk menarik dengan memberikan fokus terhadap sumber
potensial tersebut melalui penyiaran, pemberian subsidi dalam ekspor, pertukaran,
dan sebagainya. Akan tetapi, apabila isi budaya, nilai-nilai dan kebijakan tersebut
tidak menarik, maka diplomasi publik tersebut tidak dapat menjadi atraktif dan
menghasilkan persuasi, dan justru dapat menghasilkan kebalikannya. Kebudayaan
sebagai alat diplomasi budaya dijelaskan oleh Nye merupakan seperangkat
kegiatan yang menciptakan makna bagi masyarakat, dan memiliki banyak
manifestasi. Biasanya hal ini akan dibedakan antara budaya tinggi seperti sastra,

                                                            
19
Joseph S. Nye, Jr, Public Diplomacy and Soft Power, diakses dari
http://ann.sagepub.com/content/616/1/94.full.pdf, pada tanggal 10 Agustus 2011, pada pukul
22:10 , hlm. 94

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


11

seni, dan pendidikan yang melayani elit masyarakat, dan budaya populer yang
berfokus kepada hiburan massa.20

Nye menilai bahwa sekarang ini informasi menjadi sebuah kekuatan


terutama dengan semakin besarnya populasi dunia yang mengakses informasi
tersebut. Akan tetapi, informasi itu sendiri tidaklah selalu memberikan hal yang
positif bagi satu pihak. Informasi juga dapat memberikan efek negatif. Selain itu,
editor dan juga cue-givers juga menjadi hal yang penting karena keberadaan
mereka dapat mempengaruhi posisi dan pandangan satu pihak. Dalam pandangan
mereka, kredibilitas menjadi hal yang penting. Oleh karena itu, sekarang ini,
negara tidak hanya memiliki kepentingan terhadap negara lain saja, tetapi juga
media, swasta, lembaga-lembaga swadaya, dan komunitas-komunitas lainnya.
Hal ini pada akhirnya membuat politik menjadi sebuah kontes dari kompetisi
kredibilitas. Oleh karena itu, tanpa adanya kredibilitas nasional, maka diplomasi
publik negara tersebut tidak akan menterjemahkan sumber-sumber budaya
menjadi sebuah soft power yang atraktif.

Diplomasi publik dapat efektif di saat terjadi listening dan talking diantara
pihak-pihak yang bersangkutan. Pada akhirnya soft power dapat dikatakan
berhasil ketika pihak lain mendapatkan hal yang sama dengan apa yang kita
keluarkan, dan hal ini membutuhkan pengertian dari bagaimana pihak lain
tersebut mendengarkan pesan kita dan menyerapnya.

1.3.2 Diplomasi Kebudayaan

Salah satu penulis yang menjelaskan mengenai diplomasi publik adalah


Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari dalam tulisannya mengenai Diplomasi
Kebudayaan, Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang: Studi Kasus
Indonesia.21 Dalam buku tersebut ia menjelaskan bahwa, diplomasi kebudayaan
adalah sebuah strategi negara-negara berkembang. Ia menjelaskan bahwa
diplomasi publik merupakan sebuah substansi politik luar negeri dalam

                                                            
20
Ibid, hlm. 96
21
Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, Konsep dan Relevansi Bagi
Negara Berkembang : Studi Kasus Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2007), hlm .2
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


12 

pemanfaatannya bagi negara-negara sedang berkembang. Diplomasi kebudayaan


merupakan bagian atau salah satu jenis dari begitu banyak diplomasi lain, yang
diartikan sebagai usaha negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya
melalui dimensi kebudayaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu
pengetahuan, olahraga, dan kesenian, ataupun secara makro sesuai dengan ciri
khas yang utama, misalnya propaganda dan lain-lain, yang dalam pengetian
konvesionalnya dapat dianggap sebagai bukan politik, ekonomi, ataupun militer.

Aktor yang dapat melakukan kegiatan diplomasi kebudayaan ini tidak


hanya aktor pemerintah saja, tetap juga aktor non-pemerintah, individual maupun
kolektif, ataupun setiap warganegara. Oleh karena itu, hubungan diplomasi
kebudayaan antarbangsa bisa terjadi antar pemerintah-pemerintah, pemerintah-
swasta, swasta-swasta, pribadi-pribadi, pemerintah-pribadi, dan seterusnya.
Tujuan utama dari diplomasi kebudayaan adalah untuk mempengaruhi pendapat
umum guna mendukung suatu kebijaksanaan politik luar negeri tertentu. Sasaran
diplomasi kebudayaan itu sendiri adalah pendapat umum, baik pada level nasional
maupun internasional.22

Melalui beberapa penjelasan definisi mengenai diplomasi publik tersebut,


terdapat beberapa jenis konsep diplomasi kebudayaan menurut tujuan, bentuk, dan
saranya. Dari segi bentuk, diplomasi kebudayaan dapat dilakukan melalui: 1.
Eksibisi. Eksibisi atau dapat disebut dengan pameran dilakukan untuk
menampilkan konsep-konsep atau karya kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi
maupun nilai-nilai sosial atau ideologi dari suatu bangsa kepada bangsa lain.
Eksibisi atau pameran ini merupakan bentuk diplomasi kebudayaan yang paling
konvensional karena dilakukan secara terbuka dan juga transparan. Eksibisi dapat
dilakukan di luar negeri maupun di dalam negeri, baik secara sendirian (satu
negara) maupun secara multinasioanl. Pameran atau eksibisi ini dapat dilakukan
melalui perdagangan, pariwisatam, pendidikan, dan sebagainya. 2. Propaganda.
Tidak jauh berbeda dengan eksibisi, propaganda merupakan penyebaran informasi,
baik mengenai kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, maupun nilai-nilai sosial

                                                            
22
Ibid, hlm. 4

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


13

ideologis suatu bangsa kepada bangsa lain. Akan tetapi, biasanya dilakukan secara
tidak langsung melalui media masa dan secara awam berkonotasi negatif, bahkan
terkadang dianggap subversif. Bentuk propaganda ini merupakan bentuk lasik
atau cikal-bakal dari diplomasi kebudayaan, karena nilai-nilai sosial ideologi
suatu bangsa yang dianggap sebagai nilai kebudayaan menjadi bahan pokok untuk
disampaikan kepada bangsa lain. 3. Kompetisi, yang lebih cenderung ke arah
pertandingan atau persaingan. 4. Penetrasi. Penetrasi yang merupakan perembesan,
dilakukan melalui bidang-bidang perdagangan, ideologi, dan militer. Dalam
perdagangan, bentuk yang paling dikenal adalah penyelundupan, dalam bidang
ideologi, penetrasi berarti propaganda. Sedangkan dalam bidang militer disebut
dengan penyelundupan. 5. Negosiasi. Bentuk diplomasi kebudayaan melalui
bentuk negosiasi ini lebih mencerminkan keinginan dari bangsa-bangsa yang
bersangkutan untuk saling memperkenalkan, mengakui, menghormati, dan
menghargai kebudayaan masing-masing bangsa tersebut, baik yang kemudian
dilaksanakan dalam bentuk yang lebih khas, seperti pertukaran budaya atau
pertukaran ahli maupun bentuk kerjasama makro yang lain. 6. Pertukaran ahli.23
Hal ini mencakup masalah kerjasama pertukaran kebudayaan secara luas, yakni
dari kerjasama beasiswa antar negara, sampai dengan pertukaran ahli dalam pola
bidang tertentu. Selain beberapa bentuk diatas, masih ada beberapa bentuk lain
yang dapat digunakan dalam diplomasi budaya, yaitu terorisme, embargo, dan
juga boikot.

Dari segi tujuan, diplomasi kebudayaan ini biasanya bertujuan untuk


mencari pengakuan, penyesuaian, bujukan, hegemoni atau subversi. Melalui
tujuan-tujuan tersebut, saran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
diplomasi tersebut adalah melalui pariwisata, olahraga, pendidikan, perdagangan,
dan juga kesenian.

1.3.3 Konsep Pop-Culture

Pop culture atau yang juga disebut dengan popular culture dan budaya
populer merupakan salah satu efek dari terjadinya fenomena globalisasi dalam

                                                            
23
Ibid, hlm. 19-26
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


14 

aspek kebudayaan, salah satunya dengan tumbuhnya pop culture. Berbagai respon
negatif pada dasarnya sempat bermunculan, karena globalisasi dalam konteks ini
cenderung dianggap sebagai fenomena Amerikanisasi karena Amerika sebagai
produsen terbesar dari kebudayaan popularnya.24

Pop-culture ini terdiri dari film, musik, acara televisi, surat kabar,
makanan, pakaian, hal-hal yang berhubungan dengan dunia hiburan dan hal-hal
yang umum dan menjadi bagian dari masyarakat. Dijelaskan secara lebih lanjut
oleh salah satu sosiolog, Peter Berger bahwa pop culture membawa keyakinan
dan nilai-nilai yang sangat signifikan. Ia memberikan contoh dalam hal ini musik
rock.25 Daya tarik yang dimiliki oleh jenis musik ini pada dasarnya tidak hanya
karena musiknya yang keras, suaranya yang berirama dan dengan tarian yang
cenderung keras. Tetapi, jenis musik ini juga menggambarkan nilai-nilai budaya
seperti kebebasan berekspresi, spontanitas, dan juga pembebasan dari kehidupan
yang membosankan. Dijelaskan oleh Christopher Geist dan Jack Nachbar bahwa
terdapat empat dimensi yang dilibatkan dalam pop culture. Pertama, kepercayaan,
nilai, dan juga pergerakan dari populasi yang cukup besar dalam mengekspresikan
terhadap sesuatu hal. Kedua, buatan manusia dan menggambarkan masyarakat.
Ketiga, berbentuk seni. Keempat, dalam sebuah ritual ataupun acara. 26 Ia pun
menjelaskan bahwa pop culture menjadi sebuah hal yang popular dikarenakan
kemampuan mereka dalam mengartikulasikan gambaran mengenai diri mereka,
sikap, aspirasi, ketakutan dan nilai dari masyarakat dimana produk kebudayaan
tersebut dipasarkan dan kesediaan mereka untuk memiliki ataupun menggunakan
produk-produk dari pop culture tersebut. Pop culture merupakan buatan manusia
dan bukan sebuah produksi industri kebudayaan. Akan tetapi, kebudayaan
menjadi salah satu sumber yang digunakan masyarakat untuk membentuk sebuah
pop culture itu sendiri. Oleh karena itu, hal ini membuat objek utama dari pop
                                                            
24
Culture and Globalization, diakses dari
http://www.globalization101.org/uploads/File/Culture/cultall2010.pdf, pada tanggal 19 April 2011,
pada pukul 12:11
25
Ibid.
26
Stanley J. Grenz , (Pop) Culture:Playground of the Spirit or Diabolical Device?, dalam Cultural
Encounters: A Journal for the Theology of Culture, diakses dari
http://www.stanleyjgrenz.com/articles/(pop)culture.pdf, pada tanggal 20 April 2011, pada pukul
14:26

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


15

culture ini adalah masyarakat tanpa adanya pembedaan posisi sosial maupun level
mereka. Hal ini dikarenakan pop culture tidak hanya terdiri dari nilai budaya yang
permanen, tetapi telah disesuaikan dengan pemikiran dan kehidupan
masyarakatnya.

1.4 Tinjauan Pustaka

Isu Korean Wave pada dasarnya merupakan isu baru yang berkembang
saat ini. Akan tetapi, perkembangan yang sangat signifikan dari fenomena itu
sendiri telah membuat berbagai macam pembahasan mengenai perkembangan
Korean Wave. Berbagai macam tulisan mencoba menggambarkan efek dari
Korean Wave bagi Korea itu sendiri, bagi nilai-nilai budaya yang terkandung
dalam drama yang menjadi bagian dari Korean Wave, dan juga dampak Korean
Wave bagi hubungan antar Korea dengan negara lainnya. Beberapa diantaranya
akan dipaparkan secara singkat dan dapat menjadi data pendukung serta
perbandingan bagi penelitian ini. Melalui pemaparan dibawah ini, akan
memperlihatkan perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya.

Nilai-Nilai di Balik Korean Wave


Pada dasarnya perdebatan mengenai hal ini lebih kepada nilai-nilai sejarah
yang terkandung dalam Korean Wave yang akhirnya mendorong keberhasilannya
di dunia global. Salah satu tulisan yang membahasnnya adalah Cho Hae Jong
dalam Reading the “Korean Wave ”as a Sign of Global Shift.27 Dalam tulisannya
tersebut, ia melihat Korean Wave dari tiga perpektif, yaitu perspektif nasionalis,
neoliberalis, dan pos-kolonialis. Melalui perspektif pertama yaitu nasionalis ia
menilai bahwa dorongan untuk mengembangkan kebudayaan Korea merupakan
sebuah reaksi terhadap rasa nasionalisme terhadap negaranya. Hal ini didukung
dengan krisis ekonomi yang sempat melanda Korea pada tahun I997. Selain itu,
Cho Hae Jong juga menjelaskan rasa nasionalis ini juga timbul akibat rasa anti
Jepang dan juga anti Amerika pada masa kolonialisme. Hal ini pada akhirnya
didukung dengan nilai-nili budaya yang dipegang oleh Orang Korea, seperti
                                                            
27
Cho Hae Joang, Reading the, “Korean Wave” as a Sign of Global Shift, diakses dari
www.ekoreajournal.net/free_pdf/4504/8CHJ.PDF, pada tanggal 2Mei 2011, pada pukul 11:22
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


16 

konfusianisme yang membuat drama-drama Korea lebih mudah diterima di


negara-negara lainnya.
Perpesktif kedua, yaitu neoliberal menggambarkan Korean Wave sebagai
sebuah orientasi pasar. Dimana dalam perkembangannya Korean Wave tidak lagi
hanya melibatkan drama, film, dan musik Korea saja, tetapi juga makanan, alat-
alat elektronik, dan juga make-up. Perspektif ketiga, adalah pos-kolonialisme.
Melalui perspektif ini, Korean Wave dilihat sebagai sebuah hasil dari proses
modernisasi, kapitalisme, dan juga homogenisasi kebudayaan global. Ia melihat
bahwa pada dasarnya perkembangan Korean Wave tidaklah lepas dari
perkembangan budaya dan nilai-nilai barat yang masuk ke Asia terutama Korea,
dan dilokalisasikan sesuai dengan kebudayaan Korea itu sendiri.
Salah satu tulisan lain, yaitu Introduction to Three Asian: South Korea,
Korea’s in Between oleh Jina E.Kim menjelaskan bahwa faktor-faktor sejarah
yang dialami oleh Korea merupakan sebuah faktor pendorong Korea untuk
mengembangkan nilai-nilai budaya yang dimiliki dalam sebuah drama dan film-
filmnya. 28 Ia menjelaskan secara lebih lanjut bahwa posisi Korea yang selalui
berada di bawah Jepang dan Cina secara sejarah budaya, dimana kedua negara
tersebut memiliki karakteristik yang lebih signifikan dan lebih memiliki nilai jual
yang lebih tinggi menjadi salah satu hal yang mendorong Korea dalam
mengembangkan Korean pop culture  nya. Adanya globalisasi dan juga rasa
nasionalisme merupakan dua hal yang mengkonstruksikan kebijakan dan industri
Korea untuk menyamakan posisi dengan dua negara tetangganya, yaitu Cina dan
Jepang. Dalam tulisan yang berjudul Reading the “Korean Wave” as a Sign of
Global Shift dan dalam tulisan Introduction to Three Asian: South Korea, Korea’s
in Between tersebut menjelaskan mengenai pengaruh faktor-faktor sejarah yang
terjadi di Korea yang mendorong Korea untuk mengekspor budaya populernya ke
negara-negara luar. Kedua penulis ini menilai bahwa ekspor budaya populer
Korea ini tidak lepas dari faktor-faktor sejarah yang sempat memberikan efek
negatif terhadap Korea, seperti penjajahan yang dilakukan oleh Jepang, peran
Amerika di Korea, dan juga krisis ekonomi yang terjadi di Korea yang membuat
                                                            
28
Jine E. Kim, Introduction to Three Asias: South Korea, Korea’s In Between, diakses dari
paradoxa.com/excerpts/Jina_Kim.pdf, pada tanggal 8 Mei 2011, pada pukul 18:45

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


17

kondisi Korea terpuruk. Kondisi negatif yang penah terjadi di Korea ini justru
memberikan dampak negatif terhadap Korea dengan menumbuhkan rasa
nasionalisme yang kuat dan berhasil mendorong budaya populernya ke negeri-
negeri orang dan sampai dikenal sebagai Korean Wave.

Dampak Korean Wave Bagi Korea


Salah satu tulisan yang membicarakan mengenai dampak Korean Wave
terhadap Korea adalah tulisan Jiyeon So yang berjudul Pop Culture as an
Instrument for Global Public Diplomacy: A Case Study of the Influences of the
Korean Wave on Asian Publics. 29 Dalam tulisannya tersebut ia menilai bahwa
Korean Wave merupakan sebuah cara diplomasi yang dimiliki Korea berdasarkan
Konsep Soft Power (Nye, 2004) yang merujuk pada kemampuan untuk
menunjukkan dan menyebarkan aset yang dimiliki seperti kebudayaan, nilai
politik dan juga kebijakan. Soft Power tidak hanya kemampuan untuk mengajak
orang lain melalui sebuah argumentasi, tetapi juga kemampuan dalam
mempengaruhi ke arah sebuah persetujuan bersama. Nye juga menjelaskan bahwa
dengan adanya soft power tersebut, juga akan memfasilitasi organisasi-organisasi
non-pemerintah untuk terlibat dalam aksi diplomatik. Ia menggambarkan
bagaimana Korean Wave tersebut telah menjadi sebuah cara diplomasi yang
berhasil bagi Korea. Ia memperlihatkannya melalui 3 hal, yaitu aspek edukasi,
wisata, dan juga citra Korea itu sendiri. Dalam aspek edukasi, ia melihat bahwa
Korean Wave telah meningkatkan minat masyarakat luar untuk mempelajari
Korea, seperti salah satunya adalah Bahasa Korea. Salah satu contoh yang ia
berikan adalah yang terjadi di Jepang. Di Jepang, institusi-institusi pendidikan
yang menawarkan pendidikan Bahasa Korea mengalami peningkatan dari 142 di

                                                            
29
Jiyeon So,
Pop culture as an instrument for global public diplomacy:A case study of the influences
of the Korean Wave on Asian publics, diakses dari
http://www.allacademic.com/meta/p_mla_apa_research _citation/2/9/5/4/5/p295450_index.html,
pada tanggal 19 April 2011, pada pukul 20:22

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


18 

tahun 1995 menjadi 335 di tahun 2004. Terutama, setelah ditayangkannya drama
Korea, Winter Sonata. Peningkatan dalam balajar bahasa Korea juga mendorong
mahasiswa asing datang ke Korea untuk belajar bahasa. Jumlah masyarakat asing
yang menjalani Test of Proficiency in Korean (TOPIK) pada tahun 2004
berjumlah 10.416, yang merupakan sebuah peningkatkan sebesar 38% dari tahun
sebelumnya. Bidang pendidikan ini menurut Jiyeon So menjadi sebuah langkah
pertama dalam memperdalam pemahaman suatu negara dengan sebuah proses
komunikasi budaya Korea.
Aspek kedua adalah wisata. Fenomena Korean Wave ini telah memberikan
peningkatan dalam wisatawan yang datang ke Korea sebesar 30% pada tahun
2000. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa berdasarkan tulisan dalam New York
Times, 80% wisatawan Taiwan datang ke Korea untuk melalukan wisata ke
tempat-tempat yang dijadikan tempat shooting untuk drama-drama Korea. Aspek
ketiga adalah meningkatkan citra negara. Melalui peningkatan wisatawan yang
datang ke Korea menggambarkan bagaimana citra Korea dimata masyarakat luar
telah mengalami peningkatan. Kepopuleran akan kebudayaan pop Korea telah
memberikan peningkatan citra Korea dimata masyarakat internasional. Hal ini
berdasarkan Korea Trade- Investment Promotion Agency (KOTRA) mengenai
citra Korea yang menjelaskan bahwa citra Korea telah mengalami peningkatan
dari 60,6% menkadi 67,3% pada tahun 2005, terutama peningkatan ini terjadi
dalam masyarakat Cina, dari 47,1% pada tahun 2004 menjadi 82,2% pada tahun
2005.
Tulisan lain yang menjelaskan mengenai hal ini adalah Sue Jin Lee, dalam
The Korean Wave: The Seoul of Asia. Ia menyebutkan dalam tulisannya bahwa
Korean Wave tersebut telah menyebar luas ke negara-negara di Asia, salah
satunya adalah di Cina. Salah satu kutipannya adalah, “Chinese people felt closer
to Korean Culture thanks to access to pop culture, even if they have never been to
the country” yang dikutip dari Korea Herald (Chen, 2006, hlm 3).30
Penulis melihat bahwa kedua penulis ini menggambarkan bagaimana
Korean Wave sebagai dapat menjadi sebuah alat diplomasi yang akan
                                                            
30
Sue Jin Lee, The Korean Wave: The Seoul of Asia, diakses dari www.elon.edu/docs/e-
web/academics/communications/.../09SueJin.pd, pada tanggal 8 Mei 2011, pada pukul 11:55

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


19

memberikan efek positif terhadap Korea dilihat dari tiga hal, yaitu wisata, edukasi,
dan citra Korea dalam dunia internasional. Akan tetapi, tulisan ini hanyalah
menggambarkan fenomena Korean Wave saja dan tidak menggambarkan sebuah
aktivitas diplomasi yang dijalankan melalui kebijakan dan program-program
pemerintah. Tulisan tersebut hanyalah menjelaskan fenomena Korean Wave yang
dapat menjadi sebuah alat diplomasi yang dilihat melalui hasil-hasil yang
diberikan ole fenomena tersebut. Walaupun begitu, kedua tulisan ini dapat
menjadi sebuah gambaran positif dalam kemungkinan-kemungkinan akan sebuah
bentuk diplomasi publik yang baru yang dapat digunakan, yaitu melalui budaya
populer suatu negara.

Pop-Culture Diplomacy Dalam Hubungan antar Negara


Selain efek yang diterima oleh Korea melalui Korean Wave tersebut.
Beberapa penulis telah melakukan penelitian mengenai Korean Wave dalam
hubungan antar negara. Salah satu penulis, yaitu Chul Ho Cho dalam tulisannya
Korean Wave in Malaysia and Changes of the Korea-Malaysia Relations. Dalam
tulisannya tersebut, ia menggambarkan proses hubungan bilateral kedua negara
tersebut dimulai sejak belum adanya pengaruh Korean Wave sampai pada masa
Korean Wave telah memasuki Malaysia. Malaysia sebagai sebuah negara Islam
dan memiliki dengan multi etnis juga merupakan negara dimana masyarakatnya
juga menikmati kepopuleran Korean Wave tersebut. Chul Ho Choo menjelaskan
dalam tulisannya tersebut bahwa budaya populer Korea telah membuat hubungan
bilateral antara Malaysia-Korea tidak lagi hanya terbatas dalam lingkup negara
saja. Hal ini diperlihatkan melalui kerjasama antar dua negara tersebut yang telah
terjalin di luar lingkup pemerintahan. Salah satunya adalah pada Mei 2005,
dimana the Multimedia Development Corporation (MDC) Malaysia
menandatangani kesepekatan mengenai proyek budaya dengan Korea Culture &
Content Agency. Salah satu contoh lainnya adalah pada bulan dan tahun yang
sama, The Malaysian Communication and Multimedia Commision (MCMC) juga
melakukkan kesepakatan dalam kerjasama dibidang promosi penyiaran dengan

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


20 

The Korean Broadcasting Commision. 31 Tidak hanya itu, didirikan juga sebuah
istitusi di Malaysia yang merupakan sebuah asosiasi dari para pengusaha Korea
dan Malaysia dalam rangka menjalin kerjasama dan persahabatan antar keduanya.
Tulisan ini menggambarkan peran fenomena Korean Wave sebagai sebuah
budaya populer yang berhasil mempengaruhi hubungan antara Malaysia dan
Korea. Sebagai negara dengan mayoritas muslim, Malaysia jelas memiliki
kebudayaan dan nilai-nilai sosial yang berbeda dengan Korea. Akan tetapi,
keberadaan budaya populer Korea ini tetap dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat Malaysia dan justru memberikan efek positif dalam hubungan
kerjasama kedua negara tersebut.
Tulisan lain yang menjelaskan mengenai penggunaan pop culture sebagai
sebuah cara diplomasi adalah tulisan Stefanie Layer yang berjudul An Explanation
of Japan’s Soft Power. Dalam tulisannya tersebut ia menjelaskan Jepang yang
menggunakan produk animasinya sebagai sebuah diplomasi dalam meningkatkan
opini masyarakat internasional terhadap Jepang. Selama ini Jepang dikenal
sebagai negara dengan tekhnologi tinggi yang identik dengan hard power. Jepang
juga dikenal dengan negara dengan orientasi ekonomi yang juga identik dengan
hard power. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1990an memberikan akibat
bagi Jepang dengan memotong alokasi dana dalam diplomasi publik dan
mengalokasikannya pada perbaikan ekonomi negara. Hal ini menurut penjelasan
Stefanie Layer memberikan dampak negatif terhadap Jepang dimata masyarakat
internasional.
Jepang akhirnya membuat keputusan untuk menggunakan soft power
sebagai cara diplomasinya. Seperti yang diketahui, Jepang memiliki produk
animasi yang sangat terkenal dikalangan masyarakat Jepang Animasi ini tidak
hanya disukai oleh kalangan anak-anak saja, tetapi juga disukai oleh kalangan
lainnya bahkan kalangan dewasa sekalipun. Hal ini pun pada akhirnya membuat
pemerintah Jepang menjadikan produk animasinya, yaitu manga sebagai cara
diplomasinya. Jepang mengekspor produk animasinya tersebut ke negara-negara
                                                            
31
Chil Ho Cho, Korean Wave in Malaysia and Changes of the Korea-Malaysia Relations, diakses
dari umrefjournal.um.edu.my/.../JPMM%202010_1%20Cho,%20Chul%20Ho.pdf, pada tanggal 8
Mei 2011, pada pukul 12:32

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


21

lainnya. Salah satu contoh yang digambarkan dalam tulisan tersebut adalah
diplomasi animasi Jepang di Jerman. Akan tetapi, hal ini dianggap tidaklah sukses
karena dianggap karakter animasi tersebut tidak sesuai dengan apa yang digemari
oleh masyarakat negara-negara lainnya terutama negara barat. Selain itu, karakter
animasi Jepang yang didominasi oleh bentuk mata yang besar justru dianggap
oleh masyarakat Jerman tidak mencerminkan kebudayaan Jepang serta kehidupan
masyarakat Jepang dan justru hanyalah sebagai tokoh animasi internasional. 32
Tulisan Stefanie Layer ini pada dasarnya menggambarkan ketidakberhasilan
animasi Jepang yang dijadikan sebagai cara diplomasi. Tulisan mengenai aktivitas
diplomasi Jepang melalui animasinya ini pada dasarnya menunjukkan kebalikan
dari yang terjadi pada Korea. Sebagai negara yang menghasilkan budaya populer
terlebih dahulu dibandingkan dengan Korea, Jepang tidak dapat menyesuaikannya
dengan budaya-budaya negara lainnya, terutama adalah negara-negara barat.
Animasi Jepang yang identik dengan kartun animasi bermata besar ini justru tidak
dapat memperlihatkan sebagai sebuah produk Jepang dan hanyalah sebuah
animasi internasional. Walaupun karakter animasi Jepang ini dapat dikatakan
cukup populer dikenal di negara-negara lainnya, tetapi masyarakat negara-negara
tersebut hanyalah mengenai animasinya saja.
Beberapa karya ilmiah diatas telah menjelaskan mengenai perkembangan
Korean Wave, dampak Korean Wave bagi Korea dan juga dalam pengaruhnya ke
hubungan bilateral dengan negara lain maupun opini masyarakat internasional
mengenai diplomasi pop culture. Akan tetapi, tulisan-tulisan di atas belum
menjelaskan mengenai peran-peran yang bermain dalam perkembangan diplomasi
pop culture tersebut, dalam hal ini adalah Korean Wave. Dalam salah satu tulisan,
yaitu Pop Culture as an Instrument for Global Public Diplomacy: A Case Study of
the Influences of the Korean Wave on Asian Publics hanyalah menjelaskan
fenomena Korean Wave yang dapat menjadi sebuah alat diplomasi yang dilihat
melalui hasil-hasil yang diberikan ole fenomena tersebut. Akan tetapi, tulisan
tersebut tidaklah menjelaskan mengenai pemerintah Korea sebagai aktor negara

                                                            
32
Stefanie Layer, An Exploration of Japan’s Soft Power, diakses dari
www.culturaldiplomacy.org/.../manga-and-anime-an-exploration-of-japans-soft-power.pdf, pada
tanggal 15 April 2011, pada pukul 18:56
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


22 

yang membuat kebijakan dalam melaksanakan dan menerapkan Korean Wave


sebagai sebuah alat diplomasi melalui kebijakan dan juga operasionalisasinya.
Padahal dalam sebuah bentuk diplomasi, kebijakan dan juga
operasionalisasi menjadi sebuah hal yang penting untuk menjelaskan secara benar
mengenai peran Korean Wave sebagai alat diplomasi publik. Tanpa adanya
kebijakan dan juga hasil, maka peran dari sebuah diplomasi publik tidak dapat
dikatakan secara jelas sebagai sebuah bagian dari diplomasi publik. Oleh karena
itu, dalam penelitian ini penulis berinisiatif untuk membuat sebuah penelitian
yang akan membahas mengenai peran Korean Wave sebagai sebuah bagian dari
diplomasi publik Korea melalui kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Korea
dan juga dalam operasionalisasinya dalam aktivitas diplomasi publik Korea.

I.5 Asumsi Penelitian

 Permasalahan negara yang semakin kompleks, membuat diplomasi tidak


lagi hanya dapat dilakukan antar negara saja, tetapi juga aktor-aktor non-
negara

 Budaya pop atau budaya populer dapat memberikan pengaruh terhadap


citra dari suatu negara yang memproduksinya melalui atraksi yang
menarik dari produk budaya pop itu sendiri.

 Melalui asumsi pertama diatas, maka budaya pop atau budaya populer
dapat menjadi sebuah bagian dari diplomasi publik dari suatu negara

I.6 Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif33, yaitu peneliti sebagai


instrument utama untuk pengumpulan data dan pengolahan atau analisis data,
serta sangat memfokuskan perhatian pada proses dan arti dari suatu peristiwa
yang diteliti. Dalam pendekatan kualitatif, penelitian dapat dilakukan dalam tiga
tahapan utama, yaitu (1) Pengumpulan Data (Data Collective); (2) Pengolahan

                                                            
33
John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantittative Approaches, (Colifornia:
Sage Publications, 1994), h. 145.

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


23

Data (Data Analysis); dan (3) Laporan Penelitian (Report Writing).34 Penggunaan
metode kualitatif menjadi pilihan penulis dalam melakukan penelitian
dikarenakan penulis menilai fenomena ini merupakan fenomena baru yang
diangkat menjadi bagian dari pelaksanaan diplomasi. Selain itu, berdasarkan
penjelasan Neuman bahwa penelitian kualitatif cenderung lebih terbuka untuk
menggunakan variasi bukti dan pengungkapan isu-isu baru. Untuk itulah penulis
memilih metode kualitatif dalam penelitian mengingat pembahasan mengenai
kebudayaan pop atau kebudayaan popular itu sendiri masih terbatas dan tergolong
sebuah isu baru di dalam kajian ilmu Hubungan Internasional.

Pada tahap pengumpulan data, yang harus dilakukan adalah menetapkan


batasan parameter data yang dikoleksi. Ide dari penelitian kualitatif adalah dengan
sengaja menyeleksi informasi atau dokumen yang bisa secara baik menjawab
pertanyaan penelitian dengan mempertimbangkan empat parameter, yaitu: di
mana penelitian akan dilakukan (setting); siapa yang akan observasi atau
diwawancara (actors); apa yang akan diamati dari perbuatan aktor atau topik yang
ditanyakan dalam wawancara (events); dan perkembangan sifat dari peristiwa
yang dialami oleh aktor dalam setting tersebut (process).35 Pada tahap pengolahan
(analisa) data, informasi yang telah dikelompokkan menjadi kategori, memformat
informasi menajadi sebuah cerita, dan kemudian ditulis secara teks
kualitatif. 36 Jenis penelitian dapat dilihat berdasarkan: tujuan, manfaat, dimensi
waktu, dan teknik pengumpulan data. Berdasarkan tujuannya, penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif, yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan keadaan dan situasi secara sistematis, faktual, aktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, dan hubungan antar fenomena yang diteliti. 37
Berdasarkan manfaatnya, penelitian bersifat penelitian akademis/murni yang
bertujuan untuk memajukan pengetahuan dan kajian Ilmu Sosial dan serta tidak
memiliki manfaat praktis dalam jangka waktu dekat.38 Teknik pengumpulan data

                                                            
34
Ibid, hal 148-161.
35
Ibid. hal. 148-149.
36
Ibid, hal, 153
37
W. Laurence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, 3nd
ed., (Boston: Allyn and Bacon, 1991), hal. 18-35.
38
Ibid, hlm 20
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


24 

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi dan literatur,
dalam hal ini mengumpulkan informasi dari sumber-sumber seperti media cetak
atau elektronik. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua hal,
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang akan digunakan oleh
peneliti dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan dari website-website
resmi Korea. Sedangkan data sekundernya akan didapatkan dari literature review
atas berbagai sumber-sumber seperti jurnal, koran, majalah, buku, maupun artikel
internet. Dokumen dalam hal ini juga mengacu pada teks atau apa saja yang
tertulis, tampak secara visual atau diucapkan melalui media komunikasi. 39
Selanjutnya tehnik pengidentifikasian data akan dilakukan dengan mereduksi
data-data yang dimiliki ke dalam pola ataupun kategori dan diinterpretasikan
dengan menggunakan skema tertentu. Pengorganisasian data tersebut ke dalam
kategori-kategori ini didasarkan pada tema, konsep, dan juga kemiripan sifat40.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penyajian data dalam penelitian ini
akan berupa teks, uraian singkat, bagan, flowchart, dan sebagainya. Oleh karena
itu, penyajian datanya akan bersifat deskfriptif analitis dalam penelitian ini 41 .
Selanjutnya, penarikan kesimpulan dalam penelitian akan dilakukan dengan cara
menganalis kategori yang telah dibuat.

I.7 Tujuan dan Signifikansi Penelitian

Tujuan dari penelitian dalam skripsi ini adalah: 1) menggambarkan


keberhasilan yang didapat Korea melalui aktivitas-aktivitas diplomasi yang
dilakukan melalui Korean Wave. 2) memberikan pandangan yang berbeda
terhadap bentuk diplomasi yang dapat dilakukan oleh suatu negara.

Penelitian ini memiliki beberapa signifikansi. Pertama, penelitian ini dapat


menjadi acuan ataupun gambaran terhadap pemerintah dalam menemukan solusi
yang tepat dalam mencapai kepentingan negaranya. Kedua, penelitian ini juga
dapat menjadi sebuah pemasukan baru bagi ilmu Hubungan Internasional,
                                                            
39
Ibid, hlm. 219.
40
W. Lawrence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches,
(Boston: Allyn & Bacon, 2003), hlm 420-421.
41
Ibid.

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


25

terutama kajian Masyarakat Transnasional. Hal ini juga dikarenakan bentuk


diplomasi yang selama ini masih sangat dominan adalah bentuk diplomasi
tradisional yang hanya diperankan oleh negara saja. Sedangkan Korea, sebagai
negara yang baru saja mengalami kemajuan yang sangat signifikan telah
menggunakan produksi hiburannya sebagai sebuah cara diplomasi negaranya.

I.8 Rencana Pembabakan Skripsi

Bab I: Pendahuluan

Dalam bab pendahuluan ini, terdiri dari latar belakang permasalahan, pertanyaan
permasalahan, kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian, sistematika
penelitian, serta tujuan dan signifikansi penelitian.

Bab II: Isi dan Pembahasan. Kebijakan dan Aktivitas Diplomasi Publik
Korea Selataan Melalui Korean Wave Periode 2005-2010

Bab kedua ini akan menjelaskan mengenai pengertian dari fenomena Korea Wave
itu sendiri baik dari awal mula dimulainya ekspor Korean Wave itu sendiri sampai
pada penyebaran dan peningkatan-peningkatan serta hasil positif yang didapatkan
Korea melalui Korean Wave ini. Selanjutnya, penulis akan menjelaskan mengenai
diplomasi kebudayaan Korea yang dijelaskan dalam kebijakan-kebijakan luar
negerinya dan dilanjutkan dengan program-program yang dikeluarkan Korea
dalam rangka menjalankan Korean Wave sebagai bagian dari diplomasi publik
Korea.

Bab III: Analisa Peran dan Fakor Korean Wave dalam Diplomasi Publik
Korea

Melalui penjelasan mengenai Korean Wave di bab sebelumnya, maka dalam bab
ini akan dibahas analisa penulis mengenai bagaimana posisi ataupun peran
Korean Wave dalam diplomasi tersebut.

BAB IV: Kesimpulan

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


26 

Bab ini akan berisikan kesimpulan dari analisa yang dilakukan di Bab III, selain
itu bab ini juga akan berisikan saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi
perkembangan cara diplomasi dan bagi ilmu Hubungan Internasional.

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


27

BAB II

KEBIJAKAN DAN AKTIVITAS DIPLOMASI PUBLIK KOREA


SELATAN MELALUI KOREAN WAVE PERIODE 2005-2010

Pada bab II ini dibahas mengenai aktivitas diplomasi publik melalui


Korean Wave pada periode 2005 sampai periode 2010. Penjelasan dalam bab II
ini akan dilakukan dalam beberapa bagian. Pertama, bab ini akan diawali dengan
menjelaskan mengenai pengertian dari fenomena Korean Wave tersebut untuk
memberikan gambaran mengenai konsep dan perkembangan budaya populer
Korea tersebut. Kedua, akan dijelaskan kebijakan diplomasi publik Korea secara
umum yang merupakan dasar dalam aktivitas diplomasi publik Korea yang pada
akhinya akan semakin mengerucut pada Ministry of Culture, Sport and Tourism
(MCST) sebagai departemen yang bertanggung jawab dalam pengembangan
budaya Korea termasuk budaya populer Korea.

Melalui MCST tersebut, maka penjelasan selanjutnya mengenai aktivitas


diplomasi publik melalui Korean Wave ini akan dijelaskan dalam dua hal, yaitu
melalui bidang pariwisata dan juga melalui bidang pertukaran budaya sebagai
sebuah cara diplomasi yang dilakukan dengan dua arah. Kedua hal ini akan
dijelaskan melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh dua organisasi di bawah
MCST, yakni Korean Tourism Organization (KTO) dan juga Korean Foundation
for International Cultural Exchange (KOFICE). Selanjutnya, setelah selesai
penjabaran mengenai aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh kedua organisasi
tersebut, penulis akan melakukan analisa dari aktivitas-aktivitas tersebut melalui
kolaborasi data mengenai respon masyarakat internasional mengenai Korea
melalui Korean Wave tersebut.

II. 1 Definisi Fenomena Korean Wave dan Perkembangannya

Korean Wave merupakan fenomena budaya pop ataupun budaya populer


Korea yang mengalami penyebaran melalui media ke negara-negara lainnya.
Penyebaran ini dimulai dengan penyebaran drama-drama Korea yang selanjutnya
diikuti oleh musik, dan juga gaya hidup masyarakat Korea. Korean Wave ini pada

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


28 

akhirnya digunakan tidak hanya digunakan untuk menunjukkan kecintaan


terhadap budaya pop Korea saja, tetapi juga segala hal yang berhubungan degan
Korea. Istilah lain Korean Wave, yaitu Hallyu Wave(hanliu, 韓流) merupakan
istilah yang diperkenalkan pertama kali oleh salah satu jurnalis Cina uintuk
menjelaskan kepopuleran budaya pop Korea di Cina pada tahun 1990an. 42

Fenomena Korean Wave ini dimulai pada saat Cina mulai menayangkan
drama Korea, yaitu What is Love All di salah satu stasiun TV Cina, China Central
Television Station (CCTV) pada sekitar tahun 1997. Drama pertama Korea yang
ditayangkan ini mendapatkan respon yang sangat baik, dan diputarkan kembali
pada tahun 1998 dan berada ditingkat tertinggi kedua dalam sejarah perfilman di
Cina. Setelah itu, pada tahun 1999, salah satu drama Korea lainnya ditayangkan di
Cina dan Taiwan, yaitu Stars in My Heart dan kembali menjadi drama terpopuler
di kedua negara tersebut. Sejak saat itu, drama Korea menjadi lebih terkenal dan
diikuti dengan disiarkan di negara-negara lainnya, seperti Hongkong, Taiwan,
Singapura, Vietnam, Jepang, Indonesia, Thailand, dan negara-negara lainnya.
Vietnam juga merupakan salah satu negara pertama di Asia Tenggara yang
mengalami kepopuleran budaya populer Korea. Kepopuleran budaya populer
Korea atau Korean Wave di negara ini telah dimulai sejak tahun 1997 bersamaan
dengan Cina melalui drama Korea Feeling yang disiarkan di salah satu stasiun
televisi Vietnam, Ho Chi Minh City TV. Sejak saat ini fenomena kepopuleran
Korean Wave ini terus berkembang, dengan diikuti oleh kepopuleran musik dan
juga selebriti-selebriti Korea. Berbeda dengan Cina dan Vietnam, kepopuleran
Korean Wave di Jepang dimulai sejak tahun 2003 setelah drama Korea Winter
Sonata ditayangkan di stasiun televisi Jepang NHK April 2003 dan setelah itu
ditayangkan kembali pada Desember 2003, dan pada musim panas 2004. 43
Penayangan Winter Sonata inipun menjadi awal dari Korean Wave di Jepang, atau

                                                            
42
Doobo Shim, Hybridity and the Rise of Korean Popular Culture in Asia, diakses dari
http://www2.fiu.edu/~surisc/Hybridity%20and%20the%20rise%20of%20Korean%20popular%20c
ulture%20in%20Asia.pdf, pada tanggal 20 Juli 2011, pada pukul 11:25, hlm. 28-30
43
Millie Creighton, Japanese Sur ng the Korean Wave: Drama Tourism, Nationalism, and
Gender via Ethnic Eroticisms, diakses dari
http://www.uky.edu/Centers/Asia/SECAAS/Seras/2009/03_Creighton_2009.pdf, pada tanggal 22
Juli 2011, pada pukul 19:36, hlm. 12-13

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


29

yang biasa disebut dengan “Korea Boom” oleh masyarakat Jepang. Beberapa
artisnya menjadi artis utama yang terkenal di Jepang yang juga memberikan
pengaruh pada konsumsi produk Korea dan segala hal yang berhubungan dengan
Korea.44

Perkembangan Korean Wave ini tidak hanya didominasi oleh drama-


drama Korea saja, tetapi juga musik Korea itu sendiri. Di awali pada akhir tahun
1990an, salah satu stasiun televisi musik regional, V Channel, menayangkan
video musik musisi Korea yang pada akhirnya menjadi sangat populer di Asia.
Selain itu, salah satu grup musik Korea, yaitu H.O.T telah mulai terkenal di Cina
dan Taiwan pada tahun 1998. Kepopuleran grup musik H.O.T ini menjadi awal
dari mulai terkenalnya grup-grup musik Korea lainnya, seperti Ahn Jae-Wook
(Salah satu penyanyi dan pemain drama Korea di Stars in my heart), NRG dan
Shinhwa, Baby V.O.X yang juga telah mengadakan konser di Cina dan dihadiri
oleh lebih dari 30.000 penonton. Band H.O.T ini sangat populer sehingga
penjualan album mereka terus berlanjut bahkan sampai band tersebut bubar pada
pertengahan 2001. Pada tahun 2002 juga, salah satu penyanyi remaja Boa yang
merilis albumnya di tahun tersebut mencapai urutan teratas di Oricon Wekkly
Chart, salah satu urutan tangga lagu di Jepang yang setara dengan American
Billboard Charts. Lagu-lagu dan gerakan tari dan band-band Korea seperti
Wonder Girls, Girls’ Generation, Super Junior, Shinee, DBSK menjadi sangat
populer dinegara-negara lain, seperti Jepang, Cina, dan juga negara-negara Asia
Tenggara

Begitu juga dengan perfilman Korea, salah satu film Korea yakni Shiri
menjadi sebuah film yang sangat populer saat itu dan juga ditayangkan di negara-
negara Asia lainnya, seperti Hongkong, Jepang, Taiwan, dan Singapura.
Walaupun film ini juga mendapatkan banyak kritikan, tetapi film ini menjadi awal
dari masuknya film-film Korea di pasar internasional. Karena sejak saat itu, film-
film Korea menjadi flm-film yang juga mendominasi bioskop-bioskop di Asia.
Tidak hanya itu, kesuksesan perfilman Korea juga mulai memasuki pasar

                                                            
44
Shim Doobo, Perkembangan Gelombang Korea, diakses dari
http://kyotoreviewsea.org/KCMS/?p=251&lang=id, pada tanggal 28 Juli 2011, pada pukul 11:56
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


30 

Amerika dan Eropa, seperti salah satunya adalah perusahaan perfilman Amerika
Hollywood Studios telah membuat ulang film tersebut dalam versi mereka.

Kepopuleran tiga jenis budaya populer tersebut pada akhirnya juga


mendorong kepopuleran dari artis-artis yang juga berlaga baik dalam drama, film,
dan musik tersebut. Salah satunya adalah Ahn Jae-Wook yang merupakan artis
paling terkenal terutama di Cina pada tahun 2001. Kepopuleran artis-artis tersebut
pada akhirnya memberikan dampak terhadap konsumsi kebudayaan seperti
makanan, gaya berpakaian, riasan wajah yang sedang tren saat ini, termasuk juga
operasi plastik yang memang terkenal dan menjadi sebuah hal yang biasa dalam
masyarakat Korea. Seperti di sepanjang jalan Hanoi, Vietnam dan juga Beijing,
Cina menjadi sebuah hal yang biasa disaat terlihat para fans Korea menggunakan
banyak anting ditelinganya dan juga celana baggy yang merupakan jenis pakaian
yang sedang tren saat itu di Korea. Selain itu, salah satu fans artis Korea Lee
Young-ae, SongHae Gyo, Kim Hee Sun, dan Jeon Ji-Hyun di Taiwan dan Cina
bahkan sampai melakukan operasi plastik demi merubah muka mereka seperti
artis-artis tersebut. Pada dasarnya kepopuleran akan budaya Korea ini tidak saja
hanya digambarkan dan dipengaruhi oleh-oleh artis-artis tersebut, tetapi juga
dalam cerita-cerita dalam drama tersebut yang memang diperankan oleh artis-artis
tersebut.

Melalui penjabaran mengenai definisi Korean Wave di atas, dapat dilihat


bahwa fenomena Korean Wave ini pada akhirnya akan memberikan kemajuan
bagi Korea secara keseluruhan. Kesukaan terhadap drama Korea, musik dan juga
film Korea akan mendorong para penggemar tersebut untuk mulai menyukai hal-
hal lain dari Korea yang pada dasarnya mereka ketahui dari drama-drama tersebut.
Sebagai contoh adalah telepon genggam. Jenis telepon genggam yang digunakan
dalam satu drama Korea pada akhirnya juga akan menjadi perhatian para
penggemar yang akan membuat peningkatan dalam penjualan jenis telepon
genggam tersebut. Begitu juga dengan aspek-aspek Korea lainnya. Pada akhirnya
kepopuleran budaya populer Korea atau juga dengan Korean Wave ataupun
Hallyu menjadi budaya populer Korea yang tidak hanya berhubungan dengan

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


31

drama, film, dan musik saja, tetapi juga makanan Korea, gaya berpakaian Korea,
dan sebagainya45.

II.2 Kebijakan Korea Dalam Diplomasi Budaya

Sejak tahun 2005, pemerintah Korea Selatan mulai membangun Korean


Wave sebagai bagian dari diplomasi publiknya. Seperti yang dijelaskan dalam
kebijakan luar negeri Korea pada tahun 2005 bahwa,“Moreover, building upon
the positive image from the “Korean Wave,” MOFAT has engaged in public
diplomacy, increasing cultural and promotional activities to further enhance the
national image as a leading country in the cultural field”46 Melalui penjelasan
tersebut, Korean Wave menjadi bagian dalam diplomasi kebudayaan Korea dalam
memperkenalkan Korea ke masyarakat internasional. Dijelaskan secara lebih
lanjut dalam principal Goals and Directions of Korean Cultural Diplomacy pada
tahun 2007, terdapat dua hal sasaran utama dari kebijakan diplomasi kebudayaan
ini, yaitu:47

1. Mendorong kerjasama dengan negara-negara lain melalui pertukaran


budaya

 Mendukung berbagai program pertukaran budaya yang


dilaksanakan baik oleh pemerintah dan non-pemerintah yang akan
membuat fondasi yang kuat dalam kerjasama Korea dengan
negara-negara lainnya.

 Dalam era globalisasi ini, program pertukaran budaya tidak akan


hanya membantu Korea dalam meningkatkan identitas kebudayaan
nasionalnya saja, tetapi juga akan membantu meningkatkan
                                                            
45
Kwanyong Kim, “Welcome Greeting”, diakses dari
http://www.hallyudreamfestival.or.kr/intro/e_intro2.html, pada tanggal 25 Oktober 2011, pada
pukul 16:50
46
“Promotion of Korean Culture Through the “Korean Wave”, dalam 2006 Diplomatic White
Paper, diakses dari http://www.mofat.go.kr/english/political/whitepaper/index.jsp, pada tanggal 22
Oktober 2011, pada pukul 16:44
47
“Principal Goals and Directions of Korean Cultural Diplomacy and Related Policies”, diakses
dari
http://www.mofat.go.kr/english/help/include/newopenmofat.jsp?MOFATNAME=English&INDE
XNAME=MOFAT_HOME&PK=298757KEY313&SEQNO=298757&PARTNAME=TYPE_EN
GLISH, pada tanggal 17 November 2011, pada pukul 11:32
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


32 

kesadaran ataupun pengetahuan dan apresiasi dari masyarakat dari


budaya yang berbeda di seluruh dunia.

2. Memperkuat daya saing nasional melalui peningkatkan citra nasional

 Keberadaan budaya yang telah menjadi salah satu kunci utama


dalam abad ke-21, efek ekonomi dari industri budaya dengan nilai
tambah yang diberikan dalam bisnis sekarang ini mulai dievaluasi
kembali. Upaya diplomatik dalam isu budaya ini pada akhirnya
akan memberikan kontribusi untuk meningkatkan citra nasional
Korea di mata internasional yang nantinya akan memberikan
kontribusi untuk memperkuat daya saing keseluruhan dari seluruh
masyarakat internasional.

Melalui dua sasaran utama diplomasi budaya di atas, pemerintah Korea akan
melaksanakannya melalu beberapa strategi pelaksanaan, yaitu: melaksanakan
aktivitas promosi dan budaya secara komprehensif dan sistematis, mendirikan dan
mengembangkan strategi promosi dan budaya khusus disesuaikan dengan negara
ataupun daerahnya, memperkuat kemitraan dengan organisasi lokal serta
perusahaan Korea di luar negeri, memperluas program budaya berorientasi masa
depan, dan berpartisipasi aktif dalam organisasi internasional. Melalui kebijakan
tersebut, Korea berupaya mendorong film-film Korea dan juga drama Korea ke
negara-negara luar untuk mempenalkan budaya Korea. Seperti yang dijelaskan
dalam Diplomatic White Paper 2008, bahwa Kementrian Luar Negeri dan
Perdagangan Korea dalam memperkenalkan budaya Korea ke negara-negara luar
juga dengan mendorong diplomasi publik melalui penawaran stasiun televisi
negara-negara asing video-video dokumentasi yang menggambarkan Korea dan
juga kebudayaan Korea.48 Upaya pemerintah Korea dalam menggunakan Korean
Wave sebagai bagian dalam aktivitas diplomasinya ini pun terus dijelaskan dalam
Diplomatic White Paper yang dimulai dari tahun 2005 seperti yang telah

                                                            
48
Supporting Overseas Screening of Korean Films and TV Dramas, dalam “2008 Diplomatic
White Paper”, diakses dari http://www.mofat.go.kr/english/political/whitepaper/index.jsp, pada
tanggal 22 Oktober 2011, pada pukul 19:08

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


33

dijelaskan di atas, tahun 2006, 2007, 2008, 2009, dan juga 2010. Pembahasan
mengenai Korean Wave tersebut selalu berada dalam penjelasan tersendiri,
dimana hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah Korea dalam mendorong
Korean Wave sebagai bagian dalam aktivitas diplomasi publiknya.

Kementrian Kebudaya, Olahraga, dan Pariwisata Korea (disebut dengan


MCST) merupakan agen pemerintah Korea yang bertanggung jawab dalam area
pariwisata, kebudayaan, dan juga olahraga. 49 Keberadaan kementrian ini juga
berperan dalam mendorong dalam memperkenalkan Korean Wave dan aspek
budaya serta olahraga Korea baik kedalam masyarakatnya domestik negaranya
dan juga dalam memperkenalkannya ke masyarakat internasional melalui
program-program yang diadakannya. Seperti yang dijelaskan oleh Mentri
Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata pada tahun 2006 bahwa,

“The ministry has set up public relations offices overseas called “Korea Plaza” to
strengthen the country's image through the globalization of hallyu, the boom of
Korean pop culture overseas. In particular, the government will support
exchanges of cultural contents with foreign countries away from unilateral or
export-oriented activities.”50

Pernyataan yang dikeluarkan ini secara jelas memperlihatkan upaya Korea dalam
mendorong Korean Wave sebagai bagian dari diplomasi budayanya untuk
mencapai tujuan diplomasinya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Dalam
hal ini MCST membangun hubungan bersama berbagai entitas lainnya, dengan 5
tujuan utama yang digambarkan dalam skema di bawah ini, yaitu:51

                                                            
49
History, diakses dari http://www.mct.go.kr/english/aboutus/history.jsp, pada tanggal 1
November 2011, pada pukul 11:13
50
Hallyu is new growth engine in culture industry, diakses dari
http://www.mct.go.kr/english/issue/issueView.jsp?pSeq=492, pada tanggal 3 November 2011,
pada pukul 13:!4
51
Jessica Chen, A Study on Cultural Tourism and South Korean Government, diakses dari
http://c030.wtuc.edu.tw/ezcatfiles/c030/img/img/743/282605760.pdf, pada tanggal 21 April 2011,
pada pukul 19:39.
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


34 

Skema 2. 1 5 Tujuan Aktivitas MCST

Sumber: http://c030.wtuc.edu.tw/ezcatfiles/c030/img/img/743/282605760.pdf

Kebijakan pemerintah dalam menggunakan Korean Wave sebagai bagian


dalam diplomasinya juga dijelaskan dalam kebijakan pariwisatanya. Dimana
dijelaskan pada tahun 2005, “Expansion of Korean Wave Fever, Diversification
of Korean Wave, and Boosting Visitation of Korea through Promotion of Korean
Wave Product” menjadi salah satu kebijakan Korea dalam bidang pariwisata.
Dijelaskan secara lebih lanjut bahwa peningkatan pariwisata Korea ini dilakukan
melalui beberapa hal, seperti membuat nama merek untuk pariwisata Korea dan
juga menggunakan “Dynamic Korean Wave Campaign” sebagai cara marketing
untuk meningkatkan wisatawan yang datang ke Korea. Melalui Dyanmic Korean
Wave Campaign ini, pemerintah Korea akan menggunakan aspek-aspek Korean
Wave seperti drama, film, musik, dan juga selebriti-selebriti Korea dalam berbagai
program pariwisata Korea untuk meningkatkan wisatawan asing yang datang ke
Korea.

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


35

II.3 Korean Wave dalam Diplomasi Budaya Korea

Seperti yang telah dijelaskan diawal bab ini bahwa, terdapat dua organisasi
pemerintah Korea yang mendukung dan sangat berperan penting dalam
memperkenalkan Korean Wave baik itu ke masyarakat domestik negaranya dan
juga ke masyarakat internasional. Kedua organisasi ini berdiri dan bergerak di
bawah Kementrian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata (MCST) sebagai salah
satu cara unutk mencapai tujuan diplomasi kebudayaan Korea. Kedua organisai
tersebut adalah Korean Tourism Organization (KTO) dan Juga Korean
Foundation For International Cultural Exchange (KOFICE). Kedua organisasi ini
jelas menggunakan cara yang berbeda berdasarkan tujuan masing-masing
organisasi tersebut didirikan.

II.3.1 Korean Wave Melalui Korean Tourism Organization (KTO)

KTO merupakan organisasi yang didirikan berdasarkan undang-undang


Korea Selatan dan memiliki tugas untuk mempromosikan industri pariwisata
Korea. Organisasi didirikan pada tahun 1962 sebagai sebuah perusahaan investasi
pemerintah yang bertanggung jawab terhadap industri pariwisata Korea
berdasarkan International Tourism Corporation Act. Selain itu organisasi ini juga
dijalankan berdasarkan kebijakan atau aturan pemerintah, yaitu Tourism
Promotion Law yang dikeluarkan pada tahun 1961. Pada awalnya, organisasi ini
hanya fokus untuk mempromosikan Korea sebagai salah satu negara tujuan untuk
berwisata masyarakat asing. Akan tetapi, dimulai pada tahun 1980an,
mempromosikan pariwisata domestik menjadi salah satu tugas dari KTO. Visi
dari organisasi ini adalah untuk membuat paradigma baru dalam industri
pariwisita, dan menjadikan Korea sebagai tempat yang selalu diingat untuk
kembali lagi.

Pada intinya, organisasi ini dibentuk untuk mengembangkan urusan


budaya dan juga pariwisata melalui aktivitas promosi dalam menarik wisatawan,
melakukan penelitian dan pengembangan tekhnologi pariwisata untuk memelihara
industri pariwisata sebagai sebuah alat dari pertumbuhan ekonomi, melalui
kerjasama dengan pemerinah lokal dan industri budaya lainnya, dan
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


36 

pengembangan penginapan dan konsultasi. Sejak 2005, dengan masuknya Korean


Wave sebagai bagian diplomasi publik Korea berdasarkan kebijakan luar negeri
Korea pada tahun 2005 dan tahun-tahun selanjutnya dalam 2006 Korean
Diplomatic White Paper. KTO sebagai salah satu organisasi yang bertanggung
jawab dalam bidang pariwisata juga menggunakan Korean Wave yuang dilibatkan
dalam program-programnya yang direncanakan dan dijalankan setiap tahunnya.
Di bawah ini adalah penjelasan mengenai program-program pariwisata Korea
sejak tahun 2005-2010 dan beberapa penjelasan mengenai acara-acara dalam
program tahunan tersebut, serta posisi Korean Wave dalam program tahunan
tersebut yang dijelaskan dalam Visit Gyeonggi-Korea 2005, Visit Jeju Year 2006,
Visit Gyeingbuk-Korea 2007, Visit Gwangju Jeonnam Korea Year 2008, Visir
Incheon 2009, dan Visit Korea Year 2010-2012

II.3.1.1 Visit Gyeonggi-Korea 2005: Center of Korea Wave

Pada tahun 2005 ini, KTO meresmikan tahun 2005 tersebut sebagai “Visit
Gyeonggi-Korea Year 2005”. Sebagai salah satu provinsi di Korea, Gyeonggi
memiliki banyak objek pariwisata, dan memiliki nilai sejarah yang penting bagi
Korea. Hal ini merupakan salah satu alasan yang mendorong KTO untuk
menjadikan tahun 2005 tersebut sebagai “Visit Gyeonggi-Korea Year 2005”.
Selain itu, lebih dari setengah dari total jumlah penduduk Korea tinggal di
provinsi tersebut, dan setidaknya sekitar lima juta wisatawan mendatangi provinsi
ini melalui bandara Incheon yang memang berada di provinsi ini. Seperti yang
dijelaskan oleh Chung Dong-che, Mentri Kebudayaan dan Pariwisata Korea,

“Setting its sights on raking in 3.5 trillion won in tourism revenues and attracting
a target of 6.9 million tourists during the year, the Preparatory Office for Visit
Gyeonggi-Korea 2005 plans to carry out diverse and unique projects - 31 projects
in a total of five fields. The projects include 10 international festivals, to be held
during the tourism promotion period, and organization of the second Gyeonggi
Tour Exhibition, and the construction of the Goyang Tourism and Culture

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


37

Complex.In a ceremony marking the declaration of Visit Gyeonggi-Korea


2005”.52

Salah satu tujuan program ini adalah untuk menentukan identitas pariwisata
provinsi Gyeonggi dan sebagai sebuah batu loncatan untuk ekspansi industri.
Program Visit Gyeonggi-Korea 2005 ini menggunakan tema “Gyeonggi Province,
the Heart of Korea – Visit Gyeonggi Province and Taste Korea at a Glance”.
Berbagai acara dibuat dalam rangka menarik wisatawan asing ke Korea, seperti
mengunjungi DMZ gratis, serta berbagai jenis fetival seperti Puchon International
Fantastic Film Festival, World Ceramic Biennale Festival, dan World Peace
Festival. Selain untuk memperlihatkan kebudayaan tradisional Korea melalui
bangunan-bangunan sejarah yang bertempat di kawasan ini, kawasan Gyeonggi
ini juga merupakan kawasan yang sering digunakan sebagai lokasi pengambilan
gambar drama-drama Korea, seperti Daejang-geum, My Sassy Girl, King and the
Clown. Hwaseong Fortress yang merupakan salah satu tempat sejarah kerajaan
Korea merupakan tempat pengambilan gambar Daejang-geum, yang merupakan
drama Korea yang sangat populer di negara-negara lainnya.53 Melalui program -
Visit Gyeonggi-Korea 2005 ini pemerintah berupaya untuk mendorong dan
memperkenalkan tempat-tempat sejarah Korea melalui kepopuleran budaya pop
Korea, yaitu Korean Wave dengan mendorong objek-objek wisata tersebut
sebagai objek utama dalam berjalannya program tersebut.

Dalam program Visit Gyeonggi-Korea 2005 Jung Jun-Ho salah satu artis
Korea dipilih sebagai duta perwakilan masyarakat program tersebut. Jung Jun-Ho
merupakan salah satu selebriti terkenal dalam Korea Wave yang mewakili
industri perfilman Korea di Jepang. 54 Ia menjadi duta kedua program tersebut
setelah Park Ji-eun (pemain olahraga golf) yang diresmikan pada tanggal 6 Januari
tahun 2005. Jung Jun-Ho merupakan salah satu selebriti yang terkenal di Jepang
                                                            
52
Korea Aims to Join Global Top 10 with 10 million Inbound Tourists, diakses dari
53
A Treasure of Tourist Attractions - Gyeonggi greets tourists with fascinating tour programs
during
'Visit Gyeonggi-Korea 2005', diakses dari http://www.newsworld.co.kr/cont/0502/61.htm, pada
tanggal 9 November 2011, pada pukul 23:57
54
Market the Tourism in Gyeonggi through Young Korean Wave Stars, diakses dari
http://english.gg.go.kr/news/viewToday.jsp?seq=407&page=59&method=&query=, pada tanggal
10 November 2011, pada pukul 18:35
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


38 

melalui filmnya Honor of the Family yang ditayangkan di Jepang. Salah satu
kegiatan yang diikuti oleh Jung Jun-ho dalam mendukung berjalannya program ini
adalah berpartisipasi dalam acara Goyang Marathon yang diadakan di kota
Goyang, provinsi Gyeonggi ini pada tanggal 29 Mei 2005. 55 Acara Goyang
Marathon merupakan bagian dari pemerintah Gyeonggi dalam mempromosikan
pendirian Hallyuwood di kota tersebut. Pendirian Hallyuwood ini bertujuan untuk
mengumpulkan berbagai macam budaya populer dan jenis pariwisata lainnya
yang tersebar di seluruh provinsi Gyeonggi dalam satu poros, yaiu Hallyu atau
yang juga disebut sebagai Korean Wave. Tempat ini menyediakan berbagai
macam fasilitas, seperti fasilitas untuk merasakan dan mengalami pengalaman
mengenai Korean Wave yaitu hallyu boulevard, star village, permainan dunia
hallyu, dan berbagai macam acara lainnya. Taman bermain ini juga dilengkapi
dengan fasilitas-fasilitas pendukung Korean Wave, seperti lokasi pengambilan
gambar bagi drama-drama Korea dan juga akademi Hallyu. Selain itu, tentu saja
juga dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas pariwisata, seperti penginapan,
hotel, tempat makan, dan sebagainya.56

II.3.1.2 Visit .Jeju Year 2006: Hawai of Korea

Seteleh selesainya program Visit Gyeonggi-Korea 2005, tahun 2006


dicanangkan sebagai Visit Jeju Year. Jeju merupakan pulau yang terletak di
daerah selatan Korea, dan membutuhkan waktu sekitar satu jam menggunakan
pesawat untuk pergi ke pulau tersebut dari kota Seoul, Busan, dan Gwangju.
Pulau ini juga disebut sebagai “Honeymoon Island of Korea”. Berbagai macam
acara diadakan pada tahun tersebut seperti Jeju Cherry Blossom Festival, Jeju-s
Royal Azaleas, acara pembuatan Kimchi yang merupakan makanan tradisional
Korea, Jungmin Beach Film Festival, Samyang Black Sand Festival, dan acara
yang bertemakan Korean Wave yang diadakan pada bulan Oktober dengan

                                                            
55
Movie star Jung Jun-ho acts as the PR Ambassador for 2005, the Visit Gyeonggi-Korea Year,
diakses dari
http://english.gg.go.kr/board/viewToday.jsp?lm=01&seq=438&page=7&method=&query=, pada
tanggal 11 November 2011, pada pukul 14:52.
56
Overview of Project, diakses dari http://www.h-wood.co.kr/en/work/work01.php, pada tanggal
11 November 2011, pada pukul 15:12

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


39

mengadakan konser yang bertajuk “Korean Stars”. 57 KTO mengadakan sesi


tandangan untuk para penggemar artis-artis Korean Wave terhadap para artisnya
yaitu dalam acara Korea-China-Japan Korea Fever Festival.

Peresmian program Visit Jeju Year 2006 ini dilaksanakan pada 10 Januari.
Acara peresmian ini juga melibatkan 20 penyanyi Korea untuk memeriahkan
acara tersebut. Selain itu, Go Du-Shim artis Korea dan 3 orang hiburaner lainnya
dipilih sebagai perwakilan untuk memperkenalkan dan mempromosikan program
tersebut. Dalam acara peresmian tersebut, Kim Tae-hwan gubernur provinsi Jeju
juga menjelaskan “the government will create a Hallyu Image Complex and
organize international event designed to publicide the tourist, leisure and well-
being aspects of the island” sebagai bagian dari Visit Jeju Project untuk semakin
menyebarluaskan dan mempromosiakan budaya populer Korea, Hallyu Wave atau
Korean Wave.58 Hal ini dijelaskan oleh Kim Chan, Direktut Umum Pariwisata,
Kementrian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata bahwa, “Celebrating the Visit
Jeju Year last year, Jeju developed such tourist products as Korean-Chinese-
Japanese hiburaners'golf competition and tour programs related to the opening
ceremony of the Hallyu Expo in Asia and the shooting of the movie 'Tae Wang Sa
Shin Gi'In other locations, tourist programs such as the Ulsan Summer Festival
and those related to Bigeum and Cheongsan Islands, known for shooting 'Waltz of
Spring'made their debuts.”59

Hallyu Expo ini merupakan sebuah pameran internasional bintang-bintang


Hallyu, acara-acara televisi dan film dan merupakan acara internasional pertama
dan terpanjang terkait dengan Hallyu Wave. Acara ini mulai dilaksanakan pada
tanggal 29 November 2006 dan akan terus berlanjut sampat tanggal 10 Maret

                                                            
57
Ibid.,
58
2006 proclaimed "Year to Visit Jeju", diakses dari
http://www.investkorea.org/InvestKoreaWar/work/reg/eng/ne/index.jsp?l_unit=90202&m_unit=90
308&code=11405&no=608300004&page=32&bno=601127404&seq=35, pada tanggal 13
November 2011, pada pukul 22:12
59
Transrip wawancara Kim Chan, dalam Keeping on Evolving Korean Wave, diakses dari
http://www.newsworld.co.kr/cont/0703/32.htm, pada tanggal 11 November 2011, pada pukul
18:26
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


40 

2007, di Jeju Convention Center, Pulau Jeju.60 Gambar di bawah ini merupakan
simbol acara tersebut, dimana tulisan dalam bahasa Korea tersebut
menggambarkan kata Hallyu yang memang identik dengan budaya populer Korea,
Korean Wave.

Gambar 2. 1 Lambang Hallyu Expo 2006

Sumber:
http://english.visitkorea.or.kr/enu/SI/SI_EN_3_2_1.jsp?cid=293296#Lang_Content_Layer

Selain itu, acara ini juga akan meliputi segala hal yang berhubungan
dengan drama, film, musik, permainan, dan juga selebriti yang telah memberikan
kontribusi dalam Hallyu Wave atau yang juga disebut dengan Korean Wave.
Acara ini akan memperlihatkan sejarah perkembangan budaya populer Korea
sejak pertama dimulai, dan juga prospek Hallyu Wave kedepannya. Dalam acara
ini juga terdapat konser-konser para penyanyi Korea dan pertemuan penggemar
dengan artis Korea.

Bae Yong-Jun, yang merupakan salah satu artis Korea yang terkenal
dengan dramanya Winter Sonata dipilih sebagai perwakilan dalam acara
61
tersebut. Bae Yong-Jun merupakan salah satu artis Korea yang sangat
62
berpengaruh dalam perkembangan Korean Wave. Selain Bae Yong-jun,
beberapa selebriti lainnya ikut berperan dalam acara ini seperti, Chae Yeon, SG
Wannabe, Lee Jeong-hyun, Super Junior, Dong Bang Shin Ki (DBSK),dan juga
                                                            
60
Seats to Hallyu Expo in Short Supply, diakses dari
http://english.kbs.co.kr/entertainment/news/1425666_28572.html, pada tanggal 14 November
2011, pada pukul 22:10
61
Hallyu Expo in Asia, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/SI/SI_EN_3_2_1.jsp?cid=293296, pada tanggal 14 November
2011, pada pukul 22:45
62
Millie Creighton, op. Cit, hlm. 16

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


41

artis-artis lainnya. Seven, salah satu penyanyi Korea yang saat itu baru akan
memulai karirnya dalam bidang perfilman juga dilibatkan dalam pertemuan
dengan para penggemar dalam sesi acara “Se7olution in The World”pada tanggal
21 Januari, Lee Jun-ki salah satu artis popular di Koreapun juga mengadakan sesi
pertemuan dengan penggemarnya dengan tema ”BISANG (飛上)” pada tanggal 27
Januari. Sesi pertemuan dengan para penggemarnya ini menjadi acara yang terus
diadakan selama program tersebut berlangsung dengan tema dan selebriti yang
berbeda disesuaikan dengan tema.63

II.3.1.3 Visit Gyeongbuk-Korea 2007

Pada tahun 2007 ini, KTO meresmikan tahun tersebut sebagai Visit
Gyeongbuk-Korea 2007 sebagai salah satu program pariwisata dalam
mempromosikan sejarah Korea. Melalui program ini, KTO juga mengadakan
berbagai acara seperti festival, perayaan, dan juga pameran budaya dunia. 64
Daerah Gyongbuk disebut juga dengan Gyeongsangbuk ini pada dasarnya mudah
diakses melalui ibukota Korea, Seoul. Gyeongbuk terletak di wilayah tenggara
Korea dan merupakan pusat daerah dari sejumlah atraksi budaya kuno, serta
beberapa diantaranya telah diresmikan sebagai warisan budaya dunia oleh
UNESCO. Budaya kono yang terdapat di daerah ini juga merupakan warisan
budaya dari Dinasti Silla, Kerajaan Misterius Gaya, dan juga budaya Dinasti
Joseon.

Selama sepanjang tahun tersebut, berbagai acara dan pertunjukan


dipersiapkan oleh Korea dengan tema yang berbeda, tetapi menyoroti dan fokus
terhadap berbagai era Korea. Pertunjukan-pertunjukan tersebut seperti diantaranya,
pertunjukan mengenai perjalanan Dinasti Silla, pertunjukan musik dan tari
tradisional di teater terbuka di penginapan Bomun, pertunjukan tari topeng Hahoe
di Andong, dan sebagainya. Selain itu, KTO juga menyiapkan program templey
                                                            
63
Hallyu Stars to Meet Fans in Cheju, diakses dari
http://www.mykoreanstars.com/forums/showthread.php?t=145, pada tanggal 14 November 2011,
pada pukul 19:56
64
KTO Toronto, Experience Gyeongsangbuk-do Province During “Visit Gyeongbuk-Korea 2007”
Year!, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/OO/OO_EN_13_3_2.jsp?cid=347709#Lang_Content_Layer,
pada tanggal 14 November 2011, pada pukul 14:07
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


42 

stays bagi para wisatawan yang berkeinginan untuk mengetahui lebih dalam
mengenai budaya Korea. 65 KTO juga menyiapkan berbagai acara lain seperti,
fetival tari topeng, memperkenalkan minuman keras khas Korea, festival kue dan
festival lain yang berhubungan dengan budaya tradisi masyarakat, budaya, dan
juga pertanian Korea. Selama bulan Agustus-Oktober menjadi acara puncak
dalam program Visit Gyeongbuk Korea ini. Dimana, dalam periode 3 bulan ini,
KTO mengadakan pameran budaya internasional Gyeongju. Acara ini terdiri dari
beberapa hal seperti, pertunjukan dan pameran makanan, mode pakaian, film,
seminar, dan juga kebudayaan remaja internasional.

Pada program Visit Gyeongbuk-Korea 2007 ini, Ryu Siwon salah satu
selebriti Korea yang berasal dari daerah tersebut diresmikan sebagai perwakilan
ataupun duta dalam mempromosikan program Visit Gyeongbuk-Korea 2007
tersebut.Ryu Siwon sendiri berasal dari Andong yang merupakan salah satu kota
dari provinsi tersebut. Di Andong sendiri, terdapat Damyunjae, sebuah rumah tua
bersejarah yang memang merupakan rumah keluarga Siwon sendiri. Dan rumah
tua inipun menjadi semakin terkenal semenjak Ratu Elizabeth II, Ratu Inggris
berkunjung pada tahun 1999. Seperti yang dijelaskan sendiri oleh Ryu Siwon
dalam konferensi pers yang diadakan dalam peresmian program tersebut,

“I think it means something that I become the tourism ambassador of


Gyeongsangbukdo, the hometown of my father as well as myself.
Gyeongsangbukdo is very familiar to me as I spent a lot there with my family in
my childhood. And also it was another honored experience for me to have greeted
Queen Elizabeth II at my home several years ago. I always think having a
hometown is very important to everyone. And now I become the tourism
ambassador of my hometown and I am really grateful for that. I will do my best to
help attract more domestic and international tourists to Gyeongbukdo in this Visit
Gyeongbuk-Korea Year.”66

                                                            
65
Ibid
66
Ryu Siwon Weekly: Vsit Gyeongbuk-Korea, diakses dari
http://favosaurus.com/video/?v=9V5JX1Kc9u4, diakses dari 15 November 2011, pada oukul 11:45

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


43

Selain itu pada tanggal 27 Oktober tahun tersebut diadakan konser salah
satu penyanyi Korea yang juga merupakan pemimpin dalam Korean Wave, yaitu
Rain. Konser tersebut diadakan di kota Daegu, salah satu kota dalam provinsi
Gyeogbuk. Konser tersebut bertujuan sebagai ajang promosi program Visit
Gyeongbuk-Korea 2007 sekaligus merayakan ditetapkannya Daegu sebagai
penyelenggara International Association of Athletics Federetaion (IAAF) World
Championship pada tahun 2011. Gyeongju World Culture Expo menjadi ajang
dalam program Visit Gyeongbuk-Korea 2007 ini, yang diadakan pada bulan
Agustus-Oktober. Kota ini merupakan pusat sejarah dari kerajaan Silla yang
memimpin hampir keseluruhan Korea pada abat 7 sampai 9. Gyeongju Wold
Culture Expo ini terdiri dari beberapa acara, seperti Multimedia Show; Millenium
Light, pemutaran film Korea; Mud Warrior dan Cha-Cha, World Stage Art
Fesstivel, World B-boy Festival, International Children’s Play, World Fox
Nanjang Festival, Digital Animational History of Three Kingdom, Character
Fantasy World, Silla Royal Forest LOHAS Festival, Gyeongju Street Events, dan
acara pembukaan dan penutupan.67

II.3.1.4 Visit Gwangju Jeonnam Korea Year 2008: Promote Korean


Traditional Culture

Tahun 2008, KTO meresmikan program 2008 Visit Gwangju Jeonnam


Korea sebagai program-program lanjutan dari program-program yang telah
diadakan ditahun-tahun sebelumnya. Provinsi Jeonnam ini merupakan provinsi
yang kaya akan adat dan tradisi rakyat Korea. Gwangju merupakan ibukota
provinsi Jeonnam, dan provinsi in terletak di bagian barat daya Korea tepat di
ujung selatan bersebrangan dengan Pulau Jeju.68 Wilayah Jeonnam ini terkenal
akan praktik-praktik budaya yang tetap dirawat dan dilestarikan, perkebunan
tehnya yang hijau dan subur, festival Kimchi yang diadakan setiap bulan
November, dan juga makanan khas wilayah serta makanan lautnya yang segar
                                                            
67
Gyeongju Wolrd Culture Expo, diakses dari
http://www.cultureexpo.or.kr/assets/download/file/?BjiJZoktQkSWf38Sucl3Bw, pada tanggal 14
November 2011, pada pukul, 16:28
68
KTO Toronto, Experience Jeollanam-do Province During “2008 Visit Gwangju Jeonnam
Korea” Year, diakses dari http://english.visitkorea.or.kr/enu/OO/OO_EN_13_3_2.jsp?cid=496138,
pada tangal 15 November 201, pada pukul 19:30
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


44 

dikarenakan wilayah ini langsung berbatasan dengan Laut Kuning. Selain itu,
wilayah ini juga terkenal dengan pemandangan alam yang indah dengan terdapat
gunung tertinggi kedua di Korea dan taman nasionalnya. Gwangju sendiri juga
terkenal dan merupakan awal dari kelahiran kebudayan-kebudayaan dan
pertunjukan-pertunjukan seni Korea. 69 Oleh karena itu, program 2008 Visit
Gwangju Jeonnam Korea menjadi ajang untuk memperkenalkan keunikan
wilayah tersebut ke masyarakat luas. Selain itu, pada tahun 2002 Gwangju
merupakan kota yang menjadi tuan rumah acara olahraga Piala Dunia. Dimana,
acara tersebut diadakan di Gwangju World Cup Stadium yang terletak di kota
tersebut.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, berbagai macam festival dan acara


dilaksanakan selama berjalannya program tersebut. Salah satunya adalah The
Yeongdeong “Moses’Miracle“Festival yang diadakan pada bulan Mei. 70 Pada
bulan Juli akan menjadi Muan White Lotus Festival.71 Lalu, juga diadakan Food
Culture Festival, pada tanggal 9 sampai 13 Oktober 2008. Pada bulan November,
festival lain juga diadakan, yaitu Gwangju Kimchi Festival.72 Selain itu ada juga
Gwangju Biennale  mulai dibuka pada 5 Oktober 2008, yang merupakan sebuah
pameran berskala global dan pelopor dalam seni kontemporer . Pameran ini
merupan dampak dan hasil dari pergerakan demokrasi yang terjadi di Korea pada
tahun 1980an.73

                                                            
69
Explore Korea’s Treasures – Gwangju & Jeollanam-do, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/SI/SI_EN_3_6.jsp?cid=641679, pada tanggal 14 November
2011, pada pukul 15:11
70
Jindo-gun, Jindo Yeingdeung Moses Miracle Parting of the Sea Festival, diakses dari
http://www.festivals.com/Jindo+Yeongdeung+Moses+Miracle+Parting+of+the+Sea+Festival-
South%20Korea-NA-Jindo-gun-PfxZ8VsrIU4%3D.aspx, pada tanggal 11 November 2011, pada
pukul 22:!5
71
Focus on . . . Muan! White Lotus Festival (July 25 - July 29), diakses dari
http://cdn.emarketingsg.com/emktg/korea/korea061308.htm, pada tanggal 15 November 2011,
pada pukul 17:24
72
Gwangju Kimchi Festival, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/SI/SI_EN_3_2_1.jsp?cid=293204, pada tanggal 15 November
2011, pada pukul 11:25
73
KTO London, Destination 2008 – Register and Win on Tour2korea.com, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/OO/OO_EN_13_2_2.jsp?cid=496136#Lang_Content_Layer,
pada tanggal 14 November 2011, pada pukul 23:14

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


45

II.3.1.5 2009 Visit Incheon Year: Incheon Sebagai Zona Ekonomi dan
Tekhnologi

Pada tahun 2009, pemerintah Korean meresmikan program 2009: Visit


Incheon Year sebagai program pariwisata seperti tahun-tahun sebelumnya. 74
Incheon merupakan salah satu kota metropolitan dan merupakan pelabuhan utama
di pesisir barat Korea. Bandar Udara Internasional juga bertempat di kota ini.
Selain itu, Incheon juga menjadi tuan rumah dari Piala Dunia FIFA yang diadakan
pada tahun 2002, dan juga merupakan salah satu kota penting dalam bidang
ekonomi. Program Visit Incheon Year sendiri telah mulai diperkenalkan dan
dipromosikan sejak Oktober 2008, dan dilakukan dibeberapa provinsi dan kota
utama seperti, Chincheon, Busan, Gwanju, Daejon, dan Seoul. Pemerintah
Incheon juga bekerjasama dengan para seniman Korea dan juga industri
pariwisata lainnya dalam mempromosikan program tersebut. Hal ini seperti yang
dijelakan oleh Ahn Sang-soo yang merupakan walikota pemerintah pusat Incheon
dalam wawancaranya dengan IT Times pada Februari 2009, yaitu;

“A wandeirng theatrical troup composed of Incheon artists and those of


local touring areas is chiefly aimed at publicizing Visit Incheon 2009 nationwide.
Those engaged in the tourism industry are also encouraged to take part in
overseas gatherings of the tourism industry as well as exhibitions and big fairs to
introduce Visit Incheon 2009.”75

Selain mempromosikannya kepada masyarakat dalam negeri, pemerintah lokal


Incheon juga mempromosikan program 2009: Visit Incheon Year tersebut ke
negara lainnya. Seperti yang dijelaskan oleh Choi Jae-ku, Presiden dari Incheon
Tourism Organization (ITO), yaitu;

                                                            
74
2009: Visit Incheon Year, diakses dari
http://kto.visitkorea.or.kr/enu/ek/ek_1_4_3.jsp?cid=641820, pada tanggal 15 November 2011,
pada pukul 00:05
75
2009 Year to Visit Incheon, diakses dari http://www.koreaittimes.com/story/633/2009-year-visit-
incheon, pada tanggal 15 November 2011, pada pukul 01:20
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


46 

“The ITO, working with Incheon City, dispatched a tourism promotion delegation
to Shandung and Liaoning provinces in China on Nov. 24, 2008 to attract tourists
from China in 2009,..”76

Seperti program-program di tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2009 ini


pemerintah Incheon juga menyiapkan berbagai macam pertunjukan, festival, dan
acara lainnya demi mendorong berjalannya program tersebut dengan baik. Pada
bulan Januari, pemerintah mengadakan Sunrise Celebration di Pulau Palmi
Incheon yang tepat diadakan pada tanggal 1 Januari setelah tahun baru. Perayaan
ini juga akan bersamaan dengan pembukaan Lighthouse Museum salah satu rumah
yang merupakan peninggalan dari masa perang tersebut. 77 Palmi Lighthouse
tersebut juga merupakan salah satu tempat pengambilan gambar salah satu drama
Korea yang terkenal, yaitu Boys Before Flowers. Secara lebih lanjut dijelaskan
oleh pihak komite KTO, bahwa lokasi film dan pengambilan gambar menjadi
salah satu cara dalam mempromosikan dan memberitahukan informasi terhadap
masyarakat luas mengenai Incheon. Gambar di bawah ini merupakan salah satu
adegan dalam serial drama Boys Before Flowers Boys Before Flowers yang
dilakukan di Palmi Lighthous.

                                                            
76
Visit Incheon Year 2009: Incheon Tourism Organization goes all out to attract tourists to
Incheon from both at home and abroad, diakses dari
http://www.newsworld.co.kr/cont/article2009/0902-39.htm, pada tanggal 18 November 2011, pada
pukul 12:56
77
Incheon Promises to Be a Magnet for Tourists,Offers exotic tourist spots and festivals year-
round with upcoming '2009: Visit Incheon Year' and Global Fair & Festival 2009 Incheon,
diakses dari http://www.newsworld.co.kr/cont/0812/76.htm, pada tanggal 18 November 2011,
pada pukul 13:16

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


47

Gambar 2. 2 Salah satu adegan dalam Boys Before Flowers yang memperlihatkan lokasi
Lighthouse di Pulau Palmi

Sumber: http://www.koreaittimes.com/story/1331/visit-korea-incheon-2009

Pada bulan Januari 2009 ini pemerintah Incheon juga mengadakan perayaan di
Pegunungan Mani, Pulau Gangwha untuk meresmikan Visit Incheon Year pada
tanggal 16 Januari. Perayaan tesebut diadakan di Samsan World Gymnastic
Complex, Incheon dengan dimeriahkan oleh penyanyi penyanyi terkenal Korea.
Pemerintah juga mengadakan festival lainnya seperti Mania Grand Festival,
Incheon Grand Flower Festival, Incheon Grand Sale, Incheon International Beer
Festival, dengan Incheon Food Culture Festivaldan  Incheon-China Day, serta
World City Expo 2009.78 Pada bulan Oktober, terdapat Incheon Soraepogu Inlet
Festival, Incheon International Crown Mimem Fetsival dan Incheon International
Fireworks Festival dan juga Chinatown Festival, serta Woelmido Culture Festival
dan sebagainya.

KTO juga menyiapkan acara Pentaport Rock Festival yang melibatkan 50


grup musik yang berasal baik dari Korea dan juga dari luar Korea untuk
berpartisipasi. Acara Incheon Pentaport Rock Festival menjadi acara yang cukup
besar dalam program Visit Incheon Year tersebut. 79 Acara ini diikuti oleh lebih
dari 60 band dan selebriti film Korea, Ryu Seong-beom menjadi pembawa acara
dalam acara tersebut. Acara ini juga meriahkan oleh artis-artis, dan penyanyi dari
luar negeri seperti The Desftones, the champion of hardcore rap dan Eskimo Joe,

                                                            
78
Ibid
79
Kim Hee-sung, Two competing music festivals to rock this summer, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/FU/FU_EN_15.jsp?cid=768057, pada tanggal 18 November
2011, pada pukul 18:24
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


48 

Lenka yang berasal dari Australia, dan sebagainya. Acara ini juga dimeriahkan
oleh pemusik dari Korea sendiri seperti No Brain, Cocore, Guckkasten, Lolo’s
Mon Shiners, Black Skirts dan juga Galaxy Express yang juga telah memiliki
banyak penggemar. Acara ini menjadi acara internasional, dikarenakan
dilibatkanya para penyanyi yang berasal dari luar Korea. Acara Pentaport Rock
Festival pada dasarnya menjadi acara yang cukup besar dalam tahun tersebut dan
berhasil menarik minat para penonton dan penikmat musik selama 3 hari berturut-
turut. Gambar di bawah ini merupakan gambar poster acara tersebut yang
menggambarkan meriahnya musim panas pada acara tersebut dan
menggambarkan tempat acara tersebut yang memang diadakan pada lapangan
yang berada di kota Incheon tersebut.

   

Gambar 2. 3 Poster acara Incheon Pentaport Rock Festival

Sumber:
http://english.visitkorea.or.kr/enu/FU/FU_EN_15.jsp?cid=768057#Lang_Content_Layer

Acara Incheon Pentaport Festival tersebut juga diadakan berbarengan


dengan acara festival lainnya dengan tema acara yang sama. Acara tersebut adalah
Jisan Valley Rock Festival 2009 yang diadakan pada tanggal yang sama dengan
acara Incheon Pentaport Festival. Acara ini juga diikuti oleh penyanyi-penyanyi
yang tidak hanya berasal dari dalam Korea saja, tetapi juga berasal dari luar Korea,
seperti Oasis, Patti Smith, band pop-punk Fall Out Boys, band Jimmy Eat World,
seorang penyanyi dan juga penulis lagu Korea Amerika Pricilla Ahn, dan
sebagainya. Korea, dalam hal ini juga diwakilkan dengan penampilan-penampilan
dari band-band indie, seperti Onnie Ibalgwan, Yohzo, Lee Han-choul dan juga

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


49

Vodka Rain. Akan tetapi, terdapat perbedaan acara ini dengan acara Incheon
Pentaport Festival. Dimana acara Jisan Valley Rock Festival ini menggunakan
tema penghijauan dengan menggunakan berbagai perlengkapan acara yang dapat
diperbarui ataupun didaur ulang. Pengadaan kedua acara yang diadakan dalam
program Visit Incheon Year ini menjadi acara yang diadakan untuk memeriahkan
musim panas di tahun tersebut. Selain itu, dengan mengadakan acara ini
pemerintah Korea juga bertujuan untuk menarik wisatawan dengan diundangnya
penyanyi-penyanyi yang tidak hanya berasal dari Korea saja, tetapi juga dari
negara-negara lain yang tentu saja menggunakan bahasa internasional dalam lagu-
lagunya yang akan mempermudah para pengunjung dan penonton yang datang ke
acara tersebut untuk lebih mengerti pertunjukannya.

KTO dalam tahun 2009 ini juga mengadakan acara besar lain yakni,
Global Fair & Festival 2009. Acara ini merupakan acara besar yang telah
dipersiapkan bahkan sebelum program tersebut berjalan. Acara ini dimulai pada 7
Agustus dan terus berajalan selama 80 hari sampai dengan Oktober dibeberapa
lokasi di Incheon, seperti the Songdo International City Third Construction Site,
Central Park, Tomorrow City, and Songdo Convensia. Beberapa hal yang terdapat
dalam acara ini adalah pameran, konferensi internasional, dan juga berbagai
macam festival seperti the Global Wine Festival, the World Robot Football
Contest, World Culture Street and the Multimedia Sho. Secara jumlah, acara ini
menyediakan 65 program.80 World Culture Street festival menjadi sebuah acara
yang menyenangkan ditengah-tengah acara bisnis dan pengembangan kota yang
diikuti oleh para wisatawan untuk mengetahui perbedaan sejarah dan budaya di
kota tersebut. Dalam acara ini, panitia juga menyiapkan acara Understand Korean
Culture dengan tinggal bersama dengan keluarga Korea bagi para wisatawan yang
berkeinginan secara lebih lanjut untuk mempelajari kebudayaan Korea.81

                                                            
80
Staff, Visit Korea Incheon 2009, diakses dari http://www.koreaittimes.com/story/1331/visit-
korea-incheon-2009, pada tanggal 18 November 2011, pada pukul 18:52
81
KTO Sydney, Incheon City, Korea Invites The World to Its Global Festival 2009, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/OO/OO_EN_13_4_2.jsp?cid=735387, pada tanggal 18
November 2011, pada pukul 19:26
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


50 

Pada dasanya, tujuan dari acara ini adalah untuk memperlihatkan


perkembangan dan juga prestasi kota Incheon. Dimana, kota ini berusaha sebagai
kota dengan ekonomi global pada tahun 2020, acara ini diadakan untuk
menunjukkan perkembangan di area ekonomi bebas di kota ini, yaitu di Sondo,
Yeongjon, dan Cheongna dan rencana pembanguanan urban area dengan
menggunakan teknologi yang mutakhir, hemat energi, dan ramah lingkungan.
Dengan menggabungkan konsep edukasi dan acara yang menyenangkan, acara
Global Fair & Festival ini menjadi acara yang memiliki target terhadap para
generasi muda untuk hidup mereka dimasa yang akan datang. Salah satu acara
lain yang juga merupakan bagian dari Global Fair & Festival ini adalah acara
festival B-boy yang merupakan sebuah acara kompetisi tari B-boy yang diadakan
pada tanggal 25-27 September 2009 dan diikuti oleh 15 negara lainnya.82

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana pemerintah lokal lebih


menggunakan selebriti Korea sebagai duta dari program-program yang dijalankan,
ditahun Visit Incheon Year ini pemerintah Incheon benar-benar menggunakan
selebriti dalam sebuah program yang melibatkan masyarakat-masyarakat
internasional. Hal ini dijalankan melalui acara Hallyu Stars Promote the Spirit of
Korea in an Exciting Online Festival: Netizens from China, Japan, Singapore,
and Taiwan vote for their favorite Hallyu Star. Dimana acara ini diresmikan pada
tangga 7 Juli 2009 oleh KTO dengan bekerjasama dengan salah satu website
internasional Yahoo.Com. Selebriti-selebriti Korea menjalankan perannya dengan
mempromosikan 100 atraksi utama di Korea melalui website tersebut
(http://kr.promotion.yahoo.com/korea100sparkles). Melalui website tersebut,
selebriti-selebriti Korea yang terkenal melalui drama-drama dan film-film Korea
dan merupakan bagian dari Korean Wave menjelaskan mengenai makanan
kesukaan mereka, atraksi-atraksi yang terkenal di Korea dan para masyarakat luar
dapat melihatnya melalui video ataupun membaca artikel yang dijelaskan oleh
para selebriti Korea tersebut. Dimana, melalui program yang diberi nama

                                                            
82
Thomas J Shon, R16 B-Boy Festival, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/OO/OO_EN_13_4_2.jsp?cid=790622, pada tanggal 18
November 2011, pada pukul 19:16

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


51

“Korea’s Bright Sparks” tersebut mengundang masyarakat dari Cina, Jepang,


Singapura, dan Taiwan untuk memilih selebriti Korea yang paling ingin ditemui
diantara 10 bintang Hallyu yang sebelumnya telah melewati pemilihan oleh KTO.
Selebriti-selebriti tersebut adalah Andy, Jang Seo-hee, Ji-sung, Jun Jin, Kim Jun,
Kwon Sang Woo, Lee Min Woo, Paek Eun Hye, Park Yong Ha, Yun Ha. Para
penggemar selebriti-selebriti tersebut memiliki kesempatan untuk bertemu dengan
selebriti-selebriti tersebut dalam acara “Sparkling Road Trip” yang diadakan
setelah acara tersebut. Acara tersebut berhasil menarik minat masyarakat
internasional, dimana sejumlah 800.000 orang yang berasal dari Cina, jepang,
Singapura, dan Taiwan.83

Program-program lain yang menjadi program penting ataupun menjadi


salah satu acara yang menarik banyak perhatian adalah Incheon Korean Wave
Concert 2009, yang merupakan bagian dari acara Incheon Korean Wave Festival
2010 seperti yang dapat dilihat dari gambar di bawah ini.

Gambar 2. 4 Lambang Korean Wave Festival 2009

Sumber: http://www.dkpopnews.net/2010/08/info-incheon-korean-wave-festival-2010.html

Acara ini diadakan pada tanggal 5 September 2009 di Incheon Munhak Main
Stadium. Pada awalnya acara ini dijadwalkan pada tanggal 22 Agustus, tetapi
diundur menjadi bulan September dikarenakan kematian mantan Presiden Korea

                                                            
83
Meet 100 Korean Celebrities- Korea 100 Sparkles Online Festival, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/FU/FU_EN_15.jsp?cid=805332, pada tanggal 18 November
2011, pada pukul 19:50
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


52 

Kim Dae Jung.84 Acara ini pada dasarnya juga merupakan bagian dari Global Fair
& Festival Incheon 2009 yang telah dijelaskan sebelumnya dan juga merupakan
bagian dari Incheon Korean Wave Festival 2009. Acara ini menjadi acara konser
spesial K-Pop yang menunjukkan bersama-sama artis-artis Korea yang popular
pada saat itu. Pada acara konser Incheon Korean Wave Concert tersebut
dimeriahkann oleh SNSD, Super Junior, Shinee, Baek Jiyoung, KARA, FT Island,
Younha, 2PM, SS501, dan masih banyak lagi. Acara lain dalam rangkaian acara
Incheon Korean Wave Festival tersebut adalah Incheon Korean Star Wave 2009
yang dimulai dengan konser Lee Min Woo dan dlanjutkan dengan sesi tanda
tangan oleh SS501 dan juga diikuti oleh pertemuan dengan penggemar yang
berasal dari luar negeri. Berbeda dengan acara konser Incheon Korean Music
Wave yang diundur menjadi bulan September, acara Incheon Korea Wave Festival
ini tetap berjalan sesuai dengan jadwal awal, yaitu pada tanggal 15 Agustus.85
Acara Korean Wave Festival diadakan dengan tujuan untuk menarik pengunjung
dan wisatawan dari luar Korea yang memang mengenal Korea melalui drama-
drama dan lagu-lagu Korea atau yang dikenal dengan Korean Wave.

II.3.1.6 Visit Korea 2010-2012: Promote Korea as a Whole

Pada akhir tahun 2009 dimana akan berakhirnya program 2009:Visit


Incheon Year, Korea kembali meresmikan program untuk tahun berikutnya.
Dimana tidak seperti program-program dari tahun 2005-2009 yang fokus pada
kota dan provinsi, kali ini Korea meresmikan program yang mencakup
keseluruhan Korea yaitu Visit Korea Year 2010-2012. Program ini diresmikan
pada tanggal 11 November 2009 di Cheonggye Stream yang terletak di kota Seoul.
Program ini berjalan dengan tema yang berbeda setiap tahunnya. Dimulai dari
tahun 2010, “City & Style” menjadi tema utama, dengan fokusnya pada Seoul’s
World Design Capital dan Korean Wave di Asia Timur. Pada tahun 2011,

                                                            
84
Coolsmurf, Stars Gather for Incheon Korean Wave Festival 2009, diakses dari
http://www.allkpop.com/2009/08/stars_gather_for_incheon_korean_wave_festival_2009, pada
tanggal 18 November 2011, pada pukul 22:10
85
Hying, Top Korean Stars performing for Incheon Korean Wave Festival 2009, diakses dari
http://www.koreanclicks.com/korean-stars-news/top-korean-stars-performing-for-incheon-korean-
wave-festival-2009. pada tanggal 18 November 2011, pada pukul 22:39

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


53

“Nature & People” menjadi tema utama dengan fokusnya pada IAAF World
Championship in Athletics in Daegu dan green tourism. Pada tahun 2012, “Blue
Ocean” menjadi tema utama dengan fokusnya pada World Expo in Yeonso. 86
Program yang berjalan selama tiga tahun ini akan berada dibawah slogan “Offer
the best of Korea with your smile”. 4 perwakilan dipilih untuk menjadi duta dalam
rangka mempromosikan berjalannya program ini. Duta-duta tersebut terdiri dari
Bae Yong Joon yang merupakan salah satu aktor yang terkenal melalui perannya
dalam Winter Sonata dan berperan penting dalam Korean Wave, Kim Yu-na yang
merupakan seorang skater yang terkenal dan menjadi bagian dalam perkembangan
olahraga Korea, Pororo yang merupakan karakter kartun yang terkenal, dan Girls’
Generation yang juga memiliki peran penting dalam perkembangan Korean Wave
dalam bidang musik.87  

Selain acara peresmian yang dilakukan pada November 2009, acara lain
diselenggarakan di beberapa negara lain demi mempromosikan program tersebut.
Salah satunya adalah diadakan di Jepang pada tanggal 30 September, di Tokyo
Dome. Acara tersebut merupakan acara peluncuran Visit Korea 2010-2012 yang
ditujukan terhadap masyarakat Jepang. Acara ini diadakan oleh KTO dan dihadiri
oleh salah satu duta program Visit Korea 2010-2012, yaitu Bae Yong-joon yang
merupakan selebriti dan aktor Korea yang terkenal di Jepang dikarenakan
dramanya Winter Sonata. 88 Dalam acara tersebut, Bae Yong-joon menjelaskan
mengenai hal-hal menarik yang terdapat di Korea. Salah satu ajang promosi lain
juga dilakukan di Sanghai, Cina pada tanggal 24 November 2009. Para selebriti
Korea yang akan berpartisipasi tiba di Sanghai pada hari yang sama dan langsung
disambut oleh kerumunan penggemar. Para penyanyi tersebut termasuk
diantaranya adalah Wheesung, f(x), 2PM, 2AM, U-Kiss, 4Minute, dan juga Jang
Nara. Para penyanyi tersebut berpartisipasi dalam acara the Feel Korea K-Pop

                                                            
86
“2010-2012 Visit Korea Year” Campaign, diakses dari http://brandingkorea.org/campaigns-
archive/2010-2012-visit-korea-year/, pada tanggal 14 Oktober 2011, pada pukul 00:19
87
PR Ambassador for the Visit Korea Year, diakses dari
http://english.visitkoreayear.com/english/vkcinfo/vkcinfo_03_04_01.asp, pada tanggal 13 Oktober
2011, pada pukul 19:5
88
Do Je-hae, 'Visit Korea' Campaign Launched in Japan, diakses dari
http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2011/04/117_52780.html, pada tanggal 13
Oktober 2011, pada pukul 22:17
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


54 

Night and K-Fashion dalam rangka mempromosikan program Visit Korea 2010-
2012. 89 Acara ini berhasil menarik minat pengunjung sebanyak 8000 orang.
Pemerintah Korea berharap bahwa kekuatan para selebrit, penyanyi, aktor dan
aktris Korea dapat mendorong para wisatawan untuk datang ke Korea. Seperti
yang dijelaskan oleh Chung Dong-cheun (2010) eksekutif Korea Creative Content
Agency, bahwa;

“Although we have different nationalities and speak different languages, I could


feel how much they loved the music from the heated atmosphere at the concert,”

Berbagai macam acarapun telah dipersiapkan demi berjalannya program


Visit Korea 2010-2012 tersebut. Berbagai macam acara terebut tentu saja sesuai
dengan fokus utama Korea dalam tema-tema setiap tahun yang memang berbeda.
Beberapa acara utama tersebut adalah, Seoul Design Fair yang diadakan pada
tanggal 17 September sampai dengan 7 Oktober 2010. Lalu, IAAF World
Championship Daegu 2011 yang akan diadakan pada tahun 2011, Expo 2012
Yeosu Korea, yang akan diadakan di tahun 2010. Selain itu adalah Korean Wave
Fetsival yang diadakan pada September 2010 selama 7 hari di Gyeongju dan juga
provinsi Gyeongsangbuk, Haendae Piff Night yang diadakan pada Oktober 2011
di Kota Busan. Korea Food and Tourism Festival, dan juga Korea Grand Sale
yang diadakan pada November 2010 sampai dengan Februari 2011.90

Selain beberapa acara utama di atas, masih banyak acara lain yang juga
dilaksanakan oleh KTO. Seperti salah satunya adalah Inspiring Night in Korea
2010. Acara ini merupakan salah satu acara yang diadakan untuk merayakan
berjalannya program Visit Korea Year 2010-2012.91 Diselenggarakan di salah satu
tempat bersejarah Korea, yaitu Changdeokgung Palace acara ini juga bertujuan
untuk memberikan pengalaman dengan pertunjukan tradisional Korea, dan juga
                                                            
89
Lim Jae-un, Korean wave crashes upon Shanghai shores, diakses dari
http://www.mct.go.kr/english/issue/issueView.jsp?pSeq=1426, pada tanggal 12 Oktober 2011,
pada pukul 20:47
90
Visit Korea Year 2010-2012, diakses dari http://www.visitkorea.com.my/article/visit-korea-year-
2010-2012, pada tanggal 19 November 2011, pada pukul 10:19
91
Inspiring Night in Korea 2010, diakses dari
http://korean.visitkorea.or.kr/kor/nightinkorea/eng/p_02.html, pada tanggal 22 November 2011,
pada pukul 18:28

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


55

misteri dibalik kebudayaan Korea. Acara ini juga bersamaan dengan peresmian
salah satu selebriti Korea, Choi Ji-woo sebagai duta kehormatan dalam
mempromosikan pariwisata Korea. Hal ini ditujukan untuk membantu berjalannya
program pariwisata dalam menarik minat masyarakat asing untuk datang ke Korea.
Dijelaskan oleh Choi Ji-woo (2010), bahwa;

"Korean people are often misunderstood by foreigners due to our reserved


demeanor or because of cultural differences," Choi said. "I will try my best to
show our warm hearts to foreigners and promote the country as a great travel
destination worth revisiting."92

Choi Ji-woo telah dipilih sebagai salah satu duta kehormatan dalam membantu
mempromosikan salah satu program kampanya Visit Korea Year 2010-2012, yaitu
“Smile Korea”. Hal ini dikarenakan perannya yang telah cukup signifikan dalam
membantu pariwisata Korea, seperti meningkatkan tingkat kualitas dan kuantitas
pariwisata Korea melalui drama yang ia perankan, yaitu Winter Sonata.93

Selain itu, terdapat juga acara Busan International Fireworks yang


diadakan di kota Busan pada tanggal 21 Oktober 2010. Festival ini termasuk
diantaranya adalah, pameran foto, konser K-Pop, dan juga kembang api.94 Acara
ini diadakan selama 3 hari sampai dengan tanggal 23 Oktober 2010 di area
Gwangandaegyo Bridge. Pertunjukan dari para Hallyu’s stars tersebut berada di
hari pertama. Dimana, pada hari pertama tersebut akan, Choi Ji-woo yang juga
merupakan duta pariwisata Busan akan membuka pameran foto, dilanjutkan
dengan acara tanda tangan dengan para penggemarnya. Setelah itu, acara tersebut
dilanjutkan dengan konser, yaitu Hallyu Star Concert yang melibatkan penyanyi-
penyanyi besar dan telah popular tidak hanya di Korea tetapi juga di negara-
negara lain di Asia, seperti Super Junior, Shinee, Boa, dan juga 2AM. Pada

                                                            
92
Choi Ji-woo Named Honorary Tourism Supporter, diakses dari
http://asiaenglish.visitkorea.or.kr/ena/HA/content/cms_view_1051113.jsp#Lang_Content_Layer,
pada tanggal 18 November 2011, pada pukul 15:57
93
Hallyu Star Choi Ji-Woo, with Warm and Great Smile!- Actress Choi Ji-woo Has Been Chosen
as an Honorary Ambassador for 2010-2012 Visit Korea Year, diakses dari
http://english.visitkoreayear.com/english/community/community_01_01_01_view.asp?bidx=113&
st=&sech=&page=5, pada tanggal 22 November 2011, pada pukul 18:14
94
Yoon Sojung, Loc.cit
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


56 

tanggal 22 Oktober akan menjadi Wolrd Fireworks Day yang akan


memperlihakan berbagai macam jenis kembang api yang dilakukan oleh para tim
pirotehnik yang berasal dari Cina, Italia, dan juga Italia.95 Pada tanggal 23 malam
hari Oktober menjadi hari utama dari festival ini, dimana akan terdapat sejumlah
80.000 kembang api dalam sebuah pertunjukan.

6th Pusan International Film Festival (PIFF) yang sekarang dikenal


dengan Busan International Film Festival seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya juga merupakan bagian dari acara utama dalam Visit Korea Year
2010-2012 untuk tahun 2010. Acara Festival ini juga diadakan di Busan pada
tanggal 7 Oktober sampai dengan 15 Oktober 2010.96 Sebenarnya acara ini telah
menjadi acara tahunan yang sudah pernah diadakan pada tahun-tahun sebelumnya.
Akan tetapi, dengan peresmian program Visit Korea Year 2010-2012 tersebut
dengan tema Korean Wave menjadi fokus utama dalam tahun 2010 acara ini
menjadi fokus acara dan acara besar dalam berjalannya program tersebut. Acara
ini telah menjadi besar dan global dengan diikuti oleh delegasi-delegasi seperti
sutradara, aktor dan aktris, dan juga produser yang berasal dari 60 negara yang
berbeda. Gambar di bawab ini merupakan poster acara 6th Pusan International
Film Festival yang menggunakan gambar abstrak untuk menggambarkan
keunikan-keunikan dari setiap film yang berpartisipasi dalam acara tersebut.

                                                            
95
6th Busan International Fireworks Festival, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/FU/FU_EN_15.jsp?cid=1113472, pada tanggal 19 November
2011, pada pukul 12:15
96
Lights, Camera? Action! The finale of PIFF!, diakses dari
http://visitkorea.com.my/article/lights-camera-action-the-finale-of-piff, pada tanggal 22 November
2011, pada pukul 18:18

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


57

Gambar 2. 5 Poster PIFF 2010

Sumber: http://www.biff.kr/eng/html/archive/arc_history15_01.asp

Pada acara festival tersebut para pengunjung berkesempatan untuk menonton


berbagai macam film yang berasal dari negara-negara yang berbeda.97 Selain itu,
para pengunjung juga memiliki kesempatan untuk bertemu dengan para selebriti,
sutradara, dan juga para produser yang juga tidak hanya berasal dari Korea, tetapi
juga dari negara-negara lain yang ikut berpartisipasi dalam acara tersebut.

Seperti yang dijelaskan di atas, salah satu acara utama dalam tahun 2010
tersebut adalah Korea Wave Festival. Acara ini diadakan pada tanggal 10
September sampai dengan 12 September 2011 di Gyeongsangbuk, Gyeongju, dan
Hwang Sung Park. Dalam festival Korean Wave ini akan terdiri dari peragaan
busana Korea, Pertunjukan makanan dan juga drama Korea, dan juga konser K-
Pop. Acara pertama dalam festival ini yaitu, Hallyu Star Special Date terdapat
berbagai macam selebriti Korea akan hadir seperti Yoon Sang-Hyun, Kim Bum
dan juga Um Tae-ung. Ketiga selebriti ini juga merupakan duta dari Hallyu
Dream Festival tersebut. 98 Para selebriti-selebriti tersebut akan memberikan
pertunjukan seperti konser kecil dan juga bertemu langsung dengan para

                                                            
97
Come and Enjoy the City of Festivals, Busan, diakses dari
http://english.busan.go.kr/community/news/news_01.jsp?command=view&board_code=8&sn=13
17&d_code=EA02004&page=0&nowBlock=0, pada tanggal 22 November 2011, pada pukul
22:34
98
HALLYU DREAM FESTIVAL concludes in great success!,diakses dari
http://english.visitkoreayear.com/english/community/community_01_01_01_view.asp?bidx=137&
st=&sech=&page=4, pada tanggal 20 November 2011, pada pukul 19:56
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


58 

penggemar. Pada acara kedua yaitu peragaan busana, semua model kelas atas dan
juga bintang Hallyu akan berpartisipasi dalam peragaan busanan “Lee Young
Hee”. Tentu saja peragaan busana tersebut yang berhubungan langsung dengan
Hallyu dimana acara tersebut dilengkapi dengan pertunjukan dari para Hallyu Star.
Acara terakhir dalam festival tersebut, yaitu Hallyu Dream Concert diisi oleh para
penyanyi terkenal Korea, sepertu Super Junior, 2PM, After School, Beast, 2AM,
2NE1, Seve, 4Minute, Miss A, Kara, Son Dam-bi, FT Island, Shinee, dan lain-lain.
Gambar di bawah ini merupakan gambar yang memperlihatkan Hallyu Dream
Concert yang berhasil menjadi sebuah acara utama pada tahun tersebut yang
menarik para wisatawan dari luar negeri.

Gambar 2. 6 Salah satu foto pada Hallyu Dream Concert

Sumber:
http://english.visitkoreayear.com/english/community/community_01_01_01_view.asp?bidx=137&
st=&sech=&page=4#bodywrap

Kesemua para penyanyi tersebut merupakan aktor-aktor penting dalam


perkembangan Korean Wave keseluruh dunia, terutama negara-negara Asia.
Dalam festival Korean Wave tersebut juga terdapat pameran-pameran dan
pertunjukan-pertunjukan lainnya yang memberikan pengalaman mengenai
kebudayaan Korea terhadap para pengunjung. Seperti, acara “Reenactment of
Queen Seondeok” yang merupakan salah satu ratu dalam masa Dinasti Silla, dan
juga “Rice cake & Liquor Festival”. Kedua acara ini merupakan salah satu acara
yang diadakan dalam festival tersebut yang bertujuan untuk menunjukkan
kebudayaan tradisional Korea. Acara festival ini menjadi sebuah acara yang

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


59

sukses menggabungkan antra kebudayaan tradisional dan kebudayaan popular


Korea.99

Melalui penjelasan-penjelasan mengenai program-program pariwisata


Korea periode 2005-2010 di atas penulis akan meringkasnya dalam tabel di bawah
ini.

Ringkasan Korean Wave dalam Program


Tahun Nama Program
Pariwisata

- Menggunakan berbagai lokasi


pengambilan drama Korea di provinsi
Visit Gyeonggi-Korea tersebut.
2005
2005 - Menggunakan selebriti Korea sebagai duta
yang mempromosikan program pada tahun
2005.
- Mengadakan acara khusus mengenai
Korean Wave
2006 Visit Jeju Year 2006 - Menggunakan selebriti Korea sebagai duta
Menggunakan lokasi pengambilan drama
Korea di wilayah Pulau Jeju 
Visit Gyeongbuk-Korea Menggunakan selebriti Korea untuk
2007
2007 mempromosikan program pariwisata Korea

Tahun ini menjadi tahun dimana pemerintah


tidak menggunakan Korean Wave secara
Visit Gwangju-Jeonnam
2008 spesifik dalam menjalankan program Visit
Korea Year 2008
Gwangju-Jeonnam Korea Year 2008
tersebut

- Menggunakan lokasi pengambilam drama


di wilayah Incheon
2009 Visit Incheon Year 2009 - Mengadakan acara dengan menggunakan
selebriti Korea
- Mengadakan acara Korean Wave
- Pemilihan tema Korean Wave sebagai
tema program pada tahun 2010
- Selebriti Korea sebagai duta untuk
Visit Korea Year 2010- mempromosikan program pariwisata
2010
2012 Korea
- Mengadakan acara-acara Korean Wave
baik sebelum berjalannya prgogram dan
selama berjalannya program

                                                            
99
Hallyu Dream Festival 2010, diakses darihttp://visitkorea.com.my/article/hallyu-dream-festival-
2010, pada tanggal 20 November 2011, pada pukul 20:39
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


60 

Tabel 2. 1 Resume Program Pariwisata Korea 2005-2010

Sumber: diolah oleh penulis

Dari penjelasan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat penurunan penggunaan
Korean Wave dalam program-program tersebut yang terjadi pada tahun 2007 dan
menjadi lebih signifikan di tahun 2008. Seperti yang telah dijelaskan di atas
bahwa dalam kedua tahun ini, terutama pada tahun 2008, budaya tradisional
Korea menjadi objek pariwisata yang sangat didorong kemajuannya. Penulis
menilai bahwa hal ini menjadi salah satu upaya pemerintah Korea dalam
mengembangkan budaya tradisional Korea yang telah dikenal melalui drama-
drama Korea. Pemerintah Korea dalam hal ini mencoba untuk mendorong
kepopuleran dari budaya tradisional Korea yang nantinya akan membuat
masyarakat asing lebih mengenal Korea melalui budaya tradisional Korea tersebut.
Kepopuleran Korean Wave ini dianggap sebagai sebuah peluang bagi Korea untuk
memajukan budaya tradisionalnya dengan meresmikan tahun 2007 dan terutama
tahun 2008 tersebut sebagai program pariwisata yang akan hanya difokuskan
terhadap budaya tradisional Korea. Akan tetapi, Pengadaaan beragam acara yang
melibatkan aspek-aspek Korean Wave ini menunjukkan keseriusan pemerintah
Korea dalam hal ini terutama MCST dan KTO dalam menjalankan aktivitas
diplomasi publiknya melalui Korean Wave.

II.3.2 Korean Wave Melalui KOFICE

Korea Foundation for International Culture Exchange (KOFICE)


merupakan badan organisasi selain KTO yang berdiri dibawah MCST. Organisasi
ini didirikan pada tanggal 4 bulan Juni pada tahun 2003 di kota Seoul.100 Sejak
didirikannya organisasi ini, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan
pengertian mengenai kebudayaan disetiap negara melalui pertukaran budaya dan
bertindak dalam pertukaran masyarakat untuk membuka jalannya sebuah
kerjasama dalam membentuk sebuah fondasi dalam pertukaran budaya dan juga
                                                            
100
Greetings, diakses dari http://english.kofice.or.kr/g100_introduction/g100_introduction_01.asp,
pada tanggal 22 November 2011 pada pukul 23:16

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


61

kerjasama antar bangsa. Organisasi ini bekerja dalam dua fokus utama, yaitu
melakukan survei dan penelitian mengenai industri budaya, dan juga program
pertukaran budaya. Hal ini dilakukan dengan berbagai macam bentuk seperti
melakukan penelitian di beberapa negara mengenai tingkat kepopuleran budaya
Korea, melakukan publikasi mengenai Hallyu, melalui pengadaan forum-forum
dan seminar, dan juga melalui festival-festival musik yang akan dijelaskan secara
singkat dalam penjelesan selanjutnya.101

II.3.2.1 KOFICE dalam Bidang Edukasi : Di Balik Kemajuan Korean Wave

Dalam bidang Edukasi, KOFICE melakukan pengembangan terhadap


industri budaya Korea melalui 3 hal, yaitu konferensi mengenai drama televisi
Asia, Hallyu Forum, dan juga Asia Music Industri Leaders’ Forum. Hallyu Forum
merupakan salah satu aktivitas KOFICE dalam bidang edukasi yang telah dimulai
sejak tahun 2005. Hallyu Forum merupakan aktivitas pertama dan satu-satunya
yang diadakan oleh KOFICE dalam tahun 2005 tersebut. Pertemuan tersebut
diberi nama 2005 Global Culture Industry Forum yang diadakan pada tanggal 11
sampai dengan 12 Oktober 2005. Acara ini bertujuan untuk mencari solusi
terhadap masalah struktural ekonomi Korea dan membuat sebuah visi nasional
untuk menjadikan Korea sebagai salah satu top most country pada abad ke-21.102
Pada tahun 2006, Hallyu Forum ini kembali diadakan, tetapi kali ini acara forum
ini tidak diadakan di Korea melainkan di Vietnam. Acara Hallyu Forum tersebut
diadakan pada Februari 2006, dan juga dihadiri oleh selebriti-selebriti
Vietnam.103Pada tahun 2007, Hallyu Forum tersebut diadakan pada tanggal 16
Februari 2007 di John F. Kennedy School Harvard University, Amerika Serikat.
Forum ini bertajuk “Hallyu in Asia: A Dialogue” yang bertujuan untuk
mendiskusikan mengenai penyebaran budaya populer Korea dan juga efek yang

                                                            
101
Vision, diakses dari http://english.kofice.or.kr/g100_introduction/g100_introduction_02_1.asp,
pada tanggal 22 November 2011, pada pukul 23:17
102
2005 Global Culture Industry Forum, diakses dari
http://english.kofice.or.kr/f60_academic/f60_academic_02_list.asp?strYear=2005, pada tanggal 23
November 2011, pada pukul 01:34
103
Sang Joon Ly, Chairman of Golden Bridge Finance Group, Establishes HanViet Fondation to
Enhance Partnership between Korea and Vietnam, diakses dari
http://www.hanvietfoundation.org/en/all/view.asp?dh_id=73&page=3&kind=news&search=&sele
ct=&keyword=&searchCategory=, pada tanggal 23 November 2011, pada pukul 15:15
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


62 

terjadi. Dalam forum tersebut, tidak hanya membicarakan mengenai budaya


populer itu saja, tetapi juga mendiskusikan mengenai Hallyu dalam Hubungan
Internasional dan juga dalam level politik. Seperti yang dijelaskan oleh Jason Lim
(2007) dalam wawancaranya dengan The Korea Times, bahwa;

“Hallyu is a representative example of how constructivism theory in international


relations is shaping up. It’s the formation of a mutual identity through sharing of
common, cultural norms.”104

Dijelaskan secara lebih lanjut bahwa fenomena Korean Wave yang sekarang ini
terjadi memberikan efek terhadap hubungan politik politik Korea Selatan, seperti
yang terjadi antara Korean dengan Jepang. Dimana, hubungan kedua negara ini
menjadi berjalan ke arah yang lebih positif. Acara Hallyu Forum pada tahun 2007
ini juga dihadiri oleh Park Jin Young yang juga merupakan produser musik,
penyanyi, dan juga pendiri dari salah satu agensi musik Korea, JYP Hiburanmen
dan juga selebriti Korea.105 Pada forum ini juga dihadiri oleh akademisi-akademisi
dari Universitas Harvard dan juga dari beberapa akademisi dari universitas lain di
Amerika Serikat, yang ahli dalam bidangnya masig-masing seperti literatr Cina,
Jepang, dan sebagainya. Acara ini terus diadakan pada tahun 2008 dengan tema
“Korean Wave, Looking for Blue Ocean” yang bertujuan untuk melihat situasi
Korean Wave saat itu dan juga prospek perkembangannya ke depan.106 Pada tahun
2009, KOFICE memperluas aktivitasnya dengan mengadakan mengadakan 3
forum yang membahas mengenai perkembangan dan pengembangan budaya
Korea. Forum yang pertama adalah 2009 Hallyu Seminar, forum kedua adalah
The Workshop for Foreign Cultural Attahes and Officials Residing in, dan forum
ketiga adalah 2009 Global Culture Industry Forum. Begitu juga dengan tahun
2010, KOFICE kembali mengadakan seminar dan juga forum-forum seperti
                                                            
104 104
Cathy Rose A. Garcia, Hallyu Forum to Be Held at Harvard, diakses dari
http://www.hancinema.net/hallyu-forum-to-be-held-at-harvard-8518.html, pada tanggal 23
November 2011, pada pukul 15:56
105
Hallyu To Be Sibject of Harvard Forum, and more, diakses dari
http://www.hancinema.net/talk-of-the-townhallyu-to-be-subject-of-harvard-forum-and-more-
8627.html, pada tanggal 23 November 2011, pada pukul 15:54
106
The Windos to the future of the Korean Wave 2008 Korean Wave Forum, diakses dari
http://www.kofice.or.kr/n_webzine/200810/eng/02_activities.asp, pada tanggal 23 November
2011, pada pukul 17:05

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


63

tahun-tahun sebelumnya. Sama dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2010 ini
KOFICE juga mengadakan 3 kali seminar atau forum, yaitu 2010 Hallyu Forum,
2010 Hallyu Seminar, dan 2010 Hallyu Seminar. Ketiga seminar tersebut tidak
berbeda dengan forum dan seminar-seminar sebelumnya, yaitu membahas
mengenai kondisi Korean Wave dan juga prospek serta rencana pengembangan
Korean Wave demi memperluas jangkauan efek kebudayaan popular tersebut ke
negara-negara dan kawasan lainnya.

Aktivitas edukasi lainnya yang dilakukan oleh KOFICE adalah melalui


konferensi drama televisi, yaitu TV Drama Conference of Asia yang mulai
dilaksanakan pada tahun 2006 dan terus dilakukan setiap tahunnya. Pada
konferensi pertama yang dilaksanakan pada tahun 2006 diikuti oleh sekitar 70
penulis skenario yang berasal dari Korea, Cina, Jepang, Taiwan, Hongkong, dan
juga Kim Eunhee yang merupakan penulis skenario Winter Sonata.107 Tujuan dari
konferensi ini pada dasarnya adalah untuk mendiskusikan mengenai kondisi
drama di setiap negara, menganalisa setiap perbedaan dan persamaan dari setiap
drama dan menemukan solusi-solusi yang dibutuhkan untuk mengembangkan
kualitas dari drama-drama tersebut. Keberhasilan dalam pengadaan konferensi
pada tahun 2006 ini akhirnya mendorong untuk pengadaan ditahun-tahun
berikutnya, seperti tahun 2007 di Shanghai, 2008 di Jepang (mulai melibatkan
negara-negara Asia Tenggara), 2009 di Korea, dan juga diadakan pada tahun 2010.

Selain konferensi dan juga Hallyu Forum di atas, KOFICE juga


melakukan aktivitas lain dibidang pendidikan, yaitu Asia Music Industry Leaders
Forum 2006.108 Dimana, tahun 2006 ini, merupakan tahun pertama bagi KOFICE
dalam mengadakan forum dibidang musik ini. Tujuan diadakannya forum ini
adalah untuk mengetahui kondisi industri musik saat itu dan juga rencana-rencana
pengembangan dan juga kerjasama bagi para orang-orang dalam industri musik di
negara-negara di Asia. Acara ini pertama kali diadakan paa tanggal 22 September
                                                            
107
The ist TV Drama Writers Conference of East Asia, diakses dari
http://english.kofice.or.kr/f60_academic/f60_academic_01_list.asp?strYear=2006, pada tanggal 23
November 2011, pada pukul 01:36
108
Asia Music Industry Leaders Forum, diakses dari
http://english.kofice.or.kr/f60_academic/f60_academic_03_list.asp?strYear=2006, pada tanggal 24
November 2011, pada pukul 15:49
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


64 

2006 di Korea dan dihadiri oleh perwakilan-perwakilan dari negara-negara lain


seperti Jepang dan juga Filipina. Acara ini juga terus dilaksanakan di tahun 2008,
2009, dan juga di tahun 2010.

II.3.2.2 KOFICE dalam Bidang Pertukaran Budaya Internasional :


Pertukaran Budaya Sebagai Alat Komunikasi Korea

Seperti yang telah dijelaskan diawal mengenai aktivitas-aktivitas dasar


KOFICE, mendorong terlaksananya pertukaran budaya menjadi salah satu
aktivitas utama organisasi ini. Hal ini dilakukan salah satunya adalah untuk
mendorong penyebaran budaya populer Korea ke negara-negara seperti Jepang,
Cina, Asia Tenggara, dan juga Asia Tengah. Hal ini dilakukan KOFICE dengan
beberapa cara, seperti pengadaan festival-festival baik di Korea dan juga di
negara-negara lain Asia, pertukaran opini yang dilakukan oleh para ahli media dan
budaya untuk memperoleh pengertian yang sama mengenai budaya Korea dan
juga untuk mendorong pertukaran budaya antar bangsa, dan juga melalui
penyiaran domestik konten-konten budaya populer Korea di negara-negara lain,
seperti melalui drama dan juga fim-film Korea.

Pertukaran budaya melalui konten-konten visual, yaitu World Visual


Content Exchange merupakan salah satu hal yang dilakukan oleh KOFICE dalam
mendorong adanya pertukaran budaya antar bangsa. Hal ini dikarenakan,
penyiaran merupakan salah satu cara yang efisien dalam memperlihatkan suatu
budaya satu negara ke negara lainnya. Melalui penyiaran secara visual, budaya
dapat dinikmati dengan mudah melalui cerita ataupun percakapan yang terdapat
dalam konten visual tersebut. Hal ini dilakukan melalui drama, dokumentasi, dan
juga film yang di kirim ke negara-negara luar melalui KOFICE.109 Akan tetapi,
aktivitas ini tidak hanya berjalan satu arah saja, dimana negara-negara lain juga
melakukan hal yang sama. Beberapa konten visual tersebut seperti, drama Korea
Briliant Legacy yang diproduksi pada tahun 2009 telah dikirim ke 53 negara di
Afrika, 3 negara di Asia Tengah, 12 negara di kawasan Oseania, 11 negara di
                                                            
109
World Visual Content Exchange: Introduction, diakses dari
http://english.kofice.or.kr/e50_exchange/e50_exchange_02_1.asp, pada tanggal 24 November
2011, pada pukul 16:56

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


65

kawasan Amerika, Malta, dan juga Guyana. Selain itu drama Korea Coffee Prince
produksi tahun 2007 juga telah disiarkan di Zimbabwe dan Tanzania dan masih
banyak drama lainnya. Drama Korea yang menjadi pendorong awal Korean Wave,
yaitu Jewel in the Palace atau dalam bahasa Koreanya Dae Jang Gum juga telah
disiarkan di negara-negara seperti Zimbabwe, Zambia, Malawi, Tanzania,
Ethiopia, Uzbekistan, dan juga Afghanistan. Selain drama-drama tersebut,
KOFICE juga melibatkan serial-serial kartun sepert GO!GO! Giggles, Math Fun
With Ria, Tell me Tell me Ping & Pong, dan juga film dokumentasi The Sun

(태양의 신비). 110 Selain pihak Korea yang telah mengirimkan konten-konten

visual, beberapa negara lain juga melakukan hal sama seperti Taiwan yang
mengirimkan 7 konten visualnya yang terdiri dari drama dan film , Jepang yang
telah mengirimkan sebanyak 19 konten, termasuk diantaranya drama dan juga
dokumentasi. Dan beberapa negara lain seperti Indonesia, Jordan, Cina,
Hongkong, Thailand, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.111

Selain itu, KOFICE juga mengundang media-media dari negara-negara


lain untuk memperkenalkan budaya Korea yang pada akhirnya akan menjadi
berita di negara mereka masing-masing. Hal ini telah dilakukan sejak tahun 2006,
dimana KOFICE mengundang beberapa media yang berasal dari Taiwan,
Singapura, Sanghai, Beijing, Hongkong, Irak, Qatar, Jordan, dan juga Iran. Para
perwakilan media tersebut melihat berbagai pertunjukan budaya Korea dan juga
festival-festival di Korea untuk diberitakan di negara mereka. Sebagai contoh
pada tahun 2006 ini, para reporter tersebut juga melakukan wawancara dengan
Byunghoon Lee yang yang memproduksi serial drama Korea Dae Jang Geum.112
Acara ini menjadi acara yang terus dilaksanakan oleh KOFICE setiap tahunnya
melalui program acara Press/Cultural Opinion Leaders Exchange. KOFICE

                                                            
110
World Visual Content Exchange: Korean Contents Distributed in Foreign Parts, diakses dari
http://english.kofice.or.kr/e50_exchange/e50_exchange_03_1.asp, pada tanggal 24 November
2011, pada pukul 16:58
111
World Visual Content Exchange: Foreign Contents distributed in Korea, diakses dari
http://english.kofice.or.kr/e50_exchange/e50_exchange_02_2_1.asp, pada tanggal 24 November
2011, pada pukul 16:59
112
Chinese-speaking reporters completed their visit and reporting of Korean culture industry,
diakses dari http://www.kofice.or.kr/n_webzine/200610/activities_e.asp, pada tanggal 24
November 2011, pada pukul 22:22
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


66 

dalam program ini tidak hanya mengundang reporter-reporter yang berasal dari
media-media besar saja, tetapi juga mengundang mahasiswa-mahasiwa universitas
yang memang aktif dalam bidang jurnalistik. Seperti yang dilakukan pada
Agustus 2010, dimana beberapa jurnalis yang berasal dari universitas-universitas
di Cina datang ke Korea atas undangan KOFICE. Para Jurnalis yang juga
merupakan mahasiswa yang berasal dari universitas-universitas yang berbeda di
Cina dan datang ke Korea melalui proses seleksi. Selama di Korea, mereka
merasakan langsung budaya-budaya Korea dan menghadiri berbagai macam
festival seperti Korean Wave Festival.113

Selain melibatkan para ahli dalam bidang budaya dan budaya populer
Korea yang melibatkan para pengusaha, perwakilan-perwakilan negara, dan juga
media, KOFICE juga melibatkan aktor-aktor non-negara lain yaitu masyarakat
sebagai aktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap opini budaya Korea. Hal
ini juga dilakukan KOFICE melalui pengadaan festival-festival yang diadakan
tidak hanya di Korea, tetapi juga di negara-negara lain bekerjasama dengan negara
tersebut. Salah satu festival besar yang diadakan oleh KOFICE di Korea adalah
melalui Asian Song Festival. Acara ini merupakan acara festival musik dan telah
mulai diadakan sejak tahun 2004 dan terus dilaksanakan setiap tahunnya. Acara
ini bertujuan untuk meningkatkan acara festival negara-negara di Asia dan juga
sebagai sebuah alat komunikasi oleh masyarakat Asia. 114 Dalam festival ini,
KOFICE tidak hanya melibatkan penyanyi-penyanyi dari Korea saja, tetapi juga
melibatkan penyanyi-penyanyi dari negara-negara Asia lainnya. Indonesia pernah
ikut berpartisipasi dalam festival tersebut pada tahun 2009 dan 2010, dimana
Indonesia diwakili oleh Agnes Monica Pada tahun 2010 ini, Jackie Chan dipilih
sebagai ketua kehormatan bersama dengan Lee Min Ho yang merupakan selebriti
Korea yang populer melalui drama yang dibintanginya Boys Before Flower.

                                                            
113
University Newspaper Journalists from China, diakses dari
http://english.kofice.or.kr/e50_exchange/e50_exchange_03_view.asp?seq=133, pada tanggal 24
November 2011, pada pukul 22:33
114
Top Stars of 9 Asian Countries Perform in Bit-Go-Eul, Gwang Ju, diakses dari
http://www.kofice.or.kr/n_webzine/200610/activities_e.asp, pada tanggal 25 November 2011,
pada pukul 2:05

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


67

Penjelasan secara ringkas mengenai Asian Song Festival dari mulai tahun 2005
sampai tahun 2010 tersebut dapat dilihat melalui tabel di bawah ini

Perkiraan
Tanggal dan Lokasi Negara-negara yang Berpartisipasi
Pengunjung
Korea, Jepang, Cina, Taiwan,
22 November 2005 di
Hongkong, Thailand, Vietnam 6000 orang
Sajik Stadium, Busan
Korea, Jepang, Cina, Taiwan,
22 September 2006 di
Hongkong, Thailand, Vietnam,
World Cup Stadium, 25.000 orang
Singapura, Filipina, Mongolia
Gwangju
22 September 2007 di Korea, Jepang, Taiwan, Hongkong,
Seoul World Cup Vietnam, Thailand, Filipina, Indonesia 50.000 orang
Stadium, Seoul
Korea, Jepang, Taiwan, Cina,
3-5 Oktober 2008, di
Mongolian, Singapura, Thailand,
Seoul World Cup 50.000 orang
Malaysia, Filipina, Indonesia
Stadium
Korea, Cina, Taiwan, Hongkong,
19 September 2009, di
Jepang, Thailand, Indonesia, Vietnam,
Seoul Worldcup 40.000 orang
Ukraina,
Stadium
22 Oktober 2010, di Korea, Jepang, Taiwan, Cina, Malaysia,
Seoul Olympic Thailand 50.000 orang
Stadium, Jamsil

Tabel 2. 2 Asian Song Festival Periode 2005-2010

Sumber: http://www.kofice.or.kr

KOFICE juga bekerjasama dengan negara-negara Asia lain dengan


mengadakan berbagai macam festival untuk mendorong adanya pertukaran
budaya antar negara tersebut. Festival ini tidak hanya terdiri dari satu jenis fetival,
tetapi beragam festival seperti festival musik tradisional dan juga modern, festival
film, peragaan busana, dan sebagainya. Pengadaan berbagai macam festival ini
dilakukan mulai tahun 2006-2010 di negara-negara luar Korea, seperti Vietnam,
Hongkong, Singapura, Thailand, Mongolia, Jepang, dan juga Taiwan. Bentuk
acara inipun bermacam, seperti festival musik, film, peragaan busana, dan
sebagainya yang dapat dilihat secara lebih terperinci dalam bagian lampiran.
Sebagai contoh adalah yang dilakukan pada tahun 2006, dimana KOFICE

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


68 

bekerjasama dengan pemerintah Vietnam mengadakan festival film di Vietnam,


yaitu Korean Film Festival yang diadakan dengan tujuan memperkenalkan film-
film Korea kepada masyarakat Vietnam.

II.4 Signifikansi Diplomasi Publik Melalui Korean Wave

Dalam penjelasan mengenai aktivitas diplomasi publik melalui Korean


Wave ini, akan dianalisa signifikansi Korean Wave tersebut dalam diplomasi
budaya Korea yang merupakan bagian dari diplomasi publik. Penjelasan ini akan
dibagi ke dalam dua bagian seperti di atas, yaitu dari aspek pariwisata dan juga
pertukaran budaya. Selanjutnya, akan dilihat bagaimana Korean Wave ini dalam
mempengaruhi kondisi pariwisata Korea dan pengaruh Korean Wave dalam
peningkatan opini masyarakat internasional melalui analisa data.

II.4.1 Signifikansi Diplomasi Publik Melalui Korean Wave dalam Pariwisata

Budaya populer Korea atau yang disebut dengan Korean Wave digunakan
pemerintah Korea dalam hal ini KTO untuk menarik para wisatawan datang ke
Korea. Korean Wave ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang
hendak datang Ke Korea. Keberadaan Korean Wave dalam diplomasi publik
dalam bidang pariwisata ini dapat dilihat dari digunakannya aspek-aspek dari
Korean Wave ini seperti, lokasi pengambilan drama, musik K-Pop, dan juga
penglibatan selebriti-selebriti Korea dalam program-program pariwisata Korea.
Dimulai dari tahun 2005 Korea mengeluarkan program Visit Gyeonggi-Korea
2005, Korea menggunakan lokasi pengambilan gambar drama Korea Dae Jang
Gum sebagai salah satu tempat pariwisata yang dipromosikan melalui program ini.
Selebriti juga digunakan sebagai cara dalam mempromosikan program pariwisata
tersebut. Hal ini dikarenakan kepopuleran dari drama-drama Korea, pada akhirnya
akan diikuti oleh kepopuleran dari artis-artis dan selebriti-selebrti yang berperan
dalam drama, dan juga film-film tersebut. Sebagai contoh, seperti pada program
2005 ini juga pemerintah Korea menjadikan Jung Jun-Ho sebagai salah satu duta
kehormatan program Visit Gyeonggi-Korea 2005 karena kepopulerannya dalam
serial drama Korea Honor of the Family. Selanjutnya, pemerintah semakin giat

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


69

dalam menjadikan Korean Wave sebagai alat diplomasinya dalam bidang


pariwisata untuk menarik perhatian wisatawan agar datang ke Korea.

Pada tahun 2006 ini, penggunaan Korean Wave sebagai alat dalam
diplomasi publik Korea untuk menarik wisatawan asing berhasil meningkatkan
jumlah wisatawan asing yang datang ke Pulau Jeju pada tahun 2006 tersebut.
Dimana pada tahun 2006 ini wisatawan asing yang datang ke Korea mengalami
peningkatan sebesar 20,23% dari tahun sebelumnya. Jumlah wisatawan yang
datang ke pulau tersebut sampai pada tanggal 11 September 2006 telah berjumlah
lebih dari 300.000 wisatawan, dimana pada tahun 2005 jumlah wisatawan yang
datang ke Pulau Jeju berjumlah 250.810 wisawatawan. Peningkatan wisatawan
yang datang ke Pulau Jeju ini didominasi oleh para wisatawan dari Jepang yang
memberikan kontribusi sebesar 39%, diikuti dengan Cina, Taiwan, dan
Amerika.115 Fenomena Korean Wave ini dianggap menjadi hal yang memberikan
kontribusi terhadap adanya peningkatan jumlah wisatawan tersebut. Jumlah
wisatawan yang datang ke Korea secara keseluruhan un mengalami peningkatan
4,5% dari tahun sebelumnya dan berhasil mencapai lebih dari 5 juta wisatawan.
116
Peningkatan tingkat wisawatan ini juga terdapat dalam tingkat kedatangan
secara umum, yaitu keseluruhan Korea. Sejak tahun 2005 sampai tahun 2010 ,
tingkat wisatawan Korea selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Peningkatan ini tidak hanya berlaku bagi Pulau Jeju, tetapi juga Korea secara
umum, dikarenakan Pulau Jeju bukanlah satu-satunya lokasi yang
mengembangkan Korean Wave alat diplomasi dalam pariwisatanya. Secara umum,
sejak tahun 2005 sampai tahun 2010 jumlah wisatawan yang datang ke Korea
selalui bertambah. Hal ini bisa dilihat dari kenaikan grafik di bawah, dimana pada
tahun 2005 jumlah pengunjung di Korea mencapai total sebesar 6.022.752 orang

                                                            
115
Kukinews, Foreign tourists to Jeju exceeds 300,000, diakses dari
http://www.investkorea.org/InvestKoreaWar/work/reg/eng/ne/index.jsp?l_unit=90202&m_unit=90
308&code=11405&no=608300004&page=30&bno=609140612&seq=58, pada tanggal 10
November 2011, pada pukul 20:04
116
Kukinewa, Jeju Tourists to Pass 5 Million on Dec.7, diakses dari
http://www.investkorea.org/InvestKoreaWar/work/reg/eng/ne/index.jsp?l_unit=90202&m_unit=90
308&code=11405&no=608300004&page=28&bno=612051460&seq=80, pada tanggal 25
November 2011, pada pukul 17:43
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


70 

dan terus mengalami peningkatan hingga mendekati angka 9.000.0000, yaitu


8.800.000 orang di tahun 2010.117

9.000.000
8.000.000
7.000.000
6.000.000
5.000.000
4.000.000 3‐D Column 2
3.000.000
2.000.000
1.000.000
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010

Grafik 2. 1 Peningkatan Jumlah wisatawan di Korea

Sumber: diolah oleh penulis

Kontribusi Korean Wave dalam meningkatkan jumlah wisatawan ini


kurang lebih sebesar 10%. Akan tetapi kontribusi Korean Wave yang 10% ini juga
memberikan kontribusi pada peningkatan aspek-aspek pariwisata lainnya, seperti
budaya tradisional Korea, makanan Korea, dan juga gaya busana Korea yang
sebagian besar diperlihatkan dalam drama-drama Korea yang merupakan bagian
dalam fenomena Korean Wave. Hal ini dapat dilihat dari dari gambar dibawah ini
yang memperlihatkan persentase kontribusi Korean Wave terhadap pariwisata
Korea. Tabel di bawah ini merupakan tabel yang menjelaskan jumlah wisatawan
yang datang ke Korea dengan didasari oleh Korean Wave.

Gambar 2. 7 Kontribusi Korean Wave dalam Pariwisata Korea


                                                            
117
Departures and Arrivals of Tourist/Analysis of Tourism Income and Spending in December
2010, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/bs/tour_investment_support/pds/content/cms_view_1245432.jsp
?gotoPage=3&item=title&keyword=, pada tanggal 4 Oktober 2011, pada pukul 17:23

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


71

Sumber: Korean Tourism Organization

Oleh karena itu, penglibatan Korean Wave dalam diplomasi Korea memberikan
efek yang positif dalam meningkatan citra Korea melalui tingkat kedatangan
wisatawan yang semakin meningkat. Penggunaan lokasi-lokasi drama Korea,
menggunakan artis-artis Korea sebagai duta kehormatan yang mempromosikan
program pariwisata, dan melalui konser-konser serta festival-festival Korean
Wave menjadi cara tersendiri yang memberikan pengaruh terhadap aspek-aspek
pariwisata lainnya dan memberikan dampak positif terhadap Korea.

II.4.2 Signifikansi Diplomasi Publik Melalui Korean Wave dalam Pertukaran


Budaya

Aktivitas KOFICE dalam mengembangkan dan memperluas budaya


populer Korea sangat terlihat melaui aktivitas-aktivitas yang dilakukannya,
terutama melalui acara-acara festival yang dilakukan dengan KOFICE sebagai
perwakilan dari Korea dengan negara-negara lainnya. Aktivitas-aktivitas KOFICE
tersebut, seperti mendorong pemutaran drama-drama Korea di negara-negara
lainnya, pengadaan festival dan juga forum memberikan efek yang positif
terhadap Korea. Aktivitas KOFICE melalui forum-forum dan juga konferensi
lebih digunakan untuk mencapai pemahaman mengenai budaya populer dalam hal
ini terutama budaya populer Korea di tingkat aktivis, pengusaha, dan perwakilan-
perwakilan negara. Korean Wave dalam forum-forum dan konferensi-konferensi
ini sangat terlihat melalui topik pembicaaraan dalam forum tersebut. Pengadaan
Konferensi dan forum ini dibagi dalam beberapa fokus seperti, Korean Wave
secara umum, musik dan juga drama.

Penggunaan pertukaran- pertukaran konten budaya dengan menggunakan


drama, dokumentasi, film, musik, dan segala hal yang berhubungan dengan
budaya populer Korea akan memberikan efek secara langsung terhadap
masyarakat internasional. Melalui pertukaran konten budaya populer tersebut,
masyarakat asing dapat dengan langsung merasakan konten budaya populer
tersebut yang pada akhirnya akan memberikan efek pada opini dan pandangan
mereka terhadap negara yang bersangkutan. Seperti yang dapat dilihat dari hasil

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


72 

penelitian yang dilakukan KOFICE pada Desember 2010, bahwa penggunaan


konten-konten Korean Wave seperti musik dan juga drama memberikan efek
langsung terhadap peningkatan citra Korea di mata mereka. Hal ini seperti yang
terdapat di Thailand. Dimana, berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap
4.200 masyarakat Thailand. Hasil penelitian tersebut digambarkan dalam sebuah
grafik yang penulis perlihatkan di bawah ini. Grafik tersebut merupakan
merupakan gambaran pengaruh drama dan musik dalam peningkatan citra Korea
dan keinginan masyarakat internasional untuk datang ke Korea.

Grafik 2. 2 Grafik Korean Wave dalam citra Korea di Thailand

Sumber: http://webzine.kofice.or.kr/201105/eng/sub_04_01.asp

Grafik di atas menunjukkan drama dan juga musik Korea sebagai salah satu hal
yang sangat mempengaruhi intensitas masyarakat Thailand untuk melakukan
kunjungan ke Korea. Selain itu, drama dan juga musik Korea juga mempengaruhi
citra Korea dalam masyarakat Thailand dilihat dari ketertarikan untuk mengetahui
Korea secara lebih dalam. Oleh karena itu, aktivitas-aktivitas KOFICE melalui
festival musik, pendistribusian film dan drama-drama Korea menjadi aktivitas
yang mendorong peningkatan citra dan intensi masyarakat asing terhadap budaya
Korea dan Korea itu sendiri. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam penjelasan
mengenai fenomena Korean Wave bahwa ketertarikan terhadap budaya populer
Korea pada akhirnya akan memberikan efek terhadap pandangan terhadap negara

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


73

Korea itu sendiri. Pengadaan berbagai macam acara di Thailand telah menjadi
sebuah aktivitas tahunan yang dilakukan KOFICE.

Selain Thailand, Vietnam juga merupakan salah satu negara yang menjadi
tujuan KOFICE dalam melakukan aktivitas-aktivitas penyebaran budaya populer
Korea. Seperti yang dijelaskan dalam tabel aktivitas KOFICE sebelumnya,
KOFICE telah melakukan berbagai macam aktivitas, dimulai dari festival film,
musik, dan juga dalam gaya busana. Selain itu, perwakilan Vietnam juga pernah
mengikuti salah satu forum yang berhubungan dengan Korean Wave yang
diadakan oleh KOFICE. Beberapa aktivitas ini juga memberikan efek tidak
langung terhadap citra penilaian masyarakat Vietnam kepada Korea. Seperti yang
dapat dilihat dari hasil penelitian yang juga dilakukan oleh KOFICE. Dimana
melalui gambar grafik tersebut dalam dilihat bahwa musik K-Pop, film, dan juga
drama Korea memberikan pengaruh terhadap keinginan masyarakat Vietnam
untuk mengunjungi Korea dan juga merubah citra Korea di mata masyarakat
Vietnam.

Grafik 2. 3 Grafik Korean Wave dalam citra Korea di Vietnam

Sumber: http://webzine.kofice.or.kr/201106/eng/sub_04_01.asp,

Hal ini juga berlaku di negara-negara lainnya, seperti Jepang. Sebagai


negara yang pernah meng-invasi Korea, Masyarakat Jepang memiliki pandangan
tersendiri terhadap Korea. Masyarakat Jepang lebih menganggap dirinya lebih

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


74 

tinggi dibandingkan Korea. Akan tetapi, budaya populer Korea ini berhasil
mengubah pandangan tersebut dan membuat masyarakat Jepang menganggap
Korea sebagai negara yang tidak jauh berbeda dengan Jepang. KOFICE dalam hal
ini sangat berperan melalui aktivitasnnya dalam meningkatkan hubungan kedua
negara ini. Seperti yang telah dijelaskan dalam tabel aktivitas KOFICE, setiap
tahunnya KOFICE selalui mengadakan berbagai macam acara bersama dengan
Jepang sebagai sebuah ajang pertukaran budaya kedua negara dan melibatkan
hubungan kedua negara tersebut melalui konten-konten budaya populer Korea.
Hal ini seperti yang terjadi di Thailand dan juga Vietnam, juga memberikan
pengaruh positif terhadap penilaian masyarakat Jepang mengenai Korea.
Pengadaan acara-acara yang dilkukan oleh KOFICE semakin meningkatkan
pengetahuan masyarakat Jepang terhadap budaya populer Korea dan
meningkatkan keinginan masyarakat Jepang untuk mengunjugi Korea.
Kepopuleran Korean Wave di Jepang ini tidak hanya drama Korea saja, tetapi
juga musik, film, dan berbagai produk yang berhubungan Korea seperti kosmetik.
Grafik di bawah ini menggambarkan bagaimana perubahan tentang Korea dimata
masyarakat Jepang dan juga keinginan masyarakat Jepang untuk mengunjungi
Korea dipengaruhi oleh musik K-Pop, film, dan juga drama Korea.

 
 

Grafik 2. 4 Grafik Korean Wave dalam citra Korea di Jepang

Sumber: http://webzine.kofice.or.kr/201107/eng/sub_04_01.asp

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


75

Selain itu, setiap forum yang diadakan oleh KOFICE selalu melibatkan Jepang
sebagai salah satu lawan diskusi dalam mengembangakn Korean Wave ini dan
juga bersama-sama mendorong kemajuan budaya populer negara-negara lainnya.
KOFICE dalam hal ini menjadikan Korean Wave sebagai topik utama sebagai
sebuah negara yang memiliki kepopuleran akan budaya populernya untuk juga
membantu mendorong konten-konten budaya populer negara-negara Asia lainnya.

Beberapa negara di atas ini memperlihatkan bagaimana opini masyarakat


internasional, terutama masyarakat Asia mengenai Korean Wave. Seperti
penjelasan-penjelasan sebelumnya, KOFICE sebagai organisasi yang fokus dalam
pengembangan budaya terutama budaya populer Korea berhasil mempertahankan
dan meningkatkan citra Korea di mata masyarakat internasional. Oleh karena itu
dengan pengadaan festival-festival musik, film dan segala konten budaya populer
Korea dapat menjadi sebuah cara yang dapat memberikan efek positif terhadap
citra Korea. Hal ini dikarenakan, melalui pengadaaan festival-festival tersebut
sama saja dengan upaya Korea dalam memperkenalkan secara lebih dalam
mengenai budaya populer Korea, yaitu Korean Wave kepada masyarakat
internasional. Hal ini juga berlaku terhadap pendistribusian ataupun pertukaran
konten visual antara Korea dan negara-negara lainnya, dimana pertukaran konten
tersebut akan menjadi efek positif bagi Korea dalam memperkenalkan budaya
populer Korea melalui film, drama dan juga dokumentasi ke negara-negara lain
tetapi juga memberikan kesempatan terhadap negara-negara lain untuk juga
memperkenalkan budaya mereka ke Korea. Selain itu, dengan pengadaan berbagai
macam aktivitas di negara-negara lain, KOFICE juga melakukan promosi
terhadap masyarakat di negara-negara tersebut mengenai budaya populer Korea
yang akan menarik perhatian masyarakat setempat. Begitu juga dengan aktivitas
KOFICE untuk mengundang para jurnalis dari negara-negara asing tersebut.
Karena, dengan berita-berita artikel yang dibuat oleh para jurnalis tersebut
mengenani Korea, akan mempengaruhi citra Korea di mata internasional. Semakin
banyak artikel yang diterbitkan mengenai budaya populer Korea dan budaya
Korea di berbagai macam media, akan memperlihatkan kepopuleran Korea di
mata internasional. Hal inilah yang akhirnya dicapai oleh Korea. Aktivitas

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


76 

mengundang para jurnalis asing ke Korea untuk memperkenalkan berbagai


macam budaya dan aktivitas Korea, terutama Korea Wave telah membuat banyak
media-media asing yang menerbitkan berbagai macam artikel mengenai Korea.
Hal ini pada akhirnya menjadi salah satu faktor yang mendorong masyarakat
asing untuk berkunjung ke Korea untuk mengenal lebih dalam mengenai Korea.118

Penggunaan selebriti-selebrit Korea, lokasi pengambilan gambar drama-


drama Korea, dan berbagai acara yang berhubungan dengan Korean Wave
menjadi sebuah alat bagi Korea untuk memperkenalkan Korea ke masyarakat
asing melalui pengadaan berbagai aktivitas yang melibatkan negara-negara lain.
Melalui aktivitas yang dilakukan KOFICE tersebut, secara tidak langsung Korea
memperkenalkan budaya populer Korea yang dilakukan melalui seminar-seminar
dan juga berbagai macam festival. Pada dasarnya hal ini tidak hanya akan
memberikan pengetahuan mengenai budaya populer Korea saja, tetapi juga aspek-
aspek lain dari Korea. Seperti pengadaan seminar yang dilakukan oleh KOFICE.
Acara seminar ini tidak hanya menunjukkan kepopuleran dari Korean Wave saja,
tetapi juga menunjukkan hal-hal dibalik Korean Wave, seperti tekhnologi Korea
dalam upaya pengembangan Korean Wave. Hal ini juga akan menunjukkan proses
bekerja masyarakat Korea dalam upaya mendorong budaya populer tersebut baik
dalam segi drama dan juga musik. Hal ini pada akhirnya akan membuat
masyarakat asing akan mengenal Korea secara luas dan tidak hanya dalam lingkup
Korean Wave saja. Seperti yang dijelaskan oleh Mark Leonard dalam tulisannya
mengenai diplomasi publik, bahwa sebuah aktivitas diplomasi sebaiknya berjalan
dua arah. Aktivitas diolomasi melalui KOFICE ini menurut penulis merupakan
aktivitas diplomasi yang berhasil menjalan kan komunikasi antar negara yang
tidak hanya dilakukan sepihak tetapi juga melibatkan dua pihak yang
bersangkutan. Komunikasi yang terjadi dengan menggunakan Korean Wave
menjadi sebuah aktivitas diplomasi yang berjalan dua arah dari Korea ke negara-
negara lain, dan juga dari negara-negara lain ke Korea.

                                                            
118
Korean National Tourism Organization, Tourism Marketing With Korean Wave, diakses dari
http://visitkorea.or.kr/enu/asis/images/Korean_Wave_Eng.wmv, pada tanggal 2 Desember 2011,
pada pukul 15:50

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


77

Selain untuk memperkenalkan Korea ke masyarakat asing, penggunaan


Korean Wave dalam diplomasi publik Korea ini menjadi daya tarik tersendiri bagi
Korea untuk menarik masyarakat asing untuk datang ke Korea dan mempelajari
lebih banyak mengenai Korea. Seperti yang dijelaskan oleh Arthur Asa Berger
dalam tulisannya mengenai pariwisata dan budaya populer, dimana ia
menjelaskasn bahwa pada saat orang melakukan wisata, biasanya para wisatawan
tersebut akan lebih banyak menghabiskan waktu mereka dengan hal-hal yang
berhubungan dengan budaya populer dan hal-hal yang berhubungan dengan
kehidupan mereka sehari-hari.119 Mengunjungi hal-hal yang berhubungan budaya
tradisional ataupun keunikan dari suatu negara tetap menjadi hal yang akan
dilakukan, tetapi menghabiskan waktu dalam mengunjungi dan melakukan hal-hal
yang berhubungan dengan budaya populer, seperti belanja pakaian dari negara
tersebut, melihat-lihat, mengunjungi tempat wisata yang terkenal dan menarik,
dan mencoba berbagai hiburan yang populer akan menjadi hal yang lebih menarik
oleh para wisatawan. Oleh karena itu, penggunaan budaya populer Korea atau
Korean Wave sebagai salah satu alat dalam diplomasi publik Korea melalui
pariwisata akan menarik minat lebih para wisatawan untuk datang ke Korea.
Berbagai aktivitas diplomasi melalui Korean Wave ini menunjukkan komitmen
dan keseriusan pemerintah dalam menggunakan Korean Wave sebagai bagian
dalam diplomasi publiknya.Hal ini juga memperlihatkan komitmen pemerintah
Korea akan pentingnya penggunaan soft power dalam upaya mendorong negara
untuk lebih maju ataupun untuk melangsungkan hubungan diplomatik dan
persahabatan dengan negara-negara lain.

                                                            
119
Arthur Asa Berger, Tourism and Popular Culture, diakses dari
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=arthur%20asa%20berger%2C%20tourism%20and%20
popular%20culture&source=web&cd=1&ved=0CCEQFjAA&url=http%3A%2F%2Fculturestudie
s.pbworks.com%2Ff%2Ftourism%2Band%2Bpopularculture.doc&ei=9n3sTsbLDIrIrQeq5MWN
CQ&usg=AFQjCNGCvqOUkmeFHrKEKs2pM8HdeyYGDA , pada tanggal 17 Desember 2011,
pada pukul 22:17
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


78 

BAB III

ANALISA PERAN DAN FAKTOR KOREAN WAVE DALAM


DIPLOMASI PUBLIK KOREA

III.1 Peran Korean Wave Dalam Diplomasi Publik Korea Selatan

Korean Wave sebagai sebuah fenomena penyebaran budaya populer Korea


telah menjadi bagian dalam berbagai aktivitas diplomasi publik Korea. Korean
Wave yang merupakan sebuah budaya populer telah menjadi bagian dalam
diplomasi publik yang diberi nama diplomasi budaya. Diplomasi budaya ini pada
dasarnya tidak hanya menyangkut budaya populer saja, tetapi juga aspek lain dari
Korea, seperti budaya tradisional. Selain diplomasi budaya, Korea juga
menggunakan diplomasi olahraga yang juga selalu dijelaskan dalam buku putih
kebijakan luar negeri Korea dalam bagian diplomasi budaya.

Seperti yang dijelaskan oleh Mark Leonard dalam bukunya mengenai


diplomasi publik, pariwisata dapat menjadi sebuah tujuan dari dilakukannya
diplomasi publik dalam rangka meningkatkan hubungan dengan negara-negara
lainnya. Mempengaruhi masyarakat juga merupakan tujuan lain dari sebuah
aktivitas diplomasi publik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan apreasi
masyarakat asing terhadap suatu negara. Selain itu, kebijakan suatu negara dapat
dipengaruhi oleh opini publik yang merupakan akibat dari aktivitas diplomasi
publik. Diplomasi publik ini pada akhirnya dapat memberikan dampak positif
dalam memberikan gambaran positif mengenai negara tersebut, tetapi juga dapat
memberikan gambaran negatif suatu negara. Penggunaan budaya populer dapat
menjadi sebuah low politic dalam sebuah aktivitas diplomasi.

Berbagai aktivitas diplomasi dilakukan Korea dengan melibatkan Korean


Wave, dalam hal ini melalui aspek pariwisata dan juga pertukaran dengan negara-
negara lain. Dalam aspek pariwisata, pemerintah aktivitas diplomasi melalui
Korean Wave ini dilakukan dalam berbagai aktivitas, seperti menggunakan

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


79

selebriti Korean Wave sebagai duta yang mempromosikan program Korea,


mengadakan pameran Korean Wave, mengadakan konser dan berbagai macam
aktivitas lainnya. Sedangkan dalam aspek pertukaran dengan negara-negara lain,
penggunaan Korean Wave sebagai bagian dalam aktivitas diplomasi dilakukan
dengan menjadikan Korean Wave sebagai topik utama dalam forum-forum dan
juga seminar. Selain itu aktivitas Korean Wave sebagai diplomasi publik ini juga
dilakukan dengan pendistribusian konten-konten visual Korea, dan juga
pengadaan festival-festival seperti konser, pemutaran film-film Korea, peragaan
busana, dan juga pengadaan konser dalam berbagai jenis pameran yang diadakan
oleh Korea bekerja sama dengan negara-negara tersebut. Berbagai macam
aktivitas ini telah memberikan kontribusi bagi Korea. Oleh karena itu dalam bab
III ini, selanjutnya penulis akan menjelaskan peran-peran Korean Wave sebagai
bagian dari diplomasi publik di Korea yang dibagi ke dalam tiga hal. Yaitu,
meningkatkan citra positif Korea, mendukung kemajuan bidang-bidang lain dari
Korea, dan juga menarik minat masyarakat asing untuk datang ke Korea.

III.1.1 Menarik Minat Kedatangan Masyarakat Asing

Penggunaan Korean Wave sebagai alat dalam diplomasi publik Korea


yang dikemas dalam diplomasi budaya Korea seperti yang dijelaskan dalam bab II
dilakukan melalui kegiatan pariwisata dan juga pertukaran dengan negara-negara
lain. Melalui berbagai macam kegiatan seperti penggunaan selebriti sebagai duta
kehormatan yang mempromosikan program, menjadikan lokasi pengambilan
gambar drama-drama Korea sebagai objek utama dalam pariwisata, dan berbagai
macam festival yang bertemakan Korean Wave tersebut serta berbagai macam
kegiatan yang juga diadakan di beberapa negara lainnya, dinilai penulis berhasil
untuk menarik minat kedatangan masyarakat asing ke Korea. Dalam bab II telah
dijelaskan bagaimana pengaruh aktivitas diplomasi melalui Korean Wave telah
memberikan peningkatan terhadap jumlah kedatangan wisatawan asing ke Korea.
Walaupun hanya sebesar kurang lebih 10%, hal ini tetap saja menggambarkan
bahwa Korean Wave telah berhasil dalam memberikan pengaruh terhadap minat
masyarakat asing untuk datang ke Korea. Selain itu, seperti yang dijelaskan dalam
bab II bahwa Korean Wave seperti drama-drama Korea dan juga musik-musik
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


80 

Korea sangatlah berperan dalam meningkatkan minat masyarakat asing untuk


datang ke Korea. Selain itu, dalam Korean Tourism 2005 Annual Report pun
dijelaskan bahwa, sejak tahun 2003 fenomena Korean Wave sendiri telah
memberikan dampak positif terhadap industri pariwisata Korea. Dan pada tahun
2005 pengaruh Korean Wave ini terus berlanjut dan memberikan kontribusi positif
dalam berbagai kegiatan marketing dan juga hubungan masyarakat serta membuat
Korea berhasil mencapai target pariwisata, yaitu pencapaian jumlah wisatawan
internasional sebanyak 6 juta orang.120 Oleh karena itu, aktivitas diplomasi publik
Korea melalui Korean Wave yang salah satunya dilakukan melalui aspek
pariwisata ini dapat dikatakan cukup memberikan pengaruh terhadap minat
masyarakat asing untuk datang ke Korea.

Selain untuk memperkenalkan Korea ke masyarakat asing melalui


berbagai macam aktivitas dalam diplomasi publik melalui Korean Wave tersebut,
penggunaan Korean Wave dalam diplomasi publik Korea ini menjadi daya tarik
tersendiri bagi Korea untuk menarik masyarakat asing datang ke Korea dan
mempelajari lebih banyak mengenai Korea. Hal ini pada dasarnya akan lebih
signifikan terhadap para penggemar budaya populer Korea tersebut. Dimana,
dengan menggunakan lokasi-lokasi drama sebagai simbol acara, menggunakan
para selebriti, pengadaan acara-acara yang berhubungan dengan Korean Wave ini
menjadi hal yang akan langsung menarik perhatian para penggemar Korean Wave
tersebut. Hal ini seperti yang telah dijelaskan dalam bab II bahwa budaya populer
memang selalu menjadi pusat dalam aktivitas pariwisata karena karakter budaya
populer yang cenderung berhubungan dengan kebudayaan masyarakat sehari-hari.
Dimana, budaya populer Korea atau Korean Wave yang terdiri dari film, drama,
musik, gaya berbusana ini berhubungan dengan hiburan dan hal-hal yang umum
serta menjadi bagian dari masyarakat sesuai dengan penjelasan mengenai budaya
populer yang telah dijelaskan dalam penjelasan konsep.

                                                            
120
Ministry of Culture and Tourism, Korean Tourism 2005 Annual Report, diakses dari
http://english.visitkorea.or.kr/enu/bs/tour_investment_support/pds/content/cms_view_348962.jsp?i
tem=title&keyword=&gotoPage=9, pada tanggal 26 Oktober 2011, pada pukul 17:36, hlm. 13

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


81

Oleh karena itu, pengadaan berbagai macam aktivitas yang berhubungan


dengan Korean Wave dalam diplomasi publik Korea baik dengan mengadakan
kegiatan-kegiatan seperti konser, festival-festival, dan pertemuan dengan selebriti-
selebriti Korea menjadi kegiatan-kegiatan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi
para wisatawan, terutama untuk para penggemar drama-drama dan juga musik K-
Pop Korea. Selain itu, pengadaan berbagai macam aktivitas KOFICE seperti
pengadaan seminar dan forum, penyebaran konten-konten budaya populer Korea
ke negara-negara lainnya, dan pengadaan berbagai macam festival di negara-
negara lainnya menjadi cara yang tepat untuk memperkenalkan Korean Wave ke
negara-negara asing yang pada akhinya berhasil untuk meningkatkan minat
masyarakat asing untuk datang ke Korea berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh KOFICE pada akhir tahun 2010 di beberapa negara di Asia.

III.1.2 Meningkatkan Citra Korea Selatan di Mata Internasional

Korean Wave sebagai sebuah bagian dalam diplomasi publik Korea


memberikan peran yang positif terhadap peningkatan citra Korea di mata
internasional. Aspek-aspek Korean Wave seperti, musik, film, dan juga drama-
drama yang diikuti oleh seleberiti dan aspek-aspek lainnya yang menjadi populer
dikarenakan ketiga hal tersebut digunakan dan dilibatkan dalam berbagai akivitas
diplomasi publik melalui Korean Wave dalam bidang pariwisata dan juga program
pertukaran memberikan efek yang positif terhadap Korea.

Hal ini salah satunya dilihat melalui peningkatan wisatawan yang datang
ke Korea dari periode 2005-2010. Melalui penggunaan aspek-aspek dari Korean
Wave dalam aktivitas diplomasi publik tersebut, seperti penggunaan lokasi drama,
menjadikan selebriti sebagai duta promotor program pariwisata, serta mengadakan
berbagai macam acara yang berhubungan dengan Korean Wave menjadi hal yang
menarik untuk para wisatawan asing. Peningkatan jumlah wisatawan yang datang
ke Korea tersebut menunjukkan citra positif Korea yang semakin meningkat
dengan semakin banyaknya wisatawan yang menjadikan Korea sebagai salah satu
tujuan untuk berlibur. Hal ini juga diperlihatkan dalam satu acara yang diadakan
di Korea pada tahun 2006 dalam aktivitas diplomsi publik melalui pariwisata,

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


82 

yaitu Hallyu Expo 2006 yang berhasil menarik pengunjung dari negara asing,
terutama Jepang dan Cina pada tahun tersebut dan membuat Pulau Jeju berhasil
meningkatkan jumlah wisatawan asing sebanyak 20,23% dari tahun sebelumnya.

Selain itu pengaruh penggunaan Korean Wave sebagai alat dalam


diplomasi publik ini juga ditunjukkan dengan semakin meningkatnya ketertarikan
masyarakat asing terhadap Korea. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang
dilakukan KOFICE dalam beberapa negara di Asia, seperti Jepang, Vietnam dan
juga Thailand yang telah dijelaskan dalam bab II yang memperlihatkan
ketertarikan masyarakatnya terhadap Korea yang dipengaruhi oleh konten-konten
budaya populer seperti drama, film, dan musik Korea. Hal ini menunjukkan
bahwa kedua organisasi Korea, yaitu KTO dan juga KOFICE dalam penggunaan
Korean Wave sebagai alat diplomasi publik Korea memberikan efek positif
terhadap citra Korea di mata masyarakat internasional.

Adanya peningkatan citra positif Korea salah satunya dapat dilihat dari
perubahan status pariwisata Korea. Hal ini berhubungan dengan Jepang, dimana
sampai pada tahun 1990-an orientasi pariwisata Jepang adalah negara-negara
seperti Amerika Serikat dan juga Eropa. Korea dikenal dengan “Kiseng” dalam
pariwisatanya. Pariwisata “Kiseng” ini menggambarkan Korea sebagai sex
tourism dimana perempuan Korea menggunakan baju tradisional Korea dan
menghibur para pengunjungnya. 121 Bentuk pariwisata ini sangatlah erat dengan
rasialisasi dan seksualisasi dari perempuan Korea. Pembangunan Korea, baik dari
segi ekonomi dan budaya pada akhirnya merubah citra pariwisata Korea.
Terutama dengan terkenalnya Korean Wave dikalangan masyarakat Jepang
membuat wisawatan dari Jepang tidak lagi hanya didominasi oleh laki-laki, tetapi
lebih banyak didominasi oleh perempuan. Pengaruh budaya populer Korea atau
Korean Wave di Jepang ini terutama didominasi oleh drama-drama Korea dan

                                                            
121
Eiko Hasegawa, Re-orienting Tourism: Japanese Tourism in Korea and Asian Cultural
Integration, diakses dari
http://www.ikorea.ac.kr/congress/upload/%EC%82%AC%ED%9A%8C2-2EikoHasegawa.pdf,
pada tanggal 11 Oktober 2011, pada pukul 16:30

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


83

juga artis Korea. Kedua hal ini memberikan pengaruh dalam meningkatkan
intensi masyarakat Jepang untuk mengunjungi Korea dalam rangka berlibur.122

Selain itu, aktivitas diplomasi publik Korea melalui budaya populer ini
juga berhasil mengubah porsi wisatawan yang tidak lagi hanya didominasi oleh
laki-laki saja. Hal ini terutama dengan menjadikan berbagai macam aspek Korean
Wave dalam program pariwisata Korea sebagai bagian dalam diplomasi publik
Korea untuk menarik banyak wisatawan. Dengan digunakannya lokasi
pengambilan gambar Korea, serta mengadakan berbagai macam acara Korean
Wave seperti bertemu dengan artis Korea dan berbagai macam acara Korean Wave
sebagai bagian dalam aktivitas diplomasi publik Korea berhasil mengubah
proporsi wisatawan yang sebelumnya hanya didominasi oleh laki-laki. Hal ini
juga diperkuat melalui salah satu hasil penelitian yang dilakukan mengenai
dampak budaya populer yang dijelaskan bahwa, dengan pengadaan acara yang
berhubungan dengan Korea Wave, terutama selebriti-selebriti Korea membangun
sebuah kebutuhan tersendiri dalam pariwisata dan merubah persepsi mengenai
Korea. Berdasarkan penelitian tersebut dikatakan bahwa keberadaan selebriti-
selebriti Korea menjadi sebuah instrumen tersendiri yang dapat membuat para
wisatawan menjadi lebih dekat terhadap kebudayaan Korea dan dapat mengenal
kebudayaa Korea lebih dalam.123 Hal ini karena, melalui drama-drama Korea dan
musik-musik Korea, para penggemar Korea menjadi menyukai selebriti-selebriti
Korea yang terdapat dalam drama dan juga musik tersebut. Para penggemar
tersebut pada akhirnya menjadi mengikuti kehidupan para selebriti Korea, seperti
makanan para selebriti tersebut, gaya hidup, dan juga kebudayaannya. Beberapa
faktor-faktor tersebut yang secara tidak langsung membuat masyarakat asing

                                                            
122
Berdasarkan penelitian Kyung Hee University terhadap 85 masyarakat jepang yang tinggal di
Jepang dan Ddi Korea.
123
Sojung Lee daN Billy Bai, A Qualitative Analysis of the Impact of Popular Culture on
Destination Image: A Case Study of Korean Wave from Japanese Fans, diakses dari
http://scholarworks.umass.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1477&context=refereed&sei-
redir=1&referer=http%3A%2F%2Fwww.google.co.id%2Furl%3Fsa%3Dt%26rct%3Dj%26q%3D
role%2520of%2520korean%2520wave%2520in%2520image%2520country%26source%3Dweb%
26cd%3D9%26ved%3D0CGcQFjAI%26url%3Dhttp%253A%252F%252Fscholarworks.umass.ed
u%252Fcgi%252Fviewcontent.cgi%253Farticle%253D1477%2526context%253Drefereed%26ei
%3DBxvfTs_ZHMforQeXxsDJCA%26usg%3DAFQjCNE5b0YYIOTTexitvqjP6YW3bPU6eg%2
6cad%3Drja#search=%22role%20korean%20wave%20image%20country%22, pada tanggal 7
Desember 2011, pada pukul 17:09
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


84 

mengenal kebudayaan-kebudayaan Korea. Oleh karena itu, melalui aktivitas


diplomasi publik melalui Korean Wave dengan penyebara konten Korea ke
negara-negara asing, seperti film dan juga drama-drama Korea menjadi sebuah
cara positif yang pada akhirnya membentuk citra positif mengenai Korea.

Aktivitas diplomasi melalui Korean Wave juga dilkakukan oleh KOFICE


melalui mengundang berbagai media yang berasal dari berbagai negara untuk
memperkenalkan Korea ke masyarakat luar, dan memperkenalkan budaya populer
Korea menjadi sebuah tujuan utama dalam mengundang para jurnalis dan media
tersebut. Memperkenalkan budaya populer ini menjadi tujuan utama dilihat dari
aktivitas KOFICE yang selalu memperkenalkan budaya populer tersebut melalui
mengundang para jurnalis tersebut ke Asian Song Festival dan pertunjukan musik
lainnya selama jurnalis tersebut berada di Korea. Kepopuleran Korean Wave ini
menjadi hal yang dominan dalam mengundang para jurnalis-jurnalis tersebut
untuk datang ke Korea dan memperkenalkan kebudayaan Korea secara lebih
dalam. Salah satu contohnya adalah pada tahun 2007 bulan Oktober KOFICE
mengundang jurnalis-jurnalis dari Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina,
Myanmar, dan juga Malaysia yang merupakan negara dengan kepopuleran budaya
populer Korea yang cukup signifikan untuk datang ke Korea selama satu minggu
dan mengunjungi berbagai macam acara, salah satunya adalah Busan
International Film Festival yang diharapkan dapat meningkatkan kepopuleran
Korean Wave di negara-negara tersebut.124

Berita-berita yang didapat oleh para jurnalis tersebut diterbitkan dalam


media-media di negara mereka masing-masing. Media-media ini menjelaskan
mengenai Korea baik dari segi film, drama, makanan, gaya busana, dan berbagai
gaya hidup Korea yang telah diperkenal KOFICE selama para jurnalis dan media-
media tersebut berada di Korea. Pada akhirnya hal ini mendorong munculnya
berbagai macam artikel mengenai Korea di berbagai macam media di negara-

                                                            
124
Press Reporters from 7 Nations in Asia Visit South Korea to Report on the South Korean
Cultural Industry, diakses dari
http://www.kofice.or.kr/n_webzine/200710/eng/kofice_activities.html, pada tanggal 3 Desember
2011, pukul 19:56

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


85

negara tersebut. Selain itu, melalui pemberitaan media-media ini Korean Wave
menjadi sangat berperan sebagai sebuah alat diplomasi. Korean Wave menjadi
alasan pemerintah dalam mengadakan berbagai macam program yang
dilaksanakan di negara Korea, di laksanakan di negara-negara lain, ataupun
dilaksanakan di Korea dengan melibatkan negara-negara lain. Melalui berbagai
macam program tersebut, citra Korea menjadi semakin positif di mata negara-
negara lain melalui pemberitaan para media tersebut mengenai budaya Korea,
khususnya budaya populer Korea. Berbagai aktivitas diplomasi yang dilakukan
oleh Korea melalui Korean Wave ini juga berhasil meningkatkan citra positif
terhadap Korea yang sempat mengalami penurunan dikeranakan Perang Iraq,
SARS, dan juga kontroversi nuklir dengan negara Korea Utara pada tahun
2003.125 Ketiga isu tersebut merupakan permasalahan-permasalahan yang berhasil
menurunkan citra positif Korea Selatan dan juga mengurangi secara drastis jumlah
kedatangan masyarakat asing di Korea. Akan tetapi, keberadaan Korean Wave
sebagai alat dalam diplomasi publik Korea yang dikemas melalui diplomasi
budaya berhasil meningkatkan citra positif Korea yang salah satunya dapat dilihat
melalui peningkatan masyarakat asing yang berdatangan ke Korea dan juga
melalui pengaruh Korean Wave yang mampu memberikan opini positif terhadap
Korea.

III.1.3 Aktivitas Diplomasi Publik Melalui Korean Wave Mendorong


Kemajuan Bidang Lain Korea Selatan

Seperti yang dijelaskan dalam bab II, Korean Wave pada dasarnya
merupakan sebuah budaya pop ataupun budaya populer Korea yang yang pada
awalnya hanyalah berhubungan dengan musik, drama Korea, dan juga film-film
Korea. Akan tetapi melalui kepopuleran drama-drama, musik, dan juga film
tersebut ketenaran budaya populer Korea ini menyebar dan tidak hanya mengenai
ketiga hal tersebut. Kepopuleran yang sebelumnya hanya didominasi oleh drama,
musik, dan juga film tersebut meluas menjadi kepopuleran akan selebriti-

                                                            
125
Korean National Tourism Organization, Tourism Marketing With Korean Wave, diakses dari
http://visitkorea.or.kr/enu/asis/images/Korean_Wave_Eng.wmv, pada tanggal 2 Desember 2011,
pada pukul 15:50
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


86 

selebritinya, budaya tradisional Korea, produk-produk Korea, gaya hidup


masyarakatnya, dan segala hal yang berhubungan dengan Korea.

Aktivitas diplomasi pemerintah Korea melalui Korean Wave pada


akhirnya juga semakin memperkuat kemajuan dari aspek-aspek lain ataupun
bidang lain dari Korea. Seperti yang dijelaskan dalam bab II, setiap tahunnya
Korea membuat berbagai macam program yang mempromosikan provinsi-
provinsi dan juga kota-kota Korea, program ini berjalan setiap tahun dengan
mengadakan berbagai macam acara yang tidak hanya menyangkut dan
berhubungan dengan Korean Wave. Selain itu, Korea juga melibatkan selebriti-
selebriti yang terkenal melalui drama-drama, film, dan juga musik K-Pop tersebut
sebagai perwakilan-perwakilan Korea dalam memporomosikan programnya,
sebagai contoh keberadaan Rain dalam program Visit Gyeongbuk-Korea 2007.
Pada tahun tersebut, salah satu acara yang diadakan adalah konser Rain yang
bertujuan untuk mendorong berjalannya program tahun 2007 tersebut. Akan tetapi,
tujuan tersebut bukanlah tujuan satu-satunya. Tujuan lain dari dilakukannya
konser tersebut adalah sekaligus merayakan ditetapkannya kota Daegy sebagai
penyelenggaran International Association of Athletics Federation (IAAF) World
Championship yang diadakan pada tahun 2011. Hal ini pada akhirnya
menunjukkan kemajuan lain dari Korea, yang tidak hanya berhubungan dengan
budaya populer tetapi juga upaya pemerintah untuk mendorong kemajuan Korea
melalui budaya populer atau Korean Wave.

Contoh lain adalah pengadaan acara utama dengan menggunakan lokas-


lokasi pengambilan drama-drama Korea. Seperti pada tahun 2005 yang
merupakan tahun berjalannya program pariwisata Korea, yaitu “Visit Gyeonggi-
Korea Year 2005” merupakan program yang pada dasarnya bertujuan untuk
memperkenalkan kebudayaan tradisional Korea. Melalui tujuan ini, pemerintah
lokal sangat mendorong lokasi-lokasi pengambilan gambar drama-drama Korea,
sepertu Dae Jang-geum, My Sassy Girl, King and the Clown sebagai sebagai
tujuan utama berwisata. Salah satunya adalah Hwaseong Fortress yang
merupakan salah satu tempat sejarah kerajaan Korea dan merupakan lokasi

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


87

pengambilan gambar dari drama Korea Dae Jang-geum menjadi salah satu lokasi
pariwisata yang sangat dipromosikan pada tahun tersebut. Selain itu, dalam acara
yang menyangkut Korean Wave, seperti Hallyu Expo ataupun Hallyu Wave
Festival pemerintah setempat selalu menjadikan acara-acara tersebut untuk
memperkalkan budaya lain Korea seperti makanan Korea dan juga budaya
tradisional Korea. Hal ini juga dilakukan melalui penggunaa selebriti dalam
mempromosikannya, seperti yang dilakukan Ryu Siwon yang merupakan duta
kehormatan yang mempromosikan kebudayaan tradisional Korea pada tahun 2007
dalam program “Visit Gyeongbuk-Korea 2007”.

Oleh karena itu, penggunaan Korean Wave sebagai alat diplomasi publik
Korea ini pada akhirnya juga memajukan aspek-aspek lain ataupun bidang lain
dari Korea,seperti olahraga dan juga kebudayaan tradisional Korea. Selain itu
acara Korean Grand Sale yang juga diadakan Korea dalam setiap program
tahunannya mendorong peningkatkan penjualan terhadap produk-produk Korea,
seperti kosmetik dan pakaian-pakaian Korea yang dikenal melalui drama-drama
dan juga film-film Korea. Film-film dan drama-drama Korea yang juga
disebarkan melalui kegiatan yang dilakukan oleh KOFICE melalui penyebaran
konten drama dan juga festival film yang diadakan di negara-negara lain secara
tidak langsung akan mengenalkan produk-produk Korea. Hal ini diperkuat melalui
hasil penelitian yang dilakukan Korea International Trade Association (KITA)
pada tahun 2011, dimana dijelaskan bahwa Korean Wave memberikan efek positif
terhadap peningkatan konsumsi produk-produk Korea oleh masyarakat asing.
Penelitian tersebut dilakukan terhadap 1.173 masyarakat yang berasal dari Jepang,
Cina, Taiwan, Vietnam, dan masyarakat Korea. Berdasarkan penelitian tersebut,
lebih dari 80% koresponden menyatakan bahwa Korean Wave memberikan
pengaruh terhadap keinginan mereka untuk membeli produk-produk yang berasal
dari Korea. Di bawah ini merupakan grafik yang digunakan dalam hasil penelitian
tersebut. Melalui grafik tersebut dapat dilihat bahwa Korean Wave memberikan
pengaruh terhadap konsumsi produk-produk Korea.

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


88 

Grafik 3. 1 Pengaruh Korean Wave dalam Kemajuan produk-produk Korea

Sumber: http://global.kita.net/_engapp/board_view.jsp?grp=S2&no=914&code=S2001

Secara lebih lanjut pun dijelaskan bahwa makanan, kosmetik, dan juga produk
pakaian merupakan produk-produk Korea yang peningkatannya sangat
dipengaruhi oleh Korean Wave  seperti yang digambarkan dalam grafik di bawah
ini.

Grafik 3. 2 Presentase pengaruh Korean Wave dalam produk-produk Korea

Sumber: http://global.kita.net/_engapp/board_view.jsp?grp=S2&no=914&code=S2001

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


89

Pemaparan di atas menggambarkan bagaimana produk-produk Korea serta


aspek-aspek lain dari Korea mengalami kemajuan dikarenakan aktivitas diplomasi
publik Korea melalui Korean Wave. Oleh karena itu aktivitas diplomasi Korea
melalui Korean Wave ini pada akhirnya dapat dikatakan berhasil mendorong
kemajuan bidang-bidang lain dari Korea termasuk produk-produk Korea. Seperti
yang dijelaskan dalam tulisan Shuling Huang dalam Nation Branding and
Transnational Consumption: Japan-mania and the Korean Wave in Taiwan
dijelaskan bahwa aktivitas pariwisata pada dasarnya dapat mendorong kemajuan
segala hal yang berhubungan degan Korea.126

Hal ini juga dipertegas melalui penelitian yang dilakukan oleh SAMSUNG.
Dimana, SAMSUNG Economic Research Institute menjelaskan bahwa ekspansi
dari Korean Wave terdiri dari empat tahap. Tahap pertama adalah ekspansi dari
budaya populer itu sendiri, termasuk diantaranya adalah program televisi Korea,
film, dan juga musik Korea. Tahap kedua, masyarakat mulai membeli produk-
produk yang berhubungan dengan budaya populer Korea, seperti album musik
dari serial drama Korea, aksesoris yang digunakan oleh artis dalam drama tersebut,
ataupun mulai mengikuti program-program wisata ke Korea yang berhubungan
dengan budaya populer Korea yang ada dalam drama tersebut. Tahap ketiga,
masyarakat mulai untuk membeli produk-produk Korea yang tidak hanya
merupakan bagian dari dalam drama tetapi secara langsung berhubungan dengan
budaya dan Korea itu sendiri, seperti produk elektronik dan juga kosmetik.
Dengan berjalannya ketiga tahap tersebut dalam masyarakat yang menyukai
Korea, maka masyarakat tersebut pada akhirnya akan membentuk sebuah
pandangan baru terhadap dan mengenai Korea. Selanjutnya, hal ini akan
memberikan kontribusi dalam peningkatan para wisawatawan yang datang ke
Korea. 127 Oleh karena itu, penggunaan Korean Wave dalam diplomasi publik

                                                            
126
Shuling Huang, Nation-branding and Transnational Consumption: Japan-mania and the
Korean Wave in Taiwan, diakses dari
http://dct.nctu.edu.tw/files/faculty_files/fct_18/ShulilngHuang_2011_Nation-
brandingandTransnationalConsumption.pdf, pada tanggal 5 Desember 2011, pada pukul 11:25,
hlm. 8.
127
Milim Kim, The Role of the Government in Cultural Industry: Some Observation from Korea’s
Experience, diakses dari http://www.mediacom.keio.ac.jp/publication/pdf2011/10KIM.pdf, pada
tanggal 1 Agustus 2011, pada pukul 22:53, hlm. 167
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


90 

Korea secara tidak langsung akan memberikan kemajuan terhadap aspek-aspek


dan produk-produk lain dari Korea. Penggunaan Korean Wave yang merupakan
budaya populer sebagai alat diplomasi publik tersebut selain dapat meningkatkan
citra Korea juga dapat meningkatkan komoditas Korea di mata internasional
termasuk juga aspek-aspek lain dari Korea.

III.1.4 Mendorong Terjalinnya Kerjasama Dengan Negara-Negara Lain

Dalam penjelasan mengenai aktivitas diplomasi publik melalui Korean


Wave yang telah dijelaskan dalam bab II, KOFICE dan KTO merupakan dua
organisasi yang memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas
tersebut sesuai dengan bagian-bagiannya. KTO menjadi organisasi yang memiliki
tanggung jawab dalam bidang pariwisata dengan menggunakan aspek-aspek yang
berhubungan dengan Korean Wave dalam program-program pariwisata yang
dijalankannya sebagai sebuah bentuk aktivitas diplomasi publik. KOFICE di lain
pihak, menjadi organisasi yang cenderung memiliki aktivitas ke arah luar, dalam
hal ini adalah mendorong penyebaran Korean Wave ke negara-negara lain di luar
Korea.

Seperti yang telah dijelaskan dalam bab II, KOFICE menjadi sebuah
organisasi dengan tanggung jawab untuk meningkatkan pandangan masyarakat di
negara asing mengenai budaya Korea melalui aktivitas-aktivitas pertukaran
budaya. Pertukaran budaya dilakukan demi berjalannya tujuan dasar aktivitas
diplomasi publik Korea, yaitu memberntuk sebuah kerjasama. Melalui aktivitas
diplomasi publik dengan menggunakan Korean Wave, KOFICE berupaya
membentuk fondasi dalam pertukaran budaya dan kerjasama antar bangsa. Hal ini
dilakukan baik dalam edukasi, seperti seminar dan juga forum dan juga dalam
bidang seni, seperti pengadaan acara berbagai macam festival. Dalam bab II pun
telah dijelaskan ringkasan mengenai aktivitas diplomasi publik melalui Korean
Wave yang dilakukan oleh KOFICE. Berbagai macam aktivitas KOFICE dalam
dua fokus kegiatan tersebut merupakan aktivitas-aktivitas yang melibatkan
keberadaan negara-negara lain. Salah satunya adalah dalam pengadaan seminar
dan juga forum mengenai Korean Wave. Dimana, dalam acara tersebut, KOFICE

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


91

bekerjasama dengan negara-negara lain seperti, Jepang, Cina, dan negara Asia
lainnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Tidak hanya itu, pengadaan
seminar dan juga forum tersebut juga dilaksanakan di negara-negara lain dengan
melibatkan negara yang bersangkutan sebagai tuan rumah yang akan mengadakan
acara seminar dan juga forum tersebut.

Penggunaan budaya populer sebagai bagian dalam aktivitas diplomasi


Korea menjadi sebuah cara dalam meningkatkan hubungan Korea dengan negara-
negara lain. Dimana salah satunya, budaya populer telah berhasil menjadi sebuah
jembatan dalam hubungan antara Jepang dan Korea. Hal ini lebih lanjut dijelaskan
oleh KOFICE bahwa musik sebagai salah satu bagian dalam budaya populer dapat
menjadi sebuah penguhubung untuk menjadikan hubungan antara negara-negara
di Asia menjadi lebih dekat.128Oleh karena itu, aktivitas diplomasi publik melalui
Korean Wave ini menjadi aktivitas yang mendorong terjalinnya kerjasama Korea
dengan negara-negara lainnya.

III.2 Faktor-Faktor di Balik Korean Wave

Budaya populer Korea atau yang disebut dengan Korean Wave dipilih dan
digunakan dalam diplomasi publik Korea pada dasarnya dikarenakan akan
kepopulerannya yang berhasil meningkatkan Korea dalam bidang ekonomi pada
awalnya. Kepopuleran akan Korean Wave ini memberikan peluang terhadap
Korea untuk menunjukkan pada dunia sebagai negara yang mengalami kemajuan,
memiliki budaya yang unik dan menarik serta berbeda dengan negara lainnya.
Kepopuleran Korean Wave ini didorong oleh beberap hal, seperti peran
pemerintah dan juga kepopuleran budaya populer Korea tersebut atau Korean
Wave.

III.2.1 Faktor Komitmen Pemerintah dalam Korean Wave

Peran pemerintah Korea dalam meningkatkan dan menyebarkan budaya


populernya atau Korea Wave ke negara-negara luar sangatlah signifikan. Peran
                                                            
128
Pop Music to Bridge Gap Among Asians, diakses dari
http://www.investkorea.org/InvestKoreaWar/work/reg/eng/ne/print_added.jsp?bno=609140607&s
ort_num=43, pada tanggal 14 Januari 2012, pada pukul 23:46
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


92 

pemerintah ini telah dimulai sejak pemerintah Korea belum menjadikan Korean
Wave sebagai bagian dalam diplomasi publiknya. Hal ini dilihat dari tahun 1998,
dimana Presiden Korea saat itu yaitu Kim Dae Jung menyatakan bahwa salah satu
tujuan pemerintahnya adalah untuk meningkatkan ekspor budaya Korea. Korea
harus bisa menjadi negara yang tidak hanya dapat mengekspor hasil industri
manufakturnya, tetapi juga memberikan sesuatu yang berbeda terhadap
masyarakat internasional yang dilakukan melalui aspek budaya. Dalam ini, drama
seri Korea menjadi salah satu komoditas unggulannya dalam pemasaran Hallyu ke
negara-negara lain. 129

Salah satu alasan yang mendorong pemerintah Korea untuk


mengembangkan ekspor budaya Korea ini adalah krisis ekonomi yang terjadi di
Asia pada tahun 1997 yang memberikan dampak terhadap industri budaya Korea
dan juga usaha-usaha Korea secara nasional. Alasan ini mendorong pemerintah
Korea untuk mengembangkan aspek softpower Korea terutama dalam bidang
budaya Korea. 130 Hal ini salah satunya dilakukan pemerintah Korea dengan
mendorong ekspor penyiaran konten-konten Korea, yaitu film dan drama ke
negara-negara luar. Salah satu aktivitas dalam mendorong ekspor tersebut
dilakukan pemerintah melalui membeli hak penyiaran drama-drama Korea dan
mendistribusikannya ke negara-negara lain tanpa mengedepankan biaya. Selain
untuk meningkatkan perekonomian Korea, hal ini juga dilakukan untuk
meningkatkan citra Korea dalam masyarakat internasional. 131

Pemerintah tidak hanya bekerja sendiri dalam mendorong ekspor konten-


konten budaya populer tersebut ke negara-negara lainnya. Pemerintah melibatkan
para pengusaha yang merupakan aktor swasta dalam mendorong perkembangan
industri perfilman Korea tersebut yang dilakukan berdasarkan Motion Picture
Promotion Law pada tahun 1995. Kebijakan yang disahkan pada tahun 1995
                                                            
129
Nesya Amellita, Kebudayaan Populer Korea: Hallyu dan Perkembangannya di Indonesia
(Jakarta: Universitas Indonesia),hlm. 35-36
130
Tyas Huybrechts, The Korean Wave, diakses dari http://www.tyas.be/files/[KCS-leuven]paper-
TyasHuybrechts-film010708.pdf, pada tanggal 6 April 2011, pada pukul 12:04
131
Shim Sungeun, Behind The Korean Broadcasting Boom, diakses dari
http://www.nhk.or.jp/bunken/english/reports/pdf/08_no6_10.pdf, pada tanggal 4 Mei 2011, pada
pukul 20:38, hlm. 213-215

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


93

tersebut berhasil menarik para pihak swasta, seperti Samsung, Daewoo, dan juga
Hyundai dalam mengembangkan perfilman Korea. Salah satunya adalah film yang
berhasil menjadi film yang sangat populer dan menjadi salah satu film yang
berhasil menyebarkan budaya populer Korea, yaitu film Shiri merupakan film
Korea yang diproduksi oleh Samsung Entertainment Group yang dimiliki oleh
Samsung. Film ini berhasil menarik pengunjung sebesar 8 juta penonton pada
tahun 2001.132

Komitmen pemerintah ini berlanjut dengan menjadikan Korean Wave


sebagai bagian dari diplomasi publiknya melalui kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkannya dan mengimplemetasikannya dalam berbagai aktivitas. Peran
pemerintah dalam melaksanakan diplomasi publiknya ini dilakukan dengan
membentuk dua organisasi yang telah dijelaskan dalam bab II dengan tanggung
jawab yang berbeda. KTO dalam hal ini merupakan organisasi pemerintah yang
bertanggung jawab dalam aspek pengembangan pariwisata. Melalui KTO inilah
pemerintah mengadakan berbagai macam aktivitas dengan melibatkan Korean
Wave untuk dipromosikan ke masyarakat asing. Selain itu, pemerintah
menggandeng berbagai macam selebriti yang telah terkenal melalui drama-drama
Korea dan juga para penyanyi Korea untuk mempromosikan dan memperkenalkan
berbagai macam program tersebut ke masyarakat internasional. Terdapat istilah
baru yang dikenal baru-baru ini dalam menjelaskan cara kerja Korea tersebut,
yaitu Asian Values-Hollywood Styles, dimana dengan cerita-cerita yang dikemas
dalam drama-drama dan film Korea yang bernuansakan kehidupan Asia, tetapi
dipasarkan dengan memakai cara internasional yang mengedepankan penjualan
nama seorang bintang sejakigus menjual style yang mengusung kekhasan budaya
Korea.133 Selain KTO, pemerintah juga membentuk KOFICE yang bertanggung
jawab untuk mendorong aspek budaya-budaya populer Korea keluar dengan
program utama untuk melakukan pertukaran dengan negara-negara lain. Hal ini
                                                            
132
Doobo Shim, Preparing for the Post-Korean Wave Age, diakses dari
http://www.kiseas.org/zboard/data/month_speaker/shim.doc&ei=G6vlTuqpNs_QrQeg-
NGbCA&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=1&ved=0CB4Q7gEwAA&prev=/search%3Fq%
3DPreparing%2Bfor%2Bthe%2BPost-
Korean%2BWave%2BAge%26hl%3Did%26biw%3D1280%26bih%3D668%26prmd%3Dimvns,
pada tanggal 21 April 2011, pada pukul 19:42
133
Nesya Amellita, op. cit, hlm. 37
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


94 

dilakukan dengan mengadakan seminar-seminar ataupun forum-forum yang juga


mengundang partisipasi dari negara-negara lain seperti Jepang, Cina, Filipina,
Thailand dan negara-negara lainnya. KOFICE juga melakukan pendistribusian
konten-konten visual Korea seperti film, drama, dokumentasi, dan juga film-film
Korea ke negara-negara lain dan hal itu juga berjalan dua arah dari negara lain ke
Korea. Pengadaan festival-festival seperti Asian Song Festival yang diadakan di
Korea dan juga festival-festival lain yang diadakan di negara-negara lain juga
merupakan aktivitas yang dilakukan KOFICE. Berbagai macam kegiatan yang
diadakan oleh dua organisasi tersebut menunjukkan komitmen pemerintah dalam
menggunakan Korean Wave baik dalam mengembangkan budayanya sebagai cara
ekspor negaranya dan juga dalam aktivitas diplomasi publiknya.

III.2.2 Faktor Kepopuleran Korean Wave

Keberhasilan Korean Wave dalam mendukung aktivitas diplomasi publik


Korea pada dasarnya didukung oleh kepopuleran Korean Wave tersebut terlebih
dahulu. Seperti yang dijelaskan dalam bab II, Korean Wave yang merupakan
fenomena budaya populer Korea merupakan sebuah budaya populer yang menjadi
sangat populer, terutama di negara-negara Asia. Kepopuleran budaya populer ini
dimulai dengan kepopuleran drama Korea, musik, dan juga film-film selanjutnya
diikuti dengan aspek-aspek lain Korea. Korean Wave ini pada dasarnya
merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan kecintaan terhadap budaya
populer Korea yang diperkenalkan pertama kali di Cina pada tahun 1999.

Dimulai dengan penayangan drama Korea What is Love di Cina, budaya


populer Korea ini terus menyebar dan disukai oleh beragam masyarakat yang juga
berasal dari beragam negara. Penayangan drama Korea What is Love ini juga
diikuti dengan penayangan drama-drama Korea lainnya yang menjadi pemimpin
dalam fenomena Korean Wave tersebut. Gambar grafik di bawah ini
menggambarkan bagaimana program-program televisi Korea ini mengalami
peningkatan yang signifikan dan terus meningkat sejak tahun 2002 sampai tahun
2007 di dalam grafik tersebut. Hal ini memperlihatkan kepopuleran Korean Wave
yang juga semakin meningkat dengan semakin meningkatnya juga tingkat eskpor

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


95

program-program televisi yang termasuk diantaranya adalah drama dan juga film-
film Korea.

Grafik 3. 3 Grafik ekspor dan impor program TV Korea

Sumber: http://www.scribd.com/doc/64040042/The-Korean-Wave-A-New-Pop-Culture-
Phenomenon

Gambar grafik di bawah ini menggambarkan bagaimana program-program


televisi Korea ini mengalami peningkatan yang signifikan dan terus meningkat
sejak tahun 2002 sampai tahun 2007 di dalam grafik tersebut. Hal ini
memperlihatkan kepopuleran Korean Wave yang juga semakin meningkat dengan
semakin meningkatnya juga tingkat eskpor program-program televisi yang
termasuk diantaranya adalah drama dan juga film-film Korea.

Dengan semakin populeranya program-program televisi seperti drama-


drama Korea, musik dan juga selebriti Korea semakin meningkat kepopulerannya.
Dimulai dengan grup musik Korea H.O.T yang terkenal di Cina dan Taiwan pada
tahun 1998, menjadi pemimpin dalam penyebaran Korean Wave dalam bidang
msik. Kepopuleran grup ini diikuti oleh penyanyi-penyanyi lain seperti Ahn Jae-
Wook, Shinhwa, Baby V.O.X, D dan yang lainnya. Musik Korea ini atau yang
disebut sebagai K-Pop muncul sebagai generasi berikutnya dari Korean Wave.
Pada perkembangan awalnya, Boa dan Rain menjadi ratu dan juga raja dalam
musik K-pop tersebut. Boa sendiri merupakan penyayi Korea yang lebih fokus
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


96 

dalam mempromosikan musiknya ke negara-negara seperti Jepang dan juga


Amerika Serikat. Boa merupakan penyayi Korea pertama yang berhasil terkenal di
Jepang dan merupakan satu-satunya penyayi yang bukan berasal dari Jepang yang
berhasil menjual albumnya lebih dari 1 juta kopi di Jepang. Sedangkan Rain
merupakan penyayi Korea yang juga merupakan seorang aktor, penari, model dan
juga seorang pengusaha. Rain merupakan salah satu penyanyi Korea yang berhasil
memasuki Hollywood dengan aktingnya dalam film Ninja Assassin pada tahun
2009 dan juga Speed Racer pada tahun 2008. Kepopuleran Korean Wave generasi
pertama yang lebih didominasi oleh drama-drama dan film-film Korea dilanjutkan
dengan Korean Wave generasi kedua yang juga didominasi oleh musik K-Pop.
Generasi kedua dari Korean Wave ini semakin menyebarkan perannya dalam
penyebaran budaya populer Korea dengan bergabungnya grup-grup musik Korea,
seperti Girls Generation, Super Junior, Kara, DBSK, dan grup musik Korea
lainnya yang berhasil meraih kepopulerannya tidak hanya di negara-negara Asia,
tetapi juga di kawasan lainnya di dunia.

Grafik 3. 4 Pendapatan berdasarkan konten musik

Sumber:
http://seriquarterly.com/03/qt_Section_read.html?mncd=0303&pub=20110414&Falocs=03&dep=
3&pubseq=215

Generasi kedua Korean Wave menjadi fenomena budaya populer yang


terus meningkat kepopulerannya dengan menjadi salah satu penyumbang utama
pemasukan bagi Korea sejak pertengahan tahun 2003. Pada tahun 2008

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


97

pemasukan dari bernyayi dan menari tersebut telah berhasil memberikan


pemasukan terhadap Korea lebih dari $200 juta lebih besar dari pemasukan yang
didapat dari drama-drama Korea pada tahun-tahun awal kepopulerannya, yaitu
diawal tahun 2000-an. Kepopuleran musik K-pop ini juga dilihat dari angka
peningmat video musik yang dilihat dari Youtube  yang cukup tinggi.  Masyarakat
yang melihat video-video musik dari salah satu website ini menunjukkan tidak
hanya berasal dari Korea, tetapi juga negara-negara lain seperti, kawasan Asia
Tenggara, Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan juga Amerika. Asia memang
menjadi kawasan dengan penikmat video musi K-Pop yang paling tinggi, yaitu
sebesar 566.273.899 . Hal ini dikarenakan kawasan Asia ini merupakan kawasan
pertama yang mengalami fenomena penyebaran Korean Wave ini dibandingkan
dengan kawasan lainnya, seperti Amerika dan juga Eropa serta kawasan lainnya
seperti yang diperlihatkan dalam gambar 3.3 di bawah ini.

Gambar 3. 1 Jumlah penonton video musik Korea dari Youtube

Sumber: http://www.scribd.com/doc/64040042/The-Korean-Wave-A-New-Pop-Culture-
Phenomenon

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


98 

Kepopuleran fenomena budaya populer Korea atau yang disebut sebagai


Korean Wave tersebut pada akhirnya mempermudah aktivitas diplomasi publik
Korea yang dilakukan melalui Korean Wave. Pemerintah dalam hal ini hanyalah
berupaya dalam menjaga kepopuleran tersebut melalui aktivitas diplomasinya dan
melebarkan pengaruh Korean Wave ke negara-negara di luar Asia yang memang
baru merasakan fenomena Korea Wave tersebut. Kepopuleran Korean Wave ini
pada akhirnya menjadi salah satu faktor yang mendorong keberhasilan dari
diplomasi publik Korea tersebut. Kepopuleran akan Korean Wave ini mendorong
kepopuleran dari aspek-aspek lain dari Korea, seperti budaya tradisonal Korea dan
juga barang-barang produksi Korea. Kepopuleran akan budaya populer Korea
inilah yang pada akhirnya juga memberikan pengaruh terhadap Korea dalam
melakukan aktivitas diplomasi dengan menggunakan aspek-aspek soft power
Korea.

Kepopuleran selebriti-selebriti Korea dan juga penyayi Korea juga


menjadi faktor penting yang memberikan kemudahan bagi Korea dalam
melaksanakan diplomasi publiknya melalui Korean Wave. Seperti yang dijelaskan
dalam bab II, bahwa kepopuleran akan drama Korea akan mendorong kepopuleran
terhadap para pemain dalam drama tersebut, dalam hal ini adalah para selebriti
Korea. Para penggemar drama-drama tersebut pada akhirnya akan mengikuti
kebisaan dan gaya hidup para selebriti tersebut.

III.2.3 Faktor Informasi Mengenai Korean Wave

Dalam penjelasan Nye mengenai diplomasi publik, informasi menjadi


salah faktor penting yang dapat memberikan efek positif terhadap berjalannya
sebuah aktivitas diplomasi. Secara lebih lanjut dijelaskan oleh Nye bahwa
sekarang ini informasi menjadi sebuah kekuatan terutama dengan semakin
besarnya populasi dunia yang mengakses informasi tersebut. Akan tetapi,
informasi itu sendiri tidaklah selalu memberikan hal yang positif bagi satu pihak.
Informasi juga dapat memberikan efek negatif. Selain itu, editor dan juga cue-
givers juga menjadi hal yang penting karena keberadaan mereka dapat
mempengaruhi posisi dan pandangan satu pihak. Informasi dalam hal ini menjadi

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


99

penting dan berperan dalam mendorong citra negara di mata masyarakat


internasional.

Hal ini menjadi salah satu faktor yang mendorong keberhasilan diplomasi
publik Korea melalui Korean Wave tersebut. Seperti yang telah dijelaskan dalam
aktivitas diplomasi publik dalam bidang pariwisata dan juga pertukaran budaya,
penyediaan informasi menjadi salah satu aktivitas yang sangat digunakan oleh
Korea dalam memperkenalkan negaranya ke masyarakat luar. Dalam bidang
pariwisata, pemerintah Korea juga selalu mengadakan berbagai macam acara yang
dilaksanakan di Korea dan juga beberapa negara di luar Korea untuk
mempromosikan program-program pariwisata Korea. Pengadaan berbagai macam
acara tersebut juga melibatkan aspek-aspek dari Korean Wave seperti para
penyayi Korea dan juga para selebriti Korea. Melalui keberadaan para penyayi
dan selebriti Korea tersebut, pemerintah Korea secara tidak langsung
memperkenalkan dan memberikan informasi kepada masyarakat luar mengenai
budaya populer mereka ataupun yang disebut dengan Korean Wave.

Akan tetapi, keberadaan informasi mengenai Korean Wave dalam


diplomasi publik Korea ini lebih banyak dalam aktivitas program pertukaran
dengan negara-negara lain, yang dilakukan oleh organisasi KOFICE. KOFICE
dalam salah satu aktivitas diplomasinya secara jelas mengundang berbagai macam
media dari negara-negara lain dan memperkenalkan budaya populer Korea, yakni
Korean Wave kepada media-media tersebut yang selanjutnya akan dipublikasikan
di negara mereka masing-masing. Hal ini memperlihatkan adanya penyediaan
informasi yang dilakukan oleh Korea dan menunjukkan pentingnya faktor
informasi dalam aktivitas diplomasi publik Korea. Selain itu, melalui aktivitas
diplomasi publik lainnya yaitu penyebaran konten visual, memperlihatkan
bagaimana pemerintah Korea mendorong penyebaran informasi mengenai Korean
Wave melalui konten-konten visual tersebut. Melalui penyebaran konten-konten
visual tersebut, masyarakat asing dapat secara langsung mengetahui mengenai
Korea dan budaya populer Korea tersebut.

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


100 

Berbagai aktivitas yang dilakukan pemerintah Korea ini mendorong


penyebaran informasi mengenai Korean Wave dan Korea secara umum. Hal ini
pada akhirnya mendorong dampak positif terhadap Korea. Dimana, melalui
penyediaan dan penyebaran informasi yang dilakukan pemerintah Korea secara
terus-menerus akan membuat masyarakat internasional mengetahui lebih banyak
mengenai Korea dan medorong mereka untuk memperdalam pengetahuan mereka
mengenai Korea juga. Selanjutnya, hal ini akan mendorong tingkat kedatangan
masyarakat asing ke Korea, mendorong citra Korea menjadi semakin positif, dan
memajukan Korea secara keseluruhan.

III.3 Kesimpulan Peran dan Faktor Korean Wave Sebagai Diplomasi Publik
Korea

Melalui analisa diatas, maka dapat disimpulkan bahwa diplomasi publik


Korea melalui Korean Wave memiliki tiga faktor utama yang mendorong
keberhasilan dalam perannya, yaitu peran pemerintah, kedua adalah faktor
kepopuleran dari Korean Wave, dan faktor informasi mengenai Korean Wave itu
sendiri. Ketiga faktor inilah yang menjadi kunci utama dalam keberhasilan
berjalannya diplomasi publik Korea melalui Korean Wave dalam menarik minat
para masyarakat asing untuk datang ke Korea, meningkatkan citra positif Korea,
mendorong kemajuan aspek-aspek lain dari Korea, dan mendorong terjalinnya
kerjasama antara Korea dengan negara-negara lainnya. Seperti yang dijelaskan
oleh Mark Leonard bahwa tujuan dilaksanakannya diplomasi publik diantaranya
adalah, untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai suatu negara,
meningkatkan apresiasi masyarakat suatu negara, meningkatkan hubungan dengan
suatu negara, dan mempengaruhi masyarakat. Dijelaskan secara lebih lanjut
bahwa beberapa hal di atas tersebut dapat dilakukan melalui understanding,
informing, dan juga influencing foreign audiences. Ke-tiga peran pertama dalam

diplomasi publik melalui Korean Wave¸yaitu menarik minat para masyarakat

asing, meningkatkan citra positif Korea, dan juga mendorong kemajuan aspek-
aspek lain dari Korea pada dasarnya menunjukkan keberhasilan Korea dalam
mencapai tujuan utama diplomasi publik melalui diplomasi budaya Korea yang

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


101

telah dijelaskan dalam bab II, yaitu memperkuat daya saing nasional melalui
peningkatan citra Korea. Selain itu, peran diplomasi publik melalui Korean Wave
yang ke-empat yaitu mendorong upaya kerjasama antara Korea dengan negara-
negara lain menunjukkan keberhasilan Korea dalam mencapai tujuan diplomasi
publik yang dijelaskan dalam diplomasi budaya, yaitu mendorong kerjasama
dengan negara-negara lain

Melalui peran-peran Korean Wave dalam diplomasi publik Korea, yaitu


menarik minat para masyarakat asing untuk datang ke Korea, meningkatkan citra
positif Korea, dan mendorong kemajuan aspek-aspek lain dari Korea pada
dasarnya telah sesuai dengan tujuan dari dasar dilaksanakannya diplomasi publik.
Dan hal ini dilakukan dengan berbagai aktivitas diplomasi seperti pariwisata dan
juga pertukaran budaya yang secara tidak langsung sesuai dengan beberapa
aktivitas yang dapat dilakukan dalam diplomasi publik, yaitu understanding,
informing, dan juga influencing foreign audiences. Akan tetapi, pemaparan pada
penjelasan di atas ini lebih banyak dijelaskan secara naratif. Oleh karena itu,
penulis akan menampilkan flowchart hasil temuan dari penelitian ini yang
merupakan pemaparan singkat dari seluruh hasil penelitian ini.

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


102 

Diplomasi Publik Korea Melalui Korean Wave Periode 2005-2010

Skema 3.1SkemaTemuan Penelitian

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


103

BAB IV

KESIMPULAN

Isu-isu Hubungan Internasional sekarang ini telah menjadi sebuah


hubungan antar negara yang komplek dengan berbagai macam permasalahan dan
dinamika yang berbeda di setiap negara. Permasalahan keamanan dan juga
ekonomi tidak lagi menjadi masalah satu-satunya yang dihadapi oleh negara-
negara sekarang ini. Demokrasisasi di setiap negara menimbulkan dinamika dan
pada akhirnya mendorong setiap masyarakat di setiap negara memiliki
pemahaman mengenai politik serta mempunyai opini tentang negara lain.
Keadaan ini membuat isu masyarakat sipilpun ikut menjadi perhatian negara dan
pada akhirnya setiap negara berlomba memberikan penggambaran positif tentang
negara mereka di mata internasional yang sesuai dengan kepentingan nasional
negara masing-masing. Pemerintah sebagai salah satu unsur negara berupaya
melakukan berbagai komunikasi sebagai bagian dalam aktivitas diplomasi untuk
mencari mencapai kepentingan nasionalnya dan mendorong peningkatan citra
positif negara di mata internasional.

Meskipun demikian, aktivitas-aktivitas diplomasi tradisional yang hanya


melibatkan aktor-aktor negara saja tidaklah cukup dalam mencapai kepentingan
nasionalnya tersebut. Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa dalam era
globalisasi saat ini telah menimbulkan keberadaan masyarakat sipil global yang
menunjukkan realita sosial berkembangnya partisipasi politik dan sosial yang
tidak saja berasal dari pemerintahan, tetapi juga dari ranah lain seperti, warga
negara, gerakan sosial, dan juga individu-individu lain yang juga bergerak secara
global. Hal ini menjadi sebuah gambaran baru yang memperlihatkan bahwa
aktivitas diplomasi saat ini tidaklah lagi cukup hanya dengan melibatkan peran
negara saja tetapi juga melibatkan publik dengan beragam bidangnya yang sangat
variatif.

Pada akhirnya pemerintah membutuhkan cara baru dalam melakukan


komunikasinya dengan negara-negara lain yang dilakukan dengan menggunakan
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


104 

budaya populer negara tersebut. Budaya populer ini menjadi sebuah trend baru
yang mulai dikembangkan oleh negara-negara terutama negara-negara di Asia
dengan memadukan konsep barat dan timur dalam satu kesatuan. Dengan tetap
memegang pada konsep modern, budaya populer ini tidak sepenuhnya
melepaskan nilai negaranya masing-masing. Pada awalnya budaya populer ini
bukan merupakan bagian dalam aktivitas diplomasi suatu negara, Akan tetapi
kepopuleran yang cukup signifkan yang dapat dihasilkan oleh budaya populer ini
dalam menarik perhatian masyarakat asing pada akhirnya mendorong pemerintah
suatu negara untuk mengembangkan industri budaya populernya dan
menjadikannya bagian dalam aktivitas diplomasi dalam rangka berkomunikasi
dan memperkenalkan negaranya ke masyarakat luar.

Salah satu aktivitas diplomasi dengan menggunakan budaya populer


adalah keberadaan Korean Wave dalam aktivitas diplomasi Korea. Korean Wave
pada dasarnya merupakan fenomena budaya populer Korea yang telah berhasil
tersebar dan dikenal oleh masyarakat asing, terutama masyarakat-masyarakat
negara Asia. Keberhasilan Korean Wave ini digunakan pemerintah sebagai
peluang untuk meningkatkan citra positif Korea dengan menjadikan Korean Wave
dalam bagian aktivitas diplomasi publik. Korea mulai menggunakan Korean Wave
sebagai bagian dalam diplomasi publiknya melalui kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan sejak tahun 2005. Selain itu, hal ini diperjelas melalui aturan-aturan
aktivitas diplomasi publik yang dikeluarkan pada tahun 2007, sebagaimana
dijelaskan dalam principal Goals and Directions of Korean Cultural Diplomacy.
Melalui kebijakan tersebut pemerintah Korea mulai melaksanakan aktivitas
diplomasinya melalui Korean Wave, yang dilakukan berdasarkan beberapa
strategi pelaksanaan, yaitu aktivitas promosi dan budaya secara komprehensif dan
sistematis, mendirikan dan mengembangkan strategi promosi dan budaya khusus
disesuaikan dengan negara ataupun daerahnya, memperkuat kemitraan dengan
organisasi lokal serta perusahaan Korea di luar negeri, memperluas program
budaya berorientasi masa depan, dan berpartisipasi aktif dalam organisasi
internasional.

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


105

Penulis memilih aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave yang


dilakukan oleh Korea melalui aspek pariwisata dan juga pertukaran budaya yang
dilakukan dengan negara lain pada periode 2005 sampai tahun 2010. Dengan
menggunakan Korean Wave ini pemerintah Korea mengadakan berbagai macam
acara baik di Korea dan juga di luar Korea. Aktivitas diplomasi ini menjadi lebih
beragam dan menarik, dimana dilakukan baik secara formal dan juga informal.
Secara formal, acara ini dilakukan dengan mengadakan seminar-seminar dan juga
forum-forum dengan mengundang berbagai pembicara profesional dari negara
yang berbeda dengan tujuan membicarakan mengenai fenomena Korean Wave 
dan upaya pengembangannya. Keterlibatan pembicara-pembicara dari negara lain
tersebut menggambarkan ketertarikan negara-negara lain dalam budaya populer
Korea, yakni Korean Wave. Keberhasilan Korea dalam menggunakan Korean
Wave sebagai bagian dalam diplomasi publiknya mendorong para pembicara dari
negara-negara lain untuk memahami lebih dalam mengenai budaya populer
tersebut dan mecoba kemungkinan untuk membentuk budaya populer di
negaranya berdasarkan Korean Wave tersebut. Selain itu, pemerintah Korea
mengundang berbagai media yang berasal dari negara-negara lain dan
memperkenalkan berbagai macam keunikan Korea termasuk Korean Wave.

Secara informal, Korea melakukan aktivitas diplomasi publiknya melalui


pengadaan berbagai macam festival yang dilakukan melalui dua organisasi Korea,
yaitu KTO dan KOFICE. Pengadaan berbagai macam festival ini menjadi sebuah
cara bagi Korea dalam menjalankan aktivitias diplomasinya dalam
memperkenalkan Korea pada umumnya dan Korean Wave pada khususnya.
Pengadaan acara festival ini dilakukan Korea dengan mengadakan Korean Wave
Festival, Hallyu Expo, menjadikan lokasi pengambilan drama Korea sebagai
objek wisata yang hampir selalu dilakukan disetiap program setiap tahunnya.
Selain pengadaan berbagai macam acara di Korea, aktivitas diplomasi publik
melalui Korean Wave ini juga dilakukan di negara-negara Asia lainnya, seperti
Jepang, Thailand, Vietnam, Cina, dan sebagainya. Bekerjasama dengan
pemerintah negara-negara tersebut, Korea mengadakan berbagai macam festival
seperti film, musik, dan juga peragaan busana yang melibatkan kedua belah pihak.

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


106 

Hal ini menunjukkan upaya Korea untuk melakukan kerjasama-kerjasama dengan


negara-negara lain dalam bidang non-formal.

Pelaksanaan berbagai macam aktivitas diplomasi ini dikoordinir dengan


pembagian kerja yang baik, dimana dalam bidang pariwisata, pemerintah Korea
memberikan tanggung jawab kepada KTO. KTO dalam hal ini yang
merencanakan program tahunan wisata Korea, seperti Visit Gyeonggi-Korea 2005,
Visit Jeju Year 2006, Visit Gyeongbuk-Korea 2007, Visit Gwangju Jeonnam
Korea Year 2008, Visit Incheon Year 2009, Visit Korea 2010-2012. Melalui
program tahunan tersebut, KTO bekerjasama dengan pemerintah lokal daerah
mengadakan berbagai macam acara selama periode tahunan tersebut. Sedangkan,
dalam bidang pertukaran budaya KOFICE menjadi organisasi yang bertanggung
jawab. KOFICE dalam hal ini mengadakan berbagai macam kegiatan seperti
festival, forum dan seminar, serta penyebaran konten visual yang pada dasarnya
dilakukan bedasarkan tujuan awal diplomasi publik Korea, yaitu pertukaran
budaya dengan negara-negara lain.

Aktivitas-aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave ini telah


berhasil dijalankan dalam rangka mencapai dua tujuan utama Korea, yaitu
mendorong kerjasama dengan negara lain dan juga memperkuat daya saing
nasional melalui peningkatan citra nasional negara Korea. Hal ini disimpulkan
oleh penulis berdasarkan temuan penulis selama menyelesaikan penelitian,
dimana penulis mendapatkan empat hal. Pertama, penulis melihat bahwa aktivitas
diplomasi publik melalui Korean Wave ini berhasil menarik minat masyarakat
asing untuk datang ke Korea. Sesuai dengan peningkatan yang berkelanjutan
dalam jumlah masyarakat asing yang datang ke Korea sejak tahun 2005-2010.
Dalam penjelasan di bab III sebelumnya dijelaskan bahwa Korean Wave ini
berperan dalam meningkatkan jumlah kedatngan wisatawan sebesar kurang lebih
10%. Kedua, penulis menilai bahwa aktivitas diplomasi publik ini berhasil dalam
meningkatkan citra positif Korea di mata internasional. Pada dasarnya temuan
yang kedua ini merupakan lanjutan dari temuan pertama penulis. Karena, adanya
peningkatan akan jumlah masyarakat asing yang datang ke Korea menunjukkan

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


107

bahwa terdapat peningkatan dalam keingintahuan masyarakat asing mengenai


Korea. Terus meningkatnya masyarakat asing yang datang ke Korea, maka akan
semakin menunjukkan citra Korea yang semakin meningkat secara positif. Selain
itu, dalam bab II juga dijelaskan mengenai pengaruh Korean Wave dalam citra
Korea di mata internasional berdasarkan aktivitas yang dilakukan oleh KOFICE.
Hal tersebut menunjukkan bagaimana aktivitas diplomasi melalui Korean Wave
yang dilakukan oleh KOFICE ini berhasil meningkatkan citra positif Korea
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh KOFICE. Ketiga, aktivitas
diplomasi ini berhasil mendorong kemajuan bidang-bidang lain dari Korea.
Aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave ini berhasil memajukan bidang
lain dari Korea seperti olahraga dan terutama kebudayaan tradisional Korea.
Didukung dengan pengadaan berbagai macam program lainnya, seperti Korean
Grand Sale yang juga diadakan Korea dalam setiap program tahunannya telah
mendorong peningkatkan penjualan terhadap produk-produk Korea, seperti
kosmetik dan pakaian-pakaian Korea yang dikenal melalui drama-drama dan juga
film-film Korea. Film-film dan drama-drama Korea yang juga disebarkan melalui
kegiatan yang dilakukan oleh KOFICE melalui penyebaran konten drama dan
juga festival film yang diadakan di negara-negara lain secara tidak langsung akan
mengenalkan produk-produk Korea. Dan yang keempat adalah, aktivitas
diplomasi publik melalui Korean Wave ini berhasil mendorong adanya kerjasama
antara Korea dengan negara-negara lainnya.

Penulis menilai bahwa keberhasilan ini pada dasarnya tidaklah lepas dari
beberapa faktor, yaitu kepopuleran dari Korean Wave itu sendiri, faktor informasi
mengenai Korean Wave, dan juga komitmen pemerintah. Komitmen pemerintah
dalam mengembangkan Korean Wave dalam aktivitas diplomasinya ini
mendukung keberhasilan aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave tersebut.
Pemerintah Korea dalam hal ini menyadari pentingnya soft power dalam aktivitas
diplomasinya. Oleh karena itu, pemerintah Korea sangat berkomitmen baik dalam
mengembangkan budaya populernya dan juga dalam pelaksanaan aktivitas
diplomasi Korea. Komitmen pemerintah ini juga diperlihatkan melalui kerjasama
dalam aktivitas diplomasi melalui Korean Wave tersebut yang tentu saja

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


108 

melibatkan pihak-pihak lain, terutama masyarakat sipil seperti selebriti yang


berperan besar dalam menarik perhatian masyarakat asing melalui penampilan-
penampilannya dalam drama, film, dan juga musik-musik mereka. Selain itu,
keberhasilan diplomasi publik melalui Korean Wave ini juga didukung oleh
kepopuleran dari fenomena budaya populer Korea itu sendiri. Seperti yang telah
dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya, bahwa fenomena Korean Wave ini telah
dimulai sejak akhir tahun 1990an. Kepopuleran Korean Wave yang telah lebih
dahulu ini pada akhirnya mempermudah segala aktivitas diplomasi melalui
Korean Wave ini selama periode 2005-2010 tersebut. Informasi juga menjadi
faktor yang terpenting dalam mendukung keberhasilan aktivitas diplomasi publik
melalui Korean Wave. Informasi mengenai budaya populer tersebut yang
disebarkan oleh pemerintah melalui berbagai macam aktivitas diplomasi menjadi
salah satu faktor yang mendorong keberhasilan aktivitas diplomasi publik melalui
Korean Wave tersebut.

Melalui penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya


populer dalam aktivitas diplomasi publik merupakan sebuah hal yang baru yang
berhasil menjalankan dasar dalam definisi diplomasi publik, yaitu komunikasi
antara government to people dan people to people. Selain itu, penggunaan Korean
Wave dalam diplomasi publik ini sesuai dengan tujuan dari diplomasi publik yang
dijelaskan oleh Mark Leonard, yaitu meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai suatu negara, meningkatkan apresiasi masyarakat mengenai negara,
meningkatkan hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya, dan juga
mempengaruhi masyarakat.

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


109

DAFTAR PUSTAKA

I. BUKU

Banyu, Anak Agung dan Yanyan Mochamad Yani. 2006. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)

Anheir, Helmut, dkk. 2001. Global Civil Society 2001, (Oxford: Oxford
University Press)

Holsti, K.J. 1987. Politik Internaisonal: Kerangka Analisa, (Jakarta:


Pedoman Ilmu Jaya)

Baylis, John dan Steve Smith. 2005. The Globalization of World Politics: An
Introduction to International Relations, (New York: Oxford University
Press)

Kyong-dong, Kim dan The Korean Herald. 2008. Social Change in Korea,
(Paju, Korea: Jimoondang)

Suryokusumo, Sumaryo. 2004. Praktik Diplomasi, (Depok: Penerbit STIH


“IBLAM”)

Papp, Daniel S. 1997. Contemporary International Relations, Frameworks


for Understanding, (United States of America: Allyn and Bacon)

Leonard, Mark. 2002. Public Diplomacy, (London: The Foreign Policy


Centre)

Warsito, Tulus dan Wahyuni Kartikasari. 2007. Diplomasi Kebudayaan,


Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang : Studi Kasus Indonesia,
(Yogyakarta: Penerbit Ombak)

Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative and Quantittative


Approaches, (Colifornia: Sage Publications)

Neuman, W. Laurence. 1991. Social Research Methods: Qualitative and


Quantitative Approaches, 3nd ed., (Boston: Allyn and Bacon)

Huat, Chua Beng dan Koichi Iwabuchi (Ed). 2010. East Asian Pop Culture:
Analysing the Korean Wave ( Hong kong: Hong Kong University Press)

Storey, John. 2010. Cultural Theory and Popular Culture Fifth Edition.
(Londong: Prentice Hall)
    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


110 

II. SKRIPSI

Amellita, Nesya. 2010. Kebudayaan Populer Korea: Hallyu dan


Perkembangannya di Indonesia. (Jakarta: Universitas Indonesia.)

Nuran, Ainan. 2009. Analisa Peran Diplomasi Selebriti Oleh Bono Dalam Isu
Pengentasan Kemiskinan Global, Studi Kasus: Peran Bono Dalam
Kampanye Make Poverty History 2005-2007. (Jakarta: Universitas
Indonesia)

III. KARYA LAIN DAN KARYA NONCETAK


Data Statistik Kedatangan Wisatawan Setiap tahun
http://english.visitkorea.or.kr dan http://kto.visitkorea.or.kr
Penjelasan Mengenai Kebijakan pemerintah dalam Korean Wave
http://www.mofat.go.kr. http://www.mct.go.kr
Aktivitas dalam bidang pariwisata http://english.visitkorea.or.kr,
http://english.gg.go.kr, http://www.newsworld.co.kr
Aktivitas program pertukaran budaya http://www.kofice.or.kr

IV. JURNAL
Lee, Sue Jin. 2011. The Korean Wave: The Seoul of Asia.The Elon Journal of
Undergraduate Research in Communication, Vol.2, Spring 2011, Nomor 1
www.elon.edu/docs/e-web/academics/communications/.../09SueJin.pdf
Shim, Doobo. 2006. Hybridity and the rise of Korean popular culture in Asia.
Media Culture & Society January 2006, Vol. 28, Nomor 1
http://www2.fiu.edu/~surisc/Hybridity%20and%20the%20rise%20of%20
Korean%20popular%20culture%20in%20Asia.pdf

Kim, Jine E. 2010. Introduction to Three Asias: South Korea, Korea’s In


Between. Paradoxa, Nomor. 22
paradoxa.com/excerpts/Jina_Kim.pdf

Joang. Cho Hae. 2005. Reading the, “Korean Wave” as a Sign of Global
Shift. Volume 45, Nomor. 4, Winter 2005.
www.ekoreajournal.net/free_pdf/4504/8CHJ.PDF

Cho, Chul Ho. Korean Wave in Malaysia and Changes of the Korea-
Malaysia Relations. Jurnal Pengajian Media Malaysia Jilid 12, Nomor 1.

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


111

umrefjournal.um.edu.my/.../JPMM%202010_1%20Cho,%20Chul%20Ho.
pdf

Creigton, Millie. 2009. Japanese Surfng the Korean Wave: Drama Tourism,
Nationalism, and Gender via Ethnic Eroticisms. Southeast Review of
Asian Studeis, Volume 31.
http://www.uky.edu/Centers/Asia/SECAAS/Seras/2009/03_Creighton_200
9.pdf

Kim, Milim. 2011. The Role of the Government in Cultural Industry: Some
Observation from Korea’s Experience. Kelo Communication Review,
Nomor. 33
http://www.mediacom.keio.ac.jp/publication/pdf2011/10KIM.pdf

Huang, Shuling. 2011. Nation-branding and Transnational Consumption:


Japan-mania and the Korean Wave in Taiwan. Media, Culture & Society.
Volume 33, Nomor 1.
http://mcs.sagepub.com/content/33/1/3.full.pdf+html

Yasuko, Tashiro. 2008. Behind the Korean Broadcasting Boom. NHK


Broadcasting Studies 2009 Nomor 6.
http://www.nhk.or.jp/bunken/english/reports/pdf/08_no6_10.pdf

MCST. 2011. The Korean Wave: A New Pop Culture Phenomenon.


Contemporary Korea Nomor 1.
http://www.scribd.com/doc/64040042/The-Korean-Wave-A-New-Pop-
Culture-Phenomenon

V. PUBLIKASI ELEKTRONIK

Glassgold, Stacy Michelle. 2004. Public Diplomacy: The Evolution of


Literature. http://uscpublicdiplomacy.org/pdfs/Stacy_Literature.pdf

Layer, Stefanie. 2010. An Exploration of Japan’s Soft Power.


www.culturaldiplomacy.org/.../manga-and-anime-an-exploration-of-
japans-soft-power.pdf,

Mori, Sumiko. 2006. Japan’s Public Diplomacy and Regional Integration in


East Asia: Using Japan’s Soft Power.
http://www.wcfia.harvard.edu/us-japan/research/pdf/06-10.mori.pdf

So, Jiyeon. 2009. Pop culture as an instrument for global public diplomacy:
A case study of the influences of the Korean Wave on Asian publics.

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


112 

http://www.allacademic.com/meta/p_mla_apa_researchcitation/2/9/5/4/5/p
295450_index.html

The Levin Institute. Culture and Globalization.


http://www.globalization101.org/uploads/File/Culture/cultall2010.pdf

Grenz, Stanley J. 2004. (Pop) Culture:Playground of the Spirit or Diabolical


Device?. http://www.stanleyjgrenz.com/articles/(pop)culture.pdf

Batora, Josef. Multistakeholder Public Diplomacy of Small and Medium-


Sized States:Norway and Canada Compared. www.diplomacy.edu

Doobo, Shim. 2011. Perkembangan Gelombang Korea. 8 Januari


http://kyotoreviewsea.org/KCMS/?p=251&lang=id

Chen, Jessica. 2008. A Study on Cultural Tourism and South Korean


Government.
http://c030.wtuc.edu.tw/ezcatfiles/c030/img/img/743/282605760.pdf

Kim, Kwanyong. Hallyu Dream Festival.


http://www.hallyudreamfestival.or.kr/intro/e_intro2.html

A New Look at Cultural Diplomacy: A Call to Japan's Cultural Practitioners.


28 April. http://www.mofa.go.jp/announce/fm/aso/speech0604-2.html

Seats to Hallyu Expo in Short Supply. 17 November.


http://english.kbs.co.kr/entertainment/news/1425666_28572.html

Je-hae, Do. 2009. 'Visit Korea' Campaign Launched in Japan. 30 September.


http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2011/04/117_52780.html

Gracia, Cathy Rose A. 2007. Hallyu Forum to Be Held at Harvard. 29


Januari. http://www.hancinema.net/hallyu-forum-to-be-held-at-harvard-
8518.html

Staff. 2009. Visit Korea Incheon 2009. 9 Mei.


http://www.koreaittimes.com/story/1331/visit-korea-incheon-2009

Arirangnews. 2009. Falling for Korea, Sparkling Road Trip 한국체험기. 22


Desember. http://www.youtube.com/watch?v=2te0SS7odlk,

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


113

Coolsmurf. 2009. Stars Gather for Incheon Korean Wave Festival 2009. 31 Agustus.
http://www.allkpop.com/2009/08/stars_gather_for_incheon_korean_wave
_festival_2009,

Admin. 2007. Sang Joon Ly, Chairman of Golden Bridge Finance Group,
Establishes HanViet Fondation to Enhance Partnership between Korea
and Vietnam. 27 Agustus.
http://www.hanvietfoundation.org/en/all/view.asp?dh_id=73&page=3&kin
d=news&search=&select=&keyword=&searchCategory=,

Hying. 2009. Top Korean Stars performing for Incheon Korean Wave
Festival 2009. 20 Agustus. http://www.koreanclicks.com/korean-stars-
news/top-korean-stars-performing-for-incheon-korean-wave-festival-2009.

Heesung, Kim. 2009. Dignitaries celebrate the Visit Korea Year 2010-2012.
24 November. http://www.korea.net/detail.do?guid=26379#content

Hasegawa, Eiko. Re-orienting Tourism: Japanese Tourism in Korea and


Asian Cultural Integration.
http://www.ikorea.ac.kr/congress/upload/%EC%82%AC%ED%9A%8C2-
2EikoHasegawa.pdf,

Oh, Jean. 2010. Drama writers from Asia foster ties at conference. 30 Maret.
http://www.koreaherald.com/national/Detail.jsp?newsMLId=20090605000
080

Berger, Arthur Asa. Tourism and Popular Culture.


http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=arthur%20asa%20berger%2C
%20tourism%20and%20popular%20culture&source=web&cd=1&ved=0C
CEQFjAA&url=http%3A%2F%2Fculturestudies.pbworks.com%2Ff%2Ft
ourism%2Band%2Bpopularculture.doc&ei=9n3sTsbLDIrIrQeq5MWNCQ
&usg=AFQjCNGCvqOUkmeFHrKEKs2pM8HdeyYGDA

Overview of Project.
http://www.h-wood.co.kr/en/work/work01.php

2006 Proclaimed “Year to Visit Jeju”.1 Januari.


http://www.investkorea.org/InvestKoreaWar/work/reg/eng/ne/index.jsp?l_
unit=90202&m_unit=90308&code=11405&no=608300004&page=32&bn
o=601127404&seq=35

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


114 

Hallyu Stars to Meet Fans in Cheju. 8 Januari.


http://www.mykoreanstars.com/forums/showthread.php?t=145

Ryu Siwon Weekly: Visit Gyeongbuk-Korea.


http://favosaurus.com/video/?v=9V5JX1Kc9u4

Gun, Jindo. Jindoe Yeingdeung Moses Miracle Parting of the Sea Festival.
http://www.festivals.com/Jindo+Yeongdeung+Moses+Miracle+Parting+of
+the+Sea+Festival-South%20Korea-NA-Jindo-gun-
PfxZ8VsrIU4%3D.aspx

Focus on . . . Muan! White Lotus Festival (July 25 - July 29).


http://cdn.emarketingsg.com/emktg/korea/korea061308.htm

2009 Year to Visit Incheon. 13 Februari.


http://www.koreaittimes.com/story/633/2009-year-visit-incheon

Lawlietta. 2009. Incheon Korean Wave Festival 2009 Wrap-up. 12 September.


http://www.allkpop.com/2009/09/incheon_korean_wave_festival_tonight

“2010-2012 Visit Korea Year” Campaign.


http://brandingkorea.org/campaigns-archive/2010-2012-visit-korea-year/

Jae-un, Lim. 2009. Korean wave crashes upon Shanghai shores. 30


Desember. http://www.mct.go.kr/english/issue/issueView.jsp?pSeq=1426

Busan International Fireworks Festival. 30 September.


http://koreabridge.net/event/busan-international-fireworks-festival-
october-2010

Hallyu To Be Subject of Harvard Forum, and More. 2 Juni


http://www.hancinema.net/talk-of-the-townhallyu-to-be-subject-of-
harvard-forum-and-more-8627.html

Kukinewa. 2006. Foreign Tourists To Jeju Exceeds. 14 September.


http://www.investkorea.org/InvestKoreaWar/work/reg/eng/ne/index.jsp?l_
unit=90202&m_unit=90308&code=11405&no=608300004&page=30&bn
o=609140612&seq=58

Kukinewa. 2006. Jjeu Tourists to Pass 5 Million on Dec.7. 5 Desember.


http://www.investkorea.org/InvestKoreaWar/work/reg/eng/ne/index.jsp?l_

Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


115

unit=90202&m_unit=90308&code=11405&no=608300004&page=28&bn
o=612051460&seq=80

Hasegawa, Eiko. Re-orienting Tourism: Japanese Tourism in Korea and


Asian Cultural Integration.
http://www.ikorea.ac.kr/congress/upload/%EC%82%AC%ED%9A%8C2-
2EikoHasegawa.pdf

Lee, Sojung dan Billy Bai. 2010. A Qualitative Analysis of the Impact of
Popular Culture on Destination Image: A Case Study of Korean Wave
from Japanese Fans. 30 Juli.
http://scholarworks.umass.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1477&context
=refereed&sei-
redir=1&referer=http%3A%2F%2Fwww.google.co.id%2Furl%3Fsa%3Dt
%26rct%3Dj%26q%3Drole%2520of%2520korean%2520wave%2520in%
2520image%2520country%26source%3Dweb%26cd%3D9%26ved%3D0
CGcQFjAI%26url%3Dhttp%253A%252F%252Fscholarworks.umass.edu
%252Fcgi%252Fviewcontent.cgi%253Farticle%253D1477%2526context
%253Drefereed%26ei%3DBxvfTs_ZHMforQeXxsDJCA%26usg%3DAF
QjCNE5b0YYIOTTexitvqjP6YW3bPU6eg%26cad%3Drja#search=%22ro
le%20korean%20wave%20image%20country%22

Korean National Tourism Organization. Tourism Marketing With Korean


Wave. http://visitkorea.or.kr/enu/asis/images/Korean_Wave_Eng.wmv

Huybrechts, Tyas. The Korean Wave. dari


http://www.tyas.be/files/[KCS-leuven]paper-TyasHuybrechts-
film010708.pdf

Shim, Doobo. Preparing for the Post-Korean Wave.


http://www.kiseas.org/zboard/data/month_speaker/shim.doc

Gyeongju World Culture Expo.


http://www.cultureexpo.or.kr/assets/download/file/?BjiJZoktQkSWf38Suc
l3Bw

    Universitas Indonesia
 

Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012


LAMPIRAN

Fetival-festival yang diadakan KOFICE di Korea dan


di luar Korea Periode 2005-2010

Diambil dari: http://www.kofice.or.kr/n_webzine/200701/activities_e.asp

Tahun Tanggal Lokasi Nama Festival Keterangan


Festival
Korean Film Merupakan acara yang bertujuan
8-17
2006 Vietnam Festival in untuk memperkenalkan film-film
Desember
Vietnam Korea
Asia Ethnic Sebuah acara percampuran dengan
Hongkong Cultural musik tradisional dan juga modern
Cultural Performances antara Korea dan Hongkong,
17 Center 2006 pertunjukan taro B-boy, dan juga
2006
Desember Outdoors ‘Dynamic pertunjukan musik Hallyu
Stage, Korea - We
Hongkong Love
HongKong’
Haeorem String Sound Pertunjukan musik tradisional
1
2006 National of Asia antara Jepang, Korea dan Cina.
Desember
Theatre
2007 Pertunjukan parade antara Korea
23-24 Singapore dengan Singapura
2007 Singapura
Februari Chingay
Parade
Dynamic Pertunjukan film-film Korea
Korea Film seperti, 200 Pounds Beauty, Radio
National Festival in Star, Little Brother, The Host, I’m
Convention Commemorati A Cyborg, But That’s Ok, dan
31 Mei –
2007 Center of on of the 15th King and The Clown
3 Juni
Hanoi, Anniversary of
Vietnam Korea-Vietnam
Friendship
Treaty
Specially- Pattaya Pertunjukan musik kedua antara
prepared International kedua negara yang melibatkan
16-18 outdoor Music Festival penyayi dari Korea dan juga
2007
Maret stage, Thailand
Pattaya of
Thailand
Korea- Pertunjukan musik yang diadakan
Mongolia’s untuk menyebarkan musik popular
Ulaanbaata,
2007 19 Mei Friendship Big antara kedua negara dalam rangka
Mongolia
Concert meningkatkan pertukaran budaya
popular.

   
 
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
Korea-Japan Merupakan pertunjukan
30 CC Lemon
2007 Pop Festival pertukaran budaya antara Korea
November Hall, Jepang
2007 dengan Jepang melalui musik.
Korea-Taiwan Pertunjukan musik antara Taiwan
Cultural dengan Korea
2007 5 Januari Taiwan Exchange -
Music in
Harmony
2007 Asia Sebuah acara yang bertujuan
JW Marriot Model Festival untuk memberikan kesempatan
2007 18 Januari Hotel Awards untuk para model untuk
Millennium menunjukkan keahlian mereka.
Hall
2008 Korea- Acara fetival yang ditujukan untuk
11-12 Japan Pop semakin memperdalam hubungan
2008 Jepang
Desember Festival persahabatan kedua negara
melalui budaya popular.
Shanghai of K-Pop night dan juga K-Fashion
China, Korean merupaka sebuah acara festival
Pop Music yang bertujuan untuk memperluas
24-26 Sanghai,
2009 Showcase & pertukaran budaya dan pariwisata
November Cina
Fashion Show antara kedua negara dan juga
untuk meningkat komunikasi
antara kedua belah pihak.
Korea-Vietnam Konser musik antara kedua negara
Viet-Xo
22 Cultural untuk memperkuat hubungan
2009 Palace,
Oktober Exchange pertemanan antar kedua negara
Vietnam
Event tersebut.
Korea- Merupakan acara festival dalam
17
Thailand rangka merayakan “The 2nd
2009 Septembe Bangkok
Friendship Thailand Entertainment Expo
r
Concert 2009”
2009 Korea- Bertujuan meningkatkan
Mongol pertukaran antara masyarakat sipil.
2009 17 Juli Mongolia Culture
Festival Big
Concert
Pattaya Konser musik Pop, tari, hip-hop,
International dan sebagainya. Acara konser ini
Music Festival tidak hanya melibatkan Korea dan
20-22 2009 juga Thailand, tetapi juga
2009 Thailand
Maret melibatkan penyayi-penyanyi dari
negara lain seperti Jepang, Cina,
Australia, Malaysia, Hongkong,
Taiwan, dan juga Laos
2009 Asia Merupakan salah satu acara
2009 15 Januari Korea Model Festival konten Hallyu yang berrtujuan
Awards untuk membangun industri model

   
 
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
domestik, meningkatkan
kesempatan perluasan pasar, dan
menyatukan model-model di
seluruh Asia
Sapporo Snow Pertunjukan kolaborasi antar dua
5-7
2010 Jepang Festival & K- negara, yaitu Jepang dan Korea
Februari
POP Festival
Thai-Korea’s Pertunjukan musik antar kedua
Friends negara dan menjadi sebuah
24
2009 Thailand Concert perayaan dalam acara Korea
Oktober
Entertainment Expo yang
diadakan di Thailand.
2010 Asia Merupakan sebuah bentuk acara
Model Festival penghargaan terhadap para model
Olympic
2009 15 Januari Awards kelas atas yang menjadi
Hall, Korea
perwakilan dari setiap negara di
Asia
2010 Pattaya Merupakan festival musik yang
19-21
2010 Thailand International melibatkan negara-negara di Asia
Maret
Music Festival Tenggara
2010 Korea Festival antara Jepang dan Korea
Japan Festival dalam meningkatkan hubungan
2010 2 Oktober Jepang persahabatan kedua negara
melalui pertukaran budaya popular
kedua negara tersebut.

   
 
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai