Anda di halaman 1dari 42

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN BAHASA KOREA

DENGAN APRESIASI MASYARAKAT MUDA YOGYAKARTA


TERHADAP K-POP
Studi Kasus Pengunjung Korea Pop Festival “Saranghaeyo”
Universitas Kristen Duta Wacana (6-7 November 2010)

Disusun Oleh:
Yutsa Zukhrufil Ula
07 / 254514 / SA /13944

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dalam bidang Bahasa Korea
Prodi Bahasa Korea

PROGRAM STUDI BAHASA KOREA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2011

i
한국어 능력 과 K-Pop 에 대한 족자 청소년의 감상 활동 상호 관계
사례 연구: 2010 년 11 월 6 일-7 일동안 Duta Wacana 기독 대학교에서
열린 코리아 팝 페스티벌 “사랑해요” 관람객들 대상

Yutsa Zukhrufil Ula

07 / 254514 / SA / 13944

가자마다 대학교
인문 대학
한국어학과

2011

ii
THE CORRELATION BETWEEN KOREAN LANGUAGE PROFICIENCY
AND APPRECIATION OF YOGYAKARTA YOUTH TOWARDS K-POP

Case Study: An Outline of Korea Pop Festival “Saranghaeyo”


Universitas Kristen Duta Wacana 6-7 November 2010 Visitors

Yutsa Zukhrufil Ula

07 / 254514 / SA / 13944

KOREAN LANGUANGE DEPARTMENT

FACULTY OF CULTURAL SCIENCES

GADJAH MADA UNIVERSITY

2011

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Pendadaran

Skripsi Program Studi S-1 Bahasa Korea Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Gadjah Mada pada tanggal :

Dosen Penguji II Dosen Penguji I

Lee Jin-Hwa Dr. Novi Siti Kussuji I., M.Hum

Dosen Pembimbing

Suray Agung Nugroho, S.S., M.A

iv
.

SEMBOYAN HIDUP

“Every man suffers pain,


either the pain of hard work or the pain of regret.”
Indiana Pacers Weight Room

Dream BIG. Work Hard!


Yutsa Z. Ula

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang tua saya yang selalu bekerja keras sepenuh hati
serta doa mereka yang dahsyat dan tiada henti,
juga untuk orang-orang yang selalu mendukung, menyemangati dan
menyayangi saya dengan tulus,
Terima Kasih.
Saya bersyukur ada orang-orang seperti Anda.

Yogyakarta, 2011

Yutsa Z.Ula

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T karena atas rahmat,

karunia, serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN BAHASA KOREA DENGAN

APRESIASI MASYARAKAT MUDA YOGYAKARTA TERHADAP K-POP

(Studi Kasus Pengunjung Korea Pop Festival “Saranghaeyo” Universitas Kristen

Duta Wacana 6-7 November 2010) ini untuk memenuhi syarat dalam

mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi S-1 Bahasa Korea, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Gadjah Mada.

Hasil yang telah diraih ini merupakan pencapaian yang paling istimewa

bagi penulis. Di samping kemauan yang keras, dukungan orang-orang terdekat

yang terus mengalir, membantu penulis menyelesaikan skripsi ini dengan lebih

baik.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua dan tak
lupa Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah banyak
membantu baik selama menempuh masa kuliah maupun dalam penyelesaian karya
tulis ini :

1. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Dr. Ida Rochani
Adi, S.U.
2. Suray Agung Nugroho, S.S., M.A. selaku dan dosen pembimbing yang
selalu memberikan nasehat, motivasi dan ide-ide saat penulisan kepada
penulis. Kebanggaan tersendiri bagi penulis karena dapat membantu
penelitian beliau.

vii
3. Ibu Lee Jin-Hwa selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan
bantuan kapan pun penulis butuhkan.
4. Dr. Novi Siti Kussuji Indriastuti, M.Hum. yang telah memberikan
masukan, saran dan membekali ilmu kepada penulis sekaligus sebagai
dosen penguji skripsi penulis.
5. Ibu Yuliawati Widyaningrum, S.S, M.A. yang telah memberikan
masukkan, saran, dan membekali ilmu kepada penulis.
6. Ibu Kim Eun Hee, Ibu Lee Hye-Na, Ibu Son Young A, Ibu Park Hyun Ju
dan Ibu Han Sang Mee seonsaengnim yang telah memberikan dan
membekali ilmu kepada penulis, baik di dalam kelas maupun di luar
proses belajar mengajar.
7. Ibu Dyastriningrum, S.S, M.A. yang telah memberikan dan membekali
ilmu pada penulis tentang dasar-dasar kebudayaan.
8. Ibu Ratih Pratiwi Anwar, S.E., M.Si. yang telah memberikan dan
membekali ilmu kepada penulis yang berhubungan dengan perekonomian
dan bisnis Korea.
9. Ibu Nuraini yang telah memberikan dan membekali ilmu kepada penulis
tentang sejarah dan pola piker masyarakat Korea.
10. Mbak Siti, sekretaris jurusan yang setia di kantor prodi Korea atas nasehat
dan bantuan apabila penulis mengalami kesulitan.
11. Papi Ahmad Yahya, Mami Lien Dahlyana Ary dan adik laki-lakiku
Zulfikar Al Kautsar yang menyemangati, mendengarkan keluh kesah
penulis dan juga memberikan bantuan doa-doa.
12. Nenek Noer Haida Isa, Bunda Ida Sulisty Ary, Bunde Ella Lelyana Ary,
Bapak Bastir Farid, Makcik Siti, Teteh Faricha Septilyana Chrisna yang
juga turut mendoakan keberhasilan penulis.
13. Keluarga besar di Mojosari, keluarga besar dari Papi.
14. Fahrudin Indra Buana, lelaki hebat yang mendengarkan cerita-cerita
penulis, mendukung mimpi-mimpi yang ingin diwujudkan oleh penulis.
내 곁에 있어서 고맙고 너무 행복해요.

viii
15. Teman-teman sekelas yang membuat kenangan begitu mengagumkan
yaitu Ulvia Zahro, teman sekelas penulis yang selalu bersama dengan
penulis melakukan petualangan di negeri asing, Korea dan Malaysia.
Thanks God we had a great time together; Eka Hardiananingsih, terima
kasih Tuhan mengenalkan aku denganmu. Aku tidak melupakan saat kita
dulu mengalami perselisihan, dan terima kasih membantu penulis
meminjamkan motor yang sangat membantu; Eryn Listiana, teman sekelas
yang lebih penulis anggap sebagai penasihat spiritual. Glad having friend
like you,Eryn; Lusiana W. teman terdekatku yang selalu terlihat gembira
saat bersama orang lain sekaligus saat pertama kali menempuh pendidikan
di UGM, bersama dengan Rizki Amelia yang kini sudah menemukan cita-
cita barunya.
16. Tak lupa teman-teman program studi Bahasa Korea 2007 yang lainnya!
Marlina Anjarsari, Kartiwi yang selalu mengomentari style sense penulis,
Zahrani Balqis yang sudah mencapai keinginannnya untuk mengabdi pada
UGM, Dwi Hestiningsih yang pada tahun kedua terpilih untuk
mendapatkan beasiswa NIIED 5 tahun bersama Vini Desyana, Dwi Wahyu
Wulandari dengan trademark jaket merah dan lipstick orange-nya, Daru
Purboning A. yang pada saat kuliah memutuskan mulai memakai hijab,
Ika Novita Sari, Ardiansyah, M. Doni Kurniawan, Gilang Aditya Yusron,
Deni Kurniadi Setiawan, Ayu Rahmawati, Dini Fitriasari, Eka Nur
Ariyanti, Fransisca Evita, Felix Anindita, Gilang Damaz Aji P, Hari
Sanga, Tri Istiyani yang memiliki cerita seru bersama saya waktu KKN,
Zulfa Nadia B. , Diah Purbosari sebagai teman perburuan makanan enak di
Jogja dan dia memiliki seorang kakak perempuan yang jago masak –saya
rindu macaroni schotel buatan kakaknya, Sekar Handayani, Rika, Farrah
C. Napitupulu yang kini sudah berkeluarga, Saifuddin, dan yang terakhir
Erlita yang jago make-up. Tidak lupa juga kepada teman-teman D3, we
have a georgeous time.
17. Seonbae angkatan 2004 yang dulu menjadi teman bermain penulis pada
saat mengunjungi kontrakan F21; angkatan 2005 –terutama mas yudhi

ix
yang banyak memberi masukan pada saat penulis bersiap berangkat ke
Korea, angkatan 2006, hubae angkatan 2008 dan 2009, penulis sangat
senang mengenal Kalian semua; angkatan 2010, maaf penulis belum
sempat dekat dengan Kalian, tapi untuk Imam terima kasih sudah datang
ke pendadaran skripsi penulis.
18. Teman-teman KKN-PPM UGM Sumber Adi, terutama sub-unit 2 –Anin
(Fakultas Biologi), Winda (Fakultas Ekonomi ) ke Starbucks lagi yuk
Wind, Ikhsan (Fakultas MIPA ) dan Mas Amin (Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik ), penulis benar-benar berterimakasih atas persaudaraan dan
persahabatannya selama di sana dan di sini. Teman-teman sub lain juga
terima kasih.
19. Teman-teman ospek Taufik Ismail yang tetap solid hingga tiba masa
kelulusan. Terutama Rifqi Jamali, yang banyak membantu penulis dan
terima kasih atas persahabatan kita yang hebat! Juga ada Adhya P. dan
Hana O. (Sastra Perancis), Diani Ariyani (Sastra Indonesia), dan lainnya.
20. Teman-teman Kost kenari 04. Terutama Arnesya Tiara Putri ( Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) yang bersama penulis memulai perkuliahan
di Jogja dan menemani hingga lulus pendadaran, sekaligus ibu Sarjilah
sebagai ibu penghuni kos yang disiplin namun sangat baik dan perhatian,
terima kasih.
21. Semua orang yang telah membantu, memotivasi, dan mendoakan penulis
agar skripsi ini cepat selesai dan melanjutkan cita-cita. Amin.

Yogyakarta, 2011

Yutsa Zukhrufil Ula

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
속표지.....................................................................................................................ii
COVER PAGE.......................................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
SEMBOYAN HIDUP.............................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................vi
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................xi
TRANSLITERASI..............................................................................................xiv
INTISARI............................................................................................................xix
초록........................................................................................................................xx
ABSTRACT.........................................................................................................xxi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................5
1.4 Ruang Lingkup.......................................................................................6
1.5 Kerangka Pemikiran...............................................................................7
1.6 Metode Penelitian...................................................................................9
1.6.1 Metode Pengumpulan Data.....................................................................9
1.6.2 Metode Analisis Data...........................................................................10
1.7 Tinjauan Pustaka..................................................................................12
1.8 Sistematika Penulisan...........................................................................13

BAB II K-POP DAN APRESIASI MASYARAKAT........................................15


2.1 Korean Pop (K-Pop) Sebagai Bagian Dari Budaya Populer Korea.......15
2.1.1 Musik Pop.............................................................................................15
2.1.2 Korean Pop (K-Pop).............................................................................17
2.2 Teori Resepsi Sastra.............................................................................19

xi
BAB III PENERIMAAN K-POP OLEH MASYARAKAT MUDA
YOGYAKARTA..................................................................................................26
3.1 Faktor Internal......................................................................................29
3.1.1Musik....................................................................................................29
3.1.2 Boyband dan Girlband.........................................................................33
3.1.3 Video Klip dan Tarian........................................................................38
3.1.4 Bahasa................................................................................................41
3.2 Faktor Eksternal....................................................................................44
3.2.1 Media massa........................................................................................45
3.2.2 Orang Lain...........................................................................................48

BAB IV APRESIASI MASYARAKAT MUDA YOGYAKARTA


TERHADAP K-POP............................................................................................50
4.1 Faktor yang Menimbulkan Tindakan Apresiasi....................................52
4.1.1 Faktor Daya Tarik.................................................................................52
4.1.1.1 Kelompok Referensi (Reference Group)...........................................52
4.1.1.2 Gaya Hidup.......................................................................................54
4.1.1.3 Usia...................................................................................................56
4.1.2 Faktor Pendorong.................................................................................57
4.2 Bentuk-Bentuk Apresiasi Terhadap K-Pop...........................................60
4.2.1 Menjadi Anggota Fans Club................................................................61
4.2.2 Meniru Gaya Berpakaian Korea..........................................................65
4.2.3 Cover Dance dan Cover Song..............................................................69
4.2.4 Mempromosikan K-Pop........................................................................71

BAB V PENGARUH TINGKAT PENGUASAAN BAHASA KOREA


DALAM APRESIASI TERHADAP K-POP.....................................................73
5.1 Terjemahan Lagu Nobody, Gee dan Genie...........................................73
5. 1.1 Nobody..................................................................................................74
5. 1.2 Gee.......................................................................................................92
5.1.3 Genie (소원을 말해봐)......................................................................108
5.2 Analisis Lirik Lagu.......................................................................................122

xii
BAB VI PENUTUP............................................................................................125
6.1 Kesimpulan.........................................................................................125
6.2 Saran……………………………………............................................127

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................128
DAFTAR TINJAUAN PUSTAKA...................................................................130
DAFTAR LAMAN DAN E-BOOK...................................................................131
LAMPIRAN........................................................................................................133
RESUME DALAM BAHASA KOREA (요약)...............................................137
1 장 – 서문 ………………………….......................................................137
2 장 – K-Pop 과 Appreciation Theory.......................................................138
3 장 – K-Pop 의 받아들임.........................................................................141
4 장 – K-Pop 을 대하는 팬들의 행동 (방향).............................................143
5 장 – K-Pop 의 노래 가사........................................................................145
6 장 – 결말 및 제안...................................................................................149
6.1 결말…………………..…………................................................149
6.2 제안………………………………………....................................150

xiii
TRANSLITERASI

Romanisasi huruf Hangeul dalam tugas akhir ini mengacu pada buku
Aturan Romanisasi (로마자 표기법. 이렇게 바뀌었습니 [Romaja Pyogibeob.
Ireoke Bakkwieoss-seubnida]) yang diterbitkan oleh Kementerian Pariwisata dan
Budaya Korea Selatan pada 2000.

1. Huruf Hangeul

1.1. Vokal

ㅏ ㅓ ㅗ ㅜ ㅡ ㅣ ㅐ ㅔ ㅚ ㅟ

a eo o u eu I ae e oe wi

ㅑ ㅕ ㅛ ㅠ ㅒ ㅖ ㅘ ㅙ ㅝ ㅞ ㅢ

ya yeo yo yu yae ye wa wae wo we ui

1.2. Konsonan

ㄱ ㄴ ㄷ ㄹ ㅁ ㅂ ㅅ ㅇ ㅈ

g/k n d/t r m b/p s ng j

ㅊ ㅋ ㅌ ㅍ ㅎ ㄲ ㄸ ㅃ ㅆ ㅉ

ch k t p h kk tt pp ss jj

Catatan:

xiv
 Ketika berada di depan vokal, ㄱ, ㄴ, dan ㅂ ditransliterasikan sebagai g,

d, dan b. Namun, apabila ketiga huruf tersebut diikuti oleh konsonan lain

atau berposisi sebagai huruf terakhir sebuah kata, maka ditransliterasikan

sebagai k, t, dan p.

Contoh:

구미 Gumi 월곳[월곧] Wolgot

백아 Baegam 한밭[한받] Hanbat

옥천 Okcheon 벚꽃[벋꼳] Beotkkot

대구 Daegu 호법 Hobeop

영동 Yeongdong

 Ketika diiringi oleh sebuah vokal, ㄹ ditranliterasikan sebagai r,

sedangkan ketika diikuti oleh konsonan atau berposisi sebagai huruf

terakhir dari suatu suku kata, maka ㄹ ditransliterasikan sebagai l.

Contoh:

구리 Guri 설악 Seorak

칠곡 Chilgok 임실 Imsil

울릉 Ulleung 대관령[대괄령] Daegwallyeong

2. Aturan Khusus dalam Romanisasi

2.1. Perubahan romanisasi dapat terjadi sebagai akibat adanya perubahan bunyi

karena bertemunya dua konsonan tertentu, seperti tersebut di bawah ini.

a. Perubahan bunyi dari berpadunya dua konsonan sebagai berikut.

백마[뱅마] Baengma 신문로[신문노] Sinmunno

xv
종로[종노] Jongno 왕십리[왕심니] Wangsimni

별내[별래] Byeollae 신라[실라] Silla

b. Munculnya bunyi ㄴ dan ㄹ

학여울[항녀울] Hangnyeoul 알약[알략] Allyak

c. Perubahan bunyi sebagai akibat palatalisasi

해돋이[해도지] haedoji 맞히다[마치다] machida

같이[가치] gachi

d. Munculnya bunyi letup sebagai pertemuan ㄱ, ㄷ, ㅂ, dan ㅈ dengan ㅎ.

좋고[조코] joko 잡혀[자펴] japyeo

놓다[노타] nota 낳지[나치] nachi

Catatan:

 Perubahan romanisasi tidak terjadi apabila ㅎ terletak di belakang ㄱ, ㄷ,

dan ㅂ.

묵호 Mukho 집현전 Jiphyeonjeon

2.2. Tanda pemisah (-) dapat digunakan untuk menghindari kesalahan dalam

pelafalan.

세운 Seun= Se-un 해운대 Haeundae= Hae-undae

2.3. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama dalam istilah-istilah khusus,

seperti nama, tempat, instansi, dan lain-lain.

xvi
부산 Busan 세종 Sejong

2.4. Nama keluarga ditulis di depan nama diri.

송나리= 1). Song Na-ri 민용하= 1). Min Yong-ha

2). Song Nari 2). Minn Yongha

2.5. Istilah daerah administrasi seperti 도, 시, 군, 구, 읍, 면, 리, 동, dan 가

ditransliterasikan sebagai do, si, gun, gu, eup, myeon, ri, dong, dan ga.

Tanda pemisah dituliskan di antara nama daerah dan istilah administrasinya.

제주도 Jeju-do 인왕리 Inwang-ri

도봉구 Dobong-gu 당산동 Dangsan-dong

삼죽면 Samjuk-myeon

Catatan:

 Istilah untuk daerah administrasi seperti 시, 군, dan 읍, boleh

menggunakan tanda pemisah, boleh tidak.

서울시 = 1). Seoul-si 청주시 = 1). Cheongju-si

2). Seoul 2). Cheongju

순창읍 = 1). Sunchang-eup 함평군 = 1). Hampyeng-gun

2). Sunchang 2). Hampyeong

xvii
2.6. Nama orang dan nama perusahaan yang telah dikenal secara luas tidak

mengalami perubahan romanisasi.

김 = 1). Kim Eun Hee 삼성 = 1). Samsung

2). Gim Yu Shin(*) 2). Samseong (*)

박지성 = 1). Park Ji-sung 현대 = 1). Hyundai

2). Bak Ji-seong (*) 2). Hyeondae (*)

xviii
INTISARI

Pada awal abad ke-21 The New Hallyu membawa K-Pop sebagai salah
satu produk budaya populer Korea yang semakin banyak diminati penggemarnya
di luar Korea. Fenomena K-Pop yang mudah diterima di kalangan anak muda di
luar Korea (termasuk di Indonesia) adalah hal yang menarik untuk diteliti. Hal ini
mengingat lagu-lagu K-Pop hanya dinyanyikan dalam bahasa Korea, dan para
penggemar K-Pop tidak semua bisa mengerti bahasa Korea.
Skripsi ini berupaya untuk menganalisis empat hal. Pertama, memaparkan
faktor-faktor yang mempermudah diterimanya K-Pop di kalangan masyarakat
muda Yogyakarta. Kedua, menjelaskan hubungan antara penguasaan bahasa
Korea dengan penerimaan K-Pop. Ketiga, menggambarkan bagaimana bentuk
tindak lanjut penggemar K-Pop dalam mengapresiasinya. Terakhir, membuktikan
kesederhanaan lirik-lirik lagu K-Pop yang mudah dinikmati.
Karakter musik K-Pop adalah easy-listening dan enerjik. Begitu para
pendengar mulai menggemari K-Pop, hal-hal seperti bergabung dalam fansclub
hingga meniru gaya berpakaian Korea pun dilakukan. Hal seperti ini
membuktikan bahwa K-Pop mudah menjadi hal baru yang dinikmati para
masyarakat muda, terutama para responden riset ini. Hal yang menarik ialah
bahwa para pendengar K-Pop sangat menerima K-Pop walapun mereka tidak
menguasai bahasa Korea sama sekali.
Kata Kunci: K-Pop, apresiasi musik, apresiasi lirik lagu

xix
초록

아시아를 비롯한 미국과 유럽에 신한류가 전파 되면서 한국의 대중문화인 K-


Pop 의 인기도 함께 상승하고 있다. 한국 가수들은 학국말로 노래를 부르지만 K-Pop 의
팬들은 한국말을 이해하지 못한다. 그럼에도 불구하고 해외 청소년들 사이에서 K-Pop
이 인기가 있는 것은 재미있는 현상이다.

이 논문에는 네 가지에 대해서 설명한다. 첫 번째는 족자카르타 청소년들이 K-


Pop 을 쉽게 받아들이는 요소가 무엇인지에 대해서 설명하고 두 번째는 한국어 능력
과 K-Pop 에 대한 족자 청소년의 감상 활동 상호 관계에 대해서 그리고 세 번째는 K-
Pop 팬들의 활동에 대해서 설명한다. 마지막으로는 K-Pop 의 노래가사가 어떻게
간단한지에 대해서 증명할 것이다.

K-Pop 의 특성은 듣기가 쉽고, 리듬이 경쾌하며 사람들의 시선을 끄는 아이돌


가수의 화려한 외모이다. K-Pop 을 좋아하면서 부터 청소년들은 팬클럽에 가입하거나
한국인들의 옷 스타일을 따라하기 시작했다. 이런 현상들을 보면 청소년들이 K-Pop 을
많이 즐기고 있다는 것을 알 수 있다. 제일 재미있는 것은 K-Pop 듣는 사람들은 한국어
능력이 없어도 K-Pop 을 열광적으로 접할수 있다.

키워드: K-Pop, 음악의 감상, 가사

xx
ABSTRACT

In line with the growing influence of The New Hallyu that spreads Korean
populer music out of Korea at the beginning of the 21st century, K-Pop as one of
the Korean popular cultural products grows more popular. K-Pop phenomenon
which is easily accepted among young people outside of Korea (including in
Indonesia) is an interesting thing to study because the K-Pop songs are only sung
in Korean language and most of the K-Pop fans do not understand Korean
language.
This graduating paper attempts to explain four things. First, the factors
contributing to the acceptance of K-Pop among young people in Yogyakarta.
Second, the correlation between Korean language proficiency and the acceptance
of K-Pop. Third, the actions of the K-Pop fans in appreciating it. Fourth, the
simple lyrics in Korean language commonly used in K-Pop.
K-Pop music is mostly easy-listening and energetic. Once the audiences
start to enjoy K-Pop, they do many things like joining the fans club, and even
impersonating the styles of artists. It proves that the K-Pop becomes something
new and attractive to the youth, especially the respondents of this research. The
most important thing is even though the listeners lack of Korean language
knowledge, they still enthusiastically accept and enjoy K-Pop.
Keywords: K-Pop, music appreciation, song lyric appreciation.

xxi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Musik merupakan salah satu bentuk seni. Seni tidak memiliki suatu tujuan yang spesifik.

Menurut Aristoteles seni adalah imitasi, yang merupakan insting alami manusia 1. Seni memiliki

beberapa fungsi, diantaranya adalah fungsi komunikasi dan fungsi hiburan. Fungsi komunikasi

dimaknai sebagai salah satu media komunikasi termudah, sebagai bentuk paling sederhana

sebuah komunikasi karena dinilai mampu menyampaikan suatu tujuan atau maksud kepada

orang lain. Sedangkan fungsi hiburan sebuah seni dikarenakan seni dicari untuk membawa suatu

emosi dan mood tertentu yang digunakan sebagai media relaksasi dan hiburan.

Definisi musik menurut Wikipedia adalah bunyi yang diterima oleh individu dan

berbeda-beda berdasarkan sejarah, budaya, lokasi dan selera seseorang2. Sebagai salah satu

bagian dari seni, musik telah banyak dikaji dan diteliti oleh para peneliti. Bahkan musik memiliki

makna yang bervariasi, yang berbeda-beda bagi tiap orangnya. Ada yang menganggap musik

adalah spiritualitas, pendapat yang lain juga mengasumsikan musik mirip dengan agama tak

bertuhan karena memberikan kenyamanan dan ketenangan, bahkan telah ditemukan terapi musik

untuk keseimbangan pikiran.

1
http://en.wikipedia.org/wiki/Art
2
http://en.wikipedia.org/wiki/Musik

22
Musik juga dapat merefleksikan budaya yang dimiliki suatu daerah. Studi tentang musik

dalam suatu kerangka kebudayaan tertentu telah dimulai sejak abad XIX dengan mengumpulan

bentuk dan jenis nyanyian-nyanyian rakyat. Dalam antropologi studi ini kemudian berkembang

menjadi cabang ilmu tersendiri yang yang disebut etnomusikologi. Dalam etnomusikologi,

membicarakan musik suatu kebudayaan sama pentingnya dengan mengerti bahasa musik itu

sendiri. Oleh karena itu musik juga memiliki fungsi sosial yang tampak dalam nyanyian. Lirik-

lirik dalam nyanyian mengungkapkan nilai-nilai dan dan apa yang dianggap penting oleh suatu

masyarakat.

Setiap daerah memiliki nilai, budaya dan falsafah yang khas dan unik terefleksi dalam

musik dan nyanyian yang ada di daerah tersebut. Dalam musik tradisional jawa gamelan adalah

instrumen yang paling menonjol. Namun gamelan di Sunda tentu berbeda dengan karakteristik

gamelan yang dimiliki oleh Jawa tengah atau Yogyakarta. Hal ini dapat terjadi karena dari pola

pikir, budaya dan karakteristik yang dimiliki daerah tersebut sudah berbeda.

Musik adalah bentuk seni yang paling berkembang di Indonesia. Tidak hanya musik

tradisional, musik-musik modern yang diusung oleh negara-negara barat juga banyak dikonsumsi

dan digabungkan dengan gaya musik Indonesia sendiri. Saat ini, jenis musik modern tidak

terbatas pada aliran rock, jazz, pop, hip-hop dan sebagainya. Namun aliran musik turunan dari

jenis-jenis tersebut juga banyak diminati, misalnya alternative rock, pop rock, emo rock, scream

dan sebagainya.

Saat ini, suatu daerah dapat mengetahui tentang kebudayaan daerah lain berkat adanya

efek globalisasi. Globalisasi adalah fenomena yang tidak mampu dihindari oleh negara manapun.

Media komunikasi yang bervariasi, perkembangan zaman yang cepat berubah, selera masyarakat

23
yang juga terus berubah membuat orang terus mencari hal yang baru. Dalam industri hiburan,

persaingan antara rumah produksi adalah hal yang wajar, hal ini juga dipengaruhi oleh para

konsumen yang terus menginginkan hal yang baru.

Negara barat seperti Amerika, negara-negara Eropa masih memegang kendali sebagai

kiblat modernisasi. Namun di Indonesia saat ini, patokan untuk menyajikan sesuatu yang baru

tidak hanya terbatas pada negara barat saja, negara-negara Asia Timur seperti Jepang, Cina dan

Korea juga dijadikan sebagai referensi. J-pop adalah contoh yang sempat populer beberapa

waktu lalu. J-pop yang sebelumnya hanya dapat dinikmati sebagai soundtrack tayangan animasi

yang disajikan di televisi, kemudian diburu perkembangannya dan mulailah masyarakat

Indonesia menerima J-Pop sebagai sebuah alternatif baru dalam mendengarkan musik.

Selanjutnya mulai bermunculan band-band tanah air yang mengusung J-pop sebagai aliran

musik mereka namun disajikan dalam bahasa Indonesia.

Saat ini Korea dan segala aspek budayanya sedang merambah minat masyarakat. Korean

wave (한류/Hallyu) atau gelombang Korea saat ini menjadi fenomena di Indonesia, seperti yang

juga terjadi di negara-negara asia timur dan ASEAN yang lain 3. Hallyu pula yang menjadikan

Korea sebagai salah satu dari 10 negara pengekspor budaya di dunia. Bukan hanya drama televisi

yang disambut oleh masyarakat, namun juga merambah hingga tradisi, pakaian tradisional

maupun modern, musik dan juga makanan.

Indonesia mengawali membuka pintu bagi masuknya budaya pop Korea pada kurun

waktu tahun 2000 hingga 2007 saat stasiun-stasiun TV swasta nasional menayangkan serial

3
http://en.wikipedia.org/wiki/Korean_wave

24
drama Korea4. Drama-drama Korea tersebut yang menciptakan euphoria kesukaan budaya pop

Korea di kalangan pemirsa TV Indonesia. Musik K-pop yang dibawakan oleh penyanyi solo,

boyband dan girl band yang juga menawarkan keindahan tampilan semakin dikenal dan

digemari. Khususnya bagi masyarakat muda yang notabene adalah remaja, menyambut dengan

antusias K-pop. Warna musik yang diusung juga beragam, mulai Pop, balad, dance, hiphop dan

sebagainya.

K-Pop adalah singkatan dari Korean Pop Music yang kini dilabeli dengan istilah

Gelombang Korea Baru (The New Korean Wave) dan merupakan bentuk dari budaya

kontemporer Korea. K-Pop dianggap sebagai gebrakan perluasan demam budaya populer dari

Korea Selatan yang sukses setelah kesuksesan film dan drama Korea yang telah sukses

diapresiasi oleh masyarakat di luar Korea. Istilah The New Hallyu diciptakan untuk membentuk

image bahwa K-Pop merupakan sebuah fenomena baru budaya Pop Korea yang siap menginvasi

kembali berbagai belahan dunia.

Penyanyi Solo maupun Boyband K-pop Korea banyak yang telah melebarkan sayap di

luar Korea dan menjadi idola. Terbentuknya K-pop juga tak lepas dari pengaruh globalisasi dan

segala medianya yang mampu menyebarkan budaya dari satu daerah ke daerah lain dengan

cepat. Awal terbentuknya K-pop ditandai dengan masuknya budaya popular Jepang yang disebut

dengan J-pop di Korea.

1.2 Rumusan Masalah


1. Faktor apa yang mempermudah penerimaan K-Pop oleh masayarakat muda Yogyakarta?

4
Hallyu ‘Gelombang Korea’: Refleksi untuk Memajukan Studi Korea di Indonesia oleh Suray Agung Nugroho via
http://inakos.org/index.php?option=com_wrapper&view=wrapper&Itemid=24

25
2. Apakah bahasa menjadi kendala dalam penerimaan K-Pop oleh masyarakat muda

Yogyakarta?

3. Bagaimana bentuk apresiasi masyarakat muda Yogyakarta terhadap fenomena demam K-

Pop.

4. Bagaimana hubungan antara isi lirik 3 lagu representatif K-Pop dengan apresiasi

responden?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui faktor apa yang mendukung dan membuat K-Pop mudah diterima oleh

masyarakat muda Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui apakah bahasa menjadi kendala dalam penerimaan K-Pop oleh

masyarakat muda Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk apresiasi masyarakat muda Yogyakarta terhadap

fenomena demam K-Pop.

4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara isi lirik 3 lagu representatif K-Pop dengan

apresiasi responden.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup penelitian ini adalah pembahasan tentang faktor-faktor apa saja yang

mendukung dan membuat K-Pop mudah diterima oleh masyarakat muda Yogyakarta serta

apakah bahasa menjadi kendala dalam penerimaan K-Pop oleh masyarakat muda

Yogyakarta. Selanjutnya penelitian ini juga meneliti bagaimana bentuk apresiasi masyarakat

muda Yogyakarta sebagai efek kesukaannya terhadap K-Pop.

26
Wilayah penelitian adalah Propinsi Yogyakarta. Pemilihan wilayah penelitian ini

berdasarkan pertimbangan bahwa Kota Yogyakarta merupakan daerah studi penulis, di

samping itu adanya image Yogyakarta sebagai kota miniatur Indonesia. Kota Yogyakarta

juga menyandang predikat Kota Pelajar, dan istilah tersebut sangat dekat dengan dunia anak

muda. Alasan yang terakhir adalah bahwa penulis melihat banyak event yang diadakan di

Yogyakarta diadakan khusus untuk membidik minat masyarakat muda, salah satunya ialah

acara tahunan Korean Day yang dihelat oleh program studi Korea UGM yang bekerja sama

denga pusat studi Korea UGM.

Obyek penelitian adalah masyarakat muda Yogyakarta dengan jenjang pendidikan pelajar

lanjutan (SLTP dan SLTA) dan mahasiswa yang datang pada acara K-Pop Fest

“Saranghaeyo” UKDW 2010. Dari kuesioner yang terkumpul dapat diketahui bahwa rentang

usia responden adalah usia 14 tahun hingga usia 24 tahun. Jumlah responden kuesioner

adalah 104 orang, yaitu berasal dari jenjang Mahasiswa sebanyak 43 orang, SMA sebanyak 47

orang dan SMP sebanyak 14 orang.

1.5 Kerangka Pemikiran

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan

keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui

perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain

sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Globalisasi adalah suatu proses di

mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan

mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara.

27
Berdasarkan yang tertulis di Wikipedia, diantara ciri globalisasi adalah berkembangnya

pertukaran kebudayaan internasional juga penyebaran prinsip multikebudayaan

(multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar

kebudayaannya5.

Budaya Pop selalu berubah dan muncul secara unik di berbagai tempat dan waktu.

Budaya pop membentuk arus dan pusaran, dan mewakili suatu perspektif interdependent-mutual

yang kompleks dan nilai-nilai yang memengaruhi masyarakat dan lembaga-lembaganya dengan

berbagai cara. Misalnya, beberapa arus budaya pop mungkin muncul dari (atau menyeleweng

menjadi) suatu subkultur, yang melambangkan perspektif yang kemiripannya dengan budaya pop

mainstream begitu sedikit. Berbagai hal yang berhubungan dengan budaya pop sangat khas

menarik spektrum yang lebih luas dalam masyarakat.

"Budaya populer dan media massa mempunyai hubungan simbiotik: saling tergantung

dalam kolaborasi intim."— K Turner (1984)6. Sebagai media komunikasi, pop art

(kesenian/budaya pop) sangat tergantung pada media massa. Tanpa media massa tidak akan ada

budaya pop. Hal ini karena media massa yang mempunyai peran untuk menyebarluaskan dan

mempopulerkan sebuah karya seni yang bisa diterima sebagai karya pop. Sifat media massa yang

mampu menjadi penghubung sebuah karya pop dari penciptanya ke masyarakat umum membuat

budaya pop mampu berkembang pesat sebagai media komunikasi yang sangat popular.

Setelah Jepang, kini K-Pop yang merupakan salah satu hasil budaya popular Korea

menjadi sebuah fenomena baru yang ada di Indonesia. Salah satu bukti K-pop telah menjadi

5
http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi
6
Shuker, Roy (1994). Understanding Popular Music, p.4. ISBN 0-415-10723-7 via http://budaya-pop.blogspot.com/

28
salah satu budaya Korea adalah banyaknya acara-acara televisi yang menayangkan drama seri

Korea, video klip lagu Korea, ajang pencarian bakat yang juga disisipi dance cover ala Korea

dan sebagainya. Bukan hanya televisi, radio pun juga membuat program khusus yang memutar

laku Korea. Majalah-majalah yang dulu fokus ke arah Hollywood dan Eropa, kini juga mulai

menyeliplan info tentang artis, gaya pakaian bahkan jenis make up Korea. Media lainnya antara

lain toko online yang menjual replika pakaian atau aksesoris artis K-pop, dan juga terbentuknya

komunitas-komunitas fans club. 

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang menunjang penelitian ini ditempuh dengan cara

pembagian kuesioner, wawancara dan studi pustaka. Jenis data yang digunakan adalah kualitatif.

Kuesioner menjadi media utama untuk mendapatkan data penelitian. Kuesioner terdiri

dari 26 pertanyaan dengan pertanyaan terbuka (open question) dan pertanyaan tertutup (close

question). Kuesioner dibagikan kepada pengunjung acara K-Pop Fest “Saranghaeyo” UKDW

2010 pada tanggal 6-7 November 2010. Pemilihan responden berdasarkan asumsi bahwa

responden adalah fans K-pop, karena rela menyisihkan Rp 20.000 untuk membeli tiket acara, dan

hal ini diperkuat dengan kondisi Yogyakarta yang pada waktu tersebut masih diselubungi duka

karena peristiwa meletusnya gunung Merapi tidak menyurutkan niat responden tersebut tetap

datang untuk menyaksikan acara tersebut.

Dari 200 lembar kuesioner yang layak digunakan sebagai sampel penelitian sebanyak 104

lembar kuesioner. Dari jumlah 104 lembar tersebut, 43 responden adalah mahasiswa, 47

29
responden di jenjang SMA dan sebanyak 14 responden mengenyam pendidikan jenjang SMP.

Sedangkan dari segi gender 100 orang responden adalah wanita dan sebanyak 4 orang berjenis

kelamin pria.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan langsung dengan objek

penelitian, yaitu masyarakat muda Yogyakarta. Hasil wawancara dengan responden menjadi data

utama penelitian ini. Responden adalah masyarakat muda yang pernah belajar bahasa Korea baik

melalui pendidikan formal seperti perguruan tinggi atau sekolah vokasi dan juga masyarakat

muda yang tidak memiliki pengetahuan bahasa Korea sama sekali. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui hasil dari permasalahan tentang apakah bahasa Korea menjadi kendala bagi

masyarakat muda Yogyakarta dalam menerima dan menyukai K-Pop.

Studi pustaka juga dilakukan untuk melengkapi data-data yang tidak didapat melalui

metode wawancara ataupun observasi. Studi pustaka dilakukan melalui buku-buku yang

membahas budaya populer, musik dan perkembangannya, buku yang memuat tentang budaya

Korea, serta yang berhubungan dengan antropologi masyarakat Yogyakarta.

1.6.2 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis penelitian ini, berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan7:

a) Pengumpulan informasi: Tahap ini dilakukan dengan cara pembagian kuesioner dengan

tipe close question dan wawancara mendalam (in-depth interview). Teknisnya ialah

setelah kuesioner terkumpul, responden dibagi menjadi tiga kategori yaitu SMP, SMA

dan Kuliah kemudian dihitung jumlah banyaknya responden yang menjawab suatu

pilihan. Penghitungan jumlah banyaknya pemilih dilakukan pada tipe pertanyaan


7
Miles dan Huberman (1992) via http://www.damandiri.or.id/file/didikwahonounairbab4.pdf

30
tertutup. Sedangkan pertanyaan terbuka banyak dilakukan pada sesi wawancara. Dari 104

kuesioner yang telah diterima sebelumnya, dipilih 20 orang responden yang akan

diwawancara. Pemilihan berdasarkan hasil jawaban pada kuesioner responden yang

mengindikasikan keseriusan, pengetahuan dan besarnya minat terhadap K-Pop. Namun

pada saat pelaksanaan responden yang datang sebanyak 14 orang, dengan jumlah ini

wawancara masih dapat dilakukan karena peserta yang datang sudah lebih dari 50%.

b) Reduksi: Langkah ini dilakukan untuk memilih informasi mana yang sesuai dan tidak

sesuai dengan masalah penelitian. Langkah ini dilakukan setelah wawancara terlaksana.

c) Penyajian: Setelah informasi dipilih, disajikan dalam tulisan penelitian dalam bentuk

kutipan langsung responden wawancara lalu diuraikan dalam penjelasan dan

dihubungkan dengan teori yang dipakai. Sedangkan untuk menganalisis tingkat

penguasaan bahasa Korea dalam apresiasi terhadap K-Pop pada Bab V teori terjemahan

akan digunakan . Lirik lagu akan diterjemahkan per-kata baru kemudian diinterpretasikan

ulang.

d) Tahap akhir adalah menarik kesimpulan.

1.7 Tinjauan Pustaka


Penelitian ini dilakukan setelah meninjau hasil skripsi yang berjudul “Penerimaan J-Pop

di Kalangan Anak Muda Yogyakarta” (2008) karya Eka Rahayu Kartini yang pernah menempuh

pendidikan Sastra Jepang di Universitas Gadjah Mada (UGM). Karya tulis ilmiah ini membahas

tentang fenomena J-Pop yang digandrungi oleh masyarakat Indonesia terutama oleh kalangan

muda. Penulis karya ilmiah ini memfokuskan penelitian terhadap masyarakat muda yang ada di

31
Yogyakarta. Aspek yang diteliti antara lain bagaimana proses masuknya J-Pop di Indonesia yang

akhirnya diterima oleh masyarakat sebagai salah satu alternative warna musik baru dan factor-

faktor apa yang membuatnya menjadi mudah diterima oleh masyarakat Indonesia terutama di

Yogyakarta.

Karya tulis lainnya yang ditinjau adalah skripsi berjudul “Makna Aktualisasi Diri Para

Cosplayer di Yogyakarta” (2010) karya Nugrah Nur Saraswati yang merupakan salah satu

mahasiswa jurusan Sastra Jepang di UGM. Tulisan ilmiah ini meneliti tentang pengaruh budaya

populer Jepang di Yogyakarta yang akhirnya menyebarkan kegemaran atas hal-hal yang

berhubungan dengan budaya pop Jepang dan membuat cosplay menjadi budaya baru di kalangan

masyarakat muda Yogyakarta, sekaligus sebagai media menunjukkan jati diri oleh masyarakat

muda tersebut.

Kedua karya ilmiah di atas membantu penulis untuk menyusun kerangka tulisan dalam

menyusun skripsi yang berjudul “ Pengaruh Penguasaan Bahasa Korea Dengan Apresiasi

Masyarakat Muda Yogyakarta Terhadap K-Pop dalam Studi Kasus Pengunjung Korea Pop

Festival “Saranghaeyo” Universitas Kristen Duta Wacana 6-7 November 2010” ini.

Namun pemilihan topik bahasan Penerimaan dan Apresiasi Masyarakat Muda

Yogyakarta Terhadap K-Pop ini memiliki beberapa perbedaan dari kedua karya tulis yang

dijadikan tinjauan pustaka di atas. Diantaranya adalah bahan penelitian berupa K-Pop yang saat

ini menjadi fenomena dan diterima secara terbuka oleh masyarakat Indonesia. Dalam tulisan ini

yang dijadikan objek penelitian merupakan masyarakat muda di Yogyakarta. Selain meneliti apa

saja faktor yang menjadikan K-Pop mudah diterima oleh masyarakat Muda Yogyakarta.

Berkaitan dengan faktor yang membuat K-Pop mudah diterima oleh masyarakat muda

32
Yogyakarta, penelitian ini juga meneliti apakah bahasa menjadi kendala dalam penerimaan K-

Pop bagi kalangan muda Yogyakarta. Penelitian ini juga meneliti lebih lanjut tentang faktor-

faktor yang mendorong masyarakat muda mengapresiasi K-Pop dan apa saja bentuk apresiasi

penikmat K-Pop Yogyakarta yang tergambar dari pengunjung Korea Pop Festival

“Saranghaeyo” Universitas Kristen Duta Wacana 6-7 November 2010.

1.8 Sistematika Penulisan


Penelitian ini memiliki empat bab dengan pembagian seperti berikut: Bab I berupa

pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang

lingkup, kerangka pemikiran, metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penyajian. Bab

II adalah landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan gambaran

definisi K-Pop dan teori apresiasi sastra. Bab III membahas tentang faktor yang membuat K-Pop

mudah diterima oleh masyarakat muda di Yogyakarta serta apakah bahasa menjadi kendala

dalam menerima K-Pop bagi masyarakat muda Yogyakarta serta manfaat mendengar dan

menonton K-Pop. Bab IV adalah pembahasan tentang bentuk apresiasi yang dilakukan oleh

masyarakat muda Yogyakarta sebagai bentuk tindak lanjutnya dalam menggemari K-Pop. Bab V

adalah bagian yang memaparkan dan membuktikan bahwa lirik lagu K-Pop menggunakan

bahasa yang sederhana. Bab VI adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

33
BAB II

K-POP DAN APRESIASI MASYARAKAT

2.1 Korean Pop (K-Pop) Sebagai Bagian Dari Budaya Populer Korea

2.1.1 Musik Pop

Budaya pop atau yang saat ini lebih sering disebut pop culture saat ini menjadi sebuah

topik yang sering didengar dan dibicarakan. Definisi budaya pop pun masih bias dan tidak ada

yang paten. Hal yang pasti adalah kenyataan bahwa budaya pop semakin berkembang karena

media massa, terutama televisi dan radio. Dari definisi budaya pop yang bermacam macam

tersebut, budaya pop cenderung bertolak belakang dengan budaya intelek, budaya pop dianggap

sebagai budaya yang remeh dan tidak berkelas pada awal kemunculannya. Seperti dikutip dari

sebuah blog tentang budaya pop8:

“Awal mula penggunaan kata popular dalam bahasa Inggris adalah pada abad kelima belas dalam
hukum dan politik, yang berarti rendah rendah, dasar, vulgar, dan masyarakat kebanyakan; sejak
akhir abad kedelapan belas, popular berarti "luas" dan mendapatkan arti konotasi yang positif
(William, 1985). Kata culture di kalangan pengguna bahasa Inggris, sejak tahun 1950-an
digunakan untuk mengacu pada berbagai kelompok masyarakat, dengan penekanan pada
perbedaan budaya”.

Dari kutipan diatas memang tampak bahwa budaya pop dulu awalnya adalah budaya rendahan

yang kurang mendapat perhatian. Negara barat diyakini sebagai tempat lahirnya budaya pop

yang dengan semakin berkembangnya teknologi dan mudahnya berkomunikasi untuk

menyampaikan pesan dan kondisi suatu daerah ke daerah yang lain, budaya pop melanda di

berbagai belahan dunia.


8
budaya-pop.blogspot.com/2010/09/definisi-budaya-populer.html

34
Kini, budaya pop dikenal sebagai budaya baru yang banyak dipuja dan tak dapat

dielakkan bahwa semua orang ada dalam tubuh budaya pop. Budaya pop menyangkut berbagai

aspek kehidupan manusia dan dalam berbagari media, mulai dari televisi, media cetak, fiksi,

film, dan radio serta serta musik. Penelitian ini berhubungan dengan budaya pop dalam

perspektif musik pop, yang pada awalnya disebarkan melalui radio.

Thomas M. Kando dalam bukunya, Leisure and Popular Culture in Transition

memberikan sedikit pendapat untuk menjelaskan apa sebenarnya budaya pop itu, walalupun dia

juga tak mendefinisikan budaya pop secara konkret; for our purposes, we define it as typical

cultural and recreational activities of typical segments of a society (1980:41) .demi kepentingan

kita, kami mendefinisikan mendefinisikan hal ini sebagai budaya yang khas (khusus) dan

kegiatan yang bersifat hiburan segmen tertentu dalam sebuah masyarakat.

Dari definisi tersebut mengimplikasikan bahwa dalam sebuah fenomena yang berkaitan

dalam budaya pop, hal tersebut memiliki kelompok tertentu, segmen tertentu dalam bagian

sebuah masyarakat, baik dari segi usia atau pekerjaan atau status kedudukan.

Musik Pop dalam hal ini, memiliki segmen remaja dan anak muda. Musik pop memiliki

fleksibilitas yang berarti jika terdapat penggantian elemen dan detail suatu lagu, tidak akan

memberikan efek apapun, berbeda dengan tipe musik serius (high culture) seperti Beethoven

ataupun musik karya Mozart, jika ada penggantian nada akan rusak komposisi lagu tersebut. “…

musik pop bersifat mekanis dalam pengertian bahwa detail tertentu bias diganti dari satu lagu ke

lagu yang lainnya tanpa efek real apapun pada struktur sebagai satu keseluruhan” (Storey,John;

2008:118). Selain itu, musik pop memperlihatkan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti, dan

dianggap mampu merefleksikan emosi dan perasaan anak muda. Dengan musik pop,

35
menyampaikan pesan cinta, patah hati, ataupun gejolak perasaan yang wajar dialami oleh remaja

dapat ditangkap dengan jelas, tidak absurd.

2.1.2 Korean Pop (K-Pop)

Indonesia mengawali membuka pintu bagi masuknya budaya pop Korea pada kurun

waktu tahun 2000 hingga 2007 saat stasiun-stasiun TV swasta nasional menayangkan serial

drama Korea. Pennyebaran budaya populer Korea dalam bentuk drama dan film ini disebut

dengan Hallyu. Saat ini ada dua jenis budaya populer Korea yang sudah dikenal di sebagian

wilayah Eropa, Amerika dan Asia; Hallyu dan New Hallyu9.

K-Pop adalah singkatan dari Korean Pop Music yang dikaitkan dengan invasi penyebaran

budaya populer Korea ke luar negeri dan memiliki predikat sebagai The New Hallyu (The New

Korean Waves) dan merupakan salah satu bentuk dari budaya kontemporer Korea, terutama

Korea Selatan (industri musik tidak ada di belahan Korea Utara) 10. Awal terbentuknya K-pop

ditandai dengan masuknya budaya popular Jepang yang disebut dengan J-pop di Korea 11. K-Pop

memiliki unsur elektronik, pop, rock, hip hop juga R&B dalam musiknya. Tahun 1992 adalah

titik balik berkembangnya K-pop walaupun musik korea pra-modern sudah mulai ada semenjak

tahun 1930-an. K-Pop terus berkembang , dimulai oleh boyband SeoTaeji and Boys dengan

debutnya di tahun 1992 yang memasukkan gaya musik pop barat yang memiliki unsur rap, rock

dan techno, hingga seperti saat ini yang memiliki ciri khas gerakan tari dalam lagu-lagunya.

9
http://www.yonhap.com/ (Yonhap Feature) K-pop idol groups set off new Korean Wave in Asia.htm
10
http://www.asiafinest.com/review/kpop.htm

11
Seperti yang tertulis di situs Wikipedia, “ Penjajahan Korea juga membuat genre musik Korea tidak bisa berkembang dan
hanya mengikuti perkembangan budaya pop Jepang pada saat itu”

36
K-Pop memiliki beberapa genre, diantaranya hip-hop, urban, R&B, UK garage, 2 step,

new jack swing dan dance-pop. Namun, dari kesemua genre tersebut K-Pop lebih banyak yang

menonjolkan sisi salah satu genre pop, bubblegum-pop12. Bubblegum-pop adalah salah satu

genre musik pop yang tidak sering dikenal dan ciri utamanya adalah genre ini lebih condong

ditujukan untuk usia pra-remaja dan remaja, dimotori oleh produse, dan memiliki jenis irama

yang lincah. Memiliki melody yang catchy, kord dan harmoni yang tidak rumit dan mampu

membuat menari biarpun sebenarnya tak perlu ditarikan. Biasanya menyiratkan perasaan

innocence.

Jika dihubungkan dengan tipe-tipe mayoritas K-Pop karakteristik di atas benar adanya.

Irama K-Pop terdengar manis di telinga, baik itu yang dibawakan oleh grup perempuan maupun

grup laki-laki. Image yang dibangun oleh K-pop pun cenderung ke sesuatu yang imut, cerah dan

ceria, oleh karena itu banyak artis K-Pop yang memulai debut sejak usia sekolah, sehingga saat

pertama melakukan debut menawarkan wajah yang innocent dan muda, cocok untuk menarik

minat para remaja karena dianggap tidak berbeda jauh dengan mereka sebagai pengonsumsi

musik.

2.2 Teori Resepsi Sastra

12
“The chief characteristics of the genre are that it is pop music contrived and marketed to appeal to pre-teens and teenagers, is
produced in an assembly-line process, driven by producers, often using unknown singers and has an upbeat sound. The songs
typically have singalong choruses, seemingly childlike themes and a contrived innocence, occasionally combined with an
undercurrent of sexual double entendre. Bubblegum songs are also defined as having a catchy melody, simple chords, simple
harmonies, dancy (but not necessarily danceable) beats, repetitive riffs or "hooks", use of solfege syllables and a vocally-
multiplied refrain.” – Wikipedia.org

37
Definisi apresiasi menurut kamus besar bahasa Indonesia13 berarti penilaian

(penghargaan) terhadap sesuatu, sedangkan mengapresiasi berarti melakukan pengamatan,

penilaian dan penghargaan (misalnya terhadap karya seni).

Untuk mengetahui tentang bagaimana bentuk apresiasi masyarakat muda Yogyakarta

diperlukan analisis yang sesuai, oleh karena itu teori resepsi sastra dipilih karena dirasa paling

tepat. secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception (Inggris) yang

berarti sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca. Dalam arti luas resepsi didefinisikan

sebagai pengolahan teks, cara-cara pemberian makna terhadap karya sehingga dapat memberikan

respons terhadapnya. Teori Resepsi Sastra pada tataran dasar secara singkat dapat disebut

sebagai teori yang menjelaskan bahwa teks sastra (lisan maupun tulis) dengan bertitik tolak pada

pembaca (penikmat) yang memeberi reaksi atau tanggapan terhadap teks tersebut (Abdullah,

1994:148).

  Teori Resepsi Sastra merupakan teori pendekatan sastra yang mementingkan pendapat pembaca dari

sebuah karya sastra, seperti tanggapan umum yang sering berubah-ubah dalam kurun waktu

tertentu. Baik itu buku, film, atau karya kreatif lainnya tidak hanya pasif diterima oleh pembaca,

melainkan penikmatnya menafsirkan makna teks berdasarkan latar belakang budaya individu dan

pengalaman hidup . Pada dasarnya, makna teks tidak melekat dalam teks itu sendiri, tapi dibuat dalam

hubungan antara teks dan pembaca. Pembaca berusaha utuk memaknai makna atau tanda yang

terkandung dalam suatu karya. Oleh karena itu kemudian muncul istilah horizon harapan.

Horizon harapan merupakan interaksi antara karya sastra dengan pembaca atau penikmat

dan mencakup interpretasi dalam masyarakat (Jauss 1974:204). Dasar-dasar resepsi sastra

13
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring Online. http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php$

38
ditentukan ada tiga dasar faktor cakrawala harapan yang dibangun pembaca yang ditentukan oleh

tingkat pendidikan, pengalaman, pengetahuan dan kemampuan seseorang dalam menanggapi

suatu karya sastra:

1. norma-norma yang terpancar dari teks-teks yang telah dibaca oleh pembaca;

2. pengetahuan dan pengalaman atas semua teks yang telah dibaca sebelumnya;

3. pertentangan antara fiksi dan kenyataan, yaitu kemampuan pembaca untuk memahami,

baik secara horizon “sempit” yang merupakan harapan-harapan sastra yang dimiliki

seseorang maupun dalam horizon “luas” yang berasal dari pengetahuannya tentang

kehidupan.

Apresiasi biasanya dilakukan oleh para penggemar. Untuk mengapresiasikan ketertarikan

dan kesukaannya atas suatu karya seni, penggemar juga erat kaitannya dengan tindakan

konsumsi. Konsumsi adalah sebuah sistem aksi dari manipulasi tanda, supaya menjadi objek

konsumsi, sesuatu harus menjadi tanda (Baudrillard, dalam Poster, 1988:22)14. Di dalam

masyarakat, ada beragam jenis kelompok. Masing-masing kelompok masyarakat tersebut

memiliki tanda yang khas sebagai simbol identitas dari kelompok tersebut. Simbol ini pula yang

nantinya menjadi komunikasi untuk menarik orang dari luar yang ingin bergabung dalam

kelompok tersebut.

Dikatakan bahwa sebagai contoh bahwa sejarah seni dan perkembangan budaya pop telah

membentuk produksi dan tampilan barang-barang konsumen15. Budaya pop turut mempengaruhi

tindakan konsumsi karena produk budaya inilah yang kemudian diproduksi dan dipakai sebagai

14
Ritzer,George. Teori Sosial postmodern

15
Celia Lury, penulis buku Budaya Konsumen menuliskan pendapat Adorno dan Horkheimer (1979) dalam bukunya- Lury, Celia.
Budaya Konsumen.

39
komunikasi simbol, seperti yang dikatakan oleh Baudrillard. Dalam struktur masyarakat,

subkultur-subkultur muda adalah segmen yang paling berkomunikasi melalui tindakan

konsumsi16. Subkultur muda merupakan pengkonsumsi aktif.

Dalam kaitannya dengan tindakan konsumsi, salah satu hal yang membuat seseorang

melakukan tindakan konsumsi adalah adanya kelompok referensi (Philip Kotler). Kelompok

referensi merupakan panutan. Panutan yang dipilih biasanya merupakan orang terkenal dan

populer. Kelompok referensi merupakan kelompok yang bertindak sebagai titik perbandingan

langsung (tatap muka) atau tidak langsung atau referensi dalam pembentukan sikap atau perilaku

seseorang (Kotler, Philip 1997:161). Lebih lanjut Kotler menjabarkan bahwa kelompok referensi

mempengaruhi seseorang setidaknya melalui tiga cara; mengekspos seseorang pada perilaku dan

gaya hidup yang baru, mempengaruhi sikap dan konsep diri orang tersebut karena ingin

“mencocokkan”, serta menciptakan tekanan-tekanan untuk menyesuaikan diri yang akan

mempengaruhi pilihan produk dan merek orang itu.

Dalam kaitannya dengan hal menyukai suatu hal, dalam penelitian ini ada dua tahap

yang perlu ditekankan; tahap menyukai dan tahap menggemari. Tahap menyukai adalah keadaan

di mana orang tersebut hanya sekedar suka dan tidak ada tindakan lebih lanjut yang dilakukan.

Pada tingkat tertentu seseorang yang menyukai suatu hal akan mencari informasi lebih banyak

lagi tentang sesuatu. Selanjutnya naik pada tahap menggemari atau mengalami kefanatikan

tertentu. Orang tersebut kemudian akan mencari orang yang mengalami hal yang sama dengan

dirinya dan berkumpul. Sekumpulan orang-orang yang menyukai sesuatu yang sama, lalu

menggabungkan diri menjadi sebuah golongan khas yang seolah berbeda dari orang pada

umumnya disebut sebagai kelompok penggemar.


16

Storey,John (2008:151). Cultural studies dan Kajian Budaya Pop

40
Kelompok penggemar (fandom)17 adalah bukti nyata bagian dari praktik budaya pop.

Budaya pop membuat kemunculan subkultur-subkultur baru dan menarik orang luar untuk

memilih sendiri subkultur yang sesuai dengan dirinya. Subkultur-subkultur tersebut memiliki

simbol-simbol tertentu, barang-barang tertentu, mengkonsumsi hal-hal tertentu dan berarti ia

memakai satu simbol yang membedakan dirinya dari orang kebanyakan dan tergabung dalam

kelompok tertentu.

Menurut Joli Jenson (1992) ada dua tipe khas patologi penggemar; individu yang

terobsesi (laki-laki) dan kerumunan histeris (perempuan)18. Hal ini dapat dicontohkan dalam

kehisterisan penggemar wanita setelah idola mereka menyanyi dalam sebuah konser, atau

fenomena saat ini banyak remaja pria yang mengidolakan band baru dari luar negeri baik yang

dibawah naungan indie-label ataupun major- label yang rata-rata beraliran pop punk. Para

remaja pria tersebut biasanya berjingkrak di konser-konser band, menulis tulisan tulisan yang

cenderung kasar namun sebenarnya dianggap gaul19 dan merupakan pujian kefanatikan.

Dua tipe penggemar seperti yang dikatakan oleh Joli Jenson nantinya akan digunakan

untuk landasan menganalisis perolehan data yang didapat dari proses wawancara, sedangkan

teori budaya konsumsi ini nantinya akan berkaitan dengan pola perilaku para penerima dan

pelaku apresiasi K-Pop di Yogyakarta, terutama responden.

17
The community that surrounds a tv show, movie, book etc. Fanfiction writers, artists, poets, and cosplayers are all members of
that fandom. Fandoms often consist of message boards, livejournal communities, and people. (via
http://www.urbandictionary.com/define.php?term=fandom) komunitas yang melingkungi acara televise, film, buku dan
sebagainya. Penulis fanfiction, seniman, penyair dan cosplayer adalah bagian dari fandom. Fandom biasanya berisi dengan
papan pesan (forum diskusi) jurnal komunitas dan orang. Ada pula yang mengartikan fandom sebagai kependekan dari Fan
Domain.

18
Storey,John. Cultural studies dan Kajian Budaya Pop

19
Salah satu istilah misalnya istilah attention-whore. Jika diartikan kata demi kata, kata tersebut cenderung kasar, mengingat
diletakkannya kata whore yang sebenarnya berhubungan dengan istilah tindakan asusila. Namun frase tersebut sebenarnya
bermakna seseorang yang senang diperhatikan banyak orang, menjadi sosok pusat perhatian. Istilah ini banyak digunakan oleh
penggemar musik pop punk grup indie baru-baru ini dan kemudian banyak digunkan sebagai istilah baru,bahasa gaul.

41
Seperti yang telah dituliskan di atas bahwa budaya konsumsi ini adalah budaya bawaan

dari budaya pop, para pelaku budaya pop akan mengalami perilaku konsumsi. Salah satu

korelasinya adalah remaja yang menyukai K-Pop akan membeli hal-hal yang berhubungan

dengan K-Pop, yang notabene adalah hal yang disukainya. Salah satu ciri budaya pop yaitu

memiliki pernik tertentu yang beraneka ragam, baik dalam unsur bahasa, budaya dan tata cara

yang khusus. Hal ini berarti bahwa penikmat musik pop (dalam hal ini adalah remaja) akan

memiliki bahasa sendiri, gaya pakaian dan tata rambut tertentu maupun tempat berkumpul, cita

rasa musik dan tarian yang akan membedakannya dengan orang tua. Misalnya saja, seorang anak

belasan tahun akan menggunakan celana pensil yang mengerucut di bagian pergelangan kaki

dibandingkan dengan model jeans boot-cut yang pada umumnya pantas dipakai oleh orang yang

mulai berusia 25 tahun. Begitu pula dengan musik, pilihan anak muda dengan usia sekolah akan

cenderung memilih musik-musik yang easy listening yang dibawakan oleh penyanyi berformat

band sedangkan anak seumuran mahasiswa dan pekerja usia muda akan lebih senang dengan

lagu yang dibawakan oleh penyanyi-penyanyi yang sudah berpengalaman lama di dunia musik

daripada yang berformat band.

42

Anda mungkin juga menyukai