Disusun Oleh:
Yutsa Zukhrufil Ula
07 / 254514 / SA /13944
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dalam bidang Bahasa Korea
Prodi Bahasa Korea
2011
i
한국어 능력 과 K-Pop 에 대한 족자 청소년의 감상 활동 상호 관계
사례 연구: 2010 년 11 월 6 일-7 일동안 Duta Wacana 기독 대학교에서
열린 코리아 팝 페스티벌 “사랑해요” 관람객들 대상
07 / 254514 / SA / 13944
가자마다 대학교
인문 대학
한국어학과
2011
ii
THE CORRELATION BETWEEN KOREAN LANGUAGE PROFICIENCY
AND APPRECIATION OF YOGYAKARTA YOUTH TOWARDS K-POP
07 / 254514 / SA / 13944
2011
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Pendadaran
Skripsi Program Studi S-1 Bahasa Korea Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Dosen Pembimbing
iv
.
SEMBOYAN HIDUP
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk kedua orang tua saya yang selalu bekerja keras sepenuh hati
serta doa mereka yang dahsyat dan tiada henti,
juga untuk orang-orang yang selalu mendukung, menyemangati dan
menyayangi saya dengan tulus,
Terima Kasih.
Saya bersyukur ada orang-orang seperti Anda.
Yogyakarta, 2011
Yutsa Z.Ula
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T karena atas rahmat,
Duta Wacana 6-7 November 2010) ini untuk memenuhi syarat dalam
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi S-1 Bahasa Korea, Fakultas Ilmu
Hasil yang telah diraih ini merupakan pencapaian yang paling istimewa
yang terus mengalir, membantu penulis menyelesaikan skripsi ini dengan lebih
baik.
Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua dan tak
lupa Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah banyak
membantu baik selama menempuh masa kuliah maupun dalam penyelesaian karya
tulis ini :
1. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Dr. Ida Rochani
Adi, S.U.
2. Suray Agung Nugroho, S.S., M.A. selaku dan dosen pembimbing yang
selalu memberikan nasehat, motivasi dan ide-ide saat penulisan kepada
penulis. Kebanggaan tersendiri bagi penulis karena dapat membantu
penelitian beliau.
vii
3. Ibu Lee Jin-Hwa selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan
bantuan kapan pun penulis butuhkan.
4. Dr. Novi Siti Kussuji Indriastuti, M.Hum. yang telah memberikan
masukan, saran dan membekali ilmu kepada penulis sekaligus sebagai
dosen penguji skripsi penulis.
5. Ibu Yuliawati Widyaningrum, S.S, M.A. yang telah memberikan
masukkan, saran, dan membekali ilmu kepada penulis.
6. Ibu Kim Eun Hee, Ibu Lee Hye-Na, Ibu Son Young A, Ibu Park Hyun Ju
dan Ibu Han Sang Mee seonsaengnim yang telah memberikan dan
membekali ilmu kepada penulis, baik di dalam kelas maupun di luar
proses belajar mengajar.
7. Ibu Dyastriningrum, S.S, M.A. yang telah memberikan dan membekali
ilmu pada penulis tentang dasar-dasar kebudayaan.
8. Ibu Ratih Pratiwi Anwar, S.E., M.Si. yang telah memberikan dan
membekali ilmu kepada penulis yang berhubungan dengan perekonomian
dan bisnis Korea.
9. Ibu Nuraini yang telah memberikan dan membekali ilmu kepada penulis
tentang sejarah dan pola piker masyarakat Korea.
10. Mbak Siti, sekretaris jurusan yang setia di kantor prodi Korea atas nasehat
dan bantuan apabila penulis mengalami kesulitan.
11. Papi Ahmad Yahya, Mami Lien Dahlyana Ary dan adik laki-lakiku
Zulfikar Al Kautsar yang menyemangati, mendengarkan keluh kesah
penulis dan juga memberikan bantuan doa-doa.
12. Nenek Noer Haida Isa, Bunda Ida Sulisty Ary, Bunde Ella Lelyana Ary,
Bapak Bastir Farid, Makcik Siti, Teteh Faricha Septilyana Chrisna yang
juga turut mendoakan keberhasilan penulis.
13. Keluarga besar di Mojosari, keluarga besar dari Papi.
14. Fahrudin Indra Buana, lelaki hebat yang mendengarkan cerita-cerita
penulis, mendukung mimpi-mimpi yang ingin diwujudkan oleh penulis.
내 곁에 있어서 고맙고 너무 행복해요.
viii
15. Teman-teman sekelas yang membuat kenangan begitu mengagumkan
yaitu Ulvia Zahro, teman sekelas penulis yang selalu bersama dengan
penulis melakukan petualangan di negeri asing, Korea dan Malaysia.
Thanks God we had a great time together; Eka Hardiananingsih, terima
kasih Tuhan mengenalkan aku denganmu. Aku tidak melupakan saat kita
dulu mengalami perselisihan, dan terima kasih membantu penulis
meminjamkan motor yang sangat membantu; Eryn Listiana, teman sekelas
yang lebih penulis anggap sebagai penasihat spiritual. Glad having friend
like you,Eryn; Lusiana W. teman terdekatku yang selalu terlihat gembira
saat bersama orang lain sekaligus saat pertama kali menempuh pendidikan
di UGM, bersama dengan Rizki Amelia yang kini sudah menemukan cita-
cita barunya.
16. Tak lupa teman-teman program studi Bahasa Korea 2007 yang lainnya!
Marlina Anjarsari, Kartiwi yang selalu mengomentari style sense penulis,
Zahrani Balqis yang sudah mencapai keinginannnya untuk mengabdi pada
UGM, Dwi Hestiningsih yang pada tahun kedua terpilih untuk
mendapatkan beasiswa NIIED 5 tahun bersama Vini Desyana, Dwi Wahyu
Wulandari dengan trademark jaket merah dan lipstick orange-nya, Daru
Purboning A. yang pada saat kuliah memutuskan mulai memakai hijab,
Ika Novita Sari, Ardiansyah, M. Doni Kurniawan, Gilang Aditya Yusron,
Deni Kurniadi Setiawan, Ayu Rahmawati, Dini Fitriasari, Eka Nur
Ariyanti, Fransisca Evita, Felix Anindita, Gilang Damaz Aji P, Hari
Sanga, Tri Istiyani yang memiliki cerita seru bersama saya waktu KKN,
Zulfa Nadia B. , Diah Purbosari sebagai teman perburuan makanan enak di
Jogja dan dia memiliki seorang kakak perempuan yang jago masak –saya
rindu macaroni schotel buatan kakaknya, Sekar Handayani, Rika, Farrah
C. Napitupulu yang kini sudah berkeluarga, Saifuddin, dan yang terakhir
Erlita yang jago make-up. Tidak lupa juga kepada teman-teman D3, we
have a georgeous time.
17. Seonbae angkatan 2004 yang dulu menjadi teman bermain penulis pada
saat mengunjungi kontrakan F21; angkatan 2005 –terutama mas yudhi
ix
yang banyak memberi masukan pada saat penulis bersiap berangkat ke
Korea, angkatan 2006, hubae angkatan 2008 dan 2009, penulis sangat
senang mengenal Kalian semua; angkatan 2010, maaf penulis belum
sempat dekat dengan Kalian, tapi untuk Imam terima kasih sudah datang
ke pendadaran skripsi penulis.
18. Teman-teman KKN-PPM UGM Sumber Adi, terutama sub-unit 2 –Anin
(Fakultas Biologi), Winda (Fakultas Ekonomi ) ke Starbucks lagi yuk
Wind, Ikhsan (Fakultas MIPA ) dan Mas Amin (Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik ), penulis benar-benar berterimakasih atas persaudaraan dan
persahabatannya selama di sana dan di sini. Teman-teman sub lain juga
terima kasih.
19. Teman-teman ospek Taufik Ismail yang tetap solid hingga tiba masa
kelulusan. Terutama Rifqi Jamali, yang banyak membantu penulis dan
terima kasih atas persahabatan kita yang hebat! Juga ada Adhya P. dan
Hana O. (Sastra Perancis), Diani Ariyani (Sastra Indonesia), dan lainnya.
20. Teman-teman Kost kenari 04. Terutama Arnesya Tiara Putri ( Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) yang bersama penulis memulai perkuliahan
di Jogja dan menemani hingga lulus pendadaran, sekaligus ibu Sarjilah
sebagai ibu penghuni kos yang disiplin namun sangat baik dan perhatian,
terima kasih.
21. Semua orang yang telah membantu, memotivasi, dan mendoakan penulis
agar skripsi ini cepat selesai dan melanjutkan cita-cita. Amin.
Yogyakarta, 2011
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
속표지.....................................................................................................................ii
COVER PAGE.......................................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
SEMBOYAN HIDUP.............................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................vi
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................xi
TRANSLITERASI..............................................................................................xiv
INTISARI............................................................................................................xix
초록........................................................................................................................xx
ABSTRACT.........................................................................................................xxi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................5
1.4 Ruang Lingkup.......................................................................................6
1.5 Kerangka Pemikiran...............................................................................7
1.6 Metode Penelitian...................................................................................9
1.6.1 Metode Pengumpulan Data.....................................................................9
1.6.2 Metode Analisis Data...........................................................................10
1.7 Tinjauan Pustaka..................................................................................12
1.8 Sistematika Penulisan...........................................................................13
xi
BAB III PENERIMAAN K-POP OLEH MASYARAKAT MUDA
YOGYAKARTA..................................................................................................26
3.1 Faktor Internal......................................................................................29
3.1.1Musik....................................................................................................29
3.1.2 Boyband dan Girlband.........................................................................33
3.1.3 Video Klip dan Tarian........................................................................38
3.1.4 Bahasa................................................................................................41
3.2 Faktor Eksternal....................................................................................44
3.2.1 Media massa........................................................................................45
3.2.2 Orang Lain...........................................................................................48
xii
BAB VI PENUTUP............................................................................................125
6.1 Kesimpulan.........................................................................................125
6.2 Saran……………………………………............................................127
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................128
DAFTAR TINJAUAN PUSTAKA...................................................................130
DAFTAR LAMAN DAN E-BOOK...................................................................131
LAMPIRAN........................................................................................................133
RESUME DALAM BAHASA KOREA (요약)...............................................137
1 장 – 서문 ………………………….......................................................137
2 장 – K-Pop 과 Appreciation Theory.......................................................138
3 장 – K-Pop 의 받아들임.........................................................................141
4 장 – K-Pop 을 대하는 팬들의 행동 (방향).............................................143
5 장 – K-Pop 의 노래 가사........................................................................145
6 장 – 결말 및 제안...................................................................................149
6.1 결말…………………..…………................................................149
6.2 제안………………………………………....................................150
xiii
TRANSLITERASI
Romanisasi huruf Hangeul dalam tugas akhir ini mengacu pada buku
Aturan Romanisasi (로마자 표기법. 이렇게 바뀌었습니 [Romaja Pyogibeob.
Ireoke Bakkwieoss-seubnida]) yang diterbitkan oleh Kementerian Pariwisata dan
Budaya Korea Selatan pada 2000.
1. Huruf Hangeul
1.1. Vokal
ㅏ ㅓ ㅗ ㅜ ㅡ ㅣ ㅐ ㅔ ㅚ ㅟ
a eo o u eu I ae e oe wi
ㅑ ㅕ ㅛ ㅠ ㅒ ㅖ ㅘ ㅙ ㅝ ㅞ ㅢ
1.2. Konsonan
ㄱ ㄴ ㄷ ㄹ ㅁ ㅂ ㅅ ㅇ ㅈ
ㅊ ㅋ ㅌ ㅍ ㅎ ㄲ ㄸ ㅃ ㅆ ㅉ
ch k t p h kk tt pp ss jj
Catatan:
xiv
Ketika berada di depan vokal, ㄱ, ㄴ, dan ㅂ ditransliterasikan sebagai g,
d, dan b. Namun, apabila ketiga huruf tersebut diikuti oleh konsonan lain
sebagai k, t, dan p.
Contoh:
대구 Daegu 호법 Hobeop
영동 Yeongdong
Contoh:
구리 Guri 설악 Seorak
칠곡 Chilgok 임실 Imsil
2.1. Perubahan romanisasi dapat terjadi sebagai akibat adanya perubahan bunyi
xv
종로[종노] Jongno 왕십리[왕심니] Wangsimni
같이[가치] gachi
Catatan:
dan ㅂ.
2.2. Tanda pemisah (-) dapat digunakan untuk menghindari kesalahan dalam
pelafalan.
2.3. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama dalam istilah-istilah khusus,
xvi
부산 Busan 세종 Sejong
ditransliterasikan sebagai do, si, gun, gu, eup, myeon, ri, dong, dan ga.
삼죽면 Samjuk-myeon
Catatan:
xvii
2.6. Nama orang dan nama perusahaan yang telah dikenal secara luas tidak
xviii
INTISARI
Pada awal abad ke-21 The New Hallyu membawa K-Pop sebagai salah
satu produk budaya populer Korea yang semakin banyak diminati penggemarnya
di luar Korea. Fenomena K-Pop yang mudah diterima di kalangan anak muda di
luar Korea (termasuk di Indonesia) adalah hal yang menarik untuk diteliti. Hal ini
mengingat lagu-lagu K-Pop hanya dinyanyikan dalam bahasa Korea, dan para
penggemar K-Pop tidak semua bisa mengerti bahasa Korea.
Skripsi ini berupaya untuk menganalisis empat hal. Pertama, memaparkan
faktor-faktor yang mempermudah diterimanya K-Pop di kalangan masyarakat
muda Yogyakarta. Kedua, menjelaskan hubungan antara penguasaan bahasa
Korea dengan penerimaan K-Pop. Ketiga, menggambarkan bagaimana bentuk
tindak lanjut penggemar K-Pop dalam mengapresiasinya. Terakhir, membuktikan
kesederhanaan lirik-lirik lagu K-Pop yang mudah dinikmati.
Karakter musik K-Pop adalah easy-listening dan enerjik. Begitu para
pendengar mulai menggemari K-Pop, hal-hal seperti bergabung dalam fansclub
hingga meniru gaya berpakaian Korea pun dilakukan. Hal seperti ini
membuktikan bahwa K-Pop mudah menjadi hal baru yang dinikmati para
masyarakat muda, terutama para responden riset ini. Hal yang menarik ialah
bahwa para pendengar K-Pop sangat menerima K-Pop walapun mereka tidak
menguasai bahasa Korea sama sekali.
Kata Kunci: K-Pop, apresiasi musik, apresiasi lirik lagu
xix
초록
xx
ABSTRACT
In line with the growing influence of The New Hallyu that spreads Korean
populer music out of Korea at the beginning of the 21st century, K-Pop as one of
the Korean popular cultural products grows more popular. K-Pop phenomenon
which is easily accepted among young people outside of Korea (including in
Indonesia) is an interesting thing to study because the K-Pop songs are only sung
in Korean language and most of the K-Pop fans do not understand Korean
language.
This graduating paper attempts to explain four things. First, the factors
contributing to the acceptance of K-Pop among young people in Yogyakarta.
Second, the correlation between Korean language proficiency and the acceptance
of K-Pop. Third, the actions of the K-Pop fans in appreciating it. Fourth, the
simple lyrics in Korean language commonly used in K-Pop.
K-Pop music is mostly easy-listening and energetic. Once the audiences
start to enjoy K-Pop, they do many things like joining the fans club, and even
impersonating the styles of artists. It proves that the K-Pop becomes something
new and attractive to the youth, especially the respondents of this research. The
most important thing is even though the listeners lack of Korean language
knowledge, they still enthusiastically accept and enjoy K-Pop.
Keywords: K-Pop, music appreciation, song lyric appreciation.
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
Musik merupakan salah satu bentuk seni. Seni tidak memiliki suatu tujuan yang spesifik.
Menurut Aristoteles seni adalah imitasi, yang merupakan insting alami manusia 1. Seni memiliki
beberapa fungsi, diantaranya adalah fungsi komunikasi dan fungsi hiburan. Fungsi komunikasi
dimaknai sebagai salah satu media komunikasi termudah, sebagai bentuk paling sederhana
sebuah komunikasi karena dinilai mampu menyampaikan suatu tujuan atau maksud kepada
orang lain. Sedangkan fungsi hiburan sebuah seni dikarenakan seni dicari untuk membawa suatu
emosi dan mood tertentu yang digunakan sebagai media relaksasi dan hiburan.
Definisi musik menurut Wikipedia adalah bunyi yang diterima oleh individu dan
berbeda-beda berdasarkan sejarah, budaya, lokasi dan selera seseorang2. Sebagai salah satu
bagian dari seni, musik telah banyak dikaji dan diteliti oleh para peneliti. Bahkan musik memiliki
makna yang bervariasi, yang berbeda-beda bagi tiap orangnya. Ada yang menganggap musik
adalah spiritualitas, pendapat yang lain juga mengasumsikan musik mirip dengan agama tak
bertuhan karena memberikan kenyamanan dan ketenangan, bahkan telah ditemukan terapi musik
1
http://en.wikipedia.org/wiki/Art
2
http://en.wikipedia.org/wiki/Musik
22
Musik juga dapat merefleksikan budaya yang dimiliki suatu daerah. Studi tentang musik
dalam suatu kerangka kebudayaan tertentu telah dimulai sejak abad XIX dengan mengumpulan
bentuk dan jenis nyanyian-nyanyian rakyat. Dalam antropologi studi ini kemudian berkembang
menjadi cabang ilmu tersendiri yang yang disebut etnomusikologi. Dalam etnomusikologi,
membicarakan musik suatu kebudayaan sama pentingnya dengan mengerti bahasa musik itu
sendiri. Oleh karena itu musik juga memiliki fungsi sosial yang tampak dalam nyanyian. Lirik-
lirik dalam nyanyian mengungkapkan nilai-nilai dan dan apa yang dianggap penting oleh suatu
masyarakat.
Setiap daerah memiliki nilai, budaya dan falsafah yang khas dan unik terefleksi dalam
musik dan nyanyian yang ada di daerah tersebut. Dalam musik tradisional jawa gamelan adalah
instrumen yang paling menonjol. Namun gamelan di Sunda tentu berbeda dengan karakteristik
gamelan yang dimiliki oleh Jawa tengah atau Yogyakarta. Hal ini dapat terjadi karena dari pola
pikir, budaya dan karakteristik yang dimiliki daerah tersebut sudah berbeda.
Musik adalah bentuk seni yang paling berkembang di Indonesia. Tidak hanya musik
tradisional, musik-musik modern yang diusung oleh negara-negara barat juga banyak dikonsumsi
dan digabungkan dengan gaya musik Indonesia sendiri. Saat ini, jenis musik modern tidak
terbatas pada aliran rock, jazz, pop, hip-hop dan sebagainya. Namun aliran musik turunan dari
jenis-jenis tersebut juga banyak diminati, misalnya alternative rock, pop rock, emo rock, scream
dan sebagainya.
Saat ini, suatu daerah dapat mengetahui tentang kebudayaan daerah lain berkat adanya
efek globalisasi. Globalisasi adalah fenomena yang tidak mampu dihindari oleh negara manapun.
Media komunikasi yang bervariasi, perkembangan zaman yang cepat berubah, selera masyarakat
23
yang juga terus berubah membuat orang terus mencari hal yang baru. Dalam industri hiburan,
persaingan antara rumah produksi adalah hal yang wajar, hal ini juga dipengaruhi oleh para
Negara barat seperti Amerika, negara-negara Eropa masih memegang kendali sebagai
kiblat modernisasi. Namun di Indonesia saat ini, patokan untuk menyajikan sesuatu yang baru
tidak hanya terbatas pada negara barat saja, negara-negara Asia Timur seperti Jepang, Cina dan
Korea juga dijadikan sebagai referensi. J-pop adalah contoh yang sempat populer beberapa
waktu lalu. J-pop yang sebelumnya hanya dapat dinikmati sebagai soundtrack tayangan animasi
Indonesia menerima J-Pop sebagai sebuah alternatif baru dalam mendengarkan musik.
Selanjutnya mulai bermunculan band-band tanah air yang mengusung J-pop sebagai aliran
Saat ini Korea dan segala aspek budayanya sedang merambah minat masyarakat. Korean
wave (한류/Hallyu) atau gelombang Korea saat ini menjadi fenomena di Indonesia, seperti yang
juga terjadi di negara-negara asia timur dan ASEAN yang lain 3. Hallyu pula yang menjadikan
Korea sebagai salah satu dari 10 negara pengekspor budaya di dunia. Bukan hanya drama televisi
yang disambut oleh masyarakat, namun juga merambah hingga tradisi, pakaian tradisional
Indonesia mengawali membuka pintu bagi masuknya budaya pop Korea pada kurun
waktu tahun 2000 hingga 2007 saat stasiun-stasiun TV swasta nasional menayangkan serial
3
http://en.wikipedia.org/wiki/Korean_wave
24
drama Korea4. Drama-drama Korea tersebut yang menciptakan euphoria kesukaan budaya pop
Korea di kalangan pemirsa TV Indonesia. Musik K-pop yang dibawakan oleh penyanyi solo,
boyband dan girl band yang juga menawarkan keindahan tampilan semakin dikenal dan
digemari. Khususnya bagi masyarakat muda yang notabene adalah remaja, menyambut dengan
antusias K-pop. Warna musik yang diusung juga beragam, mulai Pop, balad, dance, hiphop dan
sebagainya.
K-Pop adalah singkatan dari Korean Pop Music yang kini dilabeli dengan istilah
Gelombang Korea Baru (The New Korean Wave) dan merupakan bentuk dari budaya
kontemporer Korea. K-Pop dianggap sebagai gebrakan perluasan demam budaya populer dari
Korea Selatan yang sukses setelah kesuksesan film dan drama Korea yang telah sukses
diapresiasi oleh masyarakat di luar Korea. Istilah The New Hallyu diciptakan untuk membentuk
image bahwa K-Pop merupakan sebuah fenomena baru budaya Pop Korea yang siap menginvasi
Penyanyi Solo maupun Boyband K-pop Korea banyak yang telah melebarkan sayap di
luar Korea dan menjadi idola. Terbentuknya K-pop juga tak lepas dari pengaruh globalisasi dan
segala medianya yang mampu menyebarkan budaya dari satu daerah ke daerah lain dengan
cepat. Awal terbentuknya K-pop ditandai dengan masuknya budaya popular Jepang yang disebut
4
Hallyu ‘Gelombang Korea’: Refleksi untuk Memajukan Studi Korea di Indonesia oleh Suray Agung Nugroho via
http://inakos.org/index.php?option=com_wrapper&view=wrapper&Itemid=24
25
2. Apakah bahasa menjadi kendala dalam penerimaan K-Pop oleh masyarakat muda
Yogyakarta?
Pop.
4. Bagaimana hubungan antara isi lirik 3 lagu representatif K-Pop dengan apresiasi
responden?
2. Untuk mengetahui apakah bahasa menjadi kendala dalam penerimaan K-Pop oleh
4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara isi lirik 3 lagu representatif K-Pop dengan
apresiasi responden.
mendukung dan membuat K-Pop mudah diterima oleh masyarakat muda Yogyakarta serta
apakah bahasa menjadi kendala dalam penerimaan K-Pop oleh masyarakat muda
Yogyakarta. Selanjutnya penelitian ini juga meneliti bagaimana bentuk apresiasi masyarakat
26
Wilayah penelitian adalah Propinsi Yogyakarta. Pemilihan wilayah penelitian ini
samping itu adanya image Yogyakarta sebagai kota miniatur Indonesia. Kota Yogyakarta
juga menyandang predikat Kota Pelajar, dan istilah tersebut sangat dekat dengan dunia anak
muda. Alasan yang terakhir adalah bahwa penulis melihat banyak event yang diadakan di
Yogyakarta diadakan khusus untuk membidik minat masyarakat muda, salah satunya ialah
acara tahunan Korean Day yang dihelat oleh program studi Korea UGM yang bekerja sama
Obyek penelitian adalah masyarakat muda Yogyakarta dengan jenjang pendidikan pelajar
lanjutan (SLTP dan SLTA) dan mahasiswa yang datang pada acara K-Pop Fest
“Saranghaeyo” UKDW 2010. Dari kuesioner yang terkumpul dapat diketahui bahwa rentang
usia responden adalah usia 14 tahun hingga usia 24 tahun. Jumlah responden kuesioner
adalah 104 orang, yaitu berasal dari jenjang Mahasiswa sebanyak 43 orang, SMA sebanyak 47
mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan
27
Berdasarkan yang tertulis di Wikipedia, diantara ciri globalisasi adalah berkembangnya
(multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar
kebudayaannya5.
Budaya Pop selalu berubah dan muncul secara unik di berbagai tempat dan waktu.
Budaya pop membentuk arus dan pusaran, dan mewakili suatu perspektif interdependent-mutual
yang kompleks dan nilai-nilai yang memengaruhi masyarakat dan lembaga-lembaganya dengan
berbagai cara. Misalnya, beberapa arus budaya pop mungkin muncul dari (atau menyeleweng
menjadi) suatu subkultur, yang melambangkan perspektif yang kemiripannya dengan budaya pop
mainstream begitu sedikit. Berbagai hal yang berhubungan dengan budaya pop sangat khas
dalam kolaborasi intim."— K Turner (1984)6. Sebagai media komunikasi, pop art
(kesenian/budaya pop) sangat tergantung pada media massa. Tanpa media massa tidak akan ada
budaya pop. Hal ini karena media massa yang mempunyai peran untuk menyebarluaskan dan
mempopulerkan sebuah karya seni yang bisa diterima sebagai karya pop. Sifat media massa yang
mampu menjadi penghubung sebuah karya pop dari penciptanya ke masyarakat umum membuat
budaya pop mampu berkembang pesat sebagai media komunikasi yang sangat popular.
Setelah Jepang, kini K-Pop yang merupakan salah satu hasil budaya popular Korea
menjadi sebuah fenomena baru yang ada di Indonesia. Salah satu bukti K-pop telah menjadi
5
http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi
6
Shuker, Roy (1994). Understanding Popular Music, p.4. ISBN 0-415-10723-7 via http://budaya-pop.blogspot.com/
28
salah satu budaya Korea adalah banyaknya acara-acara televisi yang menayangkan drama seri
Korea, video klip lagu Korea, ajang pencarian bakat yang juga disisipi dance cover ala Korea
dan sebagainya. Bukan hanya televisi, radio pun juga membuat program khusus yang memutar
laku Korea. Majalah-majalah yang dulu fokus ke arah Hollywood dan Eropa, kini juga mulai
menyeliplan info tentang artis, gaya pakaian bahkan jenis make up Korea. Media lainnya antara
lain toko online yang menjual replika pakaian atau aksesoris artis K-pop, dan juga terbentuknya
Teknik pengumpulan data yang menunjang penelitian ini ditempuh dengan cara
pembagian kuesioner, wawancara dan studi pustaka. Jenis data yang digunakan adalah kualitatif.
Kuesioner menjadi media utama untuk mendapatkan data penelitian. Kuesioner terdiri
dari 26 pertanyaan dengan pertanyaan terbuka (open question) dan pertanyaan tertutup (close
question). Kuesioner dibagikan kepada pengunjung acara K-Pop Fest “Saranghaeyo” UKDW
2010 pada tanggal 6-7 November 2010. Pemilihan responden berdasarkan asumsi bahwa
responden adalah fans K-pop, karena rela menyisihkan Rp 20.000 untuk membeli tiket acara, dan
hal ini diperkuat dengan kondisi Yogyakarta yang pada waktu tersebut masih diselubungi duka
karena peristiwa meletusnya gunung Merapi tidak menyurutkan niat responden tersebut tetap
Dari 200 lembar kuesioner yang layak digunakan sebagai sampel penelitian sebanyak 104
lembar kuesioner. Dari jumlah 104 lembar tersebut, 43 responden adalah mahasiswa, 47
29
responden di jenjang SMA dan sebanyak 14 responden mengenyam pendidikan jenjang SMP.
Sedangkan dari segi gender 100 orang responden adalah wanita dan sebanyak 4 orang berjenis
kelamin pria.
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan langsung dengan objek
penelitian, yaitu masyarakat muda Yogyakarta. Hasil wawancara dengan responden menjadi data
utama penelitian ini. Responden adalah masyarakat muda yang pernah belajar bahasa Korea baik
melalui pendidikan formal seperti perguruan tinggi atau sekolah vokasi dan juga masyarakat
muda yang tidak memiliki pengetahuan bahasa Korea sama sekali. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui hasil dari permasalahan tentang apakah bahasa Korea menjadi kendala bagi
Studi pustaka juga dilakukan untuk melengkapi data-data yang tidak didapat melalui
metode wawancara ataupun observasi. Studi pustaka dilakukan melalui buku-buku yang
membahas budaya populer, musik dan perkembangannya, buku yang memuat tentang budaya
a) Pengumpulan informasi: Tahap ini dilakukan dengan cara pembagian kuesioner dengan
tipe close question dan wawancara mendalam (in-depth interview). Teknisnya ialah
setelah kuesioner terkumpul, responden dibagi menjadi tiga kategori yaitu SMP, SMA
dan Kuliah kemudian dihitung jumlah banyaknya responden yang menjawab suatu
30
tertutup. Sedangkan pertanyaan terbuka banyak dilakukan pada sesi wawancara. Dari 104
kuesioner yang telah diterima sebelumnya, dipilih 20 orang responden yang akan
pada saat pelaksanaan responden yang datang sebanyak 14 orang, dengan jumlah ini
wawancara masih dapat dilakukan karena peserta yang datang sudah lebih dari 50%.
b) Reduksi: Langkah ini dilakukan untuk memilih informasi mana yang sesuai dan tidak
sesuai dengan masalah penelitian. Langkah ini dilakukan setelah wawancara terlaksana.
c) Penyajian: Setelah informasi dipilih, disajikan dalam tulisan penelitian dalam bentuk
penguasaan bahasa Korea dalam apresiasi terhadap K-Pop pada Bab V teori terjemahan
akan digunakan . Lirik lagu akan diterjemahkan per-kata baru kemudian diinterpretasikan
ulang.
di Kalangan Anak Muda Yogyakarta” (2008) karya Eka Rahayu Kartini yang pernah menempuh
pendidikan Sastra Jepang di Universitas Gadjah Mada (UGM). Karya tulis ilmiah ini membahas
tentang fenomena J-Pop yang digandrungi oleh masyarakat Indonesia terutama oleh kalangan
muda. Penulis karya ilmiah ini memfokuskan penelitian terhadap masyarakat muda yang ada di
31
Yogyakarta. Aspek yang diteliti antara lain bagaimana proses masuknya J-Pop di Indonesia yang
akhirnya diterima oleh masyarakat sebagai salah satu alternative warna musik baru dan factor-
faktor apa yang membuatnya menjadi mudah diterima oleh masyarakat Indonesia terutama di
Yogyakarta.
Karya tulis lainnya yang ditinjau adalah skripsi berjudul “Makna Aktualisasi Diri Para
Cosplayer di Yogyakarta” (2010) karya Nugrah Nur Saraswati yang merupakan salah satu
mahasiswa jurusan Sastra Jepang di UGM. Tulisan ilmiah ini meneliti tentang pengaruh budaya
populer Jepang di Yogyakarta yang akhirnya menyebarkan kegemaran atas hal-hal yang
berhubungan dengan budaya pop Jepang dan membuat cosplay menjadi budaya baru di kalangan
masyarakat muda Yogyakarta, sekaligus sebagai media menunjukkan jati diri oleh masyarakat
muda tersebut.
Kedua karya ilmiah di atas membantu penulis untuk menyusun kerangka tulisan dalam
menyusun skripsi yang berjudul “ Pengaruh Penguasaan Bahasa Korea Dengan Apresiasi
Masyarakat Muda Yogyakarta Terhadap K-Pop dalam Studi Kasus Pengunjung Korea Pop
Festival “Saranghaeyo” Universitas Kristen Duta Wacana 6-7 November 2010” ini.
Yogyakarta Terhadap K-Pop ini memiliki beberapa perbedaan dari kedua karya tulis yang
dijadikan tinjauan pustaka di atas. Diantaranya adalah bahan penelitian berupa K-Pop yang saat
ini menjadi fenomena dan diterima secara terbuka oleh masyarakat Indonesia. Dalam tulisan ini
yang dijadikan objek penelitian merupakan masyarakat muda di Yogyakarta. Selain meneliti apa
saja faktor yang menjadikan K-Pop mudah diterima oleh masyarakat Muda Yogyakarta.
Berkaitan dengan faktor yang membuat K-Pop mudah diterima oleh masyarakat muda
32
Yogyakarta, penelitian ini juga meneliti apakah bahasa menjadi kendala dalam penerimaan K-
Pop bagi kalangan muda Yogyakarta. Penelitian ini juga meneliti lebih lanjut tentang faktor-
faktor yang mendorong masyarakat muda mengapresiasi K-Pop dan apa saja bentuk apresiasi
penikmat K-Pop Yogyakarta yang tergambar dari pengunjung Korea Pop Festival
pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang
lingkup, kerangka pemikiran, metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penyajian. Bab
II adalah landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan gambaran
definisi K-Pop dan teori apresiasi sastra. Bab III membahas tentang faktor yang membuat K-Pop
mudah diterima oleh masyarakat muda di Yogyakarta serta apakah bahasa menjadi kendala
dalam menerima K-Pop bagi masyarakat muda Yogyakarta serta manfaat mendengar dan
menonton K-Pop. Bab IV adalah pembahasan tentang bentuk apresiasi yang dilakukan oleh
masyarakat muda Yogyakarta sebagai bentuk tindak lanjutnya dalam menggemari K-Pop. Bab V
adalah bagian yang memaparkan dan membuktikan bahwa lirik lagu K-Pop menggunakan
bahasa yang sederhana. Bab VI adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
33
BAB II
2.1 Korean Pop (K-Pop) Sebagai Bagian Dari Budaya Populer Korea
Budaya pop atau yang saat ini lebih sering disebut pop culture saat ini menjadi sebuah
topik yang sering didengar dan dibicarakan. Definisi budaya pop pun masih bias dan tidak ada
yang paten. Hal yang pasti adalah kenyataan bahwa budaya pop semakin berkembang karena
media massa, terutama televisi dan radio. Dari definisi budaya pop yang bermacam macam
tersebut, budaya pop cenderung bertolak belakang dengan budaya intelek, budaya pop dianggap
sebagai budaya yang remeh dan tidak berkelas pada awal kemunculannya. Seperti dikutip dari
“Awal mula penggunaan kata popular dalam bahasa Inggris adalah pada abad kelima belas dalam
hukum dan politik, yang berarti rendah rendah, dasar, vulgar, dan masyarakat kebanyakan; sejak
akhir abad kedelapan belas, popular berarti "luas" dan mendapatkan arti konotasi yang positif
(William, 1985). Kata culture di kalangan pengguna bahasa Inggris, sejak tahun 1950-an
digunakan untuk mengacu pada berbagai kelompok masyarakat, dengan penekanan pada
perbedaan budaya”.
Dari kutipan diatas memang tampak bahwa budaya pop dulu awalnya adalah budaya rendahan
yang kurang mendapat perhatian. Negara barat diyakini sebagai tempat lahirnya budaya pop
menyampaikan pesan dan kondisi suatu daerah ke daerah yang lain, budaya pop melanda di
34
Kini, budaya pop dikenal sebagai budaya baru yang banyak dipuja dan tak dapat
dielakkan bahwa semua orang ada dalam tubuh budaya pop. Budaya pop menyangkut berbagai
aspek kehidupan manusia dan dalam berbagari media, mulai dari televisi, media cetak, fiksi,
film, dan radio serta serta musik. Penelitian ini berhubungan dengan budaya pop dalam
memberikan sedikit pendapat untuk menjelaskan apa sebenarnya budaya pop itu, walalupun dia
juga tak mendefinisikan budaya pop secara konkret; for our purposes, we define it as typical
cultural and recreational activities of typical segments of a society (1980:41) .demi kepentingan
kita, kami mendefinisikan mendefinisikan hal ini sebagai budaya yang khas (khusus) dan
Dari definisi tersebut mengimplikasikan bahwa dalam sebuah fenomena yang berkaitan
dalam budaya pop, hal tersebut memiliki kelompok tertentu, segmen tertentu dalam bagian
sebuah masyarakat, baik dari segi usia atau pekerjaan atau status kedudukan.
Musik Pop dalam hal ini, memiliki segmen remaja dan anak muda. Musik pop memiliki
fleksibilitas yang berarti jika terdapat penggantian elemen dan detail suatu lagu, tidak akan
memberikan efek apapun, berbeda dengan tipe musik serius (high culture) seperti Beethoven
ataupun musik karya Mozart, jika ada penggantian nada akan rusak komposisi lagu tersebut. “…
musik pop bersifat mekanis dalam pengertian bahwa detail tertentu bias diganti dari satu lagu ke
lagu yang lainnya tanpa efek real apapun pada struktur sebagai satu keseluruhan” (Storey,John;
2008:118). Selain itu, musik pop memperlihatkan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti, dan
dianggap mampu merefleksikan emosi dan perasaan anak muda. Dengan musik pop,
35
menyampaikan pesan cinta, patah hati, ataupun gejolak perasaan yang wajar dialami oleh remaja
Indonesia mengawali membuka pintu bagi masuknya budaya pop Korea pada kurun
waktu tahun 2000 hingga 2007 saat stasiun-stasiun TV swasta nasional menayangkan serial
drama Korea. Pennyebaran budaya populer Korea dalam bentuk drama dan film ini disebut
dengan Hallyu. Saat ini ada dua jenis budaya populer Korea yang sudah dikenal di sebagian
K-Pop adalah singkatan dari Korean Pop Music yang dikaitkan dengan invasi penyebaran
budaya populer Korea ke luar negeri dan memiliki predikat sebagai The New Hallyu (The New
Korean Waves) dan merupakan salah satu bentuk dari budaya kontemporer Korea, terutama
Korea Selatan (industri musik tidak ada di belahan Korea Utara) 10. Awal terbentuknya K-pop
ditandai dengan masuknya budaya popular Jepang yang disebut dengan J-pop di Korea 11. K-Pop
memiliki unsur elektronik, pop, rock, hip hop juga R&B dalam musiknya. Tahun 1992 adalah
titik balik berkembangnya K-pop walaupun musik korea pra-modern sudah mulai ada semenjak
tahun 1930-an. K-Pop terus berkembang , dimulai oleh boyband SeoTaeji and Boys dengan
debutnya di tahun 1992 yang memasukkan gaya musik pop barat yang memiliki unsur rap, rock
dan techno, hingga seperti saat ini yang memiliki ciri khas gerakan tari dalam lagu-lagunya.
9
http://www.yonhap.com/ (Yonhap Feature) K-pop idol groups set off new Korean Wave in Asia.htm
10
http://www.asiafinest.com/review/kpop.htm
11
Seperti yang tertulis di situs Wikipedia, “ Penjajahan Korea juga membuat genre musik Korea tidak bisa berkembang dan
hanya mengikuti perkembangan budaya pop Jepang pada saat itu”
36
K-Pop memiliki beberapa genre, diantaranya hip-hop, urban, R&B, UK garage, 2 step,
new jack swing dan dance-pop. Namun, dari kesemua genre tersebut K-Pop lebih banyak yang
menonjolkan sisi salah satu genre pop, bubblegum-pop12. Bubblegum-pop adalah salah satu
genre musik pop yang tidak sering dikenal dan ciri utamanya adalah genre ini lebih condong
ditujukan untuk usia pra-remaja dan remaja, dimotori oleh produse, dan memiliki jenis irama
yang lincah. Memiliki melody yang catchy, kord dan harmoni yang tidak rumit dan mampu
membuat menari biarpun sebenarnya tak perlu ditarikan. Biasanya menyiratkan perasaan
innocence.
Jika dihubungkan dengan tipe-tipe mayoritas K-Pop karakteristik di atas benar adanya.
Irama K-Pop terdengar manis di telinga, baik itu yang dibawakan oleh grup perempuan maupun
grup laki-laki. Image yang dibangun oleh K-pop pun cenderung ke sesuatu yang imut, cerah dan
ceria, oleh karena itu banyak artis K-Pop yang memulai debut sejak usia sekolah, sehingga saat
pertama melakukan debut menawarkan wajah yang innocent dan muda, cocok untuk menarik
minat para remaja karena dianggap tidak berbeda jauh dengan mereka sebagai pengonsumsi
musik.
12
“The chief characteristics of the genre are that it is pop music contrived and marketed to appeal to pre-teens and teenagers, is
produced in an assembly-line process, driven by producers, often using unknown singers and has an upbeat sound. The songs
typically have singalong choruses, seemingly childlike themes and a contrived innocence, occasionally combined with an
undercurrent of sexual double entendre. Bubblegum songs are also defined as having a catchy melody, simple chords, simple
harmonies, dancy (but not necessarily danceable) beats, repetitive riffs or "hooks", use of solfege syllables and a vocally-
multiplied refrain.” – Wikipedia.org
37
Definisi apresiasi menurut kamus besar bahasa Indonesia13 berarti penilaian
diperlukan analisis yang sesuai, oleh karena itu teori resepsi sastra dipilih karena dirasa paling
tepat. secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception (Inggris) yang
berarti sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca. Dalam arti luas resepsi didefinisikan
sebagai pengolahan teks, cara-cara pemberian makna terhadap karya sehingga dapat memberikan
respons terhadapnya. Teori Resepsi Sastra pada tataran dasar secara singkat dapat disebut
sebagai teori yang menjelaskan bahwa teks sastra (lisan maupun tulis) dengan bertitik tolak pada
pembaca (penikmat) yang memeberi reaksi atau tanggapan terhadap teks tersebut (Abdullah,
1994:148).
Teori Resepsi Sastra merupakan teori pendekatan sastra yang mementingkan pendapat pembaca dari
sebuah karya sastra, seperti tanggapan umum yang sering berubah-ubah dalam kurun waktu
tertentu. Baik itu buku, film, atau karya kreatif lainnya tidak hanya pasif diterima oleh pembaca,
melainkan penikmatnya menafsirkan makna teks berdasarkan latar belakang budaya individu dan
pengalaman hidup . Pada dasarnya, makna teks tidak melekat dalam teks itu sendiri, tapi dibuat dalam
hubungan antara teks dan pembaca. Pembaca berusaha utuk memaknai makna atau tanda yang
terkandung dalam suatu karya. Oleh karena itu kemudian muncul istilah horizon harapan.
Horizon harapan merupakan interaksi antara karya sastra dengan pembaca atau penikmat
dan mencakup interpretasi dalam masyarakat (Jauss 1974:204). Dasar-dasar resepsi sastra
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring Online. http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php$
38
ditentukan ada tiga dasar faktor cakrawala harapan yang dibangun pembaca yang ditentukan oleh
1. norma-norma yang terpancar dari teks-teks yang telah dibaca oleh pembaca;
2. pengetahuan dan pengalaman atas semua teks yang telah dibaca sebelumnya;
3. pertentangan antara fiksi dan kenyataan, yaitu kemampuan pembaca untuk memahami,
baik secara horizon “sempit” yang merupakan harapan-harapan sastra yang dimiliki
seseorang maupun dalam horizon “luas” yang berasal dari pengetahuannya tentang
kehidupan.
dan kesukaannya atas suatu karya seni, penggemar juga erat kaitannya dengan tindakan
konsumsi. Konsumsi adalah sebuah sistem aksi dari manipulasi tanda, supaya menjadi objek
konsumsi, sesuatu harus menjadi tanda (Baudrillard, dalam Poster, 1988:22)14. Di dalam
memiliki tanda yang khas sebagai simbol identitas dari kelompok tersebut. Simbol ini pula yang
nantinya menjadi komunikasi untuk menarik orang dari luar yang ingin bergabung dalam
kelompok tersebut.
Dikatakan bahwa sebagai contoh bahwa sejarah seni dan perkembangan budaya pop telah
membentuk produksi dan tampilan barang-barang konsumen15. Budaya pop turut mempengaruhi
tindakan konsumsi karena produk budaya inilah yang kemudian diproduksi dan dipakai sebagai
14
Ritzer,George. Teori Sosial postmodern
15
Celia Lury, penulis buku Budaya Konsumen menuliskan pendapat Adorno dan Horkheimer (1979) dalam bukunya- Lury, Celia.
Budaya Konsumen.
39
komunikasi simbol, seperti yang dikatakan oleh Baudrillard. Dalam struktur masyarakat,
Dalam kaitannya dengan tindakan konsumsi, salah satu hal yang membuat seseorang
melakukan tindakan konsumsi adalah adanya kelompok referensi (Philip Kotler). Kelompok
referensi merupakan panutan. Panutan yang dipilih biasanya merupakan orang terkenal dan
populer. Kelompok referensi merupakan kelompok yang bertindak sebagai titik perbandingan
langsung (tatap muka) atau tidak langsung atau referensi dalam pembentukan sikap atau perilaku
seseorang (Kotler, Philip 1997:161). Lebih lanjut Kotler menjabarkan bahwa kelompok referensi
mempengaruhi seseorang setidaknya melalui tiga cara; mengekspos seseorang pada perilaku dan
gaya hidup yang baru, mempengaruhi sikap dan konsep diri orang tersebut karena ingin
Dalam kaitannya dengan hal menyukai suatu hal, dalam penelitian ini ada dua tahap
yang perlu ditekankan; tahap menyukai dan tahap menggemari. Tahap menyukai adalah keadaan
di mana orang tersebut hanya sekedar suka dan tidak ada tindakan lebih lanjut yang dilakukan.
Pada tingkat tertentu seseorang yang menyukai suatu hal akan mencari informasi lebih banyak
lagi tentang sesuatu. Selanjutnya naik pada tahap menggemari atau mengalami kefanatikan
tertentu. Orang tersebut kemudian akan mencari orang yang mengalami hal yang sama dengan
dirinya dan berkumpul. Sekumpulan orang-orang yang menyukai sesuatu yang sama, lalu
menggabungkan diri menjadi sebuah golongan khas yang seolah berbeda dari orang pada
40
Kelompok penggemar (fandom)17 adalah bukti nyata bagian dari praktik budaya pop.
Budaya pop membuat kemunculan subkultur-subkultur baru dan menarik orang luar untuk
memilih sendiri subkultur yang sesuai dengan dirinya. Subkultur-subkultur tersebut memiliki
memakai satu simbol yang membedakan dirinya dari orang kebanyakan dan tergabung dalam
kelompok tertentu.
Menurut Joli Jenson (1992) ada dua tipe khas patologi penggemar; individu yang
terobsesi (laki-laki) dan kerumunan histeris (perempuan)18. Hal ini dapat dicontohkan dalam
kehisterisan penggemar wanita setelah idola mereka menyanyi dalam sebuah konser, atau
fenomena saat ini banyak remaja pria yang mengidolakan band baru dari luar negeri baik yang
dibawah naungan indie-label ataupun major- label yang rata-rata beraliran pop punk. Para
remaja pria tersebut biasanya berjingkrak di konser-konser band, menulis tulisan tulisan yang
cenderung kasar namun sebenarnya dianggap gaul19 dan merupakan pujian kefanatikan.
Dua tipe penggemar seperti yang dikatakan oleh Joli Jenson nantinya akan digunakan
untuk landasan menganalisis perolehan data yang didapat dari proses wawancara, sedangkan
teori budaya konsumsi ini nantinya akan berkaitan dengan pola perilaku para penerima dan
17
The community that surrounds a tv show, movie, book etc. Fanfiction writers, artists, poets, and cosplayers are all members of
that fandom. Fandoms often consist of message boards, livejournal communities, and people. (via
http://www.urbandictionary.com/define.php?term=fandom) komunitas yang melingkungi acara televise, film, buku dan
sebagainya. Penulis fanfiction, seniman, penyair dan cosplayer adalah bagian dari fandom. Fandom biasanya berisi dengan
papan pesan (forum diskusi) jurnal komunitas dan orang. Ada pula yang mengartikan fandom sebagai kependekan dari Fan
Domain.
18
Storey,John. Cultural studies dan Kajian Budaya Pop
19
Salah satu istilah misalnya istilah attention-whore. Jika diartikan kata demi kata, kata tersebut cenderung kasar, mengingat
diletakkannya kata whore yang sebenarnya berhubungan dengan istilah tindakan asusila. Namun frase tersebut sebenarnya
bermakna seseorang yang senang diperhatikan banyak orang, menjadi sosok pusat perhatian. Istilah ini banyak digunakan oleh
penggemar musik pop punk grup indie baru-baru ini dan kemudian banyak digunkan sebagai istilah baru,bahasa gaul.
41
Seperti yang telah dituliskan di atas bahwa budaya konsumsi ini adalah budaya bawaan
dari budaya pop, para pelaku budaya pop akan mengalami perilaku konsumsi. Salah satu
korelasinya adalah remaja yang menyukai K-Pop akan membeli hal-hal yang berhubungan
dengan K-Pop, yang notabene adalah hal yang disukainya. Salah satu ciri budaya pop yaitu
memiliki pernik tertentu yang beraneka ragam, baik dalam unsur bahasa, budaya dan tata cara
yang khusus. Hal ini berarti bahwa penikmat musik pop (dalam hal ini adalah remaja) akan
memiliki bahasa sendiri, gaya pakaian dan tata rambut tertentu maupun tempat berkumpul, cita
rasa musik dan tarian yang akan membedakannya dengan orang tua. Misalnya saja, seorang anak
belasan tahun akan menggunakan celana pensil yang mengerucut di bagian pergelangan kaki
dibandingkan dengan model jeans boot-cut yang pada umumnya pantas dipakai oleh orang yang
mulai berusia 25 tahun. Begitu pula dengan musik, pilihan anak muda dengan usia sekolah akan
cenderung memilih musik-musik yang easy listening yang dibawakan oleh penyanyi berformat
band sedangkan anak seumuran mahasiswa dan pekerja usia muda akan lebih senang dengan
lagu yang dibawakan oleh penyanyi-penyanyi yang sudah berpengalaman lama di dunia musik
42