Anda di halaman 1dari 76

PEMERTAHANAN BAHASA KEI KOMUNITAS ORANG MUDA

KAMPUNG OHOIDERTUTU DI KOTA JAYAPURA

(KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana (S1)

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh :

Vinsensius V. Wiran

NIM. 2019011014036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Pemertahanan Bahasa Kei Komunitas Orang Muda Kampung
Ohoidertutu di Kota Jayapura oleh Vinsensius Viery Wiran telah diperiksa dan disetujui oleh
pembimbing untuk diujikan pada:

Hari/Tanggal : Kamis, 12 Oktober 2023

Tempat : Ruang Prodi PBSI

Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Robert Masreng, M.Hum Dhanu Priyo Widodo, S.Pd., M.Pd

NIP. 1962209092994031001 NIP. 199205062019031018

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dra. Tri Handayani, M.Hum

PAGE \* MERGEFORMAT vi
NIP. 196605211992032001

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Pemertahanan Bahasa Kei Komunitas Orang Muda Kampung Ohoidertutu
di Kota Jayapura “ Vinsensius Viery Wiran, Nim 2019011014036, Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Cenderawasih. Telah diujiankan dan disahkan
oleh panitia ujian skripsi.

TIM PENGUJI

1. Ketua

Dr. Robert Masreng, M.Hum ..................................................................

NIP. 1962209092994031001

2. Sekretaris

Dhanu Priyo Widodo, S.Pd., M.Pd ..................................................................

NIP. 199205062019031018

3. Penguji I

Dr. Supardi, M.Hum ..................................................................

NIP.195712311987011001

4. Penguji II

Dr. Yunus Wafom, M.Si ..................................................................

NIP.196607181996101001

5. Penguji III

Dr. Adolina V. Lefaan, M.Pd. ..................................................................

NIP.196907212006042001

PAGE \* MERGEFORMAT vi
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Vinsensius Viery Wiran

Nim : 2019011014036

Dengan disaksikan oleh Tim Penguji menyatakan bahwa:

1. Skripsi Sarjana Strata Satu (S1) yang berjudul “Pemertahanan Bahasa Kei Komunitas
Orang Muda Kampung Ohoidertutu di Kota Jayapura” adalah benar-benar berasal dari ide
dan gagasan saya sendiri yang diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cenderawasih, dan belum ada karya atau
gagasan serupa dengan tulisan ini yang pernah ditulis oleh pihak lain, kecuali yang
dirujuk dalam tulisan ini dan kemudian dicantumkan dalam daftar pustaka.
2. Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang saya tulis dengan bimbingan dari dosen Program
Studi Pendidikan Bahasa Dan Satra Indonesia Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Cenderawasih, dengan proses pembimbingan secara berkesinambungan dan
berkelanjutan.
3. Apabila di kemudian hari terjadi hal-hal yang tidak selaras dengan pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar kesarjanaan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sadar, tanpa tekanan dari pihak manapun.

Jayapura, 25 Oktober 2023

Materai

10.000
PAGE \* MERGEFORMAT vi
Vinsensius Viery Wiran

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO : ” Ilmu adalah Kehidupan bagi pikiran”(dikutip dari CNN Indonesia)

PERSEMBAHAN:

1. Orangtua yang tersayang , Bapak Ambrosius Wiran dan Ibu Welhelmina Kameubun.
2. Untuk kedua kakakku yang selalu mendukung, kakak Korneles Lermatan dan Susana
Wiran
3. Untuk Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

PAGE \* MERGEFORMAT vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti haturkan kehadirat Allah Bapa yang Maha Kuasa atas penyertaan
dan dukungan terbaiknya sehingga penelitian yang luar biasa ini dapat di selesaikan dengan
baik yang bertopik “Pemertahanan Bahasa Kei Komunitas Orang Muda Kampung
Ohoidertutu di Kota Jayapura”. Sebagai salah satu persyaratan untuk menuntaskan Program
Sarjana (S1) Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia oleh sebab itu dengan penuh rasa hormat peniliti ucapkan terima kasih
kepada:

1. Dr. Robert Masreng, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan
mengarahkan dengan penuh kesabaran kepada penulis.
2. Dhanu Priyo Widodo, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dengan baik dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi.
3. Dra. Tri Handayani, M.Hum. Selaku ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
4. Seluruh Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Cenderawasih, terima kasih untuk ilmu dan pengetahuan yang
diberikan.
5. Yan Dirk Wabiser, S.Pd., M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Cenderawasih.
6. Staf administrasi Pendidikan Bahasa dan Indonesia dan staf FKIP, yang telah
memberikan bantuan pengurusan Skripsi.
7. Bapak Ambrosius Wiran dan Ibu Welhelmina Kameubun, terima kasih banyak yang
tiada hentinya memberikan dukungan dan doanya.
8. Ketua Komunitas Orang Muda Kampung Ohoidertutu, anggota komunitas yang telah
memberikan dukungan penuh.

PAGE \* MERGEFORMAT vi
9. Teman-teman angkatan 2019 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
menemani dan terimakasih untuk perjuangannya.

ABSTRAK

Wiran, Vinsensius Viery 2023 “Pemertahanan Bahasa Kei Komunitas Orang Muda Kampung
Ohoidertutu Di Jayapura”. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Cenderawasih. Pembimbing I Dr. Robert Masreng, M.Hum. dan pembimbing II
Dhanu Priyo Widodo, S.Pd.,M.Pd.

Kata Kunci: Pemertahanan Bahasa, Komunitas Orang Muda kampung Ohoidertutu

Pemertahanan Bahasa adalah usaha masyarakat untuk mempertahankan bahasanya dalam


segala bentuk pergeseran bahasa, penyalahgunaan bahasa dan pemilihan bahasa yang tepat di
suasana yang tepat dan menjamin keamanan bahasa daerah yang berpusat pada pandangan
tentang identitas atau jati diri bahasa kei sebagai bahasa pemersatu masyarakat kei Jayapura.

Tujuan dalam bentuk penelitian yakni, 1) Mendeskripsikan penggunaan bahasa Kei di


komunitas orang muda kampung Ohoidertutu, 2) Mendeskripsikan ranah penggunaan bahasa
Kei di komunitas orang muda Kei kampung Ohoidertutu di Jayapura melalui ranah agama,
keluarga dan ranah budaya,3) Mendeskripsikan faktor-faktor pendukung pemertahanan
bahasa Kei di Komunitas Orang Muda kampung Ohoidertutu

Hasil dari penelitian ini menunjukan pemuda kampung Ohoidertutu masih berimbang dalam
penggunaan bahasa Kei dan bahasa Indonesia, Kondisi perkembangan jumlah anggota
komunitas orang muda Kei meningkat sedikit demi sedikit, ranah penggunaan bahasa Kei
yang paling tertinggi pada ranah keluarga dan ranah yang paling rendah penggunaan bahasa
Kei berada pada ranah agama. Faktor-faktor yang mendukung pemertahanan bahasa Kei
Komunitas orang muda kampung Ohoidertutu di Kota Jayapura, yaitu keinginan dan
kesadaran untuk berkumpul, memiliki adat istiadat yang sama, faktor religi, mengikuti
beberapa kegiatan penting di wilayah kota Jayapura, ranah keluarga dan paham Ain ni ain
(persaudaraan) yang berkaitan dengan hubungan persaudaraan orang Papua dengan orang Kei
yang ada di Kota Jayapura.

PAGE \* MERGEFORMAT vi
ABSTRACT

Wiran, Vinsensius Viery 2023 "Kei Language Preservation of Ohoidertutu Village Youth
Community in Jayapura". Indonesian Language and Literature Education Study Program,
Cenderawasih University. Supervisor I Dr. Robert Masreng, M.Hum. and supervisor II
Dhanu Priyo Widodo, S.Pd., M.Pd.

Keywords: Language Retention, Youth Community of Ohoidertutu village

Language Preservation is the community's effort to maintain its language in all forms of
language shift, language abuse and selection of the right language in the right atmosphere
and ensure the security of regional languages centered on the view of the identity or identity
of the kei language as the unifying language of the kei community of Jayapura.

The objectives in the form of research are, 1) Describe the use of Kei language in the youth
community of Ohoidertutu village, 2) Describe the realm of Kei language use in the Kei youth
community of Ohoidertutu village in Jayapura through the realm of religion, family and
culture, 3) Describe the supporting factors of maintaining Kei language in the Youth
Community of Ohoidertutu village

The results of this study show that Ohoidertutu village youth are still balanced in the use of
Kei and Indonesian languages, The development condition of the number of members of the
Kei youth community is increasing little by little, the highest domain of Kei language use in
the family realm and the lowest area of Kei language use is in the religious realm. Factors
that support the preservation of the Kei language The young people community of
Ohoidertutu village in Jayapura City, namely the desire and awareness to gather, have the
same customs, religious factors, participate in several important activities in the Jayapura
city area, the realm of family and understanding Ain ni ain (brotherhood) related to the
brotherly relationship of Papuans with Kei people in Jayapura City.

PAGE \* MERGEFORMAT vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................ iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................................... iv

KATA PENGANTAR..................................................................................................... v

ABSTRAK...................................................................................................................... vi

DAFTAR ISI..................................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................4

1.3 Tujuan penelitian ................................................................................ ...................5

1.4 Manfaat penelitian ..................................................................................................5

1.4.1 Manfaat teoritis ....................................................................................................5

1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................................6

1.5 Penegasan judul .......................................................................................................6

1.5.1 Pemertahanan Bahasa ...........................................................................................6

1.5.2 Komunitas Orang Muda Kampung Ohoidertutu ...................................................7

PAGE \* MERGEFORMAT vi
1.5.3 Bahasa Kei ............................................................................................................ 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................................9

2.1 Kajian Pustaka ..........................................................................................................9

2.1 Penelitian Sebelumnya .............................................................................................9

2.3 Konsep Dasar Hasil Penelitian ................................................................................12

2.4 Landasan Teori ......................................................................................................12

2.4.1 Pengertian sosiolinguistik ..................................................................................12

2.4.2 Penggunaan Bahasa ............................................................................................13

2.4.2.1 Fungsi Kebudayaan ..........................................................................................14

2.4.2.2 Fungsi Kebudayaan ..........................................................................................14

2.4.2.3 Fungsi Religi ....................................................................................................15

2.4.2.4 Kedwibahasaan .................................................................................................15

2.4.2.5 Pemertahanan Bahasa .......................................................................................16

2.4.2.6 Faktor-Faktor Pemertahanan Bahasa ................................................................17

2.4.2.6.1 Berbicara Menggunakan Bahasa Daerah........................................................17

2.4.2.6.2 Memiliki Budaya Yang Kuat ..........................................................................17

2.4.2.6.3 Pergeseran Bahasa ..........................................................................................18

2.4.2.6.4 Sikap Bahasa ..................................................... ............................................19

2.4.2.6.5 Pemilihan Bahasa ...........................................................................................20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................21

3.1 Metode Penelitian ....................................................................................................21

3.2 Jenis Penelitian ........................................................................................................21

3.3 Pendekatan Penelitian ..............................................................................................22

3.4 Data dan Sumber Data .............................................................................................22

PAGE \* MERGEFORMAT vi
3.5 Lokasi Penelitian ............................................................................................... ......24

3.6 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................24

3.6.1 Observasi dan Pengamatan ..................................................................................25

3.6.2 Wawancara ...........................................................................................................25

3.6.3 Angket ....................................................................................................................26

3.7 Teknik Analisis Data ..............................................................................................29

3.7.1 Pengumpulan Data ..............................................................................................30

3.7.2 Redukasi Data ....................................................................................................30

3.7.3 Penyajian Data ...................................................................................................31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN..........................................32

4.1 Penggunaan Bahasa Oleh Pemuda Kei Kampung Ohoidertutu ............................32

4.2 Deskripsi Wilayah Komunitas Pemuda Ohoidertutu ............................................33

4.3 Deskripsi Kondisi Komunitas Orang Muda Kampung Ohoidertutu .....................34

4.4 Penggunaan Bahasa Kei Komunitas Orang Muda Ohoidertutu ............................35

4.4.1 Penggunaan Bahasa Kei Dalam Ranah Agama ...........................................36

4.4.2 Deskripsi Keluarga Pemuda Ohoidertutu ...................................................38

4.4.3 Pengunaan Bahasa Kei Dalam Ranah Keluarga ..........................................40

4.4.4 Penggunaan Bahasa Kei Dalam Ranah Budaya ..........................................44

4.5 Faktor-Faktor Pendukung Pemertahanan Bahasa Kei ...........................................45

4.5.1 Keinginan dan Kesadaran Untuk Berkumpul .............................................46

4.5.2 Memiliki Budaya dan Adat Istiadat Yang Sama .........................................47

4.5.3 Faktor Religi ................................................................................................47

4.5.4 Mengikuti Beberapa Kegiatan Penting di Wilayah Kota Jayapura ............. 48

4.5.5 Ranah Keluarga ............................................................................................49

PAGE \* MERGEFORMAT vi
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................51

5.2 Saran ...................................................................................................................52

DAFTAR ISI ......................................................................................;;......................54

LAMPIRAN ...............................................................................................................57

PAGE \* MERGEFORMAT vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bahasa adalah bentuk nyata suatu komunikasi yang disampaikan secara lisan maupun

secara tulisan, dengan bahasa juga semua manusia bisa bersosialisasi, berinteraksi dan saling

bertukar pikiran disaat susah maupun senang, semua itu karena bahasa. Kepulauan Kei

memiliki suatu ciri khas yang unik salah satunya bahasa daerahnya meskipun memiliki dua

wilayah yang berbeda tetapi satu bahasa dan memiliki satu kesatuan bahasa yaitu bahasa

Kei meskipun memiliki dialek yang berbeda. Sekarang ini bahasa kei sudah menjadi

kebiasaan penting bagi masyarakat kei dan masih digunakan. Pemertahanan bahasa adalah

bentuk mempertahankan suatu bahasa sering digunakan dalam suatu masyarakat,

pemertahanan bahasa menjadi petunjuk penting bagi setiap individu manusia untuk

menunjukan jati diri maupun menjaga jati dirinya. Pemertahanan bahasa terlaksana seketika

sekumpulan masyarakat bahasa sangat kuat menjadikan bahasanya prioritas dan tetap pada

tuturan asli.

Kajian yang berkaitan tentang suatu pemertahan bahasa atau perlindungan terhadap

bahasa yang menjauhkan dari masukan pergeseran bahasa yang mengancam hal ini dibahas

oleh Fishman (dalam Sumarsono 1993:1) membahas keterkaitan antara perubahan wujud dan

ketahanan penggunaan bahasa di pihak masyarakat penutur asli dengan suatu

keberlangsungan kejiwaan, sosial, dan budaya pihak yang lain dalam masyarakat multi

budaya yang kaya akan keberagaman.

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Komunitas orang muda kampung Ohoidertutu mempunyai keunikan tersendiri jika

dibanding dengan komunitas masyarakat Kei yang berada di Jayapura karena pada salah satu

kampung Ohoiren, yaitu tuturan kata nafkulik ”sembunyi” berbeda dengan kampung

Ohoidertutu yang bunyi leksikonnya kavunin ”sembunyi” dan masih banyak leksikon lainnya

meskipun kampung ini merupakan salah satu anggota bagian dari Komunitas kampung

Ohoidertutu, keberadaan masyarakat Kei yang telah lama mendiami kota Jayapura hingga

sekarang ini dipengaruhi situasi bahasa atau pengaruh pengunaan bahasan masyarakat

Jayapura dalam bentuk tuturan contohnya: bah masa tuh, bah ne dan penggunaan kata tra

dan tidak menambah seng ”tidak”.

Secara umum, masyarakat Kei kampung Ohoidertutu bila dikaitkan dengan interaksi

sosial dengan penduduk setempat mengunakan bahasa Melayu Papua, bahasa Indonesia dan

bahasa Kei bagi masyarakat yang mengerti bahasa Kei. Bahasa resmi Indonesia atau dikenal

bahasa Indonesia menjadi jalan pintas komunikasi apabila masyarakat Kei dalam mengingat

kembali sedikit lupa tentang kata-kata dari bahasa itu sendiri, bahasa Kei sering digunakan

pada saat masyakat Kei berkumpul dan melakukan suatu rapat, pembahasan tentang suatu

kegiatan ataupun acara-acara rohani maupun jasmani yang harus dilaksanakan.

Suasana kedwibahasaan sangat kental dan tampak terlihat pada komunitas orang

muda Kei kampung Ohoidertutu di Jayapura. Adapun komunitas orang muda kampung

Ohoidertutu sebagian besar memahami dan mengerti dua bahasa atau lebih, baik penggunaan

bahasa Kei, bahasa Melayu Papua, dan bahasa Indonesia. Berdasarkan pengamatan

komunitas orang muda kampung Ohoidertutu apabila di lokasi manapun masih sempat

mengunakan bahasa Kei dalam hal ini bertemu langsung bersama sesama penutur bahasa Kei

PAGE \* MERGEFORMAT 42
akan tetapi di momen ketika di kantor, di sekolah dan di kampus maupun di tempat umum

lainnya mengunakan Bahasa Indonesia dan menghindari yang namanya situasi kurang

menyenangkan terhadap penutur yang bukan penutur asli bahasa Kei. Pada umumnya,

komunitas orang muda Kei kampung Ohoidertutu pendatang di Jayapura memiliki suatu

kebiasaan baik yang ditujukan beberapa tahun lalu hingga saat ini, yaitu dalam konsep dunia

rohani maupun jasmani, komunitas ini selalu memberikan dukungan penuh demi memperkuat

tujuan hidup orang Kei yang dibentuk dengan rasa cinta dan beberapa tujuan penting sebagai

berikut: mempererat tali persaudaraan, meningkatkan mutu taraf hidup, bekerjasama

mempertahankan budaya, bahasa dan identitas wilayah.

Sewaktu komunitas orang muda Kei kampung Ohoidertutu mulai berkumpul selalu

menyanyikan lagu bahasa Kei atau dikenal koor ve’e vav “nyanyian Kei”, memainkan alat

musik atau dikenal toki tiva enhov gong (memukul tifa dan gong, alat musik pengiring tarian)

dan juga berdiskusi dan bercanda ria dan dikenal beben malit enhov sawet dan mengunakan

istilah-istilah yang mengunakan bahasa Kei dan salah satu kebiasaan yang tidak akan pernah

dilupakan masyarkat Kei keseluruhan dan komunitas orang muda Kei kampung Ohoidertutu

tersebut yaitu budaya “maren” budaya bahu membahu atau budaya gotong royong dan ini

merupakan hal penting yang tidak dapat dihapus oleh siapapun dan dimanapun selagi

seseorang tersebut seorang yang beridentitas Kei.

Dengan demikian, berdasarkan paparan latar belakang yang telah dijelaskan,

penelitian ini berfokus pada pemertahanan dan penggunaan bahasa kei yang digunakan pada

kalangan orang muda Kei kampung Ohoidertutu sebagai generasi penerus suku bangsa yang

cinta terhadap bahasa yang memiliki jiwa nasionalis dan paham idealis. Adapun tujuan dan

harapan yang diharapkan pada penelitian ini, yaitu memberikan informasi sebagai pengingat

PAGE \* MERGEFORMAT 42
bagi orang muda kampung Ohoidertutu terus mempertahankan bahasa Kei, menjadikan

keluarga orang muda tetap menjaga komunikasi bahasa Kei dan membina semangat

mempererat persaudaraan melalui Bahasa Kei walaupun berada dalam lingkungan yang

berbeda.

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas maka penelitian ini jelas dan

terkordinir dan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana pengunaan bahasa Kei dalam komunitas orang muda kampung Ohoidertutu

di Jayapura?

2) Apa sajakah ranah pemertahanan bahasa Kei dalam komunitas orang muda kampung

Ohoidertutu di Jayapura?

3) Apa sajakah faktor pendukung pemertahanan bahasa Kei komunitas orang muda Kei

kampung Ohoidertutu di Jayapura?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibahas dan ditentukan, adapun tujuan

penelitian yang dapat diperoleh yaitu :

1.3 Mendeskripsikan pengunaan bahasa Kei dalam komunitas orang muda Kei kampung

Ohoidertutu di Jayapura.

1.3.2 Mendeskripsikan ranah pemertahanan bahasa Kei Komunitas orang muda kei kampung

Ohoidertutu di Jayapura.

PAGE \* MERGEFORMAT 42
1.3.3 Mendeskripsikan faktor yang mendukung pemertahanan bahasa Kei orang muda Kei

kampung Ohoidertutu di Jayapura.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, adapun manfaat penelitian yang

dapat diambil sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dimaksudkan dapat menghasilkan pengetahuan ilmu bahasa,

kajian ini dapat dimanfaatkan oleh para peneliti bahasa sebagai sebuah alat pendamping

dalam kajian yang mendalam yang menyerah bentuk data atau informasi baik pelaksanaan

dalam menguraikan teori sosiolinguistik, khususnya mengenai penggunaan bahasa komunitas

orang muda kampung Ohoidertutu di Jayapura.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis bagi pembaca, secara khusus komunitas orang muda kampung

Ohoidertutu di Jayapura, kajian ini diperlukan dapat menyerahkan informasi mengenai

pengunaan bahasa, sehingga masyarakat tidak lalai dan harus peduli terhadap bahasa Kei

sebagai bentuk identitas dan jati diri orang muda Kei kampung Ohoidertutu itu sendiri,

penelitian ini juga diharapkan menjadi petunjuk jika ada penelitian selanjutnya yang ingin

membahas permasalahan yang mirip, yaitu pemertahanan bahasa.

1.5 Penegasan Judul

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Skripsi ini berjudul Pemertahanan Bahasa Kei Komunitas Orang Muda Kampung

Ohoidertutu di Kota Jayapura dapat menjadikan lebih mudah pengertian judul penelitian,

tentang istilah-istilah yang diterapkan dalam penelitian, suatu penelitian dapat dilaksanakan

sesuai harapan jika ada konsep yang menjadi petunjuk atau pengarah pelaksanaan penelitian.

Penelitian ini lebih berfokus pada pemertahanan bahasa Kei kampung Ohoidertutu dengan

konsep penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:

1.5.1 Pemertahanan bahasa

Pemertahanan bahasa merupakan kemampuan seseorang, kelompok atau suatu

wilayah dalam mempertahankan bahasa daerah. Cara mempertahankan bahasa adalah bentuk

usaha untuk tetap menjaga kestabilan bahasa dalam menjaga keutuhan suatu suku bangsa dari

segala bentuk ancaman yang secara tidak langsung telah mempengaruhi perkembangan

bahasa. Kondisi pemertahanan bahasa dapat dijaga melalui beberapa ranah dan dukungan dari

komunitas maupun kelompok masyarakat.

1.5.2 Komunitas orang muda kampung Ohoidertutu

Komunitas orang muda Kei kampung Ohoidertutu adalah perkumpulan pemuda yang

100% katolik yang beranggotakan 85 orang atau lebih yang terdiri dari laki dan perempuan,

uniknya didalam komunitas ada beberapa anggota yang berasal dari kampung Ohoidertutu,

Ohoidertom, Ohoiren, Somlain dan Yatvav. Perkumpulan ini juga terinspirasi dari salah satu

pendiri kerukunan keluarga besar kampung Ohoidertutu yang ingin mengumpulkan

kampung-kampung ini selain dari status keagaman Katolik dan 5 kampung ini memiliki

sejarah kekeluarga yang sangat kuat. Lokasi ke 5 kampung ini juga sangat berdekatan, hal

PAGE \* MERGEFORMAT 42
inilah yang memberikan pengaruh positif bagi mereka untuk mendirikan Komunitas orang

muda Kei kampung Ohoidertutu.

Kegiatan dan target mereka yaitu selalu memberikan bantuan dan kenyaman kepada

setiap anggota komunitas dan beberapa Komunitas lain yang ingin mendapatkan bantuan, ada

beberapa program dalam komunitas ini juga yang fokusnya untuk membuat Komunitas orang

muda Kei kampung Ohoidertutu dikenal di kalangan masyarakat di Jayapura dan

memberikan bantuan kepada mereka yang ingin mendapatkan bantuan seperti memberikan

sembako di panti asuhan, menyukseskan kegiatan keagaman di Jayapura dan orang muda

kampung Ohoidertutu juga selalu mengisi perlombaan futsal maupun voli untuk

meningkatkan bakat yang dimiliki oleh orang muda Kei kampung Ohoidertutu..

1.5.3 Bahasa Kei

Bahasa Kei adalah bagian dari rumpun bahasa Austronesia, bahasa Kei sering

dituturkan oleh masyarakat suku Kei atau penghuni kepulauan Kei. Di kepulauan Kei ada

berbagai dialek yang menunjukan ciri khas bunyi bahasa atau tuturan dari suatu kampung

atau lebih yang ada di pulau tersebut. Bahasa Kei hanya diketahui dan dipahami di kalangan

masyarakat Kei dibandingkan dengan masyarakat pendatang lainnya. Kepulauan Kei juga

memiliki dua wilayah rumpun bahasa, yakni pulau Kei besar yang biasa dikenal oleh

masyarakat setempat (Nuhu Yut) dan Kei kecil yang juga disebut (Nuhu Roa). Dialek dalam

dua wilayah rumpun bahasa ini sangat berbeda dalam penekanan bahasanya.

Para misionaris Belanda menyebutkan bahasa Kei “Keiees” yang secara harafiah

berarti “Kei” selain itu dari portugis juga telah menyebutkan “Calhaus atau kayos” yang

berarti “Keras’ karena di kepulauan Kei terdapat banyak batu atau bongkahan batu raksasa

karena tanahnya yang berbatu-batu, Anton Ohoira,(2016:38)

PAGE \* MERGEFORMAT 42
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Tinjauan pustaka ini berfokus pada penelitian sebelumnya tentang bahasa Kei dan

penelitian tentang kata kerja transitif dalam bahasa lain atau kata kerja transitif dari sumber

bahasa Indonesia. Masing-masing studi tersebut dijelaskan di bawah ini.

2.2 Penelitian sebelumnya

Berdasarkan pencarian atau penelusuran penelitian terdahulu tentang pemertahanan

bahasa, karena penelitian yang dimaksud berkaitan dengan penelitian ini yang berjudul “

Pemertahanan Bahasa Kei Komunitas Orang Muda Kampung Ohoidertutu di Jayapura yang

memiliki referensi penelitian, yaitu :

Penelitian tentang Pemertahanan bahasa sudah pernah dilakukan sebelumnya. Yang

pertama Rawul melakukan penelitian mengenai” Komunikasi masyarakat dalam pelestarian

bahasa Kei di Desa Dian Pulau Kecamatan Hoat Sorbay Kabupaten Maluku Tenggara pada

tahun 2021. Dalam penelitiannya menitikberatkan pada faktor penghambat komunikasi

bahasa Kei dalam pelesetarian bahasa Kei, metode penelitian yang dilakukan oleh Rawul

menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik untuk mengumpulkan data dilakukan

melalui kegiatan observasi langsung dan wawancara setelah melakukan kegiatan aktif yang

PAGE \* MERGEFORMAT 42
dimaksud peneliti akhirnya menggunakan proses reduksi data, pengkajian data dan

kesimpulan data. Hasil dari penelitian Rawul, bahwa sudah sangat jarang orang Kei

berkomunikasi menggunakan bahasa Kei akan tetapi dengan memberikan reponsif aktif

dalam bentuk bahasa Indonesia dengan level bahasa Indonesia yang tinggi atau lebih

dominan dibandingkan dengan bahasa Kei sebagai bahasa Penutur asli orang Kei.

Persamaan Penelitian Rawul dengan penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif

kualitatif, dan menggunakan teknik pengumpulan data yang sama yaitu observasi dan

wawancara dan perbedaan pada penelitian Hamza Rawul dan penelitian ini, yaitu Hamza

menggunakan teori dari Levi strauss dan penelitian ini menggunakan teori Abdul Chaer,

Kridalaksana dan Jendra, mackey. Penelitian Hamza Rawul juga berfokus pada bahasa

masyarakat tergolong usia dini dan penelitian tentang Pemertahanan bahasa Kei ini berfokus

pada orang yang berusia muda 20-40 tahun .

Penelitian yang kedua Sari melakukan Penelitian mengenai “Pemertahanan Bahasa

Melayu Betawi di Kecamatan Kemayoran” pada tahun 2012 lokasi penelitian di Kecamatan

Kemayoran yang berfokus pada kondisi atau situasi penggunaan bahasa melayu pada ranah

keluarga, ketetanggaan, kerja dan agama, metode yang digunakan Diana menggunakan

metode deskriptif kualitatif sinkronis dan hasil penelitian pada pemertahanan bahasa Melayu

pada penelitian ini, Diana mengatakan pemertahanan masih berlangsung.

Persamaan penelitian Sari dengan penelitian ini, keduanya menggunakan metode

deskiptif kualitatif dengan menggunakan teknik yang sama juga, yaitu angket atau kuesioner

yang dikaitkan dengan umur, jenis kelamin dan pekerjaan. Perbedaan dalam kedua penelitian

ini yaitu objek kajian yang berbeda, Diana Sari menggunakan tabel implikasional dan

peneltian ini menggunakan diagram

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Kemudian penelitian yang ketiga oleh Nur yang melakukan penelitian berjudul”

Pemertahanan Bahasa Jawa Krama di Desa Jagir kecamatan Sine Kabupaten Ngawi dan

Implikasi dalam dunia pendidikan” pada tahun 2021 ,dalam penelitiannya, menitikberatkan

pada implikasi pemertahanan bahasa Jawa pada dunia pendidikan, metode yang digunakan

Hanum adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan

sosiolinguistik, teknik pengumpulan data yang digunakan Hanum, yaitu dengan

menggunakan observasi, dan hasil yang didapat dari Hanum pada penelitiannya pada

ranah keluarga mengalami pergeseran bahasa.

Persamaan penelitian Nur dengan penelitian ini, keduanya menggunakan metode

deskriptif kualitatif, sama-sama menggunakan teknik pengumpulan data yang sama dalam

bentuk penyebaran angket dan wawancara. Perbedaan pada kedua penelitian ini terletak

pada ranah atau deskripsi ranah pada penelitian Hanum Ulfah adanya ranah pemerintah,

ranah keluarga, dan ranah sekolah sedangkan pada penelitian ini mendeskripsikan ranah

agama, ranah budaya dan ranah keluarga.

Berikutnya penelitian yang ke empat, Jinto Soares Pinto melakukan penelitian

mengenai “Pemertahanan Bahasa Tetun-Timor Leste di Desa Noelbaki Kabupaten Kupang

kecamatan Kupang Tengah” pada tahun 2019 yang bertempat di desa Noelbaki. Dalam

penelitiannya, Menitikberatkan pada upaya masyarakat dalam mempertahankan bahasa

daerah suku Tetun. Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan tahapan yang

PAGE \* MERGEFORMAT 42
dimaksud oleh Jinto yaitu penyajian analisis data, menggunakan metode formal dan

informal.

Persamaan penelitian Jiton Soares dan penelitian ini, kedua penelitian menggunakan

metode deskriptif kualitatif perbedaan pada kedua penelitian ini yaitu pada objek penelitian

2.3 Konsep Dasar Penelitian

Menurut Kridalaksana (2001:59) dan Jendra (2012:6) mengemukakan suatu upaya

pemertahanan bahasa adalah kondisi atau keadaan suatu suku bangsa yang mampu

mempertahankan penggunaan bahasa secara terus menerus. Sementara itu Chaer dan

Agustina (2010:147) pemertahanan bahasa diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu

permukiman, sikap toleransi, agama dan kesetian.

Dengan demikian, pemertahanan bahasa adalah suatu usaha masyarakat untuk

mempertahankan bahasa masyarakat dengan didukung oleh sikap toleransi, permukiman,

agama dan kesetian terhadap bahasa daerah dan menghindari terjadinya pergeseran bahasa

pemicu kepunahan suatu bahasa, faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran bahasa yakni

perpindahan anggota Komunitas orang muda Kei kampung Ohoidertutu menuju kota

Jayapura, kurangnya bimbingan dari orangtua sejak dini, perubahan pola pikir, kurangnya

percakapan antar penutur asli, komunitas bahasa Kei tentunya memiliki berbagai potensi

walaupun belum di susun pola penggunaan bahasa dengan baik.

2.4 Landasan Teori

2.4 1 Pengertian Sosiolinguistik

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Sosiolinguistik adalah kolaborasi antara bahasa dan masyarakat karena sosial yang

berarti kehidupan saling bahu membahu atau manusia yang satu bergantung dengan manusia

yang lain dan linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa.

Kunjana (2001:12) menjelaskan sosiolinguistik sebagai ilmu kebahasaan yang

mempertemukan keterkaitan antara kemasyarakatan (sosiologi) dan kajian ilmu kebahasan

(Linguistik). Sosiolinguistik merupakan bidang kajian yang membahas bahasa di dalam suatu

masyarakat, sekelompok pakar sosiolinguistik yang pendapat secara berbeda-beda, yaitu

Kridalaksana( dalam Chaer 2004 :3) berpendapat bahwa sosiolinguistik sangatlah jarang

diartikan sebagai sesuatu cabang pengetahuan yang membahas tentang ciri dan berbagai

macam bahasa di dalam suatu masyarakat bahasa.

Fishman(dalam Chaer 2004:5) berpendapat atau berasumsi bahwa suatu bidang kajian

sosiolinguistik berbentuk sifat kualitatif dan banyak berkaitan dengan penyusunanan

pemakaian bahasa yang sesungguhnya, contoh pendeskripsian tentang bentuk-bentuk

penggunaan bahasa atau suatu dialek dalam budaya tertentu. Berdasarkan penjelasan

mengenai Ilmu sosiolinguitik yang telah dikemukan oleh beberapa Ahli dapat dinyatakan

bahwa sosiolinguistik membahas tentang bahasa suatu masyarakat yang memberikan

deskripsi yang menambah wawasan penuh terhadap penggunaan bahasa dalam suatu

masyarakat yang bentuknya dalam wujud kata, leksikon atau beberapa bentuk bahasa lainnya.

2.4.2 Penggunaan Bahasa

Menurut Gorys Keraf (1997:1) bahasa merupakan sarana koumnikasi antar anggota

masyarakat dalam bentuk simbol bunyi yang dihasilkan oleh manusia, Menurut Hymes

(1976) penggunaan bahasa sebagai penyalur dan alat untuk menuturkan suatu bahasa

PAGE \* MERGEFORMAT 42
melalui kode-kode tertentu secara fungsional . Penggunaan bahasa dapat diartikan sebagai

suatu fungsi bahasa yang digunakan untuk berinteraksi satu dengan lainnya dan dapat pula

menggunakan beberapa bahasa dalam mempengaruhi pembicaraan agar terlihat menarik dan

unik didengar oleh lawan bicaranya.

Pembicaraan menggunakan multi bahasa terlaksana apabila memiliki topik dan ruang

lingkup pembahasan yang sangat luas dan terkesan memicu munculnya beberapa pendapat-

pendapat yang membahas suatu topik permasalahan yang belum terpecahkan seperti

pembahasan tentang tanah adat di kepulauan Kei, Hukum adat larvul ngabal, dan secara

langsung pembahasan ini akan dibahas oleh masyarakat menggunakan bahasa Kei sebagai

penghubung makna dari topik pembicaraan tersebut, yakni :

2.4.2.1 Fungsi kebudayaan

Bahasa merupakan perantara besar dalam pertumbuhan hingga perkembangan

kesatuan kultur atau kebudayaan suatu anggota, kelompok, komunitas dan masyarakat luas.

Dalam hal ini menyangkut kebudayaan di dalamnya terdapat beberapa unsur bahasa, bentuk

bahasa dan sifat bahasa. Penggunaan bahasa yang memiliki fungsi khusus sesuai kultur atau

budaya, fungsi dari bahasa dapat melestarikan budaya dengan mengarah pada jaminan

pemertahanan bahasa dan penangganan budaya suatu komunitas.

2.4.2.2 Fungsi kemasyarakatan

Bahasa mencerminkan suatu komunitas masyarakat, penyebaran bahasa sudah hadir

di dalam setiap anggota masyarakat yang telah diwariskan turun temurun dari para pendahulu

atau leluhur mereka. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi antar anggota masyarakat

sesama penutur, dengan berbahasa anggota komunitas saling berbagi pendapat yang

PAGE \* MERGEFORMAT 42
dituturkan melalui satu atau lebih bahasa untuk mengadakan beberapa topik pembicaraan dan

akan direncanakan oleh Komunitas masyarakat.

2.4.2.3 Fungsi religi

Bahasa mempersatukan iman dan kepercayaan terhadap penganut suatu agama

melalui beberapa kode atau kosakata yang sakral dibacakan melalui doa, seperti orang muda

Kei yang sering berdoa kepada Tuhan melalui doa bahasa Kei dalam beberapa perayaan

keagamaan dalam hal ini perayaan Pentakosta nuansa Kei, perayaan ibadah ulang tahun

keluarga yang sering dilaksanakan, ibadah rutin sebulan sekali oleh para pemuda Kei

kampung Ohoidertutu. Beberapa ibadah penting lainnya dan sering juga dilaksanakan

melantunkan beberapa lagu-lagu dalam bahasa kei, yaitu: nyanyian pengisi acara ibadah.

2.4.2.4 Kedwibahasaan

Kedwibahasaan adalah fenomena yang sering menjadi pokok penting di dalam

masyarakat karena membawa dampak baik terhadap perkembangan suatu komunitas

masyarakat dan Menurut aspirasi Mackey( I nengah suandi 2014 :12) bilingualisme atau

lebih dikenal kedwibahasaan bukanlah suatu peristiwa serangkaian bahasa melainkan

kejadian tuturan dan pemakaian bahasa.

Secara disiplin Ilmu Sosiolinguistik dapat ditafsirkan bahwa pemakaian dua bahasa

oleh seseorang pemakai bahasa dalam kehidupan pergaulannya dengan beberapa orang

secara bergantian. Chaer dan agustina (2014:87) kedwibahasaan adalah bentuk praktik nyata

penggunaan bahasa secara bergantian dan sebelum melakukan proses pengunaan dua bahasa,

kedua bahasa tersebut harus dipahami dulu untuk tidak membuat kesalahan dalam berbahasa.

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Berdasarkan pendapat dan penjelasan dari Mackey, Chaer dan Agustina mengenai

masyarakat pengguna dua bahasa, yaitu masyarakat yang menguasi bahasa Indonesia dan

bahasa Kei sering terjadi ditemukan di kalangan komunitas orang muda Kampung

Ohoidertutu dengan penggunaan bahasa kei yang selalu dilengkapi dengan bahasa Indonesia,

maka dari itu sesuai pengamatan oleh peneliti orang muda Kei kampung Ohoidertutu di

dalam keluarga sering berbicara menggunakan kedua bahasa tersebut untuk menjelaskan

maksud dari perkataan yang telah dikatakan kepada para pendengar atau sesama suku yang

kurang menguasai bahasa Kei.

2.4.2.5 Pemertahanan Bahasa

Menurut Fasold (1998 :213-214) adalah bentuk dari satu kesatuan proses yang begitu

lama dan panjang sehingga pemertahan bahasa butuh kepedulian yang sangat komplit dan

ketulusan agar tetap menjaga stabilitas jumlah penutur asli khususnya Komunitas orang muda

Kei kampung Ohoidertutu di Jayapura di kota Jayapura, cara mudah untuk mempertahakan

bahasa adalah membiasakan diri untuk terus berbicara dalam bahasa yang dimaksud dan

disinilah situasi dari upaya itu dilakukan, selain itu menurut Hana (2015) minimnya

penggunaan bahasa akan berujung lemahnya kualitas berbahasa daerah suatu komunitas atau

kelompok sosial masyarakat yang tentunya memiliki kemampuan bahasa sejak pertama kali

diajarkan melalui seorang Ibu dengan wadah keluarga sebagai proses pembentukan karakter

yang diajarkan menggunakan bahasa daerah.

Di wilayah kepulauan Kei, para orangtua sering kali melarang anak-anak untuk terus

menggunakan bahasa Indonesia karena untuk terus menerus menggunakan bahasa Kei dan

juga harus mempunyai keinginan untuk mempertahankan budaya yang didalamnya sudah

terdapat bahasa Kei sebagai penghubung kultur sosial budaya masyarakat Kei. Dengan hal itu

PAGE \* MERGEFORMAT 42
rasa kepedulian untuk berbicara secara langsung mengunakan bahasa kei sering dilakukan

pemuda untuk mempertahankan bahasa daerah dari sifat dasar manusia yang berubah sesuai

kondisi dan tuntutan perkembangan teknologi peradaban manusia.

2.4.2.6 Faktor-faktor Pemertahanan Bahasa

2.4.2.6.1 Berbicara menggunakan bahasa daerah.

Berbicara menggunakan bahasa daerah merupakan kegiatan menuturkan bahasa

daerah setiap saat dan kondisi dimana proses berbahasa terjadi. Menurut Sujono(1981:10-11)

seseorang dikatakan dapat menggunakan intonasi dengan benar, pelafalan kata dengan baik

serta mampu menguasai kalimat dengan sangat lancar dalam setiap pembicaraanya dan

berikut pendapat Nurgiantoro(2010:45), berbicara merupakan suatu aktifitas berbahasa kedua

dari setiap manusia setelah melaksanakan kegiatan mendengar. Maka dari itu proses

berbicara bahasa daerah merupakan kegiatan menuturkan bahasa daerah dengan baik dan

benar secara lancar untuk menunjukan identitas atau jati diri masyarakat setempat.

Dengan demikian berbicara menggunakan bahasa daerah adalah untuk mengingatkan

kembali tentang jati diri sesuatu daerah yang dilakukan dengan tuturan prosesnya harus baik

dan benar yang dituturkan secara lancar untuk melestarikan bahasa daerah. Sering berbahasa

Kei dalam setiap pertemuan keluarga akan membina bahasa Kei untuk selalu dilestarikan dan

dibudidaya.

2.4.2.6.2 Memiliki budaya yang kuat.

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Koentjoroningrat(dalam chaer 1995:217) yang mengemukakan bahwa kebudayaan

hanya dimiliki oleh manusia dan bertumbuh seiring perkembangan masyarakat manusia.

Maka dari itu perkembangan budaya diakibatkan oleh bahasa seseorang yang mana bahasa

itu sendiri bila dilakukan terus menerus akan mengakibatkan kebiasaan yang membudidaya.

Chaer menjelaskan bahwa bahasa dapat menimbulkan budaya sehari-hari orang seiring

perkembangan Zaman dan keadaan dimana manusia berpijak.

Dengan demikian bahasa dapat mempengaruhi budaya atau kebiasaan seseorang

ketika seseorang sering mengunakan bahasa daerah Ia mampu menguasai sejumlah besar

pengetahuan tentang masyarakat dan budaya suatu masyarakat. bahasa Kei yang sering

dituturkan oleh orang muda Kei akan mempengaruhi pertumbuhan bahasa Kei.

2.4.2.3 Pergeseran Bahasa

Menurut Romaine( 2000:41) pergeseran bahasa adalah masalah perubahan wujud

atau bentuk dan makna suatu bahasa yang menyebabkan peralihan atau perpindahan bahasa

suatu masyarakat ke bahasa yang lain,Chaer dan Agustina(2010:149) pergeseran bahasa

disebabkan oleh pemakaian bahasa pada seseorang pengguna bahasa sebagai bentuk akibat

domisili dari suatu masyarakat ke wilayah masyarakat yang berbeda dalam hal penuturan,

pergeseran bahasa seringkali terjadi dan dialami karena tuntutan atau desakan untuk

berbicara, berinteraksi dan berkomunikasi dengan benar dalam suatu konteks tertentu.

Masalah pergesaran ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu keloyalitasan bahasa, lebih

berfokus pada bahasa Indonesia, ketidakpekaan terhadap suatu perubahan bahasa dan rasa

tidak peduli terhadap bahasa daerah dan juga dipengaruhi dialek masyarakat setempat yang

menjadi kenyamanan bagi mereka. Menurut Fasold(1984) memberikan pendapatnya,yakni

PAGE \* MERGEFORMAT 42
faktor-faktor pergeseran bahasa diakibatkan oleh sikap bahasa, urbanisasi dan transmisi

bahasa.

Dengan demikian pergeseran bahasa terjadi akibat dari penyalahgunaan bahasa yang

tidak sesuai dengan bahasa penutur asli dan dipengaruhi oleh lingkungan bahasa setempat

yang secara langsung telah bersatu dan mengalami perubahan bahasa.

2.4.2.4 Sikap Bahasa

Fishman (1986) sikap bahasa adalah kedudukan mental atau suatu perasaan terhadap

kekuatan bahasa itu sendiri. Kridalaksana (2001:197) sikap berbahasa merupakan reaksi

suatu pemberian nilai terhadap suatu bahasa tertentu, sikap bahasa merupakan kedudukan

mental atau memiliki rasa untuk bahasa sendiri. Dalam Longman Dictionary of aplied

linguistics (1985:155) menegaskan bahwa sikap bahasa merupakan tindakan penggunaan atau

pemakai bahasa terhadap berbagai macam bahasanya sendiri atau bahkan bahasa penutur lain.

Adapun pendapat, Sugar dalam Suwito berasumsi bahwa ada 4 faktor yang

memengaruhi sikap terhadap bahasa :

1) Sikap

2) Norma

3) Kebiasaan yang dilakukan masyarakat penutur

Akibat yang memungkinkan terjadinya akan mempengaruhi pemertahanan bahasa.

Kondisi dan suatu proses keberlangsungan dibentuknya sikap bahasa tidak berlainan dan

berbeda jauh dengan sikap manusia secara umum. Seperti halnya dengan sikap, jadi sikap

bahasa juga adalah suatu psikologi yang menjadikan pemantauan dan pengamatan tidak akan

PAGE \* MERGEFORMAT 42
dilakukan proses pengamatan secara langsung. Sikap bahasa mengalami pemantauan melalui

sikap atau tingkah laku bahasa penutur, pada dasarnya sikap bahasa adalah suatu proses

kesopanan terhadap sebuah keadaan yang menjanjikan, dengan itu maka sikap bahasa

ditujukan untuk menentukan perilaku mental dan sikap tingkahlaku bahasa.

2.4.2.5 Pemilihan bahasa

Menurut Fasold (1984:180) memilih bahasa secara sepenuhnya (whole language)

dalam suatu kejadian komunikasi bahasa, dalam suatu percakapan seseorang harus memilih

bahasa yang harus digunakan dalam percakapan tersebut tergantung kondisi atau situasi

meskipun penutur tersebut memiliki penguasan terhadap bahasa lainnya dan Menurut Evin

tripp (dikutip Rokhman, 2007:3) yang di dalamnya ada empat faktor penanda. alasan

pemilihan suatu bahasa oleh seorang pemuda, yaitu waktu keberadaan seorang pemuda,

tempat berlangsung proses berbahasa, situasi atau keadaan pemuda yang ingin bercakap-

cakap, lawan berbicara juga merupakan alasan pemilihan bahasa

Dengan demikian, tuturan bahasa Kei hanya dipahami oleh masyarakat penutur Kei

dan masyarakat lain belum tentu mengerti apa yang akan dibicarakan oleh para pemuda Kei.

Selanjutnya fungsi dari pembicaraan suatu bahasa daerah untuk mengenali pribadi penutur,

pemberian kode, pembahasan sepihak oleh beberapa oknum suku Kei tentang hal-hal penting.

Hal itu juga tidak berjauhan dengan penjelasan mengenai suatu pemilihan bahasa

yang kemudian telah kemukakan oleh Fasold dapat dinyatakan pengunaan bahasa Kei

haruslah dibicarakan kepada sesama penutur asli yang memahami tentang bahasa Kei, seperti

PAGE \* MERGEFORMAT 42
pada pengambilan atau sumpah adat haruslah sepenuhnya berbahasa Kei untuk menyatakan

suatu maksud yang haruslah dimengerti oleh beberapa orang di situasi yang telah dimaksud.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode penelitian

Pada bagian ini termuat cara untuk memperoleh suatu data yang melalui konsep yang

berisikan deskripsi ilmiah seperti yang dikemukakan oleh Darmadi (2013 :15), menurutnya

metode penelitian adalah suatu cara yang termuat materi ilmiah untuk memperoleh

pemahaman tentang data dengan tujuan tertentu. Sedangkan menurut ahli Priyono (2016:1)

metode penelitian merupakan tindakan untuk memanfaatkan pikiran secara teliti untuk

memperoleh informasi yang akurat.

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif

kualitatif yang dilakukan dengan cara memberikan gambaran mengenai suatu data yang

dianalisis, metode ini digunakan untuk memberikan wawasan dengan mendeskripsikan data

berupa tabel, diagram dan beberapa instrumen penting yang menghasikan data yaitu, kondisi

komunitas orang muda Kei dalam bentuk diagram batang, kondisi anggota komunitas,

diagram penggunaan bahasa Kei pada ranah agama, ranah keluarga dan ranah budaya,

kemudian cara mendeskripsikan faktor pemertahanan bahasa Kei.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian ini, yaitu penelitian kualitatif yang terdapat beberapa

pokok penting penggunaan bahasa dalam upaya pemertahanan bahasa suatu komunitas yang

membahas proses perkembangan komunitas orang muda Kei Kampung Ohoidertutu,

penggunaan bahasa dalam 3 ranah berupa ranah agama, ranah keluarga dan ranah budaya.

Dengan penelitian jenis ini, pemertahanan akan dilihat siapa sajakah yang masih

mempertahankan penggunaan bahasa Kei dan faktor pendukung pemertahanan bahasa Kei.

3.3 Pendekatan Penelitian

Sukandarrumidi (2012:111) mengatakan bahwa pendekatan penelitian merupakan

cara pertama yang digunakan peneliti dengan begitu akan mencapai tujuannya dan

menentukan pemecahanan masalah yang diajukan dan mnenurut Aslandi( dalam

Sari,2015:20) sosiolinguistik yaitu suatu ilmu yang mempelajari bahasa dalam masyarakat.

Dengan demikian sosiolinguistik digunakan dalam penelitian ini untuk membahas

penggunaan bahasa dalam masyarakat, di setiap tuturan, variasi bahasa dan beberapa fungsi

bahasa lainya. bahasa yang digunakan di dalam Komunitas orang muda Kei kampung

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Ohoidertutu, pada saat komunitas melakukan pertemuan dalam konteks religi, budaya

maupun keluarga akan menjadi titik penentu peneliti untuk mengumpulkan data dengan

teknik yang dimaksud pada penelitian. Dengan pendekatan ini peneliti melihat penguasan

bahasa pada ranah keluarga, pelaksanaan fungsi bahasa pada setiap ranah dan

mendeskripsikan bahasa yang ada dalam komunitas ini dengan kata lain bahasa Kei dapat

memberikan pengaruh positif dalam stabilisasi keadaan berbahasa, adanya perwujudan

kedwibahasaan karena bahasa yang digunakan di pilih melalui kondisi dan suasana dimana

anggota komunitas melaksanakan aktifitas berbahasa.

3.4 Data dan sumber data

1) Data Menurut Bernard (2012: p130) data merupakan suatu kenyataan secara kasar

mengenai seseorang, wadah atau tempat, peristiwa dan sesuatu yang sangat penting

untuk dikelompokan, data juga merupakan sekumpulan fakta ataupun jumlah yang dapat

dianalisis untuk mendapatkan informasi yang sangat berguna. Dengan demikian data

adalah bahan penting untuk dijadikan faktor utama untuk menentukan hasil yang akan

memberikan suatu fakta menarik untuk mencapai temuan lama ataupun baru. Data juga

dapat dibagikan melalui jejaringan sosial melalui Via whatsapp berupa angket(uma

sekaran 2011).

PAGE \* MERGEFORMAT 42
2) Jenis data: Adapun data yang sangat penting yang digunakan dalam penelitian

pemertahanan komunitas orang muda Kei kampung Ohoidertutu, data dibagi menjadi

dua jenis, yaitu :

1) Data kualitatif.

1.1 )berdirinya komunitas orang muda kampung Ohoidertutu, pembagian

wilayah keluarga paroki Ohoidertutu

1.2 ) perkembangan kondisi komunitas orang muda kampung Ohoidertutu

1.3 ) kondisi keluarga komunitas orang muda kampung Ohoidertutu.

2) Data kuantitatif.

2.1) Diagram 4.1, histogram 4.2, histogram 4.3, histogram 4.4, histogram 4.5 dan

4.6 serta histogram 4.7

Sumber data

Menurut V.Wiratna Sujarweni (2018) sumber data adalah seseorang yang menjadi

subjek utama dalam memperoleh suatu data yang sangat penting. Dalam hal ini sumber data

yang didapat dari beberapa orang yang memberikan jawaban adalah responden atau yang

memberikan tanggapan positif yang membantu penelitian.

Sumber data yang pertama yaitu ketua komunitas orang muda Kei kampung

Ohoidertutu dan ketua kerukunan keluarga besar paroki Ohoidertutu di Jayapura dan sumber

PAGE \* MERGEFORMAT 42
data berikutnya Para responden yang menjawab beberapa pertanyaan melalui angket yang

dibagikan pada Via WA di dalam Grup Komunitas Orang muda kampung Ohoidertutu.

3.5 Lokasi penelitian

Lokasi pada penelitian ini dikelompokan sesuai pengambilan data, yaitu terbagi

menjadi 2 bagian, pada saat wawancara bersama ketua kerukunan keluarga besar kampung

Ohoidertutu yang bertempat tinggal di Koya barat sekaligus peneliti menghadiri perkumpulan

keluarga pada saat itu, langsung mewawancarai ketua komunitas orang muda Kei kampung

Ohoidertutu yang di bawah naungan kerukunan keluarga besar paroki Ohoidertutu dan sangat

berpengaruh pada orang mudanya.

Lokasi berdasarkan pengamatan dan observasi dilakukan pada saat lomba voli dan

futsal dalam rangka memperingati hari ulang tahun gereja kristus terang dunia Waena. Lokasi

Ibadah perkumpulan keluarga, kunjungan kemakam keluarga di Tanah hitam, rapat

komunitas bertempat di aula SMP Paulus Abepura, pengantaran para advokat se-Papua

dengan tarian Kei di acara di padang bulan sosial ke hotel horison padang bulan dan setiap

berkumpul untuk melatih futsal di lapangan Klementinal dan Wiguna Jayapura.

3.6 Teknik pengumpulan data.

Alan Bryman(2001) teknik pengumpulan data meliputi sekelompok alat, teknik yang

relevan, dan sangat prosedur yang digunakan untuk mendapatkan atau mengumpulkan

sebanyak-banyaknya data secara sistematis, baik melalui suatu observasi atau pengamatan,

melakukan survei, mengadakan wawancara atau mengunakan metode penting lainnya.

Menurut Jhon W.Cresswell(2017) teknik pengumpulan data merupakan metode yang

PAGE \* MERGEFORMAT 42
digunakan untuk mempermudah penelitian yang bersifat relevan dalam penelitian, penelitian

melibatkan pengunaan suatu instrumen dan prosedur untuk menghimpun data.

Dengan demikian teknik pengumpulan data dapat digunakan pada saat ingin

memperoleh data dalam bentuk pertanyaan dan jawaban dari pembagian angket, perumusan

naskah wawancara dan observasi serta pengamatan.

3.6.1 Observasi

Menurut Morissan (2017:143) Observasi atau pengamatan merupakan aktifitas

seseorang manusia dengan menggunakan alat indranya sebagai alat penggumpulan data.

Dengan demikian manusia dapat mendapatkan data melalui apa yang bisa didengar di

lapangan, apa yang menjadi fokus pengamatan dan dapat merasakan apa yang ingin

dirasakan.

Pada saat melakukan observasi peneliti ikut berpartisipasi langsung dengan mengikuti

kegiatan pada pengantaran pengacara se-Papua dari rumah Bapak Ell menuju Hotel Horison

padang Bulan, Ibadah perkumpulan Keluarga Kei di Arso, Ibadah di sentani, latihan

menyanyi di Entrop mengarahkan para keluarga menuju ke kediaman Bapak mantan ketua

kerukunan keluarga besar paroki Ohoidertutu di Koya barat. Hasil observasi itu disimpan

dalam bentuk rekaman untuk menganalisis faktor-faktor yang mendukung pengunaan bahasa

pada ranah keluarga sekaligus ranah agama.

3.6.2 Wawancara

Menurut Koentjaraningrat (1997) metode ini merupakan suatu bentuk cara yang akan

digunakan seseorang untuk menempuh tugas tertentu. Mencoba memperoleh suatu kejelasan

PAGE \* MERGEFORMAT 42
atau pendirian secara lisan maupun tulisan dari seseorang narasumber dengan berbicara dan

berhadapan langsung dengan orang lain. Maka dari itu peneliti memberikan beberapa

pertanyaan khusus untuk mendapat jawaban tentang data penting berupa diagram atau tabel

yang menjadi tujuan utama untuk dianalisis. Selanjutnya peneliti mulai memberikan

beberapa pertanyaan menyangkut topik atau informasi yang ingin didapatkan melalui

narasumber.

Pada kesempatan hari itu peneliti dengan segera mewawancarai mantan ketua ketua

kerukunan keluarga besar paroki Ohoidertutu di Jayapura yang lokasinya di Koya barat

sekitar pukul 15.20 dengan menanyakan kondisi masyarakat dan penggunaan bahasa Kei

3.6.3 Angket

Menurut Sugiyono (2017:142) angket adalah suatu teknik yang bagus untuk

mendapatkan beberapa jawaban dengan seperangkat pertanyaan-pertanyaan kepada beberapa

responden untuk menanggani dengan memberikan jawaban sesuai kemapuan mereka masing-

masing dan pengalaman yang mereka rasakan. Dengan demikian angket memberikan

pertanyaan yang sangat aktual untuk memperoleh data yang sangat akurat. Pada saat itu

dikirimlah angket melalui Via WA di grup komunitas orang muda Kei kampung Ohoidertutu

di Jayapura dengan 20 bentuk pertanyaan.

3.7 Teknik analisis data

Teknik analisis data adalah suatu aktifitas pengeledah suatu data dalam bentuk

dokumen, catatan, dan rekaman. Proses analisis ini dilakukan secara sistematis atau

PAGE \* MERGEFORMAT 42
terstruktuLexy J.Moleong(2017) . oleh karena itu peneliti menggunakan deskripsi hasil

analisis. Sugiyono(2007) Analisis data kualitatif merupakan cara menelusuri serta menyusun

secara terstruktur data melalui hasil wawancara, catatan di lokasi penelitian dan bahan-bahan

pendukung penelitian. Untuk menganalisis data, yaitu dalam 3 tahapan analisis, berupa

pengumpulan data, reduksi data dan penyajian data.

Bagian pertama dari analisis data yaitu kegiatan mengumpulkan data.

3.7.1 Pengumpulan Data

Bagian awal teknik analisis data yaitu mengumpulkan data, data yang disajikan ada

dua jenis yaitu, data kualitatif diperoleh dengan cara wawancara bersama Ketua komunitas

orang muda Kei kampung Ohoidertutu dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan menyangkut

kondisi perkembangan anggota Komunitas dari tahun 2018 hingga 2022.

Selanjutnya data penggunaan bahasa Kei maupun bahasa Indonesia sekitar

komunitas orang muda kampung Ohoidertutu dan kondisi keluarga Kampung Ohoidertutu.

Diperoleh dengan cara wawancara singkat bersama ketua Komunitas orang muda Kei

kampung Ohoidertutu dan sajian data mengenai penggunaan bahasa Kei diperoleh dengan

cara membagikan atau menyebarkan angket melalui media sosial, yaitu aplikasi

WA(Whatsapp), pertanyaan yang diberikan kepada 22 responden sebanyak 20 pertanyaan.

Selanjutnya data observasi yaitu mengamati setiap percakapan yang dilakukan oleh pemuda

Kei kampung Ohoidertutu disetiap aktifitas atau dalam keadaan berkumpul. Data tersebut

dibuatkan dalam bentuk diagram dan tabel atau dokumen penting.

3.7.2 Pilih-pilih data

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Reduksi data atau proses pemilihan data dari 20 pertanyaan yang dibagikan

dalam bentuk angket dan telah dijawab oleh reponden hanya dibutuhkan 6 atau 7

pertanyaan dan beberapa tanggapan untuk disajikan sesuai rumusan masalah yang

dibahas. Dan dari hasil tanggapan dua orang narasumber maka diambil semua untuk

disajikan pada penelitian. Data tersebut berupa pertanyaan menyangkut kegiatan pada

ranah agama, ranah keluarga dan ranah budaya.

1. Pada Ranah Agama, Pada analisis data ini, data yang menunjuk Pada ranah

agama akan dibahas dalam bentuk Diagram dan Histogram dengan bunyi

pertanyaan : Latihan menari dan menyanyi lagu gereja apakah menggunakan

bahasa Kei? Dan pada saat di gereja ketika bertemu kerabat menggunakan

bahasa Kei?

2. Pada Ranah Keluarga Pada bagian data yang dianalisis menggunakan

histogram yang menunjukan berapa banyak yang menguasai bahasa daerah

pada ranah tersebut dengan 2 pertanyaan sebagai deskripsi pada ranah

keluarga, yaitu: apakah saudara atau keluarga anda fasih berbahasa Kei? Dan

yang kedua dengan siapa anda lebih sering berbicara bahasa Kei?

3. Pada Ranah Budaya , Pada bagian data yang dianalisis ini juga
menggunakan histogram batang dengan menggunakan warna biru dengan
bunyi pertanyaan sebagai berikut: Apakah bapak atau Ibu dalam mengikuti
upacara adat menggunakan bahasa Kei

3.7.3 Penyajian Data

Data yang disaji dalam bentuk diagram dan histogram dan juga deskripsi mengenai

keluarga, penggunaan bahasa dan beberapa faktor pendukung pemertahanan bahasa yang

PAGE \* MERGEFORMAT 42
akan disajikan berurutan sesuai tujuan penelitian. Penyajian data dibuat untuk mempermudah

analisis bagian per bagian sesuai rumusan masalah yang telah ditentukan.

Bagian 4.4.1 data disajikan dalam bentuk diagram dengan topik penggunaan bahasa

Kei dalam ranah agama, pada bagian ini dijelaskan penggunaan bahasa Kei dalam ranah

agama dalam bentuk pertanyaan kegiatan menari dan menyanyi yang bernuansakan bahasa

Kei memperoleh nilai yang tinggi dan yang paling rendah diakibatkan karena situasi

berbahasa.

Bagian 4.4.2 data disajikan dalam bentuk deskripsi tentang keluarga pemuda

Ohoidertutu yang berada di wilayah Jayapura, pada bagian ini dijelaskan bahwa keluarga

orang muda kampung Ohoidertutu lebih banyak yang bertempat tinggal di Jayapura Utara

ketimbang di Sentani.

Bagian 4.4.3 data juga disajikan dalam bentuk histogram yang di dalamnya analisis

fasih berbahasa Ke, orang muda kampung Ohoidertutu sangat banyak masih fasih berbahasa

Kei yang terlihat pada histogram yang dipaparkan pada bagian analisis.

Bagian 4.4.4 data yang disajikan dalam wujud histogram biru mengenai ranah

budaya, ranh budaya sangat didominasi karena orang muda Kei sangat mencintai budayanya

yang merupakan wujud bukti nyata pelaksanaan di setiap kegiatan kebudayaan orang Kei di

Kota Jayapura.

Bagian 4.5 data yang disajikan berupa faktor-faktor pendukung pemertahanan

bahasa Kei, yaitu keinginan untuk berkumpul, ,memiliki budaya dan adat istiadat yang sama,

faktor religi, mengikuti kegiatan penting di wilayah Kota Jayapura, ranah keluarga dan

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Paham Ain ni ain (persaudaraan) yang berkaitan dengan hubungan persaudaraan orang Papua

dengan orang Kei yang ada di Kota Jayapura.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan aspek-aspek yang terdiri atas (1), Penggunaan bahasa oleh

pemuda Kei kampung Ohoidertutu, yaitu deskripsi kondisi pemuda Kei Ohoidertutu di

Jayapura, kondisi komunitas orang muda kampung Ohoidertutu(2) Penggunaan bahasa Kei

oleh orang muda Kei di Jayapura, (3) Ranah pemertahanan bahasa Kei pemuda Kei kampung

Ohoidertutu di Jayapura, dan (4) Faktor-faktor yang mendukung pemertahanan bahasa Kei

oleh pemuda kampung Ohoidertutu di Jayapura.

PAGE \* MERGEFORMAT 42
4.1 Penggunaan bahasa oleh Pemuda Kei Ohoidertutu

Sebagian besar masyarakat kampung Ohoidertutu adalah masyarakat biligual atau

menguasai hanya dua bahasa beberapa diantaranya menguasai bahasa Inggris disesuaikan

dengan others language skills, tetapi berdasarkan pengamatan di lapangan pemuda lebih

banyak berinteraksi dengan menggunakan bahasa Indonesia secara umum dan secara khusus

bahasa Kei, inilah yang membuat sehingga penggunaan bahasa Kei hanya digunakan di

tempat dan kondisi yang sesuai dengan keberadaan masyarakat Kei sehingga pembicaraan

sering menimbulkan timbal balik antara lawan bicara dibandingankan dengan bahasa Kei

yang digunakan tidak sesuai kondisi dan tempat yang ada masyarakat tutur asli. Para pemuda

kampung Ohoidertutu selalu melakukan aktifitas olahraga bersama menjelang beberapa event

penting untuk mempererat tali persaudaraan dan keakraban.

Jalinan kasih ini selalu dilaksanakan dengan sering berkumpul yang tertua

memberikan saran, masukan dengan menggunakan bahasa Kei dan bahasa Indonesia, kondisi

bahasa yang telah dituturkan memberikan dampak penting untuk pemuda selalu mengingat

dan menguasai sedikit demi sedikit bahasa Kei yang dimaksud untuk perkembangan bahasa

Kei, Impact tersebut dapat menjadikan mereka tersadar dalam perihal penggunaan bahasa dan

pemahaman tentang arti dan makna dari penggunaan bahasa Kei. Kondisi sekarang dimana

pemuda Kei tidak berada di daerah Maluku tenggara tetapi berada di perantauan dengan

penguasan bahasa Kei maka akan mempertahankan dan memberikan kondisi aman bagi

bahasa Kei.

4.2 Deskripsi wilayah komunitas pemuda Ohoidertutu

Komunitas orang muda Kampung Ohoidertutu, komunitas masyarakat ini dibentuk

dari rasa dan iman kepercayaan yang sama yaitu Iman Kekatolikan, penduduk asli

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Ohoidertutu berasal dari kecamatan Kei Kecil Barat yaitu kampung Ohoidertutu, Somlain,

Ohoidertom, Yatvav dan Ohoiren yang berdomisili di Kota Jayapura berjumlah 36 keluarga

11 keluarga berada di rayon 1 Jayapura utara, 7 keluarga berada di Rayon 2 Jayapura selatan,

13 keluarga di Rayon 3 Abe, Kotaraja, Waena dan 5 keluarga di Rayon 4 sentani dan

sekitarnya dan rata-rata mata pencaharian masyarakat asal Ohoidertutu bekerja di kantor

swasta maupun negeri, ada juga beberapa yang bekerja sebagai karyawan di warung makan,

beberapa masyarakat yang kerja sebagai guru, pensiunan.

Sebagian masyarakat Ohoidertutu ini telah berdomisili lama di Jayapura dan ada

beberapa yang baru datang karena ingin kuliah, bekerja dan hanya sekedar jalan-jalan.

Masyarakat ini dapat bertemu apabila ada acara ataupun sengaja di minta untuk berkumpul

dalam hal latihan menyanyi, latihan menari dan acara lainnya, dalam hal ini juga kegiatan

sepenuhnya lebih kearah pembangunan mutu anak-anak muda sekarang, pendekatan

keagamaan, pengukuhan persahabatan dan persaudaraan.

Bahasa Kei merupakan sebuah bahasa pada rumpun bahasa austronesia yang

langsung di tuturkan dengan baik dan luar biasa oleh Komunitas orang muda Kei kampung

Ohoidertutu dan ada beberapa upaya masyarakat ohoidertutu yang ingin menjaga dan

melestarikan bahasa itu melalui nyanyian ataupun dalam kebiasaan berbahasa dalam

keluarga meskipun hanya sebagian dari sebagian kecil masyarakat yang ada.

4.3 Deskripsi Kondisi Komunitas Orang Muda Kampung Ohoidertutu

Komunitas Orang Muda yaitu perkumpulan satu atau lebih orang yang berbeda-beda

pendapat tetapi memiliki asal atau Identitas suku yang sama, komunitas orang muda

kampung Ohoidertutu berdiri karena keinginan orang muda untuk mempererat kekeluargaan,

kekerabatan dan iman katolik dilihat sesuai jumlah laki-laki dan perempuan, yaitu :

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Gambar diagram 4.1 Kondisi perkembangan anggota komunitas

Pada gambar Diagram 4.1 menunjukan kondisi perkembangan anggota komunitas

anak muda Ohoidertutu, warna biru sebagai jenis kelamin laki-laki dan warna merah sebagai

tanda jenis kelamin perempuan tampak pada tahun 2018 jumlah jenis kelamin laki-laki 60% ,

dan perempuan 26%, dan selanjutnya pada tahun 2019.

Perkembangan anggota pemuda masih stabil dan angka jumlah anggota komunitas

masih sama. Pada tahun 2020 terus meningkat dari jumlah 60% laki-laki menjadi 66% laki-

laki dan perempuan 26 % dan Pada tahun 2021 dan 2022 laki-laki masih 66% dan

perempuan 30%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jumlah anggota Komunitas ini

berkembang secara normal. Artinya, perkembangan jumlah anggota komunitas tidak lambat

tetapi bertambah jumlahnya secara berimbang, jumlah antara anggota perempuan dan

anggota laki-laki berimbang.

4.4 Penggunaan Bahasa Kei

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Penggunaan bahasa pada komunitas orang muda kampung Ohoidertutu yang sering

terdengar dan terlihat, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Kei, kebanyakan masyarakat

menggunakan bahasa Indonesia sebagai komunikasi untuk memperjelas bahasa apabila pada

saat dimana berkumpul di keluarga orang asli ataupun keluarga yang berasal dari daerah lain

yang memiliki hubungan persaudaraan maupun kekerabatan untuk itupula tanpa

menghilangkan bahasa Kei, kedua bahasa ini selalu dituturkan dengan bersamaan. Sering

juga digunakan pada saat hidup berdampingan dengan tetangga maupun warga sekitar

perumahan orang Kei atau kediaman masyarakat Kei. Pengunaan bahasa Kei juga selalu

dituturkan untuk menyapa, menegur dan meminta sesuatu antar masyarakat Kei.

Penggunaan bahasa Kei terbagi dalam beberapa ranah penting baik ranah agama,

ranah keluarga dan ranah budaya yang menjadi pokok utama untuk proses terjadinya

komunikasi antar sesama penutur asli, ranah yang pertama ranah agama.

4.4.1 Penggunaan bahasa Kei dalam ranah agama

Beriku tpemaparan diagram yang memperlihatkan penggunaan bahasa Kei dalam

ranah agama dalam bentuk pertanyaan menyangkut kegiatan latihan menari dan menyanyi

lagu gereja menggunakan bahasa Kei.

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Ya tidak

11%

8%
D i agr am an al i si s d at a m en y an y i l agu b ah asa K ei

Pada gambar diagram 4.2 yang dipaparkan sesuai jawaban dari responden yang

menjawab dengan bunyi pertanyaan latihan menari dan menyanyi lagu gereja menggunakan

bahasa Kei dari jumlah 22 responden yang memberikan tanggapan Ya 11% dan yang

memberikan tanggapan “tidak” 8%. Pelaksanaan penggunaan bahasa Kei sering kali terlihat

pada Ibadah yang didominasi oleh orang muda Kei, dan ibadah yang diselenggarakan orang

muda Kei dan Ibadah yang bernuansa Kei.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Nyanyian bahasa Kei masih digunakan oleh

orang muda Kei kampung Ohoidertutu. Selanjutnya analisis pertanyaan menyangkut ranah

agama.

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Histogram 4.3 Analisis Ranah Agama

Penggunaan bahasa pada histogram 4.3 analisis ranah agama yang memperlihatkan

penggunaan bahasa yang digunakan dengan simbol diagram batang berwarna biru yang

tentunya memuat beberapa respon dan tanggapan dari para responden, dipaparkan dalam

histogram bahwa angka tanggapan untuk penggunaan bahasa Kei dari 20 reponden yang

memberikan tanggapan 10% tidak karena sedang berada di kondisi tertentu seperti kegiatan

ibadah rutin komunitas orang muda kampung Ohoidertutu, ibadah ikatan keluarga maluku

dan setiap ibadah yang kegiatannya menyangkut keterlibatan pemuda kampung Ohoidertutu

yang selalu menggunakan bahasa Indonesia dan lebih memilih bahasa Indonesia akibatnya

angka penggunaan bahasa Kei di lingkungan gereja dan kegiatan ibadah lainnya sangat

kurang dan hal ini menyebabkan pemertahanan bahasa pada ranah ini kurang di perhatikan

PAGE \* MERGEFORMAT 42
dan kegiatan menyangkut ibadah yang bernuansa Kei hanya dilaksanakan setahun sekali

dalam perayaan-perayaan ibadah katolik sesuai jadwal gereja.

Angka penggunaan bahasa Kei yang digunakan hanya berada sekitar 7% pemuda

dan pemuda- pemuda itu selalu menggunakan bahasa Kei apabila isi dari percakapan bersifat

khusus ataupun hanya untuk kalangan pemuda Kei, kemudian dibandingkan dengan yang

tidak menggunakan bahasa Kei pada ranah tersebut, tanggapan lain yang dipaparkan pada

histogram itu menyebutkan bahwa sangat jarang, hanya sedikit dan jawaban random lainnya

hanya berkisar 6% dan pada ranah ini dapat dikatakan bahwa kondisi pemuda Kei sangat

jarang menggunakan bahasa Kei dan bahkan beberapa tidak sama sekali menggunakan

bahasa Kei.

4.4.2 Deskripsi Keluarga pemuda Ohoidertutu

Keluarga merupakan tempat penting berlangsungnya kegiatan penyaluran bahasa

meskipun begitu suatu ranah kecil tetapi mencakup di dalamnya semua kegiatan dan rutinitas

PAGE \* MERGEFORMAT 42
kebahasaan, bahasa yang disampaikan oleh beberapa saudara, keluarga ataupun orangtua

rentan sekali memicu keramaian di dalam keluarga dan membuat keluarga saling

memberikan dukungan, arahanan dan nasihat antar anggota keluarga. Keluarga jugalah

menjadi awal perkembangan anak untuk berbahasa. Jumlah keluarga sangat banyak di

perkumpulan ini ada beberapa juga yang memiliki anak kandung dan ada juga yang

menjadikan anak saudaranya sebagai anak angkat dan jalinan kekeluargaan pada komunitas

orang muda kampung Ohoidertutu sangatlah baik adanya sesuai persentase yang saya dapat

yaitu :

Keluarga kampung Ohoidertutu berjumlah 36 keluarga yang telah terbagi menjadi

beberapa rayon atau wilayah, wilayah 1 Jayapura utara dengan jumlah keluarga sebesar 11

keluarga, masyarakat atau keluarga rayon ini masih banyak yang fasih bahasa Kei,

selanjutnya wilayah 2 Jayapura Selatan dengan jumlah 7 keluarga yang juga fasih bahasa Kei

walaupun hanya beberapa orang tua, wilayah 3 Abe, Waena, Kotaraja lumayan dalam

berbahasa Kei, wilayah 4 Sentani, 4 keluarga yang bertempat tinggal di sana.

PAGE \* MERGEFORMAT 42
4.4.3 Penggunaan bahasa Kei dalam ranah keluarga.

Berikut ini akan diperlihatkan histogram yang memperjelas penggunaan bahasa kei

dalam ranah keluarga dalam bentuk pertanyaan menyangkut kebiaasan dan aktifitas di dalam

keluarga khususnya aktifitas berbahasa Kei, yaitu:

Gambar Histogram 4.4 analisis fasih berbahasa kei

Pada gambar histogram 4.4 , yaitu fasih berbahasa pada ranah keluarga, saudara dan

keluarga para pemuda kampung Ohoidertutu dari jumlah 22 reponden memberikan hasil

6% yang menjawab iya, dan 2% yang memberikan tanggapan tidak terlalu fasih, dan 3,5 %

yang menjawab tidak tanpa alasan, yang menjawab ya 3 % dan yang menjawab orangtua

baik itu bapa dan mama maupun keluarga yang telah meninggal 4 % dan yang menjawab

tidak terlalu 1 % .

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Selanjutnya pembahasan tentang bagamimana penggunaan bahasa Kei di lingkungan

keluarga akan dibahas menggunakan gambar histogram yang konteks pertanyaannya

menyangkut kelancaran dalam berbahasa Kei di dalam anggota keluarga komunitas orang

muda Ohoidertutu, yaitu :

Histogram 4.5 analisis kelancaran berbahasa kei pada


ranah keluarga

Pada gambar histogram 4.5 memperlihatkan dari jumlah 20 responden yang

menjawab iya masih 1%, yang menjawab “ya” 9%, dan yang tidak 5% hal ini disebabkan

oleh kekuatan bahasa indonesia yang mempengaruhi kelancaran berbahasa seseorang penutur

asli bahasa Kei, pemuda Kei kampung Ohoidertutu sangatlah kuat komunikasinya mereka

selalu memberikan petunjuk dan cara untuk melengkapi kekekurangan dalam berbahasa dan

mereka juga mengambil beberapa kosakata bahasa Indonesia apabila mereka spontan lupa

PAGE \* MERGEFORMAT 42
menuturkan bahasa Kei, diantaranya yang menjawab iya, lancar, dan tidak terlalu fasih ada

4%, mereka ini sangat random dalam memilih bahasa, mereka menyesuaikan dengan kondisi

dimana mereka berbahasa dan pastinya ada beberapa yang memiliki karakter yang berbeda.

Selanjutnya pembahasan konteks pada ranah keluarga dengan siapa mereka sering

berbicara.

Gambar Histogram 4.6 Analisis lawan bicara dalam bahasa Kei


Kei
Berdasarkan gambar histogram 4.6 mengenai mitra tutur, lebih banyak

interaksi di dalam keluarga yaitu orangtua dengan presentase 12% yang jawabannya

orangtua, ibu dan alm. Ayah, orangtua dan kaka, keluarga. Orangtua memberikan

kesempatan untuk setiap anak mudanya berkembang dengan menitipkan bahasa yang

menjadi estetikanya bahasa-bahasa yang telah orangtua ajarkan akan mempengaruhi

PAGE \* MERGEFORMAT 42
perkembangan bahasa anaknya, mereka yang telah mendalami dan sering mendengar

percakapan antara orangtua dan saudaranya bahkan hanya bapak dan mama akan

mendapatkan perhatian penting kedepannya, selanjutnya yang menjawab tidak 3% hal

ini biasanya diketahui karena pengaruh lingkungan sosial ataupun perbedaan

perspektif dan perbedaan latar belakang orangtua mereka, perkawinan di dalam

keluarga bukan hanya sesama suku dapat dilihat juga perkawinan berbeda suku baik

suku Jawa, Batak, Toraja maupun suku lainnya dan 8% menjawab kadang-kadang

dengan orangtua, saudara dan keluarga inti.

Respon dari mereka menandakan bahwa tidak menjadi rutinitas juga untuk

berbahasa Kei di dalam keluarga bukan karena suatu alasan akan tetapi reflek dan

juga keinginan sendiri apabila diajak untuk bercerita maka seseorang pemuda tersebut

akan bercerita dan juga akan menyesuaikan bahasa Kei sesuai kemampuan penguasan

bahasa Kei.

4.4.4 Penggunaan bahasa Kei dalam ranah budaya

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Berikut ini dipaparkan histogram biru yang akan memperjelas penggunaan bahasa

dalam ranah budaya dan lebih bersangkutan terhadap aktifitas bahasa dalam upacara adat

komunitas orang muda kampung Ohoidertutu.

Histogram 4.7 analisis penggunaan bahasa dalam Kei


dalam ranah budaya

Berdasarkan gambar histogram 4.7 yang memberikan hasil persentase penggunaan

bahasa kei yang dilakukan pada saat kegiatan upacara adat dari 20 reponden yang

memberikan jawaban iya 4%, dan jawaban ya 4% dan hasil yang lebih banyak 8% kalau

untuk masalah budaya atau secara adat pemuda kampung Ohoidertutu selalu mengedepakan

hal tersebut karena pada saat agama belum masuk ke kepulauan Kei, sudah lebih dulu adat

maka dari itu dominasi bahasa lebih kental ke arah pemertahanan pada ranah budaya ini,

yang memberikan jawaban kadang-kadang, kadang, iya dan YA dan jumlahnya 5% dan yang

menjawab tidak 6%.

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Hal ini memperlihatkan lebih banyak yang masih menggunakan bahasa Kei sebagai

bentuk rasa cinta terhadap budaya dan bahasa Kei sebagai harta paling indah di dunia. Sebab

hilang dan tergesernya bahasa akan mengakibatkan kejadian fatal bagi penerus generasi yang

akan datang.

4.5 Faktor - faktor pendukung pemertahanan bahasa Kei

Bahasa Kei yang digunakan di kehidupan sehari-hari menjadi dukungan luar biasa

menyangkut pemertahanan bahasa Kei, seperti bahasa Kei yang sering dituturkan di

lingkungan komunitas orang muda kampung Ohoidertutu yang berada di wilayah kota dan

kabupaten Jayapura.

Di zaman yang semakin hari semakin maju ini fungsi utama bahasa daerah semakin

hari semakin berimbang tingkat kestabilan berbahasa, penyebab minim penggunaan bahasa

daerah yaitu maraknya penggunaan bahasa Indonesia, fenomena perimbangan bahasa

menimbulkan sisi positif dan sisi negatif karena penggunaan bahasa Indonesia dianggap lebih

fleksibel dan mudah diakses dan diterima banyak orang maka bahasa Kei akan mengalami

keterpurukan, lain halnya dengan kondisi pemuda kampung Ohoidertutu di Jayapura saat ini

yang mengalami kondisi perimbangan bahasa yang penggunaan bahasanya berimbang dalam

arti bahwa bahasa Indonesia dan bahasa Kei selalu melengkapi.

Faktor-faktor yang mendukung perkembangan pemertahan bahasa Kei komunitas

pemuda kampung Ohoidertutu:

PAGE \* MERGEFORMAT 42
4.5.1 Keinginan dan kesadaran untuk berkumpul

Faktor ini merupakan inisiatif orang muda Kei kampung Ohoidertutu untuk

melaksanakan suatu pembinaan karakter dengan suatu bahasa, terlihat jelas di dalam situasi

dimana mereka berkumpul mereka selalu mendiskusikan beberapa hal menyangkut kegiatan

yang akan dilaksanakan untuk membawa harum nama baik komunitas pemuda Kei kampung

Ohoidertutu, pelaksanaan kegiatan dengan cara berkumpul untuk diskusi adalah suatu

langkah baik dalam perkembangan bahasa Kei, seperti pada saat berkunjung ke rumah ketua

kerukunan sapaan yang akan terdengar jelas didengar saat itu yaitu tabe umat rahan (tuan

rumah,) dengan selalu berkumpul untuk berbicara selain menjaga keharmonisan antar

pemuda kampung Ohoidertutu dapat menimbulkan kesiapan dalam berbahasa daerah

meskipun dilengkapi dengan bahasa Indonesia.

Setiap sebulan sekali orang muda akan melaksanakan kegiatan kumpul keluarga

dalam kegiatan ini akan dilangsungkan pembahasan penting mengenai perkembangan dan

situasi selama sebulan itu berlangsung, dan pada saat itu juga mereka akan menyampaikan

setiap maksud dengan bahasa Kei dan bahasa Indonesia beriringan, hal ini dikarenakan

pembicaraan bahasa Indonesia untuk mereka yang kurang menguasai bahasa Kei dan bahasa

Kei untuk pemuda yang tidak lahir di Jayapura dan ke Jayapura karena keinginan untuk

sekolah, mencari pekerjaan di saat usia muda, dan yang lahir di Jayapura tetapi sedikit

mengerti bahasa Kei apabila dituturkan karena keluarga yang mengajarkan sejak kecil

walaupun tidak terlalu banyak kata yang dikuasai.

PAGE \* MERGEFORMAT 42
4.5.2 Memiliki budaya dan adat istidat yang sama.

Dengan mayoritas suku Kei sesuai namanya, komunitas orang muda Kei kampung

Ohoidertutu memiliki budaya Kei yang sangat kuat pada isinya terlihat pemuda Kei selalu

mengedepankan nilai adat, dengan kata lain para pemuda kampung Ohoidertutu selalu

menggunakan bahasa Kei dalam acara perkumpulan adat dan lebih tepatnya dalam upacara

adat contohnya: perkawinan antara laki-laki Kei dan perempuan ambon yang dilaksanakan di

padang bulan Jayapura keluarga Pak Lobya. Iringan-iringan musik yang dihasilkan oleh alat

musik tradisional serta seruan-seruan dalam konteks budaya suku Kei memperjelas acara

tersebut. Setiap pemuda yang akan berkeluarga sebelum itu akan melangsungkan upacara

adat bersama keluarga dengan diikat menggunakan kain dan akan diambil sumpah dan doa

menggunakan bahasa Kei yang isinya sakral.

Komunitas ini juga memiliki rumpun wilayah adat yang sama karena kampungnya

berdekatan dan tidak heran apabila dalam mengembangkan budaya mereka selalu mudah

untuk berinteraksi dan bahasa Kei melestarikan budaya dengan doa untuk mengambil

sumpah adat, prosesi pengajakan dan pengangkatan doa kepada leluhur dengan bahasa Kei,

setiap keberlangsungan upacara adat selalu saja menggunakan bahasa Kei dan bahasa

Indonesia untuk memberikan kesan dalam konteks budaya tersebut.

4.5.3 Faktor religi

Dalam Komunitas orang muda Kei kampung Ohoidertutu semua yang ada di dalam

beragama Katolik, diketahui tata cara dan ibadah pastinya menggunakan bahasa Indonesia

akan tetapi di kesempatan melakukan ibadah beberapa orang diantaranya memberikan

PAGE \* MERGEFORMAT 42
isyarat atau masukan menggunakan bahasa Kei dan bahasa Indonesia, dan sewaktu Seksi

kerohanian membagi tugas kepada orang-orang yang menghadiri ibadah bulanan yang wajib

dilakukan berdasarkan adanya program yang dilakukan oleh komunitas untuk ibadah selalu

diadakan dan untuk itu disetiap kesempatan pada saat memberikan sambutan awal atau

memberikan saran selalu menggunakan bahasa Kei dan memperlihatkan bahasa Indonesia.

Untuk melaksanakan ibadah rutin dalam ibadah komunitas orang muda Kei kampung

Ohoidertutu yang diadakan pada setiap bulan dan ibadah Nuansa Kei untuk masyarakat Kei

yang ada di Jayapura secara konteks agama katolik dengan kata lain pada saat perayaan

pentakosta yang diadakan setiap tahun, pada ibadah nuansa Kei yang dalam perayaan ibadah

katolik dan susunan acaranya digunakan maksimal bahasa Kei walaupun ada bahasa

Indonesia. Seiring berlangsungnya perayaan ibadah, disatu momen kebersamaan terlihat

jelas adanya pemilihan bahasa seketika pemuda yang satu telah mengetahui bahwa pemuda

lainnya tidak menggunakan bahasa Kei maka dia langsung secara spontan berbicara

walaupun sepenggal kalimat untuk mengingatkan kembali teman-teman komunitasnya untuk

menghindari kebingungan antara penutur yang menguasai bahasa Kei dan yang tidak

menguasai bahasa Kei dan terlihat pada proses ibadah rutin ini juga dilangsung di setiap

lokasi tempat tinggal anggota komunitas Kei kampung Ohoidertutu di Jayapura dan setiap

gereja yang bersedia untuk diadakan perayaan Ibadah nuansa Kei dan bahasa Kei sebagai

penghubung berlangsungnya ibadah tersebut.

4.5.4 Mengikuti beberapa kegiatan penting di wilayah kota Jayapura

Beberapa kegiatan penting dalam wilayah kota Jayapura juga menjadi hal pendukung

pemuda kampung Ohoidertutu melakukan proses berbahasa dengan baik seperti berbicara

dengan saudara sepupunya, menceritakan kabar baik setelah dari rumah, atau menanyakan

PAGE \* MERGEFORMAT 42
kabar orangtua saudaranya, dengan bunyi bahasa tebtuan na rahan?( mace ada di rumah) dan

begitupun sebaliknya pertanyaan yang berbeda tentang keluarga akan dituturkan dan pada

saat melakukan kegiatan latihanpun proses berbahasa dalam bahasa Kei dan bahasa Indonesia

tetaplah berlangsung, seperti meminjamkan sepatu teman satu komunitas dengan meminta

dalam bentuk bahasa Kei umviang mu spat u pak rok a( pinjam sepatu saya pake dulu).

Beberapa kegiatan yang di selenggarakan yaitu: lomba futsal antar pemuda setiap

komunitas Kei yang ada di kota Jayapura, mengikuti lomba voli dan futsal pada saat Lomba

memperingati hari berdirinya Gereja Kristus Terang Dunia Waena, pada saat dimana mereka

melangsungkan perlombaan adanya pelatih mengumpulkan semua anggota komunitas untuk

memberikan arahan, bi ben bol bok de tak fo ot it kalah waid(kalian main bola baik supaya

jangan buat kita kalah). pada saat ingin melangsungkan perlombaan ada beberapa anggota

komunitas yang memberikan saran kepada pemain yang sedang melangsungkan permainan

dalam lapangan futsal dengan taktik menggunakan bahasa Kei tujuan untuk lawan dengan

mudah membaca atau mengunci permainan lawan.

4.5.5 Ranah Keluarga

Ranah keluarga merupakan hal penting bahasa Kei sering berlangsung apabila

keluarga berkunjung ke keluarga lainnya maka terdapat komunikasi penggunaan bahasa

diantara mereka, sering kali setiap keluarga yang ingin mengunjungi saudaranya maka

pemuda tersebut dengan segera beralih ke rumah saudaranya, hal ini sering dilakukan

seminggu sekali dengan harapan kekuatan dan keakraban mereka jangan sampai terputus

karena kurangnya komunikasi dan pada saat itupula komunikasi mereka terus berlanjut dan

biasanya kunjungan ini juga selalu menyampaikan hal-hal atau permasalahan yang akan

PAGE \* MERGEFORMAT 42
ditanggani bersama oleh keluarga seperti menolong anak saudara, memberikan santunan,

memberikan nasihat dan lain sebagainya.

Pada pertemuan orangtua dan anak selalu memberikan nasihat dalam bentuk bahasa

Kei seperti pada saat anak sudah tidak rajin ke sekolah nasihat yang diberikan oleh orangtua

yaitu um skol non fo leran fa’a ya um tung teten rir sus( sekolah terus supaya suatu hari nanti

bantu orangtua punya susah) dalam pemberian nasihat tersebut sangat diyakini dengan

ketulusan hati orangtua, kadang juga ada kakak yang menegur adiknya seperti pada tutur

berikut, um denar teten rir snibnib (kamu dengar orangtua punya pesan), setiap penggunaan

bahasa Kei pastinya terdapat kosakata bahasa Indonesia untuk melengkapinya karena

kurangnya pembendaharaan kosakata bahasa Kei. Ada kalanya nasihat yang berikan

orangtua kepada orang muda Kei kampung Ohoidertutu direspon dengan baik menggunakan

bahasa Kei ataupun bahasa Indonesia dan menuruti pesan dan menerima pesan dari orang tua

dengan jawaban Oho mam (iya Mama) atau memberikan jawaban kepada bapak dengan

jawaban Oho Bap ya u denar(iya bapak saya dengar) atau dalam bentuk penggunaan bahasa

Indonesia dan bahasa Kei secara bersamaan. Mendengar perintah dan saran orangtua

merupakan tanggung jawab semua orang yang memiliki orangtua sebagai orang kesayangan.

Di dalam keluarga yang tentunya telah banyak diketahui orang setiap suka dan duka,

maupun unsur menyangkut Bahasa terkandung di dalamnya mengapa demikian karena

keluarga meskipun iya adik, kakak atau ponakan atau anggota keluarga lainnya sering

melakukan interaksi dalam hal berbahasa Kei maupun bahasa Indonesia. Kebiasaan sering

menuturkan bahasa itulah yang akan mempertahankan bahasa itu terus menerus dan akan

selalu dijadikan pembelajaran nanti untuk anggota keluarga yang baru dan akan seterusnya

PAGE \* MERGEFORMAT 42
beradaptasi hingga turun temurun dan akan memilah proses perkembangan bahasa anak

seusia dini hingga orangtua.

4.5.6 Hubungan paham ain ni ain(persaudaraan) yang dimiliki oleh orang Kei yang

berkaitan dengan masyarakat Papua di Kota Jayapura.

Paham yang digunakan dalam bahasa Kei ini menggangap siapapun menjadi saudara

apabila seseorang yang memiliki kedekatan dan keakraban yang membangun dalam

persaudaraan, mereka selalu menggangap orang Papua sebagai saudara secara karakter dan

kedekatan wilayah, hubungan persaudaraan diwujudkan dalam pemanfaatan pendidikan di

wilayah Keerom, Sentani dan pedalaman Papua. Memperkuat pendidikan untuk

meningkatkan pendidikan saudara sesama ras dan wilayah timur. Khususnya dalam

pengajaran agama di beberapa wilayah di Papua oleh misionaris Kei dari Kepulauan Kei

setelah datangnya para biarawan dari Belanda dan diberikan tugas kembali ke Irian barat

untuk meningkatkan pendidikan dan keagaman kepada saudara mereka orang asli Papua.

PAGE \* MERGEFORMAT 42
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dengan melihat hasil penelitian yang telah dipaparkan oleh karena itu dapat

dibuatkan kesimpulan sebagai berikut:

Terlihat penggunaan bahasa dalam komunitas orang muda Kei kampung Ohoidertutu

yang sangat tampak yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Kei, mereka menggunakan bahasa

Kei menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang tepat dan wilayah tempat tinggal mereka

berada di beberapa titik kota Jayapura, yaitu dari Sentani sampai tiba di Arso. Orang muda

Kei yang tinggal di Jayapura ada sekitar 60 anggota yang memiliki jenis kelamin laki-laki

dan 40 anggota perempuan dan komunitas pemuda ini selalu berubah jumlahnya dari tahun

ke tahun dan ada tercatat 36 keluarga yang juga berdomisili di Jayapura, komunitas pemuda

kampung Ohoidertutu memiliki persekutuan besar, yaitu paguyuban paroki Ohoidertutu

Jayapura .

Ditemukan bahwa penggunaan bahasa Kei adalah bahasa utama komunitas pemuda

kampung Ohoidertutu karena memiliki identitas diri orang Kei, dimana mereka membawa

bahasa Kei pada 3 ranah yang berbeda yaitu ranah agama, ranah keluarga dan ranah budaya,

PAGE \* MERGEFORMAT 42
data menunjukan bahwa penggunaan bahasa pada ranah agama sangat berimbang karena

proses pada saat ibadah bersama mereka menggunakan bahasa Kei dan melengkapi

menggunakan bahasa Indonesia, karena ibadah yang bernuansa Kei di situlah terdapat

penggunaan bahasa Kei ketimbang menggunakan bahasa daerah lainnya dan pada saat

ibadah lainnya, akan tetapi ada beberapa orang berinisiatif untuk melaksanakan ibadah tetapi

berdialog dengan sesama pemuda Kei dalam bahasa Kei, yang pelaksaannya pada Ibadah

nuansa Kei setahun sekali.

Selanjutnya penggunaan bahasa Kei pada ranah keluarga sangatlah kuat karena di

dalam rumah banyak nasihat yang disampaikan oleh orangtua kepada pemuda-pemuda Kei

dengan menggunakan bahasa Kei dan penggunaan bahasa Kei pada ranah budaya, berbicara

budaya orang Kei sangat menghormati budaya yang kuat akan adat istiadat dan pada saat

upacara adat berlangsung banyak yang menggunakan bahasa Kei, maka bahasa Kei pada

komunitas orang muda Kampung Ohoidertutu masih dikatakan berimbang.

Ditemukan faktor-faktor yang menjadi pendukung pemertahanan bahasa Kei, yaitu

terdapat keinginan untuk berkumpul bersama sesama komunitas. Memiliki adat istiadat yang

kuat, faktor religi dan peranan keluarga. Faktor-faktor yang dimaksud telah berpengaruh

dalam perkembangan bahasa Kei dengan kata lain bahasa Kei masih berlangsung. Dengan

demikian pemertahanan bahasa Kei masih dikatakan berimbang dengan bahasa yang lainnya.

5.2 Saran

Adapun beberapa manfaat yang sangat diharapkan dalam penelitian:

1. Bagi pembaca, hasil deskripsi dan analisis ini memberikan wawasan dan

informasi terkait pengunaan bahasa Kei pada komunitas orang muda kampung Ohoidertutu di

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Jayapura yang khususnya penggunaan bahasa pada ranah agama, ranah keluarga dan ranah

budaya dan beberapa faktor pendukung lainnya. Memberikan sedikit tips untuk melestarikan

bahasa daerah pada semua orang yang ingin melestarikan bahasa daerah.

2. Bagi Komunitas

Komunitas orang muda segera mungkin membuat program belajar bahasa Kei dan

pada setiap keluarga untuk terus meningkatkan penggunaan bahasa Kei di setiap keluarga

yang di Jayapura dan memanfaatkan sumber daya manusia untuk membuka program sehari

berbahasa Kei untuk anak-anak muda saat ini.

PAGE \* MERGEFORMAT 42
DAFTAR PUSTAKA

A. , Morissan M. dkk.2017. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana.

Alan Bryman & Emma Bell. 2007. Business Research Methods : second edition. Oxford
University Press.

Bernard Berelson, Stainer Gary. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka
Cipta.

Creswell, John W. 2017. Research Design; Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches. Thousand Oaks, CA: SAGE Publications

Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Fasold, Ralph W. 1984. The Sociolinguistic of Society. Oxford: Basil Blackwell Publisher
Limited.

Fasold, Ralph W. 1984. The Sociolinguistic of Society. Oxford: Basil Blackwell Publisher
Limited.

Fishman, J. A. 1964. Language maintenance and language shift as a field of inquiry.


Linguistics 9:32-70.

Hymes, Dell. 1974. Foundations in Sosiolinguistics An Ethnographuc Approach.


Philadelphia: University of Pennsylvania Press.

Koentjaraningrat. 1997 Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimukti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, Lexy J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ohoira, Anton. 2016. Kei: Alam, Manusia, Budaya, dan Beberapa Perubahan. Yogyakarta:
Sibuku Media.

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Priyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo Zifatama.

Rahardi, R. Kunjana. 2001. Sosiolinguistik, Kode, dan ahli kode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offest.

Richard, Jack, et al. 1985. Longman Dictionary Of Applied Linguistics. England Longman
Group Limited.

Romaine, Suzanne. (2000). Language in Society: An Introduction to Sociolinguistics. Oxford


University Press.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta,
CV

Sujarweni, V. W. (2018). Pengantar Akuntansi. Pustaka Baru Press

Sukandarrumidi. 2012. Metode Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Muda. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada Press.

Sumarsono dan Paina Partana 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Pustaka Pela

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Lampiran-Lampiran

LAMPIRAN I

Instrumen Wawancara

Hari/tanggal:

Tempat :

Jawaban :

N Pertanyaan Jawaban

1 Menurut Bapak mengapa komunitas orang muda

kampung Ohoidertutu didirikan

2 Berapa jumlah kepala keluarga komunitas orang

muda Kei Ohoidertutu di setiap rumah yang ada di

Jayapura.

3 Berapa jumlah anggota komunitas kampung

Ohoidertutu di Jayapura?

PAGE \* MERGEFORMAT 42
4 Apakah orang muda dan keluarga kampung

Ohoidertutu banyak yang masih menggunakan

bahasa Kei

Alat Pengumpulan Data Pemertahanan Bahasa Kei Komunitas Orang Muda Kampung
Ohoidertutu di Jayapura

1. Siapa nama saudara/saudari?

2. Apa jenis kelaminmu ?

Laki- laki perempuan

3. Anda Umur berapa sekarang?

10-20 Tahun 21-40 Tahun

4. sekolah anda apa ?

Tidak sekolah SD, SMP, SLTA, PT

5. Bapak Ibu anda sekarang kegiatan sehari-hari apa?

PNS Wiraswasta petani/nelayan tidak bekerja sekolah

6. apakah bapak/ibu/saudara fasih berbahasa daerah?

Ya Agak Tidak

7. Apakah Bapak/Ibu/Saudara fasih berbahasa Indonesia?

Ya Agak Tidak

8. Apakah nama bahasa Ibu (bahasa daerah) kakek bapak,/Ibu,saudara?.,

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Bahasa Kei bahasa Indonesia bahasa lain

9. Apakah nama bahasa Ibu anda (nenek/kakek/bapak/ibu, saudara

Bahasa Kei bahasa Indonesia bahasa lainnya

10. Apakah nama bahasa Ibu (bahasa daerah) ayah bapak/Ibu/saudara?

Bahasa Kei bahasa Indonesia Bahasa Lain

11. Apakah nama bahasa ibu(bahasa daerah) ibu, Bapak/Ibu/Saudara?

Bahasa Kei bahasa Indonesia bahasa lain

12. Apakah Bapak/Ibu/Saudara. Sering berpergian ke luar daerah?

Ya Tidak

13. Anda lebih sering berbicara dalam bahasa daerah dengan siapa?

Istri/suami anak saudara kakak

Adik orang lain.

14. Apakah bapak/Ibu/ saudara ketika berkumpul di Pertemuan Kelompok memakai bahasa
Kei ?

Ya Tidak

15. Apakah di gereja Bapak/ Ibu/saudara ketika bertemu kerabat mengunakan bahasa Kei ?

Ya Tidak

16. Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara pada saat Upacara adat masyarakat mengunakan bahasa
Kei?

Ya Tidak

17. Apakah Saudara, Bapak/ibu/saudara fasih berbahasa Kei

Ya tidak

18. Pada saat Latihan menari dan menyanyi lagu gereja apakah mengunakan bahasa Kei?

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Ya Tidak

19. Apakah ada hambatan dalam menuturkan bahasa Kei

Ya Tidak

20. Apakah telah ada upaya untuk mempertahankan bahasa Kei

Ya tidak

BIODATA ORANG
MUDA KAMPUNG
OHOIDERTUTU
NAMA LENGKAP PANGGILAN/ JK
SAMARAN/
GAUL

Agung Loblar L
Agustina Paskalina Lin P
Welafubun
Aldi Ngamel L
Alfons Lobya L
Alvin Suarubun L
Anna Kameubun Anna P
Anton Ngamel Anton L
Ape Kameubun Ape L
Bea Yerwuan Bea P
Gabriela Rahawarin Bela P
Berto Welafubun L
Celsius Salvator Selis L
Teniwut
David Rahawarin Dave L
Delpiero Lobya Delpi L
Dio Rahawarin Dio L
Ela Renyaan P

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Elvy Reyaan Elvy P
Engly Rahawarin Engly L
Bernadetha Wiran Etha P

Eva Renyaan Eva P


Eyal Reyaan Eyal L

Ferdinandus Ngamel L
Friska Wiran P

George Ngamelubun George L

Georgius Teniwut George L


Giovani Ngamelubun Gio L

Gregorius Lobya Gory L

Habel Kameubun Abel L


Hendi Ngamel P
Hermas Wiro Yerwuan Wiro L
Iche Yerwuan Iche P
Jecky Rahawarin Jecky L
Jerry Loblar Jerry L
Jimmy Reyaan Jimmy L
Johanis Ngamel Johan L
Johanis Vianei Wiran Bon Jovi L
Johanis Loblar Jokhen L
Joseph Welafubun Ukup L
Kiki Wiran L
Lena Renyaan P
Gerardinalia Lia P
Ngamelubun
Lia Wiran Lia P
Linda Rahawarin P
Talita Kameubun P
Manko Emanuel Manko L
Renyaan
Mario Lobya Siko L
Michael Ngamel Bunga L
Michael Rahawarin Michael L
Nadine Rahawarin Iin P

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Novena Kameubun P
Novita Ngamel Vita P

Ongker Lobya Ongker L


Pato Ngamel Pato L
Polly Ngoranubun L

Reinaldo Rahawarin Rei L

Rensa Rahawarin Rensa P


Johanis Don Rians Rians L
Ngamelubun
Riko Rahawarin Riko L
Seferinus Welafubun L
Steven Lobya Steven L
Sura Ngoranubun Sura P
Susana Wiran P
Tinus Renyaan Tinus L
Tius Ngamel Tius L
Venansius Rahawarin Baldo L
Vera Ngamel Vera P
Wilem Simeon Wilmon L
Rahawarin
Yanto Lobya Yanto L
Yanto Reyaan Yanto L
Yohanis Yerwuan Anis L

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Lampiran II.

Identitas Narasumber: Ketua komunitas orang Identitas Narasumber: Ketua Kerukunan


keluarga besar paroki Ohoidertutu Jayapura
muda kampung Ohoidertutu

Nama : Silvester Lobya, S. Sos

Tempat Tanggal Lahir: 20 Juni 1974


Nama: Johanis Don Rian Ngamelubun, S.sos
Agama : Khatolik
Tempat Tanggal Lahir : Abepura, 07 Oktober 1993
Pekerjaan: Direktur YPPK Jayapura
Agama: Khatolik

Pekerjaan : Tenaga Honorer ( bagian perencanaan,


Biro BAPSIK, Universitas Cenderawasih).

Pertemuan keluarga besar komunitas orang muda Pertemuan di rumah Pak Mhatias Wiran,
Kei Ohoidertutu. S.E selaku mantan ketua Panguyuban
Paroki.

PAGE \* MERGEFORMAT 42
Ibadah rutin setiap bulan Komunitas Orang
Muda Kei Ohoidertutu di Entrop. Ibadah pelantikan uskup bersama orang Kei
di Gereja Katderal Jayapura

Ibadah pentakosta nuansa Kei bertempat di Pembuatan belan (perahu adat) di Dok V
Sentani.

Latihan bernyanyi lagu ibadah berbahasa Kei


menyongsong Ibadah Nuansa Kei di Entrop.

PAGE \* MERGEFORMAT 42
PAGE \* MERGEFORMAT 42

Anda mungkin juga menyukai