SKRIPSI
OLEH
UNIVERSITAS TIMOR
KEFAMENANU
2021
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing pertama dan kedua untuk
diajukan Kepada Dewan penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Anggota penguji
iii
PERNYATAAN
ORISINALITAS SKRIPSI
sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Universitas Timor seluruhnya
hasil karya orang lain telah ditulis sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,
bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu,
Orance Sele
31160083
iv
MOTO
“ Filipi 4:13 ”
v
PERSEMBAHAH
2. Kedua orang tua tercinta, Bapak Habel Sele dan Mama Martha Misa.
tentang bagaimana arti kehidupan, cinta dan kasih sayang, kesabaran, serta
kehidupan ini.
3. kakak Simon Sele bersama Istri tercintanya Jiska Tefi, serta adikku
Tercinta Yoga Sele. Trima kasih atas kasih dan sayang, perhatian,
skripsi ini.
4. Keponakan tercintaku. Jwita, Varel, Cilshy, Itho, dan Jheyna yang selalu
vi
7. Sahabat-sahabat tersayang. Maria Lopo, Mirna Bantaika, Arny Tefi, dan
Anita Fatu. Trima kasih atas motivasi serta dukungan dan doa bagi penulis
9. Ary, Samry, Leny, Desy, Resty, yanty, serta semua teman-teman yang ada
10. Semua teman-teman tercinta yang ada di kampung halaman Arys, Anis,
Apris, Jhelo, Mery, Jiska, Mias, Us serta teman-teman yang lain. Terima
skripsi ini.
vii
PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
penyelesaian skripsi ini adalah berkat pertolongan dari Tuhan yang Maha Kuasa
memberikan dukungan kepada penulis. Oleh karena itu, sebagai bantuan balas
budi, secara pribadi penulis mengucapkan limpah terima kasih secara khusus
kepada Ibu Dr. Maria Magdalena Namok Nahak, M. Hum selaku Pembimbing
Utama dan Bapak Muhamad Ardian Kurniawan, M.A selaku pembimbing kedua,
dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun
oleh penulis untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian Strata satu (S1) pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Fakultas Ilmu
Pendidikan.
Penyusunan skripsi tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
1.
3. Faizal Arvianto; M.Pd. selaku ketua program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
viii
4. Dr. Maria Magdalena Namok Nahak; M. Hum. selaku Dosen pembimbing I
6. Bapak ibu dosen yang telah membimbing saya selama berada di kampus
7. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan, motivasi,
yang memberikan kenangan indah dan membuatku mengerti arti dari sebuah
kesamaan.
Peneliti juga menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih ditemui
kekurangan. Untuk itu penulis akan menerima setiap kritikan dan saran yang
Penulis
ix
ABSTRAK
Penelitian ini difokuskan pada variasi leksikon bahasa dawan apa saja
yang digunakan oleh penutur tua, muda serta pegawai dan non pegawai yang ada
di Desa Lanu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tuturan variasi leksikon
bahasa Dawan di Desa Lanu, Kecamatan Amanatun Selatan, Kabupaten Timor
Tengah Selatan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sosiolinguistik menurut Fisman dalam Abdul Chaer dan Agustina (2010: 5).
Metode penelitian terdiri atas: (a) rancangan penelitian dan jenis penelitian, (b)
lokasi dan waktu penelitian, (c) data dan sumber data (d) teknik pengumpulan data
(e) instrument penelitian (f) analisis data. Instumen penelitian berupa 350 kata
pertanyaan disusun berdasarkan makna wilayah, yaitu 10 medan makna, dan 1
lain-lainnya. Penelitian ini menggunakan metode Sudaryanto (1993 :9) dan
Maleong (2010 :157), yaitu: metode simak dan cakap, dengan teknik lanjutan
simak libat bebas cakap teknik rekam, teknik catat, dan wawacara untuk
memperoleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode padan intralingual.
Hasil analisis data penelitian ditemukan 182 variasi leksikon bahasa
Dawan di Desa Lanu, dan ditemukan adanya variasi leksikon pada sebelas medan
makna, yaitu aktivitas (29 gloss); alat-alat rumah tanggah (5 gloss); bagian-bagian
rumah (4 gloss); bagian-bagian tubuh (2 gloss); binatang (3 gloss); kata ganti dan
sapaan (5 gloss); musim,waktu, arah, lokasi, benda alam, dan keadaan alam (8
gloss); pakaian, perhiasan, dan kosmetik (2 gloss); petani (2 gloss); serta lain-lain
(3 gloss).
x
ABSTRACT
This research is focused on what variations of the Dawan language lexicon are
used by old, young speakers as well as employees and non-employees in Lanu
Village. The purpose of this study was to determine the speech variations of the
Dawan language lexicon in Lanu Village, South Amanatun District, South Central
Timor Regency. The material used in this study is sociolinguistics according to
Fisman in Abdul Chaer and Agustina (2010: 5). The research method consists of:
(a) research design and type of research, (b) research location and time, (c) data
and data sources (d) data collection techniques (e) research instruments (f) data
analysis. The research instrument in the form of 350 question words is arranged
based on the meaning of the region, namely 10 fields of meaning, and 1 others.
This study uses the methods of Sudaryanto (1993:9) and Maleong (2010:157),
namely: listening and speaking methods, with advanced techniques, refer to free-
engagement and conversation, recording techniques, note-taking techniques, and
interviews to obtain data. The data analysis technique used in this study is the
intralingual equivalent method.
The results of the research data analysis found 182 variations of the Dawan
language lexicon in Lanu Village, and found that there were variations in the
lexicon in eleven meaning fields, namely activity (29 gloss); household appliances
(5 gloss); house parts (4 gloss); body parts (2 gloss); animal (3 gloss); pronouns
and greetings (5 gloss); season, time, direction, location, natural objects, and
natural conditions (8 gloss); clothing, jewelry and cosmetics (2 gloss); farmer (2
gloss); and others (3 gloss).
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................... i
PERSETUJUAN ........................................................................................ ii
MOTO ........................................................................................................ iv
PRAKATA ………………………………………………………………. vi
ABSTRACT ……………………………………………………………….Viii
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................1
2.2 Konsep………………………………………………………….... 10
2.2.2 Leksikon................................................................................ 12
xii
2.3.1 Sosiolinguistik...................................................................... 14
4.2.1 Aktivitas....................................................................................... 35
4.2.5 Binatang………………………………………………………… 64
xiii
4.2.8 Pakaian………………………………………………………….. 73
4.2.9 Pertanian………………………………………………………... 75
4.2.10 Lain-Lain……………………………………………………….. 77
BAB V PENUTUP……………………………………………………….. 81
5.1 SIMPULAN…………………………………………………………… 81
5.2 SARAN………………………………………………………………... 81
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 82
LAMPIRAN……………………………………………………………….. 83
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam
sebuah negara kebangsaan. Bahasa ini biasa digunakan oleh penduduk yang
berasal dari daerah yang kecil dan keberadaan sebuah bahasa lokal atau bahasa
daerah sangat erat kaitannya dengan berbagai macam suku bangsa yang
tersebut.
Bahasa, masyarakat, dan budaya merupakan tiga hal yang tidak dapat
dipisahkan dan saling berkaitan. Jika membahas mengenai bahasa, maka secara
tidak langsung bahasa yang akan dikaji tersebut berhubungan langsung dengan
suku bangsa. Bahasa daerah dipergunakan dalam berbagai upacara adat, dan
dalam percakapan sehari-hari. Bahasa ini dapat dilihat dalam daerah-daerah yang
kecil atau wilayah multilingual. Yang dapat dipersatukan dengan bahasa nasional
(bahasa Indonesia).
1
Pada dasarnya bahasa mempunyai dua aspek yaitu aspek bentuk dan aspek
makna. Aspek bentuk berkaitan dengan bunyi, tulisan, dan struktur bahasa,
(Nababan 1984:13). apabila di perhatikan teliti dalam bahasa, bentuk dan makna
atau variasi bahasa. Variasi bahasa tersebut muncul karena kebutuhan penutur
akan adanya alat komunikasi dan kondisi sosial, serta faktor-faktor tertentu yang
arbitrer, yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
oleh suatu aturan, kaidah atau pola-pola tertentu. Lambang yang digunakan
dalam sistem Segala aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari penggunaan
bahwa bahasa tidak dapat dipisahkan dari manusia dan mengikuti di dalam setiap
penting selain fungsinya sebagai alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai
Bahasa Dawan adalah bahasa daerah yang digunakan oleh beberapa wilayah
yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu Kabupaten Timor Tengah
Selatan (TTS) Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan sebagian Wilayah
2
Kabupaten Kupang bagian Selatan khususnya Kecamatan Amarasi ini adalah
menggunakan bahasa dawan. Penutur bahasa ini dengan berjumlah 650.000 jiwa
dan merupakan bahasa ibu dengan penutur terbanyak bahasa dawan. Disamping
itu bahasa dawan juga di kelompokan menjadi Sembilan dialek yaitu: (1) dialek
Kupang Timur (2) dialek Amarasi (3) dialek Fatule’u (4) dialek Insana- Biboki(5)
dialek Timor Tengah Selatan (6) dialek Amanatun (7) dialek Miomaffo Barat (8)
dialek Mallo Netpala dan (9) dialek Mallo Nenas. Dialek Kupang Timor terdiri
atas subdialek, yaitu Camplong dan Bipolo. Dialek Amarasi terdiri atas dua
Subdialek Oenino dan Tunbaun. Dialek Insana Biboki dan Paseba. Dialek Timor
Tengah Selatan terdiri atas dua subdialek, yaitu Bijeli dan Amanuban. Dialek
Amanatun terdiri atas tiga subdialek, yiatu Lotas, Manufui, dan Lilo.
menyebut bahwa bahasa Dawan hanya terdiri dari dua dialek, yaitu bahasa Dawan
dialek L dan bahasa Dawan dialek R. Sehingga, pemberian nama dialek dan
subdialek yang sudah disebut sebelumnya masih muncul pertanyaan karena belum
Penggunaan variasi leksikon bahasa sosial pada masyarakat yang ada di Desa
Lanu, terdapat pada kriteria usia yang terdiri dari bayi mulai dari umur 2 tahun
sampai pada yang orang tua seperti pada opa dan oma. Pengunaan variasi leksikon
terdapat juga pada kriteria jenis kelamin, tingkat sosial, ras/suku, dan kelompok
3
beda namun maknanya sama. Variasi bahasa sosial yang digunakan oleh
fonologi. Dalam penelitian ini maka, peneliti lebih memfokuskan pada kriteria
Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Variasi bahasa yang diucapkan oleh
masyarakat Desa Lanu ini dikaji dengan sosiolinguistik berdasarkan aspek Usia
dan sosial.
Timor Tengah Selatan dengan berbagai variasi leksikon bahasa, penulis akan
berkomunikasi atau sama sekali tidak ada perbedaan kata dalam suatu objek.
Variasi bahasa sosial yang digunakan pada masyarakat Desa Lanu, Kecamatan
berikut: konsep ‘makan’ ada dua variasi leksikon, yang terdapat morfologi yang
arti perubahan bentuk kata seperti pada leksikon [bukae] dan [mua], yang
dalam variasi bahasa sosial yang ada di masyarakat Desa Lanu juga, terdapat
4
perubahan fonologi yang artinya perubahan bunyi seperti pada konsep ‘ya’ yang
terdapat tiga variasi leksikon yaitu [hepah], [he], dan [ahoet]. Jadi dalam ketiga
leksikon tersebut yang termasuk dalam perubahan bunyi (fonologi) yaitu leksikon
[hepah] dan [he] karena bunyi [hepah merupakan bunyi yang halus (sopan).
Sedangkan bunyi [he] merupakan penekanan bunyi yang kurang halus ( tidak
sopan). Sehingga dari kedua leksikon tersebut dapat di uraikan sebagai berikut:
1) Variasi Leksikon
ya - Hepah - He - ahoet
leksikon [bukae] adalah leksikon yang diucapkan sebagai kata penghalus atau
kata yang paling sopan untuk digunakan oleh masyarakat desa Lanu pada saat
mengucap ‘makan’. leksikon [bukae] ini sering di gunakan oleh orang tua dan
digunakan oleh anak muda ketika megucapkan konsep ‘makan’. Akan tetapi para
anak muda yang ada di desa Lanu mereka juga menggunakan leksikon [bukae]
ketika ada tamu atau acara-acara tertentu maka para anak muda mereka lebih
tersebut. Para anak muda mereka menggunakan leksikon [mua] ketika mereka
bersama-sama orang yang sudah akrab dengan mereka maka mereka akan lebih
Sebaliknya juga untuk para orang tua dan pegawai yang ada di desa Lanu, mereka
5
atau dalam sekeluarga, maka mereka lebih cenderung menggunakan leksikon
leksikon [hepah] dan [ahoet] adalah kata yang dituturkan oleh penutur bahasa
dawan untuk menjawab si mintra tutur yang sudah berusia tua dengan kata
[hepah] dan [ahoet]. Leksikon [ hepah] dan [ahoet] adalah kata yang paling sopan,
seseorang yang menjawab mitra tuturnya atau si pembicara dengan kedua kata
tersebut, itu dinilai sebagai orang yang sopan kepada sesamanya. Sedangkan
leksikon [he] adalah kata yang dituturkan oleh penutur bahasa dawan untuk
menjawab anak-anak, karena kata [he] sebagai kata yang kurang sopan atau kata
yang kurang halus dan kata tersebut tidak akan di tuturkan untuk menjawab
mintra tutur yang sudah tua. Kata [he] itu yang di tuturkan kepada anak-anak.
Desa Lanu, sehingga menimbulkan variasi bahasa yang dapat dilihat ketika
masyarakat menyatakan sesuatu. Hal ini disebabkan oleh masyarakat desa Lanu
bahasa pada masyarakat desa Lanu kata yang mereka gunakan tersebut
mempunyai variasi bunyi dan variasi kata. Masyarakat Lanu yang satu dengan
yang lain mengunakan pilihan kata yang berbeda untuk menanyakan sesuatu atau
6
merupakan masyarakat yang memiliki berbagai variasi leksikon dalam bahasa
Dawan. Fenomena di atas ini sangat menarik untuk dilakukan pengkajian lebih
Amanatun Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan melihat pada aspek
Leksikon yang muncul disana, karena masih jarang ada penelitian mengenai
Kabupaten Timur Tengah Selatan dengan melihat aspek Leksikon dan pemakai
variasi leksikon yang dituturkan oleh penutur berusia tua dan muda, beserta
adalah variasi leksikon bahasa Dawan apa sajakah yang digunakaan oleh penutur
tua dan muda, beserta pegawai dan non pegawai di Desa Lanu, Kecamatan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam
berikut:
7
1. Bagi mahasiswa program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahasa acuan
8
BAB II
karanganyar, 135 konsep variasi leksikon ngoko dan 53 konsep variasi leksikon
krama, 4 variasi tingkat tutur, dan 5 variasi pengkramaan dalam Bahasa Jawa
Karanganyar. Selain itu, Hartono juga berhasil menemukan pengaruh factor pada
penutur, maka semakin baik dalam menguasai bahasa jawa ngoko dan krama.
tinggi/bahasa halus digunakan oleh orang tertentu, untuk tujuan tertentu, dan
dalam situasi tertentu. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang akan
bahasa. Perbedaan adalah pada penelitian oleh Rahman khusus meneliti tentang
9
variasi bahasa sasak dialek meno-mene dan objek kajiannya adalah masyarakat
mengkaji tentang variasi bahasa dalam pemakaian leksikon dan objek kajiannya
Tengah Selatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rosida (2014) meneliti tentang variasi bahasa
Bima pada masyarakat nelayan di Desa Guda Kecamatan Sape Kabupaten Bima.
tersendiri pada masyarakat nelaya, terlihat pada kata basah jika digunakan oleh
masyarakat nelayan menjadi lino sedangkan dalam Bima umum yaitu mbeca;
pada kata aoa jika digunkan masyarakat nelaya au sedangkan dalam bahasa bima
umum yaitu bune yang memiliki kesamaan arti. Penelitian Rosida memiliki
kesamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengkaji tentang variasi bahasa,
penelitian adalah masyarakat Desa Lanu yang memiliki berbagai variasi leksikon
Peneliti yang dilakukan oleh Handayani (2010) dengan judul variasi leksikkon
leksikon pada konsep makna bagian tubuh manusia, kata ganti orang, istilah
10
tumbuhan, alam, alat, kata tunjuk, kehidupan, dan masyarakat, serta kata
persamaan dalam penelitian ini adalah kedua penelitian tersebut meneliti tentang
akan dilakukan ini mengkaji variasi leksikon Bahasa Dawan di Desa Lanu
2.2 Konsep
dengan judul penelitian ini agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pemahaman
proposal penelitian ini. Konsep yang di maksud penulis terdiri variasi bahasa,
leksikon, dan bahasa Dawan. Konsep tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Bahasa mempunyai dua sapek mendasar, yaitu bentuk dan makna. Aspek
bentuk meliputi bunyi, tulisan dan strukturnya. Aspek makna meliputi makna
leksikal, fungsional, dan struktur. Jika diperhatikan lebih rinci lagi, kita akan
melihat bahasa dalam bentuk dan maknanya menunjukan perbedaan kecil maupun
perbedaan yang besar antara pengungkapan yang satu dengan pengungkapan yang
lainnya. Misalnya perbedaan dalam hal pengucapan /a/ yang diucapakan oleh
seseorang dari waktu satu ke waktu yang lain. Begitu juga dalam hal
pengucapakan kata /putih/ dari waktu yang satu ke waktu yang lain mengalami
11
perbedaan. Perbedaan-perbedaan bentuk bahasa seperti ini dan yang lainnya dapat
disebut dengan variasi bahasa. Amat sulit untuk dimengerti variasi ini melalui
pendengaran kita karena pendengar kita di pengaruhi oleh banyak faktor seperti
dihasilkan atau direkam oleh suatu alat yang disebut oleh spektograf. Kenyataan
selalu dipakai oleh masyarakat yang sudah Tua (orang tua) di Desa Lanu pada
saat-saat tertentu seperti menjawab orang saat seseorang menyapanya atau pada
suatu keadaan sosial. Kemudian pemakaian kata /he/ dan ya itu biasanya di pakai
oleh masayarakat mudah (anak mudah) yang berada di Desa Lanu kata /he/ sering
digunakan oleh anak mudah disaat bersama teman-teman atau kata /he/ disini di
ketahui bahwa kata /he/ ini kata yang kurang sopan untuk di gunakan dalam suatu
acara sosial. Hal ini menunjukan bahwa adanya perbedaan atau variasi bahasa.
Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan
oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan di karenakan oleh
bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah
yang sangat luas. Dalam hal variasi bahasa atau ragam bahasa ini ada dua
pandangan yaitu: Pertama variasi bahasa dilihat sebagai akibat adanya keragaman
sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa. Andaikan penutur bahasa itu
12
adalah kelompok yang homogen, baik etnis, status sosial maupun lapangan
pekerjaannya, maka variasi bahasa atau keragaman bahasa itu tidak ada, artinya
bahasa itu jadi seragam. Kedua, variasi atau ragam fungsinya sebagai alat
interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam (Chaer dan Agustina,
1995: 81).
Leksikon berasal dari kata yunani kuno lexicon yang berarti kata, ucapan,
atau cara bicara ( Chaer 2007:5). Selanjutnya, istilah leksikon lazim digunakan
untuk mewadahi konsep kumpulan leksem dari suatu bahasa, baik kumpulan
istilah leksikon biasa disepadankan dengan istilah kosakata yang sudah amat
pergeseran bentuk, perubahan bentu atau geseran makna. Pergeseran makna yang
dimaksud bertalian dengan dua corak, yaitu (1) pemberian nama yang berbeda
untuk satu kata yang sama di satu tempat (daerah) seperti pada leksikon makan
ada dua bunyi bahasa yaitu bukae, dan mua. (2) pemberian nama yang sama untuk
hal yang berbeda di tempat (daerah) yang sama, misalnya kata sen dan sEn untuk
penelitian sosiolinguistik
Laksono (2014), mengatakan karena antara satu bahasa atau dialek dengan
bahasa atas dialek lain dapat terjadi hubungan searah atau timbal balik.
13
Leksikon dalam penelitian sosiolinguistik menurut Usman ( 1971:1), dalam
masyarakat bahasa.
Berdasar penelitian ini terdapat variasi bahasa Dawan di Desa Lanu pada
pendidikan, dan usia). Variasi kosakata tersebut meliputi medan makna: aktivitas,
alat-alat rumah tangga, bagian-bagian rumah, bagian, bagian tubuh, binatang, kata
ganti dan sapaan, musim,waktu, arah, lokasi, benda alam, dan keadaan alam,
untuk menyebut sebuah konsep. Leksikon tersebut berbeda pada setiap daerah.
Leksikon yang bervariasi juga dapat ditemukan di daerah yang sama seperti di
Desa Lanu terdapat perbedaan leksikon namun makna dalam leksikon tersebut
sama.
Bahasa Dawan adalah bahasa daerah yang digunakan oleh beberapa wilayah
yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu Kabupaten Timor Tengah
Selatan (TTS) Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan sebagian Wilayah
menggunakan bahasa dawan. Penutur bahasa ini dengan berjumlah 650.000 jiwa
dan merupakan bahasa ibu dengan penutur terbanyak bahasa dawan. Disamping
14
itu bahasa dawan juga di kelompokan menjadi Sembilan dialek yaitu: (1) dialek
Kupang Timur (2) dialek Amarasi (3) dialek Fatule’u (4) dialek Insana- Biboki(5)
dialek Timor Tengah Selatan (6) dialek Amanatun (7) dialek Miomaffo Barat (8)
dialek Mallo Netpala dan (9) dialek Mallo Nenas. Dialek Kupang Timor terdiri
atas subdialek, yaitu Camplong dan Bipolo. Dialek Amarasi terdiri atas dua
Subdialek Oenino dan Tunbaun. Dialek Insana Biboki dan Paseba. Dialek Timor
Tengah Selatan terdiri atas dua subdialek, yaitu Bijeli dan Amanuban. Dialek
Amanatun terdiri atas tiga subdialek, yiatu Lotas, Manufui, dan Lilo.
dua teori yaitu, teori sosiolinguistik dan teori klasifikasi variasi bahasa. Kedua
2.3.1 Sosiolinguistik
dengan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan erat. Sosiologi
15
masyarakat, lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat.
yang mempelajari tentang bahasa, atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai
objek kajiannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Chaer dan Agustina (2010:2)
menunjukan kaitan yang sangat erat dari kajian sosiologi dan linguistik. Sosio
kemasyarakatan.
pemakaian bahasa atau dialek tertentu yang dilakukan penutur, topik, latar
pembicaraan.
16
Sedangkan yang dimaksud dengan pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi
berarti ilmu yang mempelajari tentang bahasa yang digunakan dalam daerah
kelompok sosial serta variabel linguistik yang digunakan dalam kelompok itu
tradisional pada ilmu-ilmu sosial, yaitu umur, jenis kelamin, kelas sosial-ekonomi,
pengelompokan regional status dan lain-lain. Bahkan pada akhir-akhir ini juga
pemilihan bahasa dan fungsi sosialnya dalam skala besar untuk tingkat makronya.
Alwasilah (1993: 3-5) menjelaskan bahwa secara garis besar yang diselidiki
linguistik. Variasi dan ragam dihubungkan dengan kerangka sosial dari para
organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya mencakup perlaku bahasa saja,
17
bahasa. Dalam sosiolinguistik ada kemungkinan orang memulai dari masalah
dan menganalisis ke dalam linguistik. Misalnya orang bisa melihat dulu adanya
dua variasi bahasa yang berbeda dalam satu bahasa kemudian mengaitkan dengan
gejala sosial seperti perbedaan usia sehingga bisa di simpulkan, misalnya variasi
(A) didukung oleh usia muda variasi (B) di dukung oleh usia tua dalam
tutur yang dipakai usia mudah atau yang dipakai usia tua.
adalah bagian dari linguistik yang berkaitan dengan bahasa sebagai gejala sosial
berkaitan dengan apa yang baik dan apa yang tidak baik, dan ini diwujudkan
dalam kaidah-kaidah yang sebagian besar tidak tertulis tapi dipatuhi oleh warga
masyarakat. Apapun warna batas itu, sosiolinguistik itu meliputi tiga hal, yakni
18
Berdasarkan penjelasan mengenai sosiolinguistik di atas, maka secara garis
besar sosiolingusitik meliputi tiga hal yaitu bahasa, masyarakat, dan hubungan
satu dengan yang lainnya untuk saling bertukaran pendapat dan berinteraksi antara
Chaer dan Agustina (1995: 81) menyatakan bahwa para ahli memiliki
kriteria (a) latar belakang geografi dan sosial penutur, (b) medium yang
digunakan, dan (c) pokok pembicaraan. Preston dan Shuy (dalam Chaer dan
(a) penutur, (b) interaksi, (c) kode, dan (d) realisasi. Halliday (dalam Chaer dan
(dialek) dan pemakaian (register). Sementara itu, Mc David ( dalam Chaer Dan
Agustina, 1995) membagikan variasi bahasa berdasarkan (a) dimensi regional, (b)
dimensi social, dan (c) dimensi temporal. Sementara itu, Abdul Chaer dan
Variasi bahasa dari segi penutur terdiri atas (1) idiolek yaitu variasi bahasa
yang bersifat perorangan yang berkenan dengan warna suara, pilihan kata, gaya
19
bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya. Yang paling dominan adalah warna
suaru, kita dapat mengenali suara seseorang yang kita kenal hanya dengan
mendengar suara tersebut Idiolek melalui karya tulis juga bisa, tetapi di sini
membedakannya agak sulit. (2) dialek yaitu variasi bahasa dari kelompok penutur
yang jumlahnya relatife, yang berada dalam satu tempat, wilayah, atau area
tertentu. Bidang studi yang mempelajari tentang variasi bahasa ini adalah
dialektologi. (3) kronolek atau dialek temporal yaitu variasi bahasa yang
digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu, dan (4) sosiolek atau dialek
sosial yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas
sosial para penuturnya (Chaer dan Agustina, 2010: 62-64). Dalam sosiolinguistik
variasi bahasa inilah yang menyangkut semua masalah pribadi penuturnya, seperti
faktor usia, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, pekerjaan, seks (jenis kelamin),
dari variasi bahasa yang digunakan oleh para penutur,bukanlah berkenalan dengan
bahasa yang digunakan oleh anak-anak akan berbeda dengan variasi orang bahasa
dewasa atau orang yang sudah tua. misalnya mua digunakan oleh anak-anak untuk
menyatakan aktivitas makan. Sedangkan untuk orang dewasa atau orang tua
20
Variasi bahasa ini merupakan variasi bahasa yang terkait dengan tingkat
pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus
Variasi bahasa berdasarkan seks atau jenis kelamin adalah variasi bahasa
terkait dengan jenis kelamin, dalam hal ini pria dan wanita. Misalnya variasi
bahasa yang digunakan oleh wanita akan berbeda dengan variasi bahasa yang
digunakan oleh pria. Variasi bahasa wanita umumnya lebih lembut dibandingkan
dengan laki-laki. Variasi bahasa berdasarkan jenis kelamin juga dapat dilihat dari
nkosa kata yang di produksi. Kosakata seperti sarung, destar (ikat kepala), peci,
kosakata seperi menstruasi, sanggul, lipstick, bra, hamil, kerudung, dan lain-lain
Variasi bahasa ini berkaitan dengan jenis profesi, pekerjaan, dan tugas para
penguna bahasa tersebut. Misalnya variasi bahasa yang digunakan oleh petani,
guru dan dokter tertentu mempunyai perbedaan variasi bahasa. Guru misalnya
mengunakan kata-kata siswa, kurikulum, ujian semester, rapot dan lain-lain yang
berbeda dengan variasi bahasa dokter yang menggunakan jarum suntik, resep,
21
obat dan lain-lain. Kedua pekerjaan tersebut berbeda variasi bahasa dengan petani
tingkat ekonomi yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang berbedaan
dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi yang lemah. Masyarakat miskin
misalnya mengunakan kata jagung, ubi, dan pisang, sedangkan orang yang kaya
akan menggunakan kata Nasi dan lain-lain untuk mengacu pada jenis makanan.
Variasi bahasa berdasarkan status sosial adalah dalam masyarakat Lanu masih
mengunakan status sosial sebagai ukuran dalam berkomunikasi dengan orang lain
yang di kenal dengan undak usuk ( sistem ragam bahasa menurut hubungan antara
pembicara).
konkritnya pihak yang berstatus sosial lebih rendah akan mengunakan tingkat
bahasa yang lebih tinggi (bahasa sopan) kepada orang yang status sosialnya lebih
mengunakan tingkat bahasa yang lebih rendah (bahasa yang kurang sopan) bila
22
berbicara dengan orang yang status sosialnya lebig rendah, seperti mengunakan
kata /ko/ untuk menyebut kamu. Orang yang mempunyai status social yang rendah
akan lebih menghormati orang yang mempunyai status sosial yang tinggi. Adanya
undak usuk dalam masyarakat Lanu tersebut menyebabkan akan berpikir dahulu
lawan bicaranya, mungkin lebih tinggi status sosialnya tapi lebih mudah umurnya,
atau mungkin mudah hirarki kerabatnya (Suwito, 1982: 22-23). Dengan demikian
kelas sosialnya. Masyarakat Lanu akan berbicara dengan bahasa yang “sopan”
untuk orang yang lebih tua umumnya, karena lebih menghormati masyarakat
Lanu akan berbicara menggunakan bahasa yang “kurang sopan” jika ia berbicara
bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan
atau bidang apa. Variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini yang paling
tampak cirinya adalah dalam bidang kosakata. Setiap bidang kegiatan ini
mempunyai sejumlah kosakata khusus atau tertentu yang digunakan dalam bidang
lain. Namun, variasi berdasarkan bidang kegiatan ini tampak pula dalam tataran
23
2.3.2.3 Variasi bahasa dari segi keformalan
Agutina, (2010:70) membagi variasi atau ragam bahasa ini atas lima macam gaya
(style) gaya atau ragam bahasa baku ( frozen), gaya atau ragam resmi (formal),
gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casua), dan gaya
Ragam baku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan
Negara, khotbah di gereja atau masjid, tata cara pengambilan sumpah, kitab
Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam
Ragam usaha atau konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim digunakan
Ragam santai atau kasual adalah variasi bahasa yang digunakan dalam
situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman akrab
24
e). Gaya atau ragam akrab (intimine)
ragam akrab atau intim adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh
penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antara anggota keluarga atau
Variasi bahasa juga dapat dilihat dari segi sarana atau jalur yang
perbedaan dari variasi bahasa yang digunakan. Jenisnya adalah ragam atau variasi
bahasa lisan dan bahasa tulis yang pada kenyatannya menunjukan struktur yang
tidak sama. Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap
(organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Ragam bahasa tulis adalah
bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
dasarnya.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari Narasumber
atau prilaku seseorang yang diamati (Bodgan dan Taylor dalam Moleong,
kepada orang lain. Selain itu, peneliti juga sebagai instrumen yang berhadapan
penelitian ini adalah fenomena kebahasaan yang terjadi secara ilmiah yang tidak
adalah metode atau cara kerja dalam penelitian yang semata-mata hanya
berdasarkan fakta empiris berupa bahasa yang sifatnya apa adanya. Dalam
penelitian ini, data yang dikumpulkan bukanlah angka-angka namun berupa kata-
kata atau gambaran karena penelitian ini mengunakan metode deskriptif kualitatif.
26
ini data yang akan diperoleh adalah variasi bahasa dawan berupa leksikon atau
Desa Lanu ini adalah pendokumentasian kosakata dari sisi variasi bahasa oleh
penutur dalam Bahasa Dawan yang belum pernah di teliti oleh siapa pun. Peneliti
ini memilih Desa Lanu sebagai lokasi penelitian karena dalam pengungkapan
bahasa memiliki variasi bahasa dan leksikon yang berbeda-beda. Letak desa lanu
jauh dari kota dan berpisah dari berbagai dialek yang berada di Kabupaten Timor
Juli sampai bulan Desember 2020, mulai dari perencanaan hingga laporan hasil
penelitian.
Data dan sumber data dalam penelitian ini diperlukan adanya penjebaran hasil
penelitian. Keberadaan data dan sumber data yang akan diamati berdasarkan
Desa Lanu Kecamatan Amanatun Selatan Kabuapaten Timor Tengah Selatan saat
27
Sumber data dalam penlitian ini di Desa Lanu Kecamatan Amanatun Selatan
Kabupaten Timor Tengah Selatan. Sumber data ini berupa informan yang dipilih
Dan di pilih berdasarkan kriteria yang digunakan oleh Mashun (2007:79) yaitu:
(a). berjenis kelamin pria dan wanita, (b). berusia antara 25-60 tahun (tidak
pikun), (c). informan tersebut dilahirkan dan dibesarkan di desa dan tidak pernah
(e). sehat jasmani dan rohani (tidak cacat dalam berbahasa dan memiliki
Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer adalah data yang
libat cakap, teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam dan teknik catat.
28
2. Teknik rekam
Dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan handphone (hp) sebagai alat
atau sumber data sehingga tidak menganggu proses kerja tuturan yang sedang
berlangsung sebagai data natural atau alami, kemudian rekaman diputar dan
dicatat (Sudaryanto 1993: 135). Pengunaan teknik rekam ini bermafaat untuk
mudah mendapatkan data yang akurat dalam analisis data, karena tuturan-tuturan
sebagai calon data yang akan di amati dan di analisis dengan jelas setelah
3. Teknik catat
Kabupaten Timor Tengah Selatan yang telah direkam sebelumnya dengan alat
wujud metode cakap yaitu berupa percakapan dan terjadi kontak antara penelitian
dan penutur selaku narasumber. Teknik dasar dalam metode cakap adalah teknik
pancing. Penelitian haru memacing seseorang atau beberapa orang agar berbicara
teknik lanjutan di antaranya adalah teknik cakap semuka dan teknik cakap tak
semuka.
29
Penelitian ini menggunakan metode cakap untuk mengumpulkan data.
Teknik yang digunakan adalah teknik cakap semuka. Media komunnikasi dari
teknik cakap semuka adalah bahasa lisan. Teknik ini mengharuskan kehadiran
seoran penliti dan narasumber dalam satu tempat dan berhadapan secara lansung
dalam sebuah tema percakapan atau terlibat pembicaraan yang sama. Teknik
cakap semuka juga dilengkapi dengan teknik rekam. Teknik rekam berguna untuk
dan metode cakap dengan teknik simak libat cakap, tekni rekam, teknik catat, dan
teknik cakap tatap muka atau teknik cakap semuka sebagai metode yang
salah satu bentuk komunikasi lisan, untuk membahas dan menggali informasi
alat perekam audio yang merupakan alat pencatat mekanis, dan alat pencatat
30
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah sebuah proses untuk mencari dan mengatur secara
31
BAB IV
menjawab permasalahan penelitian, yaitu variasi leksikon bahasa Dawan apa saja
yang digunakan oleh masyarakat yang ada di Desa Lanu Keacamatan Amanatun
transkip data yang telah diperoleh, lengkap dengan tulisan fonetiknya. Kemudian,
leksikon bahasa Dawan yang digunakan oleh masyarakat desa Lanu dalam
peneliti, maka terdapat sebelas medan makna, yaitu aktivitas; alat-alat rumah
tangga; bagian-bagian rumah; bagian-bagian tubuh; kata ganti dan sapaan; musim,
waktu, arah, lokasi, benda alam, dan keadaan alam; pakaian, perhiasan, dan
medan makna lainnya. Dari sebelas medan makna di atas peneliti menggunakan
245 leksikon bahasa Dawan untuk mengambil data di lokasi penelitian. Sehingga
dalam penelitian di lokasi, maka data yang di temukan untuk dibahas dalam
penelitian ini ada 63 variasi leksikon bahasa Dawan, yang digunakan oleh
32
leksikon yang terdiri dari aktivitas terdapat 29 leksikon, yang termasuk hasil
binatang terdapat 19 leksikon, yang termasuk hasil analisis penelitian 3 data; kata
ganti dan sapaan terdapat 8 leksikon, yang termasuk hasil analisis penelitian 5
data; musim, waktu, benda alam, arah dan keadaan alam terdapat 37 leksikon
kekerabatan 18 leksikon, dalam data tersebut tidak hasil yang akan di analisis
medan makna yang termasuk dalam hasil analisis penelitian yaitu ada 3 data. Dari
245 leksikon yang diteliti oleh peneliti maka ada 182 yang tidak termasuk dalam
variasi leksikon.
Berikut ini adalah tabel-tabel perbedaan penguna variasi leksikon yang ada
Berikut ini adalah tabel variasi leksikon yang medan makna ‘Aktivitas’
No Gloss Usia Sosial
Bermedan Tua Muda Pegawai Non
makna Aktifitas
Pegawai
1 bekerja [bain] [meup] [bain] [meup]
[soen] [soen]
2 berbicara [molok] [uab] [molok] [uab]
3 berkelahi (kata- [matoe] [mahek] [matoe] [matoe]
33
kata) [mahek] [matoe] [mahek] [mahek
4 Berkelahi [mafius] [matuf] [mafius] [matuf]
(fisik)
5 berlari [tahopu] [naen] [tahopu] [naen]
6 bertemu [tatef] [tatoko] [tatef] [tatoko]
[ta’euk] [ta’euk]
7 cuci tanggan [tafaun [fase nimak] [tafaun [fase
nimak] nimak] nimak]
8 cuci pakian [fase bale] [Faes blua] [fase bale] [fase blua]
9 Datang [tem] [om] [tem] [om]
[nem] [nem]
10 duduk [tunom] [tok] [tunom] [tok]
11 Ingat [tatenab] [tamnau [tatenab] [tamnau]
12 mencari [npoe] [nami] [npoe] [npoe]
[nami] [npoe] [nami] [nami]
13 jatuh (orang) [nmof] [nmof] [nmof] [nmof]
[nbel] [nbel] [nbel] [nbel]
14 lupa [apnik] [nikan] [apnik] [nikan]
[nikan] [nikan]
15 makan [bukae] [mua] [bukae] [mua]
[bukae] [bukae]
16 minum [miun] [mus’oba [miun] [musoba]
[miun] [miun]
17 melihat [nu] [fua] [nu] [fua]
18 memasak (nasi) [tahan ane] [tahan mnes] [tahan ane] [tahan ane]
19 Membawa [na neki] [naneki] [na neki] [na neki]
(tangan) [nait neki] [nait neki] [nait [nait
neki] neki]
20 membersihkan [nak nino] [nasona] [nasona] [nasona]
[nak nino]
21 memberi [nona] [fe] [nona] [fe]
22 mendengar [nen] [nen] [nen] [nen]
[tatnin] [tatnin] [tatnin] [tatnin]
23 mengaruk [kao] [kao] [kao] [kao]
[fo] [fo] [fo] [fo]
24 menghidupkan [tapina paku] [tamoin [tapin [tapin
lampu [tamoin lampu] paku] paku]
paku] [tapin paku] [tamoin [tamoin
lampu] Lampu]
25 potong [oet] [oet] [oet] [oet]
[keut] [keut] [kuet] [keut]
27 Tanam [sen] [sen] [sen] [sen]
[lua] [lua] [lua]
34
28 Tofa [tof] [tof] [tof] [tof]
[soel] [soel] [soel] [soel]
29 Gali [hain] [hain] [hain] [hain]
[nabol] [nabol]
35
Tabel 5 variasi leksikon bermedan makna binatang
No Gloss Usia Pegawai
Tua Muda Pegawai Pegawai
Tua Muda
41 anjing [asu] [asu] [asu] [asu]
[beku] [beku] [beku] [beku]
[benat] [benat] [benat] [benat]
42 ayam [maun opu] [maun enaf] [maun opu] [maun enaf]
betina
43 kucing [puis] [meo] [puis] [meo]
Tabel 7 variasi leksikon bermedan makna arah, alam, lokasi, benda alam, dan
keadaan alam
No Gloss Usia Sisoal
Tua Muda Pegawai Non
Pegawai
49 atas [fafo] [fafo] [fafo] [fafo]
[atnah] [atnah] [atnah] [atnah]
50 bawah [ahna] [ah bona] [ah bona] [ah bona]
[ah bona] [ahna] [ahna] [ahna]
51 guntur [naken] [naken] [naken] [naken]
[nalot] [nalot] [nalot] [nalot]
52 hutan [pu’at] [pu’at] [pu’at] [pu’at]
[nasi]
[lamu]
53 Jalan [lanan] [lanan] [lanan] [lanan]
[opa] [opa] [opa] [opa]
54 Kilat [nalim] [nalim] [nalim] [nalim]
[napip] [napip] [napip] [napip]
36
55 Mata air [oemata] [oemata] [oemata] [oemata]
[oesuma] [oesuma] [oesuma] [oesuma]
56 Kebakaran [noe] [noe] [noe] [no’e]
[put] [put] [put] [put]
Dari beberapa tabel di atas, maka dapat dikatakan bahwa, masyarakat yang
ada di Desa Lanu menggunakan bahasa Dawan dengan berbagai variasi leksikon,
untuk menyebut sebuah konsep yang maknanya satu tetapi cara penyampaiannya
37
bervariasi. Leksikon bervariasi ini dapat ditemukan di daerah yang sama seperti
pada daerah Desa Lanu yang dilihat dari pengunaan leksikon berbeda karena
orang yang sudah tua lebih memilih kata yang sopan untuk mengunakan dalam
mengucapkan sesuatu. Anak muda lebih menggunakan kata yang biasa untuk
4.2 PEMBAHASAN
leksikon bahasa Dawan yang ada di Desa Lanu, dapat dilihat dari segi usia dan
sosial masyarakat yang ada di Desa Lanu dengan ditinjau berdasarkan 11 medan
bagian tubuh; binatang; kata ganti dan sapaan; musim, waktu, benda alam, arah,
lain-lainnya. Dari ke 11 medan makna yang di atas maka ada satu medan makna
yang tidak terdapat variasi leksikon dalam analisis data hasil penelitian yaitu
medan makna sistem kekerabatan. Sedangkan yang termasuk dalam hasil analisis
data dalam pembahasannya ada 9 medan makna, sehingga dapat diuraikan sebagai
berikut:
4.2.1 Aktivitas
yang tercakup dalam medan makna aktivitas dengan berbagai variasi seperti:
38
Leksikon [bain] dan [soen] merupakan, kata yang seringkali diucapkan oleh
orang yang sudah tua dan pegawai yang ada di Desa Lanu. Sedangkan leksikon
[meup] adalah kata yang seringkali di ucapakan oleh anak muda dan non pegawai
kriteria usia dan sosial yang ada di Desa Lanu. Maka dari ketiga variasi leksikon
tersebut dapat menunjukkan bahwa, masyarakat yang ada di Desa Lanu, mereka
menggunakan tiga leksikon dalam menyebut satu konsep dengan makna yang
sama. Seperti pada masyarakat yang berusia tua serta yang pegawai , mereka
sering menggunakan leksikon bahasa Dawan dengan dua variasi yaitu, leksikon
[bain] dan [soen], karena kedua kata tersebut merupakan kata yang sopan (kata
penghalus), dan kedua leksikon tersebut sering diucapkan oleh para orang tua atau
atau pada hari-hari biasanya. Akan tetapi orang tua dan pegawai, mereka juga
Sedangkan, para anak muda dan non pegawai yang ada di Desa Lanu, mereka
bahwa leksikon yang kurang sopan (leksikon yang biasa saja), dan leksikon
[meup] ini sudah sebagai leksikon kebiasaan anak muda dan non pengawai yang
ada di Desa Lanu. Para anak muda dan non pegawai mereka menggunakan
leksikon [meup] ketika mereka mengucapan konsep ‘bekerja’ kepada orang yang
sudah akrab dengan mereka seperti, orang tua, om, tanta, sahabat, teman-teman
39
maupun tentangga yang sudah akrab atau sudah sama-sama dengan mereka setiap
hari. Akan tetapi para anak muda dan pegawai muda yang ada di Desa Lanu,
konsep ‘bekerja’, kepada orang-orang yamg belum terlalu akrab dengan mereka
seperti orang asing baik tua maupun muda, pegawai, serta non pengawai ataupun
pada saat acara-acara tertentu, mereka akan lebih cenderung menggunakan kedua
harus menghargai orang-orang yang belum terlalu di kenal serta tamu-tamu yang
datang.
dawan di Desa Lanu mengucapkan data tersebut ke dalam dua variasi leksikon.
Data [molok] di ucapkan oleh orang tua dan pegawai . Sedangkan, data
[uab] di ucapkan oleh anak muda non pegawai yang ada di Desa Lanu.
Dari data di atas menunjukkan bahwa perbedaan leksikon terdapat pada anak
muda, orang tua, pegawai dan non pegawai yang ada di Desa Lanu, mereka
tua dan pegawai, mereka lebih cenderung menggunakan leksikon yang sopan
seperti leksikon [molok]. Para orang tua dan pegawai lebih memilih leksikon
tersebut, karena leksikon itu sudah sebagai leksikon kebiasaan orang tua dan
leksikon tersebut, karena kata itu menunjukkan bahwa seseorang yang sudah tua
dan seseorang yang menjadi pegawai akan berbicara dengan sopan kepada sesama
40
orang tua dan masyarakat yang ada di daerah tersebut. Akan tetapi, leksikon [uab]
juga sering digunakan oleh orang tua dan pegawai tua ketika mereka menyuruh
ucapakan oleh anak muda dan non pegawai dalam menyebut konsep ‘berbicara’.
Para anak muda dan non pegawai menggunakan kata tersebut karena kata itu
sudah sebagai kebiasaan mereka untuk menyebut konsep ‘berbicara’. Tetapi jika
mereka bersama-sama dengan para orang tua atau pegawai maka mereka juga
akan lebih memilih leksikon yang sopan untuk mennyatakan sesuatu, seperti
mereka menyuruh untuk berbicara maka mereka akan lebih memilih leksikon
‘berbicara’.
pada gloss ‘berkelahi dengan kata-kata’(4) dan ‘berkelahi dengan fisik’ (5). Dari
kedua gloss ini, masing-masing terdapat dua variasi leksikon yaitu ‘berkelahi
dengan kata-kata memiliki dua variasi leksikon yaitu; leksikon [matoe] dan
[mahek]. Sedangan, gloss ‘berkelahi dengan fisik’ terdapat dua variasi leksikon
juga yaitu, leksikon [matuf] dan [mafius]. Dari beberapa variasi leksikon di atas
menunjukkan para penutur tua, muda. Pegawai, dan non pegawai yang ada di
41
Ditemukan adanya variasi leksikon pada data ‘berlari’ (7) Kedalam dua
leksikon.
leksikon [tahopu] adalah leksikon yang sering dituturkan oleh penutur yang
tua dan pegawai. Sedangkan data [taen] cenderung dilafakalkan oleh penutur yang
berusia muda dan pegawai muda . Dari kedua variasi leksikon yang terdapat di
gloss ‘berlari’. Para orang tua dan pegawai yang ada di Desa Lanu lebih sering
tersebut sudah terbiasa digunakan oleh para penutur tua dan pegawai. Sedangkan,
leksikon [taen] juga sering diucapkan oleh para anak muda dan non pegawai
dalam menyebut konsep ‘lari’. Akan tetapi para orang tua juga selalu
Dawan pada tempat penelitian di Desa Lanu mengucapkan data tersebut ke dalam
Data [taeuk], [tatef] dan [tatoko] adalah tiga data yang sering diucapkan oleh
penutur bahasa Dawan baik berusia tua, pegawai, maupun anak muda dan non
pegawai. Akan tetapi dalam ketiga data tersebut penutur bahasa dawan yang ada
di Desa Lanu lebih cenderung menggunakan data [taeuk] dan [tatef], karena kedua
leksikon tersebut sudah sebagai leksikon kebiasaan bagi masyarakat yang ada di
42
Variasi berikutnya terdapat pada data ‘mencuci (tangan)’ (10). Penutur yang
variasi. Penutur [tafanu nimak] adalah penutur yang berusia tua dan pegawai.
Sementara itu, penutur [fase nimak] adalah penutur yang yang berusia muda dan
non pegawai. Leksikon [tafanu nimak] ‘mencuci tangan’ yang digunakan oleh
penutur bahasa Dawan berkritera tua dan pegawai karena, leksikon tersebut
merupakan leksikon yang sopan dan sebagai leksikon kebiasaan bagi mereka.
Sedangkan, leksikon [fase nimak] merupakan tingkat tutur yang biasa saja untuk
digunakan oleh penutur bahasa Dawan yang berkriteria muda dan non pegawai,
mereka lebih memilih menggunakan leksikon yang biasa saja untu menggucapkan
konsep ‘mencuci tangan’. Akan tetapi pada saat mereka dengan orang tua atau
pegawai maka mereka akan lebih memilih kata yang halus untuk menyatakan kata
tersebut.
‘datang’ (12) ke dalam dua leksikon. Penutur leksikon [koenok tem] adalah
penutur dengan kriteria tua dan pegawai. Sedangkan, [tem] adalah penutur dengan
orang tua dan pegawai tua di saat mereka mengucapkan konsep ‘datang’, kita ada
tamu yang datang berkunjung ke rumah, baik tamu yang dari jauh maupun
43
berkomunikasi mengucapkan konsep ‘datang’. Karena leksikon tersebut sebagai
tingkat tutur yang sopan untuk mereka berkomunikasi dengan mitra tuturnya.
Sedangkan, leksikon [om] adalah leksikon yang selalu digunakan oleh para anak
temannya atau orang-orang yang sudah mereka kenal dekat. Akan tetapi ketika
mereka berada di acara-acara tertentu atau pada saat ada tamu yang tidak dikenal
dekat berkunjung kerumah, maka mereka akan lebih memilih leksikon [koenok
Variasi leksikon juga terjadi pada data ‘duduk’ (13) yang diucapkan oleh penutur
bahasa Dawan di yang ada di Desa Lanu. Leksikon tersebut memiliki dua variasi.
oleh penutur tua dan pegawai. Sementara varian [tok] digunakan untuk penutur
Leksikon [tunom] merupakan tingkat tutur yang sopan untuk digunakan oleh
masyarakat yang ada di Desa Lanu terutama para orang tua dan pegawai. Mereka
leksikon [tok] juga terkadang digunakan oleh orang tua dan pegawai ketika
Sedangkan para anak muda dan non pegawai yang ada di Desa Lanu, merea sering
44
yang sudah akrab dengan mereka atau dengan orang-orang yang hari-hari bersama
mereka seperti Om, tanta, tentangga, teman-teman, bahkan orang tua mereka akan
lebih memilih leksikon [tok] untuk mengucapkan konsep ‘duduk’ kepada mereka.
Disamping itu, para anak muda dan non pegawai yang ada di Desa Lanu juga
atau pada acara-acara tertentu maka para anak muda dan pegawai muda juga
variasi.
Data [hani] dan [nabol] digunakan oleh pentur yang berusia tua dan pegawai
tua dalam menyebut konsep ‘gali’. Sedangkan data [hain] cenderung digunakan
oleh penutur muda dan non pegawai dalam menyebut konsep ‘gali’.
Dari kedua leksikon di atas menunjukkan bahwa penutur tua dan pegawai
sebagai leksikon kebiasaan orang tua. Sedangkan leksikon [hain] adalah leksikon
yang sering digunakan oleh anak muda dan pegawai dalam mengucapkan konsep
‘gali’.
45
Leksikon [tatenab] merupakan penutur yang sudah tua dan pegawai.
Sedangkan, penutur leksikon [tamnau] merupakan penutur yang masih muda dan
Uraian di atas dapat menunjukkan bahwa ucapan orang tua, pegawai, anak
muda, dan non pegawai berbeda karena orang tua dan pegawai akan lebih memilih
mnggunakan kata yang sopan dibandingkan dengan anak muda dan non pegawai.
Leksikon [tatenab] ini menunjukkan bahwa orang yang sudah tua dan pegawai
tua sering sekali menggunakan kata-kata sopan atau leksikon kebiasaan orang tua
dan pegawai untuk mengucapkan konsep ‘ingat’ sedang anak muda dan non
pegawai lebih menggunakan kata yang biasa untuk menyebut konsep ‘ingat’.
Dari gloss yang ada di atas para penutur bahasa dawan yang ada di Desa
Penutur leksikon [naim] dan [poe] adalah kedua leksikon yang sering
diucapkan oleh penutur bahasa Dawan baik penutur tua, muda, pegawai dan non
pegawai yang ada di tempat penelitian. dari kedua data leksikon di atas maka
penutur bahasa dawan yang ada di Desa Lanu mereka sama-sama menggunakan
Kedua leksikon dalam mengucapkan konsep ‘mencari’ karena kedua kata tersebut
sudah menjadi leksikon kebiasaan para penutur yang ada di desa Lanu.
46
Variasi leksikon juga terdapat pada leksikon ‘ lupa’ (18) yang dituturkan oleh
penutur yang ada di Desa Lanu, mereka mengucapkan konsep ‘lupa’ ke dalam dua
variasi leksikon.
Data [apnik] adalah leksikon yang digunakan oleh penutur tua dan pegawai,
karena leksikon tersebut, leksikon kebiasaan penutur tua dan pegawai untuk
gunakan oleh nene moyang pada zaman dulu. Sehingga para orang tua dan
sampan itu juga, para orang tua dan pegawai, mereka juga lebih cenderung
sehingga sampai saat ini leksikon [apnik] jarang diucapkan. Akan tetapi penutur
tua dan pegawai juga sering mengunakan leksikon [nikan] dalam mengucapkan
konsep ‘lupa’. Sedangkan para anak muda dan pegawai, mereka lebih cenderung
Peneliti juga menemukan variasi leksikon pada data ‘makan’ (19). Para
Leksikon [bukae] adalah leksikon yang sering dituturkan oleh penutur tua
dan pegawai tua. Sedangkan penutur [mua] adalah penutur yang berusia muda dan
non pegawai.
Leksikon [bukae] merupakan leksikon dengan tingkat tutur yang sopan (kata
penghalus), yang sering di ucapkan oleh penutur yang ada di Desa Lanu, ketika
mengungkap konsep ‘makan’. Leksikon ini sering digunakan oleh orang tua dan
47
pegawai pada saat mengencupakan konsep ‘makan’ kepada sesamanya atau pada
saat acara-acara seperti pesta atau acara lainnya. Sedangkan, leksikon [mua]
sering digunakan oleh para anak muda dan non pegawai yang berada di Desa
Lanu ketika mengucapkan konsep ‘makan’, Kepada orang yang sudah akrab
dengan mereka seperti, teman, orang tua, om, tante, nene, kaka, adik, dan
tetanggah. Akan tetapi, ketika para anak juga, mereka sering menggunakan
lainnya, maka mereka akan memilih leksikon yang halus untuk mengucapkan
‘makan’. Di samping itu juga, para orang tua dan pegawai yang ada di Desa Lanu,
Leksikon bahasa Dawan yang memiliki variasi adalah gloss ‘minum’ (22).
Konsep ‘minum’ oleh penutur diucapkan kedalam dua variasi. Penutur bahasa
dawan yang berada di Desa Lanu sering menggunakan leksikon [miun] dan
[mus’oba] untuk mengucapkan konsep ‘minum’, akan tetapi penutur yang berada
karena konsep [miun] adalah leksikon yang sopan untuk di ucapkan kepada
diucapkan ketika seseorang emosi pada saat melihat keluarga atau temannya yang
minum sopi, maka mereka akan lebih menggunakan leksikon tersebut untuk
48
karena mereka emosi dan mereka tidak mau untuk minum sopi. Dari kedua
leksikon di atas maka para orang tua, anak muda, pegawai, dan non pegawai
‘minum’.
Penutur [tahan ane] adalah penutur yang sudah tua dan pegawai. Sedangkan
penutur [tahan mnes] sering diucapkan oleh anak muda dan non pegawai. Para
penutur tua dan pegawai mereka lebih cenderung mengucap konsep ‘memasak
nasi’ dengan ucapan [tahan ane] karena leksikon tersebut sudah sebagai kebiasaan
orang tua dan pegawai tua dalam mengucap ‘memasak nasi’. Sedangkan, penutur
[tahan mnes] adalah penutur yang berusia muda dan non pegawai, merea lebih
cenderung menggucap konsep ‘memasak nasi’ dengan ucapan [tahan mnes]. Akan
tetapi sampai saat ini, para penutur bahasa dawan yang ada di Desa Lanu seperti,
penutur tua, muda, pegawai, dan non pegawai lebih cenderung menggunakan
Leksikon berikut terdapat pada data ‘membawa dengan tangan’ (27) terdapat
Penutur leksikon [na neki] dan [nait neki] adalah penutur yang digunakan oleh
penutur tua dan muda, pegawai serta non pegawai. Tetapi penutur tua dan
pegawai tua lebih menggunakan leksikon [na neki] ketika berbicara dengan
49
sesama usianya, para penutur yang berusia tua dan pegawai tua menggunakan
leksikon tersebut karena leksikon tersebut kata yang halus untuk di tuturkan
kepada orang yang sudah berusia tua dan pegawai. Sedangkan para penutur muda
dan non pegawai juga lebih sering menggunakan leksikon [na neki] ketika
berbicara dengan orang yang yang sudah lebih dewasa dari dia. Leksikon [nait
neki] juga sering digunakan oleh anak muda dan non pegawai ketika
Penutur [nak nino] adalah penutur yang sudah tua dan pegawai sudah terbiasa
Sedangkan penutur [nasona] adalah penutur muda dan non pegawai, mereka lebih
Peneliti menemukan variasi leksikon pada data ‘ memberi’ (31) dengan dua
Leksikon [nona] digunakan oleh penutur tua dan pegawai ketika memberikan
sesuatu kepada seseorang mereka akan lebih memilih kata [nona] untuk
50
memberikan karena leksikon [nona] adalah tingkat tutur yang sopan untuk
menggunakan leksikon [fe] karena leksikon tersebut kurang sopan dan leksikon
tersebut sudah menjadi kebiasaan anak muda untuk menyatakan konsep tersebut.
Akan tetapi ketika anak muda sudah beranjak tua (sudah berkeluarga) maka dia
juga akan lebih memilih menggunakan kata [nona] juga untuk ‘memberi’ sesuatu
kepada sesamanya.
Dari di atas menunjukkan bahwa, data yang terdapat di atas dengan masing-
masing variasi leksikonnya para penutur tua, muda, pegawai, dan non pegawai,
mereka sama-sama menggunakan jatuh (orang) ada dua variasi leksikon [nmof]
dan [nbel], melihat ada dua leksikon [nu] dan [nfua], mendengar ada dua leksikon
[nen] dan [tatnin], mengaruk ada dua variasi leksikon [kao] dan [fo], Dari ketiga
konsep ini, para orang tua, anak muda, pegawai, dan non pegawai yang ada di
pengamatan dengan dua variasi. Penutur leksikon [oet] dan [keut] cenderung
digunakan oleh penutur tua, muda, pegawai, dan non pegawai, mereka sama-sama
leksikon tersebut sebagai leksikon kebiasaan penutur yang ada di Desa Lanu
51
4.2.1.21 [sen] dan [lua] ‘tanam’
leksikon.
Leksikon [sen] dan [lua] adalah leksikon yang sering digunakan oleh penutur
tua dan pegawai dalam menyebut konsep ‘taman’. Leksikon [lua] adalah leksikon
yang sopan untuk mengucap konsep ‘taman’. Sedangkan leksikon [sen] sering
digunakan oleh anak muda dan non pegawai dalam menyebut konsep ‘tanam’.
Para orang tua dan pegawai sering menggunakan leksikon [lua] ketika mereka
ingin menghargai apa yang mereka taman tersebut atau pada saat ada sesamanya
yang menanyakan ada tanam apa maka mereka akan menjawab dengan kata yang
sopan kepada si mintra tuturnya dengan leksikon yang sopan seperti [lua]. Akan
tetapi pada saat mereka mau menjawab dengan kata yang biasa maka mereka akan
dan non pegawai, mereka lebih cenderung mengucapkan konsep ‘tanam’ dengan
menggunakan leksikon [sen] karena kata tersebut sudah sebagai kebiasaan anak
muda dalam menyebut konsep ‘tanam’. Leksikon [sen] juga termasuk kata yang
sopan jadi cocok digunakan oleh siapa saja. Para non pegawai juga mereka sering
Variasi leksikon terjadi pada data ‘tofa’ (213) yang mempunyai dua variasi.
Penutur tua, muda, pegawai dan non pegawai yang ada di Desa Lanu, mereka
52
konsep ‘tofa’. Dari kedua leksikon di atas ini leksikon [tof] diucapkan ketika para
penutur menggunakan pada saat mereka mau bersihkan kebun (mereka mau tofa
kebun) yang sudah ada jagung di dalam kebun. Sedangkan, leksikon [soel] adalah
leksikon yang di tuturkan oleh para penutur bahasa dawan ketika mereka baru
Ditemukan adanya variasi leksikon pada data ‘sendok nasi’ (53) yang
Berdasarkan data di atas leksikon [tao] dan [sun nasi] digunakan oleh penutur
tua dan pegawai, mereka sama-sama mengucap konsep ‘sendok nasi’. Sedangkan
leksikon [sun nasi] sering digunakn oleh penutur muda dan non pegawai di saat
Dari uraian di atas orang tua dan pegawai tua menggunakan dua leksikon
untuk mengucap konsep ‘sendok nasi’ leksikon [tao] dan [sun nasi] lebih
cenderung digunakan oleh orang tua dan pegawai karena kata tersebut sudah jadi
kata kebiasa bagi penutur yang ada di Desa Lanu yang cenderung digunakan oleh
penutur tua dan pegawai pada saat mengucap konsep ‘sendok nasi’. Sedangkan
para anak muda dan non pegawai lebih cenderung menggunakan leksikon [sun
nasi] untuk menyebut ‘sendok nasi’ karena kata ini sudah sebagai kebiasaan bagi
para anak muda dan non pegawai dalam menyebut ‘sendok nasi’. Para orang tua
53
dan pegawai juga sering menggunakan leksikon [sun nasi], sehingga sampai saat
ini leksikon [tao] sudah jarang digunakan dalam menyebut konsep ‘sendok nasi’.
Penutur dalam data leksikon [mau] dan [tanusat] adalah penutur yang berusia
tua, muda, pegawai, dan non pegawai yang ada di Desa Lanu, mereka lebih
‘selimut. Akan tetapi dalam kedua leksikon tersebut penutur yang ada di Desa
Leksikon [bale tupa] sering diucapkan oleh penutur tua dan pegawai.
sedangkan leksikon [hala tupa] juga sering di ucapakan oleh anak muda dan
Dari uraian di atas penutur tua sering mengunakan leksikon tersebut karena
kata tersebut sudah menjadi kebiasaan orang tua dan pegawai ketika
mengucapkan konsep ‘tempat tidur’. Leksikon [bale tupa] adalah kata yang sopan
Sedangkan leksikon [hala tupa] sering digunakan oleh anak muda dan non
54
pegawai, pada saat menunjukkan ‘tempat tidur’ kepada teman-temannya ataupun
keluarganya dekatnya.
Variasi leksikon selanjutnya terdapat pada gloss ‘gelas’ (59) yang mempunyai
dua variasi. Penutur leksikon [mok], [klas], dan [kui] adalah leksikon yang
digunakan oleh penutur tua dan pegawai. Sedangkan leksikon [mok] dan [klass]
digunakan oleh penutur muda dan non pegawai dalam mengucap konsep ‘gelas’.
Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari para orang tua dan pegawai lebih
‘gelas’.
Variasi leksikon berikut terdapat pada glos ‘tikar’(60) penutur bahasa Dawan
penutur tua, dan pegawai yang cenderung menggunakan [benat] untuk mengucap
konsep’ tikar’. Sedangkan penutur [nahe] adalah penutur muda dan non pegawai
Dari penjelasan di atas leksikon [benat] digunakan oleh orang tua dan
pegawai karena kata tersebut sebagai kata untuk sebutan para orang tua dan
pegawai, kata [benat] juga sebagai kata penghalus untuk menyebut ‘tikar’.
Sedangkan untuk para anak muda dan non pegawai, mereka lebih memilih
55
Akan tetapi sering juga para orang tua dan pegawai menyebut leksikon [nahe]
Variasi leksikon pertama dapat dilihat pada data ‘atap’ (67) yang diucapkan
oleh para informan di tempat penelitian. Para informan menuturkan konsep ‘asap’
menyebut ‘atap’ adalah penutur yang sudah berusia tua dan pegawai sedangkan
untuk penutur leksikon [penen] adalah penutur yang muda dan non pegawai.
Uraian di atas orang tua dan para pegawai yang ada di Desa Lanu lebih sering
menggunakan leksikon [poaf], karena leksikon [poaf] adalah leksikon yang sopan,
untuk sebut konsep ‘atap’. Leksikon ini juga sebagai leksikon kebiasaan orang tua
dan pegawai tua yang ada di daerah penelitian tersebut. Sedangkan penutur
[penen] adalah leksikon yang biasa digunakan untuk anak muda dan non pegawai
di saat menyebut ‘atap’, leksikon [penen] ini sebagai yang kurang halus namun
para anak muda dan non pegawai sudah kebiasaan mengucapkan leksikon
tersebut, terkadang orang tua juga, menyebut leksikon [penen] ketika bersama
anak-anak.
Variasi leksikon selanjutnya terdapat pada glos ‘dapur’ (68) yang diucapkan
oleh penutur pada tempat penelitian, ada dua leksikon. Varian [ume hana] dan
56
[ume kbubu] yang digunakan oleh penutur tua dan pegawai untuk menyebut
konsep ‘dapur’. Sedangkan [ume kbubu] sering digunakan oleh penutur muda dan
non pegawai untuk mengucap konsep ‘dapur’. Dalam kedua kata tersebut
diartikan bahwa [ume hana] adalah tempat untuk memasak yang disebut oleh para
orang tua, anak muda, pegawai, dan non pegawai yang ada di daerah tersebut.
Sedangkan [ume kbubu] adalah rumah yang berbentuk bulat tetapi mereka
menggunakan rumah tersebut untuk menyimpan jagung, kacang hijau, kacang tali,
serta kacang tanah. [ume kbubu] juga digunakan untuk memasak. Maka dari
Variasi leksikon juga terjadi pada data ‘pintu’ (78) yang mempunyai dua
varian. Penutur dengan kriteria tua, muda, pegawai, dan non pegawai yang ada di
Desa Lanu, mereka sama-sama menggunakan leksikon [ekat] dan [eno] untuk
menyebut konsep ‘pintu’ karena kedua leksikon tersebut sudah sebagai leksikon
Data ‘kursi’ (83) yang juga memiliki variasi, diucapkan ke dalam dua varian
‘kursi’ adalah penutur yang sudah tua dan pegawai. Sedangkan penutur leksikon
[kursi] adalah penutur yang masih muda dan non pegawai lebih cenderung
sering digunakan oleh penutur tua dan pegawai dalam menyebut konsep ‘kursi’,
karena leksikon [toko] adalah kata sebutan untuk orang tua dan para pegawai,
57
karena mereka sudah terbiasa menggunakan kata tersebut karena kata itu sebagai
kata yang sopan sehingga para orang tua selalu mengunakan kata tersebut.
Sedangkan untuk para anak muda meraka lebih sering mengunakan konsep
[kursi]. Para anak muda mereka tetap menggunakan konsep kursi sebagai sebut
untuk ‘kursi’. Akan tetapi ketika anak muda tersebut sudah menikah mereka juga
akan mengunakan leksikon [toko] untuk meyebut konsep ‘kursi’. Dan para
penutur pegawai yang ada di Desa Lanu mereka lebih sering menggunakan kedua
[toko] ketika masyarakat tua yang datang bertamu di kantor ataupun di rumah.
Maka para pegawai akan lebih memilih leksikon [toko] untuk mengucapkan
‘kursi’. Sedangkan leksikon [kursi] juga para pegawai yang ada di Desa Lanu
menggunakan leksikon tersebut ketika tamu yang datang di kantor adalah tamu
temukan 2 leksikon untuk di analisi yaitu leksikon ‘betis’(87) dan leksikon ‘tanda
lahir’ (111). Dalam kedua data tersebut para penutur bahasa Dawan yang ada Di
Desa Lanu seperti penutur tua, muda, pegawai, dan non pegawai mereka sama-
sama mengucapkan konsep ‘betis’ dengan dua leksikon yaitu leksikon [fitik] dan
58
tubuh juga terdapat konsep ‘tanda lahir’ juga. para penutur bahasa Dawan tua,
muda, pegawai, dan non pegawai, mereka sama-sama menyebut dua variasi
leksikon yang sama seperti leksikon [ine] dan [ina] mereka menyebut kedua kata
dengan bentuk yang berbeda tetapi mempunyai makna yang sama yaitu konsep
‘tanda lahir’, karena beberapa leksikon ini sudah sebagai kebiasaan penutur
4.2.5. Binatang
Gloss ‘anjing’ (112) pada tempat penelitian diucapkan oleh penutur ke dalam
Ketiga variasi tersebut digunakan oleh penutur bahasa Dawan baik yang
berkriteria tua, muda, pegawai dan non pegawai, untuk mengucap konsep
‘anjing’.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa leksikon [asu] lebih sering di gunakan
oleh penutur tua, muda, pegawai, dan non pegawai, mereka sering menggunakan
leksikon [asu] pada saat mengucap konsep ‘anjing’. Sedangkan leksikon [kuka]
dan [benat] adalah ucapan yang kasar untuk mengucapkan konsep ‘anjing’.
Leksikon [kuka] dan [benat] sering digunakan ketika pada saat mereka mengusir
‘anjing’ berulang-ulang dan ‘anjing’ tidak lari, maka mereka akan lebih memilih
59
Contoh leksikon yang memiliki variasi leksikon terdapat pada gloss ‘
ayam betina’ (119),leksikon ini diucapkan oleh para penutur dengan dua bentuk
variasi. Leksikon [maun opu] sering digunakan oleh orang tua dan pegawai untuk
digunakan oleh anak muda dan non pegawai untuk menyebut konsep ‘ayam
betina’. Leksikon [maun opu] adalah leksikon kebiasaan untuk para penutur tua
dan non pegawai dalam mengucapkan konsep ‘ayam betina’. Tetapi sering juga
para penutur tua dan pegawai yang ada di Desa Lanu, mereka juga sering
Variasi leksikon gloss ‘kucing’ (121). para penutur menemukan dua leksikon.
Penutur leksikon [puis] adalah penutur yang sudah tua dan pegawai yang sering
leksikon yang menggunakan [meo] adalah penutur muda dan pegawai, mereka
sering mengucap sebagai ‘kucing’. Para penutur tua dan pegawai sering sekali
mengucap lesksikon [puis] ketika ingin menakutkan anak kecil disaat anak itu
menanggis atau di saat mereka mau memanggil ‘kuncing’ untuk makan juga
mereka akan lebih memlilih leksikon [puis] karena sudah kebiasaan orang tua dan
adalah sebutan untuk anak muda di saat menakutkan adik untuk diam ketika ia
menanggis.
60
Penutur bahasa Dawan mengucapkan beberapa kata yang bermedan makna
penelitian seperti pada panggilan untuk ‘bapak’ (129), variasi leksikon yang
Leksikon [ama] cenderung dituturkan oleh penutur yang sudah tua, pegawai
[bapak] di ucapkan oleh penutur yang masih muda dan pegawai serta non pegawai
Leksikon [ama] sering diucapkan oleh orang tua dan pegawai. ketika mereka
mengucapkan ‘bapak’.leksikon ini sudah menjadi kebiasaan orang tua karena dari
yang masih kecil mereka menyebut bapak sebagai [ama]. Ketika para orang tua
mengucap kata ‘bapak’ maka mereka akan merasa kurang sopan untuk
mengucapkan konsep ‘bapak’ karena menurut para orang tua dan pegawai,
mereka kata bapak itu kata yang kurang sopan untuk mereka katakan kepada
sesamanya. Mereka berpikir bahwa kata bapak kata yang biasa saja sehingga
mereka merasa kurang sopan, tetapi dari waktu ke waktu para orang tua sudah
mulai menyebut ‘bapak’ dengan sebutan ‘bapak’ ketika mau berbicara dengan
orang lain juga mereka menggunakan konsep ‘bapak’ sehingga sampai sekarang
leksikon [ama] sudah mulai menghilang pelan-pelan. Sedangkan anak muda dan
para pegawai yang ada di Desa Lanu mereka menyebut konsep ‘bapak’ dengan
sebut ‘bapak’. Para anak muda dan pegawai lebih terbiasa menggunakan leksikon
61
[bapak] ketika berbicara dengan orang sudah lebih tua karena mereka dari lahir
sudah mulai mengajarkan kata [bapak] sehingga sampai besar juga mereka hanya
menyebut ‘bapak’ dengan sebut tetap [bapak] dan bukan [ama] lagi.
variasi leksikon yang digunakan oleh para penutur terdiri atas 2 leksikon. Penutur
leksikon [ena] selalu digunakan oleh orang tua untuk mengucap konsep ‘mama’.
Sedangkan leksikon [mama] sering digunakan oleh anak muda, pegawai dan non
Para penutur bahasa dawan khususnya penutur yang berusia tua mereka
sering menyebut ‘mama’ dengan leksikon [ena], leksikon tersebut sudah sebagai
kebiasan para orang tua untuk yang ada di Desa Lanu. Sedangkan, penutur
muda, pegawai, dan non pegawai lebih cenderung menggunakan leksikon [mama]
untuk mengucapkan konsep ‘mama’. Para anak muda, pegawai dan non pegawai
menggunakan leksikon [ena], karena sudah dari lahir mereka sudah terbiasa
menggunakan kata ‘mama’. Akan tetapi para orang tua yang ada di Desa Lanu
juga mereka lebih sering menggunakan leksikon [mama] untuk menyebut konsep
62
Penutur dengan kriteria tua, muda, pegawai, dan non pegawai, mereka lebih
cenderung memilih leksikon [ho] dan [hi] untuk menyebut konsep ‘kamu’. Akan
tetapi leksikon [hi] itu lebih sering di gunakan ketika menyebut lebih dari dua
orang, maka mereka lebih cenderung memilih leksikon [hi] untuk mengyebut
konsep ‘kamu’. Sedangkan leksikon [ho] ini sering disebut sebagai leksikon yang
kurang sopan. Leksikon [ho] adalah leksikon yang termasuk leksikon kasar. Akan
tetapi dari leksikon itu juga berdasarkan nada penekanan kata tersebut. Ketika
mereka menyatakan leksikon [ho] dengan nada yang rendah atau lembut maka
leksikon [ho] termasuk leksikon yang sopan. Sedangkan ketika kita menggunakan
leksikon [ho] dengan tekanan suara yang tinggi atau keras maka leksikon [ho]
tersebut, sudah termasuk leksikon yang kasar atau kata yang tidak sopan.
perempuan
Terdapat pada data ‘panggilan untuk anak laki-laki dan anak perempuan’. Penutur
yang sudah tua dan pegawai, mereka menggunakan leksikon [an mone] dan [an
feto] untuk mengucapkan ‘panggilan untuk anak laki-laki dan anak perempuan’.
Sedangkan, para anak muda dan non pegawai yang ada di Desa Lanu, mereka
‘panggilan untuk anak laki-laki dan anak perempuan’ di dalam interaksi sehari-
hari.
63
Leksikon bahasa Dawan yang satu lingkup dengan medan makna arah, benda
alam, dan keadaan alam juga dituturkan secara bervariasi oleh para penutur
bahasa Dawan.
Dalam tabel di atas ada beberapa data yang sama-sama digunakan oleh
penutur bahasa Dawan baik penutur yang tua, muda, pegawai, dan non pegawai
yang ada di Desa Lanu, Kecamatan Amanatun Selatan, Kabupaten Timor Tengah
Selatan. Mereka sama-sama menggunakan beberapa data yang ada di atas dalam
leksikon ‘atas’ dengan ada dua variasi leksikon bahasa dawannya yaitu leksikon
[fafo] dan [atnah], data ‘bawah’ ada dua variasi leksikon [bona] dan [ahna],
‘jalan’ ada dua varaisi leksikon [lanan] dan [opa], ‘kilat’ ada dua variasi leksikon
[nalim] dan [napip], ‘guntur’ ada dua variasi leksikon [naken] dan [nalot], ‘mata
air’ ada dua variasi leksikon [eomata] dan [oesuma], dan data terakhir adalah
‘kebakaran’, data tersebut memiliki dua variasi leksikon juga yaitu leksikon [noe]
dan [put], leksikon tersebut digunakan oleh penutur tua, muda, pegawai, dan non
pegawai yang ada di Desa Lanu, para penutur bahasa Dawan yang ada di Desa
konsep. Mereka menyebut satu konsep dengan berbagai variasi leksikon, namun
64
Penutur tua menggunakan leksikon [pu’at], [nasi], dan [lamu] untuk meyebut
Dari uraian di atas menjelaskan bahwa para orang tua menggunakan tiga
variasi leksikon untuk menyebut konsep ‘hutan’. Akan tetapi dari ketiga leksikon
di atas para orang tua lebih cenderung menggunakan leksikon [pu’at], mereka
kadang menyebut leksikon [nasi] dan [lamu] disaat mereka berbicara dengan
orang yang sama-sama tua karena kedua variasi leksikon di atas sebagai kata
kebiasaan orang tua dalam mengucap konsep ‘hutan’. Sedangkan para anak muda
leksikon [pu’at] untuk mengucapkan konsep ‘hutan’ karena kata [pu’at] sebagai
kata kebiasaan para anak muda, pegawai serta non pegawai yang ada di Desa
Lanu. Sehingga penutur tua, muda dan pegawai tua, pegawai muda yang ada di
bandingkan leksikon [nasi] dan [lamu]. Para penutur bahasa dawan yang di Desa
Lanu mengucapkan leksikon [nasi] dan [lamu] pada saat mereka mengucapkan
hutan yang sangat lebat dan di penuhi dengan berbagai macam binatang buas.
4.2.8 Pakaian
yang berkaitan dengan medan makna pakaian, perhiasan, dan kosmetik dengan
pola yang sama. Berikut variasi leksikon mengenai pakaian, perhiasan dan
kosmetik.
65
Dari kedua leksikon di atas menunjukan bahwa konsep ‘baju’ dan ‘celana’
variasi leksikon sebagai berikut: konsep baju memiliki dua variasi leksikon yaitu:
leksikon [fanu] dan [sabalu] dari kedua leksikon ini leksikon [sabalu] digunakan
oleh orang yang sudah tua atau leksikon ini sebagai leksikon sebutan para tua
dulu. Leksikon [sabalu] dan [fanu] sebagia leksion kebiasaan orang tua dalam
juga oleh penutur bahasa dawan yang ada di daerah penelitian. dari kedua
leksikon di atas maka leksikon [saki] sebagai leksikon kebiasaan orang tua dalam
menyebut konsep ‘celana’. Akan tetapi para anak muda, pegawai dan non
dalam menyebut konsep ‘baju’ dan ‘celana’ di daerah penelitian. sedangkan para
anak muda dan para pegawai yang ada di daerah Desa Lanu mereka hanya
menggunakan leksikon [fanu] dan [noso] untuk menyebut konsep ‘baju’ dan
‘celana’. Jadi dalam kehidupan sehari-hari di Desa Lanu para masyarakat tua,
muda, pegawai dan non pegawai, mereka lebih lebih cenderung mengunakan
leksikon [fanu] dan [noso] untuk menyebutkan konsep ‘baju’ dan ‘celana’.
4.2.9 Pertanian
penutur bahasa Dawan menuturkan gloss tersebut ke dalam dua variasi. Penutur
66
[lene] dan [poan] adalah penutur tua yang cenderung menggunakan kedua kata
tersebut. Para penutur tua menyebut leksikon [po’an] jika mereka menghargai
atau menghormati kebun mereka yang di penuhi dengan tanaman dan hasil-hasil
bumi. Sedangkan penutur muda, pegawai dan non pegawai, mereka lebih
Karena leksikon tersebut sudah sebagai leksikon kebiasaan bagi penutur bahasa
Dawan ketika mereka menyebut ‘kebun’. Penutur tua juga dalam kehidupan
leksikon [lene]. Mereka menyebut leksikon [po’an] ketika mereka berdoa untuk
tanam atau panen baru mereka menyebut konsep ‘kebun’ dengan menggunakan
kata [po’an] di dalam ucapan doa tersebut. Sedangkan, penutur muda, pegawai,
dan non pegawai mereka lebih memilih mengunakan leksikon [lene] untuk
menyebut ‘kebun’.
Variasi dalam ini ditemukan dua variasi dalam menyebut konsep tersebut.
Penutur [suni] dan [benas] cenderung di tuturkan oleh penutur yang berusia
tua dalam mengucap konsep ‘parang’. Sedangkan penutur yang berusia muda
Leksikon [benas] sering digunakan oleh penutur tua dalam menyebut konsep
leksikon [suni] lebih cenderung digunakan oleh penutur tua, muda, pegawai dan
non pegawai yang ada di Desa Lanu, mereka sama-sama menyebut konsep
67
‘parang’ karena sudah terbiasa menggunakan leksikon [suni] dalam menyebut
4.2.9 Lain-lain
termasuk ke dalam Sembilan medan makna di atas. Leksikon pada kelompok ini
ada beberapa macam, seperti kata sifat, kata benda, dan kesenian.
Data yang terdapat variasi leksikon pada medan makna lain-lain yang pertama
ialah gloss ‘lapar’ (216) yang ditemukan pada tempat pengamatan ada tiga variasi
leksikon.
Penutur leksikon [masa] dan [basak] cenderung digunakan oleh penutur tua
dan pegawai dalam mengucapkan konsep ‘pasar’. Leksikon [masa] dan [pasar]
sering diucapkan oleh para pegawai di Desa Lanu. Sedangkan, leksikon [pasar]
cenderung digunakan oleh penutur anak muda dan non pegawai dalam menyebut
konsep ‘pasar’.
Dari penjelasan di atas para orang tua dan pegawai lebih menggunakan
leksikon [masa] dan [basak] karena kedua kata tersebut sebagai bahasa orang
sudah lebih tua dan pegawai dan kedua bahasa tersebut sebagai kebiasaan orang
tua dan pegawai dalam mengucapkan konsep ‘pasar’. Sedangkan penutur [masa]
dan [pasar] digunakan oleh para pegawai, mereka menggunakan leksikon [masa]
untuk menyebut konsep ‘pasar’ karena leksikon [masa] termasuk leksikon yang
halus untuk di katakana kepada sang mitra tutur atau sang lawan bicara kita. Akan
tetapi para orang tua, pegawai, anak muda dan non pegawai yang ada di Desa
68
Lanu, mereka sering mengunakan leksikon [pasar] untuk menyebut konsep
‘pasar’. Akan tetapi ketika para anak muda dan non pegawai berbicara dengan
sudah orang tua mereka juga terkadang menggunakan leksikon [masa] untuk
variasi leksikon berikut terlihat pada data ‘menari’ (217). Para penutur
Gloss ‘menari diucapakan sebagai [nasbo] dan [taibiul] oleh penutur tua.
Sedangkkan, leksikon [nasbo] digunakan oleh penutur muda, pegawai, dan non
pegawai dalam mengucap konsep ‘menari’. Akan tetapi dari kedua kata tersebut
penutur tua, muda, pegawai, dan non pegawai yang berada di Desa Lanu lebih
tua, sedangkan, penutur yang berusia muda dan non pegawai mereka
Dari ketiga data variasi leksikon di atas menunjukkan bahwa para penutur tua,
anak muda, dan pegawai, non pegawai, mereka sama-sama mengunakan leksikon
69
Sedangkan, leksikon [nabkao] juga digunakan oleh penutur tua ketika sedang
marah, para penutur tua kebiasaan mnggunakan kata tersebut untuk mennyatakan
konsep ‘pencuri’ pada saat ada pencuri leksikon tersebut digunakan ketika ia
sedang marah atau emosi jadi leksikon [nabkao] adalah leksikon yang tidak halus.
BAB IV
PENUTUP
Bab lima ini mengunakan bagian akhir dari penelitian. Bab ini memuat
kesimpulan dan hasil pembahasan yang telah dijabarkan pada bab empat. Selain
itu, diuraikan juga saran untuk penelitian sejenis di masa yang akan datang.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan dalam bab IV, maka dapat
70
ganti dan sapaan (5 gloss); musim, arah, waktu, lokasi, benda alam, dan
5.2 Saran
Peneliti ini hanya sebatas dianalisis pada tataran leksikon. Oleh karena itu,
bahasa Dawan berdasarkan kajian sosiolinguistik yang dilihat dari aspek lain,
Selain itu, dari segi wilayah penelitian ini hanya mengunakan satu desa. Penelitian
berikutnya dapat dilakukan dengan cakupan yang luas, misalnya satu kecamatan,
DAFTAR PUSTAKA
71
Nababan, PWJ. 1993. Sosiolinguistik:suatu pengantar. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Rochayah. 1995. Sosiolinguistik. Bandung Angkasa Bandung.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah
Kridalaksana, harimurti. 1985. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa.Ende Flores:
Nusa Indah
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa : Strategi, Metode dan Teknik. Jakarta:
PT Jajagrafindo Persada.
Ibrahim, Abdul Syukur. 1995. Sosiolinguistik Sajian Tujuan Pendekatan dan
Problema-Problema. Surabaya. Usaha Nasional.
Suwito. 1982. Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teri dan Problem. Surakarta:
Henary Offset.
Sumarsono dan Pratama Paina. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda
Lembaga Studi Agama dan Perdamaian Kerja Sama Pustaka
Pelajar.
IDENTITAS INFORMAN
Informan I
7. Pendidikan Terakhir : S1
72
9. Bahasa yang digunakan dilingkungan sejak kecil adalah Bahasa Indonesia
10. Bahasa yang digunakan dilingkungan setiap hari adalah Bahasa Dawan
Informan II
6. Pekerjaan : Petani
Bahasa Dawan
73
10. Bahasa yang digunakan dalam lingungan masyarakat adalah Bahasa
Dawan
Informan III
7. Pendidikan Terakhir : S1
bahasa Dawan
74
10. Bahasa yang digunakan dilingkungan masyarakat adalah Bahasa Dawan
Informan IV
6. Pekerjaan : Petani
Dawan
75
10. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan masyarakat adalah Bahasa
Daftar Pertanyaan
A. Aktivitas
1. Bangun tidur : [fenfen]
2. Bekerja : [meup], [bain], dan [soen]
3. Berbicara : [uab] dan [molok]
4. Berbaring : [tanoni]
5. Berkelahi (fisik) : [matuf] dan [mafius]
6. Berkelahi (dengan kata-kata) : [matoe], [mahek], dan [ma aka]
7. Berlari : [taen] dan [nahopu]
8. bertanya : [natan]
9. Bertemu : [taeuk], [tatef], dan [tatoko]
10. Cuci tangan : [tafanu nimak] dan [faes nimak]
11. Cuci pakaian : [faes blua] dan [faes bale]
12. Datang : [nem], [om] dan [tem]
13. Duduk : [tok] dan [tunom]
14. Ingat : [tamnau] dan [tatenab]
15. Mencari : [nami] dan [poe]
16. Jatuh (barang) : [tamofu]
76
17. Jatuh (orang) : [nfom] dan [bel]
18. Lupa : [nikan] dan [apnik]
19. Makan : [bukae],[tah], dan [mua]
20. Pergi : [nao]
21. Marah : [tato]
22. Minum : [miun] dan [mu soba]
23. Melempar : [poel]
24. Melihat : [fua] dan [nu]
25. Memasak nasi : [nahan ane] dan [nahan nasi]
26. Membawa : [neki]
27. Membawa (dengan tangan) : [na neki] dan [nait neki]
28. Membawa (dengan kepala) : [nsuh]
29. Membawa (dengan pundak) : [laoi]
30. Membersihkan : [naknino] dan [nasona]
31. Memberi : [nfe] dan [nona]
32. Mendengar : [nen] dan [tatnin]
33. Memegang : [tna]
34. Mengaruk :[fo] dan [kao]
35. Menghidupkan lampu : [tamoin paku] dan [tapin paku]
36. Menjemur : [hoe]
37. Menyuruh : [lenu]
38. Selamatan : [topu]
39. Tendang : [tatik]
40. Tidur : [tup]
B. Alat-Alat Rumah Tangga
41. Bokor : [bokor]
42. Cobek : [cobe]
43. Dandang : [dandang]
44. Gayung : [gayung]
45. Kain penutur jendela : [kain jendela]
46. Kain penutup pintu : [kain pintu]
47. Kipas : [kipas]
48. Panci : [panic]
49. Piring : [pika]
50. Periuk : [nai]
51. Sedok : [sunu]
52. Sendok nasi : [sun nasi]
53. Sendok sayur : [sun sayur]
54. Serok : [serok]
55. Selimut : [tanusat] dan [mau]
77
56. Tempat tidur : [hala tupa] dan [hal koi]
57. Parang : [suni] dan [benas]
58. Gelas : [mok] dan [klas]
59. Tikar : [benat] dan [nahe]
C. Bagian-Bagian Rumah
60. Atap : [penen] ddan [poaf]
61. Tembok : [tembok]
62. Halaman depan : [muka]
63. Halaman belakang : [belakang]
64. Jemdela : [kiso]
65. Kamar tidur : [kean]
66. Kamar mandi : [kamar mandi]
67. Pagar : [pagar]
68. Lantai : [lantai]
69. Meja ; [mei]
70. Kursi : [toko] dan [kursi]
71. Pintu : [eno]
72. Ruang tamu : [ruang tamu]
73. Teras : [teras]
74. Tiang : [nih]
D. Bagian-Bagian Tubuh
75. Alis : [matan tonek]
76. Bahu : [benak]
77. Betis : [pik] dan [fiti]
78. Bibir : [luluk]
79. Dada : [basak]
80. Dagu : [suik]
81. Darah : [na]
82. Gigi : [nisik]
83. Gusi : [nalak]
84. Hati : [hati]
85. Hidung : [panaf]
86. Jari : [nimak knulat]
87. Kepala : [nakaf]
88. Ketiak : [sninik]
89. Kulit : [pasu]
90. Kumis : [sukun]
91. Leher : [to’ak]
92. Lengan : [sbetak]
93. Lidah : [maf]
78
94. Mata : [mataf]
95. Mata kaki : [haek funufuan]
96. Paha : [pusuf]
97. Pantat : [bu’uk]
98. Pusar : [usaf]
99. Rambut : [nak funu]
100. Tanda lahir : [ina] dan [ine]
101. Telinga : [lukek]
102. Urat : [uat]
103. Usus : [teif]
E. Binatang
104. Anjing : [asu]
105. Anak anjing : [aus ana]
106. Anak ayam : [maun ana]
107. Anak kucing : [meo ana]
108. Anak kutu : [kua]
109. Anak sapi : [bia ana]
110. Ayam betina : [maun enaf] dan [maun opu]
111. Ayam jantan : [maun nai]
112. Babi : [fafi]
113. Bebek : [bebe]
114. Kucing : [meo] dan [puis]
115. Kutu : [hutu]
116. Kuda : [bikase]
117. Kambing : [bibi]
118. Lalat : [ ak beo]
119. Nyamuk : [basi]
120. Monyet : [kelo]
121. Sapi : [bia]
122. Ular : [umeke]
F. Kata ganti dan sapaan
123. Dia : [pai lena]
124. Bapak (untuk orang lain) :[
125. Kamu : [ho] dan [hi]
126. Kita : [hit]
127. Panggilan untuk anak laki-laki : [an mone] dan [li’an mone]
128. Panggilan untuk anak perempuan : [an feto] dan [li’an feto]
129. Saya : [au]
130. Kami : [hai] dan [hit]
G. Musim, waktu, benda alam, arah, dan keadaan alam
79
131. Air : [oe]
132. Api : [ai]
133. Atas : [atnah] dan [fafo]
134. Awan : [nope]
135. Barat : [barat]
136. Batu : [fatu]
137. Bawah : [ah bona] dan [pinaf]
138. Besok : [noka]
139. Bintang : [kfu]
140. Bulan : [funan]
141. Darat : [meto]
142. Deras (hujan) : [naula naek]
143. Dua hari yang lalu : [fin nenof na]
144. Dua hari yang mendatang : [nokam man meo]
145. Embun : [tasi]
146. Guntur : [nalot]
147. Hari : [neno]
148. Hujan : [ulan]
149. Hutan : [puat], [nasi], dan [lamu]
150. Jalan : [lanan] dan [opa]
151. Kabut : [nanipu]
152. Kanan : [neu]
153. Kiri : [li]
154. Kemarin : [fin neonnai]
155. Kilat : [naken]
156. Langit : [neno tunan]
157. Lapangan : [lapangan]
158. Malam : [fai]
159. Mata hari : [manas]
160. Pagi : [noknoka]
161. Selatan : [selatan]
162. Siang : [neno namteut]
163. Sore : [neno maben]
164. Sungai : [noe]
165. Tanah : [nain]
166. Timur : [timur]
167. Utara : [utara]
H. Pakaian, perhiasan, kosmetik
168. Anting : [falo]
169. Bedak : [bedak]
80
170. Baju : [fanu]
171. Beha : [kutan] dan [beha]
172. Celana : [noso] dan [saki]
173. Celana dalam : [nos nanaf]
174. Celana pendek : [nos tuka]
175. Celana panjan : [nosom nanu]
176. Cincin : [kleni]
177. Kalung : [heke]
178. Kaos kaki : [kos kaki]
179. Lipstik : [lipstick] dan [bibir merah]
180. Peniti : [foneti]
181. Pensil alis : [pensil alis]
182. Rok : [rok]
183. Sapu tangan : [lesu]
184. Setagen : [stagen]
185. Sisir : [kili]
I. Pertanian
186. Bawang merag : [pio me]
187. Bawan putih : [pio muti]
188. Galling : [hain] dan
189. Jagung : [pena]
190. Jagung muda : [pen mate]
191. Kapak : [fani]
192. Karung : [kalo]
193. Kebun : [lene] dan [poan]
194. Kacang tanah : [fukase]
195. Kacang hijau : [fuam nutu]
196. Lesung : [esu]
197. Lumpang : [hanu]
198. Melepas biji jagung dari tongkol : [tafoe pena]
199. Menanam jagung : [sen pena]
200. Patah jagung : [sek pena]
201. Parang : [suni] dan [benas]
202. Pupuk : [pupuk] dan [leu]
203. Pisang : [uki]
204. Potong : [ote] dan [ketu]
205. Rambut jagung : [penasmala]
206. Tanah liat : [lokah]
207. Tanam : [sen] dan [lua]
208. Tongkol jagung : [pena likaf]
81
209. Tofa : [tof]
210. Siram : [poen]
211. Ubi : [laku]
212. Ulat : [kauna]
J. Sistem kekerabatan
213. Adik : [ole]
214. Adik dari suami/istri : [ ade ipar/ ade ipar]
215. Adik dari bapak/mama : [titi]
216. Anak dari anak : [upu]
217. Anak dari cucu : [upu til nua]
218. Anak dari saudara kandung : [tata in anah]
219. Anak dari saudara bapak/mama : [anah]
220. Anak tertua : [anaet]
221. Anak termuda : [kliko]
222. Bapak dari bapak/mama : [bai]
223. Duda : [banu]
224. Istri/suami : [fe/mone]
225. Istri /suami dari anak : [nane /moen feo
226. Janda : [banu]
227. Kaka laki-laki : [tat atoni]
228. Kaka laki-laki dari bapak/mama : [bapak besar/om]
229. Kaka perempuan : [tat feto]
230. Kaka perempuan dari bapak/mama : [tanta/ mam besa]
K. Lain-lain
231. Minyak : [mina]
232. Bensin : [bensin]
233. Gereja : [klei]
234. Sekolah : [skola]
235. Pasar : [basak], [masa] dan [pasar]
236. Lapar : [umnah]
237. Sombong : [namok on]
238. Menari : [nasbo] dan [taibiul]
239. Pencuri : [nabak] dan [nabkao]
240. Uang : [loit]
241. Sopi : [tua]
242. Jam : [leku] dan [tabu]
243. Sandal : [teli]
244. Payung : [tenuk]
245. Plastik : [kantung]
82
INSTRUMEN KETERANGAN TENTANG INFORMAN
1. Nama :
2. Tempat tinggal :
3. Jenis kelamin :
4. Tanggal lahir / umur :
5. Tempat tanggal lahir :
a. Desa :
b. Kecamatan :
c. Kabupaten :
6. Bahasa Ibu :
7. Asal Orang Tua : a. bapak :
b. ibu :
8. Pendidikan :
9. pekerjaan :
10. Tinggal di Desa ini sejak :
11.
83
84