Anda di halaman 1dari 36

KINERJA KELOMPOK TENUN IKAT MAROBO DI

DESA HAITIMUK KECAMATAN WELIMAN


KABUPATEN MALAKA

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH

FEBIANA M. O BERE
NPM : 22180207

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TIMOR
KEFAMENANU
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa,

karenaatas berkat, bimbingan dan petujuk-Nya dapat menyusun dan

menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul “Kinerja Kelompok Tenun

Tenun Ikat Di Desa Haitimuk Kecamatan Weliman Kabupaten Malaka”.

Penulis juga menyadari sepenuhnya atas segala kemampuan serta

keterbatasan dalam menyelesaikan proposal ini, namun karena ada bantuan dari

berbagai pihak sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

Menyadari akan hal tersebut maka tidak lupa penulis mengucapkan limpah terima

kasih kepada:

1. Rektor Universitas Timor, Atas kesempatan dan fasilitas yang telah diberikan

kepada penulis selama mengikuti dan menyelesaikan Pendidikan di

Universitaa Timor Kefamenanu

2. Dr. Drs. Elpius Kalembang, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik .

3. Dr. AP. Aplonia Pala, S.Sos.,MM Selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara.

4. Stefanus Bekun, S.Sos.,M.AP sebagai Dosen Pembimbing Pendamping yang

telah membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

5. Bapak / Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik terkhusus Dosen

Ilmu Administrasi Negara yang telah membekali penulis selama perkuliahan.

ii
6. Alm. Bapak Daniel Bere dan Ibu Yasintha Nahak tercinta yang telah

membesarkan penulis dentgan usaha dan bimbingan yang penuh kasih sayang

serta rela mengorbankan segalanya guna memberikan dukungan baik material

maupun non-material dan selalu memberikan motivasi terhadap penulis

sehingga penulis boleh dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian

dengan baik.

7. Teman-teman Ilmu Administrasi Negara Angkatan 2018 yang senasib telah

memberikan sumbangan pikiran baik secara langsung maupn tidak langsung

dengan caranya masing-masing memberikan masukan yang konstruktif

selama penulis menimba Ilmu di Universitas Timor.

Kefamenanu, 04 Maret 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vi

DAFTARLAMPIRAN........................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Indentifikasi Masalah..............................................................................7

1.3 Rumusan Masalah...................................................................................7

1.4 Tujuan Penelitian....................................................................................7

1.5 Manfaat Penelitian..................................................................................7

BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................9

2.1 Pengertian Kinerja..................................................................................9

2.2 Konsep Kebijakan...................................................................................14

2.3 Pengertian Tenun.....................................................................................17

2.4. Konsep Tenun Ikat..................................................................................17

2.5. Penelitian Terdahulu...............................................................................19

2.6 Kerangka pikir........................................................................................22

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................25

3.1. Jenis Penelitian......................................................................................25

3.2. Fokus Penelitian......................................................................................25

3.3 Sumber Data...........................................................................................26

iv
3.4. Teknik Pengumpulan Data......................................................................27

3.5. Teknik Analisis Data..............................................................................28

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data kinerja Tenun Ikat dengan tenaga...............................................5

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.............................................................................20

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka pikir..................................................................................24

Gambar 2.2 Komponen-Komponen Analisis Data model interaktif...................28

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya akan budaya

dan keragamanetis,bahasa,adat istiadat dan cara berpakaian. Indonesia juga

terkenal sebagai salah satu Negara terbesar penghasil kain tradisional yang

indah,bervaraisi,menurut kreasi dan terkait dengan berbagai unsur sistem budaya

dari masing-masing budaya dan dari masing-masing suku bangsa (UPTD.2005.5)

salah satu hal yang berpengaruh terhadap berpakaian tradisional masyarakat

Indonesia adalah bahan dan corak hias serta nilai-nilai yang terdapat pada kain

tradisional masyarakat setempat.

Pada dasarnya, masyarakat terdapat pada pakaian khas batik,(baju budaya

dan kain batik) yang kelestariannya dapat dipertahankan sampai saat ini.bgitu juga

pada Masyarakat Nusa Tenggra Timur (NTT) terdapat khas tradisional yakni kain

tenun,dengan beraneka ragam motif yang menjadi warisan dari leluhur nenek

moyang.

Keanekaragaman warisan lokal yang unik dank has,dari setiap suku

dinegara Indonesia,menjadi banggsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya dan unik

dengan budaya lokal yang dapat diwariskan oleh para leluhur,dan itu merupakan

bagian dari kehidupan masyarakat yang sudah melekat pada sendi-sendi

kehidupan,yang terbentuk dalam nilai-nilai masyarakat.

viii
Nusa Tenggra Timur merupakan salah satu provinsi di Negara yang sangat

kaya akan kebudayaan,selain kaya dengan kebudayaan lokal,masyarakat Nusa

Tenggra Timur, memegang teguh nilai-nilai kebudayaan lokal mendapat

diwariskan oleh para leluhurnya,yang slah satunya adalah tenun ikat (Tais soru)

yang sampai sekarang masih tetap dipertahankan oleh Masyarakat Nusa Tengara

Timur, yang khususnya Kabupaten Malaka.

Kabupaten Malaka salah satu kabupaten yang baru mengalami pemakaran

sendiri,yang awalnya menjadi salah satu kabupaten dari wilayah Kabupaten

Malaka .walaupun sudah berdiri menjadi salah satu kabupaten sendiri, namun,

kebudayaan,tradisi, dan kehidupan sosial masyarakat setempat masih memiliki

kesamaan degan wilayah Kabupaten Malaka.

Untuk wilayah Kabupaten Malaka, terdapat empat suku, yang mendiami

wilayah ini, yakni, masyarakat suku wesei,wehali,suku dawan, dan suku

tenun.sedangkan untuk wilayah Kabupaten Malaka,terdapat juga empat suku

yang sama namun dari keempat suku tersebut lebih dominal.

Dari keempat suku ini,masing-masing memiliki tradisi dan kebiasaannya

termasuk kebiasaan dalam berpakaian, dan proses penenun kain,serta kreasi corak

motifnya masing-masing.hal tersebut tidak jauh berbeda dengan masyatakat lain

yang berbeda di Propinsi Nusa Tenggra Timur (NTT).kreasi para penenun

sungguh menakjukan dari tiap-tiap kampung, yang terdapat banyak sekali

perbedaan-perbedan atau variasi motif,bahan, dan warna yang menjadi cirri khas

suatu kelompok Masyatakat Nusa Tenggra Timur.

ix
Dengan beranekaagaman suku yang ada di Nusa Tenggara Timur, ini

menyebabkan terdapat beragamnya motif yang dihasilkan pada tenunan dan pada

setiap wilayah yang memiliki keunikannya masing-masing.tenun ikat merupakan

salah satu dari sekian banyak produk tradisional bangsa Indonesia yang dibuat

secara tradisional.namu bernilai sangat tinggi dan indah.

Kalo melihat, perkembangan zaman yang semakin maju saat ini, sangat

mempengaruhi para generasi mudah untuk bagemana mereka dapat berpikir

kearah yang lebih praktis atau modern tanpa mereka dapat melihat, fungsi dan

nilai-nilai yang terkandum dalam Tenun Ikat dan bahkan para generasi muda tidak

peduli terhadap kebudayaan lokal yang menjadi cirri khas dari masing” daerah.

Salah satu upaya untuk mencegah agar tetap terjaga kelestarian dan

keberlangsungan kain tenun sebagai salah satu kearifan lokal masyarakat yakni

melalui cara kerja sama atau gotong royong (karia hakawak).

Terdapat dua jenis kain tradisionaldi Malaka yaitu kain marobo dan kain

motif malaka. Kain marobo adalah kain kas malaka yang selalu di padarkan

dengan haraga yang dijangkau dan kain marobo adalah kain tenun tradisional

yang dibuatdengan cara ditenun dan ditambahkanbenang emas atauperakuntuk

membentuk ragam hias dengan cara disungkitpada bagian benang lungsi. Kain

marobo adalah kain yang di tentukan oleh nenek moyang daerah Malaka untuk

mengiat jasa parah pahlawan yang sudah memperjuangkan suku-suku di

Kabupaten Malaka. dan kain marobo adalah kain motif taradisonal yang selalu di

gunakan oleh masyarakat Malaka.

x
Daerah kabupaten Malaka ada kelompok tenun membuat tenun ikat yang

telah Go Internasional Kelompok tersebut bernama kelompok tenun ikat yang

berada di Desa Haitimuk Kabupaten Malaka. Kelompok tenun ini memiliki kreasi

tersendiri dalam proses pembuatan kain tenun.Seiring berkembangnya teknologi

serta melihat minat dan kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang dengan

penggunaan kain-kain tradisional, maka para pengerajin tenun terus membuat

inovasi terbaru baik dari segi teknik, motif serta warna pada setiap pembuatan

kain tenun.Begitu juga dengan kelompok tenun ikat yang menggunakan teknik

berbeda pada pembuatan kainnya, seperti pada pembuatan kain tenun ikat yang

dikombinasikan dengan teknik futus. Tais Marobo menjadi kain tenun ikat yang

paling mewah dan banyak diminati olehh masyarakat Malaka ataupun dari luar

Malaka. hampir seluruh perempuan di Malaka, terutama para ibu rumah tangga

bisa membuat atau menenun kain Marobo tersebut.

Menurut Mikhael Bria (2021) warga penduduk Desa Haitimuk untuk

pembuatan Kain Tenun Ikat memerlukan alat sebagai berikut:

a. Por (kniun) alat yang berfungsi sebagai penahan pinggang penenun. Bahannya

terbuat dari kayu dan tali rami atau tali tambang

b. Suri (knoru), bentuknya menyerupai sisir, fungsinya untuk memisahkan lusi

atas dan lusi bawah.

c. Dayan (kabas nanu,u) gunananya untuk menarik benang.

d. Apit (atis), alat untuk mengulung tenunan yang sudah jadi letaknya didepan

perut penenun.

e. Jarum panjang (knusuk) alat untuk mencungkil kain agar terlihat rapih.

xi
f. Gedogan (kakabalun) alat tenun tradisional yang tebuat dari bamboo dan kayu,

yang fungsinya hanya untuk mengaitkan benang.

g. Pamanen (klisuk) fungsinya untuk menggulung benang dari kluntungan.

Nilai budaya kerajinan tenun ikat jelas, yakni sebagai salah satu unsur

budaya. Nilai filosofinya terkandung dalam setiap motif kain tenun. Sedangkan

nilai ekonomisnya, kain tenun saat ini memiliki nilai tawar yang cukup tinggi.

Jika di ketahui dengan baik, kerajinan tenun ikat bisa menjadi sumber pencaharian

yang baik. Kain tenun yang ada di Daerah Kabupaten Malaka bermacam-macam.

Namun ada satu yang paling popular atau terkenal yaitu Kain Tenun Ikat Marobo.

Dalam bahasa daerah disebut Tais Marobo. Tais marobo adalah tenun ikat yang

paling mewah diantara tenun ikat lainnya di Malaka. Proses menenun Tais

Marobo membutuhkan keterampilan dan ketelitian dari pengrajinnya. Sebuah kain

akan jadi membutuhkan waktu yang lama. Warna khas yang popular dari kain

tenun Tais Marobo adalah merah dan campuran warna hijau, hitam dan kuning

keemasan. Harganya dimulai dari 500 ribu hingga 1 juta lebih, tergantung motif

dan ukurannya.

Berdasarkan Tabel 1.1

No. Tah Kelompok Jenis Kain Jumlah Harga/Sarung Total/Kain


un Tenun Ikat Tenun ikat
1 2019 Kelompok a. Kain Marobo 30 kain Rp.1.500.000 Rp. 45.000.000
Umakraik Wanita
b. Kain Marobo 25 kain Rp. 2.000.000 Rp. 50.000.000
Pria
c. Selendang 42 Seledang Rp. 350.000 Rp. 14.700.000
Marobo
Jumlah Pertahun Rp. 95.014.700
2 2020 Kelompok a. Kain Marobo 22 kain Rp. 1.550.000 Rp.34.100.000
Umakraik Wanita
b. Kain Marobo 18 kain Rp. 2.100.000 Rp.37.800.000

xii
Pria
c. Selendang 33 Seledang Rp. 370.000 Rp.12.210.000
Marobo
Jumlah Pertahun Rp. 84.110.000
3 2021 Kelompok a. Kain Marobo 34 Kain Rp.1.575.000 Rp. 53.550.000
Umakraik Wanita
b. Kain Marobo 25 Kain Rp. 2.150.000 Rp. 53.750.000
Pria
c. Selendang 44 Seledang Rp. 400.000 Rp. 17.600.000
Marobo
Jumlah Pertahun Rp. 124.900.000
Jumlah Keseluruhan 493 Rp. 11.995.000 Rp. 304.024.700
Sumber : Olahan Penelitian 2021.

Berdasarkan tabel 1.1 bahwa harga kain tenun ikat marobo menunjukan

terjadi peningkatan pada setiap tahun. Terjadinya peningkatan terhadap harga kain

marobo berarti dapat disimpulkan bahwa kualitas kain marobo berkualitas baik

sehingga mempunyai banyak peminat untuk dimiliki. Oleh karena itu, masyarakat

didesa haitimuk kecamatan weliman kabupaten malaka pada saat peneliti

melakukan observasi pertama bahwa masyarakat sangat mengharapkan agar

pemerintah dapat memberikan perhatian dalam penyediaan sarana-prasarana

seperti bahan dan pasar untuk kain tenun marobo. Hal ini sudah diakomodirkan

oleh pemerintah Desa namun hanya sekedar memberikan bahan tetapi untuk

penyedian pasar belum ada sehingga masyarakat terkadang sulit dalam proses

pemasaran karena harus usaha sendiri. Dari permasalahan tersebut peneliti tertarik

untuk meneliti lebih dalam dengan judul: “Kinerja Kelompiok Tenun Ikat Marobo

di Desa Haitimuk Kecamatan Weliman Kabupaten Malaka”

xiii
1.2 Indentifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, dapat dikatakan

bahwa hal yang mempengaruhi hasil kerja Tenun Ikat kurang bagus:

1. Tenun ikat digunakan hanya untuk acara-acara tertentu saja.

2. Kurangnya minat Tenun Ikat di kalangan pemuda-pemudi

3. Konsumen tidak puas terhadap kinerja sentra-sentra tenun Ikat hal-hal

yang dipentingkan konsumen Malaka diketahui oleh sentra-sentra tenun

ikat

4. Strategi pemasaran yang Malaka tepat dalam memenuhi kebutuhan

konsumen

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disajikan, penulis merumuskan

masalah penelitian yaitu Bagaimanakah Kinerja Kelompok Tenun Ikat

Marobo Di Desa Haitimuk Kecamatan Weliman Kabupaten Malaka?

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah untuk mendekripsikan dan menganalisis Kinerja

Kelompok Tenun Ikat Marobo Di Desa Haitimuk Kecamatan Weliman

Kabupaten Malaka.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini di bagi menjadi dua bagian yakni:

1. Manfaaat teoritis

Sebagai bahan informasi bagi penulis yang akan melakukan penelitian

yang sama pada masa yang akan datang


xiv
2. Manfaat praktis

a. Bagi penulis

Memberi manfaat bagi peneliti agar memahami bagaimana

sebenarnya kehidupan Kinerja Kelompok Tenun Ikat Marobo.

b. Bagi pemerintah

Sebagai sumbangan bagi pihak yang ingin memperluas

wacana dan pengetahuan seputar kehidupan yang di lakukan

Kinerja Kelompok Tenun Ikat Marobo Bagi pemenuhan

kebutuhan Kelompok.

xv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kinerja

2.1.1 Pengertian Kinerja

Pada umumnya, kinerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang

didalam melakukan suatu pekerjaan. Lebih tegas lagi Lawler dan Porter (1967-

9), yang mengemukakan bahwa kinerja adalah kesuksesan seseorang didalam

melaksanakan tugas. Prawirosentono (1999-21) dalam Sutrisno (2010-170),

mengemukakan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang

atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan

organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hokum dan sesuai dengan

moral maupun etika.

Menurut Miner (1990-132), kinerja adalah bagaimana seseorang

diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah

dibebankan kepadanya. Setiap harapan mengenai bagaimana seseorang harus

berperilaku

dalam melaksanakan tugas, berarti menunjukkan suatu peran dalam organisasi.

Suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun organisasi privat dalam

mencapai tujuan yang ditetapkan harus melalui sarana dalam bentuk organisasi

yang digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku

(actors) dalam upaya mencapai tujuan lembaga atau organisasi bersangkutan

(Prawirosentono,1999dalamRudi,2006-4)

xvi
Kinerja (performance) merupakan suatu pencapaian persyaratan pekerjaan

tertentu yang akhirnya secara nyata dapat tercermin keluaran yang

dihasilkan.Kinerja merupakan salah satu alat ukur bagi pencapaian tujuan

organisasi. Kinerja dapat dipandang sebagai ‘thing done’. Hasibuan (2002-32)

juga mengartikan kinerja (prestasi kerja) sebagai hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Simmamora,1995-

327).

Swanson dan Graudous dalam Sutrisno (2010,-173), menjelaskan

bahwadalam sistem berapapun ukurannya, semua pekerjaan saling berhubungan.

Hasildari seperengkat kinerja pekerjaan adalah masukan bagi usaha kinerja

lainnya.Karena saling bergantung, apa yang tampaknya merupakan perolehan

kinerjayang kecil dalam suatu aspek pekerjaan dapat menghasilkan perolehan

besar secara keseluruhan. Jadi, produktivitas suatu system bergantung pada

kecermatan dan efisiensi perilaku kerja.

Gilbert (1978--90) berpendapat sebaliknya, bahwa kinerja pada dasarnya

adalah produk waktu dan peluang. Peluang tanpa waktu untuk mengejar peluang

tersebut bukan apa-apa. Dan waktu yang tidak kita miliki, yang tidak memberi

peluang bahkan memiliki sedikit nilai. Hamalik (1993-87) mengemukakan

perilaku adalah semua kegiatan manusia yang dapat diamati dengan

menggunakan alat tertentu. Sedangkan sikap adalah predisposisi untuk

melakukan perbuatan suatu keadaan siap untuk bertindak dengan cara tertentu

(Sutrisno2010-174).

xvii
Dalam Sutrisno (2010-175) menyatakan bahwa perilaku seseorang akan

terbawa dalam menjalankan kehidupan dan kegiatan dalam organisasi, baik

organisasi bisnis maupun publik. Bila suatu organisasi mempunyai SDM yang

mempunyai tanggung jawab yang tinggi, moral yang tinggi, hokum yang andal,

maka dapat dipastikan organisasi tersebut akan mempunyai kinerja yang baik.

Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan,yaitu:

1. Bagaimana mengorganisasikan berbagai kegiatan dan memobilisasi para

karyawan yang ada dalam organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai.

2. Bagaimana mengelola para karyawan organisasi secara efektif, agar

tujuanorganisasidapattercapai disertaiefisiensi yang tinggi.

3. Bagaimana menciptakan kondisi organisasi, sistem balas jasa dan

hukumanuntuk menunjang suasana kerja agar tercapai tujuan organisasiyang

suadahditetapkan.

Dari paparan teori mengenai pengertian kinerja, dapat disimpulkan bahwa

kinerja merupakan hasil dari suatu yang telah dikerjakan dalam organisasi sesuai

tanggung jawab dan wewenang yang telah diberikan kepada individu atau

kelompok kerja guna mencapai tujuan organisasi sesuai dengan nilai dan norma

yang ada.

2.1.2 Faktor-Faktor Kinerja

Untuk mendapatkan kinerja yang baik dari karyawan ada beberapa factor

yang mempengaruhi karyawan menurut para ahli yaitu:

1. Menurut Prawirosantono dalam Edy Sutrisno (2011:176) bahwa ada empat

faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain:

xviii
a. Efektifitas dan efesiensi artinya efektifitas dari kelompok (organisasi) bila

tujuan kelompok tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang

direncanakan sedangkan efesiensi berkaitan dengan jumlah pengorbanan

yang dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

b. Otoritas dan tanggung jawab artinya dalam organisasi yang baik wewenang

dan tanggung jawab telah didelegasikan dengan baik, tanpa adanya

tumpeng tindih tugas. Masing-masing karyawan yang ada dalam organisasi

mengetahui apa yang menjadi hak dan tanggung jawabnya dalam rangka

mencapai tujuan organisasi.

c. Disiplin artinya secara umum, disiplin menunjukan suatu kondisi atau sikap

hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketatapan

perusahaan.

d. Inisiatif artinya inisiatif seseorang berkaitan dengan daya fikir, kreativitas

dalam bentuk ide untuk merencenakan sesuatu yang berkaitan dengan

tujuan organisasi.

2. Menurut Sugiyono (2000:56) bahwa yang mempengaruhi kinerja yaitu:

a. Kualitas kerja artinya merujuk pada hasil (output) yang telah dilaksanakan

oleh para karyawan.

b. Kuantitas Kerja artinya banyaknya kerja yang telah dilaksanakan. Kuntitas

kerja adalah jumlah kerja yang dilaksanakan oleh seseorang pegawai dalam

satu periode tertentu.

c. Efesiensi Kerja artinya kemampuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan

sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan dengan tidak

xix
membuang banyak waktu, tenaga, dan biaya.

d. Kerjasama artinya dalam menjalankan aktivitas kerjanya, karyawan dapat

berperan sebagai anggota maupun pemimpin tim kerjasama yang baik

dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaannya.

e. Disiplin artinya kesadaran dan kesetiaan seseorang menaati semua

peraturan perusahaan atau organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku,

dimana pegawai selalu datang dan pulang tepat waktu serta mengerjakan

semua pekerjaan dengan baik.

f. Loyalitas (kesetiaan) artinya secara umum dapat diartikan dengan

kesetiaan, pengabdian dan kepercayaan yang diberikan atau ditujukan

kepada seseorang atau lembaga, yang didalmnya terdapat rasa cinta dan

tanggung jawab untuk berusaha memberikan pelayanan dan perilaku yang

terbaik.

g. Latar belakang dan keterampilan artinya karyawan memiliki pengetahuan

dan pemahaman yang baik terhadap pekrjaan serta mau menerapkannya

dalam pekerjaan yang diberikan kepadanya.

2.1.3 Aspek-Aspek Kinerja

Menurut Prabu Mangekunegara (2010:67) bahwa aspek-aspek kinerja

pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seorang pegawai atau karyawan dalam melaksanakan tugasnya yaitu sebagai

berikut:

1. Hasil kerja bagiaman seorang mendapatkan sesuatu yang dikerjakannya.

2. Kedisiplinan adalah ketepatan dalam menjalankan tugas, bagaimana

xx
seorang menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan tuntutang yang

dibutuhkan.

3. Tanggung jawab dan kerjasama adalah bagaimana seorang bisa bekerja

dengan baik walaupun dalam dengan ada dan tidak adanya pengawasan.

2.2 Konsep Kebijakan

Menurut Anderson (dalam Winarno. 2007:18) kebijakan merupakan arah

tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau

sejumlah actor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Nugroho,

(2009 :86) Kebijakan publik adalah apapun juga yang dipilih oleh pemerintah,

apakah mengerjakan sesuatu itu atau tidak mengerjakan (mendiamkan) sesuatu

itu (whatever government choose to do or not to do).

Menurut pendapat Carl Friedrich (dalam Leo Agustino, 2006 : 7),

kebijakan adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh

seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana

terdapat hambatan hambatan dan kemungkinan-kemungkinan dimana kebijakan

tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan

yang dimaksud. Sehingga kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas

pelaksanaan tugas tertentu seorang karyawan. Manajamen kinerja adalah

keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan

atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja

diperusahaan tersebut. Menurut Siagian (2002:124) bahwa kinerja dipengaruhi

oleh beberapa factor yaitu kompensasi,lingkungan kerja, budaya organisasi,

kepemimpinan dan motovasi (motivation), disiplin kerja, kepuasan kerja,

xxi
komunikasi dan faktor-faktor lainnya.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempertimpbankan

keberhasilan dari suatu kinerja berdasarkan kebijakan yang ada yaitu sebagai

berikut:

1. Kualitas

Kualitas dapat diartikan sebagai mutu atau tingkat dari baik buruknya suatu

taraf atau derajat suatu hal. Istilah kualitas sering kali digunakan baik untuk

bisnis maupun hal lainnya. Ada banyak jenis kualitas mulai dari kualitas

pelayanan, produk dan lain sebagainya.

a. Kualitas produk

kualitas produk merupakan kemampuan produk dalam

melaksanakan fungsinya berupa kehandalan, akurasi, daya tahan,

kemudahan dalam mengoperasi dan lain sebagainya. Tujuan utama dari

diadakannya kualitas produk adalah untuk mengurangi kerusakan

produk dan meningkatkan nilai dimata pelanggan.

Adapun unsur dari kualitas produk yaitu:

1. Kepuasan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan.

2. Kebersihan produk, daya tahan, dan keakurasian produk yang dijual

b. Kualitas pelayanan

Kualitas pelayanan berisi tentang kepuasan pelanggan dan

keinginan dalam membeli produk itu kembali. Kualitas pelayanan

memberikan banyak defenisi dan makna, dimana setiap orang bisa saja

menafsirkannya dengan cara berbeda.

xxii
Adapun unsur dari kualitas pelayanannya itu antara lain sebagai

berikut:

1) Kepuasan memenuhi harapan pelanggan

2) Kepusan dalam pelayanan produk, jasa dan lingkungan yang

nyaman

2. Kuantitas

Kuantitas sering kali digunakan sebagai tolak ukur terhadap jumlah

atau nilai yang dapat dihitug dengan pasti. Kuantitas dapat berupa jumlah

peserta, jumlah karyawan dan lain sebagainya. Perlu diketahui bahwa

kuantitas sering dibandikan dengan kualitas.

Adapun berbagai macam kuantitas yang ada mulai dari kuantitas

penduduk, kuantitas kerja, dan lain sebagainya.

a. Kuantitas penduduk

Kuantintas penduduk menjadi hal yang berkaitan dengan jumlah

penduduk. Kuantitas penduduk yang memadai akan terpenuhinya

kebutuhan tenaga kerja, dengan demikian tidak perlu ada tenaga kerja

yang dihasilkan dari pendatan luar negeri.

b. Kuantitas kerja

Kuantitas kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang dilaksanakan

dalam periode tertentu. Kuantitas ini dapat dilihat dari hasil kinerja

pegawai dalam waktu tertentu dalam menyelesaikan tugas dan tanggung

jawabnya dengan waktu yang ditentukan. Sehingga kuantitas kerja juga

dapat dilihat dari jumlah kerja serta pemanfaatan waktu selama bekerja.

xxiii
c. Kuantitas produk

Kuantitas produk merupakan jumlah produk yang diproduksi,

digunakan dan dikomsumsi. Kuantitas produk perlu dipertimbangkan dan

disesuaikan dengan jumlah permintaan. Selain itu, kuantitas produk juga

harus diimbangi dengan kualitas produk.

2.3 Pengertian Tenun

Tenun ikat atau kain ikat adalah karya Indonesia berupa kain yang ditenun

dari helaian benang pakan atau benang lungsing yang sebelumnya diikat dan

dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. (Therick, 1989). Alat tenun yang dipakai

adalah alat tenun bukan mesin. Kain ikat dapat dijahit untuk dijadikan pakaian

dan pelengkapanbusana, kain pelapis mebel, atau penghias interior rumah.

Sebelum ditenun helai-helai benang dibungkus (diikat) dengan tali plastic

sesuai dengan corak atau pola hias yang diingini. Ketika dicelup, bagian benang

yang diikat dengan tali plastik tidak akan terwarnai. Tenun ikat ganda dibuat dari

menenun benang pakan dan benang lungsin yang keduanya sudah diberi motif

melalui teknik pengikatan sebelum dicelup ke dalam pewarna.

Teknik tenun ikat terdapat di berbagai daerah di Indonesia. Daerah-daerah

di Indonesia yang terkenal dengan kain ikat di antaranya:

Bahan dasar kain tenun ikat


Pembuatan kain tenun ikat dimulai dari persiapan pembuatan benang dan

pembuatan zat pewarna kain. Pertama yaitu pembuatan benang dengan cara

tradisional dengan menggunakan pemberat yang diputar dengan jari-jari tangan,

pemberat yang berbentuk layaknya gasing ini dibuat dari terakota atau kayu.

Adapun bahan dasar membuat benang antara lain, kapas, kulit kayu, serat Pisang,
xxiv
serat Nanas, daun Palem. Yang kedua yaitu pembuatan zat warna yang terdiri dari

dua warna Biru dan warna Merah. Warna Biru ini di dihasilkan dari Mirinda

Citrifonela atau Mengkudu dan bisa disebut juga Indigo. Alternatif lain yaitu

menggunakan pewarna tumbuhan Sono Keling atau Kesumba.

Perlengkapan menenun ada banyak macamnya. Ada yang dalam istilah

Bahasa Tetun diseut kniun,knoru,kabas nanu’u,atis,knusuk,kakabalun,klisuk, dan

masih banyak nama alat yang dipakai saat menenun.

xxv
2.4 Konsep Tenun Ikat

Berbagai pengertian telah banyak dikemukakan oleh para ahli mengenai

pertenunan. Pengertian-pengertian ini secara umum merujuk kepada pengertian

yang sama, yaitu memintal bahan-bahan tertentu yang dapat dibuat menjadi

benang yang kemudian dibuat kain atau sarung dengan menggunakan teknik-

teknik dan alat tertentu.

Berdasarkan pasal 40 UU No 28 Tahun 2014 tentang hak cipta bahwa

karya seni batik atau seni motif lainnya dapat dilindungi. Hal ini membuat

pemerintah Desa Haitimuk Kecamatan Weliman Kabupaten Malaka melihan

masyarakat dan mendorong serta memfasilitasi untuk melestarikan budaya tenun

ikat di Kabupaten Malaka karena masyarakat mempunyai kelebihan dan

kemampuan.

Alat yang digunakan untuk menenun kain secara umum adalah gedokan

dan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). (1) Alat yang masih sangat tradisional

adalah gedokan yang difungsikan secara tradisional. Penggunaan alat gedokan ini

dalam membuat kain akan menghasilkan kain dengan lebar 55 cm, sehingga untuk

membuat kain sarung dengan panjang 110 cm dengan panjang dua meter

dibutuhkan lebih banyak bahan dan waktu penyelesaian satu buah kain sarung

adalah 3 – 4 bulan. (2) ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) dengan menggunakan

alat ini, dalam satu hari bisa dihasilkan 3 -5meter kain dengan lebar 70, 90, dan

110 cm.

19
Widati (2002: 135) dan Poerwadarminta, (1989: 32) mengartikan tenun

sebagai hasil kerajinan berupa kain dari bahan yang dibuat benang (kapas, sutra,

dan sebagainya) dengan cara memasukkan bahan secara melintang pada lusi.

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No PENULI JUDUL HASIL PENELITI KESIMPULAN


S/ PENELITI
PENELI
TI

1 Selsus Analisis Kegiatan menenun atau soru tais harus Kegiatan


Terselly filosofi motif dipahami sebagai suatu rangkaian menenum dapat
Djese, tenun ikat Di aktivitas yang dimulai dari penyiapan dilakukan dengan
dkk desa faturika bahan terutama benang hingga pada menggenapi alat
(2019) kecamatan akhirnya pemadatan benang lungsi dan dan bahan seperti
raimanuk benang pakan menjadi sehelai kain benang, kwantes
Kabupaten dengan menggunakan seperangkat alat dan knoru
belu tenun. Alat menenun yang digunakan sehungga menjadi
merupakan warisan yang dibawa oleh selembar kain.
para luluhur ke pulau Timor.

2 Sonny Sarung deko Proses awal tenun kain di Sikka dalam Tenun ikat
Syaputra (tenun ikat) catatan sejarah, dieksplorasi secara Sarung Deko di
(2019) di maumere hebat sekitar tahun 1600-an oleh Raja maumere adalah
nusa tenggara Don Aleksius Alesu Ximenes Da kegiatan yang
timur Silva, diturunkan secara
yang akrab disapa “Mo’ang Lesu” turun temurun
sebagai perintis tradisi tenun- oleh nenenk
menenum di moyang.
kampung Sikka sejak tahun 1607.
Sebagai salah satu ungkapan rasa
terima kasih
atas jasanya, hingga kini kaum ibu
selalu “mengabadikan” motif Rempe
Sikka
Tope pada salah satu jenis tenunan
mereka karena motif tersebut

20
merupakan salah
satu motif kesukaan Mo’ang Lesu

3 Genisa Kain Tenun Kampung Tenun adalah sebuah rumah Berdasarkan hasil
Meira , Ikat Dengan produksi tenun yang merupakan penelitian dapat
Titi Bahan Sutera binaan dari Cita disimpulkan
Soegiart Alam Tenun Indonesia (CTI) dan bahwa proses
y , Bandi (Analisis Perusahaan Gas Negara (PGN). pembuatan kain
Soband 1Deskriptif Adanya Kampung Tenun ini tenun ikat di
(2013) Oranamen memberikan bukti bahwa Kampung Tenun
Kain Tenun perkembangan tenun di Jawa Barat khususnya di
Ikat Dengan semakin berkembang dan berupaya Sutera Alam
Bahan Sutera untuk melestarikan warisan budaya Family masih
Alam Di yang sudah ada secara turun-menurun menggunakan alat
Kampung dari generasi ke genarasi tenun tradisional
Tenun ini. Pengolahan sutera sebagai bahan yaitu alat tenun
Panawuan baku di Kampung Tenun bukan
Kabupaten menggunakan bahan baku yang menggunakan
Garut) diimpor dari Cina. mesin (ATBM)
Metode penelitian yang digunakan Proses yang
adalah metode deskriptif analisis kedua adalah
dengan pendekatan proses menenun
kualitatif, lokasi penelitian ini adalah yang dibagi
Sutera Alam Family yang merupakan menjadi dua
pusat produksi di bagian sebelum
Kampung Tenun Panawuan menenun, proses
Kabupaten Garut yang berlokasi di tersebut yaitu
Panawuan Loa, Desa Sukajaya proses
Kecamatan Tarogong Kidul, pembuatan
Kabupaten Garut, Jawa Barat. Teknik benang lungsi dan
pengumpulan data yang pakan. Ornamen
digunakan dalam penelitian ini antara yang tampak pada
lain: observasi, wawancara, studi Kampung Tenun
pustaka, dan dokumentasi. adalah ornamen
geometris dan
non geometris
serta terdapat
ornamen
modifikasi dari
daerah lain.

Sumber : file:///C:/Users/User/Downloads/Documents/penelitian-tenun-ikat-kec-
raimanuk.pdf, https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/8617-
Full_Text.pdf, https://media.neliti.com/media/publications/242556-
kain-tenun-ikat-dengan-bahan-sutera-alam-811f5b09.pdf.

21
2.6 Kerangka Pikir

Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu

seorang karyawan. Manajamen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang

dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk

kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja diperusahaan tersebut.

Menurut Siagian (2002:124) bahwa kinerja dipengaruhi oleh beberapa factor

yaitu kompensasi,lingkungan kerja, budaya organisasi, kepemimpinan dan

motovasi (motivation), disiplin kerja, kepuasan kerja, komunikasi dan faktor-

faktor lainnya.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempertimpbankan

keberhasilan dari suatu kinerja berdasarkan kebijakan yang ada yaitu sebagai

berikut:

1. Kualitas

Kualitas dapat diartikan sebagai mutu atau tingkat dari baik buruknya suatu

taraf atau derajat suatu hal. Istilah kualitas sering kali digunakan baik untuk

bisnis maupun hal lainnya. Ada banyak jenis kualitas mulai dari kualitas

pelayanan, produk dan lain sebagainya.

a. Kualitas produk

Kualitas produk merupakan kemampuan produk dalam melaksanakan

fungsinya berupa kehandalan, akurasi, daya tahan, kemudahan dalam

mengoperasi dan lain sebagainya. Tujuan utama dari diadakannya kualitas

produk adalah untuk mengurangi kerusakan produk dan meningkatkan

22
nilai dimata pelanggan.

b. Kualitas pelayanan

Kualitas pelayanan berisi tentang kepuasan pelanggan dan keinginan

dalam membeli produk itu kembali. Kualitas pelayanan memberikan

banyak defenisi dan makna, dimana setiap orang bisa saja menafsirkannya

dengan cara berbeda.

2. Kuantitas

Kuantitas sering kali digunakan sebagai tolak ukur terhadap jumlah atau

nilai yang dapat dihitug dengan pasti. Kuantitas dapat berupa jumlah peserta,

jumlah karyawan dan lain sebagainya. Perlu diketahui bahwa kuantitas sering

dibandikan dengan kualitas. Adapun berbagai macam kuantitas yang ada

mulai dari kuantitas penduduk, kuantitas kerja, dan lain sebagainya.

a. Kuantitas penduduk

Kuantintas penduduk menjadi hal yang berkaitan dengan jumlah

penduduk. Kuantitas penduduk yang memadai akan terpenuhinya

kebutuhan tenaga kerja, dengan demikian tidak perlu ada tenaga kerja

yang dihasilkan dari pendatan luar negeri.

b. Kuantitas kerja

Kuantitas kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang dilaksanakan dalam

periode tertentu. Kuantitas ini dapat dilihat dari hasil kinerja pegawai

dalam waktu tertentu dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya

dengan waktu yang ditentukan. Sehingga kuantitas kerja juga dapat

dilihat dari jumlah kerja serta pemanfaatan waktu selama bekerja.

23
c. Kuantitas produk

Kuantitas produk merupakan jumlah produk yang diproduksi, digunakan

dan dikomsumsi. Kuantitas produk perlu dipertimbangkan dan

disesuaikan dengan jumlah permintaan. Selain itu, kuantitas produk juga

harus diimbangi dengan kualitas produk.

Gambar 2.1

Karangka Berpikir

Indikator Kinerja
1. Kualitas Peningkatan
a. Kualitas Produk Peminat dan
Administrasi Manajemen
b. Kualitas Pelayanan Harga Kain
Publik Publik Tenun Ikat
2. Kuantitas
a. Kuantitas penduduk Marobo Yang
b. Kuantitas Kerja Ada Di Desa
c. Kuantitas produk Haitimuk

Sumber : Olahan Peneliti, 2021

24
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian deskriptif

kualitatif. Sugiyono (2012: 9) mengemukakan penelitian kualitarif sebagai

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan

untuk meneliti pada kondisi alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktf atau

kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada

generalisasi yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan maksud untuk

melalukan suatu analisis dengan cermat tentang Kinerja Kelompok Tenun Ikat

Marobo di Desa Haitimuk, Kecamatan Weliman, Kabupaten Malaka.

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan cara pembatasan penelitian. Pembatasan

fokus penelitian itu dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan

agar penelitian tidak bisa dalam menelaah suatu fakta atau data. Hal ini

sebagaimana dikemukanan Komariah dan Satorifokus penelitian dapat

membatasi kajiannya dengan menetapkan fokus studi sebagai batas penelitian

sehingga tidak menimbulkan kebingungan dalam memverifikasi, mereduksi dan

menganalisa data.Fokus penelitian berkaitan dengan penelitian ini adalah:

1. Kualitas

a. Kualitas Produk

b. Kualitas Pelayanan

25
2. Kuantitas

a. Kuantitas Penduduk

b. Kuantitas Kerja

c. Kuantitas Produk

3.3 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Informan

Untuk menentukan sumber data maka peneliti mengutip pendapat

Sugiyono (2005:146) yang menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif

sumber data dipilih secara purposive sampling dan bersifat snowball.

penentuan sumber data pada proposal ini masih bersifat sementara, dan akan

berkembang kemudian sudah melakukan penelitian. Peneliti harus mengenali

mendalam informasinya dan memilih informan yang benar-benar bisa

diharapkan memberikan informasi yang akurat. Adapun rancangan informan

yang peneliti buat untuk menggali informasi lebih dalam yaitu:

a. Kepala Desa Haitimuk Kecamatan Weliman Kabupaten Malaka

b. Kelompok Tenun Ikat Umakraik Desa Haitimuk Kecamatan Weliman

Kabupaten Malaka

c. Masyarakat Desa Haitimuk Kecamatan Weliman Kabupaten Malaka

2. Dokumen

Dalam penelitian ini selain mendapatkan informasi dari informan.

Penulis juga menggali data dan informasi melalui dokumen-dokumen yang

26
disajikan sumber data berkaitan dengan Kinerja Kelompok Tenun Ikat

Marobo di Desa Haitimuk Kecamatan Weliman Kabupaten Malaka yaitu:

a. Catatan kinerja kelompok umakraik terkait tenun ikat marobo

b. Laporaran penyelenggaraan pemerintah Desa Haitimuk Kecamatan

Weliman Kabupaten Malaka

c. Pasal 40 No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Yang Terlindungi

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling utama dan sangat

penting dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui pengumpulan data. Maka peneliti tidak

akan mendapatkan daa yang memenuhi standar yang ditetapkan pengumpulan

data adalah prosedur yang dpengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Observasi.

a) Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang

digunakanUntuk menghimpunan data melalui pengamatan

penginderaan.

2. Wawancara.

a) Wawancara untuk interview adalah Teknik memperoleh keterangan

untuk tujuan penilitian dengan cara tanya jawab sambal bertatapmuka

antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman wawancara universitas timor.

27
3. Dokumentasi

a) Dokumentasi yaitu dengan menggunakan catatan-catatanyang ada

dalam lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relavan dengan

masalh penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan dalam penelitian, maka

digunakan teknik analisis perbandingan tetap atau sering juga dikenal dengan

istilah goroden research dimana data-data yang telah dikumpulkan akan

dibandingkan antara yang satu dengan yang lainnya, kemudian secara tepat

dibandingkan katagori yang satu dengan katagori yang lainnya, dengan demikian

akan diperoleh klasifikasi data yang tepat.

Gambar 2.2
Komponen-Komponen Analisis Data: Model Interaktif

Pengumpulan Penyajian
data data

Reduksi
data

Penarikan
kesimpulan

Sumber: Miles Humberman dalam sugiyono (2005:9)

28
DAFTAR PUSTAKA

Abdul wahab, Solichin. 2005. Analisis kebijaksana


formulasike implementasi kebijakan negara.Jakarta:
Bumiaksara.Ahadi Nofri. 2004. Pengantar Manajemen. Pekanbaru:
Unri Press.

Afifuddin, 2010. sumber data : administrasi publik. Sumber :

Afifuddin, 2011. Sumber :suradinata, 1993 : 33. Sember : paslong, 2012:36-38.

Bratakusumah, Deddy Supriady. 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Kumorotomo, Wahyudi. 2002. Etika Administrasi Negara. Jakarta: PT. Raja
Grafindo
Lawler EE & Porter LW, 1967, Antecedent Attitudes of Effective Managerial
Performance, Hammondsworth, England.
Luthans, Fred. 2006. Prilaku Organisasi. Andi Jogjakarta

Makmur. 2007. Manajemen Pembangunan (Memadukan ilmu dan praktek)


Jakarta.Santoso, Jo et al. 2002. Sitem perumahan Sosial di
Indonesia. Jakarta: Pusat Studi perkotaan UI dan Ikatan Ahli
Perencanaan.

Sumber Lain :

file:///C:/Users/User/Do wnloads/Documents/penelitian-tenun-ikat-
kecraimanuk.pdf

https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/8617-Full_Text.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/242556-kain-tenun-ikat-dengan-
bahan sutera-alam-811f5b09.pdf.

29

Anda mungkin juga menyukai