Anda di halaman 1dari 40

UJIAN AKHIR SEMSER SISTEM SOSIAL BUDAYA

SEJARAH PERKEMBANGAN PEDESAAN INDONESIA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

JIHAN SEPHIRA N (S032020021)


PUTRI NATASYAH RAMADHANY (S032020055)
SHAKIRA NURHALIFAH (S032020052)
IFNI ABDILLAH (S032020040)
NUR INDA SARI MULIADI (S032020046)
MUH. ALDIN IRAWAN (S032020039)
RAHMAT JUFRI (S032020044)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR
POLITEKNIK STIA LAN MAKASSAR 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang " Sejarah
Perkembangan Pedesaan Indonesia".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Aulia Rahman,
SE.,M.SM, sebagai dosen pengampu mata kuliah Sistem Sosial Budaya, yang telah
memberikan begitu banyak ilmu dan pengalaman. Dan Tentunya terimakasi kepada
teman-teman MSDMA atas segala kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Makassar, 17 Juni 2023

Kelompok 4

DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................7
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................................................8
A. Definisi Pedesaan.................................................................................................................8
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pedesaan.............................................34
1. Faktor Geografis.................................................................................................................34
2. Faktor Ekonomi..................................................................................................................36
3. Faktor Sosial dan Kultural...................................................................................................38
4. Faktor Kebijakan.................................................................................................................40
C. Konsep dan Teori Pedesaan..................................................................................................42
BAB lll SEJARAH PERKEMBANGAN PEDESAAN DI INDONESIA..................................................45
A. Era Kolonial........................................................................................................................45
B. Era Kemerdekaan...............................................................................................................48
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN........................................................................................50
A. Peningkatan Infrastruktur di Pedesaan................................................................................50
1. Jaringan Jalan.........................................................................................................................51
2. Aksesibilitas Transportasi.......................................................................................................52
B. Pertumbuhan Ekonomi dan Perubahan Sosial.....................................................................53
1. Pertanian dan Agribisnis.....................................................................................................54
2. Industri Kecil dan Menengah..................................................................................................56
3. Pendidikan dan Kesehatan................................................................................................58
a. Pendidikan..........................................................................................................................58
b. Kesehatan.......................................................................................................................59
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dengan keberagaman
geografis yang luas. Negara ini mencakup pegunungan, dataran rendah, lembah sungai,
dan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik alam yang berbeda-beda. Keberagaman
ini telah memberikan dampak signifikan pada pola perkembangan pedesaan di berbagai
wilayah, termasuk perbedaan dalam struktur ekonomi, pertanian, dan akses
infrastruktur. Misalnya, daerah pegunungan cenderung mengembangkan pertanian
terasering, sementara daerah pesisir lebih terfokus pada kegiatan perikanan dan
kelautan.

Sejarah perkembangan pedesaan di Indonesia mencakup perjalanan panjang dan


kompleks yang telah mempengaruhi pola dan transformasi pedesaan selama
berabad-abad. Negara Indonesia memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman
budaya yang meliputi ribuan pulau, pegunungan, dataran rendah, dan wilayah
pesisir. Keberagaman geografis ini telah memainkan peran penting dalam
membentuk pola perkembangan pedesaan yang berbeda di berbagai wilayah.

Sejarah kolonialisme juga telah memberikan dampak yang signifikan pada


perkembangan pedesaan di Indonesia. Selama masa penjajahan Belanda, sistem
tanam paksa diterapkan dengan tujuan memaksimalkan produksi komoditas ekspor
seperti kopi, teh, dan tembakau. Hal ini mengubah struktur pertanian, sistem
kepemilikan tanah, dan pola kerja di pedesaan. Eksploitasi sumber daya alam juga
terjadi, yang berdampak pada perubahan lingkungan dan kondisi sosial-ekonomi
masyarakat pedesaan.
Setelah meraih kemerdekaan pada tahun 1945, pemerintah Indonesia
menghadapi tugas besar untuk membangun negara dan memperbaiki kondisi
pedesaan. Program reforma agraria diluncurkan untuk mengatasi ketidakadilan
dalam kepemilikan tanah dan meningkatkan kesejahteraan petani. Pembangunan
infrastruktur pedesaan seperti jalan, irigasi, dan listrik menjadi fokus utama untuk
meningkatkan aksesibilitas dan produktivitas di pedesaan. Upaya pemberdayaan
masyarakat desa juga dilakukan melalui pendidikan, kesehatan, dan penguatan
ekonomi lokal.

Perkembangan ekonomi dan modernisasi yang terjadi sejak tahun 1970-an juga
telah membawa perubahan signifikan dalam pola pedesaan. Urbanisasi meningkat
dengan pesat ketika banyak penduduk pedesaan bermigrasi ke kota-kota besar dalam
mencari peluang ekonomi yang lebih baik. Perkembangan industri, perdagangan,
dan sektor jasa juga mempengaruhi struktur ekonomi di pedesaan, dengan adanya
pengembangan agribisnis, industri pengolahan, dan pariwisata di beberapa wilayah.

sejarah perkembangan pedesaan di Indonesia mencerminkan perjalanan yang


kompleks dan multidimensional. Faktor-faktor geografis, sejarah kolonialisme,
upaya pembangunan pemerintah, serta perubahan ekonomi dan sosial, semuanya
telah berkontribusi dalam membentuk pedesaan Indonesia yang kita kenal saat ini.
Memahami latar belakang ini akan memberikan wawasan yang lebih baik dalam
menganalisis perubahan dan tantangan yang dihadapi oleh pedesaan Indonesia, serta
merumuskan kebijakan yang lebih efektif untuk pembangunan pedesaan yang
berkelanjutan dan inklusif.
Sejarah perkembangan pedesaan di Indonesia juga melibatkan faktor-faktor
perubahan sosial dan demografis yang signifikan. Pertumbuhan populasi, perubahan
struktur keluarga, migrasi, dan kemajuan teknologi informasi telah berperan penting
dalam membentuk pola dan karakteristik masyarakat pedesaan. Pertumbuhan
penduduk yang pesat telah memberikan tekanan pada sumber daya alam, lahan
pertanian, dan infrastruktur di pedesaan. Perubahan struktur keluarga, seperti
peningkatan jumlah keluarga kecil, juga mempengaruhi pola kerja, kebutuhan
rumah tangga, dan dinamika sosial ekonomi di pedesaan. Selain itu, urbanisasi yang
cepat telah menyebabkan migrasi besar-besaran penduduk pedesaan ke kota-kota
besar dalam mencari peluang ekonomi yang lebih baik. Fenomena ini telah
mengubah komposisi penduduk di pedesaan dan merubah struktur sosial serta pola
pekerjaan. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga telah mempengaruhi
masyarakat pedesaan dengan akses yang lebih luas terhadap informasi, komunikasi,
dan peluang ekonomi. Semua faktor perubahan sosial dan demografis ini berperan
dalam mengubah pola kehidupan dan mempengaruhi dinamika perkembangan
pedesaan di Indonesia.

Melalui pemahaman mendalam tentang latar belakang sejarah perkembangan


pedesaan yang mencakup faktor geografis, sejarah kolonialisme, perubahan sosial,
dan demografis, kita dapat memahami kompleksitas perkembangan pedesaan di
Indonesia. Pengetahuan ini akan membantu kita mengidentifikasi tantangan,
peluang, dan kebutuhan pembangunan pedesaan di masa depan. Dengan
pemahaman yang lebih baik tentang latar belakang ini, kita dapat merumuskan
kebijakan, strategi, dan program pembangunan yang lebih efektif untuk
meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan, dan keberlanjutan pedesaan di
Indonesia.
Maka dengan ini, Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah perkembangan pedesaan di
Indonesia. Melalui pemahaman sejarah ini, kita dapat mengidentifikasi pola,
tantangan, dan peluang dalam membangun pedesaan yang berkelanjutan dan inklusif
di masa depan. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan pedesaan, menjelaskan perubahan sosial, ekonomi,
dan lingkungan yang terjadi, serta menyoroti kebijakan pembangunan pedesaan
yang telah diterapkan oleh pemerintah. Dengan demikian, makalah ini berkontribusi
pada pemahaman yang lebih baik tentang evolusi pedesaan di Indonesia dan dapat
memberikan masukan bagi perumusan kebijakan pembangunan pedesaan yang lebih
efektif.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan pedesaan di indonesia?
2. apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang sejarah perkembangan pedesaan di Indonesia. Melalui
pemahaman sejarah ini, makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola,
tantangan, dan peluang dalam membangun pedesaan yang berkelanjutan dan
inklusif di masa depan. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
pedesaan, menjelaskan perubahan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang terjadi,
serta menyoroti kebijakan pembangunan pedesaan yang telah diterapkan oleh
pemerintah merupakan fokus utama makalah ini. Dengan demikian, makalah ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan pada pemahaman yang lebih baik
tentang evolusi pedesaan di Indonesia dan memberikan masukan bagi perumusan
kebijakan pembangunan pedesaan yang lebih efektif.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Pedesaan
Secara etimologis, kata desa berasal dari bahasa Sansekerta desa yang berarti
tanah air, negeri asal atau kelahiran. Sejak dari perspektif geografis, desa atau dusun
didefinisikan sebagai "sekelompok rumah atau toko di daerah pedesaan yang lebih kecil
dari kota". Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki hak untuk mengatur
rumah tangga sendiri berdasarkan hak adat dan adat istiadat yang diakui oleh
pemerintah nasional di daerah kanupaten. Menurut R. Bintarto (2010:6) desa juga dapat
dikatakan sebagai hasil interaksi antara kegiatan sekelompok orang dengan
lingkungannya. Perpaduan ini menghasilkan suatu bentuk atau keberadaan di muka
bumi yang disebabkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik dan budaya
yang berinteraksi antar elemen dan juga mengenai daerah-daerah. N.Daldjoeni (2011:4)
dalam interaksi desa-kota, mengatakan bahwa Desa dalam arti umum juga dapat
dikatakan sebagai pemukiman manusia yang letaknya di luar kota dan pendudukaya
bermata pencaharian dengan bertani atau bercocok tanam.

Paul H. Landis memberikan definisi yang lebih luas tentang istilah 'desa' dengan
karakteristik masyarakat yang spesifik. Menurut Paul, desa memiliki tiga ciri yaitu:

1. Mengenal satu sama lain dan menjalani kehidupan sosial di antara ribuan jiwa
2. Memiliki kesamaan suku dan adat istiadat
3. Jenis bisnis (ekonomi) paling sering adalah pertanian.

Mereka terpengaruh oleh alam sekitarnya, seperti iklim, kondisi alam, dan
kekayaan alam, tetapi pekerjaan selain pertanian adalah paruh waktu. sedangkan
Menurut Undang-undang nomor 6 tahun 2014; Desa adalah desa dan desa adat atau
yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. selanjutnya pandangan
menurut UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengartikan Desa
sebagai berikut :

“Desa atau yang disebut nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkanasal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat
12).

Desa mempunyai ketentuan sesuai yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah


No 72 Tahun 2005 tentang Desa yakni:

a. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal


usul desa
b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/
Kota yang diserahkan pengaturannya Kepada Desa, yakni urusan pemerintahan
yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/ Kota. Urusan Pemerintahan lainnya yang oleh Peraturan perundang-
undangan diserahkan kepada desa

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pedesaan


Sebelum memasuki pembahasan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
pedesaan, penting bagi kita untuk memahami kompleksitas dan beragamnya dinamika
yang terlibat dalam proses ini. Perkembangan pedesaan bukanlah hasil dari satu faktor
tunggal, tetapi merupakan hasil dari interaksi yang kompleks antara berbagai aspek
yang saling terkait. Mengidentifikasi dan memahami faktor-faktor ini akan membantu
kita memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang bagaimana perkembangan
pedesaan terjadi dan apa yang dapat mempengaruhinya. Dalam pembahasan ini, kita
akan menjelajahi berbagai faktor penting yang memainkan peran dalam perkembangan
pedesaan. Faktor-faktor ini mencakup geografi, demografi, ekonomi, sosial,
infrastruktur, dan kebijakan pemerintah. Masing-masing faktor memiliki dampak yang
signifikan terhadap perkembangan pedesaan, baik secara langsung maupun melalui
interaksi dengan faktor lainnya.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor ini, kita dapat
memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang apa yang mendorong atau menghambat
perkembangan pedesaan. Mari kita jelajahi secara lebih mendalam faktor-faktor yang
menjadi penentu dalam membentuk perkembangan pedesaan yang kita lihat saat ini.

1. Faktor Geografis
Sejarah perkembangan pedesaan di Indonesia telah dipengaruhi oleh faktor
geografis yang memberikan kontribusi besar terhadap pola dan karakteristik
pedesaan yang berkembang. Faktor geografis ini meliputi topografi, sumber daya
alam, iklim, ketersediaan air, dan lokasi geografis. Memahami peran faktor-faktor
ini dalam sejarah perkembangan pedesaan memberikan wawasan yang lebih dalam
tentang bagaimana pedesaan di Indonesia telah berkembang dari masa ke masa.

Topografi, sebagai salah satu faktor geografis, memiliki pengaruh yang


signifikan terhadap pola perkembangan pedesaan. Di Indonesia, terdapat beragam
jenis topografi seperti dataran rendah, perbukitan, dan pegunungan. Topografi yang
berbeda-beda ini mempengaruhi jenis kegiatan ekonomi yang dominan di setiap
daerah pedesaan. Misalnya, daerah pedesaan dengan dataran rendah yang luas
cenderung mengembangkan pertanian intensif, sedangkan daerah dengan
perbukitan atau pegunungan dapat mengembangkan pertanian terasering atau
kegiatan perkebunan.

Selain itu, sumber daya alam juga menjadi faktor penting dalam perkembangan
pedesaan. Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, seperti lahan
pertanian yang subur, hutan, air, dan mineral. Ketersediaan sumber daya alam ini
telah menjadi basis pengembangan ekonomi pedesaan. Misalnya, daerah pedesaan
dengan lahan pertanian yang subur mampu menghasilkan produksi pertanian yang
melimpah, sedangkan daerah dengan potensi hutan yang besar dapat
mengembangkan industri kayu atau pariwisata alam.

kemudian, iklim dan ketersediaan air juga memainkan peran penting dalam
perkembangan pedesaan. Indonesia memiliki iklim tropis yang memberikan kondisi
yang cocok bagi pertanian dan kegiatan ekonomi lainnya di pedesaan. Daerah
pedesaan dengan curah hujan yang cukup mendukung pertanian yang produktif,
sedangkan daerah dengan musim kering yang panjang mungkin lebih cocok untuk
kegiatan peternakan atau perikanan. Ketersediaan air yang cukup untuk irigasi
pertanian atau kebutuhan domestik juga merupakan faktor kunci dalam
perkembangan pedesaan, karena air merupakan sumber kehidupan bagi kegiatan
pertanian dan kehidupan masyarakat pedesaan. Selanjutnya, lokasi geografis juga
memiliki pengaruh yang signifikan dalam perkembangan pedesaan. Pedesaan yang
terletak dekat dengan pusat ekonomi atau memiliki akses yang baik melalui jalan
raya, jalur transportasi, atau infrastruktur lainnya memiliki potensi untuk
mengembangkan sektor ekonomi dan meningkatkan aksesibilitas ke layanan publik.
Lokasi yang strategis dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pedesaan, karena
memungkinkan akses yang lebih baik ke pasar, pusat kota, serta peluang kerjasama
dengan sektor perkotaan.

Dalam sejarah perkembangan pedesaan di Indonesia, faktor geografis telah


menjadi landasan bagi pembangunan dan transformasi pedesaan. Pemahaman yang
yang baik tentang faktor-faktor geografis ini memungkinkan perencanaan yang
lebih efektif dalam memanfaatkan potensi pedesaan dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat pedesaan. Misalnya, dengan mempertimbangkan topografi,
pemerintah dapat merencanakan pengembangan pertanian terasering di daerah
perbukitan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Begitu pula, dengan
memahami sumber daya alam yang ada, pemerintah dapat mengembangkan
kebijakan yang mendukung pengelolaan yang berkelanjutan, seperti kebijakan
penghutanan ulang atau perlindungan sumber daya air.

Pemahaman tentang iklim dan ketersediaan air memungkinkan pemerintah dan


masyarakat untuk mengembangkan sistem pengairan yang efisien dan berkelanjutan
dalam pertanian. Dengan menerapkan teknologi irigasi yang tepat, membangun
waduk atau embung, dan mempromosikan praktik pertanian yang ramah
lingkungan, pedesaan dapat mengoptimalkan produksi pertanian dan mengatasi
tantangan perubahan iklim. Lokasi geografis juga menjadi pertimbangan penting
dalam pengembangan pedesaan. Pemerintah dapat merencanakan pembangunan
infrastruktur transportasi yang memadai, seperti jalan raya, jaringan kereta api, atau
pelabuhan, untuk meningkatkan konektivitas pedesaan dengan pusat-pusat
ekonomi. Selain itu, pemilihan lokasi untuk pengembangan sektor pariwisata
berbasis alam atau budaya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan
memberikan peluang kerja bagi masyarakat pedesaan.

Namun, perlu diingat bahwa faktor geografis juga dapat menjadi tantangan
dalam perkembangan pedesaan. Misalnya, pedesaan yang terletak di daerah
terpencil atau dengan kondisi geografis yang sulit dapat menghadapi keterbatasan
aksesibilitas, kurangnya infrastruktur, atau kerentanan terhadap bencana alam. Oleh
karena itu, pemerintah perlu mengadopsi kebijakan yang berfokus pada
pengembangan infrastruktur, pemberdayaan masyarakat, dan mitigasi risiko
bencana untuk meningkatkan kesempatan dan ketahanan pedesaan.Dalam
keseluruhan, faktor geografis memainkan peran sentral dalam perkembangan
pedesaan di Indonesia. Pemahaman yang baik tentang topografi, sumber daya alam,
iklim, ketersediaan air, dan lokasi geografis memungkinkan pemerintah dan
masyarakat untuk merencanakan pembangunan yang berkelanjutan, meningkatkan
aksesibilitas, memanfaatkan potensi ekonomi, dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat pedesaan. Selain itu, faktor-faktor geografis ini juga perlu
dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan yang berkelanjutan untuk
mendorong pertumbuhan dan perubahan positif di pedesaan Indonesia.

2. Faktor Ekonomi

Sejarah perkembangan pedesaan di Indonesia Selanjutnya tidak lepas dari


pengaruh faktor ekonomi yang memainkan peran sentral dalam menentukan arah
dan pola perkembangan. Faktor-faktor ekonomi tersebut meliputi struktur ekonomi,
sektor ekonomi dominan, teknologi, aksesibilitas pasar, serta kebijakan ekonomi
yang diterapkan. Melalui faktor-faktor ini, pedesaan mengalami perubahan yang
signifikan dari masa ke masa.

Pertama, struktur ekonomi memainkan peran penting dalam perkembangan


pedesaan. Pada awal sejarah perkembangan pedesaan, sektor pertanian
mendominasi struktur ekonomi. Sebagian besar masyarakat pedesaan
menggantungkan diri pada pertanian sebagai mata pencaharian utama. Pertanian
menjadi sektor yang menyediakan pangan, bahan baku, dan merupakan basis
ekonomi pedesaan. Namun, seiring dengan perkembangan waktu, struktur ekonomi
berubah dan sektor-sektor lain seperti industri, perikanan, dan pariwisata juga mulai
berkembang di beberapa daerah pedesaan. Hal ini membawa pergeseran dalam pola
penghidupan dan mata pencaharian masyarakat pedesaan.

Kedua, sektor ekonomi dominan di suatu wilayah memengaruhi perkembangan


pedesaan. Misalnya, daerah pedesaan yang memiliki potensi sumber daya alam
seperti tambang atau perkebunan besar-besaran akan cenderung mengembangkan
sektor ekonomi yang terkait, seperti industri pengolahan mineral atau agroindustri.
Di sisi lain, daerah pedesaan dengan akses yang baik ke pantai atau perairan
memiliki potensi untuk mengembangkan sektor perikanan atau pariwisata bahari.
Dominasi sektor ekonomi tertentu dapat membentuk karakteristik dan identitas
ekonomi pedesaan di suatu wilayah. Kemajuan teknologi juga menjadi faktor kunci
dalam perkembangan pedesaan. Inovasi teknologi pertanian, seperti mesin
pertanian, irigasi modern, atau penggunaan pupuk dan pestisida, telah
meningkatkan produktivitas pertanian dan mengurangi ketergantungan pada tenaga
kerja manual. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga telah membuka
peluang baru dalam pemasaran produk pertanian dan akses ke informasi yang dapat
meningkatkan efisiensi dan daya saing pedesaan. Penerapan teknologi yang tepat
dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

Selain itu, aksesibilitas pasar juga memainkan peran penting dalam


perkembangan ekonomi pedesaan. Pedesaan yang memiliki akses yang baik ke
pasar, baik dalam hal infrastruktur transportasi maupun konektivitas yang memadai,
dapat mempermudah distribusi produk pertanian, meningkatkan akses ke input-
produksi, dan memperluas peluang pemasaran. Keberadaan jalan raya, jaringan
transportasi yang terintegrasi, atau fasilitas pergudangan yang memadai dapat
membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk-produk pedesaan. Hal ini
berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi dan kemampuan masyarakat
pedesaan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka.

Terakhir, kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah juga memiliki


dampak yang signifikan terhadap perkembangan pedesaan. Kebijakan yang
mendukung investasi di sektor pedesaan, pemberdayaan masyarakat, dan
pembangunan infrastruktur dapat memacu pertumbuhan ekonomi pedesaan.
Misalnya, pemerintah dapat memberikan insentif kepada para petani untuk
menggunakan teknologi modern atau memberikan akses ke kredit usaha bagi para
pelaku usaha mikro dan kecil di pedesaan. Selain itu, kebijakan yang mendorong
pengembangan koperasi pertanian, pemasaran bersama, atau pelatihan keterampilan
juga dapat meningkatkan daya saing dan produktivitas masyarakat pedesaan.

Namun, perlu diingat bahwa perkembangan pedesaan juga dihadapkan pada


beberapa tantangan. Pertama, terdapat kesenjangan dalam aksesibilitas dan
infrastruktur antara daerah pedesaan dan perkotaan. Hal ini dapat membatasi
potensi pengembangan ekonomi pedesaan dan akses masyarakat pedesaan terhadap
layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan. Selain itu, pedesaan juga rentan
terhadap perubahan iklim dan bencana alam, yang dapat mengganggu produksi
pertanian dan menghambat pertumbuhan ekonomi pedesaan. Oleh karena itu,
kebijakan yang mengatasi kesenjangan infrastruktur, mitigasi risiko bencana, dan
adaptasi perubahan iklim sangat penting untuk mendorong perkembangan pedesaan
yang berkelanjutan. Dalam kesimpulan, faktor ekonomi memiliki pengaruh yang
signifikan dalam sejarah perkembangan pedesaan di Indonesia. Struktur ekonomi,
sektor ekonomi dominan, teknologi, aksesibilitas pasar, dan kebijakan ekonomi
memainkan peran penting dalam membentuk pola pertumbuhan ekonomi dan
kualitas hidup masyarakat pedesaan. Melalui kebijakan yang tepat, perbaikan
infrastruktur, dan pemberdayaan masyarakat, pedesaan memiliki potensi untuk
menjadi motor penggerak ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pedesaan.

3. Faktor Sosial dan Kultural


Sejarah perkembangan pedesaan di Indonesia melalui faktor sosial dan kultural
melibatkan interaksi kompleks antara sistem nilai, adat istiadat, struktur sosial,
agama, dan budaya lokal yang membentuk kehidupan masyarakat pedesaan. Sistem
nilai dan adat istiadat yang melingkupi masyarakat pedesaan menjadi landasan
utama dalam membentuk hubungan sosial dan pola interaksi di pedesaan.

Salah satu aspek penting dalam faktor sosial dan kultural adalah sistem nilai
yang dipegang oleh masyarakat pedesaan. Nilai-nilai seperti gotong royong,
kekeluargaan, kearifan lokal, dan rasa solidaritas menjadi pilar penting dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan. Nilai-nilai ini mendorong kolaborasi
dan saling membantu antarwarga dalam berbagai kegiatan, mulai dari aktivitas
pertanian hingga kegiatan sosial dan budaya. Gotong royong menjadi inti dari pola
interaksi sosial di pedesaan, di mana masyarakat bekerja bersama untuk mencapai
tujuan bersama. kemudian Adat istiadat juga berperan besar dalam perkembangan
pedesaan. Setiap daerah memiliki adat istiadat yang khas, mulai dari upacara adat,
ritual pertanian, hingga sistem pewarisan kekayaan dan kepemimpinan. Adat
istiadat ini menjadi acuan dalam mengatur tata kehidupan masyarakat pedesaan dan
memperkuat identitas budaya lokal. Melalui adat istiadat, tradisi dan kearifan lokal
terjaga dan dilestarikan, menjadikan pedesaan sebagai tempat yang kaya akan
warisan budaya dan kearifan lokal.

Selain itu, struktur sosial juga berpengaruh dalam perkembangan pedesaan.


Struktur sosial mencakup pembagian peran, status sosial, dan hierarki dalam
masyarakat pedesaan. Dalam struktur sosial pedesaan, terdapat peran yang berbeda
antara kaum laki-laki dan perempuan, pemimpin lokal, pemuka agama, dan
kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Struktur sosial ini memengaruhi pola
interaksi sosial dan pembagian tugas di pedesaan. Namun, perubahan sosial yang
terjadi seiring waktu, seperti perubahan peran gender dan dinamika pemimpin
lokal, juga memberikan dampak pada perkembangan pedesaan.

Agama juga memiliki peran penting dalam perkembangan pedesaan. Agama-


agama yang dianut oleh masyarakat pedesaan, seperti Islam, Kristen, Hindu, atau
Budha, memengaruhi nilai-nilai, praktik keagamaan, dan norma-norma sosial di
pedesaan. Agama menjadi perekat dalam membentuk komunitas yang kuat dan
memberikan arahan moral dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, lembaga
keagamaan juga berkontribusi dalam pembangunan sosial dan ekonomi pedesaan
melalui kegiatan sosial, pendidikan agama, dan pemberdayaan masyarakat.

Budaya lokal juga memberikan sumbangan besar dalam perkembangan


pedesaan. Seni dan budaya tradisional, seperti kesenian tradisional, musik, tarian,
dan kerajinan tangan, tidak hanya menjadi warisan budaya yang berharga, tetapi
juga menjadi potensi ekonomi dan pariwisata bagi pedesaan. Budaya lokal yang
unik dan autentik menarik minat wisatawan, sehingga memberikan peluang bagi
pengembangan sektor pariwisata di pedesaan. Selain itu, kerajinan tangan
tradisional yang diproduksi oleh masyarakat pedesaan memiliki nilai jual yang
tinggi, sehingga dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat.

Perkembangan pedesaan melalui faktor sosial dan kultural juga mencerminkan


interaksi sosial yang terjalin antara individu dan kelompok di pedesaan.
Keterlibatan dalam organisasi masyarakat, kelompok pertanian, atau koperasi
pedesaan dapat memperkuat hubungan sosial dan meningkatkan kapasitas
masyarakat dalam menghadapi perubahan ekonomi dan sosial. Interaksi sosial ini
juga memainkan peran penting dalam pembentukan norma-norma sosial, saling
pertukaran pengetahuan, dan membangun solidaritas di antara anggota masyarakat
pedesaan. Meskipun faktor sosial dan kultural memiliki pengaruh yang signifikan
dalam perkembangan pedesaan, perubahan sosial dan pergeseran nilai-nilai
tradisional juga menjadi tantangan. Pengaruh globalisasi, modernisasi, dan
urbanisasi telah membawa perubahan dalam pola hidup dan nilai-nilai di pedesaan.
Peningkatan mobilitas penduduk dari pedesaan ke perkotaan juga berdampak pada
kehilangan tenaga kerja di pedesaan dan pergeseran struktur sosial. Dalam
menghadapi dinamika ini, penting untuk menjaga keseimbangan antara modernisasi
dan pelestarian nilai-nilai tradisional. Perlu dilakukan upaya yang berkelanjutan
untuk memperkuat identitas budaya lokal, mempromosikan partisipasi masyarakat
dalam pengambilan keputusan, dan mendorong inovasi yang sesuai dengan konteks
sosial dan kultural pedesaan. Pemerintah, lembaga masyarakat, dan komunitas lokal
dapat bekerja sama untuk mengembangkan program dan kebijakan yang
mendukung pengembangan ekonomi berkelanjutan, pelestarian budaya, dan
peningkatan kualitas hidup masyarakat pedesaan.

4. Faktor Kebijakan
Sejarah perkembangan pedesaan di Indonesia tidak terlepas dari peran faktor
kebijakan yang telah diimplementasikan oleh pemerintah. Kebijakan yang berkaitan
dengan pembangunan pedesaan memainkan peran krusial dalam menentukan arah
dan pola perkembangan pedesaan. Berikut ini adalah pembahasan mengenai sejarah
perkembangan pedesaan melalui faktor kebijakan

Pada awal kemerdekaan, pemerintah Indonesia memiliki visi yang kuat untuk
mengembangkan pedesaan sebagai pilar utama pembangunan nasional. Hal ini
tercermin dalam kebijakan agraris yang bertujuan untuk mendorong redistribusi
lahan kepada petani, mengurangi ketimpangan sosial dan ekonomi di pedesaan.
Melalui kebijakan agraris ini, pemerintah berupaya menghapuskan sistem tanam
paksa yang mencekik petani dan menggantinya dengan sistem kepemilikan lahan
yang adil dan merata. Selain itu, kebijakan pembangunan infrastruktur juga
diterapkan untuk meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas pedesaan, sehingga
membuka peluang ekonomi dan pengembangan wilayah. Namun, seiring
berjalannya waktu, kebijakan pembangunan pedesaan mengalami perubahan yang
mengikuti dinamika pembangunan nasional. Era Orde Baru pada tahun 1960-an
hingga 1990-an menekankan pada pembangunan industri dan perkotaan, yang
berdampak pada penelantaran terhadap pedesaan. Sebagai akibatnya, pembangunan
pedesaan melambat dan kesenjangan antara pedesaan dan perkotaan semakin
melebar.

Namun, pada era Reformasi, kesadaran akan pentingnya pengembangan


pedesaan kembali muncul. Pemerintah mengimplementasikan kebijakan-kebijakan
yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi pedesaan, seperti program
pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan kelompok tani, program
peningkatan kualitas sumber daya manusia di pedesaan, dan program
pengembangan ekonomi lokal. Selain itu, pemerintah juga mendorong partisipasi
aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan
pembangunan pedesaan. Pada era yang lebih baru, seperti pemerintahan saat ini,
terjadi peningkatan fokus terhadap pembangunan pedesaan. Program-program
seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Program Desa
Mandiri, dan Program Revitalisasi Ekonomi Pedesaan (REP) dicanangkan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan pengembangan ekonomi di pedesaan. Kebijakan-
kebijakan ini melibatkan berbagai aspek pembangunan, termasuk peningkatan
akses terhadap pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan pengembangan potensi
ekonomi lokal.Meskipun ada upaya yang dilakukan melalui kebijakan
pembangunan pedesaan, tantangan masih ada. Beberapa tantangan meliputi alokasi
sumber daya yang terbatas, keterbatasan akses terhadap layanan dasar seperti
pendidikan dan kesehatan, perubahan iklim yang dapat mempengaruhi produksi
pertanian, serta kesenjangan infrastruktur antara pedesaan dan perkotaan. Oleh
karena itu, perlu adanya upaya yang berkelanjutan untuk mengatasi tantangan ini.

Dalam konteks kebijakan pembangunan pedesaan, penting untuk memperhatikan


aspek partisipasi masyarakat. Partisipasi aktif masyarakat dalam merumuskan
kebijakan dan pelaksanaan program pembangunan pedesaan menjadi kunci
keberhasilan. Masyarakat pedesaan harus dilibatkan secara langsung dalam
pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka, sehingga
kebijakan yang diimplementasikan dapat lebih responsif dan sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Selain itu, pembangunan pedesaan juga harus
memperhatikan aspek keberlanjutan. Kebijakan yang berorientasi pada
keberlanjutan lingkungan dan ekonomi sangat penting untuk mendorong
pertumbuhan pedesaan yang berkelanjutan. Hal ini melibatkan perlindungan
lingkungan dan sumber daya alam, pengembangan energi terbarukan, penerapan
praktik pertanian yang berkelanjutan, serta pemberdayaan ekonomi lokal yang
berbasis pada keunggulan dan potensi daerah.
Faktor kebijakan juga memainkan peran penting dalam menciptakan iklim
investasi yang kondusif di pedesaan. Kebijakan yang memberikan insentif bagi
sektor swasta untuk berinvestasi di pedesaan, seperti kemudahan akses modal,
pelatihan keterampilan, dan fasilitas infrastruktur, dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi dan menciptakan lapangan kerja di pedesaan. Hal ini akan mengurangi
tekanan urbanisasi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Penting
juga untuk mengadopsi pendekatan lintas sektoral dalam kebijakan pembangunan
pedesaan. Permasalahan di pedesaan tidak dapat diselesaikan hanya dengan fokus
pada satu sektor saja, tetapi membutuhkan kerjasama dan koordinasi antara
berbagai sektor, seperti pertanian, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan
ketenagakerjaan. Sinergi antara berbagai kebijakan sektorial akan memperkuat
efektivitas pembangunan pedesaan.

Sejarah perkembangan pedesaan melalui faktor kebijakan telah mengalami


perubahan dan evolusi seiring waktu. Upaya untuk memperbaiki kondisi pedesaan,
mengurangi kesenjangan antara pedesaan dan perkotaan, dan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat pedesaan terus dilakukan. Dalam menghadapi tantangan
yang ada, perlu adanya kesinambungan dalam merancang dan melaksanakan
kebijakan pembangunan pedesaan yang berkelanjutan, berbasis partisipasi
masyarakat, dan mengintegrasikan aspek keberlanjutan, investasi, dan pendekatan
lintas sektoral

C. Konsep dan Teori Pedesaan


Perkembangan dan kehidupan di wilayah pedesaan melibatkan dinamika yang
kompleks dan beragam. Untuk memahami fenomena ini, penting bagi kita untuk
mengenal konsep dan teori yang terkait dengan pedesaan. Konsep pedesaan mengacu
pada wilayah di luar kawasan perkotaan yang mayoritas penduduknya terlibat dalam
sektor pertanian, peternakan, perikanan, atau sektor non-pertanian lainnya. Konsep ini
juga mencerminkan kehidupan masyarakat yang lebih tergantung pada alam, keragaman
aktivitas ekonomi, dan keterbatasan infrastruktur. Selanjutnya, teori pertumbuhan
pedesaan memberikan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan ekonomi di pedesaan. Investasi, teknologi, kebijakan pemerintah, akses
pasar, dan pertukaran informasi menjadi elemen penting yang merangsang pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan di wilayah pedesaan. Selain itu, peran sektor pertanian dan
non-pertanian juga diperhatikan dalam teori ini.

Teori difusi inovasi mempelajari penyebaran ide, teknologi, atau inovasi baru di
pedesaan. Melalui teori ini, kita dapat memahami bagaimana inovasi diterima, diadopsi,
dan disebarkan oleh masyarakat pedesaan. Aspek-aspek seperti komunikasi, interaksi
sosial, karakteristik inovasi, serta kepercayaan dan nilai-nilai budaya lokal
mempengaruhi proses difusi inovasi di wilayah pedesaan.Konsep, seperti pedesaan, dan
teori, seperti pertumbuhan pedesaan dan difusi inovasi, membantu kita memperoleh
pemahaman yang lebih lengkap tentang kehidupan dan perkembangan di pedesaan.
Dengan memahami konsep dan teori ini, kita dapat menganalisis fenomena pedesaan
secara lebih terperinci dan merancang langkah-langkah yang sesuai untuk mendorong
perkembangan pedesaan yang berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat pedesaan.

Konsep dan teori pedesaan membantu dalam memahami dan menganalisis


fenomena yang terkait dengan kehidupan dan perkembangan di wilayah
pedesaan.Pedesaan umumnya diidentifikasi sebagai wilayah yang terletak di luar
kawasan perkotaan yang padat penduduknya. Ini adalah wilayah di mana mayoritas
penduduknya terlibat dalam kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, atau sektor-
sektor ekonomi non-pertanian lainnya. Pedesaan sering dikaitkan dengan ciri-ciri seperti
kehidupan yang lebih tergantung pada alam, keragaman aktivitas ekonomi, kehidupan
masyarakat yang lebih tradisional, serta keterbatasan infrastruktur dan akses terhadap
layanan . Teori pertumbuhan pedesaan mencoba menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan perkembangan di pedesaan. Teori ini
menyoroti pentingnya faktor-faktor seperti investasi, teknologi, kebijakan pemerintah,
akses pasar, dan pertukaran informasi dalam merangsang pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan di pedesaan. Teori pertumbuhan pedesaan juga mempertimbangkan peran
sektor pertanian dan non-pertanian dalam proses ini.

Kemudian terdapat Teori difusi inovasi mengkaji penyebaran ide, teknologi, atau
inovasi baru di pedesaan. Teori ini menjelaskan bagaimana inovasi diterima, diadopsi,
dan disebarkan oleh masyarakat pedesaan. Faktor-faktor seperti komunikasi, interaksi
sosial, karakteristik inovasi, serta kepercayaan dan nilai-nilai budaya lokal
mempengaruhi proses difusi inovasi di pedesaan.Selanjutnya ada Konsep pembangunan
pedesaan berkelanjutan menekankan pentingnya mengembangkan pedesaan secara
holistik dan berkelanjutan. Pendekatan ini melibatkan integrasi dimensi ekonomi, sosial,
dan lingkungan dalam perencanaan dan implementasi kebijakan pembangunan
pedesaan. Pembangunan pedesaan yang berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pedesaan, mempertahankan dan melindungi sumber daya
alam, serta mempromosikan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan. Dan
terakir Teori pemberdayaan masyarakat pedesaan menekankan pentingnya
memberdayakan masyarakat pedesaan sebagai subjek aktif dalam pembangunan. Ini
melibatkan pemberdayaan ekonomi, sosial, dan politik masyarakat pedesaan melalui
partisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan, akses terhadap sumber daya dan
peluang, serta penguatan kapasitas individu dan kelompok.

Selanjutnya terdapat beberapa konsep-konsep yang mempengaruhi berkembangnya


daerah ataupun desa-desa sebagai berikut:
 Konsep Desa Mandiri: Konsep ini menekankan pada pemberdayaan masyarakat
desa dalam mengelola sumber daya lokal, mengembangkan usaha mikro dan
kecil, serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial di tingkat desa.
Desa mandiri berfokus pada pengembangan potensi lokal dengan partisipasi
aktif masyarakat.

 Konsep Desa Wisata:Konsep ini menggabungkan potensi alam, budaya, dan


pariwisata di pedesaan untuk mengembangkan destinasi wisata yang menarik
bagi wisatawan. Desa wisata mendorong partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan pariwisata, meningkatkan pendapatan, dan mempromosikan
kearifan lokal.

 Konsep Desa Digital: Konsep ini menekankan pemanfaatan teknologi informasi


dan komunikasi (TIK) di pedesaan untuk meningkatkan aksesibilitas informasi,
pengembangan usaha, pendidikan, dan pelayanan publik. Desa digital bertujuan
untuk mengurangi kesenjangan digital antara pedesaan dan perkotaan.

 Konsep Desa Agrowisata: Konsep ini menggabungkan pertanian, pariwisata, dan


pendidikan di pedesaan. Desa agrowisata mempromosikan wisata pertanian,
pengalaman langsung dengan aktivitas pertanian, serta edukasi tentang
agrikultur kepada wisatawan. Tujuannya adalah meningkatkan pendapatan
petani dan memperkenalkan kehidupan pedesaan kepada wisatawan.

Sejarah perkembangan desa di Indonesia sangatlah kompleks dan melibatkan


berbagai faktor budaya, politik, ekonomi, dan sosial. Beberapa teori yang dapat
menjelaskan perkembangan desa di Indonesia antara lain:

 Teori Desa Adat: Teori ini mengemukakan bahwa perkembangan desa di


Indonesia didasarkan pada sistem adat yang menjadi pijakan dalam kehidupan
masyarakat desa. Desa adat memiliki struktur sosial yang kuat, diatur oleh
aturan-aturan adat, dan terjalin dengan kearifan lokal. Desa-desa adat ini
menjaga nilai-nilai budaya, tradisi, dan hubungan kekeluargaan yang khas. Teori
ini menggarisbawahi peran penting budaya dan adat dalam membentuk identitas
desa di Indonesia.

 Teori Ketergantungan: Teori ini menyatakan bahwa perkembangan desa di


Indonesia dipengaruhi oleh hubungan ketergantungan antara desa dan pusat
kekuasaan, baik dalam konteks kolonial maupun pasca-kolonial. Desa menjadi
pusat produksi pertanian dan sumber daya alam yang dibutuhkan oleh pusat
kekuasaan, seperti pemerintah atau perusahaan. Desa sering kali mengalami
eksploitasi sumber daya dan ketergantungan ekonomi terhadap pusat kekuasaan.
Teori ini menyoroti dinamika politik dan ekonomi yang memengaruhi
perkembangan desa di Indonesia.

 Teori Modernisasi: Teori ini menggambarkan perkembangan desa di Indonesia


sebagai bagian dari proses modernisasi yang melibatkan perubahan sosial,
ekonomi, dan politik. Perubahan ini biasanya didorong oleh urbanisasi,
industrialisasi, serta modernisasi pertanian. Teori modernisasi menekankan
pentingnya transformasi struktural dan peningkatan produktivitas di pedesaan
untuk mencapai perkembangan yang lebih maju. Namun, teori ini juga
menghadapi kritik terkait implikasi negatifnya terhadap masyarakat pedesaan
tradisional.

 Teori Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat: Teori ini menekankan


pentingnya partisipasi aktif dan pemberdayaan masyarakat dalam perkembangan
desa di Indonesia. Pemerintah dan lembaga pembangunan bekerja sama dengan
masyarakat desa untuk merencanakan, melaksanakan, dan memantau program
pembangunan. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada
masyarakat desa untuk mengambil peran aktif dalam proses pembangunan,
sehingga mereka memiliki kontrol dan kepemilikan terhadap upaya
pembangunan yang dilakukan.

BAB lll
SEJARAH PERKEMBANGAN PEDESAAN DI INDONESIA

A. Era Kolonial
Reformasi yang mengakhiri era pemerintahan otoriter Orde Baru di bawah rezim
Soeharto telah melahirkan perobahan yang sangat signifikan dalam tatanan
kehidupan kenegaraan. Berbagai isu yang menjadi debat publik terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan desa yang hingga kini dipahami dalam berbagai
perspektif yang sangat didominasi oleh perspektif hukum dan politik. Adanya
perobahan format otonomi daerah sebagai sesuatu hal yang tidak terhindarkan,
kemudian melahirkan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini
sekaligus menandai berakhirnya era pemerintahan daerah yang sentralistik di bawah
UU No. 5 Tahun 1974 dan UU No 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa.
Sehingga membuka kembali sebuah wacana dan harapan baru untuk
mengembalikan satu perspektif tentang desa terutama yang terkait dengan posisi
desa yang terberdayakan. Bersamaan dengan terbukanya ruang publik dengan aturan
baru tersebut, memunculkan pula kesadaran baru yang menginginkan sebuah
pemerintahan demokratis, terdesentralisasi, dan pemberdayaan masyarakat lokal
yang, selain menuntut perlunya pengalokasian dan pendistribusian kekuasaan serta
kewenangan, juga menginginkan adanya diskresi dalam penetapan kebijakan publik
pada berbagai strata pelaksanaan pemerintahan.

Mitos tentang Republik Kecil yang merupakan institusi asli komuntas, sudah
hampir hilang ketika terjadi proses negara masuk ke desa dan desa dimasukkan ke
negara. Pada era kolonialisme, walaupun dalam regulasi pemerintahan kolonial baik
Belanda maupaun Jepang, desa diakui secara yuridis prinsipil seperti yang termuat
dalam pasal 71 Regeeringsreglement atau pasal 128 Indische-statsregeling
(Kartohadikoesoemo, 1984) dan Peraturan Pemerintahan Jepang No. 1 Tahun 1942
serta peraturan Osamu Seirei No 27/1942 (Soenardjo, 1984). Namun dalam
realitasnya, desa sebagian besar dimasukkan ke dalam sistem birokrasi dan ekonomi
politik kolonial.

Hal ini meletakkan desa dalam Negara sebagai obyek eksploitasi colonial karena
dijadikan sebagai wilayah yang “diharuskan” dapat memenuhi kebutuhan produksi
negara kolonial tersebut dalam bentuk bahan baku mentah. Efeknya adalah terjadi
perubahan instrument budaya local pada desa tersebut, terkait dengan kehidupan
ekonmi politik masyarakat desa. Desa yang pada berbagai wilayah di Indonesia
memiliki penamaan tersendiri, seperti :

- Dusun atau marga di Sumatera Selatan

- Dusundati di Maluku

- Kuta, uta, atau huta di Batak

- Nagari di Minang

- Gampong dan meunasah di Aceh

- Marga di Bengkulu

- Kampung di Gorontalo dan Kalimantan Tengah

- Paer atau pamusung di Nusa Tenggara Barat

- Kampung atau binua di masyarakat Dayak Pontianak

- Marga, dusun, atau kampung di Jambi

- Boya, Ngata/Ngapa, Kinta, Lembo di Sulawesi Tengah


- Lipu di Morowali, Sulawesi Tengah

- Lembang, Gallarang, wanua, banua, kampong di Sulawesi Selatan

- Tiyuh, anek, atau pekon di Lampung

Penyebutan desa yang beranekaragam tersebut menunjukkan karakter atau ciri khas
tersendiri, yang berkesesuaian dengan adat- istiadat atau kebudayaan lokal masing-
masing daerah. Penyebutan desa yang variatif tersebut bisa berupa sebuah konsep tanpa
makna politis, tetapi juga bisa berarti suatu posisi politik dan sekaligus posisi dihadapan
pihak atau kekuatan lain (supra desa).

secara umum sesuai tata pemerintahan desa di seluruh wilayah Indonesia di era
kolonialisme dikenal 3 macam bentuk kepemimpinan desa yaitu (Kartohadikoesoemo,
1984) :

1. Pimpinan pemerintahan diletakkan di tangan seorang kepala. Dalam hal ini maka
kekuasaan eksekutif dan tanggung jawab berada di tangan kepala desa. Terdapat di
Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, Minahasa, dan Bali.

2. Pimpinan pemerintahan dipegang oleh sebuah dewan. Dalam hal ini maka
kekuasaan eksekutif dan tanggung jawab dipegang oleh sebuah dewan
pemerintahan. Terdapat di Minangkabau, Palembang, Bangka, dan Bali.

3. Pimpinan desa yang terjadi dari dua orang kepala desa (kepala-kembar), dimana
yang seorang mengurusi urusan darat sedangkan yang lain mengurusi urusan
kelautan. Terdapat di daerah Kampar-kiri dan di Batak.

Akan tetapi ketiga bentuk tersebut mengalami perkembangan yang prinsipil selama
kolonialisme Belanda. Dengan dikeluarkannya peraturan perundang-undangan oleh
pemerintahan Raffles mengenai pengangkatan dan pemberhentian kepala desa seperti
yang tercamtum dalam Stb. 1819 No. 13, yang menyatakan bahwa penduduk desa bumi
putera diperbolehkan memilih kepala pemerintahannya sendiri. Kemudian untuk
mengukuhkannya diterbitkan ketentuan yang lebih jelas mengenai hal tersebut pada
tahun 1854 dalam pasal 171 UU Ketatanegaraan Hindia Belanda (Regeeringsreglement
1854), yang menyebutkan bahwa:

1) Desa-desa bumi putera dibiarkan memilih kepala desa sendiri.

2) Diperbolehkan mengurus rumah tangganya sendiri dan dalam batas tertentu juga
diberi wewenang untuk memberikan pidana bagi pelanggaran peraturan desa.
3) Dalam hal suatu desa berada dalam batas wilayah yang telah memiliki dewan
pemerinta daerah (wilayah perkotaan yang banyak dihuni oleh masyarakat Eropa),
maka hak otonomi itu dicabut atau ditunda pelaksanaannya.

4) Pemerintah menjamin agar hak-hak desa bumi putera tersebut dilindungi.

Sejak era pemerintahan Raffles dan Van den Bosch, desa sudah dipergunakan untuk
menjalankan kepentingan kolonial yakni untuk dan , namun desa baru mendapatkan
pengakuan secara yuridis-prinsipal dalam Regeeringsreglement tahun 1854 seperti yang
dikmeukakan diatas. Dalam peraturan tersebut ditetapkan bahwa :

1. Desa yang dalam peraturan itu disebut atas pengesahan kepala daerah (residen)
berhak untuk memilih kepalanya dan pemerintah desanya sendiri.

2. Kepada desa itu diserahkan hak untuk mengatur dan mengurus rumah-tangganya
sendiri dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang keluar dari gubernur
jenderal atau dari kepala daerah (residen).

UU Ketatanegaran Hindia Belanda tahun 1854 ini mempunyai satu pasal yang sama
yaitu pasal 71, yang sama dengan pasal 128 UU Ketatanegaraan India. Dimana dalam
ketentuan pasal tersebut ditetapkan bahwa:

1) Desa-desa bumi putera (pribumi) dibiarkan memilih kepala pemerintahan sendiri


sesuai dengan kebiasaan setempat, dan dengan persetujuan penguasa yang ditunjuk
menurut UU.

2) Dengan UU dapat ditentukan keadaan dimana penguasa desa ditunjuk oleh


pemerintah.

3) Kepala-kepala desa bumi putera diberikan hak mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh
pemerintah.

4) Jika ketentuan mengenai otonomi tersebut tidak sesuai dengan kondisi sosial dan
hak-hak yang dimiliki masyarakat di desa itu, maka pelaksanaan otonomi ditangguhkan.

5) Dengan UU atau ordonansi dapat diatur wewenang dari desa bumiputera untuk:

- Memungut pajak

- Dalam batas-batas tertentu memberikan hukuman terhadap pelanggaran ketentuan


yang berlaku
6) Desa yang sebagian atau seluruhnya berada dalam batas suatu kota dimana telah
dibentuk dewan pemerintah daerah atau kota yang otonom sepanjang dalam batas
wilayah tersebut dapat dihapuskan/diperkecualiakan dari berlakunya aturan otonomi.

Atas dasar ketentuan dalam Regeeringsreglement 1854 tersebut, maka kemudian


tahun 1906, pertama kalinya Gubernur Jenderal mengeluarkan peraturan khusus tentang
desa, dengan dikeluarkannya Ordonansi 3 Februari 1906. hal ini melahirkan peraturan
yang mengatur pemerintahan dan rumah tangga desa, dimana ordonansi ini berlaku
untuk wilayah Jawa dan Madura. Peraturan yang dimuat dalam Staatblad 1906 No. 83,
kemudian diubah dengan Staatblad 1910 No. 591, Staatblad 1913 No. 235 dan Staatblad
1919 No. 217 dikenal dengan nama “Inlandsche Gemeenten-Ordonnantie” Penjelasan
atas Ordonanntie itu yang dimuat dalam Bijblad 6567 mengatakan bahwa, ketetapan-
ketetapan dalam Ordonnantie tersebut secara konkret mengatur bentuk, hak dan
kewajiban kekuasaan pemerintah desa dari badan pemerintahan baik berdasarkan
hukum ketataprajaan maupun berdasarkan hukum perdata.

B. Era Kemerdekaan
Proses negaranisasi desa dilakukan dengan 2 instrumen peraturan perundang-
undangan. Hal ini terutama di era orde lama, yakni:

1) UU No. 13/1946 tentang Penghapusan Desa Perdikan Motivasi dihapusnya desa


perdikan adalah agar seluruh desa di wilayah Indonesia sejajar dan tidak ada hak
istimewa melekat pada salah satu desa. Desa perdikan merupakan desa yang
mempunyai hak istimewa, yaitu hak untuk tidak membayar pajak. Jika dicermati lebih
mendalam, UU ini berusaha merefleksikan kepentingan pemerintah pusat dalam
mengintegrasikan desa perdikan ke dalam kewenangan negara.

2) UU No. 14/1946 tentang Perubahan Tata cara Pemilihan Kepala Desa

Motivasi UU ini adalah untuk mempertegas kedudukan negara terhadap desa,


yaitu negara sebagai pemberi legitimasi politik terhadap proses pemerintahan di desa.
Desa tetap diberi hak dan kewenangan untuk mengatur sistem pemerintahannya sendiri,
yaitu bahwa desa tetap mempunyai hak untuk mengangkat dan memberhentikan kepala
desanya masing-masing tanpa intervensi negara. Sehingga desa-desa masih tetap dengan
keanekaragamannya. Meskipun disini negara mempertegas dirinya hanya sebagai
pemberi legitimasi politis belaka, namun yang perlu dicermati adalah bahwa justru
melalui UU tersebut juga proses pengintegrasian desa kedalam sub sistem negara sudah
mulai terjadi, yakni dengan cara pemberian legitimasi politis negara terhadap desa
tersebut.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Peningkatan Infrastruktur di Pedesaan


(Asnudin A, 2005) mengatakan bahwa Infrastruktur pedesaan dapat didefinisikan
sebagai infrastruktur yang bersifat fisik dan memberikan akses terhadap layanan dasar
maupun pelayanan sosial serta ekonomi bagi masyarakat di pedesaan .

Pembangunan infrastruktur sangat penting jika dibutuhkan lebih banyak lagi banyak
perhatian, terutama di desa-desa yang masih sangat sedikit peternakannya dan
infrastrukturnya. Tapi sekarang pembangunan infrastruktur yang dilakukan masih
bermasalah, saat ini pembangunan infrastruktur di pedesaan umumnya masih terbatas
terbatasnya akses pengambilan keputusan oleh masyarakat pedesaan karena
pembangunan desanya, hal ini disebabkan kurangnya koordinasi atau hubungan antara
pemerintah dan masyarakat tentang isu-isu pembangunan yang ada di desa yang sedang
dilaksanakan. Nampaknya pemerintah hanya menjadikan desa sebagai sasaran
pembangunan. Sehingga terjadi desa terpaksa menerima program pembangunan
tersebut terlepas dari apa sebenarnya perkembangan itu kebutuhan desa Masalahnya
adalah masyarakat Kemudian pertimbangkan perkembangan yang telah terjadi di kota
terbatas hanya pada hadiah yang diberikan oleh pemerintah bukan kebutuhan riil
masyarakat. bersama Kondisi ini menyebabkan infrastruktur dibangun sebelumnya
tindakan tidak ditargetkan, relevan atau tepat waktu yang pada akhirnya tidak dapat
dilakukan oleh infrastruktur yang dibangun sebelumnya memecahkan masalah yang
ada.

Infrastruktur mengacu pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, irigasi,


drainase, bangunan, dan fasilitas publik lainnya yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia di bidang sosial dan ekonomi. Sistem infrastruktur merupakan
penopang utama bagi berfungsinya sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas dasar
atau struktur, peralatan, fasilitas yang dibangun dan diperlukan untuk berfungsinya
sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat Infrastruktur ekonomi adalah suatu bentuk
Modal publik (public capital) terdiri dari investasi pemerintah yang meliputi jalan,
jembatan, dan sistem drainase (Mankiw, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa
infrastruktur cenderung menimbulkan perdebatan tentang barang publik, seperti yang
dijelaskan oleh Stiglizt (2000). Dia mengatakan, sebagian infrastruktur jalan merupakan
salah satu barang publik yang disediakan pemerintah.

1. Jaringan Jalan
Pengembangan jaringan jalan yang baik dan terhubung adalah kunci untuk
meningkatkan aksesibilitas transportasi di desa-desa. Peningkatan jalan desa, jalan
kabupaten, dan jalan provinsi akan memudahkan mobilitas penduduk desa dan
mengurangi ketergantungan pada jalan yang rusak atau tidak terhubung. Jaringan jalan
dalam infrastruktur desa di Indonesia memiliki beberapa sumber terkait yang terlibat
dalam pembangunan dan pemeliharaannya. Berikut adalah beberapa sumber terkait
yang terlibat dalam pengembangan jaringan jalan di pedesaan Indonesia

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) merupakan


kementerian yang bertanggung jawab atas pembangunan infrastruktur jalan di
Indonesia. Kementerian ini mengalokasikan anggaran dan merencanakan pembangunan
jalan nasional, termasuk jalan yang menghubungkan desa-desa dengan kota-kota besar.
Pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota juga berperan penting dalam pengembangan
jaringan jalan di pedesaan. Pemerintah daerah mengalokasikan anggaran dari APBD
untuk membangun, memperbaiki, dan memelihara jaringan jalan desa di wilayah
mereka.Selanjutnya Beberapa BUMN, seperti PT Hutama Karya, PT Waskita Karya,
dan PT Jasa Marga, terlibat dalam pembangunan jaringan jalan di Indonesia, termasuk
di pedesaan. BUMN ini dapat diberi kontrak oleh pemerintah untuk membangun dan
memperbaiki jalan desa.

Program Dana Desa merupakan inisiatif pemerintah yang memberikan alokasi dana
kepada desa-desa di Indonesia. Dana ini dapat digunakan untuk pengembangan
infrastruktur jalan desa, termasuk pembangunan baru, perbaikan, pemeliharaan, dan
peningkatan jalan. kemudian Lembaga keuangan internasional, seperti Bank Dunia dan
Asian Development Bank (ADB), dapat memberikan pinjaman dan bantuan teknis
kepada pemerintah Indonesia untuk pengembangan infrastruktur jalan di pedesaan.
Dana dari lembaga ini dapat digunakan untuk proyek-proyek pembangunan jalan desa.
Pihak swasta dan investor asing juga dapat berperan dalam pembangunan jaringan jalan
di pedesaan. Melalui kemitraan publik-swasta atau investasi langsung, mereka dapat
menyumbangkan modal, sumber daya, dan keahlian teknis untuk membangun atau
memperbaiki jalan desa.

Sumber-sumber ini berperan dalam pengembangan jaringan jalan desa di Indonesia


dan kolaborasi antara mereka dapat memastikan pembiayaan yang mencukupi serta
peningkatan aksesibilitas dan konektivitas di pedesaan.

2. Aksesibilitas Transportasi
Aksesibilitas dan layanan transportasi adalah kunci untuk memastikan bahwa
penduduk desa memiliki akses yang mudah ke sumber daya dan layanan dasar yang
diperlukan. Oleh karena itu, penduduk desa dapat memenuhi semua kebutuhan hidup
semudah penduduk kota. Aksesibilitas transportasi merupakan faktor penting dalam
perkembangan desa di Indonesia. Dengan meningkatnya aksesibilitas transportasi, desa-
desa dapat terhubung dengan kota-kota besar, pasar, pusat pemerintahan, serta
mendapatkan akses yang lebih baik ke layanan dan peluang ekonomi. Berikut ini adalah
beberapa aspek terkait aksesibilitas transportasi dalam perkembangan desa di Indonesia:

- Jaringan Jalan: Pengembangan jaringan jalan yang baik dan terhubung adalah
kunci untuk meningkatkan aksesibilitas transportasi di desa-desa. Peningkatan
jalan desa, jalan kabupaten, dan jalan provinsi akan memudahkan mobilitas
penduduk desa dan mengurangi ketergantungan pada jalan yang rusak atau tidak
terhubung.

- Transportasi Umum: Ketersediaan transportasi umum yang andal dan terjangkau


sangat penting bagi aksesibilitas desa. Pemerintah dapat meningkatkan layanan
bus, angkutan pedesaan, atau transportasi perintis untuk menghubungkan desa-
desa dengan kota-kota terdekat. Ini akan memfasilitasi mobilitas penduduk desa
untuk bekerja, berbelanja, dan mengakses layanan sosial.

- Infrastruktur Pelabuhan dan Pelabuhan Sungai: Bagi desa-desa yang terletak di


dekat perairan, infrastruktur pelabuhan dan pelabuhan sungai dapat menjadi
penting untuk aksesibilitas dan konektivitas. Pembangunan atau perbaikan
pelabuhan dan pelabuhan sungai akan memfasilitasi transportasi barang dan
orang antara desa-desa dengan kota-kota lainnya.

- Transportasi Air: Beberapa desa di Indonesia terletak di pulau-pulau terpencil


atau wilayah yang sulit dijangkau melalui darat. Dalam kasus ini, transportasi air
menjadi penting. Pengembangan kapal penyeberangan, kapal perintis, atau kapal
motor di daerah pesisir dan pulau-pulau terpencil dapat meningkatkan
aksesibilitas transportasi bagi penduduk desa.

- Infrastruktur Bandara dan Penerbangan: Untuk desa-desa yang terletak di daerah


terpencil atau terisolasi, infrastruktur bandara dan penerbangan dapat menjadi
solusi penting. Pembangunan atau perluasan bandara regional dan penerbangan
perintis dapat meningkatkan aksesibilitas bagi desa-desa yang sulit dijangkau
melalui transportasi darat atau air.

- Teknologi dan Inovasi Transportasi: Penggunaan teknologi dan inovasi


transportasi, seperti transportasi online, aplikasi berbagi kendaraan, atau sistem
transportasi cerdas, juga dapat meningkatkan aksesibilitas transportasi di desa-
desa. Hal ini dapat mempermudah penduduk desa untuk memesan atau berbagi
kendaraan dan meningkatkan efisiensi perjalanan.

Pemerintah Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah, memiliki peran penting
dalam memperbaiki aksesibilitas transportasi di desa-desa. Melalui program-program
pembangunan infrastruktur, peningkatan layanan transportasi, dan dukungan terhadap
inisiatif-inisiatif inovatif, aksesibilitas transportasi dapat ditingkatkan, yang pada
gilirannya akan mendorong perkembangan desa dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa.

B. Pertumbuhan Ekonomi dan Perubahan Sosial


Pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial di pedesaan Indonesia telah
mengalami perubahan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan modernisasi teknologi telah memainkan peran kunci dalam
mengubah lanskap pedesaan dan pola kehidupan masyarakat di sana. Pertumbuhan
ekonomi di pedesaan Indonesia telah didorong oleh sektor pertanian, pariwisata, industri
kecil, dan sektor lainnya. Peningkatan produksi pertanian melalui penggunaan teknologi
modern, pendekatan agribisnis, dan diversifikasi usaha telah membantu meningkatkan
pendapatan petani. Selain itu, sektor pariwisata telah menjadi sumber pendapatan yang
penting bagi banyak desa di Indonesia, dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang
berkunjung ke tempat-tempat wisata alam, budaya, dan sejarah di pedesaan.

Perubahan sosial juga terjadi sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi di


pedesaan. Seiring dengan peningkatan aksesibilitas dan konektivitas, masyarakat
pedesaan telah terhubung dengan dunia luar melalui teknologi informasi dan
komunikasi. Akses internet telah membuka peluang baru untuk edukasi, pemasaran, dan
akses informasi bagi masyarakat pedesaan. Hal ini juga mempengaruhi gaya hidup dan
budaya lokal, dengan adopsi budaya dan tren global yang semakin terlihat di pedesaan.
Selain itu, mobilitas penduduk dari desa ke kota juga menjadi perubahan sosial yang
signifikan. Peningkatan kesempatan kerja di sektor non-pertanian di kota telah
mendorong migrasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan. Ini dapat menyebabkan
perubahan pola keluarga, ikatan sosial, dan struktur sosial di pedesaan.

Namun, meskipun ada perkembangan positif, masih ada tantangan yang perlu
diatasi dalam pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial di pedesaan Indonesia.
Beberapa di antaranya adalah kesenjangan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan,
kurangnya infrastruktur yang memadai, dan keterbatasan akses terhadap layanan dasar
seperti pendidikan dan kesehatan. Pemerintah dan pemangku kepentingan terus bekerja
untuk mengatasi tantangan ini melalui kebijakan pembangunan pedesaan,
pengembangan infrastruktur, dan program pemberdayaan masyarakat pedesaan.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial di pedesaan


Indonesia menghadirkan peluang dan tantangan. Dalam menghadapi perubahan ini,
penting untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi berkelanjutan diimbangi
dengan upaya untuk memperkuat kesetaraan sosial, kesejahteraan masyarakat pedesaan,
dan pelestarian nilai-nilai budaya lokal.

1. Pertanian dan Agribisnis


Sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan
ekonomi, terutama di negara agraris yang beriklim tropis. Kemajuan pertanian
terwujud ketika para perencana pembangunan dalam hal ini pemerintah bersungguh-
sungguh dalam mengelola potensi alam yang ada dan mampu meningkatkan
kesejahteraan pengelola pertanian. Cara ini dapat ditempuh dengan cara menaikkan
harga yang mereka terima untuk produk yang mereka hasilkan, karena besarnya sektor
pertanian maka sektor ini memegang peranan penting sebagai penghasil input produksi
yaitu tenaga kerja untuk industri dan sektor modern lainnya. Sektor pertanian juga
merupakan sumber modal, kunci pertumbuhan ekonomi modern. Modal berasal dari
tabungan yang diinvestasikan dan tabungan dari pendapatan. Pembangunan pertanian
memerlukan tahapan-tahapan tertentu. Menurut Arsyad (2004:329), ada tiga tahapan
pembangunan pertanian. Pertanian tradisional (pertanian subsisten), menurut Todaro
(2000: 456), “pertanian subsisten klasik meningkat. Diversifikasi hasil pertanian,
menurut Todaro (2000:463), tahap ini disebut juga pertanian campuran atau pertanian
diversifikasi merupakan masa peralihan yang harus dilalui dalam peralihan dari
pertanian subsisten ke produk pertanian khusus. . Oleh karena itu, diversifikasi
pertanian merupakan langkah alami pertama dalam transisi dari pertanian tradisional
ke modern (komersial).

Saat ini, makanan pokok tidak lagi menjadi mayoritas produk pertanian karena
adanya budaya perdagangan baru seperti: Kami mengoperasikan buah-buahan, kopi,
kakao, teh, dll, dan juga melakukan peternakan sederhana.

Pertanian modern, tahap ini disebut juga dengan pertanian khusus. Ini mewakili tingkat
terdepan pertanian. “Tujuan utama dalam pertanian modern tidak lagi mampu
mendapatkan makanan untuk kita gunakan sendiri dan menjual kelebihannya.”
Keuntungan komersial adalah ukuran keberhasilan, dan nilai maksimum per hektar dari
usaha manusia dan hasil sumber daya alam adalah tujuan utama dari kegiatan pertanian.
(Arsyad, 2004:332). Oleh karena itu, seluruh produksi disesuaikan dengan kebutuhan
pasar. Gambaran Umum Deskripsi pertanian modern fokus pada jenis tanaman spesifik,
tanaman terspesialisasi, manajemen menggunakan peralatan modern dan didukung
modal besar. Sistem pertanian modern saat ini sering disebut agribisnis.

Dikutip dalam Sudaryanto dan Rusastra (2000: 46) Keseluruhan kebijakan


pembangunan pertanian 5 tahun mendatang harus mengacu pada GBHN yang dikaitkan
dengan pembangunan sektor pangan dan pertanian, antara lain: Mengembangkan
sistem ekonomi kerakyatan berdasarkan mekanisme pasar yang adil.] Mengembangkan
ekonomi global dengan mengembangkan know-how berbasis sumber daya dalam negeri
dan produk unggulan daerah serta menghilangkan segala perlakuan yang menyimpang
dan diskriminatif. Memperkuat peluang pengaruh pengusaha kecil, menengah dan
koperasi agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing. Mengoptimalkan peran negara
dalam mengembangkan kekuatan pelaku ekonomi pasar dengan menghilangkan segala
hambatan yang menghambat mekanisme pasar.Pengembangan sistem ketahanan pangan
dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang terkait dengan ketersediaan dan distribusi
pangan, diversifikasi pangan dan gizi, pemberdayaan/pendapatan petani dan
pembangunan pertanian berkelanjutan.

Pertanian dan agri bisnis merujuk pada sektor pertanian dan usaha komersial
yang terkait dengan produksi, pengolahan, distribusi, dan pemasaran produk pertanian.
Ini melibatkan berbagai kegiatan seperti budidaya tanaman, peternakan, perikanan,
pemrosesan makanan, distribusi produk pertanian, dan perdagangan komoditas
pertanian.Pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian banyak negara. Ini tidak
hanya menyediakan makanan untuk populasi, tetapi juga berkontribusi pada
pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan ekspor. Di sektor pertanian,
petani dan pelaku agri bisnis bekerja sama untuk memproduksi, mengolah, dan
memasarkan hasil pertanian.

Beberapa aspek yang terkait dengan pertanian dan agri bisnis meliputi:

- Pertanian berkelanjutan: Praktik pertanian yang berkelanjutan bertujuan untuk


mempertahankan produktivitas tanah, konservasi sumber daya alam, dan
menjaga keseimbangan ekosistem. Ini melibatkan penggunaan teknik budidaya
yang ramah lingkungan, pengurangan penggunaan pestisida dan pupuk kimia,
serta penerapan praktik pengelolaan air yang efisien.

- Teknologi pertanian: Perkembangan teknologi telah memainkan peran penting


dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas di sektor pertanian. Teknologi
seperti pertanian presisi, sensor pertanian, penginderaan jauh, dan otomatisasi
pertanian telah membantu petani meningkatkan produksi, mengoptimalkan
penggunaan sumber daya, dan mengurangi kerugian.

- Rantai pasokan pertanian: Agri bisnis melibatkan berbagai tahap dalam rantai
pasokan pertanian, termasuk pemrosesan, penyimpanan, distribusi, dan
pemasaran produk pertanian. Aspek ini melibatkan berbagai pelaku seperti
produsen, pedagang, perusahaan pengolahan makanan, distributor, dan pengecer.

- Pasar komoditas pertanian: Agri bisnis juga melibatkan perdagangan komoditas


pertanian di pasar global. Harga komoditas pertanian dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti produksi, permintaan global, cuaca, kebijakan perdagangan, dan
fluktuasi mata uang. Pelaku agri bisnis memantau pasar komoditas untuk
mengidentifikasi peluang dan risiko dalam perdagangan pertanian.

- Inovasi dan diversifikasi produk: Agri bisnis melibatkan pengembangan inovasi


produk dan diversifikasi untuk memenuhi permintaan konsumen yang beragam.
Contohnya termasuk produk makanan organik, makanan fungsional, produk
olahan, dan produk pertanian berbasis bioteknologi.

Pertanian dan agri bisnis memainkan peran penting dalam pemenuhan kebutuhan
pangan global, pengurangan kemiskinan di daerah pedesaan, dan keberlanjutan
lingkungan. Dalam menghadapi tantangan seperti perubahan iklim, ketahanan pangan,
dan keterbatasan sumber daya alam, inovasi dan pengembangan berkelanjutan dalam
sektor ini menjadi semakin penting.
2. Industri Kecil dan Menengah
Industri kecil dan menengah (IKM) memiliki peran yang sangat penting dalam
pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial di Indonesia. IKM tidak hanya
menciptakan lapangan kerja, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) negara. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan bahwa sektor IKM menyumbang sekitar 97% dari total lapangan kerja di
Indonesia pada tahun 2020. Penciptaan lapangan kerja ini berperan dalam mengurangi
tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, IKM
juga memiliki kontribusi yang signifikan terhadap PDB nasional. Menurut Kementerian
Perindustrian Indonesia, pada tahun 2020, sektor IKM menyumbang sekitar 61%
terhadap total PDB Indonesia. Kontribusi ini menunjukkan bahwa IKM memiliki peran
krusial dalam pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di negara ini.

IKM juga berperan penting dalam pemberdayaan ekonomi lokal. Banyak IKM
berbasis di daerah pedesaan dan daerah terpencil, sehingga mereka berperan dalam
mengurangi kesenjangan ekonomi antara perkotaan dan pedesaan. Melalui
pengembangan keterampilan dan peluang kewirausahaan yang diberikan oleh IKM,
masyarakat setempat dapat berpartisipasi secara aktif dalam aktivitas ekonomi,
meningkatkan taraf hidup mereka, dan mengurangi tingkat kemiskinan. Selain itu, IKM
juga membantu dalam diversifikasi ekonomi Indonesia. Dengan menghasilkan berbagai
produk dan jasa, seperti tekstil, kerajinan, makanan dan minuman, serta teknologi
informasi, IKM membantu mengurangi ketergantungan terhadap sektor-sektor yang
rentan terhadap fluktuasi pasar global. Diversifikasi ekonomi ini penting dalam
menciptakan kestabilan ekonomi jangka panjang dan mengurangi risiko yang terkait
dengan ketergantungan pada sektor tertentu.

IKM ini mendorong inovasi dan kreativitas di Indonesia. Banyak IKM yang
mengembangkan produk baru, menerapkan teknologi baru, atau mengadopsi praktik
bisnis yang lebih efisien. Hal ini tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
tetapi juga meningkatkan daya saing industri Indonesia di pasar global. Inovasi dan
kreativitas yang dihasilkan oleh IKM juga memainkan peran dalam memajukan sektor
industri secara keseluruhan, serta membuka peluang bagi pengembangan industri
berbasis pengetahuan dan teknologi

Meskipun IKM memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi dan
perubahan sosial di Indonesia, tantangan-tantangan tetap ada. Beberapa tantangan
tersebut meliputi akses terbatas terhadap modal, teknologi, sumber daya manusia yang
terampil, dan akses ke pasar yang lebih luas. Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah
Indonesia telah meluncurkan berbagai program dan kebijakan pendukung, seperti
program bantuan modal usaha dan pelatihan keterampilan dan infrastructure yang lebih
baik. Pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan akses IKM ke pasar melalui
inisiatif seperti pengembangan pusat-pusat perdagangan dan pameran, peningkatan
konektivitas logistik, dan promosi produk IKM secara aktif baik di dalam negeri
maupun di pasar ekspor.

Selain dukungan pemerintah, kolaborasi antara sektor swasta, lembaga


keuangan, dan lembaga pendidikan juga sangat penting dalam memperkuat
pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial yang melibatkan IKM. Melalui kerja sama
ini, IKM dapat mendapatkan akses ke sumber daya finansial yang lebih baik, bantuan
dalam pengembangan keterampilan, serta akses ke pengetahuan dan teknologi terkini.
Pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial yang melibatkan IKM memberikan
dampak yang signifikan bagi masyarakat Indonesia secara luas. Meningkatnya lapangan
kerja di sektor IKM mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan, serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan ekonomi lokal melalui IKM
membantu mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi antara daerah perkotaan dan
pedesaan. Diversifikasi ekonomi melalui IKM mengurangi ketergantungan pada sektor-
sektor yang rentan terhadap fluktuasi pasar, sementara inovasi dan kreativitas yang
dihasilkan oleh IKM meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.

Secara keseluruhan, IKM memiliki peran penting dalam memperkuat


pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial di Indonesia. Dengan dukungan yang tepat
dari pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan, IKM dapat terus berkembang
dan memberikan kontribusi yang lebih besar dalam menciptakan perekonomian yang
inklusif, berkelanjutan, dan berdampak positif bagi masyarakat Indonesia.Menurut Biro
Pusat Statistik (1998), mendefinisikan industri kecil dengan batasan jumlah karyawan
atau tenaga kerja dalam mengklasifikasikan skala industri yang dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok, sebagai berikut:

- Perusahaan atau industri rumah tangga jika memperkerjakan kurang dari 3


orang.

- Perusahaan atau industri pengolahan termasuk jasa industri pengolahan yang


mempunyai pekerja 1 sampai 19 orang termasuk pengusaha, baik perusahaan
atau usaha yang berbadan hukum atau tidak.

- Perusahaan atau industri kecil jika memperkerjakan antara 5 sampai 19 orang.

- Perusahaan atau industri sedang jika memperkerjakan antara 20 sampai 99


orang.

- Perusahaan atau industri besar jika memperkerjakan antara 100 atau lebih.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995: (Pasal 1): ayat
1, usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi
kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.

(Pasal 5): (1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, (2) memiliki hasil penjualan tahunan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,-, (3) milik warga negara Indonesia, (4) berdiri sendiri bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha
besar, (5) berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi

3. Pendidikan dan Kesehatan

a. Pendidikan

Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 merupakan usaha sadar dan


terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi.Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, berkahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tingkat pendidikan masyarakat pedesaan pada umumnya masih rendah dimana


mayoritas pendidikannya sampai tingkat Sekolah Mengah Pertama (SMP) sehingga
pengetahuan pendidikan yang mereka ketahui juga terbatas, karena tingkat
kesadaran masyarakat di komunitas pedesaan terhadap pendidikan formal masih
rendah. Hal ini tentunya dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah keadaan
ekonomi. Pendidikan yang berkualitas dan akses yang merata ke pendidikan
merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi pedesaan. Dengan
pendidikan yang baik, masyarakat pedesaan memiliki kesempatan untuk
meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan daya saing mereka. Ini membantu
dalam menciptakan lapangan kerja yang lebih baik, mendorong kewirausahaan, dan
mengurangi kesenjangan ekonomi.

Pendidikan juga berperan dalam pemberdayaan masyarakat pedesaan. Dengan


pendidikan yang baik, individu-individu di pedesaan memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi secara aktif dalam pengambilan keputusan, mengembangkan
keterampilan kepemimpinan, dan berkontribusi dalam pembangunan lokal. Hal ini
membantu menguatkan komunitas pedesaan secara keseluruhan.

b. Kesehatan
Kesehatan yang baik merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi
pedesaan. Ketika masyarakat pedesaan sehat, mereka lebih produktif dan dapat
berkontribusi secara optimal dalam aktivitas ekonomi. Penyediaan layanan
kesehatan yang terjangkau dan berkualitas di pedesaan, termasuk akses ke fasilitas
kesehatan, pemeriksaan kesehatan, dan imunisasi, dapat meningkatkan
kesejahteraan dan produktivitas masyarakat. Kesehatan juga berhubungan erat
dengan penurunan tingkat kemiskinan. Biaya kesehatan yang tinggi dapat menjadi
beban bagi masyarakat pedesaan yang sudah rentan secara ekonomi. Oleh karena
itu, akses ke layanan kesehatan yang terjangkau dan perlindungan sosial, seperti
asuransi kesehatan, dapat membantu melindungi masyarakat pedesaan dari risiko
keuangan yang disebabkan oleh masalah kesehatan.

Pendidikan dan kesehatan saling terkait dan saling mendukung dalam


menciptakan perubahan sosial dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di
pedesaan Indonesia. Peningkatan akses dan kualitas pendidikan serta peningkatan
akses ke layanan kesehatan yang terjangkau dapat memberikan dasar yang kuat bagi
masyarakat pedesaan untuk mengembangkan potensi mereka, mengurangi
kesenjangan sosial-ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah untuk meningkatkan


pendidikan dan kesehatan di pedesaan, termasuk peningkatan akses pendidikan
dasar, pembangunan sekolah dan sarana pendidikan, pengembangan program
kesehatan masyarakat, serta pengiriman tenaga medis ke pedesaan. Selain itu,
program pemberian beasiswa, bantuan pendidikan, dan pelatihan keterampilan juga
diberikan untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di pedesaan.

Dalam konteks perubahan sosial, pendidikan dan kesehatan berperan penting


dalam memberikan kesempatan yang setara bagi semua individu, termasuk
perempuan dan anak-anak di pedesaan. Dengan pendidikan yang baik, perempuan di
pedesaan dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan
mereka untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi dan pengambilan keputusan di
tingkat komunitas. Selain itu, pendidikan juga dapat membantu mengurangi
kesenjangan gender dan mendorong kesetaraan dalam masyarakat.

Selain itu, pendidikan dan kesehatan juga berkontribusi pada peningkatan


kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan kebersihan. Melalui
pendidikan kesehatan, masyarakat pedesaan dapat mempelajari praktik-praktik yang
sehat, seperti pola makan yang baik, sanitasi yang baik, dan pencegahan penyakit.
Hal ini dapat mengurangi angka kesakitan dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat pedesaan. Dalam jangka panjang, peningkatan pendidikan dan kesehatan
di pedesaan akan membawa perubahan sosial yang signifikan. Masyarakat pedesaan
yang teredukasi dan sehat memiliki peluang yang lebih baik untuk mengembangkan
potensi mereka, berpartisipasi dalam pembangunan lokal, dan menciptakan
perubahan yang berkelanjutan dalam komunitas mereka. Selain itu, akses yang lebih
baik terhadap pendidikan dan kesehatan di pedesaan juga dapat mendorong
mobilitas sosial, mengurangi kesenjangan ekonomi, dan memperkuat inklusi sosial.

Pentingnya pendidikan dan kesehatan dalam pertumbuhan ekonomi dan


perubahan sosial di sejarah pedesaan Indonesia tidak dapat disangkal. Oleh karena
itu, upaya terus-menerus perlu dilakukan untuk meningkatkan akses, kualitas, dan
keberlanjutan pendidikan dan kesehatan di pedesaan. Dukungan dari pemerintah,
lembaga pendidikan, organisasi masyarakat sipil, dan masyarakat secara
keseluruhan diperlukan untuk mencapai tujuan ini dan memastikan bahwa setiap
individu di pedesaan memiliki kesempatan yang setara untuk mengembangkan diri
dan berkontribusi pada pembangunan bangsa.

Terkait dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendidikan di pedesaan


dapat membawa dampak positif dalam pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas. Dengan peningkatan tingkat pendidikan di pedesaan, masyarakat akan
memiliki keterampilan dan pengetahuan yang lebih baik untuk beradaptasi dengan
perubahan teknologi, mengembangkan inovasi, dan mengoptimalkan potensi
ekonomi lokal. Pendidikan yang baik juga dapat mendorong kemampuan
berwirausaha di pedesaan, membantu masyarakat untuk memulai usaha mandiri,
mengembangkan industri kecil dan menengah, serta meningkatkan daya saing
ekonomi daerah.Selain itu, peningkatan kualitas kesehatan masyarakat pedesaan
juga memiliki dampak positif dalam pertumbuhan ekonomi. Masyarakat yang sehat
cenderung lebih produktif dan memiliki daya kerja yang kuat. Dengan demikian,
akses yang lebih baik ke fasilitas kesehatan, program pencegahan penyakit, dan
pemberdayaan masyarakat dalam hal kesehatan akan membantu mengurangi absensi
kerja dan penurunan produktivitas yang disebabkan oleh masalah kesehatan. Hal ini
akan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pedesaan secara keseluruhan. Selain kontribusi langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan kesehatan juga memiliki dampak sosial yang
signifikan di pedesaan. Peningkatan pendidikan di pedesaan dapat membantu
mengurangi kesenjangan sosial, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hak-
hak mereka, dan memperkuat partisipasi dalam kegiatan sosial dan politik. Hal ini
mendorong pemberdayaan masyarakat pedesaan, meningkatkan kualitas hidup, dan
memperkuat integrasi sosial di tingkat lokal.

Selain itu, pelayanan kesehatan yang baik juga dapat meningkatkan status sosial
dan peran perempuan di pedesaan. Dengan akses yang lebih baik terhadap layanan
kesehatan, perempuan di pedesaan dapat lebih baik menjaga kesehatan diri sendiri
dan keluarga, serta memainkan peran penting dalam penyebaran pengetahuan
kesehatan di komunitas. Hal ini membantu memperkuat posisi perempuan di
masyarakat pedesaan, meningkatkan partisipasi mereka dalam pengambilan
keputusan, dan mengurangi kesenjangan gender.

Secara keseluruhan, pendidikan dan kesehatan memiliki peran yang penting


dalam pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial di pedesaan Indonesia. Melalui
peningkatan akses, kualitas, dan keberlanjutan pendidikan serta pelayanan
kesehatan, masyarakat pedesaan dapat mengoptimalkan potensi mereka,
meningkatkan kualitas hidup, dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan
berkelanjutan. Dukungan dan kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan,
lembaga kesehatan, organisasi masyarakat, dan masyarakat secara luas sangat
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Pemerintah dapat memainkan peran
yang sangat penting dalam memberikan kebijakan, dana, dan sumber daya yang
diperlukan untuk meningkatkan pendidikan dan kesehatan di pedesaan. Ini termasuk
alokasi anggaran yang memadai untuk infrastruktur pendidikan dan kesehatan,
pelatihan guru dan tenaga medis, serta program-program yang mendukung akses dan
kualitas pendidikan dan kesehatan di pedesaan.Selain itu, lembaga pendidikan dan
kesehatan juga harus berperan aktif dalam meningkatkan layanan dan kualitas
pendidikan dan kesehatan di pedesaan. Ini dapat melibatkan pengembangan
kurikulum yang relevan dengan kebutuhan lokal, peningkatan kapasitas guru dan
tenaga medis pedesaan, serta pemberian dukungan teknis dan bimbingan kepada
sekolah dan fasilitas kesehatan di pedesaan.

Organisasi masyarakat sipil, LSM, dan komunitas juga memiliki peran penting
dalam memperkuat pendidikan dan kesehatan di pedesaan. Mereka dapat berperan
sebagai penggerak perubahan, memobilisasi sumber daya lokal, dan mengadvokasi
kepentingan masyarakat pedesaan dalam hal pendidikan dan kesehatan. Melalui
kolaborasi dengan pemerintah dan lembaga terkait, mereka dapat memperkuat akses,
partisipasi, dan kualitas pendidikan dan kesehatan di pedesaan.Selain upaya
tersebut, teknologi dan inovasi juga dapat menjadi alat yang kuat dalam
meningkatkan pendidikan dan kesehatan di pedesaan. Penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi dapat membantu dalam mengatasi hambatan geografis
dan akses terhadap pendidikan dan kesehatan di pedesaan. Misalnya, program
pembelajaran jarak jauh dan layanan kesehatan berbasis telemedicine dapat
membantu meningkatkan aksesibilitas dan kualitas layanan di pedesaan yang
terpencil. Dalam konteks pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial di sejarah
pedesaan Indonesia, pendidikan dan kesehatan memainkan peran yang tak
tergantikan. Peningkatan pendidikan dan kesehatan di pedesaan tidak hanya
berdampak pada aspek ekonomi, tetapi juga pada aspek sosial dan kesejahteraan
masyarakat. Melalui komitmen, kerjasama, dan upaya yang berkelanjutan dari
berbagai pihak terkait, Indonesia dapat membangun pedesaan yang kuat, inklusif,
dan berkelanjutan yang memberikan manfaat bagi seluruh masyarakatnya.

DAFTAR PUSTAKA

R.Bintarto, Desa Kota , (Bandung : Alumni, 2010).

N.Daldjoeni, Interaksi Desa – Kota,(Jakarta : Rineka Cipta, 2011).

http://www.berdesa.com/definisi-desa-menurut-berbagai-ahli.

Undang-Undang No.6 Tahun 2014

Pasal 1 ayat (12) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah.

Pasal 23 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang


Desa.

Rahman, A., & Bhattacharya, A. (2021). Factors affecting rural development: A study
on the geography of rural areas in India. Journal of Rural Studies, 85, 1-11.

Samari, D., et al. (2020). The Impact of Climate Change on Rural Areas in Iran.
Environmental Policy and Sustainable Development, 2(1), 79-95.

Hazarika, D. (2020). Natural Resources Management and Rural Development in India:


Issues and Challenges. Journal of Rural Studies, 80, 34-45.

World Bank. (2018). Rural Infrastructure Development: Challenges, Opportunities, and


Lessons Learned.https://www.worldbank.org/en/news/feature/2018/09/26/rural-
infrastructure-development-challenges-opportunities-and-lessons-learned

Assahun, A., & Abie, M. A. (2019). The Role of Education in Rural Development: The
Case of Ethiopian Rural Areas. International Journal of Education and Research,K
7(4), 141-158.

Bhattacharya, R., et al. (2019). Role of Rural Tourism in Sustainable Rural


Development. Journal of Rural Studies, 65, 143-152.

International Fund for Agricultural Development. (2016). Rural Development Report


Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. (2020).
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 9
Tahun 2020 Tentang Desa Mandiri.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2017). Peraturan Menteri Pariwisata


dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pengembangan Desa Wisata.

Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2016). Peraturan Menteri Komunikasi dan


Informatika Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Desa Broadband.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2020). Peraturan Menteri Pariwisata


dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2020 Tentang Desa
Agrowisata

Hefner, R. W. (2000). Civil Islam: Muslims and Democratization in Indonesia. Princeton


University Press.

Kusumah, T., & Pradono, B. (2009). The Modernization of the Indonesian Village: How
Politics and Economics Are Transforming the Rural Community. Yayasan Obor
Indonesia.

Soetomo, S. (1985). Desa dalam Perspektif Sosiologi: Tinjauan terhadap Pemikiran B.

Andi Asnudin. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi. UNTAD Press: Palu

Mankiw N,Gregory. 2006. Makro Ekonomi, Terjemahan: Fitria Liza, Imam Nurmawan.
Penerbit Erlangga:Jakarta Mardikanto, Totok. 2010. Konsepkonsep Pemberdayaan
Masyarakat. UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press):Surakarta

Stiglitz, Joseph. 2000. Globalization and its Discontent. Penguin Books:London.

Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Sudaryanto, Tahlim & Rusastra, I Wayan. 2000. Kebijaksanaan dan Perspektif


Penelitian dan pengembangan Pertanian dalam Mendukung Otonomi Daerah. FAE, 18
(1): 45-56

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 pasal 1 ayat (1), pasal 5
ayat (1-5)

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

Anda mungkin juga menyukai