Anda di halaman 1dari 49

PERAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM MENINGKATKAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KAMPUNG YEPEM DISTRIK

AGATS KABUPATEN ASMAT PROVINSI PAPUA TAHUN 2020

Diajukan Untuk Mengikuti Seminar Proposal

Disusun Oleh :

NAMA : THOMAS IKANUBUN

NIM : 123282020418139

PROGRAM STUDI : ILMU PEMERINTAHAN

SEKOLAH TINGGI ILMU-ILMU SOSIAL (STIS) TUAL DI AGATS

TAHUN

2021

HALAMAN PENGESAHAN
II

Proposal ini telah disetujui dan disahkan oleh dosen pembimbing I dan

pembimbing II serta diketahui oleh Ketua Pengelola, sehingga diajukan

untuk mengikuti ujian Proposal pada Sekolah Tinggi Ilmu-Ilmu Sosial

(STIS) Tual di Agats tahun 2021.

Pembimbing I Pembimbing II

TARSISIUS SARKOL, S.Sos, M.Si PAULUS KARMEL AYOMI, S.Sos, M.Si


NIDN. 1214148801 NIDN. 1216117901

Mengetahui,

Ketua Program Studi


Wakil Ketua Bidang Akademik
Ilmu Pemerintahan

JOHANIS LETSOIN, S.Sos, M.Si FREDERIKA RAHANRA, SH, M.Si

NIDN. 9912066801 NIDN. 124018601


III
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia

nikmatnya atas terselesaikannya proposal skripsi ini dengan tuntas,

meski mengalami kendala minim dalam proses penyusunannya.

Sebagai makhluk ciptaan Allah Yang Maha Kuasa, yang tak luput dari

kesalahan dan kekurangan, penulis pun sungguh menyadari bahwa karya

penulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Maka untuk itu, penulis

sangat mengharapkan hendak menyampaikan kata terima kasih kepada

semua pihak yang telah berkontribusi secara moriil maupun materiil

sehingga terselesaikannya karya penulisan ini.

Pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Silvius Rejaan, S.Sos, M.Si selaku Ketua Yayasan

Perguruan Tinggi Mutiara Maluku Tenggara besrta Staf

Yayasan,

2. Bapak Bernardus Rettob, S.Sos, M.Ap selaku Ketua Sekolah

Tinggi Ilmu-Ilmu Sosial (STIS) Tual,

3. Bapak Johanis Letsoin, S.Sos, M.Si, selaku Wakil Ketua Bidang

Akademik,

4. Ibu Frederika Rahanra, SH, M.Si, selaku Ketua Program Studi

Ilmu Pemerintahan,
v

5. Bapak Tarsisius Sarkol, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Peningkatan

Mutu STIS Tual,

6. Bapak Paulus Karmel Ayomi, S.Sos, M.Si, selaku Sekretaris

Program Studi Ilmu Pemerintahan,

7. Bapak Ibu Dosen dan Staf pada STIS Tual atas kesediaan

waktu dalam proses bimbingan,

8. Alm. Bapak Petrus John Ohoiwutun, S.Pd selaku Mantan Ketua

Pengelola STIS Tual dI Agats, terima kasih yang mendalam

atas segala pengorbananmu demi memotivasi dan

menginspirasi anak-anak asuhanmu, sungguh besar jasamu,

kini dan selamanya. Semoga beristirahat dengan damai di

KediamanNYA nan Kekal dan Abadi.

9. Ibu Hermince Ohee selaku Ketua Pengelola STIS Tual di Agats,

terima kasih atas saran, nasehat serta dorongannya sehingga

terbentuk dan terselesaikannya karya penulisan ini.

10. Bapak Aloysius Pasauran, SH, MH selaku Dosen Mata kuliah

Kapita Selekta, atas bimbingan dan pemantapan psikologis

11.Bapak Nicodemus Birak, S.IP selaku Dosen Pembimbing I, atas

bimbingan teknis dalam proses penyusunan sehingga

terselesaikannya proposal penelitian ini,


vi

12.Ibu Wilhelmina L. Suryani, S.Pd selaku Dosen Pembimbing II,

atas bimbingan teknis dalam proses penyusunan sehingga

terselesaikannya proposal penelitian ini.

13. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/I Angkatan Pertama Sekolah

Tinggi Ilmu-Ilmu Sosial (STIS) Tual di Asmat yang telah

memotivasi dan mensupport, baik secara langsung maupun

secara tidak langsung,

14. Segenap dosen dan staf Sekretariat Sekolah Tinggi Ilmu-Ilmu

Sosial (STIS) Tual di Agats atas waktu dan kesediaannya

hingga mengantarkan penyusun pada momen ini,

15. Keluarga, kerabat, sahabat dan sanak saudara/I yang telah

mengizinkan dan telah mendoakan penyusun sehingga dapat

tiba pada momen ini.

Semoga karya penulisan ini berkontribusi kepada proses evaluasi

BUMDES demi perbaikan ke depan.

Agats, 28 Juni 2021

Penyusun
vii

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN...................................................................................I

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................II

KATA PENGANTAR................................................................................III

DAFTAR ISI..............................................................................................vI

BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................1

B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah...............................3

a. Rumusan Masalah....................................................................3

b. Pembatasan Masalah...............................................................4

C. Tujuan Penelitian............................................................................4

D. Kegunaan Penelitiian......................................................................4

E. Definisi Operasional........................................................................5

BAB II. URAIAN TEORI............................................................................6

A. Kerangka Teori...............................................................................6

B. Kerangka Pikir................................................................................33

BAB III. METODE PENELITIAN...............................................................34

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian..........................................................34

a. Lokasi ..................................................................................34

b. Waktu........................................................................................34

B. Informan Penelitian.........................................................................34

C. Teknik Pengumpulan Data.............................................................35


viii

D. Teknik Analisis Data.......................................................................37

E. Sistematika Penulisan....................................................................39

Daftar Pustaka.........................................................................................40
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi pada zaman moderen berdampak pada

pendapatan masyarakat di pedesaan atau kampung, sehingga

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hisup, membutuhkan

kreatvititas dan inovasi sebagai bentuk upaya dalam menjawab

tantangan, perkembangan ekonomi global. Sumber daya

kampung/desa merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat sebagai obyek dalam meningkatkan pendapatan

keluarga.

Kampung Yepem adalah salah satu kampung di kabupaten Asmat

yang mempunyai atau mendirikan Badan Usaha Milik Kampung

(BUMKAM/BUM Desa) yang bergerak pada bidang usaha mikro

dengan obyek kegiatan pembuatan minyak kelapa dan minyak

VCO (Virgin Coconut Oil). Kegiatan tersebut sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, Bab X Badan Usaha

Milik Desa (BUMDES), pasal 90: c, yang berbunyi :

memprioritaskan Badan Usaha Milik Desa dalam pengelolaan

sumber daya desa/kampung, maka Pemerintah Daerah Kabupaten

Asmat, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

dalam menjawab kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini,


2

mendukung pembentukan Badan Usaha Milik Kampung sebagai

mitra Pemerintah dalam mengembang ekonomi kampung.

Pemerintah Kabupaten Asmat menetapkan Peraturan Bupati Asmat

Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengembangan

Badan Usaha Milik Kampung pada pasal 4 tentang Pendirian

Badan Usaha Milik Kampung.

Kebijakan pemerintah sebagai peluang agar dapat dimanfaatkan

oleh Pemerintah Kampung dalam pemberdayaan sumber daya

masyarakat dengan memanfaatkan potensi sumber daya lokal yang

merupakan kekayaan kampung. Namun dalam mengelola Badan

Usaha Milik Kampung, Pemerintah kampung Yepem mengalami

berbagai kendala, antara lain : kurangnya sumber daya manusia,

kurangnya perhatian dari dinas dan instansi terkait dalam

memberikan dukungan / support dalam pengembangan komoditi /

produk, dan juga peluang pemasaran / marketing dan tuntutan

kebutuhan atau peminat atas hasil produksi yang masih rendah.

Maka diharapkan bahwa pemerintah sebagai fasilitas

penyelenggara pembangunan, dalam hal ini, pengembangan

ekonomi dapat memberikan solusi untuk menjawab permasalahan

yang dihadapi masyarakat kampung Yepem sebagai pelaku atau

produsen yang mengelola sumber daya kampung.


3

Adapun tujuan dari BUM Desa, yakni :

a. meningkatkan perekonomian Desa;

b. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk

kesejahteraan Desa;

c. meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi

ekonomi Desa;

d. mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa

dan/atau dengan pihak ketiga;

e. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung

kebutuhan layanan umum warga;

f. membuka lapangan kerja;

g. meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan

pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi

Desa; dan

h. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan

Asli Desa

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah

a. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana peran BUM Desa dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarkat kampung Yepem, Kabupaten Asmat,

Provinsi Papua.
4

b. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya konteks pembahasan topik ini, maka

penyusun membatasi pokok pembahasan dengan

memfokuskan pada hal-hal sebagai berikut :

1. Pengelolaan dana BUM Desa tahun 2019

2. Peran BUM Desa bagi masyarakat kampung Yepem

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran BUM

Desa dalam mensejahterakan masyarakat kampung Yepem, Distrik

Agats, Kabupaten Asmat. Provinsi Papua.

D. Kegunaan Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah untuk menambah ilmu

pengetahuan terkait dengan program BUM Desa, dan

rujukan untuk penelitian lanjutan.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini, yaitu : dapat menjadi bahan

evaluasi bagi pemerintah daerah dan instansi terkait untuk

melakukan perbaikan terkait peran BUM Desa.


5

E. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan alur yang memberikan fokus

penelitian yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui

badan usaha milik kampung.

Berdasarkan definisi operasional di atas, penulis

menetapkan variabel yang mempengaruhi pengelolaan badan

usaha milik kampung sebagai indikator dalam mendukung

kesejahteraan masyarakat kampung Yepem, antara lain :

a. Strategi Pemasaran Produksi

b. Faktor Pendukung Badan Usaha Milik Kampung

Indikator di dalam penelitian ini upaya yang dilakukan untuk

memaksimalkan pengolahan sumber daya kampung dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat kampung Yepem


6

BAB II

URAIAN TEORI

A. Kerangka Teori

1. Pengertian Peran

Secara etimologi, peran berarti seseorang yang melakukan

tindakan yang di mana tindakan tersebut diharapkan oleh

masyarkat lain. Artinya setiap tindakan yang dimiliki setiap

individu memiliki arti penting untuk sebagian orang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 2), peran

diartikan sebagai bagian yang dimainkan dalam suatu kegiatan

dalam adegan film, sandiwara dengan berusaha bermain baik dan

secara aktif dibebankan kepadanya. Selain itu, di KBBI juga

menyebutkan peranan merupakan tingkah seorang pemain yang

memiliki sifat yang mampu menghasilkan dan menggerakkan

sesuatu hal yang baik ke dalam sebuah peristiwa.

Secara umum, pengertian peran adalah suatu rangkaian

perilaku yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisi

sosial, baik secara formal maupun informal.

Ada juga yang mengatakan bahwa arti peran adalah

tindakan yang dilakukan individu atau sekelompok orang dalam

suatu peristiwa, dan merupakan pembentuk tingkah laku yang


7

diharapkan dari seseorang yang memiliki kedudukan di

masyarakat.

Peran adalah suatu aspek dinamis dari status sosial atau

kedudukan. Artinya, ketika seseorang dapat melaksanakan

kewajiban dan mendapatkan haknya maka orang tersebut telah

menjalankan sebuah peran.

Peran lebih mengedepankan fungsi penyesuaian diri dan

sebagai sebuah proses. Peran seseorang mencakup tiga hal,

yaitu:

a) Peran merupakan bagian dari peraturan (norma-norma)

yang membimbing seseorang di dalam masyarakat.

b) Peran adalah sesuatu yang seharusnya dilakukan

individu di dalam suatu masyarakat.

c) Peran adalah perilaku individu yang memiliki peranan

penting di dalam struktur sosial masyarakat.

Berikut adalah beberapa pengertian peran menurut

beberapa ahli, antara lain :

1) Suhardono

Menurut Suhardono (1994), pengertian peran adalah

patokan atau ukuran yang ada dalam kehidupan manusia

sehingga berfungsi untuk membatasi perilaku dalam

setiap posisi.
8

2) Poerwadarminta

Menurut Poerwadarminta, pengertian peran adalah suatu

tindakan yang dilakukan seseorang berdasarkan

peristiwa yang melatar belakanginya. Peristiwa tersebut

bisa dalam hal baik dan hal buruk sesuai dengan

lingkungan yang sedang mempengaruhi dirinya untuk

betindak.

3) Soekanto

Menurut Soekanto (2009), arti peran adalah suatu

pekerjaan yang dilakukan dengan dinamis sesuai dengan

status atau kedudukan yang disandang. Status dan

kedudukan ini sesuai dengan keteraturan sosial, bahkan

dalam keteruran tindakan semuanya disesuaikan dengan

peran yang berbeda.

4) Riyadi

Menurut Riyadi (2002), pengertian peran adalah sebuah

orientasi atau konsep yang terbentuk karena suatu pihak

dalam oposisi sosial di kehidupan masyarakat. Hal ini di

dasari pada invidu dan alasan untuk melangsungkan

tindakan yang diinginkan.

5) Mifta Thoha
9

Menurut Mifta Thoha (2002), peran adalah serangkaian

perilaku seseorang yang dilakukan berdasarkan dengan

karakternya. Kondisi ini bisa dilatarbelakangi oleh

psikologi seseorang setiap melakukan tindakan yang

diinginakn, sesuai kata hatinya.

6) Katz dan Kahn

Menurut Katz dan Kahn, pengertian peran adalah suatu

tindakan yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan

karakter dan kedudukannya. Hal ini di dasari pada fungsi-

fungsi yang dilakukan dalam menunjukan kedudukan

serta karakter kepribadian setiap manusia yang

menjalankannya.

Konsep Peran

Dari penjelasan di atas diketahui bahwa peran dan status

sosial merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Adapun

konsep peran adalah sebagai berikut:

1) Persepsi Peran

Persepsi Peran adalah pandangan kita terhadap tindakan

yang seharusnya dilakukan pada situasi tertentu.

Persepsi ini berdasarkan interpretasi atas sesuaty yang

diyakini tentang bagaimana seharusnya kita berperilaku.

2) Ekspektasi Peran
10

Ekspektasi peran merupakan sesuatu yang telah diyakini

orang lain bagaimana seseorang harus bertindak dalam

situasi tertentu. Sebagian besar perilaku seseorang

ditentukan oleh peran yang didefinisikan dalam konteks di

mana orang tersebut bertindak.

3) Konflik Peran

Saat seseorang berhadapan dengan ekspektasi peran

yang berbeda, maka akan menghasilkan konflik peran.

Konflik ini akan muncul saat seseorang menyadari bahwa

syarat satu peran lebih berat untuk dipenuhi ketimbang

peran lain.

Struktur Peran

Secara umum, struktur peran dapat dikelompokkan menjadi

dua bagian, yaitu:

1) Peran Formal

Peran formal merupakan peran yang nampak jelas, yaitu

berbagai perilaku yang sifatnya homogen. Contohnya

dalam keluarga, suami/ ayah dan istri/ibu memiliki peran

sebagai provider (penyedia), pengatur rumah tangga,

merawat anak, rekreasi, dan lain-lain.

2) Peran Informal
11

Peran informal merupakan peran yang tertutup, yaitu

suatu peran yang sifatnya implisit (emosional) dan

umumnya tidak terlihat di permukaan. Tujuan peran

informal ini adalah untuk pemenuhan kebutuhan

emosional dan menjaga keseimbangan dalam keluarga.

Jenis-Jenis Peran

Mengacu pada penjelasan di atas, peran dapat dibagi

menjadi tiga jenis. Menurut Soerjono Soekamto, adapun jenis-

jenis peran adalah sebagai berikut:

1) Peran Aktif

Peran aktif adalah peran seseorang seutuhnya selalu aktif

dalam tindakannya pada suatu organisasi. Hal tersebut

dapat dilihat atau diukur dari kehadirannya dan

kontribusinya terhadap suatu organisasi.

2) Peran Partisipasif

Peran partisipasif adalah peran yang dilakukan

seseorang berdasarkan kebutuhan atau hanya pada saat

tertentu saja.

3) Peran Pasif

Peran pasif adalah suatu peran yang tidak dilaksanakan

oleh individu. Artinya, peran pasif hanya dipakai sebagai


12

simbol dalam kondisi tertentu di dalam kehidupan

masyarakat.

Berdasarkan sejumlah uraian teori yang telah dikemukakan

oleh beberapa ahli sebelumnya, maka penyusun menyimpulkan

bahwa peran merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang

atau sekumpulan orang untuk menghasilkan suatu perubahan

yang diinginkan oleh masyarakat berdasarkan kedudukan atau

jabatan yang dimiliki seseorang atau sekumpulan orang tersebut.

2. Pengertian Badan Usaha Milik Desa

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) yang didefinisikan

pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 2 UU No. 4 tahun

2015 tentang Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan

Pembubaran Badan Usaha Milik Desa, sebagai :

“Badan Usaha Milik Desa, selanjutya disebut BUM Desa, adalah

badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki

oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari

kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa

pelayanan dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya

kesejahteraan masyarakat Desa.”

Dari penjelasan di atas, maka penyusun menyimpulkan bahwa

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) merupakan suatu

organisasi yang mengutamakan peningkatan kesejahteraan


13

masyarakat lokal, dan bukan keuntungan semata-mata, melalui

pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang

ada di kampung.
14

3. Pengertian Meningkatkan

(kata dasar: tingkat)

Menurut seorang ahli bernama Adi S, (2003: 67)

peningkatan berasal dari kata tingkat. Yang berarti lapis atau

lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan. Tingkat

juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan

peningkatan berarti kemajuan. Secara umum, peningkatan

merupakan upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas

maupun kuantitas. Peningkatan juga dapat berarti penambahan

keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu,

peningkatan juga berarti pencapaian dalam proses, ukuran, sifat,

hubungan dan sebagainya. (Zamroni,2007:2)

Kata peningkatan juga dapat menggambarkan perubahan dari

keadaan atau sifat yang negatif berubah menjadi positif.

Sedangkan hasil dari sebuah peningkatan dapat berupa kuantitas

dan kualitas. Kuantitas adalah jumlah hasil dari sebuah proses

atau dengan tujuan peningkatan. Sedangkan kualitas

menggambarkan nilai dari suatu objek karena terjadinya proses

yang memiliki tujuan berupa peningkatan. Hasil dari suatu

peningkatan juga ditandai dengan tercapainya tujuan pada suatu

titik tertentu. Di mana saat suatu usaha atau proses telah sampai

pada titik tersebut maka akan timbul perasaan puas dan bangga

atas pencapaian yang telah diharapkan.


15

Suatu usaha untuk tercapainya suatu peningkatan biasanya

diperlukan perencanaan dan eksekusi yang baik. Perencanaan

dan eksekusi ini harus saling berhubungan dan tidak menyimpang

dari tujuan yang telah ditentukan.

Dari uraian yang telah dijabarkan di atas maka, penyusun

menyimpulkan bahwa pengertian kata meningkatkan dapat

didefinisikan sebagai suatu usaha/proses perubahan (transisi)

dari keadaan/kondisi awal menuju keadaan/kondisi yang baru,

yang dapat dinilai sebagai suatu perubahan/pergeseran yang

positif ataupun negatif.

4. Pengertian Sejahtera

Menurut Pigou (1960), teori ekonomi kesejahteraan adalah

bagian dari kesejahteraan sosial yang dapat dikaitkan secara

langsung maupun tidak langsung dengan pengukuran uang.

Kesejahteraan dapat didekati berdasarkan dua hal (Campbell,

1976; Sumawan dan Tahira, 1993; Milligan et al., 2006), yaitu: 1)

kesejahteraan subjektif dan 2) kesejahteraan objektif.

Kesejahteraan dialamatkan bagi tingkat individu, keluarga, dan

masyarakat. Pada tingkat individu, perasaan bahagia atau sedih,

kedamaian atau kecemasan jiwa, dan kepuasan atau

ketidakpuasan merupakan indikator subjektif dari kualitas hidup.

Pada tingkat keluarga, kecukupan kondisi perumahan

(dibandingkan standar), seperti ada tidaknya air bersih,


16

merupakan contoh indikator objektif. Kepuasan anggota keluarga

mengenai kondisi rumah merupakan indikator subjektif. Pada

tingkat masyarakat, beberapa contoh dari indikator objektif di

antaranya adalah angka kematian bayi, angka pengangguran dan

tuna wisma. Kesejahteraan subjektif diukur dari tingkat

kebahagiaan dan kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat.

Pendekatan ini merupakan ukuran kesejahteraan yang banyak

digunakan di negara maju termasuk Amerika Serikat.

Fergusson et al., (1981); Martin (2006) menyatakan bahwa

terminologi yang sering digunakan dalam penelitian yang

membahas kesejahteraan adalah standard living, well-being,

welfare, dan quality of life. Menurut Just et al., 1982, dalam kajian

ekonomi kesejahteraan yang bertujuan untuk menolong

masyarakat membuat pilihan yang lebih baik, kesejahteraan

seseorang dilihat dari willingness to pay saat individu atau

masyarakat berperan sebagai konsumen. Kesejahteraan

merupakan sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari

hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima. Namun demikian

tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang

bersifat relatif karena tergantung dari besarnya kepuasan yang

diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut

(Sawidak, 1985). Tingkat kepuasan yang terkait emosional akan

mempengaruhi aspek tingkah laku individu untuk menilai


17

kepuasan pada variabel-variabel lainnya seperti kepuasan pada

kualitas kehidupan (Currivan, 1999; Lambert et al., 2001; Robbins

dan Judge, 2007; Falkenburg dan Schyns, 2007). Nilai kepuasan

emosional juga akan meningkatkan kinerja dan kontribusi individu

pada lingkungannya (Lock, 1976; Viswesvaran dan Ones, 2000;

Butler dan Rose, 2011).

Ukuran lainnya kesejahteraan adalah proporsi pengeluaran

untuk pangan. Menurut Bubolz dan Sontag (1993), kesejahteraan

merupakan terminologi lain dari kualitas hidup manusia (quality of

human life), yaitu suatu keadaan ketika terpenuhinya kebutuhan

dasar serta terealisasinya nilai-nilai hidup. Zeitlin et al., (1995)

menggunakan istilah kesehatan sosial keluarga dan

kesejahteraan sosial keluarga bagi keluarga yang dapat

melahirkan individu (anak) dengan pertumbuhan dan

perkembangan yang baik.

Menurut Whithaker dan Federico (1997), pengertian

kesejahteraan sosial merupakan sistem suatu bangsa tentang

manfaat dan jasa untuk membantu masyarakat guna memperoleh

kebutuhan sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan yang penting

bagi kelangsungan masyarakat tersebut. Seseorang yang

mempunyai kekurangan kemampuan mungkin memiliki

kesejahteraan yang rendah, kurangnya kemampuan dapat berarti

kurang mampu untuk mencapai fungsi tertentu sehingga kurang


18

sejahtera. Terdapat beragam pengertian mengenai

kesejahteraan, karena lebih bersifat subjektif dimana setiap orang

dengan pedoman, tujuan dan cara hidupnya yang berbeda-beda

akan memberikan nilai-nilai yang berbeda pula tentang

kesejahteraan dan faktor-faktor yang menentukan tingkat

kesejahteraan (Sianipar, 1997).

Menurut Sumarti (1999), perbedaan status sosial budaya

dan spesialisas kerja akan menghasilkan persepsi kesejahteraan

yang berbeda pula. Terdapat kelompok masyarakat yang

menggunakan ukuran kesejahteraan bersumber pada simbol

kekuasaan budaya-politik, sementara monetisasi ekonomi

menghantarkan kalangan masyarakat pada umumnya untuk lebih

menggunakan ukuran kesejahteraan ekonomi dibandingkan

ukuran kesejahteraan sosial. Skoufias et al., (2000) menyatakan

bahwa pengukuran kesejahteraan bersifat subjektif manakala

berkaitan dengan aspek psikologis yaitu diukur dari kebahagiaan

dan kepuasan. Mengukur kesejahteraan secara objektif

menggunakan patokan tertentu yang relatif baku, seperti

menggunakan pendapatan per kapita, dengan mengasumsikan

terdapat tingkat kebutuhan fisik untuk semua orang hidup layak.

Ukuran yang sering digunakan adalah kepemilikan uang, tanah,

atau aset. Pada prinsipnya aspek yang dapat diamati dalam

menganalisis kesejahteraan hampir sama, yaitu mencakup


19

dimensi: pendapatan, pengeluaran untuk konsumsi, status

pekerjaan, kondisi kesehatan, serta kemampuan untuk

mengakses dan memanfaatkan kebutuhan dasar (seperti air,

sanitasi, perawatan kesehatan dan pendidikan). Sedang menurut

Rambe (2004), kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan

penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diliputi rasa

keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang

memungkinkan setiap warganegara untuk mengadakan usaha-

usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang

sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta masyarakat.

Berdasarkan tingkat ketergantungan dari dimensi standar hidup

(standard of living) masyarakat, maka tingkat kesejahteraan

masyarakat dapat dibedakan kedalam satu sistem kesejahteraan

(well-being) dan dua subsistem, yakni: 1) subsistem sosial; dan 2)

subsistem ekonomi, dengan beberapa faktor di antaranya

kesejahteraan manusia, kesejahteraan sosial, konsumsi, tingkat

kemiskinan, dan aktivitas ekonomi (World Bank: Santamarina et

al., 2004).

Dari uraian-uraian beberapa ahli di atas, penyusun

menyimpulkani bahwa ukuran tingkat kesejahteraan dapat dinilai

dari kemampuan seorang individu atau kelompok dalam

usahanya memenuhi kebutuhan material dan spiritualnya.

Kebutuhan material dapat kita hubungkan dengan pendapatan


20

yang nanti akan mewujudkan kebutuhan akan pangan, sandang,

papan dan kesehatan. Kemudian kebutuhan spiritual kita

hubungkan dengan pendidikan, kemudian keamanan dan

ketentraman hidup

5. Pengertian Masyarakat

Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab musyarakah.

Dalam bahasa Arab sendiri masyarakat disebut dengan sebutan

mujtama`, yang menurut Ibn Manzur dalam Lisan al`Arab

mengandung arti (1) pokok dari segala sesuatu, yakni tempat

tumbuhnya keturunan, (2) kumpulan dari orang banyak yang

berbeda-beda. Sedangkan musyarakah mengandung arti

berserikat, bersekutu dan saling bekerjasama.

Jadi dari kata musyarakah dan mujtama` sudah dapat ditarik

definisi ataupun pengertian bahwa masyarakat adalah kumpulan

dari orang banyak yang berbeda-beda tetapi menyatu dalam

ikatan kerja sama, dan mematuhi peraturan yang disepakati

bersama. Begitu pula menurut pendapat para ahli di bidangnya

bahwa pengertian atau definisi masyarakat pada dasarnya adalah

sama, yaitu : sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan

golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan

yang sama. Meski pada konteksnya berbeda-beda.

Masyarakat terbagi menjadi dua, yakni :


21

a) Masyarakat Tradisional

b) Masyarakat Moderen

Masyarakat Tradisional

Masyarakat tradisional merupakan kelompok masyarakat

yang selalu menjunjung tinggi para leluhurnya dan memegang

teguh adat istiadatnya. Masyarakat tradisional ini memiliki

pandangan bahwa melakukan apa yang telah diwariskan nenek

moyang nya menjadi suatu nilai hidup, cita-cita norma, dan

harapan, serta suatu kewajiban dan kebutuhan.

Anggapan mereka apabila menjalankan tradisi leluhur berarti

menjaga keharmonisan masyarakat dan jika melanggar tradisi

berarti merusak keharmonisan. Masyarakat tradisional sering

disebut juga dengan masyarakat primitif karena masyarakat

tradisional memiliki penguasaan teknologi yang rendah.

Masyarakat Modern

Masyarakat modern merupakan masyarakat yang telah

mengalami perubahan baik itu dalam bidang ilmu pengetahuan

maupun teknologi. Masyarakat modern ijuga merupakan

masyarakat yang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi dan

kondisi zaman atau hidup sesuai dengan konstelasi zamannya.

Akibat dari kondisi dan situasi setiap masyarakat berbeda,

Karenannya modernisasi atau proses menuju masyarakat modern


22

antara masyarakat yang satu dengan yang lain tidak sama/

berbeda.

Ciri – Ciri Masyarakat Tradisional & Modern

Ciri–Ciri yang sangat menonjol di antara masyarakat

Tradisional dengan masyarakat modern ini, Di antaranya :

a) Masyarakat Tradisional

1) Masyarakat Bersifat Homogen (Serba Sama)

Dalam satu wilayah, Hampir semua golongan dalam

masyarakat ini memiliki mata pencaharian, keturunan,

dan tradisi yang sama. Apabila terjadi Sesuatu yang

berbeda itu akan dianggap merusak tatanan

kehidupan dan nilai-nilai leluhur.

2) Penggunaan Teknologi Rendah

Umumnya, Masyarakat tradisional menutup diri

terhadap semua perubahan dan budaya asing, ini

menjadikan penggunaan teknologi dalam kehidupan

sehari-hari juga sangat rendah. Contoh misalnya

masih mengunakan kerbau untuk membajak sawah

di banding menggunakan traktor, Meskipun hasilnya

lebih cepat dan hemat tenaga.

3) Jumlah Anggota Masyarakat Sedikit


23

Masyarakat tradisional umumnya berada di daerah

tertentu dengan wilayah yang terbatas. Oleh karena

itu, masyarakat ini jumlahnya tidak teralu banyak.

Namun, dengan jumlah yang sedikit menyebabkan

mereka saling mengenal satu sama lain, hubungan

dan interaksi dalam masyarakat sangat tinggi, rasa

persaudaraan atau kebersamaan yang melahirkan

semangat saling membantu, dan kasih sayang lebih

dominan.

4) Mobilitas / Pergerakannya Rendah

Sesuai dengan sifat masyarakat yang tertutup.

masyarakat ini enggan keluar dari daerah/

wilayahnya. Mereka beranggapan tempat yang paling

aman dan nyaman adalah daerah atau masyarakat

mereka sendiri. Mobilitas masyarakat yang masuk

dalam daerah mereka terbatas

5) Statis

Masyarakat statis, Itu artinya cenderung tidak ada

pergerakan ke arah yang lebih maju. Meskipiun ada,

pergerakan tersebut akan berjalan sangat lambat.

b) Masyarakat Modern

1) Heterogen
24

Dengan kondisi masyarakat yang lebih terbuka

dengan segala hal yang baru menyebabkan segala

sesuatu menjadi lebih heterogen atau beragam dan

juga mata pencaharian masyarakat lebih beragam

dan tidak lagi tergantung pada kondisi alam.

2) Penggunaan Teknologi Tinggi.

Masyarakat modern, kepercayaan mereka terhadap

teknologi sangat besar. Hampir semua aktiviats yang

dilakukan menggunakan teknologi modern dan serba

cepat. Masyarakat modern umumnya berpandangan

bahwa menjaga, memelihara, dan melaksanakan

nilai-nilai merupakan satu upaya agar keharmonisan

kehidupan tetap terjalin.

3) Mobilitas Tinggi

Peristiwa perpindahan dan perubahan masyarakat

modern yang tinggi. Pikiran yang semakin terbuka,

menjadikan mereka selalu ingin mencari sesuatu

yang baru. Teknologi transportasi dan komunikasi

yang semakin canggih memudahkan seseorang

berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dengan

waktu yang singkat.

4) Individualistis
25

Masyarakat modern kebanyakan bersifat

individualistis. Maksudnya mereka menempatkan

segala sesuatu tidak lagi mengutamakan kepentingan

kelompok.

5) Objektif

Masyarakat moderen dapat mempertimbangkan

segala seuatu dengan lebih objektif membuat

keputusan dengan berbagai pertimbangan. Tidak lagi

hanya melestarikan nilai-nilai luhur.

Perbedaan Masyarakat Tradisional dan Modern

Terdapat perbedaan yang sangat jelas terhadap Mayarakat

Tradisional dengan Masyarat modern, yakni di antaranya :

1) Daerah tempat tinggal atau wilayah yang didiami

Berdasarkan wilayah, Masyarakat modern tinggal

secara menetap pada suatu wilayah. Sementara

masyarakat tradisional dapat tinggal secara

berpindah-pindah sesuai dengan persediaan

sandang & pangan, biasanya berada di desa atau di

pedalaman.

2) Rumah tempat tinggal


26

Rumah masyarakat modern cenderung lebih

bervariasi sesuai dengan selera mereka. Sementara

masyarakat tradisional cenderung sama dan bahan

yang digunakan pun sama misalnya memakai geribik

atau papan.

3) Peralatan yang digunakan

Peralatan yang dipakai oleh masyarakat modern

merupakan alat yang sudah canggih dan biasanya

dibuat orang lain. Sementara peralatan yang

digunakan oleh masyarakat tradisional masih sangat

sederhana dan biasanya hasil buatan sendiri.

4) Bahasa

Masyarakat modern mengunakan bahasa yang

cenderung bervariasi dapat berupa bahasa suku,

bahasa resmi dan bahasa internasional. Sementara

masyarakat tradisional cenderung menggunakan

bahasa suku.

5) Kepercayaan / Keyakinan

Kepercayaan/keyakinan yang dianut oleh masyarakat

modern berbagai macam kepercayaan, agama

sebagai kepercayaan pun bermacam-macam.


27

Sementara masyarakat tradisional kepercayaan

bersifat sama satu dengan yang lainnya.

6) Pakaian

Pakaian yang dgunakan masyarakat modern

mengikuti perkembangan yang dipakai secara umum.

Sementara masyarakat tradisional memakai pakaian

yang apa adanya bahkan daun atau kulit kayu jadi

bahan pakaian.

7) Makanan/konsumsi

Adapun Makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat

modern bervariasi mulai dari makanan tradisional

hingga makanan modern (instan). Sementara

masyarakat tradisional makanan yang dikonsumsi

bersifat monoton.

Dengan mencermati uraian penjelasan di atas, maka

penyusun menyimpulkan bahwa masyarakat dapat

definisikan sekelompok individu/gabungan kelompok

individu yang saling berinteraksi satu sama lain, baik

secara langsung maupun tidak langsung dan saling

mempengaruhi secara positif maupun negatif, yang

mendiami suatu wilayah yang turut serta membentuk

karakteristik pola pikir, interaksi sosial dan kultur


28

(budaya) masyarakat tersebut namun tidak imun

terhadap kontaminasi terhadap external influence

(pengaruh luar/eksternal) akibat interaksi sosial dan

tuntutan zaman serta pergeseran nilai-nilai

tradisional.

Dari uraian di atas, maka penyusun menyimpulkan

bahwa masyarakat merupakan kumpulan manusia

yang membentuk suatu kelompok yang hidup

bersama-sama dan saling membantu satu sama lain

dalam hubungannya atau saling berinteraksi. Jadi

Masyarakat adalah bentuk pengelompokkan manusia

yang menunjukkan aktivitas-aktivitas bersama yang

tampak dalam interaksi di antara anggota-anggota

kelompok tersebut, di mana kebutuhan-kebutuhan

anggota kelompok hanya dapat dipenuhi dengan

jalan berinteraksi dengan individu-individu lainnya.

6. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat (community empowerment)

kadang-kadang sangat sulit dibedakan dengan penguatan

masyarakat serta pembangunan masyarakat (community

development). Karena prakteknya saling tumpang tindih, saling

menggantikan dan mengacu pada suatu pengertian yang serupa.


29

Secara umum definisi pemberdayaan adalah upaya untuk

memulihkan atau meningkatkan keberdayaan suatu komunitas

untuk mampu berbuat sesuai dengan harkat dan martabat, hak-

hak dan tanggung jawab mereka sebagai manusia dan warga

Negara. Selain itu pemberdayaan juga didefinisikan sebagai

segala usaha untuk membebaskan masyarakat miskin dari

belenggu kemiskinan.

Pendapat dari Cook (1994) menyatakan pembangunan

masyarakat merupakan konsep yang berkaitan dengan upaya

peningkatan atau pengembangan masyarakat menuju kearah

yang positif (www.permberdayaan.com)

Berdasarkan persinggungan dan saling menggantikannya

pengertian community development dan community

empowerment, secara sederhana, Subejo dan Supriyanto (2004)

memaknai pemberdayaan masyarakat sebagai upaya yang

disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam

merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal

yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga

pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian

secara ekonomi, ekologi, dan sosial”. (www.permberdayaan.com)


30

Dalam bahasa Inggris, pemberdayaan disebut sebagai

empowerment, yang mempunyai makna dasar ‘pemberdayaan’, di

mana ‘daya’ bermakna kekuatan (power).

Menurut Sulistiyani (2007) pemberdayaan sebagai rangkaian

tindakan yang dilakukan secara kronologis sistematis yang

mencerminkan pentahapan upaya mengubah masyarakat yang

kurang atau belum berdaya menuju: berdaya, memperoleh daya

atau pemberian daya. Pada hakekatnya pemberdayaan

merupakan penciptaan suasana yang memungkinkan potensi

masyarakat dengan harus mengantarkan pada proses

kemandirian. Dengan demikian, pemberdayaan bertujuan untuk

membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri berpikir,

bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.

Kemandirian individu dan masyarakat ini perlu dilindungi supaya

dapat terpupuk, terpelihara, terbentuk, dan tertanam dengan baik

sehingga dapat membentuk kedewasaan sikap masyarakat,

dimana dalam dirinya telah ada keyakinan bahwa penting

melakukan sesuatu untuk mencapai hasil optimal (dalam Yasin

Fachry)

Konsep lain menyatakan bahwa pemberdayakan mempunyai dua

makna, yakni mengembangkan, memandirikan, menswadayakan

dan memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan

bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang


31

dan sektor kehidupan. Makna lainnya adalah melindungi,

membela dan berpihak kepada yang lemah, untuk mencegah

terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan terjadinya

eksploitasi terhadap yang lemah (Prijono dan Pranarka, 1996).

(www.permberdayaan.com)

Dalam pandangan Pearse dan Stiefel dinyatakan bahwa

pemberdayaan mengandung dua kecenderungan, yakni primer

dan sekunder.

Kecenderungan primer berarti proses pemberdayaan

menekankan proses memberikan atau mengalihkan sebagian

kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar

individu menjadi lebih berdaya.

Sedangkan kecenderungan sekunder melihat pemberdayaan

sebagai proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi

individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk

menentukan apa yang menjadi pilihannya (Prijono dan Pranarka,

1996).(www.permberdayaan.com).

Dalam pandangan Pearse dan Stiefel dinyatakan bahwa

pemberdayaan mengandung dua kecenderungan, yakni primer

dan sekunder. Kecenderungan primer berarti proses

pemberdayaan menekankan proses memberikan atau

mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan


32

kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya.

Sedangkan kecenderungan sekunder melihat pemberdayaan

sebagai proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi

individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk

menentukan apa yang menjadi pilihannya (Prijono dan Pranarka,

1996). (www.permberdayaan.com)

Sedangkan dalam tulisan ini pengertian “pemberdayaan”

dimaknai sebagai segala usaha untuk membebaskan masyarakat

miskin dari belenggu kemiskinan yang menghasilkan suatu situasi

di mana kesempatan-kesempatan ekonomis tertutup bagi mereka,

karena kemiskinan yang terjadi tidak bersifat alamiah semata,

melainkan hasil berbagai macam faktor yang menyangkut

kekuasaan dan kebijakan, maka upaya pemberdayaan juga harus

melibatkan kedua faktor tersebut.

Salah satu indikator dari keberdayaan masyarakat adalah

kemampuan dan kebebasan untuk membuat pilihan yang terbaik

dalam menentukan atau memperbaiki kehidupannya. Konsep

pemberdayaan merupakan hasil dari proses interaksi di tingkat

ideologis dan praksis. Pada tingkat ideologis, pemberdayaan

merupakan hasil interaksi antara konsep top-down dan bottom-up,

antara growth strategy dan people centered strategy. Sedangkan

di tingkat praksis, proses interaksi terjadi melalui pertarungan

antar ruang otonomi. Maka, konsep pemberdayaan mencakup


33

pengertian pembangunan masyarakat (community development)

dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community

based development). Community development adalah suatu

proses yang menyangkut usaha masyarakat dengan pihak lain (di

luar sistem sosialnya) untuk menjadikan sistem masyarakat

sebagai suatu pola dan tatanan kehidupan yang lebih baik,

mengembangkan dan meningkatkan kemandirian dan kepedulian

masyarakat dalam memahami dan mengatasi masalah dalam

kehidupannya, mengembangkan fasilitas dan teknologi sebagai

langkah meningkatkan daya inisiatif, pelayanan masyarakat dan

sebagainya.

Dari uraian di atas, maka penyusun menyimpulkan bahwa

pemberdayaan masyarakat (community development)

mengandung makna ‘membantu masyarakat agar bisa menolong

diri sendiri’, yang berarti bahwa substansi utama dalam aktivitas

pembangunan masyarakat adalah masyarakat itu sendiri.


34

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan langkah-langkah dalam

menentukkan variabel penelitian. Variabel yang mempengaruhi

peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagaimana terdapat pada

bagan di bawah ini :

Sumber Daya
Manusia

Sumber Daya
Kampung

Badan Usaha Milik Kualitas Produksi


Kampung

Pemasaran Produk

Kebutuhan
Pelanggan

Kesejahteraan
Masyarakat
35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kampung Yepem, Distrik Agats,

Kabupaten Asmat.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2021

B. Informan Penelitian

a. Informan Penelitian

Informan penelltian dalam penelitian in adalah Kepala Kampung

Yepem, Sekretaris Kampung Yepem, Ketua Bamuskam, Ketua

BUM Desa Jomboth Bu Akat, Sekretaris BUM Desa Jomboth

Bu Akat

b. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan pendekatan kualitatif, yakni :

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang

dialami oleh informan. Dalam hal ini, peran BUM Desa dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat kampung Yepem,

distrik Agats, kabupaten Asmat.


36

c. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga

dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah

peneliti. Penelitian kualitatif berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,

menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Dalam artian peneliti menjadi instrumen kunci yang pro aktif

dalam membangun pendekatan dengan informan untuk

memperoleh data yang valid terkait peran BUM Desa di

kampung Yepem, distrik Agats.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

memperoleh data yang valid agar dapat digunakan pada

penarikan kelimpulan atas segala gejala-gejala yang terjadi pada

obyek penelian. Teknik pengumpulan data yang digunakan

sebagai berikut :

1. Sumber Data Primer.

Sumber Data Primer adalah sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data atau

peneliti menerima data langsung dari Informan. Dalam hal ini,


37

penulis mendatangi informan yang telah ditetapkan sebagai

sumber informasi di kampung Yepem, kemudian memperoleh

data dengan melakukan :

a) Observasi (Pengamatan)

Observasi dilakukan melalui pengamatan dengan

melakukan pendataan secara teliti dan sistematis terhadap

berbagai faktor yang mempengarui peran BUM Desa di

kampung Yepem yang berdampak pada pencapaian taraf

kesejahteraan masyarakat..

b) Wawancara (Interview)

Dalam wawancara tersebut peneliti atau instrumen

mewawancarai informan atau narasumber yang mempunyai

hubungan langsung dengan obyek penelitian

c) Dokumentasi

Dokumentasi atau studi dokumen merupakan

pelengkap dari kegiatan observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif, serta dapat memberikan latar atas

kegiatan yang dilakukan peneliti sebagai keabsahan data

yang diperoleh peneliti melalui dokumen kegiatan yang

dilakukan berupa gambar, pencatatan atas hasil kegiatan

dan lain-lain yang relevan bisa digunakan dalam penarikan


38

kesimpulan atas kegiatan tersebut, yakni : penelitian peran

BUM Desa.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data tidak

langsung diperoleh peneliti atau kepada pengumpul data,

misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Dalam

penelitian ini, data sekunder yang digunakan adalah peraturan

perundang-undangan, media cetak dan situs web resmi dari

lembaga pemerintah dan referensi media internet yang

berkenaan dengan materi proposal ini yakni : ’’Peran Badan

Usaha Milik Desa Dalam Meningkatkan Kesejahteraan

Masyarakat Kampung Yepem, Distrik Agats, Kabupaten Asmat,

Provinsi Papua Tahun 2020”.

D. Teknik Analisis Data

Teknik Analisa Data merupakan proses mencari dan

menyusun data secara sistematis melalui observasi

(pengamatan), interview (wawancara) dan dokumentasi.

Selanjutnya analisis data atau pemilahan data seperti audio/ video

dengan cara mengorganisasikan data dengan tujuan memilih data

yang penting untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.

Teknik analisa data kualitatif dilakukan melalui tahapan

sebagai berikut :
39

1. Tahapan reduksi data

Reduksi data adalah menyederhanakan dan penggolongan

data untuk memisahkan data yang tidak perlu untuk

menemukan data yang valid serta dapat menghasilkan

informasi yang berguna, dalam hal ini, Peran BUM Desa yang

berdampak pada peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat

di kampung Yepem.

2. Tahap penyajian data

Penyajian data diarhakan agar data hasil reduksi terorganisir,

tersusun, dalam pola hubungan, sehingga makin mudah

dipahami dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya

3. Tahapan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Penarikan kesimpulan merupakan langkah terakhir yang

dilakukan peneliti dalam menganalisis data secara terus

menerus, baik pada saat pengumpulan data atau setelah

pengumpulan data.
40

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal ini adalah sebagai berikut :

BAB. I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah

a. Rumusan Masalah

b. Pembatasan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kegunaan Penelitian

E. Definisi Operasional

BAB. II URAIAN TEORI

A. Kerangka Teori

B. Kerangka Pikir

BAB. III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

b. Waktu Penelitian

B. Informan Penelitian

C. Teknik Pengumpulan Data

D. Teknik Analisis Data

E. Sistematika Penulisan

DAFTAR PUSTAKA
41

DAFTAR PUSTAKA

undang-undang republik indonesia nomor 6 tahun 2014 tentang desa, bab

x badan usaha milik desa, hal 49

peraturan pemerintah republik indonesia nomor 43 tahun 2014 tentang

peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang

desa, bab viii badan usaha milik desa, hal 60

peraturan menteri desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi

republik indonesia nomor 4 tahun 2015 tentang pendirian, pengurusan

dan pengelolaan, dan pembubaran badan usaha milik desa

putra, anom surya, 2015, buku 7 badan usaha milik desa, spirit usaha

kolektif desa, jakarta pusat

berita acara pengesahan peraturan kampung yepem no 2 tahun 2018

tentang badan usaha milik kampung yepem, 4 agustus 2018

undang-undang republik indonesia nomor 11 tahun 2009 tentang

kesejahteraan sosial

http://www.definisi-pengertian.com/2015/10/pengertian-masyarakat-

definisi-menurut-ahli.html, 01 Mei 2021

https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=undang-

undang_desa&oldid=17272535, 01 mei 2021

Anda mungkin juga menyukai