Anda di halaman 1dari 128

ANALISIS PERANAN KOREAN WAVE SEBAGAI SARANA SOFT

DIPLOMACY TERHADAP PENYEBARAN BUDAYA KOREA SELATAN


DI INDONESIA

Disusun Oleh :

Khairina Firdani

120906069

Dosen Pembimbing : Drs. Heri Kusmanto, MA, Ph.D

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang analisis peranan Korean wave sebagai sarana
Soft Diplomacy terhadap penyebaran budaya Korea selatan di Indonesia. Korean
Wave merupakan sebuah fenomena global yang mengawali kebangkitan peradaban
Korea Selatan yang ditandai dengan menyebar luasnya budaya korea selatan di
seluruh dunia salah satunya Indonesia. Korean Wave merupakan salah satu kebijakan
yang dipakai pemerintah Korea Selatan untuk membangkitkan perekonomian negara
yang melemah akibat krisis moneter. Awalnya pemerintah melihat peluang dimana
pasar dunia yang dikuasai oleh produk-produk kebudayaan Jepang dan Amerika
mengalami kebosanan maka produk kebudayaan korea menjadi warna baru dengan
kemasan simpel namun dekat dengan kehidupan masyarakat. Produk kebudayaan
seperti musik dan film kemudian berkembang pesat dan menjadi trend baru di
kalangan masyarakat dunia. Penyebaran produk kebudayaan ini sangat berpengaruh
kepada penerimaan budaya korea oleh masyarakat dunia, khususnya indonesia. Hal
ini dikarenakan penerimaan budaya itu sendiri turut mempengaruhi pola kehidupan
masyarakat yang telah ada.

Teori yang digunakan didalam penulisan skripsi ini adalah teori kepentingan
nasional, kebijakan publik dan soft diplomasi. Hasil dari penelitian ini ingin melihat
bagaimana korean wave berperan dalam penyebaran budaya korea di indonesia,
penerimaan masyarakat kita dan pengaruhnya di dalam masyarakat kita.

Kata Kunci : Korean Wave, Soft Diplomacy, Budaya Korea Selatan.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

This research discuss about analysis the role of korean waves as soft
diplomacy instrument for the spread of South Korean Culture in Indonesia. The
Korean Wave is a global phenomenon that started the revival of South Korean
civilization, which was marked by the spread of South Korean culture throughout the
world, one of which was Indonesia. The Korean Wave is one of the policies used by
the South Korean government to revive the country's economy which was weakened
due to the monetary crisis. Initially the government saw an opportunity where world
markets dominated by Japanese and American cultural products experienced
boredom, so Korean cultural products became new colors with simple packaging but
close to people's lives. Cultural products such as music and film then developed
rapidly and became a new trend among the world community. The spread of cultural
products is very influential on the acceptance of Korean culture by the world
community, especially Indonesia. This is because the acceptance of culture itself
influences the pattern of life of the existing community.

The theory used in writing this essay is the theory of national interest,
public policy and soft diplomacy. The results of this study want to see how korean
waves play a role in the spread of Korean culture in Indonesia, the acceptance of our
society and its influence in our society.

Keywords: Korean Wave, Soft Diplomacy, South Korean Culture.

ii

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan
Skripsi disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh :
Nama : Khairina Firdani
NIM : 120906069
Departemen : Ilmu Politik
Judul : Analisis Peranan Korean Wave sebagai sarana Soft Diplomacy
Terhadap Penyebaran Budaya Korea Selatan di Indonesia.
Menyetujui :
Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing

Warjio, MA. Ph. D Drs. Heri Kusmanto, MA, Ph. D


NIP 197408062006041003 NIP 196410061998031002

Mengetahui :
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik

Dr.Muryanto Amin, S. Sos, M. Si


NIP.197409302005011002

iii

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pengesahan
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan penguji skripsi Departemen Ilmu
Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univesitas Sumatera Utara.
Dilaksanakan pada
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat : Ruang Sidang
Tim Penguji :
Ketua Penguji :
Penguji Utama :
Penguji Tamu :

iv

Universitas Sumatera Utara


Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan sesungguhnya :

1. Karya Ilmiah saya dalam bentuk Skripsi dengan judul “Analisis Peranan
Korean Wave sebagai sarana Soft Diplomacy terhadap penyebaran Budaya
Korea Selatan di Indonesia” adalah asli dan belum pernah di ajukan untuk
mendapat gelar akademik, baik di Universitas Sumatera Utara maupun
Perguruan Tinggi lainnya.
2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan
dari pihak lain, kecuali arahan dari tim pembimbing dan penguji.
3. Di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah ditulis atau di
publikasikan orang lain, kecuali ditulis dengan cara menyebutkan pengarang
dan mencantumkannya pada daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran di dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
di peroleh dari skripsi ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan
ketentuan hukum yang berlaku.

Medan, 25 Maret 2019

Yang menyatakan,

Khairina Firdani

120906069

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan
dan kemampuan kepada saya untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
judul “Analisis Peranan Korean Wave sebagai sarana Soft Diplomacy Terhadap
Penyebaran Budaya Korea Selatan di Indonesia”. Atas rahmat dan karuniaNya saya
diberikan jalan untuk menyelesaikan skripsi dan meraih gelar Sarjana Ilmu Politik di
Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sumatera Utara. Terima Kasih yang sebesar – besarnya saya ucapkan kapada kedua
orang tua saya, best supporter dalam hidup saya, mama ( Ibu Rosnita ) dan papa
(Bapak Fidaus Arif, SH) yang telah memberikan kasih sayang, bimbingan, arahan
serta dukungan kepada saya sehingga saya dapat pada akhirnya nanti bisa menjadi
kebanggan dan harapan yang dicita-cita oleh kedua orang tua saya. Saya meyakini
segala hal yang saya capai saat ini tidak terlepas dari dukungan dan doa kedua orang
tua saya. Tak lupa pula terima kasih saya ucapkan kepada kedua adik saya tersayang
Rizky Ramadhini ( Dhini ) dan M. Kurniallah ( Eem ) yang dengannya mewarnai
keseharian saya dengan pertengkaran, canda dan tawa. Dan juga terima kasih kepada
Om saya H. Ir. Rustam yang selalu memberi dukungan dan nasihat ketika saya
mengalami kesulitan dalam masa perkuliahan.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak berkontribusi kepada penulis selama masa perkuliahan sampai penyelesaian
skripsi ini, diantaranya :

1. Dekan FISIP USU, Bapak Dr. Muryanto Amin, M. Si.


2. Ketua Jurusan Departemen Ilmu Politik FISIP USU, Bapak Warjio, MA.
Ph. D.

vi

Universitas Sumatera Utara


3. Dosen Pembimbinf skripsi Bapak Dr. Heri Kusmanto, MA. Ph. D yang
telah memberikan arahan, nasihat, motivasi dan meluangkan waktunya
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya.
4. Keluarga Besar Ilmu Politik USU terkhusus stambuk 2012 untuk masa-
masa perkuliahan yang sangat luar biasa menyenangkan. Khususnya
kepada girl squad ala-ala yang meramaikan kehidupan perkuliahan saya
yaitu : upek, ina, ipur, uti, ci dan fara.
5. Kak Ema dan Pak Burhan yang telah membantu penulis selama
perkuliahan dalam hal administrasi.
6. Keluarga Besar Komisariat FISIP USU, yang telah memberikan wadah
bagi penulis dalam menimba ilmu dan kekeluargaan selama ikut berproses
didalamnya. Khususnya kepengurusan 2014-2015 dan 2015-2016.
7. Unit Kegiatan Mahasiswa Teater ‘O’ USU yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk mengembangkan minat kesenian penulis
serta orang-orang hebat yang telah mengajarkan penulis tentang kesenian
dan kekeluargaan.
8. Kawan - kawan Serdadu yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan
canda-tawa dan nasihat-nasihat absurd tapi membangun ( cia, titi, ratri,
yayang, ira, fahrul, gema, yudha, gayo, randa, haris, andri, dan lainnya )
dan tentunya partner in crime sekaligus menjabat sohib saya Rien
(makyen) yang bersamanya selalu dipenuhi dengan keanehan-keanehan
ajaib tapi menyenangkan.
9. Sepupu – sepupu cantikku yang telah memotivasi saya untuk lekas
menyelesaikan kuliah saya.
10. Dan terakhir sahabat sehati saya Vindy yang selalu memberikan dukungan
dan persahabatan yang indah kepada saya selama ini.

vii

Universitas Sumatera Utara


Demikian ucapan syukur dan terima kasih penulis kepada semua pihak yang
membantu dan berkontribusi dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan penulis
berharap skripsi ini dapatbermanfaat bagi kita semua.

Medan, 25 Maret 2019

Khairina Firdani

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................i

Daftar Isi.................................................................................................................ix

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................12
1.3 Pembatasan Masalah........................................................................................13
1.4 Tujuan Penelitian.............................................................................................14
1.5 Manfaat Penelitian...........................................................................................14
1.6 Kerangka Teori.................................................................................................15
1.6.1 Kepentingan Nasional....................................................................15
1.6.2 Teori Diplomasi.............................................................................19
1.6.3 Teori Kebijakan Publik..................................................................25
1.7 Metodologi Penelitian......................................................................................27
1.7.1 Metode Penelitian...........................................................................28
1.7.2 Jenis Penelitian...............................................................................28
1.7.3 Teknik Pengumpulan Data.............................................................29
1.7.4 Teknik Analisis Data......................................................................29
1.8 Sistematika Penulisan.......................................................................................29

BAB II Sejarah Korea

2.1 Profil Korea Selatan.........................................................................................32

2.2 Sejarah Korean Wave.......................................................................................34

BAB III Pembahasan

ix

Universitas Sumatera Utara


3.1 Modernisasi, Pertumbuhan Ekonomi dan Kebudayaan Korea............................54

3.2 Kepentingan Nasional Korea Selatan...............................................................61

3.3 Korean Wave di Indonesia...............................................................................68

3.4 Perkembangan Korean Wave di Indonesia......................................................69

3.5 Jenis-Jenis Korean Wave di Indonesia.............................................................76

3.6 Korean Wave sebagai Sarana Soft Diplomacy.................................................84

3.7Korean Wave sebagai Instrumen untuk Memperoleh Keuntungan Ekonomi bagi


Korea Selata......................................................................................................89
3.8 Peluang Membangun Citra Korea Selatan Di Indonesia Melalu Soft
Diplomacy........................................................................................................93
3.9 Strategi Ekspansi Pasar melalui Korean Wave, Aktor-aktor dan Fakta di Balik
Korean Wave....................................................................................................96
4.0 Pengaruh Soft diplomacy Dalam Membangun Hubungan Kerjasama Korea
Selatan di Indonesia.............................................................................................101

BAB IV Penutup.................................................................................................109

Daftar Pustaka....................................................................................................114

Universitas Sumatera Utara


BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Globalisasi merupakan suatu hal yang penting dalam hubungan internasional.


Globalisasi telah mempengaruhi berbagai aspek dalam hubungan internasional,
mulai dari ekonomi hingga budaya. Dalam 3 dekade terakhir skala dan lingkup
keterlibatan global semakin jelas. Keberadaan globalisasi semakin tampak nyata.
Dengan globalisasi yang semakin deras, batas negara seolah-olah bukan
merupakan suatu hambatan dalam tercapainya hubungan internasional.
Globalisasi dapat diartikan sebagai proses universalisasi, yaitu proses untuk
menjadi “satu” . Globalisasi juga dapat diartikan sebagai suatu perenggangan
dalam aktvitas sosial, politik, ekonomi dan budaya yang melewati batas-batas
suatu negara, sehingga terjadi integrasi tidak hanya pada negara, tetapi juga pada
perusahaan dan bahkan individu. Globalisasi kemudian menimbulkan terciptanya
hubungan antarbangsa.

Pertanda adanya hubungan antarbangsa sudah lama ada dan hubungan tersebut
berlangsung dalam suatu masyarakat yang disebut masyarakat antarbangsa.
Tentunya hubungan tadi semula berbentuk primitif yang kemudian berkembang
ke dalam bentuk yang modern seperti yang kita alami sekarang. Hubungan
tersebut terjadi karena manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang
sekaligus merupakan zoon politicon.

1. Rizal Perdana.2011. Globalisasi dan Implikasinya dalam Hubungan Internasional.


https://rizkaperdana11.wordpress.com/2011/12/13/globalisasi-dan-implikasinya-dalam-hubungan-
internasional/ diakses 3 oktober 2017 pukul 03.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


Didorong oleh kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi sendiri maka manusia
berusaha membentuk kelompok – kelompok sosial demi kelangsungan hidup
manusia itu sendiri. Kerja sama dalam kelompok dirasakan manfaatnya dan
mendatangkan keuntungan. Pengalaman hidup dalam kelompok kemudian
menumbuhkan berbagai kepentingan kelompok. Kepentingan kelompok inilah
yang selanjutnya mendorong terjadinya hubungan antara satu kelompok dengan
kelompok yang lain.

Bertambahnya jumlah manusia memungkinkan tidak hanya jumlah kelompok


yang bertambah tetapi intensitas hubungan antarkelompok juga menjadi
meningkat. Dalam kerangka hubungan antarkelompok tersebut, apabila kebutuhan
yang ada tidak dapat dipenuhi oleh kelompok itu sendiri maka pemecahan akan
pemenuhan kebutuhan tersebut dapat ditempuh melalui dua alternatif yaitu
mereka melakukan kerjasama melalui tukar-menukar yang mereka butuhkan atau
melalui penaklukan. Ketika proses terbentuknya kelompok sosial terus
berlangsung dan semakin besar maka dibutuhkan peranan Negara untuk
mengawali proses tersebut. Negara merupakan unit hubungan antarbangsa
sekaligus sebagai aktor dalam masyarakat antarbangsa. Negara sebagai suatu
organisasi diciptakan dan disiapkan untuk mencapai tujuan tertentu melalui
berbagai tindakan yang direncanakan.

Masyarakat antarbangsa tidak pernah berhenti tetapi ia terus bergerak


berubah-ubah. Timbulnya dinamika masyarakat antarbangsa tadi disebabkan oleh
kekuatan-kekuatan sosial yang terproses di dalam masyarakat tersebut yang selalu
berubah-ubah sifatnya.

2. Drs. R. Soeprapto. 1997. Hubungan Internasional. Sistem, Interaksi dan Perilaku. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada. Hal.1.
3. Ibid. Hal. 2.
4. Ibid. Hal. 5

Universitas Sumatera Utara


Dengan begitu bermacam-macam kekuatan sosial bisa menjadi penyebab
timbulnya dinamika. Adakalanya perubahan-perubahan yang menandai adanya
dinamika tadi terjadi dengan cepat dari satu perubahan ke perubahan yang lain.
Perubahan tersebut ada yang bersifat positif menguntungkan, tetapi ada pula yang
bersifat negatif merugikan. Perubahan ini kemudian menimbulkan fenomena
sosial di dalam hubungan masyarakat. Fenomena atau gejala, memberikan
pertanda terhadap suatu kecenderungan yang kuat kepada sesuatu. Fenomena
tersebut dapat diamati sebagai sesuatu yang ada dalam masyarakat.

Globalisasi dewasa ini melahirkan salah satu fenomena yang telah menjangkiti
sebagian besar masyarakat di dunia. Fenomena ini berhasil menjadikan standar
baru bagi segala aspek-aspek kehidupan masyarakat antarbangsa. Fenomena ini
kita kenal dengan nama Korean Wave atau Hallyu Wave . Korean Wave adalah
fenomena yang di ciptakan Korea Selatan dalam upaya menyebarkan budayanya
ke seluruh dunia. Korean Wave atau Hallyu Wave sendiri merupakan nama yang
diberikan oleh media Cina untuk menandakan kepopuleran budaya Korea Selatan
di Cina di akhir tahun 1990an. Korean Wave saat ini tengah menjadi primadona
baru di kalangan masyarakat antarbangsa. Demam akan Korean Wave telah
meliputi berbagai bidang seperti film, musik, makanan, fashion, pariwisata dan
produk-produk rumah tangga. Segala hal yang berhubungan dengan Korean Wave
akan menjadi trendsetter di kalangan masyarakat. Korean Wave telah mampu
melampaui budaya popular lainnya yang telah lebih dulu eksis dan mendominasi
seperti J-Pop ( Jepang ) dan Hollywood ( Amerika ). Kesuksesan fenomena ini
tentunya tidak terlepas dari upaya keras pemerintah Korea Selatan sebagai aktor
utamanya.

5. Ibid.
6. Korean Culture and Information Service. 2011. The Korean Wave : A New Pop Culture
Phenomenon. South Korea : Korean Culcute and Information Service of Ministry of Culture Sport
and Tourism. Hal. 2.

Universitas Sumatera Utara


Perkembangan Gelombang Hallyu yang begitu pesat tersebut nyatanya harus
melalui sejarah panjang dalam proses pencapaiannya. Jika menilik kebelakang
maka dapat dilihat suksesi penyebaran Korean Wave tidak terlepas dari
pemahaman yang di tanamkan masyarakat Korea melalui ajaran Konfusius.
Pengaruh Konfusianisme dalam kebudayaan tradisional Korea, meskipun
sesungguhnya tidak perlu dikatakan, sangatlah dalam dan mengakar. Peran yang
dipegang oleh kebudayaan konfusius dan institusi sosialnya dalam proses
modernisasi memiliki arti dan relevansi kontemporer karena peninggalan budaya
konfusius seringkali di kaitkan dengan kesuksesan dan transformasi Korea Selatan
menuju suatu sistem politik dan ekonomi yang kuat yang terjadi dalam beberapa
dekade terakhir.

Selama masa Dinasti Chosun ( 1392-1910 ), terlihat dengan jelas bahwa


Konfusianisme Baru merupakan “ ideologi intelektual, aristokrasi dan akademik”
dari kelas penguasa Yangban dan “pengaruhnya bagi pemikiran masyarakat Korea
benar-benar mengakar sangat dalam”. Seperti yang dikemukakan oleh Hyon
Sang-Yun dalam karyanya yang terkenal Chosun Yuhaksa ( Sejarah
Konfusianisme Korea ), Konfusianisme “memberikan arah filosofi dan sebuah
karakter bagi bangsa Korea, dan Konfusianisme telah mendorong terjadinya
perubahan politik, kebudayaan dan ekonomi nasional yang cukup penting.”
Dalam awal abad 20 Konfusianisme telah banyak diperdebatkan dan dinilai secara
kritis oleh banyak pihak berperan dalam perubahan sejarah dan transformasi
masyarakat Korea selama masa akhir Dinasti Chosun. Menurut sejarah, ideologi
Konfusianisme yang ditanamkan Korea telah berkembang dengan baik, seperti
halnya dengan filosofi dan agama utama lainnya, misalnya Shamanisme, Taoisme,
Budha dan Kristen.

7. Yang Seung Yoon. Mochtar Mas’oed. 2005. Memahami Politik Korea. Yogyakarta : Gajahmada
University Press. Hal 2.

Universitas Sumatera Utara


Bagaimanapun, pengaruh kebudayaan konfusius dalam masyarakat Korea
diterima dengan lebih kritis dan seimbang antara peninggalan positif maupun
negatifnya. Lebih lanjut lagi, menurut Hyon Sang-Yun, sebagian pengaruh
konfusianisme “dapat dianggap sebagai hal yang berguna sekaligus merugikan
bagi masyarakat Korea”. Yang termasuk daftar “kebaikan” positif konfusianisme
menurut Hyon adalah :

1. Dorongan semangat untuk belajar ( bagi manusia superior )


2. Penghormatan atas etika dan moralitas.
3. Penghormatan atas kejujuran, kesetiaan dan kebenaran.

Disisi yang lain, “keburukan” konfusianime yang termasuk dalam daftar Hyon
adalah :

1. Pemujaan terhadap Cina


2. Pengelompokan ( faksionalisme )
3. Kekeluargaan ( suku bangsa/klan )
4. Pemikiran kelas
5. Kesusastraan yang feminisme
6. Memperlemah kapasitas industri komersial
7. Penghormatan terhadap gelar
8. Penghormatan terhadap masa lalu.

Persepsi baru atau penafsiran terhadap Konfusianisme terus mengalami


perubahan dan semakin bervariasi dengan berjalannya waktu, terutama pada abad
20 saat masyarakat Korea mengalami masa sejarah Kolonialisme dan pembagian
nasional. Sebagai contoh, banyak kalangan intelektual menyalahkan
Konfusianisme atas hilangnya kemerdekaan dan kedaulan Korea serta kegagalan
Korea melaksanakan modernisasi saat pergantian abad. Max Weber mendukung

8. Ibid.

Universitas Sumatera Utara


pandangan yang menyatakan bahwa “Konfusianisme merupakan rintangan bagi
pembangunan ekonomi dengan alasan bahwa “kegagalan sebuah Negara seperti
Cina atau Korea untuk mencapai suatu terobosan ekonomi terjadi pada saat
pengaruh Konfusius dalam masyarakat sedang berada di titik puncak”.

Pandangan ini lebih merupakan pandangan sederhana yang membutuhkan


lebih banyak keterangan yang bersifat ilmiah. Pandangan ini tidak sebesar
pandangan ideologi Konfusiunisme sebagai sosiologi bagi keberadaan aristokrasi
yang sangat berkuasa atas tanah yang sepertinya menghalangi proses modernisasi
masyarakat tradisional Korea. Kenyataan sejarahnya adalah bahwa elit Yangban
Kerajaan Chosun yang telah dididik mengenai Konfusiunisme baru dengan baik,
“secara mendasar telah menentang reformasi ekonomi dan sosial dengan
menggunakan alasan Konfusianisme Baru yang kokoh.”

Lebih lanjut lagi, ada kepentingan yang bangkit kembali dalam pertanyaan
mengenai peran Konfusianisme dalam proses modernisasi Korea. Saat ini
penilaian yang lebih positif diberikan bagi Konfusianisme, pada saat
pembangunan sosio-ekonomi dan politik terjadi dengan cepat di Korea Selatan.
Banyak nilai – nilai Konfusianisme kini dilihat sebagai faktor pertumbuhan
ekonomi di Korea Selatan, termasuk :

1. Kepatuhan seorang anak dan kesetiaan kepada keluarga;


2. Pemahaman dan penerimaan anggapan bahwa Negara merupakan agen
moral yang aktif dalam pembangunan masyarakat;
3. Penghormatan akan status dan hierarki;
4. Penekanan pada pengembangan diri sendiri dan pendidikan;
5. Perhatian terhadap harmoni sosial.

9. Ibid. Hal. 4
10. Ibid. Hal. 5

Universitas Sumatera Utara


Meskipun banyak nilai-nilai ini telah ditampilkan dengan tingkat yang
berbeda-beda dalam kebudayaan Korea sepanjang sejarah, apa yang dilakukan
oleh kerajaan Chosun bagi penggunaan Konfusianisme Baru seperti yang
dikemukan sejarawan Carter Eckert, “adalah memberikan kerangka kerja filosofis
yang lebih baik bagi nilai-nilai ini dan menyebarkan nilai-nilai ini ke seluruh
masyarakat pada level yang lebih mendalam daripada sebelumnya”. Adalah tidak
berbahaya untuk menganggap bahwa semua bidang kehidupan masyarakat korea
saat ini, termasuk politik dan ekonomi, nampak dipengaruhi oleh nilai-nilai,
norma dan lebih banyak aspek kebudayaan Konfusius.

Berangkat dari pemahaman ini Korea Selatan kemudian menciptakan Korean


Wave dalam upaya meningkatkan eksistensinya di dunia Internasional tanpa harus
menghilangkan jati dirinya ditengah modernisasi besar-besaran oleh budaya barat.
Dalam hal ini Korean Wave kemudian menjadi sarana dalam hubungan diplomasi
ke Negara – Negara yang di tuju tersebut. Korea Selatan menjadi salah satu
negara dalam kawasan Asia Timur yang kebudayaannya masih dijaga sehingga
terlihat masih kental sampai sekarang. Korea Selatan masih terus menjaga bahkan
melestarikan kebudayaannya meskipun tingkat penyebaran budaya barat terjadi
begitu cepat. Tetapi, bukan hanya menjaga dan melestarikannya, Korea Selatan
juga mencoba untuk memperkenalkan budayanya kepada dunia. Korea Selatan
memiliki cara yang begitu manis dalam penyebarannya yakni melalui berbagai
elemen yang kadang tidak terlihat dan kasat mata. Kepala Program Studi Korea
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Zaini MA, menyatakan bahwa
kesuksesan dari Korean Wave dapat terjadi karena tiap-tiap pihak dari Negara
Korea Selatan ini saling bertautan satu dengan lainnya. Mereka tidak berjalan
sendiri, namun mereka saling bekerja sama untuk memajukan Negara mereka.

11. Ibid. Hal. 5


12. Lihat Tri Hartati. 2015. Hallyu Sebagai bentuk diplomasi Publik. Jakarta : Universitas Indonesia.
Hal. 1

Universitas Sumatera Utara


Kebijakan mengenai penyebaran budaya Korea telah ada sejak tahun 1994
ketika Kim Young-Sam, presiden Korea Selatan yang kala itu menjabat,
mendeklarasikan globalisasi sebagai visi nasional dan sasaran strategi
pembangunan. Rencana ini kemudian dimanifestasikan oleh Menteri Budaya
Korea waktu itu, Shin Nak-Yun, dengan menetapkan abad 21 sebagai ‘century of
culture’ . Berbagai upaya dan pembenahan dilakukan untuk mewujudkan
globalisasi budaya Korea, mulai dari preservasi dan modernisasi warisan budaya
tradisional Korea agar lebih dapat diterima publik mancanegara, melatih tenaga
profesional dalam bidang seni dan budaya, memperluas fasilitas kultural di
wilayah lokal, membangun pusat budaya luar negeri, sampai membangun
jaringan komputer dan internet di seluruh pelosok negeri untuk menunjang
persebaran informasi budaya.

Korean Wave sendiri muncul pada saat Korea Selatan mengalami krisis global
pada tahun 1997 dimana nilai ekonomi melemah dan turun hingga 7%. Hal ini
mengakibatkan pemerintah bekerja keras mencari cara untuk mengembalikan
perekonomiannya. Pada saat itu pemerintah hanya mengandalkan ekspor industri
makanan dan manufaktur, yang pada kenyataannya hal tersebut kurang berjalan
dengan baik. Disisi lain drama korea mulai mendapat perhatian dari penggemar
drama Cina dan Jepang dikarenakan budaya keindahan, kekeluargaan dan
harmoni yang ditampilkan. Pemerintah kemudian menyadari bahwa telah salah
langkah dalam upaya modernisasinya. Pemerintah kemudian mencoba untuk
mengekspor produk kebudayaan bersamaan dengan produk makanan dan
manufaktur yang ditempatkan bersanding dengan produk kebudayaan dari Negara
lain di Pasar Asia.

13. Joeng Hoe Yang. 2012. The Wave in East Asia. South Korea : Korean Culcute and Information
Service of Ministry of Culture Sport and Tourism. Hal. 8.
14. Kim Sue-Young.2008 . Korean Wave Hallyu Abroad Warning. South Korea : KoreanTimes. Hal. 1

Universitas Sumatera Utara


Pasar Asia yang saat itu masih didominasi oleh Amerika, Jepang dan Cina
yang ternyata memberikan tanggapan positif terhadap produk kebudayaan Korea
tersebut. Melihat respon yang baik dari masyarakat luar, pemerintah Korea
kemudian semakin gencar menekankan pada ekspor produk-produk kebudayaan.
Hasilnya produk kebudayaan Korea Selatan semakin banyak digemari khususnya
dari industri film dan musik.

Setelah berhasil mengambil perhatian di bidang drama, musik korea


kemudian mendapat perhatian khusus. Drama korea yang booming di China,
Jepang dan Taiwan tidak hanya melambungkan nama pemeran dramanya saja,
melainkan soundtrack yang menjadi pengiring drama juga mendapat tempat di
kalangan masyarakat. Kemudian mulai didapuklah penyanyi yang khusus untuk
menyanyikan lagu tema untuk setiap drama. Kebangkitan industri seni Korea
kemudian semakin terlihat dengan munculnya Idol yang sangat digemari kalangan
remaja. Idol merupakan pekerja seni korea dengan paras cantik dan rupawan yang
memiliki kemampuan bernanyi dan menari serta memiliki gambaran sempurna
dalam imejnya.

Kemunculan Idol ini kemudian ditandai dengan lahirnya BoA, TVXQ, Super
Junior, Big Bang, Girl’s Generation, SS501, 2NE1, 2PM, PSY, EXO,BTS, Twice
dan lainnya yang dengan menjadi figur idola dikalangan remaja menggeser idola-
idola dari Hollywood. Keberadaan idola ini seolah menjadi agama baru bagi para
pencintanya yang disebut dengan Kpopers (pecinta idola kpop ). Bukan tanpa
alasan, keberadaan Idol ini memberikan efek yang sangat dominan bagi
pengikutnya. Segala atribut maupun sesuatu yang berkenaan dengan Idol akan
menjadi trendsetter di kalangan penggemarnya.

15. Ibid

Universitas Sumatera Utara


Peluang ini yang kemudian dimanfaatkan pemerintah Korea dalam
menjalankan diplomasi publiknya terhadap Negara – Negara di dunia termasuk di
Indonesia. Indonesia sendiri merupakan Negara yang sangat terbuka dalam
menerima fenomena Korean Wave.

Berkembangnya budaya pop Korea (Hallyu) di negara-negara Asia Timur dan


beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia menunjukkan adanya
transformasi budaya asing ke negara lain. Berkembangnya budaya pop Korea di
Indonesia dibuktikan dengan munculnya “Asian Fans Club” (AFC) yaitu blog
Indonesia yang berisi tentang berita dunia hiburan Korea. AFC didirikan pada 1
Agustus 2009 oleh seorang remaja perempuan bernama Santi Ela Sari.
Berdasarkan data statisktik dari situs Pagerank Alexa, Asian Fans Club adalah
situs ‘Korean Intertainment’ terbesar di Indonesia. Sedangkan dari segi
karakteristik demografis, pengunjung Asian Fans Club hampir seluruhnya berasal
dari Indonesia, sebagian besar merupakan wanita berusia di bawah 25 tahun
dengan akses internet rumah maupun sekolah.

Jika dilihat dari statistik jumlah pengunjung, sampai 3 Juni 2011, Asian Fans
Club telah dikunjungi sebanyak 42.811.744 pengunjung. Hal ini berarti Asian
Fans Club dikunjungi oleh rata-rata 58.646 orang setiap hari. Jumlah posting dari
juni 2009 sampai juni 2011 mencapai 16.974 post dengan grafik jumlah post yang
terus meningkat setiap bulan. Pada bulan Juni 2009 tercatat berita di post
sejumlah 49 berita dalam satu bulan. Setahun kemudian yaitu di bulan Juni 2010
jumlah post mengalami meningkat pesat menjadi 629 dalam satu bulan dan terus
meningkat sampai 1.542 post dalam bulan Mei 2011.

16. Lihat Tri Hartati. 2015. Hallyu Sebagai bentuk diplomasi Publik. Jakarta : Universitas Indonesia.
Hal. 15
17. Ibid.

10

Universitas Sumatera Utara


Data di atas menunjukkan bahwa budaya pop Korea di Indonesia berkembang
sangat baik. Perkembangan ini dimulai pada tahun 2009 dan berkembang pesat
pada tahun 2011 ini. Dalam konsepsi budaya, budaya populer yang dibawa Korea
berada dalam dimensi konkret yang terwujud dalam artifak-artifak budaya seperti
lagu, drama, film, musik, program televisi, makanan, dan bahasa. Sedangkan
dimensi abstrak yang berupa nilai, norma, kepercayaan, tradisi, makna,
terkandung secara tidak langsung dalam artifak budaya tersebut. Berkaitan dengan
Asian Fans Club, budaya pop Korea yang diterima kelompok penggemar di
Indonesia masih terbatas pada dimensi konkret, yaitu penerimaan terhadap musik,
film, drama, dan artis-artis Korea.

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk


membahas mengenai peranan Korean Wave sebagai sarana diplomasi Korea
Selatan dalam upaya penyebaran budaya Korea Selatan di Indonesia.

11

Universitas Sumatera Utara


1.2 Rumusan Masalah

Korean Wave merupakan sebuah sarana soft diplomasi Korea Selatan dalam
menjalin hubungan kerjasama dengan Negara lain. Kerjasama itu tercipta dalam
bentuk diplomasi publik sebagai upaya menyebarkan budaya Korea keseluruh
dunia dan menjalin kerjasama dengan Negara lain. Dalam upaya penyebaran
budaya tersebut pemerintah Korea Selatan bekerja sama dengan pelaku industri
hiburan, pebisnis, serta NGO agar dapat mengemas kebudayaan tersebut dalam
bentuk drama, musik, tempat-tempat wisata, produk kecantikan dan lainnya.
Ketertarikan masyarakat luar akan drama dan musik korea kemudian di akali
sebagai upaya pengenalan akan budaya korea secara lebih dekat. Di dalam drama
korea kita tidak hanya disuguhkan kisah dengan plot cerita yang bagus tetapi juga
suguhan makanan, fashion, tempat-tempat wisata dan produk rumah tangga yang
dikemas sedemikian apik sehingga tanpa sadar kita tergiur untuk memilikinya.
Dalam bidang musik kemudian dimunculkan Idol yang tidak hanya cantik dan
rupawan tetapi juga baik dalam menari dan bernyanyi yang kemudian menjadi
idola bagi kalangan remaja. Pembuatan drama dan musik video juga digarap
secara serius untuk menampilkan keindahan, kemewahan dan kesenangan
sehingga mendatangkan ketertarikan bagi penontonnya. Upaya yang dilakukan
pemerintah Korea ini ternyata mampu secara pesat menarik minat masyarakat
dunia untuk mengenal lebih dekat dan lebih dalam tentang budaya Korea.
Pemikiran masyarakat dunia pun seolah terhegomoni bahwa segala hal yang
berbau Korea akan terlihat sangat baik dan keren. Indonesia juga tidak luput dari
penyebaran Korean Wave.

Pengaruh Korean Wave dapat terlihat dengan semakin banyaknya pecinta


drama Korea ( Kdrama Lovers ) dan pecinta musik Korea ( Kpopers ). Semakin
besarnya kecintaan masyarakat akan segala hal yang berbau korea menjadikan
Indonesia sebagai pasar empuk dalam penyebaran produk-produk berbau korea.
Tidak jarang keberadaan produk-produk ini mengungguli persaingan terhadap
produk-produk lokal yang ada. Banyak masyarakat memilih untuk menggunakan

12

Universitas Sumatera Utara


produk-produk Korea karena merasa lebih unggul dan memuaskan. Akhirnya
banyak kemudian bermunculan pengusaha-pengusaha yang menggunakan Korea
sebagai konsep usahanya. Kalangan masyarakat pun semakin tergila-gila dengan
demam Korean Wave yang ada sehingga menimbulkan mindset bahwa segala hal
yang berbau korea akan sangat jauh lebih baik, lebih unggul dan tentunya lebih
keren karena mengikuti tren yang ada.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan pertanyaan penelitian


sebagai berikut : Bagaimana peranan Korean Wave sebagai sarana Soft Diplomacy
terhadap penyebaran budaya Korea Selatan di Indonesia ?

1.3 Pembatasan Masalah

Pembahasan mengenai Korean Wave termasuk ke dalam konsep globalisasi


dan hubungan antarbangsa yang sangat luas aspeknya karena Korean Wave
sendiri telah menjadi fenomena dalam tataran global. Untuk itu penulis akan
mengkhususkan pembahasan agar dapat terfokus pada masalah penelitian.
Adapun batasan masalah yang dibuat untuk mefokuskan penelitian yaitu :

1.Bagaimana peranan korean wave sebagai sarana soft diplomacy terhadap


upaya penerimaan budaya pop Korea selatan di indonesia ?

13

Universitas Sumatera Utara


1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Soft Diplomacy Korean Wave


terhadap hubungan kerjasama antara Korea Selatan di Indonesia serta
kebijakan yang di hasilkan.
2. Untuk mengetahui apakah ada dampak yang di timbulkan terhadap
masuknya budaya Korean Wave dalam gaya hidup masyarakat.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan salah satu kajian Ilmu politik
yang membahas tentang tantangan kebijakan politik luar negeri Indonesia
dalam menjalin hubungan kerjasama internasional serta pengaruh
kebijakan politik Negara lain terhadap kondisi politik dan ekonomi di
Indonesia, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam
literature Ilmu Politik dalam bentuk kajian hubungan internasional dan
kebijakan luar negeri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khasanah pengetahuan dalam Ilmu Politik serta menjadi referensi bagi
departemen Ilmu Politik FISIP USU.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi media informasi bagi
pemerintah dan masyarakat untuk menghadapi tantangan fenomena global
yaitu Korean Wave yang telah mempengaruhisegala aspek kehidupan
sosial masyarakat saat ini khususnya generasi muda.

14

Universitas Sumatera Utara


3. Secara akademis penelitian ini bermanfaat bagi penulis, yaitu untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan mengasah penulis dalam
membuat karya ilmiah untuk selanjutnya dapat menyelesaikan pendidikan
di Strata Satu (S-1) Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1.6 Kerangka Teori

Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, kontruksi, defenisi untuk


menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antarkonsep . Dalam sebuah tulisan ilmiah,
keberadaan kerangka teori merupakan bagian yang sangat penting karena
didalam kerangka teori akan dimuat teori-teori yang relevan dalam
menjelaskan permasalahan yang sedang diteliti. Kerangka teori ini sebagai
landasan dalam penelitian. Berikut penulis sajikan kerangka teori yang
memuat pokok-pokok pikiran yang akan menggambarkan bagaimana masalah
penelitian akan ditelaah.

1.6.1 Kepentingan Nasional


Hubungan bilateral yang dijalin antar dua negara tidak terlepas dari
kepentingan nasional masing-masing negara yang mendasarinya untuk
melakukan kerjasama.

18. Masri Singarimbun. Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES. Hal. 37

15

Universitas Sumatera Utara


Kepentingan Nasional (National Interest) adalah tujuan-tujuan yang ingin
dicapai sehubungan dengan kebutuhan bangsa/negara atau sehubungan dengan hal
yang dicita-citakan. Dalam hal ini kepentingan nasional yang relatif tetap dan
sama diantara semua negara/bangsa adalah keamanan (mencakup kelangsungan
hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayah) serta kesejahteraan. Kedua hal pokok ini
yaitu keamanan (Security) dari kesejahteraan (Prosperity). Kepentingan nasional
diidentikkan dengan dengan “tujuan nasional”. Contohnya kepentingan
pembangunan ekonomi, kepentingan pengembangan dan peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) atau kepentingan mengundang investasi asing
untuk mempercepat laju industrialisasi.

Kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur atau kriteria pokok bagi para
pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara sebelum
merumuskan dan menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah
kebijakan luar negeri (Foreign Policy) perlu dilandaskan kepada kepentingan
nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi apa yang dikategorikan
atau ditetapkan sebagai ”Kepentingan Nasional”.

Politik luar negeri tersebut menjadi manifestasi utama suatu negara dari
perilaku suatu negara dalam berhubungan dengan negara lain. Jika beberapa
negara memiliki keselarasan dalam kepentingan nasional yang diperjuangkan
masing-masing baik itu alasan ideologis maupun pragmatis maka negara-negara
tersebut dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dan sangat kooperatif satu
sama lain.

19. T. May Rudy.2002. Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang
Dingin.Bandung : Refika Aditama. Hal. 116

20. Budiono Kusumohamidjojo. Op.Cit. Hal. 86.

16

Universitas Sumatera Utara


Konsep kepentingan nasional itupun menjadi penting karena dapat
menjelaskan perilaku politik luar negeri suatu negara dan sebagai upaya untuk
mengejar power, yang mana power tersebut adalah segala sesuatu yang dapat
mengembangkan dan memelihara kontrol atas suatu negara terhadap negara
lain.. Oleh karena itu, kepentingan nasional merupakan suatu bentuk tindakan
survival suatu negara dalam politik internasional melalui hubungan kerjasama.
Menurut Hans J. Morgenthau, ”Kepentingan nasional adalah kemampuan
minimum negara untuk melindungi, dan mempertahankan identitas fisik, politik,
dan kultur dari gangguan negara lain. Dari tinjauan ini para pemimpin negara
menurunkan kebijakan spesifik terhadap negara lain yang sifatnya kerjasama atau
konflik”. Menurut Joseph S. Nye apapun bentuk Pemerintahannya, suatu negara
pasti akan selalu bertindak dalam kerangka kepentingan nasionalnya. .
Kepentingan nasional inilah yang nantinya memberikan kontribusi yang besar
bagi pembentukan pandangan suatu negara. Dengan demikian, kepentingan
nasional dianggap sebagai suatu petunjuk dasar dari kebijakan luar negeri suatu
negara yang secara otomatis mengarahkan kapan dan kemana negara harus
bergerak dalam sistem hubungan internasional.

Miroslav Nincic menyatakan tiga asumsi dasar dalam mendefiniskan


Kepentingan Nasional, yaitu: Pertama, kepentingan itu harus bersifat vital
sehingga pencapaiannya menjadi prioritas utama Pemerintah dan masyarakat.
Kedua, kepentingan tersebut harus berkaitan dengan lingkungan internasional.
Artinya, pencapaian kepentingan nasional dipengaruhi oleh lingkungan
internasional. Ketiga, kepentingan nasional harus melampaui kepentingan yang
bersifat partikularistik dari individu, kelompok, atau lembaga Pemerintahan
sehingga menjadi kepeduliaan masyarakat secara keseluruhan.

22. Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe. 1982. Introduction to International Relations: Power and
Justice. New Jersey: Prentice Hall. Hal. 85.
23. Ibid. Hal. 116
24. Jospeh S. Nye.1992. Understanding International Conflicts. USA: Harper Collins College Publisher. Hal.
40-41.
25. Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal. 67.

17

Universitas Sumatera Utara


Kepentingan nasional yang bersifat vital bagi suatu negara jika menyangkut
mengenai eksistensi kedaulatan dan yurisdiksi suatu wilayah. Upaya dalam
mencapai kepentingan yang bersifat vital ini menggunakan kekuatan militer (hard
power) sedangkan kepentingan yang besifat sekunder diperjuangkan dalam
kebijakan luar negeri seperti melalui pertukaran misi kebudayaan dan bentuk soft
power lainnya. Dalam upaya pencapaian tujuan nasional tersebut tidak hanya
melibatkan kepentingan penguasa saja tetapi lebih mengedepankan kepentingan
rakyat secara keseluruhan.

James N. Rossenau mengatakan bahwa Kepentingan nasional memiliki dua


kegunaan, yakni: pertama, sebagai analitis untuk menggambarkan, menjelaskan
atau mengevaluasi politik luar negeri. Dan kedua, sebagai alat tindakan politik
sebagai sarana untuk membenarkan, mengecam atau mengusulkan
kebijaksanaan.

Sebagai dasar politik luar negeri suatu negara, kepentingan nasional menjadi
poin utama dalam upaya menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku
suatu negara dalam perpolitikan internasional serta menjadi dasar penentu
pembuat kebijakan luar negeri. Kepentingan nasional suatu bangsa dengan
sendirinya perlu mempertimbangkan berbagai nilai yang berkembang dan menjadi
ciri khas suatu negara. Aspek kebudayaan yang dimiliki oleh setiap negara
tentunya mempunyai karakteristik paling khas. Kebijakan luar negeri yang telah
ditetapkan oleh suatu negara diimplementasikan pelaksanaannya melalui
diplomasi. Hubungan diplomasi Korea Selatan dengan Indonesia dijalin melalui
soft diplomacy dengan mengedepankan nilai dan aspek kebudayaan untuk
mencapai kepentingan

26. Mohtar Mas’oed. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES. Hal.
140.

18

Universitas Sumatera Utara


1.6.2 Diplomasi

Salah satu bentuk penerapan hubungan bilateral adalah melalui diplomasi.


Diplomasi telah menjadi bagian integral setiap negara dalam menjalankan
hubungan internasional. Kekuatan diplomatik akan sangat bermanfaat bagi suatu
negara untuk menjaga pertahanan nasional serta mencari kesempatan baru dalam
menjalin hubungan persahabatan dengan negara lain . Pengertian diplomasi
menurut Sumaryo Suryokusumo adalah: Cara-cara di mana negara melalui wakil-
wakil resmi maupun wakil-wakil lainnya termasuk juga para pelaku lainnya,
membicarakan dengan baik, mengkoordinasikan dan menjamin kepentingan-
kepentingan tertentu atau yang lebih luas dengan mengadakan pertukaran
pandangan, pendekatan, kunjungan-kunjungan dan bahkan sering dengan
ancaman-ancaman dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan lainnya .

Korean Wave merupakan sebuat alat diplomasi untuk menyebarkan pengaruh


kebudayaan Korea Selatan kedunia Internasional. Dalam The Advanced Learners
Dictionary of Current English diuraikan bahwa diplomasi ialah “skill in making
arrangements cleverness in dealing with people so that they remain friendly and
willing to help”. Sedang akar kata diplomasi berasal dari bahasa yunani dalam
ZIPLWMA, Duplicate yang artinya di gandakan dalam abad pertengahan kata
diploma disebarkan sebagai nama naskah dokumen-dokumen tertentu. Terdapat
berbagai defenisi ataupun batasan pengertian mengenai diplomasi walau
demikian intinya tetap satu yaitu : The Actual conduct of foreign relation (
pelaksanaan hubungan luarnegeri secara nyata ).

27 Yang Seung Yoon. 2004. Politik Luar Negeri Korea Selatan. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 1
28 Sumaryo Suryokusumo. 2004. Praktik Diplomasi. Jakarta: STIH IBLAM. Hal. 11-12.
29 David W. Ziegler. 1984 . Third edition,War,Peace and International Relations. Toronto: Little
Brown Company. Hal. 272
30 Jusuf Badri. 1994. Kiat Diplomasi, Mekanisme dan Pelaksanaannya. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan. Hal. 15

19

Universitas Sumatera Utara


Menurut S.L. Roy, diplomasi sangat berkaitan dengan penelaahan hubungan
antar negara. Diplomasi adalah seni menedepankan kepentingan sesuatu (negara)
melalui negoisasi yang dilakukan dengan cara-cara damai apabila dimungkinkan
untuk dilaksanakan. Apabila cara-cara damai gagal untuk memperoleh tujuan
yang diinginkan diplomasi memberikan pilihan untuk menggunakan ancaman atau
kekuatan nyata sebagai cara untuk mencapai tujuan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diplomasi diartikan sebagai urusan penyelengaraan perhubungan resmi
antara satu Negara dengan negara lain. Bisa juga diartikan sebagai urusan
kepentingan sebuah Negara dengan perantaraan wakil-wakilnya di Negara lain.

Sedang sir Ernest Satow mengartikan sebagai “the application of tact and
intelligence to the conduct of foreign relations between governments of
indenpendent states. Menurut George A. Lopez dan Michael S. Sthol adalah
proses dimana setiap pemerintahan melaksanakan hubungan dengan negara lain.

Dalam diplomasi sendiri terdapat prosedur hubungan antar Negara yang bebas
nilai dan sangat bergantung pada kemampuan serta kecakapan dari mereka yang
melaksanakannya.Dengan kata lain diplomasi itu merupakan mesin atau alat dari
politik luar negeri sebuah Negara. Pentingnya diplomasi ini sanga vital dalam
mengkomunikasikan sesama negara-negara dunia untuk menjaga perdamaian
dunia. Karena memang salah faktor pecahnya perang dikarenakan tidak adanya
komunikasi antar negara-negara yang bertikai seperti kasus perang dunia.Oleh
sebab itu Ziegler menyebut diplomasi sebagai the process of talking over
diffrences, clarrifying aims and exploring adjustment short of fighting is called
diplomacy.

31 Ibid.
32 Ibid. Hal. 16.
33 Ziegler. Op. Cit. Hal. 272.
34 Ibid.

20

Universitas Sumatera Utara


Teknik diplomasi adalah suatu cara atau teknik yang digunakan seorang
diplomat di dalam melakukan perundingan diplomasi. Cara itu biasa berupa tawar
menawar, persuasif (bujukan) melakukan ancaman dan membuat komitmen.
Tujuan diplomasi adalah memberikan mekanisme personalia politik luar negeri.
Jadi suatu politik suatu Negara ditujukan untuk memajukan dan melindungi
kepentingan nasional.

Diplomasi sebagai upaya suatu bangsa untuk mencapai kepentingan nasional


dan instrumen dalam pelaksanaan kebijakan politik luar negeri, tentunya ditunjang
oleh power yang dimiliki suatu negara. Tujuan diplomasi yang diharapkan suatu
bangsa adalah terciptanya landasan persahabatan yang membimbing bangsa-
bangsa menuju kerjasama dan perdamaian. Dengan demikian, diplomasi yang
merupakan seni, cara atau teknik atau strategi dalam menyampaikan kebijakan
dengan wakil-wakil negara lain demi memperjuangkan suatu kepentingan
mengalami perkembangan dari bentuk yang tradisional dengan menggunakan
ancaman-ancaman menjadi diplomasi yang lebih modern dengan pendekatan yang
lebih lembut dan bersifat persuasif yakni dengan menggunakan soft power.

Joseph Nye menyatakan pengertian Soft Power adalah “getting others to want
the outcomes that you want without inducements (“carrots”) or threats
(“sticks”). Soft power ini sendiri melengkapai dua dimensi hard power suatu
negara yakni militer (”carrots”) dan tekanan ekonomi (“sticks”) dimana soft
power menjadi cara ataupun perilaku ketiga untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan.

35 Lihat Wahyudiya Ayu. Riska. 2012. Pengaruh Soft Diplomacy Dalam Membangun Citra Korea
Selatan Di Indonesia. Makasar : Universitas Hassanuddin. Hal : 22
36 Joseph S. Nye. 2004. Soft power: The Means to Succes In World Politics. New York: Public
Affairs. Hal.5

21

Universitas Sumatera Utara


Hard power dan soft power hakikatnya memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi tindakan pihak lain namun perbedaannya terletak pada perilaku
dan sumber daya yang digunakan. Bentuk soft power merupakan bentuk power
yang mudah menarik perhatian negara lain dengan melalui pendekatan lebih
lembut dan tanpa ancaman untuk mencapai apa yang diinginkan oleh suatu
negara, seperti melalui sumber daya budaya.

Tabel 2: Tipe Power

Type of Power Behaviors Primary Government


Currencies Policies
Military Power Coercion, Threats and Coercieve
deterrence, Force Diplomacy, war,
protection alliance
Economic Power Inducement and Payments and Aid, bribes,
coercion sanctions sanctions
Soft Power Attraction and Values, culture, Public diplomacy,
agenda setting policies bilateral and
institutions. multilateral
diplomacy
Sumber: Joseph S. Nye. 2004. Soft power: The Means to Succes In World
Politics. New York: Public Affairs. Hal.31

Adapun tiga sumber utama dalam soft power yakni, daya tarik budayanya,
nilai politik dan kebijakan luar negerinya. Budaya adalah seperangkat nilai dan
bentuk praktik dalam menciptakan makna terhadap suatu masyarakat yang mana
bentuk budaya itu sendiri dapat berupa seni artistik, pendidikan, bahasa

22

Universitas Sumatera Utara


kesusastraan, hingga budaya pop yang fokus ke bentuk hiburan untuk masyarakat
umum (musik, tarian, film). Jika dalam kebudayaan suatu bangsa mengandung
nilai-nilai yang universal dan kebijakan mempromosikan nilai-nilainya dan
memiliki daya tarik bagi pihak lain maka hal tersebut dapat meningkatkan
popularitas suatu negara karena daya tarik yang dibentuk melalui budaya
tersebut.

Dengan melihat tipe-tipe power pada Tabel 2, kekuatan diplomatik itu dapat
dijalankan tanpa menggunakan biaya politik dan kekuatan militer yang cukup
besar sehingga dapat dikatakan bahwa ada kekuatan ataupun instrumen lain dalam
penentuan kebijakan luar negeri. Soft diplomacy merupakan pelaksanaan
kebijakan pemerintah sebagai bentuk nyata dari penggunaaan instrumen selain
politik dan militer dalam hubungan internasional yang membawa unsur soft power
dalam pengaplikasiannya. Disamping itu, dalam memainkan peran penting di era
globalisasi ini dimana pelaksanaan diplomasi dimudahkan dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi juga mengharuskan pemanfaatan soft power
yang dimiliki suatu negara dilakukan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan
nasional suatu negara melalui soft diplomacy.

Sebagai jawaban praktik hard diplomacy yang mewakili aktivitas terkait


dengan kekerasan, agresifitas, tindakan koersif, pemakaian perangkat militer dan
embargo ekonomi, soft diplomacy terkait aktivitas-aktivitas diplomasi publik,
image building, dan diplomasi kebudayaan. Adapun pernyataan salah satu
diplomat bagian diplomasi publik Kemenlu RI, Fransiska Monika mengutarakan
pengertian soft diplomacy, yakni sebagai berikut:

37 Ibid. Hal. 22
38 Ibid. Hal 23

23

Universitas Sumatera Utara


Soft Diplomacy lebih menekankan kepada tata laksana dari diplomasi yang
menggunakan kekuatan seperti kebijakan, nilai-nilai yang dianut dalam
masyarakat maupun kebijakan yang diambil oleh Pemerintah suatu negara demi
memenangkan hati negara lain.

Soft diplomacy merupakan istilah yang berkembang sebagai bentuk diplomasi


budaya seiring semakin ditinggalkannya penggunaan hard power yang dimiliki
oleh suatu negara untuk mencapai kepentingannya sejak berakhirnya perang
dingin. Melalui soft diplomacy, negara berusaha sedapat mungkin untuk memikat
negara lain sekaligus masyarakat yang ada di dalamnya dengan kebudayaan yang
dimiliki dan nilai-nilai yang dianutnya. Oleh karena itu soft diplomacy yang
berwujud budaya lebih menghasilkan diplomasi yang kuat, seperti apa yang telah
diutarakan oleh Susanto Pudjomartono seorang mantan Dubes Indonesia untuk
Rusia bahwa soft diplomacy ini diartikan sebagai pertukaran gagasan, informasi,
seni dan aspek-aspek kebudayaan lain antara negara dan bangsa, dengan harapan
bisa menciptakan pengertian bersama.

Aktifitas soft diplomacy dapat mengarahkan berbagai kedekatan politik


menjadi kemanfaatan ekonomi seperti melalui promosi perdagangan dan
membantu tugas promosi pariwisata. Maka dari itu, adapun senjata utama dalam
pelaksanaan soft diplomacy yakni dengan menggunakan media dalam suatu event
untuk berhubungan dan berinteraksi dalam memberi informasi baik itu untuk
mendidik ataupun untuk menghibur dengan menempatkan budaya, nilai dan
kebijakan suatu bangsa.

39 Ibid. Hal. 24
40 Ibid. Hal. 26
41 Ibid. Hal. 26

24

Universitas Sumatera Utara


Kita dapat mengenal suatu masyarakat dari budayanya sehingga Korea Selatan
berupaya untuk memperkenalkan dirinya kepada masyarakat internasional melalui
berbagai event seni dan budaya. Melalui penggunaan seni dan budaya popular
sebagai soft diplomacy, Korea Selatan dapat menggunakan hal tersebut untuk
memperjuangkan kepentingan nasionalnya sekaligus mengukuhkan perannya
dalam dunia internasional secara umum dan Indonesia secara khusus. Aset soft
diplomacy yang digunakan Korea Selatan saat ini adalah melalui budaya pop yang
dikenal dengan istilah Korean wave. Korean wave dijadikan sebagai salah satu
bentuk diplomasi budaya Korea Selatan dalam era globalisasi informasi dan
sosiologis..

1.6.3 Teori Kebijakan Publik

Persoalan mengenai Korean Wave merupakan persoalan mengenai kebijakan.


Korean Wave merupakan hasil dari kebijakan yang diciptakan pemerintah Korea
Selatan dalam upaya memodernisasikan negaranya tanpa menghilangkan unsur
kebudayaannya.

Analisis kebijakan diambil dari berbagai macam disiplin dan profesi yang
tujuannya bersifat deskriptif, evaluatif, dan preskriptif. Sebagai disiplin ilmu
terapan, analisis kebijakan meminjam tidak hanya ilmu sosial dan perilaku tetapi
juga administrasi publik, hukum, etika dan berbagai macam cabang analisis sistem
dan matematika terapan.

42. Ibid.

25

Universitas Sumatera Utara


Analisis kebijakan dapat diharapkan menghasilkan informasi dan argumen-
argumen yang masuk akal mengenai tiga pertanyaan (1) nilai yang pencapaiannya
merupakan tolak ukur utama untuk melihat apakah masalah telah teratasi, (2)
fakta yang keberadaannya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilai-
nilai, dan (3) tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan nilai-nilai .
David Easton mengemukakan bahwa kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-
nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat.
Sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu kepada masyarakat
dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada
masyarakat. Dalam artian pemerintah berkuasa dalam mengatur kebijakan dan
bersifat mengikat didalam masyarakat.

Charles O. Jones menjelaskan kebijakan publik terdiri dari beberapa


komponen seperti (1) goal, yaitu tujuan yang ingin dicapai; (2) plan, yaitu
pengertian yang lebih spesifik untuk mencapai tujuan; (3) decision, yaitu
tindakan-tindakan untuk menentukan tujuan, membuat rencana, melaksanakan
dan mengevaluasi program, dan (4) effect, yaitu akibat-akibat yang ditimbulkan
akibat kebijakan yang diambil ( baik disengaja ataupun tidak ).

William N. Dunn mengungkapkan ada lima tahapan-tahapan dalam proses


pembuatan kebijakan, yaitu penyusunan agenda ( perumusan masalah), formulasi
kebijakan (peramalan ), adopsi kebijakan ( rekomendasi ), implementasi kebijakan
( pemantauan ), dan penilaian kebijakan ( penilaian ).

43 William N. Dunn. 1999. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gajahmada University
Press.Hal. 97.
44 Hessel Nogi S. Tangkilisan. 2003. Kebijkan Publik yang Membumi. Yogyakarta : YPAPI. Hal. 2.
45 Ibid. Hal. 3.
46 William. Op. Cit. Hal 97

26

Universitas Sumatera Utara


Dalam pembuatan kebijakan dibutuhkan informasi dan argument-argumen
yang masuk akal mengenai tiga macam pertanyaan, seorang analis dapat memakai
satu atau lebih dari tiga pendekatan analis yaitu empiris, valuatif, dan normatif.
Pendekatan empiris ditekankan terutama pada penjelasan berbagai sebab dan
akibat dari suatu kebijakan publik tertentu. Disini pertanyaan utama bersifat
faktual dan macam informasi yang dihasilkan bersifat deskriptif. Pendekatan
valuatif ditekankan pada penentuan bobot atau nilai beberaapa kebijakan. Disini
pertanyaan berkenaan dengan nilai dan tipe informasi yang dihasilkan bersifat
valuatif. Pendekatan normatifditekankan pada rekomendasi serangkaian tindakan
yang akan datang yang dapat menyelesaikan masalah-masalah publik. Dalam
kasus ini pertanyaan berupa tindakan dan tipe informasi yang dihasilkan bersifat
preskriptif. Pada tingkat dimana kebijakan mencakup tiga tujuan tersebut analisis
kebijakan mencakup tetapi melampau semua disiplin ilmu sosial tradisional.

1.7 Metodologi Penelitian

Metode penelitian secara umum membahas bagaimana penelitian


dilakukan. Adapun metode penelitian ialah cara-cara yang digunakan dalam
memproses penelitian.Tujuan umum dari penelitian adalah untuk memecahkan
masalah yang telah dirumuskan.

47 Ibid. Hal. 98.

27

Universitas Sumatera Utara


1.7.1 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, karena penelitian ini akan


memecahkan masalah penelitian dengan terlebih dahulu memaparkan
keadaan obyek bersangkutan yang sedang diteliti kemudian ditelaah dan
diproses untuk menghasilkan suatu pembahasan yang berujung pada
kesimpulan penelitian. Penelitian deskriptif yang digunakan juga akan
membantu peneliti dalam menjawab pertanyaan mengenai keadaan objek
penelitian secara rinci.

1.7.2 Jenis Penelitian

Studi ini bertumpu pada penelitian kualitatif. Aplikasi penelitian


kualitatif adalah konsekuensi metodologis dari penggunaan metode deskriptif.
Bogdan dan Taylor mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati . Jenis
penelitian kualitatif akan membantu penelitian dalam mengeksplorasi
permasalahan yang diteliti secara mendalam, utuh dan komperhensif.

48 Lihat Bagong Suyanto dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : kencana Prenada.
Hal. 17-18.
49 Andy Prastowo. 2011. Metode Penelitian dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Depok : Ar-
Ruzz Media. Hal. 22.

28

Universitas Sumatera Utara


1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang telah dikumpulkan merupakan data-data sekunder, yang


artinya dalam penulisan ini. Penulis tidak menjalankan observasi
(penelitian) langsung namun lebih mengacu pada sumber-sumber yang
telah ada, yang diolah melalui studi kepustakaan (library research). Studi
Pustaka, yaitu pengumpulan data yang dihasilkan bersumber dari berbagai
media ( berupa buku, jurnal, karya ilmiah, majalah, skripsi, dokumen dan
pendapat para ahli ) yang relevan dan terkait dengan topik penelitian.

1.7.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan


teknik analisis data kualitatif, yaitu dengan melakukan analisis atas masalah yang
ada sehingga selanjutnya akan diperoleh gambaran yang jelas mengenai objek
yang diteliti dan kemudian akan dilakukan penarikan kesimpulan terhadap
fenomena yang diamati sesuai dengan metode ilmiah. Pemilihan teknik analisis
ini dilakukan karena data penelitian tidak dapat dihitung , bersifat non-grafis atau
dapat berwujud kasus-kasus. Sehingga penelitian ini membutuhkan pengamatan
dan memahami faktor peristiwa dalam situasi tertentu. Data - data yang telah
dikumpulkan sebelumnya akan dipilih melalui proses penyaringan informasi
dengan cermat. Prinsip utama yang ditekankan dalam penelitian ini adalah untuk
menemukan kesesuain antara fakta dan teori yang digunakan.

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai isi pokok dari


penelitian, maka dilakukan penulisan secara terperinci dan sistematis sebagai

29

Universitas Sumatera Utara


salah satu syarat penelitian. Penulisan dilakukan dengan membagi tulisan
kedalam empat bagian yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pokok


permasalahan yang akan dibahas, tujuan mengapa penelitian
dilakukan, manfaat dari dilakukannya penelitian, kerangka teori
dan konsep yang menjadi pisau analisis dalam penelitian, metode
yang digunakan dalam penelitian, serta sistematika penulisan
penelitian.

BAB II : PROFIL

SEJARAH PERKEMBANGAN KOREAN WAVE

Korea Selatan telah memposisikan Negaranya sebagai macan


baru Asia dengan keberhasilannya menerapkan Korean Wave ke
seluruh dunia. Dalam Bab ini penulis akan memaparkan
mengenai bagaimana kebijakan politik Korea Selatan sehingga
mampu menguasai industri Global dan menghegemoni
masyarakat dunia dengan produknya yaitu Korean Wave. Oleh
karenanya dalam bab ini penulis akan menjelaskan bagaimana
sejarah dan pemerintahan Korea Selatan sebelum hingga
akhirnya memutuskan untuk menciptakan kebijakan Korean
Wave.

30

Universitas Sumatera Utara


BAB III : ANALISIS PERANAN KOREAN WAVE SEBAGAI
INSTRUMEN SOFT DIPLOMACY DALAM PENYEBARAN BUDAYA
POP KOREA SELATAN – INDONESIA

Dalam Bab ini penulis akan menguraikan dan menganalisa


tentang bagaimana Korean Wave berperan sebagai instrumenatau
sarana diplomasi terhadap penyebaran budaya Korea Selatan di
Indonesia. Dan bagaimana penerimaan masyarakat indonesia
masuknya budaya tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini akan menjelaskan mengenai analisis akhir dari hasil


penelitian yang telah dilakukan. Peneliti juga akan menyertakan
saran yang diperoleh dari dilakukannya penelitian.

31

Universitas Sumatera Utara


BAB II

SEJARAH PERKEMBANGAN KOREAN WAVE

2.1 Korea Selatan

Korea terletak di semenanjung Korea, yang membentang sepanjang 1.100


km dari utara ke selatan. Semenanjung Korea berada di bagian timur laut benua
Asia, di mana perairan Korea bertemu dengan bagian paling barat Samudra
Pasifik. Bangsa Korea bermula dari salah satu suku Ye Maek diantara suku
Tungusik di masa kuno di wilayah Asia, berkembang menjadi bangsa Korea.
Bahasa nasional Republik Korea adalah bahasa Korea, yakni bahasa yang
digunakan waga Korea di Semenanjung Korea. Kini sekitar 70 juta orang di Korea
Selatan dan Korea Utara, sekitar 3,5 juta orang Korea di luar negeri menggunakan
Bahasa Korea.1

Republik Korea Selatan (bahasa Korea: Daehan Minguk, bahasa Inggris:


Republic of Korea) biasanya dikenal sebagai Korea Selatan, adalah sebuah negara
di Asia Timur yang meliputi bagian selatan Semenanjung Korea. Di sebelah utara,
Republik Korea berbataskan Korea Utara, dimana keduanya bersatu sebagai
sebuah negara hingga tahun 1948. Laut Kuning di sebelah barat, Jepang berada di
seberang Laut Jepang (disebut “Laut Timur” oleh orang-orang Korea) dan Selat
Korea berada di bagian tenggara. Negara ini dikenal dengan nama Hanguk oleh
penduduk Korea Selatan dan disebut Namchonson di Korea Utara. Ibu kota Korea
Sekatab adalah Seoul.

Penemuan arkeologis menunjukkan bahwa Semenanjung Korea telah berada


sejak masa paleolitik awal. Sejarah Korea dimulai dari pembentukan Gojoseon

1. Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan. Tentang Korea Selatan.
http://kbriseoul.kr/kbriseoul/index.php/id/2013-01-21-22-49-05/berita-terkini/26-
indonesian/tentang-korea/54-tentang-korea-selatan . Di akses pada tanggal 12 April 2018

Universitas Sumatera Utara


pada 2333 SM oleh Dan-gun. Setelah unifikasi tiga kerajaan Korea di bawah Silla
pada 668 M, Korea menjadi satu di bawah dinasti Goryeo dan diansti Joseon
hingga akhir kekaisaran Han Raya pada 1910 karena dianeksasi oleh Jepang.
Setelah liberalisasi dan pendudukan oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat pada
akhir Perang Dunia II, wilayah Korea akhirnya dibagi menjadi Korea Utara dan
Korea Selatan.

Budaya tradisional Korea diwarisi oleh rakyat Korea Utara dan Korea
Selatan, walaupun keadaan politik yang berada telah menghasilkan banyak
perbedaan dalam kebudayaan modern/pop Korea. Budaya tradisional Korea dapat
dibagi menjadi rumah tradisional, pakaian tradisional, kuliner, festival serta
permainan tradisional Korea.

Korea Selatan adalah sebuah negara yang dengan cepat menjadi negara
maju yang bertaraf hidup tinggi, Korea Selatan juga merupakan negara dengan
tingkat ekonomi tinggi. Kemajuan ekonomi Korea Selatan didukung oleh
perusahaan elektronik, kereta, kapal, minyak, gas, dan robot.

Bendera negara Korea Selatan disebut Taegeukgi dan terdiri dari tiga bagian
: latar belakang berwarna putih, taegeuk berwarna merah dan biru ditengah, serta
empat trigram (kwae) disetiap sudut bendera. Latar belakang berwarna putih
melambangkan cahaya, dan cinta. Sedangkan taeguk sendiri melambangkan
kejujuran dan perpaduan antara surge dan manusia, taeguk disebut juga yin dan
yang, keduanya tak terpisahkan dan membuat segala didunia ini bersikulasi
menghasilkan harmoni, dan menciptakan kreasi baru. Keempat trigram
melambangkan filosopi kedamaian yang direalisasikan lewat perputaran dan
perkembangan taeguk. Geon yang terletak di kiri atas pada sisi yang
melambangkan keadilan tuhan, gon yang terletak di kanan bawah pada sisi gam

Universitas Sumatera Utara


yang paling kuat melambangkan kebijaksanaan, ri yang terletak di kiri bawah
melambangkan cahaya.2

Kepercayaan Korea Selatan adalah bentuk kepercayaan yang dipengaruhi


berbagai agama, pemikiran, dan kepercayaan selama ribuan tahun di Korea.
Pengaruh tersebut paling kuat terdapat dalam shamanisme, buddhisme,
konfusianisme, dan taonisme, faktor – faktor tersebut telah membentuk pikiran
dan kehidupan bangsa Korea.3

Korea Selatan mempunyai banyak objek wisata yang indah, diantaranya


adalah pulau jeju, name island, istana Gyeongbok, istana Changdeok, Lotte
World, dan banyak lagi. Objek – objek wisata di Korea Selatan dapat dengan
mudah menarik perhatian, kebanyakan objek wisata di Korea Selatan dikenal
karena pernah menjadi latar suatu adegan dalam drama seri Korea Selatan. Selain
itu juga Korea Selatan merupakan salah satu surge makanan sehat didunia,
makanan – makanan Korea mempunyai cita rasa yang unik dan menyehatkan.

Saat ini kebudayaan Korea Selatan selalu menjadi sorotan public,


dikarenakan mewabahnya Korean Wave didunia, hal itu membuat kebudayaan
Korea Selatan ikut mendapat perhatian yang luas dari masyarakat dunia.4

2.2 Korean Wave (Hallyu)

1. Definisi Fenomena Korean Wave dan Perkembangannya

Korean Wave merupakan fenomena budaya pop ataupun budaya popular


Korea yang mengalami penyebaran melalui media ke negara – negara lainnya.
Penyebaran ini dimulai dengan penyebaran drama – drama Korea yang

2. Lihat Haris Fajar Bukhori. 2016. Korean Wave Sebagai Sarana Soft Diplomacy Dan Pengaruhnya
Terhadap Dunia Hiburan Di Indonesia. Bandung : Universitas Pasundan. Hal. 30
3. Ibid.Hal. 37
4. Ibid.

Universitas Sumatera Utara


selanjutnya diikuti oleh musik, dan juga gaya hidup masyarakat Korea. Korean
Wave ini pada akhirnya digunakan tidak hanya untuk menunjukan kecintaan
terhadap budaya pop Korea saja, tetapi juga segala hal yang berhubungan dengan
Korea. Istilah lain Korean Wave, yaitu Hallyu merupakan istilah yang
diperkenalkan pertama kali oleh salah satu jurnalis Cina untuk menjelaskan
kepopuleran budaya pop Korea di Cina pada tahun 1990an.5

Fenomena Korean Wave ini dimulai pada saat Cina muli menayangkan
drama Korea, yaitu What is Love All di salah satu stasiun TV Cina, China Central
Television Station (CCTV) pada sekitar tahun 1997. Drama pertama Korea yang
ditayangkan ini mendapatkan respon yang sangat baik, dan diputarkan kembali
pada tahun 1998 dan berada ditingkat tertinggi kedua dalam sejarah perfilman di
Cina. Setelah itu, pada tahun 1999, slaah satu drama Korea lainnya ditayangkan di
Cina dan Taiwan, yaitu Stars in My Heart dan kembali menjadi drama terpopuler
di kedua negara tersebut. Sejak saat itu, drama Korea menjadi lebih terkenal dan
diikuti dengan disiarkan dinegara – negara lainnya, seperti Hongkongm Taiwan,
Singapura, Vietnam, Indonesia, Jepangm Thailand, dan negara – negara lainnya.
Penayangan Winter Sonata inipun menjadi awal dari Korean Wave di Jepang, atau
yang biasa disebut dengan “Korea Boom” oleh masyarakat Jepang. Beberapa
artisnya menjadi artis utama yang terkenal di Jepang yang juga memberikan
pengaruh pada konsumsi produk Korea dan segala hal yang berhubungan dengan
Korea.6

Perkembangan Korean Wave ini tidak hanya didominasi oleh drama –


drama Korea Saja, tetapi juga music Korea itu sendiri. Diawali pada akhir tahun
1990an, salah satu stasiun televise music regional, V Chanel, menayangkan video
musisi Korea yang pada akhirnya menjadi sangat popular di Asia. Pada tahun
2002, salah satu penyanyi remaja Boa yang merilis albumnya ditahun tersebut

5. Doobo Shim, Hybridity and the Rise of Korean Popular Culture in Asia, diakses dari
http://www2.fiu.edu/~surisc/Hybridity%20and%20the%20rise%20of%20Korean%20popular%20c
ulture%20in%20Asia.pdf, Hal. 28-30 diakses 7 Juli 2018
6. Ibid.

Universitas Sumatera Utara


mencapai urutan teratas di Oricon Weekly Chart, salah satu urutan tangga lagu di
Jepang yang setara dengan American Billboard Chart. Lagu – lagu dan gerakan
tari dan band – band Korea seperti Wonder Girls, Girls Generation, Super Junior,
DBSK menjadi sangat popular dinegara – negara lain, seperti Jepang, Cina, dna
juga negara – negara Asia Tenggara.

Begitu juga dengan perfilman Korea, salah satu film Korea yakni Shiri
menjadi sebuah film yang sangat popular pada saat itu dan juga ditayangkan
dinegara – negara Asia lainnya, seperti Hongkong, Jepang, Singapura, dan
Taiwan. Walaupun film ini juga mendapatkan banyak kritikan, tetapi film ini
menjadi awal dari masuknya film – film Korea di pasar internasional. Karena
sejak itu, film – film Korea menjadi film yang juga mendominasi bioskop –
bioskop di Asia. Tidak hanya itu, kesuksesan perfiman Korea juga mulai
memasuki pasar Amerika dan Eropa, seperti salah satunya adalah perusahaan
perfilman Amerika Hollywood Studios telah membuat ulang film tersebut dalam
versi mereka.

Kepopuleran tiga jenis budaya popular tersebut pada akhirnya juga


medorong kepopuleran dari artis – artis yang juga berlaga baik dalam drama, film,
dan music tersebut. Pada dasarnya kepopuleran akan budaya Korea ini tidak saja
hanya digambarkan dan dipengaruhi oleh artis – artis, tetapi juga melihat dalam
cerita – cerita drama tersebut yang memang diperankan oleh artis – artis tersebut.

Melalui penjabaran mengenai definisi Korean Wave di atas, dapat dilihat


bahwa fenomena Korean Wave ini pada akhirnya akan memberikan kemajuan
bagi Korea yang mendorong para penggemar tersebut untuk mulai menyukai hal –
hal lain dari Korea Selatan yang pada dasarnya mereka ketahui dari drama –
drama. Sebagai contoh adalah telepon genggam, jenis telepon genghham yang
digunakan dalam satu drama Korea pada akhirnya juga akan menjadi perhatian
para penggemar yang akan membuat peningkatan dalam penjualan jenis telepon
genggam tersebut. Begitu juga dengan aspek – aspek Korea lainnya. Pada

Universitas Sumatera Utara


akhirnya kepopuleran budaya Korea atau juga dengan Korean Wave ataupun
Hallyu menjadi budaya popular Korea yang tidak hanya berhubungan dengan
drama, film, dan musik saja, tetapi juga makanan Korea, gaya berpakaian Korea,
dan sebagainya.7

2. Jenis – jenis Korean Wave


1) K – Pop

Musik pop Korea dikenal dengan istilah K – Pop. Memasuki tahun 2000-
an K – Pop mulai mendapatkan perhatian internasional yang lebih luas sebagai
dampak Korean Wave. K – Pop itupun dapat didefinisikan sebgaai musik pop
Korea yang dinyanyikan oleh artis Korea Selatan dan diterima secara positif oleh
penggemar internasional. Lagu – lagu K – Pop yang menjadi popular di seluruh
dunia memiliki beberapa faktor – faktor yang membuat mereka unik dan mudah
diingat. Salah satu bentuk yang paling umum dari fitur lagu K – Pop adalah
paduan suara berulang –ulang dengan tarian grup yang disinkronisasi.

Musik pop Korea itu sendiri tidak terlepas dari pengaruh music barat
namun diformulasikan kedalam penampilan khas Korea. Sebagai penyanyi pop
Korea yang dikenal sebagai istilah idol, mereka telah menerima pelatihan selama
bertahun – tahun dibawah agensi industri musik setelah melewati proses trial and
error sehingga mereka dapat memberikan penampilan bakat yang berkualitas dan
berkesan. K – Pop terus mendapatkan pengakuan di berbagai belahan dunia. Awal
mula dikenalnya K – Pop saat kelompok musik H.O.T ataupun Shinhwa
melakukan debutnya di China dan Jepang, hingga kini kelompok music pop
semakin banyak bermunculan dan menjadi idola baru masyarakat internasional,
sebut saja Big Bang, Super Junior, TVXQ, EXO, 2NE1, dan Girls Generation.

7. Kwanyong Kim, “Welcome Greeting”, diakses dari


http://www.hallyudreamfestival.or.kr/intro/e_intro2.html, pada tanggal 21 Juli 2018

Universitas Sumatera Utara


Dewasa ini, K – Pop telah menjadi produk utama Korean Wave. K – Pop
menjadi daya tarik utama dalam penyebaran Korean Wave karena orang asing
mudah memahami bahwa “K” dalam frase K – Pop berarti merepresentasikan
Korea. Ini menunjukkan K – Pop jauh lebih berguna dalam publikasi Korea untuk
meningkatkan nilai brand dari barang – barang yang diekspor oleh Korea Selatan.
Hal tersebut didasarkan pada hasil survey yang telah dilakukan oleh Korean
Tourism Organization (KTO).

KTO melakukan survey online tentang Korean Wave terhadap 12.085


orang asing dari 102 negara, 9.253 berasal dari Asia, dan 2.158 dari Eropa, 502
dari Amerika, 112 dari Afrika dan 60 orang dari Ocenia. Voting berlangsung pada
tanggal 11 Mei 2011 hingga 31 Mei 2011 dan voting survei dilakukan melalui
situs KTO, email layanan jaringan sosial seperti twitter dna facebook. 8

Meningkatkan kehadiran produser dan komponis global dalam musik K –


Pop menjadi juga salah satu faktor K – Pop dapat menerima perhatian serius dari
audiens global. Selain itu, para penggermar K – Pop dari mancanegara semakin
sering melakukan cover dance lagu K – Pop dan meng- upload video tersebut di
youtube, sehingga membantu mempromosikan secara cepat penyebaran music K –
Pop. Korea Selatan pun berhasil menyita perhatian dunia melalui K – Pop, pihak
Google meluncurkan saluran youtube secara eksklusif untuk K – Pop serta
halaman khusus K – Pop juga telah dibuka di facebookuntuk menyampaikan
berita tentang bintang pop Korea dan lagu baru mereka kepada para penggemar
diseluruh dunia. Facebook adalah situs kedua pengguna-konten web global yang
membuka halaman khusus K – Pop setelah Youtube.9

Music K – Pop telah merambah popularitas di seluruh dunia namun hal


tersebut tidak berarti bahwa musik pop korea kehilangan nilai dan karakter budaya

8. Korean Culture and Information Service, 15 November 2011. K-Pop: A New Force in Pop Music
Korean Culture, No.2. Hal.27
9. The Chosunibo,2012. Facebook Opens K – Pop Page.
http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/05/22/2012052200829.html. Diakses pada
tanggal 21 Juli 2018

Universitas Sumatera Utara


Korea. Peningkatan popularitas K – Pop diseluruh dunia adalah bagian dari
pertukaran budaya dalan konteks sejarah manusia. Sebagai alat pertukaran antara
Timur dan Barat, K – Pop tidak hanya milik Korea tetapi seluruh dunia.
Penyebaran K – Pop mungkin menjadi bukti yang lebih efektif dalam
mempromosikan brand Korea dan meningkatkan kunjungan wisatawan asing
untuk berpariwisata ke Korea dari pada mengekspor barang dagangan.

2) K – Drama
Pada awal munculnya Korean Wave, serial drama televise Korea telah
menjadi pilar utama dalam penyebaran Korean Wave. Krisis ekonomi Asia pada
akhir 1990-an membawa sebuah situasi dimana pembeli Asia lebih menyukai
program acara Korea yang lebih murah. Korea menawarkan harga drama televise
lebih murah seperempat dari harga drama televise jepang dan seperseouluh dari
harga drama televise Hong Kong di tahun 200. Bentuk Korean Wave di Indonesia
diawalai setelah Indonesia yang melakukan liberalisasi media pada tahun 1990-an
dengan masuknya penayangan serial drama Korea di stasiun TV Indosiar pada
tahun 2002 yakni drama Winter Sonata yang langsung digemari oleh masyarakat
lalu diikuti oleh drama Endless Love.10

Serial drama Korea mengisahkan berbagai cerita tapi jenis cerita yang
paling menonjol adalah kisah drama romantic dan historical. Drama Korea selalu
mencerminkan kualitas produksi, karakter yang dijiwai dan skrip yang menarik.
Drama Korea dirancang untuk berbagai kalangan penonton dan dipenuhi kisah
dramatis yang dikemas secara menarik dan dianggap lebih memiliki emosional
yang kuat. Serial drama Korea kerap menampilkan pakaian tradisional hanbok dan
berbagai macam makanan tradisional serta sikap santunnya dalam menghormati
orang yang lebih tua dalam kehidupan keseharian masyarakat Korea.

10. Doobo Shim. 2006. Hybridity and Rise of Korean Popular Culture in Asia. Media Culture and
Society, Vol 28(1). Hal. 28

Universitas Sumatera Utara


Tercatatat terdapat sekitar 50 judul drama Korea yang tayang di stasiun
TV swasta Indonesia pada tahun 2011 dan terus meningkat setiap tahunnya. 11 Dari
sekian banyak stasiun televise di Indonesia Indosiar dikenal paling sering
menayangkan program drama Korea.

Dengan demikian serial drama Korea menjadi bagian penting dalam


promosi pariwisata Korea Selatan melihat begitu besarnya animo masyarakat yang
ingin melihat langsung tempat – tempat yang menjadi tempat shooting drama
Korea tersebut.

3) K – Film

Setelah sukses meraih kepopuleran melalui serial drama, bentuk Korean


Wave lainnya pun mulai ikut menunjukan kualitasnya, yakni film. Film Korea
sudah mulai menunjukan kualitas didunia perfilman internasional. Pada awalnya,
film HongKong mendominasi film Asia di bioskop Indonesia. Namun seiring
dengan semakin kuatnya ekspansi Korean Wave¸film produksi Korea Selatan pun
mulai digemari.

Kepopuleran film Korea di Indonesia tidak lain karena pengaruh


kegemaran penonton akan serial drama televise Korea. Film Korea pertama yang
beredar sukses di pasaran adalah Shiri pada tahun 1999. Film Shiri dan Taegukgi
juga diekspor ke berbagai negara di Asia termasuk Asia Tenggara. Film Korea
juga memiliki kekhasan tersendiri yang sesuai dengan sifat masyarakat Asia
sehingga mudah dipahami serta menggambarkan keadaan Korea itu sendiri,
misalnya dalam film Shiri menggambarkan sikap Korea Selatan dalam
mengendalikan isu sensitive hubungan inter-Korea. Kementerian Budaya,
olahraga, dan pariwisata Korea Selatan menyatakan bahwa pada tahun 2012

11. Nyoman Lia Susanti. 2011. “Gurita” Budaya Populer Korea di Indonesia. http://www.isi-
dps.ac.id/berita/%E2%80%98gurita%E2%80%99-budaya-populer-korea-di-indonesia. Diakses
pada tanggal 21 Juli 2018.

Universitas Sumatera Utara


tercatat 44.18 jt orang menonton film Korea yang merupakan jumlah tertinggi
sejak 2006.12

Dalam rangka untuk mempromosikan dan meningkatkan ekspor film


Korea yang telah memperoleh pengakuan diseluruh dunia, MOFAT telah
mendukung pemutaran film Korea di festival film internasional besar seperti
Berlin Internasional Film Festival, The Festival de Cannes dan Venice Festival
Film. Selain itu, MOFAT telah mendukung Festival film internasional yang
diadakan di Korea seperti BIFF (Busan Internasional Film Festival) yang
mendorong film luar negeri, sutradara, dan professional lain untuk berpartisipasi
dalam festival tersebut. Upaya mempromosikan film korea saja tetapi juga
mempromosikan negara Korea secara keseluruhan kepada masyarakat
Internasional.13

4) K – Food

Sejak jaman dahalu, orang Korea percaya bahwa penyebab orang bisa
sehat maupun sakit itu berasal dari makanan yang mereka konsumsi dan
bagaimana cara mereka mengolah makanan tersebut. Berikut beberapa makanan
dan minuman yang sering disajikan di rumah orang Korea pada umumnya. 14

Orang Korea mempunya cara tersendiri untuk menyimpan makanannya


dalam jangka waktu yang lama, yaitu dengan cara fermentasi. Doenjang (pasta
kedelai), ganjang (saus kedelai), gochujang (pasta cabai), dan jeotgal (saus ikan),
merupakan beberapa makanan yang diawetkan dengan cara fermentasi.
Kemudian, saus dan pasta ini ditaruh di luar rumah (halaman) atau biasa disebut

12. Shim Sun-ah.2012. Korean Film Drew Record Audiences in First Half: Ministry.
http://english.yonhapnews.co.kr/news/2012/07/03/0200000000AEN20120703007100315.HTML.
Diakses pada tanggal 21 Juli 2018
13. Do Kyun Kim dan Se-Jin Kim. 2011. Hallyu from Its Origin to Presents. Do Kyun Kim dan Min-
Sun Kim (eds). Hallyu: Influenfe of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul
National University Press. Hal. 25
14. Food, dalam http://www.korea.net/AboutKorea/Korean-Life/Food, di akses 21 Juli 2018.

Universitas Sumatera Utara


Jangdokdae. Saus ini kemudian difermentasi sekitar 2-3 bulan lamanya bahkan
bertahun – tahun. Seperti wine, cenderung memiliki rasa yang lebih kaya ketika
difermentasi lebih lama.

a. Gochujang adalah bumbu tradisional Korea yang terbuat dari


fermentasi kedelai, garam, bubuk cabai, tepung beras, barley,
tepung, dan melted barley
b. Saeujeot dibuat dengan cara mefermentasikan udang yang sudah
diasinkan dan digunakan untuk menambahkan citra rasa suatu
hidangan, termasuk kimchi.
c. Jeotgal, tidak jauh berbeda dengan saeujeot, hanya saja bahan –
bahannya yang berbeda. Jeotgal mencampurkan, berbagai macam
seafood, seperti ikan teri, udang, tiram, atau kerang.

Tteok adalah kue beras Korea yang terbuat dari tepung beras yang
kemudian dikukus. Ada beberapa jenis tteok yang sering dibuat orang Korea,
misalnya baekseolgi untuk perayaan ulang tahun pertama yang melambangkan
panjang umur, patsirutteok yang dibuat setiap kali akan memulai bisnis baru,
tteokguk pada saat perayaan Tahun Baru, dan songpyeon pada saat perayaan
Chuseok, dan tteokpokki yang disajikan dengan kuah pedas sebagai snack.

Kimchi terbuat dari kubis yang diasinkan dengan pasta kimchi yang terbuat
dari bubuk cabai, bawang putih, bawah daun, gingseng Korea, saus ikan, dan
bahan lainnya seperti seafood segar. Kimchi biasanya dikonsumsi setelah
difermentasi beberapa hari atau selama satu tahun penuh. Setiap wilayah memiliki
ciri khas kimchi-nya sendiri. Misalnya Seoul yang terkenal dengan gungjung
kimchi (kimchi yang biasanya dihidangkan untuk bangsawan), bossam kimchi
(kimchi yang terbuat dari kacang – kacangan, bayi gurita, jamur, dan bahan
lainnya yang kemudian dibungkus dengan daun selada), chonggak kimchi (kimchi
lobak), dan kkakdugi (kimchi lobak yang dipotong dadu). Sedangkan, Provinsi

Universitas Sumatera Utara


Jeolla terkenal dengan godeulppaegi kimchi (kimchi yang terbuat dari selada), dan
gat kimchi (kimchi yang terbat dari daun mustard).

Deonjang Jiggae, merupakan hidangan Korea yang disajikan dnegan cara


direbus dengan bahan – bahan seperti daging, kerang – kerangan, sayuran, jamur,
cabai, tahu, dan pasta kedelai.

Bulgogi, merupakan irisan daging sapi atau daging babi yang sudah di
marinasi dengan ganjang.

Bibimbap adalah makanan yang terdiri dari nasi, sayuran, telur mata sapi,
daging cincang mentah, gochujang, dan bahan lainnya yang kemudian dicampur
menjadi satu. Hidangan ini biasanya disajikan diatas hot bowl.

Juk adalah bubur Korea yang terbuat dari beras, daging cincangm jamur
Pyogo, dan kecap.

Kongguksu merupakan hidangan mie Korea yang sajikan dengna sup


kedelai dingin. Sedangkan jamchi guksu biasanya disajikan pada saat acara
pernikahan yang kuahnya terbuat dari rebusan kaldu ikan teri.

Naengmyeon merupakan hidangan mie dingin Korea yang disajikan


dengan kuah kaldu sapi (Pyeongyang Naengmyeon) atau kuah pedas (Hamheung
Naengmyeon).

Hanjeongsik (Korean Set Menu), hidangan yang terdiri dari nasi, sup, dan
beberapa lauk dalam satu piring. Jeonju dan Gwangju merupakan dua provinsi
yang mengenalkan hidangan ini.

Makgeolli atau yang lebih dikenal dengan mangju, takju, atau,


dongdongju, merupakan minuman beralkohol khas pedesaan Korea yang terbuat
dari fermentasi beras, barley, dan gandum yang dicampur malt. Beberpa provinsi
juga mempunyai ciri khas minuman alcohol sendiri. Seperti Seoul dengan
munbaeju (terbuat dari pear liar) dan songjeolju (terbuat dari buah pinus),

Universitas Sumatera Utara


Gwangju di Provinsi Gyeonggi dengan sanseong soju (minuman alcohol yang
tebuat dengan cara disuling), hongju (anggur merah), dan leegangju (mirip
dengan sanseong soju) di Provinsi Jeolla, sogokju (red liquor), di Hansan insamju
(terbuat dari gingseng), di Geumsan gyodong beopju (anggur beras), dan andong
soju (sama seperti sanseong soju dan leegangju), di Gyeongju, dan okseonju
(sama seperti sanseong soju, leegangju, dan andong soju) di Hangcheon.

Minuman beralkohol yang terkenal lainnya adalah soju yang dibuat dari air
dan ubi jalar atau biji – bijian yang sudah diekstrak.

5) K – Fashion dan K – Style

Sejak jaman dahulu, orang Korea telah belajar untuk menggunakan


berbagai macam kain, seperti sambe (hemp), mosi (rami), katun, dan sutra
sebagai pakaian mereka. pakaian ini di desain tidak hanya untuk menarik dilihat
saja, tetapi untuk memberikan perlindungan dari 4 musim dan cuaca ekstrim
bagi si pemakainya.

Mereka membuat pakaian musim dingin dengan menggunakan teknik


mengisi diantara dua lapisan bahan (kain atau sutra) dengan material katun yang
lembut dan menggunakan sambe serta mosi untuk pakaian musim panas.
Pakaian ini kemudian menjadi ciri khas pakaian orang Korea yang sekarang kita
kenal sebagai hanbok.15

Sejarah mengungkapkan bahwa orang Korea zaman dahulu lebih memilih


hanbok yang sederhana, yaitu berwarna putih. Namun, ada juga yang memakai
hanbok dengan desain yang rumit dan berwarna – warni tergantung dengan
status sosialnya. Sekarang, hanbo semakin dikenal di dunia akibar dari salah satu
penayangan K – Drama, “Dae Jang Geum”. Orang Korea Selatan masa kini

15. Clothing and Fashion, http://www.korea.net/AboutKorea/Korean-Life/Clothing, diakses pada 21


Juli 2018.

Universitas Sumatera Utara


lebih memilih pakaian yang terinsipirasi dari Barat untuk kegiatan sehari – hari
mereka dan menggunakan hanbok pada acara – acara tertentu saja.

Gangnam dan Dongdaemun yang terletak di Seoul merupakan distrik


fashion yang terkenal di Korea Selatan. Gangnam sendiri merupakan distrik elit
dengan fasilitas yang high—end. Beberapa festival fashion sering diadakan
disini. Sedangkan Dongdaemun, merupakan distrik yang lebih mengembangkan
fashion negara mereka sendiri dengan desain yang kreatif dan harga yang
terjangkau bagi kaum muda disana. Kedua distrik ini juga menjadi destinasi
pilihan oleh wisatawan asing yang ingin berburu fashion item.

Seiring dengan berkembangnya K – Pop, dan K – Drama, para pecinta


Korean Wave mulai tertarik dengan style para actor dan aktris maupun boy dan
girlband Korea. Berbicara mengenai style dan fashion, Korea Selatan termasuk
salah satu negara yang memiliki kemampuan desain baju dan pernik aksesoris
yang modis dikalangan pecinta mode. Mereka dapat mengkombinasikan warna –
warna yang bertabrakan menjadi sebuah kombinasi warna baju yang tidak
norak. Model – model baju yang dihasilkan oleh Negara tersebut selalu menarik
baik dari model baju adat sampai model baju – baju terkini baik baju formal
maupun informal. Cerdasnya, keanekaragaman model dan keindahan bentuk
serta warna fashion Korea berhasil memberikan dorongan komsumtif kepada
masyarakat global untuk ikut menjadikan bagian dari kehidupan.

Gaya rambut Korea pun menjadi hal yang penting dalam style artis Korea,
gaya rambut mereka menjadi sumber inspirasi bagi para penggermarnya di
seluruh dunia, berikut gaya rambut Korea yang banyak digemari:

a. Gaya Rambut Bergelombang Ikal dan Mengembang

Model rambut ini merupaka gaya yang abadi, dengan rambut yang panjang
bergelombang serta ikal menggelombang menjadikan penampilan Nampak eksotis

Universitas Sumatera Utara


apalagi dnegan tampilan rambut yang digerai acak. Semenjak boomingnya drama
Korea dan artis girl band Korea menjadikan gaya rambut ini semakin popular.

b. Gaya Rambut Bob Pendek

Salah satu personil Sistar memiliki gaya rambut bob pendek, gaya rambut bob
pendek memang cocok untuk teksur rambut orang Asia. Dengan gayanya yang
praktis dan kelihatan cantik untuk segala keadaan menjadikan gya rambut model
ini menjadi tren di kalangan wanita.

c. Gaya Rambut Diikat

Gaya rambut di ikat tidak selalu tampil dengan gaya tradisional yang selalu
diikat kebelakang, jika kita perhatikan tampilan para artis Korea ini, ada yang
mengikat rambutnya dengan gaya bebas. Tampilan yang casual bisa didapat
dengan gaya rambut ini.

d. Gaya Bando

Dengan menambahkan bando-bando dengan aksen yanf lucu dan besar akan
membuat penampilan kita lebih fresh. Perhatikan padanan pakaian kita saat
mengenakan bando, agar tidak nampak terlalu norak, gunakan bando dnegan
warna yang senada dengan pakaian. Dengan tambahan bando menjadikan pakaian
yang simpke nampak lebih menarik.

e. Pewarnaan Rambut

Trend pewarnaan rambut para artis Korea menjadi booming saat ini
dikalangan hair style dunia, tak khayal para penggemar Korea mulai mengikuti
mewarnai rambut mereka agar terlihat lebih keren layaknya para artis Korea.

Selain fashion dan gaya rambut, make – up juga menjadi hal yang penting
bagi style artis Korea. Gaya make – up Korea memiliki ciri khas memoles wajah
untuk membuat wajah terlihat flawless seperti boneka porselen. Kecantikan kulit

Universitas Sumatera Utara


wanita Korea yang terlihat putih alami menjadi keuntungan tersendiri, dengan
kulit yang putih kreatifitas make – up dapat lebih dikembangkan dan hasil make
up pun terlihat lebih sempurna.16

2.3 Korean Wave sebagai Budaya Global


1. Korean Wave sebagai pop culture dunia

Joseph Nye dalam South Korea’s growing soft power menyatakan:

“The traditions of Korean arts, crafts, and cuisine have already spread around
the world. Korean popular culture has also crossed vorders, particularly among
younger people in neighboring Asian countries. Indeed, the late 1990’s saw the
rise of “Korean wave”- the growing popularity of all things Korean, from fashion
and film to musiv and cuisine.

Yang Seung Yoon mengatakan bahwa terdapat persamaan bangsa


Indonesia dan Korea Selatan, yaitu lebih menekankan pada pandangan dan
pencapaian unsur-unsur spiritual, misalnya persamaan dalam pandangan dan
penilaian terhadap kehidupan manusia, rasa kagum pada lingkungan alam dan
perubahannya, serta rasa hormat kepada leluhur dan lain sebagainya. Persamaan
tersebut memungkinkan menjadi dasar penerimaan Korean Wave oleh masyarakat
Indonesia.

Sekitar 3 tahun terakhri ini, sudah banyak masyarakat Indonesia yang tidak
asing dengan istilah K-pop atau Korean pop. Korean pop saat ini banyak
dibicarakan oleh beberapa masyarakat, terurama para remaja karena ketenaran K-
pop yang sangat berpengaruh terhadap dinamika budaya asing yang masuk ke
Indonesia.

16. Cara Dandan ala Artis Korea, di akses pada http://www.saranghaeyo.biz/2012/cara-dandan-ala-


artis-korea.html

Universitas Sumatera Utara


Dalam hal ini, banyak remaja Indonesia yang lebih menyukai acara-acara
asal Korea Selatan daripada harus menyaksikan acara nasional Indonesia. Berawal
dari mereka mencari informasi tentang aktris dan aktor tersebut, sehingga pada
akhirnya mereka menjadi mengidolakan para artis Korea Selatan. Indonesia
termasuk negara yang sedang terkena demam Korea Selatan, hal ini dapat terlihat
di layar televisi, majalah, serta internet di Indonesia yang sekarang berlomba-
lomba untuk menayangkan atau menginformasikan berita-berita seputar negara
Korea Selatan. Sekarang, beberapa stasiun televisi sudah menayangkan tayangan-
tayangan hiburan yang berhubungan dengan Korea Selatan, misalnya film, musik,
dan berita untuk setiap harinya.

Pada dasarnya, globalisasi budaya Korea Selatan tersebut tidak bisa


dilepaskan dari peran media. Media membawa nilai-nilai budaya Korea Selatan ke
luar negeri dan menjadi salah satu penunjang utama berhasilnya gerakan
globalisasi budaya Korea Selatan di dunia Internasional. Media yang banyak
berperan dalam persebaran nilai-nilai budaya Korea Selatan pada mulanya adalah
televisi, yang menayangkan drama-drama Korea. Televisi merupakan sarana
utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan informasi mengenai segala
sesuatu yang berunsur Korea Selatan.

Kesuksean televisi memediasi masuknya budaya Korea Selatan ke


Indonesia ini tidak dapat dipungkiri menimbulkan efek domino ke musik dan film.
Tetapi tidak hanya itu, majalah atau tabloid bahkan koran sebagai media massa di
Indonesia juga menuliskan berita seputar Korea Selatan serta informasi-informasi
tentang budaya Korea Selatan melalui media elektronik ini. Selainn itu, internet
bahkan bisa disebut sebagai media yang paling berpengaruh dalam globalisasi
budaya Korea Selatan karena tak banyak film dan musik Korea Selatan
mendapatkan tempat di media mainstream Internasional.

17. Lulu Hasna.2014. http://luluhasnaa.blogspot.com/2014/10/globalisasi-kebudayaan-korea-di.html. diakses


21 juli 2018

Universitas Sumatera Utara


Korea Selatan yang pada satu dasawarsa lalu tidak berpengaruh dalam
bidang industri budaya popuer dan bahkan berposisi marginal dalam bidang
tersebut, kini telah berhasil menjadi salah satu negara cultural exporter di Asia.
Korea Selatan telah menjadi sebuah negara dengan industri budaya yang kuat,
mampu mengekspor produk – produk budaya populernya ke luar negeri dan
menyebabkan pengaruh kultural.

Penyebaran budaya pop Korea yang begitu pesat merupakan andil besar dari
para pemegang modal dan pemerintah Korea Selatan. Para pemegang modal
membiayai produksi misal tayangan hiburan Korea dan memudahkan dalam
penyebar luasannya. Sementara pemerintah sendiri mendukung dengan
pemberian bantuan modal bagi produksi tayangan tersebut. Hal ini dilakukan
untuk mempertahankan ideology Korea melalui tayangan hiburan agar Korea
dapat dengan mudah diterima di mata dunia.

Global pop culture (film,musik, pakaian dan sebagainya) mengusung nilai –


nilai ideologi dari negara asalnya yang mungkin saja jauh berbeda dari negara
yang terkena imbas budaya pop.

Perkembangan indusrti budaya pop di Korea yang sangat pesat belasan


tahun terakhir ini telah memperlihatkan tahun – tahun kebangkitan film Korea
dengan dugunkannya pendekatan dalam memproduksi film, yaitu lebih
menonjolkan tema individualism (yang merupakan kecenderungan masyarakat
Korea sekarang), kreativitas, dan kebebasan berekspresi.

Saat ini Korean Wave telah menjadi budaya pop dunia, selain menjadi pusat
perhatian dunia Korean Wave juga menjadi kiblat bagi negara – negara di dunia
dalam industri hiburannya.

Universitas Sumatera Utara


2. Globalisasi Korean Wave

Globalisasi merupakan proses interdependensi antar negara yang indentik


dengan fenomena ekonomi dan teknologi. Globalisasi selama ini selalu dikaitkan
dengan proses atau strategi negara-negara Barat dalam melakukan ekspansi
produk dan pengaruh, seiring dengan adanya legitimasi lembaga internasional
yang mengatur aktivitas secara global seperti IMF, WTO, UNESCO di bawah
bendera Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Dominasi negara-negara Barat begitu
melekat dalam alur globalisasi tersebut sehingga menciptakan ketergantungan
antara negara dunia ketiga dengan negara-negara maju tersebut. Globalisasi juga
membawa pengaruh melalui budaya (globalized culture).
Waters mendefinisikan budaya global berkaitan dengan aliran ide yang
berkelanjutan, informasi, komitmen, nilai dan selera termediasi yang
memengaruhi pergerakan individual, tanda atau simbol, dan simulasi-simulasi
elektronik. Ketika budaya sudah termediasi dan ditransformasikan dalam sebuah
proses, globalisasi adalah suatu proses dialektis yaitu penyeragaman atau
penganekaragaman budaya. Penyeragaman identik dengan imperialisme dan
kekuatan asimetris. Imperialisme mengarah pada proses Amerikanisasi yang
menimbulkan konsumsi terhadap budaya dan produk-produk material lainnya.
Kekuatan asimetris yaitu dominasi Barat dalam mengembangkan konsep
globalisasi. Media menjadi senjata yang efektif dan efisien dalam proses
globalisasi terutama budaya. Media menjadi agen yang menyebarkan budaya
secara masif. Sementara itu penganekaragaman budaya berkaitan dengan proses
adaptasi budaya baru yang masuk terhadap budaya tradisional yang kemudian
semakin memperkaya budaya dalam suatu negara, dengan kata lain disebut
dengan proses akulturasi.

18. Annisa Valentian. Ratna Istriyani. 2013. Gelombang Globalisasi ala Korea. Yogyakarta : Universitas
Gadja Mada. Hal. 71-72

Universitas Sumatera Utara


Fenomena baru muncul dalam era globalisasi yang selama ini didominasi oleh
negara-negara Barat seperti Amerikanisasi. Korean Wave muncul dan menjadi
fenomena globalisasi versi Asia yang booming dalam dekade terakhir ini,
kemudian secara siginifikan memengaruhi berbagai negara di beberapa belahan
benua Saat ini Korean Wave semakin dikenal oleh negara – negara di dunia, dari
mulai Asia, Eropa dan sampai Amerika. Korean Wave membawa pengaruh
tersendiri bagi negara – negara dunia, mulai dari menyukai hingga akhirnya
menggandrungi, sehingga membuat Korean Wave mengglobal saat ini.
Pada tahun 2000 kebudayaan Korea Selatan mulai berkembang dan dikenal di
Asia, kebudayaan Korea ini dikenal dengan sebutan Korean Wave atau Hallyu.
Korean Wave masuk ke Asia melalui drama Korea dan musik Korea yang ternyata
banyak disukai oleh masyarakat asia. Tahun 2011 merupakan puncak popularitas
Hallyu, masyarakat Asia begitu suka dengan idola – idola dari Korea Selatan
tersebut sehingga mereka mulai akrab dengan nama tokoh dalam drama yang
unik, meengenal kimchi dan menyanyikan lagu – lagu dengan bahasa Korea yang
fasih dari idola mereka.
Dengan sajian drama televise yang unik dan dirasa baru dikalangan masyarakat
Asia, kemudian rasa keingin tahuan msyarakat semakin meningkat. Permintaan
akan drama Korea semakin banyak di berbagai negara di Asia, oleh karena itu
produksi juga semakin ditingkatkan. Melalui drama ini juga masyarakat kenal dan
tahu aktor dan aktris yang berperan didalamnya. Drama Korea dirasakan sebagai
hal yang unik dan baru, sehingga rasa ketertarikan dan keingin tahuan semakin
bertambah, ditambah juga dengan para actor dan artisnya yang rupawan.
Pada tahun 2005 Korean Wave semakin menggila dengan hadirnya boyband
dan girlband Korea. Mereka bernyanti dengan menggunakan koreografi yang unik
dan diiringi alunan musik pop yang energik. Masyarakat disuguhkan dengan suatu
yang unik dan baru, saat itu Jepang juga punya J – Pop dan boyband atau girlband
tapi itu dirasa kurang menarik bagi sebagian besar masyarakat karena style merka
yang terlalu sulit untuk diikuti ataupun ditiru yaitu dengan Harajuku style,
sedangkan K – Pop menyajikan sesuatu yang simple dengan kemasan kostum

Universitas Sumatera Utara


yang ringan juga. Maka, tidak heran ledakan Korean Wave pada tahun 2011
dirasakan sangat membawa dampak bagi masyarakat global. Bahkan melalaui
kebudayaan inilah masyarakat global juga mulai diakrabkan dengan produk –
produk dari Korea seperti Samsung dan LG yang sedikit demi sedikit mengambil
tempat di hati para konsumen dunia. Style berpakaian Korea pun menjadi tren di
Asia. Budaya Korea ini muncul secara tiba – tiba dan kemudian sedikit demi
sedikit mulai mengambil hati masyrakat di Asia.
Pada tahun 2009 Korean Wave mulai menyebar ke luar Asia, Amerika Eropa,
hingga pada tahun 2011 Korean Wave benar – benar telah mengglobal ke seluruh
dunia. Pada akhir 2011, jumlah total tampilan di Youtube yang dihasilkan oleh
video K –Pop telah melampaui tanda 1 miliar, tiga kali lipat dari 800 juta pada
tahun sebelumnya menjadi lebih dari 2,3 miliar sementara didorong oleh
pertumbuhan yang sangat besar di Eropa dan Timur Tengah. Globalisasi Korean
Wave didampingi oleh peristiwa berikut :
Tahun Peristiwa Keterangan
2011 SM Town Live di Paris, Konser K – Pop skala besar pertama
Perancis. dihadiri oleh fans dari seluruh Eropa.
2011 MTV Europe Music Penghargaan musik Eropa pertama
Award di Belfast, yang dimenangkan oleh artis Korea
Irlandia. yaitu Big Bang.
2012 Pidato 2012 Barack Presiden Amerika Serikat menyebutkan
Obama di Hankuk tentang Korean Wave di pidatonya.
University of Foreign
Studies pada 26 Maret.
2012 Pidato 2012 Ban Ki- Sekertaris Jendral Perserikatan Bangsa
Moon di Majelis Nasional – Bangsa menyebutkan tentang Korean
Korea Selatan pada 30 Wave di pidatonya.
Oktober.
2013 Keberhasilan PSY Rekaman tunggal artis Korea Selatan

Universitas Sumatera Utara


“Gangnam Style” yang menjual 1 juta kopi di Inggris.
2013 The 5th Super Show tur Tur konser pertama K – Pop yang
konser di Boenos Aires, diadakan dibenua Amerika Serikat.
Sandiago, Sao Paulo
dalam lima skala besar.

Tabel. 2

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Korean_wave

Budaya Korea menyebar dengan cara yang sederhana, tetapi dikelola


dengan serius. Budaya Korea telah dikenal dan mengglobal di dunia. Korea telah
membuktikan kesuksesan menyebarkan budayanya ke negeri lain dengan cara
yang tidak membosankan. Ketertarikan penonton drama terhadap budaya Korea
berpengaruh terhadap kemajuan budaya. Korea meracik dengan jitu budaya
dengan drama popular hingga mampu mendorong kemajuan negaranya. Korea
mampu membuat tingkat kunjungan wisata naik, meningkatkan penjualan produk
buatan Korea, membuat anak – anak muda sampai yang ibu – ibu pun tergila –
gila dengan style fashion ala Korea, dan meningkatkan minat belajar kebudayaan
dan bahasa Korea, dengan cara yang menarik, melalui drama, sampai akhirnya
mengglobalnya Korean Wave di dunia.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

PEMBAHASAN

PENGARUH KOREAN WAVE SEBAGAI SARANA SOFT DIPLOMACY


TERHADAP PENYEBARAN DAN PENERIMAAN KOREA SELATAN DI
INDONESIA

3.1 Modernisasi dan Pertumbuhan Ekonomi dan Kebudayaan Korea

Sejak kemerdekaannya atau kurang lebih selama 50 tahun terakhir


ini,Republik Korea berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi
yang memberikan kesempatan untuk menjadi suatu negara maju. Berkat
keberhasilannya dalam mengembangkan perindustrian nasional, Republik korea
berhasil menduduki urutan ke-11 sebagai negara perdagangan terbesar di dunia.
Sejumlah besar perusahaan dan tenaga kerja sangat aktif melakukan kegiatannya,
baik di dalam maupun di luar negeri. Kegiatan yang di jalankan di luar negeri itu
menyebabkan masyarakat Korea yang berada di luar negerit semakin banyak.

Kemajuan yang di capai oleh republik korea telah mendorong kebudayaan


korea untuk berkembang menjadi kebudayaan internasional. Bidang pendidikan
terus ditingkatkan dengan didasarkan pada ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian.

1. Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspansi ke Luar negeri


a. Pemacuan Rencana Pengembangan Ekonomi

Setelah berhasil memperbaiki kehancuran akibat Perang Korea, sejak awal


tahun 1960-an rakyat korea selatan mulai melaksanakan kebijakan pembangunan
ekonomi nasional.

1. Yang Seung yoon. Nur Ani Setiawati. 2003. Sejarah Korea : Sejak Awal Abad Hingga Masa
Kontemporer. Yogyakarta : Gadja Mada University Press. Hal. 207

54

Universitas Sumatera Utara


Pemerintah Republik ke-3 yang berhasil mengambil alih kekuasaan politik
dengan cara kudeta, telah meletakkan landasan yang kuat bagi pertumbuhan
ekonomi nasional melalui repelita.

Karena belum mampu menyediakan modal dan teknologi canggih yang


terkait, Korea Selatan masih mengandalkan pinjaman modal asing untuk
menggerakkan perekonomian, membangun sejumlah pabrik dan meningkatkan
jumlah ekspor. Sebagian besar rakyat Korea Selatan dengan senang hati ikut serta
dalam rencana pembangunan ekonomi nasional mereka.

Sejak dimulainya Repelita, kemampuan ekonomi Korea Selatan


mengalami banyak perkembangan dan berhasil muncul sebagai satu negara
berkembang. Angka rasio peningkatan jumlah ekspor Korea mencatat angka yang
tinggi sehingga Korea Selatan menjadi salah satu negara penting dalam kegiatan
perdagangan di pasaran internasional.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi itu tidak hanya membawa


perubahan drastis pada struktur perindustrian nasional saja, tetapi juga pada
kehidupan masyarakatnya. Di bidang perindustrian, Korea selatan berhasil
membentuk struktur industri negara maju melalui industri mobil dan elektronika.
Sementara itu, rakyat Korea Selatan mulai dapat menikmati waktu luangnya
dengan tercapainya kesejahteraan masyarakat. Perubahan kehidupan masyarakat
itu dapat merata di setiap wilayah Korea Selatan, sampai kepada penduduk daerah
pedesaan, berkat adanya jaringa, jalan raya ekspress di seluruh pelosok negeri
yang dapat menghubungkan setiap daerah secara efisien.

2. Ibid. Hal. 208

55

Universitas Sumatera Utara


3. Penyebarluasan Gerakan Sae-Maul

Gerakan sae-maul muncul atas gagasan presiden Park, Chung Hee.


Gerakan ini dimulai sejak bulan oktober 1070 dengan usaha agar masyarakat
pedesaan memiliki kemandirian untuk mewujudkan Gerakan desa Baru ( New
Village Movement ), memiliki semangat kemerdekaan ( Independent ), mandiri (
self-help), serta memiliki sifat gotong royong ( mutual Coorporation ). Dengan
gerakan itu diharapkan Korea Sealatn dapat mewujudkan ekonomi yang stabil.

Tercapainya stabilitas ekonomi Korea Selatan telah meletakkan dasar bagi


swasembada. Hal itu mendorong pemerintah Korea untuk melancarkan Gerakan
Sae-maul yang dimaksudkan untuk mengembangkan dan memodernisasikan
daerah pedesaan. Gerakan Sae-maul ini bertujuan untuk membangkitkan semangat
kerajinan, kemandirian dan kerjasama dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat setempat.

Masyarakat pedesaan Korea memberikan sambutan hangat terhadap


pelaksanaan gerakan tersebut sehingga memberikan dorongan bagi pemerintah
untuk memperbaiki lingkuangan hidup daerah pedesaan. Keberhasilan gerakan
Sae-maul di daerah pedesaan mendorong masyarakat kota dan pabrik-pabrik
industri untuk ikut melaksanakan gerakan tersebut dan berusaha untuk mengubah
dimensi sosial masyarakat berdasarkan pertumbuhan ekonomi nasional.

4. Ekspansi Perusahaan dan Tenaga Kerja Keluar negeri

Pertumbuhan ekonomi dalam negeri telah memberikan motivasi bagi


perusahaan dan tenaga kerja Korea untuk memperluas gerak kerjanya keluar
negeri. Sejumlah besar perusahaan Korea mendirikan cabangnya di kota-kota
penting di luar negeri atau membangun usaha patungan dengan perusahaan asing
AS dan eropa, khususnya usaha yang bergerak di bidang elektronik.

3. Ibid.

56

Universitas Sumatera Utara


Keberhasilan perusahaan kontraktor korea dalam menyerap teknologi
canggih dan merebut kepercayaan masyarakat inetrnasional menyebabkan
perusahaan perusahaan tersebut dapat melaksanakan berbagai macam proyek
konstruksi di Asia Barat Daya, Afrika, Asia Tenggara dan Amerika Latin.
Bersama dengan meningkatnya kegiatan perusahaan Korea di luar negeri pun
semakin bertambah banyak dan pernah mencatat angka sebanyak 200 ribu orang.

Industri pertanian dan perikanan juga terus meningkatkan volume


kegiatannya di luar negeri. Sejumlah besar ahli pertanian Korea dikirim ke afrika
untuk mengajarkan penggunaan teknologi canggih kepada petani setempat. Kapal-
kapal nelayan korea pun kini giat mengangkat ikan di berbagai wilayah perairan
di luar negeri.

Dengan demikian, berkat semangat kerajinan dan kerja kerasnya, rakyat


korea Selatan kini dapat memberikan bantuannya kepada negara lain mskipun
diawal kehidupan kenegaraanya, Korea Selatan harus bergantung pada
penerimaan bantuan dana dari negara lain.

4. Pertumbuhan Masyarakat Korea di Luar Negeri

Tak jauh berbeda dengan saudara-saudaranya di dalam negeri korea Selatan,


masyarakat korea yang berada di luar negeri juga terus berusaha untuk
mengahrumkan nama bangsanya. Selama 50 tahun sejak bangsa Korea
memperoleh kemerdekaannya, masyarakat korea yanga berada di Jepang,
Amerika Serikat, RRC dan Rusia juga giat mengembangkan kehidupan mereka.
Kini, sekitar 700 ribu orang Korea tinggal di Jepang. Sebagian dari mereka adalah
keturunan orang-orang Korea yang pernah di kirim secara paksa ke Jepang oelh
pihak imperialis Jepang. Dengan segala keterbatasan dan kesengsaraannya
masyarakat Korea di jepang berhasil mengatasi kesulitan mereka dan membuka
cakrawala kehidupan yang baru. Dengan demikian, masyarakat Korea di Jepang
berhasil mewujudkan landasan kehidupan yang kokoh bukan hanya berhasil di
segi ekonomi dan sosial saja, tetapi juga mendukung pengembangan tanah airnya.

57

Universitas Sumatera Utara


2. Kejayaan Kebudayaan Modern
a. Peningkatan Pendidikan nasional

Selama 50 tahun sejak bangsa Korea memperoleh kemerdekaannya,


pendidikan nasional terus berkembang pesat, baik dari segi kualitas amupun
kuantitas. Di Korea selatan kini terdapat sekitar 290 universitas, 1.800 SMA,
2.650 SMP, sekitar 5.900 sd dan sejumlaj sarana pendidikan untuk kanak-kanak.
Banyaknya lembaga pendidikan di korea itu dapat mencerminkan semangat
belajar bangsa Korea. Pengembangan pendidikan Korea telah memberikan
kesempatan bagi masyarakat untuk menyerap pengetahuan dan teknologi baru
dalam waktu yang relatif singkat. Angka rasio buta huruf di Korea kini tercatat
hampi 0 persen, bahkan taraf pendidikannya hampir sama dengan taraf pendidikan
negara-negara maju. Perkembangan pendidikan nasional korea ini sedikit banyak
telah memberikan sumbangan besar bagi pertumbuhan di bidang ekonomi dan
sosial.

Dewasa ini, masyarakat internasional sangat giat membentuk kampung dunia.


Sambil membuka hubungan kerjasama dengan negara-negara lai, setiap negara di
dunia berusaha untuk tetap mempertahankan identitasnya masing-masing. Oleh
karena itu pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan
internasionalisasi dan globalisasi masyarakat Korea.

b. Pengembangan Penelitian Ilmiah

Seiring dengan pertumbuhan dunia pendidikan, bidang keilmuan Korea


berhasil mencapai kemajuan besar, khususnya bidang ilmu bahasa Korea,
kesusasteraan dan sejarah Korea.

4.Ibid. Hal. 211

58

Universitas Sumatera Utara


Selama masa penjajahan jepang di Semenanjung Korea,imperialis Jepang
berusaha menghapuskan bahasadan sejarah Korea dengan maksud untuk
melenyapkan seni budaya Bangsa Korea karena bahsa dan bangsa yang
bersangkutan. Itu sebabnya, setelah memperoleh kemerdekaannya, Korea Selatan
giat berusaha untuk mengembangkan ilmu mengenai bahsa dan sejarah Korea.

Selain pelajaran nasional, ilmu-ilmu lainnya juga berkemabng pesat di Korea.


Sejumlah besar pelajar Korea pergi keluar negeri untuk melanjutkan studinya dan
setelah kembali ketanah air mereka membawa teori ilmiah yang baru serta
pengetahuan yang mutakhir. Sementara itu, pertumbuhan sosial dan ekonomi
Korea Selatan mendorong munculnya gejala baru dalam dunia keilmuwan Korea
dimana Korea berusaha untuk membentuk sistem pendidikannya secara mandiri,
terlepas dari ketergantungan ilmu-ilmu Dunia Barat.

c. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan unsur utama bagi peradaban


modern. Negara-negara yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju
dianggap sebagai negara maju di bidang kebudayaan dan ekonomi.

Sejak memperoleh kemerdekaannya, Korea Selatan berusaha semaksimal


mungkin untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya.
Melalui usahanya itu, Korea Selatan berhasil mencapai kemajuan yang cukup
besar, khususnya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sebagai
pendorong utama untuk pengembangan ekonomi nasional.

Di bidang ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan praktis berkembang pesat


untuk meningkatkan teknologi canggih bagi industri tekstil, elektronika, mobil,
kapal laut dan komputer. Perkembangan ilmu pengetahuan mustahil dapat terjadi
tanpa adanya kemajuan teknologi. Bangsa Korea sangat terkenal akan
kemampuan ilmiahnya untuk mengembangkan teknologi terkait.

59

Universitas Sumatera Utara


d. Aktivitas Kegiatan Keagamaan dan Kesenian

Sistem demokrasi Korea Selatan menjamin kebebasan beragama dan aktivitas


seni-budaya. Taraf hidup masyarakat Korea telah ditingkatkan sejak tahun 1960-
an sehingga kegiatan serupa semakin bervariasi. Di bidang keagamaan, jumlah
penganut agama Kristen terus meningkat seiring datangnya pengaruh dari dunia
Barat. Agama Protestan, Katolik, Budha merupakan agama mayoritas di Korea
Selatan. Agama-agam tersebut terbukti telah memberikan sumbangan besar bagi
Masyarakat Korea ketika kancah politik dalam negeri Korea mengalami
kekacauan dengan memberikan kesempatan bagi masyarakat Korea untuk
melanjutkan pendidikan.

Kegiatan-kegiatan seni-budaya misalnya kesusasteraan, lukisan, musik dan


arsitektur pun trus berkembang. Setelah berhasil memperoleh kemabli kebebasan
menggunakan bahasa dan huruf Korea, sejumlah besar pengarang menciptakan
karyanya sesuai dengan selera masyarakat. Seni lukis dan musik juga berusaha
untuk mewujudkan warisan dan tradisi Korea kuno sambil menetapkan gaya baru
yang datang dari dunia Barat.

Sementara itu, pertumbuhan pesat perekonomian nasional mendorong


pembangunan gedung pencakar langit dengan gaya baru, bahkan kemampuan
kontruksi Korea Selatan kini telah mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat
internasional.

Pengaktifan agama dan seni budaya Korea memprlihatkan keunggulan


kebudayaan bangsa Korea berlandaskan keharmonisan antar nilai-nilai tradisional
dengan gaya modern dunia Barat.

5. Ibid
6. Ibid. Hal 212

60

Universitas Sumatera Utara


e. Kemamupuan Seni Budaya Keluar Negeri

Kemampuan kebudayaan Korea Selatan kini tengah menuju ke dunia luar.


Penyelenggaraan Pesta Olahragatahun 1988 itu membuktikan kemampuan Korea.
Kini kebudayaan Korea menduduki sebagai kebudayaan internasional. Di
berbagai universitas AS, Jepang dan prancis, sejumlah besar sarjana mempelajari
ilmu korea, bahkan sering diselenggarakan konferensi ilmiah internasional tentang
ilmu Korea. Delegasi kebudayaan Korea juga giat berusaha untuk
memperkenalkan kekhasan budaya Korea kepada masyarakat Internasional
melalui pameran, pementasan, dan pertunjukan berbagai acara seni budaya.

Sementara itu, sejumlah besar seniman Korea berkecimpung di dunia


internasional, mulai dari pemain piano, biola, sampai pembuatan video. Selain itu,
para atlet Korea selatan sering memperoleh kemenangan di berbagai arena
pertandingan dan memperlihatkan prestasi tinggi masyarakat Korea.

Penyelenggaraan Olimpiade musim panas seoul tahun 1988 mencerminkan


pengakuan masyarakat Internasional terhadap kemampuan Korea seltan.
Meskipun terbagi menjadi dua tanah air selama 50 tahun, masyarakat korea seltan,
baik didalam maupun di luar negeri, berusaha semaksimal mungkin untuk
mengembangkan Korea sebagai pusat kebudayaan internasional. Kini masyarakat
Korea Selatan tengah melangkah menuju reunifikasi nasional dan masa depan
yang penuh harapan sambil memberikan sumbangan besar bagi perdamaian
internasional dan pengembangan kebudayaan umat manusia.

3.2 Kepentingan Nasional Korea Selatan di Indonesia

Kepentingan Nasional dalam perspektif Hubungan Internasional


merupakan bentuk penyesuaian kebijakan politik suatu negara terhadap tantangan
di dalam pergulatan sistem internasional (among states) yang memiliki
tujuan demi mendapatkan keuntungan dari pertarungan di level kebijakan politik

61

Universitas Sumatera Utara


dengan negara-negara lain. Di dalam mekanisme hubungan antar-negara (bilateral
atau multilateral), kepentingan nasional juga dapat disebut sebagai nafas
alamiah suatu negara. Dalam hubungan internasional, kepentingan suatu negara
dapat saling dapat saling berseberangan. Kedekatan wilayah geografis suatu
negara tidak selalu menjamin adanya kesamaan dan keselarasan dalam
kepentingan nasionalnya. Terkadang, meski tidak berbatasan secara geografis,
namun sasaran kepentingan nasional suatu negara dengan negara lain dapat
saling menguntungkan.
Korea Selatan memiliki dua kebijakan nasional utama dalam pelaksanaan
politik luar negerinya yakni, mengembangkan ekonomi nasional sambil
memperkuat kekuatan pertahanannya. Pemerintah Korea Selatan berupaya
memperkuat sumber daya manusia dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan diplomatik guna memastikan bahwa Korea Selatan telah sepenuhnya
mencerminkan kapasitas nasional dan internasional dalam rangka mewujudkan
visi Global Korea yang menjadi tujuan utama dalam Pemerintahan Presiden Lee
Myung Bak.. Visi Global Korea tersebut dimaksudkan agar tercipta sebuah citra
bangsa Korea yang tidak hanya bekerja sama secara aktif tetapi juga dapat
memberikan solusi untuk menangani permasalahan yang dihadapi masyarakat
internasional Setelah berhasil bangkit dari masa imperialisme Jepang, penderitaan
perang Korea dan kemiskinan, Korea Selatan telah berhasil memulihkan
kedaulatan negaranya selama beberapa dekade ini serta mencapai hasil
pembangunan ekonomi dan demokrasi yang kuat.
Korea Selatan saat ini menempati posisi sejajar dengan negara-negara
maju seiring dengan pembangunan ekonomi, demokrasi, dan industri
teknologinya yang semakin meningkat.

7. Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’oed. 2004. Politik Luar Negeri Korea Selatan.
Yoyakarta: UGM Press. Hal. 8
8. Lee Myung-Bak. 2009. The Lee Myung-Bak Administration’s Foreign Policy and National
Security Vision: Global Korea The National Strategy of the Republic of Korea . Cheong Wa
Dae: Office of The President. Hal. 12

62

Universitas Sumatera Utara


Oleh karena itu, Korea mengadopsi sikap yang lebih terbuka dalam
mengimplementasikan kepentingan nasional dan pelaksanaan kebijakan luar
negerinya karena keberlangsungan hidup dan masa depan suatu bangsa
dipengaruhi oleh totalitas interaksinya dengan masyarakat internasional.
Korea ingin mewujudkan citra aktor global yang memiliki cakrawala luas
dengan terlibat secara proaktif dalam pergaulan internasional untuk menciptakan
perdamaian dunia. Citra aktor global ini juga mengacu pada tujuan Korea yang
meninggalkan kebiasaan diplomasinya yang sempit dimana hanya diarahkan
untuk penyelesaian konflik Semenanjung Korea dan menjadikannya sebuah
bangsa yang berbudaya modern. Dengan demikian, Pemerintah Korea Selatan
menggunakan soft power yang dapat membangun kapasitasnya untuk menjadi
aktor global. Hal tersebut ditunjang oleh kemajuan ekonomi, pengembangan
industri teknologi yang semakin canggih, potensi budaya yang artistik dan
menarik serta kesejahteraan masyarakat yang disertai dengan kualitas pendidikan
yang dimiliki oleh Korea Selatan.
Dalam Diplomatic White Paper Republik Korea tahun 2011 dinyatakan
bahwa atas dasar disadarinya peranan soft power menjadi semakin penting dan
budaya telah meningkat sebagai unsur inti daya saing antarbangsa dan sumber
daya ekonomi yang menghasilkan nilai tambah, diplomasi budaya telah menjadi
salah satu pilar dalam pelaksanaan diplomasi yang diterapkan oleh Pemerintah
Korea Selatan. Korea Selatan sebagai negara middle power yang tidak dapat
menjadi balance of power diantara Jepang dan China dengan mengandalkan hard
power, sehingga pemberdayaan soft power dianggap penting. Keberhasilan
perekonomian Korea dan penyerbarluasan budaya Korea melalui Korean wave
dapat menjadi faktor pendorong peningkatan soft power yang dimiliki oleh Korea
Selatan.
Dalam rangka memaksimalisasikan pemberdayaan soft power yang
dimilikinya, Korea Selatan membuka cakrawala baru dalam diplomasi yakni
dengan soft diplomacy. Sejak tahun 2006, Ministry of Foreign Affairs and Trade
(MOFAT) secara tidak langsung terus mendukung penyebaran Korean wave

63

Universitas Sumatera Utara


sebagai soft diplomacy dalam meningkatkan soft power yang dimiliki oleh Korea
Selatan serta menjadi langkah modal dalam mewujudkan tujuan nasional Global
Korea. MOFAT berupaya membangun jaringan global agar Korea Selatan dapat
terus menjangkau lebih banyak negara dan lebih meningkatkan hubungan
kerjasamanya dengan negara lain. Dengan menjalin
Jaringan yang luas secara global, Pemerintah Korea Selatan dapat
memperbaiki citra ataupun reputasinya di luar negeri dengan meningkatkan brand
Korea dan memperkuat posisinya dalam kepemimpinan global melalui bentuk
pendekatan yang lebih proaktif dalam berinteraksi dengan masyarakat
internasional. Sejalan dengan langkah pencapaian kepentingan nasional,
Pemerintah Korea Selatan mengeluarkan kebijakan New Asia Initiative sebagai
langkah membangun jaringan global dengan semakin memfokuskan kerjasama di
kawasan Asia terutama dengan negara-negara ASEAN sebagai salah satu
organisasi regional terbesar di Asia. Apalagi Korea Selatan yang tidak terlepas
dari konflik dengan Korea Utara tentunya dapat mengganggu stabilitas dan
keamanan nasional sehingga Korea Selatan harus bisa menjalin hubungan baik
dengan negara tetangga agar ke depannya Korea Selatan mendapat dukungan dari
negara lain dalam upaya reunifikasi antar-Korea. Selain itu, kebijakan tersebut
juga mengindikasikan ASEAN sebagai salah satu kawasan dan pasar terbesar bagi
Korea Selatan di Asia, maka dari itu menjalin dan mempererat hubungan dengan
negara-negara anggota ASEAN menjadi penting bagi Korea Selatan. Indonesia
sebagai salah satu anggota ASEAN, menjalin hubungan diplomatik dengan Korea
Selatan secara resmi pada tanggal 18 September 1973. Korea-Indonesia terus
melakukan upaya perluasan kerjasama bilateral secara regional dan internasional
serta menjanjikan untuk mempertahankan ikatan kerjasama yang erat dengan
Indonesia.1
Peningkatan hubungan kerjasama kedua negara tersebut disepakati dengan
menandatangani MoU Joint Declaration on Strategic Partnership between RI and

9. Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2009. Diplomatic White Paper 2009. Republic of Korea.
Hal. 68.

64

Universitas Sumatera Utara


ROK pada bulan Desember tahun 2006 untuk memperluas bidang hubungan
kerjasama seperti pembangunan, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain.
Peningkatan hubungan mitra strategis tersebut ditandai dengan ditandanganinya
kerjasama bidang kebudayaan pada tahun 2008. Kemudian, Korea-Indonesia
bekerja sama menjadi host ‘Bali Democracy Forum’ pada tahun 2010 di Indonesia
yang mana berkontribusi untuk memperkuat hubungan kerjasama dengan kedua
negara sebagai salah satu upaya untuk mempromosikan demokrasi di wilayah
Asia Timur dan setuju untuk memperkuat kerja sama pada masalah Korean
Peninsula.2
Hubungan bilateral yang dijalin Korea-Indonesia dilandasi beberapa
kepentingan nasional Korea di bidang politik, ekonomi dan sosial-kebudayaan,
namun kepentingan ekonomi menjadi kepentingan utama yang ingin dicapai
Korea Selatan di Indonesia. Hal tersebut berdasarkan penyataan Mr. Kim Do
Hyung, first secretary of Republic of Korea Embassy in Indonesia, Beliau
mengungkapkan bahwa:
Kepentingan nasional utama lainnya yang ingin dicapai Korea Selatan di
Indonesia adalah di bidang ekonomi. Korea Selatan ingin mempromosikan
kerjasama substansial menengah dan rencana ekonomi pembangunan jangka
panjang di Indonesia. Korea Selatan sedang berusaha untuk memperluas perannya
dalam masyarakat internasional dengan melakukan modernisasi ekonomi dan
kebudayaan guna memberikan pengalaman dan keahliannya dengan negara-
negara berkembang, termasuk Indonesia.3
Upaya mencapai kepentingan nasional suatu bangsa perlu ditopang oleh
citra ataupun reputasi negaranya. Maka dari itu, Pemerintah Korea mendirikan
President Council on Nation Branding (PCNB) pada 22 Januari 2009 untuk
meningkatkan citra nasionalnya dalam komunitas internasional dengan
menerapkan strategi sistematis dan komprehensif. Tujuan PCNB adalah untuk
menginformasikan kepada dunia untuk mengenal Korea dan mempromosikan

10. Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2011. Diplomatic White Paper 2011. Republic of Korea. Hal. 91
11. Lihat Ayu Riska Wahyudiya. 2012. Makassar Universitas Hassanuddin.

65

Universitas Sumatera Utara


citra Korea sebagai sebuah negara yang memberikan kontribusi bagi masyarakat
internasional yang menghasilkan produk dan layanan kelas dunia serta sebagai
sebuah negara yang menghargai budaya lain.4
Upaya membangun citra ataupun nation-branding Korea Selatan menjadi
Global Korea dilakukan dengan mengembangkan unsur kebudayaan. Kebudayaan
dijadikan sebagai daya tarik untuk menjalin hubungan bilateral dengan Indonesia
agar dapat mengundang investor masuk ke Korea ataupun investor Korea dapat
melakukan investasi di Indonesia serta menarik kunjungan wisatawan Indonesia
ke Korea. Kebudayaan itu sendiri tidak hanya akan memberikan dampak sosial
melainkan dapat pula mempengaruhi bidang politik dan ekonomi suatu negara. 5
Maka dari itu, Pemerintah Korea Selatan sangat mendukung agar popularitas
musik pop Korea di luar negeri terus dilanjutkan agar dapat menarik 20 juta
wisatawan asing setiap tahun sampai tahun 2020 sebagai salah satu upaya untuk
peningkatan kekuatan perekonomian negara.6 Peneliti P2P LIPI, Indriana Kartini
juga mengungkapkan bahwa:
Korea Selatan adalah friendly country yang tidak mendahulukan
kekerasan. Korea Selatan butuh citra tersebut mengingat Korea Selatan yang
sedang dalam konflik dengan Korea Utara, disamping persaingan dengan Jepang.
Citra yang dibangun tentunya diharapkan untuk mencapai kepentingan ekonomi di
Indonesia melalui industri ekspor otomotif serta industri teknologi komunikasi.
Tentunya Pemerintah Korea Selatan ingin meningkatkan sektor perekonomian
negaranya, sehingga melalui K-Pop yang dijadikan daya tarik tentunya
menciptakan minat pasar masyarakat Indonesia terhadap segala bentuk produk
Korea dan mulai mengkonsumsinya.7

Ibid

Lihat Ayu Riska Wahyudia

66

Universitas Sumatera Utara


Korean wave memang telah dipersiapkan untuk dipasarkan ke dunia
internasional sejalan dengan adanya dukungan penuh dari Pemerintah sejak masa
Pemerintahan Presiden Kim Dae Jung (1993-1998) yang slogan politiknya adalah
“Creation of the New Korea”. Dengan kata lain, Pemerintah Korea ingin
menghapus citra bangsa yang tradisional dan membuat citra nasional yang lebih
baru dan modern. Kebijakan budaya di masa Pemerintahan Kim Dae Jung
dimaksudkan untuk membangun identitas budaya dari perspektif internasional dan
untuk membangun kreatifitas budaya suatu bangsa sehingga mantan Presiden Kim
dikenal sebagai “President of Culture”. Pada awal tahun 2000-an, setelah krisis
finansial yang melanda kawasan Asia di tahun 1997, Pemerintah Korea mulai
menargetkan ekspor budaya populer Korea sebagai bentuk inisiatif pelaksanaan
sektor perekonomian baru. Mantan Presiden Kim mendirikan Basic Law for the
Cultural Industry Promotion pada tahun 1999 dengan mengalokasikan dana
senilali US$148.5 juta untuk mengembangkan dan menyebarluaskan budaya
popular Korea melalui cara-cara inovatif dengan menggabungkan budaya
tradisional mereka dengan budaya modern.8
Tujuan akhir dari soft diplomacy adalah untuk mempromosikan citra
positif dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk menarik perhatian negara
lain. Seperti banyak bangsa, Korea telah berusaha untuk meningkatkan posisinya
dalam tatanan internasional seiring dengan perkembangan soft power di dunia
internasional. Dengan demikian, era dimana sektor industri yang memimpin
pertumbuhan ekonomi suatu negara juga menjadi sangat didukung dari sektor
kebudayaan dan hal tersebut berhasil dilakukan Korea Selatan.
Atas dasar pemulihan dari krisis keuangan global, Pemerintah Korea
Selatan telah terus-menerus membuat upaya untuk memperkuat dasar bagi
pertumbuhan jangka panjang dan meningkatkan ekonomi riil dengan membangun
citra bangsa “Global Korea”. Beberapa tahun ini Korea Selatan telah menjadi tuan
rumah beberapa event besar tingkat internasional, berawal dari World Cup 2002,

Sung Sang-Yeon. 2008. Why are Asians Attracted to Korean Pop Culture?. The Korea Herald
(eds). Korean wave. Seoul: Jimoondang. Hal. 16-17.

67

Universitas Sumatera Utara


Summit G-20 2010, Yeosu Expo World Exhibtion 2012 dan Winter Olympic
Pyeongchang yang akan digelar tahun 2018, sekaligus dapat menjadi sarana
pelaksanaan soft diplomacy dan meningkatkan citra negaranya sehingga dapat
semakin memperkuat posisinya di forum Internasional.

3.3 Masuknya Korean Wave di Indonesia

Selain mewabah di beberapa negara lain, Korean Wave juga melanda


Indonesia pada tahun 2002, bertepatan dengan pemutaran drama Korea yang
berjudul Autumn in My Heart atau yang lebih kita kenal dengan Endless Love di
salah satu televisi swasta nasional. Serial drama tersebut ternyata mampu memikat
penonton karena ceritanya yang kental dengan nuansa percintaan dan keluarga.
Endless Love mampu menarik emosi penikmatnya di Indonesia. Keberhasilan
drama tersebut membuka pintu bagi drama Korea Selatan lainnya untuk mewarnai
hiburan di Indonesia.
Kelebihan drama dan film Korea Selatan yang mampu memikat remaja
Indonesia antara lain aktor dan aktrisnya memiliki penampilan memikat. Aktor-
aktor muda memang menjadi agen utama dalam persebaran Korean Wave karena
segmentasi utama produk budaya Korea Selatan adalah remaja atau dewasa.
Bintang muda menjadi sentral dalam menyampaikan nilai klasik (cinta,
persahabatan, dan keluarga) dalam produk budaya Korea Selatan. Tema klasik
menjadi poin utama dalam produk karena lebih mampu memikat emosi
konsumen. Kendati kental dengan nuansa tema klasik, produk budaya Korea
Selatan tidak meninggalkan kesan modern dan ciri khas budayanya.
Berkembangnya budaya pop Korea Selatan (Hallyu) di negara-negara Asia
Timur dan beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia menunjukkan
adanya transformasi budaya asing ke negara lain. Berkembangnya budaya pop
Korea di Indonesia dibuktikan dengan munculnya “Asian Fans Club” (AFC) yaitu
blog Indonesia yang berisi tentang berita dunia hiburan Korea Selatan. AFC

68

Universitas Sumatera Utara


didirikan pada 1 Agustus 2009 oleh seorang remaja perempuan bernama Santi Ela
Sari. Berdasarkan data statistik dari situs Pageran Alexa, AFC adalah situs
‘Korean Intertainment’ terbesar di Indonesia. Jumlah pengunjung AFC sampai
dengan Juni 2011 adalah 42.811.744 orang. Hal ini berarti Asian Fans Club
dikunjungi oleh rata-rata 58.646 orang setiap hari. Jumlah posting dari Juni 2009
sampai Juni 2011 mencapai 16.974. Dalam kurun waktu tersebut selalu terjadi
peningkatan posting di setiap bulannya. Data di atas menunjukkan bahwa budaya
pop Korea Selatan di Indonesia berkembang cukup pesat dalam kurun waktu dua
tahun. Dengan demikian, berkembangnya budaya pop Korea (Korean Wave) di
Indonesia merupakan perwujudan globalisasi dalam dimensi komunikasi dan
budaya. Globalisasi dalam dimensi ini terjadi karena adanya proses
mengkreasikan, menggandakan, menekankan, dan mengintensifikasi pertukaran
serta kebergantungan informasi dalam dunia hiburan, dalam hal ini adalah dunia
hiburan Korea Selatan.
Korean Wave yang mewabah di Indonesia telah berpengaruh pula pada
pola konsumsi masyarakat, sebab produk-produk Korea Selatan menjadi incaran
banyak kalangan. Tren mode ala Korea menjadi menjamur di lingkungan
masyarakat, terutama kalangan muda. Berbagai distro dan resto bernuansa Korea
bermunculan di Indonesia. Korean Wave bahkan sempat menyeragamkan industri
hiburan Indonesia yang bernuansa Korea. Hal itu ditandai dengan
bermunculannya Girl dan Boy Band berkonsep Korea, Film Televisi yang
mengadopsi cerita-cerita drama serta film Korea, bahkan beberapa show di TV
juga mengadopsi show yang disiarkan di Korea.

3.4 Perkembangan Korean Wave di Indonesia


Kegemaran budaya popular Asia bukanlah hal baru di Indonesia. Ada
kecenderungan tren drama Jepang pada tahun 1980-an (Oshin) lalu di pertengahan
1990-an (Tokyo Love Story), serta drama seri China pada awal 1990-an dan drama

69

Universitas Sumatera Utara


Taiwan di awal 2000-an seperti Meteor Garden.9 Perkembangan Korean wave di
Indonesia diawali saat masuknya tayangan serial drama Korea dan menjadi
langkah awal dalam memperkenalkan bentuk Korean wave lainnya, yakni musik
pop Korea.
Sejak tahun 2008 soft diplomacy Korea Selatan melalui pendekatan
kebudayaan semakin intens dilaksanakan dan dapat diterima dengan mudah oleh
masyarakat Indonesia. Korean wave menjadikan Korea Selatan di bawah sorotan
dunia karena keberhasilannya dalam mengembangkan budaya popularnya ke
seluruh dunia. Korea Selatan pun menjadi negara eksportir terkemuka untuk
musik, program televisi dan film di negara-negara Asia. Korean wave mencapai
kesuksesan di banyak negara dan membantu untuk mempromosikan dan
meningkatkan produk brand Korea Selatan seperti di Indonesia sehingga Korean
wave dikenal dengan istilah Asian values-Hollywood Style karena berhasil
mengemas nilai-nilai Asia yang dipasarkan dengan gaya modern, istilah tersebut
diungkapkan oleh seorang pengelola siaran televisi Korea, Kim Song Hwan. 10
Sebagian besar negara-negara yang telah menyebarkan budaya popular
mereka ke seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat dan Jepang, adalah negara
yang memiliki power di bidang ekonomi. Hal ini mencerminkan korelasi tinggi
antara bangsa yang memiliki kekuatan ekonomi dalam melakukan ekspansi
budaya. Sejalan dengan upaya meningkatkan perekonomian suatu negara yang
diikuti oleh penyebaran budaya dalam memperkenalkan produknya
mengakibatkan informasi tentang negara-negara yang memiliki pengaruh dalam
hal ekonomi dan budaya semakin kuat menyebar di dalam masyarakat
internasional. Sama halnya dengan Korean wave yang mulai menyebar di akhir
1990-an, ketika Korea Selatan mulai mendapat pengakuan global sebagai negara
yang memiliki kekuatan ekonomi setelah berhasil memulihkan sistem
perekonomiannya pasca krisis ekonomi di Asia.11

Ibid
Reza Lukmanda Yudhantara. Op.Cit. Hal. 191.
Ibid

70

Universitas Sumatera Utara


Budaya pop Korea menghasilkan pemasukan yang sangat besar bagi
perekonomian Korea Selatan. Menurut data statistik yang dikeluarkan oleh
Kementerian Budaya, olahraga dan pariwisata Korea Selatan pada tahun 2010,
ekspor musik pop meningkat 90% dari US$16,5 juta di tahun 2008 menjadi
US$31.3 juta di tahun 2009. Ekspor film naik 11,3%, sementara konten siaran
film tersebut naik 8%.12 Sementara itu, menurut laporan Bank of Korea, bidang
kebudayaan menghasilkan US$794 juta dari ekspor kebudayaan dan layanan
hiburan K-Pop tahun 2011, naik 25% dari US$637 juta pada tahun 2010.13
Keberhasilan K-Pop di berbagai kawasan di dunia menanamkan banyak
pelajaran untuk dunia bisnis Korea. Oleh karena itu, Kementerian Budaya,
olahraga dan Pariwisata Korea mengumumkan peningkatan substansial anggaran
untuk penyebaran Korean wave senilai 12 miliar-won (US$ 10.7 juta) untuk
mendukung musikal Korea Selatan dan mendirikan sebuah akademi seni Korea
untuk membantu menciptakan sumber-sumber baru produk-produk budaya
Korea.14 Khusus di Indonesia, sebagai langkah konkret dari hasil perjanjian Joint
Cultural Commision Korea-Indonesia dimana Korea Selatan memiliki tujuan
untuk memperkenalkan budayanya ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia maka
dibangun pusat Informasi tentang Negara dan budaya Korea pada tanggal 18 Juli
2011 yakni Korean Culture Centre di Jakarta.
Pusat Kebudayaan Korea tersebut bertujuan menyediakan Informasi tentang
Negara dan budaya Korea serta informasi pertukaran budaya masing-masing
Negara. Data jumlah anggota KCC di Indonesia yang diperoleh penulis dari hasil
wawancara yang disampaikan oleh information manager KCC Indonesia, Kukuh
Adirizky mengatakan bahwa “anggota KCCI sudah mencapai sekitar 2700 orang
tercatat hingga April 2012 seiring dengan semakin besarnya minat warga
Indonesia terhadap Korean wave”.15 Pergelaran kebudayaan Korea-Indonesia
Week yang diadakan tiap tahun oleh Kedubes Republik Korea di Indonesia sejak

Ibid

71

Universitas Sumatera Utara


tahun 2009 mengindikasikan perkembangan Korean wave semakin diminati oleh
masyarakat Indonesia dan melalui budaya popular tersebut, masyarakat Indonesia
telah mengenal budaya, karakter dan kehidupan sosial bangsa Korea secara tidak
langsung.
Perkembangan musik pop Korea telah membuat dampak gelombang yang
besar di seluruh Asia selama bertahun-tahun dengan melihat munculnya
perubahan industri musik Asia. Fenomena musik pop Korea melanda Indonesia
sejak tahun 2008, hingga sejak itu demam dan fenomena K-Pop di Indonesia terus
bertambah dan dampaknya sekarang sungguh luar biasa. Para penggemar musik
K-Pop di Indonesia jumlahnya mencapai ratusan ribu orang. Sejak tahun 2010,
penggemar K-Pop di Indonesia mulai terlihat aktif dalam berbagai kegiatan-
kegiatan sesama penggemar K-Pop, baik forum media online banyak bermunculan
forum atau komunitas fans grup Indonesia dan juga para penggemar musik K-Pop
di Indonesia sering melakukan berbagai gathering hingga melakukan demonstrasi
(flashmob) untuk meminta konser K-Pop diadakan di kota-kota mereka, terutama
Jakarta.16
Besarnya popularitas yang diraih K-pop di Indonesia juga terlihat dalam
komunitas penggemar K-Pop di Indonesia yang tercatat ada sekitar 130.000
fandom K-Pop yang berada di bawah koordinir perusahaan marketing Exo Digital
agency. Exo adalah marketing agency yang salah satu sasaran kerjanya sebagai
marketing komunitas Korea dan menyampaikan informasi setiap ada event serta
membantu untuk mengakomodasi informasi konser K-Pop.17 Sedangkan menurut
sebuah survei yang dilakukan oleh Kementerian Budaya Korea Selatan tahun
2011, ada sekitar 2,31 juta penggemar K-Pop di Asia, berdasarkan keanggotaan
dalam klub penggemar yang tercatat secara resmi.18

Monicque Rijkers dan Lily C. 2012. Wabah Demam Korea Melanda Indonesia. [Online]
http://www.mediaindonesia.com/read/2012/04/04/316524/61/10/Wabah-Demam-Korea-Melanda-Indonesia.
Diakses pada tanggal 23 Agustus 2018
Ibid
Bhavan Jaipragas. 2012. Asia's K-Pop clones dance to South Korean beat. http://www.abs-
cbnnews.com/lifestyle/02/06/12/asias-K-Pop-clones-dance-south-korean-beat. Diakses pada tanggal 28
agustus 2018.

72

Universitas Sumatera Utara


Gathering yang diadakan diantara para penggemar K-Pop menandakan
perkembangan musik K-Pop yang sangat pesat di Indonesia, hampir setiap bulan
diadakan gathering di Jakarta, dan juga kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Gathering K-Pop dijadikan sebagai bounding session diantara penikmat musik K-
Pop untuk saling bertukar dan berbagi informasi. Pada bulan Maret 2012, salah
satu perusahaan marketing, Exo Digital Agency, menyelenggarakan K-Pop
Gathering “Tribute to Super Junior” dalam rangka menyambut konser Super
Show 4 oleh Super Junior yang telah berlangsung akhir April 2012. Hal tersebut
dimaksudkan untuk lebih mendekatkan para komunitas penggemar Super Junior
yang diistilahkan ELF dan menyampaikan berbagai Informasi mengenai Super
Junior.
Perkembangan K-Pop dari hasil observasi lapangan yang dilakukan oleh
penulis pada saat K-Pop gathering “Tribute to Super Junior” diadakan, terdapat
sejumlah komunitas penggemar K-Pop yang menampilkan bakat nyanyian dan
tarian mereka, salah satunya adalah SN Boys. SN Boys terbentuk tahun 2011 yang
terdiri dari sejumlah anak muda yang pada awalnya mengenal K-Pop dalam
pergaulan kesehariannya (verbal approach). SN Boys dibentuk karena sangat
menggemari grup musik K-Pop yakni Girls Generation sehingga menimbulkan
keinginan untuk mengeksplor bakat tari mereka dengan melakukan cover dance
lagu K-Pop. Mereka menganggap musik K-Pop lebih bervariasi dibanding musik
pop Amerika.
Salah satu anggota SN Boys yakni, Ikhsan, menilai bahwa Korea Selatan
berhasil menerapkan ekspor budaya melalui Korean wave dan menjadi sangat
dikenal di dunia internasional. Sebagai salah satu masyarakat yang awalnya sama
sekali tidak mengenal Korea, kini bahkan begitu menyukai Korea Selatan bahkan
mempelajari dance kontemporer Korea hingga mulai mengetahui bahasa Korea
sebagai dampak ekspansi Korean wave melalui serial drama televisi, film dan lagu

73

Universitas Sumatera Utara


K-Pop.19 Kegiatan ini seperti ini menunjukkan K-Pop memiliki pengaruh budaya
yang kuat.
Dalam kurun waktu dari tahun 2008-2012, Indonesia menggelar konser K-
Pop hampir setiap tahunnya, bahkan memasuki tahun 2012 hampir setiap bulan
digelar konser K-Pop. Konser K-Pop semakin intens diadakan di Indonesia sejak
tahun 2011 yang diawali dengan diselenggarakannya festival musik yang bernama
'KIMCHI K-POP’ (Korean Idols Music Concert Hosted in Indonesia) pada bulan
Juni 2011 di Jakarta yang menampilkan bintang K-Pop dari Korea seperti Super
Junior dan Park Jung Min. Konser K-Pop lainnya yang menyita perhatian besar
sehingga menjadi headline di berbagai media nasional Indonesia yakni digelarnya
konser Super Show 4 oleh Super Junior pada tanggal 27-29 April 2012 di Mata
Elang Indoor Stadium Ancol, Jakarta.
Perkembangan K-Pop juga mempengaruhi industri musik Indonesia secara
langsung. Dewasa ini dapat kita saksikan secara nyata perkembangan K-Pop pada
musik Indonesia yang ditandai dengan semakin banyaknya kelompok musik
terbentuk layaknya group musik K-Pop. Salah satunya adalah Princess yang mulai
terbentuk tahun 2011, Alika dan Danita adalah anggota girlband Princess,
menguraikan pada penulis bahwa girlband Princess ini memang terbentuk karena
terinspirasi oleh musik K-Pop dan mengikuti fashion Korea Selatan dengan
melihat perkembangan pasar musik Indonesia yang cenderung menyukai K-Pop.
Princess juga mengungkapkan bahwa mereka akan segera meluncurkan single
lagu terbaru berbahasa Korea untuk memudahkan meraih keuntungan pasar musik
Indonesia seiring semakin banyaknya penggemar K-Pop di Indonesia.20
Di era globalisasi ini perkembangan K-Pop tidak terlepas dari peran berbagai
mainstream media. Bagaimana kini media elektronik di Indonesia, melalui
tayangan televisi mulai didominasi oleh tayangan berciri khas Korea baik itu
serial-drama hingga acara musik di Indonesia. Media elektronik maupun media
cetak di Indonesia semakin intens menyajikan rubrik khusus K-Pop sehingga

Lihat Ayu Riska Wahyudia

74

Universitas Sumatera Utara


sangat memudahkan bagi penggemar K-Pop untuk mengakses berita mengenai K-
Pop beserta artis idola mereka. Pada mulanya kita lebih mengenal Indosiar yang
cenderung menayangkan program serial drama Korea. Namun, seiring
perkembangan K-Pop semakin popular, semakin banyak stasiun TV mulai
mengemas program acaranya dengan kesan Korea. Bahkan saluran TV swasta di
Jakarta yaitu O’Channel memiliki program tayangan TopK-Pop TV yang
ditayangkan setiap sabtu-minggu. Stasiun TV swasta, SCTV tidak kalah saing
dengan terus menampilkan tayangan musik bertema K-Pop. SCTV telah
menayangkan program musik ‘K-Pop vs I-Pop’ yang menampilkan boy/girlgroup
dari Korea dan Indonesia. Adapun salah satu media online terbesar di Indonesia
yakni detik.com juga memiliki rubrik khusus K-Pop.
Perkembangan Korean wave di Indonesia disertai dengan begitu banyaknya
produk-produk industri budaya Korea Selatan yang masuk ke Indonesia dan
mengambil tempat tersendiri di hati rakyat Indonesia. Hegemoni K-Pop
menginspirasi generasi muda Indonesia untuk mengikuti bahkan meniru gaya
mereka. Masyarakat Indonesia mulai lebih cenderung mendengarkan musik K-
Pop, membeli album musik K-Pop, membuat boyband atau girlband layaknya
artis K-Pop, terlibat dalam komunitas K-Pop, berpartisipasi dalam kontes K-Pop
dan meniru mode artis K-Pop hingga bahkan mulai mempelajari budaya dan
bahasa Korea.
Minat masyarakat terhadap studi Korea dan bahasa Korea menjadikan
Pemerintah Korea Selatan akan meningkatkan jumlah lembaga pengajaran bahasa
Korea di luar negeri untuk orang asing sejumlah 200 lembaga pada tahun 2016,
seiring peningkatan popularitas budaya pop Korea yang meningkatkan permintaan
untuk belajar bahasa Korea.21 Hal tersebut menunjukkan bahwa bagaimana
perkembangan K-Pop membawa pengaruh signifikan tidak hanya kepada budaya
Korea itu sendiri melainkan negara Korea secara keseluruhan. Soft diplomacy

Yonhap News Agency. 2012. Number of Overseas Korean language institutes to rise to 200 by
2016.http://english.yonhapnews.co.kr/culturesports/2012/02/22/0701000000AEN20120222005300315.HTM
L. Diakses pada tanggal 24 Agustus 2018

75

Universitas Sumatera Utara


menjadi salah satu cara yang paling ampuh dalam dapat memenangkan hati negara
lain karena melalui budaya dapat meningkatkan pemahaman internasional yang
memberikan kontribusi positif untuk memajukan kerjasama dan memberikan
pengaruh terhadap perluasan perannya pada tingkat internasional.

3.5 Jenis- jenis Korean Wave di Indonesia


Kunci dari terjalinnya persahabatan antarsuatu bangsa adalah saling mengenal
dan memahami karakter dan budaya masing-masing. Pengaruh kebudayaan
terhadap pelaksanaan diplomasi memiliki peran yang signifikan karena
kebudayaan memiliki unsur universal dan bersifat komunikatif. Kebudayaan
secara aktif digunakan dalam diplomasi bilateral untuk meningkatkan pemahaman
budaya dan dialog antar bangsa karena dapat menembus batas-batas geografis,
politik, ideologi dan sosial.22 Karena itu, dengan masuknya Korean wave sebagai
pengenalan seni dan budaya Korea kepada masyarakat Indonesia merupakan
sebuah langkah dasar bagi Korea Selatan untuk membangun citranya sekaligus
dapat mempererat hubungan bilateralnya dengan Indonesia.
Istilah Korean wave pertama kali diungkapkan oleh jurnalis China pada
pertengahan tahun 1990-an dengan menyebutnya sebagai hanliu dalam bahasa
mandarin sementara di Korea dikenal sebagai hallyu. Sejak saat itulah ditandai
sebagai awal munculnya hallyu atau lebih dikenal sebagai Korean wave oleh
masyarakat Internasional. Korean wave adalah istilah yang menggambarkan
fenomena penyebaran budaya pop Korea berupa serial drama, film dan musik pop
Korea ke seluruh dunia.23
Serial drama televisi dan film adalah bentuk Korean wave yang pertama kali
dikenal oleh masyarakat di Asia yang selanjutnya pada awal tahun 2000-an
disusul oleh ekspansi musik pop Korea yang dikenal dengan istilah K-Pop.

Gracia I. Caroline Sidabutar. Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansinya terhadapPelaksanaan Politik
Luar Negeri. Divisi Litbang Sekdilu Angkatan XXXII. Indonesia dan Dunia: Refleksi Pemikiran Diplomat
Muda Indonesia. Jakarta: Kemenlu RI. Hal.160.
Do Kyun Kim dan Se-Jin Kim. 2011. Hallyu from Its Origin to Presents. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim
(eds). Hallyu: Influenfe of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National University
Press. Hal. 22

76

Universitas Sumatera Utara


Elemen-elemen budaya populer Korea ini menyebarkan pengaruhnya di negara-
negara Asia salah satunya Indonesia. Selain itu, Korean wave pun berkembang
dengan cepat ke berbagai belahan dunia seperti Benua Amerika dan Eropa.
Korean wave berperan cukup efektif sebagai pemberi identitas diplomasi Korea
Selatan karena budaya popular Korean wave menampilkan nilai budaya dan
karakter bangsa Korea dalam bentuk serial drama televisi, musik dan film.
Dengan demikian, Korean wave merupakan media yang efektif sebagai
pendukung dalam memperlancar pelaksanaan diplomasi.

a. Serial Drama Korea


Pada awal munculnya Korean wave, serial drama televisi Korea telah menjadi
pilar utama dalam penyebaran Korean wave. Krisis ekonomi Asia pada akhir
1990-an membawa sebuah situasi di mana pembeli Asia lebih menyukai program
acara Korea yang lebih murah. Korea menawarkan harga drama televisi lebih
murah seperempat dari harga drama televisi Jepang dan sepersepuluh dari harga
drama televisi Hong Kong di tahun 2000. Bentuk Korean wave di Indonesia
diawali setelah Indonesia yang melakukan liberalisasi media pada tahun 1990-an
dengan masuknya penayangan serial drama Korea di stasiun TV Indosiar pada
tahun 2002 yakni drama Winter Sonata yang langsung digemari oleh masyarakat
lalu diikuti oleh drama Endless Love.24
Serial drama Korea mengisahkan berbagai cerita tapi jenis cerita yang
paling menonjol adalah kisah drama romantis dan historikal. Drama Korea selalu
mencerminkan kualitas produksi, karakter yang dijiwai dan skrip yang menarik.
Drama Korea dirancang untuk berbagai kalangan penonton dan dipenuhi kisah
dramatis yang dikemas secara menarik dan dianggap lebih memiliki emosional
yang kuat. Serial drama Korea kerap menampilkan pakaian tradisional Hanbok
dan berbagai macam makanan tradisional serta sikap santunnya dalam

Doobo Shim. 2006. Hybridity and Rise of Korean Popular Culture in Asia. Media, Culture and Society.
Vol.28(1). Hal. 28

77

Universitas Sumatera Utara


menghormati orang yang lebih tua dalam kehidupan keseharian masyarakat
Korea.
Serial drama Korea dapat menjadi salah satu alasan mengapa seseorang
bisa mulai mengenal dan menyukai Korea. Salah seorang penggemar serial-drama
Korea, Denti, mengutarakan bahwa ia pertama kali mengenal Korea karena
menonton serial drama Korea dan tertarik dengan kebudayaan Korea yang
ditampilkan dalam drama tersebut.25 Tercatat terdapat sekitar 50 judul drama
Korea yang tayang di stasiun TV swasta Indonesia pada tahun 2011 dan terus
meningkat setiap tahunnya.26 Dari sekian banyak stasiun televisi di Indonesia,
Indosiar dikenal paling sering menayangkan program drama Korea. Melihat
animo masyarakat yang tinggi akan drama Korea, Head section of PR Indosiar,
Gufron Sakaril mengungkapkan bahwa:
Índosiar kini menjadi trademark televisi Korea di Indonesia dan dengan
melakukan evaluasi setiap saat dan melihat selera penonton di Indonesia semakin
tinggi akan Korean wave, maka program tayangan tajuk drama Asia kini
didominasi oleh tayangan drama Korea.27
Dengan demikian, serial drama Korea menjadi bagian penting dalam diplomasi
Korea dalam memperkenalkan identitas, karakter dan budaya bangsa.

b. Film Korea
Setelah sukses meraih kepopuleran melalui serial drama, bentuk Korean wave
lainnya pun mulai ikut menunjukkan kualitasnya, yakni film. Film Korea sudah
mulai menunjukkan kualitasnya di dunia perfilman internasional. Pada awalnya,
film Hongkong mendominasi film Asia di bioskop Indonesia. Namun seiring
dengan semakin kuatnya ekspansi Korean wave, film produksi Korea Selatan pun
mulai digemari.

Ayu Riska Wahyudia. Op. Cit.


Nyoman Lia Susanthi. 2011. “Gurita” Budaya Populer Korea di Indonesia. [Online] http://www.isi-
dps.ac.id/berita/%E2%80%98gurita%E2%80%99-budaya-populer-korea-di-indonesia. Diakses pada tanggal
22 juli 2018.

78

Universitas Sumatera Utara


Kepopuleran film Korea di Indonesia tidak lain karena pengaruh kegemeran
penonton akan serial drama televisi Korea. Film Korea pertama yang beredar
sukses di pasaran adalah Shiri pada tahun 1999. Film Shiri dan juga Taegukgi juga
diekspor ke berbagai negara di Asia termasuk Asia Tenggara. Film Korea juga
memiliki kekhasan tersendiri yang sesuai dengan sifat masyarakat Asia sehingga
mudah dipahami serta menggambarkan keadaan Korea itu sendiri, misalnya dalam
film Shiri menggambarkan sikap Korea Selatan dalam mengendalikan isu sensitif
hubungan inter-Korea. Kementerian Budaya, olahraga dan pariwisata Korea
Selatan menyatakan bahwa pada tahun 2012 tercatat 44.18 juta orang menonton
film Korea yang merupakan jumlah tertinggi sejak 2006.28
Dalam rangka untuk mempromosikan dan meningkatkan ekspor film Korea
yang telah memperoleh pengakuan di seluruh dunia, MOFAT telah mendukung
pemutaran film Korea di Festival film internasional besar seperti Berlin
International Film Festival, The Festival de Cannes dan Venice Festival Film.
Selain itu, MOFAT telah mendukung Festival film internasional yang diadakan di
Korea seperti BIFF (Busan International Film Festival) yang mendorong film luar
negeri, sutradara, dan profesional lain untuk berpartisipasi dalam Festival tersebut.
Upaya mempromosikan film Korea ke dunia Internasional dijadikan tidak sekedar
memperkenalkan film Korea saja tetapi juga dapat mempromosikan negara Korea
secara keseluruhan kepada masyarakat internasional. Oleh karena itu, film
menjadi salah satu sarana dalam melakukan hubungan diplomasi.29

c. Musik Pop Korea (K-Pop)


Musik pop Korea dikenal dengan istilah K-Pop. Memasuki tahun 2000-an
musik pop Korea mulai mendapatkan perhatian internasional yang lebih luas
sebagai dampak Korean wave. K-Pop itupun dapat didefinisikan sebagai musik
pop Korea dinyanyikan oleh artis Korea Selatan dan diterima secara positif oleh

29
Do Kyun Kim dan Se-Jin Kim. Op.cit. Hal. 25

79

Universitas Sumatera Utara


penggemar internasional. Lagu-lagu K-Pop yang menjadi populer di seluruh dunia
memiliki beberapa faktor-faktor yang membuat mereka unik dan mudah diingat.
Salah satu bentuk yang paling umum dari fitur lagu K-Pop adalah paduan suara
berulang-ulang dengan tarian grup yang disinkronisasi.
Musik pop Korea itu sendiri tidak terlepas dari pengaruh musik barat namun
diformulasikan ke dalam penampilan khas Korea. Sebagai penyanyi pop Korea
yang dikenal sebagai istilah idol, mereka telah menerima pelatihan selama
bertahun-tahun di bawah agensi industri musik setelah melewati proses trial and
error sehingga mereka dapat memberikan penampilan bakat yang berkualitas dan
berkesan. K-Pop terus mendapatkan pengakuan di berbagai belahan dunia. Awal
mula dikenalnya K-Pop saat kelompok musik H.O.T ataupun Shinhwa melakukan
debutnya di China dan Jepang, hingga kini kelompok musik pop semakin banyak
bermunculan dan menjadi idola baru masyarakat internasional, sebut saja TVXQ,
Super Junior, Girls Generation, Big Bang, 2NE1 dan Wonder Girls.
Dewasa ini, K-Pop telah menjadi produk utama Korean wave. K-Pop menjadi
daya tarik utama dalam penyebaran Korean wave karena orang asing mudah
memahami bahwa “K” dalam frase K-Pop berarti merepresentatifkan Korea. Ini
menunjukkan K-Pop jauh lebih berguna dalam publikasi Korea untuk
meningkatkan nilai brand dari barang-barang yang diekspor oleh Korea Selatan.
Hal tersebut didasarkan pada hasil survei yang telah dilakukan oleh Korean
Tourism Organization (KTO).

80

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2: Hasil Survei Popularitas K-Pop

Sumber: Korean Tourism Organization

Hasil survei tersebut menyatakan bahwa hal yang paling menarik orang-orang
asing adalah musik pop Korea, atau K-Pop yang dikenal dengan genre musik yang
dinamis, enerjik dan menarik yang disertai dengan dance. KTO melakukan survei
online tentang Korean wave terhadap 12.085 orang asing dari 102 negara, 9.253
berasal dari Asia, 2.158 dari Eropa, 502 dari Amerika, 112 dari Afrika dan 60 dari
Oceania. Voting berlangsung pada tanggal 11 Mei 2011 hingga 31 Mei 2011 dan
voting survei dilakukan melalui situs KTO, e-mail, layanan jaringan sosial seperti
Twitter dan Facebook.30
Meningkatnya kehadiran produser dan komponis global dalam musik K-Pop
menjadi juga salah satu faktor K-Pop dapat menerima perhatian serius dari
audiens global. Selain itu, para penggemar K-Pop dari mancanegara semakin
sering melakukan cover dance lagu K-Pop dan meng-upload video tersebut ke
YouTube, sehingga membantu mempromosikan secara cepat penyebaran musik K-

Korean Culture and Information Service. 15 November 2011. K-Pop: A New Force in Pop Music.
Korean Culture, No.2. Hal. 27

81

Universitas Sumatera Utara


Pop. Korea Selatan pun berhasil menyita perhatian dunia melalui K-Pop, pihak
Google meluncurkan saluran YouTube secara eksklusif untuk K-Pop serta
halaman khusus K-Pop juga telah dibuka di Facebook untuk menyampaikan berita
tentang bintang pop Korea dan lagu baru mereka kepada para penggemar di
seluruh dunia. Facebook adalah situs kedua pengguna-konten web global yang
membuka halaman khusus K-Pop setelah YouTube.31
Musik K-Pop telah merambah popularitas di seluruh dunia namun hal tersebut
tidak berarti bahwa musik pop Korea kehilangan nilai dan karakter budaya Korea.
Peningkatkan popularitas K-Pop di seluruh dunia adalah bagian dari pertukaran
budaya dalam konteks sejarah manusia. Sebagai alat pertukaran antara Timur dan
Barat, K-Pop tidak hanya milik Korea tetapi seluruh dunia. Penyebaran K-Pop
mungkin menjadi bukti yang lebih efektif dalam mempromosikan brand Korea
dan meningkatkan citra bangsa daripada mengekspor barang dagangan.
Dengan demikian, dapat dinyatakan tiga aspek K-Pop dijadikan sebagai bagian
soft diplomacy yakni pertama, K-Pop adalah sebuah bisnis yang nyata dengan
potensi ekspor yang kuat. Kedua, media sosial memainkan peran signifikan dalam
meraih kesuksesan K-Pop dan mempromosikan budaya Korea secara keseluruhan.
Ketiga, K-Pop tidak hanya musik tetapi kombinasi dari dampak audio dan visual
yang menarik. Setelah mengenal musik K-Pop masyarakat mulai mengenal Korea
secara lebih jauh baik dari segi tradisi, kuliner, kepribadian bangsa, maupun
pariwisatanya. Hal ini diperlukan untuk menciptakan dan memperluas sistem
kerjasama yang saling menguntungkan di mana perluasan budaya meningkatkan
daya saing produk dan daya saing produk meningkatkan perluasan budaya.
Hubungan bilateral Korea-Indonesia di bidang kebudayaan semakin dipererat
dengan disepakatinya Joint Declaration pada tahun 2006 melalui perjanjian
Korea-Indonesia Cultural Coorperation dan pada bulan Mei 2008 diadakan
pertemuan pembentukan Joint Cultural Commision di Yogyakarta. Dari hasil

The Chosunilbo. 2012. Facebook Opens K-Pop


Page.http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/05/22/2012052200829.html. Diakses pada
tanggal 22 juli 2018

82

Universitas Sumatera Utara


pertemuan tersebut disepakati pertukaran kebudayaan antar kedua negara seperti
seni tari tradisional, kerajinan, film, musik hingga pariwisata. Maka dari itu,
Pemerintah Korea Selatan menyelenggarakan pekan Korea-Indonesia Week sejak
tahun 2009. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan resmi tahunan yang
diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia.32
Korea-Indonesia Week sebagai wujud pelaksanaan diplomasi bilateral dan
memperkuat hubungan kedua negara melalui perkenalan dan pertukaran budaya.
Pemerintah Korea Selatan secara sadar melihat budaya Korean wave sangat
digemari oleh masyarakat Indonesia sehingga salah satu kegiatan yang mengisi
Korea-Indonesia week adalah dengan menampilkan para bintang K-Pop dan
hasilnya selalu mendapat respon positif dari masyarakat dan memberikan
kontribusi dalam penyebaran budaya Korea.
Soft diplomacy menekankan pada penggunaan soft power dalam kancah politik
memberikan alternatif yang ditujukan untuk menumbuhkan pemahaman dan rasa
saling percaya agar terjadi keterbukaan sehingga tidak ada rasa saling curiga dan
tidak saling berpihak pada satu sisi. Dengan menyuguhkan Korean wave yang
menampilkan ragam budaya popular Korea Selatan yang mencirikan karakter
bangsa diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai
Korea Selatan kepada masyarakat Indonesia yang berujung pada pembangunan
citra sehingga hubungan bilateral ke dua negara semakin erat.
Sasaran pelaksanaan soft diplomacy ini tentunya adalah masyarakat secara luas
karena jika berhasil membentuk pola pikir ataupun opini publik yang positif
terhadap Korea Selatan, maka hal tersebut dapat menjadi kunci kesuksesan suatu
negara diberbagai bidang, baik itu ekonomi maupun perpolitikannya. Hubungan
akrab yang terjalin antara Pemerintah kedua negara mungkin saja dapat terputus
namun hubungan akrab dan erat antara masyarakat Korea Selatan dan Indonesia
tidak akan pernah terputus. Hubungan kemasyarakatan penting artinya untuk

Lihat Lampiran. Laporan Sidang Pertama Komisi Bersama Kebudayaan Indonesia-Korea. 13-15
Mei 2008. Yogyakarta: Indonesia. Hal. 110

83

Universitas Sumatera Utara


menjadi pengikat keharmonisasian hubungan kerjasama kedua negara yang saling
mengisi.

3.6 Korean Wave sebagai sarana Soft Power Korea Selatan

Pembentukan Korean wave sebagai instrumen soft power Korea Selatan


melibatkan unsur-unsur seperti sumber, aktor yang terlibat (referees dan
receivers), serta agenda setting dan attraction. Korean wave bersumber pada
budaya populer (pop culture) dan diekspor ke berbagai negara dalam bentuk
produk budaya seperti drama televisi, film, musik K-Pop, animasi, dan games
untuk dinikmati oleh masyarakat luas dari berbagai kalangan dan generasi.
Produk-produk tersebut memadukan modernitas dan teknologi dengan tradisi dan
nilai kekeluargaan sehingga dapat diterima berbagai kalangan. Korea Selatan juga
memproduksi K-Pop, animasi, dan games yang diminati dan digemari oleh
masyarakat luas karena keunikan unsur domestik khas Korea yang dipadukan
dengan teknologi dan modernitas a la Barat. Melalui upaya ini, Korea Selatan
berhasil menjembatani budaya Barat dengan Timur dan menghasilkan suatu
produk yang bisa diterima oleh keduanya.
Aktor yang terlibat dalam penggunaan Korean wave sebagai instrumen
soft power adalah pemerintah Korea Selatan, media (televisi maupun internet),
industri produk budaya (industri drama televisi, musik, film, animasi, dan games),
industri produk komersial (MNC-MNC yang berbasis di Korea Selatan seperti
Samsung dan LG) sebagai referees, serta publik negara-negara Asia, Eropa,
Amerika, dan Timur Tengah sebagai receivers. Sebagai referee, pemerintah Korea
Selatan terlibat dalam mendukung promosi budaya populer melalui kebijakan-
kebijakannya. Media berperan sebagai sarana rujukan untuk menikmati produk
budaya seperti drama, film, animasi, K-Pop, dan online games. Industri drama
televisi, film, musik, animasi, dan games adalah pihak yang terlibat dalam
produksi kreatif budaya populer. Industri produk komersial seperti perusahaan
multinasional Samsung dan LG adalah pihak yang terlibat dalam mendukung

84

Universitas Sumatera Utara


persebaran produk budaya Korea sekaligus memanfaatkan Korean wavesebagai
alat promosi produk komersial mereka. Receivers dari Korean wave adalah publik
di negara-negara Asia, Eropa, Amerika, dan Timur Tengah yang menerima dan
mengkonsumsi produk budaya dan produk komersial yang dipasarkan dengan
memanfaatkan popularitas Korean wave.
Korean wave juga melibatkan agenda setting dan attraction yang
merupakan perilaku dalam spektrum co-optive power untuk mempengaruhi dan
membentuk apa yang diinginkan oleh pihak lain (what others want). Agenda
setting Korean wave merujuk pada kebutuhan untuk meningkatkan perekonomian
Korea Selatan pasca krisis ekonomi. Menurut The Economist, Korean wave
diagendakan sebagai instrumen soft power untuk mempengaruhi preferensi publik
negara lain terhadap produk-produk Korea sejak kejatuhan ekonomi Korea
Selatan pada masa krisis finansial Asia tahun 1998 ketika GDP negara tersebut
turun drastis hingga 7%.
Selama satu dekade berikutnya, dengan stagnansi perekonomian masih
tetap berlangsung, tiga administrasi pemerintahan Korea mulai melihat Korean
wave sebagai instrumen ekspansi profil Korea Selatan ke luar negeri dengan
harapan akan diikuti oleh permintaan yang tinggi terhadap ekspor produk budaya
dan pariwisata Korea Selatan.. Korean wave digunakan untuk menciptakan citra
dan profil Korea Selatan agar lebih dikenal oleh negara-negara yang disasar
sebagai pasar produk-produk Korea Selatan. Daya tarik produk-produk budaya
populer Korea dalam Korean wave didukung oleh beberapa faktor.
Faktor pertama adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan dukungan
finansial bagi peningkatan promosi budaya Korea ke luar negeri. Dukungan
pemerintah tersebut dapat dilihat melalui tindakan pemerintah Korea Selatan
dalam beberapa tahun terakhir melalui Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan
Pariwisata seperti pembentukan pusat-pusat kebudayaan Korea di luar negeri
sebagai sarana untuk mempromosikan Korean wave serta dukungan finansial bagi
industri budaya populer seperti memberi subsidi pada industri musik sebesar 40
miliar Won pada tahun 2007 serta investasi sebesar 2 triliun Won pada tahun 2008

85

Universitas Sumatera Utara


untuk membentuk Korean Wave Hollywood sebagai upaya untuk membentuk
Budaya Asia Timur yang dapat disandingkan dengan Hollywood di Amerika
Serikat.
Faktor kedua adalah nilai-nilai Konfusianisme dan modernitas yang
disajikan melalui produk budaya seperti drama televisi dan film. Konfusianisme
adalah tradisi yang secara historis dimiliki bersama oleh negara-negara di Asia
Timur yang membuat negara-negara tersebut memiliki kedekatan kultural. Tema-
tema drama televisi dalamKorean wave menggunakan nilai-nilai Konfusianisme
seperti kekeluargaan, penghormatan terhadap generasi yang lebih tua, dan
ketaatan terhadap tradisi sebagai bagian dari dramatisasi Korea Selatan akan
“sensibilitas Asia” yang membuat drama-drama Korea dapat dinikmati lintas
generasi, terutama di negara-negara Asia Timur yang berbagi kesamaan nilai
Konfusianisme. Namun, nilai-nilai tersebut tidak membatasi penerimaan Korean
wave hanya pada publik negara-negara Asia Timur. Bagi publik di negara lain,
nilai kekeluargaan yang ditonjolkan dalam drama televisi dan film Korea Selatan
diterima sebagai sebuah kekuatan emosional tersendiri. Publik Amerika, misalnya,
menilai drama Korea cukup santai dan menyenangkan. Publik Eropa menilai alur
cerita dalam drama Korea sebagai hal yang romantis dan tidak rumit. Di negara-
negara Timur Tengah, drama Korea lebih bisa diterima karena dianggap lebih
“aman” dari konten kekerasan dan seksualitas seperti yang didapati dalam
tayangan Hollywood serta memiliki kesetiaan pada penggunaan tradisi lokal.
Faktor ketiga adalah kreativitas dalam produksi produk budaya dalam
Korean wave. Dalam upaya mempertahankan penerimaan Korean wave di
berbagai negara, Korea Selatan senantiasa melakukan pengembangan strategi
produksi produk budayanya. Salah satu usaha yang dilakukan oleh Korea Selatan
adalah mengupayakan strategi lokalisasi dengan mendekati pasar lokal di negara
lain. Strategi ini dilakukan dengan cara memberangkatkan artis-artis Korea ke
kota-kota di Asia seperti di Jepang dan Cina untuk lebih memperkenalkan diri
pada pasar lokal melalui kolaborasi pembuatan produk drama televisi dengan artis
dan perusahaan lokal. Selain itu, dalam industri musik K-Pop, terutama di Asia,

86

Universitas Sumatera Utara


telah dikenal produksi lagu-lagu yang dibuat secara multibahasa untuk
memperluas penggemar musik K-Pop. Grup musik seperti Super Junior, Girls
Generation, Wonder Girls, maupun penyanyi solo seperti BoA dan Rain selalu
menyanyikan beberapa lagu terpopuler milik mereka dalam bahasa Korea, Inggris,
Jepang, maupun Mandarin.
Faktor keempat adalah pemanfaatan media internet dalam mepromosikan
produk drama televisi dan K-Pop. Di Amerika dan Eropa, drama televisi dan K-
Pop berhasil menarik minat publik melalui media internet. Youtube adalah sarana
untuk mengakses musik Korea yang membuat K-Pop lebih mudah menyebar ke
publik di Amerika dan Eropa. Dari penelitian internet, jumlah akses video K-Pop
di Youtube mencapai 123,47 juta di Amerika Utara dan 55,37 juta di Eropa dari
total akses 793,57 juta di seluruh dunia. Untuk akses drama televisi, terdapat
situs-situs seperti DramaFever.com dan DramaCrazy.net yang menyediakan
akses legal untuk menonton drama televisi Koreayang disertai dengan teks
terjemahan berbahasa Inggris bagi publik Amerika Serikat dan Kanada.

87

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3. Korean Wave sebagai Instrumen Soft Power Korea Selatan
Sumber Soft Referees/rujukan Recievers/Peneri Agenda Setting Attraction Faktor-faktor
Power dalam untuk ma Soft Power yang
Korean Wave kredibilitas dan mendukung
legitimasi Soft daya tarik Soft
Power Power
Pop culture Pemerintah, Publik/masyaraka Agenda Produk budaya
media (televisi, t negara-negara peningkatan populer Korea  Dukungan
internet), industri Asia (Cina, perekonomian Selatan (drama anggaran finansial
produk budaya Taiwan, Jepang, Korea Selatan televisi, K-Pop, untuk
(industri drama Vietnam, pasca krisis film, animasi, perkembangan
televisi, musik, Kamboja, ekonomi melalui games) yang promosi budaya
film, animasi, Thailand, pembentukan diekspor ke Korea Selatan ke
games), industri Singapura, profil Korea berbagai negara luar negeri
produk komersial Malaysia, Selatan dalam  Nilai
(MNC seperti Indonesia) dan Korean Wave konfusianisme
Samsung dan LG) beberapa negara yang
di Eropa dan direpresentasik an
Amerika40 dalam
kebudayaan
Korea Selatan
 Kreativitas
produksi produk
budaya populer
Korea Selatan
(lokalisasi dan
penggunaan
multibahasa)
 Pemanfaatan
media internet
untuk
mempromosikan
drama televisi dan
K-Pop

88

Universitas Sumatera Utara


3.7 Korean Wave sebagai Instrumen untuk Memperoleh Keuntungan
Ekonomi bagi Korea Selatan

Keuntungan ekonomi bagi Korea Selatan melalui Korean wave tidak


hanya didapatkan melalui keuntungan yang diperoleh dari ekspor produk budaya
namun juga ketika Korean wave mampu dimanfaatkan sebagai sarana promosi
untuk memasarkan produk-produk bernilai ekonomi lainnya seperti pariwisata dan
produk komersial. Pemanfaatan Korean wave dalam memperoleh keuntungan
ekonomi bagi Korea Selatan tersebut dapat dilihat dalam dua hal, yakni:
peggunaan kepopuleran Korean wave sebagai daya tarik dalam industri pariwisata
serta pemasaran produk, baik produk budaya maupun produk komersial Korea
Selatan ke berbagai negaraKorean wave memunculkan daya tarik Korea Selatan
dalam industri pariwisata. Korean wave menjadi sarana promosi organisasi
pariwisata Korea Selatan (KTO atau Korean Tourism Organization).

Sejak kepopuleran drama televisi Winter Sonata, lokasi syuting drama


televisi tersebut, dan juga drama-drama yang lain, mulai dimanfaatkan sebagai
lokasi pariwisata Korea Selatan. KTO mulai menyediakan paket-paket wisata
sesuai dengan lokasi-lokasi yang digunakan atau muncul di dalam drama televisi
sebagai obyek wisata yang dikunjungi oleh para turis. Salah satu kunjungan turis
yang terbesar ke obyek-obyek wisata ini adalah kunjungan dari turis Jepang. Sejak
kemunculan Korean wave di akhir tahun 1990-an hingga tahun 2010, industri
pariwisata di Korea Selatan mengalami peningkatan jumlah turis asing, seperti
ditunjukkan dalam grafik berikut ini.

89

Universitas Sumatera Utara


Sumber: Visitor Arrivals, Korean Departures, International Tourism Receipts and
Expenditures

Di samping keuntungan pada industri pariwisata, melalui Korean wave


Korea Selatan juga mendapatkan keuntungan, yang nilainya bahkan lebih besar,
dari pemasaran dan penjualan produk budaya serta produk komersial. Dari grafik
2. dapat dilihat bahwa ekspor produk program televisi Korea Selatan mengalami
peningkatan yang signifikan dari tahun 2000 hingga tahun 2007, dari 13 juta dolar
AS pada tahun 2000 menjadi 162 juta dolar AS pada tahun 2007. Jika pada tahun
2000 impor programtelevisi Korea Selatan lebih tinggi dari ekspornya, yakni 29
juta dolar AS, pada tahun 2007 kondisinya berbalik ketika Korea Selatan
mengekspor sekitar 130 juta dolar AS lebih banyak daripada jumlah impornya
yang hanya sebesar 32 juta US dolar.

90

Universitas Sumatera Utara


Winter Sonata, salah satu produk drama televisi terpopuler dari Korea
Selatan memberikan kontribusi ekonomi yang besar dengan meraup keuntungan
sebesar 1,1 miliyar dolar AS di Jepang. Keuntungan ekonomi juga diperoleh
Korea Selatan melalui produk musik K-Pop yang dapat dilihat dari jumlah kopi
lagu yang terjual serta popularitas lagu tersebut di tangga lagu. Misalnya, grup
musik H.O.T. berhasil menjual 100.000 kopi di Cina pada tahun 2001 dan lagu
Korea selalu mengisi posisi 10 besar dalam tangga lagu di Cina pada tahun yang
sama. Di Perancis, SM Town World Tour, sebuah tur penampilan artis dan grup
musik Korea Selatan yang berada di bawah naungan SM Town Management juga
memperlihatkan keuntungan melalui keberhasilannya menjual 7.000 tiket hanya
dalam waktu 15 menit.
Ekspor budaya Korea dalam Korean wave tidak hanya menguntungkan
dari produk-produk budaya saja namun juga mampu meningkatkan keuntungan
pemasaran produk komersial lain di pasar internasional. Kepopuleran produk
budaya seperti drama televisi membuat publik terbiasa dengan gaya hidup a la
Korea yang digambarkan di dalam drama tersebut. Hal ini mendorong adanya
konsumsi terhadap produk-produk yang digunakan di dalam drama Korea

91

Universitas Sumatera Utara


tersebut, misalnya penggunaan gadget dengan teknologi terkini atau pakaian dan
kosmetik untuk mendapatkan penampilan a la Korea. Proses ini merupakan
aestheticization of commodities, yaitu proses penanaman komponen nilai
estetis/keindahan pada obyek material, yang dilakukan melalui tayangan-tayangan
dalam budaya populer Korea. Proses ini terjadi ketika artis-artis di dalam
tayangan produk budaya Korea tersebut dilibatkan untuk mempromosikan
produk-produk komersial Korea Selatan agar produk-produk tersebut menjadi
lebih menarik bagi konsumen.
Beberapa contoh produk komersial yang berhasil dipasarkan dan dijual
oleh Korea Selatan adalah produk elektronik dan teknologi komunikasi yang
diproduksi oleh perusahaan Samsung dan LG Electronics. Kedua perusahaan
tersebut memanfaatkan kepopuleran drama televisi Korea sekaligus menggunakan
aktris dan aktor dalam drama televisi tersebut untuk mempromosikan produk
komersial mereka di luar negeri. LG Electronics, misalnya, mempromosikan
drama televisi Korea di Vietnam dengan cara membantu stasiun televisi lokal
Vietnam untuk menyiarkan drama Korea secara gratis dan bahkan membiayai
sulih suara tayangan drama tersebut.48 Samsung juga melakukan hal serupa
dengan mempromosikan drama seri interaktif Twenty, the Start of Wave dalam
produk terbaru Samsung Wave 3.
Pemasaran produk komersial dengan menggunakan kepopuleran budaya
Korea ini memberikan keuntungan bagi perusahaan-perusahaan tersebut. Di
Jepang, produk ponsel pintar Galaxy S II keluaran Samsung Electronics Co.
menjadi telepon seluler dengan penjualan terbaik di Jepang menurut badan riset
BCN Inc. pada bulan Juni 2011. Keberhasilan tersebut membantu Korea Selatan
dalam meningkatkan ekspor produk komersial sebesar 50% pada enam bulan
pertama tahun 2011. Keberhasilan penjualan ini, menurut Hidetomi Tanaka,
seorang profesor ekonomi di Universitas Jobu, merupakan akibat dari adanya
booming Korea yang berimbas pada konsumsi produk Korea. Jurnalis Thailand
menulis bahwa penjualan produk Samsung, produk LG, dan produk lain di

92

Universitas Sumatera Utara


Thailand meningkat karena efek Korean wave sebagai inter-Asia advertising
medium atau medium promosi antar-Asia.
Di Indonesia, Samsung dan LG juga berhasil mendapatkan keuntungan
dengan mengontrol lebih dari 30% pasar produk komersial. Selain produk
elektronik, di Thailand dan Indonesia, produk kosmetik asal Korea Selatan seperti
Etude, Skin Food, dan Face Shop juga menjadi populer di kalangan mahasiswi
yang ingin meniru penampilan a la artis Korea. Produk online games juga sukses
ditransfer ke pasar internasional dan membuat industri online games Korea
Selatan menjadi industri online games nomor dua terbesar di dunia.

3.8 Peluang Membangun Citra Korea Selatan Di Indonesia Melalu Soft


Diplomacy

Dalam pelaksanaan hubungan internasional segala bentuk kebijakan luar


negeri yang diterapkan oleh suatu negara memiliki peluang dan tantangan
tersendiri dalam pelaksanaannya. Perbandingan yang nampak antara peluang dan
tantangan dari suatu hubungan diplomatik merupakan salah satu faktor utama
yang menentukan sukses atau gagalnya hubungan diplomatik tersebut.
Pengembangan soft power mudah dilakukan karena material power yang dimiliki
oleh Korea Selatan tidak lagi memiliki permasalahan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar rakyatnya. Korea selatan sebagai negara yang tergolong sukses
dalam memajukan sektor perekonomiannya dapat memobilisasi instrumen
kegiatan politik luar negerinya yang lain. Kepopuleran daya tarik budaya suatu
bangsa tentunya berawal dari sisi perekonomian yang maju apalagi Korea Selatan
juga mengalami perkembangan secara pesat pada sektor teknologi transportasi,
komunikasi dan informasi.
Peluang dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan di Indonesia
didukung oleh hubungan diplomatik yang dijalin kedua negara yang dianggap
sebagai hubungan yang saling mengisi dan bersifat mutual benefit. Seperti apa
yang telah diungkapkan oleh Prof. Yang bahwa:Korea Selatan sebagai negara

93

Universitas Sumatera Utara


yang memiliki perkembangan pesat dalam hal informasi teknologi dan memiliki
modal adalah suatu faktor yang dibutuhkan oleh Indonesia dalam membangun
negaranya. Sedangkan, Indonesia dipandang oleh Korea Selatan sebagai sebuah
negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
didukung oleh pasar yang luas.33
Korea Selatan dan Indonesia berada pada posisi yang saling melengkapi di
mana keduanya berpotensi untuk saling mengisi satu sama lain apalagi kedua
negara telah menandatangi MoU sebagai mitra kerjasama strategis. Dari perspektif
Korea Selatan, Indonesia menjadi salah satu sumber bahan baku, tenaga kerja dan
pasar konsumen yang besar untuk Industri di Korea Selatan. Di satu pihak,
Indonesia memerlukan modal dan investasi serta produk-produk teknologi yang
dimiliki oleh Korea Selatan. Korea Selatan merupakan alternatif sumber teknologi
khususnya di bidang heavy industry, IT dan telekomunikasi. Indonesia berharap
dapat memperkuat ekonomi dan perdagangan Negara karena sadar akan peran
Korea sebagai mitra strategis dalam memperkuat sistem ekonomi dan mengatasi
krisis ekonomi.
Sistem demokrasi yang dianut oleh suatu bangsa juga menjadi salah satu
faktor pendukung dalam pelaksanaan soft diplomacy. Indonesia dan Korea Selatan
adalah negara yang menganut sistem demokrasi sehingga akan memudahkan
pelaksanaan soft diplomacy yang lebih terbuka. Indonesia dan Korea Selatan telah
pernah bekerja sama menjadi pemimpin dalam Bali Democracy Forum (BDF)
sehingga memberikan landasan yang kuat bagi kedua negara untuk mengelola
momentum hubungan diplomatik yang lebih erat lagi. Indonesia sebagai mitra
strategis Korea tentunya bernilai positif karena historikal hubungan diplomatik
yang tidak pernah mengalami konflik akan semakin memudahkan proses
diplomasi yang dijalankan.

Ibid

94

Universitas Sumatera Utara


Peluang yang begitu besar juga dimiliki oleh Korea Selatan dalam
pelaksanaan soft diplomacy K-Pop di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh
daya saing K-Pop yang memang telah dipersiapkan untuk masuk ke pasar
internasional sangat kuat. Penyanyi K-Pop yang juga sebagai salah satu aktor
dalam soft diplomacy Korea ini menampilkan bakat yang berkualitas dan
didukung oleh penampilan fashion kalangan muda masa kini yang dengan mudah
dapat menarik hati masyarakat Indonesia sehingga meninggalkan kesan yang
positif. K-Pop cenderung menawarkan kenikmatan visual di tengah relatif
tingginya minat masyarakat Indonesia yang menyenangi bentuk musik seperti itu
secara visual yang disertai dengan dance. Secara tren global menunjukkan musik
dan tari relatif mirip di antara negara-negara di dunia. Menikmati irama melalui
tarian mudah menarik minat konsumen di luar negeri karena dapat menikmati
musik hanya dengan melihat tarian walaupun tidak mengerti budaya dan bahasa
Korea.
Korea Selatan adalah pemimpin global dalam pembangunan dan distribusi
teknologi internet dan ponsel sehingga dapat mempermudah dalam upaya
penyebaran budayanya sebagai bentuk soft diplomacy. Penyebaran K-Pop yang
didukung oleh kecanggihan alat komunikasi dengan memanfaatkan jaringan
internet melalui postingan video promosi ke Youtube dan akun sosial lainnya
seperti twitter dan facebook menjadi peluang untuk mempromosikan musik K-Pop
dan memperkenalkan budaya Korea ke berbagai belahan dunia menjadi lebih
mudah. Masyarakat Indonesia yang begitu banyak juga terkenal menjadi
pengguna akun SNS terbesar, sehingga mereka akan lebih mengetahui
perkembangan K-Pop melalui internet.
Masyarakat Indonesia juga tergolong sangat terbuka dalam menerima
produk budaya asing. Apalagi budaya Korea Selatan yang memang termasuk
budaya timur dan memiliki kedekatan kultur dengan karakter bangsa Indonesia
menjadikan peluang bagi pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan menjadi lebih
besar. Selain itu pula, dalam menyebarkan pelaksanaan soft diplomacy didukung
oleh kepercayaan diri dan rasa nasionalisme rakyat Korea melalui budaya populer

95

Universitas Sumatera Utara


mereka sebagaimana juga yang ditunjukkan dalam setiap acara internasional.
Budaya popular Korea menunjukkan bagaimana Korea tetap menjaga nilai dan
karakternya walaupun mendapat pengaruh kultur dari barat. Penggambaran Korea
dalam drama televisi, sinematografi film Korea yang menarik dan plot cerita yang
memiliki kedekatan tradisi yang serupa dengan budaya bangsa Indonesia dalam
menangani masalah serta peran industri hiburan Korea yang aktif dalam
mempromosikan produknya semuanya menciptakan peluang untuk penyebaran
budaya populer Korea di Indonesia.

3.9 Strategi Ekspansi Pasar melalui Korean Wave, Aktor-aktor dan Fakta di
Balik Korean Wave

Seperti yang dipaparkan di atas bahwa globalisasi mengarah pada hubungan


interdependensi dan homogenisasi dalam skala makro, melibatkan hubungan antar
negara yang semakin intens. Globalisasi adalah sebuah sistem yang ditandai
dengan lalu lintas, pertukaran, dan kegiatan ekonomi di setiap saat dan sudut
tempat. Sistem itulah yang kemudian mendorong aktivitas kapitalis semakin
leluasa karena globalisasi menyediakan pintu untuk memperluas kegiatan
ekspansi (Subangun, 1995: 211). Globalisasi dan kapitalisme dalam konteks ini
adalah fenomena Korean Wave yang layak dijelaskan secara Sosiologis.
Fenomena tersebut secara secara garis besar dapat dianalisis dengan teori
globalisasi yang dikemukakan oleh Kellner yang kental dengan perspektif neo-
marxis. Faktanya globalisasi dan kapitalisme adalah sebuah pola yang
berlangsung dalam konteks global yang memperlihatkan adanya hubungan
dialektis antara teknologi, ekonomi, politik, dan kebudayaan. Jaringan global atau
transnational network menjadi jalur pertukaran antar aktor baik itu Transnational
Coorporate (TNC/Multinational Coorporate (MNC) dan negara dalam berbagai
kepentingan dan bidang, termasuk kontestasi untuk menunjukkan eksistensi
negara. Hal itu seperti yang diungkapkan Kellner berikut. Globalisasi melibatkan
pasar kapitalis dan serangkaian relasi sosial dan aliran komoditas, modal,

96

Universitas Sumatera Utara


teknologi, gagasan, bentuk kebudayaan, dan orang-orang di seluruh batas nasional
melalui masyarakat jaringan global. Transmutasi teknologi dan modal bekerja
sama menciptakan dunia global dan terkait satu sama lain. Revolusi teknologi
yang terkomputerisasi, transportasi, dan pertukaran adalah prasyarat ekonomi
global, bersama dengan perluasan sistem pasar kapitalis dunia yang semakin
menyerap wilayah dunia dan ranah produksi, pertukaran, dan konsumsi ke dalam
orbitnya. (dalam George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2010: 636).
Merujuk pada fenomena tentang Korea Selatan, dalam hal ini ia hadir
sebagai negara kapitalis karena dipengaruhi oleh dominasi dan relasi dengan
Amerika Serikat. Secara politis Korea Selatan memang tidak bisa dipisahkan
dengan negara adidaya yang menjadi leader globalisasi tersebut karena riwayat
kolonialisasi. Oleh karena itu banyak taktik atau strategi yang sebagian
diadopsinya, namun pada akhirnya Korea Selatan memiliki ciri khasnya sendiri.
Bahkan Korea Selatan menjadikannya sebagai kiblat atas semangat modernitas
dan berusaha menjadi negara maju baru, khususnya di Asia. Oleh karena itu bisa
dikatakan bahwa Korea Selatan turut mengikuti semangat globalisasi Amerika
Serikat. Meminjam asumsi Kellner di atas bahwa globalisasi melibatkan sebuah
proses dialektika teknologi, ekonomi, politik, dan kebudayaan; maka proses
menggobalnya Korean Wave juga tidak bisa dilepaskan dari dialetika tersebut.
Namun, Korea Selatan memiliki kekhasannya sendiri untuk melebarkan sayap dan
pengaruhnya melalui arena globalisasi.
Pada awalnya Korea Selatan adalah negara miskin yang terdominasi oleh
negara tetangganya yaitu Jepang dan Cina yang secara ekonomi dan politik lebih
mapan. Korea Selatan mengalami kondisi ekonomi dan politik yang
memprihatinkan terutama setelah terpisah dengan negara tetangga yaitu Korea
Utara yang berideologi komunis. Korea Selatan tidak punya sumber ekonomi
yang mapan setelah terjadi perpisahan itu karena kegiatan pertanian dan industri
dipusatkan di wilayah Korea Utara pada saat keduanya masih dalam satu
kesatuan. Oleh karena itu Korea Selatan kemudian membangun kondisi ekonomi
dan politik terutama setelah datangnya Amerika Serikat sebagai trendsetter yang

97

Universitas Sumatera Utara


sedikit banyak turut memengaruhi perkembangannya. Pada sektor ekonomi,
Korea Selatan berusaha menjadi negara yang berorientasi ekpor dan mengurangi
ketergantungan internasional dengan meningkatkan produktivitas dibandingkan
konsumsi. Program itu dicanangkan pada awal tahun 1960-an. Pada bidang politik
melalui slogan win international competition. Oleh karena itu, Korea Selatan
mencoba membangun dan menata kembali sistem politik dan birokrasinya untuk
menunjang upaya pembangunan, terutama menekankan pada peran pemerintah
yang lebih cair serta penuh komitmen. Hal itu sungguh dimaknai karena
terbukanya jaringan global berarti memberi kesempatan bagi kontestasi, dan
Korea Selatan tidak ingin terus menjadi obyek namun subjek dalam arus
globalisasi.
Perekonomian Korea Selatan tumbuh dengan bangunan kapitalisme yang
berbeda dengan Barat bahkan dengan Jepang yang sudah mendahuluinya dalam
hal kemajuan industri. Bermodalkan masyarakat kosmopolit dan penataan
birokrasi serta politik, Korea Selatan menjadi negara yang disebut sebagai negara
ajaib menjelang awal tahun 1990-an. Hal itu dapat dilihat dari nilai ekpornya yang
mencapai $55 Milyar, berbeda jauh dibandingkan dengan tahun 1960-an yang
hanya $55 juta.
Pada arus globalisasi dan proses dialektis seperti diungkapkan Kellner
tersebut tentu tidak dapat dipisahkan dari aktor-aktor yang menggerakkan. Pada
kasus proses penciptaan Korean Wave atau globalisasi ala Korea Selatan
melibatkan aktor penting dan itu menjadi ciri khasnya yaitu keterlibatan negara
dalam mengendalikan arah globalisasi. Dalam hal ini negara atau pemerintah tidak
hanya menjadi lembaga superordinat yang mengatur kegiatan ekonomi secara
dominan namun negara hadir, berkonsoliasi/berkolaborasi dan memberdayakan
perusahaan swasta untuk melebarkan sayapnya sampai lingkup internasional atau
kontestasi global. Perusahaan yang terlibat dalam hubungan tersebut adalah
industri produk budaya, industri produk komersial, dan dibantu oleh media.
Pemerintah dan perusahaan swasta secara sadar membangun negaranya agar
menjadi negara yang punya eksistensi dalam ruang global. Konsistensi mereka

98

Universitas Sumatera Utara


dalam membangun hubungan kerjasama dan kekeluargaan tersebut telah
memunculkan ide, kreasi, dan inovasi produk yang kemudian berpengaruh pada
tingkat pendapatan negaranya. Salah satu contoh sukses hubungan konsolidasi
tersebut adalah perusahaan Samsung yang berhasil menguasai 30% pasar
komputer dunia di tahun 1990-an (Subangun, 1995:125).
Globalisasi telah mempertemukan negara-negara di dunia dalam satu pasar
global yang bebas, dan di antara negara-negara tersebut memiliki sistem serta
budaya yang berbeda. Hal itu kemudian dibaca oleh kapitalisme sebagai sebuah
peluang. Watak kapitalisme pun berubah, di mana faktor kunci tidak lagi dalam
aktivitas produksi tetapi dalam sistem kekuasaan dan kebudayaan (Subangun,
1995: 212). Sebagai negara kapitalis Korea Selatan memahami itu dan mulai
berorientasi dan berinovasi dengan hal itu. Korea Selatan melakukan hal yang
sama dengan dilakukan Amerika Serikat dan Jepang yang sukses dengan produksi
budaya dan kekuasaannya dalam industri global melalui jaringan internasional
yang kini telah terbuka. Jika Amerika kental dengan Amerikanisasinya dan Jepang
dengan Japanisasinya maka Korea Selatan punya brand image bernama Korean
Wave atau Hally, dan fenomena tersebut yang menjadi proses penyebaran budaya
melalui industri budaya. Era ini telah menjadi masanya Korean Wave menjadi
fenomena global yang mulai mencapai titik sukses dalam menggeser keemasan
Amerika Serikat dan Jepang di pasar global.
Korean Wave merupakan arus yang sengaja dibuat sebagai proses industri,
bahkan adanya konsolidasi yang melibatkan pemerintah Korea Selatan dan swasta
seperti yang dijelaskan pada pemaparan sebelumnya. Mulanya usaha itu dilakukan
sebagai upaya untuk keluar dari krisis ekonomi yang dialami oleh sebagian negara
Asia di akhir tahun 1990-an. Korean Wave tersebut disebut juga sebagai
fenomena kapitalisme Asia dan proses kapitalisme global, dan menggunakan
teknologi media sebagai alat ekspansi yang memfasilitasi sirkulasi secara simultan
dalam proses penyebaran produk budayanya. Oleh karena itu Korean Wave
memang output atau strategi dari kegiatan industri budaya yang sekaligus

99

Universitas Sumatera Utara


menggunakan teknologi media sekaligus mempopulerkan produk teknologi Korea
Selatan, hal ini kemudian proses dialektika teknologi dan penyebaran.
Korea Selatan menyadari bahwa globalisasi (menyatunya pasar dengan
sistem kapitalis) sarat dengan proyek modernitas dan tidak hanya menempatkan
produksi dalam segi fisik melainkan juga produksi makna. Produsen
mengendalikan konsumen dalam mengkonsumsi dan memaknai produk tertentu,
dan media menjadi wahana untuk merepresentasikan itu. Dalam istilah Jean
Baudrillard, produk atau barang konsumsi bukan sekedar komiditas yang
mengandung nilai guna melainkan tanda atau “sign” (message atau image) yang
mampu menarik minat konsumen tanpa mempedulikan nilai guna. Dalam
kapitalisme global, produsen menjadi aktor penting yang memproduksi makna
sehingga mampu menyetir konsumennya (Baudrillard, 1998: 7). Itu pula yang
dilakukan Korea Selatan sebagai produsen dan aktor kapitalis, yaitu
menggencarkan industri budayanya melalui berbagai media, seperti yang pernah
dilakukan oleh Amerika dan Jepang.
Industri budaya berkaitan dengan segala macam aktivitas pengembangan,
produksi, distribusi, dan konsumsi. Produk budaya itu sendiri berkaitan dengan
berbagai benda atau pelayanan yang tampak maupun tidak tampak, atau
kombinasi dari keduanya yang menghasilkan nilai tambah menggunakan elemen
budaya (muatan budaya dan muatan budaya digital). Produk budaya meliputi
pertunjukan, seni rupa dan literatur, reproduksi, buku, majalah jurnal, koran, film,
radio, televisi, dan musik.
Korean Wave berhasil memberikan pengaruh besar dalam perekonomian Korea
Selatan karena tidak terlepas dari pembagian peran antara aktor-aktor di balik itu
yang berjalan secara konsisten, antara lain sebagai berikut;

1) Pemerintah:
Pemerintah berperan dalam membuat kebijakan yang mendorong berkembangnya
industri produk budaya dan komersil lainnya di Korea Selatan. Pemerintah juga

100

Universitas Sumatera Utara


membantu dalam proses promosi dengan memanfaatkan hubungan diplomasinya
dengan negara-negara lain.

2) Perusahaan dan Media:


Media menjadi agen utama yang secara simultan menyebarluaskan Korean Wave
melalui penayangan produk budaya dan produk komersial lainnya seperti drama,
film, iklan, musik, dan sebagainya. Dalam hal ini media bekerja sama dengan
industri budaya dan industri komersial untuk menetukan strategi dalam
mempromosikan produk melalui produksi makna. Konsumen diarahkan dan
seolah dihipnotis sehingga banyak yang terlena, tertarik, dan terus-menerus
mengkonsumsi produk berbau Korea Selatan.
Menurut Adorno dan Horkheimer media sebagai industri budaya bukan
hanya beperan dalam memuluskan masifikasi produk budaya, media juga
memanipulasi kesadaran dan pikiran manusia yang akhirkan mengabaikan nilai
tukar dan nilai guna. Dengan kata lain media menciptakan kesadaran palsu,
konsumen sebenarnya butuh namun menjadi seolah-olah butuh karena produksi
makna yang ditonjolkan media. Dari proses itu masyarakat akan tertarik untuk
mengkonsumsi produk-produk baru. Contoh dalam industri budaya Korea Selatan
adalah film, drama, musik, dan fashion yang semuanya disebarkan dalam gerak
Korean Wave.

4.0 Pengaruh Soft diplomacy Dalam Membangun Hubungan Kerjasama


Korea Selatan di Indonesia.

Dalam menjalankan hubungan diplomatik, soft diplomacy penting diterapkan


oleh Korea Selatan dalam memaksimalisasikan soft power yang telah dimilikinya.
Keterampilan dalam berdiplomasi merupakan salah satu bentuk upaya kompromi
mencapai kesepakatan untuk penyelesaian masalah dalam menciptakan
perdamaian dan mencapai kepentingan nasional. Perubahan era dan kemajuan
teknologi yang semakin pesat menginisiatif MOFAT melakukan berbagai proyek-

101

Universitas Sumatera Utara


proyek diplomatik budaya secara aktif melalui Korean wave dengan maksud
untuk meningkatkan nation branding Korea dalam mewujudkan citra Global
Korea. Hal tersebut terkait konflik semenanjung Korea yang telah menyita
perhatian begitu penting dari Pemerintah tentunya bisa menyulitkan pembangunan
citra Korea Selatan yang damai dan sebagai negara yang kooperatif.
Kebijakan soft diplomacy yang diarahkan Pemerintahan saat ini berperan
besar dalam meningkatkan citra nasional bangsa. Menurut laporan yang
dikeluarkan pada tanggal 2 Februari 2012 oleh Samsung Economy Research
Institute (SERI) yang dirilis dalam kerjasama dengan Presidential Council on
Nation Branding, Korea Selatan menempati peringkat 15 pada Nation Brand
index yang mana meningkat tiga peringkat dari posisi di tahun 2010. SERI
menganalisis bahwa bagaimana peran internasional Korea menyelenggarakan
berbagai event internasional Daegu IAAF World Championships tahun 2011,
Winter Olympic di Pyeongchang tahun 2018 dan meningkatnya kegiatan global
oleh perusahaan multinasional Korea serta turut sertanya pengaruh penyebaran
Korean wave telah memberi kontribusi dalam peningkatan citra Korea.34
Korean wave telah memberikan keuntungan yang begitu besar bagi Korea
Selatan. Selain bisnis hiburan yang terus meningkat, melalui K-Pop juga dapat
membantu Korea Selatan untuk memperbaiki citranya di mata dunia setelah
perang sipil dengan Korea Utara. K-Pop tidak hanya menjadi karakter khas musik
Korea, tetapi merupakan karakter bangsa yang menimbulkan ketertarikan dan
kepercayaan publik internasional untuk melakukan kerjasama dan pembentukan
jaringan internasional lainnya. Citra negatif korea di masa lampau dikaitkan
dengan Zona Demiliterisasi, pembagian wilayah, kemiskinan dan gangguan
perpolitikan kini telah berubah menjadi citra Global Korea dimana secara
perlahan bercirikan menjadi sebuah bangsa yang demokratis, modern, kooperatif
dan proaktif dalam kegiatan internasional, serta menjadi ikon atau simbol budaya

Hwang Dana. Korea Enjoys Enhanced Nation Brand Through Global Diplomacy. [Online].
http://www.korea.net/NewsFocus/Policies/view?articleId=98738. Diakses pada tanggal 28
Agustus 2018

102

Universitas Sumatera Utara


baru di dunia hiburan musik dan fashion serta memiliki teknologi mutakhir di
dunia.35
Perkembangan Korean wave sangat pesat terjadi di Indonesia dalam kurun
waktu tahun 2008 hingga tahun 2012 yang disertai dengan terbentuknya citra
ataupun pandangan positif masyarakat Indonesia terhadap Korea Selatan. Citra
masyarakat Indonesia yang terbentuk terhadap Korea dan pada akhirnya dapat
mempengaruhi keputusan para pembuat kebijakan politik luar negeri. Korea
Selatan pun memiliki tujuan dibalik citra negaranya yang semakin positif yakni
menyangkut perkembangan politik yang mendukung perubahan. Sebuah negara
yang dulunya dibawah kekuasaan imperialisme kini berubah menjadi negara yang
demokrat dan liberal. Dengan adanya pencitraan yang dibangun oleh Korea
Selatan di Indonesia dapat menjadikan hubungan bilateral kedua negara semakin
erat sehingga dapat membantu meningkatkan berbagai sektor dari hubungan
politik, ekonomi dan tentunya sosial-budaya.
Pembangunan citra Korea Selatan di Indonesia tentu memberikan pengaruh di
bidang politik. Historikal hubungan politik Korea Selatan dan Indonesia tidak
pernah mengalami konflik sehingga menjadikan hubungan perpolitikan kedua
negara semakin erat. Dari segi pencitraan tersebut diharapkan ruang lingkup
perpolitikan Korea Selatan semakin lebih kuat dalam upaya rekonsiliasi dengan
Korea Utara. Indonesia yang memiliki politik luar negeri Bebas-Aktif dapat
bersikap netral dalam melihat permasalahan semenanjung Korea. Korea Selatan
dapat menjalankan proses rekonsiliasi dengan Korea Utara melalui bantuan
Indonesia, apalagi Indonesia juga memiliki hubungan diplomatik yang baik
dengan Korea Utara. Di era Pemerintahan Megawati, dilakukan pertemuan antara
Pemerintah Korea-Indonesia untuk merundingkan masalah reunifikasi Korea.
Korea Selatan pun mendapat kesempatan untuk mencari jalan keluar dari

Youna Kim. 2011. Globalization of Korean Media. Hallyu: Influence of Korean Popular Culture
in Asia and Beyond. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). Hal. 37

103

Universitas Sumatera Utara


permasalahan antar-Korea karena Indonesia senantiasa mendukung upaya
denuklirisasi dan perdamaian di Semenanjung Korea.36
Hubungan politik Korea-Indonesia juga semakin ditingkatkan melalui
kerjasama demokrasi. Korea Selatan dan Indonesia bekerjasama dalam
mendorong demokrasi sebagai agenda strategis di Asia. Ke dua negara telah
berhasil menjadi pemimpin bersama dalam Bali Democracy Forum tahun 2010
dan telah memberikan landasan yang kuat bagi kedua negara untuk mengelola
momentum demokrasi di seluruh kawasan Asia. Korea Selatan adalah negara yang
pertama kali mengambil peran aktif dalam mendorong kawasan Asia Timur untuk
menuju suatu komunitas masyarakat Asia Timur. Dengan bekerja sama dengan
Indonesia sebagai salah satu negara yang berperan penting di ASEAN, visi ini
akan berfungsi sebagai jalan panduan untuk mencapai Asia Timur yang stabil dan
makmur.
Seiring dengan hubungan politik yang dijalin baik dengan suatu negara dan
citra yang terbentuk maka kerjasama di bidang lainnya akan terdorong ikut lebih
maju. Meningkatnya image Korea Selatan melalui K-Pop yang diimplementasikan
sebagai salah satu bentuk instrumen pelaksanaan soft diplomacy juga memiliki
pengaruh positif di bidang ekonomi. Korea Selatan yang memang telah dikenal
maju dalam industri manufaktur, semakin gencar memasarkan produknya sejalan
dengan proses penyebaran K-Pop. Masyarakat Indonesia tidak hanya menyukai
musik K-Pop namun secara perlahan para penggemar K-Pop tersebut seperti
mewajibkan dirinya untuk memiliki produk-produk Korea. Strategi perusahaan
Korea yang menjadikan para selebritis K-Pop sebagai brand ambassador
pemasaran produknya di Indonesia dapat meningkatkan daya beli masyarakat
Indonesia terhadap produk Korea, seperti Samsung dan LG. Hal itu disebabkan
oleh seiring telah terpengaruhnya mereka oleh popularitas K-Pop dan sifat
konsumtif masyarakat Indonesia yang menjadikan mereka tidak hanya menyukai

Yang Seung-Yoon. 2004. Hubungan Bilateral Korea-Indonesia Pada Era Asia Timur: Sebuah Pembahasan
dalam Perspektif Globalisasi. Jakarta: FISIP UI Press. Hal. 39.

104

Universitas Sumatera Utara


musiknya tapi juga telah mulai mengikuti fashion Korea, menggunakan produk
buatan Korea hingga mengkonsumsi makanan khas Korea.
Menurut Asosiasi perdagangan internasional Korea pada tahun 2008 dari
survei yang mereka lakukan terhadap 1.173 orang dari Asia Timur dan Asia
Tenggara, mengungkapkan bahwa 80 persen dari responden mengatakan bahwa
Korean wave telah mempengaruhi mereka untuk membeli produk Korea Selatan,
seperti ponsel dan peralatan elektronik lainnya.37 Dengan demikian, Korean wave
telah memberikan keuntungan ekonomi bagi Korea sekitar US$4,5 milyar. 38 Hal
tersebut menandakan bahwa K-Pop sebagai salah satu wujud bentuk soft
diplomacy Korea Selatan berhasil meningkatkan nation branding serta permintaan
terhadap produk-produk budaya Korea. Peningkatan yang signifikan dalam
hubungan Indonesia-Korea Selatan juga tercermin dengan baik melalui
perkembangan pesat perdagangan bilateral antara kedua negara. Pada tahun 2010,
perdagangan bilateral antara kedua negara melonjak menjadi US$20.27 miliar,
meningkat 57 persen dari US$12.88 miliar pada tahun 2009. Adapun investasi
Korea Selatan di Indonesia mencapai US$328 juta tahun 2010 dan Korea Selatan
tercatat sebagai 10 investor terbesar di Indonesia.39
Pengaruh di bidang ekonomi juga ditopang oleh sektor pariwisata Korea
Selatan yang tentunya tidak terlepas dari pengaruh signifikan dalam pelaksanaan
soft diplomacy ini. Industri pariwisata disoroti sebagai salah satu pemasukan yang
terbesar ketiga bagi Korea setelah IT, sektor industri elektronik dan transportasi
lainnya.40 Korea Selatan menempati ranking ke- 32 dunia dalam hal industri
pariwisata pada tahun 2011. Dunia bisnis pariwisata di Korea secara aktif
mengembangkan strategi pemasaran yang cerdik untuk memperoleh manfaat dari

Yonhap News Agency. 2011.Korean wave Has Impact on Overseas Product Sales: Poll. [Online].
http://english.yonhapnews.co.kr/business/2011/11/12/0502000000AEN20111112003100320.HTML. Diakses
pada tanggal 28 Agustus 2018
Wonjun Chung dan Taejun David Lee. 2011. Hallyu As A Strategic Marketing Key in the Korean Media
Content Industry. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). Hallyu: Influence of Korean Popular Culture in
Asia and Beyond. Seoul: Seoul National University Press. Hal. 437.
Aburizal Bakrie. 2011. Mempererat Kerjasama Indonesia-Korea. http://icalbakrie.com/?p=1246. Diakses
pada tanggal 28 Agustus 2018.
Korean Tourism Organization. http://kto.visitkorea.or.kr/eng/tourismStatics/economicBenefits.kto. Diakses
pada tanggal 28 Agustus 2018

105

Universitas Sumatera Utara


lonjakan popularitas K-Pop yang dikembangkan dalam upaya untuk menarik lebih
banyak wisatawan asing ke Korea. Industri pariwisata Korea telah mengalami
pertumbuhan 10 % setiap tahun selama beberapa tahun terakhir sehingga jumlah
wisatawan internasional yang ditargetkan mencapai 1.5 milyar pada tahun 2020
41
menjadi hal yang tidak mustahil dapat dicapai. Bintang K-Pop telah muncul
sebagai sumber daya pariwisata karena begitu banyak penggemar dari luar negeri
yang bersemangat untuk mengunjungi tanah air idola pop mereka.
Pihak Korea Tourism Organization di Jakarta (KTO) mengatakan bahwa
jumlah wisatawan Indonesia terus meningkat setiap tahunnya di tengah semakin
populernya Korean wave di Indonesia yang mana hal tersebut diutarakan langsung
oleh Manager Marketing KTO, Dwi Hapsari, bahwa “sebanyak 125.000 warga
Indonesia mengunjungi Korea sepanjang tahun 2011 yang mengalami
pertumbuhan 30,8% dibandingkan tahun 2010”.42 Warga Indonesia menjadi lebih
antusias mengunjungi Korea setiap tahun karena Korea memiliki banyak hal yang
ditawarkan. Lokasi syuting drama Korea paling terkenal menjadi obyek pariwisata
yang digemari para wisatawan untuk dikunjungi. Dari keberhasilan penayangan
drama Korea tersebut membangun citra Korea Selatan sebagai negara yang maju
dan terkesan sangat menarik, modis dan dinamis. Tentu dengan semakin
banyaknya masyarakat Indonesia yang mendatangi Korea selain berimplikasi
terhadap bertambahnya devisa negara juga dapat sekaligus lebih mendekatkan
secara emosional hubungan kemasyarakatan Korea Selatan-Indonesia.
Dalam proses selanjutnya, hubungan di bidang sosial-kebudayaan muncul
sebagai salah satu pengaruh soft diplomacy Korea Selatan di Indonesia. Korean
wave memberikan pengaruh yang nyata dan berperan penting dalam
memperkenalkan budaya Korea ke Indonesia. Dengan adanya landasan kerjsama
di bidang kebudayaan antara Korea Selatan-Indonesia dan dibentuknya Komisi
Bersama Kebudayaan semakin mempermudah dalam peningkatan hubungan

KBS. 2012. Expo Pariwisata Korea 2012 Dibuka Pekan


Lalu.http://world.kbs.co.kr/indonesian/program/program_economyweekly_detail.htm?No=35355. Diakses
pada tanggal 28 agustus 2018
Lihat Ayu Riska wahyudia

106

Universitas Sumatera Utara


sosial-budaya kedua bangsa. Adapun pengaruh budaya Korea dalam masyarakat
Indonesia dihimpun oleh penulis dari hasil wawancara dengan beberapa
masyarakat yang menyukai Korea, berawal dari kegemaran mereka menonton
serial drama Korea dan mulai menikmati musik pop Korea selanjutnya akan
mempelajari tentang budaya Korea. Kemudian, mereka mencoba makanan Korea
seperti apa yang mereka lihat dalam serial-drama ataupun film Korea, lalu mulai
mengenal pakaian tradisional Korea ‘Hanbok’. dan bahkan belajar beberapa kosa
kata Korea melalui lirik lagu K-Pop. Disamping itu pula, banyaknya warga Korea
di Indonesia membantu mendorong berjalannya proses hubungan timbal-balik
kebudayaan antara masyarakat kedua negara. Tercatat bahwa, warga negara Korea
adalah warga negara asing terbanyak yang bermukim di Indonesia yakni sekitar
30.000 orang.
Konektivitas kemasyarakatan antara kedua negara semakin meningkat, seperti
yang bisa kita lihat saat ini, ketertarikan terhadap K-Pop telah merubah pola
industri hiburan di Indonesia. Para pengusaha industri hiburan nampaknya sangat
memahami bahwa masyarakat Indonesia, terutama kaum remaja, mulai terkena
demam K-Pop. Karena itulah, mereka mulai menciptakan semacam imitasi dari
budaya pop Korea ke dalam budaya pop Indonesia, seperti menciptakan
boyband/girlband ala Korea seperti halnya yang dilakukan dalam ajang pencarian
bakat Galaxy Superstar. Para pengusaha tersebut tentunya tahu betapa kaum
remaja sangat mengidolakan K-Pop dan dengan menciptakan imitasinya akan
lebih mudah untuk menarik minat pasar, kemudian keuntunganlah yang mereka
dapatkan. Itulah sebabnya saat ini begitu banyak boyband atau girlband Indonesia
yang bermunculan dengan mengusung aliran I-Pop (Indonesian Pop) yang
dianggap hampir mirip K-Pop dengan lirik bahasa Indonesia. Munculnya ikon I-
Pop adalah salah satu pengaruh soft diplomacy melalui Korean wave, karena
berhasil mengadaptasi K-Pop ke dalam budaya lokal Indonesia.
Capaian diplomasi suatu negara yang baik akan menempatkannya sebagai
negara yang disegani dan memiliki peran penting dalam percaturan politik
internasional. Soft diplomacy menjadi instrumen pelaksana kebijakan politik luar

107

Universitas Sumatera Utara


negeri yang berguna bagi Korea Selatan untuk memproyeksikan diri sebagai
negara yang tidak konfrontatif karena mengedepankan soft power. Tata laksana
dan efektifitas soft diplomacy tersebut dapat memberikan kesan yang positif dan
diyakini memberi keuntungan dalam memediasai kerjasama bilateral serta dapat
memberi pengaruhnya secara tidak langsung ke masyarakat. Berdasarkan pada
salah satu tujuan utama dari penyebaran Korean wave untuk mempromosikan
model pengembangan ekonomi Korea sebagai patokan bagi negara-negara
berkembang menjadikan hubungan bilateral Korea Selatan dan Indonesia
memanfaatkan jalur budaya untuk mempererat kerjasama ekonomi kedua negara
dimana Indonesia dapat belajar banyak dan mengadopsi model pengembangan
ekonomi Korea Selatan tersebut.

108

Universitas Sumatera Utara


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Saat ini kita tengah memasuki era Globalisasi. Globalisasi digambarkan

sebagai sebuah proses yang merujuk kepada penyatuan seluruh warga dunia

menjadi sebuah kelompok masyarakat global. Sebagai makhluk sosial, kita tidak

dapat menghindar dari pengaruh globalisasi yang kini telah menjalar kesegala

aspek kehidupan, sehingga kita cara efektif untuk menghadapinya adalah dengan

menjadikannya sebagai peluang. Globalisasi mewajibkan semua negara untuk siap

menghadapi arus liberalisasi perdagangan barang dan jasa, tak terkecuali dengan

Indonesia. Persaingan ketat terjadi di segala bidang yang melibatkan sumber

daya manusia dan alam, ilmu pengetahuan , teknologi, pendidikan, dan

kemampuan bertahan. Apabila kita tidak mampu menghadapinya maka kita

akan kalah dalam persaingan global tersebut.Globalisasi kini tidak hanya identik

atau didominasi oleh westernisasi ‘Dunia Barat’.

Fenomena terbaru yang terjadi saat ini adalah fenomena hallyu atau korean

wave yang terjadi di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali dengan dunia Barat.

Korean Wave merupakan fenomena yang sengaja dibuat sebagai proses industri,

bahkan adanya konsolidasi yang melibatkan pemerintah Korea Selatan dan

swasta seperti yang dijelaskan pada pemaparan sebelumnya. Mulanya usaha itu

dilakukan sebagai upaya untuk keluar dari krisis ekonomi yang dialami oleh

sebagian negara Asia di akhir tahun 1990-an. Korean Wave tersebut disebut juga

109

Universitas Sumatera Utara


sebagai fenomena kapitalisme Asia dan proses kapitalisme global, dan

menggunakan teknologi media sebagai alat ekspansi yang memfasilitasi sirkulasi

secara simultan dalam proses penyebaran produk budayanya. Oleh karena itu

Korean Wave memang output atau strategi dari kegiatan industri budaya yang

sekaligus menggunakan teknologi media sekaligus mempopulerkan produk

teknologi Korea Selatan, hal ini kemudian menyangkut proses dialektika

teknologi dan penyebaran.

Dalam hal menguatkan posisnya di kancah internasional Korea selatan

selaku aktor utama memakai strategi soft diplomasi melalui Korean Wave. Soft

diplomacy di sini artinya Korea selatan mencoba menjalin hubungan kerjasama

dengan negara- negara lain tanpa melakukan penekanan kekuasaan ( hard power ).

Dengan soft diplomacy melaui korean wave, korea selatan mencoba

menghegemoni negara- negara di dunia untuk menyukai kebudayaannya yang di

tularkan melaui drama, musik, film, fashion dan makanannya. Dengan

penyebaran Korean Wave Korea Selatan tidak hanya menjual produk kebudayaan

saja melainkan juga membentuk kiblat baru bagi trend dunia. Dewasa ini segala

produk yang berbau Korea Selatan sangat laris di pasaran. Tentunya hal ini

membawa keuntungan yang besar bagi pemasukan negara.

Korean Wave juga melanda Indonesia pada tahun 2002, bertepatan

dengan pemutaran drama Korea yang berjudul Autumn in My Heart atau yang

lebih kita kenal dengan Endless Love di salah satu televisi swasta nasional. Serial

drama tersebut ternyata mampu memikat penonton karena ceritanya yang kental

110

Universitas Sumatera Utara


dengan nuansa percintaan dan keluarga. Keberhasilan drama tersebut membuka

pintu bagi drama Korea Selatan lainnya untuk mewarnai hiburan di Indonesia.

Kelebihan drama dan film Korea Selatan yang mampu memikat remaja

Indonesia antara lain aktor dan aktrisnya memiliki penampilan memikat. Aktor-

aktor muda memang menjadi agen utama dalam persebaran Korean Wave karena

segmentasi utama produk budaya Korea Selatan adalah remaja atau dewasa. Tema

klasik menjadi poin utama dalam produk karena lebih mampu memikat emosi

konsumen. Kendati kental dengan nuansa tema klasik, produk budaya Korea

Selatan tidak meninggalkan kesan modern dan ciri khas budayanya.

Berkembangnya budaya pop Korea Selatan (Hallyu) di negara-negara Asia

Timur dan beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia menunjukkan

adanya transformasi budaya asing ke negara lain. Berkembangnya budaya pop

Korea di Indonesia dibuktikan dengan munculnya “Asian Fans Club” (AFC) yaitu

blog Indonesia yang berisi tentang berita dunia hiburan Korea Selatan. AFC

didirikan pada 1 Agustus 2009 oleh seorang remaja perempuan bernama Santi Ela

Sari. Berdasarkan data statistik dari situs Pageran Alexa, AFC adalah situs

‘Korean Intertainment’ terbesar di Indonesia. Berkembangnya budaya pop Korea

(Korean Wave) di Indonesia merupakan perwujudan globalisasi dalam dimensi

komunikasi dan budaya. Globalisasi dalam dimensi ini terjadi karena adanya

proses mengkreasikan, menggandakan, menekankan, dan mengintensifikasi

pertukaran serta kebergantungan informasi dalam dunia hiburan, dalam hal ini

adalah dunia hiburan Korea Selatan.

111

Universitas Sumatera Utara


Korean Wave yang mewabah di Indonesia telah berpengaruh pula pada

pola konsumsi masyarakat, sebab produk-produk Korea Selatan menjadi incaran

banyak kalangan. Tren mode ala Korea menjadi menjamur di lingkungan

masyarakat, terutama kalangan muda. Berbagai distro dan resto bernuansa Korea

bermunculan di Indonesia. Korean Wave bahkan sempat menyeragamkan industri

hiburan Indonesia yang bernuansa Korea. Hal itu ditandai dengan

bermunculannya Girl dan Boy Band berkonsep Korea, Film Televisi yang

mengadopsi cerita-cerita drama serta film Korea, bahkan beberapa show di TV

juga mengadopsi show yang disiarkan di Korea.

Sejak tahun 2008 soft diplomacy Korea Selatan melalui pendekatan

kebudayaan semakin intens dilaksanakan dan dapat diterima dengan mudah oleh

masyarakat Indonesia. Korean wave menjadikan Korea Selatan di bawah sorotan

dunia karena keberhasilannya dalam mengembangkan budaya popularnya ke

seluruh dunia. Korea Selatan pun menjadi negara eksportir terkemuka untuk

musik, program televisi dan film di negara-negara Asia. Korean wave mencapai

kesuksesan di banyak negara dan membantu untuk mempromosikan dan

meningkatkan produk brand Korea Selatan seperti di Indonesia sehingga Korean

wave dikenal dengan istilah Asian values-Hollywood Style karena berhasil

mengemas nilai-nilai Asia yang dipasarkan dengan gaya modern, istilah tersebut

diungkapkan oleh seorang pengelola siaran televisi Korea, Kim Song Hwan.

Sebagian besar negara-negara yang telah menyebarkan budaya popular

mereka ke seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat dan Jepang, adalah negara

112

Universitas Sumatera Utara


yang memiliki power di bidang ekonomi. Hal ini mencerminkan korelasi tinggi

antara bangsa yang memiliki kekuatan ekonomi dalam melakukan ekspansi

budaya.

113

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Aleksius Jemadu. 2008. Politik Global dalam Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Andy Prastowo. 2011. Metode Penelitian dalam Perspektif Rancangan Penelitian.


Depok : Ar-Ruzz Media.

Budiono Kusumohamidjojo. 1987. Hubungan Internasional: Kerangka Studi


Analisis. Jakarta: Bina Cipta.

Bagong Suyanto dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : K encana
Prenada. Hal.

David W. Ziegler. 1984 . Third edition,War,Peace and International Relations.


Toronto: Little Brown Company.

Do Kyun Kim dan Se-Jin Kim. 2011. Hallyu from Its Origin to Presents. Do Kyun
Kim dan Min-Sun Kim (eds). Hallyu: Influenfe of Korean Popular Culture in
Asia and Beyond. Seoul: Seoul National University Press.

Drs. R. Soeprapto. 1997. Hubungan Internasional. Sistem, Interaksi dan


Perilaku. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Hessel Nogi S. Tangkilisan. 2003. Kebijkan Publik yang Membumi. Yogyakarta :


YPAPI.

Joseph S. Nye. 2004. Soft power: The Means to Succes In World Politics. New
York: Public Affairs.

Jospeh S. Nye.1992. Understanding International Conflicts. USA: Harper Collins


College Publisher.

114

Universitas Sumatera Utara


Jusuf Badri. 1994. Kiat Diplomasi, Mekanisme dan Pelaksanaannya. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan.

Masri Singarimbun. Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta :


LP3ES.

Mohtar Mas’oed. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.


Jakarta: LP3ES.

T. May Rudy.2002. Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional


Pasca Perang Dingin.Bandung : Refika Aditama. Hal. 116

Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe. 1982. Introduction to


International Relations: Power and Justice. New Jersey: Prentice Hall.

Yang Seung Yoon. Mochtar Mas’oed. 2005. Memahami Politik Korea.


Yogyakarta : Gajahmada University Press.

William N. Dunn. 1999. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta :


Gajahmada University Press.

Jurnal dan Skripsi :

Doobo Shim. 2006. Hybridity and Rise of Korean Popular Culture in Asia. Media
Culture and Society, Vol 28(1).

Korean Culture and Information Service. K-Pop: A New Force in Pop Music
Korean Culture.

Korean Culture and Information Service. 2011. The Korean Wave : A New Pop
Culture Phenomenon. South Korea : Korean Culcute and Information Service of
Ministry of Culture Sport and Tourism.

115

Universitas Sumatera Utara


Haris Fajar Bukhori. 2016. Korean Wave Sebagai Sarana Soft Diplomacy Dan
Pengaruhnya Terhadap Dunia Hiburan Di Indonesia. Bandung : Universitas
Pasundan.

Tri Hartati. 2015. Hallyu Sebagai bentuk diplomasi Publik. Jakarta : Universitas
Indonesia.

Wahyudiya Ayu. Riska. 2012. Pengaruh Soft Diplomacy Dalam Membangun


Citra Korea Selatan Di Indonesia. Makasar : Universitas Hassanuddin.

Website :

Cara Dandan ala Artis Korea, di akses pada


http://www.saranghaeyo.biz/2012/cara-dandan-ala-artis-korea.html

Clothing and Fashion, http://www.korea.net/AboutKorea/Korean-Life/Clothing,

Doobo Shim, Hybridity and the Rise of Korean Popular Culture in Asia,
http://www2.fiu.edu/~surisc/Hybridity%20and%20the%20rise%20of%20Korean
%20popular%20culture%20in%20Asia.pdf, Hal. 28-30

Food, dalam http://www.korea.net/AboutKorea/Korean-Life/Food

Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan, ‘Tentang Korea


Selatan’, http://kbriseoul.kr/kbriseoul/index.php/id/2013-01-21-22-49-05/berita-
terkini/26-indonesian/tentang-korea/54-tentang-korea-selatan .

Kwanyong Kim, “Welcome Greeting”, diakses dari


http://www.hallyudreamfestival.or.kr/intro/e_intro2.html, pada tanggal 21 Juli
2018

116

Universitas Sumatera Utara


Lulu Hasna.2014. http://luluhasnaa.blogspot.com/2014/10/globalisasi-
kebudayaan-korea-di.html. diakses 21 juli 2018

Nyoman Lia Susanti. 2011. “Gurita” Budaya Populer Korea di Indonesia.


http://www.isi-dps.ac.id/berita/%E2%80%98gurita%E2%80%99-budaya-populer-
korea-di-indonesia.

Rizal Perdana.2011. Globalisasi dan Implikasinya dalam hubungan Internasional.


https://rizkaperdana11.wordpress.com/2011/12/13/globalisasi-dan-implikasinya-
dalam-hubungan-internasional/

Shim Sun-ah.2012. Korean Film Drew Record Audiences in First Half: Ministry.
http://english.yonhapnews.co.kr/news/2012/07/03/0200000000AEN20120703007
100315.HTML.

The Chosunibo,2012. Facebook Opens K – Pop Page.


http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/05/22/2012052200829.html.

117

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai