Anda di halaman 1dari 12

TECHNOLOGY AND OPERATIONS

MANAGEMENT
Critical Review
Nippon Indosari Corpindo Tbk

Disusun oleh:
Anggara Dwicahya Alamsyah
17/417204/PEK/22767

MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017

1
A. Profil Perusahaan
Nippon Indosari Corpindo Tbk (NIC) merupakan salah satu perusahaan roti
dengan merek dagang “SARI ROTI” terbesar di Indonesia. Perusahaan berdiri
pada tahun 1995 sebagai sebuah perusahaan penanaman modal asing dengan
nama PT Nippon Indosari Corporation. Perusahaan melakukan Penawaran Umum
Saham Perdana pada tanggal 28 Juni 2010 di Bursa Efek Indonesia dengan kode
emiten ROTI. Perkembangan perusahaan ini semakin meningkat dengan semakin
meningkatnya permintaan konsumen. Sehingga pada tahun 2001 perusahaan
mulai meningkatkan kapasitas produk dengan menambahkan dua lini mesin (roti
tawar dan roti manis).
 VISI
Senantiasa tumbuh dan mempertahankan posisi sebagai perusahaan roti
terbesar di Indonesia melalui penetrasi pasar yang lebih luas dan dalam
dengan menggunakan jaringan distribusi yang luas untuk menjangkau
Konsumen di seluruh Indonesia.
 MISI
Memproduksi dan mendistribusikan beragam produk yang halal, berkualitas
tinggi, higienis dan terjangkau bagi seluruh Konsumen Indonesia.
NIC berkomitmen untuk senantiasa memproduksi dan mendistribusikan
beragam produk yang halal, berkualitas tinggi, higienis dan terjangkau bagi
seluruh Konsumen Indonesia. Produk yang dibuat mengacu kepada peraturan dan
ketentuan mengenai pangan dan standar terkait yang berlaku di Indonesia.
Perusahaan juga telah mendapatkan sertifikat HACCP (hazard analysis
critical control point) yaitu sertifikat jaminan keamanan pangan sebagai bukti
komitmen perusahaan dalam mengedepankan prinsip 3H (hygiene, healthy, dan
halal) pada setiap produk Sari Roti. Selain itu, seluruh produk Sari Roti telah
terdaftar melalui Badan BPOM Indonesia dan memperoleh sertifikat halal yang
dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia. Sebagai produsen roti terbesar di
Indonesia perusahaan telah meraih beragam penghargaan, antara lain Top Brand
dan Top Brand for Kids sejak 2009 hingga sekarang, Marketing Award 2010,
Original Brand 2010, Investor Award 2012, hingga penghargaan dari Forbes
Asia.

2
B. Kualitas Produk
Berlatar belakang dari tidak adanya perusahaan roti yang menjamin
kebersihan dan kesehatan roti bagi konsumen melakukan sarapan dengan
mengkonsumsi roti, sedangkan permintaan roti sebagai makanan pengganti nasi
yang praktis khususnya pada waktu sarapan pagi terus meningkat. Berawal dari
hal tersebut NIC melalui produknya yang bernama Sari Roti terdorong untuk
dapat menghadirkan makanan pengganti nasi untuk sarapan yang sehat dan bersih
dengan memegang teguh prinsip 3H mereka yaitu hygiene, healthy, dan halal.
Terkait dengan hal tersebut NIC menerapkan GMP (good manufacturing
practice) sehingga produk Sari Roti memenuhi standar aman dan sehat untuk di
konsumsi. Selain itu, NIC selalu menghasilkan roti yang “Empuk Bergizi Lezat
Berisi” dalam rangka terus menyempurnakan kualitas dan memenuhi
selera konsumen.
Perbaikan terus menerus dalam sistem manajemen mutu dan fasilitas
produksi dilaksanakan mengacu pada GMP (good manufacturing practice),
SSOP (sanitation standard operating procedure), SJH (sistem jaminan halal),
Standar ISO 9001:2008 (quality management system), ISO/TS 22002-1:2009 dan
ISO 22000:2005 (food safety management system). Untuk menjamin bahwa
sasaran mutu perusahaan tercapai dan meningkat, perusahaan menggalang
partisipasi aktif dan positif dari seluruh karyawan dan mengembangkan
kompetensi mereka secara lebih konsisten.

C. Product Design
NIC menetapkan produk yang akan diproduksinya adalah roti dengan nama
merek “Sari Roti”. Sari Roti memproduksi roti sehat tanpa pengawet sehingga
roti yang dihasilkannya memiliki nilai tambah yang lebih dibandingkan produsen
roti lain. Produk yang dihasilkan memiliki siklus hidup (product life cycle) yang
pendek karena Sari Roti tidak menggunakan pengawet, rata-rata usia dari produk
ini 3-4 hari dari waktu selesai produksi. Hal tersebut dapat terlihat dari masa
kadaluarsa produk yang dihasilkan Sari Roti yang sangat pendek dibandingkan
produk lain yang memiliki masa kadaluarsa yang panjang (menggunakan
pengawet). Sari Roti telah merancang produknya sebagai produk sehat dan
praktis sehingga bisa dinikmati kapanpun dimana pun. Ini diekspresikan oleh sari
roti melalui slogannya “Sari Roti, Empuk Bergizi Sehat Berisi” dimana

3
perusahaan ini merancang roti yang mereka produksi agar tetap empuk ketika
sampai pada konsumen.

D. Proses Produksi
Proses pembuatan roti, Sari Roti menggunakan metode sponge and dough
mixing. Metode ini memiliki kekurangan berupa proses yang diperlukan
memerlukan waktu yang lebih lama, namun kelebihannya adalah dapat
memberikan roti dengan kualitas terbaik, baik dari segi tekstur, kelembutan,
aroma, dan rasa dari roti yang dihasilkan. Pada proses pencampuran pertama
atau sponge mixing, sebagian bahan baku dicampurkan terlebih dahulu untuk
menghasilkan adonan biang. Bahan baku yang telah tercampur selanjutnya
disimpan pada tempat khusus untuk kemudian disimpan pada ruang fermentasi.
Pada proses fermentasi ini, ragi yang ada pada adonan akan bekerja memecah
karbohidrat yang terdapat pada tepung terigu dan beberapa bahan lainnya
menjadi alkohol dan beberapa jenis asam. Alkohol dan asam tersebut yang akan
berperan besar terhadap aroma dan rasa khas dari adonan roti yang dihasilkan.
Pada proses fermentasi ini juga dihasilkan gas CO2 yang kemudian
terperangkap di dalam adonan sehingga volume adonan akan mengembang
beberapa kali lipat dari volume adonan awal. Proses fermentasi ini berlangsung
antara 3 hingga 4 jam pada ruangan khusus yang dijaga suhu dan kelembabannya
agar proses fermentasi dapat berlangsung secara sempurna. Setelah proses
fermentasi selesai, adonan akan kembali dimasukkan ke dalam mixer untuk
dilakukan proses pencampuran bahan kedua atau dikenal sebagai dough mixing.
Pada proses ini adonan akan ditambahkan beberapa bahan baku lainnya seperti
gula, garam, susu, dan beberapa bahan lainnya yang bertujuan untuk memberikan
rasa yang khas pada masing-masing adonan roti yang dihasilkan. Pada proses
pencampuran kedua ini, adonan yang dihasilkan harus dipastikan telah dalam
kondisi kalis, elastis, dan tidak lengket pada mesin. Kedua hal ini merupakan
indikator utama bahwa adonan roti telah cukup baik dan dapat dilanjutkan ke
proses selanjutnya. Adonan selanjutnya diistirahatkan selama beberapa menit
untuk menstabilkan suhu adonan dan untuk menjaga kualitas adonan.
Selanjutnya adonan roti dipotong sesuai dengan standar berat yang telah
ditetapkan untuk setiap produk menggunakan mesin pemotong khusus (divider)
dan kemudian dibulatkan secara otomatis menggunakan rounder. Adonan yang

4
telah dipotong dan dibulatkan tersebut selanjutnya akan masuk ke
dalam intermediate proofer. Proses ini bertujuan agar adonan lebih relaks
sehingga adonan menjadi lebih lembut dan mudah untuk dibentuk pada proses
selanjutnya. Untuk menghasilkan adonan roti dengan ukuran pori yang seragam,
adonan dipipihkan terlebih dahulu. Pada proses ini gas yang terdapat pada
kantung udara akan dikeluarkan sehingga adonan akan memiliki pori-pori yang
halus dan seragam. Adonan selanjutnya dibentuk sesuai dengan bentuk yang
dikehendaki. Bentuk dapat berupa bentuk bulat, oval, bentuk seperti tabung, atau
bentuk-bentuk lainnya. Khusus untuk roti manis, sebelum dibentuk biasanya
adonan akan diisi terlebih dahulu dengan isian roti. Setelah dibentuk, adonan
selanjutnya disusun pada loyang khusus. Loyang yang sudah penuh dengan
adonan selanjutnya disimpan pada rak khusus dan dimasukkan ke dalam ruang
fermentasi akhir.
Proses fermentasi akhir (final proofing) ini memiliki prinsip yang sama
dengan proses fermentasi pertama, namun dilakukan dengan waktu yang lebih
singkat. Setelah adonan mengembang dan diperoleh volume adonan yang sesuai
dengan standar yang diharapkan, adonan selanjutnya dikeluarkan dan siap untuk
dipanggang.
Proses pemanggangan adonan (baking) dilakukan pada tunnel oven yang
memiliki panjang sekitar 12 meter selama 10 hingga 30 menit, tergantung dari
jenis roti yang akan dibuat, dengan suhu pemanggangan yang dijaga ketat agar
roti dapat matang dengan sempurna. Selama proses ini, adonan akan dimatangkan
baik di bagian dalam maupun bagian luar. Pada proses ini akan diperoleh warna
roti yang diharapkan. Demikian pula dengan aroma khas roti akan muncul pada
saat proses pemanggangan berlangsung. Roti yang telah matang selanjutnya akan
dikeluarkan dari loyang (depanning) dan dilakukan proses pendinginan (cooling)
pada cooling tower terlebih dahulu sebelum roti siap untuk dikemas. Proses
pendinginan ini bertujuan agar uap air yang terdapat pada roti dapat keluar
terlebih dahulu secara optimal. Apabila roti dikemas dalam kondisi yang masih
panas akan lebih berpotensi menyebabkan roti mudah berjamur. Roti yang baru
keluar dari oven juga umumnya kondisinya masih lembek. Khusus untuk roti
tawar, jika roti tersebut langsung dipotong, maka roti akan lebih mudah rusak
sehingga bentuknya tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Setelah
mencapai suhu yang telah ditetapkan, roti selanjutnya siap untuk dikemas.

5
Khusus untuk roti tawar, roti akan dipotong terlebih dahulu. Selain itu juga
dilakukan proses sortir untuk memastikan bahwa roti yang akan dikemas adalah
roti yang telah memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan.
Pada kemasan SARI ROTI selalu tercantum kode produksi dan dilengkapi
dengan tanggal baik sebelum, yang menyatakan roti baik untuk dikonsumsi
sebelum tanggal yang tertera pada kemasan. Khusus untuk roti tawar SARI
ROTI, tanggal baik sebelum tertera pada kwiklok atau penjepit kemasan roti. Roti
yang telah dikemas selanjutnya akan dilewatkan terlebih dahulu pada metal
detector. Hal ini bertujuan agar roti yang akan dijual kepada konsumen bebas dari
kontaminasi fisik dan tidak membahayakan konsumen. Proses metal detecting ini
juga merupakan salah satu bagian implementasi sistem HACCP (hazard analysis
and critical control point) pada proses pembuatan SARI ROTI. Roti yang telah
lolos dari metal detector selanjutnya akan disusun pada krat khusus, diserahkan
kepada gudang finished goods dan siap untuk didistribusikan.

E. Layout Perusahaan
NIC mengadopsi konsep layout product-oriented layout dimana mesin- mesin
terletak berdekatan dan saling terhubung satu sama lain. Pabrik NIC juga sangat
menjaga sanitasi di dalam pabrik, layout pabrik tidak memiliki sudut ruangan
yang berpotensi menjadi tempat pertumbuhan mikroba dan juga debu, selain itu
sebelum memasuki pabrik setiap karyawan akan disemprot dengan cairan alkohol
untuk membunuh kuman dan akan dianginkan agar kotoran seperti rambut yang
rontok bisa terlepas sehingga tidak ikut masuk kedalam ruang produksi.
Ruang penerimaan bahan baku yang datang terletak berdekatan dengan
gudang penyimpanan bahan baku. Selain itu, tempat penimbangan bahan baku
yang akan diolah terdapat pada gudang penyimpanan bahan baku sehingga ketika
bahan baku akan diolah bisa langsung ditakar di gudang penyimpanan. Mesin
pencampur dengan mesin pressing diletakkan berdampingan sehingga adonan
yang sudah dicampur bisa langsung di press untuk menghilangkan kadar gas pada
adonan, tempat untuk pencetakan dan pemanggangan dan fermentasi diletakkan
berdekatan tetapi agak berjauhan dengan dua mesin sebelumnya dengan tujuan
terdapat ruang yang luas untuk membawa adonan yang telah jadi ke mesin
pencetak. Selanjutnya setelah dicetak adonandipanggang dan setelah matang akan
dimasukkan ke rak khusus yang mempunyai ruangankhusus yang terletak tidak

6
jauh dari mesin pemanggang untuk didinginkan agar ketikadikemas roti tidak
menguap dan lembab, kemudian rak terletak disamping mesin pengemasroti
sehingga roti yang telah dingin dapat langsung dikemas secara cepat dan
langsungdidistribusikan kepada para konsumen.

F. Forecasting
NIC menggunakan data pemasaran di masing-masing wilayah untuk
mengestimasi jumlah roti yang akan dijaul. Departemen sales dan marketing
yang bertugas akan hal tersebut menggunakan cara manual dengan meramalkan
(forecasting) besarnya demand di semua outlet sekitar 3 bulanan sebelum tanggal
delivery order. Setelah pihak administrasi sales dan marketing mengkalkulasi
besarnya demand, data tersebut dikirim ke departemen production planning (PP)
untuk mengestimasi jumlah bahan baku yang di butuhkan dan jumlah produk
yang akan diproduksi.

G. Supply Chain Management


NIC menerapkan sistem tarik (pull-based model) berdasarkan permintaan
konsumen. Permintaan konsumen yang masuk melalui para distributor (channel)
menjadi dasar pelaksanaan proses produksi. Setelah dilakukan perhitungan
kebutuhan material atau material requirement planning (MRP) untuk membuat
sejumlah roti yang dipesan, maka bagian produksi menjalankan proses produksi
berdasarkan MRP tersebut.
Supply chain management system (SCM) pada NIC dimulai dari pesanan
penjualan hingga pengiriman penjualan dengan metode just in time. Pesanan
penjualan hanya memiliki jarak waktu sehari dengan waktu produksi. Memberi
jarak yang lebih lama antara masuknya order penjualan yang disetujui dengan
waktu produksi dimulai, terutama untuk permintaan dari agen, akan memperkecil
resiko kesalahan input jumlah pesanan.
NIC berusaha mendekati pasar dengan membangun pabrik-pabrik baru yang
berlokasi dekat dengan wilayah pemasaran yang dituju. Sehingga mempersingkat
waktu sekaligus menghemat biaya distribusi. NIC memiliki 6 (enam) pabrik yang
tersebar di Cikarang, Pasuruan, Semarang, Medan, Palembang, dan Makasar
dengan total kapasitas produksi mencapai 2,8 juta potong roti/hari. Masing-

7
masing pabrik memproduksi roti untuk memenuhi kebutuhan pasar di
wilayahnya.
NIC menggunakan 2 jaringan utama dalam mendistribusikan dan memasarkan
produknya. Sekitar 60% produk NIC dipasarkan melalui pasar modern seperti
hypermarket, supermarket dan minimarket. Sekitar 30% melalui agen yang
menjajakan Sari Roti menggunakan gerobak keliling ke lokasi-lokasi perumahan.
Sedangkan sebagian kecil lagi sisanya melalui warung dan toko P&D. Saat ini
jumlah total gerai ritel yang memasarkan Sari Roti mencapai 25.000 gerai.
Kerja sama dengan peritel modern dilakukan dengan sistem konsinyasi.
Pengiriman roti langsung ke gerai ritel atau ke gudang pusat distribusi milik
setiap pelanggan dilakukan menggunakan mobil box sejak subuh setiap hari
hingga 2 hari sekali, tergantung dari tinggi rendahnya permintaan dari masing-
masing pelanggan. NIC menetapkan lead time atau batas waktu pengajuan
pesanan, yaitu paling lambat 2 hari sebelum pengiriman, agar dapat mengatur
jadwal produksi di pabrik dan mengirimkan produk dalam kondisi segar.
NIC melakukan penarikan kembali roti yang belum terjual di gerai ritel, satu
hari sebelum tanggal kadaluarsa yang tertera pada kemasan untuk menjaga
kualitas dan keamanan produk mereka. Terkait hal tersebut NIC menggunakan
pengikat kemasan roti tawar yang berbeda warnanya setiap hari dalam satu
minggu, yaitu untuk memudahkan petugas dalam melakukan penarikan produk
dengan melihat warna pengikat kemasannya. Roti-roti pengembalian dari pasar
tersebut selanjutkan dikirim kembali ke pabrik, dimasukkan ke dalam mesin
penghancur untuk mencegah penyalahgunaan ataupun pemalsuan mutu, sebelum
akhirnya dijual kepada pihak ketiga yang akan mengolahnya menjadi pakan
ternak dan ikan.
Proses pendistribusian dilakukan dengan bantuan perusahaan
transporter/ekspedisi yang diatur untuk mendistribusikan ke masing-masing
wilayah distribusi. Dalam sekali pendistribusian menggunakan truk berukuran
sedang, pengiriman ke distributor dapat dilakukan hanya sekali atau beberapa
transit, tergantung distributor yang dituju. Untuk DC dan stock point, setiap
armada truk transit hanya di outlet tersebut karena jumlah pesanan dari setiap
outlet berbeda. Produk yang telah sampai kepada distributor, pada hari yang
sama disalurkan kepada konsumen akhir.

8
H. Persediaan
Metode persediaan yang digunakan oleh perusahaan FIFO (first in first
out) dan persediaan minimum dimana ketika persediaan yang terdapat digudang
persediaan mulai mencapai batas minimal, akan dilakukan pembelian persediaan
kembali. Sari Roti menjaga persediaan dengan menetapkan batas minimal
persediaan dimana mereka harus kembali memesan bahan baku untuk kembali
mengisi stok bahan baku sehingga mereka tidak terkendala pada masalah
persediaan, selain itu mereka memperhitungkan waktu yang dibutuhkan dari
pemasok ke perusahaan untuk mengantarkan persediaan agar mereka dapat
memperkirakan kapan bahan baku tersebut masuk ke gudang.
Perusahaan tidak menumpuk terlalu banyak bahan baku digudang karena
menambah biaya operasional, selain itu resiko akan bahan baku yang terlalu lama
di gudang adalah kadaluarsa yang itu tentunya akan menyebabkan kerugian yang
besar bagi perusahaan. Persediaan yang diatur oleh perusahaan bukan hanya
persediaan yang ada di gudang perusahaan melainkan persediaan barang yang
dijual di agen-agen penjual yang tersebar diarea pemasaran. Perusahaan
memastikan bahwa tidak ada agen yang memiliki persediaan roti mereka yang
terlalu banyak dan tidak ada agen yang memiliki persedia roti terlalu sedikit
untuk dijual.

I. Penjadwalan
NIC memiliki karyawan mencapai sekitar 1200 orang sehingga bisa terus
mengoprasikan produksi selama 24 jam, karyawan ditetapkan berdasarkan sistem
hold employment constant sehingga ketika permintaan naik atau turun perusahaan
tetap melakukan perekrutan dan mempensiunkan karyawannya. Perusahaan
merekrut tenaga kerja untuk ditempatkan sebagai karyawan berdasarkan tingkat
pendidikan, sebagai contoh karyawan dengan tingkat pendidikan SMA akan
ditempatkan dibagian produksi untuk membuat roti, mereka akan dilatih tentang
bagaimana cara membuat roti, menakar bahan baku yang akan dicampurkan,
menata hasil produksi di rak pendingin, serta mengemas hasil produksi yang
dikemasan besar untuk dimasukkan kedalam mobil pengangkut.
Perusahaan ini telah menggunakan system application and product in data
processing (SAP) dalam mengelola perencanaan kerja dan SDM mereka sehingga

9
lebih mudah dan efisien dibandingkan menggunakan sistem manual. Penggunaan
SAP untuk memantau proses bisnis dan pengambilan keputusan untuk
mengembangkan bisnisnya, selain itu perusahaan dapat menghemat biaya karena
waktu untuk melakukan perancangan kinerja dan juga sumber daya manusia
dapat dilakukan dengan singkat.
Perusahaan menerapkan sistem karyawan staff dan karyawan non-staff,
dimana karyawan staff akan ditempatkan dibagian yang strategis yang
membutuhkan kemampuan tinggi untuk melakukan pekerjaannya serta jumlah
orang yang tersedia di pasar tenaga kerja sedikit, sebagai contoh adalah manager
fungsional, administrasi, staff tata usaha. Sedangkan untuk karyawan non-staff
akan ditempatkan dibagian yang strategis tetapi tidak membutuhkan kemampuan
tinggi dan jumlah orang dipasar tenaga kerja sangat banyak, sebagai contoh
adalah satpam, cleaning service, karyawan produksi harian, raw material.

J. Penjadwalan
Departemen produksi bertugas membuat jadwal shift labour (SL). Jadwal SL
dibuat untuk mengatur spesifikasi kerja dan waktu kerja setiap karyawan
produksi dalam memproduksi roti.
Sistem hari kerja di PT. Nippon Indosari Corpindo adalah 5-2 (5 hari kerja dan
2 hari libur) dan 6-2 (6 hari kerja dan 2 hari libur). Sistem 5-2 berlaku bagi
karyawan bagian kantor (office). Sistem 6-2 berlaku bagi karyawan departemen
produksi dan departemen lain yang menunjang produksi. Sistem jam kerja dibagi
menjadi jam kerja office dan jam kerja shift. Jam kerja normal untuk pekerja
office ditentukan sebagai berikut: Senin - Jumat pukul 08.00-17.00 WIB dan
Sabtu-Minggu libur, serta untuk sebagian pekerja office Senin-Jumat pukul
08.00- 16.00 WIB, Sabtu pukul 08.00-13.00 WIB, dan Minggu libur. Pembagian
jam kerja shift sebagai berikut: shift 1 pukul 07.00-15.00 WIB, shift 2 pukul
15.00- 23.00 WIB, dan shift 3 pukul 23.00-07.00 WIB.
Penjadwalan pada proses produksi, pemesanan bahan baku ke supplier
dilakukan satu kali perbulan untuk satu jenis bahan baku oleh production
planning and inventory control (PPIC). Bagian production planning membuat
jadwal produksi berdasarkan order to factory (OTF) H-2 (2 hari sebelum
penerimaan) yang merupakan aktualisasi permintaan (demand) konsumen
terhadap finished good. Selain mengatur bahan baku yang akan dipesan lagi,

10
pihak PPIC juga mengatur jadwal sampainya bahan baku serta inventory control.
Pengaturan jadwal penerimaan bahan baku dan inventory control pada PPIC
dilakukan secara manual. Jadwal pengiriman bahan baku dari pemasok direvisi
rata-rata 2 hari sebelum jadwal jatuh tempo (OTF H-2) tergantung bentuk bahan
baku yang berumur lama atau berumur pendek. Apabila terdapat pengurangan
atau penambahan jumlah bahan baku serta tanggal kedatangan akan
dikomunikasikan secara cepat kepada pemasok.
Pengiriman roti ke gerai penjualan Sari Roti dilakukan setiap hari hingga dua
kali sehari tergantung pada tinggi rendahnya permintaan dari masing-masing
pelanggan. Perusahaan mengatur lead time atau batas waktu pengajuan pesanan
paling lambat 2 hari sebelum pengiriman, sehingga perusahaan dapat mengatur
waktu produksi di pabrik dan dapat mengirim produk dalam keadaan segar.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dwi, Ridlo. (2012). Rancangan Manufacturing Information System Untuk


Mengurangi Bullwhip Effect Pada Supply Chain Management PT Nippon
Indosari Corpindo Tbk. Skripsi. Program Studi Akuntansi. Surabaya:
Universitas Airlangga. Tersedia di
http://repository.unair.ac.id/532/2/KKB%2520KK-2%2520A.74-
13%2520Sus%2520r.pdf, diakses pada tanggal 25 November 2017.

Imamuddin, Arya. (2015). Manajemen Operasi Sari Roti. Tersedia di


https://www.academia.edu/8964074/Manajemen_Operasi_Sari_Roti, diakses
pada tanggal 25 November 2017.

Muljati, Restu. (2012). Optimalisasi Distribusi dalam Manajemen Supply Chain.


Tersedia di http://www.bakerymagazine.com/2012/04/20/pt-nippon-indosari-
corpindo-tbk-optimalisasi-distribusi-dalam-manajemen-supply-chain, diakses
pada tanggal 16 November 2017.

Nippon Indosari Corpindo Tbk. (2016). Laporan Keuangan Tahunan. Tersedia di


http://www.sariroti.com/0_repository/AR%20SARI%20ROTI%202016.pdf,
diakses pada tanggal 16 November 2017.

Sari Roti. (2017). Proses Pembuatan Roti. Tersedia di


http://www.sariroti.com/content/teknologi/, diakses pada tanggal 25
November 2017.

12

Anda mungkin juga menyukai