LANDASAN TEORI
Pada bab ini, akan dipaparkan landasan teori yang digunakan dalam
penyusunan tesis ini. Sesuai dengan topik tesis, teori-teori yang digunakan sebagai
acuan adalah teori Human Capital, teori Talent Management, teori Effectivity and
Management dimana perbedaannya adalah pada filosofi mendasar yang melekat pada
sebagai sumber daya. Sedangkan pada Human Capital Management, manusia adalah
capital atau asset. Perbedaan selanjutnya dapat terlihat dari bagaimana strategi yang
kinerja perusahaan bukan hanya ditentukan oleh capital yang berupa finansial, mesin,
teknologi, dan modal tetap, melainkan terutama dipengaruhi oleh intangible capital,
19
20
SDM yang bertalenta tinggi. Great organizations are always built by great people.
Indonesia dalam rangka meraih visi, misi, dan sasaran stratejik serta meningkatkan
tujuan tersebut, maka upaya yang dilakukan untuk mendapatkan dan menjaga
kompetitif bagi perusahaan melalui managemen talenta menjadi salah satu sasaran
stratejik perusahaan.
Strategy tersebut harus didasarkan pada Visi, Misi, Budaya, dan nilai-nilai yang
tersebut harus diterjemahkan lebih rinci pada pilar-pilar Human Capital Management
Process. Dalam pilar-pilar tersebut terdapat serangkaian proses yang harus dilakukan
teknologi yang memadai sehingga proses bisa dilaksanakan dengan cepat, efisien, dan
efektif. Melalui proses manajemen yang baik dan didukung oleh information
technology (Human capital information system), agar kinerja proses human capital
dan optimal. Pada akhirnya, proses human capital management tersebut diharapkan
22
dapat mendukung pencapaian business result yang optimum dan mampu memberikan
nilai manfaat yang tinggi bagi seluruh anggota stakeholder-nya, baik bagi pelanggan,
Secara lebih detail, Human Capital Management Process dapat dilihat pada
terkait satu dengan yang lain dalam suatu sistem. Sebaiknya setiap aspek kegiatan
konsekuensinya satu dengan yang lainnya agar terjadi harmonisasi serta sesuai
Talent Management merupakan inti dari konsep Human Capital. Seperti yang
telah dibahas pada teori mengenai Human Capital pada sub bab 2.1. Kesuksesan
digunakan.
Management Strategy, maka yang pertama kali harus dimiliki oleh perusahaan adalah
menyadari kebutuhan talenta berdasarkan visi, misi, strategi, dan nilai perusahaan.
depannya.
24
Jika perusahaan sudah memiliki future talent needs, maka yang perlu
selanjutnya perlu dilakukan penilaian (asessment). Melalui penilaian ini, maka akan
Corporate Corporate
Strategy Values
Talent Strategy
(People Branding)
Asess Current
Talent
Retain Acqui
sition
Development
Business Result
Setelah mengetahui dengan jelas talent seperti apa yang dicari, maka kita
dapat memasuki tahap pertama yaitu menyusun talent strategy. Talent strategy sering
disebut sebagai people branding karena talent strategy dianggap sebagai usaha
sehingga talent yang didapat sesuai dengan business result yang harus dicapai.
INDUSTRY REQUIREMENT
COMPETENCY CORPORATE REQUIREMENT
PERSONALITY
SKILL / KNOWLEDGE
EXPERIENCE
seluruh kebutuhan akan modal insani perusahaan yang diperlukan untuk menjalankan
Pada umumnya komposisi future talent needs terdapat knowledge, skill yang
Sembilan Kotak
tergantung pada peserta yang ikut di dalamnya atau dengan kata lain tergantung pada
Oleh karena itu, menurut Purnawanto (2010), agar talent development berjalan
kriteria tertentu. Pada gambar 2.5 di bawah ini digambarkan secara lengkap kategori
atau pengelompokan tersebut. Investasi untuk individu di kelompok yang satu tentu
HIGH
POTENTIAL
COMPETENT
PROBLEM PERFORMER
EMPLOYEE
LOW HIGH
Gambar 2.5 Matriks sembilan kotak (Human Asset value (HAV) mapping)
Terkait dengan pemetaan SDM, terdapat dua dimensi yang dapat digunakan,
perusahaan hanya memperhitungkan salah satu aspek sebagai dasar pemetaan SDM.
Karena dalam kenyataannya tidak mustahil bahwa seseorang yang dari hasil evaluasi
28
Seperti yang telah digambarkan di atas, terdapat lima kelompok besar SDM,
yaitu :
2. Competent (A player)
3. Performer (B player)
4. Potential (C player)
difokuskan pada acquiring dan retaining talent. Sedangkan saat ini, isu talent
system approach dapat kita lihat pada gambar 2.6 di bawah ini.
29
1. Planning
Planning merupakan bagian yang paling awal dari setiap talent management
system. Tujuan dari planning adalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan
Beberapa faktor yang dapat digunakan sebagai dasar analisa kebutuhan talent
adalah :
aware terhadap strategi perusahaan jangka pendek dan jangka panjang. Selain
itu, kebutuhan talent juga kadang dipicu adanya pergantian atau pertambahan
produk atau jasa, akuisisi, merger, dan ekspansi. Seluruh faktor yang
2. Replacement needs, atau dengan kata lain adanya employee yang keluar atau
Ketiga faktor tersebut merupakan tiga faktor utama yang harus diubah ke
dalam bentuk angka kebutuhan jumlah talent baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Hal lain yang juga krusial dan harus diperhatikan adalah adanya
talent. Sebagai contoh, supply dan tipikal labor di area rekrutmen perlu dicermati.
2. Acquiring Talent
Pada tahap ini, terdapat 4 sub proses, yaitu attracting (creating a talent
Attracting talent
Attracting talent merupakan proses yang harus terus dibangun dalam jangka
panjang. Ada beberapa faktor yang penting dalam membentuk talent magnet dalam
suatu perusahaan. Talent biasanya cenderung memilih untuk menjadi bekerja di great
place to work, di sini berarti lingkungan kerja merupakan hal utama yang bisa
31
attracting talent. Faktor lainnya adalah reputation dan employment brand dari
sebuah perusahaan.
Reputasi sebuah perusahaan antara lain dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :
- Emotional appeal
- Workplace environment
- Social responsibility
- Financial Performance.
Recruiting
Darrin (2008), perubahan-perubahan tersebut dapat kita lihat pada tabel 2.1 dan tabel
Tabel 2.1 Perbandingan metode dan pendekatan seleksi masa lampau dan
sekarang
Tabel 2.2 Perbandingan metode dan pendekatan rekrutmen masa lampau dan
sekarang
Selecting
Fase ini merupakan fase yang kritikal, karena pada fase inilah keputusan
pemilihan talent terjadi. Konsistensi merupakan hal yang sangat penting dalam proses
seleksi ini. Namun di sisi lain, metode seleksi juga harus sinkron dengan metode
rekrutmen yang digunakan. Jika terdapat perubahan pada metode rekrutmen, maka
Employing Talent
didesain sedemikian rupa agar efektif dan efisien sehingga talent pun merasa nyaman.
33
3. Developing Talent
Setelah talent dipilih, proses learning dan development dimulai. Tahap ini
terdiri dari empat fase, yaitu : On-boarding New Talent, Preparing New Talent,
Fase ini merupakan tahap initial dimana talent baru memasuki sebuah
perusahaan. Pada fase ini talent harus diperkenalkan sedemikian rupa dengan
lingkungan kerjanya dan kondisi perusahaan. Diharapkan melalui tahap ini, talent
mampu align dengan values, vision, mission, philosophy dan policies perusahaan.
Fase awal ini sangat penting agar di kemudian hari tidak terjadi missteps, miscues
dan unpleasant surprise. Selain itu dengan fase ini ditujukan agar talent memiliki
komitmen yang tinggi terhadap perusahaan. Di satu sisi, fase ini merupakan langkah
awal untuk dapat memotivasi talent dan juga merupakan salah satu strategi
engagement.
Pada fase ini, talent dipersiapkan untuk menduduki suatu posisi jabatan
dengan serangkaian job description tertentu. Oleh karena itu, perlu dilihat dengan
jelas bagaimanakah kesiapan talent untuk mengisi posisi tersebut. Jika terdapat skill
atau knowledge yang belum dimiliki, maka perlu diadakan training-training atau
Developing Talent
Career Development
Fase ini fokus pada persiapan talent untuk menduduki posisi berikutnya atau job
4. Managing Talent
Tantangan yang terdapat pada tahap ini adalah bagaimana caranya agar talent
performance nya dan terus termotivasi. Managing talent meliputi dua aktivitas,
Tujuan dari fase ini adalah untuk ensuring bahwa performance seorang talent
Pada pendekatan yang lama, performance biasanya di review empat kali, dua kali,
atau sekali dalam setahunnya, dimana metode yang digunakan biasanya adalah one-
review tidak memiliki skills dan basic knowledge yang cukup untuk melakukan
review. Pada pendekatan yang baru, review sedapat mungkin dilakukan melalui
metode briefing dan discussion untuk membicarakan performance goal dimana ada
diadakan sesering mungkin (seperti contohnya setiap minggu atau 2 minggu sekali).
Tujuan dari cara kerja tersebut adalah agar progress performance dapat di review, di
performance juga dapat dilakukan seketika itu juga. Konsistensi adalah hal yang
Rewarding Talent
fase inilah performance talent diakui dan dihargai oleh perusahaan dalam bentuk
bonus, incentive dan bentuk-bentuk reward lainnya. Reward merupakan hal yang
5. Retaining Talent
sekaligus merupakan fase yang paling kritikal. Disinilah talent yang sudah on-board
implementasi Talent Management adalah bahwa Talent Has to be Measured. Hal ini
berarti harus ada aspek-aspek yang dapat digunakan sebagai sumber pengukuran.
37
Pada tabel 2.3 Dave Ulrich memberikan contoh sebuah checklist terhadap strategi
Where are we ?
yang perlu diajukan adalah : Akankah upgrade dari talent secara signifikan akan
Sedangkan contoh pengukuran yang lebih detail dapat kita pelajari dari tabel
Performers
Retention Rate terhadap para rekrutmen Kekuatan dan kebenaran data base
kelamin) kompetitornya
employee)
Dari hasil pemetaan SDM seperti pada gambar 2.5 di atas, dapat diketahui
bahwa High Flyer merupakan kombinasi terbaik, yaitu seseorang yang memiliki
dan pengelolaan talent, hasil pemetaan SDM di atas juga digunakan untuk mengukur
Menurut Purnawanto (2010), HRI merupakan rasio antara jumlah high flyer
dan competent dengan jumlah keseluruhan SDM yang dievaluasi. Misalnya, dari
1000 karyawan yang dievaluasi terdapat 200 karyawan yang termasuk kategori high
flyer dan competent maka HRI perusahaan tersebut adalah 20%. Artinya, jika
perusahaan tersebut harus ‘bertempur’ maka ada 20% orang yang sudah siap
Presentase HRI merupakan ukuran keberhasilan baik bagi coach (di masing-masing
Ketika HRI menjadi salah satu tolok ukur kinerja bagi para pimpinan pada
tiap fungsi, maka jumlah A player pada fungsi tersebut diharapkan dapat meningkat
Management Strategy adalah sebagai langkah awal agar kemudian dapat dilakukan
perubahan (improvement) sehingga didapat proses dan hasil yang makin efesien dan
investment in talent dengan talent management effectiveness-atau lebih luas lagi yaitu
yang telah dilakukan, pada akhirnya dapat men-drive strategic change, khususnya di
talent management.
Pada gambar 2.8 di bawah ini, kita dapat melihat framework yang
sebaiknya dipandang dari empat sudut pandang, yaitu logic, measures, analytics, dan
Logic merupakan aspek yang sangat penting dalam framework ini. Aspek
logic menekankan bahwa talent management strategy yang digunakan harus sesuai
dengan elemen dasar dan crusial (pivot-points) dan sesuai dengan competitive
advantage atau value yang dimiliki masing-masing perusahaan. Oleh karena itu,
yang digunakan harus disesuaikan dengan visi perusahaan dan core competence yang
digunakan. Oleh karena itu, harus selalu dilakukan perubahan terus-menerus terhadap
42
Walaupun strategi yang digunakan sudah memiliki aspek logic dan measures
yang baik, namun jika tidak terdapat aspek analytics yang baik, maka akan terjadi
kesalahan intepretasi. Dengan kata lain, diperlukan kompetensi yang memadai untuk
dapat menganalisa dengan baik data hasil pengukuran yang telah dilakukan agar
dalam proses (process improvement) harus ada sebagai bentuk akhir dari sebuah
pada organizational effectiveness dan sustainable strategic success. Dengan kata lain,
process atau lebih tepatnya process improvement merupakan cerminan dari adanya
process.
Menurut Dave Ulrich, salah satu aspek penting yang harus diketahui oleh
seorang pelaku Talent Management, adalah bahwa Talent Management harus disusun
dalam sebuah holistic process. Dengan kata lain, proses-proses dalam talent
management yang sudah kita bahas di atas harus memiliki sinkronisasi dan
43
terintegrasi menjadi satu kesatuan. Tujuannya adalah agar secara berkala kita dapat
mengetahui dengan jelas performance dari sistem talent management yang sudah
berjalan. Oleh karena itu, masing-masing proses harus bisa ditransfer menjadi bentuk
pencapaian dapat didasarkan pada tabel 2.2 talent management successful checklist
dan tabel 2.3 detailed talent management measurement points yang sudah kita bahas
Istilah proses tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita. Menurut Purnawanto
(2010), proses didefinisikan sebagai sekumpulan task task yang bekerja secara
1. Pengumpulan task
Menurut Purnawanto (2010), task merupakan sebuah unit kerja atau suatu
aktivitas bisnis yang normalnya dilakukan satu orang. Kumpulan dari task-task akan
membentuk proses. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa task adalah part (bagian)
Jika suatu perusahaan ingin menjadi organisasi yang berbasis proses, maka hal
utama dan pertama yang harus dilakukan adalah mengubah pola pikir (mindset)
karyawannya dalam hal memandang process dan task. Jika semula task dipandang
sebagai hal yang primer dan proses menjadi hal sekunder, maka untuk organisasi
yang berbasis proses, proses harus menjadi hal primer, sedangkan task menjadi hal
sekunder.
Tidak ada satupun task yang dapat bekerja sendiri untuk dapat menghasilkan
Tujuan dari adanya proses yang baik dan benar adalah untuk menghasilkan
Suatu produk atau layanan dikatakan dapat memberikan value jika dapat
membawa solusi bagi pelanggannya. Value juga digambarkan sebagai selisih antara
apa yang diterima (dibeli) dengan apa yang diberikan (dibayar). Jika apa yang
diterima nilai relatifnya lebih besar dari apa yang dibayar, maka akan didapatkan nilai
tambah (value). Sebaliknya jika apa yang diterima nilai relatifnya lebih kecil dari apa
yang dibayar, maka akan dikatakan sebagai value destroyer. Customer tentunya
mengharapkan adanya nilai tambah atas produk atau jasa yang dibeli atau diterimanya.
45
Improvement
merupakan upaya untuk memecahkan masalah yang terjadi pada suatu proses, dengan
tidak mengubah struktur dasar dari proses itu sendiri. Misalnya, upaya untuk
atau keterlambatan. Karena bersifat incremental dan kontinu maka perbaikan proses
sering juga disebut sebagai continuous improvement (Kaizen dalam bahasa Jepang).
Do-Check-Act (PDCA) yang lalu diikuti oleh beberapa pendekatan lain termasuk
(BPR), hingga yang terakhir Six Sigma Improvement Model melalui pendekatan
beberapa kesamaan diantara berbagai pendekatan yang berbeda tersebut, yaitu bahwa
beda.
Misalnya untuk tujuan transformasi bisnis. Hal inilah yang dilakukan oleh perusahaan
kelas dunia seperti Toyota, Motorola, dan General Electric. General Electric sendiri
menggunakan six sigma improvement model sebagai bagian dari kultur perusahaan
2. Eliminate Bureucracy
6. Standardize
7. Error Proofing
diantaranya :
berlangsung lambat.
fokus perhatian adalah pada kepuasan atasan, dan bukan kepada kepuasan
customer.
48
bagi sebagian besar organisasi yang ada. Ke depannya, organisasi dituntut untuk
adalah organisasi berbasis proses, yang berbentuk matriks. Organisasi ini merupakan
keahlian – bukan hierarki merupakan solusi yang dapat mendorong fleksibilitas dan
Dengan tidak bersifat hierarkis, maka hubungan yang terjalin bukan seperti
level lebih tinggi, dipandang memiliki keahlian yang lebih tinggi, dan bukan karena
otoritas yang lebih tinggi. Ketika keahlian merupakan sesuatu yang dihargai, maka
diharapkan akan mendorong dilakukannya proses secara lebih baik, dan pada
gilirannya output yang dihasilkan juga akan lebih baik dan memuaskan.
customer, munculnya inovasi, serta orientasi kepada kerja tim. Berbeda dengan
49
Dalam organisasi tradisional, manajer bertanggung jawab baik atas task yang
harus dilakukan maupun SDM yang melakukan pekerjaan tersebut. Hal ini berbeda
dengan yang terjadi dalam organisasi berbasis proses. Dalam organisasi yang berbasis
proses ini :
integrator.
atasan atau “bos”, melainkan individu dengan tugas spesifik. Coach harus menjamin
atas output yang dihasilkan oleh proses yang menjadi tanggung jawabnya. Pada saat
penilaian kinerja individu, coach akan menilai dari sisi keterampilan (competency),
sedangkan process integrator akan menilai dari sudut pencapaian target output.