Anda di halaman 1dari 5

REVIEW BUKU : DEMOKRASI KITA

Judul buku
Penulis
Penerbit

: Demokrasi Kita; Pikiran-pikiran tentang Demokrasi dan Kedaulatan Rakyat.


: Mohammad Hatta
: Sega Arsy bandung 2009

Dalam pembangunan kehidupan demokrasi, bangsa Indonesia patut berterima kasih


kepada Mohammad Hatta. Dengan tidak mengecilkan peran tokoh-tokoh yang lain, dapat
disebut bahwa Mohammad Hatta adalah peletak dasar demokrasi Indonesia dalam arti yang
sesungguhnya. Dalam mengembangkan pemikiran demokrasi itu, Mohammad Hatta tidak
terjebak pada pola pengembangan pemikiran demokrasi barat sebagaimana kerap menjadi
dasar pemikiran tokoh Indonesia yang lain. Konsep demokrasi yang ditawarkan oleh hatta
mengacu pada kehidupan demokrasi asli Indonesia, yaitu sistem kehidupan yang
berlangsung dalam kehidupan masyarakat desa.
Seperti akan terlihat, konsep Hatta tentang demokrasi kerap kali mengalami benturan
dengan konsep-konsep demokrasi yang ditawarkan oleh tokoh-tokoh Indonesia yang lain,
terutama yang paling menonjol adalah benturan dengan pemikiran demokrasi soekarno.
Benturan pemikiran itu berkangsung sejak masa pergerakan. Pada masa setelah kemerdekaan,
polemik itu kembali terjadi. Soekarno menginginkan demokrasi yang berlaku di Indonesia
adalah demokrasi presidensial, sementara Hatta meyakini demokrasi parlementer sebgai
bentuk demokrasi yang tepat untuk Indonesia yang heterogen. Lebih luas lagi, Soekarno
sangat gandrung dan menganggap persatuan sebagai tujuan, sementara hatta memandang
bahwa persatuan hanyalah sebagai alat. Soekarno menghendaki Negara kesatuan, sementara
Hatta menghendaki Negara serikat. Soekarno anti demokrasi parlementer, sementara Hatta

menginginkan demokrasi parlementer. Soekarno menganggap suara (voting) merupakan


tirani mayoritas, sementara Hatta menganggap voting sebagai jalan mencapai mufakat.
Namun diluar semua pemikirannya, Hatta merupakan kampium demokrasi yang
paling konsisten dengan gagasan dan pemikirannya. Konsistensi Hatta itu terbukti ketika ia
harus mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden demi menghindari logika demokrasi
terpimpin yang dipaksakan untuk diberlakukan oleh presiden Soekarno. Pada saat itulah
Hatta menurunkan tulisan, Demokrasi Kita, sebuah tulisan tentang demokrasi yang cukup
monumental bagi sejarah politik Indonesia. Dalam posisi diluar arena kekuasaan itu,
Mohammad Hatta juga masih terus melakukan koreksi dan kritik terhadap presiden Soekarno
tentang Demokrasi Terpimpin yang membuat kehidupan demokrasi saat itu berada diambang
kehancurannya. Pemikiran-pemikiran Mohammad Hatta tersebut mudah-mudahan dapat
membuka kembali wacana tentang kehidupan demokrasi di Indonesia yang hingga hari ini
belum menentukan bentuknya yang nyata.
Pada bagian ketiga dalam buku ini, yang berbicara mengenai demokrasi Indonesia dan
kedaulatan rakyat mengatakan bahwa : dalam majalah persatuan Indonesia nomor 109, Si
Rakyat menulis perkara demokrasi. Ia mencela demokrasi impor yang bukan kebudayaan
kita. Disini ia menyindir asas pergerakan kita, karena kita memakai dasar kedaulatan rakyat.
Akhirnya ia menulis: Kedemokrasian adalah keyakina keadilan segenap bangsa Indonesia,
bukan keyakinan impor yang lain, tetapi merupakan keyakinan Indonesia sejati. Keyakinan
ini mesti menjadi semboyan segala partai-partai di Indonesia, dan mesti menjadi dasar
susunan Indonesia merdeka di masa yang akan datang. Dasar-dasar Demokrasi yang terdapat
dalam pergaulan hidup sasli di Indonesia kita pakai sebagai sendi politik kita. Akan tetapi kita
insaf akan pertukaran zaman, insaf bahwa dasar-dasar yang ada dahulu tidak mencukupi
sekarang untuk menyusun Indonesia merdeka yang berdasar Demokrasi. Sebab itu, asas asas
asli Indonesia harus dicocokkan dengan kehendak pergaulan hidup sekarang, harus dibawa ke
tingkat lebih tinggi. Pendeknya, diluaskan lingkarannya dan dilanjutkan tujuannya.
Memang nama dan pengertian Demokrasi itu datang dari barat. Tidak terdapat dalam
bahasa kita terdahulu, sebab belum ada juru politik atau juru filsafat dalam pergaulan kita
yang menguraikan teori hukum Negara (state recht). Juga perkataan demokrasi yang dipakai
oleh Si Rakyat tidak asli. Perkataan itu juga impor! Akan tetapi si pemabuk asli memakai
saja perkataan itu. Kenapa tidak dicari pula aslinya supaya jangan ragu? Partai-partai
Indonesia disuruh memakai semboyan Demokrasi Indonesia tetapi bagaimana rupa
Demokrasi Indonesia itu, hal ini tidak diuraikan. Sebagai contoh disebutnya pengertian
Demokrasi di Minangkabau : sepakat. Kita khawatir, kalau-kalau rakyat yang membaca
karangan itu, tidak dapat menyesuaikan dasar mufakat di kampung atau di negeri kepada
pemerintah Indonesia yang begitu luas daerahnya dan begitu besar urusannya. Semboyan
yang demikian, sama dengan semboyan demokrasi bagi politik orang barat. Demokrasi saja
tidak berarti lagi, sungguh pun dibarat perkataan itu juga mempunyai pengertian yang asli.
Karena sekarang ada Liberale Democratie dan ada pula Sociale Democratie. Semuanya
memakai Demokrasi asli barat sebagai dasar.
Disini kita akan selidiki sedikit tentang kedudukan Demokrasi asli di Indonesia
supaya tampak jelas akan kosongnya semboyan Demokrasi Indonesia untuk menjadi dasar
susunan Indonesia merdeka. Di waktu dahulu, sebelum tanah-tanah Indonesia jatuh ke
pemerintahan bangsa asing, Demokrasi hanya ada dalam pemerintahan desa, yang bersendi
kepada rakyat. Jadinya ada Desa-Demokrasi tetapi tidak ada Indonesia-Demokrasi. Keadaan
feodalisme telah mencelakakan rakyat Indonesia sampai diperintah oleh bangsa asing.

Demokrasi desa yang mempunyai dasar yang baik, tidak dapat maju dan tinggal pincang
bentuknya, karena dipundaknya terdapat otokrasi semata-mata. Jadi, didalam pergaulan
Indonesia yang asli demokrasi itu hanya terdapat dibawah. Pemerintahan diatas semata-mata
berdasarkan otokrasi. Diatas otonomi desa berdiri Daulat Tuanku, yang melakukan
sewenang-wenang yang tiada dikontrol oleh rakyat.
Secara sederhana, pemikiran Mohammad Hatta tentang Demokrasi adalah bahwa
sebagai bangsa yang merdeka, Indonesia harus mengisi pengertian semboyan Demokrasi
yang semula kosong menjadi berisi berbagaimacam karakteristik dan watak asli bangsa ini.
Indonesia tidak boleh begitu saja menerima secara langsung apa-apa yang disebut dengan
Demokrasi gaya barat seperti Demokrasi Liberal dan Demokrasi Sosialis. Indonesia harus
menentukan sendiri format baru yang baik bagi kemajuan bangsa di kemudian hari. Sehingga
Mohammad Hatta lebih senang menyebutnya dengan Demokrasi Kita. Tentu hal ini
merupakan pembelajaran bagi kita sebagai mahasiswa ilmu politik untuk menentukan
kembali dan menggali sejarah perkembangan Demokrasi Asli Made In Indonesia. Tidak
semata-mata terpengaruh dengan hegemoni ilmu pengetahuan yang condong terhadap
Demokrasi Barat. Melalui buku ini, Mohammad Hatta mengisyaratkan bahwa sebagai sebuah
bangsa yang merdeka dan mandiri, Demokrasi Kita ini harus selalu disesuaikan dengan
perkembangan zaman dan waktu sehingga terciptanya masyarakat Indonesia yang adil,
makmur, dan sejahtera.

Judul buku :Demokrasi Kita (pemikiran tentang demokrasi


dan kedaulatan)
Penulis : Mohammad Hatta
Penerbit : Sega Arsy Bandung
Halaman : 155
Tahun terbit : 2009
Cetakan : 2 (dua)
Demokrasi yang tercipta dan berkembang di kehidupan bangsa indonesia tidak luput
dari peranan mohammad hatta. Tentunya tanpa mengesampingkan tokoh-tokoh lain
yang juga menjunjung tinggi azas demokrasi. Hatta juga dapat di katakan sebagai
peletak dasar tentang pemikiran demokrasi di indonesa dalam arti nyata. Dalam
pemikirannya tentang sebuah demokrasi, hatta tidak terpengaruh pada pola
demokrasi ala barat, sebagaimana tokoh lain kerap menjadikan hal tersebut dasar
untuk sebuah demokrasi bangsa indonesia. Hatta berpikir, bahwa demokrasi yang
mengacu pada landasan barat tidak cocok dengan bangsa indonesia yang kultur
kehidupannya lebih hidup lebih bertetangga, dan sistem kehidupannya lebih
berlangsung pada kehidupan pedesaan.
Bisa kita lihat dengan jelas, konsep demokrasi yang hatta usung selalu berbenturan
dengan tokoh-tokoh lainnya. Yang paling menonjol adalah benturan pemikiran hatta
dengan soekarno. Benturan pemikiran tersebut telah berlangsung pada saat
indinesia belum juga merdeka pada saat mereka masih melakukan pergerakan
bersama. Namun setelah merdeka indonesia polemik benturan yang terjadi semakin
terasa. Soekarno ingin maju bersama demokrasi presidensialnya, sementara hatta
ingin indonesia maju dengan demokrasi parlemennya karena tepat untuk bangsa
yang heterogen seperti indonesia. Lebih luas lagi perbedaan yang terjadi pada
mereka saat paham persatuan memiliki dua mata berbeda. Hatta menyebut
persatuan adalah alat sedangkan soekarno menyebut persatuan adalah tujuan hidup.
Dan saat voting menurut soekarno adalah tirani mayoritas, menurut hata voting
jalan menuju mufakat.
Namun diluar semua perbedaan itu, hatta adalah seorang pelopor demokrasi yang
paling konsisen dengan gagasan dan pemikirannya. Kekonsistensiannya terbukti
pada saat hatta harus berani mengambil keputusan lengser dari jabatannya sebagai
wakil presiden indonesia, demi menghindari logika demokrasi terpimpin yang
dianut oleh soekarno sebagai rekannya. Pada saat itulah hatta menulis sebuah buku
yang berjudul demokrasi kita yang tidak lain adalah buku ini dengan semua bentuk
pemikirannya akan sebuah demokrasi yang sesuai untuk bangsa yang heterogen.
Selain itu hatta juga masih melakukan koreksi atau pemantauan tentang
perkembangan negara termasuk mengkritik soekarno dengan kebijakannya dalam
demokrasi terpimpin tersebut.
Pemikiran hatta ini cocok untuk di baca oleh para awak politik maupun calon-calon
muda yang akan berkecimpung di bidang politik, agar membuka wacana mandiri

terkait politisasi negara dan arti dari demokrasi itu sendiri. Dan membuka
pandangan tentang bentuk nyata indonesia yang masih terkesan absurd hingga saat
ini. Dalam buku ini juga terdapat ulasan yang cukup mendalam prihal kata
demokrasi kita dan demokrasi menurut pandangan barat. Sehingga membuat kita
berpikir akan demokrasi yang sesungguhnya dan demikrasi yang memang harus
bercokol di indonesia sebagai bangs yang heterogen dan tidak homogen.
Secara sederhana, pemikiran mohammad hatta tentang demokrasi adalah bahwa
sebagian bangsa yang merdeka, harus mengisi kekosongan pengertian dari
kemerdekaan itu sendiri, sehingga bangsa kita dapat memaknai arti dari demokrasi
maupun kemerdekaan itu sendiri. Tentu saja dasar pemikiran yang hatta tuangkan
dalam buku ini menjadi bahan pengenmangan untuk para mahasiswa umumnya dan
mahasiswa politik pada khususnya. Supaya tercipta awak-awak politik yang
mengerti, paham dan mempunyai ideologi tinggi pada negara yang ia tinggali,
pelajari dan bela. Sehingga nantinya akan tercipta sebuah demokrasi kita yang
mengikuti perkembangan zaman dan kultur yang ada di dalam badan bangsa
heterogen seperti indonesia.
Buku yang tidak terlalu tebal ini memiliki isi yang sangat spesifik, mendalam dengan
bahasa yang cukup rumit dan pemikiran yang terkadang berbelit dengan nalar
kebanyakan orang. Untuk para mahasiswa politik mungkin mudah mencernanya dan
langsung mengerti pada maksud setiap prakata dalam buku ini, namun untuk
mahasiswa yang tidak memiliki basic ilmu

Anda mungkin juga menyukai