Anda di halaman 1dari 10

PEMIKIRAN POLITIK MOH.

HATTA

Disusun oleh :
Muh. Arya Fadillah Sahabuddin
E041211035

Departemen Ilmu Politik


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin
2023/2024
A. Adapun pembahasan yang akan dibahas, yaitu:
1. Bentuk pemikiran Moh. Hatta mengenai Demokrasi.
2. Demokrasi Barat menurut Moh. Hatta.
3. Demokrasi Politik dan Demokrasi Ekonomi.
4. Kebangsaan dan Kerakyatan.
5. Demokrasi yang diinginkan Moh. Hatta.
B. Pembahasan :
1. Bentuk Pemikiran Moh. Hatta Mengenai Demokrasi

Selama di Belanda Hatta mengenal banyak sekali aliran politik


internasional yang ada di dunia, hal itu membuat Hatta menjadi
pribadi yang berwawasan luas. Walaupun berakhir dengan telat
menyelesaikan studinya, namun Hatta tidak bersedih karena ilmu
yang ia dapatkan semasa di Belanda sangat berharga yang mana
berguna untuk dapat membangun tanah air dimasa yang akan datang.
Saat kembali ke Indonesia pada 1932, saat itu umurnya menginjak 30
tahun Hatta membawa segudang Ilmu Pengetahuan dan pengalam
untuk membangun bangsa. Hatta bercita-cita untuk dapat
memerdekakan Hindia Belanda dan mendirikan negara dengan nama
Indonesia, Hatta pun mengikat dirinya dengan sumpah bahwa ia tidak
akan menikah sebelum Indonesia Merdeka dari tangan Kolonialisme.
Saat kembali ke tanah air Hatta dan Sjahrir membentuk kembali PNI
yang telah dibubarkan dan mefokuskan PNI pada tujuan agar dapat
mendidik kaum muda. Namun pergerakannya ini disambut ketakutan
dari Belanda yang mengakibatkan Hatta di asingkan ke tempat yang
bernama Digul, namun semangatnya tidak pernah mati di pengasingan
Hatta membaca banyak litelatur dan mengajar pada sesama tawanan.
Berdasarkan dengan jasanya untuk memerdekakan Indonesia,
Mohammad Hatta menjadi salah satu pemikir Indonesia yang
memiliki pendapat bahwa dalam masyarakat memerlukan
perencanaan yang rasional, pemikirannya dalam demokrasi pun
berwatak sosialis, yang didasarkan atas sifat Moh. Hatta yang kritis
namun rasional terhadap demokrasi barat, berikut merupakan bentuk
pemikiran demokrasi menurut Hatta.

2. Demokrasi Barat Menurut Moh. Hatta

Dalam pandangan Hatta demokrasi Barat bukanlah demokrasi politik


atau demokrasi dalam kehidupan berpolitik, demokrasi Barat menurut
Hatta diidentikan dengan kekuasaan kapitalis yang tidak membawa
kemerdekaan terhadap rakyat atau disebut sebagai paham liberalisme.
Karena dalam liberalisme sendiri mengandung pemahaman bahwa
adanya kebebasan individual. Namun, pemahaman liberalisme ini
memunculkan banyak kritik dari berbagai paham lain termasuk Marx
dengan para pengikutnya yang berasal dari kaum intelek liberal yang
berfikir mengenai adanya perbaikan masyarakat. Dengan sudut
pandang tersebut Moh. Hatta mulai menolak adanya demokrasi
dengan sifat individualisme, dikarenakan Moh. Hatta berfikir akan
masa depan dari masyarakat. Hatta melihat bahwa kaum pemodal
hanya memanfaatkan bentuk dari demokrasi yang seperti itu
(kapitalis). Kapitalis dapat tumbuh dan berkembang bila tidak adanya
kekuatan pengimbang terhadap sistemnya, dengan ini kaum
kapitalisme mendominasi dan demokrasi menjadi jalan lebar adanya
eksploitasi manusia atas manusia. Eksploitasi manusia atas manusia
ialah dimana pemilik modal mengeksploitasi manausia yang lemah
demi keuntungannya. Selain itu menurut Hatta buruknya demokrasi
Barat ialah selalu memiliki sisi politik dan ekonomi, yang mana
demokrasi diciptakan dan diterapkan dalam negara tersebut dengan
maksud menjamin keberlangusngan sistem kapitalisme.

3. Demokrasi Politik dan Demokrasi Ekonomi

Moh. Hatta memperkenalkan demokrasi dengan perwujudan dari


kelemahan demokrasi Barat dengan memadukan sifat masyarakat desa
di Indonesia. Pemikiran demokrasi Moh. Hatta merupakan suatu
kedaulatan rakyat yang sempurna sebagai dasar Pemerintahan
Republik Indonesia yang berbeda dengan individualisme, karena bagi
Hatta individualisme merupakan suatu penyakit yang perlu dihindari.
Demokrasi politik versi Hatta merupakan bentuk demokrasi yang
mencerminkan adanya sikap kepribadian dari masyarakat Indonesia
yang sudah ada sejak dulu, yaitu sikap musyawarah dalam mencapai
mufakat, serta sikap kritis dalam melihat penguasa. Selain demokrasi
politik Hatta menjelaskan mengenai demokrasi ekonomi yaitu dengan
berazaskan tolong-menolong pada sesama, sikap kebersamaan dalam
keluarga hal ini tertuang dalam konsep koprasi ala Hatta. Hatta pun
menjadikan koprasi sebagai sokongan dalam perekonomian nasional.
Maka dalam demokrasi politik dan demokrasi ekonomi yang
kemukakan oleh Hatta dapan disimpulkan bahwa konsep demokrasi
yang Hatta perkenalkan kepada Indonesia merupakan bentuk
demokrasi berdasrkan adat dan kebiasaan masyarakat Indonesia yang
melakuakan musyawarah dalam mengambil keputusan yang Hata
tuangkan dalam demokrasi politik, serta sifat tolong-menolong hata
kembangkan dalam konsep ekonomi dengan membuka koprasi dalam
kehidupan perekonomian. Hal tersebut merupakan pemikiran Hatta
mengenai demokrasi politik dan ekonomi Indonesia.

4. Kebangsaan dan Kerakyatan

Mohammad Hatta dalam brosur Ke Arah Indoenesia Merdeka tahun


1932 menjelaskan mengenai cita-cita mengenai perjuangan dan
merebut kemerdekaan serta perjuangan dalam mengisi kemerdekaan.
Mohammad Hatta memiliki cita-cita untuk dapat memerdekakan
Indonesia dengan bersatu dan demokratis. Isi dalam brosur Ke Arah
Indonesia Merdeka dijadikan sebagai dasar pedoman dari Pendidikan
Nasional Indonesia (PNI-Baru) yaitu mengenai konsep kebangsaan
dan kerakyatan. Pada saat itu yaitu masa pergerakan Hatta 13 melihat
terdapat tiga kelompok rasa kebangsaan yaitu kebangsaan ningrat,
kebangsaan intelektual, dan kebangsaan rakyat. Tiga kebangsaan ini
menurut Hatta memiliki arti kebangsaan yang berbeda bahkan sering
terjadi penyalahgunaan semangat kebangsaan terutama pada semangat
kebangsaan kaum feodal dan intelektual. Dalam konsep kerakyatan
Mohammad Hatta menjelaskan bahwa kerakyatan sendiri berbeda
dengan pengertian kerakyatan yang dipahami oleh demokrasi Barat,
Hatta menginginkan Indonesia menjadi sebuah negara yang merdeka
yang berdasrkan atas azas kerakyatan dalam arti kebersamaan atau
kolektivisme dalam aspek kehidupan.

5. Demokrasi yang diinginkan Moh. Hatta

Mohammad Hatta selain founding fathers ia dijuluki sebagai pemikir


bangsa Indonesia, pemikiran Hatta ada di berbagai bidang terutama
dalam bidang Politik, Sosial, serta Ekonomi, pemikiran Hatta tersebut
menunjukan bahwa ia memiliki wawasan yang luas. Dengan memiliki
pengalaman belajar di Eropa, khususnya di negri Belanda dan
berbagai macam buku bacaan yang di bacanya membuat Hatta
memiliki wawasan yang sangat luas. Inspirasi Hatta datang dari para
intelek dunia dan pemikiran filsuf dunia Barat dan Timur, hal ini pun
mempengaruhi pemikiran Hatta mengenai demokrasi yang mana ia
dapatkan dari demokrasi Barat.

Walaupun Hatta mempelajari pemikiran Barat, tidak sedikit pun sikap


dan pemikirannya larut pada pradigma Barat. Hatta pribadi menentang
mengenai liberalisme dan individualisme, meskipun dalam
kenyataanya demokrasi merupakan produk barat yang memiliki sifat
liberalisme dan individualisme Hatta dengan teguh tetap berpijak
dalam nilai-nilai asli bangsa Indonesia saat merumuskan demokrasi
Indonesia.

Sejak Indonesia merdeka pada 1945, para pendiri negara Indonesia


termasuk Moh. Hatta memilih dan menetapkan sistem kedaulatan
rakyat atau sistem demokrasi sebagai azaz dari politik negara
sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea
keempat yang berbunyi ”Negara Republik Indonesia yang
Berkedaulatan Rakyat...” selain itu Pancasila pun ditetapkan sebagai
azaz dari kerohanian negara dan memberikan landasan serta bentuk
demokrasi sebagaimana yang tercantum dalam Pancasila sila ke-4
(Ahmad Zubaidi, 2011:92).
Pemilihan bentuk kedaulatan rakyat atau pemerintahan yang ber-
azaskan pada rakyat untuk bangsa Indonesia terdapat dalam
pandangan Hatta:

Hatta (1978:77) ”Indonesia Merdeka haruslah suatu Republik, yang


bersendi pada pemerintah rakyat, yang dilakukan dengan perantaraan
wakil-wakil rakyat atau Badan-badan Perwakilan. Dari wakil-wakil
atau Badan-badan Perwakilan itu terpilih anggauta pemerintah yang
menjalankan kekuasaan negara. Dan pemerintah ini senantiasa takluk
kepada kemauan rakyat, yang dinyatakan atau oleh Badan-badan
Perwakilan Rakyat atau dengan referendum, keputusan rakyat dengan
suara yang dikumpulkan” (Ahmad Zubaidi, 2011:92).

Dalam pengertian demokrasi Pancasila dalam sila keempat, yaitu


’kerakyatan’ yang diartikan sebagai kedaulatan dalam tangan rakya.
Dalam hal ’kerakyatan’ disebut dengan demokrasi yang mengandung
pengertian segala sesuatu yang berasal dari rakyat, kemudian
dilaksanakan oleh rakyat, dan kembali lagi untuk rakyat. Namun Hatta
menegaskan bahwa demokrasi di Indonesia berkaitan secara
menyeluruh dengan sila-sila yang terdapat pada Pancasila, yang
berlandaskan pada ketuhanan yang maha esa serta berdasarkan pada
kemanusiaan yang adil dan beradab, kerakyatan yang dilaksanakan
berdasarkan pada kebenaran, keadilan, kebaikan, keindahan, kesucian,
dan kejujuran.

Dengan ini pada hakikatnya Hatta memaknai demokrasi Indonesia


dengan berdasarkan demokrasi politik dan eknomini. Demokrasi
politik memiliki makna bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat,
sedangkan para wakil rakyat/penyelenggara negara hanya sekumpulan
orang yang diberi amanah oleh rakyat untuk dapat menjalankan
pemerintahan. Lalu demokrasi ekonomi dimaknai dengan
kesejahteraan didasarkan pada seluruh rakyat Indonesia, pemerintah
yang diberi amanat oleh rakyat diharapkan dapat mendistribusikan
kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia, baik dalam sumber daya alam,
maupun sumberdaya manusia dengan tujuan untuk kepentingan dan
keselarasan rakyat Indonesia.

Dengan Hatta yang memaknai demokrasi Indonesia berdasarkan pada


kebiasaan dan adat masyarakatnya, serta demokrasi politik dan
ekonomi yang berdasarkan pada azas kerakyatan. Demokrasi
Indonesia tidak mengarah pada demokrasi Barat yang kapitalis, tidak
berupa demokrasi yang liberal, dan otoriter. Demokrasi Indonesia
merupakan demokrasi khas ala Indonesia yang menjungjung tinggi
kerakyatan, kebersamaan, tolong menolong, dan musyawarah dalam
mufakat. Dengan pemikiran demokrasi Hatta tersebut maka demokrasi
kerakyatan di Indonesia tidak dapat dilenyapkan dengan mudah.

C. Kesimpulan

Demokrasi merupakan suatu sistem yang dibuat untuk dapat menjalankan


politik dan ekonomi pada satu negara. Demokrasi pada umumnya memiliki
pengertian warga negara memiliki hak yang sama dalam mengambil suatu
keputusan dan memiliki hak dipilih dan memilih dengan diselenggaran dari
rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Sedangkan menurut Moh. Hata yang
merupakan salah satu founding fathers Indonesia, demokrasi ialah bentuk
pemerintahan dari kolektivism yang menjalankan pemerintahannya sendiri
dengan berdasarkan pada kebiasaan asli masyarakat Indonesia yang
menjungjung tinggi kerakyatan, kebersamaan, tolong menolong, dan
musyawarah dalam mufakat.

Saat ini jalannya demokrasi di Indonesia tidak berjalan sesuai dengan


demokrasi yang dimaknai oleh Moh. Hatta, demokrasi Indonesia saat ini
mengarah pada bentuk postdemocracy kondisi dimana terjadi kecenderungan
secara subtansi, demokrasi di Indonesia menjadi elitis yang di lingkupi oleh
praktik oligarki yang sulit untuk ditandingi. Demokrasi Indonesia dikuasai
oleh orang-orang yang memiliki modal politik. Jika dilihat demokrasi
Indonesia saat ini lebih mengarah pada demokrasi barat yang merujuk pada
kapitalistik yang individual, walaupun Indonesia tetap memakai demokrasi
pancasila sebagai selogan dan menjalankan demokrasi barat yang kapitalis
sebagai sistem politik.

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus melihat sejarah dan perjuangan
para founding fathers dalam membangun negeri ini. Moh. Hatta dan
Soekarno sebagai proklamator Negara Republik Indonesia sangat menentang
demokrasi Barat yang bersifat individualis, Moh. Hatta dengan sikap kritis
dan merupakan seorang pemikir Indonesia yang visoner membuat demokrasi
yang berazaskan kerakyatan dan kebiasaan masyarakat Indonesia seperti
gotong royong dan musyawarah dalam mufakat. Hatta membuat demokrasi
yang berlandaskan pada kebiasaan dan budaya masyarakat Indonesia dengan
tujuan agar Demokrasi Indonesia tidak dapat hilang dimakan zaman. Hatta
percaya bahwa demokrasi khas Indonesia yang berlandaskan pada nilai-nilai
asli bangsa merupakan masa depan sistem politik Indonesia yang berpijak
pada kebenaran, kebaikan, keadilan, serta kejujuran.
DAFTAR PUSTAKA

Sumarjono, Feri Priyanto. 2016. PEMIKIRAN MOHAMMAD HATTA


TENTANG DEMOKRASI INDONESIA TAHUN 1928-1960. Artikel Ilmiah
Mahasiswa, I (1): 1-10.

Asriana, Raden Levia, dkk. 2018. KAJIAN PEMIKIRAN MOHAMMAD HATTA


TENTANG DEMOKRASI DI INDONESIA. JURNAL CIVICUS, 18 (12): 30-38.

Zubaidi, Ahmad. 2011. LANDASAN AKSIOLOGIS PEMIKIRAN BUNG


HATTA TENTANG DEMOKRASI. Jurnal Filsafat, 21 (2): 88-98.

Anda mungkin juga menyukai