PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diskursus seputar sistem negara bernama demokrasi seakan tiada habisnya. Terbukti, pada
abad XXI yang dikenal dengan abad kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, demokrasi
masih menjadi pilihan utama berbagai negara di belahan dunia. Bahkan bisa dikatakan,
demokrasi menjadi virus yang mendeklarasikan diri sebagai satu-satunya sistem terbaik yang
pernah ada.[1] Hal ini tidak lepas dari peran Amerika Serikat yang selalu gencar
mengampanyekan demokrasi sebagai sistem satu-satunya yang membawa kemaslahatan
negara terhadap rakyatnya. Diterimanya demokrasi sebagai sistem terbaik dari sebuah negara
hanya karena demokrasi mencerminkan kemajemukan semua golongan dan menyerukan hidup
saling berdampingan satu dengan yang lainnya tanpa adanya diskriminasi ras, agama, mapun
golongan.
Kata “demokrasi” selalu menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat sipil apalagi
di kalangan politisi serta menjadi konsumsi publik sehari-hari di negeri ini. Di samping itu,
demokrasi seolah-olah tidak lagi menjadi hal yang ambigu, apalagi kran demokrasi melalui
reformasi 1998 dibuka seluas-luasnya, dan siapa pun bisa mengakses untuk mengamati dan
terjun langsung di dalamnya.
Dalam perjalanan sejarah bangsa, demokrasi sebenarnya telah lama dianut sebagai sistem
ketatanegaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Akan tetapi, dalam perjalanannya
kemudian demokrasi tidak jarang menuai beragam hambatan atau bahkan ancaman. Salah satu
ancaman terbesar yang sedang dihadapi demokrasi Indonesia saat ini adalah keputusasaan
terhadap demokrasi itu sendiri yang belum berbanding lurus dengan tujuannya, serta
melemahnya kekuatan gerakan demokrasi dalam berhadapan dengan kekuatan-kekuatan yang
anti demokrasi. Indonesia mengalami kehidupan politik yang demokratis untuk waktu yang
tidak terlalu lama. Kehidupan politik demokratis itu hanya berlangsung antara tahun 1950-
1959.[2] Lemahnya pra-syarat sosial-ekonomi dan infrastruktur ikut mempengaruhi
pendeknya usia demokrasi.
1
Perjalanan demokrasi di Indonesia mengalami pasang-surut sejarah lahirnya Republik ini
hingga sekarang. Akan tetapi dalam perjalanannya kemudian demokrasi tidak jarang menuai
beragam hambatan atau bahkan ancaman. Salah satu ancaman terbesar yang sedang dihadapi
demokrasi Indonesia saat ini adalah keputusasaan terhadap demokrasi itu sendiri yang belum
berbanding lurus dengan tujuannya, serta melemahnya kekuatan gerakan demokrasi dalam
berhadapan dengan kekuatan-kekuatan yang anti demokrasi.
Indonesia termasuk sebagai bangsa yang beruntung karena sejak awal mayoritas rakyatnya
telah memilih sistem demokrasi untuk mengatur negara yang baru lahir. Penduduknya yang
mayoritas muslim hampir tidak ada yang alergi terhadap demokrasi, berkat didikan yang
diberikan oleh para pemimpinnya (founding fathers). Kenyataan ini merupakan modal penting
untuk dikembangkan lebih secara bertanggung jawab. Adapun buahnya masih belum seperti
yang diharapkan karena kesalahan dan kelemahan pemimpin negeri ini dalam berpolitik.
Upaya perbaikan sistem ini harus dilakukan terus menerus tanpa merasa bosan, sekalipun pada
hasilnya sering menyakitkan dan melelahkan.[3]
Demokrasi Indonesia dari masa ke masa mengalami perkembangan baik pada saat revolusi,
orde Lama, orde baru, reformasi hingga sekarang. Di setiap perkembangan demokrasi di
Indonesia terdapat pedoman dan aturan yang berbeda-beda sesuai dengan keinginan atau
tujuan yang hendak dicapai dari pemerintahan yang berkuasa saat itu. Dalam Pelaksanaan
demokrasi di Indonesia terkadang mengalami kegagalan, salah satunya disebabkan karena
ketidakkonsistenannya penguasa sehingga peraturan yang dibuat hanya menguntungkan
golongan tertentu. Mengingat begitu komplek dan menariknya kajian tentang demokrasi
terutama demokrasi di Indonesia maka penulis tertarik untuk membuat sebuah tulisan yang
berjudul “Demokrasi Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana demokrasi di indonesia?
2. Bagaimana sistem politik demokrasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui demokrasi di Indonesia.
2. Agar mengetahui sistem politik demokrasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEMOKRASI DI INDONESIA
1. Demokrasi Desa
Apakah bangsa Indonesia sejak dulu telah melaksanakan demokrasi? Bangsa Indonesia
sejak dahulu sesungguhnya telah mempraktikan ide tentang demokrasi meskipun masih
sederhana dan bukan dalam tinggat kenegaraan. Menurut Mohammad Hatta (1953),
Indonesia sejak dahulu sesunggunya telah mempraktikan ide tentang demokrasi,
meskipun masih sederhana dan bukan dalam tingkat kenegaraan. Desa-desa di
Indonesia sudah menjalankan demokrasi, misalnya dengan pemilihan pimpinan dan
adanya budaya bermusyawarah dengan istilah rembug desa di jawa, musyawarah
nagari di minang,kabau, sakehe desa bali, begundem di masyarakat sasak, dan
sebagainya. Indonesia masa lalu adalah demokrasi tingkat bawah, tetapi feodalisme
ditingkat atas, demikian pendapat Moh. Hatta. Demokrasi desa itulah yang disebut
demokrasi asli.
Demokrasi desa memiliki 5 unsur atau anasir, yaitu:
a. Rapat,
b. Mufakat,
c. Gotong-royong,
d. Hak mengadakan protes bersama, dan
e. Hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut.
Demokrasi desa tidak bias dijadikan pola demokrasi untuk Indonesia modern. Akan
tetapi, kelima unsur demokrasi tersebut dikembangkan menjadi konsep demokrasi
Indonesia yang modern. Demokrasi Indonesia modern menurut Moh. Hatta harus
meliputi 3 hal yaitu:
3
c. Demokrasi dibidang social.
Ir. Soekarno dalam rapat BUPKI tanggal 1 juni 1945 juga mengatakan bahwa
demokrasi barat hanya mengenal demokrasi politik, tidak ada keadilan social, tidak ada
ekonomi demokrasi. Oleh karena itu, untuk mencari demokrasi hendaknya bukan
demokrasi Barat, tetapi politiek economisache democratie yang mampu mendatangkan
kesejahteraan sosila. Bung Karno selanjutnya mengusulkan dasar sosio demokrasi
yang isinya terdiri atas permusyawaratan dan kesejahteraan. Pada akhirnya dasar
Negara Pancasila mencantumkan gagasan-gagasan demokrasi itu dalam sila keempat
dan sila kelima Pancasila.
2. Demokrasi Pancasila
Nilai-nilai demokrasi yang terjabar dari nilai-nilai pancasila tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Kedaulatan rakyat
Hal inin didasarkan pada bunyi pembukaan UUD 1945 alinea IV “… yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara republic Indonesia yang berkedaulatan
rakyat …. “. Kedaulatan rakyat adalah esensi dari demokrasi
b. Republic
4
Hal ini didasarkan pada pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi “…. Yang
terbentuk dalam suatu susunan negara republic Indonesia…”. Republic berarti res
publica yang artinya negara untuk kepentingan umum.
c. Negara berdasar atas hokum
Hal ini didasarkan pada kalimat “… negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadailan
social….”. negara hokum indonesisa menganut hokum arti luas atau materiil
d. Pemerintahan yang kostitusioanl
Berdasar pada kalimat “…. Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu undang-undang dasar negara Indonesia….”. UUD negara Indonesia
1945 adalah konstitusi negara.
e. Sistem perwakilan
Berdasarkan pada sila keempat pancasila, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
f. Prinsip musyawarah
Berdasarkan pada sila keempat pancasila, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan/perwakilan
g. Prinsip ketuhahan
Demokrasi diindonesia harus dapat dipertanggung jawabkan kebawah yaitu rakyat
dan keatas, yaitu tuhan.
Demokrasi pancasila dapat diartikan secara luas maupun sempit sebagai berikut:
a. Secara luas demokrasi pancasila berarti kedaulatan rakyat yang di dasarkan pada
nilai – nilai pancasila dalam bidang politik , ekonomi, dan sosial.
b. Secara sempit demokrasi pancasila berarti kedaulatan rakyat yang dilaksanakan
menurut hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5
diharapkan memuaskan semua pihak yang berbeda pendapat. Dalam hal ini, konsep
demokrasi musyawarah versi Indonesia merupakan salah satu bentuk dari teori
demokrasi konsensus (Munir Fuandy, 2010).
Lahirnya konsep demokrasi dalam sejarah modern Indonesia dapat ditelusuri pada
sidang BUPKI antara bulan mei hingga juli 1945.meskipun pemikiran mengenai
demokrasi telah ada pada para pemimpin bangsa sebelumnya,namun pada momen
tersebut pemikiran mengenai demokrasi semakin mengkristal dan menjadi wacana
public dan politis. Ada kesamaan pandangan dan konsensu politik dari para peserta
sidang BPUPKI bahwa kenegaraan Indonesia harus berdasar kerakyatan/kedaulatan
rakyat atau demokrasi. Cita-cita atau ide demokrasi ada pada para the founding fathers
bangsa (suseno,1997).
6
perlu di pertentangkan antara Negara dengan masyarakat. Tidak perlu adanya jaminan
hak-hak rakyat oleh Negara karena secara otomatis telah terjamin dalam Negara yang
integral. Dengan paham ini ditolak alam pikiran individualisme. Individualism adalah
asing oleh karena itu bangsa Indonesia harus menolak seluruh system demokrasi barat
sebagai tempat asal individualisme termasuk pencantuman hak-hak warga Negara
dalam konstitusi.
Pandangan Moh. Hatta mengenai demokrasi dapat kita telusuri pada tulisannya
pada tahun 1932 dengan judul demokrasi kita. Moh.hatta setuju dengan demokrasi
yang dikatakannya dengan istilah kerakyatan. Moh.hatta menggangap dan percaya
bahwa demokrasi/kerakyatan dan kebangsaan sangat cocok untuk keperluan
pergerakan indonisia yang akan datang (hatta,1953). Kerakyataan itu sama dengan
kedaulatan rakyat,namun berbeda dengan kedaulatan indivdu Negara-negara barat.
Menurutnya demokrasi dinegara barat hanya terbatas pada bidang politik, sedangkan
kedaulatan rakyat Indonesia juga memuat bidang sosial dan ekonomi. Masyarakat
Indonesia tidak bersifat individual, tetapi kolektivitas/rasa bersama dalam bidang
politik,sosial, dan ekonomi. Dengan pandangan ini , moh.hatta mengusulkan agar
hak-hak warga Negara termuat dalam undang-undang dasar karena ini merupakan
perwujudan dari demokrasi politik. Dengan dicantumkannya hak-hak tersebut maka
akan terhindar dari timbulnya Negara kekuasaan. Jangan sampai Negara yanag kita
bentuk menjadi Negara kekuasaan, demikian pernyataan moh.hatta. disamping itu,
moh.hatta juga mengusulkan perlumya pertanggungjawabannya pemerintah kepada
rakyat agar tidak timbul “cadaver” disiplin.
Kompromi antara dua pendapat tersebut akhirnya tercermin pada pasal 28 UUD
1945 yang berbunyi “kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.
Rumusan pasal 28 UUD 1945 ini hingga sekarang masih tetap berlaku dan tidak
mengalami perubahan.
7
menyatakan bahwa dari sudut perkembangan sejarah, demokrasi Indonesia hingga
masa orde baru dapat dibagi dalam 4 (empat) masa, yaitu:
Afan Gaffar (1999) membagi alur periodisasi demokrasi Indonesia terdiri atas:
Untuk bahasan dalam buku ini maka pelaksanaan demokrasi di Indonesia akan
dibagi ke dalam beberapa periode sebagai berikut.
8
Pada masaa reformasi ini, kesempatan yang luas dan bebas dari warga negara
untuk melaksanakan demokrasi di berbagai bidang. Demokrasi saat itu menjadi
harapan banyak orang sehingga sering disebut euphoria demokrasi.
Pada masa transisi dan reformasi ini juga banyak terjadi pertentangan, perbedaan
pendapat yang kerap menimbulkan kerusuhan dan konflik antar bangsa sendiri.
Antara tahun 1998 hingga tahun 1999 dianggap tahun yan penuh dengan gejolak dan
kerusuhan.
9
b. Adanya pemilihan langsung presiden dan wakil presiden pemilihan langsung
anggota DPR,DPD, dan DPRD, serta pemilihan kepala daerah merupakan modal
awal yang penting bagi lebih beerkembangnya demokrsi pada masa selanjutnya
c. Perkembangaan demokrasi selama ini ditandai pula dengan perumuskannya
format hubungaan pusat-daerah yang baru, yaitu penguatan desentralisasi dan
otonomi daerah.
d. Perkembangaan demokrasi ditandai pula dengan adanya konsesus mengenai
format baru dengan sipil sampai militer yang menjunjung tinggi supermasi sipil
dn hubungan tentara nasional Indonesia (TNI) dengan kepolisian Indonesia
(POLRI) terkait dengan kewenangan dalam melaksankan sistem pertahanan dan
keamanan.
e. Kemajuan demokrasi terlihat pula dengan berkembangnya kesadaran-kesadaran
terhadap hak-hak masyarakat dalam kehidupan politik, yang dalam jangka
panjang diharapkan mampu menstimulasi masyarakat lebih jauh untuk makin
aktif berpartisipasi dalam mengabil inisiatif bagi pengelolaan urusan-urusan
publik.
Apabila liya membaca kembali butir pertama kondisi demokrasi Indonesia
sebagaimana tertuang dalam RPJP 2005-2025 diatas maka poses demokrasi sekarang
ini sedang berada padaa tahap tiga yakni tahap konsolidasi demokrasi .
Berdasarkan pada pembagian sistem politik maka ada dua pembedaan yaitu sistem
politik demokrasi dan sistem politik nondemokrasi (Samuel Huntingngton,2001).
Sitem politik demokrasi didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan
demokrasi. Sistem politik demokrasi di yakini mampu menjamnim hak kebebasan hak
negara, membatasi kekuasaan pemerintahan, dan memberikan keadilan. Banyak negara
menghendaki sistem politiknya adalah sistem politik demokrasi.
10
Indonesia sejak awal berdiri sudah menjadikan demokrasi sebagai pilihan sistem
politiknya. Cita-cita demokrasi sudah menjadi cita-cita para pendiri negara (Frans
Mangnis Suseno,1997) . Akan tetapi, sejak awal pula demokrasi di indonesia
mengalami masa pasang surut demokrasi sesuai dengan konteks zamannya.
Adapun sendi sendi pokok dari pada sitem politik demkrasi diindobesia adalah
sebagai berikut.
Bahwa yang berdaulat dinegara demokrasi adalah rakyat.ide ini (teori kedaulatan
rakyat) menjadi gagasan pokok dari demokrasi.tercermin pada pasal 1 ayat 2 UUD
1945 yang berbunyi "kedaulatan ditangan rakyat dan dilakukan menurut ketentuan
UUD "
11
pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi "negara indonesia adalah negara
hukum".ide kedaulatan hukum menghasilkan nomokrasi.berdasar butir pertama
dan kedua,indonesia adalah negara demokrasi sekaligus negara nomokrasi.
c. Bentuk republik
f. System perwakilan.
12
3. Mekanisme Dalam Sistem Politik Demokrasi Indonesia.
a. Merupakan bentuk Negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Disamping
adanya pemerintah pusat, terdapat pemerintah daerah yang memiliki otonomi.
b. Bentuk pemerintah republik, sedangkan system pemerintah presidensial.
c. Presiden adalah kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil
presiden dipilih secara langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 5 tahun.
d. kabinet atau mentri di angkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden. presiden tidak bertanggung jawab kepada MPR maupun DPR .
Disamping kabinet, presiden di bantu oleh suatu dewan pertimbangan.
e. Parlemen terdiri dari dua kamar (bikameral),yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR)
dan dewan perwakilan daerah (DPD). Para anggota DPR dan DPD merupakan
anggota MPR (majelis perwakilan rakyat). DPR terdiriatas para wakil yang dipilih
rakyat melalui pemilu dan system proporsional terbuka. anggota DPD adalah para
wakil dari masing-masing propinsi yang dipilih rakyat dengan system distrik
berwakil banyak. selain lembaga DPR dan DPD, terdapat DPRD propinsi dan
DPRD kabupaten /kota yang anggotanya juga dipilih melalui pemilu. DPR
memiliki kekuasaan legislasi, anggaran, dan mengawasi jalannya pemerintahan.
f. Pemilu diselenggarakan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPD,
anggot DPRD, propinsi, anggota DPRD kabupaten /kota , dan kepala daerah.
g. System multi partai . banyak sekali partai politik yang bermunculan di Indonesia
terlebi setela berakhir orde baru. pemilu 1999 diikuti 48 partai politik, pemilu2009
diikuti oleh 34 partai politik.
h. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh mahkama agung dan badan peradilan
dibawahnya, yaitu pengadilan tinggi dan pengadilan negri serta sebuah mahkama
konstitusi. Secara skematis kelembgaan Negara republic indinesia menurut UUD
1945 sekarang ini adalah sebagai berikut.
13
Gambar: Kelembagaan Negara Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 Hasil
Amandemen
14
menujnukan atribut-atribut demokrasi yang dipakai. Dipenghujung abad 20 kita
menyaksikan gelombang aneksasi paham demokrasi membawa keseluruh dunia.
Demokratisasi telah menjadi isu global berbarengan dengan isu hak asasi manusia dan
persoalan lingkungan hidup. Semua optimis dan berharap akan masa depan demokrasi.
15
Pendapat lain menyatakan, diperlukan lima (5) kondisi yang dianggap
mendukung pembangunan demokrasi yang stabi, (soerensen, 2003), yaitu :
a. Para pemimpin tidak menggunakan instrument kekerasan, yaitu polisi dan militer
untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan.
b. Terdapatnya organisasi masyarakat pluralis yang modern dan dinamis.
c. Potensi konflik dalam pluralisme subkultural dipertahankan pada level yang masih
dapat ditoleransi.
d. Di antara penduduk negeri, khususnya lapisan politik aktif, trdapat budaya politik
dan sistem keyakinan yang mendukung ide dan lembaga demokrasi.
e. Dampak dari pengaruh dan kontrol oleh Negara asing dapat menghambat atau
mendukung secara positif.
Masa depan demokrasi Indonesia sesungguhnya telah mendapatkan pijakan kuat
atas keberhasilan Orde Baru memajukan pendidikan dan kesehatan warga Negara.
Tingkat pendidikan yang tinggi dengan semakin banyaknya kelas menengah terdidik
membawah harapan bagi berkembangnya tradisi dan nilai-nilai demokrasi
dimasyarakat. Harapan lain adalah semakin kuatnya peranan media massa dalam proses
pendidikan politik dan kontrol Negara, tingkat urbanisasi dan mobilitas tinggi warga
Negara yang memungkinkan terjadinya pliralisasi dan heterogenisasi. Kondisi-kondisi
seperti ini cukup berarti bagi berkembangnya nilai-nilai dan tradisi demokrasi. Sebuah
landasan hakiki bagi berjalannya lembaga-lembaga demokrasi di tingkat masyarakat
mauun Negara.
Pelembagaan nilai demokrasi membutuhkan waktu yang lama dan kadang
menjemukan sehingga perlu pendidikan demokrasi secara kontinu. Selanjutnya,
pembentukn lembaga poitik demokrasi dapat dilakukan sambil secara terus menerus
menyebarkan dan menegakkannilai-nilai demokrasi. Institusi-institusi demokrasi yang
selam masa Ore Baru lebih sekedar pelengkap dapat dilanjutkan dan diberdayakan
berdasarkan fungsinya dalam sistem politik demokrasi.
Pelacakan historis di Indonesia konon menunjukkan bahwa feodalisme merupakan
salah satu penghambat berkembangnya demokrasi dalam realitas hidup suatu hari.
Contohnya adalah sub budaya politik jawa yang memunculkan budaya patron-client.
Feodalisme atau masyarakat yang feodalistis sangat sulit dimasuki kepribadian
16
demokratis yang bercirikan inisiatif, disposisi resiproritas , toleransi, kecintaan tehadap
keterbukaan (Rusli Karim,1991). Tantangan demokrasi Indonesia di asa depan
bergantung pada kultur masyarakat termasuk para pemimpinya apakah akan
mendukung penuh tradisi dan nilai-nilai demokrasi sebagai syarat bagi berjalannya
lembaga politik demokrasi.
Dua aspek ini-perilaku politik masyarakat dan institusi politik (kultur dan struktur)-
harus bisa berjalan beriringan. Perilaku politik yang demokrasi, namun tanpa diseratai
berfungsinya institusi politik maka sistem politik demokratis tidak akan pernah
terwujudkan. Sebaliknya pula, berjalannya institusi politik tanpa didukung kultur
politik demokratis maka dua kemungkian yang akan terjadi : demoktasi jatuh pada
anarki atau demokrasi mengundang lawannya sendiri, yaitu Diktator.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pengalaman masa lalu bangsa kita, kelihatan bahwa demokrasi belum membudaya.
Kita memang telah menganut demokrasi dan bahkan telah di praktekan baik dalam keluarga,
masyarakat, maupun dalam kehidupan bebangsa dan bernegara. Akan tetapi, kita belum
membudanyakannya. Membudaya berarti telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging.
Mengatakan “Demokrasi telah menjadi budaya” berarti penghayatan nilai-nilai demokrasi
telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging di antara warga negara. Dengan kata lain,
demokrasi telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari kehidupanya. Seluruh
kehidupanya diwarnai oleh nilai-nilai demokrasi.Namun, itu belum terjadi. Di media massa
kita sering mendengar betapa sering warga negara, bahkan pemerintah itu sendiri, melanggar
nilai-nilai demokrasi. Orang-orang kurang menghargai kebabasan orang lain, kurang
menghargai perbedaan, supremasi hukum kurang ditegakan, kesamaan kurang di praktekan,
partisipasi warga negara atau orang perorang baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
kehidupan pilitik belum maksimal, musyawarah kurang dipakai sebagai cara untuk
merencanakan suatu program atau mengatasi suatu masalah bersama, dan seterusnya. Bahkan
dalam keluarga dan masyarakat kita sendiri, nilai-nilai demokrasi itu kurang di praktekan.
B. Saran
Mewujudkan budaya demokrasi memang tidak mudah. Perlu ada usaha dari semua warga
negara. Yang paling utama, tentu saja, adalah adanya niat untuk memahami nilai-nilai
demokrasi.Mempraktekanya secara terus menerus, atau membiasakannya. Memahami nilai-
nilai demokrasi memerlukan pemberlajaran, yaitu belajar dari pengalaman negara-negara
yang telah mewujudkan budaya demokrasi dengan lebih baik dibandingkan kita. Dalam usaha
mempraktekan budaya demokrasi, kita kadang-kadang mengalami kegagalan disana-sini,
tetapi itu tidak mengendurkan niat kita untuk terus berusaha memperbaikinya dari hari kehari.
Suatu hari nanti, kita berharap bahwa demokrasi telah benar-benar membudaya di tanah air
kita, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, maupun dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
18
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Winarno, S.Pd., M.Si. 2015. Paradigma Baru Penididikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi
Akasara
19