PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Dosen: DR. Andi Baharuddin, SH, MH.
Disusun Oleh:
NURUL HUDAYA
NIM D011211069
Menerima kekalahan dengan sikap lapang dada bagi pihak yang kalah menjadi
sebuah idiom yang amat mahal harganya dan sulit diwujudkan. Selain itu, perilaku
kaum elit politik cenderung masih konservatif dan berorientasi pada politik kekuasaan
dengan pijakan semangat primordialisme, baik berbaju simbol-simbol kultural maupun
keagamaan. Mainstream perilaku kalangan elit ini pun pada akhirnya mudah berimbas
kepada perilaku politik massa, semisal sering terjadinya tawuran antar suku atau
kampung, antar pelajar, demonstrasi anarkhis, yang kesemua itu jelas bertentangan
dengan nilainilai demokrasi.
PEMBAHASAN
Tiga Tradisi Pemikiran Politik Demokrasi
Tiga tradisi pemikiran politik yakni:
Proses demokrasi itu dapat diidentifikasi dalam empat bentuk demokrasi antra lain:
Demokrasi yang dianut di Indonesia adalah demokrasi yang berdasarkan Pancasila yang
masih terus berkembang dan sifat dan ciri-cirinya terdapat perbagai tafsiran dan pandangan.
Menurut Moh. Hatta, kita sudah mengenal tradisi demokrasi jauh sebelum Indonesia merdeka,
yakni demokrasi desa. Demokrasi desa atau desa-demokrasi merupakan demokrasi asli
Indonesia, yang bercirikan tiga hal yakni 1) cita-cita rapat, 2) cita-cita massa protes, dan 3)
cita-cita tolong menolong. Dengan demikian, demokrasi diyakini dan diterima sebagai sistem
politik
Demokrasi memegang peran penting dalam masyarakat dan dalam tata aturan suatu
negara. Tanpa adanya demokrasi di suatu negara, dan segala sesuatunya di atur oleh
pemerintah, maka hilanglah kesejahteraan masyarakat dan kacaulah negara tersebut. Suatu
negara, perlu adanya masyarakat yang komplemen, mendukung, dan masyarakat perlu terlibat
dalam pembangunan suatu negara demi terciptanya kemakmuran dan kesejahteraan negara.
Dengan demokrasi tak ada saling ingin menang sendiri, saling memaksakan kehendak, saling
menghina, saling melecehkan, saling menjatuhakan. Yang ada saling menghargai, saling
menghormati, saling mengerti, saling menerima pendapat orang lain, saling lapang dada, saling
tenggang rasa. Dan kehidupan yang nyaman pasti akan tercipta.
Sejumlah persoalan tentang kelemahan praktik hukum kita yang muncul di berbagai media
jejaring sosial:
Adanya krisis partisipasi politik disebabkan karena tidak ada peluang untuk berpartisipasi atau
karena terbatasnya kemampuan untuk berpartisipasi dalam politik. Secara lebih spesifik
penyebab rendahnya partisipasi politik adalah
Demokrasi yang diformulasikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat merupakan fenomena baru bagi Indonesia ketika merdeka.Mengenai
adanya anasir demokrasi dalam tradisi desa kita akan meminjam dua macam analisis
berikut:
Masyarakat Barat (Eropa) mempunyai akar demokrasi yang panjang. Pusat pertumbuhan
demokrasi terpenting di Yunani adalah kota Athena, yang sering dirujuk sebagai contoh
pelaksanaan demokrasi partisipatif dalam negara-kota sekitar abad ke-5 SM. Model
pemerintahan demokratis model Athena dan Roma ini kemudian menyebar ke kotakota
lain sekitarnya, Kehadiran kolonialisme Eropa, khususnya Belanda, di Indonesia,
membawa dua sisi dari koin peradaban Barat: sisi represi imperialisme-kapitalisme dan
sisi humanisme- demokratis.
Perkembangan sejarah demokrasi Indonesia sampai masa Orde Baru dapat dibagi dalam empat
masa, yaitu:
Berbicara mengenai demokrasi tidak akan terlepas dari pembicaraan tentang kekuasaan
rakyat. Seperti yang diungkapkan pada bagian sebelumnya bahwa demokrasi merupakan
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Secara eksplisit ditegaskan bahwa
rakyatlah pemegang kekuasaan yang sebenarnya Demokrasi sebagai sistem politik yang saat
ini dianut oleh sebagian besar negara di dunia tentu saja memiliki prinsip-prinsip yang berbeda
dengan system yang lain. Henry B. Mayo sebagaimana dikutip oleh Miriam Budiardjo dalam
bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Ilmu Politik mengungkapkan prinsip dari demokrasi yang
akan mewujudkan suatu sistem politik yang demokratis. Adapun, prinsip prinsip tersebut
sebagai berikut.
Kemudian, menurut Alamudi sebagaimana dikutip oleh Sri Wuryan dan Syaifullah dalam
bukunya yang berjudul Ilmu Kewarganegaraan, suatu Negara dapat disebut berbudaya
demokrasi apabila memiliki soko guru demokrasi sebagai berikut.
a. Kedaulatan rakyat.
b. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah.
c. Kekuasaan mayoritas.
d. Hak-hak minoritas.
e. Jaminan hak-hak asasi manusia.
f. Pemilihan yang bebas dan jujur.
g. Persamaan di depan hukum.
h. Proses hukum yang wajar.
i. Pembatasan pemerintahan secara konstitusional.
j. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik.
Ide Demokrasi Pendiri Negara
Apakah ide atau gagasan demokrasi ada pada benak para pendiri negara saat
membicarakan dasar-dasar bernegara di sidang BPUPKI tahun 1945? Para pendiri negara
(The Founding Fathers) kita umumnya menyetujui bahwa negara Indonesia yang akan
didirikan hendaknya negara demokrasi. Ada kesamaan pandangan dan konsensus politik dari
para pendiri negara bahwa kenegaraan Indonesia harus berdasar kerakyatan/ kedaulatan rakyat
atau demokrasi. Jadi cita cita atau ide demokrasi itu ada pada para the founding fathers bangsa
( Franz Magnis Suseno, 1997: 9-10). Menurut Mohammad Hatta (1953:39-41), demokrasi
telah berurat akar dalam pergaulan hidup kita. Bangsa Indonesia sejak dahulu sesungguhnya
telah mempraktekkan ide tentang demokrasi meskipun masih sederhana dan bukan dalam
tingkat kenegaraan. Dikatakan bahwa desa-desa di Indonesia sudah menjalankan demokrasi,
misalnya dengan pemilihan kepada desa dan adanya rembug desa. Itulah yang disebut
"demokrasi asli".
Demokrasi memiliki 5 asas yaitu; rapat, mufakat, gotong royong, hak mengadakan
protes bersama dan hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut. Saat itu, Mohammad Hatta
lebih suka mengganakan istilah kerakyatan, untuk membedakannya dengan demokrasi Barat
yang cenderung individualistik. Namun demikian, demokrasi desa tidak bisa dijadikan pola
demokrasi untuk Indonesia modern. Kelima unsur demokrasi desa tersebut perlu
dikembangkan dan diperbaharui menjadi konsep demokrasi Indonesia yang modern.
Demokrasi Indonesia modern, menurut Mohammad Hatta harus meliputi 3 hal yaitu;
demokrasi di bidang politik, demokrasi di bidang ekonomi, demokrasi di bidang sosial.
Demokrasi Indonesia tidak berbeda dengan demokrasi di Barat dalam bidang politik. Hanya
saja demokrasi di Indonesia perlu mencakup demokrasi ekonomi dan sosial, sesuatu yang tidak
terdapat dalam masyarakat Barat. Saat ini, ide demokrasi tersebutterungkap dalam sila keempat
Pancasila yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan
perwakilan dan pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yakni kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut UndangUndang Dasar 1945.Oleh karena UUD 1945 merupakan
derivasi dari Pancasila sebagai dasar filsafat negara, maka secara normatif demokrasi
Indonesia adalah demokrasi yang bersumberkan nilai Pancasila khususnya sila keempat. Oleh
karena itu demokrasi Indonesia dikatakan Demokrasi Pancasila, dimana prinsip-prinsip
demokrasi yang dijalankan berdasarkan pada nilainilai Pancasila. Demokrasi Pancasila dapat
diartikan secara luas maupun sempit,sebagai berikut:
a. Secara luas demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila baik sebagai pedoman penyelenggaraan maupun sebagai cita-cita.
b. Secara sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Demokrasi Pancasila dalam arti
luas adalah kedaulatan atau kekuasaan tertinggi ada pada rakyat yang dalam
penyelenggaraannya dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila yaitu nilai
Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan nilai keadilan sangat mendukung
demokrasi. Nilai-nilai Pancasila menentang sistem otoriter atau kediktatoran. Pelaksanaan
demokrasi Pancasila agar tegak dan berkembang dipusatkan pada 10 (sepuluh) pilar demokrasi
(Achmad Sanusi, 2006: 193- 205), yaitu:
Demokrasi Indonesia yaitu demokrasi yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
yang mana merupakan bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki
hak serta dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Kedaulatan dan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat yang penyelenggaraannya
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila dan di jalankan sesuai aturan UUD 1945. Oleh karena
itu, perjuangan untuk menuju Indonesia menjadi lebih baik turut menjadi tanggung
jawab bersama melalui peran kita dalam mempertahankan Demokrasi Pancasila
sebagai ciri khas yang dimiliki Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Winataputra Udin Sarifudin, Dasim, Sapriya, Winarno. 2016. Buku Ajar Mata Kuliah
Wajib Umum Pendidikan Kewarganegaraan. Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia. Jakarta.
Dwi Sulisworo, Tri, Wahyuningsih, Dikdik, Baegaqi Arif. 2012. Bahan Ajar
Demokrasi. Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan