Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PAPER MATA KULIAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Dosen: DR. Andi Baharuddin, SH, MH.

PRAKSIS DEMOKRASI INDONESIA


BERDASARKAN NILAI PANCASILA DAN UUD 1945

Disusun Oleh:
NURUL HUDAYA
NIM D011211069

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Istilah “demokrasi” pada awalnya berasal dari sebuah wilayah Yunani Kuno
yang dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang disebut sebagai
demokrasi modern. Istilah ini terus berkembang seiring berjalannya waktu bersamaan
dengan perkembangan system demokrasi di banyak negara. Kata demokrasi berasal
dari bahasa Yunani “demos” yang berarti masyarakat (rakyat) dan “kratos” yang
berarti aturan atau kekuasaan. Jadi, demokrasi berarti kekuasaan di tangan rakyat, atau
yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Peristiwa kehidupan sosial politik bangsa dalam bingkai demokrasi


konstitusional Indonesia sejak reformasi bergulir di negeri ini, belum sepenuhnya
sesuai dengan idealitas demokrasi konstitusional yang sebenarnya. Nilai, prinsip dan
kaidah demokrasi belum dapat dilaksanakan oleh segenap komponen bangsa dengan
benar dan penuh kesadaran. Baik secara formal atau pun tidak, disengaja atau pun
tidak, telah terjadi penyimpangan-penyimpangan yang merusak sendi-sendi
kehidupan demokratisasi bangsa. Realitas ini, dalam bahasa Sumantri (1998:4)
disebut “undemocratic democracy,” yakni suatu tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara yang struktur (institusi) demokrasinya sudah ada, tetapi semangat dan
perwujudannya masih jauh dari cita-cita demokrasi.

Menerima kekalahan dengan sikap lapang dada bagi pihak yang kalah menjadi
sebuah idiom yang amat mahal harganya dan sulit diwujudkan. Selain itu, perilaku
kaum elit politik cenderung masih konservatif dan berorientasi pada politik kekuasaan
dengan pijakan semangat primordialisme, baik berbaju simbol-simbol kultural maupun
keagamaan. Mainstream perilaku kalangan elit ini pun pada akhirnya mudah berimbas
kepada perilaku politik massa, semisal sering terjadinya tawuran antar suku atau
kampung, antar pelajar, demonstrasi anarkhis, yang kesemua itu jelas bertentangan
dengan nilainilai demokrasi.
PEMBAHASAN
Tiga Tradisi Pemikiran Politik Demokrasi
Tiga tradisi pemikiran politik yakni:

 Teori Aristotelian Klasik


Demokrasi merupakan salah satu bentuk pemerintahan, yakni pemerintahan oleh
seluruh warganegara yang memenuhi syarat kewarganegaraan.
 Teori Abad Pertengahan
Demokrasi yang pada dasarnya menerapkan “Roman law” dan konsep “popular
souvereignity” menempatkan suatu landasan pelaksanaan kekuasaan tertinggi di tangan
rakyat
 Doktrin kontemporer.
Demokrasi menerapkan konsep “republik” dipandang sebagai bentuk pemerintahan
rakyat yang murni.

Proses demokrasi itu dapat diidentifikasi dalam empat bentuk demokrasi antra lain:

a) Demokrasi Protektif : Kekuasaan ekonomi pasar, di mana proses pemilihan umum


dilakukan secara reguler sebagai upaya yakni untuk memajukan kepentingan pasar dan
melindunginya dari tirani negara.
b) Demokrasi Pembangunan : Demokrasi yang ditandai oleh konsepsi atau model manusia
sebagai individu yang posesif, yakni manusia sebagai yang dikompromikan dengan
konsepsi mahluk yang mampu mengembangkan kekuasaan atau kemampuannya. Di
samping itu, juga menempatkan "Partisipasi demokratis" sebagai “jalur pusat menuju
pengembangan diri”.
c) Demokrasi Ekuilibrium : Penyeimbangan nilai partisipasi dan pentingnya apatisme,
dengan alasan bahwa apatisme di kalangan mayoritas warga negara menjadi fungsional
bagi demokrasi karena partisipasi yang intensif sesungguhnya dipandang tidak efisien
bagi individu yang rasional.
d) Demokrasi Partisipatoris : Yakni bahwa kita tidak dapat mencapai partisipasi yang
demokratis tanpa perubahan lebih dulu dalam ketakseimbangan sosial dan kesadaran
sosial, tetapi kita juga tidak dapat mencapai perubahan dalam ketakseimbangan sosial
dan kesadaran sosial tanpa peningkatan partisipasi lebih dulu.
Pemikiran Tentang Demokrasi Indonesia

Demokrasi yang dianut di Indonesia adalah demokrasi yang berdasarkan Pancasila yang
masih terus berkembang dan sifat dan ciri-cirinya terdapat perbagai tafsiran dan pandangan.
Menurut Moh. Hatta, kita sudah mengenal tradisi demokrasi jauh sebelum Indonesia merdeka,
yakni demokrasi desa. Demokrasi desa atau desa-demokrasi merupakan demokrasi asli
Indonesia, yang bercirikan tiga hal yakni 1) cita-cita rapat, 2) cita-cita massa protes, dan 3)
cita-cita tolong menolong. Dengan demikian, demokrasi diyakini dan diterima sebagai sistem
politik

Pentingnya Demokrasi sebagai Sistem Politik Kenegaraan Modern

Demokrasi memegang peran penting dalam masyarakat dan dalam tata aturan suatu
negara. Tanpa adanya demokrasi di suatu negara, dan segala sesuatunya di atur oleh
pemerintah, maka hilanglah kesejahteraan masyarakat dan kacaulah negara tersebut. Suatu
negara, perlu adanya masyarakat yang komplemen, mendukung, dan masyarakat perlu terlibat
dalam pembangunan suatu negara demi terciptanya kemakmuran dan kesejahteraan negara.
Dengan demokrasi tak ada saling ingin menang sendiri, saling memaksakan kehendak, saling
menghina, saling melecehkan, saling menjatuhakan. Yang ada saling menghargai, saling
menghormati, saling mengerti, saling menerima pendapat orang lain, saling lapang dada, saling
tenggang rasa. Dan kehidupan yang nyaman pasti akan tercipta.

Menanya Alasan Mengapa Deperlukan Demokrasi Yang Bersumber Dari Panccasila

Sejumlah persoalan tentang kelemahan praktik hukum kita yang muncul di berbagai media
jejaring sosial:

1. Buruknya kinerja lembaga perwakilan dan partai politik


2. Skrisis partisipasi politik rakyat
3. Munculnya penguasa didalam demokrasi
4. Demokrasi saat ini membuang kedaulatan rakyat

Adanya krisis partisipasi politik disebabkan karena tidak ada peluang untuk berpartisipasi atau
karena terbatasnya kemampuan untuk berpartisipasi dalam politik. Secara lebih spesifik
penyebab rendahnya partisipasi politik adalah

a. Pendidikan yang rendah


b. Tingkat ekonomi rakyat yang rendah
c. Partisipasi politik rakyat kurang mendapat tempat dari pemerintah

Penyebab munculnya penguasa dalam demokrasi ditandai dengan menjamurnya “dinasti


politik yang mengusai segi kehidupan masyarakat, pemerintahan, lembaga perwakilan, bisnis,
peradilan, dan sebagainya oleh satu keluarga atau kroni.

Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Dan Politik Tentang Demokrasi Yang


Bersumber Dari Pancasila.

1. Sumber Nilai yang Berasal dari Demokrasi Desa

Demokrasi yang diformulasikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat merupakan fenomena baru bagi Indonesia ketika merdeka.Mengenai
adanya anasir demokrasi dalam tradisi desa kita akan meminjam dua macam analisis
berikut:

 Pertama, paham kedaulatan rakyat sebenarnya sudah tumbuh sejak lama di


Nusantara. Di alam Minangkabau, misalnya pada abad XIV sampai XV
kekuasaan raja dibatasi oleh ketundukannya pada keadilan dan kepatutan.
 Kedua, tradisi demokrasi asli Nusantara tetap bertahan sekalipun di bawah
kekuasaan feodalisme raja-raja Nusantara karena di banyak tempat di
Nusantara, tanah sebagai faktor produksi yang penting tidaklah dikuasai oleh
raja, melainkan dimiliki bersama oleh masyarakat desa. Karena pemilikan
bersama tanah desa ini, hasrat setiap orang untuk memanfaatkannya harus
melalui persetujuan kaumnya.

2. Sumber Nilai yang Berasal dari Barat

Masyarakat Barat (Eropa) mempunyai akar demokrasi yang panjang. Pusat pertumbuhan
demokrasi terpenting di Yunani adalah kota Athena, yang sering dirujuk sebagai contoh
pelaksanaan demokrasi partisipatif dalam negara-kota sekitar abad ke-5 SM. Model
pemerintahan demokratis model Athena dan Roma ini kemudian menyebar ke kotakota
lain sekitarnya, Kehadiran kolonialisme Eropa, khususnya Belanda, di Indonesia,
membawa dua sisi dari koin peradaban Barat: sisi represi imperialisme-kapitalisme dan
sisi humanisme- demokratis.
Perkembangan sejarah demokrasi Indonesia sampai masa Orde Baru dapat dibagi dalam empat
masa, yaitu:

a) a.Masa Republik Indonesia I (1945-1959) yang dinamakan masa demokrasi


konstitusional.
b) b.Masa Republik Indonesia II (1959-1965) yaitu masa Demokrasi Terpimpin.
c) c.Masa Republik Indonesia III (1965-1998) yaitu masa demokrasi Pancasila.
d) d.Masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang) yaitu masa reformasi.

Sepanjang sejarah Indonesia pernah mengalami dinamika ketatanegaraan seiring


dengan berubahnya konstitusi yang dimulai sejak berlakunya UUD 1945 (I), Konstitusi RIS
1949, UUDS 1950, kembali ke UUD 1945 (II) dan akhirnya kita telah berhasil
mengamandemen UUD 1945 sebanyak empat kali.

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat


Sebelum dilakukan Amendemen/perubahan, MPR merupakan lembaga tertinggi
Negara. Setelah Amendemen MPR menjadi sistem yang horizontal fundamental
dengan prinsip checks and balances (saling mengawasi dan mengimbangi)
antarlembaga negara.
2. Dewan Perwakilan Rakyat
Setelah Amendemen perubahan yang terjadi pada DPR adalah penambahan ketentuan
mengenai pemilihan anggota DPR. Dua ketentuan lainnya, yakni susunan dan masa
sidang DPP tetap tidak berubah. Fungsi DPR ada tiga, yaitu fungsi
legislasi(membentuk undang-undang), fungsi anggaran (menyusun & menetapkan
APBN bersama presiden), dan fungsi pengawasan (pengawasan pelaksanaan UUD)
DPR mempunyai hak interpelasi (meminta keterangan kepada pemerintah mengenai
kebijakan pemerintah), hak angket (penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah, dan
hak menyatakan pendapat), hak menyatakan pendapat (menyatakan pendapat terhadap
kebijakan pemerintah)
3. Dewan Perwakilan Daerah
Sistem perwakilan di Indonesia merupakan sistem yang khas Sebab di samping terdapat
DPR sebagai lembaga perwakilan berdasarkan aspirasi rakyat, juga ada DPD sebagai
lembaga penampung aspirasi daerah. Demikianlah dinamika yang terjadi dengan
lembaga permusyawaratan dan perwakilan di negara kita yang secara langsung
mempengaruhi kehidupan demokrasi. Dinamika ini tentu saja kita harapkan akan
mendatangkan kemaslahatan kepada semakin sehat dan dinamisnya Demokrasi
Pancasila yang tengah melakukan konsolidasi menuju demokrasi yang matang

Demokrasi dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya


Demokrasi kita adalah demokrasi Pancasila. Membangun kehidupan
berdemokrasi yang berdasarkan Pancasila itu tidaklah semudah yang diduga
kebanyakan orang, karena memang kehidupan demokrasi tidak bias dibangun seketika
atau dalam waktu singkat. Bahmuller (1996:216-221) mengidentifikasi sejumlah
faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan demokrasi suatu negara, yaitu: “…
the degree of economic development;…a sense of national identity; …historical
experience and elements of civic culture.”

 Pertama, “the degree of economic development”, maksudnya bahwa tingkat


perkembangan ekonomi suatu negara sangat berpengaruh pada perkembangan
demokrasi di negara itu. Walaupun, tidaklah berarti bahwa negara miskin tidak bisa
menjadi negara demokrasi, demikian pula sebaliknya tidak selalu negara kaya itu
demokratis. Kemakmuran itu penting tapi tidak dengan sendirinya menjamin untuk
menjadi Negara demokrasi.
 Kedua, “a sense of national identity”, merupakan elemen yang sangat mendukung
keberhasilan penerapan demokrasi suatu negara. Mengenai pentingnya national
self-identification ini memang diakui banyak mendapat kritik, terutama bila
dikaitkan pada kasus nasionalisme yang berlebihan atau chauvinism dari Nazi di
Jerman dan Fascisme Italia yang ternyata bukan melahirkan demokrasi tetapi justru
menumbuhkan fascisme.
 Ketiga, “historical experience and elements of civic culture”, bahwa pengalaman
sejarah dan budaya kewarganegaraan (civic culture) memberikan landasan yang
kuat bagi pertumbuhan demokrasi. Salah satu unsur dari budaya kewarganegaraan
adalah “civic virtue” atau kebajikan/akhlak kewarganegaraan yang terpancar dari
nilai-nilai Pancasila mencakup keterlibatan aktif warganegara, hubungan
kesejajaran/egaliter, saling percaya dan toleran, kehidupan yang kooperatif,
solidaritas, dan semangat kemasyarakatan. 
Prinsip-Prinsip Demokrasi

Berbicara mengenai demokrasi tidak akan terlepas dari pembicaraan tentang kekuasaan
rakyat. Seperti yang diungkapkan pada bagian sebelumnya bahwa demokrasi merupakan
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Secara eksplisit ditegaskan bahwa
rakyatlah pemegang kekuasaan yang sebenarnya Demokrasi sebagai sistem politik yang saat
ini dianut oleh sebagian besar negara di dunia tentu saja memiliki prinsip-prinsip yang berbeda
dengan system yang lain. Henry B. Mayo sebagaimana dikutip oleh Miriam Budiardjo dalam
bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Ilmu Politik mengungkapkan prinsip dari demokrasi yang
akan mewujudkan suatu sistem politik yang demokratis. Adapun, prinsip prinsip tersebut
sebagai berikut.

 Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga.


 Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang sedang berubah.
 Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur.
 Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum.
 Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman.
 Menjamin tegaknya keadilan.

Kemudian, menurut Alamudi sebagaimana dikutip oleh Sri Wuryan dan Syaifullah dalam
bukunya yang berjudul Ilmu Kewarganegaraan, suatu Negara dapat disebut berbudaya
demokrasi apabila memiliki soko guru demokrasi sebagai berikut.

a. Kedaulatan rakyat.
b. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah.
c. Kekuasaan mayoritas.
d. Hak-hak minoritas.
e. Jaminan hak-hak asasi manusia.
f. Pemilihan yang bebas dan jujur.
g. Persamaan di depan hukum.
h. Proses hukum yang wajar.
i. Pembatasan pemerintahan secara konstitusional.
j. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik.
Ide Demokrasi Pendiri Negara
Apakah ide atau gagasan demokrasi ada pada benak para pendiri negara saat
membicarakan dasar-dasar bernegara di sidang BPUPKI tahun 1945? Para pendiri negara
(The Founding Fathers) kita umumnya menyetujui bahwa negara Indonesia yang akan
didirikan hendaknya negara demokrasi. Ada kesamaan pandangan dan konsensus politik dari
para pendiri negara bahwa kenegaraan Indonesia harus berdasar kerakyatan/ kedaulatan rakyat
atau demokrasi. Jadi cita cita atau ide demokrasi itu ada pada para the founding fathers bangsa
( Franz Magnis Suseno, 1997: 9-10). Menurut Mohammad Hatta (1953:39-41), demokrasi
telah berurat akar dalam pergaulan hidup kita. Bangsa Indonesia sejak dahulu sesungguhnya
telah mempraktekkan ide tentang demokrasi meskipun masih sederhana dan bukan dalam
tingkat kenegaraan. Dikatakan bahwa desa-desa di Indonesia sudah menjalankan demokrasi,
misalnya dengan pemilihan kepada desa dan adanya rembug desa. Itulah yang disebut
"demokrasi asli".
Demokrasi memiliki 5 asas yaitu; rapat, mufakat, gotong royong, hak mengadakan
protes bersama dan hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut. Saat itu, Mohammad Hatta
lebih suka mengganakan istilah kerakyatan, untuk membedakannya dengan demokrasi Barat
yang cenderung individualistik. Namun demikian, demokrasi desa tidak bisa dijadikan pola
demokrasi untuk Indonesia modern. Kelima unsur demokrasi desa tersebut perlu
dikembangkan dan diperbaharui menjadi konsep demokrasi Indonesia yang modern.
Demokrasi Indonesia modern, menurut Mohammad Hatta harus meliputi 3 hal yaitu;
demokrasi di bidang politik, demokrasi di bidang ekonomi, demokrasi di bidang sosial.
Demokrasi Indonesia tidak berbeda dengan demokrasi di Barat dalam bidang politik. Hanya
saja demokrasi di Indonesia perlu mencakup demokrasi ekonomi dan sosial, sesuatu yang tidak
terdapat dalam masyarakat Barat. Saat ini, ide demokrasi tersebutterungkap dalam sila keempat
Pancasila yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan
perwakilan dan pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yakni kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut UndangUndang Dasar 1945.Oleh karena UUD 1945 merupakan
derivasi dari Pancasila sebagai dasar filsafat negara, maka secara normatif demokrasi
Indonesia adalah demokrasi yang bersumberkan nilai Pancasila khususnya sila keempat. Oleh
karena itu demokrasi Indonesia dikatakan Demokrasi Pancasila, dimana prinsip-prinsip
demokrasi yang dijalankan berdasarkan pada nilainilai Pancasila. Demokrasi Pancasila dapat
diartikan secara luas maupun sempit,sebagai berikut:
a. Secara luas demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila baik sebagai pedoman penyelenggaraan maupun sebagai cita-cita.
b. Secara sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Demokrasi Pancasila dalam arti
luas adalah kedaulatan atau kekuasaan tertinggi ada pada rakyat yang dalam
penyelenggaraannya dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila yaitu nilai
Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan nilai keadilan sangat mendukung
demokrasi. Nilai-nilai Pancasila menentang sistem otoriter atau kediktatoran. Pelaksanaan
demokrasi Pancasila agar tegak dan berkembang dipusatkan pada 10 (sepuluh) pilar demokrasi
(Achmad Sanusi, 2006: 193- 205), yaitu:

 Demokrasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa


Para pemeran politik dan pemimpin negara dan semua warga negara dalam menerapkan
demokrasi tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama. Ia dituntut agar
mempertanggungjawabkan segala tindakannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 Demokrasi yang Menjunjung Hak Asasi manusia
Demokrasi mengharuskan adanya penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia
dalam bentuk jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia demi terwujudnya
keadilan dalam masyarakat.
 Demokrasi yang mengutamakan Kedaulatan Rakyat
Rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi dalam Negara demokrasi. Pelaksanaan
kedaulatan melalui sistem perwakilan. Untuk mengisi lembaga perwakilan perlu
dilaksanakan pemilu secara periodik.

 Demokrasi yang didukung kecerdasan


Warga negara yang cerdas dan terdidik secara politik merupakan syarat mutlak untuk
mewujudkan demokrasi. Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan atau pendidikan
politik amat penting dalam negara demokrasi untuk membekali warga negara kesadaran
hak dan kewajibannya.
 Demokrasi yang menetapkan pembagian kekuasaan
Suatu negara yang demokratis harus ada pembagian kekuasaan. Hal ini untuk
menghindari terjadinya pemusatan kekuasaan kepada satu orang. Dan memberikan
kesempatan kepada lembaga lain untuk melakukan pengawasan dan meminta
pertanggungjawaban jalannya pemerintahan.
 Demokrasi yang menerapkan konsep Negara Hukum
Hukum melandasi pelaksanaan demokrasi. Untuk mengembangkan kebebasan yang
demokratis tidak bisa dengan meninggalkan hukum. Tanpa hukum kebebasan akan
mengarah perbuatan yang anarkis. Pada akhirnya perbuatan itu meninggalkan nilai-
nilai demokrasi. Untuk mewujudkan demokrasi yang berdasarkan hukum tidak dapat
lepas dari perlidungan konstitusinal, badan peradilan yang bebas, kebebasan
berpendapat, berserikat, dan kesadaran kewarganegaraan.
 Demokrasi yang menjamin otonomi daerah Pelaksanaan demokrasi harus tetap
menjamin tegaknya persatuan dan kesatuan bangsa.
Dengan dilaksanakan otonomi daerah yang semakin nyata dan bertanggung jawab
mengindakasikan paham demokrasi juga semakin berkembang. Sebagai wujud prinsip
demokrasi kekuasaan negara tidak dipusatkan pemerintah pusat saja namun sebagian
diserahkan kepada daerah menjadi urusan rumah tangga daerah itu sendiri.
 Demokrasi yang berkeadilan sosial
Pelaksanaan demokrasi diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Demokrasi bukan hanya politik saja melainkan juga demokrasi sosial dan
ekonomi. Demokrasi sosial artinya demokrasi yang ditemukan dalam hubungan antar
warga masyarakat dan atau warga negara. Juga harus dilandasi oleh penghormatan
terhadap kemerdekaan, persamaan dan solidaritas antar manusia.
 Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat
Demokrasi juga mencakup dalam bidang ekonomi. Demokrasiekonomi adalah sistem
pengelolaan perekonomian Negara berdasarkan prinsip ekonomi. Perekonomian harus
dijaga dari persaingan bebas tanpa batas melalui peraturan perundangundangan. Negara
juga mengambil peran yang cukup dalam usaha mewujudkan kesejahteraan rakyat.
 Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka
Sistem pengadilan yang merdeka memberi peluang seluas-luasnya kepada semua pihak
yang berkepentingan untuk mencari dan menemukan hukum yang seadil-adilnya.
Pengadilan yang merdeka dan otonom tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun, namun
hakim wajib mempertimbangkan keadilan yang berkembang dimasyarakat.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah Praksis Demokrasi Indonesia Berlandasakan
Pancasila dan UUD NKRI 1945 dapat disimpulkan sebagain berikut:
a) Hakikat demokrasi Indonesia berlandaskan pancasila dan UUD NKRI 1945
adalah peran utama rakyat dalam pross sosial politik, hal ini sesuai dengan tiga
pilar penegak demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat, pemerintahan oleh
rakyat dan pemerintahan untuk rakyat.
b) Instrumentasi demokrasi Indonesia berlandaskan pancasila dan UUD NKRI
1945 adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
c) Praktik demokrasi Pancasila berjalan sesuai dengan dinamika perkembangan
kehidupan kenegaraan Indonesia. Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila secara
ideal telah terumuskan, sedang dalam tataran empiris mengalami pasang surut.

Demokrasi Indonesia yaitu demokrasi yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
yang mana merupakan bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki
hak serta dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Kedaulatan dan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat yang penyelenggaraannya
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila dan di jalankan sesuai aturan UUD 1945. Oleh karena
itu, perjuangan untuk menuju Indonesia menjadi lebih baik turut menjadi tanggung
jawab bersama melalui peran kita dalam mempertahankan Demokrasi Pancasila
sebagai ciri khas yang dimiliki Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
 Winataputra Udin Sarifudin, Dasim, Sapriya, Winarno. 2016. Buku Ajar Mata Kuliah
Wajib Umum Pendidikan Kewarganegaraan. Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia. Jakarta.

 Dwi Sulisworo, Tri, Wahyuningsih, Dikdik, Baegaqi Arif. 2012. Bahan Ajar
Demokrasi. Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan

 Purdiantary, Yetty. 2018. Linimasa Demokrasi. Jakarta : Direktorat Kemendikbud

 Yuniarto, Bambang. 2012. Pendidikan Demokrasi dan Budaya Demokrasi


Konstitusiaonal. Yogyakarta : Deeppublish

 Yusnawan Lubis dan Mohamad Sodeli. 2017. Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan. Jakarta : Kemendikbud

 Santoso, Djoko. 2012. Buku Modul Kuliah Kewarganegaraan. Jakarta : Kemendikbud.

Anda mungkin juga menyukai