Oleh :
Aviv Prasetyo (163112350170041)
Gita Eklesia (163112350150046)
Ahmad Royhan Sadewa (163112350150038)
Reynaldo (163112350150042)
Ilham Nur Pratama (163112350150043)
ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika ada pemimpin Indonesia yang hampir sempurna dalam karakter dan
integritas pribadi, maka Mohammad Hatta (Hatta) adalah salah satu yang paling
menonjol. Wawasan intelektualnya sangat jauh ke depan, sementara moral politiknya
yang prima dan anggun banyak diakui kawan dan lawan. Dalam suasana sengketa
politik dengan Bung Karno, komunikasi persaudaraan antara keduanya tidak pernah
putus, walaupun watak keras Hatta dalam politik tersebut sempat mengecewakan
generasi muda karena kegagalannya dalam membujuk Hatta agar jangan
meninggalkan kursi wakil presiden.
Zaman pendudukan Jepang (tahun 1942-1945) bagi Mohammad Hatta,
merupakan sebuah ujian besar, yang hanya dapat diatasinya karena keteguhan iman
dan optimismenya akan tercapainya cita-cita Indonesia merdeka. Dalam pada itu
beliau mempunyai keyakinan bahwa Perang Pasifik akan membawa perubahan bagi
bangsa Indonesia. Hatta tidak percaya bahwa Jepang akan menang dengan
Amerika/Sekutu yang mempunyai productie-potential begitu hebat. Tetapi berhubung
dengan keuntungan permulaan yang diperoleh Jepang, perang tidak akan bisa selesai
dalam tiga tahun. Masa perang itu bagi Hatta harus dipergunakan untuk
mempersiapkan tenaga perjuangan rakyat, yang nantinya sanggup memikul
kemerdekaan apabila Jepang sudah kalah. Kalau tidak bisa dielakkan maka kerjasama
dengan pemerintah militer Jepang itu, menurut pertimbangan Hatta, bisa berarti untuk
meringankan banyak sedikitnya penderitan yang ditimpakan pemerintah militer
Jepang kepada bangsa Indonesia. Selama pendudukan Jepang, Hatta jarang berbicara
di depan umum, kalaupun berbicara lebih sering sekedar memberikan obat pelipur
lara dalam jiwa rakyat yang sedang tertekan.
Ketika Jepang menyerah pada bulan Agustus 1945, maka meletuslah amarah
orang-orang Indonesia terhadap Jepang, dan timbulah dorongan aktif untuk merebut
kekuasaan dari Jepang. Pandangan Hatta yang jauh ke depan mengatakan
pendiriannya bahwa Jepang yang kalah tidak menjadi soal lagi. Soal yang paling
penting adalah menghadapi tentara Sekutu yang akan mengembalikan kekuasaan
Pemerintah Belanda di Indonesia. Oleh sebab itulah Hatta menyusun siasat antara
perang dan damai untuk mencapai pengakuan Indonesia merdeka. Kemudian Hatta
memilih damai. Akan tetapi seperti seringkali diucapkannya “kita cinta perdamaian,
akan tetapi lebih cinta kepada kemerdekaan
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh
Sukarno dan Mohammad Hatta, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta Semenjak
itu Hatta berperan aktif memimpin negara RI sebagai wakil presiden., dan dalam
keadaan yang sangat sulit Hatta harus merangkap sebagai Perdana Menteri tahun
1948-1949. Politik yang diperjuangkannya akhirnya mencapai tujuan dengan
diakuinya Indonesia sebagai negara berdaulat yang terdiri atas bekas wilayah
kekuasaan Hindia Belanda pada Konferensi Meja Bundar tahun 1950. Pada waktu
Republik Indonesia Serikat berdiri, Hatta yang menjadi Perdana Menteri pertama dan
terakhir. Setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk sesuai amanat
proklamasi, Hatta terpilih sebagai wakil presiden oleh parlemen. Beranjak dari
kenyataan di atas, tulisan ini bertujuan menganalisis pemikiran Hatta tentang
Demokrasi.
B. Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah tentang Demokrasi Modern dan
Demokrasi menurut Persfektif Bung Hatta ini ialah:
1. Apakah demokrasi itu ?
2. Apa sajakah Prinsip-prinsip demokrasi ?
3. Demokrasi apakah yg dipakai di Indonesia ?
4. Apa sajakah ciri- ciri Negara demokratis ?
5. Apakah Demokrasi menurut Bung Hatta.?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi
Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan
di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai
contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern.
Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern
telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem
“demokrasi” di banyak negara.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demosyang berarti rakyat,
dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri
dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-
sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Seperti demokrasi .yang dipakai di Indonesia dalam berbagai pasang surut
wajah kemerdekaan Indonesia. Diantaranya :
1. Demorasi ekonomi adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan
persamaan hak dan kewajiban, dan di perlakukan bagi semua warga negara di
bidang ekonomi.
2. Demokrasi formal adalah corak pemerintahan yang semata-mata dilihat dari ada
tidaknya lembaga politik demokratis seperti perwakilan rakyat
3. Demokrasi langsung adalah corak pemerintahan demokrasi yang dilakukan
secara langsung oleh semua warga negara.
4. Demokrasi liberal adalah sitem politik dengan banyak partai kekuasaan poitik
berada di tangan politisi sipil yang berpusat di parlemen
5. Demokrasi material adalah corak pemerintahan yang menjamin kemerdekaan dan
persamaan.
6. Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan sila- sila pancasila yang
dilihat sebagai suatu keseluruhan yang utuh
7. Demokrasi pluktokrat adalah demokrasi sistem demokrasi yang dikuasai oleh
orang yang kaya atau bermodal
8. Demokrasi terpimpin adalah corak pemerintahan yang pertama kalinya
diumumkan secara resmi di dalam pidato presiden Soekarno pada tanggal 10
November 1956 ketika membuka konstituante, yaitu corak demokrasi yang
mengenal satu pimpinan.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian
kekuasaan dalam suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias
politica) dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan
untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk
diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif)
yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan
beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran
terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya
kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji
dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan
membawa kebaikan untuk rakyat.
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable),
tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap
lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara
teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.
b.Prinsip-prinsip demokrasi
B. Demokrasi Indonesia
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan
gotong-royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-
unsur berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur,
berkepribadian Indonesia dan berkesinambungan. Pengertian lain dari Demokrasi
Pancasila adalah sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat sendiri atau
dengan persetujuan rakyat.
2. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
Pemikiran Bung Hatta dan para pendiri bangsa telah tertuang ke dalam UUD
1945, khususnya pada pasal 33. Ayat (1) pasal 33, menyebutkan bahwa
“perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Ayat
(3), menyebutkan bahwa “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasi oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.” Dalam hubungan ini, sesuai dengan konstituasi, hadir peran negara dalam
rangka menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA