Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SEJARAH DEMOKRASI LIBERAL

2023
D
I
S
U
S
U
N
O
L
E
H
KELOMPOK :
1.ALINI SAFITRI 5.EVITA ELVIANA
2.ANDI FITRIA 6.LISDAYANTI
3.ANISA 7.MUSTERINA YANTI
4.DWI PUTRI S 8.NUR HAFIZAH

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Taala
karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah terkait
“Demokrasi Liberal”

Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih terhadap berbagai pihak,
terutama kepada teman sesama kelompok dan ibu yang sudah membimbing kami
dalam melakukan pembuatan makalah ini.

Makalah ini dibuat penulis guna memenuhi tugas sejarah dengan konsep
debat melalui pembahasan dalam makalah ini, dan menyampaikan beberapa poin
dari demokrasi liberal kali ini. Penulis berharap mendapat kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah dan materi
selanjutnya.

Tanah Kuning, September 2023

Penulis,

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai bentuk pemerintahan diterapkan pada masyarakat Indonesia
sembari menelaah cocok tidaknya penyelenggaraan pemerintahan tersebut.
Dengan berkonstitusi pada UUDS 1950, Indonesia mencoba mencontoh
bentuk sistem parlementer barat, yaitu demokrasi liberal. Sistem politik pada
masa demokrasi liberal telah mendorong munculnya partai-partai, karena
sistem kepartaian menganut sistem multipartai. Setiap kabinetnya juga
merupakan bentuk koalisi dari satu atau lebih partai.
Perkembangan politik yang terjadi di Indonesia merupakan sebuah proses
yang saling berkesinambungan, salah satunya adalah periode demokrasi liberal.
Periode yang dikenal dengan nama demokrasi liberal berlangsung dari tahun
1950-1959, tetapi Herbert Feith (2007, hlm. xi) memiliki pendapat yang berbeda
dengan menyebutnya demokrasi konstitusional yang menitik beratkan kepada
berjalannya sistem politik yang di dominiasi oleh sipil. Periode ini merupakan
periode yang penuh dengan harapan-harapan baru untuk memperoleh kehidupan
yang lebih baik di berbagai bidang. Hal tersebut terlihat dalam monografi yang
ditulis oleh Herbert Feith yang berjudul The Wilopo Cabinet, 1952-1953: A
Turning Point in Post-Revolutionary Indonesia yang menjelaskan mengenai
kekagumman Feith terhadap negara yang baru berdiri ini sudah menggunakan
demokrasi liberal seperti yang diterapkan di negara negara Barat dimana terdapat
prinsip-prinsip menghormati kebebasan individu dan rule of law (Tempo, 2007).
Periode ini juga ditandai dengan semangat untuk memperoleh kehidupan
demokrasi yang sesungguhnya karena setelah proklamasi, Indonesia masih harus
berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dan ketika demokrasi liberal maka
terdapat euphoria kemenangan terhadap perjuangan yang telah dilakukan.
Demokrasi liberal berarti sistem politik dengan banyak partai, awal-awal
kemerdekaan, sistem pemerintahan Indonesia adalah sistem presidensial. Namun,,
pemerintah republik Indonesia mengeluarkan suatu maklumat politik yang
memiliki tujuan pengakuan kedaulatan RI serta tumbuhnya partai politik di
Indonesia. Maklumat tersebut disalahartikan sehingga terjadi perubahan sistem

3
pemerintahan dari yang berupa sistem presidensial hingga menjadi sistem
parlementer yang merupakan cikal bakal dari munculnya demokrasi liberal Pada
periode ini kebebasan bukan saja dirasakan oleh elit-elit negara tetapi juga pihak-
pihak lain yang sudah mengharapkan kehidupan demokrasi yang dapat dirasakan
oleh seluruh komponen bangsa Indonesia. Politik menjadi salah satu bagian
penting dalam mendukung kehidupan demokrasi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas adalah:

1.Bagaimana latar belakang dari demorasi liberal itu sendiri?

2.Bagaimana sistem, struktur, atau kebijakan yang terdapat dalam demokrasi


liberal?
3.Kelebihan apa yang dimiliki oleh demokrasi liberal?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah:

1.Mengidentifikasi latar belakang demokrasi liberal

2.Menganalisis sistem, struktur, atau kebijakan yang ada dalam demokrasi liberal

3.Mengidentifikasi kelebihan demokrasi liberal

4
BAB II

PEMBAHASAN
Demokrasi liberal berarti sistem politik dengan banyak partai. Adapun
kekuasaan politik dipegang oleh politisi sipil yang berpusat di parlemen. Hal ini
seperti yang diungkap Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Konsep demokrasi ini pada dasarnya merupakan model di mana posisi


badan legislatif lebih tinggi dibandingkan badan eksekutif. Perdana menteri
memimpin sebagai kepala pemerintahan, sedangkan kepala negara dalam
demokrasi parlementer dipegang oleh presiden. Demokrasi liberal menjunjung
tinggi kebebasan rakyat, berpolitik, ataupun individualisme. Pasalnya, model ini
berupaya mengurangi kesenjangan ekonomi dan seluruh rakyatnya punya derajat
dan hak yang sama. Dapat diartikan bahwa demokrasi liberal ialah sistem yang
berdasarkan pada hak-hak individu. Setiap warga negaranya dianggap bisa
menjadi pihak yang punya kuasa tanpa memandang suku, agama, hingga ras asal
dari individu tersebut.

Robert Dahl, seorang ilmuwan politik asal Amerika menyebut,


terdapat dua konsep penting dalam demokrasi liberal. Keduanya, yakni kontestasi
dan partisipasi. Kontestasi, seperti penyanggahan atau perdebatan, dapat terwujud
dengan adanya hak kebebasan pers dan membentuk partai. Dengan adanya
kebebasan membentuk partai, ada kemungkinan aspirasi individu yang sering
berbeda antara satu sama lain menjadi terakomodasi dengan baik. Akomodasi dari
pandangan politik yang berbeda inilah yang menjadi salah satu pemicu kontestasi.

Budaya kontestasi dalam demokrasi liberal di Indonesia sangatlah


kental. Tak heran bila perubahan kabinet tampak sangat dinamis karena terdapat 7
kabinet yang berkuasa hanya dalam kurun 9 tahun demokrasi liberal berlaku.
Sementara itu, Dahl yang menyebut konsep partisipasi, maksudnya partisipasi
yang bisa terwujud dengan adanya pemilu. Pemilu tersebut pun harus adil dan
bisa diikuti semua warga yang punya hak suara.Kembali pada demokrasi liberal,
ini merupakan bentuk pemerintahan yang cenderung dicirikan oleh toleransi dan
pluralisme; pandangan sosial dan politik yang sangat berbeda, bahkan yang
dipandang ekstrem, diizinkan untuk hidup berdampingan dan bersaing
memperebutkan kekuasaan politik atas dasar demokrasi.Umumnya, demokrasi
liberal bisa berbentuk monarki konstitusional ataupun republik konstitusional,
Grameds.

Pada awal kemerdekaan, sistem pemerintahan Indonesia adalah sistem


presidensial. Namun, pada 13 November 1945, pemerintah republik Indonesia
mengeluarkan suatu maklumat politik yang memiliki tujuan pengakuan

5
kedaulatan RI serta tumbuhnya partai politik di Indonesia. Maklumat tersebut
disalahartikan sehingga terjadi perubahan sistem pemerintahan dari yang berupa
sistem presidensial hingga menjadi sistem parlementer yang merupakan cikal
bakal dari munculnya demokrasi liberal. Selama rentang waktu 1945 hingga 1949,
pemerintahan Indonesia disibukkan dengan intervensi dari Belanda. Bentuk
pemerintahan pun berubah-ubah. Bahkan bentuk negara juga berubah. Bentuk
awal negara Indonesia ialah republik kesatuan. Namun ketika terjadi konflik
dengan Belanda, bentuk negara Indonesia sempat menjadi berbentuk federasi.
Sebelum menggunakan demokrasi liberal, konstitusi yang digunakan di Indonesia
adalah UUD 1945 yang kemudian digantikan dengan konstitusi UUD RIS yang
merupakan konstitusi ketika Indonesia berbentuk negara perserikatan. UUD RIS
ini kemudian digantikan dengan UUD Sementara yang diterbitkan pada tahun
1950 yang merupakan nafas dari demokrasi liberal. Sejatinya, hal yang
melatarbelakangi berdirinya demokrasi liberal ialah Indonesia yang kala itu benar-
benar terbebas dari gangguan Belanda berusaha memperbaiki jalan negaranya.
Bentuk negara serikat kala itu dirasa tidak cocok dengan semangat persatuan
rakyat Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia kembali pada bentuk kesatuan pada
tahun 1950. Demokrasi liberal sendiri merupakan bentuk pemerintahan Indonesia
yang dipilih oleh para pendiri negara dengan mencontoh bentuk pemerintahan di
negara-negara barat yang dirasa sukses menjalankan bentuk pemerintahan
tersebut.

Sistem demokrasi liberal di Indonesia pernah berlangsung dalam kurun


waktu tertentu. Jadi, Indonesia tidak selalu dipimpin oleh presiden, ada kepala
negara dan kepala pemerintahan. Bahkan Indonesia juga pernah dipimpin oleh
perdana menteri alih-alih presiden. Hal ini terjadi ketika Indonesia memiliki
sistem demokrasi liberal. Sistem demokrasi liberal diterapkan di indonesia dalam
kurun waktu tahun 1950 sampai 1959. Sistem ini didasarkan pada hak individu.
Jadi, setiap warga mempunyai hak untuk berkuasa dalam demokrasi jenis ini
tanpa memandang latar belakang, baik itu asal suku maupun agama.

Pada masa Soekarno, sistem pemerintahan di Indonesia mengalami


beberapa peralihan. Indonesia pernah menerapkan sistem pemerintahan
presidensial, parlementer (demokrasi liberal), hingga demokrasi terpimpin. Pada
masa pemerintahan Soekarno juga terjadi penyimpangan UUD 1945, di antaranya
perubahan fungsi Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), dari pembantu
presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan
GBHN yang merupakan wewenang MPR. Salah satu hasil dari Konferensi Meja
Bundar tahun 1949 adalah terbentuknya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
Pembentukan negara federal yang diprakasai oleh Belanda untuk melemahkan
integrasi Indonesia sebagai negara kesatuan ternyata tidak didukung masyarakat
Indonesia. Banyak negara bagian yang menyatakan ingin kembali ke negara

6
kesatuan dan pada 15 Agustus 1950, Perdana Menteri Kabinet RIS Mohammad
Hatta menyerahkan mandatnya kepada Presiden Soekarno.

Pemerintah Indonesia harus menghadapi banyak masalah terkait dengan


masalah keamanan dan pertahanan negara. Masalah tersebut di antaranya adalah
kemelut yang terjadi di tubuh Angkatan Darat seperti upaya-upaya memecah
integrasi bangsa dan sejumlah permasalahan ekonomi negara. Permasalahan yang
muncul ini tidak lepas dari beberapa hal berikut. Setelah pengakuan kedaulatan
oleh Belanda yang diumumkan pada 27 Desember 1949, bangsa Indonesia
dinyatakan menanggung beban ekonomi dan keuangan yang cukup besar seperti
yang diputuskan dalam Konferensi Meja Bundar. Ketidakstabilan politik yang
disebabkan oleh jatuh bangunnya kabinet berdampak pada ketidakberlanjutan
program sehingga pemerintah harus mengeluarkan anggaran untuk mengatasi
biaya operasional pertahanan dan keamanan negara. Permasalahan lain yang harus
dihadapi adalah ekspor Indonesia yang hanya bergantung pada hasil perkebunan
dan angka pertumbuhan penduduk semakin meningkat dengan tajam. Sumitro
Djojohadikusumo, ahli ekonomi Indonesia berhasil merancang gerakan Benteng
sebagai salah satu usaha untuk memperbaiki perekonomian negara. Tercetusnya
Gerakan Benteng didasari atas gagasan penting untuk mengubah struktur ekonomi
kolonial menjadi ekonomi nasional.

Gagasan Sumitro kemudian ditetapkan dalam program Kabinet Natsir


Pada bulan April 1950 dengan nama Program Benteng. Program Benteng tahap 1
resmi dijalankan selama 3 tahun (1950-1953) dengan 3 kabinet berbeda (Natsir,
Sukiman, dan Wilopo). Selama 3 tahun, lebih dari 700-an bidang usaha
bumiputera memperoleh bantuan kredit dari program ini. Akan tetapi, hal yang
diharapkan dari program ini tidak sepenuhnya tercapai, bahkan banyak pula yang
membebani keuangan negara. Ada banyak faktor yang menyebabkan kegagalan
program ini, salah satunya mentalitas para pengusaha bumiputera yang konsumtif,
besarnya keinginan untuk memperoleh keuntungan secara cepat, dan menikmati
kemewahan. Sebenarnya pemberian kredit impor yang diberikan kepada para
pengusaha bumiputera dimaksudkan untuk memicu pertumbuhan perekonomian
nasional. Akan tetapi, kebijakan ini ternyata tidak mampu meruntuhkan dominasi
para pengusaha asing. Oligopoli yang dibangun oleh para pengusaha dari
perusahaan Inggris, Belanda, dan Tiongkok yang pandai memanfaatkan peluang
ternyata tetap menguasai pasar. Program Benteng tahap 2 dimulai pada masa
Kabinet Ali pertama. Program Benteng tahap 2 merancang pemberian kredit dan
lisensi pada pengusaha swasta nasional bumiputera agar dapat bersaing dengan
para pengusaha non bumiputera. Jika pada awal tahun 1943 para importir pribumi
hanya menerima 37,9% dari total ekspor impor, maka mereka telah menerima
80% sampai 90% pada masa Kabinet Ali. Total dari 700 perusahaan yang
menerima bantuan menjadi 4000-5000 perusahaan.

7
Program Benteng gagal karena salah sasaran. Banyak perusahaan bumiputera
yang menjual lisensi impor yang diberikan oleh pemerintah kepada para
pengusaha non bumiputera. Hal ini menimbulkan istilah perusahaan "Alibaba".
Sebutan "Ali" merepresentasikan bumiputera sedangkan "Baba"
merepresentasikan non bumiputera. Bantuan kredit dan pemberian kemudahan
dalam menerima lisensi impor kemudian dinilai tidak efektif. Padahal pemerintah
telah menambah beban keuangannya sehingga menjadi salah satu sumber defisit.
Selain itu, Program Benteng diterapkan ketika industri Indonesia masih lemah dan
tingginya persaingan politik program ini dimanfaatkan oleh sebagian partai politik
untuk memperoleh dukungan.

Kabinet Natsir (September 1950-Maret 1951) berintikan Masyumi dan


PSI dengan Mohammad Natsir sebagai perdana menteri. Kebijakan-kebijakan
Natsir yang mengutamakan pembangunan perekonomian negara dianggap telah
mengabaikan masalah kedaulatan Papua oleh partai oposisi. Soekarno pun
menyetujui bahwa masalah kedaulatan Papua (yang melalui perundingan tidak
mengalami kemajuan) tidak boleh disepelekan. Kondisi ini membuat Natsir
bersikeras agar Soekarno membatasi dirinya dalam peran presiden yang hanya
sebagai lambang saja. Puncaknya, Natsir menyerahkan jabatannya yang kemudian
digantikan oleh Sukiman pada April 1951.

Jatuhnya Kabinet Sukiman disebabkan oleh adanya kegagalan dalam pertukaran


nota keuangan antara Menteri Luar Negeri Indonesia Achmad Soebardjo dan Duta
Besar AS Merle Cochran. Kesepakatan bantuan ekonomi dan militer dari AS
kepada Indonesia didasarkan pada ikatan Mutual Security Act (MSA) yang di
dalamnya terdapat pembatasan terhadap kebebasan politik luar negeri yang bebas
aktif. Indonesia diwajibkan lebih memperhatikan AS sehingga tindakan Sukiman
tersebut dipandang telah melanggar politik luar negeri yang bebas aktif dan
dianggap lebih condong ke blok Barat. Selain itu, penyebab lainnya adalah
semakin meluasnya korupsi di kalangan birokrat dan gagalnya Kabinet Sukiman
dalam menyelesaikan masalah Irian Barat. Lain halnya dengan Kabinet Ali I
(kabinet koalisi antara PNI dan NU), kabinet ini jatuh karena tidak dapat
menyelesaikan kemelut yang ada di tubuh Angkatan Darat dan pemberontakan
DI/TII yang berkobar di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh. Selain itu, ada
pula konflik antara PNI dan NU yang mengakibatkan NU menarik semua
menterinya yang duduk di kabinet.

Jatuh bangunnya kabinet dalam waktu yang singkat menimbulkan


ketidakstabilan politik yang mengakibatkan program-program kabinet tidak
berjalan dengan baik. Kondisi ini yang kemudian membuat Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959.

8
Banyak keuntungkan atau kelebihan yang ada pada demokrasi liberal
diantaranya sebagai berikut,
1.Rakyat berpengaruh
Hak rakyat pada sistem demokrasi liberal diutamakan, termasuk terkait suara
atau pendapatnya. Dengan begitu, pada sistem ini rakyat memilik pengaruh
penting yang tentunya harus didengar oleh para pejabat pemerintahan,

2.Pembuatan kebijakan singkat


Lembaga eksekutif dan legislatif negara dapat dengan cepat merumuskan
kebijakan. Penyebabnya, kedua belah pihak berada dalam naungan koalisi atau
bahkan satu partai politik,

3. Pengawasan lebih baik


Parlemen hadir sebagai wakil rakyat yang tentunya harus mengawasi
pemerintahan dengan baik. Dengan begitu, individu di negara dapat terlindungi
lantaran pengawasan selalu dilakukan,

4. Jelasnya tanggung jawab dan kebijakan


Keterangan mengenai kinerja harus dipublikasikan Ketika sistem ini digunakan.
Dengan begitu, tanggung jawab dalam pelaksanaannya bisa dilihat publik.

9
BAB III
PENUTUP
Perkembangan politik yang terjadi di Indonesia merupakan sebuah proses
yang saling berkesinambungan, salah satunya adalah periode demokrasi liberal.
Demokrasi liberal adalah sistem politik yang menganut kebebasan individu atau
mengarah kepribadi masing-masing diri sendiri yang memiliki sitem politik
dengan banyak partai, dimana kekuasaan politik dipegang oleh politisi sipil yang
berpusat di parlemen.

Sejatinya, hal yang melatar belakangi berdirinya demokrasi liberal ialah


Indonesia yang pada saat itu benar-benar terbebas dari gangguan belanda berusaha
memperbaiki jalan negaranya dan melihat bentuk negara serikat kala itu dirasa
tidak cocok dengan semangat persatuan rakyat Indonesia.

Kebijakan-kebijakan yang meliputi demokrasi liberal mulai dari kebijakan


ekonomi yang mengarah pada pembangunan dan finansial rakyat Indonesia juga
kebijakan politik yang meliputi masa demokrasi. Jadi, kami sebagai tim pro
terhadap demokrasi liberal tentu saja mendukung demokrasi liberal di terapkan di
Indonesia mengingat kelebihan dari demokrasi liberal yang akan tanggung jawab
dan kebijakan, pengawasan yang baik, pembuatan kebijakan yang singkat juga
rakyat yang sangat berpengaruh.

DAFTAR PUSTAKA

10
Gramedia.com. Pengertian demokrasi liberal.
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-demokrasi-
liberal/#Pengertian_Demokrasi_Liberal. Diakses pada 05
september 2023
Diko.id Latar belakang demokrasi liberal. https://www.dictio.id/t/apa-
latar-belakang-munculnya-demokrasi-liberal-di-indonesia/113838
Diakses pada 05 september 2023.
Id.m.wikipedia.org Demokrasi liberal. Diakses pada 05 september 2023
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Era_Demokrasi_Liberal_(1950%E2%80%931959)
m.bisnis.com.
https://m.bisnis.com/amp/read/20221202/79/1604457/demokrasi-liberal-ciri-
ciri-jenis-kelebihan-dan-kekurangannya

11

Anda mungkin juga menyukai