Oleh:
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Menambah literasi terkait perkembangan sistem demokrasi yang ada di
Indonesia
2. Mengetahui perbedaan kebijakan politik dan ekonomi pada masa Demokrasi
Terpimpin dan Liberal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Demokrasi liberal yang sekarang ini dapat kita lihat dari contoh negara yang
masih menerapkan asas demokrasi liberaldalam sistem politiknya, seperti Amerika
Serikat, menjadi salah satu sejarah kelam politik Indonesia pada saat ini.
Pemberlakuan pemerintahan Indonesia pada tahun 1950 – 1959 tersebut mengalami
banyak gonjangan politik, ekonomi, dan sosial. Berikut beberapa keadaan politik
pada masa demokrasi liberal yang perlu diketahui.
1. Sistem Multipartai
Pada masa pemerintahan demokrasi liberal ada kebebasan individu
menjadikan salah satu dasar munculnya banyak partai di Indonesia yang
sebenarnya warisan dari penerapan partai tahun tahun sebelumnya. Sistem
kerpartaian ini diawali sejak lama ketika Presiden Soekarno mendirikan PNI
kemudiaan diikut dengan keputusan wakil Presiden Moh. Hatta mengesahkan
10 partai diantaranya seperti Masyumi, PNI, PSI, PKI, PBI, PRJ, Parkindo,
PRS, Permai,PKRI.
2. Pergantian Kabinet
Keadaan politik pada masa demokrasi liberal pertama dan yang paling mudah
dilihat adalah adanya banyak pergantian kabinet selama masa demokrasi
liberal dari tahun 1950 – 1959. Kabinet menjadi bagian dari sistem
pemerintahan parlementer yang ditetapkan. Selama masa demokrasi liberial
ada 7 kabinet yang pernah terbentuk diantaranya kabinet Natsir, kabinet
Sukiman, kabinet Wilopo, kabinet Alisostroamidjoyo I, kabinet Burhanuddin
Harahap, kabinet Alisostroamidjoyo II, kabinet Djuanda. Seringnya berganti
kabinet tersebut menjadikan strategi pemerintahan dan tujuan demokrasi
liberal tidak berjalan dengan baik karena setiap kabinet memiliki pemikiran
tersendiri.
3. Pemilu 1955
4. Kegagalan Konstituante
Keadaan politik lain yang terlihat dalam masa demokrasi liberal adalah
terjadinya banyak gesekan antar partai yang memiliki kepentingan masing
masing. Kondisi gesekan antar partai tersebut menjadi salah satu alasan
kegagalan konstituante dalam tugasnya. Konstituante yang ditugasi untuk
merumuskan UUD baru tidak mampu menjalankan tugasnya bukan karena
gesekan antar partai yang menimbulkan banyak perselisihan saja namun juga
karena adanya desakan yang kuat untuk kembali pada UUD 1945.
Konstituante akhirnya dibubarkan pada tahun 1959 melalui dekrit presiden
Soekarno pada saat itu.
2.2 Politik Demokrasi Terpimpin
2. Politik mercusuar
Merupakan politik untuk mendapatkan kemegahan, keindahan dalam pergaulan
antarbangsa di dunia. Politik mercusuar dilaksanakan oleh Presiden Soekarno karena
berasumsi Indonesia sebagai mercusuar yang mampu menerangi jalan negara-negara
Nefo. Hal ini ditegaskan dengan:
Membangun beberapa bangunan fenomenal yang perlu biaya miliaran rupiah.
Mengadakan Games of the New Emerging Forces.
4). Penetapan manifesto politik Republik Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN). Seharusnya GBHN disusun dan ditetapkan oleh MPR.
6). Penyimpangan politik luar negeri bebas aktif. Penyimpangan ini dilakukan dengan
melaksanakan politik poros yaitu membentuk Poros Jakarta-Peking, Jakarta-Phnom-
Phen-Hanoi-Peking-Pyongyang. Ini artinya Indonesia lebih memihak blok komunis
padahal Indonesia masuk negara anggota non blok.
2. Permasalahan Ekonomi
Pada masa demokrasi liberal Indonesia mengalami berbagai permasalahan
ekonomi yang diantara penyebabnya adalah hasil dari Koferensi Meja Bundar.
Indonesia memiliki hutang yang sangat tinggi.
Permasalahan ekonomi yang terjadi diantaranya :
➤Masalah jangka pendek : pemerintah harus mengurangi jumlah uang yang beredar
dan mengatasi kenaikan biaya hidup.
➤Masalah jangka panjang : pertambahan penduduk tidak terkendali dan
kesejahteraan penduduk rendah.
Indonesia mengalami defisit dalam anggarannya karena pengeluaran yang semakin
membengkak akibat situasi politik yang tidak stabil.
Defisit yang dialami pemerintah dipengaruhi oleh :
➤Tidak adanya kontinuitas dalam penerimaan karena hanya bergantung pada pajak.
➤Penerimaan yang sedang berjalan meningkat akibat perluasan program pemerintah,
perluasan birokrasi, dan pekerjaan yang tidak efisien.
Konsep Djuanda
Upaya perkembangan ekonomi masa demokrasi terpimpin selanjutnya ialah
melaksanakan konsep djuanda. Pemerintah mulai memikirkan rakyat dengan
melakukan usaha pembebasan Irian Barat dan penyelesaian kasus DI Jawa Barat
dengan cara rehabilitasi ekonomi. Pemikiran tersebut mulai direalisasikan setelah
keamanan nasional mulai membaik dan pulih kembali. Sebelumnya konsep ini diberi
nama konsep rehabilitasi ekonomi yang diketuai oleh Menteri Pertama Ir Djuanda.
Untuk hasil dari konsep tersebut diberi nama Konsep Djuanda. Sebelum terbitnya
konsep ini terdapat beberapa kritikan tajam dari PKI sehingga membuat konsep
tersebut mati. PKI menganggap konsep Djuanda terdapat kaitannya dengan pelibatan
negara Amerika Serikat, Yugoslavia, dan negara revisionis.
Deklarasi Ekonomi
Upaya perkembangan ekonomi masa demokrasi terpimpin selanjutnya ialah
melaksanakan deklarasi ekonomi. Deklarasi ekonomi atau Dekon dibentuk pada
tanggal 28 Maret 1963 yang bertempat di Jakarta, dengan maksud menghasilkan
ekonomi nasional yang bebas imperialisme, memiliki sistem ekonomi yang bedikari
dan memiliki sifat demokratis. Dalam deklarasi tersebut disampaikan oleh Presiden
Soekarno. Dekon merupakan kondep dasar dalam melakukan pengembangan
ekonomi terpimpin di Indonesia. Dekon tersebut memiliki beberapa konsep seperti
berusaha untuk menghasilkan keadaan ekonomi nasional yang demokratis dan bersih
dari sifat kolonialisme maupun imperialisme, selanjutnya diikuti dengan konsep
ekonomi sosial. Didalamnya terdapat peraturan yang memiliki strategi mengambil
modal dari luar negeri, memberhentikan subsidi dan merealisasikan ongkos produksi.
PEMBAHASAN
1. Demokrasi terpimpin
Politik luar negeri pada masa Demokrasi Terpimpin ditandai dengan usaha keras
Presiden Soekarno membuat Indonesia semakin dikenal di dunia internasional
melalui beragam konferensi internasional yang diadakan maupun diikuti Indonesia.
Tujuan awal dari dikenalnya Indonesia adalah mencari dukungan atas usaha dan
perjuangan Indonesia merebut dan mempertahankan Irian Barat. Namun seiring
berjalannya waktu, status dan prestis menjadi faktor-faktor pendorong semakin
gencarnya Soekarno melaksanakan aktivitas politik luar negeri ini. Efek samping dari
kerasnya usaha ke luar Soekarno ini adalah ditinggalkannya masalah-masalah
domestik seperti masalah ekonomi. Politik luar negeri Indonesia pada masa ini juga
bersifat revolusioner.
Presiden Soekarno dalam era ini berusaha sekuat tenaga untuk mempromosikan
Indonesia ke dunia internasional melalui slogan revolusi nasionalnya yakni Nasakom
(nasionalis, agama dan komunis) dimana elemen-elemen ini diharapkan dapat
beraliansi untuk mengalahkan Nekolim (Neo Kolonialisme dan Imperialisme). Dari
sini dapat dilihat adanya pergeseran arah politik luar negeri Indonesia yakni condong
ke Blok komunis, baik secara domestik maupun internasional.
Penyebab utama Indonesia keluar dari PBB adalah diterimanya Malaysia sebagai
anggota Dewan Keamanan (DK) tidak tetap PBB. Saat Malaysia resmi menjadi
anggota DK tidak tetap PBB, Presiden Soekarno kemudian berpidato di depan Sidang
Umum PBB dengan judul “Membangun Dunia Kembali”. Pada saat itu PBB tetap
menerima Malaysia menjadi anggota DK. Atas dasar keputusan PBB tersebut, pada
tanggal 7 Januari 1965 dengan terpaksa Presiden Soekarno memutuskan Indonesia
keluar dari PBB. Secara resmi keluarnya Indonesia dari PBB dinyatakan oleh Menlu
Subandrio. Keputusan Soekarno dengan keluarnya Indonesia dari PBB, membuat
Indonesia semakin terkucil dari pergaulan internasional. Hal ini sangat merugikan dan
sangat disayangkan.
2. Demokrasi liberal
Pada masa cabinet Mohammad Hatta (Kabinet Republik Indonesia Serikat/ RIS)
politik luar negeri Indonesia di titik beratkan pada Negara Asia dan Negara Barat,
karena kepentingan Indonesia masih terkait dengan Eropa. Peranan hasil Indonesia
masih terpusat di negeri Belanda dan Eropa Barat.
Ø Pada masa Kabinet Sukiman, politik luar negeri Indonesia lebih cenderung
memihak Amerika Serikat. Terbukti dengan ditandatangani kerjasama ekonomi,
teknik, dan persenjataan antara Menteri Luar Negeri yakni Ahmad Soebarjo dengan
Duta Besar Amerika yakni Merle Cochran dalam bentuk “Mutual Security Act” pada
tahun 1952. Kerjasama tersebut mendapat reaksi dari berbagai pihak karena dianggap
telah memasuki Indonesia ke Blok Barat.
Ø Pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo Pertama, politik luar negeri Indonesia lebih
condong kerjasama dengan Negara Asia dan Negara Afrika. Terbukti dengan
dilaksanakan Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.
Ø Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap sampai lahirnya Dekrit Presiden pada
tahun 1959, politik luar negeri Indonesia mulai bersifat bebas aktif terbukti: Pertama,
Indonesia menjalin hubungan baik dengan Negara blok Barat seperti Australia,
Inggris, dan Amerika Serikat. Bahkan pada tahun 1956, Indonesia memperoleh
bantuan bahan makanan dari Amerika Serikat senilai US$96.700.000. dan Presiden
Soekarno pada bulan Maret 1956, berkunjung ke Amerika Serikat atas undangan
Presiden John F. Kennedy. Kedua, Indonesia juga menjalin blok Timur. Pada bulan
Agustus 1956, Presiden Soekarno berkunjung ke Uni Soviet dan mendapat bantuan
ekonomi dari Uni Soviet senilai US$ 100.000.000, selain itu, Presiden Soekarno juga
berkunjung ke daerah bagian Uni Soviet yakni Cekoslowakia, Kuba, dan Republik
Rakyat Cina.
B. Politik Dalam Negeri
1. Demokrasi Liberal
Pada masa demokrasi liberal strata sistem pemerintahan yang menganut asas
kebebasan / liberal dengan ditambah usaha pembuktian pada negara - negara lain di
dunia. menyebabkan Indonesia dengan sungguh - sungguh berusaha menjadi negara
yang menjunjung tinggi hak asasi manusia baik itu berpendapat maupun berkumpul.
Karena hal inilah yang mendasari sistem kepartaian di Indonesia mulai muncul satu
persatu dengan prinsip kebebasan yang dinamakan sistem Multipartai. Sistem
kerpartaian ini diawali sejak lama ketika Presiden Soekarno mendirikan PNI
kemudiaan diikut dengan keputusan wakil Presiden Moh. Hatta mengesahkan 10
partai diantaranya seperti Masyumi, PNI, PSI, PKI, PBI, PRJ, Parkindo, PRS,
Permai,PKRI. Banyaknya partai yang ada tentu sangat memberikan keuntungan bagi
indonesia saat itu untuk mendapat perhatian dunia. Namun, banyaknya partai juga
tidak membuktikan bahwa indonesia mampu mengendalikan prinsip kebebasan yang
liar. Yang disertai dengan sifat alami manusia. Bukti dari hal ini yaitu, Sering jatuh
bangunnya kabinet. Serta banyaknya persaingan parpol demi mengejar tujuan
golongannya masing - masing.
2. Demokrasi Terpimpin
Dekrit Presiden 1959 yang salah satunya berisi pancasila sebagai dasar negara dan
kembali kepada UUD 1945 dan melaksanakan secara murni dan konsekuen. Kondisi
pada masa Demokrasi Terpimpin sangat berbanding terbalik dengan Demokrasi
Liberal, salah satunya dalam sistem kepartaiannya yang cenderung tidak jelas.
Adanya partai-partai politik, bukan untuk mempersiapkan diri dalam kerangka untuk
mengisi jabatan politik dipemerintahan (karena pemilu tidak pernah dijalankan),
tetapi lebih merupakan elemen penopang dari tarik tambang antara Presiden
Soekarno, angkatan darat, dan PKI. Ditambah upaya besar Presiden Soekarno untuk
mendirikan NASAKOM. Soekarno beranggapan PKI dapat mengakomodasi
persatuan konsepsi Nasionalis, Agama, Komunis (NASAKOM) dan selanjutnya PKI
mendukung semua kebijakan presiden, seperti operasi Trikora dan menekan
perlawanan penduduk adat yang dianggap separatis. Dengan ini PKI menjadi Partai
dominan yang semakin berkembang dan dianggap Soekarno sebagai partai yang
selalu loyal pada pemerintahan yang dijalankannya.
C. Ekonomi
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perubahan yang terjadi pada masa Liberal dan Demokrasi Terpimpin juga
terlihat pada bidang ekonominya. Pada masa Demokrasi Liberal, Indonesia memiliki
hutang luar negeri dan hutang dalam negeri yang besar, sehingga terjadi defisit negara
yang juga tidak merupakan jumlah kecil. Sedangkan Indonesia pada saat itu hanya
mengandalkan satu jenis ekspor terutama jenis hasil bumi yaitu pertanian dan
perkebunan. Perekonomian masa itu masih berupa ekonomi rancangan Belanda yang
belum cukup untuk mengubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi sosial karena
belum adanya pengalaman penataan ekonomi yang baik. Kebijakan ekonomi pada
masa Demokrasi Liberal meliputi nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank
Indonesia sebagai bank sentral, penurunan jumlah uang yang beredar, serta
penekanan tumbuh kembangnya para pengusaha pribumi. Sedangkan pada masa
Demokrasi Terpimpin, diterapkan bentuk ekonomi terpimpin. Kebijakan pada masa
Demokrasi Terpimpim meliputi usaha penurunan tingkat inflasi, serta penyusunan
rencana perekonomian dan moneter jangka panjang maupun jangka pendek.
4.2 Saran
Bangsa Indonesia harus mampu memilih suatu sistem yang hendaknya bisa
mencerminkan karakter bangsa Indonesia. Dalam membangun dan mengembangkan
pemerintahan, akan lebih baik jika mementingkan kepentingan bersama daripada
kepentingan golongan, anggota maupun pribadi. Menumbuhkan dan mengembangkan
sikap saling bahu membahu serta gotong royong dalam menjalankan pemerintahan.