1. Sofjan Wanandi
2. Tahir
Dato’ Sri Tahir (Terlahir Ang Tjoen Ming) (lahir di Surabaya, 26 Maret 1952;
umur 67 tahun) adalah seorang pengusaha di Indonesia, investor, filantropis, sekaligus
pendiri Mayapada Group, sebuah holding company yang memiliki beberapa unit
usaha di Indonesia. Unit usahanya meliputi perbankan, media cetak dan TV berbayar,
properti, rumah sakit dan rantai toko bebas pajak/duty free shopping (DFS). Ia
memiliki total kekayaan US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 63 triliun. Ia menjadi dikenal
karena mampu menjadi orang terkaya keduabelas di Indonesia dan seorang filantropis
yang mampu menyumbangkan US$ 75 juta untuk kesehatan.
3. Rusdi Kirana
4. Jacob Soetoyo
Direktur PT Gesit Sarana Perkasa ini mempunyai jaringan yang kuat untuk
lobi-lobi internasional. Jacob, yang juga menjadi Dewan Pengawas Center of
Strategic and International Studies (CSIS), menyediakan rumahnya di Permata Hijau
untuk pertemuan Jokowi dengan perwakilan asing di Jakarta, antara lain dengan
Dubes Amerika Serikat (AS) Robert O’ Blacke, Duta Besar Myanmar, Meksiko,
Turki, Norwegia dan Vatikan. Sebelumnya, Jacob juga sudah memfasilitasi
pertemuan antara Jokowi dengan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir
Mohammad di rumah Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta.
5. James Riyadi
James Riyadi yang bernama asli Li Bái adalah seorang misionaris Kristen
fundamentalis. Ia adalah wakil ketua Lippo Group, konglomerat besar di Indonesia.
Dia adalah orang Tionghoa-Indonesia, dan juga anak Mochtar Riady, Lippo Group. Ia
pernah terlibat dalam kasus sponsorship pemilihan presiden Amerika Serikat yang
memenangkan Bill Clinton. James Riyadi merupakan bos Group Lippo yang
menguasai bermain di pasar perbankan, properti, dan rumah sakit. Total kekayaan
sebesar US$ 2,3 miliar pada 2018.
6. Anthony Salim
Anthony Salim atau Liem Hong Sien (lahir 25 Oktober 1949; umur 70 tahun)
adalah seorang pengusaha Indonesia. Ia merupakan putra dari pengusaha Sudono
Salim. Ia salah satu orang yang masuk ke dalam 10 Tokoh Bisnis yang paling
berpengaruh pada tahun 2005 oleh Warta Ekonomi. Predikat itu diberikan karena
dirinya berhasil membangun kembali Group Salim yang saat itu mengalami
kegagalan yang diakibatkan oleh krisis ekonomi tahun 1998. Saat krisis 1988 Salim
Group banyak mempunyai hutang hingga mencapai 55 Trilyun rupiah. Anthony
Salim yang memegang kekuasaan pada Salim Group akhirnya harus melunasi
hutangnya dengan cara menjual beberapa perusahaan yang dimilikinya yaitu PT
Indocement Tunggal Perkasa, PT BCA, dan PT Indomobil Sukses Internasional.
Meskipun demikian, Anthony Salim masih mempunyai beberapa perusahaan besar
yang tidak dia jual. Perusahaan tersebut antara lain adalah PT Indofood Sukses
Makmur Tbk dan PT Bogasari Flour Mills. Kedua perusahaan ini merupakan
perusahaan penghasil mie instant dan tepung terigu terbesar di dunia. Kekayaannya
ditaksir mencapai US$ 3 miliar atau jika dikonversikan sekitar Rp 27 triliun. Hal ini
dikarenakan Anthony Salim memiliki banyak saham baik listed maupun non listed.
7. Tommy Winata
Tommy Winata lahir di DKI Jakarta, 23 Juli 1958; umur 61 tahun, atau sering
dikenal dengan inisial TW, adalah seorang pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa
yang merupakan pemilik Grup Artha Graha atau Artha Graha Network. Usahanya
terutama bergerak dalam bidang perbankan, properti dan infrastruktur. Disamping
usaha bidang komersiil, TW juga dikenal sebagai pendiri Artha Graha Peduli, sebuah
Yayasan sosial, kemanusiaan dan lingkungan yang sering turun membantu
masyarakat di banyak daerah di Indonesia. Total kekayaan yang dimilikinya sebesar
US$ 900 juta.
8. Edwin Soeryadjaya
Ia yang bernama asli Tjia Han Poen (lahir di Jakarta, 17 Juli 1949; umur 70
tahun) adalah seorang pengusaha Indonesia. Ia adalah anak ke dua dari pengusaha
William Soeryadjaya (Pendiri Astra International). Bersama dengan Sandiaga Uno,
pada tahun 1998 ia mendirikan Saratoga Capital, perusahaan investasi terkemuka di
Indonesia yang berkonsentrasi dalam bidang sumber daya alam dan infrastruktur.
Edwin disebut sebagai orang terkaya ke-45 di Indonesia dengan estimasi nilai
kekayaan US$ 660 juta.
Robert Budi Hartono yang bernama asli Oei Hwie Tjhong (lahir di Semarang,
28 April 1940; umur 79 tahun) adalah seorang pengusaha Indonesia. Ia merupakan
anak kedua dari pendiri perusahaan Djarum yaitu Oei Wie Gwan. Total kekayaan
Robert pada tahun 2019 yang dicatat Forbes mencapai US$ 18.6 miliar
menempatkannya sebagai orang terkaya ke-54 di dunia dan orang terkaya no 1 di
Indonesia. Selain Djarum, Robert dan Michael adalah pemegang saham terbesar di
Bank Central Asia (BCA). Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd. Menguasai
51% saham BCA. Selain itu mereka juga memiliki perkebunan kelapa sawit seluas
65.000 hektare di Kalimantan Barat sejak tahun 2008, serta sejumlah properti di
antaranya pemilik Grand Indonesia dan perusahaan elektronik. Salah satu bisnis
Group Djarum di sektor ini bergerak di bawah bendera Polytron yang telah
beroperasi lebih dari 30 tahun.
PENDAPAT SAYA :
Menurut saya, dominasi 9 naga dalam dunia usaha sudah terjadi sejak dulu.
Namun hingga hari ini, sampai era kepemimpinan Presiden Jokowi, para pengusaha
ini masih eksis. Hal ini jangan dibiarkan karena dalam perspektif persaingan usaha,
naga ini berbahaya karena kalau 9 itu masih bisa oligopoli. Jadi “mereka” masih bisa
mengatur harga, kalau hal ini dibiarkan maka akan terjadi praktek kartel. Oleh karena
itu, saya harap bahkan saat ini sudah muncul para pengusaha lain yang tumbuh dan
berkembang sehingga tercipta iklim investasi yang lebih sehat. Dengan munculnya
pengusaha baru ini maka diharapkan dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak
sehingga dapat menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan di Indonesia ini.
Terutama agar angka kesenjangan sosial di Indonesia ini sedikit banyaknya dapat
berkurang.