Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES DALAM IKLAN SPRITE: KENYATAAN

GAK KAYAK DRAMA KOREA DI TELEVISI INDONESIA

Yasyfa Agnia Faza


(15210141014)
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi makna dan mendeskripsikan pesan di


dalam iklan Sprite: Kenyataan Gak Kayak Drama Korea yang ada di media televisi
Indonesia. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan
semiotik; peta semiologi Roland Barthes. Hasil penelitian ini terbagi ke dalam tiga
bagian; 1) Bagian satu, berisi tentang pendeskripsian makna adegan sepasang remaja
perempuan dan laki-laki duduk di bangku halte bus; 2) Bagian dua berisi tentang
pendeskripsian makna makna remaja perempuan sengaja melempar lembaran kertas
yang dibawanya, lalu menjatuhkan diri ketika remaja laki-laki lewat; 3) Bagian ketiga
berisi narasi Cak Lontong.

Kata Kunci: semiotik, Roland Barthes, peta semiologi, makna

PENDAHULUAN

Kehidupan remaja di Indonesia tidak dapat terlepas dari paparan kemajuan teknologi.
Segala hal yang dipublikasikan secara umum di berbagai media, dapat dengan mudah
didapatkan. Hal ini termasuk sarana hiburan seperti film, seri drama, hingga rekaman-
rekaman pendek. Kerentanan remaja dalam menjaring informasi dan komunikasi
dirasa menjadi masalah penting di Indonesia.

Tidak jarang seseorang begitu terpaku pada kehidupan yang ada di media sosial atau
seri drama yang ditontonnya. Sekedar berkhayal bukan lagi alasan yang dapat
dikemukakan. Kenyataan bahwa dunia nyata tak seindah drama Korea menjadi salah
satu semboyan iklan di televisi, atau adegan-adegan romantis di drama-drama Korea,
menjadi tamparan yang tak terelakkan tetapi hal ini juga dapat menjadi pedang
bermata dua bagi mereka yang tidak dapat menjaring informasi tersebut.
Berbicara tentang iklan, sekarang ini sedang marak iklan-iklan bertema realita
kehidupan. Tidak hanya iklan rokok, tetapi juga iklan minuman. Salah satu iklan yang
kini sedang terkenal karena keterbukaannya dalam menyampaikan pesan adalah iklan
minuman bersoda, Sprite.

Iklan ber-hashtag Nyatanya Nyegerin yang dibintangi oleh Cak Lontong ini langsung
terkenal begitu pertama kali ditayangkan di pertelevisian Indonesia. Banyak respon
positif atas kefrontalan Cak Lontong ketika bernarasi di iklan tersebut. Iklan yang
memang ditujukan untuk anak-anak muda ini sengaja diberi unsur humor dan kekinian,
hal ini semata-mata bertujuan agar pesan yang disampaikan mendapat respon yang
baik di kalangan mereka.

Keberterimaan di masyarakat—khususnya generasi muda—terhadap iklan ini, rupanya


telah membuat pihak Sprite memutuskan untuk merilis iklan sejenis, yang tentunya
masih dibintangi oleh Cak Lontong. Kemudian dari sinilah muncul seri iklan Sprite yang
dibintangi Cak Lontong sebagai narator iklan tersebut.

Penelitian ini mengambil salah satu iklan seri #NyatanyaNyegerin yang berjudul Sprite:
Kenyataan Gak Kayak Drama Korea sebagai objek penelitian. Rekaman iklan untuk
pengambilan sampel penelitian ini diambil dari sumber resmi Sprite di youtube
(https://www.youtube.com/channel/UCQ16VQ8xfkFe3y7nKzJ6aaA).

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1) Bagaimana makna dideskripsikan dalam iklan Kenyataan Gak Kayak Drama


Korea menggunakan pendekatan analisis semiotik Roland Barthes
2) Bagaimana pesan disampaikan dalam iklan Kenyataan Gak Kayak Drama
Korea

Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan untuk penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif
kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan metode simak catat.
Semiotik Roland Barthes

Barthes mengembangkan teori semiotik Saussure, lalu mengklasifikasikannya ke


dalam peta semiologi.

Gambar 1.1. Peta Semiologi Roland Barthes

1. Penanda 2. Petanda
(Signifier) (Signifiant)
3. Tanda Denotatif
(Denotative Sign)

4. Penanda Konotatif 5. Petanda Konotatif


(Connotative Signifier) (Connotative Signified)

6. Tanda Konotatif
(Connotative Sign)

Hasil dan Pembahasan

Analisis (sebagai antonim dan sintesis) merujuk pada mekanisme pegkajian atas
bagian-bagian serta keterkaitan antarbagian itu. Demikian kerja analisis
mempersyaratkan identifikasi bagian-bagian terlebih dahulu. (Alwasilah, 2006: hlm. 67)

Pada bagian ini penulis akan menjabarkan hasil dan pembahasan yang telah diambil
dari iklan Kenyataan Gak Kayak Drama Korea. Keduanya dianalisis menggunakan
pendekatan peta tanda dari Roland Barthes, hal ini bertujuan untuk melihat adakah
hubungan antara tanda, petanda, dan penanda yang ada di dalam iklan untuk mencari
pesan yang ingin disampaikan pembuat iklan. Hasil pencarian kemudian diaplikasikan
ke dalam peta tanda Roland Barthes untuk dijabarkan kembali menurut penanda,
petanda, tanda denotatif, penanda konotatif, petanda konotatif, dan tanda konotatif.

a) Bagian 1

Penanda Petanda
(Signifier) (Signifiant)
Seorang remaja perempuan duduk di Si remaja perempuan berharap remaja
bangku panjang bersama seorang remaja laki-laki itu menyampirkan jaket di
laki-laki. Mereka berteduh dari hujan di pundaknya.
halte bus. Remaja perempuan selalu
memandangi wajah remaja laki-laki di
sebelahnya dengan penuh harap, lalu
berkata “Hujan… dingiiin…”
Tanda Denotatif
(Denotative Sign)
Iklan Sprite “Kenyataan Gak Kayak Drama Korea”
Gambar 1.1

Gambar 1.2

Penanda Konotatif Petanda Konotatif


(Connotative Signifier) (Connotative Signified)
Gambar 1.1. menunjukkan seorang remaja Salah satu adegan yang banyak ada
perempuan yang berkata “Hujan… ditunjukkan di dalam drama Korea
dingiiin…” pada remaja laki-laki yang ada di adalah adegan dimana sang pria
sebelahnya. biasanya menyampirkan jaket atau
memeluk wanita yang merasa
Gambar 1.2. menunjukkan remaja laki-laki kedinginan. Pada kedua gambar ini
yang pergi menerobos hujan dengan jaket diperlihatkan bahwa si remaja
kuningnya. perempuan ingin remaja laki-laki di
sebelahnya melakukan hal yang sama
seperti adegan-adegan romantis dalam
film Korea.
Tanda Konotatif
(Connotative Sign)
Serial drama Korea banyak menyajikan adegan-adegan romantis untuk memenuhi
keinginan para penikmatnya. Keterbukaan gestur yang intim bahkan menjadi salah
satu poin tambahan dalam penayangannya. Remaja perempuan sebagai penikmat
mayor terkadang dapat terlalu hanyut dalam tontonan seperti itu, sehingga
mereka—dalam beberapa kasus—merasa iri dan ingin mendapatkan perlakuan
yang sama dari orang yang mereka sukai.

b) Bagian 2

Penanda Petanda
(Signifier) (Signifiant)
Remaja perempuan yang sengaja Remaja perempuan ingin ditolong oleh
menjatuhkan diri—membuat kertas-kertas remaja laki-laki.
yang dibawanya berhamburan—di saat
remaja laki-laki lewat di hadapannya. Tapi
remaja laki-laki tetap lanjut berjalan.
Tanda Denotatif
(Denotative Sign)
Iklan Sprite “Kenyataan Gak Kayak Drama Korea”
Gambar 2.1

Gambar 2.2
Penanda Konotatif Petanda Konotatif
(Connotative Signifier) (Connotative Signified)
Gambar 2.1 menunjukkan seorang remaja Adegan romantis dan klise seperti ini
perempuan sengaja melempar lembaran banyak terdapat di serial drama Korea.
kertas yang dibawanya, kemudian Seperti yang dilihat pada gambar,
menjatuhkan diri ketika seorang remaja kenyataan tidak seindah drama Korea.
laki-laki lewat.

Gambar 2.2 menunjukkan remaja laki-laki


yang terus berjalan sambil memainkan
handphone.
Tanda Konotatif
(Connotative Sign)
Kenyataannya, percintaan di dalam drama Korea tidak bisa disamakan apalagi ditiru di
dunia nyata.
c) Bagian 3
Penanda Petanda
(Signifier) (Signifiant)
Narator (Cak Lontong) mengatakan Merujuk pada remaja perempuan yang
“Daripada baper sendiri, mending mikir saat itu tidak bisa berpikir jernih, karena
jernih bareng Sprite.” tidak bisa membedakan dunia nyata dan
drama Korea.
Tanda Denotatif
(Denotative Sign)
Iklan Sprite “Kenyataan Gak Kayak Drama Korea”
Gambar 3.1

(Daripada baper sendiri…)


Gambar 3.2

(Mending mikir jernih bareng Sprite)

Penanda Konotatif Petanda Konotatif


(Connotative Signifier) (Connotative Signified)
Narator yang mengatakan “Daripada Hal ini seperti yang dikatakan Cak
baper sendiri, mending mikir jernih bareng Lontong, kita harus berpikir jernih dalam
Sprite” menjaring segala jenis informasi yang kita
dapat dari media. Tidak hanya semata-
mata karena ingin mendapatkan perlakuan
yang sama, maka juga melakukan hal
yang tidak sesuai di kehidupan nyata.
Tanda Konotatif
(Connotative Sign)
Perkataan Cak Lontong di atas berupa kritik sosial budaya kepada remaja-remaja yang
menyukai serial drama Korea, dan terobsesi untuk melakukan hal yang sama hingga
mengharapkan perlakuan seperti di dalam drama.
Ada baiknya bahwa kita hanya sekedar menonton dan tidak terobsesi hal yang sama.

Dari ketiga bagian iklan Sprite versi Kenyataan Gak Kayak Drama Korea yang
ditampilkan di atas, pada bagian pertama dan kedua kita dapat melihat petanda
konotatif dan tanda konotatif mendeskripsikan makna yang sama. Berdasarkan tanda
denotatif, bagian pertama dan kedua memperlihatkan seorang remaja perempuan
yang meniru adegan dalam serial drama Korea, sedangkan pada petanda konotatif
dijelaskan bahwa kenyataan tidak seindah drama Korea. Hal itu terlihat dari sikap
remaja laki-laki yang tidak menghiraukan aksi gadis itu, dan malah terus berjalan.
Tanda konotatif yang dapat diambil dari bagian pertama dan kedua di atas, dapat kita
simpulkan bahwa, kita sebagai masyarakat Indonesia seharusnya bisa memilah hal-hal
yang pantas ditiru apalagi dengan jenis informasi yang memiliki kultur berbeda.
Perbedaan kultur antara Indonesia dan Korea menjadi salah satu faktor terpenting agar
generasi muda (mayoritas remaja perempuan) berpikir sebelum bertindak, tidak
semena-mena dalam meniru adegan yang dirasa dapat berefek sama pada kehidupan
nyata di Indonesia.

Pada bagian ketiga, disinilah tamparan kenyataan yang diberikan Cak Lontong sebagai
narator iklan tersebut. Dia dengan frontal mengatakan “Daripada baper sendiri,
mending mikir jernih bareng sprite” di akhir sesi iklan. Pesan dari kata tersebut
berdasarkan analisis petanda konotatif, yaitu berpikirlah jernih sebelum bertindak.
Sprite di sini disimbolkan sebagai bentuk kejernihan pikiran, hal yang dapat
menyegarkan pikiran sehingga orang yang meminumnya dapat berpikir jernih sebelum
bertindak.

Kesimpulan

Iklan memang ditujukan untuk menarik perhatian masyarakat agar membeli atau
menggunakan produk mereka. Tidak hanya itu saja, iklan juga semakin sering
memperlihatkan tema berbau kritik sosial maupun budaya. Untuk itulah kehadiran iklan
sebagai bentuk dan simbol kehidupan masyarakat menjadikan mereka bahan kajian
yang saat ini semakin banyak diteliti.

Dalam penelitian ini, kesimpulan yang dapat diambil ialah kehidupan bermasyarakat
tidak dapat disamakan dengan kehidupan khayalan seperti yang ada di dalam film atau
serial drama. Kehidupan ini bersifat dinamis, tidak bisa ditebak aksi dan reaksinya jika
kita hanya berpaku pada rentetan plot di dalam naskah. Kita sebagai manusia harus
bisa berpikir jernih dalam bertindak, dan menyaring informasi yang ada di media sosial
maupun media hiburan seperti film atau serial drama Korea. Hal-hal yang baik dan
sesuai dengan kultur Indonesia saja yang diambil dan diaplikasikan ke dalam
kehidupan bermasyarakat.

Daftar Pustaka

Chandler, Daniel. 2007. Semiotics The Basics. New York: Routledge

Alwasilah, A. Chaedar. 2006. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya

Anda mungkin juga menyukai