Anda di halaman 1dari 21

REPRESENTASI KRIMINALITAS DI JAKARTA

(Studi Analisis Simiotika dalam Film Jakarta VS Everybody)

Mata Kuliah : Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif

Dosen : Dr. Susi Yunarti., M.SI

Disusun oleh :

Muhammad Zidane Fachrezy

1964190047

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI

JAKARTA

2022
DAFTAR ISI

Halaman Judul .....................................................................................................................i

Daftar Isi ..............................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................3

1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................................................3

1.4.2 Manfaat Praktis .....................................................................................3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................4

2.1 Penelusuran Penelitian Sebelumnya ...............................................................4

2.2 Landasan Teori ...............................................................................................6

2.3 Kerangka Konsep ............................................................................................7

2.4 Kerangka Pemikiran .....................................................................................11

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN .....................................................................13

3.1 Desain Penelitian ..........................................................................................13

3.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................14

3.3 Penentuan Informan ......................................................................................14

3.4 Teknik Triangulasi ........................................................................................15

3.5 Teknik Analisis Data ....................................................................................15

3.6 Rancangan Pertanyaan Wawancara ..............................................................16

3.7 Jadwal Penelitian ..........................................................................................16

ii
DAFTAR PUSTAKA………………..................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang :

Seiring perkembangan zaman, film juga mengalami perkembangan karena banyaknya


genre film yang beredar di masyarakat. Di antaranya genre film drama. Film drama
merupakan genre yang banyak di produksi karena jangkauan ceritanya luas. Film-film
drama umumnya memiliki keterkaitan dengan setting, tema cerita, karakter, serta suasana
yang membingkai dikehidupan nyata. Konflik bisa dibentuk oleh lingkungan, diri
sendiri, maupun alam. “Jakarta vs Everybody” merupakan film drama yang disutradarai
dan ditulis oleh Ertanto Robby Soediskam menarik perhatian banyak penonton, karena
film ini menguak sisi gelap dari kota Jakarta. Film Jakarta vs Everybody dibintangi oleh
Jefri Nichol, Wulan Guritno, Ganindra Bimo, Dea Panendra, Jajang C Noer.

Film Jakarta vs Everybody ditayangkan di Bioskop Online secara terbatas pada 19


Maret 2022. Sebelumnya film ini sudah tayang di Estonia pada tanggal 26 November
2020. Film Jakarta vs Everybody berhasil menembus Festival Film Black Nights Tallinn
ke-24.

Film Jakarta vs Everybody mengisahkan sosok Dom yang berusia 23 tahun


memutuskan untuk pergi merantau ke Jakarta. Tujuan Dom pergi ke Jakarta adalah untuk
mengejar mimpinya sebagai aktor ternama di Ibukota. Namun perjalanan untuk menjadi
aktor tidaklah mudah. Dom harus menghadapi kesulitan hidup di kota metropolitan.
Hingga pada suatu hari Dom bertemu dengan Pinkan dan Radit. Dom akhirnya
bergabung dengan Radit dan Pinkan yang ternyata menjadi kurir narkoba. Dengan
memanfaatkan bakat aktingnya, Dom melakukan pekerjaan kurir narkoba agar tidak
dicurigai. Dengan bantuan dari atasan sekaligus bandar narkoba (Pinkan), Dom belajar
menjadi kurir narkoba. Dom akhirnya bertemu dengan Khansa yang berprofesi menjadi
perias mayat, yang akhirnya menyadarkan Dom untuk kembali ke jalan mimpinya.

Pada era saat ini film sebagai media penyampaian pesan kepada khalayak luas melalui
salah satu instrument media massa. Pesan yang disampaikan bervariatif dan berbagai
macamnya, sesuai dengan tujuan dan maksud film itu diproduksi. Dalam seni peran,

1
bahasa menjadi unsur utamanya. Di dalam Ilmu Komunikasi dinyatakan bahwa proses
komunikasi secara primer itu proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media. Lambang
sebagai media primer dalam proses komunikasi itu seperti bahasa, isyarat, gambar, dan
lain lain yang secara langsung mampu menterjemahkan pikiran dan perasaan
komunikator kepada komunikan. Di dalam proses ini, simbol-simbol yang digunakan
oleh partisipan terdiri dari simbol-simbol yang digunakan oleh para partisipan
komunikasi baik verbal (bahasa lisan maupun tulisan) dan non verbal (gerak anggota
tubuh, gambar, warna dan berbagai isyarat yang tidak termasuk kata-kata atau bahasa).

Semiotika adalah teori yang mempelajari tentang tanda. Studi semiotik tentang tanda
dalam konteks skenario, gambar, teks dan adegan dalam film sehingga menjadi sesuatu
yang bisa diartikan. Semiotika menurut Barthes (Kurniawan, 2001) pada dasarnya
semiologi yang mempelajari bagaimana kemanusiaan, memaknai benda (things).
Kehidupan sosial adalah suatu bentuk tanda, dengan kata lain kehidupan sosial apapun
bentuknya adalah sistem tanda terpisah. Kehidupan sosial sering digambarkan dalam
tayangan film. Oleh karena itu, Tanda- tanda tersirat dalam film tersebut dapat diterima
oleh penonton di dalam hidupnya (Kurniawan, 2001).

Representasi merupakan suatu hal yang tidak bisa lepas dari penyampaian pesan di
media. Representasi di dalam media di artikan sebagai penggunaan tanda-tanda seperti
gambar, suara dan sebagainya untuk menampilkan ulang sesuatu yang diserap, di indera,
di bayangkan, ataupun dirasakan dalam bentuk fisik. Dalam buku Wiradinata
mengasumsikan dua proses representasi yaitu representasi mental (konsep tentang
sesuatu yang ada dikepala kita masing-masing dan masih berbentuk abstrak) dan
bahasa yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Berhubungan dengan
penelitian ini, film berlaku sebagai media yang menjadi wadah dalam merepresentasikan
sesuatu kepada khalayak dan hal tersebut dianggap sebagai realitas yang ada di dalam
kehidupan sosial masyarakat.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang


film ‘Jakarta vs Everybody’ dengan menggunakan semiotika dalam memahami tanda dan
makna pada setiap adegan film tersebut. Dengan demikian, peneliti memutuskan untuk
mengangkat fenomena ini dengan mengambil judul penelitian “Representasi Kriminalitas
di Jakarta (Studi Analisis Simiotika dalam film Jakarta vs Everybody)”

2
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi
fokus penelitian adalah: Bagaimana representasi kriminalitas di Jakarta yang
ditampilkan dalam adegan film Jakarta vs Everybody.

1.2.2 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana penanda (signifer) merepresentasikan kriminalitas di Jakarta dalam


film Jakarta vs Everybody

2. Bagaimana petanda (signified) merepresentasikan kriminalitas di Jakarta dalam


film Jakarta vs Everybody

3. Bagaimana realitas eksternal dalam film Jakarta vs Everybody

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
serta menguraikan mengenai adegan film dengan analisis simiotik Ferdinand de Saussure
dilihat dari penanda dan petanda.

1. Mengetahui penanda (signifier) merepresentasikan kriminalitas di Jakarta dalam film


Jakarta vs Everybody

2. Mengetahui petanda (signified) merepresentasikan kriminalitas di Jakarta dalam film


Jakarta vs Everybody

3. Mengetahui realitas eksternal dalam film Jakarta vs Everybody

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan


analisis simiotika Ferdinand de Saussure. Untuk menghasilkan informasi secara akurat

3
dan rinci serta dapat memberikan jawaban dari permasalahan baik secara teoritis maupun
praktis. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca. Kegunaan
penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai representasi kriminalitas


di Jakarta melalui film dengan analisis semiotika Ferdinand de Saussure. Hasil
penelitian ini juga diharapkan mejadi sumber informasi dan referensi mengenai
representasi film dengan menggunakan analisis semiotika terkait makna-makna
tertentu serta dapat memperluas wawasan bagi ilmu komunikasi khususnya dalam
kajian perfilman.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan memberikan pengaruh bagi


peneliti terhadap perkembangan pembelajaran berupa tanda-tanda dalam sebuah
alur cerita pada film dengan menggunakan pendekatan semiotika sehingga fungsi
film itu sendiri tidak hanya sebagai sarana hiburan saja, melainkan memberikan
manfaat lain bagi kehidupan nyata.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelusuran Penelitian Sebelumnya

Pada bagian pembahasan ini, peneliti melakukan perbandingan dengan peneliti


terdahulu yang sejenis dan dijadikan referensi agar dapat memperkaya teori. Berikut
adalah beberapa penelitian sejenis yang dijadikan acuan oleh peneliti untuk mendukung
penelitian :

1. Penelitian milik Ishmatun Nisa (2014), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
dengan judul Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Jokowi. Penelitian ini
menggunakan teori Charles Sanders Pierce dan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Tujuan penelitiannya adalah mengetahui dan memahami representamen,
object, dan intreprentant dalam film Jokowi.

2. Penelitian milik Ahmad Faiz Abdurrahman (2018), Universitas Pasundan dengan judul
Analisis Semiotika Film Cek Toko Sebelah. Penelitian ini menggunakan teori
semiotika dan menggunakan metode penelitian kualitatif. Tujuan penelitiannya adalah
untuk mengetahui bagaimana penanda (Signifer) dan petanda (Signified) yang
terdapat dalam film “Cek Toko Sebelah” dan bagaimana pesan moral serta
mengetahui realitas sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat.

3. Penelitian milik Afiffah Camilla Novitasari (2022), Universitas Pasundan dengan


judul Representasi Kemiskinan Dalam Film Parasite. Penelitian ini menggunakan
teori konstruksi realitas sosial. Tujua penelitiannya adalah untuk mengetahui serta
menguraikan mengenai adegan film dengan analisa semiotic Ferdinand de Saussure
dilihat dari penanda dan petanda.

4. Penelitian milik Muhammad Farqi Panani (2015), Universitas Pasundan dengan judul
Representasi Kehidupan Pondok Pesantren Modern dalam Film “Negeri 5 Menara”.
Penelitian ini menggunakan teori semiotika dan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui bagaimana penanda
(Signifer) dan petanda (Signified) dalam merepresentasikan kehidupan pondok
pesantren modern serta mengetahui makna realitas eksternal dalam merepsentasikan

5
kehidupan pondok pesantren modern pada adegan-adegan dalam film “Negeri 5
Menara”

2.2 Landasan Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Realitas Sosial. istilah
konstruksi realitas sosial pertama kali dikenalkan oleh Peter L.Berger dan Thomas
Luckmann melalui bukunya The SocialConstruction of Reality : A Treatise in the
Sociology of Knowledge yang memiliki akar dari fenomenologi dan interaksi simbolik.

Menurut Laura Christina Luzar dari Universitas Binus dalam proses Konstruksi Sosial
atas Realitas (Social Construction of Reality) didefinisikan sebagai tahapan sosial
melalui tindakan dan interaksi dimana individu atau sekelompok individu, menciptakan
secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.
Teori ini berakar pada paradigm konstruktivis yang melihat realitas sosial sebagai
konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu, yang merupakan manusia bebas.
Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan
kehendaknya, yang dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas
control struktur dan pranata sosialnya. Dalam proses sosial, manusia dipandang sebagai
pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya. Menurut Berger &
Luckman, terdapat 3 (tiga) bentuk realitas sosial, antara lain :
1. Realitas Sosial Eksternalisasi

Merupakan suatu kompleksitas definisi realitas (termasuk ideologi dan


keyakinan) gejala-gejala sosial, seperti tindakan dan tingkah laku yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dan sering dihadapi oleh individu sebagai fakta.

2. Realitas Sosial Objektifikasi

Merupakan ekspresi bentuk-bentuk simbolik dari realitas objektif, yang


umumnya diketahui oleh khalayak dalam bentuk karya seni, fiksi serta berita-berita di
media.

6
3. Realitas Sosial Internalisasi

Realitas sosial pada individu, yang berasal dari realitas sosial objektif dan
realitas sosial simbolik, merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki individu
dan dikonstruksi melalui proses internalisasi. Atau bisa disebut dengan bagaimana
orang menyerap apa yang mereka lihat.

Setiap peristiwa merupakan realitas sosial objektif dan merupakan fakta yang
benar-benar terjadi. Realitas sosial objektif ini diterima dan diinterpretasikan sebagai
realitas sosial subjektif dalam diri pekerja media dan individu yang menyaksikan
peristiwa tersebut. Pekerja media mengkonstruksi realitas subjektif yang sesuai
dengan seleksi dan preferensi individu menjadi realitas objektif yang ditampilkan
melalui media dengan menggunakan simbol-simbol. Tampilan realitas di media inilah
yang disebut realitas sosial simbolik dan diterima pemirsa sebagai realitas sosial
objektif karena media dianggap merefleksikan realitas sebagaimana adanya.

2.3 Kerangka Konsep

2.3.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi secara awan bertujuan menyampaikan pengetahuan pada orang


lain dan komunikasi yang baik artinya komunikasi dapat dimengerti dan diterima
oleh orang lain. Selain menggunakan secara lisan atau berekspresi, komunikasi
bisa dapat dilakukan dengan bahasa tubuh atau menggunakan gerakan tubuh.

Komunikasi ialah kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dengan berbicara


manusia bisa mudah berhubungan dengan satu sama lain, seperti di dalam
keluarga, pertemanan, dan juga lingkungan kantor. Tidak terdapat manusia yang
tidak hendak ikut serta dalam komunikasi. Komunikasi berarti untuk kehidupan
manusia. Seiring berjalannya waktu, pengetahuan manusia semakin berkembang
karena adanya komunikasi. Komunikasi pula membentuk sistem sosial yang saling
memerlukan satu sama lain, hingga dari itu komunikasi serta manusia tidak bisa
dipisahkan.

7
Penafsiran komunikasi bisa dilihat dari etimologi (bahasa) dan terminology
(sebutan). Dari sudut etimologi “Komunikasi ataupun communication dalam
bahasa inggris berasal dari kata latin Communis yang artinya membuat sama”. Dari
penafsaran tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan sesuatu
penyampain pesan yang bertujuan guna menciptakan anggapan ataupun makna
antara komunikator dan komunikan.

Secara terminology terdapat banyak sekali ahli yang mencoba mendefinisikan


seperti, Hovland, Janis serta Kalley. “Komunikasi merupakan proses individu
mengirim stimulus yang umumnya dalam wujud verbal untuk mengubah tingkah
laku manusia” (Forsdade). Seperti yang dikatakan Laswell “komunikasi ialah
jawaban dari apa yang dikatakan media akan ada efeknya”.

Dari sebagian penafsiran diatas bisa disimpukan bahwa komunikasi


merupakan suatu proses dalam menyampaikan pesan dari komunikator ke
komunikan dengan menggunakan media tertentu yang bermanfaat sebagai uraian
yang sama. Jadi dua orang ikut serta dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk
obrolan, hingga komunikasi hendak terjalin ataupun berlangsung sepanjang ada
kesaman mengenai makna.

2.3.2 Komunikasi Massa

Dalam Kutipan Effendy tahun 2003, komunikasi masa yakni komunikasi lewat
media massa modern, meliputi pesan berita yang memiliki perputaran yang luas,
siaran radio serta tv yang diperuntukan kepada universal, serta film yang
dipertunjukan digedung-gedung bioskop. Komunikasi massa menyiarkan data,
gagasan serta perilaku kepada komunikan yang bermacam-macam dalam jumlah
banyak dengan memakai media.

Komunikasi massa dimaksud selaku tipe komunikasi yang diperuntukan


kepada beberapa khalayak yang tersebar, heterogen serta anonim lewat media cetak
ataupun media elektronik sehingga pesan yang sama bisa diterima secara serentak
serta sesaat( Ardianto, Lukiati serta Karlinah, 2007: 6).

Dalam prosesnya, komunikasi massa berlangsung secara ‘berbalik’ atau


circular, tidak melurus atau linier, berarti idenya selaku ekspresi dari panduan serta
kejian yang setelah itu berupa pesan, sehabis sampai kepada komunikan wajib

8
diusahakan supaya dampak komunikasinya dalam wujud asumsi mengarus jadi
umpan balik, dengan kata lain komunikator wajib mengetahui dampak ataupun
akibat yang dihasilkan dari komunkasi yang dilancarkannya itu. Apakah positif
cocok dengan tujuan, apakah negatif. Setelah dievaluasi umpan balik
komunikasinya itu positif, hingga pola komunkasi yang sama bisa dipergunakan
lagi untuk pesan lain yang wajib dikomunikasikan, apabila syaratnya negatif, pada
gilirannya wajib diteliti faktor penghambat yang menimbulkan kegagalan
komunikasinya. (Effendy, 2003 :310)

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan, komunikasi massa bisa dimaksud


selaku tipe komunikasi yang ditujunkan kepada khalayak banyak, heterogen, serta
tersebat lewat media, bisa media cetak, ataupun elektronik sehingga informasi yang
sama bisa diterima secara berbarengan atau serentak.

2.3.3 Definisi Film

Film merupakan media yang sangat efektif dalam menyampaikan seni peran
terutama dalam membangkitkan emosi. Seni gambar sangat kompleks,
membutuhkan kontribusi dari hampir semua seni lainnya serta keterampilan teknis
yang tak terhitung jumlahnya, seperti dalam rekaman suara, fotografi, dan optik.
Sebagai usaha komersial, menawarkan narasi fiksi kepada banyak penonton di
bioskop, film dengan cepatnya dikenali oleh banyak orang, mungkin sebagai
bentuk hiburan bersama yang sesungguhnya.

Kini, film berkembang dengan pesat. Dari kemunculan gambar bergerak


berwarna hitam dan putih hingga film dengan konsep tiga dimensi yang
menggunakan berbagai teknologi canggih. Film merupakan salah satu bentuk
media audio visual yang sudah dikenal masyarakat saat ini, dengan tujuan untuk
mencari hiburan disaat waktu luang hingga mendapatkan edukasi dari pesan yang
disampaikan oleh film tersebut.

Selain itu, film juga merupakan industri media massa yang tidak akan
habisnya karena digunakan sebagai media yang merefleksikan atau membentuk
realitas. Media ini cukup banyak disukai dan dinikmati masyarakat di penjuru
dunia, selain untuk hiburan tetapi untuk menyalurkan hobi juga.

2.3.4 Representasi

9
Representasi merupakan penggunaan bahasa untuk menyampaikan sesuatu
yang bermakna kepada orang lain. Representasi ini dapat berwujud kata, gambar,
sekuen, cerita, dan lain sebagainya yang mewakili ide, emosi, fakta. Representasi
merupakan bagian terpenting dari proses dimana sebuah arti diproduksi dan
ditukarkan antara anggota kelompok dalam suatu kebudayaan. Menurut Stuart
Hall, terdapat dua proses representasi, yang pertama yaitu representasi mental,
suatu konsep abstrak di dalam kepala terhadap objek yang dirasakan atau dilihat
menggunakan alat indera. Kedua, represesentasi bahasa dimana masih
berhubungan dengan representasi mental karena bahasa berperan penting dalam
konstruksi makna. Konsep yang ada dalam benak kita diartikan menggunakan
bahasa yang memungkinkan kita untuk memahami sesuatu objek yang bermakna.

(Hall, 1997:192-193). Hall juga menambahkan tiga pendekatan representasi


antara lain :

1) Pendekatan Reflektif, makna yang diproduksi oleh manusia melalui


ide, media objek dan pengalman-pengalaman di dalam masyarakat
secara nyata

2) Pendekatan Intensional, penutur bahasa baik lisan maupun tulisan


memberikan makna unik pada setiap hasil karyanya. Bahasa yaitu
media yang digunakan oleh penutur dalam mengkomunikasikan akna
dlam setiap hal-hal yang berlaku khusus yang disebut unik

3) Pendekatan Konstruksionis, pembicara dan penulis memilih


menetapkan makna dalam pesan atau karya yang dibuatnya. Tetapi,
bukan dunia material atau benda hasil karya seni dan sebagainya yang
meninggalkan makna tetapi manusialah yang meletakkan makna.

Dengan demikian, peneliti menarik kesimpulan bahwa representasi itu proses


bagaimana konsep dan tanda-tanda dihubungkan untuk memproduksi sebuah
makna lalu disampaikan melaui penggunaan bahasa serta penggambaran pesan atau
sesuatu yang ingin disampaikan kepada orang lain.

10
2.3.5 Kriminalitas

Kriminalitas adalah semua bentuk perbuatan yang melanggar hukum baik itu
perdata ataupun pidana. Pelaku kriminal jika sudah terbukti dalam persidangan
maka akan dihukum sesuai dengan tindakan kriminalnya. Tindakan kriminal bisa
dipicu oleh dampak masalah sosial, tekanan, depresi, dan pergaulan yang salah.
Pada prakteknya, tindakan kriminal dibagi menjadi 2 yaitu :

1. White Colar Crime adalah tindak kriminal yang dilakukan oleh jajaran elit di
sebuah perusahaan atau di pemerintahan. Karena pelakunya adalah orang-orang
yang berkuasa maka sulit sekali untuk menangkap para pelakunya. Bahkan
biasanya mereka meminta perlindungan dari oknum aparat agar bisa leluasa
melakukan kejahatannya. Contoh dari tindak kriminal ini adalah korupsi,
penggelapan pajak, suap dan sebagainya.

2. Blue Colar Crime adalah tindak kriminal yang dilakukan oleh kelas bawah
dalam suatu masyarakat. Tindakan kriminal mereka seputar mencuri,
merampok, begal, mencopet dan sebagainya. Mereka sulit menghindari hukum
dan biasanya tidak dalam waktu lama dari tindakan kriminal mereka, mereka
langsung dihukum.

2.4 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan pernyataan mengenai kerangka konsep pemecahan


masalah yang diidentifikasi. Kerangka pemikiran dalam sebuah kualitatif kualitatif
sangat menentukan proses penelitian secara menyeluruh. Uraian dalam kerangka
pemikiran harus mampu menjelaskan dan menegaskan secara komprehensif, sehingga
yang terdapat dalam fokus penelitian dan pertanyaan penelitian semakin jelas.

Dasar pemikiran yang peneliti dapat untuk mengambil film sebagai objek penelitian
adalah karena film merupakan salah satu bagian dari media massa, dimana keberadannya
semakin penting bagi khalayak seiring perkembangaan zaman. Informasi sudah menjadi
kebutuhan yang penting bagi kehidupan manusia. Sehingga, tidak ada salahnya jika
media massa dikatakan mampu memberikan pengaruh bagi khalayaknya. Dengan begitu,
media massa dapat memberikan nilai- nilai khusus atau pesan pada khalayak.

11
Film merupakan tampilan yang diproduksi secara khusus untuk pertunjukan di gedung
atau bioskop. Pengertian film jenis ini disebut dengan istilah teatrikal. Film ini berbeda
dengan film televise atau sinetron yang dibuat khusus untuk siaran televise. Film adalah
alat audio visual yang sangat menarik oerhatian banyak orang karena dalam film itu
selain memuat adegan yang terasa hidup juga adanya sejumlah kombinasi anara suara,
tata warna, costum dan panorama yang indah. Dengan begitu, film memiliki daya tarik
yang kuat untuk bisa memuaskan penonton.

Dalam cerita pada sebuah film pasti terdapat pesan tersembunyi untuk semua orang
yang menontonnya yang diisyaratkan melalui tanda dalam adegan film tersebut.
Pengungkapan makna dalam sebuah adegan film sangatlah penting, karena makna yang
terkandung dalam adegan film tersebut merupakan komunikasi verbal dan komunikasi
non verbal yang penting untuk ditelaah dalam kajian ilmu komunikasi. Di setiap
melakukan komunikasi, unsur yang penting salah satunya dalah pesan, karena pesan
disampaikan melalui media yang tepat, bahasa yang dimengerti, kata-kata yang
sederhana dan sesuai dengan apa yang dimaksud, serta tujuan pesan tersebut akan
disampaikan dan mudah diterima dengan baik oleh komunikan.

Semiotika merupakan suatu cabang Ilmu filsafat yang semula berkembang dalam
bidang bahasa, kemudian dalam perkembangannya ikut merambahi bidang seni juga.
Teori semiotika adalah disiplin ilmu yang menelaah tanda termasuk pengertian simbol,
indeks, ikon dan karya seni merupakan komposisi tanda baik secara verbal atau non
verbal. Teori yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure ini dibagi menjadi dua
bagaian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda dan
petanda tersebut saling berkaitan yang akan menghasilkan realitas eksternal atau
penanda. Realitas eksternal merupakan segala bentuk realitas yang terjadi pada diri dan
luar diri kita. Realitas inilah yang merupakan segala fakta yang terjadi dalam kehidupan
kita, seperti di dalam adegan film.

Pada penelitian ini, yang menjadi objek adalah kriminilitas yang ada di dalam adegan
film Jakarta vs Everybody, serta untuk memahami adegan film tersebut, peneliti
menggunakan teori konstruksi realitas sosial. Teori ini menjelaskan bagaimana suatu
realitas dipandang sebagai hasil konstruksi.

12
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian. Desain penelitian ada enam jenis yaitu :

a. Desain penelitian yang ada kontrol.

Desain ini adalah desain percobaan atau desain bukan percobaan dan mempunyai
kontrol.

b. Desain penelitian Deskriptif-analitis.

Desain penelitian deskriptif merupakan studi untuk menemukan fakta dengan


interpretasi yang tepat, sedangkan desain penelitian analitis adalah studi untuk
menguji hipotesa yang mengadakan interpretasi yang lebih dalam tentang hubungan.

c. Desain penelitian lapangan atau bukan.Penelitian ini menggunakan lapangan atau


tidak.

d. Desain penelitian dalam hubungan dengan waktu. Penelitian dengan menggunakan


interval waktu tertentu.

e. Desain dengan tujuan evaluatif atau bukan.

Desain penelitian evaluatif atau bukan berhubungan dengan keputusan administratif


terhadap aplikasi hasil penelitian.

f. Desain penelitian dengan data primer/sekunder.

Dalam penelitian dapat didesain menggunakan data primer atau data sekunder.

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah desain penelitian studi kasus, karena
peneliti ingin menemukan fakta dan meginterpretasikan tentang tindak kriminalitas di

13
Jakarta di dalam film Jakarta vs Everybody untuk menemukan secara akurat sifat dari
beberapa fenomena, individu atau kelompok yang ada di Jakarta.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Tenik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui pengamatan dan
pengintepretasian terhadap simbol-simbol yang ditonjolkan dalam film “Jakarta vs
Everybody”. Pengumpulan ini dilakukan melalui pengambilan adegan, dialog, rekaman
gambar ekspresi wajah para tokoh dan analisis teknik sudut pengambilan kamera.

Teknik pengumpulan lainnya menggunakan bahan dokumenter seperti artikel, buku,


jurnal penelitian yang diperoleh secara online. Sumber bahan tersebut digunakan untuk
menganalisis penelitian ini sekaligus sebagai sumber informasi mengenai fenomena
sosial yang terjadi di masyarakat.

Selain itu dalam penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data
wawancara. Peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan agar dapat menimbulkan
tanggapan yang sama sehingga tidak menimbulkan kesulitan pengolahan karena
interpretasi yang berbeda.

3.3 Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang mempertimbangkan hal-hal tertentu dalam pengambilan
sampelnya.

Informan dalam penelitian ini diantaranya :

1. Sutradara dari film Jakarta vs Everybody

2. Produser dari film Jakarta vs Everybody

14
3.4 Teknik Triangulasi

Triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk
mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda
(Norman K. Denkin)

Tringulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data.
Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara mengecek informasi/data yang diperoleh
melalui wawancara. Kemudian data tersebut ditanyakan oleh narasumber yang lain yang
masih terkait satu sama lain. Peneliti menggunakan beberapa narasumber/informan
tambahan selain informan utama untuk mengecek kebenaran dari informan utama.
Dalam penelitian ini informan utama adalah sutradara dan informan tambahan adalah
sutradara.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk
mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan.

Analisis data yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematik data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan lainnya. Sehingga peneliti dapat
mudah paham dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

1. Reduksi Data

Dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,


pengabstakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan tertulis
dilapangan.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis
sehingga mudah dipahami. Kemampuan manusia sangat terbatas dalam menghadapi
catatan lapangan yang bias mencapai ribuan halaman.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Simpulan ini merupakan proses re-check yang dilakukan selama penelitian dengan cara
mencocokan data dengan catatan yang telah dibuat peneliti dalam melakukan penarikan
simpulan awal.

15
3.6 Rancangan Pertanyaan Wawancara

N
Pertanyaan
O
Sebelum kamu membuat/ ikut dalam film ini, apakah kamu tau
1
secara detail mengenai kriminalitas di Jakarta seperi apa?

Bagaimana menurut kamu mengenai pemberitaan di media


2
mainstream tentang kriminalitas di Jakarta?
Mengapa mengambil sudut pandang tersebut?
3

Menurutmu apakah aparat hukum sudah benar dalam menangani


4
kriminalitas di Jakarta?
5 Pesan apa yang ingin kamu sampaikan dalam pembuatan film ini?

3.7 Jadwal Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2021/2022, berikut
rincian kegiatan penelitian adalah sebagai berikut.

Proposal : April 2022

Perijinan : Mei 2022

Pengumpulan data : Juni 2022

Analisis data : Juni 2022

16
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Sugiyono. 2016. Metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Vera, N. 2014. Semiotika dalam riset komunikasi.

Bogor: Ghalia Indonesia.

Syamsul, Asep. 2018. Jurnalistik Online panduan mengelola media online. Bandung:Nuansa
Cendekia.

Sumber Elektronik

Lab. DO. 2022. “Contoh Teknik Analisis Data Dalam Penelitian Kualitatif”.
(https://dqlab.id/contoh-teknik-analisis-data-dalam-penelitian-kualitatif, diakses
tanggal 10 Juli 2022)

Faizti, Nurfadhela. 2021. “Mengenal Macam-Macam Analisis Data Kualitatif dalam


Penelitian” . (https://www.duniadosen.com/macam-macam-analisis-data-kualitatif/,
diakses tanggal 10 Juli 2022)

Karim,Ridwan. 2021. ”Pengertian Paradigma Penelitian Beserta Jenis-Jenis Lengkap!”.


(https://penerbitbukudeepublish.com/paradigmapenelitian/#3_Positivisme, diakses
tanggal 09 Januari 2022)

Julianti, Dwi. 2022. “Pengertian dan Jenis-Jenis


Kriminalitas”(https://www.zenius.net/blog/pengertian-jenis-kriminalitas, diakses
tanggal 15 Mei 2022)

Skripsi

Nisa, Ishmatun. 2014. Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Jokowi. Skripsi. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Abdurahman, Faiz A. 2016. Analisis Semiotika Film Cek Toko Sebelah. Skripsi. Bandung:
Universitas Pasundan.

Camilla, Afifah. 2022. Representasi Kemiskinan Dalam Film Parasite. Skripsi. Bandung:
Universitas Pasundan.

17
Panani, Farqi M. 2015. Representasi Kehidupan Pondok Pesantren Modern Dalam Film
"Negeri 5 Menara". Skripsi. Bandung: Universitas Pasundan.

18

Anda mungkin juga menyukai