Disusun oleh :
1964190047
JAKARTA
2022
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR PUSTAKA………………..................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada era saat ini film sebagai media penyampaian pesan kepada khalayak luas melalui
salah satu instrument media massa. Pesan yang disampaikan bervariatif dan berbagai
macamnya, sesuai dengan tujuan dan maksud film itu diproduksi. Dalam seni peran,
1
bahasa menjadi unsur utamanya. Di dalam Ilmu Komunikasi dinyatakan bahwa proses
komunikasi secara primer itu proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media. Lambang
sebagai media primer dalam proses komunikasi itu seperti bahasa, isyarat, gambar, dan
lain lain yang secara langsung mampu menterjemahkan pikiran dan perasaan
komunikator kepada komunikan. Di dalam proses ini, simbol-simbol yang digunakan
oleh partisipan terdiri dari simbol-simbol yang digunakan oleh para partisipan
komunikasi baik verbal (bahasa lisan maupun tulisan) dan non verbal (gerak anggota
tubuh, gambar, warna dan berbagai isyarat yang tidak termasuk kata-kata atau bahasa).
Semiotika adalah teori yang mempelajari tentang tanda. Studi semiotik tentang tanda
dalam konteks skenario, gambar, teks dan adegan dalam film sehingga menjadi sesuatu
yang bisa diartikan. Semiotika menurut Barthes (Kurniawan, 2001) pada dasarnya
semiologi yang mempelajari bagaimana kemanusiaan, memaknai benda (things).
Kehidupan sosial adalah suatu bentuk tanda, dengan kata lain kehidupan sosial apapun
bentuknya adalah sistem tanda terpisah. Kehidupan sosial sering digambarkan dalam
tayangan film. Oleh karena itu, Tanda- tanda tersirat dalam film tersebut dapat diterima
oleh penonton di dalam hidupnya (Kurniawan, 2001).
Representasi merupakan suatu hal yang tidak bisa lepas dari penyampaian pesan di
media. Representasi di dalam media di artikan sebagai penggunaan tanda-tanda seperti
gambar, suara dan sebagainya untuk menampilkan ulang sesuatu yang diserap, di indera,
di bayangkan, ataupun dirasakan dalam bentuk fisik. Dalam buku Wiradinata
mengasumsikan dua proses representasi yaitu representasi mental (konsep tentang
sesuatu yang ada dikepala kita masing-masing dan masih berbentuk abstrak) dan
bahasa yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Berhubungan dengan
penelitian ini, film berlaku sebagai media yang menjadi wadah dalam merepresentasikan
sesuatu kepada khalayak dan hal tersebut dianggap sebagai realitas yang ada di dalam
kehidupan sosial masyarakat.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi
fokus penelitian adalah: Bagaimana representasi kriminalitas di Jakarta yang
ditampilkan dalam adegan film Jakarta vs Everybody.
Dari rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
serta menguraikan mengenai adegan film dengan analisis simiotik Ferdinand de Saussure
dilihat dari penanda dan petanda.
3
dan rinci serta dapat memberikan jawaban dari permasalahan baik secara teoritis maupun
praktis. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca. Kegunaan
penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Penelitian milik Ishmatun Nisa (2014), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
dengan judul Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Jokowi. Penelitian ini
menggunakan teori Charles Sanders Pierce dan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Tujuan penelitiannya adalah mengetahui dan memahami representamen,
object, dan intreprentant dalam film Jokowi.
2. Penelitian milik Ahmad Faiz Abdurrahman (2018), Universitas Pasundan dengan judul
Analisis Semiotika Film Cek Toko Sebelah. Penelitian ini menggunakan teori
semiotika dan menggunakan metode penelitian kualitatif. Tujuan penelitiannya adalah
untuk mengetahui bagaimana penanda (Signifer) dan petanda (Signified) yang
terdapat dalam film “Cek Toko Sebelah” dan bagaimana pesan moral serta
mengetahui realitas sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat.
4. Penelitian milik Muhammad Farqi Panani (2015), Universitas Pasundan dengan judul
Representasi Kehidupan Pondok Pesantren Modern dalam Film “Negeri 5 Menara”.
Penelitian ini menggunakan teori semiotika dan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui bagaimana penanda
(Signifer) dan petanda (Signified) dalam merepresentasikan kehidupan pondok
pesantren modern serta mengetahui makna realitas eksternal dalam merepsentasikan
5
kehidupan pondok pesantren modern pada adegan-adegan dalam film “Negeri 5
Menara”
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Realitas Sosial. istilah
konstruksi realitas sosial pertama kali dikenalkan oleh Peter L.Berger dan Thomas
Luckmann melalui bukunya The SocialConstruction of Reality : A Treatise in the
Sociology of Knowledge yang memiliki akar dari fenomenologi dan interaksi simbolik.
Menurut Laura Christina Luzar dari Universitas Binus dalam proses Konstruksi Sosial
atas Realitas (Social Construction of Reality) didefinisikan sebagai tahapan sosial
melalui tindakan dan interaksi dimana individu atau sekelompok individu, menciptakan
secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.
Teori ini berakar pada paradigm konstruktivis yang melihat realitas sosial sebagai
konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu, yang merupakan manusia bebas.
Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan
kehendaknya, yang dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas
control struktur dan pranata sosialnya. Dalam proses sosial, manusia dipandang sebagai
pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya. Menurut Berger &
Luckman, terdapat 3 (tiga) bentuk realitas sosial, antara lain :
1. Realitas Sosial Eksternalisasi
6
3. Realitas Sosial Internalisasi
Realitas sosial pada individu, yang berasal dari realitas sosial objektif dan
realitas sosial simbolik, merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki individu
dan dikonstruksi melalui proses internalisasi. Atau bisa disebut dengan bagaimana
orang menyerap apa yang mereka lihat.
Setiap peristiwa merupakan realitas sosial objektif dan merupakan fakta yang
benar-benar terjadi. Realitas sosial objektif ini diterima dan diinterpretasikan sebagai
realitas sosial subjektif dalam diri pekerja media dan individu yang menyaksikan
peristiwa tersebut. Pekerja media mengkonstruksi realitas subjektif yang sesuai
dengan seleksi dan preferensi individu menjadi realitas objektif yang ditampilkan
melalui media dengan menggunakan simbol-simbol. Tampilan realitas di media inilah
yang disebut realitas sosial simbolik dan diterima pemirsa sebagai realitas sosial
objektif karena media dianggap merefleksikan realitas sebagaimana adanya.
7
Penafsiran komunikasi bisa dilihat dari etimologi (bahasa) dan terminology
(sebutan). Dari sudut etimologi “Komunikasi ataupun communication dalam
bahasa inggris berasal dari kata latin Communis yang artinya membuat sama”. Dari
penafsaran tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan sesuatu
penyampain pesan yang bertujuan guna menciptakan anggapan ataupun makna
antara komunikator dan komunikan.
Dalam Kutipan Effendy tahun 2003, komunikasi masa yakni komunikasi lewat
media massa modern, meliputi pesan berita yang memiliki perputaran yang luas,
siaran radio serta tv yang diperuntukan kepada universal, serta film yang
dipertunjukan digedung-gedung bioskop. Komunikasi massa menyiarkan data,
gagasan serta perilaku kepada komunikan yang bermacam-macam dalam jumlah
banyak dengan memakai media.
8
diusahakan supaya dampak komunikasinya dalam wujud asumsi mengarus jadi
umpan balik, dengan kata lain komunikator wajib mengetahui dampak ataupun
akibat yang dihasilkan dari komunkasi yang dilancarkannya itu. Apakah positif
cocok dengan tujuan, apakah negatif. Setelah dievaluasi umpan balik
komunikasinya itu positif, hingga pola komunkasi yang sama bisa dipergunakan
lagi untuk pesan lain yang wajib dikomunikasikan, apabila syaratnya negatif, pada
gilirannya wajib diteliti faktor penghambat yang menimbulkan kegagalan
komunikasinya. (Effendy, 2003 :310)
Film merupakan media yang sangat efektif dalam menyampaikan seni peran
terutama dalam membangkitkan emosi. Seni gambar sangat kompleks,
membutuhkan kontribusi dari hampir semua seni lainnya serta keterampilan teknis
yang tak terhitung jumlahnya, seperti dalam rekaman suara, fotografi, dan optik.
Sebagai usaha komersial, menawarkan narasi fiksi kepada banyak penonton di
bioskop, film dengan cepatnya dikenali oleh banyak orang, mungkin sebagai
bentuk hiburan bersama yang sesungguhnya.
Selain itu, film juga merupakan industri media massa yang tidak akan
habisnya karena digunakan sebagai media yang merefleksikan atau membentuk
realitas. Media ini cukup banyak disukai dan dinikmati masyarakat di penjuru
dunia, selain untuk hiburan tetapi untuk menyalurkan hobi juga.
2.3.4 Representasi
9
Representasi merupakan penggunaan bahasa untuk menyampaikan sesuatu
yang bermakna kepada orang lain. Representasi ini dapat berwujud kata, gambar,
sekuen, cerita, dan lain sebagainya yang mewakili ide, emosi, fakta. Representasi
merupakan bagian terpenting dari proses dimana sebuah arti diproduksi dan
ditukarkan antara anggota kelompok dalam suatu kebudayaan. Menurut Stuart
Hall, terdapat dua proses representasi, yang pertama yaitu representasi mental,
suatu konsep abstrak di dalam kepala terhadap objek yang dirasakan atau dilihat
menggunakan alat indera. Kedua, represesentasi bahasa dimana masih
berhubungan dengan representasi mental karena bahasa berperan penting dalam
konstruksi makna. Konsep yang ada dalam benak kita diartikan menggunakan
bahasa yang memungkinkan kita untuk memahami sesuatu objek yang bermakna.
10
2.3.5 Kriminalitas
Kriminalitas adalah semua bentuk perbuatan yang melanggar hukum baik itu
perdata ataupun pidana. Pelaku kriminal jika sudah terbukti dalam persidangan
maka akan dihukum sesuai dengan tindakan kriminalnya. Tindakan kriminal bisa
dipicu oleh dampak masalah sosial, tekanan, depresi, dan pergaulan yang salah.
Pada prakteknya, tindakan kriminal dibagi menjadi 2 yaitu :
1. White Colar Crime adalah tindak kriminal yang dilakukan oleh jajaran elit di
sebuah perusahaan atau di pemerintahan. Karena pelakunya adalah orang-orang
yang berkuasa maka sulit sekali untuk menangkap para pelakunya. Bahkan
biasanya mereka meminta perlindungan dari oknum aparat agar bisa leluasa
melakukan kejahatannya. Contoh dari tindak kriminal ini adalah korupsi,
penggelapan pajak, suap dan sebagainya.
2. Blue Colar Crime adalah tindak kriminal yang dilakukan oleh kelas bawah
dalam suatu masyarakat. Tindakan kriminal mereka seputar mencuri,
merampok, begal, mencopet dan sebagainya. Mereka sulit menghindari hukum
dan biasanya tidak dalam waktu lama dari tindakan kriminal mereka, mereka
langsung dihukum.
Dasar pemikiran yang peneliti dapat untuk mengambil film sebagai objek penelitian
adalah karena film merupakan salah satu bagian dari media massa, dimana keberadannya
semakin penting bagi khalayak seiring perkembangaan zaman. Informasi sudah menjadi
kebutuhan yang penting bagi kehidupan manusia. Sehingga, tidak ada salahnya jika
media massa dikatakan mampu memberikan pengaruh bagi khalayaknya. Dengan begitu,
media massa dapat memberikan nilai- nilai khusus atau pesan pada khalayak.
11
Film merupakan tampilan yang diproduksi secara khusus untuk pertunjukan di gedung
atau bioskop. Pengertian film jenis ini disebut dengan istilah teatrikal. Film ini berbeda
dengan film televise atau sinetron yang dibuat khusus untuk siaran televise. Film adalah
alat audio visual yang sangat menarik oerhatian banyak orang karena dalam film itu
selain memuat adegan yang terasa hidup juga adanya sejumlah kombinasi anara suara,
tata warna, costum dan panorama yang indah. Dengan begitu, film memiliki daya tarik
yang kuat untuk bisa memuaskan penonton.
Dalam cerita pada sebuah film pasti terdapat pesan tersembunyi untuk semua orang
yang menontonnya yang diisyaratkan melalui tanda dalam adegan film tersebut.
Pengungkapan makna dalam sebuah adegan film sangatlah penting, karena makna yang
terkandung dalam adegan film tersebut merupakan komunikasi verbal dan komunikasi
non verbal yang penting untuk ditelaah dalam kajian ilmu komunikasi. Di setiap
melakukan komunikasi, unsur yang penting salah satunya dalah pesan, karena pesan
disampaikan melalui media yang tepat, bahasa yang dimengerti, kata-kata yang
sederhana dan sesuai dengan apa yang dimaksud, serta tujuan pesan tersebut akan
disampaikan dan mudah diterima dengan baik oleh komunikan.
Semiotika merupakan suatu cabang Ilmu filsafat yang semula berkembang dalam
bidang bahasa, kemudian dalam perkembangannya ikut merambahi bidang seni juga.
Teori semiotika adalah disiplin ilmu yang menelaah tanda termasuk pengertian simbol,
indeks, ikon dan karya seni merupakan komposisi tanda baik secara verbal atau non
verbal. Teori yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure ini dibagi menjadi dua
bagaian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda dan
petanda tersebut saling berkaitan yang akan menghasilkan realitas eksternal atau
penanda. Realitas eksternal merupakan segala bentuk realitas yang terjadi pada diri dan
luar diri kita. Realitas inilah yang merupakan segala fakta yang terjadi dalam kehidupan
kita, seperti di dalam adegan film.
Pada penelitian ini, yang menjadi objek adalah kriminilitas yang ada di dalam adegan
film Jakarta vs Everybody, serta untuk memahami adegan film tersebut, peneliti
menggunakan teori konstruksi realitas sosial. Teori ini menjelaskan bagaimana suatu
realitas dipandang sebagai hasil konstruksi.
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian adalah proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian. Desain penelitian ada enam jenis yaitu :
Desain ini adalah desain percobaan atau desain bukan percobaan dan mempunyai
kontrol.
Dalam penelitian dapat didesain menggunakan data primer atau data sekunder.
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah desain penelitian studi kasus, karena
peneliti ingin menemukan fakta dan meginterpretasikan tentang tindak kriminalitas di
13
Jakarta di dalam film Jakarta vs Everybody untuk menemukan secara akurat sifat dari
beberapa fenomena, individu atau kelompok yang ada di Jakarta.
Tenik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui pengamatan dan
pengintepretasian terhadap simbol-simbol yang ditonjolkan dalam film “Jakarta vs
Everybody”. Pengumpulan ini dilakukan melalui pengambilan adegan, dialog, rekaman
gambar ekspresi wajah para tokoh dan analisis teknik sudut pengambilan kamera.
Selain itu dalam penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data
wawancara. Peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan agar dapat menimbulkan
tanggapan yang sama sehingga tidak menimbulkan kesulitan pengolahan karena
interpretasi yang berbeda.
Penentuan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang mempertimbangkan hal-hal tertentu dalam pengambilan
sampelnya.
14
3.4 Teknik Triangulasi
Triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk
mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda
(Norman K. Denkin)
Tringulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data.
Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara mengecek informasi/data yang diperoleh
melalui wawancara. Kemudian data tersebut ditanyakan oleh narasumber yang lain yang
masih terkait satu sama lain. Peneliti menggunakan beberapa narasumber/informan
tambahan selain informan utama untuk mengecek kebenaran dari informan utama.
Dalam penelitian ini informan utama adalah sutradara dan informan tambahan adalah
sutradara.
Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk
mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan.
Analisis data yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematik data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan lainnya. Sehingga peneliti dapat
mudah paham dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
1. Reduksi Data
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis
sehingga mudah dipahami. Kemampuan manusia sangat terbatas dalam menghadapi
catatan lapangan yang bias mencapai ribuan halaman.
Simpulan ini merupakan proses re-check yang dilakukan selama penelitian dengan cara
mencocokan data dengan catatan yang telah dibuat peneliti dalam melakukan penarikan
simpulan awal.
15
3.6 Rancangan Pertanyaan Wawancara
N
Pertanyaan
O
Sebelum kamu membuat/ ikut dalam film ini, apakah kamu tau
1
secara detail mengenai kriminalitas di Jakarta seperi apa?
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2021/2022, berikut
rincian kegiatan penelitian adalah sebagai berikut.
16
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bandung: Alfabeta.
Syamsul, Asep. 2018. Jurnalistik Online panduan mengelola media online. Bandung:Nuansa
Cendekia.
Sumber Elektronik
Lab. DO. 2022. “Contoh Teknik Analisis Data Dalam Penelitian Kualitatif”.
(https://dqlab.id/contoh-teknik-analisis-data-dalam-penelitian-kualitatif, diakses
tanggal 10 Juli 2022)
Skripsi
Nisa, Ishmatun. 2014. Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Jokowi. Skripsi. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Abdurahman, Faiz A. 2016. Analisis Semiotika Film Cek Toko Sebelah. Skripsi. Bandung:
Universitas Pasundan.
Camilla, Afifah. 2022. Representasi Kemiskinan Dalam Film Parasite. Skripsi. Bandung:
Universitas Pasundan.
17
Panani, Farqi M. 2015. Representasi Kehidupan Pondok Pesantren Modern Dalam Film
"Negeri 5 Menara". Skripsi. Bandung: Universitas Pasundan.
18