Anda di halaman 1dari 53

REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MISKIN KOTA

DALAM NASKAH DRAMA MADEKUR DAN TARKENI ATAWA ORKES


MADUN 1 KARYA ARIFIN C NOER
(KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA)

Proposal Skripsi

Ditulis Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
(S.S.) pada Program Studi Sastra Indonesia

Oleh:

DORINCE DORIANA NAINGGOLAN


161010750026

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................1

DAFTAR ISI .......................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4

I.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................4

I.2 Batasan Masalah...................................................................................10

I.3 Rumusan Masalah................................................................................11

I.4 Tujuan Penelitian .................................................................................11

I.5 Manfaat Penelitian................................................................................11

I.6 Sistematika Penulisan...........................................................................12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................14

2.1 Penelitian Sejenis.................................................................................14

2.2 Landasan Teori....................................................................................22

2.2.1 Definisi.....................................................................................22

2.2.1.1 Realitas Sosial.............................................................22

2.2.1.2 Masyarakat Miskin Kota.............................................23

2.2.1.3 Naskah Drama.............................................................25

2.2.1.4 Kajian Sosiologi Sastra...............................................27

2.2.1.5 Jenis-Jenis Sosiologi Sastra........................................31

2.2.2 Terbentuknya Masyarakat Miskin Kota...................................33

2.2.3 Karakter Masyarakat Miskin Kota...........................................34

2.2.4 Tentang Arifin C.Noer.............................................................38

2
2.2.4.1. Biografi .....................................................................38

2.2.4.2. Latar Belakang Kesenimanan....................................38

2.2.4.3. Kedudukan Arifin C.Noer dalam Dunia Teater.........38

2.2.4.4. Karya-Karya Arifin C. Noer......................................39

2.2.4.5. Madekur dan Tarkeni.................................................42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................43

3.1 Metode Penelitian................................................................................43

3.2 Data dan Sumber Data.........................................................................45

3.3 Teknik Pengumpulan Data..................................................................47

3.4 Teknik Analisis Data...........................................................................48

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................52

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu faktor penyebab kemiskinan masyarakat Indonesia adalah tidak

berkembangnya sebuah kultur etos kerja. Selain itu dikarenakan terciptanya

proses perampasan atau perampokan atas kesempatan-kesempatan yang telah

dimiliki oleh rakyat. Penghancuran kesempatan itu berlangsung semenjak zaman

feodalisme kerajaan-kerajaan (Islam maupun Hindu). Dari zaman Kolonialisme

Belanda hingga saat ini juga masih berlangsung perampasan dan penghancuran

kesempatan tersebut. Kesempatan yang dimaksudkan merupakan kesempatan

dalam mengakses layanan publik, menegakkan hak asasi manusia, berbicara,

menikmati kebebasan,serta untuk hidup layak.

Kemiskinan menjadi sebuah permasalahan yang banyak mendapat

perhatian di kalangan akademik. Kemiskinan menjadi sebuah tema penting yang

perlu dikaji dalam lingkup Negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu

contoh Negara berkembang di Asia Tenggara. Sangat mudah untuk mencermati

permasalahan kemiskinan di berbagai belahan kota di Indonesia. Masalah

kemiskinan di Indonesia bagaikan sebuah realitas yang wajar (Suyanto, 1990: 12).

Permasalahan kemiskinan di Indonesia sangat mudah dijumpai, terlebih

pada kota besar/Metropolitan seperti Surabaya, Jakarta, Bandung, Bekasi, dan

lain-lain. Kota-kota besar atau metropolitan adalah salah satu kota yang memiliki

masalah kemiskinan akibat terjadi proses urbanisasi. Urbanisasi dikenal memiliki

4
pengertian yang beragam. Namun pada umumnya urbanisasi diartikan sebagai

suatu proses pengkotaan, yakni proses mengkotanya/mengembangnya suatu

daerah (desa). Urbanisasi merupakan perpindahan/pergeseran penduduk dari desa

ke kota (Suyanto, 1990: 45). Pengertian urbanisasi yang kedua, terjadinya

urbanisasi ditandai dengan adanya faktor pendorong dan faktor penarik. Tentunya

faktor pendorong berasal dari lingkup desa dimana masyarakat tinggal

sebelumnya. Kemudian merasa tertarik dengan pola kehidupan yang ada di kota

dimana masyarakat akan tinggal kemudian. Salah satu faktor pendorong dari desa

adalah terbatasnya lapangan pekerjaan, dan sulitnya mobilitas sosial. Sedangkan

lapangan pekerjaan yang begitu terbuka dipercaya banyak tersedia di kota, kota

juga menjanjikan mobilitas sosial secara cepat. Berdasarkan realitas tersebut,

maka masyarakat memilih untuk melakukan urbanisasasi.

Ekonomi merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya

urbanisasi, seperti hasil riset di Afrika bahwa penghasilan yang tidak sama antara

masyarakat desa dengan masyarakat kota mendorong terjadinya urbanisasi.

Contohnya upah minimum regional atau UMR kabupaten Ciamis hanya Rp.

1.880.654, sedangkan di kota Bandung UMR mencapai Rp. 3.623.778,91 karena

UMR kota Bandung terlihat lebih besar maka hal tersebut menjadi pendorong

terjadinya urbanisasi.

Kesiapan yang terwujud dalam bentuk modal, tingkat pendidikan,

keterampilan, kemampuan, perlengkapan, peralatan, kultur dan sebagainya

merupakan hal penting bagi perkembangan para migran di kota-kota besar.

Kesiapan yang dimiliki para migran tentunya menjadi sebuah faktor penunjang

5
bagi kesejahteraannya kala di kota-kota besar. Kesiapan ini seringkali dinomor

duakan bahkan ditiadakan. Mayoritas migran dari desa-desa ke kota-kota besar

tanpa kesiapan yang maksimal sehingga sebagian besar diantara migran terpaksa

masuk ke dalam sektor informal. Sektor informal yang lebih dipahami sebagai

sektor ekonomi dengan gaji tidak tetap, dengan waktu kerja tidak tetap dan penuh

dengan ketidakpastian. Seperti anak jalanan, pemulung, dan pengamen senatiasa

menghiasi hiruk-pikuk kota Surabaya. Sektor informal seperti ini juga termasuk

dalam klasifikasi masyarakat miskin kota. Inilah salah satu dampak urbanisasi di

kota-kota besar atau metropolitan yang membuat kemiskinan meningkat.

Salah satu sastrawan yang memanfaatkan realitas sosial masyarakat miskin

di perkotaan adalah Arifin C. Noer dalam trilogi naskah dramanya, yaitu Orkes

Madun yang terdiri dari Madekur dan Tarkeni, Umang-umang dan Ozone.

Menurut Noer dalam Arifin (1999: 107) mengatakan bahwa menonton teater

(drama) artinya berhadapan dengan kenyataan. Bercermin, theater is a mirror of a

society. Namun, penulis memilih nsalah satu dari trilogy naskah drama orkes

madun tersebut yaitu Madekur dan Tarkeni. Naskah drama Madekur dan Tarkeni

Atawa Orkes Madun 1 mengisahkan seorang pencopet Madekur namanya dan

seorang pelacur Tarkeni namanya. Dua-duanya berasal sekampung di desa.

Bertemu di kota di atas ranjang lantas menikah. Orang tua masing-masing, yang

begitu udik sudah tentu tidak mengijinkan anak-anak mereka menikah dengan

pencopet maupun pelacur. Mereka menipu diri sendiri dengan membayangkan

anak-anaknya yang di kota sudah sukses menjadi orang penting, katakanlah

6
gubernur. Namun, pada akhir cerita Madekur dan Tarkeni meninggal dalam

keadaan mengenaskan.

Bertitik tolak dari cerita dalam naskah tersebut, sangat banyak sekali

realitas sosial yang digambarkan Arifin. Kecemerlangan sebuah naskah drama

merupakan cermin kepiawaian pengarang. Arifin mempertaruhkan seluruh

pengetahuan dan kecakapan sastrawinya sehingga naskah drama Madekur dan

Tarkeni menjadi cermin bagi pembaca mengenai potret kemiskinan masyarakat

perkotaan. Berdasarkan hal tersebut sosiologi sastra menjadi payung keilmuan

dalam penelitian ini. Selanjutnya, menurut Ratna (2011: 332) ada beberapa hal

yang harus dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan

masyarakat dan dengan demikian harus diteliti dalam kaitannya dengan

masyarakat, sebagai berikut; (1) Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan

oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, ketiganya adalah anggota masyarakat;

(2) Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang

terjadi dalam masyarakat yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat;

(3) Medium karya sastra baik lisan maupun tulisan dipinjam melalui kompetensi

masyarakat yang dengan sendirinya telah mengandung masalah kemasyarakatan;

(4) Berbeda denga ilmu pengetahuan, agama, dan adatistiadat dan tradisi yang

lain, dalam karya sastra terkandung estetik, etika, bahkan juga logika. Masyarakat

jelas sangat berkepentigan terhadap ketiga aspek tersebut; (5) Sama dengan

masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas, masyarakat

menemukan citra dirinya dalam suatu karya.

7
Salah satu hal menarik dari naskah drama Madekur dan Tarkeni adalah

pengambaran dari masyarakat miskin perkotaan yang diwakili oleh tokoh

Madekur dan Tarkeni. Mereka selain memperjuangkan kehidupannya juga

memperjuangkan kehidupan ekonomi keluarganya di kampung. Tanpa persiapan,

serta pendidikan yang rendah sulit untuk hidup yang layak dan memadai. Di

dalam penelitian ini penulis mengambil tuturan pada dialog naskah drama

Madekur dan Tarkeni Atawa Orkes Madun 1 karena di dalamnya banyak tuturan

realitas sosial yang menarik untuk di teliti lebih dalam. Berikut ini contoh realitas

sosial dalam naskah drama Madekur dan Tarkeni Atawa Orkes Madun 1.

Data (001)
Konteks : Dalam tuturan ini terjadi ketika Madekur dan
Tarkeni bertemu pertama kali nya di Ibukota, dan di
atas satu ranjang.
Madekur : Bagaimana kalau kita kawin saja?
Tarkeni : “Gampang. Bayar saja dulu yang sekarang”.
Madekur : Bajingan! Masa gak percaya sama saya.
(Mengeluarkan uang dari dalam saku
celananya. Dengan gaya si kaya ia menghitung
beberapa lembar lalu menyerahkannya kepada
Tarkeni) Minggu yang lalu berapa saya bayar?
(MT: 21)

Data (001) di atas terdapat percakapan antara Madekur dan Tarkeni yang

berada di atas ranjang yang tampak sedang melepas lelah. Lalu keduanya bangkit

berdiri, tanpa berkata apa-apa keduanya mengenakan pakaian. Madekur terpekur

sejenak sementara Tarkeni menanti bayaran nya. Dalam pertemuan antara

Madekur dan Tarkeni tersebut, terbesitlah di pikiran Madekur untuk

mempersunting teman masa kecilnya itu dan menyatakan bahwa perasaan cinta

nya kepada Tarkeni tidak pernah hilang, namun ajakan dari Madekur tidak begitu

8
di yakini oleh Tarkeni, karena laki-laki yang menjadi pelanggan setianya itu,

mana mungkin dapat menerima pekerjaan nya saat ini. Namun, Madekur benar-

benar serius akan niatnya tersebut sehingga Madekur mengajak Tarkeni untuk

meminta restu kepada kedua orang tua masing-masing walaupun mereka harus

berkata bohong kepada kedua orang tuanya, dikarenakan tidak ingin melukai hati

masing-masing orang tua mereka. Tuturan tersebut disampaikan dengan bahasa

tulisan. Berdasarkan uraian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa data (001)

merupakan gambaran dari realitas sosial.

Data (002)
Konteks : Kedua orang tua Madekur datang ke Ibukota
untuk membuktikan perkataan sekaligus melihat
anaknya menjadi seorang petinggi di Ibukota.
Madekur : Lalu alasan apa maka bapak mengingkari kami
sebagai pencopet dan pelacur dan memaksa
kami berbohong agar kami mengakui diri
kami sebagai gubernur?
Bapak : “Karena sesuai dengan impian”.

(MT: 87)

Data (002) di atas terjadi percakapan yang menegangkan yang dimana

kedua orang tua Madekur datang ke Ibukota untuk melihat anaknya menjadi orang

yang sukses di Jakarta, menjadi anak yang di banggak-banggakan di desa. Bahwa

anaknya menduduki jabatan menjadi seorang Gubernur, ketika mendengar kabar

bahwa kedua orang tuanya telah tiba di kantor Gubernur. Namun tidak disangka

bahwa ternyata ucapan Madekur selama ini kepada kedua orang tuanya hanya

omong kosong, setelah mengetahui bahwa Madekur dan Tarkeni hanya bekerja

sebagai pencopet dan pelacur di Jakarta, Madekur bertanya alasan apa yang

mengingkari pekerjaan mereka, kemudian bapak Madekur mengucapkan “Karena

9
sesuai dengan impian”. Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa

data (002) merupakan gambaran realitas sosial di dalam naskah drama Madekur

dan Tarkeni Atawa Orkes Madun 1 karya Arifin C Noer.

Selain alasan tersebut di atas, pertimbangan lainnya adalah seni drama

merupakan alat pendidikan bagi masyarakat, yaitu sebagai penyampai pesan dan

petuah. Sebagai penyampai kritik sosial, penyampaian kritik dan protes harus

melalui cara yang baik dan dapat diterima oleh semua pihak, diantaranya melalui

seni drama. Selain itu seni drama modern termasuk jenis karya sastra yang belum

banyak disentuh atau dibahas oleh kalangan akademisi. Dibandingkan dengan

jenis karya sastra lainnya, puisi dan prosa. Dalam konteks inilah penulis merasa

penting untuk mengkaji lebih dalam naskah drama karya Arifin C. Noer tersebut

dengan memusatkan penelitian pada “Realitas Sosial Masyarakat Miskin Kota

dalam naskah drama Madekur dan Tarkeni Atawa Orkes Madun 1 karya

Arifin C. Noer (Kajian Sosiologi Sastra)”.

I.2 Batasan Masalah

Terdapat banyak sekali pembahasan dalam sosiologi sastra, yakni

diantaranya; Strata Sosial, Konflik Sosial, Interaksi Sosial, Realisme Sosial, Kritik

Sastra dan lain sebagainya. Guna pembahasan ini tidak meluas ke pembahasan

lainnya, Adapun titik fokus yang akan dibahas oleh peneliti yakni “Realitas Sosial

Masyarakat Miskin kota dalam naskah drama Madekur dan Tarkeni Atawa Orkes

Madun 1 karya Arifin C Noer”. Dalam penelitian ini terbatas pada realitas sosial

yang mengacu pada teori Ian Watt.

10
I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

I.3.1 Seperti apakah realitas sosial masyarakat miskin kota dalam Naskah Drama

Madekur dan Tarkeni Atawa Orkes Madun 1 Karya Arifin C Noer?

I.3.2 Apa makna realitas sosial masyarakat miskin kota dalam Naskah Drama

Madekur dan Tarkeni Atawa Orkes Madun 1 Karya Arifin C Noer?

I.4 Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian kali ini adalah untuk:

I.4.1 Memberikan gambaran serta menjelaskan tentang realitas sosial

masyarakat miskin kota dalam Naskah Drama Madekur dan Tarkeni

Atawa Orkes Madun 1 Karya Arifin C Noer.

I.4.2 Memaparkan makna realitas sosial masyarakat miskin kota dalam Naskah

Drama Madekur dan Tarkeni Atawa Orkes Madun 1 Karya Arifin C Noer.

I.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan

manfaat praktis, sebagai berikut.

I.5.2 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi bagi para Akademisi: (1)

peneliti sastra dan keilmuan secara interdisipliner; (2) pemerhati sastra dan

masyarakat miskin kota; (3) Peneliti sastra terkait pada naskah drama.

11
1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan berguna bagi para: (1) Mahasiswa dibidang

sastra, penggiat sastra, budaya, dan seniman; (2) masyarakat umum.

I.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam proposal penelitian ini disusun dalam 3 (tiga)

bab. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini disajikan dengan

penjelasan sebagai berikut:

Penelitian ini diawali Pendahuluan sebagai BAB I. Pada bab ini berisi

latar belakang masalah yang akan menjelaskan secara umum keseluruhan bab

yang akan diajukan , sub bab yang lainnya: batasan masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dalam manfaat penelitian ini terdiri dari :

manfaat teoritis dan manfaat praktis, sub bab selanjutnya sistematika penulisan.

Pada BAB II akan menguraikan tinjauan pustaka yang meliputi penelitian

sejenis atau sebelumnya, yang menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan

penulisan skripsi ini untuk membahas sosiologi sastra, kemudian memaparkan

beberapa teori yang mendukung penelitian, yakni: pengertian sosiologi sastra;

pengertian masyarakat miskin kota; terbentuknya masyarakat miskin kota karakter

masyarakat miskin kota. pengertian realitas hidup; pengertian naskah drama;

terakhir kerangka acuan teori, yaitu bagian yang memaparkan teori-teori yang

menjadi landasan kajian penelitian ini.

Pada BAB III, bab ini berisi metode penelitian yang mencakup sub bab

sumber data, yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Sub bab yang

12
lainnya metode pengumpulan data dan analisis data. Terakhir di tutup daftar

pustaka.

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.I Penelitian Sejenis

Beberapa penelitian yang menggunakan naskah drama Madekur dan

Tarkeni Atawa Orkes Madun 1 Karya Arifin C Noer terbilang banyak

dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Guna dalam penelitian ini tidak

terjadi kesamaan baik secara judul maupun kontennya, maka peneliti

berfokus kepada sebagian judul dari beberapa skripsi atau karya ilmiah yang

sudah ditulis sebelumnya. Hal ini dilakukan agar penelitian kali ini dapat

dilakukan secara sah oleh peneliti mengingat belum adanya penelitian yang

dilakukan secara langsung pada judul penelitian saat ini.

Penelitian pertama dilakukan oleh Dony Irawansyah (2020) yang

dimuat dalam jurnal skripsi yang berjudul “Kritik Sosial dalam Naskah

Drama Pesta Terakhir Karya Ratna Sarumpaet: Perspektif Hippolyte Taine

dan Relevansinya sebagai Pembelajaran di Sekolah” Hasil penelitian ini

adalah bagaimanakah kritik sosial dalam naskah drama “Pesta Terakhir”

karya Ratna Sarumpaet, dan bagaimanakah relevansi kritik sosial dalam

naskah drama “Pesta Terakhir” karya Ratna Sarumpaet sebagai

pembelajaran di Sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

kritik sosial yang terdapat dalam naskah drama “Pesta Terakhir” karya

Ratna Sarumpaet, dan mendeskripsikan relevansi penelitian dalam naskah

14
drama “Pesta Terakhir” karya Ratna Sarumpaet sebagai pembelajaran di

Sekolah. Metode penelitian dilakukan dengan teknik baca dan teknik catat.

Pada metode analisis data digunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil dari

penelitian ini adalah Kritik sosial dalam naskah drama “Pesta Terakhir”

karya Ratna Sarumpaet: Perspektif Hipollyte Taine yang diuraikan dalam

tiga konsepnya, yaitu (1) Saat, (2) Ras, dan (3) Lingkungan. Hasil penelitian

ini relevan dengan pembelajaran di Sekolah dan sesuai dengan Kurikulum

2013 (K-13) pada jenjang pendidikan menengah kelas XI dengan

Kompetensi Dasar (KD) yakni menganalisis isi dan kebahasaan drama yang

dibaca atau ditonton. Naskah drama ini mengandung banyak nilai sosial dan

pendidikan moral yang dapat dituangkan dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun perbedaan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yakni

memaparkan kritik sosial yang meliputi nilai sosial serta moral pada naskah

drama "Pesta Terakhir" yang bisa di aplikasikan ke dalam kegiatan belajar

mengajar antara pendidik dan peserta didik yang sangat relevan di sekolah

menengah atas, dalam perbedaan ini penulis dalam penelitian "Realitas

Sosial Masyarakat Miskin Kota dalam Naskaha Drama Madekur dan

Tarkeni Atawa Orkes Madun 1 Karya Arifin C Noer akan mendeskripsikan

gambaran realitas pada tokoh madekur dan tarkeni sebagai masyarakat

miskin di ibukota. Dengan demikian, persamaan yang dilakukan penelitian

terdahulu dengan peneliti yakni payung keilmuan dan objek kajian yang

akan di teliti memiliki kesamaan.

15
Penelitian kedua dilakukan oleh Arfian Catur Juliarfan (2019) yang

dimuat dalam jurnal yang berjudul “Perilaku Masyarakat Urban dalam

Naskah Drama Orkes Madun 1 alias Madekur dan Tarkeni Karya Arifin C

Noer Kajian Strukturalisme Genetik Lucian Goldmann” pada hasil

penelitian yang di dapatkan adalah (a) fakta kemanusiaan terbagi menjadi

dua yaitu fakta individual dan fakta sosial. Fakta individual meliputi

perilaku atau sikap tokoh dalam naskah itu baik verbal atau tingkah laku,

dalam naskah drama diperlihatkan fakta kemanusiaan individual berupa

sikap marah, percaya diri, optimis dan pesimis. Sedangkan, fakta sosial

meliputi fakta yang berhubungan dengan nilai sosial dan ekonomi, dalam

naskah drama diperlihatkan fakta sosial berupa interaksi. Interaksi terjadi

antara tokoh dengan tokoh dan antara tokoh dengan penonton (b) subjektif

kolektif dalam naskah yaitu berkumpulnya para tokoh dan membentuk suatu

aktifitas, baik itu dalam suasana suka maupun duka, dalam naskah drama

diperlihatkan subjektif kolektif berupa sekumpulan tokoh yang membentuk

aktifitas yang menggambarkan situasi atau suasana seperti suasana tegang,

melankolis, senang dan sedih (c) pandangan dunia dalam naskah yaitu

gagasan atau aspirasi tokoh yang berusaha membentuk suatu kesadaran

kolektif, dalam naskah drama di perlihatkan berupa tanggapan tokoh yang

membandingkan hal yang terjadi dalam dirinya dengan hal yang terjadi

diluar dirinya (dunia), (d) pemahaman-penjelasan yaitu hubungan antara

karya sastra dan kehidupan sosial. Dengan demikian naskah drama yang

16
diciptakan ini berkaitan dengan kehidupan sosial, baik kehidupan sosial

pengarang itu sendiri atau lingkungan sekitarnya. Sebagai penutup peneliti

menyarankan adanya penelitian yang serupa guna untuk memperluas

pengetahuan tentang pengaplikasian kajian strukturalisme genetik ke dalam

karya sastra.

Dari pemaparan pada penelitian kedua perbedaan yang terlihat yakni

peneliti kedua lebih memfokuskan penelitiannya kepada kehidupan

pengarang dan lingkungan si pengarang tersebut dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti yakni berfokus pada realitas sosial yang dilakukan

oleh tokoh-tokoh utama yang ada pada naskah drama Madekur dan Tarkeni

Atawa Orkes Madun 1 Karya Arifin C Noer. Adapun persamaan nya yang

dapat terlihat yakni peneliti memiliki kesamaan dalam objek yang dikaji

naskah drama Madekur dan Tarkeni Atawa Orkes Madun 1 Karya Arifin C

Noer dan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Chitra Nur Imaniar (2019) dalam

Jurnal Skripsi dengan judul “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog

Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek Karya Danarto Anarto dan Implikasinya

pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas

(SMA)”. Hasil penelitian ini yakni karya sastra memiliki kecenderungan

untuk mencerminkan kondisi sosial masyarakat yang dipotretnya. Oleh

karena itu jika didalamnya terdapat kritik sosial, hal ini menandakan bahwa

karya sastra tersebut menyikapi sebuah fenomena sosial. Naskah drama

17
Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek Karya Danarto merupakan salah

satu naskah drama yang mengandung kritik sosial di dalamnya. Dengan

demikian peneliti menggunakan naskah tersebut sebagai objek penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) merepresentasikan kritik sosial masa orde

baru; (2) mengimplikasikannya ke dalam pengajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia di sekolah. Pendekatan yang digunakan sosiologi sastra yaitu

pendekatan yang berupaya mengungkapkan hubungan antara karya sastra

dengan kehidupan sosial masyarakat. Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian ini

menunjukkan terdapat enam kritik sosial yang dikritik pengarang antara

lain: (1) Kritik masalah politik terhadap Undang-Undang Permusikan, (2)

Kritik masalah pendidikan terhadap rendahnya kreativitas dan mahasiswa

yang tidak tahan kritik, (3) Kritik masalah agama terhadap kebobrokan

iman, (4) Kritik masalah sosial budaya terhadap perseturuan antara budaya

tradisi dan budaya modern, (5) Kritik masalah teknologi terhadap alat

mengamen pengamen modern dan konvensional, (6) Kritik masalah moral

terhadap keserakahan, penipuan, kebiasaan hidup satu atap tanpa hubungan

pernikahan, dan poligami yang ada di masyarakat.

Perbedaan antar penelitian ketiga yakni Chitra Nur Imaniar

menjadikan objek penelitian nya dalam permasalahan kritik sosial yang ada

dalam naskah drama Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek Karya Danarto

yang dapat dijadikan sebagai penyampaian pada peneliti terdahulu dan

18
sebagai wujud nyata gambaran kritik sosial pada zaman orde baru,

persamaan yang ada antara penelitian ketiga dengan peneliti saat ini yakni

sama-sama menggambarkan permasalahan yang ada dalam cerita pada

naskah drama sebagai bentuk realitas yang ada pada kehidupan masa kini,

sekaligus menjadi bahan kritik kepada pemerintahan untuk dapat menerima

sebuah kritikan.

Penelitian keempat dilakukan oleh Nurhidayat, dkk (2017) yang

dimuat dalam Jurnal Arkhais, Volume 8 Nomor 2 Edisi Juli-Desember 2017

dengan judul “Hasrat Tokoh Waska dalam Tetralogi Naskah Orkes Madun

Karya Arifin C Noer Suatu Kajian Psikoanalisis”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hasrat tokoh Waska dalam tetralogi Orkes Madun karya

Arifin C. Noer. Penelitian ini bersifat kepustakaan dan tidak terkait oleh

tempat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Juli 2017.

Objek penelitian ini adalah tokoh Waska dalam tetralogi naskah Orkes

Madun. Fokus penelitian ini adalah hasrat tokoh Waska dalam tetralogi

naskah Orkes Madun dengan subfokus penokohan dan perwatakan tokoh

Waska dalam tetralogy naskah Orkes Madun, pergerakan hasrat tokoh

Waska dalam tetralogi naskah Orkes Madun, dan hasrat memiliki (anaklitik)

dan hasrat menjadi (narsistik) tokoh Waska dalam tetralogi naskah Orkes

Madun. Teori yang digunakan adalah teori psikoanalisis hasrat oleh Jacques

Lacan dan teori struktural naskah drama oleh Herman J. Waluyo. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif

19
dengan teknik analisis isi. Metode ini menggunakan tabel analisis sebagai

alat bantu peneliti dan menggambarkan hasil penelitian analisis isi data.

Tahap analisis dilakukan dengan menganalisis penokohan dan perwatakan

tokoh Waska dan menganalisis hasrat memiliki (anaklitik) aktif atau pasif

dan hasrat menjadi (narsistik) aktif atau pasif. Hasil penelitian menunjukkan

tokoh Waska memiliki hasrat memiliki (anaklitik) aktif dalam tetralogi

naskah Orkes Madun. Hasrat tokoh Waska dipengaruhi oleh perannya

disetiap naskah. Hasrat tokoh Waska yang merupakan hasrat memiliki

(anaklitik) akan mengambil alih ketika ia menjadi tokoh sentral (DN)

Salah satu perbedaan antara penelitian keempat dengan peneliti yaitu

peneliti terdahulu menggunakan kajian psikoanalisis untuk lebih fokus

terhadap perwatakan atau penokohan Waska dari naskah drama Madekur

dan Tarkeni Orkes Madun 1 Karya Arifin C Noer. Persamaan yang ada

yakni penelitian terdahulu ini dengan peneliti menggunakan metode yang

sama yakni deskriptif kualitatif.

Penelitian kelima dilakukan oleh Hajrawati (2017) dari Universitas

Negeri Makasar, dengan judul “Aspek Sosial dalam Naskah Drama Bulan

dan Kerupuk Karya Yusef Muldiyana Kajian Sosiologi Sastra Ian Watt”.

Hasil penelitian ini adalah (a) mendeskripsikan konteks sosial pengarang

dalam naskah drama Bulan dan Kerupuk karya Yusef Muldiyana, (b)

mendeskripsikan sastra sebagai cermin masyarakat dalam naskah drama

Bulan dan Kerupuk karya Yusef Muldiyana, dan (c) mendeskripsikan fungsi

20
sosial sastra yang terdapat dalam naskah drama Bulan dan Kerupuk karya

Yusef Muldiyana. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Data dalam penelitian ini adalah dialog dialog yang terdapat dalam naskah

drama Bulan dan Kerupuk karya Yusef Muldiyana. Teknik pengumpulan

data dalam penelitian ini adalah teknik baca, dan teknik pencatatan.

Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan

menganalisis konteks sosial pengarang, sastra sebagai cermin masyarakat

dan fungsi sosial sastra dalam naskah drama Bulan dan Kerupuk karya

Yusef Muldiyana berdasarkan pendekatan sosiologi sastra Ian Watt. Hasil

penelitian menunjukan bahwa Yusef Muldiyana menggunakan tokoh Ipah

dan Jalu yang terlibat dalam satu konflik dan menghasilkan bahwa drama

yang diangkat oleh Yusef Muldiyana sangat dekat dengan dunia keseharian

dalam realita kehidupan, yaitu banyak sekali ditemui kaum gelandangan

alias mereka yang miskin yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

Drama ini merupakan drama yang mengandung kritik tajam terhadap

ketimpangan sosial sehingga Bulan dan Kerupuk merupakan refleksi aspek

kehidupan sosial. Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya

adalah menggunakan konsep dasar tentang konteks sosial pengarang, karya

sastra sebagai cermin masyarakat dan fungsi sosial sastra.

Dengan demikian perbedaan antara peneliti terdahulu dengan

peneliti yang dimana konteks sosial yang menjadi titik fokus mengandung

kritik tajam terhadap ketimpangan sosial sehingga Bulan dan Kerupuk

21
merupakan deskripsi dari si peneliti terdahulu. Persamaan nya terdapat

antara penelitian terdahulu ini yaiyu penelitian ini dilakukan dengan

mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan menganalisis konteks sosial

pengarang

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Definisi

2.2.1.1 Realitas Sosial

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-4 (2015: 1150)

realitas adalah kenyataan dalam suatu kehidupan, serta pengertian dari

sosial yaitu berkenaan dengan masyarakat. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi ke-4 (2015: 1331).

Menurut Sztompka (dalam Sepli, 2017: 16) realitas sosial bukanlah

suatu keadaan yang tetap tetapi merupakan proses yang dinamis. Realitas

sosial lebih berupa kepada kejadian dari pada terjadi begitu saja dan lebih

merupakan suatu kejadian dari pada sebagai objek. Waktu adalah faktor

internal yang tetap ada dalam kehidupan sosial. Apa-apa yang terjadi,

bagaimana cara terjadinya, mengapa terjadi, apa akibat yang

ditimbulkannya, semuanya tergantung pada waktu terjadinya.

Sejalan dengan itu Atmazaki (2007) menyatakan hubungan antara

karya sastra dengan kenyataan atau realitas telah dikemukakan oleh plato

dalam bukunya yang berjudul republic. Plato menggunakan istilah mimetis,

tiruan. Karya sastra meniru kenyataan sementara kenyataan sehari-hari

22
tersebut hanyalah tiruan pula dari dunia ide yang merupakan kenyataan

tertinggi pula yang terletak pada dunia Ilahi.

Realitas sosial dibedakan menjadi dua tingkatan, pertama

individualitas dan tingkat totalitas. Tingkat individualitas terdiri dari

manusia individual atau sebagai anggota kolektifitas konkret (kelompok,

asosiasi, komunitas, kelas, gerakan sosial dan sebagainya). Kedua tingkat

totalitas adalah kesatuan sosial abstrak, sejenis supra individu,

mencerminkan realitas sosial suigeneris (masyarakat, kultur, perdaban,

formasi sosio ekonomi, sistem sosial dan sebagainya). Kedua bentuk realitas

sosial itu dapat diambil oleh setiap komponen utama kehidupan sosial.

2.2.1.2 Masyarakat Miskin Kota

Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan,

pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi geograis, gender dan

kondisi lingkungan. Kemiskinan tidak hanya dipahami sebagai

ketidakmampuan ekonomi, tetapi bisa disebabkan hak-hak dasar dan

perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam

menjalani hidupnya secara bermatabat.

Berdasarkan aspek sosial, perkembangan wilayah perkotaan dapat

dilihat dari adanya perubahan pola pikir dan gaya hidup masyarakatnya.

Wilayah perkotaan yang semakin tumbuh dan berkembang juga

23
menyebabkan berkembangnya heterogenitas yang menunjukkan perbedaan

sosial penduduknya. Kegiatan ekonomi formal di perkotaan tidak mampu

menyerap pekerja dengan pendidikan dan kemampuan rendah, sehingga

pekerja dengan produktivitas rendah bekerja pada sektor informal. Sealin

itu, adanya pemukiman kumuh dengan keterbatasan sarana dan prasarana

pendukung menunjukkan adanya kantong-kantong kemiskinan di perkotaan.

Meningkatnya berbagai masalah yang ada di berbagai kota besar di

Indonesia, yakni meningkatnya angka penduduk yang berada di bawah garis

kemiskinan, meningkatnya angka pengangguran, menipisnya sumber air

minum, meningkatnya angka kebakaran di musim kemarau, banyaknya

daerah yang tertimpa banjir di musim penghujan, meningkatnya jumlah

anak jalanan dan pengemis, meningkatnya jumlah kriminalitas yang tinggi

dan sebagainya. Berbag ai permasalahan tersebut seringkali dikaitkan

dengan banyaknya jumlah penduduk miskin di Indonesia.

Salah satu faktor permasalahan perkotaan yang sering ditemui

karena urbanisasi dan semakin di perparah oleh fragmentasi perkotaan. Hal

ini terkait dengan peningkatan kebutuhan yang muncul sebagai

konsekuensidari proses urbanisasi yang terjadi, seperti kebutuhan

penciptaan lapangan pekerjaan, kebutuhan pemenuhan fasilitas perkotaan

baik berupa fasilitas perumahan, fasilitas ekonomi, maupun fasilitas

penunjangnya (sarana dan prasarana penunjang).

24
2.2.1.3 Pengertian Naskah Drama
1
Sebagai disiplin ilmu sastra, drama dibicarakan dalam kaitannya

dengan teori drama (dramaturgi), sejarah drama dan kritik drama (ef.

Wellek, 1976: 39). Sebagai jenis (genre) sastra, drama merupakan salah satu

bentuk pengungkapan sastra di samping jenis prosa (cerkan) dan puisi.

Sebagai seni pertunjukan (perfoming art), seni drama merupakan proses

penjadian seni atau “peristiwa teater”.

Terdapat dua aspek yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan

dalam pengkajian seni drama sebagai pertunjukan yaitu aspek literer (aspek

sastra) dan aspek teateral (aspek teatrikalnya). Aspek literer (literal) dapat

dikaji lewat strukturnya, sedangkan aspek teatrikal dapat dikaji lewat tekstur

dan konstekturnya. Dapat dikatakan bahwa seni drama sebagai seni

pertunjukan merupakan seni kolektif, kompleks, multikonteks, tetapi

ansambel, bulat dan utuh.

Dalam hal ini naskah drama memiliki peranan yang penting dalam

pementasan drama karena naskah drama merupakan karangan yang

berisi cerita atau lakon. Di dalam naskah drama tertulis nama-nama tokoh,

dialog para tokoh yang disertai penggambaran ekspresi, dan setting

panggung yang diperlukan. Bahkan, kadang-kadang juga dilengkapi dengan

penjelasan tentang tata busana, tata lampu dan tata suara (musik pengiring).

1
Soediro Satoto. 2012. Analisis Drama dan Teater Jilid 2. Yogyakarta:Penerbit Ombak,
hal: 1

25
Bentuk dan susunan naskah drama berbeda dengan naskah cerita

pendek atau novel. Naskah cerita penndek atau berisi cerita lengkap dan

langsung dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sebaliknya, naskah drama

tidak mengisahkan cerita secara langsung. Penuturan ceritanya diganti

dengan dialog para tokoh. Berdasarkan pembicaraan para tokoh itu

penonton dapat menangkap dan mengerti seluruh ceritanya.

Menurut Wiyatmi mengatakan bahwa drama berbeda dengan prosa

cerita dan puisi karena dimaksudkan untuk dipentaskan. Pementasan itu

memberikan kepada drama sebuah penafsiran kedua. Sang sutradara dan

para pemain menafsirkan teks, sedangkan para penonton menafsirkan versi

yang telah ditafsirkan oleh para pemain. Pembaca yang membaca teks

drama tanpa menyaksikan pementasannya mau tidak mau membayangkan

jalur peristiwa diatas panggung. Pengarang drama pada prinsipnya

memperhitungkan kesempatan ataupun pembatasan khas, akibat

pementasan. Maka dari itu teks drama berkiblat kepada pementasan.2

Drama sebagai seni sastra memfokuskan perhatian kepada teks

drama sebagai wujud seni bahasa tulis. Sebagai sebuah karya seni sastra,

maka teks drama tidak kalah pentingnya dengan drama pertunjukan, karena

sesungguhnya nyawa sebuah drama justru terletak pada text play atau teks

drama.3

2
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Satra. Yogyakarta:Pustaka, h:43-44
3
Dina Gasong. 2019. Apresiasi Sastra Indonesia. Yogyakarta:Deepublish, h:111

26
2.2.1.4 Kajian Sosiologi Sastra

Masyarakat membutuhkan jalan keluar dari permasalahan kehidupan

mereka yang serba spesifik dan konkret. Dengan demikian, manusia

membutuhkan ilmu pengetahuan yang menjembatani filsafat dan manusia.

Karena itulah lahir sosiologi sebagai jalan keluar untuk membantu manusia

memecahkan persoalan masyarakat.

Orang yang pertama yang menggunakan istilah sosiologi adalah

Auguste Comte (1798-1857). Erikson (Ritzer , 2004: 16) mengatakan

bahwa, menurut Erikson bukanlah penemu Sosiologi Modern, karena selain

teori Sosiologi Konservatif banyak dipelajari oleh gurunya Cloude Henri

Saint-Simon (1760-1825) Adam Smith atau para moralis Skotlandia adalah

sumber sebenarnya dari Sosiologi. Namun demikian, Comte memiliki jasa

yang luar biasa untuk memperkenalkan sosiologi kepada dunia.

Orang lain juga yang berjasa pada awal-awal pengembangan

sosiologi adalah Emile Durkheim (1858-1917). Pandangan Durkheim

tentang fakta-fakta sosial menjadi dasar bagi sosiologi mengkaji pandangan

tentang apa sebenarnya fakta sosial itu. Dalam bukunya yang berjudul The

Rule of Sociological Method (1895/1982) Durkheim menekankan bahwa

tugas sosiologi adalah mempelajari fenomena penting dalam kehidupan

manusia dalam dunianya yaitu fakta-fakta sosial. Ia memandang fakta sosial

adalah sebagai kekuatan (force) dan struktur yang bersifat eksternal yang

memaksa individu. Melalui karyanya yang lain, yaitu Suicide (1897/1951)

27
Durkheim mencoba menguji pandangan sosiologisnya tentang hubungan

manusia dengan fakta sosialnya (Ritzer, 2004: 21).

Damono (1984: 8-9) Sosiologi adalah studi objektif dan ilmiah

tentang manusia dalam masyarakat; telaah tentang lembaga dan proses

sosial. Sosiologi mencoba mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala

masalah ekonomi, politik, agama dan lain-lain. Semua itu merupakan

struktur sosial yang merupakan gambaran tentang cara-cara manusia

menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi,

proses pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di tempat

masing-masing.

Secara etimologis sastra itu sendiri sebagai nama berarti ‘tulisan’.

Pengertian dalam bahasa Indonesia yang tidak demikian hanya berlaku di

Indonesia saja, bahkan nama sastra sebenarnya merupakan terjemahan

bahasa Indonesia dari nama yang digunakan masyarakat bahasa asing,

khususnya Eropa. Dalam bahasa Inggris sastra dinamakan literature, dalam

bahasa Jerman dinamakan literature, dalam bahasa Perancis literature.

Nama suasastra yang kurang lebih berarti ‘tulisan yang indah’juga

digunakan dalam masyarakat bahasa Eropa tersebut; letterkunde dalam

bahasa Belanda, belles-lettres dalam bahasa Perancis (Teeuw, 1984).

Ratna (dalam Tyas, 2018: 23) Sosiologi sastra adalah pemahaman

karya sastra terhadap aspek-aspek kemasyarakatannya. Suatu pemahaman

terhadap totalitas karya yang disertai dengan asepek-aspek kemasyarakatan

28
yang terkandung di dalamnya. Selain itu, didefinisikan pemahaman

terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan masyarakat yang

melatarbelakanginya. Sosiologi sastra adalah hubungan dwiarah (dialektik)

antara sastra dengan masyarakat.

Damono (dalam Tyas, 2018: 25) kecenderungan telaah sosiologi

sastra adalah; pertama, pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa

sastra adalah cermin proses sosial ekonomi belaka. Selain merupakan

eksperimen moral yang dituangkan oleh pengarang melalui bahasa, sastra

dalam kenyataannya menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan itu

sendiri merupakan kenyataan sosial.

Sosiologi sastra sering kali didefinisikan sebagai salah satu

pendekatan dalam kajian sastra yang memahami dan menilai karya sastra

dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan (sosial) (Damono,

1979:1). Secara definitif sosiologi sastra adalah analisis, pembicaraan terhadap

karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya.

Bersifat luas karena memberikan kemungkinan untuk menganalisis karya

sekaligus dalam kaitanya dengan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik,

aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung dalam karya demikian juga

sebagai aspek-aspek kemasyarakatan sebagai latar belakang sosial proses

kreatif. (Ratna, 2011 :24).

Ratna (2003 : 25) mengatakan, sosiologi sastra adalah penelitian

terhadap karya sastra dan keterlibatan struktur sosialnya. Dengan demikian

29
penelitian sosiologi sastra dilakukan dengan cara pemberian makna pada

sistem dan latar belakang suatu masyarakat serta dinamika yang terjadi di

dalamnnya. Pada dasrnya karya sastra bercerita tentang persoalan-persoalan

manusia. Pengarang secara langsung atau tidak langsung telah

mengungkapkan persoalan sosial didalam karyanya. Hal itu dipengaruhi

oleh apa yang dirasakan, dilihat dan dialami dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pendekatan sosiologi sastra memandang sastra sebagai

pencerminan kehidupan masyarakat atau cerminan kenyataan dan bukan

kenyataan atau peristiwa yang benar-benar terjadi juga sebagai sarana kritik

dalam kehidupan sosial. Sehubungan dengan karya sastra dan konteks

pengarangnya, Ian Watt menemukan tiga macam klasifikasi dalam sosiologi

sastra yang berbeda, pertama, konteks sosial pengarang yang berhubungan

dengan posisi sosial sastrawan dan pengaruh sosial sekitar penciptaan karya

sastra. Dalam hal ini, penelitian perlu memperhatikan: (a) bagaimana

pengarang mendapatkan mata pencahariannya, (b) sejauh mana pengarang

menganggap pekerjaannya sebagai profesi, dan (c) masyarakat apa yang

dituju oleh pengarang.

Kedua, sastra sebagai cermin masyarakat. Hal yang perlu di

perhatikan disini ialah: (a) sejauh mana sastra mencerminkan masyarakat

pada waktu sastra itu ditulis, (b) sejauh mana sifat pribadi pengarang

mempengaruhi gambaran masyarakat yang ingin disampaikannya, dan (c)

sejauh mana genre sastra yang digunakan pengarang dapat dianggap

30
mewakili masyarakat. Ketiga fungsi sosial sastra. Dalam hal ini ada tiga

yang menjadi perhatian, yakni: (a) sejauh mana sastra dapat berfungsi

sebagai perombak masyarakat, (b) sejauh mana sastra dapat berfungsi

sebagai penghibur saja, dan (c) sejauh mana terjadi sintesis antara

kemungkinan (a) dan (b) di atas. (Faruk dalam Hajrawati, 2017: 22).

Berdasarkan dari pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra adalah suatu pendekatan

terhadap karya sastra dengan kemasyarakatan baik dari sisi agama, budaya,

politik dan sosial.

2.2.1.5 Jenis Jenis Sosiologi Sastra

Menurut Wellek dan Waren (1994: 109-133) dalam bukunya Theory

of Literature ada Ketiga tipe sosiologi sastra tersebut di atas ditawarkan

yakni: (1) sosiologi pengarang; (2) Sosiologi karya sastra; (3) sosiologi

pembaca. Gambaran singkatnya sebagai berikut:

1. Sosiologi Pengarang

Sosiologi pengarang berhubungan dengan profesipengarang dan

institusi sastra. Masalah yang dikaji antara lain dasar ekonomi produksi

sastra, latar belakang sosial, status pengarang, dan ideologi pengarang yang

terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra. Sosiologi

pengarang dapat dimaknai sebagai salah satu kajian sosiologi sastra yang

memfokuskan perhatian pada pengarang sebagai pencipta karya sastra.

31
Dalam sosiologi pengarang, pengarang sebagai pencipta karya sastra

dianggap merupakan makhluk sosial yang keberadaannya terikat oleh status

sosialnya dalam masyarakat, ideologi yang dianutnya, posisinya dalam

masyarakat, juga hubungannya dengan pembaca. (Wiyatmi, 2013: 29).

Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat

reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat

sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Arenanya, asumsi dasar

penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan

sosial (Endarswara, 2008). Menurut Jabrohim (2003), pendekatan terhadap

sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan oleh beberapa

penulis disebut sosiologi sastra. Istilah ini pada dasarnya tidak berbeda

pengertian dengan sosiosastra, pendekatan sosiologis, atau pendekatan

sosio-kultural terhadap sastra.

2. Sosiologi Karya Sastra

Sosiologi karya sastra mengkaji isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal

lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan

masalah sosial.

3. Sosiologi Pembaca

Sosiologi pembaca mengkaji permasalahan pembaca dan dampak

sosial karya sastra, serta sejauh mana karya sastra ditentukan atau

tergantung dari latar sosial, perubahan dan perkembangan sosial.

32
2.2.2 Terbentuknya Masyarakat Miskin Kota

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti masyarakat yakni

sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu

kebudayaan yang mereka anggap sama. Arti miskin ialah tidak berharta;

serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah) maka dapat disimpulkan

bahwa masyarakat miskin kota yaitu kaum kelas sosial rendah yang tidak

memiliki pekerjaan dari sisi ekonomi dan terbatasnya mobilitas.`

Urbanisasi merupakan proses yang mempengaruhi perkembangan

kota-kota di negara-negara berkembang. Urbanisasi yang terjadi disebabkan

oleh semakin banyaknya penduduk perkotaan yang tidak hanya disebabkan

oleh pertumbuhan alami penduduk namun juga migrasi yaitu perpindahan

penduduk desa ke kota mengalami perkembangan dan pertumbuhan karena

harus memenuhi kebutuhan penduduknya yang semakin banyak. Selain itu,

proses perkembangan yang terjadi juga mempengaruhi perubahan ekonomi

dan sosial.

Perubahan ekonomi yang terjadi diantaranya adalah pergeseran

lapangan pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor non pertanian, seperti

perdagangan dan industri. Adanya pergeseran sektor lapangan pekerjaan

tersebut menyebabkan peningkatan produktivitas ekonomi suatu kota yang

pada akhirnya akan meningkatkan perkembangan dan aktivitas kota.

Sedangkan perubahan sosial yang terjadi dalam proses urbanisasi ini

ditunjukkan oleh adanya perubahan pola pikir dan gaya hidup penduduknya.

33
Fenomena urbanisasi menyebabkan pertumbuhan wilayah perkotaan

yang semakin luas, sehingga akan mempengaruhi struktur fisik kota dimana

tidak hanya bagi kota besar tetapi juga bagi kota kecil. Urbanisasi

menghasilkan perubahan.

2.2.3 Karakteristik Masyarakat Miskin Kota

Menurut hemat kami bahwa masyarakat miskin kota memiliki

beberapa karakteristik diantaranya: pendapatan, kesehatan, pendidikan,

keamanan dan kemampuan. Dimensi kemiskinan merupakan ukuran

kemiskinan dari tingkat kesejahteraan penduduk. Berdasarkan penyebab

kemiskinan yang diungkapkan oleh Bappenas (2004), Bank Dunia (2003)

dapat dijabarkan dimensi kemiskinan yang dapat dijadikan indikator untuk

mengetahui karakteristik masyarakat miskin kota yakni:

1. Pendapatan

Berkaitan dengan pekerjaan masyarakat miskin. Masyarakat miskin

kota memiliki karakteristik keterampilan dan kemampuan yang kurang

sehingga mereka cenderung tidak mampu untuk mendapatkan pekerjaan

yang baik dan tetap. Sektor formal yang berkembang tidak mampu

menyerap tenaga kerja dengan pendidikan dan keterampilan rendah

sehingga masyarakat miskin kota hanya memiliki sedikit pilihan atas

pekerjaan yang layak dan peluang yang terbatas untuk mengembangkan

usaha mereka.

34
Terbatasnya lapangan pekerjaan saat ini sering kali menyebabkan

mereka terpaksa melakukan pekerjaan beresiko tinggi dengan imbalan yang

kurang seimbang dan kurang kepastian akan berkelanjutan. (Bappenas,

2004) masyarakat miskin di perkotaan cenderung bekerja di sektor informal

sehingga mereka tidak mendapatkan jaminan pekerjaan. Selain itu,

keterbatasan ini disebabkan oleh rendahnya produktivitas dan tingkat

pembentukan modal dalam masyarakat.

2. Kesehatan

Kondisi lingkungan pemukiman masyarakat miskin kota yang tidak

sehat yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas kesehatan mereka.

Masyarakat miskin kota yang tinggal di pemukiman padat dan lahan-lahan

marginal yang sering kali membahayakan mereka, masyarakat yang tinggal

di pinggiran bantaran sungai. Masalah yang dihadapi masyarakat miskin

kota dengan layanan perumahan adalah terbatasnya akses terhadap

perumahan yang sehat dan layak.

Rendahnya mutu lingkungan pemukiman dan lemahnya

perlindungan atas pemilikan rumah. Hal ini menyebabkan masalah lain

muncul antara lain kemampuan untuk terus bekerja sehingga pendapatan

yang diperoleh tidak memadai. Selain itu, penyakit yang timbul akibat

lingkungan yang tidak sehat juga menyebabkan kemampuan anak-anak

untuk belajar jadi semakin berkurang.

35
3. Pendidikan

Masyarakat miskin kota memiliki keterbatasan dalam mengakses

layanan pendidikan. Keterbatasan ini antara lain disebabkan oleh

kesenjangan biaya pendidikan, fasilitas pendidikan yang terbatas, mahalnya

biaya pendidikan, kesempatan memperoleh pendidikan terbatas, tingginya

beban biaya pendidikan baik langsung maupun tidak langsung. Adanya

dampak dari masalah tersebut adalah penduduk miskin tidak mampu untuk

mendapatkan pekerjaan yang relatif tetap.

4. Keamanan

Masyarakat miskin kota menghadapi ketimpangan struktur

penguasaan dan pemilikan tanah. Mereka yang berasal dari desa cenderung

tinggal di tanah-tanah kosong pemerintah yang menyebabkan masyarakat

miskin kota tinggal di pemukiman kumuh dengan segala keterbatasan

pelayanan seperti sanitasi dan air bersih serta lemahnya perlindungan dan

keamanan atas tanah dan bangunan yang mereka tinggali.

Sebagian besar masyarakat miskin kota menganggap bahwa Ibukota

adalah sumber dari penggenapan janji yang mereka impi-impikan selama ini

untuk mencari kesejahteraan hidup yang lebih baik dan yang memaksa

mereka untuk mencari ruang dan tempat kosong untuk tempat tinggal

sementara, lokasi yang mudah ditemukan oleh masyarakat miskin kota

yakni bantaran sungai, pinggir rel kereta api menjadi tempat favorit bagi

36
mereka untuk mendirikan tempat non-permanen. Ketidakamanan dalam

kepemilikan rumah yang mereka tinggali menyebabkan

pengusiran/penggusuran yang menyebabkan hilangnya modal fisik,

kerusakan sosial dan jaringan informal untuk pekerjaan dan keselamatan

serta mengurangi rasa aman, karena sewaktu-waktu dapat diambil oleh

pemerintah kapan saja.

5. Kemampuan

Masyarakat miskin kota memiliki kemampuan yang lemah karena

mereka tidak diberi hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

karena mereka dianggap kaum yang lemah karena tidak adanya

perlindungan penuh. Kurangnya informasi kepada masyarakat miskin kota

mereka tidak memiliki akses dalam mendapatkan pekerjaan yang baik dan

layanan hukum karena mereka dianggap sebagai konsumen pasif. Menurut

Bank Dunia (2003) lemahnya partisipasi masyarakat miskin kota

disebabkan oleh adanya perbedaan kesempatan di antara anggota

masyarakat dan sistem yang kurang mendukung serta tata pemerintahan

yang kurang melibatkan penduduk miskin yang tidak hanya sebagai objek

pembangunan namun juga sebagai subjek pembangunan.

37
2.2.4 Tentang Arifin C Noer

2.2.4.1 Biografi

Arifin C Noer lahir di Cirebon, 10 Maret 1941. Nama sesungguhnya

ialah Arifin Chairin Noer. Ia memiliki dua orang istri, pertama Nurul Aini

dan yang kedua bernama Jajang C Noer. Arifin dikarunia empat orang anak

yakni Vita Ariavita, Veda Amritha, Nitta Nazyra dan Marah Laut.

2.2.4.2 Latar Belakang Keseniman

Arifin C Noer memulai kiprahnya di bidang senin sejak duduk di

bangku SMP, saat itu ia rutin mengirimkan karangannya berupa cerpen dan

puisi pada majalah mingguan. Ia menulis sajak dan lakon sandiwara radio

sejak tahun 1957 sekaligus menyutradarainya untuk RRI Cirebon. Ia pun

turut melakonkan tokoh yang ada pada tulisannya di bawah bimbingan Mus

Mualim. Bersama Mus, Arifin tak hanya belajar melakon teatpi juga belajar

menyanyi yang kemudian segera mengantarkannya ke dalam panggung

menyanyi dan menyabet juara lomba tingkat daerah.

2.2.4.3 Kedudukan Arifin C Noer dalam Dunia Teater

Drama merupakan salah satu bentuk dari karya sastra, pengarang

terkenal yang mampu melahirkan banyak karya drama yang dikenal oleh

masyarakat luas salah satunya ialah Arifin Chairin Noer, beliau lebih

dikenal dengan sapaan Arifin C Noer, tak lengkap rasanya jika hanya

38
mengenal karya nya saja tanpa mengetahui seluk beluk biografinya.

Selanjutnya Rene Welek dan Austin Warren dalam bukunya Teori

Kesusastraan (1995: 119) menjelaskan bahwa biografi pengarang adalah

sumber utama, tetapi kita dapat mengumpulkan informasi tentang latar

belakang pengarang, latar belakang ekonomi keluarga, dan peran ekonomi

pengarang tidak hanya dari biografi pengarang. Sebagai warga masyarakat,

pengarang mempunyai posisi sosial dalam masyarakat. Posisi pengarang

tersebut dapat ditelusuri secara jelas dalam sejarah.

Perlahan-lahan karir anak tukang sate ini mulai merangkak naik,

Ketika ia duduk di bangku kuliah, sebagai mahasiswa Sospol Universitas

Cokroaminoto di Solo tahun 1961, ia pun menulis lakon-lakon sandiwara

untuk dipentaskan bersama Teater Muslim, Pimpinan Muhammad

Diponegoro, a.l: Sumur Tanpa Dasar, Telah Pergi Ia, Telah Kembali Ia,

dan Mega, Mega: sandiwara tiga bagian pada tahun 1966.

2.2.4.4 Karya-Karya Arifin C Noer

Tahun 1968 ia pindah ke Jakarta mendirikan Teater Ketjil dan giat

mementaskan lakon-lakon ciptaanya sendiri maupun lakon terjemahan.

Salah satu naskah pentingnya pada era ini, selain pentalogi Orkes Madun

dan yang paling sering dimainkan orang, ialah Kapai-kapai, yang telah pula

diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa: Inggris, Flaams, Cina, Swedia

39
dan dimainkan di Malaysia, Australia, Amerika, Swedia, Singapura dan

negara-negara Benelux oleh masing-masing teater setempat.

Arifin C Noer juga seorang penulis skenario dan sutradara film dan

TV yang disegani. Beberapa piala penghargaan diperolehnya baik Festival

Film di dalam negeri amupun luar negeri. Filmnya yang paling terkenal

adalah film yang banyak menuai kontroversi, G 30S/PKI, namun melalui

film tersebut suami Jajang C Noer ini nyatanya kembali berhasil meraih

penghargaan bergengsi Piala Citra pada tahun 1985.

Pada 28 Mei 1995 Arifin meninggal karena penyakit kanker hati

setelah sebelumnya menjalani operasi di Singapura. Lulusan fakultas Sosial

Politik ini tutup usia pada umur 54 tahun. Selama hidupnya Arifin dikenal

sebagai sastrawan yang banyak membela kaum miskin. Banyak karyanya

yang juga memasukkan unsur-unsur lenong, stambul, boneka, wayang kulit,

wayang golek dan melodi pesisir. Instrument-instrumen yang akrab dengan

publik. Arifin memang telah tiada, namun karya dan konsep teater

ekperimentalnya banyak digunakan sebagai contoh teater masa kini.

Tingkatan pendidikan yang di tempuh oleh Arifin C Noer mulai dari

duduk di bangku sekolah dasar sampai ke Perguruan Tinggi antara lain; SD

Taman Siswa, Cirebon. SMP Muhammadiyah, Cirebon. SMA Negeri

Cirebon (tidak selesai). SMA Jurnalistik, Solo. Fakultas Sosial Politik

Cokroaminoto, Yogyakarta (1967). International Writing Program,

Universitas lowa, AS (1972). Ia pun memulai karir nya sebagai Manajer

40
Personalia Yayasan Dana Bantuan Haji Indonesia, Wartawan Harian

Pelopor Baru, Sutradara Teater Muslim (1962), Anggota Studi Grup Drama

Yogyakarta (1962), Pendiri dan pemimpin Teater Kecil (1968-1995),

Kepala Humas Dewan Kesenian Jakarta (1969-1972), Penulis Skenario

Film (1971-1995), Sutradara Film (1977-1995).

Lahirnya karya-karya dari Arifin C Noer yang banyak memberikan

inspirasi serta kontroversi dari hasil garapannya, seperti karya berikut ini

Rio anakku (1973), Melawan Badai (1974), Suci Sang Primadona (1977),

Petualangan-Petualangan (1978), Harmonikaku (1979), Serangan Fajar

(1981), Djakarta 1966 (1982), Pengkhianatan G-30-S/PKI (1982),

Pengkhianatan G-30-S/PKI (1984), Matahari-Matahari (1985), Biarkan

Bulan Itu (1986), Cas Cis Cus (1989), Taksi (1990), Bibir Mer (1991), Tasi

oh Tasi (1992).

Dalam beberapa karya Arifin C Noer mampu mencetak banyak

apresiasi dan penghargaan bergengsi baik di Indonesia maupun di luar

negeri, penghargaan yang beliau terima ialah Pemenang Pertama Sayembara

Penulisan Lakon Teater Muslim “Mega Mega”, Pemenang Kedua

Sayembara Naskah Drama (1967), Anugrah Seni dari Pemerintah RI (1971),

Pemenang Pertama Sayembara Penulisan Lakon DKJ naskah drama “Kapai

Kapai” (1972), Piala The Golden Harvest film Pemberang pada FFA

(1972), Piala Citra untuk Film Rio Anakku pada FFI (1973), Piala Citra

untuk Film Melawan Badai pada FFI (1974), Piala Citra untuk Film

41
Serangan Fajar pada FFI (1982), Pengkhianatan G-30-S/PKI pada FFI

(1984), Piala Citra untuk Film Taksi (1990) dan SEA Write Award dari

Kerajaan Thailand pada tahun 1990.

Tidak hanya melalui karya sastra dalam puisi ataupun cerpen, Arifin

C Noer menerbitkan sejumlah buku yang dapat dinikmati oleh masyarakat

sebagai khakayak pembaca untuk dapat mengetahui sejati nya apa yang

akan disuguhkan serta apa yang ingin disampaikan oleh Arifin C Noer

melalui karya nya yang sudah berbentuk tulisan, berikut sederet kumpulan

buku karya Arifin C Noer diantara nya Mega, mega: sandiwara tiga bagian

(1966), The bottomless well: a play in four acts (1992), Good morning,

Jajang: Singapore Dept. of Malay Studies (1995), Orkes Madun, Atawa,

Madekur dan Tarkeni; Umang-umang; Sandek pemuda pekerja; Ozone;

Magma (2000) dan Ideologi teater modern kita (2000).

2.2.4.5 Madekur dan Tarkeni

Ketika menulis naskah Madekur dan Tarkeni Arifin pernah

mengatakan bahwa naskahnya ini adalah bagian dari sebuah trilogy, yaitu

Orkes Madun yang terdiri dari Madekur dan Tarkeni, Umang-Umang dan

Ozone. Selesai dengan Umang-Umang, Arifin menulis lagi dengan judul

Sandek, Pemuda Pekerja, yang semula di kira teman-teman Teater Ketjil

adalah naskah yang berdiri sendiri. Arifin mengemukakan bahwa orkes

madun adalah sebuah pentalogi, dan bahwa yang ke-5 berjudul magma.

42
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian ini terdiri dari 4 sub bab, yaitu: metode

penelitian, sumber data (mencakup data primer dan data sekunder), teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data. Gambaran singkatnya sebagai

berikut:

3.1 Metode Penelitian

Pada metode penelitian skripsi ini penulis akan mendeskripsikan

serta meneliti tentang realitas sosial mayarakat miskin kota yang ada pada

tokoh madekur dan tarkeni yang termuat dalam naskah drama karya Arifin

C Noer. dalam naskah drama Madekur dan Tarkeni atawa orkes madun 1

karya Arifin penulis akan mengupas sejauh mana realitas sosial yang

tergambar dalam kehidupan sehari-hari yang masih sangat relevan dalam

kehidupan saat ini. Agar lebih spesifik penelitian dilakukan pada salah satu

naskah drama Madekur dan Tarkeni Atawa Orkes Madul 1 Karya Arifin C

Noer karya Arifin C Noer. pada naskah drama ini, Arifin C Noer ingin

menyampaikan pembelaan nya terhadap masyarakat miskin kota yang

realitas sosial masih sangat jauh dari kata layak Ia menuangkan segala

bentuk pembelaan nya terhadap kaum miskin kota yang tidak terjamin

kehidupannya dari sisi pekerjaan.

43
Berlandas pada setiap karya yang di hasilkan oleh Pengarang, Arifin

C Noer memaparkan mulai dari alur, latar, karakteristik tokoh, citraan dan

gaya bahasa dan lain-lain. Naskah drama ini menjadi sebuah karya sastra

yang tergolong banyak menggambarkan intrik realitas sosial masyarakat

miskin kota, mulai dari makna, interaksi sosial, konflik sosial, dan

kehidupan dari kedua keluarga yang berada di desa. Merupakan menjadi

titik fokus pada karya Arifin C Noer ini penting diteliti untuk menambah

ilmu pengetahuan terutama dalam realitas sosial masyarakat miskin di

ibukota.

Menurut Silaen (2014: 8) metode (Yunani: methodos) adalah cara

atau jalan. Metode adalah menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja

untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran penelitian yang

bersangkutan. 

Pada penelitian ini penulis akan menggunakan penggolongan

penelitian berdasarkan tujuannya yaitu deskriptif, dan penggolongan

penelitian berdasarkan sifat datanya, yakni kualitatif artinya

menggambarkan bagaimana realitas sosial masyarakat miskin kota.

Sosiologi sastra merupakan pendekatan sastra yang mempertimbangkan

teori-teori kemasyarakatan (Damono, 2002: 2) dalam penelitian ini teori

yang digunakan ialah teori Ian Watt dalam esainya yang

44
berjudul  Literature and Society (1964) bahwa adanya hubungan timbal

balik antara sastrawan, sastra dan masyarakat.

Adapun kajian yang digunakan oleh peneliti yaitu sosiologi sastra

yang tetap berpusat pada karya sastra yang digunakan sebagai data utama

untuk memaknai sudut pandang pengarang mulai dari realitas sosial,

keadaan pada saat itu, ataupun proses perubahan sosial yang menjadi cermin

masyarakat, selain itu, peneliti membaca adanya gejala pada masyarakat

miskin kota yang di tonjolkan dalam cerita naskah drama, guna penelitian

ini lebih spesifik kepada teori untuk mengupas data yakni mendeskripsikan

gambaran mengenai realitas sosial serta makna realitas pada naskah drama

Madekur dan Tarkeni. 

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif

deskriptif, yaitu dengan cara mengumpulkan data-data, menganalisis dan

mengklarifikasi data dengan cara membaca naskah drama, mencermati dan

menyimpulkan penelitian sehingga menghasilkan data berupa kata-kata

tertulis. Dengan demikian, laporan penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan

data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.

3.2 Data dan Sumber Data

Data atau bahan keterangan adalah fakta yang dapat ditarik menjadi

suatu kesimpulan dalam kerangka yang digarap. Data adalah suatu sumber

45
informasi atau bahan mentah yang disediakan oleh alam yang harus dicari.

Data merupakan bahan yang sesui untuk memberi jawaban terhadap

masalah yang dikaji. Data merupakan hal terpenting dalam penelitian.

Karena masalah timbul dalam penelitian disebabkan adanya data.

Menurut Silaen (2014: 140) mengatakan bahwa data adalah sesuatu

yang diketahui atau dianggap diketahui (Things known or assumed) yang

dapat digunakan untuk mengetahui atau memperoleh gambaran suatu

keadaan, dan untuk membuat keputusan atau memecahkan masalah. Sumber

data dalam penelitian ini adalah naskah drama Madekur dan Tarkeni Atawa

Orkes Madun 1 karya Arifin C Noer yang mengandung realitas sosial

masyarakat miskin kota.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan

klasifikasi data dari cara memperolehnya. Berdasarkan cara

memperolehnya, data dibedakan atas dua macam, yaitu data primer dan data

sekunder.

3.2.2 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara

langsung dari lapangan oleh peneliti (Silaen (2014: 143). Data primer yang

penulis gunakan naskah drama Madekur dan Tarkeni Atawa Orkes Madun 1

karya Arifin C Noer, yang diterbitkan oleh Pustaka Firdaus bekerja sama

46
dengan Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation, dengan tebal

114 halaman, kode ISBN 979-541119-5.

3.2.1 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpukan peneliti

dari hasil penelitian pihak lain (Silaen, 2014: 143). Sumber data sekunder

penelitian ini didapat dari beberapa jurnal, skripsi, tesis, buku serta situs

internet yang yang terkait dengan pembahasan ‘realitas sosial masyarakat

miskin kota”, sebagai bahan referensi penulis menyelesaikan tulisan ini.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Putri (2007: 58) mengatakan bahwa pengumpulan data

adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau karakteristik-karakteristik dari

seluruh komponen variabel yang akan diteliti. Pada tahap ini hal pertama

yang dilakukan adalah membaca naskah drama untuk mengetahui data yang

terdapat realitas sosial masyarakat miskin kota. Lalu melakukan pencatatan

data-data mentah yang terdapat realitas sosial masyarakat miskin kota dalam

naskah drama. Setelah diperoleh data mentah, langkah selanjutnya yaitu

melakukan transkripsi. Kemudian untuk data dari sumber lain seperti,

membaca buku pedoman sosiologi sastra, skripsi, tesis, dan jurnal

penelitian.

Teknik penulisan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

47
1. Membaca dengan cermat naskah drama Madekur dan Tarkeni

Atawa Orkes Madun 1 Karya Arifin C Noer dari awal sampai akhir;

2. Menentukan data tertulis yang akan dipakai untuk analisis dalam

penelitian;

3. Memindahkan data tertulis ke dalam catatan data;

4. Mengumpulkan sumber data pustaka dan data dari sumber lain,

seperti buku bacaan sosiologi sastra, jurnal penelitian, skripsi, tesis.

5. Membaca sumber data pustaka.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses yang sangat penting dalam

penelitian. Analisis data berasal dari hasil pengumpulan data.

Pengklasifikasikan dan pengelompokan data harus didasarkan pada apa

yang menjadi tujuan penelitian. Menurut Putri (2007: 60) analisis data dapat

diartikan menjadi 5 macam, yaitu: (1) cara untuk membandingkan dua atau

lebih variabel untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan, (2) cara

untuk memecahkan masalah yang diteliti menjadi bagian-bagian yang lebih

mendetail sehingga kesimpulan yang dibuat menjadi lebih baik, (3) cara

untuk memprediksi data yang sudah terkumpul melalui bantuan suatu

metode untuk mengolah data tersebut, sehingga dapat diperoleh hasil yang

dapat dipercaya dan valid, (4) cara untuk memberikan makna hasil

penelitian sehingga mudah dipahami, (5) cara untuk menjawab hipotesis

48
yang diajukan dalam penelitian dan berkaitan erat dengan pengambilan

kesimpulan penelitian.

Bentuk analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis kualitatif, menurut Putri (2007: 60) mengatakan bahwa analisis

kualitatif yaitu analisis yang tidak menggunakan model matematika, model

statistik, dan model ekonometrik. Terbatas hanya pada menginterpretasikan

data pada pada tabel atau grafik dalam suatu uraian. Menurutnya analisis

kualitatif ini meliputi mencari makna, berawal fakta, melakukan observasi

yaitu dengan mencatat semua fakta secara holistik dan bersifat alamiah

(naturalistik), memahami, menginterpretasikan fakta: membuat deskripsi

fenomena yang diamati, perumusan generalisasi bersifat teoritis:

proposisi/fakta, konsep, teori. Metode analisis data potret strata sosil dalam

masyarakat miskin kota menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan pilah

realitas sosial dalam masyarakat miskin kota. Penelitian ini terdiri dari tiga

tahap yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis membaca dan memahami buku, dan situs

internet yang memuat informasi tentang sosiologi sastra, khususnya realitas

sosial dan pola pikir masyarakat miskin kota.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini secara garis besar langkah-langkahnya

berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:

49
a. Mengumpulkan dan meneliti buku-buku teori, skripsi, tesis dan

jurnal yang akan dijadikan data penelitian.

b. Memilah-milah data dalam naskah drama Madekur dan Tarkeni

Atawa Orkes Madun 1 yang mengandung realitas sosial. Secara rinci dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Memilih data pada naskah drama Madekur dan Tarkeni Atawa

Orkes Madun 1 sebagai sumber data primer.

2. Mengumpulkan data realitas sosial yang terdapat pada naskah drama

Madekur dan Tarkeni Atawa Orkes Madun 1.

3. Menganalisis data tentang realitas sosial masyarakat miskin kota

yang terdapat pada naskah drama Madekur dan Tarkeni Atawa Orkes

Madun 1.

4. Mengelompokkan data realitas sosial yang terdapat pada naskah

drama Madekur dan Tarkeni Atawa Orkes Madun 1.

5 Menganalisis data realitas sosial masyarakat miskin kota yang

terdapat pada naskah drama Madekur dan Tarkeni Atawa Orkes Madun 1.

3. Pelaporan

Tahapan ini merupakan tahap pelaporan hasil penelitian. Pada tahap

ini pelaporan diisi oleh simpulan macam-macam bentuk dan fungsi. Penulis

mengidentifikasi data realitas sosial masyarakat miskin kota yang terdapat

pada naskah drama Madekur dan Tarkeni Atawa Orkes Madun 1.

50
Setelah data diperoleh, tugas penulis selanjutnya adalah

menganalisis data tersebut. Langkah analisis data ini adalah langkah yang

paling penting untuk memperoleh jawaban dari masalah yang diangkat.

Pemaparan pertama di awali dengan menyajikan kutipan pada naskah drama

Madekur dan Tarkeni Atawa Orkes Madun 1 karya Arifin C Noer. Data

yang terkumpul selanjutnya di analisis dan diinterpretasikan sesuai dengan

teori yang telah dibahas sebelumnya. Data analisis selanjutnya disajikan dan

di berikan pembahasan dengan penyajian data dengan menggunakan uraian

kata-kata dan tabel.

Dari penjelasan diatas, dapat di tarik kesimpulan bahwa penelitian

ini menggunakan metode observasi sebagai teknik pengumpulan datanya.

Teknik ini memiliki ciri yang lebih spesifik dari teknik yang lain. Observasi

tidak terbatas pada orang, melainkan pada objek-objek lain seperti bahasa

dan sosiologi yang ada dalam naskah drama Madekur dan Tarkeni Atawa

Orkes Madun 1 karya Arifin C Noer tanpa adanya manipulasi data.

51
DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group

Faruk. 2017. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik


sampai Postmodernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

___________2010. Pengantar Sosiologi Sastra Edisi Revisi. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Departemen Pendidikan Nasional. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia


Edisi keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Gasong, Dina. 2019. Apresiasi Sastra Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.

Hajrawati. 2017. yang di akses dalam jurnal Aspek Sosial dalam Naskah
Drama Bulan dan Kerupuk Karya Yusef Muldiyana Kajian
Sosiologi Sastra Ian Watt.
core.ac.uk

Irawansyah, Dony. 2020. yang di akses dalam jurnal skripsi Kritik Sosial
dalam Naskah Drama Pesta Terakhir Karya Ratna Sarumpaet:
Perspektif Hippolyte Taine dan Relevansinya sebagai Pembelajaran
di Sekolah.
fkip.unram.ac.id

Imaniar, Nur Chitra. 2019. Yang di akses dalam jurnal skripsi Kritik Sosial
dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek Karya
Danarto Anarto dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA).
repository.uinjkt.ac.id

Juliarfa, Arfian Catur. 2019. Perilaku Masyarakat Urban dalam Naskah


Drama Orkes Madun 1 alias Madekur dan Tarkeni Karya Arifin C
Noer Kajian Strukturalisme Genetik Lucien Goldmann
eprints.unm.ac.id

Noer, Arifin. C. 1999. Teater Saya adalah Teater Kini. Jakarta: Dewan
Kesenian Jakarta.

52
Putra. Bintang Angkasa. 2018. Drama Teori dan Pementasan. Yogyakarta:
PT Citra Aji Parama.

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra. Peranan Unsur-unsur


Kebudayaan dalam proses Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Renggapratiwi, Amelia. 2009. Yang di akses dalam jurnal tesis Kemiskinan


dalam Perkembangan Kota Semarang Karakteristik dan Respon
Kebijakan
eprints.undip.ac.id

Rosidi, Ajip. 2013. Ikhtisar Sejarah Sastera Indonesia. Bandung: Dunia


Pustaka Jaya

Sepli, Ratihfa. 2017. Realitas Sosial Masyarakat Minangkabau dalam


Novel Jejak Jejak yang Membekas Karya Syafiwal Azzam
repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id

Sujarwa. 2019. Model dan Paradigma Teori Sosiologi Sastra. Yogyakarya:


Pustaka Pelajar.

Suroso, dkk. 2008. Kritik Sastra. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional.

Tyas, Trining. 2018. Analisis Sosiologi Karya Sastra Terhadap Novel Suti
Karangan Sapardi Djoko Damono
repository.usd.ac.id

Wiyatmi, 2013. Sosiologi Sastra yang diakses dalam


https://www.researchgate.net/profile/Wiyatmi_Wiyatmi/publication\

Yandri, Pitri dan Bambang Juanda. 2018. Memahami Karakter Kemiskinan


Perkotaan Dengan Pendekatan Observasional. Jurnal Ekonomi dan
Studi Pembangunan. Volume.19, Nomor 1, April 2018.
media.neliti.com

https://www.liputan6.com/regional/read/4117310/mengintip-daftar-umk-2020-
di-jabar-tertinggi-kabupaten-karawang

53

Anda mungkin juga menyukai