RICHAL PALEMBANGAN
1781040019
i
ii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Kajian Pustaka....................................................................................... 6
1. Persepsi .............................................................................................. 6
2. Remaja ............................................................................................... 11
3. Ukiran ................................................................................................ 15
ii
iii
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berkembang serta dimiliki bersama oleh kelompok orang yang diwariskan dari
kehidupan manusia atau mayarakat. Budaya juga dapat diartikan merupakan suatu
kebiasaan yang terbentuk dari aktivitas masyarakat sahari hari yang bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
sosial manusia.
dengan seorang ahli sosiologi, Talcott Parsons dan seorang ahli antropologi, A.L
tindakan, serta aktivitas manusia yang berpola. Senada dengan Parsons dan
Kroeber, J.J Honigmann membedakan adanya tiga “gejala kebudayaan” yaitu ideas,
activities, dan artifacts. Atas dasar itu, Koentjaraningrat menyimpulkan bahwa ada
1
2
(polasarana/kebendaan).
melainkan satu kesatuan dan saling berkaitan satu sama lainnya. Adat-istiadat
dalam kebudayaan yaitu pengatur dan pemberi arah kepada seluruh tindakan serta
kebudayaan nasional. Pada 27 April 2017, Undang Undang Nomor 5 Tahun 2017
kebudayaan” tidak muncul tiba-tiba. Istilah tersebut sudah digunakan para pendiri
bangsa pada UUD 1945 dalam Pasal 32, yaitu “Pemerintah memajukan kebudayaan
kehidupan bangsa. Saat terjadi perubahan UUD 1945 pada awal masa reformasi
budaya, mandiri secara ekonomi, serta berdaulat secara politik, kini siap
diwujudkan.
oleh mata dunia adalah kebudayaan yang berada di sulawesi selatan tepatnya di
kabupaten Tana Toraja. Salah satu kebudayaan yang ada di Toraja adalah seni
ukiran.Seni ukiran Toraja biasanya terdapat pada tomgkonan (rumah adat Toraja),
alang (lumbung padi) dan erong (peti mayat). Seni ukiran suku Toraja tidak hanya
sekedar gambar yang dibuat begitu saja, ukiran atau yang biasa di sebut “passura”
oleh masyarakat Toraja lahir karena dorongan hidup serta cita-cita kehidupan
masyarakat Toraja pada zaman dahulu yang dituangkan dalam bentuk ukiran dan
Jainuddin E. S (2020: 34) sejarah ukiran Toraja dalam garonto pasura (ukiran
dasar) ada empat ukiran dan salah satunya adalah ukiran pa’ manuk londong
Fenomena yang terjadi pada saat ini masyarakat toraja terutama para
mulai melupakan nama, makna dan fungi dari ukiran terebut. Sesuai dengan
wawancara yang saya lakukan didaerah tempat saya saat KKN saya menemui
tersebut mengenai salah satu ukiran di Toraja yaitu ukiran pa’ manuk londong dan
sudah mulai tidak mengetahui dan melupakan maksud dan makna dari ukiran pa’
4
manuk londong.dan setelah saya mendapat informasi tersebut dugaan awal saya hal
yang menyebabkan para remaja di daerah tersebut sudah melupakan maksud dan
makna dari ukiran pa’ manuk londong karena kurangnya edukasi dari orang tua dan
B. Rumuan Masalah
Dilihat dari latar belakang masalah tersebut maka dalam penelitian ini yang
Toraja?
C. Tujuan Penelitian
adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran dari ukiran pa’ manuk londong dalam kehidupan
Masyarakat Toraja.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Dapat digunakan sebagai bahan acuan dan masukan dalam mendidik remaja,
sehingga remaja lebih mengenal budaya ukiran terutama pada ukiran Pa’ Manuk
Londong.
Dengan adanya penelitian ini, remaja dapat lebih mengerti dan memahami
c. Bagi Peneliti
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan
A. Kajian Pustaka
1. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi berarti tanggapan langsung
atas sesuatu. Sedangkan dalam kamus Bahasa Inggris perception yang artinya
persepsi mengacu pada kajian proses sentral yang memberikan koherensi dan
Menurut Herlan dan Yono (dalam Soraya 2018 : 187) “Persepsi adalah suatu
seseorang bisa saja memiliki persepsi yang berbeda, walaupun objeknya sama.
Hal tersebut dimungkinkan karena adanya perbedaan dalam hal sistem nilai dan
6
7
Menurut Thoha (dalam Soraya 2018 : 187), persepsi pada hakikatnya adalah
proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi
suatu objek.
tertentu, konsep ini biasa disebut dunia persepsi. Agar dapat dihasilkan suatu
penginderan yang bermakna, ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi :
penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi perasa; bunyi bagi pendengar,
b) Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang); kita
dapat mengatakan atas bawah, tinggi rendah, luas sempit, latar depan latar
umum persepsi yaitu modalitas, dimensi ruang, dimensi waktu, dengan demikian
dalam hal perepsi dapat terjadi ketika dapat dirasakan oleh indra manusia.
masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor-faktor personal.
Persepsi tidak ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik
b) Faktor Struktural: Faktor Struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-
mempengaruhi persepsi seseorang yaitu (a) Faktor internal: perasaan, sikap dan
proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat
dan motivasi. (b) Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang
9
pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.
a) Perhatian, biasanya tidak menangkap seluruh rangsang yang ada disekitar kita
sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek saja.
Perbedaan fokus perhatian antara satu dengan orang lain akan menyebabkan
perbedaan persepsi.
d) Sistem nilai, yaitu sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat juga
e) Tipe kepribadian, yaitu dimana pola kepribadian yang dimiliki oleh individu
satu orang dengan yang lain itu berbeda atau juga antara satu kelompok
bahawa faktor faktor persepsi dapat terjadi karna suatu indvidu menangkap
d. Aspek-Aspek Persepsi
Menurut Walgito (dalam Rahmi 2014 : 2) aspek aspek yang terdapat dalam
serta segala sesuatu yang diperoleh dari hasil pikiran individu. 2) Afeksi, aspek ini
tertentu serta segala sesuatu yang menyangkut evaluasi baik buruk berdasarkan
perilaku atau aktivitas individu sesuai dengan persepsinya terhadap suatu objek atau
keadaan tertentu.
oleh Coren dkk dan komponen pembelajaran kontekstual dari Johnson adalah
sebagai berikut:
a. Aspek kognisi
sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh
autentik.
b. Aspek afeksi
sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh
autentik.
Menurut Mc Dowell dan Newell (dalam Suharsono 2016: 32) ada 2 aspek yang
a. Kognitif yaitu cara berfikir, mengenali, memaknai, dan memberi arti suatu
persepsinya.
aspek aspek pada persepsi ada dua bagian penting yang melatarbelakangi hal
tersebut yaitu kognitif dan afeksi kedua hal terebut di gunakan oleh suatu individu
untuk memaknai atau memberi arti pada suatu lingkungan individu itu sendiri
2. Remaja
a. Pengertian Remaja
Dilihat dari bahasa inggris teenager, remaja artinya yakni manusia berusia
dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang
remaja menuju kedewasaan. Menurut Hurlock (dalam Surbakti 2017: 29) remaja juga
12
berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
psikologis, masa remaja adalah bahwa usia anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
kriteria yaitu biologik, psikologik, dan sosial ekonomi. Secara lengkap remaja
didefinisikan sebagai suatu masa: (a) individu berkembang dari saat pertama kali ia
mandiri. WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja
remaja yaitu perkembangan atau pertumbuan secara fisik dan secara pemikiran hal
ini terjadi saat peralihan dari masa anak ke masa dewasa umur yang di kategorikan
b. Ciri-Ciri Remaja
Menurut Blair & Jones, Ramse, Mead, Dusek, Besonkey (dalam Ida Umami
sehingga tubuh nampak makin besar dan kokoh. Demikian juga jantung,
pencernaan, ginjal dan beragai organ tubuh bagian dalam bertambah kuat dan
berfingsi sempurna.
b) Memiliki energi yang berlimpah secara fisik dan psikis yang mendorong
paling kuat secara fisik dan paling kreatif secara mentual sepanjang periode
kehidupan menusia.
c) Memiliki fokus perhatian yang lebih terarah kepada teman sebaya dan secara
tua. Dalam beberapa aspek, keinginan yang kuat untuk melepaskan diri dari
orang tua belum dibarengi dengan kemampuannya untuk mandiri dalam bidang
ekonomi.
d) Memiliki ketertarikan yang kuat dengan lawan jenis. Pada periode ini, remaja
sudah mulai mengenal hubungan lawan jenis bukan hanya sekedar sebagai
kawan. Akan tetapi, hubungan sudah mulai cenderung mengarah kepada saling
menyukai.
menemukannya dengan cara yang baik dan benar, maka ia akan memperoleh
14
kehidupan orang dewasa. Oleh kerena itu, mereka akan mengalalmi berbagai
orang dewasa. Mereka bingung dalam mengahadapi diri sendiri dan sikap-
ingin menjadi seorang yang dianggap benar dalam menghadapi kehidupan ini.
Oleh kerena itu, remaja memerlukan keyakinana hidup yang benar untuk
filsafat hidup. Remaja butuh filsafat hidup agar dapat memfungsikan dirinya
laku sebagai anggota keluarga, (sebagai anak, kakak, atau adik), sebagai
pelajar, sebagai bangsa Indonesia dengan nilai dan adapt-adat atau budayayang
khas. Semuanya itu dapat dimiliki remaja, jika ia diperkenalkan dengan nilai-
nilai filsafat itu, diberikan model dari orang-orang dewasa yang dekat dengan
15
nilai-nilai filsafat itu (orang tua dan guru), dan dikenai dengan tingkah laku
penghargaan kalau tingakah laku sesuai dengan nilai-nilai filsafat hidup itu.
Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut peneliti menyimpulkan bawah ciri
ciri remaja dapat dilihat dari perubahan fisik, kencenderungan lebih aktif atau lebih
dominan bersama umur sebayanya, dan pola pikir yang berubah sehingga
3. Ukiran
a. Pengertian Ukiran
merupakan hasil dari proses menggores, memahat untuk membuat sebuah karya
pada kayu, logam, dan sebagainya. Menurut Musclih dan Sudarman (dalam
Kristiyanto, 2006: 12) dinyatakan bahwa ukir adalah teknik membentuk dengan
cara menggores, mencukil, memahat gambar ornamen pada bahan tertentu yang
sesuai sehingga menghasilkan bentuk cekung dan timbul atau datar sesuai dengan
arsitektur memahat kayu yang membentuk bagian - bagian bangunan seperti tiang,
rusuk, palang untuk kepentingan konstruksi atau membentuk dasar ornamen pada
alas dan mahkota tiang, pada panel-panel pintu, jendela, sekat ruang, dan langit-
langit.
16
secara umum adalah teknik memahat atau mencungkil yang menghasilkan sebuah
Menurut Deprianus Sarlis (2016: 3) seni ukiran suku Toraja bukan hanya
sekedar gambar yang diciptakan begitu saja, ukiran atau yang biasa di sebut
“passura” itu lahir karena dorongan hidup serta cita-cita kehidupan masyarakat
Toraja pada zaman dahulu kala yang dicetuskan dalam bentuk ukiran yang dapat
dibaca untuk mendapatkan arti masing-masing ukiran tersebut. Oleh karena itu
semua jenis ukiran yang ada hingga sekarang ini mempunyai arti yang mendalam
mengenal empat macam ukiran yang disebut garonto passura, artinya dasar ukiran.
Garonto passura terdiri dari: 1) pa' barre allo, yaitu ukiran yang menyerupai
matahari atau bulan, benda yang mulia di atas bumi berasal dari Sang Pencipta yang
memberi hidup dan kehidupan bagi umat-Nya. 2) pa' tedong, ukiran yang
menyerupai kepala kerbau. Ukiran ini sebagai lambang kerja keras dan
kemakmuran. Ukiran ini diletakkan pada tiang-tiang yang berdiri tegak sebagai
tanpa bekerja tidak dapat hidup. 3) pa' manuk londong, ukiran yang menyerupai
aturan yang berasal dari langit untuk menata kehidupan manusia. 4) pa' sussuk,
kesatuan dalam lingkup kerabat yang tergabung dalam kelompok tongkonan. Dari
keempat dasar ukiran tersebut berkembang hingga sekarang sudah dikenal lebih
seni ukiran bagi masyarakat Toraja adalah suatu sarana yang di gunakan untuk
bentuk simbol.
pedoman hidup dapat digambarkan atau diilustrasikan dalam bentuk benda, baik itu
tulisan, gambar, maupun patung. Dalam ukiran sendiri, setiap pola, warna, dan
salah satu pokok ukiran Toraja hingga saat ini dan mempunyai arti atau simbolis
memandang strata sosial masyarakat Toraja karena ukiran ini mempunyai makna
filosopi bagi masyarakat Toraja yang diyakini mampu menjadi salah satu tuntunan
atau pedoman hidup sebagai makhluk sosial. Berikut makna simbol ukiran bagi
Masyarakat Toraja :
18
- Orang Toraja harus seperti ayam jantan yang dapat mempertahankan, menjaga,
- Orang Toraja harus seperti ayam jantan yang tekun mengingatkan bahwa hari
tekun dan ulet mencari rejeki selagi hari masi siang. Itula sebabnya pa’manuk
dengan cara adu ayam ini pada masa lampau tidak dapat diganggu gugat oleh
siapapun dan barang siapa yang mencoba mengganggu gugat keputusan dengan
cara tersebut maka ia akan dikena sangsi sosial yaitu dimusuhi oleh semua orang
Menurut Paganna' (2018: 134) kehadiran dari ukiran pa’ manuk londong pada
rumah adat Toraja diartikan atau lebih merujuk pada simbol sebagai penolong yang
lain bagi manusia dan juga motif tersebut kerap di artikan dengan sikap dasar
Orang Toraja yang hadir dalam kejujuran dan keberanian serta disiplin yang tinggi,
bagaikan ayam jantan yang senantia berkata jujur ketika pagi mulai menyingsing
motifnya dari ayam jantan) yang melambangkan kepemimpinan yang arif dan
bijaksana, keberanian, dapat dipercaya. Ukiran pa’ manuk londong dalam ungkapan
19
(2017: 37) pa’ panuk londong merupakan simbol peraturan dan peradilan dalam
ukiran pa’ manuk londong ini ingin menyampaikan bahwa masyarakat orang Toraja
mengenal nilai nilai keadilan serta keteraturan dan peraturan. Dengan kata lain
nilai keadilan dan kebenaran. Arti atau makna dari ukiran pa’ manuk londong yaitu
melambangkan kepimpinan yang arif dan bijakana, yang dapat di percaya karna
pandai, berani, jantan serta gentleman. Pemahaman dan intuisinya tepat serta selalu
pa’ manuk londong yaitu sebuah simbol untuk menyampaikan pesan ke orang
Toraja bahwa sikap dasar orang Toraja harus menjunjung tinggi kejujuran,
artinya jantan. Pa’ manuk londong adalah ukiran berupa ayam jantan biasaya
terdapat pada bagian muka dan belakang rumah adat Toraja pada papan atas
berbentuk segitiga. Dan biasanya di letakkan di atas ukiran pa’ barre allo.
Menurut Paganna', R.D.Yans Sulo (2018: 130) jenis ayam yang sering di
munculkan baik pada lindo para banua atau alang maupun pada katik adalah jenis
20
ayam yang biasa di kenal dengan nama sella’ mabussa baba’na dan koro-koro
langi’. Kalau di lihat dua jenis ayam yang biasa disandingkan di depan rumah adat
Toraja atau lumbung. Dua jenis ayam tersebut, kalau mau sedikit lebih liar
tidak pernah akan terpisahkan. Ayam sella' mabusa baba'na dan koro-koro langi’
merupakan dua makhluk surga (dalam kisah penciptaan Sauan Sibarrung) yang
diturunkan ke bumi, tetapi pada akhirnya kembali ke surga (dalam kisah Pong
Tulangdidi’) dikisahkan bahwa pada akhirnya ayam sella' terbang ke angkasa raya
terbang ke langit atau surga, demikian pun dengan koro-koro langi’ terbang ke
langit atau surga). Lebih jauh lagi, dua sosok manusia yang di identikkan dengan
dua jenis ayam tersebut menjadi simbol keabadian, yang satu "bangkit” dengan
sabda bunyi ayam sella’ dan yang lain merindukan kekekalan hidup. Jadi, dua
jenis ayam tersebut hendak menunjuk perjalanan hidup manusia di muka bumi,
abadi (kisah tentang Puang Lakipadada) dan bahwa manusia yang datangnya dari
atas mengembara ke bumi dan akan mengalami kematian, tetapi makhluk langit
binatang yang tidak pernah mengenal kata terlambat. Ayam menjadi simbol
kedisiplinan waktu, tidak pernah terlambat untuk berkokok dan atau naik dan
hidup supaya senantiasa berbagi dan tidak egois. Perhatikan saja seekor ayam
jantan yang sering berbagi dengan pasangannya. Jadi, simbol ayam merupakan
mengabaikan perkara disiplin dalam hidup dan semangat berbagi dengan yang
lain.
Menurut Tangirerung (2017: 37) Berasal dari Bahasa Toraja, yaitu barre
artinya Bulatan atau Bundaran dan allo artinya Matahari. Pa’barre allo berarti
seluruh makhluk penghuni alam semesta. Dari ukiran ini Masyarakat Toraja
percaya bahwa sumber kehidupan dan segala sesuatu yang ada dimuka bumi
Hal menarik adalah mengapa ukiran ayam jago diletakkan di atas ukiran Pa’
Barre Allo? Ini pula yang memperlihatkan pentingnya simbol ayam jago bagi
orang Toraja. Diletakkan tepat di atas pa’ bare allo, artinya adalah pertama, proses
dalam menjalani kehidupan di dalam dunia ini. Dengan demikian, ukiran ayam
22
jago diletakkan di atas ukiran pa'barre allo, untuk memberikan makna konotatif
bahwa masyarakat Toraja senantiasa diperingatkan untuk terus sadar akan diri
mereka yang hidup di dalam waktu dan di bawah serta diatur oleh aturan-aturan
adat.
3. Warna dan alat yang digunakan dalam ukiran Pa’ Manuk Londong
Menurut Jainuddin E. S (2020 : 33) ada empat warna dasar yang digunakan
Masyarakat Toraja pada ukiran pa’manuk londong yaitu, merah, putih, kuning
dan hitam karena keempat warna tersebut memiliki makna filosofi bagi
b) Warna putih juga merupakan warna kehidupan manusia karena warna daging
dan tulang manusia. Jadi kehidupan manusia dengan warnah darah dan tulang
warna pengabdian.
Dan ukiran Toraja ini dibuat hanya dengan menggunakan alat sederhana
seperti sussu’ (terbuat dari besi yang menyerupai pisau dengan ujung yang
runcing), pa’ tallang (terbuat dari sebilah bambu yang fungsinya digunakan
sebagai penggaris), pensil, pisau, pahat dan pekantun (terbuat dari besi yang
menyerupai palu dengan bagian kepala berukuran lebih besar dari palu biasa).
23
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan
pikir.
Persepsi remajaterhadap
ukiran pa’ manuk londong :
1. Aspek aspek
2. Faktor Faktor
kualitatif. Menurut Yusuf A Muri (dalam Silvia Kardina Azhar 2013: 148)
penelitian deskriptif yaitu salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta fakta dan
2. Lokasi Penelitian
24
25
Variabel dan sasaran yang ingin di teliti guna memperoleh data yang akurat.
b. Langkah-Langkah Penelitian
penelitian agar terlaksana dengan baik sehingga dapat mencapai hasil yang di
inginkan. Agar sasaran ini tercapai dan dapat di laksanakan secara sistematis dan
pengumpulan data berupa hasil wawancara, observasi secara langsung, praktik, dari
26
C. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu rencana yang akan ditetapkan dalam
Dengan adanya desain penelitian ini dapat terlaksana dengan baik dan mudah, maka
desain penelitian harus disusun dengan baik dan terencana. Berikut desain
Pengolahan data
Analisis data
Deskripsi data
Hasil
suatu objek.
b. Remaja
pemikiran hal ini terjadi saat peralihan dari masa anak ke masa dewasa umur yang
c. Ukiran
Seni ukiran bagi Masyarakat Toraja adalah suatu sarana yang di gunakan
untuk menyampaikan pesan, nasihat, dan saran dalam bentuk dorongan hidup
Pa’ manuk londong yaitu sebuah simbol yang menyampaikan pesan ke orang
Toraja bahwa sikap dasar orang Toraja harus menjunjung tinggi nilai kejujuran,
E. Sasaran Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja di Kelurahan Sarira Kecamatan
Makale Utara Kabupaten Tana Toraja yang memiiki rentang usia mulai dari 10
sampai 20 tahun yang berjumlah 31 orang yang diambil dari perkumpulan pemuda
Gereja Bukit Ajaib Lemo di Kelurahan Sarira. Sedangkan objek dalam penelitian
disebutkan pada variabel penelitian tersebut maka, data akan dikumpulkan dengan
a. Teknik Observasi
dengan cara melaksanakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan
remaja terhadap ukiran pa’ manuk londong. Observasi dianggap selesai apabila
dilakukan dengan alat bantu diantaranya yaitu internet, buku catatan dan kamera
b. Teknik Wawancara
dengan responden. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat
beberapa alat bantu yaitu buku catatan untuk mencatat dan Handphone untuk
rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya dan diajukan kepada remaja di
c. Dokumentasi
pada saat penelitian di lapangan, baik itu pada saat melakukan observasi ataupun
29
pada saat melakukan wawancara kepada responden. Teknik ini dilakukan dengan
cara mengambil foto atau gambar pada saat penelitian berlangsung untuk digunakan
sosial yang alami menekankan pada cara orang menafsirkan, dan memahami
mecahkan masalahnya sendiri. Semua data hasil penelitian diuraikan dengan cara
Proses analisis data dimulai dengan menganalisis semua data yang berasal
dari observasi, wawancara, dan dokumentasi yang diambil secara pribadi maupun
dalam bentuk uraian berdasarkan kenyataan di lapangan. Tahap terakhir dari teknik
analisis data ini yaitu memeriksakan keabsahan data. Setelah data tersebut diolah
hasil penelitian.
H. Jadwal Penelitian
Penelitian akan di perkirakan berlangsung selama kurang lebih beberapa
No Kegiatan Bulan
1. Penyusunan Proposal X
Penelitian
2. Seminar Penelitian X
Proposal
3. Izin/Persuratan X
penelitian
4. Pelaksanaan Penelitian X
5. Penulisan Skripsi X
6. Ujian Skripsi X
31
DAFTAR PUSTAKA
31
1
32
Paganna', R. S. (2018). Bisikan Suci Passura' Toraya. Jawa Tengah: Nugra Media.