Anda di halaman 1dari 64

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI ARISAN LELANG PARA PEDAGANG


DI PASAR PANGKALAN BERANDAN DALAM MENAMBAH
MODAL USAHA MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Diajukan Oleh :

ANTIKA DEWI
NIM 1905161043

PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN SYARIAH


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI ARISAN LELANG PARA PEDAGANG


DI PASAR PANGKALAN BERANDAN DALAM MENAMBAH
MODAL USAHA MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Diajukan Oleh:

ANTIKA DEWI
NIM 1905161043

Medan, 8 April 2023

Menyetujui :

Dosen Pembimbing

(Supaino, S.E, M.Si.)


NIP 196206101993031001

Mengetahui :

Ketua Jurusan Akuntansi, Kepala Program Studi D4


Keuangan dan Perbankan Syariah

(Marlya Fatira AK, S.E., M.Si.) (Dr. Muhammad Zuhirsyan, Lc.MA.)


NIP. 19781030 200212 2 001 NIP. 19810914 2015041 001

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur diucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga proposal skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Sholawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan alam, Nabi
Besar Muhammad SAW. keluarga serta para sahabat-Nya, yang telah membawa umat
dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dan disinari oleh iman
dan Islam.

Penulisan proposal skripsi merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program
pendidikan Diploma 4 (D4) pada Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah
Politeknik Negeri Medan.

Hal ini tidak lepas dari peran dan dorongan serta dukungan orang-orang sekitar
hingga selesainya proposal skripsi ini. Terima kasih diucapkan kepada kedua orang
tua, saudara kandung, dan keluarga yang senantiasa sabar mendidik, mendoakan,
mendukung, memberi motivasi serta kasih sayang.

Selanjutnya diucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
membimbing dalam menyelesaikan proposal skripsi ini:

1. Abdul Rahman, S.E., Ak., M.Si., Direktur Politeknik Negeri Medan.


2. Marlya Fatira AK, S.E., M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri
Medan dan selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan
masukan serta motivasi sehingga proposal skripsi ini selesai tepat pada
waktunya.
3. Selfi Afriani Gultom, S.E. Ak., M.Si., CA. Sekretaris Jurusan Politeknik Negeri
Medan.
4. Dr. Muhammad Zuhirsyan, Lc. MA, Kepala Program Studi Keuangan dan
Perbankan Syariah Politeknik Negeri Medan.

ii
5. Dra. Ermina Seri, M.Hum, Sekretaris Program Studi Keuangan dan Perbankan
Syariah Politeknik Negeri Medan.
6. Dr. Rizal Agus, S.E., M.Si, Dosen Wali PS-8A yang memberikan bimbingan dan
arahan.
7. Siti Habsyah, Admin Program Studi Perbankan dan Keuangan Syariah
Politeknik Negeri Medan.
8. Seluruh Dosen dan Admin Keuangan & Perbankan Syariah Politeknik Negeri
Medan.
9. Orang tua penulis yang tidak pernah lelah memberikan dukungan serta doa yang
tidak ada hentinya kepada penulis.
10. Yusita Irliani, Kurnia Wati dan Caju sahabat terbaik yang menemani penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
11. Teman-teman PS-8A Angkatan 2019 Program Studi Keuangan dan Perbankan
Syariah, dan Seluruh Anggota Mapagratwa Politeknik Negeri Medan yang selalu
memberikan dukungan dan doa kepada penulis

Disadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar proposal skripsi ini
menjadi lebih sempurna dan bermanfaat dikemudian hari. Akhir kata diucapkan
terima kasih.

Medan, 5 April 2023

Penulis,

Antika Dewi
NIM 1905161043

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... i


PROPOSAL SKRIPSI ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
BAB 1............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 7
1.3 Batasan Skripsi ............................................................................................... 7
1.4 Tujuan Skripsi ................................................................................................ 8
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 8
BAB 2............................................................................................................................ 9
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................ 9
2.1 Penelitian Terdahulu....................................................................................... 9
2.2 Landasan Teori ............................................................................................. 14
BAB 3.......................................................................................................................... 44
METODE PENELITIAN ............................................................................................ 44
3.1 Rancangan Penelitian ................................................................................... 44
3.2 Lokasi, Waktu, dan Jadwal Penelitian .......................................................... 44
3.3 Defenisi Operasional Variabel ..................................................................... 45
3.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 46
3.4.1 Jenis Data .................................................................................................. 46
3.4.1 Sumber Data ............................................................................................. 47
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 47
3.6 Teknik Pengelolaan Data.............................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 53
LAMPIRAN ................................................................................................................ 54

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 9

Tabel 2.1 45

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 43

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang
lain dalam segala aktivitas yang dilakukannya. Sudah tidak asing lagi jika dalam
sehari-hari manusia melakukan transaksi atau bisa disebut dengan bermuamalah.
Muamalah dalam cakupan paling luas sebagai hukum-hukum syar’i yang
berkaitan dengan hubungan manusia dengan sesama manusia di dunia baik yang
berhubungan dengan harta, pernikahan, peradilan, dan lain sebagainya.

Dalam hukum Islam hukum bermuamalah itu mubah, pada dasarnya segala
bentuk transaksi atau kegiatan bermuamalah hukumnya boleh kecuali perbuatan
atau aktivitas muamalah yang dilarang dalam Al-qur’an dan Alhadist Seiring
perkembangan zaman, aktivitas muamalah di dalam masyarakat telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Fenomena sosial dalam bermuamalah yang
dimaksud dapat ditandai bahwa aktivitas tersebut belum pernah ada pada masa
Rasulullah saw. Hal ini dilatarbelakangi dengan adanya pola pikir masyarakat
serta adat kebiasaan yang berbeda, oleh sebab itu tidak menutup kemungkinan
adanya perubahan terhadap bentuk muamalah yang melanggar aturan yang
ditetapkan oleh Allah SWT. Islam merupakan agama yang sempurna, yang
mengatur segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia termasuk juga dalam
bermuamalah. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam Alquran surah Al-
Maidah ayat 2, yang berbunyi:

‫علَى ْاْلثْم َو ْالعُد َْوان‬


َ ‫علَى ْالبر َوالت َّ ْق ٰوى َو َْل ت َ َع َاونُ ْوا‬ َ ‫َوت َ َع َاونُ ْوا‬
‫ّللا شَد ْيدُ ْالعقَاب‬ َ ٰ ‫َواتَّقُوا‬
َ ٰ ‫ّللا ۗا َّن‬
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah
kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya."

Dalam ayat diatas, Allah membolehkan segala bentuk kegiatan muamalah atau
tolong-menolong selama dengan tujuan kebaikan dan takwa. Kegiatan muamalah
yang dilakukan juga harus mengandung mashlahah. Mashlahah dapat diartikan
mengambil manfaat dan menolak mudharat (bahaya) dalam rangka memelihara

1
tujuan syara’ (maqāsid al-syari‘ah). Dapat disimpulkan bahwa maqāsid alsyari‘ah
ialah tujuan yang hendak dicapai di balik pensyariatan suatu hukum syara’
terhadap manusia demi mencapai kemaslahatan di dunia dan di akhirat dengan
memelihara lima aspek berupa agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Apabila
seseorang melakukan aktivitas yang pada intinya untuk memelihara 3 kelima
aspek tujuan syara’ (maqāsid al-syari‘ah), maka dinamakan mashlahah (Maulana
et al., 2021).

Selanjutnya, manusia dalam bermuamalah haruslah dengan menempuh cara yang


halal dan sesuai dengan aturan syariah yang telah diatur dalam Al-Qur’an dan
Sunnah dan aturan dalam bermasyarakat, agar mendapatkan keberkahan
didalamnya. Serta menghindari praktik muamalah yang mengandung kerugian,
kerusakan, kebinasaan, atau akibat buruk yang menimpa seseorang (kelompok)
karena suatu perbuatan atau tindakan pelanggaran.

Islam juga telah menjelaskan berbagai macam bentuk kegiatan dan tata cara
muamalah yang tidak melanggar ketentuan Allah Swt. seperti jual beli, sewa
menyewa, bagi hasil dan sebagainya (Maulana et al., 2021). Dikutip dari
Merdeka Pos, muamalah dalam Islam adalah suatu kegiatan yang mengatur hal-
hal yang berhubungan dengan tata cara hidup sesama umat manusia untuk
memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Sedangkan, yang termasuk dalam
kegiatan muamalah di antaranya ialah jual beli, sewa menyewa, utang piutang,
dan lain sebagainya (www.merdekapos.com).

Salah satu contoh dari beragamnya kegiatan muamalah yang sering dilakukan
oleh para pedagang adalah arisan. Arisan merupakan sekelompok orang yang
menyerahkan sejumlah uang kepada ketua arisan secara rutin atau berkala
dengan jumlah uang yang sama, kemudian diundi untuk menentukan siapa yang
mendapatkan arisan tersebut. Penentuan pemenang biasanya diundi di antara
mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya.

2
Praktik kegiatan arisan sudah tidak asing lagi didengar dan sudah menjadi bagian
dari kebudayaan di Indonesia dan telah merambah ke berbagai lapisan
masyarakat begitu pula pada para pedagang. Arisan yang berkembang di daerah-
daerah maupun masyarakat juga bermacam-macam bentuk dan sistemnya, baik
dengan objek arisan berupa uang maupun barang.

Pasar Pangkalan Berandan adalah salah satu pasar di Kecamatan Babalan,


Kabupaten Langkat, yang mayoritas warganya beragama Islam dan memiliki
jumlah pedagang yang lumayan banyak. Meskipun jumlah pedagang yang cukup
banyak namun hal itu tidak menghilangkan rasa kepedulian yang tinggi dan
saling tolong-menolong, hal tersebut dapat dibuktikan dengan ketika pedagang
yang lain membutuhkan tambahan barang dagangan ketika kehabisan saat ada
pembeli, maka pedagang lain akan memberikan dagangannya kepada pedagang
tersebut dengan harga modal. Para pedagang di pasar pangkalan berandan juga
akan membentuk program bantuan untuk membantu rekan-rekan mereka yang
mengalami kesulitan ekonomi atau bencana alam.

Fenomena yang terjadi di pasar Pangkalan Berandan adalah kegiatan arisan.


Setidaknya terdapat 5 arisan yang terjadi di pasar Pangkalan berandan tersebut,
mulai dari arisan uang hingga arisan barang dengan berbagai sistem arisannya.
Salah satunya arisan uang dengan sistem tawaran, atau dikenal dengan istilah
arisan lelang. Arisan lelang merupakan salah satu dari bentuk arisan yang
menggunakan uang sebagai medianya, namun arisan lelang ini berbeda dengan
sistem arisan pada umumnya. Arisan lelang mengharuskan pesertanya menulis
jumlah nominal undian sebelum melakukan lelang, lalu peserta yang nominalnya
paling besar akan menjadi pemenang atau yang akan menarik arisan pada saat
itu. Selanjutnya perolehan uang yang memenangkan arisan akan dikurangkan
dengan nominal yang ia tuliskan tadi dan dikalikan dengan banyaknya jumlah
peserta.

3
Pada dasarnya semua peserta yang mengikuti arisan ingin mendapatkannya
keuntungan dengan memperoleh uang yang lebih cepat, terlebih untuk peserta
yang memiliki keperluan yang mendesak. Namun hal tersebut tidak dapat
dirasakan oleh semua peserta yang terlibat dalam kegiatan arisan tersebut,
dikarenakan sistem arisan lelang yang mengharuskan peserta tidak semuanya
mendapatkan keuntungan. Begitu pula hal yang terjadi pada arisan lelang para
pedagang di Pasar Pangkalan Berandan.

Arisan lelang yang menjadi salah satu fenomena di pasar Pangkalan Berandan
tersebut bernama arisan mak Teti. Dimana arisan tersebut didirikan oleh ibu teti
pada tahun 2019, yaitu sekitar 4 tahun yang lalu. Arisan mak teti dilatar
belakangi keinginan ibu teti mengumpulkan uang dengan rutin setiap harinya
namun uang tersebut tidak akan terpakai dengan keperluan yang tidak penting,
hal itulah yang mendorong ia menciptakan arisan dengan sistem lelang ini.
Arisan mak teti sekarang beranggotakan 30 orang, dimana seluruh anggotanya
merupakan pedagang di pasar Pangkalan Berandan. Arisan Tersebut akan ditarik
atau diundi selama sepuluh hari sekali, dan iurannya akan diberikan setiap
harinya kepada ketua senilai Rp 100.000, dan nantinya uang yang akan di tarik
senilai Rp30.00.000. Ketua arisan biasanya memiliki keuntungan dimana ketua
arisan akan mendapatkan nomor urut pertama tanpa harus diundi terlebih dahulu.

Berdasarkan hasil wawancara pra-penelitian pada ketua dan juga salah satu
peserta arisan lelang yang dilakukan pada 20 Februari 2023 menyatakan bahwa,
para peserta yang mengikuti arisan lelang mendapatkan uang arisannya lebih
sedikit dari uang yang mereka keluarkan. Hal ini dapat dilihat dari mekanisme
sistem arisan lelang yang diterapkan. Adapun pihak yang dapat memenangkan
arisan uang dengan sistem tawaran ini adalah pihak yang memberi nominal
tawaran tertinggi. Namun untuk setiap peserta tidak dapat mengetahui nominal
yang ditulis oleh peserta lain, dikarenakan nominal yang ditawarkan akan
dituliskan dikertas yang tidak boleh diketahui oleh peserta lain. Setelah salah satu
pihak memenangkan arisan tersebut, total pendapatan yang seharusnya diperoleh

4
dikurang dengan jumlah tawaran yang diberikan untuk memenangkannya. Lebih
lanjut, uang tawaran tersebut dibagikan kepada pihak arisan lain yang belum
pernah memenangkan arisan tersebut, sedangkan pihak yang sudah pernah
memenangkan arisan sebelumnya tidak akan mendapat bagian. Misalnya jumlah
peserta yang mengikuti arisan terdiri dari 4 orang yaitu Minda, Fitri, Pohan dan
Kinah. Mereka membayarkan iuran senilai Rp.100.000 setiap harinya kepada
ketua arisan tersebut selama sepuluh hari. Pada hari kesepuluh semua peserta
arisan berkumpul untuk mengajukan tawaran. Ketiga peserta di antaranya yaitu
Pohan, Fitri, Kinah, melakukan penawaran yang berbeda dan yang tertinggi
adalah Minda dengan jumlah tawaran sebesar Rp.150.000 dengan jumlah
perolehan seharusnya sebesar Rp.4.000.000. Uang perolehan yang seharusnya ia
dapatkan tersebut selanjutnya dikurangi dengan jumlah tawaran Rp.150.000
dikalikan jumlah peserta yang ikut yaitu Rp.450.000 yang ia berikan sehingga
total perolehan yang didapat oleh Minda adalah sebesar Rp.3.550.000, sedangkan
uang tawaran tersebut dibagikan kepada ketiga peserta yang lain dan masing-
masing pihak memperoleh Rp.150.000 perorang.

Dari sini sudah terlihat bahwa semakin cepat seseorang memenangkan arisan,
maka semakin sedikit keuntungan yang diperoleh. Bahkan, seseorang tersebut
akan mendapatkan total perolehan yang lebih sedikit dibandingkan dengan total
setoran yang telah dan akan dibayarkan. Peserta yang menuliskan nominal yang
cukup besar agar berharap ia yang akan memenangkan arisan tersebut cenderung
adalah orang yang memiliki keperluan yang mendesak.

Namun penulis juga mewawancarai peserta lainnya, ia mengatakan bahwa arisan


tersebut banyak memberikan keuntungan. Dari sistem arisan tersebut dapat kita
lihat semakin lama seorang peserta memenangkan arisan, semakin banyak pula
keuntungan yang diperoleh. Dikarenakan peserta tersebut selalu melakukan
tawaran dengan nominal yang rendah dengan niatan agar ia tidak narik di awal.
Dari hal tersebutlah ia mendapatkan keuntungan yang besar sampai tiba saatnya
waktu ia narik arisan.

5
Sejauh yang penulis lihat, para pedagang lebih banyak menggunakan uang arisan
tersebut untuk tambahan modal, seperti halnya untuk membayarkan kembali sisa
pembayaran barang yang sudah diambil dari toke. Meskipun ada beberapa
peserta yang menggunakan uang arisan tersebut untuk kebutuhan yang lain
seperti membangun rumah ataupun hal lainnya.

Penulis juga telah melakukan wawancara dengan beberapa pedagang yang tidak
terlibat dalam kegiatan arisan lelang tersebut. Beberapa pedagang tidak tertarik
untuk ikut dalam kegiatan arisan tersebut dikarenakan menurut mereka sistem
arisan tersebut banyak merugikan peserta arisan yang ingin mendapatkan uang
lebih awal atau mengambil nomor urut awal. Beberapa pedagang lainnya
sebenarnya ingin mengikuti arisan tersebut dikarenakan menurut mereka arisan
juga dapat membantu dalam mengumpulkan uang agar uangnya tidak terpakai
untuk membeli barang yang tidak diperlukan, terlebih lagi arisan tersebut dapat
memberikan keuntungan jika mengambil nomor urut yang belakangan. Namun
pedagang tersebut tidak dapat ikut dalam kegiatan arisan tersebut dikarenakan
memang jumlah iuran arisan yang lumayan besar sehingga kebanyakan pedagang
tidak mampu untuk membayarnya.

Penelitian yang dilakukan oleh (Hadi, 2018) yang berlokasi di Desa Paomacang
Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara , mengenai perilaku masyarakat
terhadap pelaksanaan arisan lelang dalam perspektif ekonomi islam. Penelitian
tessebut menunjukan hasil bahwa arisan lelang yang dilakukan sebagian
masyarakat Desa Paomacang Kecamatan Sukamaju ditinjau dari pandangan
ekonomi Islam yaitu adanya ketidakadilan dan menzalimi peserta arisan
walaupun ada unsur kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Selain itu, arisan
lelang juga terdapat unsur-unsur yang dilarang dalam melakukan transaksi
muamalah yaitu adanya unsur riba, gharar, dan maisir dalam praktik
pelaksanaannya. Oleh karena itu, arisan uang dengan sistem lelang terdapat
unsur-unsur yang tidak sesuai dalam pandangan ekonomi Islam.

6
Namun lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh (Agus, 2011)yang
berlokasi di Di Kecamatan Bangkinang Barat provinsi Riau mengenai Kontribusi
Arisan Dalam Menambah Kesejahteraan Keluarga Menurut Perspektif Ekonomi
Islam. Penelitian tersebut menunjukan hasil bahwa di dalam sistem arisan yang
berkembang di masyarakat, baik itu arisan uang maupun barang diperbolehkan
dalam Islam. Sebab dalam arisan tidak ada unsur penipuan (tadlis), karena
dilakukan dengan adil, transparan, disaksikan oleh peserta dan tidak ada yang
dirugikan.

Berdasarkan fenomena, permasalahan dan pandangan Islam tentang muamalah


yang dilakukan oleh umat muslim, maka terlihat bahwa Islam telah memberikan
aturan serta panduannya dalam al-quran, al hadist, ijtihad dan ijma ulama.
Namun, dalam realisasi kehidupan manusia yang terus berkembang seiring
perkembangan zaman berakibat pada munculnya berbagai aktivitas masyarakat
yang kemudian perlu ditinjau kembali dalam Islam kebenaran, kebermanfaatan
dan keburukannya. Hal inilah yang melatarbelakangi pentingnya untuk dilakukan
penelitian dengan judul: Analisis Kontribusi Arisan Lelang para pedagang di
pasar Pangkalan Berandan dalam Menambah Modal Usaha Menurut
Perspektif Ekonomi Islam.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dengan fokus pertanyaan penelitian ini sebagai


berikut :

1) Bagaimana praktik arisan lelang di pasar Pangkalan Berandan dalam


menambah modal usaha?
2) Bagaimana perspektif ekonomi islam tentang praktik arisan lelang di di pasar
Pangkalan Berandan dalam menambah modal usaha ?
1.3 Batasan Skripsi
Batasan penelitian ditentukan bertujuan untuk mempersempit pembahasan
penelitian sehingga memiliki arah dan ruang lingkup yang jelas, yaitu dengan

7
memfokuskan kegiatan yang diteliti adalah praktik arisan lelang dalam
menambah modal usaha yang dilakukan pada para pedagang di pasar Pangkalan
Berandan.
1.4 Tujuan Skripsi
1) Untuk mengetahui praktik arisan lelang di pasar Pangkalan Berandan dalam
menambah modal usaha.
2) Untuk mengetahui perspektif ekonomi islam tentang praktik arisan lelang di
di pasar Pangkalan Berandan dalam menambah modal usaha.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian adalah:
1) Bagi peneliti
Dapat memperoleh pengetahuan terkait arisan lelang yang beredar di kalangan
para pedagang khususnya di pasar Pangkalan Berandan dalam perspektif
ekonomi islam.
2) Bagi pedagang
Memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang sistem arisan guna untuk
menambah modal usaha yang sehat sesuai dengan hukum islam akan
memungkinkan pedagang untuk memperbaiki sistem arisannya saat ini.
3) Bagi pembaca
Menambah informasi tentang sistem arisan, terutama bagaimana cara
bermuamalah yang sesuai dengan pandangan islam terlebih jika dana tersebut
akan dijadikan modal usaha.

8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dapat membantu penulis untuk dijadikan sebagai bahan acuan
untuk melihat seberapa besar pengaruh hubungan antar variabel bebas dan terikat
yang memiliki kesamaan dalam penelitian, yang kemudian dapat diajukan sebagai
hipotesis. Adapun penelitian terdahulu dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 1.1
No. Penulis Dan Asal Judul Dan Tahun Hasil Perbedaan
Institusi
1. Rusli Agus Kontribusi Arisan Di dalam sistem arisan 1. Penelitian oleh
Dalam Menambah yang berkembang di Rusli Agus
Universitas Islam Kesejahteraan masyarakat, baik itu menggunakan
Negeri Sultan Keluarga Menurut arisan uang maupun variabel
Syarif Kasim Riau Perspektif Ekonomi barang diperbolehkan Kesejahteraan
Islam (Studi Di dalam Islam. Sebab keluarga.
Kecamatan dalam arisan tidak ada Sedangkan, pada
Bangkinang Barat) unsur penipuan (tadlis), penelitian ini
karena dilakukan adalah modal
Tahun 2011 dengan adil, usaha
transparan, disaksikan 2. Penelitian oleh
oleh peserta dan tidak Rusli Agus
ada yang dirugikan. menggunakan
variabel arisan
biasa. Sedangkan,
pada penelitian ini
adalah arisan
lelang.
3. Lokasi pada
penelitian
sebelumnya

9
Tabel 1.1 Lanjutan
No. Penulis Dan Asal Judul Dan Tahun Hasil Perbedaan
Institusi
berada di
kecamatan
Bengkinang Barat
sedangkan pada
penelitian ini di
Pasar Pangkalan
Berandan.
2. Widia Fahmi Tinjauan Hukum Dilihat dari segi hukum 1. Penelitian oleh
Islam Terhadap Islam, Widia Fahmi
Universitas Islam Qarḍ Dalam Praktik ketidakseimbangan menggunakan
Negeri Ar-Raniry Arisan Uang antara jumlah iuran variabel arisan
Darussalam Banda Dengan Sistem arisan yang disetorkan tawaran.
Aceh Tawaran dengan jumlah yang Sedangkan, pada
diterima oleh masing- penelitian ini
Tahun 2017 masing peserta dan adalah arisan
total perolehan antara lelang.
peserta yang satu 2. Studi kasus Widia
dengan yang lain dapat Fahmi adalah
merusak akad karena hukum islam.
mengandung unsur Studi kasus dalam
riba, adanya penelitian ini
ketidakadilan dan adalah ekonomi
menzalimi peserta islam.
arisan. Oleh karena itu, 3. Lokasi penelitian
arisan uang dengan sebelumnya
sistem tawaran berada di
hukumnya adalah kabupaten
haram. Simalungun
sedangkan pada
penelitian ini di
Pasar Pangkalan
Berandan.

10
Tabel 1.1 Lanjutan
No. Penulis Dan Asal Judul Dan Tahun Hasil Perbedaan
Institusi
3. Maya Mustika Arisan Uang 1. Sistem lelang pada 1. Penelitian oleh
Wardani Dengan Sistem arisan uang di Pasar Maya Mustika
Lelang Dalam Mlilir Dolopo Wardani
Institut Agama Perspektif Hukum Madiun dalam menggunakan studi
Islam Negeri Islam Hukum Islam. Tidak kasus Hukum
Ponorogo sesuai dengan syarat Islam. Sedangkan,
Tahun 2022 objek yang dapat pada penelitian ini
diperjualbelikan adalah ekonomi
pada umumnya. islam.
2. Perbedaan 2. Penelitian Maya
pendapatan setiap Mustika wardani
anggota pada arisan hanya
uang di Pasar Mlilir menggunakan satu
Dolopo Madiun, variabel.
tidak sesuai dengan Sedangkan, pada
akad wadῑ’ah penelitian ini
amanah. Barang menggunakan dua
yang dititipkan di variabel.
sini tidak boleh Lokasi pada
digunakan sesuai penelitian
dengan wadῑ’ah sebelumnya
amanah yang berada di Pasar
dimana penerima Mlilir Kecamatan
tidak boleh Dolopo Kabupaten
menggunakan atau Madiun.
memanfaatkan sedangkan pada
barang titipan. penelitian ini di
Pasar Pangkalan
Berandan.
4. Hadi Perilaku Masyarakat Pada arisan ini ditinjau 1. Penelitian oleh
Terhadap dari pandangan Hadi menggunakan
ekonomi Islam yaitu variabel perilaku

11
Tabel 1.1 Lanjutan
No. Penulis Dan Asal Judul Dan Tahun Hasil Perbedaan
Institusi
Universitas Islam Pelaksanaan Arisan adanya ketidakadilan 2. masyarakat.
Negeri Alauddin Lelang Dalam dan menzalimi peserta Sedangkan, pada
Makassar Perspektif Ekonomi arisan walaupun ada penelitian ini
Islam (Studi Kasus unsur kesepakatan adalah modal
Masyarakat Di Desa yang telah dibuat usaha.
Paomacang sebelumnya. Selain itu, 3. Penelitian Hadi
Kecamatan arisan Lelang juga menggunakan satu
Sukamaju terdapat unsur-unsur variabel.
Kabupaten Luwu yang dilarang dalam Sedangkan, pada
Utara) melakukan transaksi penelitian ini
muamalah yaitu adanya menggunakan dua
Tahun 2018 unsur riba, gharar, dan variabel.
maisir dalam praktik Lokasi pada
pelaksanaannya. Oleh penelitian
karena itu, arisan uang sebelumnya
dengan sistem lelang berada di Desa
terdapat unsur-unsur Paomacang
yang tidak sesuai Kecamatan
dalam pandangan Sukamaju
ekonomi Islam Kabupaten Luwu
Utara. sedangkan
pada penelitian ini
di Pasar Pangkalan
Berandan.
5. Besse Kontribusi Arisan Kegiatan arisan di 1. Penelitian oleh
Armadamayanti Mingguan Para Pasar Belopa Besse
Anto Pedagang Di Pasar merupakan salah satu menggunakan
Belopa Kabupaten kegiatan ekonomi variabel arisan
Universitas Islam Luwu Dalam rakyat yang mingguan.
Negeri Alauddin Menambah Modal melembaga dan Sedangkan, pada
Makassar Usaha (Tinjauan merakyat. Di dalam penelitian ini
Ekonomi Islam) sistem arisan yang adalah arisan

12
Tabel 1.1 Lanjutan
No. Penulis Dan Asal Judul Dan Tahun Hasil Perbedaan
Institusi
Tahun 2017 yang berkembang lelang.
dimasyarakat 2. Lokasi pada
khususnya pedagang di penelitian
perbolehkan dalam sebelumnya berada
Islam. Karena dalam di pasar Belopa
arisan yang dilakukan Kabupaten Luwu.
oleh para pedagang sedangkan pada
tidak ada unsur riba, penelitian ini di
penipuan (tadlis), Pasar Pangkalan
karena dilakukan Berandan.
dengan adil,
transparan, disaksikan
oleh peserta dan tidak
ada yang dirugikan.
6. Walid Riady Praktik Jual Beli 1. Dalam praktiknya 3. Penelitian oleh
Firmansyah Arisan Pedagang objek jual beli ini Walid
Pasar Tradisional yaitu berupa uang menggunakan
Universitas Islam Mangli Kabupaten hasil arisan dimana variabel jual beli
Indonesia Jember Perspektif terdapat tambahan arisan. Sedangkan,
Ekonomi Islam yang harus diberikan pada penelitian ini
salah satu pihak adalah arisan
Tahun 2018 kepada pihak yang lelang.
lainnya. Oleh karena 4. Penelitian Walid
itu praktik jual beli menggunakan satu
arisan ini variabel.
mengandung riba Sedangkan, pada
fadhl. penelitian ini
2. Faktor-faktor yang menggunakan dua
mempengaruhi varibel.
pengambilan 3. Lokasi pada
keputusan untuk penelitian
membeli arisan oleh sebelumnya berada

13
Tabel 1.1 Lanjutan
No. Penulis Dan Asal Judul Dan Tahun Hasil Perbedaan
Institusi
pedagang yaitu berada di pasar
variabel perilaku tradisional Mangli
pemenuhan Kabupaten Jember.
kebutuhan pokok. sedangkan pada
penelitian ini di
Pasar Pangkalan
Berandan.
Sumber: diolah dari berbagai sumber

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Pengertian Kontribusi
Kontribusi adalah pemberian andil sesuatu kegiatan peranan, masukan ide
dan lain sebagainya.1 Menurut Soerjono Soekanto Kontribusi juga biasa
dikenal dengan peranan, sedangkan menurut Gross Mason dan
Mceachern peran adalah sebagian perangkat harapan-harapan yang
dikenal pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.
Kontribusi berasal dari bahasa inggris contribute, contribution, yang
memiliki arti keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun
sumbangan. Dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan.
Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang
dilakukan oleh individu uang kemudian memberikan dampak baik positif
maupun negatif terhadap pihak lain.

Menurut Soerjono dan Djoenaesih , kontribusi adalah ikut serta ataupun


ataupun memberikan baik itu ide, tenaga dan lain sebagainya dalam
kegiatan. Adapun yang dimaksud dengan kontribusi adalah pemberian
atau ikut andil dalam suatu kegiatan baik berupa informasi, ide-ide,
tenaga, demi untuk mencapai sesuatu yang direncanakan.

14
Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa istilah
kontribusi itu adalah peranan, masukan, ide juga perilaku yang dilakukan
individu. Dengan demikian peranan berarti bagian dari pelaksanaan
fungsi dan tugas yang dilaksanakan dalam suatu kegiatan atau
kepentingan guna mencapai suatu yang di harapkan berarti.

Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha meningkatkan


efisiensinya dan efektivitas hidupanya, hal ini dilakukan dengan
menajamkan posisi perannya. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai
bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan. Profesionalisme, financial dan
lainnya.

Sehingga kontribusi di sini dapat diartikan sebagai sumbangan pemikiran,


keahlian, maupun tenaga yang diberikan oleh para sumber daya insani
dalam suatu lembaga baitul maal wa tamwil yang dapat membawa
pengaruh positif maupun negatif bagi Lembaga (Soerjono Soekanto,
1999).
2.2.2 Arisan
1) Pengertian Arisan
Arisan merupakan sekelompok orang yang menyerahkan sejumlah
uang kepada ketua arisan secara rutin atau berkala dengan jumlah uang
yang sama, kemudian diundi untuk menentukan siapa yang
mendapatkan arisan tersebut. Menurut kamus umum bahasa Indonesia,
arisan adalah kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai
sama oleh beberapa orang kemudian diundi di antara mereka untuk
menentukan siapa yang memperolehnya, undian dilaksanakan dalam
sebuah pertemuan secara berkala sampai semua anggota
memperolehnya (Hadi, 2018).

Arisan secara umum termasuk muamalah yang belum pernah


disinggung di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah secara langsung, maka

15
hukumnya dikembalikan kepada hukum asal muamalah, yaitu
dibolehkan. Para ulama menyebutkan hal tersebut dengan
mengemukakan kaedah fikih yaitu “pada dasarnya muamalah halal dan
boleh.”

Menurut (Al-Qahthani, 2013), maksud kaidah di atas adalah semua


akad dipandang halal, kecuali ada dalil yang mengharamkannya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata “pada dasarnya tidak
diharamkan atas manusia untuk melakukan transaksi yang mereka
butuhkan selama tidak ada dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah yang
mengharamkannya”.

Apabila ditinjau dari segi tujuannya, keberadaan arisan memang


mempunyai tujuan yang relatif bervariasi, tetapi hal yang paling utama
adalah sebagai rasa tolong-menolong sesama masyarakat yang ikut
terlibat dalam kegiatan tersebut. Selain itu juga kegiatan ini
dimaksudkan sebagai sarana pertemuan yang memiliki unsur paksa
karena anggota diharuskan membayar tiap pertemuan arisan. Menjadi
kelompok anggota arisan berarti memaksa diri menabung, dan suatu
saat dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik produktif
maupun konsumtif. Kegiatan arisan berkembang dalam kehidupan
masyarakat khususnya para pedagang karena dapat menjadi sarana
tabungan (Maulana et al., 2021).

2) Unsur – Unsur Dalam Arisan

Menurut (Usman, 2014), ada beberapa unsur dalam arisan, pertama


yaitu pertemuan yang diadakan secara rutin dan berkala, kemudian
pengumpulan uang oleh setiap anggota dengan nilai yang sama, dan
pengundian uang untuk menentukan siapa anggota yang mendapatkan
arisan tersebut, kedua yaitu pengumpulan uang oleh setiap anggota
dengan nilai yang sama dalam setiap pertemuan, ketiga yaitu

16
penyerahan uang yang terkumpul kepada pemenang yang ditentukan
melalui pengundian. Jika dilihat dari unsur-unsur tersebut, maka tidak
ada hal yang melanggar syariat dalam bermuamalah. Arisan dapat
dikategorikan sebagai muamalah apabila memenuhi beberapa prinsip
yang telah dirumuskan dalam hukum muamalah. Hukum muamalah
Islam mempunyai prinsip yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Pada dasarnya bentuk muamalah adalah mubah, kecuali yang


ditentukan lain oleh Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
b. Muamalah dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengandung
unsur-unsur paksaan.
c. Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan
manfaat dan menghindari mudharat dalam hidup masyarakat.
d. Muamalah dilaksanakan dengan melihat nilai keadilan,
menghindari unsurunsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan
kesempatan.

Dilihat dari uraian di atas, arisan dapat dikategorikan muamalah karena


arisan yang dilaksanakan pada umumnya sangat membantu para
anggota arisan untuk menabung uang mereka, tidak mengandung unsur
paksaan, serta antara arisan dan muamalah termasuk transaksi yang
diperbolehkan (Maulana et al., 2021).

3) Manfaat Arisan

Menurut (Amirullah, 2005), Manfaat positif yang bisa dipetik dari


kegiatan arisan diantaranya:

a. Sebagai upaya tolong-menolong antar sesama guna untuk


membantu memenuhi kebutuhan anggota arisan.
b. Mempererat tali silaturahmi dan ikatan kekerabatan antar para
anggota arisan.

17
c. Salah satu cara belajar menabung sebagai wujud kebersamaan
antar anggota arisan.
d. Memperluas jaringan sebagai ajang bertukar informasi maupun
ajang promosi.

Dengan demikian, arisan ini biasanya dilakukan oleh sekelompok


orang dalam komunitas tertentu, sebagai perkumpulan sebagai ajang
silaturahmi dan saling tolong-menolong. Seperti halnya aktivitas arisan
lelang, manfaat yang akan diterima adalah memudahkan para peserta
yang akan mengadakan hajatan/pesta, karena sebagian keperluan
bahan pokok sudah tersedia dan segera diterima dari peserta lain. Hal
tersebut merupakan tujuan dasar dilakukannya aktivitas arisan lelang
sejak 2019.

4) Jenis-Jenis Arisan

Dalam masyarakat ada tiga macam model arisan yaitu: uang, barang,
dan spiritual. Untuk model arisan spiritual merupakan perkembangan
baru tentang arisan yang dalam komunitas umat Islam khususnya,
misalnya arisan yasinan, arisan hewan qurban, dan arisan untuk BPIH
(Biaya Perjalanan Ibadah Haji) atau ONH (Ongkos Naik Haji) dan lain
sebagainya (Anto, 2017).

a. Arisan uang. Jenis arisan ini yang banyak dilakukan oleh


masyarakat umum dengan besar iurannya tergantung kesepakatan
dari para peserta. Setelah uang terkumpul kemudian diadakan
undian untuk menentukan giliran yang berhak menerima uang
tersebut. Untuk hal ini dapat dilihat dari segi tempat dan uang
arisan. Dari segi tempat, ada tiga cara, yaitu:
1. ditentukan tempatnya setelah ada kesepakatan maka yang di
tempat itulah yang mendapat arisan,

18
2. diundi, nama yang keluar dari undian yang akan ditempati
untuk arisan berikutnya, dan
3. ditawarkan siapa yang bersedia untuk ditempati arisan pada
berikutnya, orang yang menerima tawaran itulah yang akan
menerima arisan dan sekaligus dijadikan tempat.
b. Arisan barang. Banyak jenis barang yang sering dijadikan arisan
oleh masyarakat, misalnya alat-alat rumah tangga seperti mobiler,
elektronik, dan sepeda motor.
c. Arisan spritual. Maksud arisan spiritual adalah arisannya tetap
dengan uang, hanya perolehan dari arisan bukan berupa uang
melainkan berupa barang atau lainnya yang dapat meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan, misalnya mendapatkan hewan qurban
atau untuk biaya menunaikan ibadah haji. Arisan ketiga ini
memang belum banyak, namun ada dalam masyarakat muslim.
5) Hukum Arisan Menurut Islam

Adapun hukum arisan secara umum termasuk muamalat yang belum


pernah disinggung dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah secara langsung,
maka hukumnya dikembalikan kepada hukum asal muamalah yaitu
dibolehkan dengan mengemukakan kaedah fikih yang artinya:

‫ش ُر ْوط في ْال ُم َعا َمالَت ْالح ُّل َو ْاْل َبا َحةُ إْلَّ بدَليْل‬ ْ َ ‫اْأل‬
ُّ ‫ص ُل في ال‬

“Hukum asal menetapkan syarat dalam mu’âmalah adalah halal dan


diperbolehkan kecuali ada dalil (yang melarangnya)”.

Para ulama berdalil dengan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai berikut.


Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah/1:29:

ْ ‫ه َُو ا َّلذ‬
‫ي َخ َلقَ َل ُك ْم َّما فى ْاْلَ ْرض َجم ْيعًا‬

Terjemahannya: “Dialah zat yang menjadikan untuk kamu apa-apa


yang ada di bumi ini semuanya”.

19
Firman Allah dalam QS.Luqman/31:2

‫ع َل ْي ُك ْم نعَ َمه‬ َ ْ ‫س َّخ َر َل ُك ْم َّما فى السَّمٰ ٰوت َو َما فى‬


َ ‫اْل ْرض َواَ ْسبَ َغ‬ َ ٰ ‫اَ َل ْم ت ََر ْوا اَ َّن‬
َ ‫ّللا‬
ً‫ظاه َرةً َّوبَاطنَة‬ َ

Terjemahannya: “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya


Allah telah memudahkan untuk kamu apa-apa yang ada di langit dan
apa-apa yang ada di bumi; dan ia telah sempurnakan buat kamu
nikmat-nikmatNya yang Nampak maupun yang tidak Nampak”.

Kedua firman Allah Swt tersebut menunjukkan bahwa Allah swt


memberikan semua yang ada di muka bumi ini untuk kepentingan
manusia, para ulama menyebutnya dengan istilah al imtinan
(pemberian). Oleh karenanya, segala sesuatu yang berhubungan
dengan muamalat pada asal hukumnya adalah mubah kecuali ada dalil
yang menyebutkan tentang keharamannya. Dalam masalah arisan tidak
kita dapatkan dalil baik dari al-Qur’an maupun dari as Sunnah yang
melarangnya, berarti hukumnya mubah atau boleh (Hadi, 2018).

‫ع َلى ْاْلثْم َو ْالعُد َْوان‬ َ ‫ع َلى ْالبر َوالتَّ ْق ٰوى َو َْل تَ َع‬
َ ‫اونُ ْوا‬ َ ‫اونُ ْوا‬
َ ‫ا َوتَ َع‬

Terjemahannya:“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)


kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran”.

Firman Allah Swt dalam QS.AL-Maidah/5:2 memerintahkan umatnya


untuk saling tolong-menolong di dalam kebaikan, sebagaimana tujuan
arisan adalah menolong orang atau yang bersangkutan dalam arisan
tersebut dengan cara iuran yang dilakukan secara rutin sesuai waktu
yang di tentukan dan mendapatkan iuran tersebut secara bergiliran,
maka hal tersebut merupakan dalam kategori tolong menolong yang
diperintahkan Allah SWT (Hadi, 2018).

20
Hadis Aisyah ra, ia berkata:

‫كان رسول هلال صلى هلال علىه وسلم اذا خرج اقرع بىن نسائه فطا رت‬
‫القرعة على عا ئشة وحفصة فخر جتا معه جمىعا‬

Terjemahannya:

“Rasulullah SAW apabila pergi, beliau mengadakan undian di antara


istri-istrinya, lalu jatuhlah undian itu pada Aisyah dan Hafsah, maka
kami pun bersama beliau.” (HR.Muslim, no: 4477)

Hadist di atas menunjukkan kebolehan untuk melakukan undian,


tentunya yang tidak mengandung perjudian dan riba. Sebagaimana
yang dilakukan oleh Aisyah dan Hafsah apabila Rasulullah SAW
pergi, mereka melakukan undian sebagaimana arisan yang dilakukan
sebagian masyarakat saat ini (Hadi, 2018.)

Menurut (Syafe'i, 2001), dilihat dari sisi substansi pada hakekatnya


arisan merupakan akad pinjam meminjam lebih tepatnya akad al-qardh
yaitu (utang-piutang). Dengan demikian 13 uang arisan yang diambil
oleh orang yang mendapat atau memenangkan giliran itu adalah
utangnya. Dan wajib untuk memenuhi kewajibannya dengan
membayar sejumlah uang secara berkala sampai semua anggota
mendapatkan hak atas arisan tersebut. Di dalam arisan juga termasuk
ta’awun (tolong menolong). Dalam bahasa yang lebih sederhana,
muamalah adalah aturan-aturan Allah yang berkaitan dengan aktifitas
kemanusian dalam kehidupan bermasyarakat yang ditinjau dari segi
subjeknya, yaitu manusia sebagai pelakunya. Dengan demikian
maksud lain berkisar dalam keridaan dari kedua belah pihak yang
melangsungkan akad diantara keduanya agar tidak terjadi
kesalahpahaman diantara kedua belah pihak.

21
2.2.3 Lelang
1) Pengertian lelang (Jual Beli Muzayadah)

Dalam kitab-kitab fiqih atau hadist, jual beli lelang biasanya disebut
dengan istilah bai’u al-muzayadah (adanya penambahan). Jual beli
dalam istilah fiqih disebut al-bai’u yang berarti menjual, mengganti,
dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sedangkan dalam
bahasa Arab jual beli disebut al-bai’u yang berarti menukar. Kata al-
bai’u dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk mengartikan
lawannya yaitu asy-Syira (beli), dengan demikian al-bai’u berarti jual
dan sekaligus bisa berarti beli (Hadi, 2018).

Dalam kitab-kitab fiqih atau hadist, jual beli lelang biasanya disebut
dengan istilah bai’u al-muzayadah (adanya penambahan). Jual beli
dalam istilah fiqih disebut al-bai’u yang berarti menjual, mengganti,
dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sedangkan dalam
bahasa Arab jual beli disebut al-bai’u yang berarti menukar. Kata al-
bai’u dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk mengartikan
lawannya yaitu asy-Syira (beli), dengan demikian al-bai’u berarti jual
dan sekaligus bisa berarti beli.

Dalam kitab-kitab fiqih atau hadist, jual beli lelang biasanya disebut
dengan istilah bai’u al-muzayadah (adanya penambahan). Jual beli
dalam istilah fiqih disebut al-bai’u yang berarti menjual, mengganti,
dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sedangkan dalam
bahasa Arab jual beli disebut al-bai’u yang berarti menukar. Kata al-
bai’u dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk mengartikan
lawannya yaitu asy-Syira (beli), dengan demikian al-bai’u berarti jual
dan sekaligus bisa berarti beli meningkat atau menurun untuk
mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan pengumuman lelang
(Hadi, 2018).

22
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa jual beli lelang
(muzayadah) adalah jual beli dengan cara penjual menawarkan barang
dagangannya, lalu para pembeli saling menawar dengan menambah
jumlah pembayaran dari pembeli sebelumnya, lalu penjual menjual
dengan harga tertinggi dari para pembeli tersebut. Kebalikannya
disebut dengan jual munaqadhah (obral). Yakni si pembeli
menawarkan diri untuk membeli barang dengan kriteria tertentu, lalu
para penjual berlomba menawarkan dagangannya, kemudian si
pembeli akan membeli dengan harga termurah yang mereka tawarkan.

2) Dasar Hukum Lelang (Jual Beli Muzayadah)

Dasar hukum jual beli lelang atau Muzayadah ialah transaksi dalam
Islam yang merupakan bagian dari muamalat dikenal sebagai bentuk
penjualan barang di depan umum dengan sistem tawar-menawar
tertinggi.Rasulullah SAW pernah melakukan hal tersebut dalam jual
beli, seperti dalam hadisnya dari Anas bin Malik yang artinya.

‫عن أنس بن ما لك ان رجال من االنصار جاء إلى النبي صلى هلال عليه وسلم‬
‫يسأله فقال لك في بيتك شيء قال بلى حلس نلبس بعضه وقدح نشرب فيه الماء‬
‫قال ائتني بهما قال فأتاه بهماعن أنس بن ما لك ان رجال من االنصار جاء إلى‬
‫النبي صلى هلال عليه وسلم يسأله فقال لك في بيتك شيء قال بلى حلس نلبس‬
‫بعضه وقدح نشرب فيه الماء قال ائتني بهما قال فأتاه بهماعن أنس بن ما لك ان‬
‫رجال من االنصار جاء إلى النبي صلى هلال عليه وسلم يسأله فقال لك في بيتك‬
‫شيء قال بلى حلس نلبس بعضه وقدح نشرب فيه الماء قال ائتني بهما قال فأتاه‬
‫بهما‬

Terjemahnya: “Sesungguhnya seseorang laki-laki dari Ansar datang


bertanya pada Rasulullah SAW. Maka Rasulullah berkata: Apakah di
rumahmu ada sesuatu?, sahabat Ansar menjawab: Ya ada permadani,
sebagian saya pakai dan sebagian saya hamparkan untuk tempat

23
duduk dan mangkok yang saya pakai untuk minum. Nabi SAW berkata:
bawa kemari keduanya, saya mengambil dengan satu dirham, kata
seorang laki-laki. Kata Nabi: siapa yang berani menambah dua atau
tiga kali lipat?, seorang laki-laki lainnya berkata: Saya berani
membelinya dua dirham”. (HR. Ibnu Majah).

Hadis Nabi dari Anas bin Malik tersebut merupakan salah satu contoh
jual beli lelang yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Transaksi
pelelangan yang dilarang menurut agama adalah pelelangan yang tidak
sesuai dengan rukun jual beli dan pelelangan yang mengandung unsur
penipuan.

Dengan adanya penjelasan hadis di atas dapat diketahui bahwa jual


beli secara lelang telah ada sejak masa Rasulullah SAW. Masih hidup
dan telah dilaksanakannya secara terang-terangan didepan umum (para
sahabat) untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi dari pihak
penawar yang ingin membeli sesuatu barang yang dilelang oleh
Rasulullah sendiri. Dengan demikian, jelaslah bahwa praktik jual beli
dengan sistem lelang telah ada dan berkembang sejak masa Rasulullah
SAW. Untuk memberikan suatu kebijakan dalam bidang ekonomi.
Akan tetapi istilahnya yang masih berbeda dengan masa sekarang yang
lazim dikenal dengan istilah jual beli dengan sistem lelang.

Adapun pada masa lalu, istilah lelang dipakai dengan jual beli secara
terang-terangan dengan maksud untuk memperoleh harga tertinggi
dalam penjualannya. Prakatik tersebut telah dilaksanakan secara baik
dan benar sesuai dengan tuntunan jual beli secara umum. Oleh karena
itu, hukum jual beli sistem lelang yang dilaksanakan dewasa ini
menunjukkan boleh atau mubah sebagaimana hukum jual beli itu
sendiri. Terdapat sejumlah ayat al-Qur’an yang berhubungan tentang
jual beli diantaranya sebagai berikut (Hadi, 2018):

24
Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah/2:198:

‫ع َل ْي ُك ْم ُجنَاح اَ ْن تَ ْبتَغُ ْوا فَض ًْال م ْن َّرب ُك ْم‬ َ ‫َلي‬


َ ‫ْس‬

Terjemahnnya: Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki


hasil perniagaan) dari Tuhanmu.

Firman Allah dalam QS.Al-Baqarah/2:275:

ۗ ‫ّللاُ ا ْلبَ ْي َع َو َح َّر َم الر ٰب‬


‫وا‬ ٰ ‫َواَ َح َّل‬

Terjemahnya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan


riba.

Dan Allah berfirman dalam QS. An-Nisa/4:29:

‫ع ْن ت ََراض‬ َ ً‫ارة‬ َ ‫ْل اَ ْن تَ ُك ْونَ ت َج‬ ‫ٰيااَيُّ َها َّالذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َْل تَأْ ُكلُ ْاوا اَ ْم َوا َل ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم ب ْالبَاطل ا َّ ا‬
‫ّللا َكانَ ب ُك ْم َرح ْي ًما‬ َ ُ‫م ْن ُك ْم ۗ َو َْل تَ ْقتُلُ ْاوا اَ ْنف‬
َ ٰ ‫س ُك ْم ۗ ا َّن‬

Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah maha Penyayang kepadamu”

Beberapa firman Allah Swt tersebut menjelaskan bahwa dalam


mencari nafkah dengan jalan perniagaan atau jual beli itu dibolehkan
dan tidak dilarang dalam agama kecuali perniagaan tersebut dilakukan
secara batil, sebagaimana Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur’an
bahwa jual beli halal dan riba di haramkan (Hadi, 2018).

3) Rukun dan Syarat Lelang (Jual Beli Muzayadah)

Dalam transaksi bay’al-muzᾱyadah (lelang) mempunyai kesamaan


dalam hal syarat dan rukun sebagaimana yang telah ditetapkan dalam

25
jual beli pada umumnya, karena merupakan salah satu bentuk dari
transaksi jual beli. Adapun rukun dan syarat jual beli lelang sebagai
berikut (Wardani, 2022):

a. Penjual
b. Pembeli
c. Shighat
d. Objek akad

Sedangkan untuk syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:

a. Terjadinya akad
b. Syarat sahnya akad jual beli
c. Syarat kelangsungan jual beli
d. Syarat mengikat.

Adapun syarat objek yang boleh diperjualbelikan dalam Kompilasi


Hukum Ekonomi Syariah terdapat dalam Pasal 76:

a. Barang yang dijualbelikan harus sudah ada


b. Barang yang dijualbelikan harus dapat diserahkan
c. Barang yang dijualbelikan harus berupa barang yang memiliki
nilai/harga tertentu
d. Barang yang dijualbelikan harus halal
e. Barang yang dijualbelikan harus diketahui oleh pembeli
f. khususnya barang yang dijualbelikan harus diketahui
g. Penunjukan dianggap memenuhi syarat kekhususan barang yang
dijualbelikan apabila barang itu ada di tempat jual beli.
h. Sifat barang yang dapat diketahui secara langsung oleh pembeli
tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut.
i. Barang yang dijual harus ditentukan secara pasti pada waktu akad.

26
4) Bentuk Bay’al-Muzᾱyadah (Lelang)

Dalam praktik lelang mempunyai beberapa macam yaitu seperti lelang


penjualan barang, lelang tender proyek, hingga lelang jabatan. Yang di
mana diketahui praktik lelang digunakan untuk melelang suatu barang
bukan suatu jabatan. Dalam lelang mempunyai dua bentuk yaitu harga
menaik dan harga menurun (Wardani, 2022).

a. Harga Menaik Pada umumnya praktik lelang itu harganya semakin


tinggi dari awal paling rendah yang ditentukan oleh penjual. Maka
para pembeli harus menawar atau menambahi harga dari yang satu
dengan yang lainnya sehingga harga suatu barang menjadi tinggi.
Pelelangan di suatu barang ditutup atau selesai jika sudah ada
penawar tertinggi dan tidak ada yang berani menaikkan harga
tersebut. Sehingga pelelang tertinggi yang berhak mendapatkan
barang tersebut.
b. Harga Menurun Namun, ada kegiatan lelang berbeda dengan yang
umumnya yang di mana harga suatu barang akan semakin menaik
tetapi ada yang menggunakan sistem lelang dengan menggunakan
sistem lelang harga menurun. Yang di mana penjual membuka
atau memberikan patokan harga tertinggi sehingga pelelang akan
menawar harga tersebut sampai yang paling rendah. Maka
pelelang yang paling rendah lah mendapatkan suatu yang
ditawarkan oleh penjual. Praktik lelang dengan harga menurun
biasanya digunakan dalam praktik penjualan saham di bursa efek
dimana penjual dapat menawarkan harga yang diinginkan. Tetapi
jika tidak ada pembeli, penjual dapat menurunkan harganya
sampai terjadi kesepakatan.

27
5) Praktik Yang Diharamkan Dalam Muzᾱyadah (Lelang)

Kegiatan lelang hukumnya mubah atau boleh dengan ketentuan harus


sesuai dengan syara’. Tetapi terkadang ada beberapa orang yang
mempunyai niat licik atau melakukan suatu penipuan untuk mencari
keuntungan sendiri dengan begitu ada pihak yang dirugikan. Ada
beberapa praktik lelang yang diharamkan antara lain sebagai berikut
(Wardani, 2022):

a. Menipu peserta lelang Dalam praktik lelang ada beberapa trik


untuk mendapatkan barang tersebut meskipun menggunakan trik
yang tidak sesuai dengan syara’. Seperti adanya sekelompok orang
yang bekerjasama untuk berpura-pura saling tawar menawar demi
memperoleh barang tersebut. Dengan bahasa lain orang itu
melakukan lelang dengan orang mereka ketahui sehingga barang
dapat dimiliki dengan sekelompok orang tersebut. Sehingga
barang yang ditawarkan itu seolah-olah punya nilai tersendiri yang
perlu dibela dan direbut.
b. Menekan penjual
Kelompok orang yang mengikuti lelang biasanya bermain curang
terhadap pihak penjual dengan cara menekan penjual barang
tersebut. Cara kelompok tersebut dengan sama-sama menawar
dengan harga yang serendah-rendahnya sehingga barang terjual
dengan nilai yang sangat rendah. Setelah barang didapat , barulah
kelompok orang itu melakukan lelang sesama mereka. Metode
haram ini biasanya sering terjadi dalam kasus barang sitaan,
kepailitan, atau lainnya.
c. Lelang pura-pura Praktik lelang yang diharamkan adalah dengan
lelang pura-pura yang diikuti oleh sedikit peserta dan beberapa
sudah saling bersekongkol. Lelang pura-pura ini sering terjadi
dalam lelang proyek atau order perusahaan, baik swasta maupun

28
pemerintahan. Sebuah proyek pengadaan barang dan jasa
diharuskan melewati sistem tender apabila nilai proyek itu tinggi.
Sehingga terjadi sandiwara lelang tender, seolah-olah semua
dilakukan sesuai prosedur. Padahal pemenang tender sudah
ditetapkan sebelumnya. Dengan cara, semua peserta lelang tender
itu tidak lain adalah orang yang sama. Nama perusahaan saja yang
kelihatannya berbeda.
2.2.4 Pasar
1) Pengertian Pasar
pasar adalah tempat terjadinya transaksi jual beli (penjualan dan
pembelian) yang dilakukan oleh penjual dan pembeli yang terjadi pada
waktu dan tempat tertentu (Dalam arti sempit ). Pasar adalah orang-
orang yang mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang
untuk belanja serta kemauan untuk membelanjakannya (Dalam arti
Luas ). Pada umumnya suatu transaksi jual beli melibatkan produk/barang
atau jasa dengan uang sebagai alat transaksi pembayaran yang sah dan
disetujui oleh kedua belah pihak yang bertransaksi (Raharjani, 2005).
2) Macam-macam Pasar
Berikut di bawah ini beberapa macam pasar yang masuk dalam
kategori pasar output beserta contohnya (Raharjani, 2005):
a. Pasar Barang
Pasar barang adalah pasar yang menjual produk dalam bentuk
barang. Pasar barang dapat dibagi lagi menjadi dua macam, yakni:
1. Pasar Barang Nyata/Riil Pasar barang nyata adalah pasar
yang menjual produk dalam bentuk barang yang bentuk dan
fisiknya jelas. Contohnya adalah pasar Angso Duo, pasar
malam, pasar kaget, dan lain-lain.
2. Pasar Barang Abstrak Pasar barang abstrak adalah pasar yang
menjual produk yang tidak terlihat atau tidak riil secara fisik.
Contoh jenis pasar ini adalah pasar komoditas / komoditi yang

29
menjual barang semu seperti pasar karet, pasar tembakau, pasar
timah, pasar kopi dan lain sebagainya.
b. Pasar Jasa / Tenaga
Pasar jasa adalah pasar yang menjual produknya dalam bentuk
penawaran jasa atas suatu kemampuan. Jasa tidak dapat dipegang
dan dilihat secara fisik karena waktu pada saat dihasilkan
bersamaan dengan waktu mengkonsumsinya. Contoh pasar jasa
seperti pasar tenaga kerja, Rumah Sakit yang menjual jasa
kesehatan, Pangkalan Ojek yang menawarkan jasa transportasi
sepeda motor, dan lain sebagainya.
c. Pasar Uang dan Pasar Modal
1. Pasar Uang
adalah pasar yang memperjual belikan mata uang negara-
negara yang berlaku di dunia. Pasar ini disebut juga sebagai
pasar valuta asing / valas / Foreign Exchange / Forex. Resiko
yang ada pada pasar ini relatif besar dibandingkan dengan
jenis investasi lainnya, namun demikian keuntungan yang
mungkin diperoleh juga relatif besar. Contoh adalah transaksi
forex di BEJ, BES, agen forex, di internet, dan lain-lain.
2. Pasar Modal
Adalah pasar yang memperdagangkan surat-surat berharga
sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan bisnis atau
kepemilikan modal untuk diinvestasikan sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat. Contohnya seperti saham,
reksadana, obligasi perusahaan swasta dan pemerintah, dan
lain sebagainya.
d. Pasar Input
Pasar faktor produksi dalam Ilmu Ekonomi diartikan keseluruhan
penawaran dan permintaan faktor-faktor produksi yang terdapat
dalam suatu daerah/wilayah tertentu.

30
ada beberapa hal yang membedakan dengan pasar barang.
Perbedaan tersebut di antaranya:

1. Pihak yang melakukan penawaran adalah pihak rumah tangga


konsumen.
2. Pihak yang melakukan permintaan adalah pihak rumah tangga
produsen.
3. Bagi rumah tangga konsumen (pemilik faktor produksi), harga
faktor produksi adalah merupakan pendapatan yang disebut
dengan istilah sewa, upah, bunga dan keuntungan.
4. Bagi rumah tangga produsen pengeluaran untuk mendapatkan
faktor produksi disebut biaya.
5. Barang atau komoditi yang diperjualbelikan adalah faktor
produksi. Jadi dengan demikian pasar ini memiliki ciri yang
berbeda dengan pasar barang secara umum.

2.2.4 Modal Usaha

1) Pengertian Modal Usaha


Pengertian modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
“modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk
berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang,
dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu
yang menambah kekayaan”. Modal dalam pengertian ini dapat di
interpretasikan sebagai jumlah uang yang digunakan dalam menjalankan
kegiatan-kegiatan bisnis. Banyak kalangan yang memandang bahwa
modal uang bukanlah segala-galanya dalam sebuah bisnis. Namun perlu
dipahami bahwa uang dalam sebuah usaha sangat diperlukan. Yang
menjadi persoalan disini bukanlah penting tidaknya modal, karena
keberadaannya memang sangat diperlukan, akan tetapi bagaimana

31
mengelola modal secara optimal sehingga bisnis yang dijalankan dapat
berjalan lancar (Anto, 2017).

Modal dalam Islam disebut juga ras al-mal, Allah berfirman dalam Q.S
alBaqarah ayat 279 :

‫س اَ ْم َوال ُك ْم َْل‬ ُ ‫س ْوله َوا ْن ت ُ ْبت ُ ْم فَ َل ُك ْم ُر ُء ْو‬ ٰ َ‫فَا ْن َّل ْم تَ ْفعَلُ ْوا فَأْذَنُ ْوا ب َح ْرب من‬
ُ ‫ّللا َو َر‬
ْ ُ ‫َظل ُم ْونَ َو َْل ت‬
َ‫ظ َل ُم ْون‬ ْ ‫ت‬

Terjemahnya : “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa


riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula)
dianiaya”.

Ras al-mal menurut bahasa adalah pokok harta tanpa laba maupun
tambahan. Dalam al-Mujam al=Wasith Ra al-mal diartikan dengan
sejumlah harta yang diinvestasikan. Sedangkan Muhammad Qal’azi dan
Hamid Shadiq mengatakan Modal adalah kumpulan biaya untuk adanya
komoditas atau kumpulan harga dan biaya lain seperti transportasi dan
gedung. Sedangkan menurut Afzalurrahman, modal adalah kekayaan
yang membantu menghasilkan kekayaan selanjutnya.

2) Prinsip-Prinsip Modal Dalam Islam


Beberapa prinsip hukum Islam mengenai modal dikemukakan A.
Muhsin Sulaiman, sebagaimana yang dikutip oleh Anto, adalah sebagai
berikut :
a. Islam mengharamkan penimbunan modal b. Modal tidak boleh
dipinjam dan meminjamkan dengan cara riba
b. Modal harus dengan cara yang sama dengan mendapatkan hak milik
c. Modal yang mencapai nisab, zakatnya wajib dikeluarkan (85 gram
emas)

32
d. Modal tidak boleh digunakan untuk memproduksi dengan cara
boros
e. Pembayaran gaji buruh/pekerja harus sesuai dengan ketentuan gaji
dalam Islam
3) Macam- Macam Modal
Ada 3 macam modal usaha yaitu (Anto, 2017):
a. Modal Sendiri, menurut Mardiyatmo mengatakan bahwa modal
sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik usaha itu sendiri.
Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, saudara, dan
lain sebagainya.
b. Modal Asing (Pinjaman), yaitu adalah modal yang biasanya
diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari
pinjaman. Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya tidak
terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak. Disamping itu,
dengan modal pinjaman biasanya timbul motivasi dari pihak
manajemen untuk mengerjakan usaha dengan sungguh-sungguh.
c. Modal Patungan, selain modal sendiri atau pinjaman juga bisa
menggunakan modal usaha dengan cara berbagi kepemilikan usaha
dengan orang lain. Caranya dengan menggabungkan antara modal
sendiri dengan modal satu orang teman atau beberapa orang (yang
berperan sebagai mitra usaha).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa modal usaha adalah


harta yang dimiliki untuk digunakan dalam menjalankan kegiatan
usaha dengan tujuan memperoleh laba yang optimal sehingga
diharapkan bisa meningkatkan pendapatan pedagang.

33
2.2.5 Ekonomi Islam

1) Pengertian Ekonomi Islam


Ekonomi secara umum didefinisikan sebagai hal yang mempelajari
perilaku manusia dalam menggunakan sumber daya yang langka untuk
memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia (Hadi, 2018).

Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi Islam sebagai suatu ilmu yang


mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi
kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas di dalam
kerangka syariah. Ilmu yang mempelajari perilaku seorang muslim
dalam suatu masyarakat Islam yang dibingkai dengan syariah. Definisi
tersebut mengandung kelemahan karena menghasilkan konsep yang
tidak kompetibel dan tidak universal. Karena dari definisi tersebut
mendorong seseorang terperangkap dalam keputusan yang apriori
(apriory judgement), benar atau salah tetap harus diterima.

pemenuhan kebutuhan yang terbatas di dalam kerangka syariah. Ilmu


yang mempelajari perilaku seorang muslim dalam suatu masyarakat
Islam yang dibingkai dengan syariah. Definisi tersebut mengandung
kelemahan karena menghasilkan konsep yang tidak kompetibel dan
tidak universal. Karena dari definisi tersebut mendorong seseorang
terperangkap dalam keputusan yang apriori (apriory judgement), benar
atau salah tetap harus diterima.

a. Menurut Muhammad Abdul Manan


“Islamic economics is a social science which studies the
economics problems of a people imbued with the values of islam”.
Jadi, menurut Manan ilmu ekonomi Islam adalah ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari maslah-masalah ekonomi
masyarakat yang di ilhami oleh nilainilai Islam.

34
b. M. Umer Chapra
“Islamic economics was defined as that branch of knowledge
which helps realize human well-being through an allocation and
distribution of scarce resources that is in confinnity with Islamic
teaching without unduly curbing Individual freedom or creating
continued macroeconomic and ecological imbalances”
Jadi, menurut Umar Chapra ekonomi Islam adalah sebuah
pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia
melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang
berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa
memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro
ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan
lingkungan.
c. Menurut Syed Nawab Haider Naqvi
Ilmu ekonomi Islam, singkatnya, merupakan kajian tentang
perilaku ekonomi orang Islam representative dalam masyarakat
muslim modern.

Dari beberapa definisi ekonomi Islam di atas yang relatif dapat secara
lengkap menjelaskan dan mencakup kriteria dari definisi yang
komprehensif adalah yang dirumuskan oleh Hasanuzzaman yaitu:
“Suatu pengetahuan dan aplikasi dari perintah dan peraturan dalam
syariah yaitu untuk menghindari ketidakadilan dalam perolehan dan
pembagian sumberdaya material agar memberikan kepuasan manusia,
sehingga memungkinkan manusia melaksanakan tanggung jawabnya
terhadap Tuhan dan masyarakat” (Islamic economics is the knowledge
and application pf injuctions and rules of the shari’ah that prevent
injustice in the acquition and disposal of material resources in order
to provide satisfaction to human beings and enable them to perform
their obligations to Allah and the society).

35
Menurut (Hadi, 2018), hal penting dari definisi tersebut adalah istilah
“perolehan” dan “pembagian” di mana aktivitas ekonomi ini harus
dilaksanakan dengan menghindari ketidakadilan dalam perolehan dan
pembagian sumber-sumber ekonomi. Prinsip-prinsip dasar yang
digunakan untuk menghindari ketidakadilan tersebut adalah syariah
yang di dalamnya terkandung perintah (injuctions) dan peraturan
(rules) tentang boleh tidaknya suatu kegiatan. Pengertian “memberikan
kepuasan terhadap manusia” merupakan suatu sasaran ekonomi yang
ingin dicapai. Sedangkan pengertian “memungkinkan manusia
melaksanakan tanggung jawabnya terhadap Tuhan dan masyarakat”
diartikan bahwa tanggungjawab tidak hanya terbatas pada aspek sosial
ekonomi saja tapi juga menyangkut peran pemerintah dalam mengatur
dan mengelola semua aktivitas ekonomi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi Islam


adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk
memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan
permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara yang Islami.
Ekonomi Islam mempunyai tujuan memberikan keselarasan bagi
kehidupan di dunia. Hal ini karena nilai Islam tidak hanya untuk
kehidupan muslim, tetapi untuk seluruh mahluk hidup di muka bumi.
Esensi proses ekonomi islam adalah pemenuhan kebutuhan manusia
yang berlandaskan nilai-nilai Islam untuk mencapai pada tujuan agama
(falah), ekonomi Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam yang tidak
terbatas pada ekonomi, sosial, budaya, dan politik dari bangsa.

2) Prinsip Dasar Ekonomi Islam


Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam ekonomi Islam
dalam melakukan transaksi, yaitu sebagai berikut.

36
a. Prinsip Tauhid (Unity)
Prinsip tauhid adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan
yang ada dalam syariat Islam. setiap bangunan dan aktivitas
kehidupan manusia harus didasarkan pada nilai-nilai tauhid,
artinya bahwa dalam setiap gerak langka serta bangunan hukum
harus mencerminkan nilai-nilai ketuhanan. Tauhid dibagi menjadi
dua jenis, yang pertama Tauhid Uluhiyyah yang berarti keyakinan
akan keesaan Allah SWT dan kesadaran bahwa seluruh yang ada
di alam ini adalah milik-Nya. Yang kedua Tauhid Rububiyyah
yaitu suatu keyakinan bahwa Allah SWT saja yang menentukan
rezeki untuk segenap makhluk-Nya dan Dia pulalah yang akan
membimbing setiap insan yang percaya kepada-Nya kearah
keberhasilan.
b. Prinsip Nubuwwah (Kenabian)
Prinsip nubuwwah merupakan sifat-sifat wajib rasul yang menjadi
panutan setiap umat muslim, termasuk dalam aktivitas ekonomi.
Nilai-nilai dasar ekonomi dalam konsep Nubuwwah, yaitu:
1. Shiddiq (benar dan jujur), yaitu apapun yang disampaikan
Nabi adalah benar dan disampaikan dengan jujur. Kebenaran
dan kejujuran Nabi mencakup jujur dalam niat, jujur dalam
maksud, jujur dalam perkataan, dan jujur dalam tindakan.
2. Amanah (dapat dipercaya), dengan nilai dasar terpercaya dan
nilai-nilai dalam berbisnis berupa adanya kepercayaan,
tanggung jawab, transparan dan tepat waktu.
3. Fathanah (cerdas), memiliki pengetahuan luas, dan dalam
bisnis memiliki visi, kepemimpinan yang cerdas, sadar
produk dan jasa serta belajar berkelanjutan.
4. Tabligh (menyampaikan ajaran Islam), nilai dasar dalam
bisnis adalah komunikatif, supel, mampu menjual secara
cerdas, mampu mendeskripsikan tugas, mendelegasi

37
wewenang, bekerja dalam tim, berkoordinasi, melakukan
kendali, dan supervise.
c. Prinsip Khilafah (Pemerintahan) Menurut M. Umer Chapra ada
empat faktor yang terkait dengan khilafah dalam hubungannya
dengan ekonomi Islam yaitu persaudaraan universal, sumber
daya alam merupakan amanat, gaya hidup sederhana, dan
kemerdekaan manusia.
d. Prinsip Adl (Keadilan) Prinsip keadilan yaitu konsep universal
yang secara khusus berarti menempatkan sesuatu pada posisi dan
porsinya. Keadilan harus diterapkan disemua kegiatan ekonomi
baik itu konsumsi, produksi, dan distribusi.
e. Prinsip Ma’ad (Pertanggungjawaban) Segala sesuatu yang
dilakukan manusia nantinya akan dimintai
pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Islam mengajarkan
bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanya sementara, ada
kehidupan sesudah kehidupan ini.
Dalam melakukan transaksi ekonomi khususnya dalam
bermuamalah harus memperhatikan lima prinsip diatas yaitu
prinsip Tauhid, Nubuwwah, Khilafah, Keadilan, dan tanggung
jawab. Dengan berpedoman ke lima prinsip tersebut maka
transaksi ekonomi yang dilakukan telah sesuai dengan prinsip
dasar dalam bermuamalah.
Selain itu, ada beberapa hal yang harus dihindari dalam
melakukan transaksi muamalah, yaitu sebagai berikut:
1. Maisir, Menurut bahasa maisir berarti gampang atau mudah.
Menurut istilah maisir berarti memperoleh keuntungan tanpa
harus bekerja keras. Maisir sering dikenal dengan perjudian
karena dalam praktik perjudian seseorang dapat memperoleh
keuntungan dengan cara mudah. Perjudian adalah suatu
permainan yang menempatkan salah satu pihak harus

38
menanggung beban pihak yang lain akibat permainan
tersebut. Menurut Yusuf Qardawi, Setiap permainan yang
ada unsur perjudiannya adalah haram, perjudian adalah
permainan yang pemainnya mendapatkan keuntungan atau
kerugian.
2. Gharar, dapat diartikan sebagai ketidakpastian atau
ketidakjelasan (uncertainty). Unsur ini juga dilarang dalam
Islam. Gharar atau disebut juga taghriir adalah sesuatu di
mana terjadi incomplete information karena adanya
uncertainty to both parties (ketidakpastian dari kedua belah
pihak yang bertransaksi). Menurut Ibnu Taimiyah, gharar
terjadi bila seseorang tidak tahu apa yang tersimpan bagi
dirinya pada akhir suatu kegiatan jual beli.
3. Riba, secara bahasa bermakna ziyadah yang artinya
tambahan. Dalam pengertian lain, secara linguistik riba juga
berarti tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah, riba
berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal
secara batil. Riba secara umum adalah pengambilan
tambahan baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam
meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip
muamalah dalam Islam. Riba merupakan perbuatan orang-
orang jahiliyah dan dapat menyengsarakan orang lain,
dengan adanya riba orang menjadi malas berusaha yang sah
menurut syara’ dan menyebabkan putusnya perbuatan baik
terhadap sesama manusia dengan cara menghilangkan
faedah dalam melakukan transaksi muamalah.
3) Dasar Hukum Ekonomi Islam
a. Al-Quran
Al-Qur’an merupakan sumber pertama dalam ajaran Islam, Al-
Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan oleh-Nya melalui

39
perantara malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW, tertulis dalam
mushaf dan sampai kepada manusia dengan mutawattir.
Penyusunan ayat-ayat dalam Al-Qur’an menurut pendapat para
ulama adalah tawqify (langsung bersumber dari Allah), dan bukan
ijtihad (ijtihad ulama). Hal ini bisa dilacak lewat bukti-bukti
autentik berupa hadis tentang periwayatan, bagaimana penurunan
dan kodifikasi Al-Qur’an pada masa tersebut. Adapun hukum
yang terkandung dalam Al-Qur’an mencakup tiga macam, yaitu
(Hadi, 2018):
1. Hukum akidah;
2. Hukum akhlak;
3. Hukum amaliyah ataupun syar’iyah (fikih), yang terbagi
menjadi seperempat (rub’u) ibadat, munakahat, jinayat, dan
mua’malat. Adapun hukum-hukum yang termasuk kategori
mu’amalat, misalnya akad (contract), pembelanjaan
(pengelolaan harta benda), dan lain sebagainya.
b. Sunnah
Sunnah adalah perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah.
Adapun hubungan Sunnah dengan Al-Qur’an adakalanya Sunnah
mengukuhkan hukum yang ada dalam Al-Qur’an, kadang kala
juga memerinci, menafsiri hal-hal yang telah datang dari Al-
Qur’an secara global, atau membatasi hal-hal yang datang dari
AlQur’an secara global, atau membatasi hal-hal yang ada dalam
Al-Qur’an secara umum. Dan, adakalanya Sunnah menetapkan
dan membentuk hukum yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an.
c. Ijma
Ijma’ adalah kesepakatan semua mujtahidin dikalangan umat
Islam pada suatu masa, setelah kewafatan Rasullah SAW atas
suatu hukum syar’i mengenai suatu kejadian ataupun kasus. Ijma’
hanya ditetapkan setelah wafatnya Rasulullah SAW, karena ketika

40
beliau masih hidup, beliau sendirilah tempat kembalinya hukum
syariat Islam. Sehingga tidak ada perselisihan mengenai hukum
syariat pada waktu itu. Adapun ijma’ ulama yang berkaitan
dengan ekonomi Islam, beberapa di antaranya berkaitan dengan
permasalahan keuangan dan beberapa kontak dalam perbankan
syari’ah dan lembaga keuangan syari’ah.
d. Qiyas
Qiyas adalah menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada nash-
nya kepada kejadian lainnya yang ada nash-nya, dalam hukum
yang telah ditetapkan oleh nash. Dikarenakan adanya kesamaan
dua kejadian dalam illat al-hukm. Qiyas biasanya dirumuskan
sebagai kiat untuk menetapkan hukum, berdasarkan rumusan ini
maka dalam menggunakan metode qiyas, ada empat unsur yang
harus ada. Keempatnya antara lain asl, far’u, hukmu al-ashl, dan
illat. Dari keempat unsur ini, illat sangat penting dan sangat
menentukan. Ada atau tidaknya suatu hukum tergantung illat pada
kasus tertentu.
e. Istihsan
Istihsan secara umum dapat diartikan sebagai upaya untuk
mentawaqqufkan prinsip-prinsip umum dalam satu nash
disebabkan adanya nash lain yang menghendaki demikian.
Adapun istihsan menurut bahasa adalah menganggap baik sesuatu,
sedangkan menurut istilah ulama ushul adalah berpindahnya
seorang mujtahid dari tuntutan qiyas jaly (qiyas yang nyata)
kepada qiyas khafy (qiyas yang samar). Jadi, apabila terjadi suatu
kejadian dan tidak terdapat nash mengenai hukumnya, maka untuk
membicarakan hal itu ada dua segi yang bertentangan, yaitu segi
nyata yang menghendaki suatu hukum dan segi tersembunyi yang
menghendaki hukum lain.

41
f. Al-Mashlahah Al-Mursalah
Mashlahah mursalah adalah kemaslahatan yang dimutlakkan, yang
menurut ulama ushul adalah kemaslahatan dimana syari tidak
mensyariatkan hukum untuk mewujudkan maslahah tersebut, akan
tetapi juga tidak terdapat dalil yang menunjukkan atas
pengakuannya ataupun pembatalannya. Mashlahah ini disebut
mutlak karena tidak dibatasi oleh dalil pengakuan ataupun
pembatalan.
g. Al-Urf
Urf’ adalah sesuatu yang sering dikenal manusia dan menjadi
tradisinya, baik berupa ucapan, perbuatan, atau keadaan
meninggalkan. Urf merupakan salah satu sumber hukum Islam.
Penggunaan urf sebagai dasar hukum termasuk dalam usaha untuk
memelihara kemaslahatan dan menghindarkan manusia dari
kesempitan.
h. Al-Istishab
Istishab menurut istilah ushul adalah menetapkan sesuatu menurut
keadaan sebelumnya sehingga terdapat dalil yang menunjukkan
perubahan keadaan, atau menjadikan hukum yang telah ditetapkan
pada masa lampau menjadi kekal menurut keadaan, sampai
terdapat dalil yang menunjukkan atas perubahannya. Apabila
seorang mujtahid ditanya tentang kontrak atau pengelolaan, dan
dia tidak menemukan dalil syara’ yang memutuskan hukumnya,
maka dihukumi dengan kebolehan kontrak atau pengelolaan
tersebut atas dasar bahwa “pangkal segala sesuatu (muamalat) itu
boleh sampai ada dalil yang mengharamkannya”.
i. Saad al-Dzari’ah dan Fath al-Dzari’ah
Saad al-dzari’ah (atau dalam bentuk jamak sad al-Dzara’ih)
menurut al-Qarafi adalah memotong jalan kerusakan (mafsadah)
sebagai cara untuk menghindari kerusakan tersebut. Meski suatu

42
perbuatan bebas dari unsur kerusakan, namun jika perbuatan itu
merupakan jalan atau sarana terjadinya suatu kerusakan, maka
harus ada pencegahan terhadap perbuatan tersebut. Secara
terminology, bisa dipahami bahwa fath adz-dzari’ah adalah
menetapkan suatu hukum yang merupakan sarana bagi penetapan
hukum yang lainnya.

2.3 Kerangka Berpikir


Para Pedagang Muslim Kota
Pangkalan Berandan

Praktik Arisan Lelang


Perspektif Ekonomi Islam

Modal Usaha

Wawancara

Praktik Arisan Lelang Yang dilakukan Pada


Para Pedagang Muslim

Uang Arisan Lelang Yang disalurkan Pada


Modal Usaha

Perspektif Ekonomi Islam Terhadap


Kontribusi Arisan Lelang dalam Menambah
Modal Usaha

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Sumber : Diolah oleh peneliti

43
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alur Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah ditetapkan, maka jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian skripsi ini yaitu jenis penelitian kualitatif dengan
pendekatan penelitian lapangan (field reseach).

Metode kualitatif adalah Objek alami adalah objek yang berevolusi sebagaimana
adanya, tidak diubah oleh peneliti, dan tidak terpengaruh oleh kehadiran peneliti
saat memeriksa keadaannya; pendekatan penelitian ini menggunakan peneliti
sebagai instrumen utama (Sugiyono, 2019).

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang menggunakan metode


deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu participant
observation, in depth interview, dokumentasi dan triangulasi secara langsung
yang didapatkan dilapangan, dari informan ataupun narasumber.

Dalam penelitian ini meneliti masalah yang terjadi mengenai sistem arisan lelang
para pedagang di Pasar Pangkalan Brandan Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat.

3.2 Lokasi, Waktu, dan Jadwal Penelitian


Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan peneliti untuk memperoleh data
dan melakukan penelitian. Adapun lokasi penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Pasar Pangkalan Berandan, Kecamatan Babalan, Kabupaten
Langkat. Waktu penelitian selama 2 minggu dimulai dari minggu kedua bulan
Mei sampai dengan minggu keempat bulan Mei. Pengamatan dilakukan selama 3
kali setiap minggunya atau 6 kali dalam 2 minggu.

44
3.3 Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional variabel penelitian adalah suatu objek yang mempunyai variasi
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2017:29).

Masing-masing variabel diukur dengan menggunakan indikator tertentu. Berikut


ringkasan dari variabel beserta indikator yang digunakan dalam penelitian ini:

Tabel 3.1
No Variabel Dimensi Variabel Dimensi Indikator
1. Praktik Lelang Lelang (muzayadah) adalah Praktik Arisan 1. Kesepakatan
jual beli dengan cara penjual Lelang antar peserta
menawarkan barang 2. Mekanisme praktik
dagangannya, lalu para arisan lelang
pembeli saling menawar 3. Hubungan antar
dengan menambah jumlah peserta
pembayaran dari pembeli 4. Dampak
sebelumnya, lalu penjual pelaksanaan
menjual dengan harga praktik arisan
tertinggi dari para pembeli lelang
tersebut. Kebalikannya
disebut dengan jual
munaqadhah (obral) (Hadi,
2018).
2. Modal Usaha Modal usaha adalah uang Prinsip modal 1. Bersumber dari
yang dipakai sebagai pokok usaha dalam islam mana saja modal
(induk) untuk berdagang, usaha
melepas uang, dan 2. Hambatan untuk
sebagainya; harta benda memperoleh modal
(uang, barang, dan usaha
sebagainya) yang dapat 3. Pemanfaatan modal
dipergunakan untuk yang diperoleh dan
menghasilkan sesuatu yang perubahan keadaan
menambah kekayaan”. setelah mendapatkan
Modal dalam pengertian ini modal.

45
Tabel 3.1 Lanjutan
No Variabel Dimensi Variabel Dimensi Indikator
dapat di interpretasikan
sebagai jumlah uang yang
digunakan dalam
menjalankan kegiatan-
kegiatan bisnis (Anto, 2017).
3. Perspektif Ekonomi Islam adalah suatu Sumber 1. Alquran
Ekonomi Islam cabang ilmu pengetahuan hukum 2. Sunnah
yang berupaya untuk ekonomi islam 3. Ijma
memandang, menganalisis,
dan akhirnya menyelesaikan
permasalahan-permasalahan Aturan 1. Yang dilarang
ekonomi dengan cara-cara berdasarkan dalam
yang Islami. (Hadi, 2018). ekonomi islam bermuamalah
2. Prinsip ekonomi
islam

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data


Data kualitatif adalah data yang bersifat subjektif berupa pertanyaan yang
diperoleh dari hasil wawancara yang diungkapkan dalam bentuk kalimat
pertanyaan (Sugiyono, 2019).

Pedagang, lebih khusus pedagang di pasar Pangkalan Brandan, serta individu-


individu yang terlibat dalam arisan lelang, menjadi sumber data yang
dikumpulkan untuk penelitian ini. Orang-orang ini disebut sebagai responden.
Untuk memilih jawaban, terlebih dahulu menentukan responden yang dipilih
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan tesis ini.
Data primer dan sekunder adalah dua kategori informasi yang diperlukan untuk
penyelidikan ini. Lembaga-lembaga berikut menyediakan data primer
(Sugiyono, 2019):

46
1) Data Primer
Data primer data yang dikumpulkan di lapangan atau data yang dikumpulkan
di lapangan melalui teknik lain, seperti wawancara atau tanya jawab dengan
informan penelitian, guna memperoleh informasi yang lebih tepat mengenai
data yang dikumpulkan di lapangan (Sugiyono, 2019).

Dalam penelitian ini sumber utamanya yaitu para pedagang di pasar


Pangkalan Brandan yang melakukan arisan lelang dalam menambah modal
usaha.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah informasi yang diperoleh dan dikumpulkan oleh pihak
ketiga. Peneliti akan memanfaatkan data tersebut untuk keperluan penelitian,
yaitu terkait dengan data sekunder (Sugiyono, 2019).

Berkenaan dengan konsep penelitian yang akan dilakukan berkaitan dengan


ekonomi islam terkait dengan sistem arisan lelang yang dilakukan oleh para
pedagang, data sekunder dalam penelitian ini mencari beberapa informasi
yang diperlukan melalui buku, internet, dan bahan referensi lainnya.
3.4.1 Sumber Data
1) Penelitian Ke Perpustakaan (Library Research)
adalah teknik pengumpulan data yang melibatkan melihat beberapa ide yang
dikemukakan oleh para profesional yang berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti oleh penulis, kemudian membandingkan dan menganalisisnya untuk
mengatasi masalah yang diajukan.
2) Penelitian Lapangan (Field Research)
adalah teknik pengumpulan informasi di tempat (objek penelitian).

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi atau jawaban penelitian
yang teruji secara empiris. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara, observasi, dokumentasi, studi pustaka, dan triangulasi.

47
3.5.1 Observasi

Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis


terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Anto, 2017). Observasi
yang dilakukan dalam penelitian ini berlokasi di Pasar Pangkalan Berandan,
Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat. Dengan dilakukannya kegiatan pra
penelitian pada 24 Februari 2023.

3.5.2 Wawancara

Menurut (Anto, 2017), Wawancara secara umum adalah proses memperoleh


keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Secara garis besar, teknik pengumpulan data dengan cara wawancara ini
terbagi menjadi 2 macam yaitu: (Suharsimi, 2013, p. 172)).

1. Wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang disusun secara terperinci


sehingga menyerupai check list pewawancara tinggal membubuhkan
tanda dari pertanyaan yang sesuai.
2. Wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang hanya memuat garis
besar pertanyaan yang akan ditanyakan. Dalam wawancara model ini,
kreativitas pewawancara sangat diperlukan dan bahkan hasil wawancara
dengan model ini lebih banyak tergantung dari pewawancara sebagai
“pengemudi” dari hasil jawaban informan.(Maulana et al., 2021)

Berkaitan dengan penelitian ini, maka akan digunakan wawancara secara


terstruktur yaitu dengan menyusun terlebih dahulu daftar pertanyaan untuk
menggali informasi yang akan ditanyakan kepada informan. Penelitian
kualitatif tidak mengenal adanya jumlah sampel minimum (sample size).
Umumnya penelitian kualitatif menggunakan jumlah sampel kecil. Bahkan

48
pada kasus tertentu menggunakan hanya 1 informan saja. Setidaknya ada dua
syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan jumlah informan yaitu
kecukupan dan kesesuaian (Kresno, 2016).

Dalam hal ini, yang menjadi informan adalah ibu teti yang menjadi ketua dan
anggota arisan lelang, yang berjumlah 3 orang. Selain itu peneliti juga
melakukan wawancara dengan seorang tokoh Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Kota Medan, dan Tokoh Ekonomi.

3.5.3 Triangulasi

Dalam berbagai karyanya, Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi


sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai mengkaji
fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda.
Menurutnya, triangulasi meliputi 4 hal yaitu triangulasi metode, triangulasi
antara peneliti, triangulasi sumber dan triangulasi teori. Namun peneliti hanya
menggunakan 2 dari 4 jenis triangulasi untuk menyelaraskan penelitian ini,
yaitu: (Hadi, 2018)

1) Triangulasi sumber data


Tringulasi sumber data, yaitu menggali kebenaran informasi tentu melalui
berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui
wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat
(participant observation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah,
catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu
masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda,
yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda
pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan
melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.
Triangulasi sumber data, dilakukan dengan membandingkan dan
mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

49
melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang
dilakukan dengan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada dan orang
pemerintahan.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan. Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah berupa
kesamaan atau alasan-alasan terjadinya perbedaan.
2) Triangulasi teori
Dilakukan dengan menguraikan pola, hubungan dan menyertakan
penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari tema atau penjelasan
pembanding. Secara induktif dilakukan dengan menyertakan usaha
pencarian cara lain untuk mengorganisasikan data yang dilakukan dengan
jalan memikirkan kemungkinan logis dengan melihat apakah
kemungkinan-kemungkinan ini dapat ditunjang dengan data.

Triangulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba berdasarkan


anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya
dengan satu atau lebih teori. Dipihak lain patton berpendapat lain, yaitu
bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan
banding.

Berkaitan dengan penelitian ini, maka akan digunakan triangulasi sumber data
yaitu dengan menggabungkan hasil dari beberapa wawancara yang didapat
dari sumber yang sudah ada. Yaitu hasil wawancara yang dilakukan dengan 3

50
informan kemudian digabungkan untuk dibandingkan hasil wawancaranya.
Dan ditampilkan di bab 4 untuk menjawab rumusan masalah.

3.5.4 Dokumentasi

Dokumentasi yakni metode yang digunakan untuk mengumpulkan data


dengan mencatat, menyalin, menggandakan data atau dokumen yang berkaitan
dengan informasi para pedagang di pasar Pangkalan Berandan, aktivitas arisan
lelang serta beberapa data lainnya.

3.5.5 Studi Kepustakaan

Dalam mengumpulkan data-data atau teori dalam penelitian ini maka peneliti
memanfaatkan berbagai macam data dan teori yang dikumpulkan melalui
berbagai tinjauan pustaka penunjang dengan tujuan melengkapi data yang
berhubungan dengan topik penelitian ini. Penelitian ini menggunakan studi
kepustakaan melalui perpustakaan dan media internet berupa buku-buku yang
berkaitan dengan penelitian, tulisan ilmiah berupa skripsi dan jurnal nasional.

3.6 Teknik Pengelolaan Data

Menurut (Sugiyono, 2019), Empat tahapan analisis data model Miles dan Huberman,
yaitu Empat tahapan analisis data model Miles dan Huberman, yaitu :

a. Pengumpulan data (data collection), yaitu dengan observasi, wawancara.


b. Reduksi data (data reduction), yaitu merangkum hasil pengumpulan data dan
memilih serta memilah hal-hal pokok yang sesuai dengan pembahasan penelitian.
c. Penyajian data (data display), yaitu dengan menyajikan hasil data yang telah
diperoleh dalam bentuk tabel, grafik, atau sejenisnya. Dengan adanya penyajian
data maka data yang terkumpul dapat diorganisasikan serta dapat diketahui
susunan polanya sehingga diharapkan dapat lebih mudah dipahami.
d. Penarikan kesimpulan serta verifikasi (conclusion and verification) merupakan
tahap terakhir dalam melakukan analisis data. Kesimpulan sementara yang

51
dikemukakan diawal masih bersifat sementara dan memungkinkan berubah
setelah ditemukan bukti-bukti baru.(Maulana et al., 2021)

Adapun langkah-langkah dalam menganalisis perspektif ekonomi islam tentang


praktik arisan lelang pada kalangan kalangan para pedagang di pasar Pangkalan
Berandan adalah:

a. Mengumpulkan data hasil wawancara mengenai praktik dan perspektif ekonomi


islam terkait praktik arisan lelang.
b. Menganalisis hasil wawancara mengenai bagaimana praktik dan perspektif
ekonomi islam tentang praktik arisan lelang pada kalangan para pedagang di
pasar Pangkalan Berandan .
c. Penyajian data wawancara dalam bentuk tabel
d. Menarik kesimpulan dari hasil wawancara tentang praktik dan perspektif
ekonomi islam tentang praktik arisan lelang pada kalangan para pedagang di
pasar Pangkalan Berandan.

52
DAFTAR PUSTAKA

Agus, R. (2011). Kontribusi Arisan Dalam Menambah Kesejahteraan Keluarga


Menurut Perspektif Ekonomi Islam. Skripsi UIN Suska Riau.

Anto, B. A. (2017). Kontribusi Arisan Mingguan Para Pedagang di Pasar Belopa


Kabupaten Luwu dalam Menambah Modal Usaha (Menurut Pespektif Ekonomi
Islam). Universitas Islam Negeri Alauddin ….

Hadi, H. (2018). Perilaku Masyarakat terhadap Pelaksanaan Arisan Lelang dalam


Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Masyarakat di Desa Paomacang
Kecamatan …. Universitas Islam Negeri Alauddin ….

Maulana, M. F., Fatira, M., & Wathan, H. (2021). Perspektif Islam Tentang Praktik
Asoan Pada Kalangan Ibu Muslim Kelurahan Banjar Kota Pematangsiantar.
Prosiding Konferensi Nasional ….
http://ojs.polmed.ac.id/index.php/KONSEP2021/article/view/639

Raharjani, J. (2005). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemilihan


pasar swalayan sebagai tempat berbelanja (studi kasus pada pasar swalayan di
kawasan seputar …. Jurnal Studi Manajemen Dan Organisasi (JSMO).
http://eprints.undip.ac.id/14956

Soerjono Soekanto. (1999). Metodologi Reseach jilid 1.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Wardani, M. M. (2022). Arisan Uang Dengan Sistem Lelang Dalam Perspektif


Hukum Islam (Studi Kasus di Pasar Mlili Kecamatan Dolopo Kabupaten
Madiun). etheses.iainponorogo.ac.id. http://etheses.iainponorogo.ac.id/18354/

53
LAMPIRAN

1) Daftar Pertanyaan Wawancara Dengan Tokoh MUI Sumatera Utara

Variabel Pertanyaan
Arisan Lelang 1. Menurut bapak, apakah arisan lelang ini
sudah membudaya dimasyarakat ini pak?
2. Apakah arisan ini dapat dilakukan sebagai
kegiatan tolong-menolong pak ?
3. Menurut bapak, adakah norma atau etika
yang harus dipenuhi dalam kegiatan
bermuamalah khususnya pada kegiatan
arisan ini pak ?
Modah usaha 1. Menurut bapak bagaimana memperoleh
modal usaha yang sesuai dengan syariat
islam ?
2. Menurut bapak, bagaimana pandangaan
islam jika nantinya uang arisan
dipergunakan sebagai modal usaha?
Ekonomi islam 1. Menurut bapak, apakah arisan
diperbolehkan dalam islam ?
2. Bagaimana perspektif ekonomi islam
dalam arisan lelang ini pak ?
3. Menurut bapak apakah di masa
Rasulullah ada kegiatan arisan seperti ini
pak ?
4. Menurut bapak, adakah hukum islam
yang mengatur tentang arisan pak ?
5. Apakah ada Fatwa DSN MUI yang
bekaitan dengan dengan arisan pak ?

2) Daftar Pertanyaan Wawancara Dengan Tokoh Ekonomi

Variabel Pertanyaan
Arisan Lelang 1. Menurut Bapak, apakah arisan lelang ini
sudah membudaya dimasyarakat ini pak?
2. Apakah arisan ini dapat dilakukan sebagai
kegiatan yang membantu perekonomian
masyarakat pak ?
Modah usaha 1. Menurut bapak bagaimana memperoleh
modal usaha yang sesuai dengan syariat
ekonomi islam ?
2. Menurut Bapak, bagaimana pandangaan
islam jika nantinya uang arisan
dipergunakan sebagai modal usaha?
Ekonomi islam 1. Bagaimana perspektif ekonomi islam

54
dalam arisan lelang ini pak ?
2. Menurut bapak apakah di masa
Rasulullah ada kegiatan arisan seperti ini
pak ?
3. Menurut Bapak, apakah sistem di arisan
lelang ini sudah adil dalam pandangan
ekonomi islam?

3) Daftar Pertanyaan Wawancara Dengan Ketua Arisan

Variabel Pertanyaan
Arisan Lelang 4. Sejak kapan ibu mendirikan kegiatan
arisan lelang ini ?
5. Apa yang menjadi alasan ibu
mendirikan arisan ini ?
6. Bagaimana sitem arisan lelang ini bu ?
7. Menurut ibu, apakah sistem dalam
arisan lelang ini dilakukan berdasarkan
musyawarah atau sebelah pihak saja ?
8. Berapa jumlah iuran yang disepakati
dalam dalam arisan lelang ini bu ?
9. Jika ada yang terlambat membayar
apakah ada kesepakatan yang dilakukan,
contohnya seperti membayar denda bu ?
10. Lalu bagaimana ibu menanggapi
anggota yang belum bayar arisan lelang,
tetapi uang arisan sudah harus
diberikan?
11. Apakah ada kendala yang terjadi saat
proses pengutipan arisan lelang ini bu ?
12. Menurut ibu, apakah anggota terbantu
dengan adanya arisan lelang ini ?
Modah usaha 1. Modal usaha yang ibu peroleh biasanya
bersumber dari mana saja ?
2. Menurut ibu, hambatan apa saja yang
ibu peroleh dalam mendapatkan modal
usaha ?
3. Menurut ibu, bagaimana arisan ini dapat
membatu dalam memenuhi modal
usaha?
4. Setelah mendapatkan uang dari arisan
lelang apakah ibu manfaatkan untuk
tambahan modal usaha saja atau ada
yang lainnya ?
5. Menurut ibu, apakah ada perbedaan
keadaan sebelum mendapatkan

55
tambahan modal usaha dari arisan lelang
ini dan sesudah mendpatkannya?
6. Apakah ibu mengetahui sumber modal
usaha yang diperbolehkan dalam islam?

Ekonomi islam 6. Apakah ibu mengikuti arisan lelang ini


karena memenuhi kaidah syariah ?
7. Apakah ibu mengikuti arisan lelang ini
sesuai dengan prinsip ekonomi islam ?
8. Menurut ibu, apakah sistem di arisan
lelang ini sudah memenuhi aturan agama
islam ?
9. Menurut ibu, apakah ada unsur yang
dilarang dalam bermuamalah pada
kegiatan arisan lelang ini ?

4) Daftar Pertanyaan Wawancara Dengan Anggota Arisan

Variabel Pertanyaan
Arisan Lelang 1. Sejak kapan ibu mengikuti kegiatan
arisan lelang ini ?
2. Apa yang menjadi alasan ibu mengikuti
arisan
3. Berapa iuran yang harus ibu bayarkan
dalam arisan lelang ini ?
4. Berapa lama waktu arisan dalam sekali
putaran ?
5. Apakah pengelola menjelaskan tentang
sistem arisan lelang ini bu ?
6. Apakah ada kendala yang terjadi saat
proses pengutipan arisan lelang ini bu ?
7. Apakah ibu terbantu dengan adanya
arisan lelang ini ?
8. Menurut ibu, apakah hasil iuran yang
diberikan sesuai dengan jumlah uang
yang ibu terima ?
Modah usaha 1. Modal usaha yang ibu peroleh biasanya
bersumber dari mana saja ?
2. Menurut ibu, hambatan apa saja yang
ibu peroleh dalam mendapatkan modal
usaha ?
3. Menurut ibu, bagaimana arisan ini dapat
membatu dalam memenuhi modal
usaha?
4. Setelah mendapatkan uang dari arisan
lelang apakah ibu manfaatkan untuk

56
tambahan modal usaha saja atau ada
yang lainnya ?
5. Menurut ibu, apakah ada perbedaan
keadaan sebelum mendapatkan
tambahan modal usaha dari arisan lelang
ini dan sesudah mendpatkannya?
6. Apakah ibu mengetahui sumber modal
usaha yang diperbolehkan dalam islam?

Ekonomi islam 1. Apakah ibu mengikuti arisan lelang ini


karena memenuhi kaidah syariah ?
2. Apakah ibu mengikuti arisan lelang ini
sesuai dengan prinsip ekonomi islam ?
3. Menurut ibu, apakah sistem di arisan
lelang ini sudah memenuhi aturan agama
islam ?
4. Menurut ibu, apakah ada unsur yang
dilarang dalam bermuamalah pada
kegiatan arisan lelang ini ?

57

Anda mungkin juga menyukai