PROPOSAL TESIS
Oleh:
SUHAILAH
NIM: 3004193045
Program Studi:
Magister Ekonomi Syariah
MEDAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan inayah-
Nya, tesis yang berjudul“Efektifitas dan Efisiensi Index Wakaf Nasional di
Sumatera Utara (Studi Kasus Badan Wakaf Indonesia (BWI) Sumatera
Utara)” ini bisa diselesaikan dengan baik. Tak lupa pula Shalawat beserta salam
penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang sudah membawa manusia
kepada jalan yang terang benderang.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar
Magister Ekonomi di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Jurusan Ekonomi
Syariah Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Segala upaya yang telah dilakukan tentunya tidak terlepas dari bimbingan,
dorongan dan juga doa dari orang-orang disekitar penulis. Maka dari itu,
izinkanlah penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang telah berjasa hingga terselesaikannya tesis
ini, diantaranya:
1. Kepada seluruh jajaran petinggi UIN Sumatera Utara yang telah membantu
kelancaran tesis ini secara administratif yaitu Bapak Prof. Dr. Abu Rokhmad,
M.Ag selaku Plt. Rektor UIN Sumatera Utara. Selanjutnya Bapak Dr. M.
Yafiz, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Binis Islam UIN Sumatera
Utara, ibu Dr. Maryam Batubara,M.A., P.hd selaku ketua jurusan Magister
Ekonomi Syariah UIN Sumatera Utara dan Bapak Yusrizal, M.Si selaku
sekretaris jurusan Magister Ekonomi Syariah UIN Sumatera Utara.
2. Kepada dosen pembimbing yaitu Prof. Dr. Muhammad Ramadhan, MA yang
telah begitu sabar serta keluangan waktunya hingga larut malam dalam
memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis selama penyusunan tesis ini.
3. Kepada seluruh dosen Magister Fakultas Ekonomi Dan Binis Islam UIN
Sumatera Utara yang telah membantu selama masa perkuliahan
i
ii
4. Teristimewa untuk Alm.Ayahanda dan Ibunda Hj. Naisah tercinta yang telah
memberikan doa dan dedikasinya selama ini kepada penulis.
5. Suami tercinta dan Anak tersayang yang selalu menjadi alasan bagi penulis
untuk tetap semangat dalam menyelesaikan studi program Pascasarjana.
6. Kepada semua teman-teman UIN Sumatera Utara yang telah memberikan
motivasi, informasi dan memberikan sumbangan pemikiran sehingga tesis ini
dapat diselesaikan.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya bidang Ilmu Ekonomi Syariah serta bermanfaat bagi peneliti
selanjutnya dan juga bagi para pembaca. Amin yaa rabbal alamin.
Suhailah
NIM. 3004193045
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar isi.......................................................................................................... iii
Daftar Tabel.................................................................................................... iv
Daftar Gambar................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................. 8
C. Batasan Masalah........................................................................ 9
D. Rumusan Masalah..................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian...................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian.................................................................... 9
Bab II Tinjauan Pustaka........................................................................... 10
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 10
1. Wakaf................................................................................... 10
2. Indeks untuk Mengukur Kinerja Wakaf............................... 28
3. Indeks Wakaf Nasional........................................................ 30
4. Efisiensi................................................................................ 38
5. Efektivitas............................................................................. 42
B. Penelitian Terdahulu................................................................. 44
C. Kerangka Pikir.......................................................................... 45
BAB III Metode Penelitian........................................................................... 46
A. Pendekatan Penelitian............................................................... 46
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 46
C. Populasi dan Sample Penelitian................................................ 47
D. Metode Pengumpulan Data....................................................... 48
E. Metode Analisis Data................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 51
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
mengaturnya, agar kekayaan dapat memberikan kebaikan secara umum dan tidak
terjerumus pada hal-hal mubazir dan maksiat (Muhammad Syafi'i Antonio, 2003:
14). Wakaf sebagai lembaga keagamaan yang erat kaitannya dengan sosial
ekonomi, wakaf telah memberikan kontribusi bagi pembangunan Indonesia secara
keseluruhan, baik dalam pembangunan sumber daya manusia maupun
pembangunan sumber daya sosial. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar
tempat ibadah, perguruan tinggi Islam, dan lembaga keagamaan Islam dibangun di
atas tanah wakaf (Suhairi, 2014: 1). Sebagai salah satu aspek ajaran Islam yang
berdimensi spiritual, wakaf juga menjadi sasaran yang menekankan pentingnya
kesejahteraan ekonomi. Karena meredefinisi wakaf agar memiliki makna yang
lebih relevan dengan kondisi riil masalah kesejahteraan sangatlah penting.
Praktik wakaf sebenarnya telah mengakar dan menjadi tradisi yang
dilakukan oleh masyarakat terdahulu sejak sebelum Islam. Mereka melakukan
ibadah yang ikhlas dan ikhlas hanya untuk mendapatkan pahala dari Allah
Subhanallah wa Ta'ala dengan cara mewakafkan sebagian dari hartanya.
Meskipun wakaf telah berperan sangat penting dalam perkembangan masyarakat
Islam, namun pada kenyataannya persoalan wakaf belum tertangani sebagaimana
tujuan wakaf itu sendiri, khususnya di Indonesia. Tren wakaf masih ditangani
secara tradisional-konvensional. Dimana harta wakaf masih banyak dialokasikan
untuk tempat ibadah dan pemakaman (Suhairi, 2014: 1). Wakaf merupakan
lembaga keagamaan Islam yang memiliki hubungan fungsional langsung dengan
upaya penanganan masalah sosial dan kemanusiaan, seperti pengentasan
kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi umat (Rozalinda, 2015: 18). Wakaf dapat
menjadi sumber pembiayaan dari umat untuk umat, baik untuk kepentingan
agama, sosial, maupun ekonomi. Untuk itu, pemahaman tentang fungsi wakaf
harus disosialisasikan dan menjadi gerakan kolektif seluruh umat untuk
meningkatkan perekonomian umat. Berkaitan dengan masalah wakaf, pemerintah
secara serius mengeluarkan Undang-Undang Wakaf Nomor 41 Tahun 2004
menjadi pendorong untuk melaksanakan wakaf secara produktif, karena dalam
undang-undang ini wakaf memiliki dimensi yang sangat luas, meliputi harta tidak
bergerak termasuk wakaf uang. dan tidak terbatas pada tempat ibadah dan
lembaga keagamaan sosial.
3
Wakaf dikenal sebagai aset umat yang dapat digunakan kapan saja.
Namun, pengelolaan dan pendayagunaan harta wakaf secara produktif di
Indonesia masih tertinggal dari negara-negara Islam lainnya. Beberapa hasil
penelitian wakaf menunjukkan bahwa selain Indonesia, banyak negara yang
awalnya wakaf tidak berjalan dengan baik bagi ekonomi kerakyatan karena tidak
dikelola dengan baik. Barulah dengan peraturan yang diatur oleh pemerintah
berdasarkan undang-undang, wakaf dikelola dengan manajemen yang baik
(Rozalinda, 2015: 3).
Wakaf seharusnya menjadi alternatif yang mampu memberikan solusi
untuk memecahkan masalah ekonomi. Mengingat salah satu tujuan wakaf adalah
menjadikannya sebagai sumber dana yang produktif, maka nazhir tentunya harus
mampu menjalankan tugasnya secara profesional dan bertanggung jawab
(Achmad Djunidi dan Thobieb Al-Asyar, 2007: 54). Untuk itu diperlukan nazhir
profesional yang handal dan memiliki keahlian dalam penanganan barang wakaf
secara baik dan benar. Agaknya perlu dipertahankan syarat-syarat nazir yang
disebutkan dalam kitab-kitab fikih yaitu beragama Islam, dewasa, akil, mampu
menangani wakaf dan amanah, jujur, tabligh, fatonah dan adil (Rachmadi Usman,
2009: 135). Wakaf menjadi suatu instrumen yang sangat potensial untuk
dikembangkan umat Muslim, terutama bagi Negara yang dikategorikan sebagai
negara berkembang. Di berbagai negara, wakaf sudah banyak dimanfaatkan dalam
hal produktif, pengelolaan wakaf ini seharusnya sudah dilakukan sejak awal,
sehingga dalam kurun waktu tertentu wakaf bisa dipergunakan untuk
memberdayakan umat (K. Lubis, Suhrawardi. 2010:21).
Adapun peran wakaf bagi agama dan negara yaitu: (1) Wakaf memiliki
peran penting dalam meningkatkan pembangunan ekonomi suatu negara secara
keseluruhan, sehingga dapat berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan
penduduk. Wakaf dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi
umat dan dapat memberikan pendidikan, kesehatan, tempat ibadah bahkan sebagai
bekal dalam pembangunan infrastruktur. (2) Sebagai bentuk shadaqah, wakaf
berpotensi mempengaruhi tingkat persediaan secara berkelanjutan, karena wakaf
merupakan kategori shadaqah yang dapat dicadangkan untuk generasi mendatang.
(3) Harta wakaf dapat memiliki peluang untuk menciptakan lapangan kerja,
4
dimana wakaf dapat digunakan untuk membangun tempat pelatihan atau kursus
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan pasar
saat ini. Dengan demikian, wakaf dapat berimplikasi pada pertumbuhan sosial
ekonomi masyarakat untuk membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan.
Pendayagunaan wakaf merupakan suatu aktivitas guna melakukan
perencanaan, pelaksanaan dan pengoordinasian pengawasan dalam tujuan untuk
mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan wakaf. Kegiatan tersebut
telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan
dijalankan oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI) (Aziz, Muhammad. 2017:14).
Menurut ulama, dana yang diwakafkan diperbolehkan untuk dikelola guna
kemaslahatan umat. Kemudian, dalam pengelolaannya, tidak sama dengan
pengelolaan zakat ataupun shodaqoh pada umumnya. Pengelola wakaf dapat
memelihara harta wakaf secara utuh, namun diusahakan agar dikembangkan
sehingga mampu memberi output yang baik dan optimal kepada mauquf alaih.
Pengoptimalan pengelolaan wakaf secara produktif terhitung masih
sedikit. Padahal pada momentum yang dihadapkan pada masa saat ini, Islam
sebagai agama mayoritas yang dianut negara Indonesia juga seharusnya ikut hadir
dan berperan penting dalam upaya penanganan covid-19 yang terjadi di Indonesia.
Salah satunya melalui penggunaan instrumen wakaf yang diharapkan mampu
berperan secara optimal dalam mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi.
Sebagaimana fintech yang berperan sebagai penghubung antara kelompok dengan
kemampuan finansial tinggi dan kelompok yang mengalami kekurangan dana
akibat pandemi covid-19, wakaf juga diharapkan dapat berperan dalam mengatasi
kekurangan tersebut.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Saputra melalui instrumen yang
berbeda yaitu zakat, di mana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa zakat
merupakan sarana yang dapat membantu masyarakat yang terdampak virus covid-
19 (Saputra, Hijrah. 2020:163). Oleh karena itu, wakaf sebagai salah satu
instrumen sosial dari implementasi ekonomi syariah dapat mengambil peranannya
di tengah adanya pandemi covid (Saputra, Hijrah. 2020:163). Hal ini
menunjukkan komitmen dalam pengembangan teoritis ekonomi syariah sekaligus
5
Saat ini banyak sekali lahan wakaf yang belum dikelola secara produktif,
padahal pendayagunaan wakaf sangat berpotensi di masa pandemi covid-19.
Wakaf bisa menjadi suatu solusi dalam menangani covid-19 melalui instrumen
yang digunakannya. Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan melalui potensi
wakaf tersebut adalah wakaf dapat dimanfaatkan untuk makam pasien yang
meninggal karena covid-19, menyediakan rumah sakit darurat covid-19, kemudian
alat untuk melindungi diri (APD) wakaf, rumah sakit untuk ruang isolasi wakaf,
pengadaan ventilator wakaf dan lain sebagainya yang dibutuhkan pada saat ini.
Pengelolaan wakaf dengan manajemen yang professional, dapat berpeluang untuk
dimanfaatkan secara terus-menerus (Hafizah, Gia Dara. 2021:56).
Dana wakaf merupakan dana yang digunakan untuk layanan dan kegiatan
sosial yang berkelanjutan melalui asset tetap seperti toko, mesin, perdagangan dan
lainnya guna mendapatkan pemasukan. Salah satu dana tersebut dapat
dimanfaatkan melalui wakaf tunai, yang digunakan sebagai alternatif untuk
mengatasi masalah di tengah pandemi covid-19 maupun sesudah pandemi
berakhir. Wakaf di tengah pandemi covid-19 dapat digunakan untuk bantuan
modal kerja, renovasi rumah sakit, pendirian puskesmas dan tambahan bantuan
permodalan bagi mereka yang terdampak (Nurjannah, 2020:223).
Wakaf tunai ini juga merupakan suatu alternatif yang diharapkan dapat
mengatasi permasalahan kemiskinan di tengah masyarakat (bagi mereka yang
terdampak covid-19), melalui partisipasi aktif dari pihak non pemerintah
7
Enam faktor di atas dijabarkan lagi menjadi beberapa indikator yang akan
menentukan bobot nilai IWN, misal di satu wilayah. Faktor regulasi diantaranya
memperhitungkan dukungan regulasi di wilayah, anggaran pemerintah, dan
pembinaan dari otoritas. Dari faktor institusi, ada indikator kualitas managemen
dan status nazir. Sementara dari sisi proses, akan memperhitungkan pengumpulan,
pengelolaan, dan pelaporan. Faktor sistem memuat indikator legalitas wakaf
tanah, kepatuhan syariah, dan managemen informasi publik yang bisa menjangkau
hingga dunia internasional. Kemudian pada faktor outcome memperhitungkan
rasio wakaf produktif dan jangkauan penerima manfaat. Dan terakhir sisi dampak
atau impact yang terdiri dari perhitungan atas indeks CIBEST yang dikembangkan
IPB University, modifikasi IPM, indeks kemandirian, juga infrastruktur.
Berdasarkan keenam pilar dan indicator diatas, diharapkan dapat menjadi tolak
ukur dalam menentukan wakaf produktif di suatu daerah baik kabupaten atau
kota.
Berdasarkan temuannya, ada lima faktor yang mendorong umat Islam
untuk melanjutkan wakaf. Pertama, pahami wakaf sebagai ibadah yang abadi.
Kedua, pola persiapan akhirat. Ketiga, kepuasan batin. Keempat, profesionalisme
Nazhir. Kelima, motif ekonomi. Dua motif terakhir, profesionalitas nazhir dan
juga ekonomi, merupakan perkembangan terakhir yang terjadi. Untuk itu, saat ini
banyak pengelola aset wakaf di beberapa daerah Sumut juga bergerak di bidang
sosial ekonomi produktif. Berdasarkan hasil data dan indeks wakaf nasional yang
baru saja dilakukan BWI, peneliti mencoba mengisi celah untuk melakukan
penelitian terkait implementasi IWN khususnya di Sumatera bagian utara. Dengan
demikian, penerapan indeks wakaf nasional yang telah resmi dilakukan oleh BWI
dapat dilakukan langsung di lapangan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, penulis menemukan
beberapa masalah yang perlu dikembangkan dalam penelitian ini. Beberapa
masalah tersebut adalah:
1. Belum dilakukannya pengujian langsung terkait dengan index wakaf nasional
yang baru diusung oleh Badan Wakaf Nasional;
9
C. Batasan Masalah
Tujuan dari pembatasan masalah pada penelitian ini adalah agar ruang
lingkup penelitian tidak bias, dapat lebih terkonsentrasi untuk menghindari
kesalahan pada tujuan yang ingin dicapai. Penelitian ini menitik beratkan pada
index wakaf nasional di Sumatera Utara.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah, adapun rumusan masalah
penelitian ini adalah;
1. Bagaimana efektivitas index wakaf nasional di Sumatera Utara?
2. Bagaimana efesiensi index wakaf nasional di Sumatera Utara?
E. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian, sudah seyogyanya memiliki tujuan dan manfaat.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk mengetahui;
1. Efektivitas index wakaf nasional di Sumatera Utara;
2. Efesiensi index wakaf nasional di Sumatera Utara.
F. Manfaat penelitian
Selain itu, penelitian ini juga memiliki beberapa manfaat, yaitu:
1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi dan
informasi bagi peneliti selanjutnya yang membahas tentang perkembangan
wakaf di Sumatera Utara;
2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai kontribusi
rekomendasi daerah yang berpotensi wakaf produktif ditinjau dari index wakaf
nasional.
3. Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar sebuah
studi, review, dan pengembangan yang lebih baik dari penelitian sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Wakaf
a. Pengertian Wakaf
Kata “Wakaf” atau “Wacf” berasal dari bahasa Arab “Waqafa”.
Asal kata “Wakafa” berarti “menahan” atau “berhenti” atau “diam di
tempat”. Kata “Wakafa Yaqifu Waqfan” sama artinya dengan “Habasa
Yahbisu Tahbisan” artinya mewakafkan. Kata al-Waqf dalam Bahasa
Arab mengandung beberapa pengertian :
10
11
b. Sejarah Wakaf
Esensi wakaf pada dasarnya telah dilakukan oleh uma-umat
terdahulu, termasuk dikalangan nonmuslim. Hanya saja apa yang
dilakukan oleh umat terdahulu sebelum tersebut bukan untuk mendapat
keridhaan Allah melainkan persembahan untuk kepercayaan mereka.
Mungkin kondisi ini menjadi penyebab ulama besar seperti Imam Syafi’i
menyatakan bahwa tidak ada wakaf sebelum umat Islam.
Para ahli fikih berbeda pendapat tentang siapa yang melakukan
wakaf pertama kali, sebagaimana mengatakan bahwa wakaf dilakukan
oleh Rasulullah ialah masjid Quba’yang dirasakan sendiri oleh
Rasulullah serta di ikuti pula dengan wakaf masjid Nabawi enam bulan
selepas pembinaan masjid Quba’ (Tim El-Madani, 2014:103). Sebagian
lagi mengatakan dilakukan oleh sahabat Umar atas tanahnya di Khaibar.
Selanjutnya Rasulullah SAW pernah mewakafkan tujuh kebun
kurma di madinah, seperti dikebun A’raf, Shafiyah, Dalal, Barqah dan
kebun lainnya pada tahun ke 3 hijriyah. Selanjutnya disusul oleh para
sahabat lainnya, seperti Abu Thalhah yang mewakafkan kebun
kesayangannya “Bairah”, Abu Bakar yang mewakafkan sebidang
tanahnya di Mekkah yang diperuntukkan kepada anak keturunannya yang
datang ke Mekkah. Ustman bin Affan menyedekahkan hartanya di
Khaibar. Ali bin Abi Thalib mewakafkan tanahnya yang subur. Muadz
bin Jabal mewakafkan rumahnya, yang dikenal dengan “dar al-Anshar”.
Kemudian pelaksanaan wakaf disusun oleh Anas bin Malik, Abdullah bin
Umar, Zubait bin Awwam dan ‘Aisyah istri Rasulullah (Nurhayati, Sri
dan Wasilah. 2015:330).
Pada masa dinasti Umayah dan Abbasiyah praktik wakaf semakin
berkembang, banyak orang yang ingin mewakafkan hartanya. Wakaf
tidak hanya diperuntukkan kepada fakir miskin, tetapi wakaf juga
digunakan sebagai modal untuk membangun lembaga pendidikan,
membangun perpustakaan dan membayar gaji para stafnya, gaji guru dan
beasiswa untuk para siswa dan mahasiswanya. Banyaknya masyarakat
14
Lebih lanjut lagi dalam Surat Al-Baqarah (2) ayat 261 yang artinya
“Perumpumaan orang yang menginfakkan hartanya dijalan Allah
seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, Allah
melipat gandakan bagi siapa yang dia kehendaki dan Allah maha
luas, maha mengetahui”.
Artinya: “Dari Ibnu Umar ra. Bahwa Umar bin Khattab mendapat
tanah di Khaibar, lalu ia menghadap Nabi SAW. untuk
bermusyawarah tentang tanah itu. Katanya : Hai Rasulullah! Saya
mendapat tanah di Khaibar dan belum pernah saya mendapat
harta benda yang lebih indah dari itu?, Sabda beliau : jika engkau
mau, wakafkanlah!, Kata Rawi: lalu diwakafkan oleh umar.
Tanah itu tiada boleh dijual, diberikan atau dipustakakan. Dan
19
Artinya: Dari Amir bin Haris ra. Ipar Rasulullah SAW, yaitu
saudara Juhairiah binti Haris, katanya : ketika Rasulullah SAW
wafat, beliau tiada meninggalkan dirham, dinar, hamba sahaya
laki-laki dan hamba sahaya perempuan dan tiada suatu apapun
selain keledai putih beliau, senjata dan tanah yang telah beliau
jadikan sedekah (wakaf). (HR.Bukhari) (H. Zainuddin Hamidy,
dkk. 2009:96) .
d. Rukun Wakaf
Dalam bahasa Arab, kata rukun memiliki makna yang luas.
Secara etimologi, rukun bisa diterjemahkan dengan sisi yang kuat
karenanya, kata rukun al-syai’ kemudian diartikan sebagai sisi dari sesuatu
yang menjadi tempat bertumpu. Adapun dalam terminologi rukun adalah
suatu dianggap menentukan suatu disiplin tertentu.
Para ulama bersepakat bahwa wakaf harus memenuhi rukun-
rukun dan syarat yang ditentukan. Rukun-rukun wakaf tersebut walaupun
ada perbedaan antara para jumhur ulama namun pada dasarnya memiliki
dasar yang sama. Menurut Hanafiyah wakaf memilki satu rukun yaitu
shigat yakni ijab yang disampaikan oleh pewakaf yang menunjukkan
adanya wakaf. Rukun ini terpenuhi dengan adanya keinginan tersendiri,
yaitu keinginan pewakaf saja. Ini karena rukun menurut mereka adalah
bagian dari sesuatu yang tidak akan terwujud kecuali denganya.
Sedangkan menurut mayoritas ulama wakaf memiliki empat rukun yang
harus terpenuhi, yaitu :
1) Wakif atau orang yang mewakafkan
Pada hakikatnya amalan wakaf adalah tindakan tabarru’
(mendermakan harta benda), karena syarat seorang wakif adalah cakap
melakukan tindakan tabarru’. Artinya, sehat akalnya dalam keadaan
sadar, tidak dalam keadaan terpaksa/dipaksa, dan telah mencapai umur
baligh. Dan wakif adalah benarbenar pemilik harta yang diwakafkan.
21
Oleh karena itu wakaf orang gila, anakanak dan orang yang
terpaksa/dipaksa, tidak sah.
Adapun yang dimaksud dengan syariat ini adalah orang yang
memberikan wakaf mempunyai kuasa untuk memberi sumbangan
ketika masih hidup. Oleh sebab itu, orang yang idiot tidak sah
wakafnya namun sah wasiatnya sebab dia mempunyai kuasa untuk
memberikan sumbangan setelah kematian, kalau seandainya dia
berkata saya wakafkan rumahku maka wakafnya saha sebab ia berupa
wakaf wasiat dan wasiat sah darinya sebab wasit tidak bisa
dilaksanakan kecuali setelah kematian.
Peraturan Pemerintah 28 Tahun 1977 mengatur tentang wakif
yakni orang atau orang-orang ataupun badan hukum yang
mewakafkan tanah miliknya (pasal 1). Badan-badan hukum Indonesia
dan orang atau orangorang yang telah dewasa dan sehat akalnya serta
yang oleh hukum tidak terhalang untuk melakukan perbuatan hukum,
atas kehendak sendiri dan tanpa paksaan dari pihak-pihak, dapat
mewakafkan tanah miliknya dengan memperhatikan peraturan-
peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 3 ayat 1). Dalam
hal badan hukum, maka yang bertindak atas namanya adalah
pengurusnya yang syah menurut hukum (pasal 3 ayat 2).
Dalam kaitan ini, tidak ada ketentuan yang mengaharuskan
seorang wakif haruslah seorang muslim. Oleh sebab itu, orang
nonmuslim pun dapat melakukan wakaf. Sepanjang ia melakukannya
sesuai dengan ketentuan ajaran Islam dan perundang-undangan yang
berlaku. Selain itu, sifat wakaf tabarru’ (melepaskan hak milik tanpa
mengaharap imbalan) dalam pelaksanaanya tidak diperlukan adanya
Kabul dari orang yang menerima.
Namun demikian ketentuan ini perlu dipahami bahwa dalam
pelaksanaanya hendaknya diikuti dengan bukti-bukti tertulis, agar
tindakan hukum wakaf tersebut mempunyai kekuatan hukum
sekaligus menciptakan tertib administrasi. Lebih lanjut mengenai
upaya tertib administrasi dan hukum.
22
ahli waris dan menjadi wasiat dan menjadi hukum wakaf untuk
selama-lamanya dan tidak boleh menjual dan menghibahkan dan
mewasiatkannya setalah meninggal.
e) Wakaf merupakan perkara yang wajib dilaksanakan tanpa adanya
khiyar (membatalkan atau melangsungkan wakaf yang telah
dinyatakan) sebab pertanyaan wakaf berlaku seketika dan
selamanya.
4. Efisiensi
a. Definisi Efisiensi
Efisiensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah
ketepatan cara (usaha, kerja) dalam mengoperasikan suatu hal dengan
tidak menyiayiakan waktu, tenaga, dan biaya. Efisiensi adalah rasio
antara output dengan input. Ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan
terkait perhitungan seberapa efisien sebuah lembaga dalam menjalankan
tugasnya :
1) Pendekatan Produksi, yaitu pendekatan ini menganggap amil sebagai
pengelola dana/biaya untuk menghasilkan output dari dana yang
berhasil terhimpun berupa penghimpunan dana zakat
2) Pendekatan Intermediasi, yaitu pendekatan ini menganggap amil
sebagai lembaga penghubung (intermediator) dana antara golongan
muzaki dengan masyarakat mustahik
3) Pendekatan Asset, yaitu pendekatan ini menganggap lembaga zakat
sebagai penyalur kredit pinjaman yang hasil outputnya diukur dengan
aset – aset yang dipunyai. Output dengan pendekatan ini berupa asset
(Burhanudin, Muhammad dan Rachma Indrarini, 2020).
Efisiensi merupakan suatu hal yang penting. Sehingga semakin
efisien suatu Lembaga Pengelola Zakat, maka semakin besar dampak
positif pada pelaksanaan pengumpulan, pengelolaan, dan distribusi zakat.
Efisiensi mutlak diperlukan bagi Lembaga pengelola zakat guna untuk
mewujudkan maslahat yang lebih besar bagi umat (Akbar Refki Kurniadi
dkk, 2020). Efisiensi selalu dihubungkan dengan penggunaan sumber daya
untuk mencapai suatu tujuan. Aktivitas dapat dikatakan efisien apabila
dapat memperoleh hasil yang sama dengan aktivitas lain tetapi sumber
daya daya yang digunakan lebih sedikit. Tingkat efisiensi diukur dengan
menggunakan indikator dari rasio antara nilai tambah (value added) dan
nilai output. Ini berarti, semakin tinggi nilai rasio tersebut maka semakin
tinggi pula tingkat efisiensinya (Ivovella S Atikah. 2018).
Suatu organisasi dapat dikatakan efisien apabila organisasi
tersebut: 1) Menghasilkan output yang lebih besar dengan menggunakan
39
5. Efektivitas
a. Definisi Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut KBBI, kata
efektif mempunyai makna pengaruh, efek, dapat membawa hasil atau
akibat. Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan
efisiensi lebih melihat pada bagaiman cara mencapai hasil yang dicapai
itu dengan membandingkan antara input dan output-nya (Burhanudin,
Muhammad dan Rachma Indrarini, 2020). Efektivitas adalah suatu
keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai.
Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, semakin efektif pula
kegiatan tersebut, sehingga kata efektivitas dapat juga diartikan sebagai
tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha
tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Index wakaf bisa dikatakan efektif ketika memenuhi kriteria,
diantaranya mampu memberikan pengaruh, perubahan atau dapat
membawa hasil. Ketika kita merumuskan tujuan instruksional, maka
efektivitas dapat dilihat dari seberapa jauh tujuan itu tercapai. Semakin
banyak tujuan tercapai, maka semakin efektif pula adanya kinerja index
wakaf tersebut. Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan
prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada
waktunya. Dapat disimpulkan bahwa efektivitas berkaitan dengan
terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu,
dan partisipasi aktif dari anggota serta merupakan keterkaitan antara
tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukkan derajat kesesuaian
antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai.
Efektivitas dapat diartikan sebagai sebuah keberhasilan suatu
aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan (sasaran) yang telah
ditentukan sebelumnya. Menurut ahli manajemen, Peter Drucker,
43
B. Penelitian Terdahulu
Sukmana (2020) menganalisis penerapan IWN pada 34 provinsi di
Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu studi pustaka
dan FGD untuk penggalian kerangka indeks serta Analytical Hierarchy Processing
(AHP) untuk konstruksi indeks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai IWN
di Indonesia yaitu 0.123 atau kategori kurang. Sedangkan pada tingkat sub-
nasional terdapat 5 provinsi dengan kinerja wakaf terbaik yaitu Aceh (nilai IWN
0.36 atau kategori baik), Lampung (nilai IWN 0.27 atau kategori cukup), Bali
(nilai IWN 0.191 atau kategori cukup), Sulawesi Tenggara (nilai IWN 0.188 atau
kategori cukup), dan Jawa Tengah (nilai IWN 0.16 atau kategori cukup.
Muhammad Budi Buchari Harahap, Darwanto. 2021., Hasil penelitian
didapat bahwa masih banyak ditemukan aset wakaf tanpa adanya administrasi
yang lengkap sehingga perwakilan BWI Jawa Tengah memfokuskan strategi
melalui penertiban aset wakaf yang ada serta pelatihan yang didapat nazhir Kota
Semarang belum cukup untuk melahirkan nazhir yang profesional. Pola pikir,
pemahaman dan etos kerja para nazhir masih tradisional untuk tujuan menciptakan
iklim perwakafan yang produktif bermanfaat demi ekonomi keumatan.
Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Ahmad Hatim. 2021.
Menyebutkan bahwa Wakaf merupakan salah satu potensi yang dapat digunakan
sebagai upaya menuju Reforma Agraria. Namun faktanya kini pengelolaan wakaf
belum dilakukan secara maksimal. BWI sebagai lembaga inti pengembangan
wakaf nasional pun memiliki permasalahan dalam pembagian peran didalamnya.
Perasalah peran tersebut yaitu Badan Wakaf Indonesia yang berperan sebagai
regulator dan operator sebagaimana tercantum dalam pasa 49 UU Wakaf ternyata
menimbulkan benturan kepentingan. Penggabungan dua peran tersebut dalam satu
lembagai bernaama BWI tentunganya membuat BWI tidak efisien dalam
pengembangan wakaf yang begitu besar di Indonesia ini. Dengan demikian
45
C. Kerangka Pikir
Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat/rasio efektifitas dan efisiensi
indeks Wakaf Nasional (IWN) di Sumatera Utara. Penelitian ini akan mengulas
tentang permasalahan efektifitas dan efisiensi Indeks Wakaf Nasional (IWN)
sehingga pada akhirnya dapat memutuskan apakah di sumatera utara memiliki
daerah yang memiliki wakaf produktif. Kemudian untuk melihat efektifitas dan
efisiensi tersebut, akan lihat dari 6 faktor yang membangun IWN tersebut, yaitu
faktor regulasi, faktor institusi, faktor proses, faktor sistem, faktor outcome, dan
faktor dampak. Dibawah ini peneliti membuat skema kerangka pikir dalam
penelitian ini.
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian sangat diperlukan dalam sebuah penelitian, hal ini
bermaksud agar penelitian yang dilalukan tetap sesuai dengan tujuan penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang sejauh mana
efektivitas dan efisiensi index wakaf nasional berpengaruh terhadap penerimaan
wakaf selama periode 2021-2022.
Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen (terikat) dan dua
variabel independen (tidak terikat). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
variabel penerimaan wakaf, sedangkan dua variabel independen yang digunakan
antara lain: index wakaf nasional. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah
data sekunder, yaitu data yang diperoleh berdasarkan informasi yang telah disusun
dan telah dipublikasikan oleh suatu instansi tertentu. Dalam penelitian ini data
yang digunakan diperoleh dari BWI (Badan Wakaf Indonesia Wilayah Sumatara
Utara. Jenis penelitian yang digunakan ialah gabungan dari penelitian kuantitatif
secara deskriptif. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang melibatkan
pengolahan terhadap variabel input maupun output yang digunakan dalam
penelitian, dan penelitian deskriptif (descriptive research) adalah jenis penelitian
yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa
ada perlakuan obyek yang diteliti (Sugiyono,2009).
46
47
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Shomad, 2010, Hukum Islam (Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum
Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalah Sistem Transaksi dalam Fiqh
Islam, Ctk. Kedua, Amzah, Jakarta, 2014
Ahmad Hatim. 2021. Reformasi Peran Badan Wakaf Indonesia (BWI) dalam
Ekosistem Nasional Sebagai Jalan Menuju Reformasi Agraria. Jurnal
Hukum Lex Generalis. Vol. 2 No. 9 (September 2021).
Ahmad, Rofiq, Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003.h.492
Akbar Refki Kurniadi, Ifa Hanifia Senjiati, Arif Rijal Anshori. 2020. Analisis
Efisiensi Kinerja Baznas Kota Bandung Dalam Pengelolaan Dana Zakat
Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis. Prosding Hukum
Ekonomi Syariah
Ali, H. Mohammad Daud. 2012. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers
Faiza, Nurlaili Adkhi Rizfa. 2019. Cash Waqf Linked Sukuk Sebagai Pembiayaan
Pemulihan Bencana Alam Di Indonesia.Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya. http://digilib.uinsby.ac.id/33325/.
Hafizah, Gia Dara. 2021. ―Peran Ekonomi Dan Keuangan Syariah Pada Masa
Pandemi Covid-19.LIKUID: Jurnal Ekonomi Industri Halal 1 (1): 56–
64.https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/likuid/article/view/12733,
Handayani, Rossi. 2020. Peran Wakaf Belum Optimal Tangani Pandemi Covid
19.Republika. 2020.
Huda, N. et al. (2017) ‘Problems, Solutions and Strategies Priority for Waqf in
Indonesia’, Journal of Economic Cooperation and Development, 38(1),
pp. 29–54.
53
Huda, N. et al. (2017) ‘Problems, Solutions and Strategies Priority for Waqf in
Indonesia’, Journal of Economic Cooperation and Development, 38(1),
pp. 29–54
Iskandar, Azwar, Bayu Taufiq Possumah, and Khaerul Aqbar. 2020. Peran
Ekonomi Dan Keuangan Sosial Islam Saat Pandemi Covid-19.SALAM:
Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I 7 (7): 625–38.
https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i7.15544.
Ivovella S Atikah. 2018. Analisis Efisiensi Kinerja Badan Amil Zakat Nasional
(Baznas) Kota Yogyakarta Dengan Menggunakan Metode Data
Envelopment Analysis (Dea). Skripsi Pada Fakultas Ekonomi
Universitas Islam IndonesiaYogyakarta, 10-64
Kadir, Afifuddin, Miftahur Rahman Hakim, Fahmi Syam, and Murdiansah SA.
Karim. 2020. Penggunaan Dana Zakat Pada Korban Covid-19
Perspektif Maqashid Syariah.Al-Tafaqquh: Journal of Islamic Law 1
(2): 107–16. https://doi.org/10.33096/al-tafaqquh.v1i2.61.
Khalil, I. A., Ali, Y., and Sahaiban, M. (2014) Waqf Fund Management in Kuwait
and Egypt : Can Malaysia Learns from Their Experiences. Proceeding
of The International Conference on Masjid, Zakat and Waqf (IMAF
2014), 1-2 December 2014, Kuala Lumpur, Malaysia, pp. 66-83
Muhammad Budi Buchari Harahap, Darwanto. 2021. Peran Strategi Badan Wakaf
Indonesia (BWI) dalam Meningkatkan Profesionalisme Nazhir Kota
Semarang. Tawazun: Journal of Sharia Economic Law P-ISSN: 2655-
9021, E-ISSN: 2502-8316 Volume 4, Nomor 1, 2021
Puskas BAZNAS (2016) Indeks Zakat Nasional. Jakarta: Pusat Kajian Strategis
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Siswadi, E. dan Wilson Arafat. 2004. “Mengukur Efisiensi Relatif Kantor Cabang
Bank dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis
(DEA).” Usahawan, No.01 TH XXXIII
Suharyadi dan S.K. Purwanto 2013. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern. Edisi ke-2. Jakarta: Salemba Empat
Sukmana, R., Sholihin, M. Beik, I.S., Lestari, D.L., Indrawan, I.W., Ajija, S.R.
(2021). ‘National Waqf Index: A Measurement for Waqf Performance’,
BWI Working Paper Series (BWPS), BWPS No 1/PKTD/BWI/III/2021
55
Tim El-Madani, 2014. Tata Cara Pembagian Waris dan Pengantar Wakaf.
Yogyakarta : Pustaka Yustisia