Disusun Oleh :
YUNITA SEPTIANI
106011000208
Oleh
Yunita Septiani
NIM. 106011000208
Di bawah Bimbingan
Dosen Pembimbing Skripsi
Penguji I
(Dra. Djunaidatul Munawaroh, M.Ag) ………. ….................
19580918 198701 2 001
Penguji II
(Ahmad Irfan Mufid, M.A) ………. ….................
19740318 20031 2 002
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................... 3
D. Manfaat Penulisan ............................................................. 3
E. Metodologi Penulisan ........................................................ 3
F. Kajian yang Relevan ........................................................... 4
G. Teknik Penulisan ................................................................ 4
iv
BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN KHALIFAH
AL-MA’MUN DALAM MENGEMBANGKAN ILMU
PENGETAHUAN
A. Gerakan Penerjemahan ...................................................... 28
1. Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya gerakan
penerjemahan ............................................................... 28
2. Munculnya Gerakan Penerjemahan .............................. 30
3. Tokoh-tokoh penting dalam gerakan Penerjemahan ...... 32
B. Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar ............................. 35
1. Upaya Khalifah Al-Ma’mun dalam Pengembangan
Kegiatan Belajar Mengajar ........................................... 35
C. Pengembangkan Instituti Pendidikan .................................. 40
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 65
B. Saran ................................................................................. 66
v
KATA PENGANTAR
Teruntai pujian penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “KHALIFAH AL-MA’MUN DAN JASANYA DALAM
PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN”. Shalawat teriring salam penulis
sampaikan kepada sang revolusioner nabi besar Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam rangka menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan dan bimbingan dalam berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen
pembimbing seminar proposal skripsi beserta staff Fakultas yang telah
membantu secara administratif sehingga mempelancar penyusunan skripsi
ini.
2. Bapak Bahrissalim, M.A dan bapak Sapiudin Shidiq, M. Ag, Ketua dan
Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) beserta staff.
3. Ibu Hj. Eri Rosatria MA, Dosen Pembimbing skripsi yang telah
menyediakan waktu, pikiran dan tenaganya untuk memberikan bimbingan,
pengarahan dan petunjuknya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Bapak Abdul Ghofur, MA, Dosen Penasehat Akademik yang dengan penuh
perhatian telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi serta ilmu
pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Bapak pimpinan dan karyawan/karyawati Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan
i
Perpustakaan Imam Jama yang telah memberikan pelayanan dan pinjaman
buku-buku yang sangat penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
6. My Best Teacher, ayahanda K. H. Moch. Barzach Hidayat M. A dan
Uminda Hj. Suryati
7. Ayahanda dan Ibunda yang dengan tenaga, peluh keringat dan air mata
serta iringan do’a juga semangat sehingga mampu membuat ananda tetap
teguh berjuang mencapai salah satu hal terbaik dalam hidup.
8. All brothers and sisters (A’ Din Haidi Sutrisna, Teh Yuhaeni, A’ Kosasih,
A’ Azru, A’ Hendy, Bank Bogem, Yanuar Huda, Dhe Ncexs, Dhe Mhedy,
Dhe Handy, Dhe Zaenal, Dhe Mely, Dhe Mput, Dhe Muhyi, Dhe Ipay, Dhe
Chory, Iif dan Ipul) terimakasih untuk perhatian, kesabaran, semangat,
kemanjaan, kerepotan, waktu, canda tawa dan air mata yang membuat
penulis merasa berarti.
9. My Power Ranger, Phoel”(Ranger Ungu), Nenk Fathia (Ranger Merah),
Nienk (Ranger Hijau), Nona Timas (Ranger Pink), dan Cyta (Ranger Biru)
moga kita tetap bisa berkumpul membasmi rasa jenuh, bosan, pusing dan
capek dengan sejuta petualangan.
10. My Favorit class, warga masyarakat E angkatan tahun 2006 yang penuh
cerita (Sya”, Dhe”, Try, Wati, Qi”, Wely, Sule, Ozi, Shofi, Syifa, Ujank,
Aan, Emy, dll)
11. Team rusuh di Jurusan, pak Faza, Fuzie, Ina, Arif, Iwat, K’Adhe, dan
Imunk. Moga keberadaan kita bikin sejarah perubahan di jurusan. Team
Lab. FITK (P’Yudhi, P’ Tanenji, P’Irfan, K’Iwan, bu Yati, Eka, Ephee, dan
Linda) yang beda tempat tapi tetap kompak.
12. Sahabat spesial yang pernah hadir dan mengisi hari dalam kehidupan
penulis walaupun hanya sejenak namun mampu menghadirkan berbagai
rasa bahagia, kecewa, sedih, sakit, sepi, jenuh. Terima kasih untuk
semuanya.
13. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, terima
kasih atas segala bantuan, perhatian dan semangat yang diberikan kepada
penulis.
ii
Demikianlah semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda
kepada semuanya atas kebaikan yang telah diperbuat. Akhirnya penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Penulis
iii
ABSTRAK
1
Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam, Rekonstruksi Sejarah Imperium Dinasti
Abbasiyah, (Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h. 40
1
2
2
Harun Nasution, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, (Jakarta : Mizan, 1996), Cet
Ke-IV, H. 128
3
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan maka penulisan ini
bertujuan untuk mengetahui sejarah khalifah Al-Ma’mun dan jasa-jasa serta
hasil yang dicapai khalifah Al-Ma’mun dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dilakukan pada masanya yang membuat khalifah Al-
Ma’mun menjadi salah satu khalifah yang paling gemilang pada masa
pemerintahan Daulah Abbasiyah.
D. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini bermanfaat untuk menambah khazanah keilmuan
khususnya dalam bidang sejarah dan sebagai bahan kajian untuk penelitian
selanjutnya.
E. Metodologi Penelitian
Dalam penulisan ini penulis menggunakan library research atau
penelitian kepustakaan (Deskriftif Analitif), yaitu meneliti, menghimpun dan
mengkaji beberapa literatur dan kepustakaan yang ada relevansinya dengan
masalah yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi ini.
Adapun sumber primer dalam penulisan skripsi ini adalah Sejarah
dan Kebudayaan Islam karya Ahmad Syalaby. Sedangkan sumber sekunder
dalam penulisan skripsi ini adalah Sejarah Peradaban Islam : Dari Masa
Klasik hingga Modern karya Dudung Abdurrahman, kitab Al-Kamil fit-Tarikh
4
karya Ibnul Atsir, Sejarah Kekuasaan Islam karya Fa’al M. Fahsin, , Pasang
Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah karya Fadil SJ, dan lain-lain.
G. Teknik Penulisan
Untuk teknik penulisan skripsi ini penulisan berpedoman pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi , Tesis dan Disertasi, oleh UIN Jakarta Press,
2009.
BAB II
KONDISI SOSIAL BUDAYA
DAN POLITIK MASYARAKAT BAGHDAD
1
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, (Malang : UIN
Malang Press, 2008) cet. Ke-I, h. 149
5
6
Eropa dan Afrika Utara sebelum ditemukan jalan laut menuju timur melalui
Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Wilayah imperium ini membentang
sepanjang 6.500 kilometer dari Sungai Indus di India di sebelah timur sampai
ke perbatasan barat Tunisia, Afrika Utara di sebelah barat dan selua 3000
kilometer dari Aden, Yaman di selatan sampai pegunungan Armenia,
Kaukasia di utara. Penduduk Daulah Abbasiyah terdiri dari berbagai etnik dan
suku bangsa yang hidup di wilayah yang memiliki cuaca dan kondisi geografis
yang sangat berbeda.2
Khalifah al-Mansur salah satu khalifah daulah bani Abbasiyah dan
pegawai-pegawainya yang mempunyai ide membuat ibukota yang baru itu.
Tempatnya baik, berangin, udaranya nyaman, dibentengi oleh alam asli dari
serangan-serangan musuh, mudah mengadakan hubungan dengan kebanyakan
wilayah-wilayah kerajaan Islam. Letaknya di tebing Sungai Dajlah dan
melalui sungai itulah datang barang-barang dagangan dari India, Sind, Cina,
Basrah, Ahwaz, Mausil, Diar Bakar dan Diar Rabi’ah. 3
Mula-mula yang dibangun ialah dua tembok: tembok sebelah dalam
dan tembok sebelah luar. Ukuran garis bulatan tengah tembok sebelah dalam
ialah 1,200 hasta, tingginya 35 hasta dan lebarnya dari sebelah bawah ialah 20
hasta. Sementara tembok sebelah luar, lebarnya dari sebelah bawah ialah 50
hasta dan dari sebelah atasnya 20 hasta dan tingginya 30 hasta. Lebar di antara
kedua tembok itu ialah 60 hasta. Keseluruhan tembok tersebut mempunyai
gerbang berhadapan dengan empat ruas jalan raya, dan masing-masing
gerbang menghadap ke satu arah tertentu yang masing-masing mempunyai
nama sendiri-sendiri yaitu Gerbang Kufah, Gerbang Basrah, Gerbang
Khurasab dan Gerbang Syam. Di antara tiap-tiap gerbang itu terdapat kubah
dibuat dari emas, di atas setiap kubah terdapat 28 menara.
Pembangunan kota Baghdad menghabiskan dana sebesar 4,000,833
dirham, dan sebagian besar pekerja-pekerja yang terlibat dalam pembangunan
2
Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, dari Masa Klasik hingga Modern,
Yogyakarta, LESFI, 2004), Cet. Ke-II, h. 97-98
3
Ahmad Shalaby, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Pustaka Nasional PTE LTD,
Singapura, 1991), Cet. Ke-III, h.177
7
4
Ibnul Atsir, Al-Kamil fit Tarikh,(Beirut : Dar Sader, 1971), jilid 6 h. 178
5
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, h. 154
8
suku Arab dari wilayah Utara, Qais, dan Mudar. Orang-orang Yaman inilah
yang menjadi salah satu tulang punggung kekuatan Abu Muslim al-Khurasani,
jenderal Persia yang menjadi salah satu inti kekuatan gerakan Revolusi
Abbasiyah.
Gerakan penggulingan imperium Umayyah ini sukses berkat
organisasi tentara yang dipersenjatai dan diorganisir dengan baik. Abu Muslim
al-Khurasani dapat mempersatukan dan memimpin pasukan yang terdiri dari
orang Arab dan non-Arab yang diperlakukan secara setara. Dialah yang
memulai pemberontakan terbuka terhadap pemerintahan Bani Umayyah yang
pertama dapat ditaklukkan adalah wilayah Khurasan. Setelah ditalukkan,
wilayah ini menjadi basis kekuatan untuk menaklukan wilayah-wilayah lain di
sekitarnya. 6
Kekuasaan Harun Al- Rasyid amat luas, yang terbentang di daerah-
daerah Laut Tengah di sebelah Barat sampai India di sebelah Timur. Puncak
kejayaaan pemerintahan Bani Abbas pada masa khalifah Harun al-Rasyid dan
putranya, Al-Ma’mun, yang disebut “Masa Keemasan Islam” (The Golden
Age of Islam). Pada tahun 800 M/184 H Baghdad telah menjadi kota
metropolitan dan kota utama bagi dunia Islam, yakni sebagai pusat
pendidikan, ilmu pengetahuan, pemikiran, dan peradaban Islam, serta pusat
perdagangan, ekonomi, dan politik. Pada tahun 791 M, Harun Al-Rasyid, atas
permintaan Ratu Zubaidah, menunjuk ketiga anak laki-lakinya Al-Amin, Al-
Ma’mun, dan Al-Qasim sebagai calon-calon pengganti secara berturut-turut
setelah kematiannya.
Tampaknya di sini kelemahan Harun. Karena sangat sayangnya pada
Zubaidah, ia sering menuruti kemauan isterinya. Untuk memberikan latihan
politik kepada anak-anaknya, Harun membagi imperium ke dalam tiga bagian.
Al-Amin diberi tanggung jawab atas wilayah Barat, al-Ma’mun wilayah
Timur, dan al-Qasim bertanggung jawab atas wilayah Mesopotamia.7
6
Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, dari Masa Klasik hingga Modern, h.
99
7
Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam, Rekonstruksi Sejarah Imperium Dinasti Abbasiyah,
(Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h. 40
9
8
Syauqi Abu Khalil, Harun Ar-Rasyid Amirul Khulafa (Pustaka Azzam, Jakarta, 2002), Cet. Ke-
I, h. 53
9
Ensiklopedi Islam, (Departemen Agama RI, Jakarta, 1988), h. 124
10
sama dengan para kepala suku dan pemimpin golongan tertentu di Khurasan
yang kurang menyukai dominasi Baghdad atas negeri mereka.10
Perpecahan kedua saudara ini bertambah serius setelah Al-Amin
mengubah isi piagam wasiat Harun Al-Rasyid yang menyatakan bahwa Harun
ar-Rasyid akan melantik al-Ma’mun setelah al-Amin serta meletakkan wilayah
Khurasan hingga Hamdan di bawah pemerintahan al-Ma’mun, namun
Khalifah al-Amin justru mengangkat Isa bin Isa menjadi gubernur Khurasan.
Kemudian, sebuah angkatan perang, yang menurut sebuah riwayat, berjumlah
40 ribu orang, dipersiapkan untuk membebaskan Khurasan. Untuk
menghadapi balatentara yang besar ini, Al-Ma’mun mengangkat Tahir bin Al-
Husain (775-822 M) untuk memimpin satu unit pasukan sekitar 5.000 orang.
Tahir bin Al-Husain sendiri menyatakan bahwa ini merupakan misi bunuh
diri. Akan tetapi, ketika kedua pasukan bertempur di pinggir kota Rayy bulan
Mei 811 M, Ali bin Isa dari pihak Baghdad terbunuh dan pasukannya kocar-
kacir.
Para sejarawan memandang perselisihan antara Al-Ma’mun dan Al-
Amin sebagai perselisihan antara orang-orang Persia dan orang-orang Arab.
Karena dalam perselisihan tersebut, Al-Ma’mun didukung oleh orang-orang
Persia, sedangkan Al-Amin yang ibunya orang Arab didukung oleh orang
Arab. Ini berarti kemenangan “pengaruh” Persia atas pengaruh Arab. 11
10
Perpustakaan Nasional RI, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, , 2003) Cet. Ke-II, h. 95
11
Musyarifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, ( Jakarta : Prenada Media, 2003), Cet. I, H.
50
BAB III
BIOGRAFI AL-MA’MUN
1
M. Atiqul Haque, Seratus Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia, (Yogyakarta :
Diglossia, 2007), cet ke- I, h. 273
2
Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam (Jakarta : IAIN, 1988), h. 316
11
12
dia juga dikenal sebagai sosok yang takwa dan takut kepada Allah dalam
segala perkara. Dia melakukan ibadah haji sebanyak sembilan kali. 3
Khalifah Harun ar-Rasyid mempunyai 2 sifat yang sangat
berlawanan, ketika marah Harun begitu garang dan menggeletar seluruh
tubuh, dan kalau memberi nasihat, dia menangis tersedu sedan. Harun
mendekati pelawak-pelawak penglipur lara yang karut dan juga pahlawan-
pahlawan yang cakap dan gagah. Sehingga Harun ar-Rasyid
diumpamakan sebagai angin ribut yang kencang dan kadang-kadang pula
sebagai bayu yang bertiup sepoi-sepoi basah. Di sisi lain Harun ar-Rasyid
lebih banyak menggunakan akal dari pada emosi.4
Selain itu, Harun dikenal sebagai sosok khalifah yang selalu setia
mendengarkan nasihat-nasihat dan sering kali menangis karena takut
kepada Allah. Dia adalah salah seorang khalifah yang memiliki sifat-sifat
utama. Dia seorang yang fasih dalam berbicara. Juga salah seorang ulama
di antara mereka dan orang yang paling mulia dan terhormat.
Di antara kerja mulia yang dia lakukan untuk ilmu pengetahuan
adalah pendirian Baitul Hikmah, sebuah akademi yang menjadi mercusuar
ilmu dan peradaban di dunia pada masa itu. Sebuah akademi yang darinya
muncul obor bagi kebangkitan sains di Eropa setelah itu. 5
Harun ar-Rasyid menikah dengan Zubaidah binti Ja’far bin abu
Ja’far Al-Manshur. Zubaidah adalah seorang wanita mulia yang memiliki
wawasan yang luas dan perhatian yang besar terhadap para ulama, penyair
dan dokter. Dia seorang yang cerdik, pintar, fasih dalam berbicara dan
menguasai ilmu balaghah. Dia adalah sepupu Harun ar-Rasyid yang
begitu disayanginya Zubaidah adalah ibu dari al-Amin. Kemudian Harun
menikah lagi dengan Marajil seorang bekas hamba sahaya dari Persia yang
meninggal tidak lama setelah melahirkan al-Ma’mun.
3
Ahmad Al-Uasairy, Sejarah Islam sejak Zaman Nabi Adam hingga abad XX, (Jakarta :
Akbarmedia, 2009), cet. Ke-VII, h. 227
4
Ibnul Atsir, Al-Kamil fit Tarikh,(Beirut : Dar Sader, 1971), jilid 6 h. 72
5
Ahmad Al-Uasairy, Sejarah Islam sejak Zaman Nabi Adam hingga abad XX, h. 228
13
B. Kehidupan Al-Ma’mun
1. Masa kecil Al-Ma’mun
Abdullah Abul-Abbas Al-Ma’mun dilahirkan pada tahun 198-218
H/ 813-833 M. Al-Ma’mun dilahirkan enam bulan lebih dulu dari saudara
sebapaknya Al-Amin 194-198 H/809-813 M.7
Al-Ma’mun termasuk putra yang jenius. Sebelum usia 5 tahun ia
dididik agama dan membaca al-Qur’an oleh dua orang ahli yang terkenal
bernama Kasai Nahvi dan Yazidi. Untuk belajar hadits, Harun Al-Rasyid
menyerahkan kedua putranya Al-Ma’mun dan Al-Amin kepada Imam
Malik di Madinah. Kedua putranya itu belajar kitab al-Muwatha, karangan
Imam Malik sendiri dalam waktu yang sangat singkat, Al-Ma’mun telah
menguasai ilmu-ilmu kesustraan, tatanegara, hukum, hadits, falsafah,
astronomi, dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Ia hafal al-Qur’an
begitu juga menafsirkannya.8
Harun Al-Rasyid pun mempercayakan anak-anaknya dengan
memberi tanggung jawab penuh kepada guru pribadi. Al-Ma’mun berada
di bawah bimbingan Ja’far Ibn Yahya seorang yang bijak dalam berbicara,
bijaksana dalam berpikir, murah hati dan pemaaf . Ja’far juga
mengusulkan kepada Harun untuk mencalonkan al-Ma’mun sebagai
khalifah yang kemudian disambut baik oleh Harun 9
Al-Ma’mun adalah pribadi yang jarang bermain. Selama dua puluh
bulan tinggal di Baghdad beliau tidak sembarangan mendengarkan
6
Ahmad Shalaby, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Pustaka Nasional PTE LTD,
Singapura, 1991), Cet. Ke-III, h. 124
7
Ahmad Shalaby, Sejarah dan Kebudayaan Islam, h. 114
8
Iwan, “Abdullah al-Makmun”, dalam http://eone26donk.blog.com, 06 September 2010
9
Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam, Rekonstruksi Sejarah Imperium Dinasti
Abbasiyah, (Jakarta : Grasindo, 2002) h. 41
14
10
Ahmad Shalaby, Sejarah dan Kebudayaan Islam, h. 121-122
11
Michael Cooperson, “Al-Ma’mun”, (Oxford, Oneworld Publications, 2005), dalam
http://id.wikipedia.org, 06 Januari 2011
12
Masudul Hasan, History of Islam : Clssical Period 571-1258 C. E., (Adam Publishers,
Delhi, 1992), Cet. Ke-I, h. 219
15
13
Ahmad Shalaby, Sejarah dan Kebudayaan Islam, h. 289-290
16
14
Ahmad Shalaby, Sejarah dan Kebudayaan Islam, h. 125
15
Syed Mahmudunnasir, “Islam, Konsepsi dan Sejarahnya”(Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 1991), Cet. Ke-II, h. 271
16
Perpustakaan Nasional RI, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, h. 96
17
tetapi satu persatu kota di daerah lain juga dapat dikuasai. Akhirnya bulan
Agustus 812 M kota Baghdad terkepung oleh para pendukung Al-
Ma’mun. pengepungan ini berlangsung selama setahun lebih dan akhirnya
khalifah tertangkap dan terbunuh ketika ingin melarikan diri. Terbunuhnya
khalifah telah menurunkan prestise kekhalifahan Dinasti Abbasiyah. Kota
Baghdad mengalami dekadensi akibat perang dan barulah pada tahun 819
M khalifah Al-Ma’mun memindahkan pusat pemerintahannya dari
Khurasan ke Baghdad dan sejak itu Bahgdad mulai aman kembali. Pada
tahun-tahun berikutnya, Al-Ma’mun mengadakan konsolidasi seluruh
wilayah Islam yang telah terkoyak-koyak akibat perang saudara.
Pemerintahan Al-Ma’mun menandai pemisahan antara periode
awal dan periode kedua Dinasti Abbasiyah. Kelompok yang semula
membantu kekhalifahan pada tahun-tahun pertama sekarang turun dari
panggung kekuasaan. Di antara kelompok ini, yang paling penting adalah
para abnâ’ (keturunan veteran revolusi Abbasiyah yang berasal dari
Khurasan). Klan Abbasiyah sendiri yang telah memainkan peran penting
selama ini, setelah periode ini, peranan mereka tidak begitu menentukan
lagi. Sama juga halnya dengan keluarga-keluarga Arab, seperti Al-
Muhallabi dan Syaibani. Mereka menghilang dari istana. Selama
pemerintahan Al-Ma’mun, kelompok-kelompok tersebut digantikan oleh
orang-orang baru yang dengan ideologi baru ingin menerapkan metode
pemerintahan yang baru pula. Kelompok yang paling penting dan
berpengaruh adalah yang dipimpin saudara khalifah Al-Ma’mun sendiri
yang bernama Abu Ishaq.17
Setelah perang saudara berakhir dengan kemenangan Al-Ma-mun,
beliau naik tahtah. Masa kekhalifahan Al-Ma’mun selama dua puluh tahun
itu bisa dibagi ke dalam dua bagian , yaitu :
(a) Kehausan Al-Ma’mun akan ilmu pengetahuan mendorongnya
untuk menyibukkan dirinya di dalam mempelajari kebudayaan dan
membahas filsafat di Merv, dengan menyerahkan tugas pemerintahannya
17
Perpustakaan Nasional RI. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam , h. 96
18
18
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, ”(Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 1991),h. 229
19
d. Pemberontakan Zatti
Menurut Ibnu Khaldun, Zatti ialah suatu kelompok dari
berbagai keturunan yang mengambil kesempatan untuk membuat
perlawanan sewaktu pihak tentara sedang sibuk mengalami
peperangan. Mereka telah menutup jalan yang menuju ke Basrah, serta
merusak kampung-kampung dan wilayah-wilayah. Mereka hanya
bertujuan untuk menculik dan menimbulkan kekacauan.
19
Ahmad Shalaby, Sejarah dan Kebudayaan Islam, h. 130
20
20
Ahmad Shalaby, Sejarah dan Kebudayaan Islam, h. 141
21
Ahmad Shalaby, Sejarah dan Kebudayaan Islam, h. 144
21
22
A. Hanafi, Teologi Islam (Jakarta : Bulan Bintang, 1974), h. 8-9
23
Fadil SJ, pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, (Malang : UIN
Malang Press, 2008), cet. I, h. 153
22
2. Khawarij
Pada masa khalifah al-Manshur, kelompok ini mengadakan
pemberontakan di Afrika yang dipimpin oleh Abu Hatim. Saat melawan
golongan ini, al-Manshur mengirimkan pasukan sebanyak 60 ribu personel
dibawah pimpinan Yazid bi Hatim bin Qabishah. Pertempuran ini menelan
30 ribu orang.24
3. Qodariyah
Mazhab Qodariyah didirikan oleh Ma’bad Ibn Khalid Al-Juhani
(699 M/79H). mazhab ini berpandangan bahwa manusia mampu berbuat
dank arena itu bertanggung jawab atas perbuatannya. Ayat-ayat al-Qur’an
seperti tangan Tuhan, melihat dan mendengar, dipahami secara takwil atau
qiyas, dan bukan ditafsirkan secara harfiah.
4. Jabariyah
Paham jabariyah yang dipelopori oleh Jahm Ibn Shafwan (745
M/127 H). pandangan utama paham ini bahwa semua perbuatan manusia
ditentukan oleh kuasa Tuhan, termasuk keimanan, kebajikan, dan
kejahatannya. Manusia dalan hal ini tergantung dari kekuasaan atau
paksaan Allah dalam segala kehendak danperbuatannya; karena itu tidak
ada kekuasaan manusia untuk melakukan pilihan atas segala
perbuatannya.25
24
Fahsin M. Fa’al, Sejarah Kekuasaan Islam, (Jakarta : Cv. Artha Rivera, 2008), h. 81
25
Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam, Rekonstruksi Sejarah Imperium Dinasti
Abbasiyah, h. 170
23
seperti itu tidak termasuk orang mukmin ataupun seorang kafir, tetapi
harus ditempatkan di tengah-tengah (al-manzilah bayna al-manzilatayn).
Hasan tidak menyetujui pendapat Wasil, dan karenanya Wasil
memisahkan diri dari aliran itu dan mendirikan suatu aliran sendiri. Karena
itulah para pengikut Wasil disebut kaum Mu’tazilah, yaitu kaum yang
memisahkan diri. “Meskipun cerita itu secara harfiah tidak benar, mungkin
lebih aman kalau menganggap bahwa sekte baru yang dilahirkan di Basrah
di antara murid-murid Hasan itu adalah kehidupan dan jiwa gerakan
agama dalam abad pertama hijriah”. Kaum Mu’tazilah adalah penegak
paham keinginan bebas dan rasionalisme, dan menolak paham takdir.
Kemunculannya patut diperhatikan karena hal itu merupakan suatu
reaksi etika terhadap ekses-ekses ajaran dan kebiasaan kaum Khawarij
yang sangat fanatik. Dia juga melancarkan serangan yang berapi-api
terhadap kelemahan etika kaum konformis politik, yaitu kaum Murjiah.
Sementara kaum Murjiah mengikuti paham takdir, kaum Mu’tazilah
mengikuti pemikiran bebas. Perbedaan mereka dengan kaum Khawarij
terletak di dalam kenyataan bahwa kaum Mu’tazilah tidak begitu
menekankan pada karya sebagai satu-satunya ukuran kepercayaan yang
benar. Selama abad kedua, kaum rasionalis berhubungan dengan logika
dan filsafat Yunani. Oleh karena itu, pada tahap permulaan gerakannya,
hampir tidak ada pengaruh asing, dan mereka lebih merupakan puritan
yang kaku daripada rasionalis.26
Nama Mu’tazilah yang diberikan kepada mereka berasal dari kata
I’tazala, yang berarti ‘mengasingkan diri’. Menurut suatu teori, nama itu
diberikan atas dasar ucapan Hasan Al-Bashri, setelah melihat Washil
memisahkan diri. Hasan Al-Bashri diriwayatkan memberi komentar
sebagai berikut : I’tazala anna (ia mengasingkan diri dari kami). Orang-
orang yang mengasingkan diri disebut Mu’tazilah. ‘Mengasingkan diri’
bisa berarti mengasingkan diri dari pendapat Murji’ah dan pendapat
khawarij.
26
Syed Mahmudunnasir, “Islam, Konsepsi dan Sejarahnya”, h. 272
24
27
Harun Nasution, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, (Jakarta : Mizan, 1996), Cet
Ke-IV, H. 128-129
25
28
Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam, Rekonstruksi Sejarah Imperium Dinasti
Abbasiyah, h. 171-173
26
31
Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam, Rekonstruksi Sejarah Imperium Dinasti
Abbasiyah, h. 171
BAB IV
UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN KHALIFAH
AL-MA’MUN DALAM MENGEMBANGKAN
ILMU PENGETAHUAN
A. Gerakan Penerjemahan
1. Faktor-faktor yang memyebabkan munculnya gerakan penerjemahan
Gerakan penerjemahan yang mulai berkembang pesat pada masa
Daulah Abbasiyah dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan
khalifah Al-Ma’mun. Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya
gerakan penerjamahan di antaranya adalah :
a. Tersebarnya ilmu pengetahuan Yunani, helenisme, dan helenistik ke
penjuru dunia muslim disebabkan oleh faktor-faktor historis yang luar
biasa. Menurut analisis Mehdi Nakosten, faktor-faktor yang terpenting
itu di antaranya adalah :
Pertama, peran orang-orang Kristen ortodoks sebagai Nestorian.
Mereka adalah sekte-sekte yang dikucilkan oleh gereja induk mereka.
Pada saat penaklukan kaum Muslim ke Persia dan Romawi, mereka
menyambut dengan suka cita karena kaum Muslim telah bertindak
toleran dan oleh mereka dianggap sebagai kaum pembebas.
Kedua, penaklukan yang dilakukan oleh Alexander Yang Agung
dan para penggantinya telah menyebarkan ilmu pengetahuan Yunani
ke Persia dan India, tempat ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani
diperkaya dengan pemikiran-pemikiran asli.
Ketiga, peran Akademi Jundishapur di Persia yang
mengembangkan kurikulum studi yang disusun setelah Universitas
28
29
1
Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam Rekonstruksi Sejarah Imperium Dinasti
Abbasiyah, (Jakarta : PT. Grasindo, 2002) H.151
2
Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam Rekonstruksi Sejarah Imperium Dinasti
Abbasiyah, H.151
3
Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern,
(LESFI, Yogyakarta, 2003), Cet. Ke-I, h.124
30
4
Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam Rekonstruksi Sejarah Imperium Dinasti
Abbasiyah, H. 44
5
Bernard Lewis, Muslim Menemukan Eropa, (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1988), Cet, Ke-I,
h. 59
31
6
Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern, h.
125
7
As-Suyuthi, “Tarikh Khulafa’ Sejarah Para Penguasa Islam”, (Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, 2006) , dalam http://id.wikipedia.org, 06 Januari 2011
8
Muhammad Subarkah, “Menapak Jejak Buku dalam Peradaban Islam”,dalam
http://www.republika.co.id, 26 Februari 2009
32
9
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2000) Cet. X, h. 55-57
10
Yusuf Assidiq, “Al-Ma’mun dan Baitul Hkmah”, dalam http://batavies.co.id, 06
Januari 2011
11
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, h. 57
33
abadi dalam bidang ilmu medis dan filsafat. Ia menguasai astronomi dan
matematika. Ia juga banyak menulis naskah tentang astronomi, teori
bilangan, fisika, dan cabang matematika lainnya, yang amat besar
pengaruhnya pada para saintis muslim. Gema dari pandangan ilmiahnya,
terlebih lagi tentang teori getaran, terdengar sepanjang abad pertengahan
di dunia barat. 12
Tokoh lain yang juga berperan dalam usaha penerjemahan buku-
buku Yunani ke dalam bahasa Arab adalah :
a. Yuhana bin Masawaih
b. Ishak bin Hunain
c. Muhammad bin Musa Khawarazmi
d. Sa’id bin Harun
e. Umar bin Al-Farrakhan13
Akibat penerjemahan buku Yunani ke dalam bahasa Arab dan
masuknya kebudayaan Helinesia ke dalam kebudayaan Islam telah
menciptakan suasana subur di kalangan kaum muslimin tertentu untuk
berkembangnya pemikiran yang rasional. Meskipun bukan golongan
rasional imam, namun jelas mereka adalah pelopor yang mengingatkan
pemikiran tentang ajaran pokok Islam secara lebih sistematis. Sikap
mereka yang rasionalis bertitik tolak dari pandangan bahwa akal
mempunyai kedudukan yang sama dengan wahyu. Sikap yang demikian
ini akan mendorong umat Islam mempergunakan segala kekuatan akal
untuk memahami agama, akhirnya akan melahirkan intelektual muslim di
segala lapangan ilmu antara lain muncul filosof Islam yang tidak kalah
dengan filosof Yunani. Demikian juga dokter ulung, ahli kimia, ahli
matematika, ahli ilmu bintang, ahli musik, ahli optik, ahli geografi, dan
lain-lain. 14
12
Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam, Rekunstruksi Sejarah Imperium Dinasti
Abbasiyah, h. 155-156
13
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam ( Jakarta : Hidakarya Agung, 1992) h. 64
14
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam,
(Pernada Media, Jakarta, 2003), Cet. Ke-I, h. 81
35
15
W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia, Pengaruh Islam atas Eropa Abad
Pertengahan, (Jakarta : Gramedia, 1997), h. 97
16
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, h. 60-61
37
17
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta : 1989), h.135
38
18
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta : 1989), h. 135
39
19
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, h.135
40
d) Tafsir,
e) Hadits,
f) Nahwu/sharaf,
g) Ilmu-ilmu eksakta,
h) Mantiq,
i) Falaq,
j) Tarikh,
k) Ilmu-ilmu kealaman,
l) Kedokteran, dan
m) Musik.
Ketiga, pendidikan tinggi yang meliputi masjid, madrasah, dan
perpustakaan seperti bait al- Hikmah dan Dar al-Ulum di Kairo. Kurikulum
pendidikan tinggi lebih menunjukkan adanya keberagaman, namun secara
umum lembaga pendidikan tinggi mempunyai dua fakultas. Pertama, fakultas
ilmu agama dan satra. Fakultas ini mempelajari :
a) Tafsir,
b) Hadits,
c) Fiqh/Ushul Fiqh,
d) Nahwu/Sharaf,
e) Balagah,
f) Bahasa dan sastra Arab,
Kedua, fakultas ilmu-ilmu hikmah (filsafat). Fakultas ini mempelajari :
a) Mantiq,
b) Ilmu alam dan kimia,
c) Musik,
d) Ilmu-ilmu eksakta,
e) Ilmu ukur,
f) Falaq,
g) Ilmu teologi,
h) Ilmu hewan,
i) Ilmu nabati, dan
j) Ilmu kedokteran. 20
20
Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Klasik, (Angkasa, Bandung, 2005), h.-139-140
BAB V
HASIL YANG DICAPAI KHALIFAH AL-MA’MUN DALAM
MENGEMBANGKAN ILMU PENGETAHUAN
1
As-Suyuthi, “Tarikh Khulafa’ Sejarah Para Penguasa Islam”, (Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, 2006) , dalam http://id.wikipedia.org, 06 Januari 2011
42
43
2
As-Suyuthi, “Tarikh Khulafa’ Sejarah Para Penguasa Islam”, dalam
http://id.wikipedia.org, 06 Januari 2011
44
berisi ilmu falak. Lalu al-Ma’mun menyuruh ulama membuat alat peneropong
itu untuk mempelajari hal ihwal bintang-bintang sebagaimana dibuat oleh
Bathlimus, pengarang Al-Majisthi. Alat peneropong itu kemudian mereka
namai “Peneropong Al-Ma’muni”3
Al- Ma’mun juga mengisi Baitul Hikmah dengan berbagai manuskrip
berharga yang di dapat dari berbagai daerah di antaranya adalah pemerintah
Byzantium.4
Perburuan manuskrip-manuskrip inilah yang menjadi salah satu
kegiatan yang sangat penting dilakukan pada masa al-Ma’mun. Saat
melakukan penaklukan ke suatu daerah bukan harta benda yang menjadi fokus
utama bagi al-Ma’mun melainkan karya-karya para ilmuan di daerah tersebut
serta manuskrip-manuskrip yang kemudian dipinjam untuk diterjemahkan dan
dijadikan koleksi tambahan di Baitul Hikmah.
Sehingga pada masa itu tidak heran koleksi buku-buku di perpustakaan
Baitul Hikmah sangat beragam dan lengkap melebihi koleksi buku-buku di
perpustakaan lainnya pada masa itu.
Beberapa terjemahan sudah mulai dikerjakan pada abad kedelapan.
Tetapi kerja penerjemahan secara serius baru dimulai pada masa pemerintahan
al-Ma’mun (813-833). Khalifah al-Ma’mun mendirikan sebuah lembaga
khusus untuk kerja penerjemahan tersebut, yang dikenal dengan sebutan
“Rumah Kebijaksanaan” (Bayt al- Hikma). 5
Lembaga khusus ini yang kemudian dimanfaatkan para ilmuan dan
para penerjemah untuk menerjemahkan berbagai macam karya. Imbalan yanga
sangat besar diberikan oleh al-Ma’mun yang semakin membuat para
penerjemah semakin giat melakukan gerakan penerjemahan.
3
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (PT. Hidakarya Agung, Jakarta, 1992) Cet.
Ke-VII, h. 62-65
4
Husayn Ahmad Amin, Seratus tokoh dalam Sejarah Islam, (PT. Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2001) h. 72
5
W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad
Pertengahan, (PT. Gramedia, Jakarta, 1995) h. 45
45
6
Mehdi Nakosten, ”Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat, Deskripsi Analisi
Abad Keemasan Islam”, (Surabaya, Risalah Gusti, 1996), Cet. Ke-I, h. 15
7
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 3, (Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1997),
Cet. Ke-IX, h. 201
46
8
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 3, h. 202-203
47
9
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, ( PT. Raja Grafindo,
Jakarta, 2000), Cet. Ke-X, h. 53
10
Yusuf Al-Qardhawi, Meluruskan Sejarah Islam, (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2005), h. 123
48
12
Fahsin M. Fa’al, Sejarah Kekuasaan Islam, (CV. Artha Rivera, Jakarta, 2008), h. 69
13
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, (UIN Malang Press,
Malang, 2008) Cet. Ke-I, h. 161
14
Fahsin M. Fa’al, Sejarah Kekuasaan Islam, h. 69
50
15
Fahsin M. Fa’al, Sejarah Kekuasaan Islam, h. 74
16
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, h. 164
51
17
Fahsin M. Fa’al, Sejarah Kekuasaan Islam, h. 69-74
18
Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam Rekonstruksi Sejarah Imperium Dinasti
Abbasiyah, (Jakarta : PT. Grasindo, 2002), h. 162
19
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, h. 173
20
Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam Rekonstruksi Sejarah Imperium Dinasti
Abbasiyah,h. 169
52
b. Ilmu-ilmu Umum
1) Etika (Akhlak)
Etika (Akhlak) Islam bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah.
Beberapa karya ilmiah telah dihasilkan dalam bidang ini. paling tidak
ada tiga corak penulisan ; pertama, pelajaran akhlak berupa anekdot,
pepatah dan kata-kata hikmah. Kedua adalah semacam cerita-cerita,
filsafat popular tentang moral yang diperoleh pada fable (dongeng
tentang binatang yang dapat bicara), dan ketiga pepatah dari Lukman
serta untaian hikmah dari para Sahabat.
2) Humaniora
Kemajuan peradaban Islam pada masa kejayaan Islam juga
mencakup bidang Humaniora. Dalam bidang ini peradaban Islam
tercermin dalam bidang Ilmu Bahasa dan sastra.
Ilmu Bahasa tumbuh dan berkembang, karena bahasa Arab
semakin dewasa memerlukan suatu ilmu bahasa yang menyeluruh.
Yang dimaksud dengan Ilmu Bahasa (ulum al-lughah) yaitu : Nahwu,
Sharaf, Ma’ani, Bayan, Badi’, Arudh, Qamus, dan Insya’.
Kota Basrah dan Kufah merupakan pusat pertumbuhan dan
kegiatan Ilmu Lughah; keduanya saling berlomba dalam bidang
tersebut, sehingga muncul “Aliran Basrah” dan “Aliran Kuffah” yang
masing-masing memiliki pendukung dan bangga dengan lairannya.
Aliran Basrah lebih banyak terpengaruh dengan Manthiq
(logika) dibandingkan dengan Aliran Kuffah, sehingga mereka
dinamakan ahli Manthiq.21
3) Filsafat
Filsafat muncul sebagai hasil integrasi antara ajaran Islam dan
kebudayaan klasik Yunani yang terdapat di Mesir, Suriah,
Mesopotamia, dan Persia, dan mulai berkembang pada masa khalifah
Harun ar-Rasyid dan Al-Ma’mun. Para filsuf muslim yang terkenal
dan kemudian menjadi tokoh filsafat dunia, antara lain, adalah Ya’qub
21
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, h. 164-167
53
bin Ishaq al-Kindi 9796-873 M). ia dikenal sebagai flsuf Arab yang
telah menulis sekitar 50 buku, sebagian besar di bidang filsafat.22
Gelombang penerjemahan sangat berpengaruh terhadap
meluasnya tradisi helenistik ke dunia Islam. Umat Muslim banyak
yang menekuni tradisi intelektual Yunani, terutama filsafat, sehingga
terjadilah apa yang disebut Azra sebagai “helenisasi pemikiran Islam
dan Islamisasi pemikiran helenistik”. Wajarlah jika tradisi helenistik
kemudian membanjiri khazanah keilmuan kaum Muslim karena pada
awalnya filsafat berkaitan erat dengan ilmu-ilmu eksanta yang
dipelajari kaum Muslim dengan tekun. Kenyataannya banyak sekali
orang yang menjadi ahli dalam berbagai bidang, seperti ahli
kedokteran, fisika, kimia, dan sekaligus filsafat.23
4) Kedokteran
Pada masa Dinasti Abbasiyah, ilmu kedokteran telah mencapai
puncaknya yang tertinggi dan telah melahirkan para dokter yang sangat
terkenal. Di antara mereka, yang sangat terkemuka adalah Yuhannah
bin Musawih (w. 242 H) dengan al-‘Asyr al-Maqalat fi al-‘Ain
(tentang pengobatan penyakit mata). 24
Perkembangan ilmu kedokteran sejalan dengan perkembangan
ilmu filsafat. Mula-mula al-Mansur mengundang seorang dokter
kepala dari Jundishapur kemudian berturut-turut mengundang dokter-
dokter ternama dari Syria, Mesir, Bizantium dan India untuk
berkumpul di Baghdad. Buku-buku Yunani, Iran, India, dan lain-lain
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Buku-buku Yunani yang
menjadi standar ialah karya dari Hippocrates, Galen, Paul, Alexander
Thales, Discerides dan lain-lain.25
22
Fahsin M. Fa’al, Sejarah Kekuasaan Islam, h. 75
23
Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam Rekonstruksi Sejarah Imperium Dinasti
Abbasiyah, h.186
24
Fahsin M. Fa’al, Sejarah Kekuasaan Islam, h. 76
25
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, h.180
54
5) Astronomi
Astronomi membantu umat Islam dalam menentukan letak
Ka’bah. Di sisi lain, astronomi juga membantu praktik ramal-meramal
garis politik para khalifah dan amir yang berdasarkan perhitungan
kerjanya kepada peredaran bintang. 26
Pada awal abad kesembilan sudah ada dilakukan observasi-
observasi yang pertama dan teratur di sebelah Barat Daya Parsi dengan
mempergunakan alat-alat yang sudah agak sempurna; dan sebelum
pertengahan pertengahan abad tersebut berlalu maka Khalifah al-
Ma’mun telah mendirikan pos-pos observasi astronomi di Baghdad
dan di luar kota Damasik. Alat-alat astronomi yang dipakai pada
zaman itu terdiri dari kwadrat, astrolabium, jarum matahari, dan
bulatan dunia.
Dengan cara demikian ahli-ahli astronomi khalifah
menyelenggarakan salah satu pekerjaan pengukuran tanah yang paling
sukar, yaitu pengukuran derajat busur. Maksud pekerjaan itu ialah
untuk menetapkan ukuran kebesaran lingkaran dunia, berdasarkan
pendapat yang ada bahwa dunia ini bulat bentuknya. Hasil pengukuran
yang dilangsungkan di daratan sebelah Utara sungai Eufrat dan di
sekitar Palmyra menyatakan, bahwa panjang suatu derajat busur ialah
56 2/3 mil Arab. Ketelitian ukuran tersebut sangat mengagumkan,
karena ukuran panjang derajat busur yang sebenarnya pada tempat itu
hanyalah 2877 kaki lebih pendek.27
6) Matematika
Ilmu ini dibawa oleh ilmuan India pada masa Khalifah al-
Manshur melalui buku Sind qwa Hind. Dari terjemahan buku ini oleh
al-Fazzari, dikenallah sistem angka Arab dan angka nol yang
mempermudah perhitungan.selanjutnya, ilmu ini dikembangkan lagi
26
Fahsin M. Fa’al, Sejarah Kekuasaan Islam, h. 77
27
Philip K. Hitti, Dunia Arab Sejarah Ringkas, (Sumur Bandung, Bandung), Cet. Ke-VII,
h. 145
55
31
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, h. 161
58
d) Abu Daud, yaitu Abu Daud Sulaeiman bin Asy’as al-Azdy al-
Sajastany, wafat di Basrah tahun 275 H. Kitabnya as-Sunan,
terkenal dengan sebutan Sunan Abu Daud.
e) At-Tirmidzi, yaitu al-Hafidh Abu Isa Muhammad bin Isa adh-
Dhahak at-Tirmidzi
f) An-Nisa’I, yaitu Abdur Rahman Ahmad bin Ali an Nisa’I wafat di
Makkah tahun 303 H. kitabnya as-Sunan terkenal dengan sebutan
Sunan Nisa’i.
g) Al-Hakim an-Naisabury, wafat tahun 405 H
h) Abdul Fatah Salim bin Aiyub ar-Razy, wafat tahun 447 H32
i) Al-Ajiry, wafat 360 H
j) Al-Baihaqy, wafatnya tahun 458 H
3) Dalam bidang Ilmu Kalam :
1) Washil bin Atha’, Abu Huzail, al-Juba’I, al-Allaf, al-Nazzam, Abu
Hasan al-Asy’ary, al-Baqillani, al-Juwaeni dan Hujjatul Islam
Imam Ghazali.
4) Dalam bidang Ilmu Fikih :
1) Imam Abu Hanifah dengan karyanya al-Fiqh al-Akbar
2) Imam Malik dengan karyanya al-Muwaththa
3) Imam Syafi’i dengan karyanya al-Umm
4) Imam Ahmad bin Hanbal dengan karyanya al-Kharraj
5) Dalam bidang ilmu Tasawuf :
1) Al-Qusairy. Nama lengkapnya Abu Kasim Abdul Karim bin
Hawazin al-Qusairy, wafat tahun 465 H. beliau alim dalam ilmu-
ilmu Fiqh, Tafsir, Hadis, Adab, Syair dan terutama Tasawuf. Kitab
karangannya adalah al-Risalat al-Qusyairiyah.
2) Syahabuddin. Nama lengkapnya Abu Hafas Umar bin Muhammad
Syahabuddin Syahrawardy, wafat di Baghdad tahun 632 H. kitab
karangannya dalam ilmu tasawuf yaitu Awariif al-Ma’arif 33
32
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, h. 163
33
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, h. 164
59
34
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, h. 165
35
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, h. 168
61
36
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, h. 172
62
37
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, h. 174
63
b) Ibnu Sahal (wafat 255 H), yaitu Sabur bin Sahal, direktur Rumah
Sakit Jundisabur. Karangannya tentang thib dan farmasi
c) Abu Bakar ar-Razy (wafat 320 H), yaitu Abu Bakar Muhammad
bin Zakaria ar-Razy. Dokter yang paling masyhur di zamannya,
sehingga menjadi ketua dokter Rumah Sakit di Baghdad
d) Ali bin Abbas (wafat 354 H)
e) Ibnu Sina (wafat 428 H), kecuali filosof beliau juga dokter yang
ahli dan masyhur
5) Dalam bidang Ilmu Astronomi :
a) Abu Ma’syar al-Falaky (wafat 272 H), yaitu Ja’far bin Umar al-
Falaky, yang terkenal dengan nama Abu MA’syar al-Falaky
b) Jabir Batany (wafat 319 H), yaitu Abu Abdullah Muhammad bin
Jabir al-Batany al-Hiranya ash-Shaby, yang telah menetapkan letak
bintang.
c) Abu Hasan (277-352 H), yaitu Abu HAsan Ali bin Abi Abdillah
Harun Bin Ali
d) Al-Biruny (wafat tahun 440 H), yaitu Muhammad bin Ahmad al-
Biruny
e) Al-Farghani (Alfraganus) sekitar tahun 860
f) Al-Battani (albatanius) 859-929 bersama Sabit bin Qurrah (836-
901) merupakan penerus al-Farghani
6) Dalam bidang Matematika :
a) Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (780-850 M), ia juga ahli
geografi terkemuka. Kitabnya antara lain : al-Kitab al-Mukhtasar fi
Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah (Kompendium tentang Hitung al-
Jabar dan Persamaan), al-Hisab al-Jabar wa al-muqababah.38
b) Al-Nasawi (wafat 1040). Ia adalah orang pertama yang
menguraikan pembagian pecahan dan mencari akar pangkat dua
dari suatu bilangan dengan cara yang hampir sama dengan cara
yang dikenal saat ini.
38
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, h. 176
64
39
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, h. 190
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, penulis mendapatkan beberapa temuan yang perlu
diungkapkan. Di antara temuan-temuan yang perlu dikemukakan di sini
adalah:
1. Al-Ma’mun adalah salah satu Khalifah dari Daulah Abbasiyah yang masa
pemerintahannya mendapat julukan The Goden Age (Masa Keemasan).
Pribadinya yang dikenal sebagai figur pemimpin yang dianugerahi
intelektualitas yang cemerlang, menguasai beragam ilmu pengetahuan,
seorang yang tidak suka akan pertumpahan darah, amat benci menipu
daya, bertoleransi, arif bijaksana, tinggi akal, bagus budi pekertinya,
mengutamakan kemerdekaan berpikir, berdiskusi, pemaaf, dan jarang
bermain membuat dan membentuknya menjadi pribadi seorang pemimpin
yang patut untuk dicatat dengan tinta emas dalam sejarah.
2. Jasa-jasa beliau dalam usahanya mengembangkan ilmu pengetahuan di
antaranya adalah :
a. Gerakan Penerjemahan, kegiatan ini benar-benar digalakkan pada
masa Al-Ma’mun.
b. Mengoptimalisasikan kegiatan belajar mengajar
c. Mengembangkan institusi pendidikan
65
66
B. Saran-saran
1. Bagi para pemimpin hendaknya dapat mencontoh tindakan Al-Ma’mun
yang sangat peduli terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat
penting sebagai bekal untuk pembangunan dan perkembangan
pemerintahan menjadi lebih maju.
2. Semoga akan lebih banyak lagi bahan-bahan yang dapat memperkaya
khazanah keilmuan khususnya dalam bidang sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Husayn Ahmad, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya, 2001
As-Suyuthi, “Tarikh Khulafa’ Sejarah Para Penguasa Islam”, Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, 2006, dalam http://id.wikipedia.org, 06 Januari 2011
Fa’al, Fahsin M., Sejarah Kekuasaan Islam, Jakarta : CV. Artha Rivera, 2008
Fadil SJ, Drs, M. Ag., Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah,
Malang : UIN Malang Press, Cet : ke- I, 2008
Hitti, Philip K., Dunia Arab Sejarah Ringkas, Bandung : Sumur, Cet : ke- II
Khalil, Syauqi Abu, Dr., Harun Ar-Rasyid Pemimpin dan Raja yang Mulia,
Jakarta : Pustaka Azzam, Cet. Ke- I, 2002
Lapidus, Ira M., Sejarah sosial umat Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
Cet ke-I, 1999
67
68
Lewis, Bernard, Muslim Menemukan Eropa, Jakarta : Pustaka Firdaus, Cet : ke-I,
1988
Perpustakaan Nasional RI, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta : PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve, Cet : ke- II, 2003
Sunanto, Musyrifah, Prof. Dr. Hj., Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam, Jakarta : Prenada Media, Cet : ke- I, 2003
Syalaby, Ahmad, Prof. Dr., Sejarah dan Kebudayaan Islam, Singapura : Pustaka
Nasional PTE LTD, cet : ke- III, 1991
Watt, W. Mongomery, Islam dan Peradaban Dunia : Pengaruh Islam atas Eropa
Abad Pertengahan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995
Yatim, Badri, Dr. M.A, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, Cet: ke- X, 2000
Yunus, Mahmud, Prof. Dr. H., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Hidakarya
Agung, Cet : ke- VII, 1992