Anda di halaman 1dari 119

METODE PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SURAT

LUQMAN AYAT 13.


(Studi Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab)
Tesis

Disusun Oleh:

Harisal

21160110000020

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/1440 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah’alamin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt.


atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya semoga kita dalam keadaan sehat wal
’afiat. Sang pemberi limpahan rahmat, hidayah, inayah, nikmat dan karunia
kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad saw. sang revolusioner sejati yang
menuntun umatnya, dan kepada keluarganya, para sahabatnya, tabiin, tabi’at
tabi’in ulama salafussholih, para syuhada, para sholihin dan seluruh kaum
muslimin serta muslimat sampai kepada umatnya saat ini. Mudah-mudahan
di akhir kelak kita semua mendapatkan ridha Allah swt. dan syafaat Nabi
Muhammad saw. Amin.

Penyelesaian tesis merupakan prasyarat untuk menyelesaiakan studi


pada Program Magister Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari bahwa tidak sedikit hambatan dan kesulitan tersebut dapat
dilewati. Namun berkat dukungan dan doa berbagai pihak, hambatan dan
kesulitan tersebut dapat terlewati. Meskipun demikian, penulis juga
menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dari
penulisan dan penyusunan, sehingga penulis memohon maaf dan
mengharapkan kritik serta saran kepada pembaca demi memperbaiki tesis
ini.

Selanjutnya dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima


kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan
dukungan berupa arahan, bimbingan, dan lainnya selama proses penyelesaian
tesis ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
tersebut penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A.
Beserta jajarannya.

2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta, Dr. Sururin, M.Ag beserta jajarannya.

3. Ketua program Magister Pendidikan Agama Islam, bapak Dr.


H. Sapiudin Shidiq, M. Ag. beserta jajarannya, yang telah
memberikan pelayanan akademik dengan sangat memuaskan.

4. Pembimbing, Bapak Dr. H. Sapiudin Shidiq, M. Ag. yang


telah memberikan bimbingan, arahan, wawasan dan nasihat
dengan penuh kesabaran, ketekunan serta keikhlasan.

5. Kepda bapak penguji seminar hasil bapak Dr. Dimyati, M.A.,


Bapak Dr. Syamsul Aripin, M.A. yang telah memberikan
bimbingan, arahan, wawasan dan nasihat dengan penuh
kesabaran, ketekunan serta keikhlasan.
6. Kepada orang tua saya, Syamsul Bahri dan Ibunda Hj. Murni
yang selalu memberikan motivasi, nasihat, semangat dan doa
dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Kepada saudara-saudara saya Jasruddin Syam, Asgar Syam,


Nursaida Syam, Ayu Miranti Syam, Kasnidar Syam,
Akhiruddin Syam, yang selalu memberikan dukungan baik
moril maupun materi serta doa yang selalu dipanjatkan.

8. Sahabat saya Hisnuddin, Saddam Huzain, Ghifari, Jamaluddin


Nawing, Usman dan Takdir Khair yang selalu memberikan
masukan, dukungan, dan sahabat LSC lainnya yang tidak
sempat saya sebut satu-persatu.

9. Seluruh sahabat MPAI angkatan 2016 yang telah memberikan


kenangan indah, semangat dan motivasi selama perkuliahan
kepada penulis.

10. Kepada semua teman yang ikut hadir dan telah membantu
penyelesaian tesis ini yang tidak dapat penulis sebut satu
persatu.
Akhirnya kepada mereka yang telah penulis sebutkan hanya
doa yang dapat dipanjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
semoga Allah swt. yang membalaskannya dengan balasan
yang berlipat ganda. Amin.

Jakarta, Desember 2019

Harisal
DAFTAR ISI
Cover Judul……………………………………………….……………………….....i
Format Pengesahan ……………………………………….……………….……… ii
Pembimbing………………………………………………….…………………… iii
Daftar Isi ………………………………………………………………………. iv
Abstrak …………………………………………………………………….. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 10
C. Batasan Masala ......................................................................... 10
D. Rumusan Masalah .................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 11
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 11
G. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ......................................... 12
H. Metode Penelitian ..................................................................... 13
I. Sistematik Penulis ..................................................................... 14
BAB II METODE PENDIDIKAN KARAKTER
A. Pengertian ............................................................................................... 16
1. Pengertian Metode .................................................................. 16
2. Pengertian Pendidikan ............................................................. 18
3. Metode Pendidikan Karakter .................................................... 21
B. Karakter ............................................................................................. 22
1. Unsur-Unsur Karakter Para Ahli ................................................ 22
2. Fungsi Karakter ........................................................................... 25
3. Faktor-Faktor Mempengaruhi Karakter................................................ 26
4. Fungsi Pendidikan Karakter ........................................................ 38
C. Luqman Ayat 13 Dalam Tafsir Al-Misbah ............................................... 33
D. Biografi Luqman al-Hakim....................................................................... 34
E. Biografi M. Quraish Shihab ..................................................................... 37
iv
F. Tafsir al- Lubab .………….……………….…..…………………..…....39

G. Tafsir Al-Misbah Sebagai Tafsir Kontemporer .................................... 42


H. AntaraTafsir Modern atau Hermeneutik ............................................... 43
I. Sumber rujukan tafsir al-Misbah. ........................................................... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian...................................................................................... 49
B. Data Penelitian ..................................................................................... 50
C. Sumber Data .......................................................................................... 48
D. Pendekatan ........................................................................................... 51
E. Teknis Analisa Data .............................................................................. 52
F. Teknis Penulisan ................................................................................... 52
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA PENELITIAN
A. Metode Pendidikan Karakter Dalam Surah Luqman Ayat 13 Meneurut

Kitap Tafsir al-Misba .…...................................................................... 53

B. Biografi Luqmanun al-Hakim ........................................................... 55

C. Prinsip dalam pembelajaran ................................................................. 59

D. Nilai-nilai pendidikan dalam surah Luqman ayat 13 ............................ 59


E. Tafsir al-Misbah ……....……..………….………………………….…..91
F. Analisa Tetang Kajian Tafsir Al- Misba ……………………...…..… 99
1. Kelengkapannya……………………………………………….. 99
2. Perspektif Kemungkinan Untuk Di Imlementasikan Pada
Pembelajaran Dilembaga Pendidikan Formal …..……………… 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dan Saran ...………………………….….………….…….. 101

B. Daftar pustaka ...…………………………….…….….…………....…… 105

v
ABSTRAK
Nama : Harisal
NIM : 21160110000020.
Judul : Metode Pendidikan Karakter Pada Surah Luqman Ayat
13 (Studi Analisis Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab).

Penelitian bertujuan untuk menjelaskan mengenai Metode Pendidikan


Karakter Pada Surah Luqman Ayat 13. (Studi Analisis Tafsir Al-Misbah
Karya M. Quraish Shihab). Agar dapat membudayakan khususnya budaya
berfikir dan menganalisa sebagai bangsa Indonesia yang berkarakter.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
Pendekatan kualitatif, merupakan teknik penelitian yang menggunakan cara
kajian pustaka dengan pendekatan primer kitab Tafsir Al- Misbah dengan
buku-buku referensi primer untuk mendapatkan pengetahuan mendalam
terhadap pengertian dari suatu individu berdasarkan interpretasi tersembunyi,
pengertian dan motivasinya dalam mengambil suatu keputusan. Pendekatan
ini dipilih karena peneliti ingin mendapatkan pemahaman secara mendalam
dari pemahaman informasi. Selain itu, peneliti ingin mendapatkan data yang
lengkap akurat, jernih, sehingga mampu menghasilkan kesimpulan yang
maksimal dan mampu memberikan kontribusi teoritik yang besar dalam
surah Luqman ayat 13 tentang metode pendidikan karakter yang belum
pernah dihasilkan oleh peneliti terdahulu.
Hasil dari penelitian ini memahami metode pendidikan karakter pada
surah Luqman ayat 13, sehingga dapat memberikan gambaran kepada dunia
pendidikan tentang bagaimana metode pendidikan karakter pada surah
Luqman ayat 13. Selain itu penelitian ini, juga memberikan informasi tentang
nilai pendidikan karakter pada surah Luqman, tentang pemahaman konsep
baru metode pendidikan yang berkarakter.
Kata Kunci: Pendidikan, Karakter, Surah Luqman ayat 13.

vi
ABSTRACT
HARISAL: 21160110000020

Title of Thesis: The method of personal education based on the Holy


Qur'an in Surah Luqman verses 13 (a case study on the interpretation of
Al-Misbah Tafsir by Professor QuraishShehab).
This research aims to explain the values of personal education in
Surah Luqman, verses 13 (case study on the interpretation of the Al-Misbah
Tafsir by Professor QuraishShehab),The need for cultural heritage, especially
the culture of thinking in the State of Indonesia.
The approach of this research is qualitative descriptive approach. In
a way that observes, interviews and documents to gain an in-depth
knowledge of the individual's understanding based on hidden interpretations,
understandings and motivations in decision-making. This approach has been
chosen because researchers want to gain an in-depth understanding of
information. The sources of data in this research: Professor QuraishShehab,
interpretation of the lamp. And data derived from the scientific process such
as books, articles and journals that relate to this research.
The results of the research show that the values of personal
education in Surah Luqman verses 13 so that it can give an idea to the world
of education about the relationship of the values of personal education in
Surah Luqman verses 13. In addition, this research also provides information
on the values of personality in Surah Luqman, verses 13, to what extent the
educational values that have been neglected in educational institutions have
been achieved, and to understand the new concepts in Islamic science and
religion.

Keywords: Education, Character, Luqman Letter.

ii
‫الملخص‬
‫‪Harisal (NIM: 21160110000020‬‬

‫يىضىع انثحج‪ :‬طريقت تعليم الشخصيت على أساس القرآن في سورة‬


‫لقمان اآلياث ‪( 31‬دراست حالت عه تفسير المصباح لألستاذ قريش شهاب)‪.‬‬
‫َهذف هزا انثحج إنً ششح طشَقح تؼهُى انشخصُح فٍ سىسج نقًاٌ‪ ،‬اَِاخ‬
‫‪( 31‬دساسح حانح ػٍ تفسُش انًصثاح نألستار قشَش شهاب)‪ .‬انحاجح إنً انتشاث‬
‫انخقافٍ‪ ،‬وخاصح حقافح انتفكُش فٍ دونح إَذوَُسُا‪.‬‬
‫وأيا يذخم هزا انثحج فهى يُهج انكُفٍ انىصفٍ‪ .‬تطشَقحانًالحظح وانًقاتالخ‬
‫وانتىحُق الكتساب يؼشفح يتؼًقح نفهى انفشد تُا ًء ػهً انتفسُشاخ انخفُح وانتفاهًاخ‬
‫وانذوافغ فٍ اتخار انقشاس‪ .‬نقذ تى اختُاس هزا انًُهج ألٌ انثاحخٍُ َشَذوٌ انحصىل ػهً‬
‫فهى يتؼًق نفهى انًؼهىياخ‪ .‬ويصادس انثُاَاخ فٍ هزاانثحج‪ :‬األستار قشَش‬
‫شهاب‪،‬تفسُش انًصثاح‪ .‬وانثُاَاخ انًستًذج يٍ ػًهُح انؼهًُح يخم انكتة وانًقاالخ‬
‫وانًجالخ انتٍ تتؼهق تهزا انثحج‪.‬‬
‫َتائج انثحج أٌ طشَقح تؼهُى انشخصُح فٍ سىسج نقًاٌ اَِاخ‪31‬تحُج ًَكٍ‬
‫أٌ تؼطٍ فكشج نؼانى انتؼهُى حىل ػالقح قُى تؼهُى انشخصُح فٍ سىسج نقًاٌ اَِاخ‪.31‬‬
‫تاإلضافح إنً رنك‪ ،‬تىفش هزاانثحج أَضًا يؼهىياخ حىل قُى انشخصُح فٍ سىسج نقًاٌ‪،‬‬
‫اَِاخ‪ ،31‬إنً أٌ يذي تى تحقُق انقُى انتؼهًُُح انتٍ تى إهًانها فٍ انًؤسساخ‬
‫انتؼهًُُح‪ ،‬وفهى انًفاهُى انجذَذج فٍ ػهىو انذٍَ وتؼهُى اإلساليُح‪.‬‬

‫الكلماث المفتاحيت‪ :‬التعليم‪ ،‬الشخصيت‪ ،‬سورة لقمان‪.‬‬

‫‪i‬‬
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter sangatlah penting dalam dunia pendidikan


terkhusus di Indonesia saat ini. Tanpa karakter bangsa akan mengalami
disintegrasi dan mengakibatkan terjadinya kerusakan, seperti tawuran antara
pelajar, seks bebas, narkoba, pembunuhan, pelecehan seksual, bullying
hingga kasus korupsi. Fakta tersebut memberikan isyarat bahwa dunia
pendidikan wajib mengambil peran dalam upaya mencegah dan mengatasi
kehancuran moral, hal itu dilakukan guna mempersiapkan genersasi masa
depan bangsa yang lebih berkarakter. Dengan demikian pendidikan karakter
bertujuan untuk menjadikan manusia-manusia berkarakter (Shihab, 2016: 3).
Kemudian muncul gagasan akan pentingnya pendidikan karakter sebagai
solusi menjawab permasalahan tentang karakter dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Pendidikan karakter merupakan bagian dari pendidikan nilai
adalah karakter sesorang melalui sekolah. Oleh karena itu, sekolah tidak
hanya bertanggung jawab dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga dalam diri, karakter dan
kepribadian. Akan tetapi salah satu konsep yang terpenting tetap mencari
karakter beriman, professional dan unggul. (Supardi: 2015: 1).

Menurut Nasution (1982: 25), Salah satu bentuk atau tanda


keberhasilan dalam membentuk karakter bangsa adalah bukan hanya
membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, sikap penguasa tetapi
perubahan mengenai pengatahuan dalam diri individu belajar (Supardi, 2015:
2). Olehnya itu penelitian ini surah Luqman ayat 13 akan meneliti bagaimana
metode pendidikan karakter yang diterapkan Luqman terhadap anaknya
dalam membina anak yang sangat sulit dalam memberikan pemahaman
sampai menerima tentang ketauhidan kepada Allah swt. Khususnya metode-

1
metode dalam mendidik seorang anak sehingga dapat diterapkan dalam dunia
pendidikan terlebih penting penarapan dalam keluarga kita sendiri. Untuk
membentuk karakter dan kecerdasan anak didik para psikologi memukakan
bahwa dari masa kecil kanak-kanak untuk membentuk kepribadian seorang
anak. Sebenarnya inti dalam dunia pendidikan karakter membina individu
untuk membentuk perilaku adaptif. Jika dilakukan pendidikan karakter sejak
masih kecil maka akan terjadi internalisasi nilai-nilai moral dalam perilaku
anak mewarnai kepribadian leluhur pada diri anak akan meningkatkan nilai-
nilai positif pada setiap individu anak dari sejak dini hingga masa dewasa
nanti.

Sebagai hamba Allah manusia harus mendapatkan bimbingan dari


pendidik, karena anak itu dilahirkan dalam keadaan suci dan yang akan
memberikan nilai corak karakter yaitu alam atau warna terhadap nilai
kehidupan atas nilai pendidikan karakter. Dalam hal ini sangat
memperhatikan pendidikan karakter terhadap anak didik memberikan yang
sangat kongkrit. Yang tersirat surah Luaqman al-Qur‟an ayat 13 dan
penjelasan Hadits. Namun hal itu tidak mudah, apalagi di era digital ini,
perkembangan teknologi semakin canggih, tentu berdampak terhadap
perkembangan dan pergaulan anak. Olehnya itu sangat diharapkan institusi
pendidikan untuk mengoptimalkan fungsi sebagai pusat pendidikan yang
tidak hanya berfokus pada nilai kognitif dan psikomotorik saja, namun juga
dengan aktif secara afektif dalam hal ini pembentukan karakter dalam
kepribadian siswa yang harus diperhatikan. Sejalan dengan itu, kebijakan
pemerintah melalui undang-undang No. 20 tahun 2003 mengamankan agar
pendidikan tidak hanya membentuk manusia Indonesia yang cerdas, tetapi
juga berkepribadian atau berkarakter sehingga akan terlihat generasi bangsa
yang tumbuh dan berkembang dengan karakter nilai-nilai pendidikan agama
leluhur bangsa dan negara. Dengan demikian, pendidkan harus mampu
melahirkan generasi milenial yang lebih baik dari kemarin atau berkualitas,
2
mempunyai karakter beriman sekaligus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Dan pendidkan tidak mampu menghasilkan generasi yang lebih unggul
sebagaimana dalam undang-undang dasar tersebut.

Pendidikan menurut Herman Horn Amin (2016: 13) adalah


pendidikan proses abadi dari penyesuaian lebih tinggi dari makhluk yang
telah berkembang secara fisik dan mental yang bebas dan bersandar kepada
Tuhan seperti termanfestasikan pada alam semesta, intelektual, emosional,
dan kemauan dari manusia. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan
tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan dalam kamus
bahasa Indonesia, Kata dasar dari pendidikan itu adalah “didik” dan
mendapatkan imbuhan pe- dan akhiran -an. Pengertian pendidikan menurut
Redja Mudyahardjo Amin Kuneifi Elfachmi (2016: 14) Pengertian
pendidikan menjadi dua definisi secara luas dan sempit. Secara luas,
pendidikan adalah hidup pendidikan adalah segala pengalaman yang
berlangsung dalam segala pengalaman belajar yang berlangsung segala
situasi hidup. Sedangkan dalam arti sempit, pendidikan adalah sekolah.
Pendidikan adalah pengajar yang diselenggarakan di sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah untuk penuh hubungan dan
tugas-tugas social harus diserahakan sepenuh kepada sekolah sangat
berperang penting untuk kelanjutan generasi muda lebih bangsa khususnya di
setiap individu agar dunia pendidikan sangat berperang penting dalam
perubahan karakter setiap anak. Pengertian Ki Hajar Dewantara Amin
Kuneifi Elfachmi (2016:18) pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia
pendidikan mengarahkan manusia untuk mengatahui tujuan hidup. Dengan

3
mengetahui tujuan hidup inilah manusia dapat terhindar dari penderitaan dan
mendapatkan kebahagiaan.

Anjuran untuk mengabdi hanya kepada Allah dipertegas dalam al-


Qur‟an surah al-Bayyinah ayat 5 sebagai berikut:

ْ ُ‫ ُۡؤر‬َٝٗ َ‫صيَ ٰ٘ح‬


‫٘ا‬ ِ ِ‫ٱَّللَ ٍُ ۡخي‬
ْ َُ ِٞ‫ُق‬َٝٗ ‫َِ ُحَْفَبٓ َء‬ٝ‫َِ ىَُٔ ٱى ِّذ‬ٞ‫ص‬
‫٘ا ٱى ا‬ ‫ٗا ا‬ ْ ‫َ ۡعجُ ُذ‬ِٞ‫َٗ ٍَبٓ أ ُ ٍِش ُٓٗ ْا إِ اَّل ى‬
‫ِّ ََ ِخ‬َٞ‫ِ ۡٱىق‬ٝ
ُ ‫ل ِد‬ َ ِ‫ٱى از َم ٰ٘حَ َٗ ٰ َرى‬
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Manusia diciptakan di dunia hanya untuk menyembah pada Allah swt.


umat manusia diharamkan menyekutukan Allah terlebih jika seorang manusia
berbuat maksiat, tapi di proritaskan beribadah sekaligus dibarengi dengan
keikhlasan dan ketulusan hati. Sebagaimana hal tersebut dapat dipahami
bahwa nilai ibadah tidak diukur dari kuantitas, akan tetapi dinilai dari
kualitas, di antaranya kualitas ibadah yang paling diutamakan adalah
keikhalasan untuk mencapai keridhaan Allah swt. Dalam al-Quran, ada
sekitar 972 kata Rabb dalam berbagai bentuknya, yang tersebar dihampir
semua surah dalam al-Quran yang pada umumnya hubungan dengan kata
benda (isim), yang dapat diartikan sebagai pemelihara, pendidik, dan
membesarkan. (Muhammad Fu‟ad, 1991: 362). Berangkat dari pengertian ini,
maka tarbiyah dapat didefinisikan sebagai proses bimbingan terhadap potensi
manusia (jasmani, ruh dan akal) secara maksimal agar dapat menjadi bekal
dalam menghadapi kehidupan dan masa depan (H. Jalaluddin, 2003: 72).
M. Quraish Shihab menggambarkan bahwa kata Rabb
menggambarkan Tuhan dengan sifat-sifat-Nya (sifat-sifat fi‟il-Nya). Dia
Allah Rabbun dalam arti Dia mendidik, Dia memelihara, pendidikan, dan
pemeliharaannya itu antara lain dengan menganugerahkan rezeki,
mencurahkan rahmat, mengampuni dosa, namun sekaligus menyiksa dalam
4
rangka pemeliharaan dan pendidikan-Nya. Dalam bentuk kata benda, kata
Rabb ini digunakan juga untuk Tuhan”, mungkin karena Tuhan Juga bersifat
mendidik, mengasuh, memelihara, malah mencipta. (Zakiyah Daradjat, 2006:
26.). Oleh karena itu, kata Rabb bisa mengandung dua pengertian, bisa
berarti Tuhan dan juga bisa diartikan sebagai pendidik, pemelihara,
pengasuh. Namun, kedua pengertian tersebut bisa dipadukan dengan
menempatkan kata mendidik, mengasuh, memelihara sebagai sifat Tuhan.
Selain kata Rabb, kata yang memiliki persamaan dengan kata itu adalah kata
ta‟lim. Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa kata ta‟lim, berarti pengajaran.
Kata ta‟lim dengan kata kerjanya Allama, juga sudah digunakan pada zaman
Nabi baik dalam al-Qur‟an, hadits atau pemakaian sehari-hari. Dalam al-
Quran, kata allama diulangi sebanyak 4 kali, yakni pada surah al-Baqarah
ayat 31, al-Rahman ayat 2, dan al-Alaq ayat 4 dan 5. (Muhammad Fuad Abd
al-Baqy, 1991: 603) Kata ini lebih banyak digunakan daripada kata tarbiyah
tadi. Dari segi bahasa, perbedaan arti kedua kata itu cukup jelas. Pemerintah
merumuskan tujuan pendidikan secara rinci yang terdapat pada undang-
undang tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri agar memiliki potensi spritual keagamaan,
pengendalian dari, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Pendidikan tidak hanya diwajibkan bagi orang dewasa atau pun lanjut
usia akan tetapi sangat di anjurkan bagi anak di usia dini, karena
pembentukan karakter jauh lebih mudah di usia dini. Juga pendidikan tidak
hanya diperoleh di lingkungan kerja, tetapi juga di lingkungna masyarakat.
Untuk mencapai cita-cita apa yang kita inginkan contohnya yang ada di atas,
khususnya di sekolah, mengharuskan bagi siswa untuk mempelajari mata
pelajaran yang sudah ditentukan (Arifin, 2002: 15-16). Pendidikan tidak

5
hanya diberikan kepada anak-anak, akan tetapi kepada remaja bahkan orang
dewasa, juga lanjut usia. Selain itu pendidikan tidakhanya dilakukan pada
lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja. Untuk mewujutkan cita-
cita pendidikan di atas, khususnya di sekolah mengharuskan peserta didik
untuk mempelajari mata pelajaran yang sudah ditentukan. Dalam budaya
Islam, ilmu dapat ditemukan untuk mencapai kebenaran, yaitu dapat mencari
hal sebenar-benaranya. Dengan itu dapat mencari kebenaran informasi, dan
bagi umat islam sangat deperlukan untuk meminta kepada Allah agar dapat
diberi petunjuk kebenaran yang sesungguhnya, agar tidak semua terlihat
benar, dan tidak terlihat salah. (Kartanegara, 2006: 50).

Salah satu pelajaran agama yang wajib dipelajari bagi orang muslim
adalah pendidikan agama Islam sebagaimana yang tercantum dalam al-
Qur‟an surah al-Mujadilah ayat 11:

‫ٱَّللُ ىَ ُنٌۡ ۖۡ َٗإِ َرا‬


‫ح ا‬ ۡ ْ ‫ش فَ ۡٲف َضح‬
ِ ‫َف َض‬ٝ ‫ُ٘ا‬
ۡ
ِ ِ‫ ٱى ََ ٰ َجي‬ِٜ‫ُ٘ا ف‬ْ ‫ َو ىَ ُنٌۡ رَفَ اضح‬ِٞ‫َِ َءا ٍَُْ ٓ٘ ْا إِ َرا ق‬ٝ‫َُّٖب ٱىا ِز‬َٝ‫َٓأ‬ٰٝ
‫٘ا ۡٱى ِع ۡي ٌَ د ََس ٰ َجذ‬ ْ ُ‫َِ أُٗر‬ٝ‫٘ا ٍِْ ُنٌۡ َٗٱىا ِز‬ ْ ٍَُْ ‫َِ َءا‬ٝ‫ٱَّللُ ٱىا ِز‬ ْ ‫ٗا فَٲّ ُش ُز‬
‫ ۡشفَ ِع ا‬َٝ ‫ٗا‬ ْ ‫ َو ٱّ ُش ُز‬ِٞ‫ق‬
‫ش‬ٞ‫ٱَّللُ ِث ََب رَ ۡع ََيَُُ٘ َخ ِج‬‫َٗ ا‬

Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:


"Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Umat manusia diciptakan hanya mendekatkan diri pada Allah swt.
Ilmu sangat diperlukan dalam beribadah, karena tanpa ilmu sangat berbeda
kualitas ibadah dengan orang yang tidak berilmu, utamanya dalam
memahami tetang keikhlasan dalam melaksanakan ibadah sebagai mana yang
dianjurkan dalam al-Qur‟an maupun dalam hadits. Sebagai contoh seorang
shalat karena ingin dilihat taat atau rajin dalam beribadah supaya
mendapatkan sanjungan dari orang lain, maka dihadapan Allah tidak bernilai

6
apa-apa bahkan bisa jadi akan berdampak pada dirinya sendiri baik di dunia
maupun di akhirat kelak. Di antara kualitas ibadah yang paling utama adalah
keikhlasan untuk mencapai keridhaan Allah swt. Penyebab kecenderungan
setiap individu menjadikan materi sebagai tujuan utama hidup tanpa
mengindahkan etika moral dalam perolehannya. Disebabkan Pengaruh neo-
klasik yang lebih mengutamakan pemenuhan kehidupan material telah
menjadikan bangsa semakin jauh ciri-ciri leluhurnya. Manusia yang
bermartabat tidak lagi dipandang dari segi tingkat keluhuran budi pekertinya,
tetap lebih dari segi tingkat kelimpahan materinya. Penghargaan lebih kepada
kemampuan ekonomi bukan lagi dari keluhuran budi pekerti. (al-Attas, 1979:
1). Bicara soal etika dan moral, sangat diperlukan dalam sistem pendidikan
berbasis karakter di Indonesia. Sistem pendidikan berbasis karakter atau
pendidikan karakter merupakan bagian esensial yang menjadi tugas lembaga
pendidikan, tetapi selama ini kurang diperhatikan. Akibat minimnya
perhatian terhadap pendidikan karakter dalam lembaga pendidikan
menyebabkan berkembangnya berbagai patologi sosial di masyarakat. Di
Indonesia sendiri, pelaksanaan pendidikan karakter saat ini memang sangat
dibutuhkan secara mendesak. Potret situasi masyarakat bahkan situasi dunia
pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok pengarusutamaan
(mainstreaming) implementasi pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan
karakter di Indonesia amat perlu pengembangannya bila mengingat makin
meningkatnya tawuran antar pelajar, seks bebas, serta bentuk-bentuk
kenakalan remaja lainnya terutama di kota besar, pemerasan/kekerasan
(bullying), kecenderungan dominasi senior terhadap junior, pergaulan bebas,
penggunaan narkoba, dan sebagainya.

Tidak sedikit tokoh pendidikan di Indonesia yang telah banyak


membahas masalah pendidikan karakter di bangsa ini dari mulai konsep dasar
sampai pada penerapannya baik dari jenjang sekolah dasar sampai menengah
bahkan perguruan tinggi. Semua itu dilakukan sebagai sebuah kesadaran
7
yang tinggi akan pentingnya pendidikan karakter dengan tujuan, yaitu
terpeliharanya generasi penerus bangsa yang memiliki kepribadian religius,
berakhlakul karimah, berpikir kritis, inovatif, toleran, moderat, terbuka dan
mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta di landasi
dengan iman dan takwa (IMTAK) yang tinggi. Pemerintah memperlakukan
sistem kurikulum yang berkarakter di setiap institusi pendidikan di Indonesia,
merupakan salah satu tujuan dalam menyikapi karakter bangsa yang unggul
dan kokoh untuk generasi masa yang akan datang, utamanya dalam
mengantisipasi generasi yang akan meneruskan bangsa agar jauh dari
perilaku yang bersifat negatif terlebih dalam menghadapi generasi milenial
yang sangat memprihatinkan, dalam pergaulan bebas, dalam fasilitas
teknologi yang semakin marak membuat sulit diatasi, maka di sinilah
perlunya adanya pendidikan karakter untuk membentuk insan yang
berkepribadian baik dan religius. (Zubaedi, 2011: 19).

Tanpa akhlak yang mulia dan karakter yang baik kecerdasan


intelektual tidak mampu untuk menghasilkan nilai jauh lebih baik. Maka dari
itu akhalak dan karakter adalah sesuatu yang sangat mendasar dan saling
melengkapi. Manusia yang tidak beradab adalah manusia tidak berkarakter
atau tidak berakhlak mulia maka seperti ini tidak memiliki harga diri atau
nilai sama sekali . Karakter atau akhlak mulia harus dibangun, sedangkan
membangun akhlak mulia membutuhkan sarana yang salah satunya adalah
jalur pendidikan. (Zubaedi, 2011: 19). Pendidikan bisa dilakukan di mana
saja, tidak hanya di sekolah atau madrasah, akan tetapi bisa juga dilakukan di
rumah (keluarga), maupun di lingkungan masyarakat. Untuk menyegarkan
kembali konsep pendidikan yang akan mampu membentuk karakter dan
membangun akhlak mulia para peserta didik, penulis akan mencoba
menguraikan kembali hakikat pendidikan karakter melalui perspektif
pendidikan Islam.

8
Al-Qur‟an diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad agar
menjadi pedoman hidup bagi segenap manusia yang berfungsi sebagai
huudan (petunjuk) dan bayyinah (penjelas) atas petunjuk yang telah
diberikan, serta furqon (pembeda) antara yang haq (benar) dan yang bathil
(salah). Sebagai tujuan manusia dapat hidup dengan berdasarkan akhalak dan
moral yang mulia. Selain mengandung nilai moral, al-Qur‟an juga berisikan
tentang asas atau fondasi kokoh bagi kelangsungan hidup manusia. Islam
mengharuskan pemeluknya supaya menjadi umat yang berpendidikan. Karna
ilmu, wadah untuk meningkatkan kepribadian seorang muslim. Dengan ini,
kita sering mendapatkan Islam menata bagaimana proses dalam pembelajaran
yang jauh lebih baik. Al-Aynayni berpendapat bahwa strategi ajaran Islam
dibagi menjadi tiga bagian yaitu, bagian syariah, (aturan-aturan hukum
tentang ibadah akidah (keyakinan), dan muamalah), serta bagian akhlak.
Ketiga bagian ini tidak bisa dipisahkan dalam ajaran Islam, tetapi harus
menjadi satu kesatuan utuh yang saling mempengaruhi. (1980: 153-217).

Akidah merupakan fondasi yang menjadi tumpuan untuk terwujudnya


akhlak dan syariah. Sementara itu, syariah merupakan bentuk bangunan yang
akan bisa terwujud dan berdiri kokoh apabila dilandasi oleh akidah yang
benar dan akan mengarah pada pencapaian akhlak (karakter) yang seutuhnya.
Dengan demikian, akhlak (karakter) sebenarnya merupakan hasil atau akibat
terwujudnya bangunan syariah yang benar yang dilandasi oleh fondasi akidah
yang kokoh. Tanpa akidah dan syariah, mustahil akan terwujud akhlak
(karakter) yang sebenarnya. Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa
pendidikan karakter dalam perspektif Islam adalah pendidikan akhlak, yaitu
pendidikan yang mengantarkan manusia agar dapat bersikap berperilaku
sesuai dengan nilai karakter Islam. (1964:39). Dengan demikian, esensi
pendidikan Islam adalah pendidikan yang berupaya membina karakter peserta
didik agar memiliki karakter mulia. (Imam Ghazali, 1992: 178). Dalam Islam
penggagas pendidikan karakter yang sudah ada sejak jaman dahulu adalah
9
Nabi Muhammad, yang merupakan teladan bagi umat manusia seluruh alam.
Di dunia ini tidak ada satu makhluk pun yang lebih berkarakter dari pada
nabi Muhammad.

‫ ِخ َش‬ٟ‫َْ٘ ًَ ْا‬ٞ‫شْ جُ٘ اىياـَٔ َٗ ْاى‬َٝ َُ‫ َسصُ٘ ِه اىياـ ِٔ أ ُ ْص َ٘حٌ َح َضَْخٌ ىِّ ََِ َمب‬ِٜ‫ىاقَ ْذ َمبَُ ىَ ُن ٌْ ف‬
‫شًا‬ِٞ‫َٗ َر َم َش اىياـَٔ َمث‬

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah bagi kalian contoh
yang baik bagi orang yang mengharap pertemuan dengan Allah dan hari
akhir dan mengingat Allah dengan dzikir yang banyak.” (QS. Al-Ahzab: 21).

Bab akhlak dalam syariat Islam adalah bab yang sangat luas, tidak
khusus dalam pergaulan sesama makhluk. Akan tetapi akhlak dan adab juga
antara seorang hamba dan Tuhannya. Juga dengan Rasulullah saw. dan
akhlak juga di antara sesama manusia. Dengan demikian, penulis tertarik
untuk mengkaji dan memahami ajaran Islam secara mendalam guna untuk
menuangkan ide-ide segar dan memberikan sedikit sumbangsih ilmu
pengetahuan bagi dunia pendidikan di tanah air serta memberikan secercah
cahaya pencerahan dunia pendidikan.

Dari latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul penelitian


Metode Pendidikan Karakter Pada Surah Luqman Ayat 13 (Studi Analisis
Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab).

B.Identifikasi Masalah

1. Kurangnya pemahaman orang tua terhadap metode kerakter yang efektif.


2. Perlunya pemahaman metode pendidikan karakter melalui surah Luqman
ayat 13 akan tapi banyak pendidik tidak memahami urgensinya.
C. Batasan Masalah

Merupakan upaya untuk menetapkan batasan-batasan permasalahan


yang memungkinkan untuk diidentifikasi faktor mana yang termasuk dalam

10
ruang lingkup permasalahan, dengan ini penulis membatasi permasalahan
yang akan penulis bahas antara lain:

1. Pertama, Penelitian ini secara spesifik mengkaji tentang penjabaran


metode pendidikan karakter dalam al-Qur‟an, surat Luqman ayat 13.
2. Kedua, penelitian ini dibatasi pada tafsir al-Misbah surah Luqman ayat
13..
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,


maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seperti apa penjabaran metode pendidikan karakter di dalam surah


Luqman ayat 13 dalam tafsir al-Misbah M. Quraish Shihab?
2. Bagaimana penerapan metode pendidikan karakter yang terkandung dalam
al-Qur‟an surah Luqman ayat 13 dalam tafsir al-Misbah M. Quraish
Shihab ?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui metode pendidikan karakter pada surah Luqman ayat


13.

2. Untuk mengetahui bagaimana penyebaran pendidikan karakter masa kini.


3. perlunya pemahaman metode pendidikan karakter melalui surah Luqman
ayat 13.

F. Manfaat Penelitian

Secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk menelaah tentang


metode pendidikan karakter dalam al-Qur‟an, surat Luqman ayat 13 dan
penerapan.

Adapun manfaat teoritis dalam penelitian ini ialah diharapkan dapat


menjadi sumbangan metode pendidikan karakter, dalam al-Qur‟an, surat

11
Luqman ayat 13 dan penerapan sedangkan manfaat praktis dalam penelitian
ini dapat bermanfaat kepada berbagai pihak yaitu:

a. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran


dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
b. Bagi penulis dan peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
acuan untuk melakukan penelitian lanjutan khususnya yang berkaitan
dengan metode pendidikan dan karakter surah Luqman ayat 13.

Bagi generasi dan masyarakat umum, penelitian ini dapat dijadikan


sebagai bahan acuan dan bacaan untuk mengenal dan memahami metode
pendidikan karakter berdasarkan al-Qur‟an Pada Surat Luqman Ayat 13.

G. Peneliti Terdahulu Yang Relevan

Beberapa tulisan dan peneliti terdahulu yang dilakukan oleh peneliti


lain atau para ahli yang penulis anggap sebagai penelitian yang relevan guna
menujukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Abdul Majid dan Dian andayani dalam bukunya yang berjudul”


Pendidikan Karakter Prespektif Islam” yang diterbitkan oleh PT
Remaja Rosdakarya pada Mei 2011 ini menjelaskan tetang konsep dasar
pendidikan karakter dan asensi-asensi pendidikan karakter yang
terkandung dalam ajaran agama Islam. Disamping itu Abdul Majid
menjelaskan tinjauan Islam tentang pendidikan karakter juga stratergi
yang digunakan mendekatkan karakter dalam proses pendidikan. Abdul
Majid juga mengutip ajaran-ajaran yang disampaikan dalam al-Qur‟an
yang terdapat dalam surah Luqman dan pesan-pesan yang disampaikan
untuk menjadi pelajaran bagi pendidikan di negeri ini dalam
mengembangkan pendidikan karakter. Sedangkan
2. Ahmad cecep “ Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Islam” Dalam
Tulisannya Dia Memapaparkan Tentang Nilai Pendidikan Karakter
Dalam Novel Ada Surga Di Rumahmu dan Novel Sangkala Lima. Tesis
12
ini yang relevan dengan bagaimana meneliti nilai-nilai metode
pendidikan karakter dalam sebuah karya atau dalam al-Qur‟an.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Walid “ Model pendidikan
karakter di perguruan tinggi Agama Islam (studi tetang pendidikan
karakter berbasisi Ulul albab di Universitas Islam Maulana Malik
Ibrahim Malang)”,dalam tulisan dia memaparakan bahwa metode yang
digunakan dalam pembentukan karakter J-CRES (Jihat, jihad, Cretif,
Inovative, Critis, Religius, Excellence) berbasisi Ulul Albab Adalah
melalui : (1) Program pendidikan perpaduan pesantren perguruan tinggi;
(2) Mata kuliah Tarbiyah Ulul Albab; (3) Kegiatan Intra Kurikuler dan
Ekstrakurikuler. (Walid,2011:1) Dimana penelitian tentang Metode
Pendidikan Karakter Berbasisi Ulumul Albab yang relevan dengan
penelitian yang akan saya teliti tentang metode nila-nilai pendidikan
karakter dalam surah luqman ayat 13 yang lebih spisifik.
4. Doni Koesoema dalam bukunya “Pendidik Karakter Strategi pendidikan
anak disaman Global” yang diterbitkan oleh kompas gramedia pada
tahun 2007 dan direvisi pada September 2011 yang menjelaskan tetang
sejarah pendidikan karakter sejak saman Nabi Muhammada saw., zaman
romawi, hingga perkembangan pendidikan karakter yang terjadi di
Indonesia. Selain itu Doni Koesoma dalam bukunya menjelaskan
pengertian pendidikan karakter secara luas dan pengertian pendidikan
secara khusus. Buku ini relevan dengan pembahasan yang penulis akan
tuankan, namun lagi-lagi penulis mengaitkanya dengan Surah luqman
ayat 13 mengenai nilai-nilai pendidikan karakte dalam surah luqman
ayat 13 dalam metode pengajaran seorang pendidik yang jau lebih baik
dan tujuan akan tercapai.
H. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analisis


komparatif dengan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan
13
investigasi, karena biasanya mengumpulkan data dengan cara langsung dan
berintraksi dengan orang-orang yang ada ditempat penelitian. Penelitian
kualitatif dapat juga diartikan sebagai jenis penelitian yang temuannya tidak
diperoleh melalui prosudur data statistik atau bentuk hitungan.

Peneliti yang menggunakan pendekatan ini harus mampu


mengintepretasikan segala fenomena dan tujuan melalaui penjelasan.
Pendekatan kualitatif sangat penting untuk memahami suatu fenomena sosial
dan perspektif individu yang akan ditelit tentang Metode Pendidikan
Karakter Berdasarkan al-Qur‟an Pada Surat Luqman Ayat 13. (Studi Kasus
pada Tafsir al-Misbah karya M.Quraish Shihab).

I. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dan penelaah yang jelas dalam


membaca tesis ini, maka disusunlah sistematika penulisan tesis ini secara
garis besar adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan Pada Bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan tesis.

Bab II Landasan Teori Pada Bab ini akan dikemukakan tentang konsep
metode pendidikan karakter (pengertian metode pendidikan karakter, dasar
pelaksanaan pendidikan karakter, ciri-ciri pendidikan karakter, tujuan
pendidikan karakter, prinsip-prinsip pendidikan karakter, komponen
pendidikan karakter, dan metode pendidikan karakter) dan mengenal lebih
dekat tafsir al-Misbah yang menjelaskan tentang biografi M.Quraish Shihab,
metode dan corak tafsir al-Misbah, serta karakteristik kitab tafsir al-Misbah.

Bab III Kajian Tafsir Berisi metode pendidikan surat Luqman ayat 13 dalam
kitab tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab

14
Bab IV Berisi hasil pengkajian identivikasi metode pendidikan karakter surah
Luqman ayat 13 dalam kitab tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab.

Pembahasan Berisi penerapan konsep metode pendidikan karakter dalam al-


Qur‟an surat Luqman ayat 13 dalam kitab tafsir al-Misbah dan penerapan
konsep pendidikan karakter masa kini.

Bab V Penutup Berisi kesimpulan dan saran. Bab Penutup memuat


kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-saran dan kalimat
penutup yang sekiranya dianggap penting dan daftar pustaka.

15
BAB II
METODE PENDIDIKAN KARAKTER
A. Pengertian

1. Pengertian Metode

Metode berasal dari kata Yunani methodos yang berarti cara atau
jalan yang ditempuh. Sehubungan upaya ilmia, maka metode berarti
cara yang ditempuh untuk memahami objek yang menjadi sasaran
ilmu yang bersangkutan. Bagaimana fungsi metode pendidikan?
untuk mencapai sebuah tujuan atau bagaimana membuat sesuatu agar
mengacu dari beberapa hal dapat mencapai sebuah tujuan pendidikan
yang akan dicapai. Metode dapat mengacu dari beberapa hal berikut:
metode ilmiah adalah langka-langka yang ditempuh untuk mencapai
keilmiahan. Metode dalam ilmu komputer adalah suatu kode yang
digunakan untuk mengerjakan suatu tugas. Metode dalam musik
seperti buku tes yang membantu untuk memantu para murid
memainkan alat musik. Metode suatu usaha untuk mencari jalan agar
pesera didik dapat menerima pembelajar juga memaknai dalam
sebuah proses pembelajaran. Syaeful Bahri mengatakan bahwa “
metode adalah salah satu cara atau teknik agar mampu menerapkan
pengetahuan dan pengalaman untuk memecahkan setiap masalah.
Menurut Jumanta Hamda Yaman, metode ialah “cara yang di gunakan
oleh pendidik bagaimana pelajaran yang disampaikan dapat diterima
oleh peserta didik. Dalam uraian berbagai pendapat tentang definisi
atau makna dapat disimpulkan bahwa metode adalah sebuah cara
bagaimana ilmu yang disampaikan peserta didik dapat diserap
ataupun dapat disimpulkan sebagaimana tujuan pembelajaran yang
disampaikan peserta didik.

16
Menurut Komaruddin Hidayat bahwa, metode jauh lebih penting
daripada materi pelajaran, hal ini dapat kita liat realitas bahwa
bagaimanapun kesulitan materi pelajaran akan ditentukan oleh siapa yang
menyampaikan begitupula yang paling penting memahami metode
pembelajaran dalam menyampaikan. Menurut Ibnu Khaldun sebagaimana
dikutip oleh Ahmad Sa‟ad Mursa bahwa “ilmu-ilmu pengetahuan dalam
kaitannya dengan proses pendidikan, sangat tergantung pada guru dan
bagaimana mereka mempergunakan metode yang tepat dan baik. Oleh
karena itu, guru wajib mengetahui faedah dari metode yang digunakan.
Dalam suatu proses pembelajaran tenaga pendidik perlu menyampaikan
materi yang mudah dipahami anak didik dengan metode yang berbeda-
beda dalam sekali menyampaikan materi karna pelajaran berbeda juga
tingkat kesulitan jadi harus menyesuaikan pelajaran dengan metode
pembelajaran, semakin sulit pelajaran yang akan disampaikan maka guru
akan semakin rileks dalam menyampaikan dengan menyiapkan metode
demonstrasi ataupun yang lainnya dengan belajar sambil bermain.

Dalam suatu dunia pendidikan sangat diperlukan seorang pendidik


metode pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan yang akan
dicapai. Karna semakin tepat metode yang digunakan akan semakin baik
dunia pendidikan dan kan mendukung sumberdaya manusia baik dalam
persaingan atara negara maupun kualitas pembangunan dalam negeri.
Adapun pengertian dan defenisi metode menurut para ahli antara lain:

a) Rothwell & Kaznas : Metode adalah cara, pendekatan atau proses


untuk menyampekan informasi.

b) Titus: Metode adalah langka yang teratur terpola untuk


menegaskan bidang keilmuan dengan rangkaian cara.

c) Macquarie: Metode adalah suatu rencana tertentu berkenang


melakukan sesuatu.

17
d) Wiradi: Metode adalah suatu langka yang sudah diatur sistematis
dari beberapa seperangkat yang sudah disiapkan dengan urutan
logis.

e) Almadk: metode adalah suatu penemuan, pengesahan dan


penjelasan dengan cara penerapan prinsip-prinsip yang logis.

f) Ostle: Metode adalah sutu pengejaran untuk mencapai inter-relasi.

g) Dr. agus M. Hadjana: Metode adalah cara yang sudah diatus


sitematis dalam pikiran dan mengikuti langkah-langkah untuk
mencapai tujuan yang akan kita capai.

h) Heber Bison : Metode adalah tekhnik yang digunakan


digenerasikan dengan baik agar dapat diterima dan dapat
digunakan disiplin peraktek dan dibidang disiplin praktek.

i) Max Siporin : Metode adalah tugas-tugas yang nyata sebuah


orientasi yang aktif yang mengarah pada pensyaratan.

j) Rosdy Ruslan : Metode adalah kegiatan ilmiah yang bekaitan


sesuatu cara kerja (sistemastis) untuk lebih memahami subjek dan
objek penelitian suatu upaya untuk menemukan jawaban yang
dapat dipertanggujawapkan secara ilmiah.

k) Nasir: metode adalah cara untuk memahami objek sebagai ilmu


yang bersangkutan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas metode adalah cara kerja yang


sistematis dengan upaya untuk mencapai pendidikan yang ditentukan atau
tujuan yang hendak dicapai.

2. Pengertian Pendidikan

Pendidikan dapat di maknai usaha untuk membimbing dan


meningkatkan kepribadian manusia dalam berbagai aspek kehidupan baik

18
secara ruhani maupun jasmani dengan cara bertahap. Pengertian Pendidikan
dari berbagai para ahli yang berbeda mengenai pengertian pendidikan sesuia
dengan pengalaman dan memahami pendidikan itu sendiri. Sebagai berikut:

a) H. Home : mengartikan pendidikan suatu proses untuk


menyesuaikan manusia dengan seseorang alam tabiatnya yaitu
kosmos.

b) D. Marimb: menyertakan bahwa pendidikan adalah binaan seorang


pendidik untuk peserta didik dalam mengembangkan ruhani
maupun jasmani secara cerdas memiliki kepribadian yang jauh
lebih berkualitas.

c) Ayzumardi Azra: mengartikan pendidikan merupakan peroses


yang dirancang suatu bangsa dalam mempersiapkan generasi untuk
memaknai hidup tujuan yang sama efektif dan efisien.

d) Ahmad Tafsir: mendefinisikan pendidikan secara garis besar


sebuah implementasi pribadi atau dari seseorang ada hubungan
dengan orang lain dan lingkungannya dalam sebuah aspek baik
ruhani maupun jasmani termasuk hati dan akal. Dengan demikian,
pendidikan bukan hanya mencerdaskan akan tetapi juga seluruh
aspek terhadap peseta didik.

e) Abd al-Rahman al-Nahlawani: memaknai pendidikan menjaga


kesucian anak, mendukung seluruh karakter seorang anak sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki seorang anak murid.

f) Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan adalah


tuntunan seluruh yang dimiliki anak sehingga nantinya hidup
dalam masyarakat dengan kebahagian semaksimalnya (Suyuti,
2005: 52).

19
Adapun pendapat tokoh yang terdahulu tentang pendidikan sebagai
berikut:

John Dewey: Menurutnya pendidikan merupakan suatu proses pengalaman.


Karena kehidupan merupakan pertumbuhan, maka pendidikan berarti
membantu pertumbuhan batin manusia tanpa dibatasi oleh usia. Proses
pertumbuhan adalah proses penyesuaian pada setiap fase dan menambah
kecakapan dalam perkembangan seseorang melalui pendidikan. Carter
Rogers: Mengartikan pendidikan sebagai suatu proses perkembangan
kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam
masyarakat. Proses dimana seseorang dipengaruhi oleh lingkungan yang
terpimpin khususnya di dalam lingkungan sekolah sehingga. dapat mencapai
kecakapan sosial dan dapat mengembangkan kepribadiannya. M.J.
Langeveld: Pendidikan merupakan upaya dalam membimbing manusia yang
belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah suatu usaha dalam
menolong anak untuk melakukan tugas-tugas hidupnya, agar mandiri dan
bertanggung jawab secara susila. Pendidikan juga diartikan sebagai usaha
untuk mencapai penentuan diri dan tanggung jawab. Herman H. Horn
Beliau berpendapat bahwa pendidikan adalah suatu proses dari penyesuaian
lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisik dan mental
yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam
sekitar, intelektual, emosional dan kemauan dari manusia.

Maka dari pendapat para ahli atau tokoh tentang pendidikan dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses mengantarkan manusia
menjadi lebih mulia dan mencapai tujuan yang akan dicapai, memanusiakan
manusia sekaligus kewajiban bagi manusia dalam menuntut ilmu
sebagaimana dalam surah Al-Mujadilah Ayat 11.

20
3. Metode Pendidikan Karakter

Menurut Megawangi Metode pendidikan karakter adalah bagaimana


seorang pendidik memberikan gambaran agar anak-anak dapat mengambil
keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga dapat mempersembahkan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak
agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya
kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Scerenko beranggapan bahwa
metode pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-
sungguh dengan ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan
diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak
dan pemikir besar), serta praktik emulasi yaitu usaha yang maksimal untuk
mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari (Samani, 2013:
44). Seorang filsuf Yunani Heraclitus mengatakan bahwa, “karakter adalah
takdir”. Karakter membentuk takdir seseorang. Takdir tersebut menjadi takdir
seluruh masyarakat. Dalam karakter warga Negara,” terletak kesejahtraan
bangsa. Lebih dari satu abad yang lalu Harvad University, Ralph Waldon
Emerson menegaskan, bahwa karakter lebih tinggi dari kecerdasan.

Pendidikan karakter akan meningkatkan kognitif, afektif, dan perilaku


manusia yang lebih bermoral. Lickona mengatakan perilaku itu sebenarnya
karakter baik sikap maupun perbuatan, ideal disebut sebagai pendidikan
karakter luhur. Konsep ini mencakup makna etik dan etiket sekaligus.
Artinya, Metode pendidikan karakter adalah nilai, aturan baik buruk yang
harus diaplikasikan dalam perilaku sehari-hari. Menurut seorang psikolog
“yang paling kuat pengaruh adalah moral dan pendidikan karakter Marfin
Berkowitz, adalah “Cara orang memperlakukan satu sama lain” (Lickona,
2016: 214).

21
B. Karakter

Secara etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari


bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave” . Kata
“to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau
menggoreskan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan
dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, kepribadian, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak. Karakter juga bisa
berarti huruf, angka, ruang, simbul khusus yang dapat dimunculkan pada
layar dengan papan ketik. Orang berkarakter berarti orang yang
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak. Sementara
menurut istilah (terminologis) terdapat beberapa pengertian tentang karakter,
sebagaimana telah dikemukakan oleh beberapa ahli,.

1. Unsur-Unsur Karakter Para Ahli

a. Menurut Thomas Lickona karakter adalah “A reliable inner disposition


to respond to situations in a morally good way.” Yang berarti suatu
watak terdalam untuk merespons situasi dalam suatu cara yang baik
dan bermoral. Selanjutnya, Lickona menambahkan, “Character so
conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling,
and moral behavior”. Artinya: karakter tersusun terbagi kedalam tiga
bagian yang saling terkait, yaitu pengetahuan tentang moral, perasaan
bermoral, dan perilaku bermoral).

b. Hermawan Kartajaya mendefinisikan karakter adalah ciri khas yang


dimiliki oleh suatu benda atau individu (manusia). Ciri khas tersebut
adalah asli, dan mengakar pada kepribadian benda atau individu
tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana seseorang
bertindak, bersikap, berujar, serta merespons sesuatu.

c. Menurut Fuad Wahab, istilah karakter sama dengan istilah akhlak


dalam pandangan islam. Dalam berbagai kamus, (Character) dalam
22
bahasa Arab diartikan Khuluq, sajiyya, thab‟u. Yang dalam bahasa
Indonesia di terjemahkan dengan syakhshiyyah atau personality,
artinya kepribadian. Dengan makna seperti itu berarti karakter identik
dengan kepribadian atau akhlak.

d. Menurut Doni Koesoema, Kepribadian merupakan ciri atau


karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari
bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga
pada masa kecil, dan juga bawaan sejak lahir.

e. Sedangkan Imam al-Ghazali menganggap bahwa karakter lebih dekat


dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau
melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga
ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.

f. Winnie memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian


tentang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang
bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau
rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk.
Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong,
tentulah orang memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah
karakter erat kaitanya dengan “personality”. Seseorang baru bisa
disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah
lakunya sesuai moral.

Berdasarkan pada pengertian tersebut dapat dimaknai, bahwa karakter


adalah sifat manusia lahir dari dirinya yaitu baik atau buruk itulah sifat
aslinya disetiap individu. Sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur‟an,
manusia adalah makhluk dengan berbagai karakter. Dalam kerangka besar,
manusia mempunyai dua kecenderungan karakter yang berlawanan. yaitu
karakter buruk atau sebaliknya. Allah menunjukan jiwa manusia itu kepada
sesuatu yang dapat mengakibatkan kefasikannya dan ketakwaannya, lalu

23
menjelaskan kepadanya tentang mana yang baik dan mana yang buruk.
Sungguh berbahagialah orang yang menyucikan jiwanya dengan menaati-
Nya. Ayat ini juga berarti sungguh berbahagialah orang yang hatinya
disucikan oleh Allah dan sungguh merugilah orang yang hatinya dibiarkan
kotor oleh Allah swt. Pendidikan karakter yang baik, ideal disebut sebagai
pendidikan karakter luhur. Konsep ini mencakup makna etika sekaligus.
Artinya, pendidikan karakter adalah nilai, aturan baik buruk yang harus
diaplikasikan dalam perilaku sehari-hari.

Dalam konsep spritualisme Islam makna ini sejajar dengan akhlaqul


karimah (akhlak mulia) (Endraswara, 2013: 3). Jadi, pendidikan karakter
adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi
manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta
rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Oleh karena itu, pendidikan
karakter menurut Frye, harus menjadi gerakan nasional yang menjadikan
sekolah sebagai agen untuk membudayakan nilai-nilai karakter mulia melalui
pembelajaran dan pemberian contoh (model). Melalui pendidikan karakter
sekolah harus berpotensi untuk membawa peserta didik memiliki nilai-nilai
karakter mulia, seperti hormat dan peduli kepada orang lain, tanggung jawab,
memiliki integritas, serta disiplin.

Di sisi lain, pendidikan karakter juga harus mampu menjauhkan


peserta didik dari sikap dan perilaku yang tercela atau yang dilarang.
Pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan mana yang benar dan mana
yang salah kepada peserta didik, tetapi juga menanamkan kebiasaan
merasakan, dan mau melakukannya. Dengan demikian, pendidikan karakter
membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak, pendidikan akhlak
24
budi pekerti, atau pendidikan moral. Berdasarkan penjelasan di atas, maka
kesimpulan dari pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-
nilai karakter kepada masyarakat yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut.

2. Fungsi Karakter

Pendidikan Karakter adalah upaya dalam rangka membangun karakter


(character building) peserta didik untuk menjadi lebih baik. Sebab, karakter
dan kepribadian pesertadidik sangat mudah untuk dibentuk. Secara
etimologis karakter dapat dimaknai sesuatu yang bersifat pembawaan yang
mempengaruhi tingkah laku, budi pekerti, tabiat, ataupun peranan.
Sedangkan secara terminologis, karakter dapat dimaknai dengan sifat
kejiwaan, akhlak. Dalam melaksanakan pendidikan karakter, terutama di
Indonesia, terdapat dasar pelaksaannya yang tercantum dalam Undang-
Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (UU
Sistem Pendidikan Nasional) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta


didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Muslich,
2011 : 83). Diharapkan disamping memberikan materi-materi pembelajaran,
tidak hanya sekedar memberikan saja, “juga strategi pembelajaran yang
digunakan turt serta dalam pembentukan karakter siswa, karna melalui
pendidikan karakter diharapkan pesrta didik mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuan, mengkaji dan

25
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhalak
mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari agar lulusan siswa
memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak
mulia, kompetensi akademik kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan
budaya Indonesia utamanya dalam sikap toleransi ini yang harus di nanmkan
pada setiap individu apalagi di negara Indonesia yang dimana berbagai
macam suku budaya dan agama sebagaimana dalam surah al-Hujurat ayat 13;

‫ َٗ َج َع ْيَْب ُم ٌْ ُشعُ٘ثًب َٗقَجَبئِ َو‬ٰٚ َ‫َُّٖب اىْابسُ إِّاب َخيَ ْقَْب ُم ٌْ ٍِ ِْ َر َم ٍش َٗأ ُ ّْث‬َٝ‫َب أ‬ٝ
ِٜ‫ ٌٌ َخج‬ِٞ‫َّللا َعي‬ َ ‫َّللاِ أَ ْرقَب ُم ٌْ إِ اُ ا‬
‫ىِزَ َعب َسفُ٘ا إِ اُ أَ ْم َش ٍَ ُن ٌْ ِع ْْ َذ ا‬

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.”

Dalam ayat tersebut menjelaskan seseorang harus ditanamkan sifat


karakter saling menghargai, karena adanya perbedaan yang harus disatukan
untuk saling mengenal satu sama lain juga menjelaskan bahwa Tuhan hanya
membeda-bedakan umatnya dari tingkat ketakwaannya.

3. Factor-Faktor Mempengaruhi Karakter

Menurut Foerster, ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter:

a. Keteraturan interior.

Maksudnya adalah setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai.


Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.

b. Koherensi yang memberi keberanian.

Hal ini membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah


terombang-ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi

26
merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain,
dengan tidak adanya koherensi dapat meruntuhkan kredibilitas
seseorang.

c. Otonomi.

Pada bagian tersebut, seseorang dapat menginternalisasikan aturan


dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat
lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau
desakan pihak lain.

d. Keteguhan dan Kesetiaan.

Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa


yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar bagi
penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Kematangan keempat karakter ini, memungkinkan manusia melewati


tahap individualitas menuju personalitas, “orang-orang modern sering
mencampurpadukan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami
dan aku rohani, antara independensi eksterior dan interior.” Karakter inilah
yang menentukan performa seorang pribadi dalam segala tindakannya
(Muslich, 2011:127).

Di sisi lain juga karakter berbeda dengan moral. Pada hakikatnya


pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pada pendidikan moral,
karena bukan sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah.
Lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation)
tentang yang baik sehingga siswa didik menjadi paham, mampu merasakan,
dan mau melakukan yang baik. Menurut Ratna Megawangi, pembedaan ini
karena moral dan karakter adalah dua hal yang berbeda. Moral adalah
pengetahuan seseorang terhadap hal baik atau buruk. Sedangkan karakter
adalah tabiat seseorang yang langsung digerakkan oleh otak secara otomatis
tanpa rekayasa. Ditinjau dari sudut pandang lain bisa dikatakan bahwa
27
tawaran istilah pendidikan karakter datang sebagai bentuk kritik dari
kekecewaan terhadap praktik pendidikan moral selama ini. Itulah karenanya,
terminologi yang ramai dibicarakan sekarang ini adalah pendidikan karakter
(character education) bukan pendidikan moral (moral Education). Walaupun
secara substansial, keduanya tidak memiliki perbedaan yang prinsipil.
(Andrayani : 2013.)

4. Fungsi Pendidikan Karakter

Dalam sejarah Islam, Rasulullah saw. juga menegaskan bahwa misi


utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk menyempurnakan akhlak,
bahwa yang dimaksud menyempurnakan akhlak adalah mengupayakan
pembentukan akhlak dan karakter yang terpuji bagi umat manusia. Di sisi
lain, seorang filsuf Yunani bernama Socrates telah mengemukakan tujuan
paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi
good and smart. Kemudian berjalan ribuan tahun setelah itu, rumusan tujuan
utama pendidikan tetap pada wilayah serupa, yakni pembentukan kepribadian
manusia yang baik. Tokoh pendidikan barat yang mendunia seperti
Klipatrick, Lickona, Brooks dan Goble menyampaikan kembali esensi dari
pernyataan Nabi Muhammad dan Socrates, yakni moral, akhlak atau karakter
adalah tujuan yang tak terhindarkan dari dunia pendidikan. Sejalan dengan
Marthin Luther King menyetujui pemikirantersebut dengan
mengatakan.“intelegence plus character thatis thetrue aim of education”.
Kecerdasan plus karakter, itulah tujuan yang benar dari pendidikan.
(Kusuma, 2012: 3). Penulis meninjau secara umum mengenai tujuan
pendidikan karakter, yaitu :

a. Mencapai tujuan penguatan dan pengembangan karakter, dengan kata


lain sebagai tujuan perantara untuk terwujudnya suatu karakter.

b. Mengkoreksi perilaku yang tidak bersesuaian dengan nilai dan moral


yang telah ada di sekolah dan masyarakat. Tujuan ini memiliki

28
makna bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk
meluruskan berbagai perilaku individu yang negatif menjadi positif.

Proses pelurusan yang dimaknai sebagai pengkoreksian perilaku


dipahami sebagai proses yang pedagogis, bukan suatu pemaksaan atau
pengkondisian yang tidak mendidik. Proses pedagogis dalam pengkoreksian
perilaku negatif diarahkan pada pola pikir anak atau individu, kemudian
dibarengi dengan keteladanan lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.
(Kusuma : 2012).

Supaya pendidikan karakter bisa berjalan dengan efektif, maka


diperlukan prinsip dalam penguatan pendidikan karakter. Menurut Lickona
mengungkapkan bahwa ada tiga prinsip dalam pendidikan karakter yaitu
moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan
tentang moral, dan moral behaviors atau perbuatan moral. Berdasarkan
pandangannya tersebut, Lickona menegaskan bahwa karakter mulia (good
character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan (khowing the good), lalu
menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan (desiring the good), dan
akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (doing the good). Inilah tiga
prinsip pendidikan karakter yang diharapkan menjadi kebiasaan (habits),
yaitu habits of the mind (kebiasaan dalam pikiran), habits of the heart
(kebiasaan dalam hati), dan habits of action (kebiasaan dalam tindakan)
Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan
(cognitives), sikap (attitides), dan motivasi (motivations), serta perilaku
(behaviors) dan keterampilan (skills). (Lickona : 2016).

Di sisi lain, Schwartz (2008) mengemukakan bahwa ada 11 prinsip


dalam pendidikan karakter, yaitu :

1. Pendidikan karakter harus mempromosikan nilai-nilai etik inti


(ethical core values) sebagai landasan bagi pembentukan karakter
yang baik.

29
2. Karakter harus dipahami secara komprehensif termasuk dalam
pemikiran, perasaan, dan perilaku.

3. Pendidikan karakter yang efektif memerlukan pendekatan yang


sungguh-sungguh dan proaktif serta mempromosikan nilai-nilai inti
pada semua fase kehidupan sekolah.

4. Sekolah harus menjadi komunitas yang peduli.

5. Menyediakan peluang bagi para siswa untuk melakukan tindakan


bermoral.

6. Pendidikan karakter yang efektif harus dilengkapi dengan kurikulum


akademis yang bermakna dan menantang, yang menghargai semua
pembelajar dan membantu mereka untuk mencapai sukses.

7. Pendidikan karakter harus secara nyata berupaya mengembangkan


motivasi pribadi siswa.

8. Semua staf sekolah harus menjadi komunitas belajar dan komunitas


moral yang semuanya dapat saling berbagi tanggung jawab demi
berlangsungnya pendidikan karakter, dan berupaya untuk
mengembangkan nilai-nilai inti yang sama menjadi panduan
pendidikan karakter bagi para siswa.

9. Implementasi pendidikan karakter membutuhkan kepemimpinan


moral yang diperlukan bagi staf sekolah maupun para siswa.

10. Sekolah harus merekrut orang tua dan anggota masyarakat sebagai
partner penuh dalam upaya pembangunan karakter.

11. Evaluasi terhadap pendidikan karakter harus juga menilai karakter


sekolah, menilai fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter,
sampai pada penilaian terhadap bagaimana cara para siswa
memanifestasikan karakter yang baik (Samani, 2013: 168).

30
Berdasarkan pendapat yang ada di atas bahwa metode adalah cara-cara
yang digunakan oleh guru dalam rangka proses kegiatan belajar mengajar,
sehingga setiap anak didik yang diajarkan akan dapat memahami, menerima
maupun mengembangkan bahan materi yang akan diajarkan sesuai tujuan
pendidikan yang akan dicapai.

a. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter memuat nilai-nilai yang perlu ditanamkan,


ditumbuhkan dan dikembangkan kepada individu. Nilai-nilai yang
dikembangkan tersebut tidak terlepas dari budaya bangsa. Menurut Lickona
(2012) terdapat nilai-nilai dalam pendidikan karakter. Hal ini diperlukan agar
anak mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan suatu perbuatan.
Berikut ini adalah nilai-nilai pendidikan karakter :

a. Moral knowing, yaitu hal penting untuk diajarkan yang terdiri dari enam
hal, yaitu:

1) Moral Awareness (kesadaran moral)

2) Knowing moral values (mengetahui nilai-nilai moral)

3) Perspective taking (penentuan sudut pandang)

4) Moral reasoning (logika moral)

5) Decision making (keberanian mengambil sikap)

6) Self knowledge (pengenalan diri sendiri)

Keenam unsur ini adalah komponen-komponen yang harus diajarkan


kepada siswa untuk mengisi ranah pengetahuan mereka.

b. Moral feeling, yaitu nilai yang lain yang harus ditanamkan kepada anak
yang merupakan sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai
dengan prinsip-prinsip moral. Terdapat enam hal yang merupakan aspek
emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi

31
manusia berkarakter, yakni concience (nurani), self esteem (percaya diri),
empathy (merasakan penderitaan orang lain), loving the good (mencintai
kebenaran), self control (mampu mengontrol diri), humility (kerendahan
hati).

c. Moral action, yaitu cara membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan


menjadi tindakan nyata. Perbuatan tindakan moral ini merupakan hasil
dari dua komponen lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong
seseorang dalam perbuatan yang baik, maka harus dilihat tiga aspek lain
dari karakter yaitu competence (kompetensi), keinginan (will), dan habit
(kebiasaan).

Adapun nilai-nilai pendidikan karakter secara umum adalah sebgai


berikut:

1. Nilai Keagamaan, yaitu nilai yang berakar pada agama dan


kepercayaan seseorang. Nilai yang paling fundamental dalam
penghayatan kehidupan manusia di hadapan sang pencipta.

2. Nilai Dasar, yaitu nilai yang terkandung dalam dasar falsafah Negara,
Pancasila dan UUD 1945. Sikap, perilaku, dan tindakan peserta didik
dijiwai oleh nilai-nilai yang terdapat pada sila-sila dalam Pancasila dan
UUD 1945.

3. Nilai Kemasyarakatan, yaitu nilai moral, etika, dan etiket yang berlaku
dalam masyarakat setempat. Bila nilai-nilai masayarakat ini telah
terinternalisasi dalam diri anak, mereka akan memilih adab, budaya,
dan susila yang baik sebagai anak yang berkepribadian luhur.

4. Nilai Kenegaraan, yaitu nilai yang menyangkut kecintaan terhadap


tanah air dan bangsanya. Nilai-nilai ini dapat dikembangkan melalui
berbagai kegiatan yang mampu menggugah rasa kebangsaan dan
nasionalisme pada diri seseorang, sehingga tumbuh kebanggaan,

32
mencintai, dan menghargai tanah air dan budaya bangsanya, tanpa
meremehkan budaya bangsa lain.

Penulis akan menyampaikan mengenai fungsi dari pendidikan


karakter, yaitu :

1. Mengembangkan potensi dasar agar terbaik hati, berpikiran baik, dan


berprilaku baik.

2. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur.

3. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan


dunia.

Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang


mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik,
pemerintah, dunia usaha, dan media massa.

c. Luqman Ayat 13 Dalam Tafsir al-Misbah.

ِ ‫ك ىَظُ ْي ٌٌ ع‬
ٌٌ ٞ‫َظ‬ ‫ ََّل رُ ْش ِش ْك ثِ ا‬ٜ
َ ْ‫بَّللِ ۖۡۖ إِ اُ اى ِّشش‬ ُ ََ ‫َٗإِ ْر قَب َه ىُ ْق‬
‫َب ثَُْ ا‬ٝ ُُٔ‫َ ِعظ‬ٝ َ٘ َُٕٗ ِٔ ِْ‫بُ َِّل ْث‬
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar.”
Asbabul Nusul dari „Alqamah ra. dari Abdullah ra, dia berkata,
“Tatkala turun QS. Al-anam: 82 kalangan sahabat bertanya, “Siapa di antara
kita berbuat zalim terhadap dirinya? lalu turunlah ayat ini.” (HR. Bukhari).
Setelah ayat yang lalu menguraikan kepada Luqman yang intinya adalah
kesyukuran kepada Allah, dan yang tercermin pada pengenalan terhadap-Nya
dan anugerah-Nya, kini melalui ayat di atas dilukiskan pengalaman hikmah
itu oleh Luqman serta pelestariannya kepada anaknya yang mencerminkan
kesyukuran beliau atas anugerah itu. Kepada Nabi Muhammad saw atau
siapa saja yang diperintahkan untuk merenungkan anugerah Allah kepada
Luqman itu dan mengingatkan orang Iain. Ayat ini berbunyi: dan ingatlah
33
ketika Luqman berkata kepada anaknya dalam keadaan dia dari saat ke saat
menasihatinya bahwa wahai anakku sayang! jangan engkau
mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun dan jangan juga
mempersekutukan-Nya sedikit persekutuan pun, lahir maupun batin.
Persekutuan jelas maupu yang tersembunyi. Sesungguhnya syirik, yakni
mempersekutukan Allah, adalah kezaliman yang sangat besar. Itu adalah
penempatan sesuatu yang sangat agung pada tempat yang sangat buruk.

D. Biografi Luqman al-Hakim

Luqman yang disebut oleh surah ini adalah seorang tokoh yang
diperselisihkan identitasnya. Orang Arab mengenal dua tokoh yang bernama
Luqman. Pertama, Luqman Ibn Ad. Tokoh ini mereka agungkan karena
wibawa, kepemimpinan, ilmu, kefasihan, dan kepandaiannya. Ia kerap kali
dijadikan sebagai permisalan dan perumpamaan, Tokoh kedua adalah
Luqman al-Hakim yang terkenal dengan kata-kata bijak dan perumpamaan-
perumpamaanya. Agaknya dialah yang dimaksud oleh surah ini. Luqman al-
Hakim yang dimaksud dalam surah ini seorang tokoh yang masih
dipermasalahkan tetang identitasnya bangsa orang Arab mengenal Luqman.
Pertama Luqman Ibn‟ad, tokoh ini mengagukan, ilmunya, kepemimpinannya,
wibawa, dan kepandaiannya. Adapun Luqman yang kedua ia kerap dikenal
dengan kata-kata hikmanya dan perumpamaannya namanya Luqmanun Al-
Hakim nah inilahyang di maksud dalam surah ini (Shihab, 2002: 125).
Diriwayatkan bahwa Suwayd ibn ash-Shamit suatu ketika datang ke Mekah.
Ia adalah seorang yang cukup terhormat dikalangan masyarakatnya. Lalu,
Rasulullah saw. mengajaknya untuk memeluk agama islam. Suway berkata
kepada Rasulullah mengajaknya, lalu Rasulullah berkata, “Suwayd pun
menunjukkannya, lalu Rasulullah berkata, “apa yang ada padamu?” ia
menjawab, “kumpulan Hikmah Luqman”. Kemudian, lalu Rasullah berkat,
“sesungguhnya perkataan yang amat baik! Tetapi, apa yang ada padaku lebih
baik dari itu. Itulah al-Qur‟an yang diturunkan Allah kepadaku untuk menjadi
34
petunjuk dan cahaya”. Rasulullah lalu membacakan al-Qur‟an kepadanaya
dan mengajaknya memeluk islam.

Banyak pendapat mengenai siapa Luqman al-Hakim. Ada yang


mengatakan bahwa dia berasal dari Nuba dari penduduk Ailah. Ada juga
yang menyebutnya dari Etiopia. Pendapat lain mengatakan bahwa ia berasal
dari Mesir selatan yang berkulit hitam. Ada lagi yang menyatakan bahwa ia
seorang Ibrani. Profesinya pun diperselisihkan. Ada yang berkata dia
penjahit, atau pekerja pengumpul kayu, atau tukang kayu, atau juga
pengembala. Hampir semua yang menceritakan riwayatnaya sepakat bahwa
ia termasuk salah seorang Nabi. Kesimpulan lain yang dapat diambil dari
riwayat-riwayat yang menyebutkannya adalah bahwa dia bukan orang Arab.
Ia adalah seoranag yang sangat bijak. Ini pun dinyatakan oleh al-Qur‟an
sebagaimana terbaca di atas. Sahabat Nabi saw., Ibn Umar ra. menyatakan
bahwa Nabi bersabda: “Aku berkata benar, sesungguhnya Luqman bukanlah
seorang Nabi tetapi adalah seorang hamba Allah yang banyak menampung
kebajikan, banyak merenung, dan keyakinannya lurus. Dia mencintai Allah
maka Allah mencintainya, menganugerahkan kepadanya hikmah. Suatu
ketika dia tidur di siang hari, tiba-tiba ia mendengar suara memanggilnya
seraya berkata: “Hai Luqman mauka engkau dijadikan khalifah yang
memerintah di bumi”? Luqman menjawab, “Kalau Tuhanku memberikan
pilihan, aku memilih afiat (perlindungan) tidak memilih ujian. Tapi bila itu di
tetapkan Allah bagiku, pastilah dia melindungiku dan membantuku”. Para
malakat tidak dilihat oleh Luqman bertanya: “Mengapa demikian?” Luqman
menjawab: “Karena pemerintah/penguasa adalah kedudukan yang paling sulit
dan paling keruh. Kezaliman menyelubunginya dari segala penjuru. Bila
seorang adil, wajar ia selamat, bila ia keliru, keliru pula ia menyelusuri jalan
ke surga. Seorang hidup yang hina di dunia lebih aman daripada ia hidup
mulia (dalam pandangan manusia). Dan siapa yang memilih dunia dengan
mengabaikan akhirat, dia pasti dirayu oleh dunia dan dijerumuskan olehnya
35
dan ketika itu ia tidak memperoleh sesuatu di akhirat.” Para malaikat sangat
kagum dengan ucapannya. Selanjutnya, Luqman tertidur lagi. Dan ketika ia
terbangun jiwanya telah dipenuhi hikmah dan sejak itu seluruh ucapannya
adalah hikmah. Demikian ditemukan dalam kitab hadis musnad al-firdaus.

Kata ya‟izhuhu terambil dari kata wazh yaitu nasihat menyatu


berbagai kebijakan dengan cara yang menyentuh hati. Ada juga yang
mengartikannya sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman.
Penyebutan kata ini sudah kata dia berkata untuk memberi gambaran tentang
bagaimana perkataan itu beliau sampaikan yakni tidak membentak, tapi
penuh kasih sayang bagaimana dipahami dalam panggilan mesranya kepada
anak. Kata ini juga mengisyaratkan bahwa nasehat itu dilakukannya dari saat
ke saat, bagaimana dipahami dari bentuk kata kerja masa kini dan datang
pada kata ya‟izhuhu. Sementara ulama yang memahami kata wazh, dalam arti
ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman, berpendapat bahwa kata
tersebut mengisyaratkan bahwa anak Luqman itu adalah seorang musyrik
sehingga sang ayah yang menyandang hikmah itu terus menerus
menasehatinya sampai akhirnya sang anak mengakui tauhid. Menurut hemat
penulis, pendapat antara lain dikemukakan oleh Thahir Ibn Asyur ini sekedar
dugaan yang tidak memiliki dasar yang kuat. Nasihat dan ancaman tidak
harus dikaitkan dengan kemusyrikan. Di sisi lain, bersangka baik terhadap
anak Luqman jau lebih baik daripada prasaka buruk.

Kata bunnayya adalah patron yang menggambarkan kemungkinan


asalnya adalah ibny darikata ibn yakni anak laki. pemanggilan tersebut
mengisyaratkan kasih sayang. Dari sini kita dapat berkata bahwa ayat di atas
memberikan isyarat bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih
sayang terhadap peserta didik. Luqman melalui nasihatnya dengan
menekankan perlunya menghindari syirik atau mempersekutukan Allah.
Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tetang wujud dan keesaan
Tuhan, bahwa redaksi pasangnya berbentuk larangan jangan
36
mempersekutukan Allah untuk menekan perlunya meninggalkan sesuatu
yang buruk sebelum melaksanakan yang baik. Memang, “at-takhliyah
mukaddamun „ala ata-tahliyah” (menyingkirkan keburukan lebih utama
daripada menyandang perhiyasan).

E. Biografi M. Quraish Shihab

Muhamamd M. Quraish Shihab, lahir pada tanggal 16 pebruari 1944


lahir di Rappang, Sulawesi Selatan. Shihab yang ada pada namanya adalah
nama keluarga besar Shihab, karna ayahnya bernama Prof. Dr. KH. Abdul
Rahman Shihab, keturunan Arab terpelajar, Shihab adalah seorang ulama
besar dan guru besar dalam bidang tafsir dan dipandang sebagai salah
seorang pendidik yang memiliki reputasi yang baik, dikalangan masyarakat
Sulawesi Selatan (Shihab, 1998: 6). Dalam kalender Islam M. Quraish
Shihab lahir bertepatan 22 safar 1363 H. diberi nama M. Quraish Shihab
yang artinya “ikan hiu itu perkasa” kelahiran dusun Lotassalo, Rappang,
Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) jarak dari kota Makassar berjarak
185 km. lima tahun menetap di Rappang neneknya bernama Zahrah, ibunya
bernama Puccemma keturunan bangsawan, dari ayahnya Habib Abdulrahman
Shihab lahir di Makassar 1915 menitis darah Arab. M. Quraish Shihab anak
ke empat tiga kakanya, Nur, Ali, Umar dan dua adiknya, Warda dan Alwi
para adiknya dibesarkan di kota Makassar pesisir jalan Sulawesi atau lebih
dikenal kampung Buton. (Shihab 2015: 3).

Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah dasar di Ujung Pandang.


Kemudian ia melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang sambal
“nyantri” di pondok pesantren Dar al-Hadis al-Faqihiyyah. Pada 1958 setelah
selesai menempuh pendidikan menengah, dia berangkat ke Kairo, Mesir gelar
Lc (S1) pada fakultas Ushuluddin jurusan tafsir dan hadits Universitas al-
Azhar Kairo. Selanjutnya dia meneruskan studi di Fakultas yang sama, dan
pada 1969 meraih gelar MA untuk spesialis Tafsir al-Quran dengan tesis

37
berjudul al-I‟jaz al- Tafsir‟iy li al-Qur‟anb al-Karim (Kemukjizatan al-
Qur‟an al-Karim dari segi hukum). Sekembalinya ke Ujung Pandang M.
Quraish Shihab dipercaya uantuk menjadi wakil rektor dibidang akademik
dan kemahasiswaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Ujung
Pandang. Setelah itu dia juga diserahin jabatan-jabatan lain baik dalam
kampus seperti kordinator perguruan tinggi swasta (Wilayah VII Indonesia
bagian timur), maupun diluar kampus seperti pembantu pembinaan
Kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental. Selama di
Ujung Pandang ini, dia juga sempat melakukan berbagai penelitian; antara
lain dengan tema “Penerapan hidup beragama di Indonesia Timur” (1975)
“Masalah Wakaf Sulawesi Selatan” (1978).

Demi cita-cita pada tahun 1978 M. Quraish Shihab menuntut ilmu


kembali ke almamaternya dulu al-Azhar dengan spesialis studi tafsir al-
Qur‟an. Untuk meraih doktor dan dalam bidang ini hanya ditempuh dalam
waktu dua tahun yang berarti selesai pada tahun 1982. Disertasinya yang
berjudul “Nazm al-Durar li al-Biga‟I Taqiq wa Dirasah (Suatu kajian
terhadap kitab Nazm al-Durar karya al-Biga‟i) yang berhasil
dipertahankannya dengan predikat summa cum laude dengan penghargaan
Mumtaz Ma‟a martaba al-sarafal-Ula ( sarjana teladan dengan prestasi
istimewa) (Shihab, 1998: 7). Pendidikan tinggi yang kebanyakan ditemukan
timur tengah, al-Azhar, Kairo sampai mendapat gelar master dan doktornya.
Atas prestasinya ia tercatat sebagai orang pertama dari Asia Tenggara yang
meraih gelar tersebut (Shihab, 1998: 7). Aktifitas dan jabatanya dalam
perjalananya, memiliki jasa yang cukup besar di berbagai hal, sekembaliknya
dari Mesir tahun 1984 beliau pindah tugas dari IAIN Ujung Pandang ke
Ushuluddin IAIN Jakarta sebagai Dosen S2 dan S3 mengajar bidang studi
Tafsir Ulumul Qur‟an sampai tahun 1998, yang kemudian beliau menjadi
Rektor di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarata, (1992-1998) ketua Umum
Cendekia Muslim Indonesia (ICMI) Selain itu beliau juga menjabat ketua
38
MUI Indonesia Menteri Agama Republik Indonesia (1998). Kehadiran M.
Quraish Shihab di ibukota Jakarta telah membersuasana baru, dan sambut
oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai aktifitas yang
dijalankan, di tengah-tengah masyarakat. Di samping mengajar, ia juga
dipercaya untuk menduduki sejumlah jabatan di antaranya sebagai ketua
MUI Indonesia, anggota lajnah pentashhih al-Qur‟an departmen agama sejak
1989, dia juga terlibat dalam beberapa organisasi profesional, antara lain
ketua umum ICMI, aktifitas lainnya yang ia lakukan adalah sebagai dewan
redaksi studi Islam: Indonesia Junior For Islamic Student, Ulumul Qur‟an
mimbar Ulam dan refleksi Journal kajian agama dan filsafat. Semua
penerbitan ini berada di Jakarta.

M. Quraish Shihab juga aktif dalam kegiatan tulisan menulis seperti,


menulis untuk surat kabar pelita dalam rubric “Pelita Hati” kemudian rubrik
tafsir al-Manar keistimewaan dan kelemahan (Ujung Pandang): IAIN
Alauddin, 1984); filsafat hukum Islam (Jakarta; Depertemen Agama, 1987);
dan mahkota tuntunan Ilahi (Tafsir Surah Al-Fatihah) Jakarta ; Untagm,
1988). Di samping kegiatan tersebut di atas, M. Quraish Shihab juga dikenal
penceramah yang handal. Kegiatan ceramah ini ia lakukan disejumlah masjid
yang bergensi di Jakarta, seperti Masjid al-Tin dan Fathullah, di lingkungan
pejabat seperti pengajian Istiqlal beserta sejumlah station televisi.

. F. Tafsir Al-Lubab

Di dalam kitab Tafsir Ringkasan Untuk Orang Sibuk Al-Lubab menjelaskan


tentang surah Luqman ayat 13 penarapan pendidikan tehadap anak dengan
cara melukiskan pelestarian atau memberikan perumpamaan hikmah kepada
anaknya, dan memerintahkan kepada anaknya merenungkan sebagai
perumpamaan yang mempunyai hikmah tentang keTuhanan, dengan
pendekatan kasih sayang kepada anaknya dengan panggilan “Wahai anakku
sayang! Tidak memanggil nama Tharan, serta menjelaskan bahwa

39
meyekutukan Allah baik lahir dan batin adalah perbuatan kezaliman yang
sangat besar (Shihab, 2012: 173).

Dari hasil bacaan tentang metode pendidikan karater dalam Tafsif Al-Misbah
pada surah Luqman ayat 13 maka ditemukan beberapa metode yang
digunakan Luqman al-Hakim untuk mendidik anaknya yang bernama Tharan
yaitu:

a) Metode Pendidikan Dengan Nasehat (Maw’izhab)

Metode ini dapat dipahami dari ayat 13 menurut al-Qurthubi, ayat tersebut
adalah sangat menekankan pentingnya maw‟izhah yang wajib dilakukan
orang tua terhadap anaknya, Luqman al-Hakim mempunyai anak dan istri
yang keduanya kafir olehnya itu Luqman al-Hakim memberikan nasihat
sampai anak dan istrinya masuk Islam. Adapun pengaruh metode Maw‟izhab
1. Membangkitkan rasa takut kepada Allah dan semangat spirituwal sehingga
beribada lebih khusyuk. 2. Menopang semangat belajar dan berpikir tentang
kehidupan akhirat lebih-lebih dunia. 3. Serta selalu menyadarkan seseorang
dan selalu membuat sesorang introspeksi diri. (Idris dan Huda, 2018: 127).
Nasihat adalah salah satu cara mendidik anak. Bahkan, nasihat ini merupakan
cara yang paling banyak dilakukan orang tua dan guru untuk merubah
perilaku anak untuk menjadi lebih baik. Pengaruh nasehat terhadap pribadi
anak sangat besar dalam menanamkan prinsip-prinsip kebaikan dan
memberinya kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan prinsip-prinsip
kebaikan dan kebenaran tersebut. Anak akan selalu mengingat nasihat dan
menjadikannya pedoman dalam kehidupan sehari-hari. (Huzaery, 2010: 139).
Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan: “Nasihat merupakan metode
pendidikan yang cukup efektif dalam membentuk iman seorang anak, serta
mempersiapkan akhlak, jiwa, dan rasa sosialnya. Nasihat dan petuah
memberikan pengaruh besar untuk membuka hati anak kepada hakikat
sesuatu, mendorongnya menuju hal-hal yang positif, mengisinya dengan

40
akhlak mulia, dan menyadarkannya akan prinsip-prinsip Islam. Tidaklah aneh
bila al-Qur‟an menggunakan metode ini dan menyeru jiwa-jiwa manusia
dengan nasihat, serta mengulangnya pada beberapa ayat ditempat yang
berbeda-beda (Nashi, 2007: 394).

b) Metode Pendidikan dengan Keteladanan

Metode keteladanan yang diterapkan dalam surah Luqman ayat 13 dapat


terlihat pada karakter Luqman al-Hakim yang disebutkan sebagai orang baik
dan bijaksana hal itu pulalah yang diajarakan kepada Luqman al-Hakim.
Menurut Abdullah Nashih Ulwan, salah satu metode yang paling efektif
dalam membentuk karakter terpuji anak adalah melalui keteladanan. Hal ini
dapat dilihat dari penjelasannya:

Artinya:

“Keteladanan dalam pendidikan adalah metode yang paling sukses untuk


mempersiapkan akhlak seorang anak, dan membetuk jiwa serta rasa
sosialnya. Sebab, seorang pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan
anak, dan akan menjadi panutan baginya. Disadari atau tidak, sang anak
didik akan mengikuti tingkah laku pendidiknya.

Bahkan akan terpatri kata-kata, tindakan, rasa, dan nilainya di dalam jiwa dan
perasaannya, baik ia tahu maupun tidak tahu.” (Nashih, 2007: 141-142).
Dasar-dasar metode pendidikan Islam adalah al-Qur‟an dan hadist. Pada
dasarnya, bila ditelaah secara cermat, dalam al-Qur‟an dan hadits banyak
dijumpai metode pendidikan yang bisa digunakan dalam membelajarkan
peserta didik mencapai tujuan pendidikan yang islami (al-Rasyidin, 2015:
176). Menurut Ulwan, Adapun yang perlu diteladankan kepada anak-anak
dalam keluarga di antaranya adalah: Pertama, yaitu memberikan keteladanan
dalam kejujuran. Sikap jujur bagaikan mahkota yang menghiasi kepala
seorang guru (pendidik). Muhammad Said Nursi menyebutkan, jika orang tua
kehilangan sifat jujur, maka akan hilanglah kepercayaan anak-anak terhadap
41
dirinya, ilmunya, dan terhadap pengetahuan-pengetahuan yang ia sampaikan
kepada mereka. (Thobaah, 2010: 116). Jujur bagaikan kapal penyelamat di
dunia dan akhirat. Betapa indahnya anak-anak meniru dan mencontoh sifat
jujur pada orang tuanya. Kedua, yaitu memberikan keteladanan dalam
kecerdasan dan kebijaksanaan. Rasulullah saw. mampu memberi jalan keluar
yang tepat kepada kaumnya dalam masalah peletakan Hajar Aswad, yang
karenanya suku Quraisy selamat dari pertumpahan darah antar mereka dalam
perebutan hak meletakkan Hajar Aswad. (Nashih, 2007: 365).

G. Tafsir al-Misbah Sebagai Tafsir Kontemporer

Sebagai mufassir dan penulis produktif, M. Quraish Shihab telah


menghasilkan berbagai karya yang telah banyak diterbitkan dan
dipublikasikan (kasmantoni, 2008: 32) di antara karya-karyanya yang
berkenaan studi al-Qur‟an adalah dari mukjizat al-Qur‟an hingga sampai al-
Misbah yang menjadi penjelasan tesis ini, tafsir al-Misbah merupakan tafsir
al-Qur‟an 30 juz pertama dalam 30 tahun terakhir yang ditulis oleh ahli tafsir
kontemporer terkemuka di Indonesia, yakni M. Quraish Shihab, diterbitkan
pertama kali tahun 2000 dan disambut dengan baik oleh kaum muslimn
Indonesia. Tafsir yang terdiri dari 15 volume menafsirkan al-Qur‟an secara
tahlili, yakni ayat per ayat berdasarkan urutan al-Qur‟an inilah yang
membedakan tafsir ini, dengan tafsir kaya M. Quraish Shihab lainnya,
semisal lentera hati, membumikan al-Qur‟an Mukjizat al-Qur‟an, pengganti
al-Qur‟an dan yang selainnya, yang menggunakan pendekatan tematik
(Maudhu‟i) menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an berdasarkan topic tertentu,
bukan berdasarkan tata urutannya dalam mushaf (Shihab 2002).

Tafsir al-Misbah banyak mengemukakan uraian penjelasan terhadap


sejumlah mufassir ternama sehingga menjadi referensi yang mumpuni
informatik dan argumentatif, tafsir ini terjadi dengan gaya bahasa, penulisan
yang mudah dicerna segenap kalangan, dari mulai akademisi hingga

42
masyarakat luas, penjelasan makna dan ayat dengan tafsiran yang makin
menarik bagi pembaca untuk menelaahnya (Shihab, 2002: xx). Begitu
menariknya uraian yang terdapat dalam banyak karyanya, pemerhati karya
tafsir nusantara Howard M. Federpiel merekomendasikan bahwa karya karya
tafsir Muhammad M. Quraish Shihab pantas dan wajib bacaan setiap muslim
di Indonesia sekarang, dari segi penamaannya al-Misbah artinya lampu pelita
atau lentera, yang mengdikasikan makna kehidupan dan berbagai persoalan
umat diterangi oleh cahaya al-Qur‟an penulis menciptakan al-Qur‟an agar
semakin membumi dan mudah dipahami (Shihab, 2002: x).

H. Antara Tafsir Modern Atau Hermeneutika.

M. Quraish Shihab mengatakan penulisan Tafsir al-Misbah adalah


karena semangat untuk menghadirikan karya tafsir al-Qur‟an kepada
masyarakat secara normatif, dikobarkan oleh apa yang dianggapnya, sebagai
suatu fenomena melemahkan kajian al-Qur‟an sehingga al- Qur‟an tidak lagi
menjadi pedoman hidup dan sumber rujukan dalam mengambil keputusan
Menurut M. Quraish Shihab dewasa ini masyarakat Islam lebih terpesona
pada lantunan bacaan al -Qur‟an seakan-akan kitap suci al-Qur‟an hanya
diturunkan untuk dibaca (Shihab, 2002: 4). M. Quraish Shihab juga
menyepakati penafsiran Ibn Qayyim atas ayat ke-30 surah al-Furqan yang
menjelaskan bahwa dihari kemudian kelak Rasulullah saw, akan mengadu
pada Allah swt, beliau berkata “Hai Tuhanku sesungguhnya kaumku/umatku
menjadikan al-Qur‟an sebagai suatu yang Mahjura‟‟ (Q S. Furqon (25): 30),
Mahjurah dalam ayat tersebut mencakup arti, antara lain: (1) Tidak tekun
mendengarkanya; (2) Tidak mengindahkan halal dan haram walau dipercaya
dan dibaca; (3) Tidak menjadi rujukan dalam menetapkan hukum dalam
menyangkut ushuluddin (prinsip-prinsip agama) dan rinciannya; (4) tidak
berupaya memikirkanya, tidak menjadikannya sebagai obat bagi semua obat
bagi penyakit-penyakit kejiwaan (Hunafa, 2014: 119).

43
Ada beberapa prinsip yang dipegang M. Quraish Shihab dalam karya
tafsirnya, baik tahlil maupun maudhu‟i. Di anataranya al-Qur‟an merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam al-Misbah, beliau tidak pernah
luput dari pembahasan ilmu al Munasabat yang tercermin dalam enam hal:
keserasian kata demi kata dalam satu surah: keserasian dalam kandungan ayat
dengan penutup ayat (Fawashil): keserasian hubungan ayat berikutnya;
keserasian uraian awal/mukhaddimah satu surah dengan penutupnya:
keserasian penutup surah dengan uraian awal/mukaddimah surah sesudahnya:
keserasian tema dengan nama surah (Shihab, 2002: xx). M. Quraish Shihab
juga menggunakan urutan Mushaf Utsman, yaitu dimulai dari surah al-
Fatihah sampai dengan surah an-Nas, pembahasan dimulai dengan
memberikan pengantar dalam ayat-ayat yang akan ditafsirkan. Dalam uraian
tersebut meliputi:

a) Penyebutan nama-nama surah, serta alasan-alasan penamanya, juga


disertai dengan keterangan tetang ayat-ayat diambil untuk dijadikan nama
surah.

b) Jumlah ayat dan tempat turunnya, misalnya, apakah ini dalam kategori
surah madaniyyah, dan ada pengecualian ayat-ayat tertentu jika ada.

c) Penemoran surah berdasarkan penurunan dan penulisan mushaf, kadang


juga disertai dengan nama surah sebelumnya atau sesudahnya surah
tersebut.

d) Menyebutkan temah pokok dan tujuan sertamenyertakan pendapat pada


ulama-ulama tentang tema yang dibahas.

e) Menjelaskan tentang sebab turunya surah atau ayat, jika ada.

Cara demikian yang telah dijelaskan di atas adalah upaya M. Quraish


Shihab dalam memberikan kemudahan membaca Tafsir al-Misbah yang pada
akhirnya pembaca dapat diberikan gambaran secara menyeluruh tentang
surah yang akan dibaca dapat diberikan gambaran secara menyeluruh tentang
44
surah yang akan dibaca dan setelah itu M. Quraish Shihab membuat
kelompok-kelompok kecil untuk menjelaskan tafsirannya (Shihab, 200: 30).
Corak yang demikian menggolongkan tafsir al-Misbah pada corak tafsir yang
ketika setelah corak Objetifitas tradisional dan objektifitas revivalis mampu
berdialog dengan isu-isu kontemporer, dengan menggunakan metode Quasi
objektivis modernis seorang mufassir mampu melakukan dialog antara teks
dengan konteks, dan konteks bukan hanya pada saat ayat al-Qur‟an
diturunkan tetapi juga berupaya mendialogkan dengan konteks era sekarang
secara relevan.

Corak tambahan lainnya yaitu corak hermeneutik, corak penafsiran


yang terkini, kontemporer, corak ini sangat digunakan pada dunia Barat,
namun sebaliknya corak ini ditukoleh dunia timur khususnya dunia Islam
kebanyakan, dengan beberapa alasan, antara lain karena hermeneutik bisa
dipakai pada penyembahan dewa, sebagaimana dikatakan oleh Komaruddin
Hidayat, hermeneutika pada mulanya menyampaikan berita dari sang Maha
Dewa yang dialamatkan kepada manusia. Seyyed Hossein Nasr, berpendapat
bahwa hermes tak lain adalah Nabi Idris as, yang disebut dalam al-Qur‟an
sebagaimana yang beredar dikalangan pesantren, pekerjaan Nabi Idris adalah
tukan tenun. Jika profesi tukang tenun dikaitkan dengan mitos yunani tentang
dewa Hermes, ternyata pada korelasi positif, kata kerja meminta padanan
bahasa latinnya adalah tegese, sedangkan produknya disebut tekstual yang
merupakan isu sentral dalam hermeneutik.

Hermeneutik berasal dari bahasa Yunani, yaitu akar kata hermeneutik


yang berarti menafsirkan. Hermeneutik sebagai seni menafsirkan
mengharuskan tiga komponen, yaitu: Teks, penafsir dan penyampaian kepada
pendengar, hermeneutik berperang sebagai menjelaskan seperti apa yang
diinginkan oleh sipembuat teks tersebut (Eliade, 1993: 279). Dengan
perjalanannya hermeneutik banyak yang berpendapat, bahwa hermeneutik
adalah suatau riset tentang perbukuan, baik berupa teks, artefak atau
45
dokumen, yang kemudian dicari ruhnya secara historis, gramatikal dan
spiritual. Gadamer berpendapat bahwa hermeneutik ontologis, artinya sebuah
rasio pemahaman yang tidak dapat diukur oleh ruang waktu dan tempat,
karna dia berhubungan dengan historistas yang selalu berubah-ubah, lebih
tegas beliau mengatakan objektif adalah yang absurd dan nihil, serta tidak
ada kebenaran yang objektif (Hermeneutic, 1994:7). Hermeneutik dipandang
oleh sosiolog (Habermas) menekankan filsafat dan hubungan subyek dan
objek menjadi hubungan intersubjek, lebih lanjut hermeneutik adalah metode
kritis untuk memahami orang pihak lain, analisa imperis yang mengontrol
proses terjadinya pengetahuan (Nashir, 2004: 279).

Cara yang dipakai tafsir al-Misbah adalah sesuai kaidah ilmu tafsir,
pada umumnya, yakni al-Qur‟an dengan al-Qur‟an, al-Qur‟an dengan hadits,
hadits dengan al-Qur‟an dan seterusnya al-Qur‟an dan ijma‟ dan sesuai
dengan perkembangan ilmu tafsir. Bahkan beliau M. Quraish Shihab kadang
dengan langka sekali menggunakan Qiyas yang sudah ada alatnya
(menyampaikan alasan yang sudah mempunyai ketetapan hukum), sehingga
tafsir itu bermakna sesuai dengan lingkungan, sangat berbeda corak
hermeneutik berangkat dari tujuan untuk keluar dari makna tekstual, bahkan
bahasa sangat menjadi perhatian, sehingga tafsir itu lari menuju orang yang
memintanya, atas dasar itu maka al-Misbah yang banyak berubah ke arah
yang baik diserasikan dengan pesan dan kesannya sehingga tafsirnya mudah
dipahami dan diterima kalangan orang banyak, dari orang awam hingga
akademis. Hal ini juga yang menjadikan pilihan penulis untuk mengambil
kisah Nabi Ibrahim as. dari tafsir al-Misbah, yang dengan mudah dipahami
tanpa harus merubah bahasa atau memahami dialek bahkan sastra yang
sangat sudah jelas arah dan maksudnya.

46
I. Adapun Sumber Rujukan Tafsir al-Mishbah

Tafsir Al-Misbah ada 15 jilid, ke 15 jilid ini ada beberapa sumber


referensi yang paling utama M. Quraish Shihab, tokoh-tokoh tersebut
memiliki latar belakang ilmuan yang berbeda, dan kitab Al-Misbah juga
banyak mendapatkan kritik adapun referensi yang sering dijadikan rujukan
sebagai berikut:

No Nama Tafsir Penulis Jumlah


1. Al-Misan Thaba’thabai’.(.1981M) 861
KUTIPAN
2. Nasm Ad-Durar Fi Al-Biqa’iy (W.885 872 Kutipan
Tanasub Al-Ayat Wa H/1480 M)
Al-Suwar
3. FI Zilal Al-Quran Sayyid Quthb (W.1966) 434 Kutipan
4. Tafsir Asy-Sya’rawiy Mutawalli Sya’rawi 166 Kutipan
(W.1998 M)
5. At-Tahrir Wa Al- M,Tharir Wa Ibn 879 Kutipan
Tanwir Asyur (1879-1973 M)

Tokoh yang sering diambil sebagai rujukan yaitu Muhammada Thahir


Ibnu Asyur, Al-Allamah Syyidina Muhammada Husein Thabathaba‟I yang
sering timbul kontroversi, maka sering berbeda dengan jumhur ulama.
Bahkan yang paling kontroversi lagi menggunakan Kitab Perjajian Lama
Dan Kitap Perjajian Baru (Yohanes, Matius,Yahya), Meskipun bukan lagi
orisinal baik tetang ketahudan maupun kisah-kisah para Nabi. M. Quraish
sebanyak 65 kali kutipan dari perjajian lama dan perjajian baru 12 kali begitu
pula kitab yang lain seperti kitap Taurat, Zabur dan kitab al-Qur‟an yang
terdahulu (Afrisal, 2018: 41-43). Begitupula referensi tafsir Syiah yang
dikutip dari tokoh Imamiyah berikut:
47
Nama Kitap Penulis Jumlah
Al-Mizan Al-Alamah 861 Pengutipan
Thaba’thaba’I
(W.1981 M)
Hadis Imam Ja’far Ash- Dua Pengutipan
Shadiq (W.1981)
Al-Maudhu’i M.Baqiral Sadr Jilid 1,Hlm.52
Majma’al-Bayan Ath-Thabarsiy Jilid 14,Hlm.139
(W.538 H)
Tidak Disebutkan M.Baqir As-Sadr Jilid 15, Hlm 467
Nizham Huquq Al- Murthada Jilid 2,Hlm.513/Jilid 15,
Mar’ah Muthahari Hlm. 467.

Adapun Referensi Ilmuan Barat, filsuf, orentalis seperti


Schopenhauer, Alexis Carrel, J.Ingenhousz, Pettinato, Father Dahhod, Yuris
Zarin, Sir Ranulph, Fiennes, dan masih ada yang lainnya ( Afrisal, 2018: 61).

48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi/data-data yang diteliti, yang berkaitan surah Luqman mengenai
metode-metode pengajaran Luqman terhadap anaknya yang bernama Tharan
menggambarkan penekanan materi dan metode pendidikan anak. (Idri, 2018:
89). Metode penelitian adalah cara-cara ilmia untuk mendapatkan data yang
valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu
pengetahuan tertentu, sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk
memahami, memecahakan, dan mengatasi masalah. Metode penelitian juga
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata bahwa metode penelitian
sebagai rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari
oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologi,
pertanyaan, serta isu-isu yang dihadapi. Peran metode penelitian sangat
penting untuk mencapai tujuan penelitian. (Hamdayama, 2005:52).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, di antaranya:
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepeustakaan yang disebut
(Library Research). Penelitian kepustakaan dilakukan menelaah naskah,
dokumen, arsip, dan buku-buku yang berkaitan dengan tema yang dibahas.
(Suryabrata, 1989: 16). Menurut Nazir, penelitian diskriptif mempunya
tujuan untuk menggambarakan atau menguraikan secara sistematis mengenai
fakta-fakta serta hubungan antara peristiwa yang diteliti (Nazir, 1985: 63).
Dengan kata lain, penelitian ini hanya mendiskripsikan, data-data yang
diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan perspektif teori yang sudah
ada. Melalui analisis dengan menggunakan perspektif teori yang sudah ada.
Melalui analisis tersebut, maka diperoleh pemahaman yang tepat sesuai
totilitas konteks dari fenomena yang dikaji tersebut. Dalam penelitian

49
deskriptif, data-data akan dipaparkan sebagai adanya seperti yang tergamabar
padasaat penelitian dilakukan. Selain itu, laporan penelitian juga berbentuk
paparan yang berisi kutipan dari data untuk memberikan dukungan terhadap
hal-hal yang dilaporkan dokumen merupakan alasan dalam melengkapi bahan
yang suda punya dasar dalam pembelajaran metode pembelajaran pada anak
didik.
Dalam melengkapi penilitian ini, peneliti menggunakan studi
dokumen atau dalam pengalaman prosespenulisan tesis ini sendiri dan
disesuikan pendapat atau teori dalam buku-buku yang searah dengan
pembahasan judul tesis metode pendidikan karakter dalam surah Luqman,
yaitu bagaimana metode yang dilakukan Luqman al-Hakim seorang anak
yang bertentangan anaknya namun Luqman al-Hakim mampu mengubah
karakter anak yang berseberangan pemahaman atau tidak menurutu orang tua
dan akhirnya menuruti dengan penuh kesabaran dengan cara atau metode
yang digunakan terhadap anaknya yang bernama Tharan dan mampu menjadi
anak yang tunduk pada orang tuanya.
B. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data penelitian
kualitatif. Menurut Hasan, data penelitian kualitatif kaya akan deskripsi
orang, tempat dan percakapan yang tidak muda digarap dengan prosedur
statistik. (Hasan, 1990: 14). Sudaryono mejelaskan bahwa data adalah suatu
bahan penelitian dan data tidak sama dengan objek penelitian, karena
kedudukan data bersifat hierarkisdi atas opjek penelitian (Sudaryono: 2014:
66).
Data dalam penelitian terbagi ke dalam dua bagian yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data-data terkait langsung dengan
kontruksi kisah Luqman al-Hakim dalam al-Qur‟an. Sedangkan data
sekunder merupakan data-data yang tidak terkait dengan konstruksi kisah
Luqman al-Hakim tetap relevan dalam pembacaan dan pemahaman kisah

50
tersebut secara totalitas. Data-data sekunder ini berperang sebagai konteks
guna menjelaskan data primer. Karena akal ditambah dengan pengalaman
akan menghasilkan kecerdasan (Tahran, 2015: 92).
C. Sumber Data
Penelitian ini merupakan penelitian bercorak library murni dengan
mengunakan pendekatan tafsir, khusus metode maudu‟i. Metode maudu‟i,
dipilih karna dinilai paling tepat setidaknya hingga hari ini untuk mengkaji
konsep-konsep al-Qur‟an tetang suatu masalah, bila diharapkan suatu hasil
yang utuh dan komprehensif. Karna penelitian ini menyangkut al-Qur‟an
secata langsung, maka sumber pertama adalah kitab suci al-Qur‟an. Mushaf
yang digunakan sebagai pegangan adalah mushaf departemen agama. Sumber
lainnya meliputi kitab-kitab tafsir, buku, dan tulisan-tulisan yang lain terkait
dengan tema penelitian ini. Jadi data penelitian diperoleh melalui sumber
data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah mushaf al-
Qur‟an dan Tafsir al-Misbah. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari
berbagai sumber kepustakaan yang erat kaitannya dengan tema yang akan
dibahas dalam penelitian ini.
D. Pendekatan
Pendekatan penelitian kualitatif dengan tehnik content analysis.
Analisis isi(content analysis) adalah penelitian bersifat pembahasan yang
sangat mendalam terhadap isi berita atau informasi dimedia cetak atau pun
melalui internet. Analisa seperti ini biasanya dilakukan kualitatif. Pelopor
analisis isi adalah penelitian tetang riset yang bersifat deskriptif. Dilandasi
teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar dapat fokus dalam penelitian sesuai
dengan fakta yang diperoleh. Juga landasan teori memberikan gambaran
umum tentang latar belakang sebagai pembahasan hasil penelitian. Menurut
Sugiyono kajian kualitatif mengkaji strategi-strategi dengan partisifasi yang
bersifat fleksibel dan interaktif. Penelitian kualitatif diarahkan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipasi.

51
Dengan demikian penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan
untuk meneliti dengan kondisi opjek alamiah dimana penelitian sebagai
instrument kunci. (Sugiyono, 2013: 20).
E. Teknik Analisa Data
Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknis analisis
deskriptif. Adapun yang dimaksud dengan teknik analisis kualitatif deskriptif
dalam penelitian ini adalah upaya menjelaskan tetang berbagai aspek
berkenaan dengan data berupa kata-kata atau kalimat secara kualitatif baik
pada data primer (kitab tafsir al-Misbah) maupun data sekunder (buku-buku
atau sumber-sumber lain yang relevan dengan fokus atau objek kajian dalam
penelitian ini. Secara lebih rinci urutan dan prosedur analisis data penelitian
ini adalah mencakup: pembaca secara mendalam memahami konsep,
mengklasifikasi berdasarkan urusan peristiwa atau kisah, menginterprestasi
berdasarkan konsep dan nilai-nilai yang terkandung di dalam surah Luqman.
F. Teknik Penulisan
Adapun buku yang dijadikan pedoman dalam teknik penulisan ini
adalah buku “Pedoman Penulisan Tesis Program Magister Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta” 2018 akan
mewarnai seluruh bentuk penulisan tesis ini.

52
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA PENELITIAN

A. PEMBAHASAN DAN ANALISA PENELITIAN

ِ ‫ك ىَظُ ْي ٌٌ ع‬
ٌٌ ٞ‫َظ‬ ‫ ََّل رُ ْش ِش ْك ثِ ا‬ٜ
َ ْ‫بَّللِ ۖۡۖ إِ اُ اى ِّشش‬ ُ ََ ‫َٗإِ ْر قَب َه ىُ ْق‬
‫َب ثَُْ ا‬ٝ ُُٔ‫َ ِعظ‬ٝ َ٘ َُٕٗ ِٔ ِْ‫بُ َِّل ْث‬
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar.”
Di dalam al-Qur‟an Luqman disebut sampai dua kali dan juz 21
terabadikan sebagai nama surah yang ke-31 surah Luqman terdiri 34 ayat,
terdapat golongan surah yang diturunkan Mekkah atau dikatakan surah
Makkiyah diturunkan sesudah surah al-Shaffat. Dinamakan surah Luqman
karena Di dalam surah Luqman disampaikan bahwa diberikan pada Allah
hikmah berupa ilmu pengetahuan. Maka dari itu Luqman sangat bersyukur
kapada-Nya pendidikan tanpa harus mendiskusikan. Ayat yang dimaksudkan
yaitu surah Luqman ayat 13. Kisah Luqman ayat tersebut dimulai karakter
hikmah yang diberikan oleh Allah kualitas bersyukur atas nikmat-Nya. Di
antara kesyukuran yaitu mendidik anak dengan menggunakan metode cinta
dan kasih sayang. (Idris, 2008: 90). Surah ini terdiri dari 33 ayat para
pendapat ulama Mekah dan Madinah, dan menurut para ulama Syam ada 34
ayat, Bashrah dan Kufah. Perbedaan itu hanyalah perbedaan dalam
perhitungan dan bukan berarti ada yang tidak diakui oleh yang menilai hanya
33 ayat. (Shihab, 2002: 108). Surah Luqman adalah surah yang turung
sebelum Nabi Muhammad saw. berhijrah ke Madinah, mayoritas para ulama
berpendapat bahwa semua ayat surah Luqman yaitu makkiyah. Ada juga
ulama yang mengecualikan tiga ayat, yaitu 27-29 atau dua ayat yakni 27-28
dengan dasar dari hasil diskusi para orang-orang Yahudi ketika itu banyak
bermukiman di Madinah. Pendapat ini disamping sanadnya lemah, kalaupun

53
dipahami bahwa hasilnya didiskusikan oleh orang-orang Yahudi, (shihab,
200: 107).

Dalam surah Luqman terdiri 34 ayat, turun ayat setelah surah as-
Shaffat. Diberikan nama surah Luqman karena di dalamnya terdapat kisah
Luqman al-Hakim mendidik anaknya. Dalam kisah tersebut terdapat orang
tua harus mendidik anaknya tentang agama dan akhlak yang baik. Surah
Luqman terdapat pokok pembahasan yaitu keimanan, hukum, kisah dan
orang-orang yang memperolok ayat suci al-Qur‟an. Adapun hubungan surah
Ar-rum: pertama, kedunya diawalinya dengan adanya manusia yang kafir
dan beriman dan adapun perbedaannya ditemukan kekacauan umat yang
terdahulu dan di akhirat nanti masuk neraka, akhirnya dalam surah Luqman
dipastikan baik buruk akan masuk neraka atau surga. Kedua, menjelaskan
Tuhan ada karena adanya alam semesta, juga alam itu menandakan sebagai
kekuasaan Allah sedangkan surah Luqman manfaat alam itu sendiri, karna
semua alam itu sebagai tanda bukti bahwa Allah itu maha Kuasa, Esa maka
itulah yang mengantar manusia lebih bertaqwa pada Allah. Tiga, dalam surah
Ar-Rum dalam orang kafir menanggapi bahwah al-Qur‟an itu adalah kitab
menyesatkan sedangkan surah Luqman orang kafir hanya membelakangi
dengan ketidakpercayaannya terhadap al-Qur‟an. Empat, di akhir surah
Luqman dan surah Ar-rum bahwa akan ada hari kiamat (D.a.g, 2010: 533).

Dari berbagai pendapat bahwa dapat disimpulkan surah Luqman,


turun untuk menjawab segala permasalahan kaum musyrik Mekkah, dan
Luqmanun hakim bukanlah seorang nabi namun hikmah-hikmah yang selalu
disampaikan sangatlah populer. (Shihab, 2012: 168). Bisa dikatakan dalam
bahasa sekarang ini adalah seorang sufi dimana seorang sufi itu dikenal
dengan kata-kata hikmahnya seperti Syekh Ibn Atha‟illah as-Sakandari
dengan kitabnya Al-Hikam, Jalaluddin Rumi dengan syair-syairnya dalam
Matsnawi. Dari semua periwayat tidak ada yang menyebutkan secara jelas

54
dan mendasar Luqman adalah seorang nabi dan seorang Arab yang sangat
bijaksana.

B. Biografi Luqmanun al-Hakim.

Secara etomologi, menurut Makki Bin Thalib al-Qaisi:” Luqman


adalah nama konkret (isimma‟rifah) dengan dua tambahan (alif dan nun)
sehingga tidak dapat menerima tanwin seperti kata “Usman‟‟ dimana
Luqman, bisa juga bukan dari Arab “(ajam)”. Menurut penjelasan
Muhammada Bin Ali Bin Muhammad Al-Syaukani: “Juga banyak para
ulama berpendapat bahwa Luqmanun hakim ia adalah nama non-Arab,
karena tidak menerima tarif. Sedangkan yang berpendapat nama Arab, maka
tidak dapat dimakrifatkan dan tidak dapat ditambah alif dan nun. Adapun
menurut Ibnu Ba‟ura‟ yang dinukilkan oleh Abi al-Fadhl Syihab Al-Din
Muhammad Al-Alusi dalam kitab tafsirnya menjelaskan: Luqman nama
„ajam (bukan Arab) yang diambil dari kata al-laqam. (Idris, 2008: 90). Dari
berbagai pendapat para ulama yang lebih kuat dia bukan seorang nabi
Luqman al-Hakim adalah seorang yang banyak berfikir, kuat pendirian,
mencintai Allah dan Allah mencintainya Allah memilih sebagai khalifah
Allah memberikan hikmah yang berhubungan dengan kebenaran, berkulit
hitam legam. Akan tetapi, nama Luqman al-Hakim diabadikan dalam al-
Qur‟an yaitu surah Luqman. Menurut Muhammad Ishaq yaitu Luqman Bin
Ba‟ura‟ bin Nahur Bin Tarikh, yaitu Azar anaknya bapak Ibrahim, menurut
Al-Suhaili: Luqman bin Anqa‟bin Sarwan dari bangsa Naubi penduduk Ilih.
Menurut Imam wahab: Luqman bin Ukht Ayyub. Menurut Imam Mukatil:
Luqman bin Khalat Ayyub, menurut al-Zamakhsyari: Luqman Bin Ba‟ura
Ayyub atau Bin Ibn Khalatuh. Dikatakan pula Luqman salasatu anak dari
Azar yang berumur 1000 tahun dan menemui Nabi Daud as. Dan berguru
kepadanya (Kumayi, 2015: 126.)

Adapun tetang pekerjaannya Luqmanun Hakim sebagai berikut:

55
1. Luqmanun Hakim seorang penjahit baju (menurut pendapat
Said bin Musayyab)

2. Luqman adalah seorang pengembala pendapat Ibn Zaid.

3. Luqman adalah tukang kayu pendapat Khalid Al-Rabi

4. Luqman adalah seorang hakim di zaman bani Israil pendapat


Al Wakidi.(Idris, 2008: 92)

Disamping pra pendapat tersebut banyak hadis-hadis tentang


Luqmanun Hakim dinukil oleh para ahli tafsir di antaranya al-Quthubi
sebagai berikut :

“Diriwayatkan dari ibn Umar,ia berkata: saya mendengarkan Nabi brsabda:


sesungguhnya Luqman bukanlah seorang Nabi, tetapi hanya seorang hamba
yang banyak berfikir,kuat pendirian, mencintai Allah dan dicintai Allah,
allah memberikan hikmah, memilihnya sebagai khalifa yang menghukumi
sebagai kebenaran. Kita diberi tahu oleh ibn Mutsanna, kita diberi tahu oleh
Muhammad bin,Jafar, kita diberi tahu oleh Syu‟bah dari Hakim dari
Mujahid, sesungguhnya iyya berkata; Luqman seorang laki-laki shalhi bukan
lah seorang Nabi

“Kita diberi tahu oleh bashar, ia berkata saya diberi tahu oleh Yazid, ia
berkata saya diberi tahu oleh Sa‟id dari Qatadah: firman Allah “dan
sesungguhnya kami telah beri Luqman hikmah” maksudnya adalah
pemahaman tentang islam dan bukan seorang nabi, juga tidak diberi
wahyu.(Tahbrani,1991:67.)

Di dalam al-Qur‟an juga tidak terlalu menonjolkan asal usul tentang


Luqman al-Hakim, akan tetapi dasar-dasar hikmah yang diwasiatkan kepada
putranya, mendapatkan kemuliaan yang tinggi sampai dicatat dalam ayat 2
kali yaitu pada ayat 12 dan ayat 13 dalam surah ke 31 yang diberi nama yaitu
surah Luqman. Wasiat Luqman al-Hakim terdiri 7 ayat tentang, akan tetapi

56
dari tujuh ayat itu tersimpan dasar-dasar ilmu pendidikan atau metode
pendidikan dalam membimbing anaknya sampai menjadi anak taat pada
Luqman yang anaknya dikenak Tharan, ayat tersebut yang tidak akan
berubah-ubah selama manusia masi berada di alam dunia. ( Hamka,
2002:115). Di dalam surah Luqman bahwa banyak pendapat para mufassirin
(Ahli tafsir) tentang nama anaknya Luqman al-Hakim sebagai berikut:). 1.
An‟am (pendapat Al-Naqash). 2. Masykam (pendapat AL-Kalbi 3. Asykam.
4. baban. 5. Salan. 6. Salam. 7. Asykar atau Syaki. 8. Mathan. 9. Tharan.
Luqman memiliki beberapa anak menurut pendapat al-Qurthubi beberapa
anaknya meninggal akan tetapi Luqmanun al-Hakim tidak meratapi ataupun
menangis atas meninggalnya anak dan istrinya semuanya seorang kafir,
namun Luqmanun al-Hakim dengan kesabaran dan penuh kasih sayang untuk
mengajak masuk agama islam, akhirnya anak dan istrinya luluh masuk islam
dengan metode pengajaran penuh pengertian (Hada & Idris, 2008: 102).

Pada ayat 13 sampai pada ayat 19 merupakan nasihat Luqman al-


Hakim pada anaknya. Oleh karena itu para orang tua ataupun tenaga pendidik
dapat mengambil sebuah metode-metode pembelajaran dalam surah Luqman
ataupun prinsip sebagaimana Luqman al-Hakim dalam mendidik anaknya.
Pendidkan Luqman al-Hakim kepada seorang anaknya yang bernama Tharan
menggambarkan penekanan materi dan metode pendidikan anak. Materi
pendidikan yang diajarakan kepada Tharan anaknya yaitu akidah, akhlak dan
syariah (Idris, 2008: 89). Ada beberapa metode yang digunakan Luqman al-
Hakim kepada anaknya Tharan salah satunya metode maw‟idzah (nasihat).
Metode nasihat adalah metode interaksi lebih terfokus pada pendidikan yang
senantiasa menasihati anak didik. Anak didik diposisikan sebagai objek
menerima pesan. Secara umum, istilah “karakter” yang sering disamakan
dengan istilah “temperamen”, ”tabiat”, “watak” atau “akhlak” mengandung
definisi pada sesuatu yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan
dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Secara harfiah, karakter
57
memiliki berbagai arti seperti “character” (latin) berarti instrument of
marking, “Charessein” (Prancis) berarti to engrove (mengukir),
“watak”(Indonesia) berarti sifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah
laku, budi pekerti, tabiat, dan perangai. Dari sudut pandang behavioral yang
menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki sejak lahir, istilah karakter
dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat dari diri
seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan. (Hermawan, 2010:3).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah “karakter” berarti


sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dari yang lain: tabiat, watak. Dalam istilah Inggris, karakter berpadanan
dengan “character” yang berarti: All the mental and moral qualities that make
a person, groups of people, and places different from others (semua kualitas
mental dan moral yang membuat seseorang, kelompok orang atau tempat
berbeda dari yang lain). Dengan demikian dapat dipahami bahwa karakter
mempunyai makna psikologis atau sifat kejiwaan karena terkait dengan aspek
kepribadian (personality), akhlak atau budi pekerti, tabiat, watak, dan sifat
kualitas yang membedakan seseorang dari yang lain atau kekhasan (particular
quality) yang dapat menjadikan seseorang terpercaya dari orang lain. Dalam
perspektif ini, karakter mengandung unsur moral, sikap bahkan perilaku
karena (Hornby 1995: 186). Al-Qur‟an memberi pengaruh yang cukup besar
bagi kejiwaan manusia secara umum. al-Qur‟an dapat menyentuh, menarik
dan menggetarkan jiwa. Semakin dalam tingkat kebersihan jiwa, maka
semakin besar peluang untuk menerima ajaran-ajaran al-Qur‟an. Anak masih
memiliki jiwa yang bersih serta fitrah yang dibawanya sejak lahir masih
belum tercemar oleh apapun. Menurut Kusuma (2007: 75) pembentukan
kepribadian islami adalah menjadikan anak memiliki kemampuan berpikir,
bertutur kata, bertindak, berakhlak, dan berperangai layaknya seorang
muslim. Selain itu anak juga memiliki semangat juang yang tinggi dalam
58
menyebarkan ajaran Islam, membela kebenaran, menumpas kebatilan, serta
berpegang pada nilai-nilai ajaran agama Islam dan memiliki jiwa yang shalih
serta memberi manfaat bagi sesama. Pesan sekolah untuk keluarga, kesulitan
menghadapi seorang anak adalah harus prioritas pertama adalah anda sendiri.
Karena keluarga adalah intelektual dan moral pondasi pengembangan yang
sangat membantu orang tua untuk menjadi orang tua yang baik adalah
sekolah yang dapat membantu, membentuk karakter siswa yang kuat berbasis
akademisi maka seorang pendidik harus mempunya perinsip tertentu sebagai
berikut:

C. Prinsip dalam Pembelajaran

Adapun prinsip-prinsip dan model membentuk karakter langkah awal


dalam membangun karakter anak sejak usia dini sampai dewasa yang dapat
membimbing kita untuk menuntun, tetapi menghargai pekerjaan anak dalam
membesarkan anak dengan karakternya masing-masing.

1. Jadikan Pengembangan Karakter Sebagai Prioritas.

Utama seorang pendidik James Stenson,penilis Compass : A


Handbook of parent Leadership, mengamati “Orang tua dikatakan orang
sukses ketika melihat dirinya orang dewasa. Mereka melihat anak-anaknya
orang dewasa yang masih dalam pembentukan.

2. Jadi Orang Tua Yang Otoriter.

Sebagai orang tua harus memiliki pendiri otoritas moral dan hak
moral dihormati sekaligus dipatuhi. Bahkan, Baumrid mendefinisikan ada
tiga hal bentuk pengasuhan yang pertama bijaksana yang kedua otoritas dan
permisif.

3. Cinta Anak-Anak.

Berbagai studi menunjukan pentingnya kasih sayang orang tua kepada


anak untuk pertumbuhan anak maupun kecerdasan anak cinta membuat anak
59
atau siswa merasa aman terikat secara emosional pada kita secara tidak
langsung menerima nilai-nilai dari kita. Cinta berarti menghabiskan waktu
untuk kita. Cinta sebagai komunikasi dan cinta yaitu bermurah hati dalam
komunikasi, cinta sebagai pengorbanan mencintai anak adalah siap untuk
berkorban dengan kepentingan untuk mereka.

4. Mengajar dengan contoh.

Mengajar dengan contoh menceritakan tentang pertemanan,


kekeluargaan atau pengalaman dalam mencapai cita-cita sehingga anak
menjadi terinspirasi untuk menjadi yang lebih baik.

5. Mengelola Lingkungan Moral.

Sebagai pendidik harus cerdas dalam mengelolah moral, bagaimana


memahami segala aktifitas seorang anak dan bagaimana mencegah kebiasaan
yang dapat membawa anak pergaulan bebas dengan mencegah dengan
memberikan pemahaman kenapa harus dilarang, apa dampaknya? Sehingga
kita dapat mencegah tapi bukan kekerasan, dengan menjelaskan kenapa
dilarang? Dan apa yang kita inginkan.

6. Gunakan Pengajaran Langsung Untuk Membentuk Hati Nurani


Dan Kebiasaan.

Pengajaran dalam membentuk langsung kepada anak atau siswa kita


harus memberikan pelajaran yang bisa menyentuh hati siswa atau anak
dengan mengamalakan yang pernah kita ajarkan seperti lewat depan orang
kita meminta permisi maka kita juga ketika lewat di depan siswa sebagai
guru yang baik meminta permisa maka anak akan tersentuh hatinya dan akan
lebih baik lagi.

7. Mengajarkan Keputusan Yang Baik.

Sebagaimana dari karakter adalah mengajarakan bagaimana mampu


menerapkan secara individu kepada anak bisa memberi keputusan sendiri.
60
Dengan memberikan pertanyaan-pertanayan tes, tentang keputusan peraturan,
keadilan, kebenaran, tes agama, tes orang tua dan lain-lain.

8. Kedisiplinan Secara Bijaksana.

Mengajarkan kedisiplinan seorang anak bukan hanya mengajarkan


mana yang lebih baik akan tetapi perlu kita sampaikan juga atau
memperkenalkan mana yang buruk agar dapat berpikir jika dalam
pelanggaran itu aka ada dampak negatifnya, maka anak akan jauh lebih
mengerti apa yang kita inginkan dan bisa tercapai tujuan pembelajaran
khususnya menemukan karakter seorang anak.

9. Memecahkan Masalah Dengan Adil.

Dengan permasalahan yang selalu menggorogoti harus ditangani


dengan baik karena konflik memberikan kesempatan tumbuh menjadi kokoh,
kuat dalam pengembangan karakter. Adapun cara dalam mengatasi konflik
dalam setiap permasalahan, 1. Saling memahami, 2. Adil, setuju dalam setiap
solusi yang baik, 3. Melakukan pertemuan sebagai tindak lanjut
mengevaluasi bagai mana solusi bisa bekerja.

10. Memberikan Kesempatan Untuk Mempraktikkan Kebajikan.

Membentuk karakter anak memberikan kesempatan melakukan


aktifitas sehari di dalam rumah seperti menyiapkan makanan, membersikan
begitupula dalam beribada dengan baik tanpa ada paksaan dengan
memberikan contoh dan membiarkan melakukan sendiri.

11. Mendorong Pengembangan Spiritual.

Untuk menanamkan spiritual dalam diri anak yang pertama harus


dilakukan mengawasi anak dalam pergaulan yang jauh dari maksiat dan
menanamkan keyakinan dalam diri anak dengan keagamaan khususnya
agama Islam, ini akan mendorong pengembangan spritualnya lebih baik.

61
12. Sabara Dalam Menghadapi Peserta Didik

Pada surah Luqman seorang guru atau orang tua untuk membentuk
anak sebagaimana yang kita inginkan atau tujuan karakter anak yang ingin
kita capai, harus kita tanamkan dalam diri kita yaitu prinsip kesabaran.

Apapun yang kita inginkan dalam setiap permasalahan harus sabar.


Ada sebuah ungkapan yang mengatakan “Sabar kunci pembuka segala pintu
tertutup”. Dalam hal ini bahwa untuk membentuk karakter seorang anak
perlu tanamkan dalam diri kita yaitu kesabaran.

Adapun nilai-nilai pendidikan karakter berdasarkan tafsir al-Misbah


M. Quraish Shihab (2002: 927).

D. Nilai-nilai pendidikan dalam surah Luqman ayat 13.

1. Nilai Pendidikan Tauhid (Ketuhanan/Larangan Mempersekutukan Allah)


Tauhid adalah cahaya yang meniadakan kamu dari selainmu, dan meniadakan
selainmu untukmu.
Tauhid adala rahasia Allah, Sedangkan kejujuran adalah pedang
Allah. Pedang ini memanjang dengan menyebut nama Allah dan dengan
rahmat-Nya. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak
dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Tiada daya dan kekuatan melainkan atas
pertolongan Allah. Syirik memiliki berbagai macam bentuk yang
bertentangan dengan akal dan merusak kehidupan. Syirik adalah kedzaliman
karena menyembah sesuatu lain yang hina, yakni selain kepada Allah, dan
atau meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, bahkan seolah-olah
menyamakan antara sesuatu yang tidak bisa memberi nikmat kepada manusia
dengan Dzat yang menjadi satu-satunya sumber nikmat. Islam diturunkan
untuk memerangi segala bentuk kesyirikan. Seperti yang dikemukakan oleh
Syekh Muhammad Abduh bahwa syirik adalah keyakinan bahwa ada sesuatu
selain Allah yang memiliki pengaruh di atas sebab-sebab nyata yang

62
ditetapkan oleh Allah dan segala sesuatu ada penguasanya yang memiliki
kekuatan di atas kekuatan mahluk.
ٍَِ َٗ ۖ ‫َ َشب ُء‬ٝ ِْ ََ ِ‫َ ْغفِ ُش ٍَب ُدَُٗ ٰ َرىِلَ ى‬َٝٗ ِٔ ِ‫ُ ْش َشكَ ث‬ٝ ُْ َ‫َ ْغفِ ُش أ‬ٝ ‫َّللاَ ََّل‬
‫إِ اُ ا‬
ٜ‫َظ‬ ِ ‫ إِ ْث ًَب ع‬ٰٙ ‫بَّللِ فَقَ ِذ ا ْفز ََش‬
‫ُ ْش ِش ْك ثِ ا‬ٝ
Artinya: “sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu,bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh
ia telah berbuatdosa yang besar”. (QS. An-Nisa: 48).
Dalam hal ini, Luqman mengajarkan kepada anaknya berupa nasihat
dan peringatan disertai konsekuensinya. Nasihat serta kasih sayang dengan
mendorong kepada semangat, motivasi, dan dorongan untuk melakukan
kebaikan memberikan pemahaman tentang syirik dalam hal ini beberapa
pengertian tentang syirik berdasarkan dalam surah an-Nisa ayat 48 bahwa
syirik terbagi dua yaitu :

 Syirik akbar yaitu:

Syirik besar menyekutukan Allah menyembah selain Allah,


menyembah berhala selain-Nya merupakan syirik terburuk misalnya
syirik yang dikisahkan dalam al-Quran Fir‟aun ketika dia berkata,”
siapa Tuhan semesta alam itu?” Allaha juga menceritakan ucapan
Firauin kepada Haman, “ Wahai Haman, buatkanlah untukku sebuah
bangunan yang tinggi supaya aku sampai kepintu-pintu itu, yaitu
pintu agar aku dapat memandang Tuhan Musa dan aku melihat aku
pendusta. Syirik ini berkaiatan dengan nama-nama, sifat, zat dan
perbuatan Tuhan ada tiga. Menganggap pula al-Masih sebagai Tuhan
(al-Jawziyyah, 2008: 150).

Ada dua macam syirik yaitu:

 Syirik dalam Ucapan

Syirik dalam bentuk ucapan adalah sumbernya selaian atas


nama Allah. Imam Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan
63
bahwa Nabi saw. Bersabda, “Barang siapa bersumpah selain
atas nama Allah, maka dikatakan syirik.” Hadis ini dinilai shih
oleh al-Hakim dan Hibban.

Adapun bentuk syirik dalam perkataan adalah ketika orang


berkata pada makhluk, seperti Allah kehendaki dan engkau
kehendaki. Ucapan itu dinilai syirik meskipun adanya
kehendak manusia, sebagai firma-Nya,bagi orang di antara
kalian yang hendak beristikamah.

 Syrik Dalam Kehendak Dan Niat

Syirik dalam kehendak bagaikan laut tak bertepi berniat bukan


karna Allah serta berniat bukan untuk mendekatkan diri pada
Allah dan bukan juga meminta balasan pada Allah seperti
berbuat syirik dalam kehendaknya. Ucapan, perbuatan dan
kehendak untuk Allah yang menyempurnakan akhlak.

Syirik penyembahan selain Allah

Bagai mana bentuk syirik penyembah selaian Allah walaupun


tidak mengingkari nama, sifat, ketuhanan-Nya seperti agama Nasrani
juga lahirlah yang menisbakan segala kebaikan hanya kepada cahaya
segala keburukan ada pada kegelapan.

Adapun sumber syirik adalah pengikaran terdiri ada tiga:

a) Segalah makhluk yang diciptakan oleh Allah diingkari.

b) Perbuatan-Nya dan sifat-sifat Allah bahkan kesempurnaan Allah yang


Maha Mulia semua diingkari.

c) Mengingkari hakikat ketauhidan yang harus diyakini saat berinteraksi.

64
2. Syirik Asgar yaitu:

Syirik kecil di mana dalam ibadahnya ada riya, memuji dirinya


sendiri. Syirik kecil adalah syirik yang terampuni.

Sementara penyebutan tentang konsekuensi itu menunjukkan


peringatan sebuah akibat buruk. Ibnu Sayidah juga mengungkapkan bahwa
al-wa‟dzu adalah peringatan kepada manusia tentang pahala dan siksa.
Menurut Hamka Allah telah menjadikan manusia dengan limpahan rezeki
yang menghidupkan manusia untuk menikmati keindahan dan nikmat-Nya.
Beberapa poin kesopanan kepada sang Khalik yang dipaparkan oleh Hamka
adalah:

a) Raja yaitu pengharapan yang diikuti dengan suatu perbuatan


untuk mendapatkan ridha-Nya.

b) Khauf, senantiasa takutakan azab, siksa dan kemurkahan Allah.

c) Muhasabah dan murakabah, atas segala kekurangan, cela dan aib


pada diri sendiri.

d) Syukur, senantiasa memuji dan berterima kasih atas nikmat yang


diberikan Allah swt. baik lahir maupun batin.

e) Tawakkal, mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh dalam


usaha dalam hidup, dan dan menyerahkan segala keputusan
kepada-Nya.

f) Tafakkur, merenungkan kebesaran Allah dan kelemahan yang


dimiliki manusia. Hamka menyebutkan bahwa tafakkur adalah
dasar yang ada pada diri dalam hal akhlak dan ilmu (Hamka,
1950: 134-139).

Sementara itu materi pendidikan akhlak dalam pandangan Zakiah


Daradjat dikaitkan dengan berbagai macam tanggung jawab orang tua atau
pendidik terhadap anak. Secara rincian meliputi: pendidikan keimanan, moral
65
intelektual, dan sosial. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan Zakiah Daradjat
sebagai berikut: Pendidikan keimanan menurut Zakiah Daradjat mengenalkan
dan menumbuhkan nilai-nilai Tauhid kepada anak mulai dari kecil. Ketika
anak lahir ke dunia segera dikumandangkan adzan di dekat telinganya, agar
pengalaman pertama lewat pendengarannya ada kalimat-kalimat Tauhid.
Bagi baru yang lahir belum mengerti arti kalimat tersebut, namun demikian
dasar-dasar keimanan dan keislaman sudah masuk dalam hatinya.

Zakiah Daradjat juga sangat setuju jika seorang anak sejak kecil
dibiasakan ikut serta dalam ibadah shalat bersama orang tuanya. Sebab
dengan terbiasanya melihat orang tuanya shalat, maka anak akan ikut-ikutan
menirukan gerakan shalat dalam kehidupannya. Dengan demikian pendidikan
keimanan yang dimaksud Zakiah adalah sebagai upaya pembentukan
kekuatan akidah seorang anak agar menjadi satu keyakinan dan pegangan
dalam kehidupan kelak. Keimanan bukan hanya cukup keyakinan dan
mengucapakan, namun harus mampu diaplikasikan dalam seluruh
kehidupannya. Artinya, keimanan adalah pondasi dari seluruh segi kehidupan
manusia. Untuk itu, pendidikan keimanan adalah hal yang krusial dikenalkan
semenjak dini kepada anak agar menjadi pedoman sekaligus barometer yang
mampu mengarahkan dan membimbing anak dalam hal sikap, ucapan dan
perilaku dalam lingkungan hidup yang lebih luas.

Dan kedua adalah pendidikan akhlak adapun pendapat Zakiah


Daradjat tentang pendidikan akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil
perpaduan hati dan nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang
menyatu membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam
kenyataan hidup keseharian. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral yang
terdapat di dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat
dan mana yang tidak berguna, mana yang baik dan yang buruk. Materi yang
sama lainya dari kedua tokoh ini adalah pendidikan sosial. Sebagai makhluk
66
sosial, manusia selalu membutuhkan kehadiran orang lain sebagai partner
dalam sebagai aktifitas. Begitupula seorang anak akan senantiasa berada di
tengah-tengah orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan tata cara berinteraksi
dengan orang lain yang sesuai dengan ajaran agama.

Hamka menyebut peserta didik sebagai bunga masyarakat yang kelak


akan mekar atau akan menjadi tubuh dari masyarakat, oleh karena itu tiap
anggota masyarakat bertanggujawab menjaga dan melindunginya dari segala
sesuatu yang dapat menghambat kemajuan kecerdasannya. (Hamka, 1984:
38). Menurut Hamka, akhlak peserta didik dapat dikatakan sebagai
kehidupan setiap anggota masyarakat dimana ia berada. Hal ini karena
kehidupan setiap anggota masyarakat memiliki peranan dan tanggung jawab
moral terhadap terlaksananya proses pendidikan yang efektif. Kesemua unsur
yang ada hendaknya senantiasa bekerjasama secara timbal balik sebagai alat
sosial control bagi pendidikan. (Ramayulis, 2005: 274-275). Hamka
menegaskan bahwa, eksistensi adat adalah sebuah komunitas sosial dan
kebijakan publik negara, cukup berpengaruh bagi proses perkembanagan
kepribadian peserta didik itu berada hendaknya bersifat kondusif dan
proposional bagi penopang perkembangan dinamika fitrah yang dimiliki
setiap anak didik. Masyarakat maupun Negara segoyangnya melihat adat dan
kebijaksanaan pemerintah sebagai sesuatau yang fleksibel, serta menghargai
setiap pendapat sebagai sebuah keberagaman. Sikap demikian akan
menumbuhkan dinamika bersifat kritis dan menghargai kemerdekaan yang
dimiliki setiap orang, tanpa menyigung kemerdekaan yang dimiliki setiap
orang, tanpa menyinggung kemerdekaan yang lain. Masyarakat juga dituntut
memiliki kepedulian sekaligus mengontrol (sosil control) terhadap
perkembangan pendidikan peserta didik. Kepedulian tersebut bukan hanya
bersifat moril maupun materil, akan tetapi wujud aksi nyata, seperti
mengembangakan, majelis-majelis keilmuan dalam komunitasnya.
Keikutsertaan seluruh anggota masyarakat yang demikian akan membantu
67
upaya pendidikan, terutama dalam memperhalus akhlak dan merespon
dinamika fitrah peserta didik secara optimal. (Niza, 2010: 155-157).

Agar pendidikan bersifat interaktif, maka menurut Hamka seorang


pendidik hendaknya berbuat sebagaimana layaknya sikap dan tingkah laku
anak yang sedang dihadapinya. Dengan pendekatan tersebut, anak akan
merasa dekat dengan orang yang mendidiknya. Proses ini merupakan
pendekatan yang strategi dalam upaya mencapai tujuan pendidik yang
diinginkan. Dalam hal ini, ia mengutip pendekatan yang dilakukan
Rasulullah saw. Terhadap Hasan dan Husein dalam melaksanakan misi
pendidikan Rasulullah bahkan tidak segan-segan bermain kuda-kudaan
dengan cucunya tersebut. Oleh karena itu, seorang pendidik mampu
memformulasasikan bentuk pendekatan pendidikan yang bersifat persuasif
terhadap pesrta didik, sesuia dengan tingkat perkembangan intelektual dan
emosional.

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat adalah kecernderungan manusia


untuk bergaul dapat diamati semenjak dari kecil. Anak-anak membutuhkan
pertolongan orang yang lebih dewasa untuk memenuhi kebutuhannya. Anak-
anak mulai bergaul dalam lingkungan keluarga, kemudian teman pergaulan,
terutama anak yang telah mencapai usia sekolah akan senang bergaul dengan
teman usia sebaya, bahkan kadang-kadang berteman dengan teman-teman
yang lebih dewasa maupun tua, oleh karena itu, agar anak dalam pergaulan
dan kehidupannya memiliki sifat-sifat yang mulia dan memiliki etika
pergaulan yang baik, maka diberikan pengatahuan tetang etika sosial,
sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan bahkan
membatasi pergaulannya. Misalnya anak diajak menghormati dan patut
kepada orang tuanya dan orang dewasa lainnya, merendahkan diri dan lemah
lembut dalam bertutur kata dan bersifat lain-lainnya. Pada kesimpulanya
hakekat syirik adalah menyerupai makhluk dengan khalik. Jika sudah

68
menggantungkan diri selain dengan sang khalik maka dia sudah berbuat
syirik pada Allah.

3. Nilai Tentang Birrul Walidain (Berbakti Kepada Kedua Orang Tua).

Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi penghormatan


dan pemuliaan kepada kedua orang tua. Apapun bentuk pelecehan dan sikap
merendahkan orang tua, maka Islam lewat pesan-pesan moralnya telah
melarang dan mengharamkannya. Bahkan durhaka kepada kedua orang tua
termasuk di antara dosa-dosa besar yang dilarang keras. Berbuat baik kepada
kedua orang tua dan menaati keduanya selain dalam kemaksiatan kepada
Allah termasuk hal-hal yang dituntunkan syariah. Dalam hal ini Luqman
memerintah dan mengajarkan untuk berbakti dan bersyukur kepada ibu dan
bapak, mengenai perjuangan ibu ketika mengandung dan memelihara
menyusui anak, serta segala bentuk perjuangan dan pengorbanan kepada
anaknya yang secara tulus dan ikhlas. Hal tersebut senada dengan firman
Allah dalam QS yang berbunyi sebagai berikut:

ٌٌ ‫ْش ىَلَ ثِ ِٔ ِع ْي‬ َ ‫ك ىِزُ ْش ِش‬


َ َٞ‫ ٍَب ى‬ٜ‫ك ِث‬ َ ‫ ِٔ ُح ْضًْب ۖۡۖ َٗإِ ُْ َجبَٕذَا‬ْٝ ‫اْل ّْ َضبَُ ِث َ٘اىِ َذ‬ ِ ْ ‫َْب‬ْٞ ‫ص‬‫َٗ َٗ ا‬
َُُ٘‫ ٍَشْ ِج ُع ُن ٌْ فَأَُّجِّئُ ُن ٌْ ِث ََب ُم ْْزُ ٌْ رَ ْع ََي‬ٜ
‫فَ َل رُ ِط ْعُٖ ََب ۖ إِىَ ا‬
Artinya: “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang
ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Al-Ankabuut: [29]:8).
Hamka memberikan keterangan bahwa, menghormati dan mencintai
orang tua termasuk ke dalam tiang-tiang masyarakat yang terpenting yang
konsep menjadi ibu dari segala kesopanan. Bagaimanapun majunya
pergaulan hidup, masyhur namanya, besar kedudukannya, belum dapat
dinamai seorang yang sopan jika dia belum menunjukkan baktinya kepada
kedua ibu bapaknya (Hamka, 1976: 112). Kemudian Hamka menyatakan
dalam tafsirannya sebagai berikut: Kalau kita renung dan pikirkan 7 ayat
69
yang mengandung wasiat Luqman, dapat kita mengambil kesimpulan bahwa
ayat-ayat ini mengandung dasar-dasar pendidikan bagi seorang muslim, dia
dapat menjadi sumber inspirasi mengatur pokok-pokok pendidikan anak-anak
muslim, dia mengandung pokok akidah, yaitu kepercayaan tauhid terhadap
Tuhan, yang menyebabkan jiwa merdeka dan bebas dari pengaruh benda dan
alam. Sesudah itu dasar utama dari tegaknya rumah tangga muslim, yaitu
sikap hormat, penuh cinta kasih sayang dari anak kepada ibu dan bapak
(Hamka, 1984: 135).

M. Quraish Shihab, menjelaskan dalam bukunya yang hilang dari kita


akhlak bahwa “Anak tidak hanya dituntut untuk tidak durhaka pada ibu-
bapaknya, tetapi dia juga dituntut untuk berbakti kepada keduanya, ukuran
kedurhakaan/ketidaksopanan terhadap keduanya berbeda dengan ukurannya
terhadap manusia lain”. Sekedar berkata “Ah” atau menampakkan
ketidaksukaan di hadapan mereka telah dinilai pelanggaran, begitu pesan QS.
Al-Isra‟: 23;

َ ‫َ ْجيُ َغ اِ ِع ْْ َذ‬ٝ ‫ ِِ إِحْ َضبًّب إِ اٍب‬ْٝ ‫ابُٓ َٗثِ ْبى َ٘اىِ َذ‬ِٝ‫ل أَ اَّل رَ ْعجُ ُذٗا إِ اَّل إ‬
‫ك‬ َ َ‫َٗق‬
َ ُّ‫ َسث‬ٰٚ ‫ض‬
‫ ًَب‬ٝ‫ف َٗ ََّل رَ َْْٖشْ ُٕ ََب َٗقُوْ ىَُٖ ََب قَْ٘ ًَّل َم ِش‬ ٍّ ُ ‫ْاى ِنجَ َش أَ َح ُذُٕ ََب أَْٗ ِم َلُٕ ََب فَ َل رَقُوْ ىَُٖ ََب أ‬
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.”
Karena itu, sekedar tidak durhaka belum cukup!! Yang dituntut
adalah bakti kepada keduanya atau dalam bahasa al-Qur‟an disebut ihsan.
Yang dimaksud dengan bakti/ihsan. Ini adalah bersikap sopan santun kepada
keduanya dalam ucapan dan perbuatan sesui dengan adat kebiasaan
masyarakat sehingga merasa senang bahagia dengan anaknya. Di samping
itu, anak mencukupi kebutuhan-kebutuhan mereka yang sah dan wajar sesuai
70
dengan kemampuan sang anak. Salah satu yang perlu dicatat bahwa ketika al-
Qur‟an memerintahkan bakti itu, kata yang digunakannya adalah wabil
walidayn ihsan, padahal bahasa juga membenarkan penggunaan li yang
berarti untuk dan lia yang berarti kepada sebagai penghubung kata ihsan,
Kata li hanya menggambarkan pemberian bakti untuk opjek, kata lia
mengisyaratkan adanya jarak antara subjek dan objek, sedangkan kata bi
yang digunakan al-Qur‟an mengisyaratkan kedekatan antara subjek dan
objek, ini mengisyaratkan bahwa Allah tidak menghendaki adanya jarak,
walau sedikitpun dalam hubungan antara anak dengan orang orang tuanya.
Anak harus selalu mendekat dan merasa dekat kepada ibu dan bapaknya,
bahkan kalau dia dapat bagikan “malaikat” kepadanya. Karena itulah
sehingga digunakan kata bi yang mengandung arti ilsaq, yakin kelekatan
tidak digunakan li yang berarti untuk agar sang anak tidak merasa bahwa
bakti yang dipersembahkannya adalah untuk kepentingan ibu-bapaknya,
tetapi bakti itu adalah untuk kemaslahatan sang anak yang berbakti.

Bersikap baik terhadap ibu-bapak tidak bersyarat keislaman mereka.


Ibu-bapak yang mempersekutukan Allah wajib dihormati dan
dipersembahkan kepada mereka apa yang baik buat mereka, sesuai dengan
tolok ukur budaya yang positif. Karena itu, al-Qur‟an mengunakan kata
ma‟ruf, yakni baik dalam ukuran budaya ketika memerintahkan
memperlakukan orangtua yang non-Muslim. Allah berfirman dalam
QS.Luqman: 15;

‫بح ْجُٖ ََب‬


ِ ‫ص‬ َ َٗ ۖۡۖ ‫ْش ىَلَ ثِ ِٔ ِع ْي ٌٌ فَ َل رُ ِط ْعُٖ ََب‬ َ َٞ‫ ٍَب ى‬ٜ‫ك ِث‬ َ ‫ أَ ُْ رُ ْش ِش‬ٰٚ َ‫ك َعي‬
َ ‫َٗإِ ُْ َجبَٕذَا‬
‫ ٍَشْ ِج ُع ُن ٌْ فَأَُّجِّئُ ُن ٌْ ثِ ََب‬ٜ
‫ ۖ ثُ اٌ إِىَ ا‬ٜ َ ََّ‫ َو ٍَ ِْ أ‬ِٞ‫َب ٍَ ْعشُٗفًب ۖۡۖ َٗارا ِج ْع َصج‬ّْٞ ‫ اى ُّذ‬ِٜ‫ف‬
‫بة إِىَ ا‬
َُُ٘‫ُم ْْزُ ٌْ رَ ْع ََي‬
Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuan mempersekutukan Allah, maka

71
janganlah kamu mengikutinya keduanya, tetapi pergaulilah keduanya
didunia dengan ma‟rif.”
Hal ini yang digarisbawahi oleh al-Qur‟an adalah bahwa kewajiban
berbakti/maruf itu hendaknya di motivasi oleh rasa sayang kepada mereka,
bukan karna kuwatir dicelah atau dikecam orang lain bila tidak melalukannya
dan bukan juga untuk mengundang pujian dan simpati yang melihatnay
(QS.al-isra‟(17: 24.)

ِ‫َ ْجيُ َغ ا‬ٝ ‫ ِِ إِحْ َضبًّب ۖ إِ اٍب‬ْٝ ‫ابُٓ َٗثِ ْبى َ٘اىِ َذ‬ِٝ‫ َسثُّلَ أَ اَّل رَ ْعجُ ُذٗا إِ اَّل إ‬ٰٚ ‫ض‬
َ َ‫َٗق‬
ٍّ ُ ‫ك ْاى ِنجَ َش أَ َح ُذُٕ ََب أَْٗ ِم َلُٕ ََب فَ َل رَقُوْ ىَُٖ ََب أ‬
ْ‫ف َٗ ََّل رَ َْْٖشْ ُٕ ََب َٗقُو‬ َ ‫ِع ْْ َذ‬
‫ ًَب‬ٝ‫ىَُٖ ََب قَْ٘ ًَّل َم ِش‬
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. ini berartikewajiban tulus dalam sikap dan kelakuan
anak terhadap kedua ibu-bapaknya.”
Dalam konteks kepatuhan kepada Allah, seorang tidak boleh enggan
atau malu merendahkan diri kepada-Nya, sujud tersimpuh meletakkan dahi
karena Dialah Yang Maha Agung. Sudah pada tempatnya (adil) seseorang
melakukan itu terhadap Allah. Nah, ibu-bapak adalah oleh anak-anaknya
setelah Allah dan Rasul. Dapat saya simpulkan dari dua pendapat bahawa
kedua orang tua adalah wajib kita muliakan setelah Allah dan Rasulnya dan
memmulikan orang tua tidak cukup hanya menghormati ataukah
memuliakannya akan tetapi wajib kita mengabdi kepadanya sebagaimana kita
diwaktu kecil sampai kita dibesarkanya dengan kasih sayang begitupula
sebaliknya kita kepadanya. (Shihab, 2016: 234).

72
4. Nilai Tentang Bersyukur

Bersyukur merupakan suatu perbuatan, ucapan dan sikap terima kasih


kepada Allah dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang
diberikan-Nya. Bersyukur merupakan kewajiban bagi manusia, di mana
apabila manusia bersyukur maka Allah akan menambah kenikmatan kepada
hamba-Nya yang mau bersyukur. Perintah bersyukur salah satunya terdapat
dalam al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 152 yang berbunyi:

ِ ‫ َٗ ََّل رَ ْنفُش‬ِٜ‫ أَ ْر ُمشْ ُم ٌْ َٗا ْش ُنشُٗا ى‬ُِّٜٗ‫فَ ْبر ُمش‬


ُُٗ
Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Akuingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku,dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.”
Dalam kaitan ini, M. Quraish Shihab (2002 : 991) mengatakan bahwa
syukur mencakup tiga sisi sebagai berikut:

a. Bersyukur dengan hati, yaitu mengakui dan menyadari


sepenuhnya bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal dari
Allah dan tiada seseorang pun selain Allah yang dapat
memberikan nikmat itu.

b. Bersyukur dengan lidah. Yaitu mengucapkan secara jelas


ungkapan rasa syukur itu dengan kalimat Alhamdulillah (segala
puji bagi Allah).

c. Bersyukur dengan amal perbuatan, yaitu mengamalkan anggota


tubuh untuk hal-hal yang baik dan memanfaatkan nikmat itu
sesuai yang kita sembunyikan, baik dan buruknya diketahui oleh
Allah dan akan diganjar dengan balasan yang setimpal.

Ada dua hal menjadi penting syukur yang pertama agar pemberian
nikmat yang agung tersebut bisa terus berkelanjutan (kontinu). Kedua agar
memperoleh tambahan nikmat. Kontinuitas pemberian nikmat akan terjadi,
karena sikap syukur membuatnya terikat dan langgeng. Namun sebaliknya,
73
jika kau meninggalkan sikap syukur, niscaya nikmat tersebut akan
menghilangkan berpindah tangan. Al-Qur‟an menunjukan bahwa siap untuk
bersyukur merupakan bentuk pendustaan dan pengingkarannya. Sebagaimana
al-Qur‟an menerangkan bahwa syukur adalah hasil dan tujuan penciptaan,
demikian halnya dengan alam yang laksana al-Qur‟an besar juga
memperlihatkan bahwa hasil terpenting dari penciptaan seluruh entitas adalah
syukur.

Ksimpulan dari bahwa syukur itu ada tiga makna dan empat landasan :

a. Bersyukur dengan hati, yaitu dengan keyakinan bahwa seluruh nikmat


bersumber dari Allah swt. Allah berfirman, “Segala nikmat yang ada pada
diri kalian (datangnya) dari Allah” (QS. An-Nahl: 53)

َُُٗ‫ ِٔ رَجْ أَس‬ْٞ َ‫َّللا ۖۡۖ ثُ اٌ إِ َرا ٍَ اض ُن ٌُ اىضُّ شُّ فَئِى‬


ِ ‫َٗ ٍَب ثِ ُن ٌْ ٍِ ِْ ِّ ْع ََ ٍخ فَ ََِِ ا‬

Artiinya: “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah
(datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya
kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.”
Tugas hati dalam bersyukur kepada Allah adalah mengakuai
mengakui meyakini bahwa nikmat tersebut semata-mata datangnya hanya
dari Allah saja, dan bukan dari selain dari Allah dan bukan dari selainya
semua itu adalah perantara untuk mendapatkan nikmat. Kita juga harus
mencintai Allah yang telah memberikan semua nikmat itu kepada kita, selain
itu kita juga menyatakan untuk menggunakan nikmat itu di jalan yang Allah
ridhainya.

b. Bersyukur dengan lisan, yaitu dengan memperbanyak ucapan hamdalah


sebagai perintah Allah “Katakanlah: Alhamdulillah (segala puji bagi
Allah).”(QS.Al-Israh: 111 dan QS. An-Naml: 93.)

74
ِ ‫ ْاى َُ ْي‬ِٜ‫ل ف‬
ِٜ‫ ُن ِْ ىَُٔ َٗى‬َٝ ٌْ َ‫ل َٗى‬ ٌ ٝ‫ ُن ِْ ىَُٔ َش ِش‬َٝ ٌْ َ‫زا ِخ ْز َٗىَذًا َٗى‬َٝ ٌْ َ‫ ى‬ٛ‫َٗقُ ِو ْاى َح َْ ُذ ِ اَّللِ اىا ِز‬
‫شًا‬ٞ‫ٍَِِ اى ُّز ِّه ۖۡۖ َٗ َمجِّشْ ُٓ رَ ْن ِج‬

Artinya; “Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai
anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula
hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan
yang sebesar-besarnya.”
Termasuk bentuk syukur dengan lisan, ialah menceritakan kenikmatan yang
kita rasakan kepada orang lain, Allah memrintahkan, Adapun mengenai
nikmat Rabbmu, makan ceritakan .(QS. Ad-Dhuha: 11).

ِ ‫َبرِ ِٔ فَزَع‬ٝ‫ ُن ٌْ آ‬ٝ‫ ُِش‬ٞ‫َٗقُ ِو ْاى َح َْ ُذ ِ اَّللِ َص‬


َُُ٘‫ْشفََُّٖ٘ب ۖ َٗ ٍَب َسثُّلَ ثِ َغبفِ ٍو َع اَب رَ ْع ََي‬

Artinya: “Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah, Dia akan


memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan
mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan".
Ibnu Qasir menjelaskan maksud dari ayat ini bahwa sebagaimana
dulu seorang dalam keadaan miskin atau kekurangan kemudian Allah
mengubah nasibnya lalu membuatnya kaya, maka-sebut-sebutlah mesyukuri
dengan lisan-nikmat Allah yang telah dianugerakan-Nya itu. Karena lisan
diberi tugas untuk memuji dan menyanjung Dzat yang telah memberikan
nikmat tersebut.

c. Bersyukur dengan amal perbuatan, yaitu mempergunakan nikmat Allah


untuk ketaatan pada-Nya saja yang mengamalkannya.

Allah berfirman, “wahai keluarga Dawud, beramal sebagai bentuk syukur


(kepada Allah). Dan sedikit sekali di antara para hamba-Ku yang bersyukur.”

(QS. Saba: 13)

ۖ‫د‬
ٍ ‫َب‬ٞ‫ٗس َسا ِص‬ ِ ‫و َٗ ِجفَب ٍُ َم ْبى َج َ٘ا‬ٞ
ٍ ‫ة َٗقُ ُذ‬ َ ِ‫ت َٗرَ ََبث‬ٝ
َ ‫بس‬ِ ‫َ َشب ُء ٍِ ِْ ٍَ َح‬ٝ ‫َ ْع ََيَُُ٘ ىَُٔ ٍَب‬ٝ
‫ اى اش ُن٘ ُس‬َٛ ‫ ٌو ٍِ ِْ ِعجَب ِد‬ِٞ‫ا ْع ََيُ٘ا آ َه دَا ُٗٗ َد ُش ْنشًا ۖ َٗقَي‬
75
Artinya: “Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya
dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang
(besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku).
Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit
sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.”
Pada ayat tersebut, Allah memerintahkan kepada keluarga Nabi Daud
untuk beramal kebajiakan dan mengajak keluarganya dengan amal saleh,
shalat, puasa, dan lain sebagainya. Karena tugas anggota badan adalah
menggunakan nikmat tersebut untuk mentaati Dzat yang kita syukuri serta
menahan diri agar tidak menggunakan kenikmatan itu untuk bermaksiat
kepada-Nya.

Landasan menjadi orang bersyukur sebagai berikut;

1) Senantiasa berterima kasih kepada orang lain; salah satu cara untuk
mensyukuri nikmat Allah adalah berterima kasih kepada manusia yang
menjadikan perantara sampai nikmat Allah kepada kita Nabi
Shallallahu‟alaihi Wasallam bersabda, “Orang yang tidak berterima
kasih kepada Allah” (HR.Tirmidzi No. 2081).

2) Qana‟ah adalah sikap rendah menerima atau merasakan cukup dengan


apa yang didapat serta menjauhkan diri dari sikap tidak puas dan merasa
kekurangan yang berlebih-lebihan. Qanaah muncul dalam kehidupan
seseorang berupa sikap rela menerima keputusan Allah Swt. yang
berlaku bagi dirinya sendiri sikap ini muncul bukan sikap pasif
menunggu tanpa berbuat yang baik.

3) Hemat ialah hati-hati dalam menggunakan uang. barang dan lain


sebagainya sehingga tidak menimbulkan pemborosan sebaliknya boros
memiliki arti melebih-lebihkan alias berlebihan dalam menggunakan
sesuatu. Seperti uang, barang dan lain sebagainya. Boros menjadi salah
satu perbuatan buruk yang tidak patut untuk dicontoh Allah berfirman :
(QS. Al-Isra: 27).
76
ُ َ‫ط‬ْٞ ‫ ِِ ۖۡۖ َٗ َمبَُ اى اش‬ٞ‫َب ِط‬ٞ‫َِ َمبُّ٘ا إِ ْخ َ٘اَُ اى اش‬ٝ‫إِ اُ ْاى َُجَ ِّز ِس‬
‫بُ ىِ َشثِّ ِٔ َمفُ٘سًا‬

Artinya: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudar-


saudara, dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”
5. Nilai Tentang Kejujuran

Jujur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah : tulus, tidak


culas, lurus hati, Jujur menurut al-Qur‟an adalah Shidq, yang mempunyai
makna dasar “kuat”. Orang yang shidq (benar/jujur) adalah kuat, karena itu
dia berani. Kejujuran mencakup semua hal dari sejak kita berniat sampai
beraktifitas. Kata Nabi, “lakukanlah kejujuran dalam segala aktifitas kamu”.
Mau berjuang, kita harus jujur, kalah pun harus jujur. Doa Nabi adalah
masukkan aku dengan jujur, dan keluarkan aku dengan jujur pula.
-Kejujuran dalam berucap
Kejujuran dalam berucap bukan sekedar benar isinya melainkan juga
harus tepat. Seperti contoh, ada ayat yang mengatakan “Tiap-tiap yang hidup
itu pasti mati”, namun bila kita sampaikan ayat tersebut pada pesta
pernikahan maka kita sudah tidak berbuat jujur, karena tidak tepat walaupun
ayat tersebut benar. Lawan jujur dalam berucap adalah berbohong.
Berbohong adalah mengucapkan sesuatu yang bertentangan dengan yang
anda ketahui. Kita dilarang untuk berbohong, karena bisa menyesatkan dan
menyengsarakan orang lain. Orang yang berbohong adalah orang yang
lemah, orang yang takut dan memiliki kompleks kejiwaan yang sakit. Karena
lemah yang melahirkan kebohongan itulah maka orang tersebut dikatakan
„tidak shidq‟. Orang yang tidak kuat berpeluang besar untuk tidak jujur.
Pesan nabi: “Jangan berbohong, kamu mengira dengan berbohong dapat
menyelamatkanmu, padahal berbohong dapat mencelakakanmu.”

- Kejujuran Dalam Berniat

Jujur dalam berniat adalah kita harus tulus, ikhlas baik kepada Tuhan
maupun kepada manusia. Bahkan dalam bersedekah pun kita harus jujur.
77
Sedekah asal katanya pun dari Shidq atau Shidqah, yang artinya jujur (harus
tulus, ikhlas). Memberikan mahar kepada pengantin wanita pun disebut
dengan shidaq. Karena itu memberikan mahar kepada pendamping wanita
harus disertai niat yang tulus, ikhlas. Kejujuran dalam berniat adalah berniat
dengan tulus ikhlas, baik kepada Tuhan maupun kepada manusia.

-Kejujuran Dalam Bertindak

Dalam bertindak pun kita harus jujur. Jangan curang, jangan menipu dan
jangan memanipulasi fakta dan data. Bertindak pun selain kita harus benar
juga harus tepat. Misalkan dalam ingin bertindak melawan kejahatan, bagi
kita sebagai rakyat tindakan yang jujur adalah melaporkan kejahatan kepada
pihak kepolisian. Tidak jujur bila kita main hakim sendiri. Bagi polisi, jujur
apabila melawan kejahatan dengan mengejar dan menangkap pelakunya.
Pengadilan yang jujur adalah pengadilan mampu memberikan hukuman
setimpal perbuatannya. Dalam berdagang pun kita harus jujur, ungkapkan aib
barangnya, jangan sampai ditutup-tutupi. Rasulullah mengajarkan hal ini
dalam berdagang, apakah lantas barang dagangannya kemudian menjadi tidak
laku. Malah sebaliknya, sangat laku keras, sehingga beliau terkenal seorang
pedagang yang jujur dan orang-orang pun datang berbondong-bondong
kepadanya.

-Kejujuran Pada Diri Sendiri

Kejujuran pada diri sendiri adalah kejujuran yang dilandasi pada


pengakuan diri bahwa dirinya memiliki kemampuan dan kekurangan.
Apabila dirinya tidak mampu untuk mengerjakan sesuatu maka dia akan
katakan “tidak mampu”. Apabila dirinya memang tidak tahu, maka dia akan
katakan “tidak tahu”. Orang yang mengakui kelemahan dirinya adalah orang
yang lebih berpengetahuan daripada orang yang mengatakan “bisa”, “tahu”
padahal dirinya “tidak bisa.

-Kejujuran Pada Manusia


78
Kejujuran mengantar seseorang dan orang lain mendapat kebaikan
dan mengantarnya ke surga. Jujur pada anak-anak kita adalah mengakui
dengan sepenuh hati kemampuan, kekurangan dan keterbatasan mereka.
Sehingga jujur pada anak kecil adalah menerima kesalahan-kesalahan
kecilnya, tidak memaki dia, tidak membebani dengan beban berat.
Kebohongan merupakan sifat yang hina yang memiliki banyak mudharat dan
akibat negatif bagi kehidupan masyarakat. Aisyah ra berkata, “Tidak ada
akhlak yang paling dibenci Rasulullah, melebihi kebencian beliau terhadap
sikap bohong.” (HR. Tirmidzi).

َُُِْ٘‫ُ ْعي‬ٝ ‫ص ُذٗ ُسُٕ ٌْ َٗ ٍَب‬


ُ ُِّ ‫ ْعيَ ٌُ ٍَب رُ ِن‬َٝ ‫ل‬
َ ‫َٗ َس ُّث‬
Artinya: “Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada
mereka dan apa yang mereka nyatakan.”

Selain hadits, ayat di atas secara eksplisit menjelaskan ke-Maha


Kuasaan Allah. Allah Maha Mengetahui, baik yang terang maupun yang
tersembunyi. Dan ajaran untuk selalu bertakwa kepada Allah, “amar ma‟ruf
nahi mungkar” dan memperbaiki hubungan dengan sesama dan alam, serta
tidak menyekutukan Allah juga tidak berpaling dari Allah, karena Allah
maha mengetahui segala apa yang kita perbuat dan kita ucapkan baik terang
maupun tersembunyi.

5). Nilai Tentang Pendidikan dalam Ibadah Islam

Ibadah Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap


masalah shalat dan memerintahkan agar pemeluknya sungguh-sungguh
mendirikannya. Sebaliknya, Islam memberikan peringatan keras kepada
mereka yang meninggalkan shalat. Demikian tegasnya perintah ini, karena
shalat memiliki urgensi yang sangat tinggi dan mulia karena ia adalah rukun
Islam setelah Syahadat. Setalah Luqman memerintahkan anaknya
mengesakan Allah, yang juga mengandung larangan berbuat syirik dan

79
mengingatkan akan kesempurnaan ilmu dan kekuasaan Allah, di mana tiada
sesuatu pun di dunia ini yang tersembunyi bagi-Nya, kemudian Luqman
memerintahkan anaknya agar mendirikan shalat sebagai ibadah yang paling
sempurna.

Sesungguhnya semua riwayat langit menetapkan kewajiban shalat


sejak awal mula rasul dan nabi. Nabi Ibrahim sebagaimana disebutkan dalam
surat Ibrahim ayat 40 sebagai berikut:

‫ َسثاَْب َٗرَقَجاوْ ُدعَب ِء‬ِٜ‫از‬ٝ‫ ٌَ اىص َال ِح َٗ ٍِ ِْ ُر ِّس‬ِٞ‫ ٍُق‬ِْٜ‫َسةِّ اجْ َع ْي‬
Artinya: “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang
tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”
6). Nilai Untuk Amar Ma‟ruf Nahi Munkar (Khususnya Dalam Dakwah).

Amar Ma‟ruf adalah pernyataan yang menuntut seseorang agar


meninggalkan sesuatu perbuatan, yang mencakup semua bentuk ketaatan dan
pendekatan diri kepada Allah dan memberikan kebaikan kepada sesama
manusia.Sedangkan Nahi Munkar adalah pernyataan yang menuntut
seseorang agar meninggalkan semua yang dipandang buruk oleh syara‟,
diharamkan, atau dimakruhkan. Dalam hal ini Luqman memberi ajaran
kepada anaknya, berupa hikmah bukan dengan kekerasan, yakni dengan cara
ajakan atau berupa dakwah dengan mau‟idzah hasanah (melalui cara yang
dapat menaklukan hati) dan mujadalah yang dapat mencerahkan akal.
Sedangkan, cara nahi munkar seperti yang ditetapkan Rasulullah dalam hadis
yang diriwayatkan oleh Abu Sa‟id, ia berkata:

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemunkaran, hendaklah ia


mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya,
jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman”

Menurut ajaran agama, menuntut agar nahi munkar lebih didahulukan


karena kemunkaran menyebabkan kerusakan dan kebaikan membawa

80
kemashlahatan. Menghindari dan melawan kerusakan itu lebih baik
didahulukan daripada mendapatkan manfaat.

7). Nilai Dalam Sabar

Kata sabar terambil dalam bahasa Arab yang terdiri huruf-huruf shad,
ba‟, dan ra‟. Maknanya berkisar pada 3 hal pertama, menahan Kedua,
ketinggian sesuatu. Ketiga, sejenis batu dari makna menahan
sikap/pandangannya pada sesuatu tanpa perubahan. Yang ditahan dipenjara
sampai mati dinamai mushburah. Dari makna kedua, lahir kata shubr yang
berarti puncak sesuatu, dan dari makna ketiga muncul kata ash-shubrah,
yakni batu yang kukuh lagi kasar atau potongan besi. Ketika makna
tersebut dapat berkaitan. Seorang yang sabar akan menahan diri. Untuk itu,
memerlukan kekukuhan jiwa serta mental baja agar dapat mencapai
ketinggian yang diharapkannya. Kesabaran adalah kekuatan yang memikul
beban dan menghadapi kesulitan dengan berupaya menanggulaginya.
Menerima kesulitan tanpa upaya atau rela dengan penghinaan karena tidak
mampu membalas, bukanlah kesabaran. Itu adalah kelemahan. Anda bersabar
jika berhasil menahan diri dalam keadaan mampu untuk bertindak. Bahkan
puncak kesabaran diraih ketika seseorang mampu menahan diri pada saat-saat
awal datangnya ujian.

“puncak kesabaran pada saat datangnya peristiwa yang mengentakkan”


(HR. Bukhari Muslim).

Kesabaran tidak hanya dituntut pada saat-saat kritis atau kesulitan.


Saat lapang atau senang pun ia dibutuhkan, bahkan lebih dibutuhkan karna
saat-saat itu kendala untuk mengikuti nafsu tidak sebanyak seseorang miskin
atau sedih.

‫ ُز‬ٝ‫ ُن ٌْ أَحْ َض ُِ َع ََ ًل ۖ َُٕٗ َ٘ ْاى َع ِز‬ُّٝ َ‫َ ْجيُ َ٘ ُم ٌْ أ‬ِٞ‫َبحَ ى‬ٞ‫د َٗ ْاى َح‬
َ ََْ٘ ‫ق ْاى‬
َ َ‫ َخي‬ٛ‫اىا ِز‬
‫ْاى َغفُ٘ ُس‬
81
Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa
di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.”
Kesabaran diperlukan dalam mempersiapkan diri dalam menjalani
ujian. Kedua, Konsekuensi hubungan orang beriman dengan Allah.
Hubungan itu merupakan hubungan timbal balik yang disadari oleh
kepercayaan. Sabar merupakan keniscahayaan hidup, paling tidak ditinjau
dari dua sisi. Yang pertama, hidup adalah ujian. Dia (Allah) yang
menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu siapakah di antara
kamu yang lebih baik amalnya. Kata sabar diartikan mencegah, dan
diindikasikan pada ketahanan yang didasarkan pada dinamika jiwa. Dinamika
tersebut mengacu pada dua hal; yaitu untuk berbuat yang menuju kepada
sesuatu yang positif, dan untuk menahan dari sesuatu yang negatif.

Sabar mencakup menahan diri, lisan dan anggota badan. Menahan diri
berarti menahan dari keputusasaan dan kemarahan. Menahan lisan berarti
menahan dari mengeluh dan menggerutu. Menahan anggota badan adalah
menahan dari sikap menggoda atau mengganggu. Luqman menasehati dan
memerintah anaknya untuk bersabar terhadap apa yang menimpanya, karena
sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh
Allah. Dalam hal ini, manusia hendaknya bersabar terhadap cobaan dan rasa
berat dalam melaksanakan apa yang diperintahkan, khususnya dalam
mendirikan shalat dan berbuat amar ma‟ruf nahi munkar. Senada dengan hal
tersebut, berikut firman Allah yang mengingatkan dan memerintahkan untuk
bersabar juga terdapat dalam QS. Al-Mudatsir ayat 7 yang berbunyi sebagai
berikut:

ْ ‫ل ف َب‬
‫ص ج ِ ْش‬ َ ِّ ‫َٗ ى ِ َش ث‬
Artinya: Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

82
Ayat ini secara global adalah perintah untuk bersabar dalam
memenuhi perintah Allah, seperti shalat, puasa, zakat, berhaji, amar ma‟ruf
dan nahi munkar. Karena setiap perintah Allah erat dengan rintangan-
rintangan yang menghadang.

8). Nilai Pendidikan Akhlak.

Pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai,


tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa
analisa sampai anak menjadi seorang mukallaf, seseorang yang telah siap
mengarungi lautan kehidupan. Anak tumbuh dan berkembang dengan
berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu kuat
iman dan takwanya. Islam datang untuk memberi kebahagiaan kepada
manusia selama berpegang dan mengikuti ajaran-ajaran dan tuntutan-Nya,
serta mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya. Di antara ajaran Islam adalah akhlak
yang mulia yang mengandung manfaat dan kemuliaan yang agung. Islam
tidak hanya menganjurkan pada akhlak mulia, tetapi juga melarang akhlak
yang tercela, memperingatkan jangan sampai terjerumus ke dalamnya dan
memerintahkan menjauhinya.

Dalam hal ini, Luqman mengajarkan kepada anaknya untuk tidak


sombong, angkuh, membanggakan diri, takabbur dan merendahkan hamba-
hamba Allah yang lain, serta larangan bahagia yang sangat berlebihan.
Luqman juga mengajarkan pendidikan akhlak tentang untuk hidup sederhana,
ramah, tidak kikir, lurus dan istiqamah dalam menjalan hidup sesuai syariat
yang benar, serta peringatan dan nasihat untuk dapat mengendalikan
keseimbangan emosional dan rasional. Seperti larangan untuk merendahkan
suara. Akhlak dalam bahasa Indonesia diartikan budi pekerti, sikap,
kewajiban, akhlak juga diartikan kondisi mental yang membuat orang tetap
berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, sebagaimana dipahami dalam arti
isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan.

83
Sedangkan etika diartikan dengan ilmu tentang apa yang baik apa yang buruk
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Menurut pada asal-usul kata
akhlak, diketahui bahwa ia terambil dari bahasa Arab akhlaq. Kata ini
merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang pada mulanya bermakna
ukuran, latihan dan kebiasaan. maka lahirlah kata ukuran makhluk yakni
ciptaan mempunyai ukuran makna kedua dan ketiga lahirlah sesuatu positif
dan negatif. Makna-makna di atas mengisyaratkan bahwa akhlak dalam
pengertian budi pekerti maupun sifat yang mantap dalam diri seseorang
kondisi kejiwaan baru dapat dicapai setelah berulang-ulang latihan dan
dengan membiasakan diri melakukannya. Dalam kata-kata; akhlak, budi
pekerti, moral dan etika dipersamakan maknanya walaupun tentu jika ditinjau
lebih dalam akan ditemukan perbedaan-perbedaannya.

Pandangan para pakar-pakar muslim yang memberikan perhatian


tentang akhlak tidak jauh berbeda dengan apa yang dikemukakan di atas.
Secara umum mereka menekankan bahwa: Akhlak adalah sifat dasar yang
telah terpendam di dalam diri tanpa ke permukaan melalui kehendak dan
terlaksana tanpa keterpaksaan oleh satu dan lain sebab. Manusia memiliki
akhlak yang bersumber dari tabiat manusia dan juga akhlak yang dikaitkan
dengan aktifitasnya yang lahir oleh dorongan kehendaknya. Karena itu ada
dinamai akhlak dari manusia dan ada juga yang merupakan akhlak kegiatan
yakni aktifitas yang lahir dari kehendaknya. Yang pertama (akhlak diri) lahir
bersama fitrah/asal dari kejadian manusia. Ia dinamakan akhlak karna ia
merupakan makhluk, yakni sesuatu yang tercipta sejak kelahiran. Imam al-
Ghazali dalam bukunya Ihya Ulum ad-Din mengemukakan bahwa: khuluq
dan khalak adalah dua kata yang dapat ditemukan dalam suatu kalimat. Anda
dapat berkata fulan hasan al-khalaq wa al-khuluq (si A baik bentuk badannya
dan baik pulah akhlaknya; tetap terlihat dampaknya dalam aktivitasnya.
Hakekat kedua tersebut ada pada diri setiap insan karena manusia adalah
karena manusia gabungan dari jasmani dan ruhani yang masing-masing bisa
84
jadi baik bisa juga jadi buruk. Al-Ghazali menjelaskan bahwa akhlak
merupakan kondisi kejiwaan yang mantap, yang atas dasarnya lahir aneka
kegiatan yang dilakukan dengan mudah, tanpa harus dipikirkan terlebih
dahulu. Di sini dapat disimpulkan bahwa akhlak sifat yang sudah terpendam
dalam diri manusia melalui kehendak kelakuan atau moral terlaksana dengan
sendirinya tanpak terpaksaan yaitu terciptanya sejak lahir.

9) Nilai Nasihat.

Nasihat yang paling sering digunakan oleh para orang tua,


pendidikan dan da‟i terhadap anak dan peserta didik dalam proses
pendidikan. Memberikan nasihat merupakan kewajiban orang-orang muslim
sebagai terterah dalam al-Qur‟an surah al-A‟shr ayat 3, agar senantiasa
memberi nasihat dalam hal kebenaran dan kesabaran. Nasihat dapat
mempengaruhi jiwa secara langsung melalui perasaan sehingga terjadi
dorongan yang terus-menerus yang nantinya dapat membina mental dari
ruhani peserta didik dengan berpedoman pada al-Qur‟an dan as-Sunnah.
Nasihat merupakan metode yang efektif dalam usaha pembentukan
keimanan, menanamkan nilai moral, spiritual dan sosial. Karena metode ini
dapat membukakan mata hati anak didik akan hakikat sesuatu serta
mendorong menuju situasi luhur dan menghiasi akhlak mulia. Demikian
maka dapat diketahui bahwa nasihat adalah memerintah atau melarang yang
disertai dengan pemberian motivasi atau anti ancaman, nasihat juga
mengandung arti ancaman nasihat mengandung juga arti mengatakan sesuatu
yang benar dengan cara melunakkan hati.

Memberikan nasihat sangat penting bagi pengembangan anak karena


dengan penegrtian yang akan menjadi dirinya yang memahami apa yang
harus dilakukan dan apa tidak boleh dilakukan namun sering kali anak ingin
mencoba untuk melakukan sesuatu yang berlawanan dengan orang tua, oleh
karena itu perbuatan yang harus ditunjukkan atau diberi peringatan. Jika

85
peringatan tidak diperhatikan dan selalu melakukan tanpa mempedulikan
orang tua atau lingkungan keluarga, orang tua perlu memperlakukan tindakan
dengan mencegah perbuatan itu, saat memberikan pengertian terhadap
sesuatu yang boleh dilakukan hendaklah benar-benar diterapkan juga, dan
jangan sampai melarangnya apalagi kalua anak melihatnya. Begitu juga jika
memberikan peraturan dan perintah hendak melihat kondisi dan sesuai
dengan masa, usia perkembangannya, karna kita tidak melaksanakan sesuatu
sekehendak dirinya orang tuanya serta menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh anak, dan bahasa yang santun.

Metode pembinaan akhlak anak melalui nasihat sangat membantu


terutama dalam menyampaikan materi akhlak mulia pada anak, sebab tidak
semua anak mengetahui dan mendapatkan konsep akhlak yang benar. Metode
nasihat dan keteladanan menempati kedudukan tertinggi dalam agama karena
agama adalah nasihat, hal ini di ungkapkan oleh Nabi Muhammad saw.
sampai tiga kali ketika memberikan pelajaran kepada para sahabatnya.
Memberikan nasihat hendaknya disesuikan dengan situasi dan kondisi,
pendidikan hendak selalu sabar dalam menyampaikan nasihat dan tidak
merasa bosan atau putus asa. Dengan cara tersebut akan memaksimalkan
dampak nasihat terhadap perubahan tingkah laku dan akhlak anak, perubahan
yang dimaksud adalah perubahan tulus dan ikhlas tanpa ada kepura-puraan,
karena kepura-puraan biasanya akan muncul ketika nasihat tidak tepat waktu
dan tempatnya, anak akan merasa tersinggung dan sakit hati kalau hal ini
sampai terjadi maka nasihat tidak membawa dampak apapun, yang terjadi
adalah perlawanan terhadap nasihat yang diberikan. Aplikasi metode nasihat
di antaranya adalah nasihat argumen logika, nasihat tentang keuniversal
Islam, amar ma‟ruf nahi mungkar, nasihat dari aspek hukum, nasihat tetang
amal ibadah, dan lain-lain. Tapi hal yang penting dari metode ini adalah
nasihat mengamalkan terlebih dahulu apa yang akan dinasihati.

86
Abdurrahman an-Nahlawi, mengatakan pada dasaranya kebutuhan
manusia akan figur atau teladan bersumber dari kecerdasan manusia meniru
yang sudah menjadi karakter. Dengan memperhatikan kutipan di atas dapat
dipahami bahwa keteladanan mempunya arti yang penting dalam mendidik
akhlak anak, keteladanan menjadi titik sentral dalam mendidik dan membina
akhlak anak, kalau pendidikan menjadi akhlak yang baik ada kemungkinan
anak didiknya juga berakhlak baik, karena murid juga meniru muridnya
sebaliknya kalau guru berakhlak buruk ada kemungkinan anak didik juga
berakhlak buruk. Keteladanan yang sempurna adalah keteladanan Rasulullah
saw. menjadi rujukan bagi pendidik sebagai teladan utama, bagi firman Allah
swt. dalam Al- Qur‟an surah al-Ahzâb: 21, berbunyi;

َ ‫َّللا‬ ْ ُ ‫َّللا ِ أ‬
‫ َ ْش ُج ٘ ا‬ٝ َُ‫ص َ٘ ح ٌ َح ضَ ْ َ خ ٌ ى ِ ََ ِْ َم ب‬ ‫ َس صُ٘ ِه ا‬ٜ ِ ‫ى َ ق َ ْذ َم ب َُ ى َ نُ ٌْ ف‬
ْ ًَ ْ٘ َ ٞ ْ ‫َٗ اى‬
‫ ِخ َش َٗ رَ مَ َش ا‬ٟ‫ا‬
‫ ًش ا‬ٞ ِ ‫َّللا َ مَ ث‬
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Dalam penelitian ini terdapat beberapa metode pendidikan karakter
surah Luqman namun tidak cukup hanya sekedar memahami metode
pendidikan karakter karena siswa yang kita hadapi bermacam-macam karkter
yang tidak semua sama metode yang akan diterapkan akan tetapi perlu kita
memahami berbagai kerakter yang sering kita dapatkan sebagai bahan acuan
untuk menghadapi berbagai macam siswa di sekolah yang setiap tahun selalu
ada tantangan di sekolah maupun dalam peraturan perundang-udangan yang
semakin disiplin.

10. Nilai Siddiq

Siddiq artinya benar. Benar adalah suatu sifat yang mulia yang
menghiasi akhlak seseorang yang beriman kepada Allah dan kepada perkara-
perkara yang ghaib. Ia merupakan sifat pertama yang wajib dimiliki para

87
Nabi dan Rasul yang dikirim Tuhan ke alam dunia ini bagi membawa wahyu
dan agamanya. Pada diri Rasulullah saw, bukan hanya perkataannya yang
benar, malah perbuatannya juga benar, yakni sejalan dengan ucapannya.
Pengertian Siddiq ini dapat dijabarkan ke dalam butir-butir sebagai berikut: a.
Memiliki sistem keyakinan untuk merealisasikan visi, misi, dan tujuan, b.
Memiliki kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa arif, jujur,
dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

11. Nilai Amanah

Amanah artinya benar-benar boleh dipercayai. Jika satu urusan


diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahawa urusan itu akan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh kerana itulah penduduk Makkah
memberi gelaran kepada Nabi Muhammad saw dengan gelaran al-Amin yang
bermaksud terpercaya, jauh sebelum beliau diangkat jadi seorang Rasul.
Pengertian amanah ini dapat dijabarkan ke dalam butir-butir sebagai berikut;

a. Rasa memiliki dan tanggung jawab yang tinggi, Memiliki kemampuan


mengembangkan potensi secara optimal,

b. Memiliki kemampuan mengamankan dan menjaga kelangsungan hidup,


dan memiliki kemampuan membangun kemitraan dan jaringan.

12. Nilai Fathanah

Fathanah artinya bijaksana. Mustahil bagi seseorang Rasul itu bersifat


bodoh atau al-jahl. Dalam menyampaikan ayat al-Qu‟ran dan kemudian
menjelaskannya dalam puluhan ribu hadits memerlukan kebijaksanaan yang
luar biasa. Rasulullah saw. harus mampu menjelaskan firman-firman Allah
swt. kepada kaumnya sehingga mereka mau memeluk Islam. Nabi juga harus
mampu berdebat dengan orang-orang kafir dengan cara yang sebaik-baiknya.
Dan Rasul juga mampu mengatur umatnya sehingga berjaya
mentransformasikan bangsa Arab jahiliah yang asalnya bodoh, kasar/bengis,

88
berpecah-belah serta sentiasa berperang antara suku, menjadi satu bangsa
yang berbudaya dan berpengetahuan. Itu semua memerlukan kebijaksanaan
yang luar biasa. Toto Tasmara sebagaimana diungkapkan Furqan
Hidayatullah, mengemukakan bahwa karakteristik jiwa Fathanah, yaitu:

a. Arif dan bijak (The man of wisdom)

b. Integritas tinggi (High in integrity,

c. Kesadaran untuk belajar (Willingness to learn)

d. Sikap proaktif (Proactive stance)

e. Orientasi kepada Tuhan (Faith in God)

f. Terpercaya dan ternama/terkenal (Credible and reputable)

g. Menjadi yang terbaik (Being the best)

h. Empati dan perasaan terharu (Emphaty and compassion)

i. Kematangan emosi (Emotional maturity)

j. Keseimbangan (Balance)

k. Jiwa penyampai misi (Sense of mission), dan

l. Jiwa kompetisi (Sense of competition) (M. Furqan Hidayatullah, 2010: 62)

13. Nilai Tabligh

Tabligh artinya menyampaikan. Segala firman Allah Swt. yang ditujukan


oleh manusia, disampaikan oleh Rasul. Pengertian tabligh ini dapat
dijabarkan ke dalam butir butir sebagai berikut:

a. Memiliki kemampuan merealisasikan pesan atau misi.

b. Memiliki kemampuan berinteraksi secara efektif.


89
c. Memiliki kemampuan menerapkan pendekatan dan metodik dengan tepat.

Dari berbagai nilai-nilai pendidikan yang diterapkan kepada Luqman


al-Hakim yang paling sering diterapkan kepada anaknya yang bernama
Tharan yaitu materi pendidikan meliputi tiga hal sebagai berikut:

a. Pendidikan Akidah

Pendidikan keimanan (akidah) materi yang pertama kali diterapkan


kepada Luqman al-Hakim yaitu akidah. Materi seperti ini dengan tujuan
liberasi (membebaskan) bahwa ketergantungan selain dari pada Allah,
Luqman al-Hakim sangat menekankan kepada anaknya Tharan yang sudah
masuk Islam namun Luqman al-Hakim akan takut anaknya berbuat syirik
kepada Allah karena salah satu dosa yang tidak diampuni oleh Allah adalah
syirik sebagaimana telah dijelaskan dari bab sebelumnya. Pesan mulia orang
tua kepada sang anak untuk masa depan si anak yang bijaksana.

a. Pendidikan Ibadah (syari‟ah)

Pendidikan ibadah (syariah) termasuk pendidikan ibadah dalam surah


Luqman ayat 17. Menurut Sayyid Qutb, Luqman meyampaikan kepada
anaknya bahwa “Shalat itu adalah tiang agama, maka selalu mengigatkan
kepada anaknya tetang pentingnya shalat lima waktu. Perintah shalat Luqman
kepada anaknya. Menurut al-Baidhawi secara personal untuk
meyempurnakan dirinya begitupun kewajiban nuntuk amar ma‟ruf nahi
mungkar untuk meyempurnakan masyarakatnya adalah perintah atas
konsekuensi shalat serta dakwah yang dilakukanya harus penuh kesabaran.

b. Pendidikan Akhlak

Pendidkan akhlak personal kepada orang tua (ayat 14-15) dalam


bidang akhlak terbagi dua yaitu akhlak sosial dan akhlak personal.
Pendidikan akhlak personal dengan memberikan contoh kepada anaknya
90
etika yang baik. (Ayat 14) prinsip ini dengan menjauhi larangan Allah dan
melaksanakan setiap perintah-Nya (ayat 15.) Hada, 2008: 126).

1) Metode Pendidikan Karakter Dalam Surah Luqman.

Menurut Rifai (2013: 57) bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan


karakter berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sistematik, dan
berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta
keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang
lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan
karakter disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi,
tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di
tengah-tengah kebhinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan
bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Oleh sebab itu,
penanaman karakter yang baik harus dilaksanakan sedini mungkin. Di
antaranya melalui pendidikan karakter dalam keluarga, sekolah, dan
lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam proses
pembentukan karakter, namun faktor keluarga dan sekolah merupakan faktor
terpenting dalam pembetukan karakter, yang berupa internalisasi nilai-nilai
dan moral dalam diri seorang individu. Sedangkan lingkungan merupakan
faktor yang mempengaruhi suatu karakter seseorang. Di mana lingkungan
bisa menjadikan seseorang baik atau buruk, tergantung seberapa besar nilai
mana yang ada dalam diri individu tersebut. Secara lebih jelasnya, menurut
Gunawan (2014: 65) mengenai penerapan pendidikan karakter dalam
keluarga dan di sekolah akan di bahas lebih jelas sebagai berikut;

E. Tafsir Al-Mishbah

Dalam tafsir al-Misbah surah Luqman ayat 13 metode


pendidikan karakter Luqman al-Hakim menanamkan kesyukuran
kepada Allah, dengan memberikan cerminan kepada anaknya, sebagai
pendidik dengan melalui ayat ini melukiskan pengamalan hikmah
91
oleh Luqman serta pelestarian anak. Ini pun cerminan beliau
kesyukuran beliau Nabi Muhammad saw. dengan ayat ini Luqman
meyampaikan kepada anaknya dengan pendekatan penuh kasih
sayang agar tidak menyekutukan Allah, baik lahir maupun batin
karena mempersekutukan Allah, adalah kezaliman yang sangat buruk.
Kata ya‟izhuhu dari kata wa‟zh yaitu nasihat, hal ini menyangkut
kebijakan Luqman al-Hakim dengan mendidik anaknya metode
dengan cara menyentuh hati baik itu panggilan kasih sayang dengan
panggilan mesranya kepada anak dan tidak membentak namun
dilakukan dari saat ke saat. Sebagaimana kita mengartikan masa kini
dan yang akan dating ya‟izhuhu. (Shihab, 2002: 295-298).

Adapun nilai-nilai pendidikan dalam penerapan pendidikan karakter


dalam surah Luqman al-Hakim yaitu:

1. Nilai Pendidikan Karakter Dalam Keluarga

Al-Qur‟an melalui salah satu ayatnya menegaskan bahwa, pendidikan


yang dijadikan sebagai proses penyemaian nilai-nilai dalam diri manusia
harus diawali dari lembaga yang terkecil. Mulai dari diri sendiri, berkembang
kepada keluarga dan baru kepada masyarakat secara luas.

ُ‫ ُن ٌْ َّبسًا َٗقُ٘ ُدَٕب اىْابسُ َٗ ْاى ِح َجب َسح‬ِٞ‫َِ آ ٍَُْ٘ا قُ٘ا أَ ّْفُ َض ُن ٌْ َٗأَ ْٕي‬ٝ‫َُّٖب اىا ِز‬َٝ‫َبأ‬ٝ
َُُٗ‫ ُْؤ ٍَش‬ٝ ‫َ ْف َعيَُُ٘ ٍَب‬َٝٗ ٌْ ُٕ‫َّللاَ ٍَب أَ ٍَ َش‬
‫َ ْعصَُُ٘ ا‬ٝ ‫َٖب ٍَ َلئِ َنخٌ ِغ َلظٌ ِشذَا ٌد ََّل‬ْٞ َ‫َعي‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Rumah adalah tempat belajar pertama bagi anak-anak. Sementara ibu
adalah guru pertama dan guru terbaik. Di tempat tersebut, anak akan belajar
apapun dari personil yang ada di rumah, entah itu ayah, ibu, kakek, nenek,
kakak, adik dan para tetangganya. Pendidikan anak dalam keluarga untuk
92
mengajarkan kasih sayang, pengertian, komunikasi, rasa percaya diri, dan
lain sebagainya harus diajarkan oleh orang tua melalui contoh perilaku
kehidupannya. Perilaku anak yang baik maupun buruk merupakan hasil
contoh dan didikan dari orang tuanya. Otak anak ibarat spon yang memiliki
daya serap yang tinggi. Dia bisa menyerap semua informasi yang didapatkan
melalui apa yang dia lihat, dia dengar, dan dia rasakan saat di rumah.
Masalah degradasi moral dalam keluarga perlu segera mendapat penanganan
khusus. Hal ini berhubungan dengan masalah kesiapan kita dalam
menyongsong era globalisasi. Salah satu upaya penanganan khusus tersebut
melalui pendidikan budi pekerti, karena pendidikan budi pekerti merupakan
pendidikan nilai, pihak pertama yang paling cocok memberikan budi pekerti
adalah keluaga.

Senada dengan Gunawan, Hamid (2015: 88) menyatakan bahwa ada


empat nilai pendidikan karakter yang dapat diimplementasikan dalam
keluarga, yaitu :

2. Nilai Kerukunan

Kerukunan merupakan salah satu perwujudan budi pekerti. Orang


yang memiliki budi pekerti luhur tentu lebih menghargai kerukunan dan
kebersamaan daripada perpecahan. Jika dalam keluarga sudah sejak dini
ditanamkan nilai-nilai kerukunan itu dan anak dibiasakan menyelesaikan
masalah dengan musyawarah maka dalam kehidupan di luar keluarga mereka
juga akan terbiasa menyelesaikan masalah berdasarkan musyawarah.

Pendidikan yang perlu ditanamkan kepada anak sejak awal adalah:

a. Pendidikan keagamaan

Ini adalah hal yang utama yang perlu ditekankan pada seorang anak,
seorang anak perlu tahu siapa Tuhanya dan cara beribadah serta
bagaimana memohon berkat dan mengucapakan syukur. Tujuan buku,
gambar, dan cerita-cerita yang bisa menginspirasikan si anak yang
93
berhubungan dengan keagamaan tersebut, jika memungkinkan, ajak anak
anda untuk ikut ke tempat ibadah bersama. Semakin dini kita
menanamkan akhlak pada anak, akan semakin kuat akhlak dan
keyakinan akan Tuhan di dalam diri anak kita.

b. Kualitas input yang baik

Seorang anak pada usia dibawah 10 tahun belum mempunyai pondasi


yang kuat dalam prinsip hidup cara berfikir, dan tingkah laku. Artinya
semua yang dilihat didengar, dirasakan oleh selama masa pertumbuhan
tersebut akan diserap semua oleh pikiran dan dijadikan sebagai dasar
atau perinsip dalam hidup adalah tugas orang tua untuk memilah dan
menentukan input-input mana saja yang perlu dimasukan dan mana perlu
dihindarkan menonton tv misalnya tidak semua itu bagus demikian juga
membaca buku-buku atau majalah, nonton film, bermain hp, atau
bermain internet harus perlu pengawasan yang maksimal.

c. Anak adalah peniru yang baik

Ada istilah monkey see, monkey Do: artinya seekor monyet biasanya
akan bertidak berdasarkan apa yang telah dilihatnya demikian pula
seorang anak. Anak perlu figur seorang tokoh yang dikagumi, yang akan
ditiru di dalam tindakan sehari-harinya pilihan utama biasanaya akan
jatuh pada orang tua. Dan seorang anak akan lebih percaya pada apa
yang dilihat dari pada apa yang dikatakan orang tua. Jadi saat orang tua
mengetahui satu nasihat, misalnya jangan tidur malam-malam, tapi orang
tua sendiri bekerja sampai larut malam. Jelas ini bukan cara mendidik
anak dengan baik. Ajarkan sesuatu melalui contoh, dengan tindakan kita
sendiri, membuat anak meniru dan mengembangkannya menjadi suatu
kebiasaan dan karakter di dalam pertumbuhan.

d. No Pain No Gain.

94
Jadi saat seorang anak meminta sesuatu misalnya, kita bisa
memberikannya dengan syarat tertentu. Contoh seorang anak minta
mainan pada kita sebagai orang tuanya, maka kita bisa mensyaratkan ha-
hal tertentu sebagai `kerja keras‟ yang harus dilakukan. Misalnya, si anak
harus membantu si ayah mencuci mobil selama sebulan, atau membantu
ibu membuang sampah setiap hari, baru kemudian si anak mendapatkan
mainan tersebut. System No Pain No Gain ini dalam jangka panjang
akan membentuk karakter yang kuat dan tangguh dari si anak, karena
mereka sejak kecil sudah dibiasakan harus bekerja dulu baru
mendapatkan hasil.

e. Tiga perilaku dasar dalam berkomunikasi

Sejak kecil, seorang anak perlu dididik tiga perilaku dasar dalam
komunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Pertama adalah harus
belajar mengucapkan “terima kasih” kepada siapa saja yang sudah
memberikan sesuatu kepadanya, kedua adalah harus belajar
mengucapkan kata “tolong” apabila ingin meminta bantuan kepada orang
di sekitarnya, dan ketiga adalah belajar mengucapkan kata “maaf”
apabila memang bersalah. Kelihatannya memang sederhana,
tapi coba lihat, berapa banyak orang yang merasa dirinya sudah dewasa
yang terbiasa mengucapkan kata-kata tersebut? Kalau anak kita sudah
terbiasa mengucapkannya sejak kecil, perilakunya akan lebih
menghargai orang lain. Karakter, kepribadian, dan kualitas seorang anak
sangat ditentukan oleh pendidikan dan input yang diterimanya dari orang
tua. Bila orang tua kurang memberikan bimbingan ini secara maksimal,
maka peran ini akan diambil alih oleh lingkungan, yang mana bisa
memberikan berbagai macam input yang lebih banyak negatifnya
daripada positifnya.

95
3. Nilai Ketakwaan dan Keimanan

Ketakwaan dan keimanan adalah penentu budi pekerti. Seseorang


memiliki ketakwaan dan keimanan yang benar dan mendasar terlepas dari
apa agamanya tentu akan mewujudkannya dalam perilaku dirinya. Dengan
demikian sangat tidak mungkin jika seseorang memiliki kadar ketakwaan dan
keimanan yang mendalam melakukan tindakan-tindakan yang menunjukkan
bahwa dirinya itu memiliki budi pekerti yang sangat hina. Penanaman
keimanan merupakan aspek yang sangat fundamental di dalam berbagai segi
kehidupan. Al-Ghazali mengatur cara berangsur-angsur mulai membaca,
hafal, memahami mempercayai, dan membenarkan, kemudian tertanam
sangat kuat pada jiwa anak yang akan mempengaruhi pola pikir, pola sikap
dalam pandangan hidup.

Jadi cara memperteguh iman adalah melalui tiga unsur dari pengertian
iman itu sendiri yaitu:

1. Dibaca dan diucap dengn lisan atau bahkan bahkan dihafal ayat-
ayat maupun hadits berhubungan erat dengan keimanan.

2. Memahami pengertian dan ancaman dalam pikirannya kemudian


diakui kebenaran dalam hati, agar dapat meresap.

3. Mengamalakan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya.

Upaya kerja sama dengan pihak yang terkait di antara lain


yaitu:

1. Kerjasama antara guru agama (sekolah) dengan orang tua wali.


Karena diperlukan adanya kerjasama antara guru kadang-kadang
orang tua terlambat menyadari perlunya kerjasama dengan guru,
maka diharapkan pihak sekolah mengambil untuk menjalin
kerjasama .

2. Kerjasama guru agama dengan aparat sekolah .


96
Sekolah suatu yang mempunya tujuan :

a. Pembinaan atau pembentukan jasmani agar sehat dan kuat


merupakan tanggung jawab guru olahraga dan kesehatan
sebagian lagi guru-guru tanggung jawab kepala sekolah dan
guru-guru aparat sekolah lain.

b. Pembinaan akal agar cerdas; pembinaan pengetahuan dan


keterampilan merupakan tugas guru sains dan keterampilan
dan sebagian juga kepala sekolah dengan guru-guru dan
kepala sekolah.

c. Pembentukan sikap dengan inti penanaman iman dihati adalah


tugas orang tua dan guru.

4. Nilai Toleransi

Yang dimaksud toleransi di sini terutama adalah mau memperhatikan


sesamanya. Dalam keluarga nilai toleransi ini dapat ditanamkan melalui
proses saling memperhatikan dan saling memahami antar anggota keluarga.
Jika berhasil, tentu itu akan terbawa dalam pergaulannya.

Bagaimana membagun sikap toleransi dengan benar juga diterima ada


beberapa hal;

1. Memperkenalakan perbedaan seperti apa di Indonesia bergai


suku,agama dimana saling menghargai antara satu dengan
yang lain.

2. Memberikan pemahaman tentang dirinya sebenarnya,


darimana dan lahir dari suku mana maka ia kan menghargai
perbedaan.

3. Memberikan kesempatan saling mengenal temannya yang


berbeda dengannya sebanyak-banyaknya.

97
5. Nilai Kebiasaan Sehat

Yang dimaksud kebiasaan sehat di sini adalah kebiasaan-kebiasaan


hidup yang sehat dan mengarah pada pembangun diri lebih baik dari
sekarang. Penanaman kebiasaan pergaulan sehat ini tentu saja akan
memberikan dasar yang kuat bagi anak dalam bergaul dengan lingkungan
sekitarnya.

Selain itu, dapat diketahui objek evaluasi pendidikannya meliputi:

1) Segi tingkah laku, yaitu menyangkut sikap, minat, dan perhatian siswa
sebagai akibat dari proses pembelajaran. Sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ada pada surah al-Hujurat yaitu pembinaan akhlak
dari sombong berbalik menjadi rendah hati, sabar dan tawadhu. Maka
dapat disimpulkan bahwa evaluasi yang harus dilakukan oleh peserta
didik adalah sikap suka mengolok-olok yang timbul karena
kesombongan. Sikap sombong tidak akan menambah kemuliaan
seseorang, tetapi harkat dan martabat manusia bisa menjadi mulia
ditentukan oleh interaksi yang baik dengan manusia lainnya. Orang
yang sombong belum tentu lebih dari orang yang disombonginya,
sebaliknya orang yang selalu merendahkan hati maka ia termasuk
orang yang berhasil dalam pergaulannya.

2) Segi konten pendidikan, yaitu penguasaan materi bahan pelajaran


yang diberikan guru. Seorang pendidik di dalam menyampaikan
materi pendidikan karakter hendaknya dimulai dari dirinya sendiri
sehingga dapat dijadikan panutan oleh peserta didiknya, sehingga
mereka lebih mudah untuk melihat dan meniru perilaku pendidik yang
disaksikannya setiap hari.

98
3) Segi yang menyangkut proses belajar mengajar, yaitu dalam mengajar
harus terlaksana dengan efektif yang melibatkan semua stakeholder
sekolah sehingga tujuan pendidikan karakter akan tercapai.

F. Analisa Tetang Kajian Tafsir al-Misbah

1. Kelengkapannya.

Setidaknya, menurut pakar tafsir al-Azhar University, Dr. Abdul Hay


al-Farmawi, dalam penafsiran Alquran dikenal empat macam metode tafsir,
yakni metode tahlili, metode ijmali, metode muqaran, dan metode maudhu‟i.
Tafsir Al-Mishbah secara khusus, agaknya dapat dikategorikan dalam metode
tafsir tahlili.
Metode tafsir tahlili merupakan cara menafsirkan ayat-ayat Alquran
dengan mendeskripsikan uraian-uraian makna yang terkandung dalam ayat-
ayat Alquran dengan mengikuti tertib susunan surat-surat dan ayat-ayat
sebagaimana urutan mushaf Alquran, dan sedikit banyak melakukan analisis
di dalamnya: dari segi kebahasaan, sebab turun, hadis atau komentar sahabat
yang berkaitan, korerasi ayat dan surat.
Secara khusus, biasanya ketika Quraish Shihab menafsirkan Alquran,
menjelaskan terlebih dahulu tentang surat yang hendak ditafsirkan: dari mulai
makna surat, tempat turun surat, jumlah ayat dalam surat, sebab turun surat,
keutamaan surat, sampai kandungan surat secara umum. Kemudian Quraish
Shihab menuliskan ayat secara berurut dan tematis, artinya, menggabungkan
beberapa ayat yang dianggap berbicara suatu tema tertentu. Selanjutnya,
Quraish Shihab menerjemahkan ayat satu persatu, dan menafsirkannya
dengan menggunakan analisis korelasi antar ayat atau surat, analisis
kebahasaan, riyawat-riwayat yang bersangkutan, dan pendapat-pendapat
ulama telah terdahulu.
Dalam hal pengutipan pendapat ulama lain, Quraish Shihab
menyebutkan nama ulama yang bersangkutan. Di anara ulama yang menjadi

99
sumber pengutipan Quraish Shihab adalah Muhammad Thahir Ibnu `Asyur
dalam tafsirnya at-Tahrir wa at-Tanwir; Muhammad Husain ath-
Thabathaba‟i dalam tafsirnya al-Mizan fi Tafsir al-Qur‟an; al-Biqa‟i; asy-
Sya`rawi; al-Alusi; al-Ghazali; Walau dalam menafsirkan Alquran, Quraish
Shihab sedikit banyaknya mengutip pendapat orang lain, namun sering kali
dia mencantumkan pendapatnya, dan dikontektualisasi pada keadaan
Indonesia.

2. Perspektif Kemungkinan Untuk Di Imlementasikan Pada


Pembelajaran Dilembaga Pendidikan Formal.

a. Perlunya metode-metode pendidikan yang sistimatis.

b. Perlunya perinsip-prinsip seorang pendidik dalam penghadapi


peserta didik.

c. Kecerdasan dalam menegur seorang anak dengan kata-kata


bijak yang membuat peserta didik berfikir.

d. Metode penerapan dalam luqmanun hakim denga pendekatan


cinta kasih.

100
BAB V
Kesimpulan Dan Saran

1. Metode pendidikan ketauhidan (Ketuhanan, yaitu dengan larangan


mempersekutukan Allah). Metode tentang Birrul Walidain (Berbakti
Kepada Kedua Orang Tua). Metode Tentang Bersyukur Metode tentang
kejujuran. Metode tentang pendidikan dalam Ibadah Islam. Metode
untuk amar ma‟ruf nahi munkar (Khususnya dalam dakwah). Metode
kesabaran. Metode Pendidikan akhlak dan metode nasihat.
2. Materi pendidikan Luqman al-Hakim terdiri dari tiga yaitu aqidah,
syariat dan akhlak .
3. Penerapan yaitu memahami seorang anak tetang karakternya dengan
pendekatan cintah kasih dan kata-kata hikmanya yang memberikan
sebuah perumpamaan.

B. Kritik Dan Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mengenai


Metode Pendidikan Karakter dalam Surah Luqman Ayat 13.

1. Sebagai pendidik atau guru hendaknya dapat menjadi teladan yang


baik bagi anak atau murid, sehingga orang tua dapat dicontohkan dan
ditiru oleh anak dan murid, sehingga orang tua dan guru dapat
dicontoh dan ditiru oleh anak dan muridnya.

2. Diharapkan materi yang diberikan kepada anak atau murid tidak hanya
bersifat teoristik namun juga diseimbangkan dan dibiasakan dengan
akhlak-akhlak yang mulia bersifat praktis.

3. Dalam hal ini pendidikan keluarga, lembaga pendidikan formal,


(sekolah), dan juga lembaga pendidikan informal (masyarakat),
hendaknya menjalin kerjasama harmonis dalam rangka menjaga dan
bertanggung jawab atas kelangsungan pendidikan bagi anak, khusus
101
pendidikan akhlak sehingga terwujudnya semua harapan yang
diharapkan semua pihak yaitu anak yang memiliki akhlakul karimah.

4. Hendaknya para subjek pendidikan, baik pemikir, tokoh maupun


pelaksanaan di lapangan dapat menjadi metode pendidikan akhlak
sebagai dasar pendidikan untuk mengembangkan akhlakul karimah
para peserta didik di era sekarang ini.

5. Bagi para pendidik, kiranya dapat mengambil dasar-dasar pendidikan


akhlak yang telah disebutkan untuk berpijak dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar sehari-hari, sehingga aktifitas pendidikan
yang dilaksanakan dapat berjalan sukses dalam mengatakan anak
didik yang berakhlak mulia.

6. Bagi para peserta didik, hendaknya dapat berusaha memperbaiki dan


dapat mengoreksi diri selama ini masih perlu disempurnakan. Dengan
mengikuti metode pendidikan karakter dalam surah Luqman ayat 13.

102
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jawziyyah Ibn Qayyim. Kita membersikan hati dari kotoran


maksiatan. (PT. Yogyakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008).
Amin Kuneifi Elfachmi. Pengantar Pendidikan Islam. (Pamulang:
Erlangga, 2016).
Arifin, Zaenal. Moralitas Al-Qur‟an dan Tantangan Modernitas.
(Semarang: Gama Media, 2002).
Al-Thabathabai, Muhammad Husein. Al-Misan Fitafsir Al-Quran Juz
23 (Libanon: Mussasat al-Alami Li al-Mathbaah, 1991).
Ahmad Musyafinq. Terj. Imam al-Ghazali, Minhajul Abidin.
(Yogyakarta: Diva Press, 1989).
Abu Ahmadi, Nur Uhbaiti, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta,
2015).
Badiuzzaman Said Nursi. Misteri Puasa, Hemat dan Syukur. (Jakarta:
Risalah Nur, 2017).
Cahaya Purnama. Kompetensi Peserta Didik Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah, 2017).
Danim Sudarman. Pengantar Kependidikan. (Bandung: Alfabeta,
2010).
Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik
Elis Lisyawati. Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Madrasah.
(Jakarta: Uin Jakarta, 2015).
Depertemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsiranya Jilid VII Juz 19-
20-21. (Jakarta: Lentera Abadi, 2010).
Buya Hamka, Kenang-kenangan Hidup. (Jakarta: PT. Bumi, Bintang,
1979).
Lickona, Thomas. Mendidik Untuk Membentuk Karakter Bagaimana
Sekolah Dapat Mengajarkan Sikap Hormat Dan Tanggung Jawab. (Jakarta:
Bumi Aksara, 2016).
Tarhan, Nevzat. Terapi Matsnawi. (Jakarta: Qaf, 2015).
Lickona, Thomas. Character Matters. Persoalan karakter. (Jakarta:
Bumi Aksara, 2016).
Musfah, Jejen. Manajemen Pendidikan. (Jakarta: Prenada Media
Group, 2015).

103
Muhibbinsyah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013).
Muhammad Ali. Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan
Pendidikan Pemikiran Dan Kepribadian Muslim. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011).
Munandar, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. (Jakarta:
Kencana Prenada Mega Group, 2007).
Kumayi Sulaiman. Dahsyatnya Mendidik Anak Gaya Rasulullah.
(Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2015).
Mulia, Budi. Efektif Metode Contextual Teaching And Learning
Pendidikan Agama Islam di Madrasah. (Jakarta: 2013).
Neolaka. Landasan Pendidikan dalam Pengenalan Diri Sendiri
Menuju Perubahan Hidup. Cimanggis, Depok, 2017.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif R&D. (Bandung: Alfabeta, 2013).
Suyudi, Muhammad. Pendidikan Perspektif Al-Qur‟an. (Yogyakarta:
2005).
Soyomukti, Nurani. Teori-Teori Pendidikan. (Jakarta: 2015).
Nawawi, Mukhshon. Penilaian Kompetensi Bahasa Arab Berbasis
Kelas di Madrasah. (Jakarta: 2009).
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: Gaya
Media Pertama, 2005).
Nizar, Syamsul. Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan
Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana, 2010).
Nur Afrizal. Tafsir Al-Misbah Dalam Sorotan. (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2018).
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 1994).
Sofian Amir. Panduan Memahami Kurikulum. (Jakarta: Prestasi
Pustaka Karya, 2013).
Rosa Andai, D. W & Krathwohl, D.R. A Taxonomy Forlarning,
Teaching, And Assessing A Revision Of Bloom‟ Educational Abjektives.
(New York; Longman, 2001).
R.A Kern. I Laga Ligo. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
1993).
Ramli, Abdul Wahid. Ulumul Qur‟an. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002).
104
Sudijono Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014).
Hermawan Kertajaya. Grow with Character: The Model Marketing
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010).
Hamda Yaman Jumanta. Metodologi Pengajaran. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2016).
Hada Miftahul. Nalar Pendidikan Anak. (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2008).
Hamka. Tafsir al-Azhar. (Jakarta: Panji Emas, 2002).
Salahuddin Anas. Pendidikan Karakter. (Bandung: Pustaka, 2013).
Muchlas. Hariyanto. Konsep & Model Pendidikan Karakter.
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013).
Saefudin, A.M. Konsep Pendidikan Agama: Sebuah Pendekatan
Integratif In Inovatif. (Jakarta: Harian Umum Pelita, 1985).
Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-
Qur‟an. (Ciputat: Lentera Hati, 2017).
Quraish Shihab. Yang Hilang dari Kita Akhlak. (Ciputat: Lentera
Hati, 2016).
Quraish Shihab. Membumikan Al-Qur‟an. (Bandung: Mizan, 1998).
Quraish Shihab. Al-Lubab: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari Surah-
Surah al-Qur‟an. (Tangerang: Lentera Hati, 2012).
Quraish Shihab. Cahaya, Cinta dan Canda. (Tangerang: Lentera Hati,
2015).
Wendy L Ostroff. Memahami Cara Anak-Anak Belajar. (Jakarta:
Permata Putri Media, 2012).
Yamin, Martinis. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi.
(Jakarta: Gaung Persada Press, 2004).
Pelras, Christian. Manusia Bugis. (Jakarta: Forum, 2016).
Tatapangarsa, Humaidi. Akhlak yang Mulia. (Surabaya: 1980).
Quraish Shihab. Kaidah Tafsir. (Ciputat: Lentera Hati, 2013).
Zainuddin. Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghazali. (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991).

105

Anda mungkin juga menyukai