Anda di halaman 1dari 96

ABSTRAK

Tesa Darma. 2019. “Potret Masyarakat Urban dalam Novel Metropop Say No to
Me Karya Wiwien Wintarto”. Skripsi. Program Studi Sastra
Indonesia, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah,
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan potret individualis,


potret gaya hidup rekreasi, potret gaya hidup mobilitas, potret gaya hidup instan,
dan potret gaya hidup virtual dalam novel metropop Say No to Me karya Wiwien
Wintarto.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif.
Sumber data di dalam penelitian ini adalah novel metropop Say No to Me karya
Wiwien Wintarto. Data di dalam penelitian ini berupa kata, frasa, klausa, dan
kalimat yang mengindikasikan permasalahan gaya hidup masyarakat urban di
dalam novel tersebut. Subjek penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan bantuan
instrumen lain berupa lembaran pencatatan. Teknik pengumpulan data yaitu,
membaca dan memahami novel metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto,
melakukan studi kepustakaan berkaitan dengan masalah penelitian, serta mencari
dan mencatat data yang berkaitan dengan masalah penelitian yang terdapat di
dalam novel. Teknik pengabsahan data menggunakan teknik triangulasi.
Hasil penelitian yang ditemukan yaitu (1) potret individualis dalam novel
berupa enggan memberi informasi bersifat pribadi pada orang lain, membatasi
obrolan di luar urusan pekerjaan, dan tidak bergantung pada orang lain mau pun
keluarga, (2) potret gaya hidup rekreasi dalam novel berupa makan di restoran
mewah, bersantai di kafe, berlibur di tempat wisata, dan menginap di hotel,
dengan tujuan untuk menunjukkan gengsi, meredakan stres, atau membicarakan
bisnis dengan rekan kerja, (3) potret gaya hidup mobilitas dalam novel
intensitasnya tergolong tinggi dikarenakan seringnya masyarakat urban
melakukan mobilitas, (4) potret gaya hidup instan di dalam novel berupa
pemenuhan kehidupan sehari-hari dengan mengandalkan layanan jasa, seperti
membeli makanan melalui pelayan, mengandalkan petugas reparasi yang mampu
bekerja cepat, mengabaikan aturan prosedural, dan mengambil keputusan secara
cepat dalam urusan karir mau pun hubungan asmara, dan (5) potret gaya hidup
virtual dalam novel berupa mengandalkan kecanggihan teknologi untuk
berkomunikasi, mencari informasi mencari informasi, dan memperoleh hiburan.

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. Berkat limpahan rahmat-Nya maka dapat
terlaksana penulisan skripsi yang berjudul “Potret Masyarakat Urban dalam Novel
Metropop Say No to Me Karya Wiwien Wintarto”. Tujuan penulisan skripsi ini
adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada
Prodi Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Penulis mengalami kesulitan selama proses penulisan skripsi ini, yaitu
sulitnya menemukan buku referensi mengenai karakteristik masyarakat urban
untuk kajian teori dan sulitnya memperoleh data survei untuk menguatkan hasil
analisis. Kesulitan pertama dapat penulis atasi dengan memperoleh buku referensi
di toko buku daring. Kesulitan kedua diatasi dengan melakukan pencarian
informasi secara daring di beberapa situs.
Penulis dibimbing dan diberi motivasi oleh berbagai pihak sehingga
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada: (1) Prof. Dr. Hasanuddin WS., M.Hum. selaku Pembimbing
yang telah membimbing serta memberikan kritik dan saran pada skripsi ini, (2)
Dr. Yenni Hayati, M.Hum. dan M. Ismail Nst, M.A. selaku dosen penguji, (3)
Dosen dan Staf Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, (4) Staf
administrasi Universitas Negeri Padang, (5) Orang tua, kakak, dan adik yang
selalu memberi semangat, terutama Ibu yang selalu memberi dukungan moral
mau pun materiel kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan,
(6) Riki Fernando yang telah meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan penulis,
memberi solusi untuk beberapa kendala yang dihadapi penulis, dan menyemangati
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi, (7) Indri Wahyuli, Welly Helmi, Fitra
Wahyudi, dan Dewa Khaswara, sahabat seperjuangan skripsi yang sering
menemani penulis ke perpustakaan, dan (8) Harmelia, Putri Asmadi, dan
Nurfatmawati yang sering mengingatkan penulis untuk tidak lalai mengerjakan
skripsi.

ii
Penulis sudah berusaha melakukan yang terbaik dalam penelitian ini.
Namun, tidak tertutup kemungkinan di dalam skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari pembaca.
Terima kasih.

Padang, Januari 2019

Tesa Darma

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Fokus Masalah ........................................................................... 6
C. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
D. Pertanyaan Penelitian ................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Teori ............................................................................... 9
1. Hakikat Novel....................................................................... 9
2. Novel Populer ....................................................................... 11
3. Unsur-unsur Novel ............................................................... 11
a. Unsur Intrinsik ................................................................ 11
b. Unsur Ekstrinsik ............................................................. 14
4. Potret Masyarakat Urban ...................................................... 14
a. Individualis ....................................................................... 15
b. Gaya Hidup Rekreasi ........................................................ 16
c. Gaya Hidup Mobilitas ....................................................... 17
d. Gaya Hidup Instan ............................................................ 19
e. Gaya Hidup Virtual ........................................................... 20
5. Pendekatan Analisis Fiksi ..................................................... 21
6. Sosiologi Sastra .................................................................... 22
B. Penelitian yang Relevan ............................................................. 22
C. Kerangka Konseptual ................................................................. 25

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Metode Penelitian ........................................................ 26
B. Data dan Sumber Data ................................................................ 26
C. Instrumen Penelitian ................................................................... 27
D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 27
E. Teknik Pengabsahan Data ........................................................... 28
F. Teknik Penganalisisan Data ........................................................ 28

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Potret Individualis dalam Novel Metropop Say No to Me Karya
Wiwien Wintarto ........................................................................ 30
B. Potret Gaya Hidup Rekreasi dalam Novel Metropop Say No to
Me Karya Wiwien Wintarto ........................................................ 35
C. Potret Gaya Hidup Mobilitas dalam Novel Metropop Say No to
Me Karya Wiwien Wintarto ........................................................ 43

iv
D. Potret Gaya Hidup Instan dalam Novel Metropop Say No to Me
Karya Wiwien Wintarto .............................................................. 49
E. Potret Gaya Hidup Virtual dalam Novel Metropop Say No to Me
Karya Wiwien Wintarto .............................................................. 55

BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................... 63
B. Saran .......................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 65


LAMPIRAN ................................................................................................ 68

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah media penyampaian realita sosial secara kreatif oleh

pengarang. Menurut Semi (2012: 1), sastra lahir karena dorongan dasar manusia

untuk mengungkapkan dirinya, menaruh minat terhadap masalah manusia dan

kemanusiaan, dan menaruh minat terhadap dunia realitas yang berlangsung

sepanjang hari dan sepanjang zaman. Sebagai salah satu cabang seni,

penyampaian realita sosial tentunya tidak terlepas dari konsep estetika dan

imajinatif pengarang. Oleh sebab itu, karya sastra berfungsi sebagai media

pembelajaran mengenai kehidupan sekaligus hiburan bagi pembacanya.

Novel merupakan salah satu karya sastra yang menjadi media bagi

pengarang untuk menggambarkan kehidupan masyarakat melalui kehidupan tokoh

dan peristiwa yang diceritakan. Gambaran kehidupan masyarakat tidak hanya

disajikan di dalam novel-novel yang tergolong sastra serius. Sastra populer juga

menjadi sarana pengarang dalam menyampaikan realita sosial, tetapi lebih fokus

mengungkapkan kehidupan masyarakat urban. Gambaran kehidupan masyarakat

urban tersebut disajikan semenarik mungkin di dalam novel-novel populer,

sehingga digemari oleh banyak pembaca. Menurut Nurgiyantoro (2010: 18),

sastra populer adalah karya sastra yang menghibur dan komersial. Oleh sebab itu,

novel populer cenderung menggambarkan kehidupan masyarakat urban

1
2

berdasarkan konsep kebudayaan populer yang bersifat komersial, menghibur, dan

modern.

Pada novel populer, terdapat manifestasi kehidupan masyarakat urban

yang modern dan dekat dengan budaya barat, khususnya pada novel metropop.

Novel metropop adalah novel yang menggambarkan masyarakat urban, khususnya

orang-orang dewasa, dengan gaya bahasa yang santai dan mudah dipahami.

Menurut Hasanuddin WS, novel metropop secara khusus menyorot kehidupan

orang-orang yang tinggal di wilayah perkotaan dan dekat dengan gaya hidup

kebarat-baratan. Salah satu novel metropop yang menggambarkan kehidupan

masyarakat urban adalah novel metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto.

Wiwien Wintarto merupakan pengarang kelahiran Magelang yang sering

mengarang novel-novel populer. Berdasarkan informasi yang dirangkum dari

idwriters.com Wiwien Wintarto telah menerbitkan 17 novel hingga saat ini.

Sebagian besar karyanya ditargetkan untuk pembaca remaja dan dewasa muda. Ia

dikenal sebagai penulis best seller Gramedia Pustaka Utama lantaran karya-

karyanya diminati oleh banyak pembaca. Selain aktif sebagai pengarang novel,

Wiwien Wintarto juga menulis buku nonfiksi dengan nama pena yang berbeda. Ia

menulis buku tentang Super Junior dengan nama pena Hangguuk Nim, dan buku

tentang Katy Perry dengan nama pena Nina Martin. Kedua buku tersebut terbit

pada tahun 2012.

Novel Say No to Me karya Wiwien Wintarto terbit pada bulan Agustus

tahun 2017. Novel ini merupakan sekuel dari novel Say No to Love yang terbit

pada tahun 2007. Akan tetapi, pembaca tetap bisa memahami cerita pada
3

novel Say No to Me tanpa lebih dahulu membaca novel Say No to Love.

Penggambaran kehidupan tokoh pada novel Say No to Me disesuaikan dengan

kehidupan masyarakat urban pada waktu penggarapan novel tersebut, tepatnya

tahun 2017. Hal itu tampak pada komunikasi antar tokoh yang sudah

mengandalkan teknologi informasi. Tokoh dalam novel berkomunikasi melalui

aplikasi chatting seperti WhatsApp dan BlackBerry Messenger. Selain itu, tokoh-

tokohnya menggunakan aplikasi Grab dan Uber untuk memesan jasa antar jemput

ke tempat kerja.

Pada novel metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto, diceritakan

kehidupan orang-orang yang hidup di wilayah perkotaan dengan gaya hidup

metropolis. Dikisahkan tokoh Arga dan Ari yang diterima bekerja di perusahaan

Helman Corp. Semenjak bekerja di sana, kehidupan mereka berdua pun berubah.

Arga dan Ari terlibat dalam permainan yang diatur oleh Wisnu—direktur Helman

Corp—dan Dewi. Wisnu dan Dewi mencomblangi kedua karyawan baru tersebut

untuk menjadi King and Queen of the Party di acara wedding anniversary mereka

yang kesembilan. Rencana tersebut dirancang sedemikian rupa hingga mereka

membuat proyek adaptasi novel karya Ari menjadi aplikasi game yang dikerjakan

oleh Arga. Rencana tersebut tidak berjalan mulus, karena proyek tersebut justru

membuat Ari jatuh cinta pada atasan Arga, seorang pria beristri bernama Reva. Di

sisi lain, Arga sendiri juga menjalin hubungan rahasia dengan Dena, kakak

sepupunya. Hubungan gelap Ari dan Reva, serta Arga dan Dena, akhirnya

terbongkar ketika mereka secara tidak sengaja bertemu Dewi di Semarang saat

sedang menikmati liburan akhir pekan. Dewi yang terkejut segera menghubungi
4

Wisnu. Mereka berenam pun berkumpul, lalu dua pasang kekasih tersebut

memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. Setelah berpisah dari pasangan

masing-masing, Arga dan Ari akhirnya saling menjalin hubungan sesuai yang

diharapkan Dewi dan Wisnu.

Berdasarkan gambaran singkat novel tersebut, dapat dilihat fenomena

bahwa masyarakat urban mengutamakan pencapaian terhadap kesenangan

duniawi. Masyarakat urban menghabiskan banyak waktu mereka dengan bekerja,

lalu menggunakan gaji atau keuntungan yang mereka peroleh untuk pergi

mengunjungi tempat-tempat hiburan bersama orang terdekat mereka. Gaya hidup

tersebut juga didukung oleh kecanggihan teknologi dan perkembangan zaman

yang semakin modern. Maraknya tempat-tempat hiburan, adanya berbagai sarana

transportasi, tersedianya berbagai produk elektronik, banyaknya pusat

perbelanjaan, hingga fasilitas internet yang memadai di wilayah perkotaan,

membuat masyarakat urban mudah untuk mencapai kesenangan tersebut.

Akibatnya, terbentuk sebuah pola perilaku masyarakat urban.

Pola perilaku masyarakat urban berdasarkan perilaku tokoh di dalam novel

metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto diklasifikasikan menjadi lima

bentuk, berdasarkan teori Bintarto, Soekanto, dan Susanto. Lima bentuk perilaku

tersebut, yaitu individualis, gaya hidup rekreasi, gaya hidup mobilitas, gaya hidup

instan, dan gaya hidup virtual. Kelima bentuk perilaku digambarkan oleh tokoh-

tokoh utama. Potret individualis tampak pada tokoh Ariana yang hidup sendiri dan

tidak mau berurusan dengan banyak orang. Potret gaya hidup rekreasi dan gaya

hidup mobilitas tampak pada tokoh Wisnu dan tokoh-tokoh lainnya. Mereka
5

bekerja di perusahaan besar, sehingga memiliki jam terbang yang tinggi dan

padat. Rekreasi menjadi cara bagi mereka untuk bersenang-senang setelah

disibukkan oleh pekerjaan. Dikarenakan latar cerita adalah daerah kota besar dan

masa kini, yaitu di Jakarta tahun 2017, maka tokoh-tokoh di dalam novel

menggambarkan gaya hidup instan dan gaya hidup virtual. Memesan makanan di

kafe dan berkomunikasi melalui ponsel sering dilakukan oleh tokoh.

Gaya hidup yang digambarkan oleh tokoh-tokoh di dalam novel tersebut

sesuai dengan gaya hidup yang sering terlihat dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat urban. Kemacetan di jalan raya yang sering menunjukkan bahwa

mobilitas masyarakat urban sangat tinggi karena tuntutan pekerjaan. Tuntutan

pekerjaan yang sangat tinggi di wilayah perkotaan juga membuat masyarakat

lebih individualis. Interaksi antar individu di tempat-tempat umum seperti halte

atau stasiun jarang terlihat, karena setiap orang buru-buru pergi ke tempat kerja

atau sibuk dengan gawainya masing-masing. Masyarakat urban sangat bergantung

dengan gawai dikarenakan urusan pekerjaan hingga memperoleh hiburan dapat

terbantu dengan adanya gawai. Masyarakat urban juga rentan stres karena terlalu

sibuk bekerja, sehingga tempat rekreasi menjadi suatu kebutuhan bagi mereka.

Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat urban sangat sering pergi ke tempat

rekreasi. Hal itu tampak dari tempat-tempat rekreasi di wilayah perkotaan selalu

diminati dan ramai dikunjungi. Dengan dilakukannya penelitian ini, dapat

dipahami dengan lebih jelas bagaimana gaya hidup masyarakat urban dan

diketahui apa penyebab terjadinya gaya hidup seperti pada fenomena tersebut

serta akibat yang ditimbulkannya.


6

Berdasarkan paparan di atas, penting dilakukan penelitian mengenai potret

masyarakat urban dalam novel metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman bagi pembaca bagaimana

potret masyarakat urban dalam novel metropop sebagai sarana penyampaian

realitas sosial oleh pengarang. Pembaca juga dapat memahami bahwa novel

populer bukan hanya sebagai sarana hiburan, melainkan juga sebagai sarana

memperoleh gambaran kehidupan masyarakat urban. Gambaran tersebut berkaitan

dengan karakteristik masyarakat urban yang cenderung individualis,

mengutamakan gaya hidup rekreasi, mobilitas tinggi, gaya hidup instan, dan

mengandalkan teknologi komunikasi. Penelitian ini dilakukan karena pentingnya

penjelasan mengenai data-data yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

urban pada novel metropop dan kaitannya dengan realitas pada saat sekarang ini.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, fokus

masalah yang dapat dikaji dalam novel metropop Say No to Me karya Wiwien

Wintarto sangat luas, di antaranya masalah psikologi tokoh, konflik sosial,

hedonisme, dan potret masyarakat urban. Akan tetapi, peneliti memfokuskan

penelitian pada masalah potret masyarakat urban dalam novel metropop Say No to

Me karya Wiwien Wintarto.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah di atas, masalah penelitian

ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, yaitu “Bagaimanakah potret masyarakat

urban dalam novel metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto?”


7

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah potret individualis dalam novel metropop Say No to Me karya

Wiwien Wintarto?

2. Bagaimanakah potret gaya hidup rekreasi dalam novel metropop Say No to

Me karya Wiwien Wintarto?

3. Bagaimanakah potret gaya hidup mobilitas dalam novel metropop Say No to

Me karya Wiwien Wintarto?

4. Bagaimanakah potret gaya hidup instan dalam novel metropop Say No to Me

karya Wiwien Wintarto?

5. Bagaimanakah potret gaya hidup virtual dalam novel metropop Say No to Me

karya Wiwien Wintarto?

E. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan potret individualis dalam novel metropop Say No to Me

karya Wiwien Wintarto.

2. Mendeskripsikan potret gaya hidup rekreasi dalam novel metropop Say No to

Me karya Wiwien Wintarto.

3. Mendeskripsikan potret gaya hidup mobilitas dalam novel metropop Say No

to Me karya Wiwien Wintarto.

4. Mendeskripsikan potret gaya hidup instan dalam novel metropop Say No to

Me karya Wiwien Wintarto.

5. Mendeskripsikan potret gaya hidup virtual dalam novel metropop Say No to

Me karya Wiwien Wintarto.


8

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan pada penelitian ini adalah manfaat

teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis yang diharapkan adalah: (1)

menambah pengetahuan mengenai kajian sastra populer, khususnya metropop, (2)

memperkaya kajian sastra populer, khususnya metropop. Adapun manfaat praktis

yang diharapkan adalah: (1) memberikan pemahaman mengenai gambaran

masyarakat urban dalam metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto, (2)

menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan kajian sastra

populer, khususnya metropop.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Berdasarkan permasalahan yang telah dibahas pada bab sebelumnya,

mengenai potret masyarakat urban dalam novel metropop Say No to Me karya

Wiwien Wintarto, diperlukan kajian teori untuk melakukan penelitian terhadap

permasalahan tersebut. Adapun kajian teori yang digunakan adalah: (1) hakikat

novel, (2) novel populer, (3) unsur-unsur novel, (4) potret masyarakat urban, (5)

pendekatan analisis fiksi, dan (6) sosiologi sastra.

1. Hakikat Novel

Novel merupakan gambaran kehidupan berdasarkan persepsi pengarang

yang disampaikan dalam bentuk tulisan. Di dalam novel digambarkan kehidupan

tokoh dan pemasalahannya sebagai manifestasi dari kehidupan nyata oleh

pengarang. Permasalahan tersebut disampaikan pengarang dengan cara

menyajikan rangkaian peristiwa sehingga menjadi cerita yang utuh. Pengarang

menggunakan ide-ide kreatif dalam mengolah rangkaian peristiwa tersebut

sehingga novel disebut karya sastra yang sifatnya fiksi.

Menurut Atmazaki (2005: 40), novel merupakan fiksi naratif modern yang

berkembang pada pertengahan abad ke-18. Novel berbentuk prosa yang ceritanya

lebih panjang dan kompleks dibandingkan cerpen untuk mengekspresikan sesuatu

mengenai kualitas dan nilai pengalaman manusia. Di dalam novel, persoalan yang

disajikan diambil dari pola-pola kehidupan manusia. Berdasarkan pendapat

9
10

Hawthorne, Abrams (dalam Atmazaki, 2005: 40) menjelaskan bahwa novel lebih

ditandai oleh kefiksiannya untuk memberikan efek realis, dengan

merepresentasikan karakter yang kompleks dengan motif yang bercampur dan

berakar di dalam kelas sosial, terjadi dalam struktur kelas sosial yang berkembang

ke arah yang lebih tinggi, interaksi dengan beberapa karakter lain, dan berkisah

tentang kehidupan sehari-hari.

Nurgiyantoro (2010:15) menjelaskan bahwa novel berkembang dari

bentuk-bentuk naratif nonfiksi, seperti surat, biografi, kronik, atau sejarah, dan

secara stilistik menekankan pentingnya detail serta bersifat mimesis. Oleh sebab

itu, novel mengacu pada realitas yang lebih tinggi dan mencerminkan tokoh yang

berangkat dari realitas sosial. Selain cerminan tokoh yang berangkat dari realita,

masalah yang disajikan di dalam novel lebih rinci, detil, dan kompleks. Menurut

Nurgiyantoro (2010: 11), novel mampu menyampaikan permasalahan yang

kompleks secara penuh, mengkreasikan sebuah dunia yang “jadi”.

Muhardi dan Hasanuddin WS (2006: 7) mengemukakan bahwa novel

adalah cerita yang memuat beberapa kesatuan permasalahan yang membentuk

rantai permasalahan. Permasalahan dalam novel terjadi serangkai dengan

permasalahan berikutnya, yakni dengan mengungkapkan kembali permasalahan

atau akibat tersebut sebagai faktor penyebab untuk permasalahan lainnya di

samping diikuti faktor penyebabnya dan akibatnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa novel adalah

gambaran kehidupan berupa rangkaian peristiwa dan karakter tokoh yang diolah

dengan ide-ide kreatif dan disampaikan dalam bentuk tulisan oleh pengarang.
11

2. Novel Populer

Populer berasal dari bahasa Prancis, yaitu pop, artinya terkenal atau

disukai banyak orang. Menurut Nurgiyantoro (2010: 17), sastra populer adalah

karya sastra yang dikategorikan sebagai sastra hiburan dan komersial. Kategori

sebagai hiburan dan komersial tersebut dipengaruhi oleh selera masyarakat

banyak atau disebut juga selera populer.

Nurgiyantoro (2010: 18) menyatakan bahwa novel populer adalah novel

yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca di

kalangan remaja. Gambaran yang disajikan pengarang di dalam novel populer

berupa kehidupan masyarakat urban dengan permasalahan yang aktual dan sesuai

zaman. Novel populer banyak digemari karena cerita di dalam novel populer

dikenali pembaca sebagai pengalaman yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Salah satu genre novel populer adalah metropop. Menurut Hasanuddin WS

(dalam Wanda, 2018: 13), metropop adalah karya sastra yang bercerita tentang

masyarakat urban di kota-kota besar dengan segala sisi kehidupannya. Sasaran

pembaca novel metropop adalah pembaca berusia 20 tahun ke atas yang dekat

dengan budaya barat. Percintaan, karier, gaya hidup, dan masalah rumah tangga

adalah tema-tema yang umum digunakan dalam fiksi metropop.

3. Unsur-unsur Novel

a. Unsur Instrinsik

Menurut Nurgiyantoro (2010: 23), unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-

unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik menyebabkan

karya sastra hadir dan secara faktual dapat dijumpai oleh pembaca. Unsur intrinsik
12

sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut membangun cerita.

Kepaduan antara berbagai unsur instrinsik tersebut membuat sebuah novel

berwujud.

Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (2006: 27—46), unsur intrinsik

meliputi penokohan, peristiwa dan alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, serta

tema dan amanat. Setiap unsur tersebut tidak terlepas antara satu dengan yang

lainnya dan bersama-sama membentuk kesatuan dan kepaduan fiksi. Setiap unsur

tersebut memiliki hubungan timbal balik dan tidak ada satu pun unsur yang dapat

berdiri sendiri.

Pada penelitian ini, unsur intrinsik yang digunakan untuk menemukan data

adalah unsur penokohan dan latar. Hal tersebut dikarenakan, perilaku masyarakat

urban digambarkan oleh tokoh melalui dialog atau pun tindakannya. Latar tempat

dapat menguatkan data, dengan adanya bukti bahwa peristiwa terjadi di wilayah

perkotaan. Latar waktu dan suasana yang identik dengan pola hidup masyarakat

kota juga dapat membantu peneliti untuk menganalisis data. Oleh sebab itu, kajian

teori yang akan diuraikan adalah unsur penokohan dan latar.

1) Penokohan

Nurgiyantoro (2010: 166) berpendapat bahwa istilah penokohan lebih luas

pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan”. Istilah penokohan sekaligus

mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana

penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan

gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyaran pada

teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam suatu cerita.


13

Muhardi dan Hasanuddin WS (2006: 30) menyatakan bahwa penokohan

termasuk masalah penamaan, pemeranan, keadaan fisik, keadaan psikis, dan

karakter. Bagian-bagian tersebut saling berhubungan untuk membangun

permasalahan fiksi. Pemilihan nama tokoh diniatkan sejak semula oleh pengarang

untuk mewakili permasalahan yang hendak dikemukakan, sehingga pembaca

perlu mempertimbangkan penamaan tokoh dalam upaya penemuan permasalahan

fiksi. Penokohan juga ditunjang oleh keadaan fisik atau psikis tokoh yang harus

mendukung perwatakan tokoh dan permasalahan fiksi.

Penokohan berkaitan erat dengan permasalahan di dalam novel yang

dimunculkan oleh tokoh sesuai dengan peran yang diberikan pengarang

kepadanya. Perubahan dapat terjadi pada watak tokoh dalam memerankan

perannya. Perubahan watak tokoh terjadi sesuai perubahan situasi dan kondisi

cerita. Selain itu, perubahan latar juga mempengaruhi perubahan watak tokoh.

2) Latar

Latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Menurut Muhardi dan

Hasanuddin WS (2006: 37), latar merupakan penanda identitas permasalahan fiksi

yang mulai secara samar diperlihatkan alur atau penokohan. Apabila

permasalahan fiksi sudah diketahui melalui alur atau penokohan, maka latar

memperjelas suasana, tempat, dan waktu peristiwa tersebut terjadi. Sehubungan

dengan itu, latar harus saling menunjang dengan alur dan penokohan dalam

membangun permasalahan.

Nurgiyantoro (2010: 227) membedakan unsur latar ke dalam tiga unsur

pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat merupakan rujukan lokasi
14

terjadinya perutiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar waktu berhubungan

dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi.

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berkaitan dengan perilaku kehidupan

sosial masyarakat di suatu tempat dalam karya fiksi. Ketiga unsur tersebut

menyajikan permasalahan yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu

dengan lainnya.

b. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang mempengaruhi penciptaan fiksi dari

luar. Muhardi dan Hasanuddin WS (2006: 25) menyatakan bahwa unsur ekstrinsik

fiksi yang utama adalah pengarang, sedangkan pengaruh lain akan masuk dalam

fiksi melalui pengarang. Pengaruh luar yang cenderung dianggap juga sebagai

unsur ekstrinsik dan melatarbelakangi penciptaan fiksi, ialah sensitivitas atau

kepekaan pengarang, dan pandangan hidup pengarang. Realitas objektif yang ada

di sekitar pengarang juga merupakan unsur ekstrinsik yang mempengaruhi

penciptaan fiksi melalui pengarang. Bagian realitas objektif yang mempengaruhi

penciptaan fiksi antara lain tata nilai kemanusiaan yang berlaku dalam

masyarakat, konvensi budaya, konvensi sastra, konvensi bahasa masyarakat, dan

norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

4. Potret Masyarakat Urban

Potret menurut KBBI (2015: 1097) adalah gambaran atau lukisan dalam

bentuk paparan. Potret dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai gambaran atau

bentuk kehidupan masyarakat yang ada dalam karya sastra. Hal tersebut

dikarenakan, karya sastra diciptakan pengarang berdasarkan realitas objektif.


15

Masyarakat urban adalah istilah yang digunakan untuk masyarakat yang

bertempat tinggal di wilayah perkotaan. Pengertian masyarakat perkotaan lebih

ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang

berbeda dengan masyarakat pedesaan (Ahmadi, 2009: 228). Masyarakat urban

terbuka terhadap pengaruh budaya barat dan kemajuan teknologi informasi,

sehingga kehidupan masyarakat urban memiliki karakteristik tersendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa potret masyarakat

urban adalah gambaran atau bentuk kehidupan masyarakat yang tinggal di

wilayah perkotaan dengan gaya hidup modern dan kebarat-baratan.

Dalam penelitian ini, teori yang digunakan untuk menemukan data potret

masyarakat urban adalah teori-teori yang berkaitan dengan ciri masyarakat

perkotaan. Teori tersebut ialah teori individualis dari Bintarto, teori gaya hidup

rekreasi dari Soekanto dan Susanto, teori gaya hidup mobilitas, gaya hidup instan,

dan gaya hidup virtual dari Susanto. Penelitian ini menggunakan lima teori dari

tiga ahli tersebut.

a. Individualis

Menurut Bintarto (1989: 45), sifat kegotongroyongan yang murni sudah

jarang dijumpai di wilayah perkotaan. Hal tersebut mengakibatkan munculnya

sikap individualis. Individualis adalah sikap di mana masyarakat tidak memiliki

rasa bergantung terahadap orang lain.

Bintarto menjelaskan bahwa sikap individualis masyarakat perkotaan

berupa hubungan pergaulan tatap muka secara langsung yang sudah mulai jarang

terjadi. Selain itu, masyarakat juga berusaha menyelesaikan segala persoalan


16

secara perorangan atau pribadi tanpa meminta pertimbangan keluarga. Tingkat

pendidikan yang cukup tinggi mengakitbatkan masyarakat perkotaan merasa

dirinya mampu mengurus hidup sendiri dengan caranya sendiri.

b. Gaya Hidup Rekreasi

Soekanto menjelaskan bahwa masyarakat urban cenderung memandang

rekreasi sebagai salah satu cara untuk menunjukkan status sosial atau prestise.

Prestise merupakan keadaan di mana suatu ciri yang berupa benda atau perilaku,

mendapat penghargaan tinggi dari masyarakat. Mobil mewah, rumah dan

lingkungan pemukiman mewah, hingga gelar akademis dapat menjadi ciri prestise

bagi seseorang. Demikian pula halnya pandangan masyarakat bahwa rekreasi

tertentu pada masyarakat tertentu merupakan lambang prestise (Soekanto, 2009:

64—65).

Berbelanja di luar negeri merupakan pola rekreasi yang penuh prestise

bagi masyarakat berstatus sosial tinggi. Menginap atau makan di hotel-hotel besar

dengan biaya yang mahal, olahraga golf, bercengkrama di kafe atau restoran,

mengunjungi tempat hiburan, dan menghadiri pesta juga bisa menjadi lambang

prestise.

Selain sebagai lambang prestise, rekreasi juga merupakan cara untuk

bersenang-senang bagi masyarakat urban di sela kesibukannya. Susanto (2001:

75) mengatakan bahwa penyakit masyarakat modern adalah stres. Penyakit stres

diakibatkan karena masyarakat modern menghabiskan sebagian besar waktunya di

tempat kerja yang penuh tekanan dan kesibukan. Keadaan lalu-lintas wilayah

perkotaan yang macet, juga membuat masyarakat kota mengalami stres selama
17

perjalanan pergi dan pulang kantor. Susanto berpendapat, masyarakat perkotaan

mencari ketenangan untuk meredakan stres dengan berlibur ke tempat-tempat

hiburan, seperti hotel, bioskop, atau taman wisata.

Menurut Susanto (2001: 35), rekreasi juga telah menjadi gaya hidup bagi

masyarakat modern. Tidak terbatas pada cara untuk menunjukkan prestise dan

meredakan stres, rekreasi juga bisa menjadi sarana untuk bersosialisasi dengan

teman atau membangun koneksi dengan rekan kerja dalam bentuk aktivitas yang

lebih menghibur. Eksekutif muda, pelajar, hingga ibu-ibu muda yang ingin

bercengkrama dengan teman, biasanya memilih nongkrong di restoran atau kafe.

Pertemanan baru juga dapat terjalin dari aktivitas tersebut karena restoran atau

kafe adalah tempat umum yang dikunjungi orang banyak.

Membangun koneksi dengan rekan kerja melalui rekreasi biasanya

dilakukan oleh pengamat pelaku politik mau pun bisnis (Susanto, 2001: 38).

Susanto menyebutnya dengan istilah LGD: Lunch, Golf, and Dinner. Ketiga

kegiatan tersebut dilakukan oleh masyarakat urban sambil melobi rekan kerja

demi tercapainya sasaran bisnis atau kesepakatan kerja. Susanto (2001: 39)

menyimpulkan, rekreasi merupakan konsep gaya hidup masyarakat urban yang

bertujuan untuk menikmati hiburan yang berkualitas tinggi (bergengsi), mencapai

tujuan bisnis, sambil bersenang-senang.

c. Gaya Hidup Mobilitas

Mobilitas adalah perpindahan masyarakat dari suatu wilayah ke wilayah

lainnya. Mobilitas penduduk dibedakan atas mobilitas permanen dan mobilitas

sirkuler. Sadeva (2016) menyatakan bahwa mobilitas permanen adalah


18

perpindahan penduduk dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Ada pun

mobilitas sirkuler menurut Zalensky (dalam Sadeva: 2016), adalah gerakan

berulang hampir setiap hari antara daerah tempat asal dan daerah tempat tujuan.

Intensitas mobilitas dibedakan dalam dua tingkatan, yaitu intensitas mobilitas

tinggi dan intensitas mobilitas rendah. Intensitas mobilitas tinggi adalah tingkat

perpindahan atau pun pergerakan penduduk yang tinggi, sedangkan intensitas

mobilitas rendah adalah sebaliknya (brainly.co.id).

Susanto (2001: 31) berpendapat bahwa mobilitas menjadi salah satu gaya

hidup masyarakat urban. Kegiatan bisnis masyarakat urban yang padat tidak

dibatasi oleh adanya faktor jarak, waktu, tempat, dan negara. Eksekutif masa kini

sangat mudah bepergian dari satu kota ke kota di belahan dunia lainnya. Susanto

mengibaratkan, apabila hari ini seseorang berada di Jakarta, bisa saja esok ia

sudah di Frankfurt, dan dua hari kemudian berada di California. Perpindahan antar

kota dalam satu negara lebih mudah lagi. Trasnportasi yang memadai

memungkinkan seseorang pulang-pergi antara Jakarta dan Medan dalam waktu

satu hari. Dalam lingkup yang lebih kecil, masyarakat urban juga biasa

mengunjungi beberapa kantor dalam satu hari untuk urusan rapat.

Kebiasaan bepergian tersebut membentuk pola kehidupan yang dinamis.

Masyarakat urban menjadi terbiasa berpindah-pindah tempat tinggal, sekolah, dan

tempat kerja. Menyesuaikan diri dengan tempat dan lingkungan baru bukan hal

sulit bagi masyarakat urban. Bahkan, sebagian masyarakat urban juga cenderung

mudah bosan apabila berada di lingkungan yang sama untuk waktu lama.
19

d. Gaya Hidup Instan

Susanto (2001: 79) menyatakan bahwa salah satu efek dari gejala

globalisasi dan modernisasi dunia adalah timbulnya gaya hidup instan. Gaya

hidup instan adalah gaya hidup yang ingin serba cepat, praktis, dan efektif. Gaya

hidup instan tersebut nyaris tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat urban.

Susanto berpendapat, hal itu dikarenakan semakin suntuknya masyarakat urban

yang dijebak oleh kesibukan dan rutinitas yang melelahkan.

Masyarakat urban menghabiskan banyak waktunya untuk bekerja,

sehingga waktu untuk aktivitas lain seperti memasak, membersihkan rumah, dan

lainnya, menjadi minim. Menurut Susanto (2001: 81), selain karena sibuk,

masyarakat urban juga menghargai waktu yang berjalan sangat cepat, sehingga

masyarakat urban memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Masyarakat urban pun

ingin semua serba cepat dan instan. Contoh dari gaya hidup instan di kalangan

masyarakat urban adalah gemar mengonsumsi makanan cepat saji di restoran

seperti KFC atau McDonald.

Susanto juga melihat gaya hidup instan dari sisi lain. Menurut Susanto

(2001: 81), masyarakat urban terbiasa dengan segala sesuatu yang serba cepat dan

terjadi dalam sekejap, sehingga para remaja dan pemuda berpendapat keinginan

dan karier mereka dapat terpenuhi secara instan pula. Masyarakat urban mencapai

hal-hal yang diinginkannya dengan cara-cara instan tanpa ingin melalui proses

panjang. Selain dalam urusan karier, hal tersebut juga dapat terjadi dalam urusan

pernikahan.
20

e. Gaya Hidup Virtual

Menurut Susanto (2001: 40), revolusi teknologi telah memungkinkan

manusia dari berbagai daerah dapat berkomunikasi melalui telepon seluler dan

komputer. Kemampuan alat-alat teknologi komunikasi membuat orang lain atau

dunia berada di genggaman tangan seseorang. Susanto menyebut komunikasi

dengan alat teknologi sebagai dunia virtual, dan perilaku masyarakat yang

mengandalkan komunikasi dengan alat teknologi adalah gaya hidup virtual.

Menurut Susanto, gaya hidup virtual memberi warna tersendiri dalam kehidupan

individu mau pun kelompok.

Susanto (2001: 41) berpendapat, kedahsyatan komputer dan telepon

seluler dengan bentuk informasi dan komunikasi virtualnya telah

menjungkirbalikkan tatanan lama tentang cara memperoleh informasi dan

berkomunikasi. Informasi tentang kehidupan seseorang akan dengan mudah

diakses siapa pun melalui media sosial. Berkirim surat dapat dilakukan dalam

hitungan detik melalui e-mail. Berbelanja atau bertransaksi cukup dilakukan di

depan monitor tanpa perlu pergi ke toko atau bank.

Adanya jaringan internet yang memadai di wilayah perkotaan, ditambah

banyaknya beredar barang elektronik yang canggih seperti gawai, mengakibatkan

masyarakat urban bergantung pada teknologi komunikasi tersebut. Oleh sebab itu,

gaya hidup virtual tampak sangat jelas di kalangan masyarakat urban. Contoh

perilaku gaya hidup virtual adalah menghubungi seseorang melalui aplikasi

chatting WhatsApp, berbelanja buku melalui website, hingga memesan fasilitas

transportasi melalui aplikasi.


21

5. Pendekatan Analisis Fiksi

Pendekatan merupakan usaha dalam penelitian untuk mengadakan

hubungan dengan objek yang diteliti atau metode-metode untuk mencapai

pengertian tentang masalah penelitian. Muhardi dan Hasanuddin WS (2006: 49)

menyatakan bahwa pendekatan analisis fiksi adalah suatu usaha ilmiah yang

dilakukan seseorang dengan menggunakan logika rasional dan metode tertentu

secara konsisten terhadap unsur-unsur fiksi sehingga menemukan perumusan

umum tentang keadaan fiksi yang diselidiki. Analisis fiksi meliputi langkah-

langkah pembacaan, penginventarisasian, pengidentifikasian, penginterpretasian,

pembuktian, penyimpulan, dan pelaporan.

Abrams (dalam Teeuw, 1988: 50) mengemukakan empat pendekatan

dalam analisis karya sastra, yaitu (a) pendekatan objektif, merupakan pendekatan

yang menitikberatkan pada karya sastra itu sendiri, (b) pendekatan ekspresif,

merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada penulis, (c) pendekatan

mimetik, merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada semesta, dan (d)

pendekatan pragmatik, merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada

pembaca.

Penelitian ini dititikberatkan pada semesta, sehingga pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan mimetik. Peneliti akan mengkaji bagaimana

gambaran kehidupan masyarakat khususnya yang tinggal di wilayah perkotaan

berdasarkan cerita yang disajikan pengarang di dalam novel metropop Say No to

Me karya Wiwien Wintarto. Perumusan keadaan fiksi yang diteliti ini akan

dijabarkan berdasarkan lima teori potret masyarakat urban.


22

6. Sosiologi Sastra

Karya sastra dipandang sebagai cerminan dari tindak sosial masyarakat.

Apa yang terjadi dalam ciptaan seniman masuk akal dalam keseluruhan dunia

ciptaan itu sekaligus, karena dunia itu merupakan kontruksi, perpaduan yang

berdasarkan unsur-unsur dunia nyata (Teeuw, 1988:222). Pembaca dapat melihat

bagaimana tindak sosial masyarakat dari karya sastra dan memahaminya sebagai

realita sosial.

Sosiologi sastra adalah salah satu jenis pendekatan dalam memahami

karya sastra melalui ilmu sastra dan sosiologi (pengetahuan tentang sifat, perilaku,

dan perkembangan masyarakat). Kajian sosiologi sastra selalu mengaitkan antara

karya sastra dengan masyarakat berdasarkan prinsip bahwa karya sastra

berlandaskan pada realitas objektif. Menurut Semi (2012: 92), pendekatan

sosiologis bertolak dari asumsi bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan

masyarakat. Melalui karya sastra, pengarang mengungkapkan masalah kehidupan

yang pengarang sendiri terlibat di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari

masyarakat dan memberi pengaruh terhadap masyarakat.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian mengenai kajian

sastra populer. Ada beberapa penelitian yang sejenis dengan penelitian yang

dilakukan penulis. Hubungan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

sama-sama melakukan penelitian novel-novel populer yang menggambarkan


23

kehidupan masyarakat perkotaan. Berikut adalah penelitian yang relevan dengan

penelitian ini.

Pertama, Wanda, Winia (2018) dengan judul “Potret Masyarakat Urban

dalam Novel Metropop Critical Eleven Karya Ika Natassa”. Di dalam penelitian

ini dideskripsikan bagaimana struktur latar dan penokohan, sertra potret

masyarakat urban dalam novel metropop Critical Eleven karya Ika Natassa. Potret

masyarakat urban dijelaskan berdasarkan delapan belas karakteristik budaya

populer.

Kedua, Jayawardana, Mahawitra (2018) dengan judul “Kehidupan Remaja

Perkotaan dalam Novel Teenlit The Unfunniest Comedy Karya Wiwien Wintarto”.

Di dalam penelitian ini dijelaskan bentuk-bentuk perilaku remaja perkotaan dalam

novel teenlit The Unfunniest Comedy karya Wiwien Wintarto. Bentuk-bentuk

profil remaja tersebut adalah sebagai berikut: (1) kesenangan kepribadian, (2)

gaya hidup rekreasi (3) kesenangan kelompok sepermainan, (4) kenakalan remaja,

(5) hipoaktivisme, dan (6) kultisme.

Ketiga, Yolanda, Novi (2018) dengan judul “Profil Remaja Perkotaan

dalam Novel Teenlit Love in B Minor Karya Anindita”. Di dalam penelitian ini

dijelaskan bentuk-bentuk perilaku remaja perkotaan dalam novel teenlit Love in B

Minor karya Anindita. Bentuk-bentuk profil remaja tersebut adalah sebagai

berikut: (1) kesenangan kepribadian, (2) gaya hidup rekreasi (3) kesenangan

kelompok sepermainan, dan (4) kenakalan remaja.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan

penelitian potret masyarakat urban dalam novel metropop Say No to Me


24

karya Wiwien Wintarto dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek

penelitian dan teori yang digunakan. Objek penelitian yang peneliti lakukan

adalah novel metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto. Adapun teori yang

digunakan pada penelitian ini adalah teori sosiologi, yaitu ciri masyarakat

perkotaan, berdasarkan teori Bintarto, Soekanto, dan Susanto.


25

C. Kerangka Konseptual
Karya Sastra

Novel Metropop Say No to Me


Karya Wiwien Wintarto

Unsur Intrinsik Unsur Ekstrinsik

Penokohan Peristiwa Latar Sudut Gaya Tema Pengarang Realitas


dan Alur Pandang Bahasa dan Objektif
Amanat

Penokohan Latar Realitas


Objektif

Potret Masyarakat Urban dalam


Novel Metropop Say No to Me
Karya Wiwien Wintarto

Individualis Gaya Gaya Gaya Gaya Hidup


Hidup Hidup Hidup Virtual
Rekreasi Mobilitas Instan

Bagan 1. Kerangka Konseptual


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah penelitian

kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Moleong (2012: 6), penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa

yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (utuh) dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Menurut Semi

(2012: 28), penelitian kualitatif mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap

interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Menurut Semi (2012: 30), metode deskriptif artinya data diuraikan dalam bentuk

kata-kata atau gambar-gambar, bukan dalam bentuk angka-angka. Data umumnya

berupa pencatatan, foto-foto, rekaman, dokumen, memorandum, atau catatan-

catatan resmi. Metode ini digunakan untuk melihat dan mendeskripsikan

mengenai potret masyarakat urban dalam novel metropop Say No to Me karya

Wiwien Wintarto.

B. Data dan Sumber Data

Data di dalam penelitian ini berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat yang

mengindikasikan permasalahan gaya hidup masyarakat urban dan berupa narasi

narator mengenai tokoh, tuturan tokoh, tindakan tokoh, pada latar cerita di

dalam novel metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto. Sumber data

26
27

penelitian ini adalah novel metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto yang

diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama di Jakarta pada tahun 2017

sebagai cetakan pertama, dan terdiri atas 383 halaman.

C. Instrumen Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama yang

melihat, membaca, memahami, mengidentifikasi, dan mencatat hal-hal yang

berkaitan dengan kehidupan remaja perkotaan dalam novel metropop Say No to

Me karya Wiwien Wintarto. Selain itu, peneliti menggunakan instrumen bantuan

lain berupa lembaran pencatatan untuk mencatat hal-hal penting berkaitan dengan

potret masyarakat urban dalam novel metropop Say No to Me karya Wiwien

Wintarto.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Membaca dan memahami novel metropop Say No to Me karya Wiwien

Wintarto untuk memperoleh pemahaman mengenai novel tersebut.

2. Melakukan studi kepustakaan berkaitan dengan masalah penelitian untuk

memperoleh pemahaman mengenai masalah tersebut.

3. Mencari dan mencatat data-data yang berkaitan dengan masalah penelitian

yang terdapat di dalam novel metropop Say No to Me karya Wiwien

Wintarto dengan format sebagai berikut.


28

Format I
Identifikasi Tokoh di dalam Novel Metropop
Say No to Me Karya Wiwien Wintarto

No Nama Tokoh Indikator Tokoh


a b c

Keterangan : a. Menyita sebagian besar waktu penceritaan


b. Terlibat dengan hampir seluruh tokoh cerita
c. Mendominasi dan menjadi pusat masalah atau cerita

E. Teknik Pengabsahan Data

Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain di luar data untuk keperluan memeriksa atau sebagai pembanding data

tersebut. Teknik triangulasi dilakukan dengan cara membuat berbagai versi

pertanyaan, memeriksanya dengan berbagai sumber data, dan memanfaatkan

berbagai metode. Melalui teknik triangulasi, peneliti dapat memeriksa kembali

temuannya dengan cara membandingkan temuan dengan sumber, metode,

atau teori yang ada (Moleong, 2012:330—332).

F. Teknik Penganalisisan Data

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Mengiventarisasi data yang berkaitan dengan potret masyarakat urban.


29

2. Mengidentifikasi data dan mengklasifikasikan data dengan menggunakan

format berikut.

Format II
Identifikasi dan Klasifikasi Data Potret Masyarakat Urban
dalam Novel Metropop Say No to Me Karya Wiwien Wintarto

Tuturan/ Latar Potret Masyarakat Urban


No. Tokoh Tindakan Sebab Akibat
Tokoh a b c a b c d e
1.
2.
3.
4.
Keterangan Latar:
a. tempat
b. waktu
c. suasana

Keterangan Potret Masyarakat Urban:


a. individualis
b. gaya hidup rekreasi
c. gaya hidup mobilitas
d. gaya hidup instan
e. gaya hidup virtual

3. Menginterpretasikan data.

4. Menyimpulkan masalah dan menulis laporan hasil analisis.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Potret Individualis dalam Novel Metropop Say No to Me karya Wiwien


Wintarto

Masyarakat urban adalah orang-orang yang berpindah dari desa ke kota

dan tinggal di sana. Perpindahan tersebut disebut urbanisasi. Urbanisasi bisa

dilakukan secara berkelompok mau pun individu. Perpindahan yang dilakukan

secara individu mengakibatkan sebagian masyarakat urban hidup sendiri. Keadaan

tersebut berpengaruh pada gaya hidup yang cenderung tertutup, tidak mau

bergantung pada orang lain, dan tidak melibatkan keluarga dalam berbagai urusan.

Urbanisasi juga mengakibatkan masyarakat kota menjadi heterogen,

karena pelaku urbanisasi berasal dari beragam daerah. Beragam perbedaan di

antara masyarakat urban mengakibatkan interaksi menjadi terbatas. Interaksi

dengan lingkungan sekitar lebih pada hal-hal yang bersifat umum, seperti urusan

pekerjaan dan transaksi dagang. Masyarakat urban yang individualis berusaha

sendiri-sendiri tanpa terkait oleh anggota masyarakat lainnya, corak hubungan

terbatas, dan setiap individu mempunyai otonomi jiwa atau kemerdekaan pribadi

(dikutip dari artikel medium.com yang ditulis oleh Frisca Novita pada 28

Desember 2017).

Data potret individualis dalam novel metropop Say No to Me karya

Wiwien Wintarto dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Aku belum tahu nama lengkapmu.”


Ia sudah nyaris meluncurkan sebutan pertanyaan berupa “Penting,
ya?” (hlm. 35)

30
31

“...boleh minta nomor HP?”


Ari sejenak terpaku. Sesungguhnya malas, tapi masa ia terus terang
bahwa ia tidak mau berbagi nomor ponselnya pada Arga? (hlm. 40)

“Nanti saya akan kasih Anda nomor HP pribadi saya, yang cuma
saya pakai dengan sodara dan orang-orang terdekat, termasuk Pak
Wisnu Megantoro.” (hlm. 121)

Maka kantor dan ruang kerja pun menjadi tempat banyak orang
berkumpul dalam kesendirian. Mereka bertemu setiap hari, saling
berinteraksi, dan terus berada di kamar yang sama dalam waktu
yang panjang selama puluhan tahun. Namun di situ, mereka
sesungguhnya kesepian, karena sama-sama saling bekerja hanya
demi keselamatan diri sendiri. (hlm. 252)

Pada kutipan pertama, tampak tokoh Ariana enggan memberi tahu nama

lengkapnya karena merasa tidak penting. Hal tersebut menunjukkan sikap yang

tertutup dan tidak mau berinteraksi lebih jauh dengan orang yang baru dikenal.

Pada halaman tersebut diceritakan bahwa tokoh Ariana sedang berkenalan dengan

tokoh Arga yang merupakan rekan kerjanya. Arga ingin mengenal Ariana lebih

dari sekadar rekan kerja, untuk menjadi temannya. Sayangnya, Ariana ingin

hubungan mereka cukup sebagai rekan kerja. Oleh sebab itu, Ariana tidak mau

memberitahu nama lengkapnya pada Arga.

Pada kutipan kedua, tampak tokoh Ariana juga enggan memberitahu

nomor ponselnya. Pada halaman tersebut, Arga meminta nomor ponsel dengan

alasan untuk mempermudah urusan kerja. Akan tetapi, Ariana berfirasat bahwa

Arga meminta nomor ponselnya untuk menjalin kedekatan pribadi. Berbagi

nomor ponsel memberi peluang terjadinya komunikasi yang lebih intens, karena

seseorang bisa dengan mudah mengirim pesan dan menghubungi kapan saja. Oleh

sebab itu, Ariana tidak ingin memberi nomor ponselnya pada Arga agar tidak

terjadi komunikasi yang lebih intens.


32

Pada kutipan ketiga, tampak perilaku tokoh Reva yang juga membatasi

memberikan informasi pribadi seperti pada kutipan kedua. Diceritakan bahwa

Reva dan Arga akan mengerjakan sebuah proyek besar bersama. Reva adalah

orang yang tidak mau memberikan nomor ponselnya ke sembarangan orang.

Dikarenakan proyek yang akan mereka kerjakan sangat penting, Reva

memberikan nomor ponselnya pada Arga untuk memudahkan komunikasi apabila

proyek mereka mengalami kendala.

Pada kutipan keempat, perilaku individualis di tempat kerja digambarkan

oleh pengarang melalui tokoh Salsa. Pada halaman tersebut, diceritakan tentang

pengalaman tokoh Salsa saat bekerja di kantor. Salsa merasa lingkungan kantor

membuatnya merasa kesepian. Ia bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang

setiap hari di kantor, tetapi interaksi tersebut hanya untuk urusan pekerjaan. Di

kantor, masing-masing orang mengutamakan pekerjaan dan interaksi di luar

urusan pekerjaan menjadi sangat minim. Pengarang mengibaratkan kantor sebagai

tempat banyak orang berkumpul dalam kesendirian.

Berdasarkan empat kutipan yang telah dijelaskan, potret individualis

tergambar dari sikap tokoh yang tertutup, enggan memberi informasi yang

sifatnya pribadi pada orang lain, dan membatasi obrolan di luar urusan pekerjaan.

Digambarkan bahwa masyarakat urban menghindari obrolan bersifat pribadi

dengan rekan kerja. Bagi masyarakat urban, terutama yang bekerja di bidang

perdagangan, interaksi bertujuan untuk urusan bisnis. Obrolan mengenai

kehidupan pribadi dengan orang yang baru dikenal dianggap tidak penting.

Banyaknya waktu yang dihabiskan di tempat kerja, membuat masyarakat urban


33

terbiasa fokus pada pekerjaannya dan tidak mementingkan interaksi sosial dengan

orang-orang di sekitarnya.

Data berikutnya mengenai potret individualis dalam novel metropop Say

No to Me karya Wiwien Wintarto tampak pada kutipan berikut.

“Pinjem anak-anak di sini!”


“Nggak enak. Belum kenal. Orang yang indekos sini yang aku
kenal baik ‘kan cuma kamu.” (hlm. 61)

Berdasarkan kutipan di atas, tampak potret individualis berupa sikap yang

tidak mau meminta bantuan pada orang lain. Pada halaman tersebut, diceritakan

bahwa tokoh Ariana sedang tidak memiliki uang karena ia baru pindah kerja dan

belum menerima gaji dari tempat kerja barunya. Uang yang dimiliki Ariana hanya

cukup untuk makan satu hari, sedangkan laptop dan AC kamar indekosnya rusak.

Ariana kesulitan melanjutkan pekerjaannya di indekos, karena laptop yang rusak.

AC rusak juga membuat Ariana merasa gerah dan sulit berkonsentrasi. Ariana

merasa perlu memperbaiki laptop dan AC kamar indekosnya segera. Maka,

Ariana mencoba meminjam uang pada temannya bernama Hesti. Sayangnya,

Hesti juga sedang tidak memiliki uang yang cukup untuk dipinjamkan. Hesti

menyarankan Ariana meminjam pada teman indekos lain, tetapi saran tersebut

ditolak Ariana karena ia merasa tidak akrab dengan teman indekos yang lain.

Walau pun Ariana tinggal di indekos yang penghuninya cukup banyak,

Ariana hanya memiliki satu teman, yaitu Hesti. Potret individualis tampak pada

sikap Ariana yang tidak bergaul dengan penghuni indekos lain. Ia juga tidak mau

meminta bantuan pada penghuni indekos lain karena minimnya interaksi. Ariana
34

akhirnya lebih memilih untuk menanggung kesulitan sendiri daripada harus

meminta bantuan pada orang yang ia rasa tidak begitu dikenalnya.

Potret individualis juga dapat berupa sikap masyarakat urban yang enggan

melibatkan keluarga dalam berbagai urusan. Tinggal di kota sendiri dan jauh dari

keluarga membuat masyarakat urban tidak bergantung pada keluarga. Data yang

menggambarkan hal tersebut tampak pada kutipan berikut.

“Masih sering pulkam ke orangtua angkat di Ngawi?”


“Paling setahun sekali, pas Lebaran. Tapi aku bener-bener hampir
lepas total dari mereka soal uang. Pasti dapet dari hasil kerja
sendiri, atau utang, hehe..” (hlm. 236)

Berdasarkan kutipan tersebut, Ariana menegaskan bahwa ia bisa

mendapatkan uang dari usahanya sendiri atau utang, tanpa melibatkan keluarga.

Interaksi dengan keluarga juga sudah minim dikarenakan Ariana hanya pulang ke

kampung halamannya setahun sekali, yaitu pada momen lebaran. Ariana tinggal

sendiri di Jakarta untuk bekerja dan keluarganya tinggal di Ngawi, kampung

halamannya. Ia jadi terbiasa mengurus dirinya sendiri setelah merantau ke Jakarta.

Kesibukan yang menyita banyak waktu, jarak yang jauh dari keluarga, dan

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan mengurus diri sendiri,

mengakibatkan Ariana tidak bergantung dengan keluarga.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa potret individualis

dalam novel metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto adalah perilaku

masyarakat urban yang enggan memberi informasi bersifat pribadi pada orang

lain, membatasi obrolan di luar urusan pekerjaan, dan tidak bergantung pada

orang lain mau pun keluarga.


35

B. Potret Gaya Hidup Rekreasi dalam Novel Metropop Say No to Me karya


Wiwien Wintarto

Menurut KBBI (2015: 1158), rekreasi adalah kegiatan yang

menyenangkan hati seperti hiburan. Di wilayah perkotaan, rekreasi menjadi gaya

hidup yang tidak terlepas dari masyarakat urban. Berbagai faktor mempengaruhi

munculnya gaya hidup rekreasi, di antaranya tututan akibat status sosial, fasilitas-

fasilitas rekreasi yang memadai, kesibukan pada jam kerja yang padat, kemacetan

di wilayah kota yang memicu stres, dan tuntutan pergaulan.

Soekanto berpendapat bahwa masyarakat urban melakukan rekreasi

dikarenakan keinginan masyarakat urban untuk menunjukkan status sosial atau

prestise (2009: 64—65). Dengan menunjukkan prestise melalui rekreasi,

masyarakat urban akan memperoleh penghargaan atau dianggap memiliki status

sosial yang tinggi dari orang di sekitarnya. Rekreasi yang dilakukan untuk

menunjukkan prestise dapat berupa berbelanja di luar negeri, menginap atau

makan di hotel-hotel besar dengan biaya mahal, olahraga golf, bercengkrama di

kafe atau restoran, dan mengunjungi tempat hiburan.

Ada pun menurut Susanto, rekreasi adalah cara masyarakat urban untuk

meredakan stres. Susanto (2001: 75) berpendapat bahwa masyarakat urban rentan

mengalami stres dikarenakan padatnya jam kerja dan kemacetan di kota besar.

Rekreasi berupa liburan ke tempat-tempat hiburan dilakukan masyarakat urban

untuk mencari ketenangan. Selain untuk tujuan meredakan stres, rekreasi juga

dilakukan untuk membangun koneksi demi tercapainya tujuan bisnis. Menurut

Susanto (2001: 38), membangun koneksi dengan rekan kerja melalui rekreasi

biasanya dilakukan oleh pelaku politik mau pun bisnis. Berdasarkan pendapat
36

Soekanto dan Susanto tersebut, potret gaya hidup rekreasi akan dijabarkan

menjadi tiga kategori berdasarkan tujuannya.

Pertama, gaya hidup rekreasi yang bertujuan untuk menunjukkan prestise

di dalam novel metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto tampak pada

kutipan berikut.

Empat Warga Negara Indonesia berpakaian parlente terlihat


menunggu gelisah di salah satu bagian lobi lapang Hotel Tower.
(hlm. 226)

Pada kutipan di atas, digambarkan bahwa tokoh dalam novel sedang

berada di hotel dengan pakaian parlente yang menunjukkan kesan mewah. Pada

halaman tersebut, diceritakan tokoh Reva, Wisnu, Salsa, dan Dewi sedang

berkumpul di Hotel Tower untuk makan malam di hotel tersebut. Mereka sedang

menunggu Arga dan Ariana untuk makan malam bersama mereka. Pengarang

menegaskan bahwa keempat tokoh berpakaian parlente, yang menyimbolkan

status sosial masyarakat kalangan menengah ke atas. Hotel juga dianggap

masyarakat sebagai tempat yang mewah karena biaya untuk menginap atau makan

di sana sangat mahal. Latar cerita tersebut bertempat di DKI Jakarta dan

pengarang menggambarkan bahwa Hotel Tower adalah hotel elit di sana. Keempat

tokoh tersebut memilih makan di restoran Hotel Tower karena mereka adalah

petinggi perusahaan besar. Prestise yang diperoleh dari rekreasi di hotel

berbanding lurus dengan kemampuan ekonomi mereka.

Ariwibowo (2016: 199—212) berpendapat, kehadiran kelas menengah ke

atas yang muncul seiring perkembangan ekonomi dan pendidikan menghadirkan

warna baru bagi lingkungan perkotaan di pulau Jawa. Akses mendapatkan


37

informasi dan ketersediaan sumber daya ekonomi memberi kemudahan untuk

menerapkan gaya hidup rekreasi. Van de Venn (dalam Ariwibowo, 2016: 199—

212) berpendapat bahwa hasrat seseorang akan status dan nilai dalam gaya hidup

yang mereka terapkan membentuk perubahan dari hal primer menjadi sekunder.

Aktivitas makan bisa menjadi budaya mewah untuk menunjukkan prestise

(Braudel dalam Ariwibowo, 2016: 199—212). Status sosial sebagai kalangan

menengah atas dan kemampuan ekonomi yang mumpuni berakibat pada

pentingnya menerapkan gaya hidup rekreasi bagi masyarakat urban.

Potret gaya hidup rekreasi yang bertujuan untuk meredakan stres di dalam

novel metropop Say No to Me karya Wiwien wintarto dapat dilihat pada kutipan

berikut.

Ia bebas nongkrong melewatkan jam makan siang di salah satu


meja kosong, melanjutkan novel horor yang sudah sampai bab 3,
sesekali menjawab pertanyaan atau keluhan pelanggan di laman
customer care LookBook, dan bahkan boleh makan gratis dengan
menu kafe sesukanya. (hlm. 32)

Saat Arga sibuk membuka-buka menu dan akhirnya memesan jus


jambu serta lasagna. (hlm. 35)

“Jalan, yuk! Nyari makan enak sambil ngobrol. Habis jam kerja
kamu selesai tentu saja.” (hlm. 82)

“Ren sih fine-fine aja. Dia baru aja selesai ngerjain tugas, lalu
sebelum pulang, nongkrong dulu seorang diri di Central Park.”
(hlm. 301)

...pada malam lembab bersuhu sejuk di meja teras Colonial Cafe


tak seberapa jauh dari Gereja Blenduk yang legendaris itu. Mereka
menikmati kopi setelah makan malam yang menyenangkan dengan
menu ala Italia, dan orang-orang menikmati malam Minggu penuh
bintang di pusat perdagangan barang-barang kuno yang sepintas
terlihat mirip pameran. (hlm. 317)
38

Pada kutipan pertama, digambarkan tokoh Ariana yang melewatkan jam

makan siang di kafe. Ariana bekerja di toko buku LookBook sebagai customer

care pagi hingga sore hari. Pada siang hari, disediakan jam makan siang bagi

pekerja untuk istirahat sejenak. Durasi waktu bekerja yang cukup panjang, dari

pagi hingga sore, membuat Ariana membutuhkan istirahat yang berkualitas di jam

makan siang. Oleh sebab itu, Ariana memanfaatkan jam makan siangnya dengan

bersantai di kafe untuk meredakan stres di sela kesibukannya bekerja. Latar cerita

bertempat di kafe LookBook, yang berada di salah satu mall elit di DKI Jakarta.

Suasana mall elit yang nyaman dan mewah dinilai mampu menggembirakan hati

masyarakat urban yang ingin meredakan stres akibat bekerja.

Pada kutipan kedua, tampak tokoh Arga juga melakukan hal yang sama

dengan Ariana, yaitu melewatkan jam makan siang di kafe. Sama halnya dengan

Ariana, Arga juga merupakan pekerja yang menghabiskan waktunya bekerja dari

pagi hingga sore hari, sehingga membutuhkan istirahat yang berkualitas pada jam

makan siang. Arga juga makan siang di kafe LookBook yang berada di mall elit

DKI Jakarta.

Pada kutipan ketiga, latar cerita terjadi di siang hari menjelang sore, pada

jam kerja. Diceritakan bahwa Arga mengajak Ariana pergi makan ke kafe

sepulang jam kerja untuk refreshing dan bersantai. Terkait dengan penjelasan

sebelumnya bahwa Arga dan Ariana bekerja dari pagi hingga sore hari, maka

tujuan mereka pergi makan ke kafe sepulang jam kerja adalah untuk melepaskan

penat usai bekerja seharian. Mengobrol di kafe sambil menyantap makanan enak
39

dapat membuat pikiran seseorang lebih tenang dan bisa melupakan tekanan di

tempat kerja yang cukup tinggi.

Pada kutipan keempat, potret gaya hidup rekreasi digambarkan oleh tokoh

Ren yang minum kopi di kafe pada saat weekend (akhir pekan). Stres tidak hanya

dialami oleh kalangan masyarakat urban yang sudah bekerja. Kalangan

mahasiswa juga mengalami stres karena banyaknya tugas kuliah yang harus

diselesaikan dan tingkat kesulitannya yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, Ren

memilih bersantai di kafe sambil minum kopi pada akhir pekan untuk meredakan

stres. Di wilayah perkotaan, khususnya DKI Jakarta seperti pada latar cerita, kafe

merupakan salah satu tempat favorit mahasiswa untuk menyegarkan pikiran dan

melupakan sejenak tugas-tugas kuliah pada akhir pekan, khususnya pada malam

minggu atau hari minggu siang.

Pada kutipan kelima, digambarkan tokoh Reva dan Ariana menikmati

akhir pekan dengan mengunjungi kafe untuk bersantai. Latar cerita bertempat di

Colonial Cafe pada hari sabtu. Setelah disibukkan dengan pekerjaan dari hari

senin hingga jumat, Ariana dan Reva memiliki waktu untuk bersantai di kafe pada

hari sabtu. Suasana yang tergampar pada kutipan tersebut juga sangat santai dan

tenang. Lokasi Colonial Cafe yang dekat dengan gereja dan toko-toko barang

antik menggambarkan bahwa bersantai di kafe tersebut memang sengaja

dilakukan untuk menenangkan pikiran dan menghibur diri.

Berikutnya, juga terdapat data potret gaya hidup rekreasi masyarakat urban

yang bertujuan untuk meredakan stres. Pada pembahasan sebelumnya, rekreasi

dilakukan dengan cara makan di kafe. Pada kutipan berikut, rekreasi dilakukan
40

dengan cara berlibur ke tempat wisata dan menginap di hotel. Berikut adalah

kutipan yang menggambarkan hal tersebut.

Arga menikmati panorama Semarang menjelang tengah malam


yang bermandi cahaya. Taksi yang mereka naiki tepat melewati
bundaran Tugu Muda, setelah meninggalkan Bandara Internasional
Ahmad Yani 15 menit lalu. Dena juga ikut melihat monumen
landmark Kota Lumpia itu. (hlm. 287)

“Oke. Akan ke mana kita sekarang?”


“Bagaimana kalau Museum Kereta Api di Ambarawa?”
“Ayo aja!” Ari menyelesaikan polesan lipstik ke bibirnya, lalu
beringsut mengambil tas tangan di meja. (hlm. 304)

Dewi keluar dari taksi bandara dan memasuki lobi bangunan


megah itu dengan kegembiraan yang sukar ia jelaskan. (hlm. 336)

Pada kutipan pertama, tampak bahwa tokoh Arga pergi berlibur ke Kota

Semarang dengan Dena. Cerita berlatar tempat di Kota Semarang, yang berjarak

cukup jauh dari DKI Jakarta. Arga dan Dena memiliki waktu luang di akhir

pekan, oleh sebab itu, mereka bisa berlibur di Kota Semarang. Kota Semarang

yang jaraknya cukup jauh dari DKI Jakarta sengaja dipilih karena Arga dan Dena

ingin kabur sejenak dari hiruk-pikuk DKI Jakarta. Hal yang sama juga dilakukan

oleh Ariana dan Reva seperti terlihat pada kutipan kedua. Alasan Ariana dan Reva

pun sama dengan Arga dan Dena. Kemudian, ada juga tokoh Dewi yang berlibur

di salah satu hotel di Kota Semarang seperti tampak pada kutipan ketiga. Dewi

digambarkan merasa sangat gembira saat ia tiba di hotel. Dewi adalah seorang

pebisnis yang juga memiliki kesibukan yang padat pada hari-hari kerja.

Kelima tokoh tersebut merasa perlu untuk menjauh dari urusan pekerjan

dan kesemrawutan di DKI Jakarta. Berlibur di kota wisata seperti Semarang


41

dianggap dapat meredakan stres dan menggembirakan hati. Ditambah lagi

menginap di hotel yang mewah.

Perusahaan asal Inggris, Zipjet melakukan survei peringkat kota dengan

tingkat stres paling tinggi di Asia tahun 2017. Berdasarkan hasil survei tersebut,

DKI Jakarta menempati posisi keenam dari 150 kota dalam daftar tersebut.

Psikolog Klinis Ratih Ibrahim berpendapat, stres merupakan hal lumrah yang bisa

terjadi kapan saja dalam hidup manusia. Ratih mengatakan bahwa, semakin lama

wajah kota besar akan semakin sama. Kesamaan tersebut berkaitan dengan

wilayah yang semakin padat, ramai, dan ruang gerak yang semakin sempit

membuat orang lebih rentan terkena stres. Di sisi lain, dinamika kehidupan yang

sangat intens dengan persaingan yang begitu sengit membuat seseorang bertemu

dengan banyak sekali manusia dari seluruh dunia. Tuntutan kerja yang sangat

tinggi pun salah satu faktor yang memicu stres (dikutip dari artikel

metrotvnews.com yang ditulis oleh Mel pada 7 November 2017).

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa keadaan DKI

Jakarta yang terlalu ramai dan tututan pekerjaan yang tinggi di sana membuat

warganya rentan mengalami stres. Oleh sebab itu, mereka gemar berlibur untuk

bersenang-senang. Psikolog Efnie Indrianie menyebutkan bahwa liburan adalah

salah satu cara paling ampuh untuk menghilangkan stres (dikutip dari artikel

detik.com yang ditulis oleh Faela Shafa pada 1 November 2012). Menurut Efnie,

orang yang sedang stres harus keluar dari situasi yang tegang, maka berlibur jadi

cara yang manjur untuk menghilangkan ketegangan karena liburan itu

menyenangkan. Hal ini berdampak pada tingginya minat masyarakat urban untuk
42

berlibur. Nielsen Global Consumer Survey Q1 mengungkapkan bahwa konsumen

Indonesia semakin loyal dalam ‘berbelanja’ pengalaman dan hal ini membuat

popularitas berwisata kian meroket. Data Nielsen menyebutkan, sebanyak 37

persen responden memilih berlibur sebagai prioritas pengeluaran mereka (dikutip

dari artikel liputan6.com yang ditulis oleh Irna Gustiawati pada 9 September

2013). Selain berlibur, makan di kafe atau restoran juga merupakan cara

meredakan stres yang diminati masyarakat urban. Berdasarkan riset tersebut,

diungkapkan bahwa masyarakat urban menghabiskan 25 persen penghasilannya

untuk makan di tempat yang berkelas.

Terakhir, masyarakat urban melakukan rekreasi untuk mencapai tujuan

bisnis. Berikut adalah data potret gaya hidup rekreasi masyarakat urban untuk

mencapai tujuan bisnis di dalam novel metropop Say No to Me karya Wiwien

Wintarto.

“Biasa, hang out, makan-makan. Kalian dari bandara langsung ke


Citos, ya. Kami tunggu di depan Imperial Chicken.”
“Kalian sama anak-anak?”
“Nggak. Salma dan Alya kan masih di rumah nenek mereka di
Semarang. Kita berempat aja, seperti dulu-dulu. Lagian ada urusan
bisnis yang mau kuomongin.” (hlm. 25)

Pada kutipan di atas, tampak bahwa tokoh di dalam novel pergi makan ke

restoran untuk membicarakan urusan bisnis sambil bersenang-senang. Pada

halaman tersebut, diceritakan bahwa tokoh Wisnu mengajak rekan kerjanya Reva

untuk makan di restoran Imperial Chicken. Wisnu adalah pemilik perusahaan

Helman Corp dan Reva adalah pimpinan perusahaan OmegaDome. Kedua

perusahaan tersebut akan bekerja sama dalam proyek adaptasi novel menjadi

video game. Wisnu mengatakan bahwa ia ingin makan-makan dengan Reva


43

sambil membicarakan urusan bisnis terkait kerja sama perusahaan mereka.

Mereka juga mengajak Salsa dan Dewi—istri mereka—agar suasana terkesan

lebih akrab dan obrolan mengenai bisnis tidak terlalu kaku.

Interaksi sosial yang bertujuan mencapai kesepakatan bisnis dengan cara

rekreasi biasa dilakukan oleh masyarakat urban. Apabila urusan bisnis dilakukan

di kantor terus-menerus, tingkat stres yang dirasakan masyarakat urban bisa

semakin tinggi, dan berdampak pada tidak lancarnya lobbying (melobi demi

tercapainya kesepakatan kerja). Membicarakan urusan pekerjaan di restoran

sambil menyantap makanan enak dianggap dapat mempermudah tercapainya

kesepakatan dengan rekan kerja.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa potret gaya hidup

rekreasi dalam novel metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto adalah

makan di restoran mewah, bersantai di kafe, berlibur di tempat wisata, dan

menginap di hotel. Aktivitas tersebut dilakukan masyarakat urban dengan tujuan

untuk menunjukkan gengsi, meredakan stres, atau membicarakan bisnis dengan

rekan kerja.

C. Potret Gaya Hidup Mobilitas dalam Novel Metropop Say No to Me karya


Wiwien Wintarto

Mobilitas adalah gerak penduduk yang berpindah-pindah dari suatu tempat

ke tempat lainnya. Mobilitas penduduk dibedakan atas mobilitas permanen dan

mobilitas sirkuler. Sadeva (2016) menyatakan bahwa mobilitas permanen adalah

perpindahan penduduk dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Ada pun

mobilitas sirkuler menurut Zalensky (dalam Sadeva: 2016), adalah gerakan

berulang hampir setiap hari antara daerah tempat asal dan daerah tempat tujuan.
44

Intensitas mobilitas dibedakan dalam dua tingkatan, yaitu intensitas

mobilitas tinggi dan intensitas mobilitas rendah. Intensitas mobilitas tinggi adalah

tingkat perpindahan atau pun pergerakan penduduk yang tinggi, sedangkan

intensitas mobilitas rendah adalah sebaliknya (brainly.co.id). Intensitas mobilitas

masyarakat urban tergolong tinggi dikarenakan tuntutan pekerjaan dan akses

transportasi yang memadai. Susanto (2001: 31) mengatakan bahwa kegiatan bisnis

(yang dilakukan masyarakat urban) tidak dibatasi oleh adanya faktor jarak, waktu,

tempat, dan negara. Mobilitas pun menjadi gaya hidup bagi masyarakat urban.

Data mengenai gaya hidup mobilitas masyarakat urban untuk kategori

sirkuler di dalam novel metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto dapat

dilihat pada kutipan berikut.

“Kantormu di Rasuna Said, rumah kita di Meruya. Ada jarak


sekitar dua puluh kiolan di antara kedua tempat itu. Padahal kamu
harus commute tiap hari dengan jam start kantor yang amat pagi.”
(hlm. 330)

“...habis ini ditunggu di rumah Dania, garap tugas lagi. Mungkin


sampai pagi, jadi aku nginap di sana. Berangkat kuliah juga dari
sana.” (hlm. 54)

“Udah mau balik sekarang? Ini belum jam 5.”


“Nggak balik,” sahut Ren, mengecek hasil foto-foto bersama Ari di
ponselnya—yang dalam hitungan menit pasti akan beredar luas
lewat Instagram.
“Loh, lantas ke mana?”
“Kan aku ada kerja kelompok di rumah Linda. Dan seperti biasa,
sampai pagi.” (hlm. 80)

“Jam 3 Bu Dewi datang, ngecek stok, ngobrol dikit sama aku, lalu
sign off lagi.” (hlm. 87)

“Kalau gitu meeting pertama tim novel Pocong kita jadwalkan


besok pagi saja, pukul 9. Saya akan langsung pimpin. Habis itu
siangnya kita ada meeting dengan pengarang dan penerbit di kantor
Matapena di Kemang.” (hlm. 118)
45

“Masih di rumah, baru siap-siap ke rumah temen di Modern-hill,


Poncab. Ntar sore kita kumpul di mana jam berapa? Langsung
ketemuan aja di hotel?”
“Jadwalmu sendiri ngapain aja seharian ini?”
“Pagi sampai siang aku di Poncab. Trus meeting panitia reuni
sambil makan siang di Lebak Bulus sampai jam 3-an. Habis itu
janjian ketemu Mas Reva di dekat kantor penerbit Matapena di
Kemang. Paling balik dulu ke Menara untuk mandi dan siap-siap,
baru habis maghrib meluncur ke hotel.”
(hlm. 196)

“Dari bandara langsung ke kantor Kemenlu, ada audiensi Menlu


sama beberapa pengusaha, soal rencana Indonesia Trade Fair di
Jerman bulan Oktober nanti. Acara resminya sih cuma sampai jam
1, tapi nggak tahu habis itu ada orang penting mana yang akan ajak
Bos meeting lain lagi. Makanya belum pasti juga ikut datang pas
rapat di Matapena nanti.”
(hlm. 197)

“Masih, baru akan check out lalu langsung ke bandara. Gila!


Medan rame banget pagi ini. Ada karnaval budaya mau lewat di
depan situ jam 10 ntar. Harus cepat-cepat kabur sebelum jalanan
ditutup.” (hlm. 25)

Delapan kutipan di atas menunjukkan bahwa intensitas mobilitas

masyarakat urban tergolong tinggi dikarenakan banyaknya aktivitas tokoh yang

berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Bahkan mobilitas tidak

hanya dilakukan satu kali dalam sehari. Dalam satu hari, satu tokoh bisa

melakukan beberapa kali mobilitas seperti tampak pada kutipan kedua hingga

ketujuh.

Pada kutipan pertama, gaya hidup mobilitas ditunjukkan oleh tokoh Arga

yang bolak-balik bekerja dari daerah Meruya ke Rasuna Said. Dikatakan bahwa

jarak tempat tinggal Arga dengan kantornya adalah dua puluh kilometer. Pada

halaman tersebut diceritakan bahwa Arga adalah karyawan sebuah perusahaan


46

bernama OmegaDome. Arga harus berpergian setiap hari (pada hari kerja)

menempuh jarak perjalanan dua puluh kilometer tersebut.

Cerita tersebut berlatar di DKI Jakarta, sehingga gaya hidup mobilitas

yang digambarkan tokoh Arga mewakili gaya hidup warga DKI Jakarta yang

sebagian besar berstatus karyawan. Data dari Pemda DKI Jakarta, sebanyak 2,57

juta jiwa atau 25,67 persen warga DKI Jakarta adalah karyawan. Pada posisi

kedua, warga Jakarta berstatus sebagai pelajar/mahasiswa, yaitu 2,28 juta jiwa

atau 22,8 persen dan posisi ketiga 1,92 jiwa (19,2 persen) mengurus rumah tangga

(dikutip dari artikel katadata.co.id pada 8 September 2016). Sebagian masyarakat

urban yang bekerja sebagai karyawan mengakibatkan terbentuknya gaya hidup

mobilitas akibat pulang-pergi dari rumah ke kantor. Gaya hidup tersebut juga

ditunjukkan oleh tingginya arus lalu-lintas di DKI Jakarta.

Pada kutipan kedua dan ketiga, gaya hidup mobilitas ditunjukkan oleh

tokoh Ren. Pada kutipan pertama, diceritakan Ren kembali dari kampus usai

kuliah, ke rumah sebentar untuk mandi, kemudian mengerjakan tugas kuliah di

rumah teman. Pada kutipan ketiga, Ren pergi ke kafe untuk rekreasi sebentar,

kemudian pergi ke rumah temannya untuk mengerjakan tugas kuliah seperti pada

kutipan sebelumnya. Padatnya aktifitas Ren sebagai mahasiswa mengakibatkan ia

sering berpindah-pindah dari rumah, kampus, kafe, dan rumah teman. Mobilitas

yang dilakukan oleh Ren sangat tinggi karena seringnya mobilitas yang ia

lakukan. Mobilitas sirkuler yang dilakukan Ren berupa pergerakan dari satu

tempat ke tempat lainnya, lebih dari satu kali di dalam sehari.


47

Pada kutipan keempat hinga ketujuh, digambarkan gaya hidup mobilitas

yang lebih intens daripada kutipan pertama hingga ketiga. Pada kutipan keempat,

digambarkan tokoh Dewi yang pergi ke kantor sebentar, lalu kemudian pergi lagi

ke tempat lain, Pada kutipan kelima, tokoh Reva dan Ariana akan melakukan

rapat di dua tempat yang berbeda dalam satu hari. Pertama, mereka akan rapat

pukul sembilan di kantor OmegaDome. Siangnya, mereka pergi ke kantor

Matapena di daerah Kemang untuk rapat lagi. Sebagai orang yang bekerja di

perusahaan, Dewi, Reva, dan Ariana, biasa melakukan mobilitas ke berbagai

tempat di dalam satu hari untuk urusan rapat dan memeriksa pekerjaan di kantor.

Terlebih dalam urusan rapat, karyawan kantoran, terlebih yang jabatannya tinggi,

rapat di berbagai tempat dalam satu hari adalah hal yang biasa dilakukan.

Hal tersebut ditunjukkan pada kutipan keenam dan ketujuh. Pada kutipan

keenam, terdapat gambaran aktivitas Salsa yang merupakan seorang pebisnis.

Pada pagi hari Salsa pergi ke Poncap (Pondok Cabe), siang hari ia rapat di Lebak

Bulus, sorenya Salsa pergi ke Kemang untuk bertemu Reva, kemudian pulang

sebentar ke Menara yang merupakan lokasi apartemennya, dan malam harinya

pergi ke hotel untuk makan malam. Salsa melakukan mobilitas sebanyak lima kali

hanya dalam satu hari. Sebagai seorang pebisnis, Salsa memiliki jam terbang yang

tinggi karena banyak urusan yang harus ditanganinya terkait pekerjaannya. Bisa

dikatakan bahwa sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bekerja dari satu

tempat ke tempat lainnya. Apartemen bagi Salsa hanya tempat untuk mandi,

berganti pakaian, dan istirahat di malam hari.


48

Pada kutipan ketujuh, digambarkan aktifitas Wisnu sebagai pemilik

perusahaan Helman Corp yang jadwalnya juga padat. Wisnu yang baru kembali

dari luar kota, langsung berangkat ke kantor Kemenlu untuk rapat. Setelah itu ia

masih ada rencana rapat dengan orang penting lainnya dan rapat proyek adaptasi

novel ke video game di kantor Matapena. Sebagai pemilik perusahaan besar,

Wisnu sering diundang orang-orang penting untuk urusan kerja sama. Hal itu

mengharuskan Wisnu pergi ke berbagai tempat untuk memenuhi agenda rapat.

Pada kutipan kedelapan, digambarkan tokoh Reva yang sedang berada di

Kota Medan dan akan pergi ke DKI Jakarta. Perpindahan antar provinsi tersebut

dilakukan hanya dalam hitungan jam. Hal tersebut menunjukkan bahwa mobilitas

bagi masyarakat urban tidak dibatasi oleh jarak, dikarenakan adanya fasilitas

transportasi yang serba cepat dan serba mudah. Reva cukup memesan tiket

pesawat, pergi ke bandara, kemudian menghabiskan waktu beberapa jam di

pesawat sebelum akhirnya tiba di tempat tujuan.

Gaya hidup mobilitas yang ditunjukkan pada kutipan pertama hingga

ketujuh, didukung oleh sarana transportasi darat berupa mobil pribadi. Tingginya

mobilitas sirkuler yang terjadi di wilayah perkotaan ditunjukkan dengan tingginya

penggunaan mobil pribadi di DKI Jakarta. Berdasarkan survei yang dilakukan

Frost & Sullivan, 62 persen warga DKI Jakarta bergantung pada mobil pribadi.

Tingkat kertergantungan mobilitas penduduk Jakarta terhadap mobil pribadi

bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di Asia-

Pasifik dan global (dikutip dari artikel kompas.com yang ditulis oleh Zulkifli BJ
49

pada 7 Februari 2014). Data yang ditemukan pada novel dan hasil survei tersebut

membuktikan bahwa intensitas mobilitas di wilayah perkotaan sangat tinggi.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa potret gaya hidup

mobilitas dalam novel metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto

intensitasnya tergolong tinggi dikarenakan seringnya terjadi perpindahan

(mobilitas) dari satu tempat ke tempat lainya dalam satu hari.

D. Potret Gaya Hidup Instan dalam Novel Metropop Say No to Me karya


Wiwien Wintarto

Gaya hidup instan mencirikan pola hidup masyarakat urban yang ingin

segala sesuai selesai dengan cepat dan mudah dengan mengandalkan beragam

fasilitas dan layanan jasa, seperti restoran cepat saji dan layanan pesan-antar

makanan. Wilayah perkotaan yang dipengaruhi oleh arus globalisasi dan teknologi

memungkinkan tersedianya fasilitas-fasilitas untuk menunjang gaya hidup instan

tersebut. Gaya hidup instan tersebut muncul karena pola hidup masyarakat urban

yang aktifitasnya padat, sehingga waktu digunakan seefektif dan seefisien

mungkin.

Data mengenai potret gaya hidup instan dalam novel metropop Say No to

Me karya Wiwien wintaro dapat dilihat pada kutipan berikut.

Namun karena terlahir dengan darah Jawa yang penuh ewuh


pakewuh alias merasa tidak nyaman dengan kebaikan yang terlalu
berlebih, ia lebih suka merogoh kocek sendiri untuk memesan nasi
bungkus dari luar melalui jasa Narti sang petugas OB yang
berbadan gede mirip Van Diesel. (hlm. 32)

Ia melepas kacamata dan menaruhnya di papan kunci laptop.


Hanya dengan sekali menjentikkan jari, pramusaji bertubuh mungil
bernama Sasti itu berlari cepat dengan tampang terteror. (hlm. 147)
50

“Memang kusuruh begitu sejak pertama kali mereparasi laptopku.


Kalau memang cuma perlu waktu sejam dua jam, sebaiknya
langsung diselesaikan di lokasi dan nggak perlu diangkut ke mana-
mana. Ongkosnya jadi sedikit lebih mahal sih, karena akibatnya dia
jadi nggak bisa ambil order lain lagi, tapi ya biar. Time is money.
Harus segera bisa dipakai lagi.” (hlm. 85)

“Nggak perlu scan KTP, ‘kan?”


Gadis itu tertawa. “Tidak perlu, Bu. Ibu dan Bapak selalu jadi tamu
kehormatan di sini. Tidak perlu menggunakan prosedural umum.”
(hlm. 337)

Pada kutipan pertama, tampak bahwa tokoh Ariana memesan makan

siangnya melalui petugas OB (Office Boy) atau pelayan di kantor bernama Darti.

Peristiwa pada kutipan tersebut berlatar tempat di kafe LookBook pada saat jam

makan siang di hari kerja. Jam kerja Ariana adalah dari pagi hingga sore hari.

Pada jam makan siang, ia memiliki waktu untuk istirahat dan makan. Diceritakan

bahwa Ariana suka membeli nasi bungkus yang dijual di luar kantor tempatnya

bekerja, tetapi Ariana tidak membeli makanan itu sendiri. Ariana meminta OB

(Office Boy) di kantornya yang bernama Narti untuk membelikan makan

siangnya. Perilaku Ariana tersebut merupakan potret gaya hidup instan,

dikarenakan Ariana mengandalkan layanan jasa untuk memesan makanan

ketimbang melakukannya sendiri. Dengan mengandalkan OB (Office Boy), Ariana

tinggal duduk di mejanya dan menunggu makanannya tiba tanpa repot-repot pergi

ke luar kantor.

Perilaku yang sama juga ditunjukkan oleh tokoh Dewi pada kutipan kedua.

Pada kutipan tersebut, digambarkan bahwa Dewi yang sedang bekerja di kafe,

memesan makanan melalui pramusaji bernama Hesti. Pada halaman tersebut,

diceritakan bahwa Dewi adalah pemilik kafe, dan ia sedang memeriksa keuangan
51

kafe miliknya. Saat sedang bekerja, Dewi merasa lapar. Ia menjentikkan jari untuk

memanggil pramusaji bernama Hesti, dengan maksud meminta diantarkan

makanan. Latar persitiwa terjadi pada siang menjelang sore hari, yang mana

merupakan jam kerja dan suasananya sibuk. Keadaan tersebut mengakibatkan

muncul perilaku yang menginginkan sesuatu terjadi secara instan, yaitu

mengandalkan pramusaji untuk mendapatkan makanan.

Dari dua kutipan yang telah dijelaskan, tampak bahwa masyarakat urban

juga lebih memilih memesan makanan dari luar atau di tempat kerja daripada

membawa makanan dari rumah. Jam kerja yang sudah dimulai sejak pagi

membuat masyarakat urban tidak punya waktu untuk memasak dulu. Memesan

makanan dianggap lebih praktis daripada membawa makanan dari rumah. Head

Strategic Partnership & Alliance PermataBank, Vivin Evalia, mengatakan bahwa

berdasarkan hasil riset Nielsen menunjukkan 11 persen masyarakat Indonesia

bersantap atau jajan di luar rumah paling tidak 1 kali dalam 1 hari (dikutip dari

artikel beritasatu.com yang ditulis oleh Indah Handayani pada 24 Mei 2017).

Pada kutipan ketiga, gaya hidup instan tergambar dari tokoh Reva yang

lebih memilih membayar layanan teknisi dengan harga mahal agar laptopnya bisa

segera diperbaiki, ketimbang membayar layanan teknisi dengan harga standar.

Secara tegas, Reva mengatakan bahwa “time is money” yang artinya waktu adalah

uang. Masyarakat urban pada umumnya memiliki prinsip tersebut. Reva, sebagai

seorang petinggi di perusahaan besar, memiliki tumpukan pekerjaan yang harus

diselesaikannya dalam waktu cepat. Ia tidak bisa menunggu proses perbaikan

yang lama apabila laptopnya rusak. Apabila Reva mengandalkan teknisi yang
52

menawarkan jasa dengan harga standar, ia harus menunggu proses perbaikan yang

berlangsung cukup lama. Reva lebih mengandalkan teknisi yang mampu bekerja

cepat dengan ongkos service mahal agar ia bisa segera melanjutkan pekerjaannya.

Tampak jelas bahwa faktor tuntutan pekerjaan mendorong masyarakat urban

untuk memilih layanan jasa yang instan.

Pada kutipan keempat, digambarkan bahwa Dewi tidak mengikuti aturan

prosedural untuk memesan sebuah kamar hotel. Pada halaman tersebut,

diceritakan bahwa Dewi sedang berada di hotel untuk berlibur. Ia merupakan

pelanggan hotel tersebut sehingga petugas hotel sudah mengenalnya dengan baik.

Dewi dibolehkan untuk tidak melakukan scan KTP (aturan prosedural) dan

langsung mendapatkan kamar yang ia pesan. Dewi menunjukkan perilaku yang

sama dengan tokoh Reva, yaitu menginginkan urusan selesai dalam waktu

singkat.

Gaya hidup instan tidak hanya berupa mengandalkan layanan jasa untuk

urusan kebutuhan sehari-hari. Proses kerja yang serba cepat dan pengambilan

keputusan secara tergesa-gesa juga merupakan gaya hidup instan. Masyarakat

urban terbiasa dengan urusan yang selesai dalam waktu singkat, terkhusus yang

bekerja di bidang perdagangan. Ada banyak target bisnis yang harus segera

tercapai, sehingga pekerjaan harus dilaksanakan secara cepat. Berikut adalah data

yang menunjukkan perilaku gaya hidup instan di dalam urusan pekerjaan.

“Bagus, pihak marcom nanti akan menghubungi untuk


memberikan surat-suratnya. Dan begitu disetujui, kami bisa
langsung transfer dana untuk pembelian rights novel guna
diadaptasi ke video game.” (hlm. 72)
53

Surat kontrak dan kuitansi pun langsung ditandatangani tadi di


ruang rapat kantor Matapena. Dananya akan langsung ditransfer ke
rekening Ari, selambat-lambatnya besok siang, dalam tiga tahap.
(hlm. 208—209)

Pada kutipan pertama, tokoh Reva sedang memberitahu Ariana mengenai

proses pencairan dana untuk pembelian hak cipta novel Ariana yang akan

diadaptasi oleh perusahaan OmegaDome menjadi video game. Reva memberitahu

Ariana bahwa dana tersebut akan langsung ditransfer pada Ariana apabila Ariana

menyetujui pembelian hak cipta. Kutipan pertama sejalan dengan kutipan kedua.

Pada kutipan kedua, diceritakan bahwa Ariana menyetujui pembelian hak cipta

novelnya oleh perusahaan OmegaDome yang dipimpin Reva. Sesuai dengan janji

Reva, surat kontrak persetujuan pembelian hak cipta ditandatangani bersamaan

dengan kuitansi pembayaran hak cipta. Setelah menandatangani kuitansi tersebut,

dana ditransfer paling lambat dalam kurun waktu satu hari.

Penjabaran tersebut menunjukkan perilaku instan berupa cepatnya proses

kerja masyarakat urban dalam urusan bisnis. Reva tidak mengulur-ulur waktu

untuk masalah pembayaran agar proyeknya bisa langsung dilaksanakan begitu

urusan pembelian hak cipta selesai. Ariana juga digambarkan sebagai tokoh yang

cepat dalam mengambil keputusan. Begitu surat-surat pembelian hak cipta

dihadapkan padanya, Ariana langsung menandatangani. Keuntungan besar yang

akan diperoleh kedua pihak, Reva mau pun Ariana, membuat keduanya bertindak

cepat dalam urusan bisnis tersebut.

Menurut Susanto (2001: 81), masyarakat urban yang terbiasa dengan

segala sesuatu serba cepat dan terjadi dalam sekejap, mengakibatkan timbulnya

keinginan agar karier mereka dapat terpenuhi secara instan pula. Selain dalam
54

urusan karier, hal tersebut juga dapat terjadi dalam urusan pernikahan. Data

mengenai perilaku tersebut tampak pada kutipan berikut.

“Tak perlu nunggu harus ada masa kerja minimal atau posisi
middle manager tertentu untuk melakukan itu. Meski Anda baru
saja menjadi warga kita, saya memutuskan untuk langsung
menyiksa Anda dengan tugas superberat. Yakin Anda akan
tersiksa, tapi jika lolos yang ini, Anda akan bisa melakukan apa
pun dan mendaki tangga karier setinggi mungkin.” (hlm. 117)

Jadi opsi terbaik dan terbijaksana hanyalah dengan memasuki jalan


bebas hambatan. Memang harus membayar, tapi tentu tidak
masalah, sepanjang situasi keterjepitan bisa selekas mungkin
diatasi. Dan hal serupa juga bisa terjadi di bidang lain. Dalam
urusan perjodohan, misalnya, kita kemudian memutuskan untuk
memasuki “ruas bebas hambatan”. Sudah terjepit, soalnya. Karena
dikejar-kejar umur, dikejar-kejar orangtua, dan terobsesi
kehangatan seksualitas legal. Itulah yang diputuskan untuk
dilakukan oleh orang-orang dekatnya—Reva dan Salsa itu. Reva
sudah dalam situasi dikejar umur. Sedang Salsa tergolong
perempuan cerdas namun kuno. Lalu ia terima saja rancangan
pencomblangan yang diiniasi sepupunya. Dan tentu, situasi
penyatuan mereka seperti mobil melaju kencang di jalan bebas
hambatan, benar-benar tanpa rintangan dan tantangan. (hlm. 194)

Pada kutipan pertama, gaya hidup instan ditunjukkan oleh tokoh dalam

urusan mencapai karir. Diceritakan bahwa Reva mengerjakan proyek adaptasi dari

novel ke video game. Reva adalah pimpinan di perusahaan tempat Arga bekerja.

Reva menawarkan proyek tersebut kepada Arga padahal Arga adalah karyawan

baru. Reva juga menjanjikan untuk mempermudah Arga naik jabatan apabila Arga

mampu menyelesaikan proyek sesuai target perusahaan. Arga tidak perlu

menunggu waktu lama untuk mendapatkan posisi tinggi di perusahaan Ia langsung

menerima tawaran Reva karena dengan menerima tawaran tersebut, ia berharap

bisa menaiki tangga karier secara instan.


55

Pada kutipan kedua, digambarkan mengenai hubungan Reva dan Salsa

yang terjadi secara instan. Pada halaman tersebut, diceritakan tokoh Dewi sedang

menempuh perjalanan di jalan tol (jalan bebas hambatan). Sambil memandangi

jalan tol, Dewi menceritakan bahwa ia memiliki teman—Salsa dan Reva—yang

memilih jalan bebas hambatan untuk sampai di pernikahan. Proses hubungan

Salsa dan Reva dari awal perkenalan hingga menikah diibaratkan Dewi seperti

menempuh jalan tol, tidak ada kendala dan berlangsung dalam waktu singkat.

Reva dan Salsa dikenalkan oleh sepupu mereka, pendekatan sebentar, lalu

memutuskan untuk menikah. Mereka memutuskan segera menikah karena merasa

sudah cukup tua, didesak oleh keluarga, dan menginginkan pasangan untuk

memenuhi kebutuhan seksualitas. Terbiasa dengan penyelesaian urusan dan

pemenuhan kebutuhan yang serba cepat akibat gaya hidup instan, membuat Reva

dan Salsa memilih cara yang mudah untuk mendapatkan pasangan hidup.

Dapat disimpulkan bahwa, potret gaya hidup instan di dalam novel

metropop Say No to Me berupa pemenuhan kehidupan sehari-hari dengan

mengandalkan layanan jasa, seperti membeli makanan melalui OB (Office Boy)

atau pelayan, mengandalkan petugas reparasi yang mampu bekerja cepat,

mengabaikan aturan prosedural, dan mengambil keputusan secara cepat dalam

urusan karir mau pun hubungan asmara.

E. Potret Gaya Hidup Virtual dalam Novel Metropop Say No to Me karya


Wiwien Wintarto

Alat teknologi komunikasi dan internet tidak terpisahkan dari kehidupan

masyarakat urban. Ketergantungan terhadap teknologi dan internet membentuk

gaya hidup virtual di kalangan masyarakat urban. Susanto (2001: 40) berpendapat
56

bahwa gaya hidup virtual memberi warna tersendiri dalam kehidupan individu

mau pun kelompok. Kecanggihan teknologi komunikasi tersebut memungkinkan

seseorang melakukan komunikasi jarak jauh dan akses informasi tanpa batas.

Beragam aktivitas pun dilakukan masyarakat urban dengan mengandalkan

kecanggihan teknologi. Contoh aktivitas yang mengandalkan kecanggihan

teknologi seperti mencari informasi, berkomunikasi, dan memperoleh hiburan..

Terdapat banyak data mengenai gaya hidup virtual dalam novel metropop

Say No to Me karya Wiwien Wintarto. Berikut adalah data yang menunjukkan

gaya hidup virtual berupa aktivitas mencari informasi.

“Cari aja di Google atau Goodreads! Kayaknya lagi lumayan


heboh di kalangan ABG.
Reva berpindah ke meja untuk menghidupkan laptop guna mencari
judul itu di internet. (hlm. 26)

“Hah? Love in Pocong? Tentang apa itu ceritanya?”


“Google aja!” Ari bangkit untuk membuang kotak makan ke
tempat sampah dan mengambil air minum dari dispenser. “Ada
sinopsisnya di Goodreads sama toko-toko buku online.”
Saat ia duduk kembali, Arga sedang tertawa-tawa dengan mata
terpancang ke ponselnya. (hlm. 36)

“Iih... udah lama aku pengin ketemu dia. Selama ini cuma bisa
follow Twitter sama fanpage-nya di Facebook.” (hlm. 54)

Tak aneh anak kekinian seperti Ren dengan cepat tahu hal-hal yang
diunggah orang-orang di medsos. Begitu tadi berfoto sama-sama di
rumah makan padang Salero Bagindo di Pondok Pinang, Arga
memang dengan seketika memajangnya di akun Instagram-nya,
yang dengan cepat disukai belasan kali hanya dalam hitungan
menit, termasuk anak itu dan mamanya. (hlm. 247)

Pada kutipan pertama, tampak bahwa tokoh Reva mencari informasi

mengenai novel Love in Pocong karya Ariana melalui search engine (mesin

pencarian) dengan mengandalkan koneksi internet. Hal yang sama juga dilakukan
57

oleh tokoh Arga pada kutipan kedua. Arga juga mencari sinopsis novel Love in

Pocong karya Ariana melalui search engine (mesin pencarian) dengan

mengandalkan koneksi internet. Sinopsis novel dapat dibaca di situs online

bernama Goodreads. Dengan adanya situs tersebut, Reva dan Arga tidak perlu

repot ke toko buku untuk mencari tahu sinopsis novel. Mereka memperoleh

sinopsis novel yang dicari hanya dalam hitungan detik di mana pun mereka

berada.

Pada kutipan ketiga, digambarkan tokoh Ren yang mengidolakan Ariana

mencari informasi mengenai idolanya tersebut di media sosial. Ren juga mencari

informasi mengenai aktifitas Arga di media sosial seperti tampak pada kutipan

keempat. Dengan begitu, Ren dapat mengetahui bagaimana kehidupan Ariana dan

apa saja yang dilakukan Arga melalui postingan-postingan yang mereka unggah di

media sosial. Pengarang menggambarkan Ren sebagai anak muda yang cepat

dalam memperoleh informasi di media sosial karena intensitas penggunaan media

sosialnya yang tinggi.

Selain untuk mencari informasi, media sosial juga digunakan untuk

berkomunikasi oleh masyarakat urban. Berikut adalah data mengenai gaya hidup

virtual berupa aktifitas berkomunikasi dengan media sosial.

Rafi bangkit da demham hati-hati menyodorkan flash drive seolah


itu mengandung radioaktif yang bila jatuh dapat mengancam
kelangsungan hidup umat manusia di planet ini.
Wisnu menerimanya, lalu meletakkannya dengan segera kembali
ke meja.
“Email-kan saja semuanya ke saya, juga Ibu! Nanti saya lihat lagi
begitu sampai di rumah.” (hlm. 19)

“Oke, sip, sip. Kita lanjutin di WA.”


58

Mereka berjabat tangan erat, lalu saling melambai saat Edward


melintas dan masih sempat melirik pada Sonia. (hlm. 16)

“Kuajak chat di WA aja jawabnya singkat-singkat. Bahkan yang


ini tadi sejak maghrib belum dijawab. Cuma di-read doang.”
(hlm. 56)

Pesannya belum ditandai dengan ikon “R” warna hijau, baru tanda
huruf “D” dalam lingkaran warna biru. Itu berarti Reva tak
membuka BBM dan juga WhatsApp sejak terakhir kali berkirim
pesan saat pria itu masih bersama Dewi. Pesan-pesan yang sebentar
tadi ia kirim lewat WhatsApp juga bersituasi sama, belum dibuka.
(hlm. 168)

Wisnu teronggok seperti benda mati sesudah meletakkan telepon di


kasur. Dan ia tengah akan menelpon Sonia untuk memerintahkan
pemesanan tiket ketika muncul satu pesan ke BBM-nya. (hlm. 335)

Pada kutipan pertama, media sosial yang digunakan tokoh dalam novel

adalah email. Diceritakan bahwa Wisnu sedang melakukan seleksi terhadap

karyawannya untuk mencari sepasang karyawan yang akan menjadi King and

Queen di pesta perayaan ulang tahun pernikahannya bersama Dewi dalam waktu

dekat. Ia meminta Rafi menyerahkan informasi mengenai data-data karyawan

yang sudah diseleksi. Rafi memberikan data dalam bentuk softcopy yang disimpan

di dalam flash drive, tetapi Wisnu meminta data tersebut dikirim saja melalui

email agar lebih praktis.

Pada kutipan kedua dan ketiga, tampak bahwa media sosial yang

digunakan oleh tokoh dalam novel adalah WA atau WhatsApp. Pada kutipan

kedua, diceritakan bahwa Wisnu dan Edward baru saja selesai rapat mengenai

kerja sama dalam hal bisnis. Edward yang sangat sibuk tidak bisa berlama-lama di

kantor Wisnu. Saat Edward akan pergi, Wisnu mengatakan pada Edward bahwa

pembicaraan mereka mengenai bisnis bisa dilanjutkan melalui WhatsApp.


59

Pada kutipan ketiga, diceritakan tokoh Arga sedang curhat dengan Dena

tentang pendekatan yang sedang ia lakukan dengan Ariana. Arga mencoba

mendekati Ariana dengan mengajaknya berkomunikasi melalui WhatsApp. Akan

tetapi, Ariana tidak terlalu antusias merespon obrolan Arga, bahkan

mengabaikannya. Arga pun merasa kecewa dengan sikap Ariana.

Pada kutipan keempat, media sosial yang digunakan oleh tokoh dalam

novel adalah BBM dan WhatsApp di saat bersamaan. Diceritakan bahwa Salsa

yang sedang berada di Pamulang, mencoba menghubungi Reva yang berada di

Jakarta. Adanya jarak yang memisahkan Salsa dan Reva, membuat Salsa

mengandalkan media sosial sebagai sarana komunikasi untuk menghubungi Reva.

Akan tetapi, Reva tidak kunjung merespon pesan yang dikirim oleh Salsa melalui

BBM dan WhatsApp.

Pada kutipan kelima, media sosial yang digunakan oleh tokoh dalam novel

adalah BBM. Diceritakan bahwa Wisnu sedang bersantai di rumahnya. Ia

berencana untuk melakukan perjalanan ke Semarang dan ingin memesan tiket

melalui Sonia. Saat hendak mengambil ponselnya untuk menghubungi Sonia,

Wisnu melihat pesan masuk di aplikasi BBM.

Media sosial adalah sarana komunikasi yang bisa diakses dengan

mengandalkan jaringan internet. Media sosial memungkinkan orang-orang untuk

saling bertukar informasi dan komunikasi tanpa terhalang jarak, waktu, dan

tempat. Terdapat beragam media sosial yang sering digunakan oleh masyarakat

urban, contohnya seperti email, WhatsApp, dan BBM. Kementerian Komunikasi

dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di


60

Indonesia tahun 2013 mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya

menggunakan internet untuk mengakses media sosial (dikutip dari artikel

kominfo.go.id yang ditulis oleh Rmg pada 7 November 2013).

Data lebih baru dipublikasikan oleh Nur Chandra Laksana pada 13 Maret

2018 di techno.okezone.com, bahwa pengguna internet di Indonesia yang

mengakses media sosial tahun 2018 sekitar 97,9 persen. Jika dibandingkan dengan

total penduduk Indonesia, sekitar 48 persen penduduk Indonesia menggunakan

media sosial. Mengenai jumlah waktu yang dihabiskan oleh masyarakat

Indonesia, rata-rata setiap harinya satu orang mengakses media sosial sekitar 3

jam 23 menit. Hal tersebut didukung oleh kecepatan rata-rata internet broadband

di Indonesia yang mencapai 13,78 Mbps.

Gaya hidup virtual selanjutnya berupa aktifitas untuk memperoleh hiburan

dengan mengandalkan jaringan internet. Data mengenai aktifitas tersebut dapat

dilihat pada kutipan berikut.

Ada beberapa pinball dengan tema bervariasi, layar besar tempat


bermain konsol Wii, tiga meja PC yang saling terkoneksi, dan dua
meja konsol PS yang juga terhubung ke dunia maya. (hlm. 114)

Tak heran di sini ia lebih suka nonton lewat streaming resmi dari
Netflix, Hulu, dan Amazon. Bisa juga menggunakan saluran TV
satelit berlangganan, saat Dewi ingin melanjutkan serial-serial
drama Korea favoritnya. (hlm. 98)

Pada kutipan pertama, diceritakan tokoh Reva yang sangat senang bermain

game online untuk menghibur diri. Dikarenakan hobinya tersebut, Reva

melengkapi ruang kerjanya dengan pinball, layar besar untuk bermain konsol Wii,

tiga meja PC (personal computer) yang saling terhubung, dan dua meja konsol PS

(play station) yang terhubung ke dunia maya dengan jaringan internet. Bermain
61

game online digemari karena banyaknya variasi permainan yang tersedia di dunia

maya dan diakses cukup dengan adanya jaringan internet. Reva tidak perlu lagi

membeli kaset video game. Ia bisa memilih permainan apa saja dari ruang

kerjanya dan dapat langsung memainkannya di depan monitor.

Pada kutipan kedua, diceritakan tokoh Dewi yang hobi menonton acara

televisi dan serial drama Korea. Ia mengandalkan jaringan internet dan saluran TV

satelit berlangganan dikarenakan tontonan yang dapat diakses lebih bervarasi.

Situs online yang biasa diakses Dewi adalah Netflix, Hulu, dan Amazon. Melalui

situs-situs tersebut, Dewi dapat memperoleh hiburan berupa acara-acara televisi

dari luar negeri. Saluran TV satelit berlangganan TV berlangganan juga

dimanfaatkan Dewi untuk menonton serial-serial drama Korea. Banyaknya ragam

cerita yang tersedia di serial-serial drama Korea membuat tontonan tersebut cukup

diminati untuk memperoleh hiburan.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa potret gaya hidup

virtual masyarakat urban dalam novel metropop Say No to Me karya Wiwien

Wintarto berupa mengandalkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

mencari informasi, berkomunikasi, dan memperoleh hiburan.

Masyarakat urban di wilayah perkotaan khususnya DKI Jakarta seperti di

dalam novel metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto banyak

menghabiskan waktunya untuk bekerja, sehingga rekreasi menjadi hal yang

penting untuk meredakan stres. Banyaknya tempat-tempat hiburan dan kafe di

wilayah perkotaan pun mendukung gaya hidup rekreasi tersebut. Masyarakat

urban juga lebih menyukai hal-hal yang instan untuk mempermudah kebutuhan
62

sehari-hari mereka. Memesan makanan cukup dilakukan dengan menyuruh

petugas OB (Office Boy) atau pelayan di restoran.

Masyarakat urban juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan

komunikasi. Masyarakat urban sangat mengandalkan media sosial untuk

berkomunikasi dengan orang lain dan mengandalkan beragam portal online untuk

memperoleh informasi secara cepat. Masyarakat urban yang kebanyakan berstatus

karyawan dan pelajar membuat mereka dituntut untuk cepat memperoleh

informasi dan berhubungan dengan banyak orang untuk kelancaran bisnis atau

pun kepentingan akademik. Oleh sebab itu, masyarakat urban sangat terbantu

dengan adanya alat teknologi informasi dan komunikasi seperti gawai dan laptop

yang tersambung dengan jaringan internet.

Masyarakat urban adalah masyarakat yang individualis dengan aktifitas

yang padat, sehingga tingkat stres masyarakat urban tergolong tinggi. Hal tersebut

mengakibatkan masyarakat urban butuh rekreasi untuk meredakan stres yang

dikarenakan tuntutan pekerjaan mau pun pendidikan. Selain berpengaruh pada

tingkat stres, kepadatan aktifitas juga mengakibatkan tingginya mobilitas

masyarakat urban dan timbul keinginan agar semua urusan selesai dengan cepat.

Masyarakat urban tidak menyukai proses yang lambat. Oleh sebab itu, masyarakat

urban menyukai cara yang instan dan bergantung dengan teknologi. Dapat

disimpulkan bahwa masyarakat urban lebih mengutamakan kuantitas daripada

kualitas.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dalam novel metropop Say No to Me karya

Wiwien Wintarto, ditemukan 43 data terkait dengan potret masyarakat urban yang

terdapat dalam novel. Dapat disimpulkan bahwa potret masyarakat urban adalah

sebagai berikut.

1. Potret individualis adalah perilaku masyarakat urban yang enggan memberi

informasi bersifat pribadi pada orang lain, membatasi obrolan di luar urusan

pekerjaan, dan tidak bergantung pada orang lain mau pun keluarga.

2. Potret gaya hidup rekreasi berupa makan di restoran mewah, bersantai di

kafe, berlibur di tempat wisata, dan menginap di hotel. Aktivitas tersebut

dilakukan masyarakat urban dengan tujuan untuk menunjukkan gengsi,

meredakan stres, atau membicarakan bisnis dengan rekan kerja.

3. Potret gaya hidup mobilitas pada masyarakat urban intensitasnya tergolong

tinggi dikarenakan seringnya terjadi perpindahan (mobilitas) dari satu tempat

ke tempat lainya dalam satu hari.

4. Potret gaya hidup instan berupa pemenuhan kehidupan sehari-hari dengan

mengandalkan layanan jasa, seperti membeli makanan melalui pelayan,

mengandalkan petugas reparasi yang mampu bekerja cepat,

63
64

mengabaikan aturan prosedural, dan mengambil keputusan secara cepat

dalam urusan karir mau pun hubungan asmara.

5. Potret gaya hidup virtual berupa mengandalkan teknologi informasi dan

komunikasi untuk mencari informasi, berkomunikasi, dan memperoleh

hiburan.

B. Saran

Sehubungan dengan penelitian potret masyarakat urban dalam novel

metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto, peneliti mengemukakan saran

sebagai berikut.

1. Diharapkan agar tersedianya fasilitas WiFi (teknologi yang

menghubungkan perangkat komputer atau gawai dengan jaringan internet)

di kantor, sekolah, dan universitas, dikarenakan masyarakat urban sangat

bergantung terhadap teknologi.

2. Diharapkan agar masalah macet di jalan raya dapat diminimalisir sehingga

tingkat stres masyarakat urban menjadi berkurang.

3. Tingginya minat masyarakat urban untuk berwisata yang sejalan dengan

gaya hidup rekreasi hendaknya menjadi peluang bagi masyarakat

mengembangkan usaha tempat-tempat rekreasi. Tempat rekreasi yang

sudah ada hendaknya juga dikelola dengan lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

1. Sumber Cetak

Ahmadi, Abu. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: Yayasan Citra Budaya
Indonesia

Bintarto, R.. 1989. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia


Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:


PT Gramedia Pustaka Utama.

Jayawardana, Mahawitra. 2018. “Kehidupan Remaja Perkotaan dalam Novel


Teenlit The Unfunniest Comedy Karya Wiwien Wintarto”. (skripsi).
Padang: Universitas Negeri Padang.

Moleong, Lexy J.. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosadakarya.

Muhardi dan Hasanuddin WS. 2006. Prosedur Analisis Fiksi: Kajian


Strukturalisme. Padang: Yayasan Citra Budaya Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: CV Angkasa.

Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Keluarga. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Susanto, A. B.. 2001. Potret-potret Gaya Hidup Metropolis. Jakarta: Penerbit


Buku Kompas.

Teeuw, A.. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: PT Girimukti Pasaka.

Wanda, Winia. 2018. “Potret Masyarakat Urban dalam Novel Metropop Critical
Eleven Karya Ika Natassa”. (skripsi). Padang: Universitas Negeri Padang.

Wintarto, Wiwien. 2017. Say No to Me. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Yolanda, Novi. 2018. “Profil Remaja Perkotaan dalam Novel Teenlite Love in B
Minor Karya Anindita”. (skripsi). Padang: Universitas Negeri Padang.

65
2. Sumber Internet

Ariwibowo, G. A. (2016). Budaya Makan di Luar Rumah di Perkotaan Jawa pada


Periode Akhir Kolonial. Kapata Arkeologi,12(2), 199-212..

Brainly.co.id. 2014. Pengertian Intensitas Mobilitas Tinggi.


https://brainly.co.id/tugas/1455514 (diakses tanggal 21 Desember 2018)

Detik.com. 2016. Kenapa Liburan Bisa Jadi Onat Stres.


https://travel.detik.com/destination/d-2078162/kenapa-liburan-bisa-
jadi-obat-stres (diakses tanggal 22 Desember 2018)

Idwriters.com. 2017. Wiwien Wintarto.


http://idwriters.com/writers/wiwien-wintarto/ (diakses tanggal 31 Maret
2018).

Katadata.co.id. 2016. 20 Profesi Warga Jakarta, Apa yang Dominan.


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/09/08/26-persen-
warga-jakarta-bekerja-sebagai-karyawan (diakses tanggal 23 Desember
2018)

Kominfo.go.id. 2013. Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang.


https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pe
ngguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker
(diakses tanggal 23 Desember 2018)

Kompas.com. 2014. Mobilitas Penduduk Jakarta Sangat Bergantung pada Mobil


Pribadi.
https://otomotif.kompas.com/read/2014/02/07/1839185/Mobilitas.Pend
uduk.Jakarta.Sangat.Bergantung.pada.Mobil.Pribadi (diakses tanggal 23
Desember 2018)

Liputan6.com. 2013. Traveling Jadi Prioritas Kedua Masyarakat Indonesia.


https://www.liputan6.com/bisnis/read/687691/traveling-jadi-prioritas-
kedua-masyarakat-indonesia (diakses tanggal 22 Desember 2018)

Medium.com. 2017. Interaksi Sosial di Masyarakat Perkotaan.


https://medium.com/@frisca.novita17/interaksi-sosial-di-masyarakat-
perkotaan-183ebd8a421b (diakses tanggal 21 Desember 2018)

Metrotvnews.com. 2017. Jakarta Dinobatkan Salah Satu Kota dengan Tingkat


Stres Tinggi Psikolog: Itu Lumrah.
http://news.metrotvnews.com/read/2017/11/07/784496/jakarta-
dinobatkan-salah-satu-kota-dengan-tingkat-stres-tinggi-psikolog-itu-
lumrah (diakses tanggal 22 Desember 2018)

66
Okezone.com. 2018. Ini Jumlah Total Pengguna Media Sosial di Indonesia.
https://techno.okezone.com/read/2018/03/13/207/1872093/ini-jumlah-
total-pengguna-media-sosial-di-indonesia (diakses tanggal 23
Desember 2018)

Sadeva, R. R., & Soeroso, A. (2016). Migrasi Pemuda Dan Dukungan Orangtua
Ke Kota Jakarta (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

67
Lampiran I

SINOPSIS NOVEL METROPOP

SAY NO TO ME KARYA WIWIEN WINTARTO

Pada novel metropop Say No to Me karya Wiwien Wintarto, dikisahkan

tokoh Arga dan Ari yang diterima bekerja di perusahaan Helman Corp. Semenjak

bekerja di sana, kehidupan mereka berdua pun berubah. Arga dan Ari terlibat

dalam permainan yang diatur oleh Wisnu—direktur Helman Corp—dan Dewi.

Wisnu dan Dewi mencomblangi kedua karyawan baru tersebut untuk

menjadi King and Queen of the Party di acara wedding anniversary mereka yang

kesembilan. Rencana tersebut dirancang sedemikian rupa hingga mereka membuat

proyek adaptasi novel karya Ari menjadi aplikasi game yang diurus oleh Arga.

Rencana tersebut tidak berjalan mulus, karena proyek tersebut justru membuat Ari

jatuh cinta pada atasan Arga, seorang pria beristri bernama Reva. Di sisi lain,

Arga sendiri juga menjalin hubungan rahasia dengan Dena, kakak sepupunya.

Hubungan gelap Ari dan Reva, serta Arga dan Dena, akhirnya terbongkar

ketika mereka secara tidak sengaja bertemu Dewi di Semarang saat sedang

menikmati liburan akhir pekan. Dewi yang terkejut segera menghubungi Wisnu.

Mereka berenam pun berkumpul, lalu dua pasang kekasih tersebut memutuskan

untuk mengakhiri hubungan mereka. Setelah berpisah dari pasangan masing-

masing, Arga dan Ari akhirnya saling menjalin hubungan sesuai yang diharapkan

Dewi dan Wisnu.

68
Lampiran II
Tabel I
Identifikasi Tokoh dalam Novel Metropop Say No to Me Karya Wiwien Wintarto

Indikator Tokoh
No Nama Tokoh
a b c
1. Ariana
√ √ √
2. Arga
√ √ √
3. Reva
√ √ √
4. Dena
√ √ √
5. Wisnu
√ √ √
6. Dewi
√ √ √
7. Salsa
- √ √
8. Ren
√ - √
9. Rafi
- - -
10. Sonia
- - -
11. Dei
- - -
12. Kyra
- - -

69
13. Alya
- - -
14. Salma
- - -
15. Royce
- - -
16. Narti
- - -
17. Sinta
- - -
18. Esty
- - -
19. Dimas
- - -
20. Nana
- - -
21. Randy
- - -
22. Tanto
- - -
23. Sasti
- - -
24. Shannon
- - -
25. Marni
- - -
26. Maya
- - -
Keterangan : a. Menyita sebagian besar waktu penceritaan
b. Terlibat dengan hampir seluruh tokoh cerita
c. Mendominasi dan menjadi pusat masalah atau cerita

70
Tabel II
Identifikasi dan Klasifikasi Data Potret Masyarakat Urban
dalam Novel Metropop Say No to Me Karya Wiwien Wintarto

Potret Masyarakat
Latar
Urban
No. Tokoh Tuturan/Tindakan Tokoh Sebab Akibat
a b c a b c d e
“Oke, sip, sip. Kita lanjutin
1. Wisnu
1
. di WA.”
Wisnu dan Edward
Royce akan bekerja
Wisnu dan Edward Kota Jakarta.
Royce melakukan
Jam
kerja
Suasana
pada jam

Mereka berjabat tangan erat, sama dalam sebuah komunikasi melalui dari kerja yang
lalu saling melambai saat proyek, sehingga aplikasi chatting pagi sibuk.
Edward melintas dan masih mereka harus WhatsApp (WA). hingga
sempat melirik pada Sonia berkomunikasi. Akan sore.
(hlm. 16) tetapi, karena
keduanya memiliki
banyak kesibukan
lain, sehingga tidak
bisa melanjutkan
komunikasi tatap
muka.

2. Wisnu
2
.
Rafi bangkit da demham
hati-hati menyodorkan flash
Rafi hendak Wisnu menyuruh Rafi Kota Jakarta.
memberikan laporan mengirimkan data
Jam
kerja
Suasana
pada jam

drive seolah itu mengenai data tersebut melalui email. dari kerja yang
mengandung radioaktif yang karyawan pada Wisnu pagi sibuk.
bila jatuh dapat mengancam melalui flash drive, hingga
kelangsungan hidup umat namun Wisnu sangat sore.
manusia di planet ini. sibuk di kantor dan
Wisnu menerimanya, lalu ingin membaca
meletakkannya dengan laporan tersebut di
segera kembali ke meja. rumah.

71
“Email-kan saja semuanya
ke saya, juga Ibu! Nanti
saya lihat lagi begitu sampai
di rumah.” (hlm. 19).

“Masih, baru akan check out


3. Reva
3
. lalu langsung ke bandara.
Reva sedang berlibur Reva buru-buru Kota Medan.
di Medan, namun ia berangkat ke Jakarta
Jam
kerja
Suasana
pada jam

Gila! Medan rame banget ada jadwal pertemuan dari Medan. dari kerja yang
pagi ini. Ada karnaval dengan Wisnu di pagi sibuk.
budaya mau lewat di depan Jakarta. hingga
situ jam 10 ntar. Harus sore.
cepat-cepat kabur sebelum
jalanan ditutup.” (hlm. 25).

“Biasa, hang out, makan-


4. Wisnu
4
. makan. Kalian dari bandara
Wisnu ingin Wisnu mengajak Reva Kota Jakarta.
membahas hal yang makan-makan di
Jam
kerja
Suasana
pada jam

langsung ke Citos, ya. Kami berkaitan dengan Citos. dari kerja yang
tunggu di depan Imperial pekerjaan, namun pagi sibuk.
Chicken.” dengan suasana yang hingga
“Kalian sama anak-anak?” santai. sore.
“Nggak. Salma dan Alya
kan masih di rumah nenek
mereka di Semarang. Kita
berempat aja, seperti dulu-
dulu. Lagian ada urusan
bisnis yang mau
kuomongin.” (hlm. 25).
“Cari aja di Google atau
5. Reva
5
. Goodreads! Kayaknya lagi
Wisnu memberitahu
Reva mengenai salah
Reva mencari Kota Medan.
informasi mengenai
Jam
kerja
Suasana
pada jam

lumayan heboh di kalangan satu karyawan yang karyawan tersebut di dari kerja yang
ABG. merupakan seorang internet. pagi sibuk.
Reva berpindah ke meja pengarang. Reva hingga

72
untuk menghidupkan laptop merasa penasaran dan sore.
guna mencari judul itu di meminta Wisnu
internet. (hlm. 26) menjelaskan, namun
Wisnu malas bercerita
panjang lebar.

6. Ariana
7
.
Ia bebas nongkrong
melewatkan jam makan
Ariana
karyawan
merupakan Ariana diberi fasilitas Kota Jakarta.
yang makan dan bersantai
Jam
makan
Suasana
pada jam

siang di salah satu meja dianggap berprestasi di kafe LookBook. siang di makan
kosong, melanjutkan novel oleh Dewi karena ia antara siang yang
horor yang sudah sampai telah menerbitkan jam durasi
bab 3, sesekali menjawab novel Love in Pocong. kerja. waktunya
pertanyaan atau keluhan terbatas.
pelanggan di laman
customer care LookBook,
dan bahkan boleh makan
gratis dengan menu kafe
sesukanya (hlm. 32).

7. Ariana
8
.
Namun karena terlahir
dengan darah Jawa yang
Ariana tidak merasa
segan makan gratis di
Ariana
makanan
memesan Kota Jakarta.
di luar
Jam
makan
Suasana
pada jam

penuh ewuh pakewuh alias kafe LookBook dan melalui jasa OB siang di makan
merasa tidak nyaman tidak punya waktu bernama Narti. antara siang yang
dengan kebaikan yang untuk membeli jam durasi
terlalu berlebih, ia lebih makanan ke luar kerja. waktunya
suka merogoh kocek sendiri karena ia sedang terbatas.
untuk memesan nasi mengetik.
bungkus dari luar melalui
jasa Narti sang petugas OB
yang berbadan gede mirip
Van Diesel (hlm. 32).

73
8. Arga
9
.
Saat Arga sibuk membuka-
buka menu dan akhirnya
Arga merasa letih Arga beristirahat dan Kota Jakarta.
karena baru makan siang di kafe
Jam
makan
Suasana
pada jam

memesan jus jambu serta menempuh jalanan LookBook. siang di makan
lasagna... (hlm. 35). yang macet dari antara siang yang
kantor OmegaDome jam durasi
ke LookBook. kerja. waktunya
terbatas.
“Aku belum tahu nama
9. Ariana
1
0 lengkapmu.”
Arga menanyakan Ariana ingin menolak Kota Jakarta.
nama lengkap Ariana, untuk menjawab
Jam Suasana
makan pada jam

. Ia sudah nyaris tetapi Ariana merasa pertanyaan Arga. siang di makan
meluncurkan sebutan hal itu tidak penting. antara siang yang
pertanyaan berupa “Penting, jam durasi
ya?” (hlm. 35) kerja. waktunya
terbatas.

“Hah? Love in Pocong?


10. Arga
1
1 Tentang apa itu ceritanya?”
Ariana
menceritakan
malas Arga
penasaran
merasa Kota Jakarta.
dan
Jam
makan
Suasana
pada jam

. “Google aja!” Ari bangkit mengenai sinopsis membaca sinopsis siang di makan
untuk membuang kotak bukunya kepada Arga. novel Love in Pocong antara siang yang
makan ke tempat sampah di internet. jam durasi
dan mengambil air minum kerja. waktunya
dari dispenser. “Ada terbatas.
sinopsisnya di Goodreads
sama toko-toko buku
online.”
Saat ia duduk kembali, Arga
sedang tertawa-tawa dengan
mata terpancang ke
ponselnya (hlm. 36).

74
“...boleh minta nomor HP?”
11. Ariana
1
3 Ari sejenak terpaku.
Arga meminta nomor
ponsel Ariana agar ia
Ariana merasa tidak Kota Jakarta.
senang dan ingin
Jam
kerja
Suasana
pada jam

. Sesungguhnya malas, tapi bisa lebih dekat menolak permintaan dari kerja yang
masa ia terus terang bahwa dengan Ariana. Arga. pagi sibuk.
ia tidak mau berbagi nomor hingga
ponselnya pada Arga? (hlm. sore.
40).

“Iih... udah lama aku pengin


12. Ren
1
9 ketemu dia. Selama ini
Ren
penggemar
adalah Ren
Ariana, kehidupan
mengamati Kota Jakarta.
Ariana
Jam
pulang
Suasana
pada jam

. cuma bisa follow Twitter akan tetapi belum melalui media sosial kerja di pulang
sama fanpage-nya di mengenalnya secara Facebook dan Twitter. malam kerja yang
Facebook” (hlm 54). langsung. hari. santai.

“...habis ini ditunggu di Ren disibukkan oleh Ren hanya pulang Kota Jakarta.
13. Ren
2
0 rumah Dania, garap tugas tugas kuliah dan sebentar di rumah,
Jam
pulang
Suasana
pada jam

. lagi. Mungkin sampai pagi, jadwal kuliahnya. lalu pergi ke rumah kerja di pulang
jadi aku nginap di sana. teman, dan setelah itu malam kerja yang
Berangkat kuliah juga dari pergi ke kampus. hari. santai.
sana” (hlm. 54).

“Kuajak chat di WA aja


14. Arga
2
2 jawabnya singkat-singkat.
Arga ingin berteman
lebih dekat dengan
Arga
aplikasi
menggunakan Kota Jakarta.
chatting
Jam
pulang
Suasana
pada jam

. Bahkan yang ini tadi sejak Ariana dan WhatsApp (WA) kerja di pulang
maghrib belum dijawab. berkomunikasi untuk berkomunikasi malam kerja yang
Cuma di-read doang” dengannya di luar dengan Ariana. hari. santai.
(hlm. 56). urusan kantor.

“Pinjem anak-anak di sini!”


15. Ariana
2
3 “Nggak enak. Belum kenal.
Esty
Ariana
menyarankan
meminjam
Ariana tidak bisa Kota Jakarta.
meminta bantuan pada
Jam
pulang
Suasana
pada jam

. Orang yang indekos sini uang pada teman lain teman indekos yang kerja di pulang
yang aku kenal baik ‘kan di indekos, tetapi lain. malam kerja yang

75
cuma kamu” (hlm. 61). Ariana tidak mengenal hari. santai.
mereka.

“Bagus, pihak marcom nanti


16. Reva
2
8 akan menghubungi untuk
Reva ingin proyek Reva menyegerakan Kota Jakarta.
adaptasi novel ke transfer dana pada
Jam
kerja
Suasana
pada jam

. memberikan surat-suratnya. video game segera Ariana. dari kerja yang
Dan begitu disetujui, kami dilaksanakan. pagi sibuk.
bisa langsung transfer dana hingga
untuk pembelian rights sore.
novel guna diadaptasi ke
video game” (hlm. 72).

“Udah mau balik sekarang?


17. Ren
3
5 Ini belum jam 5.”
Ren adalah mahasiswa
yang sibuk
Ren hanya singgah Kafe
sebentar di kafe dan LookBook di
Jam
pulang
Suasana
pada jam

. “Nggak balik,” sahut Ren, mengerjakan tugas bergegas ke rumah Kota Jakarta. kerja di pulang
mengecek hasil foto-foto kuliah. temannya. sore kerja yang
bersama Ari di ponselnya— hari. santai.
yang dalam hitungan menit
pasti akan beredar luas
lewat Instagram.
“Loh, lantas ke mana?”
“Kan aku ada kerja
kelompok di rumah Linda.
Dan seperti biasa, sampai
pagi” (hlm. 80).

“Jalan, yuk! Nyari makan


18. Arga
3
7 enak sambil ngobrol. Habis
Jalan-jalan adalah cara Arga mengajak Ariana Kafe
seseorang untuk lebih jalan-jalan. LookBook di
Jam
pulang
Suasana
pada jam

. jam kerja kamu selesai tentu dekat dengan orang Kota Jakarta. kerja di pulang
saja” (hlm. 82). yang baru dikenalnya. sore kerja yang
Arga ingin lebih dekat hari. santai.
dengan Ariana.

76
“Memang kusuruh begitu
19. Reva
3
8 sejak pertama kali
Reva adalah seorang
pebisnis yang sangat
Reva menggunakan Kota Jakarta.
jasa service laptop
Jam
kerja
Suasana
pada jam

. mereparasi laptopku. Kalau sibuk. Baginya waktu yang bisa selesai dari kerja yang
memang cuma perlu waktu adalah uang. Ia dengan cepat pagi sibuk.
sejam dua jam, sebaiknya memiliki pekerjaan walaupun harus hingga
langsung diselesaikan di yang harus segera membayar mahal. sore.
lokasi dan nggak perlu diselesaikan tanpa ada
diangkut ke mana-mana. hambatan.
Ongkosnya jadi sedikit lebih
mahal sih, karena akibatnya
dia jadi nggak bisa ambil
order lain lagi, tapi ya biar.
Time is money. Harus segera
bisa dipakai lagi” (hlm. 85)

“Jam 3 Bu Dewi datang, Dewi adalah seorang


20. Dewi
3
9 ngecek stok, ngobrol dikit pebisnis yang sangat
Dewi hanya singgah Kota Jakarta.
sebentar ke
Jam
kerja
Suasana
pada jam

. sama aku, lalu sign off lagi” sibuk. LookBook, kemudian dari kerja yang
(hlm. 87) sudah pergi lagi ke pagi sibuk.
tempat lain. hingga
sore.

21. Dewi
4
0
Tak heran di sini ia lebih
suka nonton lewat
Dewi adalah pebisnis
yang disibukkan oleh
Dewi menggunakan Kota Jakarta.
fasilitas internet untuk
Jam
pulang
Suasana
pada jam

. streaming resmi dari Netflix, banyak pekerjaan, mengakses berbagai kerja di pulang
Hulu, dan Amazon. Bisa sehingga ia butuh macam film. malam kerja yang
juga menggunakan saluran bersantai dengan hari. santai.
TV satelit berlangganan, menonton. Adanya
saat Dewi ingin melanjutkan fasilitas internet
serial-serial drama Korea memudahkan Dewi
favoritnya (hlm. 98). mengakses film-film
favoritnya dengan

77
mudah, di sela
kesibukannya, tanpa
harus ke bioskop.

22. Reva
4
2
Ada beberapa pinball
dengan tema bervariasi,
Fasilitas internet dapat
memudahkan
Reva menggunakan Kota Jakarta.
fasilitas internet untuk
Jam
kerja
Suasana
pada jam

. layar besar tempat bermain seseorang mengakses bermain game di dari kerja yang
konsil Wii, tiga meja PC apa saja, termasuk kantornya. pagi sibuk.
yang saling terkoneksi, dan game. Reva suka hingga
dua meja konsol PS yang menyempatkan diri sore.
juga terhubung ke dunia bermain game sebagai
maya (hlm. 114) hiburan di sela-sela
kesibukannya.

“Tak perlu nunggu harus


23. Reva
4
3 ada masa kerja minimal atau
Reva adalah bos di
OmegaDome dan
Reva memberikan Kota Jakarta.
proyek yang besar
Jam
kerja
Suasana
pada jam

. posisi middle manager memiliki kekuasaan pada Arga dan dari kerja yang
tertentu untuk melakukan untuk mengatur menjanjikannya pagi sibuk.
itu. Meski Anda baru saja jabatan dan pekerjaan jabatan tinggi dalam hingga
menjadi warga kita, saya karyawannya. Reva waktu singkat apabila sore.
memutuskan untuk langsung tidak menyukai Arga memiliki kinerja
menyiksa Anda dengan prosedur yang yang bagus.
tugas superberat. Yakin berbelit-belit dalam
Anda akan tersiksa, tapi jika menaikkan posisi
lolos yang ini, Anda akan karyawan.
bisa melakukan apa pun dan
mendaki tangga karier
setinggi mungkin,”
(hlm. 117)

78
“Kalau gitu
24. Reva
4
5
meeting
pertama tim novel Pocong
Reva adalah pimpinan
OmegaDome,
Reva
jadwal
menghadiri Kota Jakarta.
rapat di
Jam
kerja
Suasana
pada jam

. kita jadwalkan besok pagi sehingga ia biasa pergi beberapa tempat dari kerja yang
saja, pukul 9. Saya akan rapat di berbagai dalam satu hari. pagi sibuk.
langsung pimpin. Habis itu tepat. hingga
siangnya kita ada meeting sore.
dengan pengarang dan
penerbit di kantor Matapena
di Kemang” (hlm. 118).

“Nanti saya akan kasih


25. Reva
4
6 Anda nomor HP pribadi
Reva menjaga privasi
dan tidak menyebar
Reva
memberikan
hanya Kota Jakarta.
nomor
Jam
kerja
Suasana
pada jam

. saya, yang cuma saya pakai nomor ponselnya ke ponselnya pada orang- dari kerja yang
dengan sodara dan orang- sembarangan orang. orang yang dekat pagi sibuk.
orang terdekat, termasuk dengannya. hingga
Pak Wisnu Megantoro” sore.
(hlm. 121).

26. Dewi
4
8
Ia melepas kacamata dan
menaruhnya di papan kunci
Dewi sedang sibuk Dewi menyuruh Sasti Kota Jakarta.
bekerja dan tiba-tiba memesankan makanan
Jam
kerja
Suasana
pada jam

. laptop. Hanya dengan sekali merasa lapar. Ia bisa untuknya. dari kerja yang
menjentikkan jari, pramusaji mengandalkan jasa pagi sibuk.
bertubuh mungil bernama OB bernama Sasti hingga
Sasti itu berlari cepat untuk memesan sore.
dengan tampang terteror makanan.
(hlm. 147).

27. Salsa
4
9
Pesannya belum ditandai
dengan ikon “R” warna
Media sosial adalah
sarana komunikasi
Sasla menghubungi Kecamatan
Reva melalui media Pamulang.
Malam
hari.
Suasana
pada

. hijau, baru tanda huruf “D” jarak jauh yang biasa sosial BBM dan malam
dalam lingkaran warna biru. digunakan masyarakat WhatsApp. hari yang

79
Itu berarti Reva tak urban. Salsa sedang santai.
membuka BBM dan juga dalam keadaan panik
WhatsApp sejak terakhir di Pamulang dan ingin
kali berkirim pesan saat pria menghubungi Reva
itu masih bersama Dewi. yang berada di
Pesan-pesan yang sebentar Jakarta.
tadi ia kirim lewat
WhatsApp juga bersituasi
sama, belum dibuka (hlm.
168).

28. Reva
5
dan
0
Jadi opsi terbaik dan
terbijaksana hanyalah
Reva dan Salsa adalah
dua orang dewasa
Reva
menerima
dan Salsa Kota Jakarta
rencana
Tahun
2017.
Proses
pernika-

Salsa
. dengan memasuki jalan yang ingin segera pencomblangan yang han yang
bebas hambatan. Memang menikah tanpa melalui dilakukan oleh Dei— berlan-
harus membayar, tapi tentu proses perkenalan sepupu Salsa—dan gsung
tidak masalah, sepanjang yang lama dengan memutuskan segera cepat.
situasi keterjepitan bisa calonnya, karena menikah.
selekas mungkin diatasi. mereka sama-sama
Dan hal serupa juga bisa sudah didesak untuk
terjadi di bidang lain. Dalam menikah oleh
urusan perjodohan, keluarga.
misalnya, kita kemudian
memutuskan untuk
memasuki “ruas bebas
hambatan”. Sudah terjepit,
soalnya. Karena dikejar-
kejar umur, dikejar-kejar
orangtua, dan terobsesi
kehangatan seksualitas
legal. Itulah yang
diputuskan untuk dilakukan

80
oleh orang-orang
dekatnya—Reva dan Salsa
itu. Reva sudah dalam
situasi dikejar umur. Sedang
Salsa tergolong perempuan
cerdas namun kuno. Lalu ia
terima saja rancangan
pencomblangan yang
diiniasi sepupunya.
Dan tentu, situasi penyatuan
mereka seperti mobil melaju
kencang di jalan bebas
hambatan, benar-benar
tanpa rintangan dan
tantangan (hlm. 194).

“Masih di rumah, baru siap-


29. Salsa
5
1 siap ke rumah temen di
Walaupun
bekerja,
tidak
Salsa
Salsa memiliki banyak Kota Jakarta.
aktifitas dan
Jam
kerja di
Suasana
pada jam

. Modern-hill, Poncab. Ntar memiliki banyak berpindah-pindah dari pagi kerja yang
sore kita kumpul di mana aktifitas karena satu tempat ke tempat hari. sibuk.
jam berapa? Langsung kehidupan di kota lainnya dalam satu
ketemuan aja di hotel?” yang menuntutnya hari.
“Jadwalmu sendiri ngapain untuk berurusan
aja seharian ini?” dengan banyak orang.
“Pagi sampai siang aku di
Poncab. Trus meeting
panitia reuni sambil makan
siang di Lebak Bulus
sampai jam 3-an. Habis itu
janjian ketemu Mas Reva
di dekat kantor penerbit

81
Matapena di Kemang.
Paling balik dulu ke Menara
untuk mandi dan siap-siap,
baru habis maghrib
meluncur ke hotel”
(hlm. 196)

“Dari bandara langsung ke


30. Wisnu
5
2 kantor Kemenlu, ada
Wisnu
pengusaha
adalah
yang
Wisnu pergi ke luar Kota Jakarta.
kota untuk urusan
Jam
kerja di
Suasana
pada jam

. audiensi Menlu sama terkenal dan memiliki bisnis, kemudian pagi kerja yang
beberapa pengusaha, soal banyak rekan bisnis. tergesa-gesa dari hari. sibuk.
rencana Indonesia Trade bandara ke kantor
Fair di Jerman bulan Kemenlu untuk urusan
Oktober nanti. Acara bisnis juga, dan masih
resminya sih cuma sampai memiliki agenda rapat
jam 1, tapi nggak tahu habis lainnya yang harus di
itu ada orang penting mana hadiri di tempat-
yang akan ajak meeting lain tempat yang berbeda.
lagi. Makanya belum pasti
juga ikut datang pas rapat di
Matapena nanti”
(hlm. 197).

31. Ariana
5
3
Surat kontrak dan kuitansi
pun langsung ditandatangani
Perusahaan Helman
Corp bekerja sama
Ariana langsung Kota Jakarta.
menandatangani
Jam
kerja di
Suasana
pada jam

. tadi di ruang rapat kantor dengan Ariana untuk proyek adaptasi dan pagi kerja yang
Matapena. Dananya akan proyek adaptasi game segera memperoleh hari. sibuk.
langsung ditransfer ke dan film dari novel pembayaran hak cipta.
rekening Ari, selambat- karangannya. Sistem
lambatnya besok siang, perusahaan adalah
dalam tiga tahap bekerja secara cepat
(hlm. 208—209). dan mengambil

82
keputusan dengan
segera.

32. Wisnu,
5
Dewi,
4
Empat
Indonesia
Warga Negara
berpakaian
Restoran di hotel biasa
digunakan sebagai
Wisnu, Dewi, Reva, Hotel Tower
dan Salsa berkumpul di Kota
Jam
pulang
Suasana
pada jam

Reva,
. parlente terlihat menunggu tempat berkumpul di lobi Hotel Tower, Jakarta. kerja di pulang
dan gelisah di salah satu bagian masyarakat kalangan sebelum makan malam kerja yang
Salsa lobi lapang Hotel Tower menengah ke atas. malam bersama di hari. santai.
(hlm. 226). Wisnu, Dewi, Reva, Resto Oceano, Hotel
dan Salsa berencana Tower, yang
makan malam merupakan restoran
bersama sambil megah.
mengobrol santai di
tempat yang nyaman
dan megah.

“Masih sering pulkam ke


33. Ariana
5
5 orangtua angkat di Ngawi?”
Ariana
hubungan
memiliki Ari hidup mandiri, Kota Jakarta.
yang jarang mengunjungi
Jam
pulang
Suasana
pada jam

. “Paling setahun sekali, pas renggang dengan keluarga, dan tidak kerja di pulang
Lebaran. Tapi aku bener- keluarganya. melibatkan malam kerja yang
bener hampir lepas total dari keluarganya dalam hari. santai.
mereka soal uang. Pasti berbagai masalah,
dapet dari hasil kerja terutama masalah
sendiri, atau utang, hehe..” keuangan.
(hlm. 236).

34. Ren
5
6
Tak aneh anak kekinian
seperti Ren dengan cepat
Media sosial adalah
sarana untuk mencari
Ren mengetahui Kota Jakarta.
dengan cepat apa yang
Jam
pulang
Suasana
pada jam

. tahu hal-hal yang diunggah dan berbagi informasi dialami Arga melalui kerja di pulang
orang-orang di medsos. mengenai kehidupan postingan media sosial malam kerja yang
Begitu tadi berfoto sama- seseorang. Remaja Arga. hari. santai.
sama di rumah makan perkotaan seperti Ren

83
padang Salero Bagindo di sangat sering
Pondok Pinang, Arga mengakses media
memang dengan seketika sosial.
memajangnya di akun
Instagram-nya, yang dengan
cepat disukai belasan kali
hanya dalam hitungan
menit, termasuk anak itu
dan mamanya (hlm. 247).

35. Salsa
5
7
Maka kantor dan ruang
kerja pun menjadi tempat
Ada banyak pekerjaan
di kantor, hubungan
Salsa merasa kesepian Kota Jakarta.
dan memutuskan
Jam
pulang
Suasana
pada jam

. banyak orang berkumpul antara karyawan untuk mengundurkan kerja di pulang
dalam kesendirian. Mereka hanya sebatas diri dari pekerjaannya. malam kerja yang
bertemu setiap hari, saling pekerjaan, dan jarang hari. santai.
berinteraksi, dan terus ada interaksi karena
berada di kamar yang sama sama-sama sibuk.
dalam waktu yang panjang Setiap karyawan fokus
selama puluhan tahun. mengerjakan
Namun di situ, mereka pekerjaannya masing-
sesungguhnya kesepian, masing.
karena sama-sama saling
bekerja hanya demi
keselamatan diri sendiri
(hlm. 252)

36. Arga
5
dan
9
Arga menikmati panorama
Semarang menjelang tengah
Semarang adalah Arga dan Denia Kota
salah satu kota wisata menikmati liburan di Semarang.
Waktu
berlibur
Suasana
akhir

Dena
. malam yang bermandi yang cukup jauh dari Semarang. di akhir pekan
cahaya. Taksi yang mereka Jakarta. Dena dan pekan. yang
naiki tepat melewati Arga ingin melarikan santai.
bundaran Tugu Muda, diri sejenak dari

84
setelah meninggalkan pekerjaan dan orang-
Bandara Internasional orang yang mereka
Ahmad Yani 15 menit lalu. kenal di Jakarta
Dena juga ikut melihat dengan pergi berlibur
monumen landmark Kota ke Semarang untuk
Lumpia itu (hlm. 287) bersenang-senang.

“Ren sih fine-fine aja. Dia


37. Ren
6
0 baru aja selesai ngerjain
Ren merasa penat Ren menikmati akhir Central Park Waktu
dengan tugas-tugas pekannya di Central di Kota berlibur
Suasana
akhir

. tugas, lalu sebelum pulang, dan jadwal kuliahnya, Park. Jakarta. di akhir pekan
nongkrong dulu seorang diri dan ingin bersantai di pekan. yang
di Central Park” (hlm. 301). akhir pekan. santai.

“Oke. Akan ke mana kita


38. Reva
6
dan
1 sekarang?”
Semarang adalah Reva dan Ariana Kota
salah satu kota wisata menikmati liburan di Semarang.
Waktu
berlibur
Suasana
akhir

Ariana
. “Bagaimana kalau Museum yang cukup jauh dari Semarang. di akhir pekan
Kereta Api di Ambarawa?” Jakarta. Reva dan pekan. yang
“Ayo aja!” Ari Ariana ingin santai.
menyelesaikan polesan melarikan diri sejenak
lipstik ke bibirnya, lalu dari pekerjaan dan
beringsut mengambil tas orang-orang yang
tangan di meja (hlm. 304). mereka kenal di
Jakarta dengan pergi
berlibur ke Semarang
untuk bersenang-
senang.

39. Reva
6
dan
2
...pada malam lembab
bersuhu sejuk di meja teras
Kafe adalah tempat
favorit masyarakat
Reva dan Ariana Colonial Cafe Waktu
memilih di Kota berlibur
Suasana
akhir

Ariana
. Colonial Cafe tak seberapa urban untuk bercengkrama di Semarang. di akhir pekan
jauh dari Gereja Blenduk bercengkrama, Colonial Cafe pada pekan. yang
yang legendaris itu. Mereka terutama di malam malam Minggu. santai.

85
menikmati kopi setelah Minggu, karena kafe
makan malam yang biasanya nyaman dan
menyenangkan dengan cukup mewah.
menu ala Italia, dan orang-
orang menikmati malam
Minggu penuh bintang di
pusat perdagangan barang-
barang kuno yang sepintas
terlihat mirip pameran
(hlm. 317).

“Kantormu di Rasuna Said,


40. Arga
6
3 rumah kita di Meruya. Ada
Jarak antara kantor
dan tempat tinggal
Arga harus bolak- Kota Jakarta.
balik menempuh
Jam
kerja
Suasana
pada jam

. jarak sekitar dua puluh Arga cukup jauh, perjalanan jauh dari pada kerja yang
kiolan di antara kedua karena berada di dua satu kota ke kota pagi sibuk.
tempat itu. Padahal kamu kota yang berbeda. lainnya. hari.
harus commute tiap hari Bagi masyarakat
dengan jam start kantor urban, bekerja di
yang amat pagi” (hlm. 330). tempat yang jauh dari
tempat tinggal adalah
hal yang biasa.

41. Wisnu
6
5
Wisnu teronggok seperti
benda mati sesudah
Telepon sebagai alat
komunikasi
Dalam
darurat,
keadaan Kota Jakarta.
Wisnu
Waktu
berlibur
Suasana
akhir

. meletakkan telepon di kasur. memudahkan mengandalkan telepon di akhir pekan
Dan ia tengah akan seseorang dalam untuk menghubungi pekan. yang
menelpon Sonia untuk mencari informasi dan orang lain dalam santai.
memerintahkan pemesanan menghubungi upaya memecahkan
tiket ketika muncul satu seseorang. masalahnya.
pesan ke BBM-nya
(hlm. 335).

86
42. Dewi
6
6
Dewi keluar dari taksi
bandara dan memasuki lobi
Rekreasi ke luar kota
merupakan upaya
Dewi pergi rekreasi ke Hotel Tower
Semarang untuk di Kota
Waktu
berlibur
Suasana
akhir

. bangunan megah itu dengan untuk menghibur diri melupakan Semarang. di akhir pekan
kegembiraan yang sukar ia dari berbagai masalah. masalahnya dengan pekan. yang
jelaskan (hlm. 336). Wisnu. santai.

“Nggak perlu scan KTP,


43. Dewi
6
7 ‘kan?”
Urusan administrasi
dipermudah dan
Dewi tidak perlu Hotel Tower
mengikuti prosedur di Kota
Waktu
berlibur
Suasana
akhir

. Gadis itu tertawa. “Tidak dipercepat adalah hal sebagaimana Semarang. di akhir pekan
perlu, Bu. Ibu dan Bapak yang biasa dialami pengunjung hotel pekan. yang
selalu jadi tamu kehormatan istri pengusaha seperti biasa. Ia dapat santai.
di sini. Tidak perlu Dewi. mengakses kamar
menggunakan prosedural dalam waktu singkat.
umum” (hlm. 337).

Keterangan Latar:
a. tempat
b. waktu
c. suasana

Keterangan Potret Masyarakat Urban:


f. individualis
g. gaya hidup rekreasi
h. gaya hidup mobilitas
i. gaya hidup instan
j. gaya hidup virtual

87

Anda mungkin juga menyukai