Anda di halaman 1dari 120

Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan

Yayasan Mitra Netra Jakarta

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP.)

Oleh :

Afifatul Humairo

NIM: 1110025000008

PRODI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014
ABSTRAK

Afifatul Humairo
Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Yayasan Mitra
Netra

Penelitian ini bermula atas ketertarikan peneliti mengenai pemanfaatan


koleksi digital talking book di perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan koleksi digital
talking book serta bagaimana upaya pustakawan agar koleksi digital talking book
dimanfaatkan. Penelitian ini pada rumusan masalah pertama menggunakan
metode penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif, dan rumusan
masalah yang kedua menggunakan pendekatan kualitatif. Populasi penelitian
adalah anggota perpustakaan Yayasan Mitra Netra yang berjumlah 827 orang, jadi
sampel diambil dari 10% jumlah anggota perpustakaan yaitu sebanyak 83
responden. Sedangkan informan dalam penelitian ini adalah pustakawan di
perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian
besar responden (74,7%) memanfaatkan koleksi digital talking book dengan baik,
dan upaya pustakawan agar koleksi digital talking book dimanfaatkan oleh
pemustaka yaitu mempromosikan koleksi digital talking book terbaru dengan
kontak langsung kepada pemustaka, dan juga memberikan bimbingan pemakai
terhadap pemustaka baru. Walaupun promosi yang dilakukan belum maksimal.

Kata kunci: Koleksi Digital Talking Book, Perpustakaan Tunanetra.

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillairabbil’aalamin, penulis menyampaikan segala puji dan syukur
kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya kepada kita semua. Tak lupa penulis menghaturkan solawat serta salam
senantiasa kita curahkan kepada Nabi dan Rosul kita Muhammad SAW, dan juga
kepada segenap keluarganya, sahabatnya, serta umatnya sepanjang zaman, yang
insya Allah kita ada didalamnya.
Dengan limpahan kasih sayang-Nya penulis bersyukur mampu
menyelesaikan tugas akhir kuliah (skripsi) yang berjudul “Pemanfaatan Koleksi
Digital Talking Book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra” dapat
terselesaikan dengan baik.
Proses perjalanan untuk menyelesaikan proposal skripsi ini tidaklah mudah.
Banyak hambatan dan rintangan yang penulis temui dan alami. Berkat ridho-Nya,
doa, kesungguhan hati dan kerja keras, akhirnya penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari betapa sederhananya karya tulis ini dan jauh dari
kesempurnaan. Namun penulis juga tidak menutup mata akan peran berbagai
pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Perkenankanlah penulis untuk mengucapkan kata terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Kepada Bapak Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum selaku Dekan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah.
2. Bapak Drs Pungki Purnomo, MLIS dan bapak Mukmin Suprayogi, M.Si
selaku Ketua dan Sekertaris jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah.
3. Bu Fadhilatul Hamdani, M.Hum selaku pembimbing yang telah
memberikan masukan, bimbingan dan kritik dalam penulisan skripsi ini.
Terima kasih telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran untuk membantu
penulis.
4. Seluruh dosen Ilmu Pepustakaan yang telah memberikan banyak ilmu
pengetahuan kepada penulis.

v
5. Yang tercinta Ayahanda (Syamsudin), yang telah sabar mengasuh, dan
mendidik serta menjadi inspirasi bagi penulis dan yang tersayang Ibunda
(amriati) yang dengan ikhlas mencurahkan kasih sayangnya dan memotivasi
dengan moril maupun materiil serta tak henti mendoakan penulis. Dan yang
terluar biasa, keluarga yang banyak menjadi inspirasi dalam kehidupan
penulis. Yaitu ade adeku bahrul, anah, udoh, oca, uwais, juga budeh nur,
pakde siran, budeh khol, ncang ebin, semua keluarga besar yang tida bisa
disebutkan satu persatu.
6. Mba Endah selaku pengelola perpustakaan Yayasan Mitra Netra yang telah
memabantu penulis dalam mendapatkan informasi yang penulis butuhkan
selama penelitian berlangsung, dan juga kepada seluruh tunanetra yang telah
memberikan kesempatan untuk penulis teliti.
7. Seluruh teman teman JIP UIN terutama angkatan 2010 yang tak bisa penulis
sebutkan satu persatu namanya, yang telah banyak membantu memberikan
dukungan sehingga skripsi ini dapat selesai di waktu yang tepat. Takdir
telah mempertemukan kita di jurusan ini.
8. Untuk sahabat sahabatku: tri mulyono, elvi, aditya, uland, balkis, ami, empe,
kamil, fidy, rani terima kasih telah memberi warna lain di kehidupanku,
thanks to be my friend. You know what? You’re make live is never flat. Dan
untuk semua teman temanku yang tak bisa ku sebut satu pesatu.
Akhirnya tiada untaian kata yang berharga kecuali ucapan
Alhamdulillahirobbil ‘Alamin. Demikian ucapan terima kasih penulis haturkan
kepada seluruh pihak, semoga kebaikan dan bantuan kepada penulis menjadi amal
ibadah dan mendapat ridha dari Allah SWT.
Penelitian ini bukanlah sebuah karya tanpa cela. Banyak pelajaran yang
masih dibutuhkan penulis dan ditelaah kembali. Namun setetes pengetahuan yang
terdapat di lembaran kertas berjilid ini, mudah mudahan sedikit banyak dapat
memberikan pengetahuan dan dijadikan referensi dalam pengembangan
selanjutnya.
Jakarta, 12 Agustus 2014
Penulis

AFIFATUL HUMAIRO

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii

ABSTRAK ......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Batasan Masalah ...................................................................... 4

C. Rumusan Masalah.................................................................... 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 4

E. Kerangka Berpikir ................................................................... 6

F. Metode Penelitian .................................................................... 6

G. Sistematika Penulisan .............................................................. 12

H. Penelitian Relevan ................................................................... 13

BAB II TINJAUAN LITERATUR

A. Definisi Perpustakaan Tunanetra ............................................ 15

B. Peran, Tugas, dan Fungsi Perpustakaan ................................. 19

C. Jenis-Jenis Koleksi.................................................................. 21

D. Koleksi Digital Talking Book ................................................. 22

E. Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book ........................... 25

vii
BAB III PROFIL PERPUSTAKAAN YAYASAN MITRA NETRA
A. Sejarah Perpustakaan Yayasan Mitra Netra ........................... 28
B. Visi, Misi, dan Tujuan Didirikan Perpustakaan Yayasan
Mitra Netra.............................................................................. 32
C. Struktur Organisasi ................................................................. 35
D. Fasilitas Layanan .................................................................... 36
E. Sistem, Jam, dan Jenis Layanan ............................................. 36
F. Produk-Produk Yayasan Mitra Netra ..................................... 38
G. Sejarah Program Digital Talking Book ................................... 40
H. Pedoman Rekaman Membaca Digital Talking Book .............. 46
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Pengumpulan Data .................................................................. 52
B. Gambaran Umum Responden ................................................. 52
C. Teknik Pengolahan Data ......................................................... 53
D. Pembahasan Hasil Kuesioner ................................................. 55
1. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................ 55
2. Karakteristik dan Data Responden ................................... 57
3. Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book ..................... 60
4. Rekapitulasi Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book 69
5. Hasil Pertanyaan Terbuka kepada Responden .................. 72
6. Upaya Pustakawan Agar Koleksi Digital Talking
Book Dimanfaatkan .......................................................... 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 78
B. Saran ....................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 14


Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas ............................................................................ 54
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................ 55
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 56
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan keanggotaan ........................ 57
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ..................................... 58
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan pekerjaan ............................. 58
Tabel 4.7 Jenis Koleksi Yang Sering Digunakan ............................................. 59
Tabel 4.8 Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book ..................................... 60
Tabel 4.9 Manfaat Menggunakan Digital Talking Book .................................. 60
Tabel 4.10 Frekuensi Pemakaian Digital Talking Book ..................................... 61
Tabel 4.11 Pemenuhan Kebutuhan Informasi .................................................... 61
Tabel 4.12 Alasan Tidak Menggunakan Digital Talking Book .......................... 62
Tabel 4.13 Kepraktisan Menggunakan Digital Talking Book ............................ 62
Tabel 4.14 Sistem Pencarian Koleksi Digital Talking Book .............................. 63
Tabel 4.15 Penggunaan Jasa Pustakawan .......................................................... 63
Tabel 4.16 Frekuensi Peminjaman Koleksi Digital Talking Book ..................... 64
Tabel 4.17 Penilaian Layanan Peminjaman ....................................................... 64
Tabel 4.18 Jumlah Waktu Untuk Membaca Digital Talking Book .................... 65
Tabel 4.19 Alat Yang Sering Digunakan Untuk Membaca................................ 66
Tabel 4.20 Kejelasan Narator Dalam Membacakan Digital Talking Book ........ 66
Tabel 4.21 Alasan Menggunakan Digital Talking Book .................................... 67
Tabel 4.22 Jenis Koleksi Yang Sering Digunakan ............................................. 67
Tabel 4.23 Kepuasan Terhadap Ketersediaan Koleksi ....................................... 68
Tabel 4.24 Ketersediaan Subjek ......................................................................... 68
Tabel 4.25 Rekapitulasi Pemanfaatan Digital Talking Book ............................. 69

ix
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Dosen Pembimbing

2. Surat Tugas Menjadi Pembimbing

3. Surat Izin Penelitian

4. Output Uji Validitas SPSS

5. Output Uji Reliabilitas SPSS

6. Output Frekuensi SPSS

7. Transkrip Wawancara

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan merupakan instansi yang tak asing lagi bagi masyarakat

luas, terutama bagi mereka yang mengenyam pendidikan formal, karena

perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran. Perpustakaan juga

sebuah lembaga untuk mencerdaskan bangsa sebagai jembatan menuju

penguasaan ilmu pengetahuan, sekaligus menjadi tempat penelusuran

informasi yang menyenangkan dan menghibur.

Perpustakaan sudah ada sejak tahun 323 SM yang didirikan oleh

Ptolemi I sang penerus Alexander (Iskandariah). Bibliotheca Alexandrina

Egypt (Perpustakaan Iskandariah Mesir) merupakan perpustakaan pertama dan

terbesar di dunia. Perpustakaan ini bahkan bertahan selama berabad abad dan

memiliki koleksi 700.000 gulungan papyrus.1

Seiring dengan perkembangan zaman semakin berkembang juga

informasi. Masyarakat pun mulai memilah informasi sesuai dengan

kebutuhannya. Oleh sebab itu, perpustakaan mulai terbagi menjadi beberapa

jenis, diantaranya perpustakaan nasional, perpustakaan umum, perpustakaan

khusus, perpustakaan sekolah, dll.2

Sebagai penyedia informasi, perpustakaan harus dapat memberikan

layanan yang dapat memudahkan pemustaka untuk mengakses informasi

1
Oky Rahmawati, “Sejarah Perpustakaan Dunia”, (Jakarta: Jurnal Pustakawan Indonesia
vol 6 no 1), hal 59sa
2
Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta: Universitas Terbuka)

1
2

dengan cepat, tepat, dan akurat. Tidak hanya bagi pemustaka normal,

melainkan juga untuk pemustaka berkebutuhan khusus, salah satunya

tunanetra.

Saat ini perpustakaan yang diperuntukan bagi penyandang tunanetra

masih terbatas. Pemanfaatan koleksi oleh penyandang tunanetra, juga terbatas.

Penyandang tunanetra adalah individu yang memiliki keterbatasan visual

dalam hidupnya. Keterbatasan visual yang dimilikinya mengakibatkan

kemampuan mengkonsepsi dunia sekitar mengalami ketergangguan.

Pada kenyataannya, menurut data Yayasan Mitra Netra Jakarta, dari

sekitar 10.000 judul buku yang ditebitkan setiap tahunnya di negeri ini, hanya

lebih dari 2% saja yang dialihkan ke dalam bentuk yang aksesibel bagi

tunanetra. Bentuk lain ini, yaitu bentuk braille ataupun buku audio digital

dalam bentuk CD (buku bicara).3 Buku ini hanya terbatas pada buku-buku

dengan kategori tertentu seperti buku pelajaran sekolah. Semestinya tunanetra

pun berhak mengakses buku-buku sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

Padahal Pemerintah sudah menetapkan Undang Undang Perpustakaan

Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 5 ayat 3 yang menyatakan “masyarakat yang

memiliki cacat dan atau kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau

sosial berhak memperoleh layanan perpustakaan yang disesuaikan dengan

kemampuan dan keterbatasan masing masing”.

Tunanetra yang mendapat kesempatan untuk mengenyam dunia

pendidikan regular sangat memerlukan bantuan untuk menunjang kegiatan

3
Yayasan Mitra Netra, “Sejarah Yayasan Mitra Netra,” artikel diakses pada 17 desember 2013
dari www.mitranetra.or.id
3

belajar mereka. Apalagi jika di sekolah tempat mereka belajar tidak

menyediakan pelayanan khusus. Meski pemerintah membuat peraturan

melalui program pendidikan inklusif, namun keterbatasan fasilitas itu masih

harus dihadapi.

Perpustakaan yang menyediakan koleksi khusus untuk tunanetra

belum banyak berdiri di Indonesia. Hal ini menyebabkan tunanetra sulit

mengakses informasi yang mereka butuhkan, apalagi ingin mengakses

informasi yang mereka minati.4

Perpustakaan Yayasan Mitra Netra merupakan salah satu

perpustakaan penyedia koleksi yang dapat diakses bagi masyarakat

berkebutuhan khusus/ tunanetra. Koleksi tersebut diantaranya koleksi braille

dan koleksi digital talking book (buku bicara). Digital talking book saat ini

sudah banyak digunakan oleh para tunanetra, terlebih tunanetra yang

menempuh pendidikan tinggi.

Dengan program Yayasan Mitra Netra, tunanetra dapat mengakses

buku-buku pelajaran sekolah untuk dibaca dan dipelajari layaknya pelajar

biasa. Namun, Perpustakaan Yayasan Mitra Netra belum menyajikan data

mengenai pemanfaatan koleksinya. Sajian data tersebut kita gunakan untuk

mengetahui seberapa besar animo pemanfaatan digital talking book dan jenis

informasi apa yang paling dibutuhkan oleh pemustaka tunanetra.

Bertumpu pada pola fikir di atas, maka penulis merasa tertarik

mencoba menggali lebih dalam mengenai aspek aspek pemanfaatan koleksi.

4
Yayasan Mitra Netra, “Perpustakaan Yayasan Mitra Netra,” artikel diakses pada 17
desember 2013 jam15.53 dari www.mitranetra.or.id
4

Khususnya koleksi digital talking book (buku bicara) bagi para tunanetra. Atas

dasar diatas, peneliti bermaksud meneliti hal tersebut dengan judul

“Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Yayasan

Mitra Netra jakarta”

B. Batasan Masalah

Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak meluas, maka peneliti

membatasi masalah sebagai berikut:

1. Pemanfaatan koleksi digital talking book.

2. Cara pustakawan agar koleksi digital talking book dimanfaatkan

C. Rumusan Masalah

Setelah objek penelitian dibatasi hanya pada Perpustakaan Yayasan Mitra

Netra Jakarta saja, dan agar penelitian lebih jelas dan terorganisir dengan baik

maka peneliti membuat perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemanfaatan koleksi digital talking book?

2. Bagaimana upaya pustakawan agar koleksi digital talking book

dimanfaatkan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan ketersediaan koleksi digital taling book di

Perpustakaan Yayasan Mitra Netra.

b. Mengetahui jenis subjek apa saja yang banyak dibaca oleh pemustaka.
5

c. Mengetahui bagaimana cara memanfaatkan koleksi digital talking book

oleh pemustaka Tunanetra di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra.

d. Mengetahui upaya pustakawan agar koleksi digital talking book

dimanfaatkan.

e. Memberikan rekomendasi kepada pihak perpustakaan mengenai jenis

koleksi apa yang paling banyak/ sering dibutuhkan oleh pemustaka.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini mencakup dua aspek, yaitu:

Manfaat akademis

a. Melatih kepekaan peneliti terhadap permasalahan yang ada di

perpustakaan.

b. Mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama menempuh

pendidikan di Jurusan Ilmu Perpustakaan.

c. Menambah pengetahuan dan wawasan baru baik bagi penulis maupun

pembaca.

Manfaat praktis

a. Memberikan rekomendasi kepada instansi untuk penyediaan koleksi.

b. Mengevaluasi jenis koleksi yang terdapat di Perpustakaan Yayasan

Mitra Netra.

c. Memberikan saran agar mensosialisasikan koleksi digital talking book

lebih aktif lagi.

d. Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pihak perpustakaan dalam

peningkatan kualitas dan penentuan kebijakan pengembangan koleksi


6

yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka di Perpustakaan Yayasan

Mitra Netra.

E. Kerangka Berpikir

Hal ini digunakan untuk memperjelas pola penelitian yang dilakukan, agar

mempermudah peneliti untuk tetap fokus pada topik dan tujuan penelitian yang

ingin dicapai. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Perpustakaan
Tunanetra

Koleksi Digital
Koleksi Brille
Talking Book (DTB)

mengetahui
pemanfaatan koleksi
DTB.

Memberikan
mengetahui upaya rekomendasi dalam
pustakawan agar penyediaan & promosi
DTB dimanfaatkan. koleksi DTB
DIGITATALKING
BOOK.
F. Metode Penelitian
7

Agar penelitian ini berjalan lancar, maka diperlukan suatu pedoman yang

digunakan ketika penelitian dilaksanakan

1. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif analisis, yaitu penelitian yang dirancang untuk mengumpulkan

informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sedang berlangsung)5

dengan tujuan agar objek yang dikaji dapat dibahas secara mendalam.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif pada rumusan masalah yang pertama dan

pendekatan kualitatif pada rumusan masalah yang kedua. Penelitian

kuantitatif tujuannya yaitu menjelaskan fakta, sedangkan penelitian

kualitatif adalah untuk memahami makna yang berada di balik fakta

tersebut.

2. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah pemanfaatan koleksi digital talking

book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Sedangkan indikator dari

penelitian ini antara lain; kepuasan pemustaka dalam menggunakan digital

talking book, frekuensi pemustaka dalam memanfaatkan digital talking

book, dan alasan pemustaka dalam menggunakan digital talking book.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan penulis, mulai dari pengambilan literatur,

observasi, pengumpulan data, hingga pengolahan data adalah dari

5
Consuelo G Sevilla, An introduction to research methods, (Philippines: Rex Printing
Company, 1988), hal 71
8

bulan Maret sampai Juni 2014. Penelitian dilakukan di Perpustakaan

Yayasan Mitra Netra Jl Gunung Balong No 21, Lebak Bulus, Jakarta

Selatan.

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu:

a. Sumber data primer

Yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber asli yang memiliki

informasi tersebut yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada

pemustaka dan wawancara dengan staf perpustakaan di Perpustakaan

Yayasan Mitra Netra.

b. Sumber data sekunder

Adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yang memiliki

informasi tersebut6. Dalam hal ini literatur literatur yang berkaitan

dengan masalah yang akan diteliti dan juga modul dari Perpustakaan

Yayasan Mitra Netra.

5. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Adalah keseluruhan satuan yang ingin diteliti7. Populasi dalam

penelitian ini adalah pemustaka di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra

yang berjumlah 827 orang.

b. Sampel

Yaitu sebagian dari populasi. Menurut pendapat Suharsimi Arikunto


6
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 86.
7
Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011),
h. 11.
9

yang menyatakan “jika populasi melebihi 100 orang maka sampel

yang dapat di ambil 10-15% atau sesuai dengan kemampuan peneliti”

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengambil sampel 10% dari

jumlah populasinya 827 x 10% = 82,7 dibulatkan menjadi 83 orang.

Sampel ditetapkan secara aksidental atau accidental sampling, yaitu

metode pemilihan sampel tanpa memperhitungkan ciri-ciri populasi.

Siapa yang datang dan terjangkau oleh peneliti maka dapat diambil

sebagai sampel.

Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah Pemustaka yang sedang

berkunjung ke Perpustakaan Yayasan Mitra Netra dan bersedia

mengisi daftar kuesioner yang telah disediakan oleh peneliti.

6. Informan

Yaitu orang yang menjadi sumber data dalam penelitian. Teknik pemilihan

informan menggunakan purposive sampling, yaitu metode pemilihan

sampel dengan pertimbangan tertentu. Informan dalam penelitian ini yaitu

mba Endah, pustakawan di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Alasan

memilih mba Endah karena dia adalah satu-satunya pustakawan yang

menjalankan kegiatan operasional perpustakaan.

7. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi pustaka

Studi pustaka adalah segala sesuatu yang dilakukan peneliti untuk

menghimpun informasi yang relevan dengan masalah yang akan

diteliti. Informasi tersebut diperoleh dari jurnal penelitian yang telah


10

disahkan, buku-buku ilmiah, karangan ilmiah, dan sumber sumber

tertulis baik cetak maupun elektronik.

b. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Metode

observasi ini bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam

pengambilan data data responden yang akan diteliti.

c. Kuesioner

Yaitu dengan cara pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan

melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan

sebelumnya.8

d. Wawancara

Observasi saja tidak cukup dalam melakukan penelitian, mengamati

kegiatan dan kelakuan orang saja tidak dapat mengungkapkan apa

yang diamati dan dirasakan orang lain. Itu sebabnya observasi harus

dilengkapi dengan wawancara. Dengan melakukan wawancara kita

dapat memasuki dunia pikiran dan perasaan responden, karena

wawancara adalah tanya jawab secara lisan antara dua orang atau

lebih secara langsung.

8. Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan proses lanjutan dari pengolahan hasil penelitian

untuk melihat interpretasi data. Analisis ini dilakukan setelah

8
Anas Sudjino, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo, 1997), h. 27.
11

mendapatkan hasil penelitian serta pengolahan data. Hasil penelitian yang

diterima melalui kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan alat

bantu program Statistical Package for the Social Sciences (SPPS).

Selanjutnya penyusunan data sehingga lebih mudah untuk dianalisis dalam

rangka menjawab tujuan penelitian ini.

a. Uji Validitas

Uji vadilitas digunakan untuk mengukur tingkat validitas kuesioner.

Dinyatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu

mengungkapkan hal yang akan diukur oleh kuesioner tersebut 9. Alat

bantu yang digunakan dalam pengujian korelasi ini adalah program

SPSS. Apabila Pearson Correlation menunjukkan nilai di bawah 0,05

berarti data yang diperoleh adalah valid.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas dapat diartikan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel10. Suatu kuesiner dikatakan reliabel

atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. SPSS memberikan fasilitas

untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpa (X).

Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpa

lebih dari 0,60.

c. Pengukuran Variabel Penelitian

Pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner untuk masing masing


9
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate denga Program SPSS, (Semarang:
Universitas Diponogoro, 2011), h. 44.
10
Ibid. H. 22.
12

variabel dalam penelitan ini diukur menggunakan skor, yaitu:

a. Bermanfaat : 4 (empat)

b. Kurang Bermanfaat : 3 (tiga)

c. Tidak Bermanfaat : 2 (dua)

d. Netral : 1 (satu)

Adapun parameter untuk penafsiran nilai persentase adalah sebagai berikut:

a. 0 % : Tidak satupun

b. 1%- 25% : Sebagian kecil

c. 26%-49% : Hampir setengahnya

d. 50% : Setengahnya

e. 51%-75% : Sebagian besar

f. 76%-99% : Hampir seluruhnya

g. 100% : Seluruhnya

Skala penafsiran hasil persentase yaitu sebagai berikut:

a. 0%-25% : tidak baik

b. 26%-50% : kurang baik

c. 51%-75% : baik

d. 76%-100% : sangat baik

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan penelitian ini, maka peneliti

menyusunnya ke dalam lima bab. Setiap bab terdiri dari beberapa sub bab

tersendiri. Bab tersebut secara keseluruhan saling berkaitan satu sama lain,

dimana diawali dengan bab pendahuluan dan diakhiri dengan bab penutup
13

yang berupa simpulan dan saran. Sebagaimana yang terlampir di bawah ini

yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengemukakan gambaran umum yang berisi mengenai latar

belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Pada bab ini berisi tentang perpustakaan Tunanetra (definisi, peran,

tugas dan fungsi), sekilas tentang koleksi digital talking book, pemanfaatan

koleksi digital talking book di perpustakaan Yayasan Mitra Netra.

BAB III TINJAUAN UMUM

Berisi sejarah singkat perpustakaan Yayasan Mitra Netra, tugas dan

fungsi, visi dan misi, dan fasilitas layanan di perpustakaan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini peneliti memberikan gambaran dari hasil penelitian yang

djelaskan dengan apa adanya, berisi tentang pemanfaatan koleksi digital

talking book, dan kebutuhan informasi apa yang dibutuhkan oleh Pemustaka

serta bagaimana cara memanfaatkan koleksi digital talking book.

BAB V PENUTUP

Bab terakhir ini adalah bab penutup yang berisi tentang kesimpulan

dan saran dari hasil penelitian ini.


14

H. Penelitian Relevan

Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu
Judul Persepsi pemustaka Evaluasi Persepsi Pengguna

penelitian terhadap koleksi pelaksanaan mengenai Software JAWS

digital talking book program buku SCREEN READER: Studi

di perpustakaan bicara (talking Kasus di Yayasan Mitra

PERTUNI DPD book) di yayasan Netra

Jawa Tengah mitra netra Lebak

Bulus

Peneliti Putri Azizah Ismul Azham RuthNovitaPrameswari

Penerbit Universitas UIN Syarif Universitas Indonesia

Diponogoro Hidayatullah

Tahun 2012 2011 2012


Terbit
Metode Kualitatif Kualitatif Kualitatif

penelitian

Hasil Persepsi pemustaka Hasil evaluasi Persepsi pengguna

penelitian terhadap koleksi menunjukkan terhadap Software

digital talking book bahwa hasil dari JAWS SCREEN

di Perpustakaan proses pelaksanaan READER cukup

Digital Pertuni program Buku bagus dan ada

cenderung negatif, Bicara ini adalah tanggapan positif

yang mempengaruhi sangat positif dan dari mereka.

kemaksimalan membantu klien

penggunaan digital dalam kebutuhan


15

talking book. mereka.


16
BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Definisi Perpustakaan Tunanetra

Di era modern saat ini keterbukaan informasi adalah salah satu hal

yang menjadi faktor munculnya berbagai macam perpustakaan. Saat ini tidak

hanya ada 5 jenis perpustakaan seperti yang ditulis oleh Prof Sulistyo Basuki,

dalam bukunya Pengantar Ilmu Perpustakaan. Semakin berkembangnya

informasi serta adanya kebutuhan informasi yang berbeda-beda, menyebabkan

berkembangnya jenis perpustakaan. Diantaranya pepustakaan lembaga

keagamaan, perpustakaan pribadi, perpustakaan digital, dan juga perpustakaan

tunanetra.

Banyak perdebatan mengenai jenis perpustakaan tunanetra.

Kebanyakan orang mengkategorikan perpustakaan tunanetra ini sebagai

perpustakaan khusus, karena dilihat dari segi pemustakanya yang

berkebutuhan khusus. Sedangkan kalau dilihat dari segi jenis koleksinya yang

bersifat umum dan tidak hanya mencakup satu subjek tertentu saja,

perpustkaan ini dikategorikan sebagai perpustakaan umum. Untuk itu kita

perlu menelisik lebih jauh jenis kategori apa perpustakaan tunanetra ini.

Untuk membedakan jenis jenis perpustakaan dilihat dari beberapa

aspek, diantaranya yaitu;

1. Jenis koleksi pustakanya

koleksi perpustakaan khusus mencakup subjek yang lebih spesifik dan

15
16

terbatas pada subjek tertentu saja, atau kadang diperluas dengan subjek

yang berkaitan. Ruang lingkup subjek ditentukan oleh ruang lingkup

kegiatan badan induknya. Sedangkan perpustakaan umum memiliki semua

subjek.10

2. Pemustaka.

Adanya kebutuhan informasi yang berbeda beda juga mempengaruhi jenis

jenis perpustakaan, sebab di perpustakaan umum tidak dibatasi usia, jenis

kelamin ataupun status sosial pemustakannya. Beda halnya dengan

perpustakaan khusus yang pemustakanya juga khusus, terbatas pada

anggota/ karyawan lembaga induk tempat perpustakaan itu bernaung.

3. Layanan perpustakaan.

Pada perpustakaan umum jasa yang diberikan terbuka untuk semua

golongan masyarakat dan diberikan secara cuma-cuma tanpa membedakan

jenis kalamin, usia, ras, maupun agama. Sedangkan layanan yang

diberikan oleh perpustakaan khusus diberikan untuk menunjang lembaga

induknya.

Tidak hanya mempertimbangkan aspek aspek di atas. Dilihat dari

definisinya pun kedua perpustakaan ini memiliki perbedaan yang sangat

mencolok.

Menurut Mulyadi Achmad Nurhadi dalam buku Manajemen

Perpustakaan Khusus karya Karmidi Martoatmodjo, perpustakaan khusus

adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh suatu lembaga, tujuan

10
Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud, 1993), h. 152.
17

penyelenggaraannya bukanlah diarahkan untuk konsumsi umum, tetapi hanya

diperuntukan bagi para karyawan lembaga yang bersangkutan dalam rangka

menunjang penyelesaian program lembaga yang bersangkutan.

Perpustakaan khusus dapat merupakan perpustakaan sebuah

departemen, lembaga penelitian, organisasi massa, militer, industri,

perpustakaan swasta, BUMN, pusat informasi, bahkan perpustakaan pribadi.11

Sedangkan menurut Luwarsih Pringgoadisurjo dalam bukunya

perpustakaan khusus, ialah perpustakaan yang menekankan koleksi dan

pelayanannya pada satu bidang khusus atau bidang bidang yang bertalian satu

sama lain. Dilihat dari kedudukannya, perpustakaan khusus merupakan bagian

dari suatu badan pemerintah, lembaga penelitian, industri perusahaan, atau

suatu himpunan khusus.12

Sulistyo Basuki menjelaskan, bahwa istilah perpustakaan khusus

berasal dariawal abad 20 tatkala muncul perpustakaan yang tidak berciri

umum, sekolah, dan perguruan tinggi.13

Perpustakaan khusus di dalam Directory of Spesial Libraries and

Information Sources in Indonesian 1985 yang diterbitkan oleh LIPI (Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia) meliputi berbagai jenis perpustakaan yang

memiliki koleksi khusus maupun yang dikelola oleh lembaga khusus dengan

pembaca yang khusus pula.14

11
Karmidi Martoatmodjo, Manajemen Perpustakaan Khusus (Jakarta : Universitas
Terbuka, 1999), h. 1.3.
12
Luwarsih Pringgoadisurjo, Perpustakaan Khusus (Jakarta : Pusat Reproduksi PDIN,
1971), h.1.
13
Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud 1993), h. 157.
14
Karmidi Martoatmodjo, Manajemen Perpustakaan Khusus (Jakarta: Universitas
Terbuka, 1999) hal 6
18

Sedangkan menurut Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun

2007 Pasal 26 dinyatakan bahwa perpustakaan khusus memberikan layanan

kepada pemustaka di lingkungannya dan secara terbatas memberikan layanan

kepada pemustaka di luar lingkungannya.15

Bertumpu dari penjelasan diatas, maka peneliti mengambil kesimpulan

bahwa perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang berada di suatu

lembaga atau instansi yang memiliki koleksi khusus dan terbatas pada satu

atau beberapa subjek tertentu untuk memenuhi kebutuhan informasi lembaga

yang menaunginya.

Membandingkan dengan definisi perpustakaan khusus diatas, definisi

perpustakaan umum menurut Sulistyo Basuki yaitu harus memenuhi 4 unsur

yaitu; pertama, koleksi perpustakaan umum harus terbuka bagi semua warga

untuk keperluan rujukan maupun pinjaman. Kedua, sebagian besar anggaran

perpustakaan umum diperoleh dari dana umum, baik dari tingkat lokal

maupun nasional yang berarti diperoleh dari pajak. Ketiga jasa yang diberikan

bagi semua warga adalah cuma cuma. Dan yang terakhir, koleksinya

mencakup semua jenis bahan perpustakaan bagi semua warga dalam semua

subjek.16

Dan menurut Sutarno NS, perpustakaan umum merupakan lembaga

pendidikan yang sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai

dengan kebutuhan masyarakat dan melayaninya tanpa membedakan suku

bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial,

15
Undang Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 26
16
Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud 1993), h. 152.
19

umur, dan pendidikan serta perbedaan lainnya17

Dari hal tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa perpustakaan umum

adalah perpustakaan yang sumber dananya dari umum untuk melayani

masyarakat umum tanpa membedakan status sosial, jenis kelamin, agama, ras,

atau perbedaan lainnya dan terdiri dari bahan pustaka yang memuat informasi

dengan keanekaragaman subjek.

Setelah membandingkan dari beberapa aspek di atas, penulis

mengambil kesimpulan bahwa Perpustakaan Yayasan Mitra Netra termasuk

kategori perpustakaan umum. Karena dilihat dari jenis koleksi yang mencakup

beragam subjek, tidak seperti perpustakaan instansi tertentu yang hanya

mencakup satu subjek saja atau sedikit diperluas dengan subjek yang

berkaitan. Dan pelayanannya untuk masyarakat umum yang berkebutuhan

khusus walaupun perpustakaan ini bernaung di suatu lembaga. Selain itu

dalam batasan pemustakanya pun tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, status

sosial tertentu, hanya saja koleksinya digunakan oleh tunanetra.

B. Peranan, Tugas, dan Fungsi Perpustakaan

1. Peran Perpustakaan

Peranan perpustakaan merupakan bagian dari tugas pokok yang

harus dilakukan oleh perpustakaan, karena mempengaruhi tercapainya

misi dan tujuan sebuah perpustakaan sebuah perpustakaan bermakna

apabila dapat menjalankan perannya dengan sebaik baiknya. Peranan

17
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h.
32.
20

tersebut berhubungan dengan keberadaan, tugas, dan fungsi perpustakaan.

Peranan perpustakaan antara lain adalah:

a. Perpustakaan merupakan media yang menghubungkan antara sumber

informasi dengan pemustaka.

b. Perpustakaan berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi

masyarakat untuk mengembangkan minat baca dan mengembangkan/

memanfaatkan ilmu pengetahuan.

c. Perpustakaan berperan dalam menghimpun dan melestarikan

kebudayaan umat manusia.

2. Tugas Perpustakaan

Tugas adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau sesuatu yang

ditentukan untuk dikerjakan. Jadi tugas perpustakaan adalah kewajiban

yang telah ditentukan untuk dilakukan di dalam perpustakaan.Dalam hal

ini tugas tugas yang terdapat pada perpustakaan secara garis besar

diantaranya:

a. Pengadaan dan pengumpulan koleksi. Tentunya pengadaan koleksi

harus sesuai dengan kebutuhan pemustaka perpustakaan tersebut.

b. Pengelolaan koleksi. Dalam hal ini merupakan bagian penting,

karena dalam rangkaian kerjanya bertujuan agar koleksi dapat

ditemukan kembali dengan cepat dan tepat.

c. Penyebaran informasi. Ini merupakan tugas memberikan informasi

yang dibutuhkan pemustaka sesuai dengan literatur yang tersedia di


21

perpustakaan tersebut.18

3. Fungsi Perpustakaan

Fungsi perpustakaan adalah tugas yang harus dilakukan di dalam

perpustakaan tersebut. Secara garis besar fungsi perpustakaan adalah:

a. Penyimpanan. Perpustakaan bertugas menyimpan bahan pustaka yang

diterimanya.

b. Pendidikan. Perpustakaan merupakan tempat belajar seumur hidup,

terlebih bagi yang sudah meninggalkan bangku sekolah.

c. Penelitian. Perpustakaan bertugas menyediakan bahan pustaka untuk

keperluan penelitian yang dilakukan pemustaka.

d. Informasi. Perpustakaan bertugas menjawab pertanyaan atau

menyediakan informasi yang dibutuhkan pemustakanya.

e. Kultural. Perpustakaan bertugas menyimpan khasanah budaya bangsa

dan menjaganya serta melestarikannya.

f. Fungsi Rekreasi. Pemustaka dapat mencari informasi yang populer dan

menghibur. Dengan adanya fungsi ini diharapkan para pemustaka akan

tertarik sehingga sesering mungkin datang ke perpustakaan.19

C. Jenis Jenis Koleksi

Sebuah perpustakaan terdiri dari empat unsur, yaitu; bahan pustaka/

koleksi, pemustaka, pustakawan dan juga sarana. Koleksi dengan pemustaka

memiliki hubungan yang sangat erat, pemustaka datang ke perpustakaan

18
Kosasih Prawira Sumantri, Organisasi dan Administrasi Perpustakaan Kumpulan Hasil
Seminar Penataran Tenaga Teknis Perpustakaan Khusus ( Jakarta: PDII LIPI, 1980) h.4.
19
Abdul Rahman Saleh dan Rita Komalasari, Manajemen Perpustakaan (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2009) h.1.12 - 1.13.
22

dengan harapan dapat menemukan informasi yang mereka butuhkan. Maka

perpustakaan seharusnya menyediakan koleksi/ bahan pustaka yang

dibutuhkan oleh pemustakanya. Berikut beberapa jenis koleksi perpustakaan:

1. Karya tercetak, yaitu hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam

bentuk tercetak. Seperti buku dan terbitan berseri.

2. Karya non cetak, sering diartikan sebagai bahan non buku atau bahan

pandang dengar. Diantaranya rekaman suara, rekaman vidio, bahan

grafika, dll.

3. Bentuk mikro, adalah koleksi perpustakaan yang dialih mediakan dari

buku ke bentuk mikro. Dan hanya dapat di baca dengan alat bantu mikro

reader.

4. Koleksi elektronik. Karya dalam bentuk elektronik ini biasanya disebut

dengan bahan pandang dengar (audio visual), contohnya kaset, vidio,

VCD, CD ROM, piringan hitam, dll.

5. Koleksi Digital.

D. Koleksi Digital Talking Book

Menurut Lenny Fanggidaesij talking book adalah sebuah buku yang

dibaca dengan suara keras pada audio- tape untuk digunakan oleh orang orang

buta20.

Sedangkan dalam modul milik Yayasan Mitra Netra yang berjudul

“Apa dan Siapa Yayasan Mitra Netra”, buku bicara (talking book) adalah

bentuk dalam bentuk kaset ( disebut analog talking book) atau dalam bentuk

20
Lenny Fanggidaesij, Kamus Pendidikan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992) H. 195
23

compact disc/CD (disebut dengan istilah digital talking book).

Dari definisi diatas bisa diambil kesimpulan bahwa definisi digital

talking book adalah buku yang dibacakan oleh pembaca naskah dan direkam

ke dalam compact disc yang digunakan untuk para tunanetra.

Digital talking book merupakan bentuk digitalisasi materi cetak

perpustakaan baik fiksi maupun nonfiksi yang dibuat dengan tujuan agar para

tunanetra dapat menikmati isi bacaan yang mereka inginkan.

Pada awalnya, sudah ada materi perpustakaan untuk tunanetra

berbentuk buku braille, namun karena pembuatan buku braille sangat

memakan biaya dan butuh ketrampilan serta kehati-hatian dalam

pembuatannya maka dipilihlah digital talking book sebagai alternatif koleksi

yang dapat dikonsumsi oleh tunanetra. Kelebihan digital talking book yang

lain adalah pemustaka dapat menggunakannya dimanapun dan kapanpun

selama mereka mempunyai media player/ laptop.

Namun bukan berarti penggunan digital talking book tidak memiliki

kekurangan. Dalam sebuah artikel di website Mitra Netra dikemukakan

kelemahan– kelemahan penggunaan digital talking book, antara lain:

1. Tidak ada fasilitas pencarian yang memadai sehingga menyulitkan

pemustaka ketika akan mencari koleksi digital talking book yang mereka

inginkan.Tidak tersedianya fasilitas pencarian menyebabkan pemustaka

harus bergantung kepada pustakawan ketika mencari buku yang

diinginkan.

2. Tidak efisien. Hal ini dikarenakan dalam satu judul digital talking book

saja bisa terdiri atas beberapa VCD tergantung ketebalan buku,sehingga


24

ikut menyulitkan pemustaka dalam mencari bagian- bagian buku karena

tidak mengetahui letak buku yang diinginkan ada pada bagian sisi A atau

B.

3. Kelemahan yang ada pada talking book bentuk konvensional ini (sistem

analog), sekarang dapat teratasi dengan munculnya teknologi baru

melalui sebuah konsorsium bernama "DAISY Consorsium". Dalam Digital

Talking Book, Informasi audio (fileaudio digital) disusun sedemikian rupa

secara bertingkat sesuai dengan levelnya menurut format/standard Daisy,

berdasarkan struktur buku aslinya. file Digital talking book direkam

dengan menggunakan software recorder khusus yang diinstal kedalam

personal computer. File ini disimpan dalam hardisk dan dapat ditransfer

ke dalam CD untuk didistribusikan kepada pemustaka.

Walaupun ada berbagai kelemahan dibalik kelebihan-kelebihannya, pada

dasarnya digital talking book sangat membantu ketika pemustaka

membutuhkan sumber informasi yang mudah dan murah untuk diakses serta

memiliki knowledge value yang memenuhi kebutuhan mereka.

Pembuatan digital talking book memerlukan beberapa orang suka

relawan untuk membacakan materi cetak dari halaman awal sampai terakhir

dengan suara dan intonasi yang jelas agar pemustaka dapat memahami dengan

baik isi buku tersebut. Untuk pembuatan digital talking book sendiri

diperlukan beberapa perangkat keras maupun perangkat lunak, antaralain:

1. Perangkat lunak: yaitu software yang dipakai untuk merekam/membuat file

digital talking book.


25

2. Perangkat keras yang meliputi: seperangkat komputer

3. Compact Disk (CD): yaitu tempat untuk menyimpan file digital book

sebagai ganti kaset dalam sistem analog.

4. CD Writter: yaitu alat untuk menggandakan digital talking book ke CD

lain.

5. Media Player/ victor reader: yaitu alat untuk menjalankan CD digital

talking book sebagai ganti tape recorder dalam sistem analog.

E. Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book

1. Definisi dan Jenis Koleksi Perpustakaan

Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama yang

menentukan kriteria dan jenis sebuah perpustakaan. Artinya bahwa koleksi

sebuah perpustakaan selalu dikaitkan dengan tugas dan fungsi yang harus

dilaksanakan dalam rangka mencapai misi dan mewujudkan visi yang

bersangkutan.21 Seperti perpustakaan khusus yang jenis koleksinya bersifat

khusus hanya terbatas pada satu atau beberapa disiplin ilmu saja.

Indikator keberhasilan sebuah perpustakaan bisa diukur dari

koleksi yang tersedia di dalamnya. Namun tidak hanya dilihat dari jumlah

eksemplarnya saja, tetapi lebih kepada kualitas isi, banyaknya judul dan

kemutakhirannya.

Di dalam buku perpustakaan dan kepustakawanan Indonesia,

koleksi perpustakaan dapat terdiri dari bahan bacaan dalam bentuk karya

cetak dan karya rekam.

21
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan (Jakarta : Sagung Seto, 2006), h. 85.
26

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, koleksi adalah kumpulan

(gambar, benda bersejarah, lukisan, dsb) yang berhubungan dengan studi

penelitian. Koleksi bisa juga dikatakan sebagai bahan pustaka.

Pada umumnya jenis koleksi perpustakaan dikelompokan dalam

berbagai jenis yaitu:22

a. Koleksi Umum, yaitu koleksi perpustakaan yang diperuntukan bagi

pemustaka yang dapat dpinjam untuk dibawa pulang.

b. Koleksi Referensi, adalah koleksi perpustakaan yang mencakup

ensiklopedi, kamus, literatur kelabu yang dengan berbagai

pertimbangan dalam hal kelangkaan atau cakupan yang sangat spesifik

dilayankan dalam bentuk akses tertutup.

c. Koleksi Inti, yaitu koleksi utama perpustakaan yang digunakan untuk

mendukung misi organisasi induk perpustakaan. Misalnya koleksi

terbitan pemerintah.

d. Koleksi Terbitan Berkala, adalah terbitan berseri, baik bersifat ilmiah

atau populer yang diterbitkan oleh organisasi profesi maupun badan

swasta atau pemerintah baik dalam maupun luar negeri. Seperti jurnal

ilmiah, majalah, tabloid, dan lain lain.

2. Pemanfaatan Koleksi

Agar dapat mengetahui pemanfaatan koleksi perpustakaan, harus

terlebih dahulu mengerti definisi dari pemanfaatan. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, pemanfaatan berasal dari kata manfaat yang artinya

22
Rakhmat Natajumena, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus (
Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2006).
27

guna atau faedah. Pemanfaatan merupakan proses, cara atau perbuatan

memanfaatkan.

Berdasarkan penjabaran definisi diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa pemanfaatan koleksi yaitu menggunakan, meminjam, membaca,

mengkaji koleksi yang telah disediakan oleh perpustakaan agar bermanfaat

bagi pemustaka. Daftar pemanfaatan koleksi berpengaruh untuk rencana

pengadaan bahan pustaka periode berikutnya.


BAB III

TINJAUAN UMUM

PERPUSTAKAAN YAYASAN MITRA NETRA

A. Sejarah Perpustakaan Yayasan Mitra Netra

Perpustakaan Yayasan Mitra Netra (YMN) yang bergerak dibidang

pendidikan dan pengembangan tunanetra didirikan pada tanggal 14 Maret

1991. Pendiriannya dilandasi oleh keyakinan bahwa:

1. Tunanetra hanya menjalani kehidupan yang mandiri, cerdas, bermakna

dan bahagia serta berfungsi di masyarakat apabila disediakan:

a. Rehabilitasi yang dapat mengurangi dampak kecacatannya.

b. Pendidikan dan latihan yang mengembangkan potensinya.

c. Peluang kerja yang seluas-luasnya.

d. Sarana dan atau layanan khusus

2. Tidak semua tunanetra dan keluarganya mampu menyediakan dan

membiayai kebutuhan di atas oleh karenanya perlu lebaga

pendamping.

3. Keterlibatan tunanetra dalam pengambilan keputusan, proses

pelaksanaan dan evaluasi program menyangkut kepentingan tunanetra

lebih menjamin program tersebut sesuai dengan aspirasi tunanetra,

karena meraka mengetahui kebutuhannya sendiri.

4. Kemitraan antara tunanetra dan sahabatnya yang berpenglihatan serta

kemitraan Yayasan Mitra Netra dengan organisasi lainnya dapat

28
29

membangun sinergi, sehingga dapat meringankan tantangan yang

dihadapi.

5. Pendekatan secara inklusif dapat mengurangi atau mencegah perlakuan

diskriminatif.

Pada awal berdirinya Perpustakaan Yayasan Mitra Netra ini hanya

memiliki koleksi buku bicara yang berupa kepingan kaset.

Penyelenggaraannya dilatarbelakangi oleh beberapa alasan yaitu:

1. Minimnya bahan bacaannya yang tersedia bagi tunanetra khususnya

siswa dan mahasiswa yang menempuh pendidikan terpadu. Hal ini

sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka.

2. Mahalnya biaya serta lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

pembuatan buku buku braille.

Fungsi dari buku bicara ini adalah sebagai bahan pustaka dalam bentuk

audio dimana para tunanetra belajar dengan cara mendengarkan buku bicara

(kaset) dari hasil transfer buku awas yang sudah direkam oleh reader

(pembaca) ke dalam bentuk audio di dalam studio. Buku-buku yang direkam

khususnya buku teks saja mulai dari buku pelajaran tingkat SD, SLTP, SLTA,

PT dan buku-buku umum.

Kemudian pada tahun 1995, dengan sarana yang dimiliki,

Perpustakaan Yayasan Mitra Nitra mulai memiliki koleksi buku braille.

Adapun alasan yang melatar belakanginya adalah:

1. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan buku buku braille bagi tunanetra,

baik di toko buku maupun di perpustakaan-perpustakaan umum.


30

2. Untuk beberapa bidang tertentu yaitu matematika, fisika, kimia, dan

bahasa asing dirasakan lebih sulit jika menggunakan buku bicara.

Fungsi dari buku braille ini sama halnya dengan fungsi buku bicara

yakni sebagai sarana belajar untuk tunanetra, khususnya untuk buku buku

yang bersifat eksakta. Namun tidak menutup kemungkinan untuk buku buku

teks lain juga bisa ditransfer ke dalam bentuk braille.

Salah satu kegiatan yang dijalankan oleh Yayasan Mitra Netra adalah

layanan perpustakaan yang menyediakan buku-buku braille dan buku-buku

bicara secara gratis kepada anggotanya di Jabotabek yang saat ini berjumlah

723 orang. Di samping itu juga dilakukan pengiriman buku bicara (CD) secara

rutin setiap bulan ke 33 perpustakaan SLB-A/lembaga ketunanetraan di

Indonesia. Untuk distribusi buku Braille, Yayasan Mitra Netra menggagas dan

memfasilitasi kerjasama antar-produsen buku Braille di Indonesia melalui

perpustakaan Braille online KEBI (Komunitas Elektronik Braille Indonesia).

Perpustakaan ini dimulai hanya dengan koleksi sebanyak 10 judul

buku bicara. Namun, saat ini koleksinya telah berkembang menjadi 1.627

judul digital talking book (CD). Pada tahun 1995 Perpustakaan Yayasan Mitra

Netra memulai unit produksi buku braille, dan saat ini telah memiliki koleksi

sebanyak 1.305 judul.

Berikut jenis buku yang di produksi perpustakaan Yayasan Mitra

Netra:

1. Produksi Buku Braille

Saat ini ada empat orang braille transcriber yang bertugas

menyalin buku-buku cetak, umumnya buku teks pelajaran sekolah, ke


31

dalam format 150 judul buku braille. Setiap tahunnya dihasilkan

sekitar 68.000 halaman master braille, yang kemudian dicetak rata-rata

ke dalam empat copy menjadi sekitar 250.000 halaman braille, yang

kemudian dijilid menjadi sekitar 3.400 volume buku braille.

Di samping itu juga terdapat 710 orang relawan yang tergabung

dalam gerakan Seribu Buku untuk Tunanetra

(www.mitranetra.or.id/ebook) yang membantu Perpustakaan dengan

mengetikkan buku-buku cetak ke dalam dokumen Microsoft Word

untuk selanjutnya diproses oleh braille transcriber. Hasil ketikan

relawan juga diolah menjadi e-book yang dapat diakses dengan mudah

oleh tunanetra. Gerakan ini diluncurkan oleh Yayasan Mitra Netra

sejak awal tahun 2006 guna mengatasi minimnya ketersediaan buku-

buku umum/populer dalam format braille. Hingga kini gerakan

tersebut telah menerima file ketikan buku dari para relawan sebanyak

1.284 judul.

2. Produksi Buku Bicara (digital talkig book)

Produksi buku bicara dilakukan dengan cara merekamkan

pembacaan buku-buku cetak ke dalam bentuk audio oleh seorang

narator (pembaca). Dengan tiga buah studio mini yang sangat

sederhana dan lima orang pembaca reguler setiap tahunnya diproduksi

kurang lebih 300 judul buku bicara yang terdiri dari sekitar 2.280 jam

baca.

Sejak tahun 2006, unit ini secara bertahap mulai beralih dari
32

produksi buku bicara analog (kaset) ke buku bicara digital (CD). Hal

ini dilakukan mengingat banyaknya keunggulan buku bicara digital

dibandingkan dengan buku bicara analog; antara lain kapasitasnya

yang besar di mana satu CD dapat menampung sampai 50 jam baca

sehingga lebih praktis penanganannya dan lebih murah biaya

produksinya. Di samping itu, dengan format buku bicara digital ini

pengguna akan dapat dengan mudah dan cepat menuju bagian-bagian

buku yang diinginkan, seperti halaman, bab, dan sebagainya.

B. Visi, Misi, dan Tujuan Didirikan Perpustakaan Yayasan Mitra Netra

Visi dan misi perpustakaan Yayasan Mitra Netra ini sama halnya

dengan visi dan misi lembaga yang menaunginya, yaitu:

1. Visi

Sebagai bagian dari komponen bangsa, Yayasan Mitra Netra

mencita-citakan terwujudnya masyarakat yang inklusif, masyarakat yang

dapat mengakomodasikan berbagai perbedaan, bebas hambatan dan

berdasarkan atas hak. Dalam masyarakat semacam ini, tunanetra akan

dapat hidup mandiri, cerdas bermakna dan bahagia serta berfungsi di

masyarakat.

Dalam upaya memberiknnya perannya untuk mewujudkan cita cita

tersebut, visi Yayasan Mitra Netra Adalah “berfungsi sebagai

pengembangan dan penyedia layanan, guna terwujudnya kehidupan

tunanetra yang mandiri, cerdas, dan bermakna dalam masyarakat yang


33

inklusif”

2. Misi

Mitra netra adalah lembaga yang terus tumbuh, dan dalam

perannya sebagai organisasi lokomotif yang mendorong kemajuan bagi

tunanetra di Indonesia, yayasan ini juga melakukan upaya upaya untuk

meningkatkan kapasitas lembaga lain, sehingga lembaga lembaga tersebut

makin meningkat kemampuannya dalam melayani dan memberdayakan

tunanetra.

Dan dalam perannya sebagai sebuah pusat layanan dan pelatihan

bagi tunanetra dan organisasi lain, yayasan ini hadir di tengah tengah

masyarakat dengan misi untuk:

a. Mengurangi dampak ketunanetraan melalui rehabilitas.

b. Mengembangkan potensi tunanetra melalui pendidikan dan

pelatihan.

c. Memperluas peluang kerja tunanetra melalui upaya diversifikasi

dan penempatan kerja.

d. Mengembangkan keahlian dan sarana khusus yang dibutuhkan

melalui penelitian.

e. Meningkatkan kapasitas lembaga penyedia layanan bagi tunanetra

yang lain dengan menyebarluaskan keahlian serta mendistribusikan

produk yng dihasilkan.

f. Melakukan advokasi guna mendorong terwujudnya masyarakat

inklusi yang mengakomodir berbagai perbedaan.


34

3. Tujuan Didirikan Perpustakaan Yayasan Mitra Netra

Perpustakaan Yayasan Mitra Netra ini didirikan dengan tujuan

untuk memenuhi kebutuhan buku buku guna mengembangkan wawasan

tunanetra tentang ilmu pengetahuan dan informasi yang terus berkembang

dengan pesat sehingga nantinya diharapkan akan terbentuk masyarakat

tunanetra Indonesia yang gemar membaca dan belajar.

Dan sebagai lembaga yang berupaya meningkatkan kualitas dan

partisipasi tunanetra dibidang pendidikan dan ketenagakerjaan, adanya

layanan perpustakaan merupakan salah satu pilar utama layanan mitra

netra.

Tujuan layanan Perpustakaan Yayasan Mitra Netra adalah:

a. Menyediakan layanan peminjaman buku yang dapat dibaca secara

mandiri oleh tunanetra, baik dalam bentuk buku braille, maupun

digital talking book.

b. Menjadi pusat layanan informasi bagi tunanetra.

c. Menjadi pusat belajar bersama (mini learning center) bagi

tunanetra.

d. Membangun masyarakat tunanetra yang gemar membaca dan

belajar

e. Memberikan hak pada tunanetra untuk mendapatkan akses ke

informasi melalui literasi.


35

C. Struktur Organisasi Yayasan Mitra Netra

PEMBINA

Ketua : Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, Sp.M.

Anggota : Hj. Imas Fatimah, S.H.

Penasehat : Marzuki Usman

Pengawas : Drs. Wisnu Sambhoro, M.Si.

PENGURUS

Ketua : H.M.E. Kurnadi

Sekretaris : H. Subarmat

Bendahara : M. Nurizal, S.E., M.Si.

EKSEKUTIF

Direktur : Drs. Bambang Basuki

Wakil Direktur : Drs. Irwan Dwi Kustanto

KEPALA BAGIAN

Kabag. Personalia & Umum : Drs. Irwan Dwi Kustanto

Kabag. Keuangan : Abdul Wahid, S.E.I.

Kabag. Humas : Aria Indrawati, S.H.

Kabag. Rehabilitasi & Diklat : Yani Matondang, S.Ag.

Kabag. Produksi Buku & Perpustakaan : Indah Lutfiah, S.Pd.

Kabag. Penelitian & Pengembangan : Nur Ichsan.


36

D. Fasilitas Layanan

Untuk menunjang kegiatan layanan perpustakaan Yayasan Mitra

Netra, maka disediakan berbagai fasilitas penunjang sebagai berikut:

1. Ruang perpustakaan.

2. Alat untuk membaca (mendengarkan) buku bicara digital (victor reder)

berjumlah 2 buah.

3. Tempat/ gazebo untuk membaca/ mendengarkan buku serta untuk belajar

bersama.

4. Dua komputer desktop yang dilengkapi perangkat lunak pembaca layar.

5. 1.305 buku braille keleksi perpustakaan Yayasan Mitra Netra.

6. 1.627 judul digital talking book koleksi Perpustakaan Yayasan Mitra

Netra.

E. Sistem, Jam dan Jenis Layanan

1. Sistem Layanan

Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta menerapkan sistem layanan

tertutup (close access), di mana setiap pemustaka tidak dapat mengakses

secara langsung koleksi yang ada di perpustakaan.

2. Jam Layanan Perpustakaan

Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta mulai melayani

pemustaka mulai jam 09.00 sd 16.00 WIB. Setiap hari Senin sampai

Jumat. Namun pada hari senin tidak tersedia layanan peminjaman, hanya

layanan pengembalian saja yang tersedi karena pada hari senin pustakawan
37

melakukan kegiatan administrasi.

3. Jenis Layanan

Seperti perpustakaan pada umumnya, perpustakaan Yayasan Mitra Netra

menyelenggarakan berbagai jenis layanan. Di antaranya yaitu:

a. Peminjaman dan pengembalian buku braille maupun buku bicara

digital kepada anggota perpustakaan untuk dibaca di tempat atau

dibawa pulang.

b. Mendistribusikan buku bicara digital kepada perpustakaan untuk

tunanetra lain yang telah berafiliasi dengan Mitra Netra. Saat ini

sebanyak 43 perpustakaan untuk tunanetra di seluruh Indonesia yang

menerima distribusi digital talking book dari Perpustakaaan Yayasan

Mitra Netra.

c. Memberikan informasi yang dibutuhkan tunanetra.

d. Layanan pemesanan buku, baik pembuatan buku braille maupun buku

bicara digital.

e. Menyelanggarakan kegiatan belajar bersama dengan nama Mini

Learning Center (MLC) meliputi; english lesson, english conversation

club, menulis kreatif, dan diskusi mengenai tema tema menarik.

Durasi Layanan

a. Layanan peminjaman buku;

1) Buku pelajaran/referensi kuliah dapat dipinjam selama satu

semester buku tersebut diperlukan untuk belajar.

2) Buku buku pengetahuan umum dapat dipinjam selama satu bulan.


38

3) Jika buku diperlukan melebihi jangka waktu yang ditetapkan

tersebut, peminjam dapat mengajukan perpanjangan.

b. Layanan pemesanan buku;

Proses pemesanan/ pembuatan buku braille atau buku bicara digital

dapat berlangsung antara satu hingga tiga bulan, sesuai ketebalan

buku.

c. Layanan Mini Learning Center;

1) English class, 2 kali seminggu masing masing 2 jam.

2) English conversation, seminggu sekali durasi 2 jam.

3) Diskusi, 2 kali sebulan durasi minimal 2 jam.

4) Menulis kreatif, sekali seminggu durasi 2 jam.

Syarat dan ketentuan layanan

1. Layanan peminjaman dan pemesanan buku;

Mendaftar menjadi anggota perpustakaan, dengan mengisi formulir dan

membayar iuran sekali setahun sebesar Rp 10.000, serta menaati peraturan

peminjaman buku.

2. Layanan Mini Learning Center (MLC);

Mendaftarkan diri untuk mengikuti MLC yang diinginkan dan mengikuti

sesuai ketentuan yang ditetapkan.

F. Produk Produk Yayasan Mitra Netra

Sebagai hasilnya Mitra Netra senantiasa mempersembahkan karya karya

kreatif kepada negara, dengan menghibahkannya keseluruh lembaga yang

bekerja di bidang pemberdayaan tunanetra. Berikut ini adalah uraian tentang


39

karya karya inovatif Mitra Netra

1. Mitra Netra Braille Converter (MBC)

MBC adalah perangkat lunak yang digunakan untuk memproduksi buku

Braille, perangkat lunak ini memiliki kemampuan untuk:

a. Mengubah dokumen teks dalam huruf latin menjadi file dalam huruf

braille secara otomatis (forward translation). conversi ini dapat

dilakukan dalam dua bentuk. Conversi grade 1, untuk tulisan penuh

(full writing), dan conversi grade 2 untuk tulisan singkat (tusing) atau

yang juga disebut contraction.

b. Mengubah kembali file berformat huruf braille menjadi dokumen teks

dalam huruf latin (backward translation).

c. Mengetik simbol braille secara langsung dengan menggunakan fasilitas

enam tombol tengah pada keyboard komputer yaitu tombol A S D F J

K; fasilitas ini disebut “six key mode”, dan biasa digunakan untuk

mengetik simbol matimatika, kimia, fisika, notasi braille, serta arab

braille.

d. Mencetak baik single copy maupun multi copy.

Manfaatnya

a. Pembuatan buku braille dapat dilakukan lebih cepat.

b. Mereka yang tidak memahami huruf braille juga dapat membantu

mengambil bagian dalam proses pembuatan buku braille, yaitu pada

tahapan pengetikan ulang buku buku yang akan dicetak menjadi buku

braille.
40

c. Distribusi buku braille dapat dilakukan dalam bentuk file secara online,

sehingga memangkas biaya pengiriman yang begitu besar. Untuk

diketahui, bentuk buku braille pada umumnya besar dan tebal, karena

membutuhkan kertas lebih tebal ( minimal 120 gr) dan membutuhkan

space lebih banyak, karena ukuran huruf braille yang lebih besar dan

harus standar (tidak dapat diubah-ubah).

d. Tidak lagi mengimpor software serupa, sehingga dapat mengehamat

anggaran negara.

2. Mitra Netra Electronic Dictionary (Meldict)

Meldict adalah kamus elektronik inggris-indonesia dan indonesia-inggris

yang khusus dibuat untuk tunanetra. Meldict dikemas dalam CD, dan untuk

memanfaatkannya, tunanetra harus menggunakan komputer bicara, yaitu

komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak pembaca layar/ screen

reader.

Koleksi digital talking book dikelompokan menjadi dua yaitu koleksi buku

pelajaran dan koleksi buku umum. Buku pelajaran dikelompokan berdasarkan

tingkat pendidikan dan juga mata pelajaran. Sedangkan buku umum

dikelompokan berdasarkan abjad pada judul koleksi digital talking book.

koleksi buku umum terdiri dari beberapa subjek diantaranya subjek psikologi,

agama, politik, dll.

G. Sejarah Program Buku Bicara (Digital Talking Book)

Di awal masa pendiriannya, hanya ada dua layanan yang disediakan secara
41

sederhana, akan tetapi dua layanan itu mempunyai fungsi strategis dan terbukti

telah membantu para tunanetra belajar lebih mandiri baik di sekolah umum dan

perguruan tinggi.

1. Produksi buku bicara (Digital Talking Book)

Buku adalah salah satu pilar penting penyangga pendidikan dan bagi

tunanetra sesuatu yang sangat “mewah”, atau bahkan “ barang langka”.

Semuanya dilakukan dengan cara yang sederhana. Para pengurus

menghimpun kaset kaset yang berisi rekaman buku yang dibacakan milik

para tunanetra yang tidak lagi digunakan. Proses rekamannya pun hanya

menggunakan tape recorder biasa, bahkan terkadang hanya tape recorder

kecil saja. Misalnya Mimi Mariani yang pernah belajar di IKIP

Sanatadharma, dan memiliki kaset-kaset yang berisi rekaman buku-buku

referensi yang pernah dipakainya dulu saat kuliah, kemudian disumbangkan

ke Mitra Netra, dengan pemikiran mungkin ada tunanetra yang

membutuhkannya. Jika ada tunanetra yang membutuhkan buku dan belum

tersedia dikumpulan kaset-kaset tersebut para pengurus mengumpulkan

kaset-kaset bekas dari siapapun, lalu membacakan buku yang diperlukan

tersebut merekamnya dengan menggunakan tape recorder biasa karena

belum ada studio rekaman apalagi alat perekam yang canggih.

merekamnya dengan menggunakan tape recorder biasa tidak ada studio,

jadi terkadang terdengar suara suara lain di buku bicara tersebut karena

para pembaca (volunter) terkadang saat merekam terdengar suara motor,

mobil, hujan, dan sebagainya. Tapi dari buku bicara ang sederhana ini
42

Mitra Netra melahirkan beberapa sarjana tunanetra.

2. Produksi Analog Talking Book (kaset) dan Digital Talking Book (CD) di

Yayasan Mitra Netra

Analog Talking Book adalah sebuah gambaran dalam bentuk analog dari

sebuah buku.

a. Produksi Analog Talking Book (kaset)

Tujuan penyelenggaraan produksi buku bicara pada awalnya

adalah untuk menyediakaan buku yang dapat dijangkau bagi tunanetra di

Jakarta yang menempuh jalur pendidikan terpadu. Produksi buku bicara

analog ini diawali dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana,

yakni home used tape recorder dan kaset bekas. Komitmen dan dedikasi

yang tinggi yang ditunjukan Mitra Netra dalam penyelenggaraan program

ini menarik perhatian lebaga pemberi dana untuk memberikan dukungan

finansial, sehingga Yayasan Mitra Netra dapat memiliki studio rekaman

dengan peralatan yang lebih modern.

Adapun tahapan tahapan pembuatan buku bicara analog yaitu

sebagai berikut:

Tahap pertama, buku buku yang dibacakan pada saat yang

bersamaan di rekam ke dalam kaset master, pada tahap ini selain

melibatkan staf Yayasan Mitra Netra sebagai pembaca, juga melibatkan

relawan pembaca dari kalangan masyarakat luas.

Tahap kedua, melakukan koreksi terhadap hasil rekaman tersebut.

Tahap ketiga, menggandakan kaset sesuai dengan kebutuhan dan


43

pemberian sampul kaset, selanjutnya siap untuk digunakan.

Adapun kelemahan mendasar pada buku icara analog ini, yaitu;

1. Dari sisi penyimpanan kurang praktis. Semakin tebal halaman buku,

akan semakin banyak kaset yang dibutuhkan. Sehingga membutuhkan

tempat penyimpanan yang luas. Karena 1 buah kaset hanya dapat

merekam 30 halaman dalam waktu 60 menit, itupun tergantung pada

jenis huruf dan besar huruf yang terdapat pada buku biasa.

2. Dari sisi penggunaan, tidak mudah bagi pengguna untuk mencari

halaman atau bagian tertentu dari buku, karena ia harus menelusuri

halaman atau bagian buku tersebut, misalnya berada pada kaset ke

berapa dan di sisi apa, A atau B.

3. Dari sisi perawatan, pita kaset sangat mudah rusak karena terkena debu

atau mudah sobek.

b. Produksi Digital Talking Book (DTB)

Karena keterbatasan keterbatasan pada analog talking book, maka

pada tahun 2002 Yayasan Mitra Netra memprogramkan pembuatan buku

bicara dengan menggunakan teknologi digital yang disebut dengan digital

talking book. Pada tahap awal, produksi digital talking book ini

diprioritaskan untuk buku tebal seperti buku referensi yang digunakan

oleh mahasiswa. Proses pembuatan digital talking book lebih rumit

dibandingkan analog talking book, karena proses pengolahannya

berdasarkan standar DAISY konsorsium.

Untuk membuat sebuah digital talking book yang memiliki


44

standar internasional Yayasan Mitra Netra menjadi anggota dari DAISY

konsorsium. Digital Audio Information System (DAISY) adalah sebuah

konsorsium dunia yang membuat standar mutu dan kualitas isi sebuah

digital talking book.

Bila dibandingkan dengan kaset (analog talking book) kelebihan

digital talking book adalah

1. Dari sisi penyimpanannya sangat praktis karena berbentuk CD,

dan satu CD memiliki kapasitas antara 30 sampai 50 jam. Buku

berbentuk CD ini sangat cocok untuk buku buku referensi yang

sangat tebal.

2. Dari sisi penggunaannya lebih mudah, karena memberikan

fasilitas kepada pengguna untuk mencari perhalaman atau perbab,

dengan demikian pengguna dapat langsung membaca halaman

atau bab yang dibutuhkan.

3. Dari sisi harga lebih murah, karena buku setebal kurang lebih 500

halaman cukup dikemas dalam satu CD.

Tahap tahap pembuatan digital talking book, adalah sebagai

berikut;

Tahap pertama membuat struktur buku, yaitu membuat kerangka

dasar isi buku. Untuk membuat kerangka keseluruhan isi buku maka

seluruh isi buku harus diketik ulang. Setelah mengetahui jumlah halaman

setiap bab, agar dapat diketahui bab 1 berada pada halaman sekian.
45

Sehingga kita dapat “meloncat” ke halaman yang kita inginkan dan

menandai keberadaan bab, sub bab, dll dengan teknologi komputer.

Tahap selanjutnya adalah proses perekaman suara yang dilakukan

seperti merekam untuk kaset. Setelah proses perekaman selesai maka

hasilnya di kompresor yaitu memperkecil hasil suara sehingga filenya

dapat sesuai dengan satuan kapasitas pada CD.

Menurut DAISY konsorsium ada 6 jenis digital talking book:

1. Digital talking book yang terdiri secara keseluruhan hanya berisi

suara saja dengan unsur judul sejajar. Ini adalah digital talking

book yang pembuatannya tidak mempergunakan struktur navigasi.

2. Digital talking book yang terdiri dari suara dan mempergunakan

pusat navigasi saja. Tipe ini adalah digital talking book yang

mempergunakan struktur buku yang terdiri dari dua dimensi, yaitu

navigasi secara hirarki dan navigasi secara urutan halaman buku.

3. Digital talking book yang terdiri dari audio dengan menggunakan

pusat navigasi dan sebagian berisi teks. Ini adalah digital talking

book dengan struktur buku dan teks tambahan. Teks tambahan

berisi kata kata yan menunjukan teks yang mungkin akan

bermanfaat, misalnya indeks, daftar istilah, dll. Suara dan teks

saling menyamakan.

4. Digital talking book yang terdiri dari audio dan teks. Ini adalah

digital talking book dengan struktur teks dan suara yang lengkap.

Suara dan teks saling menyamakan.


46

5. Digital talking book yang terdiri dari audio dan beberapa suara.

Ini adalah digital talking book dngan struktur teks yang lengkap,

dan suara yang terbatas. Digital talking book jenis ini biasa

digunakan untk kamus yang hanya berisi pelafalan suara.

6. Digital talking book yang berisi teks dan tanpa suara. Ini adalah

digital talking book yang memiliki pusat navigasi dan struktur

teks saja, tanpa ada suara.

H. Pedoman Rekaman Memabaca Digital Talking Book di Yayasan Mitra

Netra

Dalam membacakan isi dari buku asli/ sumber ada peraturan/ pedoman

rekaman membaca buku yang dibuat Yayasan Mitra Netra yaitu sebagai

berikut:

1. Bagian awal kaset sisi A

a. Dibacakan data bibliografis buku sebagaimana tercantum pada judul

buku, seperti; judul, pengerang, penerbit, tahun terbit, jiid, dll.

b. Setelah dibacakan data bibliografis, disebutkan siapa pembaca naskah

buku, tanggal, bulan, dan tahun produksi. Disediakan tempat untuk

menyebutkan jumlah kaset yang dihasilkan dari perekaman dalam satu

judul yang berbunyi “rekaman ini terdiri dari.... kaset” (titik tersebut

diisi sesuai jumlah kaset yang digunakan dalam satu judul setelah buku

selesai dibacakan).

c. Selanjutnya dibacakan daftar isi (walaupun pada buku, daftar isi


47

urutannya tidak seperti ketentuan ini).

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam membaca daftar isi adalah

pembacaan bab, sub bab, dan seterusnya. Misalnya bab I harus dibaca:

“bab satu romawi”, berbeda dengan bab1 (angka) dibaca “bab satu”.

Begitu juga pembaca harus membedakan pembacaan A (huruf A besar)

dengan a (huruf a kecil).

d. Setelah daftar isi, dibacakan isi teks. Untuk menunjukan bahwa bacaan

teks akan segera dimulai. Ini ditandai atau ditunjukan dengan latar

belakang musik yang lebih pendek dibanding dengan musik

sebelumnya.

2. Bagian Awal Setiap Sisi Kaset Kecuali Kaset Pertama Sisi A

Pada awal bagian setiap sisi kaset, baik sisi A atau sisi B kecuali kaset

pertama sisi A, disebutkan “ kaset ke ...,sisi..., lanjutan buku (judul), jilid

(jika ada), pengarang..., bab..., halaman...”.

3. Bagian Akhir Setiap Sisi Kaset

a. Sisi A

Pada setiap akhir sisi A disebutkan “dilanjutkan ke sisi B, halaman....

b. Sisi B

Pada setiap akhir sisi B disebutkan “dilanjutkan pada kaset ke..., sisi

A, bab..., halaman...”

4. Bagian Bagian Buku yang Dibaca

Pada dasarnya seluruh isi buku dibacakan, kecuali indeks. Kata pengantar

dapat dihilangkan jika tidak ada hubungannya dengan isi/ bahasan buku.
48

“lampiran” juga dapat dipertimbangkan untuk tidak dibacakan jika terdapat

kesulitan atau terlalu banyak untuk direkam. Untuk itu perlu dikonsultasikan

dengan penata baca dan atau pengguna.

5. Nomor Halaman

Setiap pergantian halaman baru disebutkan nomor halamannya jika pada

pergantian tersebut ada kalimat yang terputus sebelum titik, maka harus

diselesaikan dulu sampai titik, baru menyebutkan “halaman 1/2/3.. dst”.

6. Alinea Baru

Pada setiap alenia baru atau dengan tanda lain yaitu berupa bunyi tertentu.

Untuk buku buku yang alineanya terlalu banyak atau tidak proporsional,

maka dapat dipertimbangkan untuk tidak disebutkan ungkapan “alenia

baru”.

7. Tanda Baca

a. Untuk tanda baca hanya tanda kurung, tanda kutip/petik dan garis miring

yang dibaca. Tetapi jika buku tersebut membahas serta memberikan

contoh tentang penggunaan tanda baca, maka tanda baca tersebut mutlak

harus dibacakan.

b. Cara menyebutkan tanda kurung, tanda kutip/petik adalah sebagai berikut:

jika kata yang berad adalam tanda kurung atau kutip tersebut hanya satu

kata, maka disebutkan: “tanda kutip...” atau “dalam kurung..”. jika

lebih dari satu kata, maka disebutkan: “ kutip buka... kutip tutup” atau

kurung buka..kurung tutup”

8. Ungkapan yang Dicetak Miring, Cetak Tebal dan Garis Bawah


49

a. Apabila di dalam kalimat terdapat kata yang dicetak miring/ cetak tebal

atau digaris bawahi maka setelah kalimat tersebut selesai dibacakan, kata

tersebut dibacakan kembali dan ikuti ungkapan : “digaris

bawahi/dicetak tebal/dicetak miring”.

b. Apabila sebuah kalimat digaris bawahi/ dicetak tebal atau dicetak miring,

maka kalimat tersebut dibacakan kalimat dan diikuti ungkapan

“digarisbawahi/dicetak tebal/dicetak miring”.

c. Apabila sebuah paragraf digaris bawahi/ dicetak tebal atau dicetak miring,

maka sebelum dibacakan paragaf tersebut disebutkan: “paragraf berikut

ini digaris bawahi/ dicetak tebal atau dicetak miring”

9. Kata Kata/ Nama Nama Asing dan Kata Kata Sukar/ Baru

Untuk kata kata atau nama nama asing yang diperkirakan belum

dikenal pembaca, di eja setelah kalimat yang mengandung kata kata tersebut

dibacakan.

10. Gambar/ Tabel/ Diagram/ Peta, Dan Lain Lain

Jika terdapat gambar, tael, diagram, peta dan sejenisnya sedapat

mungkin untuk dibacakan, diterjemahkan atau diterangkan secara singkat

dan jelas maksud dan maknanya. Tapi bila sulit dijelaskan dapat dilewatkan

(tidak dibacakan) dengan menyebutkan “gambar/tabel/ diagram/peta,

nomor... (bila ada nomor), pada halaman... tidak dibacaka”.

11. Penunjukan (Acuan, see Reference)

Jika terdapat penunjukan kata kata “lihat halaman....” atau “baca

bagian....” maka pembaca diharapkan menggantikan kalimat penunjukan


50

tersebut dengan kata “lihat halaman... pada kaset... sisi...”.

12. Footnote (cacatan kaki)

a. Footnote yang pendek

Dibacakan langsung setelah kalimat/kata yang diberi tanda

footnote selesai dibacakan dengan menyebutkan “ footnote pada

kata/kalimat...” kemudian disebutkan “ lanjutkan teks” kemudian

meneruskan bacaan.

b. Footnote yang panjang

Untuk footnote yang panjang dapat mengganggu konsentrasi

pemahaman isi paragraf, dibacakan setelah paragraf selesai dengan

menyebutkan “ footnote pada kalimat/ kata.... pada paragraf diatas”,

kemudian diteruskan dengan “isi footnote untuk kata/kalimat....

yaitu...”, kemudian “lanjutan teks” jika di dalam suatu paragraf terdapat

lebih dari satu footnote panjang, maka footnotenya diberi nomor. Setelah

dibacakan kalimat yang mengandung footnote disebutkan “ footnote

nomor satu/dua/tiga.... pada kalimat....”. kemudian diteruskan dengan

menyebutkan “lanjutan teks” sampai selesai paragraf. Setelah akhir

paragraf disebutkan “isi footnote satu/dua/tiga, dst adalah...”. jika anda

selesai pada pembacaan isi footnote yang terakhir, kemudian

menyebutkan “lanjutan teks”. Jika di dalam footnote hanya disebutkn

keterangan singkat “IBID”, “OP.CIT”, “LOC. CIT”, maka

keterangantersebut diuraikan selengkapnya sesuai dengan footnote yang

ditunjuk sebelumnya dengan menyebutkan “isi footnote: Ibid/Op.Cit/


51

Loc.Cit, yaitu...”, kemudian menyebutkan “lanjutan teks”.

13. Suara, Cara, dan Kecepatan Membaca

Cara membaca naskah dilakukan seperti orang yang sedang bercerita

atau berpidato, tidak terlalu cepat tetapi tidak terlalu lambat. Pada umumnya

agak cepat lebih disukai dari pada agak lambat. Jika diberi ukuran kira kira

satu lembar folio dengan pengetikan berjarak dua spasi memerlukan waktu 2

menit untuk membacanya. Hendaknya digunakan artikulasi yang baik, suara

tidak ditelan atau tidak diseret, tidak pula terlalu ditegaskan secara berlebih-

lebihan kata perkata sehingga terputus putus seperti anak belajar membaca.

Sebaiknya hindarkan suara yang menurun atau menghilang di ujung kalimat.

Intonasi bacaan hendaknya disesuaikan dengan tanda baca yang ada.

Pemenggalan kalimat disesuaikan dengan frasa atau pengertian dari ungkapan

bacaan.
BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Pengumpulan Data

Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan

mengenai pemanfatan koleksi digital talking book di Perpustakaan Yayasan

Mitra Netra. Dalam penelitian ini, rumusan masalah yang pertama

pengumpulan datanya dilakukan melalui penyebaran kuesioner penelitian

secara langsung kepada 83 responden dari anggota Perpustakaan Yayasan

Mitra Netra. Kemudian pengumpulan data dari rumusan masalah yang kedua

menggunakan teknik wawancara kepada informan. Informan dalam peneltian

ini adalah pustakawan Perpustakaan Yayasan Mitra Netra yaitu mba Endah.

penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu mulai tanggal 16 Mei 2014

hingga 20 Mei 2014.

B. Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pemustaka yang sudah menjadi

anggota Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Jumlah anggota Perpustakaan

Yayasan Mitra Netra sampai dengan tahun 2014 berjumlah 827 orang.

Penarikan sampel didasarkan kepada Suharsimi Arikunto yang menyatakan “

jika populasi lebih dari 100 orang, maka dapat diambil 10-15% atau sesuai

dengan kemampuan peneliti.22 Berdasarkan ketentuan tersebut, maka peneliti

ini mengambil sebanyak 10% dari jumlah populasi yaitu 82,7 yang dibulatkan

22
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka
Cipta, 1992) h. 48

52
53

menjadi 83 orang. Sampel ditetapkan secara aksidental atau accidental

sampling, yaitu metode pemilihan sampel tanpa memperhitungkan ciri-ciri

populasi. Siapa yang datang dan terjangkau oleh peneliti maka dapat diambil

sebagai sampel.

C. Teknik Pengolahan Data

Hasil Penelitian yang diterima melalui kuesioner kemudian diolah

dengan menggunakan alat bantu program Statistical Package for the Social

Sciences (SPPS). Selanjutnya penyusunan data sehingga lebih mudah untuk di

analisis dalam rangka menjawab tujuan penelitian ini.

1. Uji Validitas

Uji vadilitas digunakan untuk mengukur tingkat validitas kuesioner.

Validitas atau kesahihan adalah menunjukan sejauh mana suatu alat ukur

mampu mengukur apa yang ingin diukur23. Dinyatakan valid apabila

pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan hal yang akan diukur

oleh kuesioner tersebut. Alat bantu yang digunakan dalam pengujian

korelasi ini adalah program SPSS. Apabila Pearson Correlation

menunjukkan nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid.

Cara melakukan uji validitas dengan SPSS:

a. Buat skor total masing masing variable

b. Klik analyze > Correlate > Bivariete

c. Masukan seluruh item variable x ke variables

d. Masukan total skor variable x ke variables

e. Ceklis Person; Two Tailed; Flag

23
Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) hal
162
54

f. Klik OK

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap

konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula 24.

Fungsi dari analisis reliabilitas adalah untuk mengetahui apakah butir butir

pertanyaan dalam kuesioner saling berhubungan.25 Suatu kuesioner

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan

adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. SPSS memberikan

fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpa

(X). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach

Alpa lebih dari 0,70. Cara melakukan uji reliabilitas dengan SPSS:

a. Klik Analyze > Scale > Reliability Analysis

b. Masukan seluruh item variabel X ke Items

c. Pastikan pada Model terpilih Alpha

d. Klik OK

3. Statistik Deskriptif dengan SPSS

Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan bagaimana cara

mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data

sehingga mudah dipahami26. Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis

data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan

suatu sampel. Cara melakukan analisis deskriptif frekuensi dengan SPPS:

24
Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) hal
173
25
Stanislaus Uyanto, Pedoman Analisis Data dengan SPSS (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009)
hal 274
26
Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) hal
2
55

a. Klik analyze > descriptive statistics > frequensies

b. Masukan seluruh item variable x ke variables

c. Jangan lupa centang display frequency tables

d. Klik OK

D. Pembahasan Hasil Kuesioner

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner dalam penelitian ini memiliki variabel yakni

pemanfaatan koleksi digital talking book. Dimana rumusan masalahnya

adalah bagaimanakah pemanfaatan koleksi digital talking book, dengan

tiga sub pertanyaan yaitu apakah koleksi digital talking book bermanfaat,

subjek apa yang paling sering dimanfaatkan, dan juga bagaimana cara

pemanfaatan koleksi digital talking book. Jumlah pertanyaan dalam

kuesioner sebanyak 18 butir pertanyaan tertutup dan 3 butir pertanyaan

terbuka yang mencakup: 7 butir pertanyaan mengenai pemanfaatan koleksi

digital talking book, 8 butir pertanyaan mengenai cara memanfaatkan

digital talking book, dan jenis subjek yang paling sering dimanfaatkan 4

butir pertanyaan, serta 2 pertanyaan terbuka mengenai kendala serta

harapan pemustaka kepada 83 responden.

Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas
Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book
Item Pernyataan Pearson Correlation Keterangan
X.1 0,000 Valid
56

X.2 0,000 Valid


X.3 0,000 Valid
X.4 0,000 Valid
X.5 0,000 Valid
X.6 0,000 Valid
X.7 0,000 Valid
X.8 0,000 Valid
X.9 0,000 Valid
X.10 0,000 Valid
X.11 0,000 Valid
X.12 0,000 Valid
X.13 0,000 Valid
X.14 0,000 Valid
X.15 0,000 Valid
X.16 0,000 Valid
X.17 0,000 Valid
X.18 0,000 Valid

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 18 butir pertanyaan

yang diberikan kepada 83 responden memiliki nilai Pearson Correlation

lebih besar dari nilai 0,05 yang berarti semua butir pertanyaan dinyatakan

valid.

Tabel 4.2
Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Cronbach's Alpha Keterangan

1. Pemanfaatan 0,762 Reliabel

Koleksi Digital

Talking Book
57

Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa variabel

mempunyai koefisien Cronbach Alpha yang cukup besar yaitu di atas 0,70

sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur masing-masing variabel

dari kuesioner adalah reliabel yang berarti bahwa kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang handal.

2. Karakteristik dan Data Responden

Pembahasan kali ini akan menjelaskan tentang gambaran

responden untuk mendukung dan melengkapi hasil analisis data.

Responden dalam penelitian ini adalah pemustaka perpustakaan Yayasan

Mitra Netra. Adapun gambaran responden penelitian dari semua sampel

dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa karakteristik, yaitu jenis

kelamin, keanggotaan, usia, dan juga pekerjaan. Karakteristik dan data

responden dari responden sebagai obyek penelitian tersebut satu per satu

dapat diuraikan seperti pada bagian berikut:

a. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil kuesioner penelitian yang dilakukan,

diperoleh gambaran tentang jenis kelamin dari responden yang dapat

dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase


Laki-laki 61 orang 73,5%
Perempuan 22 orang 26,5%
Total 83 orang 100%
58

Dapat dilihat bahwa dari 83 responden yang dipilih secara acak

dengan ketentuan terdaftar sebagai anggota perpustakaan maka

responden berjenis kelamin laki laki mencapai setengahnya yaitu

sebanyak 61 orang (73,5%) sedangkan responden berjenis kelamin

perempuan kurang dari setengahnya yaitu sebanyak 22 orang (26,5%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden lelakilah yang

paling banyak mengunjungi perpustakaan dengan jumlah 61 orang

(73,5%) pada saat penelitian berlangsung.

b. Usia Responden

Berdasarkan hasil kuesioner penelitian yang dilakukan,

diperoleh gambaran tentang usia dari responden yang dapat dilihat

pada tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan usia

Jawaban Jumlah Persentase


Di bawah 15 tahun 0 0%
16-25 tahun 67 80,8%
26-35 tahun 10 12%
Di atas 36 tahun 6 7,2%
Jumlah 83 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 67 orang (80,8%)

yang berusia 16-25 tahun, sedangkan sebagian kecil yaitu sebanyak 10

orang (12%) berusia 26-35 tahun. Sebagian kecil lagi yaitu sebanyak 6

orang (7,2%) berusia di atas 35 tahun.


59

Dari data diatas dapat dilihat bahwa data yang diambil untuk

penelitian adalah pemustakan yang berusia 16-25 tahun yaitu 67 orang

(80,8%).

c. Pekerjaan Responden

Berdasarkan hasil kuesioner penelitian yang dilakukan,

diperoleh gambaran tentang pekerjaan dari responden yang dapat

dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5
Karakteristik Pekerjaan Responden
Jawaban Jumlah Persentase
Pelajar 23 27,7%
Mahasiswa 38 45,9%
Guru 12 14,4%
Lain lain 10 12%
Jumlah 83 100%

Tabel diatas menunjukkan bahwa jenis responden terdiri atas

pelajar, mahasiswa, guru dan jenis lain. sebagian besar responden

sebanyak 38 orang (45,9%) adalah mahasiswa.Pelajar sebanyak 23

orang (27,7%), guru sebanyak 12 orang (14,4%), dan sisanya sebanyak

10 orang (12%) bekerja lainnya.

Maka dari data diatas bahwa pada umumnya responden yang

berkunjung paling banyak ke perpustakaan saat penelitian berlangsung

adalah mahasiswa.
60

3. Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book

Tabel 4.6
Jenis Koleksi Yang Paling Sering Digunakan
Jawaban Jumlah Persentase
Digital Talking 77 92,8%
Book
Buku braille 1 1,2%
Lain lain 5 6%
Netral 0 0%
Total 83 100%

Tabel 4.6 menunjukan data tentang jenis koleksi yang paling

sering digunakan di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Dari data diatas

terungkap bahwa koleksi digital talking book paling banyak dimanfaatkan

oleh 77 orang (92,8). Sedangkan koleksi buku braille paling sedikit yang

menggunkananya sebanyak 1 orang (1,2%). Sebagian kecil responden

menggunakan koleksi lain lain yaitu sebanyak 5 orang (6%).

Dari data tersebut menunjukan bahwa koleksi yang paling sering

digunakan yaitu koleksi digital talking book.

Tabel 4.7
Pemanfaatan koleksi Digital Talking Book
Jawaban Jumlah Persentase
Iya, sering 78 94%
Tidak pernah 5 6%
jarang 0 0%
Total 83 100%

Hasil penelitian di atas menunjukan bahwa sebagian besar

pemustaka menggunakan koleksi digital talking book yaitu sebanyak 78


61

orang (94%), namun sebagian kecil tidak menggunakan koleksi digital

talking book yaitu sebanyak 5 orang (6%).

Tabel 4.8
Tujuan menggunakan Digital Talking Book
Jawaban Jumlah Persentase
Mengerjakan tugas sekolah/ kampus 10 12%
Untuk dibaca karena bukunya menarik 62 74,7%
Lain lain 6 7,3%
Netral 5 6%
Jumlah 83 100%

Hasil penelitian menunjukan bahwa digital talking book yang

digunakan sebagian besar untuk di baca atau hiburan karena bukunya

menarik yaitu sebanyak 62 orang (74,7%), sebagian kecil pemustaka

menggunakan digital talking book untuk mengerjakan tugas

sekolah/kampusnya yaitu sebanyak 10 orang (12%). Sebagian kecilnya

lagi menggunkan untuk lain lain seperti untuk menambah wawasan yaitu

sebanyak 6 orang (7,3%). Kemudian yang tidak menjawab karena tidak

pernah menggunakan digital talking book sebanyak 5 orang (6%).

Tabel 4.9
Frekuensi Pemakaian Digital Talking Book
Jawaban Jumlah Persentase
< 1bulan 39 47%
>6 bulan 39 47%
Netral 5 6%
Total 83 100%

Tabel diatas menunjukan bahwa frekuensi penggunakan koleksi

digital talking book seimbang, yaitu ada 39 0rang (47%) yang terakhir kali
62

menggunakan digital talking book kurang dari sebulan yang lalu.

Kemudian yang menggunkan koleksi digital talking book lebih dari 6

bulan yang lalu ada sebanyak 39 orang (47%). Sisanya tidak menjawab

sebanyak 5 orang (6%) karena mereka belum pernah memakai koleksi

digital talking book.

Tabel 4.10
Pemenuhan Kebutuhan Informasi
Jawaban Jumlah Persentase
Memenuhi 23 27,7%
Kurang memenuhi 55 66,3%
Netral 5 6%
Total 83 100%

Dari data diatas menunjukan bahwa sebagian besar pemustaka

merasa koleksi digital talking book kurang memenuhi kebutuhan informasi

mereka yaitu sebanyak 55 orang (66,3%). Hanya sebagian kecil pemustaka

yang merasa sudah memenuhi kebutuhan informasinya yaitu sebanyak 23

orang (27,7%). Kemudian sisanya sebanyak 5 orang (6%) tidak menjawab

karena mereka belum pernah menggunkan koleksi digital talking book.

Tabel 4.11
Alasan Tidak Menggunakan Digital Talking Book
Jawaban Jumlah Persentase
Netral 78 94%
Lain lain 5 6%
Total 83 100%

Data diatas menunjukan 78 orang (94%) tidak menjawab karena

mereka semua menggunakan koleksi digital talking book, sedangkan 5


63

orang (6%) yang tidak menggunakan digital talking book menjawab lain

lain sebagai alasan mereka tidak menggunakan koleksi digital talking

book, salah satunya yaitu karena mereka belum pernah mencoba

menggunkan koleksi digital talking book.

Tabel 4.12
Kepraktisan Menggunakan Digital Talking Book
Jawaban Jumlah Persentase
Tidak Merepotkan 78 94%
Merepotkan 0 0%
Netral 5 6%
Total 84 100%

Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa semua pengguna

koleksi digital talking book merasa menggunakan digital talking book

tidak merepotkan yaitu sebanyak 78 orang (94%). Dan sisanya sebanyak 5

orang (6%) tidak menjawab karena mereka belum pernah menggunakan

koleksi digital talking book.

Tabel 4.13
Sistem Pencarian Koleksi Digital Talking Book
Jawaban Jumlah Persentase
Bertanya Pada Pustakawan 66 79,5%
Lain Lain 12 14,5%
Netral 5 6%
Total 83 100%

Tabel 4.13 menunjukan data tentang sistem pencarian koleksi

digital talking book oleh pemustaka. Responden menunjukan bahwa

sebanyak 66 orang (79,5%) bertanya kepada pustakawan untuk

mendapatkan koleksi digital talking book yang mereka inginkan. Sebagian


64

kecil sebanyak 12 orang (14,5%) mencari dengan cara lain, contohnya

dengan menggunakan katalog, dan kemudian sisanya sebanyak 5 orang

(6%) tidak menjawab karena mereka belum pernah menggunkan koleksi

digital talking book.

Tabel 4.14
Penggunaan Jasa Pustakawan
Jawaban Jumlah Persentase
Selalu Menggunakan Jasa Pustakawan 66 79,5%
Terkadang Menggunakan Jasa 12 14,5%
Pustakawan
Netral 5 6%
Total 83 100%

Tabel 4.14 menunjukan data tentang penggunaan jasa pustakawan.

Responden menunjukan bahwa sebanyak 66 orang (79,5%) selalu

menggunkan jasa pustakawan untuk mendapatkan koleksi digital talking

book yang mereka inginkan. Sebagian kecil sebanyak 12 orang (14,5%)

terkadang menggunkan jasa pustakawan, dan kemudian sisanya sebanyak

5 orang (6%) tidak menjawab karena mereka belum pernah menggunkan

koleksi digital talking book.

Tabel 4.15
Frekuensi Peminjaman Koleksi Digital Talking Book
Jawaban Jumlah Persentase
Sering 23 27,7%
Jarang 33 39,8%
Tidak pernah 22 26,5%
Tidak jawab 5 6%
Total 83 100%
65

Tabel 4.15 menerangkan tentang frekuensi peminjaman koleksi

digital talking book yang dibawa pulang. Data tersebut menunjukan bahwa

sebagian besar pemustaka jarang meminjam digital talking book untuk

dibawa pulang, yaitu sebanyak 33 orang (39,8%). Sebagian kecil sering

meminjam koleksi digital talking book yaitu sebanyak 23 orang (27,7%),

dan sebagian kecil lainnya menjawab tidak pernah meminjam digital

talking book untuk di bawa pulang yaitu yaitu berjumlah 22 orang

(26,5%). Kemudian sisanya sebanyak 5 orang (6%) tidak menjawab

karena mereka belum pernah menggunkan koleksi digital talking book.

Tabel 4.16
Penilaian Terhadap layanan peminjaman
Jawaban Jumlah Persentase
Tidak menyusahkan 73 88%
Netral 10 12%
Total 83 100%

Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa layanan

peminjaman koleksi digital talking book tidak menyusahkan yaitu

sebanyak 73 orang (88%). Sisanya sebanyak 10 orang (12%) tidak

menjawab. Tabel 4.17

Jumlah Waktu Untuk Membaca Digital Talking Book

Jawaban Jumlah Persentase


1 hari 12 14,5%
1 minggu 11 13,3%
Lain Lain 55 66,3%
Netral 5 6%
Total 83 100%
66

Tabel 4.17 menerangkan tentang jumlah waktu yang dibutuhkan

untuk membaca satu digital talking book. Data tersebut menunjukan

bahwa sebagian besar pemustaka membutuhkan waktu yang tidak tentu

(lain lain) tergantung ketebalan satu digital talking book, yaitu sebanyak

55 orang (66,3%). Sebagian kecil membutuhkan waktu satu hari untuk

membaca satu digital talking book yaitu sebanyak 12 orang (14,5%), dan

sebagian kecil lainnya menjawab satu minggu untuk membaca satu digital

talking book yaitu yaitu berjumlah 11 orang (13,3%). Kemudian sisanya

sebanyak 5 orang (6%) tidak menjawab karena mereka belum pernah

menggunkan koleksi digital talking book.


67

Tabel 4.18

Alat Yang Sering Digunakan Untuk Membaca Digital Talking Book

Jawaban Jumlah Persentase


Victor reader 16 19,3%
Laptop 51 61,4%
Lain lain 11 13,3%
Netral 5 6%
Total 83 100%

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pemustaka

menggunakan laptop untuk membaca digital talking book yaitu sebanyak

51 orang (61,4%), sebagian kecil pemustaka menggunkan victor reader

untuk membaca digital talking book yaitu sebanyak 16 orang (19,3%).

Sebagian kecilnya lagi menggunakan untuk alat lain lain seperti VCD

yaitu sebanyak 11orang (13,3%). Kemudian yang tidak menjawab karena

tidak pernah menggunakan digital talking book sebanyak 5 orang (6%).

Tabel 4.19

Kejelasan Narator Dalam Membacakan Digital Talking Book

Jawaban Jumlah Persentase


Baik 67 80,7%
Kurang baik 11 13,3%
Netral 5 6%
Total 83 100%

Tabel 4.19 menerangkan tentang pendapat pemustaka terhadap

kejelasan narator dalam membacakan digital talking book. Data tersebut

menunjukan bahwa sebagian besar pemustaka menganggap narator sudah

membacakan digital talking book dengan baik, yaitu sebanyak 67 orang


68

(80,7%). Sebagian kecil beranggapan narator kurang baik dalam

membacakan digital talking book yaitu sebanyak 11 orang (13,3%),

kemudian sisanya sebanyak 5 orang (6%) tidak menjawab karena mereka

belum pernah menggunkan koleksi digital talking book.

Tabel 4.20
Alasan Menggunakan Digital Talking Book
Jawaban Jumlah Persentase
Praktis 72 86,7%
Lain Lain 6 7,2%
Netral 5 6%
Total 83 100%

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pemustaka

yang suka membaca digital talking book dikarenakan praktis dalam

menggunakanannya yaitu sebanyak 72 orang (86,7%), sebagian kecil

pemustaka suka menggunakan digital talking book karena alasan lain

lainnya seperti karena jenis koleksi digital talking book lebih up to date

dibanding buku braille yaitu sebanyak 6 orang (7,2%). Kemudian yang

tidak menjawab karena tidak pernah menggunakan digital talking book

sebanyak 5 orang (6%).

Tabel 4.21
Bentuk Karya Yang Sering Digunakan
Jawaban Jumlah Persentase
Fiksi 49 59%
Nonfiksi 29 34,9%
Netral 5 6%
Total 83 100%
69

Hasil penelitian diatas menunjukan bahwa sebagian besar

pemustaka lebih sering menggunakan koleksi fiksi yaitu sebanyak 49

orang (59%). Sebagian kecil pemustaka menggunakan koleksi nonfiksi

yaitu sebanyak 29 orang (34,9%). Sebagian kecil lainnya tidak menjawab

karena mereka belum pernah menggunakan koleksi digital talking book.

Tabel 4.22
Kepuasan Terhadap Ketersediaan Koleksi
Jawaban Jumlah Persentase
Puas 34 41%
Kurang puas 44 53%
Netral 5 6%
Total 83 100%

Hasil penelitian diatas menunjukan bahwa setengah responden

sebanyak 44 orang (53%) menyatakan kurang puas terhadap ketersediaan

koleksi, dan hampir setengah responden sebanyak 34 orang (41%)

menyatakan sudah puas terhadap ketersediaan koleksi. Sisanya tidak

menjawab sebanyak 5 orang (6%) karena mereka belum pernah memakai

koleksi digital talking book.

Dari data tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa sebagian besar

pemustaka kurang puas terhadap ketersediaan koleksi.

Tabel 4.23
Ketersediaan Subjek
Jawaban Jumlah Persentase
Lengkap 23 27,7%
Kurang lengkap 55 66,3%
Netral 5 6%
Total 83 100%
70

Dari data di atas menunjukan bahwa sebagian besar pemustaka

merasa ketersediaan subjek koleksi digital talking book kurang lengkap

yaitu sebanyak 55 orang (66,3%). Sebagian menganggap ketersediaan

subjek sudah lengkap yaitu sebanyak 23 orang (27,7%). Sebagian kecil

lainnya tidak menjawab karena mereka belum pernah menggunkan koleksi

digital talking book.

4. Rekapitulasi Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book di

Perpustakaan Yayasan Mitra Netra

Tabel 4.24
Rekapitulasi Pemanfaatan Digital Talking Book
Jawaban
No Hal Persentase
Terbanyak
1 Jenis Koleksi Yang sering Digital Talking 92,8%
Digunakan Book
2 Pemanfaatan koleksi Digital Memanfaatkan 94%
Talking Book Digital Talking
Book
3 Tujuan menggunakan Digital Untuk di Baca 74,7%
Talking Book
4 Frekuensi Pemakaian Digital < 1 bulan 47%
Talking Book
5 Pemenuhan Kebutuhan Kurang Memenuhi 66,3%
Informasi
6 Alasan Tidak Menggunakan Netral 94%
Digital Talking Book
7 Kepraktisan Menggunakan Tidak Merepotkan 94%
Digital Talking Book
8 Sistem Pencarian Koleksi Bertanya Pada 79,5%
Digital Talking Book Pustakawan
71

9 Penggunaan Jasa Pustakawan Selalu 79,5%


Menggunakan Jasa
Pustakawan
10 Frekuensi Peminjaman Koleksi Jarang Meminjam 39,8%
Digital Talking Book
11 Penilaian layanan peminjaman Layanan Tidak 88%
Menyusahkan
12 Jumlah Waktu Untuk Lain lain 66,3%
Membaca satu Digital Talking
Book
13 Alat Yang Sering Digunakan Laptop 61,4%
Untuk Membaca Digital
Talking Book
14 Kejelasan Narator Dalam Sudah jelas 80,7%
Membacakan Digital Talking
Book
15 Alasan Menggunakan Digital Praktis 86,7 %
Talking Book
16 Bentuk Karya Yang Sering Fiksi 59%
Digunakan
17 Kepuasan Terhadap Kurang Puas 53%
Ketersediaan Koleksi
18 Ketersediaan Subjek Kurang lengkap 66,3%
Rata Rata Persentase 73,50%

Pada tabel 4.24 di atas dapat diketahui bahwa hampir semua

(92,8%) pemustaka lebih sering menggunakan koleksi digital talking book

dibanding menggunakan koleksi lainnya yang ada di Perpustakaan

Yayasan Mitra Netra. Koleksi digital talking book juga merupakan koleksi

yang banyak digunakan, hal tersebut diungkapkan oleh hampir semua

(94%) pemustaka. Motivasi pemustaka memanfaatkan digital talking book


72

yaitu karena keinginan pribadi untuk membaca karena bukunya menarik ,

hal tersebut diungkapkan oleh sebagian besar (74,7%) pemustaka. Hampir

setengah (47%) pemustaka menyatakan terakhir kali menggunakan digital

talking book kurang dari satu bulan.

Sebagian besar (66,3%) pemustaka menganggap koleksi digital

talking book kurang memenuhi kebutuhan mereka. Hampir keseluruhan

(94%) responden menyatakan, menggunakan digital talking book tidak

merepotkan atau lebih praktis. Hampir seluruh responden (79,5%)

menyatakan bahwa mereka bertanya pada pustakawan untuk mendapatkan

koleksi yang mereka inginkan. Dan mereka selalu bertanya kepada

pustakawan.

Hampir setengah pemustaka (39,8%) menyatakan bahwa mereka

jarang meminjam koleksi digital talking book untuk dibawa pulang.

Sebagian besar pemustaka (88%) merasa layanan peminjaman koleksi

digital talking book tidak menyusahkan.

Lebih dari setengah pemustaka (66,3%) membutuhkan waktu yang

tidak tentu (lain lain) untuk membaca satu digital talking book, tergantung

ketebalan satu digital talking book. Sebagian besar pemustaka

menggunakan laptop untuk membaca digital talking book yaitu sebanyak

61,4%. Kesan pemustaka terhadap kejelasan narator dalam membacakan

digital talking book sudah baik. Hampir semua (86,7%) dari responden

menyatakan alasan mereka menggunakan digital talking book karena lebih

praktis.
73

Dari data yang diperoleh mengenai bentuk karya digital talking

book yang sering digunakan, sebagian besar pemustaka (59%) cenderung

memanfaatkan koleksi fiksi. Rata-rata koleksi fiksi yang mereka gunakan

adalah novel. Sebanyak 66,3 % pemustaka merasa ketersediaan bentuk

karya digital talking book kurang lengkap. Sehingga lebih dari setengah

(53%) pemustaka mengakui bahwa mereka kurang puas terhadap

ketersediaan koleksi digital talking book.

Berdasarkan data tersebut maka dapat digeneralisasikan terkait

pemanfaatan koleksi digital talking book oleh pemustaka, yaitu hampir

seluruh pemustaka (73,50%) memanfaatkan koleksi digital talking book

dengan baik. Pernyataan tersebut didapatkan dari penjumlahan persentase

pada tabel 4.24 kemudian dibagi dengan 18 (delapan belas) hal yang

terkait dengan pemanfaatan digital talking book oleh pemustaka pada tabel

yang sama. Jadi jumlah yang didapatkan dari persentase tersebut 1323/18

maka didapatkan hasil 73,50%.

5. Hasil Pertanyaan Terbuka Kepada Responden

a. Kendala dalam memanfaatkan koleksi Digital Talking Book

Tidak banyak kendala yang dialami pemustaka dalam

memanfaatkan koleksi digital talking book di Perpustakaan Yayasan

Mitra Netra, namun tetap ada beberapa kendala dalam memanfaatkan

digital talking book yaitu tentang kurangnya ketersediaan koleksi buku

buku pelajaran, selain itu ada pula komentar tentang kualitas compact

disk yang terkadang kusut sehingga ada bagian digital talking book
74

yang tidak bisa dibaca, dan juga kurangnya jumlah victor reader untuk

membaca digital talking book.

b. Harapan dan Saran

Sebagian besar responden menyatakan bahwa harapannya

terhadap Perpustakaan Yayasan Mitra Netra adalah semoga

perpustakaan bisa memberikan pelayanan yang lebih baik lagi salah

satunya dengan menambah jumlah koleksi digital talking book, tidak

hanya jenis koleksi fiksi tetapi juga lebih banyak lagi menambahkan

koleksi nonfiksi/ buku buku pelajaran. serta diikuti dengan perbaikan

dan penambahan sarana dan prasarana yang dapat menunjang

kebutuhan pemustaka.

Berikut beberapa saran yang berhasil peneliti rangkum, di

antaranya;

1) Koleksi digital talking book di bidang ilmu pengetahuan

diperbanyak lagi dan lebih up todate.

2) Pengadaan koleksi tidak hanya menunggu permintaan dari

klien/ pemustaka.

3) Selain menambah kuantitas digital talking book, sebaiknya

diadakan e-book

4) Penambahan victor reader.

6. Upaya Pustakawan Agar Koleksi Digital Talking Book dimanfaatkan

Kemudahan dalam mengakses informasi mempengaruhi

masyarakat untuk tidak datang ke perpustakaan, oleh sebab itu pustakawan

harus mengupayakan agar koleksi di perpustakaan dapat dimanfaatkan


75

dengan semaksimal mungkin. Sebelum peneliti memaparkan upaya yang

dilakukan oleh perpustakaan mitra netra agar koleksi digital talking book

dapat dimanfaatkan, maka terlebih dahulu akan dipaparkan jawaban

pustakawan mengenai pemanfaatan koleksi oleh pemustaka

Koleksi digital talking book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra

sering digunakan oleh pemustaka, hal tersebut membuktikan eksistensi

perpustakaan ini. Informan menjelaskan:

Minat pemustaka terhadap koleksi digital talking book sejauh ini


bagus, banyak yang menggunakannya. Bahkan pemustaka dari
luar daerah suka meminjam melalui telepon kemudian nanti
mereka menggantikan biaya pengirimannya.

Pernyataan informan mengenai minat pemustaka terhadap koleksi

digital talking book diperkuat dengan hasil dari kuesioner yang disebar

kepada pemustaka. Walaupun informan menyatakan bahwa koleksi yang

dipinjam dalam perhari tidak tentu jumlahnya.

Dalam perhari koleksi digital talking book yang di pinjam tidak


menentu. Kalau di hitung rata rata perhari bisa 10 digital talking
book, kalau lagi banyak yang pinjam sehari bisa sampai 20an tapi
kalau lagi sedikit sehari bisa Cuma 3 digital talking book. Jadi
tidak pasti dalam sehari yang meminjam digital talking book itu.

Perpustakaan Yayasan Mitra Netra ini masih menggunakan sistem

manual dalam hal pencatatannya, jadi mereka belum memiliki data

bulanan mengenai rekapitulasi peminjaman dan pengembalian koleksi.

Selain itu informan juga mengatakan bahwa:

Katagori yang paling sering dipinjam paling banyak bidang


umum, seperti novel, buku buku psikologi, buku buku di luar
pelajaran, tapi kalau untuk pelajar banyak yang minjam buku
pelajaran. Sejauh ini imbang peminjaman antara buku buku
pelajaran dengan buku buku umum.
76

Pustakawan di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra bukanlah sarjana

ilmu perpustakaan yang mengetahui pembagian klasifikasi buku, sehingga

di perpustakaan ini pengklasifikasiannya berdasarkan buku pelajaran

sekolah dan buku buku umum. Yang masuk ke dalam katagori buku buku

umum diantaranya; koleksi fiksi, nonfiksi, agama, dan psikologi, serta

ensiklopedi. Penyusunan koleksinya pun berdasarkan abjad.

Setelah dilihat dari pernyataan informan serta ditambah dengan

hasil kuesioner yang disebar kepada pemustaka menyatakan bahwa koleksi

digital talking book dimanfaatkan dengan baik oleh pemustaka.

Upaya pustakawan Perpustakaan Yayasan Mitra Netra agar

koleksinya dimanfaatkan melalui promosi. Promosi yang dilakukan

adalah melalui kontak perorangan dan memasukkan ke dalam halaman

web, walaupun yang dimasukkan adalah bukan buku baru. Namun pada

kenyataannya di website Perpustakaan Yayasan Mitra Netra tidak terdapat

promosi koleksi. Alasannya dikarenakan kurangnya SDM yang

membantu. Berikut informasi yang didapatkan peneliti;

Saya suka promosiin buku baru kepada pemustaka yang


berkunjung ke perpustakaan. Caranya dengan menginformasikan
buku buku tersebut selanjutnya mereka yang menginformasikan
kepada teman temannya. Karena keterbatasan SDM kita tidak
pernah melakukan promosi via brosur, pamflet atau sejenisnya.
Paling dimasukan ke dalam web dan itu pun tidak langsung ketika
ada buku baru, biasanya seminggu setelah buku buku baru
tersebut ada. Jadi cara saya menginformasikannya fleksibel.
77

Namun pada teorinya banyak cara yang dapat dilakukan dalam

mempromosikan koleksi, diantaranya27: publikasi dan iklan misalnya

melalui media televisi, pamflet, brosur, media sosial, dan sebagainya.

kontak perorangan, promosi secara kontak perorangan dilakukan melalui

tatap muka langsung antara pemustaka dengan pustakawan. Penciptaan

suasana atau lingkungan yang kondusif, Salah satu cara menciptakan

suasana lingkungan yang kondusif yaitu dengan melayankan jasa dengan

ramah.

Selain dengan mempromosikan koleksi digital talking book kepada

pemustaka, upaya yang dilakukan oleh pustakawan agar koleksi digital

talking book dimanfaatkan yaitu dengan memberikan bimbingan pemakai

kepada pemustaka baru mengenai bagaimana cara menggunakan victor

reader. Hal tersebut disampaikan informan kepada peneliti dalam

wawancara;

Ada, biasanya untuk pemustaka yang baru kita ajarkan terutama


untuk pemakaian victor reader, Jadi pemustaka yang baru
diajarkan cara menggunakannya. Tidak ada seminar khusus
mengenai bimbingan pemakai, dulu pernah ada sewaktu awal
menggunakan victor reader namun karena lagi lagi keterbatasan
SDM kita tidak pernah mengadakannya lagi.

Pemustaka di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra bisa

dengan mudah mengajukan permohonan digital talking book apabila

koleksi yang dibutuhkan tidak tersedia, dengan ketentuan dan syarat yang

berlaku. Informan menyatakan;

27
Badollahi, Mustafa, Promosi Jasa Perpustakaan, (Jakarta: Universitas terbuka 1996) hal
28
78

Pemustaka bisa mengajukan permohonan digital talking book


dengan ketentuan dan juga tidak bisa langsung cepat jadi karena
banyak waiting list.

Dari penjabaran di atas maka dapat disimpulkan, upaya

pustakawan agar koleksi digital talking book dimanfaatkan oleh

pemustaka adalah dengan cara promosi dengan kontak perorangan dan

melakukan bimbingan pemakai. Walaupun promosi yang dilakukan belum

maksimal, yang seharusnya promosi di perpustakaan ini bisa dilakukan

dengan lebih maksimal, yaitu dengan cara mempromosikan via media

sosial, serta penciptaan layanan yang kondusif dengan cara melakukan

pelayanan yang ramah, dll.


BAB V

PENUTUP

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian pada bab

sebelumnya. Kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan penelitian yang

diuraikan pada bab pertama sedangkan saran adalah pendapat peneliti yang

dirangkum dari observasi dan masukan dari para responden guna kemajuan

Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Penjelasan dari hasil penelitian pada bab bab

sebelumnya, maka beberapa kesimpulan dapat ditarik dari penelitian ini.

Kesimpulan berikut ini menggambarkan pemanfaatan koleksi digital talking book

di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra berdasarkan rumusan masalah yang peneliti

buat.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti

menyimpulkan bahwa:

1. Koleksi digital talking book bermanfaat untuk pemustaka. Hal ini dapat

dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa (74,7%) sebagian

besar responden memanfaatkan koleksi digital talking book dengan baik.

2. Upaya pustakawan agar koleksi dimanfaatkan oleh pemustaka diantaranya

yaitu; mempromosikan koleksi digital talking book terbaru dengan kontak

langsung kepada pemustaka, dan juga memberikan bimbingan pemakai

terhadap pemustaka baru. Walaupun promosi yang dilakukan belum

maksimal.

78
79

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijabarkan

diatas maka peneliti mengajukan saran-saran terkait pemanfaatan koleksi

digital talking book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra sebagai berikut:

1. Guna meningkatkan azas manfaat perpustakaan maka penting bagi

pengelola perpustakaan untuk memperbanyak koleksi digital talking book,

terutama untuk buku-buku pelajaran yang paling banyak dibutuhkan

pemustaka.

2. Perpustakaan harus meningkatkan efektifitas website bagi pemustaka

berkebutuhan khusus/ tunanetra. misalnya dengan memperbaharui

informasi koleksi digital talking book agar pemustaka tunanetra dapat

mengetahui koleksi baru dari website. selain itu juga dengan menambah

fasiitas yang terdapat dalam website contohnya tidak hanya menampilkan

bentuk visual saja tetapi audio juga sehingga tunanetra bisa mengakses

website dengan mudah.

3. Peningkatan fasilitas dan pelayanan perpustakaan tak luput pula jadi

perhatian yang penting, dengan fasilitas yang mendukung maka akan

menambah minat pemustaka untuk berkunjung setiap waktu, karena

merasakan kenyamanan atas pelayan dan fasilitas yang ada, seperti halnya

fasilitas untuk sistem temu kembali informasi, agar pemustaka bisa

mandiri dan tidak bergantung pada pustakawan untuk mendapatkan buku

yang mereka butuhkan.

4. Selain itu ada baiknya menambah jumlah jam dan layanan yang

disediakan, karena mengingat pemustaka yang berkunjung lebih banyak

pelajar yang hari sabtu dan minggunya libur, sehingga apabila waktu dan
80

jam layanan ditambah tentu akan semakin banyak yang berkunjung ke

perpustakaan.

5. Meningkatkan promosi serta mensosialisasikan koleksi digital talking

book kepada tunanetra agar koleksi digital talking book dapat diketahui

dan dimanfaatkan. Promosi dapat dilakukan dengan cara melalui media

sosial seperti facebook, twitter, dan sebagainya. Selain itu, pihak

perpustakaan bisa bekerja sama dengan SLB-B untuk memberikan

informasi terkait koleksi digital talking book kepada siswanya.

6. Melakukan kerjasama dengan pemeritah untuk meningkatkan kualitas

perpustakaan dan juga kuantitas jumlah koleksi. Selain itu juga agar

pemerintah memperhatikan perpustakaan tunanerta, supaya pemustaka

berkebutuhan khusus/ tunanetra dapat lebih mudah mengakses informasi

yang mereka butuhkan. Dengan bekerjasama dengan pemerintah

setidaknya pemerintah dapat membuat kebijakan kebijakan yang

bermanfaat bagi perpustakaan dan pemustaka berkebutuhan kusus/

tunanetra.

7. Seiring dengan perkembangan informasi yang begitu pesat, Perpustakaan

Yayasan Mitra Netra haruslah menyesuaikannya, misalnya dengan

memperbaharui format informasi. Tidak hanya memproduksi koleksi

digital talking book tapi juga memproduksi buku elektronik.

8. Menambah jumlah SDM yang dapat membantu kegiatan operasional

perpustakaan, khususnya yang mengerti tentang pengelolaan perpustakaan

yang baik dan benar.


81

9. Perpustakaan harus meningkatkan informasi yang ada pada website. Hal

tersebut mencakup penjelasan perputakaan, mulai dari sejarah, profil

perpustakaan, hingga jenis koleksi dan lain-lainnya, guna menambah

pengetahuan masyarakat tentang perpustakaan tunanetra.


DAFTAR PUSTAKA

Agus Sutoyo dan Joko Santoso. Strategi dan Pemikiran Perpustakaan Visi
Hernando. Jakarta: Sagung Seto, 2001.
Anas Sudjino. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo,1997.
Bambang Prasetyo. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo, 2005.
Basrowi Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Consuelo, G Sevilla. An introduction to research methods. Philippines:
RexPrinting Company, 1998.
Iman Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 2013
J. Supranto. Teknik Sampling Untuk Survei & Eksperimen. Jakarta: Rineka Cipta,
2000.
Jonathan Sarwono. Metode Riset Skripsi: Pendekatan Kuantitatif (menggunakan
prosedur SPSS). Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2012.
Karmidi Martoatmodjo. Manajemen Perpustakaan Khusus. Jakarta : Universitas
Terbuka, 1999.
Kosasih Prawira Sumantri. Organisasi dan Administrasi Perpustakaan Kumpulan
Hasil Seminar Penataran Tenaga Teknis Perpustakaan Khusus. Jakarta:
PDII LIPI, 1980.
Luwarsih Pringgoadisurjo. Perpustakaan Khusus. Jakarta : Pusat Reproduksi
PDIN, 1971.
Muhammad Idrus. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009.
Mustofa Badollahi. Promosi Jasa Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka,
1996.
Nana Sujana. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1998.
Nanang Martono. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Press, 2010.
Oky Rahmawati, Sejarah Perpustakaan Dunia. Jakarta: Jurnal Pustakawan
Indonesia vol 6 no 1.
Perpustakaan Yayasan Mitra Netra “Sejarah Perpustakaan Yayasan Mitra Netra”.
Artikel diakses pada 17 desember 2013 jam15.53 dari
www.mitranetra.or.id

80
81

Putu Laxman Pendit. Perpustakaan Digital: dari A sampai Z. Jakarta: Citra


Karyakarsa Mandiri, 2008.
Rakhmat Natajumena. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus.
Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2006.
Rusli Ibrahim. Psikologi Pendidikan Jasmani dan Olah Raga PLB. Jakarta:
depdiknas, 2005.
Siregar, Syofian. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Press,
2010.
Suharsini Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:
Rineka Cipta, 1992.
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud, 1992.
Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto, 2006.

__________. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,


2003.
Sutrisno Hadi. Metodologi Research. Yogjakarta: Penerbit Andi, 2004.
Stanislaus Uyanto. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2009.
Upriadi. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: PerpustakaanNasional, 2012.
Warsito Hermawan. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia
Pustaka, 1992.
CORRELATIONS
/VARIABLES=x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 Total
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

Correlations

Notes

Output Created 10-Jul-2014 12:42:15

Comments

Input Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 83

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics for each pair of variables are based on

all the cases with valid data for that pair.

Syntax CORRELATIONS

/VARIABLES=x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10

x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 Total

/PRINT=TWOTAIL NOSIG

/MISSING=PAIRWISE.

Resources Processor Time 00 00:00:00,078

Elapsed Time 00 00:00:00,079

[DataSet1]

Correlations

x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10

x1 Pearson Correlation 1 ,974** ,728** ,452** ,768** -,974** ,974** ,755** ,861** ,532**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83

x2 Pearson Correlation ,974** 1 ,746** ,441** ,777** -1,000** 1,000** ,782** ,888** ,545**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83

x3 Pearson Correlation ,728** ,746** 1 ,431** ,522** -,746** ,746** ,603** ,677** ,531**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** **
x4 Pearson Correlation ,452 ,441 ,431 1 -,023 -,441 ,441 ,106 ,216 ,659**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,838 ,000 ,000 ,339 ,050 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** **
x5 Pearson Correlation ,768 ,777 ,522 -,023 1 -,777 ,777 ,716 ,770 ,203

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,838 ,000 ,000 ,000 ,000 ,065

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** ** **
x6 Pearson Correlation -,974 -1,000 -,746 -,441 -,777 1 -1,000 -,782 -,888 -,545**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83

x7 Pearson Correlation ,974** 1,000** ,746** ,441** ,777** -1,000** 1 ,782** ,888** ,545**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** **
x8 Pearson Correlation ,755 ,782 ,603 ,106 ,716 -,782 ,782 1 ,981 ,284**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,339 ,000 ,000 ,000 ,000 ,009

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** **
x9 Pearson Correlation ,861 ,888 ,677 ,216 ,770 -,888 ,888 ,981 1 ,379**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,050 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** ** **
x10 Pearson Correlation ,532 ,545 ,531 ,659 ,203 -,545 ,545 ,284 ,379 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,065 ,000 ,000 ,009 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** ** ** ** **
x11 Pearson Correlation ,738 ,684 ,525 ,473 ,609 -,684 ,684 ,484 ,570 ,376

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** * ** ** ** ** ** **
x12 Pearson Correlation ,434 ,431 ,280 ,343 ,371 -,431 ,431 ,481 ,489 ,227*

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,010 ,001 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,039

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** ** **
x13 Pearson Correlation ,640 ,655 ,605 ,036 ,612 -,655 ,655 ,706 ,724 ,356**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,749 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,001

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** ** ** **
x14 Pearson Correlation ,868 ,896 ,682 ,556 ,634 -,896 ,896 ,653 ,761 ,473**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83

x15 Pearson Correlation ,770** ,795** ,606** ,193 ,689** -,795** ,795** ,878** ,895** ,243*

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,080 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,027

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** ** ** ** **
x16 Pearson Correlation ,768 ,800 ,514 ,424 ,568 -,800 ,800 ,668 ,742 ,425

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** ** **
x17 Pearson Correlation ,731 ,770 ,507 ,013 ,894 -,770 ,770 ,580 ,668 ,211

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,906 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,055

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** ** ** **
x18 Pearson Correlation ,768 ,777 ,522 ,168 ,854 -,777 ,777 ,533 ,635 ,320

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,129 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,003

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Total Pearson Correlation ,960 ,974 ,772 ,490 ,792 -,974 ,974 ,814 ,904 ,576

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83

Correlations

x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 Total

** ** ** ** ** ** ** **
x1 Pearson Correlation ,738 ,434 ,640 ,868 ,770 ,768 ,731 ,768 ,960**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83

x2 Pearson Correlation ,684** ,431** ,655** ,896** ,795** ,800** ,770** ,777** ,974**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** * ** ** ** ** ** **
x3 Pearson Correlation ,525 ,280 ,605 ,682 ,606 ,514 ,507 ,522 ,772**

Sig. (2-tailed) ,000 ,010 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** **
x4 Pearson Correlation ,473 ,343 ,036 ,556 ,193 ,424 ,013 ,168 ,490**

Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,749 ,000 ,080 ,000 ,906 ,129 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83

x5 Pearson Correlation ,609** ,371** ,612** ,634** ,689** ,568** ,894** ,854** ,792**

Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83

x6 Pearson Correlation -,684** -,431** -,655** -,896** -,795** -,800** -,770** -,777** -,974**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** ** **
x7 Pearson Correlation ,684 ,431 ,655 ,896 ,795 ,800 ,770 ,777 ,974**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** ** **
x8 Pearson Correlation ,484 ,481 ,706 ,653 ,878 ,668 ,580 ,533 ,814**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83

x9 Pearson Correlation ,570** ,489** ,724** ,761** ,895** ,742** ,668** ,635** ,904**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 83 83 83 83 83 83 83 83 83

x10 Pearson Correlation ,376** ,227* ,356** ,473** ,243* ,425** ,211 ,320** ,576**

Sig. (2-tailed) ,000 ,039 ,001 ,000 ,027 ,000 ,055 ,003 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** **
x11 Pearson Correlation 1 ,398 ,464 ,578 ,510 ,459 ,388 ,609 ,737**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** *
x12 Pearson Correlation ,398 1 ,137 ,484 ,438 ,480 ,266 ,114 ,529**

Sig. (2-tailed) ,000 ,218 ,000 ,000 ,000 ,015 ,306 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** **
x13 Pearson Correlation ,464 ,137 1 ,369 ,761 ,439 ,585 ,612 ,694**

Sig. (2-tailed) ,000 ,218 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83

x14 Pearson Correlation ,578** ,484** ,369** 1 ,681** ,756** ,664** ,634** ,877**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** **
x15 Pearson Correlation ,510 ,438 ,761 ,681 1 ,556 ,710 ,689 ,836**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** **
x16 Pearson Correlation ,459 ,480 ,439 ,756 ,556 1 ,527 ,437 ,781**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** * ** ** ** ** **
x17 Pearson Correlation ,388 ,266 ,585 ,664 ,710 ,527 1 ,894 ,747**

Sig. (2-tailed) ,000 ,015 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** **
x18 Pearson Correlation ,609 ,114 ,612 ,634 ,689 ,437 ,894 1 ,770

Sig. (2-tailed) ,000 ,306 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
** ** ** ** ** ** ** **
Total Pearson Correlation ,737 ,529 ,694 ,877 ,836 ,781 ,747 ,770 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 83 83 83 83 83 83 83 83 83

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


RELIABILITY
/VARIABLES=x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 Total
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.

Reliability

Notes

Output Created 10-Jul-2014 12:45:43


Comments
Input Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 83
Matrix Input

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid data
for all variables in the procedure.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10
x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 Total
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.

Resources Processor Time 00 00:00:00,000

Elapsed Time 00 00:00:00,000

[DataSet1]

Scale: ALL VARIABLES


Case Processing Summary

N %

Cases Valid 83 100,0

a
Excluded 0 ,0

Total 83 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,762 19
FREQUENCIES VARIABLES=x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 Total
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 10-Jul-2014 12:47:41

Comments

Input Data D:\fix\data SPSS.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 83

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=x1 x2 x3 x4 x5 x6

x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18

Total

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00 00:00:00,016

Elapsed Time 00 00:00:00,016

[DataSet1] D:\fix\data SPSS.sav

Statistics

x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7

N Valid 83 83 83 83 83 83 83

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Statistics

x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14

N Valid 83 83 83 83 83 83 83

Missing 0 0 0 0 0 0 0
Statistics

x15 x16 x17 x18 Total

N Valid 83 83 83 83 83

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

x1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2 5 6,0 6,0 6,0

3 1 1,2 1,2 7,2

4 77 92,8 92,8 100,0

Total 83 100,0 100,0

x2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2 5 6,0 6,0 6,0

4 78 94,0 94,0 100,0

Total 83 100,0 100,0

x3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 5 6,0 6,0 6,0

2 6 7,2 7,2 13,3

3 62 74,7 74,7 88,0

4 10 12,0 12,0 100,0

Total 83 100,0 100,0

x4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 5 6,0 6,0 6,0


2 39 47,0 47,0 53,0

4 39 47,0 47,0 100,0

Total 83 100,0 100,0

x5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 5 6,0 6,0 6,0

3 55 66,3 66,3 72,3

4 23 27,7 27,7 100,0

Total 83 100,0 100,0

x6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 78 94,0 94,0 94,0

2 5 6,0 6,0 100,0

Total 83 100,0 100,0

x7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 5 6,0 6,0 6,0

4 78 94,0 94,0 100,0

Total 83 100,0 100,0

x8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 5 6,0 6,0 6,0

2 12 14,5 14,5 20,5

3 66 79,5 79,5 100,0

Total 83 100,0 100,0

x9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 5 6,0 6,0 6,0

3 12 14,5 14,5 20,5

4 66 79,5 79,5 100,0

Total 83 100,0 100,0

x10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 5 6,0 6,0 6,0

2 22 26,5 26,5 32,5

3 33 39,8 39,8 72,3

4 23 27,7 27,7 100,0

Total 83 100,0 100,0

x11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 10 12,0 12,0 12,0

4 73 88,0 88,0 100,0

Total 83 100,0 100,0

x12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 5 6,0 6,0 6,0

2 55 66,3 66,3 72,3

3 11 13,3 13,3 85,5

4 12 14,5 14,5 100,0

Total 83 100,0 100,0

x13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 5 6,0 6,0 6,0

2 11 13,3 13,3 19,3

3 51 61,4 61,4 80,7

4 16 19,3 19,3 100,0


x13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 5 6,0 6,0 6,0

2 11 13,3 13,3 19,3

3 51 61,4 61,4 80,7

4 16 19,3 19,3 100,0

Total 83 100,0 100,0

x14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 5 6,0 6,0 6,0

3 11 13,3 13,3 19,3

4 67 80,7 80,7 100,0

Total 83 100,0 100,0

x15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 5 6,0 6,0 6,0

2 6 7,2 7,2 13,3

4 72 86,7 86,7 100,0

Total 83 100,0 100,0

x16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 5 6,0 6,0 6,0

3 29 34,9 34,9 41,0

4 49 59,0 59,0 100,0

Total 83 100,0 100,0

x17

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 5 6,0 6,0 6,0

3 44 53,0 53,0 59,0


4 34 41,0 41,0 100,0

Total 83 100,0 100,0

x18

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 5 6,0 6,0 6,0

3 55 66,3 66,3 72,3

4 23 27,7 27,7 100,0

Total 83 100,0 100,0

Total

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 21 5 6,0 6,0 6,0

55 1 1,2 1,2 7,2

56 10 12,0 12,0 19,3

57 11 13,3 13,3 32,5

59 12 14,5 14,5 47,0

60 21 25,3 25,3 72,3

61 12 14,5 14,5 86,7

63 11 13,3 13,3 100,0

Total 83 100,0 100,0


KUESIONER PENELITIAN

Dalam rangka menyelesaikan penelitian skripsi pada Program Studi Ilmu


Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, peneliti bermaksud mengadakan sebuah penelitian yang berjudul “Pemanfaatan
Koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra”
Untuk itu peneliti memohon kerja sama Bapak/ Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner
ini. Apapun pendapat dan jawaban yang anda berikan terjamin kerahasiaannya, dan hanya
akan digunakan untuk penelitian ini. Kerja sama anda merupakan bantuan yang sangat berarti
bagi keberhasilan penelitian ini. Atas bantuannya, peneliti mengucapkan terima kasih.

Petunjuk pengisian
jawablah pertanyaan setelah pilihan jawaban yang tersedia.
Isilah titik titik yang kosong dengan jawaban anda yang sebenarnya.

A. Identitas Responden
Nama :............................................
Jenis Kelamin :............................................
Usia :............................................
Pendidikan Terakhir :............................................
Pekerjaan :............................................

B. Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book (DTB)


1. Jenis koleksi apa yang paling sering anda gunakan?
a. Buku braille
b. Digital Talking Book (DTB)
c. Lainnya (sebutkan)..............................................................
d. Tidak tahu

2. Apakah anda memanfaatkan koleksi Digital Talking Book (DTB)?


a. Ya, sering
b. jarang
c. Tidak pernah
( jika tidak lanjut ke nomor 6 )
d. Tidak tahu

3. Mengapa anda menggunakan koleksi Digital Talking Book?


a. Untuk mengerjakan tugas sekolah/ kampus
b. Untuk di baca karena bukunya menarik
c. Lainnya (sebutkan)...................................
d. Tidak tahu
4. Kapan terakhir kali anda menggunakan koleksi Digital Talking Book?
a. < sebulan yang lalu
b. > enam bulan yang lalu
c. Lainnya (sebutkan)..................................
d. Tidak tahu

5. Apakah Digital Talking Book memenuhi kebutuhan informasi anda?


a. Memenuhi
b. Kurang memenuhi
c. Tidak memenuhi
d. Tidak tahu

6. Apa alasan anda tidak menggunakan Digital Talking Book (DTB)?


a. Tidak tersedia subjek yang di cari
b. Penelusuran koleksi merepotkan
c. Lainnya (sebutkan).............................................................
Apabila menjawab no 6, lanjut ke nomor 20
d. Tidak tahu

7. Apakah penggunaan DTB merepotkan?


a. Tidak merepotkan
b. Agak merepotkan
c. Merepotkan
d. Tidak tahu

8. Bagaimana cara anda mencari koleksi DTB yang anda inginkan?


a. Menggunakan katalog
b. Bertanya kepada pustakawan
c. Lainnya (sebutkan).....................................................
d. Tidak tahu

9. Apakah anda menggunakan jasa pustakawan?


a. Selalu menggunakan jasa
b. Terkadang menggunakan jasa
c. Tidak pernah menggunakan jasa
d. Tidak tahu

10. Seberapa sering anda meminjam (dibawa pulang) koleksi Digital Talking Book?
a. Sering
b. Jarang
c. Tidak pernah
d. Tidak tahu
11. Apakah layanan peminjaman koleksi DTB menyusahkan?
a. Tidak menyusahkan
b. Terkadang menyusahkan
c. Menyusahkan
d. Tidak tahu

12. Biasanya berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk membaca satu Digital Talking
Book?
a. 1 hari
b. 1 minggu
c. Lainnya (sebutkan).......................................................
d. Tidak tahu

13. Bagaimana cara anda menggunakan koleksi DTB?


a. Menggunakan media player
b. Menggunakan laptop
c. Lainnya (sebutkan).......................
d. Tidak tahu

14. Menurut anda apakah narator sudah membacakan DTB dengan baik?
a. Baik
b. Kurang baik
c. Belum baik
d. Tidak tahu

15. Apa alasan anda suka menggunakan koleksi Digital Talking Book?
a. Lebih praktis dalam menggunankannya
b. Selalu mendapatkan informasi yang dibutuhkan
c. Lainnya (sebutkan).............................
d. Tidak tahu

C. Subjek yang Sering Digunakan


16. Jenis subjek koleksi DTB apa yang paling sering anda gunakan?
a. Koleksi fiksi
b. Koleksi non fiksi (sebutkan)...................................
c. Lainnya (sebutkan)................................................
d. Tidak tahu

17. Apakah anda puas terhadap ketersediaan koleksi Digital Talking Book (DTB)?
a. Puas
b. Kurang puas
c. Tidak puas (sebutkan alasannya)..........................................................
d. Tidak tahu
18. Apakah subjek koleksi DTB yang tersedia sudah lengkap?
a. Lengkap
b. Kurang lengkap
c. Tidak lengkap
d. Tidak tahu

19. Menurut anda, subjek koleksi DTB apa yang perlu di tambah?
............................................................................................

20. Apa kendala anda dalam menggunakan koleksi DTB?


...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
........................................................................

21. Apa harapan anda terhadap perpustakaan Yayasan Mitra Netra dan koleksi Digital
Talking Book (DTB)?
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
.......................................................................
Informan

Nama : Endah

Pendidikan : s1 Psikologi

Jabatan : Staf Perpustakaan

Bagaimana upaya pustakawan agar koleksi DTB dimanfaatkan oleh

pemustaka?

1. Menurut anda, bagaimana minat pemustaka terhadap koleksi DTB?

Minat pemustaka terhadap koleksi DTB sejauh ini bagus, banyak yang

menggunakannya. Bahkan pemustaka dari luar daerah suka meminjam

melalui telepon kemudian nanti mereka menggantikan biaya

pengirimannya.

2. Berapa rata rata koleksi DTB yang di pinjam dalam sehari?

Dalam perhari koleksi DTB yang di pinjam tidak menentu. Kalau di hitung

rata rata perhari bisa 10 DTB, kalau lagi banyak yang pinjam sehari bisa

sampai 20an tapi kalau lagi sedikit sehari bisa Cuma 3 DTB. Jadi tidak

pasti dalam sehari yang meminjam DTB itu.

3. Jenis subjek koleksi DTB apa yang paling sering digunakan

pemustaka?

Katagori yang paling sering dipinjam paling banyak bidang umum, seperti

novel, buku buku psikologi, buku buku di luar pelajaran, tapi kalau untuk

pelajar banyak yang minjam buku pelajaran. Sejauh ini imbang

peminjaman antara buku buku pelajaran dengan buku buku umum.


4. Apa saja usaha yang pustakawan lakukan agar pemustaka

memanfaatkan koleksi DTB?

Saya suka promosiin buku baru kepada pemustaka yang berkunjung ke

perpustakaan. Caranya dengan menginformasikan buku buku tersebut

selanjutnya mereka yang menginformasikan kepada teman temannya.

Karena keterbatasan SDM kita tidak pernah melakukan promosi via

brosur, pamflet atau sejenisnya. Paling dimasukan ke dalam web dan itu

pun tidak langsung ketika ada buku baru, biasanya seminggu setelah buku

buku baru tersebut ada. Jadi cara saya menginformasikannya fleksibel.

5. Apakah ada bimbingan pemakai terhadap koleksi DTB?

Ada, biasanya untuk pemustaka yang baru kita ajarkan terutama untuk

pemakaian victor reader, Jadi pemustaka yang baru diajarkan cara

menggunakannya. Tidak ada seminar khusus mengenai bimbingan

pemakai, dulu pernah ada sewaktu awal menggunakan victor reader

namun karena lagi lagi keterbatasan SDM kita tidak pernah

mengadakannya lagi.

6. Menurut anda apakah upaya yang anda lakukan sudah maksimal

agar pemustaka memanfaatkan DTB?

Sudah makasimal, karena kita sudah sering menginformasikan kepada

pemustaka jika ada yang ingin membuat koleksi DTB dari buku buku

pelajarannya sebaiknya sebelum tahun ajaran baru di mulai sudah

menyerahkan buku yang ingin dijadikan DTB.


7. Bagaimana cara anda memberitahu kepada pemustaka tentang

koleksi DTB baru yang tersedia di perpustakaan?

Biasanya saya memberi tahu kepada para tuna netra yang berkunjung ke

Mitra Netra walaupun mereka tidak berkunjung ke perpustakaannya.

Misalnya ketika ada tunanetra yang bertemu saya di musholah, saya akan

memberitahukan kepada dia saat itu juga, jadi caranya fleksibel.

8. Apa kendala yang anda hadapi agar koleksi DTB termanfaatkan ?

Kendala yang dihadapi itu karena keterbatasan victor reader. Karena

jumlah victor reader yang sedikit jadi ketika banyak pemustaka yang ingin

membaca DTB terkadang membacanya harus ada yang memakai

komputer. Bahkan terkadang kalau victor reader dan komputer sudah ada

yang memakainya saya menyarankan membaca buku braille saja.

9. Apakah anda sudah mendapatkan solusi dari kendala kendala

tersebut? Kalo iya, apa saja solusi anda?

Solusinya itu biasanya saya arahkan agar menggunakan buku braille atau

membaca DTB dengan laptop yang mereka bawa sendiri.

10. Bagaimana seandainya koleksi yang dibutuhkan pemustaka tidak

tersedia?

Pemustaka bisa mengajukan permohonan DTB dengan ketentuan dan juga

tidak bisa langsung cepat jadi karena banyak waiting list.

11. Apa harapan anda terhadap perpustakaan Yayasan Mitra Nitra?

Saya berharap agar perpustakaan ini makin baik dalam memfasilitasi para

tunanetra agar tidak ketinggalan informasi.khususnya bagi para tunanetra


yang di jakarta dan umumnya di Indonesia. Terlebih lagi perpustakaan ini

adalah satu satunya perputakaan yang memfasilitasi koleksi DTB ke

seluruh indonesia.

12. Apa harapan anda terhadap koleksi DTB di perpustakan YMN?

Semoga koleksi DTB bisa menyeimbangi koleksi buku awas yang ada di

indonesia dan bisa terus digunakan oleh para tunanetra.


Peneliti lahir di Jakarta 09 september 1991, putri pertama

dari Bapak Syamsudin dengan Ibu Amriati. Peneliti

bertempat tinggal di Jl Nelayan Timur RT 008/07 No 20

Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari, Jakarta

Barat, kode pos 11110. Menyelesaikan pendidikannya di

Jakarta: pendidikan dasarnya di SDN 15 Pagi Srengseng

Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kemudian

menamatkan sekolah menengah pertamanya di SMPN 242 Lenteng Agung, Jakarta

Selatan. Lalu melanjutkan sekolah menengah atasnya di MA Al-Muhajirin Teluk

Gong, Jakarta Utara. Pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan pada program studi

(S1) Jurusan Ilmu Perpustakaan pada Fakultas Adab dan Humaniora.

Menyelesaikan kuliahnya dengan menulis skripsi berjudul “Pemanfaatan Koleksi

Digital Talking Book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra”. Peneliti pernah

menjalankan praktek kerja lapangan di Perpustakaan Fakultas Ilmu Kesehatan dan

Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Anda mungkin juga menyukai