Irsyad Yunan - Skripsi
Irsyad Yunan - Skripsi
SKRIPSI
Oleh
IRSYAD YUNAN HILMI
L1B016038
Oleh
Irsyad Yunan Hilmi
L1B016038
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul Analisis
Semiotika Peirce Atas Cover Majalah Mingguan Tempo “JANJI TINGGAL
JANJI” Edisi 16-22 September 2019. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan tugas akhir untuk mendapatkan gelar program Strata-
1 di jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Mataram.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Agus Purbathin Hadi, M.Si., selaku Ketua Program Studi
Ilmu Komunikasi Universitas Mataram.
2. Bapak Muhlis, S.Sos.I., MA., selaku dosen pembimbing utama penulis
yang telah membantu dan membimbing penulis pada saat penyusunan
skirpsi ini.
3. Bapak Aurelius R. L. Teluma, S.S., MA., selaku dosen pembimbing
pendamping penulis yang telah membantu dan membimbing penulis pada
saat penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen dan pegawai Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah
membantu penulis mendapatkan informasi dalam urusan perkuliahan.
5. Kedua orang tua yang saya cintai dan yang berkerja keras mencari nafkah
untuk membiayai saya hingga mampu menyelesaikan sarjana serta telah
memberikan bantuan dukungan moral dan material.
6. Sahabat dan orang tercinta yang telah memberikan dorongan baik moril
maupun materil serta memberikan semangat yang besar dalam mendukung
kegiatan penulis lakukan.
vi
Atas bantuan dan dukungan penulis dapat menyelesaikan skirpsi ini, dan
penulis harap skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak. Penulis sangat berharap
dengan adanya kritik dan saran yang membangun agar dapat menjadi
pembelajaran penulis di kemudian hari. Terima kasih.
DAFTAR ISI
RINGKASAN .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Sampul Majalah Tempo “Janji Tinggal Janji” Edisi 2
16-22 September 2019
1.2 Sampul Majalah Edisi Revisi Tempo (Hoaks) 3
2.1 Hubungan Tanda, Objek dan Interpretant Peirce 19
2.2 Trikotomi Peirce 22
2.3 Kombinasi Tanda Berdasarkan Representament, 23
Objek dan Interpretan
2.4 Kerangka Pemikiran 37
3.1 Hubungan Tanda, Objek dan Interpretant Peirce 42
4.1 Sampul Majalah Tempo “Janji Tinggal Janji” edisi 45
16-22 September 2019
xi
RINGKASAN
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 1.1 Sampul Majalah Tempo “Janji Tinggal Janji” Edisi 16-22 September
2019.
Sumber: Tempo.co
Sampul majalah Tempo edisi 16-22 September 2019 tersebut
menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Para pendukung Jokowi
yang menamai dirinya Jokowi Mania menilai bahwa sampul majalah Tempo
menghina kepala Negara. Bentuk penghinaan dinilai dari gambar Jokowi dengan
bayangan hidung panjang layaknya pinokio, karakter dongeng yang suka
berbohong (ASUMSI.CO, diakses pada 19 September 2019).
Pendapat berbeda dari Acep Iwan Saidi selaku Dosen Semiotika Fakultas
Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung mengatakan bahwa sampul
majalah Tempo tidak sama sekali menghina presiden. Jika dilihat seksama, ada
dua hal yang secara jernih terlihat yaitu wajah Jokowi dan bayangannya yang
hidung panjang. Bayangan tersebut menggambarkan situasi sosial yang
berkembang, yakni berbagai tanggapan publik luas terhadap sikap Jokowi terkait
revisi Undang-Undang KPK (TIRTO.ID, 16 Januari 2020). Dikutip dari berita
online Tagar.id, Ahmad Jauhari selaku Ketua Komisi, Penelitian, Pendataan, dan
3
Ratifikasi Pers Dewan Pers menjelaskan terkait sampul majalah Tempo “Janji
Tinggal Janji” edisi 16-22 September 2019 merupakan kritikan terhadap
pemerintahan. Jauhari menghimbau semua pihak manapun atau masyarakat untuk
tidak perlu menanggapi secara berlebihan dari sampul majalah Tempo yang
menggambarkan bayangan Presiden Jokowi hidung panjang seperti karakter
dongeng pinokio ketika berbohong (TAGAR.ID, diakses pada 14 Februari 2020).
Majalah Tempo dengan judul Janji Tinggal Janji ilustrasi Presiden Jokowi
merupakan reaksi terhadap disahkannya revisi Undang-Undang Tindak Pidana
Pemberantasan Korupsi. Dalam hal ini, Jokowi dituding oleh para penggiat
antikorupsi telah mengingkari janji untuk menguatkan KPK. Edisi Janji Tinggal
Janji juga menyoroti terpilihnya Inspektur Jenderal Polisi Firli Bahuri sebagai
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Periode 2019-2023. Sementara itu, dalam
edisi tersebut memuat empat laporan terkait isu KPK yakni dengan judul “Hidup-
Mati Komisi AntiKorupsi”, “Jenderal Polisi Sarat Kontroversi”, Di Hati Saya Ada
KPK”, dan “Saya Ingin KPK Lebih Kuat” (TEMPO.CO, diakses pada 16
September 2019).
Sampul majalah Tempo “Janji Tinggal Janji” Edisi 16-22 September 2019
menarik bagi penulis, karena topik yang disajikan dalam majalah tersebut
memiliki hubungan dengan kepentingan masyarakat luas. Presiden Jokowi telah
berjanji akan menguatkan lembaga KPK dan memberantas korupsi di Indonesia.
Janji tersebut merupakan salah satu janji kampanye Jokowi pada saat pemilihan
presiden tahun 2014. Dengan disahkannya revisi UU KPK, banyak masyarakat
menilai bahwa Jokowi telah mengingkari janjinya. Langkah yang dilakukan oleh
Presiden dinilai memperlemah KPK bukan memperkuat lembaga antikorupsi
tersebut (KOMPAS.com, diakses pada 18 Januari 2020).
ilustrasi sebagai sampul yang sifatnya kritis dalam memberikan informasi kepada
khalayak di segala bidang baik itu sosial, politik, maupun ekonomi. Pada majalah
Tempo terdapat rubrik opini yang menyesuaikan isu-isu hangat tentang politik
yang banyak dibicarakan oleh masyarakat, salah satunya tentang tokoh-tokoh
politik nasional, seperti edisi Janji Tinggal Janji 16-22 September 2019 yang
menggambarkan Presiden Joko Widodo.
Dari pemaparan diatas terkait sampul majalah Tempo “Janji Tinggal Janji”
edisi 16-22 September 2019 penulis tertarik untuk melakukan penelitian. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan analisis semiotika dilihat dari banyaknya
tanda-tanda dalam sampul tersebut sehingga mampu membentuk berbagai
persepsi berbeda dari masyarakat. Semiotika awalnya diperkenalkan oleh
Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce yang merupakan bapak
semiotika. Meskipun semiotika sering disebut ilmu dalam sastra, namun
penggunaannya tidak terlepas dari bidang seni dan komunikasi visual.
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada khalayak
luas dalam memahami dan mencerna tanda, makna, dan pesan yang
terkandung dalam media massa. Penelitian ini diharapkan juga agar
khalayak lebih teliti terhadap pesan yang terdapat dalam media massa,
khususnya berupa gambar ilustrasi. Penelitian ini diharapkan mampu
memberi masukan kepada para pelaku seni dan para pekerja media massa
agar lebih kreatif lagi dalam mengkomunikasikan isi pesan dalam suatu
gambar ilustrasi.
2. Manfaat Akademis
Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
referensi untuk pengembangan disiplin ilmu komunikasi. Khususnya
dalam meneliti tanda pada karya gambar ilustrasi pada sebuah media
massa dengan menggunakan kajian ilmu semiotika.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sementara itu Jay Black and Frederick C. Witney (dalam Nurudin, 2007:
12) menjelaskan bahwa:
pesan ditujukan kepada khalayak yang plural. Oleh karena itu pesan-
pesan yang dikemukakakn pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus
disini artinya pesan memang tidak disengaja untuk golongan tertentu.
4. Komunikasi berlangsung satu arah
Dalam media cetak seperti koran, komunikasi hanya berjalan satu
arah. Artinya, tidak bisa secara langsung memberikan respon kepada
komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa,
sifatnya tertunda. Misalnya, mengirimkan ketidaksetujuan pada sebuah
berita melalui rubrik surat pembaca.
5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran
pesan-pesannya. Serempak berarti khalayak dapat menikmati media
massa tersebut hampir secara bersamaan dan bersifat relatif.
6. Media massa mengandalkan peralatan teknis
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan
kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis.
Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media
elektronik. Misalnya, televisi yang disebut sebagai media dan bisa
dibayangkan saat ini televisi tidak akan lepas dari pemancar.
7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper
Gatekeeper atau sering disebut penepis informasi/palang pintu/
penjaga gawang adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran
informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai
orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan,
mengemas agar semua informasi yang lebih mudah dipahami.
Gatekeeper ini juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan,
menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan-pesannya.
Intinya gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan
pengemasan sebuah pesan dari media massa dan menentukan kualitas
baik tidaknya informasi yang disebarkan.
11
1. Fungsi informasi
Fungsi memberikan ini diartikan bahwa media massa adalah
penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai
informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan
sesuai dengan kepentingannya. Khalayak sebagai makhluk sosial akan
selalu merasa haus akan informasi yang terjadi.
2. Fungsi pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya
(mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal
yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan
media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan
yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. Media massa
melakukannya melalui drama, cerita, diskusi dan artikel.
3. Fungsi mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat
pada tajuk/editorial, features, iklan dan artikel. Khalayak dapat
terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat
kabar.
4. Fungsi menghibur
Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain
tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak,
karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan
hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.
2.2 Majalah
Tipe suatu majalah dapat ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju.
Artinya, sejak awal redaksi sudah menentukan siapa yang menjadi pembacanya,
apakah anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa atau untuk pembaca umum
dari remaja sampai dewasa. Bisa juga sasaran pembaca majalah dari kalangan
profesi tertentu, seperti pelaku bisnis; atau pembaca dengan hobi tertentu, seperti
bertani, berternak dan memasak.
Istilah kontruksi realitas diperkenalkan pertama kali oleh Peter L. Berger dan
Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction Of
Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge. Menurut Berger dan
Luckman, proses sosial terjadi melalui tindakan dan interaksi, di mana individu
yang menciptakan secara terus menerus sesuatu realitas yang dimiliki dan dialami
bersama secara subjektif. Berger dan Luckman (dalam Bungin, 2008: 14)
menjelaskan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman „kenyataan‟ dan
„pengetahuan‟. Realitas diartikan sebagai kulaitas yang terdapat di dalam realitas-
realitas yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung
kepada kehendek diri sendiri. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai
kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang
spesifik.
Kedua, objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik
dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas
objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu
faktisitas yang berada diluar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya.
Lewat proses objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu realitas suigeneris. Hasil
dari eksternalisasi kebudayaan itu misalnya, manusia menciptakan alat demi
kemudahan hidupnya atau kebudayaan non-materil dalam bentuk bahasa. Baik
alat tadi maupun bahasa adalah kegiatan ekternalisasi manusia ketika berhadapan
dengan dunia, ia adalah hasil dari kegiatan manusia. Setelah dihasilkan, baik
benda atau bahasa sebagai produk eksternalisasi tersebut menjadi realitas yang
objektif. Bahkan ia dapat menghadapi manusia sebagai penghasil dari produk
kebudayaan. Kebudayaan yang telah berstatus sebagai realitas objektif, ada diluar
kesadaran manusia, ada “di sana” bagi setiap orang. Realitas objektif itu berbeda
dengan kenyataan subjektif perorangan. Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa
dialami oleh setiap orang.
17
Batasan yang jelas dikemukakan oleh Preminger (dalam Sobur, 2015: 96)
mengatakan:
“Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini
menganggap bahwa fenomena sosial/masyakarat dan
kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu
mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi
yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.”
Semiotika mengeksplorsi bagaimana makna yang terkandung dalam teks yang
telah diperoleh melalui penataan tanda dengan berbagai cara tertentu dan melalui
penggunaan kode-kode budaya. Menurut Culler (dalam Vera, 2014: 2), semiotika
adalah instrumen pembuka rahasia teks dan penandaan, karena semiotika adalah
puncak logis dari apa yang disebut Derrida sebagai “logosentrisme”. Menurut
Vera (2014: 2) budaya barat rasionalitas perlakukan makna sebagai representasi
logis yang merupakan fungsi tanda sebagai ekspresi.
Teori dari Peirce menjadi grand theory dalam semiotik. Gagasanya bersifat
menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce ingin
mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggambungkan kembali semua
komponen dalam struktur tunggal. Menurut Sobur (2015: 97) semiotik ingin
membongkar bahasa secara keseluruhan seperti ahli fisika yang memnbongkar
suatu zat dan kemudian menyediakan model teoretis untuk menunjukan
bagaimana semuanya bertemu dalam sebuah struktur.
Bagi Peirce (dalam Sobur, 2004: 41), tanda “is something which stands to
somebody for something in some respect or capacity.” Sesuatu yang digunakan
agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Konsekuensinya, tanda
(sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground,
object dan interpretant.
1. Sign; bentuk yang diterima oleh tanda atau berfungsi sebagai tanda.
2. Interpretant; merujuk pada makna dari tanda, intrepretant bukan berarti
penafsiran dari tanda.
3. Object; sesuatu yang merujuk pada tanda. Sesuatu yang diwakili oleh
representamen yang berkaitan dengan acuan. Objek dapat berupa
representasi mental (ada dalam pikiran), dapat juga berupa yang nyata
di luar tanda.
Proses pemaknaan tanda yang mengikuti skema ini disebut sebagai proses
semiosis. Menurut Peirce (dalam Vera, 2014: 21), tanda menjadi wakil yang
menjelaskan sesuatu:
hanya dalam hubungan satu dengan hubungan yang lain. Istilah-istilah ini
digunakan Peirce untuk menjelaskan fungsi tanda yang baginya adalah proses
konseptual, terus berlangsung, dan tidak terbatas (semiosis tak terbatas) rantai
makna keputusan oleh tanda-tanda baru yang menafsirkan tanda atau seperangkat
tanda-tanda sebelumnya. Dalam model Peirce makna dihasilkan melalui rantai
dari tanda-tanda (menjadi intepretants), yang berhubungan dengan model
dialogisme Mickhail Bakhtin, dimana setiap ekspresi budaya merupakan respon
atau jawaban terhadap ekspresi sebelumnya, dan menghasilkan respon lebih lanjut
menjadi addressable kepada orang lain.
Gambar 2.2 Trikotomi Peirce (Deledalle, 2000 dalam Vera, 2014: 23).
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa kelas tanda
yang terbentuk dari representamen, objek dan interpretant. Menurut Peirce, dari
segitiga triadik yang telah dibuatnya, tanda diklasifikasikan menjadi sepuluh jenis,
seperti yang dikutip oleh Alex Sobur dalam bukunya Semiotika Komunikasi
(2004: 41), yaitu :
24
keras mengkritik Habibie dan Soeharto ihwal pembelian kapal kapal bekas dari
Jerman Timur.
Selepas Soeharto lengser pada Mei 1998, mereka yang pernah bekerja di
Tempo -dan tercerai berai akibat bredel-berembuk ulang.Mereka bicara ihwal
perlu-tidaknya majalah Tempo terbit kembali. Hasilnya, Tempo harus terbit
kembali. Maka, sejak 12 Oktober 1998, majalah Tempo hadir kembali.
Untuk meningkatkan skala dan kemampuan penetrasi ke bisnis dunia
media, maka pada tahun 2001, PT. Arsa Raya Perdana go public dan mengubah
namanya menjadi PT Tempo Inti Media Tbk. (Perseroan) sebagai penerbit
majalah Tempo yang baru. Dana dari hasil go public dipakai untuk menerbitkan
Koran Tempo yang berkompetisi di media harian.
Saat ini, produk-produk Tempo terus muncul dan memperkaya industry
informasi korporat dari berbagai bidang, yaitu penerbitan ( majalah Tempo, Koran
Tempo, Koran Tempo Makassar, Tempo English, Travelounge, Komunika, dan
Aha! Aku Tahu), Digital (Tempo.co, Data dan Riset (Pusat Data dan Analisa
Tempo), Percetakan (Temprint), Penyiaran (Tempo TV dan Tempo Channel),
Industri Kreatif (Matair Rumah Kreatif), Event Organizer(Impressario dan Tempo
Komunitas), Perdagangan (Temprint Inti Niaga), dan Building Management
(Temprint Graha Delapan) (Korporate Tempo, diakses pada 15 Februari 2020).
8. Metro
Redaktur Pelaksana : Jajang Jamaluddin.
29
Koordinator : Priatna.
Riset : Ai Mulyani, Arif Priandono.
Data : Agus Supriyanto, Ismail, Indra Mutiara,
Evan Koesumah, Danni Mahadiansyah.
Buku : Siti Rhanty.
Kepala Pemberitaan
Korporat : Arif Zulkifli.
Desain Korporat : Gilang Rahadian, Rully Kesuma.
Biro Eksekutif dan
Pendidikan : Jajang Jamaluddin (Kepala), Anton
Aprianto, Purwani Diyah Prabandari.
3. Komunikasi
Pemasaran : Berkah Demiat, Aditya, Andi Supriyanto.
4. Business
Development : Budi Setyarso.
5. Sirkulasi dan
Distribusi : Imam Sukarnadi (Kepala), Erina Andriyani
(Sekretaris), Indra Setiawan, Boy Haryadi,
Ivan Buana Putra, Prathita Putra, Retno
Effendi, Solex Kurniawan, Fuad Nugraha
Adi.
6. Kreatif Pemasaran : S. Dian Andriyanto, Hotma Siregar, Mila
Novita, Mira Larasati, Nugroho Adi,
Rifwan Hendri, Abdul Djalal.
7. Desain Kreatif
Pemasaran : Andi Faisal, Jemmi Ismoko, Juned Aryo
Sembada, Rachman Hakim, Setiyono,
Lourentius EP, Prayogi.
Charles S. Peicre yaitu segitiga makna yang terdiri dari sign (qualisign,
sinsign, dan legisign), objek (ikon, indeks, dan simbol), dan interpretan
(rheme, dicent sign, dan argumen) serta sepuluh klasifikasi tanda dari
Peirce.
Hasil dari penelitian pada skripsi ini yaitu melalui teori semiotika
dari Charles Sanders Peirce. Peneliti menemukan makna-makna dari
35
sampul majalah Tempo ilsutarsi Ratu Atut yang dianalisi kedalam tiga
bagian yaitu ikon, indeks dan simbol. Berdasarkan analasis yang
ditemukan penulis makna ilustrasi yaitu citra Ratu Atut yang arogan dan
high maintenace sehingga mendorongnya untuk melakukan tindak pidana
korupsi. Ratu Atut digambarkan dengan seorang wanita yang sedang tidur
dengan sebelah tangan menopang kepala seperti model memamerkan
berbagai barang mewah berlabel yang dipakainya pada cover atau sampul
majalah berfungsi sebagai penguat dalam menggambarkan hobi Ratu Atut
yang hobi berbelanja dan menggunakan barang mewah.
Representamen Interpretant
Objek
(Sign)
1. Rheme
1. Icon
1. Qualisign 2. Dicen Sign
2. Index
2. Sinsign 3. Argument
3. Symbol
3. Legisign
BAB III
METODE PENELITIAN
Objek penelitian adalah sifat keadaan suatu benda, orang atau yang menjadi
pusat perhatian dan sasaran peneliti. Sifat keadaan yang dimaksud bisa berupa
sifat, kuantitas dan kualitas yang berupa perilaku, pendapat, pandangan, penialai,
sikap pro-kontra, simpati-antipati, keadaan batin, dan juga berupa proses. Objek
penelitian ini adalah makna di balik penggambaran Presiden Republik Indonesia
Joko Widodo dalam sampul majalah Tempo edisi 16-22 September 2019 dengan
judul Janji Tinggal Janji.
1. Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
subjek penelitian berupa wawancara atau observasi secara langsung
yang berkaitan dengan masalah penelitian. Sumber data primer pada
penelitian ini yaitu sampul majalah Tempo Edisi 16 – 22 September
2019 dengan Judul Janji Tinggal Janji. Sumber data ini dipilih
berdasarkan tanda-tanda dalam sampul majalah Tempo. Tanda-tanda
tesebut dapat dilihat dari gambar ilustrasi Presiden Joko Widodo,
laporan utama, dan laporan tambahan dalam majalah tersbut. Tanda-
40
tanda itu akan dipilah kembali menjadi tiga kategori tanda menurut
Peirce yaitu representamen, objek dan interpretan.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara (dihasilkan pihak lain) atau
digunakan oleh lembaga lainnya yang bukan merupakan
pengolahannya, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk penelitian
tertentu. Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
sumber lain seperti buku, jurnal, skripsi atau situs web yang
berhubungan dengan penelitian ini.
Untuk itu, terdapat tiga triangulasi yang digunakan pada penelitian ini,
diantaranya:
1. Triangulasi Data
Dimana peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk
mengumpulkan data yang sama atau sejenis baik itu dari laporan utama
majalah Tempo “Janji Tinggal Janji” edisi 16-22 September 2019 dan
artikel berita.
41
2. Triangulasi Metodologi
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode observasi pada
sampul majalah Tempo “Janji Tinggal Janji” edisi 16-22 September
2019.
3. Triangulasi Teori
Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada tinjauan
pustaka untuk dipergunakan dalam menganalisis penelitian.
1. Teknik Observasi
Kriyantono (2006: 110) mengatakan observasi sebagai kegiatan
mengamati objek-objek disekitar dengan menggunakan pancaindra.
Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi dengan
memfokuskan pengamatan terhadap sampul majalah Tempo Edisi 16-22
Semptember 2019 dengan judul Janji Tinggal Janji.
2. Dokumentasi
Kriyantono (2006: 120) mengatakan dokumentasi dijadikan sebagai
sebuah instrumen dalam teknik pengumpula data. Dokumentasi ini
bertujuan untuk memperoleh data pendukung yang didapatkan dari
sumber buku, jurnal, berita, internet dan lain-lain.
Teknik analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan meneliti tanda-tanda
atau simbol yang muncul pada ilustrasi sampul majalah Tempo yang sesuai
dengan rumusan masalah penelitian. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini hasil temuan dan analisis data ini peneliti akan
menguaraikan berbagai hal mengenai hasil dan analisis peneliti. Hasil dari
penelitian ini diperoleh melalui proses observasi penulis terhadap tanda-tanda
yang ada pada sampul majalah Tempo “Janji Tinggal Janji” edisi 16 September
2019 kemudian mendeskripsikannya ke dalam suatu bentuk analisis yang
sistematis. Dalam pembahasan kali ini mengacu kepada identifikasi masalah
penelitian yang sebelumnya telah dirumuskan dengan menggunakan metode
analisis semiotika yang merupakan bagian dari metode analisis data dalam
penelitian kualitatif.
Untuk itu peneliti memfokuskan penelitian ini pada tanda-tanda yang terdapat
pada sampul majalah Tempo “Janji Tinggal Janji” edisi 16-22 September 2019
dengan menggunkan teori segitiga makna semiotik Charles Sanders Peirce
berdasarkan Sign (qualisign, sinsign, dan legisign), Object (icon, index, dan
symbol), dan Interpretant (rheme, dicent sign atau dicisign, dan argument). Selain
itu, pada penelitian ini juga mengaitkan tanda-tanda yang ada pada sampul
majalah Tempo kedalam sepuluh tanda yang diklasifikasikan oleh Peirce yaitu
Qualisign, Iconic Sinsign, Rhematic Indexical Sinsign, Dient Sign, Iconic
Legisign, Rheumatic Indexical Legisign, Discent Indexical Legisign, Rhematic
Symbol, Dicent Symbol, dan Argument.
Gambar 4.1
Sampul Majalah Tempo “Janji Tinggal Janji” edisi 16-22 September 2019.
Pada sampul majalah Tempo edisi kali ini (Gambar 4.1) terlihat seorang
kemeja putih (Kode E) dengan mata tertutup (Kode C) dan bibir yang dimajukan
(Kode D). Pria tersebut adalah Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Pada
sampul majalah Tempo edisi ini terlihat juga bayangan Jokowi yang memiliki
hidung panjang (Kode B) layaknya karakter dongeng pinokio ketika berbohong.
Pada judul sampul majalah terdapat teks “Janji Tinggal Janji” (Kode A) yang
46
merupakan metafora atas tudingan bahwa Presiden ingkar janji dalam penguatan
KPK.
b. Sinsign
Sinsign adalah eksitensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada
tanda. Tanda yang merupakan dasar tampilannya dalam kenyataan.
Seperti kata mendarat, yang berarti tanda berhenti dari sebuah
perjalanan. Sinsign pada sampul majalah Tempo edisi ini adalah
tampak pada teks dalam judul “Janji Tinggal Janji” (Kode A). Judul
pada sampul ini adalah penguatan dari gambar ilustrasi Presiden
Jokowi.
c. Legisign
Tabel 4.1
Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan Klasifikasi Sign.
b. Index
c. Symbol
Tabel 4.2
Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan Klasifikasi Object.
b. Dicent Sign
Dicent Sign adalah tanda sesuai kenyataan. Dicent sign pada sampul
majalah Tempo “Janji Tinggal Janji” edisi 16-22 September 2019 terdapat
pada judul sampul yaitu Janji Tinggal Janji (Kode A). Kalimat ini
menandakan adanya janji yang dilakukan oleh Presiden Jokowi. Janji
tersebut adalah akan menguatkan lembaga KPK dan memberantas korupsi
di Indonesia. Kalimat Janji Tinggal Janji ini dikuatkan dengan
penggambaran Presiden Jokowi yang memiliki hidung panjang seperti
karakter dongen pinokio ketika berbohong (Kode B).
c. Argument
KPK dan lolosnya seleksi Jenderal Firli dalam calon pemimpin KPK.
Lolosnya calon pemimpin KPK yang kontroversi membuat publik
bertanya dengan sikap Presiden Jokowi. Sikap Presiden Jokowi yang
selalu ditanya soal revisi UU KPK Presiden Jokowi selalu menjawab
silahkan ditanya langsung kepada DPR dan itu sudah menjadi kewenangan
DPR (Majalah Tempo, 2019: 81). Padahal sebelumnya Presiden Jokowi
yang melayangkan surat presiden kepada Dewan terkait revisi UU KPK
dan uji kelayakan dari para calon Pemimpin KPK (Majalah Tempo, 2019:
76).
Sikap dari Presiden Jokowi sangat berbeda saat awal menjabat menjadi
Presiden. Untuk memilih calon menteri kabinetnya saja Presiden Jokowi
berkonsultasi kepada KPK. Presiden Jokowi mencoret nama-nama yang
ditengarai bermasalah. Kepercaya Presiden Jokowi kepada KPK pada saat
itu melambungkan harapan publik (Majalah Tempo, 2019: 25). Namun,
diakhir priodenya menjadi presiden lupa akan sikapnya tersebut. Para
penggiat antikourpsi menuding bahwa Presiden Jokowi telah melupakan
janji-janjinya untuk memperkuat KPK.
Tabel 4.3
Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan Klasifikasi Interpretant.
b. Iconic Sinsign
d. Dicent Sinsign
e. Iconic Legisign
i. Dicent Symbol
j. Argument
telah melupakan janjinya tersebut. Hal ini juga diperkuat dengan judul
majalah yaitu “Janji Tinggal Janji”. Janji yang kampanye Presiden
merupakan prioritasnya menjadi Presiden yaitu untuk memperkuat
lembaga antikorupsi yaitu KPK. Namun sikapnya tersebut bertolak
belakang dengan apa yang sudah disampaikannya.
ini langsung mengacu pada objek tertentu yaitu penggambaran bayangan dari
Presiden Jokowi yang memiliki hidung panjang layaknya karakter pinokio ketika
berbohong. Penggambaran ini langsung menuai pro-kontra dimasyakarat karena
dinilai sampul majalah ini dinilai telah melakukan penghinaan terhadap kepala
Negara.
Tanda yang mendominasi kedua yaitu Iconic Legisign, dimana tanda ini
mengacu pada norma dan hukum. Penggambaran Presiden Jokowi dalam sampul
majalah Tempo “Janji Tinggal Janji” edisi 16-22 September 2019 merupakan
bentuk kritik terhadap dinama dalam masyakarat perihal revisi UU KPK. Majalah
Tempo edisi ini juga sudah sesuai dengan UU No 40 Tahun 1999 Tentang Pers.
Kebebasan pers adalah hak yang diberikan oleh konstitusional atau perlindungan
hukum yang berkaitan dengan media dan bahan-bahan yang dipublikasikan seperti
menyebar luaskan, pencetakan dan penerbitkan surat kabar, majalah, buku atau
dalam material lainnya tanpa adanya campur tangan atau perlakuan sensor dari
pemerintah.
Tanda yang mendominasi ketiga yaitu Dicent Sinsign, tanda ini menunjukan
bahwa adanya informasi yang menunjukan sesuatu. Dapat dilihat dari judul
majalah ini yaitu Janji Tinggal Janji yang menandakan adanya janji yang telah
diingkari. Janji tersebut merupakan janji politik yang dilakukan oleh Presiden
Jokowi sewaktu kampanye pemilu presiden pada tahun 2014 yaitu ingin
memperkuat KPK dan memberantas koruspi di Indonesia. Namun nyatanya, janji
tersebut diingkari diakhir periode menjabat sebagai presiden dengan mensetujui
revisi UU KPK yang poin-poinnya tersebut dapat melemahkan KPK.
ada pada gambar berhasil diidentifikasi kemudian dianalisis dan memiliki maksud
tertentu, serta makna tersembunyi dan mendalam. Tanda adalah sesuatu bagi
seseorang berarti sesuatu yang lain. Metode yang dapat digunakan untuk
menelaah makna dan maksud dari sebuh tanda dan objek yang terdapat dalam
sebuah gambar yaitu metode analisis semiotika. Untuk mengetahui makna
sebenarnya yang terkandung dalam sampul majalah Tempo tersebut terlebih
dahulu diungkap makna terdalam dari gambar yang diperlihatkan. Untuk itu
dalam penelitian ini diuraikan makna yang terdapat dalam sampul majalah Tempo
melalui pembagian suatu tanda yang terdapat pada gambar ke dalam tiga
klasifikasi berdasarkan Sign, Object, dan Intepretant.
Dalam ilmu tanda, untuk menelaah dan menetukan makna tanda yang ada
pada sampul majalah Tempo dapat dilakukan penelahaan melalui pembagian
klasifikasi dari sign, object, dan interpretant yang ada dalam sampul majalah
tersebut. Dengan klasifikasi dari sign yaitu, qualisign, sinsign, dan legisingn, akan
diketahui kualitas pada tanda, eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada
pada tanda, dan norma yang dikandung oleh tanda. Dari klasifikasi object yaitu
icon, index, dan symbol, dapat diketahui makna hubungan antara tanda dan objek,
hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau sebab
akibat, dan tanda yang memiliki hubungan dengan objekya berdasarkan konvensi,
kepepakatan, atau aturan, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, dan
tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya,
hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. Berdasarkan
interpretant yaitu rheme, dicent sign, dan argument, dapat diketahui penafsiran
makna tanda sesuai pilihan, kenyataan tanda dan alasan tentang sesuatu yang ada
pada tanda. Sebuah makna dari tanda-tanda dalam sampul majalah Tempo “Janji
Tinggal Janji” edisi 16-22 September 2019 akan dapat diketahui atau
diintepretasikan kebenarannya serta dipahami apa maksud dari tanda-tanda yang
ada dalam gambar tersebut.
Dengan diterbitkan majalah Tempo “Janji Tinggal Janji” edisi 16-22
September 2019 menuai banyak pro-kontra di masyakarat. Sebagian menilai
bahwa sampul tersebut merupakan penghinaan terhadap kepala Negara yaitu
62
Tanda-tanda yang terdapat pada sampul majalah Tempo “Janji Tinggal Janji”
edisi 16-22 September 2019 dapat dilihat oleh pembaca. Tanda tersebut
dikontruksi memiliki sifat konvensi atau kesepakatan bersama. Ketika pembaca
melihat sampul majalah Tempo edisi kali ini, pembaca dapat melihat gambar
ilustrasi Presiden Joko Widodo dengan mata tertutup dan bibir yang sedikit
dimajukan serta memiliki bayangan hidung panjang seperti karakter dongeng
pinokio ketika berbohong. Pada sampul majalah tersebut terdapat judul majalah
yang menguatkan ilustrasi yang terdapat pada sampul yaitu teks Janji Tinggal
Janji. Menurut Ruslan (2014: 75) citra itu sendiri abstrak (intangible) dan tidak
dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian
baik atau buruk. Untuk itu citra Presiden Jokowi dalam pengambaran sampul
majalah Tempo tersebut akan dikontruksi oleh pembaca baik atau buruknya.
Ilustrasi yang terdapat pada sampul majalah Tempo “Janji Tinggal Janji”
edisi 16-22 September 2019, merupakan ilustrasi dari Joko Widodo yang pada
saat itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019. Citra
Presiden Jokowi terkontruksi dalam benak pembaca majalah Tempo saat melihat
sampulnya apakah seorang Presiden mengingkari janjinya. Ilustrasi Presiden
Jokowi digambarkan dengan mata tertutup dan bibir yang sedikit dimajukan serta
mengenakan kemeja berwarana putih yang menjadi ciri khas dari Presiden
Jokowi. Ilustrasi pada sampul majalah Tempo ini dibuat mirip sedemikian rupa
dengan wajah Presiden Jokowi. Dalam sampul majalah Tempo ini juga terlihat
63
jelas adanya bayangan dari gambar Presiden Jokowi dengan warna hitam atau
siluet memiliki hidung panjang seperti karakter dongeng pinokio ketika
berbohong.
Gambar ilustrasi pada sampul majalah Tempo “Janji Tinggal Janji” edisi 16-
22 September 2019 yang menggambarkan Presiden Jokowi tidak terlepas dari isu
yang sedang terjadi dan dimuat dalam laporan utama majalah Tempo tersebut.
Terdapat dua isu utama yang dapat disimpulan dalam laporan utama majalah
Tempo. Pertama, Presiden Jokowi dinilai oleh para penggiat antikorupsi ingkar
janji perihal penguatan Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam laporan utama
yang dimuat oleh majalah Tempo terdapat hasil wawancara jurnalis Tempo
dengan Presiden Jokowi. Laporan utama yang berjudul Presiden Joko Widodo:
Saya Ingin KPK Lebih Kuat yang dimana dapat disimpulkan bahwa Presiden
Jokowi tidak banyak berkomentar terhadap revisi UU KPK. Presiden Jokowi
terkesan cepat mengirimkan surat presiden (supres) untuk merevisi undang-
undang KPK diakhir masa jabatannya.
Jenderal Firli berpangkat bintang dua ini juga dituduh oleh pengawasan
Internal KPK membawa dan menjemput anggota Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), Bahrullah Akbar, ke ruangan Deputi Penindakan, padahal Bahrullah pada
saat itu seharusnya menjalani pemerikasaan terkait dengan kasus dugaan suap
mafia anggaran daerah yang disidik KPK. Bukan hanya itu, Jenderal polisi sarat
kontrovesi juga bertemu dengan petinggi partai PDIP yaitu Megawati. Hal ini
dinilai oleh para kalangan internal KPK ada kaitannya dengan pencalonannya
menjadi ketua KPK.
Dengan terpilihnya Jenderal Firli terpilih menjadi Ketua KPK periode 2019-
2023 Presiden Jokowi tidak ingin banyak berkomentar. Dikutip dalam laman
Liputan6.com Presiden Jokowi mengatakan pemilihan Jenderal Firli sebagai ketua
KPK sudah lolos panita seleksi (pansel) KPK dan prosedurnya dalam kewenangan
DPR. Padahal sejak awal pemilihan para calon Ketua KPK banyak menuai
kritikan dari masyakarat dan kalangan internal KPK terkait calon ketua KPK yang
kontroversi. Proses seleksi kerap mendapat kritik dari masyarakat lantaran Panitia
Seleksi Calon Pimpinan KPK dinilai publik tak transparan dalam memilih nama-
nama untuk disodorkan ke Presiden Joko Widodo (KOMPAS, diakses pada 17
April 2020).
penyampaian pesan) adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan dapat dipakai
untuk menyampaikan arti, makna, atau pesan (Kusrianto, 2007: 10). Berdasarkan
pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam sampul majalah Tempo
bayangan Presiden Jokowi hidung panjang memliki arti, makna atau pesan yang
ingin disampaikan oleh majalah Tempo kepada pembacanya. Pesan yang
dikomunikasikan dalam gambar bayangan Presiden Jokowi memiliki hubungan
yang penting terhadap judul majalah yaitu Janji Tinggal Janji.
Tampilan ilustrasi sampul majalah Tempo “Janji Tinggal Janji” edisi 16-22
September 2019 merupakan media untuk menyampaikan pesan dimana di dalam
keseluruhan pesan visual dan didukung oleh pesan verbal mempunyai makna yang
berhubungan dengan dinamika sosial yang sedang terjadi. Presiden Jokowi yang
dinilai telah mengingkari janji dalam hal pengutan KPK menjadi sorotan publik.
67
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tanda-tanda yang terdapat pada sampul majalah Tempo “Janji Tinggal Janji”
edisi 16-22 September 2019 terbagi menjadi tiga kategori yaitu, ekspresi dari
Presiden Jokowi dengan mata tertutup dan bibir yang sedikit dimajukan serta
gambar bayangan dari presiden Jokowi yang memiliki hidung panjang, sampul
majalah Tempo yang sudah sesuai peranannya sebagai media, dan teks pada judul
sampul yaitu Janji Tinggal Janji. Menurut perspektif semiotika Peirce pada
sampul majalah Tempo “Janji Tinggal Janji” edisi 16-22 September 2019
termasuk tanda Rhematic Indexical Legisign, Iconic Legisign, dan Dicent Sinsign.
Tanda Rhematic Indexical Legisign bermkana bahwa ekspresi dari Preisden
Jokowi dengan mata tertutup dan bibir yang dimajukan bentuk sikap dari Presiden
Jokowi yang tidak ingin melihat aspirasi publik dan tidak ingin banyak berbicara
terkait isu yang sedang terjadi.Tanda Rhematic Indexical Legisign juga ditujukan
pada tanda bayangan dari Presiden Jokowi yang memiliki hidung panjang. Makna
dari tanda ini adalah presiden telah berbohong. Penggambaran bayangan hidung
panjang ini dikaitkan dengan tokoh dongeng pinokio yang melekat dengan
kebohongan.
didapat dalam teks Janji Tinggal Janji memperjelas bahwa Presiden Jokowi telah
berjanji untuk menguatkan KPK, namun janji tersebut diingkari. Hal ini diperkuat
dengan gambar bayangan dari Presiden Jokowi. Dalam sampul ini terlihat jelas
bahwa citra yang ingin dikontruksikan oleh majalah Tempo kepada Presiden
Jokowi adalah Presiden Jokowi pembohong dan ingkar janji.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Ardianto, E., dkk. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Bungin, MB. 2008. Kontruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Prenamedia Group.
Sumber Skripsi :
Adityo, Wildan. 2012. Pemaknaan Ilsutrasi Sampul Buku “Poconggg Juga
Pocong” (Studi Semiotik Ilustrasi Sampul Buku “Poconggg Juga Pocong”
pada “Bukune”). [Skripsi S1, Unpublished]. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Surabaya, Indonesia.
70
Budiman, Candra. 2015. Analisis Semiotika Pada Cover Majalah Tempo Edisi 4-
10 November 2013 Versi “Atut & Co”. [Skripsi S1, Unpublished]. Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr, Moestopo (Beragama). Jakarta,
Indonesia.
Priyonggo, Yunus. 2014. Analisis Semiotik Korupsi Terhadap Sampul Majalah
Tempo Pada Kasus Simulator Sim. [Skripsi S1, Unpublished]. Fakultas Ilmu
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta, Indonesia.
Sumber Jurnal :
Kurniawan. 2016. Kajian Makna Di Balik Sampul Majalah Tempo (Studi Kasus
“Sampul Rekening Gendut Perwira Polisi”, edisi Senin, 28 Juni 2010).
Jurnal Dimensi DKV Institut Kesenian Jakarta. Vol 1 (1): 47-56.
https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/seni/article/download/412/380
Suherdiana. 2008. Konsep Dasar Semiotika dalam Komunikasi Massa menurut
Charles Sanders Peirce. Jurnal Ilmu Dakwah UIN Sunan Gunung Djati
Bandung. Vol 4 (12): 371-407.
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/idajhs/article/view/399
Monica. 2011. Efek Warna Dalam Dunia Desain dan Periklanan. Jurnal
Humaniora Binus Univesity. Vol 2 (2): 1084-1096.
https://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/view/3158
Sumber Internet :
Sumber Lain :
Majalah Tempo. 2019. Janji Tinggal Janji edisi 16-22 September 2019. Jakarta:
PT Tempo Inti Media Tbk.
73