Anda di halaman 1dari 60

ETOS SOSIAL MASYARAKAT BELITUNG

DALAM NOVEL SIRKUS POHON KARYA ANDREA HIRATA

OLEH :
SASDITA MAILANA
NPM : 1105190026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE (UNIROW) TUBAN
2022
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal penelitian yang berjudul "Etos Sosial Masyarakat Belitung dalam Novel

Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Proposal penelitian ini di tulis dengan tujuan, yakni untuk memenuhi tugas

mata kuliah seminar proposal sebagai salah satu syarat menempuh gelar sarjana

(S1) di Universitas PGRI Ronggolawe (UNIROW) Tuban tahun 2022.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam proses penyusunan proposal penelitian

ini tidak lepas dari hambatan serta rintangan dan juga kesulitan. Namun berkat

bantuan dari berbagai pihak terutama pembimbing akhirnya hal tersebut bisa

diatasi dan terselesaikan. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak dan teman-teman PBSI 2019.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu penulis berharap semoga dengan adanya penelitian ini

dapat bermanfaat bagi semua khayalak dan juga bagi penulis sendiri. Serta dapat

menambah wawasan dan ilmu pengetahun yang lebih. Tidak lupa saran dan kritik

yang membangun yang kami harapkan dari semua pihak.

Tuban, 29 Oktober 2022

Penulis

ii
3

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN...............................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah........................................................................9

1.3 Batasan Masalah............................................................................12

1.4 Rumusan Masalah.........................................................................13

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian.....................................................13

1.5.1 Tujuan Penelitian................................................................13

1.5.2 Manfaat Penelitian..............................................................13

1.6 Asumsi...........................................................................................15

1.7 Definisi Operasional Variabel ......................................................17

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Sastra.............................................................................................22

2.1.1 Hakikat Sastra.....................................................................22

2.1.2 Pengertian Sastra.................................................................23

2.1.3 Fungsi Sastra.......................................................................24

2.2 Karya Sastra..................................................................................26

2.3 Jenis - Jenis Karya Satra................................................................26

2.4 Novel.............................................................................................30

iii
4

2.4.1 Hakikat Novel.....................................................................30

2.4.2 Pengertian Novel.................................................................32

2.4.3 Unsur Pembangun...............................................................33

2.5 Etos Sosial Masyarakat Belitung...................................................35

2.6 Sosiologi Sastra.............................................................................38

2.7 Biografi Pengarang........................................................................39

2.7.1 Biografi...............................................................................39

2.7.2 Karya – Karya.....................................................................40

2.7.3 Sinopsis...............................................................................40

BAB II METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian..........................................................................47

3.2 Jenis Penelitian .............................................................................49

3.2.1 Penelitian Kualitatif............................................................49

3.2.2 Penelitian Kuantitatif..........................................................49

3.3 Jenis dan Sumber Data..................................................................50

3.3.1 Jenis Data............................................................................50

3.3.2 Sumber Data........................................................................51

3.4 Pendekatan Penelitian ..................................................................52

3.5 Teknik Pengumpulan Data............................................................53

3.6 Teknik Analisis Data.....................................................................55

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra saat ini telah berkembang menjadi sebuah media yang memiliki

pengaruh besar terhadap kehidupan bermasyarakat. Sastra juga bisa dikatakan

sebagai sebuah ungkapan ekspresi manusia yang berupa karya tulis atau lisan

berdasarkan pemikiran, pendapat, pengalaman, baik dalam bentuk perasaan yang

sesungguhnya, atau hanya sekadar imajinatif, yang mencerminkan kenyataan, atau

pun berdasarkan data yang dibalut estetis dalam bahasa. Sastra memiliki

segmentasi yang lebih mengacu, sesuai dengan definisinya sebagai sekadar teks.

Sastra tidak hanya sebatas tulisan pada selembar kertas saja, tetapi juga memiliki

peran penting di dalam kehidupan manusia bahkan sejak dahulu kala. Karena

sejak dulu, manusia dapat menyampaikan isi hati, aspirasi, dan perasaannya

kepada orang lain, mulai dari masyarakat hingga pemerintah atau pun pejabat.

Dan sastra yang berkembang di Indonesia menjadi sebuah media yang

memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan bermasyarakat. Seperti pernyataan

Wellek dan Warren (1993:14) yang mengungkapkan bahwa sastra paling tepat

diterapkan pada seni sastra, yaitu sastra sebagai karya imajinatif. Sebagai karya

imajinatif, pengarang menggunakan bahasa yang indah sebagai wujud

kreativitasnya. Karya sastra juga merupakan pandangan terhadap kehidupan

dalam lingkungan sosial. Pandangan tersebut terjadi karena pengarang tidak dapat

lepas dari ikatan-ikatan sosial tertentu dalam masyarakat sosial. Sastra yang baik

tidak hanya merekam kenyataan yang ada dalam masyarakat. Sastra dapat

1
2

dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra menyajikan kehidupan dan

kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial (Wellek dan Warren, 1993:

109). Artinya, karya sastra berserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya hidup

dari masyarakat dan secara tidak langsung memiliki kepentingan untuk

masyarakat itu sendiri.

Selain itu, sastra juga menampilkan gambaran tentang kehidupan manusia

dan kehidupan tersebut adalah suatu kenyataan sosial. Dengan kata lain karya

sastra dapat dikatakan sebagai sebuah refleksi dari kehidupan. Kehidupan di sini

tidak sebatas kehidupan manusia. Karya menyampaikan sastra bagi pengarangnya

bisa menjadi semua media untuk peristiwa hidup yang dijalani semua makhluk di

dunia. Pengarang menangkap realitas kemudian membawanya ke dalam imajinasi

untuk melahirkan karya-karya yang menarik. Refleksi atau cerminan sosial dari

kehidupan ini yang kemudian menjadikan karya sastra sebagai sebuah kehidupan

dalam dimensi lain. Karya sastra memiliki beberapa jenis diantaranya, seperti

puisi, cerpen, dongeng, roman, drama, novel dan lain sebagainya. Namun jenis

prosa yang paling dominan di dalam masyarakat saat ini ialah novel.

Novel merupakan cerita fiksi atau cerita rekaan yang menyajikan bermacam-

macam masalah tentang kehidupan manusia. Abrams (dalam Nurgiyantoro,

2009:9) mengemukakan bahwa istilah novel berasal dari bahasa Itali novella.

Secara harfiah novella berarti "sebuah barang baru yang kecil" dan kemudian

diartikan sebagai "cerita pendek dalam bentuk prosa". Dan menurut Stanton

(2007:90), novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial


3

yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan berbagai

peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara mendetail.

Novel juga bisa di artikan dengan suatu karya fiksi yang hanya menceritakan

tentang sekilas kehidupan tokoh. Novel memiliki sebuah dunia tersendiri, yaitu

sebuah dunia imajinatif tentang kehidupan manusia dengan berbagai

permasalahan yang dibangun melalui berbagai unsur. Unsur-unsur inilah yang

akan menyebabkan karya sastra hidup. Dan unsur intrinsik ini merupakan unsur

yang secara langsung membangun sebuah cerita. Keterpaduan unsur tersebut lah

yang akan menghasilkan sebuah novel berkualitas. Novel yang baik tidak hanya

mengandung unsur intrinsik maupun ekstrinsik melainkan novel yang berfungsi

sebagai hiburan yang menyenangkan, namun memberikan pesan positif bagi

sumua pembacanya. Sebuah karya sastra yang baik tidak hanya dipandang sebagai

rangkaian kata, tetapi juga ditentukan oleh makna yang terkandung di dalamnya

dan memberikan pesan positif bagi pembacanya (Endraswara, 2003:160).

Novel sendiri dibagi menjadi tiga bagian, yaitu novel serius, popular, dan

teenlit. Setiap jenis novel ini memiliki karakternya masing-masing. Salah satu

penulis novel yang karyanya sudah menjelajah dunia adalah Andrea Hirata.

Andrea Hirata telah menelurkan karya-karya yang megah. Seperti novel Laskar

Pelangi. Novel yang sudah diadaptasi menjadi sebuah karya film ini mendapat

pujian dari dunia internasional bahkan sebagai bahan bacaan wajib.

Dari sekian banyak novel karya Andrea Hirata, ada salah satu novel yang

begitu unik dan sangat menarik. Novel tersebut adalah novel Sirkus Pohon. Dan

novel Sirkus Pohon ini, yakni novel terlama garapan Andrea Hirata. Selain itu,
4

novel ini juga mempunyai fenomena-fenimena dan terdapat beberapa etos sosial

masyarakan yang dapat di kutip didalamnya.

Etos sendiri merupakan sikap dasar seseorang atau kelompok orang dalam

melakukan kegiatan tertentu. Etos dapat dimiliki oleh seseorang, tetapi bisa pula

merupakan ciri suatu kelompok masyarakat tertentu. Etos sosial dapat bersumber

dari nilai-nilai agama yang diyakini, dihayati, dan di amalkan. Tapi etos sosial

dapat pula berkembang dari hasil pemikiran dan perbincangan publik dan lambat

laun, melalui proses yang mungkin cukup panjang yang akhirnya diterima oleh

suatu kelompok masyarakat luas. Etos sosial tidak sekedar pengakuan akan nilai-

nilai, melaikan benar-benar diyakini dan damalkan secara konsekuen sehingga

menimbulkan dampak sosial tertentu yang di asosisiakan dengan seseorang dan

kelompok masyarakat.

Etos sosial yang berkembang dalam suatu masyarakat atau seseorang, bisa

pula terjadi melalui suatu proses panjang yang di pengaruhi oleh kondisi alam

tertentu. Dan Max Scheler memahami ethos sebagai kesatuan nilai-nilai yang

paling menonjol yang dijunjung tinggi oleh suatu kelompok tertenu, terutama

dalam hal bertindak dan bereprilaku. Ethos bangsa-bangsa didunia menunjukan

perbedaan-perbedaan pewujudan dan penghargaan nilai-nilai yang jelas, yang

dipengaruhi oleh sejarah, wilayah dan lingkungan hidup manusia masing-masing

bangsa itu sendiri. Etaos sosial yang dipengaruhi oleh wilayah dan lingkungan ini

meliputi tiga apek yaitu aspek kemiskinan, kebodohan, dan pendidikan tak

berguan di dalam masyarakat.


5

Pada aspek kemiskinan yang di maksud disini adalah suatu kondisi ketika

seseorang atau kelompok tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya

seperti kebutuhan pangan, sandang, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan

yang layak. Hal ini juga biasanya ditentukan oleh pemerintah melalui penetapan

garis kemiskinan yang ditentukan dengan ekonomi. Karena tingkat kesejahteraan

masyarakat ditentukan oleh kebijakan ekonomi pemerintah. Jadi kemiskinan bisa

juga disebabkan oleh gagalnya perkembangan ekonomi yang direncanakan

pemerintah. Setiap negara tertentu memiliki anggota masyarakat yang berada di

bawah garis kemiskinan. Dam kemiskinan juga dapat diartikan sebagai

kekuarangan dalam kesejahteraan dan perampasan terhadap kebebasan untuk

mencapai sesuatu dalam hidup seorang manusia.

Selain aspek kemiskinan juga terdapat aspek kebodoahan. Aspek kebodohan

disino merupakan dampak permasalahan sosial karena belum terselesaikannya

masalah ekonomi dan budaya. Kebodohan bisa disebabkan oleh ketidakmampuan

dalam hal ekonomi seperti tidak mampu membayar uang pendidikan atau karena

malas untuk belajar dan menganggap bahwa pendidikan tidak penting.

Dan yang terakhir adalah aspek pendidikan tak bernuna. Aspek pendidikan

tak berguna disini adalah sistem pendidikan yang masih miris, seperti daerah yang

tidak memiliki sekolah, di bagian yang lain menyatakan hasil atau out put dari

dunia pendidikan belum menjamin kehidupan yang layak bagi masyarakat.

Tak hanya itu selain terdapat etos sosial didalam nya novel Sirkus Pohon

karya Andrea Hirata ini dapat di kaji dengan menggunakan pendekatan sosiologi,

karena menurut Ratna (2003:2) ialah pemahaman terhadap karya sastra dengan
6

melakukan pertimbangan-pertimbangan terhadap aspek-aspek sosial yang terjadi

di masyarakat. Hal ini dapat dimaknai bahwa karya sastra dan masyarakat

memiliki hubungan refleksi sosial. Karya sastra dapat dijadikan sebagai sebuah

media untuk menyampaikan emosi situasi sosial masyarakat tertentu. Sehingga

masyarakat lainnya yang tak menangkap fenomena itu memiliki pemahaman baru

yang lebih kompleks. Ratna juga menyatakan bahwa sosiologi sastra pada

hakikatnya adalah interdisiplin ilmu antara sosiologi dan sastra yang menuntut

keduanya memiliki objek yang sama, yaitu masyarakat. Sosilogi sastra juga

berkaitan dengan kritik sastra sosial. Hal ini sesuai dengan pernyataan Semi

(2013:7), yang menyatakan bahwa kritik sastra sosial merupakan kritik sastra

yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosiologis. Hal ini berarti suatu

karya sastra ditelaah segi-segi sosial kemasyarakatan yang berada di sekitar

kelahiran karya tersebut serta sumbangan yang diberikannya terhadap pembinaan

tata kehidupan masyarakat. Wiyatmi (2009:97) juga menyatakan bahwa

pendekatan sosiologi sastra adalah memahami karya sastra dalam hubungannya

dengan realitas dan aspek sosial kemasyarakatan.

Dan etos sosial masyarakat belitung dalam novel Sirkus Pohon ini dapat di

kaji menggunakan pendekatan sisiologi sastra karena pada novel ini menceritakan

tentang kehidupan masyarakat di Tanjong Lantai, Belitung. Dengan kondisi

perekonomian yang kurang baik menjadi salah satu poin cerita yang dituturkan

oleh penulus. Novel ini menceritakan seorang tokoh Ku (Sobri) yang kemudian

dikenal dengan nama Hob. Tokoh ku (Sobri) adalah seorang pemuda tamatan

SMP yang berjuang keras untuk mendapatkan pekerjaan. Bernasib sebagai


7

pengangguran membuatnya selalu mendapatkan tekanan dari adiknya, yang

bernama Azizah. Kehidupan tokoh Ku (Sobri) sempat menjadi runyam bersangkut

paut dengan polisi karena terjebak dengan salah satu Mafia Geng bernama

Taripol, teman tokoh Ku (Sobri) sendiri.

Dalam perjalanan mencari kerja tokoh Ku (Sobri) bertemu dengan Dinda,

seorang perempuan yang membuatnya jatuh cinta. Pertemuan dengan Dinda

membuat semangatnya meletup untuk mendapatkan pekerjaan tetap. Memiliki

pekerjaan tetap adalah syarat mutlak dari seorang Dinda untuk tokoh Ku (Sobri)

jika ingin menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius. Perjalanan karir

seorang tokoh Ku (Sobri) akhirnya terlabuh di sebuah sirkus keliling. Di sirkusi

keliling tokoh Ku (Sobri)bertemu dan diwawancarai seorang Ibu Bos dan seorang

mandor cilik, yang kemudian menerima dan memperkerjakan tokoh Ku (Sobri)

sebagai seorang Badut Sirkus. Kehidupan sebagai sorang badut sirkus

membuatnya sangat bahagia. Namun sirkus keliling mengalami berbagai macam

tantangan. Tantangan muncul dari salah satu tokoh dalam novel, yaitu Gastori.

Gastori dalam cerita ini mengambil peran penokohan antagonis sebagai

seorang politikus yang bengis. Novel Sirkus Pohon memiliki dua kisah cinta.

Selain kisah cinta memilukan dari tokoh Ku (Sobri) dan Dinda, novel ini juga

menceritakan kisah cinta seorang tokoh bernama Tegar dan Tara. Tegar dan Tara

bertemu di pengadilan agama. Kedua tokoh ini dipertemukan dalam momen

perceraian orang tua mereka masing-masing. Dari pengadilan agama inilah kedua

tokoh ini saling tidak bisa melepaskan diri. Tegar menjelma menjadi seorang

pembela bagi Tara kecil saat bermain di pengadilan. Belum sempat berkenalan
8

mereka berpisah dan saling merindukan dalam waktu yang lama. Tegar dan Tara

saling mencari namun tak saling menemukan. Sampai akhirnya Tegar dan Tara

bertemu di sirkus tempat tokoh Sobri bekerja sebagai badut, yang tak lain adalah

sirkus milik Tara si mandor cilik. Kisah Tegar dan Tara juga tak berjalan baik.

Mereka sempat berpisah saat sirkus mengalami masalah. Sirkus ditutup karena

terlilit utang piutang dengan Gastori. Gastori adalah seorang tokoh yang

mengantarkan cerita Sirkus Pohon menunjukan potret politik yang kotor. Dari

sinilah banyak muncul kritik-kritik sosial. Dalam penyajian jalan ceritanya, setiap

tokoh mewakili etos (situasi) sosial masyarakat. Hal ini menjadikan membaca

novel Sirkus Pohon seperti membaca dan melihat realitas di masyarakat.

Dan Andrea Hirata menyatakan bahwa novel Sirkus Pohon adalah novel

terbaik yang pernah dibuatnya. Bahkan sang penulis melakukan berbagai riset

untuk dapat menyampaikan sebuah realitas dalam bentuk fiksi. Tak tanggung-

tanggung Andrea Hirata bahkan melakukan riset tentang pohon delima yang ada

di dalam cerita tersebut. Novel Sirkus Pohon ini hadir di tengah para penikmat

karya sastra dengan berbagai bentuk refleksi atau cerminan sosial masyarakat.

Peneliti menangkap etos sosial ini kemudian meramunya dalam sebuah cerita

yang secara terang benerang mencerminkan sebuah realitas. Etos sosial yang

sudah biasa berlangsung di masyarakat sehingga menjadi hal yang tak jarang

dijumpai oleh masyarakat itu sendiri. Novel Sirkus Pohon membuat kita tergelitik

sadar tentang situasi seperti kemiskinan yang parah, persaingan politik yang

bengis, dan situasi sosial lainnya dituturkan dengan begitu apiknya.


9

Berbagai macam review juga dilakukan oleh para pembaca novel Sirkus

Pohon, tetapi tidak ada yang melakukan kajian mendalam untuk kepentingan

masyarakat luas, terutama untuk kondisi masyarakat Indonesia pada saat ini

mengenai situasi fenomena-fenomena (Etos) sosial di masyayarat, terutama pada

masyarakat Belitung. Oleh karena itu peneliti menggunakana kajian sosiologi

sastra untuk mengupas Etos Sosial dalam Masyarakat Belitung ini. Berdasarkan

uraian di atas, kajian terhadap novel Sirkus Pohon ini difokuskan pada Etos sosial

yang ditangkap peneliti novel itu sendiri. Etos sosial yang dimaksud berupa aspek

kemiskinan, kebodohan, dan pendidikan tak berguna yang terjadi di masyarakat,

kegelisahan peneliti terhadap fenomena-fenomena sosial yang ada di masyarakat

yang akan dijabarkan secara rinci pada bagian pembahasan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian latar blakang di atas peneliti perlu mengadakan

identifikasi maslah. Identifikasi masalah merupakan upaya untuk menggali maslah

yang muncul dalam penelitian ini. Untuk itu identifikasi masalah etos sosial

masyarakat belitung dalam novel sirkus pohon karya andrea hirata tampak

adanya maslah sebagai berikut;

1. Sastra juga merupakan pandangan terhadap kehidupan dalam lingkungan

sosial. Pandangan tersebut terjadi karena pengarang tidak dapat lepas dari

ikatan-ikatan sosial tertentu dalam masyarakat sosial. Sastra yang baik tidak

hanya merekam kenyataan yang ada dalam masyarakat. Sastra dapat

dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra menyajikan kehidupan dan


10

kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial (Wellek dan Warren,

1993: 109).

2. Karya sastra adalah ungkapan perasaan manusia yang bersifat pribadi yang

berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam

bentuk gambaran kehidupan yang dapat membangkitkn pesona dengan alat

bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan. Selaini itu (Sumardjo) dalam

bukunya mengatakan bahwa karya sastra adalah sebuh usaha merekam isi jiwa

sastrawanya, rekaman ini menggunakan alat bahasa.

3. Jenis karya sastra dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu 1) karya

sastra imajinatif yang meliputi: puisi, fiksi atau prosa naratif, novel, roman,

dan cerpen. 2) karya sastra non imajinatif yang meliputi: bagai berikut: esai,

kritik, sejarah, biografi, autobiografi.

4. Novel merupakan cerita fiksi atau cerita rekaan yang menyajikan bermacam-

macam masalah tentang kehidupan manusia. Abrams (dalam Nurgiyantoro,

2009:9) mengemukakan bahwa istilah novel berasal dari bahasa Itali novella.

Secara harfiah novella berarti "sebuah barang baru yang kecil" dan kemudian

diartikan sebagai "cerita pendek dalam bentuk prosa". Dan menurut Stanton

(2007:90), novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi

sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter,

dan berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara

mendetail.

5. Secara umum menurut Nurgiantoro (2010: 22-23), unsur pembangun itu

disebut sebagai unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik dan ekstrinsik
11

dalam sebuah karya sastra tidak dapat dipisahkan begitu saja karena keduanya

saling mempengaruhi. Unsur intrinsik merupakan unsur pembangun dalam

sebuah cerita. Pada unsur intrinsik berasal dari cerita tersebut yang meliputi

tema, tokoh, alur, sudut pandang, gaya bahasa, latar, dan amanat. Sedangkan

unsur ekstrinsik terbentuk karena adanya pengaruh dari luar.

6. Sosiologi sastra merupakan pendekatan sastra berupa studi objektif dan ilmiah

tentang manusia dalam masyarakat, studi lembaga-lembaga, dan proses-proses

sosial. Sosiologi sastra menurut istilah yakni cabang sosiologi yang

memanfaatkan metode dan teknik sosial yang diterapkan dalam sastra. Dan

Wiyatmi (2009:97) juga menyatakan bahwa pendekatan sosiologi sastra

adalah memahami karya sastra dalam hubungannya dengan realitas pada aspek

sosial kemasyarakatan.

7. Situasi fenomena-fenomena atau disebut juga dengan etos memiliki arti sikap

dasar seseorang atau kelompok orang dalam melakukan kegiatan tertentu. Etos

juga dapat dimiliki oleh seseorang, tetapi bisa pula merupakan ciri suatu

kelompok masyarakat tertentu, atau realita yang ada dalam masyarakat

tersebut. Etos sosial dapat bersumber dari nilai-nilai agama yang diyakini,

dihayati, dan di amalkan. Tapi etos sosial dapat pula berkembang dari hasil

pemikiran dan perbincangan publik dan lambat laun, melalui proses yang

mungkin cukup panjang yang akhirnya diterima oleh suatu kelompok

masyarakat luas.

8. Max Scheler memahami etos sosial masyarakat sebagai kesatuan nilai-nilai

yang paling menonjol yang dijunjung tinggi oleh suatu kelompok tertenu,
12

terutama dalam hal bertindak dan bereprilaku. Ethos bangsa-bangsa didunia

menunjukan perbedaan-perbedaan pewujudan dan penghargaan nilai-nilai

yang jelas, yang dipengaruhi oleh sejarah, wilayah dan lingkungan hidup

manusia masing-masing bangsa itu sendiri. Etaos sosial masyarakat yang

dipengaruhi oleh wilayah dan lingkungan ini meliputi tiga apek yaitu aspek

kemiskinan, kebodohan, dan pendidikan tak berguan di dalam masyarakat.

9. Subjek penelitian Novel Sirkus Pohon karya Andrea Hirata.

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah digunakan agar peneliti tidak keluar dari sasaran yang

akan dicapai. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah

tersebut terkandung pengertian atau pemahaman yang masih meluas, maka maslah

ini perlu adanya pengkhususan, agar penelitian ini lebih terarah dan jelas. Maka

peneliti perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengkaji Max Scheler etos sosial masyarakat dari aspek kemiskinan dalam

novel Sirkus pohon karya Andrea Hirata.

2. Mengkaji Max Scheler etos sosial masyarakat dari aspek kebodohan dalam

novel Sirkus pohon karya Andrea Hirata.

3. Mengkaji Max Scheler etos sosial masyarakat dari aspek pendidikan tak

berguna dalam novel Sirkus pohon karya Andrea Hirata.

4. Subjek penelitian ini mengenai Etos Sosial Masyarakat Belitung dalam novel

Sirkus pohon karya Andrea Hirata.


13

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah etos sosial masyarakat dari aspek kemiskinan dalam novel

Sirkus pohon karya Andrea Hirata.

2. Bagaimanakah etos sosial masyarakat dari aspek kebodohan dalam novel

Sirkus pohon karya Andrea Hirata.

3. Bagaimanakah etos sosial masyarakat dari aspek pendidikan tak berguna

dalam novel Sirkus pohon karya Andrea Hirata.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara umum penelitian ini memiliki

dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Bagian tujuan umun dan khusus

akan diuraikan secara rinci sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian yang dilakukan adalah untuk

memperoleh informasi tentang etos sosial masyarakat Belitung dalan novel

Sirkus Pohon karya Andrea Hirata. Dengan adanya beberapa realita yang ada

dalam masyarakat.

2. Tujuan Khusus

1) Mendeskripsikan gambaran mengenai etos sosial masyarakat Belitung dari

aspek kemiskinan dalam novel Sirkus Pohon karya Andrea Hirata.


14

2) Mendeskripsikan faktor yang menyebabkan terjadinya etos sosial

masyarakat Belitung dari aspek kebodohan dalam novel Sirkus Pohon

karya Andrea Hirata.

3) Mendeskripsikan etos sosial masyarakat Belitung dari aspek pendidikan

tak berguna dalam novel Sirkus Pohon karya Andrea Hirata.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Pada umumnya penelitian ini dilakukan untuk mendapat suatu manfaat.

Manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yakni manfaat teoritis dan

manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut memiliki peran yang sangat penting

dalam menunjang keberadaan serta perkembangan ilmu sastra pada umumnya.

Adapun kedua manfaat tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah teori

sastra dalam mengkaji novel. Khususnya pada teori sosiologi sastra pada etos

sosial masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Adapun beberapa manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Pada hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian ilmu

sastra, khususnya berkaitan langsung dengan etos sosial masyarahat.

2. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada peneliti dan

pembacanya bahwa aspek-aspek yang akan di teliti ini masih banyak

terdapat realita yang ada dalam masyarakat. Khususnya pada etos sosial

masyarakat.
15

3. Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai alternative penelitian

yang akan di lakukan selanjutnya.

1.6 Asumsi

Asumsi adalah tanggapan dasar yang tidak perlu diuji kebenaranya dan

digunakan sebagai dasar pemikiran. Asumsi dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Sastra juga merupakan pandangan terhadap kehidupan dalam lingkungan

sosial. Pandangan tersebut terjadi karena pengarang tidak dapat lepas dari

ikatan-ikatan sosial tertentu dalam masyarakat sosial. Sastra yang baik tidak

hanya merekam kenyataan yang ada dalam masyarakat. Sastra dapat

dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra menyajikan kehidupan dan

kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial.

2. Karya sastra adalah ungkapan perasaan manusia yang bersifat pribadi yang

berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam

bentuk gambaran kehidupan yang dapat membangkitkn pesona dengan alat

bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan. Selaini itu Sumardjo dalam

bukunya mengatakan bahwa karya sastra adalah sebuh usaha merekam isi jiwa

sastrawanya, rekaman ini menggunakan alat bahasa.

3. Novel merupakan cerita fiksi atau cerita rekaan yang menyajikan bermacam-

macam masalah tentang kehidupan manusia. Abrams (dalam Nurgiyantoro,

2009:9) mengemukakan bahwa istilah novel berasal dari bahasa Itali novella.

Secara harfiah novella berarti "sebuah barang baru yang kecil" dan kemudian

diartikan sebagai "cerita pendek dalam bentuk prosa". Dan menurut Stanton
16

(2007:90), novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi

sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter,

dan berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara

mendetail.

4. Novel Sirkus Pohon karya Andrea Hirata ini banyak menceritakan tentang

kehidupan pelik tokoh sobri yang lahir dari keluarga miskin, seorang tokoh

yang pengangguran dan tak punya pekerjaan tetap hanya karna tamatan

SMP. Tak hanya itu kehidupan tokoh Ku (Sobri) ini sempat menjadi runyam

bersangkut paut dengan polisi karena terjebak dengan salah satu Mafia Geng

bernama Taripol. Dan kisah cintanya dengan dinda, serta kisah persahabatan

yang sangat rumit dihumbui dengan unsur politik dan kebodohan warga

belitung yang sangat mempercayai pohon delima untuk persaingan politik

yang kejam. Seperti realita apa yang terjadi dalam masyarakat saat ini.

5. Novel Sirkus Pohon karya Andrea Hirata adalah novel terbaik yang pernah

dibuatnya. Bahkan Andera Hirata melakukan berbagai riset untuk dapat

menyampaikan sebuah realitas dalam bentuk fiksi. Dalam novel ini peneliti

menangkap banyaknya situasi fenomena realitas sosial kemasyarakatan atau

etos sosial. Kemudian peneliti meramunya dalam sebuah cerita yang secara

terang benerang mencerminkan sebuah realitas. Etos sosial yang sudah biasa

berlangsung di masyarakat sehingga menjadi hal yang tak jarang dijumpai

oleh masyarakat itu sendiri. Novel Sirkus Pohon membuat kita tergelitik sadar

tentang situasi seperti kemiskinan yang parah, persaingan politik yang bengis,

dan situasi sosial lainnya dituturkan dengan begitu apiknya. Namun sedah
17

berbagai macam review juga dilakukan oleh para pembaca novel Sirkus

Pohon, tetapi tidak ada yang melakukan kajian mendalam untuk kepentingan

masyarakat luas, terutama untuk kondisi masyarakat Indonesia pada saat ini

mengenai situasi fenomena-fenomena (Etos) sosial di masyayarat, terutama

pada masyarakat Belitung. Maka dari itu peneliti menggunakan teori Max

Schele ingin menkaji novel Sirkur Pohon karya Andera Hirata ini pada Etos

sosial Masyarakat nya dengan menggunakan pensekatan sosiologi sastra.

1.7 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan penjelasan dari variabel yang terdapat di

dalam judul penelitian. Dalam definisi operasional terdapat pembatasan-

pembatasan dari istilah-istilah yang diberlakukan dalam judul penelitian sehingga

tercipta makna tunggal terhadap pemahaman permasalahan.

Berdasarkan penelitian dari peneluti yang akan dicapai, peneluti menjelaskan

materi ringkasan mengenai judul penelitian yang bertujuan tidak terjadi penafsiran

yang berbeda terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dari itu

perlu dibuat penjelasan istilah yang dipakai dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Etos

Situasi fenomena-fenomena atau disebut juga dengan etos memiliki arti

sikap dasar seseorang atau kelompok orang dalam melakukan kegiatan

tertentu. Etos juga dapat dimiliki oleh seseorang, tetapi bisa pula merupakan

ciri suatu kelompok masyarakat tertentu, atau realita yang ada dalam

masyarakat tersebut. Etos sosial dapat bersumber dari nilai-nilai agama yang

diyakini, dihayati, dan di amalkan. Tapi etos sosial dapat pula berkembang
18

dari hasil pemikiran dan perbincangan publik dan lambat laun, melalui proses

yang mungkin cukup panjang yang akhirnya diterima oleh suatu kelompok

masyarakat luas.

2. Sosial

Sosial merupakan kata yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-

hari, namun sulit bagi kita untuk mengartikannya dan mencari definisinya

yang universal. Secara umum definisi sosial diartikan sebagai hal yang

berkaitan dengan masyarakat. Pada dasarnya sosial juga menjadi cabang ilmu

pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dalam

masyarakat.

3. Masyarakat

Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, masyarakat adalah

kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama dalam waktu yang

relatif lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan yang

sama, serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok tersebut.

4. Bekitung

Belitung adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Kepulauan

Bangka Belitung. Kabupaten ini memiliki luas 2.293,69 Km² dan berpenduduk

184.004 jiwa pada tahun 2021.[1] Ibu kota kabupaten ini terletak di kecamatan

Tanjung Pandan. Sekitar 56,60% (104.152 jiwa) penduduk kabupaten ini

bermukim di Tanjung Pandan.[1]

5. Esos Sosial Masyarakat Belitung


19

Etos sosial yang berkembang dalam suatu masyarakat atau seseorang,

bisa pula terjadi melalui suatu proses panjang yang di pengaruhi oleh kondisi

alam di belitung. Dan Max Scheler memahami etos sosial masyarakat sebagai

kesatuan nilai-nilai yang paling menonjol yang dijunjung tinggi oleh suatu

kelompok tertenu, terutama dalam hal bertindak dan bereprilaku. Ethos

bangsa-bangsa didunia menunjukan perbedaan-perbedaan pewujudan dan

penghargaan nilai-nilai yang jelas, yang dipengaruhi oleh sejarah, wilayah dan

lingkungan hidup manusia masing-masing bangsa itu sendiri. Etaos sosial

masyarakat yang dipengaruhi oleh wilayah dan lingkungan ini meliputi tiga

apek yaitu aspek kemiskinan, kebodohan, dan pendidikan tak berguan di

dalam masyarakat.

6. Aspek kemiskisan

Aspek kemiskinan yang di maksud disini adalah suatu kondisi ketika

seseorang atau kelompok tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya

seperti kebutuhan pangan, sandang, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan

yang layak. Hal ini juga biasanya ditentukan oleh pemerintah melalui

penetapan garis kemiskinan yang ditentukan dengan ekonomi. Karena tingkat

kesejahteraan masyarakat ditentukan oleh kebijakan ekonomi pemerintah. Jadi

kemiskinan bisa juga disebabkan oleh gagalnya perkembangan ekonomi yang

direncanakan pemerintah. Setiap negara tertentu memiliki anggota masyarakat

yang berada di bawah garis kemiskinan. Dam kemiskinan juga dapat diartikan

sebagai kekuarangan dalam kesejahteraan dan perampasan terhadap kebebasan

untuk mencapai sesuatu dalam hidup seorang manusia.


20

7. Aspek kebodohan

Aspek kebodohan merupakan dampak permasalahan sosial karena belum

terselesaikannya masalah ekonomi dan budaya. Kebodohan bisa disebabkan

oleh ketidakmampuan dalam hal ekonomi seperti tidak mampu membayar

uang pendidikan atau karena malas untuk belajar dan menganggap bahwa

pendidikan tidak penting.

8. Aspek pendidikan tak berguna

Aspek pendidikan tak berguna adalah sistem pendidikan yang masih

miris, seperti daerah yang tidak memiliki sekolah, di bagian yang lain

menyatakan hasil atau out put dari dunia pendidikan belum menjamin

kehidupan yang layak bagi masyarakat.

9. Novel

Novel merupakan cerita fiksi atau cerita rekaan yang menyajikan

bermacam-macam masalah tentang kehidupan manusia. Abrams (dalam

Nurgiyantoro, 2009:9) mengemukakan bahwa istilah novel berasal dari bahasa

Itali novella. Secara harfiah novella berarti "sebuah barang baru yang kecil"

dan kemudian diartikan sebagai "cerita pendek dalam bentuk prosa". Dan

menurut Stanton (2007:90), novel mampu menghadirkan perkembangan satu

karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau

sedikit karakter, dan berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun

silam secara mendetail.


21

Dari masing-masing istilah judul di atas, maka dalam penelitian ini mengkaji

tentang etos sosial masyarakat belitung dalam novel Sirkus Pohon karya Andrea

Hirata. Dalam penelitian ini difokuskan untuk mengkaji aspek kemiskinan,

kebodohan, dan aspek pendidikan tak berguna.


22

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Sastra

2.1.1 Hakikat Sastra

Hakikat merupakan segala sesuatu yang pada dasarnya adalah kontruksi

pikiran manusia. Jadi pada pola berpikir manusia berasal dari pemahaman makna

suatu objek yang dilihat. Sedangkan sastra berasal dari bahasa sanskerta (shastra)

yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman. Sedangkan dalam

bahasa Indonesia, sastra lebih merujuk ke kata kesusastraan yang berarti jenis

tulisan dengan arti keindahan. Sastra merupakan karya cipta atau fiksi yang

bersifat imajinatif (imajinasi) atau sastra merupakan penggunaan bahasa yang

indah dan berguna yang menandakan hal-hal lain (Taum, 1997:13). Sastra

menyajikan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri

dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar

masyarakat dengan orang-orang, antar manusia, antar peristiwa yang terjadi dalam

diri seseorang. Padahal dalam pengertian sekarang (bahasa Melayu), sastra banyak

diartikan sebagai tulisan. Pengertian ini ditambah dengan kata su yang berarti

indah atau baik. Jadi susastra bermakna tulisan yang indah (Winarni, 2013: 1).

Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada

"kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan

tertentu. Dapat disimpulkan bahwa hakikat sastra merupakan pola pikir manusia

yang berasal dari pemahaman suatu objek yang dilihat yang diungkapkan berupa

tulisan.

22
23

2.1.2 Pengertian Sastra

Sastra saat ini telah berkembang menjadi sebuah media yang memiliki

pengaruh besar terhadap kehidupan bermasyarakat. Sastra juga bisa dikatakan

sebagai sebuah ungkapan ekspresi manusia yang berupa karya tulis atau lisan

berdasarkan pemikiran, pendapat, pengalaman, baik dalam bentuk perasaan yang

sesungguhnya, atau hanya sekadar imajinatif, yang mencerminkan kenyataan, atau

pun berdasarkan data yang dibalut estetis dalam bahasa. Sastra memiliki

segmentasi yang lebih mengacu, sesuai dengan definisinya sebagai sekadar teks.

Sastra tidak hanya sebatas tulisan pada selembar kertas saja, tetapi juga memiliki

peran penting di dalam kehidupan manusia bahkan sejak dahulu kala. Karena

sejak dulu, manusia dapat menyampaikan isi hati, aspirasi, dan perasaannya

kepada orang lain, mulai dari masyarakat hingga pemerintah atau pun pejabat.

Dan sastra yang berkembang di Indonesia menjadi sebuah media yang

memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan bermasyarakat. Seperti pernyataan

Wellek dan Warren (1993:14) yang mengungkapkan bahwa sastra paling tepat

diterapkan pada seni sastra, yaitu sastra sebagai karya imajinatif. Sebagai karya

imajinatif, pengarang menggunakan bahasa yang indah sebagai wujud

kreativitasnya. Sastra juga merupakan pandangan terhadap kehidupan dalam

lingkungan sosial. Pandangan tersebut terjadi karena pengarang tidak dapat lepas

dari ikatan-ikatan sosial tertentu dalam masyarakat sosial. Sastra yang baik tidak

hanya merekam kenyataan yang ada dalam masyarakat. Sastra dapat dipandang

sebagai suatu gejala sosial. Sastra menyajikan kehidupan dan kehidupan sebagian

besar terdiri dari kenyataan sosial (Wellek dan Warren, 1993: 109). Artinya, karya
24

sastra berserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya hidup dari masyarakat dan

secara tidak langsung memiliki kepentingan untuk masyarakat itu sendiri.

2.1.3 Fungsi Sastra

Sastra sebagai objek penuh makna dalam dunia bahasa. Tentunya memiliki

fungsi sebagai kehadirannya. Tidak mungkin jika karya sastra yang dirangkai

ataupun ditulis tanpa mempunyai tujuan dari si penulis. Terkadang dalam

penyusunan karya sastra tidak dapat diartikan secara jelas apa tujuan ataupun

maksud dari karya tersebut. Semua itu merupakan salah satu keindahan sastra dan

hal yang wajar karena khazanah bahasa dan ide manusia tidak terbatas. Namun,

sastra memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan masyarakat yang terdiri dari

lima fungsi. Berikut ini penjelasan dari lima fungsi sastra dalam kehidupan yaitu:

1. Fungsi Rekreatif

Fungsi rekreatif menyebutkan bahwa membaca sastra merupakan suatu

hiburan tersendiri. Ketika membaca kisah sastra pembaca akan fokus pada

masalah yang ada didalamnya. Jadi pembaca akan tersenyum sendiri ketika

menikmatu keindahan kisah cinta yang disajikan oleh penulis, atau menangis

kecil ketika merasakan kesedihan dalam karya sastra, bahkan tertawa jika

penulis menyajikan lelucon yang menarik di dalam karya tersebut.

2. Fungsi Didaktif

Fungsi didaktif menyebutkan bahwa membaca karya sastra sebagai pembaca

akan mendaptkan ilmu-ilmu yanb baru di dalam karyanya. Karena karya sastra

sebenarnya membahas tentang aspek kehidupan gang bisa membuat pembaca

merasakan hal-hal yang sulit dirasakan secara nyata. Misalnya saja ketika
25

sebelumnya tidak tahu apa sejarah Indonesia, dengan adanya karya-karya

sastra maka kita akan tahu bagaimana sejarah Indonesia.

3. Fungsi Estetis

Fungsi estetis menyebutkan bahwa sastra merupakan keindahan. Dalam karya

sastra tidak harus rumit dan sulit tetapi wajib memiliki keindahan. Setiap

calon penulis karya sastra, harus mampu mengartikan keindahan apa yang

dimaksud itu.

4. Fungsi Moralitas

Fungsi moralitas menyebutkan bahwa sastra yang baik harus mengandung

moral yang tinggi. Semua karya sastra yang ada di Indonesia memiliki nilai

moral tersendiri. Misalnya saja pada kisah Siti Nurbaya karya Marah Rusli

yang memberikan moral tentang cinta dan budaya begitu pula dengan puisi

Tanah Air karya Muhammad Yamin mengandung moral kemerdekaan.

5. Fungsi Religius

Sebagai bangsa yang dibuat berdasarkan kepercayaan atas Tuhan Yang Maha

Esa, tentu aspek agama sebaiknya tidak hilang dari karya sastra. Ingat, sastra

adalah hasil dari budaya masyarakat. Artinya, masyarakat yang beragama,

sudah seharusnya menyusun karya sastra yang memberikan perspektifnya

tentang agama.

2.2 Karya Sastra

Sastra adalah seni bahasa. Yang memiliki makna, lahirnya sebuah karya

sastra adalah untuk dinikmati diri sendiri atau juga untuk dapat dinikmati oleh

siapa saja yang membacanya atau pembacanya. Untuk dapat meulis dan
26

menikmati karya sastra secara sungguh-sugguh dan karya yang baik sangat

diperlukan pengetahuan tentang sastra. Tanpa pengetahuan tentang sastra yang

cukup, penikmatan akan sebuah karya sastra hanya bersipat dangkal, sementara

dan sepintas saja karena kurangnya pemahaman yang tepat. Sangat diperlukan

pengetahuan akan sastra karena agar semua orang tahu apa yang dimaksud deng

sastra. Karya sastra bukanlah ilmu, karya sastra adalah seni yang memiliki unsur

kemanusiaan di dalamnya, khususnya perasaan sehingga sangat susah diterapkan

untuk metode keilmuan.

Karya sastra adalah ungkapan perasaan manusia yang bersifat pribadi yang

berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam bentuk

gambaran kehidupan yang dapat membangkitkn pesona dengan alat bahasa dan

dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sumardjo dalam bukunya mengatakan bahwa

karya sastra adalah sebuh usaha merekam isi jiwa sastrawanya, rekaman ini

menggunakan alat bahasa. Sasrta adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang

akan disampaikan kepada orang lain.

2.3 Jenis-jenis karya sastra

Pada umumnya semua masyarakat pastinya pernah mendengar kata sastra,

tetapi belum tentu semuanya paham apa saja yang tergolong dalam karya sastra.

karya sastra dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu karya sastra

imajinatif dan non imajinatif. Adapun penjelasanya sebagai berikut:

1. Karya sastra imajinatif.

Sastra imajinatif adalah sastra yang berupaya untuk menerangkan,

menjelaskan, memahami, membuka pandangan baru, dan memberikan makna


27

realitas kehidupan agar manusia lebih mengerti dan bersikap yang semestinya

terhadap realitas kehidupan. Dengan kata lain, sastra imajinatif berupaya

menyempurnakan realitas kehidupan walaupun sebenarnya fakta atau realitas

kehidupan sehari-hari tidak begitu penting dalam sastra imajinatif. Sastra

imajinatif memiliki ciri-ciri yaitu, bersifat khayalan, menggunakan bahasa

konotatif dan memenuhi syarat estetika seni. Pembagian jenis sastra imajinatif

diantaranya puisi, fiksi atau prosa naratif dan drama. Penjelasanya sebagai

berikut:

a. Puisi

Puisi termasuk salah satu genre sastra yang berisi ungkapan perasaan

penyair, mengandung rima dan irama, serta diungkapkan dalam pilihan

kata yang cermat dan tepat. Ciri-ciri puisi dapat dilihat dari bahasa yang

digunakan serta wujud puisi tersebut. Bahasanya mengandung rima, irama,

dan kiasan. Wujud puisi dapat dilihat dari bentuknya yang berlarik

membentuk bait, letak tertata, dan tidak mementingkan ejaan. Mengenal

puisi dapat juga membedakan wujudnya dengan membandingkan dari

prosa. Ada empat unsur yang merupakan hakikat puisi, yaitu: tema,

perasaan penyair, nada puisi, serta amanat.

b. Fiksi atau Prosa naratif

pengertian prosa fiksi yaitu cerita atau kisah yang diemban tokoh-tokoh

tertentu dengan pemeran latar serta rangkaian dan tahapan cerita tertentu

yang bertolak dari hasil khayalan atau imajinasi pengarangnya sehingga


28

bisa menjalin sebuah cerita. Pembagian dari fiksi atau prosa naratif ada

tiga yaitu novel, roman dan cerita pendek.

c. Novel

Pengertian novel adalah suatu karya sastra berbentuk prosa naratif yang

panjang, dimana di dalamnya terdapat rangkaian cerita tentang kehidupan

seorang tokoh dan orang-orang di sekitarnya dengan menonjolkan sifat

dan watak dari setiap tokoh dalam novel tersebut. Ada juga yang

mengatakan bahwa pengertian novel adalah suatu karangan berbentuk

prosa yang di dalamnya terdapat unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Tidak seperti cerpen (cerita pendek), isi cerita sebuah novel jauh lebih

panjang dan kompleks, serta terdapat pesan tersembunyi yang ingin

disampaikan kepada pembacanya.

d. Roman

Menurut pendapat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), roman

merupakan karya prosa yang menggambarkan tindakan pelakunya

menurut watak dan isi jiwa masing-masing. Roman adalah bentuk prosa

baru yang berupa cerita fiksi yang masuk golongan cerita panjang, yang

isinya menceritakan kehidupan seseorang atau beberapa orang yang

dihubungkan dengan sifat atau jiwa mereka dalam menghadapi lingkungan

hidupnya.

e. Cerpen

Cerpen adalah cerita pendek, jenis karya sastra yang memaparkan kisah

ataupun cerita tentang manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan


29

pendek. Atau definisi cerpen yang lainnya yaitu merupakan karangan fiktif

yang isinya sebagian kehidupan seseorang atau juga kehidupan yang

diceritakan secara ringkas yang berfokus pada suatu tokoh sja. Maksud

dari cerita pendek disini ialah ceritanya kurang dari 10.000 (sepuluh ribu)

kata atau kurang dari 10 (sepuluh) halaman. Selain itu, cerpen hanya

memberikan kesan tunggal yang demikian dan memusatkan diri pada satu

tokoh dan satu situasi saja.

2. Karya sastra noimajinatif.

Karya sastra nonimajinatif adalah karya sastra tersebut lebih banyak unsure

faktualnya daripada khayalannya cenderung menggunakan bahasa denotative

dan tetap memenuhi syarat syarat esttika seni. Adapun jenis sastra

nonimajinatif diantaranya sebagai berikut:

a. Esai

Esai adalah tulisan yang mengangkat sauatu masalah sastra berdasarkan

subjektivitas penulis.

b. Kritik

Kritik adalah penilian atau penghakiman terhadap suatu karya sastra.

c. Sejarah

Sejarah adalah kejadian masalalu yang di tuliskan sejarawan.

d. Biografi

Biografi adalah riwayat hidup seseorang yang dituliskan oleh orang lain.
30

e. Autobiografi

Autobiografi adalah riwayat hidup seseorang yang di tulis oleh dirinya

sendiri.

2.4 Novel

2.4.1 Hakikat Novel

Novel secara etomolgi berasal dari bahasa Itali “novella” (yang dalam bahasa

Jerman: “novelle”). “Secara harfiah “novella” berarti “sebuah barang baru”

Nurgiyanto (2013:11). Sedagkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia novel

didefinisikan karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita

kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak

dan sifat setiap pelaku (http://kbbi.web.id). Wiyatmi (2012:80) menyatakan

bahwa novel merupakan salah satu karya seni yang diciptakan oleh sastrawan

untuk mengkomunikasikan masalah sosial maupun individual yang dialami oleh

sastrawan maupun masyarakatnya. Nurgiyantoro (2013:13) , jika dilihat dari segi

panjang cerita, novel (jauh) lebih panjang daripada cerpen. Oleh karena itu, novel

dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih

banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan permasalahan yang

lebih kompleks. Novel memeiliki kelebihan yang khas yaitu kemampuannya

menyapaikan permasalahn yang kompleks secara penuh, mengkreasikan sebuah

dunia yang “jadi” (Nurgiyantoro, 2013:13). Novel menurut Stanton (2007: 90)

mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit,

hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan bebagai peristiwa

rumit yang terjadi beberapa waktu silam secara lebih mendetail. Dengan demikian
31

dalam novel, pelukiskan tentang perkembangan watak tokoh digambarkan secara

lebih lengkap. Novel menawarkan sebuah dunia, dunia imajinatif, yang

menampilkan rangkaian cerita kehidupan seseorang yang dilengkapi dengan

peristiwa, permasalahan, dan penonjolan watak setiap tokohnya. Umumnya, cerita

yang ditulis di dalam novel diawali dari kejadian atau peristiwa penting yang yang

pernah dialami oleh pelaku/tokoh cerita, yang nantinya akan mengubah nasib

hidupnya.

Novel merupakan salah satu karya seni yang diciptakan oleh sastrawan untuk

mengkomunikasikan masalah sosial maupun individual yang dialami oleh

sastrawan maupun masyarakat (Wiyatmi, 2012:80). Pada dasarnya antara sastra

dengan masyarakat terdapat hubungan yang hakiki. Hubungan-hubungan yang

dimaksudkan disebabkan oleh; a) karya sastra dihasilkan oleh pengarang, b)

pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, c) pengarang memanfaatkan

kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan d) hasil karya itu dapat dimanfaatkan

kembali oleh masyarakat (Ratna, 2013: 60). Novel merupakan bentuk karya sastra

yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran

daya komunikasinya yang luas pada masyarakat.

Novel tersusun dari dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Seperti yang dikumukakan oleh Nurgiyanto (2013:29-30), unsur pembangun

sebuah novel secara tradisional terbagi menjadi dua, yaitu unsur ekstrinsik dan

unsur intrinsik. Unsur Intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun

karya itu sendiri.Uunsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang (secara

langsung) turut serta membangun cerita. Unsur intrinsik itu terdiri dari, peristiwa,
32

cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya

bahas. Wellek dan Warren (dalam Nurgiyantoro, 2013: 30) juga berpendapat

bahwa unsur ektrinsik merupakan keadaan subjektivitas pengarang yang tentang

sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang melatarbelakangi lahirnya suatu

karya fiksi, dapat dikatakan unsur biografi pengarang menentukan ciri karya yang

akan dihasilkan.

2.4.2 Pengertian Novel

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), novel adalah karangan prosa

yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di

sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku. Dilansir Encyclopaedia

Britannica (2015), novel merupakan sebuah narasi prosa yang diciptakan dengan

panjang yang cukup dan kompleksitas tertentu. Di mana berhubungan dengan

pengalaman manusia secara imajinatif. Biasanya melalui serangkaian peristiwa

yang berhubungan dan melibatkan sekelompok orang dalam latar tertentu. Dalam

kerangka luasnya genre novel telah mencakup beragam jenis gaya, seperti

romantis, atau sejarah. Novel adalah gendre fiksi dan fiksi dapat didefinisikan

sebagai seni atau kerajinan untuk merancang melalui kata-kata tertulis,

representatif kehidupan manusia yang menginstruksikan atau mengalihkan

keduanya. Istilah novel adalah pemotongan dari kata bahasa Italia, yakni novella

yang merupakan bentuk jamak dari novellus, varian akhir dari novus yang berati

baru. Novella adalah semacam anekdot yang diperbesar seperti yang ditemukan

dalam decameron klasik Italia pada abad ke-14.


33

2.4.3 Unsur Pembangun

Dalam sebuah novel didukung oleh unsur-unsur pembangun antara lain yaitu

unsur intrinsik dan ekstrinsik. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Unsur intrinsik

Unsur intrinsik merupakan semua unsur pembentuk novel yang berasal dari

dalam novel. Berikut ini penjelasan dari beberapa bagian unsur-unsur

intrinsik:

a. Tema

Tema adalah dasar dari cerita, ide dasar dari sebuah karya. Ide dasar

biasanya digunakan untuk mengembangkan cerita.

b. Alur

Alur adalah pola pengembangan cerita yang dibentuk oleh sebab akibat.

Secara umum, alur dibagi menjadi beberapa bagian, seperti pengantar

situasi cerita, pengungkapan kejadian, konflik, klimaks atau penyelesaian

konflik.

c. Latar

Latar merupakan gambaran mengenai peristiwa yang terjadi pada novel.

Di mana berkaitan dengan waktu, tempat, dan suasana

d. Tokoh

Tokoh merupakan para pelaku yang berperan di dalam novel.

e. Penokohan

Penokohan merupakan penyajian watak-watak tokoh dalam cerita tersebut.

Di mana bisa dilihat dari perilaku tokoh, dialog, pilihan-pilihan tokoh,


34

deskripsi atau penjelasan penulis.bDalam buku Mudahnya Menulis Novel

30 Hari (2019) Panduan Menulis Novel untuk Pemula, karakter dalam

novel adalah tokoh-tokoh yang menggerakan cerita. Karakter tokoh

meliputi nama, sifat, postur dan segala hal yang berkaitan dengan sisi

manusiawi sang tokoh. Secara umum ada tiga jenis karakter tokoh, yakni:

 Protagonis

Protagonis merupakan tokoh baik dalam novel. Secara umum, tokoh

protagonis adalah karakter utama yang menarik simpati pembaca.

Tokoh tersebut bisa saja sejak awal diceritakan baik, bisa juga yang

semula bersifat buruk namun berkembang menjadi tokoh baik.

 Antagonis

Antagonis adalah tokoh jahat dalam novel. Dianggap sebagai tokoh

yang menghalangi atau menganggu sebuah usaha dari tokoh

protagonis.

 Karakter pendukung

Karakter pendukung disebut juga figuran atau karakter sekunder.

Karakter tersebut tidak memiliki peran yang banyak dalam novel.

Tugasnya hanya membantu dan mendukung cerita.

f. Gaya bahasa

Gaya bahasa cara penulis dalam menyampaikan cerita dalam novel.

Biasanya menggunakanm majas atau diksi tertentu.

g. Amanat

Amanat merupakan pesan moral yang terdapat dalam sebuah novel.


35

2. Unsur ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah semua unsur pembentuk novel yang berasal dari luar.

Adapun unsur-unsur ekstrinsik sebagai berikut:

a. Latar belakang pengarang

Dalam sebuah novel pastinya terdapat latar belakang penulis. Latar

belakang pengarang merupakan semua hal yang terkait dengan

pemahaman dan motivasi penulis.

b. Latar belakang masyarakat

Latar belakang masyarakat merupakan segala hal di masyarakat yang

memengaruhi alur cerita novel.

c. Nilai yang terdapat pada novel

Nilai yang terdapat pada novel merupakan nilai-nilai sebuah novel, seperti

nilai budaya, moral, sosial dan agama.

2.5 Etos Sosial Masyarakat Belitung

Situasi fenomena-fenomena atau disebut juga dengan etos memiliki arti sikap

dasar seseorang atau kelompok orang dalam melakukan kegiatan tertentu. Etos

juga dapat dimiliki oleh seseorang, tetapi bisa pula merupakan ciri suatu

kelompok masyarakat tertentu, atau realita yang ada dalam masyarakat tersebut.

Etos sosial dapat bersumber dari nilai-nilai agama yang diyakini, dihayati, dan di

amalkan. Tapi etos sosial dapat pula berkembang dari hasil pemikiran dan

perbincangan publik dan lambat laun, melalui proses yang mungkin cukup

panjang yang akhirnya diterima oleh suatu kelompok masyarakat luas.


36

Sosial merupakan kata yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,

namun sulit bagi kita untuk mengartikannya dan mencari definisinya yang

universal. Secara umum definisi sosial diartikan sebagai hal yang berkaitan

dengan masyarakat. Pada dasarnya sosial juga menjadi cabang ilmu pengetahuan

yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dalam masyarakat.

Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, masyarakat adalah kumpulan

manusia yang relatif mandiri, hidup bersama dalam waktu yang relatif lama,

tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan yang sama, serta

melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok tersebut.

Belitung adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Kepulauan Bangka

Belitung. Kabupaten ini memiliki luas 2.293,69 Km² dan berpenduduk 184.004

jiwa pada tahun 2021.[1] Ibu kota kabupaten ini terletak di kecamatan Tanjung

Pandan. Sekitar 56,60% (104.152 jiwa) penduduk kabupaten ini bermukim di

Tanjung Pandan.[1]

Dan etos sosial masyarakat belitung berkembang dalam suatu masyarakat

atau seseorang, bisa pula terjadi melalui suatu proses panjang yang di pengaruhi

oleh kondisi alam di belitung. Dan Max Scheler memahami etos sosial masyarakat

sebagai kesatuan nilai-nilai yang paling menonjol yang dijunjung tinggi oleh suatu

kelompok tertenu, terutama dalam hal bertindak dan bereprilaku. Ethos bangsa-

bangsa didunia menunjukan perbedaan-perbedaan pewujudan dan penghargaan

nilai-nilai yang jelas, yang dipengaruhi oleh sejarah, wilayah dan lingkungan

hidup manusia masing-masing bangsa itu sendiri. Etaos sosial masyarakat yang
37

dipengaruhi oleh wilayah dan lingkungan ini meliputi tiga apek yaitu aspek

kemiskinan, kebodohan, dan pendidikan tak berguan di dalam masyarakat.

Pada aspek kemiskinan yang di maksud disini adalah suatu kondisi ketika

seseorang atau kelompok tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya

seperti kebutuhan pangan, sandang, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan

yang layak. Hal ini juga biasanya ditentukan oleh pemerintah melalui penetapan

garis kemiskinan yang ditentukan dengan ekonomi. Karena tingkat kesejahteraan

masyarakat ditentukan oleh kebijakan ekonomi pemerintah. Jadi kemiskinan bisa

juga disebabkan oleh gagalnya perkembangan ekonomi yang direncanakan

pemerintah. Setiap negara tertentu memiliki anggota masyarakat yang berada di

bawah garis kemiskinan. Dam kemiskinan juga dapat diartikan sebagai

kekuarangan dalam kesejahteraan dan perampasan terhadap kebebasan untuk

mencapai sesuatu dalam hidup seorang manusia.

Dan aspek kebodohan merupakan dampak permasalahan sosial karena belum

terselesaikannya masalah ekonomi dan budaya. Kebodohan bisa disebabkan oleh

ketidakmampuan dalam hal ekonomi seperti tidak mampu membayar uang

pendidikan atau karena malas untuk belajar dan menganggap bahwa pendidikan

tidak penting.

Yang terakhir aspek pendidikan tak berguna yaitu sistem pendidikan yang

masih miris, seperti daerah yang tidak memiliki sekolah, di bagian yang lain

menyatakan hasil atau out put dari dunia pendidikan belum menjamin kehidupan

yang layak bagi masyarakat.


38

Jadi dari masing-masing istilah judul di atas, maka dalam penelitian ini

mengkaji tentang etos sosial masyarakat belitung dalam novel Sirkus Pohon karya

Andrea Hirata. Dalam penelitian ini difokuskan untuk mengkaji aspek

kemiskinan, kebodohan, dan aspek pendidikan tak berguna.

2.6 Sosioligi Sastra

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Sosiologi sastra

sendiri merupakan Sosiologi sastra merupakan pendekatan sastra berupa studi

objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, studi lembaga-lembaga,

dan proses-proses sosial. Sosiologi sastra menurut istilah yakni cabang sosiologi

yang memanfaatkan metode dan teknik sosial yang diterapkan dalam sastra. Dan

Wiyatmi (2009:97) juga menyatakan bahwa pendekatan sosiologi sastra adalah

memahami karya sastra dalam hubungannya dengan realitas dan aspek sosial

kemasyarakatan. Dan menurut Ratna (2003, 2-3), sosiologi sastra adalah

pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek

kemasyarakatannya. Suatu pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai

dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung didalamnya. Selain itu,

didefinisikan suatu pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya

dengan masyarakat yang melatarbelakanginya. Sosiologi sastra adalah hubungan

dwiarah (dialektik) antara sastra dengan masyarakat.


39

2.7 Biografi Pengarang

2.7.1 Biografi

Biografi adalah karya sastra yang berisikan riwayat hidup seorang tokoh

ternama. Biografi berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata bios dan grafien.

Kata bios berarti hidup dan grafien berarti menulis, sehingga biografi memuat

riwayat hidup yang berisi prestasi istimewa seseorang. Berikut ini adalah biografi

dari Andra Hirata.

Andrea Hirata Seman Said Harun atau lebih dikenal sebagai Andrea Hirata

lahir di Belitong 24 Oktober 1967 adalah penulis novel Laskar Pelangi (Bentang,

2005) yang merupakan novel best seller tahun 2006—2007. Pendidikan yang

pernah ditempuhnya, antara lain, adalah Jurusan Ekonomi, Universitas Indonesia

yang kemudian mendapat beasiswa untuk melanjutkan S2 di Universite de Paris,

Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis yang

ditulisnya di bidang ekonomi telekomunikasi kini telah diadaptasi ke dalam

bahasa Indonesia dan terbit sebagai buku acuan teori ekonomi telekomunikasi

pertama yang ditulis oleh orang Indonesia.

Andrea Hirata, anak kelima dari pasangan Seman Said Harun Hirata dan

Masturah, berhasil menulis sebuah novel yang dalam seminggu terbit sudah cetak

ulang dan dalam waktu tujuh bulan mengalami cetak ulang ke-3. Novel ini

menurut penulisnya berbentuk memoar, tetapi ada fiksionalisasi yang terjadi. Dia

menyebut sebagai memoar yang dikemas dengan sastra dengan tambahan latar

belakang sosiokultural. Dengan novel ini, dianggap telah memberi warna jagad
40

sastra dan pernovelan di Indonesia di tengah-tengah dahaganya pembaca terhadap

karya-karya bermutu. Novel ini disebut sebagai penginspirasi banyak orang.

2.7.2 Karya-karya

Andrea Hirata adalah penulis tang terkenal yang sudah banyak menerbitkan

sebuah karya diantaranya yaitu: Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), dan

"Maryamah Karpov" (belum terbit). Edensor masuk nomine penghargaan nasional

sastra KLA (Khatulistiwa Literary Award) tahun 2007. Keempat karya Andrea ini

(dengan Laskar Pelangi) disebut sebagai tetralogi kenangan Andrea akan masa

kecilnya. Dengan novelnya Laskar Pelangi (dan penulis India Kiran Nagarkar

dengan novelnya Die Statisten) ia memenangkan penghargaan ITB Buch Awards

2013 di Jerman. Selain tetralogi Laskar Pelangi, Andrea juga menghasilkan karya

lain, yaitu Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas(2010), Sebelas Patriot (2011),

dan Laskar Pelangi Song Book (2012) yang berisi kisah-kisah dari Negeri Laskar

Pelangi (Belitong), Sirkus Pohon (2017), serta lagu-lagu karya Andrea Hirata

yang dibawakan oleh Medadan Cut Niken dan masih banyak lainyan.

2.7.3 Sinopsis

Dalam novel yang berjudul "Sirkus Pohon" karya Andrea Hirata ini

menceritakan tentang tokoh aku yang menceritakan mengenai pertempuranya

melawan pohon delima yang ada di pekarangan rumahnya, dan membuat tokoh ku

kena sel. Tokoh ku menceritakan tentang ayahnya yang selama 40 hari linglung.

Bukan karena dipecat dari pekerjaannya, bukan karna kehilangan harta, diciduk

polisi, banyak hutang maupun pikun. Namun Ayah tokoh ku linglung karena

merana akibat ibu tokoh ku yang meninggal secara mendadak. Dan tokoh ku
41

adalah anak ke emat dari lima bersaudara. Abang tertua tokoh ku orang

terpandang yang bekerja di eksplorasi PN Timah. Abang keduanya pendiam, juru

ukur di PN Timah. Abang ketiganya bekerja sebagai pegawai di kantor

Syahbandar dan telah diangkat sebagai PNS. Dan yang terakhir adalah adik

bungsunya perempuan jahat yang suka menindas suaminya. Sedangkan tokoh ku

hanya sekolah sampai kelas 2 SMP karena ia terpengaruh hal buruk oleh

temannya bernama Taripol. Taripol adalah ketua geng atau mafia yang menjadi

buronan polisi. Kini tokoh ku masih tinggal di rumah Ayahnya bersama adik

perempuanya yang bernama Azizah, dan suaminya bernama Suruhudin, serta

kedua anaknya bernama Pipit dan Yubi. Setiap hari hidup tokoh ku yang selalu

diisi dengan omelan - omelan dan ejekan adiknya. Karena tokoh ku yang hanya

pekerja serabutan. Tokoh ku juga sering di panggil Hob oleh adiknya padahal

nama aslinya adalah Sobrinudin Bin Sobirinudin dan panggilanya sendiri adalah

Sobri. Rutinitas Sobri (tokoh ku) setiap pagi yaitu mengantarkan kedua

ponakanya Pipit dan Yubi ubtuk sekolah. Dan mungkin itu alasan mengapa Sobri

belum diusir dari rumah oleh Azizah. Hingga akhirnya Sobri (tokoh ku) harus

berkawan dengan Taripol. Taripol juga yang membuat Sobri harus mencicipi

aroma penjara untuk pertama kalinya. Ia merenungi nasib hidupnya yang kelam.

Taripol suka mencuri. Sudah berkali - kali ia keluar masuk penjara. Istilah

kerennya, Tobat Maksiat. Tapi, entah karena terlalu bodoh atau terlalu baik, tokoh

ku (Sobri) selalu memaafkan Taripol. Munkin tokoh ku (Sobri) telah bosan

dimaki - maki oleh adiknya sendiri karena tak bekerja dan hanya merenungi nasib,

akhirnya bertemulah Sobri dengan seorang perempuan bernama Dinda. Seorang


42

perempuan penjaga toko sembako dengan senyum yang manis, penyuka buah

delima. Cinta dan kecintaan kemudian mengubah hidupnya secara keseluruhan.

Setiap kali menemui Dinda, Sobri ( tokoh ku) membawakannya buah delima dari

pohon depan halaman rumahnya. Dinda tidak hanya suka rasa delima, tapi juga

mengagumi bentuknya. Ada kalanya delima yang ranum hanya dipandanginya,

tak tega dimakan. Sebelumnya Sobri (tokoh ku) tidak menyukai Pohon Delima

itu. Pohon itu seperti terkutuk, tidak ada binatang yang mau menghinggapinya.

Tapi berkat Dinda, sobri (tokoh ku) berubah. Hari silih berganti, Sobri (tokoh ku)

semakin tertambat pada Dinda. memberanikan diri untuk melamar Dinda.

Akhirnya Sobri (tokoh ku) berucap

“Aku mau melamarmu.”

“Tapi aku belum bekerja tetap.“ tambahnya

“Carilah kerja tetap kalau begitu.” jawab Dinda.

Gairah Sobri (tokoh ku) untuk hidup mulai menyala. Ia mencari pekerjaan

tetap secepatnya. Usaha mempertemukan Sobri (tokoh ku) dengan seorang ibu -

ibu. Ia diterima bekerja! Masuk kerja pukul 7 teng! Bangun pagi, let's go! Ia

diterima menjadi badut sirkus! Ibu - ibu pemilik badut sirkus tempat Sobri (tokoh

ku) bekerja itu telah lama berpisah dengan suaminya sehingga ibu harus

menghidupi anak perempuannya dengan menjalankan bisnis keluarga, Sirkus

Keliling Blasia. Anak perempuannya bernama Tara. Karena perpisahan kedua

orang tuanya membuat ia harus bekerja bersama sang ibu. Dan Tara terobsesi

dengan sosok anak laki - laki yang melindunginya dari gangguan anak lain saat

perceraian kedua orang tuanya di pengadilan agama. Bertahun - tahun Tara


43

mencari sosok laki - laki pembela masa kecilnya itu. Karena Tara suka melukis,

berpuluh gambar wajah rekaan anak laki - laki tu tercipta. Berharap dengan

gambar rekaannya ia bisa menemukan sosok anak laki - laki tersebut. Sobri (tokoh

ku) bertemu dengan Tegar, anak laki - laki yang dipaksa keadaan menjadi dewasa,

la harus mengelola bengkel sepeda yang semula bernama M. Mahmudin, sesuai

nama ayahnya, sekarang beralih nama menjadi Bengkel Sepeda Masa Depan. Ia

anak laki - laki korban broken home yang nyaris putus asa mencari sosok anak

perempuan yang dulu ia temui di balai pengadilan agama saat orang tuanya

bercerai. Semua yang diketahui Tegar tentang cinta berasal dari kegagalan, yakni

kegagalan cinta ibunya. Namun, karena itu, secara aneh, dia percaya pada cinta

pertama ibunya kepada ayahnya. saat Tegar melamar pekerjaan di Sirkus Keliling

Blasia, Tara merasa telah menemukan laki - laki pembelanya waktu itu.

Sobri (tokoh ku) telah mendapatkan pekerjaan tetap dan berhasil melamar

kekasih pujaannya yaitu Dinda. Kedua keluarga telah menetapkan hari pernikahan

mereka. Namun, seminggu setelah Sobri (tokoh ku) tinggal di rumah yang ia

bangun sendiri paman Dinda datang. Dia bertanya, apakah Dinda bersamanya atau

tidak. Sobri (tokoh ku) dilanda firasat buruk. Semuanya tiba - tiba menjadi kelam,

awan mendung, angin bertiup kencang. Dada Sobri (tokoh ku) bergolak karena

takut. Saat Sobri (tokoh ku) akan berangkat mencari Dinda, datanglah seseorang

yang tak dikenal naik motor. Orang itu bilang ada perempuan duduk di bangku di

bawah pohon kersen di Pasar Belantik. Diajak bicara diam saja. Sobri (tokoh ku)

langsung tahu itu Dinda. Dinda duduk sendiri di bawah guyuran hujan. Tubuhnya

gemetar. Akhirnya dipanggil dukun Daud, dukun paling hebat. Dukun Daud tak
44

melakukan apa pun, dia hanya bilang musibah yang menimpa Dinda bersangkut

paut dengan buah delima. Pernikahan Sobri (tokoh ku) dengan Dinda pun

tertunda. Suatu hari, di rumah Sobri (tokoh ku) marah - marah pada Pohon delima

depan rumahnya. Ia tergopoh - gopoh ingin mencabut pohon itu. Tapi, setiap kali

ia ingin mencabutnya, datanglah burung kutilang nan mungil hinggap di pohon

delima itu dan sobri (tokoh ku) tak jadi mencabutnya. Lalu Sobri (tokoh ku)

teringat pada Taripol. Hari minggu sore Sobri (tokoh ku) berjalan kaki menuju

pasar. Entah jodoh atau apa, ia bertemu dengan Taripol. Ia ingin bekerja dengan

Sobri. Entah perasaan itu datang dari mana. Sobri memperkenalkan Taripol ke Ibu

Bos.

“Ojeh(oke)” kata Ibu Bos.

Tegang, tak percaya, pucat begitu wajah Taripol. Taripol diterima bekerja.

Hari - hari kerjanya di Sirkus Keliling ia lewati dengan gembira bersama Sobri

(tokoh ku).

Buah delima begitu Mahadahsyat mengubah kehidupan seseorang. Buah

delima itu seakan - akan tahu apa yang terjadi, Waktu itu Dukun Daud menerka

Dinda celaka akibat buah delima, kini saat pemilihan Kepala Desa Ketumbi,

Dukun Daud berkata barangsiapa ingin menang, harus bisa memasang fotonya di

pohon dlima milik Sobri (tokoh ku). Betapa gilanya, enjadikan pohon delima

sebagai yang diagungkan dalam sebuah kontensasi politik. Tentu saja Sobri

(tokoh ku) tidak mengizinkannya, ia membenci pohon delima itu. Jika Sobri

(tokoh ku) melihat foto Kepala Desa di pohon itu akan ia robek. Gastori, calon

kandidat Kepala Desa Ketumbi, juragan terpandang di Belantik. Panik jungkir


45

balik kalang kabut macam madu angin diasap, demikian Ibu bos dan Tara dibuat

Gastori. Ya, hutang yang dimiliki mantan suami Ibu bos kepada Gastori membuat

Ibu Bos harus membubarkan Sirkus Keliling Blasia. Gastori memeras kehidupan

dari segi ekonomi, sosial, psikologis, dan merambah ke politik. Tara terpaksa

menjadi Sirkus Pelukis Wajah di jalanan.

Dua musim berlalu, delima telah berbuah. Delima seperti lahir kembali. Apa

yang terjadi? Pohon Delima tetap menjadi rebutan calon kandidat Kepala Desa. Di

samping itu, Taripol ternyata tetaplah menjadi mafia. Taripol memanfaatkan

situasi itu semua. Suatu hari, Gastori diberi nasihat oleh penasihat andalannya

yang bernama Abdul Rapi untuk menawari uang 30 juta untuk Sobri (tokoh ku)

agar mau memberikan Pohon delima. Gastori datang berkali - kali ke rumah Sobri

(tokoh ku) untuk menawarkan hal tersebut. Sobri (tokoh ku) menolak, satu saat

Taripol main ke rumah Sobri (tokoh ku) bersama Gastori juga ada di sana. Taripol

lah yang menerima uang itu, seakan - akan dia mewakili Sobri (tokoh ku) yang

jelas - jelas menolak uang tersebut.

Akhirnya setelah pohon delima terlahir kembali Dinda sembuh, Sirkus Keliling

Blasia beraksi kembali! Tegar, Sobri (tokoh ku), Tara membuat sebuah

pertunjukkan menakjubkan. Sekali lagi, Sobri (tokoh ku) memaafkan Taripol.

Taripol juga kembali sigap bekerja di Sirkus Keliling. Saat pertunjukkan itu telah

usai dengan sukses, para karyawan membereskan semua perlengkapan sirkus.

Taripol menghampiri Sobri (tokoh ku) lalu mengajaknya ke warung kopi dekat

taman kota. Saat memasuki warung kopi, di situ ada Halaludin tukang las,

sekaligus juru survei popularitas calon kepala desa, Dukun Daud. Apa yang
46

mereka lakukan? Taripol dengan bahagia meminta Sobri (tokoh ku) untuk

bersalaman dengan seseorang di pojok sana. Orang itu adalah Penasihat Abdul

Rapi. Ya, Taripol lah yang ada di balik semua ini. Taripol yang mengembalikan

Sirkus Keliling Blasia dan mengubah banyak hal.


47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Hakekat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang

mendorong peneliti untuk melakukan penelitian. Setiap orang mempunyai

motivasi yan berbeda, diantaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-

masing. Motivasi dan tujun penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama,

yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang umumnya

menjadi motivasi untuk melakukan penelitian. Secara umum urgensi dari metode

penelitian menurut Sutrisno Hadi (2001: 10) ialah untuk menemukan pengetahuan

baru, mengembangkan pengetahuan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

Metodelogi penelitian merupakan suatu jalan yang harus ditempuh oleh peneliti

guna mendapatkan ilmu pengetahuan luas dan relevan.

Penelitian pada dasarnya digunakan untuk meneliti fenomena kebahasaan

yang ada dalam masyarakat. Bukan hanya itu, hasil penyelidikan tentang bahasa

juga sangat diperlukan untuk menentukan bahan pelajaran dan cara

mengajarkannya. Hal ini dapat dilakukan melalui studi bahasa dengan melakukan

penelitian atau analisis bahasa. Metode berasal dari kata "methodos". Secara

etimologis "methodos" berasal dari akar kata: metha dan hodos. Metha artinya:

"dilalui" dan "hodos" berarti"jalan". Secara harfiah, metode berarti cara atau jalan.

Metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami

objek ilmu yang bersangkutan. Pendapat lain mengatakan bahwa metode adalah

cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan dalam

47
48

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Yoseph dan Yoseph,

1979, penelitian adalah art and science guna mencari jawaban terhadap suatu

permasalahan. Karena seni dan ilmiah maka penelitian juga akan memberikan

ruang-ruang yang akan mengakomodasi adanya perbedaan tentang apa yang

dimaksud dengan penelitian.

Metode penelitian adalah langkah yang penting untuk melakukan penelitian

dan harus dengan masalah yang diteliti. Jenis-jenis metode penelitian meliputi,

metode historis, metode deskriptif, metode korelasional, metode eksperimental,

metode kuasai eksperimental (Hasan, 2002:34). Dalam penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2014:58)

penelitian deskriptif adalah urutan sistematis tentang teori dan hasil-hasil

penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Penelitian yang dilakukan

untuk mengetahui niai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa

membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Penelitian

deskriptif pada dasarnya menggambarkan apa yang terjadi berdasarkan data dan

informasi yang berlaku.

Jadi, metode penelitian yang berjudul Etos Sisial Masyarakat Belitung karya

Andrea Hirata ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Karena dalam

penelitian ini akan mendeskripsikan serta menganalisis data tentang beberapa

aspek etos sosial masyarakat yang terdapat dalam novel Sirkus Pohon karya

Andrea Hirata.
49

3.2Jenis Penelitian

Secara bahasa penelitian merupakan pencarian sesuatu terhadap fakta-fakta

baru dan kemudian dikembangkan menjadi suatu teori yang kemudian dibuat

untuk memperdalam dan memperluas ilmu tertentu. Dalam proses pembuatan

penelitian terdapat berbagai jenis-jenis penelitian, proses yang dijalankan harus

sistematis dan terstruktur. Jika penelitian yang dilakukan dengan proses yang

kurang tepat maka hasil dari penelitian tersebut juga tidak bisa

dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, ciri-ciri dari penelitian biasanya bersifat

ilmiah, memberi kontribusi atau nilai tambah dalam penelitian tersebut, dan

penelitian memiliki sifat analitis. Berdasarkan jenisnya penelitian dibagi menjadi

dua jenis, yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.

3.2.1 Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian naturalistic (Sugiyono, 2014:8).

Karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah sebab penelitian ini

awalnya lebih banyak digunakan untuk penelitian dibidang etnografi budaya.

Disebut kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat

kualitatif. Jenis penelian kualitatif memandang realita sosial sebagai sesuatu yang

utuh, komplek, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif.

3.2.2 Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam

bentuk angka. Dalam penelitian kuantitatif digunakan untuk menggambarkan,

menjelaskan, dan meringkas dalam bentuk angka dideskripsikan dengan rumus

statistic, sehingga hasil penelitian mudah dilihat dan dimengerti. Sesuai dengan
50

namanya penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik dala, pengolahan

datanya.

Jadi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif,

karena penelitian ini bukanlah penelitian dengan angka-angka melainkan berupa

penjelasan dan uraian. Sesuai dengan masalah yang diteliti dalam penelitian ini,

yaitu berupa analisis secara langsung. Data penelitian dalam penelitian ini adalah

berupa etos sosial masyarakat yang terdapat dalam novel Sirkus Pohon karya

Andrea Hirata.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data merupakan komponen penting dalam penelitian.

Karena hal tersebut akan memperjelas bentuk dari penelitian yang dilakukan.

3.3.1 Jenis Data

Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua

jenis yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil secara langsung oleh peneliti tanpa

melalui perantara sehingga data yang didapatkan berupa data mentah. Atau data

yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber

datanya. Data primer juga mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan

pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik

studi (Uma Sekaran, 2011:49).


51

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari

berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data skunder

dapat diambil melalui perantara atau pihak yang telah mengumpulkan data

tersebut sebelumnya, dengan kata lain peneliti tidak langsung mengambil data

sendiri ke lapangan.

Jadi dari penjelasan diatas, maka dalam penelitian ini peneliti

menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data asli dan

langsung dari sumbernya yaitu novel Sirkus Pohon karya Andra Hirata sebagai

objek penelitian yang akan diurai datanya sampai menghasilkan kaidah-kaidah

mengenai objek tersebut. Dari sumber data primer ini, peneliti berusaha

menganalisi etos sosial masyarakat yang ada pada novel tersebut. Dari hasil

analisis data tersebut maka akan diperoleh gambaran mengenai aspek-aspek dalam

etos sosial masyarakat. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari

berbagai sumber yaitu referensi buku Teori, Metode, dan Teknik Penelitian, dan

berbagai sumber lainnya yang relevan.

3.3.2 Sumber Data

Sumber Data di dalam penelitian merupakan salah satu faktor yang sangat

penting, karena sumber data akan membahas tentang kualitas dari hasil penelitian.

Oleh karenanya, sumber data tersebut dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data pada penelitian ini

merupakan karya sastra berupa novel yang berjudul Sirkus Pohon Karya Andrea

Hirata yang diterbitkan oleh PT Bentang Pustaka pada tahun 2017, dengan xiv +
52

410 halaman, serta berukuran 20,5. Novel yang berjudul Sirkus Pohon Karya

Andrea Hirata ini dijadikan peneliti sebagai dasar dari sumber data penelitian.

3.4 Pendekatan Penelitian

Pendekatan merupakan prinsip dasar atau landasan serta digunakan oleh

seseorang untuk megapresiasikan karya sastra. Selain itu pendekatan dalam

penelitian berperan sangat penting karena dengan adanya pendekatan penelitian

ini akan mempermudah menjawab atau menentukan rumusan masalah. Ketika

menentukan pendekatan penelitian harus selaras dengan keperluan dalam

menentukan dan menjawab pertanyaan penelitian. Sedangkan pendekatan

penelitian adalah rencana konsep yang dijadikan sebagai prosedur untuk

penelitian yang mencakup langkah-langkah mulai dari asumsi luas hingga metode

terperinci dalam pengumpulan data, analisis, dan interpretasi. Secara umum

terdapat tiga jenis pendekatan penelitian yang umum digunakan terutama dalam

penulisan skripsi, tesis, dan disertasi. Ketiga penelitian tersebut terdiri dari

pendekatan penelitian kualitatif, pendekatan penelitian kuantitatif, dan pendekatan

penelitian kombinasi. Pendekatan penelitian kualitatif merupakan pendekatan

yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu

masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode

penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam (in-depth

analysis ), yakni mengkaji masalah secara kasus per kasus karena metodologi

kualitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari

masalah lainnya. Pendekatan penelitian kuantitatif adalah pendekatan yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, dipakai untuk meneliti pada populasi


53

ataupun sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan alat ukur (instrumen)

penelitian, analisa data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji

dan membuktikan hipotesis yang telah dibuat/ditetapkan. Secara umum metode

kuantitatif terdiri atas metode survei dan metode eksperimen.

Jika ditinjau dari metode penlitian dalam penelitian ini menggunakan

penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk

menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.

Penelitain deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang

terjadi,. Di dalamnya upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan

menginterpretasikan kondisi pada saat ini terjadi atau ada pada saat ini. Dengan

kata lain penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh

informasi-informasi mengenai keadaan yang terjadi. Dan pada penelitian

deskriptif kualitataif yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data

mengenai gambaran aspek yang ada dalam etos sosial masyarakat belitung dalam

novel Sirkus Pohon karya Andrea Hirata.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan sebuah metode yang dilakukan oleh

seorang peneliti untuk dapat mengumpulkan data dan informasi yang nantinya

akan berguna sebagai faktor pendukung dalam memaparkan serta menjelaskan

penelitiannya. Dalam proses pengumpulan data ini terdapat proses yang harus

terlaksana secara sistematis dan terarah agar data yang dikumpulkan bisa

dibuktikan kefalitannya. Karena pada dasarnya, proses pengumpulan data dalam

teknik mengumpulkan data ini harus bisa membuktikan jawaban yang telah
54

dikumpulkan oleh peneliti. Dan dalam penelitian ini, peneliti menganalisis etos

sosial masyarakat belitung dalam novel Sirkus Pohon karya Andrea Hirata dengan

menggunakan teknik pengumpulan data atau penyelidikan dilakukan dalam

penelitian ini adalah teknik membaca, mencatat, menandai, dan mengumpulkan

data. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk teknik pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Teknik membaca : membaca keseluruhan isi novel Sirkus Pohon karya Andrea

Hirata. secara cermat, dan seksama agar bisa memperoleh pemahaman dan

gambaran mengenai etos sosial.

2. Teknik Catat : mecatat bagian dari sumber data yang sesuai dengan

permasalahan yang berhubungan dengan fokus permasalahan yang akan

peneliti bahas dalam novel Sirkus Pohon karya Andrea Hirata pada bagian

etos sosial masyarakat belitung.

3. Teknik Menandai : menandai teks yang ada dalam novel Sirkus Pohon karya

Andrea Hirata dengan berbeda agar mudah untuk menemukan permasalahan

sesuai dengan permasalahan yang diangkat yaitu etos sosial masyarakat

belitung.

4. Teknik pengumpulan data: dalam memperoleh data selama pengkajian

variabel dilakukan dengan studi deskriptif kualiatif dalam bentuk studi fokus,

peneliti menggunakan tabel data yang berfungsi untuk memasukkan data yang

berkaitan dengan tujuan penelitian.


55

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam sebuah penelitian sangat lah diperlukan teknik analisis data agar data

tersebut mudah dipahami. Teknik analisis data ini merupakan suatu proses

mengolah data menjadi informasi baru. Proses ini dilakukan bertujuan agar

karakteristik data menjadi lebih mudah dimengerti dan berguna sebagai solusi

bagi suatu permasalahan, khususnya yang berkaitan dengan penelitian. Analisis

data juga diperlukan agar kita mendapatkan solusi atas permasalahan penelitian

yang tengah dikerjakan. Adapun teknik analisis data sebagai berikut:

1. Tahap pengenalan dan pemahaman secara menyeluruh objek penelitian

dengan cara membaca berulang-ulang kali novel yang berjudul Sirkus

Pohon Karya Andrea Hirata.

2. Mengapresiasi seluruh isi novel yang berjudul Sirkus Pohon Karya Andrea

Hirata pada etos sosial masyarakat belitungnya.

3. Menginterpretasikan objek penelitian, pada tahap ini penulis melakukan

penafsiran dan pemahaman secara rinci terhadap hasil yang dianalisis

dalam novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata.. interpretasi ini

menggunakan hasil deskripsi analisis isi dari karya yang telah

dikombinasikan dengan teori yang telah ditentukan sebelumya.

4. Tahap penarikan kesimpulan, kesimpulan dalam penelitian ini diperoleh

dari data-data yang telah diolah dan dianalisis secara rinci pada tahap

sebelumnya. Dalam penelitian ini, penarikan kesimpulan dilakukan

dengan metode induktif, yaitu keismpulan yang diambil berdasarkan pada


56

hal yang bersifat khusu, sehingga menjadi kesimpulan yang bersifat

umum.

Tabel 1

Korpus data “Etos Sosial Masyarakat Belitung pada Aspek Kemiskinan"

No Paragraph/Halaman Kutipan Apresiasi Interpretasi

Tabel 2

Korpus data “Etos Sosial Masyarakat Belitung pada Aspek Kebodohan”

No Paragraph/Halaman Kutipan Apresiasi Interpretasi

Tabel 3

Korpus data “Etos Sosial Masyarakat Belitung pada Aspek Pendidikan Tak

Berguna”

No Paragraph/Halaman Kutipan Apresiasi Interpretasi

Anda mungkin juga menyukai