Anda di halaman 1dari 11

MENGENAL FAKTA, TEMA, DAN MASALAH DALAM CERITA

Dosen Pengampu: Bapak Maulfi Syaiful Rizal, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

1. Alia Natasya Abdul Razak (215110707111008)


2. Charisa Poppy Maulita (215110700111018)
3. Nabilah Maritza Sugiharto (215110707111016)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA BAHASA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
yang melimpah, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam penyusunan
makalah tentu tidak terlepas dari arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka, penyusun
ucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Pihak-pihak yang terkait itu di antaranya sebagai berikut:

1. Bapak Maulfi Syaiful Rizal, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampuh mata kuliah Apresiasi
Prosa
2. Anggota kelompok 3 yang menyusun makalah
3. Teman-teman yang telah mendukung dalam pembuatan makalah

Penyusun menyadari bahwa masih jauh dari kata kesempurnaan. Sehingga anggota
kelompok 3 sangat mengharap kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat menjadi sumber informasi serta bermanfaat bagi para pembaca di masa yang akan datang.

Malang, 27 September 2022

Razak, Maulita, dan Sugiharto

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii

BAB I ................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

1. 1................................................................................................................................. Latar
Belakang .............................................................................................................. 1
1. 2.................................................................................................................................
Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1. 3................................................................................................................................. Tujuan
................................................................................................................................. 1

BAB II ............................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN .............................................................................................................. 2

2.1 Fakta Cerita ........................................................................................................ 2


2.2 Tema dan Masalah ............................................................................................. 5

BAB III ............................................................................................................................ 7

PENUTUP ....................................................................................................................... 7

3. 1.................................................................................................................................
Kesimpulan .......................................................................................................... 7
3. 2................................................................................................................................. Saran
................................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide,
pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Daya imajinasilah yang dapat membedakan
antara karya sasrtra yang satu dengan karya sastra lainnya. Hal ini disebabkan setiap
pengarang memiliki daya imajinasi dan kepandaian dalam mengungkapkan ide ke dalam
bentuk tulisan yang berbeda-beda. Karya sastra lahir karena adanya rasa keinginan dari
seorang pengarang untuk mengekpresikan dan mengungkapkan eksistensinya sebagai
manusia yang berisi ide, gagasan, dan pesan tertentu yang diilhami oleh imajinasi dan
realitas sosial budaya pengarang serta penggunaan media bahasa yang menarik sebagai
penyampaiannya kepada para pembaca. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan
pengalaman yang telah ada dalam jiwa pengarang secara mendalam melalui proses
imajinasi (Aminuddin, 1990: 57).
Karya sastra pada dasarnya berisi mengenai permasalahan yang ada di dalam
kehidupan sosial. Setiap bangsa atau suku bangsa memiliki kehidupan sosial yang
berbeda dengan bangsa lainnya. Karya sastra selalu menemukan dimensi-dimensi
tersembunyi dalam manusia dimensi-dimensi yang tidak terjangkau oleh kualitas evidensi
empiris bahkan juga oleh instrument laboratorium (Ratna, 2003: 214). Sastra merupakan
ekspresi kehidupan manusia (Fananie, 2000:132). Menurut Fananie (2000: 194) terdapat
tiga perspektif berkaitan dengan keberadaan karya sastra. 1) perspektif yang memandang
sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi
situasi pada masa sastra tersebut diciptakan. 2) perspektif yang mencerminkan situasi
sosial penulisnya. 3) model yang dipakai karya satra sebagai manifestasi dari kondisi
sosial. Sebuah karya sastra dapat berupa informasi mengenai kondisi sosial, ekonmi,
politik, dan budya. Kesusastraan Indonesia banyak melahirkan karya sastra yang bersifat
memberi gambaran tentang kehidupan sosial masyarakat.
Sebuah karya sastra merupakaan sebagai rekaan yang pada hakikatnya ialah
struktur. Struktur ini dibina oleh unsur-unsur karya sastra sehingga karya sastra itu
sendiri merupakan suatu binaan yang organik. Maksudnya ialah, fungsi unsur-unsur di
dalamnya saling mendukung satu sama lainnya. Struktur cerita pendek menurut Staton
(1985:16) dinyatakan dengan wujud tema dan masalah, fakta cerita, dan saranan cerita.
1. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana makna dari fakta cerita?

iv
2. Bagaimana makna dari tema dan masalah cerita?
1. 3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana makna dari fakta cerita
2. Untuk mengetahui bagaimana tema dan masalah masalah cerita

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fakta Cerita


Fakta cerita terdiri dari karakter atau penokohan, alur, dan latar. Elemen-elemen
tersebut berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif sebuah cerita. Sependapat dengan
Jabrohim (2001: 58) yang mengatakan bahwa fakta cerita terdiri atas alur, tokoh, dan
latar.
1. Alur
Plot atau alur dapat dikatakan bahwa alur atau plot merupakan urutan atau
tahapan peristiwa yang dilakukan oleh tokoh dalam sebuah cerita sehingga dapat
membentuk suatu kesatuan cerita dengan tanpa meninggalkan hukum sebab
akibat. Alur merupakan urutan peristiwa yang terjadi sehingga dapat mmebentuk
sebuah cerita yang menarik. Alur dapat membuktikan dirinya sendiri, meskipun
jarang diulas panjang lebar dalam sebuah analisis. Tanpa adanya pemahaman
terhadap peristiwa-peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan sebab-akibat
dan keberpengaruhannya (Stanton, 2012: 28).
Sebuah rangkaian peristiwa yang terjalin berdasar atas urutan waktu,
urutan kejadian, atau hubungan sebab akibat. Alur biasanya terbatas pada
peristiwa-peristiwa yang menjadi dampak dari berbagai peristiwa yang lain serta
tidak dapat diabaikan, karena berpengaruh pada keseluruhan karya. Analisis alur
tidak hanya dilihat dari kedudukan satu topik di antara topik-topik yang lain, tapi
juga harus pula dikaitkab dengan elemen-elemen lain, seperti pelaku, pemikiran
pengarang yang tercermin dalam tokoh-tokohnya, diksi, maupun proses naratif
(Crane, 1963: 63) dalam Fananie (2000: 94). Tahap-tahap perkembangan alur
secara rinci dikemukakan oleh Tasrif (dalam Nurgiantoro, 2010: 149) sebagai
berikut :
o Situation : Penggambaran dan pengenalan latar dan tokoh cerita.
o Generating Circumstances : Tahap pemunculan konflik, dan dan
peristiwa-peristiwa yang menyebabkan terjadinya konflik mulai
dihadirkan.C
o Rising Action : tahap yang memperlihatkan dan peristiwa-peristiwa yang
mulai memuncak

v
o Climaks : tahap alur yang memperlihatkan puncak dari peristiwa-
peristiwa yang telah terjadi sejak dari bagian situation.
o Denoument : tahap alur yang ditandai oleh adanya pemecahan soal dari
semua peristiwa.

Secara teoretis alur dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yakni


kronologis dan tak kronologis (Nurgiyantoro, 2010: 153)

a) Alur Maju / Progresif


Plot sebuah cerita dapat dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang
ada dalam cerita bersifat kronologis, yakni peristiwa-peristiwa yang
terjadi diawal diikuti atau berimbas terhadap peristiwa-peristiwa yang
berikutnya.
b) Alur Mundur / Regresif
Urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang beralur regresif
tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan
diantara tahap tengah atau akhir kemudian baru tahap awal cerita. Teknik
ini dapat dilakukan melalui pengarang menyuruh tokoh merenung
kembali ke masa lalunya, menuturkannya kepada tokoh lain baik secara
lisan ataupun tertulis.
c) Alur Campuran
Penggolongan alur ke dalam progresif atau regresif sebenarnya lebih
didasarkan pada mana yang lebih menonjol. Alur campuran terjadi
apabila cerita berjalan secara kronologis namun sering terdapat adegan-
adegan sorot balik.
Contoh :
o Alur dalam cerita pendek Kenang-kenangan Seorang Wanita
Pemalu Karya W.S. Rendra, adalah sorot balik. Hal ini dapat
dibuktikan melalui narasi “ Sekarang umur saya 53 tahun.
Dahulu waktu pertamakali saya berjumpa dengan Karnaen, saya
masih 17 tahun”, kemudian keseluruhan dalam keseluruhan cerita
juga menyampaikan masa lampau tokoh utama perempuan yaitu
“Saya” yang cinta nya tidak sempat tersampaikan pada tokoh
“Karnaen” dikarenakan rasa bingung dan malu dalam dirinya.

2. Karakter atau Penokohan


Karakter dapat diartikan tokoh sentral, yakni berhubungan dengan
peristiwa dalam cerita. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-
individu yang muncul dalam cerita seperti ketika ada orang bertanya “Berapa
karakter yang ada dalam cerita itu?”. Konteks kedua, karakter merujuk pada

vi
percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral
dari individu-individu tersebut. Dalam sebagian besar cerita dapat ditemukan
satu karakter utama yaitu karakter yang terkait dengan semua peristiwa yang
berlangsung dalam cerita (Stanton, 2012: 33). Model mengekspresikan karakter
tokoh yang dipakai oleh pengarang bisa bermacam-macam.
1) Tampilan Fisik
Pengarang mengungkapkan melalui gambaran fisiknya, termasuk di
dalamnya uraian mengenai ciri-ciri khusus yang dipunyai. Biasanya
pengarang menguraikan pula secara rinci perilaku, latar belakang,
keluarga hingga kehidupan tokoh pada bagian awal cerita.
2) Pengarang tidak secara langsung mendeskripsikan karakter tokohnya.
Karakter dibangun melalui kebiasaan berpikir, cara pengambilan
keputusan dalam menghadapi setiap peristiwa, perjalanan karir, dan
hubungannya dengan tokoh-tokoh lain, termasuk komentar dari tokoh
yang satu ke tokoh lainnya.
Penokohan atau karakterisasi merupakan proses yang dipergunakan oleh
pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh fiksinya. Karakter utama
(tokoh utama) merupakan serangkaian peristiwa tempat mereka muncul
baik sebagai pemenang ataupun sebagai yang kalah, senang atau tidak
senang, lebih kaya atau lebih miskin, lebih baik atau lebih jelek. Karakter
penunjang (tokoh penunjang) merupakan tindak-tanduk serta
pendapatpendapatnya justru bertentangan dengan tokoh utama dalam
situasi-situasi yang sama dan paralel. Karakter penunjang memainkan
peranan yang agak maupun yang kurang penting, dapat timbul muncul
dalam seluruh adegan ataupun menghilang sesudah berperan dalam satu
adegan. Karakter latar belakang (tokoh latar belakang) yaitu orang-orang
yang mendiami karya-karya sastra untuk memberikan ilusi atau
bayangan dunia nyata (Tarigan, 2008: 149).
3. Latar
Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro, 2000: 216). Latar atau setting yang
disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan

vii
waktu, dan lingkungan sosial terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Dalam artian yang lebih luas, latar mencakup tempat dalam waktu dan kondisi-
kondisi psikologis dari semua yang terlibat dalam cerita tersebut. Latar dibagi
menjadi tiga yakni :
1) Latar Tempat : Menyangkut deskripsi tempat suatu peristiwa terjadi.
Melalui latar tempat diharapkan tercermin tata nilai, tingkah laku,
suasana dan hal-hal lain di dalam masyarakat yang berpengaruh pada
tokoh dan karakternya.
Contoh :
o Di panggung (tampak silhuet jendela dengan gaya arsitektur
indonesia tahun 50-an)
o Di atas tempat tidur,
o Dalam perjalanan kesekolah.
2) Latar Waktu : Mengacu pada saat terjadinya peristiwa dalam alur (plot),
secara historis. Melalui tatanan waktu yang jelas, tujuan cerita akan
tergambar dengan jelas. Perjalanan waktu yang dapat berupa jam, hari,
tanggal, bulan, tahun hingga zaman tertentu yang melatarbelakangi tidak
mungkin tidak dihadirkan dalam sebuah cerita.
Contoh :
o Pagi tadi (aku melihat pohon kemuning didepan beranda telah
berbunga lagi.)
o Pada malam harinya
o Keesokan harinya waktu saya berjumpa dengan Karnaen
3) Latar Sosial : Mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial atau status sosial seorang tokoh di masyarakat yang ada
disekitarnya dalam sebuah cerita.
2.2 Tema dan Masalah
Tema merupakan ide pokok dari suatu cerita. Tema bisa dikatakan kesimpulan
atau konklusi dari segala peristiwa penokohan maupun alur. Cerita pendek ialah hal atau
peristiwa yang dituliskan atau diungkapkan dan selalu berhubunhan dengan manusia
serta segala tingkah laku dan persoalan- persoalan di dalamnya. Manusia memang
diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paripurna, dimana manusia mampu untuk

viii
berfikir dan bersosialisasi sehingga disebutnya sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk yang mampu berfikir dan juga mampu bersosialisasi, manusia akan selalu
dihadapkan dengan persoalan atau masalah-masalah di alam sekitarnya , sedangkan
sebagai makhluk sosial manusia tidak pernah luput dari penturan konflik dengan
manusia lain di luar dirinya. Permasalahan inilah yang menjadi sumber inspirasi yang
tak ada habisnya bagi sang pengarang. Memang tidak semua persoalan atau
permasalahan dapat menjadi inspirasi atau cocok dengan hati dang pengarang. Namun
persoalan yang telah berhasil menduduki tempat khas dalam pemikiran pengarang,
itulah tema (Oemarjati dalam Sutawijaya, 1996 : 3).
Melalui masalah, pengarang dapat menentukan tema atau gagasan pokok yang
akan diambil. Dan melalui tema, pengarang menyampaikan ide atau gagasan agar
pembaca dapat memahami cerita dan dapat menangkap makna dari hakikat cerita itu
sendiri. Tema merupakan makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Selain itu, ada
banyak makna yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita itu, maka masalahnya adalah
makna khusus yang mana yang dapat dinyatakan sebagai tema (Staton dalam
Nurgiantoro, 2007: 67). Tema dirumuskan sebagai “generalisasi, dinyatakan atau
disarankan, yang terletak di belakang penceritaan situasi yang spesifik yang melibatkan
individu-individu yang spesifik” (Jaffe dalam Pradopo dkk., 1985: 30). Tema inilah
yang kemudian menjadi ide pusat dan tujuan pokok (Stanton dalam Pradopo dkk., 1985:
30).

ix
BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
Karya sastra lahir karena adanya rasa keinginan dari seorang pengarang untuk
mengekpresikan dan mengungkapkan eksistensinya sebagai manusia yang berisi ide, gagasan,
dan pesan tertentu yang diilhami oleh imajinasi dan realitas sosial budaya pengarang serta
penggunaan media bahasa yang menarik sebagai penyampaiannya kepada para pembaca. Karya
sastra pada dasarnya berisi mengenai permasalahan yang ada di dalam kehidupan sosial. Setiap
bangsa atau suku bangsa memiliki kehidupan sosial yang berbeda dengan bangsa lainnya. Karya
sastra selalu menemukan dimensi-dimensi tersembunyi dalam manusia dimensi-dimensi yang
tidak terjangkau oleh kualitas evidensi empiris bahkan juga oleh instrument laboratorium. Pada
biasanya di dalam sebuah karya sastra terdapat fakta cerita yang terdiri dari karakter atau
penokohan, alur, dan latar.
3. 2 Saran
Demikian makalah yang dapat kami paparkan. Diharapkan pembaca dapat
menambah wawasan mengenai apresiasi prosa mengenal fakta, tema, dan masalah dalam
cerita. Tentunya penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kesalahan serta masih jauh dari kata kesempurnaan. Akhir kata, kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi keutuhan dalam pembuatan makalah kedepannya

x
DAFTAR PUSTAKA

Febriana, T. E. (2018). Analisis Unsur Intrinsik (Tokoh, Alur, Dan Latar) Menggunakan
Pendekatan Saintifik Pada Novel 9 Summers 10 Autumns Karya Iwan Setyawan Untuk
Siswa Smp Budi Mulia Minggir Kelas VIII Semester II. Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, 10-15.

Hidayati, N. (2013). Analisis Fakta dan Sarana Cerita. Academia Edu.

Miftahul Jannah, E. S. (2018). Pemahaman Struktur Cerpen Kenang-Kenangan Seorang Wanita


Pemalu Karya Rendra di SMA. Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya).

xi

Anda mungkin juga menyukai