Disusun Oleh :
1. Packsy Arya Yahya Sinangling : 20.96.1885
2. Aris Sulistyo Wibowo : 20.96.1881
3. Alfonsus Hans Jalasukma : 20.96.1851
4. Taufiq Imam Aditama : 20.96.1865
5. Muhamad Anggit Nur Jatmika : 20.96.1836
6. Damianus Serani Da costa Bataona : 20.96 .1852
ii
3.6 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
menyampaikan pesan kepada penonton yang secara langsung atau tidak langsung.
Selanjutnya, masalah tato menjadi topik komunikasi non verbal ketika tokoh
perempuan bertato dibahas, dilihat, dan dikemas, terutama melalui film. Dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif obyek yang akan
diteliti.
Kata‘tato’adalah penyebutan dalam bahasa Indonesia dari kata ‘tattoo’ yang
merupakan bahasa Inggris (Olong 2006:83-84). Kata "tato" konon berasal dari
bahasa Tahiti, yaitu “tattau” yang berarti “to mark” dalam artian tubuh yang
ditandai mengetuk pewarna di bawahnya dengan pahat tajam permukaan kulit Amy
Krakow mengatakan secara teknis itu adalah tato Perubahan warna permanen pada
tubuh setelah dihisap dengan benda runcing kulit. Menurut Erikson, yang dikutip
oleh Corsini (2002, dalam Valentini &Nisfiannoor, 2006:3), mengatakan bahwa
identitas merupakan suatu perasaan tentang menjadi seseorang yang sama, perasaan
tersebut melibatkan sensasi fisik dari tubuh, body image, memori, tujuan, nilai-
nilai, dan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang, suatu perasaan yang
berhubungan dengan rasa keunikan dan kemandirian.
Identitas perempuan bertato adalah bagian dari budaya. Identitas bermula
dari self knowledge, dimana identitas dikonfirmasi melalui perasaan, emosi,
harapan, memori, rencana, pengakuan dari yang lain, hingga pengalaman spiritual.
Identitas bersifat cair dan dapat ditentukan ketika seseorang berada dalam konteks
budaya tertentu diikuti aturan-aturan tertentu pula (Lindholm 2007:6). Pada
dasarnya, identitas muncul dalam beberapa cara dari keberadaan identitas lain
pengetahuan tentang adanya identitas lain dapat ditentukan oleh individu identitas
yang tidak dapat dipisahkan dari tempat dan budaya dimana seseorang hidup
individu ditemukan. Berdasarkan pada tato, identitas, jenis kelamin, semuanya
tidak dapat dipisahkan dari struktur struktur tertentu dalam masyarakat. Wanita
bertato di Indonesia menurut faktor sejarah memberikan stigma negatif hingga
stereotip negatif. karena tidak lepas dari penempatan kelas dikarenakan perempuan
bertato, kelas disini adalah kelas marjinal, yang dimana kelas itu adalah suatu kelas
pinggiran dari sistem dalam masyarakat, kelas marjinal ini berada diposisi
pinggiran sistem dari masyarakat dominan.
2
Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak
dimaknai sebagai ekspresi seni pembuatnya, tetapi melibatkan interaksi yang
kompleks di dalamnya. Kompleksitas aspek-aspek film sebagai medium
komunikasi massa, dimaknai sebagai pesan-pesan yang disampaikan dalam
komunikasi film, yang memahami hakikat, fungsi dan efeknya. Kekuatan dan
kemampuan film yang dapat menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat
film dapat mempengaruhi khalayak. Film selalu mempengaruhi dan membentuk
masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya, tetapi tidak berlaku
sebaliknya (Irawanto, 1999:13). Pada film yang menjadi objek penelitian ini,
terdapat perempuan bertato didalamnya. Selain itu, fakta bahwa film tersebut
memuat tokoh tokoh yang bertato mengisyaratkan adanya proses promosi identitas,
yaitu identitas perempuan bertato.
Penelitian ini dilakukan karena film Punk In Love merupakan film yang
menyajikan karakter anak punk bertato, namun fokus kita adalah salah satu karakter
perempuan yang ada didalamanya dia juga memiliki sebuah tato, hal ini menjadi
daya tarik tersendiri dari film Punk In Love. Karena itu peneliti tertarik untuk
menganalisis film Punk in Love ini dikarenakan karekteriasai tokoh Almira dengan
memiliki banyak tato, hal ini menciptakan representasi yang berbeda beda kepada
para penikmat film Punk in Love ini.
3
1.4 Batasan Penelitian
Berdasarkan keputusan peneliti apa yang akan dimasukkan dan apa yang
akan dikeluarkan. Delimitasi membatasi penelitian agar lebih terkendali dan
relevan dengan apa yang ingin dibuktikan. Berikut batasan istilah yang ada dalam
penelitian ini, yaitu :
1) Film Dengan banyaknya hal yang diamati dalam film Punk In Love, maka
peneliti akan membahas tentang pesan yang ada pada film tersebut sebagai
pesan terhadap representasi wanita bertato.
2) Representasi didefinisikan dengan sebuah bentuk atau model yang
menggantikan suatu situasi atau aspek dari suatu situasi yang digunakan
untuk menemukan solusi, atau sebagian contoh dari masalah yang dapat
digambarkan dengan objek, gambar, kata-kata, atau simbol matematisa.
(Stuart Hall, 1997:15) menyatakan bahwa representasi merupakan sebuah
produksi konsep makna dalam pikiran melalui bahasa. Ini adalah hubungan
antara konsep dan bahasa yang menggambarkan objek, orang, atau bahkan
peristiwa yang nyata ke dalam objek, orang, maupun peristiwa fiksi.
3) Identitas wanita bertato di badan tubuhnya, identitas merupakan refleksi diri
atau cerminan diri yang berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis dan
proses sosialisasi. Identitas pada dasarnya merujuk pada refleksi dari diri
kita sendiri dan persepsi orang lain terhadap diri kita (Stella Ting Toomey,
1999). Sementara itu, melihat identitas sebagai definisi diri seseorang
sebagai individu yang berbeda dalam perilaku, keyakinan dan sikap
(Gardiner W. Harry dan Kosmitzki Corinne, 1979)
4
1.5.2. Manfaat Praktis
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Representasi
6
kemudian diproses menggunakan bahasa sehari-hari, maka muncullah gambaran
yang dimaksud melalui sebuah tanda, simbol, atau gambar.
2.1.2. Film
Film secara umum berarti sinema, atau cinemathography yang berasal dari
kata cinema dan tho/ “phytos” yang artinya cahaya serya graphic artinya
tulisan/gambar, dapat disimpulkan film adalah melukiskan sebuah Gerakan dengan
cahaya. Film hanya akan memiiki sebuah makna yang terkandung didalamnya jika
sudah bertemu dengan penontonya. Film sendiri memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi penontonnya, sehingga film merupakan salah satu media/alat
komunikasi yang cukup penting.
2.1.3 Identitas
7
2.1.4 Perempuan Bertatto
Tatto adalah sebuah karya seni yang menarik banyak orang terutama kaum
hawa. Tatto juga mengalami perkembangan teknologi yang mana pada saat ini tatto
menggunakan mesin khusus inject tinta yang sangat canggih dan aman. Tatto
sendiri menimbulkan berbagai sudut pandang orang, ada yang memandang tattoo
sebagai karya seni dan ada juga yang memandang tattoo sebagai hal negatif.
Stigma masyarakat pada saat ini mengenai tatto adalah jika seseorang
menggunakan tatto adalah seorang pria, maka biasaya pria tersebut akan dicap
sebagai seorang preman, pelaku kriminal dan perilaku negatif lainnya, sedangkan
ketika seorang wanita yang menggunakan tatto di identikkan dengan wanita malam,
pelacur dan hal negatif lainnya yang menyangkut perempuan. Pikiran masyarakat
saat ini mengenai tattoo sudah terlanjur negaitf dan secara tidak langsung memang
mendapat pengakuan tersebut.
8
masyarakat tertentu dalam waktu tertentu juga. Menurutnya semiotika merupakan
ilmu yang digunakan untuk dapat mengartikan suatu tanda, di mana bahasa juga
merupakan susunan atas tanda-tanda dengan adanya pesan tertentu dari masyarakat.
Tanda-tanda ini dapat berupa lagu, dialog, not musik, logo, gambar, mimik wajah,
serta gerak tubuh.
9
2.3 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.3.1
Penelitian Terdahulu
10
teknis, pengambilan gambar, sudut pengambilan gambar, musik latar,
dan penyuntingan juga mendukung objektifikasi terhadap perempuan.
Kesimpulan Film Siti merupakan sajian sinematik yang efektif, minimalis, serta
berbalut unsur lokalitas yang tidak hanya sekedar tempelan. Walaupun
film Siti ini hadir dalam ruang kontradiktif dikarenakan menceritakan
tentang kehidupan seorang perempuan Jawa yang hidup dalam
kesumukan budaya patriarkal, namun tidak berarti bahwa film ini
menyuarakan paradigma feminisme ataupun keadilan gender.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
12
interpretatif, upaya ini dilakukan untuk mengurai makna yang membentuk dan
dilekatkan pada objek gambar visual yang ada (Ida, 2011:86).
Semiotika Barthes terdiri dari lapisan-lapisan sistem bahasa. Umumnya,
Barthes melakukan ini pada dua level bahasa. Bahasa tingkat pertama adalah bahasa
sebagai objek dan bahasa tingkat kedua disebut metabahasa. Bahasa ini merupakan
sistem tanda yang meliputi makna (penanda) dan petanda (the signified).
Dalam penelitian ini, film yang akan diteliti berjudul Punk In Love, film
yang berdurasi 98 menit dengan disutradarai oleh Ody C. Harahap. Ide kreatif yang
telah dibuat oleh Ocy C. Harahap ini diproduseri oleh Raam Punjabi. Film ini
diproduksi oleh MVP Pictures 2009. Disini peneliti akan meneliti perempuan
bertato yang digambarkan pada film punk in love masih direpresentasikan sebagai
perempuan yang baik. Visualisasi perempuan bertato yang dilihat dalam film punk
in love. Data data tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisis semiotika
model Roland Barthes.
Pada penelitian ini, kami menggunakan data data dari beberapa sumber
sebagai rujukan kami dalam melakukan penelitian ini.
Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk
kebutuhan kajian penelitian ini. Pada penelitian ini kami memperoleh data primer
ini dengan cara melakukan observasi pada fillm Punk In Love. Pada pengamatan
yang mendalam kami menemukan perspektif tentang representasi perempuan
bertato.
Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung. Pada penelitian ini
kami memperoleh data sekunder dari berbagai sumber sumber terpercaya seperti
buku dan jurnal yang masih berkaitan dengan riset penelitian kami.
13
3.5 Objek Penelitian
3.6.1 Observasi
Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah model analisis tanda
signifikasi dua tahap milik Roland Barthes,
14
untuk mengetahui cara kerja tanda, Barthes menciptakan peta tentang
bagaimana tanda bekerja, yaitu sebagai berikut :
Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif terdiri atas penanda
dan pertanda. Penanda adalah sesuatu yang bermakna, jadi dapat disimpulkan
bahwa penanda adalah aspek aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan
atau apa yang didengar dan apa yang ditulis dan dibaca, akan tetapi pada saat yang
bersamaan tanda denotatif adalah penanda konotatif.
Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai makna
harafiah, makna yang sesungguhnya, denotasi biasanya mengacu kepada
penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap.
Tommy Christomy dalam semiotika budaya (Lestari, Tri Utami, 2019, h; 26-
27) Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda
dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan
makna eksplisit, langsung dan pasti. Makna denotasi (denotative meaning), dalam
hal ini adalah makna apa yang tampak.
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang
disebutnya sebagai mitos, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan
pembenaran bagi nilai nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu,
didalam mitos terdapat pola tiga dimensi yaitu penanda, petanda, dan tanda, namun
sebagai sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah
ada sebelumnya, atau dengan kata lain, mitos juga suatu sistem pemaknaan tataran
ke dua, di dalam mitos juga sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda,
15
artinya dari segi jumlah petanda lebih sedikit dari pada penanda sehingga dalam
praktiknya terjadilah pemunculan sebuah konsep secara berulang-ulang dalam
bentuk-bentuk yang berbeda. mitologi memepelajari bentuk-bentuk tersebut karena
pengulangan konsep terjadi dalam berbagai bentuk tersebut.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Noviyanto, L. R. (2013). PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP
PEREMPUAN BERTATO (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi
Masyarakat Terhadap Perempuan Bertato).
Oktavianus, H. (2015). PENERIMAAN PENONTON TERHADAP PRAKTEK
EKSORSIS DI DALAM FILM CONJURING. JURNAL E-KOMUNIKASI,
Vol 3.
Olong, H. A. (2006). TATO. LKiS.
PASKANONKA, C. S. (2010). REPRESENTASI KEKERASAN DALAM FILM
“PUNK IN LOVE” (Studi Analisis Semiotik Tentang Representasi
Kekerasan Dalam Film “PUNK IN LOVE”).
Wibowo, G. (2019, Maret). Representasi Perempuan dalam Film Siti. Nyimak
Journal of Communication, Vol 3, No. 1, 47-59.
18