Anda di halaman 1dari 21

REPRESENTASI IDENTITAS PEREMPUAN BERTATO

DALAM FILM PUNK IN LOVE

Mata Kuliah : Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif


Dosen Pengampu : Novita Ika Purnamasari, S.I.Kom., M.A

Disusun Oleh :
1. Packsy Arya Yahya Sinangling : 20.96.1885
2. Aris Sulistyo Wibowo : 20.96.1881
3. Alfonsus Hans Jalasukma : 20.96.1851
4. Taufiq Imam Aditama : 20.96.1865
5. Muhamad Anggit Nur Jatmika : 20.96.1836
6. Damianus Serani Da costa Bataona : 20.96 .1852

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS EKONOMI DAN SOSIAL
UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3

1.4 Batasan Penelitian ......................................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4

1.5.1 Manfaat penelitian .................................................................................. 4

1.5.2. Manfaat Praktis ...................................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 6

2.1 Definisi Konseptual ....................................................................................... 6

2.1.1 Representasi ............................................................................................ 6

2.1.2. Film ........................................................................................................ 7

2.1.3 Identitas ................................................................................................... 7

2.1.4 Perempuan Bertatto................................................................................. 8

2.2 Kajian Teori ................................................................................................... 8

2.2.1 Teori Semiotika Roland Barthes ............................................................. 8

2.3 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 12

3.1 Pendekatan Penelitian.................................................................................. 12

3.2 Metode Penelitian ........................................................................................ 12

3.4 Data Primer dan Sekunder ........................................................................... 13

3.4.1 Data Primer ........................................................................................... 13

3.4.2 Data Sekunder ....................................................................................... 13

3.5 Objek Penelitian .......................................................................................... 14

ii
3.6 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 14

3.6.1 Observasi .............................................................................................. 14

3.6.2 Studi Pustaka......................................................................................... 14

3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan hasil pengolahan kenyataan sosial oleh penulisnya.


Penulis menciptakan karya dengan tujuan menunjukkan kepincangan-kepincangan
sosial, kesalahan masyarakat, dan protes terhadap masyarakat. Karya sastra
bukanlah objek yang sederhana, melainkan objek yang kompleks dan rumit karena
dipengaruhi oleh faktor sosial dan kultural.
Karya sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berisi pengalaman,
pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan dalam bentuk gambaran
kehidupan yang ditulis dengan bahasa yang mempesona. Karya sastra memberikan
kesadaran pada pembaca tentang kebenaran hidup, memberikan hiburan intelektual
dan spiritual, serta memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk menuangkan isi
hati dan pikiran dalam sebuah tulisan yang bernilai seni.
Kategori sastra dibagi menjadi tiga, yakni puisi, prosa, dan drama. Film
memiliki kesamaan dengan sastra drama. Aspek sastra drama terdiri dari naskah
drama, sedangkan aspek sastra film terdiri dari skenario. Keduanya memiliki unsur-
unsur intrinsik seperti tema, pesan, plot, karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik
seperti rias, pencahayaan, kostum, properti, panggung, pemain, sutradara, tata
suara, penonton, pemilihan peran, dan akting. Salah satu bentuk seni yang populer
di masyarakat adalah film. Film adalah hasil nyata dari kreativitas para seniman
yang bekerja sama.
Sebagai media komunikasi massa, film memiliki kemampuan unik dalam
mengantar pesan. Film juga dapat digunakan sebagai sarana pameran bagi media
lain dan sumber budaya yang berkaitan dengan buku, film kartun, bintang televisi,
film seri, serta lagu. Fokus penelitian ini adalah representasi identitas perempuan
bertato dalam film Punk In Love. Masalah komunikasi dalam penelitian Ini adalah
film yang bertindak sebagai influencer dengan menyampaikan makna kepada
audiensnya. Kajian ini penting untuk membahas bagaimana tokoh perempuan
bertato dikemas dan diperlakukan dalam film melalui cerita atau narasi, karena film

1
menyampaikan pesan kepada penonton yang secara langsung atau tidak langsung.
Selanjutnya, masalah tato menjadi topik komunikasi non verbal ketika tokoh
perempuan bertato dibahas, dilihat, dan dikemas, terutama melalui film. Dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif obyek yang akan
diteliti.
Kata‘tato’adalah penyebutan dalam bahasa Indonesia dari kata ‘tattoo’ yang
merupakan bahasa Inggris (Olong 2006:83-84). Kata "tato" konon berasal dari
bahasa Tahiti, yaitu “tattau” yang berarti “to mark” dalam artian tubuh yang
ditandai mengetuk pewarna di bawahnya dengan pahat tajam permukaan kulit Amy
Krakow mengatakan secara teknis itu adalah tato Perubahan warna permanen pada
tubuh setelah dihisap dengan benda runcing kulit. Menurut Erikson, yang dikutip
oleh Corsini (2002, dalam Valentini &Nisfiannoor, 2006:3), mengatakan bahwa
identitas merupakan suatu perasaan tentang menjadi seseorang yang sama, perasaan
tersebut melibatkan sensasi fisik dari tubuh, body image, memori, tujuan, nilai-
nilai, dan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang, suatu perasaan yang
berhubungan dengan rasa keunikan dan kemandirian.
Identitas perempuan bertato adalah bagian dari budaya. Identitas bermula
dari self knowledge, dimana identitas dikonfirmasi melalui perasaan, emosi,
harapan, memori, rencana, pengakuan dari yang lain, hingga pengalaman spiritual.
Identitas bersifat cair dan dapat ditentukan ketika seseorang berada dalam konteks
budaya tertentu diikuti aturan-aturan tertentu pula (Lindholm 2007:6). Pada
dasarnya, identitas muncul dalam beberapa cara dari keberadaan identitas lain
pengetahuan tentang adanya identitas lain dapat ditentukan oleh individu identitas
yang tidak dapat dipisahkan dari tempat dan budaya dimana seseorang hidup
individu ditemukan. Berdasarkan pada tato, identitas, jenis kelamin, semuanya
tidak dapat dipisahkan dari struktur struktur tertentu dalam masyarakat. Wanita
bertato di Indonesia menurut faktor sejarah memberikan stigma negatif hingga
stereotip negatif. karena tidak lepas dari penempatan kelas dikarenakan perempuan
bertato, kelas disini adalah kelas marjinal, yang dimana kelas itu adalah suatu kelas
pinggiran dari sistem dalam masyarakat, kelas marjinal ini berada diposisi
pinggiran sistem dari masyarakat dominan.

2
Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak
dimaknai sebagai ekspresi seni pembuatnya, tetapi melibatkan interaksi yang
kompleks di dalamnya. Kompleksitas aspek-aspek film sebagai medium
komunikasi massa, dimaknai sebagai pesan-pesan yang disampaikan dalam
komunikasi film, yang memahami hakikat, fungsi dan efeknya. Kekuatan dan
kemampuan film yang dapat menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat
film dapat mempengaruhi khalayak. Film selalu mempengaruhi dan membentuk
masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya, tetapi tidak berlaku
sebaliknya (Irawanto, 1999:13). Pada film yang menjadi objek penelitian ini,
terdapat perempuan bertato didalamnya. Selain itu, fakta bahwa film tersebut
memuat tokoh tokoh yang bertato mengisyaratkan adanya proses promosi identitas,
yaitu identitas perempuan bertato.
Penelitian ini dilakukan karena film Punk In Love merupakan film yang
menyajikan karakter anak punk bertato, namun fokus kita adalah salah satu karakter
perempuan yang ada didalamanya dia juga memiliki sebuah tato, hal ini menjadi
daya tarik tersendiri dari film Punk In Love. Karena itu peneliti tertarik untuk
menganalisis film Punk in Love ini dikarenakan karekteriasai tokoh Almira dengan
memiliki banyak tato, hal ini menciptakan representasi yang berbeda beda kepada
para penikmat film Punk in Love ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang diatas, maka masalah yang


dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana representasi identitas perempuan bertato di film “PUNK IN LOVE” ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah yang telah ditetapkan oleh penulis


diatas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: untuk mengetahui
makna umpatan dalam film Punk In Love karya Ody C Harahap terutama pada
representasi identitas perempuan bertato dalam film Punk In Love menggunakan
analisis semiotika Roland Barthes.

3
1.4 Batasan Penelitian

Berdasarkan keputusan peneliti apa yang akan dimasukkan dan apa yang
akan dikeluarkan. Delimitasi membatasi penelitian agar lebih terkendali dan
relevan dengan apa yang ingin dibuktikan. Berikut batasan istilah yang ada dalam
penelitian ini, yaitu :
1) Film Dengan banyaknya hal yang diamati dalam film Punk In Love, maka
peneliti akan membahas tentang pesan yang ada pada film tersebut sebagai
pesan terhadap representasi wanita bertato.
2) Representasi didefinisikan dengan sebuah bentuk atau model yang
menggantikan suatu situasi atau aspek dari suatu situasi yang digunakan
untuk menemukan solusi, atau sebagian contoh dari masalah yang dapat
digambarkan dengan objek, gambar, kata-kata, atau simbol matematisa.
(Stuart Hall, 1997:15) menyatakan bahwa representasi merupakan sebuah
produksi konsep makna dalam pikiran melalui bahasa. Ini adalah hubungan
antara konsep dan bahasa yang menggambarkan objek, orang, atau bahkan
peristiwa yang nyata ke dalam objek, orang, maupun peristiwa fiksi.
3) Identitas wanita bertato di badan tubuhnya, identitas merupakan refleksi diri
atau cerminan diri yang berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis dan
proses sosialisasi. Identitas pada dasarnya merujuk pada refleksi dari diri
kita sendiri dan persepsi orang lain terhadap diri kita (Stella Ting Toomey,
1999). Sementara itu, melihat identitas sebagai definisi diri seseorang
sebagai individu yang berbeda dalam perilaku, keyakinan dan sikap
(Gardiner W. Harry dan Kosmitzki Corinne, 1979)

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat penelitian

Secara akademis, hasil penelitian diharapkan mampu berkontribusi dalam


referensi mengenai analisis semiotika terhadap film. Penelitian ini juga bertujuan
menambah pengetahuan tentang bagaimana sebuah simbol tato pada wanita dapat
merepresentasikan kehidupan mereka. Sekaligus dijadikan sebagai bahan
komparasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya

4
1.5.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang representasi


wanita yang menunjukkan penampilan bertato terhadap kehidupan yang related
dengan keadaan sekarang

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Konseptual

2.1.1 Representasi

Representasi merupakan bagaimana sebuah kelompok, seseorang, ide


gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan sesuai realitas. Representasi adalah
sebuah wujud dari kata, gambar, cerita dan lainnya yang menjelaskan atau mewakili
bagaimana ide, fakta, dan emosi. Representasi dapat diartikan sebagai sebuah
perilaku atau perbuatan yang sifatnya mewakili.

Representasi merupakan suatu yang mengerucut atau menyatakan pada


sebuah proses yang bersamaan dengan itu realitas disampaikan dalam sebuah
komunikasi baik dengan kata, cerita, bahkan keduanya, representasi juga dapat
diartikan sebagai sebuah proses yang melibatkan sebuah keadaan atau kejadian
yang dapat mewakili gambar, symbol, dan beberapa hal lain yang berkaitan dan
memiliki makna. Secara ringkas representasi adalah sebuah produksi beberapa
makna-makna melalui bahasa melewati bahasa (simbol-simbol dan tanda tertulis,
lisan atau gambar) itulah bagaimana seseorang dapat mengungkapkan pikirannya,
konsep, dan ide-ide tentang sesuatu Juliastuti, (2000:6). Menurut Stuart Hall
(1997:15), representasi merupakan sebuah proses produksi konsep makna dalam
pikiran melalui sebuah bahasa, yang merupakan sebuah hubungan antara sebuah
konsep dan bahasa yang menggambarkan obyek, orang, atau peristiwa nyata
kedalam sebuah obyek, orang, ataupun peristiwa.

Representasi sendiri dapat dikatakan memiliki dua proses yang utama,


proses yang pertama adalah representasi mental, yaitu sebuah konsep tentang
sesuatu yang ada di dalam pikiran masing-masing. Bentuk dari representasi mental
ini masih berbentuk sesuatu yang isinya tidak dapat diberikan sebuah gambaran
yang detail atau masih abstrak, kemudian proses yang kedua adalah representasi
bahasa, merupakan proses yang penting karena merupakan sebuah konsep lanjutan
dari konsep yang pertama, dari pikiran masing-masing kepala yang masih abstrak

6
kemudian diproses menggunakan bahasa sehari-hari, maka muncullah gambaran
yang dimaksud melalui sebuah tanda, simbol, atau gambar.

2.1.2. Film

Film secara umum berarti sinema, atau cinemathography yang berasal dari
kata cinema dan tho/ “phytos” yang artinya cahaya serya graphic artinya
tulisan/gambar, dapat disimpulkan film adalah melukiskan sebuah Gerakan dengan
cahaya. Film hanya akan memiiki sebuah makna yang terkandung didalamnya jika
sudah bertemu dengan penontonya. Film sendiri memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi penontonnya, sehingga film merupakan salah satu media/alat
komunikasi yang cukup penting.

2.1.3 Identitas

Setiap kelompok maupun individu pasti memiliki sesuatu yang erat


kaitannya dengan mereka atau sudah melekat menjadi ciri khas yang tidak dapat
dilepaskan dari setiap kelompok ataupun individu tersebut dari sebuah upaya agar
dikenali oleh orang lain. Identitas sendiri merujuk pada cara yang dimana setiap
individu dan kelompok dalam hubungan mereka kepada individu dan kelompok
lain menjadi sebuah pembeda. Makna dari identitas adalah sebagai sebuah ciri khas
atau keadaan khusus seseorang atau kelompok. Identitas sendiri dibangun oleh
relasi antar organisme, kesadaran tiap individu, dan struktur sosialnya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Erikson (1989), identitas dibedakan


menjadi dua macam, yaitu identitas pribadi dan identitas ego. Identitas pribadi
seseorang berpangkal pada pengalaman kangsung bahwa selama perjalanan waktu
yang telah terlewati, walaupun sudah menglamai banyak perubahan, seseorang
akan tetap tinggal sebagai pribadi yang sama. Identitas probadi akan disebut
dengan identitas egi jika identitas pribadi tersebut disertai dengan kualitas
eksistensial sebagai sebuah objek otonom yang mampu menyelesaikan konflik yang
ada didalam hatinya sendiri dan masyarakat.

7
2.1.4 Perempuan Bertatto

Tatto adalah sebuah karya seni yang menarik banyak orang terutama kaum
hawa. Tatto juga mengalami perkembangan teknologi yang mana pada saat ini tatto
menggunakan mesin khusus inject tinta yang sangat canggih dan aman. Tatto
sendiri menimbulkan berbagai sudut pandang orang, ada yang memandang tattoo
sebagai karya seni dan ada juga yang memandang tattoo sebagai hal negatif.

Stigma masyarakat pada saat ini mengenai tatto adalah jika seseorang
menggunakan tatto adalah seorang pria, maka biasaya pria tersebut akan dicap
sebagai seorang preman, pelaku kriminal dan perilaku negatif lainnya, sedangkan
ketika seorang wanita yang menggunakan tatto di identikkan dengan wanita malam,
pelacur dan hal negatif lainnya yang menyangkut perempuan. Pikiran masyarakat
saat ini mengenai tattoo sudah terlanjur negaitf dan secara tidak langsung memang
mendapat pengakuan tersebut.

Banyak perempuan bertatto mendapatkan perlakuan diskriminatif dari kaum


perempuan lainnya yang tidak bertatto hal tersebut terjadi karena orang yang
menggunakan tattoo terutama perempuan sudah mendapat cap negatif dari
mayoritas masyarakat.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Teori Semiotika Roland Barthes

Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari terkait dengan tanda.


Semiotika berasal dari kata Semeion yang merupakan bahasa Yunani dan memiliki
arti tanda. Sehingga dapat didefinisikan bahwa semiotika merupakan suatu hal yang
digunakan untuk pengkajian tanda-tanda (the study of signs) (Andika, 2021).
Roland Barthes menurut Sobur (2006) merupakan seorang filsuf, kritikus sastra dan
semiolog Prancis yang giat mempraktikkan semiologi Ferdinand de Saussure.

Teori Semiotika Barthes secara harfiah diturunkan dari teori bahasa


menurut de Saussure. Barthes dalam Sobur (2003) memaparkan bahwa bahasa
adalah sebuah sistem tanda dengan cerminan asumsi-asumsi yang berasal dari

8
masyarakat tertentu dalam waktu tertentu juga. Menurutnya semiotika merupakan
ilmu yang digunakan untuk dapat mengartikan suatu tanda, di mana bahasa juga
merupakan susunan atas tanda-tanda dengan adanya pesan tertentu dari masyarakat.
Tanda-tanda ini dapat berupa lagu, dialog, not musik, logo, gambar, mimik wajah,
serta gerak tubuh.

Rohmaniah (2021), memaparkan bahwa dalam kerangka ilmu pengetahuan


semiotik merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengkaji cara kerja serta
fungsi tanda (sign). Jika dikaitkan dengan objek penelitian, teks merupakan suatu
wujud dari unsur tanda-tanda. Kaitan antar tanda itulah yang dapat memberikan
makna yang tepat.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori semiotika dari Roland


Barthes dikarenakan teorinya lebih dibandingkan dengan teori semiotika yang lain.
Pada teori ini Barthes memaparkan bahwa suatu semiologi hendak mempelajari
terkait dengan bagaimana kemanusiaan (humanity) dalam memaknai hal-hal
(things). Dalam hal ini, memaknai tidak dapat disamakan dengan
mengkomunikasikan namun diartikan bahwa objek-objek tidak hanya membawa
informasi disaat objek-objek hendak berkomunikasi namun juga mengkonstitusi
struktur dari sebuah tanda.

9
2.3 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3.1

Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Persamaan Perbedaan

Freshia Trinanda Representasi Persamaan dari Perbedaan penelitian


Hamid, Sunarto, Objektifikasi penelitian ini terdapat pada objek
Lintang Ratri Perempuan Dalam diantaranya sama- penelitian dan fokus
Rahmiaji Film Selesai sama membahas penelitian, di mana pada
(Analisis representasi penelitian terdahulu
(2022)
Semiotika Roland perempuan dalam memiliki objek
Barthes) film dengan penelitian film selesai
menggunakan teori dan fokus penelitian
semiotika Roland pada representasi
Barthes perempuan pada isu
perselingkuhan,
perselisihan dan
perceriaian. Sedangkan
pada penelitian saat ini
memfokuskan pada
representasi perempuan
bertato.

Kesimpulan Menurut hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa film Selesai


mewakili objektifikasi terhadap perempuan, yang dapat dilakukan oleh
laki-laki, sesama perempuan, dan bahkan oleh dirinya sendiri. Secara

10
teknis, pengambilan gambar, sudut pengambilan gambar, musik latar,
dan penyuntingan juga mendukung objektifikasi terhadap perempuan.

Ganjar Wibowo Representasi Persamaan dari Perbedaan penelitian


Perempuan dalam penelitian ini terdapat pada objek
(2019)
Film Siti diantaranya sama-sama penelitian dan fokus
membahas representasi penelitian, di mana pada
perempuan dalam film penelitian terdahulu
dengan menggunakan memiliki objek
teori semiotika Roland penelitian film Siti dan
Barthes fokus penelitian pada
representasi perempuan
sebagai tulang
punggung keluarga.
Sedangkan pada
penelitian saat ini
memfokuskan pada
representasi perempuan
bertato.

Kesimpulan Film Siti merupakan sajian sinematik yang efektif, minimalis, serta
berbalut unsur lokalitas yang tidak hanya sekedar tempelan. Walaupun
film Siti ini hadir dalam ruang kontradiktif dikarenakan menceritakan
tentang kehidupan seorang perempuan Jawa yang hidup dalam
kesumukan budaya patriarkal, namun tidak berarti bahwa film ini
menyuarakan paradigma feminisme ataupun keadilan gender.

11
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian Ini


lebih menekankan analisis atau deskripsi. Tujuan metode penelitian kualitatif
adalah menjelaskan fenomena tersebut secara menyeluruh dan lengkap dengan
mengumpulkan data. Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang menganalisis
hubungan antara variabel variabel penelitian dan hipotesis yang harus dibuktikan
(Kuncoro, 2003:54).
Metode kualitatif memungkinkan peneliti untuk memeriksa pertanyaan
spesifik secara mendalam dan detail. Metode ini menghasilkan sejumlah kecil orang
dan kasus. Dengan Ini dapat meningkatkan pemahaman tentang kasus dan situasi,
tetapi juga mengurangi kemungkinan generalisasi.
Dalam Pendekatan Penelitian Kualitatif peneliti adalah atau menjadi
instrumen. Validitas dan metode metode kualitatif banyak bergantung pada
keterampilan, kemampuan dan kecermatan yang melakukan kerja lapangan
(Suyanto, 2011:168-169).
Pada Penelitian ini kami berfokus pada image dalam sebuah film untuk
memahami makna apa yang ingin ditampilkan dari film Punk In Love, agar dapat
memahami paradigma dan stigma apa yang akan muncul dimasyarakat dengan
adanya karakterisasi perempuan bertato dalam film tersebut.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode


semiotika. Metode semiotika pada dasarnya bersifat kualitatif interpretatif
(interpretation), yaitu sebuah metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan
teks sebagai objek kajiannya, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami
kode (decoding) di balik tanda dan teks tersebut (Piliang 2003; 261). Kami memilih
metode Semiotika Roland Barthes untuk menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan pada rumusan masalah. Di dalam area penelitian semiotika peneliti
menggunakan metode analisis semiotika model Roland Barthes dengan pendekatan

12
interpretatif, upaya ini dilakukan untuk mengurai makna yang membentuk dan
dilekatkan pada objek gambar visual yang ada (Ida, 2011:86).
Semiotika Barthes terdiri dari lapisan-lapisan sistem bahasa. Umumnya,
Barthes melakukan ini pada dua level bahasa. Bahasa tingkat pertama adalah bahasa
sebagai objek dan bahasa tingkat kedua disebut metabahasa. Bahasa ini merupakan
sistem tanda yang meliputi makna (penanda) dan petanda (the signified).
Dalam penelitian ini, film yang akan diteliti berjudul Punk In Love, film
yang berdurasi 98 menit dengan disutradarai oleh Ody C. Harahap. Ide kreatif yang
telah dibuat oleh Ocy C. Harahap ini diproduseri oleh Raam Punjabi. Film ini
diproduksi oleh MVP Pictures 2009. Disini peneliti akan meneliti perempuan
bertato yang digambarkan pada film punk in love masih direpresentasikan sebagai
perempuan yang baik. Visualisasi perempuan bertato yang dilihat dalam film punk
in love. Data data tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisis semiotika
model Roland Barthes.

3.4 Data Primer dan Sekunder

Pada penelitian ini, kami menggunakan data data dari beberapa sumber
sebagai rujukan kami dalam melakukan penelitian ini.

3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk
kebutuhan kajian penelitian ini. Pada penelitian ini kami memperoleh data primer
ini dengan cara melakukan observasi pada fillm Punk In Love. Pada pengamatan
yang mendalam kami menemukan perspektif tentang representasi perempuan
bertato.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung. Pada penelitian ini
kami memperoleh data sekunder dari berbagai sumber sumber terpercaya seperti
buku dan jurnal yang masih berkaitan dengan riset penelitian kami.

13
3.5 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah representasi identitas perempuan bertato,


dalam Film Punk In Love. Pada film Punk In Love ini terdapat paradigma dan
stigma dari level realitas, representasi dan ideologi. Paradigma dan stigma dalam
penelitian ini adalah seluruh aspek dalam film Punk In Love meliputi audio dan
visual yang menggambarkan perempuan bertato.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Observasi

Observasi merupakan suatu kegiatan guna mendapatkan informasi yang


berguna untuk memaparkan suatu gambaran mengenai suatu kejadian atau
peristiwa. adapun observasi yang dilakukan peneliti yaitu observasi partisipan,
Peneliti akan melakukan pengamatan dan penelitian terhadap film “punk in
love”, khususnya yang berkaitan dengan fokus penelitian ini. Pada penelitian ini,
peneliti akan melakukan observasi untuk memperoleh data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian berdasarkan pada model analisis yang peneliti
pakai, tahapan dalam observasi ini adalah menentukan setiap scene yang
memvisualisasikan perempuan bertato dalam film punk in love agar tujuan
observasi dapat menemukan representasi identitas perempuan bertato dapat
terpenuhi.

3.6.2 Studi Pustaka

Peneliti melakukan studi literatur melalui membaca referensi dari buku,


internet, jurnal, dan pustaka demi mendukung riset. Pada riset ini peneliti memakai
teori semiotika Roland Barthes guna menganalisa representasi identitas perempuan
bertato dalam film “punk in love”

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah model analisis tanda
signifikasi dua tahap milik Roland Barthes,

14
untuk mengetahui cara kerja tanda, Barthes menciptakan peta tentang
bagaimana tanda bekerja, yaitu sebagai berikut :

1. Signifier (Penanda) 2. Signified (petanda)

3. Denotative sign (tanda denotatif)

4. Connotative Signiver (penanda 5. Connotative signified (petanda


konotatif) konotatif)

6. Connotative sign (tanda konotatif)

Sumber : Alex Shobur, Semiotika Komunikasi, 2016, hal 69.

Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif terdiri atas penanda
dan pertanda. Penanda adalah sesuatu yang bermakna, jadi dapat disimpulkan
bahwa penanda adalah aspek aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan
atau apa yang didengar dan apa yang ditulis dan dibaca, akan tetapi pada saat yang
bersamaan tanda denotatif adalah penanda konotatif.
Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai makna
harafiah, makna yang sesungguhnya, denotasi biasanya mengacu kepada
penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap.
Tommy Christomy dalam semiotika budaya (Lestari, Tri Utami, 2019, h; 26-
27) Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda
dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan
makna eksplisit, langsung dan pasti. Makna denotasi (denotative meaning), dalam
hal ini adalah makna apa yang tampak.
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang
disebutnya sebagai mitos, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan
pembenaran bagi nilai nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu,
didalam mitos terdapat pola tiga dimensi yaitu penanda, petanda, dan tanda, namun
sebagai sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah
ada sebelumnya, atau dengan kata lain, mitos juga suatu sistem pemaknaan tataran
ke dua, di dalam mitos juga sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda,

15
artinya dari segi jumlah petanda lebih sedikit dari pada penanda sehingga dalam
praktiknya terjadilah pemunculan sebuah konsep secara berulang-ulang dalam
bentuk-bentuk yang berbeda. mitologi memepelajari bentuk-bentuk tersebut karena
pengulangan konsep terjadi dalam berbagai bentuk tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

ALGHIFARI, M. A. (2012). PROBLEMATIKA SOSIAL ANAK PUNK DALAM


FILM ”PUNK IN LOVE”: Pendekatan Sosiologi Sastra.
Benita Christie, I. P. (2020). Representasi Maskulinitas Perempuan Dalam Film
“My Stupid Boss2”. Jurnal E-KOMUNIKASI, Vol 8.
Dewi, R. (2021). Perempuan dalam Novel Sehidup Sesurga Denganmu Karya
Asma Nadia.
Drs. Joko Susilo, D. A. (2011). MAKNA UMPATAN DALAM FILM (Analisis
Semiotik Tentang Umpatan Dalam Film Punk in Love.
Efendi, A. (2012). Representasi Gaya Hidup Punk Dalam Film Punk In Love
(Analisis Semiotika Roland Barthes). (Doctoral dissertation, Universitas
Mercu Buana).
Fenske, M. (2007). Tattoos in American visual culture.
Freshia Trinanda Hamid, S. L. (n.d.). REPRESENTASI OBJEKTIFIKASI
PEREMPUAN DALAM FILM SELESAI (ANALISIS SEMIOTIKA
ROLAND BARTHES).
HAFIZH, M. A. (2023). REPRESENTASI PEREMPUAN PADA FILM HOROR
INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Sara Mills Dalam Film Inang Karya
Fajar Nugros).
Ilhamsyah, M. R. (2019). REPRESENTASI MUSLIMAH DALAM FILM
“ASSALAMUALAIKUM CALON IMAM” (Tinjauan Teori Representasi
Stuart Hall).
Irawanto, B. (1999). "Film, Ideologi, dan militer : hegemoni militer dalam sinema
Indonesia". (Indra, Ed.) Media Pressindo atas bantuan Yayasan Adikarya
IKAPI dan the Ford Foundation.
Jamaluddin Arifin, S. S. (2015, Mei). Stigmatisasi dan Perilaku Diskriminatif pada
Perempuan Bertato. Jurnal Pendidikan, Volume III No. 1.
Kartika, P. C. (2016, Oktober). RASIONALISASI PERSPEKTIF FILM LAYAR
LEBAR BERADAPTASI KARYA. Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia
serta Pengajarannya, Volume 2, Nomor 2.
Liliweri, A. (2005). Prasangka dan Konflik ; Komunikasi Lintas Budaya
Masyarakat Multikultur. LKiS Yogyakarta.

17
Noviyanto, L. R. (2013). PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP
PEREMPUAN BERTATO (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi
Masyarakat Terhadap Perempuan Bertato).
Oktavianus, H. (2015). PENERIMAAN PENONTON TERHADAP PRAKTEK
EKSORSIS DI DALAM FILM CONJURING. JURNAL E-KOMUNIKASI,
Vol 3.
Olong, H. A. (2006). TATO. LKiS.
PASKANONKA, C. S. (2010). REPRESENTASI KEKERASAN DALAM FILM
“PUNK IN LOVE” (Studi Analisis Semiotik Tentang Representasi
Kekerasan Dalam Film “PUNK IN LOVE”).
Wibowo, G. (2019, Maret). Representasi Perempuan dalam Film Siti. Nyimak
Journal of Communication, Vol 3, No. 1, 47-59.

18

Anda mungkin juga menyukai