Anda di halaman 1dari 38

PESAN MORALITAS PADA FILM KKN DI DESA PENARI

SUTRADARA AWI SURYADI

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas
Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang sebagai Syarat untuk Bahan Pertimbangan
Penulisan Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Oleh
Abun Na’im
2092034063

Dosen Pembimbing
Anwari, M.Si.
NIY : UHA.01.0281

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
TEBUIRENG JOMBANG
NOVEMBER 2023

1
SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PROPOSAL

Yang bertanda tangan dibawah ini, menerangkan bahwa proposal skirpsi:

Nama : Abun Na’im


NIM : 2092034063
Program Prodi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Judul : Pesan Moralitas Pada Film KKN di Desa Penari Sutradara
Awi Suryadi
Yang telah diperiksa, disetujui, dan layak untuk diujikan pada proposal seminar
skripsi.
Demikian surat keterangan ini dibuat agar digunakan sebagaimana mestinya.

Jombang, 21 November 2023


Pembimbing

Anwari, M.Si.
UHA.01.0281

2
Daftar Isi

COVER .................................................................................................................. 1
SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PROPOSAL ................................. 2
Daftar Isi ................................................................................................................ 3
A. Latar Belakang ............................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9
E. Difinisi Istilah ............................................................................................... 10
E. Landasan Teori.................................................. Error! Bookmark not defined.
1. Kajian Pustaka............................................................................................ 14
2. Kajian Teoritik............................................................................................ 22
3. Peneliti Terdahulu yang Relevan................................................................ 27
F. Metode Penelitian ........................................................................................ 30
1. Pendekatan dan Jenis Pendekatan .............................................................. 30
2. Unit Analis ................................................................................................. 31
3. Tahapan Penelitian ..................................................................................... 32
G. Sistematika Pembahasan ............................................................................. 34
H. Jadwal Penelitian ......................................................................................... 36
I. Daftar Pustaka ............................................................................................. 37

3
A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi terutama perkembangan teknologi

informasi dalam bidang komunikasi setidaknya ada 2 teknologi informasi

yang berkembang pesat, pertama telepon saluler atau handphone dan kedua

adalah komputer berjaringan internet yaitu komputer yang dapat digunakan

untuk menghubungkan seseorang dengan orang lain tanpa ada Batasan jarak

dan waktu1. Di era digital saat ini, ada banyak jenis media komunikasi massa

yang berkembang dengan begitu sangat pesat, banyak orang-orang yang

menggunakan teknologi demikian sebagai sumber informasi, setiap

penggunanya akan jauh lebih mudah, untuk dapat mengakses sekaligus

bertukar pesan dengan pengguna lainnya. Salah satu sarana komunikasi yang

saat ini banyak digunakan khalayak umum, untuk menyampaikan pesan

adalah film.

Menurut Sri Wahyuningsih “Film dalam pengertian sempit adalah

penyajian gambar melalui layar lebar”,1. Adapun dalam pengertian secara

luas, gambar yang disiarkan melalui televisi (TV) dapat pula di kategorikan

sebagai film (Cangara, 2002). Bahkan menurut catatan Jalaluddin Rakhmat,

bahwa media massa kini mempunyai peranan yang strategis untuk dijadikan

sebagai sarana dakwah.2 Dalam undang-undang tentang perfilman pada BAB

I Pasal 1 Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan

1
Kasianto Kasemin, APU, Agresi Perkembangan Teknoogi Informasi (Jakarta: Prenadamedia,
2015), 7.
2
Jalaluddin Rakhmat, Catatan Kang Jalal : Visi Media, Politik Dan Pendidikan / Jalaluddin
Rakhmat ; Editor: Miftah F Rakhmat (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), 20.

4
media komunikasu massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi

dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan.3 Film juga bukan hanya

sekedar sebagai sarana pesan dan dakwah, akan tetapi juga penghibur dari

aktivitas-aktivitas keseharian yang melelahkan, tidak bisa dipungkiri film

menjadi salah satu media yang banyak disukai di semua kalangan usia, disisi

lain sebagai penghibur atau suatu hobby, di dalamnya juga banyak

menyajikan adegan-adegan informatif sekaligus edukatif, yang menjadikan

suatu film memiliki ciri khas tersendiri, scene-scene yang ditampilkan film,

dalam bentuk plot, dialog, konflik dan sebagainya merupakan bentuk

perkembangan dari sebuah cerita verbal maupun nonverbal.

Berawal dari film yang relative memiliki banyak konsumen, menjadi

tidak heran jika banyak sekali genre film-film yang didalamnya banyak

menunjukkan scene-scene yang bervariasi, terkadang ada suatu adegan

menyimpang, akan tetapi adegan yang ditampilkan memiliki pesan moral

yang baik. Memilih film sebagai media dalam berdakwah untuk

menyampaikan kebaikan-kebaikan, selain daripada hanya berorientasi pada

penjual produk semata.

Film yang peneliti jadikan objek penelitian berjudul KKN Di Desa

Penari, Salah satu film yang cukup fenomenal di Indonesia, yang sudah

ditonton lebih dari 10 juta penonton, bahkan sempat menjadi tranding di

berbagai platform media sosial di tahun 2022 yaitu Film KKN Di Desa

3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman (Jakarta:
Indonesia Pemerintah Pusat, 2009)

5
Penari. Film hasil garapan MD Pictures dan Pichouse Films, film KKN Di

Desa Penari merupakan film yang mengambil latar belakang horror yang

dialami sekelompok Mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) di sebuah Desa

terpencil di pulau Jawa, Film ini hasil garapan Manoj Punjabi sebagai

sutradara, dan Lele Laila sebagai penulis.

Film ini merupakan adaptasi dari sebuah cerita horror kisah nyata

yang telah viral dan ditulis disebuah akun Twiter dengan nama

@SimpleM81378525, nama yang menjadi bahan tranding di sosial media

pada tahun 2019 itu menjadi awal terproduksinya film ini, kali ini Manoj

Punjabi menghadirkan aktor-aktris diantaranya Aghniny Haque sebagai

(Ayu), Aulia Sarah (Badarawuhi), Achmad Megantara (Bima), Tissa Biani

(Nur), Adinda Thomas (Widya), Fajar Nugra (Wahyu), Didin Boneng (Mbah

Buyut), Calvin Jeremy (Anton), Lydia Kandou (Ibu Widya), Kiki Nerendra

(Pak Prabu), Andri Mashadi (Ilham), Aty Cancer (Bu Sundari), dan Dewi Sri

sebagai (Mbah Bok). Film ini sudah ditayangkan pada 30 April pada tahun

2022 di bioskop-bioskop Indonesia.

Film ber-genre horror sendiri di Indonesia cukup banyak berkembang.

Indonesia pernah memasuki masa kejayaan pada tahun 1981-1991, tercatat

ada 84 judul film bergenre horror pada masa itu.4 yang menjadikan dasar

munculnya film bergenre horror salah satunya dilatarbelakangi oleh kuatnya

budaya mistik yang berkembang dalam Masyarakat Indonesia. Menurut

4
Muhammad Lutfi, Agus Trilaksana, “Perkembangan Film Horror Indonesia Tahun 1981-1991”,
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah, 1 (Januari, 2013), 181

6
Koentjaraningrat, Masyarakat Indonesia meyakini makhluk halus, roh

penjaga (tempat angker), setan, hantu dan kekuatan ghoib.5 Layaknya film

KKN Di Desa Penari yang dibalut dengan nuansa religi serta keindahan

lokasi yang belum banyak dijamah orang banyak, menjadikan film tersebut

pada setiap scenenya membuat para penonton dihantui rasa takut.

Dalam film KKN Di Desa Penari memiliki banyak adegan-adegan

yang menyimpang dalam kehidupan nyata, adegan-adegan yang seharusnya

tidak menjadi konsumsi khalayak, adegan ini secara tidak langsung di rekam

oleh otak manusia dan ada kemungkinan besar untuk melakukannya di

kemudian hari, sebagai negara Indonesia yang tidak pernah lepas dari norma

kesopanan, norma kesusilaan, norma agama, dan norma hukum, membuat

hampir semua Masyarakat dipandang tidak bermoral jika melakukan hal yang

tidak sepatutnya jarang ditemui orang banyak.

Nilai moral memiliki peran penting bagi manusia sebagai mahkluk

sosial, Maria Assumpta : Pengertian moral adalah aturan aturan (rule)

mengenai sikap (attitude) dan prilaku manusia (human behavior) sebagai

manusia6. pasalnya nilai moral merupakan suatu sikap individu yang dapat

dilihat melalui sudut pandang yang ada di lingkungannya, moral secara

teratur mempermasalahkan ketidaksetujuan dan integritas seseorang sebagai

mahkluk sosial. Pengaturan moral tidak hanya tertuju kepada baik dan

buruknya seseorang. Untuk dapat memahami moral itu sendiri, perlu

5
Koentjaraningrat, Kebudayaaan Jawa (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), 139.
6
Prof. Dr. Hamid Darmani, M.Pd., Apa Mengapa Bagaimana Pembelajaran Pendidikan Moral
Pancasila Dan Kewarganegaraan (PPKN) Konsep Dasar Strategi Memahami Ideologi Pancasila
Dan Karakter, Masri Sareb Putra, M.A., (Ed), (Jakarta : An1mage 2020), 1.

7
memahami struktur antropologis yang ada dalam diri manusia, struktur

antropologis manusia terdiri atas jasad, roh, dan akal, yang menekankan tiga

moral baik, yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling

(perasaan tentang moral), dan moral action (perbuatan moral), yang

diperlukad agar anak mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan nilai-

nilai kebijakan. Istilah lainnya adalah kognitif, dan psikomotorik.

Oleh karena itu sebagai film dengan status karakter mahasiswa, pada

menit 00:08:42 salah satu mahasiswa yang di perankan oleh Fajar Nugra

sebagai (Wahyu), yang melontarkan kata-kata “Djancok sepedahan tah iki”

yang memiliki arti “djancok motoran tah ini” merupakan contoh kecil dari

tidak bermoral, sebagai seorang yang menyandang gelar mahasiswa, tentunya

hal ini sangat tidak etis, dan ini menjadi sangat menarik untuk dibahas,

karena maraknya orang di zaman sekarang yang mulai melupakan tentang

bertata krama, berprilaku di kehidupan sehari-hari, dan kehidupan sosial. Hal

ini akan mengingatkan kita semua khususnya saya pribadi pada masa di

bangku sekolah yang diajarkan oleh guru-guru.

Berdasarkan deskripsi diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh

tentang film KKN Di Desa Penari. Dalam penulisan penelitian ini penulis

mengambil judul “Pesan Moralitas Pada Film KKN Di Desa Penari Karya

Awi Suryadi”. Dengan meneliti film tersebut, diharapkan akan mendapatkan

pesan-pesan moralitas yang bisa diambil sebagai pembelajaran bagi

Masyarakat luas.

8
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari konteks penelitian diatas, maka fokus penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana makna tanda moralitas yang terdapat pada film KKN

Di Desa Penari ?

2. Apa isi pesan moralitas dalam film KKN Di Desa Penari ?

C. Tujuan Penelitian

Merujuk pada penelitian yang sudah dipaparkan diatas, maka tujuan

penelitian ini untuk :

1. Untuk memahami bagaimana tanda moralitas melalui makna

detonasi, konotasi, dan mitos dalam film KKN Di Desa Penari.

2. Untuk mengetahui pesan moralitas dalam film KKN Di Desa

Penari.

A. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

2. Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan

hasil yang positif bagi perkembangan kajian komunikasi massa,

selain itu dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dan

perkembangan teori tentang kajian film analisis semiotika,

khususnya bagi studi Ilmu Komunukasi dan Penyiaran Islam.

3. Kegunaan praktis

9
Adapun kegunaan praktis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Bagi Produser film

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak

ukur bagi produksi film yang bertemakan religi, dan berisi

pesan moralitas yang sesuai dengan ketentuan syariat islam

sehingga dapat bersaing dalam dalam dunia internasional.

b. Bagi pengembangan Komunikasi Islam

Melalui hasil penelitian ini diharapkan mampu

menjadi alternatif sarana edukasi yang baik menambah

wawasan teoritis dan praktisi serta pelaksanaan dakwah

dalam mengemas nilai-nilai moral moralitas islam menjadi

kajian yang menarik untuk dibahas terutama film.

c. Bagi khalayak umum

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

dampak luas bagi Masyarakat umum dalam bertata krama,

berprilaku dalam kehidupan sehari-hari, dan kehidupan

sosial, sehingga pelajaran di yang diajarkan di masa bangku

sekolah tidak dilupakan dan diterapkan kembali.

E. Difinisi Konsep

Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam penelitian ini, peneliti

memaparkan beberapa istilah yang perlu didefinisikan, Adapun istilah

tersebut sebagai berikut :

10
1. Pesan Moralitas

Pesan merupakan bagian dari unsur-unsur komunikasi, dalam

proses komunikasi, pengertian pesan adalah sesuatu yang disampaikan

pengirim kepada penerimanya. Pesan dapat disampaikan dengan carat

atap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu

pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.7 Moralitas

adalah nilai yang berhubungan dengan baik dan buruk, moralitas berasal

dari kata “moral”, yang diambil dari Bahasa latin mos (jamak, mores),

yang berarti kebiasaan atau adat istiadat.8

Berdasarkan dengan konsep yang telah diuraikan diatas, bahwa

pesan moralitas dalam penelitian ini adalah nilai yang mempunyai kaitan

erat dengan kebiasaan baik dan buruk yang disampaikan pengirim kepada

penerima pesan.

Adapun yang dimaksud pesan moralitas dalam penelitian ini adalah

pesan yang disampaikan melalui media film, dimana media saat ini

memberi pengaruh yang cukup besar kepada penggunanya, akan tetapi

terdapat sisi positif berupa pesan moralitas sebagai pengingat bahwa pada

dasarnya setiap orang tidak pernah lepas dengan agama dan budaya yang

memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai

yang berlaku dan telah terbangun sejak lama, karena penilaian terhadap

moral diukur dari kebudayaan Masyarakat setempat.

7
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Keempat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2020), 12.
8
Merdeka.com, Moralitas Adalah Nilai Yang Berhubungan Baik dan Buruknya, Ini Penjelasannya
(12 Desember, 2022), 3.

11
Banyak fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-

hari yang dialami oleh seseorang, salah satunya fenomena yang sering

terjadi di khalayak umum adalah perbuatan seseorang yang buruk dalam

menjalani kehidupan sosial, seolah-seolah perbuatan buruk menjadi

sesuatu yang lumrah untuk dilakukan di masa kini, Bukan hanya terjadi

dalam kehidupan nyata perbuatan buruk juga kerap kali ditemukan di

berbagai media. Oleh karena itu dari serangkaian peristiwa yang telah

terjadi tentunya terdapat pesan moralitas yang dapat diambil pelajarannya

sebagaimana yang di gambarkan dalam Film KKN di Desa Penari,

supaya dapat menjadi teladan bagi penonton maupun pembaca. Fokus

penelitian ini ialah mengupas segala hal pesan moralitas yang ada dalam

film KKN di Desa Penari baik itu berupa adegan, scene-scene, dialog,

dan konflik yang diperankan oleh masing-masing yang terjadi dalam film

tersebut.

2. Film KKN di Desa Penari

Film dalam kamus besar Bahasa Indonesia, memiliki arti sebagai

selaput tipis yang terbuat dari seluloid yang berfungsi sebagai tempat

gambar negative (yang akan dipotret) maupun gambar positif (yang akan

dimainkan di bioskop). Selain itu, film juga diartikan sebagai lakon

(cerita) gambar hidup (KBBI, 1990).9

Film KKN di Desa Penari, film bergenre horror ini merupakan

hasil kerjasama rumah produksi MD Pictures dan Pichouse Films, dan

9
M, Ali Mursid. Dani Manesah, Pengantar Teori Film, (Yogyakarta: Deepublish, 2020), 2.

12
tayang di bioskop pada 30 April 2022. Kali ini Manoj Punjabi sebagai

Produser film mengambil latar belakang sekelompok mahasiswa yang

sedang melakukan tugas KKN di suatu desa terpencil yang masih belum

terjamah orang banyak. Menurut penulis film ini merupakan adaptasi dari

sebuah kisah nyata yang sempat viral di platfrom media sosial di tahun

2019 lalu.

Salah satu seorang mahasiswi jurusan Fakultas Ekonomi yang

berusaha untuk mendapatkan lokasi tugas di luar kampus KKN (Kuliah

Kerja Nyata) Bersama teman-teman sekampus akhirnya disetujui oleh

dosen pembimbing mereka. Film KKN di Desa Penari ini di perankan

oleh Aghniny Haque sebagai (Ayu), Adinda Thomas (Widya), Tissani

Biani (Nur), Achmad Megantara (Bima), Fajar Nugra (Wahyu), dan

Calvin Jeremy sebagai (Anton). saat mereka hendak berangkat ke lokasi

KKN ibu Widya saat itu merasakan kecemasan pada anaknya yang akan

tinggal di sebuah desa terpencil, akan tetapi Widya menguatkan sang ibu

agar tidak mencemaskannya, saat di perjalanan menuju desa hal-hal aneh

mulai dirasakan Widya.

Pada film ini, Bapak Prabu sekalu kepala desa sudah

memperkenalkan latar belakang desa yang mereka tempati, Bapak Prabu

juga mengajak mereka berkeliling desa dan memberi peringatan agar

tidak masuk ke perbatasan desa, akan tetapi Bima saat itu tidak

mengindahkan peringatan tersebut hingga keadaan pun mulai chaos. Di

akhir film Ayu dan Bima meninggal karena perbuatan mereka sendiri.

13
Di dalam film KKN di Desa Penari ini, peneliti menjadikan film ini

sebagai objek sasaran penelitian. Peneliti mengkaji segala bentuk pesan

moralitas dalam bentuk makna dan tanda yang di perankan dari masing-

masing tokoh.

F. Tinjauan Pustaka

1. Kajian Pustaka

a. Kajian Tentang Pesan Moralitas

1) Pesan

Pesan adalah perintah, nasehat, permintaan, amanat yang

disampaikan lewat orang lain. Pesan adalah seperangkat lambang

bermakna yang disampaikan oleh komunikator.10

Pesan yakni adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada

penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal maupun

nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud.11 Pesan

mempunyai tiga komponen yakni: makna, simbol yang digunakan

untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan.12

Menurut widjaja pesan adalah keseluruhan dari apa yang

disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai arti pesan (tema)

yang sebenarnya menjadi pengaruh didalam usaha mencoba mengubah

10
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2008), 3.
11
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 13.
12
Ibid. hal, 13.

14
sikap dan prilaku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar

mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikan akan selalu

mengarah pada tujuan akhir komunikasi itu. Penyampaian pesan dapat

melalui lisan, tatap muka secara langsung atau menggunakan media.13

Berdasarkan dari apa yang telah dipaparkan diatas bahwa pesan

dalam konteks penelitian ini adalah lambang yang memiliki makna

yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, yang

didalamnya mengandung berupa perintah, nasehat, permintaan dan

amanat. Pesan juga memiliki komponen berupa makna, simbol yang

digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi

pesan. Pesan juga merupakan seperangkat simbol verbal maupun non

verbal, yang penyampaianya dapat dilakukan secara langsung (bertatap

muka) atau melalui media.

2) Moralitas

Moralitas adalah istilah yang berkaitan dengan moral. Secara

estimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa latin,

bentuk jamaknya mores, yang artinya tata-cara atau adat-istiadat.14

Menurut KBBI, moralitas adalah sopan satun, segala sesuatu yang

berhubungan dengan etiket atau adat sopan santun. Moralitas adalah

istilah yang menggambarkan nilai nilai tertentu dari kelompok tertentu

13
HAW Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Rineka Citra, 2019), 22.
14
Husnul Abdi, “Moralitas Adalah Sesuatu Yang Berhubungan Baik Dengan Santun, Ini
Penjelasannya”, Liputan6.com, (13 Juli, 2021), 3.

15
pada titik waktu tertentu. kebanyakan moral tidak tetap, karna biasanya

moral dapat bergeser dan berubah seiring waktu.15

Moralitas ini dibagi menjadi beberapa macam, macam-macam

moralitas adalah sebagai berikut:

a. Moralitas Objektif

Moralitas objektif adalah moralitas yang memandang

perbuatan sebagai suatu perbuatan yang telah dikerjakan, bebas

dari pengaruh-pengaruh pihak pelaku.

b. Moralitas Subyektif

Moralitas subyektif adalah moralitas yang memandang

perbuatan sebagai suatu perbuatan yang dipengaruhi pengertian

dan persetujuan si pelaku sebagai individu, dalam hal ini

dipengaruhi latar belakang, kondisi Pendidikan dan sifat pribadi.

c. Moralitas Intrinsik

Moralitas intrinsik adalah moralitas yang memandang

perbuatan menurut kahikatnya bebas dari setiap bentuk hukum

positif.

d. Moralitas Ekstrinsik

Moralitas ekstrinsik adalah moralitas yang memandang

perbuatan sebagai sesuatu yang diperintahkan atau dilarang oleh

seseorang yang berkuasa atau hukun positif, baik dari manusia atau

tuhan.

15
Ibid. hal, 3.

16
Maka dapat diambil kesimpulan terkait moralitas dalam penelitian

ini adalah segala sesuatu apapun yang memiliki kaitan dengan etiket

tata cara dan adat istiadat. Moralitas juga menggambarkan nilai-nilai

seseorang dalam menjalani kehidupan sosial, karena pada hakikatnya

setiap manusia diberbagai penjuru terikat dengan etiket dan adat istiadat

yang diwariskan oleh nenek moyangnya dan sudah terbangun sejak

lama. Moralitas dari masing-masing Masyarakat pun mempunyai

stadarnya masing-masing.

b. Kajian Tentang Film

1) Pengertian Film

Istilah film menurut Effendi (1986), adalah media komunikasi

yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada


16
sekelompok orang yang berkumpul disuatu tempat tertentu. secara

harfiah film adalah Chinematographie. Chinematographie berasal dari

kata Cinema yang memiliki arti “gerak”. Tho atau Pytos yang memiliki

arti (Cahaya). Oleh karena itu, film juga dapat diartikan sebagai

melukis sebuah gerak dengan memanfaatkan Cahaya.17

Film juga memiliki arti sebagai dokumen sosial dan budaya yang

membantu mengkomunikasikan zaman ketika film itu dibuat bahkan

sekalipun ia tak pernah dimaksudkan untuk itu (Ibrahim, 2011).18

16
Effendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), 134.
17
M Ali Mursid Alfatoni, Dani Manesah, Pengantar Teori Film, (Yogyakarta: Deepublish, 2020),
2.
18
Ibid. hal, 2.

17
Javadalsata (2011) juga menyatakan bahwa film merupakan rangkaian

dari gambar yang bergerak dan membentuk suatu cerita yang dikenal

dengan sebutan movie atau video.19

Berdasarkan dari pendefinisian dari masing-masing teori diatas,

dalam penelitian ini, peneliti mengambil kesimpulan tentang film dalam

konteks penelitian ini film adalah media komunikasi, dokumen sosial

dan budaya yang bersifat audio visual untuk menyampaikan pesan

kepada khalayak umum.

2) Jenis-jenis Film

Film merupakan medium untuk menyampaikan pesan dari

komunikator kepada komunikan film juga tidak hanya menjadi medium

menyampaikan pesan kepada satu atau dua komunikan, melainkan

Masyarakat yang lebih luas alias massal.20

Jenis-jenis film dapat dibedakan berdasarkan cara bertutur maupun

pengolahannya. Adapun jenis-jenis film yang umumnya dikenal sampai

saat ini adalah sebagai berikut:

a. Film cerita (Story Film)

Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita,

yaitu yang lazim diputar di Gedung-gedung bioskop. Film jenis ini

dibuat dan didistribusikan untuk publik seperti halnya barang

19
Ibid. hal, 2.
20
Sri Wahyuningsih, Film Dan Dakwah Memahami Representasi Pesan-Pesan Dakwah Dalam
Film Melalui Analisis Semiotik, (Surabaya: Media Sahabat Cendikia, 2019), 2.

18
dagangan (Effendy, 2003). Topik cerita yang diangkat dalam film

jenis ini bisa berupa fiktif atau kisah nyata yang di modifikasi,

sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari

segi gambar yang lebih artistic (Adrianto dan Erdinaya, 2007).

Dalam Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser (2006:13),

Heru Effendy, membagi film cerita menjadi Film Cerita Pendek

(Short Films) yang biasanya berdurasi di bawah 60 menit. Film

dengan durasi lebih dari 60 menit, dikategorikan sebagai film

Cerita Panjang (Feature-Length Films). Film yang diputar di

bioskop umumnya termasuk ke dalam film Cerita Panjang dengan

durasi 90-100 menit.

b. Film Dokumenter (Documentary Film)

John Gierson mendefinisikan film documenter sebagai

“karya ciptaan yang mengenai kenyataan (creative treatment of

actuality).” Titik berat film dokumenter adalah fakta atau peristiwa

yang terjadi (Effendy, 2003:213). Intinya, film dokumenter

berpijak pada fakta-fakta (Effendy, 2006:12).

c. Film berita (News Reel)

Seperti halnya film dokumenter, film berita atau news reel

juga berpijak pada fakta dari sebuah peristiwa yang benar-benar

terjadi. Karena sifatnya berita, film yang disajikan pun harus

mengandung nilai berita (news value) (Effendy, 2003:212).

19
Perbedaan mendasar antara film berita dan dokumenter terletak

pada cara penyajian dan durasi.

d. Film Kartun (Cartoon Films)

Pada awalnya, film kartun dibuat untuk anak-anak, namun,

dalam perkembangannya, film yang menyulap gambar lukisan

menjadi hidup ini juga diminati oleh berbagai kalangan, termasuk

orang dewasa. Menurut Effendy (2003:216), titik berat pembuatan

film kartun adalah seni lukis dan setiap lukisan memerlukan

ketelitian. Satu persatu ditulis dengan seksama untuk kemudian

dipotret satu persatu. Hasil pemotretan itu kemudian dirangkai dan

diputar dalam proyektor film sehinnga memunculkan efek gerak

dan hidup.

3) Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Film sebagai media komunikasi massa salah satunya disebutkan

dalam UU nomor 33 tahun 2009 tentang perfilman, yaitu pengertian

film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan

media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi

dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. Sebagai salah satu

bentuk media komunikasi massa, film digunakan tidak hanya sebagai

media yang merefleksikan realitas, namun juga membentuk realitas.

Dalam hal ini, film memiliki kapasiras untuk membuat pesan yang

20
sama secara serempak dan mempunyai saran yang beragam dari agama,

etnis, status, umur, dan tempat tinggal.21

Bentuk-bentuk pengaruh dan karakteristik film selanjutnya

diuraikan oleh Quik dan La Bau (1972: 11) serta McQuaill (2008: 18).

Menurutnya, film sebagai media komunikasi audio-visual memiliki

karakteristik yang unik dan agak berbeda dengan media lain,22

diantaranya:

a. Memiliki dampak psikologis yang besar, dinamis, dan mampu

mempengaruhi penonton.

b. Biasanya lebih dramatis dan lengkap daripada hidup itu sendiri.

c. Terdokumentasikan, baik gambar maupun suara.

d. Mudah didistribusikan dan dipertunjukkan.

e. Mampu membangun sikap dengan memperhatikan rasio dan emosi

sebuah film.

f. Terilustrasikan dengan cepat sebagai pengejawantahan dari sebuah

ide atau sesuatu yang lain.

g. Interpretatif: mampu menghubungkan sesuatu yang sebelumnya

tidak berhubungan.

h. Mampu menjual sebuah produk dan ide (sebuah alat propaganda

yang ampuh).

21
Sri Wahyuningsih, Film Dan Dakwah Memahami Representasi Pesan-Pesan Dakwah Dalam
Film Melalui Analisis Semiotik, (Surabaya: Media Sahabat Cendikia, 2019), 2.
22
Ibid. hal, 4-5.

21
i. Mampu menjembatani waktu: baik masa lampau, sekarang, dan

masa yang akan datang.

j. Mampu memperbesar dan memperkecil objek: dapat

memperlihatkan sesuatu secara mendetail.

k. Dapat menunjukkan sesuatu yang kompleks dan terstruktur.

l. Berorientasi untuk ditampilkan kepada public.

m. Bersifat internasional dan membawa ideologi tertentu.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa film mampu

memberikan pengaruh yang sangat besar sekali pada penonton.

Pengaruh ini tidak hanya terjadi selama menonton saja, akan tetapi juga

bisa sampai ke waktu yang cukup lama. Pengaruh paling besar yang

ditimbulkan film adalah imitasi atau peniruan. Peniruan ini diakibatkan

oleh anggapan bahwa apa yang dilihat atau ditonton adalah waras dan

tidak pantas untuk dilakukan setiap orang, seperti misalnya peniruan

terhadap caraa berpakaian atau model rambut. Dengan demikian, jika

isi film tidak sesuai dengan nilai atau norma suatu Masyarakat tertentu,

hal tersebut dapat berdampak negatif terhadap keseluruhan aspek

kehidupan yang ada.

c. Kajian Teori Semiotika Ferdinand De Saussure

1) Pengertian Semiotika

Semiotika adalah studi mengenai tanda (sign) dan simbol. Tradisi

semiotika mencakup teori utama yaitu mengenai bagaimana tanda

mewakili objek, ide, situasi, keadaan perasaan, dan sebagainya yang

22
berada diluar diri. Studi ini tidak hanya memberikan jalan mengenai

cara mempelajari komunikasi tapi juga memiliki efek besar pada

hampir setiap aspek dalam teori komunikasi.23

Ilmu semiotika atau semiologi merupakan ilmu yang membahas

atau mengkaji mengenai pemaknaan dari sebuah tanda.24 Semiotik

bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang terkandung dalam

sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut hingga diketahui

bagaimana komunikator mengkontruksi pesan. Konsep pemaknaan ini

tidak terlepas dari perspektif atau niai-nilai ideologis tertentu serta

konsep kultural yang menjadi ranah pemikiran Masyarakat dimana

simbol tersebut diciptakan. Kode kultural yang menjadi salah satu

faktor kontruksi makna dalam sebuah simbol menjadi aspek yang

penting untuk mengetahui kontruksi pesan dalam tanda tersebut.

Kontruksi makna yang terbentuk inilah yang kemudian menjadi dasar

terbentuknya ideologi dalam sebuah tanda.25

Konsep dasar semiotika adalah mempelajari tanda yang memiliki

makna, tentunya harus relevan dengan kebutuhan Masyarakat. Sehingga

keberadaan budaya yang sarat dengan nilai, norma dan segala bentuk

aturannya, tidak bisa kita kesampingkan begitu saja. Beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam melakukan kajian terhadap tanda adalah

pemahaman bahwa tanda tidak bisa beridiri sendiri. Mereka

23
Morissan, Teori Komunukasi Individu Hingga Massa, (Jakarta: Kencana, 2013), 31.
24
Arif Budi Prasetya, Analisis Semiotika Film dan Komunikasi, (Malang: Intrans Publishing,
2019), 5.
25
Ibid. hal, 5.

23
memerlukan bantuan penyematan makna. Tanda tanpa makna hanyalah

sebuah objek visual yang tidak berarti apapun, tidak bisa

dikomunikasikan. Hal ini disebabkan bahwa manusia memiliki

gambaran mengenai objek, peristiwa serta makna dari peristiwa

tersebut, yang diawali dengan konsep visualisasi. Dengan adanya

kemampuan bervisualisasi dan merekam memori dalam otak, manusia

mampu memahami berbagai bentuk peristiwa yang terjadi

disekitarnya.26 Konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda

danmenurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada

dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.27

Pengamatan terhadap sebuah tanda tak ubahnya mengamati sebuah

makna atau maksud kenapa, mengapa dan bagaimana benda tersebut

eksis. Tanda yang menjadi aspek utama dalam pemikiran semiotik, oleh

Pierce diperlakukan sebagai sebuah poros dalam segitiga makna.

Maksud dari sebagai poros disini merupakan sebuah pemikiran utama

yang tidak terlepas dari hubungan antar manusia, makna dan objek yang

diamati.

2) Semiotika Ferdinand De Saussure

Ferdinand De Saussure mengemukakan bahwa semiotika umunya

digunakan sebagai alat mendefinisikan kategori dari tanda yang hanya

bisa merepresentasikan sesuatu apabila si pembaca tanda memiliki

26
Ibid. hal, 6.
27
Ibid. hal, 16-17

24
pengalaman atas representasinya. Menurut Saussure suatu tanda bisa

dianggap sebagai tanda apabila didalamnya terdapat penanda dan

petanda. Model semiotika Saussure adalah semiotika tentang segala

sesuatu yang dapat diamati jika terdapat penanda dan petanda.28

Ferdinand De Saussure dikenal sebagai bapak semiotika modern

yang membagi relasi antara penanda (signifier) dan petanda (signified)

berdasarkan konvensi yang disebut signifikasi. Menurut Saussure,

semiotika adalah kajian yang membahas tentang tanda dalam kehidupan

sosial dan hukum yang mengaturnya. Saussure sangat menekankan

bahwa tanda itu memiliki makna tertentu karena sangat dipengaruhi

oleh peran Bahasa.29

Saussure kemudian membagi konsep semiotic berdasarkan tiga

konsep, yakni:

a. Significant dan Signifie dalam konsep pertama, Saussure

mengungkapkan bahwa significant atau petanda ini merupakan hal-

hal yang dapat diterima oleh pikiran manusia. Seperti gambaran

visual asli dari objek. Sementara signife menjurus pada makna yang

dipikirkan oleh manusia setelah mereka menerima sebuah tanda.

b. Parole dan Langue menurut Saussure, langue adalah suatu sistem

tanda dengan pengetahuan yang dimiliki oleh Masyarakat akan

28
Mahendra Wibawa, Rissa Prita Natalia, “Ananlisis Semiotika Strukturalisme Ferdinand De
Saussure Pada Film Berpayung Teduh”, Visual Communication Desaign Journal, Vol, 1 No. 1
(Desember 2021) 2.
29
Rahma Fiska, Pengertian Semiotika: Konsep Dasar, Macam, dan Tokoh Pencetusnya, (12 April,
2022), 22.

25
suatu hal tertentu. Sementara itu, parole adalah Tindakan yang

dilakukan oleh individu berdasarkan pada kemauan dan kecerdasan

berfikir.

c. Synchronic dan Diachronic yakni konsep yang mempelajari Bahasa

dalam kurun waktu tertentu. Pada synchronic adalah mengenai

penjelasan mengenai kondisi tertentu yang berhubungan dengan

suatu masa atau waktu. Kemudian, Diachronic adalah penjelasan

tentang perkembangan setelah suatu hal terjadi di suatu masa

tertentu

d. Syntagmatic dan Paradigmatic yakni hubungan unsur yang memuat

suatu susunan atau rangkaian kata dan bunyi dalam suatu konsep.

Syntagmatic adalah unsur susunan suatu kalimat yang tidak dapat

digantikan dengan unsur lainnya. Sementara itu, paradigmatic

adalah unsur kalimat yang dapat digantikan dengan unsur lainnya,

dengan cacatan memiliki makna sama.

Gambar 1:
Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure

Sign (tanda)

Composed of

Signifier (penanda) Signification signified (petanda)

Referent (External reality)

26
Dari gambar diatas, bahwa semiotika Saussure berpendapat bahwa

tanda adalah kesatuan dari sebuah bentuk atau penanda (signifer)

dengan sebuah ide atau petanda (signified). Yang berarti bahwa

penanda adalah aspek material dari Bahasa, yakni apa saja yang

didengar dan apa saja yang ditulis ataupun dibaca. Sedangkan petanda

adalah aspek mental dari Bahasa, yakni ide, pikiran, atau konsep yang

terkandung didalamnya. Yang mana dalam tanda Bahasa, kedua unsur

tersebut tidak dapat dipisahkan. Suatu penanda tanpa petanda tidak

berarti apa-apa, karena itulah tidak bisa disebut tanda. Sebaliknya suatu

petanda tidak mungkin disampaikan tanpa penanda, karena petanda atau

yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian

merupakan suatu faktor linguistis.30

Namun bukan berarti Saussure hanya berfokus pada bahasa saja.

Bagi Saussure, linguistic hanya berposisi sebagai kecil dari semiology.

Sedangkan semiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda-

tanda di dalam Masyarakat, dari mana asalnya, bagaimana bentuknya,

serta kaidah apa yang mengaturnya. Saussure menganggap bahwa

selama perbuatan manusia memiliki makna dan bisa berfungsi sebagai

tanda, pasti ada sistem dan konvensi yang melatarbelakangi hal tersebut

sehingga memungkinkan untuk dimaknai.31

30
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), 46.
31
Ferdinan De Saussure, Course In General Linguistics,(1916), 16.

27
2. Kerangka Pikir Penelitian

Peneliti Terdahulu yang Relevan

Tabel.1

Tabel Perbandingan Penelitian Relevan Terdahulu

Penulis Judul Persamaan dengan Perbedaan

Penelitian ini dengan Penelitian

ini

Triadi Sya’dian Analisis Semiotika • Objek film yang

Pada Film Laskar Penelitian: digunakan peneliti

Pelangi Meneliti Film terdahulu “Laskar

• Pendekatan: Pelangi”,

Kualitatif sedangkan peneliti

sekarang pada film

“KKN di Desa

Penari”, dari

analisis semiotika

peneliti terdahulu

menggunakan

Charles Sanders

Pierce, sedangkan

28
peneliti sekarang

menggunakan

Roland barthes.

Bagus Fahmi Representasi Pesan • Objek Peneliti terdahulu

Weisarkurnai Moral Dalam Film penelitian: meneliti film

Rudy Habibie meneliti film “Rudy Habibie”

Karya Hanung • Pendekatan: sedangkan peneliti

Bramantyo kualitatif sekarang “KKN di

(Analisis • Metode Desa Penari”

Semiotika Roland penelitian:

Barthes) analisis

semiotika

Nabila Ginanti Analisis Semiotika • Objek Peneliti

Pesan Moral penelitian: menggunakan film

Dalam Film Dua meneliti film “Dua garis Biru”

Garis Biru • Pendekatan sebagai objek,

penelitian: sedangkan peneiti

kualitatif sekarang film

“KKN di Desa

Penari ”,

penggunaaan teori

juga memiliki

perbedaan, peneliti

terdahulu

menggunakan

29
metode analisis

konten Harold D.

Laswell,

sedangkan peneliti

Sekarang

manggunakan teori

semiotika Roland

Barthes.

F. Metode Penelitian

Pendekatan dan Jenis Pendekatan

Metode penelitian adalah upaya atau cara untuk menemukan

kembali jalan dari apa yang menjadi permasalahan tersebut dalam

penelitian diperlukan adanya teori yang relevan terhadap permasalahan

yang di tunjukkan.32 Penelitian ini tergolong penelitian non kancah (non

lapangan) yang mana menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji data secara mendalam tentang semua kompleksitas

yang ada dalam penelitian tanpa melalui bentuk hitungan dan statistik.33

Dan selanjutnya peneliti juga menggunakan metode analisis semiotika

dengan teori model Roland Berthes. Analisis semiotika Roland Berthes

terdiri dari denotasi, konotasi, dan mitos. Sehingga dengan melakukan

32
Djoko Soebagyo, Metode Penelitian : Dalam Teori dan Praktek / P. Joko Soebagyo (Jakarta:
Rineka Cipta 1997)
33
Ismail Nurdin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Media Sahabat Cendikia, 2019), 107.

30
metode ini, peneliti dapat mengidentifikasikan objek yang diteliti untuk

dijabarkan, dianalisa dan disimpulkan.

Unit Analis

Unit analis merupakan merupakan satuan yang diteliti yang

berkaitan dengan benda, individu, kelompok, dan subjek penelitian.34

Dalam penelitian ini menggunakan unit analisis data berupa adegan,

dialog, visual serta referensi dari ayat Al-Qur’an dan Hadist yang

mengandung pesan dakwah terkait pada film “Pesan Moralitas Pada Film

KKN di Desa Penari”Sutradara Awi Suryadi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan unit analisis semiotika

Roland Berthes. Mengkaji tentang ilmu tanda dan makna dalam Bahasa,

serta mengetahui makna-makna yang terkandung dalam sebuah tanda.

Berikut adalah konsep model pemikiran Roland Berthes dalam

bentuk bagan:

Tabel.2
Kerangka Pikir Penelitian

34
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, (Malang: UMM press, 2005), 75-76.

31
Pesan Moralitas Pada Film

KKN di Desa Penari Sutradara

AnalisisAwi SuryadiRoland
Semiotika

Barthes

Konotasi Denotasi Mistik

Hasil Pesan Moralitas Pada

Film KKN di Desa Penari

Sutradara Awi Suryadi


Dalam Two Order Signification, sebuah makna dinarasikan dengan

jelas dan lugas. Serta perlu pemahaman yang lebih mendalam dari segi

tatanan konotasi.

Tahapan Penelitian

Yang perlu diperhatikann oleh peneliti saat penelitian harus

melakukan tahapan penelitian untuk mengoptimalkan hasil penelitian.

Berikut tahap-tahap penelitian antara lain:

a. Mencari Topik

Tahapan pertama penelitian yang harus dilakukan oleh

peneliti ialah mencari topik pembahasan perlu adanya beberapa

referensi yang sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti.

b. Merumuskan Masalah

32
Tahap selanjutnya, peneliti merumuskan masalah

berdasarkan topik yang menarik untuk dikaji dan diberi batasan

fokus dalam penelitian tersebut.

c. Menetukan Metode Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti membahas dan menerapkan

metode penelitian menggunakan analisis semiotika Roland

barthes

d. Mengumpulkan Data

Selanjutnya, peneliti mengumpulkan data dengan cara

mengidentifikasi berupa potongan adegan atau scene atau film

yang diteliti. Dan peneliti menentukan adegan dalam film

“Pesan Moralitas Pada Film KKN di Desa Penari Sutradara

Awi Suryadi, yang mengandung pesan moralitas beserta

mencantumkan referensi baik berupa teoritis maupun Al-

Qur’an dan Hadist.

e. Menganalisis Data

Pada tahapan ini, analisis data dilakukan dengan cara

menjelaskan hasil potongan-potongan adegan pada film “KKN

di Desa Penari”yang berkaitan dengan fokus utama penelitian.

f. Menarik Kesimpulan

Tahapan terakhir penelitian yaitu menarik kesimpulan pada

rumusan penelitian yang telah terjawab berdasarkan hasil dari

33
analisis data. Dan membuat laporan penelitian yang telah

dianalisis dan disusun secara sistematis.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam memahami pembahasan proposal

penelitian ini, maka peneliti membagi menjadi lima BAB, yaitu:

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini menjelaskan latar belakang yang

mendeskripsikan masalah yang terjadi, rumusan masalah adalah

pertanyaan yang menjawab permasalahan penelitian untuk

menentukan pembahasan dan kesimpulan. Tujuan penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui pesan moralitas pada film KKN di

desa penari. Manfaat penelitian merupakan dampak dari tujuan

penelitian, definisi istilah untuk batasan terhadap masalah agar

tidak melebar keberbagai arah dan mempermudah dalam

penelitian.

BAB II : Kajian Pustaka

Dalam bab ini, menjelaskan pemaparan tentang teori-teori

yang digunakan dalam penelitian yang berisi tentang kajian

Pustaka yang berupa daftar referensi, seperti buku, jurnal, artikel

dan lain sebagainya. Setelah itu, kajian teori memaparkan teori

komunikasi massa, semiotika Roland Barthes.

34
BAB III : Metode Penelitian

Dalam bab ini, peneliti menggunakan metode penelitian

dengan pendekatan penelitian kualitatif dan jenis penelitian analisis

semiotika Roland barthes. Unit analisis data berupa potongan

adegan atau scene serta ayat Al-Qur’an dan Hadist yang

mengandung pesan moralitas terkait film KKN di Desa Penari,

tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian: mencari topik,

merumuskan masalah, menentukan metode penelitian,

mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasa

Dalam bab ini, peneliti menyampaikan isi pembahasan

sesuai data yang sudah dikumpulkan terkait dengan film KKN di

Desa Penari ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang

dirumuskan oleh peneliti. Pesan moralitas pada film KKN di Desa

Penari.

BAB V : Penutup

Pada bab ini, peneliti menyampaikan penutup dari hasil

penelitian dan kesimpulan dari seluruh masalah yang sudah

dibahas pada penelitian serta ditutup dengan saran.

35
H. Jadwal Penelitian

Tabel:3

Jadwal Penelitian

No Kegiatan Tahun 2023 2024

1 Tahap pra penelitia Okto Nov Des Jan Feb Mar

a) Penyusunan dan

pengajuan judul

b) Rencana dan

pembuatan proposal

c) Pengajuan proposlal

2 Tahap pelaksanaan

penelitian

a) Observasi

b) Wawancara

c) Pengumpulan data

d) Analisis data

Tahap penyusunan

Laporan dan hasil

36
I. Daftar Pustaka

Kasemin, Kasianto. Agresi Perkembangan Teknoogi Informasi. Jakarta:


Prenadamedia. 2015.

Rakhmat, Jalaluddin. dan Rakhmat F Miftah. Catatan Kang Jalal : Visi


Media, Politik Dan Pendidikan / Jalaluddin Rakhmat Bandung:
Remaja Rosdakarya. 1998.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009 Tentang


Perfilman Jakarta: Indonesia Pemerintah Pusat, 2009.

Lutfi, Muhammad. dan Agus Trilaksana. “Perkembangan Film Horror


Indonesia Tahun 1981-1991”, AVATARA, e-Journal Pendidikan
Sejarah, Volume 1
(2013):181.https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/
227

Koentjaraningrat. Kebudayaaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka. 1984.

Darman, Hamid. Apa Mengapa Bagaimana Pembelajaran Pendidikan Moral


Pancasila Dan Kewarganegaraan (PPKN) Konsep Dasar Strategi
Memahami Ideologi Pancasila Dan Karakter.Jakarta: An1mage 2020.

Kabar Harian, “Apa Itu Pesan Moral Dalam Cerita? Ini Penjelasannya. 2021.
https://kumparan.com/kabar-harian/apa-itu-pesan-moral-dalam-cerita-
ini-penjelasannya-1wR9gOtCaN1

Abdi, Husnul. “Moralitas Adalah Sesuatu Yang berhubungan Dengan Sopan


Santun, Ini Penjelasannya”. 2021. 3.
https://www.liputan6.com/hot/read/4606073/moralitas-adalah-sesuatu-
yang-berhubungan-dengan-sopan-santun-ini-penjelasannya.

Sagala, Syaiful. Etika Dan Moralitas Pendidikan Peluang Dan Tantangan


Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.

37
Wijaya, Valentina. Imanda, Biru Cahya. “Sinopsis KKN Di Desa Penari,
Kisah Nyata Supranatural Yang Berujung Maut”. 2022.
https://www.kompas.com/hype/read/2022/05/10/074706466/sinopsis-
kkn-di-desa-penari-kisah-nyata-supranatural-berujung-maut?page=all.

Lembaga Sensor Film Republik Indonesia, KKN Di Desa Penari. Jakarta:


Lembaga Sensor Film Republik Indonesia, 2020.

MD Entertaiment, Bedah Karakter 9 Pemain KKN Desa Penari, Film VS


Dunia Nyata. 2022. https://mdentertainment.com/pictures/id/news-
id/pemain-kkn-desa-penari/.

Handi, Oktavinus. “Penerimaan Penonton Terhadap Praktek Eksorsis Di


Dalam Film Conjuring”. : Jurnal E-Komunikasi Program Studi Ilmu
Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya 3 (Februari, 2015): 3.
https://media.neliti.com/media/publications/79600-ID-none.pdf

Silvia, Irene. MSP. Perwirawati, Elok. Rohana, Besti. Manajemen Media


Massa. Surabaya: Scopindo Media Pustaka, 2021.

Parera, Jos Daniel. Teori Semantik Dalam Edisi Kedua. Surabaya: Erlangga,
2004.

Azwar, Firdaus. Semiotika Komunikasi Dalam Perspektif Charles Sanders


Pierc. Jakarta: CV. Mitra Cendikia Media. 2022.

Krisdiana Nara Kusuma, Putu. Kurniya Nurhayati, Lis. “Analisis Semiotika


Roland Barthes Pada Ritual Otonan di Bali”. Jurnal Menajemen
Komunikasi Volume 1. No.2 (Prodi S1 Ilmu Komunikasi Fakultas
Komunikasi dan Bisnis Universitas Telkom. 2017). 201.
https://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-
komunikasi/article/view/10519/0.

Ambar. “Teori Semiotika Roland Barthes: PakarsKomunikasi.com, 1 (Juni,


2017), 1.

Soebagyo, Djoko. Metode Penelitian : Dalam Teori dan Praktek / P. Joko


Soebagyo. Jakarta: Rineka Cipta 1997.

Nurdin, Ismail. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Media Sahabat


Cendikia. 2019.

Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, (Malang: UMM press, 2005), 75-76.

38

Anda mungkin juga menyukai