Anda di halaman 1dari 39

PESAN MORAL DALAM FILM LUQOTHOH KARYA RUMAH

PRODUKSI TEBUIRENG DAN RUMAH PRODUKSI YAKASE

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam


Fakultas Agama Islam Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang
Sebagai Syarat Pertimbangan Penelitian Skripsi Program Studi
Komunikasi Dan Penyiaran Islam

Oleh:
Putri Sukma Atika Suri
NIM: 2092034004

Dosen Pembimbing:
Anwari, S.Sos.,M.Si
UHA.01.0281

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
TEBUIRENG JOMBANG
NOVEMBER 2023

i
SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PROPOSAL

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa proposal skripsi:

Nama : Putri Sukma Atika Suri

Nim : 2092034004

Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Judul : Pesan Moral dalam Film Luqothoh Karya Rumah Produksi

Tebuireng dan Rumah Produksi YAKASE.

Yang telah diperiksa, disetujui, dan layak untuk diujikan pada seminar proposal

skripsi.

Demikian surat keterangan ini dibuat agar digunakan sebagaimana mestinya.

Tebuireng, 12 November 2023

Pembimbing

Anwari, S.Sos.,M.Si
UHA.01.0281

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PROPOSAL ............................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
E. Definisi Konsep ............................................................................................. 7
F. Tinjauan Pustaka .........................................................................................11
1. Kajian Pustaka ...........................................................................................11
2. Kajian Teori ...............................................................................................17
3. Kerangka Pikir Penelitian ..........................................................................21
4. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ..........................................................22
G. Metode Penelitian .........................................................................................25
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................................25
2. Unit Analisis ..............................................................................................27
3. Jenis dan Sumber Data ..............................................................................27
4. Tahapan Penelitian.....................................................................................28
5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................30
6. Teknik Analisis Data .................................................................................31
H. Sistematika Pembahasan .............................................................................32
I. Jadwal Penelitian..........................................................................................33
J. Daftar Pustaka ..............................................................................................34

iii
A. Latar Belakang Masalah

Saat ini dakwah tengah berada di era kontemporer atau istilahnya dakwah

kontemporer. Dakwah kontemporer merupakan dakwah menggunakan teknologi

modern melalui sosial media dan media massa, yakni media visual, audio, dan

audiovisual. Konsep “rahmatan lil `alamin” dakwah perlu diupayakan agar

mampu menembus segala penggal ruang dan waktu, termasuk ruang kekinian

dan saat terkini.1 Salah satu media massa yang digunakan untuk menyampaikan

pesan dakwah berikut pesan moral di era digital ini ialah menggunakan media

audiovisual yaitu film. Film adalah hasil ide kreatif seseorang yang dituangkan

dalam bentuk audiovisual.

Fungsi media massa adalah untuk menyampaikan informasi (to inform),

untuk mendidik (to educate), untuk memengaruhi (to persuate), dan untuk

menghibur (to entertain).2 Sebagai media edukasi, peran film menjadi sangat

penting untuk membangun karakter (character building). Film bukan tercipta

dari khayalan semata, tetapi juga mengumpulkan berbagai data dan informasi,

atau melihat realitas kehidupan saat ini. Film juga mengandung nilai-nilai

spiritual, budaya, sosial, dan nilai-nilai kehidupan lainnya yang diharapkan

mampu memengaruhi dan mampu memberi edukasi terhadap penonton.

Aktivitas penyampaian dakwah di era modern ini tidak hanya sekedar dari

mimbar ke mimbar, bukan hanya berceramah. Sebab, jika aktivitas dakwah tidak

1
Sokhi Huda, “Menggagas Sketsa Dakwah Kontemporer (Perspektif Historis-Paradigmatik)”,
dalam Jurnal Al-‘Adalah, Vol. 11, No. 2, (Agustus 2008), STAIN Jember, 255.
2
Qudratullah, “Peran dan Fungsi Komunikasi Massa,” dalam Jurnal Tabligh, Vol. 17, No.2,
(Desember, 2016), STAIN Parepare, 44.

1
mampu menyesuaikan perkembangan teknologi, maka Islam akan jalan di

tempat. Karena seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

kebutuhan dan selera khalayak dakwah (mad’u) juga sudah berbeda. Oleh sebab

itu, penggunaan media komunikasi modern sesuai dengan perkembangan daya

pikir manusia harus dimanfaatkan sedemikian rupa, agar pesan dakwah yang

mengandung pesan moral tepat mengenai sasaran dan berjalan efektif.

Seiring perkembangan zaman, para da’i menyadari bahwa peran film

sebagai media edukasi sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat. Oleh

karena itu, para da’i juga menggunakan film sebagai media dakwah, untuk

membangun karakter masyarakat muslim yang Islami. Saat ini film memang

yang paling banyak diminati masyarakat dari berbagai kalangan. Melalui film,

dakwah dapat tersebar luas tanpa terikat ruang dan waktu. Penonton dapat

mengakses film di mana saja dan kapan saja.

Film tampak hidup dan menarik dengan memasukkan nilai-nilai yang

dapat memperkaya batin untuk disuguhkan kepada masyarakat sebagai cerminan

kehidupan nyata. Karena itu, film dianggap sebagai suatu wadah pengekspresian

dan gambaran kehidupan sehari-hari. Film mampu menjangkau banyak segmen

sosial, mulai dari agama, politik, budaya, dll.

Agar pesan dakwah berikut pesan moral dalam film dapat tersampaikan

kepada penonton, penulis skenario harus mampu membuat alur cerita yang dapat

membuat penontonnya hanyut saat menyelami isi cerita. Pesan yang

disampaikan penulis skenario film akan menghasilkan makna yang dapat

diambil sehingga nantinya dapat bermanfaat untuk penonton.

2
Sebuah film Islami atau film religi mengandung pesan dakwah di setiap

adegan maupun penokohan karakter film. Dengan perpaduan seni videografi dan

musik, juga peragaan adegan dari para aktor film akan membuat jalan film

menjadi semakin menarik. Pesan-pesan dakwah berikut pesan moral dalam film

Islami juga disampaikan dengan baik melalui dialog antar tokoh, karakter tokoh

dan alur cerita yang apik. Sehingga, penonton terbawa arus film dengan berbagai

adegan, akting, dan penokohan yang menarik dari film tersebut.

Film Luqothoh yang disutradarai oleh Muhammad Abror Rosyidin dan

diproduksi oleh Rumah Produksi Tebuireng (MAKSI) yang berkolaborasi

dengan Rumah Produksi YAKASE (RPY) ini mengisahkan sifat amanah santri

dalam menerapkan nilai-nilai kepesantrenan, berbagai cobaan di pesantren

dilaluinya dengan penuh kesabaran. Film ini dibintangi oleh cicit

Hadrotussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari yakni gus Dzannuroin Aldivano (Gus

Ivan). Durasi film ini 120 menit. Produser dari film ini adalah Abdullah

Aminuddin Aziz (Amin Zein). Berikut scipt writernya adalah Hilmi Abedillah.

Film yang disutradarai oleh Muhammad Abror Rosyidin ini rilis pada 5

Februari 2023. Jumlah penonton mencapai 10 ribu, terhitung hanya 2 bulan

setelah film tersebut dirilis. Menariknya, pemutaran film ini diputar dengan

sistem Pop Up Cinema (turun ke daerah-daerah atau bioskop rakyat) sehingga

daerah terpencilpun bisa menonton film ini. Terbukti, antusias masyarakat

terhadap film tentang realita kehidupan santri di pesantren ini sangat tinggi.

Penonton film bersifat umum, mulai dari anak kecil, hingga dewasa. Pesan

dakwah dalam film ini sangat kuat baik disampaikan melalui verbal maupun non

3
verbal. Film ini mengambil setting lokasi di Jombang dan Kediri. Dari segi

lokasi, kita bisa melihat bahwa film ini dibawakan dengan suasana nyata pada

masa itu, sehingga penonton digiring untuk kembali mengingat pada masa

nyantri dahulu. Selain itu film ini mengajarkan banyak hal tentang keteguhan,

kejujuran, dan sikap amanah.

Film ini setting lokasinya mengambil 2 tempat, seperti kediaman KH. Nur

Hadi atau biasa dipanggil Mbah Bolong yaitu Pondok Pesantren Falahul

Muhibbin di Dusun Gendong, Desa Watugaluh, Jombang dan juga Pondok

Pesantren Mahir Arriyadl Keling, Ringinagung, Kencong, Kediri.

Keunikan film ini adalah ketika proses produksi melibatkan santri-santri

yang bukan hanya menjadi pemeran. Tapi, ikut menjadi kru yang mana belum

sama sekali ada pengalaman dalam perfilman. Para santri diajari susahnya

berproses yang nantinya hasil akhir pasti akan terkenang seumur hidup.

Dalam memahami dan memaknai tanda-tanda yang terkandung dalam film

terdapat teori analisis yang bernama semiotika. Berangkat dari hal tersebut,

maka peneliti memutuskan untuk melakukan kajian lebih mendalam terhadap

pesan moral yang terkandung dalam Film Luqothoh menggunakan analisis

semiotika Roland Barthes dalam rangka memahami apa saja tanda dan makna

tanda pesan-pesan moral yang terkandung dalam film tersebut.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.3

Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari

jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Suatu

3
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), 15.

4
tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah

hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda.4

Semiotika menjadi metode alternatif dalam memahami dan memaknai

tanda-tanda yang ada dalam film Luqothoh terutama yang berhubungan dengan

pesan moral, baik itu tanda yang tersurat maupun yang tersirat. Dalam hal ini,

penulis menggunakan pisau analisis semiotika model Roland Barthes.

Barthes melihat signifikasi sebagai sebuah proses yang total dengan suatu

susunan yang sudah terstruktur. Signifikasi itu tak terbatas pada bahasa. Pada

akhirnya, Barthes menganggap kehidupan sosial sendiri merupakan suatu bentuk

signifikasi. Dengan kata lain, kehidupan sosial, apa pun bentuknya, merupakan

suatu sistem tanda tersendiri pula.5 Kehidupan sehari-hari termasuk poitik,

agama, dan sosial seringkali digambarkan dalam tayangan film. Dengan

demikian, simbol yang tersirat dalam film dapat ditransfer oleh penonton ke

dalam kehidupannya. Secara umum, film dibangun dengan banyak tanda, di

dalam tanda-tanda itu terdapat berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan

baik dan menghasilkan makna dalam upaya mencapai efek yang diharapkan.

Dari paparan di atas, peneliti ingin meneliti dan mengkaji lebih dalam

tentang “Pesan Moral Dalam Film Luqothoh Karya Rumah Produksi

Tebuireng dan Rumah Produksi YAKASE”.

4
Littlejohn, “Teori Semiotika” dalam Alex Sobur (Ed), Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2003), 15-16.
5
Kurniawan, “Kajian Semiotika dalam Film,” dalam Yoyon Mudjiono (Ed), Jurnal Ilmu
Komunikasi, Vol. 1, No. 1, April 2011, (Surabaya: Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya),
130.

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka peneliti mengambil fokus

penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana makna denotatif, konotatif, dan mitos yang terdapat dalam film

Luqothoh?

2. Apa pesan moral dalam film Luqothoh karya Rumah Produksi Tebuireng dan

Rumah Produksi YAKASE?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui makna denotatif, konotatif, dan mitos serta pesan moral dalam

film Luqothoh karya Rumah Produksi Tebuireng dan Rumah Produksi

YAKASE.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif untuk

perkembangan kajian di bidang broadcasting. Serta menambah wawasan

keilmuan tentang dakwah melalui perfilman bagi masyarakat luas, khususnya

program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).

6
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pengembangan Komunikasi Islam

Film tidak hanya bermanfaat sebagai hiburan. Film Islami seperti

film Luqothoh ini mampu menjadi alternatif sarana edukasi yang baik bagi

pengembangan komunikasi Islam yang berkarakter religius. Diharapkan

pula penelitian ini dapat menambah wawasan bagi para teoritis, praktisi,

dan pelaksana dakwah dalam mengemas nilai-nilai Islam (pesan-pesan

moral dalam film) menjadi kajian yang menarik.

b. Bagi Rumah Produksi Tebuireng dan Rumah Produksi YAKASE

Penelitian ini bermanfaat guna mengembangkan wawasan, sudut

pandang, dan relasi bagi PH supaya lebih luas lagi.

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi para pelaksana dakwah

(da’i) di lingkungan masyarakat untuk lebih bisa memanfaatkan media

sebagai saluran dakwah khususnya film. Terlebih, dengan adanya

penelitian ini masyarakat lebih bisa mengetahui, memahami, dan

mengamalkan pesan moral yang terkandung dalam film.

E. Definisi Konsep

Peneliti menggunakan definisi istilah untuk mempermudah dan

menghindari kerancuan serta kesalahpahaman makna, maka peneliti membatasi

istilah pada pokok bahasan sebagai berikut.

7
1. Pesan Moral

Komunikasi sangat penting perannya dalam kehidupan manusia, karena

komunikasi dapat menjembatani segala bentuk ide yang akan disampaikan

kepada seseorang. Dalam melakukan komunikasi, unsur penting diantaranya

adalah pesan. Maka pesan bisa didefinisikan segala sesuatu (verbal atau non

verbal) yang disampaikan komunikator kepada penerima pesan.6 Kemudian

kata moral berasal dari bahasa latin mores. Mores berasal dari kata mos yang

berarti kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Dengan demikian moral dapat

diartikan akhlak atau ajaran kesusilaan.

Berdasarkan konsep yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

simpulkan bahwa pengertian pesan moral adalah suatu ajaran berupa perilaku

baik atau buruk yang disampaikan oleh pembuat pesan (komunikator) kepada

penerima pesan (komunikan).

Adapun yang dimaksud pesan moral dalam penelitian ini adalah pesan

yang disampaikan melalui media film Islami, dengan berlandaskan materi-

materi yang telah disampaikan baik di madrasah maupun berdasarkan

pengalaman dalam kehidupan sehari-hari santri di dalam pondok pesantren.

Santri tentu banyak mengalami peristiwa yang dapat dijadikan

pelajaran hidup dan tentunya mengandung pesan moral yang digambarkan

dalam film Luqothoh ini, supaya dapat menjadi teladan bagi penonton atau

pembaca. Fokus pesan moral dalam penelitian ini yaitu sifat amanah santri

6
Nurudin, Ilmu Komunikasi: Ilmiah dan Populer. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), 47.

8
dalam memegang barang temuan yang masih tidak diketahui siapa

pemiliknya.

2. Film Luqothoh

Film merupakan salah satu media komunikasi massa. Film memiliki

realitas yang kuat, terutama realitas mengenai masyarakat. Menurut Effendy,

film terdiri dari gambar dan suara yang memiliki alur cerita. Suara yang

dimaksud adalah dialog, narasi, juga background music di dalamnya. Film

merupakan fenomena sosial, psikologi, dan estetika yang kompleks yang hal

tersebut adalah dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar diiringi dengan

kata-kata dan musik. Sehingga film merupakan produksi multidimensional

dan kompleks.7

Film Luqothoh ini merupakan hasil kerjasama antara Rumah Produksi

Tebuireng (MAKSI) dengan Rumah Produksi YAKASE (RPY). Film ini

dibuat dengan menarik dan se-real mungkin menggunakan adegan-adegan

kebiasaan yang santri lakukan saat di dalam Pondok Pesantren. Disini peneliti

tidak hanya menjelaskan latar belakang film tersebut, tetapi juga menjelaskan

bahwa dalam penelitian ini, film Luqothoh dipaparkan sebagai objek

penelitian.

Di dalam film Luqothoh ini yang menjadi highlight penelitian adalah

pesan moral yang terkandung yakni kesabaran seorang santri dalam

menyikapi cobaan yang diterima serta sifat amanah yang dipegangnya dengan

teguh. Mengajarkan bahwa ketika menemukan barang yang tidak diketahui

7
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media. (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), 134.

9
pemiliknya hendaknya tidak membuka atau menggunakan barang tersebut

hingga batas waktu yang ditentukan oleh syariat Islam sambil mencari siapa

pemilik barang tersebut.

Dalam menyikapi barang temuan, terdapat landasan Al-Qur’an dan

Hadits. Berikut ini landasan Al-Qur’an dalam menyikapi barang temuan yaitu

terdapat pada QS. An-Nisa Ayat 29:

ِ ‫َي أايُّها الَّ ِذين آمنُوا ال اَتْ ُكلُوا أاموالا ُكم ب ي نا ُكم ِِبلْب‬
)٢٩( ‫اط ِل‬‫ْ ا ْ اْ ْ ا‬ ‫ا ا‬ ‫ا ا‬
Artinya :Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (QS. An-Nisa:

29).

Melengkapi firman Allah di atas, Rasulullah SAW bersabda mengenai

barang temuan dalam hadits riwayat Bukhari8:

َّ ‫يل بْ ُن اج ْع اف ٍر اع ْن اربِ ايعةا بْ ِن أِاِب اعْب ِد‬


‫الر ْْحا ِن اع ْن‬ ِ ِ ٍِ
ُ ‫احدَّثاناا قُتا ْي باةُ بْ ُن اسعيد احدَّثاناا إ ْْسااع‬
‫ول‬ َّ ‫ن ار ِض اي‬
َّ ‫اَّللُ اعْنهُ أ‬
‫ان ار ُج اًل اسأ اال ار ُس ا‬ ِ ٍِ ِ ِ ِِ ‫ياِز ا‬
‫يد ام ْواَل الْ ُمْن باعث اع ْن ازيْد بْن اخالد ا ْْلُاه ِي‬
ِ ْ ‫ال اعيِرفْ اها اسناةا ُُثَّ ْاع ِر‬ ‫اَّللُ اعلاْي ِه او اسلَّ ام اع ْن اللُّ اقطاِة قا ا‬
َّ ‫صلَّى‬ َِّ
‫ف ِواكاءا اها اوع اف ا‬
َّ‫اص اها ُُث‬ ‫اَّلل ا‬
‫استا نْ ِف ْق ِِباا فاِإ ْن اجاءا ارُِّباا فاأ يِاد اها إِلاْي ِه‬
ْ
Artinya :“Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah

menceritakan kepada kami [Isma'il bin Ja'far] dari [Rabi'ah bin Abi

'Abdurrahman] dari [Yazid, maula Al Munba'its] dari [Zaid bin

Khalid Al Juhaniy radliallahu 'anhu] berkata; "Ada seorang laki-

8
Imam Bukhari, “Kumpulan Hadits”, Jurnal Ilmu Islam, (online),
(https://ilmuislam.id/hadits/10979/hadits-bukhari-nomor-2256, diakses 20 November 2023)

10
laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

tentang barang temuan. Maka Beliau bersabda: "Kamu umumkan

selama satu tahun kemudian kamu pergunakan. Jika datang

pemiliknya maka berikanlah kepadanya". (HR. Bukhari: 2256)

Secara sederhana ayat dan hadits di atas, dapat dipahami bahwa saling

menjaga dan menghargai hak setiap manusia hukumnya adalah wajib.

Dengan demikian, tidak mudah seseorang mengambil segala sesuatu yang

bukan haknya termasuk dalam hal ini adalah barang temuan, kecuali setelah

menjalankan aturan sebagaimana dijelaskan dalam fiqih.

F. Tinjauan Putaka
1. Kajian Pustaka
a. Kajian Tentang Pesan Moral
1) Pesan

Dalam kamus komunikasi, pesan adalah suatu komponen dalam

proses komunikasi berupa paduan dari pikiran dan perasaan seseorang

dengan menggunakan lambang, bahasa atau lambang-lambang lainnya

untuk disampaikan kepada orang lain.9

Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui

media komunikasi. Isinya berupa ilmu pengetahuan, hiburan,

informasi, nasehat, atau propaganda. Biasanya diterjemahkan dengan

9
Onong Ucjhana Effendy, “Pengertian Pesan” dalam Feri Pranata (Ed), Pesan Moral Islami dalam
Film Rudy Habibie (Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2018), 7.

11
kata message, content, atau informasi.10 Pesan adalah tanda (signal)

komunikasi tanda yang berfungsi sebagai stimuli bagi penerima tanda.

Pesan dapat berupa tanda atau simbol. Sebagian dari tanda bersifat

universal, yaitu yang dipahami oleh sebagian tanda. Tanda sifatnya

lebih universal dari pada simbol. Ini dikarenakan simbol terbentuk bisa

melalui kesepakatan, seperti misalnya simbol sebuah negara.11

Dilihat dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pesan adalah sesuatu apapun yang disampaikan oleh komunikator

kepada komunikan baik berupa nilai, gagasan, dan ide. Dengan tujuan

memberi stimula kepada komunikan supaya mendapat respon yang

diharapkan, baik secara verbal maupun nonverbal, dan bisa melalui

secara langsung (tatap muka) atau melalui media komunikasi.

2) Moral

Istilah moral dalam agama biasa disebut dengan akhlak. Dimana

asal kata akhlak ini dari bahasa Arab, yaitu jama’ dari kata ٌ‫ُخلُق‬

(Khuluqun) yang mana artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku, tata

krama, sopan santun, adab, dan tindakan. Sedangkan kata akhlak

menurut istilah mempunyai makna perilaku manusia dalam segala

10
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Remaja Grafindo Persada, 2010), 24.
11
Yunita Dwi Putri, “Pesan Dakwah dalam Film Sang Kiai” (Skripsi, Fakultas Ushuluddin, IAIN
Bengkulu, 2017), 13.

12
aspek kehidupan. Umumnya, akhlak biasa disebut atau dipadankan

dengan etika atau moral.12

Moral atau akhlak terbagi atas dua macam, yaitu sebagai berikut:

a. Moral atau akhlak terpuji atau mulia adalah tingkah laku yang

dikehendaki oleh Allah Swt. Sebagaimana perilaku ini dilakukan

oleh orang-orang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.

b. Moral atau akhlak tercela adalah tingkah laku yang dibenci oleh

Allah Swt. Sebagaimana hal tersebut yang dimaksud adalah perilaku

orang-orang kafir, orang-orang musyrik, dan orang-orang munafik.

3) Pesan Moral

Pesan moral adalah suatu hal yang disampaikan oleh komunikator

kepada komunikan guna menciptakan perilaku atau akhlak yang baik

dan menjauhkan dari perilaku atau akhlak yang tercela.

Perencanaan sebuah pesan harus memperhatikan hal-hal

berikut.13

a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga

dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.

b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju pada

pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan,

sehingga sama-sama dapat dimengerti.

12
Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak (Bandung: CV. Pustaka Setia Cetakan II,
2012), 13-14
13
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2003)

13
c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan,

dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan

tersebut.

d. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan

tersebut yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada

pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang ia

kehendaki.

Dalam penyampaian pesan moral, dalam hal ini komunikator

harus merancang strategi, agar para komunikan dapat tertarik dengan

apa yang kita sampaikan. Dengan harapan nantinya, komunikan dapat

menerima pesan dengan baik.

b. Kajian Tentang Film

1) Pengertian Film

Dalam bahasa Yunani, film dikenal dengan istilah cinema, yang

merupakan singkatan cinematograph (nama dari Lumiere bersaudara).

Cinematographie secara harfiah berarti cinema (gerak), tho atau phytos

adalah cahaya, sedangkan graphie berarti tulisan atau gambar. Jadi,

yang dimaksud dengan cinematographie adalah melukis gerak dengan

cahaya. Dalam bahasa Inggris, istilah film disebut movies, berasal dari

kata move (bergerak), artinya gambar bergerak atau gambar hidup.14

14
Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 91

14
Undang-Undang No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman pada Bab

1 Pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan film adalah karya seni

budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa

yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara

dan dapat dipertunjukkan.

Dapat disimpulkan bahwa film merupakan sekumpulan gambar

bergerak yang dijadikan satu untuk disajikan kepada penonton, dan

merupakan salah satu media komunikasi massa karena merupakan

bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam

menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal.

2) Karakteristik Film

Film merupakan bagian dari komunikasi massa, dimana film pasti

memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik film menurut Ardianto

dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Massa Suatu Pengantar

(2007: 34) yang spesifik ada 4 macam yaitu sebagai berikut.15

a. Layar yang luas


Film akan memberikan keleluasaan pada penonton untuk

menikmati setiap scene atau adegan yang disajikan melalui layar.

15
Elvinaro Ardianto, dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Sembiosa Rekatama
Media, 2007), 34

15
b. Pengambilan Gambar atau shot
Visualisasi dalam setiap scene pada film dibuat sedekat

mungkin atau bahkan dapat menyamai realita peristiwa dalam

kehidupan sehari-hari.

c. Konsentrasi Penuh

Kegiatan menonton film dengan sendirinya mengajak

penonton konsentrasi penuh dalam film.

d. Identifikasi Psikologis

Sebuah kondisi dimana penonton telah secara tidak sadar

menyamakan pribadinya dengan peran-peran atau peristiwa yang

dialami oleh tokoh di dalam film yang di tonton. Artinya penonton

dapat mencerna cerita yang di dilmkan serta mempunyai kepekaan

emosi.

3) Film Sebagai Media Komunikasi

Menurut Trenholm dan Jensen, komunikasi adalah suatu proses

penyampaian pesan oleh sumber kepada penerima melalui beragam

saluran. Suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada

penerima pesan melalui bebagai saluran atau media yang dilakukan

merupakan suatu tindakan komunikasi.16

Komunikasi memiliki beberapa bidang, salah satunya yakni

komunikasi massa. Arti komunikasi massa menurut Onong Unchjana

16
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 31.

16
Effendy adalah komunikasi melalui media massa modern, yang mana

macam-macam dari media massa modern ini yaitu surat kabar, film,

radio, dan televisi.17 Mengacu pada pendapat di atas peneliti

menyimpulkan bahwa komunikasi massa adalah penyampaian pesan

menggunakan media. Media dari komunikasi massa dalam penelitian

ini adalah film, karena film merupakan salah satu produk dari

komunikasi massa.

Film sering kali disebut sebagai gambar hidup yang digemari oleh

seluruh lapisan masyarakat. Film sebagai media komunikasi massa

biasanya digunakan sebagai media yang menggambarkan realisasi

kehidupan sosial di masyarakat. Film mempunyai dampak yang besar

terhadap masyarakat berdasarkan muatan pesan di balik film tersebut.

2. Kajian Teori Semiotika Roland Barthes

a. Pengertian Semiotika

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji

tanda.18 Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha

mencari jalan di dunia ini. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya

sendiri dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea

dan suatu tanda.19

17
Onong Unchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), 50.
18
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), 15.
19
Littlejohn, “Pengertian Tanda” dalam Alex Sobur (Ed), Semiotika Komunikasi (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2003), 15-16.

17
Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani

semeion yang berarti “tanda”.20 Tanda adalah konstruksi manusia dan

hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya. 21

Semiotika berhubungan antara tanda, penanda, dan pikiran manusia.

Tradisi ini sangat berpengaruh dalam membantu kita melihat bagaimana

tanda dan simbol yang digunakan, apa maknanya, dan bagaimana

mengaturnya. Biasanya terdiri atas campuran simbol-simbol yang diatur

secara spesial dan kronologis untuk menciptakan sebuah kesan,

menyampaikan sebuah gagasan, atau memunculkan sebuah pemaknaan

pada audiens.

Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana manusia

memaknai hal-hal, memaknai suatu objek tidak hanya memabwa

informasi, tetapi juga mengkonstruksikan sistem terstruktur dari tanda.22

Semiotika mempelajari hakikat suatu tanda. Isi media pada

hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai

perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat

mempresentasikan realitas, namun juga menentukan relief seperti apa yang

diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media massa

mempunyai peluang yang besar untuk memengaruhi makna dan gambaran

yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya. 23 Karena sifat dan

20
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), 95.
21
Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, 9.
22
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, 15.
23
Ibid, 8.

18
faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-

peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang telah

dikonstruksikan.

b. Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes, semiotikus terkemuka lahir di Cherbourgh pada

1915. Ia dikenal sebagai seorang pemikir strukturalis yang getol

mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia juga

intelektual dan kritikus satra Prancis yang ternama.24

Menurut Barthes, semiologi mempelajari bagaimana manusia

memaknai suatu hal. Memaknai di sini tidak bisa disamakan dengan

berkomunikasi, memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya

membawa informasi, dalam hal mana objek itu hendak berkomunikasi,

melainkan juga mengkonstruksikan sistem terstruktur dari tanda.25

Hubungan antara penanda dan petanda tidak ditentukan secara

ilmiah, bila Saussure hanya menekankan pada penandaan dalam tataran

denotatif saja, maka Roland Barthes menyempurnakan semiologi dengan

mengembangkan sistem penandaan pada tingkat konotatif, ia juga melihat

aspek lain dari penandaan, yaitu mitos yang menandai suatu masyarakat. 26

24
Ibid, 63.
25
Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, 27
26
Ibid.

19
Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja:

Tabel 1:
Analisis Semiotika Roland Barthes
1. Signifier (Penanda) 2. Signified (Petanda)
3. Denotative Sign (Tanda Denotatif)
4. Conotative Signifier 5. Conotative Signified
(Penanda Konotatif) (Petanda Konotatif)
6. Conotative Sign (Tanda Konotatif)

Dari tabel di atas terlihat bahwa analisis semiotika Roland Barthes

terdiri atas penanda (1) dan petanda (2), akan tetapi pada saat bersamaan

tanda denotatif juga merupakan tanda konotatif (4). Menurut pandangan

Barthes, denotatif adalah tataran pertama yang maknanya bersifat tertutup.

Tataran denotatif akan menghasilkan makna yang eksplisit yaitu makna

langsung dan pasti. Karena denotatif merupakan makna yang sebenar-

benarnya dan disepakati secara bersama atas realitas sosial27

Lain halnya dengan denotatif, konotatif merupakan tanda yang

penandanya memiliki sifat keterbukaan makna atau disebut juga makna

yang implisit yaitu tidak langsung dan juga tidak pasti, artinya terbuka

untuk penafsiran hal-hal baru. Dalam semiologi Barthes, ia menempatkan

denotasi merupakan signifikasi tahap kedua, dan dapat di katakan makna

obyektif yang tetap. Sedangkan konotasi merupakan makna subjektif dan

bervariasi.28

27
Paul cobley & Litzza Jansz, Introducing Semotics (Ny: Totem Books, 1999), 51.
28
Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, 26.

20
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi

yang disebut juga sebagai “mitos”, dan ini berfungsi untuk mengungkap-

kan dan memberikan pembenaran dari nilai-nilai dominan yang berlaku

dalam satu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat 3 pola yakni

penanda, tetanda, dan tanda. Namun sebagai sistem tanda yang unik, mitos

dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya. Dengan

kata lain, mitos adalah suatu sistem pemaknaan tahapan kedua. Di dalam

mitos juga terdapat sebuah sistem pemaknaan yang memiliki beberapa

penanda.29

3. Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 1:
Kerangka Pikir Penelitian

Film Luqothoh

Analisis Semiotika Roland Barthes

Konotasi Denotasi Mitos

Pesan Moral Dalam Film Luqothoh


Karya Rumah Produksi Tebuireng dan
Rumah Produksi YAKASE

29
Fauziah Rahma Thia, “Representasi Sensualitas Perempuan Dalam Iklan” (Skripsi, Universitas
Pendidikan Indonesia, 2016), 41.

21
4. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Setelah mengkaji beberapa penelitian terdahulu, peneliti menemukan

beberapa skripsi yang relevan dengan penelitian ini. Berikut penjelasan dari

beberapa penelitian terdahulu, di antaranya:

1. Skripsi berjudul “Pesan Moral Dalam Film “Tarung Sarung” (Analisis

Semiotika Roland Barthes)”, oleh Eko Wardana, mahasiswa Ilmu

Komunikasi Jurusan Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang melakukan penelitian

pada tahun 2021. Hasil penelitian tersebut banyak mengandung pesan moral

yaitu (1) Percaya hanya kepada Allah, (2) Tidak membuang sampah

sembarangan, (3) Himbauan untuk tidak merusak lingkungan, (4) Antusias

mengikuti gotong royong, (5) Pentingnya perempuan menutup aurat, (6)

Belajar ikhlas dan berserah diri hanya kepada Allah.30

2. Skripsi berjudul “Pesan Moral Dalam Film “Susah Sinyal” (Studi Analisis

Semiotika Roland Barthes)”, oleh Citra Nur Chofifah, mahasiswa jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Universitas Islam

Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten yang melakukan penelitian pada

tahun 2021. Hasil dari peelitian tersebut banyak sekali mengandung pesan

moral yakni (1) Optimis dalam menggapai cita-cita, (2) Tanggung jawab

dalam bekerja, (3) Disiplin, (4) Sopan kepada orang tua, (5) Pentingnya

dukungan orang tua terhadap keberhasilan dan kesuksesan masa depan, (6)

30
Eko Wardana, “Pesan Moral Dalam Film “Tarung Sarung” (Analisis Semiotika Roland Barthes)”
(Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Alauddin, Makassar, 2021)

22
Sempatkan waktu untuk keluarga, (7) Kejujuran serta membantu tanpa

pamrih, (8) Waktu adalah hal yang sangat berharga, (9) Kewajiban menepati

janji, (10) Ikhtiar dan tawakkal.31

3. Skripsi berjudul “Analisis Isi Pesan Moral Dalam Film Pendek “Kampung

Ghibah” Di Youtube Studios Pictures”, oleh Hadid Aulia, mahasiswa jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang melakukan

penelitian pada tahun 2022. Hasil dari peelitian tersebut banyak sekali

mengandung pesan moral yaitu (1) Memenuhi Hak dan Kewajiban Suami dan

Istri, (2) Perdamaian, (3) Membangun kedekatan dengan kedua orang tua, (4)

Menasehati dengan tutur kata yang baik dan tidak menggunakan nada tinggi,

(5) Di balik prasangka yang tidak baik, terkadang ada keuntungan yang

didapat, (6) Mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik, (7)

Introspeksi diri dan saling mengingatkan, (8) Keberanian untuk menyuarakan

kebaikan, (9) Saling tolong-menolong.32

Tabel 2:
Perbandingan Penelitian Relevan Terdahulu

Persamaan dengan Perbedaan dengan


Penulis Judul
Penelitian ini Penelitian Ini
Eko Pesan Moral  Objek penelitian: Perbedaan berada
Wardana Dalam Film meneliti film pada hal mendasar

31
Citra Nur Chofifah, “Pesan Moral Dalam Film “Susah Sinyal” (Studi Analisis Semiotika Roland
Barthes)” (Skripsi, Fakultas Dakwah, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2021)
32
Hadid Aulia, “Analisis Isi Pesan Moral Dalam Film Pendek “Kampung Ghibah” Di Youtube
Studios Pictures” (Skripsi, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2022)

23
“Tarung  Metode penelitian: yaitu pada fokusnya.
Sarung” Analisis semiotika Fokus penelitian
(Analisis  Pendekatan: terdahulu pada film
Semiotika Penelitian “Tarung Sarung”,
Roland Kualitatif sedangkan penelitian
Barthes) ini fokus pada film
“Luqothoh”
Citra Pesan Moral  Objek penelitian: Perbedaan berada
Nur Dalam Film meneliti film pada hal mendasar
Chofifah “Susah Sinyal”  Metode penelitian: yaitu pada fokusnya.
(Studi Analisis Analisis semiotika Fokus penelitian
Semiotika  Pendekatan: terdahulu pada film
Roland Penelitian “Susah Sinyal”,
Barthes) Kualitatif sedangkan penelitian
ini fokus pada film
“Luqothoh”
Hadid Analisis Isi  Objek penelitian: Perbedaan berada
Aulia Pesan Moral meneliti film pada hal mendasar
Dalam Film  Metode penelitian: yaitu pada fokusnya.
Pendek Analisis semiotika Fokus penelitian
“Kampung  Pendekatan: terdahulu pada film
Ghibah” Di Penelitian pendek “Kampung
Youtube Kualitatif Ghibah”, sedangkan
Studios penelitian ini fokus
Pictures pada film
“Luqothoh”

24
G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah upaya atau cara untuk menemukan kembali

jalan dari apa yang menjadi permasalahan tersebut dalam penelitian di

perlukan adanya teori yang relevan terhadap permasalahan yang di tujukan.33

Penelitian ini mendeskripsikan pesan-pesan moral yang terkandung

dalam film Luqothoh. Berdasarkan dengan sifatnya, metode ini menggunakan

cara analisa yang cermat dan terencana sehingga menghasilkan informasi

yang aktual dan faktual terkait dari permasalahan yang sedang diteliti,

sehingga dari sinilah peneliti mendapatkan kesimpulan dari data-data

lapangan yang telah dikumpulkan dan menjadi objek penelitian yang dapat

dianalisa sesuai objek kajian.34

Penelitian ini tergolong penelitian non kancah (non lapangan) yang

mana menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan model jenis

analisis semiotika. Menggunakan semiotika sebagai metode analisis untuk

menemukan makna didalam tanda dan hal-hal tesembunyi di balik tanda itu,

analisis semiotika dapat digunakan sebagai metode penelitian guna

menemukan isi pesan tersirat dari film Luqothoh.

Dalam film “Luqothoh” ini peneliti akan mengupas segala yang

berhubungan dengan pesan-pesan moral yang terkandung dalam film

tersebut, maka menggunakan teori semiotika model Roland Barthes yang

33
Djoko Soebagyo, Metode Penelitian : Dalam Teori Dan Praktek / P. Joko Soebagyo (Jakarta:
Rineka Cipta, 1997)
34
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2015)

25
lebih kritis dari pada teori semiotika lainnya sangat cocok untuk penelitian

ini, karena menurut Barthes semiotika sejatinya kajian yang mempelajari

bagaimana manusia memaknai hal-hal.35 Dalam teori Barthes terdapat 3

langkah dalam memaknai sebuah tanda yang terdiri dari denotasi, konotasi,

dan tanda. Sehingga model ini menerangkan bahwa obyek bukan hanya

membawa tanda tetapi juga dapat mengkonstitusi struktur tanda.36

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam menganalisis film

Luqothoh adalah library research, dengan menggunakan pendekatan

kualitatif, yaitu penulisan yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

alamiah, dimana penulis sebagai instrumen kunci.37

Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut.38

a. Penelitian kualitatif mempunyai setting alami sebagai sumber data

langsung dan peneliti adalah instrumen utamanya.

b. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yaitu data yang terkumpul

berbentuk kata-kata dan gambar, bukan angka-angka. Kalaupun ada

angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang.

c. Penelitian kualitatif lebih menekankan proses kerja, seluruh fenomena

yang dihadapi diterjemahkan dalam kegiatan sehari-hari.

35
Kurniawan, Semiologi Roland Barthes (Magelang: Yayasan Indonesia Tera, 2001), 53.
36
Roland Barthes, The Semiotics Challenge (New York: Hill and Wang, 1988), 178.
37
Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2015), 19.
38
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), 51.

26
d. Penelitian kualitatif cenderung menggunakan pendekatan induktif.

Penelitian kualitatif memberi titik tekan pada makna, yaitu fokus

penelaahan terpaut langsung dengan masalah kehidupan manusia.

2. Unit Analisis

Subjek dalam penulisan penelitian pada film “Luqothoh” terdiri dari

adegan-adegan film yang mengandung pesan moral atau pesan dakwah

akhlak. Dengan melihat tanda yang ada baik verbal maupun non verbal sesuai

dengan fokus masing-masing makna tanda berupa ikon, indeks, maupun

simbol yang ada dalam adegan di dalam film.

3. Jenis dan Sumber Data

Data adalah kumpulan fakta, keterangan, atau angka-angka, yang dapat

digunakan sebagai dasar untuk menyusun suatu informasi. Oleh karena itu

data harus benar-benar dapat dipercaya, artinya menggambarkan kondisi atau

keadaan dari sekumpulan informasi yang mencerminkan suatu kegiatan

dalam bidang atau lapangan tertentu.39

Adapun data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

1. Scene yang mengandung pesan moral dalam film Luqothoh

2. Pembelajaran tentang permasalahan barang temuan (Luqothoh)

Menurut Lofland dan Lofland yang dikutip dalam buku Metodologi

Penelitian Kualitatif karangan Lexy J. Moleong, bahwa sumber data utama

39
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Citra, 2011), 161.

27
dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata, tindakan sedangkan selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.40

Adapun data sekunder atau sumber data penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Produser

2. Sutradara

3. Crew Film

4. File dari beberapa scene film Luqothoh

5. Testimoni dari penonton film Luqothoh

4. Tahapan Penelitian

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti sebagai berikut:

a. Menentukan Tema

Tahapan yang dilakukan pertama adalah menentukan tema. Peneliti

harus mencari informasi atau data-data yang akan digunakan sebagai

bahan penelitian. Pada awalnya peneliti akan mencari informasi atau data

yang kemudian digabungkan menjadi sebuah tema. Maka dari itu peneliti

memilih film Luqothoh dan kemudian mengambil pesan moral yang

terkandung di dalamnya.

40
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017),
157.

28
b. Menentukan Fokus Penelitian

Dalam tahapan ini, setelah peneliti menentukan dan menemukan

tema dalam penelitian ini juga dengan data yang diperoleh, peneliti

mengolah data tersebut dan menemukan pokok masalah dengan

memfokuskannya menjadi fokus penelitian yang dijadikan acuan dalam

melakukan proses penelitian agar tidak keluar dari tema yang sebelumnya

sudah ditentukan.

c. Menentukan Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan sebuah teknik untuk

mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian

ini. Adapun data-data yang telah ditentukan sebelumnya yaitu dengan

memperoleh data dari beberapa scene film Luqothoh.

d. Menentukan Metode Analisis

Pada tahapan ini peneliti menentukan metode penelitian apa yang

akan diterapkan dalam penelitian. Sedangkan metode penenlitian yang

dipilih adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan jenis

penelitian analisis deskriptif dan menggunakan teori Roland Barthes guna

untuk mengetahui isi pesan moral yang terkadung dalam film Luqothoh.

e. Melakukan Analisis Data

Pada tahapan ini, peneliti telah menonton film Luqothoh secara

berulang-ulang dan kemuadian mengambil pesan moral yang terkandung

dalam film Luqothoh tersebut.

29
f. Menarik Kesimpulan

Berawal dari proses penentuan tema, kemudian dilanjutkan dengan

pengumpulan data yang berhubungan dengan tema yang ditentukan

menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang telah

ditentukan sebelumnya. Pengolahan data kualitatif tentu tidak akan

menarik kesimpulan secara tergesa-gesa, namun tentunya secara bertahap

dengan tetap memperhatikan perkembangan perolehan data. Langkah

inilah merupakan langkah akhir dalam penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu kegiatan mengamati secara langsung terhadap objek

penelitian, dengan cara meneliti dan mengamati dialog-dialog yang

terdapat pada beberapa scene yang kemudian dianalisis yang sesuai

dengan teori yang digunakan.

b. Dokumen, yaitu dengan cara mencari data berupa catatan, buku, arsip, dan

video yang sesuai dengan pembahasan yang dapat dijadikan informasi

tambahan bagi penelitian ini.

c. Wawancara, yaitu dengan bertanya kepada crew dan stake holder Rumah

Produksi Tebuireng (MAKSI) dan Rumah Produksi YAKASE (RPY)

yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan film tersebut mengenai

informasi yang dibutuhkan demi melengkapi penelitian.

30
6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis semiotika

Roland Barthes. Teori analisis semiotika yang dikembangkan Barthes yaitu

proses pemaknaan, terbagi atas beberapa tataran atau signifikansi. Tingkat

pertama (denotasi) yang terdiri atas penanda dan petanda, disaat itu pula

penanda dan petanda tersebut merupakan bagian dari tataran tingkat kedua

(konotasi), yakni makna yang lebih dalam. Berdasarkan teori tersebut maka

langkah-langkah yang peneliti lakukan ialah sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi penanda dan petanda serta makna yang berhubungan

dengan pesan moral dalam film Luqothoh.

b. Menginterpretasi satu per satu jenis yang telah diidentifikasi dalam film

tersebut.

c. Memaknai secara keseluruhan apa saja pesan moral yang terdapat dalam

film tersebut.

d. Menarik kesimpulan dari hasil tahapan-tahapan yang sudah diidentifikasi

sebelumnya.

31
H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam penelaahan dan pemahaman pokok pikiran dan

kerangka yang telah ditentukan, berikut peneliti uraikan sistematika

pembahasan.

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dipaparkan tentang: Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi

Konsep dan Sistematika Pembahasan.

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN

Berisi tiga sub bahasan yakni: Kajian Pustaka, Kajian Teoritik dan

Penelitian Terdahulu Yang Relevan.

BAB III : METODE PENELITIAN

Diuraikan tentang: Pendekatan dan Jenis Penelitian, Unit Analisis,

Jenis dan Sumber Data, Tahapan Penelitian, Teknik Pengumpulan

Data, dan Teknik Analisis Data.

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini berisi tentang Deskripsi Obyek Penelitian, Penyajian

Data, Analisis Data, dan Pembahasan.

BAB V : PENUTUP

Penutup merupakan hasil dari penelitian yang berisi tentang

kesimpulan dari hasil yang diperoleh dan saran sebagai bentuk

sumbangsih dalam perbaikan penelitian selanjutnya.

32
I. Jadwal Penelitian

Tabel 3:
Jadwal Penelitian
Tahun 2023 Tahun 2024
No. Kegiatan
Okt Nov Des Jan Feb Mar
Tahap Pra Penelitian
a. Penyusunan dan
Pengajuan Judul
1.
b. Rancangan dan
Pembuatan Proposal
c. Pengajuan Proposal
Tahap Pelaksanaan
Penelitian
a. Observasi
2.
b. Wawancara
c. Pengumpulan Data
d. Analisis Data
Tahap Penyusunan
3.
Laporan dan Hasil

33
J. Daftar Pustaka

Aulia, Hadid. “Analisis Isi Pesan Moral Dalam Film Pendek “Kampung Ghibah”
Di Youtube Studios Pictures” (Skripsi, Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah, 2022)

Ardianto, Elvinaro. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Sembiosa


Rekatama Media, 2007.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Citra, 2011.

Barthes, Roland. The Semiotics Challenge. New York: Hill and Wang, 1988.

Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid. Ilmu Akhlak. Bandung: CV. Pustaka
Setia Cetakan II, 2012.

Bukhari, Imam. “Kumpulan Hadits”. Diambil dari:


https://ilmuislam.id/hadits/10979/hadits-bukhari-nomor-2255 (20
November 2023)

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Remaja Grafindo


Persada, 2010.

Danesi, Marcel. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra,


2010.

Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia,


2013.

Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Universitas Negeri


Malang, 2015.

Huda, Sokhi. “Menggagas Sketsa Dakwah Kontemporer (Perspektif Historis-


Paradigmatik),” dalam Jurnal Al-‘Adalah, Vol. 11, No. 2, (Agustus 2008),
STAIN Jember.

Ilaihi, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya, 2018.

Kurniawan. Semiologi Roland Barthes. Magelang: Yayasan Indonesia Tera,


2001.

34
Kurniawan, dalam Yoyon Mudjiono. “Kajian Semiotika dalam Film,” dalam
Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No. 1, April 2011. Surabaya: Fakultas
Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Littlejohn, dalam Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2003.

Mufid, Muhammad, dalam Yunita Dwi Putri, “Pesan Dakwah dalam Film Sang
Kiai”. Bengkulu: Skripsi Sarjana, Jurusan Adab dan Dakwah, Fakultas
Ushuluddin, IAIN Bengkulu, 2017.

Nur Chofifah, Citra. “Pesan Moral Dalam Film “Susah Sinyal” (Studi Analisis
Semiotika Roland Barthes)”. Skripsi, Fakultas Dakwah, UIN Sultan
Maulana Hasanuddin, 2021.

Nurudin. Ilmu Komunikasi: Ilmiah dan Populer. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2016.

Paul Cobley dan Litzza Jansz, dalam Alex Sobur. “Introducing Semiotics”.

Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan


Penelitian. Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2016.

Qudratullah. “Peran dan Fungsi Komunikasi Massa” dalam Jurnal Tabligh, Vol.
17, No.2, (Desember 2016), STAIN Parepare.

Rahma Thia, Fauziyah. “Representasi Sensualitas Perempuan dalam Iklan”.


Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sadiah, Dewi. Metode Penelitian Dakwah. Bandung: PT. Remaja Rodakarya,


2015.

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.

Soebagyo, Djoko. Metode Penelitian : Dalam Teori Dan Praktek / P. Joko


Soebagyo. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Unchjana Effendy, Onong, dalam Fresi Pranata “Pesan Moral Islami dalam Film
Rudy Habibie”. Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan
Kalijaga Yogakarta, 2018.

Unchjana Effendy, Onong. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004.

Vera, Nawiroh. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia,


2014.

35
Wardana, Eko. “Pesan Moral Dalam Film Tarung Sarung” (Analisis Semiotika
Roland Barthes)”. Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN
Alauddin Makassar, 2021.

36

Anda mungkin juga menyukai