Anda di halaman 1dari 90

ANALISIS SEMIOTIKA

TOLERANSI BERAGAMA DALAM FILM PK


(PEEKAY)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh:

AKMAD FAUZI

NIM: 11160510000142

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


1441 H/2020 M
i

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Akmad Fauzi

NIM : 11160510000142
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
ANALISIS SEMIOTIKA TOLERANSI BERAGAMA
DALAM FILM PK (PEEKAY) adalah benar merupakan karya
saya sendiri tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan
karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam
skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya
sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku jika
ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan
plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan


sebagaimana mestinya.

Cirebon, 29 Mei 2020

Akmad Fauzi
NIM 11160510000142
ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ANALISIS SEMIOTIKA

TOLERANSI BERAGAMA DALAM FILM PK

(PEEKAY)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:
Akmad Fauzi
NIM : 11160510000142
Pembimbing

Dr. H. Edi Amin, M.A


NIP. 197609082009011010

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


1441 H/2020 M
iii
iv

ABSTRAK
Akmad Fauzi
NIM : 11160510000142
Analisis Semiotika Toleransi Beragama Dalam Film PK

Industri film saat ini sudah berkembang dengan sangat


pesat baik di dalam maupun di luar negeri. Namun yang
paling banyak menarik perhatian penggemar adalah film-film
industri Hollywood. Bukan hanya Hollywood, industri film
Bollywood juga tidak kalah memikat para penggemar film
diseluruh dunia. Salah satunya adalah film PK, film yang
tanyang di penghujung 2014 ini bercerita tentang agama,
mulai dari cara beribadah sampai menghormati orang yang
berbeda keyakinan dengan kita.
Cerita-cerita yang disajikan dalam film ini
menimbulkan banyak pertanyaan mengenai pesan toleransi
bagi para penggemar. Oleh karena itu, penulis merumuskan
masalah penelitian : Analisis Semiotika Toleransi Beragama
Dalam Film PK.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis
semiotika dari Charles Sanders Peirce. Melalui teori ini
peneliti menganalisis sign, object dan interpretant yang ada di
dalam film PK.
Film ini layak dijadikan contoh pembelajaran bagi
masyarakat Indonesia yang hidup berdampingan antara Suku,
Ras dan Agama untuk selalu menjaga kerukunan di dalamnya.
Kata Kunci : Semiotika, Toleransi, Islam, Film, PK.
v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

berkah, rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan

kepada penulis, sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Analisis Semotik Toleransi Beragama Dalam Film

PK” sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana

(S1) pada Program Sarjana Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan

para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Semoga kita

kelak mendapat syafaat dari beliau.

Dalam penyusunan skripsi ini pastinya banyak sekali

hambatan serta rintangan yang penulis hadapi namun pada

akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan

bantuan dari beberapa pihak baik secara moral maupun


vi

spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Orang tua peneliti, Ibu Sriyana dan Bapak Suhadi, adik


saya Akhmad Hafidz yang sedang di Pesantren dengan
segala doa dan dukungan yang telah berikan untuk saya.
2. Suparto, M.Ed., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Dr. Siti Napsiyah, MSW sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik, Dr. Sihabudin Noor, MA sebagai Wakil
Dekan Bidang Administrasi dan Hukum, dan Drs.
Cecep Castrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
4. Dr. Armawati Arbi, M.Si sebagai Ketua Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
5. Dr. H. Edi Amin, M.A sebagai Sekretaris Program
Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
6. Rochimah Imawati, M.Psi sebagai Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan nasihat dan arahan
kepada seluruh mahasiswa KPI C angkatan 2016.
7. Dr. H. Edi Amin, M.A sebagai Dosen Pembimbing
Skripsi yang senantiasa telah meluangkan waktu dan
tenaganya untuk membimbing dan mengarahkan
peneliti dalam melakukan penulisan skripsi ini.
vii

8. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu


Komunikasi yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat kepada para mahasiswanya.
9. Keluarga besar Ikhwan KHAS Jakarta yang telah
memberikan motivasi dan dukungan kepada peneliti.
10. Seluruh anggota keluarga tercinta yang telah
memberikan doa yang tak ada hentinya.
11. Serta semua pihak yang telah membantu peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.

Demikian pengantar ini saya sampaikan. Semoga


skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca
khususnya mahasiswa program studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya juga
meminta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata
atau kalimat pada skripsi ini.

Cirebon, 29 Mei 2020

(Akmad Fauzi)
viii

DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................iii
ABSTRAK .......................................................................................iv
KATA PENGANTAR ......................................................................v
DAFTAR ISI .................................................................................. viii
BAB I ............................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 8
D. Metodologi Penelitian .......................................................... 9
E. Tinjauan Pustaka ................................................................ 15
F. Sistematika Penulisan ........................................................ 16
BAB II............................................................................................ 18
KAJIAN TEORI ............................................................................ 18
A. Tinjauan Semiotika ............................................................... 18
1. Pengertian Semiotika ..................................................... 18
2. Sejarah Semiotika .......................................................... 19
3. Pembagian Semiotika..................................................... 21
B. Tinjauan Umum Tentang Film .............................................. 22
1. Sejarah Perkembangan Film di Dunia .......................... 22
2. Pengetian Film ............................................................... 24
3. Jenis-Jenis Film .............................................................. 25
C. Tinjauan Toleransi................................................................. 26
ix

1. Pengertian Toleransi.......................................................... 26
2. Toleransi Sebagai Ajaran Islam ........................................ 32
3. Stereotip Antar Umat Beragama ....................................... 35
BAB III .......................................................................................... 42
GAMBARAN UMUM FILM PK .................................................. 42
A. Sekilas Tentang Film PK ................................................... 42
B. Crew dan Pemeran Film PK............................................... 43
C. Sinopsis Film PK ............................................................... 47
D. Profil Sutradara Film PK.................................................... 50
E. Profil Pemain PK ................................................................... 51
BAB IV .......................................................................................... 58
TEMUAN HASIL PENELITIAN ................................................. 58
BAB V ........................................................................................... 63
PEMBAHASAN ............................................................................ 63
BAB VI .......................................................................................... 70
PENUTUP ..................................................................................... 70
A. Kesimpulan ........................................................................ 70
B. Saran .................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 73
Sumber Lain ................................................................................... 75
LAMPIRAN ................................................................................... 58
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan komponen terpenting dalam
kehidupan manusia. Komunikasi dapat memudahkan manusia
bertukar informasi dari satu komunikan (penerima informasi)
kepada komunikan lainnya atau dari komunikan kepada
komunikator (pengirim pesan). Informasi dapat diperoleh dari
berbagai sumber baik secara langsung dari orang perorang,
ataupun melalui sebuah media komunikasi.
Media komunikasi dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis yaitu media cetak (koran, majalah, poster dan lainya),
media audio yang dalam penyampaian infomasinya hanya
dapat kita dengar saja contohnya radio dan telepon, media
audio visual adalah media komunikasi yang dapat dilihat
sekaligus didengar jadi untuk mengakses informasi yang
disampaikan, digunakan indra penglihatan dan pendengaran
sekaligus contohnya, Televisi dan Film.

Dari berbagai macam media komunikasi massa yang


ada, film merupakan salah satu media yang paling efektif
dalam menyampaikan pesan terhadap audiens. Film adalah
media massa yang lahir sesudah pers pada akhir abad ke 18
tahun 1895 dan mencapai puncaknya saat Perang Dunia I dan
Perang Dunia II. Secara bahasa, film (sinema) adalah

1
2

cinematographie yang berasal dari kata cinema (gerak), tho


atau phitos (cahaya), dan graphie atau grhap (tulisan, gambar,
citra). Jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan
cahaya. Agar dapat melukis gerak dengan cahaya, maka harus
menggunakan alat khusus, yang biasa disebut kamera.1

Film terbukti dapat memengaruhi aspek afektif,


kognitif, dan behavioral.2 Film dapat disajikan dalam beragam
cara dan variasi sehingga dapat menarik minat seseorang
untuk menontonnya. Itulah mengapa saat ini dunia perfilman
masih digandrungi oleh masyarakat karena film memiliki
daya tarik tersendiri. Kemajuan film mendorong banyak
negara khususnya Eropa dan Amerika untuk berlomba
membuat film terbaik mereka. Diawali pada awal tahun 1900-
an mereka membuat film hitam putih tanpa suara hanya
adegan para pemainya yang dapat dinikmati dan memperkuat
film tersebut. Saat ini, film dengan teknologi terbaru empat
dimensi yang mengajak para penonton untuk ikut langsung
merasakan sensasi atmosfer didalam film dengan efek
langsung yang dapat penonton rasakan berhasil mereka

1
Kajian Pustaka “Pengertian Film” artikel diakses pada minggu 5
April 2020 dari http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertiansejarah-
dan-unsur-unsur-film.html
2
Ari.S widodo. Beyond borders, communication modernity &
history (Jakarta: STIKOM the London School of Public Relation,2010),
200.
3

ciptakan. Keberhasilan Eropa dan Amerika dalam pembuatan


film-filmnya atau yang biasa dikenal dengan film
“Hollywood” banyak memberikan efek luar biasa bagi benua
lain khususnya Asia terutama India. Kesuksesan industri film
India dimulai pada tahun 1930 oleh film Alam Ara karya
Ardeshir Irani yang sukses sebagai film laris dipasaran.
Industri film India dinamai “Bollywood”, ide penamaan
industri film Hindi atau India sebagai Bollywood berasal dari
sinema Benggala Barat yang disebut Tollywood. Istilah
Tollywood yang merupakan peniru nama Hollywood yang
pertama, sudah dipakai untuk industri film Benggala sejak
1932. Tollywood dahulu merupakan pusat sinema India,
berpusat di selatan Kolkata, di tempat yang bernama
Tollygunge. Istilah Bollywood muncul kemudian setelah
industri film yang berpusat di Bombay mengambil alih
kedudukan Tollygunge sebagai pusat industri film India.

Film-film Bollywood yang telah sukses dipangsa pasar


dunia contoh kecilnya seperti film Slamdunk Millioner,
Dhoom 3, 3 Idiots, Jab Tak Hai Jaan dan yang terbaru adalah
film Peekay (PK) yang mampu menghasilkan jutaan ribu
penonton diseluruh dunia. Bollywood cukup berani
menampilkan sisi-sisi sensitif dari sebuah film baik itu dari
sisi agama maupun budaya yang ingin disinggung mereka
dalam sebuah film.
4

Pada saat ini banyak film-film yang mengangkat


kehidupan di masyarakat yang tuangkan dalam bentuk media,
hal ini dapat menimbulkan anggapan bahwa realitas sosial
memang terjadi di masyarakat. Salah satunya mengenai
konflik dalam agama yang dilatar belakangi oleh terjadinya
konflik (pertentangan) antar pemeluk agama. Seperti konflik
antara Pakistan-India, Palestina-Israel, bahkan hal ini juga
terjadi di Indonesia seperti yang terjadi di Poso, Situbondo,
dan masih banyak yang lainnya. Film-film yang sensitif akan
sarat isu agama juga turut mewarnai dunia perfilman saat ini.
Salah satunya adalah film PK, film yang tanyang di
penghujung 2014 ini bercerita tentang agama, mulai dari cara
beribadah sampai menghormati orang yang berbeda
keyakinan dengan kita.

Film PK merupakan salah satu film Bollywood yang


di sutradarai oleh Rajkumar Hirani. Film yang dibuat di India
ini menceritakan pluralisme agama. India sendiri merupakan
salah satu negara yang mempunyai keberagamaan agama dan
aliran kepercayaan terbanyak dibanding dengan negara-negara
lain.

Film ini disuguhkan dalam bentuk drama komedi


dimana pada film tersebut bercerita tentang seorang alien
yang datang ke bumi untuk penelitian. Dia bertemu dengan
seorang jurnalis dan mempertanyakan tentang dogma agama.
5

Karena belum memahami semua yang ada di bumi,


maka si alien belajar dan beradaptasi terhadap apa yang
dilakukan oleh manusia. Dalam proses beradaptasi dengan
manusia, sering kali si alien melakukan tindakan-tindakan
yang kurang wajar bagi manusia pada umumnya. Pada saat
itu, ia menemukan kebingungan dengan keberagaman yang
ada di Bumi. Film ini juga menampilkan tanda tentang
keberagaman agama dan ritual yang dilakukan oleh masing-
masing agama yang dianut, yang kemudian terkandung
beberapa pesan perdamaian dan toleransi antar umat
beragama. Salah satu adegan yang menarik dalam film
tersebut adalah pada saat alien mencari tuhan dan mengikuti
ritual-ritual keagamaan yang dilakukan oleh umat manusia.
Dan masih banyak lagi tanda-tanda lain yang menarik untuk
diteliti.

Setelah rilis, beberapa bulan kemudian film ini menuai


banyak kontroversi bahkan sebelum film ini di luncurkan di
bioskop-bioskop. Protes terhadap film PK ini bermuculan dari
berbagai macam organisasi keagamaan yang ada di India.
Film ini dianggap telah menghina agama, bukan hanya satu
agama tapi semua agama. Salah satu organisasi yang
mengecam kehadiran film ini adalah organisasi muslim All
India Muslim Personal Law board (AIMPLB). Organisasi non
pemerintahan yang mengurus segala masalah umat Islam di
6

India menganggap munculnya film PK ini telah melukai


beberapa agama, dan film ini dapat merusak harmoni
beragama di masyarakat.3 Beberapa kelompok agama di India
lainnya juga melayangkan protes atas film yang juga
dibintangi oleh Anushka Sharma ini, selama pemutaran film
PK gelombang demonstrasi terus berdatangan, Namun film
ini terus di tayangkan di bioskop - bioskop di dalam ataupun
di luar India.

Pencapaian yang diraih film Bollywood ini berbanding


terbalik dengan isu dan kritik yang mengiringi pemutaran film
ini. Pk memperoleh pendapatan US$.95.000.000,- atau sekitar
Rp.1.200.000.000,- di pasar internasional selama dua minggu
rilis. Bahkan pendapatan tersebut terus bertambah seiring
dengan terus diputarnya film ini di bioskop - bioskop dalam
dan luar India. Berkat kesuksesan penjualan film ini, Pk
dinobatkan sebagai film terlaris sepanjang masa, penghargaan
didapat film PK dalam berbagai ajang salah satunya adalah

3
Kapan Lagi, ”Organisasi Muslim India Kecam Film Aamir
Khan, 'PK',” artikel diaskes pada 26 Juni 2020 dari
http://iorg.kapanlagi.com/showbiz/bollywood/organisasi-muslim-
india- kecam-film-aamir-khan-pk-f09426.htm
7

Best film along with best director, best dialogue, best sound
dalam ajang Guild Award 2015.4

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti


tertarik untuk meneliti mengenai pemaknaan tanda yang ada
pada film PK ini. Film ini juga sangat relevan dengan apa
yang terjadi di negara Indonesia ini, yang kaya akan
keberagaman agama, suku, ras dan juga budaya. Peneliti
mengangkat penelitian ini dengan judul “Analisis Semiotika
Toleransi Beragama Dalam Film PK (PeeKay)”.

B. Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Batasan masalah diperlukan dalam sebuah penelitian
agar masalah yang diteliti tepat pada tujuan penelitian yang
ingin dicapai. Dalam penulisan ini, penulis mencoba untuk
membatasi permasalahan agar tidak terjadi pelebaran dalam
pembahasan. Penelitian dibatasi oleh teori yang berkaitan
dengan tanda-tanda yang terkandung dalam film tersebut.

4
Varinder Chawla, “Aamir Khan‟s „PK‟ scores big at Star Guild
Awards 2015,” artikel diaskes pada 26 Juni 2020 dari
http://indianexpress.com/article/entertainment/bollywood/pk- scores-big-
at-star-guild-awards-2015
8

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka
rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu
bagaimana “Analisis Semiotika Toleransi Beragama Dalam
Film PK (PeeKay)”?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang
ingin dicapai penulis yaitu untuk mengetahui,
mendeskripsikan, dan menganalisis “Analisis Semiotika
Toleransi Beragama Dalam Film PK (PeeKay)” menggunakan
Analisis Semiotik Charles Sanders Peirce.

2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberkan manfaat
secara akademis maupun secara praktis:
a. Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan ilmu komunikasi, serta dapat
memberikan sumbangsih dan beragam data mengenai
penelitian tentang analisis kajian film dan semiotika.
9

b. Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi
masyarakat dalam memahami makna toleransi antarumat
beragama.

D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma dan Pendekatan
Metode penelitian yang digunakan dalam analisis
semiotik umumnya bersifat kualitatif, dimana setiap orang
memiliki pemaknaan terhadap sesuatu. Yaitu semiotika adalah
ilmu yang mempelajari tentang sebuah tanda pada sebuah
objek. Dimana pendekatan penelitian tersebut tidak
menggunakan data statistik, akan tetapi lebih dalam bentuk
narasi atau gambar-gambar.5

Paradigma konstruktivis berbasis pada pemikiran


umum tentang teori-teori yang dihasilkan oleh peneliti dan
teoritis aliran ini berlandaskan pada ide bahwa realitas
bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikontruksi melalui
proses interaksi dalam kelompok, masyarakat, dan budaya.6

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan


paradigma kontruktivisme, karena objek yang diteliti adalah
sebuah film, yaitu film PK dimana pada film tersebut, peneliti

5
Kountur, Ronny Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan
Tesis (Jakarta: CV Teruna Grafica), 16.
6
Stephen W. LittleJohn, Theories Of Human Communication
(Wadsworth: Belmont, 2002), 163.
10

memberikan dan menguraikan gambaran akan representasi


toleransi antarumat beragama, dan dengan pendekatan ini bisa
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau prilaku yang
di amati.

2. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah film “PK” yang
disutradari oleh Rajkumar Hirani. Sedangkan objek
penelitiannya adalah potongan-potongan adegan berupa audio
maupun visual yang terdapat pada film tersebut yang sesuai
dengan rumusan masalah penelitian.
3. Sumber Data
Dalam penelitian ini data-data dikumpulkan dan dibagi
menjadi dua bagian yang mengamati langsung data-data yang
sesuai dengan pertanyaan penelitian. Adapun instrument
penelitiannya adalah:
a. Data Primer, berupa rekaman video yang mengandung
adegan-adegan toleransi beragama dalam film PK.
b. Data Sekunder, berupa dokumen tertulis, yaitu seperti
resesnsi film PK baik dari artikel di internet maupun buku-
buku yang relevan dengan penelitian.
11

4. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini terdiri
atas dua, yaitu:

a. Observasi, peneliti melakukan pengamatan secara


langsung dan tidak terikat objek penelitian dan unit
analisis mengamati adegan-adegan dengan teliti dalam
film PK. Kemudian, menganalisis dengan yang telah
ditentukan sesuai dengan teori yang telah digunakan.
b. Dokumentasi, peneliti mengumpulkan dan mempelajari
data melalui literatur dan sumber bacaan, seperti buku-
buku yang relevan dengan masalah yang dibahas dan
pendukung penelitian.
5. Analisis Data
Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan oleh
peneliti sendiri. Peneliti pada penelitian kualitatif bekerja
sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,
penafsir dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil pada
penelitiannya7

Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini


adalah Analisa Semiotika. Semiotika menurut Alex Sobur

7
Lexy J Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Rosdakarya, 2010), 121.
12

adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.8


Semiotika menurut Peirce adalah suatu hubungan antara
tanda, objek, dan makna. Analisa semiotika pada penelitian
ini menggunakan analisa semiotika yang dikemukakan oleh
Charles Sandres Peirce. Pemikiran Peirce bisa dijelaskan
melalui bagan berikut ini:

Gambar 1

Segitiga Element Makna Peirce

Sign

Interpretan Object

Menurut Peirce, tanda dibentuk oleh hubungan


segitiga yaitu Representamen yang disebut tanda (Sign)
berhungan dengan objek yang dirujuknya. Hubungan tersebut
membuahkan Interpretant. Jadi, menurut Peirce, salah satu
bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu
yang dirujuk tanda. Sementara Interpretan adalah tanda yang

8
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), 15.
13

ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah


tanda

Tanda atau Representament adalah bagian tanda yang


merujuk pada sesuatu menurut cara atau berdasarkan
kapasitas tertentu. Peirce mengistilahkan Representament
sebagai benda atau objek yang berfungsi sebagai tanda. Objek
adalah sesuatu yang dirujuk oleh tanda. Biasanya objek
merupakan sesuatu yang lain dari tanda itu sendiri sebagai
objek dan tanda bisa jadi merupakan entitas yang sama.
Interpretant adalah efek yang ditimbulkan dari proses
penandaan atau bisa juga Interpretant adalah tanda
sebagaimana dicerap oleh benak kita, sebagai hasil
penghadapan kita dengan tanda itu sendiri.

Apabila ketiga elemen makna tersebut berinteraksi


dalam benak seseorang maka muncul makna tentang sesuatu
yang diwakili oleh tanda tersebut.9

Teori Peirce mengatakan bahwa sesuatu itu dapat


disebut sebagai tanda jika ia mewakili sesuatu yang lain.
Tanda yang mewakilinya disebut representamen. Jadi jika
sebuah tanda mewakilinya, hal ini adalah fungsi utama tanda.
Misalnya, anggukan kepala mewakili persetujuan, gelengan

9
Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi
Penelitian dan Skripsi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013),
169-170.
14

mewakili ketidaksetujuan. Agar berfungsi tanda harus


ditangkap, dipahami, misalnya dengan bantuan kode. Proses
perwakilan itu disebut semiosis, yaitu suatu proses dimana
suatu tanda berfungsi sebagai tanda, yaitu mewakili suatu
yang ditandainya.

Peirce membedakan hubungan antara tanda dengan


acuannya ke dalam tiga jenis hubungan yaitu10:

1. Ikon (Icon), jika ia berupa hubungan kemiripan.


Ikon bisa berupa, foto, peta geografis, penyebutan
atau penempatan.
2. Indeks (Index), jika berhubungan dengan
kedekatan eksistensi. Misalnya, asap hitam tebal
membubung menandai kebakaran, wajah yang
muram menandai hati yang sedih, dan sebagainya.
3. Simbol (Symbol), jika ia berupa hubungan yang
sudah terbentuk secara konvensi.

Yang pertama dilakukan yaitu tahap pengenalan isi film,


yaitu pengenalan isi film “PK”, dilanjutkan ke tahap
eksplorasi, dimana dalam tahap ini mendeskripsikan
mengenai pesan toleransi dalam film dan terakhir tahap
analisis, yang menganalisis dari teori semoitika Charles

10
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), 41-42.
15

Sandres Pierce mengenai makna toleransi beragama dalam


film tersebut baik adegan-adegan audio maupun visual.

E. Tinjauan Pustaka
Untuk mendukung penelitian ini, Peneliti mencoba
untuk menelaah kepada beberapa literatur yang ada kaitannya
dengan penelitian yang akan dilakuakan. Penelitian-penelitian
tersebut diantanya adalah:
1. Penelitian karya Nurlaelatul Fajriah (2011),
mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang
berjudul ”Analisis Semiotika Film Cin(T)a Karya
Sammaria Simanjuntak”, membahas tentang
pemaknaan tanda dengan teori Charles Sandres
Pierce yang memfokuskan pada pembahasan
toleransi.
2. Penelitian karya Abid Helmy (2012), mahasiswa
UIN Sunan Kalijaga dengan judul “Kritik Sosial
dalam Iklan Komersial (Analisis Semiotika Pada
Iklan Rokok Djarum 76 Versi Gayus Tambunan)”,
pembahasan tentang pemaknaan tanda dengan
teori Charles Sanders Pierce pada iklan rokok
yang mengandung kritik sosial.
3. Penelitian karya Chafisna Nurun Alanurin,
mahasiswi Jurusan Komunikasin dan Penyiaran
16

Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan


judul “Nilai-nilai Keluarga Islami dalam Novel
Habibie dan Ainun (Sebuah Analisis Semiotik).
Fokus penelitian pada karya tersebut adalah
menjelaskan tentang nilai-nilai keluarga islami
yang terkandung dalam novel Habibie dan Ainun.
Persamaannya adalah peneliti juga menggunakan
teori yang sama dengan karya ini yaitu dengan
menggunakan teori semiotika Charles Sanders
Peirce. Yang membedakan adalah objek
penelitiannya. Jika penelitian terdahulu
menggunakan objek yaitu novel Habibie dan
Ainun, sedangkan penelitian yang sekarang
menggunakan objek berupa film PK.

F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini terarah dan sistematis,
penulis mengacu kepada “Buku Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh
CeQDA UIN Jakarta. Maka penulis membagi pokok-pokok
permasalahan ke dalam enam bab yaitu sebagai berikut:
17

BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis


Bab ini menguraikan teori yang dipakai dalam
penelitian ini yang terdiri atas tinjauan semiotika, tinjauan
film dan tinjauan toleransi.

BAB III : Gambaran Umum Mengenai Film PK


Bab ini membahas sinopsis film PK, tim produksi film
PK dan profil sutradara film PK.

BAB IV : Temuan Hasil Penelitian


Bab ini akan dikhususkan kepada hasil penelitian
tentang Analisis Semiotika Toleransi Beragama Dalam
Film PK (PeeKay).

BAB V : Pembahasan
Bab ini akan menganalisa temuan yang ada pada
penelitian ini.

BAB VI : Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir dalam rangkaian yang
menguraikan secara singkat kesimpulan dari peneliti dan
saran atas permasalahan yang diteliti.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Semiotika
1. Pengertian Semiotika
Semiotika menganggap bahwa semua fenomena
masyarakat dan kebudayaan sebagai tanda. Tanda tersebut
muncul dalam segala bentuk yang dapat mengganti sesuatu
dengan yang lain secara signifikan. Dengan demikian, tanda
dapat muncul di semua dan waktu. Ia mencakup segala hal,
mulai kata, bahasa, gerak-gerik, pakaian, boneka, menu
makanan, musik, lukisan, film, sabun, bahkan dunia. Segala
sesuatu secara konvensional dapat menggantikan atau
mewakili sesuatu yang lain dapat disebut dengan tanda.

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda,


lambang-lambang, sistem-sistemnya dan prosesnya.1 Charles
Sanders Peirce memaknai semiotika sebagai studi tentang
tanda dan segala yang berhubungan dengannya.2

1
Puji Santosa, Rancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra
(Bandung: Angkasa, 1931), 3.
2
Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika (Bandung: Pustaka Setia,
2014), 47.

18
19

2. Sejarah Semiotika
Pada awalnya, semiotika digunakan dalam pengkajian
sistem tanda. Semiotika mengacu pada teori semiotika
Ferdinand De Sausure dan Semiotika Charles Sanders Peirce,
atau yang dikenal sebagai bapak semiotika modern, serta
semiotika Roland Barthes, Semiotika C.K Ogden dan I.A
Richard, Semiotika Micheal Riffaterre.

Ferdinand De Saussure atau bapak semiotika modern


(1857-1913) ia membagi relasi penanda (Segnifier) dan
petanda (Signified) berdasarkan konvensi yang disebut dengan
signifikasi.

Penanda (Segnifier) dilihat sebagai wujud fisik seperti


konsep di dalam karya sastra. Sedangkan, petanda (Signified)
dilihat di balik wujud fisik berupa nilai-nilai. Adapun
hubungan signifikan berdasarkan atas kesepakatan sosial
dalam pemaknaan tanda. Hubungan semiotik dengan
linguistik harus disadari hakikat adanya ikatan antara dua
bidang tersebut yang oleh Saussure difokuskan pada hakikat
kata sebagai sebuah tanda.3

Menurut North ada empat tradisi yang


melatarbelakangi kelahiran semiotika, yaitu semantic, logika,
retorika, hermeneutic. Secara defitif, menurut Paul Cobley

3
Ambaraini AS dan Nazla Maharani Umaya, Semiotika Teori
dan Aplikasi Pada Karya Sastra (Semarang: IKIP PGRI Semarang), 35.
20

dan Litza Janz semiotika berasal dari kata same, berasal dari
bahasa Yunani yang berarti penafsir tanda, dengan pengertian
secara luas sebagai sebuah teori, semiotika berarti studi
sistematis mengenai produksi dan intepretasi tanda. Dalam hal
ini teori semiotika terkait dengan kehidupan manusia yang
dapat dianggap penuh dengan tanda, dan semiotik sebagai
perantara tanda dalam proses berkomunikasi sehingga
manusia disebut dengan homo semioticus. Kajian mengenai
tanda dilakukan awal abad ke-20 oleh dua orang filosof, yaitu
Ferdinand de Saussure (1857-1913) sebagai ahli bahasa dan
Charles sanders Peirce (1839-1914) sebagai ahli filsafat dan
logika.4

Semiotika atau ilmu tanda sejak tahun 1969 secara


resmi memiliki suatu perkumpulan ilmiah, yaitu International
Associationor semiotic studies (IASS) yang menganggap
semiotika sebagai suatu disiplin ilmu, dan sebuah majalah,
yaitu Semiotica (terbit di Deng Haag). Sejak tahun 1971 terbit
majalah kedua yang mengulas masalah-masalah semiotika,
yaitu VS (terbit di Miland). Suatu perkumpulan semiotik di
Jerman dalam waktu dekat akan didirikan. Sayang sekali
jumalh Istitusi yang meneliti masalah semiotika ini masih
sangat kecil. Meski demikian, terdapat beberapa kegiatan

4
Ambarini AS dan Nazla Maharani Umaya, Semiotika Teori dan
Aplikasi Pada Karya Sastra, 37.
21

yang berkaitan dengan disipilin ini, yaitu di pusat penelitian


semiotika di Tartu, kursus selama musim panas mengenai
semiotika, dan pada Ecole Pratique des Hautes Etudes di
Paris terdapat bagian yang mempelajari dan meneliti tentang
semiotika. Publikasi mengenai semiotika ini seringkali
dilakukan. Singkatnya, semiotika merupakan bidang ilmu
modern yang mulai diminati orang.5

3. Pembagian Semiotika
Semiotika C.K. Ogden dan I.A. Richard
mengembangkan teori semiotika trikotomi yang merupakan
pengembangan dari teori Ferdinand Saussure dan Roland
Barthes. Teori tersebut masih mengembangkan hubungan
antara petanda (signified) dan penandan (signifier) dengan
denotasi dan konotasi. Penanda secara denotasi merupakan
sebuah peranti (actual funcition/ object properties) dan secara
konotasi penanda merupakan bentuk dari sebuah petanda. Jadi
teori ini, petanda berwujud makna, konsep, dan gagasan,
sedangkan penanda merupakan gambaran yang menjelaskan
peranti, ini merupakan penjelasan fisik objek, kondisi objek,
dan cenderung berupa ciri-ciri bentuk.6

5
Jurgen Trabaut, Elemente der semiotik, terj. Sally Pattinasarany
(Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1996), 3-4.
6
Ambaraini AS dan Nazla Maharani Umaya, Semiotika Teori
dan Aplikasi Pada Karya Sastra, 36.
22

Charles Sanders Peirce juga merupakan bapak


semiotika modern (1839-1914), ia mengemukakan tanda
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu indeks (index) ikon (icon) dan
symbol (symbol). Ikon adalah tanda hubungan antara penanda
dan petandanya bersifat persamaan bentuk ilmiah, indeks
adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah
antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan
alamiah antara penanda dan petandanya.

Semiotika M ichael Riffaterre mengemukakan empat


hal pokok untuk memproduksi makna, yaitu ketidak
langsungan ekspresi, pembacaan heurisik, retroaktif
(hermeneutic), matrik dan hipogram. Ketidaklangsungan
ekspresi disebabkan oleh penggantian arti penyimpangan arti
dan penciptaan arti. Pembacaan heuristic merupakan
pembacaan objek berdasarkan struktur kebahasaannya.
Adapaun pembacaan retroaktif (hermeneutic) merupakan
pembacaan ulang setelah diadakan pembacaan heuristic
dengan memberikan penafsiran berdasarkan konvensi
sastranya.

B. Tinjauan Umum Tentang Film


1. Sejarah Perkembangan Film di Dunia
Pada mulanya, film Edison dan Lumière adalah film
yang berdurasi hanya beberapa menit dan menunjukkan
hanya sekedar realitas yang direproduksi kembali melalui
23

film selebriti, atlet angkat besi, pemain sulap, dan bayi


yang sedang makan. Gambarnya diambil dalam frame
(bingkai) yang statis (kamera tidak bergerak sama sekali)
dan tidak ada penyuntingan.

Pembuat film dari Prancis, George Méliès, mulai


membuat cerita gambar bergerak, yaitu suatu film yang
bercerita. Sampai dengan akhir tahun 1890-an, dia mulai
membuat dan menampilkan film satu adegan, film pendek,
namun segera setelah itu dia mulai membuat cerita
berdasarkan gambar yang diambil secara berurutan di
tempat-tempat yang berbeda. Méliès sering kali disebut
“artis pertama dalam dunia sinema” karena dia telah
membawa cerita narasi pada medium dalam bentuk kisah
imajinatif seperti A Trip to the Moon (1902).7

Edwin S. Porter, seorang juru kamera Edison


Company, melihat bahwa film dapat menjadi alat
penyampai cerita yang jauh lebih baik dengan penggunaan
dan penempatan kamera secara artistik yang disertai
dengan penyuntingan. Film berdurasi 12 menit karyanya
yang berjudul The Great Train Robbery (1903), adalah
film pertama yang menggunakan penyuntingan, gabungan
potongan-potongan antar adegan, dan sebuah kamera

7
Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa; Melek
Media dan Budaya (Jakarta: Erlangga, 2012), 214.
24

bergerak untuk menceritakan sebuah kisah yang relatif


kompleks. Dari tahun 1907 sampai 1908, tahun pertama di
mana terdapat lebih banyak film bernarasi daripada film
dokumenter, jumlah nickelodeon di Amerika meningkat 10
kali lipat. Dengan begitu banyak gedung pertunjukan di
banyak kota yang melayani publik yang sangat antusias
sehingga semakin banyak film yang dibutuhkan. Secara
harfiah, beratus-ratus factory studio yang baru, atau
perusahaan produksi film mulai bermunculan.8

2. Pengetian Film
Film adalah karya cipta seni dan budaya yang
merupakan salah-satu media komunikasi massa audio visual
yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang direkam
pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan bahan hasil
penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan
ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses
lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan
atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik,
dan sistem lainnya. Film berupa media sejenis plastik yang
dilapisi emulsi dan sangat peka terhadap cahaya yang telah
diproses sehingga menimbulkan atau menghasilkan gambar

8
Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa; Melek Media
dan Budaya, 216
25

(bergerak) pada layar yang dibuat dengan tujuan tertentu


untuk ditonton.

Film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid


untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau
untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di
bioskop).9

3. Jenis-Jenis Film
a. Film Dokumenter
Kunci utama dalam film dokumenter adalah
adalah penyajian fakta. Film dokumenter berhubungan
dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi
yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu
peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa
yang sungguh- sungguh terjadi atau otentik. Film
dokumenter tidak memiliki plot namun memiliki
struktur yang umumnya didasarkan oleh tema. Film
dokumenter dapat digunakan untuk berbagi maksud dan
tujuan seperti informasi atau berita, biografi,
pengetahuan, pendidikan, sosial, ekonomi, politik
(propaganda), dan lain sebagainya.

9
Meity Taqdir Qodratillah dkk, Kamus Bahasa Indonesia Untuk
Pelajar (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), 125.
26

b. Film Fiksi
Berbeda dengan jenis film dokumenter, film fiksi
terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering
menggunakan cerita rekaman di luar kejadian nyata
yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film
juga terikat hukum kausalitas. Cerita biasanya juga
memiliki karakter protagonis dan antagonis, masalah
dan konflik, penutupan, serta pola pengembangan cerita
yang jelas. Dari sisi produksi dan manajemen film fiksi
terbilang lebih kompleks.
c. Film Eksperimental
Film eksperimental tidak memiliki plot namun
tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi
insting subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi,
serta pengalaman batin mereka. Film eksperimental
umumnya juga tidak bercerita apapun bahkan kadang
menentang kausalitas, seperti yang dilakukan para
sineas surealis dan dada. Film- film eksperimental
umumnya bersifat abstrak dan tidak mudah dipahami.

C. Tinjauan Toleransi
1. Pengertian Toleransi
Istilah toleransi berasal dari bahasa Inggris tolerance
atau tolerantia dalam bahasa Latin. Dalam bahas Arab istilah
ini merujuk kepada kata tasamuh atau tasahul yaitu; to
27

tolerate, to overlook, excuse, to be indulgent, forbearing,


lenient, toleran,merciful. Perkataan tasamuh; bermakna hilm
dan tahasul; diartikan sebagai indulgent, tolerance, toleration,
forbearance, leniency, lenitt, clemency, mercy dan kindness.10
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Toleransi
berasal dari kata “toleran” itu sendiri berarti bersifat atau
bersifat menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan
atau bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi juga berarti
batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih
diperbolehkan. Secara bahasa atau etimologi toleransi berasal
dari bahasa Arab tasamuh yang artinya ampun, maaf dan
lapang dada.11

Secara terminologi, menurut Umar Hasyim, toleransi


yaitu pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau
kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan
keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan
nasibnya masing-masing, selama dalam menjalankan dan
menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak

10
Rohi Baalbaki, Al-Mawrid: A Modern Arabic English
Dictionary (Beirut: Dar El-Ilm Lil Malayyin, 2004), 314.
11
Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia al-Munawir
(Yogyakarta: Balai Pustaka Progresif, t.th),h 1098.
28

bertentangan dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban


dan perdamaian dalam masyarakat.12

Menurut W. J. S. Poerwadarminto dalam “Kamus


Umum Bahasa Indonesia” toleransi adalah sikap/sifat
menenggang berupa menghargai serta memperbolehkan suatu
pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang
lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri.13

Secara etimologi, kata “tasamuh” berasal dari bahasa


Arab ‫ سمح‬yang artinya berlapang dada, toleransi.14 Tasamuh
secara etimologis adalah mentoleransi atau menerima perkara
secara ringan. Secara terminologis berarti mentoleransi atau
menerima perbedaan dengan ringan hati.15

Menurut Badawi bahwa tasamuh adalah pendirian


atau sikap yang termanifestasikan pada kesediaan untuk
menerima berbagai pandangan dan pendirian yang
beranekaragam, meskipun tidak sependapat dengannya. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa tasamuh ini, erat kaitannya dengan

12
Umar Hasyim, Toleransi dan kemerdekaan Beragama dalam
Islam Sebagai Dasar menuju Dialog dan Kerukunan Antar Umat
Beragama (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), 22.
13
W. J. S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 184.
14
M. Kasir Ibrahim, Kamus Arab Indonesia Indonesia
Arab(Surabaya: Apollo Lestari, t.th), 122.
15
Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran: Teologi Kerukunan
Umat Beragama (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2011), 36.
29

masalah kebebasan atau kemerdekaan hak asasi manusia dan


tata kehidupan bermasyarakat, sehingga mengizinkan
berlapangdada terhadap adanya perbedaan pendapat dan
keyakinan dalam setiap individu.16

Adapun tasamuh menurut Syekh Salim bin Hilali


memilki karakteristik, yaitu sebagai berikut:

a. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan.


b. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan.
c. Kelemah lembutan karena kemudahan.
d. Muka yang ceria karena kegembiraan.
e. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena
kehinaan.
f. Mudah dalam berhubungan sosial (mu’amalah)
tanpa penipuan.
g. Menggampangkan dalam berdakwah kejalan Allah
tanpa basa-basi.
h. Teriak dan tunduk kepada agama Allah tanpa rasa
keberatan.17

16
Baidi Bukhori, Toleransi Terhadap Umat Kristiani: Ditinjau
dari Fundamentalis Agama dan Kontrol Diri, (Semarang: IAIN
Walisongo Semarang, 2012), 15.
17
Siti Aminah, Merajut Ukhuwah Islamiyah Dalam
Keanekaragamaan Budaya dan Toleransi Antar Agama, Jurnal Cendekia
Vol. 13 No. 1 (Januari 2015), 52-53.
30

Di dalam Islam, istilah tasamuh pada dasarnya tidak


semata-mata selaras dengan kata tolerance, karena tasamuh
memberi arti memberi dan mengambil. Tasamuh berisi
tindakan tuntutan dan penerimaan dalam batas-batas tertentu.
Tasamuh berisi harapan pada satu pihak untuk memberi dan
mengambil secara sekaligus. Subjek yang melakukan tasamuh
dalam islam dinamakan mutasamihin, yang berarti “pemaaf,
penerima, menawarkan, pemurah sebagai tuan rumah kepada
tamu”. Dalam pelaksanaannya, orang yang melakukan
tindakan tasamuh ini tidak sepatutnya menerima saja sehingga
menekan batasan hak dan kewajibannya sendiri. Dengan kata
lain, prilaku tasamuh dalam beragama memiliki pengertian
untuk tidak saling melanggar batasan, terutama yang
berkaitan dengan batasan keimanan (aqidah). Meskipun
tasamuh memiliki pengertian seperti di atas, dalam banyak
konteks, ia seringkali diselaraskan dengan arti dengan kata
“toleransi”. Al-Qur’an tidak pernah menyebut-nyebut kata
tasamuh/toleransi secara tersurat dalam ayat-ayatnya. Namun,
secara eksplisit al-Qur’an menjelaskan konsep toleransi
dengan segala batasan-batasannya. Oleh karena itu, dalam
implementasinya ayat-ayat yang menjelaskan konsep toleransi
dapat dijadikan sebagai rujukan dalam kehidupan.

Dalam kehidupan beragama, prilaku toleran


merupakan satu prasyarat yang utama bagi setiap individu
31

yang mengingkan satu bentuk kehidupan bersama yang aman


dan saling menghormati. Dengan begitu diharapkan akan
terwujud pula interaksi dan kesepahaman yang baik di
kalangan masyarakat beragama tentang batasan hak dan
kewajiban mereka dalam kehidupan sosial yang terdiri dari
berbagai macam perbedaan baik suku, ras, hingga agama dan
keyakinan.18

Akan tetapi, meskipun penjabaran makna toleransi ini


mengandung rumusan akan penghargaan atas keberadaan
orang lain, tidak sederhana dalam pelaksanaannya. Terdepat
banyak persoalan mengenai pendekatan yang harus dilalui
dalam membentuk satu masyarakat yang harmonis, terutama
yang terkait dengan adanya perbedaan masalah agama dan
keyakinan. Dengan demikian, dapat diringkas bahwa toleransi
ini mengarah kepada sikap terbuka dan mau meyakini adanya
berbagai perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, bahasa, warna
kulit, adat-istiadat, budaya, bahasa, serta agama. Toleransi
antar umat beragama adalah toleransi yang mencakup
masalah-masalah keyakinan pada diri manusia yang
berhubungan dengan akidah atau yang berhubungan dengan
ke-Tuhan yang diyakininya. Seseorang harus diberikan

18
UNESCO-APNIEVE, Belajar Untuk Hidup Bersama Dalam
Damai Dan Harmoni (Bangkok: Kantor Prinsipal Unesco Untuk Kawasan
Asia-Pasifik, dan Universitas Pendidikan Indonesia,2000), 154.
32

kebebasan untuk meyakini dan memeluk agama (mempunyai


akidah) masing-masing yang dipilih serta memberikan
penghormatan atas pelaksanaan ajaran-ajaran yang dianut atau
yang diyakininya. Sebagaimana negara ini, telah
mengaturnya dalam Ketentuan Bab XI Pasal 29 UUD 1945
berbunyi: (1) Negara berasas atas Ketuhanan Yang Maha Esa;
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya dan kepercayaannya itu.19

Dari beberapa definisi toleransi di atas, maka penulis


mengambil kesimpulan bahwa toleransi merupakan suatu
sikap/prilaku seseorang untuk membiarkan kebebasan kepada
orang lain dan memberikan kebenaran atas perbedaan sebagai
pengakuan atas hak-hak asasi manusia.

2. Toleransi Sebagai Ajaran Islam


Islam mengajarkan bahwa adanya perbedaan diantara
manusia, baik dari sisi etnis maupun perbedaan keyakinan
dalam beragama merupakan fitrah dan sunatullah atau sudah
menjadi ketetapan Tuhan, tujuan utamanya adalah supaya
diantara mereka saling mengenal dan berinteraksi. Barangkali,
adanya beragam perbedaan merupakan kenyataan sosial,
sesuatu yang niscaya dan tak dapat dipungkiri.

19
Nur Cholish Majid, dkk, Passing Over Melintasi Batas Agama
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), 138.
33

Makhluk sosial ialah makhluk yang satu sama lain


saling membutuhkan. Makhluk sosial ialah makhluk yang
mempunyai kemampuan berdialog dengan orang lain dan
lingkungannya. Dialog ialah percakapan antara dua orang atau
lebih. Diagog dapat juga didefinisikan sebagai “pergaulan
antara pribadi-pribadi yang saling memberikan diri dan
berusaha mengenal pihak lain sebagaimana adanya”.20

Sebagai ketetapan Tuhan, adanya perbedaan dan


pluralitas ini tentu harus diterima oleh seluruh umat manusia.
Penerimaan tersebut selayaknya juga diapresiasi dengan
kelapangan untuk mengikuti seluruh petunjuk dalam
menerimanya. Mereka yang tidak bisa menerima pluralitas
berarti mengingkari ketetapan Tuhan. Berdasarkan hal ini
pula maka toleransi menjadi satu ajaran penting yang dibawa
dalam setiap risalah keagamaan, tidak terkecuali pada sistem
teologi islam.

Konsep tasamuh atau toleransi dalam kehidupan


beragama pada dasarnya merupakan salah satu landasan sikap
dan prilaku penerimaan terhadap ketetapan Tuhan. Toleransi
beragama disini tidak lantas dimaknai sebagai adanya
kebebasan untuk menganut agama tertentu pada hari ini dan
menganut agama lain pada keesokan harinya. Toleransi
20
D. Hendropuspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Kanisius,
1983), 172.
34

beragama juga tidak berarti bebas melakukan segala macam


praktik dan ritual keagamaan yang ada tanpa peraturan yang
ditaati. Toleransi dalam kehidupan beragama harus dipahami
sebagai bentuk pengakuan akan adanya agama-agama lain
selain agama yang dianutnya dengan segala bentuk sistem dan
tata cara peribadatannya, serta memberikan kebebasan untuk
menjalankan keyakinan agama masing-masing, tanpa harus
bertabrakan dalam kehidupan sosial karena adanya perbedaan
keyakinan tersebut.

Menghadapi kenyataan beragamnya agama, al-Qur’an


menyampaikan sekian tuntutan agar kedamaian dalam hidup
ini tercipta, antara lain:

1. Menegaskan bahwa tidak dibenarkan adanya


pemaksaan dalam agama (QS. Al-Baqarah [2]:256),
baik memaksa untuk menganut maupun untuk
keluar. Masing-masing pribadi bebas menerima atau
menolak.
2. Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad
SAW untuk menyampaikan bahwa silakan masing-
masing individu melaksanakan tuntutan agamanya:
Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku (QS.
Al-Kafirun [109]:3)
3. Kendati masing-masing harus yakin sepenuhnya
tentang kebenaran agamanya, dalam kehidupan
35

bermasyarakat hendaknya mereka saling


menghormati bahkan bekerja sama dalam kebajikan.
Dengan catatan tanpa harus menyatakan bahwa
kebenaran hanya miliknya sendiri. Biarlah Allah
yang menentukan kelak siapa yang benar dan siapa
yang salah. Dalam konteks ini Allah memerintahkan
Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan
kepada non muslim demi kerukunan hidup
beragama bahwa “Sesungguhnya kami atau kamu
pasti berada di atas kebenaran atau dalam kesesatan
yang nyata”. Katakanlah: “Kamu tidak akan ditanyai
menyangkut dosa yang telah kami perbuat dan
kamipun tidak akan ditanyai tentang apa yang telah
kamu perbuat,” Katakanlah:”Tuhan kita akan
mengumpulkan kita, kemudian Dia memberi
keputusan antara kita dengan benar” (QS. Saba’
[34]: 24-26)21

3. Stereotip Antar Umat Beragama


Sebagai kelompok, agama dan lembaga keagamaan
berfungsi sebagai lembaga pendidikan, pengawasan,
pemupukan persaudaraan, profetis atau kenabian, dan lain-
lain. Namun, pada umumnya kita dapat merumuskan dua

21
M. Quraish Shihab, Islam yang Saya Anut : Dasar-Dasar
Ajaran Islam (Ciputat: Lentera Hati, 2017), 49.
36

fungsi utama agama, yakni fungsi yang manifest dan


22
laten. Fungsi manifest agama mencakup tiga aspek,
yaitu: 1. Menanamkan pola keyakinan yang disebut doktrin,
yang menentukan sifat hubungan antar manusia, dan manusia
dengan Tuhan. 2. Ritual yang melambangkan doktrin tersebut,
dan 3. Seperangkat norma perilaku yang konsisten dengan
doktrin tersebut.

Fungsi laten adalah fungsi-fungsi yang tersembunyi


dan bersifat tertutup. Fungsi ini dapat menciptakan konflik
antar pribadi, baik dengan sesama anggota kelompok agama
maupun dengan kelompok lain. Fungsi laten mempunyai
kekuatan untuk menciptakan perasaan etnosentrisme dan
superioritas yang pada gilirannya melahirkan fanatisme.
Fungsi ini tetap diajarkan kepada anggota agama dan
kelompok keagamaan untuk membantu mereka
mempertahankan dan menunjukkan ciri agama, bahkan
menetapkan status sosial.

Setiap masyarakat, apalagi yang makin majemuk,


selalu terbentuk kelompok-kelompok. Kelompok itu terbentuk
karena para anggotanya mempunyai cita-cita yang didasarkan
pada nilai atau norma yang sama- sama mereka terima dan

22
Allo Liliweri, Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), 26.
37

patuhi. Apabila kelompok itu sangat kokoh mempertahankan


norma dan nilai hingga menutup kemungkinan orang
atau pihak lain memasuki kelompok itu maka dapat timbul
perasaan “in group feeling” yang cenderung ekslusif
terhadap kelompok yang lain “out group feeling”. Kelompok
seperti ini disebut kelompok etnik. Manusia yang
berkelompok berdasarka keyakinan, kepercayaan, iman
terhadap sesuatu yang bersifat sakral disebut kelompok
agama. Keberadaan kelompok agama dapat dilihat berupa
simbol dan tanda, materi, pesan-pesan verbal dan nonverbal,
petunjuk berupa materi, bahkan sikap dan cara berpikir yang
sifatnya abstrak. Para pengikut suatu agama kerapkali
(bahkan dalam seluruh kehidupannya) menjadikan petunjuk-
petunjuk tersebut sebagai wahana, pesan serta pola yang
mengatur interaksi, relasi dan komunikasi, baik dalam
ritual keagamaan hingga komunikasi intra kelompok
maupun antar-kelompok agama dan keagamaan. Stereotip
antar agama bisa saja muncul dari dalam individu dalam
mempersepsikan agama atau kelompok agama lain. Stereotip
biasa didefinisikan sebagai suatu yang tidak akurat dan tidak
memperoleh pembenaran dari realitas yang dipersepsi.
38

Stereotip dapat dilihat dari tiga sudut pandang.23


Pertama, sudut pandang klasik memaknai stereotip sebgai:
sesuatu yang secara faktual tidak benar (faculty incorrect),
yakni generelisasi terhadap semua anggota kelompok; sebagai
sesuatu yang pada asalnya tidak masuk akal (illogical in
origin), yaitu didasarkan pada fondasi yang tidak logis dan
tidak rasional karena muncul dari pengalaman personal, atau
karena kabar angin dan desas-desus (hearsay); sebagai
sesuatu yang berdasarkan prasangka (prejudice), khususnya
prasangka yang dipahami sebagai predisposisi afektif
terhadap suatu kelompok, yakni sikap suka atau tidak suka
(like or dislike); dan sebagai resistensi irasional terhadap
informasi baru, seperti sebagian orang jarang yang dapat
mengubah kepercayaan-kepercayaan mereka terhadap suatu
kelompok tertentu ketika dihadapkan pada individu yang
tidak sesuai dengan stereotip mereka.

Kedua, bentuk stereotip yang lebih canggih meliputi:


sikap berlebihan (exagerattion) dalam merespon keberagaman
kelompok yang ada; penilaian etnosentris (ethnocentrism)
terhadap karakteristik- karakateristik kelompok outgroup
dengan mempergunakan standar ingroup; streoptip
berimplikasi pada asal-usul genetik dari berbagai

23
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawawasan
Multikultural (Jakarta: Erlangga, t.th), 98.
39

kelompok, artinya perbedaan-perbedaan lebih dilihat dari segi


biologis, daripada misalnya perbedaan sosialisasi dan
kesempatan berdasarkan gender dan ras; dan cara pandang
terhadap kelompok luar sebagai homogen (outgroup
homogenetiy) daripada sebagaimana senyatanya.

Ketiga, peran stereoptip dalam persepsi orang yang


mengakibatkan: orang mengabaikan keragaman individu;
persepsi individu yang bias; dan menciptakan (self-
filfilling prophecy) ketika definisi yang salah tentang situasi
menjadi benar.

Prasangka sosial bergandengan pula dengan stereotip


yang merupakan gambaran atau tanggapan tertentu
mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang lain yang
coraknya negatif. Stereotip mengenai orang lain sudah
terbentuk pada orang yang berprasangka sebelum ia
mempunyai kesempatan untuk bergaul sewajarnya dengan
orang lain yang dikenai prasangka itu.24 Biasanya, stereoptip
terbentuk padanya berdasarkan keterangan-keterangan yang
kurang lengkap dan subjektif.

Terjadinya prasangka sosial semacam ini dapat juga


disebut pertumbuhan prasangka sosial dengan tidak sadar dan
yang berdasarkan kekurangan pengetahuan dan pengertian
24
W. A Gerungan, Prasangka Sosial,187(Bandung: PT Rafika
Aditama: 2010), 181.
40

akan fakta-fakta kehidupan yang sebenarnya dari golongan-


golongan orang yang dikenai stereotip-stereotip itu.

Hubungan antar agama sepanjang sejarah republik


Indonesia, agama sering dijadikan tunggangan politik,
sehinga tidak jarang justru malah akan merendahkan
agama itu, dan tidak hannya itu, masyarakat justru yang akan
menjadi korban sebab adanya sentimen-sentimen negatif
terhadap agama lain, atau dapat dikenal dengan politik adu-
domba.

Bhineka tunggal ika, yang dapat menyatukan sebuah


perbedaan yang ada. Pengalam dari sejarah kolonialisme yang
harus dipetik sebab dengan adanya sebuah perbedaan akan
mengahsilkan sebuah solidaritas tinggi antar umat sehingga
tidak terjadi konflik. Sebuah perbedaan jika tidak disikapi
dengan baik, maka dapat merusak sebuah tatanan kehidupan
masyarakat bersama. Kesadaran akan fakta bahwa
masyarakat telah menjadi korban bersama suatu sitem yang
tidak menghidupkan semangat yang mempersatukan tekad
untuk mengadakan gerakan perlawanan bersama terhadap
sistem yang menyengsarakan. Ditanah air kita, penghapusan
total praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme dapat
menjadi tekad dan tanggung jawab bersama kaum beragama
atas dasar rasa kemanusiaan dan solidaritas. Rasa
41

tanggung jawab bersama itu bisa efektif mempersatukan dan


merukunkan warga masyarakat secara lintas agama.

Wawasan multikultural pada segenap unsur dan


lapisan masyarakat yang hasilnya kelak diharapkan terwujud
masyarakat yang mempunyai kesadaran tidak saja mau
mengakui perbedaan, tetapi mampu hidup saling
menghargai, menghormati secara tulus, komunikatif dan
terbuka, tidak saling curiga, memberi tempat terhadap
keragaman keyakinan, tradisi, adat maupun budaya, dan yang
paling utama adalah berkembang sikap tolong menolong
sebagai perwujudan rasa kemanusiaan yang dalam ajaran
masing-masing agama.25

Agama dalam kehidupan bangsa merupakan sesuatu


yang penting, maka kehidupan beragama mendapat tempat
khusus dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila.
Pembinaan kehidupan beragama senantiasa diupayakan oleh
pemerintah baik yang meliputi aspek pembinaan kesadaran
beragama, kerukunan dan toleransi, kreativitas dan aktivitas
keagamaan serta pembinaan sarana dan fasilitas keagamaan.26

25
Departmen Agama RI, Damai di Dunia, Damai Untuk Semua
Perspektif Berbagai Agama (Jakarta: Badan Litbang, 2004), 19.
26
Mawardi Hatta, Beberapa Aspek Pembinaan Beragama dalam
Konteks Pembangunan Nasional Di Indonesia (DEPAG RI, 1981), 14.
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM PK
A. Sekilas Tentang Film PK

Film PK adalah salah satu film produksi Bollywood


yang menceritakan tentang kehidupan seorang alien yang baru
tiba di bumi dan tidak mengetahui apapun tentang kehidupan
di bumi. Film PK menceritakan perjalanan alien mulai dari
mempelajari hal-hal kecil tentang kehidupan, mulai dari cara
berkomunikasi dengan manusia hingga mencari tahu agama
dan Tuhan. Selama perjalan mencari Tuhan, si alien menganut
dan mempelajari semua ajaran agama yang ada di India. Pada
bagian ini film PK mencoba merepresantikan interpretasi dari
beberapa kepercayaan serta ajaran yang ada di India.

Film yang disutradarai oleh Rajhumar Hirani ini


berhasil menarik perhatian hingga mencapai box office, tidak

42
43

hanya sambutan baik melainkan film ini juga mendapat


banyak kontroversi baik di negara asalnya India maupun
negara luar seperti Indonesia. Keberanian sutradara
mengangkat tema kritik keagamaan dalam film ini menuai
banyak kecaman dari berbagai pihak. Karena film ini dinilai
telah menghina agama-agama.

B. Crew dan Pemeran Film PK


Sutradara : Rajkumar Hirani
Pengarah Musik : Ankit Tiwari
Shantanu Miotra
Ajay Gogavale
Atul Gogavale
Atul Raninga
Sanjay Wandrekar
Produser : Vidhu Vinod Chopra
Eksekutif : Sanjiv Kishinchandani
produser
Konsultan : Anil Davda
Eksekutif
produser
Penulis Skenario : Abhijat Joshi
Pengarah casting : Mukesh Chhabra
Sinematografi : C. K. Muraleedharan
Kameramen : Ramani Ranjan Das
44

Dharmendra Burji
Shereya Gupta
Maajid Raichura
Baikuntha Rout
Operator : Piyush Ghosh
Penata cahaya : Koen Martens
Perancang busana : Manoshi Nath
Rushi Sharma
Perancang : Sumit Basu
Produksi
Snigdha Basu
Rajnish Hedao
Editor film : Rajkumar Hirani
Tata rias : Vikram Gaikwad
Puneet B. Saini
Manajer Produksi : Parshuram Mane
Asisten manajer : Aakash Motiani
produksi
Harish Iyer
Ankita Batra
Asisten sutradara : Gautam Balla
Collin D’Cunha
Lakshmipriya Devi
Shaunak Kapur
45

Junaid Khan
Menaka Nagarajan
Kirti Nandakumar
Karan Narvekar
Ansh Rathore
Abhay Datt Sharma
Penata Artistik : Nimisha Goswami
Manini Mishra
Sanne Rubbrecht
Paresh Mestry
Animator : Sheveta Raut
Cast : Amamir Khan sebagai PK
Anushka Sharma sebagai
Jagat Janani/Jaggu
Saurabh Shukla sebagai
Tapasvi Maharaj
Sushant Singh Rajput sebagai
Sarfaraz Yousuf
Sanjay Dutt sebagai Bhairon
Singh
Boman Irani sebagai Ayah
Jaggu
Amardeep Jha sebagai Ibu
Jaggu
46

Reema Debnath sebagai


Puljaria
Dheerandra Dwivedi sebagai
Teroris
Rohitashv Gour sebagai
Inspektur Pandeji
Brijendra Kala sebagai
Pedagang di Pura
47

C. Sinopsis Film PK

Seorang alien (Amir Khan) mendarat di Bumi dalam


sebuah misi penelitian di Rajasthan, India. Ia mengenakan
sebuah kalung berwarna biru yang dengan kristal, kalung
tersebut berfungsi sebagai remote control untuk pesawat luar
angkasanya. Sesaat setelah mendarat, seorang warga lokal
yang mengira kalung tersebut sebuah berlian kemudian
mencurinya sehingga alien tersebut tidak dapat kembali ke
planet asalnya.

Pada hari yang sama di Bruges, Belgia, seorang wanita


Hindu India bernama Jaggu tidak sengaja bertemu dengan
seorang Muslim Pakistan bernama Sarfaraaz hingga kemudian
48

jatuh cinta padanya. Ayah Jaggu seorang penganut Hindu taat


lantas menentang dengan tegas hubungan anak gadisnya
dengan alasan Sarfaraaz yang merupakan seorang Muslim. Ia
kemudian berkonsultasi kepada dewa Tapaswi Maharaj yang
memprediksi bahwa Sarfaraaz akan mengkhianati Jaggu.
Bertekad untuk membuktikan bahwa mereka salah, Jaggu
meminta Sarfaraaz untuk menikahinya secepat mungkin. Di
hari pernikahan, ia terpukul ketika menerima surat tanpa nama
yang ia percayai adalah Sarfaraaz, yang berisi ketidaksediaan
untuk melaksanakan pernikahan.

Jaggu kembali ke India. Dia bertemu dengan seorang


yang membagikan selembaran “Tuhan yang hilang’ dan
“dicari: Tuhan” ia tertarik dengan orang tersebut dan
mengikutinya sampai ke sebuah kuil. Kemudian Jaggu
terkejut ketika mendengar penjelasan dari orang tersebut yang
mengatakan bahwa dirinya adalah seorang alien yang sedang
melakukan penelitian di Bumi. Alien tersebut menjelaskan
lebih lanjut bahwa awalnya ia tidak tahu apa-apa tentang
berpakaian, agama atau berkomunikasi dengan makhluk di
Bumi. Ia menceritakan bahwa ia kehilangan remote
controlnya sehingga ia tidak bisa kembali ke planet asalnya.

Alien tersebut bertanya pada semua orang yang


ditemuinya. Karena prilakunya yang aneh, maka orang-orang
menganggapnya mabuk dan memanggilnya “Peekay” (bahasa
49

Hindi yang artinya mabuk). Sejak saat itu alien tersebut


menyebut dirinya “PK”. PK terus berusaha mencari
kalungnya dengan bertanya kepada setiap orang yang
ditemuinya, dan setiap orang yang ditanyainya pula selalu
menjawab bahwa hanya “Tuhan” yang mampu membantunya
menemukan barang yang dicarinya.

Ia pun mulai mencari sosok Tuhan yang dikatakan


orang-orang, hingga akhirnya ia menemukan fakta bahwa
“Tuhan” di bumi ini ada “banyak”, dan bila ia ingin bertemu
Tuhan maka ia harus mengikuti ritual dari agama-agama yang
ada. PK dengan tulus mempraktikkan agama-agama yang ada
di India dengan harapan ia bisa bertemu Tuhan dan
mendapatkan kalungnya kembali sehingga ia bisa kembali ke
planet asalnya. Namun, usahanya ternyata tidak juga berhasil.
Hingga ia bertemu dengan seorang pemuka agama Hindu
bernama Tapasvi. Sayangnya, ketika ia hendak mengambil
kembali kalung tersebut, Tapasvi mengklaim bahwa itu
adalah miliknya hasil dari pemberian Tuhan. Dari sinilah
petualangan PK menjelajahi agama-agama yang ada untuk
menemukan remote control-nya dimulai.
50

D. Profil Sutradara Film PK

Rajkumar Hirani Rajkumar Hirani, biasa dipanggil


Dengan Raju, pria kelahiran 20 November 1962 di Nagpur,
Maharashtra, India. Ayahnya bernama Suresh Hirani. agama
yang dianut Raju adalah Sindhi (salah satu suku yang
termasuk agama Hindu) dulu Raju bersekolah di St. Francis
De Sales, Nagpur. Raju masuk ke Movie and Television
Institute di India, dan memilih untuk mengambil Jurusan
Editing. Disana Ia mendapatkan beasiswa dan selama tiga
tahun Ia berhasil mendapatkan gelar diplomanya sebagai
spesialis editing film. Namun setelahnya dia lebih banyak
berkecimpung di dunia periklanan. Dia menjadi sutradara dan
produser dalam beberapa iklan. Namun karna keinginannya
51

yang besar untuk membuat film akhirnya Ia memutuskan


untuk berhenti dari dunia periklanan dan beralih ke dunia
perfilman. Saat itu Ia memulai kerjasama dengan Vidhu
Vinod Chopra. Mulai saat itu film-filmnya sukses meraih box
office Bollywood dan mendapatkan keuntungan besar.

E. Profil Pemain PK

1. Aamir Khan sebagai PK

Aamir Khan merupakan actor papan atas Bollywood


karirnya sudah tidak diragukan lagi, memulai debut pada
tahun 1973 lewat film Yaadon Ki Baarat yang di sutradarai
oleh pamanya sendiri Nasir Husain.

Aamir lahir pada 14 Maret 1965 di Mumbai India, jadi


tahun ini Aamir menginjak usia 50 tahun. Terlahir dari
keluarga Ulama serta Politikus Muslim. 1Sang ayah Tahir

1
BBC, “profil Aamir Khan” artikel diaskes pada 14
Mei 2020 dari
http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2010/06/100606_bollywwodosca
r.shtml
52

Hussain sudah menanamkan pelajaran tentang agama Islam


kepada Aamir sedari kecil.

Ayahnya dan pamanya Nasir Hussain yang memang


seorang produser film India membawanya lebih mudah terjun
ke dunia perfilman Bollywood. Pamanya selain seorang
produser juga merupakan seorang actor Bollywod, dan
pertama kali membawanya berkarir di dunia entertainment.

Aamir Khan yang merupakan seorang aktor jatuh cinta


dengan seorang sutradara film, Kiran. Keduanya jatuh cinta
ketika bertemu dalam syuting 'Dhobi Gat' dimana Kiran
menggarap film yang dibintangi Aamir itu.

Aamir yang beragama Muslim dan Kiran yang


beragama Hindu tetap menikah dan bahagia hingga saat ini.
Bahkan, Aamir mengaku sejak menikah dengan Kiran,
kariernya kian meningkat dan Kiran bagaikan membawa
keajaiban untuk Aamir.
53

2. Anuskha Sharma sebagai Jaggu

Anuskha Sharma lahir di Bangalore, Karnataka,

India pada 1 Mei 1983. 2Agama yang dianut Anuskha

sarma adalah Hindu. Anuskha Sharma Menyelesaikan

sekolah seni di Mont Caramel College jurusan seni.

Ayahnya adalah seorang perwira tentara bernama Col.

Ajay Kumar Sharma, dan Ibunya adalah seorang ibu

runmah tangga. Memiliki seorang kaka laki- laki yang juga

menjadi seorang tentara yaitu Karnesh.

2
IMBD,“Profil Anuskha Sharma” artikel diaskes pada 14 Mei
2020 dari www.imdb.com/name/nm3087728/
54

Memutuskan untuk pindah ke Mumbai untuk

memulai karir sebagai seorang model di Lakme Fashion

Week sebagai model dari Wendell Rodricks‟s Vamp

Show.

Anuskha Sharma sangat suka menari sambil

mendengarkan musik, selain itu dia juga senang membaca

buku. Anuskha sejak lama sangat mengidolakan aktor

Sharuk Khan. Keberuntungan bagi Sharma bisa memulai

debut sebagai Artis dalam film Rab Ne Bana Di Jodi dan

dipasangkan dengan sang idola Sharuk Khan. Akting

pertamanya sukses menarik banyak perhatian dan

setelahnya banyak berbagai tawaran film ditujukan

padanya.
55

3. Sushant Singh Rajput sebagai Sarfaraz

Sushant Singh Rajput adalah actor Bollywood

yang telah meraih sukses pada film pertamanya. Film

pertama yang di bintangi oleh Sushant adalah „Kal

Poche‟. Sushant beragama Hindu dan Lahir di Patna,

India.

Sushant lahir di tengah tengah keluarga Doctor dan

Engineers. Maka dari itu Sushan tercatat sebagai salah satu

mahasiswa dari Delhi College of Engineering jurusan

Mecanical Engineering Steam. Sushan juga terkenal


56

pintar, terbukti dari prestasinya dibidang akademik, yaitu

memenangkan olimpiade fisika tingkat Nasional, bukan

hanya itu Sushant juga mendapatkan biasiswa karena

berhasil menjadi ranking ketujuh dalam All India

Engineering Entrance Examination (AIEEE 2003).3

Pria kelahiran 21 Januari 1986 ini memutuskan

untuk menjadi seorang actor dan seorang dancer karena

bakat yang dimilikinya. Prestasi yang didapat Sushant dari

dunia Intertanment tak kalah membanggakan dari

prestasinya dibidang akademik, penghargaan yang pernah

didapat oleh Sushant antara lain Best Actor Male at

Kalakaar 2010, Best Actor Male at Indian Television

Academy2010, dan masih banyak lagi.

3
Filmyfolks, “Sushant Singh Rajput wiki” artikel diaskes pada
Tanggal 14 Mei 2020 dari
http://www.filmyfolks.com/celebrity/bollywood/sushant-singh-
rajput.shtml
57

4. Saurabh Shukla sebagai Tapasvi

Lahir pada 5 Maret 1963, dia merupakan seorang


pemeran dan sutradara film, teater dan televisi asal India. Ia
dikenal atas peran-perannya dalam film Satya (1998), Barfi!
(2012), Jolly LLB (2013), Kick (2014), PK (2014), dan Raid
(2018)4

4
Wikipedia,“Saurabh Shukla” artikel diaskes pada Tanggal 14 Mei
2020 dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/saurabh_shukla
BAB IV
TEMUAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan temuan dengan


menggunakan model Charles Sanders Peirce terhadap fokus
penelitian yang sudah dipilah sesuai dengan kebutuhan
penelitian ini. Peneliti hanya akan mengambil berbagai scane-
scane untuk dianalisis terkait toleransi beragama film “PK”
dengan menggunakan model Charles Sanders Peirce.
A. Scane 01:00:23-01:01:19 (Tidak boleh berlebihan
dalam menanggapi perbedaan)

Objek : Saat PK membawa minuman anggur ke


masjid. Karena sebelumnya PK melihat umat
kristiani memberi sesembahan di gereja berupa
anggur kepada patung Yesus.

Tanda : Ketika PK membawa barang (anngur) yang


mana diharamkan oleh umat muslim.

Interpretasi : PK ingin menyulut kemarahan umat muslim


yang ada disekitar masjid, sehingga serontak

58
59

umat muslim disitu marah dan mengejar PK


karena perbuatannya itu.

B. Scane 2:15:22-2:15:45 (Menjalin tali sillaruramhi


kepada antar sesama manusia)

Objek : Ucapan salam dari seorang wanita terhadap


panggilan telepon dari seseorang.

Tanda : Tampak raut wajah sopan dan ramah dari


seorang wanita yang memberi ucapan salam
kepada seseorang.

Interpretasi : Wanita tersebut menyambut hangat atas


telepon tersebut.
60

C. Scane 01:01:39-01:02:34 (Mewujudkan persatuan


diatas perbedaan)

Objek : Bertemunya PK dengan wanita dengan


mengenakan pakaian yang berbeda.

Tanda : Pakaian yang dikenakan setiap orang berbeda.

Interpretasi : Setiap agama memiliki pakian dengan corak


yang berbeda untuk melakukan kegiatan
beribadah.
61

D. Scane (00:12:01-00:12:26) (Mengutamakan rasa


kemanusiaan atas dasar perbedaan)

Objek : Dialog perkenalan antara Sarfaraz dan Jaggu.

Tanda : Kedua orang ini memiliki negara asal yang


berbeda dan tentunya memiliki latar belakang
yang berbeda.

Interpretasi : Adanya rasa kecewa dari Jaggu karena


perbedaan negara dan agama yang membuat
ada batasan jarak untuk berbincang dan
menjalin hubungan yang lebih jauh.
62

E. Scane (01:37:58-01:38:51) (Agama tidak dapat


dilihat dari identitas dan atribut)

Objek : Saat PK memperkenalkan orang-orang


dengan penampilan yang berbeda-beda kepada
pemuka agama.

Tanda : Pakaian yang dikenakan setiap masing-


masing orang yang berbeda-beda.

Interpretasi : Setiap agama memiliki atribut atau pakaian


yang berbeda dalam melakukan kegiatan
keagamaan masing-masing.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menganalisa temuan dengan
menggunakan model Charles Sanders Peirce terhadap fokus
penelitian yang sudah dipilah sesuai dengan kebutuhan
penelitian ini.

A. Scane ( 01:00:23-01:01:19)

Dari potongan gambar di atas dapat diketahui bahwa


adegan tersebut dikaitkan dengan analisis model Charles
Sanders Peirce yang menggunakan teori segitiga makna :
tanda, objek dan interpretasi yaitu menganilis persoalan
bagaimana makna muncul ketika tanda tersebut digunakan
orang pada saat berkomunikasi. Objek dari adegan diatas
yaitu saat PK membawa anggur ke masjid. Karena
sebelumnya PK melihat umat kristiani memberi sesembahan
di gereja berupa anggur kepada patung Yesus. Tandanya
adalah ketika PK membawa barang (angur) yang mana
diharamkan oleh umat muslim. Sehingga muncul interpretasi

63
64

bahwa PK ingin menyulut kemarahan umat muslim yang ada


disekitar masjid, sehingga serontak umat muslim disitu marah
dan mengejar PK karena perbuatannya itu.

Berdasarkan objek, tanda terbagi menjadi ikon, indeks,


dan simbol. Ikon pada adegan tersebut adalah saat umat
muslim memandang PK saat membawa anggur ke masjid.
Karena bagi umat muslim anggur merupakan minuman yang
diharamkan.

Walaupun beda tradisi, semua agama mempunyai cara


yang berbeda-beda dalam menyembah tuhannya. Adegan ini
meninggalkan pesan jika manusia hendaknya menghormati
setiap tradisi yang ada. Menghormati berarti tidak
memaksakan tradisi agamanya agar diikuti oleh agama lain.
Menghormati disini adalah bisa menerima ciri khas tradisi
dari setiap agama.

Tetapi dengan hanya menghormati saja tidak cukup.


Jika terjadi benturan atas dasar perbedaan pandangan dan
kepentingan, mereka yang awalnya saling menghormati dan
menunjukkan sikap sopan santun dapat berubah sikap menjadi
menyalahkan. Menurut Gus Dur, disini perlu adanya
pengembangan rasa sikap saling pengertian yang tulus dan
berkelanjutan.
65

B. Scane (2:15:22-2:15:45)

Pada scane ini, resepsionis kedutaan Pakistan


menjawab telepon Jaggu dengan ucapan salam
“Assalamualaikum”. Objek dari adegan tersebut adalah
ucapan salam dari seorang wanita terhadap panggilan telepon
dari seseorang. Tandanya berupa ucapan salam dengan raut
wajah sopan dan ramah. Sehingga mucul interpretasi jika
wanita tersebut menyambut hangat atas telepon tersebut. Pada
scane ini juga terlihat bahwa kaum muslim di kedutaan
Pakistan tidak membeda-bedakan atas dasar agama maupun
suku.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hidup


rukun dan berdampingan adalah hal yang sangat dianjurkan
oleh agama islam. Saling berkomunikasi antar satu umat
Bergama satu dengan umat beragama lainnya. Berdiskusi juga
penting. Supaya kita tahu seperti apa ajaran dari agama-agama
lainnya. Dari situ wawasan dan pikiran kita terbuka luas.
Dengan begitu, rasa saling curiga, perilaku menghakimi orang
atau kelompok lain, serta sikap intoleransi tak terjadi.
66

C. Scane (01:01:39-01:02:34)

Pada bagian ini memperlihatkan ketika PK bertemu


dengan seorang wanita yang mengenakan gaun putih di dalam
mobil bis. Pada saat di mobil, PK hendak menghibur wanita
tersebut karena nampak raut wajah itu terlihat suram dan
bersedih. Akan tetapi orang yang di sampingnya memarahi
karena menganggap PK telah melecehkan wanita tersebut
karena sedang berduka. Setelah itu, PK turun dari mobil dan
melihat seseorang yang hendak menikah dan mengenakan
gaun putih. Mengetahui mereka mengenakan gaun putih, PK
langsung menemuinya dan mengucapkan belawungkawa
kepadanya, bukannya mendapat pujian, PK malah dimarahi
oleh wanita itu dan berkata kalau orang yang berduka
mengenakan pakaian hitam.
67

Objek pada scane ini adalah bertemunya PK dengan


wanita dengan mengenakan pakaian yang berbeda (tanda),
sehingga menghasilkan interpretasi yang berbeda pada setiap
adegannya. Warna putih merupakan warna belasungkawa di
agama Hindu, akan tetapi sebaliknya di agama Kristiani
warna hitam yang merupakan warna belangsungkawa.

Dalam scane ini terlihat bahwa mereka mampu


menjaga dan memelihara perbedaan di dalam kehidupan yang
berdampingan. Dari simbol-simbol tiap agama, semuanya
akan bisa terwujud jika manusia mampu menjaga perbedaan
itu.

D. Scane 1 (00:12:01-00:12:26)

Pada Scane terjadi dialog antara Sarfaraz dan jaggu.


Dalam dialog tersebut Sarfaraz memberitahu tempat asalnya
dan pekerjaannya kepada Jaggu. Jaggu yang berasal dari India
(mayoritas beragama Hindu) merasa sedih mendengar
perkataan dari Sarfaraz karena sarfaraz berasal dari Pakistan
yang mayoritas beragama Islam.
68

Objek dari Scane ini adalah dialog perkenalan antara


Sarfaraz dan Jaggu. Tandanya adalah kedua orang ini
memiliki negara asal yang berbeda dan tentunya memiliki
latar belakang yang berbeda. Sehingga menghasilkan
interpretasi rasa kecewa dari Jaggu karena perbedaan negara
dan agama yang membuat ada batasan jarak untuk berbincang
dan menjalin hubungan yang lebih jauh.

Scane ini mencerminkan bagaimana pentingnya


menjalin silaturahmi untuk merajut toleransi antar umat
beragama supaya tidak saling curiga. Dengan melakukan
komunikasi antar umat beragama, kita akan paham seperti apa
ajaran-ajaran dari agama lainnya. Dari situ wawasan dan
pikiran akan terbuka sehingga tidak akan ada rasa curiga dan
tidak terjadi sikap intoleransi.

E. Scane (01:37:58-01:38:51)

Pada Scane ini, PK datang menemui pemuka agama


bersama dengan agama dan penampilan yang berbeda-beda.
Agama yang diperkenalkan PK kebanyakan agama yang
69

menjadi mayoritas di India seperti Hindu, Sikh, Jain, Islam


dan Kristen.

Objek dari Scane ini adalah PK memperkenalkan


orang-orang dengan penampilan dan agama yang berbeda-
beda kepada pemuka agama. Tandanya merupakan
penampilan yang dikenakan oleh setiap orang yang berbeda,
sehingga menghasilakan interpretasi yang berbeda-beda.

Pada bagian ini memberikan pelajaran bahwa manusia


harus hidup rukun tanpa memandang perbedaan dari luar saja.
Karena toleransi dalam konteks agama diartikan sebagai
kebebasan masing-masing individu untuk menganut agama
apapun yang diyakininya, serta mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Film yang tayang di penghujung 2014 ini telah masuk
kedalam Box Office Amerika. Film ini menceritakan tentang
seorang alien yang bernama PK yang sedang mencari remote
control untuk bisa pulang ke planet asalnya karena telah
dicuri oleh seseorang. Dalam film ini banyak mengisahkan
adegan tentang toleransi beragama yang terjadi di India.

Penulis berhasil menemukan kesimpulan yang ada di


dalam film tersebut, yaitu Film PK merupakan film yang
mengangkat toleransi antar umat beragama yang terjadi di
India dan bahkan di dunia. Dalam film ini terdapat banyak
sekali perbedaan-perbedaan dari setiap agama, mulai dari cara
beribadah, cara berpakaian dan cara pandang yang berbeda
yang tak jarang menyebabkan perpecahan didalamnya.

Film ini sarat akan makna toleransi antarumat


beragama didalamnya, kita diberikan pelajaran oleh film ini
bagaimana seseorang bisa menghargai agama satu dengan
yang lain tanpa harus membeda-bedakannya, karena tanda
agama tidak diberikan Tuhan dari kita lahir sampai kita mati.
Perbedaan dalam agama dibuat oleh manusia itu sendiri,
mereka menganggap bahwa agama mereklah yang paling
benar.

70
71

Film ini bisa menjadi refleksi bagi kita saat


menghadapi masalah toleransi beragama. Karena di Indonesia
sendiri sering terjadi konflik antar suku, ras dan juga agama.
Ini menjadi PR besar bagi kita khususnya masyarakat
Indonesia agar tetap mampu menjaga persatuan di tengah
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Jika dianalisa menggunakan teori semiotika yang


dikemukakan oleh Charles Sandres Peirce, maka penulis
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Representament (Tanda)

Film ini banyak sekali memunculkan beberapa tanda


yaitu berupa cuplikan adegan-adegan tentang toleransi
beragama. Bagaimana seseorang bisa menghargai agama satu
dengan yang lain tanpa harus membeda-bedakannya, karena
tanda agama tidak diberikan tuhan dari kita lahir sampai kita
mati. Perbedaan dalam agama dibuat oleh manusia itu sendiri,
mereka menganggap bahwa agama merekalah yang paling
benar.

2. Object

Berdasarkan objek, tanda terbagi menjadi ikon, indeks,


dan simbol. Salah satu adegan dimana pada saat umat muslim
memandang PK saat membawa anggur ke masjid. Karena
bagi umat muslim anggur merupakan minuman yang
72

dikharamkan. Walaupun beda tradisi, semua agama


mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menyembah
tuhannya. Adegan ini meninggalkan pesan jika manusia
hendaknya menghormati setiap tradisi yang ada. Menghormati
berarti tidak memaksakan tradisi agamanya agar diikuti oleh
agama lain. Menghormati disini adalah bisa menerima ciri
khas tradisi dari setiap agama.

3. Interpretant

Interpretasi adalah tanda yang ada dalam benak


seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Dalam
film ini, begitu banyak interpretasi yang terlihat bahwa
mereka mampu menjaga dan memelihara perbedaan di dalam
kehidupan yang berdampingan. Dari simbol-simbol tiap
agama, semuanya akan bisa terwujud jika manusia mampu
menjaga perbedaan itu.

B. Saran
Saran dari penulis untuk film ini adalah pada beberapa
adegan yang seharusnya tidak ditayangka. Namun diluar itu
semua, film ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi
para penontonnya agar tetap bisa menjaga nilai-nilai toleransi
antarumat beragama.
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Aminah, Siti. Merajut Ukhuwah Islamiyah Dalam


Keanekaragamaan Budaya dan Toleransi Antar
Agama, Jurnal Cendekia Vol. 13 No. 1 Januari 2015.

APNIEVE, UNESCO. Belajar Untuk Hidup Bersama Dalam


Damai Dan Harmoni, Bangkok: Kantor Prinsipal
Unesco Untuk Kawasan Asia-Pasifik, dan Universitas
Pendidikan Indonesia,2000.

AS, Ambaraini. Semiotika Teori dan Aplikasi Pada Karya


Sastra, Semarang: IKIP PGRI Semarang.

Baalbaki, Rohi. Al-Mawrid: A Modern Arabic English


Dictionary, Beirut: Dar El-Ilm Lil Malayyin, 2004.

Baidhawy, Zakiyuddin. Pendidikan Agama Berwawawasan


Multikultural. Jakarta: Erlangga, t.th.

Baran, Stanley J.. Pengantar Komunikasi Massa; Melek


Media dan Budaya, Jakarta: Erlangga, 2012.

Bukhori, Baidi. Toleransi Terhadap Umat Kristiani: Ditinjau


dari Fundamentalis Agama dan Kontrol Diri,
Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2012.

Departmen Agama RI. Damai di Dunia, Damai Untuk Semua


Perspektif Berbagai Agama. Jakarta: Badan Litbang,
2004.

Gerungan, W. A. Prasangka Sosial. Bandung: PT Rafika


Aditama: 2010).

73
74

Hasyim, Umar. Toleransi dan kemerdekaan Beragama dalam


Islam Sebagai Dasar menuju Dialog dan Kerukunan
Antar Umat Beragama, Surabaya: Bina Ilmu, 1979.

Hatta, Mawardi. Beberapa Aspek Pembinaan Beragama


dalam Konteks Pembangunan Nasional Di Indonesia.
DEPAG RI, 1981.

Hendropuspito, D. Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius,


1983.

Ibrahim, M. Kasir. Kamus Arab Indonesia Indonesia Arab,


Surabaya: Apollo Lestari.

Liliweri, Allo. Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Little John, Stephen W. Theories Of Human Communication,


Wadsworth: Belmont, 2002.

Masduqi, Irwan. Berislam Secara Toleran: Teologi


Kerukunan Umat Beragam, Bandung: PT. Mizan
Pustaka, 2011.

Meleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:


Rosdakarya, 2010.

Mujani, Saiful. Muslim demokrat: Islam, Budaya


Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia
Pasca-Orde Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2007.

Munawir, Ahmad Warson. Kamus Arab Indonesia al-Munaw,


Yogyakarta: Balai Pustaka Progresif.
75

Poerwadarminto, W. J. S.. Kamus Umum Bahasa Indonesia,


Jakarta: Balai Pustaka, 1986.

Qodratillah, Meity Taqdir.Kamus Bahasa Indonesia Untuk


Pelajar, Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2011.

Ronny, Kountur. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi


dan Tesis, Jakarta: CV Teruna Grafica

Rusmana, Dadan. Filsafat Semiotika, Bandung: Pustaka Setia,


2014.

Santosa, Puji. Rancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra,


Bandung: Angkasa, 1931).

Shihab, Quraish. Islam yang Saya Anut : Dasar-Dasar Ajaran


Islam, Ciputat: Lentera Hati, 2017.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2004.

Trabaut, Jurgen. Elemente der semiotik, Jakarta: Pusat


Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1996.

Wibowo. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi


Penelitian dan Skripsi Komunikasi, Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2013.

Sumber Lain
Siti Aminah. Merajut Ukhuwah Islamiyah Dalam
Keanekaragamaan Budaya dan Toleransi Antar
Agama, Jurnal Cendekia Vol. 13 No. 1 Januari 2015.
76

Kajian Pustaka. “Pengertian Film” artikel diakses pada


minggu 5 April 2020 dari
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertianseja
rah-dan-unsur-unsur-film.html

BBC. “profil Aamir Khan” artikel diaskes pada 28


Maret 2015 dari
http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2010/06/1006
06_bollywwodoscar.shtml

“Profil Anuskha Sharma” artikel diaskes pada 28 Maret 2015


dari www.imdb.com/name/nm3087728/

“Sushant Singh Rajput wiki” artikel diaskes


pada Tanggal 14 Mei 2020 dari
http://www.filmyfolks.com/celebrity/bollywood/su
shant-singh-rajput.shtml

Saurabh Shukla” artikel diaskes pada Tanggal 14 Mei 2020


dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/saurabh_shukla

Kapan Lagi, ”Organisasi Muslim India Kecam Film Aamir


Khan, 'PK',” artikel diaskes pada 26 Juni 2020 dari
http://iorg.kapanlagi.com/showbiz/bollywood/organisa
si-muslim-india- kecam-film-aamir-khan-pk-
f09426.htm

Varinder Chawla, “Aamir Khan‟s „PK‟ scores big at Star


Guild Awards 2015,” artikel diaskes pada 26 Juni
2020 dari
http://indianexpress.com/article/entertainment/bollywo
od/pk- scores-big-at-star-guild-awards-2015
LAMPIRAN

58

Anda mungkin juga menyukai