Anda di halaman 1dari 4

ESTETIKA

BARAT

Ellyta fernanda dwi vallent


2401420030
Seni rupa Pendidikan Seni Rupa
Fakultas Bahasa dan Seni
1. PENDAHULUAN
Estetika atau Keindahan adalah apa yang dapat diserap oleh panca indera, estetika juga
adalah bidang ilmu filsafat yang mempelajari dan membahas tentang keindahan, bagaimana
suatu keindahan dapat terbentuk, serta bagaimana keindahan tersebut bisa disadari dan
dirasakan oleh manusia. banyak teori yang di keluarkan oleh para filsuf namun kita bisa
ambil garis besarnya bahwa estetika atau keindahan itu tujuannya adalah untuk dirasakan dan
dinikmati melalu alam maupun karya seni. Seni merupakan sesuatu yang indah yang
memiliki keharuan, karena manusia adalah makhluk sempurna yang mempunyai perasaan
dan dapat menikmati kekaguman, maka dapat dikatakan manusia dapat merasakan indahnya
seni. Jika dilihat dari pandangan umum, setiap gerak-gerik manusia dapat dikategorikan
sebagai tingkah laku yang mempunyai makna seni. Seperti contoh yakni syarat menjadi
seorang puteri Indonesia adalah “Beauty, brain and behaviour”. Jika kita mengambil makna
dari salah satun kata yaitu “behaviour”, hal itu merupakan keindahan dan aturan penampilan
yang akan menimbulkan sebuah kekaguman, contohnya cara berpakaian dan berjalan.
Hampir setiap manusia mengekspresikan dirinya dengan seni, dari lapisan masyarakat
primitif sampai ke yang modern. Seni juga dapat dikatakan sebagai bagian primer dari
kehidupan manusia, tetapi terkadang keberadaan seni dipandang sebelah mata oleh sebagian
orang. Jujur saja dulu pada saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar, saya juga
ditekankan hanya mendalami materi akademik, itu semua karena seni belum diketahui
kebermaknaannya. Walau terkadang pelajaran seni masih ada, tetapi dimunculkan dalam
waktu yang resesif dan tidak jarang pula ditiadakan. Padahal seseorang yang mahir dalam
bidang akademik saja berarti orang tersebut tidak memaksimalkan fungsi otak secara
sempurna,karena otak kita telah tercipta dari dua bagian yaitu otak kanan dan otak kiri, yang
masing-masing fungsinya tentang keakademikan dan fungsi kebahasaan atau kesenian. Seni
bukan hanya diciptakan dari satu tempat tertentu, melainkan berbagai wilayah yang berbeda.
Akibatnya, seni memiliki keragaman di setiap daerah berdasarkan pemikiran dan kebudayaan
masing-masing. Misalnya, terdapat satu suku yang mempunyai karya seni atau kesenian
berupa patung sebagai simbol kehidupan budaya mereka. Di suku lain, sudah pasti akan
terdapat patung yang berbeda karena mereka pada dasarnya memiliki pandangan lain dalam
menghayati arti kehidupan.

2. PEMBAHASAN
A. Karya seni X dalam estetika klasik Dogmatis
Objektivisme. Disebut dogmatik karena mereka percaya terhadap kemampuan rasio
(berfikir), tanpa mengadakan pemahaman mendalam terlebih dahulu. Sokrates adalah
pelopor teori estetika, meskipun pada masanya istilah estetika belum ditemukan. Istilah
yang digunakan dahulu adalah keindahan itu sendiri. Dalam periode ini para folosof yang
membahas estetika diantaranya adalah Socrates, Plato dan Aristoteles.Dari ketiga filosof ini
dapat dikatakan bahwa Socrates sebagai perintis, Plato yang meletakkan dasar-dasar estetika
dan Aristoteles yang meneruskan ajaran-ajaran Plato. Dalam periode klasik (dogmatik) ini
ada beberapa pandangan mengenai ciri-ciri estetikanya, yaitu Pandangan bersifat metafisik
Metafisika berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri atas dua kata yaitu meta dan pysika.
Meta artinya sesudah atau dibalik sesuatu dan pyisika artinya nyata, atau kongkrit yang
dapat diukur oleh jangkauan panca indera Teori metafisika menjelaskan seni sebagai upaya
menampilkan realita (nyata) atau keindahan yang bersifat semu dan merupakan tiruan atau
imitasi dari realita absolut atau realita yang sesungguhnya.Pandangan bersifat Objektifitas
Objektivitas adalah sifat jujur, tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan pribadi atau
golongan dalam mengambil putusan atau tindakan. Objektivitas atau objektif dalam bidang
keilmuan berarti upaya-upaya untuk menangkap sifat alamiah (empiris) sebuah objek yang
sedang diteliti atau dipelajari dengan suatu cara di mana tidak tergantung pada fasilitas
apapun dari subjek yang menyelidikinya. Keobjektifan pada dasarnya tidak berpihak,di
mana sesuatu secara ideal dapat diterima oleh semua pihak, karena pernyataan yang
diberikan terhadapnya bukan merupakan hasil dari asumsi (kira-kira), prasangka, ataupun
nilai-nilai yang dianut oleh subjek tertentu.Pandangan bersifat fungsional Bersifat
fungsional artinya estetika atau keindahan harus berperan dalam menyampaikan nilai-nilai
moral, keadilan, kebenaran, dan kebaikan kepada siapa saja

B. Karya seni X dalam estetika klasik kritisisme


Ketika estetika beralih dari tahap Dogmatis ke tahap Kritika, atau dari objektivisme ke
relativisme, atau dengan lebih tepat ke arah subjektivisme, maka ia mengalami
perkembangan yang membawanya keluar dari pembahasan ontologis dan masuk ke bidang
pembahasan ilmu-jiwa. Inilah yang dikatakan salah satu di antara fenomena Revolusi
Kopernik dalam filsafat Adapun ciri-ciri dari kritisisme Immanuel Kant yaitu menganggap
bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek, bukan pada objek, menegaskan
keterbatasan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu, dan rasio
hanyalah mampu menjangkau gejala atau fenomena suatu keadaan saja Selanjutnya ciri
kedua adalah apa yang dikenal dengan deisme, yaitu suatu paham yang kemudian
melahirkan apa yang disebut Natural Religion (agama alam) atau agama akal. Deisme
adalah suatu ajaran yang mengakui adanya yang menciptakan alam semesta ini. Akan tetapi
setelah dunia diciptakan, Tuhan menyerahkan dunia kepada nasibnya sendiri. Sebab Ia telah
memasukkan hukum-hukum dunia itu ke dalamnya. Segala sesuatu berjalan sesuai dengan
hukum-hukumnya. Manusia dapat menunaikan tugasnya dalam berbakti kepada Tuhan
dengan hidup sesuai dengan hukum-hukum akalnya. Maksud paham ini adalah
menaklukkan wahyu ilahi beserta dengan kesaksian-kesaksiannya, yaitu buku-buku Alkitab,
mukjizat, dan lain-lain kepada kritik akal serta menjabarkan agama dari pengetahuan yang
alamiah, bebas dari pada segala ajaran Gereja. Singkatnya, yang dipandang sebagai satu-
satunya sumber dan patokan kebenaran adalah akal. Kant berusaha mencari prinsip-prinsip
yang ada dalam tingkah laku dan kecenderungan manusia. Inilah yang kemudian menjadi
kekhasan pemikiran filsafat Kant, dan terutama metafisikanya yang dianggap benar-benar
berbeda sama sekali dengan metafisika pra kant.

C. KESIMPULAN
Konsep estetika klasik-dogmatis merupakan konsep pemikiran idealistis
mengenai hakikat keindahan yang bersifat transendental yang diakui
kebenarannya sebagai dogma.. Suatu benda dianggap memiliki atau bernilai indah jika di
dalamnya memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan kriteria dogma- dogma yang dibakukan.
Estetika kritisisme memandang secara kritis bahwa hakikat keindahan itu bersifat relatif
atau subjektif berdasarkan pengetahuan dan selera subjek penilainya. Suatu benda menjadi
indah bukan karena benda- benda itu mengandung nilai-nilai keindahan secara objektif,
tetapi keindahan itu berada dalam pemikiran atau selera penilainya.

Anda mungkin juga menyukai