BARAT
2. PEMBAHASAN
A. Karya seni X dalam estetika klasik Dogmatis
Objektivisme. Disebut dogmatik karena mereka percaya terhadap kemampuan rasio
(berfikir), tanpa mengadakan pemahaman mendalam terlebih dahulu. Sokrates adalah
pelopor teori estetika, meskipun pada masanya istilah estetika belum ditemukan. Istilah
yang digunakan dahulu adalah keindahan itu sendiri. Dalam periode ini para folosof yang
membahas estetika diantaranya adalah Socrates, Plato dan Aristoteles.Dari ketiga filosof ini
dapat dikatakan bahwa Socrates sebagai perintis, Plato yang meletakkan dasar-dasar estetika
dan Aristoteles yang meneruskan ajaran-ajaran Plato. Dalam periode klasik (dogmatik) ini
ada beberapa pandangan mengenai ciri-ciri estetikanya, yaitu Pandangan bersifat metafisik
Metafisika berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri atas dua kata yaitu meta dan pysika.
Meta artinya sesudah atau dibalik sesuatu dan pyisika artinya nyata, atau kongkrit yang
dapat diukur oleh jangkauan panca indera Teori metafisika menjelaskan seni sebagai upaya
menampilkan realita (nyata) atau keindahan yang bersifat semu dan merupakan tiruan atau
imitasi dari realita absolut atau realita yang sesungguhnya.Pandangan bersifat Objektifitas
Objektivitas adalah sifat jujur, tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan pribadi atau
golongan dalam mengambil putusan atau tindakan. Objektivitas atau objektif dalam bidang
keilmuan berarti upaya-upaya untuk menangkap sifat alamiah (empiris) sebuah objek yang
sedang diteliti atau dipelajari dengan suatu cara di mana tidak tergantung pada fasilitas
apapun dari subjek yang menyelidikinya. Keobjektifan pada dasarnya tidak berpihak,di
mana sesuatu secara ideal dapat diterima oleh semua pihak, karena pernyataan yang
diberikan terhadapnya bukan merupakan hasil dari asumsi (kira-kira), prasangka, ataupun
nilai-nilai yang dianut oleh subjek tertentu.Pandangan bersifat fungsional Bersifat
fungsional artinya estetika atau keindahan harus berperan dalam menyampaikan nilai-nilai
moral, keadilan, kebenaran, dan kebaikan kepada siapa saja
C. KESIMPULAN
Konsep estetika klasik-dogmatis merupakan konsep pemikiran idealistis
mengenai hakikat keindahan yang bersifat transendental yang diakui
kebenarannya sebagai dogma.. Suatu benda dianggap memiliki atau bernilai indah jika di
dalamnya memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan kriteria dogma- dogma yang dibakukan.
Estetika kritisisme memandang secara kritis bahwa hakikat keindahan itu bersifat relatif
atau subjektif berdasarkan pengetahuan dan selera subjek penilainya. Suatu benda menjadi
indah bukan karena benda- benda itu mengandung nilai-nilai keindahan secara objektif,
tetapi keindahan itu berada dalam pemikiran atau selera penilainya.