Anda di halaman 1dari 5

MATERI 5

DESKRIPSI FAKTA

Penulisan karya ilmiah seringkali membicarakan hal-hal yang dapat diobservasi


secara langsung, misalnya penulisan yang melalui proses penelitian. Dengan demikian
penulis berhadapan dengan fenomena yang dapat dindera baik melalui mata, telinga,
pengecapan, pembauan maupun perabaan. Produk dari proses penginderaan tersebut oleh
penulis dituangkan dalam bentuk tulisan.

Pernyataan yang dikemukakan oleh seseorang atas suatu fenomena lazim disebut
dengan fakta. Bagaimana kita menuliskan fakta itu? Oleh karena wilayah yang dibicarakan
adalah fakta keilmuan maka harus senantiasa memperhatikan objektivitas, terukur dan
sistematik.

Objektif artinya penulis tidak boleh menyusun fakta secara subjektif, karena itu kita
menghindari ruang imajinasi atau menghayal. Yang ditulis adalah hal yang memang
mendasarkan pada objeknya, dalam bidang seni rupa sudah barang tentu yang bisa dilihat
atau juga bisa diraba. Berkenaan dengan itu penulis perlu menghindari pernyataan yang
memuat aspek penilaian, misalnya menyatakan sangat bagus, kurang proporsional, dan
seterusnya. Dalam bidang seni rupa penulis dapat memaparkan dari unsur visual, misalnya
dari aspek garis, warna, tekstur, ruang dan gelap terang.

Terukur artinya ada wilayah atau cara yang jelas untuk membuat justifikasi atau
keputusan. Menyatakan suatu karya sangat bagus manakala penulis sudah dapat membuat
kategorisasi berdasarkan konversi penilaian. Karya tersebut dinyatakan sangat bagus karena
berada rentangan penilaian 85 -100. Menyatakan sebuah karya sangat besar akan lebih bagus
jika diawali atau diiringi dengan bukti. Misalnya lukisan yang dibuat oleh X berukuran 150 x
250 cm dapat dikatakan sebagai lukisan yang sangat besar.

Sistematik artinya dalam menggambarkan suatu fenomena, seorang penulis bisa


menggunakan pendekatan deduktif maupun induktif. Pendekatan deduktif adalah berangkat
dari yang umum menuju yang khusus. Misalnya untuk menggambarkan ornamen kala dapat
dideskripsikan tampilan secara keseluruhan, baru kemudian bagian mata, hidung, telinga, gigi
dan mahkotanya. Atau sebaliknya jika menggunakan pendekatan induktif, dapat dimulai dari
yang menarik, misalnya mulut dan gigi taring, hidung, mata dan seterusnya baru memberikan
gambaran secara keseluruhan. Sistematika ini sudah barang tentu menjadi pilihan penulis.
Berikut ini contoh bagaimana penulis menuliskan fakta atas fenomena yang dikaji.

Contoh 1: (Sumber: Syafii, dkk, 2018)

Berdasarkan pengamatan peneliti jenis ornamen Kala yang ada pada kompleks
kompleks Candi Gedongsongo adalah Kala yang ditempatkan di atas pintu (gawangan)
masuk bilik candi, Kala relung, Kala talang air (dwarajala), dan Kala yang ditempatkan pada
pipi kanan kiri gerbang candi.
Kala yang ditempatkan di atas pintu (gawangan), selanjutnya disebut Kala pintu,
tampak dominan dilihat dari segi ukurannya, dan karena merupakan pusat perhatian ketika
pengunjung ingin memasuki candi. Berikut disajikan gambar Kala gawangan pintu, secara
urut yang ada pada Candi 1, 2, 3, 4 dan 5. Bentuk secara keseluruhan tidak ada keseragaman
antara candi satu dengan lainnya, walaupun memiliki unsur yang sama, yakni mata, hidung,
telinga, mulut yang hanya rahang atas, gigi dan taring. Mata Kala semuanya ditampilkan
dalam bentuk bulat (plolongan), hidung besar, telinga berupa stilasi dedaunan. Gigi ternyata
dibuat dalam jumlah yang berbeda-beda. Pada candi 1 dan 2 sejumlah 6 gigi seri diakhiri
dengan taring, akan tetapi pada candi 3, jumlah gigi serinya ternyata lebih banyak, sementara
pada candi 5 gigi seri dibuat sejumlah 4 buah sebagaimana gigi manusia akan tetapi antara
gigi yang satu dengan lainnya dibuat berjarak.
Visualisasi mulut (rahang) cenderung melebar bahkan melengkung selebar bidang
yang dihiasi (sebagaimana pada candi 1, 3, 4 dan 5). Bahkan pada candi 5 rahang Kala seperti
melilit bidang yang menyerupai kedua tangan. Penggambaran rahang bagian atas ini ada
perkecualian pada candi 2 tampak lebih pendek, karena memang ruangnya demikian, akan
tetapi kesan terbuka tetap ditunjukkan.

Penggambaran mahkota atau rambut memanfaatkan stilisasi dedaunan dan bunga


yang menyatu dengan mata Kala. Dengan kondisi demikian, seolah tampak Kala bertanduk,
yang keduanya menyatu pada bagian kening dengan stilasi kuncup bunga.
Gambar 10
Kala Gawangan Pintu Candi I (Foto oleh Peneliti)

Gambar 11
Kala Gawangan Pintu Candi II (Foto oleh Peneliti)

Gambar 12
Kala Gawangan Pintu Candi III (Foto oleh Peneliti)

Gambar 13
Kala Gawangan Pintu Candi IV (Foto oleh Peneliti)
Gambar 14
Kala Gawangan Pintu Candi V (Foto oleh Peneliti)

Contoh 2

Gambar di atas menampilkan sosok tokoh idola artis idola Mr.Bean. Karya di atas masuk
dalam kategori baik. Dilihat dari aspek kreativitas ide masuk dalam tema dan bentuknya
sudah cukup. Tokoh idola digambarkan memakai pakaian setelan jas dan background karya
terdapat pohon dan sebuah gedung. Komposisi karya sudah bsik. Pada aspek penguasaan
teknik sket gambar dan pewarnaan sudah cukup baik dan rapi (Sumber: Hanifaratri, 2020)

Contoh kedua ini banyak menyatakan hal-hal berupa penilaian, misalnya kategori baik, sudah
cukup, cukup baik dan rapi. Ini semua perlu dihindari oleh penulis karya tulis ilmiah, kecuali
diikuti atau disertai dengan bukti.

Latihan

Silakan Anda latihan membuat deskripsi fakta dengan objek/fenomena sesuai objek material
atau bidang kajian yang telah Anda pilih. Langkahnya tampilkan dokumentasi berupa foto
kemudian deskripsikan dengan format berikut.
Foto Karya

Gambar 1
Identitas gambar
(Sumber: ....... )

Deskripsi

Anda mungkin juga menyukai