Anda di halaman 1dari 36

Cara Membuat Kalimat

yang Baik dan Benar


Menuju Laporan Tugas Akhir
Yeny Sintia
(17507134024)
Penulis
Rahib Lentera Alam
(17507134030)
Struktur Dasar Kalimat

S P O Pel K
Subyek Predikat Obyek Pelangkap Keterangan
Subyek Predikat Obyek
 Subyek merupakan  Menjelaskan yang  sesuatu yang dikenai
unsur yang berfungsi dilakukan oleh tindakan oleh Subjek
sebagai pokok
pembicaraan dalam subyek.
 umumnya berupa
suatu kalimat  Biasanya merupakan kata benda seperti
 Biasanya berada di kata kerja nama orang,
depan predikat kecuali binatang, tumbuhan,
kalimat pasif
dan benda
 umumnya berupa kata
benda seperti nama
orang, binatang,
tumbuhan, dan benda
Keterangan Pelengkap
 Menjelaskan bagaimana, dimana atau kapan  Fungsinya sama dengan obyek namun
peristiwa yang dinyatakan dalam kalimat
 Keterangan tempat = di rumah, di sekolah, di
tidak bisa dipasifkan
pasar.
 Keterangan cara = dengan cepat, dengan serius,
dengan bersemangat.
 Keterangan tujuan = agar lulus ujian, untuk
bertemu ibunya, supaya bersih.
 Keterangan alat = menggunakan pisau,
mengendara motor, menggunakan sekop.
 Keterangan waktu = pada hari minggu, Jam 9
malam, pada musim kemarau.
 Keterangan penyerta = bersama ayahnya, dengan
ibunya, ditemani kakaknya.
Contoh pola
 S-P = Kakak memasak
 S-P-O = Kakak memasak nasi
 S-P-Pel = Kakak merupakan ketua kelas
 S-P-K = Kakak memasak dengan senang hati
 S-P-O-Pel = Kakak membuatkan ibu nasi goreng
 S-P-O-K = Kakak memasak nasi goreng di dapur
Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah sebuah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih. Biasanya
bersifat penggabungan, akan ditemukan keberadaan kata hubung (konjungsi). Kalimat
majemuk dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Kalimat majemuk setara
2. Kalimat majemuk bertingkat
3. Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara, Kalimat ini memiliki dua klausa yang sifatnya sederajat yang
digabungkan melalui konjungsi. Artinya, kedua klausa bersifat koordinatif sehingga
masing-masing dapat berdiri menjadi kalimat sendiri apabila konjungsinya dilepaskan.
Contoh kalimat majemuk setara :
Klausa 1 : kakak bertanding sepak bola
Klausa 2 : adik menonton di pinggir lapangan
Gabungan : Kakak bertanding sepak bola, sementara adik menonton di pinggir
lapangan.
Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat yang terdiri dari dua atau lebih klausa
yang dihubungkan secara tidak sejajar. Dengan kata lain terdapat klausa yang tidak
dapat berdiri sendiri, klausa inilah yang nantinya akan menjadi anak kalimat dari klausa
yang dapat berdiri sendiri (induk kalimat). Konjungsi pada kalimat majemuk bertingkat
seperti :ketika, walaupun, sebab, karena, dan meskipun.
Contoh kalimat majemuk bertingkat :
Klausa 1 : Lia kerap terlambat datang ke sekolah
Klausa 2 : rumahnya jauh
Gabungan : Lia kerap terlambat datang ke sekolah karena rumahnya jauh
Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat yang terdiri dari kalimat majemuk
setara serta kalimat majemuk bertingkat. Kalimat ini memiliki 2 konjungsi didalamnya,
kalimat ini terdiri lebih dari 2 klausa.
Contoh kalimat majemuk campuran :
Klausa 1 : aku bermain basket di lapangan terbuka
Klausa 2 : arip bermain basket di lapangan terbuka
Klausa 3 : ayu bermain basket di lapangan terbuka
Kalusa 4 : hujan
Gabungan : aku, arip dan ayu bermain basket di lapangan terbuka, meskipun hujan.
Kalimat salah
 Adanya penumpukan gagasan
 Kerancuan struktur dan gagasan
 Ketiadaan induk kalimat
 Kemubaziran
 Redundansi
 Kalimat yang tidak logis
 Kalimat tidak bersubjek dan tidak berpredikat (kalimat buntung)
 Ketidakefektifan karena aspek pragmatik
Penumpukan gagasan
 PTK dilaksanakan melalui suatu rangkaian langkah yang bersifat spiral (a spiral of
steps), yaitu suatu daur kegiatan yang dimulai dari perencanaan (planning), tindakan
(action), sistematik terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan yang dilakukan
(observation), refleksi (reflection), dan selanjutnya diulang kembali dengan
perencanaan tindakan berikutnya, dan seterusnya.
 PTK dilaksanakan melalui suatu rangkaian langkah yang bersifat spiral (a spiral of
steps). Langkah yang bersifat spiral yaitu suatu daur kegiatan yang dimulai dari
perencanaan (planning), tindakan (action), sistematik terhadap pelaksanaan dan
hasil tindakan yang dilakukan (observation), refleksi (reflection), dan selanjutnya
diulang kembali dengan perencanaan tindakan berikutnya, dan seterusnya.
Penumpukan gagasan
 Kegiatan ini sangat penting karena dengan terumuskannya masalah dengan jelas
maka peneliti akan dapat mengungkapkan beberapa faktor penyebab utama yang
memungkinkan peneliti untuk mencari dan menemukan alternatif pemecahan
masalah yang tepat dan mendasar.
 Kegiatan ini sangat penting. Jika masalah terumuskan dengan jelas, peneliti akan
dapat mengungkapkan beberapa faktor penyebab utama yang memungkinkan
peneliti untuk mencari dan menemukan alternatif pemecahan masalah yang tepat
dan mendasar.
Penumpukan gagasan
 Jadwal penelitian merupakan pedoman dalam melaksanakan setiap tahap kegiatan
penelitian, dengan mencantumkan jenis kegiatan dan waktu pelaksanaannya yaitu
menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
 Jadwal penelitian merupakan pedoman dalam melaksanakan setiap tahap kegiatan
penelitian. Pencantuman jenis kegiatan dan waktu pelaksanaan dalam jadwal
penelitian menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
Penumpukan gagasan
 Kurikulum nasional mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada
hakikat pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar komunikasi, dan
belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilainilai kemanusiaannya.
 Kurikulum nasional mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada
hakikat pembelajaran bahasa. Belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Belajar
sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya.
Penumpukan gagasan
 Guru Bahasa dan Sastra Indonesia harus sadar diri, sadar bentuk, dan sadar ruang,
bahwa ia harus mau mengembangkan dirinya.
 Guru Bahasa dan Sastra Indonesia harus sadar diri, sadar bentuk, dan sadar ruang.
Ia juga harus mau mengembangkan dirinya.
Penumpukan gagasan
 Ada beberapa model PTK, namun kesamaan model rancangan PTK terletak pada
alur pelaksanaan tindakan yang dilakukan.
 Ada beberapa model PTK. Kesamaan model rancangan PTK terletak pada alur
pelaksanaan tindakan yang dilakukan.
Penumpukan gagasan
 Meskipun kita sebelumnya telah berkali-kali membaca dan memahami multiple
intelegence-nya Gardner, namun seperti yang dikatakan Amstrong seringkali kita
terperangkap dengan pemikiran yang linier dalam memahaminya, sehingga begitu
kita terapkan teori tersebut di dalam pembelajaran, justru yang terjadi adalah
pengkotak-kotakan anak secara permanen yang pada akhirnya berdampak pada
pembatasan keluwesan perkembangan anak.
 Meskipun telah berkali-kali membaca dan memahami multiple intelegence-nya
Gardner, seperti yang dikatakan Amstrong seringkali kita terperangkap dengan
pemikiran yang linier dalam memahaminya. Begitu kita menerapkan teori tersebut
di dalam pembelajaran, justru yang terjadi adalah pengkotakkotakan anak secara
permanen yang pada akhirnya berdampak pada pembatasan keluwesan
perkembangan anak.
Kerancuan Struktur dan Gagasan
(Subyek dan Keterangan)
 Manfaat
a) Bagi para guru, menjadi lebih inspiratif dan tepat guna dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan
kepada peserta didiknya.
b) Bagi orang tua, menjadi lebih imajinatif dan menyenangkan dalam membentuk generasi-generasi
yang berkarakter.
c) Bagi peneliti, mendapatkan gagasan awal untuk melihat lebih dalam sinergitas perkembangan
teknologi dengan peningkatan kualitas moral generasi penerus bangsa.
 Manfaat
a) Para guru menjadi lebih inspiratif dan tepat guna dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan
kepada peserta didiknya.
b) Orang tua menjadi lebih imajinatif dan menyenangkan dalam membentuk generasi-generasi
yang berkarakter.
c) Peneliti mendapatkan gagasan awal untuk melihat lebih dalam sinergitas perkembangan
teknologi dengan peningkatan kualitas moral generasi penerus bangsa.
Kerancuan Struktur dan Gagasan
(Pola Kalimat Majemuk)
 Namun, penelitian tindakan (action research) memiliki lingkup yang lebih luas,
karena tidak saja mengkaji dan melakukan tindakan dalam lingkup kelas, tetapi
dapat mencakup satu sekolah bahkan dapat beberapa sekolah.
 Namun, penelitian tindakan (action research) memiliki lingkup yang lebih luas.
Penelitian tindakan tidak hanya mengkaji dan melakukan tindakan dalam lingkup
kelas, tetapi dapat mencakup satu sekolah bahkan beberapa sekolah.
Ketiadaan Induk Kalimat
 Maka diperlukan keterampilan untuk memilih film yang tepat atau yang sesuai
dengan tujuan
 Diperlukan keterampilan untuk memilih film yang tepat atau yang sesuai dengan
tujuan.
Ketiadaan Induk Kalimat
 Jika seorang fasilitator menguasai apa yang harus diberikan kepada bimbingannya,
maka apa yang harus dilakukan oleh agens akan berpihak pada fokus yang dibahas
dan pengembangannya akan ditentukan oleh agens itu sendiri
 Jika seorang fasilitator menguasai apa yang harus diberikan kepada bimbingannya,
apa yang harus dilakukan oleh agens akan berpihak pada fokus yang dibahas dan
pengembangannya akan ditentukan oleh agens itu sendiri.
 Seorang fasilitator menguasai apa yang harus diberikan kepada bimbingannya maka
apa yang harus dilakukan oleh agens akan berpihak pada fokus yang dibahas dan
pengembangannya akan ditentukan oleh agens itu sendiri.
 jika X maka || meskipun X tetapi || walaupun X namun || karena X maka
Ketiadaan Induk Kalimat
 Ketika saya mengunggah foto ini ke jejaring facebook memang saya berharap
nantinya akan ada berbagai opini yang masuk dan komentar-komentar yang positif
terhadap hal ini.
 Ketika mengunggah foto ini ke jejaring facebook, saya berharap nantinya akan ada
berbagai opini yang masuk dan komentar-komentar yang positif terhadap hal ini.
Ketiadaan Induk Kalimat
 Meskipun kita sebelumnya telah berkali-kali membaca dan memahami multiple
intelegence-nya Gardner, namun seperti yang dikatakan Amstrong seringkali kita
terperangkap dengan pemikiran yang linier dalam memahaminya, sehingga begitu
kita terapkan teori tersebut di dalam pembelajaran, justru yang terjadi adalah
pengkotak-kotakan anak secara permanen yang pada akhirnya berdampak pada
pembatasan keluwesan perkembangan anak.
 Meskipun telah berkali-kali membaca dan memahami multiple intelegencenya
Gardner, seperti yang dikatakan Amstrong seringkali kita terperangkap dengan
pemikiran yang linier dalam memahaminya. Sehingga begitu kita terapkan teori
tersebut di dalam pembelajaran, justru yang terjadi adalah pengkotak-kotakan anak
secara permanen yang pada akhirnya berdampak pada pembatasan keluwesan
perkembangan anak
Ketiadaan Induk Kalimat
 Rancangan PTK akan tergantung pada tujuan penelitian, sifat masalah yang digarap.
Karakteristik kelas yang diteliti, serta model tindakan yang dipilih
 Rancangan PTK tergantung pada tujuan penelitian, sifat masalah yang digarap,
karakteristik kelas yang diteliti, serta model tindakan yang dipilih.
Kemubaziran
 PTK dilaksanakan dengan tidak boleh mengabaikan kaidah-kaidah keilmuan,
tentunya dilandasi dengan ilmu pengetahuan yang sudah ada, hasil penelitian
terdahulu. (kerancuan / kalimat yang harusnya sejajar)
 PTK dilaksanakan dengan tidak boleh mengabaikan kaidah-kaidah keilmuan,
melandasi dengan ilmu pengetahuan yang sudah ada, dan mempertimbangkan hasil
penelitian terdahulu.
Kemubaziran
 Bagi madrasah kami, keterlambatan siswa dianggap menjadi salah satu hal yang bisa
merugikan pihak lain terutama ketika pembelajaran sudah berlangsung. Salah
satunya, misalnya, ketika guru sedang memberikan materi dan suasana kelas sedang
khusyuk berkonsentrasi, tiba-tiba harus terhenti sejenak karena diseling oleh
kehadiran siswa yang terlambat tadi.
 Bagi madrasah kami, keterlambatan siswa dianggap menjadi salah satu hal yang bisa
merugikan pihak lain terutama ketika pembelajaran sudah berlangsung. Misalnya,
ketika guru sedang memberikan materi dan suasana kelas sedang khusyuk
berkonsentrasi, tiba-tiba harus terhenti sejenak karena diseling oleh kehadiran siswa
yang terlambat tadi
Kemubaziran
 Dari waktu ke waktu, madrasah selalu mendapati siswa-siswa yang terlambat pada
jam pertama masuk sekolah. Mulai dari sejumlah 5 (lima) siswa sampai dengan
sejumlah 50 (lima puluh) atau lebih siswa yang terlambat setiap paginya.
 Dari waktu ke waktu, madrasah selalu mendapati siswa-siswa yang terlambat pada
jam pertama masuk sekolah. Mulai dari 5 (lima) siswa sampai dengan 50 (lima
puluh) atau lebih siswa yang terlambat setiap paginya.
 agar X supaya || merupakan X adalah || demi X untuk || sangat X sekali || banyak X
berbagai || paling X ter- || para X “kata jamak” || semua X “kata jamak”
Kemubaziran
 Semua siswa di madrasah kami, sampai hari ini menerima bentuk sanksi yang
diterapkan madrasah itu dengan lapang dada, belum ada nada protes atau
keberatan karena penggunaan seragam khusus ini.
 Sampai hari ini siswa menerima bentuk sanksi yang diterapkan dengan lapang dada.
Belum ada nada protes atau keberatan karena penggunaan seragam khusus ini.
Kalimat yang Tidak Logis
 Jika setiap individu mempunyai pengalaman batin yang sama, ekspresi oralnya tidak
akan pernah sama. Rasa rindu, dengki, dendam, sakit hati yang secara tiba-tiba
datang, juga ekspresi akan gagasan dan perasaan yang lain, jika ditulis akan
menimbulkan komplikasi dan keruwetan.
 Meskipun setiap individu mempunyai pengalaman batin yang sama, ekspresi oralnya
tidak akan pernah sama. Rasa rindu, dengki, dendam, sakit hati yang secara tiba-tiba
datang, juga ekspresi gagasan dan perasaan yang lain, jika ditulis akan menimbulkan
komplikasi dan keruwetan.
Kalimat yang Tidak Logis
 Kebahasaan yang akan diajarkan berfokus pada wacana sastra, baik berupa
kesalahan kalimat, kesalahan ejaan, kalimat baku, kalimat efektif, bentuk dan macam
paragraph, kata baku, makna kata dan lain-lain, dapat menggunakan wacana sastra.
 Materi kebahasaan seperti kesalahan kalimat, kesalahan ejaan, kalimat baku, kalimat
efektif, bentuk dan macam paragraf, kata baku, makna kata dapat menggunakan
wacana sastra.
Kalimat yang Tidak Logis
 Namun demikian, jika sastra memiliki dunia dan sistem sendiri, maka sastra didekati
secara semiotik.
 Sastra memiliki dunia dan sistem sendiri, maka sastra didekati secara semiotik.
Kalimat Tidak Bersubjek dan Tidak
Berpredikat (Kalimat Buntung)
 Kegiatan yang dapat dilakukan dengan membaca, mendengarkan, menonton, dan
kalau perlu menganalisis.
 Kegiatan dapat dilakukan dengan membaca, mendengarkan, menonton, dan kalau
perlu menganalisis.
Kalimat Tidak Bersubjek dan Tidak
Berpredikat (Kalimat Buntung)
 Dengan adanya penggunaan ‘rompi anti keterlambatan’ ini, jumlah siswa yang terlambat
sekarang yang hanya sekitar 5 hingga 10 siswa. Pengurangan jumlah siswa yang terlambat
ini sangat kami syukuri, setidaknya langkah ini sudah dianggap benar dan bisa dijadikan
rujukan atas pendidikan karakter siswa di madrasah kami, tinggal bagaimana dengan sikap
siswa yang sering terlambat ini, apakah mereka bisa mengubah kebiasaan mereka menjadi
lebih baik di hari-hari mendatang ataukah tidak.
 Dengan adanya penggunaan ‘rompi anti keterlambatan’ ini, sekarang jumlah siswa yang
terlambat antara 5 hingga 10 siswa. Pengurangan jumlah siswa yang terlambat ini sangat
kami syukuri, setidaknya langkah ini sudah dianggap benar dan bisa dijadikan rujukan atas
pendidikan karakter siswa di madrasah kami, tinggal bagaimana dengan sikap siswa yang
sering terlambat ini, apakah mereka bisa mengubah kebiasaan mereka menjadi lebih baik di
hari-hari mendatang ataukah tidak.
Ketidakefektifan Karena Aspek Pragmatik
 Tidak ada siswa yang ingin terlambat masuk sekolah, semua siswa pasti ingin masuk
ke kelasnya masing-masing lebih awal dari bunyi bel jam pelajaran pertama masuk
kelas.
 Tidak ada siswa yang ingin terlambat masuk sekolah.
 Semua siswa pasti ingin masuk ke kelasnya masing-masing lebih awal dari bunyi bel
jam pelajaran pertama masuk kelas.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai