Anda di halaman 1dari 21

‫ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ‬

‫‪Kalimat Efektif‬‬
Definisi Kalimat Efektif
Rangkaian kata yang mengikuti kaidah
kebahasaan secara baik dan benar,
sebagai ungkapan gagasan atau
perasaan penulis, yang tepat sasaran
dan dapat dimengerti oleh pembaca
sebagaimana yang dimaksudkan
penulis.
Definisi Kalimat Efektif
Rangkaian kata yang mengikuti kaidah
kebahasaan secara baik dan benar,
sebagai ungkapan gagasan atau
perasaan penulis, yang tepat sasaran
dan dapat dimengerti oleh pembaca
sebagaimana yang dimaksudkan
penulis.
Ciri-ciri Kalimat Efektif
1. Kesepadanan
struktur

7. Kelogisan 2. Kesamaan
makna bentuk

6. Kepaduan 3. Ketegasan
makna makna

5. Kecermatan
4. Kehematan
dan
kata
kesantunan
1. Kesepadanan struktur
Kesepadanan struktur ditunjukkan
dengan kejelasan fungsi gramatikal,
seperti subjek dan predikat.
..?
Kepada para peserta diskusi dipersilakan masuk.
(tidak bersubjek)
Pada kalimat tersebut tidak memiliki subjek.
Karena setelah kata kepada selalu
kata keterangan. karenanya pada kalimat tersebut
kata kepada perlu dihilangkan. Sehingga kalimat
tersebut akan seperti berikut :
Para peserta diskusi dipersilakan masuk.
(subjeknya para peserta diskusi)
..?
Penelitian itu saya dibantu dosen.
(tidak ada kejelasan subjek dan predikatnya)
Pada kalimat tersebut tidak ada kejelasan
mana subjek dan predikatnya. Agar kalimat tersebut memiliki
kejelasan struktur, perlu dianalisis maksud dari kalimatnya. Secara
harfiah kalimat tersebut ingin menyampaikan bahwasannya
“saya dibantu oleh dosen saat melaksanakan penelitian”. Jika
diuraikan dalam bentuk kalimat, maka,
• kata saya adalah subjek,
• kata dibantu adalah predikat,
• kata dosen adalah objek, dan
• kata penelitian itu adalah keterangan.
Untuk memperjelas fungsi keterangan pada kalimat tersebut, makan perlu ditambahkan kata
penunjuk keterangan. Perhatikan kalimat berikut.
Dalam penelitian itu, saya dibantu dosen.
Kata dalam selalu diikuti oleh keterangan.
2. Kesamaan bentuk
Kesamaan bentuk dapat pula disebut
kepararelan bentuk. Jadi antara satu
bentuk kata atau frasa satu dengan
lainnya dalam kalimat harus sama.
..?
Tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, menganalisis data, dan
menyimpulkan hasil analisis.
Pada kata yang digaris bawahi, kita dapat menguraikannya sebagai berikut.
pengumpulan = pe + kumpul + an
menganalisis = me + alalisis
menyimpulkan = me + simpul + kan
Ketiga kata tersebut memiliki imbuhan yang berbeda-beda. Dalam ciri kesamaan
bentuk, bentuk dari kata yang pararel (disatukan oleh tanda koma [,]) harus
disamakan bentuknya. Kalimat tersebut berhubungan dengan bentuk kata
berimbuhan. Karenanya terdapat dua pilihan untuk mengefektifkan kalimat
tersebut. Pilihan pertama yaitu menyamakan imbuhannya dengan pe – an atau
dengan me-.
Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.
Tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, penganalisisan data, dan
penyimpulan hasil analisis.
Tahapan penelitian meliputi mengumpulkan data, menganalis data, dan
menyimpulkan hasil analisis.
3. Ketegasan Makna
Ketegasan makna, dapat dilakukan
dengan meletakkan bagian yang
dipentingkan di bagian awal
kalimat. Hal ini dilakukan untuk
memberikan penekanan pada hal
yang dimaksud.
(1) Pergi kamu!
(2) Kamu pergi!

Jika dilihat, kedua kalimat tersebut tidak ada bedanya. Namun berdasarkan makna dan
tujuan, kedua kalimat tersebut memiliki perbedaan yang nyata.
Pada kalimat (1) penekanannya terletak pada kata pergi. Hal ini memiliki maksud,
bahwasannya harus segera pergi dengan cepat.
Sedangkan kalimat (2) penekanannya terletak pada kata kamu. Hal ini memiliki
maksud, bahwasannya yang harus pergi adalah kamu bukan yang
4. Kehematan kata
Kehematan kata bisa dilakukan dengan
menghindari pengulangan subjek, serta
dengan menghindari
penggunaan superordinat dan hiponim
secara bersamaan.
Superordinat Hiponim
Burung Beo, Pelatuk, Kakak tua, dll
Bunga Seruni, Mawar, Melati, dll
Buah Jeruk, Mangga, Markisa, dll
..?
“Kak, belikan buah jeruk!”
(penggunaan superordinat dan hiponim)
Pada kalimat di atas, memiliki konteks ‘seorang adik yang memesan sesuatu ketika ke
toko buah’. Sudah pasti ‘jeruk’ yang dimaksud adalah ‘buah jeruk’, bukan ‘pohon
jeruk’ atau ‘daun jeruk’. Karenanya cukup menggunakan kata ‘jeruk’.

“Kak, belikan jeruk!”


5. Kecermatan dan kesantunan
- Kecermatan
dapat dilakukan dengan memilih
bentuk sinonimi yang paling tepat.
Sinonimi merupakan kata yang memiliki kesamaan
makna atau arti.
Contoh sinonimi:
 cantik = ayu
 benar = betul
 mati = wafat, tewas, mampus
 melihat = menonton, menatap, melirik, mengintip, menerawang, dll
..?
Lihatlah cawan petri yang tersedia.
Rani menjinjing adiknya yang masih kecil.

Cawan petri digunakan untuk penelitian di lab biologi, fisika, atau kimia.
Kata lihatlah kurang tepat untuk kalimat tersebut, karena dalam percobaan perlu
lebih dari sekedar melihat. Kata yang lebih tepat adalah amatilah yang memiliki
makna melihat dengan lebih. Pada kalimat selanjutnya, kata menjinjing biasa
digunakan untuk membawa barang atau sesuatu dengan posisi tangan kebawah.
Tidaklah tepat jika kata tersebut digunakan untuk menggambarkan seseorang yang
membawa adiknya. Maka kata menggendong, yakni membawa dengan
mendukung di pinggang lebih tepat untuk menggambarkan seorang kakak yang
membawa adiknya.
Amatilah cawan petri yang tersedia.
Rani menggendong adiknya yang masih kecil.
- Kesantunan
dapat dilakukan dengan memilih kata-
kata yang bermakna netral atau
denotasi. Penggunaan kata dalam teori
kesantunan dibagi menjadi beberapa
kelas.
..?
(1) Maaf bapak, anak bapak kurang mampu sehingga kami terpaksa tidak
menaikkan kelas.
(2) Maaf bapak, anak bapak bodoh sehingga kami terpaksa tidak menaikkan
kelas.
(3) Maaf bapak, anak bapak dungu sehingga kami terpaksa tidak menaikkan
kelas.

Kalimat (1) merupakan kelas paling santun yakni menggunakan konotasi positif.
Kalimat (2) merupakan kelas yang umum dan efektif, namun dirasa kurang sopan. Kalimat
tersebut menggunakan makna netral (makna sesungguhnya atau denotasi).
Kalimat (3) merupakan kelas terendah yakni menggunakan konotasi negatif. Ada baiknya
menggunakan konotasi positif, namun alangkah lebih baik dalam kondisi tertentu kejujuran
diperlukan. Hal ini akan menjadikan pembicara dan pendengar memaknai hal dengan sama.
6. Kepaduan makna
Kepaduan makna dapat dicapai dengan
terpenuhinya kepaduan bentuk. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan penggunaan Aspek
dan Agen yang benar. Aspek merupakan
keterangan petunjuk.

Aspek + Agen + Verba


Contoh aspek, misalnya : sudah, sedang, akan, dll.
..?
Proposal Anggi dosen sudah terima.

Kalimat di atas seharusnya dirubah menjadi kalimat berikut.

Proposal Anggi sudah dosen terima.


7. Kelogisan Makna
Kelogisan merupakan sesuatu yang
bernalar atau masuk akal.
Suatu kalimat haruslah masuk akal.
..?
(1) Ibunya Dina masih gadis.
(2) untuk mempersingkat waktu diskusi kita mulai.

Kalimat (1), tentulah tidak logis. Seorang ibu tentulah bukan gadis lagi.
Kalimat (2), waktu tidak dapat disingkat. Waktu berjalan sesuai
dengan apa adanya. Kesalahan penggunaan kata ini sering terjadi
dalam acara-acara umum. Kedua kalimat tersebut seharusnya
dirubah menjadi berikut.

(1) Ibunya Dina masih muda.


(2) untuk mengefisienkan waktu diskusi kita mulai.

Anda mungkin juga menyukai