Dosen Pengampu:
Dr. Irwan Marwan,, M. Hum.
Oleh kelompok 3 :
A. Pengertian Kata
Pendapat dari para ahli bahasa mengenai konsep kata.
B. Pengertian Morfologi
Salah satu ahli memberikan pengertian morfologi. Samsuri (1988:
15), mendefinisikan morfologi sebagai cabang linguistik yang mempelajari
struktur dan bentuk-bentuk kata. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa morfologi merupakan cabang ilmu bahasa yang
mempelajari bentuk dan proses pembentukan kata. Proses pembentukan
kata tersebut dapat berpengaruh terhadap perubahan bentuk kata dan juga
terhadap golongan dan arti kata.
Morfologi dibagi menjadi dua tipe analisis, yaitu:
1. Morfologisinkronik, dan
2. Morfologi diakronik.
Morfologi sinkronik menelaah morfem-morfem dalam satu cakupan
waktu tertentu, baik waktu lalu maupun waktu kini.
Morfologi diakronik sejarah atau asal-usul kata, dan
mempermasalahkan mengapa misalnya pemakaian kata kini berbeda
dengan pemakaian kata pada masa lalu.
2
C. Klasifikasi Kelas Kata
Klasifikasi atau bisa disebut jenis kata adalah golongan kata yang
mempunyai kesamaan bentuk, fungsi dan perilaku sintaksis. Klasifikasi
kata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Kelas Terbuka
Kelas yang anggotanya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-
waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam
masyarakat penutur suatu bahasa. (Chaer. 2015:65)
a. Verba (Kata kerja)
Ciri-ciri :
1. Sering diikuti afiks. Contoh : mengantar, bertamu, diajak
2. Dapat didampingi oleh semua adverbia kala (tenses) yaitu, sedang,
akan, hendak, sudah, telah, belum.
3. Dapat didampingi oleh negasi tidak dan tanpa.
4. Dapat diperluas dengan kata “dengan+ajektifa”. Contoh : berbicara
dengan lancar, menghitung dengan teliti.
5. Umumnya menduduki fungsi predikat. Contoh : Mada (S) sedang
belajar (P) =>{V}
Verba memiliki 10 jenis, yaitu :
1. Transitif
Diikuti oleh objek, umunya kata kerja ini berprefiks {men-}
Contoh : Alya (S) membantu (P) ibunya (O)
2. Intransitif
Tidak diikuti oleh objek, umumnya berprefiks {ber-} ada juga yang
berprefiks {meN-}
Contoh : Sofi (S) menangis (P), Sofi (S) bekerja (P)
3. Aktif
Menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh subjek. Umumnya
berafiks {meN-} S = pelaku, O = penderita.
Contoh : Riris (S) membaca (P) buku (O)
3
4. Pasif
Menyatakan perbuatan objek. S = penderita, O = pelaku.
Contoh : Buku (S) dibaca (P) Riris (O)
5. Finit
Menyatakan perbuatan. Umumnya menduduki fungsi predikat.
Contoh : Ayah (S) memperbaiki (P) rumah (O)
6. Infinit
Menyatakan perbuatan, namun bukan menduduki fungsi predikat.
Contoh : Mengarang (S) sangat menyenangkan (P), Olahraga (S)
sangat menyehatkan (P)
7. Reflektif
Menyatakan perbuatan yang mengenai pelakunya.
Contoh : Arvin (S) sedang berseragam (P)
8. Resiprok
Menyatakan perbuatan yang berlawanan atau saling berbalas-balasan
Contoh : Mereka (S) sedang berbincang-bincang (P)
9. AUS
Kata kerja yang berpa kata dasar dan tidak berafiks.
Contoh : bangun, lari, mandi, kerja, pulang, pergi.
10. Kopulatif
Kata kerja yang berjejeran pada suatu kalimat.
Contoh : Najwa (S) pergi (V) bekerja (V)
b. Nomina
Nama dari semua benda dan segala yang dibendakan, atau yang
mengandung afiks -an, pe-, peN-an, ke-an.
Kata benda dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Konkret (dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa)
a. Nama diri, Contoh : Alfin, Riau
b. Nama jenis, Contoh : gunung, lemari, sungai
c. Nama zat, Contoh : kayu, logam, air, udara
d. Nama himpunan, Contoh : manusia, masyarakat, hewan, hutan.
4
2. Abstrak (tidak dapat dilihat, didengar, diraba) Contoh : keadilan,
kekerasan, ilmu.
Ciri-ciri nomina :
1.Diikuti afiks {-an}, {pe-}, (peN-an), {peN-}, {ke-an}.: tulisan,
pedagang.
2. Didahului kata depan (preposisi).: di pasar, ke pasar, dari pasar, pada
dinding.
3. Didahului dengan kata sandang (Si dan Sang),: Si cerdik, Sang puteri.
4. Disertai negasi ‘bukan’,: Bukan rumah
5. Diikuti oleh kata ganti -ku, -mu, -nya.: Bajuku, rumahmu, pensilnya.
6. Diperluas dengan kata ‘yang + ajektifa’: Anak yang manja.
7. Diikuti dengan kata ‘ini dan itu’ : toko ini, sawah itu.
8. Menduduki fungsi subjek, predikat, objek. : Elsa (S) => Adj pergi
(P) ke toko (Ket. tempat)
c. Ajektifa (Kata keadaan atau kata sifat)
Kata sifat memiliki fungsi sebagai atribut, predikat dan substansif.
Ciri-ciri :
1. Didahului kata amat, sangat, terlalu dan agak.: sangat panas
2. Dapat diikuti kata ‘sekali dan benar’: banyak sekali
3. Dapat diulang dan dibubuhi afiks se-nya.: selebar-lebarnya.
4. Memberikan sifat kepada benda.: pot bunga itu sangat bagus.
5
A. Adverbia
Adverbia disebut kata keterangan atau kata keterangan tambahan.
Fungsinya adalah menerangkan kata kerja, kata sifat, dan jenis kata
lainnya. Adverbia disebut juga kata-kata yang bertugas mendampingi
nomina, verba, dan ajektifa.
B. Pronomina
Pronomina disebut kata ganti karena tugasnya memang
menggantikan nomina yang ada. Secara umum dibedakan menjadi empat
macam pronomina yaitu:
• Pronomina persona (kata ganti diri)
Kata ganti diri orang pertama tunggal (saya, aku, beta), orang
pertama jamak (kami kita)
Kata ganti diri orang kedua tunggal (kamu, engkau), orang kedua
jamak (kalian kamu sekalian)
Kata ganti diri orang ketiga tunggal (ia, dia, nya), orang ketiga
jamak (mereka)
• Pronomina demostrativa ( kata ganti penunjuk). (ini dan itu)
• Pronomina interogatifa (kata ganti tanya). (apa, siapa, kenapa,
mengapa, berapa, bagaimana, dan mana.)
• Pronomina Relativa (Kata Ganti Penghubung) (yang, adalah.)
C. Numeralia
1. Kata bilangan atau numeralia adalah kata-kata yang menyatakan
bilangan, jumlah, nomor, urutan dan himpunan.
2. Kata bantu bilangan. Kata bantu bilangan disebut juga kata penjodoh
bilangan, atau kata penggolong.
D. Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk
merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa.
E. Konjungsi
Konjungsi atau kata pengubung adalah kata-kata yang
menghubungkan satuan-satuan kata,
6
F. Artikula
Artikula atau kata sandang adalah kata-kata yang berfungsi sebagai
penentu atau mendefinisikan sesuatu nomina, ajektifa, atau kelas
lain. Artikula dalam bahasa Indonesia adalah si, sang.
G. Interjeksi
kata-kata yang mengungkapkan perasaan batin misalnya karena
kaget, marah, sebagainya. Interjeksi terbagi menjadi dua yaitu:
❖ kata singkat (wah!, hai!, oi!, oh, nah!, hah?!)
❖ kata-kata biasa (aduh, celaka, gila, kasihan, bangsat, dsb).
H. Partikel
Partikel dalam bahasa Indonesia antara lain adalah kah, lah, tah, dan
pun. Partikel ini berfungsi sebagai penegas dalam penuturan.
7
1. Komposisi Nominal Bermakna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang ,uncul dalam proses
penggabungan dasar dengan dasar dalam pembentukan sebuah
komposisi. (Chaer,2008)
2. Komponen Nominal Bermakna Idiomatikal
Komposisi yang berupa idiom sebagian adalah yang salah satu
unsurnya masih memiliki makna leksikal, seperti pada kata daerah
hitam, pakaian kebesaran, koran kuning, dan gaji buta dimana salah
satu diantara unsurnya masih bermakna leksikal yaitu pada kata
daerah, pakaian, koran, dan gaji ( Abdul Chaer:2008:223).
3. Komponen Nominal Metaforis
Komponen nominal yang mengambil salah satu komponen
makna yang dimiliki oleh unsur tersebut.misalnya unsur kaki pada
komposisi kaki gunung diberi makna metaforis dari komponen
makna kaki yaitu, (+ terletak pada bagian bawah). sedangkan pada
komposisi kaki meja diberi komponen yakni, (+penunjang
berdirinya tubuh. (Chaer, 2008:223).
4. Komponen Nominal Nama dan Istilah
Sebagai istilah makna komposisi ini tidak bermakna
gramatikal, tidak bermakna idiomatikal juga tidak bermakna
metaforis. Berikut beberapa contoh nama dan istilah : (Chaer,
2008:224)
Nama anak angkat
Istilah Kali Ciliwung
Hotel Indonesia bapak angkat
IKIP Jakarta Abdul Rahman
lepas landas pintu darurat
8
5. Komposisi Nominal dengan Adeverbia
Ada sejumlah komposisi nominal yang dibentuk dari kelas
adverbial dan kelas nominal Contoh : sejumlah uang, tanpa air,
beberapa siswa,kurang semen,belum pulang
• Komposisi Verbal
11
e. ‘untuk’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat di sisipkan
kata untuk.
f. ‘dengan’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat di sisipkan
kata dengan.
g. ‘secara’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan
kata secara.
• Komposisi verbal bermakna idiomatikal
Ada sejumlah komposisi verbal yang bermakna idiomatikal,
yaitu makna yang tidak dapat ditelusuri atau diprediksi baik secara
leksikal maupun gramtikal. misalnya “makan garam”
• Komposisi verbal dengan adverbial
Verbal yang mengisi fungsi predikat dalam klausa seringkali
didampingi adverbia. Adverbia yang mendampingi verba yakni:
• Komposisi Ajektival
Komposisi ajektifal adalah komposisi yang pada satuan klausa,
berkategori ajektiva. Komposisi ajektifal dapat dibentuk dengan dasar :
a. ajektifa + ajektifa : tua muda
b. ajektifa + nomina : merah darah
c. ajektifa + verba : takut pulang
d. adverbia + ajektifa : tidak berani. (Chaer, 2008:231)
10
❖ Komposisi Ajektival Bermakna Gramatikal
• Dalam proses pembentukannya muncul sejumlah makna gramatikal
, anatara lain, adalah makna yang menyatakan:
a) ‘gabungan biasa’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat
disisipkan kata dan.
b) ‘alternatif atau pilihan’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat
disisipkan kata atau.
c) ‘seperti’ , sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan
kata seperti.
d) ‘serba’, makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua
unsurnya berupa dasar yang sama dan memiliki komponen makna
yang sama.
e) ‘untuk’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan
kata untuk.
f) ‘kalau’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan
kata kalau.
❖ Komposisi Ajektival bermakna Idiomatikal
Ada sejumlah komposisi ajektival bermakna idiomatical, yakni
makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal.
Misalnya panjang usus dalam arti sabar, tinggi hati dalam arti angkuh.
❖ Komposisi Ajektival dengan Adverbial
Hanya ada dua macam adverbial yang mendampingi ajektiva untuk
mebentuk komposisi ajektival, yaitu :
a) Adverbial negasi : tidak.
b) Adverbia derajat : agak, sama, lebih, kurang, sangat, amat, sekali.
11
BAB III
PENUTUP
12
DAFTAR PUSTAKA
13