Anda di halaman 1dari 13

KATA DAN MORFOLOGI

Makalah ini untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Bahasa Indonesia”

Dosen Pengampu:
Dr. Irwan Marwan,, M. Hum.

Oleh kelompok 3 :

Ahmad Tegar Aditya (22201057)


Latifatul Qolby (22201060)
Yuni Rohmatul Hidayah (22201073)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) KEDIRI
2022
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kata
Pendapat dari para ahli bahasa mengenai konsep kata.

1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah


kalimat dibagi atas bagian-bagiannya, dan mengandung sebuah ide
(Keraf, 1991: 44)
2. Kata adalah satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain setiap
satuan bebas merupakan kata (Kushartanti, 2005: 151).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan kata adalah satuan bebas, atau bentuk yang paling kecil, mampu
berdiri sendiri, dan sudah mempunyai arti.

B. Pengertian Morfologi
Salah satu ahli memberikan pengertian morfologi. Samsuri (1988:
15), mendefinisikan morfologi sebagai cabang linguistik yang mempelajari
struktur dan bentuk-bentuk kata. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa morfologi merupakan cabang ilmu bahasa yang
mempelajari bentuk dan proses pembentukan kata. Proses pembentukan
kata tersebut dapat berpengaruh terhadap perubahan bentuk kata dan juga
terhadap golongan dan arti kata.
Morfologi dibagi menjadi dua tipe analisis, yaitu:
1. Morfologisinkronik, dan
2. Morfologi diakronik.
Morfologi sinkronik menelaah morfem-morfem dalam satu cakupan
waktu tertentu, baik waktu lalu maupun waktu kini.
Morfologi diakronik sejarah atau asal-usul kata, dan
mempermasalahkan mengapa misalnya pemakaian kata kini berbeda
dengan pemakaian kata pada masa lalu.

2
C. Klasifikasi Kelas Kata

Klasifikasi atau bisa disebut jenis kata adalah golongan kata yang
mempunyai kesamaan bentuk, fungsi dan perilaku sintaksis. Klasifikasi
kata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Kelas Terbuka
Kelas yang anggotanya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-
waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam
masyarakat penutur suatu bahasa. (Chaer. 2015:65)
a. Verba (Kata kerja)
Ciri-ciri :
1. Sering diikuti afiks. Contoh : mengantar, bertamu, diajak
2. Dapat didampingi oleh semua adverbia kala (tenses) yaitu, sedang,
akan, hendak, sudah, telah, belum.
3. Dapat didampingi oleh negasi tidak dan tanpa.
4. Dapat diperluas dengan kata “dengan+ajektifa”. Contoh : berbicara
dengan lancar, menghitung dengan teliti.
5. Umumnya menduduki fungsi predikat. Contoh : Mada (S) sedang
belajar (P) =>{V}
Verba memiliki 10 jenis, yaitu :

1. Transitif
Diikuti oleh objek, umunya kata kerja ini berprefiks {men-}
Contoh : Alya (S) membantu (P) ibunya (O)
2. Intransitif
Tidak diikuti oleh objek, umumnya berprefiks {ber-} ada juga yang
berprefiks {meN-}
Contoh : Sofi (S) menangis (P), Sofi (S) bekerja (P)
3. Aktif
Menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh subjek. Umumnya
berafiks {meN-} S = pelaku, O = penderita.
Contoh : Riris (S) membaca (P) buku (O)

3
4. Pasif
Menyatakan perbuatan objek. S = penderita, O = pelaku.
Contoh : Buku (S) dibaca (P) Riris (O)
5. Finit
Menyatakan perbuatan. Umumnya menduduki fungsi predikat.
Contoh : Ayah (S) memperbaiki (P) rumah (O)
6. Infinit
Menyatakan perbuatan, namun bukan menduduki fungsi predikat.
Contoh : Mengarang (S) sangat menyenangkan (P), Olahraga (S)
sangat menyehatkan (P)
7. Reflektif
Menyatakan perbuatan yang mengenai pelakunya.
Contoh : Arvin (S) sedang berseragam (P)
8. Resiprok
Menyatakan perbuatan yang berlawanan atau saling berbalas-balasan
Contoh : Mereka (S) sedang berbincang-bincang (P)
9. AUS
Kata kerja yang berpa kata dasar dan tidak berafiks.
Contoh : bangun, lari, mandi, kerja, pulang, pergi.
10. Kopulatif
Kata kerja yang berjejeran pada suatu kalimat.
Contoh : Najwa (S) pergi (V) bekerja (V)
b. Nomina
Nama dari semua benda dan segala yang dibendakan, atau yang
mengandung afiks -an, pe-, peN-an, ke-an.
Kata benda dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Konkret (dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa)
a. Nama diri, Contoh : Alfin, Riau
b. Nama jenis, Contoh : gunung, lemari, sungai
c. Nama zat, Contoh : kayu, logam, air, udara
d. Nama himpunan, Contoh : manusia, masyarakat, hewan, hutan.

4
2. Abstrak (tidak dapat dilihat, didengar, diraba) Contoh : keadilan,
kekerasan, ilmu.
Ciri-ciri nomina :
1.Diikuti afiks {-an}, {pe-}, (peN-an), {peN-}, {ke-an}.: tulisan,
pedagang.
2. Didahului kata depan (preposisi).: di pasar, ke pasar, dari pasar, pada
dinding.
3. Didahului dengan kata sandang (Si dan Sang),: Si cerdik, Sang puteri.
4. Disertai negasi ‘bukan’,: Bukan rumah
5. Diikuti oleh kata ganti -ku, -mu, -nya.: Bajuku, rumahmu, pensilnya.
6. Diperluas dengan kata ‘yang + ajektifa’: Anak yang manja.
7. Diikuti dengan kata ‘ini dan itu’ : toko ini, sawah itu.
8. Menduduki fungsi subjek, predikat, objek. : Elsa (S) => Adj pergi
(P) ke toko (Ket. tempat)
c. Ajektifa (Kata keadaan atau kata sifat)
Kata sifat memiliki fungsi sebagai atribut, predikat dan substansif.
Ciri-ciri :
1. Didahului kata amat, sangat, terlalu dan agak.: sangat panas
2. Dapat diikuti kata ‘sekali dan benar’: banyak sekali
3. Dapat diulang dan dibubuhi afiks se-nya.: selebar-lebarnya.
4. Memberikan sifat kepada benda.: pot bunga itu sangat bagus.

Kata sifat memiliki 3 tingkatan, yaitu :


1. Positif (tingkat biasa): Bintang anak yang cerdas.
2. Komparatif (membandingkan): Siska lebih tinggi daripada Siski.
3. Superlatif (tingkat paling): Shanum siswa tercerdas di kelas kita.
4.
2. Kelas Tertutup
Kelas kata tertutup adalah kelas kata jumlah keanggotaanya terbatas
dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau berkurang.

5
A. Adverbia
Adverbia disebut kata keterangan atau kata keterangan tambahan.
Fungsinya adalah menerangkan kata kerja, kata sifat, dan jenis kata
lainnya. Adverbia disebut juga kata-kata yang bertugas mendampingi
nomina, verba, dan ajektifa.
B. Pronomina
Pronomina disebut kata ganti karena tugasnya memang
menggantikan nomina yang ada. Secara umum dibedakan menjadi empat
macam pronomina yaitu:
• Pronomina persona (kata ganti diri)
Kata ganti diri orang pertama tunggal (saya, aku, beta), orang
pertama jamak (kami kita)
Kata ganti diri orang kedua tunggal (kamu, engkau), orang kedua
jamak (kalian kamu sekalian)
Kata ganti diri orang ketiga tunggal (ia, dia, nya), orang ketiga
jamak (mereka)
• Pronomina demostrativa ( kata ganti penunjuk). (ini dan itu)
• Pronomina interogatifa (kata ganti tanya). (apa, siapa, kenapa,
mengapa, berapa, bagaimana, dan mana.)
• Pronomina Relativa (Kata Ganti Penghubung) (yang, adalah.)
C. Numeralia
1. Kata bilangan atau numeralia adalah kata-kata yang menyatakan
bilangan, jumlah, nomor, urutan dan himpunan.
2. Kata bantu bilangan. Kata bantu bilangan disebut juga kata penjodoh
bilangan, atau kata penggolong.
D. Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk
merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa.
E. Konjungsi
Konjungsi atau kata pengubung adalah kata-kata yang
menghubungkan satuan-satuan kata,

6
F. Artikula
Artikula atau kata sandang adalah kata-kata yang berfungsi sebagai
penentu atau mendefinisikan sesuatu nomina, ajektifa, atau kelas
lain. Artikula dalam bahasa Indonesia adalah si, sang.
G. Interjeksi
kata-kata yang mengungkapkan perasaan batin misalnya karena
kaget, marah, sebagainya. Interjeksi terbagi menjadi dua yaitu:
❖ kata singkat (wah!, hai!, oi!, oh, nah!, hah?!)
❖ kata-kata biasa (aduh, celaka, gila, kasihan, bangsat, dsb).
H. Partikel
Partikel dalam bahasa Indonesia antara lain adalah kah, lah, tah, dan
pun. Partikel ini berfungsi sebagai penegas dalam penuturan.

D. Pembentukan Kata (Komposisi)


Menurut Chaer, (2008: 209).Komposisi adalah penggabungan dasar
dengan dasar (biasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhan) untuk
mewadahi suatu “konsep” yang belum tertampung dalam sebuah kata.
Secara garis besar komposisi adalah peristiwa penggabungan kata
dasar atau akar yang membentuk makna yang berbeda dengan makna
dasarnya.
• Komposisi Nominal
Komposisi yang pada satuan klausa berkategori nomina. misalnya
komposisi kakek nenek dan baju baru. Pembentukan komposisi
nomina :
a. Nomina + nomina : kakek nenek, meja kayu, sate kambing
b. Nomina + verba : meja makan, buku ajar, ruang tunggu
c. Nomina + ajektifa : guru muda, mobil kecil, meja hijau
d. Adverbia + nomina : bukan uang, banyak buaya

7
1. Komposisi Nominal Bermakna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang ,uncul dalam proses
penggabungan dasar dengan dasar dalam pembentukan sebuah
komposisi. (Chaer,2008)
2. Komponen Nominal Bermakna Idiomatikal
Komposisi yang berupa idiom sebagian adalah yang salah satu
unsurnya masih memiliki makna leksikal, seperti pada kata daerah
hitam, pakaian kebesaran, koran kuning, dan gaji buta dimana salah
satu diantara unsurnya masih bermakna leksikal yaitu pada kata
daerah, pakaian, koran, dan gaji ( Abdul Chaer:2008:223).
3. Komponen Nominal Metaforis
Komponen nominal yang mengambil salah satu komponen
makna yang dimiliki oleh unsur tersebut.misalnya unsur kaki pada
komposisi kaki gunung diberi makna metaforis dari komponen
makna kaki yaitu, (+ terletak pada bagian bawah). sedangkan pada
komposisi kaki meja diberi komponen yakni, (+penunjang
berdirinya tubuh. (Chaer, 2008:223).
4. Komponen Nominal Nama dan Istilah
Sebagai istilah makna komposisi ini tidak bermakna
gramatikal, tidak bermakna idiomatikal juga tidak bermakna
metaforis. Berikut beberapa contoh nama dan istilah : (Chaer,
2008:224)
Nama anak angkat
Istilah Kali Ciliwung
Hotel Indonesia bapak angkat
IKIP Jakarta Abdul Rahman
lepas landas pintu darurat

8
5. Komposisi Nominal dengan Adeverbia
Ada sejumlah komposisi nominal yang dibentuk dari kelas
adverbial dan kelas nominal Contoh : sejumlah uang, tanpa air,
beberapa siswa,kurang semen,belum pulang

• Komposisi Verbal

Komposisi verbal adalah komposisi yang pada satuan klausa


berkategori verbal. misalnya menyanyi menari dan datang
menghadap.

Komposisi verbal dibentuk dari dasar :

a. Verba + verba, contoh : menyanyi menari, duduk termenung

b. Verba + nomina, contoh : gigit jari, membanting tulang, makan


tangan

c. Verba + ajektifa, contoh : lompat tinggi, lari cepat, berkata keras.

d. Adverbia + verba, contoh : sudah makan, tidak datang, brlum


jumpa.(Chaer, 2008:225)

• Komposisi Verbal Bermakna Gramatikal


Proses pembentukan komposisi verbal muncul beberapa makna
gramatikal, anatara lain adalah makna yang menyatakan:
a. ‘gabungan biasa’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat
disispkan kata dan.
b. ‘gabungan mempertentangkan’, sehingga di antara kedua
unsurnya dapat disisipkan kata atau.
c. ‘sambil’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan
kata sambil.
d. ‘lalu’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan
kata lalu.

11
e. ‘untuk’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat di sisipkan
kata untuk.
f. ‘dengan’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat di sisipkan
kata dengan.
g. ‘secara’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan
kata secara.
• Komposisi verbal bermakna idiomatikal
Ada sejumlah komposisi verbal yang bermakna idiomatikal,
yaitu makna yang tidak dapat ditelusuri atau diprediksi baik secara
leksikal maupun gramtikal. misalnya “makan garam”
• Komposisi verbal dengan adverbial
Verbal yang mengisi fungsi predikat dalam klausa seringkali
didampingi adverbia. Adverbia yang mendampingi verba yakni:

1. Adverbia negasi, yakni tidak, tak, tanpa.

2. Adverbia kala, yakni sedang, sudah, tengah lagi, akan.

3. Adverbia keselesaian, yakni sudah, sedang, tengah, belum.

4. Adverbia aspektual, yakni boleh, wajib, harus, dapat, ingin, mau.

5. Aderbia frekuensi, yakni sering, jarang, pernah, acapkali.

6. Adverbia kemungkinan, yakni mungkin, pasti, barang kali, boleh jadi.

• Komposisi Ajektival
Komposisi ajektifal adalah komposisi yang pada satuan klausa,
berkategori ajektiva. Komposisi ajektifal dapat dibentuk dengan dasar :
a. ajektifa + ajektifa : tua muda
b. ajektifa + nomina : merah darah
c. ajektifa + verba : takut pulang
d. adverbia + ajektifa : tidak berani. (Chaer, 2008:231)

10
❖ Komposisi Ajektival Bermakna Gramatikal
• Dalam proses pembentukannya muncul sejumlah makna gramatikal
, anatara lain, adalah makna yang menyatakan:
a) ‘gabungan biasa’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat
disisipkan kata dan.
b) ‘alternatif atau pilihan’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat
disisipkan kata atau.
c) ‘seperti’ , sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan
kata seperti.
d) ‘serba’, makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua
unsurnya berupa dasar yang sama dan memiliki komponen makna
yang sama.
e) ‘untuk’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan
kata untuk.
f) ‘kalau’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan
kata kalau.
❖ Komposisi Ajektival bermakna Idiomatikal
Ada sejumlah komposisi ajektival bermakna idiomatical, yakni
makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal.
Misalnya panjang usus dalam arti sabar, tinggi hati dalam arti angkuh.
❖ Komposisi Ajektival dengan Adverbial
Hanya ada dua macam adverbial yang mendampingi ajektiva untuk
mebentuk komposisi ajektival, yaitu :
a) Adverbial negasi : tidak.
b) Adverbia derajat : agak, sama, lebih, kurang, sangat, amat, sekali.

11
BAB III

PENUTUP

Morfologi merupakan cabang dari linguistik, yang mempelajari tentang


seluk beluk dari bentuk-bentuk dan pembentukan kata. Dalam mempelajari
morfologi, salah satu yang akan dibahas adalah komposisi yang terbagi berdasarkan
kategori, salah satunya komposisi verbal.

Komposisi adalah proses penggabungan dasar dengan dasar (biasanya


berupa akar maupun bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu “konsep” yang
belum tertampung dalam sebuah kata (Chaer, 2008:209). Komposisi verbal adalah
komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal (Chaer,2008:225).

Komposisi berdasarkan semantik dibedakan menjadi komposisi verbal


bermakna gramatikal, komposisi verbal bermakna idiomatikal, dan komposisi
verbal dengan adverbia. Komposisi bermakna gramatikal memiliki makna yakni
‘gabungan biasa’, ‘gabungan mempertentangkan’, ‘sambil’, ‘lalu’, ‘untuk’,
‘dengan’, ‘secara’, ‘alat’, ‘waktu’, ‘karena’, ‘terhadap’, ‘menjadi’, ‘sehingga’,
‘menuju’, ‘arah kedatangan’, dan ‘seperti’. Komposisi verbal bermakna idiomatikal
memiliki makna yang tidak dapat ditelusuri atau diprediksi baik secara leksikal
maupun gramatikal. Sementara komposisi verbal dengan adverbia, terdiri dari
adverbia negasi, kala, keselesaian, aspektual, frekuensi, dan kemungkinan.

12
DAFTAR PUSTAKA

haer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : RINEKA


CIPTA.
Verhaan, J.w.M. 1983. Pengantar Linguistik. Yogyakarta : GADJAH MADA
UNIVERSITY PRESS.
Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta. ERLANG
Surono. 2015. Morfologi Bahasa Indonesia. Semarang : FIB Undip
Sutawijaya, Alam, dkk. 1996. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta :
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PENDIDIKAN
DASAR DAN MENENGAH BAGIAN PROYEK PENATARAN GURU
SLTP SETARA TAHUN 1996/1997

13

Anda mungkin juga menyukai