Anda di halaman 1dari 28

MODUL BAHASA INDONESIA LINTAS MINAT

1
KATA, FRASA DAN KALIMAT

A. Kata
Kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya,
kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan),
reduplikasi (perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan
maksud yang terkandung di dalam kalimat. Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan
atau jabatan seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan. Dalam kaitannya dengan
jabatan di dalam kalimat dan hubungannya dengan fungsi serta makna yang
ditunjukkannya, kata dikategorikan ke dalam kelas kata.Dalam perkembangan tata
bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan tentang kelas kata oleh para ahli
bahasa.Namun secara umum, kelas kata terbagi menjadi berikut ini.
1. kata Kerja (Verba)
Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan,
proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat. Kata kerja pada umumnya
berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Ciri kata kerja:
1. Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah Contoh: akan mandi,
akan tidur, sedang makan, telah pulang.
2. Dapat diingkari dengan kata tidak Contoh: tidak makan, tidak tidur.
3. Dapat diikuti oleh gabungan kata dengan + KB/KS Contoh: Pergi dengan
adik, menulis dengan cepat.
Macam-macam kata kerja (verba)
1 Verba dasar bebas, seperti: duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang, tidur
2 Verba turunan, terdiri atas:
 Verba berafiks: Contoh: ajari, bernyanyi, bertaburan.
 Verba bereduplikasi:Contoh: bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan,
marah-marah.
3 Verba berproses gabung:Contoh: bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum,
makan-makan.
4 Verba majemuk : Contoh: cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.

2
2. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan watak,
dan tabiat orang/binatang/ benda. Kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat,
objek dan penjelas subjek. Ciri-ciri kata sifat:
1 Dapat diberi keterangan pembanding lebih, kurang, dan paling Contoh: lebih
indah, kurang bagus, paling kaya.
2 Dapat diberi keterangan penguat: sangat, amat, benar, terlalu, dan sekali Contoh:
sangat senang, amat keras, mahal benar, terlalu berat, sedikit sekali.
3 Dapat diingkari dengan kata tidak Contoh: tidak benar, tidak halus, tidak sehat,
dan sebagainya
Macam-macam adjektiva:
a. Ajektiva dasar, seperti adil, afdol, bangga, baru, cemas, disiplin, anggun,
bengkak.
b. Adjektiva turunan terdiri atas:
 adjektiva berafiks contoh: terhormat, terindah, kesakitan, kesepian,
keinggris-inggrisan.
 adjektiva bereduplikasi:contoh: muda-muda, elok-elok, cantik-cantik.
 adjektiva berafiks: -wi, -iah contoh: abadi, duniawi, insani, ilmiah,
rohaniah, surgawi.
c. Adjektiva deverbalisasi, misalnya: melengking, terkejut, menggembirakan,
meluap.
d. Adjektiva denominalisasi, misalnya: berapi-api, berbudi, budiman, kesatria,
berbusa, dan lain-lain
e. Adjektiva de-adverbialisasi, misalnya : bersungguh-sungguh, berkurang,
bertambah.
f. Adjektiva denumeralia, misalnya: manunggal, mendua, menyeluruh.
g. Adjektiva de-interjeksi, misalnya: aduhai, sip, asoy.
h. Adjektiva majemuk, misalnya: panjang tangan, buta huruf, lupa daratan,
tinggi hati.
i. Adjektiva eksesif (berlebih-lebihan), misalnya alangkah gagahnya, bukan
main kuatnya, Maha kuasa.

3
3. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba,
adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Macam-macam adverbia:
a. Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak,
paling, pernah, pula, saja, saling.
b. Adverbia turunan terbagi atas:
a) Adverbia reduplikasi, misalnya: agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih, paling-
paling.
b) Adverbia gabungan, misalnya: belum boleh, belum pernah, atau tidak
mungkin.
c) Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya,
harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.
4. Kata Benda (Nomina)
Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret
maupun abstrak). Kata benda berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan
keterangan. Ciri-ciri kata benda:
a. Dapat diingkari dengan kata bukan Contoh : bukan gula, bukan rumah, bukan
mimpi, bukan pengetahuan.
b. Dapat diikuti dengan gabungan kata yang + KS (kata sifat) atau yang sangat +
KS Contoh : buku yang mahal, AApengetahuan yang sangat penting, orang yang
baik.
Macam-macam nomina:
a) Nomina bernyawa, misalnya: Umar, Abdullah, nenek, nona, ayah, kerbau,
ayam.
b) Nomina tak bernyawa, misalnya: nama lembaga, hari, waktu, daerah, bahasa.
c) Nomina terbilang, misalnya: kantor, rumah, orang, buku.
d) Nomina tak terbilang, misalnya: udara, kebersihan, kemanusiaan.
e) Nomina kolektif, misalnya: cairan, asinan, buah-buahan, kelompok.
f) Nomina ukuran, misalnya: pucuk, genggam, batang, kilogram, inci.
g) Nomina dari proses nominalisasi, misalnya: keadilan, kenaikan, pembicara,
pemotong, anjuran, simpulan, pengumuman, pemberontakan.
h) Nominalisasi dengan si dan sang, misalnya: si kecil, simanis, sang kancil, sang
dewi.
i) Nominalisasi dengan yang, misalnya: yang lari, yang berbaju, yang cantik.
4
5. Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada
nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau nomina. Macam-
macam pronomina: Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yakni
1. Pronomina Persona
a. Pronomina reduplikasi, misalnya: kita-kita, dia-dia, dan beliau-beliau.
b. Pronomina berbentuk frasa, misalnya: kamu sekalian, aku ini, dia itu.
c. Pronomina takrif, terbatas pada pronomina persona (orang) misalnya:
Pronomina persona I (kata ganti orang I) : saya, aku (tunggal), dan kami, kita
(jamak)
 Pronomina persona II (kata ganti orang II) : kamu, engkau, Anda
(tunggal), dan
 kalian, Anda sekalian (jamak), Pronomina persona III (kata ganti orang
III) : ia, dia, beliau (tunggal), dan mereka(jamak),
d. Pronomina tak takrif, tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu,
misalnya : sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa-apa, anu, dan masing-
masing sendiri.
2. Pronomina Penunjuk
Pronomina Penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam. Pronomina
penunjuk umum: ini, itu, dan anu. Pronomina penunjuk tempat: sini, situ, atau
sana.Pronomina penunjuk ihwal: begini dan begituPronomina

3. Penanya Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah


pertanyaan. Contoh: siapa, apa, mana, mengapa, kapan, dimana, bagaimana, dan
berapa.

6. Kata Bilangan (Numeralia)


Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya
orang, binatang, dan benda.
a) Numeralia utama (kardinal), terdiri atas: Bilangan penuh, misalnya: satu, dua,
tiga, puluh, ribu, juta.

5
 Bilangan pecahan, misalnya: sepertiga, duapertiga, lima perenam.
 Bilangan gugus, misalnya: selikur (21), lusin, gros, kodi, atau ton.
b). Numeralia tingkat, yaitu numeralia yang menunjukkan urutan atau struktur
Misalnya: pertama, kesatu, kedua, keempat, ketiga belas.
c). Numeralia kolektif, numeralia yang terbentuk oleh afiksasi, misalnya : ketiga (ke
+ Num), ribuan, ratusan (Num + -an), beratus-ratus, dan bertahun-tahun (ber- + Num)

7. Kelompok Kata Tugas Kata tugas terdiri atas:


a. Kata Sandang (Artikel)Kata sandang atau artikel adalah kata yang
mendampingi kata benda atau yang membatasi makna jumlah orang atau
benda. Macam-macam artikel:
a) Artikula/artikel bermakna tunggal, misalnya: sang guru, sang suami,
sang juara.
b) Artikula/artikel bermakna jamak, misalnya: para petani, para guru,
para ilmuwan.
c) Artikula/artikel bermakna netral, misalnya: si hitam manis, si dia, si
terhukum.
d) Artikula/artikel bermakna khusus, misalnya: Sri Baginda, Sri Ratu, Sri
Paus (gelar kehormatan), Hang Tuah, dan Dang Halimah (panggilan
pria dan wanita dalam sastra lama)
b. Kata Depan (Preposisi)
Kata depan atau preposisi adalah kata yang selalu berada di depan kata benda,
kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa
preposisional).
a) Preposisi dasar, misalnya: di , ke, dari, akan, antara, kecuali, bagi,
dalam, daripada, tentang, pada, tanpa, untuk, demi, atas, depan, dekat.
b) Preposisi turunan, terdiri atas: gabungan preposisi dan preposisi,
misalnya : di depan, ke belakang, dari muka.
c) gabungan preposisi + preposisi + non-preposisi, misalnya : di atas
rumah, dari tengahtengah kerumunan.
d) gabungan preposisi + kelas kata + preposisi + kelas kata, misalnya
dari rumah ke jalan, dari Bogor sampai Jakarta, dari pagi hingga
petang.

6
e) Preposisi yang menunjukkan ruang lingkup, misalnya sekeliling,
sekitar, sepanjang, seputar.
c. Kata Hubung (Konjungsi)
Kata hubung atau konjungsi adalah kata yang berfungsi
menghubungkan dua kata atau dua kalimat. Macam-macam konjungsi:
a) Konjungsi penambahan, misalnya: dan, dan lagi, tambahan lagi, lagi
pula. b). Konjungsi urutan, misalnya: lalu, lantas, kemudian, setelah
itu.
b) Konjungsi pilihan, misalnya: atau
c) Konjungsi perlawanan, misalnya: tetapi, sedangkan, namun,
sebaliknya, padahal.
d) Konjungsi menyatakan waktu, misalnya: ketika, sejak, saat, dan lain-
lain Konjungsi sebab-akibat, misalnya: sebab, karena, karena itu,
akibatnya dan lain-lain
e) Konjungsi persyaratan, misalnya: asalkan, jikalau, kalau, dan lain-lain
f) Konjungsi pengandaian, misalnya: andaikata, andaikan, seandainya,
seumpamanya.
g) Konjungsi harapan/tujuan, misalnya: agar, supaya, hingga.
h) Konjungsi perluasan, misalnya: yang
i) Konjungsi pengantar objek, misalnya: bahwa
j) Konjungsi penegasan, misalnya: bahkan dan malahan
k) Konjungsi pengantar wacana, misalnya: adapun, maka, jadi.
d. Partikel
Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai,
mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi.
Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah dan pernyataan (berita).
Macam-macam partikel:
a). kah, misalnya: Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
b). kan, misalnya: Tadi kan sudah dikasih tahu!
c). deh, misalnya: Makan deh, jangan malu-malu.
d). lah, misalnya: Tidurlah hari sudah malam!
e). dong, misalnya: Bagi dong kuenya.
f). kek, misalnya: cepetan kek, lama sekali.
g). pun, misalnya: Membaca pun ia tak bisa.
7
h). toh, misalnya: Saya toh tidak merasa bersalah.
i). yah, misalnya: Yah, apa aku bisa melakukannya?
e. Kata Seru (Interjeksi)
Kata seru atau interjeksi adalah kata tugas yang dipakai untuk mengungkapkan
seruan hati atau berbagai ungkapan perasaan. Macam-macam interjeksi :
a) Seruan atau panggilan, misalnya: hai, ayo, halo, wahai.
b) Keheranan atau kekaguman, misalnya: aduhai, amboi, astaga, wah.
c) Kesakitan, misalnya: aduh
d) Kekecewaan atau kekesalan, misalnya: uh, brengsek, buset, yaa.
e) Kekagetan, misalnya: lho, masya Allah, Astagfirullah, ya Gusti.
f) Kelegaan, misalnya: Alhamdulillah, nah, syukurlah.
g) Kejijikan, misalnya: bah, cih, cis, hii, idih, ih.

a. Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang memiliki makna.ciri ciri frasa
terdiri dari dua kata atau lebih tidak mengandung prediketmemiliki fungsi gramatikal
dalam kalimat Sekarang, coba kamu perhatikan beberapa contoh frasa berikut ini,
a. bermain bola
b. mawar merah
c. seragam sekolah baru
d. ayam goreng
e. mencuci tangan dan kaki
Kalau kamu perhatikan kelima contoh frasa di atas, setiap gabungan kata
yang terbentuk memiliki makna. Tapi, tidak bisa menjadi kalimat karena tidak
adanya hubungan antara subjek dengan predikat.
Berdasarkan ciri frasa, frasa memiliki fungsi gramatikal dalam sebuah kalimat.
Misalnya, kita ambil beberapa contoh frasa, yaitu:

dua orang anak


sedang membaca
buku cerita

8
Ketiga frasa tersebut memiliki fungsi.
Dua orang anak berfungsi sebagai subjek, sedang membaca berfungsi sebagai
predikat, dan buku cerita berfungsi sebagai objek. Bila ketiga frasa itu digabungkan,
maka akan membentuk sebuah kalimat.

b. Klausa
Klausa adalah gabungan kata yang terdiri dari subjek dan predikat. Sepintas,
klausa terlihat mirip dengan kalimat. Tapi, ada hal yang membedakan antara klausa
dengan kalimat, yaitu klausa tidak diakhiri dengan intonasi akhir dan tidak memiliki
tanda baca. Intonasi akhir yang dimaksud ini bisa berupa intonasi tanya, perintah,
maupun berita.

Ciri ciri klausa


a) Terdiri dari dua kata atau lebih
b) Mengandung subjek dan prediket
c) Memiliki fungsi gramatikal dalam kalimat
d) Tidak memiliki intonasi akhir dan tanda baca.
Oke, supaya kamu nggak bingung, yuk perhatikan contoh klausa di bawah ini.
1 Ibu sedang memasak
2 Anjing menggonggong
3 Gadis itu menangis tersedu-sedu
4 Burung beterbangan
5 Tupai melompat lincah
Perbedaan klausa dengan frasa, yaitu klausa  terdapat hubungan antara subjek
dengan predikat. Sekali lagi, kamu harus jeli juga nih, klausa dan kalimat terlihat
sama. Tapi, klausa bukan kalimat karena nggak punya intonasi akhir dan tanda baca.
Contoh:
Klausa: kamu harus pergi
Kalau klausa di atas diberi tanda baca dan intonasi berupa perintah, maka akan
menghasilkan sebuah kalimat, kayak gini:
Kalimat: Kamu harus pergi!
Sama halnya dengan frasa, gabungan beberapa klausa juga bisa membentuk sebuah
kalimat. Biasanya, kalimat yang terbentuk adalah kalimat majemuk. Apa itu kalimat

9
majemuk?  Kalimat majemuk adalah dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata
sambung/penghubung sehingga menjadi satu kalimat.

c. kalimat
Kalimat adalah gabungan beberapa kata yang sedikitnya mengandung subjek dan
predikat. Kalimat bisa juga terbentuk dari gabungan frasa maupun klausa. Contohnya
seperti yang sudah dijelaskan di atas tadi, ya. Kalimat diawali dengan huruf kapital,
memiliki tanda baca, dan juga intonasi akhir.
Ciri ciri kalimat:
a. Terbentuk dari gabungan kata, frasa dan klausa
b. Diawali dengan huruf kapital
c. Memiliki tanda baca dan intonasi akhir
d. Sedikitnya mengadung prediket dan subjek
e. Mampu menyampaikan informasi tanpa harus menambah dengan kalimat lain.
Kalimat yang lengkap memiliki lima buah unsur, yaitu subjek, predikat, objek,
keterangan, dan pelengkap. Meskipun begitu, adanya subjek dan predikat saja sudah
bisa membentuk sebuah kalimat. Subjek dan predikat merupakan unsur penting
dalam kalimat, sedangkan objek, keterangan, dan pelengkap merupakan unsur
penunjang sebuah kalimat.
perhatikan beberapa contoh kalimat berikut ini:
Minggu depan, aku dan teman-teman akan pergi ke museum.
Ayah mencuci mobil.
Restu tinggal di Jakarta.
Bagaimana kabarmu hari ini?
Tolong jangan berisik!

MAKNA KATA
a. Pengertian makna kata
Makna kata dalam Bahasa Indonesia adalah hubungan antara ujaran dengan
arti dari sebuah kata. Makna kata juga dapat diartikan sebagai maksud yang
terkandung dari sebuah kata. Pada dasarnya, suatu kata saling berkaitan dengan
bendanya. Apabila suatu kata tidak dapat dihubungkan dengan benda, peristiwa, atau
keadaan tertentu, maka kata tersebut tidak memiliki makna. Makna kata dapat
dipelajari secara khusus melalui studi linguistik, yakni penelitian semantik. Penelitian
10
tersebut membahas tentang arti, asal-usul, perkembangan penggunaan, dan perubahan
arti kata.
Jenis jenis makna kata
1 Makna Leksikal
Istilah leksikal berasal dari kata leksikon yang artinya kamus. Makna leksikal
diartikan sebagai makna yang terdapat di dalam kamus atau mengikuti tulisan
kamus.
Contoh:
Doa artinya permohonan (harapan, permintaan, pujian).
Kursi artinya tempat duduk berkaki empat dan bersandaran.
2 Makna Gramatikal
Makna gramatikal merupakan makna kata yang timbul karena proses tata
Bahasa Indonesia atau gramatika. Misalnya, proses afiksasi, reduplikasi, atau
komposisi.
Contoh:
Kata lapang artinya luas atau lebar. Saat kata lapang diletakkan pada kalimat
"Saya harus berlapang dada dalam menghadapi masalah", makna gramatikal
kata lapang berubah menjadi bersabar.
3 Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang mengandung nilai emosi tertentu.
Sehingga, makna tersebut menjadi kiasan yang bisa berisi nilai, sikap sosial,
atau perspektif tertentu.
Contoh:
Mereka berusaha berebut kursi pemilu. Kata kursi bukan berarti alas duduk
berkaki empat, namun kursi adalah kiasan dari jabatan.
4. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna yang mengandung arti atau pengertian yang
sebenarnya. Makna ini mengacu pada kamus atau literatur lain. Biasanya,
makna denotatif diterapkan dalam bahasa ilmiah.
Contoh:
Bunga itu sudah tumbuh di taman. Kata bunga mengandung arti sebenarnya,
yakni bagian tumbuhan yang akan menjadi buah dan memiliki kelopak.

11
PRINSIP KAIDAH BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA

Pengertian Kata Baku


Pembakuan kata dalam bahasa Indonesia merupakan wujud nyata pengembangan bahasa
Indonesia. Bahasa baku atau bahasa standar adalah bahasa yang mempunyai nilai
komunikatif yang tinggi, yang digunakan dalam kepentingan nasional, dalam situasi resmi
atau dalam lingkungan resmi dan pergaulan sopan yang terikat oleh tulisan, ejaan baku,
istilah/kosa kata baku tata bahasa baku, serta lafal baku (Husain dan Aripin, 1996 : 62),
mengutip dari Jurnal Ilmiah Mandala Education.

Dalam KBBI Edisi Keempat disebutkan pengertian baku adalah pokok, utama; tolok
ukur yang berlaku untuk kuantitas dan kualitas yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan;
standar. Sementara menurut Kosasih dan Hermawan (2012:83) dalam Jurnal
Gramatika STKIP PGRI Sumatera Barat, kata baku adalah kata yang cara pengucapan
ataupun penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang dibakukan. Kaidah standar yang
dimaksud dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku, dan kamus.

Kata baku digunakan dalam konteks ragam baku, baik lisan maupun tulisan. Sementara kata
tidak baku digunakan dalam ragam tidak baku. Ragam bahasa baku dapat dibatasi dengan
beberapa sudut pandang, di antaranya: (1) sudut pandang kebakuan bahasa yang digunakan,
(2) sudut pandang informasi, dan (3) sudut pandang pengguna bahasa.

Jadi, berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kata baku adalah kata-
kata yang lazim digunakan dalam situasi formal atau resmi yang penulisannya sesuai dengan
kaidah-kaidah yang dibakukan. Baku tidaknya sebuah kata dapat dilihat dari segi lafal, ejaan,
gramatika, dan kenasionalan-nya (Chaer,2011:131).

A. Tujuan Pembakuan Kata

Mengutip dari artikel yang diterbitkan dalam linguistik-indonesia.org, dalam laporan


Seminar Politik Bahasa Nasional pada tahun 1975 dikemukakan bahwa tujuan pembakuan
bahasa ialah “….agar tercapai pemakaian bahasa yang cermat, tepat, dan efisien dalam
komunikasinya; dalam hubungan ini perlu ditetapkan kaidah yang berupa aturan dan
pegangan yang tepat di bidang ejaan, kosakata, tata bahasa, dan peristilahan” (Halim
1976:19). Untuk menindaklanjuti pembakuan bahasa Indonesia dilakukan tiga langkah, yaitu:

12
1. kodifikasi atau pencatatan kaidah melalui inventarisasi,
2. elaborasi atau penyebarluasan hasil kodifikasi, dan
3. implementasi atau pelaksanaan hasil usaha kodifikasi dan elaborasi.

Bahasa Indonesia baku adalah salah satu dari variasi bahasa Indonesia yang ada, bahasa yang
baik dan benar. Artinya, pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di
samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul Moeliono (1988:19-20).

B. Ciri-ciri Kata Baku

Kaidah kata dalam bahasa baku itu dapat ditandai oleh beberapa ciri, yaitu ciri-ciri umum dan
ciri-ciri khusus. Ciri-ciri umum, yaitu ditandai oleh stabilitas yang luwes dan intelektualisasi
Mathesius dan Havranek dalam Kridalaksana (1980:31).

Adapun ciri-ciri khusus bahasa Indonesia baku adalah:

1. menggunakan lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau ciri-ciri lafal
bahasa daerah,
2. menggunakan ejaan menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD),
3. menggunakan istilah menurut Pedoman Umum Pembentukan Istilah Bahasa
Indonesia,
4. menggunakan kosakata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan
5. Contoh menggunakan tata bahasa menurut Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Sementara itu, ciri-ciri kata baku secara umum adalah:

1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah tertentu.


2. Tidak dipengaruhi bahasa asing.
3. Bukan bahasa percakapan.
4. Pemakaian imbuhan pada kata bersifat eksplisit.
5. Pemakaian kata sesuai dengan konteks kalimat.
6. Kata baku bukan kata rancu.
7. Kata baku tidak mengandung hiperkorek.
8. Tidak  mengandung pleonase.

13
C. Kata Baku

Berikut ini adalah beberapa contoh kata baku disertai kata tidak bakunya, yang disusun
berdasarkan abjad. Contoh kata baku adalah sebagai berikut;

1. Abjad (kata baku) - Abjat (kata tidak baku)


2. Akhirat - Akherat
3. Aksesori - Asesoris
4. Aktif - Aktip
5. Akuarium - Aquarium
6. Aluminium - Almunium
7. Ambulans - Ambulan
8. Analisis - Analisa
9. Antena - Antene
10. Antre - Antri
11. Anugerah - Anugrah
12. Azan - Adzan
13. Afdal - Afdol
14. Agamais - Agamis
15. Ajek - Ajeg
16. Adjektif - Ajektifaktivitas
17. Aktual - Aktuil
18. Balsam - Balsem
19. Batalion - Batalyon
20. Baterai - Batere
21. Baka - Baqa
22. Barzakh - Barzah
23. Batalion - Batalyon
24. Batil - athil
25. Bazar - Bazaar
26. Becermin - Bercermin
27. Besok - Esok
28. Blanko - Blangko
14
29. Boks - Bok
30. Bosan - Bosen
31. Bus - Bis
32. Cabai - Cabe
33. Capai - Capek
34. Cedera - Cidera
35. Cendekiawan - Cendikiawan
36. Cengkih - Cengkeh
37. Cinderamata - Cenderamata
38. Cokelat - Coklat
39. Daftar - Daptar
40. Derajat - Derajad
41. Desain - Desaign
42. Detail - Detil
43. Detergen - Deterjen
44. Diagnosis - Diagnosa
45. Durian - Duren
46. Efektif - Efektip
47. Efektivitas - Efektifitas
48. Ekosistem - Ekosistim
49. Ekspor - Eksport
50. Ekstra - Extra
51. Ekstrem - Ekstrim
52. Elite - Elit
53. Favorit - Pavorit
54. Februari - Pebruari

15
HAKIKAT BAHASA DAN BUNYI SEBAGAI SIMBOL

A. Pengertian Hakikat Bahasa Menurut Para Ahli

Secara umum, pengertian bahasa dapat diartikan sebagai sarana menyampaikan


informasi. Bahasa juga dapat dimaknai sebagai sarana untuk menyampaikan atau
mengungkapkan pikiran, ide, aspirasi, gagasan, pendapat, inspirasi, kreasi seni, religi
dan teknologi kepada orang lain. Salah satunya dapat disampaikan lewat bahasa.
Menurut beberapa ahli, ada beberapa pendapat.

a. Harimurti kridalaksana
Menurut Harimurti Kridalaksana (1997) Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang
arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.
b. Kridalaksana dan Djoko Kentjono

Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono hakikat bahasa adalah sistem atau
lambang bunyi yang digunakan untuk anggota kelompok sosial digunakan untuk
berkomunikasi, kerjasama dan identifikasi diri.

c. Widjono

Hakikat bahasa menurut widjono diambil dari kata bahasa yang berarti sebagai
sistem lambang bunyi yang dipraktekan untuk berkomunikasi dengan masyarakat.

d. Keraf

Sementara Keraf mendefinisikan bahasa sebagai simbol yang digunakan untuk alat
komunikasi yang diterapkan untuk alat berinteraksi dengan orang lain.

Dari beberapa pendapat pengertian bahasa menurut ahli di atas, maka simbol dapat
diartikan sebagai kode yang digunakan untuk mengekspresikan gagasan, ide, konsep guna
untuk menyampaikan pesan menggunakan perelambang sesuai dengan aturan yang telah
disepekati. Bahasa juga sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan, pikiran dan hati
kita kepada orang lain, atau menunjukan perasaan kita kepada orang lain.

16
B. Fungsi dan Pentingnya Bahasa
Siapa yang menyangka jika hakikat bahasa memiliki banyak manfaat. Diantaranya
sebagai berikut.

a) Sebagai Pemersatu

Fungsi bahasa sebagai pemersatu. Khususnya di Indonesia, sebagai Negara kepulauan, ada
banyak potensi pemicu konflik sosial. Baik itu yang disebabkan oleh perbedaan bahasa,
budaya, dan budaya masyarakat. Dengan kata lain, potensi terjadinya salah komunikasi
lebih berpeluang besar.

Jika pun terjadi miskomunikasi, maka dapat diminimalisir dengan bahasa yang dapat
dipahami oleh semua daerah. Bahasa pemersatu yang dimaksud adalah bahasa ibu,
yaitu bahasa Indonesia. Nah, adapun bahasa internasional yaitu bahasa Inggris.

b) Sebagai Sarana Mengungkapkan Emosi

Hakikat bahasa fungsi bahasa dapat dijadikan sebagai sarana mengungkapkan emosi
seseorang. Berbicara emosi, tidak melulu emosi negatif berupa amarah, kekerasan dan
semacamnya.

Tetapi juga termasuk emosi positif yang bisa berbentuk semangat, optimisme, bahagia,
perasaan baik dan lain sebagainya.

Kita tau bahwa memendam emosi terlalu banyak dan terus menerus dapat menimbulkan
dampak negatif. Misalnya orang mengalami sakit mental, sakit psikologis dan sakit psikis
lain. Mengungkapkan emosi itu penting demi mengontrol kesehatan mental kita loh
ternyata.

c) Sebagai Sarana Komunikasi

Hakikat bahasa berfungsi sebagai sarana komunikasi. Coba bayangkan jika kita bertemu
saudara atau anggota keluarga tidak saling berkomunikasi? Hasilnya akan “krik krik” terasa
membosankan dan tidak menarik. Bisa jadi kita menjadi seperti zombie. Sebaliknya, jika
kita saling berkomunikasi, suasana menjadi lebih hidup karena kita bisa saling
mengungkapkan perasaan, ide, gagasan dan imajinasi kita untuk bahan pembicaraan atau
sebagai bahan bercandaan.

d) Mengembangkan Ilmu Pengetauan

17
Hakikat bahasa berfungsi untuk mengembangkan ilmu pengetauan. Ilmu pengetahuan tidak
dapat berkembang jika tidak mengenal bahasa. Ilmu pengetahuan dapat tersebar dan dapat
dipahami oleh semua orang karena berkat bahasa. Dengan kata lain, bahasa memmiliki
peran paling mendansar yang perlu kita parhatikan.

e) Sebagai Alat Kontrol Sosial

Fungsi bahasa yang kelima dapat digunakan sebagai alat kontrol sosial. Berkat bahasa, kita
tahu yang disebut dengan norma sosial. Dari norma sosial yang dibentuk oleh bahasa inilah
yang mampu mengontrol masyarakat agar tidak melakukan ini dan itu yang bersifat
menentang dari norma sosial.

Sifat Bahasa

a. Bahasa Sebagai Sistem

Hakikat bahasa berdasarkan sifat sebagai sebuah sistem. Dikatakan sebagai sebuah
sistem karena bahasa memiliki susunan yang berpola secara teratur yang terbentuk oleh
unsur ataupun komponen yang saling berhubungan secara fungsional. Karena disusun dari
unsur dan komponen, bahasa dapat dipelajari oleh siapapun yang memang ingin
mempelajarinya. Karena bahasa itu sendiri sebagai sistem yang terbentuk secara sistematis
dan sistemis. Dikatakan sistemis karena terbentuk oleh sistem fonologi, sintaksis, semantik
dan morfologi.
b. Bahasa Sebagai Perlambang

Seperti yang disebutkan oleh beberapa ahli di atas disebutkan bahasa sebagai lambang
ataupun simbol. Dalam berinteraksi sosial, orang lebih sering menggunakan simbol atau
lambang. Dimana lambang/simbol ini sebagai kajian ilmu semiotika atau semiologi.

Kemudian simbol/lambang ini dipelajari oleh pakar sosiolog dengan turunan istilah seperti
ada istilah gesture, sinyal, symptom dan masih banyak lagi.

Inti dari penggunaan lambang adalah memberikan isyarat kepada lawan bicara dengan
kode. Hanya dengan kode singkat, lawan bicara pun sudah paham maksud perlambang yang
kamu sampaikan, tanpa harus menjelaskan secara panjang lebar.

Contoh, saat kamu mendapatkan pertanya “dimana kunci motor? Apakah kamu kemarin
menggunakan motor yang paling akhir?” Jawabannya cukup menggelengkan kepala, lawan

18
bicara tau bahwa kemarin kamu tidak menggunakan motor tersebut, tanpa harus menjawab
dalam bentuk suara.

c. Bahasa Sebagai Makna

Hakikat bahasa memiliki makna. Jadi dalam berkomunikasi dengan orang lain, setiap
kalimat, pesan atau kata yang mereka ucapkan memuat makna. Meski realitanya, tidak
semua orang setiap kali berbicara memuat makna berfaedah. Setidaknya ada pesan yang
ingin disampaikan.

Sementara untuk karya tulis, karya sastra tertulis maupun secara lisan, bahasa yang
digunakan sarat akan makna. Nah, ciri bahasa yang memiliki makna berwujud morfem,
kata, frase, klaimat, wacana dan klausa atau yang sering disebut dengan tingkatan
linguistik.

d. Bahasa Bersifat Konvensional


Bahasa konvensional memiliki ciri mematuhi penggunaan bahasa perlambang yang sudah
ada. Jika menggunakan lambang yang berbeda, maka akan mempengaruhi makna dan
terjadi hambatan dalam berkomunikasi.

Contoh konsep bahasa konvensional tentang kejujuran, keadilan dan tolong menolong jika
diubah dengan lambang lain akan terkesan aneh, dan jika terjadi pelanggaran atas konsep
tersebut maka dapat menimbulkan kekacauan komunikasi.

e. Bahasa Itu Sistem Bunyi


hakikat bahasa pada bunyi tidak sembarang bunyi. Jadi bunyi yang dimaksud adalah bunyi
yang diucapkan dari alat ucap manusia berupa fon dan fonem. Setidaknya dari fon dan
fonem yang diucapkan ditangkap oleh gendang telinga dan diantarkan ke pusat saraf untuk
diproses menjadi perlambang bahasa dalam bentuk bunyi.

f. Bahasa Itu Bersifat Arbitrer


Sementara yang disebut dengan arbiter adalah adalah bunyi yang ditimbulkan secara acak,
bisa berbentuk sembarang bunyi atau simbol. Misalnya nama hewan kuda, di jawa tidak
disebut sebagai kuda, tetapi disebut jaran.

Dalam bahasa Belanda disebut dengan paard dan dalam bahasa inggris disebut horse.
Secara hakikat makna menunjuk pada satu jenis hewan yang sama, namun dari segi sebutan
berbeda-beda.

19
g. Bahasa Bersifat Produktif
Sifat bahasa sebagai bahasa yang produktif. Maksud dari kata produktif bahasa memiliki
banyak arti dan makna jika digabungkan dengan bahasa yang lain. Bahasa memiliki
kekayaan dan dapat ditafsirkan dalam banyak bentuk. Demi menghasilkan bahasa yang
produktif, dibutuhkan seni menulis, seni mengembangkan dan mengutarakan imajinasi.

h. Bahasa Bersifat Unik


Jika kamu memperhatikan, hakikat bahasa itu unik. Apalagi jika melihat dari bahasa daera
yang ada di Indonesia. Bahasa orang jawa dengan bahasa orang Kalimantan tentu saja
memiliki bahasa daera yang berbeda. Tentu saja memiliki arti yang unik-unik.

i. Bahasa Bersifat Universal


Selain unik, hakikat bahasa bersifat universal. Jadi bahasa yang bersifat universal adala
bahasa ibu yang dapat dipahami oleh daerah lain. Oh iya, meskipun setiap daerah memiliki
bahasa masing-masing, bahasa daera tetap bersifat universal.

j. Bahasa Memiliki Variasi


Hakikat bahasa dari segi sifat memiliki variasi yang beragam. Bahasa daera orang Jogja,
dengan bahasa daerah orang Semarang tentu saja berbeda. Meskipun masih satu pulau
(jawa) bahasa Solo dengan bahasa Sunda pun juga memiliki keberagaman bahasa yang luar
biasa.

Apalagi jika membandingkan keragaman bahasa antar pulau, sudah jelas banyak kosakata
yang berbeda-beda. Dari sini menunjukan bahwa bahasa memiliki variasi meskipun dalam
satu Negara, khususnya berlaku untuk Indonesia.

k. Bahasa Untuk Mengidentifikasi Kelompok Sosial


Salah satu sifat bahasa yang terakhir dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelompok
sosial. Hal ini dapat dilihat dari logat bahasanya. Seperti yang sudah disinggung di nomor
10, bahwa saat kita mengunjungi ibu kota, dengan mendengar percakapan menggunakan
bahasa Sunda, maka bisa jadi mereka adalah orang dari Sunda.

Atau kasus lain, ketika di ibu kota kita berinteraksi dengan orang lain, dan orang tersebut
dalam berbahasa Indonesia medok, maka orang tersebut identik dengan orang jogja yang
memang memiliki logat medok.

20
Hakikat Bahasa

Selama ini kita menganggap bahwa bahasa sebagai sarana komunikasi, tidak kurang
dan tidak lebih. Padahal hakikat bahasa itu sendiri sangat esensial. Bukti bahasa memiliki
peranan penting adalah bahasa Indonesia dari sisi historis dituangkan dalam hukum.
Kembali ke belakang, sebelum Bahasa Indonesia lair, bahasa di Negara Timur (termasuk
Indonesia) menggunakan bahasa Melayu. Seorang pelaut Asal Belanda yang berlayar ke
Indonesia menyampaikan bawa bahasa Melayu sebagai bahasa terhormat yang digunakan
oleh negeri timur. Dengan kata lain, Orang Belanda mengenal bahasa Melayu daripada
bahasa Indonesia. Jadi lahirnya bahasa Indonesia terbentuk pada 28 Oktober 1928 lewat
ikrar Sumpa Pemuda. Tentu saja peresmian bahasa Indonesia sebagai bahasa Ibu ini terjadi
setelah melalui proses panjang. Setelah diikrarkan Sumpah Pemuda, bahasa indonesia pun
terus berkembang seiring berjalannya waktu. Dari segi teknis terus berkembang. Ada
beberapa periode sejarah ejaan bahasa Indonesia, sebagai berikut.

A. Ejaan Republik
Ejaan Republik adalah ejaan yang dikembangkan di tahun 1947. Di masa kepemimpinan
Suwandi (Sebagai Menteri Pendidikan kala itu) mengubah ejaan republik dengan Ejaan van
ophuysen, yang mana ada beberapa perubahan seperti penulisan oe menjadi u, bunyi
hamzah (‘) diganti dengan k, dsb.

B. Ejaan Pembaharuan

Ejaan yang kedua masuk di tahun 1957 yang merupakan update ejaan republik menjadi
pembaruan ejaan. Profesor prijono dan E. Katoppo adalah panitia yang memimpin.
Beberapa ejaan yang diganti dari ejaan republik menjadi ejaan pembaharuan adalah
gabungan konsonan Dj diubah menjadi j. Konsonan tj diubah menjadi ts, dan masih banyak
lagi.

Dari dua bentuk ejaan di atas, masih ada periode ejaan lain seperti Ejaan baru/ejaan LBK
(1967), ejaan yang disempurnakan/EYD (1972) terakhir yang sekarang masih kita alami
ejaan bahasa indonesia (EBI) 2015.

Ciri-Ciri Bahasa

Setelah mengetahui pengertian, fungsi dan sifat dari bahasa, maka setidaknya kamu juga
arus tau ciri-ciri bahasa itu bagaimana dan seperti apa. Ada beberapa sebagai berikut.

21
1. Keumuman
Ciri bahasa yang pertama bahasa memiliki keumuman. Pertanyaannya adalah, apa sih yang
biasanya dianggap umum dalam berbahasa? Meliputi beberapa poin di baa.

1. Setiap bahasa memiliki fonem vokal dan fonem konsonan.


2. Bahasa memuat konstituen yang dapat digunakan untuk menunjuk orang, misal kata
ganti orang pertama, orang ketiga, dan masih banyak lagi.
3. Bahasa dapat mengalami perubahan
4. Tidak ada batasan setiap kalimat yang dihasilkan dalam berbahasa

2. Khusus
Ciri hakikat bahasa yang kedua adalah ciri khusus. Ciri secara khusus dibagi menjadi
beberapa poin, sebagai berikut.

1. Bahasa mengalami konjugasi dan deklinasi


2. Adapun bahasa yang menggunakan imbuhan dan yang tidak menggunakan imbuhan
3. Bahasa memiliki bahasa preposisi maupun posposisi
Itulah beberapa ciri bahasa. Dari masing-masing ciri diatas dapat kita pelajari lebih lanjut
ketika kamu mengambil jurusan bahasa. (Irukawa Elisa)

22
PERBEDAAN DRAMA DAN TEATER

Jika melihat pengertian drama serta teater dalam Kamus Besar Bahasa


Indonesia (KBBI), sebenarnya tidak ada perbedaan. Pengertian drama dan teater
hampir sama dan saling berkaitan. Lalu, sebenarnya apa perbedaan dari drama serta
teater? Mengutip dari situs Theaternook, ternyata asal usul kata 'drama' berasal dari
Bahasa Yunani, yakni draomai. Drama berarti berusaha untuk menyampaikan sebuah
karya ke penonton. Artinya jika drama diangkat dari kisah yang ditulis penulis, maka
dalam drama tersebut ingin menyampaikan pesan yang ada.

Drama tidak selalu mengacu pada kata yang tertulis, namun bisa
dipadukan dengan berbagai hal lainnya. Misalnya menari balet, menyanyi opera,
dan lain sebagainya. Selain itu, dalam drama juga terdapat unsur klimaks serta
konflik yang berkesudahan. Pemain nya terbagi menjadi protagonis dan antagonis.
Dilansir dari situs Skidmore College, kata teater berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
theatron  atau tempat melihat. Dalam teater tidak ada interaksi langsung yang
terjadi antara pemeran teater dengan penonton. Pemain diperbolehkan untuk
mengeluarkan intepretasi lain saat pementasan. Berikut adalah penjelasan tentang
perbedaandaridramadanteater:
Drama Teater Pementasan drama bisa dilakukan di mana saja. Misalkan
dalam kehidupan sehari-hari maupun di atas panggung. Pementasan teater hanya
bisa dilakukan di atas panggung saja. Dalam pementasan drama turut disertakan
konflik, klimaks serta penyelesaiannya. Dalam pementasan teater tidak ada cerita
tentang konflik, klimaks, serta penyelesaiannya karena hanya merupakan bentuk
pementasan saja. Umumnya kisah atau cerita yang digunakan dalam drama
bersumber dari kehidupan sehari-hari Umumnya kisah atau cerita yang digunakan
dalam teater bersumber dari cerita rakyat atau cerita yang telah digarap
sebelumnya. Drama merupakan kisah yang disampaikan di atas panggung Teater
merupakan produksi kisah di atas panggung Dalam drama ada interaksi langsung
antara pemeran dengan penonton. Dalam teater tidak ada interaksi langsung
antara pemain dengan penonton. Berasal dari Bahasa Yunani draomai Berasal dari
Bahasa Yunani  theatron Drama menggambarkan kehidupan manusia dan alam
yang digambarkan melalui pementasan. Teater menggambarkan kehidupan

23
manusia yang diceritakan melalui pementasan. Intepretasi kisah dan pemain
bergantung pada penafsiran penonton. Intepretasi kisah dan pemain bergantung
pada penafisiran pemain tersebut. Penonton diajak untuk melihat dan merasakan
kisah yang diceritakan dalam pementasan. Penonton diajak untuk menikmati kisah
yang diceritakan dalam pementasan.

PUISI LAMA DAN PUISI BARU

Puisi adalah karya sastra tertulis yang dibuat dengan tema tertentu, Karya sastra ini
berisi ekspresi atau curahan perasaan tentang suatu hal yang dilihat, dirasakan, atau
dipikirkan, menggunakan kata-kata. Biasanya, puisi dituliskan dengan menggunakan
pemilihan kata yang indah dan penuh makna.

Puisi lama adalah puisi yang masih terikat dengan berbagai peraturan.Peraturan ini
antara lain persajakan, pengaturan larik dalam setiap bait, jumlah kata dalam setiap
larik, serta musikalitas. Pada puisi lama, iramanya cenderung tetap, yaitu dua kata
dalam sekali ucap atau baris, Biasanya, penulis puisi lama tidak diketahui atau
anonim. Puisi lama merupakan bagian dari budaya yang disampaikan turun temurun
yang isinya dijadikan sebuah pelajaran. Nah, karena disampaikan secara turun
temurun, puisi lama cuma disebarkan secara lisan, dan biasanya dijadikan sebagi
nasihat.

Berkebalikan dengan puisi lama, puisi baru adalah puisi yang enggak terikat dengan
berbagai peraturan. Puisi baru adalah karya sastra yang lebih bebas. Meski begitu,
tetap ada beberapa peraturan dalam puisi baru. Misalnya saja rima dan musikalitas.
Puisi baru punya irama yang dinamis dan dibuat berdasarkan suasana yang diciptakan
penulis. Berbeda dengan puisi lama yang isinya cenderung berisi nasihat, puisi baru
lebih fokus pada ekspresi atau perasaan penulis terhadap sesuatu atau seseorang.

Puisi lama bersifat anonim, penulis puisi baru justru dikenal oleh khalayak.
Itulah penegertian dan perbedaan antara puisi lama dan puisi baru. Puisi lama adalah
puisi yang masih terikat dengan berbagai peraturan. Peraturan ini antara lain
persajakan, pengaturan larik dalam setiap bait, jumlah kata dalam setiap larik, serta
musikalitas. Pada puisi lama, iramanya cenderung tetap, yaitu dua kata dalam sekali
ucap atau baris. Biasanya, penulis puisi lama enggak diketahui atau anonim. Puisi

24
lama merupakan bagian dari budaya yang disampaikan turun temurun yang isinya
dijadikan sebuah pelajaran. Nah, karena disampaikan secara turun temurun, puisi
lama cuma disebarkan secara lisan, dan biasanya dijadikan sebagi nasihat.
Berkebalikan dengan puisi lama, puisi baru adalah puisi yang enggak terikat dengan
berbagai peraturan. Puisi baru adalah karya sastra yang lebih bebas. Meski begitu,
tetap ada beberapa peraturan dalam puisi baru. Misalnya saja rima dan musikalitas.

A. GRAFIK DAN TABEL

Pengertian Grafik

Grafik adalah gamba an pasang surutnya suatu keadaan atau data yang ada
dengan garis atau gambar. Grafik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu grafik
batang,grafikgaris,dangrafiklingkaran. 

Jenis/Macam-macamGrafik

a. Grafik Batang adalah lukisan naik turunnya data berupa batang atau balok dan
dipakai untuk menekan kan adanya perbedaan tingkatan atau nilai berupa
aspek.

b. Grafik Garis adalah lukisan naik turunnya data berupa garis yang di


hubungkan dari titik-titik data secara berurutan. Grafik ini di gunakan untuk
menggambarkan perkembangan atau perubahan dari waktu ke waktu.

25
c. Grafik Lingkaran adalah gambaran naik turunnya data berupa lingkaran
untuk menggambarkan persentase dari nilai total atau seluruhnya.

Manfaat Grafik :

1 Menunjukkan fakta dengan jelas dan mudah dipahami

2 Menjadikan proses komunikasi lebih cepat dan menarik

Langkah–langk amembaca grafik

a. Amati judul grafik,

b. Amati lajurkanan ,kiri ,danbawah,

c. Temukan benda yang mencolok pada data tersebut,dan

d. Tarik kesimpulan dari data yang disampaikan.

26
B. TABEL

Pengertian Tabel

Tabe l adalah daftar yang berisi sejumlah informasi berupa kata-kata dan bilangan,
yang tersusun berturut ke bawah dalam kolom dan baris tertentu. Untuk
menjelaskan isi tabel kita perlu membekali diri dengan pengetahuan yang
berkaitan dengan informasi yang disusun dalam baris dan kolom.

Tujuan dibuat tabel :

1 Dapat memberikan banyak informasi secara ringkas

2 Mempermudah pembaca dalam memahami bacaan

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menafsir tabel :


 Mencermati bagian –bagian tabel Membaca informasi disekitar tabel ,Mengajukan
pertanyaan tentang isi table, Menafsirkan anangka-angka atau data , Mengaitkan
antar data dengan tabel akesimpulan.

27
28

Anda mungkin juga menyukai