Anda di halaman 1dari 30

“KATEGORISASI KATA”

HARIMURTI KRIDALAKSANA DAN M. RAMLAN


DOSEN PENGAMPU:
Dra NOVIATRI, M.Hum

ANGGOTA KELOMPOK 10
WAIS AL MUKHLIS 19010722003
MUHAMMAD ZAKI 1910722013
JENEFRI MARDIANTI 1810722041
LABORA SILABAN TIO 1810722048
OLVI MARTIN YULIANI 19080011
NIA WEDIA 19080094
A. Pembagian Kelas Kata Menurut Kridalaksana

1.Kata Kerja (Verba)


Kata dikatakan berkategori verba jika dalam frasa dapat didampingi
partikel “tidak” dalam konstruksi dan tidak dapat didampingi partikel di,
ke, dari, atau dengan partikel seperti sangat, lebih, atau agak.
Berdasarkan bentuknya verba dibedakan menjadi:
a.Verba Dasar Bebas adalah verba yang berupa morfem dasar bebas.
Contoh: nonton, makan, mandi, minum, pergi, pulang, lari,
loncat.
b.Verba Turunan adalah verba yang telah mengalami afiksasi,
reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem. Bentuk
turunannya, yaitu:
1. verba berafiks
2. verba bereduplikasi
3. verba berproses gabungan
c. Verba Majemuk Contoh: buah tangan, cuci mata, unjuk
gigi, adu domba, campur tangan, main hakim.

2. Kata Sifat (Adjektiva)


Adjektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya
untuk bergabung dengan partikel tidak, mendampingi nomina, atau
didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, mempunyai ciri-ciri
morfologis seperti –er (dalam honorer), -if (dalam sensitif), dan –i
(dalam alami), dan dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an
seperti keyakinan. Dari bentuknya adjektiva dapat dibedakan
menjadi:
a. Ajektiva Dasar
 Dapat diuji dengan kata sangat, lebih, misalnya: adil, agung,
bahagia, bersih, cemberut, canggung dan sebagainya.
 Tidak dapat diuji dengan kata sangat, lebih, misalnya: buntu, cacat,
gaib, ganda, genap, interlokal dan sebagainya.
b. Ajektiva Turunan
 Ajektiva turunan berafiks misalnya terhormat.
 Ajektiva bereduplikasi, misalnya ringan-ringan.
 Ajektiva berafiks R-an atau ke-an, misalnya kemalu-maluan.
 Ajektiva berafiks –i, misalnya alami, alamiah (alam).

c. Ajektiva Majemuk
 Subordinatif: kepala dingin, juling bahasa, buta huruf, keras kepala,
dan sebagainya.
 Koordinatif: lemah gemulai, riang gembira, suka duka, lemah lembut,
tua muda, senasib dan sebagainya.

3. Kata Benda (Nomina)


Nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai
potensi untuk bergabung dengan partikel tidak dan mempunyai potensi
untuk didahului oleh partikel dari.
Nomina berbentuk:
1) Nomina dasar, seperti: radio, udara, kertas, barat, kemarin, dan
sebgaainya.

2) Nomina turunan, terbagi atas:


 Nomina berafiks, seperti: keuangan, perpaduan, gerigi.
 Nomina reduplikasi, seperti: gedung-gedung, tetamu, pepatah.
 Nomina hasil gabungan proses, seperti: batu-batuan,
kesinambungan.
 Nomina yang berasal dari pelbagai kelas karena proses, yaitu:
deverbalisasi, deajektivalisasi, deadverbialisasi, dan penggabungan.

3) Nomina paduan leksem, seperti: daya juang, cetak lepas, loncat indah,
tertib acara, jejak langkah.

4) Nomina paduan leksem gabungan, seperti: pendayagunaan,


ketatabahasaan, pengambilalihan, kejaksaaan tinggi.
4. Kata Ganti (Pronomina)
Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan
nomina, yang digantikan itu disebut anteseden.
1. Dilihat dari hubungannya dengan nomina, yaitu ada atau tidaknya
anteseden dalam wacana. Berdasarkan hal itu, dibagi lagi menjadi:
a) Pronomina Intertekstual. Bila anteseden terdapat sebelum pronomina,
itu dikatakan anaforis, sedangkan bila anteseden muncul sesudah
pronomina, hal itu disebut kataforis.
Contoh anaforis: Pak Arif sepupu Bapak. Rumahnya dekat.
Bersifat kataforis: Dengan gayanya yang berapi-api itu, Soekarno
berhasil menarik massa (Nya yang bersifat kataforis ini hanya bersifat
intrakalimat).

b) Pronomina ekstratekstual, yang menggantikan nomina yang terdapat


di luar wacana, bersifat deiktis.
Contoh: Itu yang kukatakan.
2. Dilihat dari jelas atau tidaknya referennya
Pronomina Taktrif yaitu menggantikan nomina yang referennya jelas.
Pronomina ini terbatas pada pronomina persona.
1) Pronomina persona I: saya, aku, kami, kita
2) Pronomina II: kamu, kalian
3) Pronomina III: dia, mereka
4) Pronomina tak takrif, yaitu pronomina yang tidak menunjuk pada
orang atau benda tertentu. Contoh: seseorang, barang siapa.

5.Kata Bilangan (Numeralia)


Numeralia adalah kategori yang dapat:
1) mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis,
2) mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain,
3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau sangat.
6.Kata Keterangan (Adverbia)
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva,
numeralia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis. Adverbia tidak
boleh dikacaukan dengan keterangan, karena adverbia merupakan
konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi.
Bentuk adverbia:
a. Adverbia dasar bebas, contoh: alangkah, agak, akan, belum, bisa.
b. Adverbia turunan
c. Adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain dan pronomina,
misalnya rasanya, rupanya
d. Adverbia deverbal gabungan, misalnya ingin benar, tidak terkatakn
lagi
e. Adverbia de ajektival gabungan, misalnya tidak lebih, kerap kali
f. Gabungan proses, misalnya : se- +A +-nya: sebaiknya
7.Kata Tanya (Interogativa)
Interogativa adalah kategori dalam kalimat interogatif yang berfungsi
menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau
mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara. Apa yang ingin diketahui
dan apa yang dikukuhkan itu disebut antesenden (ada di luar wacana) dan
karena baru akan diketahui kemudian, interogativa bersifat kataforis.
a. Interogativa dasar: apa, bila, bukan, kapan, mana, masa.
b. Interogativa turunan: apabila, apaan, apa-apaan, bagaimana,
bagaimanakah, berapa, betapa, bilamana, bilakah, bukankah, dengan apa, di
mana, ke mana, manakah, kenapa, mengapa, ngapain, siapa, yang mana,
masakan.
c. Interogativa terikat: kah dan tah

8.Kata Tunjuk (Demonstrativa)


Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu
(antesenden) di dalam maupun di luar wacana. Dari sudut bentuk dapat
dibedakan berikut ini.
a. Demonstrativa dasar (itu dan ini)
b. Demonstrativa turunan (berikut, sekian)
c. Demonstrativa gabungan (di sini, di situ, di sana, ini itu, sana sini)
9.Kata Sandang (Artikula)
Artikula dalam bahasa Indonesia adalah kategori yang mendampingi nomina
dasar misalnya si kancil, sang matahari, para pelajar, nomina deverbal (si
terdakwa, si tertuduh), pronominal (si dia, sang aku), dan verba pasif (kaum
tertindas, si tertindas). Artikula berupa partikel, jadi tidak berafiksasi.
Berdasarkan ciri semantis gramatikal artikula dibedakan sebagai berikut:
a. Artikula yang bertugas untuk mengkhususkan nomina singularis, jadi
bermakna spesifikasi (Si, Sang, Sri, Hang, Dang).
b. Artikula yang bertugas untuk mengkhususkan suatu kelompok (Para, Kaum,
Umat)

10.Kata Depan (Preposisi)


Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama
nomina) sehingga terbentuk frasa eksosentris direktif. Ada tiga jenis preposisi,
yaitu sebagai berikut.
1. Preposisi dasar (tidak dapat mengalami proses morfologis).
2. Preposisi turunan, terbagi atas: gabungan preposisi dan
3. Preposisi yang berasal dari kategori lain (misalnya pada dan tanpa) termasuk
beberapa preposisi yang berasal dari kelas lain yang berafiks se- (selain,
semenjak, sepanjang, sesuai, dan sebagainya).
11. Kata Penghubung (Konjungsi)
Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan
lain dalam kontruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan
lain atau lebih dalam kontruksi. Konjungsi menghubungkan bagian-
bagian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran.

12. Kategori Fatis


Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai,
mempertahankan, atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara
dan lawan bicara. Kelas kata ini terdapat dalam dialog atau wawancara
bersambutan, yaitu kalimat-kalimat yang diucapkan oleh pembicara
dan kawan bicara. Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam
bahasa lisan (non-standar) sehingga kebanyakan kalimat-kalimat non-
standar banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional.
Bentuk dan Jenis Kategori Fatis, dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Partikel dan Kata Fatis Contoh: (Ah, ding, halo, deh, kek, kok,
dan lain-lain).
b. Frase Fatis. Contoh: Selamat, terima kasih, insya Allah.
13. Kata Seru (Interjeksi)
adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara
dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-katalain dalam
ujaran. Interjeksi bersifat ekstrakalimat dan selalu mendahului ujaran
sebagai teriakan yang lepas atau berdiri sendiri. Dapat dijumpai dalam:

a. Bentuk dasar, yaitu: aduh, aduhai, ah, ahoi, ai, amboi, asyoi, ayo,
bah, cih, cis, eh, hai, idih, ih, lho, oh, nak, sip, wah, wahai, yaaa
b. Bentuk tururnan, biasanya berasal dari kata-kata biasa, atau
pengalan kalimat Arab, contoh: alhamdulillah, astaga, brengsek,
buset, dubilah, duilah, insya Alloh, masyallah, syukur, halo,
innalillahi, yahud.
2.2 Pembagian Kelas Kata
Menurut M. Ramlan
Ramlan (1985:48-77) menyatakan bahwa penggolongan kata
yang dibuatnya didasarkan hasil penelitian yang dilakukannya
pada tahun 1982 sampai dengan tahun 1983. Berdasarkan
struktur sintaktik, kata bahasa Indonesia dapat dibedakan
menjadi dua belas
1. Kata Verbal
Kata verbal ialah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P (predikat)
dan pada tataran frase dapat dinegatifkan oleh kata tidak.

Berdasarkan kemungkinannya diikuti frase dengan sangat….yang berfungsi sebagai


keterangan cara, kata verbal dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
a. Kata kerja ialah kata verbal yang dapat diikuti frase dengan sangat... sebagai
keterangan cara.
B. Kata sifat ialah kata yang tidak dapat diikuti oleh frase dengan sangat… sebagai
keterangan cara.

Ditinjau dari kemungkinannya diikuti O (obyek), kata kerja dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. Kata kerja transitif ialah kata kerja yang dapat diikuti obyek dan dapat dipasifkan.
b. Kata kerja intransitive ialah kata kerja yang tidak dapat diikuti O, dan sudah barang
tentu kata kerja intransitif yang dapat diikuti pelaku.
2.Kata Nomina
Kata nomina adalah kata yang dapat menduduki fungsi S, P, O dalam klausa, dan dalam
tataran frase tidak dapat dinegatifkan oleh kata tidak, melainkan oleh kata bukan dapat
diikuti oleh kata itu, dan dapat mengikuti kata di atau pada sebagai akuisisinya.
Yang termasuk golongan kata nomina ialah sebagai berikut.
a. Kata benda ialah kata nomina yang tidak menggantikan kata lain.
b. Kata ganti ialah kata nomina yang menggantikan kata lain. Kata ganti dapat dibedakan
lagi berdasarkan kata yang digantikannya yaitu:
1. Kata ganti diri ialah kata ganti yang menggantikan nama, baik yang bernyawa
maupun tidak bernyawa, yang dapat dibedakan lagi menjadi kata ganti diri pertama (aku,
saya, kami), kedua (engkau, kamu, kamu sekalian, anda), dan ketiga (ia, dia, beliau,
mereka).
2. Kata ganti penunjuk ialah kata ganti yang dapat menggantikan nama,
keadaan, dan suatu peristiwa atau perbuatan (ini dan itu) serta tempat (sana, situ, dan
sini).
3. Kata Keterangan
Kata keterangan iaiah kata yang dalam suatu klausa cenderung menduduki fungsi
keterangan (KET) dan umumnya mempunyai tempat yang bebas, mungkin terletak di
depan sekali, mungkin antara S dan P dan mungkin terletak di belakang S dan P.
Kata keterangan dapat dibedakan lagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1. Menyatakan waktu, misalnya: kemarin, tadi, nanti, kelak.
2. Menyatakan ragam yaitu sikap pembicara terhadap suatu tindakan atau suatu
peristiwa, misalnya: rupanya, kiranya, seharusnya, seyogyanya.
3. Menyatakan kuantitas, misalnya: secepat-cepatnya, sejauh-jauhnya.
4. Kata Tambah
Kata tambah yaitu kata yang cenderung menduduki fungsi atribut dalam frase
tipe endosentris yang atributif yang unsur pusatnya berupa kata verbal. Kata
tambah ini menyatakan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut: 1) Ragam,
misalnya: tentu, pasti; 2) Negatif, misalnya: tidak, bukan, belum; 3) Aspek,
misalnya: akan, mau, sedang, baru, masih; 4) Keseringan, misalnya: pernah,
kerap, kerap sekali; 5) Keinginan, misalnya: ingin, hendak; 6) Keharusan
misalnya: harus, wajib; 7) Kesanggupan, misalnya: dapat, mampu, sanggup; 8)
Keizinan, misalnya: boleh; 9) Tingkat, misalnya: kurang, amat, terlalu, paling.
5. Kata Bilangan
Kata bilangan ialah kata-kata yang dapat diikuti kata-kata
orang, ekor, buah, helai, kodi, meter dan sebagainya. Kata
bilangan ini ada yang menyatakan: 1) Jumlah, misalnya:
satu, dua, tiga puluh, beberapa; 2) Urutan, misalnya:
kedua, ketiga belas.
6. Kata Penyukat
Kata penyukat ialah kata yang terletak di belakang kata
bilangan dan bersama kata itu membentuk satu frase
yang disebut frase bilangan, yang mungkin terletak di
muka kata nomina. Misalnya: orang, ekor, buah pada
frase-frase: dua orang petani, tiga ekor kelinci, dua buah
rumah.
7. Kata Sandang
Kata sandang ialah kata yang selalu terletak di muka
golongan kata nomina sebagai atributnya. Contoh kata
yang termasuk jenis kata ini antara lain: si, suatu, semua,
segala, segenap, seluruh, dan mungkin masih ada
beberapa lagi.
8. Kata Tanya
Kata tanya ialah ksta yang berfungsi membentuk kalimet
tanya. Yang termasuk kata tanya ialah mengapa, kenapa,
bagaimana, apa, siapa, mana, bilamana, kapan, bila, dan
bukan. Masing-masing kata tanya tersebut mempunyai
fungsi yang berbeda.
9. Kata Suruh
Kata suruh ialah kata yang berfungsi membentuk kalimat
suruh. Yang termasuk kata-kata suruh adalah tolong,
silakan, dipersilakan, mari, ayo.

10. Kata Penghubung


Kata penghubung ialah kata atau kata-kata yang berfungi
menghubungkan satuan gramatik yang satu dengan yang
lain untuk membentuk satuan gramatik yang lebih besar.
Satuan yang dihubungkan itu mungkin kalimat, klausa,
frase, atau kata.
11. Kata Depan
Kata depan ialah kata-kata yang pada frase eksosentris
berfungsi sebagai penanda. Misalnya kata-kata di, pada,
ke, kepada, dari, daripada, terhadap, bagi, dalam, akan,
akibat, antar, antara, atas, dan sebagainya.

12. Kata Seruan


Kata seru ialah kata-kata yang dalam suatu kalimat berdiri
sendiri, terpisah dan unsur lainnya. Misalnya wah, ai,
aduh, dik, bi, dan sebagainya.
2.3 Perbedaan Kelas Kata
Harimurti Kridalaksana
dan M. Ramlan
Pembagian kelas kata menurut Harimurti K. ada tiga
belas, sedangkan menurut M.Ramlan ada dua belas. Pada
pembagian kelas kata Harimurti K., terdapat kelas kata
verba, sifat, tunjuk, dan kategori fatis, sedangkan dalam
pembagian kelas kata menurut M. Ramlan tidak ada.
M.Ramlan menggolongkan kata sifat dan kata kerja ke
dalam kelas kata verba. Selain itu, pada pembagian kelas
kata M. Ramlan terdapat kelas kata tambah, penyukat,
dan suruh, yang tidak ada dalam pembagian kelas kata
Harimurti K.
Dalam pembagian kelas kata Harimurti K. terdapat kelas
kata ganti (pronomina), sedangkan dalam pembagian
kelas kata M. Ramlan tidak ada. Pada pembagian kelas
kata menurut M.Ramlan, kata ganti dimasukkan dalam
kelas kata nomina, tepatnya nomina kata ganti diri,
sedangkan Harimurti K. menggolongkan kata ganti
menjadi kelas kata tersendiri. Selain itu, kelas kata tunjuk
Harimurti K. digolongkan ke dalam kategori nomina kata
ganti penunjuk menurut M.Ramlan. Pembagian kelas kata
menurut M. Ramlan tidak mencakup kategori fatis seperti
yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana.
Pada pembagian kelas kata menurut Harimurti
Kridalakasana, kelas kata tambah, penyukat, dan suruh
tidak ikut digolongkan seperti dalam pembagian kelas
kata menurut M.Ramlan. Hal ini lah yang membedakan
pembagian kelas kata menurut Harimurti Kridalakasana
dengan pembagian kelas kata menurut M.Ramlan.
2.4 Persamaan Kelas Kata
Harimurti Kridalaksana
dan M. Ramlan
Persamaan itu berupa penggolongan kelas kata yang sama yaitu
kelas kata bilangan, keterangan, tanya, sandang, depan,
penghubung, dan kata seru.
Selain itu, dalam pembagian kelas kata menurut kedua ahli ini juga
terdapat kelas kata nomina. Hanya saja, nomina menurut
Harimurti K. hanya menyangkut kata-kata benda. Kelas kata
nomina menurut M.Ramlan mencakup nomina kata benda,
nomina kata ganti diri, dan nomina kata ganti penunjuk. Kelas kata
nomina M.Ramlan telah mencakup kelas kata nomina, pronomina
dan demonstrativa Harimurti Kridalaksana. Meski demikian, kedua
ahli itu sama-sama mencantumkan kelas kata verba dan nomina.
SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai