Anda di halaman 1dari 17

KURIKULUM KKNI

(Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia)


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Pengembangan Kurikulum”

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Nur Ahid, M. Ag

Oleh Kelompok 12 :

1. Fathiya Ruhannisa (22201059)


2. Latifatul Qolby (22201060)
3. Nawa Nabila Izzati (22201061)

SEMESTER 3
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Kurikulum KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia)”
sebagai salah satu syarat memenuhi tugas mata Pengembangan Kurikulum. Kami
haturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Nur Ahid, M. Ag. selaku dosen
pengampu mata kuliah Pengembangan Kurikulum IAIN Kediri yang telah
membimbing kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai kerangka kualifikasi nasional Indonesia. Kami
menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih terdapat salah dan kurangnya. Maka
dari itu, adanya kritik dan saran kami harapkan untuk memperbaiki penulisan
makalah ini. Semoga karya tulis ini dapat dengan mudah dipahami dan menambah
wawasan pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kediri, 5 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Konsep dan Tujuan Kurikulum KKNI ...................................................... 3


B. Deskripsi Generik KKNI............................................................................ 6
C. Jenjang Kualifikasi Bidang Pendidikan .................................................... 7
D. KKNI dan Dunia Kerja .............................................................................. 9

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan tinggi yang
dituntut untuk menghasilkan sumber daya berkualitas yang berhasil menempa
stakeholders yang siap di dunia kerja. Kualitas sumber daya yang dihasilkan
oleh perguruan tinggi dapat dilihat dari kesiapan setiap lulusan untuk
memasuki dunia kerja. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi
kesiapan kerja adalah perguruan tinggi itu sendiri. Dimana, setiap program
studi pada perguruan tinggi perlu menyusun kurikulum, melaksanakan dan
mengevaluasi pelaksanaan kurikulum. Kurikulum dapat dimaknai sebagai
suatu rencana tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh
peserta didik melalui suatu pengalaman belajar.
Salah satu kurikulum yang menjadi acuan pengembangan kurikulum di
perguruan tinggi adalah kurikulum KKNI, dimana mahasiswa harus
dipersiapkan dengan pengetahuan, sikap, keterampilan serta manajerial dan
tanggung jawab yang merupakan learning outcome dari kurikulum KKNI.
KKNI merupakan penjenjangan kualifikasi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan dan menginterasikan antara bidang pendidikan dengan bidang
pelatihan kerja sesuai struktur pekerjaan di berbagai sektor. KKNI mengakui
kesetaraan kualifikasi capaian pembelajaran berbagai bidang keilmuan pada
tingkat pendidikan tinggi, baik yang berada pada jalur pendidikan akademik,
vokasi, profesi, serta melalui pengembangan karir yang terjadi di strata kerja,
industri dan asosiasi profesi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar dan tujuan dari kurikulum KKNI ?
2. Bagaimana deskripsi generik dari KKNI?
3. Bagimana penjenjangan kualifikasi nasional pada bidang pendidikan?
4. Bagaimana hubungan antara KKNI dengan lapangan kerja?

1
C. Tujuan
Makalah ini ditulis dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui tentang
kualifikasi nasional Indonesia pada bidang pendidikan, sehingga pembaca
dapat memahami apa konsep dasar dan tujuan dari kurikulum KKNI,
bagaimana deskripsi generik dari KKNI, bagaimana penjenjangan dari
kualifikasi bidang pendidikan serta bagaimana hubungan antara KKNI dengan
lapangan pekerjaan. Penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan pembaca tentang kurikulum KKNI.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar dan Tujuan Kurikulum KKNI


1. Konsep Dasar KKNI

Menurut Peraturan Presiden No.08 than 2012, Kerangka Kualifikasi


Nasional Indonesia (KKNI) adalah kerangka penjenjangan kualifikasi sumber
daya manusia Indonesia yang menyandingkan, menyetarakan, dan
mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta
pengalaman kerja dalam rangka memberikan pengakuan kompetensi kerja
sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor1. KKNI merupakan mutu
dan jati diri Bangsa Indonesia terkait dengan sistem pendidikan nasional,
sistem pelatihan kerja nasional serta sistem penilaian kesetaraan capaian
pembelajaran (learning outcomes) nasional yang dimiliki Indonesia untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu dan produktif2. KKNI
tidak hanya terkait dengan sektor pendidikan dan tidak hanya dipahami secara
sempit, seperti yang selama ini dianggap sebagai kurikulum. KKNI mencakup
semua sektor kehidupan berbangsa dan bernegara salah satunya pendidikan
dan pekerjaan, semuanya terkait satu dengan yang lain.

Dalam pengembangan KKNI juga merujuk dan mempertimbangkan


sistem kualifikasi negara lain, seperti Eropa, Australia, Inggris, Scotlandia,
Hong Kong, dan Selandia Baru. Hal ini mejadikan kualifikasi yang tercakup
dalam KKNI dapat dengan mudah disetarakan dan diterima oleh negara-
negara lain sehingga pertukaran peserta didik maupun tenaga kerja
antarnegara dapat dilakukan dengan mudah. Atas dasar ini, pengakuan

1
Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ‘Tentang KKNI’, Direktorat
Bina Standarisasi Kompetensi Dan Pelatihan, 2018 <skkni.kemnaker.go.id/tentang-
kkni/penyetaraan-jenjang> [accessed 9 November 2023].
2
Informasi KKNI, ‘KKNI’, STT STIKMA INTERNATIONAL, 2023.

3
terhadap kualitas output Pedidikan Tinggi di Indonesia akan diakui setara
dengan output Pendidikan Tinggi di negara lain3.
Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai konsep dasar KKNI
antara lain:
a) Setiap program studi wajib menyusun deskripsi capaian
pembelajaran minimal mengacu pada KKNI bidang pendidikan
tinggi sesuai dengan jenjang.
b) Setiap jenjang kualifikasi dapat dicapai melalui berbagai jalur,
dan setiap jenjang memiliki deskripsi capaian pembelajaran
yang sesuai dengan kualifikasinya.
c) Penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa dalam konteks
kurikulum berbasis KKNI mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara
menyeluruh.
d) Standar Kompetensi Lulusan berupa kriteria minimal tentang
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan dalam bentuk
rumusan.

Penerapan kurikulum mengacu KKNI melalui beberapa tahapan,


antara lain menyusun capaian pembelajaran, merumuskan profil lulusan,
menyusun kurikulum, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan
kurikulum. Penerapan kurikulum mengacu KKNI diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan di perguruan tinggi melalui kecukupan
sumber-sumber pendidikan, kualitas proses belajar mengajar, dan kualitas
output dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.

2. Tujuan Umum dan Khusus KKNI


a) Tujuan Umum

3
Sutrisno and Suyadi, DESAIN KURIKULUM PERGURUAN TINGGI Mengacu
Kerangka Nasional Indonesia, ed. by Pipih Latifah, cet. 1 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2016).

4
1) Meningkatkan komitmen pemerintah dan masyarakat untuk
menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang bermutu dan
berdaya saing internasional, baik bekerja maupun berkarya.
2) Meningkatkan kontribusi capaian pembelajaran yang diperoleh
melalui pendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan atau
pengalaman kerja dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
3) Mendorong peningkatan mutu dan aksebilitas sumber daya
manusia Indonesia ke pasar kerja nasional dan internaional.
4) Membuat proses pengakuan yang dapat dipertanggung jawabkan
dan transparan terhadap capaian pembelajaran yang diperoleh
melalui pendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan atau
pengalaman kerja yang diakui oleh dunia kerja secara nasional
atau internasional.
5) Mendorong perpindahan pelajar, mahasiswa dan tenaga kerja
antara negara dengan berbasis kesetaraan kualifikasi.
b) Tujuan Khusus
1) Memperoleh korelasi yang positif antara outcome, capaian
pembelajaran, dan proses pendidikan di perguruan tinggi.
2) Mendorong penyesuaian capaian pembelajaran dan penyetaraan
mutu outcome pendidikan tinggi pada tingkat kualifikasi yang
setara.
3) Menjadi pedoman pokok bagi perguruan tinggi dalam
mengembangkan mekanisme pengakuan terhadap hasil
pembelajaran lampau (Recognition of Prior Learning) atau
kekayaan pengalaman yang dimiliki seseorang.
4) Menjadi jembatan saling pengertian antara perguruan tinggi dan
pengguna lulusan (user) sehingga secara berkelanjutan dapat
membangun kapasitas serta meningkatkan daya saing bangsa
terutama dalam sektor sumber daya manusia.
5) Memberi motivasi dan inspirasi bagi pengguna lulusan untuk
melakukan penyesuaian kemampuan atau kualifikasi dalam

5
mengembangkan program-program belajar sepanjng hayat (life
long learning programs).
B. Deskripsi Generik KKNI

Denskripsi umum kurikulum KKNI memuat empat karakteristik,


antara lain:

1. Mampu memanfaatkan IPTEK dalam bidang keahliannya dan


mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi dalam
penyelesaian masalah. Deskripsi spesifiknya adalah mampu
memanfaatkan IPTEK yang relevan dalam lingkup Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia untuk merancang, mengelola,
memfasilitasi, dan mengevaluasi pembelajaran, serta aplikasi
keilmuan.
2. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara
umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang
pengetahuan tersebut secara mendalam, serta mampu menyusun
penyelesaian masalah prosedural. Deskripsi generik ini memiliki
dua karakteristik, yaitu:
a) Menguasai konsep-konsep dasar teori pendidikan Bahasa
Indonesia (pedagogik) dan substansi bidang ilmu bahasa
dan sastra serta terapannya bagi peserta didik di sekolah
menengah.
b) Menguasai dasar-dasar perencanaan, pengelolaan, dan
evaluasi pada pembelajaran bahasa Indonesia pada
pendidikan menengah, dan memilih pendekatan, model,
metode dan strategi pembelajaran, serta sistem evaluasi
bagi peserta didik sekolah menengah, editor bahasa,
pembawa acara, peneliti dan redaktur.
3. Mampu mengambil keputusan strategis berdasarkan analisis
informasi dan data serta memberikan petunjuk dalam memilih
berbagai alternatif solusi. Deskripsi generik ini memuat
karakteristik mampu mengambil keputusan strategis berdasarkan

6
analisis informasi dan data dalam menentukan berbagai alternatif
pemenuhan kebutuhan belajar bagi peserta didik di sekolah
menengah, editor bahasa, pembawa acara, peneliti, dan redaktur.
4. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi. Pada
deskripsi generik ini dimuat karakteristik mampu menunjukkan
kinerja dalam praktik pendidikan bahasa dan sastra Indonesia serta
bidang terapannya, yang dapat dipertanggungjawabkan pada para
pengguna, pemangku kepentingan, dan masyarakat dengan
mengaplikasikan prinsip-prinsip dasar berpikir kritis dan kreatif.

C. Jenjang Kualifikasi di Bidang Pendidikan

Jenjang kualifikai pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia


(KKNI) adalah tingkat capaian pembelajaran yang disepakati secara nasional
dan disusun berdasarkan ukuran hasil pendidikan atau pelatihan yang
diperoleh melalui pendidikan formal, non formal, informal ataupun
pengalaman kerja4. KKNI terdiri dari sembilan jenjang kualifikasi, dimulai
dari kualifikasi jenjang 1 sebagai kualifikasi terendah hingga kualifikasi
jenjang 9 sebagai kualifikasi jenjang tertinggi5. Deskripsi setiap jenjang
kualifikasi disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
atau seni, serta perkembangan sektor-sektor pendukung perekonomian dan
keejahteraan rakyat, seperti perindustrian, pertanian, kesehatan, hukum dan
aspek-aspek lain yang terkait. Setiap jenjang kualifikasi pada KKNI memiliki
kesetaraan dengan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan,
pelatihan kerja, atau pengalaman kerja. Penyetaraan capaian pembelajaran
yang diperoleh melalui pendidikan dengan jenjang kualifikai pada KKNI
dilakukan dengan menetapkan kesetaraan antara jenjang kualifikasi pada

4
Sutrisno and Suyadi.
5
Any Umy Maslahah, ‘Penerapan Kurikulum Mengacu Kkni Dan Implikasinya
Terhadap Kualitas Pendidikan Di Ptkin’, Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 13.1
(2018), 227–48 <https://doi.org/10.21043/edukasia.v13i1.5717>.

7
KKNI dengan jenjang pendidikan6. Penjenjangan kualifikasi pada KKNI
dengan jenjang sembilan sebagai jenjang tertinggi tidak serta merta berarti
bahwa jenjang tertinggi KKNI tersebut lebih unggul dibandingkan dengan
jenjang kualifikasi lainnya.

Penyetaraan capaian pembelajaran dihasilkan melalui pendidikan


dengan jenjang kualifikasi pada KKNI sebagaimana berikut:

1. Lulusan pendidikan dasar setara dengan jenjang 1


2. Lulusan pendidikan menengah setara dengan jenjang 2
3. Lulusan pendidikan diploma 1 setara dengan jenjang 3
4. Lulusan pendidikan diploma 2 setara dengan jenjang 4
5. Lulusan pendidikan diploma 3 setara dengan jenjang 5
6. Lulusan pendidikan diploma 4 atau sarjana terapan dan sarjana
setara dengan jenjang 6
7. Lulusan pendidikan magister terapan dan magister setara dengan
jenjang 8
8. Lulusan pendidikan doktor terapan atau doktor setara dengan
jenjang 9
9. Lulusan pendidikan profesi setara dengan jenjang 7 atau 8
10. Lulusan pendidikan spesialis setara dengan jenjang 8 atau 9.

Penyetaraan jenjang dilakukan agar setiap jenjang kualifikasi pada


Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) memiliki kesetaraan
dengan capaian pembelajaran yang dihasilkan. KKNI diposisikan sebagai
penyetara capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan formal,
informal dan nonformal dengan kompetensi kerja yang dicapai melalui
pelatihan diluar ranah KEMDIKNAS, pengalaman kerja atau jenjang karir di
tempat kerja7. Jenjang kualifikasi pada KKNI merupakan jembatan untuk
menyetarakan capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan.
Dimana, setiap jenjang kualifikasi pada KKNI memiliki kesetaraan dengan

6
Direktorat Pendidikan Tinggi, Buku Pedoman Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (Jakarta: DIKTI, 2012).
7
Sutrisno and Suyadi.

8
capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan, pelatihan kerja
maupun pengalaman kerja.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012


menjelaskan menganai jenjang kualifikasi KKNI 8. Jenjang kualifikasi KKNI
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu jenjang 1-3 dikelompokkan
dalam jabatan operator. Jenjang 4-6 dikelompokkan dalam kelompok jabatan
teknisi atau analisis dan jenjang 7-9 dikelompokkan menjadi kelompok
jabatan ahli. Penyetaraan jenjang kualifikasi bidang pendidikan adalah suatu
upaya untuk menyamaratakan capaian pembelajaran.9 Penyetaraan capaian
pembelajaran yang dihasilkan melalui pelatihan kerja dengan jenjang
kualifikasi pada KKNI terdiri dari jenjang berikut ini:

1. Lulusan pelatihan kerja tingkat operator (jenjang 1-3) dapat


meningkatkan jenjang diatasnya (teknisi atau analisis) jika lulus
pada uji kompetensi pada pendidikan formal.
2. Lulusan pelatihan kerja tingkat teknisi atau analisis (jenjang 4-6)
dapat meningkatkan jenjang diatasnya (ahli) jika lulus pada uji
kompetensi pada pendidikan formal.
3. Lulusan pelatihan kerja tingkat ahli setara dengan jenjang 7, 8 dan
9.
4. Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui
pelatihan kerja dengan jenjang kualifikasi pada KKNI dilakukan
dengan sertifikasi kompetensi.
D. KKNI dan Dunia Kerja
Dalam rangka mencapai tujuannya, KKNI menempatkan Pendidikan
Tinggi sebagai ujung tombak implementasinya. Karena pendidikan tinggi
merupakan salah satu penghasil tenaga kerja Indonesia, harapannya tenaga
kerja lulusan pendidikan tinggi mampu menempati jenjang kualifikasi yang

8
Presiden RI, ‘Peraturan Presiden NO 8 Th 2012 Tentang KKNI’, 1, 2012, 1–5.
9
Megawati Santoso and others, ‘Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia’,
Direktorat Jendral Pembelajaran Dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Dokumen 00
(2015), 1–9.

9
tinggi di manapun mereka bekerja10. Meskipun demikian, tidak semua lulusan
pendidikan tinggi ingin bekerja di sektor industri, melainkan berkarya secara
mandiri dan berdikari. Maka dari itu, hal tersebut tidak menghalangi lulusan
pendidikan tinggi untuk masuk ke jenjang kualifikasi dalam KKNI.

Akan tetapi, dalam realitanya sebagian besar pendidikan tinggi yang


mempertahankan idealismenya, hanya sedikit yang mampu mencetak lulusan
siap berkarya. Artinya, pendidikan tinggi dengan idealismenya hingga saat ini
masih mendominasi untuk mencetak pengangguran intelektual atau
pengangguran terdidik. Meskipun demikian, hal ini bukan berarti bahwa
pendidikan tinggi yang berpaham pragmatisme (lawan dari idealisme), secara
otomatis mampu mencetak tenaga kerja terdidik dan berkualifikasi. Banyak
pendidikan tinggi pragmatis yang belum mampu mencetak tenaga kerja yang
berkualifikasi. KKNI fokus pada perbaikan pendidikan tinggi "pragmatis"
untuk menghasilkan lulusan kerja berkualifikasi, sedangkan pendidikan tinggi
idealis diarahkan pada karya mandiri yang berorientasi pada lulusan dengan
jiwa entrepreneurship tinggi sehingga setelah lulus bisa membuka lapangan
kerja sendiri.

Dengan demikian, dapat dimaklumi bagaimana KKNI berkeinginan


untuk menempatkan pendidikan tinggi sebagai "produsen" tenaga kerja
berkualifikasi. Wajar jika relevansi dan linieritas menjadi faktor yang sangat
menentukan. Sebab, rendahnya relevansi atau linieritas berimplikasi pada
merosotnya mutu proses pembelajaran sehingga lulusan pendidikan tinggi
tidak memenuhi kualifikasi kerja yang dipersyaratkan dunia kerja. Akibatnya,
pendidikan tinggi tidak menjadi ujung tombak bagi kesejahteraan bangsa
dengan terserapnya outcome ke dunia kerja, melainkan memproduksi
pengangguran intelektual yang tidak berguna. Artinya, pendidikan tinggi yang
pragmatis, tetapi tidak mampu menghasilkan lulusan yang mampu berkarya
dan juga tidak bisa bekerja, harus melakukan perombakan total dengan
mengacu pada KKNI,

10
Sutrisno and Suyadi.

10
Data statistik yang dihimpun oleh Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (KEMENAKERTRANS) dari tahun 2004 hingga tahun 2009
menunjukkan bahwa tren pengangguran terdidik lulusan pendidikan tinggi
terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun11. Namun anehnya, angka
pengangguran tenaga terdidik berpendidikan dasar dan menengah cenderung
menurun dari tahun ke tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa industri di
Indonesia sebagian besar mempekerjakan operator. Dampaknya adalah
produk-produk Indonesia kurang mempunyai daya saing dengan produk luar
negeri yang dikerjakan oleh para ahli. Berdasarkan fenomena di atas, dapat
dimaklumi fenomena "lunturnya" idealisme pendidikan tinggi dari mencetak
lulusan yang mampu berkarya menjadi lulusan yang sekadar mampu bekerja.

Mahasiswa lulusan pendidikan tinggi berubah menjadi wirausaha di


tengah konflik antara pragmatisme, yang berarti mencetak tenaga kerja yang
mudah namun ideal, dan idealisme. Artinya, mereka yang tidak dapat
menembus lapangan kerja tetapi tidak memiliki kemampuan untuk berkarya
dan tidak ingin menjadi pengangguran intelektual dapat berwirausaha secara
mandiri. Meskipun demikian, lulusan pendidikan tinggi yang membuka usaha
sesuai bidangnya relatif sedikit. Misalnya, Sarjana Seni yang membuka
sanggar lukis atau tari, seniman atau musisi, dan lain-lain. Sarjana hukum
menjadi pengacara, dokter yang membuka praktik di kliniknya sendiri,
insinyur teknik sipil yang menjadi pengembang properti, dan lain sebagainya.
Anehnya, justru sebagian besar lulusan pendidikan tinggi berwirausaha di luar
bidang ilmunya. Misalnya, sarjana kimia membuka rumah makan, sarjana
teknik membuka toko kelontong, sarjana ekonomi membuka bimbingan
belajar, dan sebagainya.

Kondisi ini di satu sisi menunjukkan ketenagakerjaan yang positif di


mana tenaga kerja akan memiliki fleksibilitas yang lebih luas dalam
memasuki dunia kerja. Namun, di sisi lain kualifikasi mereka sering
dipertanyakan. Jika orang yang bersangkutan tidak menempuh pendidikan
tinggi sama sekali, tetapi bisa sukses KKNI akan mudah melakukan uji

11
Santoso and others.

11
kompetensi kualifikasi. Namun, yang sulit adalah uji kompetensi bagi mereka
yang mempunyai kompetensi dan kualifikasi tertentu, tetapi tidak sesuai
dengan bidangnya. Hal tersebut menjadi tantangan dari KKNI.

Meskipun demikian, unsur-unsur dalam setiap kualifikasi tenaga kerja


yang mencakup keilmuan (science), pengetahuan (knowledge), keahlian
(know-how) dan keterampilan (skill) dapat menjadi jembatan yang
menghubungkan bidang keilmuan dan pekerjaan yang digeluti selama ini.
Secara umum, data dan informasi tentang kondisi tenaga kerja dan
kewirausahaan di Indonesia menunjukkan perlunya kerja sama yang intensif
dan berkelanjutan dalam skala nasional antara pihak providers
(KEMDIKNAS, KEMNAKER, badan atau lembaga pelatihan, asosiasi
profesi, dan sebagainya) serta users (industri, sektor-sektor usaha, masyarakat
luas) untuk membangun suatu pedoman yang menyangkut aspek-aspek
capaian pembelajaran serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh setiap
tenaga kerja dan pengusaha Indonesia.

Dalam hal ini pengembangan KKNI yang mencakup aspek-aspek


tersebut (science, knowledge, know-how dan skill) sangat diperlukan dan
merupakan langkah awal untuk membangun SDM Indonesia yang bermutu
dan berdaya saing tinggi di masa depan. Dengan demikian, KKNI harus dapat
menjawab permasalahan ketenagakerjaan dan kewirausahaan di Indonesia
secara berkelanjutan, menjadi rujukan utama rencana pengembangan SDM di
tingkat nasional, selain sebagai perwujudan mutu dan jati diri bangsa,

KKNI diharapkan mampu menjadi jembatan penyetaraan berbagai


aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Di satu sisi menghubungkan
pendidikan dan pelatihan untuk menyetarakan capaian pembelajaran yang
dihasilkan oleh kedua aspek tersebut dan di sisi lain menyetarakan capaian
pembelajaran tersebut dengan kompetensi yang dibutuhkan di tempat kerja
dan dunia usaha. Hal ini masih diperluas dengan perlunya pengakuan dan
penilaian kesetaraan hasil pembelajaran lampau yang dikenal dengan
Recognition of Prior Learning (RPL).

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum KKNI didasarkan pada Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang mengamanatkan
pengembangan sistem pendidikan tinggi yang berbasis kompetensi. KKNI
adalah suatu upaya untuk menyelaraskan pendidikan tinggi di Indonesia
dengan kerangka kualifikasi nasional dan internasional, sehingga lulusan
perguruan tinggi Indonesia memiliki standar kompetensi yang diakui secara
luas.
Perguruan tinggi di Indonesia perlu mempersiapkan lulusan yang
memiliki kompetensi dan kualifikasi yang sesuai dengan tuntutan dunia
kerja global. KKNI membantu memastikan bahwa lulusan Indonesia dapat
bersaing di tingkat internasional. KKNI bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan tinggi dengan menekankan pada pencapaian
kompetensi dan hasil belajar yang konkret, bukan hanya pada jumlah jam
pelajaran atau mata kuliah.
KKNI menciptakan keterkaitan yang lebih erat antara dunia
pendidikan dan dunia kerja. Hal ini memungkinkan perguruan tinggi untuk
menghasilkan lulusan yang lebih siap bekerja dan memiliki keahlian yang
relevan. KKNI memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada perguruan
tinggi dalam merancang kurikulum mereka sendiri sesuai dengan kebutuhan
dan keunggulan masing-masing, sekaligus memungkinkan mobilitas
lulusan antarprogram studi atau perguruan tinggi.
KKNI memperkenalkan sistem evaluasi dan akreditasi yang lebih
terfokus pada pencapaian kompetensi, yang memungkinkan pemantauan
dan peningkatan yang lebih baik dalam mutu pendidikan tinggi di Indonesia.
Dengan adopsi Kurikulum KKNI, diharapkan pendidikan tinggi di
Indonesia dapat lebih responsif terhadap perkembangan zaman dan
kebutuhan masyarakat serta dapat menghasilkan lulusan yang lebih
berkualitas dan siap untuk berkontribusi dalam berbagai sektor.

13
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia, Kementerian Ketenagakerjaan Republik, ‘Tentang KKNI’, Direktorat


Bina Standarisasi Kompetensi Dan Pelatihan, 2018
<skkni.kemnaker.go.id/tentang-kkni/penyetaraan-jenjang> [accessed 9
November 2023]

KKNI, Informasi, ‘KKNI’, STT STIKMA INTERNATIONAL, 2023

Maslahah, Any Umy, ‘Penerapan Kurikulum Mengacu Kkni Dan Implikasinya


Terhadap Kualitas Pendidikan Di Ptkin’, Edukasia : Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam, 13.1 (2018), 227–48
<https://doi.org/10.21043/edukasia.v13i1.5717>

Presiden RI, ‘Peraturan Presiden NO 8 Th 2012 Tentang KKNI’, 1, 2012, 1–5

Santoso, Megawati, Ardhana Putra, Junaedi Muhidong, Illah Sailah, Sp Mursid,


Achmad RIfandi, and others, ‘Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia’,
Direktorat Jendral Pembelajaran Dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti,
Dokumen 00 (2015), 1–9

Sutrisno, and Suyadi, DESAIN KURIKULUM PERGURUAN TINGGI Mengacu


Kerangka Nasional Indonesia, ed. by Pipih Latifah, cet. 1 (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2016)

Tinggi, Direktorat Pendidikan, Buku Pedoman Kerangka Kualifikasi Nasional


Indonesia (Jakarta: DIKTI, 2012)

14

Anda mungkin juga menyukai