“KURIKULUM 13”
Disusun oleh :
Kelompok 7 :
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah berjudul “Kurikulum 13” tepat
pada waktunya.
Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Indrati Kusumaningrum,
M.Pd, sebagai dosen pembimbing matakuliah Kurikulum Pendidikan dan Teknologi
Kejuruan, telah membiming kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memahami tentang Kurikulum 13 yang ada di Indonesia.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi K13 ………………………………………………………………………… 2
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 14
3.2 Saran........................................................................................................................... 16
Daftar Pustaka............................................................................................................... 17
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Prospek SMK menurut Renstra Dit PSMK 2015-2019 masih sangat memprihatikan
karena masih banyak lulusan Sekolah Menengah Kejuruan yang menganggur, padahal SMK
mempunyai banyak peluang untuk menciptakan tenaga kerja yang ahli pada bidangnya
dibandingkan dengan Sekolah Menengah Atas tetapi pada kenyataannya masih saja lebih
banyak lulusan SMA yang bekerja dibandingkan dengan lulusan SMK.
1
BAB 2
PEMBAHASAN
4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan,
dan keterampilan;
2
5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut
dalam kompetensi dasar Mata pelajaran;
Menurut Chona Ayu (2014: 225), tujuan kurikulum 2013 SMK/MAK, yaitu:
(1) mengetahui kesempatan kepada peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat mereka,
(3) mendeskripsikan peluang kepada peserta didik melakukan pilihan mulai pada kelompok
program keahlian sebagai program peminatan dan kemudian berlanjut melakukan pilihan
program pendalaman peminatan pada kelompok paket keahlian,
(4) untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Menurut M. Fadlillah (2014: 25),
3
Tujuan Kurikulum 2013 dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard skills dan soft skills;
(2) Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif, dan
inovatif;
(4) Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga masyarakat;
(5) Meningkatkan persaingan yang sehat antar-satuan pendidikan. Tujuan Kurikulum 2013
menurut berbagai pendapat di atas pada dasarnya sama, yaitu mempersiapkan peserta didik
yang beriman 25 produktif, afektif, kreatif, inovatif, dan mandiri serta menyeimbangkan
hardskill dan softskill peserta didik.
1) Peningkatan Iman, Takwa, dan Akhlak Mulia Iman, takwa, dan akhlak mulia menjadi
dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh.
2) Kebutuhan Kompetensi Masa Depan Kemampuan peserta didik yang diperlukan yaitu
antara lain kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif dengan mempertimbangkan
nilai dan moral Pancasila agar menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab,
4
toleran dalam 26 keberagaman, mampu hidup dalam masyarakat global, memiliki minat luas
dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, dan
peduli terhadap lingkungan.
3) Peningkatan Potensi, Kecerdasan, dan Minat sesuai dengan Tingkat Perkembangan dan
Kemampuan Peserta Didik Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan
martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif,
psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan
memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional,
sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik
5) Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional Dalam era otonomi dan desentralisasi,
kurikulum adalah salah satu media pengikat dan pengembang keutuhan bangsa yang dapat
mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional.
Kurikulum perlu memperhatikan keseimbangan antara kepentingan daerah dan nasional. 27
5
(3) Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan;
(5) Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda;
Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang
berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
d) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. Uraian tentang Kompetensi
Inti untuk jenjang Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan dapat dilihat pada
tabel berikut.
6
2.2 TAKSONOMI HASIL BELAJAR
(1) Ranah kognitif, berkaitan dengan tujuan belajar yang berorientasi pada kemampuan
berpikir;
(2) Ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati);
dan
(3) Ranah psikomotor (berorientasi pada keterampilan motorik atau penggunaan otot
kerangka). Saat ini dikenal berbagai macam taksonomi tujuan instruksional yang diberi
nama menurut penciptanya, misalnya: Bloom; Merill dan Gagne (kognitif); Krathwohl,
Martin & Briggs, dan Gagne (afektif); dan Dave, Simpson dan Gagne (psikomotor).
Secara etimologi kata taksonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu taxis dan nomos.
Taxis berarti „pengaturan atau divisi‟ dan nomos berarti hukum (Enghoff, 2009:442). Jadi
secara etimologi taksonomi dapat diartikan sebagai hukum yang mengatur sesuatu.
Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan)
tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih
rendah bersifat lebih spesifik. Taksonomi dapat digambarkan seperti sebuah hubungan antara
ayah dan anak yang berada dalam satu struktur hirarki yang terhubung antara satu dengan
yang lain. Taksonomi adalah sebuah kerangka untuk mengklasifikasikan pernyataan-
pernyataan yang digunakan untuk memprediksi kemampuan peserta didik dalam belajar
sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran.
Taksonomi Bloom pada 1956 dituangkan dalam sebuah buku The Taxonomy of
Educational Objectives, The Classification of Educational Goal, Handbook I: Cognitive
Domain. Buku yang menjelaskan tentang sistem klasifikasi pendidikan tersebut disebut
sebagai Handbook. Handbook tersebut kemudian direvisi dengan dua alasan yaitu: 1) terdapat
kebutuhan untuk mengarahkan kembali fokus para pendidik pada Handbook, bukan sekadar
sebagai dokumen sejarah, melainkan juga sebagai karya yang dalam banyak hal telah
“mendahului” jamannya (Rohwer dan Sloane, 1994 dlm. Anderson dan Krathwohl, 2010), 2)
7
adanya kebutuhan untuk memadukan pengetahuan- pengetahuan dan pemikiran-pemikiran
baru dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan pendidikan. Kemajuan dalam khazanah ilmu
ini mendukung keharusan untuk merevisi Handbook (Anderson dan Krathwohl, 2010).
1. METODE PENELITIAN
Secara umum metode penelitian didefinisikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang
terencana, tersruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu baik praktis maupun teoritis.
dikatakan sebagai kegiatan ilmiah karena penelitian dengan aspek ilmu pengetahuan dan
teori. Terencana karna penelitian harus direncanakan dengan memperhatikan waktu, dana dan
aksebilitas terhadap tempat dan data.
Dimana dalam penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan suatu objek sesuai
dengan kenyataan yang ada tanpa dilebih-lebihkan. Tentang Metode penelitian kualitatif,
Creswell Mendefinisikannya sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk
mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk mengerti gejala sentral tersebut
peneliti mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan megajukan pertanyaan yang
umum dan agak luas.
Jika kita lompat kedalam Taksonomi Bloom versi terbaru ada beberapa kekuatan.
Antaranya ialah Taksonomi Bloom versi baru membedakan antara “tahu tentang sesuatu
8
(knowing waht)”, isi dari pemikirannya itu sendiri, dan “tahu tentang bagaimana
melakukannya (Knowing how)”, sebagaimana prosedur yang digunakan dalam
menyelesaikan masalah. Menurut taksonomi tersebut dimensi pengetahuan adalah “tahu
tentang sesuatu”, yang memiliki empat kategori yaitu: faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif.
Pengetahuan yang bersifat prosedural pula termasuk algoritma, heuristics atau aturan
baku, teknik dan metode, sebagaimana pengetahuan tentang bagaimana kita harus
menggunakan berbagai prosedur tersebut. Pengetahuan yang bersifat metakognitif pula
menggerakan kepada pengetahuan atas proses-proses berfikir dan informasi tentang
bagaimana memanipulasi proses-proses tersebut secara efektif.
Dalam taksonomi bloom ini, dimensi proses kognitif yang telah diperbaiki daripada
taksonomi bloom versi lama mempunyai enam proses dari yang palingsederhana hingga yang
paling rumit yaitu Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, Mengevaluasi dan
Menciptakan.
Proses mengingat adalah mengingati kembali infromasi yang sesuai dari ingatan
jangka panjang. Proses memahami pula adalah kemampuan untuk memahami secara
mendalam dari bahan pendidikan, seperti bahan bacaan dan penjelasan guru. Kecakapan
turunan dari proses ini melibatkam kemahiran memahami, mencontohkan, membuat
klasifikasi, meringkas, menyimpulkan. Proses ketiga yaitu menerapkan, melibatkan kepada
pengguna prosedur yang telah dipelajari baik dalam situasi yang telah dikenal maupun pada
situasi yang baru. Proses berikutnya adalah menganalisis, terdiri dari memecah pengetahuan
menjadu bagian-bagian kecil dan memikirkan bagaimana bagian-bagian tersebut
berhubungan dengan struktur keseluruhan.
Menciptakan ialah proses yang tidak terdapat dalam taksonomi bloom versi lama.
Proses ini adalah komponen tertinggi dalam Taksonomi Bloom versi baru ini. Kecakapan ini
melibatkan usaha untuk meletakkan berbagai perkara secara bersama untuk menghasilkan
suatu pengetahuan baru. Sesuai dengan taksonomi ini, setiap tingkat dari pengetahuan dapat
9
berhubungan dengan setiap tingkat dari proses kognitif sehingga seorang pelajar dapat
mengingat pengetahuan yang bersifat faktual atau prosedural, memahami pengetahuan yang
bersifat konseptual atau metakognitif, atau menganalisis pengetahuan metakognitif atau
faktual.
Dalam pendidikan, tiga ranah Taksonomi Bloom yaitu ranah kognitif, afekti, dan
psikomotik yang penting dan sangat diperlukan. Dalam ranah kognitif dapat mengembangkan
keahlian anak melalui pengetahuan, ranah afektif dapat ditinjau melalui aspek moral, yang
ditunjukkan melalui perasaan, nilai, motivasi, dan sikap peserta didik. Pada ranah afektiflah
pada umumnya peserta didik lemah dalam penguasaannya, sedangkan dalam ranah
psikomotorik, peserta didik tidak cukup hanya menghapal suatu teori, definisi saja, akan
tetapi peserta didik juga harus menerapkan teori yang sifatnya abstrak tersebut, ke dalam
aktualisasi nyata.
Ina Magdalena, Nur Fajriyati Islami, Eva Alanda Rasid, Nadia Tasya Diasty Volume
2, Nomor 1, Juni 2020 139. Disamping itu, jelas disini bahwa Taksonomi Bloom versi baru
terwujud karna keinginan untuk memperbaiki beberapa kelemahan yang terdapat dalam
Taksonomi Bloom versi lama. Tiada kelemahan yang dapat dilihat dari Taksonomi Bloom
versi baru ini untuk dikiritik berbanding dengan Taksonomi Bloom Versi lama karena
kewujudannya juga adalah ingin memperbaiki kelemahan. Taksonomi Bloom sekarang sudah
sesuai dengan transformasi dalam pendidikan ini.
Kompetensi inti adalah kompetensi utama yang diuraikan ke dalam beberapa aspek,
yaitu aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dan harus dipelajari oleh peserta didik di
setiap jenjang dan mata pelajaran.
Menurut Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016, kompetensi inti pada kurikulum 2013 adalah
kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki peserta didik
setiap tingkat kelas.
Kompetensi ini tidak diajarkan langsung dalam pembelajaran, melainkan setiap mata
pelajaran harus memiliki tujuan yang sama dengan rumusan kompetensinya.
1. TUJUAN KOMPETENSI INTI
Tujuannya adalah membentuk karakter unggul bagi peserta didik melalui kegiatan
pembelajaran. Hal itu sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai melalui kurikulum 2013.
10
Menurut Permendikbud Nomor 24 tahun 2016, kompetensi inti harus mencakup empat
dimensi, yaitu sebagai berikut.
1. Kompetensi inti sikap spiritual (KI-1)
Sikap atau biasa disebut attitude merupakan kecenderungan seseorang untuk berbuat
sesuatu dalam bentuk tindakan. Sikap spiritual ini menjadi sikap utama yang harus
dioptimalkan karena sikap ini bisa membentuk kekuatan karakter.
Itulah mengapa, setiap pembelajaran seorang guru harus mampu mengarahkan peserta
didiknya agar senantiasa menjadi individu yang dekat dengan ajaran agama, misalnya rajin
bersedekah, takut mencontek, selalu berdoa, dan masih banyak lainnya.
11
Pengetahuan ini memuat pengetahuan kognisi yang meliputi pengetahuan strategis,
pengetahuan diri, dan sebagainya.
Isi dari kompetensi tersebut sudah dirumuskan secara sistematis dan mengacu pada
kondisi serta karakter pendidikan bangsa Indonesia. Langkah menyusun kompetensi ini bisa
dikatakan tidak mudah. Oleh karena itu, rumusannya diserahkan sepenuhnya pada
pemerintah.
12
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
(1) Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard skills dan soft
skills;
(2) Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif, dan
inovatif;
(4) Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga masyarakat;
14
Tujuan Kompetensi Inti :
Tujuannya adalah membentuk karakter unggul bagi peserta didik melalui kegiatan
pembelajaran. Hal itu sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai melalui kurikulum 2013.
kompetensi inti harus mencakup empat dimensi, yaitu sebagai berikut.
1. Kompetensi inti sikap spiritual (KI-1)
2. Kompetensi inti sikap sosial (KI-2)
3. Kompetensi inti pengetahuan (KI-3)
4. Kompetensi inti keterampilan (KI-4)
15
3.2 SARAN
Berdasarkan seluruh uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dan
uraian kesimpulan di atas, maka saran penulis adalah: 1. Kepada pemerintah agar
membuat kebijakan di bidang pendidikan yang lebih matang, sosialisasi yang
memadai, dan pelatihan kepada guru dengan baik. Karena gurulah yang berhadapan
langsung dengan siswa. 2. Melaksanakan Kurikulum 2013 karena pada dasarnya
Kurikulum 2013 sangat baik untuk mengembangkan spiritual, sosial, pengetahuan,
dan keterampilan. 3. Guru-guru diharapkan agar tetap terus berinovasi
mengembangkan cara pengajaran yang lebih efektif dan menyenangkan terutama
dalam menggunakan metode mengajar yang menekankan pendekatan saintifik. 4.
Kepada seluruh mahasiswa calon guru untuk lebih berinovasi lagi untuk
mengembangkan pendidikan di Indonesia.
16
DAFTAR PUSTAKA
17