Anda di halaman 1dari 18

Kata

Verba (Kata Kerja)


Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan melakukan perbuatan atau
tindakan. Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.

Ciri kata kerja:

1. Dapat diberi anya waktu, seperti akan, sedang, dan telah


Contoh: akan bermain, akan minum, sedang mandi, telah pergi
2. Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: tidak mandi, tidak minum
3. Dapat diikuti oleh gabungan kata dengan + kata benda atau kata sifat
Contoh: pergi dengan ayah, membaca dengan cepat.

Jenis-jenis kata kerja (verba):

1. Verba dasar bebas, seperti: duduk, minum, makan.


2. Verba turunan, terdiri atas:

 Verba berafiks (berimbuhan):


Contoh: memakan, menyapu
 Verba bereduplikasi:
Contoh: jalan-jalam, minum-minum
 Verba berproses gabung:
Contoh: tertawa-tawa, mengingat-ingat.
 Verba majemuk:
Contoh: cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
 Verba transitif (kata kerja yang membutuhkan objek)
Contoh :
– Saya (S) membaca (P) buku (O).
 Verba intransitif (kata kerja yang tak memerlukan objek.
Contoh :
– Mereka (S) makan (P) di restoran (K).
– Ibu (S) sedang memasak (P).

Kata Sifat (Adjektiva)


Kata sifat merupakan kata yang menjelaskan sifat, keadaan, karakter, perilaku
seseorang.
Jenis-jenis kata adjektiva:

1. Ajektiva dasar, seperti rajin, pelit, arogan, buruk


2. Adjektiva turunan terdiri atas:
Adjektiva berafiks (berimbuhan)
contoh:
terburuk, termuda
adjektiva berafiks –I, -wi, -iah
contoh:
insani, surgawi, rohaniah, abadi, duniawi, abadi, duniawi, anya, ilmiah, rohaniah,
surgawi.
3. adjektiva bereduplikasi
contoh: tua-tua

Promina (Kata Ganti)


Pronomina terdiri dari 3 jenis kata, yaitu:

1. Pronomina penunjuk seperti ini, itu, sanam situ, begitu, begini


2. Pronomina persona kata ganti orang, misalkan saya, aku, dia, kamu, engkau,
mereka.
3. Pronomina penanya seperti apa, dimana, mengapa, bagaimana, apa, dan kapan.

Adverbia (Kata Keterangan)


Kata keterangan terdiri dari beberapa jenis kata, seperti:

1. Kata keterangan dasar, seperti paling, amat, sangat, alangkah.


2. Kata keterangan turunan, seperti lebih-lebih, secepat-cepatnya, semau-maunya,
belum pernah.

Partikel (Kata Sandang)


Kata sandang adalah kategori atau anya yang bertugas memulai, mempertahankan,
atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi. Unsur ini digunakan dalam
kalimat tanya, perintah dan pernyataan (berita).
Jenis-jenis kata partikel:

1. kah, misalnya: Apakah Ibu Murini sudah pulang?


2. kan, misalnya: Tadi kan sudah diberi tahu!
3. deh, misalnya: Pulang deh, jangan terlalu lama di sini.
4. lah, misalnya: Pergilah, aku merelakanmu.
5. dong, misalnya: Sini dong, duduk dekat dengaku saja.
6. kek, misalnya: mulai kek, lama sekali.
7. pun, misalnya: Berjalan pun ia tak sanggup.
8. toh, misalnya: Ia toh bukan seorang yang bisa diandalkan.

Selain itu kata sandang juga dapat membatasi makna jumlah orang atau benda,
misalnya sang anak (bermakna tunggal), para ahli (bermakna jamak), dan si kecil
(bermakna netral), dan Sri Baginda (bermakna khusus).
Kata Depan (Preposisi)
Jenis kata ini selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk
membentuk gabungan kata depan (frasa preposisional). Contoh katanya adalah di,
ke, dari, atas, terhadap, kepada, oleh.
Kata Interjeksi (Kata Seru)
Kata seru digunakan untuk membatu mengekspresikan emosi (kesalan, marah,
kagum) seseorang seperti kata:

1. ih (jijik)
Contoh: Ih, kamu jorok sekali!
2. wow (kagum)
Contoh: Wow, bagus sekali lukisannya!
3. sialan (kesal)
Contoh: Sialan, bukuku ketinggalan!
4. syukurlah (rasa syukur)
Contoh: Syukurlah kalau kamu tidak apa-apa!
5. semoga (harapan)
Contoh: Semoga kamu selamat sampai di sana!

Hidup manusia tidak akan terlepas dari 1 “kata” pun. Sebuah “kata” tidak hanya
sekedar alat komunikasi belaka, namun ia dapat menjadi perantara manusia
mengungkapkan konten pikirannya. “Kata” menjadi representasi dari pikiran untuk
menyingkapkan keinginan manusia. Manusia tanpa “kata” ibarat seorang bayi yang
baru terlahir, tidak dapat dipahami secara konkret.

Kata merupakan satuan paling besar dari morfologi, sekaligus satuan paling kecil
dalam sintaksis. Dimana ilmu morfologi berarti ilmu tentang bentuk kata, sedangkan
sintaksis berarti ilmu tentang tata kalimat.

Berdasarkan definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata adalah unsur bahasa
yang dituliskan atau diucapkan yang merupakan manifestasi kesatuan perasaan dan
pikiran serta digunakan dalam berbahasa.

Klasifikasi Kelas Kata Menurut Bahasawan


Para ahli bahasa (bahasawan) berbeda – beda dalam mengklasifikasikan kata.

1. Menurut Aristoteles kelas kata meliputi :

 Onoma
 Rhema
 Syndeimoi

2. Sedangkan di Belanda untuk menentukan adanya kelas kata, digunakan kriteria


valensi morfologis dan valensi sintaksis.

 Valensi morfologis adalah kemampuan satu morfem dengan morfem lain yang
saling melekat sehingga membentuk suatu kata
 Valensi sintaskis adalah kemampuan suatu kata bergabung dengan kata lain
sehingga menghasilkan satu kelompok berupa keseluruhan kalimat.

3. Ramlan, menentukan kelas kata dengan memakai kriteria makna, sintaksis,


morfologi dan gabungan tiga kriteria tersebut.

4. Alisyahbahana menyampaikan bahwa secara tradisional kata diklasifikasikan ke


dalam kelas verba, ajektiva, nomina, adverbial, numerilia, kongjungsi, preposisi,
pronominal, interjeksi, artikula.

5. Selain tersebut di atas pendapat tentang pembagian jenis atau kelas kata dalam
kaidah bahasa Indonesia, Sutan Muh. Zain mengklasifikasikan kata-kata dalam
bahasa Indonesia terdiri dari 9 Jenis, meliputi

kata benda (NOMINA)

Contoh Kata Benda dalam Kalimat Bahasa Indonesia

Kata benda atau nomina merupakan kata-kata yang menunjukkan sebuah benda
baik itu yang memiliki sifat abstrak atau konkret. Di dalam bahasa Indonesia, kata
benda sendiri terdiri dari beberapa jenis jika didasari dengan proses pembentukan
kata benda yakni kata benda dasar yang merupakan kata-kata menunjukkan
indentitas sebuah benda secara konkret, sehingga membuat kata-kata tersebut tidak
bisa diuraikan ke bentuk yang berbeda. Sementara kata benda turunan adalah jenis
kata benda yang dibentuk karena afiksasi sebuah kata dengan kata lain.

Pengertian Kata Benda


Kata benda memiliki arti yang berbeda-beda yang dikemukakan oleh beberapa para
ahli bahasa Indonesia, diantaranya :

 Menurut Ibnu Hajar S.Pd : Nomina merupakan kata yang merujuk pada manusia,
benda ataupun konsep serta pengertian. Di dalam kalimat yang memiliki predikat
verba, nomina memiliki fungsi sebagai subjek, pelengkap ataupun pelengkap.
Nomina juga tidak dapat diubah sebagai bentuk ingkar tidak, namun dengan kata
bukan.
 Menurut Prof. Dr. Ida Bagus M, Pd : Kata benda merupakan nama seseorang,
benda ataupun tempat, yang jika didasari kategori sintaksis, nomina tidak
memiliki pontensi untuk digabbungkan dengan partikel tidak, namun bisa diawali
dengan partikel. Nomina ini mencakup pronomina dan juga numeralia.
 Menurut Gorys Keraf : Kata benda merupakan semua kata yang bisa diterangkan
atau diperluas dengan kata sifat seperti contohnya bapak yang baik. Selain itu,
semua kata juga mengandung morfemterikat ke-an, pe-an, pe-, -en dan ke-.
Contohnya adalah minuman, kemanusiaan, pelapor, perkembangan.

Ciri-Ciri Kata Benda


Ada beberapa ciri yang bisa dilihat dari sebuah kata benda, yakni:

 Bisa diperluas dengan kata [yang + kata sifat]. Contohnya, mobil yang bagus,
bunga yang indah, air yang panas.
 Diingkari dengan kata bukan. Contohnya, bukan meja, bukan kamu, bukan
rumah dan sebagainya.
 Jabatan di dalam kalimat sebagai subjek [S] dan objek [O]. Contohnya, Cika
membeli pensil [Cika sebagai subjek, pensil menjadi objek.

Jenis-Jenis Kata Benda


1. Jenis Kata Benda dari Proses Pembentukkannya
Dari proses pembentukkannya, jenis jenis kata benda terdiri dari 2 jenis yang
berbeda yakni kata benda dasar dan kata benda turunan.

1.1. Kata Benda Dasar


Kata benda dasar atau nomina dasar merupakan kata-kata yang secara konkret
memperlihatkan identitas sebuah benda sehingga kata tersebut sudah tidak dapat
lagi diuraikan ke bentuk lainnya. Contohnya televisi, meja, baju dan sebagainya.
Contoh dalam kalimat :

 Kami sekeluarga sedang bersantai menonton televisi.


 Meja belajar adik terlihat sudah usang.
 Ibu mencuci baju.

1.2. Kata Benda Turunan


Kata benda turunan adalah terbentuknya kata benda karena adanya proses afiksasi
sebuah kata dengan kata lainnya. Sedangkan proses pembentukannya sendiri juga
terdiri dari beberapa bentuk, yakni :

 Verba + (-an) : masakan, makanan, minuman. Contoh kata benda turunan Verba
+ (-an) dalam kalimat :
1. Masakan yang disajikan di restoran itu sangat lezat. (Masak adalah kata benda
yang mengalami proses afiksasi sehingga menjadi kata benda turunan
masakan).
2. Sita membeli minuman dingin di toko sebelah. (Minum adalah kata benda yang
mengalami proses afiksasi sehingga menjadi kata benda turunan minuman).
3. Rudi selalu membawa makanan dari rumah sebagai bekal sekolah. (Makan
adalah kata benda yang mengalami proses afiksasi sehingga menjadi kata benda
turunan makanan).
 (Pe-) + Verba : pemahat, pencuri, pembalap. Contoh kata benda turunan (Pe-) +
Verba dalam kalimat :
1. Pencuri itu akhirnya tertangkap setelah melakukan aksinya. (Curi adalah kata
benda yang mengalami proses afiksasi dengan penambahan awalan -pe
sehingga menjadi kata benda turunan pencuri).
2. Pembalap motor liar ditertibkan para petugas karena mengganggu lalulintas.
(Balap adalah kata benda yang mengalami proses afiksasi dan mendapat awalan
-pe sehingga menjadi kata benda turunan pembalap).
3. Pemahat di desaku berhasil menjual karya seninya dengan harga yang mahal.
(Pahat adalah kata benda yang mengalami proses afiksasi dan mendapat awalan
-pe sehingga menjadi kata benda turunan pemahat).
 (Pe-) + Adjektiva : pemakan, penari, pemarah. Contoh kata benda turunan (Pe-)
+ Adjektiva dalam kalimat :
1. Harimau adalah salah satu hewan pemakan daging. (Kata pemakan menjadi kata
benda turunan karena mendapatkan awalan pe-).
2. Ani adalah seorang penari Bali yang handal. (Penari menjadi kata benda turunan
karena mendapatkan awalan pe-).
3. Haris sudah berubah menjadi orang yang pemarah setelah orangtuanya
meninggal dunia. (Pemarah menjadi kata benda turunan karena mendapatkan
awalan pe-).
 (Pe-) + Nomina + (-an) : perkawinan, perbelanjaan, perbukitan. Contoh kata
benda turunan Pe-) + Nomina + (-an) dalam kalimat :
1. Perkawinan kedua pasangan tersebut menjadi pesta paling meriah tahun ini.
(Kawin adalah kata benda yang mengalami proses afiksasi dan mendapat
awalan pe- serta akhiran -an sehingga menjadi kata benda turunan).
2. Ibu pergi ke pusat perbelanjaan untuk kebutuhan rumah tangga. (Belanja adalah
kata benda yang mengalami proses afiksasi serta mendapat awalan pe- dan
akhiran -an sehingga menjadi kata benda turunan).
3. Di belakang rumahku terdapat perbukitan kecil yang sangat indah. (Bukit adalah
kata benda yang mengalami proses afiksasi dan mendapat awalan pe- serta
akhiran -an sehingga menjadi kata benda turunan).

2. Jenis Kata Benda Menurut Wujud


Jenis kata benda menurut wujudnya juga dibedakan menjadi 2 jenis yakni:

2.1. Kata Benda Konkret


Kata benda konkret merupakan benda yang wujudnya terlihat dengan jelas dan bisa
ditangkap pancaindera. Contoh : mobil, sepeda, sendok, selimut, kertas dan
sebagainya. Contoh dalam kalimat :

 Ayah pergi ke kantor menggunakan mobil. (Mobil adalah kata benda dengan
wujud jelas dan bisa dipegang/disentuh oleh pancaindera).
 Aku dan adik selalu main sepeda di sore hari. (Sepeda adalah kata benda
dengan wujud jelas dan bisa dipegang oleh pancaindera).
 Malam ini sangat dingin, sehingga aku tidur menggunakan selimut. (Selimut
adalah kata benda dengan wujud jelas dan bisa disentuh oleh pancaindera).

2.2Kata Benda Abstrak


Kata benda abstrak merupakan merupakan benda yang bentuknya tidak terlihat dan
tidak bisa ditangkap oleh pancaindera, akan tetapi keberadaannya nyata. Contoh :
solusi, gas, kegembiraan, kesedihan dan sebagainya. Contoh dalam kalimat :

 Solusi yang ia berikan selalu menjadi keputusan baik bagi perusahaan. (Solusi
adalah kata benda yang bentuknya tidak bisa dipegang atau disentuh oleh
pancaindera).
 Dari gudang tersebut, tercium bau gas yang sangat menyengat. (Gas adalah kata
benda yang bentuknya tidak bisa disentuh oleh pancaindera).
 Kegembiraan meliputi keluarga ani karena kedatangan kerabatnya dari kampung
halaman. (Kegembiraan merupakan kata benda yang bentuknya tidak bisa dipegang
oleh pancaindera).
3. Kata Benda Yang Dibendakan
Selain 2 jenis kata benda di atas, masih ada jenis kata benda lain yakni kata yang
dibendakan. Kata yang dibendakan merupakan kata yang sesungguhnya tidak
tersusun dari kata benda asli, akan tetapi dianggap sebagai kata benda karena
ditambahkan imbuhan. Contoh: Kesucian, kekuatan, pelukis dan sebagainya.
Contoh dalam kalimat :

 Kesucian seorang wanita harus selalu dijaga sampai ia menikah nanti. (Kesucian
adalah kata yang dibendakan yang bukan merupakan kata benda asli namun
dianggap kata benda karena mendapat imbuhan).
 Kekuatan yang dimiliki petinju tersebut berhasil membuat kalah lawannya. (Kekuatan
adalah kata yang dibendakan yang bukan merupakan kata benda asli namun
dianggap kata benda karena mendapat imbuhan).
 Karya pelukis asal Jawa Tengah tersebut berhasil mengharumkan nama Indonesia
di mancanegara. (Pelukis adalah kata yang dibendakan yang bukan merupakan kata
benda asli namun dianggap kata benda karena mendapat imbuhan).

kata pengganti dan kata penujuk benda

Pantun

Berikut adalah beberapa contoh kalimat kata ganti penunjuk dalam bahasa
Indonesia.

 Jadi ada baiknya hal ini diserahkan saja pada yang sudah ahli.
 Aku baru melihat benda itu barusan.
 Dia pergi ke sana tadi pagi.
 Mereka akan berkunjung ke sini besok.
 Kita akan ke situ nanti setelah makan siang.
 Beberapa bulan ke depan di sana akan dibangun pabrik semen.
 Dia menjual rumahnya yang di sini untuk modal usahanya.
 Seharusnya jika ada hal begini kamu jangan terburu – buru menyimpulkan.
 Coba saja kau kerjakan seperti itu.
 Seharusnya kau tahu, ini adalah hal yang tidak sebaiknya kau ikuti.
 Sebenarnya kesalahan itu bukanlah sepenuhnya salahmu.
 Baiklah kalau begitu, akan saya pikirkan terlebih dahulu.
 Kesalahan ini adalah yang kedua kalinya kau lakukan.
 Hubungi saja aku kalau kamu mau mampir ke sini.
 Sebaiknya kabari Ibu jika kita akan pergi ke sana.
 Sejauh ini tidak ada yang aneh dengan tingkah lakunya.
 Semua ini terjadi karena kerja sama kita semua.

Kata bilangan ( NUMERILIA)

Pada umumnya, kata bilangan dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu :


1. Kata Bilangan Takrif, yaitu kata bilangan yang mempunyai nilai atau jumlah yang
pasti. Kata bilangan takrif ini terbagi lagi menjadi :

 Kata Bilangan Utama, adalah kata bilangan yang menyatakan suatu nilai atau
angka, yang mana dikelompokkan menjadi :
o Kata bilangan penuh, contoh : satu, dua, tiga, seratus ribu, empat meja, satu jam,
dan seAndi membeli sepuluh biji kelereng di toko mainan.
 Ayah membeli dua pasang sepatu olahraga untukku dan kakak.
 Kemarin sore kakak membawa tiga ekor anak anjing ke rumah, mereka
sangatlah lucu.
o Kata bilangan pecahan, contoh : sepertiga, seperempat, setengah, dua per tiga
dan sebagainya.
 Ibu membagikan kue untuk adik dan kakak, masing-masing setengah bagian.
 Semua orang, masing-masing mendapat seperempat bagian dari keuntungan
penjualan itu.
 Untuk membuat kerucut, kita harus memotong kertas ini
menjadi sepertiga bagian.
o Kata bilangan gugus atau kelompok, contoh : seminggu, sebulan, satu tahun,
satu lusin dan sebagainya.
 Sudah satu tahun ia pergi merantau di ibukota.
 Satu lusin pensil ini untuk hadiah ulang tahun adik.
 Walaupun kakek itu sudah berusia satu abad, namun ia masih tetap sehat.
 Kata Bilangan Tingkat, adalah kata bilangan yang menunjukkan sebuah urutan.
Contoh : kesatu, ketiga, kesebelas, keseribu dan lain sebagainya.
o Pada paragraf kedua harus ditulis dengan huruf sambung.
o Tamu yang keseribu akan mendapat voucher menginap di salah satu hotel di
kota tersebut.

2. Kata Bilangan Tak Takrif, yaitu kata bilangan yang menunjukkan jumlah yang
tidak pasti. Contoh : banyak, beberapa, sedikit, sebagian, seluruh dan sebagainya.

 Sebagian siswa yang hadir itu merupakan anggota paskibraka.


 Di beberapa ruas tol dalam kota terjadi kemacetan akibat padamnya lampu lalu
lintas.

kata sifat

Pengertian Kata Sifat


Kata sifat atau adjektiva adalah kelas kata yang mengubah kata benda (nomina)
atau kata ganti (pronomina). Kata sifat merupakan kata yang menjelaskan,
mengubah atau menambah arti dari suatu kata benda agar lebih spesifik.

Kata sifat digunakan untuk menerangkan sifat, keadaan/kondisi, watak/tabiat dari


orang, benda atau binatang. Keterangan yang dijelaskan atau digambarkan oleh
kata sifat dapat berupa kualitas, kuantitas, urutan maupun penekanan suatu kata.

Ciri-ciri Kata Sifat

0
Atributif yaitu berfungsi sebagai atribut atau pelengkap/penjelas subjek.
Contoh : Adinda kecil tumbuh besar tanpa kehadiran sosok ayah.

1. Predikatif yaitu berfungsi sebagai predikat.


Contoh : Pekarangan rumahnya besar sekali seperti lapangan bola.
2. Predikatif Inversi yaitu berfungsi sebagai predikat yang terletak di depan/sebelum
subjek.
Contoh : Indahnya pemandangan di puncak gunung ini.
3. Substantif yaitu berfungsi sebagai pelengkap yang mendampingi subjek utama
dan terletak di depan subjek.
Contoh : Dewasanya pemikiran seseorang terlihat ketika ia menghadapi
masalah.

Jenis Jenis Kata Sifat


Jenis jenis kata sifat dapat dikelompokkan berdasarkan 3 kategori yaitu (1)
semantis, (2) sintaksis, dan (3) bentuk. Adapun pembahasan masing-masing
kategori tersebut, yaitu sebagai berikut :

Semantis (Makna)

1. Kata sifat (adjektiva) bertaraf yang menyatakan suatu kualitas.


o Adjektiva pemberi sifat yaitu menyatakan kualitas dan intensitas yang bercorak
fisik atau mentaContoh : nyaman, rapi
o Adjektiva ukuran yaitu menyatakan kualitas yang dapat diukur dengan ukuran
kuantitatif.
Contoh : banyak, berat
o Adjektiva warna yaitu menyatakan berbagai warna.
Contoh : biru, putih, pink
o Adjektiva waktu yaitu mengacu pada masa, proses, perbuatan/keadaan,
berada/berlangsung.
Contoh : sebentar, lama, segera
o Adjektiva jarak yaitu mengacu pada ruang/spasi antara dua benda atau tempat.
Contoh : jauh, dekat
o Adjektiva sikap batin yaitu mengacu pada suasana hati/perasaan.
Contoh : sedih, bahagia, bangga, malu
o Adjektiva cerapan yaitu mengacu pada sesuatu yang dapat dirasakan oleh panca
indera.
Contoh : manis, berisik, basah, bau, terang
2. Kata sifat (adjektiva) tak bertaraf yang menyatakan keanggotaan dalam suatu
golongan.
Contoh : abadi, bundar

Sintaksis (Tata/Susunan Kalimat)


1. Adjektiva atributif adalah kata sifat yang menjadi subjek, objek atau penjelas
subjek. Terletak di belakang/setelah kata benda.
Contoh : payung hitam, tenda biru
2. Adjectiva predikatif adalah kata sifat yang berkedudukan sebagai predikat.
Contoh : Istana baru itu sangat megah.
3. Adjektiva adverbial adalah adjektiva yang merupakan keterangan atau pelengkap
dari adjektiva utama. Adapun polanya yaitu :
o … … (dengan) + (se-) + adjektiva + (-nya)
Contoh : Bersikaplah dengan sewajarnya.
o Perulangan adjektiva
Contoh : Ingat baik-baik.

Bentuk

1. Adjektiva dasar (monomorfemis) yaitu kata sifat yang belum mengalami proses
afiksasi atau penambahan imbuhan.
Contoh : asam, cantik, tinggi
2. Adjektiva turunan (polifermis) yaitu kata sifat yang sudah mengalami proses
afiksasi/penambahan imbuhan, pengulangan/reduplikasi, penyerapan, dan
pemajemukan.
o Afiksasi (penambahan imbuhan) yaitu kata sifat yang sudah ditambah imbuhan.
Prefiks : se- dan ter- (seperti : secantik, terbaik)
Infiks : -em- (seperti : gemetar, gemuruh)
o Reduplikasi (pengulangan) yaitu kata sifat yang terbentuk dari proses
pengulangan/reduplikasi pada kata.
Contoh : sebaik-baiknya, sepandai-pandainya, compang camping, gelap gulita,
warna warni
o Kata sifat majemuk (pemajemukan) yaitu kata sifat yang terbentuk dari
penggabungan kata yang membentuk makna baru atau makna konotasi yang
merujuk pada sifat suatu benda atau objek.
– gabungan sinonim atau antonim (seperti : cerah ceria, baik buruk)
– gabungan morfem terikat (seperti : serba guna, adidaya)
– gabungan morfem bebas (seperti : baik budi, lapang dada, busung lapar)
3. Kata sifat serapan adalah kata sifat yang berasal dari bahasa asing dan diserap
ke dalam bahasa Indonesia.
o Sufiks -i, -iah, -wi. Contoh : alami, duniawi, alamiah
o Sufiks -if, -al, -is. Contoh : aktif, struktural, teknis

Contoh Kata Sifat dalam Kalimat

1. Rumah yang nyaman dapat membuat penghuninya merasa lebih tentram.


2. Perusahaan besar itu memiliki karyawan yang sangat banyak.
3. Budi membeli sepatu sepakbola berwarna biru.
4. Pengajuan kredit akan segera disetujui setelah proses observasi dilakukan.
5. Seorang guru akan merasa bangga jika semua siswa didiknya lulus dan
mendapatkan nilai yang memuaskan.
6. Saat malam minggu kawasan perumahan ini selalu berisik karena adanya acara
muda mudi.
7. Meja makan bundar itu adalah pemberian dari rekan kerja ayah untuk acara
syukuran rumah baru kami.
8. Janur kuning menjadi simbol acara pesta pernikahan.
9. Pemandangan di pulau terpencil itu sangat indah dan asri.
10. Berpakaianlah dengan sepantasnya saat menghadiri acara pembukaan kantor
baru yang akan diadakan nanti malam.
11. Baca baik-baik perintah soal sebelum menjawab pertanyaan saat ujian besok.
12. Baik buruknya perilaku seorang anak merupakan cerminan atau hasil didikan
orang tua.
13. Ketua RT komplek perumahan kami terkenal dengan sifat lapang dada.
14. Saat dewasa nanti Luna ingin tumbuh menjadi gadis yang tinggi seperti ibunya
saat muda dulu.
15. Perilaku Fadil tidak sebaik kakaknya yang ramah dan sopan kepada orang tua.
16. Andri berhasil menjadi pelari tercepat dalam acara perlombaan lari tahunan yang
diadakan sekolahnya.
17. Tanganku gemetar saat disuruh ayah memberi makan salah satu binatang buas
peliharaannya.
18. Seorang ustad, pastor, pendeta dan biksu sudah pasti adalah seseorang yang
religius.
19. Para anak jalanan yang sering terlihat di lampu merah kota memakai baju
compang camping.

Perangkai

adalah kata/frase yang menyatakan hubungan sebab akibat, tambahan pada yang
telah disebutkan sebelumnya, pertentangan dengan yang telah disebutkan
sebelumnya, alternatif yang telah disebutkan sebelumnya, perurutan, perbandingan,
tujuan, kesimpulan (rangkuman), pertalian waktu/tempat, dll.
1. Yang menyatakan hubungan sebab-akibat:itulah sebabnya, oleh sebab itu,
akibatnya oleh karena itu, maka dari itu, dengan demikian
2. Yang menyatakan hubungan tambahan: tambahan pula, apa lagi,
kecuali itu, bahkan, tambahan lagi, lagi pula, dan terlebih lagi
3. Yang menyatakan pertentangan:akan tetapi, walaupun demikian, toh
sebaliknya, meskipun begitu, bagaimanapun juga, namun, tetapi
4. Yang menyatakan alternatif:kalau tidak, atau, kalau tidak begitu, sebagai
alternatif
5. Yang menyatakan hubungan perurutan:pertama, selanjutnya, lalu, akhirnya,
kedua, kemudian
6. Yang menyatakan perbandingan:ibaratnya, sama halnya dengan, di lain
pihak,tak ubahnya, di satu pihak, sama seperti
7. Yang menyatakan tujuan:untuk maksud itu, agar, supaya
8. Yang menyatakan kesimpulan:kesimpulannya, pendek kata, maka dari
itu, dapat disimpulkan, ringkasnya , jadi
9. Yang menyatakan pertalian/peruturan waktu:kemarin, keesokan harinya,
dewasa ini,hari ini, dahulu, kelak
10. Yang menyatakan urutan tempat:di sini, di sana, di situ, di mana-mana
11. Yang menyatakan contoh:sebagai contoh, umpamanya, misalnya
12. Yang menyatakan pemerian/perincian: seperti, seperti misalnya

 kata penghubung

Kata penghubung atau konjungsi adalah sebuah kata tugas yang berfungsi untuk
menggabungkan klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat dan paragraf
dengan paragraf. Kata penghubung antar klausa seringkali dijumpai di tengah suatu
kalimat. Sementara kata penghubung antar kalimat dan antar paragraf terdapat di
awal sebuah paragraf.

Berdasarkan fungsinya konjungsi atau kata hubung terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

1. Konjungsi Aditif atau Gabungan

Konjungsi aditif atau gabungan merupakan konjungsi yang berfungsi


menghubungkan antar klausa, kalimat dan paragraf yang memiliki kedudukan yang
sama. Kata hubung yang sering digunakan untuk konjungsi ini adalah : dan, lagipula,
dan serta. Contoh :

 Ibu sedang memasak dan Ayah membaca koran.


 Ayah, Ibu serta Kakak akan ke Bandung minggu depan.

2. Konjungsi Pertentangan

Konjungsi pertentangan merupakan bentuk kata hubung yang menghubungkan dua


buah kalimat, kata, ataupun klausa yang sederajat namun mempertentangkan kedua
bagian tersebut. Kata hubung yang biasa dipakai pada konjungsi ini
adalah tetapi, melainkan dan sedangkan. Contoh :

 Rumah itu besar tetapi tidak terawat.


 Banyak yang ingin sekolah tetapi tidak punya biaya.
 Mereka tidak berbohong, melainkan mengatakan yang sebenarnya.

3. Konjungsi Pilihan

Konjungsi pilihan atau disjungtif adalah bentuk konjungsi yang berfungsi


menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih dengan tujuan untuk memilih. Kata
hubung yang biasa digunakan adalah : atau, ataupun,maupun. Contoh :

 Kamu mau membeli sepatu atau tas?


 Nasi goreng ataupun Mie goreng sama saja, keduanya dia suka.
 Baik pagi, siang maupun malam, kerjanya bermalas-malasan saja.
4. Konjungsi Waktu

Konjungsi waktu memiliki fungsi sebagai kata hubung yang menjelaskan hubungan
waktu antara dua hal. Konjungsi waktu bisa menjelaskan hubungan yang sederajat
maupun tidak sederajat. Contoh kata hubung yang biasa digunakan
adalah sebelumnya, selanjutnya, bilamana, sejak, sesudah dan lainnya. Contoh :

 Setelah kata sambutan dari kepala sekolah acara selanjutnya adalah pentas
seni.
 Mereka sudah ada disana sejak hujan turun.
 Gita membaca buku yang sebelumnya dia pinjam dari perpustakaan.

5. Konjungsi Tujuan

Konjungsi tujuan adalah konjungsi yang menjelaskan maksud, tujuan suatu kejadian
atau tindakan. Kata hubung yang biasa digunakan diantaranya adalah
: guna, untuk, agar, dan supaya. Contoh :

 Ibu membuat sarapan untuk Aldi.


 Mereka membersihkan kali supaya tidak banjir lagi saat musim penghujan.
 Polisi mengatur lalu lintas agar jalanan tidak macet.
 Ibu menghukumnya guna memberinya pelajaran.

6. Konjungsi Sebab

Konjungsi sebab atau kausal merupakan bentuk kata hubung yang menjelaskan
kejadian yang terjadi akibat suatu sebab tertentu/khusus. Kata hubungnya adalah
: sebab dan karena. Contoh :

 Banjir yang terjadi kemarin karena saluran air tersumbat.


 Aldi jatuh sakit karena bekerja terlalu keras.
 Mereka percaya dengan cerita itu sebab mereka sudah mengalaminya sendiri.

7. Konjungsi Akibat

Konjungsi akibat atau konsekutif merupakan bentuk kata hubung yang menerangkan
bahwa suatu keadaan tersebut dapat terjadi karena penyebab yang lainnya. Contoh
kata hubung yang digunakan adalah : Sehingga, sampai, dan akibatnya. Contoh :

 Gugun malas belajar akibatnya dia tidak lulus ujian.


 Anak-anak terlalu asyik bermain sampai mereka lupa hari sudah malam.
8. Konjungsi Syarat

Konjungsi syarat atau kondisional adalah jenis kata hubung yang menerangkan
bahwa kejadian tersebut dapat terjadi apabila syarat-syaratnya terpenuhi. kata
hubung yang sering digunakan adalah jika, jikalau, kalau, dan apabila. Contoh :
 Semua siswa pasti lulus kalau rajin belajar.
 Aldi tidak akan sakit apabila kemarin tidak berhujan-hujanan.
 Ani akan datang jika ada yang menjemputnya.

9. Konjungsi tak Bersayarat

Kata penghubung ini berfungsi menyatakan bahwa suatu hal bisa terjadi tanpa perlu
ada syarat yang harus terpenuhi. Contoh kata hubung yang sering digunakan adalah
: walaupun, meskipun, dan biarpun. Contoh dalam kalimat :

 Mereka tetap bermain walaupun hujan deras.


 Rudi tetap pergi sekolah meskipun sedang sakit.
 Kakak tetap pergi biarpun Ayah sudah melarangnya.

10. Konjungsi Perbandingan

Kata hubung ini berguna untuk menghubungkan dua hal dan kemudian
membandingkannya. Kata yang sering dipakai diantaranya adalah
: seperti, sebagai, bagai, dan bagaikan. Contoh :

 Anak kembar yang mirip itu bagaikan pinang dibelah dua


 Jalannya sangat lambat seperti siput.
 Mereka selalu bertengkar bagai kucing dan anjing.

11. Konjungsi Korelatif

Kata hubung ini bertujuan untuk menghubungkan dua kalimat yang masih memiliki
hubungan sehingga bagian yang satu langssung mempengaruhi bagian yang lain
atau kalimat yang satu melengkapi kalimat yang lain. contoh kata hubung nya
adalah : tidak hanya….tetapi juga, sedemikian rupa…sehingga,
dan bukannya…melainkan. Contoh :

 Kakaknya tidak hanya Mahasiswa tetapi juga seorang Wiraswasta.


 Baik Messi maupun Ronaldo keduanya adalah pemain sepak bola yang hebat.

12. Konjungsi Penegas

Kata hubung ini berfungsi sebagai penegas atau meringkas bagian kalimatnya
sebleumnya. contoh kata yang serin dipakai adalah : bahkan, apalagi, yaitu,
dan yakni. Contoh :

 Dia orang yang sangat kaya bahkan melebihi kekayaan seorang Presiden.
 Jalanan Jakarta selalu macet apalagi dikala hujan.
 Beberapa tempat liburan favoritnya, yaitu pantai, perdesaan dan pegunungan.

13. Konjungsi Penjelas


Kata hubung ini berfungsi untuk menjelaskan kalimat sebelumnya agar lebih
terperinci. kata yang sering dipakai diantaranya adalah bahwa. Contoh :

 Mereka yakin bahwa Dia bukan pelakunya sebenarnya.


 Ibu bilang bahwa Ayah akan pulang larut malam hari ini.
 Pencuri itu berjanji bahwa dia tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.

14 Konjungsi Pembenaran

Kata hubung ini biasa disebut juga dengan konsesif adalah suatu kata hubung yang
berfungsi menghubungkan dua hal dengan cara membenarkan suatu hal sekaligus
menolak hal lainnya. Contoh kata hubung pada konjungsi ini adalah
: walaupun, meskipun, biar, dan biarpun. Contoh :

 Mereka tetap diam walaupun tahu siapa pelakunya.


 Anak-anak itu tetap bermain meskipun sudah dilarang,
 makanan itu tetap laku meskipun hampir semua tahu makanan itu kurang sehat.

15. Konjungsi Urutan

Konjungsi ini berfungsi menyatakan urutan suatu hal. Kata hubung yang sering
dipakai diantaranya adalah : lalu dan kemudian. Contoh kalimat :

 Panaskan dulu minyaknya, setelah panas baru kemudian masukan bumbu-


bumbunya.
 Kita mampir ke Bandung terlebih dahulu lalu baru kita ke Lembang.

16 Konjungsi Pembatas

Konjungsi ini bertujuan untuk menyatakan suatu batasan terhadap suatu


keadaan/kejadian. Kata hubung yang sering digunakan adalah : kecuali, selain,
dan asal. Contoh :


 Nah, karena itulah aku memilih kuliah di sini!
 Nah, itu tadi adalah hasil karya saya!
 Nah, itulah sebabnya saya berhenti kerja di sana!
 Nah, itulah alasan saya memilih judul ini sebagai skripsi saya!

6. Peliknya perbedaan pendapat tentang klasifikasi kata telah dimulai lama yang
berawal dari pendapat filosof-filosof asal Yunani

7. Pembagian jenis atau kelas kata di dalam bahasa pada umumnya di dunia,
termasuk bahasa Indonesia, terbagi atas sepuluh jenis atau kelas kata, meliputi :

 Nomina (Kata benda)


 Verba (Kata kerja)
 Kata sifat (adjektiva)
 Promina (Kata ganti)
 Adverbia (Kata keterangan)
 Numeralia (Kata bilangan)
 Konjungsi (Kata sambung)
 Artikel (Kata sandang)
 Interjeksi (Kata seru)
 Perposisi (Kata depan)

8. Moeliono berpendapat lain mengenai pembagian kelas kata dalam bahasa


Indonesia. Pendapat ini dianggap paling mutakhir. Ia mengemukakan bahwa kata
diklasifikasikan ke dalam lima jenis, yaitu

 kata kerja
 kata sifat
 kata keterangan
 rumpun kata benda yang memiliki anggota kata benda, kata bilangan, kata ganti
 rumpun kata tugas yang memiliki anggota kata depan, kata seru, kata sambung,
partikel dan kata sandang.

Contoh dan Jenis-Jenis Kata Penghubung dalam Bahasa Indonesia


Kata penghubung atau konjungsi merupakan jenis kata yang fungsinya adalah untuk
menghubungkan dua kata, frasa, klausa, kalimat, bahkan paragraf. seperti
halnya jenis-jenis kata lainnya, kata penghubung ini juga terbagi atas beberapa
jenis, di mana jenis-jenis atau macam-macam kata penghubung tersebut adalah:
kata penghubung aditif, kata penghubung pertentangan, kata penghubung pilihan,
kata penghubung waktu, dan sebagainya. Ke semua jenis kata penghubung itu akan
ditampilkan beberapa contoh diantaranya. Adapun beberapa contoh terebut adalah
sebagai berikut!

1. Contoh Kata Penghubung Aditif

 Ibu dan ayah sedang tidak ada di rumah saat ini.


 Pak Dani beserta keluarganya tengah berlibur ke Malaysia.

2. Contoh Kata Penghubung Pertentangan

 Rumah itu bagus, tetapi tidak ada penghuninya.


 Dia bukanlah ad
 ikku, melainkan keponakanku.

3. Contoh Kata Penghubung Pilihan


 Tiket pertunjukan musik itu bisa dipesan langsung di loket yang tersedia atau melalui
situs resmi penyedia tiket.
 Baik dulu maupun sekarang, kelakuannya tidak pernah berubah.

4. Contoh Kata Penghubung Waktu

 Pak Aceng menetap di Jakarta sejak tahun 1999.


 Ayah baru pulang ke rumah setelah semua pekerjaan di kantornya selesai.

5. Contoh Kata Penghubung Tujuan

 Dia sengaja datang lebih pagi supaya tidak datang terlambat.


 Dia sengaja tidak membelanjakan semua gajinya supaya dia bisa menabung.

6. Contoh Kata Penghubung Sebab

 Nita jatuh pingsan saat upacara pengibaran bendera karena tadi dia tidak sempat
sarapan di rumah.
 Merke tidak saling menyapa karena sedang bermusuhan.

7. Contoh Kata Penghubung Akibat

 Hidungnya bercucuran darah akibat penyakit yang dideritanya itu.


 Lani jatuh pingsan saat upacara bendera akibat tidak sarapan di rumah.

8. Contoh Kata Penghubung Syarat

 Aku takkan menyesal seperti ini jika aku tak salah mengambil keputusan.
 Ibu akan memberi adik hadiah jika adik berhasil memenangkan perlombaan
tersebut.

9. Contoh Kata Penghubung tak Bersyarat

 Dia tetap berangkat ke kantor meskipun badannya sedang sakit.


 Dia tetap bersikeras pergi ke konser musik itu walaupun orangtuanya tidak
mengizinkan.’

10. Contoh Kata Penghubung Perbandingan

 Wajahnya begitu berbinar seperti mentari yang memancarkan sinarnya.


 Semangatnya begitu menggebu bagaikan sebuah kobaran api.

11. Contoh Kata Penghubung Korelatif

 Acara itu tidak hanya diselenggarakan hari ini saja, tetapi juga diselenggarakan
hingga tiga hari yang akan datang.
 Baik dingin maupun panas, kopi tetaplah enak untuk dinikmati.

12. Contoh Kata Penghubung Penegas


 Konser itu disaksikan oleh puluhan bahkan ratusan ribu penonton dari berbagai
daerah.
 Jalanan itu selalu saja macet, apalagi disaat libur panjang seperti ini.

13. Contoh Kata Penghubung Penjelas

 Laras berujar bahwa dia sudah tidak betah bekerja di perusahaan ini.
 Dia berjanji kepadaku bahwa dia tidak akan mengulangi kesalahannya lagi.

14. Contoh Kata Penghubung Pembenaran

 Mereka tetap bahagia biarpun kondisi ekonomi mereka memprihatinkan.


 Mereka tetap bersemangat biarpun keringat telah membasahi peluh mereka.

15. Contoh Kata Penghubung Urutan

 Tumis bawang merah dan putih telebih dahulu, kemudian masukkan telur , nasi,
kecap, garam, dan bahan-bahan lainnya.
 Dia menatapku sejenak lalu dia pun pergi begitu saja.

16. Contoh Kata Penghubung Pembatas

 Dia tidak akan menagmpunimu, kecuali engkau mau mengakui kesalahanmu


kepadanya.
 Aku akan memberitahumu soal itu, asal kau jangan mengatakannya kepada siapa
pun.

Anda mungkin juga menyukai