Anda di halaman 1dari 18

XI

IPA/IPS
BAHAN AJAR
BAHASA INDONESIA

GENAP Florianus Sumardi Arjo, S.Pd.


XI IPA/IPS
MEMPERSIAPAKAN
BAB V PROPOSAL
A. Bagian-bagian Proposal Kegiatan atau Penelitian
Sebagaimana kalian tahu bahwa proposal merupakan suatu rancangan yang dibuat secara
sistematis dan terperinci untuk kegiatan yang akan diselenggarakan. Tujuan dari pembuatan
proposal kegiatan yaitu agar bisa mendapatkan persetujuan dari pihak yang berkepentingan
terhadap acara untuk diajak bekerja sama melancarkan kegiatan tersebut.
Selain itu, pengajuan proposal juga dapat digunakan sebagai pengajuan permohonan
dana bantuan yang nantinya pihak terkait akan bekerja sama dengan penyelenggara kegiatan
dengan memberikan bantuan dana. Pada pembahasan modul ini, kalian akan mempelajari
bagian-bagian penting dalam proposal. Untuk menunjang pemahamanmu, perhatikanlah
contoh proposal berikut ini.
Contoh Proposal 1
PROPOSAL PELAKSANAAN PENTAS SENI (PENSI) DALAM RANGKA
PERPISAHAN SISWA-SISWI KELAS XII SMAK SEMINARI ST. YOHANES
PAULUS II LABUAN BAJO
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Seni adalah salah satu kreativitas yang patutnya kita kembangkan dan salah satu cara
pengembangannya melalui Pentas Seni (Pensi). OSIS SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II
Labuan Bajo akan mengadakan pentas drama bagi siswa di setiap kelasnya. Pentas drama
tersebut dilakukan untuk meningkatkan apreasiasi siswa dalam dunia peran dan melatih rasa
percaya diri yang hingga saat ini masih sangat kurang.
Selain itu, dance modern juga mampu mengembangkan kreativitas siswa dalam hal
tarian. Adapula kontes band maupun penyanyi yang akan menambah kesan semangat dalam
suasana. Pentas Seni ini pula diadakan untuk menghibur siswa yang sebentar lagi akan siap
menjalani ujian.
Selain itu, Pentas Seni ini juga dapat menjadi hiburan dalam rangka Perpisahan
Siswa-Siswi kelas XII. Untuk itulah, OSIS merasa perlu untuk mengadakan acara ini dengan
tema “Bintang Panggung Sehari”.
B. Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan kegiatan dilaksanakannya acara ini adalah :
1. Mempererat tali silaturahmi antar sesama siswa dan siswi SMAK Seminari St. Yohanes
Paulus II Labuan Bajo
2. Memupuk semangat untuk bekerja sama dalam satu tujuan
3. Meningkatkan kreatifitas siswa dalam bidang seni
4. Sebagai sarana hiburan bagi siswa
II. ISI PROPOSAL
A. Tema
Dalam kegiatan kali ini tema yang akan kami angkat adalah “Jadi Artis Sehari’ yang
memberikan kesempatan bagi siswa untuk merasakan bagaimana rasanya bermain dalam
dunia peran.
B. Macam-macam Kegiatan
Adapun kegiatan yang akan kami laksanakan yaitu :
1. Pentas Drama
2. Modern Dance
3. Band
C. Peserta
Peserta kali ini yang dapat mengikuti Pentas Seni adalah perwakilan masing-masing siswa
kelas XI dari tiap kelas SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo
D. Peralatan yang Dibutuhkan
1. Panggung
2. Mikrofon
3. Speaker/pengeras suara
4. Kostum
5. Atribut
6. Spanduk
E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan Pentas Seni ini adalah :
1. Pentas Drama :
Tanggal : Minggu, 23 Februari 2022
Waktu : Pukul 16.00 –18.30 WITA
Tempat : Kamar Makan Putra
2. Modern dance :
Tanggal : Minggu, 23 September 2020
Waktu : Pukul 19.00– 20.35 WITA
Tempat : Kamar Makan Putra
3. Band Tanggal : Minggu, 23 September 2020
Waktu : Pukul 20.55 – 21.35 WITA
Tempat : Kamar Makan Putra
III. SUSUNAN ACARA
1. 14.00-14.20 : Kumpul siswa di Kamar Makan Putra. Koodinator : Aswar Amrul
2. 14.25-14.55 : Pembukaan di Panggung PENSI. Koordinator : Elmayulianti
3. 15.00-16.00 : Sambutan oleh Ketua Panitia, Ketua OSIS, Kepala Sekolah di Panggung
Pensi. Koordinator : Elfyrah
4. 16.00-19.45 : Acara Kegiatan Pentas, Drama Modern, Dance Band. Kordinator : Jongwoon
5. 19.50-20.00 : Istirahat di Aula. Koordinator : Anggota
6. 20.00-sd Selesai : Penutup. Kordinator : Elmayulianti
IV. SUSUNAN KEPANITIAN
 Pelindung : RD. Kristoforus Ramlino, S.Fil., M.Th., M.Pd.
 Pengarah : Priska Oda Ganus S.Pd.
 Penanggung Jawab : Fransiskus E. A. Cunai (Ketua OSIS)
 Ketua Panitia : Sri Elfirah Munawar
 Sekretaris : Ria Puspita Sari
 Bendahara : Ihfa Khaerawaty Gau
 Seksi acara : Musdalifah Eka Pratiwi
 Seksi Dana Usaha : Khaera Tunnisa
 Seksi Humas : Eriska Amsari
 Seksi Keamanan : Heriyanto
 Seksi Dokumentasi : Mirnawati A
 Seksi Peralatan : Diliana Eka Astuti
V. ANGGARAN DANA
Dalam kegiatan Pensi kali ini, ada beberapa anggaran dana yang didapat maupun yang
dikeluarkan agar pensi ini berjalan dengan baik.
Kegiatan ini diperoleh dari dana:
1. Dana kas sekolah : Rp300.000
2. Dana partisipasi siswa : Rp1.000.000
3. Dana sponsor AXIS : Rp3.500.000
4. Dana Sponsor AS : Rp5.000.000
5. Dana pastisipasi guru : Rp500.000
6. Total : Rp10.300.000
Biaya pengeluaran:
1. Sewa Tempat : Rp3.000.000
2. Penyewaan Panggung : Rp2.500.000
3. Penyewaan Alat Musik : Rp1.000.000
4. Biaya Penataan Panggung : Rp200.000
5. Konsumsi : Rp500.000
6. Spanduk : Rp300.000
7. Lain – Lain : Rp250.000
8. Total : Rp7.750.000
VI. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat. Kami mengharapkan dukungan dan partisipasi dari
sekolah. Semoga acara ini dapat terlaksana sebagaimana yang kita harapkan.
(Sumber : https://woazy.com/contoh-proposal/, dengan penyesuaian)

Contoh Proposal 2

Kadar Keilmuan Tulisan Siswa SMAN 3 Tasikmalaya pada Mading Sekolah

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Bahasa yang digunakan dalam tulisan ilmiah memiliki karakteristik dan ragam ilmiah.
Oleh karena itu, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa tersendiri, yaitu ragam tulis
ilmiah. Bahasa tulis ilmiah merupakan suatu laras (register) dari ragam bahasa resmi baku
yang harus disusun secara jelas, teratur, dan tepat makna. Ragam bahasa ilmiah yang
digunakan dalam tulisan ilmiah – dalam hal ini mading ilmiah – harus memiliki ketentuan
tertentu agar mampu mengomunikasikan pikiran, gagasan, dan pengertian secara lengkap,
ringkas, dan tepat makna.
Salah satu ciri ragam bahasa tulis ilmiah adalah lebih mengutamakan penggunaan
kalimat pasif daripada aktif. Pengutamaan bentuk kalimat pasif dalam tulisan ilmiah karena
tulisan ilmiah lebih cenderung bersifat impersonal, pengungkapan suatu peristiwa lebih
ditonjolkan daripada pelakunya. Oleh karena itu, bentuk penulisan konstruksi kalimat pasif
dalam tulisan ilmiah sering dilakukan penulisnya.
Secara umum, suatu tulisan ilmiah dapat diartikan sebagai suatu hasil karya yang
dipandang memiliki kadar keilmiahan tertentu serta dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara ilmiah pula. Karya ilmiah dapat dikomunikasikan secara tertulis dalam
bentuk tulisan ilmiah. Dengan demikian, tulisan ilmiah adalah semua bentuk tulisan yang
memiliki kadar ilmiah tertentu sesuai dengan bidang keilmuannya.
Suatu tulisan ilmiah pada hakikatnya merupakan hasil proses berpikir ilmiah. Pola
berpikir ilmiah yang digunakan dalam mengungkapkan suatu tulisan ilmiah adalah pola
berpikir reflektif, yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan mengadakan\refleksi
secara logis dan sistematis di antara kebenaran ilmiah dan kenyataan empirik dalam mencari
jawaban terhadap suatu masalah. Cara berpikir induktif dan deduktif secara bersama-sama
mendasari proses berpikir reflektif.
Pola berpikir ilmiah sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang dapat dijamin
kebenarannya secara ilmiah. Ada tiga aspek yang diperlukan dalam menjuruskan ke dalam
berpikir ilmiah tersebut. Pertama, perlu penjelasan ilmiah – dalam menghasilkan karya tulis
ilmiah diperlukan adanya kemampuan untuk menjelaskan pikiran sedemikian rupa sehingga
dapat dipahami secara objektif.
Kedua, pengertian operasional – dalam kegiatan ilmiah setiap pengertian yang
terkandung di dalamnya hendaknya bersifat operasional agar terjadi kesamaan persepsi, visi,
dan penafsiran. Untuk itu, perlu dibuat rumusan yang jelas dan objektif. Jika diperlukan,
beberapa pengertian dapat dibuatkan rumusan pengertiannya secara eksplisit.
Ketiga, berpikir kuantitatif artinya untuk lebih menjamin objektivitas penyampaian
pikiran atau keterangan. Hal ini berarti perlunya data kuantitatif sebagai pendukung terhadap
segala pikiran yang akan dikemukakan. Tulisan ilmiah dikemukakan berdasarkan pemikiran,
simpulan, serta pendapat/pendirian penulis yang dirumuskan setelah mengumpulkan dan
mengolah berbagai informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, baik teroretik
maupun empirik.
Sehubungan dengan hal itu, untuk mengetahui kadar keilmuan tulisan siswa maka
perlu dilakukan kajian terhadap karya ilmiah yang dibuat siswa SMA Negeri 3 Tasikmlaya.
Untuk itu, kajian atau penelitian dengan judul “Kadar Keilmuan Tulisan Siswa SMAN 3
Tasikmalaya pada Majalah Dinding (Mading) Sekolah” penting untuk dilakukan. Rencana
kegiatan ini dituangkan dalam proposal penelitian ini.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dijadikan fokus penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kadar keilmiahan isi tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam
mading sekolahnya?
2. Bagaimanakah kadar keilmiahan tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam mading
sekolahnya?
3. Bagaimanakah kadar keilmiahan kosakata dan istilah yang digunakan dalam tulisan para
siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam Mading sekolahnya?
4. Bagaimanakah kadar keilmiahan pengembangan bahasa yang digunakan dalam tulisan
para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam mading sekolahnya?
5. Bagaimanakah kadar keilmiahan aspek mekanik yang digunakan dalam tulisan para
siswa SMAN 3 Tasikmalaya yang disajikan dalam mading sekolahnya?
3. Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para siswa SMAN 3
Tasikmalaya dalam menambah pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan
tulisan yang berkadar ilmiah. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat secara
praktis bagi guru dalam menulis mading yang berkadar ilmiah dilihat dari aspek keilmiahan
isi tulisan, organisasi, kosakata dan istilah, pengembangan bahasa, dan mekanik yang
terdapat dalam tulisan mading. Hasil pendeskripsian tulisan berkadar ilmiah ini nantinya
dapat dijadikan sebagai pedoman atau panduan bagi guru dalam memberikan pembelajaran
menulis yang berkadar ilmiah.
4. Definisi Operasional
Tulisan berkadar ilmiah adalah karangan tertulis yang menyajikan fakta umum
dengan menggunakan metode ilmiah dan menggunakan aspek bahasa tulis ilmiah yang
disajikan secara singkat, ringkas, jelas, dan sistematis. Tulisan berkadar ilmiah yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya yang
dipublikasikan pada mading sekolahnya selama tiga tahun terakhir.
C. Tinjauan Pustaka
Salah satu ranah kegiatan penting yang dilakukan guru di universitas adalah kegiatan
ilmiah, yakni kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks), baik
yang dilakukan melalui aktivitas penelitian maupun publikasi ilmiah. Upaya pengembangan
ipteks bukan merupakan kegiatan individual atau kelompok melainkan merupakan kegiatan
universal yang melibatkan semua ilmuwan di seluruh dunia. Oleh karena itu, para ilmuwan –
terutama yang terlibat dalam disiplin ilmu sejenis (inhouse style) perlu saling bekerja sama
dan berkolaborasi untuk mengomunikasikan dan memublikasikan kegiatan ilmiah mereka.
Agar kerja sama dan kolaborasi tersebut efektif dan efisien, alat komunikasi yang
digunakan perlu disesuaikan dengan hakikat ilmupengetahuan serta dengan cara kerja para
ilmuwan. Alat komunikasi itu adalah ragam bahasa khusus, yang oleh bahasawan mazhab
Praha disebut ragam bahasa ilmiah (Davis, 1973: 229). Ciri utama ragam bahasa ilmiah
adalah serba nalar/logis, lugas/padat, jelas/eksplisit, impersonal/objektif, dan berupa ragam
baku (standar).
Johannes (1978: 2-3) mengemukakan ihwal gaya bahasa keilmuan pada dasarnya
sama pengertiannya dengan ragam bahasa fungsional baku. Yang dimaksud dengan ragam
fungsional baku adalah ragam tulis yang ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut: (1) bahasanya
adalah bahasa resmi, bukan bahasa pergaulan; (2) sifatnya formal dan objektif; (3) nadanya
tidak emosional; (4) keindahan bahasanya tetap diperhatikan; (5) kemubaziran dihindari; (6)
isinya lengkap, bayan, ringkas, meyakinkan, dan tepat.
Harjasujana (1993: 3) menyatakan, penggunaan bahasa dalam ipteks itu khusus dan
khas. Ciri dan karakteristiknya yang utama ialah lugas, lurus, monosemantik, dan ajeg.
Bahasa ilmiah itu harus hemat dan cermat karena menghendaki respons yang pasti dari
pembacanya. Kaidah-kaidah sintaktis dan bentukan-bentukan bahasa dan ranah penggantinya
harus mudah dipahami. Kehematan penggunaan kata, kecermatan dan kejelasan sintaksis
yang berpadu dengan penghapusan unsur-unsur yang bersifat pribadi dapat menghasilkan
ragam bahasa ilmiah yang umum. Kelugasan, keobjektifan, dan keajegan bahasa tulis ilmiah
itulah yang membedakannya dengan ragam bahasa sastra yang subjektif, halus, dan lentur
sehingga intrepretasi pembaca yang satu kerap kali sangat berbeda dengan interpretasi dan
apresiasi pembaca lainnya.
Badudu (1992: 39) menjelaskan bahwa bahasa ilmiah merupakan suatu laras (register)
bahasa yang khusus, yang memiliki coraknya sendiri. Bahasa ilmiah merupakan suatu laras
dari ragam bahasa resmi baku. Sebagai bahasa dengan laras khusus, bahasa ilmiah itu harus
jelas, teratur, tepat makna. Bahasa ilmiah adalah bahasa yang berfungsi untuk menyampaikan
informasi dengan cacat sekecilkecilnya. Artinya, jangan sampai bahasa yang digunakan itu
demikian banyak kekurangannya sehingga informasi yang akan disampaikan tidak sampai
kepada sasarannya. Agar jelas, bahasa ilmiah harus teratur, lengkap, tersusun baik, teliti
dalam pengungkapannya, dan membentuk satu kesatuan ide.
Di samping menguasai unsur-unsur kebahasaan, penulis juga perlu menguasai unsur-
unsur nonkebahasaan. Hal ini dimaksudkan agar tujuan seseorang menulis bukan hanya
menghasilkan bahasa melainkan ada sesuatu yang akan diungkapkan dan dinyatakan melalui
sarana bahasa tulis. Adapun unsur nonkebahasaan dalam tulisan berkadar ilmiah terdiri atas
isi dan organisasi.
Pertama, isi tulisan. Penulis harus memperhatikan kualitas dan ruang lingkup isi yang
hendak disampaikan. Isi tulisan yang dituangkan hendaknya padat informasi, substantif,
pengembangan gagasan tuntas, dan relevan dengan permasalahan yang hendak disampaikan.
Dalam menyampaikan isi tulisan, penulis sebaiknya menghindari pemberian informasi yang
sangat terbatas, substansi yang disampaikan kurang atau bahkan tidak ada substansi,
pengembangan gagasan kurang relevan atau tidak tampak.
Kedua, organisasi dalam tulisan berkadar ilmiah berkaitan dengan ekspresi atau
gagasan yang akan diungkapkan oleh penulis. Agar gagasan atau ekspresi yang dimaksud
penulis tersampaikan, gagasan itu perlu diungkapkan dengan jelas, lancar, padat, tertata
dengan baik, urutannya logis dan kohesif. Untuk menghasilkan tulisan berkadar ilmiah yang
baik dan sempurna, penulis harus menghindari penyampaian gagasan yang kacau, terpotong-
potong, pengembangan yang tidak terorganisasi, dan tidak logis.
D. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Tujuannya untuk mendeskripsikan
kadar keilmiahan isi tulisan, organisasi, kosakata dan istilah, pengembangan bahasa, dan
aspek mekanik tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya yang dipublikasikan pada mading
sekolah. Data tulisan siswa berkadar ilmiah dalam mading diambil dalam kurun waktu
selama tiga tahun terakhir (2013–2016). Dalam kurun waktu itu terdapat 48 artikel yang
dipublikasikan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pembacaan berulangulang dan teknik
format isian. Teknik pembacaan berulang-ulang bertujuan untuk mendata tulisan yang
berkadar ilmiah. Teknik format isian dimaksudkan untuk mengumpulkan data berupa tulisan
berkadar ilmiah yang menjadi sasaran penelitian ini.
E. Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian ini dijadwalkan sebagai berikut.
No. Nama Kegiatan dan Bulan
1. Persiapan: penyusunan proposal, penyusunan instrumen, dan studi dokumentasi = Maret–
April
2. Seminar proposal/desain penelitian = Mei
3. Pelaksanaan penelitian = Juni–Agustus
4. Analisis data = September–Oktober
5. Penyusunan laporan = November
6. Seminar hasil penelitian, penyerahan laporan = Desember
F. Rencana Anggaran
Terlampir
G. Daftar Pustaka
Badudu, J.S. 1992. Cakrawala Bahasa Indonesia II. Jakarta: Gramedia.
Davis, P.W. 1973. Introducing Applied Linguistics. Harmondsworth: Penguin Education.
Harjasujana, A.S. 1993. “Sistem Pengajaran Bahasa Indonesia Ragam Ipteks di Perguruan
Tinggi”, Makalah Seminar Peningkatan Mutu Pengajaran Bahasa Indonesia Ragam
Ipteks di Perguruan Tinggi. Bandung: ITB.
Johannes, H. 1993. “Gaya Bahasa Keilmuan”, Kertas Kerja Kongres Bahasa Indonesia III.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Berdasarkan contoh tersebut dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan


proposal adalah teks yang berupa permintaan kepada seseorang atau suatu lembaga untuk
melakukan suatu kegiatan (penelitian).
Adapun ciri-ciri dari proposal sebagaimana yang kalian lihat dari contoh di atas adalah :
1. Proposal dibuat sebagai rencana kerja dari kegiatan yang akan dilakukan.
2. Sebagai pemberitahuan pertama suatu kegiatan.
3. Berisikan latar belakang dan tujuan-tujuan kegiatan.
4. Proposal itu berupa lembaran-lembaran pemberitahuan yang telah dijilid.
Selanjutnya, kita akan mempelajari struktur penulisan proposal. Dalam beberapa
aspek, proposal penelitian memiliki beberapa perbedaan dengan proposal kegiatan
kemasyarakatan.
a. Proposal Kegiatan
1) Nama Kegiatan
Sebutkan nama kegiatan yang direncanakan dengan jelas, singkat, dan padat. Susun
nama kegiatan dalam frasa yang menarik untuk diperhatikan.
2) Pendahuluan
a) Latar belakang kegiatan, uraikan alasan kenapa kegiatan yang direncanakn tersebut
penting untuk dilaksanakan.
b) Tujuan kegiatan, sebutkan target atau tujuan kegiatan tersebut jika dilaksanakan
3) Isi Proposal
a) Tema kegiatan
b) Macam-macam kegiatan
c) Peserta
d) Peralatan yang dibutuhkan
e) Waktu dan tempat pelaksanaan
4) Susunan Acara, pada bagian ini dirincikaan susunan kegiatan yang direncanakan.
Sebutkan pula durasi untuk setiap kegiatan, lokasi, dan siapa saja yang terlinat pada
jadwal masing-masing.
5) Susunan Kepanitiaan, di bagian ini disebutkan siapa saja panitia yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan kegiatan.
6) Anggaran Dana, rincian biaya untuk menyelengarakan suatu kegiatan harus selalu
dicantumkan dalam proposal. Perkiraan biaya menjadi pertimbangan penting bagi
sponsor.
7) Penutup, alih-alih sekedar mengakhiri, bagian penutup proposal lebih berperan untuk
mendorong sponsor mengucurkan dana atau pihak yang berwenang memberikan izin
pelaksaan kegiatan. Semangat dan optimalisme atas kegiatan yang direncanakan dapat
ditunjukkan pada bagian penutup proposal ini.

b. Proposal Penelitian
1) Bagian Awal,
a) Sampul depan (Cover), memuat judul proposal, logo, nama, nama sekolah tempat
penyusunan proposal, serta tahun penilaian proposal, dengan ketentuan sebagai
berikut:
Judul proposal harus memenuhi kriteria singkat, jelas, dan menunjukkan masalah
yang diteliti, serta tidak membuka peluang penafsiran yang beragam. Di atas judul
ditulis kata PROPOSAL;
Logo sekolah dengan diameter 6 cm;
Nama siswa harus ditulis lengkap.
Kelas dan jurusan;
Tahun yang dimaksud adalah tahun pelaksanaan penilaian Proposal;
Sampul depan Proposal harus terbuat dari kertas buffalo (kertas ukuran A-4); g)
Semua huruf pada sampul depan ditulis dengan huruf kapital, Times New Roman,
ukuran 14, dan dicetak tebal.
b) Lembar judul sama seperti sampul depan, namun menggunakan kertas HVS ukuran
A-4, warna putih. Contoh Sampul depan Proposal.
c) Lembar pengesahan, memuat tulisan LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL, judul
Proposal, nama penyusun, kelas, kolom persetujuan (guru pembimbing/mapel)
d) Kata pengantar, memuat uraian singkat mengenai maksud penyusunan Proposal, dan
ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang berjasa pada keberhasilan penyusunan
Proposal. Kata pengantar tidak memuat hal-hal yang ilmiah. Di pojok kanan bawah
paragraf kata pengantar ini ditulis kota, bulan, tahun dan nama penyusun.
e) Daftar isi, memberi informasi secara menyeluruh mengenai isi Proposal, mulai dari
lembar judul hingga lampiran. Daftar isi dilengkapi dengan nomor halaman untuk
menemukan hal-hal yang diinformasikan.
f) Daftar tabel, memuat urutan tabel yang terdapat dalam naskah Proposal. Urutan tabel
dibuat dengan angka Arab dalam kaitan dengan urutan bab, sub-bab dalam bagian
utama. Setelah nomor tabel kemudian ditulis judul tabel, dan halaman tabel dalam
naskah proposal.
g) Daftar gambar, memuat urutan gambar (grafik, diagram, peta, dan lain-lain yang
termasuk kategori gambar) yang terdapat dalam naskah Proposal. Cara penulisan
daftar gambar sama seperti daftar tabel.
h) Daftar lampiran, memuat urutan lampiran yang terdapat dalam naskah Proposal.
Setelah nomor urut lampiran kemudian ditulis lampiran. Daftar Lampiran tidak
mencantumkan nomor halaman.
2) Bagian Utama
a) Pendahuluan
Latar belakang, memuat kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam latar
belakang juga memuat pendapat ahli atau data-data hasil penelitian yang digunakan
untuk mendukung argumen peneliti terhadap masalah yang hendak diteliti. Hal
tersebut dimaksud untuk menjelaskan pentingnya masalah tersebut untuk dibahas,
baik itu dari segi pengembangan ilmu, kemasyrakatan, ataupun dalam kegiatan
dengan kehidupan pada umumnya.
Rumusan Masalah adalah persoalan yang dianggap membingungkan oleh penulis,
pada umumnya ditanyakan dalam bentuk pertanyaan mengapa dan bagaimana.
Berangkat dari pertanyaan itulah, penulis menganggap perlu untuk melakukan
langkah-langkah pemecahan, misalnya melalui penelitian. Masalah itu pula yang
nantinya menjadi fokus pembahasan di dalam proposal tersebut.
Hipotesis (bila ada) memuat pernyataan singkat sebagai jawaban sementara terhadap
masalah yang dihadapi yang masih harus dibuktikan kebenarannya.
Tujuan penelitian merupakan pernyataan mengenai fokus pembahasan di dalam
penulisan karya ilmiah, berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Dengan
demikian, tujuan tersebut harus sesuai dengan masalah yang dirumuskan pada
proposal. Apabila rumusan masalahnya ada tiga, tujuanya juga harus tiga.
Manfaat dalam karya tulis ilmiah merupakan kegunaan dari penulisan karya ilmiah.
Misalnya untuk pengembangan suatu bidang ilmu ataupun untuk pihak atau lembaga-
lembaga tertentu.
b) Kajian Teori, memuat uraian mengenai landasan teori dan landasan empiris yang
mendukung pendekatan pemecahan masalah. Tingkat kedalaman dan keluasan aspek-
aspek yang diteliti, tergantung pada ketajaman analisis permasalahan. Selain teori,
hasil-hasil penelitian lain yang relevan, dapat juga disajikan dengan menyebutkan
sumber referensinya.
Kutipan, pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang yang terdapat dalam suatu buku
atau sumber lain. Kutipan ditulis untuk menegaskan isi uraian dan memperkuat
pembuktian. Yang perlu ditulis dalam kutipan: Nama pengarang (nama belakang
saja), tahun buku yang dikutip, halaman yang dikutip.
Contoh:
- Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap
dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 1983: 3).
- Menurut Kirberger (2004 : ix), masa remaja adalah tahun-tahun yang penuh
tantangan dan perubahan.

Kutipan Langsung  Salinan sama persis dengan sumbernya


a. Kutipan Langsung Kurang dari Lima Baris  ditulis berintegrasi dengan teks, diapit
tanda petik.
Contoh:
- "Perilaku seks adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual"
(Sarwono, 1994 : 137). 
- Pembelajaran sebagai suatu yang bersifat sistematis tersebut, dinyatakan pula oleh
Dimyati dan Mudjono (1999: 297) yang menyatakan bahwa, “pembelajaran
merupakan kegiatan guru secara terpogram dalam desain intruksional untuk membuat
siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.
b. Kutipan Langsung Lima Baris Ke Atas  ditulis terpisah dari teks, spasi rapat (satu
spasi), margin kiri masuk ke dalam teks.
Contoh:
Menurut Riffaterre (1978: 2), ketidakberlangsungan ekspresi dalam puisi disebabkan
oleh penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti, seperti terlihat pada kutipan di
bawah ini.
... there are three possible ways for semantic indirection to occur. Indirection is
produced by displacing, distorting, or creating meaning. Displacing, when the sign
shifts from one meaning to another, when one word “stands for” another, as happens
with methapor and metonymy. Distorting, when there is ambiguity, contradiction, or
nonsense. Creating, when textual space serves as a principle af organization for
making signs out of linguistics items that may not be maeningful otherwise (for
instance, symmetry, rhyme, or semantic equivalences between positional homologues
in a stanza) (Riffaterre, 1978: 2).

[Sic!]  Seperti Pada Aslinya, digunakan untuk menunjukkan bahwa kesalahan terdapat
pada naskah asli.
Dalam pengutipan langsung, apapun yang terdapat dalam teks harus ditulis apa adanya,
meskipun terdapat kesalahan. Agar tidak terjadi kesalahpahaman, ditandai dengan kurung
siku berisi tulisan sic!
Contoh:
- Indonesia berasil [sic!] meraih emas.
- Setiap hari orang itu pergi keperpustakaan [sic!].

Kutipan Tidak Langsung  Tidak sama persis dengan teks, intinya saja yang sama, penulis
menyusunnya dengan kalimat sendiri.
Contoh:
Menurut Preminger dkk. (1993: 1142), hipogram bisa dijadikan penentu kesuksesan
dalam menginterpretasi sebuah puisi karena hipogram merupakan kunci semiotik yang
menyatukan elemen-elemen teks yang terpisah menjadi satu kesatuan yang utuh. Pendapat
lain mengenai pentingnya hipogram dalam pemaknaan sebuah karya adalah pendapat
Kristeva (via Culler, 1975: 139), yang menyatakan bahwa teks merupakan mosaik kutipan,
teks itu menyerap dan mentransformasikan teks-teks lain. Demikian juga yang dikemukakan
oleh Teeuw (1984: 145), bahwa karya sastra tidak lahir dari kekosongan budaya, melainkan
respon terhadap karya-karya yang lahir sebelumnya. Teks atau karya sastra mengambil hal
yang bagus untuk diolah kembali. Oleh karena itu, perlu dilihat adanya hubungan antara
sebuah karya dengan karya yang lain untuk dapat memaknai karya tersebut.

Kutipan yang telah dikutip di Sumber Lain


Cara ini tidak diperbolehkan. Dilakukan hanya dalam keadaan terpaksa jika sumber asli tidak
didapatkan. Yang disebutkan: nama penulis asli dan nama pengutip pertama,tahun kutipan.
Contoh:
- Kecerdasan antarpribadi adalah kemampuan untuk memahami orang lain mengenai
hal yang memotifasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana kerja bahu-
membahu dengan mereka. Sedangkan kecerdasan intrapribadi adalah kemampuan
yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri sendiri yang teliti dan megacu pada diri
sendiri serta kemampuan menggunakan model untuk menempuh kehidupan yang
efektif (Gardner via Goleman, 2002:52)
Catatan:
- Setiap sumber kutipan harus dicantumkan dalam daftar pustaka.
- Dalam kutipan yang dicantumkan hanya nama belakang pengarang.
- Jika pengarang ada dua orang ditulis semua. Tiga orang atau lebih boleh disingkat
dkk. tetapi dalam daftar pustaka semua nama pengarang harus dituliskan, jangan
hanya dkk.
- Jika tidak ada pengarang, bisa menggunakan “anonim” atau judul buku.
- Anonim atau judul buku, dalam daftar pustaka diurutkan secara alfabetis.

Cara penulisan catatan kaki:


1. Catatan kaki dipisahkan tiga spasi dari naskah halaman yang sama.
2. Antarcatatan kaki dipisahkan dengan satu spasi.
3. Umumnya catatan kaki diberi nomor urut angka arab dan tidak diberi tanda apa pun.
4. Font nomor urut dan isi catatan kaki ditulis lebih kecil daripada huruf lainnya.
5. Catatan kaki yang merupakan rujukan atau data pustaka ditulis berdasarkan cara berikut
ini:
a. Nama pengarang ditulis tanpa dibalik urutannya atau ditulis sama dengan nama
pengarang yang tertulis pada sumber tulisan.
b. Jika nama pada sumber acuan tertulis lengkap dengan gelar akademis, penulisan
catatan kaki dibuat dengan mencantumkan gelar tersebut.
c. Setelah nama pengarang diikuti penulisan tanda baca koma (,).
d. Setelah tanda baca koma diikuti penulisan judul karangan atau judul rujukan.
e. Khusus untuk buku, judul buku dicetak miring, tanpa diikuti tanda baca apa pun.
f. Jika sumber acuan merujuk pada artikel, judul artikel diketik tegak, dan diapiti tanda
baca petik pembuka dan penutup (“...”, diikuti tanda baca koma (,), dan diikuti
pengarang buku dan judul buku.
g. Setelah judul buku diikuti penulisan nama penerbit dan tahun terbitan.
h. Nama penerbit dan angka tahun terbitan diapiti tanda kurung [(...)] dan diikuti tanda
baca koma (,).
i. Setelah nama penerbit dan angka tahun terbitan, yang diikuti tanda baca koma,
diikuti penulisan halaman rujukan, yang dapat disingkat hlm, atau h, atau p, dan
diikuti nomor atau angka halaman, dan diakhiri tanda baca titik (.).
Contoh cara penulisan catatan kaki:
a. Buku dengan satu pengarang:
Ibarruri, Kisah Pengembaraan Ibarruri Putri Alam Anak Sulung D. N. Aidit (Maumere:
Penerbit Ledalero, 2015), hlm. 5.
b. Buku dengan dua pengarang:
Dr. Ade Hikmat, M. Pd. dan Dr. Nani Solihati, M. Pd., Bahasa Indonesia (Jakarta:
Grasindo, 2013), hlm. 12-13.
c. Buku dengan tiga pengarang:
Harol Bierman, Jr., Thomas R. Dyckman, dan Ronald W. Hilton, Cost Accounting
(Boston: PWS-Kent Publishing Company, 1990), hlm. 4.
d. Buku dengan lebih dari tiga pengarang:
Ryanti Sinta, dkk., Bahasa Lipstik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 200.
e. Buku terjemahan:
L. William N. Dunn, Analisis Kebijakan Publik, penerj. Muhajir Darwin (Yogyakarta:
Hanindita, 2001), hlm. 30-32.

c) Metodologi Penelitian memuat:


Metode penelitian, merupakan cara atau jalan mengadakan penelitian atau cara
untuk mencari, memeriksa kembali dengan teliti. Kosasih (2019: 307) menyatakan
bahwa setiap penelitian mempunyai metode penelitian masing-masing, yang
umumnya bergantung pada tujuan penelitian itu sendiri. Metode-metode penelitian
yang dimaksud, misalnya sebagai berikut:
 Metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang bertujuan hanya
menggambarkan fakta-fakta secara apa adanya, tanpa adanya perlakuan
apapun. Data yang dimaksud dapat berupa fakta yang bersifat kuantitatif
(statistika) ataupun fakta kualitatif.
 Metode eksperimen, yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk memperoleh
gambaran atas suatu gejala setelah mendapat perlakuan.
 Metode studi kasus, yaitu langkah-langkah pemerolehan dan pembahasan data
lapangan berdasarkan temuan-temuan yang ada pada individu atau kasus
tertentu.
 Metode penelitian kelas, yaitu metode penelitian dengan tujuan untuk
memperbaiki persoalan-persoalan yang terjadi pada kelas tertentu, misalnya
tentang motivasi belajar, prestasi belajar siswa dalam kompetensi belajar
tertentu.
Sumber data dan data
Sumber data penelitian yaitu sumber subjek dari tempat mana data bisa
didapatkan. Jika peneliti memakai kuisioner atau wawancara di dalam pengumpulan
datanya, maka sumber data itu dari respon, yakni orang yang menjawab pertanyaan
peneliti baik secara tertulis maupun lisan. Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data
primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung
(dari tangan pertama), sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti
dari sumber yang sudah ada.
Data adalah kumpulan dari fakta yang dapat berupa angkat, simbo ataupun
tulisan yang diperoleh melalui pengamatan suatu objek. Data yang baik harus dapat
dipercaya kebenaranya (reliable) dan akurat.
Teknik pegumpulan data, teknik atau cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data atau informasi serta faakta pendukung yang ada di lapangan
untuk keerluan penelitian. Teknik pengumpulan data sangat ditentukan oleh
metode penelitian yang diambil atau dipilih oleh peneliti.
Teknik analisis data, suatu metode atau cara untuk mengolah sebuah data menjadi
informasi sehingga karateristik data tersebut mudah untuk dipahami, sehingga
mampu menemukan solusi permasalahan yang sedang diteliti.
3) Bagian Akhir
Jadwal pelaksanaan penelitian memuat perkiraan lamanya persiapan dan
pelaksanaan penelitian dalam penyusunan karya ilmiah.
Anggaran dana, memuat perkiraan dana yang dibutuhkan oleh peneliti.
Daftar pustaka
 Disusun secara alfabetis tanpa nomor urut.
 Urutan: Nama pengarang dibalik. Tahun terbit. Judul cetak miring. Kota terbit:
Penerbit.
 Jarak antarbutir buku dua spasi. Jarak dalam butir pustaka satu spasi.
 Penulis dua pengarang atau lebih, nama penulis pertama dibalik, penulis kedua dan
seterusnya tidak dibalik.
 Contoh:
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, F.X. Agus. 2003. “Motivasi Konflik Batin Tokoh Kita dalam Novel Merahnya
Merah Karya Iwan Simatupang sebuah Pendekatan Psikologi Sastra”. Skripsi Jurusan
Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Belum Diterbitkan.

Culler, Jonathan. 1975. Structuralist Poetic: Structuralism, Linguistic, and the Study of
Literature. London and Henley: Routledge & Kegan Paul

____________. 1981. The Pursuit of Signs: Semiotics, Literature, Deconstruction. London


and Henley: Routledge and Kegan Paul.  tanda garis untuk menggantikan nama
pengarang yang sama
Damono, Sapardi Djoko. 2005. Mantra Orang Jawa. Magelang: Indonesia Tera.

Danandjaja. 2002. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: Grafiti.

Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Kumaidi. 1988. “Pengukuran Bekal Awal dan pengembangan Tesnya”. Jurnal Ilmu
Pendidikan, (Online), Jilid 5, No. 4, http://www.Malang.ac.id. Diunduh 20 Januari
2000.
Mariana, D. 2005. “Peningkatan Alokasi APBD Membiayai Sektor Pendidikan.
http://www.pikiran-rakyat.com. Diakses 10 November 2010 pukul 20.00 WIB.

Prabowo, Dhanu Priyo. 2006. “Puisi Bergaya Mantra dalam Surat Kabar Terbitan Yogyakarta
Periode 1981-2000” dalam Widyaparwa volume 34, No.2 Desember 2006, halaman
157—172.

Yusuf, Yusri; Bakhrum Yunus; Zainuddin Yahya; Siti Rohana. 2001. Struktur dan Fungsi
Mantra Bahasa Aceh. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Lampiran, diberi nomor dengan angka Arab, tanpa nomor halaman

B. Kebahasaan Poposal
 Terdapat pernyataan-pernyataan yang bersifat argumentatif (Menyampaikan pendapat
yang memberikan alasan atau bukti pihak lain yang dituju).
 Terdapat pernyataan yang bersifat persuasif (Kalimat pada proposal dapat
mempengaruhi dan meyakinkan orang lain)
 Banyak menggunakan istilah ilmiah, baik berkenaan dengan kegiatan itu sendiri
ataupun istilah-istilah yang berkaitan dengan bidang keilmuannya dan tidak
menggunakan bahasa kiasan.
 Banyak menggunakan kata kerja tindakan yang menyatakan langkah-langkah kegiatan
(metode penelitian), misalnya, berlatih, membaca, mengisi, mendokumentasikan,
mengamati, melakukan.
 Menggunakan kata-kata yang menyatakan pendefinisian yang ditandai oleh
penggunaan kata merupakan, adalah, yaitu, yakni.
 Menggunakan kata-kata yang bermakna perincian seperti, selain itu, pertama, kedua,
ketiga.
 Menggunakan kata-kata yang mencerminkan sebuah perencanaan. Hal itu sesuai
dengan sifat proposal sebagai usulan, rencana, atau rancangan program kegiatan.
 Menggunakan kata-kata bermakna lugas (denotatif). Hal ini penting guna
menghindari kesalahan pemahaman antara pihak pengusul dengan pihak tertuju atau
penerima proposal

Anda mungkin juga menyukai