Anda di halaman 1dari 161

PENINGKATAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA

MELALUI METODE VIDEO CRITIC PADA MATA


PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I)

Oleh
SITI AMINAH
NIM 108011000155

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H/2014 M
ABSTRAK

Peningkatan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Metode Video Critic Pada


Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Kata kunci: Kecerdasan Emosional dan Video Critic.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui penerapan metode Video


Critic dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa, 2) Mengetahui
efektivitas metode Video Critic terhadap pembelajaran SKI. Penelitian ini
dilakukan di SMPI At-Taqwa Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun Ajaran
2013/2014.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini Penelitian Tindakan Kelas


(PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Instrument yang digunakan adalah lembar observasi
aktivitas siswa, angket, dan wawancara guru.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa penerapan metode Video Critic


dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Hal ini dapat terlihat dari hasil
rata-rata persentase observasi siswa yang mengalami peningkatan dari 64,76%
pada siklus I, menjadi 75,59% pada siklus II, dan rata-rata angket kecerdasan
emosional siswa dari 64,84% pada siklus I, menjadi 73,33% pada siklus II.

Siti Aminah (PAI)

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa
mengikuti ajarannya sampai akhir zaman.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan Agama
Islam. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak
kekurangan dan hambatan . Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak
maka hambatan tersebut dapat terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberikan moril dan materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ibu dan ayah yang tiada hentinya mencurahkan
kasih sayang, selalu mendoakan, serta memberikan dukungan moril dan
materil kepada penulis. Kedua kakakku Nurhasanah dan Aisah, adikku
M.Amin yang telah memberikan motivasi, serta doanya kepada penulis.
2. Pembimbing skripsi, Siti Khadijah, MA, yang dengan kesabaran,
bimbingan, masukan serta mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Dr.H.Abdul Majid Khon, M.Ag
4. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Marhamah Saleh,.Lc.,MA
5. Penasihat akademik, Tanenji, MA.

ii
6. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis beserta staf
jurusan yang selalu membantu penulis dalam proses administrasi.
7. Bapak Kepala Sekolah SMPI At-Taqwa Pamulang, yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini. Serta
Maziyah Afta, S.si guru SKI kelas VII membantu penulis dalam penelitian
skripsi ini.
8. Cici Sukarsih, selaku kakak kelas dan guru matematika SMPI At-Taqwa
Pamulang, yang telah banyak memberikan bimbingan dan membantu
penulis dalam penelitian skripsi ini.
9. Keluarga besar MHTI Chapter kampus Ciputat
10. Rubin At-Tasqif
11. Sahabat PAI kelas E
12. Semua orang yang berjasa dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah membalas semua kebaikan mereka dengan balasan yang


berlipat ganda.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata
semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya.

Jakarta, 16 Desember 2013


Penulis

Siti Aminah

iii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Pembimbing


Surat Pernyataan Karya Sendiri
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR BAGAN............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ....................................................... 5
C. Pembatasan Fokus Penelitian ...................................................................... 6
D. Perumusan Masalah Penelitian ................................................................... 6
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ....................................................... 7
BAB II Deskripsi Teoritik, Kerangka Berpikir dan Pengajuan Hipotesis
A. Kecerdasan Emosional ............................................................................... 8
1. Pengertian Kecerdasan Emosional ....................................................... 8
2. Komponen Kecerdasan Emosional ..................................................... 11
3. Indikator Kecerdasan Emosional ........................................................ 16
B. Metode Video Critic … ............................................................................. 17
1. Pengertian Metode Video Critic…...………………………………..17
2. Karakteristik Video …………………..………………………….…..19
3. Penerapan Metode Video Critic dalam Pembelajaran ........ ………….21
a. Langkah-langkah Pemanfaatan Video ………………………........21
b. Langkah-langkah Metode Video Critic…………………………...22
c. Langkah-langkah Guru dalam Penggunaan Video .………............22
d. Kelebihan Metode Video Critic dalam Pembelajaran ...................23
e. Kekurangan Metode Video Critic dalam Pembelajaran ................24

v
C. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam …………………………………24
D. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................. … 26
E. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan.......................................... 27
F. Hipotesis Tindakan.................................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 29
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan................................................... 29
1. Metode Penelitian ................................................................................. 29
2. Desain Penelitian .................................................................................. 31
C. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan……………….…………...33
D. Subyek Penelitian/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian .................. 33
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ............................................... 34
F. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan ............................................... 34
G. Data dan Sumber Data .............................................................................. 37
H. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 38
I. Instrumen- instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan ..................... 38
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan Studi ................................................... 40
K. Teknik Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ............................... 41
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ..................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ........................................................................................... 43
1. Survei Pendahuluan ............................................................................. 43
2. Data Hasil Tindakan ............................................................................ 44
A. Siklus I .......................................................................................... 45
B. Siklus II ......................................................................................... 54
B. Analisis Data ............................................................................................. 58
1. Analisis dan Interpretasi Data Berdasarkan Lembar Observasi .... 58
2. Analisis dan Interpretasi Data Berdasarkan Hasil Angket ............ 68
3. Analisis dan Interpretasi Data Berdasarkan Hasil Wawancara ..... 90
C. Interpretasi Hasil Analisis ......................................................................... 90
D. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian ...................................................... 93

vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 95
B. Saran .......................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 97
LAMPIRAN ........................................................................................................ 99

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional ................................... 39
Tabel 4.1 Rekapitulasi aspek sikap siswa ...................................................... 51
Tabel 4.2 Dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi
standar keberhasilan ………………………………..……….......69
Tabel 4.3 Dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi
standar keberhasilan ……………………………………..…........70
Tabel 4.4 Komitmen yaitu menyesuaikan diri dengan
sasaran kelompok atau lembaga .................................................. ...70
Tabel 4.5 Komitmen yaitu menyesuaikan diri dengan
sasaran kelompok atau lembaga ..................................................... 70
Tabel 4.6 Inisiatif yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan ............ 71
Tabel 4.7 Inisiatif yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan ............ 71
Tabel 4.8 Optimisme yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran
kendati ada halangan dan kegagalan .............................................. 72
Tabel 4.9 Optimisme yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran
kendati ada halangan dan kegagalan ……………………….........72
Tabel 4.10 Optimisme yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran
kendati ada halangan dan kegagalan .................... …………….....73
Tabel 4.11 Memahami orang lain yaitu mengindera perasaan dan
menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka ...............74
Tabel 4.12 Memahami orang lain yaitu mengindera perasaan dan
menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka ............... 74
Tabel 4.13 Memahami orang lain yaitu mengindera perasaan dan
menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka ............... 75
Tabel 4.14 Mengembangkan orang lain yaitu merasakan kebutuhan
perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan

vii
kemampuan orang lain ............. .....................................................75
Tabel 4.15 Mengembangkan orang lain yaitu merasakan kebutuhan
perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan
kemampuan orang lain .......................................... ........................76
Tabel 4.16 Memanfaatkan keragaman yaitu menumbuhkan peluang
melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang ...................76
Tabel 4.17 Memanfaatkan keragaman yaitu menumbuhkan peluang
melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang ...................77
Tabel 4.18 Orientasi pelayanan yaitu mengantisipasi, mengenali dan
berusaha memenuhi kebutuhan orang lain ………………….......77
Tabel 4.19 Orientasi pelayanan yaitu mengantisipasi, mengenali dan
berusaha memenuhi kebutuhan orang lain ………………...........78
Tabel 4.20 Kesadaran politis yaitu membaca arus-arus emosi sebuah
kelompok dan hubungannya dengan perasaan ....... ......................78
Tabel 4.21 Kesadaran politis yaitu membaca arus-arus emosi sebuah
kelompok dan hubungannya dengan perasaan .........................79
Tabel 4.22 Dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi
standar keberhasilan ………………………………..……….......79
Tabel 4.23 Dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi
standar keberhasilan ……………………………………............80
Tabel 4.24 Komitmen yaitu menyesuaikan diri dengan
sasaran kelompok atau lembaga .................................. ...................80
Tabel 4.25 Komitmen yaitu menyesuaikan diri dengan
sasaran kelompok atau lembaga ..................................................... 81
Tabel 4.26 Inisiatif yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan .............. 81
Tabel 4.27 Inisiatif yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan ............ 82
Tabel 4.28 Optimisme yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran
kendati ada halangan dan kegagalan .............................................. 82
Tabel 4.29 Optimisme yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran
kendati ada halangan dan kegagalan ……………………….........83
Tabel 4.30 Optimisme yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran
kendati ada halangan dan kegagalan .... …………………….........83

viii
Tabel 4.31 Memahami orang lain yaitu mengindera perasaan dan
menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka ...............84
Tabel 4.32 Memahami orang lain yaitu mengindera perasaan dan
menunjukkan minat aktif terhadap kepengtingan mereka ............ 84
Tabel 4.33 Memahami orang lain yaitu mengindera perasaan dan
menunjukkan minat aktif terhadap kepengtingan mereka ............ 85
Tabel 4.34 Mengembangkan orang lain yaitu merasakan kebutuhan
perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan
kemampuan orang lain ................................................................. 86
Tabel 4.35 Mengembangkan orang lain yaitu merasakan kebutuhan
perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan
kemampuan orang lain ................................................................ 86
Tabel 4.36 Memanfaatkan keragaman yaitu menumbuhkan peluang
melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang ..................... 87
Tabel 4.37 Memanfaatkan keragaman yaitu menumbuhkan peluang
melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang ..................... 87
Tabel 4.38 Orientasi pelayanan yaitu mengantisipasi, mengenali dan
berusaha memenuhi kebutuhan orang lain …………………......88
Tabel 4.39 Orientasi pelayanan yaitu mengantisipasi, mengenali dan
berusaha memenuhi kebutuhan orang lain ………………….......88
Tabel 4.40 Kesadaran politis yaitu membaca arus-arus emosi sebuah
kelompok dan hubungannya dengan perasaan ............................ 89
Tabel 4.41 Kesadaran politis yaitu membaca arus-arus emosi sebuah
kelompok dan hubungannya dengan perasaan ............................ 89

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Aktivitas siswa menyimak video pembelajaran ............................ 47


Gambar 4.2 Aktivitas siswa mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran .... 51

x
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 31

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian


Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
Lampiran 3 : Angket Kecerdasan Emosional
Lampiran 4 : Perhitungan Angket Kecerdasan Emosional Siswa Sebelum Tindakan
Lampiran 5 : Perhitungan Angket Kecerdasan Emosional Siswa Siklus 1
Lampiran 6 : Perhitungan Angket Kecerdasan Emosional Siswa Siklus II
Lampiran 7 : Lembar observasi siswa siklus I dan II
Lampiran 8 : Wawancara guru setelah tindakan siklus II

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya meningkatkan mutu pembelajaran menjadi topik utama


dalam dunia pendidikan baik dari para praktisi pendidikan maupun
lembaga-lembaga pendidikan. Hal ini seiring dengan meningkatnya sains
modern dan teknologi yang menghadapkan mereka pada tantangan yang
sangat kompleks sehingga semakin mendorong para praktisi pendidikan
maupun lembaga-lembaga pendidikan dalam menciptakan pendidikan
berkualitas yang diharapkan mampu mengatasi dan menjawab
problematika pendidikan.
Para pendidik menjadi sorotan publik dalam menghasilkan
pembelajaran yang berkualitas, baik dari kalangan orangtua, masyarakat,
maupun pemerintah. Pendidik sebagai kunci dari kegiatan pembelajaran,
tidak hanya mengendalikan perencanaan aktivitas pengajaran tetapi juga
mengelola potensi siswa dengan maksimal.
Sebagaimana termaktub dalam undang-undang Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1
Inti kegiatan suatu sekolah atau kelas adalah proses belajar
mengajar (PBM). Kualitas belajar siswa serta para lulusan banyak
ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan PBM atau dengan kata lain
banyak ditentukan oleh fungsi dan peran guru. Pada dewasa ini masih
banyak permasalahan yang berkaitan dengan PBM. Seringkali muncul
1
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2

berbagai keluhan atau kritikan para siswa, orang tua siswa ataupun guru
berkaitan dengan pelaksanaan PBM tersebut.
Salah satu kelemahan utama pendidikan kita adalah tidak
membangun kesadaran kritis siswa dalam belajar. Guru lebih banyak
menjejalkan pengetahuan ke dalam otak siswa atau transfer of knowledge
tanpa mengetahui apakah pengetahuan yang diberikan diserap dengan baik
atau tidak. Guru dalam berbagai perbincangannya senantiasa
membicarakan kepandaian anak atau kecerdasan anak yang hanya
menekankan pada aspek intelektual dan prestasi akademik saja. Sementara
di sisi lain terjadi kemerosotan dan kekurangwaspadaan terhadap
perkembangan aspek sosial dan emosional anak. Masih banyaknya guru
yang melupakan peranan perasaan dalam proses pendidikan seperti
kesadaran diri, empati, motivasi, seni mendengarkan, dan sebagainya.
Temuan Priyo dalam disertasinya mengungkapkan, bahwa dalam
interaksi pembelajaran yang bersifat kognitifpun, terdapat banyak tindakan
di dalam kelas yang melibatkan emosi guru, di sisi lain banyak juga
tindakan siswa di dalam kelas yang mencerminkan keadaan emosinya.
Oleh karena itu, mestinya proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
dikemas dengan tidak hanya melibatkan kemampuan intelektual saja,
melainkan juga mengedepankan kemampuan dan perilaku yang
mencerminkan kondisi kecerdasan emosional, sehingga hubungan antara
guru dan siswa menjadi seimbang dan terciptalah hubungan pembelajaran
transaksional.2
Karena itu, kedua aspek kecerdasan ini hendaknya dikembangkan
dalam dunia pendidikan secara bersama-sama, sehingga lulusan sekolah
yang dihasilkan tidak hanya memahami dan mengerti tentang pengetahuan
kognitif dan akademik belaka, tetapi mereka juga memiliki kemampuan
dalam aspek kecerdasan emosional, sehingga mampu membangun daya
perhatian, perasaan empati maupun motivasi siswa dalam belajar.
Dalam lingkup pendidikan agama Islam, ada beberapa bidang studi
Islam yang dipelajari, salah satunya yaitu Sejarah Kebudayaan Islam
2
Nasirudin, “Tindakan Guru dalam Pembelajaran Pengembangan Kecerdasan
Emosional Siswa”, 2013, (http://Library.Um.Ac.Id).
3

(SKI). SKI menjadi salah satu mata pelajaran wajib dalam kurikulum
sekolah, baik Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs),
maupun Madrasah Aliyah (MA). Sejarah sebagai tulisan atau dokumentasi
merupakan sarana penting bagi manusia dalam mempelajari kemajuan dan
kemunduran yang terkandung dalam berbagai peristiwa di masa lalu.
Dengan demikian, pelajaran dari peristiwa masa lalu yang sudah menjadi
unsur-unsur sejarah berguna dalam memaknai hidup yang tengah berjalan
demi kemajuan di masa depan.3
SKI merupakan bidang studi yang materinya berisikan peristiwa
sejarah masa lalu yang saat ini dianggap sebagai pelajaran yang kurang
menarik. Selain itu dalam realitanya, guru hanya menyampaikan informasi
yang bersumber dari buku teks saja dengan pendekatan yang monoton baik
metode ceramah atau merangkum pelajaran. Padahal metode tersebut
dapat mendatangkan kebosanan siswa bahkan siswa tidak lagi termotivasi
untuk mempelajarinya lebih mendalam. Faktor-faktor ini pula yang
mengakibatkan belum adanya emosi yang terbangun dalam diri siswa akan
pentingnya SKI. Oleh karena itu guru perlu mensiasati metode yang
variatif dalam proses pembelajaran SKI, sehingga diharapkan mampu
meningkatkan kecerdasan emosional siswa dalam memahami pentingnya
pelajaran. Dengan meningkatkan kecerdasan emosi diharapkan siswa
mampu memahami pentingnya SKI dan terdorong untuk lebih banyak
mempelajari sejarah itu sendiri bukan hanya sekedar menambah informasi
belaka melainkan memahaminya sebagai pelajaran yang penting sehingga
ketika mempelajarinya siswa tidak lagi merasa bosan.
Secara umum apa yang disebut kecerdasan adalah kemampuan
mental seseorang merespon dan menyelesaikan problem dari hal-hal yang
bersifat kuantitatif dan fenomenal, seperti matematika, fisika, sejarah, dan
sebagainya. IQ saja tidaklah cukup untuk menghadapi tantangan masa

3
Wijaya Kusumah dan Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:
Permata Puri Media, 2010), h. 117
4

kini, tetapi diperlukan kemampuan pengetahuan untuk mengenal dan


memahami “diri sendiri” dan sesamanya.4
Dengan menumbuhkan daya perhatian siswa, perasaan empati
maupun motivasi dalam belajar SKI, diharapkan siswa mampu
meningkatkan kecerdasan emosinya dalam memahami nilai-nilai penting
yang terdapat dalam pelajaran SKI, sehingga tidak lagi menganggap
pelajaran SKI membosankan serta adanya proses menanamkan
pemahaman oleh guru kepada siswa dari materi SKI yang dipelajari.
Rasulullah SAW bersabda:

‫فس‬ ‫واّ في الجس مضغ ً إ ا صلح صلح الجس كله وإ ا فس‬


(‫ )متفق عليه‬.‫الجس كله أا وهي القلب‬
“Sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika
segumpal darah itu baik, maka baik pula seluruh tubuh. Jika segumpal
darah itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa
segumpal darah itu adalah hati.” (Muttafaq Alaih)5

Dalam proses pembelajaran guru harus berupaya meningkatkan


kecerdasan emosional siswa dengan menumbuhkan semangat dan empati
siswa serta berusaha menampilkan SKI sebagai mata pelajaran yang
menarik untuk dipelajari sehingga perhatian siswa terhadap pembelajaran
semakin meningkat. Guru SKI idealnya tidak hanya menyampaikan
informasi kepada siswa-siswanya, tetapi juga mampu memberikan
stimulus yang tepat bagi siswa untuk menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan sehingga dapat membangun kecerdasan emosi yang
dibutuhkan.
Unang mengemukakan bahwa guru harus menentukan dan
menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang di anggap
paling tepat dan efektif, guru bisa memilih metode yang tepat sesuai
dengan materi yang diajarkan, media pengajaran dan sebagainya.6

4
Basuki, Kecerdasan Emosional: Esensi dan Urgensinya Dalam Pendidikan Islam, Jurnal
Cendekia Vol 5, (Ponorogo, 2007), h.19-20
5
Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, (Jakarta:Pustaka Al-
Kautsar,2010), h.vii
6
Unang Subandi, Media Pendidikan Jurnal Pendidikan Keagamaan Pengelolaan Pondok
Pesantren, Strategi Belajar Mengajar dan Prestasi Belajar, (UIN Sunan Gunung Djati: FITK,
2009), h. 94
5

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka


sudah seharusnya guru berusaha optimal dalam menciptakan pembelajaran
yang berkualitas. Guru harus mampu memilih metode yang tepat dan
efektif, sebab tidak semua pelajaran bisa menggunakan metode yang sama,
selain itu guru dituntut pula untuk menguasai berbagai metode, atau
mengkombinasikannya. Artinya, guru membutuhkan variasi-variasi dalam
penggunaan tehnik penyajian, supaya kegiatan belajar mengajar tidak
membosankan. atau dengan kata lain mencapai indikator yang telah
direncanakan.
Pembelajaran yang menyenangkan dapat membantu Guru untuk
meningkatkan kecerdasan emosi siswa seperti membangun daya perhatian,
empati maupun motivasi siswa dalam belajar SKI. Dalam hal ini guru
dapat menampilkan media yang menarik perhatian siswa, diantaranya
yaitu video. Video dapat membantu para guru mengetahui pendekatan
baru yang bisa digunakan untuk menarik daya perhatian dan empati siswa,
karena pembelajaran model ini lebih memungkinkan siswa untuk fokus
terhadap apa yang ia simak. Guru bisa menggunakan video untuk
melibatkan emosi peserta didiknya dalam proses pembelajaran sehingga
proses penyampaian isi-isi pengajaran menjadi lebih berkesan.
Selain itu, Guru perlu mengetahui bahwa untuk membangkitkan
emosi siswa pada pelajaran SKI tidak cukup hanya menggunakan video
lalu murid menyimak apa yang mereka tonton tanpa ada tindak lanjut dari
kegiatan tersebut. Melainkan guru juga dapat mendukung kegiatan
pembelajaran melalui metode Video Critic. Karena dalam Video Critic ini,
siswa tidak hanya menonton tetapi diarahkan untuk mengkritisi tayangan
video yang ditontonnya. Hal ini diharapkan dapat menjadikan siswa
memahami pentingnya materi yang dipelajari sehingga muncul rasa
keingintahuan dan ketertarikan siswa terhadap SKI.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional
siswa pada mata pelajaran SKI. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis bermaksud mengkajinya dalam skripsi dengan judul
6

“Peningkatan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Metode Video


Critic Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang
masalah, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajarkan
SKI masih kurang menekankan pada pemahaman siswa akan
pentingnya SKI.
2. Ketidaktepatan guru dalam pemilihan metode dan media pembelajaran
SKI berakibat pada kurang berkembangnya kecerdasan emosional
siswa.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, masalah


yang menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Rancangan pembelajaran SKI yang akan diterapkan dengan metode
Video Critic.
2. Mata pelajaran SKI kelas VII semester II materi Sejarah Bani
Umayyah
3. Kecerdasan emosional siswa yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat belajar agar
setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk
mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil
inisiatif dan bertindak secara efektif.
b. Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan
menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu
menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu.
4. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Islam At-Taqwa
Pamulang.
7

D. Perumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana penerapan metode Video Critic dalam meningkatkan
kecerdasan emosional siswa.
2. Bagaimana efektivitas metode Video Critic terhadap pembelajaran
SKI.

E. Tujuan Dan Kegunaan Hasil Penelitian


1. Tujuan Hasil Penelitian
a. Untuk mengetahui penerapan metode Video Critic dalam
meningkatkan kecerdasan emosional siswa
b. Untuk mengetahui efektivitas metode Video Critic terhadap
pembelajaran SKI.
2. Kegunaan Hasil Penelitian
a. Dapat menambah pengetahuan bagi peneliti dalam memahami cara
meningkatkan kecerdasan emosional siswa dengan diterapkannya
metode Video Critic.
b. Dapat memberikan kontribusi kepada guru mata pelajaran SKI
dalam menentukan metode yang tepat untuk meningkatkan
kecerdasan emosional siswa pada mata pelajaran SKI.
c. Menambah ilmu pengetahuan, menjadi bahan referensi dan
pertimbangan pengembangan penelitian yang sejenis bagi peneliti
lainnya.
8

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada
tahun 1990 oleh dua orang ahli, yaitu Peter Salovey dan John Mayer
untuk menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang dianggap penting
untuk keberhasilan. Jenis-jenis kualitas emosi yang dimaksudkan antara
lain yaitu: (1) Empati (kepedulian), (2) Mengungkapkan dan memahami
perasaan, (3) Mengendalikan amarah, (4) Kemampuan Kemandirian,
(5) Kemampuan menyesuaikan diri, (6) Diskusi, (7) Kemampuan
memecahkan masalah antar pribadi, (8) Ketekunan, (9)
Kesetiakawanan, (11) Keramahan (11) Sikap hormat.1
Beberapa pendapat yang mengemukakan tentang kecerdasan
emosional diantaranya sebagai berikut:

Menurut Salovey dan Mayer kecerdasan emosional merupakan


kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang
lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran
dan tindakan”.2 Sedangkan menurut Steven J. Stein dan Howard E.
Book kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan,
kompetensi, dan kecakapan nonkognitif yang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan
lingkungan.3

Adapun menurut Robert dalam Hamzah B. Uno mengatakan


bahwa kecerdasan emosional memotivasi seseorang untuk mencari
manfaat dan mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam,

1
Hamzah B.Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Gramedia
Utama, 2006), h. 68-69
2
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 513
3
B.Uno, op. cit., h. 69
9

mengubah apa yang dipikirkan menjadi apa yang dijalani. Kecerdasan


emosional menuntut seseorang belajar mengakui dan menghargai
perasaan pada dirinya dan orang lain untuk menanggapi dengan tepat,
menerapkan dengan efektif informasi dan energi, emosi dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi, kecerdasan emosional adalah kemampuan
merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan
kepekaan emosi sebagai sumber informasi, koneksi, dan pengaruh yang
manusiawi.4

Reuven Bar-On sebagaimana dikutip oleh Steven J. Stein dan


Howard E. Book, dalam Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa
kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan
kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.5 Kecerdasan
emosional bukanlah lawan dari kecerdasan intelektual, namun keduanya
saling bersinergi satu sama lain.

Ari Ginanjar mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah


kemampuan untuk merasa. Kunci kecerdasan emosi adalah pada
kejujuran suara hati. Suara hati itulah yang harus dijadikan pusat prinsip
dalam memberi rasa aman, pedoman, kekuatan serta kebijaksanaan.6

Selain itu, kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar


mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan
menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi
dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.7

Menurut Daniel Goleman kecerdasan emosional adalah


kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligen
menjaga keselarasan emosi dan mengungkapkannya melalui

4
Ibid., h. 69.
5
Ibid.
6
Ari Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual ESQ,
(Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001), h. 9
7
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h.115
10

keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati


dan keterampilan sosial.8

Daniel Goleman mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi


merupakan kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaaan
orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan
dengan orang lain.9 Kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih
yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam
menghadapi kegagalan, mengelola emosi dan menunda kepuasan, serta
mengatur keadaan jiwa.

Dengan kecerdasan emosional tersebut, seseorang dapat


menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan
mengatur suasana hati. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan
emosional terjadi tidak terlepas dari bermacam-macam pengaruh,
seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman
sebaya, serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan
sehari-hari.

Pada umumnya siswa lebih banyak menghabiskan waktunya di


sekolah sebagai lingkungan sosial tempat berinteraksi yang membuat
mereka dituntut untuk menyesuaikan diri secara efektif. Sehingga emosi
yang dimiliki dapat tersalurkan dengan baik.

Dari beberapa pengertian diatas, yang dimaksud kecerdasan


emosional dalam penelitian ini adalah kemampuan mengenali perasaan
kita sendiri dan perasaaan orang lain, kemampuan memotivasi diri
sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri
dan dalam hubungan dengan orang lain.

8
Daniel Goleman, Emotional Intelligence: Mengapa EI Lebih Penting dari pada IQ
(Pent: T. Hermaya), (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 53
9
Goleman, op. cit., h. 512
11

2. Komponen Kecerdasan Emosional


Untuk melihat bagaimana kecerdasan emosional siswa dalam
proses pembelajaran di kelas, maka perlu ada komponen-komponen
yang menunjukkan kecerdasan emosional siswa. Adapun komponen-
komponen kecerdasan emosional menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut:
Goleman membagi kecerdasan emosional menjadi lima bagian
yaitu tiga komponen berupa kompetensi emosional (pengenalan diri,
pengendalian diri dan motivasi) dan dua komponen berupa kompetensi
sosial (empati dan keterampilan sosial). Lima komponen kecerdasan
emosional tersebut adalah sebagai berikut: 10
a. Kesadaran Diri
Kesadaran diri adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui
kondisi diri sendiri, kesukaan, sumberdaya, dan intuisi. Unsur-unsur
kesadaran diri, yaitu:
1) Kesadaran emosi, yaitu mengenali emosinya sendiri dan efeknya.
2) Penilaian diri secara teliti, yaitu mengetahui kekuatan dan batas-
batas diri sendiri.
3) Percaya diri, yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan
sendiri.
b. Pengendalian Diri

Pengendalian diri adalah kemampuan mengelola dan


mengekspresikan Emosi. Unsur-unsur pengendalian diri, yaitu:

1) Kendali diri, yaitu mengelola emosi dan desakan hati yang


merusak.
2) Sifat dapat dipercaya, yaitu memelihara norma kejujuran dan
integritas.
3) Kehati-hatian, yaitu bertanggung jawab atas kinerja pribadi.
4) Adaptabilitas, yaitu keluwesan dalam menghadapi perubahan.

10
Ibid., h. 42-43
12

5) Inovasi, yaitu mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan,


pendekatan, dan informasi-informasi baru.
c. Motivasi
Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap
saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai
keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan
bertindak secara efektif. Unsur-unsur motivasi, yaitu:
1) Dorongan prestasi, yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau
memenuhi standar keberhasilan.
2) Komitmen, yaitu menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok
atau lembaga.
3) Inisiatif, yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.
4) Optimisme, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran
kendati ada halangan dan kegagalan.
d. Empati
Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan
menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan
diri dengan berbagai tipe individu. Unsur-unsur empati, yaitu:
1) Memahami orang lain, yaitu mengindera perasaan dan perspektif
orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan
mereka.
2) Mengembangkan orang lain, yaitu merasakan kebutuhan
perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan
kemampuan orang lain.
3) Orientasi pelayanan, yaitu mengantisipasi, mengenali, dan
berusaha memenuhi kebutuhan orang lain.
4) Memanfaatkan keragaman, yaitu menumbuhkan peluang melalui
pergaulan dengan bermacam-macam orang.
5) Kesadaran politis, yaitu mampu membaca arus-arus emosi
sebuah kelompok dan hubungannya dengan perasaan.
13

Baron dan Byrne menyatakan bahwa pada empati terdapat


aspek-aspek, yaitu:11
1) Kognitif
Individu yang memiliki kemampuan empati dapat memahami apa
yang orang lain rasakan dan mengapa hal tersebut dapat terjadi
pada orang tersebut.
2) Afektif
Individu yang berempati merasakan apa yang orang lain rasakan.
Adapun Batson dan Coke menyatakan bahwa di dalam empati
juga terdapat aspek-aspek:
1) Kehangatan
Kehangatan merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang
untuk bersikap hangat terhadap orang lain.
2) Kelembutan
Kelembutan merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang
untuk bersikap maupun bertutur kata lemah lembut terhadap orang
lain.
3) Peduli
Peduli merupakan suatu sikap yang dimiliki seseorang untuk
memberikan perhatian terhadap sesama maupun lingkungan
sekitarnya.
4) Kasihan
Kasihan merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang untuk
bersikap iba atau belas asih terhadap orang lain.
e. Keterampilan Sosial
Ketrampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan
baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi,
memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, dan
bekerjasama dalam tim. Unsur-unsur keterampilan sosial, yaitu:12
1) Pengaruh, yaitu memiliki taktik untuk melakukan persuasi.

11
Gusti Yuli Asih dan Margaretha Maria Shinta Pratiwi., Perilaku Prososial Ditinjau Dari
Empati Dan Kematangan Emosi, Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus Vol. I, 2010, h. 36
12
Goleman, op. cit., h. 43
14

2) Komunikasi, yaitu mengirim pesan yang jelas dan meyakinkan.


3) Manajemen konflik, yaitu negoisasi dan pemecahan silang
pendapat.
4) Kepemimpinan, yaitu membangitkan inspirasi dan memandu
kelompok dan orang lain.
5) Membangun hubungan, yaitu menumbuhkan hubungan yang
bermanfaat.
6) Kolaborasi dan kooperasi, yaitu kerjasama dengan orang lain demi
tujuan bersama.
7) Kemampuan tim, yaitu menciptakan sinergi kelompok dalam
memperjuangkan tujuan bersama.
Pada dasarnya emosi memiliki banyak keunggulan, diantaranya
sebagai berikut:13
1) Emosi adalah bentuk komunikasi yang dapat mempengaruhi orang
lain. Guratan emosi yang terlihat pada raut muka seseorang adalah
bagian dari emosi. Sejak dahulu dalam kehidupan masyarakat
primitif, dan di dalam dunia buas binatang, guratan ekspresi
merupakan bentuk komunikasi seperti kata-kata. Saat sekarang pada
masyarakat modern, guratan eskpresi meruapkan bentuk komunikasi
yang lebih cepat dari kata-kata.
2) Emosi dapat mengorganisasi dan memotivasi tindakan. Emosi secara
teoritis dapat memotivasi perilaku. Pada situasi yang penting, emosi
dapat bereaksi dalam menghadapi situasi tersebut karena emosi akan
mempersiapkan segalanya untuk dapat melewati rintangan yang ada
dalam melewati rintangan yang ada dalam pikiran kita dan yang ada
di lingkungan kita.
EQ mempunyai empat dimensi berikut:14
1) Mengenali, menerima, dan mengekspresikan emosi (kefasihan
emosional). Yaitu:

13
Triantoro Safari dan Nofrans Eka Safutra, Manajemen Emosi Sebuah Panduan Cerdas
Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 16-
17
14
Makmun Mubayidh, Kecerdasan Dan Kesehatan Emosional Anak, (Jakarta: Al-Kautsar,
2006), h. 7-9
15

a) Mampu membaca emosi yang tergambarkan pada wajah, suara,


gerak anggota badan, alunan musik, intisari cerita atau hikayat, dan
juga mampu mengungkapkan emosi dengan baik
b) Mampu membedakan emosi orang lain, bentuk, dan tulisan, baik
melalui ekspresi wajah, dan tingkah laku.
2) Menyertakan emosi dalam kerja-kerja intelektual. Yaitu:
a) Mampu mengaitkan emosi dengan kegiatan berpikir, memberikan
penilaian, atau memecahkan masalah.
b) Mampu memasukkan emosi dalam kegiatan intelektual untuk
menganalisa dan memahami.
3) Memahami dan menganalisa emosi. Yaitu Mampu menafsirkan tanda
tanda yang disampaikan emosi. Misalnya: sedih mengindikasikan
kejadian kehilangan atau kerugian. Kegembiraan, mengindikasikan
keberuntungan dan keberhasilan.
4) Mengelola emosi. Yaitu: memahami sejauh mana perilaku sosial
dapat mempengaruhi emosi; pengendalian emosi sendiri atau emosi
orang lain; dan mengetahui perkembangan emosi sendiri.

Adapun, hal-hal yang diperhatikan dalam mengajarkan kecerdasan


emosional pada anak, sebagaimana dikatakan Lawrence S. Saphiro,
diantaranya yaitu: 15

1) Mengajari anak-anak bersikap peduli kepada orang lain.


2) Mengajarkan kepada anak nilai kejujuran sejak mereka masih muda
dan konsisten
3) Mendorong anak-anak untuk mengungkapkan perasaan mereka
melalui kata-kata sebagai upaya mengatasi konfllik dan kesusahan
mereka, dan agar kebutuhan mereka terpenuhi.
4) Mengajari anak keterampilan mendengar aktif untuk membantu
mereka mengembangkan hubungan yang secara emosional saling
memberi pada saat sekarang dan kemudian hari.

15
Basuki, “Kecerdasan Emosional: Esensi Dan Urgensinya Dalam Pendidikan Islam”,
Jurnal Cendekia Vol. 5, 2007, h. 25
16

5) Mengembangkan kemampuan komunikasi emosi meliputi kesadaran


atas perilaku nonverbal orang lain (gerak tubuh, bahasa tubuh,
ekspresi wajah, nada suara, dan sebagainya) karena emosi nonverbal
lebih berperan daripada kata-kata yang terucapkan.
6) Mengajarkan sopan santun.
7) Mengajarkan anak merasakan ganjaran dari suatu keberhasilan
kerjasama tidak mungkin dicapai oleh satu orang saja.
Selain itu pentingnya peran guru dalam mengembangkan
kecerdasan emosi siswa diantaranya yaitu:
1) Membantu siswa mempelajari bahasa emosi dan kalimat yang
digunakan untuk mengekspresikannya.
2) Membantu siswa untuk merasa dirinya diperhatikan oleh guru, bukan
dihegemoni atau dikuasai guru.
3) Melatih siswa untuk mengenali berbagai situasi emosi dan
membedakan satu emosi dengan lainnya.16

Dengan demikian sudah seharusnya guru berperan dalam


membantu siswa untuk menentukan kapan dan dimana ia bisa
mengungkapkan perasaan dan emosinya serta berupaya mengembangkan
kecerdasan emosi dalam suasana pembelajaran.

3. Indikator Kecerdasan Emosional


Berdasarkan komponen-komponen yang telah dikemukakan para
ahli, maka indikator kecerdasan emosional yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Motivasi
Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat
dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan
yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara
efektif. Unsur-unsur motivasi, yaitu:
1) Dorongan prestasi, yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau
memenuhi standar keberhasilan.
16
Mubayidh,op. cit., h. 128
17

2) Komitmen, yaitu menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau


lembaga.
3) Inisiatif, yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.
4) Optimisme, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran
kendati ada halangan dan kegagalan.
b. Empati
Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan
hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan
berbagai tipe individu. Unsur-unsur empati, yaitu:
1) Memahami orang lain, yaitu mengindera perasaan dan perspektif
orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan
mereka.
2) Mengembangkan orang lain, yaitu merasakan kebutuhan
perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan
orang lain.
3) Orientasi pelayanan, yaitu mengantisipasi, mengenali, dan
berusaha memenuhi kebutuhan orang lain.
4) Memanfaatkan keragaman, yaitu menumbuhkan peluang melalui
pergaulan dengan bermacam-macam orang.
5) Kesadaran politis, yaitu mampu membaca arus-arus emosi sebuah
kelompok dan hubungannya dengan perasaan.

B. Metode Video Critic


1. Pengertian Metode Video Critic
Menurut Arthur, “Video can give students realistic models to
imitate for role-play”. Disamping itu menurut Heron, Hanley dan
Cole, “video mampu memberikan dukungan kontekstual dengan
membantu pelajar memvisualisasikan kata beserta maknanya”.17

17
Suarcaya Putu dan A.A. Sri Barustyawati, Video untuk Pembelajaran ESP di Kelas,
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Undiksha, No. 3 Th. XXXXI Juli 2008, h. 4
18

Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak,


semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang
disajikan bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting, berita)
maupun fiktif (seperti misalnya ceritera), bisa bersifat edukatif maupun
instruksional18

Video sebagai salah satu media dalam pengajaran dan


pembelajaran. Video dapat membantu guru meningkatkan minat siswa.
Selain itu, guru dapat menggunakan video sebagai media pembelajaran
untuk meningkatkan kreativitas dalam proses penyampaian materi
pelajaran, sehingga pembelajaran lebih menarik dan berkesan bagi
siswa. Video dapat membantu siswa memahami materi melalui
visualisasi.

Dalam proses pembelajaran menggunakan video guru berupaya


mensuasanakan siswa tidak merasa bosan atau cenderung monoton,
sehingga membutuhkan kegiatan lain yang menunjang kreativitas
siswa dengan bantuan metode yang digunakan guru. Adanya proses
mengkritisi video yang ditayangkan pada proses pembelajaran menjadi
kegiatan yang penting untuk dilalui siswa.

Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu


dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas
apresiasia atau membantu memperbaiki.19

Metode Video Critic yaitu cara aktif untuk menjadikan siswa


merasa terlibat dalam menonton tayangan video.20 Pada Video Critic
ini, guru menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada peserta
didik melalui video yang kemudian dikritisi oleh peserta didik.
Video Critic ini merupakan bagian dari pembelajaran aktif, yaitu
suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara

18
Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),
h. 74
19
Curtis, dan B; Floyd, James J; Winsor, Jerryl L, Kritik, 2014, (Http://id.wikipedia.org)
20
Melvin L.Silberman, Active Learning, (Bandung: Nusamedia,2006), Cet III Edisi
Revisi, h. 138
19

aktif. Dengan belajar aktif ini peserta didik diajak untuk turut serta
dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga
melibatkan fisik.21 Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti,
menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka
menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran.
2. Karakteristik Video
Ada beberapa karakteristik video yang mempunyai banyak
kemiripan dengan media film, sebagaimana dijelaskan oleh Yudhi
Munadi, yaitu:
a) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.
b) Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan.
c) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.
d) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
e) Mengembangkan imajinasi peserta didik.
f) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang
lebih realistik
g) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.
h) Menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon
yang diharapkan siswa.
i) Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang pandai
maupun yang kurang pandai.
j) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
k) Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk
dievaluasi.22
Ada beberapa kekurangan video dalam proses belajar mengajar,
yaitu:
a) Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang
dipraktikkan.

21
Hisyam Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:Insan Madani, 2008), h.
XIV
22
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2008), h. 127
20

b) Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan


pencarian bentuk umpan yang lain.
c) Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan
secara sempurna.
d) Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.23
e) Pengadaan video, biasanya membutuhkan waktu yang lama dan
biaya yang cukup banyak.
f) Pada saat video dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus
sehingga tidak semua mampu mengikuti informasi yang ingin
disampaikan melalui video tersebut.
g) Video yang tersedia, tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan belaajr yang diinginkan, kecuali video produksi sendiri.24
Dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip
psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan
penggunaan media, diantaranya adalah sebagai berikut:25
a) Motivasi, yaitu melahirkan dengan perlakuan yang memotivasi dari
informasi yang terkandung dalam media pembelajaran.
b) Perbedaan individual, yaitu menyesuaikan penyajian informasi
melalui berdasarkan tingkat pemahaman siswa.
c) Tujuan pembelajaran, yaitu menyampaikan tujuan yang ingin
dicapai dari proses pembelajaran.
d) Organisasi isi, yaitu materi pelajaran secara logis disajikan dengan
disusun dan diurut-urutkan secara teratur.
e) Persiapan sebelum belajar, yaitu ketika merancang materi
pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat
persiapan siswa.
f) Emosi, yaitu pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan
pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media
pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan
respon emosional seperti empati, kesenangan dan sebagainya.

23
Sadiman, op. cit., h. 75
24
Azhar arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.50
25
Ibid., h. 72-74
21

g) Partisipasi, yaitu internalisasi siswa terhadap informasi yang


didapat dalam proses pembelajaran, sehingga kesempatan lebih
besar dalam memahami dan mengingat materi pelajaran.
3. Penerapan Metode Video Critic dalam Pembelajaran
Penerapan metode Video Critic dimulai dari guru mempersiapkan
video yang ingin ditunjukkan kepada siswa sesuai dengan materi yang
akan dipelajari dalam kegiatan pembelajaran.
a. Langkah-Langkah Pemanfaatan Video
Adapun langkah-langkah Pemanfaatan video dalam proses
pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal berikut: 26
1) Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
2) Guru harus mengenal program video yang tersedia dan terlebih
dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran.
3) Sesudah program video dipertunjukan, perlu diadakan diskusi,
yang juga perlu dipersiapkan sebelumnya. Di sini siswa melatih
diri untuk mencari pemecahan masalah, membuat dan menjawab
pertanyaan.
4) Adakalanya program video tertentu perlu diputar dua kali atau
lebih untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu.
5) Sesudah itu dapat dites berapa banyakkah yang dapat mereka
tangkap dari program video itu.
b. Langkah-Langkah Metode Video Critic
Adapun langkah-langkah metode Video Critic adalah sebagai
berikut:
1) Guru memilih video yang akan dipertunjukkan kepada siswa
2) Guru menginstruksikan kepada siswa sebelum menonton video,
bahwa guru ingin mereka mengkritisi apa yang akan ditayangkan.
Dan memerintahkan mereka untuk meninjau beberapa faktor,
termasuk:
a) Realisme (dari para pelakunya)

26
Munadi, op. cit., h. 127-128
22

b) Relevansi
c) Saat-saat tak terlupakan
d) Penataan isi
e) Daya terapnya pada kehidupan sehari-hari mereka.
3) Guru memutar video
4) Guru melaksanakan diskusi yang disebut “pojok kritikus”
5) Guru melakukan jajak pendapat terhadap siswa (opsional), dengan
menggunakan semacam sistem penilaian secara keseluruhan,
semisal:
a) Bintang satu sampai lima
b) Atau jempol ke atas (bagus), jempol ke bawah (jelek).27
Pada metode Video Critic ini siswa harus membangun
pengetahuannnya dengan mendayagunakan otaknya untuk berpikir dari
apa yang ia lihat dari video maupun yang ia dengar dari penjelasan
guru. Pada proses penyusunan bahan pembelajaran guru bertugas
menampilkan materi yang menarik perhatian siswa dan mudah untuk
dipahami. Pada proses mengukur pemahaman siswa guru terhadap
materi pelajaran, guru mendesain informasi menjadi lebih bermakna
dan lebih relevan bagi kebutuhan siswa. Caranya dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan hal penting dari materi
yang ia pelajari, dan dengan mengajak mereka agar menyadari dan
secara sadar menggunakan kemampuan optimal mereka dalam
memahami pentingnya suatu materi untuk dipelajari. Sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
c. Langkah-Langkah Guru dalam Penggunaan Video
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam
penggunaan video sebagai media pengajaran adalah sebagai berikut: 28
1) Langkah persiapan guru, pertama-tama guru harus mempersiapkan
unit pelajaran terlebih dahulu, kemudian memilih video yang tepat
untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Mengetahui

27
Silberman, op. cit., h. 138
28
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
h. 97-98
23

panjang pendeknya video, tingkat rekomendasi video, kemudian


mengintegrasikannya dengan rencana pelajaran.
2) Mempersiapkan kelas; siswa dipersiapkan terlebih dahulu supaya
mereka mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul
dalam pikiran mereka sewaktu menyaksikan video tersebut. Untuk
itu dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: a) menjelaskan secara
ringkas isi video, b) menjelaskan bagian-bagian yang harus
mendapat perhatian khusus sewaktu menonton video.
3) Langkah penyajian, setelah siswa dipersiapkan barulah video
diputar. Dalam hal ini harus dipersiapkan perlengkapan yang
diperlukan antara lain: proyektor, layar, pengeras suara, video.
Guru harus memperhatikan keadaan ruangan gelap atau tidak.
4) Aktivitas lanjutan; yaitu dapat berupa tanya jawab, guna
mengetahui sejauhmana pemahaman siswa terhadap materi yang
disajikan. Kalau masih terdapat kekeliruan bisa dilakukan dengan
pengulangan pemutaran video tersebut. Pengertian yang diperoleh
siswa dari melihat video akan lebih banyak manfaatnya bila diikuti
dengan beberapa aktivitas, diantaranya yaitu: a) membaca buku
tentaang masalah yang ditonton. b) jika dipandang perlu adakan tes
atau ujian tentang materi yang disajikan lewat video tersebut.
Oemar hamalik mengemukakan bahwa video yang baik
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 29
1) Dapat menarik minat anak
2) Benar dan autentik
3) Sesuai dengan tingkat kematangan siswa
4) Perbendaharaan yang digunakan secara benar
5) Kesatuan dan sequence-nya cukup teratur; dan
6) Teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup
memuaskan.

29
Ibid., h. 98
24

d. Kelebihan Metode Video Critic dalam Pembelajaran

Kelebihan metode video critic adalah sebagai berikut:


1) Siswa aktif dalam menyaksikan suatu video yang diputarkan guru.
2) Siswa diajak berperan sebagai juri untuk mengomentari video yang
telah ditayangkan, sehingga kepercayaan diri siswa akan
terbangun.
3) Melatih siswa untuk menyampaikan pendapat serta menghargai
pendapat orang lain.
4) Memotivasi peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
e. Kekurangan Metode Video Critic dalam Pembelajaran

Kekurangan metode video critic adalah sebagai berikut:


1) Memerlukan waktu yang cukup panjang untuk menyiapkan
peralatan, dan bahan-bahan video yang akan ditayangkan.
2) Metode ini juga memiliki ketergantungan terhadap sumber listrik
pada saat metode ini digunakan dalam pembelajaran.
3) Tampilan video harus menarik perhatian siswa sehingga mereka
tidak merasa bosan, sehingga butuh keahlian guru dalam mengolah
video menjadi lebih menarik untuk dilihat.

C. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam


Sejarah Kebudayaan Islam di MTs merupakan salah satu mata
pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan
kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam
sejarah Islam di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat Islam
pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin, Bani ummayah,
Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan Islam di Indonesia.30
Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam
memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang

30
Departemen Pendidikan Agama RI No.2 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi
lulusan PAI dan Bahasa Arab di Madrasah.
25

mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih


kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs bertujuan agar


peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:31

1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari


landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah
dibangun oleh Rasulullah Saw dalam rangka mengembangkan
kebudayaan dan peradaban Islam.
2. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan
tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini,
dan masa depan.
3. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara
benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa
lampau.
5. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah
dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya,
politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan
kebudayaan dan peradaban Islam.

D. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Sebelum peneliti melakukan penelitian tentang Peningkatan


Kecerdasan Emosional Siswa Menggunakan Metode Video Critic Pada
Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam, terlebih dahulu peneliti
melakukan kajian terhadap penelitian yang relevan. Yaitu:

1. Evi Lailatul Latifah (2010), tentang Hubungan Antara Kecerdasan


Emosional Dengan Akhlak Siswa kelas XI SMA Triguna Utama

31
Ibid
26

Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi yang


mengungkap hubungan antara kecerdasan emosional dengan akhlak
siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup
signifikan antara kecerdasan emosional dengan akhlak siswa kelas XI
SMA Triguna Utama Tangerang Selatan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa akhlak yang terdapat dalam diri siswa dapat ditingkatkan
dengan adanya pelatihan dan pengembangan kecerdasan emosional.
Dalam penelitian ini membahas upaya meningkatkan akhlak siswa
dengan adanya pelatihan dan pengembangan kecerdasan emosional
tidak dikaitkan dengan metode belajar yang digunakan dalam
meningkatkan kecerdasan emosional sebagaimana yang penulis
lakukan.
2. Fitria Ningtias Rahmawati (201), tentang Efektivitas Pemanfaatan
Media Audio Visual Video Pembelajaran Dalam Upaya Peningkatan
Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sejarah.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang mengungkap
secara spesifik tentang efektivitas pemanfaatan media audio visual
video pembelajaran dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa pada pembelajaran sejarah. Hasil penelitian ini
menunjukkan terjadinya peningkatan skor hasil belajar siswa pada
setiap siklus. Dengan demikian pemanfaatan media audio visual video
pembelajaran pada pembelajaran sejarah dapat meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
metode diskusi dalam pembelajaran sejarah yang menggunakan video
dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sedangkan
penulis menggunakan metode Video Critic dalam menggunakan
kecerdasan emosional siswa.
Secara umum kedua penelitian diatas memiliki kemiripan dengan
penelitian yang diajukan oleh penulis. Tetapi setiap penelitian
mempunyai fokus masing-masing. Penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas yang fokus terhadap peningkatan kecerdasan emosional
siswa dengan menggunakan metode Video Critic.
27

Dengan demikian perbedaan skripsi ini dengan skripsi lain adalah


penggunaan metode Video Critic dalam meningkatkan kecerdasan
emosional siswa.

E. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan


Sejarah Kebudayaan Islam di MTs merupakan salah satu mata
pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan
kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam
sejarah Islam di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat Islam
pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin, Bani umayyah,
Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan Islam di Indonesia.
Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam
memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang
mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran SKI hendaknya guru tidak
hanya menyampaikan informasi yang bersumber dari buku teks saja, tetapi
juga mampu memberikan pemahaman akan pentingnya materi yang
dipelajari. Dalam memberikan pemahaman ini guru hendaknya tidak
monoton, tetapi berusaha agar pemahaman yang diberikan mampu
mempengaruhi emosi siswa ketika mempelajarinya.
Diterapkannya metode Video Critic dalam pembelajaran SKI, dapat
membantu guru dalam memahamkan siswa. Metode Video Critic
merupakan metode yang berusaha melibatkan siswa agar aktif dalam
proses pembelajaran, yang menekankan siswa untuk fokus terhadap video
yang mereka tonton, dimana siswa memperhatikan serta mengkritisi apa
yang ia tonton pada tayangan tersebut dengan mencatat hal-hal penting
dari video yang ditontonnya, kemudian mengemukakan pendapat.
Sehingga daya perhatian siswa serta kandungan video yang disimak
mampu mempengaruhi emosi siswa ketika menontonnya.
28

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menggunakan metode


Video Critic yang diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosional
siswa pada mata pelajaran SKI.

F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori yang telah diuraikan maka peneliti mengajukan
hipotesis tindakan sebagai berikut : “Dengan penerapan metode Video
Critic dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa”.
29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di SMP Islam At-Taqwa Jl. Benda Timur
XV, Pamulang Permai II, Benda Baru, Pamulang Tangerang Selatan.
Kelas VII Tahun ajaran 2013. Waktu penelitian dilaksanakan mulai 01
Mei sampai 18 Juli 2013.

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan


1. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas atau sering disebut Classroom Research
(CAR). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan
oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan,
melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan
partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.1 PTK atau Action
Research (CAR) adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh
guru di dalam kelas.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dimana pada setiap siklus
terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu:
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Pengamatan
d. Refleksi
Berikut rancangan dari setiap aspek pokok yang akan menjadi
gambaran dari proses penelitian adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan

1
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas,
(Jakarta:Indeks, 2010), h.9
30

1) Mengidentifikasi masalah tentang proses belajar siswa.


2) Menyebarkan angket pra penelitian tentang kecerdasan
emosional kepada siswa.
3) Data yang telah diidentifikasi, dianalisis berdasarkan hasil
identifikasi proses belajar dan angket siswa.
4) Merencanakan tindakan yang tepat berdasarkan hasil
identifikasi terhadap masalah pembelajaran dengan
menyiapkan RPP dan instrumen penelitian berupa angket,
pedoman observasi siswa, dan lembar wawancara guru.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan kolaborasi
dengan guru mata pelajaran SKI. Pelaku tindakan adalah peneliti
sedangkan guru mata pelajaran SKI sebagai observer. Pada tahap
ini, guru akan menggunakan RPP yang telah disusun pada tahap
perencanaan.
c. Pengamatan
Pada tahap ini observer melakukan pengamatan dan mencatat
semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan
tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan
menggunakan format observasi yang telah disusun, termasuk
pengamatan secara cermat pelaksanaan penelitian tindakan dan
dampaknya terhadap proses pembelajaran SKI, serta mengamati
hasil angket siswa pada setiap akhir siklus. Kemudian data yang
telah terkumpul dianalisis oleh peneliti.2
d. Refleksi
Pada tahapan ini peneliti mengkaji secara menyeluruh
terhadap tindakan penelitian yang telah dilakukan, berdasarkan
data yang telah terkumpul, kemudian melakukan evaluasi guna
dapat menyempurnakan tindakan berikutnya. Peneliti melakukan
analisis terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan.
Sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan
mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya
perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud untuk

2
Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h.78-79
31

memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya, yang akan


diterapkan pada penelitian berikutnya.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua siklus. setelah melakukan analisis
dan refleksi pada siklus I, akan dilanjutkan dengan penelitian pada
siklus II. Jika pembelajaran pada siklus II telah berhasil sesuai dengan
indikator maka penelitian ini dihentikan.. Adapun desain penelitian
tindakan kelas dapat dilihat pada bagan 1.1

Kegiatan Pendahuluan
a. Membuat instrumen penelitian.
b. Mengurus surat izin penelitian.
c. Observasi ke SMP Islam At-Taqwa.
d. Berkoordinasi dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran
SKI.
e. Menyebarkan angket pra penelitian kepada siswa.
f. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian.
g. Mensosialisasikan pembelajaran SKI dengan metode Video
Critic

Siklus 1

Tahap Perencanaan
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan metode Video Critic
b. Menyiapkan ringkasan materi siklus 1 dalam bentuk powerpoint
disertai video yang akan ditampilkan
c. Menyusun pedoman observasi proses pembelajaran siswa
d. Menyusun pedoman angket
Tahap Pelaksanaan
32

Peneliti mulai melaksanakan tindakan. Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran dan skenario yang sudah disiapkan akan diterapkan
ditahap ini. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan
metode Video Critic.
Tahap Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa
berdasarkan lembar observasi dan mencatat semua hal yang
diperlukan dan terjadi selama tindakan berlangsung. Data-data hasil
observasi dikumpulkan dan dianalisis secara menyeluruh.
Tahap Refleksi
Peneliti dan kolaborator mengevaluasi proses pembelajaran siklus I
untuk menemukan keberhasilan atau ketidakberhasilan dari tindakan
tersebut. Hasil analisis data akan dipergunakan sebagai acuan untuk
merencanakan siklus II.

Siklus II

Tahap Perencanaan
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan metode Video Critic
b. Menyiapkan ringkasan materi siklus II dalam bentuk powerpoint
disertai video yang akan ditampilkan.
c. Menyiapkan pedoman angket
d. Menyiapkan pedoman observasi proses pembelajaran siswa
e. Menyiapkan pedoman wawancara
Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran SKI dengan menggunakan metode Video
Critic. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian angket di akhir
pertemuan siklus II.

Tahap Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa berdasarkan
33

lembar observasi dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi
selama tindakan berlangsung. Data-data hasil observasi dikumpulkan
dan dianalisis secara menyeluruh.
Tahap Refleksi
Peneliti bersama kolaborator mengevaluasi proses pembelajaran
siklus II untuk menemukan keberhasilan atau ketidakberhasilan dari
tindakan tersebut. Apabila telah memenuhi indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan maka penelitian tindakan kelas dinyatakan
berhasil dan tidak perlu memasuki siklus berikutnya.

Bagan 1
Desain Penelitian Tindakan Kelas

C. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan


Proses pembelajaran dengan menggunakan metode Video Critic
diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa pada mata
pelajaran SKI. Adapun indikator penelitian yang diharapkan peneliti
adalah meningkatkan kecerdasan emosional siswa melalui metode Video
Critic. Penelitian ini akan dihentikan jika:
1. Hasil pengukuran kecerdasan emosional siswa melalui angket respon
siswa setelah menggunakan metode Video Critic pada pembelajaran
SKI mencapai rata-rata 70%
2. Hasil pengamatan melalui lembar observasi kecerdasan emosional
siswa menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
hasil persentase mencapai rata-rata 70%.

D. Subyek Penelitian/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian


Adapun yang menjadi subyek adalah siswa kelas VII SMP Islam
At-Taqwa Pamulang, semester genap tahun pelajaran 2013-2014. Jumlah
siswa kelas VII seluruhnya ada 16 orang, yang terdiri dari 12 laki-laki dan
4 perempuan.
34

Pada saat pelaksanaan tindakan guru SKI kelas I membantu


peneliti mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama
proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu
guru SKI juga melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada
saat melakukan tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan
kualitas pengajaran yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan
tindakan dan untuk mendapatkan informasi dalam rangka perbaikan pada
pelaksanaan tindakan berikutnya.

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian


Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai perencana dan
pelaksana kegiatan. Peneliti merencanakan kegiatan, melaksanakan
kegiatan, melakukan pengamatan, mengumpulkan, dan menganalisis data
serta melaporkan hasil penelitian. Dalam proses penelitian, peneliti
dibantu oleh guru mata pelajaran SKI kelas VII yang bertindak sebagai
observer.

F. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan


Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 siklus.
Siklus 1 dilaksanakan 3 kali pertemuan yaitu 6 jam pelajaran, dan siklus II
2 kali pertemuan yaitu 4 jam pelajaran. Jadi untuk menyelesaikan
penelitian memerlukan waktu 10 jam pelajaran atau 5 kali pertemuan.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana tingkat kecerdasan
emosional siswa pada setiap siklus setelah diberi tindakan. Jika pada
penelitian siklus I terdapat kekurangan maka penelitian siklus II lebih
diarahkan pada perbaikan dan jika siklus I terdapat keberhasilan maka
pada siklus II lebih diarahkan pada perkembangan.
Adapun tahapan penelitian dari tahap-tahap penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Pra Penelitian
a. Observasi keadaan kelas
Waktu pelaksanaan tanggal 01 Mei 2013.
35

Pada kegiatan ini peneliti melakukan observasi awal terhadap


proses pembelajaran SKI di kelas VII SMPI At-Taqwa
Pamulang. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana proses pembelajaran SKI.
b. Angket
Waktu pelaksanaan tanggal 01 Mei 2013
Pada kegiatan ini peneliti membagikan angket untuk
mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa pada
pembelajaran SKI.
c. Analisis dan Refleksi
Waktu pelaksanaan tanggal 02 Mei
Pada kegiatan ini peneliti melakukan analisa data yang
diperoleh pada pra penelitian dan kemudian melakukan refleksi
untuk memperoleh cara yang tepat untuk mengatasi
permasalahan yang muncul pada proses pembelajaran SKI
sehingga dapat diberikan tindakan yang tepat.
2. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Waktu pelaksanaan: 16 April - 30 Mei 2013.
Pada tahap ini mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) dan membuat instrumen-instrumen penelitian,
yaitu lembar observasi siswa, serta angket yang diberikan di
akhir siklus I.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Kegiatan I : Pelaksanaan tindakan
Waktu pelaksanaan: 03 – 17 Mei 2013
Pada tahap ini peneliti menerapkan metode Video Critic
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
Pada tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru mata
pelajaran SKI sebagai observer. Materi yang dibahas yaitu
latar belakang terbentuknya Bani Umayyah dan proses
berdirinya Bani Umayyah, perkembangan kebudayaan
36

Islam pada masa Bani Umayyah, Tokoh ilmuwan Muslim


dan peranannya dalam kemajuan kebudayaan Islam pada
masa Bani Umayyah.
2) Kegiatan 2: Pembagian angket siklus I
Waktu pelaksanaan: 17 Mei 2013
Pada tahap ini peneliti membagikan angket diakhir siklus I
kepada seluruh siswa kelas VII. Hasil angket akan
digunakan untuk mengetahui peningkatan kecerdasan
emosonal siswa setelah menggunakan metode Video Critic.
c. Tahap Observasi
Waktu pelaksanaan: 03 – 17 Mei 2013
Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan pengamatan
tentang pelaksanaan pembelajaran SKI menggunakan metode
Video Critic.
d. Tahap analisis dan refleksi
Waktu pelaksanaan: 17 Mei 2013
Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis
terhadap hasil pengamatan untuk seluruh rangkaian kegiatan
pembelajaran pada siklus I, kemudian hasil refleksi digunakan
untuk perbaikan pada tahap perencanaan siklus II.
3. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Waktu pelaksanaan: 16 April - 30 Mei
Pada tahap ini mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) dan membuat instrumen-instrumen penelitian,
yaitu lembar observasi siswa, serta angket yang diberikan di
akhir siklus I.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Kegiatan I: Pelaksanaan tindakan
Waktu pelaksanaan: 22 – 31 Mei 2013
Pada tahap ini peneliti menerapkan metode Video Critic
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
37

Pada tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru mata


pelajaran SKI sebagai observer. Materi yang dibahas yaitu
tokoh ilmuwan muslim dan peranannya dalam kemajuan
kebudayaan Islam pada masa Bani Umayyah bagian II,
kisah kesederhanaan dan kesalehan Umar bin Abdul Aziz
ketika menjadi khalifah.
2) Kegiatan 2: Pembagian angket siklus II
Waktu pelaksanaan: 31 Mei 2013
Pada tahap ini peneliti membagikan angket diakhir siklus I
kepada seluruh siswa kelas VII. Hasil angket akan
digunakan untuk mengetahui peningkatan kecerdasan
emosonal siswa setelah menggunakan metode Video Critic.
3) Kegiatan 3: Wawancara Guru SKI
Waktu Pelaksanaan: 18 Juli 2013
Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara untuk
mengetahui tanggapan guru terhadap metode yang
digunakan.
c. Tahap Observasi
Waktu pelaksanaan: 22 – 31 Mei 2013
Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan pengamatan
tentang pelaksanaan pembelajaran SKI menggunakan metode
Video Critic.
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Waktu pelaksanaan: 31 Mei – 05 Juni 2013
Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis
terhadap hasil pengamatan untuk seluruh rangkaian kegiatan
pembelajaran pada siklus II, kemudian hasil refleksi digunakan
untuk perbandingan pada proses pembelajaran siklus I dengan
siklus II.
38

G. Data dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Hasil observasi proses pembelajaran
2. Hasil angket siswa
3. Hasil Wawancara terhadap guru SKI

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru kelas dan peneliti.

I. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Metode Angket; yaitu untuk mengetahui peningkatan kecerdasan
emosional siswa terhadap mata pelajaran SKI setelah menggunakan
metode Video Critic yang diberikan pada tiap akhir siklus.
2. Metode Observasi; untuk mengetahui kegiatan-kegiatan apa saja yang
dilakukan siswa pada proses pembelajaran dengan menggunakan
metode Video Critic dalam meningkatkan kecerdasan emosional dan
untuk mengetahui respon serta gambaran kegiatan siswa terhadap
pembelajaran dengan menggunakan metode Video Critic. Kemudian
hasil setiap pengamatan didiskusikan oleh peneliti bersama guru pada
saat menganalisis data untuk menyusun tindakan pada siklus
berikutnya.
3. Metode Wawancara; peneliti melakukan wawancara terhadap guru
mata pelajaran SKI diakhir penelitian untuk mengetahui tanggapan
guru trhadap penggunaan metode Video Critic pada pembelajaran SKI.

H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan

1. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.3

3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelititan Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), Edisi Revisi, Cet. 14, h. 194
39

Angket ini diberikan kepada siswa setelah penelitian selesai pada


tiap akhir siklus. Angket ini digunakan untuk memperoleh informasi
tentang tingkat kecerdasan emosional yang meliputi motivasi dan
empati siswa dalam belajar SKI setelah menggunakan metode Video
Critic. Pada penelitian ini setiap butir soal instrumen memakai skala
likert yang telah dimodifikasi dengan empat alternatif pilihan yaitu
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju
(STS).
Skor untuk setiap pernyataan positif adalah 4-1, sedangkan skor
untuk setiap pernyataan negatif adalah 1-4. Adapun kisi-kisi instrumen
dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut :

Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional
No. Aspek Indikator Pernyataan Jumlah
Kecerdasan Positif Negatif
Emosional
1 Motivasi Dorongan prestasi 1 2 2
Komitmen 3 4 2
menyesuaikan diri
dengan kelompok
Inisiatif 5 6 2
memanfaatkan
kesempatan
Optimisme 7,9 8 3
2 Empati Memahami orang 10,11 12 3
lain
Mengembangkan 13 14 2
orang lain
Memanfaatkan 15 16 2
keragaman
Orientasi 17 18 2
40

pelayanan
Kesadaran politis 19,20 2
JUMLAH 11 9 20

2. Observasi
Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan
mengadakan pencatatan-pencatatan secara sistematis mengenai tingkah
laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara
langsung. 4
Lembar observasi pada peneliti digunakan untuk mengetahui
kecerdasan emosional siswa pada proses pembelajaran dengan
menggunakan metode video critic. Lembar observasi tersebut berisi
beberapa pernyataan seputar aktivitas siswa yang dapat diamati secara
langsung. Lembar observasi dipegang oleh observer dan digunakan
pada saat proses pembelajaran dimulai.
3. Wawancara
Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.5
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada guru pada
akhir penelitian. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan
guru terhadap penggunaan metode Video Critic dalam pembelajaran
SKI.

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan Studi

Sebelum suatu instrumen digunakan untuk mengumpulkan data,


instrumen tersebut harus valid agar diperoleh data yang valid. Sebuah tes

4
Ngalim Purwanto, Prinsip-Psinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008), h.149
5
Iskandar Indranata, Pendekatan Kualitatif Untuk Pengendalian Kualitas, (Jakarta:
Universitas Indonesia (UI Press), 2008), h. 119
41

dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.6
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.


Untuk mendapatkan validitas isi maka instrumen dikonsultasikan kepada
para ahli (expert judgment) untuk diperiksa dan dievaluasi secara
sistematis apakah butir-butir instrumen tersebut telah mewakili apa yang
akan diukur, ahli yang dimaksud adalah dosen pembimbing

Adapun teknik pemeriksaaan kepercayaan yang peneliti gunakan


untuk memeriksa keabsahan data adalah teknik triangulasi. Teknik
triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada.7 Teknik triangulasi berarti menggali data dari sumber yang
sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Dalam hal ini untuk
memperoleh informasi tentang kecerdasan emosional siswa dilakukan
dengan mengobservasi siswa, angket siswa, dan wawancara guru.

K. Teknik Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis

Sebelum menganalisis data, peneliti memeriksa kembali


kelengkapan data dari berbagai sumber. Kemudian analisis data dilakukan
pada semua data yang sudah terkumpul, yaitu berupa hasil observasi
disertai catatan komentar observer pada lembar observasi, hasil angket
kecerdasan emosional siswa pada bidang studi SKI, dan hasil wawancara
guru. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.

Adapun untuk menganalisis setiap indikator digunakan teknik


analisis secara deskriptif dengan rumus persentase sebagai berikut:8
P= x 100 %

6
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2009), h.67
7
Indranata, op. cit., h. 138
8
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2010), Cet. 21, h. 43
42

dengan
f = frekuensi jawaban
N = Number of Cases (jumlah frekuensi/ siswa yang hadir)
P = Angka persentase
Tahap menganalisis data dimulai dengan membaca keseluruhan
data yang ada dari berbagai sumber, kemudian membaca data, rekapitulasi
data, dan menyimpulkannya. Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat
dan aktivitas–aktivitas siswa diubah menjadi kalimat yang bermakna.

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya


penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan
tindakan pertama dalam siklus I. siklus ini terdiri dari perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi.
Setelah tindakan pada siklus satu selesai dilakukan dan hasil yang
diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan
kecerdasan emosional siswa terhadap mata pelajaran SKI, maka tindakan
dilanjutkan pada siklus selanjutnya sebagai rencana pengembangan
perbaikan pembelajaran.
Dalam penelitian ini karena keterbatasan peneliti, dinilai sudah
adanya peningkatan kecerdasan emosional siswa maka penelitian
dihentikan sampai dengan siklus II. Mengenai tindak lanjutnya, akan
diserahkan kepada guru yang bersangkutan untuk terus mengembangkan
metode ini dalam perencanaan tindakan selanjutnya.
43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
1. Survei Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilaksanakan sebelum melaksanakan
pembelajaran dengan metode Video Critic. Penelitian ini mengamati
segala aktivitas siswa selama pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil
observasi awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 01 Mei 2013
diketahui jumlah siswa kelas VII SMPI At-Taqwa kelas 1 terdiri dari
satu kelas dengan jumlah 16 siswa, terdiri dari 12 laki-laki dan 4
perempuan. Secara umum beberapa permasalahan yang peneliti
temukan pada pembelajaran SKI di kelas tersebut, diantaranya sebagai
berikut:
a. Metode pembelajaran yang digunakan masih monoton. Guru
bidang studi hanya menggunakan metode tanya jawab. Siswa
terlihat kurang mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru,
kebanyakan siswa malah mengobrol dengan teman sebangku atau
teman belakang tempat duduknya bahkan ada 3 orang yang
berlarian, hanya beberapa siswa saja yang menjawab pertanyaan
guru. Siswa masih banyak yang tidak fokus mendengarkan dan
memperhatikan guru, kondisi kelas terlihat ramai dan tidak
kondusif, sehingga pembelajaran SKI menjadi kurang efektif.
b. Selama proses tanya jawab, sebagian besar siswa kurang merespon
pertanyaan guru. Pertanyaan yang diajukan berkisar pada
pengetahuan yang ada di buku, dan kurang menekankan pada
aspek pemahaman siswa akan pentingnya pelajaran sehingga
kurang melibatkan emosi siswa ketika mempelajari SKI.
c. Dari 16 siswa yang terdiri dari 12 laki-laki dan 4 perempuan hanya
7 orang laki-laki yang aktif menjawab pertanyaan guru sedangkan
siswi perempuan hanya 2 orang yang memperhatikan, selebihnya
44

terkadang memperhatikan namun tidak fokus sampai pembelajaran


selesai, bahkan ada yang bercanda dan berlarian dengan temannya
tanpa memperhatikan dan mengabaikan penjelasan guru.
d. Alokasi waktu untuk mata pelajaran SKI dua jam pelajaran dibagi
menjadi dua kali tatap muka, yaitu hari Kamis dan Jumat masing-
masing di jam terakhir. Padahal, seharusnya satu kali pertemuan
untuk dua jam pelajaran. Hal ini menjadi kendala guru yang harus
membagi penjelasannya dalam dua pertemuan untuk satu kali tatap
muka, maupun siswa untuk belajar memahami materi yang
dipelajari dan mengaitkan materi pada satu jam pertama dengan
jam kedua di hari yang berbeda. Selain itu, keterbatasan alokasi
waktu ini cukup menyulitkan guru menggunakan metode yang
bervariasi untuk peningkatan pembelajaran SKI.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut peneliti mencoba
menerapkan metode yang belum pernah digunakan oleh guru mata
pelajaran SKI di SMPI At-Taqwa, yakni penerapan metode Video
Critic. Video Critic merupakan metode belajar menggunakan video
yang menginstruksikan siswa untuk mengkritisi serta menyampaikan
hasil video yang ia tonton ketika proses pembelajaran berlangsung,
sehingga diharapkan metode ini mampu meningkatkan kecerdasan
emosional siswa yang peneliti batasi pada rasa empati siswa serta
motivasi siswa dalam mempelajari SKI. Selain itu, untuk
mengoptimalkan proses pembelajaran SKI, peneliti meminta wakil
kepala sekolah bekerjasama dengan guru SKI untuk mengubah jadwal
pelajaran SKI menjadi satu kali tatap muka untuk dua jam pelajaran.
Sehingga waktu pembelajaran SKI tidak lagi terpisah menjadi dua kali
tatap muka.
2. Data Hasil Tindakan
Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahap pra siklus dan dua siklus
tindakan. Siklus 1 dilakukan sebagai upaya perbaikan dari hasil
observasi pada pra siklus, siklus I terdiri dari tiga pertemuan. Siklus II
dilakukan sebagai upaya perbaikan pada kekurangan yang terjadi pada
45

siklus I dan mengarahkan pada upaya pengembangan. Siklus II terdiri


dari dua kali pertemuan. Pada masing-masing siklus terdiri dari empat
tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan
tahap refleksi.
a. Siklus I
1) Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) meliputi lembar karakter siswa
dan mempersiapkan bahan-bahan untuk menyusun video
pembelajaran, membuat instrumen-instrumen penelitian yang
terdiri dari lembar observasi siswa untuk mengamati proses
pembelajaran yang sedang berlangsung, membagi lembar angket
pada akhir siklus I.
Lembar karakter siswa yang tercantum pada RPP, dibuat
sendiri oleh peneliti sebagai evaluasi proses pembelajaran agar
peneliti mengetahui sejauh mana perkembangan karakter siswa
selama proses pembelajaran menggunakan metode Video Critic.
Lembar observasi digunakan peneliti dan kolaborator untuk
mencatat hal-hal penting yang terjadi pada proses pembelajaran.
Lembar angket dibuat untuk mengetahui respon siswa terhadap
mata pelajaran SKI setelah menggunakan metode Video Critic.
Semua instrumen dibuat untuk melihat efektivitas metode Video
Critic serta untuk melihat perkembangan tingkat kecerdasan
emosional yang terjadi pada siswa dalam proses pembelajaran
siklus I.
2) Tahap Pelaksanaan dan Observasi
a) Pertemuan pertama. Jumat, 03 Mei 2013
Pada pertemuan pertama materi yang dipelajari adalah
latar belakang terbentuknya Bani Umayyah dan proses
berdirinya Bani Umayyah. Pada pertemuan ini waktu
pembelajaran tereduksi oleh jam pelajaran sebelumnya
sehingga peneliti memulai pembelajaran kurang tepat waktu.
46

Semua siswa hadir, mereka terlihat antusias menunggu


pembelajaran dimulai bahkan bersemangat dengan peralatan
media yang peneliti bawa. Peneliti memulai pembelajaran
dengan menjelaskan metode pembelajaran yang digunakan
selama peneliti mengajar, peneliti memberikan apersepsi
dengan cara memberikan pertanyaan terkait materi yang sudah
dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian
sebelum menonton video peneliti membagi siswa ke dalam
empat kelompok. Pembagian kelompok ini dilakukan sebagai
upaya untuk menumbuhkan kebersamaan diantara siswa
dengan mengenali adanya keragaman.
Peneliti meminta siswa menyiapkan catatan untuk
mencatat hal-hal penting dalam video yang akan ditonton
sebagai salah satu cara untuk mengkritisi apa yang mereka
tonton. Pada proses menonton video yang berdurasi sekitar 5
menit berlangsung seluruh siswa terlihat rasa ingin tahunya
sehingga menonton dengan fokus dan terlihat antusias. Setelah
selesai menonton video, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
peneliti meminta pendapat siswa tentang video yang mereka
tonton dari hasil catatannya. Beberapa siswa ada yang
menanggapi ataupun memberi komentar. Selain itu, jika ada
materi yang belum jelas peneliti melontarkan pertanyaan
kepada siswa atau sebaliknya, lalu mendiskusikan faktor-faktor
penting yang belum jelas yang mereka pertanyakan. Proses
diskusi berjalan dengan baik siswa aktif bertanya dan
menjawab. Meski, ada beberapa siswa laki-laki yang tidak
mencatat. Pada sesi ini siswa terlihat belum terbiasa berdiskusi
sehingga sebagian masih menunggu instruksi guru. Setelah itu,
peneliti menjelaskan materi dalam bentuk powerpoint serta
menjelaskan materi secara keseluruhan. Hal ini dilakukan
untuk memastikan siswa paham materi secara utuh. Powerpoint
ini dibuat dari hasil kajian peneliti dari beberapa sumber, baik
47

dari buku pelajaran SKI MTs kelas 1, internet, maupun buku


sejarah Islam.
Pada akhir pembelajaran peneliti bertanya kepada siswa
materi mana yang belum dipahami dan mengajukan beberapa
pertanyaan untuk mengecek pemahaman siswa dari materi
yang telah dipelajari. Kemudian peneliti dan siswa
menyimpulkan materi yang telah dipelajari, lalu guru
memberikan tugas pada siswa untuk meresume hasil
pembelajaran SKI yang telah dibahas sesuai kelompoknya.
Setelah berakhirnya pembelajaran peneliti dan observer
yaitu guru mata pelajaran SKI, mendiskusikan hasil
pembelajaran SKI menggunakan video critic. Pada sesi ini
observer menyarankan peneliti untuk lebih mengeraskan suara,
memperbanyak pemberian motivasi belajar serta bersikap lebih
tegas terutama pada siswa yang sulit diatur. Observer juga
mengungkapkan pada pertemuan ini, respon siswa cukup baik,
mereka fokus menonton video. Selain itu, siswa yang biasanya
sulit diatur menjadi mudah diatur dan fokus menonton. Ini
membuktikan bahwa belajar dengan video mampu melibatkan
emosi siswa selama proses pembelajaran.

Gambar 4.1
Aktivitas siswa menyimak video pembelajaran
48

b) Pertemuan kedua. Jumat, 10 Mei 2013


Pada pertemuan kedua materi yang dipelajari adalah
perkembangan kebudayaan Islam pada masa Bani Umayyah.
Pada pertemuan ini terdapat 4 orang siswa yang tidak hadir
karena sakit. Kegiatan pembelajaran diawali dengan mereview
pelajaran sebelumnya, lalu peneliti menanyakan tugas pada
pertemuan sebelumnya tetapi hanya sebagian siswa yang
mengumpulkan, sedangkan sebagian yang lain belum
mengumpulkan dengan alasan lupa dan ketinggalan di rumah
sehingga tugas tersebut diserahkan pada pertemuan
berikutnya. Pada pertemuan kali ini peneliti membagi
kelompok diskusi dengan meminta siswa menulis nama
anggota kelompok, judul materi, rangkuman hasil diskusi,
mencantumkan nama ketua.
Guru menampilkan video yang berdurasi sekitar 5 menit
kemudian menayangkan ulang untuk memperkuat ingatan
siswa, siswa serius menyimak video sambil mencatat hal-hal
penting yang ada dalam video sebagai upaya untuk
mengkritisi apa yang mereka tonton, sehingga ketika sesi
tanya jawab berlangsung siswa aktif menjawab dan bertanya
dari hasil mengkritisi video, meskipun ketika siswa satu
bertanya siswa lain masih ada yang tidak memperhatikan.
Selain itu, masih ada dua orang yang masih terlihat kurang
bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Pada sesi diskusi
masih ditemukan satu kelompok yang terlihat mengandalkan
siswa yang rajin untuk mengerjakan tugas kelompok.
Sehingga peneliti mendatangi kelompok tersebut dan
memotivasi mereka untuk bekerjasama dalam mengerjakan
tugas. Setelah itu, peneliti menjelaskan materi dalam bentuk
powerpoint serta menjelaskan materi secara keseluruhan. Hal
ini dilakukan untuk memastikan siswa paham materi secara
utuh. Powerpoint ini dibuat dari hasil kajian peneliti dari
49

beberapa sumber, baik dari buku pelajaran SKI MTs kelas 1,


internet, maupun buku sejarah Islam.
Setelah pembelajaran berakhir peneliti dan observer
mendiskusikan hasil pembelajaran SKI pada pertemuan kedua.
Pada sesi ini penelliti menyadari kurang menariknya tampilan
video sehingga peneliti perlu mengembangkan tampilannya
menjadi lebih menarik pada pertemuan selanjutnya. Selain itu,
observer menyarankan peneliti untuk memperbanyak
pemberian motivasi belajar terutama pada siswa yang sulit
diatur, lebih menekankan lagi pada siswa yang lebih rajin
dalam mengerjakan tugas untuk sharing ke teman-teman
sekelompoknya, perlu terus mengingatkan siswa untuk tetap
fokus ketika menonton video serta lebih mengingatkan siswa
untuk lebih aktif ketika sesi kerja kelompok dengan cara
memberitahu siswa pentingnya memberi respon positif ketika
siswa lain memberi pendapat pada sesi diskusi. Pada
pertemuan ini siswa sudah mulai terbiasa mencatat hal-hal
penting dalam video yang mereka amati serta lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran dengan adanya beberapa siswa yang
bertanya.
c) Pertemuan ketiga. Jumat, 17 Mei 2013
Pada pertemuan ketiga materi yang dipelajari adalah Tokoh
ilmuwan Muslim dan peranannya dalam kemajuan
kebudayaan Islam pada masa Bani Umayyah. peneliti
membagi siswa ke dalam 4 kelompok diskusi yang dibagi
sesuai tema. pembelajaran berjalan kondusif, sebagian besar
siswa fokus pada video yang guru tampilkan. Kemudian
ketika sesi diskusi, sebagian besar siswa bekerjasama untuk
mengerjakan tugas kelompok kemudian mengumpulkannya
pada guru.
Pada sesi diskusi, guru menjelaskan hal-hal yang belum
jelas seperti kemajuan ilmu dan teknologi tidak terlepas dari
50

peran ilmuwan muslim dulu yang kemudian beberapa siswa


membenarkan bahkan beberapa siswa telah mengetahui
sebelumnya. Peneliti memberi kesempatan siswa yang ingin
bertanya dan menyampaikan pendapatnya. Beberapa siswa ada
yang memberikan pendapat tentang kondisi ilmuwan masa bani
Umayyah yang difasilitasi pemerintah, sedangkan siswa lain
adapula yang menambahkan dari hasil baca dan
pengamatannya terhadap video, sehingga diskusi berjalan
kondusif. Namun, masih ada dua orang siswa yang kurang
memperhatikan, dan satu orang masih sedikit kurang fokus
karena diganggu temannya.
Setelah diskusi berakhir, peneliti menjelaskan materi secara
keseluruhan dari bab yang dibahas pada hari itu. Hal ini
dilakukan untuk memastikan siswa paham materi secara utuh.
Powerpoint ini dibuat dari hasil kajian peneliti dari beberapa
sumber, baik dari buku pelajaran SKI MTs kelas 1, internet,
maupun buku sejarah Islam.
Selanjutnya, di akhir pembelajaran siklus I, peneliti
membagikan angket yang bertujuan untuk mengetahui respon
dan peningkatan kecerdasan emosional siswa setelah
menggunakan metode Video Critic pada pembelajaran SKI.
Guru menjelaskan cara mengisi angket serta maksud
pertanyaan yang dirasa kurang dimengerti.
Setelah pembelajaran berakhir peneliti dan observer
mendiskusikan hasil pembelajaran SKI pada pertemuan ketiga.
Pada sesi ini peneliti masih mendapati 3 orang siswa yang
kurang memperhatikan, dan satu orang masih kurang fokus
karena gangguan teman yang bercanda. Selain itu, pada sesi
kerja kelompok beberapa siswa masih mengandalkan siswa
yang lebih rajin untuk mengerjakan tugas. Pada sesi ini siswa
terlihat lebih kritis terhadap materi, seperti adanya siswa yang
bertanya tentang peran besar para ilmuwan masa lampau
51

terhadap kemajuan sains dan teknologi saat ini. Selain itu pada
sesi tanya jawab siswa yang pendiam ikut aktif bertanya.
Berdasarkan pengamatan selama kegiatan siklus I dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan emosional siswa dalam
pembelajaran SKI dengan metode Video Critic masih perlu
ditingkatkan sehingga diharapkan motivasi dan empati siswa
terhadap pembelajaran SKI dapat tercapai dengan optimal.

Gambar 4.2
Aktivitas siswa mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran

3) Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil analisis data pada siklus I, yaitu hasil
observasi siswa serta hal-hal yang ditemukan pada proses
pembelajaran SKI mengggunakan metode Video Critic disertai
angket siswa pada akhir siklus adalah sebagai berikut:
Pada siklus I, pembelajaran SKI dilakukan dengan penerapan
metode Video Critic. Selama proses pembelajaran siswa
memberikan respon yang cukup baik pada penerapan metode Video
Critic. Pada setiap awal kegiatan, guru memutar video dilanjut
dengan tanya jawab dengan siswa. Pada setiap pertemuan terlihat
peningkatan kecerdasan emosional siswa terhadap pelajaran SKI.
Siswa antusias menyimak video yang dilanjut dengan diskusi.
52

Meskipun masih ditemukan beberapa siswa yang kadang bercanda


atau kurang memperhatikan ketika sesi diskusi berlangsung.
Berdasarkan hasil observasi diperoleh rata-rata persentase
sikap siswa 64,76%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
persentase sikap siswa pada siklus I belum mencapai indikator
keberhasilan penelitian ini, dimana persentase pada aspek sikap
siswa yang diamati harus mencapai 70%. Setelah peneliti
berdiskusi, didapati bahwa siswa yang kurang fokus ataupun
bercanda adalah siswa yang sama. Menurut observer, pada mata
pelajaran lain mereka juga bermasalah. Meskipun begitu mereka
sangat antusias ketika belajar dengan video, hal ini terlihat dari
sikap tenang mereka ketika video ditampilkan. Serta ikut berperan
aktif untuk menjawab ketika dilontarkan pertanyaan oleh peneliti.
Adapun beberapa kekurangan yang ada pada siklus I yaitu:
a) Peneliti kekurangan waktu karena tereduksi oleh pelajaran
sebelumnya.
Penyebab kekurangan ini adalah kurangnya ketegasan peneliti
dalam mengingatkan guru pelajaran sebelumnya ketika waktu
pembelajaran sudah berakhir sehingga waktu pelajaran tereduksi
oleh pelajaran sebelumnya.
b) Masih banyak siswa yang tidak mencatat faktor-faktor penting
dari video yang mereka tonton. Kondisi ini disebabkan oleh
siswa yang belum terbiasa dengan metode pembelajaran yang
baru, selain itu adanya anggapan bahwa mencatat sama saja
dengan mengingat sehingga sebagian besar siswa lebih memilih
mengingat tanpa mencatatnya. Selain itu, guru kurang tegas
mengingatkan siswa pentingnya mencatat.
c) Pada waktu diskusi, masih ada beberapa siswa yang tidak
memperhatikan. Hal ini disebabkan karena ada dua orang yang
bercanda dan menggoda temannya sehingga konsentrasinya
terganggu dan menimbulkan sedikit kegaduhan.
53

d) Pada waktu diskusi masih banyak yang hanya mengandalkan


siswa yang rajin untuk mengerjakan kelompok. Kondisi ini
terjadi karena kurangnya rasa kerjasama antar anggota
kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan peneliti.
Serta kurangnya rasa tanggung jawab siswa yang mengandalkan
temannya yang rajin.
Adapun rencana perbaikan atas kekurangan di atas untuk siklus
berikutnya, yaitu:
a) Peneliti akan bertindak lebih tegas lagi untuk mengingatkan
guru mata pelajaran sebelumnya untuk tepat waktu mengakhiri
waktu pembelajaran sehingga tidak mengganggu pembelajaran
setelahnya.
b) Perbaikan yang dilakukan adalah peneliti memberikan instruksi
dengan jelas dan meminta siswa mencatat serta mengumpulkan
hasil pengamatan terhadap video yang disimak kepada peneliti.
Dengan adanya kekurangan tersebut, peneliti akan memisahkan
siswa-siswa yang sering bercanda sehingga pembelajaran
diharapkan berlangsung kondusif. Serta lebih bersikap lebih
tegas pada siswa yang ribut.
c) Peneliti memberikan pengarahan dan motivasi agar siswa mau
belajar bertanggung jawab. Selain itu, peneliti akan melakukan
pengawasan yang lebih ketat sehingga tidak ada lagi yang
bermalas-malasan dalam mengerjakan tugas, untuk membentuk
tanggung jawab individu maka pada siklus berikutnya peneliti
tidak membagi kelompok diskusi tetapi meminta siswa
mengumpulkan hasil pengamatan terhadap video sebagai tugas
individu.
Berdasarkan hasil angket pada siklus I, diperoleh informasi
bahwa respon siswa rata-rata 64,84%. Hal ini menunjukkan bahwa
indikator angket belum mencapai hasil yang diharapkan yaitu 70%.
Kondisi ini dipengaruhi oleh siswa yang belum terbiasa mengisi
54

angket, sehingga jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang
dimaksud siswa.
Seluruh hasil yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I ini
menunjukkan bahwa indikator keberhasilan penelitian belum tercapai
optimal, sehingga penelitian dilanjutkan pada tahap siklus II dengan
hasil refleksi ini digunakan sebagai perbaikan.

B. Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) meliputi lembar karakter siswa dan
mempersiapkan video pembelajaran, membuat instrumen-instrumen
penelitian, yang terdiri dari lembar observasi siswa pada kegiatan
belajar mengajar, menyiapkan lembar angket pada akhir siklus II.
Lembar angket dibuat untuk mengetahui peningkatan respon
siswa terhadap mata pelajaran SKI setelah menggunakan metode
Video Critic.
2. Tahap Pelaksanaan dan Observasi
a) Pertemuan pertama. Rabu, 22 Mei 2013
Pada pertemuan ini membahas tentang tokoh ilmuwan muslim
dan peranannya dalam kemajuan kebudayaan Islam pada masa
Bani Umayyah lanjutan materi sebelumnya. Suasana hujan dan
banyak petir, kami tetap memulai belajar. Peneliti mengingatkan
siswa untuk mencatat hasil pengamatannya terhadap video
pembelajaran. Ketika video sedang ditayangkan tiba-tiba mati
listrik. Sehingga untuk mempertahankan fokus siswa ditengah
kondisi hujan deras dan petir maka peneliti melanjutkannya dengan
tanya jawab untuk melihat respon siswa. Setelah itu mereka
mengumpulkan hasil catatannya.
Pada pertemuan ini peneliti menekankan tugas mencatat
karena suasana pembelajaran kurang kondusif dikarenakan cuaca
yang kurang mendukung. Hal ini terlihat dari respon siswa yang
55

sedikit khawatir ketika ada suara petir. Meskipun begitu Siswa-


siswa tetap antusias ketika menyimak video. Pada saat peneliti
menjelaskan masih ada 4 orang siswa yang tidak memperhatikan
penjelasan peneliti dan sebanyak tiga siswa yang tidak
mengerjakan tugas mengamati video dengan mencatatnya.
Setelah pembelajaran berakhir peneliti dan observer
mendiskusikan hasil pembelajaran SKI pada siklus II pertemuan
pertama. Pada siklus II ini diketahui ada 4 orang siswa yang masih
sulit dikendalikan. Dari guru observer peneliti mengetahui bahwa
siswa ini memang bermasalah karena beberapa hal. Sehingga tidak
hanya pada pelajaran SKI saja mereka kurang fokus tetapi juga di
mata pelajaran lain. Meskipun begitu, mereka masih terlihat
ketertarikannya ketika peneliti menampilkan video dalam proses
pembelajaran. Pada pertemuan ini, respon siswa sudah baik,
mereka fokus menonton video, mencatat hal-hal penting dalam
pengamatannya terhadap video kemudian mengumpulkannya pada
peneliti. Hal ini menunjukkan sudah terbentuk tanggung jawab
dalam diri siswa yang tidak mengandalkan siswa rajin mengerjakan
tugas. Sikap bertanggung jawab ini didukung pula oleh treatmen
peneliti dan observer yang merubah sistem kerja kelompok
menjadi tugas individu.
b) Pertemuan kedua. Jumat, 31 Mei 2013
Pada pertemuan kedua, membahas materi tentang kisah
kesederhanaan dan kesalehan Umar bin Abdul Aziz ketika menjadi
khalifah. Para siswa terlihat sangat antusias menyimak video yang
menggambarkan kisah sederhana, zuhud, dan bertanggung jawab
dari Umar bin Umar bin Abdul Aziz ketika menjadi khalifah. Oleh
karena itu, untuk menambah ketertarikan dan mengetahui respon
siswa, peneliti memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengungkapkan tanggapannya tentang khalifah Umar. Pada
umumnya respon siswa kagum dengan kepemimpinan umar, yang
sangat berbeda dengan kondisi saat ini.
56

Setelah itu peneliti menjelaskan materi dalam bentuk


powerpoint tentang pentingnya mengambil pelajaran yang didapat
dari kisah khalifah Umar bin Abdul Aziz yang saleh dan hidup
sederhana meskipun berkedudukan sebagai pemimpin, serta selalu
peduli terhadap orang lain terutama orang yang membutuhkan.
Penjelasan melalui powerpoint ini dilakukan untuk memastikan
siswa paham gambaran materi secara utuh. Powerpoint ini dibuat
dari hasil kajian peneliti dari beberapa sumber, baik dari buku
pelajaran SKI MTs kelas 1, internet, maupun buku sejarah Islam.
Pada pertemuan ini semua siswa terlihat antusias mengamati
kehidupan khalifah Umar bin Abdul Aziz melalui video. Serta
menyimak penjelasan peneliti dengan baik. Setelah pembelajaran
selesai, peneliti membagikan angket untuk mengetahui respon
siswa terhadap pembelajaran SKI setelah menggunakan metode
Video Critic.
Setelah pembelajaran berakhir peneliti dan observer
mendiskusikan hasil pembelajaran SKI pada pertemuan kedua.
Pada sesi ini peneliti dan observer berpendapat bahwa
pembelajaran menggunakan metode Video Critic sudah cukup
baik. Hal ini terlihat dari mayoritas siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan baik dan memenuhi indikator keberhasilan
penelitian ini. Observer juga mengungkapkan bahwa secara
keseluruhan pembelajaran SKI menggunakan video mampu
menjadikan siswa fokus menonton video, berani memberikan
tanggapan dan menanggapi, serta sudah terbentuk rasa tanggung
jawab terhadap tugas. Selain itu, siswa yang biasanya sulit diatur
menjadi mudah diatur karena fokus menonton. Ini membuktikan
bahwa belajar dengan video mampu melibatkan emosi siswa
selama proses pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan selama kegiatan siklus II, respon
siswa ketika menyimak video terlihat lebih antusias. Waktu
pembelajaran tidak lagi tereduksi oleh jam pelajaran lain. Siswa
57

terlihat lebih termotivasi terutama ketika membahas tentang kisah


khalifah Umar bin Abdul Aziz yang mempengaruhi siswa untuk
berempati dengan peduli terhadap sesama. Peneliti menambahkan
efek pada video yang cukup menambah suasana kondusif sehingga
siswa lebih fokus menyimak video. Selain itu, pada siklus II siswa
terlihat lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
guru dan pada sesi tanya jawab mereka tidak lagi merasa malu
untuk mengungkapkan pendapatnya.
3. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil analisis data pada siklus II, yaitu hasil observasi,
angket, dan wawancara guru adalah sebagai berikut:
Pada siklus II, pembelajaran SKI yang dilakukan dengan
penerapan metode Video Critic mengalami peningkatan. Selama proses
pembelajaran siswa memberikan respon yang semakin baik pada
penerapan metode Video Critic. Siswa antusias menyimak video yang
dilanjutkan dengan tanya jawab.
Berdasarkan hasil observasi diperoleh rata-rata persentase sikap
siswa mencapai 75,59%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
persentase sikap siswa pada siklus II telah mencapai indikator
keberhasilan penelitian ini, dimana persentase pada aspek sikap siswa
yang diamati harus mencapai 70%.
Selama pelaksanaan siklus II ini pembelajaran berjalan cukup
lancar, waktu pembelajaran sudah tidak lagi tereduksi oleh jam mata
pelajaran sebelumnya. Selain itu, siswa memberikan respon yang baik.
Setiap menyimak video siswa terlihat sangat antusias terutama ketika
video menampilkan kisah teladan yang menimbulkan rasa empati dari
para tokohnya dan memberikan semangat untuk menjadi lebih baik.
Ditambah dengan adanya iringan musik instrumen pada video yang
menambah rasa nyaman ketika mendengarnya.
Siswa juga terlihat semangat mencatat ketika memberikan
tanggapan dan sudah terlihat bertanggungjawab atas tugasnya dengan
mengerjakan tugas mencatat. Hal ini didukung oleh ketegasan guru
58

yang merubah tugas kelompok menjadi individu supaya tercipta rasa


tanggung jawab. Kondisi kelas sudah berjalan kondusif, guru
meminimalisir siswa yang sering bercanda dengan lebih bersikap tegas
dan menjauhkan tempat duduk masing-masing sehingga siswa
disibukkan dengan fokus pada tugas menyimak dan mencatat.
Berdasarkan hasil angket diperoleh rata-rata persentase siswa
mencapai 73,33%. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional
siswa pada siklus II mengalami peningkatan. Siswa merespon dengan
baik penerapan metode Video Critic dalam pembelajaran SKI. Selain
itu, ketika mengisi angket mayoritas siswa terlihat sudah tahu cara
mengisi angket dibandingkan siklus sebelumnya.

C. Analisis Data
1. Analisis dan Interpretasi Data Berdasarkan Lembar Observasi
Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Observer dan peneliti melakukan pengamatan langsung
terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran yang dianalisis
melalui pengisian lembar observasi yang meliputi lembar penilaian
karakter siswa pada lembar RPP. Hasil pengisian lembar observasi
selama kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan metode Video
Critic adalah sebagai berikut:
Tabel. 4.1
Rekapitulasi Aspek Sikap Siswa
Aspek yang diamati Rata-Rata Presentase
(Sikap Siswa) Sikap Siswa
Siklus 1 Siklus II
Siswa berusaha belajar dengan baik. 66,7 87,5
Siswa menyelesaikan tugas dengan 58,3 87,5
sungguh-sungguh.
Mencatat hal-hal penting dalam 66,7 87,5
pembelajaran.
Siswa bertanya materi yang belum 75 62,5
59

dipahami.
Mendengarkan penjelasan teman dan guru 66, 7 75
dengan baik dan memperhatikannya.
Memberi respon positif terhadap 41,7 62,5
kemampuan teman.
Tidak pilih-pilih dalam berteman ketika 83,3 75
proses belajar berlangsung.
Peduli kepada teman yang belum paham 58,3 50
materi dan berusaha membantu
menjelaskannya.
Menyesuaikan diri dengan berbagai teman. 83,3 62,5
Rasa ingin tahu 54,58 88,25
Kerja keras 60 81,25
Teliti 62,58 87,66
Jumlah 777.16 907.16
Rata-rata (%) 64,76 75,59

Berdasarkan tabel 4.1, diperoleh informasi bahwa kecerdasan


emosional siswa pada siklus I melalui lembar observasi adalah sebagai
berikut:
a. Siswa berusaha belajar dengan baik.
Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa rata-rata persentase
siswa pada aspek siswa berusaha belajar dengan baik sebanyak
66,7%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berusaha
belajar dengan baik dalam pembelajaran SKI menggunakan
metode Video Critic. Mereka terlihat antusias menerima pelajaran,
serius menyimak video, mempersiapkan peralatan belajar serta
merespon pertanyaan guru. Namun, masih perlu diadakan
perbaikan pada siklus dua dengan lebih banyak dorongan dari guru
dalam memberikan motivasi terhadap siswa agar berusaha belajar
lebih baik lagi pada pelajaran SKI.
60

b. Siswa menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh.


Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa rata-rata persentase
siswa pada aspek siswa menyelesaikan tugas dengan sungguh-
sungguh sebanyak 58,3%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua
siswa sungguh-sunggguh dalam menyelesaikan tugas, masih
banyak siswa yang hanya sekedar menyimak video dan tidak
mencatatnya. Selain itu masih ada siswa yang tidak mengerjakan
tugas kelompok, dan kurang serius terhadap tugas yang diberikan.
Sehingga peneliti perlu melakukan perbaikan pada siklus dua
dengan lebih banyak memberikan motivasi belajar yang dapat
memacu semangat siswa agar sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas. Serta memberi tugas secara personal
sehingga diharapkan siswa mampu bertanggung jawab terhadap
tugasnya tanpa berpeluang mengandalkan orang lain.
c. Mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa rata-rata persentase
siswa pada aspek mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran
sebanyak 66,7%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran SKI ketika proses
pembelajaran berlangsung. Namun, masih ada siswa yang melihat
catatan temannya. Oleh karena itu, guru perlu untuk melakukan
perbaikan pada siklus dua dengan lebih banyak memberikan
peringatan dengan tegas bagi siswa yang malas mencatat, sehingga
kedepannya diharapkan siswa sudah punya inisiatif sendiri untuk
mencatat hal-hal penting ketika proses pembelajaran SKI
berlangsung.
d. Siswa bertanya materi yang belum dipahami.
Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa rata-rata persentase
siswa pada aspek siswa bertanya materi yang belum dipahami
sebanyak 75%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
bertanya jika materi yang dipelajari belum dipahami. Namun,
masih ada siswa yang malu bertanya atau mengungkapkan
61

pendapatnya. Oleh karena itu, guru perlu untuk melakukan


perbaikan pada siklus dua dengan memberikan motivasi agar siswa
terdorong untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami
dalam proses pembelajaran SKI serta memberikan perhatian lebih
pada siswa yang pendiam. Sehingga diharapkan semua siswa tidak
lagi malu untuk bertanya maupun mengungkapkan pendapatnya.
e. Mendengarkan penjelasan teman dan guru dengan baik dan
memperhatikannya.
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa rata-rata presentase
siswa pada aspek mendengarkan penjelasan teman dan guru
dengan baik dan memperhatikannya sebanyak 66,7%. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mendengarkan
penjelasan teman dan guru dengan baik dan memperhatikannya
ketika proses pembelajaran maupun pada saat diskusi berlangsung.
Namun, peneliti perlu untuk melakukan perbaikan pada siklus dua
dengan meningkatkan fokus siswa ketika memperhatikan
penjelasan guru maupun mendengarkan pendapat siswa lain.
f. Memberi respon positif terhadap kemampuan teman.
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa rata-rata presentase
tingkat kecerdasan emosional siswa pada aspek memberi respon
positif terhadap kemampuan teman sebanyak 41,7%. Hal ini
menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang memberikan
respon positif terhadap kemampuan teman dalam proses diskusi
ketika pembelajaran berlangsung. Masih ada yang bercanda dan
memilih diam tanpa memperhatikan teman yang sedang berbicara.
Selain itu, siswa belum terbiasa dengan pembelajaran
menggunakan metode Video Critic. Sehingga guru harus
melakukan perbaikan pada siklus dua dengan lebih memperhatikan
bagaimana menumbuhkan rasa empati pada diri siswa yaitu
memberikan instruksi agar siswa mengerti pentingnya menghargai
orang lain dengan memperhatikan teman yang sedang berbicara
ketika diskusi berlangsung. Sehingga diharapkan siswa sudah
62

mampu menampakan respon yang baik kepada temannya ketika


proses pembelajaran berlangsung.
g. Tidak pilih-pilih dalam berteman ketika proses belajar
berlangsung.
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa rata-rata presentase
tingkat kecerdasan emosional siswa pada aspek tidak pilih-pilih
dalam berteman ketika proses belajar berlangsung sebanyak
83,3%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa tidak pilih-
pilih dalam berteman ketika proses belajar berlangsung. Namun,
masih ada beberapa siswa yang tidak mau ditempatkan dengan
teman yang menurutnya kurang akrab, sehingga ketika pembagian
kelompok tetap tidak bergabung dengan kelompoknya tetapi
memilih teman kelompok sendiri. Oleh karena itu, guru perlu
untuk melakukan perbaikan pada siklus dua dengan lebih
meningkatkan empati siswa untuk mampu menempatkan diri
dengan berbagai teman. Selain itu pada siklus II tidak
menggunakan kelompok diskusi, hal ini dilakukan agar siswa
mampu mandiri tanpa mengandalkan kemampuan teman ketika
menyelesaikan tugas.
h. Peduli kepada teman yang belum paham materi dan berusaha
membantu menjelaskannya
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa rata-rata presentase
siswa pada aspek peduli kepada teman yang belum paham materi
dan berusaha membantu menjelaskannya 58,3%. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih peduli kepada
teman yang belum paham materi dan berusaha menjelaskannya.
Namun, kepedulian siswa disini masih terlihat rendah. Hal ini
terlihat ketika pembelajaran SKI berlangsung sebagian siswa masih
ada yang hanya memperhatikan penjelasan guru tanpa
memperhatikan apakah temannya sudah dalam keadaan paham
atau belum. Oleh karena itu, peneliti perlu melakukan perbaikan
untuk pembelajaran selanjutnya pada siklus dua dengan
63

menumbuhkan kepedulian siswa terhadap sesama siswa yang lain


terutama yang belum paham dan berusaha menjalin keakraban
sesama siswa.
i. Menyesuaikan diri dengan berbagai teman.
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa rata-rata presentase
siswa pada aspek peduli kepada teman yang belum paham materi
dan berusaha membantu menjelaskannya 58,3%. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berusaha menyesuaikan
diri dengan berbagai teman. Meskipun indikator ini masih sedikit
rendah, hal ini terlihat ketika siswa-siswa dibagi ke dalam beberapa
kelompok, 3 orang siswa masih ada yang ingin mengubah
kelompok sesuai dengan teman yang ia inginkan. Oleh karena itu,
peneliti perlu melakukan perbaikan pada siklus dua dengan
menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman dan
menumbuhkan kerjasama antara siswa yang satu dengan siswa
yang lain, tanpa melihat apakah temannya pintar, sedang atau biasa
saja. Sehingga diharapkan siswa mampu menempatkan dirinya
dengan berbagai karakter teman yang berbeda dan saling
melengkapi satu sama lain.
j. Rasa ingin tahu
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa rata-rata presentase
siswa pada aspek rasa ingin tahu 54,58%. Persentase ini masih
kurang, ketika pembelajaran berlangsung siswa sudah terlihat rasa
ingin tahu pada proses guru menampilkan video, hanya saja
beberapa siswa masih terlihat kurang bersemangat ketika
mendengarkan penjelasan materi. Pada siklus I ini, guru kurang
menampilkan video yang menarik perhatian siswa sehingga masih
ada siswa yang kurang terdorong rasa ingin tahunya. Oleh karena
itu, peneliti perlu melakukan perbaikan pada siklus dua dengan
lebih menampilkan video yang lebih menarik yang dapat memacu
rasa ingin tahu siswa.
64

k. Kerja keras
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa rata-rata presentase
siswa pada aspek kerja keras 60%. Siswa mengerjakan tugas guru,
bekerjasama mengerjakan tugas kelompok dan terlihat berusaha
memahami video yang mereka simak. Hanya saja masih ada empat
orang siswa yang tidak maksimal mengikuti pembelajaran, dan
satu orang yang masih terlihat rendah semangatnya untuk
memahami pelajaran. hal ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan siswa
sebelumnya yang hanya melakukan tanya jawab dengan guru tanpa
transfer pemahaman maupun pemberian tugas. Oleh karena itu,
peneliti perlu melakukan perbaikan pada siklus dua dengan lebih
banyak memberikan nasehat tentang pentingnya memahami
pelajaran dan berusaha maksimal dalam mengikuti pembelajaran.
l. Teliti
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa rata-rata presentase
ketelitian siswa mengikuti pembelajaran sebanyak 62,58. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagain besar siswa memperhatikan setiap
proses pembelajaran. Siswa menyimak video serta berusaha
memahami apa yang sedang dibahas. Serta berusaha menghafal
point penting yang terdapat pada video maupun penjelasan guru.
Meskipun masih ada beberapa siswa yang tidak teliti ketika
menyimak video sehingga tidak menguasai apa yang mereka lihat,
ini juga dipengaruhi oleh tampilan video yang kurang menarik
perhatian siswa. Oleh karena itu, pada siklus II peneliti akan
berusaha memberikan efek musik yang dapat meningkatkan fokus
mereka sehingga proses menyimak berjalan dengan baik.
Adapun pada siklus II, persentase sikap siswa yaitu sebagai
berikut:
a. Siswa berusaha belajar dengan baik
Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa rata-rata persentase
siswa pada aspek siswa berusaha belajar dengan baik pada siklus II
mengalami peningkatan dari 66,7% menjadi 87,5%. Hal ini
65

menunjukkan bahwa mayoritas siswa berusaha belajar dengan baik


dalam pembelajaran SKI menggunakan metode Video Critic.
Mereka terlihat sangat antusias mengikuti pelajaran menggunakan
video, mempersiapkan peralatan belajar serta merespon pertanyaan
guru.
b. Siswa menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh.
Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa rata-rata persentase
siswa pada aspek siswa menyelesaikan tugas dengan sungguh-
sungguh pada siklus II mengalami peningkatan dari 58,3% menjadi
87,5%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa sudah
sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas baik tugas di kelas
maupun diluar kelas, kemudian mengumpulkannya kepada guru.
Serta sudah terlihat bertanggungjawab menyelesaikan tugas pada
pelajaran SKI tanpa mengandalkan orang lain.
c. Mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa rata-rata persentase
siswa pada aspek mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran
pada siklus II mengalami peningkatan dari 66,7% menjadi 87,5%.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mencatat hal-hal
penting dalam pembelajaran SKI ketika proses pembelajaran
berlangsung. Bahkan beberapa siswa ada yang menunjukkan hasil
catatannya kepada guru.
d. Siswa bertanya materi yang belum dipahami.
Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa rata-rata persentase
siswa pada aspek siswa bertanya materi yang belum dipahami
mengalami penurunan dari 75% menjadi 62,5%. Hal ini
dipengaruhi oleh materi yang dipelajari. Pada siklus I banyak
pembahasan yang kurang dimengerti siswa karena materi yang
dibahas seputar peran dan fungsi Bani Umayyah yang membahas
politik, militer, budaya. Sehingga memerlukan lebih banyak
penjelasan. sedangkan pada siklus II pembahasan sudah lebih
66

mudah dimengerti siswa tanpa banyak bertanya karena sebagian


bab membahas tentang kisah keteladanan.
e. Mendengarkan penjelasan teman dan guru dengan baik dan
memperhatikannya.
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa rata-rata persentase
tingkat kecerdasan emosional siswa pada aspek mendengarkan
penjelasan teman dan guru dengan baik dan memperhatikannya
mengalami peningkatan dari 66,7% menjadi 75%. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mendengarkan
penjelasan teman dan guru dengan baik dan memperhatikannya,
siswa sudah terlihat mengetahui pentingnya menghargai teman
dengan memperhatikannya ketika memberi tanggapan maupun
memperhatikan penjelasan guru.
f. Memberi respon positif terhadap kemampuan teman.
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa rata-rata persentase
siswa pada aspek memberi respon positif terhadap kemampuan
teman mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 62,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa sudah mampu merespon dengan baik
ketika proses Tanya jawab maupun memberikan tanggapan dalam
proses pembelajaran. Siswa sudah tidak merasa malu ataupun
minder untuk bertanya atau memberikan tanggapan, hal ini dapat
terlihat dari siswa yang pendiam yang mau bertanya dan siswa
yang susah diatur yang memberikan tanggapan ketika sesia Tanya
jawab.
g. Tidak pilih-pilih dalam berteman ketika pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa rata-rata presentase
siswa pada aspek tidak pilih-pilih dalam berteman ketika
pembelajaran berlangsung sebanyak 75%. Hal ini menunjukkan
bahwa mayoritas siswa tidak pilih-pilih dalam berteman ketika
proses belajar berlangsung. Pada siklus II ini siswa lebih terlihat
sudah belajar mandiri dengan tidak mengandalkan teman ketika
67

meyelesaikan tugas dan sudah terlihat membaur dengan berbagai


teman.
h. Peduli kepada teman yang belum paham materi dan berusaha
membantu menjelaskannya
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa rata-rata persentase
siswa pada aspek peduli kepada teman yang belum paham materi
dan berusaha membantu menjelaskannya sebanyak 50%. Pada
siklus II ini pemahaman siswa terhadap pelajaran lebih meningkat
disebabkan video yang ditampilkan sudah dengan detail
menggambarkan materi yang dibahas.
i. Menyesuaikan diri dengan berbagai teman.
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa rata-rata persentase
siswa pada aspek menyesuaikan diri dengan berbagai teman
sebanyak 62,5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
berusaha menyesuaikan diri dengan berbagai teman. Siswa sudah
terlihat tidak lagi memilih-milih teman ketika memulai pelajaran.
Mereka sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran yang
berkelompok maupun personal.
j. Rasa ingin tahu
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa rata-rata presentase
siswa pada aspek rasa ingin tahu mengalami peningkatan menjadi
88,25%. Persentase ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan
yang amat baik. Pada siklus II, siswa sudah terlihat ketertarikannya
mengikuti pembelajaran ketika video yang ditampilkan berisi kisah
kegemilangan muslim. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang
bertanya materi yang dibahas.
k. Kerja keras
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa rata-rata presentase
siswa pada aspek kerja keras 81,25%. Siswa mengerjakan tugas
dari guru, mengerjakan tugas dan mengumpulkanya. Selain itu,
siswa terlihat berusaha memahami video yang mereka simak,
mencatat dan mengikuti pembelajaran dengan baik.
68

l. Teliti
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa rata-rata presentase
ketelitian siswa mengikuti pembelajaran sebanyak 87,66. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagain besar siswa memperhatikan setiap
proses pembelajaran. Siswa menyimak video serta berusaha
memahami apa yang sedang dibahas. Serta berusaha menghafal
dan mencatat point penting yang terdapat pada video maupun
penjelasan guru.
Adapun rata-rata persentase siswa melalui hasil lembar
observasi meliputi lembar karakter siswa pada siklus I yaitu
64,76%, dan siklus II yaitu 75,59%. Hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas siswa sudah mengikuti proses pembelajaran dengan baik
yang ditandai dengan adanya peningkatan persentase sikap siswa
pada setiap pertemuan.
2. Analisis dan Interpretasi Data Berdasarkan Hasil Angket
Angket diberikan kepada siswa sebanyak tiga kali yaitu pra
penelitian dan setiap siklus yang terdiri dari siklus I dan siklus II.
Tujuannya adalah untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran SKI sebelum menggunakan metode Video Critic dan
setelah tindakan pada siklus I dan siklus II.
Pada awal pembagian angket siswa belum terbiasa untuk mengisi
angket sehingga jawaban yang dihasilkan masih ada yang bukan
berasal dari pemikiran sendiri. Hasil rata-rata respon siswa pada siklus
I yaitu 64,84%. Pada siklus ini siswa masih belum terbiasa mengisi
angket sehingga guru menjelaskan detail pertanyaan yang dimaksud
pada angket. Adapun hasil angket pada siklus II yaitu 73,33%. Pada
siklus II ini pada umumnya siswa sudah mengetahui kegunaan angket
dan mengisinya dari hasil pemikiran sendiri.
Dari hasil angket dapat terlihat bahwa respon siswa terhadap
pembelajaran SKI cukup baik. Mayoritas siswa menyukai
pembelajaran SKI menggunakan video dan dapat meningkatkan
motivasi dan empati siswa terhadap sejarah Islam. Sejarah Islam
69

digambarkan seolah hidup melalui video sehingga peneliti dapat


melihat emosi mereka ketika pembelajaran berlangsung. Hal ini cukup
memudahkan siswa memahami pelajaran sejarah Islam yang bukan
hanya peninggalan melainkan nilai hidup yang perlu untuk dijadikan
sebagai pelajaran masa kini.
a. Angket Kecerdasan Emosional Siklus I
Hasil angket kecerdasan emosional setelah siklus I yang terdiri
dari 20 pernyataan yaitu 11 positif dan 9 pernyataan negatif. Hasil
angket setelah tindakan siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
1) Belajar dengan video membuat saya berusaha lebih giat lagi agar saya
paham apa yang dipelajari sehingga nilai saya semakin baik dalam
mata pelajaran SKI.
Tabel 4.2

Dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar


keberhasilan.

No Pernyataan Jumlah Persentase


1 Sangat Setuju 10 62,5%
2 Setuju 2 12,5%
3 Tidak Setuju 4 25%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0,00%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.24, dapat diketahui bahwa sangat setuju 62,5%,


setuju 12,5%, tidak setuju 25%, dan sangat tidak setuju 0,00%. Hal ini
menunjukkan bahwa belajar dengan video membuat siswa berusaha
lebih giat belajar dan mendapat nilai lebih baik dalam pelajaran SKI.

2) Saya tidak peduli mata pelajaran SKI meski nilai saya rendah
Tabel 4.3
Dorongan untuk Menjadi Lebih Baik atau Memenuhi Standar
Keberhasilan
70

No Pernyataan Jumlah Persentase


1 Sangat Setuju 0 0,00%
2 Setuju 1 6,25%
3 Tidak Setuju 10 62,5%
4 Sangat Tidak Setuju 5 31,25%
16 100%
Jumlah

Berdasarkan tabel 4.25, dapat diketahui bahwa sangat setuju 0,00%,


setuju 6,25%, tidak setuju 62,5%, sangat tidak setuju 31,25%. Hal ini
menunjukkan bahwa hanya satu orang siswa yang tidak peduli pada
mata pelajaran SKI meski nilai rendah.

3) Saya menyelesaikan tugas kelompok bersama teman dengan sungguh-


sungguh
Tabel 4.4
Komitmen, yaitu Menyesuaikan Diri dengan Sasaran Kelompok
atau Lembaga.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 5 31,25%
2 Setuju 7 43,75%
3 Tidak Setuju 4 25%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0,00%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.26, dapat diketahui bahwa siswa sangat setuju


31,25%, setuju 43,75%, tidak setuju 25%, sangat tidak setuju 0,00%.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa setuju menyelesaikan
tugas kelompok bersama teman dengan sungguh-sungguh.

4) Saya merasa sulit mengatur teman-teman dalam satu kelompok.


Tabel 4.5
71

Komitmen, yaitu Menyesuaikan Diri dengan Sasaran Kelompok


atau Lembaga.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 1 6,25%
2 Setuju 7 43,75%
3 Tidak Setuju 7 43,75%
4 Sangat Tidak Setuju 1 6,25%
Jumlah 15 100%

Berdasarkan tabel 4.27, dapat diketahui bahwa siswa-siswa sangat


setuju 6,25%, setuju 43,75%, tidak setuju 43,75%, sangat tidak setuju
6,25%. Hal ini menunjukkan bahwa 50% siswa merasa sulit mengatur
teman-teman dalam satu kelompok dan 50% siswa tidak merasa sulit
mengatur teman-teman dalam satu kelompok.
5) Saya selalu menyempatkan diri membaca materi SKI sebelum
dipelajari di kelas
Tabel 4.6
Inisiatif, yaitu Kesiapan untuk Memanfaatkan Kesempatan.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 3 18,75%
2 Setuju 7 43,75%
3 Tidak Setuju 4 25%
4 Sangat Tidak Setuju 2 12,5%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.28, dapat diketahui bahwa siswa sangat setuju


18,75%, setuju 43,75%, tidak setuju 25%, sangat tidak setuju 12,5%.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyempatkan diri
membaca materi SKI sebelum dipelajari di kelas.
6) Jika guru SKI belum atau tidak datang, saya mengobrol bersama
teman.
Tabel 4.7
72

Inisiatif, yaitu Kesiapan untuk Memanfaatkan Kesempatan.


No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 1 6,25%
2 Setuju 4 25%
3 Tidak Setuju 8 50%
4 Sangat Tidak Setuju 3 18,75%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.29, dapat diketahui bahwa siswa sangat setuju


6,25%, setuju 6,25%, tidak setuju 50%, sangat tidak setuju 18,75%.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa tidak setuju mengobrol
bersama teman ketika guru belum atau tidak datang.

7) Saya yakin bahwa saya sanggup menyelesaikan berbagai tugas yang


ada pada pelajaran ini
Tabel 4.8
Optimisme, yaitu Kegigihan dalam Memperjuangkan Sasaran
Kendati Ada Halangan dan Kegagalan.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 3 18,75%
2 Setuju 10 62,5%
3 Tidak Setuju 3 18,75%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0,00%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.30, dapat diketahui bahwa siswa sangat setuju


18,75%, setuju 62,5%, tidak setuju 18,75%, sangat tidak setuju 0,00%.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa setuju untuk
menyelesaikan berbagai tugas yang ada pada pelajaran SKI.

8) Saya kesal ketika menemui kesulitan dalam mengerjakan berbagai


tugas SKI.
Tabel 4.9
73

Optimisme, yaitu Kegigihan dalam Memperjuangkan Sasaran


Kendati Ada Halangan dan Kegagalan.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 1 6,25%
2 Setuju 11 68,75%
3 Tidak Setuju 3 18,75%
4 Sangat Tidak Setuju 1 6,25%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.31, dapat diketahui bahwa siswa sangat setuju


6,25%, setuju 68,75%, tidak setuju 18,75%, sangat tidak setuju 6,25%.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa merasa kesal ketika
menemui kesulitan dalam mengerjakan berbagai tugas SKI.

9) Saya berusaha bertanya apa yang saya kurang paham jika


penyampaian guru kurang jelas
Tabel 4.10
Optimisme, yaitu Kegigihan dalam Memperjuangkan Sasaran
Kendati Ada Halangan dan Kegagalan.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 8 50%
2 Setuju 6 37,5%
3 Tidak Setuju 2 12,5%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0,00%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.32, dapat diketahui bahwa siswa sangat setuju


50%, setuju 37,5%, tidak setuju 12,5%, sangat tidak setuju 0,00%. Hal
ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa berusaha bertanya apa yang
kurang dipahami jika penyampaian guru kurang jelas.
10) Saya mampu merasakan kesedihan teman yang mendapat nilai kurang
bagus pada tugas SKI.
74

Tabel 4.11
Memahami Orang Lain, yaitu Mengindera Perasaan dan
Perspektif Orang Lain dan Menunjukkan Minat Aktif
terhadap Kepentingan Mereka.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 5 31,25%
2 Setuju 6 37,5%
3 Tidak Setuju 3 18,75%
4 Sangat Tidak Setuju 2 12,5%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.33, dapat diketahui bahwa siswa sangat setuju


31,25%, setuju 37,5%, tidak setuju 18,75%, sangat tidak setuju 12,5%.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa mampu merasakan
kesedihan teman yang mendapat nilai kurang bagus pada tugas SKI.
11) Saya cepat tersentuh jika guru memutar video.
Tabel 4.12
Memahami Orang Lain, yaitu Mengindera Perasaan dan
Perspektif Orang Lain dan Menunjukkan Minat Aktif terhadap
Kepentingan Mereka.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 3 18,75%
2 Setuju 6 37,5%
3 Tidak Setuju 7 43,75%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0,00%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.34, dapat diketahui bahwa siswa sangat setuju


18,75%, setuju 37,5%, tidak setuju 43,75%, sangat tidak setuju 0,00%.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa tidak merasa cepat
tersentuh jika guru memutar video.
75

12) Jika ada teman yang berbicara dalam diskusi, saya tidak mau
mendengar karena belum tentu ia lebih pintar dari saya.
Tabel 4.13
Memahami Orang Lain, yaitu Mengindera Perasaan dan
Perspektif Orang Lain dan Menunjukkan Minat Aktif terhadap
Kepentingan Mereka.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 0 0,00%
2 Setuju 3 18,75%
3 Tidak Setuju 8 50%
4 Sangat Tidak Setuju 5 31,25%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.35, dapat diketahui bahwa siswa sangat setuju


18,75%, setuju 37,5%, tidak setuju 43,75%, sangat tidak setuju 0,00%.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa tidak setuju jika ada
teman yang sedang berbicara dalam diskusi, kemudian siswa lain tidak
mau mendengar karena merasa lebih pintar.
13) Saya suka memberi semangat pada teman yang malas belajar SKI
Tabel 4.14
Mengembangkan Orang Lain, yaitu Merasakan Kebutuhan
Perkembangan Orang Lain dan Berusaha Menumbuhkan
Kemampuan Orang Lain.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 2 12,5%
2 Setuju 8 50%
3 Tidak Setuju 5 31,25%
4 Sangat Tidak Setuju 1 6,25%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.36, dapat diketahui bahwa siswa sangat setuju


12,5%, setuju 50%, tidak setuju 31,25%, sangat tidak setuju 6,25%.
76

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa suka memberi semangat


pada teman yang malas belajar SKI.
14) Saya enggan menjelaskan materi yang ditayangkan melalui video pada
teman yang bertanya.
Tabel 4.15
Mengembangkan Orang Lain, yaitu Merasakan Kebutuhan
Perkembangan Orang Lain dan Berusaha Menumbuhkan
Kemampuan Orang Lain.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 1 6,25%
2 Setuju 4 25%
3 Tidak Setuju 9 56,25%
4 Sangat Tidak Setuju 2 12,5%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.36, dapat diketahui bahwa siswa sangat setuju


6,25%, setuju 25%, tidak setuju 56,25%, sangat tidak setuju 12,5%.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa enggan menjelaskan
materi yang ditayangkan melalui video pada teman yang bertanya.
15) Saya tidak pilih-pilih dalam berteman.
Tabel 4.16
Memanfaatkan Keragaman, yaitu Menumbuhkan Peluang
Melalui Pergaulan dengan Bermacam-macam Orang.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 12 75%
2 Setuju 3 18,75%
3 Tidak Setuju 0 0,00%
4 Sangat Tidak Setuju 1 6,25%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.37, dapat diketahui bahwa siswa sangat setuju


75%, setuju 18,75%, tidak setuju 0,00%, sangat tidak setuju 6,25%.
77

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa tidak pilih-pilih dalam


berteman.
16) Saya kesal disandingkan dengan teman yang kurang pintar ketika
diskusi di kelas untuk mengkritisi video.
Tabel 4.17
Memanfaatkan Keragaman, yaitu Menumbuhkan Peluang
Melalui Pergaulan dengan Bermacam-macam Orang.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 0 0,00%
2 Setuju 7 46,67%
3 Tidak Setuju 6 40%
4 Sangat Tidak Setuju 2 13,33%
Jumlah 15 100%

Berdasarkan tabel 4.38, dapat diketahui bahwa siswa sangat setuju


0,00%, setuju 46,67%, tidak setuju 40%, sangat tidak setuju 13,33%.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa kesal disandingkan
dengan teman yang kurang pintar ketika diskusi di kelas untuk
mengkritisi video.
17) Jika saya melihat teman yang belum paham mata pelajaran SKI, saya
berusaha untuk membantunya.
Tabel 4.18
Orientasi Pelayanan, yaitu Mengantisipasi, Mengenali, dan
Berusaha Memenuhi Kebutuhan Orang Lain.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 5 31,25%
2 Setuju 8 50%
3 Tidak Setuju 3 18,75%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0,00%
Jumlah 16 100%
78

Berdasarkan tabel 4.39, dapat diketahui bahwa siswa sangat setuju


31,25%, setuju 50%, tidak setuju 18,75%, sangat tidak setuju 0,00%.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa jika melihat teman yang
belum paham mata pelajaran SKI, mereka berusaha membantunya.
18) Saya tidak peduli jika teman saya membutuhkan bantuan
Tabel 4.19
Orientasi Pelayanan, yaitu Mengantisipasi, Mengenali, dan
Berusaha Memenuhi Kebutuhan Orang Lain.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 1 6,25%
2 Setuju 1 6,25%
3 Tidak Setuju 9 56,25%
4 Sangat Tidak Setuju 5 31,25%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.40, dapat diketahui bahwa siswa sangat setuju


6,25%, setuju 6,25%, tidak setuju 56,25%, sangat tidak setuju 31,25%.
Hal ini menunjukkan bahwa minoritas siswa tidak peduli jika teman
membutuhkan bantuan.
19) Saya mampu menyesuaikan diri dengan berbagai teman sehingga
mereka nyaman berteman dengan saya.
Tabel 4.20
Kesadaran Politis, yaitu Mampu Membaca Arus-arus Emosi
Sebuah Kelompok dan Hubungannya dengan Perasaan.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 7 43,75%
2 Setuju 6 37,5%
3 Tidak Setuju 3 18,75%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0,00%
Jumlah 16 100%
79

Berdasarkan tabel 4.41, dapat diketahui bahwa siswa sangat setuju


43,75%, setuju 43,75%, tidak setuju 18,75%, sangat tidak setuju
0,00%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa mampu
menyesuaikan diri dengan berbagai teman sehingga mereka nyaman
ketika berteman.
20) Jika ada teman yang bermusuhan saya berusaha mendamaikannya.
Tabel 4.21
Kesadaran Politis, yaitu Mampu Membaca Arus-arus Emosi
Sebuah Kelompok dan Hubungannya dengan Perasaan.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 7 43,75%
2 Setuju 7 43,75%
3 Tidak Setuju 0 0,00%
4 Sangat Tidak Setuju 2 12,5%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.42, dapat diketahui bahwa siswa sangat setuju


43,75%, setuju 43,75%, tidak setuju 0,00%, sangat tidak setuju 12,5%.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa berusaha mendamaikan
jika ada teman yang bermusuhan.
b. Angket Kecerdasan Emosional Siklus II
Hasil angket kecerdasan emosional setelah siklus II yang
terdiri dari 20 pernyataan yaitu 11 positif dan 9 pernyataan negatif.
Hasil angket setelah tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
1) Belajar dengan video membuat saya berusaha lebih giat lagi agar saya
paham apa yang dipelajari sehingga nilai saya semakin baik dalam
mata pelajaran SKI.
Tabel 4.22
Dorongan untuk Menjadi Lebih Baik atau Memenuhi Standar
Keberhasilan.
No Pernyataan Jumlah Persentase
80

1 Sangat Setuju 7 43,75%


2 Setuju 7 43,75%
3 Tidak Setuju 2 12,5%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0,00%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.44, dapat diketahui bahwa sangat setuju 43,75%,


setuju 43,75%, tidak setuju 12,5%, dan sangat tidak setuju 0,00%. Hal
ini menunjukkan bahwa belajar dengan video membuat siswa berusaha
lebih giat belajar sehingga mendapat nilai semakin baik dalam mata
pelajaran SKI.
2) Saya tidak peduli mata pelajaran SKI meski nilai saya rendah
Tabel 4.23
Dorongan untuk Menjadi Lebih Baik atau Memenuhi Standar
Keberhasilan.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 0 0,00%
2 Setuju 0 0,00%
3 Tidak Setuju 8 50%
4 Sangat Tidak Setuju 8 50%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.45, dapat diketahui bahwa sangat setuju 0,00%,


setuju 0,00%, tidak setuju 50%, dan sangat tidak setuju 50%. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa peduli pada nilai mata pelajaran SKI.

3) Saya menyelesaikan tugas kelompok bersama teman dengan sungguh-


sungguh
Tabel 4.24
Komitmen, yaitu Menyesuaikan Diri dengan Sasaran Kelompok
atau Lembaga.
No Pernyataan Jumlah Persentase
81

1 Sangat Setuju 8 50%


2 Setuju 3 18,75%
3 Tidak Setuju 3 18,75%
4 Sangat Tidak Setuju 2 12,5%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.46, dapat diketahui bahwa sangat setuju 50%,


setuju 18,75%, tidak setuju 18,75, dan sangat tidak setuju 12,5. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyelesaikan tugas kelompok
bersama teman dengan sungguh-sungguh.

4) Saya merasa sulit mengatur teman-teman dalam satu kelompok.


Tabel 4.25
Komitmen, yaitu Menyesuaikan Diri dengan Sasaran Kelompok
atau Lembaga.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 2 12,5%
2 Setuju 3 18,75%
3 Tidak Setuju 10 62,5%
4 Sangat Tidak Setuju 1 6,25%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.47, dapat diketahui bahwa sangat setuju 12,5%,


setuju 18,75%, tidak setuju 62,5, dan sangat tidak setuju 6,25. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas siswa tidak merasa sulit mengatur
teman-teman dalam satu kelompok.
5) Saya selalu menyempatkan diri membaca materi SKI sebelum
dipelajari di kelas
Tabel 4.26
Inisiatif, yaitu Kesiapan untuk Memanfaatkan Kesempatan.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 4 25%
82

2 Setuju 6 37,5%
3 Tidak Setuju 5 31,25%
4 Sangat Tidak Setuju 1 6,25%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.48, dapat diketahui bahwa sangat setuju 25%,


setuju 37,5%, tidak setuju 31,25%, dan sangat tidak setuju 6,25%. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa setuju untuk selalu
menyempatkan diri membaca materi SKI sebelum dipelajari di kelas.
6) Jika guru SKI belum atau tidak datang, saya mengobrol bersama
teman.
Tabel 4.27
Inisiatif, yaitu Kesiapan untuk Memanfaatkan Kesempatan.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 3 18,75%
2 Setuju 7 43,75%
3 Tidak Setuju 2 12,5%
4 Sangat Tidak Setuju 4 25%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.49, dapat diketahui bahwa sangat setuju 18,75%,


setuju 43,75%, tidak setuju 12,5%, dan sangat tidak setuju 25%. Hal
ini menunjukkan bahwa jika guru SKI belum atau tidak datang,
sebagian siswa memilih mengobrol bersama teman.

7) Saya yakin bahwa saya sanggup menyelesaikan berbagai tugas yang


ada pada pelajaran ini
Tabel 4.28
Optimisme, yaitu Kegigihan dalam Memperjuangkan Sasaran
Kendati Ada Halangan dan Kegagalan.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 6 37,5%
83

2 Setuju 8 50%
3 Tidak Setuju 2 12,5%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0,00%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.50, dapat diketahui bahwa sangat setuju 37,5%,


setuju 50%, tidak setuju 12,5%, dan sangat tidak setuju 0,00%. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas siswa yakin mereka sanggup
menyelesaikan berbagai tugas yang ada pada pelajaran ini.
8) Saya kesal ketika menemui kesulitan dalam mengerjakan berbagai
tugas SKI.
Tabel 4.29
Optimisme, yaitu Kegigihan dalam Memperjuangkan Sasaran
Kendati Ada Halangan dan Kegagalan.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 1 6,25%
2 Setuju 4 25%
3 Tidak Setuju 8 50%
4 Sangat Tidak Setuju 3 18,75%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.51, dapat diketahui bahwa sangat setuju 6,25%,


setuju 25%, tidak setuju 50%, dan sangat tidak setuju 18,75%. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas siswa tidak merasa kesal ketika
menemui kesulitan dalam mengerjakan berbagai tugas SKI.

9) Saya berusaha bertanya apa yang saya kurang paham jika


penyampaian guru kurang jelas
Tabel 4.30
Optimisme, yaitu Kegigihan dalam Memperjuangkan Sasaran
Kendati Ada Halangan dan Kegagalan.
No Pernyataan Jumlah Persentase
84

1 Sangat Setuju 9 56,25%


2 Setuju 6 37,5%
3 Tidak Setuju 1 6,25%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0,00%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.52, dapat diketahui bahwa sangat setuju 56,25%,


setuju 37,5%, tidak setuju 6,25%, dan sangat tidak setuju 0,00%. Hal
ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa berusaha bertanya apa yang
mereka kurang pahami jika penyampaian guru kurang jelas.
10) Saya mampu merasakan kesedihan teman dan mendapat nilai kurang
bagus pada tugas SKI.
Tabel 4.31
Memahami Orang Lain, yaitu Mengindera Perasaan dan
Perspektif Orang Lain dan Menunjukkan Minat Aktif
terhadap Kepentingan Mereka.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 0 0,00%
2 Setuju 8 50%
3 Tidak Setuju 5 31,25%
4 Sangat Tidak Setuju 3 18,75%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.53, dapat diketahui bahwa sangat setuju 0,00%,


setuju 50%, tidak setuju 31,25%, dan sangat tidak setuju 18,75%. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian siswa mampu merasakan kesedihan
teman yang mendapat nilai kurang bagus pada tugas SKI, sedangkan
sebagian yang lain menyatakan tidak mampu merasakan kesedihan
teman yang mendapat nilai kurang bagus pada tugas SKI.
11) Saya cepat tersentuh jika guru memutar video.
Tabel 4.32
85

Memahami Orang Lain, yaitu Mengindera Perasaan dan


Perspektif Orang Lain dan Menunjukkan Minat Aktif terhadap
Kepentingan Mereka
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 5 31,25%
2 Setuju 8 50%
3 Tidak Setuju 3 18,75%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0,00%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.54, dapat diketahui bahwa sangat setuju 31,25%,


setuju 50%, tidak setuju 18,75%, dan sangat tidak setuju 0,00%. Hal
ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa merasa cepat tersentuh jika
guru memutar video.
12) Jika ada teman yang berbicara dalam diskusi, saya tidak mau
mendengar karena belum tentu ia lebih pintar dari saya.
Tabel 4.33
Memahami Orang Lain, yaitu Mengindera Perasaan dan
Perspektif Orang Lain dan Menunjukkan Minat Aktif terhadap
Kepentingan Mereka.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 2 12,5%
2 Setuju 1 6,25%
3 Tidak Setuju 9 56,25%
4 Sangat Tidak Setuju 4 25%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.55, dapat diketahui bahwa sangat setuju 12,5%,


setuju 6,25%, tidak setuju 56,25%, dan sangat tidak setuju 25%. Hal
ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa tidak setuju jika ada teman
yang sedang berbicara dalam diskusi, kemudian siswa lain tidak mau
mendengar karena merasa lebih pintar.
86

13) Saya suka memberi semangat pada teman yang malas belajar SKI.
Tabel 4.34
Mengembangkan Orang Lain, yaitu Merasakan Kebutuhan
Perkembangan Orang Lain dan Berusaha Menumbuhkan
Kemampuan Orang Lain.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 4 25%
2 Setuju 7 43,75%
3 Tidak Setuju 4 25%
4 Sangat Tidak Setuju 1 6,25%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.56, dapat diketahui bahwa sangat setuju 25%,


setuju 43,75%, tidak setuju 25%, dan sangat tidak setuju 6,25%. Hal
ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa suka memberi semangat pada
teman yang malas belajar SKI.
14) Saya enggan menjelaskan materi yang ditayangkan melalui video pada
teman yang bertanya.
Tabel 4.35
Mengembangkan Orang Lain, yaitu Merasakan Kebutuhan
Perkembangan Orang Lain dan Berusaha Menumbuhkan
Kemampuan Orang Lain.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 2 12,5%
2 Setuju 4 25%
3 Tidak Setuju 6 37,5%
4 Sangat Tidak Setuju 4 25%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.57, dapat diketahui bahwa sangat setuju 12,5%,


setuju 25%, tidak setuju 37,5%, dan sangat tidak setuju 25%. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas siswa tidak merasa enggan
87

menjelaskan materi yang ditayangkan melalui video pada teman yang


bertanya.
15) Saya Tidak Pilih-Pilih dalam Berteman.
Tabel 4.36
Memanfaatkan Keragaman, yaitu Menumbuhkan Peluang
Melalui Pergaulan dengan Bermacam-macam Orang.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 10 62,5%
2 Setuju 4 25%
3 Tidak Setuju 1 6,25%
4 Sangat Tidak Setuju 1 6,25%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.58, dapat diketahui bahwa sangat setuju 62,5%,


setuju 25%, tidak setuju 6,25%, dan sangat tidak setuju 6,25%. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas siswa tidak pilih-pilih dalam berteman.
16) Saya kesal disandingkan dengan teman yang kurang pintar ketika
diskusi di kelas untuk mengkritisi video.
Tabel 4.37
Memanfaatkan Keragaman, yaitu Menumbuhkan Peluang
Melalui Pergaulan dengan Bermacam-macam Orang.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 0 0,00%
2 Setuju 4 25%
3 Tidak Setuju 6 37,5%
4 Sangat Tidak Setuju 6 37,5%
Jumlah 15 100%

Berdasarkan tabel 4.59, dapat diketahui bahwa sangat setuju 0,00%,


setuju 25%, tidak setuju 37,5%, dan sangat tidak setuju 37,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas siswa tidak merasa kesal disandingkan
88

dengan teman yang kurang pintar ketika diskusi di kelas untuk


mengkritisi video.
17) Jika saya melihat teman yang belum paham mata pelajaran SKI, saya
berusaha untuk membantunya.
Tabel 4.38
Orientasi Pelayanan, yaitu Mengantisipasi, Mengenali, dan
Berusaha Memenuhi Kebutuhan Orang Lain.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 6 31,25%
2 Setuju 9 50%
3 Tidak Setuju 0 18,75%
4 Sangat Tidak Setuju 1 0,00%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.60, dapat diketahui bahwa sangat setuju 31,25%,


setuju 50%, tidak setuju 18,75%, dan sangat tidak setuju 0,00%. Hal
ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa jika melihat teman yang
belum paham mata pelajaran SKI, berusaha untuk membantunya.
18) Saya tidak peduli jika teman saya membutuhkan bantuan
Tabel 4.39
Orientasi Pelayanan, yaitu Mengantisipasi, Mengenali, dan
Berusaha Memenuhi Kebutuhan Orang Lain.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 2 12,5%
2 Setuju 2 12,5%
3 Tidak Setuju 5 31,25%
4 Sangat Tidak Setuju 7 43,75%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.61, dapat diketahui bahwa sangat setuju 12,5%,


setuju 12,5%, tidak setuju 31,25%, dan sangat tidak setuju 43,75%.
89

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa peduli jika teman


membutuhkan bantuan.
19) Saya mampu menyesuaikan diri dengan berbagai teman sehingga
mereka nyaman berteman dengan saya.
Tabel 4.40
Kesadaran Politis, yaitu Mampu Membaca Arus-arus Emosi
Sebuah Kelompok dan Hubungannya dengan Perasaan.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 7 43,75%
2 Setuju 6 37,5%
3 Tidak Setuju 3 18,75%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0,00%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.62, dapat diketahui bahwa sangat setuju 43,75%,


setuju 43,75%, tidak setuju 18,75%, dan sangat tidak setuju 00%. Hal
ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa mampu menyesuaikan diri
dengan berbagai teman sehingga mereka nyaman ketika berteman.
20) Jika ada teman yang bermusuhan saya berusaha mendamaikannya.
Tabel 4.41
Kesadaran Politis, yaitu Mampu Membaca Arus-arus Emosi
Sebuah Kelompok dan Hubungannya dengan Perasaan.
No Pernyataan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 10 62,5%
2 Setuju 4 25%
3 Tidak Setuju 2 12,5%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0,00%
Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.64, dapat diketahui bahwa sangat setuju 43,75%,


setuju 43,75%, tidak setuju 12,5%, dan sangat tidak setuju 0,00%. Hal
90

ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa jika ada teman yang


bermusuhan berusaha mendamaikannya.
3. Analisis dan Interpretasi data berdasarkan Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan diakhir siklus II, yang bertujuan untuk
mengetahui respon guru terhadap penggunaan metode Video Critic
pada pembelajaran SKI. Pada saat wawancara guru memaparkan hasil
pengamatannya terhadap pembelajaran SKI dengan menggunakan
metode Video Critic, yang menurutnya metode ini sangat sesuai untuk
pelajaran SKI. Mata pelajaran SKI yang identik dengan banyaknya
keterangan nama, tempat maupun tanggal menjadi salah satu hal yang
membuat siswa terkesan malas untuk mempelajarinya. Tetapi dengan
adanya tampilan video siswa menjadi lebih mudah untuk
mempelajarinya. Selain itu, guru SKI memaparkan bahwa yang
menarik pada metode ini yaitu murid yang biasanya sulit dikendalikan
ketika proses belajar mengajar berlangsung, tapi dengan metode ini hal
tersebut cukup teratasi.

D. Interpretasi Hasil Analisis


Berdasarkan hasil pengamatan, angket, dan wawancara guru, maka
ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran SKI. Diantaranya adalah
metode pembelajaran yang digunakan masih monoton sehingga proses
pembelajaran berjalan kurang efektif, siswa terlihat jenuh dan
mengalihkan perhatiannya dengan mengobrol, bercanda dengan temannya,
bahkan ada yang berlarian ketika guru sedang menjelaskan. Penjelasan
guru hanya berkisar dari materi yang ada di buku melalui tanya jawab
yang dinilai kurang melibatkan emosi siswa ketika mempelajari SKI,
sehingga siswa terlihat kurang termotivasi dan kurang berempati untuk
mempelajari SKI. Selain itu, jam pelajaran SKI yang tereduksi oleh mata
pelajaran sebelumnya yang semakin menambah masalah dalam
pembelajaran SKI. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut,
peneliti menggunakan metode Video Critic dalam proses pembelajaran
SKI yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut yaitu
91

meningkatkan kecerdasan emosional siswa meliputi motivasi dan empati


siswa terhadap pembelajaran SKI. Peneliti diharapkan dapat melibatkan
emosi siswa ketika pembelajaran berlangsung serta memunculkan rasa
pentingnya sejarah Islam untuk dipelajari dalam kehidupan.
Pada siklus I dari hasil pengamatan menunjukkan siswa sangat
antusias dengan diterapkannya metode Video Critic. Kecerdasan
emosional siswa masih belum mencapai keberhasilan, misalnya masih
terdapat siswa yang tidak mencatat faktor-faktor penting dari video yang
mereka tonton. Kondisi ini disebabkan oleh siswa yang belum terbiasa
dengan metode pembelajaran yang baru, serta adanya anggapan bahwa
mencatat sama saja dengan mengingat sehingga sebagian besar siswa lebih
memilih mengingat tanpa mencatatnya. Selain itu, guru kurang tegas
mengingatkan siswa pentingnya mencatat.
Pada waktu diskusi masih banyak yang hanya mengandalkan siswa
yang rajin untuk mengerjakan kelompok. Kondisi ini terjadi karena
kurangnya rasa kerjasama antar anggota kelompok untuk mengerjakan
tugas yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum cukup
termotivasi dan berempati terhadap pembelajaran yang dilaksanakan
sehingga siswa belum mengikuti proses pembelajaran dengan optimal.
Berdasarkan hasil observasi diperoleh rata-rata persentase siswa
dengan menggunakan lembar observasi pada siklus 1 yaitu 64,76%, dan
siklus II yaitu 75,59%. Ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kecerdasan emosional pada siswa dalam pembelajaran SKI setelah
menggunakan metode Video Critic. Hal ini dibuktikan dengan adanya
peningkatan motivasi siswa dalam belajar, keaktifan siswa di kelas pada
saat proses pembelajaran baik memanfaatkan kesempatan untuk bertanya,
memberi tanggapan, mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran,
maupun menyesuaikan diri dengan berbagai teman serta berusaha
memahami materi dari video yang mereka simak ketika pembelajaran
berlangsung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Video
Critic dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa yaitu motivasi dan
empati siswa terhadap pembelajaran SKI.
92

Sedangkan hasil angket rata-rata persentase siswa berdasarkan


indikator kecerdasan emosional pada siklus I yaitu 64,84%, siklus II yaitu
73,33%. Ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kecerdasan
emosional siswa setelah menggunakan metode Video Critic. Siswa lebih
termotivasi mempelajari SKI dan tidak lagi beranggapan SKI pelajaran
yang membosankan. Selain itu, melalui metode ini empati siswa terhadap
pembelajaran lebih meningkat dibanding sebelumnya yang cenderung
monoton. Pada siklus I siswa masih bingung ketika mengisi angket karena
belum terbiasa sehingga hal ini mempengaruhi hasil angket siswa yang
rendah. Tetapi pada siklus II, siswa sudah mulai terbiasa mengisi angket
sehingga kekeliruan memilih alternatif jawaban angket dapat teratasi.
Hasil observasi dan angket diatas diperkuat dengan hasil
wawancara terhadap guru mata pelajaran SKI yang menunjukkan bahwa
dengan menggunakan metode Video Critic dapat meningkatkan
kecerdasan emosional siswa yang meliputi motivasi dan empati siswa
terhadap mata pelajaran SKI. Karena dengan video, materi yang dipelajari
lebih tergambar jelas sehingga memudahkan siswa memahami pelajaran.
Serta mampu membangkitkan keaktifan siswa dengan adanya sesi
mengkritisi video ketika pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil penelitian kecerdasan emosional siswa yang
meliputi wawancara guru, observasi, serta angket siswa terlihat bahwa
pembelajaran dengan metode Video Critic dapat meningkatkan kecerdasan
emosional siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Ningtias Rahmawati, 2011
dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Pemanfaatan Media Audio
Visual Video Pembelajaran dalam Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil
Belajar Siswa pada Pembelajaran Sejarah” dengan persentase terjadinya
peningkatan skor pada setiap siklus. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan Video dalam pembelajaran sejarah
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Siswa.
93

E. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian


Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran, angket
serta wawancara guru, peneliti menemukan berbagai masalah dalam
pembelajaran SKI, baik dari pihak siswa, guru, maupun managemen waktu
pembelajaran. Pada proses observasi awal peneliti menemukan jam mata
pelajaran yang tereduksi oleh mata pelajaran sebelumnya, selain itu jam
pelajaran SKI dibagi menjadi dua pertemuan yaitu 40 menit di hari kamis
sedang 40 menit lain di hari Jumat. Kemudian ketika memasuki kelas
peneliti menemukan kondisi kelas yang gaduh, ada yang mengobrol,
bercanda, berlarian. Dan kondisi ini tetap berlangsung ketika guru sudah
memulai pembelajaran. Pada tahap ini peneliti mengamati metode apa
yang akan digunakan guru. Guru SKI menggunakan metode Tanya jawab
dan pertanyaan yang peneliti amati semua berasal dari buku yang kurang
menekankan pemberian pemahaman sehingga belum terbentuk pemikiran
siswa akan pentingnya pelajaran maupun ketertarikan siswa terhadap
pelajaran. Yang menarik dari proses ini adalah hanya beberapa siswa yang
menjawab, sedangkan beberapa siswa ada yang bercanda, berlarian.
Masalah-masalah tersebut menghambat siswa dalam menghargai
maupun memahami pentingnya sejarah Islam untuk dipelajari. Pada
akhirnya siswa hanya belajar karena rutinitas tanpa motivasi maupun
berempati terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Adapun selama penelitian berlangsung, peneliti mencatat semua
kegiatan siswa yang terjadi selama pembelajaran. Pada siklus I, ketika
pembagian kelompok empat orang siswa merasa enggan untuk bergabung
dengan teman yang lain, yang peneliti ketahui selanjutnya mereka ini
siswa-siswa yang umumnya bermasalah. Pada sesi menyimak video semua
siswa menonton video, bahkan siswa yang biasanya sulit diatur, mereka
fokus memperhatikan. Melihat hal ini guru SKI memberi komentar bahwa
sebelumnya mereka tidak bisa dikendalikan. Pada siklus II, peneliti
melihat sudah terjadi perkembangan siswa dalam hal mau bertanya
ataupun memberi pendapat, khususnya siswa yang biasanya pendiam.
Dapat dikatakan bahwa penerapan metode Video Critic dalam proses
94

pembelajaran ini dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Siswa


belajar diawali dengan menyimak video disertai proses mengkritisinya,
mulai dari mengamati video sekaligus mencatat hal-hal penting yang
terdapat pada video yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab hasil
mengkritisi serta upaya siswa untuk mampu mengungkapkan pendapat
maupun bertanya apa yang belum ia tahu dan yang ingin diketahui.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan melihat hasil
lembar observasi, hasil wawancara, data angket kecerdasan emosional
siswa menunjukkan adanya peningkatan kecerdasan emosional siswa
dibandingkan sebelum dilakukannya tindakan penelitian.
Terjadinya peningkatan emosi siswa ini sesuai dengan pendapat Yudhi
Munadi dalam karangan buku berjudul “Media Pembelajaran” yang
mengatakan bahwa karakteristik video sangat kuat mempengaruhi emosi
seseorang.1
Selain itu, penerapan metode Video Critic dapat meningkatkan
keaktifan siswa. Hal ini terlihat setelah menggunakan metode Video Critic,
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa merasa terlibat dalam
menonton tayangan video yang disertai mencatat hal-hal yang dianggap
penting. Peningkatan keaktifan ini juga terlihat dari intensitas siswa yang
menyampaikan pendapat ketika sesi tanya jawab ataupun memberi
tanggapan.. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan Melvin L.
Silberman dalam bukunya “Active Learning” yang mengungkapkan bahwa
Video Critic merupakan cara aktif untuk menjadikan siswa merasa terlibat
dalam menonton tayangan video.2

1
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008), h. 127
2
Melvin L. Silberman, Active Learning, (Bandung: Nusamedia, 2006), Cet III, h. 138
95

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan setelah
dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Upaya untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa dilakukan
dengan menggunakan metode yang tepat dan variatif. Salah
satunya yaitu metode Video Critic yaitu dengan menciptakan
pembelajaran yang melibatkan emosi siswa melalui proses
mengkritisi tayangan video. Penggunaan Video diberikan pada
kegiatan awal pembelajaran untuk memunculkan emosi siswa
berupa keingintahuan dan ketertarikan siswa ketika mempelajari
SKI yang dilanjutkan dengan mengkritisi video, dari proses
mengkritisi ini membuat siswa memahami pentingnya materi yang
dipelajari dalam bentuk tanya jawab. Adanya penggunaan video
disertai proses mengkritisi video membuat emosi siswa selalu
terlibat selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Metode Video Critic efektif diterapkan pada pembelajaran SKI.
Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi proses pembelajaran, yang
menunjukkan adanya peningkatan jumlah siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran dengan baik, yang ditandai dengan
bertambahnya rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang
dipelajari, siswa menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh,
siswa mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran. Persentase
siswa pada siklus I yaitu 64,76%, dan setelah dilakukan perbaikan
pada siklus II rata-rata persentase siswa yaitu 75,59%. Selain itu,
Peningkatan ini juga dapat terlihat dari hasil angket siswa, rata-rata
skor total seluruh aspek kecerdasan emosional yang dijaring lewat
pernyataan-pernyataan dalam angket menunjukkan terjadinya
96

peningkatan setelah penggunaan metode Video Critic pada siklus I


yaitu 64,84%, siklus II yaitu 73,33%. Hal ini ditandai dengan
meningkatnya motivasi siswa seperti pada aspek dorongan
berprestasi dan optimisme. Serta meningkatnya empati siswa
terhadap pembelajaran SKI seperti pada aspek memanfaatkan
keragaman dan kesadaran politis. Secara keseluruhan penelitian ini
berhasil membuktikan bahwa kecerdasan emosional dapat
ditingkatkan dengan penggunaan metode Video Critic dalam
pembelajaran SKI.

B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan metode Video


Critic dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa sehingga
dapat dijadikan sebagai metode pembelajaran alternatif yang dapat
dilaksanakan di dalam kelas.
2. Guru dapat memaksimalkan sarana yang ada di sekolah sebagai
pendukung dalam proses pembelajaran.
3. Agar pembelajaran lebih bermakna, hendaknya guru tidak hanya
memperhatikan kecerdasan intelektual siswa, melainkan juga
menumbuhkan kecerdasan emosional siswa dalam proses
pembelajaran.
97

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
- Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

- Prosedur Penelititan Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Cet. 14.


Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010.
Asnawir., dan Usman, Basyiruddin. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers,
2002.
Fatimah, Enung. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2006.
Ginanjar, Ari. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ.
Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001.
Goleman, Daniel. Emotional Intelligence: Mengapa EI Lebih Penting dari pada IQ
(Pent: T. Hermaya), Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006.
- Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2005.
Indranata, Iskandar. Pendekatan Kualitatif Untuk Pengendalian Kualitas. Jakarta:
Universitas Indonesia (UI Press), 2008.

Kusumah, Wijaya., dan Dwitagama. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:


Permata Puri Media, 2010.
Mubayidh, Makmun. Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak. Jakarta: Al-
Kautsar, 2006.
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung
Persada Press, 2008.
Purwanto, Ngalim. Prinsip-Psinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008.
Sadiman, Arief S, dkk. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.
Safari, Triantoro., dan Eka Safutra, Nofrans. Manajemen Emosi Sebuah Panduan
Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda. Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2009.
Silberman, Melvin L. Active Learning. Cet III. Bandung: Nusamedia, 2006.
98

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Cet. 21. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,. 2010
Uno, Hamzah B. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Gramedia
Utama, 2006.
Zaini, Hisyam, dkk. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:Insan Madani, 2008.

Jurnal Ilmiah

Basuki. Kecerdasan Emosional: Esensi dan Urgensinya Dalam Pendidikan Islam.


Jurnal Cendekia, 5, 2007.
Putu, Suarcaya dan Sri Barustyawati, A.A. Video Untuk Pembelajaran ESP di Kelas.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Undiksha, 3, 2008.

Unang, Subandi. Media Pendidikan Jurnal Pendidikan Keagamaan Pengelolaan


Pondok Pesantren, Strategi Belajar Mengajar, dan Prestasi Belajar UIN Sunan
Gunung Djati: FITK, 2009.
Yuli Asih, Gusti dan Maria Shinta Pratiwi, Margaretha. Perilaku Prososial Ditinjau
dari Empati dan Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
I, 2010.

Peraturan Pemerintah
Departemen Pendidikan Agama RI No.2 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi
lulusan PAI dan Bahasa Arab di Madrasah.
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Internet
Nasirudin, “Tindakan Guru dalam Pembelajaran Pengembangan Kecerdasan
Emosional Siswa”, Http://Library.Um.Ac.Id, 14 Januari 2013

Curtis, dan B; Floyd, James J; Winsor, Jerryl L. ”Kritik”, Http://id.wikipedia.org, 01


April 2014.
Lampiran no. 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMP Islam At-Taqwa


Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas / Semester : VII (Tujuh) / 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

A. STANDAR KOMPETENSI
5. Memahami perkembangan Islam pada masa Bani Umayyah.

B. KOMPETENSI DASAR
5.1 Menceritakan sejarah berdirinya Bani Umayyah.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Siswa dapat mendeskripsikan latar belakang terbentuknya Bani Umayyah.
 Siswa dapat mendeskripsikan proses terbentuknya Bani Umayyah.
 Siswa dapat menyebutkan tokoh tokoh yang berperan dalam sejarah berdirinya
Bani Umayyah.
 Siswa dapat mengidentifikasi faktor pendukung berdirinya Bani Umayyah.
 Siswa mengetahui manfaat dan pentingnya belajar sejarah Bani Umayyah.
 Siswa memiliki nilai karakter ingin tahu, kerja keras, peduli, teliti, dan menghargai
keberagaman.

D. MATERI PEMBELAJARAN
 Latar belakang terbentuknya Bani Umayyah dan Proses berdirinya Bani Umayyah.

E. METODE PEMBELAJARAN
 Video Critic: Metode ini dimaksudkan untuk membangun kecakapan analitis,
kepekaan sosial, kerja sama antar individu dan kelompok, serta tanggung jawab
individu dalam kelompok.
 Tanya Jawab: digunakan untuk memastikan pemahaman siswa.
Lampiran no. 2

F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

NO. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN WAKTU

1. PENDAHULUAN 10 menit
 Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan
berdoa. (nilai ketaqwaan)
 Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa serta kebersihan kelas
(nilai disiplin)
 Menanyakan kabar siswa. (nilai peduli dan empati)
 Siswa menyiapkan buku SKI, dan membuka bab yang akan
dipelajari. (nilai disiplin)
 Guru melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan
memberikan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan diajarkan. (rasa ingin
tahu)
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
(nilai santun)
2. KEGIATAN INTI 60 menit
 Eksplorasi
 Guru melakukan Tanya jawab dengan siswa tentang sejarah
berdirinya Bani Umayyah. (nilai percaya diri)
 Siswa membaca literatur sejarah pembentukan Bani Umayyah.
(nilai ingin tahu, kerja keras)
 Elaborasi
 Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi.
(nilai kerjasama)
 Guru menginstruksikan kepada masing-masing kelompok
diskusi untuk mengamati beberapa faktor penting dalam video
yang akan ditonton.(nilai teliti)
 Guru memutarkan video tentang sejarah berdirinya Bani
Umayyah. (nilai mandiri).
 Guru melakukan jajak pendapat dengan kelompok diskusi,
kemudian masing-masing kelompok mengemukakan
Lampiran no. 2

pendapatnya setelah itu guru menyampaikan materi yang


diajarkan.(nilai percaya diri)
 Konfirmasi
 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. (nilai
ingin tahu, menghargai keberagaman)
 Guru menjawab pertanyaan tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar. (nilai santun)
 Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif lagi
dalam pembelajaran berikutnya. (nilai cinta ilmu dan peduli)
3. PENUTUP 10 menit
 Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan. (nilai saling menghargai dan peduli)
 Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi pembelajaran dan
menjelaskan manfaat mempelajari sejarah terbentuknya Bani
Umayyah. (nilai kerja sama)
 Guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk
mengkritisi tulisan tentang Latar belakang terbentuknya Bani
Umayyah dan Proses berdirinya Bani Umayyah.(nilai tanggung
jawab)
 Guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa dan mengucapkan
salam. (nilai ketaqwaan/Religius)
 Keluar kelas dengan tertib pada waktunya. (nilai disiplin)

G. MEDIA / SUMBER BELAJAR


 Buku Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII Penerbit Mediatama, artikel sejarah.
 Internet, Video Pembelajaran.
 LCD, Laptop, Speaker, Spidol , Kabel.
Lampiran no. 2

H. PENILAIAN
Indikator Pencapaian Teknik Bentuk
Contoh Instrumen
Penilaian Instrumen
Mendeskripsikan latar Tes Tulis Uraian Jelaskan beberapa peristiwa yang
belakang sejarah melatar belakangi berdirinya Bani
terbentuknya Bani Umayyah?
Umayyah
Mendeskripsikan proses Tes Tulis Uraian Jelaskan langkah-langkah yang
terbentuknya Bani ditempuh Muawiyah untuk
Umayyah mendapatkan kekuasaan?
Menyebutkan tokoh-tokoh Tes Tulis Uraian Sebutkan tokoh tokoh yang
yang berperan dalam berperan dalam sejarah berdirinya
sejarah berdirinya Bani Bani Umayyah?
Umayyah.
Mengidentifikasi faktor Tes Tulis Uraian Jelaskan faktor pendukung sejarah
pendukung sejarah berdirinya Bani Umayyah?
berdirinya Bani Umayyah.
Mengetahui manfaat Tes Tulis Uraian Sebutkan manfaat yang didapat
mempelajari sejarah Bani dari mempelajari sejarah Bani
Umayyah. Umayyah?
Membedakan sistem Tes Tulis Uraian Jelaskan perbedaan sistem
pemilihan khalifah masa pemilihan khalifah pada masa
khulafa rasyidin dengan Khulafa Rasyidin dengan Bani
Bani Umayyah Umayyah?
Lampiran no. 2

J. Penilaian Karakter

NILAI KARAKTER

NAMA SISWA
Ingin Tahu Kerja Keras Teliti
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

Alferry R. Eriawan √ √ √

Adelia Rahmadiani √ √ √

Alfiah Ismiana √ √ √

Ananda Putri N √ √ √

Dafril Saidsyah A √ √

Fulqi Khairul K √ √ √

Lheynel N.Djilizian √ √ √

M. Alif Pratama √ √ √

M. Munir Maulana √ √ √

M. Noval Fahrizi √ √ √

M. Ridwansyah √ √ √

Okki Hadi Saputra √ √

Reza Putrawan √ √ √

Syifa A.Clavinova √ √ √

Titan Prayoga √ √ √

Farhan √ √ √
Abdurrahman
Keterangan :
Lampiran no. 2

BT : Belum Terlihat MT : Mulai Terlihat

MB : Mulai Berkembang MK : Membudaya

Tangerang Selatan, 03 Mei 2013

Guru Mata Pelajaran Peneliti

Maziyah Afta, S.S Siti Aminah

NIP NIM
Lampiran no. 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMP Islam At-Taqwa


Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas / Semester : VII (Tujuh) / 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

A. STANDAR KOMPETENSI
5. Memahami perkembangan Islam pada masa Bani Umayyah.

B. KOMPETENSI DASAR
5.2 Mendeskripsikan perkembangan kebudayaan Islam pada masa Bani Umayyah

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Siswa dapat Mendeskripsikan perkembangan kebudayaan Islam pada masa Bani
Umayyah.
 Siswa dapat Mengidentifikasi berbagai prestasi pada masa Bani Umayyah.
 Siswa memiliki nilai karakter ingin tahu, kerja keras, peduli, teliti, dan
menghargai keberagaman.

D. MATERI PEMBELAJARAN
 Perkembangan kebudayaan Islam pada masa Bani Umayyah.

E. METODE PEMBELAJARAN
 Video Critic: Metode ini dimaksudkan untuk membangun kecakapan analitis,
kepekaan sosial, kerja sama antar individu dan kelompok, serta tanggung jawab
individu dalam kelompok.
 Tanya Jawab: digunakan untuk memastikan pemahaman siswa.
Lampiran no. 2

F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

NO. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN WAKTU

1. PENDAHULUAN 10 menit
 Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan
berdoa. (nilai ketaqwaan)
 Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa serta kebersihan kelas
(nilai disiplin)
 Menanyakan kabar siswa. (nilai peduli dan empati)
 Siswa menyiapkan buku SKI, dan membuka bab yang akan
dipelajari. (nilai disiplin)
 Guru melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan
memberikan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan diajarkan. (rasa ingin
tahu)
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
(nilai santun)
2. KEGIATAN INTI 60 menit
 Eksplorasi
 Guru melakukan Tanya jawab dengan siswa tentang sejarah
berdirinya Bani Umayyah. (nilai percaya diri)
 Siswa membaca literatur sejarah perkembangan kebudayaan
Islam pada masa Bani Umayyah.(nilai ingin tahu, kerja
keras)
 Elaborasi
 Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi.
(nilai kerjasama)
 Guru menginstruksikan kepada masing-masing kelompok
diskusi untuk mengamati beberapa faktor penting dalam video
yang akan ditonton.(nilai teliti)
 Guru memutarkan video tentang perkembangan Kebudayaan
Islam pada masa Bani Umayyah (nilai mandiri).
 Guru melakukan jajak pendapat dengan kelompok diskusi,
Lampiran no. 2

kemudian masing-masing kelompok mengemukakan


pendapatnya setelah itu guru menyampaikan materi yang
diajarkan. (nilai percaya diri).
 Konfirmasi
 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. (nilai
ingin tahu, menghargai keberagaman)
 Guru menjawab pertanyaan tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar. (nilai santun)
 Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif lagi
dalam pembelajaran berikutnya. (nilai cinta ilmu dan peduli)
3. PENUTUP 10 menit
 Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan. (nilai saling menghargai dan peduli)
 Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi pembelajaran dan
menjelaskan manfaat mempelajari sejarah terbentuknya Bani
Umayyah. (nilai kerja sama)
 Guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk
mengkritisi tulisan tentang Perkembangan kebudayaan Islam pada
masa Bani Umayyah.(nilai tanggung jawab)
 Guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa dan mengucapkan
salam. (nilai ketaqwaan/Religius)
 Keluar kelas dengan tertib pada waktunya. (nilai disiplin)

G. MEDIA / SUMBER
 Buku Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII Penerbit Mediatama, artikel sejarah.
 Internet, Video Pembelajaran.
 LCD, Laptop, Speaker, Spidol , Kabel.
Lampiran no. 2

H. PENILAIAN
Indikator Pencapaian Teknik Bentuk
Contoh Instrumen
Penilaian Instrumen
Mendeskripsikan Tes Tulis Tes Uraian Jelaskan perkembangan Islam pada
Perkembangan Islam masa Bani Umayyah?
pada masa Bani
Umayyah

Menyebutkan berbagai Tes Tulis Tes Uraian Sebutkan prestasi yang dicapai Bani
prestasi yang dicapai Umayyah dalam bidang sosial?
Bani Umayyah dalam
bidang sosial

Menyebutkan berbagai Tes Tulis Tes Uraian Sebutkan prestasi yang dicapai Bani
prestasi yang dicapai Umayyah dalam bidang budaya?
Bani Umayyah dalam
bidang budaya
Lampiran no. 2

J. Penilaian Karakter

NILAI KARAKTER

Ingin Tahu Kerja Keras Teliti


NAMA SISWA
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

Alferry R. Eriawan √ √ √

Adelia Rahmadiani

Alfiah Ismiana √ √ √

Ananda Putri N

Dafril Saidsyah A √ √ √

Fulqi Khairul K √ √ √

Lheynel N.Djilizian √ √ √

M. Alif Pratama

M. Munir Maulana √ √ √

M. Noval Fahrizi √ √ √

M. Ridwansyah √ √ √

Okki Hadi Saputra √ √ √

Reza Putrawan √ √ √

Syifa A.Clavinova √ √ √

Titan Prayoga

Farhan √ √ √
Abdurrahman
Keterangan :

BT : Belum Terlihat MT : Mulai Terlihat


Lampiran no. 2

MB : Mulai Berkembang MK : Membudaya

Tangerang Selatan, 10 Mei 2013

Guru Mata Pelajaran Peneliti

Maziyah Afta, S.S Siti Aminah

NIP NIM
Lampiran no. 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMP Islam At-Taqwa


Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas / Semester : VII (Tujuh) / 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

B. STANDAR KOMPETENSI
5. Memahami perkembangan Islam pada masa Bani Umayyah.

G. KOMPETENSI DASAR
5.2 Mendeskripsikan perkembangan kebudayaan Islam pada masa Bani Umayyah

H. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Siswa dapat Mendeskripsikan perkembangan kebudayaan Islam pada masa Bani
Umayyah.
 Siswa dapat Mengidentifikasi berbagai prestasi pada masa Bani Umayyah dalam
bidang politik.
 Siswa dapat Mengidentifikasi berbagai prestasi pada masa Bani Umayyah dalam
bidang militer.
 Siswa memiliki nilai karakter ingin tahu, kerja keras, peduli, teliti, dan
menghargai keberagaman.

I. MATERI PEMBELAJARAN
 Perkembangan kebudayaan Islam pada masa Bani Umayyah.

J. METODE PEMBELAJARAN
 Video Critic: Metode ini dimaksudkan untuk membangun kecakapan analitis,
kepekaan sosial, kerja sama antar individu dan kelompok, serta tanggung jawab
individu dalam kelompok.
 Tanya Jawab: digunakan untuk memastikan pemahaman siswa.
Lampiran no. 2

K. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

NO. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN WAKTU

1. PENDAHULUAN 10 menit
 Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan
berdoa. (nilai ketaqwaan)
 Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa serta kebersihan kelas
(nilai disiplin)
 Menanyakan kabar siswa. (nilai peduli dan empati)
 Siswa menyiapkan buku SKI, dan membuka bab yang akan
dipelajari. (nilai disiplin)
 Guru melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan
memberikan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan diajarkan. (rasa ingin
tahu)
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
(nilai santun)
2. KEGIATAN INTI 60 menit
 Eksplorasi
 Guru melakukan Tanya jawab dengan siswa tentang sejarah
berdirinya Bani Umayyah. (nilai percaya diri)
 Siswa membaca literatur sejarah perkembangan kebudayaan
Islam pada masa Bani Umayyah.(nilai ingin tahu, kerja
keras)
 Elaborasi
 Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi.
(nilai kerjasama)
 Guru menginstruksikan kepada masing-masing kelompok
diskusi untuk mengamati beberapa faktor penting dalam video
yang akan ditonton.(nilai teliti)
 Guru memutarkan video tentang perkembangan Kebudayaan
Islam pada masa Bani Umayyah (nilai mandiri).
 Guru melakukan jajak pendapat dengan kelompok diskusi,
Lampiran no. 2

kemudian masing-masing kelompok mengemukakan


pendapatnya setelah itu guru menyampaikan materi yang
diajarkan. (nilai percaya diri).
 Konfirmasi
 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. (nilai
ingin tahu, menghargai keberagaman)
 Guru menjawab pertanyaan tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar. (nilai santun)
 Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif lagi
dalam pembelajaran berikutnya. (nilai cinta ilmu dan peduli)
3. PENUTUP 10 menit
 Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan. (nilai saling menghargai dan peduli)
 Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi pembelajaran dan
menjelaskan manfaat mempelajari sejarah terbentuknya Bani
Umayyah. (nilai kerja sama)
 Guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk
mengkritisi tulisan tentang Perkembangan kebudayaan Islam pada
masa Bani Umayyah.(nilai tanggung jawab)
 Guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa dan mengucapkan
salam. (nilai ketaqwaan/Religius)
 Keluar kelas dengan tertib pada waktunya. (nilai disiplin)

G. MEDIA / SUMBER
 Buku Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII Penerbit Mediatama, artikel sejarah.
 Internet, Video Pembelajaran.
 LCD, Laptop, Speaker, Spidol , Kabel.
Lampiran no. 2

H. PENILAIAN
Indikator Teknik Bentuk
Contoh Instrumen
Pencapaian Penilaian Instrumen
Menyebutkan berbagai Tes Lisan Tes Lisan Sebutkan prestasi yang dicapai Bani
prestasi yang dicapai Umayyah dalam bidang politik?
Bani Umayyah dalam
bidang politik

Menyebutkan berbagai Tes Lisan Tes Lisan Sebutkan prestasi yang dicapai Bani
prestasi yang dicapai Umayyah dalam bidang militer?
Bani Umayyah dalam
bidang militer
Lampiran no. 2

J. Penilaian Karakter

NILAI KARAKTER

Ingin Tahu Kerja Keras Teliti


NAMA SISWA
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

Alferry R. Eriawan √ √ √

Adelia Rahmadiani √ √ √

Alfiah Ismiana √ √ √

Ananda Putri N √ √ √

Dafril Saidsyah A √ √ √

Fulqi Khairul K √ √ √

Lheynel N.Djilizian √ √ √

M. Alif Pratama √ √ √

M. Munir Maulana √ √ √

M. Noval Fahrizi √ √ √

M. Ridwansyah √ √ √

Okki Hadi Saputra √ √ √

Reza Putrawan √ √ √

Syifa A.Clavinova √ √ √

Titan Prayoga √ √ √

Farhan √ √ √
Abdurrahman
Keterangan :

BT : Belum Terlihat MT : Mulai Terlihat


Lampiran no. 2

MB : Mulai Berkembang MK : Membudaya

Tangerang Selatan, 17 Mei 2013

Guru Mata Pelajaran Peneliti

Maziyah Afta, S.S Siti Aminah

NIP NIM
Lampiran no. 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMP Islam At-Taqwa


Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas / Semester : VII (Tujuh) / 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

A. STANDAR KOMPETENSI
5. Memahami perkembangan Islam pada masa Bani Umayyah

B. KOMPETENSI DASAR
5.3 Mengidentifikasi tokoh ilmuwan muslim dan peranannya dalam kemajuan
kebudayaan Islam pada masa bani Umayyah
5.4 Mengambil ibrah dari perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani
Umayah untuk masa kini dan yang akan datang

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Siswa dapat menyebutkan tokoh ilmuwan muslim dalam berbagai bidang ilmu pada
masa Bani Umayyah.
 Siswa dapat menjelaskan peranan tokoh ilmuwan muslim dalam kemajuan
kebudayaan Islam pada masa Bani Umayyah.
 Siswa mengetahui peran pemerintah Bani Umayah dalam bidang ilmu
 Siswa dapat mengambil pelajaran dari sejarah Bani Umayyah dalam bidang ilmu.
 Siswa memiliki nilai karakter religious, cinta ilmu, kerja keras.

D. MATERI PEMBELAJARAN
 Tokoh ilmuwan Muslim dan peranannya dalam kemajuan kebudayaan Islam pada
masa Bani Umayyah.

E. METODE PEMBELAJARAN
 Video Critic: Metode ini dimaksudkan untuk membangun kecakapan analitis dan
kepekaan sosial
 Tanya Jawab: digunakan untuk memastikan pemahaman siswa.
Lampiran no. 2

F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

NO. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN WAKTU

1. PENDAHULUAN 10 menit
 Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan
berdoa. (nilai ketaqwaan)
 Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa serta kebersihan kelas
(nilai disiplin)
 Menanyakan kabar siswa. (nilai peduli dan empati)
 Siswa menyiapkan buku SKI, dan membuka bab yang akan
dipelajari. (nilai disiplin)
 Guru melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan
memberikan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan diajarkan. (rasa ingin tahu)
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
(nilai santun)
2. KEGIATAN INTI 60 menit
 Eksplorasi
 Guru melakukan Tanya jawab dengan siswa tentang sejarah
berdirinya Bani Umayyah. (nilai percaya diri)
 Siswa membaca literatur sejarah Tokoh ilmuwan Muslim dan
peranannya dalam kemajuan kebudayaan Islam pada masa Bani
Umayyah.(nilai ingin tahu, kerja keras)
 Elaborasi
 Guru memberikan kertas kosong untuk bahan mencatat hasil
pengamatan terhadap video yang akan ditonton.(nilai santun)
 Guru menginstruksikan kepada setiap siswa untuk mengamati
serta mencatat beberapa faktor penting dalam video yang akan
ditonton.(nilai teliti)
 Guru memutarkan video tentang Tokoh ilmuwan Muslim dan
peranannya dalam kemajuan kebudayaan Islam pada masa Bani
Umayyah. (nilai mandiri).
Lampiran no. 2

 Guru melakukan jajak pendapat dengan siswa, kemudian masing-


masing siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya setelah itu guru menyampaikan materi yang
diajarkan. (nilai percaya diri).
 Konfirmasi
 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. (nilai
ingin tahu, menghargai keberagaman)
 Guru menjawab pertanyaan tentang hal-hal yang belum diketahui
siswa dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar. (nilai
santun)
 Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif lagi
dalam pembelajaran berikutnya. (nilai cinta ilmu dan peduli)
3. PENUTUP 10 menit
 Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan. (nilai saling menghargai dan peduli)
 Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi pembelajaran dan
menjelaskan manfaat mempelajari sejarah Tokoh ilmuwan Muslim
dan peranannya dalam kemajuan kebudayaan Islam pada masa
Bani Umayyah. (nilai kerja sama)
 Guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa
mengerjakan tugas individu tentang Tokoh ilmuwan Muslim dan
peranannya dalam kemajuan kebudayaan Islam pada masa Bani
Umayyah. (nilai tanggung jawab)
 Guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa dan mengucapkan
salam. (nilai ketaqwaan/Religius)
 Keluar kelas dengan tertib pada waktunya. (nilai disiplin)

G. MEDIA / SUMBER
 Buku Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII Penerbit Mediatama, artikel sejarah.
 Internet, Video Pembelajaran.
 LCD, Laptop, Speaker, Spidol , Kabel.
Lampiran no. 2

H. PENILAIAN
Indikator Teknik Bentuk Contoh Instrumen
Pencapaian Penilaian Instrumen
Menyebutkan tokoh Tes Tulis Tes Uraian  Sebutkan tokoh ilmuwan muslim pada
ilmuwan muslim masa Bani Umayyah dalam bidang
dalam bidang ilmu ilmu agama Islam!
pada masa Bani  Sebutkan tokoh ilmuwan muslim pada
Umayah masa Bani Umayyah dalam bidang
sejarah!
 Sebutkan tokoh ilmuwan muslim pada
masa Bani Umayyah dalam bidang
kedokteran!

Menjelaskan Tes Tulis Tes Uraian Sebutkan keahlian para tokoh ilmuwan
peranan tokoh muslim dan karyanya pada masa Bani
ilmuwan muslim Umayyah!
dalam kemajuan
kebudayaan/perada
ban islam pada
masa Bani Umayah

Menyebutkan peran Tes Tulis Tes Uraian Sebutkan peran pemerintah Bani
pemerintah Bani Umayah dalam bidang ilmu umum?
Umayah dalam
bidang ilmu.

Menjelaskan Tes Tulis Tes Uraian Bagaimana pendapatmu tentang


kedudukan ilmu kedudukan ilmu pada masa Bani
pada masa Bani Umayyah?
Umayyah

Menyebutkan Tes Tulis Tes Uraian Sebutkan manfaat mempelajari materi


manfaat yang tokoh ilmuwan muslim pada masa Bani
didapat dari materi Umayyah?
tokoh ilmuwan
muslim pada masa
Bani Umayyah.
Lampiran no. 2

J. Penilaian Karakter

NILAI KARAKTER

NAMA SISWA Ingin Tahu Kerja Keras Teliti


BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

Alferry Eriawan √ √ √

Adelia Rahmadiani √ √ √

Alfiah Ismiana √ √ √

Ananda Putri √ √ √
Nurrahma
Dafril Saidsyah √ √ √

Fulqi Khairul Karim √ √ √

Lheynel Naufal √ √ √
Djilizian
M. Alif Pratama √ √ √

M. Munir Maulana √ √ √

M. Noval Fahrizi √ √ √

M. Ridwansyah √ √ √

Okky Hadi Saputra √ √ √

Reza Putrawan √ √ √

Syifa Afra Clavinova √ √ √

Titan Prayoga √ √ √

Farhan Abdurrahman √ √ √
Lampiran no. 2

Keterangan :

BT : Belum Terlihat MT : Mulai Terlihat

MB : Mulai Berkembang MK : Membudaya

Tangerang Selatan, 21 Mei 2013

Guru Mata Pelajaran Peneliti

Maziyah Afta, S.S Siti Aminah

NIP NIM
Lampiran no. 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMP Islam At-Taqwa


Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas / Semester : VII (Tujuh) / 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

A. STANDAR KOMPETENSI
5. Memahami perkembangan Islam pada masa Bani Umayyah.

B. KOMPETENSI DASAR
5.5. Meneladani kesederhanaan dan keshalehan Umar bin Abdul Aziz

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Siswa dapat Menjelaskan kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz ketika menjadi
seorang khalifah
 Siswa dapat Menjelaskan keberhasilan Islam masa Umar bin Abdul Aziz.
 Siswa memahami pentingnya kesederhanaan dan kesalehan dalam kehidupan
sehari-hari.
 Siswa memiliki nilai karakter religious, jujur, kerja keras, tanggung jawab,
empati.

D. MATERI PEMBELAJARAN
 Kisah kesederhanaan dan keshalehan Umar bin Abdul Aziz.

E. METODE PEMBELAJARAN
 Video Critic: Metode ini dimaksudkan untuk membangun kecakapan analitis,
kepekaan social.
 Tanya Jawab: digunakan untuk memastikan pemahaman siswa.

F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

NO. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN WAKTU

1. PENDAHULUAN 10 menit
Lampiran no. 2

 Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan


berdoa. (nilai ketaqwaan)
 Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa serta kebersihan kelas
(nilai disiplin)
 Menanyakan kabar siswa. (nilai peduli dan empati)
 Siswa menyiapkan buku SKI, dan membuka bab yang akan
dipelajari. (nilai disiplin)
 Guru melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan
memberikan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan diajarkan. (rasa ingin tahu)
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
(nilai santun)
2. KEGIATAN INTI 60 menit
s  Eksplorasi
 Guru melakukan Tanya jawab dengan siswa tentang Kisah
kesederhanaan dan keshalehan Umar bin Abdul Aziz (nilai
percaya diri)
 Siswa membaca literatur tentang Kisah kesederhanaan dan
keshalehan Umar bin Abdul Aziz pada masa Bani Umayyah.
(nilai ingin tahu, kerja keras)
 Elaborasi
 Guru memberikan kertas kosong untuk bahan mencatat hasil
pengamatan terhadap video yang akan ditonton.(nilai santun)
 Guru menginstruksikan kepada setiap siswa untuk mengamati
serta mencatat beberapa faktor penting dalam video yang akan
ditonton.(nilai teliti)
 Guru memutarkan video tentang Kisah kesederhanaan dan
keshalehan Umar bin Abdul Aziz pada masa Bani Umayyah.
(nilai mandiri).
 Guru melakukan jajak pendapat dengan para siswa, kemudian
masing-masing siswa mengemukakan pendapatnya setelah itu
guru menyampaikan materi yang diajarkan. (nilai percaya diri).
 Konfirmasi
Lampiran no. 2

 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan


pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. (nilai
ingin tahu, menghargai keberagaman)
 Guru menjawab pertanyaan tentang hal-hal yang belum diketahui
siswa dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar. (nilai
santun)
 Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif lagi
dalam pembelajaran berikutnya. (nilai cinta ilmu dan peduli)
3. PENUTUP 10 menit
 Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan. (nilai saling menghargai dan peduli)
 Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi pembelajaran dan
menjelaskan manfaat mempelajari Kisah kesederhanaan dan
keshalehan Umar bin Abdul Aziz pada masa Bani Umayyah. (nilai
kerja sama)
 Guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa tentang
Kisah kesederhanaan dan keshalehan Umar bin Abdul Aziz pada
masa Bani Umayyah. (nilai tanggung jawab)
 Guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa dan mengucapkan
salam. (nilai ketaqwaan/Religius)

 Keluar kelas dengan tertib pada waktunya. (nilai disiplin)

G. MEDIA / SUMBER
 Buku Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII Penerbit Mediatama, artikel sejarah.
 Internet, Video Pembelajaran.
 LCD, Laptop, Speaker, Spidol , Kabel.
Lampiran no. 2

I. PENILAIAN
Indikator Pencapaian Teknik Bentuk
Contoh Instrumen
Penilaian Instrumen
Menjelaskan kesederha Tes Lisan Uraian  Jelaskan kesederhanaan Umar bin
naan Umar bin Abdul Abdul Aziz ketika menjadi
Aziz ketika menjadi seorang khalifah?
seorang khalifah

Menjelaskan keshalehan  Jelaskan keshalehan Umar bin


Umar bin Abdul Aziz Abdul Aziz dalam beribadah?
dalam beribadah
 Sebutkan sifat-sifat yang dimiliki
Umar Bin Abdul Aziz
Menyebutkan Prestasi
yang diraih pada masa
 Sebutkan prestasi yang diraih
Umar Bin Abdul Aziz
pada masa Umar Bin Abdul
ketika menjadi khalifah
Aziz!

 Sebutkan jasa-jasa Umar Bin


Mengetahui hikmah
Abdul Aziz!
mempelajari kisah Umar
Bin Abdul Aziz ketika
 Jelaskan Hikmah yang didapat
menjadi khalifah.
dari kisah Umar Bin Abdul Aziz?
Lampiran no. 2

J. Penilaian Karakter

NILAI KARAKTER

NAMA SISWA Ingin Tahu Kerja Keras Teliti


BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

Alferry Eriawan √ √ √

Adelia Rahmadiani √ √ √

Alfiah Ismiana √ √ √

Ananda Putri √ √ √
Nurrahma
Dafril Saidsyah √ √ √

Fulqi Khairul Karim √ √ √

Lheynel Naufal √ √ √
Djilizian
M. Alif Pratama √ √ √

M. Munir Maulana √ √ √

M. Noval Fahrizi √ √ √

M. Ridwansyah √ √ √

Okky Hadi Saputra √ √ √

Reza Putrawan √ √ √

Syifa Afra Clavinova √ √ √

Titan Prayoga √ √ √

Farhan Abdurrahman √ √ √

Keterangan :

BT : Belum Terlihat MT : Mulai Terlihat


Lampiran no. 2

MB : Mulai Berkembang MK : Membudaya

Keterangan :

BT : Belum Terlihat MT : Mulai Terlihat

MB : Mulai Berkembang MK : Membudaya

Tangerang Selatan, 31 Mei 2013

Guru Mata Pelajaran Peneliti

Maziyah Afta, S.S Siti Aminah

NIP NIM
Lampiran no. 3

ANGKET SISWA

Mata Pelajaran : SKI Kelas: VII

Hari/Tanggal :

Petunjuk
 Bacalah setiap pernyataan di bawah ini dengan teliti.
 Berilah tanda (√) pada kolom di samping pernyataan yang sesuai dengan pendapatmu!
Keterangan Respon:
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Setuju
4 = Sangat Setuju.

Lembar Pernyataan Angket Kecerdasan Emosional

No. Pernyataan SS S TS STS


1 Belajar dengan video membuat saya berusaha lebih giat lagi agar
saya paham apa yang dipelajari sehingga nilai saya semakin baik
dalam mata pelajaran SKI.
2 Saya tidak peduli mata pelajaran SKI meski nilai saya rendah
3 Saya menyelesaikan tugas kelompok bersama teman dengan
sungguh-sungguh
4 Saya merasa sulit mengatur teman-teman dalam satu kelompok.
5 Saya selalu menyempatkan diri membaca materi SKI sebelum
dipelajari di kelas
6 Jika guru SKI belum atau tidak datang, saya mengobrol bersama
teman.
7 Saya yakin bahwa saya sanggup menyelesaikan berbagai tugas
yang ada pada pelajaran ini
8 Saya kesal ketika menemui kesulitan dalam mengerjakan berbagai
tugas SKI.
9 Saya berusaha bertanya apa yang saya kurang paham jika
penyampaian guru kurang jelas.
10 Saya mampu merasakan kesedihan teman yang mendapat nilai
kurang bagus pada tugas SKI.
11 Saya cepat tersentuh jika guru memutar video.
12 Jika ada teman yang berbicara dalam diskusi, saya tidak mau
mendengar karena belum tentu ia lebih pintar dari saya.
13 Saya suka memberi semangat pada teman yang malas belajar SKI
Lampiran no. 3

14 Saya enggan menjelaskan materi yang ditayangkan melalui video


pada teman yang bertanya.
15 Saya tidak pilih-pilih dalam berteman.
16 Saya kesal disandingkan dengan teman yang kurang pintar ketika
diskusi di kelas untuk mengkritisi video.
17 Jika saya melihat teman yang bekum paham mata pelajaran SKI,
saya berusaha untuk membantunya
18 Saya tidak peduli jika teman saya membutuhkan bantuan
19 Saya mampu menyesuaikan diri dengan berbagai teman sehingga
mereka nyaman berteman dengan saya.
20 Jika ada teman yang bermusuhan saya berusaha mendamaikannya.
Lampiran no. 8

Lembar Observasi Siklus I 3. Mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran.

Nama sekolah : SMP Islam At-Taqwa 1 2 3 4

Pertemuan ke- : Komentar/saran


Hari/ tanggal : ------------------------------------------------------------------
Pokok bahasan : 4. Siswa bertanya materi yang belum dipahami.

Petunjuk: Berilah tanda cek lish ( sesuai dengan hasil 1 2 3 4

pengamatan! Komentar/Saran

A. Motivasi ------------------------------------------------------------------

1. Siswa berusaha belajar dengan baik.


B. Empati
1 2 3 4 5. Mendengarkan penjelasan teman dan guru dengan baik
Komentar/Saran dan memperhatikannya.
------------------------------------------------------------------ 1 2 3 4
2. Siswa menyelesaikan tugas kelompok bersama teman
Komentar/Saran
dengan sungguh-sungguh.
------------------------------------------------------------------
1 2 3 4 6. Memberi respon positif terhadap kemampuan teman.
Komentar/Saran 1 2 3 4

------------------------------------------------------------------ Komentar/Saran
7. Tidak pilih-pilih dalam berteman ketika diskusi Keterangan:
berlangsung.
1= Kurang (1 – 4 orang siswa )
1 2 3 4
2= Sedang (4 – 8 orang siswa)
Komentar/Saran
3= Baik (9 – 12 orang siswa)
------------------------------------------------------------------
4= Sangat Baik (13 – 15 orang siswa)
8. Peduli kepada teman yang belum paham materi dan
berusaha membantu menjelaskannya
1 2 3 4
Komentar/Saran
------------------------------------------------------------------ Tangerang Selatan, 03 Mei 2013

9. Menyesuaikan diri dengan berbagai teman. Observer


1 2 3 4
Komentar/Saran
------------------------------------------------------------------ ( )
Lembar Observasi Siklus II
Nama sekolah : SMP Islam At-Taqwa 13. Siswa bertanya materi yang belum dipahami.
Pertemuan ke- : 1 2 3 4
Hari/ tanggal : Komentar/Saran
Pokok bahasan : ------------------------------------------------------------------
Petunjuk: Berilah tanda cek lish ( sesuai dengan hasil
D. Empati
pengamatan!
14. Mendengarkan penjelasan teman dan guru dengan baik
C. Motivasi
dan memperhatikannya.
10. Siswa berusaha belajar dengan baik.
1 2 3 4
1 2 3 4
Komentar/Saran
Komentar/Saran
------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------
15. Memberi respon positif terhadap kemampuan teman.
11. Siswa menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh.
1 2 3 4
1 2 3 4
Komentar/Saran
Komentar/Saran

------------------------------------------------------------------ ------------------------------------------------------------------
16. Tidak pilih-pilih dalam berteman ketika proses belajar
12. Mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran.
berlangsung.
1 2 3 4
1 2 3 4
Komentar/saran
Komentar/Saran
------------------------------------------------------------------ Keterangan:
17. Peduli kepada teman yang belum paham materi dan
1= Kurang (1 – 4 orang siswa )
berusaha membantu menjelaskannya
2= Sedang (4 – 8 orang siswa)
1 2 3 4
3= Baik (9 – 12 orang siswa)
Komentar/Saran
4= Sangat Baik (13 – 15 orang siswa)
------------------------------------------------------------------
18. Menyesuaikan diri dengan berbagai teman.
1 2 3 4
Komentar/Saran
------------------------------------------------------------------

Tangerang Selatan, 22 Mei 2013

Observer

( )
Lampiran no.9

HASIL WAWANCARA SETELAH PENELITIAN

Tahap : Setelah Penelitian

Hari/tanggal : Kamis, 18 Juli 2013

Tempat : SMPI At-Taqwa Pamulang

Narasumber : Ibu Maziyah Afta, S.Si (guru mata pelajaran SKI)

Tujuan : untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa


setelah menggunakan metode Video Critic dalam
pembelajaran SKI.

Pertanyaan!

1. Model pembelajaran apa yang sering ibu gunakan dalam pembelajaran


SKI?
Saya lebih sering menggunakan metode Tanya jawab.
2. Bagaimana tanggapan ibu mengenai penerapan metode Video Critic
dalam pembelajaran SKI?
yang pasti sangat membantu yah, namanya juga sejarah dari segi
tokohnya, peninggalannya, itu kan penting harus ada gambar apalagi
video yang membantu anak untuk membayangkan pelajaran dan lebih
mengerti apa yang dipelajari dan kaitannya apa. Kalau sekedar buku
tulis kan kurang ga ada videonya. Video memudahkan anak
memahami pelajaran SKI.
3. Menurut ibu perubahan apa yang terjadi di kelas setelah menggunakan
metode Video Critic?
Perubahannya anak-anak lebih bagus minatnya apalagi diawal
pelajaran sudah ada tampilan video, ini membuat anak tertarik dengan
pembelajaran video, serta menambah kekritisan siswa, siswa lebih
aktif dan lebih mudah membayangkan apa yang sedang dipelajari.
4. Bagaimana penilaian ibu mengenai kecerdasan emosional siswa
selama diterapkan metode Video Critic?
Lampiran no.9

Lebih menambah kecintaan mereka terhadap sejarah Islam.


5. Menurut ibu apakah metode Video Critic sudah biak? Jika sudah,
seberapa jauh kebaikannya, jika belum apa yang harus diperbaiki?
Sudah bagus, karena video yang disertai kritik yang mampu
membangun keaktifan siswa.
Lampiran no. 4
ANGKET KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SEBELUM TINDAKAN
BUTIR SOAL/PERTANYAAN
NO Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 JUMLAH
1 A 4 4 4 4 3 1 3 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 70
2 B 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 66
3 C 2 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 4 4 3 4 57
4 D 2 3 3 3 2 1 3 3 4 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 1 52
5 E 4 3 3 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 61
6 F 4 4 4 2 3 1 3 2 3 2 3 3 3 2 4 4 3 4 4 3 61
7 G 4 3 4 2 1 1 3 1 3 1 4 3 2 4 2 4 4 4 3 4 57
8 H 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 4 1 4 2 4 3 4 4 3 4 62
9 I 4 3 3 2 1 2 2 2 3 3 4 3 2 4 4 4 4 0 3 4 57
10 J 3 4 3 2 2 2 3 1 4 1 4 3 1 3 4 4 3 4 4 3 58
11 K 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 4 3 3 2 4 2 2 3 3 3 60
12 L 3 4 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 1 4 3 4 3 3 4 59
13 M 2 3 3 3 3 1 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 54
14 N 4 4 4 4 3 1 3 1 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 66
15 O 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 59
JUMLAH 49 50 51 39 38 27 47 32 48 39 53 43 41 41 53 51 49 50 48 50 899
Perhitungan Persentase Angket Sebelum Tindakan

1 2 3 4 5 6 7
4=7 46,67 4=5 33,33 4=6 40 4=2 13,33 4=0 0 4=0 0 4=3 20
3=5 33,33 3=10 66,67 3=9 60 3=5 33,33 3=10 66,67 3=4 26,67 3=11 73,33
2=3 20 2=0 0 2=0 0 2=8 53,33 2=3 20 2=4 26,67 2=1 18,75
1=0 0 1=0 0 1=0 0 1=0 0 1=2 13,33 1=7 46,66 1=0 6,67
15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100

8 9 10 11 12 13 14
4=0 0 4=4 26,67 4=1 6,67 4=8 53,33 4=3 20 4=2 13,33 4=4 26,67
3=5 33,33 3=10 66,67 3=9 60 3=7 46,67 3=8 53,33 3=8 53,33 3=4 26,67
2=7 46,67 2=1 6,66 2=3 20 2=0 0 2=3 20 2=4 26,67 2=6 40
1=3 20 1=0 0 1=2 13,33 1=0 0 1=1 6,67 1=1 6,67 1=1 6,66
15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100

15 16 17 18 19 20
4=9 60 4=7 46,67 4=5 33,33 4=8 53,33 4=4 26,66 4=7 46,67
3=5 33,33 3=7 46,67 3=9 60 3=6 40 3=10 66,67 3=7 46,67
2=1 6,67 2=1 6,66 2=1 6,67 2=0 0 2=1 6,67 2=0 0
1=0 0 1=0 0 1=0 0 1=0 0 1=0 0 1=1 6,66
15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100
Lampiran no.5

ANGKET KECERDASAN EMOSIONAL SIKLUS I

BUTIR SOAL/PERTANYAAN
NO Responden JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 A 4 4 3 1 2 4 3 1 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 66
2 B 3 3 4 2 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 65
3 C 2 3 3 2 3 2 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 56
4 D 2 4 2 2 2 1 2 2 4 1 2 4 3 3 4 3 4 4 3 4 56
5 E 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 4 4 2 3 3 3 3 61
6 F 4 4 4 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 4 0 3 4 4 3 58
7 G 4 3 3 3 4 4 3 2 2 4 3 4 2 3 4 2 3 3 2 3 61
8 H 4 4 3 2 3 3 3 2 3 4 2 2 2 3 4 3 3 3 4 1 58
9 I 2 3 2 4 3 3 4 4 4 4 2 4 3 3 4 2 3 3 4 4 65
10 J 4 3 3 3 3 3 2 2 4 4 3 3 4 2 4 3 4 3 3 4 64
11 K 4 3 3 3 1 4 3 2 2 4 3 4 2 3 4 3 2 4 3 4 61
12 L 4 2 4 3 1 3 3 2 3 1 2 2 2 3 4 2 4 2 4 1 52
13 M 4 3 4 3 4 3 4 2 4 2 4 2 1 1 3 2 2 1 2 3 54
14 N 2 4 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 1 2 4 4 3 3 53
15 O 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 68
16 P 4 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 51
JUMLAH : 54 52 49 40 43 45 48 36 54 46 44 50 43 44 58 40 50 50 52 51 949
Perhitungan Persentase Angket Siklus I

1 2 3 4 5 6 7
4=10 46,67 4=5 31,25 4=5 31,25 4=1 6,25 4=3 18,75 4=3 18,75 4=3 18,75
3=2 33,33 3=10 62,5 3=7 43,75 3=7 43,75 3=7 43,75 3=8 50 3=10 62,5
2=4 20 2=1 6,25 2=4 25 2=7 43,75 2=4 25 2=4 25 2=3 18,75
1=0 0 1=0 0 1=0 0 1=1 6,25 1=2 12,5 1=1 6,25 1=0 0
16 100 16 100 16 100 16 100 6 100 16 100 16 100

8 9 10 11 12 13 14
4=1 6,25 4=8 50 4=5 31,25 4=3 18,75 4=5 31,25 4=2 12,5 4=2 12,5
3=11 68,75 3=6 37,5 3=6 37,5 3=6 37,5 3=8 50 3=8 50 3=9 56,25
2=3 18,75 2=2 12,5 2=3 18,75 2=7 43,75 2=3 18,75 2=5 31,25 2=4 25
1=1 6,25 1=0 0 1=2 12,5 1=0 0 1=0 0 1=1 6,25 1=1 6,25
16 100 16 100 16 100 16 100 16 100 16 100 16 100

15 16 17 18 19 20
4=12 75 4=2 13,33 4=5 31,25 4=5 31,25 4=7 43,75 4=7 43,75
3=3 18,75 3=6 40 3=8 50 3=9 56,25 3=6 37,5 3=7 43,75
2=0 0 2=7 46,67 2=3 18,75 2=1 6,25 2=3 18,75 2=0 0
1=1 6,25 1=0 0 1=0 0 1=1 6,25 1=0 0 1=2 12,5
16 100 15 100 16 100 16 100 16 100 16 100
Lampiran no.6

ANGKET KECERDASAN EMOSIONAL SIKLUS II

BUTIR SOAL/PERTANYAAN
NO Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 JUMLAH
1 A 3 4 4 2 2 1 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 66
2 B 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 71
3 C 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 58
4 D 3 3 2 3 3 1 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 62
5 E 4 3 3 3 3 2 3 3 4 2 2 4 3 3 4 3 3 2 3 4 61
6 F 4 4 4 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 3 4 2 4 3 4 2 64
7 G 3 4 1 3 1 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 57
8 H 3 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3 1 3 2 4 4 4 4 4 4 66
9 I 2 3 1 4 2 1 2 1 2 2 2 3 3 4 4 2 4 4 4 4 54
10 J 4 3 4 3 4 3 4 3 4 2 4 1 2 4 3 2 4 1 2 3 60
11 K 3 4 4 3 2 2 3 2 4 3 3 3 1 3 4 4 3 4 4 3 62
12 L 4 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 2 2 2 3 4 3 1 2 2 59
13 M 4 4 4 3 4 2 4 3 3 1 3 3 4 1 4 3 3 2 4 4 63
14 N 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 4 3 3 4 3 3 55
15 O 4 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 4 1 1 4 1 4 4 4 65
16 P 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 52
JUMLAH 53 56 49 42 45 39 52 45 56 37 50 47 46 44 55 50 52 49 52 56 975
Perhitungan Persentase Angket Siklus II

1 2 3 4 5 6 7
4=7 43,75 4=8 50 4=8 50 4=1 6,25 4=4 25 4=4 18,75 4=6 37,5
3=7 43,75 3=8 50 3=3 18,75 3=10 62,5 3=6 37,5 3=2 43,75 3=8 50
2=2 12,5 2=0 0 2=3 18,75 2=3 18,75 2=5 31,25 2=7 12,5 2=2 12,5
1=0 0 1=0 0 1=2 12,5 1=2 12,5 1=1 6,25 1=3 25 1=0 0
16 100 16 100 16 100 16 100 16 100 16 100 16 100

8 9 10 11 12 13 14
4=3 18,75 4=9 56,25 4=0 0 4=5 31,25 4=4 25 4=4 25 4=4 25
3=8 50 3=6 37,5 3=8 50 3=8 50 3=9 56,25 3=7 43,75 3=6 37,5
2=4 25 2=1 6,25 2=5 31,25 2=3 18,75 2=1 6,25 2=4 25 2=4 25
1=1 6,25 1=0 0 1=3 18,75 1=0 0 1=2 12,5 1=1 6,25 1=2 12,5
16 100 16 100 16 100 16 100 16 100 16 100 16 100

15 16 17 18 19 20
4=10 62,5 4=6 37,5 4=6 31,25 4=7 43,75 4=7 43,75 4=10 62,5
3=4 25 3=6 37,5 3=9 50 3=5 31,25 3=6 37,5 3=4 25
2=1 6,25 2=4 25 2=0 18,75 2=2 12,5 2=3 18,75 2=2 12,5
1=1 6,25 1=0 0 1=1 0 1=2 12,5 1=0 0 1=2 12,5
16 100 16 100 16 100 16 100 16 100 16 100

Anda mungkin juga menyukai